Pedoman Praktis Menentukan Arah Kiblat

  • Upload
    -

  • View
    925

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Uploaded from Google Docs

Citation preview

PEDOMAN PRAKTIS MENENTUKAN ARAH KIBLAT

Oleh : Ismail Azwardi

Pedoman Pr aktis Menentu kan Ar ah Kib l at |1

PEDOMAN PRAKTIS MENENTUKAN ARAH KIBLATA. Pendahuluan Shalat adalah salah satu ibadah yang menunjukkan penghambaan kita kepada Sang Khaliq, dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Ritualitas shalat merupakan ritualitas yang bersifat taabbudi, sehingga konsekuensinya adalah shalat dan prosesi shalat harus dengan menerima dalildalil syara terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan kaidah ushul yang berbunyi:

al-ashl f al-ibdah al-buthln hatt yaqma al-dall al al-amr Artinya : hukum pokok dalam lapangan ibadah itu adalah bathal sampai ada dalil yang memerintahkannya 1 Dapat kita fahami bahwa dalam lapangan ibadah, pada hakekatnya segala perbuatan harus menunggu adanya perintah yang datangnya dari Allah dan rasul-Nya baik melalui al-Quran maupun al-Hadis. Begitu pula dengan ibadah shalat, banyak kita temukan dalam al-Quran tentang perintah shalat, salah satunya adalah di surah Thaha ayat 14 yang berbunyi :

Artinya : Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam (QS. Al-Isra : 78) Ibadah shalat begitu penting dalam Islam, bahkan shalat merupakan salah satu rukun Islam, tentunya banyak hal yang berhubungan dengan ritualitas shalat. Salah satu hal yang berhubungan dengan ritualitas shalat yaitu menghadap kiblat. Hal ini tentu berhubungan dengan masjid-masjid dan surau-surau yang ada di Indonesia dalam proses penentuan arah kiblat ini. Indonesia adalah Negara1

yang

mayoritas

penduduknya

pemeluk

agama

Islam,

sehingga

Asjmuni Rahman, Qaidah-Qaidah Fiqih (Qawaidul Fiqhiyyah), Jakarta: Bulan Bintang, 1976. hal 43.

Pedoman Pr aktis Menentu kan Ar ah Kib l at |2

pembangunan masjid dan surau pastinya berimbang dengan populasi muslim yang ada di Indonesia, dan kiblat menjadi sesuatu yang sangat penting untuk diketahui secara luas oleh masyarakat, sehingga penulis beranggapan

diperlukan sebuah buku tentang metode praktis menentukan arah kiblat.

B. Hukum Menghadap Arah Kiblat Ada beberapa dalil dalam al-Quran yang memerintahkan kita untuk menghadap kiblat dalam shalat baik al-Quran maupun Hadis. 1. Surah Al-Baqarah ayat 144 :

Artinya : Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.

2.

Surah Al-Baqarah ayat 149 dan 150.

Artinya : Dan dari mana saja kamu ke luar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram; sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu, takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan ni`mat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.

3. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim :

Pedoman Pr aktis Menentu kan Ar ah Kib l at |3

Artinya : Dari Abu Hurairah r.a. Nabi saw bersabda: bila hendak salat maka sempurnakanlah wudu, lalu menghadaplah ke kiblat kemudian takbir.2

4.

Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :

Artinya : Dari Anas bin Malik r.a bahwa Rasulullah SAW (pada suatu hari) sedang salat menghadap ke Baitul Maqdis, kemudian turunlah ayat Sungguh kami melihat mukamu menengadah ke langit (sering melihat ke langit berdoa agar turun wahyu yang memerintahkan berpaling ke Baitullah). Sungguh kami palingkan mukamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Kemudian ada orang dari Bani Salamah sedang melakukan rukupada salat fajar pada rakaat kedua. Lalu Nabi menyeru Ingatlah bahwa kiblat telah diubah. Lalu, mereka berpaling ke arah kiblat (Baitullah).3

Dalil-dalil di atas yang dijadikan hujjah oleh ulama-ulama salaf dalam menyepakati tentang kewajiban menghadap kiblat. Tetapi, terdapat ikhtilaf mengenai apakah harus menghadap ainul kabah (fisik kabah) atau cukup arahnya saja. Kalangan Syafiiah dan Hanabilah berpendapat wajib menghadap ainul kabah, sementara golongan Hanafiah dan Malikiyah berpendapat wajib menghadap arah Kabah (jihatul Kabah) saja, ketika tidak dapat melihat langsung ke Ainul Kabah. Muhammad Ali AshShabuni mentarjih kedua pendapat tersebut, dan lebih menguatkan pendapat yang mengatakan cukup menghadap kepada arahnya saja (jihatul Kabah), hal ini didasarkan kepada tingkat kesulitan untuk menghadap ke ainul Kabah untuk daerah-daerah yang jauh dari Masjidil Haram (Kabah).4 Jihatul Kabah penulis fahami sebagai sebuah kemudahan yang diberikan untuk umat Islam dan Allah tidak akan membebani seseorang melainkan menurut kemampuannya. Hal ini sesuai dengan Qaidah Fiqh ( ,) yang berarti setiap kesusahan mengharuskan sebuah kemudahan.5 Sehingga saat menentukan ainul Kabah

