35
Makalah Pedoman Hidup Sehat untuk Lanjut Usia Pembimbing : dr. Juliandi Harahap, M. A. Disusun oleh : Grace Dio Margaretha 100100081 Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Ilmu Kedokteran Pencegahan / Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan 2015

Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah mengenai pedoman hidup sehat untuk lansia

Citation preview

Page 1: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

Makalah

Pedoman Hidup Sehat untuk Lanjut Usia

Pembimbing :

dr. Juliandi Harahap, M. A.

Disusun oleh :

Grace Dio Margaretha

100100081

Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat

Ilmu Kedokteran Pencegahan / Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Medan

2015

Page 2: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, penulis menyajikan makalah yang berjudul “Pedoman Hidup

Sehat untuk Lanjut Usia”. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan pula terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada dr. Juliandi Harahap, MA atas kesediaan beliau sebagai pembimbing dalam

penulisan makalah ini. Besar harapan, melalui makalah ini, pengetahuan dan pemahaman kita

mengenai pedoman hidup sehat untuk lanjut usia semakin bertambah.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, baik dari

segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Atas

bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis

ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan.

Medan, 02 Maret 2015

Penulis

Page 3: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2. Tujuan....................................................................................... 2

1.3. Manfaat..................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 3

2.1 Lanjut Usia ............................................................................... 3

2.1.1. Definisi Lanjut Usia............................................................. 3

2.1.2. Klasifikasi Lanjut Usia......................................................... 3

2.2. Proses Menua............................................................................ 4

2.3. Perubahan Akibat Proses Menua.............................................. 5

2.4. Pedoman Hidup Sehat untuk Lanjut Usia................................. 9

2.4.1. Kesehatan Fisik ................................................................... 9

2.4.2. Kesehatan Mental................................................................. 12

2.4.3. Kebutuhan Nutrisi................................................................ 12

2.4.4. Pemeriksaan Kesehatan dan Manajemen Penyakit............. 13

2.4.5. Pengindaran Faktor Risiko yang Dapat Menggangu

Kesehatan............................................................................. 15

2.4.6. Hubungan Sosial................................................................... 15

2.4.7. Kesejahteraan Material......................................................... 16

2.4.8. Vitalitas Spiritual.................................................................. 16

2.4.9. Sikap Positif......................................................................... 16

BAB 3 KESIMPULAN.............................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 18

Page 4: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka Harapan Hidup/Usia Harapan Hidup (AHH/UHH) penduduk di suatu negara

merupakan gambaran tingkat keberhasilan pembangunan negara tersebut. Peningkatan UHH

menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan karena negara berhasil meningkatkan

derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk.1 Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) 2011, pada tahun 2000-2025 UHH adalah 66,4 tahun (persentase pupulasi

lansia tahun 2000 adalah 7,74%) dan angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang

diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2045 adalah

28,68%). Begitu pula dengan Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan terjadi

peningkatan UHH di Indonesia. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun

(dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%), dan angka ini meningkat menjadi 69,65

tahun pada tahun 2011 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%).2

Selain peningkatan UHH, indikator keberhasilan pencapaian pembangunan manusia

secara global dan nasional adalah peningkatan jumlah penduduk usia lanjut. Secara global

populasi lansia terus mengalami peningkatan semenjak tahun 1950, sedangkan Indonesia

sendiri mulai berstruktur tua pada tahun 2000 yang dapat dilihat dari persentase penduduk

lansia tahun 2008, 2009, dan 2012 yang telah mencapai 7% dari keseluruhan penduduk. Hal

ini berkaitan dengan adanya perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi sosial masyarakat.2

Terdapat berbagai dampak dari peningkatan jumlah lansia di bidang kesehatan. Salah

satunya ialah transisi epidemiologi, yaitu bergesernya pola penyakit infeksi menjadi penyakit

degeneratif, seperti: diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner, dan osteoartritis, yang

dalam penanganannya memerlukan waktu lama dan membutuhkan biaya yang cukup besar.3

Konsekuensi lain dari peningkatan populasi usia lanjut adalah meningkatnya jumah pasien

geriatri yang karakteristiknya perlu dibedakan dari sekedar warga lansia yang sehat.

