18
No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian Alat Kelengkapan Pengusul Keterangan I 1 RUU tentang Wawasan Nusantara Problematic Situation : Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia dalam melihat diri dan lingkungannya sebenarnya pernah dirumuskan dalam konteks hukum dan Peraturan Perundang-undangan ketika UUD 1945 belum diamandemen. Konsepsi Wawasan Nusantara pada waktu itu telah diterima dan dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan melalui Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 dan dinyatakan kembali dalam Tap MPR Nomor IV/MPR/1978, serta yang terakhir dalam Tap MPR Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara. Tujuan Kajian : 1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi terkait dengan wawasan nusantara serta cara-cara mengatasinya dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. 2) Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan pembentukan Rancangan Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi permasalahan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. 3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara. 4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara. Kajian Latar Belakang Kebijakan (Policy Background Paper ) Kajian Latar Belakang Kebijakan (Policy Background Paper) Wawasan Nusantara sebagai Starategi Pembangunan Maritim Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia. Pembahas Utama Madya 60 juta (Maksimal 6 Bulan) PPUU DPD Prioritas tahun 2015, NA ada, RUU sedang Proses DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN BERDASARKAN USUL PROLEGNAS PRIORITAS DPD-RI TAHUN 2015-2019 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN DAN HUKUM (PUSJAKUM)

kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

I

1 RUU tentang Wawasan

Nusantara

Problematic Situation :

Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia dalam melihat diri dan lingkungannya

sebenarnya pernah dirumuskan dalam konteks hukum dan Peraturan Perundang-undangan ketika UUD

1945 belum diamandemen. Konsepsi Wawasan Nusantara pada waktu itu telah diterima dan

dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan melalui Ketetapan MPR

Nomor IV/MPR/1973 dan dinyatakan kembali dalam Tap MPR Nomor IV/MPR/1978, serta yang terakhir

dalam Tap MPR Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara.

Tujuan Kajian :

1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi terkait dengan wawasan nusantara serta cara-cara

mengatasinya dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

2) Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan pembentukan Rancangan

Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi

permasalahan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan

Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara.

4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah

pengaturan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara.

Kajian Latar

Belakang

Kebijakan

(Policy

Background

Paper )

Kajian Latar Belakang

Kebijakan (Policy

Background Paper)

Wawasan Nusantara

sebagai Starategi

Pembangunan Maritim

Indonesia Menuju Poros

Maritim Dunia.

Pembahas Utama Madya 60

juta

(Maksimal 6

Bulan)

PPUU DPD Prioritas tahun 2015, NA

ada, RUU sedang

Proses

DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN

BERDASARKAN USUL PROLEGNAS PRIORITAS DPD-RI TAHUN 2015-2019

PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN DAN HUKUM (PUSJAKUM)

Page 2: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

2 RUU tentang Perlindungan

dan Pemberdayaan

Nelayan

Problematic Situation :

Dibutuhkan pemenuhan hak-hak ekonomi dan sosial warga negara serta adanya perlindungan nelayan tradisional yang mencakup

hak-hak nelayan tradisional melalui instrumen perlindungan nelayan.

Sekitar 90% sumberdaya manusia perikanan terjun pada usaha penangkapan, namun memiliki skala usaha kecil atau subsisten

serta berpendidikan rendah. Pada tahun 2006 jumlah sumberdaya manusia yang bekerja menangkap ikan (nelayan) diperkirakan 4

juta orang atau sekitar 4,21% dari total tenaga kerja produktif. Kualitas sumberdaya manusia nelayan masih sangat

memprihatinkan karena 70% berpendidikan rendah (tidak tamat SD dan tidak sekolah), 20% tamat sekolah dasar dan hanya

0,03% yang memiliki pendidikan sampai jenjang diploma dan sarjana.

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia nelayan diperlukan langkah-langkah strategis melalui kegiatan pendidikan,

pelatihan dan penyuluhan.Mengingat pada masa mendatang pembangunan perikanan membutuhkan sumberdaya manusia yang

handal dan profesional. Sumberdaya manusia nelayan yang berkualitas dapat mewujudkan pembangunan perikanan

bertanggungjawab, keberlanjutan usaha dan peningkatan daya saing produk perikanan baik di dalam maupun di luar negeri.

Apalagi di era globalisasi saat ini, persaingan ekonomi akan semakin kompetitif. Oleh karena itu dukungan sumberdaya manusia

nelayan yang profesional sangat diperlukan.Profesionalisme sangat penting bukan hanya untuk pengembangan dunia usaha dan

industri perikanan di Indonesia tetapi juga memberikan keunggulan dan daya saing bagi sumberdaya manusia itu sendiri karena

sumberdaya manusia tersebut akan lebih dibutuhkan dan dihargai, disamping secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan.

Tujuan Kajian :

1) Tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan dasar nelayan, termasuk keluarga nelayan, yang terdiri atas sandang, pangan,

papan, kesehatan dan pendidikan.

2) Tersedianya prasarana dan sarana produksi secara lokal yang memungkinkan masyarakat nelayan dapat memperolehnya

dengan harga murah dan kualitas yang baik.

3) Meningkatnya peran kelembagaan masyarakat sebagai wadah aksi kolektif (collective action) untuk mencapai tujuan-tujuan

individu.

4) Terciptanya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif di daerah yang memiliki ciri-ciri berbasis sumberdaya lokal (resource-based),

memiliki pasar yang jelas (market-based), dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan kapasitas lingkungan

(environmental-based), dimiliki dan dilaksanakan serta berdampak bagi masyarakat lokal (local society-based), dan dengan

menggunakan teknologi maju tepat guna yang berasal dari proses pengkajian dan penelitian (scientific-based).

5) Terciptanya hubungan transportasi dan komunikasi sebagai basis atau dasar hubungan ekonomi antar kawasan pesisir serta

antara pesisir dan pedalaman.

6) Terwujudnya struktur ekonomi Indonesia yang berbasis pada kegiatan ekonomi di wilayah pesisir dan laut sebagai wujud

pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya alam laut.

Socio Legal

Analysis

Socio Legal Analysis

Pengembangan Nelayan

Berbasis Kearifan Lokal

dan Sustainable

Development dalam

Pemberdayaan dan

Perlindungan Nelayan

Ikut Membahas Madya 60

juta

(Maksimal 6

Bulan)

Komisi IV DPR

dan Komite II

DPD

Prioritas tahun 2015

Ada NA dan RUU dari

DPD

3 RUU tentang Perubahan

atas UU No.25 tahun 2007

Tentang Penanaman Modal

Problematic Situation :

Kebijakan pokok mengenai hukum penanaman modal di Indonesia dimaksudkan untuk menarik jumlah

modal asing dengan harapan, usaha ini akan menghasilkan kebangkitan ekonomi nasional. Masih

tingginya tingkat pengangguran, rendahnya pendapatn perkapita serta lebarnya ketimpangan ekonomi

masyarakat menjadi bukti bahwa perekonomian Indonesia saat ini masih berada dalam situasi stagnan.

Hal ini sangat ironis jika dibandingkan dengan potensi sumber daya alam maupun manusia yang besar

di negara ini. Penanaman modal diharapkan memainkan peran dengan mengolah potensi ekonomi

yang besar menjadi kekuatan ekonomi riil. Peningkatan penanaman modal di Indonesia diharapkan

menjadi penting dalam hal m,empercepat pembangunan ekonomi nasional dan perwujudan kedaulatan

politik serta ekonomi Indonesia.

Tujuan :

Adanya regulasi nasional mengenai penanaman modal yang mempertimbang-kan aspek pembangunan

berkelanjutan sekaligus sebagai jawaban atas konsep pasar bebas yang tetap berpedoman pada

filosofi ekonomi Indonesia yang mengarahkan negara pada bentuk negara kesejahteraan.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation ) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris

dan Socio Legal Analysis

Kebijakan Penanaman

Modal di Daerah guna

Penyempurnaan UU No.

