143

Click here to load reader

Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan MedikKementerian Kesehatan RI

Tahun 2010

Page 2: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit
Page 3: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

A. Latar Belakang

Flu burung (Avian Influenza) merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 .

Pada umumnya menyerang unggas (burung dan ayam ).

Page 4: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Virus H5N1Virus H5N1

Perubahan

genetik

Perubahan

genetik

Mutasi genetikMutasi genetik

Re-assortmentRe-assortment

Subtipe Virus baruSubtipe

Virus baru

PANDEMIPANDEMI

Page 5: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Pada abad 20 telah terjadi tiga kali pandemi :

1.Spanish flu (1918) disebabkan Influenza A (H1N1)

2.Asian flu (1957) disebabkan Influenza A (H2N2)

3.Hongkong flu disebabkan Influenza (H3N3)

Page 6: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Flu burung pertama kali ditemukan pada manusia di Hongkong pada tahun 1997.

Data Flu Burung dunia menyatakan ada 422 kasus, 282 meninggal dunia (WHO,Desember 2009)

Indonesia terdapat 162 kasus terkontaminasi, 134 orang diantaranya meninggal dunia ( Kemenkes RI Desember 2007)

Page 7: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Indonesia pertama kali terserang Flu Burung pada tahun 2005.

Menempati urutan teratas kasus FB (H5N1) didunia.

Jumlah Kasus sebanyak 162 angka kematian 82,71%

Page 8: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

FASE III INFLUENZA PANDEMIFASE III INFLUENZA PANDEMI

H5N1 DI INDONESIAH5N1 DI INDONESIA

•Infeksi terjadi dari unggas ke manusia.•Penularan dari manusia ke manusia tidak ada atau,•Penularan yang sangat terbatas hanya pada kontak erat

•Infeksi terjadi dari unggas ke manusia.•Penularan dari manusia ke manusia tidak ada atau,•Penularan yang sangat terbatas hanya pada kontak erat

Page 9: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

B. TUJUAN

Tujuan UmumTujuan Umum

Sebagai acuan tatalaksana flu burung di rumah sakit dalam rangka meminimalkan kesakitan, kematian, dan penyebarannya

Page 10: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

TUJUAN KHUSUSTUJUAN KHUSUS

Memberi informasi tentang flu burung dan penularannya

Memberi petunjuk penegakan diagnostik.

Memberi petunjuk pengobatan dan perawatannya.

Memberi petunjuk pencegahan dan pengendalian infeksi

Memberi petunjul mengenai pemulangan pasien flu burung

Memberi petunjuk tatacara pemulasaraan jenazah pasien flu burung

Memberi petunjuk tentang profilaksis bagi petugas kesehatan

Page 11: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

C. Ruang Lingkup

Pelayanan di Rumah Sakit

RUJUKANRUJUKAN NON RUJUKAN

NON RUJUKAN

Page 12: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit
Page 13: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

A. EpidemologiWHO 2005-2009 162 kasus flu burung dengan

jumlah kematian 134 orang.

Berada di 7 Provinsi (Jan- Des 2009) Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Page 14: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

B. EtiologiMerupakan anggota Orthomyxoviridae

Terdapat 2 glikoprotein :

- Hemaglutinin (H) terdiri dari H1 sampai H16

- Neuroaminidase (N) terdiri dari N1 sampai N9

Terdiri dari 3 tipe :

- Tipe A

- Tipe B

- Tipe C

Page 15: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Sifat Virus Influenza A subtipe Flu Burung (H5N1) memiliki sifat :

Dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22C dan 30 hari pada suhu 0C.

Dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas sakit, mati pada pemanasan 60C selama 30menit, 56C selama 3 jam, 80C selama 1 menit.

Mati dengan deterjen,disinfektan.

Page 16: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

C. Transmisii. Sumber Penularan :

- Binatang

- Lingkungan

- Manusia

- Makanan

Page 17: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

ii. Cara penularan

- Melalui percikan (batuk/bersin)

- Melalui kontak (langsung atau tidak

langsung )

- Melalui udara

Page 18: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

iii. Masa inkubasi dan Masa infeksius

-Masa inkubasi 3 hari (1-7 hari)

-Masa infeksius 1 hari sebelum dan 3-5 hari setelah gejala timbul. Pada anak dapat sampai 21 hari.

Page 19: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

iv. Faktor Resiko

- Kontak erat ( dalam jarak 1 meter)

- Kontak langsung

- Mengkonsumsi produk unggas mentah/ tidak

dimasak dengan sempurna

- Adanya kontak erat dengan binatang lain

yang terinfeksi

- Memegang/menangani sample hewan yang

terinfeksi

Page 20: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

D. Patogenesis dan patofisiologi pneumonia virus

Kerusakan paru yang berat

gangguan fungsi paru dan organ tubuh yang berat menyebabkan ARDS

berlanjut menjadi gagal organ multiple

Kematian

Page 21: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

E. Gejala KlinisDemam ≥ 38CBatuk dan nyeri tenggorokGejala lainnya :

Pilek, sakit kepala, nyeri otot, infeksi selaput mata, diare atau gangguan saluran cerna.

Page 22: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Derajat Penyakit :

Derajat 1 : Pasien tanpa pnemonia

Derajat II : Pasien dengan pnemonia tanpa gagal

nafas.

Derajat III : Pasien dengan pnemonia dan gagal

nafas

Derajat iv : Pasien dengan pnemonia atau ARDS

atau dengan kegagalan organ ganda

Page 23: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

F. Diagnosis sesuai kriteria WHOi. Definisi Kasus

Ditetapkan 4 Kriteria : Seseorang dalam investigasi Kasus suspek Kasus Probabel Kasus terkonfirmasi

Page 24: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

1. Seseorang dalam investigasi :

Merupakan yang terkait kemungkinan infeksi flu burung.

Dilakukan apabila ada kontak erat dalam waktu ≤ 7 hari dengan unggas yang mati diduga /terbukti Flu Burung.

Kegiatan berupa Surveilans.

Page 25: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

2. Kasus Suspek Flu Burung

Seseorang yang menderita demam ≥38°c disertai gejala:

Batuk Pilek Sakit tenggorokan Sesak nafas

Page 26: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Kasus suspek H5N1 dibagi 2 bagian :a. Seseorang dengan demam ≥38°C dan ILI :

- Kontak erat

- Terpajan

- Mengkonsumsi produk unggas mentah/dimasak

tidak sempurna

- Kontak erat dengan binatang lain yang terpapar

Page 27: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

b. Seseorang dengan demam ≥ 38°C dan ILI dan disertai keadaan Leukopeni dan tampak gambaran pnemonia pada foto thorax.

Disertai gejala dari tipe a sebelumnya ditambah dengan ditemukannya titer AB terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI

Page 28: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

3. Kasus Probabel

a. Ditemukan titer AB H5 pada masa akut dan

konvalesen minimum 4x, dengan pmenggunakan

uji HI dari eritrosit kuda atau ELISA

b. Hasil lab terbatas untuk influenza H5

menggunakan uji netralisasi

Atau

Seseorang yang meninggal karena ISPA yang tdk

dapat dijelaskan penyebabnya

Page 29: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

4. Kasus H5N1 terkonfirmasi

Seseorang yang memenuhi kriteria suspek atau probabel disertai :

- Hasil PCR H5 positif

- Peningkatan ≥4x titer AB netralisasi untuk H5N1

dari spesimen onvalesen dibandingkan spesimen

akut

- Isolasi virus H5N1

- Titer AB mikronetralisasi H5N1 ≥ 1/80yang

diambil pd hari -14 ditambah hasil positif dari

pemeriksaan serologis lainnya

Page 30: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

ii. Langkah Diagnostik Diagnostik Banding

- Pnemonia oleh karne virus lain

- Demam berdarah

- Demam Tyfoid

- HIV dengan infeksi

- Leptospirosis

- TB

Page 31: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Pemeriksaan PenunjangA. Pemeriksaan Lab non Spesifik

a. Pemeriksaan Hematologi ( Hb,Ht,Leukosit,

Trombosit, Limfosit Total)

b. Pemeriksaan Kimia Darah

Albumin, Globulin, SGPT, SGOT, Ureum

Kreatinin, C Reaktif Protein.

