Upload
ikhsan-kamil
View
3.359
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
NOMOR KEP45/DJ‐PB/2009
TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN KAWASAN
MINAPOLITAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mendorong percepatan pengembangan wilayah
dengan kegiatan perikanan sebagai kegiatan utama dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat diperlukan Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan
b. Bahwa dalam rangka tindak lanjut dari keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41/MEN/2009 tentang Penetapan Lokasi Minapolitan, perlu menetapkan Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan dengan Keputusan Direktur Jenderal.
Mengingat : 1. Undang‐undang Nonor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nonor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Sususan Organisasi dan Tata KErja Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaiman telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 20 tahun 2008
3. Peraturan Preiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2008;
4. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP. 24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peratran Perundang‐undangan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan;
5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2007;
6. Keputusan Menteri KElautan dan Perikanan Nomor KEP.41/MEN/2009 tentang Penetapn Lokasi Minapolitan
M E M U T U S K A N Menetapkan : KEPUTUSAN DREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA TENTANG PEDOMAN
UMUM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN PERTAMA :Menetapkan Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. KEDUA : Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan sebagaimana dimaksud
pada Diktum Pertama dipergunakan sebagai acuan bagi Pemerintah Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, serta masyarakat dalam rangka Pengembangan Kawasan Minapolitan
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Juli 2009
DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
MADE L. NURDJANA
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
NOMOR KEP 45/DJ‐PB/2009
TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN KAWASAN
MINAPOLITAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Maksud dan Tujuan
Tujuan pengembangan Kawasan Minapolitan adalah untuk mendorong percepatan
pengembangan wilayah dengan kegiatan perikanan sebagai kegiatan utama dalam
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong keterkaitan
desa dan kota dan berkembangnya sistem dan usaha minabisnis yang berdaya saing
berbasis kerakyatan, berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) dan terdesentralisasi
(wewenang berada di Pemerintah Daerah dan Masyarakat) di Kawasan Minapolitan.
Dengan berkembangnya system dan usaha minabisnis maka di Kawasan Minapolitan
tersebut tidak saja dibangun usaha budidaya (on farm) saja tetapi juga off farm nya yaitu
usaha minabisnis hulu (pengadaan sarana perikanan) dan jasa penunjangnya, sehingga akan
menggurangi kesenjangan kesejahteraan pendapatan antar masyarakat, mengurangi
kemiskinan dan mencegah terjadinya urbanisasi tenaga produktif, serta akan meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
B. Ruang Lingkup
1. Prinsip dasar pengembangan kawasan minapolitan yang berisi tentang:
a. Pengertian
b. Ciri‐ciri kawasan minapolitan
c. Persyaratan Kawasan Minapolitan
d. Batasan Kawasan Minapolitan
2. Strategi dan Arah Pengembangan
3. Proses Perencanaan dan Penetapan Calon Kawasan Minapolitan
4. Metoda Pelaksanaan dan Pembiayaan
5. Manajemen Pengembangan Kawasan Minapolitan
C. Sasaran Pengembangan kawasan minapolitan adalah:
1. Pemberdayaan masyarakat pelaku minabisnis sehingga mampu meningkatkan produksi,
produktifitas komoditas perikanan serta produk‐produk olahan hasil perikanan, yang
dilakukan dengan pengembangan system dan usaha minabisnis yang effisien dan
menguntungkan serta berwawasan lingkungan;
2. Penguatan kelembagaan pembudidaya ikan;
3. Pengembangan kelembagaan sistem minabisnis (penyedia agroinput, pengolahan hasil,
pemasaran dan penyediaan jasa);
4. Pengembangan kelembagaan penyuluhan pembangunan terpadu;
5. Pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi;
6. Peningkatan sarana‐prasarana meliputi: jaringan jalan termasuk jalan usaha tani (farm
road), irigasi, pasar, air bersih, pemanfaatan air limbah dan sampah;
7. Peningkatan sarana prasarana kesejahteraan sosial meliputi pendidikan, kesehatan,
kebudayaan dan sarana‐prasarana umum lainnya seperti listrik, telekomunikasi dan lain
sebagainya.