Karakteristik pasien geriatri yang dimaksud diantaranya adalah multipatologis dan kronis,

penurunan cadangan faali sehingga rentan jatuh dalam keadaan gagal pulih, berubahnya tanda

dan gejala penyakit yang klasik, kerapnya terjadi gangguan nutrisi, serta adanya gangguan

status fungsional pasien sehingga tidak dapat mandiri.4

Page 5: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

Untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul akibat peningkatan jumlah lansia,

diperlukan suatu pedoman kesehatan bagi kaum lanjut usia. Pedoman kesehatan ini bertujuan

untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang

bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaanya

dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Hal ini dapat

diwujudkan salah satunya melalui pedoman hidup sehat khusus bagi lansia.

1.2. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman mengenai pedoman hidup sehat bagi kaum lanjut usia serta untuk memenuhi

persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen

Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

1.3. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan maanfaat kepada penulis dan pembaca

khususnya yang terlibat dalam bidang kesehatan dan masyarakat secara umumnya agar dapat

menambah wawasan tentang pedoman hidup sehat bagi kaum lanjut usia.

Page 6: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lanjut Usia

2.1.1. Definisi Lanjut Usia

Lanjut usia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan dalam daur kehidupan

manusia. Menurut pasal 1 ayat (2) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan

bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.5 Sementara

Durmin menyatakan bahwa lansia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun ke atas.6

2.1.2. Klasifikasi Lanjut Usia

World Health Organization (WHO) selanjutnya membagi usia lanjut menjadi empat

kriteria berikut:

Usia pertengahan (middle age): 45-59 tahun

Lanjut usia (elderly): 60-74 tahun

Lanjut usia tua (old): 75-90 tahun

Usia sangat tua (very old): diatas 90 tahun5

Maryam, dkk. dalam bukunya “Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya”,

menyebutkan lima klasifikasi lansia:

Pralansia (prasenilis): seseorang yang berusia 45-59 tahun

Lansia: seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

Lansia risiko tnggi: seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang

berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

Lansia Potensial: lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan

yang dapat menghasilkan barang/jasa

Lansia tidak potensial: lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya

begantung pada bantuan orang lain.6

Page 7: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

2.2. Proses Menua

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat

diramalkan yang terjadi pada semua orang saat mereka mencapai usia tahap kronologis

tertentu yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua didefinisikan

sebagai proses menghilangnya secara perlahan-lahan (gradual) kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan struktur dan fungsi secara normal,

ketahanan terhadap cedera, termasuk adanya infeksi.5 Menua juga didefinisikan sebagai

proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail (lemah, rentan)

dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya

kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian secara eksponensial. Proses penuaan

sebenarnya berlangsung sejak maturitas dan berakhir dengan kematian. Namun demikian,

efek penuaan tersebut umumnya menjadi lebih terlihat setelah usia 40 tahun.7

Terdapat beberapa istilah yang digunakan oleh gerontologis ketika membicarakan

proses menua:

1. Aging (pertambahan umur): menunjukkan efek waktu; suatu proses perubahan,

biasanya bertahap dan spontan

2.Senescence (menjadi tua): hilangnya kemampuan sel untuk membelah dan berkembang

(dan seiring waktu akan menyebabkan kematian)

3. Homeostenosis: penyempitan/berkurangnya cadangan homeostasis yang terjadi selama

penuaan pada setiap sistem organ7

Membicarakan fisiologi proses penuaan tidak dapat dilepaskan dengan pengenalan

konsep homeostenosis. Seiring bertambahnya usia jumlah cadangan fisiologis untuk

menghadapi berbagai perubahan yang mengganggu homeostasis (challange) berkurang.

Setiap challenge terhadap homeostasis merupakan pergerakan menjauhi keadaan dasar

(baseline) dan semakin besar challenge yang terjadi maka akan semakin besar cadangan

fisiologis yang diperlukan untuk kembali homeostasis. Di sisi lain dengan semakin

berkurangnya cadangan fisiologis, maka seorang lanjut lebih mudah untuk mencapai suatu

ambang, precipe, yang berupa keadaan sakit atau kematian akibat challenge tersebut.

