Upload
dangliem
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
I
1 RUU tentang Wawasan
Nusantara
Problematic Situation :
Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia dalam melihat diri dan lingkungannya
sebenarnya pernah dirumuskan dalam konteks hukum dan Peraturan Perundang-undangan ketika UUD
1945 belum diamandemen. Konsepsi Wawasan Nusantara pada waktu itu telah diterima dan
dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan melalui Ketetapan MPR
Nomor IV/MPR/1973 dan dinyatakan kembali dalam Tap MPR Nomor IV/MPR/1978, serta yang terakhir
dalam Tap MPR Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara.
Tujuan Kajian :
1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi terkait dengan wawasan nusantara serta cara-cara
mengatasinya dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
2) Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan pembentukan Rancangan
Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi
permasalahan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan
Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara.
4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah
pengaturan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara.
Kajian Latar
Belakang
Kebijakan
(Policy
Background
Paper )
Kajian Latar Belakang
Kebijakan (Policy
Background Paper)
Wawasan Nusantara
sebagai Starategi
Pembangunan Maritim
Indonesia Menuju Poros
Maritim Dunia.
Pembahas Utama Madya 60
juta
(Maksimal 6
Bulan)
PPUU DPD Prioritas tahun 2015, NA
ada, RUU sedang
Proses
DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN
BERDASARKAN USUL PROLEGNAS PRIORITAS DPD-RI TAHUN 2015-2019
PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN DAN HUKUM (PUSJAKUM)
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
2 RUU tentang Perlindungan
dan Pemberdayaan
Nelayan
Problematic Situation :
Dibutuhkan pemenuhan hak-hak ekonomi dan sosial warga negara serta adanya perlindungan nelayan tradisional yang mencakup
hak-hak nelayan tradisional melalui instrumen perlindungan nelayan.
Sekitar 90% sumberdaya manusia perikanan terjun pada usaha penangkapan, namun memiliki skala usaha kecil atau subsisten
serta berpendidikan rendah. Pada tahun 2006 jumlah sumberdaya manusia yang bekerja menangkap ikan (nelayan) diperkirakan 4
juta orang atau sekitar 4,21% dari total tenaga kerja produktif. Kualitas sumberdaya manusia nelayan masih sangat
memprihatinkan karena 70% berpendidikan rendah (tidak tamat SD dan tidak sekolah), 20% tamat sekolah dasar dan hanya
0,03% yang memiliki pendidikan sampai jenjang diploma dan sarjana.
Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia nelayan diperlukan langkah-langkah strategis melalui kegiatan pendidikan,
pelatihan dan penyuluhan.Mengingat pada masa mendatang pembangunan perikanan membutuhkan sumberdaya manusia yang
handal dan profesional. Sumberdaya manusia nelayan yang berkualitas dapat mewujudkan pembangunan perikanan
bertanggungjawab, keberlanjutan usaha dan peningkatan daya saing produk perikanan baik di dalam maupun di luar negeri.
Apalagi di era globalisasi saat ini, persaingan ekonomi akan semakin kompetitif. Oleh karena itu dukungan sumberdaya manusia
nelayan yang profesional sangat diperlukan.Profesionalisme sangat penting bukan hanya untuk pengembangan dunia usaha dan
industri perikanan di Indonesia tetapi juga memberikan keunggulan dan daya saing bagi sumberdaya manusia itu sendiri karena
sumberdaya manusia tersebut akan lebih dibutuhkan dan dihargai, disamping secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan.
Tujuan Kajian :
1) Tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan dasar nelayan, termasuk keluarga nelayan, yang terdiri atas sandang, pangan,
papan, kesehatan dan pendidikan.
2) Tersedianya prasarana dan sarana produksi secara lokal yang memungkinkan masyarakat nelayan dapat memperolehnya
dengan harga murah dan kualitas yang baik.
3) Meningkatnya peran kelembagaan masyarakat sebagai wadah aksi kolektif (collective action) untuk mencapai tujuan-tujuan
individu.
4) Terciptanya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif di daerah yang memiliki ciri-ciri berbasis sumberdaya lokal (resource-based),
memiliki pasar yang jelas (market-based), dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan kapasitas lingkungan
(environmental-based), dimiliki dan dilaksanakan serta berdampak bagi masyarakat lokal (local society-based), dan dengan
menggunakan teknologi maju tepat guna yang berasal dari proses pengkajian dan penelitian (scientific-based).
5) Terciptanya hubungan transportasi dan komunikasi sebagai basis atau dasar hubungan ekonomi antar kawasan pesisir serta
antara pesisir dan pedalaman.
6) Terwujudnya struktur ekonomi Indonesia yang berbasis pada kegiatan ekonomi di wilayah pesisir dan laut sebagai wujud
pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya alam laut.
Socio Legal
Analysis
Socio Legal Analysis
Pengembangan Nelayan
Berbasis Kearifan Lokal
dan Sustainable
Development dalam
Pemberdayaan dan
Perlindungan Nelayan
Ikut Membahas Madya 60
juta
(Maksimal 6
Bulan)
Komisi IV DPR
dan Komite II
DPD
Prioritas tahun 2015
Ada NA dan RUU dari
DPD
3 RUU tentang Perubahan
atas UU No.25 tahun 2007
Tentang Penanaman Modal
Problematic Situation :
Kebijakan pokok mengenai hukum penanaman modal di Indonesia dimaksudkan untuk menarik jumlah
modal asing dengan harapan, usaha ini akan menghasilkan kebangkitan ekonomi nasional. Masih
tingginya tingkat pengangguran, rendahnya pendapatn perkapita serta lebarnya ketimpangan ekonomi
masyarakat menjadi bukti bahwa perekonomian Indonesia saat ini masih berada dalam situasi stagnan.
Hal ini sangat ironis jika dibandingkan dengan potensi sumber daya alam maupun manusia yang besar
di negara ini. Penanaman modal diharapkan memainkan peran dengan mengolah potensi ekonomi
yang besar menjadi kekuatan ekonomi riil. Peningkatan penanaman modal di Indonesia diharapkan
menjadi penting dalam hal m,empercepat pembangunan ekonomi nasional dan perwujudan kedaulatan
politik serta ekonomi Indonesia.
Tujuan :
Adanya regulasi nasional mengenai penanaman modal yang mempertimbang-kan aspek pembangunan
berkelanjutan sekaligus sebagai jawaban atas konsep pasar bebas yang tetap berpedoman pada
filosofi ekonomi Indonesia yang mengarahkan negara pada bentuk negara kesejahteraan.
Evaluasi
Kebijakan
(Policy
Evaluation ) dan
Legal Analysis
Kajian Yuridis Empiris
dan Socio Legal Analysis
Kebijakan Penanaman
Modal di Daerah guna
Penyempurnaan UU No.
25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal
Ikut Membahas Madya 60
juta
(Maksimal 6
Bulan)
Long List 2015-2019
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
4 RUU Perubahan atas UU
No. 4 tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan
Batubara
Problematic Situation :
Setidaknya ada tiga masalah utama yang diidentifikasi dalam pengaturan pertambangan mineral dan
batubara yang ada saat ini, yaitu menyangkut konsep ideal bahwa kekayaan alam mineral dan batubara
sebagai modal kemakmuran, ambigu persepsi terhadap pengertian “dikuasai” dalam pasal 33 ayat (3)
UUD 1945 dan optimasi penerimaan negara dari pengelolaan kekayaan alam mineral dan batubara.
Tujuan :
1) adanya pengaturan mengenai politik pertambangan dan ekonomi pertambangan.
2) Politik pertambangan harus mencerminkan kedaulatan usaha sesuai jiwa pasal 33 UUD 1945.
