38
Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada tahun 2009, luas areal tanaman kakao di Indonesia mencapai 1.587.136 ha yang terdiri dari 1.491.808 ha (93,9%) Perkebunan Rakyat, 49.489 ha Perkebunan Besar Negara dan 45.839 ha Perkebunan Besar Swasta, dengan jumlah petani yang terlibat secara langsung sebanyak 1.475.353 KK. Produksi sebesar 809.583 ton menempatkan Indonesia sebagai negara produsen terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading (1.380.000 ton). Ekspor kakao Indonesia pada tahun 2009 mencapai 521,3 ribu ton dengan nilai US$ 1,3 milyar menempatkan kakao sebagai penghasil devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet. Sentra kakao Indonesia tersebar di Sulawesi (63,8%), Sumatera (16,3%), Jawa (5,3%), Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali (4,0%), Kalimantan (3,6%), Maluku dan Papua (7,1%). Berdasarkan identifikasi lapangan dan data tahun 2008, diketahui kurang lebih 70.000 ha kebun kakao dengan kondisi tanaman tua, rusak, tidak produktif, dan terkena serangan hama dan penyakit dengan tingkat serangan berat sehingga perlu dilakukan peremajaan, 235.000 ha kebun kakao dengan tanaman yang

Pedoman Umum Gernas Kakao

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pedoman penanaman kakao

Citation preview

Page 1: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pada tahun 2009, luas areal tanaman kakao di Indonesia mencapai 1.587.136 ha yang terdiri dari 1.491.808 ha (93,9%) Perkebunan Rakyat, 49.489 ha Perkebunan Besar Negara dan 45.839 ha Perkebunan Besar Swasta, dengan jumlah petani yang terlibat secara langsung sebanyak 1.475.353 KK. Produksi sebesar 809.583 ton menempatkan Indonesia sebagai negara produsen terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading (1.380.000 ton). Ekspor kakao Indonesia pada tahun 2009 mencapai 521,3 ribu ton dengan nilai US$ 1,3 milyar menempatkan kakao sebagai penghasil devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet.

Sentra kakao Indonesia tersebar di Sulawesi (63,8%), Sumatera (16,3%), Jawa (5,3%), Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali (4,0%), Kalimantan (3,6%), Maluku dan Papua (7,1%).

Berdasarkan identifikasi lapangan dan data tahun 2008, diketahui kurang lebih 70.000 ha kebun kakao dengan kondisi tanaman tua, rusak, tidak produktif, dan terkena serangan hama dan penyakit dengan tingkat serangan berat sehingga perlu dilakukan peremajaan, 235.000 ha kebun kakao dengan tanaman yang

Page 2: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 2

kurang produktif dan terkena serangan hama dan penyakit dengan tingkat serangan sedang sehingga perlu dilakukan rehabilitasi, dan 145.000 ha kebun kakao dengan tanaman tidak terawat serta kurang pemeliharaan sehingga perlu dilakukan intensifikasi.

Serangan hama penyakit utama adalah Penggerek Buah Kakao (PBK) dan penyakit Vascular Streak Dieback (VSD), mengakibatkan menurunnya produktivitas menjadi 660 kg/ha/tahun atau sebesar 37% dari produktivitas yang pernah dicapai (1.100 kg/ha/thn). Hal ini mengakibatkan kehilangan hasil sebesar 184.500 ton/thn atau setara dengan Rp 3,69 triliun per tahun. Selain menurunkan produktivitas, serangan tersebut menyebabkan mutu kakao rakyat rendah, sehingga ekspor biji kakao ke Amerika Serikat mengalami pemotongan harga sebesar US$ 301,5/ton. Rendahnya mutu kakao menyebabkan citra kakao Indonesia menjadi kurang baik di pasar internasional.

Upaya pengembangan kakao dihadapkan berbagai kendala antara lain (1) produktivitas tanaman dibawah potensi normal; (2) adanya berbagai serangan hama penyakit yang sulit dikendalikan oleh petani secara individual; (3) mutu biji rendah; (4) industri hilir dalam negeri belum berkembang sehingga masih dalam bentuk produk primer; (5) sulitnya petani mendapatkan pendanaan khusus untuk pengembangan kakao.

