Upload
hoangkhuong
View
233
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
BULAN BHAKTI KESETIAKAWANAN SOSIAL
(BBKS)
DIREKTORAT KEPAHLAWANAN, KEPERINTISAN, DAN KESETIAKAWANAN SOSIAL
DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL
DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
KEMENTERIAN SOSIAL RI
TAHUN 2015
1
DAFTAR ISI
Executive Summary 2
Kata Pengantar 4
Sambutan Dirjen Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan 5
Sekapur Sirih Menteri Sosial RI 6
BAB I. PENDAHULUAN 7
A. Latar Belakang ………………………………………………………… 7
B. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………… 9
C. Pengguna ………………………………………………………… 10
D. Pengertian …………………………………………………………
10
BAB II. PENYELENGGARAAN BULAN BHAKTI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL
12
A. Hakekat ………………………………………………………… 12
B. Kriteria ………………………………………………………… 12
C. Nilai Dasar ………………………………………………………… 12
D. Waktu dan Lokasi ………………………………………………………… 13
E. Strategi ………………………………………………………… 13
F. Pendekatan ………………………………………………………… 13
G. Kegiatan ………………………………………………………… 14
H. Mekanisme Penyelenggaraan ………………………………………………………… 16
I. Langkah-langkah ………………………………………………………… 16
J. Jadwal Kegiatan …………………………………………………………
17
BAB III. ACARA PUNCAK BULAN BHAKTI KESETIAKAWANAN SOSIAL 18
A. Hakekat ………………………………………………………… 18
B. Nilai Dasar ………………………………………………………… 18
C. Waktu dan Lokasi ………………………………………………………… 18
D. Inspektur Upacara, Komandan Upacara, Peserta dan Penyelenggara …………….. 18
E. Mekanisme ………………………………………………………… 19
F. Langkah-langkah ………………………………………………………… 20
………………………………………………………… 20
BAB IV. KELEMBAGAAN 21
A. Penyelenggara ………………………………………………………… 21
B. Peranan Pemerintah dan Pemerintah Daerah ……………………………………........ 24
C. Koordinasi ………………………………………………………… 25
D. Sarana dan Prasarana ………………………………………………………… 26
BAB V. PENGENDALIAN 27
A. Monitoring ………………………………………………………… 27
B. Evaluasi ………………………………………………………… 27
C. Pelaporan ………………………………………………………… 28
D. Pembinaan dan Pengawasan ………………………………………………………… 28
E. Pembiayaan ………………………………………………………… 29
BAB VI. PENUTUP
30
Lampiran 31
2
EXECUTIVE SUMMARY
Hakekat dari penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial (BBKS)
adalah segala upaya untuk "mempengaruhi" pola pikir - pola perilaku - pola hidup
masyarakat, dunia usaha dan pemerintah, dengan berbasis pada internalisasi,
pelembagaan dan aksi nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial, sebagai modal sosial, untuk
mencapai kohesivitas, kebersamaan, dalam memperkuat kedaulatan Sosial dan
memperkokoh kedaulatan Nasional.
Modal sosial mempunyai andil sangat besar dalam menentukan nasib suatu
bangsa. Berdasarkan survey Kompas tentang basis sosial ekonomi masyarakat
menguak bagaimana modal sosial masyarakat Indonesia secara umum. Survey
diselenggarakan medio Oktober 2014, menjaring 1.200 responden yang tersebar di 32
provinsi.
Kekerabatan, keterlibatan, kepercayaan, dan toleransi menjadi parameter penting
dalam modal sosial masyarakat Indonesia. Secara umum, sikap kekerabatan menjadi
landasan perilaku publik survey ini. Komunikasi dan hubungan baik menjadi andalan
dalam interaksi sosial dilingkungan sekitar. Orang-orang terdekat seperti keluarga,
kerabat, dan tetangga, adalah faktor efektif dalam mentransformasi informasi.
Keterlibatan publik dalam kegiatan sosial dapat menjadi media komunikasi informal
yang baik untuk menyemai pemahaman tentang sesuatu.
Meski tak selalu mau dan mampu berpartisipasi dalam konsep, rata-rata publik
bersedia memberikan sumbangan untuk kegiatan sosial dalam bentuk tenaga. Tingkat
kepercayaan terhadap pihak lain juga tinggi sehingga tak enggan mencoba hal-hal
baru. Faktor yang menguntungkan lainnya adalah toleransi publik terhadap
keberagaman cukup baik. Tingkat resistensi terhadap hal baru tidak terlalu tinggi dan
cenderung terbuka menerima sesuatu yang berbeda.
Melihat tren perubahan sosial yang terjadi di desa, ke depan diperlukan upaya-
upaya maksimal untuk mengikat modal sosial agar tak tergerus. Beberapa indikator
yang terbaca lewat survey Potensi Desa (BPS) menunjukan bahwa aktivitas gotong
royong pada masyarakat desa mulai menurun, kegiatan lembaga swadaya
masyarakat pun turun drastis di pedesaan.
Kondisi ini memerlukan pemahaman baru atas potensi desa, diperlukan ikatan-
ikatan sosial baru yang mampu menjembatani perbedaan dan mengubahnya
menjadi modal sosial yang bermanfaat. Ikatan sosial desa tak seharusnya hanya
bersandar pada kekuatan homogenitas asal usul, tetapi juga pada heterogenitas
3
multikulturalnya saat ini.
Aksi BBKS dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan dan menyemai
kembali modal sosial berupa nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial di tengah masyarakat,
Aksi ini tidak bisa dilakukan secara parsial, tetapi harus terintegrasi, komprehensif,
saling mempengaruhi satu sama lain. Cara untuk mempengaruhi dilakukan melalui
pendekatan pengembangan masyarakat.
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial (BBKS) diselenggarakan dengan menjunjung
tinggi peran dan partisipasi seluruh masyarakat baik secara individual, kelompok,
keluarga, organisasi/badan/Lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah atau pemerintah
daerah dan masyarakat, dunia usaha maupun kelompok warga lainnya.
Strategi Bulan Bhakti ditempuh melalui :
a. Promosi dan kampanye sosial
b. Penataan Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu
c. Penguatan koordinasi antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat
d. Optimalisasi peran media
e. Optimalisasi pendayagunaan gugus tugas dan kemitraan
f. Optimalisasi peranserta masyarakat
Langkah/ tahapan yang ditempuh dalam menetapkan lokasi BBKS meliputi :
1. Penjajagan
2. Studi kelayakan.
3. Menyusun Rencana Kerja
4. Pelaksanaan.
5. Pengendalian.
Adapun contoh Best Practice dari penyelenggaran BBKS dalam bentuk Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu (KLST) adalah Kampung Bantar Liposos II Kelurahan Eka
Jaya Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, Provinsi Jambi, kawasan tersebut kini sedang berproses menjadi Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu Mandiri (terlampir).
4
5
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesetiakawanan Sosial adalah bagian dari nilai, sikap dan perilaku pro sosial
yang berakar dalam konteks tata budaya nusantara dan masyarakat majemuk
Indonesia berdasarkan Pancasila. Nilai dasar ini mengandung spektrum kesantunan
serta kepedulian sosial yang mendasar dan kontekstual. Dilandasi pengertian,
kesadaran dan tanggung jawab sosial seluruh komponen masyarakat, bangsa dan
negara dalam kerangka mengekspresikan kebudayaan Pancasila. Dalam konteks
itu, nilai kesetiakawanan sosial sebagai dimensi modal sosial memiliki posisi
strategis untuk menumbuh kembangkan semangat kebersamaan, saling percaya
dan menerima, integrasi dan ikatan sosial, yang dinyatakan melalui kerelaan,
proaktif, serta kepedulian untuk berkorban bersama warga masyarakat yang
membutuhkan dalam kerangka mewujudkan Indonesia Sejahtera berbudaya
Pancasila. Artinya, kesetiakawanan sosial hakekatnya suatu kemauan untuk bersatu
dalam solidaritas sosial, kesamaan nasib, dan keinginan menjadi makluk sosial yang
saling peduli dan berbagi dalam membangun persaudaraan sejati, persaudaraan
masyarakat majemuk Indonesia berbudaya Pancasila. Kepentingan pribadi
diletakkan dalam kerangka kesadaran atas kewajiban sebagai makhluk sosial dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Seiring dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
di era reformasi dan globalisasi, maka kesetiakawanan sosial tengah mengalami
pergeseran mendasar dan paradigmatik. Nilai-nilai kesetiakawanan sosial sebagai
modal sosial strategis budaya Pancasila, kini mengalami proses destruksi sistematis
dan kian kritis selang beberapa dekade terakhir, di era reformasi, otonomi daerah
dan globalisasi dewasa ini. Kondisi faktual tersebut nampak antara lain berbentuk:
a) kesetiakawanan sosial, yang sering menampakan wajah secara terbatas di ruang
politik, namun dengan semangat membela kepentingan masing-masing golongan.