BAB II
DASAR HUKUM
A. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau‐pulau Kecil
B. Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
C. Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
D. Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
E. Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
F. Undang‐undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
G. Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
H. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan;
I. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008
J. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan
Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2008.
K. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008, tentang Dewan Sumber Daya
Air
L. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara
dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang‐undangan di Lingkungan Departemen
Kelautan dan Perikanan;
M. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.41/Men/2009
tentang Penetapan Lokasi Minapolitan
BAB III PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN
A. Pengertian
Minapolitan terdiri dari kata mina dan kata politan (polis). Mina berarti ikan dan Politan
berarti kota, sehingga Minapolitan dapat diartikan sebagai kota perikanan atau kota di
daerah lahan perikanan atau perikanan di daerah kota.
Dalam pedoman ini, yang dimaksud dengan minapolitan adalah kota perikanan yang
tumbuh dan berkembang karena berjalannya system dan usaha perikanan serta mampu
melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan ekonomi daerah
sekitarnya
Kota perikanan dapat merupakan kota menengah, atau kota kecil atau kota kecamatan
atau kota perdesaan atau kota nagari yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi
yang mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa‐desa hinterland atau
wilayah sekitarnya melalui pengembangan ekonomi, yang tidak terbatas sebagi pusat
pelayanan sektor perikanan, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti usaha
perikanan (on farm dan off farm), industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan dll.
Kota perikanan (minapolitan) berada dalam kawasan pemasok hasil perikanan (sentra
produksi perikanan) yang mana kawasan tersebut memberikan kontribusi yang besar
terhadap mata pencarian dan kesejahteraan masyarakatnya. Selanjutnya kawasan
perikanan tersebut (termasuk kotanya) disebut dengan kawasan minapolitan.
B. Ciri Kawasan Minapolitan
Suatu kawasan Minapolitan yang sudah berkembang memiliki ciri sebagai berikut:
1. Sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh pendapatan dari
kegiatan perikanan (minabisnis);
2. Sebagian besar kegiatan di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan perikanan,
termasuk di dalamnya usaha industri pengolahan hasil perikanan, perdagangan hasil
perikanan (termasuk perdagangan untuk tujuan ekspor), perdagangan minabisnis hulu
(sarana perikanan dan permodalan, minawisata dan jasa pelayanan);
3. Hubungan antara kota dan daerah‐daerah hinterland/ daerah‐daerah sekitarnya di
kawasan minapolitan bersifat interdependensi/timbal balik yang harmonis, dan saling
membutuhkan, dimana kawasan perikanan mengembangkan usaha budidaya (on
farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off farm), sebaliknya kota menyediakan
fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan minabisnis seperti penyediaan
sarana perikanan, modal, teknologi, informasi pengolahan hasil dan penampungan
(pemasaran) hasil produksi perikanan;
4. Kehidupan masyarakat di kawasan minapolitan mirip dengan suasana kota karena
keadaan sarana yang ada di Kawasan Minapolitan tidak jauh berbeda dengan di kota.
C. Persyaratan Kawasan Minapolitan
Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu Kawasan Minapolitan dengan
persyaratan sebagai berikut:
1. Memiliki sumberdaya lahan/perairan yang sesuai untuk pengembangan komoditas
perikanan yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar (komoditas unggulan),
serta berpotensi atau telah berkembang diversifikasi usaha dari komoditas
unggulannya. Pengembangan kawasan tersebut tidak saja menyangkut kegiatan
budidaya perikanan (on farm) tetapi juga kegiatan off farmnya; yaitu mulai pengadaan
sarana dan prasarana perikanan (benih, pakan, obat‐obatan dsb) kegiatan pengolahan
hasil perikanan sampai dengan pemasaran hasil perikanan serta kegiatan penunjang
(pasar hasil, industri pengolahan, minawisata dsb);
2. Memiliki berbagai sarana dan prasarana Minabisnis yang memadai untuk mendukung
pengembangan system dan usaha Minabisnis yaitu:
i.) Pasar, baik pasar untuk hasil‐hasil perikanan, pasar sarana perikanan (pakan,
obat‐obatan dsb), maupun pasar jasa pelayanan termasuk pasar lelang, cold
storage dan prosessing hasil perikanan sebelum dipasarkan;
ii.) Lembaga keuangan (perbankan dan non perbankan) sebagai sumber modal untuk
kegiatan minabisnis;
iii.) Memiliki kelembagaan pembudidaya ikan (kelompok, UPP) yang dinamis dan
terbuka pada inovasi baru, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai Sentra
Pembelajaran dan Pengembangan Minabisnis (SPPM). Kelembagaan
pembudidaya disamping sebagai pusat pembelajaran (pelatihan), juga diharapkan
kelembagaan pembudidaya ikan dengan pembudidaya ikan disekitarnya
merupakan Inti‐Plasma dalam usaha minabisnis;
iv.) Balai Benih Ikan (BBI), Unit Perbenihan Rakyat (UPR), dsb yang berfungsi sebagai
penyumpai induk dan penyedia benih untuk kelangsungan kegiatan budidaya
ikan.
