Upload
ngonhi
View
232
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH PANGKALAN
DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KUANTAN SINGINGI,
PROVINSI RIAU
Agus Subarnas, Eska Putra Dwitama
Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Kegiatan penyelidikan prospeksi bitumen padat di daerah Pangkalan Kabupaten
Kuantan Senggigi dilakukan dengan melakukan pemboran pada 4 lokasi titik bor (PB-01,
PB-02, PB-03 dan PB-04). Lapisan bitumen padat hanya terdeteksi di dua lokasi pemboran
yaitu PB03 dan PB04. Di kedua lokasi tersebut ditemukan 4 lapisan bitumen padat dengan
ketebalan antara 23.80 m sampai 65 m dengan arah perlapisan relatif Baratlaut-Tenggara
dan kemiringan antara 11º- 26º.
Serpih bitumen di daerah penyelidikan memiliki kandungan karbon organik (TOC)
berkisar antara 0.28 hingga 5.27% dengan material organik yang sebagian besar termasuk
pada kerogen tipe II (Gas prone) dan III (Oil Prone). Sedangkan jumlah material organik yang
berpotensi menjadi hidrokarbon (S2) berkisar antara 0.5-35.5 mg/g batuan. Hasil plot antara
nilai TOC dan S2 mengindikasikan bahwa serpih bitumen di daerah penyelidikan secara umum
memiliki potensi hidrokarbon baik (good) hingga sangat baik (Very good). Sumber Daya
hipotetik Bitumen Padat di daerah penyelidikan adalah sebesar 344 juta Ton dengan
kemampuan menghasilkan sekitar 54.7 juta barel minyak. Sedangkan jumlah sumberdaya
tereka adalah sebesar 41.7 juta Ton dengan kemampuan menghasilkan sekitar 7.9 juta barel
minyak.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sehubungan dengan terbatasnya
cadangan minyak bumi di Indonesia,
diiringi dengan permintaan kebutuhan
energi yang terus meningkat, maka
pemerintah telah mencanangkan kebijakan
diversifikasi energi, yaitu mendorong
penggunaan sumber energi lain di luar
minyak.
Endapan bitumen padat di-
definisikan sebagai batuan sedimen klastik
halus, biasanya berupa serpih yang kaya
akan kandungan bahan organik, dan bisa
diekstraksi meghasilkan hidrokarbon cair
seperti minyak bumi.
Di Indonesia, bitumen padat
diindikasi berada pada cekungan-
cekungan hidrokarbon dengan sumber
daya yang cukup potensial. Kegiatan
eksplorasi bitumen padat dilakukan sejalan
dengan tupoksi Pusat Sumber Daya
Geologi untuk menyediakan data potensi
sumberdaya geologi Indonesia, termasuk
diantaranya sumberdaya bitumen padat.
Penyelidikan awal mengindikasikan
keberadaan bitumen padat yang cukup
potensial di daerah Kuantan Singgigi,
sehingga dipandang perlu untuk
melakukan penyelidikan lanjutan melalui
kegiatan pemboran.
Maksud dan Tujuan
Kegiatan pemboran dilakukan
untuk mengungkap secara lebih detail
prospek sumber daya bitumen padat
daerah Pangkalan, Kabupaten Kuantan
Singingi, Provinsi Riau secara lebih rinci
dengan melakukan kegiatan pengeboran
Tujuan pemboran adalah untuk
mengetahui jumlah lapisan bitumen padat,
ketebalan serta penyebarannya termasuk
kuantitas dan kualitas sumberdayanya.
Data tersebut diharapkan dapat membantu
untuk pengembangan potensi sumberdaya
bitumen padat lebih lanjut pada saat
diperlukan.
Lokasi Kegiatan Dan Kesampaian
Daerah
Lokasi kegiatan penyelidikan
terletak di daerah Pangkalan dan
sekitarnya, Kabupaten Kuantan Singingi,
Provinsi Riau (gambar 1).
Secara geografis daerah penye-
lidikan berada pada 101°35’00” -
101°50’00” BT dan 0°45’00” - 01°00’00” LS.
Pelaksanaan kegiatan lapangan ber-
langsung selama 45 hari mulai tanggal 16
Juni – 30 Juli 2015.
Keadaan lingkungan
Kabupaten Kuantan Singingi
secara geografis, geoekonomi dan
geopolitik terletak pada jalur tengah lintas
sumatera yang mempunyai peranan
strategis sebagai simpul perdagangan
untuk menghubungkan daerah produksi
dan pelabuhan, terutama pelabuhan Kuala
Enok. Dengan demikian Kabupaten
Kuantan Singingi mempunyai peluang
untuk mengembangkan sektor-sektor
pertanian secara umum, perdagangan
barang dan jasa, transportasi dan
perbankan serta pariwisata. Daerah
penyelidikan berbatasan dengan 2 Propinsi
yaitu Propinsi Jambi dan Sumatera Barat.
Hal ini memberikan keuntungan bagi
Kabupaten Kuantan Singingi apabila dapat
memanfaatkan peluang yang ada.
Topografi
Wilayah Kabupaten Kuantan
Singingi secara morfologi dapat dibagi atas
dataran rendah, perbukitan bergelombang,
perbukitan tinggi dan pegunungan, dengan
variasi sebagian besar merupakan satuan
perbukitan bergelombang yaitu sekitar 30-
150 diatas permukaan laut.
Iklim
Kabupaten Kuantan Singingi pada
umumnya beriklim trofis dengan suhu
udara maksimum berkisar antara 32,60C –
36,50C dan suhu minimum berkisar antara
19,20c – 22,00C. Curah hujan antara
229,00-1.133,0 mm per tahun. Musim
hujan jatuh pada bulan September s/d
Februari dan musim kemarau jatuh pada
bulan Maret s/d Agustus
Hidrografi
Terdapat 2 sungai besar yang
melintasi wilayah Kabupaten Kuantan
Singingi yaitu Sungai Kuantan/Sungai
Indragiri dan Sungai Singingi. Peranan
sungai tersebut sangat penting terutama
sebagai sarana transportasi, sumber air
bersih, budi daya perikanan dan dapat
dijadikan sumberdaya buatan untuk
mengahasilkan suplai listrik tenaga air.
