Upload
nina-andriyanti
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
1/69
1
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUMNOMOR: …./…/M/2013
TENTANG PEDOMAN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA
PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENATAAN RUANG
Menimbang : a. bahwa insentif dan disinsentif dalam penataan ruang merupakan bagian yangtidak terpisahkan dalam pengendalian pemanfaatan ruang;
b. bahwa pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang harus
dilakukan dalam rangka mengefektifkan pengendalian pemanfaatan ruang;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang
Pedoman Pemberian Insentif dan Disinsentif dalam Penataan Ruang;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan
Fungsi Kementrian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I Kementrian Negara;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pekerjaan Umum;
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
2/69
2
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG PEDOMAN BENTUKDAN TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENATAANRUANG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian satuPengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan
kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.
2. Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
3. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
4. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
5. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegangkekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
6. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerahsebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah
7. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum
adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
8. Menteri adalah Menteri Pekerjaan Umum.
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
3/69
3
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Bagian dua
Maksud, Tujuan dan Ruang Lingkup
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemberian insentif dan/atau
disinsentif dalam penataan ruang oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan
ruang dalam rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang.
(3) Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi :
a. bentuk insentif dan disinsentif dalam penataan ruang; dan
b. tata cara pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang.
BAB IIBENTUK INSENTIF DAN DISINSENTIF DALAM PENATAAN RUANG
Pasal 3
(1) Insentif dapat diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang didorong
pengembangannya.
(2) Insentif diberikan dengan tetap menghormati hak orang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 4
(1) Disinsentif diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang dibatasi
pengembangannya.
(2) Disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak orang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 5
(1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dapat berupa insentif fiskal dan/atau insentif
non fiskal.
(2) Insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. pemberian keringanan pajak; dan/atau
b. pengurangan retribusi.
(3) Insentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
4/69
4
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
a. pemberian kompensasi;
b. subsidi silang;
c. kemudahan perizinan;
d. imbalan;
e. sewa ruang;
f. urun saham;
g. penyediaan prasarana dan sarana;
h. penghargaan; dan/atau
i. publikasi atau promosi.
(4) Pemberian insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
(1) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 berupa disinsentif fiskal dan disinsentif
non fiskal.
(2) Disinsentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pengenaan pajak yang
tinggi.
(3) Disinsentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa:
a. kewajiban memberi kompensasi;
b. pensyaratan khusus dalam perizinan;
c. kewajiban memberi imbalan; dan/atau
d. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.
(4) Pemberian disinsentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:
a. Pemerintah kepada pemerintah daerah;
b. pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; dan
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
5/69
5
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
c. pemerintah kepada masyarakat.
Pasal 8
(1) Insentif dari Pemerintah kepada pemerintah daerah dapat berupa:
a. subsidi silang;
b. kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh
Pemerintah;
c. penyediaan prasarana dan sarana di daerah;
d. pemberian kompensasi;
e. penghargaan dan fasilitasi; dan/atau
f. publikasi atau promosi daerah.
(2) Insentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya dapat berupa:
a. pemberian kompensasi dari pemerintah daerah penerima manfaat kepada daerah
pemberi manfaat atas manfaat yang diterima oleh daerah penerima manfaat;
b. kompensasi pemberian penyediaan sarana dan prasarana;
c. kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pemerintah
daerah penerima manfaatkepada investor yang berasal dari daerah pemberi manfaat;
dan/atau
d. publikasi atau promosi daerah.
(3) Insentif dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada masyarakat dapat berupa:
a. pemberian keringanan pajak;
b. pemberian kompensasi;
c. pengurangan retribusi;
d. imbalan;
e. sewa ruang;
f. urun saham;
g. penyediaan prasarana dan sarana; dan/atau
h. kemudahan perizinan.
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
6/69
6
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Pasal 9
(1) Disinsentif dari Pemerintah kepada pemerintah daerah dapat diberikan dalam bentuk:
a. pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh
Pemerintah;
b. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana di daerah; dan/atau
c. pemberian status tertentu dari Pemerintah.
(2) Disinsentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya dapat berupa:
a. pengajuan pemberian kompensasi dari pemerintah daerah pemberi manfaat kepada daerah
penerima manfaat;
b. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
c. pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh
pemerintah daerah pemberi manfaat kepada investor yang berasal dari daerah penerima
manfaat.
(3) Disinsentif dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada masyarakat dapat berupa:
a. kewajiban memberi kompensasi;
b. pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah;
c. kewajiban memberi imbalan;
d. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
e. persyaratan khusus dalam perizinan.
BAB III
TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF DALAM PENATAAN RUANG
Pasal 10
(1) Tata cara pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang meliputi:
a. penentuan kriteria penerima insentif dan/atau disinsentif dalam penataan ruang;
b. penentuan mekanisme pemberian insentif dan/atau disinsentif dalam penataan
ruang; dan
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
7/69
7
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
c. penentuan bentuk pengaturan pemberian insentif dan/atau disinsentif dalam
penataan ruang.
(2) Rincian tata cara pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
8/69
i
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... I
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ III
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... IV
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ....................................................................................... 2
1.3. Ruang Lingkup Pedoman............................................................................... 2
1.4. Istilah dan Definisi ......................................................................................... 2
1.5. Acuan Normatif .............................................................................................. 2
1.6. Kedudukan .................................................................................................... 4
1.6.1 Kedudukan Pedoman dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional ............................................. 4
1.6.2 Kedudukan Pedoman Terhadap Peraturan Perundang-undangan
Terkait .............................................................................................. 6
BAB II PENGERTIAN, BENTUK, DAN TURUNAN TINDAKAN PEMBERIAN
INSENTIF DAN DISINSENTIF PENATAAN RUANG ................................... 8
2.1. Pengertian Insentif dan Disinsentif ................................................................. 8
2.1.1 Pengertian Insentif ........................................................................... 8
2.1.2 Pengertian Disinsentif ...................................................................... 8
2.2. Bentuk dan Perangkat Insentif dan Disinsentif .............................................. 9
2.2.1 Bentuk Insentif dan Disinsetif ........................................................... 92.2.1.1 Bentuk Insentif Fiskal .................................................................. 9
2.2.1.2 Bentuk Insentif Non Fiskal .......................................................... 9
2.2.1.3 Bentuk Disinsentif Fiskal ............................................................. 9
2.2.1.4 Bentuk Disinsentif Non Fiskal ..................................................... 9
2.2.2 Perangkat Insentif dan Disinsetif Dalam Penataan Ruang ................ 9
2.2.2.1 Perangkat Insentif Dalam Penataan Ruang ................................. 9
2.2.2.2 Perangkat Disinsentif Dalam Penataan Ruang ............................ 11
2.3. Turunan Tindak dari Setiap Perangkat Insentif dan Disinsentif Dalam
Penataan Ruang ............................................................................................. 12
2.3.1 Turunan Perangkat Insentif Dalam Penataan Ruang ........................ 12
2.3.2 Turunan Perangkat Disinsentif Dalam Penataan Ruang ................... 16
2.4. Kebutuhan Insentif dan Disinsentif Dalam RTRW ......................................... 17
BAB III TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF ........................... 23
3.1. Kesesuaian Pemanfaatan Ruang .................................................................. 24
3.2. Pertimbangan Batas Ambang ........................................................................ 26
3.3. Pertimbangan Dominasi Ruang ..................................................................... 29
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
9/69
ii
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
3.4. Kedudukan Insentif dan Disinsentif dalam Penataan Ruang ......................... 32
3.5. Pertimbangan Hirarki Guna Lahan Pada Pola Ruang Rencana Tata Ruang . 33
3.6. Persyaratan Teknis Insentif dan Disinsentif dalam Penataan Ruang ............ 35
3.7. Mekanisme Pemberian Insentif dan Disinsentif dalam Penataan Ruang ....... 35
3.7.1 Insentif Fiskal .................................................................................... 35
3.7.2 Insentif Non Fiskal ............................................................................ 373.7.3 Disinsentif Fiskal ............................................................................... 45
3.7.4 Disinsentif Non Fiskal ....................................................................... 46
3.8. Landasan Kebijakan Spasial dan Sektoral Terkait Insentif dan Disinsentif .... 50
3.9. Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif dalam Penataan Ruang ......... 54
3.9.1 Tata Cara Pemberian Insentif Bidang Penataan Ruang .................... 54
3.9.2 Tata Cara Pemberian Disinsentif Bidang Penataan Ruang ............... 55
3.10. Meknisme Pemberian Insentif dan Disinsentif dalam Penataan Ruang ........ 59
3.11. Kriteria Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruang ........... 69
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
10/69
iii
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ketentuan Insentif dan Disinsentif Dalam RTRW Provinsi ..................... 17
Tabel 2.2 Ketentuan Insentif dan Disinsentif Dalam RTRW Kabupaten ................ 19
Tabel 2.3 Sistematika Indis dan Disinsentif dalam RTRW Kabupaten ................... 21
Tabel 2.4 Ketentuan Insentif dan Disinsentif Dalam RTRW Kota .......................... 21
Tabel 2.5 Sistematika dalam RTRW Kota ............................................................. 22
Tabel 3.1 Insentif dan Disinsentif terkait dengan Skala (Hirarki komponen ruang
di RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten/ Kota, RDTR Kota .................... 34
Tabel 3.2 Landasan Kebijakan Sektoral Terkait .................................................. 50
Tabel 3.3 Keterlibatan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat dalam
Insentif dan Disisentif ........................................................................... 58
Tabel 3.4 Konsep Dasar Pemberian Insentif dalam Bidang Penataan Ruang ..... 70
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
11/69
iv
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kedudukan Pedoman dalam Sistem Penataan Ruang dan
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional .......................... 5Gambar 1.2 Kedudukan Pedoman Terhadap Peraturan Perundang-
undangan Terkait ....................................................................... 7
Gambar 3.1 Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif ............................. 23
Gambar 3.2 Kesesuaian Pemanfaatan Ruang ............................................... 24
