Upload
any-hsf
View
259
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
1/122
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
2/122
terdiri atas ' rantai, yaitu
. &gen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, "irus, riketsia, jamur
parasit. Kadang mikroorganisme merupakan flora normal pasien dan dapat
menyebabkan infeksi bila daya tahan tubuh pasien rendah (infeksi endogen),
sedangkan infeksi yang terjadi karena sumber lain disebut (infeksi eksogen).
&da tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu
patogenitas, "irulensi dan jumlah (dosis atau "load").
*. +eser"oir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak
dan siap untuk ditularkan kepada orang. +eser"oir yang paling umum adalah
manusia, binatang dan tumbuh#tumbuhan, tanah, air, dan bahan#bahan organi
lainnya. Pada orang sehat, permukaan kulit, selaput lendir, saluran napas atas, usus
dan "agina merupakan reser"oir yang umum.
anusia sebagai reser"oir dapat bertindak sebagai case atau carrier. Case adalah
pasien dengan infeksi inis akut sedangkan carrier adalah seseorang yang
terkolonisasi mikroba patogen spesifik namun tidak menunjukkan tanda#tanda atau
gejala infeksi, misalnya "irus -epatitis .
/. Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan dari mana agen infeksi meninggalkan
reser"oir. Pintu keluar meliputi saluran pernapasan, penernaan, saluran kemih dan
kelamin, kulit dan membrane mukosa, transplasenta dan darah serta airan tubuh
lain.
0. Transmisi (ara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi
dari reser"oir ke penderita (yang suseptibel). &da beberapa ara penularan, yaitu
a) Kontak langsung, terjadi melalui kontak fisik (orang ke orang).
b) Kontak tidak langsung, terjadi karena kontak dengan benda#benda yang
terkontaminasi.) Droplet, terjadi karena kontak dengan sekresi pernapasan yang terkontaminasi.
ikroba
d) &irborne,
e) Common ehicle (makanan, air1minuman, darah)
f) 2etor (biasanya serangga dan binatang pengerat)
3. Pintu masuk (portal of entry) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki
penjamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui saluran pernapasan,
penernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh
(luka). $elain itu, pemasangan alat in"asif juga merupakan
2
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
3/122
'. Penjamu (host) yang suseptibel adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh
yang ukup melawan agen infeksi serta menegah terjadinya infeksi atau penyakit.
4aktor yang khusus dapat mempengaruhi adalah umur, status gi5i, status imunisasi,
penyakit kronis, luka nakar yang luas,
trauma atau pembedahan, pengobatan dengan imunosupresan. 4aktor lain yang
mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi,
gaya hidup, pekerjaan dan herediter.
6ambar . $kema rantai penularan penyakit infeksi
FAKTOR RISIKO INFEKSI
. %mur neonatus dan lansia lebih rentan*. $tatus imun yang rendah1terganggu (immuno#kompromais) penderita penyakit
kronik, penderita keganasan, obat#obat immunosupresan.
/. Interupsi barier anatomis
a. Kateter urin meningkatkan kejadian infeksi saluran kemih (I$K)
b. Prosedur operasi dapat menyebabkan infeksi luka operas7 (I89) atau
"!urgical !ite Infection" ($$I).
. Intubasi pernapasan meningkatkan kejadian"entilator Associated
#neumonia" (2&P).d. Kanula "ena dan arteri menimbulkan Plebitis, Infeksi &lian Darah Primer
(I&DP).
e. 8uka bakar dan trauma.
0. Implantasi benda asing
a. "ind$elling catheter".
b. "surgical suture materiar
. "Cere%rospinal fluid shunts"
3. Perubahan mikroflora normal pemakaian antibiotika yang tidak bijaksana
menyebabkan timbulnya kuman yang resisten terhadap berbagai antimikroba.
3
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
4/122
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas penjamu,
agen infeksi (patogenitas, "irulensi dan dosis) serta ara penularan. Identifikasi fator
risiko pada penjamu dan pengendalian infeksi terhadap infeksi tertentu dapat
mengurangi insiden terjadinya infeksi (-&Is), baik pada pasien ataupun pada petugas
kesehatan.$trategi penegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari
. Peningkatan daya tahan penjamu. Daya tahan penjamu dapat meningkat dengan
pemberian imunisasi aktif (ontoh "aksinasi -epatitis ), atau pemberian imunisasi
pasif (immunoglobulin). Promosi kesehatan seara umum termasuk nutrisi yang
adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
*. Inakti"asi agen penyebab infeksi. Inakti"asi agen infeksi dapat dilakukan dengan
metode fisik maupun kimiawi. :ontoh metode fisik adalah pemanasan (Pasteurisasi
atau $terilisasi) dan memasak makanan seperlunya. etode kimiawi termasuk
klorinasi air, disinfeksi.
/. emutus rantai penularan. -al ini merupakan ara yang paling mudah untuk
menegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya sangat bergantung kepada
ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan. Tindakan
penegahan ini telah disusun dalam suatu"Isolation #recautions" (Kewaspadaan
Isolasi), yang terdiri dari dua pilar1 tingkatan yaitu "!tandard #recautions"
(Kewaspadaan $tandar) dan ; &ransmission %ased precautions" (Kewaspadaan
berdasarkan ara penularan). Prinsip dan komponen apa saja dari kewaspadaan
standar akan dibahas pada bab berikutnya.
0. Tindakan penegahan paska pajanan (
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
5/122
Infeksi nosokomial atau yang sekarang disebut sebagai infeksi rumah sakit merupakan
masalah penting di seluruh dunia yang terus meningkat (&l"arado *===). $ebagai
perbandingan, bahwa tingkat infeksi rumah sakit yang terjadi di beberapa negara >ropa
dan &merika adalah rendah yaitu sekitar ? dibandingkan dengan kejadian di @egara#
negara &sia, &merika 8atin fan $ub#$ahara &frika yang tinggi hingga menapai lebih
dari 0=? (8ynh dkk AAB). Di Indonesia telah dikeluarkan $urat Keputusan enteri
Kesehatan @omor /C*1enkes1$K1lll1*==B tentang Pelaksanaan Penegahan dan
Pengendalian Infeksi di +umah $akit maupun fasilitas pelayanan kesehatan lain sebagai
upaya untuk memutus siklus penularan penyakit dan mellndungi pasien, petugas
kesehatan, baik di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. $edangkan
petugas kesehatan termasuk petugas pendukung seperti petugas laboratorium, rumah
tangga, petugas I$$, petugas kebersihan dan lainnya juga terpajan pada risiko terhadap
infeksi. Petugas kesehatan harus memahami, mematuhi dan menerapkan Kewaspadaan
Isolasi yaitu Kewaspadaan $tandar, Kewaspadaan berdasarkan transmisi agar tidak
terinfeksi.
KEWASPADAAN STANDAR
Kewaspadaan $tandar atau !tandard #recautions disusun oleh :D: tahun AA' dengan
menyatukan niersal #recautions (#) atau kewaspadaan terhadap darah dan airan
tubuh yang telah dibuat tahun AC3 untuk mengurangi +isiko terinfeksi patogen yang
berbahaya melalui darah dan airan tubuh lainnya dan *ody !u%tance Isolation (*!I)
atau Isolasi Duh Tubuh yang dibuat tahun ACB untuk mrngurangi risiko penularan
patogen yang berada dalam bahan yang berasal dari tubuh pasien terinfeksi. Pedoman
Kewaspadaan Isolasi dan penegahan transmisi penyebab infeksi di sarana kesehatan
dilunurkan !uni tahun *==B oleh :D: dan -I:P&: mengemukakan Healthcare
Associated Infections (HAIs) menggantikan istilah infeksi nosokomial, !iygien
respirasi1etika batuk, praktek menyuntik yang aman dan penegahan infeksi pada
prosedur lumbal pungsi.
Kewaspadaan standar diranang untuk diterapkan seara rutin dalam perawatan seluruh
pasien di rumah sakit baik terdiagnosis infeksi, diduga terinfeksi atau terkolonisasi.
Diiptakan untuk menegah transmisi silang sebelum diagnosis ditegakkan atau hasil
5
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
6/122
pemeriksaan laboratorium belum ada. $trategi utama untuk PPI, menyatukan niersal
#recautions dan *ody !u%stance Isolation adalah kewaspadaan dalam penegahan dan
pengendalian infeksi rutin dan harus diterapkan terhadap semua pasien. Kewaspadaan
standar untuk pelayanan pasien dapat dilihat dalam 8ampiran I.
KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI
Dibutuhkan untuk memutus mata rantai transmisi mikroba penyebab infeksi dibuat
untukditerapkan terhadap pasien yang diketahui maupun diduga terinfeksi atau
terkolonisasi patogen yang dapat ditransmisikan lewat udara, droplet, kontak dengan
kulit atau permukaan terkontaminsi. !enis kewaspadaan berdasarkan transmisi
a. Kontak.
b. Droplet.
. %dara (Air%one).
d. Common ehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan).
e. elalui "etor (lalat, nyamuk, tikus).
-arus diingat, suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu ara.
Kewaspadaan berdasarkan transmisi (8ampiran II) dapat dilaksanakan seara terpisah
ataupun kombinasi dengan kewaspadaan standar seperti hand hygiene dengan menui
tangan sebelum dan sesudah tindakan menggunakan sabun, antiseptik ataupun handrub,
memakai sarung tangan sekali pakai bila kontak dengan airan tubuh, gaunpelindung
dipakai bila terdapatkemungkinan terkena perikan airan tubuh, memakai masker,
goggle untuk melindungi wajah dari perikan tubuh.
a. Kewaspadaan Trans!s! K"n#a$
erupakan transmisi yang terpenting dan tersering menimbulkan infeksi rumah
sakit. Ditujukan untuk menurunkan risiko transmisi mikroba yang seara
epidemiologi ditransmisikan melalui kontak langsung atau tidak langsung.
K"n#a$ %an&s'n& meliputi kontak permukaan kulit terluka1abrasi orang yang
6
Kewaspadaan $tandar diranang untuk mengurangi risiko terinfeksi penyak menular
pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak
diketahui
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
7/122
rentan1petugas dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi. isalnya perawat
membalikkan tubuh pasien, memandikan, membantu pasien bergerak, dokter bedah
dengan luka basah saat mengganti perban, petugas tanpa sarung tangan merawat
oral pasien -$2 atau sabies.
K"n#a$ #!da$ %an&s'n& terjadi antara orang yang rentan dengan benda yang
terkontaminasi mikroba infeksius di lingkungan, instrumen yang terkontaminasi,
jarum, kassa, tangan terkontaminasi dan belum diui atau sarung tangan yang
tidak diganti saat menolong pasien satu dengan yang lainnya, dan melalui mainan
anak. Kontak dengan airan sekresi pasien terinfeksi yang ditransmisikan melalui
tangan petugas atau benda mati di lingkungan pasien.