3) Pengaturan ekonomi pertambangan harus mencerminkan peningkatan bagian bagian yang imbang
(benefit share) bagi bangsa Indonesia.
Kajian Yuridis
Empiris dan
Sosio Legal
Analysis
Kajian Yuridis Empiris
dan Socio Legal Analisis
Kesejahteraan Masyrakat
dan Konservasi
Lingkungan guna
Penyempurnaan UU
No.4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral
dan Batu Bara
Ikut Membahas Muda 40
juta
(Maksimal 4
Bulan)
Komisi VII DPR
dan Komite II
DPD
Prioritas tahun 2015
Ada NA+RUU
5 RUU tentang Pengelolaan
Terpadu Kawasan
Megapolitan Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi
dan Cianjur
Problematic Situation :
Jakarta sebagai Ibukota Negara telah menjadi sebuah kota metropolitan dan sebagai salah satu pusat bisnis dengan jumlah
penduduk terpadat di Indonesia. Luas wilayah Jakarta hanya mencapai 650 km2, namun pertambahan penduduknya dari tahun ke
tahun amat cepat, hingga kini tercatat penduduk Jakarta telah mencapai 9 juta jiwa dengan kepadatan 13.667,01 jiwa per km2. Itu
pun belum termasuk mobilitas sekitar 2 juta jiwa penduduk dari kota tetangga, seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok, dan
Cianjur yang setiap harinya turut melakukan berbagai aktivitas di Jakarta.
Tingginya pertambahan penduduk baik secara alamiah maupun migrasi sangat rentan terhadap masalah sosial, ekonomi, dan
demografis yang sangat kompleks. Belum lagi dengan minimnya kondisi sumber daya alam wilayah Jakarta. Ada korelasi antara
tingginya tingkat kepadatan penduduk kota dengan tingginya tingkat tantangan dan masalah-masalah sosial kota Jakarta dan kota
penyangga.
Dengan kondisi seperti itu maka sudah dipastikan daya dukung dan daya tampung wilayah Jakarta untuk menopang
pembangunan sudah tidak mampu lagi. Untuk itu, diperlukan kebijakan penyatuan dan perencanaan tata ruang kawasan
penyangga berupa kawasan terpadu dalam satu kesatuan rencana induk (master plan) yang terintegrasi meliputi Jakarta, Bogor,
Tangerang, Bekasi, Depok, dan Cianjur.
Keterlibatan wilayah-wilayah tersebut tetap harus memperhatikan segala aspek dan faktor dalam satu rangkaian yang
komprehensif. Karena itu, menyatunya wilayah tersebut dapat dikoordinasikan sebagai satu wilayah terpadu untuk membangun
rencana induk (master plan) Megapolitan Jabodetabekjur.
Pentingnya wilayah Jakarta baik sebagai Ibukota Negara maupun sebagai kawasan perekonomian nasional sejatinya telah
diupayakan pengaturannya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabodetabekpunjur) dan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur.
Kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional yang memerlukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang secara terpadu.
Tujuan Kajian :
1) Dibutuhkan sebuah peraturan perundang-undangan yang bersifat lex specialist menjadi payung hukum dalam pengelolaan
kawasan Jakarta dan kota-kota penyangganya melalui RUU tentang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan
Cianjur (RUU Jabodetabekjur).
2) Perlu peraturan perundang-undangan yang cukup kuat untuk menata kawasan Jakarta sebagaimana layaknya kota-kota
metropolitan di dunia.
3) Kompilasi materi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah kedalam undang-undang yang baru
mengingat beberapa kota penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi Puncak, dan Cianjur masih menggunakan
Undang-Undang Pemerintahan Daerah dalam melaksanakan kebijakan dan perencanaan daerahnya.
Socio Legal
Analysis
Kajian Latar Belakang
Kebijakan dan Socio
Legal Analysis
Pengaturan Pengelolaan
Terpadu Kawasan
Megapolitan Jakarta,
Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi dan
Cianjur (Jabodetabekjur)
Pembahas Utama Muda 40
juta
(Maksimal 4
Bulan)
Long List 2015-2019
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
6 RUU tentang Perubahan
Atas UU Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan
Ruang
Problematic Situation :
Berbicara masalah tata ruang masih banyak ditemukan permasalahan dan kendala pembangunan,
terutama dalam kerangka pembangunan wilayah. Permasalahan umum yang masih ditemukan antara
lain : (1) Kesenjangan dalam dan antarwilayah, (2) Keterbatasan akses ke kawasan terpencil/tertinggal
dan akses ke pasar, (3) Sistem pembangunan yang masih sentralistik dan sektoral, (4) Lemahnya
keterpaduan program yang berbeda sumber pendanaannya, (5) Belum efektifnya pemanfaatan rencana
tata ruang sebagai alat keterpaduan pembangunan (wilayah/ sektoral), (6) Pengelolaan pembangunan
di daerah belum optimal dalam menunjang upaya pengembangan wilayah, dan (7) Terakumulasi¬nya
modal di kawasan perkotaan.
Keberhasilan kombinasi beberapa pendekatan seperti ini membutuhkan partisipasi politik yang tinggi
dari masyarakat adat dalam proses penataan ruang dan penentuan kebijakan pengelolaan SDA di
wilayah ekosistem. Semakin tinggi partisipasi politik dari pihak-pihak berkepentingan akan
menghasilkan rencana tata ruang yang lebih akomodatif terhadap kepentingan bersama yang
"intangible" yang dinikmati bersama oleh banyak komunitas yang tersebar di seluruh wilayah ekosistem
tersebut, seperti jasa hidrologis. Dalam konteks ini maka membangun kapasitas masyarakat adat yang
berdaulat (mandiri) harus diimbangi dengan jaringan kesaling-tergantungan (interdependency) antar
komunitas dan antar para pihak. Untuk bisa mengelola dinamika politik di antar para pihak yang
berbeda kepentingan seperti ini dibutuhkan tatanan organisasi birokrasi dan politik yang partisipatif
demokrasi (participatory democracy).
Tujuan Kajian :
1) Memperkuat aspek penegakan hukum terhadap pelanggaran-pelanggaran pemanfaatan ruang,
khususnya pelanggaran yang terjadi pada masa transisi. Satu dan lain hal, karena selama ini betapa
sulitnya menjerat pelaku-pelaku pelanggaran pemanfaatan ruang.
2) Penyederhanaan proses dan prosedur penyusunan rencana tata ruang wilayah, khususnya wilayah
kabupaten. Penyederhanaan ini dimaksudkan sebagai upaya mempercepat proses pengesahan
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah demi percepatan penyelenggaraan
pembangunan di daerah.
Socio Legal
Analysis
Kajian Latar Belakang
Kebijakan dan Socio
Legal Analysis guna
Pengaturan Penataan
Ruang Berbasis Kerja
sama antar-daerah
Pembahas utama Muda 40
juta
(Maksimal 4
Bulan)
7 RUU tentang Badan Usaha
Milik Daerah
Problematic Situation :
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah masih berlaku sampai dengan
disahkannya undang-undang penggantinya. Namunsampai saatini belum ada undang-undang
pengantinya, sedangkan materi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah
memiliki semangat berbeda dengan situasi dan kondisi sekarang. Oleh karena itu, dalam
implementasinya undang-undang tersebut sudah tidak relevan dan kurang mampu mengakomodasi
penyelenggaraan BUMD serta tidak dapat menjawab dinamika manajemen perusahaan yang
menyangkut berbagi aspek antara lain personil kelembagaan, tata kerja yang tidak dapat mengemban
fungsi dan perannya dalam mendukung fungsi perusaha-an sebagai kontributor PAD.
