Upload
ledieu
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
LEMBAGA KEMAHASISWAAN
Kompartemen Standar Badan Audit Kemahasiswaan FEB UI
DECEMBER 2015
KATA PENGANTAR Badan Audit Kemahasiwaan FEB UI menganggap bahwa perlu adanya perkembangan dari
sistem pelaporan di ruang lingkup kemahasiswaan untuk menciptakan sistem keuangan yang
transparan, kredibel, dan akuntabel. Untuk mencapai hal tersebut, Badan Audit Kemahasiwaan
menciptakan suatu standar pelaporan keuangan lembaga yang berkesinambungan dan
innovatif melalui SAK lembaga Kemahasiswaan (2015) serta Sistem Informasi Akuntansi –
Excel (SIAK – Excel).
Akan tetapi, dalam pelaksanaannya hal tersebut tidaklah semudah yang dibayangkan, terlebih
bagi para bendahara lembaga. Oleh sebab itu, melalui buku Pedoman Penyusunan Laporan
Keuangan, kami terbitkan diharapkan para pengguna SAK Kemahasiswaan FEB UI menjadi
lebih mudah dalam mengimplementasikan SAK Kemahasiswaan FEB UI.
Konten dari buku ini menjelaskan secara rinci dan lugas mengenai konsep dasar, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan. Pedoman ini dilengkapi pula
dengan contoh kasus agar konsep lebih mudah dimengerti.
Akhir kata, kami selaku kompartmen standar yang mewakili Badan Audit Kemahasiswaan FEB
UI dalam menyusun buku panduan ini mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengurus
lembaga, mahasiswa, serta sivitas akademika FEB UI yang ikut berpartisipasi dalam memberi
kritik, saran, serta diskusi yang membangun untuk menciptakan FEB UI menjadi yang lebih
baik.
Badan Audit Kemahasiswaan FEB UI 2015
Massaid Bimo Setyawan Akuntansi 2012 Ketua
Putri Permata Sari Akuntansi 2012 Wakil Ketua
Utari Indriani Akuntansi 2012 Wakil Ketua
Nicholas Wijaya Langi Akuntansi 2013 Manajer Kompartemen Standar
Renzy Tirtany Asmara Akuntansi 2013 Manajer Kompartemen Standar
DAFTAR ISI
SECTION 1: CONCEPTUAL FRAMEWORK
1.1. Kebijakan dan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan ..................................................... 1
1.2. Apa tambahan conceptual framework pada SAK dibandingkan dengan umumnya? .. 2
SECTION 2: PENJELASAN KONSEP, PENJURNALAN, DAN CONTOH KASUS
2.1. Kebijakan dan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan ..................................................... 5
2.2. Investasi Pada Efek Tertentu ...................................................................................... 9
2.3. Persediaan ................................................................................................................ 11
2.4. Aset Tetap ................................................................................................................. 13
2.5. Aset Tidak Berwujud ................................................................................................. 17
2.6. Sewa ......................................................................................................................... 21
2.7. Provisi dan Kontijensi ............................................................................................... 25
2.8. Pendapatan ............................................................................................................... 29
2.9. Transaksi dalam Mata Uang Asing ............................................................................ 39
2.10. Kejadian Setelah Tanggal Pelaporan ......................................................................... 41
2.11. Laporan Keuangan Interim ........................................................................................ 43
SECTION 3: ROADMAP IMPLEMENTASI SAK TAHUN 2015 - 2017 .................................... 45
Lampiran: Contoh Format Laporan Keuangan
Halaman ini sengaja dikosongkan
SECTION 1 - CONCEPTUAL FRAMEWORK
1
1.1 Apa yang dimaksud dengan conceptual framework?
Conceptual framework adalah fondasi dasar SAK Kemahasiswaan yang digunakan sebagai acuan
dan penilaian yang konsisten dalam menyusun pengaturan dalam SAK dan saat terdapat kondisi
yang belum diatur dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam conceptual framework SAK,
terdapat 2 karakteristik laporan keuangan yang merupakan tambahan dari SAK yang umum di
Indonesia yaitu pembatasan dan kesatuan entitas. Berikut adalah penjelasannya seluruh
karakteristik laporan keuangan SAK:
1. Dapat Dipahami (understandibility)
Laporan keuangan berisikan informasi yang harus dapat dengan mudah dipahami oleh
sejumlah besar pengguna sesuai dengan pengaturan yang berlaku di dalam SAK.
2. Relevan (relevance)
Informasi keuangan harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses pengambilan
keputusan karena membantu pengguna laporan keuangan mengevaluasi peristiwa masa
lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di
masa lalu.
3. Materialitas (materiality)
Informasi dipandang material jika kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.
4. Keandalan (reliability)
Agar bermanfaat, informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal.
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias (free from
error and bias), dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan (faithful representation).
5. Substansi Mengungguli Bentuk (substance over form)
Transaksi, peristiwa, dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini untuk meningkatkan
keandalan laporan keuangan.
6. Pertimbangan Sehat (prudence)
Pertimbangan sehat meliputi suatu sifat kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan
yang diperlukan dalam suatu kondisi ketidakpastian yang meliputi berbagai peristiwa dan
keadaan yang akan dilaporakan dalam laporan keuangan.
7. Kelengkapan (completeness)
Agar dapat diandalkan, informasi keuangan dalam laporan keuangan harus lengkap dalam
batasan materialitas dan biaya.
SECTION 1 - CONCEPTUAL FRAMEWORK
2
8. Dapat Dibandingkan (comparability)
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan lembaga antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat
membandingkan laporan keuangan antar lembaga untuk mengevaluasi posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
9. Tepat Waktu (timeliness)
Agar relevan, informasi keuangan dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan
keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan.
10. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediaannya. Evaluasi biaya dan manfaat
merupakan proses pertimbangan yang substansial dan harus memahami bahwa manfaat
informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal.
1.2 Apa tambahan karakteristik laporan keuangan dalam conceptual framework
SAK Kemahasiswaan?
PRINSIP PEMBATASAN
Pembatasan adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi oleh pemberi sumber daya.
Penyajian pendapatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis pembatasan berdasarkan sifat
pembatasannya oleh pemberi sumber daya, yaitu :
1. Terikat permanen
2. Terikat temporer
3. Tidak terikat
Mengapa perlu ada tambahan prinsip pembatasan dalam SAK ini?
Ketika pengguna laporan keuangan Lembaga mencoba memotret jumlah aset neto yang bersifat
likuid, dalam arti dapat digunakan oleh suatu lembaga sepenuhnya, total saldo aset neto secara
keseluruhan tidak dapat digunakan sebagai acuan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh adanya pihak
pemberi sumber daya yang mengatur penggunaan sumber daya tersebut. Pembatasan penggunaan
dapat terjadi pada kasus, antara lain: dana abadi yang hanya dapat digunakan imbal hasilnya saja
(bunga) atau dana donasi yang ditunjukkan kepada pengeluaran kepanitiaan tertentu. Dengan
adanya pembatasan ini, laporan keuangan lembaga diharapkan dapat memotret secara jelas jumlah
saldo aset neto yang dapat digunakan sepenuhnya oleh lembaga yang bersangkutan.
Penjelasan lebih lanjut mengenai implikasi pembatasan dielaborasi pada Section 2: Pendapatan.
SECTION 1 - CONCEPTUAL FRAMEWORK
3
KESATUAN ENTITAS
Prinsip ini mengharuskan lembaga untuk mengakui unsur-unsur laporan keuangan seluruh program
kerjanya (proker) tanpa terkecuali. Hal ini termasuk dengan program kerja yang diserahkan
pelaksanannya kepada pelaksana acara (proker open tender).
Mengapa perlu adanya tambahan kesatuan entitas dalam SAK ini?
Laporan keuangan lembaga merupakan salah satu masukan bagi pengurus Lembaga untuk
mengambil keputusan. Sehingga untuk mencapai keputusan yang baik, seluruh aktivitas keuangan
lembaga harus dapat tercermin dalam laporan keuangan Lembaga. Selain itu, diharapkan
pengendalian Lembaga atas program kerja, terutama yang bersifat open tender, menjadi lebih baik
seiring pengelolaan keuangan program kerja menjadi tergambar dalam laporan keuangan Lembaga.
Penjelasan lebih lanjut mengenai implikasi kesatuan entitas dielaborasi pada SAK Bab 2 paragraf
2.45-2.50 dan pada panduan ini Section 2: Pendapatan.
Halaman ini sengaja dikosongkan.
SECTION 2 – KEBIJAKAN DAN ESTIMASI AKUNTANSI DAN KESALAHAN
5
Dalam sub-bab ini, terdapat tiga hal utama terkait kebijakan dan estimasi akuntansi dan kesalahan,
yaitu:
a. Perubahan kebijakan akuntansi
b. Perubahan estimasi akuntansi
c. Koreksi kesalahan
Hal-hal dalam sub-bab ini diambil dari Bab 8 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat
dipelajari pada Bab terkait.
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
Pengertian
Perubahan kebijakan akuntansi adalah prinsip dan dasar tertentu yang diterapkan lembaga dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Pengakuan
Lembaga harus menerapkan seluruh perubahan kebijakan akuntansi secara retrospektif (pada tahun
berjalan dan satu tahun sebelumnya).
Pengungkapan
Jika pengaplikasian SAK ini memberikan dampak pada periode yang lalu, berjalan, dan mendatang,
maka lembaga harus mengungkapkan:
a. sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
b. untuk periode berjalan dan setiap periode lalu yang disajikan, jika praktis, jumlah
penyesuaian untuk setiap pos laporan keuangan yang terpengaruh;
c. jika praktis, jumlah penyesuaian terkait dengan periode sebelumnya yang disajikan; dan
penjelasan jika tidak praktis untuk menentukan jumlah yang diungkapkan di (b) atau (c).
PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI
Pengertian
Perubahan estimasi akuntansi dapat diartikan sebagai perubahan tata cara pengukuran yang terjadi
pada aset dan liabilitas akibat dari pengaplikasian sistem atau tata cara yang baru.
SECTION 2 – KEBIJAKAN DAN ESTIMASI AKUNTANSI DAN KESALAHAN
6
Pengakuan
Lembaga harus mengakui pengaruh perubahan estimasi akuntansi secara prospektif dengan
memasukkannya ke laporan aktivitas di periode terjadi perubahan dan periode mendatang.
Pengungkapan
Lembaga harus mengungkapkan sifat setiap perubahan estimasi akuntansi dan dampak perubahan
tersebut pada aset, liabilitas, penghasilan, dan beban pada periode berjalan.