b) menguatnya kesetiakawanan sosial berwajah kedaerahan yang mewujud dalam
komunalisme dan tribalisme. c) di bidang ekonomi, nilai kesetiakawanan sosial
belum sepenuhnya menjadi kesadaran nasional, baik di level struktural, institusional,
maupun personal. Menguatnya kesenjangan ekonomi dan sosial merupakan
indikator melemahnya kesetiakawanan sosial, yang kemudian menjadi alir deras
munculnya berbagai masalah kesejahteraan sosial. d) selain itu revolusi globalisme
ditengarai tengah menetrasi berbagai modal sosial lokal, ditandai dengan sejumlah
gejala antara lain menguatnya semangat individualis, kian memudarnya semangat
kebersamaan, mencuatnya identitas komunal dan kedaerahan, melemahnya
semangat kebangsaan dan nasionalisme serta makin memudarnya modal sosial
masyarakat yang dilandasi oleh saling percaya, komitmen bersama, kesepakatan
bersama dan aturan main dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan
bernegara. Bahkan dalam beberapa hal, terjadi kanibal sosial (social cannibalism),
yaitu sifat saling menghancurkan, saling membunuh karakter dan berujung pada
saling mematikan.
6
Destruksi kesetiawakanan sosial, nyaris melahirkan pergulatan pemaknaan di
tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara saat ini. Memudarnya
perasaan empati, kepedulian sosial dan saling berbagi sebagai ekspresi
kesetiakawanan sosial menjadi kepentingan individualis dan kelompok secara
eksklusif dengan memarginalkan kepentingan sosial, telah mendongkrak sistem
perilaku sosial pro-sosial dan altruistik bergeser kearah sistem perilaku prokelompok
eksklusif dan individualis di lingkungan masyarakat. Kohesi sosial makin bergeser
menjadi kohesi kelompok berdasarkan kepentingan dan kesadaran kelompok.
Makin jauhnya nilai keadilan sosial, maraknya konflik berbasis suku, ras dan agama
(SARA), kesenjangan ekonomi serta berbagai masalah sosial lainnya menunjukkan
bahwa refleksi terhadap landasan kesetiakawanan sosial berbudaya Pancasila, kian
menjadi isu nasional yang sangat serius, mendasar, kontekstual dan strategis.
Pada sisi lain, kesenjangan sosial yang makin terstruktur dan membudaya,
nampak secara jelas, jika dilihat dari angka jumlah penduduk miskin yang terus
meningkat. Sebagai konsekuensi belum nampaknya penurunan signifikan angka
penduduk miskin selama ini, maupun meningkatnya angka penduduk miskin
sebagai dampak berbagai eskalasi dan frekuensi bencana alam dan sosial di
berbagai daerah dewasa ini. Kesenjangan distribusi pendapatan antar kelompok
masyarakat berpenghasilan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah, antar daerah perkotaan dan daerah pedesaan serta tertinggal, karena
ketimpangan penguasaan asset serta akses pengelolaan sumber alam dan ekonomi
dalam berbagai bentuk, makin menjadikan jurang kesenjangan sosial ekonomi, kian
kentara terang benderang, baik secara vertikal, maupun horisontal.
Oleh sebab itu, secara strategis-konstitusional, menjadi penting kehadiran
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang telah
meletakkan kedudukan dan fungsi konsepsi dan nilai Kesetiakawanan Sosial
sebagai kerangka dasar dan mandat konstitusional dalam pengelolaan
kesejahteraan sosial di Indonesia. Nilai strategis-konstitusional Kesetiakawanan
Sosial dalam konstruk budaya Pancasila itu, akan terus digali, dikembangkan dan
didayagunakan berbasis pada kekayaan budaya dan kearifan lokal masyarakat
majemuk Indonesia dalam mewujudkan cita-cita luhur Indonesia merdeka yang adil
dan sejahtera. Sebagai mandat strategis-konstitusional kesejahteraan sosial,
kesetiakawanan sosial perlu terus direvitalisasi dan direlevansikan sesuai dengan
kondisi aktual masyarakat, bangsa dan negara serta diimplementasikan dalam
wujud nyata melalui dinamika kehidupan masyarakat, bangsa dan negara di tengah
panggilan era reformasi, otonomi daerah dan globalisasi dengan segala
konsekuensinya.
Belajar dari sejumlah fakta kondisi keprihatinan sosial sebagaimana diuraikan
di atas, maka mewujudkan kesetiakawanan sosial sebagai modal sosial masyarakat,
bangsa dan negara melalui suatu gerakan nasional, menjadi keharusan, baik
sebagai mandat strategis-konstitusional maupun mandat budaya dan kearifan lokal
seluruh masyarakat, bangsa, negara majemuk nusantara, tanpa kecuali. Dalam
7
konteks dwi-mandat konstitusional dan kultural strategis itulah, sudah sepantasnya,
seluruh masyarakat, bangsa dan negara Indonesia memiliki “grand national
solidarity”, berupa agenda nasional untuk mewujudkan solidaritas kesetiakawanan
sosial nasional menuju Indonesia Sejahtera, sebagai kerangka acuan dalam rangka
penyusunan “grand national reality”. Grand national solidarity adalah suatu upaya
sengaja, terpola, sistematis, dan berkelanjutan dalam rangka pembudayaan
semangat solidaritas dan kesetiakawanan sosial nasional membangun bangsa,
yang didasarkan atas spirit, visi, tekad, dan komitmen yang diajarkan dan diwariskan
founding fathers negara Indonesia merdeka. Sedangkan grand national reality,
berkaitan dengan upaya bersama mengimplementasi Grand National Solidarity ke
konteks masa kini dinamika reformasi, otonomi daerah dan globalisasi dengan
segala dampak destruktifnya terhadap kesetiakawanan dan kesejahteraan sosial
nasional, sehingga pilihan strategi implementasi seharusnya sensitif dan responsif
terhadap dinamika kebutuhan kontekstual dan kontemporer masa kini.
Pengkondisian manajemen perubahan akan ditempuh melalui tahapan-
tahapan strategis : a) proteksi dan konsolidasi sosial, b) pemberdayaan sosial
sistemik, dan c) budaya pembangunan kesetiakawanan dan kesejahteraan sosial
berkelanjutan, sebagai iklim kondusif transformasi secara struktural, fungsional dan
kultural yang dilakukan secara terencana, terpola, sistematis, terarah, dan
berkelanjutan melalui Gerakan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara
nasional. Suatu gerakan transformasi nasional kesetiakawanan dan kesejahteraan
sosial mencakup wilayah pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan
desa/kelurahan secara holistik dan integratif, dengan mengoptimalkan peran seluruh
pilar modal sosial masyarakat, bangsa dan negara: jajaran Pemerintah/Pemerintah
Daerah, Perguruan Tinggi, Dunia Usaha, TNI dan Polri, berbagai elemen
masyarakat, dan sebagainya.
Bahwa untuk mewujudkan makna kesetiakawanan sosial sebagai modal sosial
nasional strategis dalam rangka mewujudkan, menegakkan dan memajukan
kesejahteraan sosial, harmonisasi dan keadilan sosial nasional sebagaimana yang
diharapkan, maka perlu disusun secara sistematis dalam bentuk Pedoman Bulan
Bhakti Kesetiakawanan Sosial Nasional sebagai acuan kerja nasional. Pedoman ini
dimaksimalkan sebagai tuntunan, pegangan, acuan dan arahan bagi semua pihak
yang berkepentingan dalam penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
secara nasional. Artinya, bermanfaat dalam memudahkan dan memperlancar
penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara nasional yang
dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Pedoman Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dimaksudkan sebagai tuntunan,
panduan dan acuan bagi Pemerintah, Dunia Usaha, dan seluruh elemen
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan,
pembinaan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan Bulan Bhakti
Kesetiakawanan Sosial.
8
2. Tujuan
Tujuan Penyusunan Pedoman ini adalah :
a. Menjadi gerak dasar yang memudahkan dan memperlancar
penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara
terkoordinasi, sinergis, terencana, terarah dan berkelanjutan.
b. Terwujudnya tata kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilandasi
oleh kesetiakawanan sosial
c. Terciptanya kondisi sosial yang menjamin kesetiakawanan sosial mampu
menjadi pilar dasar dalam mewujudkan Indonesia sejahtera.