25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal

Ikut Membahas Madya 60

juta

(Maksimal 6

Bulan)

Long List 2015-2019

Page 3: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

4 RUU Perubahan atas UU

No. 4 tahun 2009 Tentang

Pertambangan Mineral dan

Batubara

Problematic Situation :

Setidaknya ada tiga masalah utama yang diidentifikasi dalam pengaturan pertambangan mineral dan

batubara yang ada saat ini, yaitu menyangkut konsep ideal bahwa kekayaan alam mineral dan batubara

sebagai modal kemakmuran, ambigu persepsi terhadap pengertian “dikuasai” dalam pasal 33 ayat (3)

UUD 1945 dan optimasi penerimaan negara dari pengelolaan kekayaan alam mineral dan batubara.

Tujuan :

1) adanya pengaturan mengenai politik pertambangan dan ekonomi pertambangan.

2) Politik pertambangan harus mencerminkan kedaulatan usaha sesuai jiwa pasal 33 UUD 1945.

3) Pengaturan ekonomi pertambangan harus mencerminkan peningkatan bagian bagian yang imbang

(benefit share) bagi bangsa Indonesia.

Kajian Yuridis

Empiris dan

Sosio Legal

Analysis

Kajian Yuridis Empiris

dan Socio Legal Analisis

Kesejahteraan Masyrakat

dan Konservasi

Lingkungan guna

Penyempurnaan UU

No.4 tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral

dan Batu Bara

Ikut Membahas Muda 40

juta

(Maksimal 4

Bulan)

Komisi VII DPR

dan Komite II

DPD

Prioritas tahun 2015

Ada NA+RUU

5 RUU tentang Pengelolaan

Terpadu Kawasan

Megapolitan Jakarta, Bogor,

Depok, Tangerang, Bekasi

dan Cianjur

Problematic Situation :

Jakarta sebagai Ibukota Negara telah menjadi sebuah kota metropolitan dan sebagai salah satu pusat bisnis dengan jumlah

penduduk terpadat di Indonesia. Luas wilayah Jakarta hanya mencapai 650 km2, namun pertambahan penduduknya dari tahun ke

tahun amat cepat, hingga kini tercatat penduduk Jakarta telah mencapai 9 juta jiwa dengan kepadatan 13.667,01 jiwa per km2. Itu

pun belum termasuk mobilitas sekitar 2 juta jiwa penduduk dari kota tetangga, seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok, dan

Cianjur yang setiap harinya turut melakukan berbagai aktivitas di Jakarta.

Tingginya pertambahan penduduk baik secara alamiah maupun migrasi sangat rentan terhadap masalah sosial, ekonomi, dan

demografis yang sangat kompleks. Belum lagi dengan minimnya kondisi sumber daya alam wilayah Jakarta. Ada korelasi antara

tingginya tingkat kepadatan penduduk kota dengan tingginya tingkat tantangan dan masalah-masalah sosial kota Jakarta dan kota

penyangga.

Dengan kondisi seperti itu maka sudah dipastikan daya dukung dan daya tampung wilayah Jakarta untuk menopang

pembangunan sudah tidak mampu lagi. Untuk itu, diperlukan kebijakan penyatuan dan perencanaan tata ruang kawasan

penyangga berupa kawasan terpadu dalam satu kesatuan rencana induk (master plan) yang terintegrasi meliputi Jakarta, Bogor,

Tangerang, Bekasi, Depok, dan Cianjur.

Keterlibatan wilayah-wilayah tersebut tetap harus memperhatikan segala aspek dan faktor dalam satu rangkaian yang

komprehensif. Karena itu, menyatunya wilayah tersebut dapat dikoordinasikan sebagai satu wilayah terpadu untuk membangun

rencana induk (master plan) Megapolitan Jabodetabekjur.

Pentingnya wilayah Jakarta baik sebagai Ibukota Negara maupun sebagai kawasan perekonomian nasional sejatinya telah

diupayakan pengaturannya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,

Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabodetabekpunjur) dan Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur.

Kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional yang memerlukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,

dan pengendalian pemanfaatan ruang secara terpadu.

Tujuan Kajian :

1) Dibutuhkan sebuah peraturan perundang-undangan yang bersifat lex specialist menjadi payung hukum dalam pengelolaan

kawasan Jakarta dan kota-kota penyangganya melalui RUU tentang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan

Cianjur (RUU Jabodetabekjur).

2) Perlu peraturan perundang-undangan yang cukup kuat untuk menata kawasan Jakarta sebagaimana layaknya kota-kota

metropolitan di dunia.

3) Kompilasi materi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah kedalam undang-undang yang baru

mengingat beberapa kota penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi Puncak, dan Cianjur masih menggunakan

Undang-Undang Pemerintahan Daerah dalam melaksanakan kebijakan dan perencanaan daerahnya.

Socio Legal

Analysis

Kajian Latar Belakang

Kebijakan dan Socio

Legal Analysis

Pengaturan Pengelolaan

Terpadu Kawasan

Megapolitan Jakarta,

Bogor, Depok,

Tangerang, Bekasi dan

Cianjur (Jabodetabekjur)

Pembahas Utama Muda 40

juta

(Maksimal 4

Bulan)

Long List 2015-2019

Page 4: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

6 RUU tentang Perubahan

Atas UU Nomor 26 Tahun

2007 tentang Penataan

Ruang

Problematic Situation :

Berbicara masalah tata ruang masih banyak ditemukan permasalahan dan kendala pembangunan,

terutama dalam kerangka pembangunan wilayah. Permasalahan umum yang masih ditemukan antara

lain : (1) Kesenjangan dalam dan antarwilayah, (2) Keterbatasan akses ke kawasan terpencil/tertinggal

dan akses ke pasar, (3) Sistem pembangunan yang masih sentralistik dan sektoral, (4) Lemahnya

keterpaduan program yang berbeda sumber pendanaannya, (5) Belum efektifnya pemanfaatan rencana

tata ruang sebagai alat keterpaduan pembangunan (wilayah/ sektoral), (6) Pengelolaan pembangunan

di daerah belum optimal dalam menunjang upaya pengembangan wilayah, dan (7) Terakumulasi¬nya

modal di kawasan perkotaan.

Keberhasilan kombinasi beberapa pendekatan seperti ini membutuhkan partisipasi politik yang tinggi

dari masyarakat adat dalam proses penataan ruang dan penentuan kebijakan pengelolaan SDA di

wilayah ekosistem. Semakin tinggi partisipasi politik dari pihak-pihak berkepentingan akan

menghasilkan rencana tata ruang yang lebih akomodatif terhadap kepentingan bersama yang

"intangible" yang dinikmati bersama oleh banyak komunitas yang tersebar di seluruh wilayah ekosistem

tersebut, seperti jasa hidrologis. Dalam konteks ini maka membangun kapasitas masyarakat adat yang

berdaulat (mandiri) harus diimbangi dengan jaringan kesaling-tergantungan (interdependency) antar

komunitas dan antar para pihak. Untuk bisa mengelola dinamika politik di antar para pihak yang

berbeda kepentingan seperti ini dibutuhkan tatanan organisasi birokrasi dan politik yang partisipatif

demokrasi (participatory democracy).

Tujuan Kajian :

1) Memperkuat aspek penegakan hukum terhadap pelanggaran-pelanggaran pemanfaatan ruang,

khususnya pelanggaran yang terjadi pada masa transisi. Satu dan lain hal, karena selama ini betapa

sulitnya menjerat pelaku-pelaku pelanggaran pemanfaatan ruang.

