26
Neonatus Cukup Bulan-Besar Masa Kehamilan dengan Cephalhematoma Santi lestari C2 / 102010327 Alamat korespondensi : Santi Lestari, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat 11510 e-mail : [email protected] Pendahuluan Ukuran janin yang berlebihan dapat menimbulkan masalah, dan makrosemia didefinisikan secara berbeda oleh berbagai penulis. American College of Obstetricians and Gynecologyst (2000) mendefinisikan bayi makrosomik sebagai bayi yang berat lahirnya lebih dari 4.500 g. sekitar sepertiga wanita yang melahirkan bayi sebesar ini akan melahirkan bayi serupa pada kehamilan 1

pbl santi 25

Embed Size (px)

DESCRIPTION

partus

Citation preview

Page 1: pbl santi 25

Neonatus Cukup Bulan-Besar Masa

Kehamilan dengan Cephalhematoma

Santi lestari

C2 / 102010327

Alamat korespondensi :

Santi Lestari, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna

Utara no.6 Jakarta Barat 11510

e-mail : [email protected]

Pendahuluan

Ukuran janin yang berlebihan dapat menimbulkan masalah, dan makrosemia

didefinisikan secara berbeda oleh berbagai penulis. American College of Obstetricians and

Gynecologyst (2000) mendefinisikan bayi makrosomik sebagai bayi yang berat lahirnya lebih

dari 4.500 g. sekitar sepertiga wanita yang melahirkan bayi sebesar ini akan melahirkan bayi

serupa pada kehamilan berikutnya. Salah satu trauma lahir akibat bayi makrosomik adalah

cephal hematoma. Cephal hematoma biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum

tengkorak selama persalianan dan kelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir.

Cephal hematola terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada

kulit kepala. Insidennya adalah 2,5 %. Perdarahan dapat terjadi di satu atau kedua tulang parietal.

1

Page 2: pbl santi 25

Tepi periosteum membedakan cephal hematoma dari caput sucsedeneum. Terdapat juga faktor

predisposisi yaitu seperti tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan,

moulage terlalu keras dan partus dengan tindakan seperti forcep maupun vacum ekstraksi. Caput

terdiri atas pembengkaakan lokal kulit kepala akibat edema yang terletak di atas periosteum.

Selain itu,sefalhematum mungkin timbul beberapa jam setelah lahir, sering tumbuh semakin

besar dan lenyap hanya setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.

Anamnesis

Identitas pasien : Nama pasien, Nama suami atau keluarga terdekat, Alamat, Agama,

Pendidikan terakhir, Suku bangsa.1

Keluhan utama :1

Mual muntah

Nyeri punggung

Nyeri dada,

Mudah lelah

Sakit kepala, dll.

Keluhan tambahan1

Tentang haid1

Kapan hari pertama haid terakhir?

Menarche umur berapa?

Apakah haid teratur?

Siklus haid

Berapa lama (hari)

Nyeri haid

Perdarahan antara haid

Tentang kehamilan1

Berapa kali hamil

Adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu

Apakah pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan

Tentang persalinan1

Berapa kali bersalin

2

Page 3: pbl santi 25

Bagaimana persalinan terdahulu, adakah komplikasi?

Berapa berat badan bayi waktu lahir?

Persalinan normal atau sectio caesarea? Kalau caesarea, apa alasannya?

Riwayat perkawinan1

Berapa kali menikah

Pernikahan sekarang sudah berapa lama?

Adakah cairan yang keluar dari vagina? Warna? Cair atau kental? Banyak atau sedikit?

Berbau atau tidak?1

Apakah disertai dengan gatal pada vulva?1

Di daerah abdomen, apakah ada keluhan? Seperti mules-mules?1

Nafsu makannya bagaimana? Meningkat atau menurun?1

BAB dan BAK, apakah ada gangguan? (Seperti konstipasi, sering buang air kecil)1

Riwayat penyakit pasien1

Adakah penyakit berat yg pernah diderita pasien?

Operasi di daerah perut dan alat kandungan

Riwayat penyakit keluarga1

Adakah keturunan kembar?