Tujuan Kajian :
1) Adanya pengaturan tentang pengelolaan BUMD secara profesional dan sesuai dengan prinsip-prinsip
good corporate governance serta sesuai dengan tujuan didirikanya sebuah badan usaha yang
berorentasi pada profit oriented.
2) Merupakan tuntutan sebagai sebuah badan usaha yang didirikan untuk melayani kepentingan publik
atau masyarakat.
Evaluasi
Kebijakan
(Policy
Evaluation) dan
Legal Analysis
Kajian Yuridis Empiris
dan Socio Legal Analysis
Pengelolaan BUMD
secara Profesional guna
Penyempurnaan/Pengga
ntian UU No. 5 Tahun
1962 tentang
Perusahaan Daerah
Pembahas utama Muda 40
juta
(Maksimal 4
Bulan)
Long List 2015-2019
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
8 RUU tentang Partisipasi
Masyarakat
Problematic Situation :
Sesuai dengan ide negara hukum, maka partisipasi publik dalam penyusunan RUU mesti diatur secara
jelas dalam suatu aturan hukum tertentu. Sendi utama negara hukum, menurut adalah hukum
merupakan sumber tertinggi (supremasi hukum) dalam mengatur dan menentukan mekanisme
hubungan hukum antara negara dan masyarakat atau antar-anggota masyarakat yang satu dengan
yang lainnya. Hukum mempunyai dua pengertian, yakni hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Dalam
hal inilah di Indonesia sudah saatnya partisipasi itu sudah dalam konteks partisipasi otentik, bukan
semua sehingga perlu dijamin dalam sebuah undang-undang.
Tujuan Kajian :
Terciptanya sebuah mekanisme kelembagaan yang menempatkan masyarakat pada posisi yang jelas
dan strategis dalam kerangka pembentukan kebijakan pemerintahan dalam sebuah payung hukum.
Socio Legal
Analysis
Kajian Latar Belakang
Kebijakan dan Socio
Legal Analysis
Pengaturan Partisipasi
Publik dalam
Penyusunan RUU
Partisipasi Masyarakat
Pembahas Utama Pendek 25
Juta
(Maksimal 2
Bulan)
Long List 2015-2019
9 RUU tentang
Penyelenggaraan
Pemerintah di Wilayah
Kepulauan
Problematic Situation :
- Wilayah Kesatuan Republik Indonesia dibagi menjadi Daerah besar dan daerah kecil. Pembagian
tersebut pada intinya merupakan implementasi dari desentralisasi teritorial. Sehubungan dengan hal ini,
maka ketika pembagian tersebut dilakukan dalam konteks administratif membuka kemungkinan
terjadinya terjadinya penggabungan beberapa pulau ke dalam satu provinsi;
- Pembagian beberapa pulau dalam satu provinsi saat ini sering menimbulkan berbagai persoalan
termasuk keinginan pulau-pulau yang bergabung ini untuk memisahkan diri dengan Provinsi induk
(pemekaran);dan
- Kehendak untuk memisahkan diri tersebut sering tidak diikuti dengan pengkajian yang mendalam
menyangkut keadaan, kemampuan, dan kebutuhan yang rasional. Bahkan hanya semata-mata
dilandasi oleh adanya berbagai konflik baik yang bedimensi kultural maupun politis.
Tujuan Kajian :
1) Mempertegas kriteria tentang provinsi kepulauan, agar tetap terjaga dalam satu wilayah administratif
guna mensinergikan berbagai potensi yang dimiliki;
2) Memperkuat desentralisasi teritorial berbasis kepulauan guna mewujudkan prinsip kenusantaraan;
3) Meningkatkan kemampuan otonomi provinsi kepulauan guna menunjang pembangunan nasional;
dan
4) Memperkuat integrasi bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Socio Legal
Analysis
Kajian Latar Belakang
Kebijakan dan Socio
Legal Analysis Pokok-
Pokok Pengaturan/tata
kelola dalam Penyusunan
RUU Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah di
Wilayah Kepulauan
Ikut Membahas Pendek 25
Juta
(Maksimal 2
Bulan)
Long List 2015-2019
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
10 RUU tentang Ekonomi
Kreatif
Problematic Situation :
Dalam rencana strategis pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia 2012-2014, yang disusun
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, telah ditegaskan bahwa
Kemenparekraf akan mengembangkan 15 subsektor industri kreatif yang dikelompokkan sebagai 9
kelompok sektor ekonomi kreatif sesuai dengan pembagian tugas serta fungsi unit kerja dalam
Kemenparekraf, meliputi:
1. Desain yang meliputi: desain komunikasi visual, desain produk, desain kemasan, desain grafis, dan
desain industri;
2. Arsitektur, meliputi: arsitektur bangunan, lansekap, interior, dan arsitektur kota;
3. Media konten, meliputi konten: permainan interaktif, periklanan, audio dan video, tulisan fiksi dan
nonfiksi, animasi dan komik, web dan mobile;
4. Fesyen, meliputi: busana, alas kaki, dan aksesoris;
5. Perfilman, meliputi: film layar lebar, film iklan, film animasi, video, dan film TV,
6. Seni pertunjukan, meliputi tari, sastra, teater, dan musik;
7. Seni rupa, meliputi: seni instalasi, seni keramik, kriya, seni patung, seni lukis, fotografi, dan seni
grafis;
8. Industri musik; dan
9. Kuliner sebagai bagian dari pariwisata.
Dengan begitu luasnya wilayah/cakupan ekonomi kreatif dan begitu besarnya peluang untuk
meningkatkan kesejahteraan melalui ekonomi kreatif ini maka sewajarnya Indonesia memberi perhatian
yang besar terhadap eknomi kreatif ini. Salah satu bentuk pengembangan ekonomi kreatif itu adalah
dengan membuat regulasi yang tegas yang mengatur kegiatan tersebut dalam masyarakat berbangsa
dan bernegara.
Tujuan Kajian :
1) Supaya ada payung hukum yang tegas untuk mengatur kegiatan yang berhubungan dengan
kreatifitas di Indonesia.
2) Agar regulasi yang terpisah dan berada dalam berbagai Undang-Undang lain bisa menjadi satu.
3) Agar bisa pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia bisa dilaksanakan dengan landasan hukum
yang kuat, terstruktur secara baik dan memiliki penangggung jawab yang jelas.
Meta Study
Analysis dan
Socio Legal
Analysis
Meta Study Analysis
dan Socio Legal Analysis
Pengembangan Ekonomi
Kreatif Berbasis Budaya
Lokal
Ikut Membahas Pendek 25
Juta
(Maksimal 2
Bulan)
Long List 2015-2019
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
11 RUU Tentang Pendapatan
Asli Daerah (RUU Tentang
Peningkatan Pendapatan
Asli Daerah)
Problematic Situation :
a. Otonomi daerah terbagi atas otonomi provinsi dan kabupaten/kota, namun disisi lain pemerintahan
desa juga diberikan sebagian kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri sehingga dari
aspek pendapatan asli daerah dan desa sering mengalami permasalahan antara batas kewenangan
dalam pengelolaan PAD.
b. Pendapatan asli daerah adalah salah satu dari berbagai sumber pendapatan daerah namun
seharusnya lebih besar dibanding bagi hasil dari pemerintah pusat sebab akan mencerminkan
kapasitas keuangan daerah dalam berotonomi. namun kenyataannya sebagian besar pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota,masih sangat kecil kontribusi PAD dalam pendapatan daerah. apakah
karena pembagian kewenangan pengelolaan PAD atau SDM dan sarana prasarana yang kurang
memadai sehingga potensi mungkin saja besar namun belum menghasilkan PAD yang signifikan bagi
daerah.
c. Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak sumber PAD yang seharusnya dikelola oleh daerah,
namun masih dikelola pemerintah pusat sehingga jenis‐jenis sumber PAD berkurang. misalnya PBB
pertambangan dan migas, yang potensinya cukup besar justru di pungut pusat dan pemerintah daerah
hanya menerima bagi hasil dari pemerintah pusat. disisi lain pajak bbm misalnya dipungut berulang
antara pemerintah pusat dan daerah provinsi. bahkan masih juga tarik menarik kewenangan antara
pemerintah.
d. Menemukan kesenjangan antara potensi pendapatan dengan hasil yang dicapai dalam mendukung
alokasi belanja pada APBD, sehingga dapat dirumuskan peraturan perundangan‐undangan yang
secara tegas memperjelas potensi PAD antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota sesuai
kewenangan yang dimilikinya.