Gambar 3.3 Pertimbangan Batas Ambang .................................................... 27
Gambar 3.4 Pertimbangan Dominasi Ruang ................................................. 30
Gambar 3.5 Kedudukan Insentif dan Disinsentif dalam Pemanfaatan Ruang 33
Gambar 3.6 Flow Chart Pemberian Insentif Pajak ........................................ 36
Gambar 3.7 Flow Chart Pemberian Insentif Retribusi ................................... 37
Gambar 3.8 Flow Chart Pemberian Insentif Kompensasi/ Imbalan ............... 38Gambar 3.9 Flow Chart Pemberian Insentif Subsidi Silang ........................... 39
Gambar 3.10 Flow Chart Pemberian Insentif Sewa Ruang .......................... 40
Gambar 3.12 Flow Chart Pemberian Insentif Penyediaan Sarana dan
Prasarana .............................................................................. 42
Gambar 3.13 Flow Chart Pemberian Insentif Perizinan ................................ 43
Gambar 3.14 Flow Chart Pemberian Insentif Penghargaan ......................... 44
Gambar 3.15 Flow Chart Pemberian Insentif Publikasi/ Promosi .................. 45
Gambar 3.16 Flow Chart Pemberian Disinsentif Pajak ................................. 46
Gambar 3.17 Flow Chart Pemberian Disinsentif Perizinan ............................. 47
Gambar 3.18 Flow Chart Pemberian Disinsentif Kompensasi/ Imbalan ......... 48
Gambar 3.19 Flow Chart Pemberian Disinsentif Penyediaan Sarana danPrasarana ............................................................................... 49
Gambar 3.20 Tata Cara Pemberian Insentif .................................................. 55
Gambar 3.21 Tata Cara Pemberian Disinsentif ............................................. 57
Gambar 3.22 Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif dari Pemerintah
Pusat Kepada Pemerintah Daerah ........................................... 60
Gambar 3.23 Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif dari Pemerintah
Daerah Provinsi Kepada Pemerintah Daerah (Provinsi)
lainnya .................................................................................... 62
Gambar 3.24 Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif dari Pemerintah
Daerah (Kabupaten/ Kota) Kepada Pemerintah Daerah(Kabupaten/ Kota) lainnya ....................................................... 64
Gambar 3.25 Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif dari Pemerintah
Provinsi Kepada Masyarakat ................................................... 67
Gambar 3.26 Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif dari Pemerintah
Daerah (Kabupaten/ Kota) Kepada Masyarakat ...................... 68
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
12/69
1
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangInsentif dan disinsentif merupakan salah satu instrumen pengendalian pemanfaatan ruang
sebagaimana di atur dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(UUPR). Pemberian insentif dan disinsentif memegang peran penting dalam menjamin
terwujudnya tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang. Sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (PP
PPR), pemberian insentif dan disinsentif juga dilakukan untuk memfasilitasi kegiatan
pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata ruang dan meningkatkan kemitraan
semua pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaatan ruang yang telah sejalan dengan
rencana tata ruang.
Insentif diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang didorong pengembangannya,
sedangkan disinsentif diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang
dibatasi pemanfaatannya. Baik insentif fiskal, non fiskal dan disinsentif fiskal, non fiskal dapat
diberikan dari pemerintah kepada pemerintah daerah, dari pemerintah daerah kepada
pemerintah daerah lainnya, dan/atau dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada
masyarakat.
Namun demikian dalam penyelenggaraannya sering ditemukan permasalahan terkait
dengan pemberian insentif dan disinsentif bidang penataan ruang. Salah satu permasalahan
yang terjadi yaitu belum jelasnya proses dan prosedur pemberian insentif dan disinsentif yang
diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang. Hal ini didukung pula dengan belum jelasnya
pengaturan terkait insentif dan disinsentif bidang penataan ruang yang dituangkan dalam
peraturan daerah, sehingga pemerintah daerah menghadapi kesulitan dalammengimplementasikan ketentuan pemberian insenitif dan disinsentif sebagai perangkat
pengendalian pemanfaatan ruang.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan penyusunan pedoman terkait bentuk dan
tatacara pemberian insentif dan disinsentif bidang penataan ruang. Kajian tersebut tentu dapat
membantu daerah dalamt menyusun pengaturan terkait insentif dan disinsentif yang dituangkan
dalam peraturan daerah. Draft naskah Pedoman tentang Bentuk dan Tata cara Pemberian
Insentif dan Disinsentif Penataan Ruang ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan dalam
payung hukum mengenai bentuk insentif dan disinsentif yang dilengkapi dengan proses dan
prosedur pemberiannya.
1.2 Maksud dan Tujuana. Maksud
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif dalam
penataan ruang oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
13/69
2
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
b. Tujuan
Tujuan disusunnya pedoman ini adalah untuk masukan terhadap konsep rancangan
Peraturan, dan kebijakan serta turunannya tentang pengendalian pemanfaatan ruang melalui
pemberian insentif dan disinsentif.
1.3 Ruang Lingkup PedomanPedoman ini memuat ketentuan teknis tentang Bentuk dan Tata cara Pemberian Insentif
dan Disinsentif Penataan Ruang.
1.4 Istilah dan Definisi1. Insentif Penataan Ruang adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang. Insentifmerupakan bentuk perangkat yang memberikan rangsangan terhadap kegiatanpenggunaan dan pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang.
2. Disinsentif Penataan Ruang adalah perangkat untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang. 3. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainhidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
4. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.6. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.7. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.8. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1.5 Acuan NormatifPedoman ini disusun berdasarakan :
1) Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 amandemen ke-42) Undang-undang no. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria3) Undang Undang Nomor 56 PRP Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian4) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Eksosistemnya.5) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan6) Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung.
8) Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara.9) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.10) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (UUPD)11) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah12) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.13) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2005 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.14) Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
14/69
3
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
15) Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang16) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah17) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara18) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan
19) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PerlindunganDan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH).
20) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan LahanPertanian PanganBerkelanjutan.
21) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan DanKawasan Permukiman.
22) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang PembentukanPeraturan Perundang-Undangan
23) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang penyediaan lahan untuk kepentinganumum.
24) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 224 Tahun 1961 tentang PelaksanaanPembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian
25) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan PendayagunaanTanah Terlantar
26) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah27) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Pemberian Insentif Dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal Di Daerah.28) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota
29) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri30) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang31) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk Dan
Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang.32) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pemberian Dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
33) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang InsentifPerlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
34) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Tata Cara PengelolaanKeuangan Daerah;
35) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atasPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Tata Cara PengelolaanKeuangan Daerah;
36) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 15/PRT/M/2009 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi37) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten38) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 17/PRT/M/2009 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota39) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang penyerahan fasilitas
sosial, utilitas umum, dan prasarana lingkungan.40) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Th. 2009 tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah;
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
15/69
4
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
41) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman PemberianHibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD;
42) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2012 tentang Pedoman PelaksanaanPemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah
43) Peraturan Menteri Keuangan No. 96/PMK06/2007 tentang tata cara pelaksanaanpenyertaan modal Pemerintah Pusat yang berasal dari barang milik negara.
44) Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2009 tentang tata carapelaksanaan bantuan stimulus prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan danpermukiman.
45) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2011 tentang PedomanPelaksanaan Program Adipura
46) Peraturan Menteri Perhubungan KM 5 Th. 2010 tentang Wahana Tata Nugraha47) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam Penerbitan Izin Lokasi,Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah
1.6 Kedudukan
1.6.1 Kedudukan Pedoman dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem PerencanaanPembangunan Nasional
Pemberian insentif dan disinsentif sebagai bagian dalam arahan pengendalian pemanfaatan
ruang meliputi wilayah Nasional, Provinsi, Kabupaten, Kota, Kawasan Metropolitan dan/atau
Megapolitan, serta Kawasan Agropolitan.
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
16/69
5
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Gambar 1. 1Kedudukan Pedoman Dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui
perizinan pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Rencana umum tata ruang nasional adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang
wilayah nasional yang disusun guna menjaga integritas nasional, keseimbangan dan
keserasian perkembangan antar wilayah dan antar sector, serta keharmonisan antar lingkungan
alam dengan lingkungan buatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Arahan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional berisi indikasi arahan peraturan zonasi
sistem nasional, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi. Rencana
umum tata ruang provinsi adalah rencana kebijakan operasional dari RTRW Nasional yang
berisi strategi pengembangan wilayah provinsi, melalui optimasi pemanfaatan sumber daya,
sinkronisasi pengembangan sektor, koordinasi lintas wilayah kabupaten/kota dan sektor, serta
pembagian peran dan fungsi kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah secara
keseluruhan. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi
arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi. Rencana umum tata ruang kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW provinsi
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
17/69
6
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
ke dalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota yang sesuai dengan
fungsi dan peranannya di dalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan,
strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam rencana struktur dan
rencana pola ruang operasional. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
Kabupaten/Kota yang berisi indikasi arahan peraturan zonasi sistem Kabupaten/Kota, arahan
perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
1.6.2 Kedudukan Pedoman Terhadap Peraturan Perundang-undangan TerkaitPedoman insentif dan disinsentif bidang penataan ruang merupakan masukan bagi
penyusunan RTRW provinsi, kabupaten, dan kota.
