25
KATA PENGANTAR Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sebagai upaya pengembangan perkebunan karet, pemerintah telah memfasilitasi kegiatan Pengembangan Karet Non Revitalisasi sejak tahun 2007 dan akan terus dilanjutkan pada tahun 2010. Kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi dimaksudkan untuk mendukung program pengembangan agribisnis berbasis karet. Pengembangan karet, baik melalui penanaman baru/perluasan maupun peremajaan tanaman karet tua/rusak ini merupakan salah satu upaya untuk pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pendapatan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Dalam rangka terwujudnya pemahaman dan persepsi yang sama untuk pelaksanaan kegiatan dimaksud, maka perlu disusun Pedoman Umum Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penanggung jawab kegiatan baik di Pusat maupun Daerah. Selanjutnya pedoman ini dijabarkan lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) di tingkat Provinsi dan Petunjuk Teknis (JUKNIS) di tingkat Kabupaten/Kota. Diharapkan buku pedoman ini dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak- pihak terkait dalam melaksanakan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi dan diharapkan untuk dapat dijabarkan lebih lanjut yang lebih operasional ditingkat daerah.

pedum karet

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pedum karet

KATA PENGANTAR

Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Sebagai upaya pengembangan perkebunan karet, pemerintah telah memfasilitasi kegiatan Pengembangan Karet Non Revitalisasi sejak tahun 2007 dan akan terus dilanjutkan pada tahun 2010.

Kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi dimaksudkan untuk mendukung program pengembangan agribisnis berbasis karet. Pengembangan karet, baik melalui penanaman baru/perluasan maupun peremajaan tanaman karet tua/rusak ini merupakan salah satu upaya untuk pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pendapatan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Dalam rangka terwujudnya pemahaman dan persepsi yang sama untuk pelaksanaan kegiatan dimaksud, maka perlu disusun Pedoman Umum Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penanggung jawab kegiatan baik di Pusat maupun Daerah. Selanjutnya pedoman ini dijabarkan lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) di tingkat Provinsi dan Petunjuk Teknis (JUKNIS) di tingkat Kabupaten/Kota.

Diharapkan buku pedoman ini dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak terkait dalam melaksanakan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi dan diharapkan untuk dapat dijabarkan lebih lanjut yang lebih operasional ditingkat daerah.

Page 2: pedum karet

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya pedoman ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Desember 2009

Direktur Jenderal Perkebunan,

Achmad Mangga Barani

NIP. 19490612 197503 1 001

Page 3: pedum karet

ii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii I. LATAR BELAKANG 1 II. TUJUAN 4 III. PENGERTIAN DAN PENDEKATAN

PENYELENGGARAAN KEGIATAN 5

1. Pengertian 5 2. Kriteria 7 3. Bantuan Fisik 8 4. Spesifikasi Teknis Bibit Karet Klon Unggul 8 5. Pengawalan/Pendampingan 9 6. Dukungan Admiistrasi 9

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN 10 1. Ruang Lingkup 10 2. Pelaksanaan 11 3. Lokasi dan Volume 11 4. Organisasi Pelaksana 14 V. PEMBIAYAAN KEGIATAN 19 VI. PENGENDALIAN, PENGAWASAN DAN