2) Penyederhanaan proses dan prosedur penyusunan rencana tata ruang wilayah, khususnya wilayah

kabupaten. Penyederhanaan ini dimaksudkan sebagai upaya mempercepat proses pengesahan

Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah demi percepatan penyelenggaraan

pembangunan di daerah.

Socio Legal

Analysis

Kajian Latar Belakang

Kebijakan dan Socio

Legal Analysis guna

Pengaturan Penataan

Ruang Berbasis Kerja

sama antar-daerah

Pembahas utama Muda 40

juta

(Maksimal 4

Bulan)

7 RUU tentang Badan Usaha

Milik Daerah

Problematic Situation :

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah masih berlaku sampai dengan

disahkannya undang-undang penggantinya. Namunsampai saatini belum ada undang-undang

pengantinya, sedangkan materi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah

memiliki semangat berbeda dengan situasi dan kondisi sekarang. Oleh karena itu, dalam

implementasinya undang-undang tersebut sudah tidak relevan dan kurang mampu mengakomodasi

penyelenggaraan BUMD serta tidak dapat menjawab dinamika manajemen perusahaan yang

menyangkut berbagi aspek antara lain personil kelembagaan, tata kerja yang tidak dapat mengemban

fungsi dan perannya dalam mendukung fungsi perusaha-an sebagai kontributor PAD.

Tujuan Kajian :

1) Adanya pengaturan tentang pengelolaan BUMD secara profesional dan sesuai dengan prinsip-prinsip

good corporate governance serta sesuai dengan tujuan didirikanya sebuah badan usaha yang

berorentasi pada profit oriented.

2) Merupakan tuntutan sebagai sebuah badan usaha yang didirikan untuk melayani kepentingan publik

atau masyarakat.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris

dan Socio Legal Analysis

Pengelolaan BUMD

secara Profesional guna

Penyempurnaan/Pengga

ntian UU No. 5 Tahun

1962 tentang

Perusahaan Daerah

Pembahas utama Muda 40

juta

(Maksimal 4

Bulan)

Long List 2015-2019

Page 5: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

8 RUU tentang Partisipasi

Masyarakat

Problematic Situation :

Sesuai dengan ide negara hukum, maka partisipasi publik dalam penyusunan RUU mesti diatur secara

jelas dalam suatu aturan hukum tertentu. Sendi utama negara hukum, menurut adalah hukum

merupakan sumber tertinggi (supremasi hukum) dalam mengatur dan menentukan mekanisme

hubungan hukum antara negara dan masyarakat atau antar-anggota masyarakat yang satu dengan

yang lainnya. Hukum mempunyai dua pengertian, yakni hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Dalam

hal inilah di Indonesia sudah saatnya partisipasi itu sudah dalam konteks partisipasi otentik, bukan

semua sehingga perlu dijamin dalam sebuah undang-undang.

Tujuan Kajian :

Terciptanya sebuah mekanisme kelembagaan yang menempatkan masyarakat pada posisi yang jelas

dan strategis dalam kerangka pembentukan kebijakan pemerintahan dalam sebuah payung hukum.

Socio Legal

Analysis

Kajian Latar Belakang

Kebijakan dan Socio

Legal Analysis

Pengaturan Partisipasi

Publik dalam

Penyusunan RUU

Partisipasi Masyarakat

Pembahas Utama Pendek 25

Juta

(Maksimal 2

Bulan)

Long List 2015-2019

9 RUU tentang

Penyelenggaraan

Pemerintah di Wilayah

Kepulauan

Problematic Situation :

- Wilayah Kesatuan Republik Indonesia dibagi menjadi Daerah besar dan daerah kecil. Pembagian

tersebut pada intinya merupakan implementasi dari desentralisasi teritorial. Sehubungan dengan hal ini,

maka ketika pembagian tersebut dilakukan dalam konteks administratif membuka kemungkinan

terjadinya terjadinya penggabungan beberapa pulau ke dalam satu provinsi;

- Pembagian beberapa pulau dalam satu provinsi saat ini sering menimbulkan berbagai persoalan

termasuk keinginan pulau-pulau yang bergabung ini untuk memisahkan diri dengan Provinsi induk

(pemekaran);dan

- Kehendak untuk memisahkan diri tersebut sering tidak diikuti dengan pengkajian yang mendalam

menyangkut keadaan, kemampuan, dan kebutuhan yang rasional. Bahkan hanya semata-mata

dilandasi oleh adanya berbagai konflik baik yang bedimensi kultural maupun politis.

Tujuan Kajian :

1) Mempertegas kriteria tentang provinsi kepulauan, agar tetap terjaga dalam satu wilayah administratif

guna mensinergikan berbagai potensi yang dimiliki;

2) Memperkuat desentralisasi teritorial berbasis kepulauan guna mewujudkan prinsip kenusantaraan;

3) Meningkatkan kemampuan otonomi provinsi kepulauan guna menunjang pembangunan nasional;

dan

4) Memperkuat integrasi bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Socio Legal

Analysis

Kajian Latar Belakang

Kebijakan dan Socio

Legal Analysis Pokok-

Pokok Pengaturan/tata

kelola dalam Penyusunan

RUU Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah di

Wilayah Kepulauan

Ikut Membahas Pendek 25

Juta

(Maksimal 2

Bulan)

Long List 2015-2019

Page 6: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

10 RUU tentang Ekonomi

Kreatif

Problematic Situation :

Dalam rencana strategis pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia 2012-2014, yang disusun

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, telah ditegaskan bahwa

Kemenparekraf akan mengembangkan 15 subsektor industri kreatif yang dikelompokkan sebagai 9

kelompok sektor ekonomi kreatif sesuai dengan pembagian tugas serta fungsi unit kerja dalam

Kemenparekraf, meliputi:

1. Desain yang meliputi: desain komunikasi visual, desain produk, desain kemasan, desain grafis, dan

desain industri;

2. Arsitektur, meliputi: arsitektur bangunan, lansekap, interior, dan arsitektur kota;

3. Media konten, meliputi konten: permainan interaktif, periklanan, audio dan video, tulisan fiksi dan

nonfiksi, animasi dan komik, web dan mobile;

4. Fesyen, meliputi: busana, alas kaki, dan aksesoris;

5. Perfilman, meliputi: film layar lebar, film iklan, film animasi, video, dan film TV,

6. Seni pertunjukan, meliputi tari, sastra, teater, dan musik;

7. Seni rupa, meliputi: seni instalasi, seni keramik, kriya, seni patung, seni lukis, fotografi, dan seni

grafis;

8. Industri musik; dan

9. Kuliner sebagai bagian dari pariwisata.

Dengan begitu luasnya wilayah/cakupan ekonomi kreatif dan begitu besarnya peluang untuk

meningkatkan kesejahteraan melalui ekonomi kreatif ini maka sewajarnya Indonesia memberi perhatian

yang besar terhadap eknomi kreatif ini. Salah satu bentuk pengembangan ekonomi kreatif itu adalah

dengan membuat regulasi yang tegas yang mengatur kegiatan tersebut dalam masyarakat berbangsa

dan bernegara.

Tujuan Kajian :

1) Supaya ada payung hukum yang tegas untuk mengatur kegiatan yang berhubungan dengan

kreatifitas di Indonesia.

2) Agar regulasi yang terpisah dan berada dalam berbagai Undang-Undang lain bisa menjadi satu.

3) Agar bisa pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia bisa dilaksanakan dengan landasan hukum

yang kuat, terstruktur secara baik dan memiliki penangggung jawab yang jelas.