Gambar 1. 2Kedudukan Pedoman Terhadap Peraturan Perundang-undangan Terkait
Pedoman Pemberian insentif dan disinsentif merupakan bahan masukan bagi pedoman
penyusunan RTRW Prov.,Kab.,dan kota. Sehingga secara pentahapan penyusunan pedoman
insentif dan disinsentif penataan ruang dilakukan sebelum dilakukan penyusunan RTRW
Prov.,Kab.,dan kota. Pedoman bidang penataan ruang saling terkait satu sama lain, sehinggamasing-masing mempunyai fungsi tersendiri dan bersifat komplementer.
1.7 Fungsi dan Manfaat
a. Fungsi
UU Terkait UU No. 26/2007 ttg Penataan ruang
PP26/2008 ttg RTRWN PP 15/2010 ttg PPR PP lainnya
Perpres
Megapolitan
Perpres
Perbatasan
Perpres
Pulau
Perpres
Lain
Pedoman
Penyusunan
RTRW Prov.
Pedoman Pemberian Insentif dan Disinsentif Pedoman
Penyusunan RTRW
Kabupaten
Pedoman
Penyusunan RTRWKota
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
18/69
7
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Fungsi Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif yaitu sebagai acuan
umum di dalam memberikan pengertian, persyaratan, mekanisme dan tata cara pemberian
insentif dan disinsentif, serta dasar hukum yang melandasi pedoman pemberian insentif dan
disinsentif penataan ruang.
b. Manfaat
Manfaat pedoman ini yaitu untuk memberikan arahan/acuan umum yang sama bagi perencana
dan pengambil keputusan dalam menentukan Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan
Disinsentif Penataan Ruang dan peluang sumber-sumber pembiayaannya.
1.8 Pengguna Pedoman
Pengguna pedoman ini adalah Pemerintah dan Pemerintah daerah yang berwenang
merencanakan dan mengambil keputusan dalam menentukan bentuk dan tata cara pemberian
insentif dan disinsentif.
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
19/69
8
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
BAB II
KETENTUAN UMUM PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIFPENATAAN RUANG
2.1 Bentuk dan Perangkat Insentif Dan Disinsentif
2.2.1 Bentuk Insentif dan DisinsentifBentuk Insentif dan Disinsentif dalam Penataan ruang terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Bentuk Insentif(1) Bentuk Insentif Fiskal
i. Pemberian keringanan pajakii. Pengurangan retribusi
(2) Bentuk Insentif Non Fiskal
i. Pemberian kompensasi/imbalanii. Subsidi silangiii. Kemudahan perizinaniv. Sewa ruangv. Urun sahamvi. Penyediaan prasarana dan saranavii. Penghargaan dari pemerintah, dan/atauviii. Publikasi atau promosi
b. Bentuk Disinsentif(1) Bentuk Disinsentif Fiskal
i. Pengenaan pajak dan retribusi tinggi
(2) Bentuk Disinsentif Non Fiskali. Kewajiban memberi kompensasi;ii. Persyaratan khusus dalam perizinan;iii. Kewajiban memberi kompensasi/imbalan; dan atauiv. Pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.
2.2.2 Perangkat Insentif dan Disinsentif dalam Penataan Ruang
a. Perangkat Insentif dalam Penataan RuangBerdasarkan Undang-Undang No. 26 tahun 2007 pasal 38 ayat 2 perangkat dari insentif
dapat berupa :
(1) Keringanan pajak dan retribusiPerangkat yang lebih merupakan rangsangan finansial terhadap pembangunan
komponen guna lahan tertentu dalam pemanfaatan ruang untuk menciptakan highest
and best used of land .
(2) Pemberian kompensasi atau Imbalan
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
20/69
9
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Perangkat berupa penggantian dalam bentuk non finansial terhadap pembangunan
komponen guna lahan tertentu dalam pemanfaatan ruang untuk mengantisipasi
kerusakan ataupun degradasi lingkungan dan force major (karena tidak dapat
diperkirakan sebelumnya), misalnya karena bencana ataupun perubahan iklim.
Penetapan besaran kompensasi sangat tergantung pada jenis kegiatan, skala
kepentingan, sampai pada lokasi kegiatan yang akan dikembangkan.
(3) Kemudahan perizinanPerangkat yang berupa menyegerakan implementasi pemanfaatan ruang melalui
kemudahan proses perizinan, baik dalam bentuk biaya perizinan, maupun dalam bentuk
finansial, ataupun jangka waktu penyelesaian, juga persyaratan pengajuan untuk
pengembangan lahan tertentu.
(4) Subsidi silangPerangkat yang lebih merupakan pemberian sejumlah dukungan kegiatan dalam bentuk
finansial ataupun non finansial (program) terhadap pembangunan komponen guna lahan
tertentu dalam pemanfaatan ruang untuk menciptakan highest and best used of land
dengan pertimbangan kepentingan strategis dalam skala yang lebih luas (provinsi,
nasional, atapun internasional).
(5) Sewa ruangPerangkat yang berorientasi kepada aspek pengelolaan aset daerah secara lebih
optimal. Di lain sisi, memperhatikan pula aspek pemasukan dana secara lebih jelas dan
lebih terukur melalui pemanfaatan ruang (tanah dan bangunan) dengan prinsip highest
and best use. Salah satu bentuk sewa ruang adalah penyediaan ruang untuk disewakan
sesuai dengan peruntukkan ruang. Pengggunaan suatu peruntukan ruang tanpa harus
menggunakan lahan seseorang secara milik akan tetapi dapat dilakukan secara sewa.
Besarnya sewa ruang haruslah ditentukan sesuai kasus masing-masing, akan tetapi
umumnya nilai tambahnya lebih besar dari nilai asal.
(6) Urun sahamPerangkat yang berupaya meningkatkan peranserta aktif masyarakat dalam
pembangunan dengan basis konsep membangun tanpa menggusur, disertai pembagian
keuntungan secara finansial maupun non finansial, juga terdapat keinginan untuk
menciptakan sense of belonging yang tinggi dari para pemangku kepentingan dalam
mengimplementasikan serta mengendalikan pemanfaatan ruang.
(7) Penyediaan Sarana dan PrasaranaPerangkat untuk mengakselerasi pemanfaatan ruang melalui dukungan penyediaan
sarana dan prasarana dalam konteks penguatan struktur ruang guna mendukung polaruang yang sesuai dengan rencana.
(8) PenghargaanPerangkat untuk mengoptimalkan pengendalian pemanfaatan ruang melalui pengakuan
publik ( public recognition), terutama terkait dengan kinerja program pembangunan
berdasarkan rencana tata ruang. Bentuk penghargaannya bisa berupa sertifikat/piagam
penghargaan disertai dengan bantuan berupa finansial ataupun non finansial guna
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
21/69
10
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
mempertahankan, memperluas program atau kegiatan, ataupun pembelajaran bagi
daerah lain. Mekanisme ini memungkinkan untuk melakukan sayembara rencana tata
ruang bagi orang per orang ataupun sekelompok anggota masyarakat dalam penciptaan
ataupun adaptasi konsep turbinlakwas guna pembangunan berkelanjutan serta
berwawasan lingkungan. Terdapat peluang pula dari mekanisme ini untuk menciptakan
atau mengadaptasi rating system yang dikeluarkan oleh lembaga atau institusiterkemuka baik di tingkat nasional maupun internasional, termasuk di dalamnya
mengakomodasi paradigma climate change, green economic, dan ICT4D.
(9) Publikasi atau PromosiPerangkat guna menciptakan daya saing antar daerah guna menciptakan iklim bisnis
yang kondusif, dengan disertai upaya menciptakan good governance dengan
memperhatikan keunikan lokal serta kearifan lokal sebagai penguat turbinlakwas di
tingkat lokal.
b. Perangkat Disinsentif dalam Penataan RuangDisinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa :
(1) Pengenaan pajak yang tinggiDisinsentif berupa pengenaan pajak yang tinggi dapat dikenakan untuk pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang melalui penetapan nilai jual objek pajak
(njop) dan nilai jual kena pajak (njkp) sehingga pemanfaat ruang membayar pajak lebih
tinggi.
(2) Pengenaan retribusi yang tinggiDisinsentif berupa pengenaan retribusi yang tinggi dapat dikenakan untuk pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang melalui penetapan retribusi penggunaan
jasa yang dipakai sehingga pemanfaat ruang membayarnya lebih tinggi.
(3) Persyaratan Khusus dalam PerizinanPerangkat yang berupa penambahan persyaratan untuk implementasi pemanfaatan
ruang melalui proses perizinan, baik dalam bentuk biaya perizinan, maupun dalam
bentuk finansial, ataupun jangka waktu penyelesaian, juga persyaratan pengajuan untuk
pengembangan lahan tertentu. Adapun pertimbangan dari mekanisme disinsentif ini
ialah peluang dari kegiatan pemanfaatan ruang yang dimohon akan menimbulkan
kerusakan ataupun degradasi lingkungan, pasar yang tidak netral, ataupun kondisi
sosial yang tidak kondusif.