Penyelidik Terdahulu
Penyelidikan Geologi secara umum
yang menjadi acuan penyelidikan ini
adalah Peta Geologi lembar Solok yang
telah dipetakan oleh Silitonga P.H. dan
Kastowo (1995), daerah-daerah dalam
lembar Solok ini secara keseluruhan
merupakan bagian dari Cekungan
Sumatera Tengah dimana Cekungan
Sumatera Tengah ini mempunyai beberapa
sub cekungan yang lebih kecil. Beberapa
penelitian yang pernah dilakukan oleh
penyelidik lainnya adalahPenyelidikan
Bitumen Padat di daerah ini yang dilakukan
oleh Pusat Sumber Daya Geologi yaitu
Inventarisasi Batubara daerah
Sungaidareh Prov Sumatra Barat & Kab
Kuantan Singingi Prov Riau oleh Syufra
Ilyas tahun 2002 dan Inventarisasi Bitumen
Padat dengan Outcrop Drilling daerah
Sungaidareh, Kab Sawahlunto Sijunjung
oleh SM. Tobing tahun 2005.
GEOLOGI
Geologi Regional
Daerah Penyelidikan merupakan
bagian dari Cekungan Sumatera Tengah
(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono,
1975). Didalam Cekungan Sumatera
Tengah terdapat beberapa sub cekungan.
Daerah penyelidikan termasuk kedalam
Cekungan ”Intra Montane” (Sub Cekungan
Sumatera Tengah) yang dibatasi oleh
batuan Pra Tersier sebagai batuan dasar.
Stratigrafi Regional
Stratigrafi batuan Tersier daerah
Pangkalan berdasarkan Peta Geologi
Lembar Solok (Silitonga P.H. & Kastowo,
1995) disusun secara berurutan dari tua ke
muda sebagai berikut : Anggota Filit dan
Serpih Kuantan, Anggota Bawah Formasi
Telisa, Anggota Atas Formasi Telisa dan
Anggota Bawah Formasi Palembang.
Anggota Filit dan Serpih Kuantan
merupakan satuan batuan yang tersingkap
dalam daerah penyelidikan yang terdiri dari
serpih dan filit, sisipan batusabak, kuarsit,
batulanau, rijang dan aliran lava berumur
perem dan karbon
Anggota Bawah Formasi Telisa
yang dianggap mengandung endapan
bitumen padat terdiri dari napal lempungan,
lignit, tufa, breksi andesit dan batupasir
glaukonitan.Kontak dengan Batugamping
Karang adalah menjari jemari, kedua
formasi tersebut berumur Miosen Bawah.
Anggota Atas Formasi Telisa terdiri
dari serpih dan batugamping napalan
dengan sisipan tipis tuf andesit.berumur
Miosen Tengah.
Anggota Bawah Formasi
Palembang terletak tidak selaras diatas
Batugamping Karang, terdiri dari
batulempung dengan sisipan batupasir dan
batupasir glaukonitan, berumur Miosen
Atas.
Struktur Geologi Regional
Pola tektonik Sumatera Tengah
dicirikan oleh struktur-struktur ”horst” &
”graben” atau sesar bongkah dan sesar
geser (Mertosono & Nayoan, 1974). Sistim
Sesar Bongkah yang berarah Baratlaut-
Tenggara membentuk deretan hors &
graben yang mengendalikan pola
pengendapan sediment Tersier Awal.
Indikasi Endapan Bitumen Padat
Endapan bitumen padat dapat
terbentuk dalam kondisi tenang dan
banyak mengandung bahan organik
seperti endapan batubara. Secara geologi
satuan batuan yang mengandung endapan
bitumen padat dapat terbentuk pada
lingkungan pengendapan danau, laut
dangkal – neritik atau laguna. Sedangkan
batuannya sendiri biasanya merupakan
sedimen klastik halus, umumnya berupa
serpih, lanau atau batupasir halus.
Berdasarkan faktor tersebut diindikasikan
bahwa endapan bitumen padat terutama
terdapat pada Formasi Telisa Atas.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Pengumpulan data
Penyelidikan yang dilakukan terdiri
dari pengumpulan data sekunder,
pengumpulan data primer, analisis
laboratoriom dan pengolahan data. Data
sekunder daerah Pangkalan dan
sekitarnya diperoleh dari berbagai sumber
termasuk studi pustaka.
KegiatanLapangan
Pekerjaan lapangan yaitu
eksplorasi langsung dilapangan dimana
kegiatan yaitu pemetaan geologi Bitumen
Padat dan melakukan pemboran endapan
Bitumen Padat pada 4 lokasi titik bor..
Pemboran
Pemboran Bitumen Padat yang
dilakukan adalah metoda pemboran
dangkal (kedalaman 100 m) dan
pengambilan conto inti bor (coring).
Interval titik bor dirancang sedemikian
rupa agar dapat menembus lapisan-
lapisan Bitumen Padat secara
representatif. Pemboran dilakukan pada 4
(empat) lokasi dengan kedalaman masing-
masing titik bor sekitar 100 meter sehingga
total kedalaman adalah 400 m.
Alat bor yang digunakan terdiri atas
1 (satu) unit mesin borKoken OE-8 berikut
peralatan pendukungnya antara lain
pompa pembilas, pompa pengantar, wire
line dan penginti core barrel berukuran NQ
(47 mm) dilengkapi dengan mata bor
diamond dan tungstein. Terhadap inti bor
dilakukan pengamatan, pencatatan dan
pengambilan conto Bitumen Padat.
Kegiatan Non-Lapangan
Evaluasi hasil kegiatan dilakukan
untuk mengetahui potensi dan sebaran
bitumen padat serta kualitasnya di daerah
penyelidikan, yang kemudian disajikan
dalam bentuk laporan hasil penyelidikan.
Analisis Laboratorium
Kegiatan analisis laboratorium
terdiri dari analisis Retort dan pengamatan
petrografi Bitumen Padat, Pengujian TOC
dan Pengujian Rock Eval.
