46
Dokter Keluarga Tn. M. 50 tahun datang ke klinik “Sumber Sehat” untuk berobat penyakit diabetes melitus yang sudah 3 tahun dideritanya. Tn. M. datang ke klinik atas saran temannya. Menurut temannya, klinik “Sumber Ssehat” pelayanannya sangat bagus, baik cara pendekatannya maupun jenis pelayanan yang tersedia karena dokter yang berpraktek di klinik ini adalah dokter keluarga yang agak berbeda dengan dokter umum biasa. Masih menurut temannya dokter keluarga ini tidak hanya mengobati pasien di klinik, tetapi juga dapat memberikan pelayanan kunjungan rumah, penyuluhan kesehatan dan memberikan binaan kepada keluarga di sekitar klinik tersebut. 1

PBL SK1 KEL A12(1) (4)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skenario

Citation preview

Page 1: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

Dokter Keluarga

Tn. M. 50 tahun datang ke klinik “Sumber Sehat” untuk berobat penyakit diabetes melitus yang sudah 3 tahun dideritanya. Tn. M. datang ke klinik atas saran temannya.

Menurut temannya, klinik “Sumber Ssehat” pelayanannya sangat bagus, baik cara pendekatannya maupun jenis pelayanan yang tersedia karena dokter yang berpraktek di klinik ini adalah dokter keluarga yang agak berbeda dengan dokter umum biasa.

Masih menurut temannya dokter keluarga ini tidak hanya mengobati pasien di klinik, tetapi juga dapat memberikan pelayanan kunjungan rumah, penyuluhan kesehatan dan memberikan binaan kepada keluarga di sekitar klinik tersebut.

1

Page 2: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

SASARAN BELAJAR

1. Peran dan Tujuan Dokter Keluarga2. Manfaat Dokter Keluarga3. Kelebihan Dokter Keluarga4. Perbedaan Dokter Keluarga dengan Dokter Umum biasa5. Jenis-Jenis Kegiatan Dokter Keluarga6. Bentuk Penyuluhan dan Binaan serta Sasaran Dokter Keluarga

2

Page 3: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DOKTER KELUARGA

1. Peran dan Tujuan Dokter Keluarga

Batasan dan Ruang Lingkup

Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi ketrampilan dan keilmuan yang mapan

Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Dokter Keluarga

Pelayanan dokter keluarga melibatkan Dokter Keluarga sebagai penyaring di tingkat primer sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang melibatkan dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat pelayanan rawat inap, diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungannya serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memilah jenis kelamin, usia serta faktor-faktor lainnya.

(The American Academy of Family Physician, 1969; Geyman, 1971; McWhinney, 1981)

Tujuan umumPada dasarnya sama dengan tujuan pelayanan kesehatan secara umum, yaitu terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga

Tujuan khususErat hubungannya dengan sejarah perkembangan pelayanan dokter keluarga dan ciri pelayanan dokter keluarga, yaitu terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien dan efektif

Pelayanan dokter keluarga memang lebih efektif. Ini disebabkan karena dalam menangani suatu masalah kesehatan, perhatian tidak hanya ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada pasien sebagai manusia seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari anggota keluarga dengan lingkungannya masing-masing. Dengan diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan karena itu penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih memuaskan.

Pelayanan kedokteran yang lebih efisien. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga juga lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dengan diutamakannya pelayanan pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh sakit akan

3

Page 4: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

menurun, yang apabila dapat dipertahankan, pada gilirannya akan berperan besar dalam menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga ditemukan pada pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Karena salah satu keuntungan dari pelayanan yang seperti ini ialah dapat dihindarkannya tindakan dan atau pemeriksaan kedokteran yang berulang-ulang, yang besar peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan yang jumlahnya telah diketahui selalu bersifat terbatas.

Peran 1. Menilai perkembangan sebuah penyakit yang dialami pasien dalam sebuah keluarga serta

peran keluarga dalam pencegahan penyakit dan perawatan pasien.2. Melihat pola penyakit tertentu dalam keluarga terkait kebiasaan keluarga tersebut.3. Melihat pengaruh faktor sosial, ekonomi, dan pendidikan keluarga terhadap perilaku

kesehatannya.

Tugas Dokter Keluarga

1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,

2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat, 3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit, 4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan,

pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi, 6. Menangani penyakit akut dan kronik, 7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS, tetap bertanggung-

jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS, 8. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan, 9. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,10. Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien, 11. Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar, 12. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu

kedokteran keluarga secara khusus.

Wewenang Dokter Keluarga

1. Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar, 2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, 3. Melaksanakan tindak pencegahan penyakit, 4. Memgobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer, 5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal, 6. Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer,7. Melakukan perawatan sementara, 8. Menerbitkan surat keterangan medis,9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap,

4

Page 5: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.

Kompetensi Dokter Keluarga

a) Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga,b) Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan

kedokteran keluarga,c) Menguasai ketrampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan profesional dokter-

pasien untuk:1. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan

perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga,2. Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana

menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga,

3. Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.

A. Memiliki keterampilan manajemen pelayanan kliniks.a) Dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan memperhitungkan potensi

yang dimiliki pengguna jasa pelayanan untuk menyelesaikan. masalahnya,b) Menyelenggarakan pelayan kedokteran keluarga yang bermutu sesuai dengan standar

yang ditetapkan. B. Memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spritual.C. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang pengelolaan pelayanan kesehatan

termasuk sistem pembiayaan (Asuransi Kesehatan/JPKM).

Fungsi, Tugas, dan Kompetensi Dokter

Five Stars Doctor (WHO, 1994)1. Care providerSebagai penyelengara pelayanan kesehatan

› Mampu memberikan :a) Pelayanan Kesehatan secara Holistik b) Pasien adalah individu, ia adalah bagian dari keluarga, dan bagian dari

masyarakat c) Pelayanan Kesehatan yang bermutu tinggi d) Pelayanan Kesehatan yang berkesinambungan e) Pelayanan Kesehatan strata pertama f) Hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan

mempercayai.

5

Page 6: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

2. Decision makerSebagai pembuat keputusan

› Melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan harapan pasien, nilai etika, “cost effectiveness” untuk kepentingan pasien sepenuhnya.

› Menentukan tindakan yang sesuai dengan perkembangan kedokteran mutakhir yang tepat dan sesuai dengan keadaan pada komunitas Tindakan yang berdasarkan Evidence Based Medicine (EMB) Menentukan pelayanan yang bermutu tinggi

3. CommunicatorSebagai penghubung/penyampai pesan

› Mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatannya sendiri.

› Memicu perubahan cara berpikir menuju sehat dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya

› Mampu melakukan komunikasi yang efektif dalam upaya peningkatan kesehatan, pemantapan kesehatan individu dan kelompok

4. Community leaderSebagai pemimpin masyarakat

› Memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya, menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat.