Contoh kasus
Lembaga ABC membeli aset tetap LCD proyektor pada tanggal 1/1/20X3 sebesar Rp 820
ribu. LCD proyektor tersebut disusutkan dengan metode garis lurus, masa manfaat 5
tahun, dengan nilai sisa Rp 100 ribu. Pada 1/1/20X5, lembaga mengubah estimasi manfaat
dari 3 tahun tersisa menjadi 7 tahun tersisa atau secara total masa manfaat menjadi 9
tahun. Berikut adalah perhitungannya:
- Jumlah penyusutan per tahun = (Rp 820 ribu - 100 ribu) / 5 tahun = Rp 144 ribu / tahun
- Penyusutan selama 2 tahun = (2 tahun x Rp 144 ribu / tahun) = Rp 288 ribu
- Nilai buku tersisa = (Rp 820 ribu - 288 ribu) = RP 532 ribu
- Penyusutan baru = (Rp 532 ribu – Rp 100 ribu ) / 7 tahun = RP 62 ribu / tahun.
Entri Jurnal:
31/12/20X3 Dr. Beban Penyusutan – LCD Proyektor 144 ribu
Cr. Akumulasi Penyusutan – LCD Proyektor 144 ribu
31/12/20X4 Dr. Beban Penyusutan – LCD Proyektor 144 ribu
Cr. Akumulasi Penyusutan – LCD Proyektor 144 ribu
31/12/20X5 Dr. Beban Penyusutan – LCD Proyektor 62 ribu
Cr. Akumulasi Penyusutan – LCD Proyektor 62 ribu
31/12/20X6 Dr. Beban Penyusutan – LCD Proyektor 62 ribu
Cr. Akumulasi Penyusutan – LCD Proyektor 62 ribu
SECTION 2 – KEBIJAKAN DAN ESTIMASI AKUNTANSI DAN KESALAHAN
7
KOREKSI KESALAHAN PERIODE LALU
Pengertian
Kesalahan periode yang lalu adalah kesalahan dalam pencatatan, matematis, penerapan kebijakan
akuntansi, kecurangan dan interpretasi fakta yang terjadi pada periode yang lalu.
Pengakuan
Jika praktis, Lembaga harus memperbaiki laporan keuangan secara retrospektif (ketentuan
retrospektif jika praktis dapat dilihat pada SAK bab 8 paragraf 14-15).
Pengungkapan
Lembaga harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk kesalahan periode yang lalu:
a. sifat dari kesalahan periode yang lalu;
b. untuk setiap periode lalu yang disajikan, jika praktis, jumlah koreksi untuk setiap pos
laporan keuangan yang terpengaruh;
c. jumlah koreksi pada awal periode yang lalu yang disajikan paling awal; dan
d. jika penyajian kembali secara retrospektif adalah tidak praktis untuk periode lalu tertentu,
kondisi yang menyebabkan ketidakpraktisan tersebut dan deskripsi bagaimana dan sejak
kapan kesalahan telah dikoreksi. Laporan keuangan untuk periode-periode selanjutnya
tidak perlu mengulang pengungkapan tersebut.
Halaman ini sengaja dikosongkan.
SECTION 2 – INVESTASI PADA EFEK TERTENTU
9
Dalam sub-bab ini, akan dielaborasi bagaimana perlakuan meliputi pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan terhadap transaksi investasi pada efek-efek. Hal-hal dalam sub-bab
ini diambil dari Bab 9 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab
terkait.
Pengertian
Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap
derivatif dari efek.
• Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan hutang piutang antara kreditor dengan
entitas yang menerbitkan efek.
• Efek ekuitas adalah efek yang menunjukkan hak kepemilikan atas suatu ekuitas, atau hak
untuk memperoleh (misalnya: waran, opsi beli), atau hak untuk menjual (misalnya opsi
jual) kepemilikan tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetapkan.
Pengakuan
Mengklasifikasikan efek utang dan efek ekuitas ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut ini:
a. Dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity)
Jika Lembaga mempunyai maksud untuk memiliki efek utang hingga jatuh tempo, maka
investasi tersebut harus diklasifikasikan sebagai “dimiliki hingga jatuh tempo”.
b. Diperdagangkan (trading)
Efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat harus diklasifikasikan
dalam kelompok “diperdagangkan”. Efek dalam kelompok “diperdagangkan” biasanya
menunjukkan frekuensi pembelian dan penjualan yang sangat sering dilakukan. Efek ini
dimiliki dengan tujuan untuk menghasilkan surplus dari perbedaan harga jangka pendek.
c. Tersedia untuk dijual (available for sale)
Efek yang tidak diklasifikasikan dalam kelompok “diperdagangkan” dan tidak
diklasifikasikan dalam kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo”, harus diklasifikasikan
dalam kelompok “tersedia untuk dijual.”
Pengukuran
Pengukuran efek utang dan efek ekuitas tergantung pada klasifikasi efek tersebut. Pengukuran efek
terangkum dalam tabel berikut:
SECTION 2 – INVESTASI PADA EFEK TERTENTU
10
Dimiliki hingga jatuh
tempo Diperdagangkan Tersedia untuk dijual
Pengakuan awal Biaya perolehan Biaya perolehan Biaya perolehan
Surplus / defisit yang
terealisasi Laba rugi Laba rugi Laba rugi
Surplus / defisit yang
belum terealisasi - Laba rugi -
Penyajian
Poin-poin pengaturan penyajian efek hutang dan efek ekuitas terangkum dalam tabel berikut:
Klasifikasi Dimiliki hingga jatuh
tempo Diperdagangkan Tersedia untuk dijual
Jenis Efek Hutang Ekuitas Hutang Ekuitas Hutang Ekuitas
Aset Lancar atau
Aset Tidak Lancar
Lihat jatuh
tempo x
Harus disajikan
sebagai “Aset
Lancar”
Lihat
jatuh
tempo
Berdasarkan
keputusan
pengurus
Arus Kas, disajikan
dalam nilai bruto Arus Kas Investasi Arus Kas Operasi Arus Kas Investasi
Pengungkapan
Untuk setiap kelompok efek dalam kelompok “tersedia untuk dijual” dan kelompok “dimiliki
hingga jatuh tempo”, harus diungkapkan:
a. informasi biaya perolehan,
b. jumlah premium dan diskonto yang belum diamortisasi,
Untuk efek utang dalam kelompok “tersedia untuk dijual” dan “kelompok dimiliki hingga jatuh
tempo”, harus diungkapkan informasi mengenai tanggal jatuh tempo efek utang tersebut.
SECTION 2 – PERSEDIAAN
11
Dalam sub-bab ini kita akan mengelaborasikan bagaimana perlakuan meliputi pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan terhadap persediaan. Hal-hal dalam sub-bab ini
diambil dari Bab 10 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab terkait.
Pengakuan
Persediaan adalah suatu bentuk aset lancar yang dimiliki oleh suatu Lembaga baik dari hasil
produksi sendiri atau pun pihak eksternal yang ditunjukkan untuk dijual kembali tanpa ada inisiatif
untuk menghabiskan nilai manfaatnya.
Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatatnya diakui sebagai beban periode di mana pendapatan
yang terkait diakui. Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke aset lain, misalnya, persediaan yang
digunakan sebagai komponen lain diakui sebagai beban selama umur manfaat aset tersebut.
Pengukuran
Entitas harus mengukur nilai persediaan pada nilai biaya perolehan. Dalam mengukur nilai
persediaan, Lembaga juga harus mencakup seluruh biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya
lainnya yang terjadi untuk membawa persediaan ke kondisi dan lokasi sekarang.
Biaya Pembelian
Biaya pembelian persediaan meliputi: harga beli, bea impor, pajak, biaya pengangkutan, biaya
penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan yang kemudian dikurangi
diskon dan potongan harga lainnya.
Lembaga dapat melakukan pembelian persediaan dalam beberapa termin penyelesaian tangguhan.
Jika perjanjian secara efektif mengandung adanya elemen pembiayaan, maka elemen tersebut
(misalnya, perbedaan antara harga beli untuk persyaratan kredit normal dengan jumlah yang
dibayar) diakui sebagai beban bunga selama periode pembiayaan dan tidak ditambahkan ke biaya
perolehan persediaan.
Lembaga harus memasukkan biaya-biaya lain ke dalam biaya persediaan hanya sepanjang biaya
tersebut terjadi untuk membawa persediaan ke kondisi dan lokasi sekarang. Misalnya: biaya
mendesain produk untuk konsumen tertentu.
SECTION 2 – PERSEDIAAN
12
Biaya yang Tidak Termasuk dalam Persediaan
Contoh biaya yang tidak termasuk dalam biaya persediaan dan biaya tersebut diakui sebagai beban
pada periode terjadinya adalah:
a. biaya bahan tidak terpakai, tenaga kerja dan biaya produksi lainnya yang tidak normal;
b. biaya penyimpanan, kecuali biaya yang diperlukan dalam proses produksi sebelum tahap
produksi selanjutnya;
c. biaya overhead administratif yang tidak berkontribusi untuk membuat persediaan ke
kondisi dan lokasi sekarang; dan
d. biaya penjualan.
Pengungkapan
Lembaga harus mengungkapkan:
a. kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk mengukur persediaan, termasuk rumus biaya
yang digunakan; dan
b. jumlah tercatat persediaan yang digunakan
Contoh
Lembaga ABC membeli 500 gelang yang akan dijual kembali kepada mahasiswa dengan
tujuan untuk pendaaan Lembaaga dengan total biaya perolehan Rp 2,5 juta (Biaya per
unit: Rp 5 ribu). Gelang tersebut dijual kembali sebanyak 300 unit dengan harga Rp 10
ribu per unit gelangnya.
Entri Jurnal :
Lembaga pembelian gelang:
Dr. Persediaan – Gelang 2.5 juta
Cr. Kas 2.5 juta
Pada saat penjualan gelang:
Dr. Kas 3 juta
Cr. Pendapatan Penjualan – Tidak Terikat 3 juta
Dr. Harga Pokok Penjualan 1.5 juta (Rp 5 ribu x 300 gelang)
Cr. Persediaan – Gelang 1.5 juta
SECTION 2 – ASET TETAP
13
Dalam sub-bab ini, akan dielaborasi bagaimana perlakuan meliputi pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan terhadap aset tetap Lembaga. Hal-hal dalam sub-bab ini diambil dari
Bab 11 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab terkait.
Pengertian
Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan
akan digunakan lebih dari satu periode.
Pengakuan
Lembaga harus mengakui biaya perolehan aset tetap sebagai aset tetap jika terdapat kemungkinan
bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam
lembaga; dan pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Pengukuran saat pengakuan awal
Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan. Unsur biaya perolehan
adalah:
• harga beli neto (harga bersih barang ditangan pemilik);
• biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi
yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan maksud pengurus;
Biaya-biaya berikut ini bukan merupakan biaya perolehan aset tetap dan harus diakui sebagai
beban ketika terjadi:
• biaya pembukaan fasilitas baru;
• biaya pengenalan produk atau jasa baru (termasuk biaya aktivitas iklan dan promosi);
• biaya penyelenggaran bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk biaya
pelatihan staf);
• biaya administrasi dan overhead umum lainnya.