C. Pengguna
Pengguna Pedoman ini adalah :
1. Pemerintah (Pemerintah Pusat dan Daerah)
2. Instansi/Badan/Lembaga/Organisasi/yayasan dan pemangku kepentingan
lainnya di Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan hingga Desa/kelurahan
3. Dunia Usaha
4. Perguruan Tinggi
5. Pelaku dan Pemerhati penyelenggaraan kesejahteraan sosial terkait.
6. Para Pemangku kepentingan lainnya
D. Pengertian
1. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan
berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga
negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial,
dan perlindungan sosial.
2. Kesetiakawanan Sosial Nasional adalah nilai, pandangan dan sifat yang
mengatur hubungan sosial antara warga satu dengan lainnya dengan
menumbuhkan sikap dan tindakan saling peduli dan berbagi yang dilandasi oleh
kerelaan, kesetiaan, kebersamaan, toleransi, dan tidak diskriminasi guna
mewujudkan harkat, martabat dan harga diri setiap warga negara Indonesia.
3. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terarah, terencana dan berkelanjutan dari, oleh dan untuk
masyarakat guna memperkokoh, memelihara, meningkatkan serta
mengembangkan kesetiakawanan sosial.
4. Komite Kesetiakawanan Sosial Nasional adalah Kepengurusan Nasional yang
bertugas untuk mempersiapkan, melaksanakan dan mengendalikan
penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara nasional.
5. Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial yang kemudian disebut sebagai Satgas
Kesetiakawanan Sosial adalah warga masyarakat yang karena kepeduliannya
(relawan) diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh
9
Kepala Desa/Lurah untuk menggerakkan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di
desa/kelurahan atau di wilayah sederajat.
6. Pos Komunikasi Sosial adalah tempat yang digunakan sebagai wadah dan atau
sarana pertukaran informasi, komunikasi dan edukasi dalam pembudayaan
kesetiakawanan sosial berkedudukan di desa/kelurahan.
7. Menteri adalah Menteri yang membidangi urusan sosial.
8. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
9. Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu atau KLST adalah wilayah konsentrasi
yang menjadi keterpaduan program dan kegiatan dari berbagai lintas sektor
10
BAB II PENYELENGGARAAN
BULAN BHAKTI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL
A. Hakekat
1. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial pada hakekatnya berperan sebagai
gerakan berkelanjutan untuk menumbuhkan, memperkuat, memelihara,
meningkatkan dan mengembangkan kesetiakawanan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan saling menghormati,
saling menghargai dan saling peduli tanpa membedakan garis keturunan,
agama, warna kulit dan golongan.
2. Gerakan berkelanjutan yang dimaksudkan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara bersama-sama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan
masyarakat secara terarah, terencana dan berkelanjutan dengan tujuan agar
tercipta keikhlasan kemauan, kesadaran dan kemampuan untuk peduli, saling
berbagi dan toleransi antar warga menuju terwujudnya Indonesia sejahtera
B. Kriteria
Kelompok sasaran Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial terdiri dari sasaran
populasi dan kewilayahan
1. Kriteria Kelompok sasaran populasi yang dimaksudkan adalah penyandang
masalah kesejahteraan sosial (PMKS) pada umumnya dan masyarakat marjinal
pada khususnya.
2. Sasaran kewilayahan yang dimaksudkan adalah seluruh wilayah Republik
Indonesia, dengan prioritas utama adalah wilayah rawan masalah
kesejahteraan sosial, gugus pulau/pulau-pulau kecil, pulau terdepan,
perbatasan antar negara dan kawasan pesisir, daerah tertinggal, daerah
pedalaman/terpencil, daerah kumuh, daerah rawan konflik dan daerah rawan
sosial lainnya, dengan kriteria :
a. Wilayah dimaksud dalam lingkup kecamatan sebagai wilayah prioritas
Pemerintah Daerah yang menjadi pusat pengembangan kawasan
lingkungan sosial terpadu yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat.
b. Wilayah tersebut benar-benar rawan baik sosial, ekonomi, politik dan budaya
antara lain daerah kumuh atau kawasan marjinal (slum areas)
c. Wilayah tersebut menjadi kawasan keterpaduan program yang dilakukan
oleh berbagai sektor.
d. Memiliki potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang dapat
dikembangkan.
e. Memiliki dampak positif bagi wilayah lainnya.
11
C. Nilai Dasar
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dilaksanakan berdasarkan
keswadayaan, kemandirian, inisiatif lokal, partisipasi, efisiensi, efektivitas,
transparansi, akuntabilitas, profesional, sinergis, terkoordinasi, terencana dan
berkelanjutan.
D. Waktu dan Lokasi
1. Waktu
a. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dilaksanakan selama 1 (satu) tahun
penuh mulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
b. Acara Puncak Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional ditetapkan setiap
tanggal 20 Desember di lokasi Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu (KLST)
sebagai pusat penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
2. Lokasi
a. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dilaksanakan seluruh wilayah, dengan
prioritas pada Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu
b. Acara Puncak Hari Kesetiakawanan Sosial di Daerah dilakukan di Kawasan
Lingkungan Sosial Terpadu yang menjadi konsentrasi penyelenggaraan
Bulan Bhakti.
c. Acara Puncak Hari Kesetiakawanan Sosial secara nasional dilaksanakan di
Jakarta.
E. Strategi
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial diselenggarakan dengan menjunjung
tinggi peran dan partisipasi seluruh masyarakat baik secara individual, kelompok,
keluarga, organisasi/badan/Lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah dan masyarakat, dunia usaha maupun kelompok warga lainnya.
Oleh sebab itu, Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial diselenggarakan bersama-
sama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat. Untuk mewujudkan
hal demikian, maka strategi Bulan Bhakti ditempuh melalui :
g. Promosi dan kampanye sosial
h. Penataan Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu
i. Penguatan koordinasi antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat
j. Optimalisasi peran media
k. Optimalisasi pendayagunaan gugus tugas dan kemitraan
l. Optimalisasi peranserta masyarakat
F. Pendekatan
Sejumlah pendekatan yang dilakukan dalam penyelenggaraan Bulan Bhakti
Kesetiakawanan Sosial adalah :
1. Pendekatan kewilayahan, artinya penyelenggaraan Bulan Bhakti dilakukan
12
dengan penataan kawasan lingkungan sosial terpadu lingkup kecamatan yang
ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat. Pendekatan ini digunakan dengan
menata Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu dan pemerataan pembangunan di
wilayah Kecamatan yang menjadi Unit Kerja Daerah Pembangunan.
2. Pendekatan keterpaduan, artinya penyelenggaraan Bulan Bhakti haruslah
melibatkan berbagai unsur masyarakat, dunia usaha, TNI, POLRI, tokoh
masyarakat, kelompok, organisasi, Instansi Pemerintah dan atau Pemerintah
Daerah mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi
hingga nasional secara terkoordinasi dan terintegrasi.
3. Pendekatan lintas batas, artinya penyelenggaraan Bulan Bhakti haruslah
mengandung berbagai aksi sosial lintas program dan atau lintas aksi.
G. Kegiatan
1. Lingkup Nasional
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial adalah serangkaian kegiatan Bulan
Bhakti Kesetiakawanan Sosial yang diselenggarakan dalam lingkup nasional
meliputi agenda:
a. Harmonisasi kebijakan nasional untuk kesetiakawanan sosial nasional
b. Persemaian budaya kesetiakawanan sosial secara nasional melalui
sosialisasi, diseminasi, lokakarya/workshop, seminar, diskusi publik,
pendidikan, pelatihan, penataran, pemantapan dan atau sarasehan
kesetiakawanan sosial
c. Kerjasama regional, nasional dan internasional untuk mewujudkan
kemanusiaan universal dan hak asasi manusia
d. Penyelenggaraan Acara Puncak Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional
e. Pendidikan Masyarakat termasuk organisasi dan kader pembangunan
secara nasional
f. Operasi Kemanusiaan secara regional, nasional dan internasional, antara
lain santunan/bantuan sosial, pengobatan massal, sunatan massal, pasar
murah, donor darah dan lain-lain
g. Pemberian penghargaan kepada desa /kelurahan peduli dan tokoh yang
berjasa dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial berskala nasional
h. Safari Bhakti Kesetiakawanan Sosial/ Lintas Batas Kesetikawanan Sosial
(outreach).
i. Rehabilitasi sosial/ bedah kampung terhadap daerah kumuh/ tertinggal/
pedalaman dan atau perbatasan antar negara.
j. Kampanye sosial melalui media cetak, elektronik dan peragaan
k. Pengembangan keswadayaan masyarakat berbasis kearifan lokal seperti
gugur gunung, lumbung kesetiakawanan sosial untuk pangan dan
ketahanan sosial, gerakan seribuan dan sebagainya.
l. Bulan dana kesetiakawanan sosial secara nasional.
m. Kegiatan lainnya sesuai kebutuhan.
