83
PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI/TESIS BAGI MAHASISWA/I STT-ALETHEIA LAWANG Disusun oleh Pdt. Amos Winarto, Ph. D.

PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI/TESIS BAGI MAHASISWA/I …sttaletheia.ac.id/wp-content/uploads/2019/12/Pedoman-Penulisan-Tuga… · Penyusunan daftar pustaka. 5. Pengetikan naskah skripsi

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

  • PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI/TESIS

    BAGI MAHASISWA/I STT-ALETHEIA LAWANG

    Disusun oleh Pdt. Amos Winarto, Ph. D.

  • 1

    I. PENGERTIAN

    Skripsi dan tesis adalah karya ilmiah yang berisi hasil

    penelitian, baik dari penelitian kepustakaan (library research)

    ataupun dari penelitian lapangan (field research),1 yang dilakukan

    oleh seorang mahasiswa/i sebagai salah satu syarat akademik untuk

    memperoleh gelar kesarjanaan. Bobot masing-masing skripsi dan

    tesis adalah 6 SKS.

    II. ALASAN

    Berikut beberapa alasan seorang mahasiswa/i menulis

    skripsi/tesis:

    A. Melalui penyusunan hasil penelitian, mahasiswa/i memiliki kesempatan untuk mempraktekkan pengetahuan sesuai

    bidangnya.

    B. Melalui skripsi/tesis, mahasiswa/i membuktikan kemampuan berpikir, kecerdasan dan kreasinya sebagai calon sarjana yang

    layak untuk mendapatkan gelarnya.

    C. Melalui karya ilmiah yang dihasilkan, mahasiswa/i menunjukkan kemampuan untuk berteologi secara Alkitabiah

    dan memberi sumbangsih yang bermanfaat bagi gereja dan

    masyarakat.

    III. SYARAT

    A. Telah menyelesaikan sedikitnya 110 SKS pada saat hendak menyusun skripsi (S-1) dan sedikitnya 24 SKS untuk tesis (S-2)

    1 Perbedaan riset menurut Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan

    (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), 1, dan Direktorat Jenderal Bimas Kristen

    Protestan Departemen Agama RI, Pedoman Penulisan Skripsi Program Stratum

    Satu (S1) Perguruan Tinggi Teologi Jurusan Teologi dan Pendidikan Agama

    Kristen (PAK) (Jakarta, 1996), 1.

  • 2

    B. IPK minimal 2.50 (S-1) dan minimal 3.00 (S-2)

    IV. PEMILIHAN POKOK PENELITIAN

    Pemilihan pokok penelitian atau judul ketika hendak menulis

    skripsi/tesis dapat dilakukan dengan cara:

    A. Ditentukan oleh mahasiswa sendiri; B. Diusulkan oleh ketua program studi (Kaprodi); C. Kombinasi A dan B yaitu prodi menyiapkan daftar pokok

    penelitian dan mahasiswa memilih sendiri dari daftar tersebut.

    Kemampuan intelektual yang bersangkutan, sumber-sumber,

    dukungan pembinaan, dana dan waktu harus selalu menjadi

    pertimbangan dalam melakukan pemilihan.

    V. RENCANA AKSI (ACTION-PLAN)

    Rencana aksi penulisan skripsi/tesis terdiri dari 4 (empat) tahap

    secara kronologis:

    A. Tahap konsepsi atau perencanaan yaitu studi awal secara umum, inventarisasi pustaka yang terkait dan termasuk

    wawancara atau studi lapangan (field study) jika dibutuhkan

    untuk memperjelas masalah yang akan dikaji lebih lanjut.

    B. Tahap penulisan proposal. C. Tahap penelitian. D. Tahap penulisan dari naskah awal hingga ke naskah akhir yang

    telah dikoreksi:

    1. Pembuatan kerangka skripsi secara terperinci. 2. Penulisan naskah skripsi yang pertama. 3. Pembacaan kembali seluruh naskah dan penyempurnaan. 4. Penyusunan daftar pustaka. 5. Pengetikan naskah skripsi dalam bentuk terakhir.

  • 3

    6. Pembacaan ulang naskah secara mendetail dan teliti serta pembetulan salah ketik atau pembuatan ralat.

    VI. SISTEMATIKA SKRIPSI/TESIS

    Skripsi/tesis memiliki 3 bagian utama: awal, inti dan referensi.

    A. Bagian awal terdiri lagi dari 5 bagian:

    1. Halaman judul: halaman paling depan yang berisi judul, nama lembaga perguruan tinggi, pengajuan untuk jenjang

    kesarjanaan yang hendak dicapai, nama mahasiswa/i, nomor

    induk, tempat dan waktu penyelesaian skripsi.

    Judul merupakan janji yang harus dipenuhi oleh penulis dan

    cermin keberhasilan dalam mewujudkan rencana penulisan.

    Judul harus merupakan kalimat pernyataan dan bukan dalam

    bentuk pertanyaan, dan tersusun secara logis, lugas, dan

    lengkap dengan menempatkan istilah atau kata-kata pada

    komposisi yang benar.

    2. Halaman pengesahan: halaman yang berisi pernyataan resmi bahwa hasil penelitian telah diterima dan disahkan.

    3. Abstraksi: halaman yang berisi gambaran ringkas keseluruhan isi skripsi/tesis (masalah yang dikaji, metode

    yang dipakai dan jawaban yang ditemukan terhadap

    masalah), dan diketik berspasi tunggal dengan jumlah kata

    sekitar 500-800.

    4. Kata pengantar atau prakata: berisi isi hati penulis yang bersifat pribadi dan informal tanpa memasukkan materi

    skripsi.

  • 4

    Halaman ini adalah tempat penulis menyatakan ucapan

    terima kasih dengan wajar dan sopan. Tidak ada ucapan

    permohonan maaf akibat kekurangan yang mungkin ada

    dalam penulisan karena karya ilmiah harus dikerjakan

    sebaik-baiknya sebagai syarat kelulusan tanpa permohonan

    maaf dengan dalih apapun. Nilai karya ilmiah adalah

    ganjaran sesuai bobot yang dihasilkan dan bukanlah

    pemberian maaf. Karya ilmiah yang tidak memenuhi syarat

    ganjarannya adalah tidak lulus atau perintah untuk menulis

    kembali karya tersebut.

    5. Halaman daftar isi termasuk tabel dan gambar jika ada.

    B. Bagian inti terdiri atas 3 (tiga) bagian besar: pendahuluan, bab-bab utama, dan kesimpulan-saran.

    1. Pendahuluan

    a. Latar belakang masalah: bagian ini menjelaskan inti, alasan, dan cara memecahkan permasalahan. Masalah

    yang diangkat dan akibat yang ditimbulkan jika tidak

    terselesaikan harus mendapat dukungan fakta baik yang

    didapat melalui riset kepustakaan dan/atau riset lapangan.

    b. Rumusan masalah: berisi sebuah atau beberapa masalah substantial yang akan diselidiki dalam keseluruhan

    penulisan.

    Contoh:

    • Apakah metode pemuridan dapat meningkatkan kerohanian jemaat?

  • 5

    • Bagaimana praktek perpuluhan dalam Perjanjian Lama Maleakhi 3:8-12 berhubungan dengan orang-orang

    percaya Perjanjian Baru?

    c. Tujuan dan manfaat penelitian: terkait dengan rumusan masalah, dan ditulis secara spesifik, konkrit

    menggunakan kata kerja yang tepat seperti:

    “menjelaskan,” “membandingkan,” menunjukkan,” dan

    lain-lain.

    d. Hipotesis: berisi pernyataan atau keyakinan dan bersifat sementara yang menjadi pengarah dari keseluruhan

    penelitian dan masih akan diuji kebenarannya melalui

    penelitian yang dilakukan tersebut. Untuk hipotesis cukup

    satu alinea, tanpa harus mencantumkan kutipan pendapat

    para ahli tentang arti atau definisi hipotesis.

    e. Ruang lingkup: menjelaskan batasan dari penelitian agar tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.

    f. Metodologi penelitian: berisi penjelasan tentang metodologi yang digunakan (bukan metode/cara

    penelitian yang akan diuraikan dengan mendetail pada

    bab Metode Penelitian) dan menunjukkan alasan

    mahasiswa/i memilih suatu metodologi. Beberapa

    metodologi penelitian dalam ilmu teologi adalah biblika

    (eksegesis/eksposisi), historis (tradisi), sistematik

    (penalaran/akal), dan praktika (pengalaman).2

    2 Disadur dari http://tasmedes.nl/does-theology-have-a-method-an-interview-

    with-paul-allen/ diakses 2 Juli 2016 yang di dalamnya Paul Allen berkata, “If I

    were to sum up in a single sentence what theological method is, I would say that it

    is a set of comparisons, contrasts and correlations – involving plenty of analogous

    language at certain stages of judgment – regarding four sources of theological

    content. Those sources of content are: scripture, reason, tradition and experience.

    One of the most important observations to make of theological method is about

  • 6

    Keempatnya dapat saling tumpang tindih namun harus

    ada satu fokus atau penekanan yang jelas.

    g. Definisi operasional: menjelaskan makna istilah dalam judul dan istilah yang muncul dalam laporan hasil studi

    (skripsi/tesis) agar tidak menimbulkan penafsiran yang

    keliru.

    h. Sistematika penulisan: berisi kerangka skrips/tesis yang diungkapkan dalam bentuk kalimat dan tidak ada bentuk

    penomoran sehingga berbeda dari halaman daftar isi.

    2. Bab-bab utama: tergantung luasnya pokok bahasan skripsi, bagian ini dapat terdiri dari beberapa bab. Setidaknya ada

    tiga bagian utama di dalamnya:

    a. Bab Tinjauan Pustaka yang membahas teori-teori berkaitan dengan masalah yang diteliti termasuk hasil-

    hasil penelitian terdahulu yang telah berikan oleh

    peneliti-peneliti lain dalam bidang yang sama, dan yang

    telah diakui keabsahannya.

    these sources – they overlap. For instance, much of scripture is a narrative account

    of certain special types of experiences. And, a lot of the church’s tradition is

    actually an interpreted formulation of certain passages of scripture and experience.

    This is one thing that sets apart theological method from scientific method – its

    sources are fluid, historically conditioned and particular to the interpretive rules of

    individuals and traditions. Science is repeatable and universal because of its

    repeatability. Theology’s universality is not on account of a set of tasks, but rather

    on account of its object, God.” Lihat juga bukunya: Paul L. Allen, Theological

    Method: A Guide for the Perplexed (London: T & T Clark International, 2012).

    Untuk keempat metodologi dalam ilmu teologi itu juga disinggung oleh Andreas B.

    Subagyo dalam bukunya yang berjudul Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif:

    Termasuk Riset Teologi dan Keagamaan (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004),

    107-178.

  • 7

    b. Bab Metode Penelitian berisi cara dan prosedur penelitian. Cara penelitian yang dapat dipakai adalah riset

    kepustakaan dan/atau riset lapangan

    (kualitatif/kuantitatif). Prosedur atau langkah penelitian

    mengikuti metode atau cara penelitian yang dipakai.

    Misal, prosedur penelitian kepustakaan dapat

    memperhatikan garis pedoman yang diberikan oleh

    Mestika Zed dengan detail-detail disesuaikan dengan

    metodologi penelitian yang telah dikemukakan dalam

    bagian Pendahuluan.3

    c. Bab(-bab) yang menyajikan laporan hasil penelitian seperti data yang diperoleh, analisis atau pembahasan dari

    data tersebut, ringkasan keseluruhan hasil penelitian dan

    lain-lain.

    3. Kesimpulan dan saran: bukan berisi intisari atau ringkasan melainkan komentar lebih lanjut tentang implikasi dari hasil

    penelitian yang dilakukan sehingga kemudian saran dapat

    disajikan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut

    dan/atau harapan untuk manfaat hasil penelitian yang lebih

    berdampak dan nyata.

    C. Bagian referensi biasanya terdiri dari daftar pustaka (bibliografi) dengan tambahan lampiran dan indeks jika

    diperlukan. Daftar pustaka adalah suatu daftar yang merinci

    secara sistematis menurut abjad semua karya ilmiah yang

    digunakan.