2

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim ibn al-Mughiroh bin Bardazbah al-Bukhory, Shahih al-Bukhori, Jilid 1, Kairo : Dar al-Hadits, 2004, h. 110 3 Imam Abi Husain Muslim bin Hujja ibn Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, al-Jamius shahih, Juz 1, Beirut : Dar alfikr,tth, h. 66 4 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Terjemahan oleh Muammal Hamidy, Lc dan Drs. Imron A. Manan dari Tafsir Ayat Ahkam, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 2008, h. 70-71 5 Syafei, Rachmat, Prof. Dr., MA., Ilmu Ushul Fiqih, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2007, h. 284

Pedoman Pr aktis Menentu kan Ar ah Kib l at |4

begitu sulit, maka kita cukup menghadap ke arah kiblat saja. Jihatul Kabah yang dimaksud pada pernyataan di atas adalah tanah haram (Mekkah), karena ulama-ulama yang berpendapat cukup menghadap ke arah kiblat saja menggunakan hadits Nabi Muhammad SAW dari Abu Hurairah sebagai sandaran atas argumentasi mereka, yaitu :

Artinya : Baitullah adalah Kiblat bagi orang-orang di Masjidil Haram, Masjidil Haram adalah Kiblat bagi penduduk tanah Haram (Mekkah), dan Tanah Haram adalah Kiblat bagi seluruh umat, baik di barat dan di timur. Jika dilihat dari hadits di atas dapat kita kategorikan kiblat ke dalam tiga kelompok sesuai dengan lokasi menghadapnya, yaitu : a. Baitullah, merupakan Kiblat bagi orang-orang yang berada di Masjidil Haram atau yang dapat langsung melihat Kabah; b. Masjidil Haram, merupakan Kiblat bagi Penduduk Tanah Haram (Mekkah); c. Dan Tanah Haram (Mekkah) sebagai Kiblat seluruh umat Islam, baik yang berada di belahan bumi bagian barat dan timur.

Pedoman Pr aktis Menentu kan Ar ah Kib l at |5

Dari hadits tersebut menunjukkan bahwa toleransi arah Kiblat bagi penduduk Muslim yang berada jauh dari Kota Mekkah adalah Tanah Haram atau Mekkah itu sendiri, sehingga sedapat mungkin dalam menentukan arah kiblat tidak keluar dari zona yang telah ditetapkan, seperti yang penulis gambarkan dari gambar di atas. Sehingga penulis berasumsi bahwa menghadap arah kiblat harus dengan ijtihad yang yakin, yaitu dengan keyakinan bahwa kita telah menghadap salah satu zona yang telah ditetapkan oleh hadits tersebut. Dan dalam rangka mencari keutamaan ibadah, maka sebaiknya kita mencari arah yang persis mengarah ke Ainul Kabah ( fisik Kabah ).

C. Sejarah Penetapan Arah Kiblat Perkembangan hisab arah kiblat dalam perjalanan sejarah mengalami perubahan sesuai dengan kualitas dan kapasitas intelektualitas individu di kalangan umat islam. Perkembangan ini dapat dilihat ketika masa KH. Ahmad Dahlan yang merubah arah kiblat Masjid Agung Jogjakarta atau dapat kita lihat dari peralatan yang digunakan seperti miqyas, rubu mujayyab, tongkat istiwa, kompas dan theodolit. Selain itu, sistem perhitungan mengalami perkembangan, baik dari data-data yang digunakan atau ilmu ukur yang digunakan.6 Pada awal perkembangan ilmu falak di Indonesia, penentuan arah kiblat dilakukan berdasarkan bayang-bayang matahari dengan menggunakan sebuah tiang atau tongkat. Alat yang dipergunakannya antara lain adalah bencet atau miqyas atau tongkat istiwa dan rubu mujayab atau busur derajat. Mereka berpedoman pada posisi matahari persis (atau mendekati persis) pada titik zenit kabah (rashdul kiblat). Kelompok masyarakat yang menggunakan metode ini sering disebut aliran Rukyah.7 Kelompok yang menggunakan posisi matahari tepat atau persis berada pada titik zenith Kabah atau dengan kata lain matahari sedang berkulminasi dan mempunyai ketinggian 90o jika dilihat dari Kabah. Posisi tersebut hanya terjadi sebanyak dua kali

6 7

Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktek, Yogyakarta : Suara Muhammadiah, 2004, h. 37 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia : Upaya Penyatuan Mazhab Rukyah dengan Mazhab Hisab, Yogyakarta : Logung Pustaka, 2003, h. 36