Riwayat sosial1

Apakah saat ini sedang menggunakan obat-obatan?

Apakah merokok atau minum alkohol?

Pemeriksaan fisik neonates

Inspeksi Umum 2

Setelah jam-jam pertama kehidupannya, bayi cukup bulan yang baru lahir menghabiskan

kira-kira 80% waktunya dalam keadaan tidak aktif atau tenang. Dua puluh persen sisanya

dihabiskan dalam keadaan terjaga, baik aktif, inaktif atau menangis. Bila bayi menangis,

tangisannya keras.Tangisan yang lemah atau lembut adalah abnormal, juga tangisan yang

bernada tinggi dan menjerit menandakan ada suatu masalah neurologik.Tangisan yang parau

mengesankan paralisis pita suara, hipotiroidisme atau trauma pada hipofaring. Bayi sering kali

berbaring dalam posisi yang serupa dengan posisinya di dalam rahim.Jika pemeriksa dengan

lembut memfleksikan bahu, lutut dan lipat paha, ektremitas bayi cenderung melipat ke dalam

posisi intra uterus.Bayi yang menangis seringkali dapat ditenangkan dengan mengambil posisi

3

Page 4: pbl santi 25

ini. Untuk melakukan pemeriksaan fisik, maka berikut adalah panduan yang dibutuhkan untuk

melihat apakah ada abnormalitas yang berarti pada organ tubuh bayi atau tidak :2

1. Kepala2

Pada neonatus normal :

a. rambut kulit kepala teraba halus seperti sutera

b. bentuk kepala tergantung presentasi kepala/bokong

c. sutura kranialis teraba terbuka

d. fontanela anterior terbuka, lunak dan datar diameter kurang dari 3,5 cm sedangkan

fontanela posterior sering kali hanya seukuran ujung jari atau hanya sekadar teraba

terbuka

e. lesi traumatik biasanya terjadi berupa : kaput suksedaneum, perdarahan subgaleal,

sefalohematoma, luka tusuk, serta lesi lepuh dan hematoma sirkular.

2. Wajah2

a. Pada neonatus normal : wajahnya simetris

b. Abnormalitas : malformasi (mis. Bibir sumbing), paralisis fasial perifer, cedera traumatik

pada wajah (fraktur arkus zigomatikus saat persalinan), tanda eritematosa atau memar

yang ditemukan pada wajah akibat trauma forsep.

3. Mata2

a. Pada neonatus yang normal : tidak ada kelainan berarti yang ditemukan pada mata.

b. Abnormalitas : ptosis kongenital, konjungtivitis (pada gonore), kekeruhan kornea (pada

glaukoma kongenital), kekeruhan lensa (pada katarak kongenital).

c. Fungsi penglihatan : bayi normal yang diam dan terjaga selama pemeriksaan biasanya

akan memfiksasikan pandangannya ke wajah pemeriksa dan mengikutinya, paling tidak

sampai jarak tertentu, seiring pemeriksa berpindah perlahan dari satu sisi ke sisi lainnya.

Jika tidak ada respon walaupun dilakukan pemeriksaan berulang, maka perlu

pemeriksaan lebih lanjut terhadap fungsi penglihatan.

4. Telinga2

a. Pada neonatus usia cukup bulan : telinga luar sudah terbentuk dengan baik dan

mengandung cukup tulang rawan untuk mempertahankan bentuk dan mencegah

deformitas.

4

Page 5: pbl santi 25

b. Abnormalitas : adakah lesi dan kelainan kongenital lain yang tampak pada telinga luar?

Lanjutkan dengan pemeriksaan otoskopi : adakah otitis media atau tidak;

c. Fungsi pendengaran : pada neonatus yang normal akan terjadi respon mengalih pada

suara manusia, bereaksi dan mengalih ke bel yang berdering, dan terkejut oleh suara yang

keras (di ruangan tanpa suara mengganggu).

5. Hidung2

Kebanyakan bayi baru lahir bernapas melalui hidung. Periksa : lesi obstruktif/benda asing

bisa berupa mukus, darah dan mekonium (normalnya, bayi akan bersin sebagai refleks untuk

membersihkan hidungnya), serta adakah dislokasi bagian tulang rawan septum nasi

(biasanya akibat trauma persalinan).

