Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH UNTUK
PEMBIAYAAN KENDARAAN RODA EMPAT
MENURUT HUKUM ISLAM DI BANK
SYARIAH MANDIRI JAMBI
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
NUR MUHAMMAD HAFIDZ BATUBARA
NIM : SHE.152041
PEMBIMBING :
Dr. H. BAHRUL MAANI, M.Ag
PIDAYAN SASNIFA, SH.,M.Sy
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018 / 2019
i
PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH UNTUK
PEMBIAYAAN KENDARAAN RODA EMPAT
MENURUT HUKUM ISLAM DI BANK
SYARIAH MANDIRI JAMBI
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
NUR MUHAMMAD HAFIDZ BATUBARA
NIM : SHE.152041
PEMBIMBING :
Dr. H. BAHRUL MAANI, M.Ag
PIDAYAN SASNIFA, SH.,M.Sy
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018 / 2019
ii
iii
iv
v
MOTTO
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.”1
PERSEMBAHAN
1 An-Nisa’ [4]: 29.
vi
Tiada kata seindah do’a Melainkan rasa puji dan syukur kita atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia yang Allah limpahkan kepada hambanya, sehingga saya melewati berbagai cobaan dan ujian yang telah engkau berikan
Tidak terlupa ku persembahkan kepada ketua orang tuaku, ayahandaku Dr. Samin Batubara MHI dan Ibundaku Darlena, yang tidak henti-hentinya memberikan cinta, kasih dan sayang, do’a serta perjuangan yang berat bahkan nyawa sekalipun sebagai
taruhannya demi mewujudkan cita-cita sibuah hati. Engkau korbankan segalanya hanya untuk anakmu, tanpa mengharapkan apapun dari apa yang telah engkau
berikan, tidak peduli seberapa besar cobaan hidup yang harus kau terima. Namun engkau tidak pernah menyerah, itu semua engkau lakukan hanya untuk kebaikan
anakmu ini. Ayah Ibu, setiap tetesan keringat yang kau curahkan, menjadi semangat dan motivasi bagi anakmu ini. Ayah Ibu terimakasih, pengorbananmu tidak akan pernah terbalaskan oleh ku, meski dunia beserta isinya ku berikan kepadamu. Ya Allah terimakasih engkau telah memberikan hambamu ini orang tua yang begitu
mencintai dan menyayangi hambamu ini. Ya Allah lindungi selalu kedua orang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku.
“Aamiin Ya rabbal Alamin”. Terimakasih kepada Dosen Pembimbing Akademik saya, Ibu Masnidar, M, terimakasih pula kepada Dosen Pembimbing akhir saya, Bapak Dr. Bahrul Maani, M.Ag dan Ibu
Pidayan Sasnifa, SH, M.Sy, yang telah rela dan tulus meluangkan banyak waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan
kecermatan sehingga akhir penulisan skripsi ini. Terimakasih buat Ibu ketua jurusan Hukum Ekonomi Syariah Ibu Dr. Maryani, MHI
Terimakasih juga buat ananda Nyimas Sari Hardianti yang selalu membantu, memotivasi, dan memberikan dukungan semangat serta do’anya , dan terimakasih pula
buat teman-teman seperjuangan saya di Fakultas Syariah Terimakasih karena berkat dorongan, dukungan serta do’anya semua, kini saya bisa meraih cita-cita saya dan semoga apa yang telah saya dapatkan, mudah-mudahan
menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, agama, nusa dan bangsa yang tercinta ini.
Aamiin Ya Rabbal Alamin. ABSTRAK
vii
Nur Muhammad Hafidz Batubara (She. 152041)
“Pelaksanaan Akad Murabahah Untuk Pembiayaan Kendaraan Roda Empat
Menurut Hukum Islam di Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi”
Skripsi ini dilatar belakangi dengan banyaknya minat nasabah untuk bertransaksi
melalui Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi menggunakan akad murabahah,
maka bankpun akan menghadapi resiko-resiko. Resiko akan timbulnya masalah-
masalah hukum antara bank dann nasabah, yaitu adanya sengketa yang
disebabkan adanya wanprestasi yang dilakukan salah satu pihak. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan akad murabahah untuk
pembiayaan kendaraan roda empat di Bank Syariah Mandiri Cab. Jambi, Apa
resiko yang dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri Cab. Jambi dalam pelaksanaan
pembiayaan kendaraan roda empat, dan bagaimana pandangan hukum Islam
dalam penyelesaian sengketa antara pihak bank dan nasabah. Penelitian ini
memakai pendekatan kualitatif dengan menggunakan tiga cara yaitu wawancara,
dokumentasi, dan analisis data. Objek penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri
Cabang Jambi, sedangkan informasinya dari Pembiayaan Mikro, Costumer
Banking Relationship Manager, dan Pegawai Bank Syariah Mandiri Cabang
Jambi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan akad murabahah yaitu
(1). Membuat surat permohonan yang diajukan oleh nasabah, (2). Penganalisisan
permohonan pembiayaan oleh Analyst Officer pada bagian Marketing, (3).
Persetujuan atas permohonan pembiayaan calon nasabah dari Komite Pembiayaan
yang terdiri dari Pimpinan Cabang, Manager Marketing beserta Manager Officer
dari Bank Syariah Mandiri, (4). Tahap pengikat pembiayaan merupakan tahap
dilakukannya penandatangan akad pembiayaan murabahah, (5). Proses
selanjutnya adalah proses pencairan fasilitas pembiayaan agar barang yang
dibutuhkan oleh nasabah dapat dibeli, (6). Selanjutnya Pembayaran angsuran
harus dilakukan oleh nasabah kepada bank setiap bulannya sebesar harga
angsuran yang telah disepakati diawal. Resiko yang dihadapi Bank Syariah yaitu
(1). Kelalaian nasabah yang sengaja tidak membayar angsuran, (2). Fluktuasi
harga barang komparatif bank tidak lagi bisa merubah harga setelah barang dibeli
oleh bank, (3). Adanya kemungkinan penolakan terhadap barang yang dikirim
oleh bank terhadap nasabah, sehingga perlu dilindungi oleh asuransi, (4).
Wanprestasi. Penyelesaian sengketa antara pihak bank dan nasabah menurut
pandangan hukum Islam melalui jalan musyawarah, Islah (perdamaian), mediasi,
atau arbitrase, ataupun ke lembaga Pengadilan Agama sebagai pilihan terakhir.
Kata kunci : Pelaksanaan, Risiko, dan Penyelesaian Sengketa
viii
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Segala puji bagi Allah swt yang maha pengasih dan penyayang, atas taufiq
dan hidayahnya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan
lancar. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw
sang suri tauladan umat, yang telah membawa umatnya kealam yang terang
benderang dengan cahaya iman, taqwa dan ilmu pengetahuan.
Perjalanan panjang disertai perjuangan yang melelahkan terasa begitu indah
untuk dikenang suka dukanya dalam merampungkan dan menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pelaksanaan Akad Murabahah Untuk Pembiayaan Kendaraan
Roda Empat Menurut Hukum Islam Di Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi”
untuk mendapat gelar Sarjana Satu (S1) Jurusan Hukum Ekonomi Syariah,
Fakultas Syariah di UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, ini mencapai titik akhir
dengan penuh rasa syukur.
Skripsi ini bukanlah hasil karya dari perjuangan diri sendiri, namun banyak
pihak yang turut serta memotivasi, dukungan dan do’anya dalam menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan
kepada :
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. H. Su’aidi, M.A, Ph.D, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd, dan Ibu Dr.
Hj. Fadhillah, selaku Wakil Rektor I,II dan III UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
3. Bapak Dr. A. A. Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.
4. Bapak H. Hermanto Harun, Lc.,M.HI.,Ph.D selaku Wakil Dekan I, Fakultas
Syariah UIN STS Jambi.
5. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, MHI selaku Wakil Dekan II, Fakultas Syariah UIN
STS Jambi.
6. Ibu Dr. Yuliatin, S.Ag.,M.HI. selaku Wakil Dekan III, Fkultas Syariah UIN
STS Jambi.
7. Ibu Dr. Maryani, S.Ag.,MHI selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
8. Ibu Pidayan Sasnifa, SH,M.Sy selaku Sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi
Syariah Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
ix
9. Bapak Dr. Bahrul Maani, M.Ag selaku Dosen Pembimbing I, yang selalu
memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Ibu Pidayan Sasnifa, SH, M.Sy selaku Dosen Pembimbing II, yang selalu
memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Ibu Masnidar M.E.I selaku Dosen Pembimbing Akademik.
12. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah yang telah mengajar selama masa
perkuliahan.
13. Karyawan dan karyawati Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
14. Kepala Perpustakaan Syariah dan Kepala Perpustakaan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi beserta Stafnya serta Kepala perpustakaan wilayah Jambi.
15. Bapak Denny Iswandy Sablik, selaku Costumer Banking Relationship
Manager di Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi.
16. Ibu Sri Linda, selaku Pegawai Bank di Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi.
17. Ibu Sri Rahma, selaku bagian Pembiayaan Mikro di Bank Syariah Mandiri
Cabang Jambi.
18. Para pegawai Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi.
19. Teman satu angkatan Jurusan Hukum Ekonomi Syariah maupun Lembaga
Jurusan Hukum Ekonomi Syariah.
20. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah swt
melimpahkan ridha dan keberkahan-nya dalam kehidupan kita. Aamiin.
Wasslamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Jambi, Juli 2019
Penulis,
Nur Muhammad Hafidz Batubara
SHE. 152041
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 7
C. Batasan Masalah .................................................................... 7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................... 7
E. Kerangka Teori ...................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ................................................................... 18
BAB II: METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ................................................................... 20
B. Pendekatan Penelitian ............................................................ 20
C. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 20
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 21
E. Sistematika Penulisan ............................................................ 22
F. Jadwal Penelitian ................................................................... 23
BAB III : PROFIL BANK SYARIAH MANDIRI
A. Sejarah Bank Syariah Mandiri .............................................. 25
B. Sejarah Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi ...................... 28
C. Visi dan misi Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi ............. 29
D. Produk-produk Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi .......... 30
E. Prinsip-prinsip Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi ........... 32
F. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi ... 33
xi
BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Akad Murabahah untuk Pembiayaan
Kendaraan Roda Empat.......................................................... 36
B. Resiko – resiko yang Dihadapi Oleh Bank Syariah Mandiri
Cabang Jambi Dalam Pelaksanaan Pembiayaan Kendaraan
Roda Empat ........................................................................... 44
C. Penyelesaian Masalah Antara Pihak Bank Syariah Dan
Nasabah .................................................................................. 46
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 54
B. Saran ...................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jadwal Penelitian ........................................................................ 24
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Cab. Jambi .......... 33
Gambar 2 : Skema Pembiayaan Murabahah ............................................... 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank merupakan lembaga keuangan yang keberadaannya sangat dibutuhkan
oleh masyarakat, baik untuk menyimpan dana dalam bentuk deposito maupun
meminjam dana dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Di negara maju, bank
menjadi lembaga yang sangat strategis dan memiliki peran penting dalam
perkembangan perekonomian negara. Di negara berkembang, kebutuhan
masyarakat terhadap bank tidak hanya terbatas pada penyimpanan dan penyaluran
dana saja, akan tetapi juga terhadap pelayanan jasa yang ditawarkan oleh bank.2
Perkembangan Bank Syariah semakin pesat. Perkembangan tersebut
ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat yang mempercayakan dananya
pada Bank Syariah. Perkembangan yang terjadi begitu signifikan sehingga bank-
bank syariah di Indonesia berkompetisi dalam menawarkan produk-produknya
yang dapat membuat nasabah untuk berinvestasi di Bank Syariah. Hal tersebut
didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang mayoritas
beragama Islam sehingga potensi untuk berkembang semakin besar.
Perbankan Syariah sebagaimana diketahui secara prinsip berbeda dengan
sistem perbankan konvesional, yaitu dimana sistem bunga yang tidak digunakan
dalam kegiatan dalam kegiatan operasional Bank Syariah. Dalam Islam bunga
2 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2011), hlm.30.
2
dipersamakan dengan riba dan riba hukumnya adalah haram. Larangan terhadap
pengambilan dan pemberian riba sudah jelas dan tegas dalam Islam.3
Dalam Islam jual beli merupakan sarana tolong-menolong antara sesama
umat manusia yang di ridhai oleh Allah swt, hal ini yang menjadi dasar
dilakukannya murabahah, seperti terdapat didalam Alqur’an :
... …
“...Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”.4
Melakukan transaksi jual beli, suatu produk haruslah berada pada pihak
penjual terlebih dahulu. Bukan menjual suatu barang yang masih berada di tempat
lain atau masih menjadi milik orang lain.
Barang yang hendak dijual tidak boleh berada pada kekuasaan atau masih
menjadi hak milik orang lain. Apabila suatu barang masih menjadi hak milik
orang lain, maka hak milik tersebut harus beralih terlebih dahulu terhadap pihak
yang ingin menjual barang tersebut. Hal ini sudah menjadi kewajiban dari pihak
penjual untuk dapat menyediakan barang yang diinginkan oleh pihak pembeli.
Pada prinsipnya, Bank Syariah harus berpegang teguh pada landasan
syariah. Khususnya dalam praktik jual beli yang menjadi salah satu produk Bank
Syariah. Bank Syariah dalam melakukan kegiatan jual beli tidak hanya sebatas
untuk mencari keuntungan pada keuntungan (margin) yang telah ditetapkan
bersama. Slogan “syariah” pada nama bank janganlah hanya sebagai indikator
penggerak roda perekonomian untuk mendapat simpati umat Islam. Oleh karena
3 Abdul Ghofur Anshori, Kapita Selekta Perbankan Syariah Di Indonesia, (Yogyakarta :
UII Press Yogyakarta, 2008), hlm.119-120. 4 Al-Baqarah [2]: 275.
3
itu, Bank Syariah harus membuktikan kapasitasnya sebagai bank yang
berlandaskan pada prinsip syariah.
Sistem Perbankan Syariah juga memperhatikan azas kemaslahatan bagi
orang banyak, sehingga produk-produk yang diberikan oleh Bank Syariah akan
menghindari kemungkinan hal-hal yang merusak moral masyarakat serta harus
memenuhi kriteria halal menurut syariat Islam. Kriteria halal ini antara lain tidak
mengandung unsur riba, judi (maisyir), dan adanya ketidak pastiaan (gharar).
Pembiayaan merupakan salah satu fungsi Bank Syariah, di mana bank akan
memberikan pinjaman atau fasilitas dana kepada nasabah yang memerlukan.
Salah satu bentuk pembiayaan pada Bank Syariah ialah murabahah. Pembiayaan
Murabahah diberikan kepada para nasabah untuk pembiayaan jangka pendek,
agar mereka memenuhi kebutuhannya atas suatu barang. Murabahah pada
prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok, yaitu harga beli dan biaya terkait,
serta kesepakatan atas mark up atau margin (keuntungan).5
Murabahah merupakan salah satu jenis bentuk penyaluran dana dalam
bentuk pembiayaan, dimana dalam pelaksanaanya, murabahah memiliki tingkat
resiko yang cukup tinggi. Sama dengan bank konvensional yaitu dalam hal
pemberian kredit, Bank Syariah pun dalam pemberian pembiayaan murabahah
harus menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential principle) sebagaimana yang
ditetapkan dalam Pasal 29 angka 2 Undang–Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang–Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, sebagai salah satu dari manajemen resiko untuk menekan
5 Abdul Ghofur Anshori, op.cit, hlm.163.
4
kemungkinan adanya resiko yang akan terjadi, yang dapat menyebabkan kerugian
pada bank.
Bentuk kegiatan murabahah ialah pelayanan jasa dalam hal jual beli, di
mana pihak bank selaku penjual mencari barang/kendaraan sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan oleh nasabah. Setelah bank menemukan kendaraan
yang diinginkan oleh pemesan (nasabah) maka pihak bank akan menghubungi
nasabah tersebut dan memberitahukan harga jualnya. Dalam hal ini, bank harus
memberitahukan secara jujur harga pokok barang kepada nasabah beserta jumlah
keuntungan yang diperoleh.6
Keuntungan dari pembiayaan murabahah ialah harga jual yang diberikan
tidak akan pernah bertambah atau berubah sampai jangka waktu yang telah
disepakati. Selain itu, pembiayaan murabahah lebih menguntungkan dari jasa
multi-finance maupun meminjam uang pada bank konvensional. Dimana harga
kendaraan yang dibeli pada jasa multifinance dengan menggunakan angsuran
dapat lebih mahal dari harga normalnya. Semakin lama seseorang melakukan
kredit maka semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan.
Murabahah merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang diberikan oleh
Bank Syariah dengan mengambil keuntungan dari margin/ mark-up. Keuntungan
yang diperoleh Bank Syariah berasal dari selisih harga jual yang diberikan oleh
pihak bank dengan harga beli kendaraan tersebut. Misalnya pihak bank membeli
sebuah mobil untuk nasabah seharga Rp.130.000.000,00 (seratus tiga puluh juta
rupiah), kemudian pihak bank menjualnya kepada nasabah tersebut seharga
6 Ibid, hlm.164.
5
Rp.160.000.000,00 ( seratus enam puluh juta rupiah ). Maka keuntungan yang
diperoleh pihak bank ialah Rp.30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah). Dan Tiga
puluh juta rupiah itulah margin (keuntungan) yang diperoleh pihak bank.
Resiko usaha merupakan suatu ketidak pastian mengenai hasil yang
diperkirakan akan diterima. Dengan berpariasinya produk pembiayaan yang
ditawarkan oleh Bank Syariah, maka resiko yang dihadapipun akan berpariasi
sesuai dengan produk yang ditawarkannya tersebut.7
Hubungan para pihak yang tertuang dalam bentuk akad pembiayaan
murabahah tersebut adalah suatu hubungan hukum yang dapat menimbulkan
akibat hukum tertentu. Bank Syariah dengan menyalurkan dana kepada
nasabahnya, tentu saja tidak menginginkan adanya resiko dan kerugian dari
hubungan hukum tersebut.
Sebagai suatu hubungan hukum yang dapat menimbulkan resiko dan akibat
hukum. Resiko untuk timbulnya masalah-masalah hukum antara bank dan
nasabah, yaitu adanya sengketa yang disebabkan adanya wanprestasi yang
dilakukan salah satu pihak, misalnya nasabah tidak memenuhi kewajiabannya,
yakni melunasi pembiayaan tepat waktu dan besaran jumlah yang telah disepakati
dalam perjanjian (Akad).8
Pola hubungan yang didasarkan pada keinginan untuk menegakkan sistem
syariah di dalam lembaga ekonomi diyakini sebagai pola hubungan yang kokoh
antar bank dan nasabah. Kalaupun terjadi sengketa atau perselisihan pendapat,
baik dalam penafsiran maupun pelaksanaan isi perjanjian, kedua pihak akan ber-
7 Ibid.
8 Fanny Yunita Sri Rejeki, Jurnal tentang Akad Pembiayaan Murabahah dan Praktiknya
pada Bank Syariah Mandiri Cabang Manado, Lex Privatum : Vol.I, No.2, (Juni 2013), hlm.20.
