Upload
others
View
9
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI/TESIS
BAGI MAHASISWA/I STT-ALETHEIA LAWANG
Disusun oleh Pdt. Amos Winarto, Ph. D.
1
I. PENGERTIAN
Skripsi dan tesis adalah karya ilmiah yang berisi hasil
penelitian, baik dari penelitian kepustakaan (library research)
ataupun dari penelitian lapangan (field research),1 yang dilakukan
oleh seorang mahasiswa/i sebagai salah satu syarat akademik untuk
memperoleh gelar kesarjanaan. Bobot masing-masing skripsi dan
tesis adalah 6 SKS.
II. ALASAN
Berikut beberapa alasan seorang mahasiswa/i menulis
skripsi/tesis:
A. Melalui penyusunan hasil penelitian, mahasiswa/i memiliki kesempatan untuk mempraktekkan pengetahuan sesuai
bidangnya.
B. Melalui skripsi/tesis, mahasiswa/i membuktikan kemampuan berpikir, kecerdasan dan kreasinya sebagai calon sarjana yang
layak untuk mendapatkan gelarnya.
C. Melalui karya ilmiah yang dihasilkan, mahasiswa/i menunjukkan kemampuan untuk berteologi secara Alkitabiah
dan memberi sumbangsih yang bermanfaat bagi gereja dan
masyarakat.
III. SYARAT
A. Telah menyelesaikan sedikitnya 110 SKS pada saat hendak menyusun skripsi (S-1) dan sedikitnya 24 SKS untuk tesis (S-2)
1 Perbedaan riset menurut Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), 1, dan Direktorat Jenderal Bimas Kristen
Protestan Departemen Agama RI, Pedoman Penulisan Skripsi Program Stratum
Satu (S1) Perguruan Tinggi Teologi Jurusan Teologi dan Pendidikan Agama
Kristen (PAK) (Jakarta, 1996), 1.
2
B. IPK minimal 2.50 (S-1) dan minimal 3.00 (S-2)
IV. PEMILIHAN POKOK PENELITIAN
Pemilihan pokok penelitian atau judul ketika hendak menulis
skripsi/tesis dapat dilakukan dengan cara:
A. Ditentukan oleh mahasiswa sendiri; B. Diusulkan oleh ketua program studi (Kaprodi); C. Kombinasi A dan B yaitu prodi menyiapkan daftar pokok
penelitian dan mahasiswa memilih sendiri dari daftar tersebut.
Kemampuan intelektual yang bersangkutan, sumber-sumber,
dukungan pembinaan, dana dan waktu harus selalu menjadi
pertimbangan dalam melakukan pemilihan.
V. RENCANA AKSI (ACTION-PLAN)
Rencana aksi penulisan skripsi/tesis terdiri dari 4 (empat) tahap
secara kronologis:
A. Tahap konsepsi atau perencanaan yaitu studi awal secara umum, inventarisasi pustaka yang terkait dan termasuk
wawancara atau studi lapangan (field study) jika dibutuhkan
untuk memperjelas masalah yang akan dikaji lebih lanjut.
B. Tahap penulisan proposal. C. Tahap penelitian. D. Tahap penulisan dari naskah awal hingga ke naskah akhir yang
telah dikoreksi:
1. Pembuatan kerangka skripsi secara terperinci. 2. Penulisan naskah skripsi yang pertama. 3. Pembacaan kembali seluruh naskah dan penyempurnaan. 4. Penyusunan daftar pustaka. 5. Pengetikan naskah skripsi dalam bentuk terakhir.
3
6. Pembacaan ulang naskah secara mendetail dan teliti serta pembetulan salah ketik atau pembuatan ralat.
VI. SISTEMATIKA SKRIPSI/TESIS
Skripsi/tesis memiliki 3 bagian utama: awal, inti dan referensi.
A. Bagian awal terdiri lagi dari 5 bagian:
1. Halaman judul: halaman paling depan yang berisi judul, nama lembaga perguruan tinggi, pengajuan untuk jenjang
kesarjanaan yang hendak dicapai, nama mahasiswa/i, nomor
induk, tempat dan waktu penyelesaian skripsi.
Judul merupakan janji yang harus dipenuhi oleh penulis dan
cermin keberhasilan dalam mewujudkan rencana penulisan.
Judul harus merupakan kalimat pernyataan dan bukan dalam
bentuk pertanyaan, dan tersusun secara logis, lugas, dan
lengkap dengan menempatkan istilah atau kata-kata pada
komposisi yang benar.
2. Halaman pengesahan: halaman yang berisi pernyataan resmi bahwa hasil penelitian telah diterima dan disahkan.
3. Abstraksi: halaman yang berisi gambaran ringkas keseluruhan isi skripsi/tesis (masalah yang dikaji, metode
yang dipakai dan jawaban yang ditemukan terhadap
masalah), dan diketik berspasi tunggal dengan jumlah kata
sekitar 500-800.
4. Kata pengantar atau prakata: berisi isi hati penulis yang bersifat pribadi dan informal tanpa memasukkan materi
skripsi.
4
Halaman ini adalah tempat penulis menyatakan ucapan
terima kasih dengan wajar dan sopan. Tidak ada ucapan
permohonan maaf akibat kekurangan yang mungkin ada
dalam penulisan karena karya ilmiah harus dikerjakan
sebaik-baiknya sebagai syarat kelulusan tanpa permohonan
maaf dengan dalih apapun. Nilai karya ilmiah adalah
ganjaran sesuai bobot yang dihasilkan dan bukanlah
pemberian maaf. Karya ilmiah yang tidak memenuhi syarat
ganjarannya adalah tidak lulus atau perintah untuk menulis
kembali karya tersebut.
5. Halaman daftar isi termasuk tabel dan gambar jika ada.
B. Bagian inti terdiri atas 3 (tiga) bagian besar: pendahuluan, bab-bab utama, dan kesimpulan-saran.
1. Pendahuluan
a. Latar belakang masalah: bagian ini menjelaskan inti, alasan, dan cara memecahkan permasalahan. Masalah
yang diangkat dan akibat yang ditimbulkan jika tidak
terselesaikan harus mendapat dukungan fakta baik yang
didapat melalui riset kepustakaan dan/atau riset lapangan.
b. Rumusan masalah: berisi sebuah atau beberapa masalah substantial yang akan diselidiki dalam keseluruhan
penulisan.
Contoh:
• Apakah metode pemuridan dapat meningkatkan kerohanian jemaat?
5
• Bagaimana praktek perpuluhan dalam Perjanjian Lama Maleakhi 3:8-12 berhubungan dengan orang-orang
percaya Perjanjian Baru?
c. Tujuan dan manfaat penelitian: terkait dengan rumusan masalah, dan ditulis secara spesifik, konkrit
menggunakan kata kerja yang tepat seperti:
“menjelaskan,” “membandingkan,” menunjukkan,” dan
lain-lain.
d. Hipotesis: berisi pernyataan atau keyakinan dan bersifat sementara yang menjadi pengarah dari keseluruhan
penelitian dan masih akan diuji kebenarannya melalui
penelitian yang dilakukan tersebut. Untuk hipotesis cukup
satu alinea, tanpa harus mencantumkan kutipan pendapat
para ahli tentang arti atau definisi hipotesis.
e. Ruang lingkup: menjelaskan batasan dari penelitian agar tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
f. Metodologi penelitian: berisi penjelasan tentang metodologi yang digunakan (bukan metode/cara
penelitian yang akan diuraikan dengan mendetail pada
bab Metode Penelitian) dan menunjukkan alasan
mahasiswa/i memilih suatu metodologi. Beberapa
metodologi penelitian dalam ilmu teologi adalah biblika
(eksegesis/eksposisi), historis (tradisi), sistematik
(penalaran/akal), dan praktika (pengalaman).2
2 Disadur dari http://tasmedes.nl/does-theology-have-a-method-an-interview-
with-paul-allen/ diakses 2 Juli 2016 yang di dalamnya Paul Allen berkata, “If I
were to sum up in a single sentence what theological method is, I would say that it
is a set of comparisons, contrasts and correlations – involving plenty of analogous
language at certain stages of judgment – regarding four sources of theological
content. Those sources of content are: scripture, reason, tradition and experience.
One of the most important observations to make of theological method is about
6
Keempatnya dapat saling tumpang tindih namun harus
ada satu fokus atau penekanan yang jelas.
g. Definisi operasional: menjelaskan makna istilah dalam judul dan istilah yang muncul dalam laporan hasil studi
(skripsi/tesis) agar tidak menimbulkan penafsiran yang
keliru.
h. Sistematika penulisan: berisi kerangka skrips/tesis yang diungkapkan dalam bentuk kalimat dan tidak ada bentuk
penomoran sehingga berbeda dari halaman daftar isi.
2. Bab-bab utama: tergantung luasnya pokok bahasan skripsi, bagian ini dapat terdiri dari beberapa bab. Setidaknya ada
tiga bagian utama di dalamnya:
a. Bab Tinjauan Pustaka yang membahas teori-teori berkaitan dengan masalah yang diteliti termasuk hasil-
hasil penelitian terdahulu yang telah berikan oleh
peneliti-peneliti lain dalam bidang yang sama, dan yang
telah diakui keabsahannya.
these sources – they overlap. For instance, much of scripture is a narrative account
of certain special types of experiences. And, a lot of the church’s tradition is
actually an interpreted formulation of certain passages of scripture and experience.
This is one thing that sets apart theological method from scientific method – its
sources are fluid, historically conditioned and particular to the interpretive rules of
individuals and traditions. Science is repeatable and universal because of its
repeatability. Theology’s universality is not on account of a set of tasks, but rather
on account of its object, God.” Lihat juga bukunya: Paul L. Allen, Theological
Method: A Guide for the Perplexed (London: T & T Clark International, 2012).
Untuk keempat metodologi dalam ilmu teologi itu juga disinggung oleh Andreas B.
Subagyo dalam bukunya yang berjudul Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif:
Termasuk Riset Teologi dan Keagamaan (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004),
107-178.
7
b. Bab Metode Penelitian berisi cara dan prosedur penelitian. Cara penelitian yang dapat dipakai adalah riset
kepustakaan dan/atau riset lapangan
(kualitatif/kuantitatif). Prosedur atau langkah penelitian
mengikuti metode atau cara penelitian yang dipakai.
Misal, prosedur penelitian kepustakaan dapat
memperhatikan garis pedoman yang diberikan oleh
Mestika Zed dengan detail-detail disesuaikan dengan
metodologi penelitian yang telah dikemukakan dalam
bagian Pendahuluan.3
c. Bab(-bab) yang menyajikan laporan hasil penelitian seperti data yang diperoleh, analisis atau pembahasan dari
data tersebut, ringkasan keseluruhan hasil penelitian dan
lain-lain.
3. Kesimpulan dan saran: bukan berisi intisari atau ringkasan melainkan komentar lebih lanjut tentang implikasi dari hasil
penelitian yang dilakukan sehingga kemudian saran dapat
disajikan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut
dan/atau harapan untuk manfaat hasil penelitian yang lebih
berdampak dan nyata.
C. Bagian referensi biasanya terdiri dari daftar pustaka (bibliografi) dengan tambahan lampiran dan indeks jika
diperlukan. Daftar pustaka adalah suatu daftar yang merinci
secara sistematis menurut abjad semua karya ilmiah yang
digunakan.
3 Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, 16-23.
8
VII. CARA MERUJUK REFERENSI
Ada tiga cara merujuk referensi yang perlu diperhatikan.