Meta Study

Analysis dan

Socio Legal

Analysis

Meta Study Analysis

dan Socio Legal Analysis

Pengembangan Ekonomi

Kreatif Berbasis Budaya

Lokal

Ikut Membahas Pendek 25

Juta

(Maksimal 2

Bulan)

Long List 2015-2019

Page 7: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

11 RUU Tentang Pendapatan

Asli Daerah (RUU Tentang

Peningkatan Pendapatan

Asli Daerah)

Problematic Situation :

a. Otonomi daerah terbagi atas otonomi provinsi dan kabupaten/kota, namun disisi lain pemerintahan

desa juga diberikan sebagian kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri sehingga dari

aspek pendapatan asli daerah dan desa sering mengalami permasalahan antara batas kewenangan

dalam pengelolaan PAD.

b. Pendapatan asli daerah adalah salah satu dari berbagai sumber pendapatan daerah namun

seharusnya lebih besar dibanding bagi hasil dari pemerintah pusat sebab akan mencerminkan

kapasitas keuangan daerah dalam berotonomi. namun kenyataannya sebagian besar pemerintah

provinsi dan kabupaten/kota,masih sangat kecil kontribusi PAD dalam pendapatan daerah. apakah

karena pembagian kewenangan pengelolaan PAD atau SDM dan sarana prasarana yang kurang

memadai sehingga potensi mungkin saja besar namun belum menghasilkan PAD yang signifikan bagi

daerah.

c. Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak sumber PAD yang seharusnya dikelola oleh daerah,

namun masih dikelola pemerintah pusat sehingga jenis‐jenis sumber PAD berkurang. misalnya PBB

pertambangan dan migas, yang potensinya cukup besar justru di pungut pusat dan pemerintah daerah

hanya menerima bagi hasil dari pemerintah pusat. disisi lain pajak bbm misalnya dipungut berulang

antara pemerintah pusat dan daerah provinsi. bahkan masih juga tarik menarik kewenangan antara

pemerintah.

d. Menemukan kesenjangan antara potensi pendapatan dengan hasil yang dicapai dalam mendukung

alokasi belanja pada APBD, sehingga dapat dirumuskan peraturan perundangan‐undangan yang

secara tegas memperjelas potensi PAD antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota sesuai

kewenangan yang dimilikinya.

Tujuan Kajian :

1) Menemukan kesenjangan antara potensi pendapatan dengan hasil yang dicapai dalam mendukung

alokasi belanja pada APBD.

2) Merumuskan peraturan perundangan‐undangan yang secara tegas memperjelas potensi PAD antara

pemerintah provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangan yang dimilikinya.

Socio Legal

Analysis

Socio Legal Analysis

Peningkatan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) untuk

kemandirian daerah

Ikut Membahas Singkat 10

juta

(Maksimal 1

Bulan)

Usulan Wakil Ketua

Komite IV

Page 8: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

12 RUU Tentang Ketentuan

Umum Perpajakan

(RUU tentang Perubahan

Kelima Atas UU No.6 Tahun

1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara

Perpajakan)

Problematic Situation :

a. PAJAK DAERAH adalah sumber utama pendapatan asli daerah,namundalam berbagai peraturannya

sangat tergantung pada pemerintah pusat,bahkan pengesahan PERDA juga oleh pemerintah pusat.

Pemisahan antara kewenangan di bidang pajak nasional dan pajak daerah, cenderung ditentukan

sepihak oleh pemerintah pusat.Seharusnya dalam membagi jenis pajak yang dikelola pusat dan daerah,

dimusyawarahkan dengan baik bahkan daerah dapat diberikan kewenangan menentukan jenis pajak

yang dapat dipungut sepanjang tidak tumpang tindih dengan pajak nasional.

b. Pengelolaan PAJAK yang menggunakan system self assessment (Penghitungan dan pembayaran

sendiri), disatu sisi sangat baik dalam kaitan transparansi pengelolaan pajak namun dalam aspek

akuntabilitasnya masih lemah sebab kejujuran wajib pajak masih harus dievaluasi setiap saat.

c. Penerimaan negara dan daerah dari sektor pajak masih kurang dibanding dengan potensi yang ada.

Masalahnya selalu dikaitkan dengan SDM, Sarana Prasarana serta kesadaran wajib pajak.

d. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),digagas akan dihapus oleh pemerintah pusat padahal menjadi

sumber utama PAD Kabupaten/Kota. Apakah ada jenis pajak lain yang dapat menjadi pengganti PBB

yang diserahkan pada daerah pengelolaannya sehingga sumber utama PAD bagi Kabupaten/Kota tidak

berkurang, jika perlu makin memberi peluang daerah makin meningkatkan pendapatannya.

Tujuan Kajian :

Mengkaji kewenangan pengelolaan perpajakan antara pemerintah pusat dan daerah, potensi dan

masalah pengelolaan pajak daerah khususnya pajak bumi dan bangunan sehingga dapat menjadi

bahan rumusan RUU oleh DPD RI.

Socio Legal

Analysis

Socio Legal Analysis

Sistem Pengelolaan

Perpajakan Nasional

guna Perubahan Kelima

atas Undang-Undang

No.6 Tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan

Memberi

Pertimbangan

Singkat 10

juta

(Maksimal 1

Bulan)

Usulan Wakil Ketua

Komite IV

13 RUU tentang Perubahan

Atas UU No. 1 tahun 2015

tentang Penetapan Perpu

Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan

Gubernur, Bupati, dan

Walikota menjadi Undang-

Undang

Problematic Situation : Kondisi politik

pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang selama ini berjalan perlu dielaborasi secara mendalam agar

tercapai pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah yang sesuai dengan aspirasi dan keinginan daerah.

Tujuan :

Terbentuknya payung hukum pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang sesuai dengan keinginan

masyarakat dan daerah.

Kajian Yuridis

Empirik dan

Sosio Legal

Analysis

Kajian Yuridis Empiris

dan Socio Legal Analysis

mekanisme Pemilihan

Kepala Daerah

berlandaskan prinsip-

prinsip demokrasi guna

Penggantian/Penyempur

naan atas UU No.1 tahun

2015 tentang Penetapan

Perppu No. 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan

Gubernur, Bupati dan

Walikota menjadi UU

Ikut Membahas Singkat 10

juta

(Maksimal 1

Bulan)

Komisi II DPR Prioritas tahun 2015

Ada NA+RUU

Page 9: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

14 RUU tentang Perubahan

Atas Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2014

tentang MPR, DPR, DPD,

dan DPRD / RUU tentang

DPD.

Problematic Situation :

UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (UU MD3) yang terbit pasca Putusan

Mahkamah Konstitusi dan menggantikan UU No. 27 Tahun 2009, memuat ketentuan Pasal-pasal yang

mereduksi, menegasikan, bahkan mengikis kewenangan konstitusional DPD sebagaimana telah

ditegaskan oleh Mahkamah Konstitusi. Hal ini menunjukkan bahwa pembentuk UU MD3 nyata-nyata

tidak menghargai putusan Mahkamah Konstitusi No. 92/PUU-X/2012 tersebut. Kondisi yang demikian

ini jelas-jelas tidak memberikan teladan bagi rakyat Indonesia dalam melaksanakan penegakan hukum,

karena justru Lembaga Negara setingkat pembentuk UU juga tidak mengindahkan keputusan lembaga

yang diberi kewenangan konstitusi untuk memutuskan permohonan pengujian UU terhadap UUD 1945,

yakni Mahkamah Konstitusi.

Berdasarkan Putusan MK tersebut, DPD berpandangan perlunya dilakukan penyesuaian dan

perubahan terhadap UU MD3 terutama kaitannya dengan pelaksanaan kewenangan kelembagaan DPD

serta mekanisme pelaksanaan pembahasan legislasi yang konstitusional.