Page 32: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

B. Pemeriksaan Lab Spesifik1. Uji RT-PCR

2. Peningkatan ≥ 4x titer AB netralisasi untuk H5N1 dari spesimen onvalesen dibandingkan spesimen akut

3. Titer AB mikronetralisasi H5N1 ≥ 1/80yang diambil pd hari -14 ditambah hasil positif dari pemeriksaan serologis lainnya

4. Isolasi Virus H5N1

Page 33: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Pemeriksaan Radiologisa. Foto Thoraks PA dan Lateral yang harus

dilakukan pada :- Ruang Gawat Darurat pada saat masuk- Pada kondisi tertentu seperti setelah pemasangan ETT- Sebelum pasien dipulangkan- Pada saat kontrol

Page 34: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Gambaran Radiologis Fase awal foto thoraks dapat terlihat normalFase lanjut : Ground glass opacity, konsolidasi

homogen atau heterogen pada paru unilateral atau bilateral

Biasanya lokasi sering di Lapang Bawah Paru

Diagnosis Banding :

Edema paru, TB, Pnemonia lainnya

Page 35: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

b. Pemeriksaan CT SCAN toraks dilakukan jika

pasien dengan gejala klinis flu burung(H5N1) tapi hasil foto thoraks normal

Page 36: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit
Page 37: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Tatalaksana di poliklinikMelakukan anamnesis gejala

kemungkinan terdapat dalam kelompok beresiko tinggi

dikirim ke ruang triase flu burung (H5N1)

Dievaluasi lebih lanjut oleh tim Flu Burung (H5N1)

Page 38: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Tatalaksana di IGDBila ada informasi rujukan pasien suspek flu burung dari rumah

sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, maka langkah yang ditempuh :

1. Dokter yang merujuk berkonsultasi dengan dokter jaga IGD RS rujukan2. Dokter jaga IGD RS rujukan berkonsultasi dengan tim Flu burung Rs

Rujukan3. Dokter tim flu burung RS rujukan berkomunikasi dgn dokter yg akan

meujuk mengenai gejala flu burung, nilai leukosit dan gambaran foto thoraks

4. Pasien suspek flu burung segera dikirim ke RS rujukan terdekat bila layak transport

5. Pasien tanpa rujukan lakukan anamnesa dan pemeriksaan di tempat terpisah/ triase khusus flu burung. Bila suspek maka dikirim ke ruang isolasi flu burung

6. Pasien anak yang didampingi orang tuanya maka orangtuanya harus tetap memakai alat pelindung diri (APD)

Page 39: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Tatalaksana di ruang isolasi

Page 40: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Kriteria Masuk ICU

Page 41: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Terapi ANTIVIRALPengobatan Profilaksis

• Antiviral harus diberikan secepat mungkin begitu pasien didiagnosis suspek flu burung

• Obat bekerja sebagai neuramidase seperti oseltamivir dan zanamivir

• Bekerja menghambat M2 protein : Amantadin (tidak dipakai) dan Rimantadin

• Penggunaan oseltamivir pd wanita hamil diberikan pada awal pengobatan sambil memantau sampai melahirkan

• Zanamivir efektif untuk influensa musiman dapat diberikan pada bayi dibawah satu tahun dan dapat diberikan pd wanita hamil dan menyusui

• Dosis oseltamivir: dewasa >40kg : 75mg 2x/hari> 23-40 kg : 60 mg 2x/hari> 15-23 kg : 45 mg 2x/hari< 15 kg : 30 mg 2x/harianak > 1tahun : 2mg/kgBB, 2x/hari selama

5hari

Oseltamivir tidak boleh diberikan pada org yg belum terpajan atau terpajan > 7hari.Kelompok resiko tinggi yg mendapat profilaksis :

Petugas kesehatan yg kontak erat dengan pasien.

Anggota keluarga yg kontak erat dengan pasien konfirmasi terinfeksi H5N1

Dosis profilaksis yg diberikan :1 x 75mg selama 7-10 hari dari pajanan terakhirpenggunaan profilaksis jangka panjang dapat diberikan maksimal hingga 6-8minggu

Page 42: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit
Page 43: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Tatalaksana klinis flu burung (H5N1) pra RS rujukanPasien sesuai kriteria suspek flu burung langsung diberikan oseltamivir peroral, lalu dirujuk ke RS rujukan terdekat

Pasien datangPasien datang

PUSKESMASPUSKESMAS RS Non RujukanRS Non Rujukan RS RujukanRS Rujukan

Poli / IGDPoli / IGD POLI/IGD/isolasi

POLI/IGD/isolasi

RawatRawat Kamar jenazahKamar jenazah

ICU Flu burungICU Flu burung

Page 44: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

RUJUKAN PASIEN• RS atau Puskesmas yang merujuk harus

menyampaikan informasi kepada RS Rujukan :– Riwayat kontak dengan unggas : ada atau tidak– Keadaan umum– Kesadaran– Tanda vital (suhu,Frek Nadi, Tek.Darah, Frek Nafas)– Pemeriksaan Fisik (dari kepala hingga kaki)– Sudah mendapat oseltamivir atau belum

• Disarankan dilengkapi dengan :– Pemeriksaan pulse oxymetri – Pemeriksaan ro.Thorak PA/lateral– Pemeriksaan leukosit < 5000 m3/LPB atau > 5000

m3/LPB

Page 45: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Prosedur Merujuk

Dokter pengirim memberikan penjelasan kepd keluarga ttg keadaan penyakit pasien

Bila pasien blm mendapat oseltamivir sblm dirujuk, diberikan oseltamivir dlm jumlah cukup sampai ke RS rujukan

Pasien menandatangani Informed Consent utk bersedia mengikuti segala prosedur penanganan medis flu burung. Lembar informed consent ditandatangani jg oleh dokter, keluarga, petugas

Pasien diberi masker bedah 2 lapis dan bila hrs memakai oksigen maka masker dibuka dan diberikan 02 selama perjalanan

Petugas menggunakan masker bedah 2 lapis dan sarung tangan

Seluruh dokumen medik pasien disertakan pada saat pengiriman (foto rontgen, hasil laboratorium)

Untuk pasien bayi dan anak harus ada yang mengantar (keluarga)

Page 46: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Pasien Datang Sendiri Pasien datang ke poliklinik RS (rujukan/non rujukan)

Petugas pendaftaran (dibekali area mapping Flu burung) Mendata area tempat tinggal pasien Bila terdapat keluhan demam kurang dari 7 hari, batuk, pilek,

sakit kepala pasien lgsg dikirm ke IGD atau ruang Isolasi Dokter melakukan pemeriksaan :

Anamnesa pemeriksaan fisik : tanda vital (suhu,TD,RR,nadi) Ada atau tidaknya rhonki pada pemeriksaan fisik Pemeriksaan saturasi O2 dengan pulse oksimetri tanpa O2Dilanjutkan dengan : Pemeriksaan darah perifer lengkap Pemeriksaan rontgen Pemeriksaan kimia darah :

SGOT,SGPT,Ureum,Kreatinin,Albumin,Globulin Pemeriksaan analisa gas darahUntuk RS rujukan dilengkapi dengan pemeriksaan serologi

dan PCR

Page 47: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Pasien datang sendiri ke IGD• Petugas registrasi IGD harus dibekali dengan :

– Area mapping– Lakukan hal yang sama seperti di poli RS non rujukan

• Setelah menerima informasi telepon ada rujukan pasien flu burung petugas melakukan :– Melapor ke tim lengkap flu burung– Menyiapkan ruang penerimaan– Menyiapkan petugas dengan APD

• Pada saat pasien tiba di RS Rujukan (IGD) :– Dibawa lgsg ke ruang isolasi (untuk pemeriksaan dan

penanganan)– Lgsg masuk ruang ICU khusus untuk flu burung bila

diperlukan ventilator.

