Upload
anon96465
View
147
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Pedoman Umum PenyusunanStatus Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008
Diterbitkan oleh:
Asisten Deputi Urusan Data dan Informasi LingkunganDeputi MENLH Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan KapasitasKementerian Negara Lingkungan Hidup
Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24, Kebon Nanas, Jakarta 13410Telp/Fax: 021-858 0081Website: http://www.menlh.go.idEmail: [email protected]; [email protected]
Pengarah:Isa Karmisa Ardiputra, Deputi MENLH Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas.
Penanggungjawab:Siti Aini Hanum, Asisten Deputi Urusan Data dan Informasi Lingkungan
Tim Penyusun:Hari Wibowo, Maulyani Djajadilaga, Wijono Pribadi, Sri Murwani Nurfadilastuti, Harimurti, Hasan Nurdin, Indira Siregar
Sekretariat:Suhartono
Narasumber:Budhi Gunawan, Ph.D (Unpad), Tience Darmiati, Ph.D (Widyaiswara KLH), Riawati Rizal (KLH).
Penjelasan Cover:Sumber dari Laporan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2002-2006
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 1
KATA PENGANTAR
Pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan
hidup yang berkesinambungan, terukur, akurat dan transparan.
Dalam rangka pengelolaan lingkungan dan mewujudkan akuntabilitas publik, pemerintah
berkewajiban menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada
masyarakat. Informasi tersebut harus menggambarkan keadaan lingkungan hidup, baik
penyebab dan dampak permasalahannya, maupun respon pemerintah dan masyarakat dalam
menanggulangi masalah lingkungan hidup. Untuk itu pelaporan lingkungan menjadi sangat
penting sebagai sarana untuk memantau kualitas dan alat untuk menjamin perlindungan
kehidupan bagi generasi sekarang dan mendatang.
Laporan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan sarana yang
penting mengkomunikasikan informasi mengenai lingkungan hidup dan meningkatkan
kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap lingkungan serta membantu pengambil
keputusan menentukan tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki pengelolaan lingkungan.
Pedoman ini disusun untuk membantu Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
pembuatan laporan dan pengumpulan data lingkungan, dengan kerangka penulisan dan
analisis yang mudah dipahami.
Jakarta, Januari 2008
Tim Penyusun
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 2
DAFTAR ISI
Kata PengantarDaftar Isi
PENDAHULUANLatar BelakangPenyusunan dan Penyerahan SLH Provinsi dan Kabupaten/Kotaa. Pengumpulan dan Penyerahan Datab. Penyusunan dan Publikasi Laporanc. Penyerahan Laporan
- Kelengkapan Penyerahan Laporan- Alamat Penyerahan Laporan
LAPORAN SLH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTAI. JENIS PELAPORAN
1.1 Laporan SLH Provinsi1.2 laporan SLH Kabupaten/kota
II. RUANG LINGKUP PENYUSUNAN LAPORAN SLH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
2.1 Data Utama2.2 Tahun Data
III. PROSES PENYUSUNAN SLH3.1 Pembentukan Tim Penyusun3.2 Proses Penyusunan Laporan SLH
VI. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN- Outline Laporan
V. FORMAT PELAPORAN5.1 Bentuk Fisik5.2 Penyampaian Tabel5.3 Penyampaian Gambar5.4 Penyampaian Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN LAPORAN SLH
- Lampiran A. Model Status-Tekanan-Respon- Lampiran B. Penjelasan Outline Laporan SLH- Lampiran C. Contoh Penyajian Gambar
KUMPULAN DATA SLH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTAI. PROSES PENGUMPULAN DATA SLH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTAII. SISTEMATIKA PENYUSUNAN KUMPULAN DATAIII. FORMAT PELAPORAN
3.1 Bentuk Fisik3.2 Penyampaian Tabel dan Data
LAMPIRAN KUMPULAN DATA SLH- Lampiran A. Penjelasan Outline Kumpulan Data SLH- Lampiran B. Tabel-Tabel Kumpulan Data
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 3
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United
Nations Conference on Environment and Development–UNCED) di Rio de Janeiro, tahun 1992, telah
menghasilkan strategi pengelolaan lingkungan hidup yang dituangkan ke dalam Agenda 21.
Dalam Agenda 21 Bab 40, disebutkan perlunya kemampuan Pemerintahan dalam mengumpulkan dan
memanfaatkan data dan informasi multisektoral pada proses pengambilan keputusan untuk
melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut menuntut ketersediaan data, keakuratan
analisis, serta penyajian informasi lingkungan hidup yang informatif.
Hal ini sejalan dengan Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(pasal 10 huruf h) yang mewajibkan pemerintah baik Nasional maupun Provinsi atau Kabupaten/Kota
menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada masyarakat.
Selain itu Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah melimpahkan
kewenangan pengelolaan lingkungan hidup kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dengan
meningkatnya kemampuan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance) diharapkan akan semakin meningkatkan kepedulian
kepada pelestarian lingkungan hidup.
Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan negara-negara Asia Pasifik dan amanat undang-undang No. 23
tahun 1997 serta kemudian Undang-undang No. 32 tahun 2004, sejak tahun 2002 bersamaan dengan
penerbitan Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) pada tingkat nasional yang dilakukan
setiap tahun, diterbitkan pula Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) pada masing-masing
provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia.
Sehubungan dengan penerbitan SLHD, jauh sebelumnya pemerintah daerah telah menyusun Neraca
Lingkungan Hidup (NLH) yang dimulai sejak tahun 1982 yang pada tahun 1986 berubah menjadi
Neraca Kependudukan dan Lingkungan Hidup Daerah (NKLD), dan mulai tahun 1994 berubah lagi
menjadi Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah (NKLD).
Penyusunan laporan SLHD yang dilakukan sejak 2002 didasarkan pada surat Menteri Negara
Lingkungan Hidup kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menyusun laporan Status
Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) dengan mengacu kepada Pedoman Umum Penyusunan Laporan
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 4
SLHD yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Mulai tahun 2008, buku laporan
status lingkungan hidup di masing-masing provinsi dan kabupaten/kota disebut sebagai Laporan Status
Lingkungan Hidup Provinsi (SLH Provinsi) atau Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota
(SLH Kabupaten/Kota).
Laporan SLH Provinsi dan Kabupaten/Kota terdiri dari dua buah buku yaitu :
1. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup
Merupakan analisis S-P-R berdasarkan data dan informasi dalam buku kumpulan data
lingkungan hidup daerah dan data lain yang dianggap perlu untuk menunjang analisis yang
komprehensif.
2. Buku Kumpulan Data Lingkungan Hidup
Merupakan data media lingkungan (air, udara, lahan dan hutan, keanekaragaman hayati,
pesisir dan laut serta lingkungan permukiman).
Penyusunan dan Penyerahan SLH Provinsi dan Kabupaten/Kota
a. Pengumpulan dan Penyerahan Data
WilayahWaktu
Pengumpulan DataWaktu Penyerahan Data
(ke Provinsi)
Provinsi Okt 2007 – Sep 2008 ----------
Kabupaten Okt 2007 – Sep 2008Selambatnya
31 Oktober 2007
Kota Okt 2007 – Sep 2008Selambatnya
31 Oktober 2007
b. Penyusunan dan Publikasi Laporan
WilayahWaktu
Penyusunan LaporanWaktu Penyerahan Laporan/Publikasi
(ke KLH dan Pusreg)
Provinsi Okt 2008 – Nop 2008Selambatnya
28 Nopember 2008
Kabupaten Okt 2008 – Nop 2008Selambatnya
28 Nopember 2008
Kota Okt 2008 – Nop 2008Selambatnya
28 Nopember 2008
c. Penyerahan Laporan
- Kelengkapan Penyerahan Laporan
Laporan dibuat sebanyak dua (2) set, masing-masing terdiri atas satu (1) buku Laporan
dan satu (1) buku Kumpulan Data Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota.
- 1 set diserahkan ke KLH Jakarta
- 1 set diserahkan ke PPLH Regional masing-masing
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 5
Menyertakan satu (1) set softcopy (dalam Compact Disk - CD) laporan tersebut. Format
Laporan dalam MS Word dan Kumpulan Data dalam MS Excel.