Tujuan Kajian :

1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi oleh DPD sebagai lembaga perwakilan daerah dalam

proses legislasi khususnya dalam rangka mengemban visi dan misi memperjuangkan kepentingan

daerah dalam penentuan kebijakan nasional;

2) Merumuskan permasalahan hukum yang terkait dengan penentuan norma-norma hukum

kewenangan DPD sebagaimana telah ditegaskan dalam UUD 1945 yang kemudian didelegasikan ke

undang-undang pelaksanaannya, yaini UU MD3;

3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis pembentukan Rancangan

Undang-undang tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD;

dan

4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan dan arah

pengaturan dalam Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 17

Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

Socio Legal

Analysis

Socio Legal Analysis

Fungsi Representasi

DPD RI untuk

Penyempurnaan Undang-

Undang Nomor 17 Tahun

2014 tentang MD3

Ikut Membahas Singkat 10

juta

(Maksimal 1

Bulan)

Long List 2015-2019

15 RUU tentang Perubahan

Atas Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-

undangan

Problematic Situation :

Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 92/PUU-X/2012 beberapa ketentuan dalam

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234) dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan beberapa ketentuan yang lain dinyatakan tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai sebagaimana yang telah diputuskan oleh MK

(unconstitutional conditional/tidak konstitusional bersyarat).

Beberapa ketentuan yang diputus oleh MK tersebut adalah terkait dengan perencanaan pembentukan

undang-undang (prolegnas), pengajuan rancangan undang-undang, dan pembahasan rancangan

undang-undang. Dengan demikian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 perlu dilakukan

perubahan dan masuk ke dalam program legislasi nasional sebagai RUU kumulatif terbuka akibat

adanya putusan MK.

Tujuan Kajian :

1) Menindaklanjuti Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 92/PUU-X/2012 terkait dengan

dinyatakan tidak bmempunyai kekuatan hukum mengikat dan pertentangan bersyarat dengan UUD

1945 beberapa ketentuan dalam UU 12/2011;

2) Mengatur lebih lanjut mekanisme pelaksanaan pembentukan undang-undang antara DPR, Presiden,

dan DPD sesuai dengan UUD 1945 melalui perubahan UU 12/2011; dan

3) Menyerap aspirasi masyarakat dan stakeholders penyelenggara negara dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan.

4) Sasaran yang diharapkan tercapai dengan adanya penyusunan RUU ini adalah terwujudnya

hubungan Presiden, DPR, dan DPD dalam pembentukan undang-undang yang sesuai dengan UUD

1945 sebagaimana diputuskan oleh MK.

Evaluasi

Implementasi

Kebijakan (Policy

Implementation)

dan Legal Analysis

Legal Analysis

Mekanisme Pengawasan

Pembentukan Undang-

Undang dari Agenda

Setting sampai

Implementasi Kebijakan

Terkait Putusan

Mahkamah Konstitusi

(MK) No. 92/PUU-

X/2012 tanggal 27 Maret

2013

Ikut Membahas Singkat 10

juta

(Maksimal 1

Bulan)

Page 10: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

16 RUU tentang Hak

Keuangan/Administratif

Pimpinan/Anggota Lembaga

Negara Republik Indonesia

serta Mantan Pimpinan dan

Anggota Lembaga Negara

Republik Indonesia.

Problematic Situation :

Sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan Administratif

Pimpinan dan Anggota Lembaga tertinggi/Tinggi Negara Serta Bekas Pimpinan Lembaga

Tertinggi/Tinggi Negara. Penggantian ini dikarenakan perkembangan dan perubahan ketatanegaraan

seiring dengan adanya amandemen UUD 1945, maka perlu disesuaikan dengan kondisi kekinian.

Dalam hal ini penyebutan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara juga telah diubah menjadi Lembaga

Negara.

Tujuan Kajian :

Pelaksanaan amandemen UUD 1945 telah membawa konsekuensi pada pembentukan lembaga-

lembaga negara baru. Sehubungan dengan hal tersebut perlunya dibentuk sebuah payung hukum yang

mengatur mengenai pemenuhan Hak Keuangan/Administrasi Pimpinan dan Anggota Lembaga Negara.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation ) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris

Hak-Hak

Keuangan/Administratif

Pimpinan/Anggota

Lembaga Negara

Republik Indonesia serta

Mantan Pimpinan dan

Anggota Lembaga

Negara Republik

Indonesia dalam

Perspektif Good

Governance untuk

Penggantian UU No.12

Tahun 1980

Ikut Membahas Singkat 10

juta

(Maksimal 1

Bulan)

Long List 2015-2019

Page 11: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

17 RUU tentang Pemerintahan

Otonomi Khusus Bagi

Provinsi di Tanah Papua

Problematic Situation :

UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua merupakan satu langkah maju

yang diambil oleh Pemerintah RI dalam rangka melindungi hak ulayat orang Papua akan tanah, air, dan

kekayaan alam Papua lainnya. Di dalam perkembangannya, keberlangsungan otonomi khusus di Papua

ternyata belum dapat dikatakan berhasil, bila diukur dari 4 (empat) bidang pokok yang menjadi sasaran

yakni pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi kerakyatan, dan infrastruktur pada kenyataannya

masih ditemukan beberapa kekurangan.

Dari berbagai permasalahan tersebut dapat dilihat bahwa keberadaan UU Nomor 21 Tahun 2001

tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua memiliki alasa-alasan untk dilakukan perubahan sebagai

berikut:

- Bahwa UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua sudah tidak sesuai

dengan perkembangan masyarakat;

- Bahwa telah terjadi perubahan tata pemerintahan di Provinsi Papua dengan adanya Provinsi Papua

Barat;

- Adanya DPRP dan MRP di Provinsi Papua Barat;

- Perkembangan konteks, tuntutan, dan kebutuhan masyarakat di Papua; dan

- Mengakomodir kewenangan bidang lain yang diperluas untuk diatur dalam RUU tentang Otonomi

Khusus Papua.

Tujuan Kajian :

Terwujudnya sebuah kepastian hukum dalam kerangka menciptakan masyarakat Papua yang adil dan

sejahtera, dengan meiningkatkan pembangunan disektor pendidikan, ekonomi kerakyatan, dan

infrastruktur.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris

dan Socio Legal Analysis

Kelembagaan Otonomi

Khusus Provinsi Papua

dalam rangka Perubahan

dan Penyempurnaan atas

UU No. 21 Tahun 2001

tentang Otsus Papua

Pembahas Utama Muda 40

juta

(Maksimal 4

Bulan)

Long List 2015-2019

18 RUU tentang Provinsi Bali Problematic Situation :

1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara

Timur;

khusus dalam kerangka regulasi nasional.

pariwisata, keadilan dalam perimbangan keuangan sampai dengan kebutuhan “one island, one

management” dalam mengatasi problem Bali.

Tujuan :

1) Terwujudnya pembangunan yang berlandaskan budaya Bali dan berwawasan lingkungan.

2) Terwujudnya pengakuan, penghormatan, dan pemberdayaan kesatuan masyarakat hukum adat dan

hak-hak asal usul untuk memperkokoh ketahanan sosial.

3) Terwujudnya perlindungan, penghormatan, dan pengembangan budaya Bali sebagai warisan budaya

bangsa.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris

dan Socio Legal Analysis

Penataan Ulang

Kelembagaan Usaha dan

Investasi di Provinsi Bali,

NTB dan NTT untuk

Kesejahteraan

Masyarakat

Pembahas Utama Madya 60

juta

(Maksimal 6

Bulan)

Long List 2015-2019

Page 12: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

19 RUU tentang Perubahan

atas UU No.25 tahun 2007

Tentang Penanaman Modal

Problematic Situation :

Kebijakan pokok mengenai hukum penanaman modal di Indonesia dimaksudkan untuk menarik jumlah

modal asing dengan harapan, usaha ini akan menghasilkan kebangkitan ekonomi nasional. Masih

tingginya tingkat pengangguran, rendahnya pendapatn perkapita serta lebarnya ketimpangan ekonomi

masyarakat menjadi bukti bahwa perekonomian Indonesia saat ini masih berada dalam situasi stagnan.