› Menjadi panutan masyarakat

5. Manager of healthcare resourcesSebagai manajer SDM pelayanan kesehatan

› Mempunyai tanggung jawab khusus terhadap komunitas Menerapkan kepemimpinan yang tepat dan sesuai dengan komunitas Memanfaatkan sumber daya yang ada secara efisien, melalui pelayanan yang

terkoordinasi dan bekerja sama dengan profesi lain pada lingkup operasional pelayanan kesehatan strata pertama

Selain fungsi, ada pula tugas dokter keluarga, yaitu :

a. Mendiagnosis dan memberikan pelayanan aktif saat sehat dan sakit

b. Melayani individu dan keluarganya

c. Membina dan mengikut sertakan keluarga dalam upaya penanganan penyakit

6

Page 7: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

d. Menangani penyakit akut dan kronik

e. Merujuk ke dokter spesialis

Kewajiban dokter keluarga :

a. Menjunjung tinggi profesionalisme

b. Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek

c. Bekerja dalam tim kesehatan

d. Menjadi sumber daya kesehatan

e. Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer

Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah (Danasari, 2008) :

a. Keterampilan komunikasi efektif

b. Keterampilan klinik dasar

c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga

d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer

e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi

f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat

g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktek

Dokter Keluarga di Indonesia

Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1981 yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada Tahun 1990 melalui kongres yang kedua di Bogor, nama organisasi dirubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI). Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tapi pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat pengakuan baik dari profesi kedokteran ataupun dari pemerintah. Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka pada tahun 1972 didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga yang dikenal dengan namaWorld of National College and Academic Association of

7

Page 8: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

General Practitioners / Family Physicians (WONCA). Indonesia adalah anggota dari WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia.Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya untuk mengendalikan biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan tetapi juga dalam rangka turut mengatasi paling tidak 3 (tiga) masalah pokok pelayanan kesehatan lain yakni:

Pendayagunaan dokter pasca PTT Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Menghadapi era globalisasi

Pengembangan Dokter Keluarga di Indonesia

Di Indonesia kebijaksanaan pengembangan pelayanan kedokteran keluarga dilakukan melalui berbagai cara. Dalam beberapa tahun terakhir pada beberapa fakultas kedokteran dari beberapa universitas terkemuka telah dilakukan upaya-upaya untuk mengintegrasikan pelayanan kedokteran keluarga dalam kurikulum pendidikan dokter yakni sesuai dengan anjuran WHO bahwa "family medicine" selayaknya diintegrasikan dalam pendidikan "community medicine" karena kedekatannya. Akan masih diperlukan waktu untuk mendapatkan tetapi produk dari sistem pendidikan kedokteran ini yakni dokter umum lulusan fakultas kedokteran yang mempunya wawasan kedokteran keluarga karena kebijakan ini baru dikembangkan.

Sementara itu bagi dokter umum lulusan fakultas kedokteran sebelumnya yang saat ini ada di masyarakat, untuk mendapatkan kompetensi khusus selaku dokter keluargaharus dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan secara terprogram dan bekesinambungan. Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak dilakukan program dan upaya konversi dari dokter umum menjadi dokter keluarga yang bersertifikat dan diakui melalui pelatihan-pelatihan. Kurikulum yang telah disepakati dari hasil rumusan kerjasama tripartid pengembangan dokter keluarga (IDI / KDKI-FK-Depkes) meliputi empat paket, yaitu :

Paket A: pengenalan konsep kedokteran keluarga, Paket B: manajemen pelayanan kedokteran keluarga, Paket C: ketrampilan klinik praktis, Paket D: pengetahuan klinik mutakhir yang disusun berdasarkan golongan usia.

Peranan Dokter Keluarga dalam JPKM

Dokter keluarga mempunyai peran yang strategis dalam penatalaksanaan pelayanan kesehatan. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan individu dan keluarga serta masyarakat yang bermutu namun terkendali biayanya dimana hal ini tercermin dari tata laksana pelayanan kesehatan yang diberikannya.

Keberhasilan penatalaksanaan pelayanan kesehatan yang dikenal sebagai JPKM itu, pada dasarnya dipengaruhi oleh sejauh mana masalah pembangunan kesehatan itu dapat diatasi dan ditata. Masalah dalam sistem kesehatan nasional pada dasarnya terdiri dari masalah pada sub sitem pelayanan kesehatan dan masalah pada sub sistem pembiayaan kesehatan. Termasuk dalam masalah pada sub sistem pelayanan kesehatan adalah; komersialisasi pelayanan kesehatan, menurunnya etos profesional serta pelanggaran atas norma dan

8

Page 9: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

etika kedokteran. Sedangkan hal-hal yang termasuk dalam masalah pembiayaan kesehatan adalah; tingginya tingkat inflasi kesehatan, perubahan pola penyakit mengarah ke degeneratif dan kronis, pola pelayanan yang fragmentatif, pola hubungan dokter-pasien yang melonggar, dan mekanisme pembiayaan yang masih tunai, perseorangan dan "out of pocket"

Dari konteks ini pelayanan dokter keluarga mempunyai posisi yang strategis dalam keberhasilan penatalaksanaan pembangunan kesehatan karena perannya dalam penatalaksanaan sub sistem pelayanan kesehatan dari orientasi kuratif ke orientasi komprehensif dengan mengedepankan aspek promotif-preventif seimbang dengan kuratif-rehabilitatif, pelayanan yang fragmentatif ke pelayanan yang integratif berjenjang, dengan tingkat primer sebagai ujung tombak, serta perannya dalam penatalaksanaan sub sistem pembiayaan kesehatan yakni kesediaannya untuk menerima pembayaran secara prospektif yang juga bermakna pengendalian biaya pelayanan kesehatan. Konsep ini meletakkan peran dokter keluarga yang sangat penting sebagai PPK JPKM yang sadar mutu dan sadar biaya pelayanan kesehatan. Dalam hubungan itulah pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan yang memberi peran penting terhadap pengembangan dokter keluarga yakni Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 56/Menkes/SK/I/1996 mengatur Dokter Keluarga dalam pengelolaan JPKM serta Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 916/Menkes RI/Per/VII/1997 yang mengatur agar praktek dokter umum dan dokter gigi diarahkan ke dokter keluarga.

sumber : http://www.ppjk.depkes.go.id

Bentuk praktek dokter keluarga

a) Bagian dari pelayanan rumah sakit.Untuk ini dibentuklah suatu unit khusus yang diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga. Unit khusus ini dikenal dengan nama bagian dokter keluarga (departement of family medicine), semua pasien baru yang berkunjung ke rumah sakit, diwajibkan melalui bagian khusus ini. Apabila pasien tersebut ternyata membutuhkan pelayanan spesialistis, baru kemudian dirujuk kebagian lain yang ada dirumah sakit.

b) Klinik dokter keluargaPada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga (family clinic/center).

Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit (satelite family clinic).

Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice). Dari dua bentuk klinik dokter

9

Page 10: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga. Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajernen yang sama. Jika bentuk praktek berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut (Clark, 1971) :

a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar menukar pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena waktu praktek dapat diatur, para dokter mempunyai cukup waktu pula untuk menambah pengetahuan dan keterampilan. Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya kerjasama tim (team work) disatu pihak, serta lancarnya hubungan dokter-pasien di pihak lain, menyebabkan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu.

b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan non medis dapat dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu, karena pendapatan dikelola bersama, menyebabkan penghasilan dokter akan lebih terjamin.

Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga (family practice)

Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk pelayanan dokter keluarga ini sama dengan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan melalui klinik dokter keluarga. Disini para dokter yang menyelenggarakan praktek, rnenerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga pada pelayanan kedokteran yang diselenggarakanya. Praktek dokter keluarga tersebut dapat dibedaka pula atas dua macam. Pertama, praktek dokter keluarga yang diselenggarakan sendiri (solo practice). Kedua praktek dokter keluarga yang diselenggarakan secara berkelompok (group practice).

2. Manfaat Dokter Keluarga

Apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan dengan baik, akan banyak manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah (Cambridge Research Institute, 1976) :

a. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.

10

Page 11: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

b. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan.

c. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah, terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.

d. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan pelbagai masalah lainnya.

e. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanani maka segala keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan ataupun keterangan keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.

f. Akan dapat diperhitungkan pelbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis.

g. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tatacara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan.

h. Akan dapat dicegah pemakaian pelbagai peralatan kedokteran canggih yang memberatkan biaya kesehatan.

3. Kelebihan Dokter Keluarga

Karakteristik dokter keluarga

Lynn P. Carmichael (1973) Mencegah penyakit dan memelihara kesehatan Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganya Handal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakit Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan penyakit

Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973) Pelayanan responsif dan bertanggung jawab Pelayanan primer dan lanjut Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggi Memandang pasien dan keluarga Melayani secara maksimal

Ikatan dokter Indonesia – IDI (1982) Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat Pelayanan menyeluruh dan maksimal Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya

Lebih efektifa. Perhatiannya pada pasien sebagai manusia seutuhnya, sebagai bagian dari anggota

keluarga dengan lingkungannya masing-masing

11

Page 12: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

b. Pengelolaan masalah lebih sempurna, sehingga penyelesaian masalah lebih memuaskan

Lebih efisiena. Mengutamakan pencegahan penyakit b. Diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan

i. Angka kesakitan menurun ii. Tindakan pemeriksaan berulang dapat dicegah

iii. Menurunkan biaya (mencegah pemborosan)

4. Perbedaan Dokter Keluarga dengan Dokter Umum biasa

DOKTER UMUM DOKTER KELUARGA

Cakupan Pelayanan

Terbatas Lebih Luas

Sifat Pelayanan Sesuai Keluhan Menyeluruh, Paripurna, bukan sekedar yang dikeluhkan

Cara Pelayanan Kasus per kasus dengan pengamatan sesaat

Kasus per kasus dengan berkesinambungan sepanjang hayat

Jenis Pelayanan Lebih kuratif hanya untuk penyakit tertentu

Lebih kearah pencegahan, tanpa mengabaikan pengobatan dan rehabilitasi

Peran keluarga Kurang dipertimbangkan Lebih diperhatikan dan dilibatkan

Promotif dan pencegahan

Tidak jadi perhatian Jadi perhatian utama

Hubungan dokter-pasien

Dokter – pasien Dokter – pasien – teman sejawat dan konsultan

Awal pelayanan Secara individual Secara individual sebagai bagian dari keluarga komunitas dan lingkungan

12

Page 13: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

5. Jenis-Jenis Kegiatan Dokter Keluarga

Pelayanan pada praktek dokter keluarga

Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam : 1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan

Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.

2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah. Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses dengan rumah sakit.

3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta pelayanan rawat inap di rumah sakit. Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di rumah sakit.

Di daerah pedesaan, karena dokter keluarga tidak mempunyai akses dengan rumah sakit, maka dokter keluarga tersebut hanya menyelenggarakan pelayanan rawat jalan saja. Pelayanan rawat inap dirujuk sertakan sepenuhnya kepada dokter yang bekerja dirumah sakit. Tetapi pengaturan rujukan untuk pelayanan rawat inap tersebut, tetap dilakukan oleh dokter keluarga. Dokter keluarga memberikan bantuan sepenuhnya, dan bahkan turut mencarikan tempat perawatan dan jika perlu turut mengantarkannya ke rumah sakit.

Sekalipun pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga tidak sama, perlulah diingatkan bahwa orientasi pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan tetap tidak boleh

13

Page 14: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

berbeda. Orientasi pelayanan dokter keluarga bukan sekedar menyembuhkan penyakit, tetapi diarahkan pada upaya pencegahan penyakit. Atau jika tindakan penyembuhan yang dilakukan, maka pelaksanaannya, kecuali harus mempertimbangkan keadaan pasien sebagai manusia seutuhnya, juga harus mempertimbangkan pula keadaan sosial ekonomi keluarga dan lingkungannya.

Praktek dokter keluarga tidak menangani keluhan pasien atau bagian anggota badan yang sakit saja, tetapi individu pasien secara keseluruhan. Kesamaan lain yang ditemukan adalah pada ruang lingkup masalah kesehatan yang ditangani. Praktek dokter keluarga melayani seluruh anggota keluarga dan semua masalah kesehatan yang ditemukan pada keluarga. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan yang seperti ini dibutuhkan pelbagai pengetahuan dan keterampilan yang luas. Karena adanyan ciri yang seperti inilah ditemukan pihakpihak yang tidak sependapat bahwa dokter spesialis dapat bertindak sebagai dokter keluarga. Oleh kalangan yang terakhir ini disebutkan bahwa dokter keluarga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luas, yang mencakup pengetahuan dan keterampilan beberapa dokter spesialis, dan karenanya tidak mungkin jika diselenggarakan oleh satu dokter spesialis saja.