PELAPORAN KEGIATAN 20

1. Pengendalian 20 2. Pengawasan 20 3. Pelaporan 21 VII. PENUTUP 22

Page 4: pedum karet

I. LATAR BELAKANG

Komoditas karet merupakan salah satu komoditas utama andalan Indonesia. Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengembangan karet Indonesia dalam kurun waktu 3 dekade mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pada tahun 1968, luas areal karet hanya 2,208 juta ha dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 3,424 juta ha atau meningkat sekitar 64%. Dari luasan 3,424 juta ha, produksi yang dihasilkan mencapai sebesar 2,751 juta ton. Status pengusahaan umumnya dikelola melalui Perkebunan Rakyat/PR (85%) dengan melibatkan sekitar 2,1 juta KK petani. Selebihnya diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) sebesar 8% dan Perkebunan Besar Negara (PBN) sebesar 7%. Dari keseluruhan areal perkebunan rakyat, hanya sebagian kecil dikembangkan melalui Pola PIR, UPP dan Partial/Swadaya. Dalam pengembangan komoditas karet, Pemerintah didukung oleh Pusat Penelitian Sungai Putih, Balai Penelitian Sungei Putih, Balai Penelitian Sembawa, dan Balai Penelitian Getas serta Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian dalam pengkajian teknologi. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, peningkatan ekspor karet cukup signifikan, dari volume ekspor tahun 2002 sebesar 1.496 ribu ton senilai US$ 1.038 juta meningkat menjadi 2.295 ribu ton senilai US$ 6.057 juta pada tahun 2008 (volume meningkat rata-rata per tahun sebesar 9%). Sedangkan dari aspek penyerapan tenaga kerja, pertanaman karet mampu menyerap lebih dari 2 juta tenaga kerja, belum termasuk tenaga kerja yang terserap dalam berbagai sub system lainnya. Selain itu, tanaman karet juga merupakan tanaman tahunan yang mampu memberikan manfaat dalam pelestarian lingkungan, terutama dalam hal

1

Page 5: pedum karet

penyerapan CO2 dan penghasil O2. Bahkan ke depan, tanaman karet merupakan sumber kayu yang potensial yang dapat mensubtitusi kebutuhan kayu hutan alam yang dari tahun ke tahun ketersediaannya semakin menurun. Pengembangan perkebunan karet yang dilakukan pada wilayah-wilayah bukaan baru terbukti telah menjadi penggerak perekonomian wilayah dengan berbagai multiplier effect. Data empiris membuktikan bahwa dengan banyaknya pengembangan perkebunan karet di wilayah baru yang sebelumnya terpencil telah berubah dan berkembang menjadi pusat perekonomian baru. Rendahnya tingkat produktivitas, mutu hasil dan efisiensi usaha perkebunan terutama pada perkebunan rakyat disebabkan karena belum didukung oleh perilaku budidaya yang baik (Goog Agricultural Practices/GAP), teknik penyadapan yang kurang sesuai dengan anjuran/kaidah usahatani, serangan penyakit Kering Alur Sadap serta kurang optimalnya pemeliharaan kebun (pemupukan dan pengendalian gulma), serta manajemen/pengelolaan proses produksi yang kurang efisien sehingga umur teknis dan ekonomis tanaman karet menjadi menurun. Ditinjau dari aspek teknis, penggunaan benih unggul baru mencapai 40% (sebagian besar tanaman berasal dari benih sapuan), masih dijumpai keragaman klon tanaman tinggi/bibit karet yang berasal dari biji dan sebagian areal karet merupakan tanaman kurang produktif/tua/rusak yang perlu segera diremajakan. Guna mendukung keberhasilan pengembangan karet rakyat, maka pada tahun 2010 pemerintah melanjutkan upaya peningkatan produktivitas melalui Program Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi yang kegiatannya terdiri dari Peremajaan Karet Non Revitalisasi, Perluasan di Daerah Perbatasan, di wilayah PLG, Eks Proyek PIR dan tertinggal serta daerah konflik. Program Pengembangan karet Non Revitalisasi Perkebunan sebagai salah satu kegiatan untuk petani karet yang belum mampu akses kepada perbankan atau sumber pembiayaan lainnya.

2

Page 6: pedum karet

Berkaitan dengan pelaksanaan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi tahun 2010, dipandang perlu disusun Pedoman Umum Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan.

3

Page 7: pedum karet

II. TUJUAN Tujuan penyusunan Pedoman Umum ini adalah sebagai acuan dan panduan dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi tahun 2010 sehingga menghasilkan pemahaman dan persepsi yang sama tentang pelaksanaan kegiatan tersebut, guna mencapai hasil yaitu :

a. Percepatan gerakan peremajaan karet di sentra produksi karet rakyat. b. Percepatan pelaksanaan perluasan karet rakyat di wilayah perbatasan, PLG,

eks Proyek PIR, daerah konflik dan tertinggal. c. Menjaga wilayah dari penjarahan negara lain. d. Peningkatan produksi dan produktivitas karet rakyat. e. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengembangan karet rakyat,

memperluas kesempatan dan peluang kerja. f. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.