Page 3: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 3

Selama ini telah dilakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut seperti pemberdayaan petani melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) dan Sistem Kebersamaan Ekonomi (SKE), serta penerapan teknologi pengendalian dengan metoda PSPsP (pemangkasan, sanitasi, panen sering dan pemupukan) untuk pengendalian PBK dan VSD serta penyediaan benih unggul. Mengingat pelaksanaannya masih parsial dalam skala kecil, maka hasilnya belum optimal. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilakukan secara serentak, terpadu dan menyeluruh melalui suatu gerakan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan maupun sumberdaya yang ada.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Wakil Presiden RI pada pertemuan koordinasi tanggal 6 Agutus 2008 telah menegaskan perlunya Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dan selanjutnya pada tanggal 10 Agustus 2008 Wakil Presiden RI mencanangkan Gerakan dimaksud di Mamuju, Sulawesi Barat, yang ditindaklanjuti dengan kesepakatan para Gubernur se-Sulawesi, Perbankan, Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi.

Gerakan tersebut dilaksanakan mulai dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Pada tahun 2009 Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dilaksanakan di 9 provinsi (Sulsel, Sultra, Sulbar, Sulteng, Bali, NTT,

Page 4: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 4

Maluku, Papua dan Papua Barat) dan 40 kabupaten. Sedangkan pada tahun 2010 menjadi 13 provinsi (Sulsel, Sultra, Sulbar, Sulteng, Bali, NTT, Maluku , Papua dan Papua Barat, Kalbar, Kaltim, Gorontalo dan Maluku Utara) dan 56 kabupaten. Ke empat provinsi baru (Kalbar, Kaltim, Gorontalo dan Maluku Utara) merupakan sentra kakao di Indonesia bagian timur yang saat ini juga mendapat serangan OPT. Pada tahun 2011 pelaksanaan Gerakan berkembang menjadi 25 provinsi dan 98 kabupaten dan pada tahun 2012 ini dilaksanakan di 14 provinsi dan 50 kabupaten yang merupakan sentra kakao di Indonesia Bagian Timur.

1.2. Tujuan

Tujuan disusunnya Pedoman Umum adalah sebagai acuan dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao.

1.3. Sasaran

(1) Tersedianya Pedoman Umum Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao.

(2) Tercapainya kesamaan pemahaman dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao.

(3) Terlaksananya Gerakan sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.

Page 5: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 5

1.4. Dasar Hukum

Dasar hukum penyusunan Pedoman Umum Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah :

(1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);

(2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);

(3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839;

(4) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3616);

(5) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

Page 6: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 6

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

(6) Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;

(7) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia juncto Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;

(8) Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia; sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 17 Tahun 2007;

(9) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT.140/7/ 2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian; sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 11/Permentan/ OT.140/2/2007;

(10) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/OT.140/ 2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian; sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/OT.140/2/2007;

(11) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 33/Permentan/ OT.140/7/2006 tentang

Page 7: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 7

Pengembangan Perkebunan Melalui Program Revitalisasi Perkebunan;

(12) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura;

(13) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 117/PMK.06/2006 tentang Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan.

(14) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1643/kpts/OT.160/12/2008 tanggal 2 Desember 2008 tentang Penyelenggaraan dan Pembentukan Tim Koordinasi Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional.

(15) Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 3540/Kpts/OT.160/10/2010 tanggal 26 Oktober 2010 tentang Penyelenggaraan dan Pembentukan Tim Koordinasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao.

1.5. Pengertian dan Definisi

Beberapa istilah/pengertian yang digunakan dalam Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah :

(1) Benih Kakao Somatic Embryogenesis (SE) adalah bahan tanam kakao yang dihasilkan

Page 8: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 8

melalui teknologi perbanyakan Somatic Embryogenesis dengan menggunakan klon unggul, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, dapat dilakukan dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat;

(2) Entres adalah bahan tanam yang digunakan untuk sambung samping, berasal dari cabang plagiotrop;

(3) Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah upaya percepatan perbaikan budidaya tanaman kakao rakyat dalam rangka peningkatan produktivitas tanaman dan mutu hasil kakao nasional dengan memberdayakan/melibatkan secara optimal seluruh potensi pemangku kepentingan serta sumberdaya yang ada, di 14 provinsi meliputi 50 kabupaten sentra kakao yang terkena serangan hama dan penyakit dengan kategori sedang sampai dengan berat;

(4) Laboratorium Lapangan adalah unit pelaksana teknis yang mempunyai tugas dan fungsi dalam bidang pengamatan, peramalan, pemeriksaan, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), analisis dan evaluasi hasil pengendalian OPT, pengembangan metoda pengamatan/ peramalan/ pengendalian, pemantauan daerah sebar OPT dan faktor iklim serta pembuatan koleksi, visualisasi dan informasi pengendalian OPT;

Page 9: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 9

(5) Pemberdayaan Petani adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam mengelola usaha taninya;