    3 Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, 16-23.

  • 8

    VII. CARA MERUJUK REFERENSI

    Ada tiga cara merujuk referensi yang perlu diperhatikan.

    Pertama adalah cara merujuk secara umum. Kedua lebih pada secara

    biblika. Ketiga dan terakhir adalah terkait dengan bidang musik.

    A. RUJUKAN UMUM

    Berikut adalah contoh-contoh catatan kaki dan daftar

    pustaka. Catatan kaki memiliki contoh bentuk lengkap dan bentuk

    ringkas mengikutinya. STT-Aletheia meniadakan ibid untuk

    bentuk ringkas catatan kaki. Contoh daftar pustaka mengikuti

    contoh catatan kaki. Untuk berbagai contoh yang lebih detail dan

    kompleks dapat melihat bab 16 dan 17 buku referensi Turabian.4

    1. Buku

    Catatan kaki lengkap

    Katie Kitamura, A Separation (New York: Riverhead Books,

    2017), 25.

    Sharon Sassler and Amanda Jayne Miller, Cohabitation Nation:

    Gender, Class, and the Remaking of Relationships (Oakland:

    University of California Press, 2017), 114.

    Catatan kaki ringkas

    Kitamura, Separation, 91–92.

    Sassler and Miller, Cohabitation Nation, 205.

    4 Kate L. Turabian, A Manual for Writers of Research Papers, Theses, and

    Dissertations, 7th edition (Chicago: The University of Chicago Press, 2007), 141-

    215.

  • 9

    Daftar pustaka (dalam urutan abjad)

    Kitamura, Katie. A Separation. New York: Riverhead Books,

    2017.

    Sassler, Sharon, and Amanda Jayne Miller. Cohabitation

    Nation: Gender, Class, and the Remaking of

    Relationships. Oakland: University of California Press,

    2017.

    2. Bab atau bagian dari sebuah buku saduran

    Halaman spesifik yang dirujuk dicantumkan dalam

    catatan kaki. Rentang halaman keseluruhan bab atau bagian

    dicantumkan dalam daftar pustaka.

    Catatan kaki lengkap

    Mary Rowlandson, “The Narrative of My Captivity,” dalam

    The Making of the American Essay, ed. John D’Agata

    (Minneapolis: Graywolf Press, 2016), 19–20.

    Catatan kaki ringkas

    Rowlandson, “Captivity,” 48.

    Daftar pustaka

    Rowlandson, Mary. “The Narrative of My Captivity.” Dalam

    The Making of the American Essay. Diedit oleh John

    D’Agata, 19–56. Minneapolis: Graywolf Press, 2016.

  • 10

    Untuk merujuk sebuah buku saduran secara keseluruhan, (para)

    editor dicantumkan di awal.

    Catatan kaki lengkap

    John D’Agata, ed., The Making of the American Essay

    (Minneapolis: Graywolf Press, 2016), 19–20.

    Catatan kaki ringkas

    D’Agata, American Essay, 48.

    Daftar pustaka

    D’Agata, John, ed. The Making of the American Essay.

    Minneapolis: Graywolf Press, 2016.

    3. Buku terjemahan

    Catatan kaki lengkap

    Jhumpa Lahiri, In Other Words, terj. Ann Goldstein (New

    York: Alfred A. Knopf, 2016), 146.

    Catatan kaki ringkas

    Lahiri, In Other Words, 184.

    Daftar pustaka

    Lahiri, Jhumpa. In Other Words. Diterjemahkan oleh Ann

    Goldstein. New York: Alfred A. Knopf, 2016.

  • 11

    4. Buku elektronik

    Untuk buku-buku yang dirujuk secara online, cantumkan

    sebuah URL atau nama dari pangkalan atau basis data yang

    digunakan. Untuk jenis lain buku elektronik, sebutkan

    formatnya. Jika tidak memiliki penomoran halaman, rujuklah

    pada bab, bagian bernomor atau paragraf yang ada.

    Catatan kaki lengkap

    Fyodor Dostoevsky, Crime and Punishment, terj. Constance

    Garnett, ed. William Allan Neilson (New York: P. F. Collier &

    Son, 1917), 444,

    https://archive.org/details/crimepunishment00dostuoft.

    Eric Schlosser, Fast Food Nation: The Dark Side of the

    American Meal (Boston: Houghton Mifflin, 2001), 88,

    ProQuest Ebrary.

    Jane Austen, Pride and Prejudice (New York: Penguin

    Classics, 2007), bab. 3, Kindle.

    Catatan kaki ringkas

    Dostoevsky, Crime and Punishment, 504–5.

    Schlosser, Fast Food Nation, 100.

    Austen, Pride and Prejudice, bab. 14.

    Daftar pustaka (dalam urutan abjad)

    Austen, Jane. Pride and Prejudice. New York: Penguin

    Classics, 2007. Kindle.

  • 12

    Dostoevsky, Fyodor. Crime and Punishment. Diterjemahkan

    oleh Constance Garnett, diedit oleh William Allan

    Neilson. New York: P. F. Collier & Son, 1917.

    https://archive.org/details/crimepunishment00dostuoft.

    Schlosser, Eric. Fast Food Nation: The Dark Side of the

    American Meal. Boston: Houghton Mifflin, 2001.

    ProQuest Ebrary.

    5. Tesis atau disertasi

    Catatan kaki lengkap

    Guadalupe Navarro-Garcia, “Integrating Social Justice Values

    in Educational Leadership: A Study of African American and

    Black University Presidents” (PhD diss., University of

    California, Los Angeles, 2016), 44, ProQuest Dissertations &

    Theses Global.

    Catatan kaki ringkas

    Navarro-Garcia, “Social Justice Values,” 125–26.

    Daftar pustaka

    Navarro-Garcia, Guadalupe. “Integrating Social Justice Values

    in Educational Leadership: A Study of African American

    and Black University Presidents.” PhD diss., University

    of California, Los Angeles, 2016. ProQuest Dissertations

    & Theses Global.

  • 13

    6. Artikel jurnal

    Seperti dalam buku saduran, halaman spesifik yang

    dirujuk dicantumkan dalam catatan kaki, sedangkan rentang

    halaman keseluruhan artikel berada dalam daftar pustaka.

    Untuk artikel yang digunakan secara online, cantumkan URL

    atau nama dari pangkalan atau basis data yang digunakan.

    Banyak artikel jurnal mencantumkan DOI (Digital Object

    Identifier)-nya. Sebuah DOI adalah suatu URL yang permanen

    yang mulai dengan format https://doi.org/. URL demikian, jika

    memang ada, lebih baik dicantumkan daripada URL yang

    muncul dalam penelusur alamat web.

    Catatan kaki lengkap

    Ashley Hope Pérez, “Material Morality and the Logic of

    Degrees in Diderot’s Le neveu de Rameau,” Modern Philology

    114, no. 4 (May 2017): 874, https://doi.org/10.1086/689836.

    Shao-Hsun Keng, Chun-Hung Lin, dan Peter F. Orazem,

    “Expanding College Access in Taiwan, 1978–2014: Effects on

    Graduate Quality and Income Inequality,” Journal of Human

    Capital 11, no. 1 (Spring 2017): 9–10,

    https://doi.org/10.1086/690235.

    Peter LaSalle, “Conundrum: A Story about Reading,” New

    England Review 38, no. 1 (2017): 95, Project MUSE.

    Catatan kaki ringkas

    Pérez, “Material Morality,” 880–81.

    Keng, Lin, and Orazem, “Expanding College Access,” 23.

    https://doi.org/https://doi.org/10.1086/689836https://doi.org/10.1086/690235

  • 14

    LaSalle, “Conundrum,” 101.

    Daftar pustaka (dalam urutan abjad)

    Keng, Shao-Hsun, Chun-Hung Lin, and Peter F. Orazem.

    “Expanding College Access in Taiwan, 1978–2014:

    Effects on Graduate Quality and Income Inequality.”

    Journal of Human Capital 11, no. 1 (Spring 2017): 1–34.

    https://doi.org/10.1086/690235.

    LaSalle, Peter. “Conundrum: A Story about Reading.” New

    England Review 38, no. 1 (2017): 95–109. Project

    MUSE.

    Pérez, Ashley Hope. “Material Morality and the Logic of

    Degrees in Diderot’s Le neveu de Rameau.” Modern

    Philology 114, no. 4 (May 2017): 872–98.

    https://doi.org/10.1086/689836.

    Ada juga artikel jurnal yang memiliki banyak pengarang.

    Jika hanya sampai tiga nama pengarang setiap artikel, daftarlah

    semua namanya dalam catatan kaki dan daftar pustaka. Jika ada

    empat atau lebih pengarang, daftarlah sampai jumlah 10

    pengarang setiap artikel dalam daftar pustaka. Dalam catatan

    kaki, daftarlah hanya nama yang pertama, diikuti oleh et al

    (“dan lain-lain”). Untuk yang lebih dari sepuluh pengarang

    (tidak diberikan contoh di sini), daftarlah hanya tujuh nama

    pertama dalam daftar pustaka, diikuti oleh et al.

    Catatan kaki lengkap

    Jesse N. Weber et al., “Resist Globally, Infect Locally: A

    Transcontinental Test of Adaptation by Stickleback and Their

    https://doi.org/10.1086/690235https://doi.org/10.1086/689836

  • 15

    Tapeworm Parasite,” American Naturalist 189, no. 1 (January

    2017): 45, https://doi.org/10.1086/689597.

    Catatan kaki ringkas

    Weber et al., “Resist Globally,” 48–49.

    Daftar pustaka

    Weber, Jesse N., Martin Kalbe, Kum Chuan Shim, Noémie I.

    Erin, Natalie C. Steinel, Lei Ma, dan Daniel I. Bolnick.

    “Resist Globally, Infect Locally: A Transcontinental Test

    of Adaptation by Stickleback and Their Tapeworm

    Parasite.” American Naturalist 189, no. 1 (January 2017):

    43–57. https://doi.org/10.1086/689597.

    7. Artikel koran atau majalah

    Artikel dari koran, majalah, blog, dan yang serupa dengan

    itu dirujuk dengan cara yang sama. Jika ada penomoran

    halaman, maka nomor halaman dirujuk dalam catatan kaki,

    tetapi tidak dalam daftar pustaka. Jika rujukan bersifat online,

    cantumkan juga URL atau pangkalan data yang digunakan.

    Catatan kaki lengkap

    Farhad Manjoo, “Snap Makes a Bet on the Cultural Supremacy

    of the Camera,” New York Times, March 8, 2017,

    https://www.nytimes.com/2017/03/08/technology/snap-makes-

    a-bet-on-the-cultural-supremacy-of-the-camera.html.

    Erin Anderssen, “Through the Eyes of Generation Z,” Globe

    and Mail (Toronto), June 25, 2016,

    https://doi.org/10.1086/689597https://www.nytimes.com/2017/03/08/technology/snap-makes-a-bet-on-the-cultural-supremacy-of-the-camera.htmlhttps://www.nytimes.com/2017/03/08/technology/snap-makes-a-bet-on-the-cultural-supremacy-of-the-camera.html

  • 16

    http://www.theglobeandmail.com/news/national/through-the-

    eyes-of-generation-z/article30571914/.

    Rob Pegoraro, “Apple’s iPhone Is Sleek, Smart and Simple,”

    Washington Post, July 5, 2007, LexisNexis Academic.

    Vinson Cunningham, “You Don’t Understand: John

    McWhorter Makes His Case for Black English,” New Yorker,

    May 15, 2017, 85.

    Dara Lind, “Moving to Canada, Explained,” Vox, September

    15, 2016, http://www.vox.com/2016/5/9/11608830/move-to-

    canada-how.

    Catatan kaki ringkas

    Manjoo, “Snap.”

    Anderssen, “Generation Z.”

    Pegoraro, “Apple’s iPhone.”

    Cunningham, “Black English,” 86.

    Lind, “Moving to Canada.”