(4) Kewajiban untuk Memberi kompensasi/imbalanPerangkat berupa penggantian dalam bentuk non finansial (dari pelaku kegiatan,
biasanya di luar Pemerintah, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku)
terhadap pembangunan komponen guna lahan tertentu dalam pemanfaatan ruang untuk
mengantisipasi kerusakan ataupun degradasi lingkungan.
(5) Pembatasan penyediaan prasarana dan sarana
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
22/69
11
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Perangkat untuk mendiselerasi pemanfaatan ruang melalui intervensi terhadap
pembatasan penyediaan sarana dan prasarana dalam konteks penguatan struktur ruang
guna mendukung pola ruang yang sesuai dengan rencana.
2.2 Turunan Tindakan dari Setiap Perangkat Insentif dan Disinsentif dalam PenataanRuangPada bagian ini akan dijelaskan berbagai bentuk turunan dari setiap perangkat insentif
dan disinsentif dalam penataan ruang berdasarkan peraturan dan kebijakan yang terkait
langsung baik spasial maupun sektoral. Berikut tabel yang akan menjelaskan turunan tindakan
dari setiap perangkat insentif dan disinsentfi dalam penataan ruang. Perlu diketahui pula
turunan tindakan tersebut tidak terlepas dari fungsi perangkat insentif dan disinsentif tersebut
dalam konteks rencana tata ruang yang ada seperti digambarkan pada bagan di bawah ini.
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
23/69
12
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Gambar 2.1
Konteks Pemberian Insentif Disinsentif dalam Rencana Tata Ruang
2.2.1 Turunan Tindakan Perangkat Insentif dalam Penataan Ruang(1) Keringanan pajak dan retribusi
Turunan Tindakan Peraturan dan Kebijakan Terkait
1. Pemberian keringanan pajak daerah UU No. 26 Th. 2007
Optimalisasi praktis pemanfaatan
Rencana Tata Ruang Wilayah
Fakta analisis Rencana Peraturan Daerah
Adakah pemanfaatan?
Cari penyebab kelengkapan dan kondisi
eksisting
Revisi/evaluasi/
peninjauan kembali
rencana
Tidak
Ya
Sesuai rencana Tidak sesuai rencana
Sudah ada
sebelum
rencana
ditetapkan
Ada setelah
rencana
ditetapkan
Mekanisme
disinsentif
Mekanisme
perijinan
Apakah akan dioptimalisasi
fungsinya?
Akselerasi pembangunan
Diselerasi
pembangun
an
Mekanisme
diluar indis
Mekanisme
insentif
Pemanfaatan
dan
pengendalian
tanpa insentif
Ya
Tidak
Pilihan tipe insentif disinsentif
Kepentinga
n nasional
Kepentinga
n provinsi
(lintas
kab/kota)
Kepentinga
n kab/kota
Fiskal&non
fiskal: Pem-
Pemda;Pem-masy
Fiskal&non
fiskal:
Pemda-Pemda;
Pemda-
Fiskal&non
fiskal:
Pemda-Pemda;
Pemda-
Fiskal dan
non fiskal
memungkin
kan
(koordinasi
Fiskal rigid
(UU Pajak&
Retribusi),
harus ada
kerjasama
Fiskal rigid
(UU Pajak&
Retribusi
Daerah)
Tataran
nasional
melalui
pedoman
indis
Tataran
provinsi
melalui
Perda
(fiskal),
Tataran
kab/kota
atau
kawasan
melalui
Umpan balik hasil
akselerasi diselerasi
pemanfaatan dalam
konteks pengendalian
pemanfaatan ruang
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
24/69
13
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
(PBB) pada kawasan yang telahditentukan (kawasan konservasi ataupusaka)
2. Pemberian keringanan tarif retribusi jasa umum, jasa usaha, perizinantertentu, pada kawasan yang telah
ditentukan (untuk dipercepat ataudiperlambat pertumbuhan danperkembangannya)
UU No. 1 Th. 2011
UU No. 25 Th. 2007
UU No. 41 Th. 2009
PP No. 15 Th. 2010
PP No. 45 Th 2008
Permendagri No. 50 Th. 2009
(2) Pemberian kompensasi atau Imbalan
Turunan Tindakan Peraturan dan Kebijakan Terkait
1. Asuransi bencana2. Pemberian kompensasi (ganti kerugian)
terhadap kegiatan pemanfaatan ruangakibat adanya kejadian yang tidakterduga (demo dan penjarahan)
3. Pembayaran jasa lingkungan (PES-
payment for environmental service)dengan terlebih dahulu dapatmendefinisikan siapa penerima,pengguna serta keinginan untukbekerjasama.
UU No. 26 Th. 2007
UU No. 32 Th. 2009
UU No. 1 Th. 2011
UU No. 25 Th. 2007
PP No. 15 Th. 2010
Permendagri No. 50 Th. 2009
(3) Kemudahan perizinan
Turunan Tindakan Peraturan dan Kebijakan Terkait
1. Pengurangan biaya perizinan;2. Pengurangan waktu perijinan sehingga
menjadi lebih singkat;3. Percepatan pelaksanaan koordinasi
terkait perijinan4. Kemudahan dalam perolehan/
pembebasan lahan pada wilayah daerahyang diperuntukkan bagi pembangunan
5. Pelayanan terpadu dalam pengajuan ijin
UU No. 26 Th. 2007
UU No. 1 Th. 2011
UU No. 25 Th. 2007
UU No. 41 Th. 2009 PP No. 15 Th. 2010
PP No. 45 Th 2008
PP No. 24 Th. 2009
PP No. 12 Th. 2012
Permendagri No. 64 Th. 2012
(4) Subsidi silang
Turunan Tindakan Peraturan dan Kebijakan Terkait
1. Pemberian DAK kepadakabupaten/kota
2. Bantuan opersional untuk pemeliharaandan pengembangan kawasan strategisnasional (KSN)
3. Pemberian subsidi terhadappembangunan fasilitas-fasilitas dikawasan pariwisata unggulan
UU No. 26 Th. 2007
UU No. 1 Th. 2011 UU No. 7 Tahun 2004
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
25/69
14
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
(5) Sewa ruang
Turunan Tindakan Peraturan dan Kebijakan Terkait
1. Pemberian kemudahan sewa bangunanmilik pemerintah untuk kegiatan/ usahatertentu
2. Pemberian kemudahan sewa padalahan produktif milik pemerintah kepadamasyarakat (kawasan hutan produksi)
UU No. 5 Th. 1960
UU No. 26 Th. 2007
UU No. 1 Th. 2011
UU No. 25 Th.
UU No. 41 Th. 2009
PP No. 15 Th. 2010
PP No. 45 Th 2008
Permendagri No. 50 Th. 2009
PermenKeu No. 96/PMK06/2007
(6) Urun saham
Turunan Tindakan Peraturan dan Kebijakan Terkait
1. Pemerintah ikut menanamkan saham
(misal berupa lahan) untuk suatukegiatan pemanfaatan ruang denganadanya ketentuan bagi hasilberdasarkan besaran saham tersebut
2. Masyarakat ikut menanamkan sahamuntuk kegiatan pemanfaatan ruangtertentu melalui ketentuan bagi hasilberdasarkan besaran saham tersebut.
UU No. 1 Th. 2004
UU No. 26 Th. 2007 UU No. 25 Th. 2007
PP No. 15 Th. 2010
PP No. 45 Th 2008
Permendagri No. 50 Th. 2009
PermenKeu No. 96/PMK06/2007
(7) Penyediaan Sarana dan Prasarana
Turunan Tindakan Peraturan dan Kebijakan Terkait
1. Pembangunan infrastruktur pendukung
untuk kawasan yang baru dikembangkan(contoh: pembangunan jaringan jalanmenuju kawasan pertambangan)
2. Pembangunan jaringan irigasi padakawasan pertanian terkait denganketahanan pangan
3. Pembangunan sentra produksi/ pusatdistribusi barang pada kawasan industri(UMKM)
4. Pemenuhan skala layanan minimumuntuk sarana dan prasarana pendukung
UU No. 19 Tahun 2003
UU No. 26 Th. 2007 UU No. 1 Th. 2011
UU No. 25 Th. 2007
UU No. 41 Th. 2009
UU No. 2 Th. 2012
PP No. 15 Th.
PP No. 45 Th 2008
PP No. 68 Th. 2010
PP No. 12 Th. 2012
Permendagri No. 50 Th. 2009
PermenPera No. 2 Tahun 2009
Permendagri No. 9 Tahun 2009
(8) Penghargaan
Turunan Tindakan Peraturan dan Kebijakan Terkait
1. Pemberian penghargaan olehpemerintah kepada pemerintah daerahberdasarkan kriteria kinerja pelaksanaan
UU No. 26 Th. 2007
UU No. 32 Th. 2009
UU No. 41 Th. 2009
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
26/69
15
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
program pembangunan berdasarkanrencana tata ruang (RTRW, RDTR )
2. Pemberian penghargaan kepadapemerintah daerah yang mampumenjaga kelestariaan dan keberadaankawasan konservasi (Hutan Lindung,
Lahan pertanian)
PP No. 15 Th. 2010
PP No. 12 Th. 2012
Permendagri No. 50 Th. 2009
Permen KLH No. 7 Th. 2011
PermenPerhub KM5 Th.