Pendapatan dan beban yang terkait dengan kegiatan insidental selama masa konstruksi atau
pengembangan aset tetap diakui dalam laporan aktivitas jika operasional tersebut tidak diperlukan
untuk membawa aset tetap ke lokasi dan kondisi operasi yang dimaksud.
SECTION 2 – ASET TETAP
14
Pengukuran setelah pengakuan awal
Lembaga harus mengukur seluruh aset tetap setelah pengakuan awal pada biaya perolehan
dikurang akumulasi penyusutan. Lembaga harus mengakui biaya pemeliharaan dan reparasi sehari-
hari (cost of day-to-day servicing) dari aset tetap sebagai beban di dalam laporan aktivitas pada
periode terjadinya. Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap tidak diperkenankan.
PENYUSUTAN
Lembaga harus memilih metode penyusutan yang mencerminkan ekspektasi dalam pola
penggunaan manfaat ekonomi masa depan aset. Beberapa metode penyusutan yang mungkin
dipilih, antara lain
• metode garis lurus (straight line method);
• metode saldo menurun (diminishing balance method); dan
• metode jumlah unit produksi (sum of the unit of production method).
Jika terdapat suatu indikasi bahwa telah terjadi perubahan signifikan sejak tanggal pelaporan
tahunan sebelumnya dalam pola penggunaan manfaat ekonomi masa depan aset, maka lembaga
harus menelaah ulang metode penyusutan saat ini dan, jika diperlukan, mengubah metode
penyusutan untuk mencerminkan pola yang baru. Lembaga harus memperlakukan perubahan
metode penyusutan sebagai perubahan estimasi akuntansi.
Pengungkapan
Lembaga harus mengungkapkan untuk setiap kelompok aset tetap:
• dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto;
• metode penyusutan yang digunakan;
• umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; dan
• jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.
Lembaga juga harus mengungkapkan:
• keberadaan dan jumlah tercatat aset tetap yang hak penggunaannya dibatasi dan jumlah
tercatat aset tetap yang ditentukan sebagai jaminan atas utang; dan
• jumlah komitmen kontrak untuk memperoleh aset tetap.
SECTION 2 – ASET TETAP
15
Contoh perhitungan penyusutan
Metode #1: Metode garis lurus
Metode #2: Metode unit produksi
Ilustrasi 1
Lembaga ABC mempunyai suatu aset tetap berupa lemari buku yang baru dibeli pada
awal kepengurusan tahun berjalan dengan harga RP 400 ribu. Lembaga X memperkirakan
bahwa umur manfaatnya akan cukup panjang, yakni 5 tahun dan memiliki nilai residu 50
ribu rupiah. Berapakah beban yang harus dialokasikan tiap tahunnya oleh lembaga X?
Perhitungan:
!"#$#&'()*'+#,-,"*#"('."/0010(1#,2##3 =
4&566("!0–4&86("!083#+0, =
Rp 70 ribu per tahun
Entri jurnal:
Dr. Beban Depresiasi – Lemari Buku 70 ribu
Cr. Akumulasi Depresiasi – Lemari Buku 70 ribu
Entri jurnal ini dibebankan secara konsisten pada setiap tanggal pelaporan proporsional
antara periode pelaporan.
Ilustrasi 2
Lembaga DEF memiliki aset tetap berupa LCD proyektor dengan biaya perolehan sebesar
Rp 5 juta. Lembaga mengestimasi masa hidup LCD adalah 100.000 jam dan nilai sisa
sebesar Rp 500 ribu. Aset tetap digunakan sebanyak 1.000 jam pada periode ini.
Perhitungan basis penyusutan:
!"#$#&'()*'+#,-,"*#"('."/00,"3&()/09." =
4&8:03#-4&866("!0;66.666:#1 =
Rp 45 per jam penggunaan
Sehingga dengan penggunaan sebesar 1.000 jam, penyusutan periode ini adalah sebesar:
Rp 45 / jam x 1.000 jam = Rp 45.000
Halaman ini sengaja dikosongkan.
SECTION 2 – ASET TIDAK BERWUJUD
17
Dalam sub-bab ini, akan dielaborasi bagaimana perlakuan meliputi pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan terhadap aset tidak berwujud Lembaga. Hal-hal dalam sub-bab ini
diambil dari Bab 12 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab terkait.
Pengertian
Aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai
wujud fisik. Suatu aset dapat diidentifikasikan jika:
a. dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari lembaga
dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait
aset atau kewajiban secara individual atau secara bersama; atau
b. muncul dari hak kontraktual atau hak hukumnya lainnya, terlepas apakah hak tersebut
dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari lembaga atau dari hak dan kewajiban lainnya.
Aset tidak berwujud tidak termasuk efek (surat berharga).
Pengakuan
Aset tidak berwujud diakui apabila:
a. kemungkinan lembaga akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut;
dan
b. biaya perolehan aset atau nilai aset tersebut dapat diukur dengan andal.
Dalam menilai tingkat kepastian akan adanya manfaat ekonomis masa depan yang timbul dari
penggunaan aset tidak berwujud, lembaga mempertimbangkan bukti yang tersedia pada saat
pengakuan awal aset dengan memberikan penekanan pada bukti eksternal.
Pengukuruan
PENGUKURAN AWAL
Lembaga mengukur aset tidak berwujud pada awalnya sebesar biaya perolehan yang dapat terdiri
dari harga beli, termasuk bea impor dan pajak yang sifatnya tidak dapat dikreditkan, setelah diskon
dan potongan dagang; dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam
mempersiapkan aset sehingga siap digunakan sesuai dengan tujuannya.
SECTION 2 – ASET TIDAK BERWUJUD
18
UMUR MANFAAT
Aset tidak berwujud harus memiliki umur manfaat yang terbatas. Umur manfaat tersebut sesuai
dengan penilaian manajemen. Apabila Lembaga tidak mampu mengestimasi umur manfaat suatu
aset tidak berwujud, maka umur manfaatnya dianggap 10 tahun.
NILAI RESIDU
Nilai residu suatu aset tidak berwujud seharusnya diasumsikan sama dengan nol
Penghentian atau pelepasan
Lembaga harus menghentikan pengakuan aset tidak berwujud, dan mengakui keuntungan atau
kerugian dalam laporan aktivitas jika aset tidak berwujud:
a. dilepaskan; atau
b. ketika tidak ada lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaannya
dan pelepasannya.
Pengungkapan
Lembaga harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap kelompok aset tidak berwujud:
a. dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto;
b. metode amortisasi yang digunakan; dan
c. umur manfaat atau tarif amortisasi yang digunakan.
Lembaga juga harus mengungkapkan:
a. keberadaan dan jumlah tercatat aset tidak berwujud yang hak penggunaannya dibatasi dan
jumlah tercatat aset tidak berwujud yang ditentukan sebagai jaminan atas utang; dan
b. jumlah komitmen untuk memperoleh aset tidak berwujud.
SECTION 2 – ASET TIDAK BERWUJUD
19
Contoh
Lembaga ABC membeli lisensi software kasir seharga Rp 1 juta.
Case 1 : Lembaga ABC mampu mengestimasi umur manfaat lisensi tersebut, dan
diestimasikan memiiliki umur manfaat 4 tahun, maka nilai amortisasi per tahun adalah Rp
250 ribu per tahun (Rp 1 juta / 4 tahun). Nilai residu dianggap nol.
Case 2 : Lembaga ABC tidak dapat mengestimasi umur manfaat, maka umur manfaat
dianggap 10 tahun, maka nilai amortisasi per tahun menjadi Rp 100 ribu per tahun (Rp 1
juta / 10 tahun). Nilai residu dianggap nol.
Halaman ini sengaja dikosongkan.
SECTION 2 – SEWA
21
Dalam sub-bab ini, akan dibahas mengenai perlakuan akuntansi dari segi pengakuan
(pengklasifikasian), pengukuran, penyajian, dan pengungkapan dari transaksi sewa. Hal-hal dalam
sub-bab ini diambil dari Bab 13 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada
Bab terkait.
Pengakuan (pengklasifikasian)
Transaksi sewa dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis sewa, yaitu: Sewa Pembiayaan dan Sewa
Operasi. Kriteria pengakuan transaksi sewa terangkum dalam tabel berikut:
Kriteria Sewa Pembiayaan Kriteria Sewa Operasi
Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada
lessee pada akhir masa sewa.
Jika salah satu dari kriteria sewa
pembiayaan tidak terpenuhi maka sewa
diklasifikasikan sebagai sewa operasi.
Lessee mempunyai opsi untuk membeli aset
pada harga yang cukup rendah
dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi
mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada
awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi
memang akan dilaksanakan.
Masa sewa adalah untuk sebagian besar
umur ekonomis aset meskipun hak milik
tidak dialihkan yaitu masa sewa sama atau
lebih dari 75% umur ekonomis aset sewaan.
Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah
pembayaran sewa minimum secara
substansial mendekati nilai wajar aset
sewaan yaitu pembayaran sewa minimum
sama atau lebih dari 90% nilai wajar aset
sewaan.
Pengukuran (laporan keuangan lessee)
SEWA PEMBIAYAAN
Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa adalah
tingkat bunga yang dibebankan oleh lessor atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa.
SECTION 2 – SEWA
22
Selama masa sewa, setiap pembayaran sewa dialokasikan sebagai angsuran pokok kewajiban dan
beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban lessee.
Lessee harus menyusutkan atau mengamortisasi aset sewaan dalam sewa pembiayaan sesuai
dengan Bab 11 Aset Tetap atau Bab 12 Aset Tidak Berwujud. Jika tidak ada kepastian yang
memadai bahwa lessee akan mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa, maka aset
sewaan harus disusutkan secara penuh selama jangka waktu yang lebih pendek antara masa sewa
dengan umur manfaatnya.
SEWA OPERASI
Pembayaran sewa merupakan beban sewa yang diakui berdasarkan metode garis lurus selama
masa sewa, meskipun pembayaran sewa dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.
Pengukuran (laporan keuangan lessor)
SEWA PEMBIAYAAN
Penanaman neto dalam aset yang disewakan harus diperlakukan sebagai penanaman neto sewa.
Jumlah penanaman neto tersebut terdiri dari jumlah piutang sewa ditambah nilai residu yang akan
diterima oleh lessor pada akhir masa sewa dikurangi dengan pendapatan sewa yang belum diakui
(unearned lease income), dan simpanan jaminan.
