64
Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam adalah: sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama. Berikut ini adalah pengertian dan definisi profesi: # SCHEIN, E.H (1962) Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat # HUGHES, E.C (1963) Perofesi menyatakan bahwa ia mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang diderita atau terjadi pada kliennya # DANIEL BELL (1973) Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat # PAUL F. COMENISCH (1983) Profesi adalah "komunitas moral" yang memiliki cita-cita dan nilai bersama # KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu # K. BERTENS Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama # SITI NAFSIAH Profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari nafkah hidup sekaligus sebagai sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang lain (orang banyak) yang harus diiringi pula dengan keahlian, ketrampilan, profesionalisme, dan tanggung jawab # DONI KOESOEMA A

Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

 Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam adalah: sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus  dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.  Berikut ini adalah pengertian dan definisi profesi:# SCHEIN, E.H (1962)Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat# HUGHES, E.C (1963)Perofesi menyatakan bahwa ia mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang diderita atau terjadi pada kliennya # DANIEL BELL (1973)Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat # PAUL F. COMENISCH (1983)Profesi adalah "komunitas moral" yang memiliki cita-cita dan nilai bersama # KAMUS BESAR BAHASA INDONESIAProfesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu # K. BERTENSProfesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama # SITI NAFSIAHProfesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari nafkah hidup sekaligus sebagai sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang lain (orang banyak) yang harus diiringi pula dengan keahlian, ketrampilan, profesionalisme, dan tanggung jawab # DONI KOESOEMA AProfesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam suatu hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan tersebut serta pelayananbaku terhadap masyaraka

Keprofesian Bidang   Kekepalasekolahan

1. A.    FUNGSI KEPALA SEKOLAH

Jabatan kepala sekolah di duduki oleh orang yang menyandang profesi guru. Karena itu, ia harus professional sebagai guru sekaligus sebagai kepala sekolah dengan derajat profesionalisme tertentu. Kepala sekolah memiliki fungi yang luas, dan dapat memerankan banyak fungsi-fungsi tersebut meskipun dengan topi yang berbeda.

Di lingkungan kementrian pendidikan nasional , telah cukup lama di kembangkan paradigma baru administrasi atau manajemen pendidikan, dimana kepala sekolah minimal harus mampu berfungsi sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan

Page 2: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

motivator. Jika merujuk pada Peraturan Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang standart Kepala sekolah/madrasah, kepala sekolah juga harus berjiwa wirausaha atau entrepreneur. Fungsi-fungsi kepala sekolah seperti yang telah disebutkan di atas, akan dijelaskan sebagai berikut:

Kepala Sekolah Sebagai Educator

Sebagai educator kepala sekolah berfungsi menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan guru dan tenaga kependidikan untuk berbuat serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik. Sebagai educator, kepala sekolah harus mampu menginisiasi pengajaran tim, moving class, pengembangan sekolah bertaraf internasional, kelas unggulan dan mengadakan program akselerasi bagi siswa yang cerdas di atas normal. Sebagai educator juga, kepala sekolah perlu berupaya meningkatkan kualitas guru maupun prestasi belajar siswa dalam sekolahnya. Misalkan saja dengan menyertakan guru dalam penataran atau diklatbang untuk menambah wawasannya, memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya dengan belajar lagi ke perguruan tinggi, membuat tim evaluasi belajar siswa, memaksimalkan jam pelajaran di sekolah dan optimasi ruang kerja guru sebagai wahana tukar pengalaman antar rekan sejawat untuk perbaikan kerja masing-masing.

Kepala Sekolah Sebagai Manager

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah memerlukan strategi yang tepat untuk memberdayakan guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam persaingan dan kebersamaan, memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan untuk ikut serta dalam setiap kegiatan yang menunjang program sekolah. Sebagai manajer sekolah, kepala sekolah harus mampu mengoptimasi dan mengakses sumber daya sekolah untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolahnya. Disisi lain sebagai manajer, seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi persoalan, memecahkan masalah, mengambil keputusan yang memuaskan semua pihak, selain itu kepala sekolah juga mampu mendelegasikan tugasnya mengalokasikan pekerjaannya, menentukan standart kualitas, memonitor hasil, mengontrol biaya, dll. Dan semua peranan tersebut tidak hanya dilakukan secara konseptual tetapi juga dengan cara persuasive dari hati ke hati.

Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Sebagai administrator tugas kepala sekolah erat hubungannya dengan pelbagai aktivitas administrasi sekolah, baik secara fungsional maupun substansial. Kegiatan administrasi yang dimaksud meliputi pencatatan dan penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesisifik kepala sekolah harus memiliki kemampuan mengelola kurikulum, mengelola administrasi kearsipan dan administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu perlu dilakukan secara efektif dan efisien, untuk menunjang produktivitas sekolah. Dalam pelbagai kegiatan administrasi sekolah, maka pembuatan perencanaan mutlak di perlukan. Perencanaan yang akan dibuat oleh kepala sekolah tergantung oleh banyak factor seperti, banyaknya SDM ynag dimiliki, dana yang tersedia dan jangka waktu untuk melaksanakan rencana yang telah di buat. Tugas-tugas ini harus dilakukan secara logis dan sistematis, yang semuanya memoros pada kepentingan prose pendidikan dan pembelajaran demi peningkatan mutu kelulusan, dengan indicator antara lain peningkat nilai siswa dan akses mudah melanjutkan studi.

Page 3: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Kepala sekolah dalam tugas ini berorientasi pada teknik individu, kelompok dan kunjungan kelas. Untuk itu sebagai supervisor kepala sekolah mensupervisi barbagai tugas pokok yang dilakukan guru dan seluruh staf. Untuk itu kepala sekolah harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan. Hal ini bertujuan agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah di tetapkan. Ini juga merupakan kegiatan preventif untuk mencegah agar tidak tejadi penyimpangan. Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala sekolah terutama kepada guru atau disebut supervise klinis dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan professional guru dan kualitas pembelajaranyang efektif. Tugas kepala sekolah sebagaii supervise di wujudkan dalam kemampuannya menyusun dan melaksanakan program supervise pembelajaran serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program pembelajaran contohnya penyusunan program supervise kelas, ekstra kurikuler, pengembangan perpustakaan laboratorium dan ujian.  Kemampuan pelaksanaan supervise contohnya pelaksanaan program supervise klinis dan dalam program supervise ekstrakurikuler. Kemampuan memanfaatkan hasil supervise pembelajaran contohnya meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk mengembangkan sekolah. Kepala sekolah sebagai supervise klinis dan supervise pembelajaran perlu memerhatikan prinsip-prinsip:

-          Hubungan konsultatif

-          Kolegial bukan hirarkis

-          Dilaksanakan secara demokratis

-          Berpusat kepada guru dan tenaga kependidikan

-          Dilakukan berdasarkan kebutuhan guru dan tenaga kependidikan

-          Serta merupakan bantuan professional

Kepala Sekolah Sebagai Leader

Secara umum kepala sekolah sebagai leader adalah upaya untuk memengaruhi orang-orang untuk bekerja sama mencapai tujuan, dengan berorientasi pada tugas dan berorientasi pada hubungan. Namun secara khusus seorang kepala sekolah harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan dan kemampuan guru maupun tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Untuk itu kepala sekolah diituntut memiliki karakter khusus yang mencangkup kepribadia, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan professional, serta pengetahuan administrasi. Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus memiliki sifat jujur, percaya diri, bertanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emoosi yang stabil, dan teladan. Di sisi lain, sebagai pemimpin kepala sekolah harus mampu:

-          Memperkuat tim sebagai kekuatan pembangun

-          Menggabungkan aspek-aspek positif individualitas

Page 4: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

-          Berfokus pada detail pekerjaan

-          Menerima tanggung jawab

-          Membangun hubungan antar pribadi

-          Menjaga keterbukaan

-          Memelihara sifat progresif

-          Bangga dan menghargai prestasi kerja tim

-          Menantang perubahan, dan

-          Tanpa berkompromi terhadap kualitas

Kepala Sekolah Sebagai Innovator

Dalam rangka memenuhi peran dan fungsinya sebagai innovator kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan guru dan tenaga kependidikan dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Tugas kepala sekolah sebagai innovator yang baik juga akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integrative, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, disiplin serta adaptable dan fleksibel. Tidak hanya itu sebagai innovator ia harus mempunyai gagasan-gagasan baru misalkan peningkatan teknologi informasi dalam pembelajaran agar warga sekolahnya tidak ketinggalan jaman dan tetap up to date.

Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki strategi untuk memotivasi bawahannya, yaitu guru dan staf. Dimana mereka dimotivasi untuk melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat dilakukan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan bagi guru atau staf yang berprestasi serta penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan sentra belajar. Dorongan dan penghargaan merupakan sumber motivasi yang efektif diterapkan oleh kepala sekolah. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh banyak factor, dan motivasi merupakan factor yang dominan untuk menuju keefektivan kerja individu bahkan motivasi sering digambarkan sebagai mesin pada sebuah mobil yang  berfungsi sebagai penggerak dan pengarah. Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik berbeda-beda, sehingga memerlukan perhatian dan pelayanan khusus dari pimpinannya (Kepala Sekolah) dalam mengembangkan profesionalitasnya. Untuk memotivasi pegawainya, ada beberapa prinsip yang bisa diterapkan oleh kepala sekolah, antara lain:

1. Tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukan menarik dan menyenangkan

2. Tujuan pendidikan harus jelas dan diketahui oleh seluruh anggota, bahkan tenaga pendidikan dapat diikut sertakan dalam penyusunan tujuan tersebut

3. Setiap individu harus diberi tahu tentang hasil pekerjaanya

Page 5: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

4. Pemberian hadiah lebih baik dari pada hukuman, meskipun terkadang hukuman itu di perlukan

5. Usaha memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dapat dilakukan dengan jalan memerhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap pegawai pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan atas pekerjaannya. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus berusaha memberikan penghargaan secara tepat, efektif dan efisien untuk menghindari dampak yang ditimbulkannya.