(9) Publikasi atau Promosi
Turunan Tindakan Peraturan dan Kebijakan Terkait
1. Pemberian penghargaan olehpemerintah kepada pemerintah daerahberdasarkan kriteria kinerjapelaksanaan program pembangunanberdasarkan rencana tata ruang(RTRW, RDTR)
2. Pemberian penghargaan kepada
pemerintah daerah yang mampumenjaga kelestariaan dan keberadaankawasan konservasi (Hutan Lindung,Lahan pertanian)
UU No. 26 Th. 2007
UU No. 32 Th. 2009
UU No. 41 Th. 2009
PP No. 15 Th. 2010
PP No. 12 Th.
Permendagri No. 50 Th. 2009
Permen KLH No. 7 Th. 2011 PermenPerhub KM5 Th. 2010
2.2.2 Turunan Tindakan Perangkat Disinsentif dalam Penataan Ruang
(1) Pengenaan pajak dan retribusi yang tinggi
Turunan Tindakan Peraturan dan Kebijakan Terkait
1. Pengenaan tarif pajak maksimal padasetiap kewajibannya akan pajak yang
ditanggung2. Pengenaan tarif retribusi maksimal
pada layanan jasa umu, jasa usaha,dan perizinan khusus
3. Pengenaan pajak progresif untukkawasan yang menimbulkan dampaknegatif terhadap kelestarianlingkungan.
UU No. 26 Th. 2007 UU No. 28 Tahun PP No. 15 Th. 2010 Permendagri No. 50 Th. 2009
(2) Persyaratan Khusus dalam Perizinan
Turunan Tindakan Peraturan dan Kebijakan Terkait
1. Pemberian syarat administratif, syaratteknis, syarat lingkungan, dan syaratfinansial (persyaratan khususnyadalam pembukaan kawasan tambang)
UU No. 26 Tahun 2007 UU No. 4 Tahun 2009 PP No. 15 Th. 2010 Permendagri No. 50 Th. 2009
(3) Kewajiban untuk Memberi kompensasi/imbalan
Turunan Tindakan Peraturan dan Kebijakan Terkait
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
27/69
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
28/69
17
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
BAB IIITATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF
Tata cara pemberian insentif dan disinsentif terdiri dari beberapa tahapan yang harusdilakukan oleh pemerintah daerah. Pemberian insentif dan disinsentif harus mengacu pada
rencana tata ruang yang telah dibuat daerah untuk melihat kebijakan pemanfaatan ruang yang
telah dimuat di dalam rencana tata ruang. Pada kebijakan tentang pemanfaatan ruang harus
dilihat terlebih dahulu kesesuaian pemanfaatan ruang dengan membuat pertimbangan batas
ambang. Setelah dilakukan pertumbangan batas ambang, kemudian dilakukan penilaian
kesesuaian pemanfaatan ruang apakah telah sesuai atau tidak sesuai dengan pemanfaatan
ruang. Apabila tidak sesuai dengan pemanfaatan ruang, maka diberikan sankis, denda, dan
pidana. Apabila telah sesuai dengan pemanfaatan ruang maka terdapat beberapa tahapan
yang perlu dilakukan, apabila pemerintah dan/atau pemerintah daerah ingin melakukan
pemberian insentif dan disinsentif.
Apabila telah sesuai dengan pemanfaatan lahan, tata cara pemberian insentif dan
disinsentif dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini:
Gambar 3. 1Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
29/69
18
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
3.1 Persyaratan Teknis Insentif Disinsentif dalam Penataan RuangPersyaratan teknis insentif dan disinsentif, berupa:
Terdapat RTRW yang dijadikan acuan. Harus sesuai dengan kewenangan (lihat PP 57/2007).
Tidak bertentangan dengan kebijakan dan NSPK yang telah ada (terutama pada tingkatnasional)
Pendekatan perencanaan yang dilakukan berdasarkan kepada pembangunanberkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang berupaya menjadikan ruang rencanasebagai upaya penyeimbangan antara kepentingan sosial, pasar, dan ekologis
Untuk aktivitas tertentu yang sudah memiliki prosedur insentif disinsentif dipersilakanuntuk mengacu kepada kebijakan tersebut dalam proses teknis-administratifpengusulannya.
Untuk pelaksanaan pemberian insentif disinsentif ini, Pemerintah Daerah disarankan
untuk segera menyusun juklak/juknis baik secara umum, maupun secara khusus terkait dengan
spesifikasi dari varian insentif-disinsentif yang berkesesuaian dengan Pemerintah Daerah
masing-masing.
3.2 Kesesuaian Pemanfaatan RuangSebelum ditetapkan dan dilaksanakannya pemberian insentif dan disinsentif dalam
penataan ruang, maka perlu dilihat dan dikaji kembali kesesuaian pemanfaatan ruang yang ada
berdasarkan atas Analisis Kebutuhan Lokasi dan Ruang serta Analisis Ketersediaan Lokasi dan
Ruang. Berikut ini merupakan arahan dalam mempertimbangkan aspek kesesuaian
pemanfaatan ruang yang perlu dilakukan sebelum menetapkan perangkat insentif dan
disinsentif dalam tata ruang.
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
30/69
19
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Catatan:
Membutuhkan ketersediaan dokumen NSPK, dokumen fakta analisis rencana tata ruang,
dokumen rencana tata ruang wilayah, dokumen Raperda/Perda Rencana tata Ruang
Gambar 3. 2Kesesuaian Pemanfaatan Ruang
a. Merumuskan kebutuhan lokasi peruntukanTahap menilai prinsip-prinsip dan standar-standar lokasi bagi komponan guna lahan berikut
fasilitas pendukugnya (sarana dan prasarana) dan keterkaitan ruang antar penggunaan
lahan. Tahapan ini merupakan turunan dari tujuan dan sasaran perencanaan tata ruang
yang telah dirumuskan sebelumnya (ada di RTRW dan kebijakan pembangunan daerah)
guna kemanfaatan bagi seluruh para pemangku kepentingan.
Contoh: apakah pembangunan perumahan di suatu kawasan merupakan cerminan dari
kebutuhan masyarakatnya akan perumahan. Apakah pembangunan suatu pusat
perdagangan dan jasa merupakan cerminan dari kebutuhan akan fasilitas pelayanan di
suatu kawasan? Lebih jauh lagi, siapakah sebetulnya yang merupakan target pasar dari
kebutuhan pembangunan tersebut?
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
31/69
20
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
b. Menganalisis kesesuaian kebutuhan dengan peta lokasiMenggunakan prinsip-prinsip NSPK yang telah digunakan untuk merumuskan kebutuhan
lokasi peruntukan (tahap sebelumnya) untuk selanjutnya diakitkan dengan peta rencana
yang menunjukan variasi dari turunan kebutuhan lokasi peruntukan di dalam ruang dengan
menyesuaikan kepada tingkatan hirarki komponen guna lahan (dari pola ruang) sesuai
dengan kedalaman RTRW. Termasuk pula menilai ulang apakah peta rencana sudahmerupakan bagian dari variasi kebutuhan lokasi yang sudah dipetakan tersebut, dengan
menilai kembali faktor-faktor lingkungan, kondisi eksisting serta proyeksi kebutuhan tata
guna lahan (pada fakta analisis buku rencana), serta pertimbangan dukungan sistem
transportasi dan infrastruktur bagi kebutuhan lokasi yang sudah dipetakan tersebut.
Contoh: merekapitulasi kembali NSPK yang digunakan ketika menyusun rencana tata
ruang, dan menganalisis apakah terdapat perubahan NSPK yang digunakan, misalnya ada
perbaikan ataupun ada kecenderungan international yang harus diratifikasi (perubahan iklim
misalnya). Selain itu, apakah ketika penyusunan rencana terjadi perhitungan dibawah
perkiraan (under estimate) ataupun di atas perkiraan (over estimate) untuk mengantisipasi
gejala tertentu di wilayah studi. Kesemuanya dilakukan supaya menjadi jelas dalamkebutuhan untuk mengakselerasi (dasar insentif) ataupun mendiselerasi (dasar disinsentif)
pemanfaatan ruang di kasus studi.
c. Menghitung kebutuhan ruangMenilai kembali kebutuhan guna lahan guna mengakomodasikan kebutuhan lahan serta
aktivitas yang diharapkan (bisa dilihat di fakta dan analisis rencana sebagai dasar
perhitungan kembali) sebagai pendukung terlaksananya struktur dan pola tata ruang sesuai
dengan hirarki rencana (lihat hirarki serta pembagian komponen guna lahan pada rencana),
masing-masing komponen guna lahan, dan/atau sarana prasarana pendukungnya (ada
pertimbangan untuk menguatkan struktur ruang).
Contoh: menilai kembali apa masih relevan untuk menempatkan suatu aktivitas pada lokasi
peruntukan tersebut? Hal ini untuk mencegah kapasitas yang berlebih dari tata guna lahan
sebagai cerminan rencana pola ruang yang terdapat pada buku rencana. Apakah terdapat
peraturan baru terkait dengan standar kebutuhan akan fasilitas/komponen tata guna lahan
tertentu, sehingga menjadi wajib untuk menyediakan ataupun meniadakan fasilitas
pelayanan di suatu lokasi. Misalnya karena dominasi kawasan yang direncanakan
merupakan kawasan perumahan dan perdagangan-jasa merupakan pendukungnya, jangan
sampai perdagangan-jasa tadi lebih dominan dibandingkan kawasan perumahan tersebut.