13
2. Lingkup Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di wilayah Provinsi, Kabupaten/Kota
dan kecamatan adalah serangkaian kegiatan Bulan Bhakti Kesetiakawanan
Sosial yang diselenggarakan dalam lingkup Provinsi, Kabupaten/Kota dan
kecamatan meliputi :
a. Harmonisasi kebijakan Daerah untuk pembudayaan kesetiakawanan sosial
b. Persemaian budaya kesetiakawanan sosial melalui sosialisasi, diseminasi,
lokakarya/workshop, seminar, diskusi publik, pendidikan, pelatihan,
penataran, pemantapan dan atau sarasehan kesetiakawanan sosial
c. Penyelenggaraan Acara Puncak Hari Kesetiakawanan Sosial di Provinsi,
Kabupaten, Kota dan Kecamatan
d. Pendidikan Masyarakat termasuk organisasi dan kader pembangunan di
daerah
e. Operasi Kemanusiaan secara antara lain santunan/bantuan sosial,
pengobatan massal, sunatan massal, pasar murah, dan lain-lain
f. Pemberian penghargaan kepada desa /kelurahan peduli dan tokoh yang
berjasa dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial berskala daerah
g. Safari Bhakti Kesetiakawanan Sosial nasional di daerah/ Lintas Batas
Kesetikawanan Sosial (outreach).
h. Penataan Kawasan lingkungan Sosial Terpadu dalam bentuk rehabilitasi
sosial/ bedah kampung, program perbaikan kampung, program kali bersih
(Prokasih), penataan lingkungan permukiman dan perumahan tidak layak
huni, gerakan penghijauan, pelestarian lingkungan hidup, Bhakti sosial,
perbaikan jalan lingkungan, pengadaan sarana dan prasarana penerangan,
MCK dan lain-lain.
i. Kampanye sosial melalui media cetak, elektronik dan peragaan
j. Aksi sosial masyarakat berbasis kearifan local seperti gugur gunung,
lumbung kesetiakawanan sosial untuk pangan, gerakan dana sehat dan
ketahanan sosial, gerakan seribuan, gerakan sejuta pohon (one person one
tree) dan sebagainya.
k. Bulan dana kesetiakawanan sosial.
l. Kegiatan lainnya sesuai kebutuhan.
3. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di desa/ kelurahan adalah serangkaian
kegiatan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial yang diselenggarakan di
desa/kelurahan atau wilayah sederajat yang meliputi :
a. Aksi Sosial berbasis kearifan lokal, seperti gotong royong, kerja Bhakti,
tolong menolong, lumbung kesetiakawanan sosial, gugur gunung, desa
bersih, kali bersih, perbaikan kampung, perbaikan rumah tidak layak huni,
jimpitan beras; bulan dana kesetiakawanan sosial, gerakan masyarakat
peduli bencana, penghijauan, dana sehat dan lain-lain.
b. Operasi kemanusiaan seperti sunatan massal, operasi bibir sumbing,
pengobatan gratis, bantuan beras miskin, santunan kematian, santunan
sosial dan sebagainya.
c. Kampanye sosial dan penyuluhan sosial seperti sarasehan, pemasangan
14
spanduk/baliho, iklan layanan masyarakat, pemutaran film, pertunjukan seni
tradisional, vestifal, bazar atau pasar murah, lomba-lomba dan sebagainya
d. Penataan Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu seperti rehabilitasi sosial
daerah kumuh/Bedah kampung/Perbaikan kampung/ Program kali bersih,
pelestarian lingkungan hidup, penghijauan, keamanan dan sebagainya
e. Memperkokoh kerukunan hidup beragama dan kemasyarakatan dengan
rembug desa, forum adat, musawarah masyarakat dan sebagainya.
f. Memelihara sikap toleransi tanpa membedakan latar belakang suku,
agama, keturunan dan golongan dan sebagainya.
g. Kegiatan lainnya sesuai kebutuhan.
H. Mekanisme Penyelenggaraan
1. Bulan Bhakti kesetiakawanan Sosial Nasional dilaksanakan secara mandiri dan
terintegrasi berdasarkan kemandirian.
2. Bulan Bhakti kesetiakawanan Sosial nasional mandiri dilakukan oleh
perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi/lembaga/badan, Instansi atau
masyarakat yang karena peduli dan tanggungjawabnya melaksanakan sejumlah
aksi sosial baik secara insidentil maupun berkelanjutan.
3. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial diintegrasi dilakukan secara bersama-
sama, terorganisir, terpadu, terkoordinasi dan sinergis yang dilakukan oleh
perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi/lembaga/badan, Instansi atau
masyarakat yang karena peduli dan tanggungjawabnya melaksanakan aksi
sosial baik secara insidentil maupun berkelanjutan.
4. Setiap daerah dapat melaksanakan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara
otonom sesuai kebutuhan dan kemampuannya dengan tetap memperhatikan
pedoman ini.
I. Langkah-langkah
Sejumlah langkah yang perlu ditempuh meliputi :
1. Penjajagan yaitu serangkaian pendekatan awal yang dilakukan untuk
mengidentifikasi calon lokasi, masalah, kebutuhan dan sumber-sumber yang
dapat didayagunakan. Tujuannya adalah teridentifikasikannya masalah,
kebutuhan dan sumber serta ketepatan calon lokasi yang dapat memenuhi
kriteria Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu sebagai calon lokasi Bulan Bhakti.
Sasaran lokasi adalah Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu yang ditetapkan
oleh Bupati/Walikota setempat. Kegiatan ini meliputi pemetaan sosial,
menemukenali masalah, menemukenali kebutuhan, menemukenali akar
masalah, analisis masalah dan kebutuhan, menemukenali potensi dan sumber
kesejahteraan sosial serta verifikasi Identifikasi dilakukan berdasarkan
15
pendekatan partisipatif.
2. Studi kelayakan. Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan tingkat kelayakan
calon lokasi sebagai pusat kegiatan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di
daerah. Tujuannya adalah menetapkan tingkat kelayakan berdasarkan kriteria
lokasi yang telah ditentukan. Kegiatan ini meliputi penelitian tindakan dengan
tekhnik Participatory Rural Appraissal dan seminar hasil studi kelayakan.
3. Menyusun Rencana Kerja yang meliputi :
a. Penyusunan Kerangka acuan
b. Penetapan tujuan
c. Penyusunan rencana kerja ;
d. Koordinasi
e. Penyusunan kegiatan dan anggaran ;
f. Menetapkan Tim Kerja (working group)
4. Pelaksanaan. Pelaksanaan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dilaksanakan
secara mandiri, dan atau terintegrasi. Pelaksanaan Bulan Bhakti
Kesetiakawanan Sosial direncanakan, dikerjakan, dan dikendalikan oleh sebuah
Komite yang ditetapkan oleh Pejabat berwenang. Kegiatan ini meliputi
pengorganisasian, pengkoordinasian dan kegiatan aksi. Pelaksanaan Bulan
Bhakti Kesetiakawanan Sosial harus melibatkan semua pihak yang mempunyai
kepedulian dan tanggung jawab sosial.
5. Pengendalian. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk memantau,
mengevaluasi dan penyusunan laporan. Pengendalian dilakukan dalam bentuk
supervisi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Kegiatan ini dilakukan secara
berjenjang mulai dari Kabupaten/Kota, Provinsi sampai di tingkat pusat.
J. Jadwal Kegiatan
Jadwal Kegiatan
No Tahapan Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penyiapan Bahan x x
2. Penjajagan x x
3. Studi Kelayakan x x
4. Rencana Kerja x x
5. Penciptaan Pra Kondisi x x
6. Pelaksanaan Bulan Bhakti x x x x x x
7. Acara Puncak Bulan Bhakti x
8. Pengendalian (Monitoring,
Evaluasi dan Pelaporan)
x x x x x x x x x x x x
16
BAB III
ACARA PUNCAK BULAN BHAKTI KESETIAKAWANAN SOSIAL
A. Hakekat
1. Acara puncak Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial pada hakekatnya
serangkaian kegiatan terpadu, terarah dan terencana sebagai agenda puncak
dalam penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
2. Acara Puncak Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dilaksanakan bertepatan
dengan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional.