6. Mulut2

Periksa dengan cara inspeksi dan palpasi : celah dan lengkung palatum; ukuran lidah,

warna sekresi dari mulut, dan lesi. Pada neonatus normal biasanya sudah mempunyai gigi

natal.

7. Leher2

Ukurannya lebih pendek dari anak yang lebih tua, namun rentang geraknya sudah

sempurna; amati : gerakan leher yang terbatas, massa, cedera.

8. Dada2

Pada neonatus normal, dada berbentuk seperti tong dan prosesus xifoideus menonjol.

Amati pula : fraktur klavikula, jarak antar puting dan ukuran kuncup payudara.

9. Paru2

Frekuensi pernapasan normal adalah 35-60 kali per menit dan bernafas dengan

menggunakan diafragmanya. Pada respirasi normal, dinding dada dan perut bergerak

bersama-sama. Dinding dada normalnya simetris saat bernapas jika dilihat dari lateral.

Retraksi, bunyi mendengkur saat ekspirasi, pengembangan cuping hidung, dan takipneu

pada beberapa menit pertama setelah lahir masih dikatakan norma dan akan segera

5

Page 6: pbl santi 25

menghilang. Jika terus bertahan selama beberapa waktu kemudian, maka dikatakan

abnormal dan kemungkinan ada kelainan pada parunya.

10. Kardiovaskular2

Kecepatan, irama, titik impuls tertinggi (point of maximum impulse, PMI), murmur

(intensitas dan lokasi), denyut (brakial dan femoral), pengisian kembali kapiler (capillary

refill), warna kulit dan membran mukosa.

11. Abdomen2

Bentuk, tali pusat (jumlah pembuluh darah), ukuran hepar/ginjal/limpa, massa, bising

usus, otot dan defek dinding abdomen.

12. Genitourinaria2

Genitalia, abnormalitas penis, testis, ukuran labia/klitoris, posisi dan kepatenan anus, cara

BAK dan BAB, lesi.

13. Tulang belakang/neurologis2

Cekungan, lesi, massa, dan refleks (mengisap, gag, Moro dan menggenggam).

14. Muskuloskeletal2

Rentang pergerakan sendi, jari, tonus, posisi saat istirahat/menangis, massa, dan manuver

pinggul Ortolani dan Barlow.

15. Kulit : warna, tekstur, lesi, transparansi dan tanda lahir.2

Pemeriksaan penunjang

Pada ibu dengan DM gestasional (DMG) harus dilakukan pengamatan gula darah

preprandial dan posprandial.Fourth International Worksbop Conference on stational Diabetes

Mellitus menganjurkan untuk mempertahankan konsentrasi gula darah kurang dari 95 mg/dl (5,3

mmol/1) sebelum makan dan kurang dari 140 dan 120 mg/dl (7,8 dan 6,7 mmol/1), satu atau dua

jam setelah makan.2

6

Page 7: pbl santi 25

Selain pemeriksaan kadar gula darah, juga harus dilakukan pemeriksaan USG untuk

mendeteksi adakah kelainan pada janin. Pada bayi cukup bulan, besar masa kehamilan dengan

cephalhematoma, tidak ada pemeriksaan laboratorium yang diperlukan. Pemeriksaan radiologik

kepala atau CT-scan dilakukan bila terdapat kelainan neurologis atau jika terdapat fraktur tulang

tengkorak.2

Diagnosis

Kurva Lubchenco sampai saat sekarang ini masih digunakan oleh setiap praktisi dalam

merawat bayi baru lahir. Kurva Lubchenco adalah kurva pertumbuhan yang disajikan dalam

bentuk table. . Definisi tentang bayi prematur adalah setiap bayi baru lahir dengan berat lahir

<2500 g. Definisi ini direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics dan World Health