Analisa retort dilakukan untuk
mengetahui kandungan minyak,
kandungan air dan berat jenis Bitumen
Padat. Sedangkan analisa petrografi
organik dilakukan untuk mengetahui tipe
material organik serta membantu dalam
penentuan tingkat kematangan batuan
melalui reflektan vitrinit. Untuk mengetahui
potensi hidrokarbon dilakukan analisis
geokimia, pengujian TOC serta pengujian
Rock eval.
.
HASIL PENYELIDIKAN
Morfologi Daerah Penyelidikan
Bentang alam daerah penyelidikan
secara umum merupakan suatu bentuk
Antiklinorium sehuingga dapat dibedakan
menjadi 2 satuan morfologi yaitu Satuan
morfologi Perbukitan dan Satuan morfologi
Dataran rendah.
Morfologi Perbukitan berelief
sedang berupa punggungan-punggungan
yang berarah hampir Baratlaut-Tenggara
dengan ketinggian bervariasi antara 100 m
sampai 350 m di atas permukaan laut.
Litologinya sebagian besar ditempati oleh
batuan Tersier dari Formasi Palembang
Atas, Formasi Palembang Tengah,
Formasi Palembang Bawah, Formasi
Telisa Atas, Formasi Telisa Bawah dan
sebagian kecil oleh batuan Granit dan
batuan Pra Tersier Anggota Filit dan serpih
Kuantan.
Morfologi Dataran rendah
menempati bagian-bagiqan diantara
Satuan morfologi Perbukitan berelief
sedang dan secara umum mempunya
ketinggian antara 100 m sampai 150 dari
permukaan laut. Litologinya ditempati oleh
endapan Aluvium, batuan Tersier dari
Formasi Palembang Atas, Formasi
Palembang Tengah, Formasi Palembang
Bawah, Formasi Telisa Atas, Formasi
Telisa Bawah,
Aliran sungai yang cukup besar di
daerah penyelidikan adalah S.
Pendulangan dan S. Timpe dan pada
umumnya aliran-aliran sungai tersebut
membentuk pola aliran Rektanguler dan
Sub Dendritik.
Stratigrafi Daerah Penyelidikan
Daerah penyelidikan terletak pada
cekungan Cekungan Sumatra Tengah,
termasuk pada peta geologi Lembar
Solok(sekala 1:250.000) yang diterbitkan
oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi yang sekarang menjadi Pusat
Survei Geologi .
Stratigrafi daerah penyelidikan
dapat dikelompokkan dari batuan tertua
hingga batuan termuda adalah sebagai
berikut:
Batuan tertua daerah penyelidikan
merupakan Metamorphic Rock yaitu
Anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan
berumur Permian dan Karbon, batuan ini
menjadi batuan Dasar di daerah
penyelidikan. Pada beberapa tempat
batuan ini diterobos oleh Granit Kuantan
berumur Trias.
Diatas batuan dasar Formasi
Kuantan ini secara tidak selaras
diendapkan batuan Tersier dari Fm Telisa
Bawah, Fm Telisa Atas, Anggota Bawah
Fm Palembang, Anggota Tengah Fm
Palembang dan ditutup oleh batuan
Kuarter Anggota Atas Fm Palembang dan
endapan Aluvium
Formasi Telisa Bawah pada umur
Miosen Bawah. Litologi Formasi Telisa
Bawah merupakan endapan darat dan
sebagian merupakan material volkanik,
terdiri atas Napal lempungan, Batupasir,
Tufa, Lignit, Breksi Andesit dan Batupasir
glaukonitan.
Sedimentasi selanjutnya yakni
dengan diendapkannya Formasi Telisa
Atas pada umur Miosen Tengah.
Batuannya terdiri atas Serpih coklat,
Batugamping napalan, sisipan tuf andesit.
Pengendapan pada cekungan
Sumatera Tengah dilanjutkan dengan
ditutupinya Formasi Telisa Atas secara
selaras berturut turut Anggota Bawah
Fomasi Palembang, Anggota Tengah
Fomasi Palembang dan Anggota Atas
Fomasi Palembang.
Anggota Bawah Fomasi
Palembang batuannya terdiri atas
Batulempung dengan sisipan batupasir dan
Batupasir glaukonitan pada Miosen Atas.
Anggota Tengah Fomasi
Palembang diendapkan pada umur
Plistosen, litologinya terdiri atas
Batulempung pasiran dengan sisipan lignit
dan tuf. Sedangkan Anggota Atas Formasi
Palembang diendapkan kemudian pada
umur Kuarter, litologinya terdiri atas Tuf
batuapungan, batupasir tufaan, bentonit,
sisipan lignit dan kayu terkersikaan.
Pengendapan terakhir dengan
diendapkannya Aluvium sungai berupa
material lepas Lempung, pasir, kerikil-
bongkah batuan beku dan kuarsit.
Siklus lingkungan pengendapan di
daerah penyelidikan terjadi perubahan dari
faseTransgresi ke Regresi yang dimulai
pada umur Miosen Bawah saat
diendapkannya Formasi Telisa Bawah
pada lingkungan pengendapan Rawa
pengaruh pasang surut kearah Lingkungan
pengendapan Laut dangkal saat
diendapkannya Formasi Telisa Atas pada
umur Miosen Tengah. Perubahan ke arah
Transgresi terjadi puncaknya pada Miosen
Atas yakni saat diendapkannya Anggota
Bawah Formasi Palembang dalam
lingkungan pengendapan laut. Selanjutnya
terjadi perubahan lingkungan
pengendapan kearah darat dengan
diendapkannya Anggota Tengah Formasi
Palembang dan Anggota Atas Formasi
Palembang pada umur Miosen Atas dan
Kuarter.
Struktur Geologi Daerah Penyelidikan
Daerah penyelidikan secara umum
dibangun oleh suatu antikinorium yang
berarah Baratlaut –Tenggara, struktur
lipatan tersebut umumnya asimetri dengan
besar kemiringan yang relatif landai sekitar
250-500 dan agak landai di bagian
Selatannya yakni sekitar 100-150
Pada beberapa tempat
antiklinorium ini terpotong oleh sesar naik
dan sesar mendatar berarah Timurlaut-
Baratdaya yang memotong batuan Tersier
dan Pra-Tersier di daerah penyelidikan.