Page 48: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Tatalaksana Transportasi Rujukan• Disarankan ambulans gawat darurat/mobil

puskesmas keliling• Dilengkapi tabung oksigen, sebaiknya dilengkapi

juga dgn :– Pulse oksimetri– Emergensi kit– Radio komunikasi

• Prosedur kendaraan setelah mengantar/merujuk pasien :– Bersihkan dengan alat pembersih kuman, tutup

selama 10 menit– Cuci dengan air / lap basah– Jemur / kemudian di lap kering

Page 49: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit
Page 50: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Tatalaksana di ICU mengikuti rekomendasi Surviving Sepsis Campaign 2008 1. Resusitasi awal ( 6 jam pertama) Segera lakukan resusitasi pada pasien dengan hipotensi

atau peningkatan serum laktat > 4mmol/L Target atau tujuan resusitasi Jika target ScvO2 atau SvO2 tidak tercapai - pertimbangkan penambahan cairan lagi - tranfusi paced red cell Target yang lebih tinggi yaitu 12-15 mmHg

Page 51: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Pemberian Oksigen & intubasi

endotrakea dan ventilasi mekanik

Sedasi, paralisis (jika diintubasi), atau keduanya

CVP

MAP

SvcO2

Goal achieve

d

kristaloid

koloid

Pemberian vaoaktif

Transfusi sel darah merah sampai Ht ≥

Pemberian Inotropik

Keluar dari RS

Vena central dan kateterisasi arteri

< 70%

≥ 70%< 70

≥ 70

ya

> 90 mmHg

< 65 mmHg

< 8 mmHg

8 – 12 mmHg

tidak

≥ 65 – ≤ 90 mmHg

Page 52: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

2. DiagnosisLakukan pemeriksaan kultur sebelum memulai pemberian

antibiotik I. Lakukan pemeriksaan kultur darahII. Salah satu atau lebih kultur darah harus diambil perkutaneusIII. Satu kultur darah diambil dari setiap peralatan akses vena yang

terpasang > 48 jam IV. Kultur dari tempat lain bila secara klinis ada indikasi.

Lakukan pemeriksaan pencitraan (imaging) (sinar-x USG atau scanning)

Page 53: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

3. Terapi AntibiotikBerikan antibiotik IV sesegera mungkinAntibiotika spektrum luasEvaluasi ulang antibiotikPertimbangkan terapi kombinasiPertimbangkan terapi kombinasi empirisTerapi kombinasi tak lebih ≤ 3-5 hariDurasi terapi dibatasi 7 – 10 hari

Page 54: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

4. Identifikasi Sumber dan KontrolLokasi spesifik anatomis sumber infeksi harus ditemukan

dalam waktu 6 jamEvaluasi pasien untuk mencari fokus infeksiPengecualian: infected pancreatic necrosisPilihlah tindakan source control yg menghasilkan efikasi

maksimalCabut peralatan akses intravaskulerLakukan tindakan source control sesegera mungkin

Page 55: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

5. Terapi cairan Resusitasi cairanTarget CVP ≥ 12 mmHgGunakan fluid challenge tehniqua dan monitorBerikan fluid challenge denga kristloid 1000 ml atau 300-

500 ml koloidLaju (rate) pemberian cairan harus diturunkan jika ada

peningkatan tekanan pengisian jantung

Page 56: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

6. VasopresorMempertahankan MAP ≥ 65 mmHgPemberian norepineprin dan dopaminEpineprin, phenlefrin, atau vasopressin Vasopresin 0.03 unit/menitGunakan epinefrin Jangan menggunakan dopaminPada pasien yang membutuhkan vasopresor, pasang

kateter arterial

Page 57: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

7. Terapi inotropik Digunakan pada pasien dengan gangguan miokard Jangan meningkatkan cardiak indek

8.Steroid (Tidak direkomendasikan rutin pada infeksi berat virus H5N1, dosis rendah dipertimbangkan pada pasien syok septik)

Pertimbangkan pemberian hidrokotison IV pada pasien syok septik Tes stimulasi ACTH tidak direkomendasikan untuk

mengidentifikasikan kelompok pasien syok septik Hidrokortison lebih dipilih daripada deksametason Fludrokortison digunakan bila diperlukan Terapi steroid dapat disapih setelah vasopresor tidak lagi

diperlukan Dosis kortison sebaliknya < 300 mg/hr Jangan menggunakan kortisteroid untuk menangani sepsis

Page 58: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

9. Pemberian Komponen Darah

Berikan sel darah merah bila terdapat penurunan Hb < 7.0 g/dl – 9.0 g/dl

Nilai Hb yang lebih tinggi dibutuhkan pada keadaan-keadan tertentu

Jangan menggunakan eritropoitin untuk menangani anemia karena sepsis

Jangan menggunakan FFP untuk mengoreksi gangguan pembekuan darah

Jangan menggunakan terapi antitrombin

Berikan trombosit jikai. jumlah < 5000/mm3ii.jumlah 5000-30.000iii. Jumlah trombosit yang lebih tinggi (≥50.000/mm3[50x109])

Page 59: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

10. Ventilasi Mekanik pada Sepsis yang dipicu ALI/ARDSKalkulasi berat badan (BB)

- laki-laki = 50 + 2,3 [(TB(cm):2,5) – 6-]- wanita = 45,5 + 2,3 [(TB(cm):2,5) – 60]

Gunakan metode ventilatorSet ventilator setting untuk mencapai inisial VT = 8 ml/kg prediksi

BB (PBB)Kurangi VT ml/kg pada interval ≤ 2 jam samapi VT

Set inisial laju nafasTarget volume tidal 6 ml/kg prediksi berat badan pasien dengan

ALI/ARDSTarget plateau pressure (Pplat) batas awal ≤ 30 cm H2O.Cek Pplat (0,5 detik inpiratory pause), setidaknya tiap 4 jam

Page 60: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Target pH: 7,30 – 7,45Manajemen asidosis : (pH< 7,30)Jika Ph 7,15 -7,30 tingkatkan RR sampai Ph>7,30Jika pH < 7,15: tingkatkan RR sampai 35Jika Ph tetap tingkatkan 1 ml/kg bertahap sampai Ph > 7,15Dapat diberikan NaHCO3 Manajemen alkalosisPaCO2 dapat ditingkatkan dalam batas normal,jika dibutuhkan

Target oksigenasi: PaO2 55-80 mmHg atau SpO2 88-95%

Gunakan PEEP minimum 5 cm H2O

Page 61: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Pengaturan PEEP untuk mencegah kolaps paru ektensif pada ekspirasi ahir

Pertimbangkan posisi tengkurap pada pasien ARDS yang memerlukan FiO2

Pada pasien dengan ventilasi mekanik pertahankan posisi semirecumbent

Pertimbangkan ventilasi noninvasif pada pasien ALI/ARDS yang minoritas dengan kegagalan pernapasan hipoksemia ringan sampai sedang

Gunakan protokol weaning dan SBT secara teratur untuk mengevaluasi potensi untuk menghentikan ventilasi mekanik