Hal ini sangat ironis jika dibandingkan dengan potensi sumber daya alam maupun manusia yang besar

di negara ini. Penanaman modal diharapkan memainkan peran dengan mengolah potensi ekonomi

yang besar menjadi kekuatan ekonomi riil. Peningkatan penanaman modal di Indonesia diharapkan

menjadi penting dalam hal m,empercepat pembangunan ekonomi nasional dan perwujudan kedaulatan

politik serta ekonomi Indonesia.

Tujuan :

Adanya regulasi nasional mengenai penanaman modal yang mempertimbang-kan aspek pembangunan

berkelanjutan sekaligus sebagai jawaban atas konsep pasar bebas yang tetap berpedoman pada

filosofi ekonomi Indonesia yang mengarahkan negara pada bentuk negara kesejahteraan.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris

dan Socio Legal Analysis

Pengembangan

Kerjasama Kawasan

guna Penyempurnaan

Tata Kelola dalam

Perubahan UU No. 25

Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal

Ikut Membahas Pendek 25

Juta

(Maksimal 2

Bulan)

Long List 2015-2019

20 RUU tentang

Pengembangan

Pembangunan Daerah

Kepulauan

Problematic Situation :

Pembangunan di provinsi berciri kepulauan berjalan sangat lamban dibandingkan dengan provinsi

berciri daratan karena dalam penetapan DAU dan DAK tidak memperhi-tungkan luas lautan

pedalamannya dan laut teritorialnya.

Tujuan :

mengakomodir konsep pembangunan kontinental yang berorientasi kelautan dan kepulauan yang

mendorong kesejahteraan masyarakat lokal melalui instrumen pendayagunaan sumberdaya maritim

dalam suatu wilayah provinsi atau kabupaten/kota berbasis maritim.

Socio Legal

Analysis

Kajian Latar Belakang

Kebijakan dan Socio

Legal Analysis Strategi

Pembangunan dan

Pengembangan Daerah

Kepulauan dalam RUU

Pengembangan Daerah

Kepulauan

Ikut Membahas Pendek 25

Juta

(Maksimal 2

Bulan)

Long List 2015-2019

21 RUU tentang Pertanahan Problematic Situation :

• Adanya dualisme adminstrasi pertanahan antar sektor, khususnya instansi pertanahan dan instansi

kehutanan

• Memberi tuntutan kebutuhan dasar yang kuat untuk pengadministrasian tanah ulayat.

• Menyelesaikan masalah pertanahan secara lebih berkeadilan dan cepat

• Pengaturan yang baik tentang hak-hak warga Negara yang terkait dengan bidang pertanahan.

Tujuan Kajian :

1) Pengejawantahan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia, khususnya

dalam bidang pertanahan.

2) Memperkuat kedudukan hak-hak masyarakat, redistribusi tanah, dan penyelesaian konflik

pertanahan dengan mengedepankan keadilan.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation ) dan

Legal Analysis

Socio Legal Analysis Hak

Tanah Ulayat dalam

Undang-Undang No. 5

Tahun 1960 Tentang

Pokok-Pokok Agraria

untuk Perubahan dan

Penyempurnaan UU

Pertanahan

Ikut Membahas Singkat 10

juta

(Maksimal 1

Bulan)

Komisi II DPR Prioritas tahun 2015,

Ada NA+RUU

Page 13: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

22 RUU tentang Perkoperasian Problematic Situation :

Permasalahan utama dari UU No 17 Tahun 2012 yang menjadi landasan MK membatalkannya yakni

frasa koperasi adalah “badan hukum” bertentangan dengan tujuan negara untuk memajukan

kesejahteraan umum, jaminan kepastian hukum, asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Bahwa

pengertian “Koperasi adalah Badan Hukum” sesungguhnya hanya kontinum dari pengertian UU No 25

Tahun 1992 yang berlaku sebelumnya yang menyebut pengertian koperasi sebagai “Badan Usaha”.

Koperasi bukanlah Badan Hukum atau Badan Usaha, tapi Koperasi adalah perkumpulan otonom dari

orang-orang dan/atau organisasi rakyat.

Definisi koperasi tersebut juga selaras dengan gerakan koperasi dunia, International Co-operative

Alliance (ICA). Sebab itu, koperasi adalah suatu sistem ekonomi yang bermuatan sosial.

Sebagai suatu sistem ekonomi sosial, koperasi terbangun dari bottom up process kelembagaan

ekonomi, sehingga Koperasi menjadi instrumen kesejahteraan pada kebijakan pro growth, pro poor, pro

job dan pro green atas hasil usaha para anggotanya.

Tujuan Kajian :

1) secara filosofis: mengisi kekosongan ruang hukum pengaturan tentang Koperasi yang selaras

dengan amanat UUD RI Tahun 1945 Pasal 33;

2) secara empiris: memberikan Arah Kebijakan Koperasi yang selaras dengan jati diri Koperasi

Indonesia berdasarkan kekhasan daerah dan wilayah yang mengutamakan kuasa manusia

(kesejahteraan anggota) diatas kuasa modal (kesejahteraan pemilik modal);

3) secara strategis: menjadi rujukan pengembangan Koperasi Indonesia guna memperkuat daya saing

ekonomi nasional.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris

dan Socio Legal Analysis

Perumusan Payung

Hukum Koperasi Menuju

Koperasi Yang Maju dan

Modern sebagai

Pengganti UU No.17

Tahun 2012.

Ikut Membahas Singkat 10

juta

(Maksimal 1

Bulan)

23 APBN dan APBNP Problematic Situation :

a. Wewenang, hak dan Kewajiban DPD R I dibidang anggaran menurut UUD NRI 1945 yang telah

dituangkan dalam UU SUSDUK serta ditindaklanjut dengan TATIB DPD RI beserta PEDOMAN

MEKANISME KERJA, nampaknya belum dapat dipahami secara jelas dan meluas oleh masyarakat,

sebab yang diketahui dan dilihat adalah HAK ANGGARAN DPR dengan kewenangan menetapkan

Undang‐Undang APBN dan APBN Pokok. DPD RI, kurang terekspose kinerjanya dalam pembahasan

anggaran, apalagi karena hanya memberikan PERTIMBANGAN yang sifatnya tidak mengikat bahkan

mungkin saja tidak diperhatikan oleh DPR RI. Apakah karena kewenangan

yanglemahatausubstansipertimbanganyangtidaktajam.

b. PERTIMBANGAN DPD RI ditujukan kepada DPR RI, sedangkan anggota DPR adalah wakil‐wakil

partai yang dipilih juga langsung oleh rakyat bersama anggota DPD RI,

sehinggaaktualisasidiridalampenentuanalokasianggaransangatditonjolkanperan dan fungsi DPR.

Dengan demikian DPD RI, tidak diberi peluang yang juat untuk aktualisasi diri dan kelembagaan.

Apakah karena persasingan aktualisasi diri atau batasan kewenangan dalam undang‐undang yang

secara sengaja dan sistemik dibuat demikian rupa ( Ketika penetapan Undang‐Undang oleh DPR), agar

DPD tidak keliatan fungsi dan peran penganggarannya. Disisi lain, publik hanya mengetahui selalu dari

hasil keputusan,bukan prosesnya.

c. PERTIMBANGAN DPD RI, diasumsikan tidak FOKUS pada kewenangan yang dimiliki sehingga tidak

menarik bagi DPR RI untuk menjadi masukan dalam pembahasan. Karena itu DPD RI, harus juga

memberikan masukan pada pemerintah melalui pokok‐pokok pikiran dalam penyusunan RENCANA

KERJA TAHUNAN PEMERINTAH (RKP, RENJA K/L) DAN PENYERAPAN USULAN PRIORITAS

Pemerintah Daerah ke pemerintahpusatyangdihimpunolehDPD RI.