4

Page 8: pedum karet

III. PENGERTIAN DAN PENDEKATAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN

Kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi merupakan fasilitasi dan stimulasi pemerintah dalam upaya mendorong percepatan pengembangan karet rakyat melalui pemberian bantuan fisik, pengawalan/pendampingan dan dukungan administrasi. Bentuk kegiatan ini lebih ditekankan kepada partisipasi petani/kelompok tani dengan dukungan pemerintah kabupaten (Dinas Yang Membidangi Perkebunan). Diharapkan semua pihak mempunyai fungsi dan tanggung jawab sesuai perannya guna mencapai tujuan kegiatan tersebut. 1. Pengertian

a. Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi Pengembangan karet rakyat non revitalisasi adalah upaya percepatan

pengembangan perkebunan karet, baik melalui perluasan/ penanaman baru maupun peremajaan yakni dengan melakukan penggantian tanaman karet yang sudah tidak produktif (tua/rusak) dengan tanaman karet baru secara keseluruhan dalam satu areal tertentu dengan menerapkan inovasi teknologi yang berpedoman pada Good Agricultural Practise (GAP) yang berlokasi diluar wilayah yang diperuntukan program revitalisasi perkebunan dengan sumber pembiayaan dari APBN.

b. Penanaman Tanaman Karet Non Revitalisasi untuk

Pengembangan Perkebunan di Kota Terpadu Mandiri (KTM) Penanaman tanaman karet non revitalisasi untuk pengembangan perkebunan di Kota Terpadu Mandiri (KTM) adalah upaya

5

Page 9: pedum karet

percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan areal/ penanaman baru pada areal tertentu dengan menggunakan bibit karet unggul yang berlokasi dikawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM) dengan menerapkan inovasi teknologi atau berpedoman pada Good Agricultural Practces (GAP)

c. Penanaman Tanaman Karet Non Revitalisasi di Wilayah Perbatasan Penanaman tanaman karet non revitalisasi di wilayah perbatasan adalah upaya percepatan pembangunan perkebunan melalui perluasan areal/penanaman baru yang berlokasi di wilayah perbatasan dengan menggunakan bibit karet unggul yang mengacu pada kaidah budidaya yang baik dan benar atau berpedoman pada Good Agricultural Practices (GAP).

d. Penanaman Tanaman Karet Non Revitalisasi di Wilayah Eks Proyek PIR, Konflik dan Bencana Alam Penanaman tanaman karet non revitalisasi di wilayah konflik dan tertinggal dimaksudkan adalah upaya percepatan pembangunan perkebunan melalui perluasan areal/penanaman baru yang berlokasi di wilayah eks Proyek PIR, konflik dan bencana alam dengan menggunakan bibit karet unggul yang mengacu pada kaidah budidaya yang baik dan benar atau berpedoman pada Good Agricultural Practices (GAP).

e. Penanaman Tanaman Karet Non Revitalisasi di Wilayah PLG Penanaman tanaman karet non revitalisasi di wilayah PLG adalah upaya percepatan pembangunan perkebunan melalui perluasan areal/penanaman baru yang berlokasi di wilayah PLG dengan

6

Page 10: pedum karet

menggunakan bibit karet unggul yang mengacu pada kaidah budidaya yang baik dan benar atau berpedoman pada Good Agricultural Practices (GAP).

f. Penanaman Tanaman Karet Non Revitalisasi di Wilayah Tertinggal Penanaman tanaman karet non revitalisasi di wilayah tertinggal adalah upaya percepatan pembangunan perkebunan melalui perluasan areal/penanaman baru yang berlokasi di wilayah tertinggal dengan menggunakan bibit karet unggul yang mengacu pada kaidah budidaya yang baik dan benar atau berpedoman pada Good Agricultural Practices (GAP).

g. Intensifikasi Tanaman Karet Intensifikasi tanaman karet adalah upaya peningkatan produktivitas tanaman karet per satuan luas/ tahun dengan cara pemberian input berupa pupuk terhadap tanaman karet.

h. Produktivitas Produktivitas adalah banyaknya produksi yang dihasilkan oleh tanaman pokok yang sudah menghasilkan per satuan luas lahan per tahun.