Page 8: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

2.3. Perubahan Akibat Proses Menua

Perubahan akibat akibat proses menua terjadi pada berbagai aspek fisik, mental, dan

sosial. Perubahan fisik yang dapat diamati pada seseorang adalah rambut memutih, kulit

keriput, tipis, kering, dan longgar, mata berkurang penglihatan oleh kelainan refraksi ataupun

katarak, daya penciuman menurun, daya pengecap kurang peka terhadap rasa manis dan asin,

pendengaran berkurang, persendian kaku dan sakit, lepas BAK/BAB (inkontinensia).

Perubahan mental yang dialami karena perasaan kehilangan terutama pasangan hidup

maupun sanak-keluarga atau teman dekat (bereavement), sering menyendiri, perasaan

ketersendirian sampai menjadi lupa (demensia). Perubahan sosial yang paling menonjol

dengan meningkatnya keusialanjutan adalah ketidakmampuan merawat diri sendiri dalam hal

kegiatan hidup sehari-hari (ADL/IADL) misalnya: mandi, BAB/BAK, berpakaian, menyisir

rambut, makan sehingga lambat laun orang tersebut harus dibantu oleh seorang pengasuh

baik informal maupun formal. Sedangkan untuk kegiatan hidup instrumental misalnya

menghitung uang, menggunakan telepon ataupun komputer, menggunakan mesin cuci dan

lain sebagainya akan semakin berkurang kemampuannya seiring kapasitas hidup yang

menurun.8

Akibat proses menua yang terjadi dapat terlihat pada berbagai sistem organ yang

terangkum pada tabel berikut:

Gambar 1. Skema homeostenosis7

Page 9: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia
Page 10: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia
Page 11: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia
Page 12: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik secara biologis,

mental, maupun ekonomi.5 Masalah yang kerap muncul pada usia lanjut, yang sering disebut

sebagai a series of I’s, meliputi immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh),

incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection

(infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran),

isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), Insomnia (gangguan tidur), hingga immune

deficiency (menurunnya kekebalan tubuh), dan Iatrogenic.9

2.4. Pedoman Hidup Sehat untuk Lanjut Usia

Menua sukses/sehat diyakini dapat dicapai, walaupun definisi dan faktor-faktor yang

berperan di dalamnya belum sepenuhnya disepakati. Sebenarnya, konsep menua sukses tidak

hanya terpaku pada kesehatan (baik fisik maupun mental) saja, namun juga faktor intelektual,

emosional, sosial, dan kultural juga penting dan terbukti berpengaruh pada terciptanya menua

yang sukses. Suatu penelitian besar, Mac Arthur Longitudinal Study on Succesful Aging,

menyimpulkan bahwa menua yang sukses terdiri dari 3 komponen, yaitu:

1. Rendahnya risiko untuk mengalami sakit dan disabilitas akibat penyakit

2. Kapasitas kognitif dan fisik yang tinggi

3. Kehidupan yang selalu aktif, terdiri atas hubungan interpersonal yang baik serta

aktivitas yang produktif7

Diperlukan langkah-langkah yang dapat dilakukan untu mencapai menua sukses yang

terangkum dalam pedoman hidup sehat bagi lanjut usia. Pedoman hidup sehat adalah suatu

acuan yang berisi upaya-upaya untuk memberdayakan seseorang agar sadar, mau, serta

mampu melakukan perilaku hidup sehat.

2.4.1. Kesehatan Fisik7,11

Walaupun dianjurkan dilakukan sejak muda, latihan fisik teratur yang dilakukan saat

usia tuapun tetap memberikan banyak manfaat. Dalam melakukan latihan fisik seyognyanya

disertai dengan kontak yang erat dan sehat dengan lingkungan. Keuntungan dari melakukan

aktivitas fisik teratur adalah meningkatkan kebugaran jasmani, menyehatkan jantung, otot,

dan tulang, membuat lansia lebih mandiri dan percaya diri, meningkatkan mood dan

mencegah depresi, meningkatkan kualitas tidur, serta menjaga berat badan agar tetap ideal.