(6) Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah segala kegiatan atau upaya untuk mencegah dan menanggulangi serangan OPT terhadap tanaman. Pengendalian OPT bertujuan untuk menekan populasi dan atau tingkat serangan OPT agar tidak merugikan secara ekonomis, dan aman bagi manusia dan lingkungan hidup. Pengendalian OPT dilakukan dengan sistem PHT;

(7) Peremajaan kebun adalah penggantian tanaman tidak produktif (tua/rusak) dengan tanaman baru secara keseluruhan atau bertahap, dan pengutuhan (pemadatan) populasi sesuai standar teknis dengan menggunakan bahan tanam unggul yang berasal dari perbanyakan melalui teknologi Somatic Embryogenesis (SE);

(8) Rehabilitasi kebun adalah perbaikan kondisi tanaman (pertumbuhan dan produktivitas) melalui teknologi sambung samping dengan menggunakan bahan tanam unggul;

(9) Intensifikasi kebun adalah upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman melalui penerapan standar teknis budidaya tanaman;

Page 10: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 10

(10) Petugas Pendamping adalah petugas yang mendampingi petani untuk membantu, membimbing dan membina petani dalam melaksanakan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao;

(11) RUK adalah Rencana Usulan Kegiatan Kelompok Tani yang berisi rincian bantuan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi;

(12) Standar mutu adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN);

(13) Substasiun Penelitian Kakao adalah unit pelaksana teknis yang mempunyai tugas dan fungsi dalam bidang penelitian, pengembangan (termasuk penyediaan bahan tanam unggul), transfer teknologi, pelatihan dan percontohan teknologi budidaya tanaman kakao spesifik lokasi;

(14) UPP (Unit Pelayanan Pembinaan) adalah unit pelayanan yang mempunyai tugas mendampingi dan membina petani dalam pelaksanaan Gerakan.

Page 11: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 11

BAB II PENDEKATAN DAN POLA GERAKAN

2.1. Pendekatan Gerakan

Pendekatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sebagai berikut :

(1) Gerakan dilaksanakan oleh seluruh pemangku kepentingan yaitu pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, perbankan, petani, swasta dengan mengoptimalkan sumberdaya yang ada;

(2) Lahan merupakan hamparan yang kompak atau berkelompok;

(3) Pemberdayaan petani dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan;

(4) Tanaman tua/rusak berat diremajakan dengan penggantian tanaman baru berupa benih yang berasal dari klon unggul hasil perbanyakan teknologi Somatic Embryogenesis (SE);

(5) Tanaman produktif dengan kondisi rusak sedang dilakukan rehabilitasi dengan cara sambung samping menggunakan klon unggul;

(6) Tanaman dengan kondisi kurang terpelihara dilakukan intensifikasi;

(7) Bahan tanam (benih dan entres), pupuk untuk peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi, serta sarana pendukung sebagian disediakan oleh Pemerintah;

Page 12: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 12

(8) Untuk petani yang mengikuti kegiatan peremajaan diberikan insentif benih tanaman sela (tanaman semusim);

(9) Biaya tenaga kerja untuk pelaksanaan di kebun petani menjadi tanggungjawab petani/ pekebun, kecuali tenaga kerja pembongkaran/ penebangan dan penanaman untuk peremajaan, penebangan batang utama untuk rehabilitasi, sanitasi dan pemangkasan untuk intensifikasi, sebagian ditanggung oleh pemerintah;

(10) Biaya sarana produksi (pupuk, pestisida dan alat pertanian) untuk pemeliharaan tahun ke-2 dan seterusnya memanfaatkan fasilitas kredit Revitalisasi Perkebunan melalui perbankan;

(11) Peserta Gerakan wajib mengelola kebun sesuai standar teknis dengan bimbingan dari pendamping/ penyuluh/fasilitator dan instansi pembina;

(12) Petani peserta berdomisili di wilayah Gerakan dan merupakan pemilik kebun;

2.2 Pola Gerakan

Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dilaksanakan dengan mensinergikan seluruh pemangku kepentingan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

Page 13: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 13

(1) Pemerintah Pusat

a. Menyediakan pembiayaan untuk pengadaan bahan tanam (benih untuk peremajaan dan entres untuk sambung samping);

b. Menyediakan pembiayaan untuk pengadaan pupuk dasar pada kegiatan peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi;

c. Menyediakan sebagian bantuan upah tenaga kerja petani untuk pembongkaran/ penebangan dan penanaman untuk peremajaan, penebangan batang utama untuk rehabilitasi, sanitasi dan pemangkasan untuk intensifikasi;

d. Menyediakan pembiayaan untuk pengadaan alat dan bahan pengendalian OPT;

e. Menyediakan pembiayaan tenaga pendamping dan sarana pendukung;

f. Menyediakan sebagian pembiayaan untuk kegiatan pemberdayaan petani;

g. Menyediakan pembiayaan untuk operasionalisasi dan pengutuhan Substasiun Penelitian Kakao di 4 provinsi dan pemeliharaan 4 kebun percontohan serta penguatan 9 Laboratorium Lapangan (LL);