2. Kriteria

Kriteria kebun karet yang dapat dilakukan peremajaan adalah, apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Umur tanaman lebih dari 25 tahun. b. Tingkat kerusakan bidang sadap minimal 60%.

7

Page 11: pedum karet

c. Produksi per ha di bawah batas minimum nilai ekonomis yaitu kurang dari 250 kg karet kering/ha/tahun.

d. Kerapatan tanaman kurang dari 100 pohon/ha atau melebihi 800 pohon/ha.

Sedangkan untuk penanaman baru/perluasan adalah tersedianya lahan yang secara agroklimat cocok untuk pertumbuhan tanaman karet serta berlokasi tidak jauh dari pemukiman petani.

3. Bantuan Fisik Di dalam kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi untuk penanaman baru/perluasan pemerintah menyediakan paket bantuan penuh berupa bibit karet unggul sebanyak 550 batang per hektar termasuk untuk penyulaman, sedangkan untuk kegiatan Peremajaan Karet Rakyat Non Revitalisasi, pemerintah menyediakan paket bantuan berupa bibit karet unggul sebanyak 50% dari standar kebutuhan bibit per hektar termasuk bibit untuk penyulaman. Sedangkan tenaga kerja, sarana produksi lainnya seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pendukung diharapkan dapat dipenuhi oleh swadaya petani, dukungan Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten serta institusi terkait.

4. Spesifikasi Teknis Bibit Karet Klon Unggul

Spesifikasi teknis bibit karet klon unggul yang bermutu sbb : a. Bahan genetik (mata ruas) berasal dari klon-klon anjuran baru.

Klon adalah kumpulan individu yang mempunyai genotipe sama dan berasal dari satu pohon induk.

b. Tumbuh cepat dan seragam c. Produksi awal lebih tinggi dari 110-500 kg/ha/thn.

8

Page 12: pedum karet

5. Pengawalan/Pendampingan

Kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi tidak hanya menyediakan bantuan bibit, namun termasuk bimbingan dan pengawalan/pendampingan oleh Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten melalui unit teknis seperti Dinas yang membidangi Perkebunan. Bimbingan dan pengawalan/pendampingan meliputi koordinasi antara Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten ke lokasi, pengawalan di tingkat petani secara periodik dan berkesinambungan oleh petugas lapang (sejak penyiapan bibit, penanaman hingga pemeliharaan).

6. Dukungan Administrasi Guna memperlancar pelaksanaan kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi di provinsi dan kabupaten, maka kegiatan ini didukung pula dengan penyediaan dana untuk keperluan administrasi berupa fotocopy, pengiriman surat dan pelaporan.

9

Page 13: pedum karet

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Umum Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi meliputi, baik melalui penanaman baru maupun peremajaan tanaman tua/rusak : a. Kegiatan Pusat Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi di

Pusat (Direktorat Jenderal Perkebunan), meliputi : Pelaksanaan workshop dan pembahasan pedoman. Sosialisasi, koordinasi, bimbingan dan pengawalan yang

diwujudkan dalam bentuk perjalanan dinas ke provinsi dan kabupaten pelaksana kegiatan ini.

Dukungan administrasi.

b. Kegiatan Provinsi Pelaksanaan kooordinasi/konsultasi oleh Dinas Yang Membidangi

Perkebunan Provinsi ke Pusat dan koordinasi ke Kabupaten dalam rangka persiapan, pelaksanaan dan pengawalan/pendampingan.

Dukungan administrasi.

c. Kegiatan Kabupaten Pelaksanaan kooordinasi/konsultasi oleh Dinas Yang Membidangi

Perkebunan Kabupaten ke Provinsi dan koordinasi ke lokasi dalam rangka persiapan, pelaksanaan, pengawalan/ pendampingan serta monitoring/evaluasi.