    Daftar pustaka (dalam urutan abjad)

    Anderssen, Erin. “Through the Eyes of Generation Z.” Globe

    and Mail (Toronto), June 25, 2016.

    http://www.theglobeandmail.com/news/national/through-

    the-eyes-of-generation-z/article30571914/.

    http://www.theglobeandmail.com/news/national/through-the-eyes-of-generation-z/article30571914/http://www.theglobeandmail.com/news/national/through-the-eyes-of-generation-z/article30571914/http://www.vox.com/2016/5/9/11608830/move-to-canada-howhttp://www.vox.com/2016/5/9/11608830/move-to-canada-howhttp://www.theglobeandmail.com/news/national/through-the-eyes-of-generation-z/article30571914/http://www.theglobeandmail.com/news/national/through-the-eyes-of-generation-z/article30571914/

  • 17

    Cunningham, Vinson. “You Don’t Understand: John

    McWhorter Makes His Case for Black English.” New

    Yorker, May 15, 2017.

    Lind, Dara. “Moving to Canada, Explained.” Vox, September

    15, 2016. http://www.vox.com/2016/5/9/11608830/move-

    to-canada-how.

    Manjoo, Farhad. “Snap Makes a Bet on the Cultural Supremacy

    of the Camera.” New York Times, March 8, 2017.

    https://www.nytimes.com/2017/03/08/technology/snap-

    makes-a-bet-on-the-cultural-supremacy-of-the-

    camera.html.

    Pegoraro, Rob. “Apple’s iPhone Is Sleek, Smart and Simple.”

    Washington Post, July 5, 2007. LexisNexis Academic.

    Komentar pembaca dapat dirujuk di dalam teks atau di

    dalam catatan kaki, tetapi tidak dicantumkan dalam daftar

    pustaka.

    Catatan kaki lengkap

    Eduardo B (Los Angeles), March 9, 2017, komentar atas

    Manjoo, “Snap.”

    8. Resensi buku

    Catatan kaki lengkap

    Fernanda Eberstadt, “Gone Guy: A Writer Leaves His Wife,

    Then Disappears in Greece,” resensi dari A Separation, by

    Katie Kitamura, New York Times, February 15, 2017,

    https://www.nytimes.com/2017/02/15/books/review/separation-

    katie-kitamura.html.

    http://www.vox.com/2016/5/9/11608830/move-to-canada-howhttp://www.vox.com/2016/5/9/11608830/move-to-canada-howhttps://www.nytimes.com/2017/03/08/technology/snap-makes-a-bet-on-the-cultural-supremacy-of-the-camera.htmlhttps://www.nytimes.com/2017/03/08/technology/snap-makes-a-bet-on-the-cultural-supremacy-of-the-camera.htmlhttps://www.nytimes.com/2017/03/08/technology/snap-makes-a-bet-on-the-cultural-supremacy-of-the-camera.htmlhttps://www.nytimes.com/2017/02/15/books/review/separation-katie-kitamura.htmlhttps://www.nytimes.com/2017/02/15/books/review/separation-katie-kitamura.html

  • 18

    Catatan kaki ringkas

    Eberstadt, “Gone Guy.”

    Daftar pustaka

    Eberstadt, Fernanda. “Gone Guy: A Writer Leaves His Wife,

    Then Disappears in Greece.” Review of A Separation, by

    Katie Kitamura. New York Times, February 15, 2017.

    https://www.nytimes.com/2017/02/15/books/review/separ

    ation-katie-kitamura.html.

    9. Isi situs web

    Laman web dan isi situs web lainnya dapat dirujuk

    sebagai berikut. Untuk sumber yang tidak mencantumkan

    tanggal penerbitan, pemuatan atau revisi, cantumkan data

    aksesnya (seperti dalam contoh catatan kaki Columbia

    University di bawah ini).

    Catatan kaki lengkap

    “Privacy Policy,” Privacy & Terms, Google, dimodikasi

    terakhir April 17, 2017,

    https://www.google.com/policies/privacy/.

    “History,” Columbia University, diakses May 15, 2017,

    http://www.columbia.edu/content/history.html.

    Catatan kaki ringkas

    Google, “Privacy Policy.”

    https://www.nytimes.com/2017/02/15/books/review/separation-katie-kitamura.htmlhttps://www.nytimes.com/2017/02/15/books/review/separation-katie-kitamura.htmlhttps://www.google.com/policies/privacy/http://www.columbia.edu/content/history.html

  • 19

    Columbia University, “History.”

    Daftar pustaka (dalam urutan abjad)

    Columbia University. “History.” Diakses May 15, 2017.

    http://www.columbia.edu/content/history.html.

    Google. “Privacy Policy.” Privacy & Terms. Dimodifikasi

    terakhir April 17, 2017.

    https://www.google.com/policies/privacy/.

    10. Isi audio-visual

    Catatan kaki lengkap

    Kory Stamper, “From ‘F-Bomb’ to ‘Photobomb,’ How the

    Dictionary Keeps Up with English,” wawancara oleh Terry

    Gross, Fresh Air, NPR, April 19, 2017, audio, 35:25,

    http://www.npr.org/2017/04/19/524618639/from-f-bomb-to-

    photobomb-how-the-dictionary-keeps-up-with-english.

    Beyoncé, “Sorry,” disutradarai oleh Kahlil Joseph dan Beyoncé

    Knowles, June 22, 2016, video musik, 4:25,

    https://youtu.be/QxsmWxxouIM.

    Catatan kaki ringkas

    Stamper, wawancara.

    Beyoncé, “Sorry.”

    Daftar pustaka (dalam urutan abjad)

    http://www.columbia.edu/content/history.htmlhttps://www.google.com/policies/privacy/http://www.npr.org/2017/04/19/524618639/from-f-bomb-to-photobomb-how-the-dictionary-keeps-up-with-englishhttp://www.npr.org/2017/04/19/524618639/from-f-bomb-to-photobomb-how-the-dictionary-keeps-up-with-englishhttps://youtu.be/QxsmWxxouIM

  • 20

    Beyoncé. “Sorry.” Disutradarai oleh Kahlil Joseph dan

    Beyoncé Knowles. June 22, 2016. Video musik, 4:25.

    https://youtu.be/QxsmWxxouIM.

    Stamper, Kory. “From ‘F-Bomb’ to ‘Photobomb,’ How the

    Dictionary Keeps Up with English.” Wawancara oleh

    Terry Gross. Fresh Air, NPR, April 19, 2017. Audio,

    35:25. http://www.npr.org/2017/04/19/524618639/from-

    f-bomb-to-photobomb-how-the-dictionary-keeps-up-

    with-english.

    10. Isi sosial media

    Rujukan pada isi sosial media biasanya hanya dalam teks,

    bukan pada catatan kaki (seperti contoh pertama di bawah).

    Sebuah catatan kaki dapat ditambahkan jika sebuah rujukan

    formal dibutuhkan atau untuk mencantumkan suatu tautan.

    Dalam kasus yang sangat jarang, rujukan dapat dicantumkan

    dalam daftar pustaka jika dipandang sangat penting. Sebagai

    ganti judul, kutiplah paling panjang 160 karakter pertama dari

    posting yang ada. Komentar-komentar dirujuk sesuai yang

    terdapat dalam posting.

    Dalam teks

    Sloane Crosley memberikan nasehat berikut: “How to edit:

    Attack a sentence. Write in the margins. Toss in some arrows.

    Cross out words. Rewrite them. Circle the whole mess and

    STET” (@askanyone, Twitter, May 8, 2017).

    Catatan kaki lengkap

    Pete Souza (@petesouza), “President Obama bids farewell to

    President Xi of China at the conclusion of the Nuclear Security

    https://youtu.be/QxsmWxxouIMhttp://www.npr.org/2017/04/19/524618639/from-f-bomb-to-photobomb-how-the-dictionary-keeps-up-with-englishhttp://www.npr.org/2017/04/19/524618639/from-f-bomb-to-photobomb-how-the-dictionary-keeps-up-with-englishhttp://www.npr.org/2017/04/19/524618639/from-f-bomb-to-photobomb-how-the-dictionary-keeps-up-with-english

  • 21

    Summit,” Instagram photo, 1 April 2016,

    https://www.instagram.com/p/BDrmfXTtNCt/.

    Chicago Manual of Style, “Is the world ready for singular they?

    We thought so back in 1993,” Facebook, 17 April 2015,

    https://www.facebook.com/ChicagoManual/posts/10152906193

    679151.

    Catatan kaki ringkas

    Souza, “President Obama.”

    Michele Truty, 17 April 2015, 1:09 p.m., komentar atas

    Chicago Manual of Style, “singular they.”

    Daftar pustaka

    Chicago Manual of Style. “Is the world ready for singular they?

    We thought so back in 1993.” Facebook, 17 April 2015.

    https://www.facebook.com/ChicagoManual/posts/101529

    06193679151.

    11. Komunikasi pribadi

    Wawancara/korespondensi pribadi umumnya dirujuk

    dalam teks atau hanya dicatat dalam catatan kaki. Hanya ketika

    sering dikutip karena berpengaruh pada argumentasi dalam

    penelitian maka baru dimasukkan dalam bibliografi (mirip

    dengan no.11)

    Catatan kaki lengkap

    https://www.instagram.com/p/BDrmfXTtNCt/https://www.facebook.com/ChicagoManual/posts/10152906193679151https://www.facebook.com/ChicagoManual/posts/10152906193679151https://www.facebook.com/ChicagoManual/posts/10152906193679151https://www.facebook.com/ChicagoManual/posts/10152906193679151

  • 22

    Benjamin Spock, wawancara oleh Milton J. E. Senn, 20

    November, 1974, interview 67A, transcript, Senn Oral History

    Collection, National Library of Medicine, Bethesda, MD.

    Maxine Greene, korespondensi email dengan penulis, 23 April

    2012. (Jangan sebutkan alamat emailnya!)

    Wawancara dengan seorang pekerja kesehatan/sosial. 23 Maret

    2010. (Jika tidak dapat menyebutkan nama, maka harus

    dijelaskan baik itu dalam catatan kaki langsung atau dalam kata

    pengantar, misalnya, “Berdasarkan persetujuan bersama maka

    nama dirahasiakan”)

    Catatan kaki ringkas

    Spock, wawancara.

    Greene, pesan surat elektronik.

    Wawancara dengan seorang pekerja sosial kesehatan.

    12. Ceramah atau seminar

    Catatan kaki lengkap

    Gregory R. Crane, “Contextualizing Early Modern Religion in

    a Digital World” (lecture, Newberry Library, Chicago, 16

    September 2011).

    Irineu de Carvalho Filho dan Renato P. Colistete, “Education

    Performance: Was It All Determined 100 Years Ago? Evidence

    from São Paulo, Brazil” (paper disajikan pada 70th annual

    meeting of the Economic History Association, Evanston, IL, 24

    – 26 September 2010), 6–7, diakses 22 Januari, 2012,

  • 23

    http://mpra.ub.unimuenchen.de/24494/1/MPRA_paper_24494.

    pdf.

    Catatan kaki ringkas

    Crane, “Contextualizing.”

    Filho dan Colistete, “Education Performance,” 7.

    Daftar pustaka

    Crane, Gregory R. “Contextualizing Early Modern Religion in

    a Digital World.” Lecture. Newberry Library, Chicago.

    16 September 2011.

    Filho, Irineu de Carvalho dan Renato P. Colistete, “Education

    Performance: Was It All Determined 100 Years Ago?

    Evidence from São Paulo, Brazil.” Paper disajikan pada

    70th annual meeting of the Economic History

    Association, Evanston, IL. 24–26 September 2010: 6–7.

    Diakses 22 Januari, 2012,

    http://mpra.ub.unimuenchen.de/24494/1/MPRA_paper_2

    4494.pdf.

    B. RUJUKAN BIBLIKA5

    1. Alkitab

    Rujukan Alkitab hanya dicantumkan dalam teks dan

    berada dalam kurung serta disingkat sesuai aturan umum yang

    berlaku. Jika merujuk Alkitab dari sebuah versi saja,

    cantumkan singkatan versinya setelah pasal dan ayat hanya

    5 Disadur dari Joel M. Lemon dan Brennan W. Breed (eds), Student Supplement

    for the SBL Handbook of Style, edisi ke-2 (Februari 2015), 1.2 – 1.7. PDF.

    http://mpra.ub.unimuenchen.de/24494/1/MPRA_paper_24494.pdfhttp://mpra.ub.unimuenchen.de/24494/1/MPRA_paper_24494.pdfhttp://mpra.ub.unimuenchen.de/24494/1/MPRA_paper_24494.pdfhttp://mpra.ub.unimuenchen.de/24494/1/MPRA_paper_24494.pdf

  • 24

    pada saat pertama kali mengutip dan selanjutnya tidak perlu

    lagi. Ketika merujuk lebih dari satu versi, maka setiap versi

    perlu dicantumkan dalam setiap rujukan.