Tujuan Kajian :
1) Menemukan kesenjangan antara potensi pendapatan dengan hasil yang dicapai dalam mendukung
alokasi belanja pada APBD.
2) Merumuskan peraturan perundangan‐undangan yang secara tegas memperjelas potensi PAD antara
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangan yang dimilikinya.
Socio Legal
Analysis
Socio Legal Analysis
Peningkatan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) untuk
kemandirian daerah
Ikut Membahas Singkat 10
juta
(Maksimal 1
Bulan)
Usulan Wakil Ketua
Komite IV
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
12 RUU Tentang Ketentuan
Umum Perpajakan
(RUU tentang Perubahan
Kelima Atas UU No.6 Tahun
1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara
Perpajakan)
Problematic Situation :
a. PAJAK DAERAH adalah sumber utama pendapatan asli daerah,namundalam berbagai peraturannya
sangat tergantung pada pemerintah pusat,bahkan pengesahan PERDA juga oleh pemerintah pusat.
Pemisahan antara kewenangan di bidang pajak nasional dan pajak daerah, cenderung ditentukan
sepihak oleh pemerintah pusat.Seharusnya dalam membagi jenis pajak yang dikelola pusat dan daerah,
dimusyawarahkan dengan baik bahkan daerah dapat diberikan kewenangan menentukan jenis pajak
yang dapat dipungut sepanjang tidak tumpang tindih dengan pajak nasional.
b. Pengelolaan PAJAK yang menggunakan system self assessment (Penghitungan dan pembayaran
sendiri), disatu sisi sangat baik dalam kaitan transparansi pengelolaan pajak namun dalam aspek
akuntabilitasnya masih lemah sebab kejujuran wajib pajak masih harus dievaluasi setiap saat.
c. Penerimaan negara dan daerah dari sektor pajak masih kurang dibanding dengan potensi yang ada.
Masalahnya selalu dikaitkan dengan SDM, Sarana Prasarana serta kesadaran wajib pajak.
d. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),digagas akan dihapus oleh pemerintah pusat padahal menjadi
sumber utama PAD Kabupaten/Kota. Apakah ada jenis pajak lain yang dapat menjadi pengganti PBB
yang diserahkan pada daerah pengelolaannya sehingga sumber utama PAD bagi Kabupaten/Kota tidak
berkurang, jika perlu makin memberi peluang daerah makin meningkatkan pendapatannya.
Tujuan Kajian :
Mengkaji kewenangan pengelolaan perpajakan antara pemerintah pusat dan daerah, potensi dan
masalah pengelolaan pajak daerah khususnya pajak bumi dan bangunan sehingga dapat menjadi
bahan rumusan RUU oleh DPD RI.
Socio Legal
Analysis
Socio Legal Analysis
Sistem Pengelolaan
Perpajakan Nasional
guna Perubahan Kelima
atas Undang-Undang
No.6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan
Memberi
Pertimbangan
Singkat 10
juta
(Maksimal 1
Bulan)
Usulan Wakil Ketua
Komite IV
13 RUU tentang Perubahan
Atas UU No. 1 tahun 2015
tentang Penetapan Perpu
Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan
Walikota menjadi Undang-
Undang
Problematic Situation : Kondisi politik
pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang selama ini berjalan perlu dielaborasi secara mendalam agar
tercapai pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah yang sesuai dengan aspirasi dan keinginan daerah.
Tujuan :
Terbentuknya payung hukum pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang sesuai dengan keinginan
masyarakat dan daerah.
Kajian Yuridis
Empirik dan
Sosio Legal
Analysis
Kajian Yuridis Empiris
dan Socio Legal Analysis
mekanisme Pemilihan
Kepala Daerah
berlandaskan prinsip-
prinsip demokrasi guna
Penggantian/Penyempur
naan atas UU No.1 tahun
2015 tentang Penetapan
Perppu No. 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati dan
Walikota menjadi UU
Ikut Membahas Singkat 10
juta
(Maksimal 1
Bulan)
Komisi II DPR Prioritas tahun 2015
Ada NA+RUU
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
14 RUU tentang Perubahan
Atas Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2014
tentang MPR, DPR, DPD,
dan DPRD / RUU tentang
DPD.
Problematic Situation :
UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (UU MD3) yang terbit pasca Putusan
Mahkamah Konstitusi dan menggantikan UU No. 27 Tahun 2009, memuat ketentuan Pasal-pasal yang
mereduksi, menegasikan, bahkan mengikis kewenangan konstitusional DPD sebagaimana telah
ditegaskan oleh Mahkamah Konstitusi. Hal ini menunjukkan bahwa pembentuk UU MD3 nyata-nyata
tidak menghargai putusan Mahkamah Konstitusi No. 92/PUU-X/2012 tersebut. Kondisi yang demikian
ini jelas-jelas tidak memberikan teladan bagi rakyat Indonesia dalam melaksanakan penegakan hukum,
karena justru Lembaga Negara setingkat pembentuk UU juga tidak mengindahkan keputusan lembaga
yang diberi kewenangan konstitusi untuk memutuskan permohonan pengujian UU terhadap UUD 1945,
yakni Mahkamah Konstitusi.
Berdasarkan Putusan MK tersebut, DPD berpandangan perlunya dilakukan penyesuaian dan
perubahan terhadap UU MD3 terutama kaitannya dengan pelaksanaan kewenangan kelembagaan DPD
serta mekanisme pelaksanaan pembahasan legislasi yang konstitusional.
Tujuan Kajian :
1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi oleh DPD sebagai lembaga perwakilan daerah dalam
proses legislasi khususnya dalam rangka mengemban visi dan misi memperjuangkan kepentingan
daerah dalam penentuan kebijakan nasional;
2) Merumuskan permasalahan hukum yang terkait dengan penentuan norma-norma hukum
kewenangan DPD sebagaimana telah ditegaskan dalam UUD 1945 yang kemudian didelegasikan ke
undang-undang pelaksanaannya, yaini UU MD3;
3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis pembentukan Rancangan
Undang-undang tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD;
dan
4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan dan arah
pengaturan dalam Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 17
Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Socio Legal
Analysis
Socio Legal Analysis
Fungsi Representasi
DPD RI untuk
Penyempurnaan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun
2014 tentang MD3
Ikut Membahas Singkat 10
juta
(Maksimal 1
Bulan)
Long List 2015-2019
15 RUU tentang Perubahan
Atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-
undangan
Problematic Situation :
Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 92/PUU-X/2012 beberapa ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234) dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan beberapa ketentuan yang lain dinyatakan tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai sebagaimana yang telah diputuskan oleh MK
(unconstitutional conditional/tidak konstitusional bersyarat).