Kewaspadaan diterapkan terhadap pasien dengan infeksi atau terkolonisasi (ada
mikroba pada pasien tanpa gejala klinis infeksi) yang seara epidemiologi
mikrobanya dapat ditransmisikan dengan ara kontak langsung atau tidak langsung
(Kategori I).
Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, mulut saat masih
memakai sarung tangan terkontaminasi ataupun tanpa sarung tangan.
-indari mengkontaminasi permukaan lingkungan yang tidak berhubungan dengan
perawatan pasien, misalnya pegangan pintu, tombol lampu, telepon.
(. Kewaspadaan Trans!s! Dr"p%e#.
Diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan $tandar terhadap pasien dengan infeksi
diketahui atau suspek mengidap mikroba yang dapat ditransmisikan melalui droplet
( 3um).
Droplet yang besar terlalu berat untuk melayang di udara dan akan jatuh dalam
jarak m dari sumber. Transmisi droplet melibatkan kontak konjungti"a atau
mukus membran hidung1mulut, droplet partikel besar mengandung mikroba berasal
dari pasien pengidap atau arrier dikeluarkan saat batuk, bersin, muntah, biara,
selama prosedur sution, bronkhoskopi, Dibutuhkan jarak dekat antara sumber dan
resipien E m. Karena droplet tidak bertahan diudara maka tidak dibutuhkan
penanganan khusus udara atau "entilasi, misal &deno"irus.
Transmisi droplet langsung, dimana droplet menapai mukus membran atau
7
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
8/122
terinhalasi. Transmisi droplet ke kontak, yaitu droplet mengkontaminasi permukaan
tangan dan ditransmisikan ke sisi lain misal mukosa membran. Transmisi jenis ini
lebih sering terjadi daripada transmisi droplet langsung, misal ommonold,
respiratory synitial "irus (+$2). Dapat terjadi saat pasien terinfeksi batuk, bersin,
berbiara, intubasi endotrakheal, batuk akibat induksi fisioterapi dada, resusitasi
kardiopulmoner.
). Kewaspadaan Trans!s! e%a%'! Udara (Airborne Precautions)
Kewaspadaan transmisi melalui udara (kategori I) diterapkan sebagai tambahan
Kewaspadaan $tandar terhadap pasien yang diduga atau telah diketahui terinfeksi
mikroba yang seara epidemiologi penting dan ditransmisikan melalui jalur udara.
$eperti misalnya transmisi partikel terinhalasi ("ariella 5oster) langsung melalui
udara.
Kewaspadaan transmisi ditujukan untuk menurunkan risiko transmisi udara
mikroba penyebab infeksi baik yang ditransmisikan berupa droplet nuklei (sisa
partikel keil E3Fm e"aporasi dari droplet yang bertahan lama di udara) atau
partikel debu yang mengandung mikroba penyebab infeksi. ikroba tersebut akan
terbawa aliran udara *m dari sumber, dapat terinhalasi oleh indi"idu rentan di
ruang yang sama dan jauh dari pasien sumber mikroba, tergantung pada faktor
lingkungan, misal penanganan udara dan "entilasi yang terpenting dalam
penegahan transmisi melalui udara, droplet nuklei atau sisik kulit terkontaminasi
(!.aerus).
BAB III
HAND HYGIENE
8
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
9/122
Kegagalan melakukan hand hygiene yang baik dan benar dianggap sebagai penyebab
utama infeksi rumah sakit dan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas
pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap
timbulnya wabah (oye dan Pittet, *==*)
Dari sudut pandang penegahan dan pengendalian infeksi, praktek hand hygiene atau
membersihkan tangan adalah untuk menghilangkan semua kotoran dan debris serta
menghambat atau membunuh mikro organisme pada kulit. ikro organisme di tangan
ini diperoleh dari kontak dengan pasien dan lingkungan. $ejumlah mikro organisme
permanen juga tinggal di lapisan terdalam permukaan kulit yaitu $. epidermidis. $elain
memahami panduan dan rekomendasi untuk kebersihan tangan, para petugas kesehatan
perlu memahami indikasi dan keuntungan dari hand hygiene terutama keterbatasan,
pemakaian sarung tangan.
FLORA NORMAL TANGAN
Prie (A/C) membagi golongan bakteri pada tangan menjadi residen dan transien. 4lora
residen terikat pada lapisan kulit lebih dalam, dibawah sel superfisial stratum korneum
dan dapat juga ditemukan pada permukaan kulit. $pesies bakteri yang dominan adalah
!taphylococcus epidermidis. akteri residen lainnya antara lain !taphylococcus hominis
dan $taphyloous koagulase negatif lain akteri :oryneform (propionibateria,
orynebateria, dermobateria, dan mirooi) dan !amur Pityrosporum (alasse5ia)
spp. $eara umum flora residen kurang berhubungan dengan infeksi, tetapi sering
menyebabkan infeksi pada rongga tubuh yang steril, mata, atau pada kulit non#intak,
infeksi karena penggunaan alat in"asif. 4lora residen lebih sukar dihilangkan dibanding
flora transien dan tidak bisa dihilangkan dengan sabun1deterjen, tetapi dapat dibunuh
dengan airan antiseptik.
4lora transien mendiami lapisan atas kulit (superfisial) dan mudah dibersihkan dengan
Hand Hygiene rutin. anyak mikroba patogen transien yang berkolonisasi seara
persisten di tangan tenaga kesehatan. akteri ini dapat diperoleh petugas kesehatan
selama kontak langsung dengan pasien atau kontaminasi dengan permukaan lingkungan
sehingga seringkali dihubungkan dengan infeksi nosokomial.
9
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
10/122
TRANSMISI PATOGEN MELALUI TANGAN
Transmisi patogen pada petugas kesehatan satu dengan yang lainnya dapat terjadi
melalui beberapa tahap (gambar /.#/.') (i) organisme yang ada pada kulit pasien, atau
telah berpindah ke lingkungan sekitar pasien, (ii) organisme berpindah ke tangan
petugas kesehatanG (iii) organisme bertahan selama beberapa menit di tangan petugas
kesehatan, (i") hand hygiene yang tidak sesuai, atau bahan yang digunakan untuk
membersihkan tangan tidak tepat, dan (") tangan yang teremar akibat kontak langsung
dengan pasien lain atau dengan benda disekitar pasien.
ikroba pada tenaga kesehatan tidak hanya berasal dari luka infeksi, tapi juga didapat
dari tempat kolonisasi normal dan kulit utuh pasien.Daerah perineal dan inguinal
merupakan daerah kolonisasi tertinggi, begitu pula aksila tubuh dan ekstremitas atas
(termasuk tangan) juga sering berkoloni.
Koloni mikroba seperti !taphylococcus aureus+ #roteus mira%tlis+ ,le%siella spp+ dan
Adneto%acter spp pada pasien normal ber"ariasi mulai == hingga =s :4%1m*.$etiap
harinya terjadi pengelupasan kulit sekitar =' sel skuamosa yang mengandung mikroba
hidup dan dapat mengkontaminasi baju, linen, furniture %edside+ dan objek pasien
lainnya. Kontaminasi dapat disebabkan oleh $taphylooi, >nterooi dan
Clostridium difficile yang tahan terhadap proses pengeringan. Kontaminasi pada
lingkungan umumnya $taphylooi dan paling banyak dijumpai pada keran air.
ikroba batang gram negatif seperti Acinoto%acter %aumannii sangat berperan pada
kontaminasi lingkungan karena kemampuan bertahan hidup yang lama. Dalam
penelitian yang dilakukan :asewell H Phillips ditemukan bahwa tangan tenaga
kesehatan dapat terkontaminasi Klebsiella spp sebanyak ==#=== :P% selama
melakukan akti"itas bersih seperti mengangkat pasienG mengukur nadi, tekanan darah
atau suhu oralG menyentuh tangan pasien, bahu, dan selangkangan. Pittet dkk,
melakukan pemeriksaan agar pada ujung jari tenaga kesehatan sebelum dan sesudah
kontak langsung dengan pasien, perawatan luka, perawatan kateter, perawatan >TT
maupun menangani sekresi pasien dan ditemukan =#/== :P%1ml mikroba. 8ama
akti"itas melayani pasien sangat berhubungan dengan kontaminasi tangan tenaga
kesehatan.
10
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
11/122
6ambar /..ikroba terdapat di kulit pasien dan lingkungan sekitar pasien. Pasien
terbaring di tempat tidur mempunyai koloni bakteri oi gram positif di hidung,
perineal, inguinal, aksila, dan lengan atas.Permukaan lingkungan dekat dengan pasien
terkontaminasi oleh bakteri oi 6ram positif.
Ga(ar *.+
Transfer mikroba dari pasien ke petugas kesehatan. Kontak antara tenaga kesehatan dan
pasien menyebabkan transfer silang bakteri oi gram dari flora pasien yang berpindah
ke tangan tenaga kesehatan.
11
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
12/122
Ga(ar , *.*
ikroba bertahan di tangan petugas kesehatan
(&)akteri oi gram bertahan hidup di tangan petugas kesehatan
() ila kondisi pertumbuhan optmal (temperature, kelembaban, hand hygiene tidak
dilakukan adanya friksi) bakteri dapat tumbuh terus.
(:) Kontaminasi bakteri dapat meningkat seara linier dan terus menerus
6ambar /.3Kegagalan hand hygiene menyebabkan transmisi silang antar pasien
() dokter tersebut sekarang melakukan kontak langsung dengan pasien tanpa
melakukan hand hygiene sebelumnya.Transmisi silang bakteri oi gram () terjadi
dari pasien & ke pasien melalui tangan tenaga kesehatan
12
(A)
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
13/122
6ambar /.'
Kegagalan hand hygiene menyebabkab transmisi silang antar pasien
Dokter dalam kontak dekat dengan pasien, dokter menyentuh terlebih dahulu kantung
kateter urin dan kedua tangannya selanjutnya dokter tersebut tidak hand hygiene.Kontak langsung dengan pasien1alat yang dipakai pasien dapat menyebabkan transimi
silang.
TRANSMISI SILANG
Transmisi silang mikroba terjadi melalui tangan yang terkontaminasi. 4aktor # faktor
yang berperan dalam penyebaran mikroba antara lain jenis mikroorganisme, permukaan
benda sebagai sumber kontaminasi, derajat kelembapan, dan ukuran inokulum.
eberapa kejadian luar blasa terkait infeksi rumah sakit dihubungkan dengan tangan
petugas kesehatan yang terkontaminasi.ikroba dapat ditransmisi dari sumber diluar
rumah.sakit kepada pasien melalui tangan petugas kesehatan. :ontohnya, ditemukan
!.marcesens pada luka operasi yang ternyata terkontaminasi dari krim tangan perawat
yang menggunakan kuku palsu.
13
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
14/122
TU-UAN MELAKUKAN HAND HYGIENE
) %ntuk memutus transmisi mikroba
melalui tangan (6ambar /.B) a) diantara
area perawatan dan 5ona pasienG b)
diantara 5ona pasien dan area perawatanG) pada daerah tubuh pasien yang berisiko
infeksi (ontoh membrane mukosa, kulit
non#intak, alat in"asif)G d) dari darah dan
airan tubuh.