    “Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk

    melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh

    hati terhadap Dia” (2 Taw. 16:9a LAI)

    Jika sebuah kitab yang dirujuk muncul di awal kalimat,

    jangan disingkat. Demikian pula jika merujuk pada sebuah

    kitab secara keseluruhan atau seorang tokoh yang memiliki

    nama sama dengan sebuah kitab, jangan disingkat.

    Benar:: 2 Tawarikh mulai dengan doa Salomo.

    Kita tidak tahu banyak tentang Habakuk.

    Salah: 2 Taw mulai dengan doa Salomo.

    Kita tidak tahu banyak tentang Hab.

    Rujuklah ayat-ayat Alkitab dengan pasal dan ayat

    menggunakan penomoran angka Arab yang dipisahkan dengan

    titik dua. Pasal dan ayat tidak ditulis menjadi kata. Jika ada

    lebih dar satu ayat yang berurutan, pisahkan nomor ayat dengan

    sebuah “–“ (en dash) bukan dengan “-“ (hyphen).

    Benar: Yohanes 5:8—9

    Salah: Yohanes pasal 5 ayat delapan dan sembilan

    Yohanes 5:8-9

    Jika mengutip berbagai perikop, daftarlah singkatan

    setiap kitab yang berbeda saja diikuti oleh nomor pasal dan titik

    dua, dengan semua ayat dipisahkan oleh sebuah koma dan

    spasi. Sebuah titik koma menjadi pemisah rujukan untuk setiap

  • 25

    pasal atau kitab. Jangan masukkan kata hubung “dan” atau

    sebuah “&” sebelum rujukan terakhir. Daftar perikop

    berdasarkan urutan kanon dan penomoran.

    Benar: Mat. 2:3; 3:4—6; 4:3, 7; Luk. 3:6, 8; 12:2, 5;

    Kis. 15:1—5; Rom. 1:8—12.

    Salah: Luk. 3:6, 8; Luk. 12:2

    Mat. 2:3, 3:4—6; 4:3; Luk. 3:6, 8 dan 12:2

    Rom. 1:8—12; Mat. 2:3; 4:3, 7; 3:4—6.

    Dalam Alkitab-Alkitab studi seperti The HarperCollins

    Study Bible atau The New Oxford Annotated Bible, artikel

    khusus dan catatan-catatan (biasanya di bagian bawah halaman)

    bukanlah bagian dari teks Alkitab. Catatan studi ditulis oleh

    para pengarang atau editor yang nama-namanya dicantumkan di

    halaman paling depan Alkitab studi tersebut. Jika artikel dan

    catatan tersebut dirujuk, semua informasi yang relevan dari

    Alkitab studi tersebut seharusnya dicantumkan.

    Catatan kaki lengkap

    David L. Petersen, “Ezekiel,” dalam The HarperCollins Study

    Bible Fully Revised and Updated: New Revised Standard

    Version, with the Apocryphal/Deuterocanonical Books, ed.

    Harold W. Attridge et. al. (San Francisco: HarperSanFrancisco,

    2006), 1096.

    Catatan kaki ringkas

    Petersen, “Ezekiel,” 1096

    Daftar pustaka

  • 26

    Petersen, David L. “Ezekiel,” Halaman 1096-1167 dalam The

    HarperCollins Study Bible Fully Revised and Updated:

    New Revised Standard Version, with the

    Apocryphal/Deuterocanonical Books. Diedit oleh Harold

    W. Attridge et. al. San Francisco: HarperSanFrancisco,

    2006.

    2. Tafsiran

    a. Tafsiran berseri

    Kebanyakan tafsiran Alkitab menjadi bagian dalam

    sebuah seri tafsiran. Dalam hal ini perlu dibedakan antara

    judul tafsiran kitabnya dan judul serinya. Judul tafsiran

    kitabnya dicetak miring sedangkan judul serinya tidak. Jika

    seri tafsiran memiliki penomoran, maka nomor mengikuti

    judul seri tanpa dicantumkan kata “volume” atau

    singkatannya.

    Catatan kaki lengkap

    Claus Westermann, Genesis 12—36, terj. John. J. Scullion,

    Continental Commentaries (Minneapolis: Fortress, 1995),

    25.

    Trent C. Butler, Joshua 13—24, ed. Nancy L. deClaissé-

    Walford, edisi kedua, Word Biblical Commentary 7b (Grand

    Rapids, MI: Zondervan, 2014), 89-90.

    Catatan kaki ringkas

    Westermann, Genesis 12—36, 44.

    Butler, Joshua 13—24, 107.

  • 27

    Daftar pustaka

    Westermann, Claus. Genesis 12—36. Diterjemahkan oleh

    John J. Scullion. Continental Commentaries.

    Minneapolis: Fortress, 1995.

    Butler, Trent C. Joshua 13—24. Diedit oleh Nancy L.

    deClaissé-Walford. Edisi kedua, Word Biblical

    Commentary 7b. Grand Rapids, MI: Zondervan, 2014.

    b. Tafsiran multi-volume

    1) Tafsiran multi-volume atas sebuah kitab oleh seorang pengarang.

    Untuk merujuk tafsiran multi-volume yang

    menggunakan judul sama di setiap volume, maka rujukan

    dibedakan oleh nomor volume, menggunakan baik itu

    penomoran Arab atau Romawi. Berikut adalah contoh

    Mazmur tiga volume oleh Dahood dalam Anchor Yale

    Bible Commentaries.

    Jika merujuk keseluruhan volume, maka

    keseluruhan karya dicantumkan:

    Catatan kaki lengkap

    Mitchell Dahood, Psalms, 3 vols., Anchor Yale Bible

    Commentaries 16-17A (Garden City, N.Y.: Doubleday,

    1965-1970), 3:127.

  • 28

    Catatan kaki ringkas

    Dahood, Psalms, 2:121

    Daftar pustaka

    Dahood, Mitchell. Psalms. 3 vols. Anchor Yale Bible

    Commentaries 16-17A. Garden City, N.Y.:

    Doubleday, 1965-1970.

    Jika hanya merujuk salah satu atau dua dari tiga

    volume, rujuklah setiap volume masing-masing.

    Catatan kaki lengkap

    Mitchell Dahood, Psalms I: 1-50, Anchor Yale Bible

    Commentaries 16 (Garden City, N.Y.: Doubleday, 1965),

    44.

    Mitchell Dahood, Psalms II: 51-100, Anchor Yale Bible

    Commentaries 17 (Garden City, N.Y.: Doubleday, 1968),

    347.

    Catatan kaki ringkas

    Dahood, Psalms I: 1-50, 78.

    Dahood, Psalms II: 51-100, 351.

    Daftar pustaka

    Dahood, Mitchell. Psalms I: 1-50. Vol. 1 dari Psalms.

    Anchor Yale Bible Commentaries 16. Garden City,

    N.Y.: Doubleday, 1965.

  • 29

    ———. Psalms II: 51-100. Vol. 2 dari Psalms. Anchor

    Yale Bible Commentaries 17. Garden City, N.Y.:

    Doubleday, 1968.

    2) Tafsiran multi-volume untuk keseluruhan Alkitab oleh berbagai pengarang

    Rujukan ditulis lengkap dalam daftar pustaka.

    Untuk catatan kaki hanya menggunakan singkatan resmi

    tafsiran multi-volume itu oleh SBL.

    Catatan kaki lengkap

    Patrick D. Miller, NIB 6:577.

    Catatan kaki ringkas

    Miller, NIB 6:534

    Daftar pustaka

    Miller, Patrick D. “The Book of Jeremiah: Introduction,

    Commentary, and Reflections.” Dalam Introduction

    to Prophetic Literature, Isaiah, Jeremiah, Baruch,

    Letter of Jeremiah, Lamentations, Ezekiel. Vol. 6

    dari New Interpreter’s Bible. Diedit oleh Leander

    E. Keck, Nashville: Abingdon, 2001.

    3) Tafsiran satu volume atas keseluruhan Alkitab

    Cara merujuk sama dengan A.2.

    Catatan kaki lengkap

  • 30

    Jack G. Partain, “Numbers,” dalam Mercer Commentary

    on the Bible, ed. Watson E. Mills et al. (Macon, GA:

    Mercer University Press, 1995), 175-79.

    Catatan kaki ringkas

    Partain, “Numbers,” 175.

    Daftar pustaka

    Partain, Jack G. “Numbers.” Dalam Mercer Commentary

    on the Bible. Diedit oleh Watson E. Mills et al.,

    175-79. Macon, GA: Mercer University Press,

    1995.

    3. Ensiklopedia dan kamus Alkitab

    Rujukan berdasarkan pengarang artikel dan bukan editor

    dari karya keseluruhan. Kebanyakan ensiklopedia dan kamus

    Alkitab menempatkan nama pengarang di bagian akhir artikel

    yang ditulisnya. Jika berbagai artikel dari sumber yang sama

    digunakan, maka masing-masing pengarang dan artikel harus

    dirujuk.

    Rujukan ditulis lengkap dalam daftar pustaka. Untuk

    catatan kaki hanya menggunakan singkatan resmi tafsiran

    multi-volume itu oleh SBL

    Catatan kaki lengkap

    Stanley D. Walters, “Jacob Narrative,” ABD 3:599-609.

    Catatan kaki ringkas

    Walters, “Jacob Narrative,” 3:600.

  • 31

    Daftar pustaka

    Walters, Stanley D. “Jacob Narrative.” Halaman 359-609

    dalam vol. 3 dari The Anchor Bible Dictionary. Diedit

    oleh David Noel Freedman. 6 vols. New York:

    Doubleday, 1992.

    C. RUJUKAN BIDANG MUSIK

    Khusus rujukan bidang musik terkait dengan penulisan baik

    di dalam teks maupun dalam catatan kaki serta daftar pustaka.

    1. Penulisan Nada dan Nada Dasar

    Penulisan nada menggunakan huruf besar, namun istilah

    kromatis (“flat/mol”, “sharp/kruis”, “natural”) tidak

    menggunakan huruf besar. Penulisan tanda kromatis hanya

    digunakan dalam diagram atau penyingkatan yang digunakan

    untuk materi analitikal.

    Contoh:

    middle C G-natural

    nada dasar G mayor nada dasar f-sharp minor

    triad D-mayor dawai E

    nada dasar F# minor triad Bb-mayor

    Untuk penulisan judul repertoir yang seringkali

    mencantumkan nada dasar, maka penulisan nada dasar mayor

    menggunakan huruf besar, dan nada dasar minor menggunakan

    huruf kecil. Untuk penulisan ini, kata “mayor” dan “minor”

    tidak perlu ditulis lagi.

  • 32

    Contoh:

    nada dasar G Triad e = E-G natural-B

    Movement kedua dari Beethoven’s Sonata in c, Op. 13, ditulis

    dalam nada dasar A-flat.

    Terdapat perkecualian dalam penulisan judul repertoire

    dalam program konser. Nada dan nada dasar harus ditulis

    dengan huruf besar.

    Contoh: Sonata in C Minor, Op. 13.

    Penulisan penomoran octave, yang dihitung dari nada

    yang terendah pada piano hingga yang tertinggi. Penulisannya

    adalah sebagai berikut:

    • Nada C terendah di piano ditulis C1

    • Nada C tertinggi di piano ditulis C8

    • Middle C adalah C4

    2. Penulisan chord

    Dalam analisa harmoni, penulisan chord menggunakan

    numerik roman dengan huruf besar, untuk menunjukkan

    tingkatan dalam tangga nada yang berlaku.

    Contoh:

    V [sebuah chord ke-5 atau dominan dari sebuah tangga nada]:

    V7 [chord dominan tujuh]

    Penulisan progress harmoni menggunakan numerik

    roman dengan huruf besar dan “garis strip/dash”.