Pertama adalah cara merujuk secara umum. Kedua lebih pada secara
biblika. Ketiga dan terakhir adalah terkait dengan bidang musik.
A. RUJUKAN UMUM
Berikut adalah contoh-contoh catatan kaki dan daftar
pustaka. Catatan kaki memiliki contoh bentuk lengkap dan bentuk
ringkas mengikutinya. STT-Aletheia meniadakan ibid untuk
bentuk ringkas catatan kaki. Contoh daftar pustaka mengikuti
contoh catatan kaki. Untuk berbagai contoh yang lebih detail dan
kompleks dapat melihat bab 16 dan 17 buku referensi Turabian.4
1. Buku
Catatan kaki lengkap
Katie Kitamura, A Separation (New York: Riverhead Books,
2017), 25.
Sharon Sassler and Amanda Jayne Miller, Cohabitation Nation:
Gender, Class, and the Remaking of Relationships (Oakland:
University of California Press, 2017), 114.
Catatan kaki ringkas
Kitamura, Separation, 91–92.
Sassler and Miller, Cohabitation Nation, 205.
4 Kate L. Turabian, A Manual for Writers of Research Papers, Theses, and
Dissertations, 7th edition (Chicago: The University of Chicago Press, 2007), 141-
215.
9
Daftar pustaka (dalam urutan abjad)
Kitamura, Katie. A Separation. New York: Riverhead Books,
2017.
Sassler, Sharon, and Amanda Jayne Miller. Cohabitation
Nation: Gender, Class, and the Remaking of
Relationships. Oakland: University of California Press,
2017.
2. Bab atau bagian dari sebuah buku saduran
Halaman spesifik yang dirujuk dicantumkan dalam
catatan kaki. Rentang halaman keseluruhan bab atau bagian
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Catatan kaki lengkap
Mary Rowlandson, “The Narrative of My Captivity,” dalam
The Making of the American Essay, ed. John D’Agata
(Minneapolis: Graywolf Press, 2016), 19–20.
Catatan kaki ringkas
Rowlandson, “Captivity,” 48.
Daftar pustaka
Rowlandson, Mary. “The Narrative of My Captivity.” Dalam
The Making of the American Essay. Diedit oleh John
D’Agata, 19–56. Minneapolis: Graywolf Press, 2016.
10
Untuk merujuk sebuah buku saduran secara keseluruhan, (para)
editor dicantumkan di awal.
Catatan kaki lengkap
John D’Agata, ed., The Making of the American Essay
(Minneapolis: Graywolf Press, 2016), 19–20.
Catatan kaki ringkas
D’Agata, American Essay, 48.
Daftar pustaka
D’Agata, John, ed. The Making of the American Essay.
Minneapolis: Graywolf Press, 2016.
3. Buku terjemahan
Catatan kaki lengkap
Jhumpa Lahiri, In Other Words, terj. Ann Goldstein (New
York: Alfred A. Knopf, 2016), 146.
Catatan kaki ringkas
Lahiri, In Other Words, 184.
Daftar pustaka
Lahiri, Jhumpa. In Other Words. Diterjemahkan oleh Ann
Goldstein. New York: Alfred A. Knopf, 2016.
11
4. Buku elektronik
Untuk buku-buku yang dirujuk secara online, cantumkan
sebuah URL atau nama dari pangkalan atau basis data yang
digunakan. Untuk jenis lain buku elektronik, sebutkan
formatnya. Jika tidak memiliki penomoran halaman, rujuklah
pada bab, bagian bernomor atau paragraf yang ada.
Catatan kaki lengkap
Fyodor Dostoevsky, Crime and Punishment, terj. Constance
Garnett, ed. William Allan Neilson (New York: P. F. Collier &
Son, 1917), 444,
https://archive.org/details/crimepunishment00dostuoft.
Eric Schlosser, Fast Food Nation: The Dark Side of the
American Meal (Boston: Houghton Mifflin, 2001), 88,
ProQuest Ebrary.
Jane Austen, Pride and Prejudice (New York: Penguin
Classics, 2007), bab. 3, Kindle.
Catatan kaki ringkas
Dostoevsky, Crime and Punishment, 504–5.
Schlosser, Fast Food Nation, 100.
Austen, Pride and Prejudice, bab. 14.
Daftar pustaka (dalam urutan abjad)
Austen, Jane. Pride and Prejudice. New York: Penguin
Classics, 2007. Kindle.
12
Dostoevsky, Fyodor. Crime and Punishment. Diterjemahkan
oleh Constance Garnett, diedit oleh William Allan
Neilson. New York: P. F. Collier & Son, 1917.
https://archive.org/details/crimepunishment00dostuoft.
Schlosser, Eric. Fast Food Nation: The Dark Side of the
American Meal. Boston: Houghton Mifflin, 2001.
ProQuest Ebrary.
5. Tesis atau disertasi
Catatan kaki lengkap
Guadalupe Navarro-Garcia, “Integrating Social Justice Values
in Educational Leadership: A Study of African American and
Black University Presidents” (PhD diss., University of
California, Los Angeles, 2016), 44, ProQuest Dissertations &
Theses Global.
Catatan kaki ringkas
Navarro-Garcia, “Social Justice Values,” 125–26.
Daftar pustaka
Navarro-Garcia, Guadalupe. “Integrating Social Justice Values
in Educational Leadership: A Study of African American
and Black University Presidents.” PhD diss., University
of California, Los Angeles, 2016. ProQuest Dissertations
& Theses Global.
13
6. Artikel jurnal
Seperti dalam buku saduran, halaman spesifik yang
dirujuk dicantumkan dalam catatan kaki, sedangkan rentang
halaman keseluruhan artikel berada dalam daftar pustaka.
Untuk artikel yang digunakan secara online, cantumkan URL
atau nama dari pangkalan atau basis data yang digunakan.
Banyak artikel jurnal mencantumkan DOI (Digital Object
Identifier)-nya. Sebuah DOI adalah suatu URL yang permanen
yang mulai dengan format https://doi.org/. URL demikian, jika
memang ada, lebih baik dicantumkan daripada URL yang
muncul dalam penelusur alamat web.
Catatan kaki lengkap
Ashley Hope Pérez, “Material Morality and the Logic of
Degrees in Diderot’s Le neveu de Rameau,” Modern Philology
114, no. 4 (May 2017): 874, https://doi.org/10.1086/689836.
Shao-Hsun Keng, Chun-Hung Lin, dan Peter F. Orazem,
“Expanding College Access in Taiwan, 1978–2014: Effects on
Graduate Quality and Income Inequality,” Journal of Human
Capital 11, no. 1 (Spring 2017): 9–10,
https://doi.org/10.1086/690235.
Peter LaSalle, “Conundrum: A Story about Reading,” New
England Review 38, no. 1 (2017): 95, Project MUSE.
Catatan kaki ringkas
Pérez, “Material Morality,” 880–81.
Keng, Lin, and Orazem, “Expanding College Access,” 23.
https://doi.org/https://doi.org/10.1086/689836https://doi.org/10.1086/690235
14
LaSalle, “Conundrum,” 101.
Daftar pustaka (dalam urutan abjad)
Keng, Shao-Hsun, Chun-Hung Lin, and Peter F. Orazem.
“Expanding College Access in Taiwan, 1978–2014:
Effects on Graduate Quality and Income Inequality.”
Journal of Human Capital 11, no. 1 (Spring 2017): 1–34.
https://doi.org/10.1086/690235.
LaSalle, Peter. “Conundrum: A Story about Reading.” New
England Review 38, no. 1 (2017): 95–109. Project
MUSE.
Pérez, Ashley Hope. “Material Morality and the Logic of
Degrees in Diderot’s Le neveu de Rameau.” Modern
Philology 114, no. 4 (May 2017): 872–98.
https://doi.org/10.1086/689836.
Ada juga artikel jurnal yang memiliki banyak pengarang.
Jika hanya sampai tiga nama pengarang setiap artikel, daftarlah
semua namanya dalam catatan kaki dan daftar pustaka. Jika ada
empat atau lebih pengarang, daftarlah sampai jumlah 10
pengarang setiap artikel dalam daftar pustaka. Dalam catatan
kaki, daftarlah hanya nama yang pertama, diikuti oleh et al
(“dan lain-lain”). Untuk yang lebih dari sepuluh pengarang
(tidak diberikan contoh di sini), daftarlah hanya tujuh nama
pertama dalam daftar pustaka, diikuti oleh et al.
Catatan kaki lengkap
Jesse N. Weber et al., “Resist Globally, Infect Locally: A
Transcontinental Test of Adaptation by Stickleback and Their
https://doi.org/10.1086/690235https://doi.org/10.1086/689836
15
Tapeworm Parasite,” American Naturalist 189, no. 1 (January
2017): 45, https://doi.org/10.1086/689597.
Catatan kaki ringkas
Weber et al., “Resist Globally,” 48–49.
Daftar pustaka
Weber, Jesse N., Martin Kalbe, Kum Chuan Shim, Noémie I.
Erin, Natalie C. Steinel, Lei Ma, dan Daniel I. Bolnick.
“Resist Globally, Infect Locally: A Transcontinental Test
of Adaptation by Stickleback and Their Tapeworm
Parasite.” American Naturalist 189, no. 1 (January 2017):
43–57. https://doi.org/10.1086/689597.
7. Artikel koran atau majalah
Artikel dari koran, majalah, blog, dan yang serupa dengan
itu dirujuk dengan cara yang sama. Jika ada penomoran
halaman, maka nomor halaman dirujuk dalam catatan kaki,
tetapi tidak dalam daftar pustaka. Jika rujukan bersifat online,
cantumkan juga URL atau pangkalan data yang digunakan.
Catatan kaki lengkap
Farhad Manjoo, “Snap Makes a Bet on the Cultural Supremacy
of the Camera,” New York Times, March 8, 2017,
https://www.nytimes.com/2017/03/08/technology/snap-makes-
a-bet-on-the-cultural-supremacy-of-the-camera.html.
Erin Anderssen, “Through the Eyes of Generation Z,” Globe
and Mail (Toronto), June 25, 2016,
https://doi.org/10.1086/689597https://www.nytimes.com/2017/03/08/technology/snap-makes-a-bet-on-the-cultural-supremacy-of-the-camera.htmlhttps://www.nytimes.com/2017/03/08/technology/snap-makes-a-bet-on-the-cultural-supremacy-of-the-camera.html
16
http://www.theglobeandmail.com/news/national/through-the-
eyes-of-generation-z/article30571914/.
Rob Pegoraro, “Apple’s iPhone Is Sleek, Smart and Simple,”
Washington Post, July 5, 2007, LexisNexis Academic.
Vinson Cunningham, “You Don’t Understand: John
McWhorter Makes His Case for Black English,” New Yorker,
May 15, 2017, 85.
Dara Lind, “Moving to Canada, Explained,” Vox, September
15, 2016, http://www.vox.com/2016/5/9/11608830/move-to-
canada-how.
Catatan kaki ringkas
Manjoo, “Snap.”
Anderssen, “Generation Z.”
Pegoraro, “Apple’s iPhone.”
Cunningham, “Black English,” 86.
Lind, “Moving to Canada.”