Dari uraian tentang orientasi serta ruang lingkup masalah kesepakatan yang ditangani pada praktek dokter keluarga diatas, jelaslah bahwa pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga memang agak berbeda dengan pelayanan kedokteran yang diselenggarakan oleh dokter umum dan atau dokter spesialis. Pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga pada umumnya :

a. lebih aktif dan bertanggung jawab

Karena pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mengenal pelayanan kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah, bertanggung jawab mengatur pelayanan rujukan dan konsultasi, dan bahkan, apabila memungkinkan, turut menangani pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap di rumah sakit, maka pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga umunya lebih aktif dan bertanggung jawab dari pada dokter umum.

b. Lebih lengkap dan bervariasi

Karena praktek dokter keluarga menangani semua masalah kesehatan yang ditemukan pada semua anggota keluarga, maka pelayanan dokter keluarga pada umumnya lebih lengkap dan bervariasi dari pada dokter umum. Tidak mengherankan jika dengan pelayanan yang seperti ini, seperti yang ditemukan di Amerika Serikat misalnya, praktek dokter keluarga dapat menyelesaikan tidak kurang dari 95 % masalah kesehatan yang ditemukan pada pasien yang datang berobat.

c. Menangani penyakit pada stadium awal

14

Page 15: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

Sekalipun praktek dokter keluarga dapat menangani pasien yang telah membutuhkan pelayanan rawat inap, bukan selalu berarti praktek dokter keluarga sarna dengan dokter spesialis. Praktek dokter keluarga hanya sesuai untuk penyakit -penyakit pada stadium awal saja. Sedangkan untuk kasus yang telah lanjut atau yang telah terlalu spesialistik, karena memang telah berada diluar wewenang dan tanggung jawab dokter keluarga, tetap dan harus dikonsultasikan dan atau dirujuk kedokter spesialis. Seperti yang dikatakan oleh Malerich (1970), praktek dokter keluarga memang sesuai untuk penyakit-penyakit yang masih dalam stadium dini atau yang bersifat umum saja. ‘The family doctor cannot be expected to treat all problems as best possible, but he can be expected to treat all common diseases as best possible’.

Prinsip pelayanan kedokteran keluarga

Pelayanan strata primer

1. Promosi kesehatan

2. Kesehatan lingkungan

3. Kesehatan ibu dan anak

4. Keluarga berencana

5. Perbaikan gizi

6. Pengendalian penyakit menular

7. Pengobatan dasar

Prinsip pelayanan yang dimaksud diuraikan dibawah ini.

1. Dokter kontak pertama (first contact)Dokter keluarga adalah pemberi layanan kesehatan (provider) yang pertama kali ditemui oleh pasien / klien dalam menyelesaikannya masalah kesehatannya. Pada kenyataannya 90% masalah kesehatan di masyarakat dapat ditangani di tingkat pelayanan strata primer, oleh karena itu dengan dokter keluarga sebagai kontak pertama, rujukan ke strata sekunder dan tertier hanya dilakukan pada pasien yang benar – benar membutuhkan. Dengan demikian penyelenggaraan kesehatan akan lebih cost efektif.

2. Layanan bersifat pribadi (personal care)Dokter keluarga memberikan layanan yang bersifat pribadi dengan mempertimbangkan pasien / klien sebagai bagian dari keluarga. Adanya hubungan baik antara dokter dengan pasien dan keluarga memberikan peluanga agar dokter untuk memahami masalah pasien secara lebih luas. Dengan demikian, keputusan medis tidak hanya berdasarkan aspek

15

Page 16: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

medis tetapi juga mempertimbangkan aspek sosial, budaya dan ekonomi pasien dan keluarganya.

3. Pelayanan paripurna (comprehensive)Dokter keluarga memberikan pelayanan menyeluruh yang memadukan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi dari aspek fisik, psikologis dan sosial budaya sesuai dengan kebutuhan pasien. Namun, dalam memberikan layanannya dokter keluarga berangkat dari paradigma sehat dengan mengutamakan promotif dan preventif.

4. Pelayanan berkesinambungan (continous care)Pelayanan dokter keluarga berpusat pada orangnya (patient-centered) bukan pada penyakitnya (diseases-centered). Prinsip ini melandasi hubungan jangka panjang antara dokter keluarga dengan pasiennya dalam layanan kesehatan yang berkesinambungan di tiap tahapan kehidupan pasien.

5. Mengutamakan pencegahan (prevention first)Upaya pencegahan dilakukan oleh dokter keluarga sedini mungkin sehingga dapat mempertahankan sehat dan yang sakit dicegah agar tidak menjadi lebih parah dan segera menjadi produktif. Prinsip ini diantara lain dilaksanakan melalui penilaian faktor resiko, program imunisasi, konseling dan monitoring kesehatan pasien / klien.

6. KoordinasiDalam upaya mengatasi masalah pasiennya dokter keluarga perlu berkonsultasi dengan disiplin lain, merujuk ke spesialis atau rumah sakit, dan memberikan informasiyang sejelas – jelasnya kepada pasien. Karena itu dokter keluarga bertindak sebagai koordinator yang mengurusi segala hal yang berkaitan dengan kesehatan pasien.

7. KolaborasiBila pasien membutuhkan pelayanan yang berada di luar kompetensinya, dokter keluarga bekerja sama dan mendelegasikan pengelolaan pasiennya kepada pihak lain yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan medis pasien. Dalam hal ini ia perlu berpartisipasi aktif sebagai anggota tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu.

8. Berbasis keluarga (family oriented)Dalam mengatasi masalah pasiennya, dokter keluarga mempertimbangkan konteks keluarga, dampak kondisi si pasien terhadap keluarga dan sebaliknya tanpa mengesampingkan pengaruh lingkungan sosial dan budaya tempat pasien tinggal dan bekerja.

9. Berorientasi komunitas (community oriented)

16

Page 17: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

Dokter keluarga dalam mengatasi masalah pasien haruslah tetap memperhatikan dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan sebaliknya.

Prinsip pelayanan kesehatan kedokteran keluarga, mempunyai tujuan mewujudkan:

1. Pelayanan komprehensif dengan pendekatan holistik2. Pelayanan yang kontinu3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan ( preventif )4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat

tinggalnya7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum8. Pelayanan yang sadar biaya9. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan

6. Bentuk Penyuluhan dan Binaan serta Sasaran Dokter Keluarga

Kegiatan dokter keluarga meliputi kegiatan pendataan, penyuluhan perseorangan, penyuluhan kelompok, sosialisasi perilaku hidup bersih sehat, gotong royong, kegiatan posyandu, kuratif, dan pemberdayaan masyarakat. Dokter keluarga berada di bawah koordinasi kepala puskesmas. Dokter keluarga ditempatkan di puskesmas-puskesmas pembantu bersama perawat dan bidan sehingga menjadi lini pertama (front liners) layanan kesehatan. Pada penanganan kasus-kasus kegawatdaruratan, dokter keluarga menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat (safe guards).

Sebagai tingkatan terendah dalam jenjang pelayanan kesehatan, dokter keluarga memiliki mekanisme rujukan. Alur rujukan pasien dari dokter keluarga adalah ke puskesmas di kelurahan, kemudian ke rumah sakit di tingkat kabupaten. Setelah ditangani puskesmas atau rumah sakit, pasien yang dirujuk ke tingkat layanan kesehatan yang lebih tinggi akan kembali ditangani oleh dokter keluarga. Dokter keluarga menjadi penghubung pasien rujukan setelah mendapatkan perawatan dari jenjang pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (gate keeper).