  • 33

    Contoh: IV-I-V-I

    Sedangkan dalam tangga nada minor, maka penulisannya

    akan menjadi sebagai berikut:

    Contoh: iv-i-V-i

    3. Penulisan tanda dinamika

    Penulisan tanda dinamika ditulis dengan huruf kecil,

    seperti: pianissimo, piano, mezzo-forte, forte, atau

    fortississimo. Sedangkan untuk penulisan bentuk singkatannya

    menggunakan huruf kecil miring (italic) tanpa manambahkan

    “tanda titik”. Contoh: pp, p, mf, f, ff.

    Jika penulisan tanda dinamika ditulis sebagai kutipan

    dalam badan paper/skripsi/tesis, maka harus ditulis di antara

    “tanda petik”, untuk menegaskan maksud dari dinamika

    tersebut.

    Contoh: “Untuk memberikan keseimbangan dinamika dengan

    orkestra, tanda dinamika “piano” yang diberikan oleh Finzi,

    mungkin perlu dipahami sebagai “mezzo-forte”.

    4. Penulisan judul repertoire

    Jika judul merupakan judul repertoire yang diterbitkan

    dalam format buku, seperti: symphony, opera, oratorio, tone

    poem, atau repertoire panjang lainnya, harus ditulis dengan

    huruf miring (italic). Sedangkan untuk karya-karya pendek,

    judul lagu, tidak perlu ditulis miring, namun dalam “tanda

    petik”.

  • 34

    Contoh:

    Harold in Italy “Jesu Joy of Man’s Desiring”

    Don Giovanni “Wohin” dari Die Schone Mullerin

    Death and Transfiguration “La ci darem la mano”

    Elijah “For unto us a Child is born” dari Messiah

    “Piu allegro, quasi presto section” dari movement “Rondo”

    Sonata in D-Mayor,

    Op. 28 oleh Ludwig van Beethoven.

    “Avant de quitter” oleh Gounod’s Faust

    Banyak komposisi yang tidak memiliki judul yang

    spesifik namun dapat diidentifikasi berdasarkan genre

    musiknya (contoh: symphony, concerto, sonata, prelude,

    nocturne, andante, scherzo, dll). Ketika digunakan sebagai

    judul karya komposisi, nama genre dan nada dasar selalu ditulis

    dengan huruf besar. Jika nada dasarnya menggunakan istilah

    “flat”, “sharp”, atau “natural”, maka istilah tersebut harus

    ditulis dengan huruf kecil dengan ditambahkan tanda hubung “-

    “.

    Contoh:

    Symphony in B Major Sonata in E-flat

    Fantasy in C Minor Adagion from the Fifth Symphony

    B-flat Nocturne D Minor Violin Concerto

    Italian Suite No. 3 Allegretto for Orchestra

    E-flat Concerto

    Tulis dengan huruf besar penomoran pada judul komposisi:

    the Seventh Symphony

  • 35

    Ketika elemen dalam judul sebuah karya digunakan

    sebagai referensi informal, maka harus ditulis dengan huruf

    kecil, kecuali penulisan nada dasarnya.

    Contoh:

    the B minor symphony

    the third Italian suite

    Jika angka-angka dipakai dalam judul komposisi, istilah

    “Op.” (“Opus;” plural “Opp.” atau, jarang digunakan, “Opera”)

    dan “No.” (nomor; plural “Nos.”) maka keduanya harus huruf

    besar. Sebuah singkatan yang berhubungan dengan katalog

    untuk komposer tertentu, harus ditulis dengan huruf besar.

    Contoh:

    BWV (Bach-Werke-Verzeichnis) untuk Bach, D. (Deutsch)

    untuk Schubert, K. (Köchel) untuk Mozart.

    Untuk penulisan pada footnote, judul karya harus italic,

    namun sebuah komposisi instrumental yang disebutkan hanya

    dengan genre, nomor, dan nada dasar, maka penulisannya tidak

    perlu italic atau ditulis di antara tanda “…”.

    Contoh:

    1 Francis Poulenc, Gloria.

    2 Ludwig van Beethoven, Symphony No. 5 in C minor.

    3 Charles Gounod, Faust, libretto by J. Barbier dan M. Carre

    (New York: G. Schirmer, 1930), 113.

  • 36

    5. Teks himne dan hymn tune

    Penulisan teks himne, harus dituliskan sebagaimana kita

    menulis kalimat biasa, yaitu dengan SENTENCE

    CAPITALIZATION,

    Contoh:

    “Nyamanlah jiwaku”, “Besar setiaMu”.

    Judul himne, contoh: “Percaya dan Taat”, “In the Garden”

    Hymn tune

    Contoh:

    VILLE DU HAVRE, GARDEN, TRUST AND OBEY.

    6. Penulisan MUSIC FORM (bentuk musik)

    Contoh: ABA form, bar form, strofik form, rondo, binary form,

    bagian “B”.

    7. Penomoran birama

    Penulisan nomor birama, bisa diawali dengan kata

    “birama” atau dengan singkatan “m.” bila tunggal dan “mm.”

    bila jamak.

    8. Lain-Lain

    Periode sejarah musik, contoh: Middle Ages/Zaman

    Pertengahan, Classicism/Klasik, Romanticism/Romantik,

    Neoclassicism/Neoklasik, musik Romantik, musik Barok,

    sonata Klasik, kecuali: abas ke-20 (tidak menggunakan huruf

    kapital sama sekali)

  • 37

    Church modes, contoh: Dorian, Aeolian, Lydian, dll.

    Office hours, contoh: Matins, Vespers.

    VIII. Teknik Pengetikan

    A. Naskah diketik menggunakan komputer pada kertas putih

    ukuran A4.

    B. Isi skripsi minimal 60 halaman dan tesis minimal 80 halaman

    (hanya isi, tidak termasuk halaman-halaman awal dan daftar

    pustaka).

    C. Naskah diketik pada satu permukaan halaman dengan jarak

    antar baris 2 (dua) spasi. Font yang dipakai adalah Times New

    Roman dengan ukuran 12 pt untuk teks/naskah dan 10 pt untuk

    footnote dan isinya.

    D. Batas tepi ketikan adalah sebagai berikut : atas 2 ½ cm (1 inci),

    bawah 2 ½ cm (1 inci), kiri 4 cm (1 ½ inci), kanan 2 ½ cm (1

    inci).

    E. Penulisan nomor halaman pada sudut kanan atas (kecuali

    halaman awal bab) dengan:

    1. Angka Latin untuk bagian awal seperti Kata Pengantar,

    Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar (contoh : i, iv, vii,

    ix). Untuk halaman judul tidak usah diberi nomor.

    2. Angka Arab/nomor (1,2,3) mulai dari Bagian Inti sampai

    bagian Bibliografi.

    F. Pengaturan jarak spasi sebagai berikut:

    1. Untuk seluruh teks naskah, diketik dengan 2 spasi.

    2. Awal paragraf dimulai dengan menjorok ke dalam sebanyak

    5 karakter ketik ke dalam, dan ketikan dibuat rata kiri.

  • 38

    3. Untuk kutipan langsung yang panjangnya lebih dari 5 baris,

    diketik dengan 1 spasi dan diindent 5 karakter ketik ke

    dalam, tanpa menggunakan tanda kutip.

    4. Untuk kutipan pendek yang tidak lebih dari 5 baris, langsung

    dimasukkan teks skripsi dengan jarak 2 spasi dan diberi

    tanda kutip.

    5. Ada jarak dua baris kosong untuk mengetik sebagai berikut:

    a. antara judul bab dengan baris pertama dari bab itu.

    b. antara judul anak bab dengan baris di atasnya.

    Halaman-halaman selanjutnya di bawah ini menyajikan

    bantuan lebih lanjut terkait dengan gaya dan format makalah.

    Walaupun demikian, contoh-contoh yang disajikan tidaklah bersifat

    lengkap.

  • 39

    CONTOH: HALAMAN JUDUL

    JUDUL SKRIPSI / TESIS

    (SPASI GANDA UNTUK BARIS JUDUL BERIKUTNYA)

    (ada jarak sekitar satu inci / 2.5 cm)

    DIAJUKAN KEPADA

    [NAMA INSTITUSI]

    (ada jarak sekitar satu inci / 2..5 cm)

    [LOGO INSTITUSI]

    (ada jarak sekitar satu inci / 2.5 cm)

    UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN

    GUNA MENCAPAI GELAR [SARJANA / MAGISTER TEOLOGI]

    (ada jarak sekitar satu inci / 2.5 cm)

    OLEH

    [NAMA MAHASISWA/I]

    [NIM]

    [TANGGAL, BULAN, TAHUN]

  • 40

    CONTOH: DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI

    PRAKATA ......................................................................................... i

    DAFTAR ISI ......................................................................................ii

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................1

    Anak judul level pertama (gunakan 5 karakter ketik ke dalam,

    tanpa titik-titik untuk nomor halamannya), baris selanjutnya juga

    dimasukkan ke dalam sejajar pertama 2

    Anak judul level kedua (5 karakter ketik ke dalam, tanpa titik-titik

    untuk nomor halaman) 3

    BAB III METODE PENELITIAN ...................................................40

    BAB V KESIMPULAN ....................................................................92

    DAFTAR PUSTAKA .....................................................................101

  • 41

    CONTOH: ISI TEKS

    (margin atas dua inci atau 5 cm hanya untuk halaman pertama)

    JUDUL UTAMA

    BARIS SELANJUTNYA UNTUK JUDUL YANG PANJANG

    MENGGUNAKAN SPASI TUNGGAL

    Margin atas adalah dua inci untuk halaman pertama saja. Ada dua

    baris kosong di antara judul dan teks (atau anak judul jika ada).

    Margin-margin adalah atas dan bawah 1 inci atau 2 ½ cm, kiri 1 ½

    inci atau 4 cm, dan kanan 1 inci atau 2 ½ cm. Halaman pertama pada

    bab-bab skripsi/tesis memiliki format seperti halaman judul utama ini

    dengan nomor halaman pada bagian bawah tengah.

    Ketik lima karakter ke dalam untuk baris pertama paragraf-

    paragraf selanjutnya. Semua isi teks utama harus memiliki standar 12

    pt, seperti Times New Romans.

    Anak Judul Level Pertama

    Harus ada dua baris kosong di antara teks bagian sebelumnya dan

    sebuah anak judul, apapun levelnya. Anak judul level pertama berada

    di tengah dan dicetak tebal.

  • 42

    Anak Judul Level Kedua

    Ada dua baris kosong antara teks bagian sebelumnya dan sebuah

    anak judul. Anak judul level kedua berada di tengah tetapi tidak

    dicetak tebal.

    Anak Judul Level Ketiga

    Anak judul level ketiga berada di tepi kiri, cetak tebal dan miring.

    Sebuah judul tidak berada di baris terakhir dalam suatu halaman teks.

    Jika dibutuhkan, ditambahkan spasi kosong di akhir halaman untuk

    memulai judul di halaman yang baru.

    Anak Judul Level Keempat

    Anak judul level keempat berada di tepi kiri, tanpa cetak tebal dan

    tanpa cetak miring.

    Penomoran halaman untuk halaman selanjutnya setelah

    halaman pertama judul berada di pojok kanan atas. Teks utama

    berspasi ganda kecuali kutipan langsung.

  • 43

    Ini adalah contoh kutipan langsung. Terdiri dari lima atau lebih

    baris dan dimasukkan ke dalam oleh ketikan lima karakter.

    Berspasi tunggal. Tidak ada tanda kutip ganda (“) digunakan di

    awal dan di akhir kutipan langsung. Tanda kutip ganda hanya

    tetap digunakan ketika juga digunakan dalam sumber yang

    dipakai. Kutipan langsung berjarak spasi ganda dari bagian teks

    sebelumnya dan setelahnya.6

    Setelah sebuah kutipan langsung, teks dalam paragraf kembali

    memiliki spasi ganda dan rata kiri seperti semula.