*) %ntuk menegah
a) kolonisasi patogen pada pasien (termasuk
yang multiresisten)G
b) penyebaran patogen ke area perawatanG
) infeksi yang disebabkan oleh mikroba
endogenGd) kolonisasi dan infeksi pada petugas
kesehatan.
6ambar /.B.
&rea yang paling sering tertinggal selama melakukan hand hygiene
CARA MELAKUKAN HAND HYGIENE
Hand hygiene dapat dilakukan dengan handru% menggunakan airan handru% berbahan
dasar alkohol maupun menui tangan dengan sabun dan air.
.
HANDRUB
8angkah paling efektif melakukan hand hygiene adalah menggunakan airan handrub
berbahan dasar alohol yang dapat digunakan sebagai antiseptik tangan rutin (Kategori
I) karena memiliki kelebihan
- eliminasi berbagai mikroba (termasuk "irus)G- waktu singkat (*= hingga /= detik)G
14
Gambar 3.7 area perawatan dan zona pasientransmisi mikroba yang dinamik
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
15/122
- dapat diletakkan di area point of careG- toleransi pada kulit yang baikG- tidak perlu sarana ui tangan (air bersih, washtafel, sabun, tissue).
$abun dan airan handrub berbahan dasar alkohol tidak sebaiknya digunakan bersamaan
(Kategori II).
CUCI TANGAN
Tangan harus diui dengan sabun dan air bila tampak kotor atau terkontaminasi dengan
darah maupun airan tubuh, bila berpotensi membentuk spora mikroba, atau setelah
menggunakan kamar mandi (kategori II). Proses melakukan hand hygiene yang efektif,
baik handru% maupun ui tangan (6ambar /.A dan /.=), bergantung pada faktor- kualitas produk - kuantitas produk - waktu melakukan hand hygiene- tangan yang dibersihkan
Hand hygiene menjadi lebih efektif bila tangan bebas lukaG kuku bersih, pendek dan
alamiG tangan dan pergelangan bebas dari perhiasan dan pakaian.
15
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
16/122
6ambar /.A. :ara melakukan handru%
16
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
17/122
CARA MELAKUKAN GUCI TANGAN
17
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
18/122
HAND HYGIENE BEDAH
Hand hygiene bedah merupakan persiapan tangan bedah untuk mengurangi pelepasan
bakteri kulit tangan petugas kamar operasi dari sarung tangan bedah yang rusak ke luka
terbuka selama prosedur bedah. Hand hygiene bedah dapat dilakukan dengan ui
tangan bedah (handscru%) maupun handru% (Tabel /.* dan gambar /.). Persiapan
tangan bedah dengan menui tangan dan handru% harus dapat menghilangkan flora
transien dan mengurangi flora residen serta menghambat pertumbuhan bakteri di bawah
sarung tangan.
Tabel /.. 8angkah kuni sebelum melakukan Hand Hygiene bedah
Lan&$a K'n)!
• Kuku harus pendek
• Perhatikan kuku jari saat menui tangan karena mikroba yang paling
banyak di tangan berasal dari bawah kuku jari.
• !angan memakai kuku palsu atau at kuku.
• 8epas semua perhiasan (inin, jam tangan, gelang) sebelum memasuki
ruang operasi
• :ui tangan dan lengan dengan sabun sebelum memasuki ruang operasi atau
jika tangan tampak kotor.
• ersihkan daerah subungual dengan ujung kuku. $ikat kuku tidak boleh
digunakan karena dapat merusak kulit dan mendorong pengelupasan sel.
&pabila digunakan, sikat kuku harus steril dan sekali pakai.
C')! #an&an (eda (an!scrub"
enui tangan dengan sabun dan air sebelum memasuki ruang operas7 sangat
dianjurkan untuk menghilangkan risiko kolonisasi bakteri. $aat tiba di ruang operas7
dan setelah mengenakan &PD kamar operasi (topi dan masker), tangan harus diui
dengan sabun dan air. Prosedur ini dilakukan hanya pada waktu akan memasuki ruang
operasi. $etelah operasi selesai dan melepas sarung tangan, tangan harus digosok
dengan handru% atau diui dengan air dan sabun apabila ditemukan bubuk sarung
tangan dan airan tubuh pada tangan.
Tabel /.*. Prosedur ui tangan bedah dengan menggunakan sabun antiseptik
18
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
19/122
Pr"sed'r C')! Tan&an Beda(an!scrub)
. asahi tangan hingga siku dengan air mengalir. !aga posisi tangan lebih tinggi
dari lengan untuk menghindari kontaminasi ulang oleh air dari arah siku dan
menegah kontaminasi tangan dari bakteri pada sabun dan air.
. Tuangkan sabun air antiseptik / #3 ml untuk menyabuni seluruh permukaan
tangan yang telah dibasahi.
*. 6osok kedua telapak tangan hingga merata
/. 6osok punggung dan sela#sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
0. 6osok kedua telapak dan sela#sela jari.
3. !ari#jari sisi dalam dar7 kedua tangan saling menguni
'. 6osok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
B. 6osokan ujung jari# jari tangan kanan di telapak tangan kiri dengan gerakan
memutar dan sebaliknya.
C. Tuangkan sabun air antisepti / # 3 ml pada tangan kanan.
*. 8anjutkan dengan menggosok sisi lengan kiri dari pergelangan ke arah siku
dengan gerakan memutar selama menit
/. %langi langkah A#= pada lengan yang lain (sebaliknya), jaga posisi tangan tetap
di atas siku setiap saat. !ika tangan menyentuh sesuatu setiap saat, prosedur hand
srub harus diperpanjang menit pada bagian yangterkontaminasi.
0. ilas tangan dan lengan dengan mengalirkan air satu arah dari ujung jari ke arah
siku tanpa menyentuh antara tangan yang satu dengan yang lain.!angan
membalikkan arah posisi lengan di aliran air. $elama prosedur ui tangan
usahakan agar air tidak meniprat ke pakaian bedah./. 8anjutkan ke ruang operasi dengan posisi tangan tetap di atas siku.
0. $etibanya di ruang operasi, keringkan tangan dengan menggunakan handuk steril.
3. $aat tangan kering, maka siap menggunakan pakaian operasi maupun sarung
tangan steril1sarung tangan bedah.
Han!rub (eda
19
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
20/122
Handru% untuk persiapan tangan bedah harus dilakukan pada tangan yang bersih dan
kering. :ui tangan tidak diperlukan sebelum melakukan handrub keuali bila tangan
tampak kotor.
20
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
21/122
6ambar /..
Teknik melakukan handrub bedah dengan menggunakanairan handrub berbasis alkohol
INDIKASI MELAKUKAN HAND HYGIENE
$eluruh petugas kesehatan yang seara langsung maupun tidak langsung kontak dengan
pasien dan lingkungan sekitar pasien selama beraktifitas harus peduli terhadap hand
hygiene.
Ketidakpatuhan petugas kesehatan dalam melakukan hand hygiene tentunya memiliki
21
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
22/122
konsekuensi terhadap transmisi patogen dan kejadian infeksi nosokomial. Hand hygiene
bukan menjadi sebuah pilihan maupun kesempatan, melainkan indikasi yang harus
dilakukan selama perawatan untuk menegah risiko transmisi mikroba. %ntuk itu J-9
mengembangkan konsep
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
23/122
pasien, atau sesaat sebelum memegang pasien.
:ontoh
a) $ebelum berjabat tangan dengan pasien, memegang dahi pasienG
b) $ebelum membantu pasien untuk pindah, ke kamar mandi, makan, berpakaian,
dsbG
) $ebelum melakukan perawatan non in"asif memakaikan masker oksigen,
memberi fisioterapiG
d) $ebelum melakukan pemeriksaan fisik atau non in"asif mengukur nadi,
tekanan darah, merekam >K6.
+. Ind!$as! +, Se(e%' pr"sed'r (ers!1aseps!s 2pada (a&!an #'(' pas!en 0an&
(er!s!$" !n3e$s!)
Kapan segera sebelum menyentuh bagian tubuh pasien yang berisiko infeksi.
Dilakukan setelah kontak dengan area perawatan dan 5ona pasien (termasuk pasien
dan lingkungannya), dan prosedur lain yang kontak (langsung maupun tidak
langsung) dengan membrane mukosa, kulit non intak atau alat in"asif. engapa
untuk menegah transmisi mikroba dari bagian tubuh pasien dan bagian tubuh
lainnya melalui inokulasi.
:atatan
!ika sarung tangan digunakan untuk melakukan prosedur aseptik, hand hygiene
harus dilakukan sebelum menggunakan sarung tangan.
:ontoh
a) $ebelum menyikatkan gigi pasien, meneteskan obat tetes mata, pemeriksaan
"agina atau retal, pemeriksaan mulut, hidung, telinga dengan atau tanpa
menggunakan instrumen, melakukan suppositoria, sution mukosaG
b) $ebelum melakukan perawatan luka dengan atau tanpa menggunakan
instrumen, memberi krim, melakukan injeksi perkutanG
) $ebelum memasang alat in"asif (nasal kanul, @6T, >TT, kateter urin,
drainase), membuka sirkuit pada alat in"asif (untuk makanan, drain, obat,
sution)
d) $ebelum menyiapkan makanan, obat#obatan, benda#benda steril.
*. Ind!$as! *, Se#e%a en0en#' )a!ran #'('
23
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
24/122
Kapan segera setelah menyentuh airan tubuh (dan setelah melepas sarung tangan).
engapa untuk melindungi petugas kesehatan terhadap kolonisasi maupun infeksi
dari mikroba pasien dan melindungi area perawatan dari kontaminasi dan
penyebaran mikroba.
:atatan !ika petugas kesehatan menggunakan sarung tangan saat menyentuh airan
tubuh, sarung I tangan harus segera dilepas dan kemudian melakukan hand
hygiene. $emua petugas kesehatan yang menangani airan tubuh (analis
laboratorium, ahli patologi), peralatan yang terkontaminasi dan kotor (petugas
sterilisasi), limbah terkontaminasi (petugas kebersihan, pekarya) juga perlu
melakukan hand hygiene.
:ontoh
a) $etelah kontak dengan membrane mukosa dan atau kulit non intak
b) $etelah melakukan injeksi, setelah memasang alat in"asif (akses "askuler,
kateter, tube, drain, dsb) setelah membuka sirkuit pada alat in"asi"e.
) $etelah melepas alat in"asifG
d) $etelah melakukan perawatan lukaG
e) $etelah menangani sampel organikG setelah membersihkan ekskresi dan airan
tubuh lainnyaG setelah membersihkan permukaan yang terkontaminasi (linen,
instrumen, pispot, dsb).