Page 14: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 14

h. Menyediakan sebagian pembiayaan untuk perbaikan mutu/sosialisasi penerapan Standar Mutu;

i. Menyediakan pembiayaan pembinaan, koordinasi, monitoring dan evaluasi dalam pengawalan kegiatan Gerakan di 14 Provinsi dan 50 Kabupaten.

(2) Pemerintah Provinsi

Menyediakan anggaran APBD dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao;

a. Pengadaan dan penyediaan sarana produksi dan pelayanan informasi;

b. Penjamin/avalis pinjaman petani terhadap Perbankan;

c. Penyediaan sebagian pembiayaan untuk pemberdayaan petani;

d. Penyediaan biaya sertifikasi lahan kebun kakao;

e. Menyediakan lahan untuk pembangunan substasiun penelitian dan untuk laboratorium lapangan.

(3) Pemerintah Kabupaten

Menyediakan anggaran APBD untuk mendukung Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao, yang meliputi kegiatan :

a. Penetapan Calon Petani/Calon Lahan (CP/CL);

Page 15: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 15

b. Peningkatan mutu;

c. Pemberdayaan Petani.

(4) Perbankan

Menyediakan fasilitas kredit Revitalisasi Perkebunan untuk pemeliharaan tahun ke dua dan seterusnya (pupuk, pestisida, alat pertanian).

(5) Swasta/Asosiasi

Pelaksanaan sosialisasi penerapan Standar Mutu dan penyediaan sarana pasca panen.

(6) Petani

Menyediakan pohon pelindung dan tenaga kerja untuk pelaksanaan kegiatan di kebunnya kecuali untuk pembongkaran/ penebangan dan penanaman pada kegiatan peremajaan, penebangan batang utama pada kegiatan rehabilitasi dan sanitasi serta sebagian pemeliharaan pada kegiatan intensifikasi.

Page 16: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 16

BAB III

RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup Kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao meliputi :

3.1. Kegiatan Utama

(1) Peremajaan tanaman seluas 4.900 ha dengan benih yang berasal dari klon unggul hasil perbanyakan teknologi Somatic Embryogenesis (SE) yang kegiatannya meliputi penyediaan benih, pembongkaran tanaman tua/rusak, penanaman pohon pelindung, pembuatan lubang tanam, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan pengendalian hama penyakit;

(2) Rehabilitasi tanaman seluas 39.150 ha yang kegiatannya meliputi sambung samping, pemotongan batang utama, penanaman pohon pelindung, pemeliharaan hasil sambungan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit;

(3) Intensifikasi seluas 16.930 ha yang kegiatannya meliputi penyiangan gulma, pemangkasan pohon pelindung, pemangkasan tanaman pokok kakao, sanitasi kebun, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan panen sering;

(4) Pemberdayaan petani sebanyak 6.222 orang yang kegiatannya meliputi pelatihan

Page 17: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 17

petani dan pendampingan petani oleh tenaga pendamping;

(5) Penerapan Standar Mutu yang kegiatannya meliputi penyediaan sarana sosialisasi standar mutu, sosialisasi standar mutu dan penyediaan sarana pasca panen.

3.2. Kegiatan Pendukung

(1) Pemanfaatan tenaga pendamping sebanyak 296 orang yang terdiri dari Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) 105 orang dan Pembantu Lapang Petugas TKP (PLP-TKP) 191 orang;

(2) Operasionalisasi dan pengutuhan 4 unit Substasiun penelitian dan pemeliharaan 4 kebun percontohan;

(3) Operasionalisasi 9 unit Laboratorium Lapangan;

(4) Pengembangan sistem data base teknologi budidaya kakao, yang kegiatannya adalah pemetaan eksisting perkebunan kakao yang merupakan interpretasi pemetaan mencakup 14 provinsi 50 kabupaten, pemetaan sebaran kakao yang terserang OPT dan bahan/data pendukung lainnya, validasi lapangan terhadap peta hasil interpretasi;

(5) Eksploitasi fasilitas transportasi untuk TKP dan PLP-TKP;

Page 18: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 18

(7) Pembangunan 48 Unit Pengolahan Hasil Peningkatan Mutu Biji Kakao dan sarana pendukungnya;

(8) Uji coba Sertifikasi Kebun Kakao Berkelanjutan di Kabupaten Polewali Mandar dan Mamuju Provinsi Sulawesi Barat dan di Kabupaten Kolaka dan Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara;

(9) Pembinaan, koordinasi, monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan oleh Pusat, Provinsi dan Kabupaten.