v.) Penyuluhan dan bimbingan teknologi minabisnis, untuk mengembangkan
teknologi tepat guna yang cocok untuk daerah Kawasan Minapolitan;
vi.) Jaringan jalan yang memadai dan aksesibilitas dengan daerah lainnya serta sarana
irigasi, yang kesemuanya untuk mendukung usaha perikanan yang effisien.
3. Memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai seperti transportasi, jaringan
listrik, telekomunikasi, air bersih dll;
4. Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial/masyarakat yang memadai
seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi, perpustakaan, swalayan dll;
5. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian social
budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan desa terjamin
D. Batasan Kawasan Minapolitan
Batasan suatu kawasan Minapolitan tidak ditentukan oleh batasan administratif
pemerintah (Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, dsb) tetapi lebih ditentukan dengan
memperhatikan economic of scale dan economic of scope. Karena itu, penetapan Kawasan
Minapolitan hendaknya dirancang secara lokal dengan memperhatikan realitas
perkembangan Minabisnis yang ada di setiap daerah. Dengan demikian bentuk dan luasan
kawasan minapolitan dapat meliputi satu wilayah Desa/Kelurahan atau Kecamatan atau
beberapa Kecamatan dalam Kabupaten/Kota atau dapat juga meliputi wilayah yang dapat
menembus wilayah Kabupaten/Kota lain berbatasan. Kotanya dapat berupa Kota Desa atau
Kota Nagari atau Kota Kecamatan atau Kota Kecil atau Kota Menengah. Abstraksi Kawasan
Minapolitan tersebut dapat digambarkan secara skematis pada gambar di bawah ini:
GAMBAR 1. KAWASAN MINAPOLITAN
BAB IV STRATEGI DAN ARAH PENGEMBANGAN
A. Strategi Pengembangan
Strategi pengembangan Kawasan Minapolitan adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan system dan usaha minabisnis berorientasi pada kekuatan pasar (market
driven), yang dapat menembus batas Kawasan Minapolitan, bahkan Kabupaten/Kota,
provinsi dan Negara untuk mencapai pasar global melalui persaingan yang ketat.