Selisih antara piutang sewa ditambah nilai residu dengan harga perolehan aset yang disewakan
diakui sebagai pendapatan sewa yang belum diakui. Pendapatan sewa yang belum diakui harus
dialokasikan secara konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat
pengembalian berkala atas penanaman neto sewa. Jika aset yang disewakan dijual kepada lessee
sebelum berakhirnya masa sewa, maka perbedaan antara harga jual dengan penanaman neto sewa
pada saat penjualan dilakukan harus diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada periode
terjadinya.
Pengungkapan
Lessee mengungkapkan hal-hal berikut:
a. jumlah pembayaran sewa yang harus dibayar selama masa sewa;
b. jumlah pembayaran sewa selama periode berjalan yang diakui sebagai beban sewa;
c. jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa;
SECTION 2 – SEWA
23
d. keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan
transaksi jual dan sewa-balik; dan
e. ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa.
Lessor mengungkapkan hal-hal berikut:
a. kebijakan akuntansi penting yang digunakan sehubungan dengan transaksi sewa;
b. jumlah pembayaran sewa selama masa sewa;
c. sifat dari simpanan jaminan yang merupakan kewajiban lessor kepada lessee; dan
d. piutang sewa yang dijaminkan kepada pihak ketiga.
Contoh
Lembaga ABC melakukan sewa ruangan untuk acara training di gedung B Fakultas
Ekonomi dan Bisnis dengan harga RP 100 ribu per ruangan. Lembaga ABC menyewa
sebanyak 3 ruangan selama 3 hari.
Entri Jurnal:
Dr. Beban Sewa 900 ribu
Cr. Kas 900 ribu
Halaman ini sengaja dikosongkan.
SECTION 2 – PROVISI DAN KONTIJENSI
25
Dalam sub-bab ini akan membahas mengenai bagaimana perlakuan akuntansi provisi dan
kontijensi dari sisi pengertian, pengakuan, penyajian, dan pengungkapan. Hal-hal dalam sub-bab
ini diambil dari Bab 14 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab
terkait.
Pengertian
Provisi adalah kewajiban yang jumlah kewajibannya yang waktu dan jumlahnya belum pasti.
Contoh: kewajiban Lembaga untuk melakukan pembubaran Lembaga yang sudah biasa
dilaksanakan dari tahun ke tahun. Kebiasaan tersebut menjadikan suatu kewajiban konstruktif bagi
lembaga untuk mengeluarkan dana untuk melaksanakan pembubaran. Kewajiban ini merupakan
sebuah provisi karena nilai dan jumlahnya belum pasti, namun kewajibannya sudah terjadi.
Pengakuan
PROVISI
Lembaga mengakui provisi jika:
a. Lembaga memiliki kewajiban kini sebagai hasil dari peristiwa masa lalu; dan
b. Kemungkinan (lebih mungkin dibandingkan tidak mungkin) terjadi bahwa lembaga akan
disyaratkan untuk mentransfer manfaat ekonomi pada saat penyelesaian; dan
c. Jumlah kewajiban dapat diestimasi secara andal.
Lembaga mengakui provisi tersebut sebagai liabilitas dalam laporan posisi keuangan dan mengakui
jumlah dari provisi tersebut sebagai beban dalam laporan aktivitas.
KEWAJIBAN KONTIJENSI
Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang belum pasti atau kewajiban kini yang
tidak diakui karena tidak memenuhi salah satu atau kedua kondisi provisi. Lembaga hanya perlu
melakukan pengungkapan saja atas kewajiban kontijensi.
SECTION 2 – PROVISI DAN KONTIJENSI
26
Pengukuran
PROVISI
Pengukuran Awal
Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban kini pada tanggal pelaporan. Jika sebagian atau seluruh pengeluaran
untuk menyelesaikan provisi diganti oleh pihak ketiga, maka penggantian itu diakui hanya pada
saat timbul keyakinan bahwa penggantian pasti diterima pada saat perusahaan menyelesaikan
kewajibannya. Piutang penggantian akan disajikan dalam laporan posisi keuangan sebagai aset dan
tidak boleh saling hapus terhadap provisi yang ada.
Pengukuran selanjutnya
Lembaga membebankan provisi hanya untuk pengeluaran atas provisi yang telah diakui pada
awalnya. Lembaga menelaah provisi pada setiap tanggal pelaporan dan melakukan penyesuaian
untuk mencerminkan estimasi terbaik kini atas jumlah yang disyaratkan untuk menyelesaikan
kewajiban pada tanggal pelaporan. Penyesuaian atas jumlah yang diakui sebelumnya, diakui di
laporan aktivitas kecuali provisi pada awalnya diakui sebagai bagian dari biaya perolehan
persediaan atau aset tetap.
Pengungkapan
PROVISI
Untuk setiap jenis provisi, Lembaga harus mengungkapan:
a. Jumlah tercatat pada awal dan akhir periode;
b. Provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk peningkatan jumlah
pada provisi yang ada;
c. Jumlah yang digunakan yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada provisi selama
periode bersangkutan;
d. Jumlah yang belum digunakan selama periode bersangkutan;
e. Uraian singkat mengenai sifat kewajiban dan perkiraan saat arus keluar sumber daya
terjadi;
f. Indikasi adanya ketidakpastian atas jumlah dan saat arus pengeluaran kas;
g. Jumlah ekspektasi penggantian dengan menyebutkan aset yang telah diakui atas ekspektasi
penggantian tersebut. Informasi komparatif tidak disyaratkan
SECTION 2 – PROVISI DAN KONTIJENSI
27
KEWAJIBAN KONTIJENSI
Lembaga mengungkapkan untuk setiap jenis kewajiban kontinjensi pada tanggal pelaporan, uraian
dan sifat kewajiaban kontijensi dan jika praktis dilakukan:
a. Estimasi dampak keuangan yang diukur dari segi pengukuran
b. Indikasi adanya ketidakpastian atas jumlah atau waktu dari pengeluaran;
c. Kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga.
Jika tidak praktis membuat pengungkapan salah satu atau lebih pengungkapan di atas, maka fakta
tersebut harus diungkapkan.
Contoh
PROVISI
Lembaga ABC pada tahun berjalan (2015) memperkirakan bahwa pada akan melakukan
pembubaran pada Maret 2016 untuk kepengurusan tahun 2015. Berdasarkan pengalaman
lembaga dari tahun ke tahun acara pembubaran tersebut kurang lebih akan memakan
biaya sebesar Rp 1,5 juta rupiah.
Entri Jurnal :
Dr. Beban Administrasi 1,5 juta
Cr. Provisi Administrasi 1,5 juta
Halaman ini sengaja dikosongkan.
SECTION 2 – PENDAPATAN
29
Dalam sub-bab ini akan dijelaskan bagaimana perlakuan akuntansi terhadap pendapatan dari segi
pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan. Hal-hal dalam sub-bab ini diambil dari Bab 15 SAK
Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab terkait.
Pengakuan
Dalam SAK pendapatan diklasifikasikan menjadi 3 kategori menurut pembatasannya, yaitu:
• Pendapatan terikat permanen
• Pendapatan terikat temporer
• Pendapatan tidak terikat.
Pendapatan terikat permanen adalah pendapatan yang pemberi dana memberikan pembatasan
secara permanen terhadap sumber daya yang diberikan kepada si penerima dana. Dalam beberapa
kasus, sumber daya dalam perikatan terikat permanen hanya dapat digunakan imbal hasilnya saja.
Pendapatan terikat temporer adalah pendapatan yang memiliki pembatasan sebatas peristiwa
tertentu dan setelah suatu peristiwa tersebut berakhir pembatasannya berakhir juga. Dalam
pendapatan tidak terikat, tidak ada pembatasan sedikit pun dari sisi pemberi dana yang
bersangkutan.
Pengukuran
Lembaga harus mengukur pendapatan berdasarkan nilai wajar atas pembayaran yang diterima atau
masih harus diterima. Nilai wajar tersebut tidak termasuk jumlah diskon penjualan dan potongan
volume. Lembaga harus memasukkan dalam pendapatan manfaat ekonomi yang diterima atau
masih harus diterima secara bruto. Lembaga harus mengeluarkan dari pendapatan sejumlah nilai
yang menjadi bagian pihak ketiga seperti pajak penjualan, pajak atas barang dan jasa, dan pajak
pertambahan nilai. Dalam hubungan keagenan, Lembaga memasukkan dalam pendapatan hanya
sebesar jumlah komisi. Jumlah yang diperoleh atas nama pihak prinsipal bukan merupakan
pendapatan Lembaga tersebut.
Pengungkapan
Lembaga harus mengungkapkan:
a. kebijakan akuntansi yang diterapkan sebagai dasar pengakuan pendapatan, termasuk
metode yang diterapkan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang melibatkan
penyediaan jasa;
SECTION 2 – PENDAPATAN
30
b. jumlah setiap kategori pendapatan yang diakui selama periode, termasuk pendapatan yang
timbul dari:
i. penjualan barang;
ii. pemberian jasa;
iii. bunga, royalti atau dividen;
iv. sponsorship;
v. donasi atau sumbangan; dan
vi. blockgrant.
Contoh
PENDAPATAN TERIKAT PERMANEN
Contoh yang umum termasuk dalam pendapatan terikat permanen adalah donasi dana abadi yang
diterima oleh lembaga dari suatu donatur. Dana abadi yang berasal dari pemisahan (apropriasi)
bukan merupakan pendapatan terikat permanen sebab pembatasan berasal dari pengurus Lembaga.
Ilustrasi 1
Perusahaan XYZ memberikan donasi sebesar Rp 10 juta kepada lembaga ABC. Dengan
prasyarat:
o Rp 4 juta diperbolehkan untuk digunakan untuk program kerja sosial GHI.
o Rp 6 juta dipergunakan sebagai dana lembaga dan hanya diperbolehkan untuk
ditempatkan dalam deposito. Bunga atas deposito diperbolehkan untuk digunakan
oleh keperluan lembaga ABC.
Melalui prasyarat tersebut, maka atas data Rp 6 juta merupakan Pendapatan Terikat
Permanen sebab dana tersebut dibatasi secara permanen oleh pemberi sumber daya.
Sedangkan, atas dana Rp 4 juta merupakan Pendapatan Terikat Temporer yang akan
dibahas berikutnya.
Ilustrasi 2
Pada tanggal 1/1/20X1, Perusahaan RST memberikan donasi berupa deposito sebesar RP
20 juta rupiah kepada lembaga DEF. Akan tetapi deposito tersebut tidak boleh digunakan
pokoknya sama sekali dan hanya boleh di boleh dimanfaatkan untuk imbal hasilnya saja.