Kegiatan yang diselenggarakan

Ruang lingkup pertama dari pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan yang diselnggarakan yang memenuhi syarat pokok yaitu peran kedokteran yang menyeluruh ( comprehensive medical service).

Sasaran Pelayanan

Ruang lingkup kedua dokter keluarga adalah sasaran, yakni kepada siapa pelayanan dokter keluarga tersebut ditujukan. Sesuai dengan batasan yang telah disetujui sasaran yang dimaksud adalah keluarga sebagai satu unit.

17

Page 18: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, pengertian keluarga adalah satu unit terkecil masyarakat yang terdiri dari suami, isteri, atau suami, isteri, dan anak, atau ayah dan anak, atau ibu dan anak. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai nilai strategis dalam pembangunan kesahatan, karena setiap masalah dengan indivisu merupakan masalah keluarga dan sebaliknya kesehatan keluarga meliputi kesehatan suami, isteri, anak, dan anggota keluarga lainnya ( UU No.23 tahun 1992).

Kasus kesehatan dari setiap individu perlu pendekatan secara holistik (menyeluruh). Selain individu sebagai objek kasus individu juga seorang manusia yang berkaitan dengan aspek fisik (biologi), psikologi, sosial dan kultural, serta lingkungan. Masalah kesehatan individu yang bersangkutan, individu sebagai bagian dari keluarga dan sebagian dari masyarakat yang meliputi aspek biomedis, psikologis, aspek pengetahuan, sikap dan perilaku, aspek sosial, dan lingkungan. Menurut Saparinah Saldi menggambarkan individu denagn lingkungan sosial;

Fungsi Histolik

Fungsi histolik adalah fungsi keluarga yang meliputi fungsi biologis, fungsi psikologis, dan fungsi sosial-ekonomi. Fungsi biologis menunjukan apakah di dalam keluarga terdapat gejala-gejala penyakit turunan, penyakit menular, maupun penyakit kronis. Fungsi psikologik menunjukan bagaimana hubungan antara anggota keluarga apakah keluarga tersebut dapat memecahkan masalah bersama. Fungsi sosio-ekonomi menunjukan bagaimana kondisi ekonomi keluarga dan peran aktif keluarga dalam kehidupan sosial bermasyarakat.

Fungsi Fisiologis

18

Page 19: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score ( menilai sudut pandang setiap keluarga terhadap hubungan dengan anggota keluarga). APGAR score meliputi;

a. Adaptation : kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain serta penerimaan dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain.

b. Partnership : menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

c. Growth : menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakuakan keluarga tersebut.

d. Affection : menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.

e. Resolve : menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Skor masing-masing kategori adalah :

0 = jarang/ tidak sama sekali

1 = kadang-kadang

2 = sering/selalu

Terdapat tiga kategori penilaian, yaitu nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7 cukup, dan 8-10 adalah baik.

Fungsi Patologis

Fungsi patologis keluarga dinilai dengan menggunakan SCREEM score dengan rincian sebagai berikut:

1) Sosial ( melihat bagaimana interaksi dengan tetangga sekitar).

2) Culture ( melihat bagaimana kepuasan keluarga terhadap budaya, tata krama, dan perhatian terhadap sopan santun ).

3) Religion ( melihat ketaatan anggota keluarga dalam menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya).

4) Ecomomic (melihat status ekonomi anggota keluarga).

5) Educational ( melihat tingkat pendidikan anggota keluarga).

19

Page 20: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

6) Medical ( melihat apakah anggota keluarga ini mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai).

Fungsi Hubungan antar Manusia

Menunjukan baik atau tidaknya hubungan atau interaksi antar anggota keluarga ( interaksi 2 arah baik digambarkan dengan garis putus-putus).

Fungsi Keturunan

Fungsi keturunan (genetik) dinilai dari genoram keluarga. Menunjukan adanya penyakit keturunan ataukah penyakit menular dalam keluarga. Apabila keduanya tidak ditemukan, berarti dalam keadaan baik.

Fungsi Perilaku

Fungsi perilaku meliputi pengetahuan tentang kesehatan, sikap sadar akan pentingnya kesehatan, dan tindakan yang mencerminkan pola hidup sehat.

Fungsi nonprilaku ( Lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan )

Fungsi non perilaku meliputi lingkungan dan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan meliputi;

1) Kepedulian memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan.

2) Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.

3) Jarak dengan puskesmas/rumah sakit.

Fungsi Indoor

Fungsi indoor menunjukan gambaran lingkungan dalam rumah apakah telah memenuhi syarat-syarat kesehatan. Penilaian mliputi lantai, dinding, ventilasi, pencahayaan, sirkulasi udara, sumber air bersih, jarak jamban denngan rumah, serta pengelolaan sampah.

Fungsi Outdoor

Menunjukan gambaran lingkungan luar rumah apakah telah memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalnya jarak rumah dengan jalan raya, tingkat kebisingan, serta jarak rumah dengan sungai dan tempat pembuangan sampah umum.

20

Page 21: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

Pelayanan dokter keluarga yang tidak memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu kesatuan tidak memperhatikan pengaruh masalah kesehatan yang dihadapi terhadap keluarga, dan ataupun tidak memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap aanggota keluarga, bukanlah pelayanan dokter keluarga yang baik.

Konsep Pelayanan Kedokteran keluarga

Pendekatan Holistik dan komprehensif

Kesehatan holistik adalah sebuah konsep dalam praktek medis menegakkan bahwa semua aspek kebutuhan masyarakat, psikologis, fisik dan sosial harus diperhitungkan dan dilihat sebagai keseluruhan. Seperti yang didefinisikan di atas, pandangan holistik pada pengobatan secara luas diterima di kesehatan.  Sebuah definisi yang berbeda, mengklaim penyakit yang merupakan hasil dari fisik, ketidakseimbangan emosional, spiritual, sosial dan lingkungan, digunakan dalam pengobatan alternative.

Pasien yang sedang mengalami sakit, baik dirawat di rumah maupun di rumah sakit akan mengelami kecemasan dan stress pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dakter, dan tenaga kesehatan lainnya); lingkungan baru maupun dukungan keluarga yang menunggui selama perawatan. Keluarga juga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan pasien, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak secara langsung kepada anak, tetapi secara psikologis pasien akan merasakan perubahan perilaku dari keluarga yang menungguinya selama perawatan (Marks, 1998: 53). Pasien menjadi semakin stress dan berpengaruh terhadap proses penyembuhannya, yaitu penurunan respons imun. Hal ini telah dibuktikan oleh Robert Arder (1885) bahwa pasien yang mengalami kegocangan jiwa akan

21

Page 22: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

mudah terserang penyakit, karena pada kondisi stres akan terjadi penekanan sistem imun (Subowo,1992).