Pedoman Pr aktis Menentu kan Ar ah Kib l at |6

dalam satu tahun, yaitu pada setiap tanggal 27 Mei (tahun Kabisat) atau 28 Mei (tahun Basithah) jam 16.18 WIB dan pada tanggal 15 Juli (tahun Kabisat) atau 16 Juli (tahun Basithah) jam 16.27 WIB.8 Metode tersebut memang lebih relatif mudah dan dapat dilakukan oleh hamper setiap orang. Di samping itu, hasil pengukurannyapun juga cukup akurat. Meskipun demikian, metode tersebut tetap saja masih memiliki kelemahan. Pertama, dari segi waktu metode tersebut hanya dapat dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas yaitu tanggal 27 atau 28 Mei serta tanggal 15 atau 16 Juli. Kedua, dari segi letak geografis negara kita yang berada di daerah khatulistiwa menyebabkan negara kita mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Akibatnya, aplikasi terhadap metode ini di lapangan tidak dapat dilakukan ketika cuaca sedang tidak mendukung. Selanjutnya, dalam perkembangan metode penetapan arah kiblat mulai menggunakan perhitungan dengan mempergunakan ilmu Ukur setelah diketahui terlebih dahulu koordinat kabah dan tempat yang bersangkutan. Sistem ini menggunakan dua metode, yaitu ilmu Ukur Bidang Datar dan ilmu Ukur Bola (Spherical Trigonometri).9 Selain beberapa metode di atas, ada metode yang berkembang pesat secara luas di masyarakat yaitu Kompas Kiblat. Alat ini banyak dipergunakan karena lebih mudah dan lebih praktis dalam mempergunakannya. Kita tidak perlu repot-repot melakukan pengukuran dan perhitungan. Sebab, alat tersebut dilengkapi dengan buku petunjuk yang berisi daftar kota di seluruh dunia berikut angka pedoman arah kiblatnya masing-

masing. Akibatnya, arah kiblat yang dihasilkan untuk satu kota bisa berbeda-beda. Alat ini masih memiliki banyak kekurangan, terlebih hasil yang diperoleh tidak begitu akurat.10 Banyaknya metode dan sistem pengukuran yang berkembang tentu berimplikasi terhadap hasil pengukuran yang berbeda-beda. Sehingga penulis beranggapan dalam menertibkan arah masjid-masjid dan surau serta dalam rangka mencari keutamaan amal8

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Direktorat Urusan Agama Islam Dan Pembinaan Syariah), Pedoman Arah Kiblat, Jakarta : 2009, h. 48-49 9 Ibid, h. 25 10 Ibid, h. 11

Pedoman Pr aktis Menentu kan Ar ah Kib l at |7

ibadah, kita perlu berusaha untuk mencari arah yang persis tepat menghadap ke Kabah, yaitu dengan mengikuti pedoman teknis yang dikeluarkan Kementerian Agama Republik Indonesia tentang Pedoman Arah Kiblat. Dan buku ini sejalan dengan metode yang diterapkan dalam buku Pedoman Arah Kiblat, hanya saja penulis menambahkan tata cara menggunakan calculator, dengan harapan metode ini dapat dipergunakan oleh masyarakat muslim yang ada di Indonesia. Pedoman ini begitu penting bagi masyarakat dalam menetapkan arah kiblat, baik dalam menetapkan arah kiblat dirumah mereka dan yang terpenting untuk menetapkan arah kiblat masjid-masjid di komunitas masyarakat itu berada. Tingkat pengetahuan dan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda tentunya mempengaruhi metode yang digunakan serta akan mempengaruhi tingkat ketepatan arah kiblat pada setiap tempat ibadah. Daerah-daerah perkotaan cenderung lebih mudah dalam menetapkan arah kiblat dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi, karena didukung oleh tenaga ahli dan peralatan yang memadai, serta lebih mudah dijangkau. Tetapi, apakah hal ini juga berbanding sama dengan keadaan masjid-masjid yang berada di pelosok- pelosok pedesaan, dimana ahliahli falak dan peralatan yang memadai tidak sebanyak yang kita temukan di daerah perkotaan. Sehingga penulis beraggapan bahwa perlu sebuah metode sederhana yang diinformasikan kepada masyarakat dengan media buku dan sosialisasi yang terus menerus, sehingga pergesekan sosial akibat perbedaan metode penetapan arah kiblat dapat diminimalisasi.

D. Metode Penetapan Arah Kiblat Ada beberapa metode yang digunakan dalam menentukan Arah Kiblat, antara lain : 1. Menghitung Arah Kiblat dengan Ilmu Ukur Segitiga Bola Mengingat bahwa setiap titik di permukaan bumi ini berada di permukaan bola bumi maka perhitungan arah kiblat dilakukan dengan Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri).1111

Muhyidin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktek, Yogyakarta : Buana Pustaka, 2004, h. 54.