Kepala Sekolah Sebagai Entrepreneur

Sebagai administrator kepala sekolah harus menjadi wirausaha atau entrepreneur sejati. Istilah wirausaha ini merujuk pada usaha dan sikap mental, tidak selalu dalam tafsir komersial. Untuk menjadi seorang entrepreneur, administrator sekolah harus percaya diri atau memiliki kepercayaan, ketidak tergantungan, kepribadian mantap dan optimism, berorientasi pada tugas dan hasil dan haus akan prestasi, berorientasi pada laba atau hasil, bekerja keras, tekun, tabah, energik, penuh inisiatif, berani mengambil resiko sesuai dengan peluang yang ada, suka pada tantangan, fleksibel, serta berpandangan terhadap masa depan. Kepala Sekolah sebagai sosok wirausahawan setidaknya mampu memberdayakan unit produksi sekolah sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah dapat mnganalisis peluang bisnis yang berkembang dilingkungan sekolah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,

2. Kepala Sekolah mampu mempromosikan sekolah melalui kegiatan promosi dengan ikut berpartisipasi pada event-event yang digelar oleh pemerintah maupun kalangan bisnis,

3. Kepala Sekolah mampu melakukan terobosan-terobosan baru yang diiringi oleh kemampuan dan percaya diri yang tinggi,

4. Kepala Sekolah mampu mandiri dalam menuju kemandirian sekolah, langkah awal dari usaha ini adalah dengan memberdayakan unit produksi. Disamping itu dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan, Kepala Sekolah selaku manajer pendidikan harus dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpin tanpa mengabaikan kebijakan dalam pendidikan seperti konsep : Manajemen Berbasis Sekolah, Pendidikan Berbasis Masyarakat, Pelaksanaan Kurikulum.

1. B.     KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEJABAT FORMAL

Meski sebagai tugas tambahan, jabatan kepala sekolah adalah jabatan pemimpin dengan segala keformalannya. Setiap guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah dilakukan dengan prosedur serta persyaratan tertentu seperti latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat dan integritasnya. Kepala sekolah pada hakikatnya adalah pejabat formal karena pengangkatannya melaui suatu proses dan prosedur yang didasarkan atas peraturan yang berlaku. Secara system jabatan kepala sekolah sebagai pejabat formal dapat diuraikan melalui berbagai pendekatan yakni pengangkatan, pembinaan, tanggung jawab. Di Indonesia prosedur dan peraturan yang berkaitan dengan pengangkatan guru menjadi kepala sekolah khususnya sekolah negeri, ditetapkan oleh kementrian pendidikan, meskipun dalam hal-hal tertentu sering tidak diikuti secara taat asas di tingkat kabupaten/kota. Adapun persyaratan administrative calon kepala sekolah meliputi:

Page 6: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

1. Usia Maksimal2. Pangkat3. Masa kerja4. Pengalaman5. Berkedudukan sebagai tenaga fungsional guru

Sedangkan persyarakan akademik meliputi, latar belakan pendidikan formal dan pelatihan terakhir yang diikuti oleh calon. Untuk persyaratan pribadi yaitu bebas dari perbuatan tercela dan loyal kepada Pancasila dan pemerintah.

Selama menduduki jabatan, kepala sekolah berhak atas:

1. Gaji serta penghasilan dan pendapatan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku2. Akses kedudukan dalam jenjang kepangkatan tertentu3. Hak kenaikan gaji atau kenaikan pangkat4. Kesempatan menduduki jabatan yang lebih tinggi5. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri6. Penghargaan atau fasilitas7. Dapat diberi teguran oleh atasannya karena sikap, perbuatan, serta perilakunya yang

dirasakan dapat menganggu tugas dan tanggung jawab sebagai kepala sekolah8. Dapat dimutasikan atau diberhentikan dari jabatan kepala sekolah karena hal-hal

tertentu

Kepala sekolah pun mempunyai tugas dan tanggung jawab kepada atasan, yaitu:

1. Loyal dan melaksanakan apa yang digariskan oleh atasan2. Berkonsultasi atau memberikan laporan mengenai pelaksanaan tugas yang menjadi

tanggung jawabnya3. Selalu memelihara hubungan yang bersifat hirarki anata kepala sekolah dan atasan.

Selain tugas dan tanggung jawab diatas, kepala sekolah juga harus memerhatikan mutu, khususnya yang berkaitan dengan:

1. Nilai-nilai dan misi sekolah2. Tata laksana dan keadministrasian sekolah3. Kurikulum, pengajaran, penilaian dan evaluasi4. Sumber daya5. Layanan pendukung pembelajaran6. Komunikasi dan jalinan hubungan dengan pemangku kepentingan7. Kegiatan kemasyarakatan8. Peningkatan mutu secara berkelanjutan

Termasuk didalam ini, kepala sekolah harus mampu menggaramsi mutu yang berkaitan dengan visi sekolah, budaya sekolah, administrasi sekolah, komunikasi dan kolaborasi dengan masyarakat, sikap keteladan, kejujuran, keadilan, etika profesi dan lingkungan politik, social, hokum, ekonomi, budaya, serta program istruksional dan implementasi kebijakan.

Tidak hanya kepada atasan, kepala sekolah juga memiliki tanggung jawab kepada sesame kepala  sekolah atau instansi yang terkait. Adapun tanggung jawab itu antara lain:

Page 7: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

1. Wajib memberikan hubungan kerjasama yang baik dengan kepala sekolah yang lain2. Wajib memelihara hubungan kerja sama sebaik-baiknya dengan lingkungan baik

instansi terkait, tokoh-tokoh masyarakat dan BP3

Sedangkan terhadap bawahannya kepala sekolah berkewajiban membina hubungan yang sebaik-baiknya dengan guru, staf dan siswa, sebab esensin kepemimpinan adalah kepengikutan orang lain.

Peranan kepala sekolah sebagai pejabat formal secara singkat dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan dalam pengangkatan sesuia dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas serta hak-hak dan sanksi yang perlu dilaksanakan, secara hirarki memiliki atasan langsung yang lebih tinggi, memiliki bawahan dan mempunyai hak kenaikan jabatan.

1. C.    KRITERIA KEPALA SEKOLAH

Guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah harus memenuhi criteria khusus. Dengan kata lain kepala sekolah merupakan guru yang mendapat tugas tambahan sebagai “kepala sekolah”. Kriteria tersebut berkaitan dengan kualifikasi, kompetensi, kepangkatan, masa kerja, dll. Di dalam PP No. 19 Tahun 2005 disebutkan syarat-syarat untuk menjadi kepala sekolah seperti berikut:

1. Kriteria untuk menjadi kepala TK/RA meliputi: 1. Berstatus sebagai guru TK/RA2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran

sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 tahun di TK/RA4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang

pendidikan2. Kriteria untuk menjadi kepala sekolah SD/MI meliputi:

1. Berstatus sebagai guru SD/MI2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran

sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun di SD/MI4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang

pendidikan3. Kriteria untuk menjadi kepala sekolah SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK meliputi:

1. Berstatus sebagai guru SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran

sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun di satuan

pendidikan khusus4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang

pendidikan4. Kriteria untuk menjadi kepala sekolah SDLB/SMPLB/SMALB meliputi:

1. Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan khusus2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran

sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku

Page 8: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun di satuan pendidikan khusus

4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan

ETIKA PROFESI

Sabtu, 02 Juni 2012

ETIKA PROFESI SEORANG SUPERVISOR PENDIDIKAN

Etika Kerja Seorang Supervisor Pendidikan

Manajemen Berbasis Sekolah yang merupakan refleksi pergeseran paradigma sistem

pengelolaan dan pembinaan pendidikan dari centralized system menuju decentralized system

menuntut kesadaran, komitmen, dan keterlibatan semua pemangku kepentingan

(stakeholders) pendidikan untuk saling bekerja sama dan membangun sinergi mewujudkan

sekolah efektif.  Supervisor, sebagai salah satu pemangku kepentingan pendidikan, memiliki

peran yang amat penting dalam mewujudkan sekolah efektif dalam kerangka Manajemen

Berbasis Sekolah, yang ditandai oleh pembelajaran yang bernuansa Aktif, Senang, Interaktif

dan Kreatif sehingga Efektif (ASIK – Efektif) dalam mencapai tujuan pembelajaran. Peran

dan keberadaan supervisor semakin diperlukan tidak hanya untuk memberikan bimbingan,

bantuan dan pembinaan kepada guru untuk meningkatkan kinerja dalam pengelolaan

pembelajaran, tetapi yang lebih penting adalah sebagai “perekat” (glue) bagi warga sekolah,

sehingga dapat saling bekerja sama mendukung tercapainya tujuan sekolah.

Namun demikian, implementasi supervisi di lapangan masih sangat bervariasi. Bahkan di

beberapa sekolah, supervisi tidak dapat berjalan dengan optimal dan efektif dikarenakan oleh

beberapa faktor, antara lain kurang memadainya pengetahuan, keterampilan dan pengalaman

supervisor, termasuk pengawas dan kepala sekolah, maupun pemahaman guru tentang

supervisi yang belum memadai. Oleh karena itu, baik supervisor maupun guru dan pihak –

pihak yang disupervisi perlu secara pro aktif menambah pengetahuan dan pemahaman

mereka tentang supervisi agar terjalin keterpaduan dan kerjasama sinergi dalam menunjang

pelaksanaan supervisi di sekolah. Untuk itulah disini kami selaku pemakalah mencoba sedaya

mampu kami untuk menjelaskan syarat-syarat seorang supervisor dan mungkin beberapa hal

yang berkaitan dengannya.

Page 9: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

A. Pengertian Supervisor

Supervisor berasal dari kata supervise yang maknanya :

Adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar-mengajar agar memperoleh kondisi

yang lebih baik. Meskipun tujuan akhirnya tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang

diutamakan dalam supervisi adalah bantuan kepada guru.

Ø Ross L (1980), mendefinisikan bahwa supervisi adalah pelayanan kapada guru-guru yang

bertujuan menghasilkan perbaikan pengajaran, pembelajaran dan kurikulum.

Ø Purwanto (1987), mendefenisikan supervise ialah suatu aktivitas pembinaan yang

direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan

secara efektif.

Sesuai dengan rumusan diatas maka kegiatan yang dapat disimpulkan dalam supervisi

pembelajaran sebagai berikut :

1. membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru menjalankan tugasnya terutama

dalam pembelajaran.

2. mengembangkan kegiatan belajar mengajar.

3. upaya pembinaan dalam pembelajaran

B. Syarat-Syarat Supervisor dan Yang Berkaitan Dengannya

Setidaknya seorang supervisor memiliki beberapa macam keterampilan yang berhubungan

dengan posisinya sebagai supervisor. Beberapa keterampilan itu antara lain :

1. Keterampilan dalam kepemimpinan (leadership)

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan

yang dipimpin

Þ Working on : wibawa (power on)

Þ Working for : pembantu bagi orang yang disupervisi

Þ Working mithin : bersama-sama

2. Keterampilan dalam proses kelompok

Supervisor harus terampil :

Þ Membangkitkan semangat kerjasama

Þ Merumuskan tujuan

Þ Merencanakan bersama

Þ Mengambil keputusan bersama

Þ Menciptakan tanggung jawab bersama

Þ Menilai dan merivisi bersama

Page 10: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

3. Keterampilan dalam hubungan insani (human relation)

Supervisor tidak semata-mata berurusan dengan aspek meteril tetapi berhadapan dengan

manusia-manusia yang berbeda perilaku.

v Hubungan pribadi : pribadi orang yang bersangkutan

v Hubungan fungsionil : fungsi yang dijalankan seseorang

v Hubungan instrumental : didasarkan atas pandangan memperalat bawahan

v Hubungan konsensionil : didsarkan atas kebiasaan atau kelaziman yang berlaku.