6
usaha menyelesaikannya secara musyawarah menurut ajaran Islam. Sungguhpun
demikian tetap saja ada kemungkinan perselisihan yang tidak dapat diselesaikan
secara musyawarah. Terjadinya keadaan seperti itu dalam kehidupan sehari-hari
apalagi dalam kehidupan dunia ekonomi haruslah diantisipasi dengan cermat.9
Lembaga Ekonomi Syariah seperti perbankan syariah yang dalam
operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah tentunya mengusahakan agar
pelaksanaan penyelesaian sengketa tentunya juga harus menggunakan prinsip-
prinsip syariah atau menurut pandangan Islam.
Inilah yang mendasari penulis untuk menulis skripsi dengan judul
“Pelaksanaan Akad Murabahah Untuk Pembiayaan Kendaraan Roda Empat
Menurut Hukum Islam di Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
yang menjadi pokok rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan Akad Murabahah untuk pembiayaan kendaraan
roda empat di Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi ?
2. Apa resiko yang dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi dalam
pelaksanaan pembiayaan kendaraan roda empat ?
3. Bagaimana pandangan Hukum Islam dalam penyelesaian masalah antara
pihak Bank Syariah dan nasabah?
9 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, cet.1, (Jakarta:
GemaInsani Press, 2001), hlm. 214.
7
C. Batasan Masalah
Berdasarkan judul yang penulis angkat yakni Pelaksanaan Akad Murabahah
untuk Pembiayaan Kendaraan Roda Empat Menurut Hukum Islam di Bank
Syariah Mandiri Cabang Jambi”. Agar penelitian ini tidak keluar dari pokok
permasalahan, penulis melakukan pembatasan dalam penelitian. Penelitian ini
hanya difokuskan pada Pembiayaan Kendaraan Roda Empat saja.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan Akad Murabahah untuk
pembiayaan kendaraan roda empat di Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi.
b. Untuk mengetahui resiko yang dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri Cabang
Jambi dalam pelaksanaan pembiayaan kendaraan roda empat.
c. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam dalam penyelesaian masalah
antara pihak Bank Syariah Dan Nasabah.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada
masyarakat khususnya bagi masyarakat di Kota Jambi.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk mengembangkan
penelitian ini lebih lanjut guna kepentingan ilmu pengetahuan khususnya
studi Hukum Ekonomi Syariah.
b. Kegunaan Praktis
8
1) Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat berguna bagi banyak pihak
terutama bagi masyarakat (nasabah) di Kota Jambi.
2) Hasil penelitian ini memberikan gambaran secara lengkap tentang
Pelaksanaan Akad Murabahah untuk Pembiayaan Kendaraan Roda Empat
Menurut Hukum Islam di Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi.
3) Penulisan skripsi ini berguna untuk menjadi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S.1) pada Jurusan Hukum Ekonomi
Syariah UIN STS Jambi.
E. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan serangkaian pernyataan sistematik yang bersifat
abstrak tentang subjek tertentu. Subjek itu dapat berupa pemikiran, pendapat,
nilai-nilai, norma-norma, penata-penata sosial, peristiwa-peristiwa dan perilaku
manusia.10
Dalam penelitian ini ada beberapa teori yang perlu peneliti masukkan
mengenai pembahasan yang berhubungan dengan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Hukum Islam
Hukum Islam merupakan seperangkat norma atau peraturan yang bersumber
dari Allah SWT. dan Nabi Muhammad saw. untuk mengatur tingkah laku manusia
di tengah-tengah masyarakatnya. Dengan kalimat yang lebih singkat, hukum
Islam dapat diartikan sebagai hukum yang bersumber dari ajaran Islam.
Hukum Islam mengatur bagaimana manusia dapat berinteraksi dengan
tuhan-Nya yang disebut dengan hablumminallah seperti mengerjakan sholat lima
10
Sayuti Una (ed.), Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revisi, (Jambi : Syariah Press IAIN
STS, 2014), hlm.32.
9
waktu, berpuasa, membayar zakat, menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.
Selain itu, hukum Islam juga mengatur tentang hubungan antara manusia dengan
sesamanya yang disebut dengan hablumminannas, seperti saling tolong menolong
dalam hal kebaikan, jual beli, sewa menyewa, dan lain sebagainya. Hubungan
antara manusia dengan tuhan-Nya dan manusia dengan sesamanya harus dijaga
demi terciptanya kehidupan yang damai dan sejahtera.
Ruang lingkup hukum Islam diklasifikasikasikan kedalam dua bagian,
yaitu:11
a. Ahkam Al-ibadat, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
tuhan-Nya. Ahkam Al-ibadat ini dibedakan atas ibadat mahdlah dan ibadat
ghair mahdlah. Ibadat mahdlah adalah jenis ibadah yang cara, waktu atau
tempatnya sudah ditentukan, seperti sholat, zakat, puasa, haji. Ibadat ghair
mahdlah ialah semua bentuk pengabdian kepada Allah SWT., dan setiap
perkataan atau perbuatan yang memberikan manfaat kepada manusia pada
umumnya, seperti berbuat baik kepada orang lain, memelihara kelestarian
lingkungan, mengajak orang lain untuk berbuat baik, dan lain-lain.
b. Ahkam Al-muamalat, yaitu hukum yang mengatur hubungan antar manusia
(makhluk), yang terdiri dari :
1) Ahkam Al-ahwal Al-syahsiyat (Hukum Orang dan Keluarga), yaitu hukum
tentang orang (subjek hukum) dan keluarga, seperti hukum perkawinan.
11
Mardani, Pengantar Hukum Islam di Indonesia, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010),
hlm.15.
10
2) Ahkam Al-madaniyat (Hukum Benda), yaitu hukum yang mengatur masalah
yang berkaitan dengan benda, seperti jual beli, sewa menyewa, pinjam
meminjam, harta warisan atau hukum kewarisan.
3) Al-ahkam Al-jinayat (Hukum Pidana Islam), yaitu hukum yang berhubungan
dengan perbuatan yang dilarang atau tindak pidana dan ancaman atau sanksi
hukum bagi yang melanggarnya (uqubat).
4) Al-ahkam Al-qadla wa Al-murafa‟ at (Hukum Acara), yaitu hukum yang
berkaitan dengan acara di peradilan (hukum formil), seperti saksi di
pengadilan, pengakuan, sumpah, dan lain-lain.
5) Ahkam Al-dusturiyah (Hukum Tata Negara dan Perundang-undangan), yaitu
hukum yang berkaitan dengan masalah tata negara, seperti mengenai
pengaturan dasar dan sistem negara, perundang-undangan dalam negara,
dan lain-lain.
6) Ahkam Al-dauliyah (Hukum Internasional), yaitu hukum yang mengatur
hubungan antar negara, baik dalam keadaan damai maupun perang.
7) Ahkam Al-iqtishadiyah wa Al-maliyah (Hukum Perekonomian dan
Moneter), yaitu hukum tentang perekonomian dan keuangan dalam suatu
negara.
Prinsip Hukum Islam terdiri atas :12
a. Meniadakan kepicikan dan tidak memberatkan.
12
Ibid, hlm.18.
11
Prinsip tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain, prinsip
bahwa agama itu mudah, prinsip selalu mempermudah dan tidak
mempersulit.
b. Menyedikitkan beban
Suatu etika dalam menjalankan hukum Islam untuk tidak selalu
mempertanyakan hal yang berakibat pada semakin bertambahnya aturan itu.
Prinsip ini mendorong kreativitas untuk berpikir realistik, objektif-rasional,
dinamis dan progresif.
c. Berangsur-angsur dalam menetapkan hukum.
Sesuai dengan teori sosiologis bahwa penerimaan terhadap sesuatu yang
baru terkadang memerlukan proses adaptasi yang memerlukan waktu.
Hukum Islam sangat memperhatikan hal ini dengan melakukan penetapan
hukum secara bertahap atau berangsur sesuai perkembangan dan kapasitas.
d. Memerhatikan kemaslahatan manusia
Hukum Islam secara substantif menekankan perlunya menjaga
kemaslahatan manusia. Secara praktis, kemaslahatan itu tertuju kepada
tujuan-tujuan, yaitu memelihara kemaslahatan agama, jiwa, akal, keturunan,
dan harta benda.13
e. Mewujudkan keadilan yang merata.
Hukum Islam senantiasa menuntut kesadaran akan semangat egality dan
equality. Semua manusia dan makhluk lainnya merupakan ciptaan tuhan
yang memiliki peluang yang sama untuk mengabdi kepada pencipta-Nya
13
Ibid.
12
dan yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaannya. Dalam konteks ini
tidak dibenarkan untuk tidak berlaku adil di antara sesama ciptaan Tuhan
tersebut.
2. Bank Syariah
Bank Syariah merupakan bank yang sistem kegiatannya berdasar pada
prinsip hukum Islam. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka (7) Undang-
Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yaitu Bank Syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.14
Pada umumnya perbankan memiliki dua fungsi yaitu bank sebagai
penghimpun dana dari masyarakat dan bank sebagai penyalur dana dalam
masyarakat. Dalam menghimpun dana dari masyarakat, bank bertindak sebagai
debitor atas nasabah-nasabah yang menyimpan dananya di bank (deposan).
Sedangkan dalam menyalurkan dana, bank bertindak sebagai kreditur atas
nasabah yang melakukan peminjaman dana terhadap bank. Fungsi ini jugalah
yang dijalankan oleh perbankan syariah.