Pedoman Pr aktis Menentu kan Ar ah Kib l at |8

Untuk memperoleh perhitungan arah kiblat yang tingkat akurasinya tinggi diperlukan alat bantu hitung yaitu scientific calculator. Sedangkan untuk memperhitungkan arah kiblat ada tiga buah titik yang diperlukan, yaitu : a. Titik A (Kabah) b. Titik B (lokasi yang akan menentukan arah kiblat) c. Titik C (Kutub Utara) Titik A dan C memiliki nilai yang tetap, karena titik A adalah data tentang Lintang dan Bujur Kabah sedangkan titik C tepat di Kutub Utara. Nilai yang selalu berubah adalah titik B, karena titik B adalah kota tempat yang bersangkutan. Bila ketiga titik tersebut dihubungkan dengan garis lengkung permukaan bumi, maka akan tegambar segitiga bola ABC seperti pada gambar di bawah ini. Sisi dari sudut yang dibetuk dari segitiga ABC, sehingga dapat kita ketahui bahwa perhitungan arah kiblat adalah menghitung sudut B, yakni sudut yang diapit oleh sisi a dan c.12 Sehingga, dalam menentukan arah kiblat kita hanya memerlukan data koordinat Kabah dan tempat yang bersangkutan. Adapun data Lintang dan Bujur Kabah sesuai dengan perhitungan H. Saadoedin Djambek pada tahun 1972 yang sampai saat ini masih menjadi pegangan Kementerian Agama yaitu 21o 25 Lintang Utara dan 39o 50 Bujur Timur.13 Sedangkan data koordinat tempat yang bersangkutan dapat menggunakan peta atau dapat dilihat dari data lampiran penulis. Selain itu, data koordinat juga dapat menggunakan Global Positioning System (GPS). Data koordinat Kabah dan data koordinat tempat yang akan diukur arah kiblatnya merupakan unsur-unsur yang dipergunakan untuk mencari nilai sudut B, seperti yang

12 13

Ibid, h. 55 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Direktorat Urusan Agama Islam Dan Pembinaan Syariah), Pedoman Arah Kiblat, Jakarta : 2009, h. 30-31

Pedoman Pr aktis Menentu kan Ar ah Kib l at |9

terlihat pada gambar. Setelah sudut diperoleh, kita tinggal menghitungnya dengan segitiga tangens. Sebelum itu kita harus menghitungnya dengan menggunakan rumus segitiga bola dengan mempergunakan data yang telah kita siapkan. Adapun rumus yang dapat dipergunakan adalah sebagai berikut : Cotan B = Cotan b Sin a Cos a Cotan C Sin C a = 90o lintang tempat yang diukur b = 90o lintang Mekkah ( nilainya tetap yaitu 90o 21o 25 = 68o 35 ) nilai C adalah jika Bujur Tempat = 00o 00 s/d 39o 50 BT, Bujur Tempat = 39o 50 s/d 180o BT, Bujur Tempat = 00o 00 s/d 140o 10 BB, Bujur Tempat = 140o 10 s/d 180o BB, maka 39o 50 Bujur Tempat maka Bujur Tempat - 39o 50 maka Bujur Tempat + 39o 50 maka 320o 10 Bujur Tempat

Contoh Perhitungan 1 : Tentukanlah Arah Kiblat untuk Kota Pontianak Lintang tempat = - 0o 05 LS Bujur Tempat = 109o 22 BT Maka unsur-unsurnya adalah : a = 90o (-0o 05) = 90o 05 b = 68o 35 C = 109o 22 - 39o 50 = 69o 32 Kemudian data dari unsur-unsur yang ada kita masukkan rumus Cotan B = Cotan b Sin a Cos a Cotan C Sin C Cotan B = Cotan 68o 35 x Sin 90o 05 Cos 90o 05 x Cotan 69o 32 Sin 69o 32 Cotan B = 0.419201217-1 = 2.385489255 = tan-1 2.385489255 = 67o 15 23.43 Jadi arah kiblat untuk Kota Pontianak dari Utara ke Barat adalah 67o 15 23.43

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 10

Cara menghitung dengan kalkulator Casio fx-350MS14 ( x sino

1 sin 69 05 32 =

90o

tano

68 05o

o

-

35 ) cos tan Shift

o

o

90 69 tan

32 x =

1

o

=

o

o

x-1

ans

o

67o 15 23.43

14

Penulis menggunakan Kalkulator Casio FX-350MS, karena kalkulator ini relatif terjangkau dan mudah ditemukan dipasaran.

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 11

Selain rumus di atas, kita juga dapat mempergunakan rumus15 : Tan B = Cos tp x tan Kabah sin C sin tp tan C Data-data yang diperlukan untuk rumus ini adalah : 1. Kabah Lintang ( ) = 21o 25 LU Bujur ( ) 2. Pontianak Lintang () Bujur ( ) C = 109o 22 - 39o 50 = 69o 32 Tan B = Cos tp x tan Kabah sin C sin tp tan C = Cos - 0o 05 x tan 21o 25 sin 69o 32 sin - 0o 05 tan 69o 32 = tan-1 0.419201217 = 22o 44 36.57 = 39o 50 BT = - 0o 05 LS = 109 o 22 BT

Cara menggunakan calculator : cos 21 32o

(-)o

0 25-

o

05

o

x 69o

tano

o

(-)o

sin 0 32

o

sin 69 =

05 =

tan

tan ans

o

Shift

o

22o 44 36.57

Jadi arah Kiblat Kota Pontianak sesuai dengan pengukuran dari Utara ke Barat adalah 67o 15 23.43 dan 22o 44 36.57 dari Barat ke Utara.