Assembly. Dokter ahli pediatrics dihadapkan pada masalah hubungan antara usia kehamilan dan

pertumbuhan janin. Dengan Kurva Lubchenco diharapkan dapat menunjukkan hubungan

pertumbuhan janin dan usia kehamilan.3

Dari Kurva Lubchenco dimungkinkan definisi yang lebih tepat lahir prematur dan adopsi

luas dari istilah "kecil untuk usia kehamilan", "besar untuk usia kehamilan", "kelambatan

pertumbuhan intrauterine," dan “janin dysmaturity”. Hal ini juga membentuk dasar untuk

memeriksa bayi dengan berat badan lahir lebih besar dari nilai persentil lebih 90% atau berat

badan lahir kurang dari persentil kurang dari 10, sehingga dapat diprediksi masalah medis yang

mungkin terjadi.3

Kurva 1. Lubchenco Curve

7

Page 8: pbl santi 25

Berdasarkan skenarion, bayi 40 minggu lahir via vacuum dari seorang ibu yang

menderita DM gestasional dengan berat 4000gr, bayi ini termasuk neonates cukup bulan dengan

besar masa kehamilan (NCB-BMK).

Trauma lahir

Istilah jejas lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik yang dapat dihindari

dan tidak dapat dihindari, serta trauma anoksik yang dialami bayi selama kelahiran dan

persalinan. Jejas ini dapat merupakan akibat dari keterampilan atau perhatian medis yang kurang,

atau jejas dapat terjadi walalupun terdapat keterampilan dan kemampuan untuk melakukan

perawatan obstetrik, tidak bergantung pada suatu tindakan atau kelalaian. Agar nantinya

terhindar dari salah pengertian, tuduh-menuduh, atau kesalahan orang tua, karena itu penting

untuk menasehati orang tua, yang anaknya memiliki sisa trauma lahir atau anoksia, tentang

penggunaan istilah jejas lahir yang luas ini. Definisi ini tidak meliputi jejas karena

amniosentesis, tranfusi intrauteri, pengambilan sampel darah dari kulit kepala, atau prosedur

resusitasi.3

Jejas kranium

Trauma kepala dan kulit kepala dapat terjadi selama proses persalinan dan biasanya

ringan namun terkadang bisa juga mengakibatkan cedera yang lebih serius. Cedera yang

8

Page 9: pbl santi 25

mengakibatkan trauma serius, seperti perdarahan intrakranial dan hematoma subdural, dan

fraktur tengkorak. Tiga jenis perdarahan ekstrakranial yang paling sering terjadi adalah caput

suksedaneum, perdarahan subgaleal, dan sefalhematoma.3

Diagnosis kerja

1. NCB-BMK Cephalhematoma

Pengertian Cephal hematom adalah perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan

poriesteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas sutura

garis tengah. Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal

ditemukan pada 2 % dari kelahiran hidup. Klasifikasi Menurut letak jaringan yang terkena ada 2

jenis yaitu: Subgaleal Galea merupakan lapisan aponeurotik yang melekat secara longgar pada

sisi sebelah dalam periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini dapat tercabik

sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia

dan bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu. Penyebabnya

adalah perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial dan periosteum. Dapat terjadi

setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan mengambil darah

janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko terjadinya terutama pada bayi dengan

gangguan hemostasis darah. Sedangkan untuk kadang-kadang sukar didiagnosis, karena terdapat

edema menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat dibandingkan dengan

perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar. Subperiosteal Karena periosteum melekat

pada tulang tengkorak di garis-garis sutura, maka hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi

oleh sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih sedikit dibandingkan

pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertai.2,3

Diagnosis banding

I. Caput Succadaneum

Pengertian Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena

tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat

ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala

terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam

vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran

9

Page 10: pbl santi 25

tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan

melampaui sutura garis tengah.2,3

Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat

tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi,

Persalinan lama Dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir

yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler

meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada

tempat yang terendah. Persalinan dengan ekstraksi vakum Pada bayi yang dilahirkan vakum

yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan

sebesar alat penyedot vakum yang digunakan.2,3

Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi

bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran

serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan

biasanya menghilang setelah 2-5 hari.2,3

Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika

memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran

cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering

bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya

tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk

mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini

ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas

terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. Menurut, proses

perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut : Pembengkakan yang terjadi pada

kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui

sutura garis tengah. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan

limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir

dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura. Pembengkakan pada caput succedaneum

dapat meluas menyeberangi garis tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri

dalam beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat

terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik,

tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk

10

Page 11: pbl santi 25

hiperbilirubinemia. Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan

dengan adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda,

kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.