Dalam Perbankan Syariah tidak di kenal istilah bunga karena bunga adalah
merupakan riba, riba dilarang dalam syariat Islam karena riba merupakan
pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam
secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam.
Mengenai hal ini, Allah swt mengkaitkan dalam firmannya berikut :
14
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 angka (7).
13
…
“Hai orang-orang yang beriman, jangan lah kamu maling harta sesamamu
dengan cara yang batil...”.15
3. Dasar Hukum Perbankan Syariah
Bank Syariah secara yuridis normatif dan yuridis empiris diakui
keberadaanya di negara Republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis notmatif
tercatat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 10 tentang
perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.16
Dalam Perbankan Syariah tidak mengenal bunga akan tetapi bagi hasil. Bagi
hasil (profit-sharing) adalah qirad secara bahasa berasal dari kata qardh yang
artinya potongan sebab yang mempunyai harta memotong hartanya untuk si
pekerja agar dia bisa bertindak dengan harta itu dan sepotong keuntungan.
Sedangkan menurut syar’i yaitu akad yang mengharuskan seseorang yang
memiliki harta memberikan hartanya kepada seseorang pekerja untuk dia berusaha
sedangkan keuntungan dibagi di antara keduanya.
15
An-Nisa’ [4]: 29. 16
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010), hlm.2.
14
4. Pembiayaan
Pembiayaan merupakan aktivitas dari bank syariah untuk menyalurkan dana
kepada seseorang yang membutuhkan dana.17
Menurut Undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998,
pembiayaan adalah penyediaan uang/tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu,berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang/tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentudengan imbalan bagi hasil.18
Sebagaimana dijelaskan pada Pasal 1 angka (25) Undang-Undang Nomor 21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang menyatakan bahwa pembiayaan
adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa :19
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk murabahah, salam dan istishna.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan
e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau
Unit Usaha Syariah (UUS) dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau
bagi hasil.
Pembiayaan pada Bank Syariah dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan
jangka waktunya, yaitu :20
17
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2011), hlm.105. 18
Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal angka (12). 19
Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 angka (25).
15
a. Pembiayaan jangka pendek, yaitu pembiayaan yang diberikan dengan
jangka waktu maksimal satu tahun.
b. Pembiayaan jangka menengah, yaitu pembiayaan dengan jangka waktu
antara satu tahun hingga tiga tahun.
c. Pembiayaan jangka panjang, yaitu pembiayaan yang jangka waktunya lebih
dari tiga tahun.
Selain itu, pembiayaan pada Bank Syariah memiliki beberapa fungsi, yaitu
sebagai berikut:21
a. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund,
yaitu bank dapat memanfaatkan dana yang idle untuk disalurkan kepada
pihak yang membutuhkan, sehigga dana tersebut dapat bermanfaat dan lebih
efektif.
b. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga, yaitu pembatasan pembiayaan
akan berpengaruh pada jumlah uang yang beredar dan keterbatasan uang
yang beredar di masyarakat memiliki dampak pada penurunan harga.
c. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang
ada.
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan ini didasarkan pada prinsip
kepercayaan dari pemberi dana kepada penerima dana. Pemberi dana percaya
kepada penerima dana bahwa penerima dana akan mengembalikan dana yang
diterimanya. Dengan kepercayaan tersebut, penerima pembiayaan berkewajiban
20
Ismail, op.cit, hlm.109. 21
Ibid.
16
mengembalikan pembiayaan yang diterimanya berdasarkan jangka waktu yang
telah ditentukan dalam akad.
Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah berbeda dengan kredit pada
bank konvensional. Return pada pembiayaan bank syariah tidak berdasarkan
bunga akan tetapi dalam bentuk lain sesuai dengan akad yang dilakukan. Bank
Syariah hanya menggunakan sistem imbalan atau bagi hasil dalam mencari
keuntungan, sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal 1 angka (12) Undang-
Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan.
Salah satu pembiayaan yang dikenal pada Bank Syariah ialah pembiayaan
yang menggunakan akad jual beli.22
Pembiayaan ini menggunakan sistem margin
keuntungan dalam memperoleh profit. Margin yang diperoleh berasal dari selisih
harga jual dan harga beli yang ditawarkan oleh pihak bank. Margin yang
ditetapkan oleh pihak bank tidak boleh terlalu tinggi untuk menghindari
persamaan dengan riba dalam pemberian kredit. Semakin lama seseorang
melakukan kredit, maka semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan.
Pengambilan keuntungan dan harga pokok dari barang tersebut harus
diberitahukan oleh pihak bank. Keuntungan terhadap penjualan suatu barang yang
dilakukan oleh pihak penjual (pihak bank) harus memperoleh persetujuan atau
kesepakatan dari pihak pembeli. Bank tidak dapat menetapkan keuntungan dengan
cara sepihak. Karena sistem yang Bank Syariah terapkan ialah sistem kemitraan
yang mendahulukan diskusi kekeluargaan terlebih dahulu untuk mengambil suatu
keputusan.
22
Ibid, hlm.135.
17
5. Murabahah
Murabahah adalah istilah dalam fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual
beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga
barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut,
dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan.23
Murabahah merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang diberikan oleh
Bank Syariah dengan mengambil keuntungan dari margin/ mark-up. Keuntungan
yang diperoleh Bank Syariah berasal dari selisih harga jual yang diberikan oleh
pihak bank dengan harga beli kendaraan tersebut. Misalnya pihak bank membeli
sebuah mobil untuk nasabah seharga Rp.130.000.000,00 (seratus tiga puluh juta
rupiah), kemudian pihak bank menjualnya kepada nasabah tersebut seharga
Rp.160.000.000,00 ( seratus enam puluh juta rupiah ). Maka keuntungan yang
diperoleh pihak bank ialah Rp.30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah). Dan Tiga
puluh juta rupiah itulah margin keuntungan yang diperoleh pihak bank.
6. Dasar Hukum Murabahah
a. Al-Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
23
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, (Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada, 2013),
hlm.81-82.
18
membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”24
b. Al-Hadist
Sedangkan landasan hadits yang mendasari transaksi murabahah adalah:
“Dari suhaib Ar-Umi r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, bahwa
Rasulullah SAW bersabda: “tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan:
jual beli secara tangguh, muhqaradah(mudharabah) dan mencampur
gandum dengan tepung, dan gandum untuk keperluan rumah bukan untuk
dijual”. (HR. Ibnu Majah).
c. Kaidah Fiqih
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya”.
Maksud dari kaidah ini adalah, bahwa dalam setiap transaksi muamalah,
pada dasarnya boleh, seperti halnya jual-beli, sewa-menyewa, kerjasama
(mudharabah atau musyarakah), dan lain sebagainya, kecuali yang diharamkan
seperti mengakibatkan kemadharatan, judi, dan riba.
Dari dasar hukum al-Qur’an, al-Hadits dan kaidah fiqh maka
diperbolehkannya murabahah karena dasar hukum tersebut adalah dasar utama
dari hukum Islam.
Fatwa DSN Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah
Selain itu, terdapat pula Fatwa DSN yang harus diperhatikan dalam
memberikan pembiayaan dengan akad murabahah. Fatwa DSN No.04/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Murabahah, disebutkan ketentuan umum murabahah dalam
bank syariah, yaitu :25
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
24
An-Nisa’ [4]: 29. 25
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) NO: 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah.
19
2. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah Islam .
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah serta bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian
barang tersebut, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungnya. Dalam kaitan ini, bank harus
memberi tahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya
yang diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati.
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut,
pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari
pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang
secara prinsip menjadi milik bank.
Di dalam fatwa tentang murabahah tersebut juga disebutkan mengenai
ketentuan murabahah kepada nasabah. Adapun ketentuan tersebut sebagai
berikut:26
1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang
atau aset kepada bank.
26
Ibid.
20
2. Jika bank menerima permohonan tersebut, bank harus membeli terlebih
dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah
harus menerima (membeli) sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakatinya Karena secara hukum, perjanjian tersebut mengikat,
kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
4. Dalam jual beli ini, bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar
uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank
harus dibayar dari uang muka tersebut.
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung olah bank,
bank dapat meminta kembali sisa kerugian kapada nasabah.
7. Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka
maka:
a. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal
membayar sisa harga.
b. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal
sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut, dan
jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
F. Tinjauan Pustaka
Untuk mendukung penelitian yang lebih integral seperti yang telah
dikemukakan pada latar belakang masalah, maka penyusun berusaha untuk
21
melakukan analisis lebih awal terhadap pustaka atau karya-karya yang lebih
mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti.
Pertama, skripsi oleh Fitrotut Daiyah Tahun 2015 dengan judul “Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan
Multibarang”. Penelitian ini menekankan dan mendalami bagaimana Tinjauan
Hukum Islam terhadap pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan
multibarang di BMT Anda Salatiga. Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil penelitiannya menyatakan
bahwa, ditinjau dari Hukum Islam dalam pelaksanaan akad murabahah pada
produk pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga belum memenuhi
ketentuan syariah. Hal ini dikarenakan ada beberapa aspek syarat rukun yang
tidak sesuai dengan ketentuan syariah.27
Kedua, Buku Prof. Dr. Abdul Ghofur Ansohori, S.H.,M.H. yang berjudul
Kapita Selekta Perbankan Syariah Di Indonesia. Buku ini membahas tentang
kumpulan artikel dan ringkasan hasil penelitian. Salah satunya hasil penelitian
yang berjudul “Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang
Jakarta-Saharjo. Penelitian ini menekankan bagaimana prosedur pembiayaan
murabahah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Jakarta-Saharjo. Hasil penelitian
menyatakan bahwa prosedur pembiayaan murabahah pada Bank Syariah Mandiri
Cabang Jakarta Saharjo dimulai dari permohonan pembiayaan yang diajukan oleh
nasabah kepada bank yang dilanjutkan dengan analisis pembiayaan. Apabila
disetujui akan diadakan pengikatan antara Bank Syariah Mandiri Cabang Jakarta
27
Fitrotut Daiyah. Skripsi tentang “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad
Murabahah Pada Produk Pembiayaan Multibarang”, (2015).