Dukungan administrasi.

10

Page 14: pedum karet

2. Pelaksana

Pelaksana kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi, baik Penanaman baru maupun Peremajaan Karet Rakyat Non Revitalisasi adalah :

a. Petani / kelompok tani : melaksanakan kegiatan penanaman di masing-masing lahan/kebunnya.

b. Dinas Yang Membidangi Perkebunan Kabupaten : menyusun petunjuk teknis, perencanaan, pelaksanaan dan pengawalan/pendampingan serta monitoring/evaluasi.

c. Dinas Yang Membidangi Perkebunan Provinsi : menyusun petunjuk pelaksanaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawalan/ pendampingan serta monitoring/evaluasi.

d. Direktorat Jenderal Perkebunan : melakukan penyusunan, pembahasan dan sosialisasi pedoman umum, koordinasi, pengawalan/pendampingan dan pengendalian/pengawasan serta monitoring/evaluasi.

3. Lokasi dan Volume Kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi tahun 2010, baik

penanaman baru/perluasan maupun peremajaan dilaksanakan di 17 Provinsi dan 30 Kabupaten/Kota dengan rincian sebagai berikut.

No. Kegiatan Provinsi dan Kabupaten/Kota

Luas (ha)

1.

Peremajaan Karet Rakyat Non Revitalisasi

1. Sumatera Utara : 1. Langkat 2. Tapanuli Selatan 3. Tapanuli Tengah

135 135 75

11

Page 15: pedum karet

No. Kegiatan Provinsi dan

Kabupaten/Kota Luas (Ha)

2. Sumatera Barat : 4. Pesisir Selatan 5. Solok Selatan 6. Pasaman

200 100 200

3. Riau : 7. Rokan Hulu 8. Pelalawan 9. Indragiri Hulu 10. Kuantan Senggigih

100 100 100 285

4. Jambi : 11. Muaro Jambi 12. Batanghari 13. Bungo 14. Sarolangun 15. Tebo 16. Merangin

200 14 14 14 14

200 5. Kepri :

17. Lingga 18. Bintan

140 100

6. Sumatera Selatan : 19. Musi Banyuasin

221

7. Lampung : 20. Tulang Bawang 21. Tanjung Ratu

220 10

8. Jawa Barat 22. Tasikmalaya 23. Garut 24. Cianjur

100 150 150

12

Page 16: pedum karet

No. Kegiatan Provinsi dan

Kabupaten/Kota Luas (Ha)

9. Jawa Tengah : 25. Banyumas

320 10. Kalimantan Selatan :

26. Kota Baru 27. Hulu Sungai Tengah 28. Tabalong 29. Tapin

192 150 230 205

11. Kalimantan Tengah : 30.Kota Waringin Timur 31. Murung Raya

300 50

12. Kalimantan Barat 32. Sambas 33. Pontianak 34. Ketapang 35. Kayong Utara 36. Kubu Raya

170 140 225 170 180

2. Penanaman Tanaman Karet Non Revit Untuk Pengembangan Perkebunan di Kota Terpadu Mandiri (KTM)

1. Sumatera Selatan : 1. Oku Timur 2. Banyuasin

221 196

3. Penanaman Tanaman Karet Non Revit di Perbatasan

1. Kalimantan Barat: 1. Sanggau 2. Kapuas Hulu

375 378

2. Kepri :

1 Natuna 2 Anambas

53 53

13

Page 17: pedum karet

No. Kegiatan Provinsi dan

Kabupaten/Kota Luas (Ha)

4.