Jenis latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia sebaiknya tetap memenuhi kriteria

FITT (frequency, intensity, time, dan type). Frekunsi adalah seberapa sering aktivitas

Page 13: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

dilakukan. Intensitas adalah seberapa keras suatu aktivitas dilakukan biasanya diklasifikasikn

menjadi intensitas ringan, sedang, dan berat. Waktu mengacu pada durasi yakni seberapa

lama aktivitas tersebut dilakukan dalam satu pertemuan.

Lansia direkomendasikan melakukan aktivitas fisik setidaknya selama 30 menit

dengan intensitas sedang hampir setiap hari (paling tidak 5 hari) dalam seminggu. Namun

sebaiknya olahraga dilakukan secara bertahap, dimulai dengan intensitas rendah (40-50%

denyut nadi istirahat) selama 10-20 menit, kemudian ditingkatkan sesuai dengan kemampuan

adaptasi indvidu. Jenis-jenis aktivitas fisik pada lansia meliputi latihan aerobik (meingkatkan

kerja jantung dan paru untuk memenuhi kebutuhan oksigen), penguatan otot, fleksibilitas dan

latihan keseimbangan. Latihan aerobik untuk usia lebih dari 65 tahun disarankan melakukan

olah raga yang tidak terlalu membebani tulang seperti berjalan, sepeda statis, latihan dalam

air (berenang).

Untuk latihan penguatan otot bertujuan agar otot dapat membentuk kekuatan untuk

menggerakkan atau menahan beban, misalnya aktivitas yang melawan gravitasi seperti

gerakan berdiri di atas kursi kemudian ditahan beberapa detik, berulang-ulang 10-15 repetisi.

Dapat juga melakukan aktivitas dengan tahanan berupa tali elastik.

Page 14: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

Latihan fleksibilitas adalah aktivitas untuk membantu mempertahankan kisaran gerak

sendi (ROM), yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dan tugas sehari-hari secara teratur.

Latihan ini disarankan 2-3 hari perminggu dengan melibatkan peregangan otot dan sendi dan

memperhatikan rasa tidak nyaman atau nyeri. Latihan dilakukan sebanyak 3-4kali dengan

masing-masing tarikan dipertahankan 10-30 detik, dimulai dari otot-otot kecil kemudia ke

otot-otot besar. Latihan ini ddapat berupa yoga.

Latihan keseimbangan dilakukan untuk membantu mencegah lansia jatuh. Latihan

keseimbangan setidaknya dilakukan 3 hari dalam seminggu yang dilakukan pada intensitas

rendah. Kegiatan berjalan, Tai Chi dan penguatan otot dapat memperlihatkan perbaikan

keseimbangan pada lansia. Olahraga dilakukan dengan cara menyenangkan disertai dengan

modifikasi, termasuk denga mengombinasikan beberapa aktivitas sekaligus, misalnya berupa

berjalan yang bersifat rekreasi atau kombinasi latihan fisik dengan musik atau menari bisa

dilakukan.

Olahraga pada lansia dilakukan dengan mempertimbangkan keamanan, masalah

kesehatan, dan kelemahan yang mungkin ada. Masalah kesehatan tersebut diantaranya:

Osteoartritis: olahraga yang direkomendasikan adalah yang bersifat tidak membebani

tubuh, misalnya bersepeda dan latihan dalam air. Latihan fleksibilitas dilakukan

Page 15: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

dengan melibatkan sendi yang terkena atritis namun dengan batasan ROM yang bebas

nyeri. Kontraindikasinya yaitu latihan berat, berulang-ulang pada sendi yang tidak

stabil, serta melatih sendi saat tanda-tanda radang masih aktif.

Osteoporosis: latihan jasmani yang dipilih bersifat melawan gravitasi (weight

bearing), misalnya berjalan

Penyakit kardiovaskular: latihan aerobik 30-60 menit perhari untuk menurunkan

tekanan darah dengan latihan penguatan yang dilakukan denga tahanan lebih rendah

namun lebih banyak repetisi.

Diabetes: latihan fisik mempertimbangkan efek insulin dam kadar gula darah. Insulin

disuntikkan 1 jam sebelum latihan. Monitor gula darah dilakukan sebelum, selama,

dan sesudah latihan untuk menentukan perlunya penyesuaian dosis insulin.