4. Ind!$as! 4, Se#e%a en0en#' pas!en
Kapan setelah menyentuh pasien, sebelum menyentuh lingkungan di area
perawatan.
engapa untuk melindungi petugas kesehatan terhadap kolonisasi maupun infeksi
dari mikroba pasiendan melindungi area perawatan dari kontaminasi dan
penyebaran mikroba.
:atatan
Indikasi 0 ini tidak dapat dipisahkan dari Indikasi .Ketika petugas kesehatan
menyentuh pasien searalangsung kemudian menyentuh objek disekitar pasien
sebelum meninggalkan 5ona pasien, indikasi 0harus dilakukan.
a) $etelah berjabat tangan dengan pasien, memegang dahi pasienG
b) $etelah membantu pasien untuk pindah, ke kamar mandi, makan, berpakaian,
24
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
25/122
dsbG
) $etelah melakukan perawatan non in"asif mengganti bed linen sementara
pasien tidak pindah, memakaikan masker oksigen, memberi fisioterapi
d) $etelah melakukan pemeriksaan fisik atau pemeriksaan non in"asif mengukur
nadi, tekanan darah, merekam >K6.
5. Ind!$as! 5, Se#e%a $"n#a$ den&an %!n&$'n&an se$!#arpas!en
Kapan setelah menyentuh objek apapun atau furniture di sekitar pasien (tanpa
menyentuh pasien) sebelum menyentuk objek di area perawatan.
engapa %ntuk melindungi petugas kesehatan dari kolonisasi mikroba pasien
yang mungkin terdapat pada objek di sekitar pasien dan untuk menegah area
perawatan dari kontaminasi dan penyebaranmikroba.
:atatan Indikasi 0,
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
26/122
karena mikroba dapat bersembunyi disela#sela at kuku yang sumbing.
Per!asan
eberapa penelitian membuktikan bahwa kulit jari yang mengenakan inin menjadi
tempat kolonisasi mikroba, -offman dkk menemukan bakteri gram negati"e seperti
>.loaae, Klebsiella spp., dan &inetobater spp. pada 0=? perawat yang
menggunakan inin. -and hygiene pada jari tangan yang mengenakan perhiasan
seperti inin atau gelang dapat menjadi tidak optimal karena mikroba masih dapat
bersembunyi dibalik sela#sela ukiran pada perhiasan. %ntuk itu penggunaan perhiasan
tidak diperkenankan selamabertugas.
BAB I7
ALAT PELINDUNG DIRI PETUGAS KESEHATAN
26
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
27/122
&lat Pelindung Diri (&PD) petugas kesehatan adalah pakaian khusus yang digunakan
petugas kesehatan untuk melindungi diri dari risiko pajanan darah, semua jenis airan
tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien. &PD digunakan
selama melakukan tindakan yang memungkinkan risiko perpindahan mikroorganisme
dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya.
Termasuk alat pelindung diri adalah sarung tangan untuk melindungi tanganG masker
dan respirator untuk melindungi hidung dan mulut, respirator juga dapat melindungi
saluran napas dari transmisi mikroba melalui udara (air%orne) pelindung wajah untuk
melindungi seluruh bagian wajahG kaamata1goggle untuk melindungi mataG penutup
kepalaG gaun pelindung atau apron untuk melindungi kulit atau pakaianG dan sepatu.
Ped"an ''
. Pemilihan &PD harus sesuai dengan perkiraan risiko terjadi pajanan. Perkirakan
risiko terpajan airan tubuh atau area terkontaminasi sebelum melakukan kegiatan
perawatan kesehatan.
*. Kenakan &PD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki
ruangan. 6unakan dengan hati#hati, jangan menyebarkan kontaminasi.
/. Tangan harus selalu dibersihkan meskipun menggunakan &PD
0. 8epas dan ganti bila perlu segala perlengkapan &PD yang dapat digunakan kembali
yang sudah rusak atau sobek segera setelah &nda mengetahui &PD tersebut tidak
berfungsi optimal.
3. 8epaskan semua &PD sesegera mungkin setelah selesai memberikan pelayanan dan
hindari kontaminasi a) lingkungan diluar ruang isolasi, b) para pasien atau pekerja
lain, ) diri anda sendiri
'. uang semua perlengkapan &PD dengan hati#hati dan segera lakukan hand
hygiene.
SARUNG TANGAN
$arung tangan merupakan penghalang fisik paling penting untuk menegah penyebaran
infeksi dan telah terbukti sangat efektif menegah kontaminasi tangan petugas
kesehatan, namun penggunaan sarung tangan tidak dapat menggantikan fungsi hand
27
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
28/122
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
29/122
sarung tangan.
*. $arung tangan harus diganti antara kontak pasien dengan pasien yang lain
/. $arung tangan tidak boleh diui atau didisinfeksi antara pasien dengan pasien,
karena dapat meningkatkan terjadinya penetrasi airan melalui lubang#lubang
yang terjadi dan tidak terlihat pada sarung tangan.
0. Dalam memutuskan tipe sarung tangan untuk maam # maam jenis tindakan
juga dipertimbangkan bahan dari sarung tangan itu sendiri, yaitu
• 2inylG murah, untuk proteksi pada tindakan dengan risiko minimal.
• @atural rubber late sarung tangan yang mempunyai proteksi terbaik.
• @itrile dipilih untuk petugas dengan alergi late dan pada prosedur yang
memerlukan disinfektan glutaraldehyde
3. %ntuk sarung tangan petugas yang menggunakan high-leel disinfektan
glutaraldehyde dan turunannya tidak dianjurkan untuk memakai sarung tangan
berbahan dasar late, karena dapat mengurangi aktifitas glutaraldehyde untuk
mensterilkan alat, seharusnya dipakai sarung tangan berbahan nitrite.
'. ila ada petugas yang alergi terhadap late dianjurkan untuk memakai sarung
tangan berbahan dasar nitrite (untuk kasus tertentu).
B. 6unakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai agar tidak mengganggu
keterampilan dan mudah robek.C. Tarik sarung tangan ke atas manset gaun untuk melindungi pergelangan tangan.
A. !aga kuku selalu pendek agar sarung tangan tidak mudah robek.
=. 6unakan pelembab yang larut dalam air (bebas lemak) untuk menegah kulit
tangan kering, jangan menggunakan lotion1krem berbahan dasar minyak dan
mengandung parfum karena dapat merusak sarung tangan dan menyebabkan iritasi
kulit.
. !angan menyimpan sarung tangan di tempat yang terlalu panas atau terlalu dingin
karena dapat merusak bahan sarung tangan.
*. elepas sarung tangan (6ambar 0.*)
a. Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi
b. Pegang bagian luar sarung tangan sengan sarung tangan lainnya, lepaskan
. Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan yang
maslh memakai sarung tangan
d. $elipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah sarung
29
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
30/122
tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan
e. 8epaskan sarung tangan diatas sarung tangan pertama
f. uang sarung tangan di tempat limbah infeksius.
Table 0.*
Daftar ontoh#ontoh tindakan yang memerlukan sarung tangan steril dan non steril
N".Sar'n& Tan&an
.
*. √
/. √
0. √
3. √'. √
B.
C. √
A. √
=. √
. √
*. √
/. √
0. √3. √
'. √
B.
C. √
A. √
*=. √
*. √
**. Punksi lumbal1intratekal (Tindakan
aseptik)√
*/. &spirasi sum sum tulang (Tindakan
aseptik)√
*0. Punksi pleura, pemasangan ater
!ealed /rainage (J$D)(Tindakan
aseptik)
√
*3. eeting luka, insisi, eksisi (Tindakan
aseptik)√
*'. ouginasi uretra (Tindakan aseptik) √
*B. Prosedur operasi lainnya (Tindakan
aseptik)√
30
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
31/122
6ambar 0.
:ara memakai sarung tangan
31
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
32/122
MASKER
asker digunakan untuk menahan ipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan
berbiara, batuk atau bersin serta menegah perikan darah pasien atau airan tubuh
lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. &gar efektif, masker harus
ukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu dan jenggot serta
terbuat dari bahan yang tahan terhadap airan.
asker yang ada terbuat dari bahan katun ringan, kain kassa, kertas dan bahan sintetik
yang beberapa diantaranya tahan terhadap airan. asker yang dibuat dari katun atau
kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan airan atau efektif sebagai filter.
asker yang dibuat dari bagahn sintetik dapat memberikan perlindungan dari tetesan
berukuran besar (3um) yang tersebar melalui batuk dan bersin ke orang yang berda
dekat dengan pasien (E meter).
Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau diurigai menderita penyakit menular
melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus dapat menegah partikel
menapai membran mukosa dari petugas kesehatan.
Prinsip pemakaian asker
a. >ratkan tali atau karet elastik pada bagian tengan kepala dan leher
b. Paskan klip hiding dari logam fleksibel pada batang hidung
. Paskan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga melekat dengan baik.
d. Periksa ulang pengepasan masker.
6ambar 0./.emasang masker yang benar
asker efisiensi tinggi
erupakan jenis masker khusus yang direkomendasikan bila penyaringan udara
dianggap penting misalnya kasus flu burung atau $&+$.asker dengan efisiensi tinggi
32
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
33/122
seperti @#A3 melindungi dari partikel berukuran E3um yang dibawa oleh udara.
Pelindung ini terdiri dari banyak lapisan bahan penyaring dan harus dapat menempel
dengan erat pada wajah tanpa ada kebooran. Dilain pihak pelindung ini juga lebih
mengganggpernapasan dan lebih mahal daripada masker bedah. $ebelum petugas
memakai masker @#A3 perlu dilakukan fit test pada setiap pemakaiannya.
Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau diurigai menderita penyakit
menular melalui udara maupun droplet, petugas kesehatan harus menggunakan masker
efisiensi tinggi. Pelindung ini merupakan perangkat @#A3 yang telah disertifikasi seara
internasional dan harus diuji pengepasannya (fittest). $ebelum memakai masker
efisiensi tinggi petugas kesehatan harus memperhatikan
• $isi masker yang menempel pada wajah untuk melihat apakah lapisan utuh dan
tidak rusak. !ika bahan penyaring rusak atau kotor, buang masker tersebut. asker
yang mengalami retak, terpotong, terkikis, atau terlipat pada sisi dalam masker,
tidak dapat digunakan.
• Tali#tali masker harus menempel dengan baik di semua titik sambungan.
• Klip hidung yang terbuat dari logam (jika ada) berada pada tempatnya dan berfungsi
dengan baik.
F!##es#
4ungsi masker akan menjadi tidak efektif jika tidak dapat melekat seara sempurna
pada wajah, untuk itu diperlukan fit test setiap saat sebelum memakai masker efisiensi
tinggi. :ara fit test
. 6enggamlah respirator dengan satu tangan, posisikan sisi depan bagian hidung
pada ujung jari#jari &nda, biarkan tali pengikat respirator menjuntai bebas dibawah
tangan &nda.
. Posisikan respirator dibawah dagu &nda dan sisi untuk hidung berada di atas.
*. Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali agak tinggi di belakang
kepala &nda di atas telinga. Tariklah tali pengikat respirator yang bawah dan
posisikan tali di bawah telinga.