Beberapa ketentuan yang diputus oleh MK tersebut adalah terkait dengan perencanaan pembentukan
undang-undang (prolegnas), pengajuan rancangan undang-undang, dan pembahasan rancangan
undang-undang. Dengan demikian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 perlu dilakukan
perubahan dan masuk ke dalam program legislasi nasional sebagai RUU kumulatif terbuka akibat
adanya putusan MK.
Tujuan Kajian :
1) Menindaklanjuti Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 92/PUU-X/2012 terkait dengan
dinyatakan tidak bmempunyai kekuatan hukum mengikat dan pertentangan bersyarat dengan UUD
1945 beberapa ketentuan dalam UU 12/2011;
2) Mengatur lebih lanjut mekanisme pelaksanaan pembentukan undang-undang antara DPR, Presiden,
dan DPD sesuai dengan UUD 1945 melalui perubahan UU 12/2011; dan
3) Menyerap aspirasi masyarakat dan stakeholders penyelenggara negara dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan.
4) Sasaran yang diharapkan tercapai dengan adanya penyusunan RUU ini adalah terwujudnya
hubungan Presiden, DPR, dan DPD dalam pembentukan undang-undang yang sesuai dengan UUD
1945 sebagaimana diputuskan oleh MK.
Evaluasi
Implementasi
Kebijakan (Policy
Implementation)
dan Legal Analysis
Legal Analysis
Mekanisme Pengawasan
Pembentukan Undang-
Undang dari Agenda
Setting sampai
Implementasi Kebijakan
Terkait Putusan
Mahkamah Konstitusi
(MK) No. 92/PUU-
X/2012 tanggal 27 Maret
2013
Ikut Membahas Singkat 10
juta
(Maksimal 1
Bulan)
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
16 RUU tentang Hak
Keuangan/Administratif
Pimpinan/Anggota Lembaga
Negara Republik Indonesia
serta Mantan Pimpinan dan
Anggota Lembaga Negara
Republik Indonesia.
Problematic Situation :
Sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan Administratif
Pimpinan dan Anggota Lembaga tertinggi/Tinggi Negara Serta Bekas Pimpinan Lembaga
Tertinggi/Tinggi Negara. Penggantian ini dikarenakan perkembangan dan perubahan ketatanegaraan
seiring dengan adanya amandemen UUD 1945, maka perlu disesuaikan dengan kondisi kekinian.
Dalam hal ini penyebutan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara juga telah diubah menjadi Lembaga
Negara.
Tujuan Kajian :
Pelaksanaan amandemen UUD 1945 telah membawa konsekuensi pada pembentukan lembaga-
lembaga negara baru. Sehubungan dengan hal tersebut perlunya dibentuk sebuah payung hukum yang
mengatur mengenai pemenuhan Hak Keuangan/Administrasi Pimpinan dan Anggota Lembaga Negara.
Evaluasi
Kebijakan
(Policy
Evaluation ) dan
Legal Analysis
Kajian Yuridis Empiris
Hak-Hak
Keuangan/Administratif
Pimpinan/Anggota
Lembaga Negara
Republik Indonesia serta
Mantan Pimpinan dan
Anggota Lembaga
Negara Republik
Indonesia dalam
Perspektif Good
Governance untuk
Penggantian UU No.12
Tahun 1980
Ikut Membahas Singkat 10
juta
(Maksimal 1
Bulan)
Long List 2015-2019
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
17 RUU tentang Pemerintahan
Otonomi Khusus Bagi
Provinsi di Tanah Papua
Problematic Situation :
UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua merupakan satu langkah maju
yang diambil oleh Pemerintah RI dalam rangka melindungi hak ulayat orang Papua akan tanah, air, dan
kekayaan alam Papua lainnya. Di dalam perkembangannya, keberlangsungan otonomi khusus di Papua
ternyata belum dapat dikatakan berhasil, bila diukur dari 4 (empat) bidang pokok yang menjadi sasaran
yakni pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi kerakyatan, dan infrastruktur pada kenyataannya
masih ditemukan beberapa kekurangan.
Dari berbagai permasalahan tersebut dapat dilihat bahwa keberadaan UU Nomor 21 Tahun 2001
tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua memiliki alasa-alasan untk dilakukan perubahan sebagai
berikut:
- Bahwa UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua sudah tidak sesuai
dengan perkembangan masyarakat;
- Bahwa telah terjadi perubahan tata pemerintahan di Provinsi Papua dengan adanya Provinsi Papua
Barat;
- Adanya DPRP dan MRP di Provinsi Papua Barat;
- Perkembangan konteks, tuntutan, dan kebutuhan masyarakat di Papua; dan
- Mengakomodir kewenangan bidang lain yang diperluas untuk diatur dalam RUU tentang Otonomi
Khusus Papua.
Tujuan Kajian :
Terwujudnya sebuah kepastian hukum dalam kerangka menciptakan masyarakat Papua yang adil dan
sejahtera, dengan meiningkatkan pembangunan disektor pendidikan, ekonomi kerakyatan, dan
infrastruktur.
Evaluasi
Kebijakan
(Policy
Evaluation) dan
Legal Analysis
Kajian Yuridis Empiris
dan Socio Legal Analysis
Kelembagaan Otonomi
Khusus Provinsi Papua
dalam rangka Perubahan
dan Penyempurnaan atas
UU No. 21 Tahun 2001
tentang Otsus Papua
Pembahas Utama Muda 40
juta
(Maksimal 4
Bulan)
Long List 2015-2019
18 RUU tentang Provinsi Bali Problematic Situation :
1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara
Timur;
khusus dalam kerangka regulasi nasional.
pariwisata, keadilan dalam perimbangan keuangan sampai dengan kebutuhan “one island, one
management” dalam mengatasi problem Bali.
Tujuan :
1) Terwujudnya pembangunan yang berlandaskan budaya Bali dan berwawasan lingkungan.
2) Terwujudnya pengakuan, penghormatan, dan pemberdayaan kesatuan masyarakat hukum adat dan
hak-hak asal usul untuk memperkokoh ketahanan sosial.
3) Terwujudnya perlindungan, penghormatan, dan pengembangan budaya Bali sebagai warisan budaya
bangsa.
Evaluasi
Kebijakan
(Policy
Evaluation) dan
Legal Analysis
Kajian Yuridis Empiris
dan Socio Legal Analysis
Penataan Ulang
Kelembagaan Usaha dan
Investasi di Provinsi Bali,
NTB dan NTT untuk
Kesejahteraan
Masyarakat
Pembahas Utama Madya 60
juta
(Maksimal 6
Bulan)
Long List 2015-2019
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
19 RUU tentang Perubahan
atas UU No.25 tahun 2007
Tentang Penanaman Modal
Problematic Situation :
Kebijakan pokok mengenai hukum penanaman modal di Indonesia dimaksudkan untuk menarik jumlah
modal asing dengan harapan, usaha ini akan menghasilkan kebangkitan ekonomi nasional. Masih
tingginya tingkat pengangguran, rendahnya pendapatn perkapita serta lebarnya ketimpangan ekonomi
masyarakat menjadi bukti bahwa perekonomian Indonesia saat ini masih berada dalam situasi stagnan.
Hal ini sangat ironis jika dibandingkan dengan potensi sumber daya alam maupun manusia yang besar
di negara ini. Penanaman modal diharapkan memainkan peran dengan mengolah potensi ekonomi
yang besar menjadi kekuatan ekonomi riil. Peningkatan penanaman modal di Indonesia diharapkan
menjadi penting dalam hal m,empercepat pembangunan ekonomi nasional dan perwujudan kedaulatan
politik serta ekonomi Indonesia.