    Catatan-catatan kaki di bagian bawah halaman dipisahkan oleh

    sebuah baris kosong.7 Catatan-catatan kaki harus memiliki nomor

    berurutan. Sebuah catatan kaki dan teks rujukannya harus berada di

    halaman yang sama. Jika sebuah piranti lunak seperti Microsoft

    Word tidak secara otomatis melakukan hal tersebut, maka perlu

    diatur “line spacing” dalam jendela “paragraph” menjadi “exactly.”

    6 Baris pertama sebuah catatan kaki dimasukkan ke dalam oleh ketikan 5

    karakter. Font berukuran 10 pt. Catatan kaki, tidak seperti teks utama, hanya

    memiliki spasi tunggal.

    7 Antar catatan kaki dipisahkan oleh sebuah baris kosong dan sebuah spasi

    antara nomor dan kata pertama dari catatan kaki.

  • 44

    CONTOH: BIBLIOGRAFI/DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR PUSTAKA

    Sediakan dua baris kosong di antara judul dan teks. Pisahkan setiap

    rujukan dengan sebuah baris kosong.Rujukan sendiri jika lebih dari

    satu baris menggunakan spasi tunggal.

    Harrington, Daniel. “Palestinian Adaptations of Biblical Narratives

    and Prophecies.” Halaman 239-47 dalam Early Judaism and

    Its Modern Interpreters. Diedit oleh R.A. Kraft dan G.W.E.

    Nickelsburg. The Bible and Its Modern Interpreters 2.

    Philadelphia: Fortress, 1986.

    Hellmut Lieberg, Amt und Ordination bei Luther und Melanchton.

    Gottingen: Vandenhoeck & Ruprecht, 1962.

    Martinson, Roland D. “The Pastoral Ministry.” Dalam Called and

    Ordained: Lutheran Perspectives on the Office of the

    Ministry. Diedit oleh Todd Nichol and Marc Kolden, 181-93.

    Minneapolis: Fortress, Press, 1990.

    McLay, R. Timothy. “The Goal of Teaching Biblical and Religious

    Studies in the Context of an Undergraduate Education.” SBL

    Forum, 6 Oktober 2006. http://www.sbl-site.org/ publications/article.aspx?articleId=581.

    Peterson, Eugene H. Under the Unpredictable Plant: An Exploration

    in Vocational Holiness. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans

    Pub. Co., 1992.

    Willimon, William H. Pastor: the Theology and Practice of

    Ordained Ministry. Nashville: Abingdon Press, 2002.

    http://www.sbl-site.org/

  • 45

    IX. SISTEM PENILAIAN

    A. Ujian karya ilmiah akan dilaksanakan oleh tim penguji yang terdiri dari tiga orang (skripsi) atau empat orang (tesis) yaitu:

    1. Ketua tim penguji (Ketua Tim Penguji)

    2. 1 Penguji untuk skripsi dan 2 Penguji untuk tesis

    3. Pembimbing skripsi/tesis

    B. Mahasiswa/i tingkat IV atau yang menulis skripsi/tesis diundang untuk hadir dalam ujian tersebut.

    C. Mahasiswa/i diminta membuat dan menyerahkan bentuk akhir karya ilmiah yang akan diuji selambatnya 3 hari sebelum hari

    ujian.

    D. Mahasiswa/i diminta mempresentasikan hasil karya tulisnya selama 10-15 menit.

    E. Kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa/i yang diuji diberikan pertama kepada (para) Penguji, setelah itu

    Ketua Tim Penguji dan terakhir kepada Pembimbing.

    Mahasiswa/i lain yang mendengarkan dapat diberikan

    kesempatan untuk bertanya dan teknisnya akan diatur oleh

    Ketua Tim Penguji.

    F. Penguji dan Ketua Tim Penguji menilai ujian dari segi-segi: 1. Sistematika 2. Isi (logika berpikir, analisa data, dan relevansi) 3. Presentasi dan kemampuan meresponi pertanyaan 4. Tata bahasa dan teknis penulisan

    G. Pembimbing menilai dari segi-segi: 1. Sistematika dan isi 2. Presentasi dan kemampuan meresponi pertanyaan 3. Tata bahasa dan teknis penulisan 4. Usaha calon selama mendapat bimbingan

    H. Sistem penilaian adalah: semua anggota dalam tim penguji akan memberikan penilaian, setelah itu dijumlahkan kemudian

    dibagi sesuai jumlah anggota. Contoh sistem penilaian skripsi:

  • 46

    3.0 + 3.0 + 3.1 = 9.1 dibagi 3 = 3.0. Jadi hasil nilainya adalah

    3.0 atau B.

    I. Perbedaan nilai di antara para penguji tidak boleh lebih dari 1.0. Apabila terjadi perbedaan nilai antara satu penguji dengan

    penguji lain lebih dari 1.0, maka diadakan musyarawah untuk

    mufakat untuk mendapatkan nilai akhir penetapan lulus

    tidaknya seeorang peserta ujian.

    J. Untuk dapat dinyatakan lulus dalam ujian skripsi/tesis, maka mahasiswa harus dapat memperoleh nilai minimal C.

    X. KEWAJIBAN DOSEN SEBAGAI PEMBIMBING

    A. Menolong membimbing mahasiswa/i melewati seluruh proses

    penelitan, pemikiran, dan penulisan.

    B. Mendiskusikan jadwal pertemuan dengan mahasiswa/i untuk

    menentukan target waktu penyelesaian penulisan dan

    pertemuan pembimbingan secara regular dengan

    menandatangani formulir pertemuan yang dipegang oleh

    mahasiswa/i.

    C. Menolong mahasiswa/i menghasilkan karya tulis yang memiliki

    cara (metodologi dan pendekatan), bentuk atau struktur

    (sistematika atau logika) dan isi (bobot pikiran) yang dapat

    dipertanggungjawabkan secara benar dan keilmuan.

    D. Menolong mahasiwa untuk dapat menyatakan argumentasi-

    argumentasi dan kesimpulan-kesimpulan yang adil (fair) dan

    mandiri terhadap sumber-sumber yang dipakai.

    E. Mengarahkan mahasiswa kepada sumber-sumber bacaan dan

    penelitian yang tepat, aktual dan tersedia.

    F. Mengembalikan rancangan-rancangan (draft) penulisan kepada

    mahasiswa secepatnya (maksimal dalam waktu 2 minggu

    setelah penyerahan).

  • 47

    G. Memeriksa dan membuat catatan tentang beberapa hal yang

    berhubungan dengan kesalahan-kesalahan teknis pengetikan,

    tata bahasa, terjemahan, pelafalan, atau format pengutipan dan

    penulisan yang tidak standar. Hal ini dapat dilakukan dengan

    menunjukkan beberapa kesalahan yang sama.

    H. Memberi masukan tentang hal yang perlu dilakukan termasuk

    cara menulis isi dan revisi penulisan tersebut.

    XI. KEWAJIBAN MAHASISWA/I SEBAGAI PENULIS

    A. Mengikuti presentasi proposal skripsi/tesis. Jadwal presentasi

    ini akan ditentukan oleh Wakil Ketua Bidang Akademik.

    B. Mengerjakan secara mandiri seluruh proses penelitian,

    pemikiran dan penulisan dan sedapat mungkin menulis dengan

    argumentasi-argumentasi dan kesimpulan-kesimpulan yang adil

    dan mandiri terhadap sumber-sumber yang dipakai. Ini

    berimplikasi bahwa mungkin pendapat, argumentasi dan

    kesimpulan yang diambil oleh mahasiswa dapat berbeda

    dengan dosen pembimbing. Jika, dalam keadaan tertentu,

    perbedaan ini tidak dapat direkonsiliasi, sebuah pertemuan akan

    difasilitasi oleh Wakil Ketua Bidang Akademik untuk mencari

    jalan keluarnya.

    C. Proaktif menemui dosen pembimbing pada setiap tahapan

    pengembangan penulisan. Demikian juga, jika sewaktu-waktu

    ada yang ingin dikonsultasikan selama proses penulisan

    tersebut.

    D. Mengerjakan penulisan karya tulis akhir sesuai dengan format

    standar yang berlaku di sekolah. Dosen tidak berkewajiban

    mengkoreksi seluruh kesalahan yang ada. Karena itu

    mahasiswa/i wajib memperbaiki seluruh kesalahan seperti

    kesalahan-kesalahan teknis pengetikan, tata bahasa, terjemahan,

  • 48

    pelafalan, atau format pengutipan dan penulisan yang tidak

    standar, yang terdapat dalam semua bagian tulisan yang

    diserahkan.

    E. Menyelesaikan secara mandiri semua perbaikan akhir, baik isi

    maupun format, sebelum memberikan draft akhir kepada dosen

    pembimbing dan kepada tim penguji untuk ujian akhir.

    CATATAN TAMBAHAN UNTUK BAGIAN RUMUSAN

    MASALAH

    Penelitian ilmu teologi yang menggunakan riset kepustakaan

    tidaklah mengenal penentuan populasi dan sampel. Demikian pula,

    oleh karena penelitian demikian menggunakan riset kepustakaan,

    maka di dalamnya juga tidak ditentukan variabel dalam masalah

    penelitian. Konsekuensinya meskipun rumusan masalah dalam

    penelitian ilmu teologi yang menggunakan riset kepustakaan

    senantiasa menuntut penjabaran yang spesifik, namun hal ini tidak

    harus diidentikkan dengan variabel seperti yang terjadi dalam riset

    lapangan. Oleh karena itu, penting untuk dibahas ciri khas perumusan

    masalah riset kepustakaan.

    Sebelumnya perlu diingat baik-baik satu aturan penting yang

    berlaku untuk semua penelitian keilmuan dalam perumusan masalah.

    Baik untuk riset kepustakaan dan riset lapangan, masalah harus

    dirumuskan atau dinyatakan dengan sebuah kalimat yang jelas dan

    ringkas. Hal ini untuk menunjukkan bahwa seorang peneliti telah

    memahami dengan jelas dan berfokus pada yang hendak dikerjakan

    dalam penelitiannya. Rumusan kalimat itu dapat dinyatakan melalui

  • 49

    sebuah pernyataan, pertanyaan atau tujuan. Di STT-Aletheia rumusan

    masalah biasanya dinyatakan melalui sebuah pertanyaan.

    Sesuai dengan namanya, riset kepustakaan, maka rumusan

    masalah yang ada tidak harus diuji terlebih dahulu dan/atau

    diselesaikan melalui kegiatan lapangan baik itu yang bersifat

    kuantitatif maupun kualitatif. Sebagai ganti hubungan antara variabel

    dalam penelitian kuantitatif/kualitatif (riset lapangan), ciri khas riset

    kepustakaan adalah melihat hubungan antara dua atau lebih unsur

    yang terkandung dalam substansi objek penelitian yang telah

    dinyatakan dalam rumusan masalahnya.

    Misalnya, rumusan masalah berbunyi: “Bagaimana praktek

    perpuluhan dalam Perjanjian Lama Maleakhi 3:8-12 berhubungan

    dengan orang-orang percaya Perjanjian Baru?” Unsur-unsur dalam

    rumusan masalah yang dapat dilihat hubungannya antara lain adalah:

    apakah ajaran Perjanjian Lama tentang tentang perpuluhan?

    Bagaimanakah pembaca mula-mula memahami Maleakhi 3:8-12?

    Apakah ajaran Perjanjian Baru tentang perpuluhan? Bagaimanakah

    berita Maleakhi 3:8-12 ditangkap oleh orang-orang percaya

    Perjanjian Baru?

    Dengan melihat hubungan antara dua atau lebih unsur yang

    terkandung dalam substansi objek penelitian tersebut, sebetulnya

    seorang peneliti telah mendapat topik-topik yang nantinya dapat

    dikembangkan lebih lanjut sebagai usaha menjawab rumusan

    masalah dalam bab yang melaporkan hasil penelitiannya (Bab

    Pembahasan). Inilah ciri khas dari riset kepustakaan ilmu teologi

    dalam melihat hubungan yang terdapat dalam rumusan masalah. Jadi,

    seorang peneliti riset kepustakaan ketika menemukan hubungan

    unsur-unsur yang ada dalam rumusan masalahnya dan berusaha

  • 50

    menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari unsur-unsur

    tersebut, sebenarnya pada akhirnya telah juga memberikan jawaban

    terhadap masalah yang dirumuskan dalam penelitiannya.