B. Nilai Dasar
Acara Puncak dilaksanakan berdasarkan nilai dasar integrasi, sinkronisasi,
koordinatif, terpadu lintas sektor dan mampu membangkitkan kesadaran, komitmen
dan tanggung jawab sosial bersama.
C. Waktu dan Lokasi
Acara Puncak Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dilakukan bertepatan
dengan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional yang ditetapkan setiap
tanggal 20 Desember.
Acara Puncak Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dilaksanakan secara
terpusat dilokasi Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu yang menjadi konsentrasi
penyelenggaraan bulan Bhakti dengan tetap memperhatikan :
1. Wilayah kecamatan yang menjadi sasaran penataan kawasan lingkungan
sosial terpadu ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
2. Wilayah konsentrasi penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan sosial
selama setahun
3. Memiliki dampak positif bagi wilayah lainnya.
Acara Puncak Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara berjenjang
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Acara Puncak berskala nasional dilaksanakan di Jakarta dihadiri oleh Presiden
RI.
2. Acara Puncak berskala Daerah ditetapkan oleh Gubernur, Bupati/Walikota dan
atau Camat kepala Wilayah Kecamatan yang bersangkutan dengan lokasi
prioritas adalah Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu yang menjadi konsentrasi
penyelenggaraan bulan Bhakti. Acara Puncak di Lokasi Kawasan Lingkungan
Terpadu di daerah akan dihadiri oleh Menteri Sosial Ri dan atau Menteri
lainnya.
3. Acara puncak di Desa/kelurahan dapat dilakukan secara sendiri atau berintegrasi
di kecamatan.
17
D. Inspektur Upacara, Komandan Upacara, Peserta dan Penyelenggara.
1. Inspektur Upacara : Presiden RI (Nasional), Menteri Sosial atau Gubernur
(Provinsi), Bupati/Walikota (untuk Kabupaten/Kota) dan Camat Kepala Wilayah
(untuk wilayah kecamatan).
2. Komandan Upacara ditentukan oleh Komite yang telah ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan dari Pejabat yang berwewenang.
3. Peserta berasal dari unsur TNI/POLRI, Instansi/Badan/Lembaga Pemerintah,
Yudikatif dan Legislatif, dunia usaha, Pramuka/OSIS/ Pelajar/mahasiswa,
Lembaga Keswadayaan Masyarakat, organisasi kemasyarakatan, Lembaga
Kesejahteraan Sosial, tokoh masyarakat/ tokoh agama dan sebagainya.
4. Penyelenggara Bulan Bhakti adalah Komite yang telah ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang secara berjenjang mulai dari Nasional, Provinsi maupun
Kabupaten/Kota.
E. Agenda Kegiatan
Agenda acara Puncak dilaksanakan dalam bentuk :
1. Acara Pokok
Agenda pada acara puncak Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dilaksanakan
dalam bentuk Upacara resmi, dengan susunan acara sebagai berikut :
a. Pembukaan
b. Lagu Hymne dan Mars Kesetiakawanan Sosial
c. Laporan Ketua Panitia
d. Pembacaan deklarasi
e. Penandatanganan prasasti ( jika ada)
f. Pemberian Penghargaan
g. Sambutan Inspektur Upacara
h. Atraksi ( jika diperlukan)
i. Doa
j. Ramah tamah dilanjutkan dengan dialog interaktif antara Inspektur Upacara
dengan warga masyarakat.
k. Diakhiri dengan kunjungan ke Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu yang
menjadi lokasi penyelenggaraan Bulan Bhakti.
2. Kegiatan Penunjang
Acara puncak Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial didukung dengan sejumlah
kegiatan antara lain :
a. Persemaian budaya Kesetiakawanan Sosial melalui sosialisasi, diseminasi,
lokakarya/workshop, seminar, diskusi publik, pendidikan, pelatihan,
penataran, pemantapan dan atau sarasehan kesetiakawanan sosial
b. Penandatanganan kerjasama dalam mewujudkan kesetiakawanan sosial
c. Operasi Kemanusiaan antara lain santunan/bantuan sosial, pengobatan
massal, sunatan massal, pasar murah, pameran, dan lain-lain
d. Rehabilitasi sosial/ bedah kampung/ gerakan kali bersih/ gotong royong
e. Peresmian proyek-proyek keswadayaan masyarakat di lokasi kawasan
lingkungan sosial terpadu seperti penataan jalan lingkungan, penataan
18
rumah tidak layak huni, tempat ibadah, sarana dan prasarana lingkungan,
swa-rumah susun bagi masyarakat marjinal dan sebagainya.
f. Kegiatan lainnya sesuai kebutuhan.
F. Mekanisme
1. Acara puncak dilaksanakan secara mandiri dan terintegrasi berdasarkan
keswadayaan dan inisiatif daerah dengan prioritas utama di lokasi Kawasan
Lingkungan Sosial Terpadu yang menjadi pusat kegiatan Bulan Bhakti. Namun
demikian, tidak menutup daerah lainnya sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
2. Setiap daerah dapat melaksanakan acara puncak Bulan Bhakti Kesetiakawanan
Sosial secara otonom sesuai kebutuhan dan kemampuannya dengan tetap
memperhatikan petunjuk tekhnis pelaksanaannya.
3. Laporan wajib dibuat dan disampaikan kepada pejabat yang berwenang
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah acara puncak dilaksanakan.
a. Camat kepala wilayah menyampaikan laporan secara tertulis kepada
Bupati/Walikota setempat
b. Bupati/Walikota menyampaikan laporan secara tertulis kepada Gubernur
c. Gubernur menyampaikan laporan secara tertulis kepada Menteri Sosial
d. Menteri Sosial menyampaikan laporan secara tertulis kepada Presiden RI
G. Langkah-langkah
Sejumlah langkah yang perlu ditempuh meliputi :
1. Penjajagan yaitu serangkaian kegiatan tahap awal yang dilakukan untuk
mengidentifikasi tahap awal tentang calon lokasi, masalah, kebutuhan dan
sumber-sumber yang dapat didayagunakan pada acara puncak. Tujuannya
adalah teridentifikasikannya masalah, kebutuhan dan sumber serta ketepatan
lokasi untuk mendukung penyelenggaraan acara puncak bulan Bhakti.
2. Studi kelayakan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi obyektif
tentang sasaran Bulan Bhakti. Kegiatan ini meliputi penelitian tindakan dengan
tekhnik perencanaan partisipatif dan seminar hasil studi kelayakan.
3. Menetapkan Rencana Kerja yang meliputi :
a. Penyusunan Kerangka acuan
b. Penetapan tujuan
c. Penyusunan rencana kerja ;
d. Koordinasi
e. Penyusunan kegiatan dan anggaran ;
f. Menetapkan Kepanitiaan
4. Pelaksanaan acara puncak sesuai rencana yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dilaksanakan secara mandiri, dan atau
terintegrasi. Pelaksanaan bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial nasional
direncanakan, dikerjakan, dan dikendalikan oleh sebuah Komite yang ditetapkan
oleh Pejabat berwenang. Kegiatan ini meliputi pengorganisasian,
pengkoordinasian dan kegiatan aksi. Pelaksanaan Bulan Bhakti Kesetiakawanan
19
sosial harus melibatkan semua pihak yang mempunyai kepedulian dan tanggung
jawab sosial
5. Pengendalian. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk memantau,
mengevaluasi dan penyusunan laporan. Pengendalian dilakukan dalam bentuk
supervisi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Kegiatan ini dilakukan secara
berjenjang mulai dari Kabupaten/Kota, Provinsi sampai di tingkat Pusat.
20
BAB IV
KELEMBAGAAN
A. Penyelenggera
1. Panitia Pelaksana
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dilakukan secara terkoordinasi dan
berjenjang oleh sebuah Komite yang ditetapkan berdasarkan Surat keputusan
dari pejabat yang berwenang.
a. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara nasional dilaksanakan oleh
Komite Kesetiakawanan Sosial Nasional.
b. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial Provinsi dilaksanakan oleh Komite
Kesetiakawanan Sosial Provinsi
c. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh
Komite Kesetiakawanan Sosial Kabupaten/Kota
d. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di Kecamatan dilaksanakan oleh
Komite kesetiakawanan Sosial Kecamatan
e. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di Desa/ Kelurahan dilaksanakan oleh
Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial
2. Penetapan Komite
a. Komite Pusat
1) Komite Kesetiakawanan Sosial Nasional diangkat, ditetapkan dan
disahkan oleh Menteri dengan Surat keputusan untuk jangka waktu 3
(tiga) tahun dan dapat dipilih kembali pada periode berikutnya.