Beberapa sesar utama di daerah
penyelidikan diantarnya adalah sesar
Pendulangan dan sesar Timpe. Di
perkirakan sesar Pendulangan merupakan
sesar mendatar yang memotong sungai
Pendulangan, sesar Timpe juga
merupakan mendatar Dekstral
berarahTimurlaut-Baratdaya yang
memotong sungai Timpe, sesar mendatar
ini memotong 2 lapisan serpih bitumen.
Terjadinya Sesar di daerah penyelidikan
menyebabkan tersingkapnya batuan Pra-
Tersier.
Pembahasan Hasil Penyelidikan
Data Lapangan dan Interpretasi
Data potensi awal Bitumen padat
daerah penyelidikan diperoleh dari
pemetaan potensi terdahulu. Penempatan
titik bor juga dilakukan berdasarkan data
tersebut.
Kegiatan pemboran dilakukan pada
4 lokasi titik bor, 2 titik bor yakni PB-01 dan
PB-02 di desa Pangkalan dan 2 titik bor
selanjutnya yakni PB-03 dan PB-04 di
sekitar desa Timpe. Hasil pemboran di
lokasi PB-01 dan PB-02 setelah dianalisis
ternyata lapisan serpih tidak mengandung
minyak/gas sedangkan pada lokasi PB-03
dan PB-04 lapisan serpih mengandung
bitumen dan dari analisis bakar (Retort)
menghasilkan kandungan minyak yang
cukup baik yakni antara 10 sampai 60 l/ton
batuan.
Lapisan serpih bitumen padat di
daerah Timpe berada pada Formasi Telisa
Atas. Pemboran berhasil mengidentifikasi
sebanyak 4 lapisan (Lapisan A1, A2, B1
dan B2). Lapisan serpih berarah Baratlaut-
Tenggara dengan kemiringan berkisar
antara 20º sampai 35º; tebal lapisan
berkisar antara 23.80 m sampai 65 m.
Secaera megskopis serpih pengandung
bitumen berwarna coklat tua sampai
kehitaman, berlembar, dengan beberapa
sisipan batupasir halus tebal sampai 5 cm.
Sebarannya dapat ditelusuri sejauh 7,5km
Sebaran Bitumen Padat
Interpretasi lapisan bitumen padat
Berdasarkan data singkapan yang
ada di daerah prospeksi, maka dapat
direkonstruksikan sebaran batuan serpih
yang berpotensi mengandung bitumen
padat. Sebaran lapisan batuan serpih yang
mengandung bitumen tersebut tersebut
berarah relatif Baratlaut-Tenggara. Dari
hasil korelasi berdasarkan data yang ada,
di interpretasikan terdapat 4 lapisan yaitu
Lapisan A1, A2, B1 dan B2. Lapisan A
merupakan lapisan serpih bagian atas dan
lapisan B adalah lapisan bagian bawah.
Kedua lapisan ini terpotong oleh struktur
sesar mendatar Dekstral berarah relatif
Timurlaut – Baratdaya.
Lapisan B1
Lapisan B1 diinterpretasikan
berdasarkan singkapan SJ-147 di sungai
Timpe, lapisan ini merupakan lapisan
bagian bawah, mempunyai arah
jurus/kemiringan lapisan sebesar N
329º/26º atau menyebar secara lateral
dengan arah Baratlaut-Tenggara. Panjang
lapisan kearah lateral yang diyakini
kontinuitasnya sejauh 2.500 m. Dari hasil
pemboran yang dilakukan pada lokasi ini
yakni pada titik Bor BP-03 diketahui lapisan
serpih terdapat pada kedalaman antara
5.00 m sampai kedalaman 68.0 m dengan
total tebal lapisan serpih sebesar 23.80 m.
Sumber daya Lapisan B1 secara hipotetik
dihitung sejauh 2.500 m, sedangkan
perhitungan sumber daya tereka dihitung
pada daerah pengaruh 500 m dari titik bor
BP-03.
Lapisan B2
Lapisan B2 diinterpretasikan
berdasarkan singkapan SJ-144 dan SJ.
130 yang mempunyai arah
jurus/kemiringan N 320º/26º dan N
315º/15º. Lapisan B2 merupakan lapisan
bawah sebagai penerusan kearah lateral
dari Lapisan B1 yang terpotong sesar
mendatar dekstral dan menyebar secara
lateral dengan arah Baratlaut-Tenggara.
Panjang lapisan kearah lateral yang
diyakini kontinuitasnya sejauh 5.000 m.
Dari pemboran yang dilakukan
pada lokasi ini yakni pada titik Bor BP-04
diketahui lapisan serpih terdapat pada
kedalaman antara 17.50 m sampai 68.80 m
dengan total tebal lapisan serpih sebesar
41.30 m. Secara megaskopis serpih
berwarna coklat muda sampai coklat tua,
berlembar, kaya material organik dan
menghasilkan aroma khas aspal saat
dibakar. Sumber daya Lapisan B2 secara
hipotetik dihitung sejauh 5.000 m,
sedangkan perhitungan sumber daya
tereka dihitung pada daerah pengaruh 500
m dari titik bor BP-04.
Lapisan A1
Secara stratigrafi lapisan A1
merupakan lapisan yang berada diatas
lapisan B1 dengan interburden
diperkirakan diatas 400m. Lapisan A1
diinterpretasikan berdasarkan singkapan
ST 19 yang mempunyai arah
jurus/kemiringan lapisan sebesar N
305º/26º atau menyebar secara lateral
dengan arah Baratlaut-Tenggara dengan
tebal serpih 65 m.
Panjang lapisan kearah lateral yang
diyakini kontinuitasnya sejauh 2.500
m.Tebal lapisan A1 diperkirakan mencapai
65m. Dibagian Timur Lapisan A1 terpotong
oleh sesar mendatar. Sumber daya lapisan
A1 di dihitung secara hipotetik.
Lapisan A2
Lapisan A2 diinterpretasikan
berdasarkan singkapan ST-22, ST-109 dan
SJ-128 yang tersingkap di sungai Timpe
dengan arah jurus/kemiringan antara N
275º/15º sampai N 320º/25º atau
penyebaran lapisan relatif ke arah
Baratlaut-Tenggara, sedangkan ketebalan
yang dapat diukur sebesar 35 m. Serpih
yang dijumpai secara megaskopis
berwarna coklat muda sampai coklat tua,
berlembar, kaya material organik dan
menghasilkan aroma khas aspal saat
dibakar.