/. 8etakkan jari#jari kedua tangan &nda diatas bagian hinung yang terbuat dari logam.
Tekan sisi logam tersebut (6unakan dua jari dari masing#masing tangan) mengikuti
bentuk hidung &nda. !angan menekan respirator dengan satu tangan karena dapat
mengakibatkan respirator bekerja kurang efektif.
33
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
34/122
0. Tutup bagian depan respirator dengan kedua tangan, dan hati#hati agar posisi
respirator tidak berubah.
*. Pemeriksaan segel positif
-embuskan napas kuat#kuat. Tekanan positif di dalam respirator berarti tidak ada
kebooran. ila terjadi kebooran atur posisi dan1atau ketegangan tali. %ji kembali
kerapatan respirator. %langi langkah tersebut sampai respirator benar#benar tertutup
rapat.
B. Pemeriksaan segel negati"e
Tarik napas dalam#dalam. ila tidak ada kebooran, tekanan negati"e akan
membuat respirator menempel ke wajah. Kebooran akan menyebabkan hilangnya
tekanan negati"e di dalam respiratorudara masuk melalui elah#elah pada
segelnya.
6ambar 0.0. elakukan fit test masker @#A3
elepas asker
a. Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi # jangan disentuh
b. 8epaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas
. uang ke tempat limbah infeksius.
6ambar 0.3. :ara melepas masker @#A3
34
Gambar 4.4. e!epas masker yang benar
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
35/122
Kewaspadaan
eberapa masker mengandung komponen lateks dan tidak bisa digunakan oleh indi"idu
yang alergi terhadap lateks. Petugas harus diberi ukup waktu untuk menggunakan dan
melepaskan masker dengan baik sebelum bertemu dengan pasien.
ALAT PELINDUNG MATA
elindungi petugas dan perikan darah atau airan tubuh lain dengan ara melindungi
mata. Pelindung mata menakup kaamata (goggles) plastik bening, kaamata
pengaman, pelindung wajah dan "isor. Kaamata koreksi atau kaamata dengan lensa
polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika ditambahkan pelindung pada bagian sisi
mata. Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau
pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya perikan airan
seara tidak sengaja kearah wajah. ila tidak tersedia pelindung wajah, petugas
kesehatan dapat menggunakan kaamata pelindung atau kaamata biasa serta masker.
6am bar 0.B. :ara memakai kaamata1pelindung wajah
elepas kaamata atau pelindung wajah
a. Ingatlah bahwa bagian luar kaamata atau pelindung wajah telah terkontaminasi
b. %ntuk melepasnya, pegang karet atau gagang kaamata
6ambar 0.C. :ara melepas kaamata1pelindung wajah
35
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
36/122
. 8etakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam tempat
limbah infeksius
PELINDUNG KEPALA
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut
tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan.Topi harus ukup besar untuk menutup
semua rambut. eskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada pasien,
tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakaiannya dari darah atau airan
tubuh yang terperik atau menyemprot.
GAUN PELINDUNG
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat
merawat pasien yang diketahui atau diurigai menderita penyakit menular melalui
droplet1airborne. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju dan
kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat pasien yang diketahui
atau diurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus
mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk merawat pasien karena
ada kemungkinan terperik atau tersemprot darah, airan tubuh atau sekresi. -al ini
penting jika gaun pelindung tidak tahan air. &pron akan menegah airan tubuh pasien
mengenai baju dan kulit petugas kesehatan. Prinsip pemakaian gaun pelindungG
a. Tutupi bahan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga pergelangan tangan
dan selubungkan ke belakang punggung
b. Ikat di bagian belakang leher dan pinggang
6ambar 0.A. :ara memakai gaun pelindung
36
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
37/122
elepas gaun pelindung
a. Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah terkontaminasi
b. 8epas tali
. Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja
d. alik gaun pelindung
e. 8ipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah disediakan
untuk diproses ulang atau buang di tempat limbah infeksius.
6ambar 0.A. :ara melepas gaun pelindung
PELINDUNG KAKI
Digunakan untuk melindungi kaki dari edera akibat benda tajam atau benda berat yang
mungkin jatuh seara tidak sengaja ke atas kaki. 9leh karena itu sandal atau sepatu yang
terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. $epatu boot karet atau sepatu
kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih
dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan airan tubuh lain. Penutup sepatu tidak
diperlukan jika sepatu bersih. $epatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air
harus tersedia di kamar bedah. $ebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu
dari kain atau kertas sapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah
merembes melalui sepatu dan seringkali digunakan sampai di luar ruang operasi.
Kemudian dilepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi penemaran.
8angkah#langkah mengenakan &PD
. Kenakan baju pelindung
*. Kenakan masker atau respirator
/. Kenakan penutup mata1goggle atau fae shield
0. Kenakan sarung tangan
37
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
38/122
8angkah#langkah#melepaskan &P9
0. 8epaskan sarung tangan
*. 8epaskan penutup mata1goggle atau face shield
1. 8epaskan baju pelindung
0. 8epaskan masker atau respirator
38
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
39/122
BAB 7
TATALAKSANA PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER 2IADP9
PENDAHULUAN
Pengunaan kateter intra "ena (I2) merupakan bagian integral dari perawatan pasien
karena digunakan untuk memasukan airan I2, obat#obatan I2, komponen darah, nutrisi
parenteral, dan untuk memantau hemodinamis pasien#pasien dalam kondisi kritis.
@amun demikian penggunaan kateter I2 ini sering menjadi penyebab komplikasi lokal
maupun sistemik, termasuk septi trombophlebitis, endokarditis, infeksi aliran arah, dan
infeksi lain yang diakibatkan oleh terinfeksinya bagian tubuh tertentu karena kateter
yang terkolonisasi. +isiko I&DP dapat diminimalisir dengan melakukan tindakan
aseptik sebelum dan setelah insersi.
@@I$ menyatakan selama tahun AA* sampai tahun AAA bahwa dari lebih C== I:% di
&merika $erikat ditemukan *.'A0 kejadian Infeksi &liran Darah, dan C/? dari angka
tersebut dikarenakan pemakaian kateter I2. &dapun dampak dari I&DP adalah
meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas antara =?#*=?, menambah hari
perawatan antara =#*= hari, yang tentunya menambah biaya rawat.
$umber infeksi dapat bersifat intrinsik bila kontaminasi terjadi sebelum penggunaan,
misalnya kontaminasi airan I2 karena kesalahan proses sterilisasi di pabrik, dan
bersifat ekstrinsik bila kontaminasi terjadi selama perawatan I2, misalnya saat insersi.
+eser"oir mikroorganisme yang paling menyebabkan I&DP adalah daerah insersi dan
konektor (6ambar 3.).
6ambar 3.. &kses kontaminasi pada terapi intra "ena
39
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
40/122
DEFINISI
I&DP Ditemukan organisme dari hasil kultur darah semi1kuantitatif dengan tanda klinis
yang jelas serta tidak disertai infeksi yang lain (tanpa ada organ atau jaringan lain yang
diurigai sebagai sumber infeksi) dan1atau dokter yang merawat menyatakan infeksi
Plebitis (!uperfisial 2 /eep #hle%itis)3 Pada daerah lokal tusukan infus ditemukan
tanda#tanda merah, seperti terbakar, bengkak, sakit bila ditekan, ulkus sampai eksudat
purulen atau mengeluarkan airan bila ditekan.
PATOGENESIS
Kateter I2 mengandung material fibrin (biofilm) pada bagian permukaan dalam dan
luar kateter. iofilm ini dapat terkolonisasi mikroba dan terlindungi dari mekasime
pertahanan pejamu. Kolonisasi pada biofilm blasanya diikuti infeksi yang menyebabkan
sepsis lokal atau septi trombophlebitis. Pada beberapa kasus mikroba dapat
berkembang pada biofilm permukaan kateter dan dapat dilepaskan ke aliran darah yang
dapat menyebabkan infeksi sistemik (misalnya bakteremia).
CRITERIA KLINIS INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER
Terdapat kuman patogen yang diketahui hasil satu kali atau lebih dari biakan darah
dengan salah satu gejala klinis seperti
" Demam /CL:
" enggigil
" -ipotensi
Pasien berumur E tahun dengan paling sedikit satu dari tanda#tanda berikut
" Demam /C :
" -ipotermia E /B M :
" &pneu
" radikardia
STRATEGI PENCEGAHAN
/. Pend!d!$an dan Pe%a#!an Pe#'&as Med!s
Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi petugas kesehatan yang
mengenai indikasi pemakaian alat1set intra "askuler, prosedur pemasangan kateter
intra "ena, pemeliharaan kateter intra "ena dan penegahan infeksi saluran darahsehubungan dengan pemakaian kateter. etode audio "isual dapat digunakan
40
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
41/122
sebagai alat bantu yang baik dalam pendidikan (Kategori I)
+. S'r:e!%ans
• $ur"eilans perlu dilakukan untuk menentukan angka infeksi masing#masing
jenis alat, untuk memonitor keenderungan angka#angka tersebut dan untuk mengetahui kekurangan dalam praktek pengendalian infeksi. (Kategori -)
• Perabaan dengan tangan (palpasi) setiap hari pada lokasi pemasangan kateter
intra "ena melalui perban untuk mengetahui adanya pembengkakan (Kategori
II).
*. Han! H#$iene
Hand hygiene harus dilakukan sebelum dan sesudah palpasi, pemasangan alat1set
intra "ena, penggantian alat1set intra "ena, atau memasang perban (Kategori I).
4. Peasan&an $a#e#er !n#ra :ena
• Pemasangan dan manipulasi kateter intra "ena dilakukan dengan teknik
aseptik.
• Penggunaan %arrier pada pemasangan dan perawatan kateter intra "ena.
• Penggunaan sarung tangan saat mengganti perban kateter intra "ena (Katerigori
II)• !angan menyingkat prosedur pemasangan kateter yang sudah ditentukan
(Kategori I)
• ersihkan kulit di lokasi dengan antiseptik yang sesuai sebelum pemasangan
alat intra "ena. iarkan antiseptik mengering pada lokasi sebelum memasang
(Kategori I)
• !angan melakukan palpasi pada lokasi setelah kulit dibersihkan dengan
antiseptik karena lokasi dianggap daerah steril (Kategori I)
• 6unakan kasa steril atau perban transparan untuk menutup lokasi pemasangan.