15

tp = tempat pengukuran ( lokasi yang akan ditentukan arah kiblatnya )

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 12

Contoh Perhitungan 2 : Tentukanlah Arah Kiblat untuk Kota Sambas Lintang tempat = 1o 18 LU, Bujur Tempat = 109o 18 BT Maka unsur-unsurnya adalah : a = 90o (1o 18) = 88o 42 b = 68o 35 C = 109o 18 - 39o 50 = 69o 28

Kemudian data dari unsur-unsur yang ada kita masukkan rumus Cotan B = Cotan b Sin a Cos a Cotan C Sin C Cotan B = Cotan 68o 35 x Sin 88o 42 Cos 88o 42 x Cotan 69o 28 Sin 69o 28 Cotan B = 0.410235702-1 = 2.437623039 = tan-1 2.437623039 = 67o 41 41.32 Jadi arah kiblat untuk Kota Sambas dari Utara ke Barat adalah 67o 41 41.32

Cara menghitung dengan kalkulator Casio fx-350MS ( x sino

1 sin 69 42 28 =

88o

tano

68 42o

o

-

35 ) cos tan Shift

o

o

88 69 tan

28 x =

1

o

=

o

o

x-1

ans

o

67o 41 41.32

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 13

Rumus dari Barat ke Utara : Tan B = Cos tp x tan Kabah sin C sin tp tan C Data-data yang diperlukan untuk dimasukkan ke dalam rumus : 1. Kabah Lintang ( ) = 21o 25 LU Bujur ( ) 2. Sambas Lintang () Bujur ( ) C = 109o 18 - 39o 50 = 69o 28 Tan B = Cos tp x tan Kabah sin C sin tp tan C = Cos 1o 18 x tan 21o 25 sin 69o 28 sin 1o 18 tan 69o 28 = tan-1 0.410235702 = 22o 18 18.68 Cara menggunakan calculator : coso

= 39o 50 BT = 1o 18 LU = 109 o 18 BT

1 25-

o

18

o

x 69 18 =

tano

21 28

o

1 28

sino

o

sino

o

tan

tan ans

69 =

o

Shift

o

22o 18 18.68

Jadi arah Kiblat Kota Sambas sesuai dengan pengukuran menggunakan ilmu ukur segitiga bola adalah dari Utara ke Barat 67o 41 41.32 dan 22o 18 18.68 dari Barat ke Utara. Setelah mengetahui sudut arah kiblat tempat yang kita ketahui, maka langkah selanjutnya adalah menentukan arah kiblat di lapangan. Terlebih dahulu yang harus kita lakukan adalah menentukan arah mata angin. Setelah kita mengetahui arah mata angin dan arah kiblat dapat mempergunakan rumus tangens.16 Mengetahui arah mata angin atau titik utara sejati (true north) dapat dilakukan dengan bantuan bayang-bayang matahari.16

Ibid, h. 63

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 14

1) Cara Menentukan Titik Utara Sejati (true north) Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengetahui arah mata angin, salah satunya yang paling sederhana dan akurat adalah dengan bantuan tongkat istiwa. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Tancapkan sebuah tongkat di pelataran atau bidang datar yang berwarna putih atau berwarna terang. Tinggi tongkat sekitar 1 meter dan pastikan tongkat tersebut benar-benar tegak lurus. 2) Buatlah sebuah gambar lingkaran dengan jari-jari 50 cm, dan pusat lingkaran tersebut adalah tongkat yang telah ditancapkan tadi. 3) Amatilah bayang-bayang matahari yang mengenai tongkat dari sebelum waktu dzuhur dan sesudah waktu dzuhur. Tandai setiap bayang-bayang ujung tongkat saat mengenai lingkaran yang telah kita buat tadi. Untuk mempermudah akan kita ilustrasikan pada gambar di bawah ini . M1 adalah posisi matahari sebelum tengah hari (Waktu Dzuhur), berilah tanda pada lingkaran yang dibuat. Dan amatilah setelah lewat waktu tengah hari (M2), ketika menyentuh lingkaran yang kita buat maka tandai. Lalu buatlah garis lurus. Maka garis lurus yang kita buat adalah arah Barat dan Timur.

4) Buatlah garis dari titik-titik yang dibuat tadi, garis lurus dari titik-titik itu adalah arah Barat dan Timur sehingga ketika dibuat garis potong antara garis lurus tadi, maka itu adalah arah Selatan dan Utara Sejati.

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 15

5) Setelah itu masukkan data arah kiblat pada rumus tangens Cara I : 1) Tentukan garis pada Utara dan Selatan, Misalnya titik A dan titik D dengan jarak 50 cm; 2) Buatlah garis dari titik B tegak lurus ke arah barat. Rumus yang digunakan adalah : Misal, arah kiblat Pontianak diukur dari Utara ke Barat adalah 67 o 15 23.43, maka rumus tangen yang digunakan adalah sebagai berikut : Tan 67o 15 23.43 DC = BC : AD = Tan 67o 15 23.43 x AD = Tan 67o 15 23.43 x 50 cm = 119 cm ( dibulatkan )

Cara II : 1) Tentukan garis pada Timur dan Barat, Misalnya titik O dan titik P dengan jarak 200 cm; 2) Buatlah garis dari titik P tegak lurus ke arah utara. Rumus yang digunakan adalah : Misal, arah kiblat Pontianak diukur dari Barat ke Utara adalah 22o 44 36.57, maka rumus tangen yang digunakan adalah sebagai berikut : Tan 22o 44 36.57 VP = VP : OP = Tan 22o 44 36.57 x OP = Tan 22o 44 36.57 x 200 cm = 83.8 cm