Jangan menggunakan kateter artei pulmonalis untuk monitor rutin pasien ALI/ARDS

Gunakan strategis cairan konservatif pada pasien ALI yang tidak terbukti mengalami hipofungsi jaringan

Page 62: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

11. Sedasi , Analgesia, dan Blok Neuromuskuler pada SepsisGunakan protokol sedasi dengan target sedasi untuk pasien

ventilasi mekanik dalam keadaan kritisDapat menggunakan bolus intermiten atau sedasi infus

coninue untuk mencapai titik ahirCegah blok neuromuskuler jika memungkinkan

12. Kontrol GlukosaGunakan insulin IVTarget gula darah < 150 mg/dlGunakan sumber kalori glukosa dan monitor nilai gula darah

setiap 1-2 jam Interpretasi glukosa darah yang rendah

Page 63: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

13. Terapi Sulih GinjalHemodialisa intermiten dan Continuous Veno-Venous

Haemofiltration (CVVH) dianggap samaCVVH menawarkan managemen yang lebih mudah pada

pasien dengan hemodinamika tidak stabil

14. Terapi BikarbonatJangan menggunakan terapi bikarbonat untuk memperbaiki

hemodinamik

Page 64: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

16. Profilaksis Deep Vein Thrombosisi (DVT)Gunakan unfractionated heparin (UFH) dosis rendah atau

lowmolecular weght heparin (LMWH) kecuali ada kontraindikasiGunakan peralatan profilaksis mekanik, seperti compression

stockingGunakan kombinasi terapi farmakologi dan mekanik pada pasien

yang beresiko sangat tinggi mendapat DVTPada pasien resiko sangat tinggi, sebaiknya lebih dipilih LMWH

daripada UFH

17. Pertimbangkan Keterbatasan DukunganDiskusikan rencana perawatan lebih lanjut dengan pasien dan

keluarga

Page 65: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Tatatlaksana Klinis di ICU untuk kasus anak1. Penentuan derajat keparahan menggunakn metode PELOD2. Ventilator

a. Indikasi menggunakan ventilatorb. Tatalaksana c. Penyapihan

3. Tatalaksan hemodinamika.Tatalaksana syok pediatrik dilakukan setelah tatalaksana pernapasanb. tekanan darah, secara tunggal, tidak merupakan parameter yang adekuat untuk memantau pemberian cairanc. vasopresor dan obat inotropik hanya digunakan setelah resusitasi cairan yang adekuatd. STEROIDe. target terapi

Page 66: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Akses vena sentral, dopamine, monitor tekanan arteri

Syok ‘dingin’ epinephrine Syok ‘hangat’

norepinephrine

Tekanan darah rendah, ‘hangat’, saturasi vena

sentral < 70%

Pemasangan kateter arteri pulmonal atau pulse contour continous cardiac output monitoring, sesuaikan cairan, inotropik, vasopresor, vasodilator dan terapi hormon untuk mencapai nilai MAP dan CVP normal serta CI >3,3 dan <6,0 L/menit/m2

Tekanan darah normal, ‘dingin’,

saturasi vena sentral < 70%

Tekanan darah rendah, ‘dingin’, saturasi vena

sentral < 70%

Respon buruk (resisten cairan)

Respon buruk (resisten dopamine)

0 menit

5 - 10 menit

15 menit Respon baik

Observasi di ICU

60 menit

Volume dan Vasodilator

Volume dan Epinephrine Volume dan Norepinephrine

Resisten persistenKatekolamin

Respon buruk (resisten katekolamin)Beri Steroid

Page 67: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

4. Dissemainated Intravascular Coagulation (DIC)5. Pemantauan keseimbangan cairan,elektrolit,gula darah dan

keseimbangan asam basa harus dilakukan dengan ketat6. Bila tidak terdapat kontraindikasi, pemberian nutrisi enteral

lebih diutamakan7. tatalaksana kejang dapat dilihat pada lampiran8. Pematauan infeksi nosokomial dan pengunaan antibiotik

dapat dilihat lampiranI. Terapi NutrisiII. PemantauanIII. Kriteria keluar ICU

Page 68: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit
Page 69: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Penatalaksaan keperawatan pasien Flu Burung meliputiManajemen keperawatan, kegiatannya dimulai

- perencanaan- pengorganisasian- pengarahan- pengawasan baik sumber daya dan dana- serta manajemen asuhan pasien dengan

pendekatan proses keperawatan

Page 70: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Bebreapa prinsip mendasar dalam penatalaksanaan keperawatan Flu Burung meliputi:

1. Penerapan prinsip kewaspadaan isolasi (mengacu pada bab VII)

2. Pengaturan tenaga baik kuantitas maupun kualitas serta surveilance kesehatan tenaga perawat yang memberikan asuhan keperawatan.

Kuantitas tenaga meliputiratio perawat berbanding pasien, baik pra ICU maupun ICU ditambah 20% faktor resiko

Kualitas tenaga perawatperawat yang memiliki sertifikat pelatihan perawatan Flu Burung baik pra ICU dan ICU

Page 71: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Manajemen asuhan pasien atau asuhan kepeawatan pasien Flu Burung adalah praktik keperawatan yang diberikan pada pasien/keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara komprehensif (biopsikososiopritual) meliputi:

1. Pengkajian2. Diagnosa3. Rencana tindakan4. Implemntasi5. Dan evaluasi keperawatan serta rencana pasien pulang

(discaharge planning)

Page 72: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Pengkajian

pengkajian merupakan kegiatan pengumpulan data yang terkait / relevan dengan pasien. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pengkajian yang akan dirawat ICU:

1). Pengkajian pasien sebelum datang(Pre Arrival Assesment), meliputi:

identitas pasien, diagnosa,alat bantu ivasiv, modus ventilasi mekanik

2). Pengkajian cepat(Quick Chek Assesment), meliputi: observasi secara

cepat

3). Pengkajian lengkap ( Comprehensive Assesment) meliputi: riwayat

pengkajian kesehatan yang lalu

4) pengkajian lanjut (Ongoing Assesment) meliputi kontiuitas monitoring

kondisi pasien setiap sistem tubuh setiap 1 – 2 jam pada saat kritis

Page 73: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Diagnosa keperawatan diagnosa keperawatan dirumuskan berdasakan data-data yang diperoleh dari pasien- Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien yang tidak

menggunakan ventilasi mekanik- Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien dengan ventilasi mekanik

Rencana Tindakan rencana tindakan keperawatan adalah alternatif pemecahan

masalah yang dianggap paling tepat untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan

Page 74: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Implementasi Implemntasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan kesehatan

Evaluasitahap ahir dari proses keperawatan meliputi evaluasi proses dan evaluasi hasil

Perencanaan Pulang ( Discharge Planning) Adalah suatu kegiatan dimana perawat mempersiapkan untuk tindak lanjut perawatan dirumah.

Page 75: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Rencana Asuhan Keperawatan pada pasien Flu BurungI. Pengkajian

fokus pengkajian meliputi aspek biopsikososialspiritual dalam data subyektif dan obyektif 1. Data subyektif

- keluhan demam- riwayat kesehatan masa lalu- riwayat kesehatan keluarga- riwayat perjalanan penyakit- kondisi lingkungan- kebiasaan sehari-hari- respirasi- gastrointestinal- cerbral- ektremitas- status psikososial

Page 76: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

2. Data Obyektif - keadaan umum - status neurologis - sistem respirasi - sistem kardiovaskuler - gastrointestinal - muskulokseletal - extremitas - aktifitas - suhu tubuh meningkat

Page 77: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

2 A. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien tanpa ventilasi mekanik:- jalan nafas- pola nafas- gangguan pertukaran gas- ketidakmampuan perawatan diri- risti kekurangan volume cairan- risti penyebaran infeksi

Page 78: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

2.B. diagnosa keperawatan yang mugkin muncul pada pasien dengan

ventilasi mekanik sebagai berikut: - bersihkan jalan nafas - gangguan pertukaran gas - pola nafas tidak efektif/ketidakmampuan

benafas spontan - resti penurunan kardiak output - intoleransi aktivitas - risti tidak efektifitasnya respon penyapihan

dari ventilasi mekanik - ketidakmampuan merawat diri - risti infeksi sekunder saluran nafas

Page 79: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit
Page 80: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Penularan flu burung (H5N1) terjadi melalui

droplet dan kontak yang tidak langsung dengan

permukaan yang tercemar, namun dapat pula

terjadi jika melakukan prosedur yang berpotensi

menghasilkan aerosol, oleh karena itu penerapan

pencegahan dan pengendalian infeksi dengan

Kewaspadaan Isolasi merupakan hal yang sangat

penting dalam penanggulangan flu burung.