Pasien yang merasa nyaman selama perawatan dengan menerapkan model asuhan yang holistik, yaitu adanya dukungan sosial keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian akan mempercepat proses penyembuhan. Berdasarka hasil pengamatan penulis, pasien yang dirawat di rumah sakit masih sering mengalami stress hospitalisasi yang berat, khususnnya takut terhadap pengobatan, asing dengan lingkungan baru, dan takut terhadap petugas kesehatan. Fakta tersebut merupakan masalah penting yang harus mendapatkan perhatian perawatn dalam mengelola asuhan keperawatan. Menurut penulis faktor tersebut sangat berkaitan dengan distres hospitalisasi.

Berdasarkan pada konsep psikoneuroimunologi, melalui poros hypothalamus hypofisis adrenal, bahwa stres psikologis akan berpengaruh pada hipotalamus, kemudian hypothalamus akan mempengaruhi hypofise sehingga hipofise akan mengekspresikan ACTH (adrenal cortico tropic hormone) yang akhirnya dapat mempengaruhi kelenjar adrenal, di mana kelenjar ini akan menghasilkan kortisol. Apabila stres yang dialami pasien sangat tinggi, maka kelenjar adrenal akan menghasilkan kortisol dalam jumlah banyak sehingga dapat menekan sistem imun (Clancy, 1998). Adanya penekanan system imun inilah nampaknya akan berakibat pada penghambatan proses penyembuhan. Sehingga memerlukan waktu perawatan yang lebih lama dan bahkan akan mempercepat terjadinya komplikasi-komplikasi selama perawatan Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan perbaikan kinerja kepada perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan model holoistik, yaitu biopsikososiospiritual. Salah satu model yang digunakan dalam penerapan teknologi ini adalah berdasar pengembangan teori adaptasi dari S.C. Roy. Pada teori ini ditekankan pada pemenuhan perawat kepada psdirn secar holistik, yaitu aspek fisik (atraumatic care); psikis (memfasilitasi koping yang konstruktif); dan aspek sosial(menciptakan hubungan dan lingkungan yang konstruktif dengan melibatkan keluarga dalam perawatan).

DIMENSI PENDEKATAN HOLISTIK

1.      DIMENSI PSIKOLOGIS (STRATEGI KOPING)

Mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan individu untuk menghadapi perubahan yang diterima. Apabila mekanisme koping berhasil, maka orang tersebut akan dapat beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Mekanime koping dapat dipelajari, sejak awal timbulnya stresor dan orang menyadari dampak dari stressor tersebut (Carlson, 1994). Kemampuan koping dari individu tergantung dari 7 temperamen, persepsi, dan kognisi serta latar belakang budaya/norma dimana dia dibesarkan (Carlson, 1994). Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat. Belajar disini adalah kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) pada pengaruh

22

Page 23: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

faktor internal dan eksternal (Nursalam, 2003). Menurut Roy, yang dikutip oleh Nursalam (2003) mekanisme belajar merupakan suatu proses didalam sistem adaptasi (cognator) yangmeliputi mempersepsikan suatu informasi, baik dalam bentuk implisit maupun eksplisit. Belajar implisit umumnya bersifat reflektif dan tidak memerlukan kesadaran (focal) sebagaimana terlihat pada gambar. Keadaan ini ditemukan pada perilaku kebiasaan, sensitisasi dan keadaan. Pada habituasi timbul suatu penurunan dari transmisi sinap pada neuron sensoris sebagai akibat dari penurunan jumlah neurotransmitter yang berkurang yang dilepas oleh terminal presinap (Bear, 1996; Notosoedirdjo, 1998). Pada habituasi menuju ke depresi homosinaptik untuk suatu aktivitas dari luar yang terangsang terus menerus (Bear, 1996). Sensitifitas sifatnya lebih kompleks dari habituasi, mempunyai potensial jangka panjang (beberapa menit sampai beberapa minggu). Koping yang efektif menempati tempat yang central terhadap ketahanan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan suatu penyakit baik bersifat fisik maupun psikis, sosial, spiritual. Perhatian terhadap koping tidak hanya terbatas pada sakit ringan tetapi justru penekanannya pada kondisi sakit yang berat (Notosoedirdjo M, 1998 & Keliat, 1999). Lipowski membagi koping dalam 2 bentuk , yaitu coping style dan coping strategy. Coping style merupakan mekanisme adaptasi individu meliputi mekanisme psikologis dan mekanisme kognitif dan persepsi. Sifat dasar coping style adalah mengurangi makna suatu konsep yang dianutnya, misalnya penolakan atau pengingkaran yang bervariasi yang tidak realistis atau berat (psikotik) hingga pada tingkatan yang sangat ringan saja terhadap suatu keadaan. Coping strategy merupakan koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stresor yang dihadapinya. Terbentuknya mekanisme koping bisa diperoleh melalui proses belajar dalam pengertian yang luas dan relaksasi. Apabila individu mempunyai mekanisme koping yang efektif dalam menghadapi stresor, maka stresor tidak akan menimbulkan stres yang berakibat kesakitan (disease), tetapi stresor justru menjadi stimulan yang mendatangkan wellness dan prestasi.Strategi Koping (Cara Penyelesaian Masalah) Beradaptasi terhadap penyakit memerlukan berbagai strategi tergantung ketrampilan koping yang bisa digunakan dalam menghadapi situasi sulit. Menurut Mooss (1984) yang dikutip Brunner dan Suddarth menguraikan yang positif (Teknik Koping) Ada 3 teknik koping yang ditawarkan dalam mengatasi stress:

a) Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri) Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam memanfaatkannya menghadapi stres yang disebabkan situasi dan lingkungan (Pearlin & Schooler, 1978:5). Karakterisik di bawah ini merupakan sumber daya psikologis yang penting.

1) Pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri)

23

Page 24: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

Jenis ini bermanfaat dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana teori dari Colley’s looking-glass self: rasa percaya diri, dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

2) Mengontrol diri sendiriKemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri sendiri dan situasi (internal control) dan external control (bahwa kehidupannya dikendalikan oleh keberuntungan, nasib, dari luar) sehingga pasien akan mampu mengambil hikmah dari sakitnya(looking for silver lining). Kemampuan mengontrol diri akan dapat memperkuat koping pasien, perawat harus menguatkan kontrol diri pasien dengan melakukan:

Membantu pasien mengidentifikasi masalah dan seberapa jauh dia dapat mengontrol diri

Meningkatkan perilaku menyeleseaikan masalah Membantu meningkatkan rasa percaya diri, bahwa pasien

akanmendapatkan hasil yang lebih baik Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan

terhadap dirinya Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi dan lingkungan yang

dapat meningkatkan kontrol diri: keyakinan, agama

b) Rasionalisasi (Teknik Kognitif)Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap stres dalam mencari arti dan makna stres (neutralize its stressfull). Dalam menghadapi situasi stres, respons individu secara rasional adalah dia akan menghadapi secara terus terang, mengabaikan, atau memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah tersebut bukan sesuatu yang penting untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir dengan sendirinya. Sebagaian orang berpikir bahwa setiap suatu kejadian akan menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya. Sebagian lagi menggantungkan semua permasalahan dengan melakukan kegiatan spiritual, lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta untuk mencari hikmah dan makna dari semua yang terjadi.

c) Teknik PerilakuTeknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam mengatasi situasi stres. Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam menunjang kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV akan melakukan aktivitas yang dapat membantu peningkatan daya tubuhnya dengan tidur secara teratur, makan seimbang, minum obat anti retroviral dan obat untuk infeksi sekunder secara teratur, tidur dan istirahat yang cukup, dan menghindari konsumsi obat-abat yang memperparah keadan sakitnya.

2.      DIMENSI SOSIAL

24

Page 25: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

Dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap manusia. Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan social meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor.

a. Konsep Dukungan SosialBeberapa pendapat mengatakan dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting (Rodin & Salovey, 1989 dikutip Smet, 1994). Jenis dukungan social: House membedakan empat jenis atau dimensi dukungan social

Dukungan EmosionalMencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan

Dukungan PenghargaanTerjadi lewat ungkapan hormat/ penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain misalnya orang itu kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah harga diri)

Dukungan InstrumentalMencakup bantuan langsung misalnya orang memberi pinjaman uang, kepada orang yang membutuhkan atau menolong dengan member pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan.

Dukungan InformatifMencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.

b. Hubungan Dukungan Sosial dengan kesehatanMenurut Gottilieb, 1983 dikutip Smet, 1994 terdapat pengaruh dukungan social terhadap kesehatan tetapi bagaimana hal itu terjadi? Penelitian terutama memusatkan pengaruh dukungan sosial pada stres sebagai variabel penengah dalam perilaku kesehatan dan hasil kesehatan. Dua teori pokok diusulkan, hipotesis penyangga (Buffer Hypothesis) dan hipotesis efek langsung (direct effect hypothesis). Menurut hipotesis penyangga dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dan melindungi orang itu terhadap efek negatif dari stres berat. Fungsi yang bersifat melindungi ini hanya atau terutama efektif kalau orang itu menjumpai stres yang kuat. Dalam stres yang rendah terjadi sedikit atau tidak ada penyangga bekerja dengan dua orang. Orang-orang dengan dukungan sosial tinggi mungkin akan kurang menilai situasi penuh stress (mereka akan tahu bahwa mungkin akan ada seseorang yang dapat membantu mereka). Orang-orang dengan dukungan sosial tinggi akan mengubah respon mereka terhadap sumber stres misalnya pergi ke seorang teman untuk membicarakan masalahnya. Hipotesis efek

25

Page 26: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

langsung berpendapat bahwa dukungan sosial itu bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan tidak peduli banyaknya stress yang dialami orang-orang menurut hipotesis ini efek dukungan sosial yang positif sebanding dibawah intensitas stes tinggi dan rendah. Contohnya orang-orang dengan dukungan sosial tinggi dapat memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi yang membuat mereka tidak begitu mudah diserang stres.

c. Dukungan Sosial (Social Support)Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri, tetapi mereka memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dukungan sosial merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan masalah seseorang. Hal ini karena individu merupakan bagian dari keluarga, teman sekolah atau kerja, kegiatan agama ataupun bagian dari kelompok lainnya. Perlin dan Aneshense (1986: 418) mendefinisikan “sosial resources one is able to call upon in dealing with …. problematic conditions of life”. Sedangkan Selye (1983) menekankan pada konsep “flight or flight” reaction: “ when circumstances offered opportunity for success (or there was no choice), human would fight: in the face of overhelming odds, humans shought flight” Dimensi dukungan social.

Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal (Jacobson, 1986):

1. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan diperhatikan)

2. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat3. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu barang dalam

mengatasi suatu masalah

3.      DIMENSI SPIRITUAL

Asuhan keperawatan pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien terhadap sakit yang dideritanya (Ronaldson, 2000). Sehingga pasien akan dapat menerima dengan ikhlas terhadap sakit yang dialami dan mampu mengambil hikmah.

Asuhan keperawatan yang dapat diberikan adalah:

a) Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhanHarapan merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial. Orang bijak mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan bunuh diri”. Perawat harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun kesembuhan, misalnya akan memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk berobat.

26

Page 27: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

b) Pandai mengambil hikmahPeran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada pasien untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya. Dibalik semua cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud dari Sang Pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan jalan melakukan ibadah secara terus menerus. Sehingga pasien diharapkan memperoleh suatu ketenangan selama sakit.

c) Ketabahan hatiKarakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati dalam menghadapi cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah dalam menghadapi setiap cobaan. Individu tersebut biasanya mempunyai keteguhan hati dalam menentukan kehidupannya. Ketabahan hati sangat dianjurkan kepada pasien. Perawat dapat menguatkan diri pasien dengan memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci atau pendapat orang bijak; bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umatNYA, melebihi kemampuannya (Al. Baqarah, 286). Pasien harus diyakinkan bahwa semua cobaan yang diberikan pasti mengandung hikmah, yang sangat penting dalam kehidupannya.

B. TERAPI HOLISTIK

Pusat Nasional Pengobatan Pelengkap dan Alternatif (NCCAM) mendefinisikan pengobatan komplementer dan alternatif (CAM) sebagai "sebuah kelompok yang beragam sistem perawatan medis dan kesehatan, praktek, dan produk-produk yang saat ini tidak dianggap sebagai bagian dari pengobatan konvensional." Menurut NCCAM, ada tidak ada bukti ilmiah tradisional sebagai efektivitas terapi CAM, tetapi pertanyaan masih banyak alat tenun untuk validitas terapi CAM oleh penelitian ilmiah konvensional. Terapi CAM terus berkembang sebagai pengobatan tertentu yang terbukti aman dan efektif dan dimasukkan dalam perawatan kesehatan konvensional, mengubah cara pendekatan dokter penyakit.

1. PENGOBATAN HOLISTIK

Tujuan pengobatan holistik adalah untuk mengobati penyakit utama dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Teori ini lebih jauh menegaskan bahwa ini juga akan mempengaruhi penyakit sekunder tanpa pengobatan karena sistem kekebalan tubuh diperkuat. Terapi holistik upaya untuk mengurangi penyebab penyakit. Pendekatan holistik adalah pengobatan holistik rencana

27

Page 28: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

spesifik untuk setiap pasien sesuai dengan kebutuhan individu nya. Terapi ini melampaui standar perawatan untuk penyakit.