• ila dipakai iodine tincture untuk membersihkan kulit sebelum pemasangan
alat intra "ena, maka harus dibilas dengan alkohol (Kategori III)
• engganti perban bila basah atau kotor (Kategori II)
• -indari sentuhan yang mengkontaminasi lokasi kateter saat mengganti perban
(Kategori I)
41
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
42/122
5. Pe!%!an dan pen&&an#!an $a#e#er !n#ra :ena
• Pilih alat yang risiko komplikasinya relatif rendah dan harganya paling murah
yang dapat digunakan untuk terapi I2 dengan jenis dan jangka waktu yang
sesuai (Kategori I)• 8epas semua jenis peralatan intra "ena bila sudah tidak ada indikasi klinis
(Kategori I)
• Periksa seara "isual lokasi pemasangan kateter untuk mengetahui apakah ada
pembengkakan, demam tanpa adanya penyebab yang jelas, atau gejala infeksi
lokal atau infeksi bakteremia (Kategori II)
• :atat tanggal dan waktu pemasangan kateter di lokasi yang dapat dilihat
dengan jelas (Kategori )
;. Pen&&an#!an per%en&$apan dan )a!ran !n#ra :ena.
• &lat1set intra "ena terdiri atas seluruh bagian mulai dari ujung selang yang
masuk ke kontainer I airan infus sampai ke konektor.
• 6anti selang penghubung tersebut bila alat intra "ena diganti (Kategori III).
• 6anti selang I2, termasuk selang piggy%ac4 dan stopcoc4+ dengan inter"al yang
tidak kurang dari B* jam, keuali bila ada indikasi klinis (Kategori I)
• 6anti selang yang dipakai untuk memasukkan darah, komponen darah atau
emulsi lemak dalam *0 jam dari awal pemasangan infus (Kategori II)
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
43/122
• Dinginkan dalam kulkas "ial multi dosis yang dibuka, bila direkomendasikan
oleh pabrik (Kategori I)
• ersihkan karet penutup "ial multi dosis dengan alkohol sebelum menusukkan
alat ke "ial (Kategori I)• 6unakan alat steril setiap kali akan mengambil airan dari "ial multi dosis , dan
hindari kontaminasi alat sebelum menembus karet "ial (Kategori I)
• uang "ial multi dosis bila sudah kosong, bila diurigai atau terlihat adanya
kontaminasi, atau bila telah menapai tanggal kadaluarsa (Kategori I)
/@. An#!(!"#!$ pr"3!%a$s!s
• !angan memberikan antimikroba sebagai prosedur rutin sebelum pemasangan
atau selama pemakaian alat Intra "ena untuk menegah kolonisasi kateter atau
infeksi bakteremia (Kategori II).
43
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
44/122
BAB 7I
TATA LAKSANA PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN KEMIH 2ISK9
PENDAHULUAN
Infeksi $aluran Kemih (I$K) adalah infeksi rumah sakit yang paling sering ditemukan
yaitu /= ? dari semua kasus infeksi rumah sakit. Paling sering berhubungan dengan
pemakaian alat#alat pengeluaran air seni seperti seperti %ladder catheter. +isiko
terjadinya bakteriuri pada pasien pengguna %ladder catheter meningkat seiring dengan
lamanya penggunaan kateter tersebut, yaitu 3 ? perhari pada minggu pertama
meningkat hampir ==? pada minggu keempat. # 0 ? pasien dengan bakteriuri pada
akhirnya akan berkembang menjadi infeksi saluran kemih, seperti sistitis, pielonefritis,
atau septisemia.
9leh karena itu pemasangan kateter urin harus dengan indikasi medis yang jelas, seperti
gangguan pengosongan buli#buli, atau untuk mengukur produksi urin dan seepatnya
dilepaskan bila tidak diperlukan lagi. Pada pasien dengan indikasi yang jelas, dapat
dilakukan pemasangan kateter urin yang bersih dan intermiten sehingga mengurangi
risiko infeksi. Inkontinensia %rin bukan indikasi pemasangan kateter urin, pada kasus
ini dapat digunakan diapers.
DEFINISI
Infeksi saluran kemih yang sebelumnya tidak ada dan tidak ada penyebab selain akibat
pemasangan kateter urin menetap.
PATOGENESIS
Dalam keadaan normal, flora urethra enderung bermigrasi ke buli#buli, dan seara
regular akan dibilas1dibersihkan pada saat buang air keil. ila terpasang kateter urin,
maka akan meniadakan proses alamiah tersebut, sehingga flora perineum dan urethra
akan masuk ke buli#buli melalui elah antara dinding luar kateter dan mukosa urethra.
Karena hal ini maka kolonisasi di buli#buli tidak dapat dihindari bila penggunaan
kateter urin dalam jangka waktu yang lama. Infeksi buli#buli juga dapat disebabkan oleh
44
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
45/122
reflu bakteri dari urin yang terkontaminasi di dalam urine%ag+ oleh karena itu bila
mungkin sistim kateter tertutup harus digunakan untuk menurunkan kejadian infeksi.
Tangan dari pekerja kesehatan mungkin juga terkontaminasi sistim kateter urin selama
pemasangan 1 perawatan kateter.
ETIOLOGI
• .Coli+ ,le%siella+ #roteus+ nterococcus+#seudomonas+ ntero%acter+ !erratia+
Candida
• Kebanyakan flora normal usus manusia
• Dapat berasal kontaminasi silang dari
# Pasien lain
# Petugas +umah sakit
# :airan terkontaminasi# &lat kesehatan yg tidak steril
FAKTOR RISIKO
• Durasi pemasangan kateter
• !enis kelamin wanita
• Diabetes, malnutrisi, renal insuflssiensi
• Teknik pemasangan kateter tidak aseptik
• 4eal inontinensia
• Terbukanya sirkuit pada kateter sistem tertutup
KRITERIA
/. ISK SIMPTOMATIS
Ditemukan paling sedikit satu dari tanda#tanda berikut tanpa penyebab lain
• Demam (/CN:)
• &nyang#anyangan (nikuri),
• Polikisuri,
• Disuri,
• @yeri $upra pubik,
• -asil biakan urin midstream = kuman per ml urine dengan jumlah kuman
tidak lebih dari * spesies (kriteria )
45
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
46/122
$elain tanda#tanda tersebut, juga ditemukan paling sedikit satu dari tanda berikut
• Tes dipstik positif untuk leuosit esterase dan1atau nitrit
• Piuri (terdapat = leuosit per ml atau terdapat O/ leuosit per 8P dari urine
tanpa dilakukan sentrifugasi).
• Ditemukan kuman dengan pewarnaan gram dari urine yang tidak disentrifugasi
• iakan urin paling sedikit * kali berturut#turut memperlihatkan jenis kuman
yang sama dengan jumlah == koloni kuman per ml yang diambil dengan
kateter
• iakan urin menunjukan jenis uro patogen dengan jumlah = ml pada
pasien yang telah mendapat antimikroba yang sesuai
• Didiagnosis I$K oleh dokter yang menangani dan telah mendapat obat
antimikroba yang sesuai (kriteria II)
+. ISK ASIMPTOMATIS
• Pasien tanpa kateter urine menetap dalam B hari sebelum biakan pertama
positif
• Kultur urine * berturut#turut ditemukan * jenis kuman yang sama dengan
jumlah E= per ml
• Tidak terdapat gejala1 keluhan demam, suhu (/CN:), anyang#anyangan
(nikuri), Polikisuri, Disuri, @yeri $upra pubik (kriteria II)
STRATEGI PENCEGAHAN
. atasi penggunaan kateter bila perlu saja dan penggunaan sesuai indikasi
• enghilangkan obstruksi saluran kemih
•Drainage pada retensio urine
• embantu pembedahan urologi H bedah lain
• Pengukuran produksi urine dengan tepat
*. Pertahankan indwelling kateter sistem drainage tertutup
/. enegah kuman pada meatus uretra masuk ke kandung kemih
• Prosedur asepti
• enjaga kebersihan meatus setiap hari ukup dengan air dan sabun
• -indari pemakaian antimikroba dan desinfektan
0. -indari kontak urine bag dengan lantai, dinding H furniture3. 8akukan disinfeksi pada saat kateter dan ujung penampung
46
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
47/122
'. 8etakkan urine bag lebih rendah dari kandung kemih dan buang tiap C jam (per
shift)1 bila penuh
B. 6unakan gelas ukur urine yang bersih dan terpisah untuk tiap pasien
C. 8akukan swab alohol pada saluran keluar urin bag tiap kali mengosongkan urine
bag.
A. Kebijakan 1 Poliy
• Pemakaian atheter
• Insersi atheter
• Perawatan atheter
• Penempatan pasien yang terpasang atheter
• onitoring ulture urine
=. >dukasi petugas (kompetensi)
. Hand Hygiene harus dilaksanakan setiap saat kontak dengan kateter (mengangkat
dan meletakkan) sebelum dan sesudah masuk kamar pasien, sebelum dan sesudah
perawatan.
6ambar 3.
>mpat bagian kateter yang mungkin bakteri untuk mengakses bladder
PENGAMBILAN SAMPEL URIN
$ampet urin untuk pemeriksaan bakteriologi harus diambil pada selang karet dengan
ara aseptik. &rea selang yang akan diambil harus didisinfeksi dengan mengoleskan
isopropyl alcohol B=?. $ampel urin diambil menggunakan jarum suntik steril dan
dipindahkan ke tempat yang steril. !angan pernah mengambil sampel urin dari kantong
urin. Pada pasien asimptomatis, pemeriksaan bakteriologi yang rutin seara klinis tidak
berguna
47
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
48/122
IRIGASI BULI 6 BULI
Irigasi buli#buli atau diui dan dimasukkan antiseptik atau antibiotik tidak dapat
menegah chatetet associated &I. 9leh karena itu seharusnya tindakan ini jangan
dilakukan. Penggunaan antiseptik dan antibiotik dapat merusak mukosa buli#buli atau
kateter dan dapat menimbulkan bakteri yang resisten sehingga sulit untuk diobati.
PENGGUNAAN ANTI MIKROBA
Penggunaan rutin antibiotik sistemik pada pasien yang menggunakan kateter urin tidak
dianjurkan. Penggunakan antibiotik profilaksis dosis tunggal pada penggantian kateter
urin dapat digunakan pada pasien#pasien tertentu, yang seara klinis mempunya infeksi
atau +isiko tinggi terjadi I$K. Penggunaan antibiotik profilaksis berdasarkan penilaian
seara indi"idual.
Pengobatan antibiotik untuk catheter associated &I karena menggunakan kateter urin
yang lama menyebabkan bakteri yang resisten, dan mungkin tidak berhasil karena
bakteri penyebab sering melekat pada %iofilm pada permukaan kateter urin, sehingga
melindungi mereka terhadap efek antibiotik . &da tempat untuk penggunaan kondom
kateter untuk jangka pendek pada pasien yang kooperatif. Penggantian perhari mungkin
dapat meniadakan komplikasi dan sekaligus perawatan penis. -arus dilepaskan bila
terjadi iritasi pada penis dan adanya pelepasan kulit.