Gejala ataupun tanda yang sering ditemui pada kasus caput succedaneum sebagai berikut:2,3

Adanya oedema di kepala, hal ini disebabkan karena adanya penggumpalan cairan

dibawah kulit kepala bayi sehingga kepala bayi terlihat bengkak atau oedema.

Pada perabaan terasa lembut dan lunak. Benjolan ini terlokalisir, dapat tunggal atau lebih

dari satu ( multiple ). Tempat lunak ini akan berdenyut seirama dengan jantung. Ketika

seorang bayi aktif atau mendapat demam, daerah ini akna berdenyut lebih cepat.

 Oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, semua bayi memiliki daerah lunak di

kepala mereka ( fontanel ), yang mungkin tidak akan menutup sampai 18 bulan. Ini

adalah tempat dimana tulang tengkorak belum menyatu. Fontanel yang terbuka ini

memberi tengkorak lebih banyak kelenturan selama proses kelahiran atau ketika bayi

membenturkan.

Batas tidak jelas, biasanya pembengkakan akan melewati garis tengah kepala dan

menyeberangi ubun-ubun. Kepala yang tidak rata bisa juga disebabkan pecahnya

pembuluh darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya benjolan tidak akan melewat garis

ubun-ubun. Bila darahnya banyak bayi bisa kekurangan darah dan kulitnya menjadi

kuning.

Biasanya menghilang dalam waktu 2 – 3 hari tanpa pengobatan.

Penatalaksanaan pada bayi dengan kelainan caput succedaneum :2,3

1. Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal

2. Pengawasan keadaan umum bayi

3. Berikan lingkungan yang baik ,adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup

4. Pemberian ASI yang adekuat,bidan harus mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang

benar

5. Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada

benjolan

6. Berikan konseling pada orang tua ,tentang :

a. Keadaan trauma yang dialami bayi

b. Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya tanpa pengobatan

11

Page 12: pbl santi 25

c. Perawatan bayi sehari – hari

d. Manfaat dan teknik pemberian ASI

II. Perdarahan subgaleal

Perdarahan subgaleal adalah perdarahan ke dalam kompartemen subgaleal. Kompartemen

subgaleal adalah ruang potensial yang berisi jaringan ikat tersusun longgar, terletak dibawah

galea aponerosis, suatu selubung tendo yang menghubungkan otot frontal dan oksipital dan

membentuk permukaan dalam kulit kepala. Cedera terjadi karena gaya yang menekan, kemudian

menarik kepala melalui pelvic outlet. Ada beberapa laporan mengenai kekhawatiran terhadap

penggunaan ekstraktor vakum pada kelahiran dan hubungannya dengan perdarahan subgaleal.

Perdarahan biasa melewati batas tulang, sering sampai posterior ke leher, dan berlanjut setelah

kelahiran, dengan potensial komplikasi serius.2,3

Deteksi dini dengan adanya perdarahan sangat vital, inspeksi dan pengukuran lingkar

kepala berkala uuntuk mengetahui perkembangan edema dan massa keras sangat penting.

Tomografi terkomputerisasi atau pencitraan resonan magnetik berguna untuk konfirmasi

diagnosis. Penggantian darah dan faktor pembenkuan darah yang hilang diperlukan pada kasus

darah akut. Tanda awal adalah perdarahan subgaleal adalah posisi telinga bayi yang maju dan

kelateral akibat hematoma yang terbentuk didaerah belakang. Pemantauan bayi terkait perubahan

tingkat kesadarannya juga merupakan kunci untuk temuan dan penatalaksanaan awal.