4. Keterampilan dalam administrasi personal

Supervisor harus terampil :

v Menyeleksi anggota/karyawan baru

v Mengorientasi anggota/karyawan baru

v Menempatkan dan menugaskan sesuai kecakapan

v Membina

5. Keterampilan dalam evaluasi (evaluation)

v Merumuskan tujuan dan norma-norma

v Mengumpukan fakta-fakta perubahan

v Menterapkan criteria dan menyusun pertimbangan

v Merevisi rencana yang disusun

Kemudian setelah memenuhi keterampilan diatas, kita akan mengetahui berbagai macam

type-type seorang supervisor pendidikan. Type-typenya antara lain :

1. Otokratis : supervisor penentu segalanya

2. Demokratis : mementingkan musyawarah mufakat dan bekerjasama atau gontong royong

secara kekeluargaan.

3. Manipulasi diplomatis : mengarahkan orang yang disupervisi untuk melaksanakan apa

yang dikehendaki supervisor dengan cara musulihat

4. Laissez-faire : memberikan kebebasan dan keleluasan kepada orang yang disupervisi untuk

melakukan apa yang dianggap mereka baik.

C. Jenis-Jenis Supervisi Pendidikan Berdasarkan Prosesnya

1. Koraktif : lebih mencari kesalahan

2. Preventif : mencegah hal-hal yang tidak diinginkan

3. Konstruktif : membangun (dapat memperbiki jika terjadi kesalahan)

4. Kreatif : menekankan inisiatif dan kebebasan berfikir

Page 11: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

D. Etika Supervisor Pendidikan

Etika suatu jabatan (professional ethics) yang dirumuskan dalam kode etika jabatan (profesi)

tersebut memuat nilai-nilai atau norma yang merupakan pedoman bagi sikap dan tingka laku

para pejabat yang berkeahlian dibidang yang bersangkutan.

Prinsip-prinsip :

→ cinta kasih sebagai prinsip pokok setiap etika jabatan (lebih universalistic sifatnya).

→ pancasila dapat merupakan pula prinsip pokok yang bersifat nasionalistik yang hendak

menjiwai setiap etika jabatan bangsa Indonesia.

1. Hubungan dengan orang yang disupervisi : guru dan murid

→ supervisor hendaklah jujur dan adil

→ supervisor hendaklah membina perkembangan potensialitas

→ supervisor hendaklah memberi kesempatan dan bantuan

2. Hubungan dengan orang tua dan masyarakat

→ supervisor hendaklah memelihara hubungan kerjasama yang baik

→ supervisor hendaklah mengindahkan moral dan adapt istiadat dalam masyarakat

3. Hubungan dengan rekan seprofesi

→ supervisor hendakalah memelihara dan mengembangkan rasa solidaritas

→ supervisor hendaklah jujur dan toleran

4. Hubungan dengan profesi supervise pendidikan

→ supervisor hendaklah selalu bersikap dan bertindak professional

→ supervisor hendaklah berusaha mewujudkan dan mengembangkan karya supervisi

5. Hubungan dengan tuhan

→ supervisor mempasrahkan diri kepada Tuhan YME

→ setia melakukan kewjiban-kewjibannya terhadap Tuhan YME

Sumber : http://khairuddinhsb.wordpress.com/2008/10/19/syarat-supervisor-pendidikan/

BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI PROFESI

Page 12: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

A. Pengertian dan Ciri-Ciri ProfesiBelum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak ada standar pekerjaan/tugas yang bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi. Yang jelas profesi selalu menyangkut pekerjaan. Ada yang mengatakan bahwa profesi adalah “jabatan seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat komersial”. Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah dikenal yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan. Untuk mencegah kesimpang siuran arti profesi dan hal-hal yang berkaitan dengan itu, berikut dikemukakan beberapa istilah yang berkaitan dan kiri-ciri profesi.

1. Beberapa Istilah Tantang Profesia. Profesi adalah jabatan yang menuntut keahlian seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat komersialb. Profesional mengacu pada dua hal yaitu, pertama orang yang menyandang suatu profesi. Kedua, penanpilan seorang dalam melakukan pekerjaan sesuai profesinya.c. Profesionalisme adalah suatu tingkah laku, suatu tujuan atau suatu rangkaian kwalitas yang menandai atau melukiskan coraknya suatu “profesi”. Profesionalisme mengandung pula pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau sebagai sumber penghidupan.d. Profesionalitas merupakan kemampuan sikap seorang anggota profesi untuk bertindak secara professional.e. Profesionalisasi meruju kepada suatu proses pengembangan keprofesionalan para anggota suatu profesi.

2. Ciri-ciri Profesi Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, di mana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Menurut Artikel dalam International Encyclopedia of education, ada 10 ciri khas suatu profesi, yaitu:1. Suatu bidang pekerjaan yang terorganisir dari jenis intelektual yang terus berkembang dan diperluas.2. Suatu teknik intelektual.3. Penerapan praktis dari teknik intelektual pada urusan praktis .4. Suatu periode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi .5. Beberapa standar dan pernyataan tentang etika yang dapat diselenggarakan.6. Kemampuan untuk kepemimpinan pada profesi sendiri.7. Asosiasi dari anggota profesi yang menjadi suatu kelompok yang erat dengan kualitas komunikasi yang tinggi antar anggotanya.8. Pengakuan sebagai profesi.9. Perhatian yang profesional terhadap penggunaan yang bertanggung jawab dari pekerjaan

Page 13: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

profesi.10. Hubungan yang erat dengan profesi lain.

Menurut Robert W. Richey sebagaimana dikutip oleh Suharsimi Arikunto, memberi batasan ciri-ciri yang terdapat pada profesi.1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan kepentingan pribadi.2. Seorang pekerja profesional, secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.3. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.4. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.5. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar palayanan, disiplin diri dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya.7. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan kemandirian, dan kedelapan, memandang profesi sebagai suatu karier hidup (a live career) dan menjadi seorang anggota yang permanen.

Di lain pihak, D. Westby Gibson (1965) dalam Suharsini Arikuto, menjelaskan ada empat ciri yang melekat pada profesi:1. Pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok pekerja dikategorikan sebagai suatu profesi.2. Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah teknik dan prosedur yang unik.3. Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematik sebelum orang mampu melaksanakan suatu pekerjaan professional.4. Dimilikinya organisasi profesional yang disamping melindungi kepentingan anggotanya dari saingan kelompok luar, juga berfungsi tidak saja menjaga, akan tetapi sekaligus selalu berusaha meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat, termasuk tindak-tindak etis profesional kepada anggotanya.

3. Syarat-Syarat Suatu Profesia. Melibatkan kegiatan intelektual.b. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.c. Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan.d. Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.e. Menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.f. Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.h. Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.

4. Prinsip-Prinsip Etika Profesi1. Tanggung jawab• Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.• Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.2. Keadilan.• Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.

Page 14: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

3. Otonomi.• Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.

B. Pengembangan profesi bimbingan konseling1. Standarisasi untuk kerja professional konselor2. Standarisasi penyiapan Konselor

C. Penyiapan dan Syarat-Syarat Profesi Keguruana. Jabatan yang melibatkan Kegiatan intelektualb. Jabatan yang menggeluti bidang tubuh ilmu yang khususc. Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang lamad. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang sinambunge. Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanenf. Jabatan yang menentukan bakunya sendirig. Jabatan yang mementingkan layanan diatas kepentingan pribadih. Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin rapat

D. Kode Etik Professional Keguruan1. Pengertian Kode EtikKode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis. Kode etik yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.

MENURUT UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN)Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik profesi sebetulnya tidak merupakan hal yang baru. Sudah lama diusahakan untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh kelompok itu. Salah satu contoh tertua adalah SUMPAH HIPOKRATES yang dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi dokter.

2. Tujuan Kode EtikKode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, seban dihasilkan berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri.Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat juga membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh profesi yang bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan diri) dari profesi.Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan cita-cita yang diterima

Page 15: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

oleh profesi itu sendiri yang bis mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus. Pada umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik.

Jadi secara garis besarnya TUJUAN KODE ETIK PROFESI :1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.4. Untuk meningkatkan mutu profesi.5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.8. Menentukan baku standarnya sendiri.

Adapun yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik (Code of conduct) profesi adalah:1. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab terhadap klien, institusi, dan masyarakat pada umumnya2. Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika dalam pekerjaan3. Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan fungsi-fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan-kelakuan yang jahat dari anggota-anggota tertentu4. Standar-standar etika mencerminkan / membayangkan pengharapan moral-moral dari komunitas, dengan demikian standar-standar etika menjamin bahwa para anggota profesi akan menaati kitab UU etika (kode etik) profesi dalam pelayanannya5. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi6. Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama dengan hukum (atau undang-undang). Seorang ahli profesi yang melanggar kode etik profesi akan menerima sangsi atau denda dari induk organisasi profesinya

Pendidikan seumur hidup (Nur chamid,S.Pd.I) NOOR5art

BIMBINGAN KONSELING SEBAGAI PROFESI

Jumat, 31 Juli 2009

BAB IPENDAHULUAN

Page 16: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan boleh dibilang sukses dan perlu mendapat apresiasi dari semua lapisan masyarakat, khususnya kalangan akademisi. Upaya tersebut memang harus diselenggarakan untuk memperkembangkan pelayanan bimbingan konseling kearah pemenuhan persyaratan profesi, yaitu berkenaan dengan unjuk kerja konselor, penyiapan konselor, akreditas, lembaga pendidikan konselor, sertifikasi dan instansi, serta pengembangan organisasi profesi.Namun, sayangnya terobosan di atas masih menuangkan setumpuk problematika. semisal, beberapa besar guru yang mendapatkan kesempatan kesempatan yang lebih tinggi dengan biaya pemerintah terhadap kualitas peserta didiknya, beberapa besar kepedulian guru yang mampu menjalankan tugasnya (mendidik, mengajar, melatih dan menilai ) siswa secara objektif dan mandiri.Problematika tersebut menjadi ajang kontra antara suatu pihak dengan pihak lain . Pemerintah menganggap banyak guru tidk brkualitas, guru menuding pemerintah tidak serius menangani pendidikan dan orang tua siswa menuding pemerintah dan guru sama –sama tidak professional dalam melakukan konsep pendidikan idial yang berorientasi dalam melakukan konsep pendidikan ideal yang berorientasi dalam pembentukan pola pikir prilaku dan keterampilan.