Pada tahun 20X1, total imbal hasil yang didapat atas deposito tersebut adalah Rp 100 ribu.
SECTION 2 – PENDAPATAN
31
PENDAPATAN TERIKAT TEMPORER
Contoh dana terikat temporer yang umum ada adalah:
a. donasi kepada kepanitiaan; dan
b. blockgrant dari Dekanat FEB UI atau lembaga lain.
Dana ini merupakan terikat temporer karena pemberi dana hanya berkenan dana tersebut
digunakan untuk kepanitiaan tertentu sampai selesai acaranya tanpa lembaga memberikan imbal
balik kepada donatur. Setelah itu, setelah bebas pembatasan, sisa dana dapat digunakan baik oleh
kepanitiaan atau lembaga yang bersangkutan. Dalam kasus umum, pembatasan dari donatur adalah
hanya sebatas acara kepanitiaan dan tidak lebih.
Ilustrasi 2 (Lanjutan)
Entri jurnal:
01/01/2x01 Dr. Deposito – Held to Maturity 20 juta
Cr. Pendapatan Terikat Permanen - RST 20 juta
31/12/2x01 Dr. Kas 100 ribu
Cr. Pendapatan Bunga – Tidak Terikat 100 ribu
Ilustrasi 3
Lembaga GHI menerima blockgrant Dekanat FEB UI sebesar Rp 32 juta setelah Lembaga
melakukan pengeluaran dan melakukan pertanggungjawaban melalui mekanisme yang
seharusnya. Diestimasi tidak ada keraguan dalam kolektabilitas reimbursement ini.
Entri jurnal:
Lembaga melakukan pengeluaran yang dapat dan akan di-reimburse melalui Dana
Dekanat FEB UI:
Dr. Beban Administrasi 32 juta
Cr. Kas 32 juta
Lembaga GHI selesai pertanggungjawaban atas reimbursement dan tidak ada keraguan
atas kolektabilitasnya:
Dr. Piutang Blockgrant 32 juta
Cr. Pendapatan Blockgrant – Terikat Temporer 32 juta
SECTION 2 – PENDAPATAN
32
Ilustrasi mengenai Pendapatan Program Kerja dan Konsep Kesatuan Entitas diberikan pada Ilustrasi
Komprehensif pada sub-bab ini.
PENDAPATAN TIDAK TERIKAT
Contoh dana terikat temporer yang umum antara lain:
a. sponsorhsip kepanitiaan;
b. kerjasama pemberian jasa kepada Perusahaan;
c. donasi langsung ke Lembaga tanpa prasyarat; dan
d. penjualan dana usaha.
Dana ini merupakan tidak terikat karena Lembaga memberikan jasa atau melakukan penjualan
barang dan dana yang diterima merupakan imbalan atas penyampaian jasa atau penjualan barang
tersebut.
Ilustrasi 3 (Lanjutan)
Lembaga GHI menerima dana reimbursement dan mengubah sifat pembatasan:
Dr. Kas 32 juta
Cr. Piutang Blockgrant 32 juta
Dr. Aset neto terbebaskan dari pembatasan – Terikat Temporer 32 juta
Cr. Aset neto yang berakhir pembatasannya – Tidak Terikat 32 juta
Ilustrasi 4
Lembaga JKL menerima kerja sama dengan PT MNO berupa pengadaan stand di Selasar
Denakat FEB UI dengan sistem Lembaga JKL menerima fee untuk kerja sama ini dan
seluruh pengeluaran ditanggung oleh PT MNO (at cost). Pengeluaran yang dilakukan oleh
Lembaga JJKL untuk melaksanakan acara ini adalah Rp 1 juta dan fee yang diberikan Rp 5
juta.
Entri Jurnal:
Lembaga ABC melakukan pengeluaran untuk pengadaan stand:
Dr. Piutang Proyek – PT GHI 1 juta
Cr. Kas 1 juta
SECTION 2 – PENDAPATAN
33
KASUS KOMPREHENSIF – PROGRAM KERJA OPEN TENDER
Dalam praktik pengakuan unsur laporan keuangan Program Kerja Open Tender terdapat beberapa
pertimbangan yang harus diperhatikan:
a. Jenis pendapatan yang diterima oleh Kepanitiaan;
b. Skema profit and loss sharing; dan
c. Pemberian dana turunan atau dana lain dari Lembaga kepada Kepanitiaan.
Ilustrasi 4 (Lanjutan)
Lembaga ABC menerima penggantian pengeluaran dari PT MNO:
Dr. Kas 1 juta
Cr. Piutang Proyek – PT GHI 1 juta
Lembaga ABC menerima fee kerja sama dari PT MNO:
Dr. Kas 5 juta
Cr. Pendapatan Proyek – Tidak Terikat 5 juta
Overview Kasus:
Program Kerja XYZ merupakan program kerja di bawah Lembaga ABC dan
pelaksanaannya diserahkan kepada panitia pelaksana (Kepanitiaan XYZ). Kerja sama ini
terdapat ketentuan profit and loss sharing. Dalam beberapa ilustrasi berikut akan
dijelaskan bagaimana dampak perubahan dari tiga aspek tersebut dalam pengakuan dari
unsur laporan keuangan Program Kerja Open Tender.
Ilustrasi 5: Donasi, Sponsorship, dan Dana Usaha – Profit
Program Kerja XYZ merupakan program kerja di bawah Lembaga ABC dan
pelaksanaannya diserahkan kepada panitia pelaksana (Kepanitiaan XYZ). Dalam kerja
sama ini, terdapat ketentuan profit and loss sharing sebesar 50%:50%.
Kepanitiaan XYZ mendapatkan pendanaan dari tiga sumber yaitu: donasi, sponsorship
dengan menawarkan kontra prestasi, dan dana usaha.
Berikut adala neraca saldo Kepanitian XYZ pada tanggal pelaporan:
SECTION 2 – PENDAPATAN
34
Ilustrasi 5 (Lanjutan)
Dr. Kas Rp 5 juta Cr. Pendapatan Donasi Rp 8 juta
Dr. Perlengkapan Rp 5 juta Cr. Pendapatan Sponsorship Rp 10 juta
Dr. Beban Rp 20 juta Cr. Pendapatan Dana Usaha Rp 7 juta
Berdasarkan informasi dari neraca saldo tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembaga ABC
melalui Kepanitiaan XYZ mencatatkan profit sebesar Rp 5 juta (Rp 8 juta + Rp 10 juta + Rp
7 Juta – Rp 20 juta).
Entri Jurnal:
Lembaga ABC melakukan pengakuan atas unsur-unsur laporan keuangan Program Kerja XYZ:
Dr. Kas 5 juta
Dr. Perlengkapan Program Kerja – XYZ 5 juta
Dr. Beban Program Kerja – XYZ 20 juta
Cr. Pendapatan Program Kerja – XYZ – Terikat Temporer 8 juta
Cr. Pendapatan Program Kerja – XYZ – Tidak Terikat 17 juta
Pendapatan Donasi bersifat Terikat Temporer karena Lembaga ABC tidak memberikan
imbal jasa atas sumber daya dan pemberi dana memberikan dana khusus untuk
pelaksanaan Program Kerja XYZ. Sedangkan, Pendapatan Sponsorship dan Dana Usaha
bersifat Tidak Terikat karena Lembaga ABC melalui Kepanitiaan XYZ menyampaikan suatu
imbal balik atas sumber daya yang diterima.
Perubahan sifat pembatasan pendapatan karena Program Kerja XYZ jika telah usai:
Dr. Aset neto terbebaskan dari pembatasan – Terikat Temporer 8 juta
Cr. Aset neto yang berakhir pembatasannya – Tidak Terikat 8 juta
Lembaga ABC mencatat pengeluaran aset senilai Rp 2,5 juta untuk profit sharing dengan
Kepanitiaan XYZ (Rp 5 juta x 50%)
Dr. Beban Profit and Loss Sharing 2,5 juta
Cr. Kas / Perlengkapan Program Kerja – XYZ 2,5 juta
Sehingga, keuntungan bersih yang diterima oleh Lembaga ABC dari Program Kerja XYZ
adalah sebesar: Rp 2,5 juta (Rp 8 juta + 10 juta + 7 juta – 20 juta – 2,5 juta).
SECTION 2 – PENDAPATAN
35
Ilustrasi 6: Donasi, Sponsorship, dan Dana Usaha – Loss
Program Kerja XYZ merupakan program kerja di bawah Lembaga ABC dan
pelaksanaannya diserahkan kepada panitia pelaksana (Kepanitiaan XYZ). Dalam kerja
sama ini, terdapat ketentuan profit and loss sharing sebesar 50%:50%.
Kepanitiaan XYZ mendapatkan pendanaan dari tiga sumber yaitu: donasi, sponsorship
dengan menawarkan kontra prestasi, dan dana usaha.
Berikut adalah neraca saldo Kepanitiaan XYZ pada tanggal pelaporan:
Dr. Kas Rp 1 juta Cr. Utang Panitia Rp 6 juta
Dr. Beban Rp 20 juta Cr. Pendapatan Donasi Rp 8 juta
Cr. Pendapatan Sponsorship Rp 5 juta
Cr. Pendapatan Dana Usaha Rp 2 juta
Berdasarkan informasi dari neraca saldo tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembaga ABC
melalui Kepanitiaan XYZ mencatatkan loss sebesar Rp 5 juta (Rp 8 juta + Rp 5 juta + Rp 7
Juta – Rp 20 juta).
Entri Jurnal:
Lembaga ABC melakukan pengakuan atas unsur-unsur laporan keuangan Program Kerja XYZ:
Dr. Kas 1 juta
Dr. Beban Program Kerja – XYZ 20 juta
Cr. Utang Panitia 6 juta
Cr. Pendapatan Program Kerja – XYZ – Terikat Temporer 8 juta
Cr. Pendapatan Program Kerja – XYZ – Tidak Terikat 7 juta
Perubahan sifat pembatasan pendapatan karena Program Kerja XYZ jika telah usai:
Dr. Aset neto terbebaskan dari pembatasan – Terikat Temporer 8 juta
Cr. Aset neto yang berakhir pembatasannya – Tidak Terikat 8 juta
SECTION 2 – PENDAPATAN
36
Ilustrasi 6 (Lanjutan)
Lembaga ABC mencatat penerimaan aset senilai Rp 2,5 juta untuk profit sharing dengan
Kepanitiaan XYZ (Rp 5 juta x 50%)
Dr. Kas 2,5 juta
Cr. Penerimaan Profit and Loss Sharing 2,5 juta
Sehingga, kerugian bersih yang diterima oleh Lembaga ABC dari Program Kerja XYZ
adalah sebesar: Rp 2,5 juta (Rp 8 juta + 5 juta + 2 juta – 20 juta + 2,5 juta).