Tujuan :
Adanya regulasi nasional mengenai penanaman modal yang mempertimbang-kan aspek pembangunan
berkelanjutan sekaligus sebagai jawaban atas konsep pasar bebas yang tetap berpedoman pada
filosofi ekonomi Indonesia yang mengarahkan negara pada bentuk negara kesejahteraan.
Evaluasi
Kebijakan
(Policy
Evaluation) dan
Legal Analysis
Kajian Yuridis Empiris
dan Socio Legal Analysis
Pengembangan
Kerjasama Kawasan
guna Penyempurnaan
Tata Kelola dalam
Perubahan UU No. 25
Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal
Ikut Membahas Pendek 25
Juta
(Maksimal 2
Bulan)
Long List 2015-2019
20 RUU tentang
Pengembangan
Pembangunan Daerah
Kepulauan
Problematic Situation :
Pembangunan di provinsi berciri kepulauan berjalan sangat lamban dibandingkan dengan provinsi
berciri daratan karena dalam penetapan DAU dan DAK tidak memperhi-tungkan luas lautan
pedalamannya dan laut teritorialnya.
Tujuan :
mengakomodir konsep pembangunan kontinental yang berorientasi kelautan dan kepulauan yang
mendorong kesejahteraan masyarakat lokal melalui instrumen pendayagunaan sumberdaya maritim
dalam suatu wilayah provinsi atau kabupaten/kota berbasis maritim.
Socio Legal
Analysis
Kajian Latar Belakang
Kebijakan dan Socio
Legal Analysis Strategi
Pembangunan dan
Pengembangan Daerah
Kepulauan dalam RUU
Pengembangan Daerah
Kepulauan
Ikut Membahas Pendek 25
Juta
(Maksimal 2
Bulan)
Long List 2015-2019
21 RUU tentang Pertanahan Problematic Situation :
• Adanya dualisme adminstrasi pertanahan antar sektor, khususnya instansi pertanahan dan instansi
kehutanan
• Memberi tuntutan kebutuhan dasar yang kuat untuk pengadministrasian tanah ulayat.
• Menyelesaikan masalah pertanahan secara lebih berkeadilan dan cepat
• Pengaturan yang baik tentang hak-hak warga Negara yang terkait dengan bidang pertanahan.
Tujuan Kajian :
1) Pengejawantahan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia, khususnya
dalam bidang pertanahan.
2) Memperkuat kedudukan hak-hak masyarakat, redistribusi tanah, dan penyelesaian konflik
pertanahan dengan mengedepankan keadilan.
Evaluasi
Kebijakan
(Policy
Evaluation ) dan
Legal Analysis
Socio Legal Analysis Hak
Tanah Ulayat dalam
Undang-Undang No. 5
Tahun 1960 Tentang
Pokok-Pokok Agraria
untuk Perubahan dan
Penyempurnaan UU
Pertanahan
Ikut Membahas Singkat 10
juta
(Maksimal 1
Bulan)
Komisi II DPR Prioritas tahun 2015,
Ada NA+RUU
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
22 RUU tentang Perkoperasian Problematic Situation :
Permasalahan utama dari UU No 17 Tahun 2012 yang menjadi landasan MK membatalkannya yakni
frasa koperasi adalah “badan hukum” bertentangan dengan tujuan negara untuk memajukan
kesejahteraan umum, jaminan kepastian hukum, asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Bahwa
pengertian “Koperasi adalah Badan Hukum” sesungguhnya hanya kontinum dari pengertian UU No 25
Tahun 1992 yang berlaku sebelumnya yang menyebut pengertian koperasi sebagai “Badan Usaha”.
Koperasi bukanlah Badan Hukum atau Badan Usaha, tapi Koperasi adalah perkumpulan otonom dari
orang-orang dan/atau organisasi rakyat.
Definisi koperasi tersebut juga selaras dengan gerakan koperasi dunia, International Co-operative
Alliance (ICA). Sebab itu, koperasi adalah suatu sistem ekonomi yang bermuatan sosial.
Sebagai suatu sistem ekonomi sosial, koperasi terbangun dari bottom up process kelembagaan
ekonomi, sehingga Koperasi menjadi instrumen kesejahteraan pada kebijakan pro growth, pro poor, pro
job dan pro green atas hasil usaha para anggotanya.
Tujuan Kajian :
1) secara filosofis: mengisi kekosongan ruang hukum pengaturan tentang Koperasi yang selaras
dengan amanat UUD RI Tahun 1945 Pasal 33;
2) secara empiris: memberikan Arah Kebijakan Koperasi yang selaras dengan jati diri Koperasi
Indonesia berdasarkan kekhasan daerah dan wilayah yang mengutamakan kuasa manusia
(kesejahteraan anggota) diatas kuasa modal (kesejahteraan pemilik modal);
3) secara strategis: menjadi rujukan pengembangan Koperasi Indonesia guna memperkuat daya saing
ekonomi nasional.
Evaluasi
Kebijakan
(Policy
Evaluation) dan
Legal Analysis
Kajian Yuridis Empiris
dan Socio Legal Analysis
Perumusan Payung
Hukum Koperasi Menuju
Koperasi Yang Maju dan
Modern sebagai
Pengganti UU No.17
Tahun 2012.
Ikut Membahas Singkat 10
juta
(Maksimal 1
Bulan)
23 APBN dan APBNP Problematic Situation :
a. Wewenang, hak dan Kewajiban DPD R I dibidang anggaran menurut UUD NRI 1945 yang telah
dituangkan dalam UU SUSDUK serta ditindaklanjut dengan TATIB DPD RI beserta PEDOMAN
MEKANISME KERJA, nampaknya belum dapat dipahami secara jelas dan meluas oleh masyarakat,
sebab yang diketahui dan dilihat adalah HAK ANGGARAN DPR dengan kewenangan menetapkan
Undang‐Undang APBN dan APBN Pokok. DPD RI, kurang terekspose kinerjanya dalam pembahasan
anggaran, apalagi karena hanya memberikan PERTIMBANGAN yang sifatnya tidak mengikat bahkan
mungkin saja tidak diperhatikan oleh DPR RI. Apakah karena kewenangan
yanglemahatausubstansipertimbanganyangtidaktajam.
b. PERTIMBANGAN DPD RI ditujukan kepada DPR RI, sedangkan anggota DPR adalah wakil‐wakil
partai yang dipilih juga langsung oleh rakyat bersama anggota DPD RI,
sehinggaaktualisasidiridalampenentuanalokasianggaransangatditonjolkanperan dan fungsi DPR.
Dengan demikian DPD RI, tidak diberi peluang yang juat untuk aktualisasi diri dan kelembagaan.
Apakah karena persasingan aktualisasi diri atau batasan kewenangan dalam undang‐undang yang
secara sengaja dan sistemik dibuat demikian rupa ( Ketika penetapan Undang‐Undang oleh DPR), agar
DPD tidak keliatan fungsi dan peran penganggarannya. Disisi lain, publik hanya mengetahui selalu dari
hasil keputusan,bukan prosesnya.
c. PERTIMBANGAN DPD RI, diasumsikan tidak FOKUS pada kewenangan yang dimiliki sehingga tidak
menarik bagi DPR RI untuk menjadi masukan dalam pembahasan. Karena itu DPD RI, harus juga
memberikan masukan pada pemerintah melalui pokok‐pokok pikiran dalam penyusunan RENCANA
KERJA TAHUNAN PEMERINTAH (RKP, RENJA K/L) DAN PENYERAPAN USULAN PRIORITAS
Pemerintah Daerah ke pemerintahpusatyangdihimpunolehDPD RI.