2.4.2. Kesehatan mental7

Dengan bermain dan bercengkrama dengan cucu-cucu, selain bermanfaat secara fisik,

hubungan sosial dan kondisi mentalpun akan tetap terjaga bahkan meningkat sampai tahap

optimal. nikmati berbagai aktivitas yang menjaga ketajaman pikiran, seperti: membaca,

menulis, mengisi teka-teki silang, atau terlibat dalam pembicaraan atau diskusi yang santai

namun serius. Tidur yang cukup sangat dibutuhkan tubuh untuk tetap sehat fisik maupun

psikis. PAPDI mennganjurkan paling tidak tidur selama 6 jam setiap hari.

2.4.3. Kebutuhan Nutrisi7,10,12

Walaupun status nutrisi yang buruk lebih mudah didapatkan pada mereka yang

berusia lanjut, namun bukan hal yang tidak mungkin mereka mampu mendapatkan nutrisi

yang cukup dan seimbang untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran fisik. Pemenuhan

kebutuhan nutrisi tidak semata-mata terbatas pada jenis dan jumlah makanan, tetapi yang

tidak kalah penting adalah aktivitas makan yang tentu melibatkan hubungan sosial dan

rekreasi yang manfaatnya juga akan sangat dirasakan.

Kebutuhan nutrisi sehat untuk lansia yaitu:

o Kebutuhan kalori untuk lansia akan berkurang dibandingkan dewasa karena

penurunan kecepatan basal metabolik dan aktivitas fisik seiring

bertambahnya usia. Menurut Angka Kecukupan Gizi Indonesia, laki-laki

lansia membutuhkan 2200 Kkal/hari dan perempuan lansia sekitar 1850

Kkal/hari

Page 16: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

o Kebutuhan kalori tersebut dipenuhi dari sumber energi karbohidrat 45-65%,

lemak 20-35% dengnan lemak jenuh tidak lebih dari 10% dan kolesterol

tidak lebih dari 200mg/dl, serta protein sisanya dan dipengaruhi oleh fungsi

ginjal

o Porsi makan kecil dan sering, dianjurkan makan besar 3 kali dan selingan 2

kali sehari, sayuran dipotong lebih kecil, bila perlu dimasak sampai empuk,

daging dicincang dan buah dapat dijus/diblender

o Untuk memenuhi kebutuhan cairan minum 6-8 gelas air putih setiap hari

o Menggunakan bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe,

kunyit, lada, gula, untuk meningkatkan cita rasa makanan. Namun tidak

menggunakan bumbu yang merangsang seperti pedas atau asam karena

mengganggu kesehatan lambung dan alat pencernaan

o Mengurangi pemakaian garam dapur yakni tidak lebih dari 4 gram (satu

sendok teh) perhari untuk mengurangi risiko darah tinggi

o Mengurangi santan, daging yang berlemak dan minyak agar kolesterol darah

tidak tinggi. Menggunakan sedikit minyak untuk menumis dan kurangi

makanan yang digoreng. Memperbanyak makanan yang diolah dengan

direbus karena makanan lebih mudah dicerna

o Memperbanyak makanan yang berkalsium tinggi seperti susu dan ikan. Pada

lanjut usia khususnya ibu-ibu yang menopause sangat perlu mengonsumsi

kalsium untuk mengurangi risiko keropos tulang. Bila perlu dengan

suplementasi kalsium hingga memenuhi kebutuhan kalsium >1200mg/ hari

bagi yang berusia di atas 51 tahun. Dapat juga dengan berjemur di bawah

matahari selama 15 menit setiap pagi hari untuk meningkatkan aktivasi

vitamin D dalam tubuh.

o Memperbanyak makanan serat, sayuran dan buah-buahan paling tidak 5porsi

sehari agar pencernaan lancar dan tidak sembelit

o Menggurangi mengonsumsi gula dan makanan yang mengandung

karbohidrat tinggi agar gula darah normal khususnya bagi penderita kencing

manis agar tidak terjadi komplikasi lain

o Makan bersama teman agar lebih meningkatkan selera makan dan hubungan

sosial dengan teman

Page 17: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

2.4.4. Pemeriksaan Kesehatan dan Manajemen Penyakit7,10,13

Semenjak usia 40 tahun, setiap orang sangat dianjurkan untuk melakukan

pemeriksaan kesehatan secara berkala, terutama jika memiliki faktor risiko penyakit tertentu