Page 81: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

A. Pengertian Kewaspadaan Isolasi, terdiri atas:1. Kewaspadaan Standard2. Kewaspadaan berdasarkan Transmisi

Page 82: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Kewaspadaan Standard

Salah satu unsur kewaspadaan standard yang penting adalah dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak degan pasien,sekret pasien maupun alat-alat yang tercemar sekret pasien. Selain itu penerapan tentang kebersihan saluran pernapasan dan etika batuk/bersin, memberitahu pasien untuk menggunaka tissue saat mengeluarkan sekret dan membuangnya ketempat sampah terdekat, menggunakan masker pada pasien batuk, dan menjaga jarak >1 meter dari orang lain.

Page 83: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi

1. Kewaspadaan kontak: langsung/tidak lansungPetugas kesehatan harus selalu menggunakan

sarung tangan, masker, dan gaun pelindung selama kontak dengan pasien. Gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, seperti stetoskop, tensimeter, termometer,dll. Lakukan disinfeksi setiap selesai pakai dengan menggunakan alcohol 70%

2. Kewaspadaan percikan/dropletGunakan kacamata pelindung atau pelindung muka,

apabila berada <1 meter dari pasien.

Page 84: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Perinsip kewaspadaan berdasarkan transmisi kontak danpercikan

harus diterapkan disetiap ruang perawatan isolasi, yaitu:

- Ruang isolasi harus dipantau agar tetap mempunyai tekanan negatif dibanding tekanan dikoridor.

- Pergantian sirkulasi udara >/= 12 kali/jam- Udara harus dibuang keluar ke area bebas yang

tidak terdapat banyak orang, atau diresirkulasi dengan menggunakan filter HEPA (High-Efficiency Particulate Air)

Page 85: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

3. Kewaspadaan udara/airborne

Prosedur yang menimbulkan aerosol memungkinkan penularan secara airbone misalnya intubasi endotrakeal, pemberian terapi dalam bentuk nebulizer atau aerosol, bronkoskopi, suction (pembersihan) jalan napas, trakeostomi, dan tindakan yang merangsang batuk harus dilakukan diruang isolasi. Petugas harus mengenakan APD lengkap, respiratir N95, pelindung mata, gaun pelindung, sarung tangan dan membersihkan tangan sesuai pedoman (internim WHO)

Page 86: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

• Apabila batuk dan bersin harus ditutup memakai tissue

• Pasien menggunakan masker bedah, bila kesulitan bernapas, pasien diminta untuk menutup hidung dan mulut dengan tissue saat batuk/bersin

• Pasien ditempatkan berjarak>1 meter dari orang lain

• Pasien dengan klinis dicurigai terinfeksi segara dikirin ke Ruang Rawat Isolasi All (Airborne Infection Isolation)

• Petugas kesehatan harus membersihkan tangan sesuai pedoman, menggunakan sarung tangan, masker bedah, pelindung wajah: kacamata, pelindung wajah (PPI ISPA, Internim WHO)

Prosedur Pencegahan di Ruang Triase

Page 87: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Petugas dan pengemudi ambulans yang membawa pasien harus menerapkan Kewaspadaan Standard dan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi melalui Kontak dan Droplet

Pasien tetap menggunakan masker

Selama transportasi menggunakan ambulans, semua petugas mengguanakan sarung tangan, masker bedah, atau respirator N95 apabila sirkulasi udara tidak memadai

Setelah pasien diturunkan, bagian dalam ambulans dan peralatan yang telah dipakai segera dibersihkan dengan detergen kemudian dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan. Pekerjaan ini dilakukan di RS rujukan oleh petugas ambulans dengan APD lengkap menggunakan apron pelindung, sarung tangan rumah tangga sebatas siku dan sepatu boot. Setelah selesai, petugas mansdi dan mengganti pakaian.

Transportasi Saat Merujuk Pasien

Page 88: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Sedapat mungkin terdiri dari:- Ruang jaga perawat (nurse station)- Ruang bersih dalam- Ante room: raung antara untuk membuat jarak antara

udara ruang isolasi dengan nurse station dilengkapi dengan sinar UV

- Ruang rawat isolasi pasien- Ruang dekontaminasi- Kamar mandi petugasPintu masuk ruang isolasi harus berbeda dengan pintu

keluar.Pintu harus selalu tertutup.

Ruang perawatan isolasi airborne (ALL Room)

Page 89: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

• Petugas isolasi harus melepas baju luar dan memakai baju operasi sebelum masuk nurse station.

• Mencuci tangan sesuai pedoman dan memngguakan APD lengkap di ruang bersih dalam. Setelah dari ruang isolasi petugas melepaskan APD di ruang dekontaminasi. Setelah itu petugas mencuci tangannya sesuai pedoman.

• Untuk mencegah penyebaran flu burung di RS, semua pasien flu burung harus dirawat diruang isolasi dengan menerapkan isolasi ketat.

• Petugas kamar isolasi harus dipantau suhu tubuh sebelum dan sesudah kontak. Setiap kali masuk dan keluar ruang isolasi, petugas harus mencatat waktunya pada lembaran khusus.

Page 90: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

1. Persiapan sarana- baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai ukuran tubuh.- Alas kaki tertutup sesuai ukuran kaki.-Sarung tangan bersih sampai pergelangan dan setinggi siku sesuai ukuran.-Gaun luar dan apron disposable-Penutup kepala- Respirator N95-Kacamata pelindung- Pelindung muka- Lemari berkunci tempat menyimpan pakaian barang-barang pribadi.

Standar Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Page 91: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

2. Langkah yang dilakukan sebelum masuk keruang rawat isolasi dan saat berada dalam ruang ganti. Lakukan hal berikut:- Lepaskan semua aksesoris yang ada (cincin, jam, gelang)- Lepaskan pakaian luar- Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian pelindung- Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan, didalam lemari yang disediakan.