48
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
49/122
BAB 7II
TATA LAKSANA PENCEGAHAN %enti&ator Associate! Pneu'onia 27AP9
PENDAHULUAN
eskipun terdapat kemajuan dalam terapl antimikroba, perawatan pendukung dan
tindakan penegahan seara luas 2&P masih merupakan penyebab penting morbiditas
dan mortalitas. Insiden 2&P yang akurat sulit dipastikan, karena ada kemungkinan
saling silang dengan infeksi saluran liafas bawah lainnya seperti trakeobronkitis
infeksiosa pada pasien yang menggunakan "entilator. Insiden ber"ariasi tergantung dari
definisi dan populasi yang die"aluasi. $ebagai ontoh, insiden 2&P dapat meningkat
sampai dua kali lebih tinggi pada kelompok pasien yang didiagnosa dengan
menggunakan kultur kualltatif atau semi kuantitatif dibandingkan dengan kultur
kuantitatif sekresi saluran nafas bawah.
Data 2&P dari beberapa negara &sia menunjukkan insidens antara /,3 sampai 0' per
=== hari "entilator. $uatu studi dari Taiwan juga menunjukkan bahwa neonatus lebih
rentan terhadap 2&P dibandingkan dengan pasien I:% dewasa (insiden B=,/ "s =,C per
=== hari "entilator). 2&P timbul pada A #*B ?dari semua pasien yang diintubasi. Pada
pasien#pasien I:%, hampir A= ? dari -&P timbul pada saat penggunaan "entilasi
mekanik. +isiko 2&P paling tinggi terjadi pada saat masa awal rawat inap, dan
estimasinya berkisar sekitar 1 5 per hari untuk lima hari pertama rawat inap * ? per
hari untuk lima sampai sepuluh hari dan ? per hari untuk hari selanjutnya. 9leh
karena itu sebagian besar "entilasi mekanik digunakan untuk jangka pendek, hampir
separuh dari keseluruhan 2&P terjadi pada masa 0 hari pertama "entilasi mekanik.
Proses intubasi juga berkaitan erat dengan risiko terjadi infeksi, sebaliknya pasien yang
dikelola dengan "entilasi non in"asi"e jarang mengalami pneumonia nosokomial.
>mpat prinsip utama penanganan pasien 2&P yakni . Penderita 2&P harus ditangani dengan tepat dan epat untuk menegah mortalitas.
49
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
50/122
*. engenali pola bakteri dalam rumah sakit atau tempat#tempat di dalam rumah dari
waktu ke waktu. Informasi tersebut digunakan untuk memilih antibiotika yang tepat
sesuai keadaan klinis
/. enghindari pemakaian antibiotika seara berlebihan dengan ara diagnosis yang
akurat, berdasar kultur saluran nafas bawah, dan mempersingkat lama terapi sesuai
periode efektifitas terpendek.
0. eniptakan strategi penegahan dengan memodifikasi faktor risiko yang dapat
dilakukan
DEFINISI
2&P (2entilator#&ssoiated Pneumonia) adalah pneumonia yang timbul dalam waktu
0C#B* jam setelah intubasi endotraheal.
PATOGENESIS
. $umber#sumber patogen untuk -&P adalah alat#alat perawatan kesehatan,
lingkungan (udara, air, peralatan) dan transfer mikroorganisme antara pasien dan
staf medis atau antar pasien (8e"el II).
*. Kolonisasi yang berkaitan dengan keadaan hospes dan pengobatan, seperti derajat
penyakit dasar, operasi sebelumnya paparan antibioti pengobatan lainnya, dan paparan alat bantu nafas in"asi"e merupakan hal yang penting dalam patogenesis
-&P dan 2&P (8e"el II).
/. &spirasi patogen orofarings atau tumpahnya seret yang mengandung bakteri di
sekitar uff pipa endotrakeal merupakan rute utama masuknya bakteri ke dalam
saluran nafas bawah (8e"el II).
0. Inhalasi atau inokulasi patogen langsung ke dalam saluran nafas bawah, penyebaran
hematogen melalui kateter intra "ena yang terinfeksi, dan translokasi baterial
melalui lumen traktus gastrointestinal merupakan mekanisme patogenesisi 2&P
(8e"el III).
3. iofilm yang terinfeksi pada pipa endotrakeal dan kemudian dilanjutkan dengan
embolisasi saluran nafas distal, mungkin penting dalam patogenesis 2&P (8e"el
III).
'. 8ambung dan sinus paranasalis dapat menjadi reser"oir yang potensial untuk
patogen nosokomlal dan berkontribusi terhadap kolonisasi baterial orofaring,
namun hal ini masih kontro"ersial, berfariasi tergantung populasi pasien berisiko
50
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
51/122
serta menurun dengan adanya pergantian perjalanan alami penyakit dan
pengelolaan -&P (8e"el II).
KRITERIA
. arly-onset3
Terjadi setelah 0C#B* jam setelah intubasi endotraheal
*. 6ate-onset3
Terjadi setelah B* jam intubasi endotraheal
FAKTOR RISIKO
4aktor pejamu
-ipoalbuminemia, lansia, &+D$, PP9K, penurunan kesadaran (koma), luka bakar H
trauma, gagal organ, imunokompresi, aspirasi airan lambung, kolonisasi kuman
aerodigestif, sinusitis
4aktor inter"ensi
Penggunaan antagonis -* H antasida tinggi, penggunaan sedatif H relaksan otot,
penggunaan "entifasi mekanik, P>>P, reintubasi, @6T196T, posisi telentang,
penggunaan antibioti tidak tepat
STRATEGI PENCEGAHAN
Pr"3!%a$s!s ''
. Tindakan#tindakan pengendalian infeksi yang efektif, seperti edukasi staf,
kepatuhan untuk melakukan hand hygiene+ dan isolasi untuk mengurangi
infeksi silang dengan patogen D+ harus dilaksanakan seara rutin (8e"el II).*. Pemantauan infeksi I:% untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi
patogen#patogen D+ baru dan endemis, serta persiapan data baru untuk
mendukung pengendalian infeksi dan memandu terapi antimirobial seara
tepat pada pasien dengan keurigaan 2&P dan infeksi nosokomial lainnya,
sangat dianjurkan untuk dilakukan (8e"el II).
In#'(as! dan :en#!%as% e$an!$
. Intubasi dan intubasi ulang (re-intu%atio) sedapat mungkin dihindari, karena
51
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
52/122
meningkatkan risiko 2&P (8e"el I).
. ila memungkinkan "entilasi non in"asi"e harus digunakan pada pasien gagal
nafas (le"el I).
*. Intubasi orotrakeal dan pipa orogastrik lebih dianjurkan dibandingkan dengan
intubasi nasotrakeal dan pipa nasogastrik, untuk menegah sinusitis
nosokomial dan mengurangi risiko 2&P, walaupun hubungan kausal langsung
belum dapat dibuktikan (8e"el II).
/. Penghisapan sukglotik seara terus menerus dapat mengurangi untuk 2&P
awitan dini, dan apabila tersedia harus digunakan (le"el I).
0. Tekanan cuff pipa endotrakeal harus dipertahankan minimal *= m-*= untuk
menegah terjadinya tumpahan patogen baterial di sekitar cuff4e dalam
saluran nafas bagian bawah (8e"el II).
3. ahan kondensasi yang terkontaminasi harus dikosongkan seara hati#hati dari
sirkuit "entilator dan kondensasi harus diegah supaya tidak memasuki pipa
endotrakeal ataupun alat nebuli5er obat#obatan yang terpasang (8e"el II).
'. Pelembab udara pasif atau penukar panas kelembaban (heart#moisture
ehangers) menurunkan kolonisasi sirkuit "entilator, namun belum terbukti
dapat menurunkan insiden 2&P, sehingga tidak dapat dianggap sebagai alat
penegahan pneumonia (le"el I).
B. emperpendek lama intubasi dan "entilasi mekanik dapat menegah 2&P, dan
dapat diapai dengan menggunakan protool penggunaan sedasi dan
memperepat proses weaning (8e"el II).
C. enjaga keukupan staf di I:% dapat menurunkan lama perawatan,
memperbaiki pengendalian infeksi dan menurunkan lama penggunaan "entilasi
mekanik (8e"el II).
Asp!ras!8 p"s!s! #'(' dan n'#r!s! en#era%
. Pada saat pemberian nutrisi enteral pasien harus dirawat dengan posisi
setengah duduk (/=#03) untuk menegah terjadinya aspirasi (8e"el I).
*. @utrisi enteral lebih diutamakan dibandingkan dengan nutrisi parenteral yang
memiliki risiko komplikasi akibat kateter "ena sentral. $elain itu nutrisi enteral
juga dapat menegah jonjot usus yang memberi risiko translokasi bakteri (8e"el
I).
52
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
53/122
M"d'%as! $"%"n!sas!, an#!sep#!$ "ra% dan an#!(!"#!$a
. Pemberian antibiotika sistemik sebelumnya bias menurunkan risiko pneumonia
nosokomial pada beberapa kelompok pasien, namun apabila riwayat pemberian
antibiotika sebelumnya diberikan pada saat awitan infeksi, maka harus
diurigai infeksi oleh patogen D+ (8e"el II).
*. Pemberian antibiotika sistemik profilaksis selama *0 jam pada pasien edera
kepala tertutup yang dilakukan intubasi darurat, mampu menegah 2&P di
I:%. @amun penggunaan seara rutin tidak direkomendasikan sampai ada data
lebih lanjut (8e"el II).
/. odulasi kolonisasi orofaringeal dengan menggunakan klorheksidin oral
mampu menegah -&P di I:% pada beberapa populasi pasien tertentu, seperti
pasien oronary artery bypass grafting (:&6), namun penggunaan seara
rutin tidak direkomendasikan sampai terdapat data lebih lanjut (8e"el I).
0. 6unakan interupsi harian atau penurunan kadar sedasi untuk menegah sedasi
berat berkepanjangan dan hindari penggunaan obat#obatan paralitik, karena
keduanya dapat menekan refleks batuk dan meningkatkan risiko 2&P (8e"el
II).
Pr"3!%a$s!s perdaraan s#ress8 #ran3's!8 dan !per&%!$e!a
. erdasarkan data dari beberapa penelitian menunjukkan keenderungan
penurunan insiden 2&P akibat penggunaan sukralfat, namun terjadi sedikit
peningkatan risiko perdarahan lambung seara signifikan dibandingkan dengan
penggunaan -*#anatagonis. &pabila diperlukan, penegahan perdarahan
lambung dapat menggunakan salah satu dari -*#antagonist atau sukralfat
(8e"el I).
*. Transfusi sel darah merah dan produk darah alogenik lainnya harus mengikuti
prosedur yang ketat. Transfusi sel darah merah yang telah dikurangi kadar
leukositnya dapat membantu mengurangi insiden -&P pada populasi pasien
tertentu (8e"el I).
/. Pada perawatan pasien di I:%, penggunaan insulin seara intensif
direkomendasikan untuk menjaga kadar serum glukosa antara C=#3= mg1dl
dengan tujuan mengurangi infeksidarah nosokomial, menurunkan durasi
"entilasi mekanik, lama tinggal di I:%, morbiditas, dan mortalitas (8e"el I).