Tujuan Kajian :

diperlukan adanya kajian atas pertimbangan DPDRI di bidang anggaran untuk mengetahui

efektivitasnya terhadap pembahasan APBN oleh DPR bersama pemerintah sehingga menjadi perbaikan

di tahun – tahun berikutnya.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Analisis Legal Efektivitas

Pertimbangan DPD RI

kepada DPR RI dalam

Pembahasan APBN dan

APBNP serta Persepsi

Masyarakat Terhadap

Anggaran DPD RI

Singkat 10

juta

(Maksimal 1

Bulan)

Usulan Wakil Ketua

Komite IV

Page 14: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

24 RUU Perubahan atas UU

No. 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan

Problematic Situation :

Sesuai Pasal 12 UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan bahwa perencanaan kehutanan meliputi

inventarisasi hutan, pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan kawasan hutan, pembentukan wilayah

pengelola hutan, penyusunan rencana kehutanan.

Perencanaan yang banyak menimbulkan masalah di bidang kehutanan adalah pengukuhan kawasan

hutan dimana kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan hutan adalah tempat pemukiman, ibu kota

kabupaten dan lain-lain.

Selama ini pengukuhan kawasan hutan tidak melibatkan pemerintah daerah, oleh karena itu perlu ada

beberapa perubahan menyangkut ketentuan tentang pengukuhan kawasan hutan dengan melibatkan

pemerintah daerah.

Selain itu pelaksanaan UU No. 41 tahun 1999 juga telah menimbulkan beberapa dampak negatif,

diantaranya (1) Ketidakjelasan, ketidakpastian hakdan kewajiban/ tanggung jawab serta ketidakamanan

dalam pengurusanhutan; (2) Berkurangnya akses masyarakat terhadap hutan; (3) Adanya ketimpangan

alokasi hutan yang dikelola masyarakat, perusahaan swastadan negara; dan (4) Tumpang tindihnya

status kawasan.

Tujuan :

1) Diakuinya hak dan keterlibatan masyarakat lokal secara tegas dalam pengelolaan hutan.

2) Peran pemerintah daerah semakin kuat dalam rangka pengukuhan kawasan hutan.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris

dan Socio Legal Analysis

Penataan Kelembagaan

dan Tata Kelola guna

Penyempurnaan/

Perubahan UU No. 41

Tahun 1999 tentang

Kehutanan

Ikut Membahas Singkat 10

juta

(Maksimal 1

Bulan)

Long List 2015-2019

25 RUU Perubahan atas UU

No. 38 tahun 2004 tentang

Jalan

Problematic Situation :

Kewenangan pengambil kebijakan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang tidak

tegas khususnya dalam pemberian izin, rekomendasi, dispensasi dan pemanfaatan jalan menyebabkan

terjadinya tumpang tindih. Disamping itu formula dalam pengaturan mengenai jalan khususnya jaminan

peningkatan aksesibilitas wilayah yang sedang dan belum berkembangjuga masih belum jelas. Begitu

juga standar konstruksi jalan yang memadai baik untuk jalan nasional, provinsi maupun

kabupaten/kota. Keseluruhan permasalahan ini merupakan permasalahan pelaksanaan UU tentang

jalan yang perlu diperbaiki.

Tujuan :

Perlunya kejelasan dan ketegasan wewenang antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota

dalam pemberian izin, dispensasi dan pemanfaatan jalan serta adanya standar konstruksi yang

memadai baik untuk jalan nasional, provinsi maupun kabupaten/kota.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris

dan Socio Legal Analysis

Kebijakan Rehabilitasi

dan Pembangunan

Infrastruktur guna

Penyempurnaan/

Perubahan atas UU

No.38 tahun 2004

tentang Jalan

Ikut Membahas Singkat 10

juta

(Maksimal 1

Bulan)

Long List 2015-2019

Page 15: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

II

1 RUU tentang

Perkoperasian

• Terjadi overlapping pelaksanaan undang-undang tentang perkoperasian, serta kuatnya

ego-sektoral dan tarik menarik kepentingan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah

• Diperoleh hasil evaluasi kebijakan perkoperasian di Indonesia

Analisis Legal Analisis Legal Peraturan

Perundang-undangan

tentang Perkoperasian

Ikut Membahas Pendek 25

juta (paling

lama 2

bulan)

Komite IV 1.Penyajian

hasil telaah

dalam

matriks dan

laporan

administratif

2.Artikel Jurnal

3.Hasil kajian menjadi

bahan masukan

tambahan

bagi Tim Ahli

RUU

2 RUU tentang

Perkoperasian

• Landasan Mahkamah Konstitusi membatalkan UU No. 17 Tahun 2012 yakni frasa koperasi

adalah “badan hukum” bertentangan dengan tujuan negara

• Teridentifikasinya permasalahan hukum dan praktik perkoperasian di negara-negara Eropa dan Asia

Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan

Perbandingan

Hukum dan Praktik

Koperasi di Negara-

Negara Eropa dan

Asia

Ikut Membahas Pendek 25

juta (paling

lama 2

bulan)

Komite IV 1. Penyajian

hasil telaah

dalam

matriks dan

laporan

administratif

2. Artikel Jurnal

3. Hasil kajian

menjadi

bahan

masukan

tambahan

bagi Tim Ahli

RUU

3 RUU tentang Perubahan

Kelima atas UU No. 6

Tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan

Perubahan ketentuan formal perpajakan menjadi sangat relevan dalam upaya meningkatkan

penerimaan pajak yang dominan dalam penerimaan negaraKajian Latar

Belakang

Kebijakan

Kajian Latar Belakang

Kebijakan Reformasi

Regulasi Perpajakan

di Indonesia

Memberi

PertimbanganPendek 25

juta (paling

lama 2

bulan)

Komite IV

KOMITE IV

BIRO PERSIDANGAN II

Page 16: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

4 RUU tentang Perubahan

Kelima atas UU No. 6

Tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan

• UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) merupakan peraturan induk dari

ketentuan formal perpajakan, yang meliputi juga Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

• Ketentuan formal perpajakan tersebut menjadi sangat penting bagi daerah karena terdapat

penerimaan daerah yang diperoleh dari bagi hasil PPh Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Karyawan

Kajian Latar

Belakang

Kebijakan

Kajian Latar Belakang

Kebijakan Korelasi

Perubahan

Ketentuan Formal

Perpajakan dengan

Fiskal Daerah

Memberi

PertimbanganPendek 25

juta (paling

lama 2

bulan)

Komite IV

5 RUU tentang Perubahan

atas UU No. 28 Tahun

2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi

Daerah

Struktur perpajakan pusat dan daerah diupayakan kondusif bagi dunia usaha dan tidak menimbulkan

ekonomi biaya tinggi Policy Research Policy Research Rekonstruksi

Struktur Pajak Pusat

dan Pajak Daerah

Dalam Upaya

Peningkatan

Sumber Penerimaan

Pajak Daerah

Pembahas Utama Pendek 25

juta (paling

lama 2

bulan)

Komite IV Ada NA dan RUU

dari DPD RI

6 RUU tentang

Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah

• Otonomi daerah pada hakikatnya bertujuan mendorong kemandirian daerah dalam memaksimalkan

potensi PAD sebagai sumber pendanaan pembangunan daerah

• Daerah cenderung lebih menggantungkan pendanaan pembangunan dari dana transfer daerah (dana

perimbangan, dana dekonsentrasi, dan dana tugas pembantuan)

• Peningkatan PAD dirasakan menjadi disinsentif bagi daerah karena dengan meningkatnya PAD justru

akan mengurangi pengalokasian DAU (kapasitas fiskal daerah meningkat)