Tujuan Kajian :
diperlukan adanya kajian atas pertimbangan DPDRI di bidang anggaran untuk mengetahui
efektivitasnya terhadap pembahasan APBN oleh DPR bersama pemerintah sehingga menjadi perbaikan
di tahun – tahun berikutnya.
Evaluasi
Kebijakan
(Policy
Evaluation) dan
Legal Analysis
Analisis Legal Efektivitas
Pertimbangan DPD RI
kepada DPR RI dalam
Pembahasan APBN dan
APBNP serta Persepsi
Masyarakat Terhadap
Anggaran DPD RI
Singkat 10
juta
(Maksimal 1
Bulan)
Usulan Wakil Ketua
Komite IV
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
24 RUU Perubahan atas UU
No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan
Problematic Situation :
Sesuai Pasal 12 UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan bahwa perencanaan kehutanan meliputi
inventarisasi hutan, pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan kawasan hutan, pembentukan wilayah
pengelola hutan, penyusunan rencana kehutanan.
Perencanaan yang banyak menimbulkan masalah di bidang kehutanan adalah pengukuhan kawasan
hutan dimana kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan hutan adalah tempat pemukiman, ibu kota
kabupaten dan lain-lain.
Selama ini pengukuhan kawasan hutan tidak melibatkan pemerintah daerah, oleh karena itu perlu ada
beberapa perubahan menyangkut ketentuan tentang pengukuhan kawasan hutan dengan melibatkan
pemerintah daerah.
Selain itu pelaksanaan UU No. 41 tahun 1999 juga telah menimbulkan beberapa dampak negatif,
diantaranya (1) Ketidakjelasan, ketidakpastian hakdan kewajiban/ tanggung jawab serta ketidakamanan
dalam pengurusanhutan; (2) Berkurangnya akses masyarakat terhadap hutan; (3) Adanya ketimpangan
alokasi hutan yang dikelola masyarakat, perusahaan swastadan negara; dan (4) Tumpang tindihnya
status kawasan.
Tujuan :
1) Diakuinya hak dan keterlibatan masyarakat lokal secara tegas dalam pengelolaan hutan.
2) Peran pemerintah daerah semakin kuat dalam rangka pengukuhan kawasan hutan.
Evaluasi
Kebijakan
(Policy
Evaluation) dan
Legal Analysis
Kajian Yuridis Empiris
dan Socio Legal Analysis
Penataan Kelembagaan
dan Tata Kelola guna
Penyempurnaan/
Perubahan UU No. 41
Tahun 1999 tentang
Kehutanan
Ikut Membahas Singkat 10
juta
(Maksimal 1
Bulan)
Long List 2015-2019
25 RUU Perubahan atas UU
No. 38 tahun 2004 tentang
Jalan
Problematic Situation :
Kewenangan pengambil kebijakan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang tidak
tegas khususnya dalam pemberian izin, rekomendasi, dispensasi dan pemanfaatan jalan menyebabkan
terjadinya tumpang tindih. Disamping itu formula dalam pengaturan mengenai jalan khususnya jaminan
peningkatan aksesibilitas wilayah yang sedang dan belum berkembangjuga masih belum jelas. Begitu
juga standar konstruksi jalan yang memadai baik untuk jalan nasional, provinsi maupun
kabupaten/kota. Keseluruhan permasalahan ini merupakan permasalahan pelaksanaan UU tentang
jalan yang perlu diperbaiki.
Tujuan :
Perlunya kejelasan dan ketegasan wewenang antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota
dalam pemberian izin, dispensasi dan pemanfaatan jalan serta adanya standar konstruksi yang
memadai baik untuk jalan nasional, provinsi maupun kabupaten/kota.
Evaluasi
Kebijakan
(Policy
Evaluation) dan
Legal Analysis
Kajian Yuridis Empiris
dan Socio Legal Analysis
Kebijakan Rehabilitasi
dan Pembangunan
Infrastruktur guna
Penyempurnaan/
Perubahan atas UU
No.38 tahun 2004
tentang Jalan
Ikut Membahas Singkat 10
juta
(Maksimal 1
Bulan)
Long List 2015-2019
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
II
1 RUU tentang
Perkoperasian
• Terjadi overlapping pelaksanaan undang-undang tentang perkoperasian, serta kuatnya
ego-sektoral dan tarik menarik kepentingan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah
• Diperoleh hasil evaluasi kebijakan perkoperasian di Indonesia
Analisis Legal Analisis Legal Peraturan
Perundang-undangan
tentang Perkoperasian
Ikut Membahas Pendek 25
juta (paling
lama 2
bulan)
Komite IV 1.Penyajian
hasil telaah
dalam
matriks dan
laporan
administratif
2.Artikel Jurnal
3.Hasil kajian menjadi
bahan masukan
tambahan
bagi Tim Ahli
RUU
2 RUU tentang
Perkoperasian
• Landasan Mahkamah Konstitusi membatalkan UU No. 17 Tahun 2012 yakni frasa koperasi
adalah “badan hukum” bertentangan dengan tujuan negara
• Teridentifikasinya permasalahan hukum dan praktik perkoperasian di negara-negara Eropa dan Asia
Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan
Perbandingan
Hukum dan Praktik
Koperasi di Negara-
Negara Eropa dan
Asia
Ikut Membahas Pendek 25
juta (paling
lama 2
bulan)
Komite IV 1. Penyajian
hasil telaah
dalam
matriks dan
laporan
administratif
2. Artikel Jurnal
3. Hasil kajian
menjadi
bahan
masukan
tambahan
bagi Tim Ahli
RUU
3 RUU tentang Perubahan
Kelima atas UU No. 6
Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
Perubahan ketentuan formal perpajakan menjadi sangat relevan dalam upaya meningkatkan
penerimaan pajak yang dominan dalam penerimaan negaraKajian Latar
Belakang
Kebijakan
Kajian Latar Belakang
Kebijakan Reformasi
Regulasi Perpajakan
di Indonesia
Memberi
PertimbanganPendek 25
juta (paling
lama 2
bulan)
Komite IV
KOMITE IV
BIRO PERSIDANGAN II
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
4 RUU tentang Perubahan
Kelima atas UU No. 6
Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan
• UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) merupakan peraturan induk dari
ketentuan formal perpajakan, yang meliputi juga Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
• Ketentuan formal perpajakan tersebut menjadi sangat penting bagi daerah karena terdapat
penerimaan daerah yang diperoleh dari bagi hasil PPh Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Karyawan
Kajian Latar
Belakang
Kebijakan
Kajian Latar Belakang
Kebijakan Korelasi
Perubahan
Ketentuan Formal
Perpajakan dengan
Fiskal Daerah
Memberi
PertimbanganPendek 25
juta (paling
lama 2
bulan)
Komite IV
5 RUU tentang Perubahan
atas UU No. 28 Tahun
2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi
Daerah
Struktur perpajakan pusat dan daerah diupayakan kondusif bagi dunia usaha dan tidak menimbulkan
ekonomi biaya tinggi Policy Research Policy Research Rekonstruksi
Struktur Pajak Pusat
dan Pajak Daerah
Dalam Upaya
Peningkatan
Sumber Penerimaan
Pajak Daerah
Pembahas Utama Pendek 25
juta (paling
lama 2
bulan)
Komite IV Ada NA dan RUU
dari DPD RI
6 RUU tentang
Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah
• Otonomi daerah pada hakikatnya bertujuan mendorong kemandirian daerah dalam memaksimalkan
potensi PAD sebagai sumber pendanaan pembangunan daerah