BAB IIPEMBAHASAN

A.Pengertian dan ciri-ciri profesi 1.Pengertian profesiProfesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dengan para petugasnya . Akhirnya pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bias dilakukan oleh orang yang tidak berlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan tersebut.2.Ciri-ciri profesiSyarat-syarat atau cirri-ciri utama dari suatu profesi sebagai berikut:a.Suatu profesi merupakan suatu jabatan suatu pekerjaan yang memiliki fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan .b.Untuk mewujudkan fungsi tersebut pada butir di atas anggotanya harus menampilkan pelayanan yang khusus yangyang didasarkan teknik-teknik intelektual, dan keterampilan tertentu yang unik.c.Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara ruti saja, melainkan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi sityuasi kritis yang yang menuntut pemacahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.d. Pra anggotanya secara tegas dituntus memiliki kompetensiminimum melalui prosedur seleksi, pendidikan dan pendidikan dan latihan serta lisensi ataupun sertifikasi

Page 17: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

e.Standar tingkah laku bagi anggotanya dirumuskan secara tersurat melalui kode etik yang benar-benar diterapkan.f.Selama dalam pekerjaan itu para anggotanya terus menerus berusaha menyegarkan dan meningkatkan kompetisinya dengan jalan meningkatkan secara cermat literatur dalam bidang pekerjaan itu, serta berperan secara aktif dalam pertemuan –pertemuan sesama anggotanya.

B.Pengembangan Profesi bimbingan dan konseling Sebagai profesi yang handal. Bimbingan dan konselingn masih perlu dikembangkan bahkan diperjuangkan.Pengembangan profesi bimbingasn dalam konseling antara lain melalui :1.Standarisasi unjuk kerja professional konselor.a.Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan konseling (BK).b.Mengorganisasikan progam bimbingan dan konselingc.Menyusun progam bimbingan dan konselingd.Menyelenggarakan pengumpulan data tentang minat, bakat, kemampuan dan kondisi pribadi.e.Membantu guru bidang studi ndalam menyelenggarakanpengajaran perbaikan dan progam pengayaan.f.Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajarg.Melakukan kunjungan rumah.h.Menyelenggarakan kegiatan BK pada lingkungan yang berbeda.i.Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi BK.2.Standardisasi penyiapan konselor Tujuan penyiapan konselor ialah agar para(calon) konselor memiliki wawasan dan menguasai , serta dapat melaksanakan dengan sebaik-baiknya materi dan keterampilan yang terkandung di dalam butir-butir rumusan unit kerja.Adapun standarisasi penyiapan konselor adalah:a. Seleksi/penerimaan mahasiswaSeleksi atau pemilihan calon mahasiswa merupakan tahap awal dalam proses penyiapan konselor. Adapun syarat-syarat pribadio yang harus dimiliki oleh konselor sebagai berikut :1). Memiliki bakat yang memadai untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.2)Memiliki minat dan kemauan yang besar untuk bekerjasama dengan orang lain.3)Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan orang – orang dari berbagai latar belang.4)Memiliki kemanfaatan pribadi dan sosial.b. Pendidikan konselorUntuk melaksanakan tugas – tugas dalam bidang bimbingan dan konseling, yaituunjuk kerja konselor secara baik para konselor dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memadai. Pendidikan konselor mengacu kepada standar kemampuan konselor yang meliputi :1). Materi intii yaitu materi tentang pertumbuhan dan perkembangan individu, dasar-dasar ilmu pengetahuan dan kebudayaan.2). Studi lingkungan dan studi kasus, yaitu materi tentanng studi lingkungan dan materi khusus sesuai dengan keperluan mahasiswa untuk bekerja di lingkungan tertentu.3). Berpengalaman tersupervisi, Yaitu praktek langsung pelayanan BK melalui praktek pengalaman lapangan yang sesuai cita-cita mahasiswa.c. AkreditasiLembaga pendidikan konselor perlu diakreditasi untuk menjamin mutu lulusanya .Tujuan pokok akreditas 1). Untuk menilai bahwa progam yang ada memenuhi standar yang ditatapkan oleh prifesi.2). Untuk menegaskan misi dan tujuan progam.

Page 18: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

3). Untuk menarik calon konselor dan tenaga pengajar yang bermutu tinggi.4). Memungkinkan mahasiswa dan staf pengajar berperan serta dalam evaluasi program secara intensif.5). Untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat pandidikan, masyarakat profesi dan masyarakat pada umumnya tentang kemantapan palayanan BK.d. Sertifikasi dan LisensiSertifikasi merupakan upaya lebih lanjut untuk lebih memantapkan dan menjamin profesionalisasi BK. Para lulusan pendidikan konselor yang bekerja di lembaga-lembaga pemerintah, misalnya di sekolah, diharuskan menempuh program sertifikasi yang diselenggarakan oleh pemerintah, sedangkan mereka yang hendak bekerja di luar lembaga atau badan pemerintah diwajibkan memperoleh lisensi dari organisasiprofesional BK.e. Pengembangan Organisasi ProfesiOrganisasi profesi adalah himpunan orang-orang yang mempunyai profesi yang sama. Tujuan organisasi profesi adalah :1). Pengembangan ilmu2). Pengembangan pelayanan3). Penegakan kode etik professional

BAB IIIKESIMPULAN

Suatu pekerjaan disebut profesi apabila pekerjaan itu memenuhi sejumlah ciri atau persyaratan, baik dilihat dari fungsi dan maknanya, penampilan kegiatannya terhadap sasaran layanan dasar-dasar keilmuan yang dimilikinya, kompetensi para pekerjaannya, penyiapan para calon pekerjaannyauntuk mampu menyelenggarakan pekerjaan itu, kode etiknya, serta sikap para pekerja terhadap pengembangan pekerjaan itu.Pendidikan konselor yang bersifat pra jabatan dan berjenjang pendidikan tinggi memakan waktu yang cukup lama, minimum empat tahun yaitu jenjang strata satu (S1). Pengembangan kemampuan yang mantap tidak hanya dari segi ilmu dan keterampilannya saja, tetapi juga dari segi pengembangan pribadi yang meliputi kemampuan berkomunikasi, sikap, penerapan nilai-nilai serta tanggung jawab melaksanakan tugas professional.Program akreditasi, sertifikasi dan lisensi merupakan upaya agar pelayanan BK itu benar-benar professional, sejak dari pendidikan konselornya sampai kepada penempatannya di lapangan kerja, baik di lembaga-lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Organisasi dalam mengupayakan profesionalitas anggota dan pelayanannya, melalui pengembangan ilmu, pengembangan pelayanan, dan penegak kode etik, sehingga organisasi profesi itu perlu benar-benar taat asas dengan profesionalitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

 Handout,-Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas,Lantip Institute, 2008.Prayitno, Prof Dr. H M.Sc. Ed-Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. PT Asdi Mahasatya, 1997.

Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang

Page 20: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila

Page 21: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran,

Page 22: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan

Page 23: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru

Page 24: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]Minat dalam pengertian umum adalah “Sesuatu yang menimbulkan perhatian yang kuat”[4]. Maksudnya segala sesuatu hal yang menimbulkan keinginan dan perhatian yang kuat dikatakan dengan minat atau kemauan. Minat terhadap sesuatu hal akan timbul apabila seseorang menaruh perhatian terhadap obyek itu. Perhatian ini dapat terjadi dengan sendirinya maupun karena pengaruh dari luar, terutama dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Untuk membangkitkan minat ini diperlukan beberapa syarat, seperti: obyek itu harus menarik perhatian, baik karena warna yang kontras, bunyi, atau gerakannya. Di sekolah, seorang guru perlu menggunakan alat peraga atau model untuk menarik perhatian murid. Ini sekaligus untuk mengurangi proses abstraksi yang masih sulit bagi anak. Selain itu, orang tua atau guru juga dapat memperkenalkan obyek-obyek yang kurang diminati anak dengan cara menerangkan hal-hal yang menarik bagi peserta didik. Pembawaan guru atau pendidik, cara bicara, bahasa yang digunakan, maupun gaya berkomunikasi ikut menentukan minat seorang anak terhadap suatu obyek.[5]Minat juga dapat diartikan kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Misalnya minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan berpengaruh terhadap usaha belajarnya. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[6]Dari pendapat di atas kita melihat bahwa minat sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar siswa di kelas, seperti kehadiran, perhatian, keaktifan, kesungguhan dalam belajar dan penghargaan terhadap guru. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, metode mengajar atau kepribadian guru itu sendiri maka usaha belajar siswa akan cendrung menurun. Karena minat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Sebagaimana pendapat Bafadal Ibrahim: Semangat yang tinggi akan menumbuhkan semangat belajar dan seseorang akan memiliki keinginan secara terus menerus dalam melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]

Page 25: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

edrizal_08 putra: minat siswa belajar pendidikan agama Islam di ...Sedangkan penulis membahas tentang minat siswa belajar pendidikan agama Islam dibandingkan minat belajar ilmu kejuruan di SMK ni Lintau Buo. Dalam bukunya ...putrabungsu-yahoo.blogspot.com/.../minat-siswa-belajar-pendidikan-agama_24.html - Tembolok - Mirip

Menumbuhkan minat belajar anak membutuhkan proses yang tidak instan. Pertama menumbuhkan terlebih dahulu rasa butuh akan manfaat suatu pelajaran. Misalnya ketika orangtua berharap anak memiliki kesadaran belajar PKN. Sebelum ditanya PR, perlu sesekali tanyakan ”adakah yang menarik di kelas...? siapa teman yang kamu sukai dan tidak sukai...? kenapa kamu menyukai atau tidak menyukai...? apa yang kamu lakukan pada mereka ? ada gak pelajaran yang membahas kerukunan? ”. Menurut kamu apa manfaatnya setelah belajar kerukunan ?.” 

Kedua menjadikan anak sebagai partner belajar. Tidak selamanya orangtua harus selalu tampak pintar, adakalanya perlu sesekali kelihatan bodoh dan tidak tahu untuk memancing penjelasan anak. Hal ini bisa mendorong anak untuk lebih percaya diri dan mencari sebanyak mungkin informasi baik dari guru, buku bacaan maupun media elektronik yang tersedia. Misalnya ” lho papa kok baru denger ya ada nama propinsi baru, memang di pelajaran IPS yang kamu pelajari ada berapa propinsi di Indonesia ” ?

Ketiga, Kunjungan edukasi keluarga. Tidak harus mahal dan menggunakan perijinan yang rumit.. Sesekali ajak anak ke pasar tradisional untuk melalukan transaksi jual beli. Karena selama ini jika ke Mall, belanja menjadi sangat individualis tanpa ada transaksi yang melibatkan emosi dan sosialisai. Datangkan langsung ke sumber-sumber kehidupan sehari-hari.misalnya peternakan sapi, kemudian dilanjutkan ke pabrik pembutan susu. Dia belajar proses proses produksi – distribusi sampai konsumsi. Dorong anak tidak selamanya menjadi konsumen tetapi perlu menjadi produsen. Hal ini akan mengurangi gaya hidup konsumtif dan meningkatkan nilai produktivitas SDM yang akan datang. . Misalnya membuat kertas daur ulang atau menyediakan bibit tanaman buah-buahan. 