Metode Pengobatan Holistic yang  dikembangkan dengan terapi berikut :

1. Pengaturan Pola hidup dan Pola makan dengan gizi dan kebutuhan berimbang

2. Rileksasi, dengan konsep Meditasi Penyembuhan 3. Stimulasi Otak dengan tehnik perangsangan alamiah4. Silaturahmi Doktrin5. Pancaran Bio energy (Pranaisasi)6. Stimulan promotor dengan Nutrisi Herbal7. Terapi Doa, dengan kepasrahan mencapai God Spot.8. Hydroteraphy dan stimulant alam sebagai pelengkap dan penyeimbang 

Dengan method alamiah yang ilmiah dan ilahiyah ini, insya Allah semua jenis penyakit baik medis dan non medis dapat sembuh permanen, dan dalam pengobatan ini pendampingan dari keluarga sangat diperlukan sebagai pembantu terapis , maka untuk itu keluarga pasien juga kami berikan arahan-arahan konsep holistic dan diberikan keilmuan baik teori dan praktek spesifik terhadap penyakit pasien, sehingga pengobatan ini dapat berlangsung terus tanpa henti sepanjang hari. inilah yang menyebakan metode ini lebih cepat berhasil daripada konsep kedokteran konvensional..

Dalam pengobatan alternatif, diyakini bahwa aspek spiritual juga harus dipertimbangkan ketika menilai seseorang secara keseluruhan kesejahteraan. Hal ini diklaim aspek rohani tidak terkait dengan ideologi keagamaan.

2. PENYEMBUHAN HOLISTIK

Ada banyak tubuh, pikiran, dan semangat terapi saat ini sedang digunakan dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki ketidakseimbangan di bidang energi fisik dan rohani pasien. Tujuan dari terapi ini adalah untuk meringankan penyumbatan energi dalam tubuh dan mempromosikan penyembuhan fisik, mental, emosional dan spiritual.

a) Terapi holistik tubuh termasuk tetapi tidak terbatas pada: akupresur, akupunktur, aromaterapi, biofeedback, chiropractics, homeopati, terapi pijat dan yoga.

b) Terapi pikiran termasuk tetapi tidak terbatas pada: terapi seni, citra dipandu, hipnoterapi, pelatihan hidup, meditasi, dan psikoterapi.

c) Terapi spiritual termasuk tetapi tidak terbatas pada: konseling astrologi, penyaluran, media, regresi kehidupan masa lalu, paranormal, penyembuhan dan konseling spiritual shamamic.

28

Page 29: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

C. PENDEKATAN HOLISTIK

Menurut Pusat Nasional Pengobatan Pelengkap dan Alternatif, ada tiga pendekatan standar untuk perawatan holistik: pengobatan komplementer, yang mencakup perawatan medis konvensional dalam hubungannya dengan terapi holistik, pengobatan alternatif, yang digunakan di tempat pengobatan konvensional, dan kedokteran integratif , yang menggabungkan terapi medis dengan perawatan holistik utama yang ada memang ada beberapa bukti ilmiah yang substansial untuk keamanan dan efektivitas dari pendekatan holistik. Pusat Nasional Pengobatan Pelengkap dan Alternatif mendefinisikan terapi holistik ke dalam lima kategori utama.

1. Obat Alternatif: sistem medis yang lengkap dibangun di atas teori dan praktek. Banyak dari sistem ini dikembangkan terpisah dari dan sebelumnya daripada banyak pendekatan medis standar yang digunakan di Amerika Serikat ini termasuk obat homeopati dan naturopati. Non-barat termasuk sistem pengobatan tradisional China dan Ayurveda.

2. Intervensi pikiran-tubuh: pengobatan pikiran-tubuh menggunakan banyak teknik untuk meningkatkan kemampuan pikiran untuk mempengaruhi penyembuhan fisik. Teknik yang utama yang sekarang termasuk kelompok pendukung pasien dan terapi perilaku kognitif. Lain pikiran-tubuh terapi meliputi meditasi, doa, penyembuhan mental, dan terapi untuk outlet kreatif seperti seni, musik, atau tari.

3. Terapi biologis berbasis: menggunakan zat yang ditemukan di alam seperti herbal, makanan, dan vitamin. Terapi ini belum terbukti secara ilmiah.

4. Metode manipulatif dan tubuh berbasis: menggunakan manipulasi dan / atau gerakan dari satu atau lebih bagian tubuh. Contoh termasuk: chiropractics, manipulasi osteopathic, dan pijat .

5. Energi terapi: Ada dua jenis terapi energi; terapi dan terapi bioelectromagnetic biofield. Biofield terapi memanipulasi medan energi yang mengelilingi tubuh konon dengan menerapkan tekanan dan atau memanipulasi tubuh dengan menempatkan tangan di atau melalui bidang energi. Contohnya meliputi: reiki dan sentuhan terapeutik. Terapi  Bioelectromagnetic termasuk penggunaan yang tidak konvensional dari medan elektromagnetik seperti: bidang pulsa, medan magnet, arus bolak balik dan badang arus searah.

D. PRAKTEK HOLISTIK KESEHATAN

29

Page 30: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

Beberapa praktek kesehatan holistik alternatif meliputi, tetapi tidak terbatas pada:

alami diet dan obat herbal suplemen gizi latihan relaksasi psiko-spiritual konseling meditasi latihan pernapasan akupunktur

Bentuk Penyuluhan Dokter Keluarga

Dokter keluarga membina dan mengunjungi masyarakat dalam bentuk home visite (100 rumah per bulan) yaitu dengan memberikan penyuluhan, mendiagnosa kasus, memberikan pengobatan, mendeteksi penyakit menular serta gizi buruk

Dokter keluarga melakukan pelayanan kesehatan baik secara promotif, preventif dan kuratif

- Melakukan pelayanan kesehatan dasar- Melakukan promosi kesehatan pada masyarakat dengan cara: merubah perilaku individu

dengan contoh kegiatan seperti pesan kegiatan yang disampaikan melalui poster, mengundang tokoh-tokoh sebagai narasumber pada kegiatan diskusi kelompok terarah

- Melakukan kegiatan preventif dan kuratif

30

Page 31: PBL SK1 KEL A12(1) (4)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. IDI : Jakarta.

Azwar, Azrul ; Gan, Goh Lee ; Wonodirekso, Sugito. 2004. A Primer on Family Practice. Singapore International Foundation: Singapore.

Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. PDKI : Jakarta.

Qomariah. 2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. FK Yarsi : Jakarta.

31