- Alamat Penyerahan Laporan
Laporan SLH Provinsi dan Kabupaten/Kota diserahkan kepada :
1. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidupu.p Asisten Deputi Urusan Data dan Informasi LingkunganDeputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Pengembangan Kapasitas (Asdep 1-VII)Jl. D.I.Panjaitan Kav. 24, Kebon Nanas, Jakarta 13410 Gedung B Lantai 6Telp/fax 021-858 0081
2. Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional JawaJl. Ringroad Utara Blok A No. 3 dan 12, Mancasan Condong Catur Depok TimurSleman - D.I. Yogyakarta Telp / Fax. 0274-486670
3. Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional SumateraJl. H.R. Soebrantas KM. 10.5, Panam Pekanbaru, Riau Telp / Fax. 0761-62962
4. Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Kalimantan Jl. Jend. Sudirman No.19ABalikpapan – Kalimantan Timur Telp / Fax. 0542-738375
5. Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Bali dan Nusa TenggaraJl. Ir. Juanda No.2, Niti Mandala RenonDenpasar, Bali Telp. 0361-228237 / Fax. 0361-243448
6. Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Sulawesi, Maluku, PapuaJl. Perintis Kemerdekaan Km. 17Makassar, Sulawesi Selatan Telp. 0411-555701 / Fax. 0411-555703
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 6
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 7
LAPORAN SLH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
Penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup (SLH) Provinsi dan Kabupaten/Kota bertujuan :
a. Menyediakan data, informasi, dan dokumentasi untuk meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan pada semua tingkat dengan memperhatikan aspek dan daya dukung serta daya
tampung lingkungan hidup di provinsi atau kabupaten/kota.
b. Meningkatkan mutu informasi tentang lingkungan hidup sebagai bagian dari sistem pelaporan
publik serta sebagai bentuk dari akuntabilitas publik.
c. Menyediakan sumber informasi utama bagi Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada),
Program Pembangunan Daerah (Propeda), dan kepentingan penanaman modal (investor).
d. Menyediakan informasi lingkungan hidup sebagai sarana publik untuk melakukan pengawasan dan
penilaian pelaksanaan Tata Praja Lingkungan (Good Environmental Governance) di provinsi atau
kabupaten/kota, dan sebagai landasan publik untuk berperan dalam menentukan kebijakan
pembangunan berkelanjutan bersama-sama dengan pemerintah.
Salah satu ciri pokok dalam penyusunan laporan SLH Provinsi dan Kabupaten/Kota terletak pada
kemampuan menganalisis secara komprehensif hubungan aspek lingkungan fisik (gejala biofisika)
dengan aspek sosial-ekonomi kedalam bahasa yang dapat dipahami masyarakat umum/awam.
Keberhasilan pemanfaatan laporan SLH Provinsi dan Kabupaten/Kota di antaranya terletak pada
proses pembuatan kebijakan yang berwawasan lingkungan dan meningkatnya pengertian serta
kesadaran masyarakat dalam menjaga dan melindungi kelestarian lingkungan hidup.
Pembangunan berkelanjutan tidak akan terlaksana tanpa memasukan unsur konservasi dan
pelestarian lingkungan hidup ke dalam kerangka proses pembangunan. Hal tersebut dapat dicapai
dengan memperhatikan hubungan sebab-akibat dalam relasi antara lingkungan (ekosistem) dan
manusia. Sejalan dengan upaya memahami keterkaitan tersebut, dalam penyusunan laporan SLH,
Indonesia menggunakan pendekatan yang telah disepakati oleh Economic and Social Commission for
Asia and the Pacific - ESCAP) sejak tahun 1995 yang mengadopsi penggunaan metode P-S-R
(Pressure-State-Response) dari United Nation Environment Program (UNEP) dalam penyusunan
laporan status lingkungan hidup (State of the Environment Report, SoER). Metode yang digunakan di
tingkat nasional juga menjadi rujukan dalam penyusunan laporan SLH di provinsi dan kabupaten/kota
dengan pendekatan S-P-R (State-Pressure-Response) [Lihat Lampiran A].
I. JENIS PELAPORAN
1.1 Laporan SLH Provinsi
Laporan SLH provinsi merupakan dokumen yang menggambarkan status dan kecenderungan
perubahan lingkungan, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dan respon yang dilakukan dalam
suatu wilayah provinsi (lintas kabupaten/kota).
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 8
Dalam penyusunan SLH, selain menganalisis semua media lingkungan, pemerintah provinsi perlu
mengangkat isu prioritas yang perlu ditangani segera. Data yang digunakan dapat bersumber dari:
a. Pemantauan provinsi,
b. Pemantauan kabupaten/kota,
c. Sumber lain
1.2 Laporan SLH Kabupaten/Kota
Laporan SLH provinsi merupakan dokumen yang menggambarkan status dan kecenderungan
perubahan lingkungan, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dan respon yang dilakukan dalam
suatu wilayah provinsi (lintas kabupaten/kota).
Dalam penyusunan SLH, selain menganalisis semua media lingkungan, pemerintah provinsi perlu
mengangkat isu prioritas yang perlu ditangani segera. Data yang digunakan dapat bersumber dari:
1. Pemantauan kabupaten/kota,
2. Sumber lain
II. RUANG LINGKUP PENYUSUNAN LAPORAN SLH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
2.1 Data utama
Data Utama yang digunakan adalah data lingkungan hidup, yang tersedia dalam Kumpulan Data
lingkungan.
2.2. Tahun Data
Data yang digunakan adalah data Oktober 2007 – September 2008 dan data tahun-tahun
sebelumnya untuk melihat kecenderungan (trend).
III. PROSES PENYUSUNAN SLH
3.1. Pembentukan Tim Penyusun
Laporan Status Lingkungan Hidup (SLH) Provinsi dan SLH Kabupaten/Kota merupakan laporan
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sehubungan dengan itu, penyusunannya harus
melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholder) di lingkungan pemerintah dan masyarakat.
Keterlibatan anggota tim penyusun ditetapkan dalam Surat Keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota.
3.2. Proses Penyusunan Laporan SLH
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 9
Laporan SLH disusun oleh tim penyusun melalui tahapan sebagai berikut :
1. Menyajikan status media lingkungan (air, udara, lahan dan hutan, keanekaragaman
hayati, pesisir dan laut, serta lingkungan permukiman) beserta faktor-faktor yang
mempengaruhi dan respon yang telah dan akan dilakukan (dengan menggunakan metode S-
P-R)
2. Menentukan Isu-isu Lingkungan Hidup pada berbagai media lingkungan dalam satu
tahun terakhir (Oktober 2007-September 2008)
3. Menyajikan agenda pengelolaan lingkungan mendatang untuk memperbaiki kondisi
lingkungan di wilayahnya.
IV. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN
OUTLINE LAPORAN
Jml. halaman maksimum
Kata Pengantar Ditandatangani Gubernur/Bupati/Walikota
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bab I PENDAHULUAN Tujuan penulisan laporan
Isu-isu lingkungan hidup
- Isu lingkungan hidup utama
- Isu lingkungan hidup lainnya
Kebijakan pengelolaan dan pendanaan lingkungan
Agenda pengelolaan lingkungan hidup
5 hal
Bab II GAMBARAN UMUM
Visi dan Misi provinsi/kabupaten/kota
Kondisi geografis, demografis, geologi, tata ruang, kependudukan, dan kesehatan masyarakat.
10 hal
Bab III AIR
150 hal
Bab IV UDARA
Bab V LAHAN DAN HUTAN
Bab VI KEANEKARAGAMAN HAYATI
Bab VII PESISIR DAN LAUT
Bab VIII LINGKUNGAN PERMUKIMAN
Bab IX AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Daftar Pustaka Daftar rujukan yang digunakan dalam laporan
LAMPIRAN Data pelengkap lainnya (SK Tim Penyusun) 35 hal
Catatan:
Penulisan bab dalam SLH Provinsi dan Kabupaten/Kota disesuaikan dengan kondisi daerah masing-
masing. Penjelasan Outline Laporan SLH Provinsi dan Kabupaten/Kota disajikan dalam Lampiran B.
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 10
V. FORMAT PELAPORAN
Pelaporan SLH Provinsi dan Kabupaten/Kota perlu diseragamkan baik dalam bentuk format penulisan
maupun penyajian secara fisik untuk memudahkan dalam proses administrasi dan evaluasi laporan
tersebut.
Format pelaporan SLH Provinsi dan Kabupaten/Kota meliputi:
5.1. Bentuk Fisik
Penjilidan
- Buku dijilid sampul keras (hardcover) / sampul lunak (softcover)
- Cover depan memuat: judul buku, nama provinsi atau kabupaten/kota, tahun
penyusunan, lambang instansi lingkungan hidup, periode data, lambang
provinsi/kabupaten/kota.