Keempat, menjadikan anak sebagai pelopor. Seringkali memulai kebaikan memang tidak mudah. Misalnya dalam global warming, di sekolah mereka sudah belajar teorinya. Tapi bagaimana anak juga juga menyelaraskan teori dengan aksi. Maka latihlah menjadi anak yang ”beda’. Jika kebanyakan anak berangkat diantar mobil, sepeda motor atau mobil angkutan. Maka latihlah sesekali menggunakan sepeda atau dengan jalan kaki jika jaraknya dekat. Selain sehat juga mengurangi polusi udara yang menimbulkan efek rumah kaca. Tidak hanya sendiri tapi orangtuapun memulai gerakan yang sama. 

Keempat tahap diatas membutuhkan kerja sama serta komunikasi yang intensif antara sekolah dan rumah (orangtua). Keduanya memiliki hubungan yang komplementer (saling melengkapi) bukan saling menggantungkan. Guru atau sekolah tidak hanya menjadikan orang tua atau rumah sebagai kambing hitam ketidakmampuan dan kemalasan anak dalam belajar begitupun orangtua tidak menggantungngkan 100 % tercapainya tujuan pendidikan lewat sekolah.(era) Terakhir Diperbaharui ( Thursday, 12 June 2008 )   SD Muhammadiyah 4 Surabaya | Sekolah Teladan Nasional ...Menumbuhkan minat belajar anak membutuhkan proses yang tidak instan. ... informasi baik

Page 26: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

dari guru, buku bacaan maupun media elektronik yang tersedia. ...sdm4sby.com/index.php?option=com_content... - Tembolok - Mirip

22 April 2009Berita Mitra : MENAMBAH PENGETAHUAN DENGAN MEMBACA SUMBER: KEDAULATAN RAKYAT (27 Maret 2009) Perpus Wonosobo KABUPATEN Wonosobo, patut dijadikan percontohan bagi pengembangan perpustakaan di Jawa Tengah, karena reputasinya. Prestasinya, pada tahun 2005 perpustakaan Wonosobo meraih juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Jawa Tengah dan juara II tingkat nasional. Kemudian tahun 2008, perpustakaan Desa Kebrengan Wonosobo meraih juara I lomba perpustakaan desa tingkat propinsi. Menurut Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Jateng Urip Sihabudin SH MH, keistimewaan pengembangan perpustakaan di Wonosobo, pada aspek kelembagaan yang mapan. Keberadaan perpustakaan di Wonosobo berkolaborasi dengan PKK dan Karang Taruna setempat. Bahkan tahun 2005, Pemkab Wonosobo menganggarkan dana pengembangan perpustakaan melalui Alokasi Dana Desa (ADD). Selain itu, perpustakaan di Wonosobo, rata-rata juga memiliki lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Di Wonosobo terdapat perpustakaan yang tersebar di beberapa kecamatan. Salah satunya Perpustakaan Srikandi di Kelurahan Andongsili, Mojotengah, Wonosobo. Kepala Perpustakaan Srikandi Dra Eko Hartati mengatakan perpustakaan ini berdiri pada 10 April 2005, atas prakarsa Tim Penggerak PKK Andongsili. Paradigma yang dikembangkan, di era globalisasi, seorang ibu dituntut berpengetahuan dan berwawasan luas, supaya dapat berperan dalam meningkatkan taraf hidup keluarga. Dalam memberi pelayanan kepada masyarakat, Perpustakaan Srikandi menerapkan sistem komputerisasi dan memiliki koleksi 5000 judul buku. Bentuk pelayanannya, selain peminjaman buku juga memiliki fasilitas audio visual, buku referensi, internet, kursus menulis, seni lukis, aneka mainan anak dan kegiatan story telling. Perpustakaan lainnya, Perpustakaan Ganesha di Desa Jolontoro, Sapuran. Perpustakaan ini berkembang menjadi rumah belajar. Kepala Perpustakaan Ganesha Nur Khamid menyatakan perpustakaannya berdiri 2005, dipelopori PKK setempat. Kemudian pada September 2006, dikeluarkan Surat Keputusan (SK) Kades No 143/12/5 berupa perlunya pembenahan dan pengelolaan oleh Karang Taruna Jolontoro. Jumlah koleksi perpustakaan ini terdiri 5.565 eksemplar buku dan 35 judul dalam bentuk compact disc (CD). Kepala Desa Jolontoro Khozin SAg mengatakan, Perpustakaan Ganesha merupakan hasil kerja sama lapisan masyarakat dengan binaan Perpustakaan Daerah Wonosobo. Sumber pendanaan perpustakaan ini berasal dari Alokasi Dana Desa (ADD). Saat ini perpustakaan tersebut memiliki fasilitas aneka kursus meliputi bahasa Inggris, komputer dan menjahit. Senada dengan perpustakaan yang lain, Perpustakaan Al-Mannan Desa Kebrengan Mojotengah, Wonosobo juga didirikan karena keprihatinan masyarakat terhadap rendahnya minat baca masyarakat. Ketua Pengelola Perpustakaan Al-Mannan Siti Kholisoh SAg berharap perpustakaannya dapat menjadi alternatif taman bacaan di desanya. Perpustakaan ini berdiri 1 November 2006, berdasarkan SK Kades Kebrengan No 041/8/2006, memiliki koleksi buku 1.620 eksemplar, majalah 312 eksemplar dan surat kabar 360 eksemplar. Adanya kesenjangan ekonomi dan mahalnya harga buku inilah yang mendorong masyarakat mendirikan perpustakaan. Kepala Perpustakaan Srikandi Dra Eko Hartati berharap dengan membaca buku, masyarakat mendapat kegiatan positif untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Nilai positif membaca, diungkapkan Supartiyana, pengusaha rempeyek kacang di Andongsili. Menurut dia, kegemaran membaca buku-buku masakan di perpustakaan, memunculkan gagasan membuka usaha rempeyek kacang. Ternyata hasilnya lumayan. Saya dapat membantu meningkatkan pendapatan keluargaî, katanya. Hal sama disampaikan

Page 27: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

Murdirahayu, pengusaha telur asin dari Andongsili. Wonosobo. ìDari membaca di perpustakaan, saya mendapat ilmu tentang membuat telur asin dan kini usaha tersebut berkembang pesatî, katanya. Keberhasilan usaha karena membaca buku, tidak hanya dialami warga Andongsili. Suparmi, warga Jolontoro pengusaha opak singkong juga mengalami hal sama. Sekitar 90% warga Jolontoro merupakan perajin opak, dengan produksi perhari 10 kg per orang. ìUsaha kami meningkat, setelah kami gemar membaca buku di perpustakaan desa, dari membaca buku, kami belajar meningkatkan kualitas opak, katanya. Warga Jolontoro yang lain, Supardjo menyatakan mendapat gagasan untuk beternak lele berkat gemar membaca buku di perpustakaan. Awalnya dicoba beberapa kali memang gagal, selanjutnya berhasil karena petunjuk dari buku-buku lainnya, katanya. Sumber: Kedaulatan Rakyat   

Coca Cola Foundation Indonesia27 Mar 2009 ... Perpustakaan lainnya, Perpustakaan Ganesha di Desa Jolontoro, Sapuran. Perpustakaan ini berkembang menjadi rumah belajar. ...www.coca-colafoundation-ind.org/ina/.../index.php?act... - Tembolok - Mirip

10Dec08Tinjauan Tentang Minat Belajar Anakpost infoBy luwzee Categories: aBouT Perkembangan Anak 1. Pengertian MinatDalam hal ini penulis mengemukakan beberapa pendapat tentang minat :a. Minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan.b. Minat adalah merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang.Dari pendapat tersebut diatas dapat penulis simpulkan bahwa minat adalah gejala phisikis yang timbul dari perpaduan keinginan dan kemauan yang ada pada diri seseorang, yang direalisasikan atau di ekspresikan dengan adanya perasaan senang yang menyebabkan adanya perhatian terbesar terhadap suatu obyek, sehingga orang tersebut mempunyai kecenderungan hati untuk berbuat sesuatu terhadap obyek tersebut.Dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa ; terjadinya minat itu karena dorongan dari perasaan senang dan adanya perhatian terhadap sesuatu. Dengan kata lain, minat itu merupakan proses terjadinya yang didahului oleh perasaan senang dan perhatian terhadap suatu obyek, sehingga terjadi kecenderungan untuk berbuat sesuatu atas obyek tersebut.Sebagai indikator bahwa orang itu sedang mengalami rasa senang dan ada perhatian terhadap suatu obyek, maka kita bisa beranalogi pada persyaratan Imam Al-Ghazali ra. yang menerangkan tentang tanda-tanda orang yang cinta kepada Allah SWT adalah sebagai berikut :1. Orang yang cinta kepada Allah orang itu ingin mendekatkan dirinya kepada-Nya. Pernyataan ini jika dianalogkan dengan pembahasan ini, bahwa seseorang akan berusaha untuk melibatkan diri dalam lembaga pendidikan yang dia senangi, misalnya dengan cara menyekolahkan anak-anaknya ke lembaga pendidikan tersebut.2. Orang yang cinta kepada Allah dia akan suka rela berkurban untuk Allah. Dalam

Page 28: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

hubungannya dengan pembahasan ini pengertian tersebut dapat diartikan bahwa apabila seseorang tertarik pada suatu pendidikan, maka dia akan rela memberikan sumbangan baik moril maupun spritual demi kelancaran pelaksanaan pendidikan tersebut.3. Orang yang cinta kepada Allah dia akan cinta pula kepada orang-orang yang berbakti kepadanya, sehubungan dengan permbahasan ini, bahwa orang yang cinta terhadap suatu lembaga pendidikan tertentu maka dia akan menyenangi dan menghormati para pendidik tersebut menjadi contoh dan suri tauladan bagi para peserta didik dan wali murid.Adapun pengaruh minat terhadap perkembangan seseorang sebagai berikut :1) Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas cita-cita.2) Minat dapat berfungsi sebagai tenaga pendorong yang kuat.3) Minat yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar.4) Minat dapat menimbulkan kepuasan dalam suatu pekerjaan.2. Pengertian BelajarDalam pengertian luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Selanjutnya ada pula yang mendefinisikan bahwa belajar adalah “berubah”. dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi dengan belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya.Untuk melengkapi pengertian mengenai makna belajar, perlu kiranya dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar siswa. dalam hal ini ada beberapa prinsip yang penting untuk diketahui, antara lain :a. Belajar pada hakekatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.b. Belajar memerlukan proses dan pemantapan serta kematangan diri siswa.c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam atas dasar kebutuhan atau kesadaran (instrinsic motivation), lain halnya belajar dengan karena rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita.d. Dalam banyak hal belajar itu merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasan.e. Kemambuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.f. Belajar dapat melakukan tiga cara :1) Diajar secara langsung.2) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain)3) Pengenalan dan/atau peniruan.g. Belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung aakn lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berfikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.h. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.i. Bahan pelajaran yang bermakna atau berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.j. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahun, kesalahan serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar.