Penanaman Tanaman Karet Non Revitalisasi di Wil PLG

1. Kalimantan Tengah : 1. Pulang Pisau 2. Kapuas

360 440

5. Penanaman Tanaman Karet di Wil Eks Proyek PIR, Konflik dan Bencana Alam

1. Kalimantan Barat : 1. Bengkayang

290

1. Bengkulu :

2. Bengkulu Tengah 3. Benmgkulu Utara

230 286

6. Penanaman Tanaman Karet di Wil Tertinggal

1. NAD : 1. Nagan Raya

87

7. Rehabilitasi Bangunan untuk Pengembangan Tanaman

1. Kalimantan Barat :

1 Unit

8. Intensifikasi Karet 1. Jawa Barat : 1. Garut

30

J u m l a h

9.258 4. Organisasi Pelaksanaan

Organisasi pelaksanaan kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi sebagai berikut : a. Tingkat Pusat mempunyai tugas dan fungsi menyusun Pedoman Umum

(PEDUM), perencanaan, melaksanakan koordinasi, menyusun dan memfasilitasi tersedianya anggaran, pengawalan dan monitoring evaluasi secara nasional dan menyusun laporan kegiatan tingkat nasional.

14

Page 18: pedum karet

b. Tingkat Provinsi mempunyai tugas menyusun Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK), sosialisasi program dan kegiatan, melaksnakan koordinasi dengan instansi terkait tingkat Provinsi dan Kabupaten., perencanaan, pelaksanaan dan pengawalan/ pendampingan serta monitoring/evaluasi tingkat Provinsi dan menyusun laporan kegiatan tingkat Provinsi

c. Tingkat Kabupaten mempunyai tugas menyusun Petunjuk Teknis (JUKNIS), sosialisasi program dan kegiatan, melakukan rekapitulasi CP/CL, RDKK, RUK, verifikasi serta memproses pencairan dana melalui transfer ke nomor rekening, pengawalan, pemantauan dan evaluasi serta menyusun laporan hasil kegiatan tingkat Kabupaten.

d. Petani / kelompok tani mempunyai tugas dan peran menyiapkan lahan/kebun, tenaga kerja untuk penanaman dan pemeliharaan.

e. Penyediaan dan penyaluran bibit dilaksanakan oleh penangkar bibit berdasarkan pesanan dari Kelompok Tani.

Untuk menerapkan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi, baik penanaman baru maupun peremajaan, tahapan dan tata cara pelaksanaan yang harus dilakukan secara utuh dan berkesinambungan, sebagai berikut : a. Perencanaan Berdasarkan program kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non

Revitalisasi yang telah dialokasikan di masing-masing kabupaten, maka Dinas Yang Membidangi Perkebunan Kabupaten harus menyusun perencanaan terlebih dahulu sekaligus jadwal pelaksanaan.

b. Sosialisasi

Sosialisasi dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan dengan maksud dapat dicapai kesamaan persepsi dan pemahaman diantara para pelaku terhadap tujuan kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi. Tujuan sosialisasi adalah memberikan penjelasan yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan kegiatan ini kepada Dinas yang

15

Page 19: pedum karet

membidangi Perkebunan Provinsi, Kabupaten, petugas lapang dan petani/kelompok tani serta pihak terkait lainnya.

Sosialisasi di Provinsi dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, di Kabupaten sosialisasi dilakukan oleh Provinsi dan di tingkat desa petugas lapangan dan petani oleh Kabupaten.

c. Seleksi Calon Petani dan Calon Lahan

Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan, maka perlu dilakukan seleksi calon petani dan calon lahan dengan tujuan agar bantuan yang diberikan tepat sasaran dan tidak terjadi tumpang tindih dengan kegiatan lain. Kriteria calon petani yang berhak memperoleh bantuan ini antara lain : (1). Petani adalah pekebun yang berdomisili atau penduduk setempat,

yang dibuktikan dengan KTP/KK dengan mata pencaharian sebagai petani karet.

(2). Telah berumur 21 tahun atau telah menikah. (3). Tidak sedang memperoleh bantuan dari pemerintah yang

pendanaannya bersumber dari APBN/APBD. (4). Mempunyai kebun sendiri minimal 1 ha per KK. (5). Tergabung dalam keanggotaan kelompok tani. Kriteria calon lahan yang berhak memperoleh bantuan ini antara lain : (1) Khususnya untuk Peremajaan merupakan areal yang ada tanaman

karet dengan kondisi yang sudah tidak produktif (tua/rusak) dan bukan merupakan lahan kosong, sedangkan untuk penanaman baru tersedianya lahan yang secara agroklimat sesuai untuk pertumbuhan tanaman karet.