- Judul buku, nama provinsi atau kabupaten/kota dan tahun penyusunan
ditulis disisi buku (sidecover).
Pengaturan halaman
Ukuran kertas A4, HVS 70/80 gram.
Spasi 1,5 (satu setengah), jenis huruf (font) Arial, ukuran huruf 10
(kecuali untuk penulisan khusus seperti tabel dan gambar).
Margin kiri 4 cm; kanan 2,5 cm; atas 2,5 cm; dan bawah 2,5 cm
Mencantumkan nomor halaman (page number) di sisi kanan bawah
sesuai bab (mis: I-1).
Maksimum jumlah halaman keseluruhan buku laporan SLHD adalah
200 halaman (termasuk lampiran)
5.2. Penyampaian Tabel
Tabel data dibuat dengan mencantumkan:
1. Nomor urut tabel
2. Judul tabel (dilengkapi tahun data)
3. Satuan data
4. Kelengkapan data yang disajikan dalam tabel (bila tidak ada data harap diberi
penjelasan/keterangan)
5. Sumber data (dilengkapi tahun)
6. Keterangan data (jika ada)
Apabila dalam analisis menggunakan tabel referensi (tabel yang sudah tercantum di bab lain),
harus disebutkan judul bab dan nomor urut tabel tersebut, dan harus dalam satu laporan (tidak
dalam laporan lain).
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 11
5.3. Penyampaian Gambar
Gambar (ilustrasi, photo dan peta) dicantumkan sesuai dengan tema dan ada relevansinya dengan
isi dan mencantumkan:
1. Nomor urut gambar
2. Judul gambar (dilengkapi tahun data)
3. Sumber gambar (dilengkapi tahun)
Khusus peta harus disertakan skala (jika tidak ada skala harus ditulis “tidak ada skala”), legenda
dan koordinat (jika ada), contoh gambar ada pada Lampiran C.
5.4. Penyampaian Daftar Pustaka
Mengacu pada sistematika penulisan baku (Nama. Pengarang. Tahun. Judul. Nama Penerbit.
Nama Kota/Negara.)
Contoh:
Kementerian Lingkungan Hidup. 2000. Buku Pedoman Umum Penyusunan Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah (NKLD) Kabupaten/Kota. KLH. Jakarta.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten X. Tanpa tahun. Laporan Pemantauan Kualitas Udara Kabupaten X Tahun 1999. BPLH Kabupaten X. (Tidak dipublikasikan)
Departemen Kehutanan Republik Indonesia, 2005, Siaran Pers No: S.373/II/PIK-1/2005: Dephut Targetkan Rehabilitasi Mangrove Seluas 1.738.076 Ha Di Seluruh Indonesia, http://www.dephut.go.id/temp/index2.php?lempar=dlsp.php&&idlempar=204&&flag=1,Diakses tanggal 15 Nopember 2007.
DAFTAR PUSTAKA
1. Asdep Urusan Data dan Informasi. 2006. Pedoman Umum Penyusunan Laporan SLHD Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2007. KLH. Jakarta.
2. Asdep Urusan Data dan Informasi. 2005. Pedoman Umum Penyusunan Laporan SLHD Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2006. KLH. Jakarta.
3. Asdep Urusan Data dan Informasi. 2005. Pedoman Basis Data dan Pelaporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Tahun 2006. KLH. Jakarta.
4. KLH. 2000. Buku Pedoman Umum Penyusunan Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah (NKLD) Kabupaten/Kota. KLH. Jakarta.
5. OECD. 1993. A Framework for the State of the Environment Reporting for Asia and Pasific, UNEP Environment Assessment Programme for Asia and Pasific (UNEP/EAP-AP). Nairobi, Kenya.
6. OECD. 2003. OECD Environmental Indicators: Development, Measurement, and Use. Reference Papers, http://www.oecd.org/env/, diakses tanggal 17 Desember 2007.
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 12
LAMPIRAN A:
MODEL STATUS-TEKANAN-RESPON (STATE-PRESSURE-RESPONSE)Sumber: Dimodifikasi dari OECD (2003)
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 13
MODEL STATUS-TEKANAN-RESPON ( STATE-PRESSURE-RESPONSE )
Model State-Pressure-Respon (STR) pada awalnya dikembangkan oleh OECD dalam merumuskan laporan dan kebijakan-kebijakan lingkungan. Model ini mempertimbangkan bahwa kegiatan-kegiatan manusia memberikan tekanan terhadap lingkungan dan mempengaruhi kualitas dan kuantitas sumberdaya alam (“state”); masyarakat merespon perubahan-perubahan yang terjadi melalui kebijakan-kebijakan lingkungan, ekonomi dan sektoral dan melalui perubahan kesadaran dan perilaku (“societal response”)
M odel Status-Tekanan-Respon (SPR) menyoroti hubungan sebab-akibat dari aspek-aspek tersebut, dan membantu para pembuat keputusan serta masyarakat memahami bahwa isu lingkungan, ekonomi dan lainnya saling terkait. Model ini menyediakan cara memilih dan mengorganisasikan indikator-indikator (atau status dari laporan lingkungan) yang bermanfaat bagi pembuat keputusan dan masyarakat, dan untuk memastikan bahwa tidak ada hal penting yang terlewatkan.
Model SPR memiliki kelebihan sebagai salah satu kerangka kerja yang paling mudah untuk dipahami dan digunakan, karena model ini hanya menyatakan keterkaitan yang ada, tanpa melihat apakah ini mempunyai dampak negatif atau positif. Namun, ini tidak berarti mengaburkan hubungan-hubungan yang lebih kompleks di dalam ekosistem, dan interaksi-interaksi antara lingkungan-ekonomi dan lingkungan-sosial (masyarakat).
Tergantung dari tujuan digunakannya model ini, model STR dapat disesuaikan dengan mudah untuk hal-hal yang lebih rinci atau gambaran-gambaran yang lebih spesifik. Sebagai contoh adalah model Driving force-Pressure-State-Impact-Response (DPSIR) atau model Pendorong-Tekanan-Status-Dampak-Respon (PTSDR) yang digunakan oleh EEA.
Tekanan lingkungan menggambarkan tekanan dari kegiatan-kegiatan manusia terhadap lingkungan, termasuk sumberdaya alam. Dalam hal ini “tekanan” mencakup tekanan-tekanan tidak langsung (misalnya: pertumbuhan penduduk atau kebijakan pemerintah tentang pembukaan lahan pertanian) dan tekanan-tekanan langsung (misalnya: pemanfaatan sumberdaya atau pembuangan limbah dan polutan). Indikator-indikator tekanan lingklungan terkait erat dengan pola konsumsi dan produksi yang seringkali merefleksikan intensitas penggunaan sumberdaya dan emisi yang disertai dengan kecenderungan-kecenderungan/tren yang berkaitan dan perubahan-perubahan pada suatu periode tertentu. Indikator-indikator itu dapat digunakan untuk memperlihatkan perkembangan dalam menggabungkan kegiatan ekonomi dari tekanan lingkungan yang terkait, atau dalam pencapaian tujuan nasional dan komitmen internasional (misalnya target pengurangan emisi)
Kondisi-kondisi lingkungan berkaitan dengan kualitas lingkungan serta kualitas dan kuantitas sumberdaya alam. Mereka mencerminkan tujuan akhir dari kebijakan lingkungan. Indikator-indikator kualitas lingkungan dirancang untuk memberikan tinjauan status lingkungan dan perkembangannya sepanjang waktu. Contoh-contoh dari indikator lingkungan adalah: konsentrasi polutan dalam media lingkungan, kualitas lingkungan yang terdegradasi dan akibatnya terhadap kesehatan, status satwa liar dan ekosistem atau cadangan sumberdaya alam. Dalam praktiknya, pengukuran kondisi lingkungan seringkali tidak mudah dan mahal. Oleh karena itu, tekanan lingkungan seringkali menjadi pilihan, tetapi bukan merupakan substitusi.
Respon kemasyarakatan menunjukkan seberapa besar respon masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha terhadap masalah lingkungan. Ini mengacu pada aksi dan reaksi yang dilakukan secara perorangan dan bersama, yang ditujukan untuk: memitigasi, mengadaptasi atau mencegah pengaruh negatif manusia terhadap lingkungan; mencegah atau memulihkan kerusakan lingkungan yang telah terjadi melindungi (preserve) dan mengkonservasi alam dan sumberdaya alam.