Peningkatan bilirubin serum bisa terjadi sebagai akibat degradasi sel darah dalam hematoma.2,3

Gambar 1. Caput-cephal hematom4

Etiologi

1. Persalinan lama

12

Page 13: pbl santi 25

Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu

terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.5

2. Tarikan vakum atau cunam

Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan

penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke

jaringan periosteum.5

3. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.5

Epidemiologi

Insiden jejas lahir diperkirakan 2-7/1000 kelahiran hidup. Faktor-faktor predisposisisnya

meliputi makrosomia, prematuritas, disproporsi kepala terhadap panggul, distosia, kelahiran

yang lama, dan presentasi bokong. Secara keseluruhan, 5-8/100.000 bayi meninggal karena

trauma lahir, dan 25/100.000 meninggal oleh karena jejas anoksik; jejas demikian mewakili 2-

3% kematian bayi. Bahkan jejas sementara yang mudah dilihat oleh orang tuanya menimbulkan

kecemasan dan pertanyaan yang memerlukan nasehat suportif dan informatif. Pada mulanya

beberapa jejas mungkin laten; tetapi kemudian menyebabkan penyakit atau skuele yang berat.3

Patofisiologi

A. Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan

daerah yang perdarahan sub periosteum.6

B. Pada partus lama (kala I lama, kala II lama), kelahiran janin dibantu dengan

menggunakan vacum ekstraksi atau forseps yang sangat sulit. Sehingga moulage

berlebihan dan menyebabkan trauma kepala dan selaput tengkorak rupture. Sehingga

menyebabkan pendarahan sub periosteum dan terjadi penumpukan darah sehingga terjadi

Cephal Hematoma. Bayi baru lahir sering mengalami sephalohematoma, terdapat

kumpulan darah di antara periosteum dan tulang tengkorak, dan oleh karena itu

penyebarannya terhambat sehingga tidak melewati garis tengah. Cedera jenis ini sering

dijumpai pada trauma jalan lahir. Sebaliknya, “pembengkakan” post partum dikepala

pada anak yang lebih tua biasanya mencerminkan hematoma subgaleal.6

13

Page 14: pbl santi 25

C. Pada kelahiran spontan (kepala bayi besar) terjadi penekanan pada tulang panggul ibu.

Sehingga moulage terlalu keras atau berlebihan dan menyebabkan trauma kepala dan

selaput tengkorak rupture. Sehingga menyebabkan pendarahan sub periosteum dan terjadi

penumpukan darah sehingga terjadi Cephal Hematoma. Karena adanya tekanan yang

berlebihan, maka akan menyerap dan terabsorbsi keluar sehingga oudema.6

Gambar 2. Traumatik vaginal delivery with vacum7

Gejala klinik

Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematoma:6

1. Adanya fluktuasi

2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir

3. Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietal. Berupa benjolan timbunan

kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai

umur 1-2 tahun. Tempatnya tetap.

4. Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, karena perdaraahan subperiosteum

5. Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak ( tidak

melewati sutura).

6. Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak, tetapi tidak leyok pada

tekanan dan berfluktuasi.

7. Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8 jam setelah lahir

8. Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga, pembengkakan terbatas

9. Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.

14

Page 15: pbl santi 25

Penatalaksanaan

Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan

mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan.

Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan)

dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain 8

1. Cegah infeksi bila ada permukan yang mengalami luka maka jaga agar tetap kering dan

bersih.

2. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal hematoma

3. Pemberian vitamin K

4. Pemeriksaan radiologi, bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar observasi

ketat untuk mendeteksi perkembangan

5. Pantau hematokrit

6. Rujuk, bila ada fraktur tulang tengkorak, cephal hematoma yang terlalu besar

7. Bila tidak ada komplikasi, tanpa pengobatan khusus akan sembuh / mengalami resolusi

dalam 2 - 8 minggu

Bayi dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena

pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.8

Untuk melakukan penanganan pada kasus cephal hematoma sebagai berikut:

1. lebih hati-hati jangan sering diangkat dari tempat tidur.

2. Cairan tersebut akan hilang terabsorbsi dengan sendirinya dalam satu minggu.

Terabsosbsinya menjadi lama apalagi terjadi jaringan fibroblast.