Page 92: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Prosedur Mencuci Tangan

Page 93: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Prosedur masuk ke Ruang Rawat IsolasiSebelum masuk ke rung isolasi , petugas harus mengenakan APD lengkap di Ruang Bersih Dalam, langkah-langkahnyasebagai berikut:1.Kenakan respirator N952.Kenakan penutup kepala3.Kenakan alas kaki tertutup4.Kenakan apron plastik kanakan sarung tangan sebatas

pergelangan tangan5.Kenakan gaun luar kenakan sepasang sarung tangan

sebatas siku6.Kenakan kacamata pelindung dan pelindung wajah.7.Sediakan pula peralatan cadangan di Ruang Bersih Dalam

Page 94: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Sediakan Ruang Dekontaminasi untuk melepas Akat Pelindung Diri (APN)

Melepaskan APD dalam Ruang Dekontaminasi:

• Cuci bagian luar sarung tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik•Alas kaki tertutup dibilas dengan air mengalir atau disemprot dengan cairan klorin 0,5% •Buka sarung tangan panjang/luar•Buka gaun luar•Buka apron plastik/ gaun plastik•Cuci bagian luar sarung tangan pendek

Prosedur keluar Ruang Rawat Isolasi

Page 95: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

• Lepaskan pelindung wajah/helm, kacamata• Lepaskan penutup kepala, kemudian N 95• Lepaskan alas kai tertutup• Lepaskan sarung tangan pendek• Cuci tangan dengan air mengalir dan sbun

antiseptik• Segera langsung mandi dan cuci rambut,

lepaskan baju operasi masukkan kedalam kantong berlabel infeksius/ kantong kuning

• Sesudah mandi kenakan pakaian biasa

Page 96: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Desinfeksi Alat Pelindung Diri Bahan Dekontaminasi pembersihan

Desinfeksi Tingkat Tinggi

Sterilisasi

Kaca mata pelindung dan penutup wajah

Lap dengan larutan klorin

0,5%

Cuci dengan detrgen. Bilas

dengan air bersih, keringkan

diudara atau handuk.

Tidak perlu Tidak perlu

Penutup kepala, masker sekali

pakaiTidak perlu Tidak perlu Tidak perlu

Tidak perlu

Apron (plastik/ gaun apron sekali

pakai)

Tidak perlu Tidak perlu

Alas kaki (sepatu karet atau boot)

Direndam dengan larutan klorin

0,5%. Bilas dengan air bersih

Cuci dengan detergen dan air. Bilas dengan air

bersih, keringkan di udara atau

dengan handuk

Tidak perlu Tidak perlu

Gaun bedahLansung masukan ke dalam kantong

plastik kuning

Cuci tangan dengan detergen

dan air panas. Bilas dengan air

bersih, udara atau mesin pengering

Tidak perlu Tidak perlu

Page 97: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Pemakaian Alat Pelindung DiriKontak erat

(<1M) dengan pasien yang menderita

infeksi saluran pernapasan akut

Memasuki ruang isolasi flu

burung (H5N1) tanpa kontak erat dengan

pasien

Kontak (<1M) dengan pasien yang terinfeksi

flu burung (H5N1) didalam

dan di luar ruangan isolasi

Melakukan prosedur atau tindakan yang menggunakan aerosol pada

pasien flu burung (H5N1)

a,b

Sanitasi tangan Ya Ya Ya Ya

Sarung tangan Tidak rutinPenilaian risiko

Ya Ya

Celemek plastik Tidak rutinPenilaian risiko

Tidak rutin c Tidak rutin c

Jas operasi Tidak rutinPenilaian risiko

Ya c Ya c

Penutup kepala Tidak rutin Tidak rutin Tidak rutin Ya

Masker bedah (petugas

kesehatan)Ya Tidak rutin d Tidak rutin d Tidak rutin e

Masker respirator (N95)

Tidak rutin Ya Ya Ya

Kacamata pelindung

Penilaian risiko Penilaian risiko Ya Ya

Masker bedah ya tidak Tidak rutin Tidak

Page 98: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Memroses Linen • Petugas laundry harus menggunakan APD lengkap (apron

karet, sarung tangan rumah tangga, sepatu boot, masker bedah)

• Jika mengumpulkan dan membawa linen kotor, tangani sedikit mungkin dan dengan kontak minimal untuk mencegah penularan dan penyebaram mikroorganisme

• Anggap semua bahan kain yang telah dipakai sebagai infeksius, sekalipun tidak tampak adanya kontaminasi

• Tidak dibenarkan memproses linen tercemar diruang perawatan

• Bawa linen kotor ke dalam kontainer tertutup atau kantong plastik untuk mencegah keterceceran dan batasi linen kotor itu dalam area tertutup sampai dibawa ke laundry

• Petugas laundry langsung memilah dengan hati-hati semua linen sebelum melaksanakan pencucian

• Cuci linen secara rutin dengan deterjen dan air panas

Page 99: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Tatalaksana limbah medis/ sampah• Petugas kebersihan harus memakai APD lengap,

semua limbah dari ruang isolalsi dianggap infeksius.

• Sediakan wadah tanah gembus dantanah air untuk pembuangan benda tajam

• Menggunakan plastik atau wadah besi dengan tutup yang dapat dipasang rapat

• Taruh tempat sampah ditempat yang terjangkau bagi bpemakai

• Gunakan wadah sekali pakai. Bila menggunakan wadah daur ulang, cuci secara teratur, dengan larutan disinfektan (klorin 0,5%) dan bilas dengan air mengalir

Page 100: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Bagi penunggu pasien, atau petugas kebersihan ruangan dan mengelola APD kotor, diperlakukan seperti petugas kesehatan lainnya dengan APD lemgkap

Penerapan dalam pemulasaraan jenazah

Tatalaksana terhadap jenazah flu burung dilakukan secara khusus dengan UU nomor 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular:a. Memperhatikan norma agama atau kepercayaan dan perundangan yang berlakub. Pemeriksaan terhadap jenazah dilakukan oleh petugas kesehatanc. Perlakuan terhadap jenazah dan penghapus-hamaan bahan dan alat yang digunakan dalam tatalaksana jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan.

Nasihat Pasien atau Petugas Kebersihan

Page 101: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

1. Kamar jenazaha. Seluruh petugas pemulasaraan jenazah menggunakan APD lengkapb. Gunakan sepatu bootc. Sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan petugas mencuci tangan dengan sabun cair dan air mengalir.

– Perlakuan terhadap jenazah: luruskan tubuh, tutup mata, telinga, dan mulut dengan kapas/plester kedap air, lepaskan alat kesehatan yang terpasang, setiap luka harus di plester dengan rapat.

– Jika diperlukan untuk memandikan jenazah, pada perlukaan khusus terhadap jenazah maka hanya dapat dilakukan oleh peugas khusus dengan tetap memperhatikan Kewaspadaan Standard.

– Jenazah tidak boleh dibalsem, atau disuntik pengawet.

Page 102: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

– Jenazah pasien flu burung deperlakukan sesuai keyakinan masing-masing, kemudian dimasukan dalam kantong jenazah yang terbuat dari plastik yang tidak tembus air dan dimasukkan dalam peti jenazahdan diberi lakban/lem kayu sekelilingnya

– Jika akan diautopsi hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus. Autopsi akan dilakukan jika sudah ada izin dari pihak keluarga dan direktur RS.

– Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi– Jenazah sebaiknya hanya diantar dengan mobil jenazah– Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayamkan.

2. Tempat pemakaman umum:- setelah prosedur jenazah selesai. Keluarga dapat turut dalam penguburan- penguburan dapat dilaksanakan ditempat pemakaman umum.

Page 103: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

• Pemantauan petugas terhadap gejala panas dilakukan selama 1 minggu setelah kontak dengan pasien flu burung (H5N1)

• Petugas dengan gejala demam harus segera berobat dan harus tinggal dirumah sampai 24 jam setelah panas hilang

• Apabila disertai batuk pilek, yang bersangkutan harus menerapkan kebersuhan pernapasan dan etiket batuk

Program Vaksinasi Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan yang menangani flu burung perlu di vaksinasi influenza tipe baru, terutama bertujuan untuk mencega penularan.