3.3. Waktu dan Lokasi Gerakan

(1) Waktu

Pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao 2012 dimulai Januari s/d Desember 2012.

(2) Lokasi

Gerakan dilaksanakan di 14 provinsi dan di 50 kabupaten, yaitu :

a. Sulawesi Barat di Kabupaten Mamasa, Polewali Mandar, Majene, Mamuju dan Mamuju Utara;

b. Sulawesi Selatan di Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Pinrang, Enrekang, Luwu, Luwu Utara, dan Bulukumba;

c. Sulawesi Tenggara di Kabupaten, Konawe, Kolaka, Kolaka Utara, Konawe Selatan, Muna dan Bombana;

d. Sulawesi Tengah di Kabupaten, Donggala, Parigi Moutong, Poso, Toli-

Page 19: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 19

Toli, Buol, Tojo Una-Una, Sigi dan Kota Palu;

e. Nusa Tenggara Timur di Kabupaten Sikka dan Ende;

f. Bali di Kabupaten Tabanan, Jembrana dan Gianyar;

g. Maluku di Kabupaten Seram Bagian Barat dan Buru;

h. Papua Barat di Kabupaten Manokwari;

i. Papua di Kabupaten Keerom dan Jayapura;

j. Kalimantan Barat di Kabupaten Sanggau, Bengkayang dan Singkawang;

k. Kalimantan Timur di Kabupaten Nunukan dan Berau;

l. Gorontalo di Kabupaten Gorontalo dan Pohuwato;

m. Maluku Utara di Kabupaten Halmahera Utara, Halmahera Selatan, Halmahera Barat dan Kep. Sula;

n. Sulawesi Utara di Kabupaten Bolaang Mongondow dan Bolaang Mongondow Utara;

Page 20: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 20

BAB IV KELOMPOK SASARAN, TATA CARA SELEKSI

Kelompok sasaran dan tata cara seleksi peserta Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sebagai berikut :

4.1. Petani / Pekebun

Persyaratan Calon Petani peserta Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah sebagai berikut :

(1) Petani pemilik kebun kakao;

(2) Berdomisili di wilayah Gerakan yang dibuktikan dengan identitas lengkap seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK);

(3) Berusia 21 tahun ke atas atau telah menikah;

(4) Tergabung dalam kelompok tani kakao yang merupakan kelompok sasaran;

(5) Jumlah anggota kelompok sasaran lebih kurang 30 orang;

(6) Bersedia mengikuti ketentuan Gerakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan;

(7) Ditetapkan sebagai peserta Gerakan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota.

Page 21: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 21

Kebun kakao yang dapat diikutsertakan dalam Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah :

(1) Kebun dengan tanaman tua (umur lebih dari 20 tahun)/ rusak berat akibat terserang hama penyakit;

(2) Kebun dengan tanaman yang umurnya masih produktif (umur kurang dari 15 tahun), tapi dalam kondisi rusak “sedang” karena serangan hama penyakit;

(3) Kebun dengan tanaman dalam kondisi rusak ringan dan kurang terawat (umur kurang dari 10 tahun) ;

(4) Lahan berupa hamparan dan berkelompok yang memenuhi persyaratan kesesuaian lahan;

(5) Luas pemilikan lahan maksimal 4 (empat) hektar;

(6) Lahan harus dapat disertifikasi.

4.2. Penetapan Kelompok Sasaran

Kelompok sasaran (Calon Petani/Calon Lahan) diseleksi oleh Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan, yang selanjutnya ditetapkan berdasarkan surat keputusan Bupati/Walikota.

Identifikasi CP/CL dilakukan 1 tahun sebelum pelaksanaan kegiatan.

Page 22: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 22

BAB V TENAGA PENDAMPING

Tenaga Pendamping diperlukan untuk mengawal pelaksanaan Gerakan di lapangan agar benar-benar sesuai dengan sasaran yang diharapkan. Tenaga pendamping tersebut adalah Sarjana Pertanian yang berasal dari Perguruan Tinggi setempat dan digunakan dalam Gerakan dengan sistem kontrak, sedangkan rekrutmennya dilakukan oleh Dinas yang membidangi Perkebunan dari masing-masing provinsi, dengan kriteria yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.