Pengembangan dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat agar mampu
mengembangkan usaha komoditas unggulan berdasarkan kesesuaian lahan/perairan
dan kondisi sosial ekonomi budaya daerah. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya
diarahkan pada upaya peningkatan produksi dan produktifitas komoditas perikanan
tetapi juga pada pengembangan usaha dengan sistem minabisnis lainnya yang
mendukung usaha minabisnis yaitu minabisnis hulu, hilir (pemasaran, pengolahan
hasil, dsb) serta industri jasa dan pelayanan;
b. Pengembangan sarana prasarana umum yang berwawasan lingkungan yang diperlukan
seperti jaringan jalan, irigasi transportasi, telekomunikasi, pasar, gudang, dan kegiatan‐
kegiatan untuk memperlancar pengangkutan hasil perikanan ke pasar dengan effisien
dengan resiko minimal;
c. Reformasi regulasi yang berhubungan dengan penciptaan iklim kondusif bagi
pengembangan usaha, pengembangan ekonomi daerah dan wilayah seperti dalam hal
perizinan, bea masuk, peraturan dari pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota
yang harus saling mendukung dan konsisten, sehingga menghilangkan regulasi yang
saling menghambat
B. Arah Pengembangan
Pengembangan Kawasan Minapolitan mempunyai arah pengembangan sebagai berikut:
a. Pemberdayaan masyarakat pelaku minabisnis di dalamnya termasuk peningkatan
kualitas pengusaha (pembudidaya & aparatur), sehingga mampu memanfaatkan
potensi/peluang ekonomi yang ada di pedesaan;
b. Meningkatkan minabisnis komoditas unggulan lokal, yang saling mendukung dan
menguatkan termasuk usaha industri kecil, pengolah hasil, jasa pemasaran dan
minawisata dengan mengoptimalkan manfaat sumberdaya alam, secara effisien dan
ekonomis, sehingga tidak ada limbah yang terbuang, atau yang tidak termanfaatkan
untuk kesejahteraan masyarakat (usaha perikanan terpadu tanpa limbah);
c. Menjamin tersedianya sarana produksi dan permodalan dengan enam prinsip tepat
(jumlah, kualitas, jenis, waktu, harga dan lokasi);
d. Pengembangan kelembagaan pembudidaya ikan sebagai sentra pembelajaran dan
pengembangan minabisnis;
e. Pengembangan kelembagaan keuangan termasuk Lembaga Keuangan Mikro;
f. Pengembangan kelembagaan penyuluhan perikanan;
g. Pengembangan pusat‐pusat pertumbuhan minabisnis dan industri perikanan secara
lokal;
h. Peningkatan perdagangan/pemasaran termasuk pengembangan terminal/sub terminal
minabisnis dan pusat lelang hasil perikanan;
i. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana umum yang
bersifat strategis;
j. Pengembangan pendidikan perikanan untuk generasi muda;
k. Pengembangan percobaan/pengkajian teknologi tepat guna yang sesuai kondisi lokal.
BAB V
PERENCANAAN
A. Proses Perencanaan
1. Sosialisasi program untuk seluruh stakeholders (pemerintah, masyarakat dan swasta)
dalam rangka menyamakan persepsi, mendapatkan dukungan dan masukan, dalam
pengembangan kawasan minapolitan melalui system dan usaha minabisnis termasuk
untuk mensiasati strategi pasar global dan pengembangan pasar domestik, serta
perbaikan regulasi. Termasuk dalam sosialiasi ini adalah mendorong petugas dan tokoh
masyarakat agar mampu melaksanakan kegiatan identifikasi, merumuskan program
pengembangan Jangka Menengah dan kegiatan strategis lainnya. Sosialisasi dilakukan
terutama pada tahap‐tahap penumbuhan dan tahap pengembangan;
2. Menetapkan kawasan di daerah kabupaten/kota sebagai kawasan pengembangan
minapolitan melalui kelayakan yang cermat (kelayakan ekonomi, teknis sosial budaya
dan lingkungan hidup). Untuk menetapkan wilayah binaan yang akan dijadikan kawasan
minapolitan, perlu ditetapkan faktor‐faktor penentu yang merupakan unsur indikator
strategis Kawasan wilayah dalam rangka pengembangan menuju kawasan minapolitan
dapat digolongkan dalam 3 (tiga) strata yaitu:
(a) Pra Kawasan Minapolitan I,
Pra kawasan MInapolitan I Merupakan strategi perencanaan jangka pendek ( di bawah 1 tahun), suatu tahap awal dari pengembangan kawasan pusat perikanan, dimana pada tahap ini wilayah tersebut memiliki ciri‐ciri seperti: sumberdaya alam yang melimpah, SDM minabisnis yang tidak terampil dan belum diberdayakan, tingkat produksi perikanan yang masih rendah, dan pola usaha budidaya masih tradisional.