Posisi stratigrafi lapisan A2 berada
diatas lapisan B2. Dibagian Barat lapisan
ini terpotong oleh sesar mendatar Timpe
dan merupakan penerusan dari lapisan A1.
Panjang lapisan kearah lateral yang
diyakini kontinuitasnya sejauh 5.000 m.
Kualitas Bitumen Padat
Megaskopis
Pengambilan conto di lapangan
akan sangat menentukan kualitas bitumen
padat yang dihasilkan pada saat pengujian
conto di laboratorium. Endapan bitumen
padat dapat diketahui keberadaannya
diantaranya dengan cara membakar conto
batuan yang akan diambildan apabila
menimbulkan aroma bitumen, conto
tersebut menunjukan indikasi kuat
mengandung bitumen padat dan layak
untuk dianalisis.
Secara megaskopis batuan yang
mengandung bitumen di daerah Pangkalan
dan sekitarnya berupa serpihberwarna
coklat muda sampai coklat tua, berlembar,
kaya material organik dan menghasilkan
aroma khas aspal saat dibakar. Diiantara
lembaran-lembaran serpih seringkali
dijumpai sisipan tipis batulempung dan
batupasir sangat halus.
Analisa Laboratorium
Analisa laboratorium dilakukan
terhadap 11 conto batuan terpilih yang
dianggap mewakili endapan Bitumen
Padatdi di daerah penyelidikan. Semua
conto diambil dari inti bor (No. Conto BP-
01, BP-02/1, BP-02/2, BP-03/1, BP-03/2,
BP-03/3, BP-03/4, BP-04/1, BP-04/2, BP-
04/3, BP-04/4, BP-04/1).
Analisis Retorting
Prinsip ‘retorting’ adalah
pengekstraksian batuan dengan cara
pemanasan sampai suhu kurang lebih
600ºC, kemudian disublimasi dengan
menggunakan air sehingga menghasilkan
cairan minyak. Analisa retorting dilakukan
terhadap 11 conto batuan yang hasilnya
dapat dilihat pada Tabel. 1. Berdasarkan
hasil analisis retorting diketahui bahwa di
daerah Pangkalan dan sekitarnya batuan
yang mengandung endapan bitumen padat
adalah Anggota Atas Formasi Telisa.
Kandungan minyak yang dihasilkan oleh
conto tersebut di atas menunjukkan
kisaran angka antara 10 l/Ton hingga 60
l/Ton.
Analisis Petrografi
Analisis petrografi dilakukan untuk
mengetahui tipe material organik dan
membantu dalam penentuan tingkat
kematangan batuan melalui analisa
reflektasi vitrinit.
Hasil analisis petrografi
menunjukkan bahwa batuan di daerah
Pangkalan dan sekitarnya, umumnya
merupakan batuan sedimen klastik halus
yang terdiri dari batuan serpih mengandung
bitumen. Kandungan DOM conto batuan
daerah penyelidikan berkisar 0.5 – 49,9 %
dengan kandungan pirit 0,5-1,99 %
sedangkan inertinite tidak terdeteksi. Pada
8 conto batuan yang mengandung minyak
yakni pada lokasi conto BP-03/1, BP-03/2,
BP-03/3, BP-03/4, BP-04/1, BP-04/2, BP-
04/3 dan BP-04/4 kandungan Liptinit sangat
melimpah antara 2 - 49.9 %. Conto yang
tidak mengandung minyak yaitu BP-01, BP-
02/1 dan BP-02/2 memiliki kandungan
Liptinite (0.1 – 0.49 %) dan Vitrinite (0.5 –
1.99 %). Pirit dengan tekstur yang
framboidal ditemukan cukup banyak,
mengindikasikan bahwa material organik
mendapat pengaruh lingkungan laut.
Analisa reflektansi vitrinit mengindikasikan
bahwa batuan di daerah penyelidikan masih
dalam kondisi ‘immature’ yang ditunjukkan
oleh nilai reflektansi vitrinit berkisar 0,25 –
0,40 % atau rata-rata sekitar 0.32 %.
Interpretasi Hasil Analisis Geokimia
Hidrokarbon
Pengujian Geokimia Hidrokarbon
Batuan dilakukan terhadap 11conto batuan
di daerah Pangkalan (No contoBP - 01,
BP-02/1, BP-02/2, BP-03/1, BP-03/2, BP-
03/3, BP-03/4, BP-04/1, BP-04/2. BP-04/3
dan BP-04/4) yang terdiri dari analisis TOC
(total organik karbon) dan Rock Eval
Pyrolysis. Hasil analisa dapat diuraikan
sebagai berikut:
Potensi Batuan Sumber
Kualitas batuan sumber dapat
diketahui melalui analisis geokimia.
Analisis yang berperan dalam penentuan
potensi batuan sumber adalah Analisis
Rock-Eval Pyrolisis, yang menghasilkan
empat parameter yaitu S1, S2, S3 dan
Tmax. Kombinasi parameter yang
dihasilkan oleh Rock-Eval Pyrolisis dapat
dipergunakan sebagai indikator jenis dan
kualitas batuan induk serta menentukan
tipe kerogen.
Hasil analisis karbon organik dan
pirolisis RockEval (Tabel 8 dan Gambar 9)
menunjukkan bahwa conto batuan
mengandung karbon organik umumnya
diatas 0.8 % atau menunjukan kualitas
“sedang” sampai “sangat bagus” (0.82 –
5.27 %).
Jumlah hidrokarbon bebas yang
terbentuk insitu (indigeneous hydrocarbon)
karena kematangan termal maupun karena
adanya akumulasi hidrokarbon dari tempat
lain (migrated hydrocarbon) dari 11 conto
yang dianalisis menunjukan nilai yang
cukup tinggi yaitu antara 0.35 - 0.85 mg/g
kecuali pada conto dari lobang bor BP- 01
dan BP – 02 (No conto BP -01, BP – 02/1
dan BP – 02/2.