Pembantu Lapang Petugas Tenaga Kontrak Pendamping (PLP-TKP) adalah tenaga kontrak perkebunan lulusan SLTA/Sekolah Kejuruan Pertanian yang direkrut oleh Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan selama kurun waktu tertentu dan melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai Pembantu TKP untuk pelaksanaan kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao serta tidak menuntut menjadi pegawai negeri Kementerian Pertanian;

Petugas pendamping mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :

a. Mengkoordinasikan penyelenggaraan penyuluhan khususnya masalah perkakaoan.

b. Melakukan pembinaan teknis budidaya kepada para petani peserta Gerakan.

Page 23: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 23

c. Melakukan penumbuhan dan pembinaan kelembagaan petani.

d. Menjembatani fungsi instansi/lembaga yang terkait dengan pembiayaan melalui program revitalisasi dengan perbankan.

e. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan Gerakan sesuai dengan jadual yang ditetapkan kepada Dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten.

Page 24: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 24

BAB VI PEMBERDAYAAN PETANI

Pemberdayaan Petani merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan petani dalam mengelola usaha taninya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap secara bertahap dan berkelanjutan dengan pelatihan dan pendampingan.

Untuk Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao para petani akan dilatih dan ditingkatkan pengetahuannya dalam pengelolaan usaha taninya melalui pelatihan teknis budidaya, pasca panen, peningkatan mutu, kelembagaan, pengelolaan keuangan dan kemitraan usaha.

Page 25: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 25

BAB VII

JENIS BANTUAN YANG DIBERIKAN KEPADA PETANI PESERTA

Bantuan kepada petani peserta Gerakan yang diberikan berupa :

7.1 Benih Kakao Somatic Embryogenesis (SE) untuk Peremajaan

(1) Bantuan benih yang diberikan kepada petani peserta Gerakan untuk peremajaan adalah benih kakao yang berasal dari klon-klon unggul tahan hama penyakit dan berproduksi tinggi yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian dan diperbanyak dengan teknologi Somatic Embryogenesis (SE).

(2) Benih yang disalurkan kepada petani adalah benih berumur 3-6 bulan sesuai spesifikasi teknis, dan telah disertifikasi oleh BBP2TP, UPTD/IP2MB Provinsi.

7.2 Entres untuk Sambung Samping

(1) Sumber entres untuk pelaksanaan sambung samping dalam kegiatan rehabilitasi harus berasal dari kebun-kebun yang telah diseleksi serta dimurnikan oleh Tim Teknis (Ditjen Perkebunan, Puslit Koka, BBP2TP, UPTD Provinsi/Kabupaten/ Kota) dan ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan;

Page 26: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 26

(2) Penyediaan entres dan pelaksanaan sambung samping dilakukan secara kontraktual oleh perusahaan perbenihan yang sudah berpengalaman dan memiliki TRUP.

7.3. Sarana Produksi dan Peralatan untuk Peremajaan, Rehabilitasi dan Intensifikasi

(1) Pupuk yang akan digunakan untuk peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi merujuk kepada rekomendasi hasil analisa tanah yang dilakukan oleh lembaga penelitian yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian c.q. Ditjen Perkebunan.

(2) Volume dan jenis pestisida untuk pengendalian hama penyakit akan diberikan kepada petani peserta Gerakan sesuai dengan tingkat serangan.

(3) Peralatan pertanian akan diberikan melalui kelompok untuk digunakan secara bersama dalam kelompok.

(4) Bantuan Upah Kerja diberikan kepada petani peserta Gerakan secara tunai untuk kegiatan Peremajaan, Rehabilitasi dan Intensifikasi.

Page 27: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 27

7.4. Benih Tanaman Sela (Tanaman Semusim)

Bantuan tanaman sela (tanaman semusim) hanya diberikan kepada petani peserta kegiatan peremajaan.

7.5. Unit Pengolahan Hasil Peningkatan Mutu Biji Kakao

Kepada kelompok tani diberikan unit pengolahan hasil peningkatan mutu biji kakao dan sarana pasca panen berupa kotak fermentasi, mesin pengering, alat ukur kadar air biji kakao, timbangan duduk, bangunan pasca panen (UPH) serta bantuan modal kerja untuk pembelian biji kakao basah.

Page 28: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 28

BAB VIII MEKANISME PENYALURAN BANTUAN

Tata cara pengajuan dan penyaluran bantuan kepada petani peserta diatur dengan mekanisme sebagai berikut:

(1). Penyaluran bantuan kepada petani peserta diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan yang disusun oleh Tim Pembina Provinsi dan diatur secara rinci dalam Petunjuk Teknis oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota.