53
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
54/122
Pende$a#an d!a&n"s#!$
6ambar B.. &lur ringkasan strategi pengelolaan pasien yang diduga 2&P, keputusan
penghentian terapi antibiotika dapat berbeda tergantung darl tipe sampel yang diambil
(P$, &8, atau aspirasi endotrakeal) dan apakah hasil dilaporkan seara kuantitatif
atau semi kuantitatif
PRINSIP UTAMA DAN REKOMENDASI STRATEGI PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK 7AP
54
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
55/122
. Pasien yang diduga 2&P harus dilakukan kultur seret saluran nafas bagian bawah,
dan infeksi ekstra I pulmonal harus disingkirkan sebelum memberikan terapi
antibiotika (8e"el II).
*. &pabila dugaan pneumonia ukup tinggi atau setidaknya = 5 pasien menunjukkan
tanda sepsis, maka I pemberian terapi antibiotika segera diberikan tanpa
mempedulikan apakah pemeriksaan saluran napas I bawah menemukan bakteri atau
tidak. (8e"el II)
/. Terapi antibiotika yang didasarkan atas hasil kultur kualitatif akan mematikan lebih
banyak kuman dibandingkan bila berdasarkan kultur kuantitatif (8e"el I)
0. Kultur seret aspirasi trahea seara semikuantitatif tidak dapat dipergunakan
sebagai dasar yang kuat untuk menentukan adanya pneumonia yang memerlukan
terapi antibiotika (8e"el I)
3. &pabila pengambilan seret saluran nafas bagian bawah seara bronkoskopik tidak
segera tersedia, maka pengambilan sekret seara non#bronkoskopik untuk kultur
kuantitatif, dapat digunakan sebagai petunjuk terapi antibiotika (8e"el I)
'. Dari satu studi tentang 2&P, penggunaan startegi bakteriologik seara bronkoskopik
mampu menurunkan angka kematian sampai hari ke 0 dibandingkan dengan
strategi klinis (8e"el I)
B. Pada pasien yang seara klinis tidak stabil penundaan terapi dini antibiotika yang
tepat dapat meningkatkan mortalitas 2&P, oleh karena itu terapi awal yang tepat
tidak boleh ditunda dengan alasan masih dilakukan pemeriksaan diagnosti (8e"el
II).
TERAPI ANTIBIOTIKA
Prinsip %tama dan +ekomendasi Terapi Dini &ntibiotika
. 6unakanlah algoritme untuk menentukan terapi empirik awal berdasarkan ada
tidaknya faktor risiko bakteri D+ (le"el III). 4aktor#faktor risiko ini termasuk
rawat inap berkepanjangan (3 hari atau lebih), rujukan dari fasilitas perawatan
kesehatan, dan baru saja mendapat terapi antibiotika jangka panjang (8e"el II).
*. Pemillihan obat spesifik harus berdasarkan hasil mikrobiologi setempat, biaya,
ketersediaan, dan formularium setempat (8e"el II).
/. Terapi yang tidak tepat (antibiotika tidak sesuai dengan hasil kultur) merupakan
faktor risiko utama peningkatan mortalitas dan masa rawat pasien. Terapi yang
tidak tepat paling sering dikaitkan dengan organisme yang resisten terhadap
55
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
56/122
antibiotika (8e"el II).
0. Pemilihan terapi empirik pasien yang telah mendapatkan antibiotika sebelumnya,
harus menggunakan antibiotika dari golongan yang berbeda, oleh karena terapi
antibiotika sebelumnya meningkatkan kemungkinan terapi tidak tepat dan dapat
mempredisposisi resistensi terhadap antibiotika dari golongan yang sama (8e"el
III).
3. Terapi dini antibiotika harus diberikan dengan epat, karena penundaan terapi
meningkatkan mortalitas 2&P (8e"el III).
'. Terapi dini antibiotika akan tepat dan adekuat bila dibuat suatu protool pemilihan
antibiotika berdasarkan rekomendasi#rekomnedasi dan disesuaikan dengan pola
resisitensi antibiotika setempat. 9leh karenanya setiap I:% harus seara teratur
mengumpulkan dan memperbaharui informasi (8e"el II).
6ambar B.* &lur terapi antobiotika empiri pada 2&P
Ta(%e
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
57/122
• ,. pneumonia
• ntero%acter spp
• #roteus spp
• !erratia marcessens
>rtapenem
:atatan antibiotika yang direkomendasikan harus sesuai dengan data mikrobiologls lokal.
Table B.*.Terapi antibiotika empirik awal pasien 2&P awitan lanjut atau dengan faktor
risiko bakteri D+ dan dengan berbagai beratnya penyakit.
Patogen potensial Kombinasi antibiotika yang
direkomendasikan
Pathogen#patogen dari tabel / dan
pathogen#patogen bakteroi D+
• #. aeruginasa
• ,. pneumonia (!*6)77
• Acineto%acter spp
8ethicillin resisten stophyococcusaureus
(89!A).
:ephalosporin
&ntipseudomonal
(efepim, efta5idim)
atau
:arbapenem antipseudomonal
(imipenem atau meropenem) atau
etalatam 1betalatamase inhibitor
(piperaillin#ta5obatam)
plus
4luoroQuinolon
&ntipseudomonal
(iprofloain, le"ofloain) atau
&minoglyoside
(amikain, gentamiin, atau tobramiin)
#lus
6ine:olid+ ancomycin+ atauteictiplamin
:atatan3 Anti%ioti4a yang dire4omendasi4an harus sesuai dengan data mi4ro%iologi
lo4al. $8, seperti K. pneumonia, atau
&inetobater, maka arbapenem merupakan pilihan yang dapat diandalkan. &pablla
diurigai terdapat 8. pneumophila, maka kombinasi terapl antibiotika harus terdapat
makroid (a5ithromiin) atau fluoroQuinolon (ontoh :iprofloain atau lefofloain)harus digunakan dibandingkan aminoglyoside.
57
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
58/122
;; &pabila terdapat faktor risiko atau Insiden lokal tinggi untuk +$&
BAB 7III
TATA LAKSANA PENCEGAHAN INFEKSI LUKA OPERASI 2ILO9
PENDAHULUAN
eskipun telah terjadi kemajuan dalam teknik operasi ataupun pengetahuan tentang
patogenesa infeksiluka, infeksi luka operasi masih merupakan penyebab utama angka
morbiditas dan mortalitas pada pasien yang mengalami prosedur. 9perasi jumlahnya
R3? dari infeksi nosokomial. Proses terjadinya I89 sangat kompleks. anyak faktor
yang mempengaruhinya seperti kondisi pasien, proses pembedahan, lingkungan sekitar
kamar bedah dan mikroorganisme. 4aktor#faktor diatas berinteraksi seara kompleks
mendorong timbulnya infeksi luka operasi.
Infeksi luka operasi masih merupakan permasalahan didalam pelayanan kesehatan.
Insiden umumnya tinggidi negara#negara berkembang. Diseluruh +umah $akit di
Indonesia, insiden I89 berkisar antara /#C?. Dalam melakukan penegahan dan
pengendalian infeksi luka operasi dilakukan seara efektif dan efisien dengan
kerjasama, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi semua pihak yang terkait didalamnya.
DEFINISI
Infeksi luka operasi adalah infeksi yang terjadi dalam kurun waktu /= hari setelah
tindakan operasi tanpa pemasangan implan atau dalam waktu A= hari bila operasi
dengan pemasangan implan dan infeksi diduga ada kaitannya dengan prosedur operasi.
KLASIFIKASI
Klasifikasi I89 berdasarkan kriteria :D: (gambar C..)
. I89 insisi superfisial
58
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
59/122
Infeksi yang terjadi pada daerah insisi dalam waktu /= hari paska bedah dan hanya
meliputi kulit, subkutan atau jaringan lain di atas fasia dan setidaknya ditemukan
satu diantara tanda berikut
• Keluarnya airan purulen dari insisi superfisial dengan1tanpa konfirmasi
laboratorium
• Didapatkan organisme dari kuftur airan atau jaringan insisi superfiial
• $edikitnya ada dari tanda H gejala infeksi sakit1nyeri, pembengkakan lokal,
merah atau panas dari insisi pembedahan
• Diagnosis ditegakkan oleh dokter bedah1dokter
Kondisi yang %K&@ merupakan I89 ). abses pada jahitan operasi (inflamasi
minimal dan keluar airan titik penetrasi jahitan), *). Infeksi luka episiotomi atau
luka sirkumsisi pada bayi, /).8uka bakar terinfeksi, 0). I89 pada tempat insisi yangmeluas kedalam lapisan fasia dan otot (I89 insisi dalam)
*. I89 insisi dalam
Infeksi yang terjadi pada daerah insisi dalam waktu /= hari paska bedah tanpa
implan atau sampai A= hari paska bedah dengan implan. Infeksi meliputi jaringan
lunak dalam (fasia dan otot), dan setidaknya ditemukan satu diantara tanda
berikut
• Keluarnya airan purulen berasal dari insisi dalam, bukan dari organ1komponen
daerah operasi
• Insisi dalam yang dibuka oleh ahli bedah dengan salah satu kriteria demam
(/C:), nyeri terlokalisir.
• Ditemukan abses atau tanda infeksi lain terkait dengan insisi dalam yang
ditemukan pada pemeriksaan langsung, selama re#operasi, atau pemeriksaan
histopatologi atau radiologi.• Diagnosis I89 insisi dalam ditegakkan oleh ahli bedah1dokter
/. I89 organ1spae
Infeksi timbul dalam waktu /= hari setelah prosedur pembedahan, bila tidak
dipasang implant atau dalam waktu A= hari bila dipasang implant dan infeksi
tampaknya ada hubungannya dengan prosedur pembedahan. eliputi semua organ
yang dibuka atau dimanipulasi selama operasi dan setidaknya ditemukan satudiantara tanda berikut
59
8/19/2019 Pedoman Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
60/122
• &danya airan purulen berasal dari drain yang diletakkan melalui luka tusukan
kedalam organ1spoe.
• Terdapat organisme pada kuItur airan atau jaringan dalam organ1spae
• Ditemukan abses atau bukti infeksi yang terkait organspace pada pemeriksaan
langsung, selama re#operasi, atau pemeriksaan histopatologik atau radiologi
• Diagnosis I89 organspace ditegakkan oleh ahli bedah1dokter
6ambar C.. Klasifikasi I89 berdasarkan kriteria :D:
STRATEGI PENCEGAHAN
A. Pra Operas!
. Persiapan pasien
• Pasien yang akan dioperasi dianjurkan untuk dirawat pada hari yang sama
atau hari sebelum tindakan operasi.
• Identifikasi dan terapi faktor risiko pasien, seperti kontrol gula darah, dll.
• Terapi terlebih dulu infeksi yang terjadi pada bagian tubuh lain sebelum
tindakan operasi
• $ebelum operasi pasien mandi dengan sabun antiseptik.
• -indari penukuran keuali mengganggu daerah operasi.
Kalau perlu melakukan penukuran, lakukan sesaat sebelum operasi dengan
60
8/19/2019 Pedoman D