2) Kepengurusan Komite Kesetiakawanan Sosial Nasional terdiri
a) Pembina : Presiden Republik Indonesia
b) Pengarah : Seluruh Menteri
c) Ketua : Tokoh Nasional
d) Sekretaris : Pejabat setingkat eselon I di lingkungan Kementerian
tehnis
e) Anggota : seluruh Gubernur, Tokoh Nasional dan Dunia Usaha
3) Tugas Komite Kesetiakawanan Sosial Nasional adalah :
a) Menyampaikan masukan dan pertimbangan dalam melaksanakan
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara nasional
b) Mempersiapkan dan melaksanakan Bulan Bhakti Kesetiakawanan
Sosial secara nasional
c) Mengendalikan penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan
Sosial secara nasional
d) Melaporkan penyelenggaraan bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
secara nasional kepada Menteri
e) Melaksanakann advokasi sosial, politik dan anggaran
f) Mobilisasi pembudayaan kesetiakawanan sosial secara nasional.
21
b. Komite Provinsi
1) Komite Kesetiakawanan Sosial Provinsi diangkat, ditetapkan dan
disahkan oleh Gubernur dengan Surat keputusan untuk jangka waktu 3
(tiga) tahun dan dapat dipilih kembali pada periode berikutnya.
2) Kepengurusan Komite Kesetiakawanan Sosial Provinsi terdiri
a) Pembina : Gubernur
b) Pengarah : Seluruh Kepala Instansi Provinsi
c) Ketua : Tokoh Daerah
d) Sekretaris : Pejabat setingkat eselon I di lingkungan Pemerintah
Provinsi
e) Anggota : seluruh Bupati/Walikota, Dunia Usaha dan Tokoh
Masyarakat
3) Tugas Komite Kesetiakawanan Sosial Provinsi adalah :
a) Menyampaikan masukan dan pertimbangan dalam melaksanakan
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di provinsi
b) Mempersiapkan dan melaksanakan Bulan Bhakti Kesetiakawanan
Sosial di provinsi
c) Mengendalikan penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan
Sosial di provinsi
d) Melaporkan penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
kepada Gubernur
e) Melaksanakan advokasi sosial, politik dan anggaran di Provinsi
f) Mobilisasi pembudayaan kesetiakawanan sosial berskala Provinsi
c. Komite Kabupaten/Kota
1) Komite Kesetiakawanan Sosial Kabupaten/Kota diangkat, ditetapkan dan
disahkan oleh Bupati/ Walikota dengan Surat keputusan untuk jangka
waktu 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali pada periode berikutnya.
2) Kepengurusan Komite Kesetiakawanan Sosial Kabupaten/ Kota terdiri
a) Pembina : Bupati/Walikota
b) Pengarah : Seluruh Kepala Instansi Kabupaten/Kota
c) Ketua : Tokoh Daerah
d) Sekretaris : Kepala Instansi Sosial Kabupaten/Kota
e) Anggota : seluruh Camat Kepala Wilayah, Dunia Usaha dan Tokoh
Masyarakat
3) Tugas Komite Kesetiakawanan Sosial Kabupaten/ Kota adalah :
a) Menyampaikan masukan dan pertimbangan dalam melaksanakan
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di Kabupaten/kota
b) Mempersiapkan dan melaksanakan Bulan Bhakti Kesetiakawanan
Sosial di Kabupaten/Kota
c) Mengendalikan penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan
Sosial di Kabupaten/kota
d) Melaporkan penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
kepada Bupati/Walikota
22
e) Melaksanakann advokasi sosial, politik dan anggaran di
Kabupaten/kota
f) Mobilisasi pembudayaan kesetiakawanan sosial berskala
Kabupaten/ Kota
d. Komite Kecamatan
1) Komite Kesetiakawanan Sosial Kecamatan diangkat, ditetapkan dan
disahkan oleh Bupati/ Walikota dengan Surat keputusan untuk jangka
waktu 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali pada periode berikutnya.
2) Kepengurusan Komite Kesetiakawanan Sosial kecamatan terdiri
a) Pembina : Camat Kepala Wilayah Kecamatan
b) Pengarah : Seluruh Kepala Instansi Kecamatan
c) Ketua : Tokoh Daerah
d) Sekretaris : Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan
e) Anggota : seluruh Kepala Desa/Lurah, dunia usaha dan Tokoh
Masyarakat
3) Tugas Komite Kesetiakawanan Sosial Kecamatan adalah :
a) Menyampaikan masukan dan pertimbangan dalam melaksanakan
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di Kecamatan
b) Mempersiapkan dan melaksanakan Bulan Bhakti Kesetiakawanan
Sosial di Kecamatan
c) Mengendalikan penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan
Sosial di Kecamatan
d) Melaporkan penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
kepada Bupati/ Walikota
e) Melaksanakan advokasi sosial, politik dan anggaran di kecamatan
f) Mobilisasi pembudayaan Kesetiakawanan Sosial berskala
Kecamatan
e. Penyelenggara di tingkat Desa/Kelurahan
1) Penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di desa/kelurahan
dilaksanakan oleh Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial yang diangkat,
ditetapkan dan disahkan oleh Kepala Desa/Lurah dengan Surat
Keputusan
2) Setiap desa/kelurahan wajib memiliki sekurang-kurangnya 10 (sepuluh)
orang Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial
3) Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial bertugas :
a) Menggerakkan pelaksanaan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di
desa/kelurahan
b) Mengendalikan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di
desa/kelurahan
c) Menggerakkan potensi kesejahteraan sosial untuk mendukung
terlaksananya Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di
desa/kelurahan
4) Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial yang dimaksud dalam ayat (2)
23
adalah warga masyarakat yang memenuhi kriteria
a) Tokoh masyarakat
b) Diutamakan mereka yang telah memperoleh sertifikasi sebagai
Tenaga Penyuluh Sosial
c) Usia sekurang-kurangnya 18 tahun
d) Memiliki kerelaan, dedikasi dan integritas menjadi Tenaga Penyuluh
Sosial Masyarakat
e) Berlatar belakang pendidikan minimal SLTA
f. Pos Komunikasi Sosial
1) Pos Komunikasi Sosial dapat dibentuk dan berkedudukan di
Desa/kelurahan
2) Pos Komunikasi Sosial sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibentuk,.
Dari, oleh dan untuk masyarakat setempat
3) Pos Komunikasi Sosial dimaksud berfungsi sebagai :
a) Sarana komunikasi, informasi, edukasi dan persuasi bagi Satgas
Kesetiakawanan Sosial dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya
b) Sarana pertukaran informasi dan komunikasi di desa/kota
c) Media pengaduan masyarakat dalam penyelenggaraan Bulan Bhakti
Kesetiakawanan Sosial
d) Media perantara antara kepentingan Pemerintah dengan masyarakat
B. Peranan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial Nasional menjadi tanggung jawab Pemerintah
dan atau Pemerintah Daerah.
1. Peranan Pemerintah Pusat
Pemerintah memiliki peranan yang cukup besar dalam penyelenggaraan Bulan
Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara nasional. Dalam hal ini, Pemerintah
menetapkan Menteri Sosial sebagai penanggung jawab penyelenggaraan Bulan
Bhakti Kesetiakawanan Sosial berskala nasional. Menteri memiliki kewenangan
:
a. Menetapkan kebijakan tehnis penyelenggaraan Bulan Bhakti
Kesetiakawanan Sosial
b. Menetapkan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria penyelenggaraan Bulan
Bhakti Kesetiakawanan Sosial
c. Menyelenggarakan bimbingan tehnis ;
d. Memfasilitasi penghargaan kepada desa/kelurahan peduli tingkat nasional
dan tokoh masyarakat peduli tingkat nasional.
e. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara nasional
f. Koordinasi dengan lintas kementerian terkait, Komite Kesetiakawanan Sosial
Nasional dan instansi sosial provinsi atau kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan bulan Bhakti kesetiakawanan sosial tingkat nasional.