(2). Bantuan upah kerja diserahkan secara tunai kepada Petani/Kelompok Tani atau melalui rekening tabungan petani sesuai dengan tahapan pekerjaan yang telah diselesaikan.

(3). Seluruh bantuan yang diterima oleh kelompok sasaran harus dibuktikan dengan berita acara pemeriksaan dan penerimaan barang atau uang tunai yang ditandatangani oleh seluruh anggota kelompok tani/petani peserta Gerakan dan diketahui oleh Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan dan Kepala UPP.

Page 29: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 29

BAB IX PEMBIAYAAN

9.1. Sumber pembiayaan

Pembiayaan untuk pelaksanaan Gerakan tahun 2012 bersumber dari APBN, APBD I, APBD II dan sumber pembiayaan lainnya. Besarnya APBD I dan APBD II yang dialokasikan untuk membiayai Gerakan ini proporsional terhadap sasaran kegiatan masing-masing daerah.

9.2. Pembiayaan yang bersumber dari Perbankan

Untuk membiayai kegiatan pemeliharaan tanaman tahun ke-2 dan seterusnya akan menggunakan dana perbankan melalui Program Revitalisasi Perkebunan. Untuk pelaksanaan pembiayaan melalui perbankan berpedoman kepada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 33/ Permentan/ OT.140/7/2006 tanggal 26 Juli 2006 Tentang Pengembangan Perkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 117/PMK.06/2006 tanggal 30 November 2006 Tentang Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan.

9.3. Mekanisme pembiayaan

(1) Anggaran Gerakan yang bersumber dari APBN dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan utama di 50 Kabupaten, 14 Provinsi dan Pusat.

Page 30: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 30

(2) Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan di Provinsi dan Kabupaten merupakan Pembiayaan Rutin BA-18 Kementerian Pertanian.

(3) Anggaran yang bersumber dari APBN penggunaannya akan diatur sesuai dengan ketentuan mekanisme yang berlaku.

(4) Anggaran yang bersumber dari APBN digunakan untuk membiayai kegiatan peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi, pemberdayaan petani, pemanfaatan tenaga pendamping, perbaikan mutu, pengutuhan dan operasional Substasiun, penguatan dan operasional Laboratorium Lapangan, Sarana Pendukung UPP, pemetaan dan penyusunan data base, pemurnian dan sertifikasi bahan tanam, kerjasama dengan Perguruan Tinggi, fasilitas transportasi dan biaya operasional dengan mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku.

(5) Anggaran yang bersumber dari APBD Provinsi digunakan untuk mendukung kegiatan yang belum tertampung sepenuhnya oleh APBN yaitu untuk membiayai kegiatan pemberdayaan petani, sosialisasi peningkatan mutu, sertifikasi kebun petani, biaya operasional untuk mendukung kelancaran pelaksanaan Gerakan di provinsi, dimana penggunaan dan pertanggung jawabannya dilakukan

Page 31: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 31

berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

(6) Anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten digunakan untuk mendukung pelaksanaan Gerakan di kabupaten, pemberdayaan petani, serta seleksi dan penetapan calon petani/calon lahan (CP/CL), dimana penggunaan dan pertanggung-jawabannya berpedoman pada peraturan yang berlaku.

(7) Anggaran yang bersumber dari Perbankan didasarkan pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 33/Permentan/OT.140/7/2006 tanggal 26 Juli 2006 tentang Pengembangan Perkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 117/PMK.06/2006 tanggal 30 November 2006 tentang Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan, digunakan untuk membiayai pemeliharaan tanaman tahun ke-2 dan seterusnya (pupuk, pestisida, alat pertanian kecil, alat pasca panen).

(8) Anggaran yang bersumber dari Swasta digunakan untuk mensosialisasikan perbaikan mutu dimana pertanggungjawabannya dilakukan sendiri oleh swasta sesuai mekanisme yang berlaku di masing-masing perusahaan.

Page 32: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 32

BAB X MANAJEMEN PELAKSANAAN

Pelaksanaan Gerakan dilakukan dengan mengacu kepada Pedoman Umum dan Pedoman Teknis yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.

Kelompok sasaran/petani peserta akan mendapat bimbingan teknis dan pengawalan dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi dan Kabupaten/Kota serta petugas UPP.

10.1. Organisasi

Untuk kelancaran pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao disusun organisasi pelaksanaan dari tingkat pusat sampai tingkat lapangan dengan susunan sebagai berikut:

(1) Di Tingkat Pusat penanggung jawab Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah Menteri Pertanian RI dengan Pelaksana Harian Gerakan adalah Direktur Jenderal Perkebunan.