Page 29: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

k. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.Adapun faktor-faktor yang menentukan belajar anak, diantaranya :a. Faktor luar atau eksternal, faktor yang berasal dari luar individu (siswa yang meliputi)1) Faktor LingkunganFaktor luar dapat berasal dari lingkungan alami maupun dari lingkungan sosial. Lingkungan alami (berasal dari alam) dapat berupa keadaan suhu, kelembaban udara, cuaca dan sebagainya.Sedangkan lingkungan sosial adalah lingkungan yang terjadi dikeluarga, sekolah, maupun masyarakat.a) Lingkungan Keluarga merupakan lingkungan yang paling utama dalam menentukan keberhasilan belajar seorang anak.b) Lingkungan Sekolah yang dimaksud dalam pembahasan skripsi adalah segenap unsur yang ada dalam suatu lembaga pendidikan yang dapat mempengaruhi timbulnya belajar seseorang terhadap penyelenggaraan pendidikan pada lembaga tersebut, umumnya seseorang sebelum memilih jenis lembaga pendidikan yang akan digunakan sebagai tempat untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan, ia cenderung ingin mengetahui terlebih dahulu unsur-unsur yang ada pada lembaga pendidikan tersebut, sehingga unsur-unsur itulah yang menentukan tertarik tidaknya seseorang terhadap pendidikan yang dikelolahnya.c) Lingkungan Masyarakat dimana dalam lingkungan masyarakat ini adanya interaksi individu antara satu dengan yang lainnya, keadaan masyarakat mempunyai pengaruh tertentu terhadap perkembangan anak, seseorang yang hidupnya dalam masyarakat Desa akan mempunyai perbedaan dalam segi pola pikir, cita-cita maupun pandangannya dengan seseorang yang hidup dikota, dengan adanya perbedaan tersebut akan memiliki kecenderungan yang berbeda pula dalam membina, mengarahkan anggota keluarganya, termasuk juga dalam memilih jenis pendidikan untuk anak-anak.2) Faktor InstrumentalFaktor instrumental adalah faktor yang sengaja dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan, dan berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa, sebab faktor instrumental merupakan sarana pokok untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah. yang termasuk faktor instrumental antara lain : Kurikulum, program, sarana dan fasilitas sekolah, tata tertib, pedoman-pedoman belajar, dan lain-lain.b. Faktor Dalam atau Internal1) Kondisi FisiologisKondisi Fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan keadaan fisik atau kesehatan badan siswa, termasuk keadaan panca indera, yakni penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa.Alat-alat panca indera tersebut menghubungkan manusia dengan dunia luar melalui urat-urat syaraf yang tersusun sangat komplek dan bekerja dengan kecermatan sangat tinggi. Rangsangan-rangsangan yang datang akibatnya adanya proses belajar diterima oleh alat-alat indera tersebut dan akan diolah menjadi konsep sebagai hasil belajar.Kondisi Psikologisa) PerhatianPerhatian merupakan pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar.b) PengamatanSuatu cara mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun lingkungan dengan segenap panca indera. Jadi dalam belajar itu unsur keseluruhan jiwa dengan segala panca inderanya harus bekerja untuk mengenal pelajaran tersebut.

Page 30: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

c) TanggapanTanggapan yaitu gambaran atau bekas yang tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan pengamatan. Tanggapan itu akan memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar siswa setiap siswa.d) FantasiYang dimaksud dengan fantasi adalah sebagai kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru berdasarkan atas tanggapan yang ada, atau dapat dikatakan sebagai suatu fungsi yang memungkinkan individu untuk berorientasi dalam alam imajiner, menerobos dunia realitas. Dengan fantasi ini maka dalam belajar maka akan memiliki wawasan yang lebih longgar karena didik untuk memahami diri atau pihak lain.e) IngatanSecara teoritis ingatan akan berfungsi ; (1) mencamkan atau menerima kesan-kesan dari luar, (2) menyimpan kesan, (3) memproduksi kesan. Oleh karena itu ingatan akan merupakan kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan di dalam belajar. Hal ini sekaligus untuk menghindari kelupaan, lupa sebagai gejala psikologis yang selalu ada.f) BerfikirBerfikir merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, mensintesis dan menarik kesimpulan.g) MinatMinat adalah atau interest adalah banyak sedikitnya kesadaran dan perhatian yang menyertai suatu aktivitas yang sedang dilakukan. Pengaruh minat terhadap prestasi belajar sangat besar, semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu pelajaran, semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu pelajaran, semakin tinggi pula keaktifan untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajarnya. Sebaliknya semakin rendah minat seseorang terhadap sesuatu pelajaran, maka secara otomatis prestasinya menurunKecerdasanHasil pengukuran kecerdasan biasanya dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan, yang terkenal dengan IQ (Inteleqensi Quoetient). Berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan yang erat antara IQ dengan belajar siswa. Oleh sebab itu, Informasi mengenai taraf kecerdasan siswa merupakan hal yang sangat berharga untuk memperkirakan kemampuan belajar siswa yang bersangkutan.h) BakatDisamping Inteleqensi Quoetient, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Faktor bakat mencakup faktor-faktor yang sudah ada sejak lahir, yang mempunyai kecenderungan untuk mengembangkan diri dalam suatu kecakapan-kecakapan tertentu.Telah terjadi kenyataan bahwa siswa yang belajar dalam bidang yang sesuai dengan bakatnya, mempunyai kemungkinan yang besar dalam upaya mencapai prestasi belajar yang baik. Seorang anak yang berbakat mempunyai kualifikasi potensial yang tinggi dalam bidangnya, maka ia mampu mencapai belajarnya pula.i) MotivasiPeranan motivasi sangat penting dalam proses belajar. Bahkan dapat dikatan motivasi merupakan faktor penentu keberhasilan belajar atau belajar siswa.Secara umum motivasi dibagi menjadi dua, yaitu : motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang tanpa adanya rangsangan atau bantuan orang lain. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul akibat adanya bantuan dari luar diri siswa. Ada beberapa hal yang mendorong siswa untuk belajar, yakni :(1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.(2) Adanya sifat kreatif pada orang yang belajar dan adanya keingin untuk selalu maju.

Page 31: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

(3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-temannya.(4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperatif maupun dengan kompetisi(5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran(6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.j) Kemampuan KognitifKemampuan kognitif pertama adalah persepsi, ingatan dan berfikir. Persepsi adalah bayangan yang tinggal didalam ingatan setelah siswa melakukan pengamatan. Dan ingatan dapat didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan. Sedangkan berfikir adalah proses dinamis yang dapat dilukiskan menurut prosesnya, meliputi pembentukan pengertian, pendapatan, dan kesimpulan.3. Hal-hal yang memungkinkan memperkembangkan minat belajar pada anak.Minat tidak hanya mempunyai arti penting sebagai landasan konsentrasi melainkan lebih daripada itu juga, akan memperjelas kaitan antar butir-butir soal dalam pikiran seseorang dan memperkokoh ingatannya. Adapun mengenai cara atau hal-hal yang dapat mengembangkan minat antara lain :a. Seseorang hendaknya memikirkan bagaimana dan mengapa mata pelajaran itu penting bagi pendidikan umumnya. Misalkan Computer mungkin tidak menarik bagi seseorang tetapi kalau ia ingin mengetahui informasi didunia maka sedikit banyak computer akan menolongnya, contoh lain kimia mungkin tidak menarik bagi seseorang mahasiswa ilmu sosial, tetapi kalau ia ingin tahu tentang obat-obatan maka sedikit kimia akan berguna. Jadi lingkungan keanekaan minat seseorang membantunya memahami dunia modern.b. Seseorang hendaknya memikirkan bagaimana mata pelajaran lainnya atau dengan waktu, tempat, masalah dan tujuan yang lain. Suatu contoh sejarah kuno mempunyai hubungan dengan peristiwa–peristiwa dewasa ini, Ilmu Filsafat mempunyai hubungan erat dalam banyak hal, Ilmu Matematika, berguna dalam ilmu ekonomi sedangkan psikologi dan sosiologi tercermin dalam kesusastraan, sesuatu pelajaran yang tampaknya tidak menarik kalau berdiri sendiri ternyata dapat sangat menarik dalam hubungannya dengan mata pelajaran lainnya.c. Minat bergantung pada pemahaman oleh karena itu untuk memelihara minat dan kosentrasi seseorang hendaknya melakukan studi secara teratur dan tidak takut untuk menanyakan persoalan-persoalan atau mencari bantuan mengenai soal apa saja yang tidak dipahami.

Tinjauan Tentang Minat Belajar Anak CocoretanHal-hal yang memungkinkan memperkembangkan minat belajar pada anak. .... 5) Selalu mengontrol buku-buku bacaan anak karena kadang-kadang ia menemukan dari ...luwzee.blog.friendster.com/.../tinjauan-tentang-minat-belajar-anak/ - Tembolok - Mirip

Diposkan oleh Pendidikan seumur hidup hamid di 09.10

 

Page 32: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

0 komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Fish

Labels

ANALISIS FILSAFAT BAHASA

Share it

Blog Archive

► 2011 (1)

► 2010 (2)

▼ 2009 (11) o ► Agustus (6) o ▼ Juli (5)

PENGARUH PENELITIAN TINDAKAN KELAS TERHADAP PROFES...

BIMBINGAN KONSELING SEBAGAI PROFESI pengaruh globalisasi terhadap kehidupan manusia kopetensi belajar ANALISIS FILSAFAT BAHASA

Labels

ANALISIS FILSAFAT BAHASA (1)

Page 33: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

Mengenai Saya

Pendidikan seumur hidup hamid

wonosobo, jawa tengah, Indonesia

karna dalam kehidupan kita selalu berubah dan tidak pernah sama jadi kita perlu

selalu untuk belajar setiap hari sampai seumur hidup kita. teruslah belajar!!!!!

Lihat profil lengkapku

Blog Archive

► 2011 (1)

► 2010 (2)

▼ 2009 (11) o ► Agustus (6) o ▼ Juli (5)

PENGARUH PENELITIAN TINDAKAN KELAS TERHADAP PROFES...

BIMBINGAN KONSELING SEBAGAI PROFESI pengaruh globalisasi terhadap kehidupan manusia kopetensi belajar ANALISIS FILSAFAT BAHASA

Pages

Beranda

Share it

Pengikut

Lencana Facebook

Page 34: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

Ngantoq Ichrur Buat Lencana Anda

 

Pendidikan seumur hidup (Nur chamid,S.Pd.I) © 2008 | History Chanel Theme by Web Host

Choices and Loans

Templates Novo Blogger

Pendidikan seumur hidup (Nur chamid,S.Pd.I)

BIMBINGAN KONSELING SEBAGAI PROFESI

Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan boleh dibilang sukses dan perlu mendapat apresiasi dari semua lapisan masyarakat,

khususnya kalangan akademisi. Upaya tersebut memang harus diselenggarakan untuk memperkembangkan pelayanan bimbingan konseling kearah pemenuhan persyaratan profesi, yaitu berkenaan dengan unjuk kerja

konselor, penyiapan konselor, akreditas, lembaga pendidikan konselor, sertifikasi dan instansi, serta pengembangan organisasi profesi.