Daftar pustaka (dalam urutan abjad)
Anderssen, Erin. “Through the Eyes of Generation Z.” Globe
and Mail (Toronto), June 25, 2016.
http://www.theglobeandmail.com/news/national/through-
the-eyes-of-generation-z/article30571914/.
http://www.theglobeandmail.com/news/national/through-the-eyes-of-generation-z/article30571914/http://www.theglobeandmail.com/news/national/through-the-eyes-of-generation-z/article30571914/http://www.vox.com/2016/5/9/11608830/move-to-canada-howhttp://www.vox.com/2016/5/9/11608830/move-to-canada-howhttp://www.theglobeandmail.com/news/national/through-the-eyes-of-generation-z/article30571914/http://www.theglobeandmail.com/news/national/through-the-eyes-of-generation-z/article30571914/
17
Cunningham, Vinson. “You Don’t Understand: John
McWhorter Makes His Case for Black English.” New
Yorker, May 15, 2017.
Lind, Dara. “Moving to Canada, Explained.” Vox, September
15, 2016. http://www.vox.com/2016/5/9/11608830/move-
to-canada-how.
Manjoo, Farhad. “Snap Makes a Bet on the Cultural Supremacy
of the Camera.” New York Times, March 8, 2017.
https://www.nytimes.com/2017/03/08/technology/snap-
makes-a-bet-on-the-cultural-supremacy-of-the-
camera.html.
Pegoraro, Rob. “Apple’s iPhone Is Sleek, Smart and Simple.”
Washington Post, July 5, 2007. LexisNexis Academic.
Komentar pembaca dapat dirujuk di dalam teks atau di
dalam catatan kaki, tetapi tidak dicantumkan dalam daftar
pustaka.
Catatan kaki lengkap
Eduardo B (Los Angeles), March 9, 2017, komentar atas
Manjoo, “Snap.”
8. Resensi buku
Catatan kaki lengkap
Fernanda Eberstadt, “Gone Guy: A Writer Leaves His Wife,
Then Disappears in Greece,” resensi dari A Separation, by
Katie Kitamura, New York Times, February 15, 2017,
https://www.nytimes.com/2017/02/15/books/review/separation-
katie-kitamura.html.
http://www.vox.com/2016/5/9/11608830/move-to-canada-howhttp://www.vox.com/2016/5/9/11608830/move-to-canada-howhttps://www.nytimes.com/2017/03/08/technology/snap-makes-a-bet-on-the-cultural-supremacy-of-the-camera.htmlhttps://www.nytimes.com/2017/03/08/technology/snap-makes-a-bet-on-the-cultural-supremacy-of-the-camera.htmlhttps://www.nytimes.com/2017/03/08/technology/snap-makes-a-bet-on-the-cultural-supremacy-of-the-camera.htmlhttps://www.nytimes.com/2017/02/15/books/review/separation-katie-kitamura.htmlhttps://www.nytimes.com/2017/02/15/books/review/separation-katie-kitamura.html
18
Catatan kaki ringkas
Eberstadt, “Gone Guy.”
Daftar pustaka
Eberstadt, Fernanda. “Gone Guy: A Writer Leaves His Wife,
Then Disappears in Greece.” Review of A Separation, by
Katie Kitamura. New York Times, February 15, 2017.
https://www.nytimes.com/2017/02/15/books/review/separ
ation-katie-kitamura.html.
9. Isi situs web
Laman web dan isi situs web lainnya dapat dirujuk
sebagai berikut. Untuk sumber yang tidak mencantumkan
tanggal penerbitan, pemuatan atau revisi, cantumkan data
aksesnya (seperti dalam contoh catatan kaki Columbia
University di bawah ini).
Catatan kaki lengkap
“Privacy Policy,” Privacy & Terms, Google, dimodikasi
terakhir April 17, 2017,
https://www.google.com/policies/privacy/.
“History,” Columbia University, diakses May 15, 2017,
http://www.columbia.edu/content/history.html.
Catatan kaki ringkas
Google, “Privacy Policy.”
https://www.nytimes.com/2017/02/15/books/review/separation-katie-kitamura.htmlhttps://www.nytimes.com/2017/02/15/books/review/separation-katie-kitamura.htmlhttps://www.google.com/policies/privacy/http://www.columbia.edu/content/history.html
19
Columbia University, “History.”
Daftar pustaka (dalam urutan abjad)
Columbia University. “History.” Diakses May 15, 2017.
http://www.columbia.edu/content/history.html.
Google. “Privacy Policy.” Privacy & Terms. Dimodifikasi
terakhir April 17, 2017.
https://www.google.com/policies/privacy/.
10. Isi audio-visual
Catatan kaki lengkap
Kory Stamper, “From ‘F-Bomb’ to ‘Photobomb,’ How the
Dictionary Keeps Up with English,” wawancara oleh Terry
Gross, Fresh Air, NPR, April 19, 2017, audio, 35:25,
http://www.npr.org/2017/04/19/524618639/from-f-bomb-to-
photobomb-how-the-dictionary-keeps-up-with-english.
Beyoncé, “Sorry,” disutradarai oleh Kahlil Joseph dan Beyoncé
Knowles, June 22, 2016, video musik, 4:25,
https://youtu.be/QxsmWxxouIM.
Catatan kaki ringkas
Stamper, wawancara.
Beyoncé, “Sorry.”
Daftar pustaka (dalam urutan abjad)
http://www.columbia.edu/content/history.htmlhttps://www.google.com/policies/privacy/http://www.npr.org/2017/04/19/524618639/from-f-bomb-to-photobomb-how-the-dictionary-keeps-up-with-englishhttp://www.npr.org/2017/04/19/524618639/from-f-bomb-to-photobomb-how-the-dictionary-keeps-up-with-englishhttps://youtu.be/QxsmWxxouIM
20
Beyoncé. “Sorry.” Disutradarai oleh Kahlil Joseph dan
Beyoncé Knowles. June 22, 2016. Video musik, 4:25.
https://youtu.be/QxsmWxxouIM.
Stamper, Kory. “From ‘F-Bomb’ to ‘Photobomb,’ How the
Dictionary Keeps Up with English.” Wawancara oleh
Terry Gross. Fresh Air, NPR, April 19, 2017. Audio,
35:25. http://www.npr.org/2017/04/19/524618639/from-
f-bomb-to-photobomb-how-the-dictionary-keeps-up-
with-english.
10. Isi sosial media
Rujukan pada isi sosial media biasanya hanya dalam teks,
bukan pada catatan kaki (seperti contoh pertama di bawah).
Sebuah catatan kaki dapat ditambahkan jika sebuah rujukan
formal dibutuhkan atau untuk mencantumkan suatu tautan.
Dalam kasus yang sangat jarang, rujukan dapat dicantumkan
dalam daftar pustaka jika dipandang sangat penting. Sebagai
ganti judul, kutiplah paling panjang 160 karakter pertama dari
posting yang ada. Komentar-komentar dirujuk sesuai yang
terdapat dalam posting.
Dalam teks
Sloane Crosley memberikan nasehat berikut: “How to edit:
Attack a sentence. Write in the margins. Toss in some arrows.
Cross out words. Rewrite them. Circle the whole mess and
STET” (@askanyone, Twitter, May 8, 2017).
Catatan kaki lengkap
Pete Souza (@petesouza), “President Obama bids farewell to
President Xi of China at the conclusion of the Nuclear Security
https://youtu.be/QxsmWxxouIMhttp://www.npr.org/2017/04/19/524618639/from-f-bomb-to-photobomb-how-the-dictionary-keeps-up-with-englishhttp://www.npr.org/2017/04/19/524618639/from-f-bomb-to-photobomb-how-the-dictionary-keeps-up-with-englishhttp://www.npr.org/2017/04/19/524618639/from-f-bomb-to-photobomb-how-the-dictionary-keeps-up-with-english
21
Summit,” Instagram photo, 1 April 2016,
https://www.instagram.com/p/BDrmfXTtNCt/.
Chicago Manual of Style, “Is the world ready for singular they?
We thought so back in 1993,” Facebook, 17 April 2015,
https://www.facebook.com/ChicagoManual/posts/10152906193
679151.
Catatan kaki ringkas
Souza, “President Obama.”
Michele Truty, 17 April 2015, 1:09 p.m., komentar atas
Chicago Manual of Style, “singular they.”
Daftar pustaka
Chicago Manual of Style. “Is the world ready for singular they?
We thought so back in 1993.” Facebook, 17 April 2015.
https://www.facebook.com/ChicagoManual/posts/101529
06193679151.
11. Komunikasi pribadi
Wawancara/korespondensi pribadi umumnya dirujuk
dalam teks atau hanya dicatat dalam catatan kaki. Hanya ketika
sering dikutip karena berpengaruh pada argumentasi dalam
penelitian maka baru dimasukkan dalam bibliografi (mirip
dengan no.11)
Catatan kaki lengkap
https://www.instagram.com/p/BDrmfXTtNCt/https://www.facebook.com/ChicagoManual/posts/10152906193679151https://www.facebook.com/ChicagoManual/posts/10152906193679151https://www.facebook.com/ChicagoManual/posts/10152906193679151https://www.facebook.com/ChicagoManual/posts/10152906193679151
22
Benjamin Spock, wawancara oleh Milton J. E. Senn, 20
November, 1974, interview 67A, transcript, Senn Oral History
Collection, National Library of Medicine, Bethesda, MD.
Maxine Greene, korespondensi email dengan penulis, 23 April
2012. (Jangan sebutkan alamat emailnya!)
Wawancara dengan seorang pekerja kesehatan/sosial. 23 Maret
2010. (Jika tidak dapat menyebutkan nama, maka harus
dijelaskan baik itu dalam catatan kaki langsung atau dalam kata
pengantar, misalnya, “Berdasarkan persetujuan bersama maka
nama dirahasiakan”)
Catatan kaki ringkas
Spock, wawancara.
Greene, pesan surat elektronik.
Wawancara dengan seorang pekerja sosial kesehatan.
12. Ceramah atau seminar
Catatan kaki lengkap
Gregory R. Crane, “Contextualizing Early Modern Religion in
a Digital World” (lecture, Newberry Library, Chicago, 16
September 2011).
Irineu de Carvalho Filho dan Renato P. Colistete, “Education
Performance: Was It All Determined 100 Years Ago? Evidence
from São Paulo, Brazil” (paper disajikan pada 70th annual
meeting of the Economic History Association, Evanston, IL, 24
– 26 September 2010), 6–7, diakses 22 Januari, 2012,
23
http://mpra.ub.unimuenchen.de/24494/1/MPRA_paper_24494.
pdf.
Catatan kaki ringkas
Crane, “Contextualizing.”
Filho dan Colistete, “Education Performance,” 7.
Daftar pustaka
Crane, Gregory R. “Contextualizing Early Modern Religion in
a Digital World.” Lecture. Newberry Library, Chicago.
16 September 2011.
Filho, Irineu de Carvalho dan Renato P. Colistete, “Education
Performance: Was It All Determined 100 Years Ago?
Evidence from São Paulo, Brazil.” Paper disajikan pada
70th annual meeting of the Economic History
Association, Evanston, IL. 24–26 September 2010: 6–7.
Diakses 22 Januari, 2012,
http://mpra.ub.unimuenchen.de/24494/1/MPRA_paper_2
4494.pdf.
B. RUJUKAN BIBLIKA5
1. Alkitab
Rujukan Alkitab hanya dicantumkan dalam teks dan
berada dalam kurung serta disingkat sesuai aturan umum yang
berlaku. Jika merujuk Alkitab dari sebuah versi saja,
cantumkan singkatan versinya setelah pasal dan ayat hanya
5 Disadur dari Joel M. Lemon dan Brennan W. Breed (eds), Student Supplement
for the SBL Handbook of Style, edisi ke-2 (Februari 2015), 1.2 – 1.7. PDF.
http://mpra.ub.unimuenchen.de/24494/1/MPRA_paper_24494.pdfhttp://mpra.ub.unimuenchen.de/24494/1/MPRA_paper_24494.pdfhttp://mpra.ub.unimuenchen.de/24494/1/MPRA_paper_24494.pdfhttp://mpra.ub.unimuenchen.de/24494/1/MPRA_paper_24494.pdf
24
pada saat pertama kali mengutip dan selanjutnya tidak perlu
lagi. Ketika merujuk lebih dari satu versi, maka setiap versi
perlu dicantumkan dalam setiap rujukan.
“Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk
melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh
hati terhadap Dia” (2 Taw. 16:9a LAI)
Jika sebuah kitab yang dirujuk muncul di awal kalimat,
jangan disingkat. Demikian pula jika merujuk pada sebuah
kitab secara keseluruhan atau seorang tokoh yang memiliki
nama sama dengan sebuah kitab, jangan disingkat.
Benar:: 2 Tawarikh mulai dengan doa Salomo.
Kita tidak tahu banyak tentang Habakuk.
Salah: 2 Taw mulai dengan doa Salomo.
Kita tidak tahu banyak tentang Hab.
Rujuklah ayat-ayat Alkitab dengan pasal dan ayat
menggunakan penomoran angka Arab yang dipisahkan dengan
titik dua. Pasal dan ayat tidak ditulis menjadi kata. Jika ada
lebih dar satu ayat yang berurutan, pisahkan nomor ayat dengan
sebuah “–“ (en dash) bukan dengan “-“ (hyphen).
Benar: Yohanes 5:8—9
Salah: Yohanes pasal 5 ayat delapan dan sembilan
Yohanes 5:8-9
Jika mengutip berbagai perikop, daftarlah singkatan
setiap kitab yang berbeda saja diikuti oleh nomor pasal dan titik
dua, dengan semua ayat dipisahkan oleh sebuah koma dan
spasi. Sebuah titik koma menjadi pemisah rujukan untuk setiap
25
pasal atau kitab. Jangan masukkan kata hubung “dan” atau
sebuah “&” sebelum rujukan terakhir. Daftar perikop
berdasarkan urutan kanon dan penomoran.
Benar: Mat. 2:3; 3:4—6; 4:3, 7; Luk. 3:6, 8; 12:2, 5;
Kis. 15:1—5; Rom. 1:8—12.
Salah: Luk. 3:6, 8; Luk. 12:2
Mat. 2:3, 3:4—6; 4:3; Luk. 3:6, 8 dan 12:2
Rom. 1:8—12; Mat. 2:3; 4:3, 7; 3:4—6.
Dalam Alkitab-Alkitab studi seperti The HarperCollins
Study Bible atau The New Oxford Annotated Bible, artikel
khusus dan catatan-catatan (biasanya di bagian bawah halaman)
bukanlah bagian dari teks Alkitab. Catatan studi ditulis oleh
para pengarang atau editor yang nama-namanya dicantumkan di
halaman paling depan Alkitab studi tersebut. Jika artikel dan
catatan tersebut dirujuk, semua informasi yang relevan dari
Alkitab studi tersebut seharusnya dicantumkan.
Catatan kaki lengkap
David L. Petersen, “Ezekiel,” dalam The HarperCollins Study
Bible Fully Revised and Updated: New Revised Standard
Version, with the Apocryphal/Deuterocanonical Books, ed.
Harold W. Attridge et. al. (San Francisco: HarperSanFrancisco,
2006), 1096.
Catatan kaki ringkas
Petersen, “Ezekiel,” 1096
Daftar pustaka
26
Petersen, David L. “Ezekiel,” Halaman 1096-1167 dalam The
HarperCollins Study Bible Fully Revised and Updated:
New Revised Standard Version, with the
Apocryphal/Deuterocanonical Books. Diedit oleh Harold
W. Attridge et. al. San Francisco: HarperSanFrancisco,
2006.
2. Tafsiran
a. Tafsiran berseri
Kebanyakan tafsiran Alkitab menjadi bagian dalam
sebuah seri tafsiran. Dalam hal ini perlu dibedakan antara
judul tafsiran kitabnya dan judul serinya. Judul tafsiran
kitabnya dicetak miring sedangkan judul serinya tidak. Jika
seri tafsiran memiliki penomoran, maka nomor mengikuti
judul seri tanpa dicantumkan kata “volume” atau
singkatannya.
Catatan kaki lengkap
Claus Westermann, Genesis 12—36, terj. John. J. Scullion,
Continental Commentaries (Minneapolis: Fortress, 1995),
25.
Trent C. Butler, Joshua 13—24, ed. Nancy L. deClaissé-
Walford, edisi kedua, Word Biblical Commentary 7b (Grand
Rapids, MI: Zondervan, 2014), 89-90.
Catatan kaki ringkas
Westermann, Genesis 12—36, 44.
Butler, Joshua 13—24, 107.
27
Daftar pustaka
Westermann, Claus. Genesis 12—36. Diterjemahkan oleh
John J. Scullion. Continental Commentaries.
Minneapolis: Fortress, 1995.
Butler, Trent C. Joshua 13—24. Diedit oleh Nancy L.
deClaissé-Walford. Edisi kedua, Word Biblical
Commentary 7b. Grand Rapids, MI: Zondervan, 2014.
b. Tafsiran multi-volume
1) Tafsiran multi-volume atas sebuah kitab oleh seorang pengarang.
Untuk merujuk tafsiran multi-volume yang
menggunakan judul sama di setiap volume, maka rujukan
dibedakan oleh nomor volume, menggunakan baik itu
penomoran Arab atau Romawi. Berikut adalah contoh
Mazmur tiga volume oleh Dahood dalam Anchor Yale
Bible Commentaries.
Jika merujuk keseluruhan volume, maka
keseluruhan karya dicantumkan:
Catatan kaki lengkap
Mitchell Dahood, Psalms, 3 vols., Anchor Yale Bible
Commentaries 16-17A (Garden City, N.Y.: Doubleday,
1965-1970), 3:127.
28
Catatan kaki ringkas
Dahood, Psalms, 2:121
Daftar pustaka
Dahood, Mitchell. Psalms. 3 vols. Anchor Yale Bible
Commentaries 16-17A. Garden City, N.Y.:
Doubleday, 1965-1970.
Jika hanya merujuk salah satu atau dua dari tiga
volume, rujuklah setiap volume masing-masing.
Catatan kaki lengkap
Mitchell Dahood, Psalms I: 1-50, Anchor Yale Bible
Commentaries 16 (Garden City, N.Y.: Doubleday, 1965),
44.
Mitchell Dahood, Psalms II: 51-100, Anchor Yale Bible
Commentaries 17 (Garden City, N.Y.: Doubleday, 1968),
347.
Catatan kaki ringkas
Dahood, Psalms I: 1-50, 78.
Dahood, Psalms II: 51-100, 351.
Daftar pustaka
Dahood, Mitchell. Psalms I: 1-50. Vol. 1 dari Psalms.
Anchor Yale Bible Commentaries 16. Garden City,
N.Y.: Doubleday, 1965.
29
———. Psalms II: 51-100. Vol. 2 dari Psalms. Anchor
Yale Bible Commentaries 17. Garden City, N.Y.:
Doubleday, 1968.
2) Tafsiran multi-volume untuk keseluruhan Alkitab oleh berbagai pengarang
Rujukan ditulis lengkap dalam daftar pustaka.
Untuk catatan kaki hanya menggunakan singkatan resmi
tafsiran multi-volume itu oleh SBL.
Catatan kaki lengkap
Patrick D. Miller, NIB 6:577.
Catatan kaki ringkas
Miller, NIB 6:534
Daftar pustaka
Miller, Patrick D. “The Book of Jeremiah: Introduction,
Commentary, and Reflections.” Dalam Introduction
to Prophetic Literature, Isaiah, Jeremiah, Baruch,
Letter of Jeremiah, Lamentations, Ezekiel. Vol. 6
dari New Interpreter’s Bible. Diedit oleh Leander
E. Keck, Nashville: Abingdon, 2001.
3) Tafsiran satu volume atas keseluruhan Alkitab
Cara merujuk sama dengan A.2.
Catatan kaki lengkap
30
Jack G. Partain, “Numbers,” dalam Mercer Commentary
on the Bible, ed. Watson E. Mills et al. (Macon, GA:
Mercer University Press, 1995), 175-79.
Catatan kaki ringkas
Partain, “Numbers,” 175.
Daftar pustaka
Partain, Jack G. “Numbers.” Dalam Mercer Commentary
on the Bible. Diedit oleh Watson E. Mills et al.,
175-79. Macon, GA: Mercer University Press,
1995.
3. Ensiklopedia dan kamus Alkitab
Rujukan berdasarkan pengarang artikel dan bukan editor
dari karya keseluruhan. Kebanyakan ensiklopedia dan kamus
Alkitab menempatkan nama pengarang di bagian akhir artikel
yang ditulisnya. Jika berbagai artikel dari sumber yang sama
digunakan, maka masing-masing pengarang dan artikel harus
dirujuk.
Rujukan ditulis lengkap dalam daftar pustaka. Untuk
catatan kaki hanya menggunakan singkatan resmi tafsiran
multi-volume itu oleh SBL
Catatan kaki lengkap
Stanley D. Walters, “Jacob Narrative,” ABD 3:599-609.
Catatan kaki ringkas
Walters, “Jacob Narrative,” 3:600.
31
Daftar pustaka
Walters, Stanley D. “Jacob Narrative.” Halaman 359-609
dalam vol. 3 dari The Anchor Bible Dictionary. Diedit
oleh David Noel Freedman. 6 vols. New York:
Doubleday, 1992.
C. RUJUKAN BIDANG MUSIK
Khusus rujukan bidang musik terkait dengan penulisan baik
di dalam teks maupun dalam catatan kaki serta daftar pustaka.
1. Penulisan Nada dan Nada Dasar
Penulisan nada menggunakan huruf besar, namun istilah
kromatis (“flat/mol”, “sharp/kruis”, “natural”) tidak
menggunakan huruf besar. Penulisan tanda kromatis hanya
digunakan dalam diagram atau penyingkatan yang digunakan
untuk materi analitikal.
Contoh:
middle C G-natural
nada dasar G mayor nada dasar f-sharp minor
triad D-mayor dawai E
nada dasar F# minor triad Bb-mayor
Untuk penulisan judul repertoir yang seringkali
mencantumkan nada dasar, maka penulisan nada dasar mayor
menggunakan huruf besar, dan nada dasar minor menggunakan
huruf kecil. Untuk penulisan ini, kata “mayor” dan “minor”
tidak perlu ditulis lagi.
32
Contoh:
nada dasar G Triad e = E-G natural-B
Movement kedua dari Beethoven’s Sonata in c, Op. 13, ditulis
dalam nada dasar A-flat.
Terdapat perkecualian dalam penulisan judul repertoire
dalam program konser. Nada dan nada dasar harus ditulis
dengan huruf besar.
Contoh: Sonata in C Minor, Op. 13.
Penulisan penomoran octave, yang dihitung dari nada
yang terendah pada piano hingga yang tertinggi. Penulisannya
adalah sebagai berikut:
• Nada C terendah di piano ditulis C1
• Nada C tertinggi di piano ditulis C8
• Middle C adalah C4
2. Penulisan chord
Dalam analisa harmoni, penulisan chord menggunakan
numerik roman dengan huruf besar, untuk menunjukkan
tingkatan dalam tangga nada yang berlaku.