dari keluarga. Upaya ini dapat diakukan untuk mencegah, menunda, atau menemukan dan

mengenali secara dini berbagai penyakit atau gangguan kesehatan, serta mengatasi penyakit

yang muncul untuk mencegah komplikasi. Penyakit yang paling sering dialami kaum lanjut

usia diantaranya adalah: penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi, diabetes melitus,

pernyakit kanker, dan penyakit sendi dan tulang. Deteksi dini diperlukan agar dapat

menatalaksana penyakit sedini mungkin pula. Hal ini dapat berupa:

o Kanker: pemeriksaan pap smear setiap 1-3 tahun, pemeriksaan payudara

sendiri (sadari), setiap bulan setelah selesai menstruasi, dan pemeriksaan

payudara oleh dokter setiap tahun setelah usia 40 tahun, mamografi setiap

tahun setelah usia 40 tahun. Pemeriksaan rektal (colok dubur) setiap tahun

pada orang dewasa setelah usia 40 tahun. Endoskopi pada semua usia lanjut

setelah usia 50 tahun, setiap 5 tahun. Pemeriksaan pemeriksaan PSA setiap 

tahun antara 50 sampai dengan 70 tahun

o Pemeriksaan kolesterol tiap 3-5 tahun

o Pemeriksaan rutin kimia darah, darah perifer lengkap, dan pemeriksaan urin

lengkap

o Pemeriksaan tekanan darah setiap 3 tahun sebelum usia 40 tahun dan setiap

tahun setelah berusia 40 tahun bila. Bila pasien telah menderita darah tinggi,

sangat dianjurkan untuk mengevaluasi tekanan darah 2-4 minggu setelah

terapi dimulai atau setelah adanya perubahan terapi. Target tekanan darah

bagi lansia diatas 60 tahun tanpa penyakit penyerta (gagal ginjal kronis dan

diabetes): sistole: <150 mmHg dan diastole <90 mmHg. Bila lansia dengan

penyerta target sistole adalah <140 mmHg.

o Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG): berikan 1 kopi hasil EKG tersebut

kepada pasien. Manakala pasien mengalami masalah jantung (nyeri dada),

hasil EKG tersebut dapat diberikan ke dokter yang melayaninya untuk

digunakan oleh sang dokter dalam membuat penilaian klinis

o Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan penapisan glaukona setiap 1-3 tahun

setelah usia 50 tahun.

o Evaluasi fungsi pendengaran setiap 3 tahun setelah berusia 50 tahun

Page 18: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

o Pemeriksaan dan perawatan gigi-geligi paling tidak enam bulan sekali. Bila

perlu menggunakan gigi palsu

o Pengkajian fungsi fisik dan mental

Apabila pasien terbukti mengidap penyakit atau gangguan kesehatan, maka

pengelolaan penyakit secara seksama harus dilakukan. Diperlukan kerjasama yang baik

antara tenaga kesehatan dan pasien serta keluarganya agar penyakit atau gangguan kesehatan

yang diderita pasien dapat terkelola dan terkendali dengan baik. Untuk itu amat dibutuhkan

kepatuhan pasien dalam mengontrol penyakit-penyakit yang diderita agar tidak timbul

komplikasi atau penyulit.

Pada umumnya berbagai penyakit kronik degeneratif memerlukan kedisiplinan dan

ketekunan dalam diet atau latihan jasmani, demikian pula di dalam pengobatan yang

umumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan bisa seumur hidup. Tidak jarang

pasien merasa bosan dan akhirnya menghentikan pengobatannya sehingga penyakit menjadi

tidak terkendali dan kemudian timbul berbagai komplikasi yang tidak jarang sampai

mengancam nyawa.

2.4.5. Penghindaran Faktor Risiko yang Dapat Menggangu Kesehatan7

Hal ini dapat berupa penghindaran stres (meningkatkan rasa percaya diri, selalu

berfikir positif, mengatur waktu dengan baik, mengetahui dan menerima keterbatasan diri,

hilangkan ketegangan, dan berbuat sesuatu yang positif), penghindaran diri dari kecelakaan

(tidak bepergian seorang diri terutama bagi yang sudah memiliki gangguan keseimbangan,

gangguan penglihatan, dan pendengaran), mengurangi dan berhenti merokok dan

mengonsumsi alkohol.