Contoh dari indikator kemasyarakatan adalah biaya lingkungan, pajak dan subsidi lingkungan, struktur harga, peluang pasar bagi barang dan jasa yang ramah lingkungan, laju daur ulang limbah, kegiatan penaatan dan penegakan hukum. Dalam pelaksanaannya, indikator sebagian besar mengukur hal-hal yang terkait dengan pengendalian sedangkan yang menunjukan ukuran dan tindakan pencegahan lebih sulit untuk diperoleh.
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 14
CONTOH PENERAPAN MODEL STATUS-TEKANAN-RESPON
MEDIA: AIR
STATUS:KUALITAS AIRBerisi uraian tentang, misalnya: Hasil pemantauan kualitas air, misal: sungai X, (pH, BOD, COD, dll), tahun 2008 dibandingkan dengan baku mutu (PP 82/2001) untuk mengetahu i kondisi air
sungai tercemar atau tidak. Perlu diperhatikan bahwa di kawasan gambut baku mutu pH sulit diterapkan. Hasil pemantauan tahun 2008 dibandingkan dengan hasil pemantauan tahun– tahun sebelumnya (parameter dan lokasi yang sama) untuk mengetahui
kecenderungan perubahan kualitas air (meningkat atau menurun) Dampak perubahan kualitas air terhadap, misalnya, kesehatan penduduk (diare, penyakit kulit, dsb.).
KUA NTITA S/KETERSEDIAAN AIR Berisi uraian tentang, misalnya: Potensi air permukaan (sungai, danau, rawa) dan air tanah. Tingkat curah hujan rata-rata (mm) dan volume air hujan.
TEKANAN: Berisi uraian tentang faktor-faktor penekan terhadap status kualitas/kuantitas air, misalnya:
Jumlah industri di sekitar sungai Jumlah permukiman dan kegiatan lain disekitar bantaran sungai Kebutuhan air (industri, rumah tangga, pariwisata) dll
RESPON: Berisi uraian tentang respon terhadap status dan faktor penekan, misalnya:
Konservasi air antara lain dalam bentuk Peraturan Daerah (Penerapan Ijin Pembuangan Limbah Cair) Pengendalian Pencemaran (Prokasih, Proper): jumlah industri yang dipantau. Gerakan Aksi Masyarakat, dll.
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 15
MEDIA: UDARA
STATUS:KUALITAS UDARA AMBIENBerisi uraian tentang, misalnya: Hasil pemantauan kualitas udara ambien yang dilakukan dengan metode AQMS ataupun non AQMS tahun 2008 dibandingkan dengan baku mutu yang berlaku
(PP 41/1999) untuk mengetahui status kualitas udara ambien (baik, sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat, berbahaya); Hasil pemantauan tahun 2008 dibandingkan dengan hasil pemantauan tahun– tahun sebelumnya (status kualitas udara/parameter dan lokasi yang sama)
untuk mengetahui kecenderungan perubahan kualitas udara ambien (meningkat atau menurun) Dampak perubahan kualitas udara ambien terhadap, misalnya, kesehatan penduduk (penyakit ISPA)
KONDISI ATMOSFERBerisi uraian tentang, misalnya: Konsentrasi gas rumah kaca (emisi CO2, dll)
KONDISI DEPOSISI ASAMBerisi uraian tentang, misalnya: Pemantauan pH rata-rata tahunan dan kandungan komponen kimia air hujan
TEKANAN: Berisi uraian tentang faktor-faktor penekan terhadap status kualitas/kuantitas udara, misalnya: Jumlah kendaraan bermotor Jumlah industri yang potensial mencemari udara Kegiatan Pertambangan, Energi dan Migas
RESPON: Berisi uraian tentang respon terhadap status dan faktor penekan, misalnya: Pengendalian pencemaran dari sumber bergerak dan tidak bergerak (penaatan ambang batas emisi, penggunaan bahan bakar bersih, penataan system
transportasi, relokasi industri, program Proper, dsb.).
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 16
MEDIA: LAHAN DAN HUTAN
STATUS:Berisi uraian tentang, misalnya:Penutupan lahan berhutan: laju deforestasi/persentase luas lahan berhutan dibandingkan dengan luas wilayah,Luas lahan kritis (ha), sebaran dan tingkat kekritisannya (sangat kritis, kritis, agak kritis)Kondisi daerah aliran sungai (jumlah, luas (ha), klasifikasi DAS: super prioritas, prioritas atau prioritas rendah)Perbandingan kondisi penutupan lahan berhutan, lahan kritis dan DAS tahun 2008 dengan tahun-tahun sebelumnya untuk melihat kecenderungan perubahan
status lahan dan hutanDampak: banjir, kabut asap atau kekeringan
TEKANAN: Berisi uraian tentang faktor-faktor penekan terhadap status lahan dan hutan, misalnya: Kebakaran lahan dan hutan: jumlah hot spot dan sebarannya. Penebangan legal/illegal. Luas daerah perambahan hutan (ha). Konversi lahan dan hutan (konversi lahan pertanian ke non pertanian: perubahan penggunaan lahan sawah, perladangan berpindah, luas pelepasan kawasan
hutan menjadi perkebunan, luas areal pertambangan galian mineral dan batubara, Galian C).
RESPON: Berisi uraian tentang respon terhadap status dan faftor penekan, misalnya: Konservasi dan pengendalian kerusakan lahan dan hutan: penetapan lahan pertanian abadi, konservasi lahan pertanian, pengelolaan hutan lestari, jasa
lingkungan. Rehabilitasi lahan dan hutan: Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), Kampanye Indonesia Menanam, Program Menuju Indonesia Hijau
(MIH), Program Bank Pohon, Pemberdayaan Masyarakat pedesaan di sekitar hutan.
Penanganan kasus: pembakaran lahan dan hutan dan penebangan illegal
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 17
MEDIA: PESISIR DAN LAUT
STATUS:Berisi uraian tentang sumberdaya hayati pesisir dan laut, misalnya:Sumberdaya HayatiLuas, distribusi, kondisi terumbu karang (rusak, rusak sedang, baik, sangat baik)Luas, distribusi dan kondisi hutan mangroveLuas, distribusi dan kondisi padang lamunSumberdaya perikanan: jumlah produksi (budidaya perairan (payau dan laut), hasil tangkapan)
TEKANAN: Berisi uraian tentang faktor-faktor penekan terhadap status pesisir dan laut, misalnya: Sedimentasi Pencemaran dari daerah daratan Penambangan pasir laut Perluasan areal pertambakan Jumlah armada perikanan Perkembangan alat tangkap Perkembangan jumlah nelayan
RESPON:Berisi uraian tentang respon terhadap status dan faftor penekan, misalnya: penguatan kelembagaan yang ada di provinsi, kabupaten/kota dalam pengelolaan sumberdaya pesisir laut konservasi dan rehabilitasi hutan mangrove atau terumbu karang pengelolaan kawasan pertambakan pengendalian penambangan pasir laut.
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 18
MEDIA: KEANEKARAGAMAN HAYATI
STATUS:Sumberdaya HayatiBerisi uraian tentang, misalnya:
Kondisi keanekaragaman hayati dalam konteks keragaman ekosistem, spesies, dan gen. Spesies (jumlah, status kelangkan spesies yang dilindungi). Daftar spesies (flora dan fauna) yang dimanfaatkan, khususnya yang langka Penemuan species baru
TEKANAN: Berisi uraian tentang faktor-faktor penekan terhadap status keanekaragaman hayati, misalnya:
Konversi habitat alami Fragmentasi habitat (pengurangan luas atau terbagi menjadi areal-areal yang lebih kecil) Pemanfaatan sumberdaya hayati (secara berlebih) Perburuan dan perdagangan illegal Masuknya jenis asing invasif Tekanan populasi dan kemiskinan penduduk Penegakan hukum yang lemah Bencana alam
RESPON: Berisi uraian tentang respon terhadap status dan faftor penekan, misalnya:
Penguatan kelembagaan yang ada di provinsi, kabupaten/kota dalam pengelolaan keanekaragaman hayati. Konservasi dan rehabilitasi ekosistem penyusunan profil keanekaragaman hayati konservasi in-situ (pengembangan kawasan konservasi) dan eks-situ (kebun raya, penangkaran) pengembangan kemitraan dalam pengelolaan terpadu kawasan konservasi. Pengembangan Ruang terbuka Hijau
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 19
MEDIA: LINGKUNGAN PERMUKIMAN
STATUS:Berisi uraian tentang, misalnya: Pola pertumbuhan dan penyebaran permukiman di wilayah perkotaan Perkembangan kawasan permukiman kumuh Akses penduduk terhadap infrastruktur permukiman (air, energi/listrik, prasarana sanitasi seperti MCK, dsb.). Kondisi RTH. Timbulan sampah dan persoalan sanitasi Produksi limbah B3 daerah perkotaan
TEKANAN: Berisi uraian tentang faktor-faktor penekan terhadap status lingkungan permukiman, misalnya:
Pertumbuhan penduduk Kebutuhan lahan untuk pengembangan permukiman Masuknya B3 domestik (baterai, accu mobil, dsb.)