24
2. Peranan Pemerintah Provinsi
Pemerintah Daerah memiliki peranan yang cukup besar dalam
penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial berskala Provinsi Dalam
hal ini, Gubernur Kepala Daerah sebagai penanggung jawab penyelenggaraan
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial berskala Provinsi. Gubernur memiliki
kewenangan :
a. Menetapkan kebijakan Pemerintah Provinsi dalam penyelenggaraan Bulan
Bhakti Kesetiakawanan Sosial
b. Menetapkan Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu sebagai lokasi Bulan
Bhakti dan acara puncak.
c. Mensosialisasikan Norma, standar, prosedur, dan kriteria penyelenggaraan
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
d. Menyelenggarakan pembinaan teknis ;
e. Memfasilitasi penghargaan kepada desa /Lurah peduli dan tokoh peduli
tingkat provinsi dan mengajukan kepada Menteri Sosial untuk memperoleh
penghargaan secara nasional.
f. Melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan Bulan Bhakti
Kesetiakawanan Sosial di Provinsi
g. Koordinasi dengan lintas Instansi terkait dan Komite Nasional
Kesetiakawanan Sosial Provinsi atau kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial tingkat provinsi
3. Peranan Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki peranan yang cukup besar dalam
penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di Kabupaten/Kota .
Dalam hal ini, Bupati/Walikota sebagai penanggung jawab penyelenggaraan
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial berskala Kabupaten/Kota. Bupati/Walikota
memiliki kewenangan :
a. Menetapkan kebijakan Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Bulan
Bhakti Kesetiakawanan Sosial
b. Mengajukan calon lokasi Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu yang menjadi
pusat kegiatan penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial.
c. Melaksanakan Norma, Standar, Prosedur, Pedoman dan Kriteria
penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
d. Menyelenggarakan pembinaan teknis di Kabupaten/Kota ;
e. Memfasilitasi penghargaan kepada Desa peduli dan tokoh peduli tingkat
kabupaten/kota dan mengusulkan kepada Gubernur untuk memperoleh
penghargaan ke tingkat provinsi.
f. Melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan Bulan Bhakti
Kesetiakawanan Sosial di Kabupaten/Kota
g. Koordinasi dengan lintas Instansi terkait dan Komite Kesetiakawanan Sosial
Kabupaten/ Kota dalam penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan
Sosial di Kab/Kota.
25
C. Koordinasi
Setiap penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial haruslah dilakukan
secara terkoordinasi.
1. Kementerian Sosial secara proaktif melakukan koordinasi antara pemangku
kepentingan di tingkat pusat dan daerah.
2. Instansi Sosial Provinsi atau Kabupaten/Kota secara proaktif melakukan
koordinasi antar pemangku kepentingan di Tingkat Provinsi, dan Lintas
Provinsi, serta Kabupaten/ Kota dan Lintas Kabupaten/Kota.
3. Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), berupa usulan
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian Bulan Bhakti Kesetiakawanan
Sosial yang perlu dilakukan secara terintegrasi
4. Kegiatan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial yang strategis dan menyangkut
kepentingan nasional yang diselenggarakan oleh Daerah dikoordinasikan
dengan Kementerian Sosial.
D. Sarana dan Prasarana
1. Dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas penyelenggaraan Bulan Bhakti
Kesetiakawanan Sosial Nasional, perlu didukung sarana dan prasarana yang
meliputi:
a. Sarana dan prasarana Komite Kesetiakawanan Sosial Nasional; secara
berjenjang
b. Sarana dan prasarana Pos Komunikasi Sosial
c. Sarana dan prasarana Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial
2. Penataan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh
Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota, Camat Kepala Wilayah sesuai kebutuhan
dan kemampuan.
26
BAB V
PENGENDALIAN
A. Monitoring
1. Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota
melakukan pemantauan untuk menjamin sinergi, kesinambungan, dan efektifitas
langkah-langkah secara terpadu dalam pelaksanaan kebijakan, program, dan
kegiatan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
2. Pemantauan dilakukan secara berkala melalui koordinasi dan pemantauan
langsung terhadap pelaksanaan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
Bentuk pemantauan meliputi :
a. Pengukuran pencapaian tujuan jangka panjang
b. Pengukuran kinerja Komite dan Pos Komunikasi Sosial
c. Pembinaan kualitas kerja Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial
d. Perbaikan dan pengembangan kegiatan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
pada tahun berikutnya.
Komponen penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial yang perlu
dipantau dan di evaluasi adalah:
1. Administrasi & Keuangan
2. Kapasitas SDM dan proses rekruitment
3. Proses Perencanaan dan Pengambilan Keputusan
4. Pengelolaan kegiatan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
5. Ketepatan penggunaan alokasi dana masyarakat
6. Ketepatan sasaran
7. Dukungan publik
B. Evaluasi
1. Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan
evaluasi pelaksanaan kebijakan, program, dan kegiatan dilakukan pada akhir
tahun anggaran.
2. Hasil evaluasi pelaksanaan kebijakan, program, dan kegiatan Bulan Bhakti
Kesetiakawanan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk
perencanaan tahun berikutnya dalam rangka perbaikan program.
3. Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Bentuk Evaluasi meliputi :
a. Pengukuran keluaran dan outcomes
b. Pengukuran kemajuan capaian tugas yang dilakukan oleh Komite
c. Pencapaian kualitas kerja Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial
d. Rekomendasi yang diperoleh untuk peningkatan dan penyempurnaan
penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial Nasional pada tahun
mendatang.
27
Komponen penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial yang perlu
dipantau dan dievaluasi adalah:
1. Administrasi & Keuangan
2. Kapasitas SDM dan proses rekruitment
3. Proses Perencanaan dan Pengambilan Keputusan
4. Pengelolaan kegiatan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
5. Ketepatan penggunaan alokasi dana masyarakat
6. Ketepatan sasaran
7. Dukungan publik
8. Tingkat keluaran
9. Tingkat capaian hasil (outcomes)
10. Tingkat manfaat
11. Dampak yang terjadi
C. Pelaporan
Salah satu dokumen yang sangat penting dan diperlukan dalam
penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial adalah penyusunan laporan
baik secara tertulis maupun lisan. Laporan berfungsi sebagai bentuk pertanggung-
jawaban sekaligus pendokumentasian atas proses dan hasil yang telah dicapai.
Bahan laporan adalah hasil evaluasi.
1. Setiap Penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial wajib membuat
laporan tertulis yang dilakukan secara berjenjang
2. Bupati/Walikota berkewajiban menyampaikan laporan tertulis mengenai
Pelaksanaan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di wilayahnya kepada
Gubernur.
3. Gubernur berkewajiban menyampaikan laporan tertulis mengenai Pelaksanaan
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di wilayahnya kepada Menteri
4. Menteri menyampaikan laporan secara tertulis kepada Presiden selambat-
lambatnya 12 (dua) minggu setelah Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
Nasional dilaksanakan.
5. Pelaporan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dilakukan setiap tahun.
6. Bentuk dan tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
D. Pembinaan dan Pengawasan
1. Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kebijakan,
program, dan kegiatan terhadap Komite Kesetiakawanan Sosial Nasional dan
Pemerintah Provinsi.
2. Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kebijakan,
program, dan kegiatan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dalam terhadap
Komite Kesetiakawanan Sosial Provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan
kegiatan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial terhadap Komite Kesetiakawanan
Sosial di Kab/Kota, Kecamatan serta terhadap Satuan Tugas Kesetiakawanan
28
Sosial di Desa/kelurahan.
4. Masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap kegiatan Pelaksanaan
Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial sesuai dengan mekanisme dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5. Bahwa untuk menampung aspirasi masyarakat, maka Pos Komunikasi Sosial
dapat dibentuk di desa/kelurahan
6. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dimaksudkan sebagai
upaya untuk memberikan motivasi dan arahan teknis guna keberlanjutan
kegiatan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial pada tahun berikutnya.
E. Pembiayaan
1. Biaya penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial bersumber dari :
a. Swadaya masyarakat
b. APBN;
c. APBD;
d. Sponsor dan
e. Sumber-sumber lainnya yang sah.
2. Untuk meningkatkan kegiatan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara
bermutu, Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan Anggaran sekurang-
kurangnya 1% dari APBD.
3. Biaya penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial Nasional
sebagaimana dimaksud digunakan untuk :
a. Administrasi Kegiatan
b. Kegiatan Operasional
c. Seminar, sarasehan dan workshop
d. Kampanye sosial
e. Operasi kemanusiaan
f. Sarana dan prasarana sesuai kebutuhan
g. Kegiatan lainnya yang dianggap perlu.