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 16

Menentukan arah kiblat Sambas di Lapangan 1) Tentukan garis pada Utara dan Selatan, Misalnya titik A dan titik D dengan jarak 50 cm; 2) Buatlah garis dari titik B tegak lurus ke arah barat. Rumus yang digunakan adalah : Misal, arah kiblat Sambas diukur dari Utara ke Barat adalah 67o 41 41.32, maka rumus tangen yang digunakan adalah sebagai berikut : Tan 67o 41 41.32 DC = BC : AD = Tan 67o 41 41.32 x AD = Tan 67o 41 41.32 x 50 cm = 122 cm ( dibulatkan )

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 17

Cara II : 1) Tentukan garis pada Timur dan Barat, Misalnya titik O dan titik P dengan jarak 200 cm; 2) Buatlah garis dari titik P tegak lurus ke arah utara. Rumus yang digunakan adalah : Misal, arah kiblat Sambas diukur dari Barat ke Utara adalah 22o 18 18.68, maka rumus tangen yang digunakan adalah sebagai berikut : Tan 22o 18 18.68 VP = VP : OP = Tan 22o 18 18.68 x OP = Tan 22o 18 18.68 x 200 cm = 82 cm

2. Posisi Matahari Membentuk Bayangan Kiblat Bayangan kiblat akan terjadi pada saat posisi matahari di atas Kabah dan pada saat posisi matahari berada di jalur Kabah. Hal terpenting yang harus kita ketahui adalah kapan tepatnya (pukul berapa) posisi matahari di atas Kabah dan pada saat posisi matahari berada di jalur Kabah. a. Posisi Matahari di Zenith Kabah Posisi matahari tepat atau persis berada pada titik zenith Kabah. Dengan kata lain matahari sedang berkulminasi dan mempunyai ketinggian 90o jika dilihat dari Kabah. Posisi tersebut hanya terjadi sebanyak dua kali dalam satu tahun, yaitu

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 18

pada setiap tanggal 27 Mei (tahun Kabisat) atau 28 Mei (tahun Bsithah) pukul 16:18 WIB dan pada tanggal 15 Juli (tahun Kabisat) atau 16 Juli (tahun Bsithah) pukul 16:27 WIB.17 Cara ini adalah metode yang paling praktis yang dapat digunakan masyarakat luas, kita hanya tinggal mengamati benda yang berdiri tegak lurus pada waktu tersebut di atas dan arah kebalikan dari bayang bayang yang terbentuk merupakan arah kiblat. Jadi, pada tanggal di atas kita dapat menginformasikan kepada seluruh masyarakat Indonesia dengan media apapun, baik lewat televisi, radio dan internet tentang informasi ini. Sehingga harapan penulis kita dapat memperbaiki arah kiblat di tempat kita, khususnya di rumah kita masing-masing. Dalam rangka mencari ridha dan kasih sayang Allah SWT. Tentunya setiap metode memiliki kelemahan, sama halnya dengan metode ini. Selain hanya terjadi dua kali dalam setahun, iklim tropis di Indonesia juga menjadi kendala disebabkan matahari yang tertutup awan mendung atau hujan, sehingga metode ini tidak dapat diaplikasikan. b. Posisi Matahari di jalur Kabah Ketika matahari berada di jalur Kabah bayangan matahari berimpit dengan arah yang menuju kabah untuk lokasi atau tempat, sehingga pada waktu itu setiap benda yang berdiri tegak akan langsung mengarah ke arah kiblat. Hal ini dimungkinkan untuk diketahui kapan akan terjadinya dengan mudah dan tingkat akurasinya lebih tinggi, dan dapat dipergunakan hampir pada setiap hari. Data-data yang diperlukan untuk menghitung waktu terjadinya bayangan kiblat di jalur Kabah ini antara lain adalah : Lintang Tempat dan Bujur tempat yang bersangkutan Arah Kiblat untuk lokasi yang bersangkutan Deklinasi matahari dan Equation of time18

17 18

ibid, h. 48-49 Untuk data deklinasi matahari dan equation of time dapat melihat pada tabel ephemeris yang dikeluarkan Kementerian Agama setiap tahunnya, atau dapat di akses lewat Program WinHisab Versi 2.0. Program ini dapat didownload di internet, atau dapat menghubungi penulis.

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 19

Misalnya kita akan mengetahui, pukul berapakah di Pontianak pada tanggal 17 Agustus 2011, bayangan matahari akan berhimpitan ke arah kiblat. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut :Lintang Tempat Bujur Tempat Arah Kiblat Deklinasi Matahari Equation of Time Azimuth19 a b MP Interpolasi Cotan P = - 0o 5 LS = 109o 22 BT = 22o 44 36.57 (B-U) = 13o 31 48 = -0.4.12 = 90 Arah Kiblat = 90 Dek Matahari = 12 e = ( 109o 22 105 ) : 15 = cos b tan Azimuth = cos 90o 05 x tan 67o 1523.43 = -0,003469552053 P Cos ( C-P ) = -89o 48 4.36 = cotan a tan b cos P = cotan 76o 28 12 x tan 90o 05 x cos -89o 48 4.36 = - 0,574019505 ( C-P ) C = 125o 01 51.59 = (C-P) + P = 125o 01 51.59 + (-89o 48 4.36) = 35o 13 47.23 Bayangan = C : 15 + MP = 35o 13 47.23 : 15 + 12.04.12 = 14.25.7,15 Interpolasi = 0.17.28 = 90 22o 44 36.57 = 67o 1523.43 = 90 13o 31 48 = 90 (-0.4.12) = 76o 28 12 = 90o 05 = 12.04.12 = 0.17.28