RESPON: Berisi uraian tentang respon terhadap status dan faftor penekan, misalnya: Penyediaan rumah layak huni dan murah bagi masyarakat berpendapatan rendah. Peningkatan pelayanan dan akses pada air bersih, sanitasi dan energi listrik. Penyusunan perda K3/sampah dan penegakannya. Kebijakan kependudukan. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Pengembangan RTH.
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 20
LAMPIRAN B
PENJELASAN OUTLINE LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUPPROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
Bab I PENDAHULUAN Menyajikan ringkasan seluruh isi laporan
Tujuan penulisan laporan sudah jelas
Isu-isu lingkungan hidup
- Isu lingkungan hidup utama
- Isu lingkungan hidup lainnya
Isu lingkungan hidup utama menguraikan tentang isu-isu lingkungan hidup yang perlu ditangani segera.
Isu lingkungan hidup utama dapat berbeda dan spesifik di tiap provinsi dan kabupaten/kota. Provinsi dan kabupaten/kota diharapkan dapat mengidentifikasi isu-isu lingkungan hidup lokal potensial di wilayahnya yang membutuhkan perhatian lebih besar dan prioritas untuk ditangani oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, dunia usaha dan masyarakat
Isu lingkungan hidup lainnya menyajikan secara ringkas gambaran isu-isu lingkungan hidup yang terjadi pada media air, udara, lahan dan hutan, keanekaragamanhayati, pesisir dan laut dan lingkungan permukiman di provinsi dan kabupaten/kota
Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup
Menguraikan ringkasan tentang kebijakan payung yang telah dilakukan sebagai respon atas permasalahan lingkungan hidup termasuk di dalamnya pendanaan lingkungan hidup.
Agenda pengelolaan lingkungan hidup
Menguraikan ringkasan respon yang akan dan/atau harus dilakukan/diperhatikan di waktu mendatang
Bab II GAMBARAN UMUM
Visi dan Misi provinsi/kabupaten/kota Sudah jelas
Kondisi fisiografi, geografis, geologi, tata ruang, kependudukan dan kesehatan masyarakat.
Uraian diharapkan dapat menyajikan potensi dan risiko wilayah yang bersangkutan
Bab III AIR Membahas status lingkungan, faktor penyebab dan respon yang telah dilakukan pada media air.
Sub-sub dari Bab Air adalah sebagai berikut:
3.1. Kuantitas/Ketersediaan Air Menguraikan kondisi volume air yang tersedia dan distribusinya bagi pemenuhan kebutuhan manusia, kecenderungan perubahannya dan dampak yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut. Uraian terbagi atas:3.1.1. Status3.1.1.1. Air Permukaan3.1.1.1.1. Sungai3.1.1.1.2. Danau/Situ/Embung3.1.1.1.3. Rawa3.1.1.2. Air Tanah3.1.2. TekananMenguraikan faktor-faktor penekan yang menyebabkan secara langsung dan atau tidak langsung perubahan status kuantitas/ketersediaan air.3.1.3. ResponMenguraikan respon kemasyarakatan (pemerintah, masyarakat dan swasta) yang telah dilakukan terhadap status kuantitas/ketersediaan air dan faktor-faktor yang menyebabkannya dalam bentuk kebijakan maupun tindakan nyata.
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 21
3.2. Kualitas Air3.2.1. Status
Menguraikan kondisi kualitas air, kecenderungan perubahannya dan dampak yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut. Uraian terbagi atas:3.2.1.1. Air Permukaan3.2.1.1.1. Sungai3.2.1.1.2. Danau/Situ/Embung3.2.1.1.3. Rawa3.2.1.2. Air Tanah3.2.2. Tekanan
Menguraikan faktor-faktor penekan yang menyebabkan secara langsung dan atau tidak langsung perubahan status kualitas air.3.2.3. ResponMenguraikan respon kemasyarakatan (pemerintah, masyarakat dan swasta) yang telah dilakukan terhadap status kualitas air dan faktor-faktor yang menyebabkannya dalam bentuk kebijakan maupun tindakan nyata.
Bab IV UDARA Membahas status lingkungan, faktor penyebab dan respon yang telah dilakukan pada media udara.
Sub-sub dari Bab Udara adalah sebagai berikut:
4.1 StatusMenguraikan kondisi kualitas udara, kecenderungan perubahannya dan dampak yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut. Uraian terbagi atas:4.1.1 Kualitas udara ambien4.1.1.1 Pemantauan kualitas udara ambien dengan Air Quality Monitoring System (AQMS)4.1.1.2 Pemantuan kualitas udara ambien dengan Non-Air Quality Monitoring System (Non-AQMS)4.1.2 Atmosfer4.1.2.1 Emisi dan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK)4.1.2.2 Variabilitas iklim4.1.2.3 Deposisi asam4.2 TekananMenguraikan faktor-faktor penekan yang menyebabkan secara langsung dan atau tidak langsung perubahan status kualitas udara. Faktor-faktor penyebab terdiri atas sumber bergerak (non-point sources) dan sumber tidak bergerak (point sources)4.3 ResponMenguraikan respon kemasyarakatan (pemerintah, masyarakat dan swasta) yang telah dilakukan terhadap status kualitas udara dan faktor-faktor yang menyebabkannya dalam bentuk kebijakan maupun tindakan nyata.
Bab V LAHAN DAN HUTAN Membahas status lingkungan, faktor penyebab dan respon yang telah dilakukan pada media lahan dan hutan.
Sub-sub dari Bab Lahan dan Hutan adalah sebagai berikut:
5.1 StatusMenguraikan kondisi Lahan dan Hutan, kecenderungan perubahannya dan dampak yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut. Uraian terbagi atas:5.1.1 Status lahan Menguraikan status lahan (sumberdaya lahan non-hutan). Pada kasus tertentu uraian dapat disajikan dalam konteks DAS.5.1.2 Status hutanMenguraikan status kawasan hutan dan tutupan hutan (forest cover) di dalam kawasan hutan.
5.2 TekananMenguraikan faktor-faktor penekan yang menyebabkan secara langsung dan atau tidak langsung perubahan status Lahan dan Hutan.5.3 ResponMenguraikan respon kemasyarakatan (pemerintah, masyarakat dan swasta) yang telah dilakukan terhadap status lahan, hutan dan mineral serta galian, dan faktor-faktor yang menyebabkannya dalam bentuk kebijakan maupun tindakan nyata.
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 22
Bab VI KEANEKARAGAMAN HAYATI Membahas status lingkungan, faktor penyebab dan respon yang telah dilakukan pada aspek keanekaragaman hayati
Sub-sub dari Bab Keanekaragaman Hayati adalah sebagai berikut:
6.1 StatusMenguraikan kondisi keanekaragaman hayati (daratan dan akuatik), kecenderungan perubahannya (termasuk penemuan dan kepunahan spesies) dan dampak yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut. Uraian terbagi atas:6.1.1 Keanekaragaman ekosistem 6.1.2 Keanekaragaman spesies6.1.2.1. Flora6.1.2.2. Fauna6.1.3 Keanekaragaman genetik6.2 Tekanan Menguraikan faktor-faktor penekan yang menyebabkan secara langsung dan atau tidak langsung perubahan status keanekaragaman hayati6.3 ResponMenguraikan respon kemasyarakatan (pemerintah, masyarakat dan swasta) yang telah dilakukan terhadap status keanekaragaman hayati dan faktor-faktor yang menyebabkannya dalam bentuk kebijakan maupun tindakan nyata.