Ilustrasi 7: Donasi, Sponsorship, dan Dana Usaha – Profit dan Dana Turunan
Program Kerja XYZ merupakan program kerja di bawah Lembaga ABC dan
pelaksanaannya diserahkan kepada panitia pelaksana (Kepanitiaan XYZ). Dalam kerja
sama ini, terdapat ketentuan profit and loss sharing sebesar 50% untuk Lembaga ABC,
30% untuk Kepanitiaan XYZ, dan 20% untuk dana turunan pelaksanaan Program Kerja
XYZ selanjutnya.
Kepanitiaan XYZ mendapatkan pendanaan dari tiga sumber yaitu: donasi, sponsorship
dengan menawarkan kontra prestasi, dan dana usaha.
Berikut adalah neraca saldo Kepanitiaan XYZ pada tanggal pelaporan:
Dr. Kas Rp 5 juta Cr. Pendapatan Donasi Rp 8 juta
Dr. Perlengkapan Rp 5 juta Cr. Pendapatan Sponsorship Rp 10 juta
Dr. Beban Rp 20 juta Cr. Pendapatan Dana Usaha Rp 7 juta
Berdasarkan informasi dari neraca saldo tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembaga ABC
melalui Kepanitiaan XYZ mencatatkan profit sebesar Rp 5 juta (Rp 8 juta + Rp 5 juta + Rp
7 Juta – Rp 20 juta) dengan pembagian sesuai perjanjian:
o 50% untuk Lembaga ABC : Rp 2,5 juta
o 30% untuk Kepanitiaan XYZ : Rp 1,5 juta
o 20% untuk Dana Turunan : Rp 1 juta
SECTION 2 – PENDAPATAN
37
Ilustrasi 7 (Lanjutan)
Entri Jurnal:
Lembaga ABC melakukan pengakuan atas unsur-unsur laporan keuangan Program Kerja XYZ:
Dr. Kas 5 juta
Dr. Perlengkapan Program Kerja – XYZ 5 juta
Dr. Beban Program Kerja – XYZ 20 juta
Cr. Pendapatan Program Kerja – XYZ – Terikat Temporer 8 juta
Cr. Pendapatan Program Kerja – XYZ – Tidak Terikat 17 juta
Perubahan sifat pembatasan pendapatan karena Program Kerja XYZ jika telah usai:
Dr. Aset neto terbebaskan dari pembatasan – Terikat Temporer 8 juta
Cr. Aset neto yang berakhir pembatasannya – Tidak Terikat 8 juta
Lembaga ABC mencatat pengeluaran aset senilai Rp 2,5 juta untuk profit sharing dengan
Kepanitiaan XYZ (Rp 5 juta x 50%)
Dr. Beban Profit and Loss Sharing 2,5 juta
Cr. Kas / Perlengkapan Program Kerja – XYZ 2,5 juta
Sehingga, keuntungan bersih yang diterima oleh Lembaga ABC dari Program Kerja XYZ
adalah sebesar: Rp 2,5 juta (Rp 8 juta + 10 juta + 7 juta – 20 juta – 2,5 juta). Lembaga
ABC pada tanggal pelaporan, dapat menyajikan Aset Neto – Tidak Terikat Sudah
Ditentukan Penggunaannya sebesar Rp 1 juta berasal dari Dana Turunan Program Kerja
XYZ.
Pada periode selanjutnya, Lembaga menyampaikan dana turunan kepada Program Kerja
XYZ berikutnya:
Dr. Dana Turunan (Akun Aset) – XYZ 1 juta
Cr. Kas 1 juta
Pada saat Lembaga ABC melakukan pengakuan unsur laporan keuangan Program Kerja
XYZ periode selanjutnya. Lembaga ABC akan mengkreditkan Dana Turunan. Sebab Dana
Turunan bukan Pendapatan bagi Lembaga ABC.
SECTION 2 – PENDAPATAN
38
Ilustrasi 7 (Lanjutan)
Dapat dicontohkan sebagai berikut dengan mengacu pada Neraca Saldo Program Kerja
XYZ selanjutnya:
Dr. Akun Aset xx juta
Dr. Beban Program Kerja – XYZ xx juta
Cr. Dana Turunan – XYZ xx juta
Cr. Pendapatan Program Kerja – XYZ xx juta
SECTION 2 – TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING
39
Dalam sub-bab ini akan dibahas mengenai perlakuan akuntansi terhadap transaksi dalam mata
uang asing yang meliputi pengakuan awal, pelaporan pada akhir periode selanjutnya, dan
pengungkapan. Hal-hal dalam sub-bab ini diambil dari Bab 16 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan
lebih rinci dapat dipelajari pada Bab terkait.
Pengakuan awal
Transaksi mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau harus diselesaikan dalam mata
uang asing, yang meliputi transaksi yang timbul ketika Lembaga:
a. membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam mata uang
asing;
b. meminjam atau meminjamkan dana atas sejumlah utang atau piutang yang didenominasi
dalam mata uang asing;
c. memperoleh atau melepas aset, atau terjadinya atau menyelesaikan kewajiban, yang
didenominasi dalam mata uang asing.
Lembaga harus mencatat transaksi mata uang asing, pada pengakuan awal dalam mata uang
fungsional, dengan menggunakan kurs tunai (spot rate) pada tanggal transaksi antara mata uang
pelaporan dan mata uang asing tersebut.
Pelaporan pada akhir periode
Pada akhir setiap periode pelaporan, lembaga harus:
a. pos moneter dalam mata uang asing dilaporkan dengan menggunakan kurs penutup (kurs
pada tanggal pelaporan);
b. pos nonmoneter yang diukur dengan biaya perolehan historis dalam mata uang asing
dilaporkan dengan menggunakan kurs pada tanggal transaksi;
c. pos nonmoneter yang diukur dengan nilai wajar dalam mata uang asing dilaporkan dengan
menggunakan nilai tukar pada saat nilai wajar ditentukan.
Lembaga harus mengakui keuntungan atau kerugian selisih kurs pada laporan aktivitas periode
terjadinya yang timbul dari:
a. penyelesaian transaksi moneter; atau
b. penjabaran transaksi moneter pada kurs yang berbeda dengan kurs penjabaran pada
pengakuan awal atau pada laporan keuangan sebelumnya mana yang lebih akhir.
SECTION 2 – TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING
40
Pengungkapan
Lembaga harus mengungkapkan:
a. mata uang yang disajikan dalam laporan keuangan;
b. jumlah selisih kurs yang diakui dalam laporan aktivitas untuk setiap mata uang yang
dimiliki Lembaga.
Contoh
Pada bulan 1 November 20X5, Lembaga ABC membeli alat dari situs AMAZAN dengan
harga $10. Pada saat itu kurs Rupiah terhadap Dollar adalah Rp 10.000 / $. Kurs pada
tanggal-tanggal lain:
• Tanggal Pelaporan (31 Desember 20X5): Rp 12.000 / $
• Tanggal Pelunasan (1 Februari 20X6): Rp 11.000 / $
Entri Jurnal:
1 November 20X5 - Lembaga melakukan pembelian:
Dr. Beban Administrasi 100 ribu ($10 x Rp 10.000)
Cr. Utang - $ 100 ribu
31 Desember 20X5 - Lembaga melakukan tutup buku:
Dr. Rugi Selisih Mata Uang 20 ribu {$10 x (Rp 12.000 - Rp 10.000)}
Cr. Utang - $ 20 ribu
1 Februari 20X6 - Lembaga melakukan pelunasan:
Dr. Utang - $ 10 ribu {$10 x (Rp 11.000 - Rp 12.000)}
Cr. Keuntungan Selisih Mata Uang 10 ribu
Dr. Utang - $ 110 ribu
Cr. Kas 110 ribu
SECTION 2 – PERISTIWA SETELAH TANGGAL PELAPORAN
41
Dalam sub-bab ini akan dijelaskan bagaimana perlakuan akuntansi terhadap adjusting event dan
non-adjusting event melalui pengertian, pengakuan, pengukuran dan pengungkapan. Hal-hal dalam
sub-bab ini diambil dari Bab 17 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada
Bab terkait.
Pengertian
Peristiwa setelah akhir periode pelaporan adalah peristiwa-peristiwa, baik menguntungkan maupun
tidak menguntungkan, yang terjadi setelah akhir periode pelaporan sampai dengan tanggal
penyelesaian laporan keuangan. Ada dua jenis peristiwa setelah akhir periode pelaporan, yaitu:
a. Peristiwa yang memberikan bukti atas suatu kondisi yang telah terjadi pada akhir periode
pelaporan (peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang memerlukan penyesuaian –
adjusting events).
b. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya suatu kondisi setelah akhir periode pelaporan
(peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian – non-
adjusting events).
Pengakuan dan pengukuran
PERISTIWA SETELAH AKHIR PERIODE PELAPORAN YANG MEMERLUKAN PENYESUAIAN
Lembaga harus membuat penyesuaian jumlah yang diakui dalam laporan keuangan, termasuk
pengungkapan yang terkait, untuk mencerminkan peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang
memerlukan penyesuaian. Penyesuaian juga diwajibkan jika terdapat penemuan kecurangan atau
kesalahan yang menunjukkan kesalahan laporan keuangan.
PERISTIWA SETELAH AKHIR PERIODE PELAPORAN YANG TIDAK MEMERLUKAN
PENYESUAIAN
Lembaga tidak boleh menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan atas peristiwa
setelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian.
Pengungkapan
Lembaga harus mengungkapkan untuk setiap kategori peristiwa setelah akhir periode pelaporan
yang tidak memerlukan penyesuaian sebagai berikut:
a. sifat dari peristiwa;
SECTION 2 – PERISTIWA SETELAH TANGGAL PELAPORAN
42
b. estimasi dampak keuangannya atau suatu pernyataan bahwa estimasi tersebut tidak dapat
dilakukan.
SECTION 2 – LAPORAN INTERIM
43
Dalam sub-bab ini akan dijelaskan bagaimana Lembaga harus menyajikan laporan keuangan
interim jika diperlukan. Hal-hal dalam sub-bab ini diambil dari Bab 18 SAK Kemahasiswaan.
Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab terkait.
Pengertian
Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan untuk suatu periode yang lebih pendek dari
satu tahun buku penuh. Kebijakan akuntansi yang digunakan oleh Lembaga dalam menyusun
laporan interim harus sama, kecuali ada perubahan pada tahun berjalan.
Penyajian
Informasi yang disajikan oleh laporan keuangan interim harus memenuhi unsur informasi yang
komparatif, untuk paling sedikit unsur-unsur berikut:
a. laporan posisi keuangan ringkas; dan
b. laporan aktivitas ringkas.