Analisis pirolisis yang dilakukan
terhadap11 conto batuan, menunjukkan
bahwa sebanyak enam conto batuan
memiliki potensi hidrokarbon “bagus”
sampai “sangat bagus” (conto BP – 03/1,
BP – 03/3, BP – 03/4, BP – 04/1, BP –
04/2 dan BP – 04/3).
Kandungan CO2 dalam batuan
menunjukkan tingkat oksidasi selama
diagenesis sehingga dapat dikorelasikan
dengan jumlah oksigen yang terkandung
dalam kerogen. Di daerah Penyelidikan
angka oxigen indek berkisar antara 22 -
148.
Nilai Tmax batuan didaerah
penyelidikan berkisar antara 4040-428.80 C.
Dalam kaitannya dengan pembentukan
minyak bumi, Tmax dengan kisaran nilai
tersebut mengindikasikan bahwa material
organik masih berada pada tingkat
kematangan termal “immature” sehingga
belum mampu menghasilkan hidrokarbon
(Gambar 8).
Sebanyak enam conto batuan
memiliki nilai hidrogen index cukup tingi
yaitu berkisar antara 376– 674. Sedangkan
4 conto lainnya memiliki nilai hidrogen
index rendah yaitu antara 65– 72.
Ploting data Hydrogen Indeks
terhadap Oxygen Index pada grafik HI-OI
menunjukkan bahwa bitumen di daerah
penyelidikan mempunyai kecenderungan
untuk dapat membentuk hidrokarbon baik
berupa gas ataupun minyak (Gambar 8 dan
10).
Sumber Daya Bitumen Padat
Hasil korelasi data pemboran dan
analisa literatur menunjukkan keterdapatan
empat lapisan serpih bitumen yaitu Lapisan
A1, A2, B1 dan B2. Lapisan A merupakan
lapisan serpih bagian atas dan lapisan B
adalah lapisan bagian bawah. Perhitungan
sumber daya Hipotetik dilakukan dengan
asumsi pelamparan sejauh 2.500 m dari
titik bor yaitu untuk lapisan yang berada di
bagian Barat struktur sesar. Sedangkan
lapisan yang berada di bagian Timur
struktur sesar dihitung sejauh 5.000 m.
Untuk klasifikasi sumber daya terukur,
pelamparan di hitung hingga radius 500 m
dari titik bor.
Dasar perhitungannya adalah
penyebaran kearah lateral yang didapatkan
dari korelasi beberapa singkapan yang
diamati dengan beberapa pembatasan
sebagai berikut :
a. Penyebaran kearah jurus satu lapisan
dihitung berdasarkan singkapan yang
dapat dikorelasikan dan dibatasi sejauh
500 m dari singkapan terakhir.
b. Penyebaran kearah kemiringan
dibatasi sampai kedalaman 100m
dihitung tegaklurus dari permukaan
singkapan, sehingga lebar singkapan
adalah:L = 100/sin, dimana adalah
sudut kemiringan lapisan.
c. Tebal adalah tebal rata-rata lapisan
bitumen yang termasuk dalam lapisan
tersebut.
d. Sumberdaya bitumen dalam tiap
lapisan dapat dihitung dengan rumus sbb :
Total sumber daya Hipotetik bitumen padat
didaerah penyelidikan cukup besar yaitu
sebesar 54.782.196,12 barel minyak
sedangkan jumlah sumberdaya tereka
adalah sebesar 7.951.731, 05 barel
minyak.
Prospek Pemanfaatan dan
Pengembangan
Hingga kegiatan ini dilakukan, di
daerah Pangkalan dan sekitarnya belum
pernah dilakukan penyelidikan intensif
potensi kandungan bitumen padat hingga
sumber daya terukur.
Kegiatan pemboran serta analisa
laboratorium batuan di daerah penyelidikan
menunjukan bahwa daerah penyelidikan
memiliki potensi bitumen padat yang cukup
bagus yang perlu diselidiki lebih lanjut
dengan melakukan eksplorasi rinci.
Kegiatan eksplorasi rinci disarankan untuk
dilakukan dengan menambah jumlah titik
pemboran yang memungkinkan untuk
peningkatan status sumber daya dari
tereka menjadi terukur.
Dengan harga minyak yang rendah
saat ini, proses ekstraksi minyak/gas dari
bitumen padat untuk dijadikan energi
alternatif di Indonesia saat ini dianggap
masih belum ekonomis. Hanya saja
dengan meningkatnya kebutuhan energi
nasional dan berkurangnya cadangan
migas konvensional, data yang berhasil
dikumpulkan dalam kegiatan penyelidikan
ini diharapkan dapat menambah database
nasional terkait potensi sumberdaya energi
di Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan pengembangan bitumen
padat di masa yang akan datang.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Di daerah penyelidikan terdapat satu
Formasi pembawa bitumen padat yaitu
Anggota Atas Formasi Telisa yang
berumur Miosen Tengah..
a.
b. Sumberdaya bitumen dalam tiap lapisan dapat dihitung dengan rumus :
Sumberdaya = { [Panjang (m) x Lebar (m) x Tebal (m)] x Berat jenis (ton/m3) }
Berat Jenis adalah berat jenis rata-rata
2. Lapisan bitumen padat di daerah
penyelidikan mempunyai ketebalan
antara 23.80 m sampai 65 m dengan
sebaran berarah relatif Baratlaut-
Tenggara dan kemiringan lapisan antara
11º- 26º,
3. Terdapat empat lapisan ( A1, A2, B1 dan
B2) yang berpotensi mengandung
bitumen. Lapisan A merupakan lapisan
serpih bagian atas dan lapisan B adalah
lapisan bagian bawah. Kedua lapisan ini
terpotong oleh struktur sesar mendatar
Dekstral berarah Timurlaut-Baratdaya.
4. Sumber Daya serpih bitumen di daerah
penyelidikan sebesar 344.7 juta Ton,
menghasilkan 54.8 barel minyak
sedangkan pada klasifikasi tereka
jumlah sumberdaya serpih bitumen
adalah sebesar 41.7 juta Ton,
menghasilkan 7.9 barel minyak.