= 90 Lintang Tempat = 90 (-0o 5)

= 14.07.39,15 WIB

Jadi, pada tanggal 17 Agustus 2011 Bayangan akan berhimpitan ke arah kiblat di daerah Pontianak pada Pkl. 14.07.39 WIB

19

Jika arah kiblat U ke B / T maka Az = 00o + Arah Kiblat Jika arah kiblat S ke B / T maka Az = 180o - Arah Kiblat Jika arah kiblat B / T ke U maka Az = 90o - Arah Kiblat Jika arah kiblat B / T ke S maka Az = 90o + Arah Kiblat

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 20

Cara menggunakan calculator : coso

90 15 tan

o

0523.43

o

x =

tan X1

67 =

o

o

Shift

ans

=

o

-89o 48 4.36

1o

x(-) Shift

tan tan 89 cos

76 90o

o

28 05o

o

12

o

o

xo

cos =

48 =

4.36

ans

o

125o 01 51.59

125 89

o

1 48

o

51.59 4.36

o

+ =

(-)o

o

o

o

35o 13 47.23

35 + Ans =

o

13o

o

47.23o

o

o

15 =o

12 -

0

04o

12o

17

28

14.07.39,15 WIB

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 21

Contoh II. Pukul berapakah di kota Sambas pada tanggal 17 Agustus 2011, bayangan matahari akan berhimpitan ke arah kiblat, atau langsung mengarah ke Kabbah. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut :Lintang Tempat Bujur Tempat Arah Kiblat Deklinasi Matahari Equation of Time Azimuth a b MP Interpolasi Cotan P = 1o 18 LU = 109o 18 BT = 22o 18 18.68 (B-U) = 13o 31 48 = -0.4.12 = 90 Arah Kiblat = 90 Dek Matahari = 12 e = ( 109o 22 105 ) : 15 = cos b tan Azimuth = cos 88o 42 x tan 67o 4141.32 = 0,055303168 P Cos ( C-P ) = 86o 50 4.51 = cotan a tan b cos P = cotan 76o 28 12 x tan 88o 42 x cos 86o 50 4.51 = 0,585525944 ( C-P )20 = 54o 09 35.44 = - 54o 09 35.44 C = (C-P) + P = - 54o 09 35.44 + 86o 50 4.51 = 32o 40 29.07 Bayangan = C : 15 + MP = 32o 40 29.07 : 15 + 12.04.12 = 14.14.53,94 Interpolasi = 0.17.28 = 90 22o 18 18.68 = 67o 4141.32 = 90 13o 31 48 = 90 (-0.4.12) = 76o 28 12 = 88o 42 = 12.04.12 = 0.17.28

= 90 Lintang Tempat = 90 1o 18

= 13.57.25,94 WIB

Jadi, pada tanggal 17 Agustus 2011 Bayangan matahari akan berhimpitan ke arah kiblat di daerah Sambas pada Pkl. 13.57.26 WIB

20

Nilai ( C P ) ada dua kemungkinan, kadang kita jadikan positif dan kadang kita jadikan nilainya negatif.

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 22

Cara menggunakan calculator : coso

88 41 tan

o

4241.21

o

x =

tan x1

67 =

o

o

Shift

ans

=

o

86o 50 4.51

1o

x 86 cos

tan tano

76 88

o

28 42

o

12

o

o

x =

cos Shift

50 =

o

4.51

o

ans

o

54o 09 35.44

(-)o

Ans

+

86

o

50

o

4.51

=

32o 40 29.07

Ans 12o

15

+14.14.53,94

12

o

04

o

=

Ans =

13.57.25,94

0

o

17

o

28

o

Catatan : 1. Bayangan arah kiblat tidak akan terjadi jika harga mutlak Deklinasi Matahari lebih besar dari harga mutlak 90 Az 2. Bayangan arah kiblat tidak akan terjadi jika harga Deklinasi Matahari sama besarnya dengan harga Lintang Tempat. 3. Bayangan arah kiblat tidak akan terjadi jika Harga mutlak C lebih besar daripada harga Setengah Busur Siangnya.21

21

ibid, h. 37

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 23

E. Penutup Penulis hanya seorang pemula yang baru mempelajari ilmu falak, dan karya ini tidak lain adalah usaha penulis untuk mengamalkan sedikit ilmu yang telah diperoleh dari Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Syarif Abdurrahman Pontianak tentang Ilmu Falak, dengan harapan Allah akan memberikan keutamaan ilmu dan hikmah dengan mengamalkan sedikit pengetahuan yang ada. Dan semoga buku ini bermanfaat dan dapat dipergunakan dengan mudah oleh masyarakat luas. Dan penulis juga memohon maaf jika dalam tulisan ini terdapat kesalahan dan kekeliruan, dan penulis berharap koreksi dan saran kepada seluruh pembaca untuk kesempurnaan buku ini. Dan semoga Allah memberikan kita semua limpahan ilmu dan hikmah, sehingga kita dapat menjalankan tugas dan kewajiban kita sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditentukan oleh Syariat Islam. Amin Ya Rabbal Alamin. Hormat Penulis