(b) Pra Kawasan Minapolitan II,
Strategi perencanaan jangka menengah (1 tahun hingga 5 tahun). Pada tahapan ini
Kawasan sentra perikanan (Minapolitan) sudah mulai berkembang dan hal ini
dicirikan oleh kondisi seperti: adanya upaya pemanfaatan sumberdaya alam lokal,
pengembangan usaha perikanan terpadu, masuknya investor minabisnis hilir, dan
adanya peningkatan kemampuan SDM perikanan.
(c) Kawasan Minapolitan.
Strategi perencanaan jangka panjang (di atas 5 tahun). Pada tahapan ini kawasan
perikanan (Minapolitan) sudah berkembang dan memiliki ciri‐ciri seperti:
optimalisasi sumberdaya alam, aplikasi sistem usaha perikanan modern yang
terpadu dengan pengembangan sistem usaha minabisnis, masuknya investor
minabisnis hulu dan hilir yang mengembangkan pola kemitraan usaha budidaya dan
produksi, dan kemampuan SDM bidang perikanan sudah tinggi.
Secara rinci penjelasan unsur indikator strategis dalam rangka pembinaan
pengembangan menuju kawasan minapolitan dapat diperiksa sesuai gambar 2 di bawah
ini:
GAMBAR 2. TAHAPAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN
Pra Kawasan Minapolitan I
Pra Kawasan Minapolitan II
Kawasan Minapolitan
Tabel 1. Rincian Indikator Strategis Pengembangan Kawasan Minapolitan
No Indikator Pra Kawasan
Minapolitan I
Pra Kawasan
Minapolitan II
Kawasan
Minapolitan
1.
a.
b.
c.
Komoditas Unggulan
Satu jenis komoditas
Lebih dari 1 jenis komoditas
Komoditas unggulan dan produk olahan
a
b
c
2.
a.
b.
c.
Kelembagaan Pasar
Menampung hasil dari sebagian kecil kawasan
Menampung hasil dari sebagian besar kawasan
Menampung hasi dari kawasan minapolitan dan
luar kawasan
a
b
c
3.
a.
b.
c.
Kelembagaan Pembudidaya
Berperan dalam penyediaan sarana perikanan dan
sebagian kecil dalam pengolahan dan pemasaran
Berperan dalam penyediaan arana perikanan dan
pengolahan, pemasaran
Berperan dalam penyediaan sarana perikanan,
pengolahan dan pemasaran kebutuhan
masyarakat
a
b
c
4.
a.
b.
c.
Kelembagaan BPP
BPP sebagai Balai Penyuluhan Perikanan
BPP sebagai Balai Penyuluhan Minabisnis
BPP sebagai Balai Penyuluhan Pembangunan
a
b
c
5.
5.1.
Sarana dan Prasarana
Aksesibilitas ke/di sentra produksi
a.
b.
c.
5.2
a.
b.
c.
5.3
a.
b.
c.
a. Sedang
b. Cukup
c. Baik
Prasarana & Sarana Umum
a. Sedang
b. Cukup
c. Baik
Prasarana & Sarana Kesejahteraan Sosial
a. Sedang
b. Cukup
c. Baik
a
a
a
b
b
b
c
c
c
3. Inventarisasi dan identifikasi di kawasan wilayah binaan yang telah terpilih (calon
kawasan yang akan dibina menjadi Kawasan Minapolitan), dilakukan oleh Pemerintah
Daerah dan masyarakat setempat serta instansi terkait. Termasuk dalam kegiatan ini
adalah kegiatan analisis pengembangan daerah seperti: analisi tata ruang, kajian
mengenai potensi pengembangan minabisnis dan analisia sosial budaya dan kapasitas
SDM
4. Menyusun rencana/program pengembangan kawasan minapolitan jangka panjang
dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya lahan dan tahap perkembangan
kawasan wilayah. Penyusunan program ini dilakukan di tingkat Kab/Kota oleh
Pemerintah Daerah bersama‐sama masyarakat serta instansi lintas sektoral. Untuk
sinkronisasi dan keberlanjutan pengembangan kawasan minapolitan sebaiknya rencana
program ini tercantum dalam Rencana Umum Tata Ruang (RUTR). Program Jangka
Panjang dari setiap kawasan pengembangan minapolitan kemudian dijabarkan dalam
Program Pengembangan Kawasan Minapolitan tahunan. Dalam program tahunan
setidaknya terdapat matriks kegiatan minimal memuat, jenis kegiatan, jadwal
pengembangan sampai tahap akhir, penanggung jawab dan keperluan biaya. Rencana
(program) ini merupakan rencana Pemerintah Kab/Kota bersama masyarakat
(pembudidaya, pengusaha/swasta dan BUMN, lembaga penelitian, lembaga pendidikan,
serta masyarakat umum)
B. Tahap Perencanaan
Pengembangan Kawasan Minapolitan dilaksanakan secara bertahap, berorientasi jangka
panjang, dimulai dengan program jangka pendek yang bersifat rintisan dan stimulan, yang
perlu dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Waktu yang dibutuhkan
untuk mengembangkan kawasan minapolitan bisa mencapai 5 tahun, tergantung situasi dan
kondisi tingkatan kawasan yang akan dikembangkan.