Bab VII PESISIR DAN LAUT (BILA ADA) Membahas status lingkungan, faktor penyebab dan respon yang telah dilakukan pada aspek pesisir dan laut
Sub-sub dari Bab Pesisir dan Laut adalah sebagai berikut:
7.1 Status sumberdaya hayati pesisir dan lautMenguraikan kondisi sumberdaya hayati pesisir dan laut, kecenderungan perubahannya dan dampak yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut. Uraian terbagi atas:7.1.1 Mangrove 7.1.2 Lamun7.1.3 Terumbu karang7.1.4 Perikanan7.1.5 Lainnya (bila ada)7.2 TekananMenguraikan faktor-faktor penekan yang menyebabkan secara langsung dan atau tidak langsung perubahan status sumberdaya hayati pesisir dan laut.7.3 ResponMenguraikan respon kemasyarakatan (pemerintah, masyarakat dan swasta) yang telah dilakukan terhadap status sumberdaya hayati pesisir dan laut dan faktor-faktor yang menyebabkannya dalam bentuk kebijakan maupun tindakan nyata.
Bab VIII LINGKUNGAN PERMUKIMAN Membahas status lingkungan, faktor penyebab dan respon yang telah dilakukan pada aspek lingkungan permukiman
Sub-sub dari Bab lingkungan permukiman adalah sebagai berikut:
8.1 Status lingkungan permukimanMenguraikan kondisi lingkungan permukiman di perkotaan, kecenderungan perubahannya dan dampak yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut. Uraian terbagi atas:8.1.1 Pertumbuhan permukiman8.1.2 RTH8.1.3 Sanitasi lingkungan8.1.4 Akses terhadap infrastruktur permukiman (air bersih, listrik, dsb.).8.1.5 Timbulan sampah8.1.6 Limbah B3 domestik
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 23
8.2 TekananMenguraikan faktor-faktor penekan yang menyebabkan secara langsung dan atau tidak langsung perubahan status lingkungan permukiman.8.3 Respon
Menguraikan respon kemasyarakatan (pemerintah, masyarakat dan swasta) yang telah dilakukan terhadap status lingkungan permukiman dan faktor-faktor yang menyebabkannya dalam bentuk kebijakan maupun tindakan nyata.
Bab IX AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Menguraikan respon yang akan dan/atau harus dilakukan/diperhatikan di waktu mendatang
Catatan :Pengisian atas outline laporan ini disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing, contoh :
1. Provinsi dan Kabupaten/Kota yang tidak memiliki kawasan pesisir dan laut tidak relevan untuk mencantumkan bab ini2. Provinsi dan Kabupaten/Kota yang tidak memiliki peralatan pemantauan kualitas udara AQMS, tidak relevan untuk mencantumkan subbab ini
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008 24
LAMPIRAN C
CONTOH PENYAJIAN GAMBAR(ILUSTRASI, PHOTO DAN PETA)
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008
Grafik
1. Grafik batang untuk data yang dikelompokan atau data yang berlainan (misal kota, kecamatan, bioma, tahun, bulan)
Nomor urut, judul dan tahun gambar
Sumber dan tahun sumber
3. Grafik pie adalah untuk perbandingan atau persentasi (misal % tiap spesies dalam total penangkapan, % total anggaran yang digunakan oleh tiap propinsi, perbandingan penggunaan air untuk tiap sektor ekonomi).
2. Grafik garis adalah untuk data numerik (misal kuantitas, temperatur)
PhotoGambar 4.3 Terumbu Karang di Pulau Badul, Ujung Kulon, 2005
Sumber : Biologi Diving Club, 2005
25
Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota 2008
Peta
Skala peta
26
KUMPULAN DATA SLH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hanya mungkin dapat dicapai dengan
informasi lingkungan yang obyektif, tepat waktu dan dapat diperbandingkan dalam suatu kurun
waktu tertentu. Data dan informasi yang akurat sangat diperlukan di dalam mengidentifikasi
penyebab, dampak maupun pengembangan berbagai skenario kebijakan maupun mobilisasi
sumberdaya secara cepat, tepat dan efektif.
Keakuratan suatu analisis sangat ditentukan oleh tersedianya data yang memadai baik
kualitas maupun kuantitasnya. Dimensi data lingkungan dan sumberdaya alam yang luas dan
kompleks tidak memungkinkan penyediaannya hanya mengandalkan pada satu sumber data saja
akan tetapi akan melibatkan berbagai sumber data dan informasi yang luas. Data pengukuran
umumnya adalah hasil pemantauan, misalnya pemantauan kualitas air sungai, kualitas udara dan
kualitas limbah industri. Sedangkan data pencacahan merupakan hasil survei yang dilakukan oleh
instansi terkait, misalnya BPS, BPN, Kehutanan dan instansi sektoral lainnya. Mekanisme yang
selayaknya dikembangkan adalah mekanisme pertukaran data antara instansi ingkungan dengan
instansi sektoral lainnya.
Disusunnya panduan penyusunan kumpulan data ini dimaksudkan agar penataan data akan
lebih baik dan terkoordinasikan. Dengan diisinya data secara lengkap dan baik akan membantu
daerah dalam melakukan analisis untuk pengambilan keputusan yang strategis khususnya dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
I. PROSES PENGUMPULAN DATA SLH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
Pengumpulan Data SLH dilakukan oleh tim penyusun melalui beberapa tahapan berikut :
1. Pengadaan Data : dengan cara mengumpulkan data primer dan atau mengumpulkan data
sekunder di lapangan ataupun mengumpulkan dari berbagai stakeholder
2. Pemilahan Data : data yang diperoleh dipilah sesuai dengan media lingkungan
3. Verifikasi Data : terhadap data yang telah dipilah dan ditetapkan perlu dilakukan verifikasi
kembali sebelum dimasukkan ke dalam format yang telah ditentukan
Format tabel yang disampaikan bertujuan untuk :
1. Memperoleh bentuk/format tabel data dasar yang sama untuk semua daerah
2. Memberikan kemudahan kepada pemakai data dalam melakukan studi perbandingan antar
daerah
3. Dapat dibentuk data gabungan pada tingkat nasional
Sebagai data atau tabel tambahan, masing-masing daerah dapat menyajikan tabel dengan format
yang lain sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan data daerah. Tabel tambahan ini juga harus
dibuat dengan memakai lembar kerja MS Excel.
II. SISTEMATIKA PENYUSUNAN KUMPULAN DATA
OUTLINE KUMPULAN DATA
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Peta (Jika ada)
Bab I AIR
Bab II UDARA
Bab III LAHAN DAN HUTAN
Bab IV KEANEKARAGAMAN HAYATI
Bab V PESISIR DAN LAUT
Bab VI LINGKUNGAN PERMUKIMAN
Bab VII KELEMBAGAAN
LAMPIRAN
Catatan:
Penjelasan Outline Kumpulan Data SLH Provinsi dan Kabupaten/Kota disajikan dalam Lampiran A.
III. FORMAT PELAPORAN
3.1. Bentuk Fisik
Bentuk fisik buku Kumpulan Data SLH mengikuti aturan format seperti pada buku Laporan SLH.
3.2. Penyampaian Tabel dan Data
Seperti pada buku Laporan SLH, format tabel untuk buku Kumpulan Data SLH adalah sama, tetapi
pada buku ini tabel-tabel disampaikan dengan mengacu pada urutan nomor yang sudah ditentukan.
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan mampu menyampaikan data wajib (parameter
yang diberi bintang) dan data lingkungan hidup lainnya yang masih berhubungan dapat disampaikan
sebagai data tambahan.
Data lingkungan hidup yang sudah dikumpulkan dan dikelompokkan berdasarkan media lingkungan
masing-masing, disampaikan dalam tabel sesuai format yang tersaji pada Lampiran B.
LAMPIRAN A
PENJELASAN OUTLINE KUMPULAN DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUPPROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
1. BAB AIR1.1. Kuantitas/Ketersediaan Air
1.1.1. Status1.1.1.1. Air Permukaan
1.1.1.1.1. Sungai1.1.1.1.1.1. Volume sungai
Minimal data yang disampaikan Nama Sungai, Panjang sungai, Kedalaman, Lebar, Volume
Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia
Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 1.1 Lampiran B Tabel tersebut merupakan tabel yang mempunyai parameter minimal.
Untuk mengakomodasi bagi pemerintah daerah yang mempunyai data selain data diatas tabel tersebut bisa dikembangkan.
1.1.1.1.1.2. Debit sungai Minimal data yang disampaikan Nama Sungai, debit saat kemarau,
debit saat hujan Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 1.2 Lampiran B Tabel tersebut merupakan tabel yang mempunyai parameter minimal.