(2). Terdapat dalam satu hamparan atau berdekatan yang masih berada dalam satu wilayah desa (minimal 10 ha per hamparan).

(3). Mempunyai status tanah yang jelas atau tidak sedang dalam proses hukum.

(4). Maksimal 2 ha per KK.

16

Page 20: pedum karet

Seleksi calon petani dan calon lahan dilakukan oleh Dinas Yang Membidangi Perkebunan Kabupaten yang berkoordinasi dengan Kepala Desa, dengan mekanisme sebagai berikut : (1). Diawali dengan inventarisasi dan identifikasi calon petani dan

calon lahan (2). Seleksi terhadap hasil inventarisasi dan identifikasi, antara lain

berdasarkan data pendukung (administrasi), kemauan dan kemampuan dalam usaha tani karet.

(3). Penetapan calon petani dan calon lahan oleh Kepala Dinas Yang Membidangi Perkebunan.

d. Pemberdayaan Petani/Kelompok Tani

Sebelum pelaksanaan kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi, baik penanaman baru maupun peremajaan, diperlukan kesiapan petani/kelompok tani dalam menerima kegiatan ini. Apabila kelompok tani belum terbentuk, maka harus dilakukan dinamisasi kelompok tani tersebut guna menyamakan persepsi dan pemahaman terhadap fungsi dan keberadaan kelompok. Apabila petani/kelompok tani belum mempunyai pengalaman, maka terlebih dahulu harus dilakukan pemberdayaan dengan mengadakan dinamisasi kelembagaan/kelompok tani guna menyamakan pemahaman tujuan yang akan dicapai. Selanjutnya, kelompok tani tersebut diberikan pelatihan teknis meliputi penyiapan bibit (penangkaran bibit unggul), penanaman hingga penyadapan sesuai kaidah usaha tani secara baik dan benar.

e. Pengawalan/Pendampingan Petani

Keberhasilan Kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi sangat ditentukan adanya pengawalan/pendampingan secara periodik dan berkesinambungan yang dilakukan oleh petugas lapang / Dinas yang membidangi Perkebunan.

17

Page 21: pedum karet

Pengawalan dan pendampingan terhadap petani/kelompok tani dilakukan oleh petugas lapang atau Dinas Yang membidangi Perkebunan dengan kunjungan lapang ke kelompok tani secara periodik/berkala. Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi melakukan pengawalan dan pendampingan kepada Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten, sekaligus uji petik kunjungan lapang ke kelompok tani.

f. Tata Cara Penyaluran Dana Tata cara penyaluran dana PMUK berdasarkan Surat Edaran Menteri Pertanian dan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan yang diatur melalui mekanisme pembayaran langsung (LS) untuk kegiatan yang dikelola kelompok.

g. Penyediaan Bibit Saprodi

Penyediaan bibit dan saprodi dilaksanakan oleh pihak ke tiga/penangkar bibit berdasarkan kesiapan petani dan lahan serta tersedianya bibit dari para penangkar.

h. Kesiapan Petani dan Lahan

Kesiapan petani dan lahan tersebut batir c di atas didukung dengan dokumen calon petani/calon lahan (CP/CL) dan hasil pengamatan dilapangan seperti pembersihan lahan, pengajiran dan pembuatan lubang tanam.

i. Penanaman

Pelaksanaan penanaman oleh masing-masing petanidalam wadah kelompok tani pada saat curah hujan memenuhi syarat.