Pemantauan Kesehatan Petugas

Page 104: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Petugas Kesehatan

Program kesehatan untuk petugas kesehatan adalah strategi prepreventif terhadap infeksi yang dapat ditularkan ketika melakukan kegiatan pelayanan kesehatan. Meliputi:-Monitoring dan dukungan kesehatan-Vaksinasi untuk infeksi saluran napas akutbila memungkinkan-Suerveilans ILI untuk mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut dari manusia ke manusia-Terapi dan pemantauan epidemi/pandemi infeksi saluran napas akut pada petugas-Menyediakan profilaksis antivirus-Pengaturan petugas diperbolehkan masuk kerja kembali sesuai pengukuran risiko bila terkena infeksi-Upaya dukungan psikososial

Page 105: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja petugas- Menjamin keselamatan petugas dilingkungan RS- Memelihara kesehatan petugas- Mencegah ketidak hadiran petugas, ketidak mampuan

bekerja, kemungkinan medikolegal dan KLB

Unsur yang dibutuhkan:- Petugas yang berdedikasi- SPO yang jelas dan terisolasi- Administrasi yang menunjang- Koordinasi yang baik antar instalasi- Penanganan paksa pajanan infeksius- Pelayanan konseling- Perawatan dan kerahasiaan rekam medik

Page 106: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi1. Evaluasi sebelum dan setelah penempatan petugas, meliputi:

- Status imunisasi- Riwayat kesehatan yang lalu - Terapi saat ini- Pemeriksan fisik- Pemeriksaan laboratorium dan radiologi

2. Edukasi- Sosialisasi SPO pencegahan dan pengendalian infeksi

seperti kewaspadaan standard

Page 107: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

3. Program imunisasi Keputusan pelaksanaan imunisasi petugas tergantung pada:

- Risiko pajanan petugas- Kontak petugas dengan pasien- Karakteristik pasien RS- Dana RS

4. Program tatalaksana pasca pajanan- Rumah sakit perlu memiliki tata cara pelaporan yang mudah serta

difahami secara rinci sampai dengan penetapan berapa lama meliburkan petugas setelah terpajan

- Membantu petugas dalam kecemasan atau rasa takut. Tata cara dapat meliputi:

1. Menjelaskan risiko pajanan2. Alur manajeman dan tindak lanjut3. Penyimpana data

Page 108: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

5. Tatalaksana petugas sebelum dan pasca pajanan- Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah

imunisasi influenza secara periodik 6 bulan sekali pada saat kasus meningkat

- Tatalaksana pasca pajanan adalah bila petugas melapor adanya demam segera diberi pengobatan antivirus

- Dilakukan ter PCR dari bahan apusan tenggorok- Petugas segera diistirahatkan di rumah dengan

penyuluhan tentang PPI- Observasi ketat suhu tubuh dan harus segera melapor

kembali bila suhu meningkat atau timbul gejala tambahan lain seperti batuk/ sesak napas

Page 109: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit
Page 110: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Flu burung yang merupakan ‘New Emerging Disease’ dalam tatalaksananya membutuhkan metode, fasilitas khusus sehingga tidak semua sarana pelayanan kesehatan mampu untuk merawat dan melakukan pemeriksaan terhadap pasien flu burung. Untuk itu pemerintah telah menetapkan 100 RS rujukan sesuai 414/Menkes/SK/IV/2007 tentang penetapan rumah sakit rujukan penanggulangan flu burung.

Page 111: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Rujukan pada Flu Burung (H5N1) meliputi 2 aspek:a. Rujukan pasienb. Rujukan spesimen

Page 112: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

A. Rujukan PasienMengingat bahwa tidak semua sarana pelayanan kesehatan mempunyai sarana yang memadai untuk flu burung. Apabila di sarana kesehatan non rujukan flu burung mendapatkan pasien suspek flu burung harus segera mungkin merujuk pasien ke RS rujukan flu burung.

Page 113: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

B. Rujukan Spesimen

Mengumpulkan atau mengangkut bahan spesimen klinis sebaiknya mengikuti dengan benar penerapan kewaspadaan standard upaya

perlindungan untuk meminimalisasi pajanan. Bahan spesimen yang akan dikirim sebaiknya diletakkan di dalam wadah spesimen anti bocor yang memiliki penutup tersendiri untuk bahan spesimen tersebut ( yaitu plastik spesimen biohazard)

Page 114: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Penanganan dan pengiriman spesimen dilakukan oleh petugas terlatih.

Rumah sakit harus memberitahu laboratorium yang akan menerima bahwa bahan spesimen tersebut sedang dalam perjalanan. Sebaiknya dibuat suatu daftar nama petugas yang telah menangani bahan spesimen dari pasien yang di investigasi umtuk suatu penyakit menular.

Page 115: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Pasien suspek Flu Burung (H5N1)

Usap HidungUsap Tenggorok

Usap DuburHari ke 1,2,3

Aspirat Nasofaring

Cairan Tubuh lain

Hari 1,2,3

Darah3 – 5 mL

Serum2 mL

EDTA1 – 3 mL

MediaTransport

Virus

RT – PCR*

Positif H5 3 hariBeruturut-turut

Sekuensing H5

Negatif H5 3 hari

Beruturut-turut

HI*atau ELISAAkut dan

Konvalesen

Pemeriksaan Kimia**

Hb, Ht, LeukositTrombosit

Hitung JenisLimfosit Absolute

**

Ket :* Litbangkes/Lab Regional/Lab RS rujukan Flu Burung (H5N1)** Setiap Lab Sarana Kesehatan

Page 116: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit
Page 117: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

A. Pelaporan 1. Formulir Pelaporan

a. Pelaporan Harian Pada saat ditemukan pasien Suspek Flu Burung (H5N1) di sarana pelayanan kesehatan, maka agar dapat dilakukan verifikasi dan penetapan jumlah penderita Flu Burung (H5N1) dengan cepat diperlukan suatu sistem pelaporan cepat dari rumah sakit ke Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Propinsi serta ke Posko Flu Burung (H5N1) Ditjen P2PL yang selanjutnya diteruskan kepada Ditjen Bina Yanmed dan Menteri Kesehatan.

Page 118: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

POSKO PENANGGULANGAN KLB KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Gedung Ditjen P2PL Kementerian Kesehatan RI

Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta PusatTelepon : 021 – 4257125

Fax : 021 – 42877588

Laporan Harian dikirim ke alamat :

Page 119: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

b. Pelaporan Bulanan Rumah sakit membuat laporan bulanan kasus Flu Burung (H5N1) guna keperluan Audit Medik dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIKc/q : Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar

Gedung Kementerian Kesehatan Lantai V Blok B Ruang 508

Jalan HR. Rasuna Said Blok X5 Kav. No. 4 – 9 Jakarta Selatan 12850

Telepon : 021 – 5222430 Fax : 021 – 52902046

Laporan Bulanan dikirim ke alamat :

ZERO Report penulisannya dilakukan setiap bulan.

Page 120: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

2. Alur Pelaporan

KEMENTERIAN KESEHATAN: Alur pelaporan untuk KLB influenza dibagi 2, yaitu : a) alur informal : untuk mempercepat penanganan pada pasien bukan untuk konsumsi umum/publik/media)

Kapuslitbang BMF

Via telpon

DINKESTerkait

Dirjen P2PLDokter dan RSyang merawat

pasien

Page 121: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

a) alur informal : dengan menggunakan surat resmi dan lampiran hasil laboratorium, yaitu sebagai berikut.

Kapuslitbang BMF

Kepala Badan

Litbangkes

Dokter dan RSyang merawat

pasien

Page 122: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

3. Monitoring dan Evaluasi (Monev)

Untuk melihat keberhasilan penanggulangan medis Flu Burung (H5N1) dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan dan berkala melalui : a.Pertemuan dan koordinasib.Analisis laporan

Page 123: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

i. Formulir Pelaporan (resume harian, rekap akhir)

Laporan Harian Tersangka Flu Burung (H5N1)Nama RS :Tgl membuat laporan :

Catatan :1.Laporan dikirim setiap hari kerja selambat-lambatnya jam 14.00 waktu setempat2.Keterangan dapat diisi dengan keadaan pasien meninggal/hidup/mati Penanggung Jawab

TTD

Page 124: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

NOIDENTITA

SRIWAYATKONTAK

GEJALAKLINISWAKTUMASUK

RS

PEMERIKSAAN

FISIKLAB

RADIOLOGI

TERAPI&

TINDAKAN

POSTMORTE

MKET

ii. Formulir Laporan Bulanan

PENANGGUNG JAWAB

Page 125: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

B. SISTEM PEMBIAYAAN

Pembiayaan pasien Flu Burung (H5N1) menjadi tanggung jawab Kementerian

Kesehatan RI tertuang dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor : 756/MENKES/SK/IX/2006 Tentang Pembebasan Biaya Pasien

Penderita Flu Burung (H5N1) yang ditetapkan pada tanggal 20 September

2006.