Untuk mengakomodasi bagi pemerintah daerah yang mempunyai data selain data diatas tabel tersebut bisa dikembangkan (misalnya ditambahkan debit bulanan).
1.1.1.1.2. Danau/Waduk/Situ/Embung Minimal data yang disampaikan Nama Danau/ Waduk/ Situ/ Embung
dan luasannya Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan, atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 1.3 Lampiran B Tabel tersebut merupakan tabel yang mempunyai parameter minimal.
Untuk mengakomodasi bagi pemerintah daerah yang mempunyai data selain data diatas tabel tersebut bisa dikembangkan (misalnya ditambahkan volume danau/waduk/situ/embung).
1.1.1.1.3. Rawa Minimal data yang disampaikan Nama rawa dan luasannya Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan, atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 1.4 Lampiran B Tabel tersebut merupakan tabel yang mempunyai parameter minimal.
Untuk mengakomodasi bagi pemerintah daerah yang mempunyai data selain data diatas tabel tersebut bisa dikembangkan (misalnya ditambahkan volume rawa).
1.1.1.2. Air Tanah Minimal data yang disampaikan Nama lokasi, volume dan atau debit Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan, atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 1.5 Lampiran B
Tabel tersebut merupakan tabel yang mempunyai parameter minimal. Untuk mengakomodasi bagi pemerintah daerah yang mempunyai data selain data diatas tabel tersebut bisa dikembangkan (misalnya ditambahkan volume rawa).
1.1.2. TekananTekanan berupa hal-hal yang mengurangi jumlah pasokan air atau jumlah / peningkatan penggunaan air, tidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya.
1.1.3. ResponBerupa respon dalam bentuk kebijakan maupun tindakan nyata dari (pemerintah, masyarakat dan swasta) yang telah dilakukan terhadap status kuantitas/ketersediaan air dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Tidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya.
1.2. Kualitas Air1.2.1. Status
1.2.1.1. Air Permukaan1.2.1.1.1. Sungai
Minimal data yang disampaikan Nama Sungai, Lokasi Pemantauan, Koordinat Lokasi, Waktu Sampling, Musim, Temperatur, Residu Terlarut, Residu Tersuspensi, pH, BOD, COD, DO, Fecal Coliform, Total Coliform
Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia
Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 1.6 Lampiran B Tabel tersebut merupakan tabel yang mempunyai parameter yang
lengkap untuk mengakomodasi bagi pemerintah daerah yang mempunyai data selain parameter wajib.
1.2.1.1.2. Danau/Waduk/Situ/Embung Minimal data yang disampaikan Nama Sungai, Lokasi Pemantauan,
Koordinat Lokasi, Waktu Sampling, Musim, Temperatur, Residu Terlarut, Residu Tersuspensi, pH, BOD, COD, DO, Fecal Coliform, Total Coliform
Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia
Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 1.7 Lampiran B Tabel tersebut merupakan tabel yang mempunyai parameter yang
lengkap untuk mengakomodasi bagi pemerintah daerah yang mempunyai data selain parameter wajib.
1.2.1.1.3. RawaTidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya
1.2.1.2. Air Tanah Minimal data yang disampaikan Nama Sungai, Lokasi Pemantauan,
Koordinat Lokasi, Waktu Sampling, Musim, Temperatur, Residu Terlarut, Residu Tersuspensi, pH, BOD, COD, DO, Fecal Coliform, Total Coliform
Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia
Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 1.8 Lampiran B Tabel tersebut merupakan tabel yang mempunyai parameter yang
lengkap untuk mengakomodasi bagi pemerintah daerah yang mempunyai data selain parameter wajib.
1.2.2. TekananTekanan berupa hal-hal yang mengurangi kualitas air, tidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya.
1.2.3. ResponBerupa respon dalam bentuk kebijakan maupun tindakan nyata dari (pemerintah, masyarakat dan swasta) yang telah dilakukan terhadap status kualitas air dan
faktor-faktor yang menyebabkannya. Tidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya.
2. BAB UDARA2.1. Status
2.1.1. Kualitas Udara Ambien2.1.1.1. Kualitas Udara Ambien dengan Air Quality Monitoring System (AQMS)
Bagi daerah yang telah dilengkapi dan memfungsikan peralatan AQMS (air quality monitoring system) area, lokasi pemantauan dan parameter pemantauan telah ditentukan
2.1.1.2. Kualitas Udara Ambien dengan Non-Air Quality Monitoring System (Non - AQMS)
Minimal data yang disampaikan PM10, SO2, CO, dan NO2 untuk area industri dan TPA. Minimal PM10, CO, dan Pb di daerah keramaian
Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia
Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 2.1 Lampiran B Tabel tersebut merupakan tabel yang mempunyai parameter yang
lengkap untuk mengakomodasi bagi pemerintah daerah yang mempunyai data selain parameter wajib.
2.1.2. Atmosfer2.1.2.1. Emisi dan Konsentrasi Gas Rumah Kaca
Tidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya
2.1.2.2. Variabilitas IklimTidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya
2.1.2.3. Deposisi AsamTidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya
2.2. Tekanan2.2.1. Pembakaran Bergerak
Untuk pembakaran bergerak bisa dipilih salah satu dari dua pendekatan penyajian data tekanan dibawah : 2.2.1.1.) Jumlah Kendaraan Bermotor dan Bahan Bakarnya atau 2.2.1.2.) Jumlah SPBU dan Penjualan Bahan Bakar
2.2.1.1. Jumlah Kendaraan Bermotor dan Bahan Bakarnya Minimal data yang disampaikan jenis dan jumlah kendaraan serta jenis
bahan bakar. Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 2.2 Lampiran B Tabel tersebut merupakan tabel yang mempunyai parameter minimal.
Untuk mengakomodasi bagi pemerintah daerah yang mempunyai data selain data diatas tabel tersebut bisa dikembangkan.
2.2.1.2. Jumlah SPBU dan Penjualan Bahan Bakar Minimal data yang disampaikan jenis dan jumlah kendaraan serta jenis
bahan bakar. Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 2.3 Lampiran B Tabel tersebut merupakan tabel yang mempunyai parameter minimal.
Untuk mengakomodasi bagi pemerintah daerah yang mempunyai data selain data diatas tabel tersebut bisa dikembangkan.
2.2.2. Pembakaran Tak Bergerak2.2.2.1. Jenis dan Jumlah Industri, Kapasitas Produksi dan Satuannya
Minimal data yang disampaikan jenis dan jumlah industri, kapasitas produksi dan satuannya.
Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 2.4 Lampiran B Tabel tersebut merupakan tabel yang mempunyai parameter minimal.
Untuk mengakomodasi bagi pemerintah daerah yang mempunyai data selain data diatas tabel tersebut bisa dikembangkan.
2.2.2.2. Jumlah Penggunaan Energi Bagi Rumah Tangga Minimal data yang disampaikan jumlah penggunaan energi per jenis
energi. Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia. Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 2.5 Lampiran B Tabel tersebut merupakan tabel yang mempunyai parameter minimal.
Untuk mengakomodasi bagi pemerintah daerah yang mempunyai data selain data diatas tabel tersebut bisa dikembangkan.
2.3. ResponBerupa respon dalam bentuk kebijakan maupun tindakan nyata dari (pemerintah, masyarakat dan swasta) yang telah dilakukan terhadap status kualitas udara dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Tidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya.
3. BAB LAHAN DAN HUTAN3.1. Status
3.1.1. Lahan3.1.1.1. Penutupan Lahan pada Kawasan Non Hutan
Minimal data yang disampaikan luas penutupan lahan dengan klasifikasi penutupan sesuai dengan data Program Menuju Indonesia Hijau (MIH).
Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 3.1 Lampiran B
3.1.1.2. Luas Lahan Kritis
Minimal data yang disampaikan luas lahan kritis pada Daerah Aliran Sungai.
Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 3.2 Lampiran B Tabel tersebut merupakan tabel yang mempunyai parameter minimal.
Untuk mengakomodasi bagi pemerintah daerah yang mempunyai data selain data diatas tabel tersebut bisa dikembangkan.
3.1.2. Hutan3.1.2.1. Luas Hutan
Minimal data yang disampaikan dilihat pada Tabel 3.3 Lampiran B Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
3.1.2.2. Luas Pengusahaan Hutan
Minimal data yang disampaikan dilihat pada Tabel 3.4 Lampiran B Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
3.1.2.3. Luas Konversi Hutan Minimal data yang disampaikan adalah total luas kawasan hutan
produksi konversi yang telah diberi Ijin Konversi oleh Departemen Kehutanan pada tahun 2007.
Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
Contoh pentabelan bisa dilihat pada Tabel 3.5 Lampiran B Tabel tersebut merupakan tabel yang mempunyai parameter yang
lengkap untuk mengakomodasi bagi pemerintah daerah yang mempunyai data selain parameter wajib.
3.2. Tekanan3.2.1.1. Lahan
Tekanan terhadap lahan berupa hal-hal yang menyebabkan secara langsung atau tidak langsung status lahan, tidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya.
3.2.1.2. Hutan3.2.1.2.1. Luas Kerusakan Hutan
Minimal data yang disampaikan dilihat pada Tabel 3.6 Lampiran B Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
3.2.1.2.2. Tekanan Terhadap Hutan yang lain Tekanan terhadap lahan berupa hal-hal yang menyebabkan secara langsung atau tidak langsung status hutan, tidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya.
3.3. Respon3.3.1.1. Lahan
Berupa respon dalam bentuk kebijakan maupun tindakan nyata dari (pemerintah, masyarakat dan swasta) yang telah dilakukan terhadap status lahan dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Tidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya.
3.3.1.2. Hutan3.3.1.2.1. Reboisasi
Minimal data yang disampaikan dilihat pada Tabel 3.7 Lampiran B Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
3.3.1.2.2. Penghijauan Minimal data yang disampaikan dilihat pada Tabel 3.8 Lampiran B Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
4. BAB KEANEKARAGAMAN HAYATI4.1. Status
4.1.1. Keanekaragaman ekosistemMenyampaikan luasan, status dan kondisi area/ekosistem terkait keanekaragaman hayati. Tidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya
4.1.2. Keanekaragaman spesies dan genetik4.1.2.1. Daratan
4.1.2.1.1. Tumbuhan Minimal data yang disampaikan dilihat pada Tabel 4.1 Lampiran B Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
4.1.2.1.2. Satwa Minimal data yang disampaikan dilihat pada Tabel 4.2 Lampiran B Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
4.1.2.2. Perairan4.1.2.2.1. Tumbuhan
Minimal data yang disampaikan dilihat pada Tabel 4.3 Lampiran B Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
4.1.2.2.2. Satwa Minimal data yang disampaikan dilihat pada Tabel 4.4 Lampiran B Jika tidak terdapat data karena tidak melakukan pemantauan atau tidak
terdapat sumber data lain harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
4.2. TekananTekanan berupa hal-hal yang menekan secara langsung maupun tidak langsung status keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman hayati dan keanekaragaman genetik, tidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya.
4.3. ResponBerupa respon dalam bentuk kebijakan maupun tindakan nyata dari (pemerintah, masyarakat dan swasta) yang telah dilakukan terhadap status keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman hayati dan keanekaragaman genetik dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Tidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya.
5. PESISIR DAN LAUT (BILA ADA)
5.1 Status sumberdaya hayati pesisir dan laut 5.1.1 Mangrove
Minimal data yang disampaikan adalah Tutupan dan kerapatan mangrove (Tabel 5.1 Lampiran B)
Jika tidak terdapat data harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
5.1.2. Lamun Minimal data yang disampaikan adalah Persentase kerusakan padang lamun
(Tabel 5.2 Lampiran B) Jika tidak terdapat data harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
5.1.3. Terumbu karang Minimal data yang disampaikan adalah Luas tutupan terumbu karang (Tabel
5.3 Lampiran B) Jika tidak terdapat data harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
5.1.4 Perikanan Minimal data yang disampaikan adalah Sumberdaya perikanan: jumlah
produksi (budidaya perairan (payau dan laut), hasil tangkapan). Format data disesuaikan dengan kondisi di masing-masing propinsi, Kabupaten/ Kota.
Jika tidak terdapat data harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
5.1.5 Data Pendukung lainnya disesuaikan dengan pemantauan prioritas di daerah
5.2 Tekanan
Minimal data yang disampaikan adalah a. data kependudukan di laut dan pesisir (Tabel 5.4 Lampiran B)b. Data pendukung lainnya seperti Sedimentasi, Pencemaran dari daerah daratan,
Penambangan pasir laut, Perluasan areal pertambakan, Jumlah armada perikanan, Perkembangan alat tangkap, Perkembangan jumlah nelayan. Format data disesuaikan dengan kondisi di masing-masing propinsi, Kabupaten/ Kota.
Jika tidak terdapat data harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
5.3 ResponMenguraikan respon kemasyarakatan seperti penguatan kelembagaan yang ada di provinsi, kabupaten/kota dalam pengelolaan sumberdaya pesisir laut, konservasi dan rehabilitasi hutan mangrove atau terumbu karang, pengelolaan kawasan pertambakan, pengendalian penambangan pasir laut.
6. LINGKUNGAN PERMUKIMANPada BAB akan ditekankan pada data-data lingkungan permukiman di kawasan perkotaan atau ibukota kabupaten/ Kota
6.1.Status Lingkungan Permukiman
6.1.1. Pertumbuhan permukiman
Minimal data yang disampaikan adalah a.Pola pertumbuhan dan penyebaran permukiman di wilayah perkotaan (informasi dapat
diperoleh dariProgram Menuju Indonesia Hijau, KLH dan Peta Rencana Tata Ruang propinsi, kabupaten/ kota)
b.Banyaknya rumah tangga bertempat tinggal di bantaran/ tepi sungai (Tabel 6.1 Lampiran B)
c.Banyak Desa yang Tinggal di bawah Jaringan Listrik Tegangan Tinggi dan Permukiman Kumuh (Tabel 6.2 Lampiran B)
Jika tidak terdapat data harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
6.1.2. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Minimal data yang disampaikan adalah kondisi RTH yang mencakup lokasi dan luas RTH
(Tabel 6.3 Lampiran B) Jika tidak terdapat data harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
6.1.3. Sanitasi lingkungan Minimal data yang disampaikan adalah Banyaknya rumah tangga tanpa septik tank (Tabel
6.4 Lampiran B) Banyaknya penderita penyakit (Tabel 6.5 Lampiran B) Jika tidak terdapat data harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
6.1.4. Akses terhadap infrastruktur permukiman
Minimal data yang disampaikan adalah :a. distribusi air bersih PDAM menurut jenis pelanggan (Tabel 6.6 Lampiran B)b. Jumlah Rumah Tangga Pelanggan Listrik (Tabel 6.7 Lampiran B) c. data pendukung lainnya.
Jika tidak terdapat data harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
6.1.5. Timbulan sampah Minimal data yang disampaikan adalah :
a. Data Pengelolaan Sampah (Tabel 6.8 Lampiran B)b. Data rata-rata timbunan Sampah dengan format seperti terlihat pada Tabel 6.9
Lampiran Bc. Data-data persoalan sanitasi (apabila permasalahan pengelolaan sampah berdampak
pada persoalan sanitasi) Jika tidak terdapat data harap disampaikan bahwa data tidak tersedia.
6.1.6. Limbah B3 Perkotaan
Minimal data yang disampaikan adalah timbulan limbah B3 daerah perkotaan (misalnya limbah rumah sakit, oli bekas, aki bekas, dll.). Format data disesuaikan dengan kondisi di masing-masing provinsi, Kabupaten/ Kota.
6.2.Tekanan
Minimal data yang disampaikan adalah :a. Jumlah dan kepadatan penduduk (Tabel 6.10 Lampiran B)b. Kebutuhan lahan untuk pengembangan permukiman (bersumber dari Rencana Tata
Ruang Wilayah)
6.3.Respon
Menguraikan respon kemasyarakatan (pemerintah, masyarakat dan swasta) yang telah dilakukan terhadap status lingkungan permukiman dan faktor-faktor yang menyebabkannya dalam bentuk kebijakan maupun tindakan nyata.
7. KELEMBAGAANPada kumpulan data ini ditekankan pada data mengenai kelembagaan lingkungan di Provinsi dan
Kabupaten/Kota, seperti data produk hukum terkait pengelolaan lingkungan hidup (Tabel 7.1
Lampiran B), anggaran pengelolaan lingkungan hidup (Tabel 7.2 Lampiran B), jumlah personil
menurut pendidikan (Tabel 7.3 Lampiran B) dan data pendukung lainnya.