18

Page 22: pedum karet

V. PEMBIAYAAN KEGIATAN Kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi merupakan kegiatan fasilitasi/stimulasi Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten yang melibatkan partisipasi secara aktif petani dan peranserta institusi terkait. Pembiayaan kegiatan ini bersumber dari Pemerintah Pusat (APBN), meliputi anggaran untuk pengadaan bibit karet unggul, pengawalan / pendampingan, koordinasi, penyusunan dan pembahasan pedoman serta dukungan administrasi. Sedangkan dukungan dari Pemerintah Provinsi (APBD I), meliputi : anggaran untuk sharing pengolahan tanah serta pemeliharaan dan pengawalan / pendampingan, sementara Pemerintah Kabupaten (APBD II), meliputi : anggaran untuk sharing pemliharaan dan dukungan administrasi.

19

Page 23: pedum karet

VI. PENGENDALIAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN KEGIATAN

1. Pengendalian

Pengendalian kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan (tidak sesuai dengan perencanaan) dalam pelaksanaan. Oleh karena itu, pengendalian dilakukan sejak perencanaan hingga pelaksanaan.

2. Pengawasan

Pengawasan kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kendala/permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ini. Semakin dini bisa diinventarisasi/diidentifikasi permasalahan atau kendala maka upaya penyelesaian permasalahan dapat segera dilakukan, sehingga kegagalan atau penyimpangan dapat ditekan sekecil mungkin. Oleh karena itu, pengawasan dalam bentuk monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan, dilakukan pada semua tahapan mulai dari provinsi, kabupaten hingga di lapang. Pengawasan dilakukan dengan kunjungan lapang untuk memantau pelaksanaan, inventarisasi serta pemecahan masalah di setiap tahapan dan tingkatan pelaksanaan. Frekuensi monitoring dan evaluasi dilakukan sebagai berikut : a. Monitoring dan evaluasi oleh Direktorat Jenderal Perkebunan kepada

Dinas Yang membidangi Perkebunan Provinsi dilakukan minimal 6 bulan sekali dan melakukan uji petik ke Kabupaten dan kelompok tani.

b. Monitoring dan evaluasi oleh Dinas Yang membidangi Perkebunan Provinsi ke Kabupaten dilakukan minimal 3 bulan sekali dan melakukan uji petik ke Kabupaten dan kelompok tani.

20

Page 24: pedum karet

c. Monitoring dan evaluasi oleh Dinas Yang membidangi Perkebunan Kabupaten dilakukan minimal 1 bulan sekali kepada masing-masing kelompok tani.

3. Pelaporan

Hasil pengawalan/pendampingan yang ditindaklanjuti dengan monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala dan berkesinambungan dengan tujuan untuk memperoleh data perkembangan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi secara berkesinambungan. Hasil pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan ini di tuangkan dalam laporan pelaksanaan yang dilakukan secara berjenjang dan berkala mulai dari tingkat kelompok tani ke petugas lapang, ke Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten, ke Provinsi dan ke Direktorat Jenderal Perkebunan. Pelaporan dari Dinas yang Membidangi Perkebunan Kabupaten kepada Provinsi disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan berikutnya. Laporan dari Dinas yang Membidangi Perkebunan Provinsi kepada Direktorat Jenderal Perkebunan disampaikan paling lambat setiap tanggal 10 bulan berikutnya. Materi pelaporan meliputi nama petani/kelompok tani, desa/kecamatan/kabupaten, luas areal (target/realisasi), waktu pelaksanaan, perkembangan, kendala dan permasalahan, upaya pemecahan masalah.

21

Page 25: pedum karet

22

VII. PENUTUP

Untuk mewujudkan Kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi, baik melalui penanaman baru maupun peremajaan diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh daerah dengan menyusun petunjuk pelaksanaan yang lebih operasional. Dengan terlaksananya kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Non Revitalisasi ini diharapkan dapat mendorong percepatan pembangunan perkebunan melalui pengembangan karet rakyat non revitalisasi dengan penerapan kaidah usaha tani secara baik dan benar dengan penggunaan klon unggul, yang pada gilirannya dapat mempercepat pembangunan perkaretan nasional dan memperbaiki citra Indonesia di forum Internasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani melalui peningkatan pendapatan serta pengembangan ekonomi wilayah tertinggal dan menjaga wilayah perbatasan dari penjarahan negara lain.

Jakarta, Desember 2009 Direktorat Jenderal Perkebunan