Contoh:
V [sebuah chord ke-5 atau dominan dari sebuah tangga nada]:
V7 [chord dominan tujuh]
Penulisan progress harmoni menggunakan numerik
roman dengan huruf besar dan “garis strip/dash”.
33
Contoh: IV-I-V-I
Sedangkan dalam tangga nada minor, maka penulisannya
akan menjadi sebagai berikut:
Contoh: iv-i-V-i
3. Penulisan tanda dinamika
Penulisan tanda dinamika ditulis dengan huruf kecil,
seperti: pianissimo, piano, mezzo-forte, forte, atau
fortississimo. Sedangkan untuk penulisan bentuk singkatannya
menggunakan huruf kecil miring (italic) tanpa manambahkan
“tanda titik”. Contoh: pp, p, mf, f, ff.
Jika penulisan tanda dinamika ditulis sebagai kutipan
dalam badan paper/skripsi/tesis, maka harus ditulis di antara
“tanda petik”, untuk menegaskan maksud dari dinamika
tersebut.
Contoh: “Untuk memberikan keseimbangan dinamika dengan
orkestra, tanda dinamika “piano” yang diberikan oleh Finzi,
mungkin perlu dipahami sebagai “mezzo-forte”.
4. Penulisan judul repertoire
Jika judul merupakan judul repertoire yang diterbitkan
dalam format buku, seperti: symphony, opera, oratorio, tone
poem, atau repertoire panjang lainnya, harus ditulis dengan
huruf miring (italic). Sedangkan untuk karya-karya pendek,
judul lagu, tidak perlu ditulis miring, namun dalam “tanda
petik”.
34
Contoh:
Harold in Italy “Jesu Joy of Man’s Desiring”
Don Giovanni “Wohin” dari Die Schone Mullerin
Death and Transfiguration “La ci darem la mano”
Elijah “For unto us a Child is born” dari Messiah
“Piu allegro, quasi presto section” dari movement “Rondo”
Sonata in D-Mayor,
Op. 28 oleh Ludwig van Beethoven.
“Avant de quitter” oleh Gounod’s Faust
Banyak komposisi yang tidak memiliki judul yang
spesifik namun dapat diidentifikasi berdasarkan genre
musiknya (contoh: symphony, concerto, sonata, prelude,
nocturne, andante, scherzo, dll). Ketika digunakan sebagai
judul karya komposisi, nama genre dan nada dasar selalu ditulis
dengan huruf besar. Jika nada dasarnya menggunakan istilah
“flat”, “sharp”, atau “natural”, maka istilah tersebut harus
ditulis dengan huruf kecil dengan ditambahkan tanda hubung “-
“.
Contoh:
Symphony in B Major Sonata in E-flat
Fantasy in C Minor Adagion from the Fifth Symphony
B-flat Nocturne D Minor Violin Concerto
Italian Suite No. 3 Allegretto for Orchestra
E-flat Concerto
Tulis dengan huruf besar penomoran pada judul komposisi:
the Seventh Symphony
35
Ketika elemen dalam judul sebuah karya digunakan
sebagai referensi informal, maka harus ditulis dengan huruf
kecil, kecuali penulisan nada dasarnya.
Contoh:
the B minor symphony
the third Italian suite
Jika angka-angka dipakai dalam judul komposisi, istilah
“Op.” (“Opus;” plural “Opp.” atau, jarang digunakan, “Opera”)
dan “No.” (nomor; plural “Nos.”) maka keduanya harus huruf
besar. Sebuah singkatan yang berhubungan dengan katalog
untuk komposer tertentu, harus ditulis dengan huruf besar.
Contoh:
BWV (Bach-Werke-Verzeichnis) untuk Bach, D. (Deutsch)
untuk Schubert, K. (Köchel) untuk Mozart.
Untuk penulisan pada footnote, judul karya harus italic,
namun sebuah komposisi instrumental yang disebutkan hanya
dengan genre, nomor, dan nada dasar, maka penulisannya tidak
perlu italic atau ditulis di antara tanda “…”.
Contoh:
1 Francis Poulenc, Gloria.
2 Ludwig van Beethoven, Symphony No. 5 in C minor.
3 Charles Gounod, Faust, libretto by J. Barbier dan M. Carre
(New York: G. Schirmer, 1930), 113.
36
5. Teks himne dan hymn tune
Penulisan teks himne, harus dituliskan sebagaimana kita
menulis kalimat biasa, yaitu dengan SENTENCE
CAPITALIZATION,
Contoh:
“Nyamanlah jiwaku”, “Besar setiaMu”.
Judul himne, contoh: “Percaya dan Taat”, “In the Garden”
Hymn tune
Contoh:
VILLE DU HAVRE, GARDEN, TRUST AND OBEY.
6. Penulisan MUSIC FORM (bentuk musik)
Contoh: ABA form, bar form, strofik form, rondo, binary form,
bagian “B”.
7. Penomoran birama
Penulisan nomor birama, bisa diawali dengan kata
“birama” atau dengan singkatan “m.” bila tunggal dan “mm.”
bila jamak.
8. Lain-Lain
Periode sejarah musik, contoh: Middle Ages/Zaman
Pertengahan, Classicism/Klasik, Romanticism/Romantik,
Neoclassicism/Neoklasik, musik Romantik, musik Barok,
sonata Klasik, kecuali: abas ke-20 (tidak menggunakan huruf
kapital sama sekali)
37
Church modes, contoh: Dorian, Aeolian, Lydian, dll.
Office hours, contoh: Matins, Vespers.
VIII. Teknik Pengetikan
A. Naskah diketik menggunakan komputer pada kertas putih
ukuran A4.
B. Isi skripsi minimal 60 halaman dan tesis minimal 80 halaman
(hanya isi, tidak termasuk halaman-halaman awal dan daftar
pustaka).
C. Naskah diketik pada satu permukaan halaman dengan jarak
antar baris 2 (dua) spasi. Font yang dipakai adalah Times New
Roman dengan ukuran 12 pt untuk teks/naskah dan 10 pt untuk
footnote dan isinya.
D. Batas tepi ketikan adalah sebagai berikut : atas 2 ½ cm (1 inci),
bawah 2 ½ cm (1 inci), kiri 4 cm (1 ½ inci), kanan 2 ½ cm (1
inci).
E. Penulisan nomor halaman pada sudut kanan atas (kecuali
halaman awal bab) dengan:
1. Angka Latin untuk bagian awal seperti Kata Pengantar,
Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar (contoh : i, iv, vii,
ix). Untuk halaman judul tidak usah diberi nomor.
2. Angka Arab/nomor (1,2,3) mulai dari Bagian Inti sampai
bagian Bibliografi.
F. Pengaturan jarak spasi sebagai berikut:
1. Untuk seluruh teks naskah, diketik dengan 2 spasi.
2. Awal paragraf dimulai dengan menjorok ke dalam sebanyak
5 karakter ketik ke dalam, dan ketikan dibuat rata kiri.
38
3. Untuk kutipan langsung yang panjangnya lebih dari 5 baris,
diketik dengan 1 spasi dan diindent 5 karakter ketik ke
dalam, tanpa menggunakan tanda kutip.
4. Untuk kutipan pendek yang tidak lebih dari 5 baris, langsung
dimasukkan teks skripsi dengan jarak 2 spasi dan diberi
tanda kutip.
5. Ada jarak dua baris kosong untuk mengetik sebagai berikut:
a. antara judul bab dengan baris pertama dari bab itu.
b. antara judul anak bab dengan baris di atasnya.
Halaman-halaman selanjutnya di bawah ini menyajikan
bantuan lebih lanjut terkait dengan gaya dan format makalah.
Walaupun demikian, contoh-contoh yang disajikan tidaklah bersifat
lengkap.
39
CONTOH: HALAMAN JUDUL
JUDUL SKRIPSI / TESIS
(SPASI GANDA UNTUK BARIS JUDUL BERIKUTNYA)
(ada jarak sekitar satu inci / 2.5 cm)
DIAJUKAN KEPADA
[NAMA INSTITUSI]
(ada jarak sekitar satu inci / 2..5 cm)
[LOGO INSTITUSI]
(ada jarak sekitar satu inci / 2.5 cm)
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN
GUNA MENCAPAI GELAR [SARJANA / MAGISTER TEOLOGI]
(ada jarak sekitar satu inci / 2.5 cm)
OLEH
[NAMA MAHASISWA/I]
[NIM]
[TANGGAL, BULAN, TAHUN]
40
CONTOH: DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
PRAKATA ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................1
Anak judul level pertama (gunakan 5 karakter ketik ke dalam,
tanpa titik-titik untuk nomor halamannya), baris selanjutnya juga
dimasukkan ke dalam sejajar pertama 2
Anak judul level kedua (5 karakter ketik ke dalam, tanpa titik-titik
untuk nomor halaman) 3
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................40
BAB V KESIMPULAN ....................................................................92
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................101
41
CONTOH: ISI TEKS
(margin atas dua inci atau 5 cm hanya untuk halaman pertama)
JUDUL UTAMA
BARIS SELANJUTNYA UNTUK JUDUL YANG PANJANG
MENGGUNAKAN SPASI TUNGGAL
Margin atas adalah dua inci untuk halaman pertama saja. Ada dua
baris kosong di antara judul dan teks (atau anak judul jika ada).
Margin-margin adalah atas dan bawah 1 inci atau 2 ½ cm, kiri 1 ½
inci atau 4 cm, dan kanan 1 inci atau 2 ½ cm. Halaman pertama pada
bab-bab skripsi/tesis memiliki format seperti halaman judul utama ini
dengan nomor halaman pada bagian bawah tengah.
Ketik lima karakter ke dalam untuk baris pertama paragraf-
paragraf selanjutnya. Semua isi teks utama harus memiliki standar 12
pt, seperti Times New Romans.
Anak Judul Level Pertama
Harus ada dua baris kosong di antara teks bagian sebelumnya dan
sebuah anak judul, apapun levelnya. Anak judul level pertama berada
di tengah dan dicetak tebal.
42
Anak Judul Level Kedua
Ada dua baris kosong antara teks bagian sebelumnya dan sebuah
anak judul. Anak judul level kedua berada di tengah tetapi tidak
dicetak tebal.
Anak Judul Level Ketiga
Anak judul level ketiga berada di tepi kiri, cetak tebal dan miring.
Sebuah judul tidak berada di baris terakhir dalam suatu halaman teks.
Jika dibutuhkan, ditambahkan spasi kosong di akhir halaman untuk
memulai judul di halaman yang baru.
Anak Judul Level Keempat
Anak judul level keempat berada di tepi kiri, tanpa cetak tebal dan
tanpa cetak miring.
Penomoran halaman untuk halaman selanjutnya setelah
halaman pertama judul berada di pojok kanan atas. Teks utama
berspasi ganda kecuali kutipan langsung.
43
Ini adalah contoh kutipan langsung. Terdiri dari lima atau lebih
baris dan dimasukkan ke dalam oleh ketikan lima karakter.
Berspasi tunggal. Tidak ada tanda kutip ganda (“) digunakan di
awal dan di akhir kutipan langsung. Tanda kutip ganda hanya
tetap digunakan ketika juga digunakan dalam sumber yang
dipakai. Kutipan langsung berjarak spasi ganda dari bagian teks
sebelumnya dan setelahnya.6
Setelah sebuah kutipan langsung, teks dalam paragraf kembali
memiliki spasi ganda dan rata kiri seperti semula.