(2) Di Tingkat Provinsi penanggung jawab Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah Gubernur dengan Pelaksana Harian adalah Kepala Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan;

Page 33: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 33

(3) Di Tingkat Kabupaten/Kota penanggung jawab Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah Bupati/Walikota dengan Pelaksana Harian adalah Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang Membidangi Perkebunan;

(4) Di Tingkat Lapangan, pelaksanaan Gerakan dikoordinasikan oleh Unit Pelayanan Pembinaan (UPP);

(5) Di Tingkat kelompok tani, Gerakan dilaksanakan oleh petani peserta; Struktur Organisasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sebagaimana terlampir.

10.2. Pembinaan dan Koordinasi

Pembinaan dan Koordinasi Gerakan dilakukan sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan wewenang masing-masing dengan mekanisme sebagai berikut :

(1) Di Tingkat Pusat, Pembinaan dan Koordinasi dilakukan oleh Tim Koordinasi Nasional untuk Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao yang dibentuk oleh Menteri Pertanian dan diketuai oleh Direktur Jenderal Perkebunan;

(2) Di Tingkat Provinsi Pembinaan dan Koordinasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dilaksanakan oleh

Page 34: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 34

Tim Koordinasi Provinsi yang dibentuk oleh Gubernur;

(3) Di Tingkat Kabupaten Pembinaan dan Koordinasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dilaksanakan oleh Tim Koordinasi Kabupaten yang dibentuk oleh Bupati/Walikota;

(4) Di tingkat lapangan pembinaan dan koordinasi dilaksanakan oleh Unit Pelayanan Pembinaan (UPP).

10.3. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dilakukan secara berjenjang mulai dari kabupaten, provinsi sampai tingkat pusat yang dilakukan dengan membangun sistem monitoring dan evaluasi secara terpadu yang dapat diakses setiap saat melalui jaringan website dalam memberikan informasi tentang pelaksanaan Gerakan.

10.4. Pelaporan

Pelaporan pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dilaksanakan sebagai berikut :

(1) Kepala UPP menyampaikan laporan bulanan pelaksanaan, baik fisik maupun keuangan serta permasalahan yang ada kepada Kepala

Page 35: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 35

Dinas Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan setiap bulan;

(2) Kepala Dinas Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan menyampaikan laporan bulanan pelaksanaan, baik fisik maupun keuangan serta permasalahan berdasarkan laporan dari lapangan kepada Bupati setiap bulan;

(3) Bupati menyampaikan laporan bulanan pelaksanaan, baik fisik maupun keuangan serta permasalahan yang ada kepada Gubernur dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan setiap bulan;

(4) Gubernur menyampaikan laporan bulanan pelaksanaan, baik fisik maupun keuangan serta permasalahan yang ada kepada Menteri Pertanian dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Perkebunan.

Page 36: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 36

BAB XI INDIKATOR KEBERHASILAN

Keberhasilan pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dapat dilihat dari indikator-indikator yang dicapai pada tahun 2012 sebagai berikut :

(1) Terlaksananya peremajaan kebun kakao seluas 4.900 ha di 5 provinsi, 19 kabupaten sesuai standar teknis;

(2) Terlaksananya rehabilitasi kebun kakao seluas 39.150 ha di 9 provinsi, 33 kabupaten sesuai standar teknis;

(3) Terlaksananya intensifikasi kebun kakao seluas 16.930 ha di 13 provinsi, 45 kabupaten sesuai standar teknis;

(4) Meningkatnya mutu biji kakao sesuai standar mutu (SNI) dan beroperasinya unit pengolahan hasil mutu biji kakao pada 48 kabupaten;

(5) Meningkatnya kemampuan 6.222 petani dalam mengelola kebun kakao sesuai standar teknis;

(6) Pemanfaatan 296 orang tenaga pendamping;

(7) Beroperasinya 4 Substasiun penelitian dan kebun percontohan di 4 provinsi;

(8) Beroperasinya 9 Laboratorium Lapangan di 9 provinsi;

Page 37: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 37

(9) Beroperasinya sistem database teknologi budidaya kakao dan sistem monev yang telah dibangun 14 provinsi 50 kabupaten;

Page 38: Pedoman Umum Gernas Kakao

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 38

BAB XII PENUTUP

Pedoman Umum disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. Hal yang sangat strategis untuk keberhasilan Gerakan ini adalah terkoordinasinya kegiatan dari seluruh pemangku kepentingan dalam pelaksanaan Gerakan.

Dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao, Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan menjabarkan dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan dan Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan menjabarkan dalam bentuk Petunjuk Teknis, mengacu pada Pedoman Teknis Gerakan.

Jakarta, Januari 2012