2.4.6. Hubungan sosial7

Sahabat-sahabat sejati serta anggota keluarga yang mendukung tentu merupakan obat

yang mujarab, terutama pada masa akhir-akhir kehidupan. Dengan membina hubungan yang

positif dengan berbagai pihak, kita akan semakin sehat, panjang umur, dan makin menikmati

hidup. Hubungan sosial dapat ditingkatkan dengan ikut bergabung dengan

kelompok/komunitas khusus bagi lanjut usia, salah satunya Karang/Panti Wreda. Panti Wreda

merupakan wadah bagi para usia lanjut yang berada di wilayah desa/kelurahan dengan

anggota para usia lanjut di wilayah tersebut. Kegiatan yang dilaksanakan di dalamnya

merupakan disupervisi puskesmas setempat. Di kultur masyarakat kita, sebenarnya peran

Page 19: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

sosial orang tua sudah sangat jelas. Sebagai seorang yang dituakan, umumnya seorang

berusia tua selalu diminta nasihat dan pemikiran-pemikirannya dalam berbagai masalah.

Perasaan telah memberikan manfaat bagi orang lain ternyata sangat membantu baik dari segi

mental maupun kesehatan fisik.

Page 20: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

2.4.7. Kesejahteraan Material7

Walaupun kekayaan dan kesejahtraan material bukan merupakan hal penting dalam

kehidupan, kemampuan pemenuhan kebutuhan material baik untuk diri sendiri maupun

keluarga berdampak pada kesehatan fisik, mental, maupun sosial. Bagi seorang yang akan

memasuki usia pensiun, adalah sangat tepat dan bermanfaat bila dapat merencanakan masa-

masa pensiunnya tanpa harus kekurangan materi.

2.4.8. Vitalitas Spiritual7,10

Kehidupan spiritual yang baik, di masyarakat dan kultur kita, telah diyakini dapat

memberikan makna lebih dalam menjalani kehidupan, terutama bagi mereka yang menuju

usia senja. Hal yang samapun juga terjadi di negara barat yang selama ini terkesan cenderung

memisahkan agama dari kehidupan. Larry Dorsey, seorang peneliti, dokter, dan penulis buku

terkemuka, setelah mengamati berbagai studi menyimpulkan bahwa paling tidak terdapat 250

studi yang menunjukkan bahwa mereka yang taat menjalankan ibadahnya lebih sehat selama

kehidupannya dibanding mereka yang tidak, terbukti dari jarangnya sakit, jarangnya

kunjungan ke dokter, dan biaya yang rendah untuk biaya kesehatan pada mereka yang taat

beribadah.

2.4.9 Sikap Positif7

Dalam perjalanan hidup menjadi tua, tentu banyak tantangan dan kehilangan yang

terjadi yang mendera orang tua. Tetapi jangan berkecil hati, karena berbagai masalah yang

selama ini dihadapi tersebut merupakan pelajaran berharga agar dapat bersikap positif

terhadap kehidupan. Seorang yang bersikap positif umumnya lebih menerima berbagai

peristiwa apapun yang terjadi, serta dapat mengendalikan emosi pada keadaan apapun.

Bersikap positif diyakini akan memberikan manfaat yang lebih dalam kehidupan seorang

lanjut yang berkualitas. Dalam menjalani hidup, seyogyanya keinginan yang berasal dari

lubuk hati yang paling dalam harus diperhatikan; tidak memaksakan kehendak dan jangan

membiarkan apapun menggangu keinginan hati.Nikmati setiap waktu dari kehidupan anda

sambil menerima segala perubahan yang terjadi pada diri kita. Setiap ada kehilangan,

hendaknya selalu berusaha untuk bangkit, dengan mencoba mencari teman-teman baru atau

mengembangkan hobi serta berekreasi.

Page 21: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

BAB III

KESIMPULAN

Keberhasilan pembangunan global dan nasional menyebabkan meningkatnya usia

harapan hidup dan jumlah penduduk lanjut usia. Hal ini bukan saja menandakan sebuah

kesuksesan pembangunan, tetapi juga menjadi tantangan pembangunan bagi suatu negara

karena menimbulkan beberapa masalah baru. Masalah tersebut diantaranya adalah transisi

epidemiologi penyakit dan peningkatan jumlah pasien geriatri yang penangannya kompleks.