• Diperoleh hasil kajian reformulasi kebijakan dana perimbangan khususnya DAU, dalam Upaya

mendorong peningkatan PAD

• Terbentuknya UU sebagai dasar hukum bagi optimalisasi PAD

Socio Legal

Analysis

Socio Legal Analysis Kebijakan

Dana Perimbangan khususnya

DAU dalam rangka mendorong

Peningkatan PAD

Ikut Membahas Pendek 25

juta (paling

lama 2

bulan)

Komite IV

7 RUU tentang Perubahan

atas UU No. 25 Tahun

2004 tentang Sistem

Perencanaan

Pembangunan Nasional

• RPJM Daerah yang merupakan visi dan misi Kepala Daerah seringkali tidak sinergis dengan RPJM

Nasional

• Terjadinya sinergi RPJM Daerah dan RPJM Nasional dalam upaya sinkronisasi program dan

kesinambungan pembangunan

Policy Research Policy Research Sinergitas

RPJM Nasional dan

RPJMD Daerah

Ikut Membahas Pendek 25

juta (paling

lama 2

bulan)

Komite IV

8 RUU tentang Perubahan

atas UU No. 20 Tahun

1997 tentang

Penerimaan Negara

Bukan Pajak

• Masih banyak potensi PNBP pada K/L yang belum tergali

• Terciptanya peraturan perundang-undangan dalam rangka optimalisasi PNBP pada K/L

Policy Research Policy Research Optimalisasi

Penerimaan Negara

Bukan Pajak dalam

Percepatan

Pembangunan

Memberi

Pertimbangan

Pendek 25 juta

(paling lama

2 bulan)

Komite IV Ada NA dan RUU

dari DPD RI

9 RUU tentang Perubahan

Kedua atas UU No. 7

Tahun 1992 tentang

Perbankan

• Saat ini jenis perbankan terdiri atas Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Perlu dikembangkan

bank khusus (konvensional maupun syariah) yang usahanya fokus pada pembiayaan sektor tertentu

• Terciptanya pengawasan terhadap perbankan yang lebih efisien dan fokus, serta terwujudnya

stabilitas sistem keuangan

Policy Evaluation Policy Evaluation Penguatan

Struktur Perbankan

Nasional

Memberi

Pertimbangan

Pendek 25 juta

(paling lama

2 bulan)

Komite IV

Page 17: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

10 RUU tentang Jaring

Pengaman Sistem

Keuangan

• Kondisi krisis dapat berpotensi terjadinya moral hazard oleh oknum tertentu dalam penggunaan dana

fasilitas pembiayaan darurat

• Peningkatan fungsi pengawasan terhadap perbankan agar tidak terjadi moral hazard, serta

terciptanya akuntabilitas dan transparansi kebijakan

Policy Background

Paper /Kajian Latar

Belakang

Kebijakan

Policy Background Paper

Akuntabilitas

dan Transparansi

Kebijakan

Pencegahan dan

Penanganan Krisis

Keuangan

Pendek 25 juta

(paling lama

2 bulan)

Komite IV Pandangan dan

Pendapat DPD

RI atas

RUU Jaring

Pengaman

Sistem

Keuangan

(14 Desember

2012)

11 RUU tentang Perubahan

Kedua atas UU No. 23

Tahun 1999 tentang

Bank Indonesia

• Dengan berlakunya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK maka terjadi peralihan peran pengaturan

dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan bank

(mikroprudensial) kepada OJK. Namun, UU Bank Indonesia (BI) yang berlaku saat ini belum

menyesuaikan dengan perubahan tersebut

• Terciptanya peraturan perundang-undangan yang lebih mengoptimalkan peran BI

Policy Evaluation Policy Evaluation Reformulasi

Peran Bank

Indonesia sebagai

Bank Sentral

Pendek 25 juta

(paling lama

2 bulan)

Komite IV

12 RUU tentang

Penjaminan

• Saat ini belum ada payung hukum bagi pelaksanaan penjaminan kredit daerah bagi UKM

• Terciptanya regulasi tentang penjaminan kredit daerah sebagai salah satu bentuk komitmen dan

keberpihakan kepada UKM

Policy Background

Paper /Kajian Latar

Belakang

Kebijakan

Policy Background Paper

Peningkatan

Kapasitas

Penjaminan Kredit

bagi UKM di Daerah

Pendek 25 juta

(paling lama

2 bulan)

Komite IV

Page 18: kajian untuk Pusat Kajian Hukum dan Biro ... - dpd.go.id MATERI SITUASI PROBLEMATIS ... dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan ... Pembangunan Maritim

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

III

1 Membangun model simulasi potensi penerimaan pajak dalam APBN

- Untuk mengetahui dampak perubahan potensi penerimaan perpajakan nasional terhadap perubahan

asumsi-asumsi makro ekonomi dalam APBN

Policy Research Policy Research Penyusunan

Model

Simulasi Potensi Pajak

dalam APBN

Madya 60

juta

(Maksimal 6

Bulan)

Budget Office Lembaga Peneliti dari

Universitas

2 Merumuskan Model Ekonomi untuk melakukan peramalan terhadap pertumbuhan ekonomi, inflasi dan

nilai tukar dalam asumsi makro ekonomi Indonesia

- Merumuskan pertumbuhan ekonomi, inflasi dan nilai tukar dalam asumsi makro ekonomi Indonesia

pada RAPBN 2016

Policy Evaluation Policy Evaluation Studi

Penyusunan

Model Ekonomi untuk

Indikator Makro

Ekonomi Indonesia

Madya 60

juta

(Maksimal 6

Bulan)

Budget Office Lembaga Peneliti dari

Universitas

3 Pembangunan berkelanjutan menempatkan pembangunan dalam perspektif jangka panjang.

- Konsep tersebut menuntut adanya solidaritas antar generasi.

- Dalam konteks Indonesia, pembangunan berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kemiskinan,

selain untuk meminimalisir kerusakan sumber daya alam dan lingkungan

Policy Research Policy Research Konsep

Pembangunan Otonomi

Daerah yang Sustainable

terkait dengan Kemampuan

Potensi Ekonomi, Sosial dan

kualitas Lingkungannya

Madya 60

juta

(Maksimal 6

Bulan)

Budget Office Lembaga Peneliti dari

Universitas

4 Investasi infrastruktur merupakan salah satu prasayarat utama tercapainya pertumbuhan ekonomi

yang tinggi dan berkelanjutan

- Ketersediaan infrastruktur mencerminkan adanya investasi dan investasi yang merata mencerminkan

adanya pembangunan infrastruktur yang memadai dan mampu melayani pergerakan ekonomi.

Policy Evaluation Policy Evaluation Peranan

Investasi

Infrastruktur untuk

Daerah dalam rangka

Meningkatkan Daya

Saing (Studi Kasus

Pulau Sumatera)

Madya 60

juta

(Maksimal 6

Bulan)

Budget Office Lembaga Peneliti dari

Universitas

5 Menyediakan informasi tentang permasalahan dan isu strategis tentang kedaulatan dan ketahanan

pangan di setiap wilayah.

- Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman Budget Office DPD RI tentang Strategi, kebijakan,

dan program pembangunan penguatan kedaulatan pangan dengan memperhatikan keragaman daerah.

- Mengembangkan informasi sebagai acuan dan rujukan bagi Budget Office DPD RI dalam memberikan

pertimbangan kepada DPD RI tentang Strategi kebijakan, dan program pembangunan penguatan

kedaulatan pangan dengan memperhatikan keragaman daerah.

Policy Research Policy Research Penguatan

Pangan Berbasis

Kewilayahan

Madya 60

juta

(Maksimal 6

Bulan)

Budget Office Lembaga Peneliti dari

Universitas

BUDGET OFFICE (BO)