Jika Lembaga menerbitkan laporan keuangan ringkas dalam laporan interim, maka:
1) laporan ringkas tersebut mencakup minimal setiap judul dan subjumlah yang tercakup
dalam laporan keuangan tahunan terakhir dan catatan penjelasan tertentu;
2) menyatakan kepatuhannya atas SAK ini mengenai laporan ringkas.
Sebaliknya, Lembaga juga diperbolehkan untuk menerbitkan laporan keuangan lengkap untuk
laporan interim dengan patuh dan menyatakan patuh pada Bab-Bab terkait.
Informasi komparatif yang harus disampaikan dalam laporan interim adalah untuk:
a. laporan posisi keuangan per akhir periode interim berjalan dan laporan posisi keuangan
komparatif per akhir tahun buku sebelumnya.
b. laporan aktivitas untuk periode interim berjalan dan secara kumulatif untuk tahun buku
berjalan sampai tanggal interim, dengan laporan aktivitas untuk periode interim yang dapat
dibandingkan (periode berjalan dan awal tahun buku sampai tanggal pelaporan) dari tahun
buku sebelumnya.
c. laporan arus kas secara kumulatif untuk tahun buku berjalan sampai dengan tanggal
interim, dengan laporan arus kas komparatif periode awal tahun buku sampai tanggal
pelaporan interim dari tahun buku sebelumnya.
SECTION 2 – LAPORAN INTERIM
44
Contoh
Ilustrasi Penyajian Informasi Komparatif
Lembaga ABC sedang menyusun laporan keuangan interim untuk periode 6 bulan yang
berakhir 30 Juni 20X2. Laporan keuangan interim Lembaga ABC akan terdiri dari laporan
posisi keuangan ringkas, laporan aktivitas ringkas, dan laporan arus kas ringkas.
Informasi komparatif yang disajikan dalam setiap laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
a. Laporan posisi keuangan: menyajikan posisi keuangan pada tanggal:
• 30 Juni 20X2; dan
• 31 Desember 20X1
b. Laporan aktivitas: menyajikan laporan aktivitas untuk periode:
• 6 bulan semenjak 1 Januari 20X2 – 30 Juni 20X2;
• 3 bulan semenjak 1 April 20X2 – 30 Juni 20X2;
• 6 bulan semenjak 1 Januari 20X1 – 30 Juni 20X1; dan
• 3 bulan semenjak 1 April 20X1 – 30 Juni 20X1
c. Laporan arus kas: menyajikan laporan arus kas untuk periode:
• 6 bulan semenjak 1 Januari 20X2 – 30 Juni 20X2; dan
• 6 bulan semenjak 1 Januari 20X1 – 30 Juni 20X1.
SECTION 3 – ROADMAP IMPLEMENTASI SAK TAHUN 2015 – 2017
45
Roadmap Implementasi SAK Kemahasiswaan
Lembaga Kemahasiswaan FEB UI
Tahun 2015 – 2017
SECTION 3 – ROADMAP IMPLEMENTASI SAK TAHUN 2015 – 2017
46
Berdasarkan rapat Bendahara SC pada tanggal 23 November 2015 disepakati sebuah roadmap
implementasi SAK Kemahasiswaan. Roadmap menjadi penting seiring kewajiban pada Pasal 19 UU
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Keuangan Lembaga bahwa laporan keuangan Lembaga wajib
disusun menggunakan SAK yang berlaku di MM FEB UI.
Dalam roadmap ini dijelaskan implementasi terhadap SAK yang dibagi menjadi 3 tahap penerapan
SAK:
• Tahap 1 untuk periode laporan keuangan 2015;
• Tahap 2 untuk periode laporan keuangan 2016; dan
• Tahap 3 untuk periode laporan keuangan 2017.
Tahapan ini diharapkan agar Lembaga dapat mempersiapkan diri dalam mengimplementasikan
SAK secara menyeluruh pada tahun 2017 sebagaimana merupakan tahun efektif SAK
Kemahasiswaan (2015). Berikut penjelasan masing-masing tahapan implementasi SAK dari segi
Periode Pelaporan, Laporan Posisi keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, Catatan atas
Laporan Keuangan, dan Konsep Kesatuan Entitas:
Tahapan 1 (2015)
Periode Pelaporan
Lembaga hanya perlu melakukan pelaporan dari tanggal awal kepengurusan hingga tanggal 31
Desember 2015. SAK mewajibkan penyusunan laporan keuangan dari tanggal 1 Januari 2015 – 31
Desember 2015.
Laporan Posisi Keuangan
Lembaga perlu melakukan pengklasifikasian pembatasan terhadap pendapatan lembaga yang
bersangkutan yang pada nantinya akan dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu terikat permanen,
terikat temporer, dan tidak terikat. Untuk penjelasan konsep dan ketentuan umum dapat dilihat
pada SAK Bab 15 mengenai Pendapatan, sedangkan contoh jurnal dan kasus dapat dilihat pada
Pedoman ini Sub-bab Pendapatan. Lembaga diperkenankan tidak melakukan pengakuan ulang aset
dan liabilitas sebagaimana SAK untuk tahapan ini..
Laporan Aktivitas
Sama seperti pada Laporan Posisi Keuangan, Lembaga harus melakukan menyajikan pendapatan
Lembaga sesuai dengan yang diatur pada SAK. Penyajian Laporan Aktivitas pada periode ini hanya
menampilkan aktivitas Lembaga dari tanggal awal kepengurusan hingga 31 Desember 2015 tanpa
harus melakukan penyajian yang komparatif.
SECTION 3 – ROADMAP IMPLEMENTASI SAK TAHUN 2015 – 2017
47
Laporan Arus Kas
Pada pelaporan tahun 2015, Lembaga tidak diharuskan untuk membuat laporan arus kas. Hal ini
diperlukan usaha yang besar untuk menyusun Laporan Arus Kas tanpa informasi Laporan Keuangan
yang komparatif.
Catatan atas Laporan Keuangan
Lembaga tidak perlu membuat CALK berdasarkan SAK secara keseluruhan. Namun, Lembaga
diharapkan menyusun CALK dengan mengungkapkan gambaran umum aktivitas Lembaga dan
ikhtisar dari kebijakan akuntansi akun-akun yang terdapat pada Laporan Posisi Keuangan dan
Laporan Aktivitas. Penjelasan mengenai hal ini dapat dilihat pada Bab 7 SAK Kemahasiswaan
mengenai Catatan Atas Laporan Keuangan.
Kesatuan Entitas
Pada laporan keuangan tahun 2015, Lembaga tidak menerapkan konsep kesatuan entitas. Lembaga
tetap perlu melakukan pengakuan pendapatan atau beban profit or loss sharing antara Lembaga dan
program kerja open tender, jika ada.
Tahapan 2 (2016)
Periode Pelaporan
Berbeda dengan periode pelaporan pada tahun 2015, di tahun 2016 Lembaga harus melaporkan
Laporan Keuangan untuk periode 1 Januari 2016 hingga 31 Desember 2016. Pada awal tahun,
Lembaga diharapkan melakukan pengakuan dan penilaian ulang seluruh aset dan liabilitas
Lembaga menurut SAK Kemahasiswaan.
Laporan Posisi Keuangan
Dalam pembuatan Laporan Posisi Keuangan, Lembaga hanya perlu menyajikan tanpa komparasi
untuk 31 Desember 2016 saja. Akan tetapi, Lembaga juga diharuskan untuk menilai ulang semua
aset dan liabilitas sejak 1 Januari 2016.
Laporan Aktivitas
Dalam Laporan Aktivitas periode 2016 Lembaga sudah harus mengaplikasikan SAK secara
menyeluruh terkait beban dan pendapatan dari Lembaga, termasuk dengan konsep Kesatuan
Entitas. Lembaga tidak perlu menyajikan Laporan Aktivitas secara komparatif.
SECTION 3 – ROADMAP IMPLEMENTASI SAK TAHUN 2015 – 2017
48
Laporan Arus Kas
Pada pelaporan tahun 2016, Lembaga tidak diharuskan untuk membuat laporan arus kas. Hal ini
diperlukan usaha yang besar untuk menyusun Laporan Arus Kas tanpa informasi Laporan Keuangan
yang komparatif.
Catatan atas Laporan Keuangan
Pada pelaporan tahun 2016, Lembaga harus sudah mengungkapkan CALK secara keseluruhan.
Mengenai apa saja yang harus diungkapkan dapat dilihat pada pembahasan bagian pengungkapan
masing-masing Bab pada SAK Kemahasiswaan.
Pengakuan Program Kerja Lembaga
Pada pelaporan tahun 2016, Lembaga diharuskan untuk mengakui semua beban dan pendapatan
dari program kerja, bukan profit dan loss sharing-nya saja. Prinsip pengakuan kesatuan entitas
program kerja dan Lembaga dapat dilihat pada SAK dan Panduan ini pada sub-bab Pendapatan.
Tahapan 3 (2017)
Pada pelaporan tahun 2017, seluruh Lembaga sudah diharuskan untuk menerapkan SAK
Kemahasiswaan secara menyeluruh tanpa pengecualian.
Halaman ini sengaja dikosongkan.
LEMBAGAABCLAPORANPOSISIKEUANGAN
31DESEMBER2015
(DisajikandalamRupiahPenuh)
31Desember2015
ASETASETLANCARKasdansetarakas xxxxPiutangprogramkerja xxxxPiutangblockgrant xxxxPiutanglain-lainFungsionaris xxxxPihakketiga xxxx
Persediaan xxxxJumlahAsetLancar xxxx
ASETTIDAKLANCARPeralatan-setelahdikurangiakumulasipenyusutansebesarRpxxxpada31Desember2015 xxxx
Lisensi-setelahdikurangiakumulasiamortisasisebesarRpxxxpada31Desember2015 xxxx
InvestasiJangkaPanjang xxxxJumlahAsetTidakLancar xxxx
JUMLAHASET xxxx
LIABILITASLIABILITASJANGKAPENDEKUtangusaha xxxxUtanglain-lainFungsionaris xxxxPihakketiga xxxx
JumlahLiabilitasJangkaPendek xxxx
LIABILITASJANGKAPANJANGUtangjangkapanjang xxxxJumlahLiabilitasJangkaPanjang xxxx
JUMLAHLIABILITAS xxxx
Catatan
LEMBAGAABCLAPORANPOSISIKEUANGAN31DESEMBER2015(DisajikandalamRupiahPenuh)
31Desember2015
Catatan
ASETNETOTidakTerikatDitentukanpenggunaannya xxxxTidakditentukanpenggunaannya xxxx
TerikatTemporer xxxxTerikatPermanen xxxxJUMLAHASETNETO xxxx
JUMLAHLIABILITASDANASETNETO xxxx
Lihatcatatanataslaporankeuanganyangmerupakanbagianyangtidakterpisahkandarilaporankeuangan.