Kasus lainnya, karena kepadatan penduduk di suatu kawasan permukiman, menjadi lebih
mendesak untuk mengadakan fasilitas pemadam kebakaran atau pos tanggap darurat,
maka pembangunan fasilitas peredagangan-jasa yang sifatnya lokal dan sudah ada, makasebagian proporsi lahannya dapat digunakan untuk fasilitas yang lebih mendesak namun
tetap mengacu kepada rencana tata ruang yang digunakan.
d. Analisis holding capacityMenentukan kapasitas dari kesesuaian lokasi/ wilayah/kawasan untuk mengakomodasikan
aktivitas guna lahan beserta sarana prasarana pendukungnya. Holding capacity disini lebih
mengarah kepada pemahaman tentang satuan yang terkait dengan jumlah unit hunian,
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
32/69
21
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
rumah tangga, jumlah tenaga kerja, atau dapat pula disederhanakan hanya sebagai jumlah
dari satuan luas lahan yang sesuai bagi peruntukan guna lahan tertentu yang terletak pada
lokasi yang berbeda-beda.
Contoh: merinci ataupun menghitung kembali kapasitas termasuk daya tampung
perumahan di suatu kawasan yang akan diberikan insentif/disinsentif, apakah masih tetap
sama seperti saat direncanakan, ataukah jadi bergeser karena misalnya untuk
mengakomodasikan kebutuhan perumahan masyarakat melalui rumah susun (berpeluang
untuk distimulasi pembangunannya oleh Pemerintah Pusat). Lihat dan kaji kembali
perhitungan/analisis ketika rencana tata ruang tersebut disusun (kembali lagi harus melihat
dokumen fakta analisis serta formulasi perhitungan pola ruang serta pertimbangan struktur
tata ruang ketika rencana tersebut disusun).
e. kesesuaian dengan struktur dan pola ruangMenilai ulang secara keseluruhan kesesuaian ruang yang terdapat pada rencana, guna
mengantisipasi dampak problematik dari usulan pemberian insentif -disinsentif. Hal ini
dilakukan dengan mengkomparasikan hasil perhitungan ulang kebuhan sediaan dankebutuhan akan lokasi dan ruang yang sudah disampaikan pada empat tahapan
sebelumnya. Secara mudahnya tahapan ini ialah melakukan kalibrasi atau pembaruan
(updating) kebutuhan akan lokasi dan ruang yang sudah dicantumkan pada fakta dan
analisis rencana tata ruang yang digunakan.
Contohnya: memberikan kesimpulan penilaian terhadap bentuk rencana struktur dan pola
ruang yang tergambar dalam kebutuhan komponen-komponen tata guna lahan pada buku
rencana, apakah masih tetap konsisten dengan rencana tata ruang yang telah dibuat
ataukah sudah terdapat pergeseran. Tahapn ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
untuk penyempurnaan baik berupa evaluasi maupun review dari rencana tata ruang yang
ada, tapi kelima tahapan ini bukan membuat evaluasi maupun review rencana tata ruangtersebut, tetapi lebih difokuskan kepada peruntukan komponen guna lahan yang akan
diberikan insentif/disinsentif sehingga urut-urutan ataupun penelusuan kebutuhan ruang
dengan sediaan ruang yang ada menjadi selaras/sinkron.
3.3 Pertimbangan batas ambangPertimbangan batas ambang merupakan seleksi awal untuk mengidentifikasi
perencanaan, usulan, dan penetapan insentif dan disinsentif penataan ruang dalam konteks
pemanfaatan ruang khususnya komponen guna lahan dari pola ruang. Tahapan teknis
pertimbangan batas ambang, dijelaskan di bawah ini:
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
33/69
22
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Gambar 3. 3Pertimbangan Batas Ambang
a. Reservasi Lahan (dikembangkan dari konsep Land reservation ). Kepentingan bagimasyarakat dan pemerintah untuk memelihara asset lahan sebagai lahan cadangan untukpembangunan mendatang. Pembangunan mendatang disini lebih diarahkan kepadacadangan untuk penyediaan lahan bagi kepentingan umum, termasuk di dalamnya untuktaman kota, lokasi fasilitas pendidikan, lokasi fasilitas kesehatan, dan pelebaran atau punperluasan jalan. Pertimbangan reservasi lahan ini dilakukan sebagai upaya untukmelindungi kehilangan cadangan lahan yang digunakan bagi kepentingan sesaat dalampemanfaatan ruang.Contoh: Pemerintah mempertimbangkan penyediaan lahan yang akan diberikan insentifnya
demi kepentingan ketersediaan lahan bagi masa yang akan datang. Termasuk di dalam hal
ini ialah proporsi sediaan lahan perkotaan dan non perkotaan, sediaan lahan untuk ruang
terbuka hijau dan terbangun, serta sediaan lahan untuk kelompok masyarakat tertentudengan fungsi pelayanan untuk seluruh masyarakat.
b. Dedikasi terhadap implementasi rencana tata ruang (dikembangkan dari konsep dedication ). Dedikasi disini lebih merupakan adaptasi dari konsep mandatory dedicationyang merupakan mekanisme umum bagi daerah administrasi dalam konteks alokasiruang/lahan, khususnya terkait dengan konsekuensi untuk mentransfer/mengalihkankepemilikan lahan pribadi ataupun badan hukum di luar pemerintah kepadapemerintah/pemerintah daerah tanpa biaya sebagai konsekuensi lahan tersebut yang akan
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
34/69
23
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
digunakan bagi kepentingan umum, seperti misalnya kawasan rawan bencana/banjir. Didalam pertimbangan ini, kondisi lokal sangat menjadi pertimbangan untuk mencegah kesanpengambilalihan lahan untuk kepentingan umum melalui pengambilalihan lahan milikipribadi tanpa suatu alasan yang jelas. Dapat diinterpretasikan pula konsep dedikasi iniseperti konsep CEL (cost equivalent land) atau TPBP (tanah pengganti biayapembangunan) dalam konteks konsolidasi lahan.
Contoh: Pemerintah berupaya untuk menegakan fungsinya dalam konteks kebijakanpengendalian tata ruang dan tata guna lahan yang pada dasarnya meliputi:
a. Bundles of rights. Kewenangan untuk mengatur hak atas lahan, hubunganhukum antara orang/badan dengan lahan, dan perbuatan hukum mengenailahan.
b. Police power. Kewenangan menerapkan peraturan hukum (pengaturan,pengawasan dan pengendalian pembangunan di atas lahan maupun kegiatanmanusia yang menghuninya) untuk menjamin kesehatan umum, keselamatan,moral dan kesejahteraan.
c. Eminent domain. Kewenangan tindakan mengambil alih atau mencabut hak ataslahan di dalam batas kewenangannya dengan kompensasi seperlunya denganalasan untuk kepentingan umum
d. Taxation. Kewenangan mengenakan beban atau pungutan yang dilandasikewajiban hukum terhadap perorangan/kelompok atau pemilik lahan untuk demitujuan masyarakat
e. Spending power. Kewenangan membelanjakan dana publik untuk kepentinganumum
Di lain sisi, misalnya pemerintah harus bijak dalam mengimplementasikan Undang-Undang
No. 2 Tahun 2012 tentang penyediaan lahan untuk kepentingan umum, bahwa harus
dikoordinasikan oleh provinsi dan dikelola dengan baik oleh Pemda Kabupaten/Kota apabila
ada persoalan yang tidak terlepas dari pembinaan dari Pemerintah pusat.
c. Preservasi (Dikembangkan dari konsep Preservation ). Merupakan adaptasi terhadap
sudut pandang masyarakat yang memberikan prioritas tinggi terhadap keanekaragamankekayaan alam, budaya, dan keanekaragaman buatan yang menjadi ciri dari kesehatanserta keindahan dari suatu lingkungan masyarakat/hunian. Pertimbangan ini merupakancerminan Pemerintah yang memberikan penguatan terhadap nilai-nilai tadi di dalampengayaan data bagi proses perencanaan.Contoh: terdapat pertimbangan untuk melestarikan kawasan lindung dan pertanian
terutama yang dilindungi oleh peraturan perundang-undangan. Selain itu, yang termasuk di
dalam hal ini berupa pertimbangan melindungi peninggalan budaya dan pusaka perkotaan
yang kesemuanya telah diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Menyegerakan Pembangunan Infrastruktur (dikembangkan dari konsep Payment in
lieu ). Berkaitan dengan pembangunan infrastruktur oleh pengembang karenakemendesakan baik berupa perluasan ataupun pembangunan baru kepada jaringanregional sebagai konsekuensi dari pemanfataan ruang. Kemendesakan disini ialah dalamrangka untuk memberikan dukungan terhadap pemanfaatan ruang yang tengah dilakukan,sehingga tidak dapat menunggu proses pembangunan infrastruktur yang dilakukan olehPemeirntah/Pemerintah Daerah. Pada gilirannya nanti setela pemanfaatan ruang selesaidan pembangunannya dinikmati masyarakat, pembangunan infrastruktur tersebut harusmenjadi pertimbangan bagi Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam memberikan insentif bagipengembang tersebut.