22
Saharjo, nasabah, dan penjual yang dituangkan dalam akad pembiayaan
Murabahah.28
Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada kedekatan judul
dengan judul penelitian yang penulis lakukan. Namun penelitian yang penulis
lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti lainnya. Letak
perbedaanya ada pada titik tekan penulis fokuskan. Penulis menitikberatkan pada
bagaimana pelaksanaan transaksi jual beli kendaraan pada bank syariah mandiri
cabang pasar kota Jambi.
28
Abdul Ghofur Anshori, op.cit.
23
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi.
Pemilihan lokasi tempat penelitian ini karena objek permasalahan pada penelitian
ini berada pada Bank Syariah. Selain itu Bank Syariah tersebut juga melakukan
praktik jual beli kendaraan roda empat dengan akad murabahah.
B. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif analisis, pendekatan kualitatif adalah penelitian yang lebih
mendasar pada hal-hal yang bersifat diskursif, seperti transkip dokumen, catatan
lapangan, hasil wawancara, dokumen-dokumen tertulis dan data nondiskursif.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari manusia, situasi, peristiwa, dan
dokumentasi. Sumber data dalam sebuah penelitian adalah subjek darimana data
itu diperoleh. Data adalah jenis-jenis sumber yang diperoleh peneliti pada subyek
peneilitiannya. Peneliti mengambil informasi dari orang-orang yang bekerja di
Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi.
2. Jenis Data
Adapun jenis data yang diolah dalam penelitian ini adalah yang berbentuk
data primer dan data sekunder.
24
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang dikumpulkan dan
diolah suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. Data primer juga
merupakan data pokok yang diperlukan dalam penelitian,29
yang diperoleh secara
langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek penelitian, atau keseluruhan
data hasil penelitian, yang diperoleh di lapangan. Data primer bersumber dari
informasi yang berasal dari hasil wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mendukung proyek penelitian, yang
mendukung data primer.30
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh
pihak lain. Data sekunder dalam penelitian adalah dokumen-dokumen resmi,
buku-buku hasil penelitian yang berwujud laporan, dan studi literature untuk
mencari dan mengumpulkan data yang digunakan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan, yaitu :
1. Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna
dalam suatu topik tertentu.31
29
Sayuti Una (ed), op.cit, hlm.34. 30
Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Peneltian, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media,
2011), hlm.32. 31
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, cet.1, (Bandung:
Alfabeta, 2012), hlm.316.
25
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto,
gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lainnya.32
3. Teknik Analisis Data
Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya,
sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan berisi tentang deskripsi daftar isi karya tulis bab per-
bab uraian dibuat dalam bentuk esai yang menggambarkan alur logis dan struktur
dari bangunan bahasan skripsi. Bentuk sistematika penulisan secara lengkap dapat
dilihat sebagai berikut :
BAB I : Pada bagian bab ini Pendahuluan hakikatnya menjadi
pijakan bagi penulis skripsi, baik mencakup background, pemikiran tentang tema
yang dibahas, dengan sub latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, serta tinjauan pustaka.
32
Ibid, hlm.326.
26
BAB II : Pada bagian bab ini Metode Penelitian yang berisikan
mencakup tempat dan waktu penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber
data, teknik pengumpulan data, sistematika penulisan, dan jadwal penelitian.
BAB III : Pada bagian bab ini berisikan tentang Gambaran umum
atau pendeskripsian tempat atau lokasi penelitian, yang mencakup sejarah tempat,
struktur organisasi, visi dan misi, serta tugas dan fungsi.
BAB IV : Pada bagian bab ini merupakan pusatnya penulisan skripsi
dimana pada bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh
penulis skripsi.
BAB V : Pada bagian ini merupakan penutup dari akhir penulisan
skripsi dimana dalam bab ini mencakup dari kesimpulan dari penulisan skripsi
serta saran dari penulisan skripsi.
F. Jadwal Penelitian
Agar penelitian dan penulisan skripsi terencana dengan waktu yang efektif
dan efisien sehingga dapat selesai tepat waktu, adapun jadwal kegiatan dapat
dilihat pada tabel berikut :
27
Tabel 1 : Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Bulan Ke, Tahun 2018/2019
Maret Sept Okt Nov Jan Juni Juli
1 Pengajuan
Judul
2 Menyusun
Konsep
Proposal
3 Pengajuan
Proposal dan
Dosen
Pembimbing
4 Pengurusan
Izin dan
Pelaksanaan
Seminar
5 Perbaikan
Hasil Seminar
6 Pengurusan
Izin Riset
7 Riset
Lapangan
8 Penulisan
Skripsi
9 Perbaikan dari
Pembimbing
10 Agenda
11 Munaqasah
dan Perbaikan
12 Pengadaan
Skripsi dan
Penyerahan
Skripsi
28
BAB III
PROFIL BANK SYARIAH MANDIRI (BSM)
A. Sejarah Bank Syariah Mandiri (BSM)
Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
polotik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional.
Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh
bank–bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan
tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk
merestrukturasi dan merekapitalisasi sebagian bank – bank di Indonesia.33
Lahirnya Undang - Undang No.10 Tahun 1998, tentang perubahan atas
Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, pada bulan November
1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah
di Indonesia. Undang–Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi
sepenuhnya secara syariah atau membuka cabang khusus syariah.
PT.Susila Bakti (PT. Bank Susila Bakti) yang dimiliki Yayasan
Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT. Mahkota
Prestasi berupaya keluar darikrisis 1997-1998 dengan berbagai macam cara Mulai
dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi
menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik.
Dengan terjadinya mergerempat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi
Daya, Bank Exim dan Bapindo) kedalam PT. Bank Mandiri (Persero) pada
tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT. Bank Susil Bakti menjadi bank
33
http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil perusahaan/sejarah.
Diakses pada tanggal 09 November 2018.
29
syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT. Bank Mandiri
(Persero).
PT. Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya
dan melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi Bank Syariah,
sejalan dengan keinginan PT. Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit
syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT. Bank
Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris : Ny.
Macharani M.S. SH, No.29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta
No.23 Tanggal 8 September 1999 Notaris: Sujipto,SH nama PT. Bank Syariah
Sakinah Mandiri diubah menjadi PT. Bank Syariah Mandiri.
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan
Gubernur Bank Indonesia No.1/24/KEP.BI/1999 telah memberikan izin
perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah kepada PT. Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat
Keputusan Deputi Gubenur Senior Bank Indonesia No.1/1/KEP.DGS/1999
tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahan nama PT.
Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Mandiri.34
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan
hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah
Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT.
Bank Susila Bakti dan Manajemen PT. Bank Mandiri yang memandang
34
Ibid.
30
pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT. Bank Syariah Mandiri
(Persero).
PT. Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi kegiatan
operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang
menjadi salah satu keunggulan PT. Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di
perbankan syariah Indonesia. PT. Bank Syariah Mandiri hadir bersama
membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik. PT. Bank Syariah
Mandiri merupakan bank yang mewujudkan suatu perkembangan ekonomi
bersama masyarakat yang berlandaskan syariah dan juga berorientasi mencari laba
untuk anggota dan lingkungan dalam perusahaan.35
PT. Bank Syariah Mandiri memiliki cabang di setiap provinsi, baik itu
berupa kantor cabang, kantor cabang pembantu maupun kantor kas yang siap
melayani nasabah Bank Syariah Mandiri yang tersebar disetiap daerah. Di
Jambi PT. Bank Syariah Mandiri memiliki 2 Kantor Cabang, 4 Kantor Cabang
Pembantu dan 2 kantor kas. PT. Bank Syariah Mandiri di pekanbaru berdiri pada
tahun 2004, sedangkan untuk PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Panam berdiri tahun 2005.
B. Sejarah Bank Syariah Mandiri (BSM) Jambi
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi yang beralamat Jl. Jendral Gatot
Subroto No.127 A-BRT. 18 Kelurahan Sungai Asam Kecamatan Pasar Kota
Jambi. Bank syariah mandiri ini berdiri dan mulai beroperasi pada Februari 2003,
35
Ibid.
31
tepatnya pada hari senin yang diresmikan oleh Bapak Gubernur Jambi Zulkifli
Nurdin, dengan jumlah pemimpin 2 orang dan 10 orang pegawai yang telah
mengikuti training yang dilaksanakan di bank syariah mandiri pusat, Jakarta. Dan
yang bertindak sebagai kepala cabang adalah Bapak Rudi Ridwan dan yang
bertindak sebagai menejer operasional adalah Bapak Muliawan, pendirian bank
syariah mandiri di Provinsi Jambi ini tidak lain adalah :36
1. Merupakan upaya dalam memenuhi tuntutan masyarkat Provinsi Jambi yang
masyarakatnya adalah mayoritas muslim, berdasarkan dokumen perbankan
syariah Provinsi Jambi, dimana hasil penelitian yang dilakukan oleh bank
Indonesia dan Universitas Jambi pada Bulan November 2001 dilakukan
penelitian yang menunjukkan jumlah persentase yang cukup besar dan
kehaadiran perbankan syariah, maka dengan dikembangkannya perbankan
yang dioperasikan berdasarkan prinsip syariah, diharapkan memutarkan
dana dan potensi ekonomi masyarakat muslim. Khususnya Provinsi Jambi
dapat dioptimalkan, yang pada gilirannya akan semakin meningkatkan peran
sektor perbankan secara keseluruhan karena bank konvensional tidak dapat
melayani kebutuhan mereka, karena sebagian mereka berkeyakinan bahwa
kegiatan perbankan yang menggunakan sistem bunga tidak sejalan dengan
prinsip syariah.