3. Tidak di aspirasi karena dikhawatirkan akan terjadi infeksi bila kulit ditusuk jarum sehingga

terjadi trauma akibat peradangan benda asing.

4. Setelah hematoma lenyap, terjadi hemolisis sel darah merah.

5. Stilumus secara pelan untuk merangsang pembuluh limfe dibawah kulit.

6. Hari pertama kopres dingin

7. Hari kedua sampai keempat kompres hangat.

8. Hiperbilirubinemia dapat timbul setelah bayi dirumah.

9. Observasi terhadap bilirubinemia dan trombositopenia.

15

Page 16: pbl santi 25

10. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan

fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia.

11. Dapat diberi vitamin K untuk mengurangi perdarahan.

12. Pemeriksaan x-ray tengkorak, bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari

seluruhcephalhematoma

13. Pemantauan bilirubinia, hematokrit, dan hemoglobin

14. Aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan.

15. Konseling orang tua untuk awasi timbulnya kemungkinan ikterik.

16. Diminta cek RS, pada minggu keempat.

Edukasi

Pada penderita cephal hematoma, bidan bisa menjelaskan kepada ibu dan keluarga bayi

bahwa tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa komplikasi. Salah satu

penyebab cephal hematom adalah trauma lahir, karena itu untuk mencegah terjadinya cephal

hematoma bisa dilakukan dengan memimpin persalinan yang aman dan tepat.8

Prognosis

Sebagian besar trauma lahir termasuk sefalhematom, caput succadeneum dll dapat

sembuh sendiri dan prognosisnya baik.8

Komplikasi

a) Infeksi5

Infeksi pada caput succedanum bisa terjadi karena kulit kepala luka.

b) Ikterus5

Pada bayi yang terkena caput succedanium dapat menyebabkan ikterus karena

inkompatibiliatas faktor rh atau golongan darah A,B,O antara ibu dan bayi

c) Anemia5

Bisa terjadi pada bayai yang terkena caput succedanum karena pada benjolan terjadi

pendarahan hebatatau pendarahan hebat.

d) Kalsifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun5

16

Page 17: pbl santi 25

Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Jarang

menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai

gangguan pembekuan Kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya

atau perdarahan intra kranial.

Kesimpulan

Cephal hematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal hematoma terjadi

sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal

hematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran

perdarahannya. Pada neonatus dengan cephal hematoma tidak diperlukan pengobatan, namun

perlu dilakukan fototdrapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase

merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya resiko infeksi. Kejadian cephal

hematoma dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. Maka dari

itu sebagai seorang bidan kita harus terampil memberikan asuhan pada bayi baru lahir baik yang

normal maupun memilik kelainan untuk menghindari terjadinya cephal hematoma tersebut.

Daftar pustaka

17

Page 18: pbl santi 25

1. Jonathan C. At a glance : anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007. h.66-

7.

2. Berman R E, Kliegman R E. Nelson Sensi Pediatric. Jakarta: EGC; 2010.h

3. Sarwono P. Ilmu Kebidanan. Penyakit dan perlukaan pada bayi baru lahir. Ed.4. Jakarta: PT

Bina Pustaka, 2012.h.720-3.

4. Diunduh dari: http://www.abclawcenters.com/areas-of-practice/intracranial-

hemorrhages , 4 juni 2013.

5. Herry O, William RF, Hakimi M. Ilmu kebidanan: Patologi dan Fisiologi persalinan. Fetus

(janin). Ed.1. Yogyakarta: Andi YEM. 2010.h.46-2.

6. Cunningham G, Brahm U. Obstetri williams. Cedera pada janin dan neonatus. Ed.23.

Jakarta: EGC, 2012.h.662-1

7. Diunduh dari: http://doctorstock.photoshelter.com/image/I0000_CvM5FPM.To , 4 juni

2013.

8. Sarwono P. Ilmu Kebidanan. Penyakit dan perlukaan pada bayi baru lahir. Ed.4. Jakarta: PT

Bina Pustaka, 2012.h.720-3

18