C. Penetapan Lokasi Calon Kawasan Minapolitan
Langkah‐langkah penetapan lokasi pengembangan kawasan perikanan yang akan dibina
menjadi wilayah kawasan minapolitan dilakukan sebagai berikut:
1. Penetapan Kab/kota lokasi kawasan perikanan yang akan dijadikan kawasan minapolitan
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi jika kawasan tersebut meliputi lebih dari 1
Kab/Kota sedangkan kawasan perikanan yang akan dijadikan sebagai kawasan
minapolitan di Kab/Kota ditetapkan oleh Pemda Kab/Kota dan masyarakat (DPRD
Kab/Kota)
2. Penetapan calon lokasi kawasan minapolitan, didasarkan pada persyaratan
- Usulan masyarakat;
- Hasil studi kelayakan lokasi; dan
- Kebijakan pengembangan kawasan yang berdasarkan pada RTRW
provinsi/kabupaten/kota
3. Dalam rangka mempersiapkan untuk kegiatan fasilitasi, maka usulan calon lokasi
kawasan minapolitan untuk tahun berikutnya oleh Pemda Provinsi/Kab/Kota
4. Fasilitasi untuk pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Minapolitan dari rencana
yang disusun oleh masyarakat terutama menyangkut kegiatan dan sharing pembiayaan
program dibahas bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kab/Kota
BAB VI PELAKSANAAN
A. Umum
Pelaksanaan pengembangan kawasan minapolitan perlu dilakukan secara terpadu dan
dimonitor oleh kelompok kerja yang ditetapkan dan bertanggungjawab kepada
Bupati/Walikota. Bila wilayah kawasan minapolitan merupakan lintas kabupaten maka porsi
ini merupakan porsi Pokja Provinsi, yang tentu bertanggungjawab kepada Gubernur.
Sebagaimana penyusunan Program Jangka Panjang yang disusun bersama, maka rencana
dan pelaksanaan tahunan mulai dari penyusunan anggaran dan kegiatan harus disusun dan
disepakati bersama oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan program
perlu diperhatikan hal‐hal sebagai berikut:
a. Pemeliharaan dan pengembangan sarana prasarana, dibangun berdasarkan program
yang disepakati bersama dalam rangka memfasilitasi sistem dan usaha minabisnis dan
mewujudkan tujuan dan sasaran pengembangan kawasan minapolitan
b. Mendorong kemitraan dengan seluruh stakeholder, terutama kemitraan antara
swasta/BUMN dengan pembudidaya (kelembagaan pembudidaya)
c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, pengendalian dan pengawasan dilakukan secara
berkala dan teratur agar seluruh kegiatan, dapat berjalan secara efisien dan efektif
B. Khusus
Pada prinsipnya pembiayaan di kawasan minapolitan dilakukan oleh masyarakat baik
masyarakat tani, pelaku penyedia agroinput, pelaku pengolahan hasil, lembaga pendidikan
dan masyarakat umum, yang didukung oleh fasilitasi pemerintah berupa APBN dan APBD.