Catatan-catatan kaki di bagian bawah halaman dipisahkan oleh
sebuah baris kosong.7 Catatan-catatan kaki harus memiliki nomor
berurutan. Sebuah catatan kaki dan teks rujukannya harus berada di
halaman yang sama. Jika sebuah piranti lunak seperti Microsoft
Word tidak secara otomatis melakukan hal tersebut, maka perlu
diatur “line spacing” dalam jendela “paragraph” menjadi “exactly.”
6 Baris pertama sebuah catatan kaki dimasukkan ke dalam oleh ketikan 5
karakter. Font berukuran 10 pt. Catatan kaki, tidak seperti teks utama, hanya
memiliki spasi tunggal.
7 Antar catatan kaki dipisahkan oleh sebuah baris kosong dan sebuah spasi
antara nomor dan kata pertama dari catatan kaki.
44
CONTOH: BIBLIOGRAFI/DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Sediakan dua baris kosong di antara judul dan teks. Pisahkan setiap
rujukan dengan sebuah baris kosong.Rujukan sendiri jika lebih dari
satu baris menggunakan spasi tunggal.
Harrington, Daniel. “Palestinian Adaptations of Biblical Narratives
and Prophecies.” Halaman 239-47 dalam Early Judaism and
Its Modern Interpreters. Diedit oleh R.A. Kraft dan G.W.E.
Nickelsburg. The Bible and Its Modern Interpreters 2.
Philadelphia: Fortress, 1986.
Hellmut Lieberg, Amt und Ordination bei Luther und Melanchton.
Gottingen: Vandenhoeck & Ruprecht, 1962.
Martinson, Roland D. “The Pastoral Ministry.” Dalam Called and
Ordained: Lutheran Perspectives on the Office of the
Ministry. Diedit oleh Todd Nichol and Marc Kolden, 181-93.
Minneapolis: Fortress, Press, 1990.
McLay, R. Timothy. “The Goal of Teaching Biblical and Religious
Studies in the Context of an Undergraduate Education.” SBL
Forum, 6 Oktober 2006. http://www.sbl-site.org/ publications/article.aspx?articleId=581.
Peterson, Eugene H. Under the Unpredictable Plant: An Exploration
in Vocational Holiness. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans
Pub. Co., 1992.
Willimon, William H. Pastor: the Theology and Practice of
Ordained Ministry. Nashville: Abingdon Press, 2002.
http://www.sbl-site.org/
45
IX. SISTEM PENILAIAN
A. Ujian karya ilmiah akan dilaksanakan oleh tim penguji yang terdiri dari tiga orang (skripsi) atau empat orang (tesis) yaitu:
1. Ketua tim penguji (Ketua Tim Penguji)
2. 1 Penguji untuk skripsi dan 2 Penguji untuk tesis
3. Pembimbing skripsi/tesis
B. Mahasiswa/i tingkat IV atau yang menulis skripsi/tesis diundang untuk hadir dalam ujian tersebut.
C. Mahasiswa/i diminta membuat dan menyerahkan bentuk akhir karya ilmiah yang akan diuji selambatnya 3 hari sebelum hari
ujian.
D. Mahasiswa/i diminta mempresentasikan hasil karya tulisnya selama 10-15 menit.
E. Kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa/i yang diuji diberikan pertama kepada (para) Penguji, setelah itu
Ketua Tim Penguji dan terakhir kepada Pembimbing.
Mahasiswa/i lain yang mendengarkan dapat diberikan
kesempatan untuk bertanya dan teknisnya akan diatur oleh
Ketua Tim Penguji.
F. Penguji dan Ketua Tim Penguji menilai ujian dari segi-segi: 1. Sistematika 2. Isi (logika berpikir, analisa data, dan relevansi) 3. Presentasi dan kemampuan meresponi pertanyaan 4. Tata bahasa dan teknis penulisan
G. Pembimbing menilai dari segi-segi: 1. Sistematika dan isi 2. Presentasi dan kemampuan meresponi pertanyaan 3. Tata bahasa dan teknis penulisan 4. Usaha calon selama mendapat bimbingan
H. Sistem penilaian adalah: semua anggota dalam tim penguji akan memberikan penilaian, setelah itu dijumlahkan kemudian
dibagi sesuai jumlah anggota. Contoh sistem penilaian skripsi:
46
3.0 + 3.0 + 3.1 = 9.1 dibagi 3 = 3.0. Jadi hasil nilainya adalah
3.0 atau B.
I. Perbedaan nilai di antara para penguji tidak boleh lebih dari 1.0. Apabila terjadi perbedaan nilai antara satu penguji dengan
penguji lain lebih dari 1.0, maka diadakan musyarawah untuk
mufakat untuk mendapatkan nilai akhir penetapan lulus
tidaknya seeorang peserta ujian.
J. Untuk dapat dinyatakan lulus dalam ujian skripsi/tesis, maka mahasiswa harus dapat memperoleh nilai minimal C.
X. KEWAJIBAN DOSEN SEBAGAI PEMBIMBING
A. Menolong membimbing mahasiswa/i melewati seluruh proses
penelitan, pemikiran, dan penulisan.
B. Mendiskusikan jadwal pertemuan dengan mahasiswa/i untuk
menentukan target waktu penyelesaian penulisan dan
pertemuan pembimbingan secara regular dengan
menandatangani formulir pertemuan yang dipegang oleh
mahasiswa/i.
C. Menolong mahasiswa/i menghasilkan karya tulis yang memiliki
cara (metodologi dan pendekatan), bentuk atau struktur
(sistematika atau logika) dan isi (bobot pikiran) yang dapat
dipertanggungjawabkan secara benar dan keilmuan.
D. Menolong mahasiwa untuk dapat menyatakan argumentasi-
argumentasi dan kesimpulan-kesimpulan yang adil (fair) dan
mandiri terhadap sumber-sumber yang dipakai.
E. Mengarahkan mahasiswa kepada sumber-sumber bacaan dan
penelitian yang tepat, aktual dan tersedia.
F. Mengembalikan rancangan-rancangan (draft) penulisan kepada
mahasiswa secepatnya (maksimal dalam waktu 2 minggu
setelah penyerahan).
47
G. Memeriksa dan membuat catatan tentang beberapa hal yang
berhubungan dengan kesalahan-kesalahan teknis pengetikan,
tata bahasa, terjemahan, pelafalan, atau format pengutipan dan
penulisan yang tidak standar. Hal ini dapat dilakukan dengan
menunjukkan beberapa kesalahan yang sama.
H. Memberi masukan tentang hal yang perlu dilakukan termasuk
cara menulis isi dan revisi penulisan tersebut.
XI. KEWAJIBAN MAHASISWA/I SEBAGAI PENULIS
A. Mengikuti presentasi proposal skripsi/tesis. Jadwal presentasi
ini akan ditentukan oleh Wakil Ketua Bidang Akademik.
B. Mengerjakan secara mandiri seluruh proses penelitian,
pemikiran dan penulisan dan sedapat mungkin menulis dengan
argumentasi-argumentasi dan kesimpulan-kesimpulan yang adil
dan mandiri terhadap sumber-sumber yang dipakai. Ini
berimplikasi bahwa mungkin pendapat, argumentasi dan
kesimpulan yang diambil oleh mahasiswa dapat berbeda
dengan dosen pembimbing. Jika, dalam keadaan tertentu,
perbedaan ini tidak dapat direkonsiliasi, sebuah pertemuan akan
difasilitasi oleh Wakil Ketua Bidang Akademik untuk mencari
jalan keluarnya.
C. Proaktif menemui dosen pembimbing pada setiap tahapan
pengembangan penulisan. Demikian juga, jika sewaktu-waktu
ada yang ingin dikonsultasikan selama proses penulisan
tersebut.
D. Mengerjakan penulisan karya tulis akhir sesuai dengan format
standar yang berlaku di sekolah. Dosen tidak berkewajiban
mengkoreksi seluruh kesalahan yang ada. Karena itu
mahasiswa/i wajib memperbaiki seluruh kesalahan seperti
kesalahan-kesalahan teknis pengetikan, tata bahasa, terjemahan,
48
pelafalan, atau format pengutipan dan penulisan yang tidak
standar, yang terdapat dalam semua bagian tulisan yang
diserahkan.
E. Menyelesaikan secara mandiri semua perbaikan akhir, baik isi
maupun format, sebelum memberikan draft akhir kepada dosen
pembimbing dan kepada tim penguji untuk ujian akhir.
CATATAN TAMBAHAN UNTUK BAGIAN RUMUSAN
MASALAH
Penelitian ilmu teologi yang menggunakan riset kepustakaan
tidaklah mengenal penentuan populasi dan sampel. Demikian pula,
oleh karena penelitian demikian menggunakan riset kepustakaan,
maka di dalamnya juga tidak ditentukan variabel dalam masalah
penelitian. Konsekuensinya meskipun rumusan masalah dalam
penelitian ilmu teologi yang menggunakan riset kepustakaan
senantiasa menuntut penjabaran yang spesifik, namun hal ini tidak
harus diidentikkan dengan variabel seperti yang terjadi dalam riset
lapangan. Oleh karena itu, penting untuk dibahas ciri khas perumusan
masalah riset kepustakaan.
Sebelumnya perlu diingat baik-baik satu aturan penting yang
berlaku untuk semua penelitian keilmuan dalam perumusan masalah.
Baik untuk riset kepustakaan dan riset lapangan, masalah harus
dirumuskan atau dinyatakan dengan sebuah kalimat yang jelas dan
ringkas. Hal ini untuk menunjukkan bahwa seorang peneliti telah
memahami dengan jelas dan berfokus pada yang hendak dikerjakan
dalam penelitiannya. Rumusan kalimat itu dapat dinyatakan melalui
49
sebuah pernyataan, pertanyaan atau tujuan. Di STT-Aletheia rumusan
masalah biasanya dinyatakan melalui sebuah pertanyaan.
Sesuai dengan namanya, riset kepustakaan, maka rumusan
masalah yang ada tidak harus diuji terlebih dahulu dan/atau
diselesaikan melalui kegiatan lapangan baik itu yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif. Sebagai ganti hubungan antara variabel
dalam penelitian kuantitatif/kualitatif (riset lapangan), ciri khas riset
kepustakaan adalah melihat hubungan antara dua atau lebih unsur
yang terkandung dalam substansi objek penelitian yang telah
dinyatakan dalam rumusan masalahnya.
Misalnya, rumusan masalah berbunyi: “Bagaimana praktek
perpuluhan dalam Perjanjian Lama Maleakhi 3:8-12 berhubungan
dengan orang-orang percaya Perjanjian Baru?” Unsur-unsur dalam
rumusan masalah yang dapat dilihat hubungannya antara lain adalah:
apakah ajaran Perjanjian Lama tentang tentang perpuluhan?
Bagaimanakah pembaca mula-mula memahami Maleakhi 3:8-12?
Apakah ajaran Perjanjian Baru tentang perpuluhan? Bagaimanakah
berita Maleakhi 3:8-12 ditangkap oleh orang-orang percaya
Perjanjian Baru?
Dengan melihat hubungan antara dua atau lebih unsur yang
terkandung dalam substansi objek penelitian tersebut, sebetulnya
seorang peneliti telah mendapat topik-topik yang nantinya dapat
dikembangkan lebih lanjut sebagai usaha menjawab rumusan
masalah dalam bab yang melaporkan hasil penelitiannya (Bab
Pembahasan). Inilah ciri khas dari riset kepustakaan ilmu teologi
dalam melihat hubungan yang terdapat dalam rumusan masalah. Jadi,
seorang peneliti riset kepustakaan ketika menemukan hubungan
unsur-unsur yang ada dalam rumusan masalahnya dan berusaha
50
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari unsur-unsur
tersebut, sebenarnya pada akhirnya telah juga memberikan jawaban
terhadap masalah yang dirumuskan dalam penelitiannya.