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
35/69
24
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Contoh: Pemerintah memberikan peluang kepada pengembang/investor/developer untuk
melakukan pembiayaan dan pembangunan infrastruktur tersendiri dari jaringan regional ke
lokasi pengembangan. Nantinya, hal ini dapat dijadikan oleh Pemerintah untuk memberikan
insentif kepada pengembang/investor/developer tersebut yang telah membangun
infrastruktur tersebut. Perlu diperhatikan dalam hal ini ialah dalam konteks pasca
pembangunan jangan sampai memberikan beban pemeliharaan yang tidak terantisipasioleh Pemerintah tersebut, dan yang lebih penting lagi ialah pembangungan infrastruktur
yang dilakukan oleh pengembang/investor/developer tadi harus dalam kerangka kebijakan
tata ruang yang berlaku (sesuai dengan dokumen rencana tata ruang yang berlaku).
e. Biaya dampak pembangunan (dikembangkan dari konsep Impact fees ). Lebihmengarah kepada memperhitungkan dampak dari pembangunan ataupun pemanfaatanruang yang diusulkan oleh masyarakat/pengembang dalam kuantifikasi harga gunamemperhitungkan biaya yang harus dibayar sebagai akibat dari pembangunan ataupunpemanfaatan ruang yang diusulkan.Contoh: mempertimbangkan persyaratan analisis dampak pembangunan yang telah
disusun sebelumnya ketika kegiatan yang akan diberikan insentif/disinsentif diusulkan.Seperti misalnya analisis mengenai dampak lingkungan, serta analisis mengenai dampak
lalu-lintas.
f. Keterikatan antar komponen guna lahan (dikembangkan dari konsep Linkage ). Lebihmengarah kepada memperhitungkan kebutuhan ruang tambahan sebagai dampak dariusulan pemanfaatan ruang tertentu, guna mengantisipasi ketidaklengkapan fasilitaspendukung dari pemanfaataan ruang yang diusulkan. Faktor lain yang terkait denganlinkage ini pula ialah pemahaman terhadap kelembagaan pemerintahan serta prosespengajuan pendanaan kepada pihak perbankan guna membiayai usulan pemanfaatanruang tertentu.Contoh: Mempertimbangkan aspek keterkaitan antar peruntukan yang akan diusulkan
insentif/disinsentifnya, misalnya pola koleksi distribusinya ataupun hubungan logistik antar
peruntukan yang pada era informasi sekarang ini ternyata memiliki cakupan global dan
seringkali tidak terlihat secara nyata. Misalnya ketika akan memberikan insentif kepada
kawasan industri supaya berkembang, perlu dilihat pula kebutuhan tentang lahan untuk
bongkar muat ataupun pelabuhan/transhipment point untuk barang yang diimpor. Ataupun
perlu pula dipertimbangkan untuk suatu industri hightech, bagaimana sistem pembuangan
limbahnya yang mungkin saja berupa barang berbahaya dan beracun (catatan: kalau
Pemerintah AS memiliki ratifikasi tentang sampah elektronik dengan beberapa negara,
bahwa Pemerintah AS dapat membuang sampah tersebut ke negara-negara yang
mengikuti perjanjian tersebut, bagaimana dengan Indonesia?apakah hal ini sudah
diantisipasi).
3.4 Pertimbangan dominasi RuangPertimbangan ini untuk memberikan acuan bahwa komponen ruang yang akan diusulkan
insentifnya berbasis kepada rencana tata ruang yang mengadopsi konsep dominasi ruang.
Oleh sebab itu, harus diperkuat rambu-rambu yang lebih rinci dari hanya sekedar dominasi
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
36/69
25
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
ruang tadi guna mengantisipasi dampak negative ataupun kompleksitas persoalan yang tidak
terbayangkan sebelumnya. Hal ini meliputi: dampak estetika (konteks, desain arsitektur, dan
sudut pandang eksternal); dampak finansial; karakteristik operasional; aspek pasar;
Gambar 3. 4Pertimbangan Dominasi Ruang
a. Pertimbangan Estetika (dikembangkan dari konsep Aesthetic impact andopportun i t ies ) Konteks . Kesesuaian atau kompatibilitas fungsi/bentuk dengan komponen guna lahan
yang berdekatan/berdampingan untuk mengurangi persoalann pembangunan, baik
keindahan maupun peningkatan intensitas bangunan (baik horizontal ataupun vertical).Perlu diperhatikan bahwa untuk mengatasi permasalahan pemanfaatan ruang ini, solusistructural membawa dampak kepada pembiayaan yang relative besar, serta solusi dengankonsep penyangga (buffer) akan membawa dampak kepada kebutuhan tambahanterhadap alokasi ruang.Contoh: harus disesuaikan dengan visi-misi dari Kabupaten/Kota serta RTRW
Kabupaten/Kotanya dan/atau tema dari RDTR nya.
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
37/69
26
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Desain arsitektur . Intensitas pembangunan yang diusulkan akan memiliki konsekuensikepada bentuk pengendalian arsitektur yang lebih, karena akan membutuhkan jaminanbagi estetika pandangan (visual coherence).Contoh: harus dipertimbangkan ketika proses perencanaan dilakukan, apakah desain
arsitekturnya akan bernuansa lokal (tropis khas Indonesia), atau memperbolehkan desain
yang bernuansa budaya luar, atau kombinasi antar keduanya.
Sudut pand ang eksternal . Usulan bangunan yang lebih besar atau bangunan yang lebihintensif akan berakibat kepada kebutuhan terhadap kualitas dari sudut pandang eksterior.Pembangunan yang lebih padat membutuhkan perencanaan tapak yang cermat untukmenjamin terhadap keberadaan ruang pribadi serta meminimalisasi dampak visual dangangguan lainnya (misalnya gangguan noise atau bunyi).Contoh: memperhatikan keserasian antara kegiatan yang akan diusulkan insentifnya
supaya serasi dengan lingkungan sekitarnya, apabila kegiatan yang akan diusulkan
insentifnya akan dijadikan sebagai landmark/node/focal point, maka harus
dipertimbangkan secara matang terhadap kesan visual serta persepsi/image terhadap
kawasan dimana kegiatan tersebut berlokasi.
b. Dampak Finansial (dikembangkan dari konsep Financial impact )Terdapat banyak cara untuk mengembangkan lahan yang dapat dipertanggungjawabkan dari
sudut pandang finansial dan lingkungan. Ketika pembangunan yang padat membutuhkan
total biaya infrastruktur yang lebih besar dan sangat tergentung kepada kondisi dan
kapasitas infrastruktur eksisting.
Contoh: apakah akan lebih terjangkau untuk memelihara bangunan yang dilengkapi dengan
pendingin ruangan untuk wilayah terbelakang di luar Jawa, ataukah akan lebih murah untuk
membangun dengan gaya arsitektur tropis yang mengutamakan kepada banyaknya sirkulasi
udara. Contoh lainnya ialah apakah akan lebih terjangkau dan mudah pemeliharaannya
untuk membangun jalan lokal dengan beton, aspal, ataupun batu (dari sungai terdekat).
c. Dampak Operasional (dikembangkan dari konsep Operational impact ) Pemeliharaan. Harus menjadi pertimbangan bahwa pengguna/penghuni dari
pemanfaatan ruang tertentu haruslah memahami kisaran tentang biaya pemeliharaanyang dibutuhkan, dan diharapkan biaya pemeliharaan tersebut dapat terjangkau olehkelompok target dari produk pemanfaatan ruang tersebut.Contoh: harus dipertimbangkan siapa yang akan memiliki kewenangan utama dari
pemeliharaan fasilitas pada kegiatan yang diusulkan insentifnya, jangan-jangan pada
akhirnya akan diserahkan kepada Pemerintah Daerah (sebagaimana yang tercantum
pada Permendagri No. 9 Tahun 2009).
Energi. Harus dipertimbangkan penggunaan energy yang ramah lingkungan dan hematbagi pengguna/penghuni, sehingga mereka dapat menjangkaunya untuk pemenuhankebutuhan aktivitas mereka sehari-hari.Contoh: perlu dipertimbangkan apakah kegiatan yang diusulkan insentifnya telah
mengadaptasi hemat energi guna mengurangi beban kebutuhan energi yang tinggi bagi
peruntukan yang diusulkan insentifnya tersebut. Kalaupun terpaksa harus menggunakan
energi listrik untuk tangga berjalan, lift, ataupun pendingin ruangan harus dipilih yang
menggunakan energi listrik terhemat dan termudah perawatannya. Hal yang tengah
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
38/69
27
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
dilakukan oleh Pemerintah dalam hal ini ialah sudah menggunakan sebagian penerangan
jalan umumnya (PJU) dengan energi yang berasal dari tenaga surya. Bahkan dalam
pertimbangan pemberian insentif/disinsentif ini, pemanfaatan energi terhemat bisa
dijadikan bahan pertimbangan untuk pemberian insentif, ataupun pemanfaatan energi
terboros dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pemberian disinsentif.
d. Kelayakan Pasar (dikembangkan dari konsep Marketing feasibi l i ty ) Perspekti f p emasaran . Peningkatan skala, intensitas, ataupun kualitas pembangunan
dapat mendongkrak pemasaran. Target produk pembangunan juga sudah harus dapatdirumuskan sejak tahap ini guna mencegah ketidaksesuaian antara produk pembangunandengan target pasar dari produk yang dihasilkan sehingga mengakibatkan pemanfaatanruang yang tidak tepat sasaran ataupun tidak optimal.Contoh: harus jelas target pasar dari peruntukan yang akan diusulkan insentifnya, apakah
terdapat rancangan yang harus disesuaikan dengan standar internasional (misalnya untuk
kawasan industri hightech ataupun otomotif), apakah karena target pasar tertentu maka
perencana harus merubah rencana atau pun disainnya sesuai dengan keinginan target
pasar tersebut, misalnya apakah mungkin berubah dari rumah susun biasa ditingkatkan
pelayanan fasilitasnya menjadi seperti apartemen atas keinginan calon penghuninya,
meskipun membawa dampak kepada pemeliharaan bulanannya.