    CATATAN TAMBAHAN UNTUK BAGIAN METODOLOGI

    PENELITIAN DALAM BAB PENDAHULUAN:

    METODOLOGI DALAM ILMU TEOLOGI

    Apakah hubungan metodologi dan metode? Sederhananya,

    metodologi adalah dasar-dasar filsafat ilmu dari suatu metode.

    Metodologi penelitian, karenanya, membahas konsep teori berbagai

    metode penelitian yang ada sehingga belum memiliki langkah-

    langkah praktis. Langkah-langkah praktis itulah yang ada pada

    metode penelitian.8 Dengan kata lain, seorang peneliti melakukan

    penelitiannya (metode atau cara penelitian) berdasarkan metodologi

    yang dipilihnya. Demikian juga, dalam ilmu teologi seorang peneliti

    akan menggunakan suatu metode penelitian yang konsisten dengan

    metodologi yang dipilihnya dalam ilmu teologi.

    Apakah metodologi dalam ilmu teologi kalau begitu?

    Metodologi yang ada dalam ilmu teologi dapat dibangun berdasarkan

    kurikulum “empat-rangkap” dari ilmu teologi itu sendiri. Kurikulum

    tersebut memiliki empat disiplin yaitu biblika, historika, sistematika

    dan praktika.9 Berdasarkan empat disiplin tersebut, ilmu teologi dapat

    8 Lihat juga penjelasan lebih lanjut hubungan metodologi dan metode oleh H.

    Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner (Yogyakarta: Penerbit

    “Paradigma”, 2012), 7-8.

    9 Usaha mempertahankan kurikulum tersebut dalam pendidikan teologi

    termasuk kesatuan esensial dari empat disiplin yang ada itu demi kebaikan gereja

    dapat dilihat pada karya Richard A. Muller, The Study of Theology: From Biblical

  • 51

    menggunakan empat metodologi juga: metodologi biblika,

    metodologi historika, metodologi sistematika dan metodologi

    praktika.

    Bagian metodologi penelitian dalam skripsi dan tesis bertujuan

    untuk menjelaskan jenis metodologi penelitian teologi yang akan

    dipergunakan. Walaupun keempat metodologi yang ada tidak dapat

    dipisahkan secara total, perlu diterangkan secara umum fokus

    metodologi yang hendak dipergunakan sehubungan dengan topik atau

    masalah yang dipilih sekaligus keterkaitan metodologi yang menjadi

    fokus itu dengan ketiga metodologi lainnya.

    CATATAN TAMBAHAN UNTUK BAB TINJAUAN PUSTAKA

    Tinjauan pustaka bermaksud utama untuk menjelaskan

    hubungan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian serupa

    yang telah dilakukan sebelumnya termasuk buku-buku mengenai

    topik yang akan diteliti. Bagian ini harus dapat mencapai keempat

    tujuan sebagai berikut:10

    1. Menghindari penggandaan penelitian yang telah dilakukan;

    2. Mengidentifikasi gap yang ada dalam penelitian terkait dengan

    topik yang akan dibahas sehingga membutuhkan studi lebih

    lanjut;

    3. Berinteraksi dengan teori-teori dan penemuan-penemuan terkini

    yang terkait erat dengan topik yang akan diteliti

    Interpretation to Contemporary Formulation (Grand Rapids: Zondervan Publishing

    House, 1991).

    10 Disadur dari Kevin Gary Smith, Writing and Research: A Guide for

    Theological Students (Carlisle, UK: Langham Global Library, 2016), 161.

  • 52

    4. Mempersempit ruang lingkup penelitian terhadap topik yang

    ada dalam hubungan dengan penelitian yang telah dilakukan

    sebelumnya

    Karena itu, tinjauan pustaka bukanlah sekadar suatu kumpulan

    berbagai pendapat banyak orang terkait dengan topik yang akan

    diteliti untuk kemudian akan digunakan sebagai pendukung dan

    referensi bagi hasil penelitian yang akan dilakukan. Pola demikian

    dalam suatu tinjauan pustaka akan mengaburkan fungsi tinjauan

    pustaka itu sendiri dalam penelitian. Memang tidak dilarang untuk

    mengutip dan mengambil pendapat orang lain, namun jangan sampai

    akhirnya menghilangkan maksud sebenarnya dari tinjauan pustaka itu

    sendiri yaitu untuk menunjukkan penelitian yang akan dilakukan

    berbeda dari yang sudah-sudah dan perlu untuk segera dilaksanakan.

    CATATAN TAMBAHAN UNTUK BAB METODE

    PENELITIAN

    Cara Penelitian

    Pada umumnya cara penelitian yang dipakai dalam ilmu teologi

    adalah riset kepustakaan. Walaupun demikian, tidak menutup

    kemungkinan cara penelitian riset lapangan dipergunakan. Alasan

    adanya kecenderungan penggunaan riset kepustakaan adalah bersifat

    praktis yaitu ketersediaan dan keterbatasan waktu bagi mahasiswa

    dan mahasiswi untuk melakukan cara penelitian riset lapangan.

    Karena itu, dalam bagian bab metode penelitian tidak perlu lagi

    dijelaskan alasan memilih riset kepustakaan dibandingkan riset

    lapangan (kecuali jika yang dipilih adalah riset lapangan).

  • 53

    Prosedur atau Langkah Penelitian

    Bagian ini tidak perlu lagi membahas tentang sejumlah

    prosedur atau langkah penelitian dalam riset kepustakaan yang juga

    berlaku dalam setiap ilmu, misalnya analisa dan sintesa. Tentunya

    mereka juga berlaku bagi ilmu teologi. Akan tetapi setiap ilmu

    mengkonkretkan prosedur atau langkah penelitian tersebut sesuai

    dengan objeknya yang khas. Bagi ilmu teologi, langkah penelitian

    tersebut berhubungan erat dengan metodologi yang disesuaikan

    dengan objek formalnya. Inilah yang perlu diungkapkan dalam

    bagian ini.

    Metodologi biblika akan menggunakan prosedur eksposisi (di

    STT-Aletheia eksposisi identik dengan eksegesis). Setiap peneliti

    tidak harus menggunakan semua langkah penelitian yang ada dalam

    eksposisi tersebut, namun harus dengan jelas menyatakan dalam

    metodenya langkah-langkah yang dipilih dan digunakan nantinya.

    Penjelasan pemilihan tersebut juga dikaitkan secara spesifik dengan

    topik penelitian yang dilakukan.

    Metodologi historika dapat memilih satu dari empat model

    yang tersedia dalam sejarah doktrin: Pola Umum/Spesial, Model

    Spesial atau Diakronik, Model Pemikir Besar, dan Model Integral,

    Sinkronik atau Organik.11 Penjelasan pemilihan tersebut juga harus

    dikaitkan secara spesifik dengan topik penelitan yang dilakukan.

    Metodologi sistematika dan praktika12 sedikit berbeda dari dua

    metodologi sebelumnya. Dalam biblika dan historika seorang peneliti

    11 Lihat James E. Bradley dan Richard A. Muller, Church History: An

    Introduction to Research, Reference Works, and Methods (Grand Rapids: Wm. B.

    Eerdmans Pub. Co., 1995), 26-32.

    12 Metodologi sistematika dan praktika digabung di sini karena diasumsikan

    menggunakan riset kepustakaan. Biasanya metodologi praktika menggunakan riset

  • 54

    tinggal memilih langkah prosedur yang tersedia untuk kemudian

    dikaitkan secara spesifik dengan topik yang diteliti. Dalam

    sistematika dan praktika, seorang peneliti menjabarkan langkah

    penelitiannya melalui satu atau dua acara berikut ini.13 Pertama,

    menempatkan topik yang diteliti dalam konteks keseluruhan Alkitab

    (misal: menyebutkan secara ringkas bagian-bagian Alkitab yang akan

    dibahas dan yang terkait erat dengan topik yang ada). Kedua,

    menempatkan topik penelitian dalam konteks perkembangan historis

    topik itu sendiri (misal: menyebutkan tokoh-tokoh penting dan

    representatif atau unsur-unsur ide penting dan relevan yang telah ada

    sebelumnya dalam sejarah yang terkait erat dengan topik akan

    dibahas).

    lapangan yang membutuhkan metode penelitian tersendiri dan berbeda dari riset

    kepustakaan.

    13 Muller berkata, “The method and organization of doctrinal theology, its

    principles and its priorities, rest on two foundations, the biblical and the historical”

    (Muller, 131). Lihat juga pembahasan Subagyo tentang penelitian teologi

    sistematik dan praktika atau pastoral, secara khusus unsur-unsur biblika dan historis

    dalam diagram-diagram riset teologi doktrinal dan praktika (Subagyo, 148-157).

  • 55

    FORMAT PROPOSAL PENULISAN SKRIPSI/TESIS

    JUDUL

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Bagian ini menjelaskan masalah nyata yang mendorong untuk

    mengadakan penelitian, entah dari pengalaman pribadi, atau dari

    kepustakaan. Diterangkan juga alasan masalah tersebut menarik atau

    relevan, misal melalui dikemukakannya akibat atau dampak jika

    masalah tersebut tidak terselesaikan berdasarkan sumber

    kepustakaan. Diakhiri dengan penjelasan usaha mengatasi masalah

    tersebut yang terlihat, misalnya, melalui judul yang diangkat.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berupa kalimat tanya yang merangkum rumusan masalah

    C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    Dikaitkan dengan rumusan masalah dan menggunakan kata kerja

    yang tepat seperti: “menjelaskan,” “membandingkan,”

    menunjukkan,” dan lain-lain.

    D. HIPOTESIS

    Memuat pernyataan singkat yang mengungkapkan jawaban

    sementara dari masalah yang dihadapi dan masih harus diterima atau

    ditolak kebenarannya.

    E. TINJAUAN PUSTAKA SEMENTARA

    Menunjukkan keakraban dengan studi terkini terkait dengan topik

    yang akan diteliti dan meyakinkan bahwa penelitian yang akan

  • 56

    dilakukan dapat terlaksana karena ketersediaan sumber-sumber

    sekaligus menangkal penggandaan penelitian.

    F. METODOLOGI (PENDEKATAN) DAN METODE (CARA)

    PENELITIAN

    Menjelaskan alasan pemilihan salah satu metodologi dari empat

    metodologi yang tersedia dalam ilmu teologi sekaligus menjabarkan

    cara dan prosedur penelitian yang akan dilakukan berdasarkan

    metodologi yang dipilih.

    G. RUANG LINGKUP PENELITIAN

    Menjelaskan pembatasan dari studi atau penelitian yang dilakukan.

    H. DEFINISI OPERASIONAL

    Menjelaskan istilah-istilah penting yang sering dipakai dalam

    skripsi/tesis yang tidak dimengerti atau menimbulkan pertanyaan

    bagi pembaca.

    I. SISTEMATIKA PENULISAN

    Mendaftar dan menjelaskan secara ringkas bagian-bagian utama

    dalam skripsi/tesis yang akan ditulis

    J. DAFTAR PUSTAKA

    Menunjukkan keakraban dengan topik yang akan diteliti melalui

    jumlah sumber-sumber kepustakaan yang didaftar. Minimal 30 (tiga

    puluh) sumber untuk skripsi dan 50 (lima puluh) sumber untuk tesis.

  • 57

    CONTOH PROPOSAL BIBLIKA

    PRAKTEK PERPULUHAN PERJANJIAN LAMA DALAM

    MALEAKHI 3:8-12 DAN HUBUNGANNYA DENGAN ORANG-

    ORANG PERCAYA PERJANJIAN BARU

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Pada umumnya gereja zaman sekarang mewajibkan orang-orang

    Kristen untuk memberikan perpuluhan. Seringkali dasar yang dipakai

    untuk mewajibkan tersebut adalah dalam Ulangan 3:8-12. Padahal

    dalam Perjanjian Baru perpuluhan hampir tidak disinggung sama

    sekali dan bahkan ketika disinggung bukan dengan tujuan untuk

    menjadikannya sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang percaya

    Perjanjian Baru untuk lakukan. Sepertinya kewajiban perpuluhan

    bagi orang-orang Kristen zaman sekarang adalah berdasarkan

    sebagian Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan bukan keseluruhan

    Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Karena itulah, perlu

    diselidiki apa kata Alkitab secara keseluruhan terkait dengan soal

    perpuluhan.