CATATAN TAMBAHAN UNTUK BAGIAN METODOLOGI
PENELITIAN DALAM BAB PENDAHULUAN:
METODOLOGI DALAM ILMU TEOLOGI
Apakah hubungan metodologi dan metode? Sederhananya,
metodologi adalah dasar-dasar filsafat ilmu dari suatu metode.
Metodologi penelitian, karenanya, membahas konsep teori berbagai
metode penelitian yang ada sehingga belum memiliki langkah-
langkah praktis. Langkah-langkah praktis itulah yang ada pada
metode penelitian.8 Dengan kata lain, seorang peneliti melakukan
penelitiannya (metode atau cara penelitian) berdasarkan metodologi
yang dipilihnya. Demikian juga, dalam ilmu teologi seorang peneliti
akan menggunakan suatu metode penelitian yang konsisten dengan
metodologi yang dipilihnya dalam ilmu teologi.
Apakah metodologi dalam ilmu teologi kalau begitu?
Metodologi yang ada dalam ilmu teologi dapat dibangun berdasarkan
kurikulum “empat-rangkap” dari ilmu teologi itu sendiri. Kurikulum
tersebut memiliki empat disiplin yaitu biblika, historika, sistematika
dan praktika.9 Berdasarkan empat disiplin tersebut, ilmu teologi dapat
8 Lihat juga penjelasan lebih lanjut hubungan metodologi dan metode oleh H.
Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner (Yogyakarta: Penerbit
“Paradigma”, 2012), 7-8.
9 Usaha mempertahankan kurikulum tersebut dalam pendidikan teologi
termasuk kesatuan esensial dari empat disiplin yang ada itu demi kebaikan gereja
dapat dilihat pada karya Richard A. Muller, The Study of Theology: From Biblical
51
menggunakan empat metodologi juga: metodologi biblika,
metodologi historika, metodologi sistematika dan metodologi
praktika.
Bagian metodologi penelitian dalam skripsi dan tesis bertujuan
untuk menjelaskan jenis metodologi penelitian teologi yang akan
dipergunakan. Walaupun keempat metodologi yang ada tidak dapat
dipisahkan secara total, perlu diterangkan secara umum fokus
metodologi yang hendak dipergunakan sehubungan dengan topik atau
masalah yang dipilih sekaligus keterkaitan metodologi yang menjadi
fokus itu dengan ketiga metodologi lainnya.
CATATAN TAMBAHAN UNTUK BAB TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka bermaksud utama untuk menjelaskan
hubungan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian serupa
yang telah dilakukan sebelumnya termasuk buku-buku mengenai
topik yang akan diteliti. Bagian ini harus dapat mencapai keempat
tujuan sebagai berikut:10
1. Menghindari penggandaan penelitian yang telah dilakukan;
2. Mengidentifikasi gap yang ada dalam penelitian terkait dengan
topik yang akan dibahas sehingga membutuhkan studi lebih
lanjut;
3. Berinteraksi dengan teori-teori dan penemuan-penemuan terkini
yang terkait erat dengan topik yang akan diteliti
Interpretation to Contemporary Formulation (Grand Rapids: Zondervan Publishing
House, 1991).
10 Disadur dari Kevin Gary Smith, Writing and Research: A Guide for
Theological Students (Carlisle, UK: Langham Global Library, 2016), 161.
52
4. Mempersempit ruang lingkup penelitian terhadap topik yang
ada dalam hubungan dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya
Karena itu, tinjauan pustaka bukanlah sekadar suatu kumpulan
berbagai pendapat banyak orang terkait dengan topik yang akan
diteliti untuk kemudian akan digunakan sebagai pendukung dan
referensi bagi hasil penelitian yang akan dilakukan. Pola demikian
dalam suatu tinjauan pustaka akan mengaburkan fungsi tinjauan
pustaka itu sendiri dalam penelitian. Memang tidak dilarang untuk
mengutip dan mengambil pendapat orang lain, namun jangan sampai
akhirnya menghilangkan maksud sebenarnya dari tinjauan pustaka itu
sendiri yaitu untuk menunjukkan penelitian yang akan dilakukan
berbeda dari yang sudah-sudah dan perlu untuk segera dilaksanakan.
CATATAN TAMBAHAN UNTUK BAB METODE
PENELITIAN
Cara Penelitian
Pada umumnya cara penelitian yang dipakai dalam ilmu teologi
adalah riset kepustakaan. Walaupun demikian, tidak menutup
kemungkinan cara penelitian riset lapangan dipergunakan. Alasan
adanya kecenderungan penggunaan riset kepustakaan adalah bersifat
praktis yaitu ketersediaan dan keterbatasan waktu bagi mahasiswa
dan mahasiswi untuk melakukan cara penelitian riset lapangan.
Karena itu, dalam bagian bab metode penelitian tidak perlu lagi
dijelaskan alasan memilih riset kepustakaan dibandingkan riset
lapangan (kecuali jika yang dipilih adalah riset lapangan).
53
Prosedur atau Langkah Penelitian
Bagian ini tidak perlu lagi membahas tentang sejumlah
prosedur atau langkah penelitian dalam riset kepustakaan yang juga
berlaku dalam setiap ilmu, misalnya analisa dan sintesa. Tentunya
mereka juga berlaku bagi ilmu teologi. Akan tetapi setiap ilmu
mengkonkretkan prosedur atau langkah penelitian tersebut sesuai
dengan objeknya yang khas. Bagi ilmu teologi, langkah penelitian
tersebut berhubungan erat dengan metodologi yang disesuaikan
dengan objek formalnya. Inilah yang perlu diungkapkan dalam
bagian ini.
Metodologi biblika akan menggunakan prosedur eksposisi (di
STT-Aletheia eksposisi identik dengan eksegesis). Setiap peneliti
tidak harus menggunakan semua langkah penelitian yang ada dalam
eksposisi tersebut, namun harus dengan jelas menyatakan dalam
metodenya langkah-langkah yang dipilih dan digunakan nantinya.
Penjelasan pemilihan tersebut juga dikaitkan secara spesifik dengan
topik penelitian yang dilakukan.
Metodologi historika dapat memilih satu dari empat model
yang tersedia dalam sejarah doktrin: Pola Umum/Spesial, Model
Spesial atau Diakronik, Model Pemikir Besar, dan Model Integral,
Sinkronik atau Organik.11 Penjelasan pemilihan tersebut juga harus
dikaitkan secara spesifik dengan topik penelitan yang dilakukan.
Metodologi sistematika dan praktika12 sedikit berbeda dari dua
metodologi sebelumnya. Dalam biblika dan historika seorang peneliti
11 Lihat James E. Bradley dan Richard A. Muller, Church History: An
Introduction to Research, Reference Works, and Methods (Grand Rapids: Wm. B.
Eerdmans Pub. Co., 1995), 26-32.
12 Metodologi sistematika dan praktika digabung di sini karena diasumsikan
menggunakan riset kepustakaan. Biasanya metodologi praktika menggunakan riset
54
tinggal memilih langkah prosedur yang tersedia untuk kemudian
dikaitkan secara spesifik dengan topik yang diteliti. Dalam
sistematika dan praktika, seorang peneliti menjabarkan langkah
penelitiannya melalui satu atau dua acara berikut ini.13 Pertama,
menempatkan topik yang diteliti dalam konteks keseluruhan Alkitab
(misal: menyebutkan secara ringkas bagian-bagian Alkitab yang akan
dibahas dan yang terkait erat dengan topik yang ada). Kedua,
menempatkan topik penelitian dalam konteks perkembangan historis
topik itu sendiri (misal: menyebutkan tokoh-tokoh penting dan
representatif atau unsur-unsur ide penting dan relevan yang telah ada
sebelumnya dalam sejarah yang terkait erat dengan topik akan
dibahas).
lapangan yang membutuhkan metode penelitian tersendiri dan berbeda dari riset
kepustakaan.
13 Muller berkata, “The method and organization of doctrinal theology, its
principles and its priorities, rest on two foundations, the biblical and the historical”
(Muller, 131). Lihat juga pembahasan Subagyo tentang penelitian teologi
sistematik dan praktika atau pastoral, secara khusus unsur-unsur biblika dan historis
dalam diagram-diagram riset teologi doktrinal dan praktika (Subagyo, 148-157).
55
FORMAT PROPOSAL PENULISAN SKRIPSI/TESIS
JUDUL
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bagian ini menjelaskan masalah nyata yang mendorong untuk
mengadakan penelitian, entah dari pengalaman pribadi, atau dari
kepustakaan. Diterangkan juga alasan masalah tersebut menarik atau
relevan, misal melalui dikemukakannya akibat atau dampak jika
masalah tersebut tidak terselesaikan berdasarkan sumber
kepustakaan. Diakhiri dengan penjelasan usaha mengatasi masalah
tersebut yang terlihat, misalnya, melalui judul yang diangkat.
B. RUMUSAN MASALAH
Berupa kalimat tanya yang merangkum rumusan masalah
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Dikaitkan dengan rumusan masalah dan menggunakan kata kerja
yang tepat seperti: “menjelaskan,” “membandingkan,”
menunjukkan,” dan lain-lain.
D. HIPOTESIS
Memuat pernyataan singkat yang mengungkapkan jawaban
sementara dari masalah yang dihadapi dan masih harus diterima atau
ditolak kebenarannya.
E. TINJAUAN PUSTAKA SEMENTARA
Menunjukkan keakraban dengan studi terkini terkait dengan topik
yang akan diteliti dan meyakinkan bahwa penelitian yang akan
56
dilakukan dapat terlaksana karena ketersediaan sumber-sumber
sekaligus menangkal penggandaan penelitian.
F. METODOLOGI (PENDEKATAN) DAN METODE (CARA)
PENELITIAN
Menjelaskan alasan pemilihan salah satu metodologi dari empat
metodologi yang tersedia dalam ilmu teologi sekaligus menjabarkan
cara dan prosedur penelitian yang akan dilakukan berdasarkan
metodologi yang dipilih.
G. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Menjelaskan pembatasan dari studi atau penelitian yang dilakukan.
H. DEFINISI OPERASIONAL
Menjelaskan istilah-istilah penting yang sering dipakai dalam
skripsi/tesis yang tidak dimengerti atau menimbulkan pertanyaan
bagi pembaca.
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Mendaftar dan menjelaskan secara ringkas bagian-bagian utama
dalam skripsi/tesis yang akan ditulis
J. DAFTAR PUSTAKA
Menunjukkan keakraban dengan topik yang akan diteliti melalui
jumlah sumber-sumber kepustakaan yang didaftar. Minimal 30 (tiga
puluh) sumber untuk skripsi dan 50 (lima puluh) sumber untuk tesis.
57
CONTOH PROPOSAL BIBLIKA
PRAKTEK PERPULUHAN PERJANJIAN LAMA DALAM
MALEAKHI 3:8-12 DAN HUBUNGANNYA DENGAN ORANG-
ORANG PERCAYA PERJANJIAN BARU
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada umumnya gereja zaman sekarang mewajibkan orang-orang
Kristen untuk memberikan perpuluhan. Seringkali dasar yang dipakai
untuk mewajibkan tersebut adalah dalam Ulangan 3:8-12. Padahal
dalam Perjanjian Baru perpuluhan hampir tidak disinggung sama
sekali dan bahkan ketika disinggung bukan dengan tujuan untuk
menjadikannya sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang percaya
Perjanjian Baru untuk lakukan. Sepertinya kewajiban perpuluhan
bagi orang-orang Kristen zaman sekarang adalah berdasarkan
sebagian Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan bukan keseluruhan
Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Karena itulah, perlu
diselidiki apa kata Alkitab secara keseluruhan terkait dengan soal
perpuluhan.