2. Dilandasi oleh sebuah konsep seperti yang telah disebutkan diatas, selain
dari upaya memperluas jaringan dan menambah serta meningkatkan asset
perusahaan, juga bersumber dari Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
36
Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi, Dokumentasi 2012, hlm.3.
32
yang menetapkan bahwa sebelum adanya perbankan syariah maka bank
konvensional hukumnya boleh berdasarkan keadaan darurat, namun setelah
adanya perbankan syariah apakah perbankan konvensional masih dapat
ditolerir ? untuk itulah hadirnya perbankan syariah seperti bank syariah
mandiri ini yaitu sebagai lembaga perbankan alternatif bagi kaum muslim
khususnya yang ragu akan status hukumnya bank konvensional.37
Bank Mandiri Syariah berkembang sangat pesat sehingga sampai saat ini
telah memiliki nasabah yang tidak sedikit, jumlah karyawan yang bekerja juga
telah meningkat, pada bulan July Tahun 2007 Bank Syariah Mandiri Cabang
Jambi bekerja sama dengan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi telah membuka
paymen poin yang bertempat dikampus Telanai IAIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi dan Bank Syariah Mandiri Jambi membuka kantor kas yaitu pada 17
Desember 2007 bertempat di Sipin Ujung.
C. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri (BSM)
1. Visi
Visi Bank Syariah Mandiri yaitu “Bank Syariah Terdepan dan Modern”
2. Misi
Misi Bank Syariah Mandiri yaitu :
a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri yang
berkesinambungan.
b. Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang
melampaui harapan nasabah.
37
Ibid.
33
c. Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan
pada segmen ritel.
d. Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.
e. Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat.
f. Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkung.38
D. Produk PT. Bank Syariah Mandiri
Bank Syariah Mandiri sesuai fungsinya menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk
pembiayaan, serta memberikan jasa-jasa dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Adapun produk-produk pada Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu Panam adalah sebagai berikut:
1. Tabungan BSM
Tabungan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan penyetorannya dapat
dilakukan setiap saat selama jam buka kantor kas di konter BSM atau
melalui ATM.
2. BSM Tabungan Dollar
Tabungan dalam mata uang dollar (USD) yang penarikan dan setorannya
dapatdilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan BSM.
3. BSM Tabungan Mabrur
Tabungan untuk individu dengan perdalam mata uang rupiah yang
bertujuanmembantu masyarakat muslim dalam merencanakan Ibadah haji &
umroh.
38
http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profilperusahaan/sejarah.
Diakses pada tanggal 09 November 2018.
34
4. BSM Tabunganku
Tabungan untuk individu dengan pesyaratan mudah dan ringan yang
diterbitkan bersama oleh bank di Indonesia yang harus dicatat dari
tabunganku bsm adalah gratis biaya administrasi bulanan apabila nasabah
tidak meminta fitur ATM, tapi akan dikenakan biaya Rp 2000/bulan apabila
menginginkan ATM yang didesain khusus untuk tabunganku.
5. BSM Tabungan Simpatik
Tabungan dalam betuk rupiah berdasarakan pada prinsip wadiah yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat yang disepakati
antara nasabah dan BSM.39
6. Tabungan BSM Investa Cendekia
Tabungan berjangka untuk keperluan pendidikan dengan jumlah setoran
bulanan tetap (isntatellment) dan dilengkapi dengan perlindungan asuransi.
7. Tabungan Kurban BSM
Tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu nasabah dalam
merencanaan Ibadah Qurban.
E. Prinsip-prinsip Bank Syariah Mandiri
1. Keadilan
Bank Syariah Mandiri memberikan bagi hasil dan trasnfer prestasi dari
mitra usaha dalam porsi yan adil sesuai dengan fitrah alami.
2. Kemitraan
39
Ibid. Diakses pada tanggal 06 Januari 2019.
35
Posisi nasabah investor, pengguna dana dan bank berada dalam
hubungan sejajar sebagai mitra usaha yang saling menguntungkan dan
bertanggung jawab. Syariah Mandiri benar-benar berfungsi sebagai
intermediary institution lewat skema pembiayaan yang dimilikinya.
3. Keterbukaan
Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara
berkesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana
dan kualitas manajemen bank.
4. Universalitas
Bank Syariah Mandiri dalam mendukung operasionalnya tidak
membeda-bedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam masyarakat
dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.40
40
Ibid.
36
F. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi
Gambar : 1
KEPALA CABANG
YASIR
PIK
YUDI
KANKAS
MELA
KLS
ARDI
M Operasional
LINDA
Maneger Marketing
DENNY
KLS
SUPRI
AMO
DINA
AcOF
SRI
CuSer
DIANA
Teller
AYU
Ad.Pe
SARI
BaOf
LUKMAN
Umum
LENI
Security
JEFRI
Driver
JUNED
Messenger
RAMLI
Of Bes
ALI
37
Dari bagan struktur organisasi kepengurusan PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Pasar Kota Jambi diatas, maka dapat diuraikan tugas dan tanggung jawab
masing-masing bagian, yaitu :41
1. Kepala Cabang : Memimpin, mengelola, mengawasi/ mengendalikan.
2. Marketing Manager : Memastikan tercapainya target-target pembiayaan
dari cabang yang telah ditetapkan.
3. Account Officer FO : Merealisasikan target pembiayaan dan fee based
incom yang didistribusikan oleh marketing maneger.
4. Funding Officer FO : Merealisasikan target pendanaan dan fee based
incom yang didistribusikan oleh marketing maneger.
5. Pelaksanaan Marketing Support PMS : Tercapainya pelaksanaan kegiatan
administrasi pendanaan dan pembiayaan.
6. Officer Gadai : Mengelola, mengawasi/mengendalikan kegiatan dan
mendayagunakan sarana organisasi outlet gadai emas BSM untuk mencapai
tingkat serta volume aktifitas pemasaran, operasional dan layanan GEB.
7. Operation Manager : Memastikan aktifitas operasional terkelola sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
8. Customer Servise Officer : Mengelola kegiatan operasional dan pelayanan
nasabah sesuai dengan ketentuan dan standar pelayanan.
9. Customer Servise Representatif : Melaksanakan kegiatan operasional dan
pelayanan nasabah sesuai dengan ketentuan dan standar pelayanan.
41
www.banksyariahmandiri.co.id. Diakses pada tanggal 10 Januari 2019.
38
10. Head Teller : Mengkoordinasikan, mengarahkan, mengawasi kegiatan
operasional/pelayanan transaksi teler.
11. Teller : Melayani kegiatan penyetoran dan penarikan uang tunai.
12. Back Office Officer : Memastikan sumber daya insani administrasi
pembiayaan dan trade service domestik dan kliering.
13. Pelaksanaan Administrasi Pembiayaan dan Trade Servise : Memenuhi
komitmen bank dan memelihara dokumen pencairan maupun legal yang
berkaitan dengan pencairan pembiayaan.
14. Pelaksanaan Domestik dan Clearing : Memastikan kecepatan dan
kebenaran pelaksanaan transfer, inkaso, kliring dan aktifitas.
15. Pelaksanaan Accounting : Melakukan pengendalian mutu terhadap laporan
keuangan, pelaporan kepada BI dan pelaporan keuangan kepada pihak
lainnya.
16. IT Coordinator : Mengelola, memonitoring dan melakukan sosialisasi
penggunaan teknologi informasi dalam mendukung operasional.
17. Pelaksanaan SDI dan GA: Terpenuhinya kebutuhan pegawai sesuai
kondisi cabang dan terlaksananya pengembangan karir pegawai sesuai
dengan pengetahuan dan kemampuan pegawai yang bersangkutan dan
menyediakan kebutuhan sarana dan prasarana kantor.42
42
Ibid.
39
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Akad Murabahah Untuk Pembiayaan Kendaraan Roda
Empat di Bank Syariah Mandiri Cab. Jambi
Pembiayaan murabahah merupakan salah satu produk pembiayaan
unggulan pada Bank Syariah Mandiri. Pada pembiayaan murabahah obyek
pembiayaan adalah barang yang akan dibeli oleh calon nasabah. Pembiayaan akan
diberikan asal diketahui dengan jelas tujuannya dan atas kesepakatan antar bank
dan nasabah.
Pembiayaan murabahah merupakan salah satu pembiayaan jual beli yang
ditawarkan oleh Bank Syariah dengan cara penyerahan barang dilakukan terlebih
dahulu, setelah penandatanganan akad jika nasabah telah menyetujui harga jual
yang ditawarkan oleh pihak bank. Harga jual yang ditawarkan oleh bank ialah
harga pokok dari kendaraan tersebut ditambah dengan margin atau keuntungan
yang akan diambil oleh pihak bank. Harga jual yang ditawarkan tersebut tidak
akan pernah berubah sampai jangka waktu tertentu.
Menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Pasal 19 menjelaskan bahwa
akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai keuntungan yang disepakati.43
43
Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Pasal 19.