5. Batuan di daerah penyelidikan masih
dalam kondisi “immature” untuk
menggenerasikan hidrokarbon.
6. Analisis pirolisis menunjukan bahwa
serpih bitumen di daerah penyelidikan
memiliki jumlah material organik yang
berpotensi menjadi hidrokarbon pada
kategori “bagus” hingga “sangat bagus”
7. Serpih bitumen di daerah penyelidikan
mempunyai kecenderungan untuk
membentuk gas dan minyak (Tipe II dan
III)
SARAN
1. Melakukan penyelidikan geologi bawah
permukaan untuk mengetahui pola
kemenerusan dan geometri lapisan
serpih pada Anggota Atas Formasi
Telisa.
2. Melakukan pemboran yang lebih
tersistem dengan kerapatan titik bor
yang lebih baik sehingga didapatkan
data yang lebih akurat dalam
penghitungan sumber daya bitumen
padat di daerah penyelidikan.
DAFTAR PUSTAKA
De Coster, G.L., 1974. The Geology of The Central and South Sumatra Basin.Proceeding
Indonesia PetroleumAssociation, 4th Annual Convention.
Holcombe, C.J., 1972. Report on a Survey of Coal Prospects in Central Sumatra, PT. Rio Tinto
Indonesia, Report No. 198. (Unpublished).
Ilyas, S., 1989. Laporan Survei Tinjau Sumber Daya Batubara Daerah Kuantan Mudik,
Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau. Direktorat Sumber Daya Mineral, Bandung.
Ilyas, S., 2003. Laporan Inventarisasi Batubara Kawasan Lintas Propinsi di Daerah
Sungaidareh, Kabupaten Sawahlunto - Sijunjung, Propinsi Sumatra Barat dan
Kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau.
R.P. Koesoemadinata., 1989, Geologi Minyak dan Gas Bumi.
Silitonga, P.H., dan Kastowo, 1975. Peta Geologi Lembar Solok, Sumatra. Skala 1 : 250.000.
Puslitbang Geologi, Bandung.
Tobing, S.M., 2000. Laporan Survei Pendahuluan Endapan Bitumen Padat di Daerah
Sijunjung, Propinsi Sumatra Barat.
Yen, The Fu., and Chilingarian 1976,Oil Shale, Development in Petroleum Science,5. Elsevier
Science Publishing Company, Amsterdam-Oxford New York 1976 S., 1976, Oil Shale,
Developmensin Petroleum Science, Elsevier Scientific Publishing Company.
Gambar 5.Stratigrafi regional daerah penyelidikan
(Silitonga P.H. & Kastowo, 1995)
Gambar 1. Peta Kegiatan Prospeksi Bitumen Padat Gambar 2. Peta indeks daerah Penyelidikan
daerah Kab Kuansing
Gambar 1. Peta lokasi kegiatan penyelidikan.
BP-01 BP-02
BP-03
BP-01
Lokasi rencana Penyelidikan
Lokasi Penuyelidikan dilkukan
1.4. Keadaan Lingkungan
Lokasi rencana Penyelidikan
Lokasi Penyelidikan dilakukan
Gambar 1. Peta Kegiatan Prospeksi Bitumen Padat di daerah Kab Kuansing
Gambar 1. Peta Kegiatan Prospeksi Bitumen Padat di daerah Kab Kuansing
Lokasi Kegiatan Prospeksi Bitumen Padat
Gambar 3. Tatanan tektonik regional Gambar 4. Peta geologi regional daerah penyelidikan Pulau Sumatera (Silitonga P.H. & Kastowo, 1995 Peta Geologi Lb Solok,
(Modifikasi Simandjuntak, 1991)
KELOMPOK PROGRAM PENELITIAN BATUBARA
yang dibatasi oleh batuan Pra Tersier sebagai batuan dasar.
Gambar 2. Tatanan tektonik regional Pulau Sumatera (Modifikasi Simandjuntak, 1991).
Gambar 7. Diagram TOC terhadap kelimpahan bahan organik
conto batuan di daerah Penyelidikan (Van Krevelen)
Tabel 8. Rock Eval Pyrolysis and TOC Content
BP - 01
BP - 01
BP – 02/1
BP – 02/2
BP – 03/1
BP – 03/2
BP – 03/3
BP – 03/4
BP – 04/1
BP – 04/2
BP – 04/3
BP – 04/4
Gambar 8. Diagram T max - HI conto batuan di daerah Penyelidikan (Van Krevelen)
BP-04/4 565.7 189
BP - 01 BP – 02/1
BP – 02/2 BP – 03/1 BP – 03/2 BP – 03/3 BP – 03/4
BP – 04/1 BP – 04/2 BP – 04/3
BP – 04/4
500 100 150 200 250 300
0
150
300
450
600
750
900I. Highly Oil Prone
II. Oil Prone
III. Gas Prone
IV. Non Source
Oxygen Index (OI) in mg CO2/g Organic Carbon
Hy
dro
ge
n I
nd
ex
(H
I) i
n m
g H
C/g
Org
an
ic C
arb
on BP - 01
BP - 02/1
BP - 02/2
BP - 03/1
BP - 03/2
BP - 03/3
BP - 03/4
BP - 04/1
BP - 04/2
BP - 04/3
BP - 04/4
Gambar 9. Diagram TOC- HI conto batuan di daerah Gambar 10. Diagram HI-OI conto batuan di daerah Penyelidikan (Van Krevelen) Penyelidikan (Van Krevelen)
BP - 01 BP – 02/1
BP – 02/2 BP – 04/2
BP – 04/3 BP – 03/1 BP – 03/2 BP – 03/3 BP – 03/4
BP – 04/1 BP – 04/2 BP – 04/3
BP – 04/4
BP - 01 BP – 02/1
BP – 03/1 BP – 03/2 BP – 03/3 BP – 03/4
BP – 04/1
BP – 04/4
BP – 04/2 BP – 04/3
BP – 02/2
100.010.01.00.1 0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Poor Fair Good V. Good Excellent
TOC (wt % rock)
Hy
dro
ge
n I
nd
ex (
HI)
Gas
Oil
& G
as
Oil
Gambar 11. Peta Geologi Daerah Penyelidikan
Tabel 1. Stratigrafi Daerah Penyelidikan
Material lepas lempung, pasir,
kerikil-bongkah batuan beku
dan kuarsit
Telisa Bawah
Telisa Atas
Anggota Bawah
Fm Palembang
AnggotaTengah
Fm Palembang
Anggota Atas
Fm Palembang
Alluvium
Kel batuan Pra Tersier
Anggota Serpih dan Filit
Kuantan
Regresi
Transgresi
Darat
Rawa
Rawa
Laut
Laut dangkal
Rawa pengaruh
Pasang surut
Tuf batuapunganm Batupasir
tufaan, Bentonit, sisipan Lignit
dan Kayu terkersikkan
Batulempung pasiran dengan
sisipan Lignit dan tuf
Batulempung dengan sisipan
Batupasir, Batupasir glaukonitan
Batupasir kuarsa, Serpih coklat,
Batugamping napalan, sisipan
tuf andesit
Material volkanik, Batupasir,
Tufa, Breksi Andesit, Lignit,
Napal lempungan, Batupasir
glaukonitan
Batuan Metamorf, Metasediment
dan Granit
g
UMUR FORMASI LITOLOGI LINGKUNGAN
PENGENDAPAN FASIES
TE
RS
IER
KU
AR
TE
R
Plistosen
Miosen
A
T
B
Holosen
PRA TERSIER
Miosen Akhir
- Pliosen
Tabel 2. Hasil ”RETORT EXTRACTION” Serpih Bitumen Daerah Penyelidikan
Tabel 3. Hasil Analisis Petrografi Conto Bitumen Padat Daerah Penyelidikan
oleh conto tersebut di atas menunjukkan kisaran angka antara 10 l/Ton hingga 60 l/Ton.