58
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka akan diteliti
konsep Alkitabiah tentang perpuluhan dengan rumusan masalah
sebagai berikut: bagaimana hubungan praktek perpuluhan Perjanjian
Lama dalam Maleakhi 3:8-12 dengan orang-orang percaya Perjanjian
Baru?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Skripsi/tesis ini akan meneliti masalah perpuluhan dalam Alkitab
dengan tujuan:
1. Menjelaskan ajaran Perjanjian Lama tentang perpuluhan
2. Menunjukkan pemahaman pembaca mula-mula terhadap Maleakhi 3:8-12
3. Membandingkan ajaran perpuluhan Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru
4. Menjelaskan pemahaman orang-orang percaya Perjanjian Baru terhadap berita Maleakhi 3:8-12
Melalui penelitian ini diharapkan gereja dapat memahami konsep
teologis perpuluhan dengan lebih baik lagi berdasarkan keseluruhan
59
Alkitab, bukan saja Perjanjian Lama. Juga mendorong penulis dan
para pembaca untuk semakin setia memberi perpuluhan.
D. HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa praktek perpuluhan
Perjanjian Lama dalam Maleakhi 3:8-12 tidak lagi menjadi suatu
keharusan bagi orang-orang percaya Perjanjian Baru.
E. TINJAUAN PUSTAKA SEMENTARA
Menunjukkan keakraban dengan studi terkini terkait dengan topik
yang akan diteliti dan meyakinkan bahwa penelitian yang akan
dilakukan dapat terlaksana karena ketersediaan sumber-sumber
sekaligus menangkal penggandaan penelitian.
F. METODOLOGI DAN METODE PENELITIAN
Metodologi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metodologi biblika. Walaupun nantinya akan secara khusus
mengeksegesis Maleakhi 3:8-12, hasil eksegese tersebut akan juga
dijabarkan secara sistematis (metodologi sistematika) untuk
60
memberikan pemahaman perpuluhan secara menyeluruh kepada para
pembaca sehingga mereka diharapkan terdorong lebih setia
memberikan perpuluhan (metodologi praktika).
Prosedur atau langkah penelitian yang digunakan adalah eksposisi
terhadap Maleakhi 3:8-12. Secara khusus, perikop tersebut akan
ditelaah melalui kritik teks, analisa konteks sejarah dan
penafsirannya.
G. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini adalah membahas praktek perpuluhan yang tercatat
dalam Maleakhi 3:8-12 sehingga tidak meneliti bagian-bagian lain
dalam Perjanjian Lama yang mencatat juga tentang perpuluhan.
H. DEFINISI OPERASIONAL
Perpuluhan adalah (satu kalimat saja)
Orang-orang percaya Perjanjian Baru adalah (satu kalimat saja)
61
I. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I: PENDAHULUAN
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
BAB III: METODE PENELITIAN
BAB IV: PERPULUHAN DALAM PL-PB DAN RELEVANSINYA
BAGI ORANG KRISTEN ZAMAN SEKARANG
1. Pemahaman pembaca mula-mula terhadap Maleakhi 3:8-12
2. Perbandingan ajaran perpuluhan Perjanjian Lama dengan
Perjanjian Baru
3. Pemahaman orang-orang percaya Perjanjian Baru terhadap
berita Maleakhi 3:8-12
5. Relevansi
BAB V: KESIMPULAN
J. DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
Menunjukkan keakraban dengan topik yang akan diteliti melalui
jumlah sumber-sumber kepustakaan yang didaftar. Minimal 30 (tiga
puluh) sumber untuk skripsi dan 50 (lima puluh) sumber untuk tesis.
62
CONTOH PROPOSAL HISTORIKA
PRAKTEK PERPULUHAN PERJANJIAN LAMA DALAM
MALEAKHI 3:8-12 MENURUT CALVIN, MELANCHTON, DAN
LUTHER
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada umumnya gereja zaman sekarang mewajibkan orang-orang
Kristen untuk memberikan perpuluhan. Seringkali dasar yang dipakai
untuk mewajibkan tersebut adalah dalam Maleakhi 3:8-12. Padahal
dalam Perjanjian Baru perpuluhan hampir tidak disinggung sama
sekali dan bahkan ketika disinggung bukan dengan tujuan untuk
menjadikannya sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang percaya
Perjanjian Baru untuk lakukan. Sepertinya kewajiban perpuluhan
bagi orang-orang Kristen zaman sekarang adalah berdasarkan
sebagian Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan bukan keseluruhan
Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Karena itulah, perlu
diselidiki apa kata Alkitab secara keseluruhan terkait dengan soal
perpuluhan.
63
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka akan diteliti
konsep Alkitabiah tentang perpuluhan dengan rumusan masalah
sebagai berikut: bagaimana Calvin, Melanchton dan Luther
menafsirkan Perjanjian Lama dalam Maleakhi 3:8-12?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Skripsi/tesis ini akan meneliti masalah perpuluhan dalam Alkitab
dengan tujuan:
1. Menjelaskan ajaran Perjanjian Lama tentang perpuluhan
menurut Calvin, Melanchton dan Luther
2. Membandingkan ajaran perpuluhan Perjanjian Lama dengan
Perjanjian Baru menurut Calvin, Melanchton dan Luther
3. Menjelaskan relevansi pemahaman historis zaman Calvin,
Melanchton dan Luther terhadap Maleakhi 3:8-12 terhadap
pemahaman orang-orang Kristen zaman sekarang terhadap
perpuluhan
64
Melalui penelitian ini diharapkan gereja dapat memahami konsep
teologis perpuluhan dengan lebih baik lagi berdasarkan keseluruhan
Alkitab, bukan saja Perjanjian Lama. Juga mendorong penulis dan
para pembaca untuk semakin setia memberi perpuluhan.
D. HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa praktek perpuluhan
Perjanjian Lama dalam Maleakhi 3:8-12 tidak lagi menjadi suatu
keharusan orang-orang Kristen di zaman Calvin, Melanchton dan
Luther.
E. TINJAUAN PUSTAKA SEMENTARA
Menunjukkan keakraban dengan studi terkini terkait dengan topik
yang akan diteliti dan meyakinkan bahwa penelitian yang akan
dilakukan dapat terlaksana karena ketersediaan sumber-sumber
sekaligus menangkal penggandaan penelitian.
65
F. METODOLOGI DAN METODE PENELITIAN
Metodologi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metodologi historika. Walaupun nantinya akan secara khusus melihat
pandangan beberapa tokoh yang sezaman terhadap Maleakhi 3:8-12,
hasil penelitian tersebut akan dijabarkan secara sistematis
(metodologi sistematika) dan melaluinya akan ditarik relevansinya
bagi para pembaca zaman sekarang sehingga mereka diharapkan
terdorong lebih setia memberikan perpuluhan (metodologi praktika).
Cara penelitiannya adalah melihat sumber-sumber primer Calvin,
Luther, dan Melancthon bukan sekedar sumber sekunder tentang
mereka dan pemahaman mereka tentang perpuluhan. Prosedur atau
langkah penelitian yang digunakan adalah model integral terhadap
pemahaman Calvin, Luther dan Melanchton karena mereka sezaman.
Model integral digunakan untuk menghindari generalisasi suatu ide
zaman dan mengabaikan konteks dan relasi ide tersebut dengan ide-
ide serupa di zaman yang sama. Melalui model tersebut akan
66
dikemukakan pemahaman praktek perpuluhan Maleakhi 3:8-12
dalam zaman Calvin, Melanchton dan Luther berada. Dari situ akan
ditarik relevansinya bagi orang Kristen zaman sekarang.
G. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini adalah membahas pemahaman Calvin, Melanchton dan
Luther terhadap praktek perpuluhan yang tercatat dalam Maleakhi
3:8-12 sehingga tidak meneliti pemahaman tokoh-tokoh lain atau
pemahaman yang ada di zaman yang berbeda.
H. DEFINISI OPERASIONAL
Perpuluhan adalah (satu kalimat saja)
(Istilah-istilah penting bersifat historis di zaman Calvin, Luther dan
Melanchton terkait topik)
I. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I: PENDAHULUAN
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
BAB III: METODE PENELITIAN
67
BAB IV: PERPULUHAN MENURUT CALVIN, MELANCHTON
DAN LUTHER
1. Perpuluhan menurut Calvin, Melanchton dan Luther
2. Relevansi pemahaman historis zaman Calvin, Melanchton dan
Luther terhadap Maleakhi 3:8-12 terhadap pemahaman orang-
orang Kristen zaman sekarang tentang perpuluhan
BAB V: KESIMPULAN
J. DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
Menunjukkan keakraban dengan topik yang akan diteliti melalui
jumlah sumber-sumber kepustakaan yang didaftar. Minimal 30 (tiga
puluh) sumber untuk skripsi dan 50 (lima puluh) sumber untuk tesis.
68
CONTOH PROPOSAL SISTEMATIKA
PRAKTEK PERPULUHAN DALAM PERJANJIAN LAMA DAN
KEWAJIBAN ORANG KRISTEN ZAMAN SEKARANG
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada umumnya gereja zaman sekarang mewajibkan orang-orang
Kristen untuk memberikan perpuluhan. Seringkali dasar yang dipakai
untuk mewajibkan tersebut adalah dalam Maleakhi 3:8-12. Padahal
dalam Perjanjian Baru perpuluhan hampir tidak disinggung sama
sekali dan bahkan ketika disinggung bukan dengan tujuan untuk
menjadikannya sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang percaya
Perjanjian Baru untuk lakukan. Sepertinya kewajiban perpuluhan
bagi orang-orang Kristen zaman sekarang adalah berdasarkan
sebagian Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan bukan keseluruhan
Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Karena itulah, perlu
diselidiki apa kata Alkitab secara keseluruhan terkait dengan soal
perpuluhan.
69
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka akan diteliti
konsep Alkitabiah tentang perpuluhan dengan rumusan masalah
sebagai berikut: apakah praktek perpuluhan dalam Perjanjian Lama
mewajibkan orang Kristen zaman sekarang untuk juga memberikan
perpuluhan?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Skripsi/tesis ini akan meneliti masalah perpuluhan dalam Alkitab
dengan tujuan:
1. Menjelaskan ajaran Perjanjian Lama tentang perpuluhan
2. Membandingkan ajaran perpuluhan Perjanjian Lama dengan
Perjanjian Baru
3. Menjelaskan peran perpuluhan dalam kehidupan orang-orang
Kristen zaman sekarang
Melalui penelitian ini diharapkan gereja dapat memahami konsep
teologis perpuluhan dengan lebih baik lagi berdasarkan keseluruhan
70
Alkitab, bukan saja Perjanjian Lama. Juga mendorong penulis dan
para pembaca untuk semakin setia memberi perpuluhan.
D. HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa praktek perpuluhan dalam
Perjanjian Lama tidak lagi menjadi suatu keharusan bagi orang-orang
Kristen zaman sekarang.
E. TINJAUAN PUSTAKA SEMENTARA
Menunjukkan keakraban dengan studi terkini terkait dengan topik
yang akan diteliti dan meyakinkan bahwa penelitian yang akan
dilakukan dapat terlaksana karena ketersedi