Namun, sayangnya terobosan di atas masih menuangkan setumpuk problematika. semisal, beberapa besar guru yang mendapatkan kesempatan

kesempatan yang lebih tinggi dengan biaya pemerintah terhadap kualitas peserta didiknya, beberapa besar kepedulian guru yang mampu menjalankan

tugasnya (mendidik, mengajar, melatih dan menilai ) siswa secara objektif dan mandiri.

Problematika tersebut menjadi ajang kontra antara suatu pihak dengan pihak lain . Pemerintah menganggap banyak guru tidk brkualitas, guru menuding pemerintah tidak serius menangani pendidikan dan orang tua

siswa menuding pemerintah dan guru sama –sama tidak professional dalam melakukan konsep pendidikan idial yang berorientasi dalam melakukan

konsep pendidikan ideal yang berorientasi dalam pembentukan pola pikir prilaku dan keterampilan.

Page 35: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

BAB IIPEMBAHASAN

A.Pengertian dan ciri-ciri profesi 1.Pengertian profesi

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dengan para petugasnya . Akhirnya pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bias

dilakukan oleh orang yang tidak berlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan tersebut.

2.Ciri-ciri profesiSyarat-syarat atau cirri-ciri utama dari suatu profesi sebagai berikut:

a.Suatu profesi merupakan suatu jabatan suatu pekerjaan yang memiliki fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan .

b.Untuk mewujudkan fungsi tersebut pada butir di atas anggotanya harus menampilkan pelayanan yang khusus yangyang didasarkan teknik-teknik

intelektual, dan keterampilan tertentu yang unik.c.Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara ruti saja, melainkan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi sityuasi kritis yang yang menuntut pemacahan dengan menggunakan teori dan

metode ilmiah.d. Pra anggotanya secara tegas dituntus memiliki kompetensiminimum

melalui prosedur seleksi, pendidikan dan pendidikan dan latihan serta lisensi ataupun sertifikasi

e.Standar tingkah laku bagi anggotanya dirumuskan secara tersurat melalui kode etik yang benar-benar diterapkan.

f.Selama dalam pekerjaan itu para anggotanya terus menerus berusaha menyegarkan dan meningkatkan kompetisinya dengan jalan meningkatkan secara cermat literatur dalam bidang pekerjaan itu, serta berperan secara

aktif dalam pertemuan –pertemuan sesama anggotanya.

B.Pengembangan Profesi bimbingan dan konseling Sebagai profesi yang handal. Bimbingan dan konselingn masih perlu

dikembangkan bahkan diperjuangkan.Pengembangan profesi bimbingasn dalam konseling antara lain melalui :

Page 36: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

1.Standarisasi unjuk kerja professional konselor.a.Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan konseling (BK).

b.Mengorganisasikan progam bimbingan dan konselingc.Menyusun progam bimbingan dan konseling

d.Menyelenggarakan pengumpulan data tentang minat, bakat, kemampuan dan kondisi pribadi.

e.Membantu guru bidang studi ndalam menyelenggarakanpengajaran perbaikan dan progam pengayaan.

f.Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajarg.Melakukan kunjungan rumah.

h.Menyelenggarakan kegiatan BK pada lingkungan yang berbeda.i.Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi BK.

2.Standardisasi penyiapan konselor Tujuan penyiapan konselor ialah agar para(calon) konselor memiliki

wawasan dan menguasai , serta dapat melaksanakan dengan sebaik-baiknya materi dan keterampilan yang terkandung di dalam butir-butir rumusan unit

kerja.Adapun standarisasi penyiapan konselor adalah:

a. Seleksi/penerimaan mahasiswaSeleksi atau pemilihan calon mahasiswa merupakan tahap awal dalam proses penyiapan konselor. Adapun syarat-syarat pribadio yang harus dimiliki oleh

konselor sebagai berikut :1). Memiliki bakat yang memadai untuk mengikuti pendidikan yang lebih

tinggi.2)Memiliki minat dan kemauan yang besar untuk bekerjasama dengan orang

lain.3)Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan orang – orang dari berbagai

latar belang.4)Memiliki kemanfaatan pribadi dan sosial.

b. Pendidikan konselorUntuk melaksanakan tugas – tugas dalam bidang bimbingan dan konseling,

yaituunjuk kerja konselor secara baik para konselor dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memadai. Pendidikan konselor

mengacu kepada standar kemampuan konselor yang meliputi :1). Materi intii yaitu materi tentang pertumbuhan dan perkembangan

individu, dasar-dasar ilmu pengetahuan dan kebudayaan.2). Studi lingkungan dan studi kasus, yaitu materi tentanng studi lingkungan

dan materi khusus sesuai dengan keperluan mahasiswa untuk bekerja di lingkungan tertentu.

3). Berpengalaman tersupervisi, Yaitu praktek langsung pelayanan BK melalui praktek pengalaman lapangan yang sesuai cita-cita mahasiswa.

c. AkreditasiLembaga pendidikan konselor perlu diakreditasi untuk menjamin mutu

lulusanya .

Page 37: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

Tujuan pokok akreditas 1). Untuk menilai bahwa progam yang ada memenuhi standar yang

ditatapkan oleh prifesi.2). Untuk menegaskan misi dan tujuan progam.

3). Untuk menarik calon konselor dan tenaga pengajar yang bermutu tinggi.4). Memungkinkan mahasiswa dan staf pengajar berperan serta dalam

evaluasi program secara intensif.5). Untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat pandidikan,

masyarakat profesi dan masyarakat pada umumnya tentang kemantapan palayanan BK.

d. Sertifikasi dan LisensiSertifikasi merupakan upaya lebih lanjut untuk lebih memantapkan dan menjamin profesionalisasi BK. Para lulusan pendidikan konselor yang

bekerja di lembaga-lembaga pemerintah, misalnya di sekolah, diharuskan menempuh program sertifikasi yang diselenggarakan oleh pemerintah, sedangkan mereka yang hendak bekerja di luar lembaga atau badan

pemerintah diwajibkan memperoleh lisensi dari organisasiprofesional BK.e. Pengembangan Organisasi Profesi

Organisasi profesi adalah himpunan orang-orang yang mempunyai profesi yang sama. Tujuan organisasi profesi adalah :

1). Pengembangan ilmu2). Pengembangan pelayanan

3). Penegakan kode etik professional

Bagaimana Cara Menjadi Guru Yang Baik dan Profesional

Tidak mudah menjadi guru yang baik, dikagumi dan dihormati oleh anak didik, masyarakat

sekitar dan rekan seprofesi. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk

mendapat pengakuan sebagai guru yang baik dan berhasil.

Pertama.

Berusahalah tampil di muka kelas dengan prima. Kuasai betul materi pelajaran yang akan

diberikan kepada siswa. Jika perlu, ketika berbicara di muka kelas tidak membuka catatan

atau buku pegangan sama sekali. Berbicaralah yang jelas dan lancar sehingga terkesan di hati

siswa bahwa kita benar-benar tahu segala permasalahan dari materi yang disampaikan.

Kedua.

Berlakulah bijaksana. Sadarilah bahwa siswa yang kita ajar, memiliki tingkat kepandaian

yang berbeda-beda.

Adayang cepat mengerti, ada yang sedang, ada yang lambat dan ada yang sangat lambat

bahkan ada yang sulit untuk bisa dimengerti. Jika kita memiliki kesadaran ini, maka sudah

Page 38: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

bisa dipastikan kita akan memiliki kesabaran yang tinggi untuk menampung pertanyaan-

pertanyaan dari anak didik kita. Carilah cara sederhana untuk menjelaskan pada siswa yang

memiliki tingkat kemampuan rendah dengan contoh-contoh sederhana yang sering dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari walaupun mungkin contoh-contoh itu agak konyol.

Ketiga.

Berusahalah selalu ceria di muka kelas. Jangan membawa persoalan-persoalan yang tidak

menyenangkan dari rumah atau dari tempat lain ke dalam kelas sewaktu kita mulai dan

sedang mengajar.

Keempat.

Kendalikan emosi. Jangan mudah marah di kelas dan jangan mudah tersinggung karena

perilaku siswa. Ingat siswa yang kita ajar adalah remaja yang masih sangat labil emasinya.

Siswa yang kita ajar berasal dari daerah dan budaya yang mungkin berbeda satu dengan yang

lainnya dan berbeda dengan kebiasaan kita, apalagi mungkin pendidikan di rumah dari orang

tuanya memang kurang sesuai dengan tata cara dan kebiasaan kita. Marah di kelas akan

membuat suasana menjadi tidak enak, siswa menjadi tegang. Hal ini akan berpengaruh pada

daya nalar siswa untuk menerima materi pelajaran yang kita berikan.

Kelima.

Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa. Jangan memarahi siswa yang

yang terlalu sering bertanya. Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa

dengan baik. Jika suatu saat ada pertanyaan dari siswa yang tidak siap dijawab, berlakulah

jujur. Berjanjilah untuk dapat menjawabnya dengan benar pada kesempatan lain sementara

kita berusaha mencari jawaban tersebut. Janganlah merasa malu karena hal ini. Ingat sebagai

manusia kita mempunyai keterbatasan. Tapi usahakan hal seperti ini jangan terlalu sering

terjadi. Untuk menghindari kejadian seperti ini, berusahalah untuk banyak membaca dan

belajar lagi. Jangan bosan belajar. Janganlah menutupi kelemahan kita dengan cara marah-

marah bila ada anak yang bertanya sehingga menjadikan anak tidak berani bertanya lagi. Jika

siswa sudah tidak beranibertanya, jangan harap pendidikan/pengajaran kita akan berhasil.

Keenam.

Memiliki rasa malu dan rasa takut. Untuk menjadi guru yang baik, maka seorang guru harus

memiliki sifat ini. Dalam hal ini yang dimaksud rasa malu adalah malu untuk melakukan

perbuatan salah, sementara rasa takut adalah takut dari akibat perbuatan salah yang kita

lakukan. Dengan memiliki kedua sifat ini maka setiap perbuatan yang akan kita lakukan akan

lebih mudah kita kendalikan dan dipertimbangkan kembali apakah akan terus dilakukan atau

tidak.

Page 39: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

Ketujuh.