40
Ibnu Qudamah mendefinisikan, murabahah adalah menjual dengan harga
asal ditambah dengan (margin) keuntungan yang telah disepakati.44
Misalnya,
sesorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan
tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal
rupiah tertentu atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya, misalnya
10% atau 20%.
Wawancara peneliti dengan Bapak Denny Iswandy Sablik Costumer
Banking Relationship Manager Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi,
mengatakan:45
“Murabahah merupakan penjualan suatu produk dari pihak bank kepada
nasabah setelah nasabah mengajukan permohonan. Di mana calon nasabah
datang memohon kepada pihak bank untuk dibelikan kendaraan yang
diinginkannya dengan menyebutkan spesifikasinya dengan jelas. Sebelum
pihak bank menyetujui, maka bank akan memberitahukan terlebih dahulu
persyaratan yang harus disedikan oleh pihak nasabah jika nasabah
menyetujui penawaran dari pihak bank”.
Penyaluran dana dalam bentuk Akad Pembiayaan Murabahah sudah tentu
memerlukan suatu ketentuan dalam bentuk pelaksanaan dan persyaratannya di
antara Bank Syariah dengan nasabahnya. Pada praktik di Bank Syariah Mandiri
Cabang Jambi selain didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku, juga ditentukan secara khusus oleh Bank Syariah Mandiri dalam bentuk
Standar Prosedur Operasional (SOP) tertentu.
Prosedur pelaksanaan dan persyaratan penyaluran dana berdasarkan Akad
Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi secara garis
44
Muhamad, Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2000),
hlm. 23. 45
Wawancara Dengan Denny Iswandy Sablik, Costumer Banking Relationship Manager
Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi, pada tanggal 24 Januari 2019.
41
besar ditentukan dalam 2 (dua) prosedur pelaksanaan dan persyaratannya, yaitu:
Negosiasi Pembiayaan Murabahah antara Bank dan Calon Nasabah, serta nasabah
melengkapi dokumen yang dipersyaratan.
Prosedur Pelaksanaan pembiayaan murabahah di Bank Syariah Mandiri
Cabang Jambi :
Pertama Nasabah/anggota yang ingin mengajukan pembiayaan datang ke
BMT NU Sejahtera untuk mendapatkan informasi pembiayaan.
Kemudian membawa persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah/anggota
untuk mendapatkan pembiayaan murabahahyang terdiri dari:46
1. Mengisi formulir peromohonan anggota dan Pembiayaan murabahah(form
tersedia).
2. Foto copy KTP Suami dan Istri atau Wali.
3. Foto copy Kartu Keluarga.
4. Foto copy Jaminan (Warkah, BPKB disertai STNK, Sertifikat Tanah disertai
SPPT). Bila barang jaminan atas nama orang lain harus dilengkapi surat
kuasa dari pemegang hak.
5. Bila pemohon menggunakan penjamin baik lembaga maupun perorangan
harus tertulis dan bermaterai cukup.
6. Foto copy legalitas (bagi badan usaha).
7. Membuka rekening simpanan pokok.h.Bersedia menandatangani surat-surat
terkait dengan pembiayaan murabahah.
46
Priatiningsih, skripsi tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Akad
Murabahah, (Yogyakarta : UIN Walisongo, 2017), hlm.68.
42
8. Bersedia membayar biaya yangdikeluarkan untuk proses pembiayaan
murabahah.
Pembiayaan murabahah diawali dengan permohonan pembiayaan yang
diajukan oleh calon nasabah kepada bank secara tertulis, yaitu dengan mengisi
aplikasi permohonan yang berisi mengenai spesifikasi barang yang ingin dibeli
nasabah. Penganalisisan permohonan pembiayaan oleh Analyst Officer pada
bagian Marketing.
Persetujuan atas permohonan pembiayaan calon nasabah adalah keputusan
disetujui atau tidaknya permohonan pembiayaan yang diajukan tersebut.
Keputusan pembiayaan ini berdasarkan persetujuan dari Komite Pembiayaan yang
terdiri dari Pimpinan Cabang, Manager Marketing beserta Manager Officer dari
Bank Syariah Mandiri.47
Kemudian bank melakukan survey kepada nasabah, berkenaan dengan
syarat yang telah dilengkapi oleh nasabah, ini dilakukan oleh bank berkenaan
dengan syarat-syarat yang dilengkapi oleh nasabah diatas.
Apabila hasil survey bank menunjukan pihak nasabah layak untuk dibantu
maka selanjutnya bank melakukan sales contrac yang berbentuk pengikatan.
Tahap pengikat pembiayaan merupakan tahap dilakukannya penandatangan akad
pembiayaan murabahah, yang dilakukan di hadapan notaris yang ditunjuk oleh
Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi, serta dilakukan pada hari dan tempat yang
sama oleh bank, calon nasabah, dan pemasok (supplier). Dalam penandatangan
akad juga dilakukan pengikat atas jaminan yang berfungsi untuk memberikan hak
47
Ibid.
43
dan kewajiban kepada bank untuk memperoleh pelunasan dari jaminan apabila
nasabah melakukan wanprestasi, serta juga dilakukan pengikat atas asuransi.
Prosedur pelaksanaan pembiayaan sangat kompleks. Dalam prosedur
pelaksanaan murabahah, ada tahap-tahap yang harus dilalui. Bukan saja syarat-
syaratnya harus dipenuhi, tetapi juga tahap-tahap dalam prosedur pelaksanaannya
harus ditempuh agar fasilitas pembiayaan murabahah tersebut sah. Tahap-tahap
yang ditempuh oleh perbankan syariah di Indonesia adalah sebagai berikut:48
Tahap awal pembiayaan adalah adanya permohonan pembiayaan yang
diajukan oleh calon nasabah kepada bank secara tertulis, yaitu dengan mengisi
Aplikasi Permohonan yang berisi mengenai spesifikasi barang yang ingin dibeli
nasabah.
Setelah permohonan pembiayaan diajukan kepada Bank Syariah Mandiri
maka tahap selanjutny adalah penganalisisan permohonan pembiayaan oleh
Analyst Officer pada bagian Marketing.
Persetujuan atas permohonan pembiayaan calon nasabah adalah keputusan
disetujui atau tidaknya permohonan pembiayaan yang diajukan tersebut.
Keputusan pembiayaan ini berdasarkan persetujuan dari Komite Pembiayaan yang
terdiri dari Pimpinan Cabang, Manager Marketing beserta Manager Officer dari
Bank Syariah Mandiri.
Tahap pengikat pembiayaan merupakan tahap dilakukannya penandatangan
akad pembiayaan murabahah, yang dilakukan di hadapan notaris yang ditunjuk
48
Farhat Amaliyah Ahmad, Jurnal Tentang Manajemen Risiko Terhadap Pembiayaan
Murabahah Di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, Az-Zarqa : Vol.10. No.2, (Desember 2018),
hlm.234.
44
oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi, serta dilakukan pada hari dan tempat
yang sama oleh bank, calon nasabah, dan pemasok (supplier).49
Sebelum akad murabahah ditandatangani oleh bank dan nasabah, kedua
belah pihak harus menyepakati mengenai:50
a. Spesifikasi barang secara perinci,
b. Harga beli barang oleh bank dari pemasok yang nantinya harus dibayar oleh
nasabah sebagai harga beli nasabah kepada bank ditambah margin/mark-up,
c. Jumlah margin/mark-up yang ditambahkan harga beli barang oleh bank
yang merupakan keuntungan bagi bank,
d. Jangka waktu pelunasan seluruh harga barang (yaitu harga pembelian bank
ditambah margin) yang wajib dipenuhi oleh nasabah kepada bank,
e. Jadwal pencicilan oleh nasabah atas harga barang yang dibelinya dari bank,
f. Jumlah cicilan untuk setiap tahap pelunasan,
g. Saat penyerahan barang secara fisik oleh bank kepada nasabah, dan
h. Hal-hal lain yang merupakan persyaratan bank yang ditentukan secara kasus
per kasus.51
Setelah semua pengikat selesai dilaksanakan, maka proses selanjutnya
adalah proses pencairan fasilitas pembiayaan agar barang yang dibutuhkan oleh
nasabah dapat dibeli.
Selanjutnya Pembayaran angsuran harus dilakukan oleh nasabah kepada
bank setiap bulannya sebesar harga angsuran yang telah disepakati diawal.
49
Abdul Ghofur Anshori, op.cit, hlm.123. 50
Farhat Amaliyah Ahmad, op.cit, hlm.234. 51
Ibid.
45
Secara ringkas skema teori di atas dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 2 : Skema Pembiayaan Murabahah
Wawancara peneliti dengan Ibu Sri Rahma Bagian Pembiayaan Mikro Bank
Syariah Mandiri Cabang Jambi, mengatakan :
“Pemohon yang mengajukan permohonan pembiayaan diwajibkan terlebih
dahulu membuka rekening tabungan pada Bank Syariah yang memberikan
pembiayaan. Membuka rekening tabungan merupakan syarat yang wajib
dipenuhi karena proses pembayaran angsuran yang akan dilakukan nasabah
akan melalui rekeningnya apabila pembiayaan yang diajukan dapat diterima
oleh Bank Syariah. Selain pembuatan rekening, nasabah juga wajib
menyediakan dana untuk membayar urbun (uang muka) dari kendaraan
yang akan dibiayai”.52
Adapun tujuan dari permintaan uang muka (urbun) yang dilakukan kepada
nasabah (pembeli) adalah untuk menunjukan keseriusan nasabah (pembeli) dalam
52
Wawancara Dengan Sri Rahma, bagian Pembiayaan Mikro Bank Syariah Mandiri
Cabang Jambi, pada tanggal 18 Februari 2019.