LEMBAGAABCLAPORANAKTIVITASUNTUKTAHUNYANGBERAKHIR31DESEMBER2015(DisajikandalamRupiahPenuh)
Catatan 2015PERUBAHANASETNETOTIDAKTERIKATPENDAPATANPendapatanbirokeuangan xxxxIuranfungsionaris xxxxPendapatanprofit/losssharing xxxxPendapatanlain-lain xxxxAsetnetoyangberakhirpembatasannya xxxxJumlahPendapatan xxxx
BEBANBebanoperasionalprogramkerja
DepartemenLomba xxxxBiroPSDM xxxxBiroHumas xxxx
Bebanumumdanadministrasi xxxxBebankeuangan xxxxKeuntungandankerugianlain-lain-bersih xxxxJumlahbeban xxxx
Kenaikan(Penurunan)AsetNetoTidakTerikat xxxx
PERUBAHANASETNETOTERIKATTEMPORERPENDAPATANHibah xxxxPendapatanblockgrant xxxxAsetnetoterbebaskandaripembatasan xxxx
Kenaikan(Penurunan)AsetNetoTerikatTemporer xxxx
PERUBAHANASETNETOTERIKATPERMANENPENDAPATANHibah xxxxAsetnetoterbebaskandaripembatasan xxxx
Kenaikan(Penurunan)AsetNetoTerikatPermanen xxxx
KENAIKAN(PENURUNAN)BERSIHASETNETO xxxxASETNETOAWALTAHUN xxxxASETNETOAKHIRTAHUN xxxx
Lihatcatatanataslaporankeuanganyangmerupakanbagianyangtidakterpisahkandarilaporankeuangan.
LEMBAGAABCLAPORANPOSISIKEUANGAN
31DESEMBER2016
(DisajikandalamRupiahPenuh)
31Desember2016
ASETASETLANCARKasdansetarakas xxxxPiutangprogramkerja xxxxPiutangblockgrant xxxxPiutanglain-lainFungsionaris xxxxPihakketiga xxxx
Persediaan xxxxJumlahAsetLancar xxxx
ASETTIDAKLANCARPeralatan-setelahdikurangiakumulasipenyusutansebesarRpxxxpada31Desember2016 xxxx
Lisensi-setelahdikurangiakumulasiamortisasisebesarRpxxxpada31Desember2016 xxxx
InvestasiJangkaPanjang xxxxJumlahAsetTidakLancar xxxx
JUMLAHASET xxxx
LIABILITASLIABILITASJANGKAPENDEKUtangusaha xxxxUtanglain-lainFungsionaris xxxxPihakketiga xxxx
JumlahLiabilitasJangkaPendek xxxx
LIABILITASJANGKAPANJANGUtangjangkapanjang xxxxJumlahLiabilitasJangkaPanjang xxxx
JUMLAHLIABILITAS xxxx
Catatan
LEMBAGAABCLAPORANPOSISIKEUANGAN31DESEMBER2016(DisajikandalamRupiahPenuh)
31Desember2016
Catatan
ASETNETOTidakTerikatDitentukanpenggunaannya xxxxTidakditentukanpenggunaannya xxxx
TerikatTemporer xxxxTerikatPermanen xxxxJUMLAHASETNETO xxxx
JUMLAHLIABILITASDANASETNETO xxxx
Lihatcatatanataslaporankeuanganyangmerupakanbagianyangtidakterpisahkandarilaporankeuangan.
LEMBAGAABCLAPORANAKTIVITASUNTUKTAHUNYANGBERAKHIR31DESEMBER2016(DisajikandalamRupiahPenuh)
Catatan 2016PERUBAHANASETNETOTIDAKTERIKATPENDAPATANPendapatanbirokeuangan xxxxIuranfungsionaris xxxxPendapatanprofit/losssharing xxxxPendapatanlain-lain xxxxAsetnetoyangberakhirpembatasannya xxxxJumlahPendapatan xxxx
BEBANBebanoperasionalprogramkerja
DepartemenLomba xxxxBiroPSDM xxxxBiroHumas xxxx
Bebanumumdanadministrasi xxxxBebankeuangan xxxxKeuntungandankerugianlain-lain-bersih xxxxJumlahbeban xxxx
Kenaikan(Penurunan)AsetNetoTidakTerikat xxxx
PERUBAHANASETNETOTERIKATTEMPORERPENDAPATANHibah xxxxPendapatanblockgrant xxxxAsetnetoterbebaskandaripembatasan xxxx
Kenaikan(Penurunan)AsetNetoTerikatTemporer xxxx
PERUBAHANASETNETOTERIKATPERMANENPENDAPATANHibah xxxxAsetnetoterbebaskandaripembatasan xxxx
Kenaikan(Penurunan)AsetNetoTerikatPermanen xxxx
KENAIKAN(PENURUNAN)BERSIHASETNETO xxxxASETNETOAWALTAHUN xxxxASETNETOAKHIRTAHUN xxxx
Lihatcatatanataslaporankeuanganyangmerupakanbagianyangtidakterpisahkandarilaporankeuangan.
LEMBAGAABCLAPORANPOSISIKEUANGAN
31DESEMBER2017DAN2016
(DisajikandalamRupiahPenuh)
2017 2016ASETASETLANCARKasdansetarakas xxxx xxxxPiutangprogramkerja xxxx xxxxPiutangblockgrant xxxx xxxxPiutanglain-lainFungsionaris xxxx xxxxPihakketiga xxxx xxxx
Persediaan xxxx xxxxJumlahAsetLancar xxxx xxxx
ASETTIDAKLANCARPeralatan-setelahdikurangiakumulasipenyusutansebesarRpxxxpada31Desember2015 xxxx xxxx
Lisensi-setelahdikurangiakumulasiamortisasisebesarRpxxxpada31Desember2015 xxxx xxxx
InvestasiJangkaPanjang xxxx xxxxJumlahAsetTidakLancar xxxx xxxx
JUMLAHASET xxxx xxxx
LIABILITASLIABILITASJANGKAPENDEKUtangusaha xxxx xxxxUtanglain-lainFungsionaris xxxx xxxxPihakketiga xxxx xxxx
JumlahLiabilitasJangkaPendek xxxx xxxx
LIABILITASJANGKAPANJANGUtangjangkapanjang xxxx xxxxJumlahLiabilitasJangkaPanjang xxxx xxxx
JUMLAHLIABILITAS xxxx xxxx
ASETNETOTidakTerikatDitentukanpenggunaannya xxxx xxxxTidakditentukanpenggunaannya xxxx xxxx
TerikatTemporer xxxx xxxxTerikatPermanen xxxx xxxxJUMLAHASETNETO xxxx xxxx
JUMLAHLIABILITASDANASETNETO xxxx xxxx
Lihatcatatanataslaporankeuanganyangmerupakanbagianyangtidakterpisahkandarilaporankeuangan.
31DesemberCatatan
LEMBAGAABCLAPORANAKTIVITASUNTUKTAHUNYANGBERAKHIR31DESEMBER2017DAN2016
(DisajikandalamRupiahPenuh)
Catatan 2017 2016PERUBAHANASETNETOTIDAKTERIKATPENDAPATANPendapatanbirokeuangan xxxx xxxxIuranfungsionaris xxxx xxxxPendapatanprofit/losssharing xxxx xxxxPendapatanlain-lain xxxx xxxxAsetnetoyangberakhirpembatasannya xxxx xxxxJumlahPendapatan xxxx xxxx
BEBANBebanoperasionalprogramkerja
DepartemenLomba xxxx xxxxBiroPSDM xxxx xxxxBiroHumas xxxx xxxx
Bebanumumdanadministrasi xxxx xxxxBebankeuangan xxxx xxxxKeuntungandankerugianlain-lain-bersih xxxx xxxxJumlahbeban xxxx xxxx
Kenaikan(Penurunan)AsetNetoTidakTerikat xxxx xxxx
PERUBAHANASETNETOTERIKATTEMPORERPENDAPATANHibah xxxx xxxxPendapatanblockgrant xxxx xxxxAsetnetoterbebaskandaripembatasan xxxx xxxx
Kenaikan(Penurunan)AsetNetoTerikatTemporer xxxx xxxx
PERUBAHANASETNETOTERIKATPERMANENPENDAPATANHibah xxxx xxxxAsetnetoterbebaskandaripembatasan xxxx xxxx
Kenaikan(Penurunan)AsetNetoTerikatPermanen xxxx xxxx
KENAIKAN(PENURUNAN)BERSIHASETNETO xxxx xxxxASETNETOAWALTAHUN xxxx xxxxASETNETOAKHIRTAHUN xxxx xxxx
Lihatcatatanataslaporankeuanganyangmerupakanbagianyangtidakterpisahkandarilaporankeuangan.
LEMBAGAABCLAPORANARUSKASUNTUKTAHUNYANGBERAKHIR31DESEMBER2017DAN2016(DisajikandalamRupiahPenuh)
Catatan 2017 2016ARUSKASDARIAKTIVITASOPERASIRekonsiliasiperubahandalamasetnetomenjadikasbersihyangdigunakanuntukaktivitasoperasi:
Perubahandalamasetneto xxx xxxPenyesuaianuntukrekonsiliasiperubahandalamasetnetoyangdigunakanuntukaktivitasoperasi:Depresiasi xxx xxxKenaikanpiutang xxx xxxPenurunanhutang xxx xxxKenaikanPersediaan xxx xxx
KasBersihDiperoleh(Digunakan)Dari(Untuk)AktivitasOperasi xxxx xxxx
ARUSKASDARIAKTIVITASINVESTASIPembelianperalatan xxx xxxPenerimaandaripenjualaninvestasi xxx xxxPembelianInvestasi xxx xxxPenerimaandaripembayaranuangmuka xxx xxxKasBersihDiperoleh(Digunakan)Dari(Untuk)AktivitasInvestasi xxxx xxxx
ARUSKASDARIAKTIVITASPENDANAANPenerimaankasatasliabilitasjangkapendek xxx xxxPenerimaankasatasliabilitasjangkapanjang xxx xxxPembayaranliabilitasjangkapanjang xxx xxxKasBersihDiperoleh(Digunakan)Dari(Untuk)AktivitasPendanaan xxxx xxxx
KENAIKAN(PENURUNAN)BERSIHKASDANSETARAKAS xxx xxxKASDANSETARAKASAWALTAHUN xxx xxxKASDANSETARAKASAKHIRTAHUN xxxx xxxx
Lihatcatatanataslaporankeuanganyangmerupakanbagianyangtidakterpisahkandarilaporankeuangan.