Pembiayaan prasarana dan sarana yang bersifat umum (seperti peningkatan/pembuatan
jalan, irigasi, pasar, sanitasi, pengolahan sampah, listrik, telepon, dll) dan kegiatan‐kegiatan
strategis seperti penelitian, pelatihan, membantu menyedikan bahan/sarana perikanan
yang dibutuhkan pelaku minabisnis, membantu memecahkan masalah, pendidikan
penguatan kelembagaan pembudidaya, promosi, dan lain‐lain.
BAB VII MANAJEMEN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN
A. Peta Kewenangan
Peranan pemerintah untuk memfasilitasi pengembangan kawasan minapolitan ini harus
didasarkan pada UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004, dan PP. No. 25 tahun
2000, dengan peta kewenangan masing‐masing sebagai berikut:
1. Pemerintah kabupaten/Kota
Sesuai dengan titik berat otonomi daerah pada kabupaten/kota maka penanggung
jawab Program Pengembangan Kawasan Minapolitan adalah Bupati/Walikota. Oleh
karena itu peranan utama dari pemerintah kabupaten/Kota adalah
a. Merumuskan program, kebijakan operasional, dan koordinasi perencanan dan
pelaksanaan pengembangan kawasan minapolitan
b. Melibatkan dan mendorong partisipasi dan swadaya masyarakat dalam proses
penyusunan master plan, program dan melaksanakan program kawasan minapolitan
c. Menumbuhkan kelembagaan, sarana dan prasarana pendukung Program
Pengembangan Kawasan Minapolitan
2. Pemerintah Provinsi
Kewenangan pemerintah provinsi dalam membantu/memfasilitasi Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam pengembangan kawasan minapolitan serta bertanggung jawab
dalam pengembangan kawasan minapolitan di tingkat provinsi serta kegiatan
pemerintah yang bersifat lintas kabupaten/kota serta melaksanakan kewenangan yang
tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota. Dalam program
pengembangan kawasan minapolitan ini peranan pemerintah provinsi adalah:
a. Mengkoordinasikan rencana program dan kebijakan pengembangan kawasan
minapolitan di wilayah provinsi
b. Memberikan pelayanan informasi (pasar, teknologi, minainput, permodalan, jasa)
dan dukungan pengembangan jaringan informasi serta memfasilitasi kerjasama
lintas kabupaten/kota dalam pengembangan kawasan minapolitan
c. Menyelenggarakan pengkajian teknologi sesuai kebutuhan pembudidaya dan
pengembangan wilayah
d. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia
e. Membantu memecahkan masalah yang diminta oleh Pemerintah kabupaten/kota
f. Membangun prasarana dan sarana umum yang bersifat strategis
3. Pemerintah Pusat
Tugas pemerintah pusat adalah membantu Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam pengembangan kawasan minapolitan serta kewenangan dalam
bidang pemerintah yang menyangkut lintas provinsi. Dalam pengembangan kawasan
minapolitan Peranan Pemerintah Pusat adalah:
a. Penyusunan rencana, program dan kebijakan pengembangan kawasan minapolitan
dalam bentuk Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan beserta
Pedoman yang terkait dengan Pengembangan Kawasan Minapolitan seperti
pedoman dan standar teknis untuk pengembangan kawasan minapolitan;
b. Pelayanan informasi dan dukungan pengembangan jaringan informasi serta
menfasilitasi kerjasama lintas provinsi dan internasional dalam pengembangan
kawasan minapolitan
c. Pengembangan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia
d. Penyelenggaraan pengkajian‐pengkajian untuk pengembangan kawasan minapolitan
e. Dukungan pengembangan sarana dan prasarana umum yang bersifat strategis
B. Mekanisme Manajemen
Sesuai dengan pelaksanaan otonomi daerah dewasa ini, maka seluruh fungsi‐fungsi
manajemen pengembangan kawasan minapolitan meliputi: perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaa, dan pengawasan (monitoring dan evaluasi) pada dasarnya dilakukan dan
ditetapkan oleh masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah kabupaten/kota. Mekanisme
ini sejalan dengan prinsip perencanaan dari bawah (bottom up) yang dilakukan secara
demokratis. Pemerintah provinsi dan pusat berperan melaksanakan fasilitasi kepada
Pemerintah kabupaten/Kota, agar kegiatan pengembangan kawasan minapolitan di
lapangan berjalan lancar.