Harus dapat menerima hidup ini sebagai mana adanya. Di negeri ini banyak semboyan-

semboyan mengagungkan profesi guru tapi kenyataannya negeri ini belum mampu/mau

menyejahterakan kehidupan guru. Kita harus bisa menerima kenyataan ini, jangan

membandingkan penghasilan dari jerih payah kita dengan penghasilan orang lain/pegawai

dari instansi lain. Berusaha untuk hidup sederhana dan jika masih belum mencukupi berusaha

mencari sambilan lain yang halal, yang tidak merigikan orang lain dan tidak merugikan diri

sendiri. Jangan pusingkan gunjingan orang lain, ingatlah pepatah “anjing menggonggong

bajaj berlalu.”

Kedelapan.

Tidak sombong. Tidak menyombongkan diri di hadapan murid/jangan membanggakan diri

sendiri, baik ketika sedang mengajar ataupun berada di lingkungan lain. Jangan

mencemoohkan siswa yang tidak pandai di kelas dan jangan mempermalukan siswa (yang

salah sekalipun) di muka orang banyak. Namun pangillah siswa yang bersalah dan bicaralah

dengan baik-baik, tidak berbicara dan berlaku kasar pada siswa.

Kesembilan.

Berlakulah adil. Berusahalah berlaku adil dalam memberi penilaian kepada siswa. Jangan

membeda-bedakan siswa yang pandai/mampu dan siswa yang kurang pandai/kurang mampu.

Serta tidak memuji secara berlebihan terhadap siswa yang pandai di hadapan siswa yang

kurang pandai.

Hambatan - Hambatan Menjadi Guru Yang Profesional

Banyak hambatan yang dihadapi seorang guru untuk menjadi guru yang baik. Beberapa

hambatan tersebut diantaranya adalah:

1. Gaji

yang terlalu pas-pasan bahkan mungkin kurang. Gaji yang pas-pasan memaksa seorang guru

untuk mencari nafkah tambahan seusai jam kerja. Hal ini mengakibatkan tidak memiliki

kesempatan untuk membuat persiapan mengajar dengan membaca ulang materi pelajaran

yang akan diajarkan besok hari. Hal ini dapat mengurangi kesiapan dan penampilan di muka

kelas.

2. Tugas-tugas administrasi yang memberatkan. Sejak diberlakukannya kurikulum

2006,banyak tugas-tugas administrasi yang harus dikerjakan seorang guru yang tujuannya

untuk meningkatkan profesionalitas seorang guru. Ternyata tugas-tugas ini menjadi beban

yang cukup berat dan hampir tidak ada manfaatnya untuk menambah penampilan dan

Page 40: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

kesiapan seorang guru di muka kelas. Sebagian besar tugas administrasi dibuat dengan

setengah terpaksa hanya untuk menyenangkan hati atasan. Sebagai contoh, seorang guru

diwajibkan membuat KTSP, Silabus dan Tetek mbegek yang lain, yang memaksa guru

menuliskan uraian yang sama pada tugas pertama dan ditulis ulang pada tugas kedua dan

tugas ketiga. Semuanya ini tidak pernah dipakai untuk meringankan beban mengajar di kelas

karena tugas-tugas tersebut tidak pernaha dibaca lagi pada waktu akan/dan sedang mengajar.

Seorang guru lebih suka membuka dan membaca buku pegangan mengajar daripada

membawa Program Satuan Mengajar, Analisis Materi Pelajaran ataupun Rencana Pengajaran.

Tugas-tugas ini memang sangat berguna bagi seorang calon guru. Tapi bagi guru yang sudah

mengajar lebih dari tiga tahun, tugas ini hanya merupakan pekerjaan yang sia-sia (dikerjakan,

lalu disimpan dalam lemari dan baru akan diperlihatkan jika “sedang sial” dapat kebagian

pengawas), yang akhirnya masuk keranjang sampah dan ….Tahun berikutnya dia harus

menulis ulang pekerjaan yang sia-sia itu.

Belakangan ini beberapa sekolah yang baik dan dapat dikatakan sudah sangat berhasil tampil

sebagai sekolah yang baik, sedang berusaha meningkatkan profesionalitas guru-gurunya

yakni dengan memberi tugas tambahan kepada guru-guru untuk menganalisa setiap soal yang

diberikan pada setiap kali ulangan. Dari hal tersebut diharapkan guru-guru pada suatu saat

menjadi analisator soal yang baik, yang dapat membuat soal super sempurna dan valid jika

diberikan kepada setiaap obyek yang di tes.

Mungkin perancang ide ini adalah orang yang tidak pernah menjadi guru atau memang bukan

guru atau orang yang sengaja memberikan kesibukan sedemikan berat bagi guru agar guru

tidak memikirkan kenaikan gaji yang terasa sangat pas-pasan.

Untuk menganalisa soal diperlukan waktu kira-kira dua puluh lima kali waktu yang

diperlukan untuk mengoreksi soal tes. Jika seorang guru mengajar 15 (lima belas) kelas,

setiap kelas berisi 40 siswa dan untuk mengoreksi tes setiap siswa diperlukan waktu 5 menit

(untuk tes esey) maka setiap kali ulangan seoarang guru memerlukan waktu untuk

mengoreksi selama 15 X 40 X 5 menit = 3000 menit atau 50 jam. Jika harus menganalisa soal

tes yang diberikan, diperlukan waktu 25 X 50 jam = 1250 jam.

Dengan banyaknya waktu yang harus dihabiskan untuk melakukan tugas-tugas ini, kapan

seorang guru mempunyai waktu untuk mempersiapkan diri agar dapat tampil prima di muka

kelas? Kapan guru bisa mengajar dengan baik? Oleh karena itu jangan salahkan guru kalau

prestasi siswa menurun.

Lalu

apakah ada manfaatnya soal tersebut dianalisa? Jawabnya T I D A K. Mengapa tidak. Soal

Page 41: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

yang sudah diberikan pada siswa dan sudah dianalisa dan valid, apakah mungkin dipakai lagi

untuk tes yang akan datang, jawabnya juga T I D A K, mengapa? Soal yang sudah pernah

dikeluarkan,

jika dikeluarkan lagi untuk tes berikutnya pasti BOCOR, karena siswa berikutnya pasti sudah

mempelajari soal tersebut. Tidak hanya itu. Pada analisa suatu soal untuk kelompok tes siswa

A akan berbeda hasilnya dengan kelompok siswa B. Sekumpulan soal yang diberikan pada

siswa sekolah A, valid, tetapi jika diberikan pada sekolah B tidak valid atau sebaliknya. Jika

ditemukan hal seprti ini, apakah soal ini valid atau tidak?

Contoh nyata soal Ujian Nasional misalnya, untuk sekolah tertentu nilainya sangat baik

(katakanlah rata-rata 9,00), tapi untuk sekolah yang lain nilainya sangat buruk (katakanlah

rata-rata 5,00), bagaimana validitas soal UNAS tersebut?, tolonglah dipikirkan. Valid

tidaknya suatu soal sangat ditentukan oleh kondisi siswa dan keadaaan serta kesiapan siswa

menghadapi tes.

Menurut hemat saya yang paling baik adalah membahas soal-soal tes setelah diujikan,

beberapa saat setelah diujikan. Di sini akan diketahui apakah soal yang disajikan itu baik atau

tidak untuk kelompok tes itu.Menganalisa soal sebaiknya dilakukan oleh suatu tim analisator

yang tugasnya memang menganalisa soal, bukan oleh seorang guru yang mengajar si kelas

yang tugasnya sudah segudang. Soal-soal yang dianalisa, bukan hanya untuk porsi ulangan

rutin sehari-hari namun juga untuk tes yang sifatny masal untuk tujuan-tujuan tertentu

Kepala Sekolah adalah merupakan jabatan fungsional yang diberi tugas tambahan

sebagai kepala sekolah. Maka muncullah terminology bagaimana menjadi kepala sekolah

profesional. Profesionalisme mencakup budaya profesi, kualifikasi, kompetensi, ketrampilan,

komitmen, konsisten, etos kerja, kode etik dan dedikasi.

Syaiful menyatakan profesionalisme memiliki aturan dan komitmen jabatan yang akan diberikan kepada pelayan masyarakat agar secara khusus pandangan-pandangan jabatan dikoreksi secara keilmuan dan etika sebagai pengukuhan terhadap profesionalisme. Profesionalisme tidak dapat dilakukan atas dasar perasaan, kemauan, pendapat atau semacamnya, tetapi benar-benar dilandasi oleh pengetahuan secara akademik.

Kinerja dan produktifitas kepala sekolah profesional harus dapat diukur dengan para meter yang ada, yakni standar pelayanan minimal. Standar pelayanan minimal mengacu kepada konteks silsilah budaya pendidikan yang ada disekolah. 

Kegiatan manajerial sekolah yang biasanya mencakup dalam lingkup manajemen pendidikan. Komponen manajemen pendidikan meliputi 5-M, yakni : Sumber daya manusia (man), finansial (money), substansi (material), metode (method) dan fasilitas (machine).

Page 42: Pekerjaan Tidak Sama Dengan Profesi

Kepala sekolah sebagai sumber daya manusia yang profesional harus mampu mengelola sekolah sesuai dengan fungsi sekolah sebagai wiyata mandala.Kepala sekolah sebagai manajer harus mampu mengelola keuangan sebagai pembiayaan pendidikan di sekolah baik pembiayaan langsung maupun pembiayaan tidak langsung.Kepala sekolah sebagai guru harus mampu memberikan bimbingan kepada semua warga sekolah sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Beroriantasi kepada mutuDi era globalisasi ini, kepala sekolah dituntut untuk memiliki visi dan misi yang jelas, strategi pendidikan yang utuh dna berorientasi kepada mutu.salah satu strategi yang dikenal hingga sekarang yaitu manajemen mutu terpadu, hal ini sudah diterapkan di dunia bisnis dan terkenal dengan istilah Total Quality Management (TQM). Pada intinya, sekolah harus terus menerus memperbaiki kualitas layanan sehingga fokusnya diarahkan ke pelanggan diantaranya peserta didik, orang tua, pemakai lulusan, guru, karyawan, pemerintah dan masyarakat.

Minimal ada 5 (lima) layanan yang harus dilaksanakan kepala sekolah agar pelanggan puas. Pertama, layanan sesuai yang dijanjikan (reability), mampu menjamin kualitas pembelajaran (assurane), iklim sekolah yang kondusif (tangible), memberikan perhatian penuh kepada peserta didik (emphaty), cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (responsivines).

Kepala sekolah dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan proses pembelajaran dengan melakukan supervisi kelas, membina dan memberikan saran-saran positif kepada guru. Selain itu, kepala sekolah melakukan tukar pikiran, sumbang saran dan studi banding antar sekolah untuk menyerap kiat-kiat kepemimpinan dari kepala sekolah yang lain.

Dengan demikian Kepala sekolah dan guru harus meningkatkan profesinya agar memiliki kualitas yang sejajar dengan pendidik di negara-negara maju. Misalnya di Amerika, Jepang dan negara maju lainya.