Hal inilah tidak hanya menjadi masalah global, tetapi juga menjadi masalah negara Indonesia.

Pada kaum lanjut usia proses menua, suatu proses fisiologis yang berlangsung gradual

dan tidak dapat dihindari ditandai dengan penurunan fungsi sistem faal tubuh sehingga rentan

untuk menderita berbagai penyakit. Proses ini tidak hanya menyebabkan perubahan fisik,

tetapi juga menyebabkan perubahan mental dan sosial. Perubahan-perubahan yang dialami

oleh lansia akan menimbulkan banyak masalah, yang sering dikenal dengan a series of I’s,

yaitu: immobility, instability, incontinence, intellectual impairment, infection, impairment of

vision and hearing, isolation, inanition, insomnia, immune deficiency, dan iatrogenic.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, diperlukan suatu pedoman hidup sehat agar

lansia yang berarti lansia menua dengan sukses. Pedoman hidup sehat tersebut terdiri atas

langkah-langkah yang memperhatikan kesehatan fisik, mental, sosial, psikis, serta spiritual.

Langkah tersebut diantaranya: mengupayakan fisik dan mental selalu sehat, mengupayakan

nutrisi yang baik, melakukan pemeriksaan kesehatan berkala sejak usia 40 tahun,

menghindari faktor risiko yang dapat mengganggu kesehatan, memiliki hubungan sosial yang

sehat, meningkatkan kesejahtraan material, meningkatkan vitalitas spiritual, serta sikap yang

positif dengan memperhatikan keinginan hati.

Page 22: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

DAFTAR PUSTAKA

1. Djaja S. Analisis Penyebab Kematian dan Tantangan yang Dihadapi Penduduk Lanjut

Usia di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar 2007. Buletin Penelitian Sistem

Kesehatan. 2012 Okt;15(4):323-30.

2. Kemenkes RI. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Buletin Jendela Data dan

Informasi Kesehatan. 2013 Juli:1-17.

3. Nasution, Z. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga dan Kader terhadap

Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok

Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Thesis. Medan: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2013. H.1-5.

4. Soejono CH. Pengkajian Paripurna pada Pasien Geriatri. Dalam: Sudoyo AW, Setiohadi

B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 5. Jakarta:

Interna Publishing; 2009. H.768-70.

5. Astari P. Hubungan Coated Tongue dengan Candida sp. dan Faktor-Faktor Resiko

Lainnya Pada Lansia di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai Sumatera Utara tahun

2009. Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara; 2011. H.

1-5.

6. Sihombing HC. Karakteristik Kasus Menopause Osteoporosis di Makmal Terpadu

Immunoendrokinologi FK UI Tahun 2006-2008. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia;2009. H. 1-10.

7. Setiati S, Harimurti K, Govinda AR. Proses Menua dan Implikasi Klinis. Dalam: Sudoyo

AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed

5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. H.757-66.

8. Abikusno N. Kelanjutusiaan Sehat Menuju Masyarakat Sehat untuk Segala Usia. Buletin

Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2013 Juli:25-28.

9. Asfriyati. Upaya Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut. Thesis. Medan:

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara;2003. H. 2-5.

10. PAPDI. Pencegahan Penyakit dan Kiat Tetap Sehat pada Usia Lanjut. Available from:

http://www.pbpapdi.org/papdi.php?pb=detil_berita&kd_berita=19 [Accessed on 03

March 2015].

11. Ambardini RL.Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia. Paper. Yogyakarta: Fakultas Ilmu

Keguruan Universitas Negeri Yogyakarta:2009. H. 4-9.

Page 23: Pedoman Hidup Sehat Untuk Lansia

12. Wellman NS, Kamp JB. Nutrition in Aging. In: Mahan LK, Stump SE. Krause’s Food &

Nutrition Therapy. Ed. 12. Canada: Elsevier; 2008. H. 299-300.

13. Eighth Joint National Comitee. 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of

High Blood Pressure in Adults. JAMA. 2014; 311(5) 507-20.