Perspekti f identi tas komun itas/masyarakat . Harus diperhatikan bahwa pembangunanskala besar akan mengarah kepada kebutuhan akan kenyamanan yang tinggi, ini dapatmeningkatkan identitas masyarakat yang akan menghuni produk pembangunan tersebut.Contoh: akan menjadi pertimbangan pemberian insentif apabila kegiatan yang diusulkan
berupaya untuk melestarikan budaya lokal dan menunjukan kekhasan identitas
komunitas/masyarakat. Misalnya mengadaptasi konsep lumbung padi untuk perumahan
baru menengah rendah guna meningkatkan gotong royong dan partisipasi masyarakat
sekaligus berupa rencana tindak pengentasan kemiskinan.
e. Faktor-faktor Pendukung (dikembangkan dari konsep Supported factors ) Pert imbangan pasar secara spesif ik . Di dalam hal ini untuk mengantisipasi
konsekuensi dari keberhasilan/kegagalan pembangunan termasuk di dalamnya siapatarget pasar, sumber pembiayaan, dan konsekuensi terhadap beban bagi infrastrukturatau sarana prasana yang tersedia.Contoh: rumuskan siapa target pasar khususnya untuk peruntukan yang akan diusulkan
insentifnya yang di luar peruntukan perumahan guna mengantisipasi persoalan di
kemudian hari. Misalnya diberikan insentif karena menghasilkan produk unggulan untuk
ekspor, namun ada perubahan peraturan secara internasional yang tidak memungkinkan
produk dari industri tersebut dipasarkan.
Pert imbangan desain . Akan terdapat kebutuhan untuk mensinergikan desain ruang daripemanfaatan yang diusulkan dengan desain yang sudah ada. Di dalam hal ini termasukpula pertimbangan untuk mengadopsi dan melestarikan desain yang berasal dari budayadan keunikan lokal. Hal lainnya yang harus diperhatikan di dalam pertimbangan desain iniialah standar-standar umum dan khusus yang harus diacu, KLB, KDB, ukuran kapling atauluasan kawasan yang diusulkan, kebutuhan akan lahan parkir dan bongkar muat barang,serta ruang terbuka hiijau.
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
39/69
28
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Contoh: dikhususkan pertimbangan ini untuk peruntukan yang akan akan diusulkan
insentifnya di luar perumahan, misalnya bagaimana pertimbangan desain kawasan
industri, desain kawasan pusat pemerintahan internasional di kota-kota besar dan
metropolitan.
3.5 Mekanisme Pemberian Insentif dan Disinsentif dalam Penataan RuangKetentuan tentang mekanisme pemberian insentif dan disinsentif fiskal dalam Penataan
ruang dilakukan dengan memperhatikan peraturan perundang undangan yang mengatur
tentang Pajak dan retribusi. Insentif yang diberikan dalam bentuk fiskal diatur oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang keuangan.
3.5.1 Insentif Fiskal1) Mekanisme Pemberian Keringanan Pajak dan Retribusi
Mekansime yang lebih merupakan rangsangan finansial terhadap pembangunan komponen
guna lahan tertentu dalam pemanfaatan ruang untuk menciptakan highest and best used
of land. Turunan tidakan dari pemberian pajak-retribusi dapat berupa:
a. Pemberian keringanan pajak daerah (PBB) pada kawasan yang telah ditentukan(kawasan konservasi)
b. Pemberian keringanan tarif retribusi jasa umum, jasa usaha, perizinan tertentu, padakawasan yang telah ditentukan
Gambar 3. 5
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
40/69
29
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Flow chart Pemberian Insentif Pajak
Gambar 3. 6
Flow chart Pemberian Insentif Retribusi
3.5.2 Insentif Non FiskalPemberian insentif dalam bentuk non fiskal diatur lebih lanjut oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangnya.
1) Mekanisme Pemberian Kompensasi dan imbalanMekanisme berupa penggantian dalam bentuk finansial terhadap pembangunan komponen
guna lahan tertentu dalam pemanfaatan ruang untuk mengantisipasi kerusakan ataupun
degradasi lingkungan dan force major (karena tidak dapat diperkirakan sebelumnya),
misalnya karena bencana ataupun perubahan iklim. Turunan tindakan dari pemberian
kompesasi dan imbalan dapat berupa:
a. Asuransi bencanab. Pemberian kompensasi (ganti kerugian) terhadap kegiatan pemanfaatan ruang akibat
adanya kejadian yang tidak terduga (demo dan penjarahan)c. Pembayaran jasa lingkungan (PES- payment for environmental service)
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
41/69
30
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Gambar 3. 7Flow chart Pemberian Insentif Kompensasi/ Imbalan
2) Mekanisme Subsidi SilangMekanisme yang lebih merupakan pemberian sejumlah dukungan kegiatan dalam bentuk
finansial ataupun non finansial (program) terhadap pembangunan komponen guna lahan
tertentu dalam pemanfaatan ruang untuk menciptakan highest and best used of land dengan pertimbangan kepentingan strategis dalam skala yang lebih luas (provinsi, nasional,
atapun internasional). Turunan tindakan dari pemberian subsidi silang, dapat berupa:
1. Pemberian DAK kepada kabupaten/kota2. Bantuan opersional untuk pemeliharaan dan pengembangan kawasan strategis nasional(KSN)3. Pemberian subsidi terhadap pembangunan fasilitas-fasilitas di kawasan pariwisataunggulan
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
42/69
31
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Gambar 3. 8Flow chart Pemberian Insentif Subsidi Silang
3) Mekanisme Sewa RuangMekanisme yang berorientasi kepada aspek pengelolaan aset daerah secara lebih optimal.
Di lain sisi, memperhatikan pula aspek pemasukan dana secara lebih jelas dan lebih terukur
melalui pemanfaatan ruang (tanah dan bangunan) dengan prinsip highest and best use .
Turunan tindakan dari pemberian sewa ruang, dapat berupa:
a. Pemberian kemudahan sewa bangunan milik pemerintah untuk kegiatan/ usaha tertentu
b. Pemberian kemudahan sewa pada lahan produktif milik pemerintah kepada masyarakat(kawasan hutan produksi)
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
43/69
32
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Gambar 3. 10Flow chart Pemberian Insentif Sewa Ruang
4) Mekanisme Urun SahamMekanisme yang berupaya meningkatkan peranserta aktif masyarakat dalam pembangunan
dengan basis konsep membangun tanpa menggusur, disertai pembagian keuntungan
secara finansial maupun non finansial, juga terdapat keinginan untuk menciptakan sense of
belonging yang tinggi dari para pemangku kepentingan dalam mengimplementasikan serta
mengendalikan pemanfaatan ruang. Turunan tindakan dari urun saham, dapat berupa:
a. Pemerintah ikut menanamkan saham (misal berupa lahan) untuk suatu kegiatanpemanfaatan ruang dengan adanya ketentuan bagi hasil berdasarkan besaran sahamtersebut
b. Masyarakat ikut menanamkan saham untuk kegiatan pemanfaatan ruang tertentumelalui ketentuan bagi hasil berdasarkan besaran saham tersebut.
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
44/69
33
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Gambar 3. 9Flow Chart Pemberian Insentif Urun Saham
5) Mekanisme Penyediaan sarana dan prasaranaMekanisme untuk mengakselerasi pemanfaatan ruang melalui dukungan penyediaan
sarana dan prasarana dalam konteks penguatan struktur ruang guna mendukung pola
ruang yang sesuai dengan rencana. Turunan tindakan dari penyedian sarana dan
prasarana, dapat berupa:
a. Pembangunan infrastruktur pendukung untuk kawasan yang baru dikembangkan(contoh: pembangunan jaringan jalan menuju kawasan pertambangan)
b. Pembangunan jaringan irigasi pada kawasan pertanian terkait dengan ketahananpangan
c. Pembangunan sentra produksi/ pusat distribusi barang pada kawasan industri (UMKM)d. Pemenuhan skala layanan minimum untuk sarana dan prasarana pendukung
8/19/2019 Pedoman Insentif Dan Disinsentif
45/69
34
Pedoman Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Bidang Penataan Ruan
Gambar 3. 10Flow chart Pemberian Insentif Penyediaan Sarana dan Prasarana
6) Mekanisme Kemudahan PerizinanMekanisme yang berupa menyegerakan implementasi pemanfaatan ruang melalui
kemudahan proses perizinan, baik dalam bentuk biaya perizinan, maupun dalam bentuk
finansial, ataupun jangka waktu penyelesaian, juga persyaratan pengajuan untuk
pengembangan lahan tertentu. Turunan tindakan dari mekanisme kemudahan perizinan,
dapat berupa:
a. Pengurangan biaya izin;b. Pengurangan waktu perijinan sehingga menjadi lebih singkat;c. Percepata