  • 58

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka akan diteliti

    konsep Alkitabiah tentang perpuluhan dengan rumusan masalah

    sebagai berikut: bagaimana hubungan praktek perpuluhan Perjanjian

    Lama dalam Maleakhi 3:8-12 dengan orang-orang percaya Perjanjian

    Baru?

    C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    Skripsi/tesis ini akan meneliti masalah perpuluhan dalam Alkitab

    dengan tujuan:

    1. Menjelaskan ajaran Perjanjian Lama tentang perpuluhan

    2. Menunjukkan pemahaman pembaca mula-mula terhadap Maleakhi 3:8-12

    3. Membandingkan ajaran perpuluhan Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru

    4. Menjelaskan pemahaman orang-orang percaya Perjanjian Baru terhadap berita Maleakhi 3:8-12

    Melalui penelitian ini diharapkan gereja dapat memahami konsep

    teologis perpuluhan dengan lebih baik lagi berdasarkan keseluruhan

  • 59

    Alkitab, bukan saja Perjanjian Lama. Juga mendorong penulis dan

    para pembaca untuk semakin setia memberi perpuluhan.

    D. HIPOTESIS

    Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa praktek perpuluhan

    Perjanjian Lama dalam Maleakhi 3:8-12 tidak lagi menjadi suatu

    keharusan bagi orang-orang percaya Perjanjian Baru.

    E. TINJAUAN PUSTAKA SEMENTARA

    Menunjukkan keakraban dengan studi terkini terkait dengan topik

    yang akan diteliti dan meyakinkan bahwa penelitian yang akan

    dilakukan dapat terlaksana karena ketersediaan sumber-sumber

    sekaligus menangkal penggandaan penelitian.

    F. METODOLOGI DAN METODE PENELITIAN

    Metodologi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

    metodologi biblika. Walaupun nantinya akan secara khusus

    mengeksegesis Maleakhi 3:8-12, hasil eksegese tersebut akan juga

    dijabarkan secara sistematis (metodologi sistematika) untuk

  • 60

    memberikan pemahaman perpuluhan secara menyeluruh kepada para

    pembaca sehingga mereka diharapkan terdorong lebih setia

    memberikan perpuluhan (metodologi praktika).

    Prosedur atau langkah penelitian yang digunakan adalah eksposisi

    terhadap Maleakhi 3:8-12. Secara khusus, perikop tersebut akan

    ditelaah melalui kritik teks, analisa konteks sejarah dan

    penafsirannya.

    G. RUANG LINGKUP PENELITIAN

    Penelitian ini adalah membahas praktek perpuluhan yang tercatat

    dalam Maleakhi 3:8-12 sehingga tidak meneliti bagian-bagian lain

    dalam Perjanjian Lama yang mencatat juga tentang perpuluhan.

    H. DEFINISI OPERASIONAL

    Perpuluhan adalah (satu kalimat saja)

    Orang-orang percaya Perjanjian Baru adalah (satu kalimat saja)

  • 61

    I. SISTEMATIKA PENULISAN

    BAB I: PENDAHULUAN

    BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

    BAB III: METODE PENELITIAN

    BAB IV: PERPULUHAN DALAM PL-PB DAN RELEVANSINYA

    BAGI ORANG KRISTEN ZAMAN SEKARANG

    1. Pemahaman pembaca mula-mula terhadap Maleakhi 3:8-12

    2. Perbandingan ajaran perpuluhan Perjanjian Lama dengan

    Perjanjian Baru

    3. Pemahaman orang-orang percaya Perjanjian Baru terhadap

    berita Maleakhi 3:8-12

    5. Relevansi

    BAB V: KESIMPULAN

    J. DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

    Menunjukkan keakraban dengan topik yang akan diteliti melalui

    jumlah sumber-sumber kepustakaan yang didaftar. Minimal 30 (tiga

    puluh) sumber untuk skripsi dan 50 (lima puluh) sumber untuk tesis.

  • 62

    CONTOH PROPOSAL HISTORIKA

    PRAKTEK PERPULUHAN PERJANJIAN LAMA DALAM

    MALEAKHI 3:8-12 MENURUT CALVIN, MELANCHTON, DAN

    LUTHER

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Pada umumnya gereja zaman sekarang mewajibkan orang-orang

    Kristen untuk memberikan perpuluhan. Seringkali dasar yang dipakai

    untuk mewajibkan tersebut adalah dalam Maleakhi 3:8-12. Padahal

    dalam Perjanjian Baru perpuluhan hampir tidak disinggung sama

    sekali dan bahkan ketika disinggung bukan dengan tujuan untuk

    menjadikannya sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang percaya

    Perjanjian Baru untuk lakukan. Sepertinya kewajiban perpuluhan

    bagi orang-orang Kristen zaman sekarang adalah berdasarkan

    sebagian Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan bukan keseluruhan

    Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Karena itulah, perlu

    diselidiki apa kata Alkitab secara keseluruhan terkait dengan soal

    perpuluhan.

  • 63

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka akan diteliti

    konsep Alkitabiah tentang perpuluhan dengan rumusan masalah

    sebagai berikut: bagaimana Calvin, Melanchton dan Luther

    menafsirkan Perjanjian Lama dalam Maleakhi 3:8-12?

    C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    Skripsi/tesis ini akan meneliti masalah perpuluhan dalam Alkitab

    dengan tujuan:

    1. Menjelaskan ajaran Perjanjian Lama tentang perpuluhan

    menurut Calvin, Melanchton dan Luther

    2. Membandingkan ajaran perpuluhan Perjanjian Lama dengan

    Perjanjian Baru menurut Calvin, Melanchton dan Luther

    3. Menjelaskan relevansi pemahaman historis zaman Calvin,

    Melanchton dan Luther terhadap Maleakhi 3:8-12 terhadap

    pemahaman orang-orang Kristen zaman sekarang terhadap

    perpuluhan

  • 64

    Melalui penelitian ini diharapkan gereja dapat memahami konsep

    teologis perpuluhan dengan lebih baik lagi berdasarkan keseluruhan

    Alkitab, bukan saja Perjanjian Lama. Juga mendorong penulis dan

    para pembaca untuk semakin setia memberi perpuluhan.

    D. HIPOTESIS

    Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa praktek perpuluhan

    Perjanjian Lama dalam Maleakhi 3:8-12 tidak lagi menjadi suatu

    keharusan orang-orang Kristen di zaman Calvin, Melanchton dan

    Luther.

    E. TINJAUAN PUSTAKA SEMENTARA

    Menunjukkan keakraban dengan studi terkini terkait dengan topik

    yang akan diteliti dan meyakinkan bahwa penelitian yang akan

    dilakukan dapat terlaksana karena ketersediaan sumber-sumber

    sekaligus menangkal penggandaan penelitian.

  • 65

    F. METODOLOGI DAN METODE PENELITIAN

    Metodologi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

    metodologi historika. Walaupun nantinya akan secara khusus melihat

    pandangan beberapa tokoh yang sezaman terhadap Maleakhi 3:8-12,

    hasil penelitian tersebut akan dijabarkan secara sistematis

    (metodologi sistematika) dan melaluinya akan ditarik relevansinya

    bagi para pembaca zaman sekarang sehingga mereka diharapkan

    terdorong lebih setia memberikan perpuluhan (metodologi praktika).

    Cara penelitiannya adalah melihat sumber-sumber primer Calvin,

    Luther, dan Melancthon bukan sekedar sumber sekunder tentang

    mereka dan pemahaman mereka tentang perpuluhan. Prosedur atau

    langkah penelitian yang digunakan adalah model integral terhadap

    pemahaman Calvin, Luther dan Melanchton karena mereka sezaman.

    Model integral digunakan untuk menghindari generalisasi suatu ide

    zaman dan mengabaikan konteks dan relasi ide tersebut dengan ide-

    ide serupa di zaman yang sama. Melalui model tersebut akan

  • 66

    dikemukakan pemahaman praktek perpuluhan Maleakhi 3:8-12

    dalam zaman Calvin, Melanchton dan Luther berada. Dari situ akan

    ditarik relevansinya bagi orang Kristen zaman sekarang.

    G. RUANG LINGKUP PENELITIAN

    Penelitian ini adalah membahas pemahaman Calvin, Melanchton dan

    Luther terhadap praktek perpuluhan yang tercatat dalam Maleakhi

    3:8-12 sehingga tidak meneliti pemahaman tokoh-tokoh lain atau

    pemahaman yang ada di zaman yang berbeda.

    H. DEFINISI OPERASIONAL

    Perpuluhan adalah (satu kalimat saja)

    (Istilah-istilah penting bersifat historis di zaman Calvin, Luther dan

    Melanchton terkait topik)

    I. SISTEMATIKA PENULISAN

    BAB I: PENDAHULUAN

    BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

    BAB III: METODE PENELITIAN

  • 67

    BAB IV: PERPULUHAN MENURUT CALVIN, MELANCHTON

    DAN LUTHER

    1. Perpuluhan menurut Calvin, Melanchton dan Luther

    2. Relevansi pemahaman historis zaman Calvin, Melanchton dan

    Luther terhadap Maleakhi 3:8-12 terhadap pemahaman orang-

    orang Kristen zaman sekarang tentang perpuluhan

    BAB V: KESIMPULAN

    J. DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

    Menunjukkan keakraban dengan topik yang akan diteliti melalui

    jumlah sumber-sumber kepustakaan yang didaftar. Minimal 30 (tiga

    puluh) sumber untuk skripsi dan 50 (lima puluh) sumber untuk tesis.

  • 68

    CONTOH PROPOSAL SISTEMATIKA

    PRAKTEK PERPULUHAN DALAM PERJANJIAN LAMA DAN

    KEWAJIBAN ORANG KRISTEN ZAMAN SEKARANG

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Pada umumnya gereja zaman sekarang mewajibkan orang-orang

    Kristen untuk memberikan perpuluhan. Seringkali dasar yang dipakai

    untuk mewajibkan tersebut adalah dalam Maleakhi 3:8-12. Padahal

    dalam Perjanjian Baru perpuluhan hampir tidak disinggung sama

    sekali dan bahkan ketika disinggung bukan dengan tujuan untuk

    menjadikannya sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang percaya

    Perjanjian Baru untuk lakukan. Sepertinya kewajiban perpuluhan

    bagi orang-orang Kristen zaman sekarang adalah berdasarkan

    sebagian Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan bukan keseluruhan

    Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Karena itulah, perlu

    diselidiki apa kata Alkitab secara keseluruhan terkait dengan soal

    perpuluhan.

  • 69

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka akan diteliti

    konsep Alkitabiah tentang perpuluhan dengan rumusan masalah

    sebagai berikut: apakah praktek perpuluhan dalam Perjanjian Lama

    mewajibkan orang Kristen zaman sekarang untuk juga memberikan

    perpuluhan?

    C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    Skripsi/tesis ini akan meneliti masalah perpuluhan dalam Alkitab

    dengan tujuan:

    1. Menjelaskan ajaran Perjanjian Lama tentang perpuluhan

    2. Membandingkan ajaran perpuluhan Perjanjian Lama dengan

    Perjanjian Baru

    3. Menjelaskan peran perpuluhan dalam kehidupan orang-orang

    Kristen zaman sekarang

    Melalui penelitian ini diharapkan gereja dapat memahami konsep

    teologis perpuluhan dengan lebih baik lagi berdasarkan keseluruhan

  • 70

    Alkitab, bukan saja Perjanjian Lama. Juga mendorong penulis dan

    para pembaca untuk semakin setia memberi perpuluhan.

    D. HIPOTESIS

    Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa praktek perpuluhan dalam

    Perjanjian Lama tidak lagi menjadi suatu keharusan bagi orang-orang

    Kristen zaman sekarang.

    E. TINJAUAN PUSTAKA SEMENTARA

    Menunjukkan keakraban dengan studi terkini terkait dengan topik

    yang akan diteliti dan meyakinkan bahwa penelitian yang akan

    dilakukan dapat terlaksana karena ketersedi