C. Kelompok Kerja Titik berat kegiatan pengembangan Kawasan Minapolitan ini terdapat di Kabupaten/Kota.
Oleh karena itu diharapkan Bupati/Walikota membentuk POKJA Minapolitan
Kabupaten/Kota dan wadah secretariat POKJA untuk membantu melaksanakan peran
pemerintah Kabupaten/Kota dalam pengembangan kawasan minapolitan secara sinergis,
mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan. Keanggotaan POKJA ini terdiri dari unsur
instansi terkait dan masyarakat seperti Dinas/instansi Perikanan, Bappeda, Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Koperasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Perguruan Tinggi, Perbankan,
Kadin Kabupaten/Kota, Tokoh Pengusaha/Instansi, Camat, Tokoh Masyarakat dan unsur
lainnya yang dianggap penting. Hal serupa juga diharapkan dilakukan pada tingkat provinsi
dan tingkat pusat/nasional. POKJA dan wadah sekretariatnya, dengan unsur‐unsur sesuai
kebutuhan, ditingkat provinsi ditetapkan oleh Gubernur, sedangkan di tingkat nasional
ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai penanggung jawab pembangunan
perikanan di tingkat nasional. Disarankan POKJA yang ada di daerah sebaiknya sinkron
dengan keanggotan Dewan Bimas Ketahanan Pangan
D. Indikator Keberhasilan
Setiap Kabupaten pelaksana program pengembangan kawasan minapolitan, perlu
menyusun indikator keberhasilannya berupa dampak dan output yang diharapkan dari
pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Minapolitan. Indikator keberhasilan
tersebut perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah masing‐masing.
Sebagai bahan acuan untuk penyusunan indikator keberhasilan, bersama ini disampaikan
usulan indikator keberhasilan yang tentunya perlu disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan daerah masing‐masing (baik Jenis Indikator maupun angka‐angka
persentasenya), yaitu:
1. Dampak
a. Pendapatan masyarakat dan pendapatan keluarga pembudidaya meningkat,
minimal 5 % di kawasan minapolitan (di Kota dan Desa‐desa lokasi kegiatan)
b. Produktivitas hasil perikanan meningkat minimal 5 % di kawasan minapolitan lokasi
program
c. Investasi masyarakat (pembudidaya ikan, swasta, BUMN) meningkatkan minimal 10
% di kawasan minapolitan lokasi kegiatan
d. Kegiatan ikutan tumbuh subur di lokasi kegiatan pengembangan kawasan
minapolitan
2. Output
a. 80 % dari kelembagaan pembudidaya ikan (kelompok pembudidaya, Koperasi,
Kelompok Usaha) di Kawasan Minapolitan yang dibina mampu menyusun usaha
yang berorientasi pasar dan lingkungan
b. Tiap desa dan kecamatan di lokasi kawasan minapolitan menyusun
program/rencana tiap tahun secara partisipatif dan disetujui bersama untuk
dilaksanakan
c. Matrik Program (Rencana Kegiatan) Jangka Panjang dan Detail Engineering Design
untuk pelaksanaan fisik sarana dan prasarana di kawasan minapolitan disetujui
bersama untuk dilaksanakan (dengan harapan 70 % dapat dilaksanakan di kawasan
minapolitan).
d. Jaringan bisnis dari pembudidaya/kelompok pembudidaya terbentuk dan aktif di
kawasan minapolitan
e. Tim penyuluh multidisiplin dan professional terbentuk dan operasional di kawasan
minapolitan lokasi program
f. 80 % di Pembudidaya ikan maju terpilih, yang dilatih mampu menjadi tempat
belajar bagi pembudidaya ikan di lingkungannya
BAB VIII PENUTUP
Pedoman umum ini iharapka dapat menjadi acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, serta masyarakat dalam rangka pengembangan kawasan minapolitan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Juli 2009
DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
MADE L. NURDJANA