ISMAIL AZWARDI

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 24

DAFTAR PUSTAKA Ash-Shabuni, Muhammad Ali, Terjemahan oleh Muammal Hamidy, Lc dan Drs. Imron A. Manan dari Tafsir Ayat Ahkam, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 2008. Azhari, Susiknan, Ilmu Falak Teori dan Praktek, Yogyakarta : Suara Muhammadiah, 2004. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Direktorat Urusan Agama Islam Dan Pembinaan Syariah), Pedoman Arah Kiblat, Jakarta : 2009. Izzuddin, Ahmad, Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia : Upaya Penyatuan Mazhab Rukyah dengan Mazhab Hisab, Yogyakarta : Logung Pustaka, 2003. Khazin, Muhyidin, Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktek, Yogyakarta : Buana Pustaka, 2004. Rachim, Abd, Drs., Ilmu Falak, Yogyakarta : Liberty, 1983. Rahman, Asjmuni, A., Qaidah-Qaidah Fiqih (Qawaidul Fiqhiyyah), Jakarta: Bulan Bintang, 1976. Sabiq, Sayid, Fiqh al-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, 1983. Supriatna, Encup., Hisab Rukyat & Aplikasinya, Bandung : Refika Aditama, 2007. Syafei, Rachmat, Prof. Dr., MA., Ilmu Ushul Fiqih, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2007. Cetakan III.

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 25

BIODATA PENULIS Nama Lengkap Tempat Tgl Lahir Alamat : Ismail Azwardi : Pontianak, 21 Oktober 1980 : Jl. Sui Raya Dalam Gg. Ceria IX No. 35B Kecamatan Sui Raya Kabupaten Kubu Raya Kal-Bar 78391 No. Hp Riwayat Pendidikan : 1. Madrasah Ibtidaiyah Imaduddin Sui Raya Dalam 2. Madrasah Tsanawiyah II Pontianak 3. SMU Adisucipto Sui Raya 4. Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Syarif Abdurrahman Pontianak. : 081345908543

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 26

Lampiran : 17 Agustus 2011

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 27

Daftar Isi :Hal : Daftar isi . i Kata Pengantar ii A. B. C. D. Pendahuluan . 1 Hukum Menghadap Arah Kiblat .. 2 Sejarah Penetapan Arah Kiblat . 5 Metode Penetapan Arah Kiblat 7 1. Menghitung Arah Kiblat dengan Ilmu Ukur Segitiga Bola .. 7 14 a. Cara Menentukan Titik Utara Sejati . 2. Posisi Matahari Membentuk Bayangan Kiblat . 17 a. b. E. 17 Posisi Matahari di Zenith Kabah . Posisi Matahari di jalur Kabah 18

Penutup 23

Daftar Pustaka 24 Biodata Penulis .. 25 Lampiran 26 2

i

P e d o m a n P r a k t i s M e n e n t u k a n A r a h K i b l a t | 28

Kata PengantarSegala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita semua nikmat Iman dan Islam, sehingga kita dapat menjalankan tugas dan aktifitas kita di muka bumi ini dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi sebagai manifestasi rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan kepada kita semua. Dan pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Alm. Ahmad Mekkah, semoga Allah menghapuskan segala dosa dan dibebaskan dari azab kubur. Dan juga buat ibunda tercinta Hj. Telaha Thaha yang selalu ada untuk anaknya dan tak pernah berhenti untuk berikhtiar agar anaknya mendapatkan kesuksesan hidup. Tidak lupa juga buat saudara penulis, Hamdiah, Marwiyah, Muzdalifah dan Syahbandi. Dan penulis juga menghaturkan terima kasih yang tiada terhingga kepada alUstadz Drs. M. Dihyah Wahid yang telah memberikan ilmu yang begitu bermanfaat dan mengajarkan tentang Ilmu Falak kepada penulis, dan semoga penulis dapat mengamalkan ilmu ini untuk kebaikan dan kemaslahatan. Pedoman Praktis Menentukan Arah Kiblat adalah sebuah buku sederhana untuk pelajar dan mahasiswa syariah yang ingin mempelajari bagaimana menentukan arah kiblat di tempat kita masing-masing, sehingga kita tidak mengira-ngira saja arah kiblat yang kita tuju. Untuk mendapatkan keutamaan amal ibadah, seyogyanya kita mencari arah kiblat yang mendekati atau persis ke arah Kabah. Semoga buku sederhana ini dapat bermanfaat dan penulis berharap mendapatkan saran dan kritik dari pembaca untuk penulisan-penulisan berikutnya. Semoga Allah melimpahkan ilmu dan hikmah kepada kita semua, dan kita dapat menjalankan syariat agama secara kaffah untuk mencari keridhaan Allah SWT.

ii