Page 126: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Pembebasan biaya tersebut berlaku bagi pasien yang dirawat di rumah sakit rujukan

Flu Burung (H5N1) dan rumah sakit non rujukan Flu Burung (H5N1) (pemerintah

maupun swasta) yang menerima pasien sebelum dirujuk ke rumah sakit rujukan Flu

Burung (H5N1), yang meliputi :

1.Biaya administrasi;

2.Biaya pelayanan dan perawatan di IGD, Ruang Isolasi, Ruang ICU dan jasa dokter;

3.Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi);

4.Obat-obatan dan bahan habis pakai;

5.Biaya rujukan;

6.Pemulasaraan jenazah (peti jenezah, transportasi dan penguburan).

Page 127: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

C. ASPEK ETIK LEGAL

Sehubungan dengan peliknya permasalahan penanganan pasien Flu Burung (H5N1),

terutama masalah penanganan jenazah, yang antara lain disebabkan oleh latar belakang

agama dan sosial budaya masyarakat yang beragam (sehingga pemahaman dan reaksi

masyarakat terhadap Flu Burung (H5N1) pun harus turut beragam) mengharuskan

setiap petugas medis (dokter dan perawat) di Rumah sakit yang menerima pasien Flu

Burung (H5N1) menjelaskan segala tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien

tersebut baik kepada diri sendiri (jika mungkin) mungkin keluarganya secara jelas dan

terperinci sehingga dapat dipahami dan diterima dengan baik.

Page 128: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED

CONSENT)

Page 129: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit
Page 130: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

BAGI KELUARGA PASIEN (BUDAYA HIDUP SEHAT)1. Peralatan Rumah Tangga2. Lantai3. Kamar Mandi / WC4. Kamar Pasien5. Kain/linen kotor6. Sampah dan Tempat Sampah

Page 131: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

BAGI ORANG YANG TINGGAL DI DAERAH TERJANGKIT

1. Penyebaran virus Flu Burung (H5N1) di daerah terjangkit sesungguhnya dapat dicegah.

Yang dimaksud daerah terjangkit adalah daerah dimana terdapat unggas mati akibat H5N1

pada radius 1 km.

2. Penanganan yang tepat terhadap unggas yang sakit, yang dicurigai Flu Burung (H5N1) atau

mati adalah penting untuk tindakan pengendalian dalam rangka mencegah penyebaran.

3. Dekontaminasi areal peternakan dan kandang ayam akan membantu pengendalian

penyebaran penyakit.

4. Burung yang mati dan kotorannya harus dikubur.

5. Pakaian pelindung yang terkontaminasi harus ditangani secara benar dan dibuang.

6. Sepatu yang digunakan harus didekontaminasi.

Page 132: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

7. Orang yang sakit seperti flu harus memperhatikan tindakan pencegahan

tambahan.

8. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan ketika akan mengunjungi teman

ataupun saudara yang dirawat di fasilitas kesehatan.

9. Pada daerah yang terjangkit Flu Burung (H5N1), jangan memakan daging

yang berasal dari unggas atau binatang yang sakit atau mati. Bahkan

disarankan untuk tidak mengkonsumsi semua jenis unggas baik yang sehat

maupun yang sakit dari peternakan yang terinfeksi Flu Burung (H5N1)

tersebut.

Page 133: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

10. Pada daerah di luar radius 1 km daerah terjangkit, harus

memahami dan melakukan langkah-langkah tindakan

pencegahan.

11. Lakukan semua tindakan kewaspadaan untuk mejamin bahwa

semua unggas dan bahan olahannya telah diproses dengan

baik dan aman untuk dimakan (konsumsi)

Page 134: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit
Page 135: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

LAMPIRAN – LAMPIRANPedoman penggunaan antibiotik

Antibiotik Dosis Frekuensi Relative cost Keterangan

Penisilin G

50.000 unit/kg/kali

Dosis tunggal maks.4.000.000

unit

Tiap 4 jam Rendah S. Pneumoniae

Cetriaxone

50 mg/kg/dosis tunggal maks.2

gram1 x / hari Tinggi

S. pneumoniae, H. Influenzae

Cefuroxime50 mg/kg/kali dosis tunggal maks. 2 gram

Tiap 8 jam Tinggi S. pneumoniae,

H. influenzae

Clindamycin10 mg/kg/kali dosis tunggal

maks. 1,2 gramTiap 6 jam Rendah

Group A strep., S. aureus,

S.pneumoniae (alternatif untuk anak yang alergi thd beta lactam,

lebih jarang menimbulkan

flebitis pd pemberian IV dr pd eritromisin)

Eritromisin10 mg/kg/kali dosis tunggal maks. 1 gram

Tiap 6 jam Rendah

S.pneumonia,Chlamidia

pneumonia,Mycoplasma

pneumonia

Page 136: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit
Page 137: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit
Page 138: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Laboratorium Rujukan Pasien Flu Burung (H5N1)

8 ( delapan) laboratorium Al

regional sesuai rencana strategi nasional Al di indonesia

Lab. Rujukan nasional :

1. Badan Litbangkes Jakarta

2. Lembaga Eikjman Jakarta

Lab. Regional :

1. Bagian Mikrobiologi FK Univ Indonesia, Jakarta

2. Bagian Mikrobiologi FK Univ Islam, Sumatera Utara

3. Bagian Mikrobiologi FK Univ Diponegoro, Semarang

4. Bagian Mikrobiologi FK Univ Udayana, Bali

5. Bagian Mikrobiologi FK Univ Hasanuddin, Makasar

6. BLK Palembang, Palembang

7. BLK Bandung, Jawa Barat

8. BLK Surabaya, Jawa Timur

Page 139: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit
Page 140: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit
Page 141: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Kriteria Ruang Perawatan Isolasi Flu Burung (H5N1)

1)Perawatan Isolasi (Isolation Room)

a. Zona paparan primer / paparan tinggi

b. Pengkondisian udara masuk dengan open circulation system

c. Pengkondisian udara keluar melalui vaccum luminar air suction system

d. Air sterizer dengan burning & filter

e. Modular minimal = 3x3 m2

Page 142: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan RI Keputusan menteri kesehatan RI nomor : 756/MENKES/SK/IX/2006

Tentang pembebasan biaya pasien penderita flu burung, menteri kesehatan RI

Keputusan menteri kesehatan nomer 1372/Menkes/SK/IX/2005 Tentang penetapan kejadian luar biasa (KLB) flu burung ( Avian influenza)

Keputusan menteri kesehatan nomer 1371/Menkes/SK/IX/2005 tentang penetapan flu burung sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah serta pedoman penggulangannya

Peraturan menteri kesehatan nomer 1575/Menkes/Per/IX/2005 tentang struktur organisasi dan tata kerja departemen kesehatan

Keputusan menteri kesehatan nomer 756/MENKES/SK/IX/2006 tanggal 20 september 2006 tentang pedoman prosedur penggantian biaya penanganan pasien penderita flu burung

Page 143: Pedoman Tatalaksana Flu Burung (H5N1) Di Rumah Sakit