29
BAB V
PENUTUP
Pedoman Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial merupakan dokumen tertulis
yang difungsikan sebagai penuntun, tunjuk dan pegangan bagi siapapun dalam
melaksanakan kegiatan sesuai yang direncanakan. Dengan adanya Pedoman ini
diharapkan setiap pihak bisa memanfaatkan tuntunan ini dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab.
Semua pelaksanaan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial baik yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota pada
saat ditetapkannya pedoman ini perlu segera menetapkan Rencana Kerja yang
melibatkan Komite yang telah ditetapkan di daerah masing-masing. Dalam hal
demikian, maka Komite Nasional serta perangkat pendukungnya harus dibentuk
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah pedoman ini diterbitkan.
30
Lampiran : Best Practice Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu (KLST) dalam
rangka Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial (BBKS) Tingkat Daerah
Kampung Bantar Kampung Percontohan Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu
DI Provinsi Jambi
Kondisi Geografis
Kampung Bantar merupakan suatu kawasan yang terletak di RT. 14 Liposos
II Kelurahan Eka Jaya Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi dengan Luas Wilayah 5
Ha, sebagian besar kawasan pertanian, perkebunan dan perikanan.
Kondisi Demografi
Dilihat dari kondisi Demografi Kampung Bantar yang terletak di RT. 14
Liposos II Kelurahan Eka Jaya Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi dengan jumlah
penduduk 792 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 445 jiwa dan perempuan 347 jiwa
dengan jumlah kepala keluarga 198 KK, mata pencaharian penduduk antara lain
pertanian 45%, peternakan 35%, Buruh/ tukang 15% dan lainnya 5%. Masyarakat
KLST Kampung Bantar adalah perpaduan dari berbagai etnis suku di Indonesia terdiri
dari 70% Jawa, 20% Minang, dan 10% lainnya.
Kondisi Topografi
Kampung Bantar Liposos II Kel. Eka Jaya merupakan daerah dataran rendah,
lahan gambut dan rawa, yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk lahan pertanian,
perkebunan, peternakan dan perikanan sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan penghasilan taraf ekonomi masyarakat secara mandiri.
Pengertian Kampung Bantar
Suatu kondisi Kawasan Kampung di Tingkat Kelurahan atau RT. yang
mampu mengakselerasi percepatan pembangunan, memiliki kondisi kehidupan sosial
ekonomi masyarakat berahklak dan berbudaya dengan senantiasa memelihara nilai-
nilai adat istiadat dan budaya bangsa guna menuju masyarakat yang bersih aman dan
pintar.
Tujuan Program Kampung Bantar
Merupakan upaya Pemerintah Kota Jambi untuk menjadikan suatu
lingkungan perkampungan masyarakat yang berwawasan lingkungan bersih dan sehat,
tercukupinya fasilitas sanitasi dan prasarana lingkungan memadai, permukiman layak
huni dan tertata rapi, aman dan tertib, tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat
yang cukup baik, serta senantiasa menjaga semangat jiwa gotongroyong, nilai-nilai
31
kesetiakawanan sosial, Adat istiadat dan norma-norma hukum dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang lebih berakhlak dan berbudaya.
Sejarah Kampung Bantar
Pada tahun 1985/1986 kelompok tani mendapatkan kunjungan Menteri
Sosial (Ibu Nani Sudarsono), dari hasil kunjungan diadakanlah temu wicara dengan
anggota kelompok tani dengan menghasilkan kesediaan Ibu Menteri Sosial untuk
menyantuni Kelompok Lansia non panti sebanyak 30 orang lansia berupa lauk pauk atas
kesepakatan kelompok lansia dana bantuan lauk pauk di koordinir dan dikumpulkan/ di
tabung, dari hasil tabungan itu dapatlah membeli lahan belukar seluas 3Ha yang
sekarang disebut Liposos I (Lingkungan Pondok Sosial I)
Pada tahun 1990 Ibu Menteri Sosial RI (Ibu Inten Suweno) berkenan hadir
dilokasi Liposos I dari hasil kunjungan Ibu Menteri Sosial memberi arahan agar Liposos I
dapat dikembangkan dan pemerintahan pusat membantu membebaskan lahan seluas
2,5Ha guna untuk pembangunan Liposos II dengan tenaga gotong royong lahan
tersebut di kapling dan diperuntukan bagi orang miskin tuna wisma dan kaum marjinal
pada saat itu dengan luas 150m².
Kondisi Kampung Bantar Masa Kini
Dengan kondisi alam yang masih ganas dan berawa, serta akses jalan setapak
yang masih sulit, maka seiring berjalannya waktu masyarakat tidak pernah menyerah
untuk mulai melakukan upaya-upaya perbaikan lingkungan sekedarnya melalui gotong
royong, penataan demi penataan dilakukan dengan mencoba berbagai peluang untuk
"survival".
Dengan pola kehidupan masyarakat yang selalu bergotong royong, maka
Departemen Sosial bersama pemuda setempat melakukan penataan demi penataan
dengan memanfaatkan lahan yang ada dengan cara membangun saluuran-saluran
primer dan pemanfaatan lahan tidak produktif menjadi lahan produktif.
Masyarakat juga mendapat pendampingan dari para Potensi dan Sumber
Kesejahteraan Sosial melalui bimbingan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk
KUBE, UEP, UP2K, LPK, LPP dan Kelompok Tani dan sebagainya.
Pada tahun 2009 salah satu warga setempat (sdr. Sarwadi) mengikuti Diklat
Karya Nyata Karang Taruna di Bogor, mengembangkan pertanian dan budi daya ikan air
deras, setelah kembali dari Bogor, sdr. Sarwadi dan kawan-kawan mencoba
mengembangkan usaha pertanian dan perikanan tambak yang akhirnya berkembang
menjadi kawasan produktif.
32
Masyarakat juga mendapat pendampingan dari para Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial melalui bimbingan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk
KUBE, UEP, UP2K, LPK, LPP dan Kelompok Tani dsb.
Pada tahun 2009 salah satu warga setempat (sdr. Sarwadi) mengikuti diklat
Karya nyata Karang Taruna di bogor, mengembangkan pertanian dan budi daya ikan air
deras, setelah kembali dari Bogor sdr. Sarwadi dkk mencoba mengembangkan usaha
pertanian dan perikanan tambah yang akhirnya berkembang menjadi kawasan produktif.
Karena Kawasan tersebut dikelola secara gotong royong dengan menjunjung
nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial, maka lambat laun Kampung Bantar menjadi Kawasan
percontohan dan mendapat Predikat I (pertama) dari Pemerintah Kota Jambi dengan
sebutan Kampung Bantar (Bersih, Aman, dan Pintar), dengan telah melalui proses hasil
penilaian dari seluruh instansi terkait yang merupakan murni dari potret kehidupan
masyarakat sehari-hari yang sudah mandiri dan melekat pada kehidupan mereka, tidak
diberi bantuan apapun hanya pembinaan dan penghargaan sehingga dapat menjadi
suatu Kawasan Lingkungan Sosial Terpadu (KLST) dan dikembangkan lebih lanjut
menjadi Kawasan Produktif.
Kondisi Kampung Bantar yang diharapkan diwaktu mendatang menjadi Kawasan
Lingkungan Sosial Terpadu (KLST)
Sebagai suatu Kawasan yang memiliki Potensi dan prospek kedepan, maka
harapan masyarakat Kampung Bantar dapat menjadi lebih maju lagi, oleh karena itu
sebagai wujud nyata perhatian dari Pemerintah Pusat/ Lembaga terkait lainnya melalui
Kementerian Sosial RI, Pemerintah Provinsi Jambi, Pemerintah Kota Jambi dan para
stake holder lainnya memberikan apresiasi, motivasi, dukungan, arahan, bimbingan dan
pembinaan kepada masyarakat kampung bantar yang telah mampu bangkit sebagai
ujung tombak dalam mengaplikasikan nilai-nilai semangat kegotongroyongan,
kesetiakawanan, dan kemandirian sehingga dapat menjadi masyarakat yang berakhlak,
berbudaya dan bermartabat menuju kehidupan yang lebih layak.
Harapan masyarakat di Kampung Bantar agar seluruh stake holder dapat
mensinergikan setiap program kegiatan ke kawasan Lingkungan Sosial Terpadu (KLST)
dalam upaya mengentaskan kemiskinan dengan berbagai macam bantuan yang
dibutuhkan masyarakat sehingga Kampung ini dapat menjadi Sentra Industri Rumah
Tangga, Kerajinan, Perdagangan, Produksi, Pertanian, Perkebunan, Peternakan,
Perikanan dan lainnya dangan semangat "Satu langkah kecil untuk perubahan yang
besar".
33