• Daerah cenderung lebih menggantungkan pendanaan pembangunan dari dana transfer daerah (dana
perimbangan, dana dekonsentrasi, dan dana tugas pembantuan)
• Peningkatan PAD dirasakan menjadi disinsentif bagi daerah karena dengan meningkatnya PAD justru
akan mengurangi pengalokasian DAU (kapasitas fiskal daerah meningkat)
• Diperoleh hasil kajian reformulasi kebijakan dana perimbangan khususnya DAU, dalam Upaya
mendorong peningkatan PAD
• Terbentuknya UU sebagai dasar hukum bagi optimalisasi PAD
Socio Legal
Analysis
Socio Legal Analysis Kebijakan
Dana Perimbangan khususnya
DAU dalam rangka mendorong
Peningkatan PAD
Ikut Membahas Pendek 25
juta (paling
lama 2
bulan)
Komite IV
7 RUU tentang Perubahan
atas UU No. 25 Tahun
2004 tentang Sistem
Perencanaan
Pembangunan Nasional
• RPJM Daerah yang merupakan visi dan misi Kepala Daerah seringkali tidak sinergis dengan RPJM
Nasional
• Terjadinya sinergi RPJM Daerah dan RPJM Nasional dalam upaya sinkronisasi program dan
kesinambungan pembangunan
Policy Research Policy Research Sinergitas
RPJM Nasional dan
RPJMD Daerah
Ikut Membahas Pendek 25
juta (paling
lama 2
bulan)
Komite IV
8 RUU tentang Perubahan
atas UU No. 20 Tahun
1997 tentang
Penerimaan Negara
Bukan Pajak
• Masih banyak potensi PNBP pada K/L yang belum tergali
• Terciptanya peraturan perundang-undangan dalam rangka optimalisasi PNBP pada K/L
Policy Research Policy Research Optimalisasi
Penerimaan Negara
Bukan Pajak dalam
Percepatan
Pembangunan
Memberi
Pertimbangan
Pendek 25 juta
(paling lama
2 bulan)
Komite IV Ada NA dan RUU
dari DPD RI
9 RUU tentang Perubahan
Kedua atas UU No. 7
Tahun 1992 tentang
Perbankan
• Saat ini jenis perbankan terdiri atas Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Perlu dikembangkan
bank khusus (konvensional maupun syariah) yang usahanya fokus pada pembiayaan sektor tertentu
• Terciptanya pengawasan terhadap perbankan yang lebih efisien dan fokus, serta terwujudnya
stabilitas sistem keuangan
Policy Evaluation Policy Evaluation Penguatan
Struktur Perbankan
Nasional
Memberi
Pertimbangan
Pendek 25 juta
(paling lama
2 bulan)
Komite IV
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
10 RUU tentang Jaring
Pengaman Sistem
Keuangan
• Kondisi krisis dapat berpotensi terjadinya moral hazard oleh oknum tertentu dalam penggunaan dana
fasilitas pembiayaan darurat
• Peningkatan fungsi pengawasan terhadap perbankan agar tidak terjadi moral hazard, serta
terciptanya akuntabilitas dan transparansi kebijakan
Policy Background
Paper /Kajian Latar
Belakang
Kebijakan
Policy Background Paper
Akuntabilitas
dan Transparansi
Kebijakan
Pencegahan dan
Penanganan Krisis
Keuangan
Pendek 25 juta
(paling lama
2 bulan)
Komite IV Pandangan dan
Pendapat DPD
RI atas
RUU Jaring
Pengaman
Sistem
Keuangan
(14 Desember
2012)
11 RUU tentang Perubahan
Kedua atas UU No. 23
Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia
• Dengan berlakunya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK maka terjadi peralihan peran pengaturan
dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan bank
(mikroprudensial) kepada OJK. Namun, UU Bank Indonesia (BI) yang berlaku saat ini belum
menyesuaikan dengan perubahan tersebut
• Terciptanya peraturan perundang-undangan yang lebih mengoptimalkan peran BI
Policy Evaluation Policy Evaluation Reformulasi
Peran Bank
Indonesia sebagai
Bank Sentral
Pendek 25 juta
(paling lama
2 bulan)
Komite IV
12 RUU tentang
Penjaminan
• Saat ini belum ada payung hukum bagi pelaksanaan penjaminan kredit daerah bagi UKM
• Terciptanya regulasi tentang penjaminan kredit daerah sebagai salah satu bentuk komitmen dan
keberpihakan kepada UKM
Policy Background
Paper /Kajian Latar
Belakang
Kebijakan
Policy Background Paper
Peningkatan
Kapasitas
Penjaminan Kredit
bagi UKM di Daerah
Pendek 25 juta
(paling lama
2 bulan)
Komite IV
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
III
1 Membangun model simulasi potensi penerimaan pajak dalam APBN
- Untuk mengetahui dampak perubahan potensi penerimaan perpajakan nasional terhadap perubahan
asumsi-asumsi makro ekonomi dalam APBN
Policy Research Policy Research Penyusunan
Model
Simulasi Potensi Pajak
dalam APBN
Madya 60
juta
(Maksimal 6
Bulan)
Budget Office Lembaga Peneliti dari
Universitas
2 Merumuskan Model Ekonomi untuk melakukan peramalan terhadap pertumbuhan ekonomi, inflasi dan
nilai tukar dalam asumsi makro ekonomi Indonesia
- Merumuskan pertumbuhan ekonomi, inflasi dan nilai tukar dalam asumsi makro ekonomi Indonesia
pada RAPBN 2016
Policy Evaluation Policy Evaluation Studi
Penyusunan
Model Ekonomi untuk
Indikator Makro
Ekonomi Indonesia
Madya 60
juta
(Maksimal 6
Bulan)
Budget Office Lembaga Peneliti dari
Universitas
3 Pembangunan berkelanjutan menempatkan pembangunan dalam perspektif jangka panjang.
- Konsep tersebut menuntut adanya solidaritas antar generasi.
- Dalam konteks Indonesia, pembangunan berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kemiskinan,
selain untuk meminimalisir kerusakan sumber daya alam dan lingkungan
Policy Research Policy Research Konsep
Pembangunan Otonomi
Daerah yang Sustainable
terkait dengan Kemampuan
Potensi Ekonomi, Sosial dan
kualitas Lingkungannya
Madya 60
juta
(Maksimal 6
Bulan)
Budget Office Lembaga Peneliti dari
Universitas
4 Investasi infrastruktur merupakan salah satu prasayarat utama tercapainya pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan berkelanjutan
- Ketersediaan infrastruktur mencerminkan adanya investasi dan investasi yang merata mencerminkan
adanya pembangunan infrastruktur yang memadai dan mampu melayani pergerakan ekonomi.
Policy Evaluation Policy Evaluation Peranan
Investasi
Infrastruktur untuk
Daerah dalam rangka
Meningkatkan Daya
Saing (Studi Kasus
Pulau Sumatera)
Madya 60
juta
(Maksimal 6
Bulan)
Budget Office Lembaga Peneliti dari
Universitas
5 Menyediakan informasi tentang permasalahan dan isu strategis tentang kedaulatan dan ketahanan
pangan di setiap wilayah.
- Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman Budget Office DPD RI tentang Strategi, kebijakan,
dan program pembangunan penguatan kedaulatan pangan dengan memperhatikan keragaman daerah.
- Mengembangkan informasi sebagai acuan dan rujukan bagi Budget Office DPD RI dalam memberikan
pertimbangan kepada DPD RI tentang Strategi kebijakan, dan program pembangunan penguatan
kedaulatan pangan dengan memperhatikan keragaman daerah.
Policy Research Policy Research Penguatan
Pangan Berbasis
Kewilayahan
Madya 60
juta
(Maksimal 6
Bulan)
Budget Office Lembaga Peneliti dari
Universitas
BUDGET OFFICE (BO)