No No Sampel Formasi
Kandungan
minyak Kandungan air
Specific
Gravity Batuan Liter/ton
1 BP - 01 Telisa Atas - 200 2.13
2 BP-02/1 Telisa Atas - 170 2.13
3 BP-02/2 Telisa Atas - 170 2.13
4 BP-03/1 Telisa Atas 35 25 2.60
5 BP-03/2 Telisa Atas 40 10 1.50
6 BP-03/3 Telisa Atas 50 10 2.40
7 BP-03/4 Telisa Atas 60 30 2.60
8 BP-04/1 Telisa Atas 10 40 2.60
9 BP-04/2 Telisa Atas 25 35 2.40
10 BP-04/3 Telisa Atas 40 25 2.57
11 BP-04/4 Telisa Atas 20 40 2.40
Tabel 6. Hasil ”RETORT EXTRACTION” Bitumen daerah penyelidikan
No Sampel Jenis Batuan Rvmean (%) Pemerian
BP-03/1 Serpih 0.32 L > V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99
%. Liptinite 0 %
BP-03/2 Serpih 0.34 L > V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99
%. Liptinite 0 %
BP-03/3 Serpih 0.33 L > V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99
%. Liptinite 0 %
BP-03/4 Serpih 0.28 L > V > I. Liptinite 10-49.9 %, Vitrinit 0.5-1.99
%. Liptinite 0 %
BP-04/1 Serpih 0.36 L > V > I. Liptinite 10-49.9 %, Vitrinit 0.5-1.99
%. Liptinite 0 %
BP-04/2 Serpih 0.33 L > V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99
%. Liptinite 0 %
BP-04/3 Serpih 0.32 L > V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99
%. Liptinite 0 %
BP-04/4 Serpih 0.40 L = V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99
%. Liptinite 0 %
Tabel 7. Hasil analisis Petrografi conto Bitumen Padat daerah Penyelidikan
Tabel 4. Rock Eval Pyrolysis and TOC Content
Tabel 5. Perhitungan Sumber Daya Bitumen padat Penyelidikan
No Lithology TOC
Wt.%
mg/g rock Tmax oC
Potential Yield
Oil
Production
Index (OPI)
H
index
O
index S1 S2 S3
BP - 01 Shale 0.88 0.18 0.58 0.45 404.0 0,76 0.24 66 51
BP-02/1 Shale 0.82 0.13 0.53 0.42 423.9 0,66 0.20 65 52
BP-02/2 Shale 0.89 0.21 0.93 0.89 425.4 1,14 0.18 68 65
BP-03/1 Shale 4.03 0.39 21.33 1.08 426.6 21,72 0.02 530 27
BP-03/2 Shale 1.29 0.20 0.94 0.82 424.1 1,14 0.17 72 64
BP-03/3 Shale 3.74 0.81 16.71 1.35 412.3 17,51 0.05 446 36
BP-03/4 Shale 5.27 0.85 35.52 1.14 436.5 36,37 0.02 674 22
BP-04/1 Shale 2.12 0.35 7.97 0.83 428.8 8,32 0.04 376 39
BP-04/2 Shale 4.00 0.69 21.54 1.04 424.9 22,23 0.03 539 26
BP-04/3 Shale 3,35 0.68 17.37 0.97 420.4 18,05 0.04 490 27
BP-04/4 Shale 0.28 0.20 0.53 0.42 565.7 0,73 0.27 189 148
Seam
Luas Daerah
Pengaruh
(m²)
Tebal
Semu
(m)
SG
Ton/(m³)
Kandungan
minyak
(lt/ton)
Sumber Daya Batuan Bitumen Padat
(Ton)
Sumber Daya Minyak
(Barrel)
Hipotetik Tereka Hipotetik Tereka
A1 591.550,4 65 1.67 24 64.212.795,92 - 9.692.497,50 -
A2 1.710.151,8 35 1.72 22 102.951.138,36 14.244.811,59
B1 570.293,0 23.8 2.27 46 30.810.649,62 - 8.913.772,85 -
228.117,2 23.8 2.27 46 - 12.324.259,85 - 3.565.509,14
B2 1.427.725,8 41.3 2.49 23.75 146.823.038,10 - 21.931.114,18 -
285.545,1 41.3 2.49 23.75 - 29.364.601,45 - 4.386.221,91
JUMLAH 344.797.622,00 41.688.861,30 54.782.196,12 7.951.731,05
Tabel 9. Perhitungan Sumber Daya Bitumen padat Penyelidikan