2.b) Transaksi akad
1. negosiasi,
kesepaktana awal
3. bayar keuntungan dan pokok
4. akhir akad, barang milik nasabah
BANK
2,a) beli objek sewa
Nasabah
SUPPLIER
46
membeli barang. Jika nasabah (pembeli) batal membelinya, maka uang muka akan
menjadi milik bank sebagai biaya administrasi untuk menutup kerugian yang
ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut, jika uang muka tidak
mencukupi nasabah wajib melunasinya.
Menurut Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah,
jaminan dalam murabahah yaitu:53
1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan
pesananya.
2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat
dipegang.
Nasabah yang datang mengajukan permohonan akan diberitahukan untuk
menyiapkan uang muka dari kendaraan tersebut minimal 20% yang akan
disetorkan pada bank.
Menurut Ibu Sri Linda, uang muka yang harus disediakan oleh nasabah
minimal 20% (dua puluh persen) dari harga pokok kendaraan. Pembiayaan
yang akan ditanggung oleh bank maksimal 80% dari harga pokok
kendaraan. Bank Syariah tidak bisa memberikan pembiayaan 100% karena
sesuai dengan prinsip kehati-hatian yang diterapkan oleh Bank Syariah
untuk menghindari risiko yang akan terjadi.54
Apabila pembiayaan kendaraan yang diajukan oleh calon nasabah
dinyatakan tidak layak untuk dibiayai maka uang muka tersebut akan
dikembalikan kepada pemohon.
Pihak bank menentukan besarnya pembiayaan yang akan dilakukan
berdasarkan tahun keluaran kendaraan tersebut, jika kendaraan tersebut dalam
53
Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah. 54
Wawancara Dengan Sri Linda, Pegawai Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi, pada
tanggal 18 Februari 2019.
47
keadaan baru atau masih dibawah satu tahun maka bank akan memberikan
pembiayaan 80% dan sisanya atau 20% ditanggung oleh calon nasabah. Sebelum
bank mengajukan kepada komite pembiayaan maka pihak account officer akan
membuat struktur pembiayaannya terlebih dahulu. Dalam struktur pembiayaan
tersebut telah diketahui margin yang akan diambil oleh bank, jumlah dana
pembiayaan serta jumlah angsuran yang dapat dilakukan oleh calon nasabah.
Misalnya, Hamid ingin membeli sebuah mobil di dealer Toyota. Mobil
tersebut seharga Rp.130.000.000.00,- (seratus tiga puluh juta rupiah) dengan
pengajuan permohonan pembiayan selama tiga tahun. Dan pihak bank menyetujui
pembiayaan tersebut dengan pembiayaan 80% dari harga pokok. Penentuan
pembiayaan tersebut setelah pihak bank melakukan survei ke dealer Toyota dan
menyatakan kendaraan tersebut masih baru dan dapat untuk dibiayai. Bapak
Hamid pun sepakat membayar uang mukanya sebesar 20% dengan margin
(keuntungan) 10% untuk setiap satu tahun pembiayaan. Adapun struktur
pembiayaannya sebagai berikut :
Pokok pembiayaan : 80% x Rp.130.000.000.00,- = Rp.104.000.000.00,-
Margin : 10% x Rp.104.000.000.00,- x 3 tahun = 31.200.000.00,-
Jumlah angsuran : Rp.104.000.000+Rp.31.200.000=Rp. 135.200.000.00,-
Angsuran : Rp.135.200.000 : 36 = Rp.3.755.555.,-
Struktur Pembiayaan :
- Jenis Pembiayaan : Murabahah
- Tujuan penggunaan : Pembelian 1 unit mobil
- Harga beli : Rp.130.000.000.00,-
48
- Margin Bank : Rp. 31.200.000.00,-
- Harga Jual Bank : Rp.161.200.000.00,-
- Angsuran pendahuluan : Rp. 26.000.000.00,-
- Pembayaran yang diangsur : Rp.135.200.000.00,-
- Pembiayaan Bank : Rp.104.000.000.00,-
- Jangka waktu : 36 bulan
- Angsuran per bulan : Rp.3.755.555.,-
Jadi, angsuran yang harus dilakukan oleh Bapak Hamid selama tiga tahun
sekitar tiga juta lebih perbulan. Angsuran tersebut akan dimasukkan terlebih
dahulu ke dalam rekening setelah itu pihak bank akan memotongnya setiap bulan
dari rekening nasabah. Jumlah angsuran yang dilakukan oleh nasabah tersebut
tidak akan pernah berubah sampai jangka waktu permohonan pembiayaan. Jika
sampai jangka waktu tersebut nasabah belum dapat melunasinya, maka pihak
bank akan melakukan restrukturisasi pembiayaan. Dan akan memberikan
perpanjangan jangka waktu sesuai dengan jangka waktu akad pembiayaan awal.
B. Resiko yang Dihadapi Oleh Bank Syariah Mandiri Cab. Jambi Dalam
Pelaksanaan Pembiayaan Kendaraan Roda Empat
Berdasarkan penjelasan Penjelasan Pasal 37 UU No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah antara lain dinyatakan bahwa kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandung resiko,
sehingga pelaksanaanya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat.
49
Hubungan antara bank dan nasabah akan berjalan dengan baik dan lancar
jika para pihak mentaati apa yang telah mereka sepakati dalam akad yang dibuat.
Namun jika salah satu pihak lalai dalam memenuhi akad yang dibuatnya, maka
akan menimbulkan permasalahan dalam pemenuhan pembiayaan tersebut.
Terkadang ada nasabah yang memiliki itikad kurang baik yang mengakibatkan
pihak bank harus menanggung resikonya. Oleh sebab itulah, pihak bank
memberikan persyaratan yang ketat apabila ingin memberikan pembiayaan
kepada nasabah.
Walaupun pihak bank telah menetapkan beberapa persyaratan terhadap
nasabah untuk meminimalisir resiko, tetapi masih saja terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Resiko yang mungkin timbul dari pembiayaan murabahah yaitu :55
1. Kelalaian nasabah yang sengaja tidak membayar angsuran
2. Fluktuasi harga barang komparatif bank tidak lagi bisa merubah harga
setelah barang dibeli oleh bank
3. Adanya kemungkinan penolakan terhadap barang yang dikirim oleh bank
terhadap nasabah, sehingga perlu dilindungi oleh asuransi.
4. Wanprestasi.
Wawancara peneliti dengan Bapak Denny Iswandy Sablik Costumer
Banking Relationship Manager Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi,
mengatakan:56
“Nasabah sering tidak disiplin dan melalaikan kewajiban yang harusnya
dilakukan sesuai dengan akad yang telah disepakatinya bersama dengan
55
Abdul Ghofur Ansori, op.cit, hlm.164. 56
Wawancara Dengan Denny Iswandy Sablik, Costumer Banking Relationship Manager
Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi, pada tanggal 24 Januari 2019.
50
pihak bank. Setelah nasabah memeroleh kendaraan yang diinginkannya,
kewajibannya untuk membayar terkadang terabaikan”.
Selain karena ketidak disiplinan dari nasabah untuk membayar angsurannya,
terdapat pula jenis nasabah yang hingga jangka waktu pembiayaannya telah habis
namun angsurannya belum lunas. Misalnya nasabah yang memiliki utang sebesar
Rp.150.000.000.00,- (seratus lima puluh juta rupiah) dengan kewajiban angsuran
sebesar Rp.3.000.000.00,- (tiga juta rupiah) untuk jangka waktu pembiayaan
selama lima tahun, belum dapat melunasi utangnya selama lima tahun tersebut.
hal inilah yang dimaksud dengan wanprestasi. Wanprestasi terjadi karena :
a. Tidak melakukan prestasi sama sekali.
b. Terlambat melakukan prestasi.
c. Melakukan prestasi tetapi tidak sampai selesai.
d. Keliru dalam melakukan prestasi.
e. Melakukan hal-hal yang dilarang dalam akad.57
Kelima hal tersebut perlu diperhatikan oleh pihak bank untuk menghindari
resiko yang akan terjadi. Pihak bank dituntut untuk memiliki kreativitas dalam
menyelesaikan permasalahannya, jika ada nasabah yang mengalami pembiayaan
bermasalah.
C. Pandangan Hukum Islam Dalam Penyelesaian Masalah Antara Pihak
Bank Syariah Dan Nasabah
Bank syariah dalam memberikan pembiayaan terhadap nasabahnya tidak
pernah merasa akan dirugikan. Pihak bank percaya terhadap nasabah bahwa
57
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2014), hlm.74.
51
nasabah tersebut akan mengembalikan dana yang diberikan. Pihak bank tidak
pernah ingin pembiayaan yang diberikan terhadap nasabah akan bermasalah,
namun pihak bank tidak dapat menjamin itu kedepannya karena yang mengetahui
itu semua hanya Allah SWT.
Apabila ada nasabah yang memiliki kemampuan untuk membayar angsuran,
namun nasabah tersebut menunda-nunda pembayarannya maka pihak bank akan
mengenakan denda pada nasabah tersebut. Pihak bank akan memberikan teguran
secara lisan maupun tulisan terhadap nasabah yang melakukan penunggakan
pembayaran, baik yang disengaja maupun yang tidak sengaja.
Wawancara peneliti dengan Ibu Sri Linda Pegawai Bank Syariah Mandiri
Cabang Jambi, mengatakan :
“Pihak bank akan mengirimkan surat teguran sebanyak tiga kali, yaitu SP1,
SP2, dan SP3 terhadap nasabah sebagai teguran dan peringatan akan
angsuran yang belum dibayar selama bulan berjalan. Dalam surat tersebut
memuat teguran beserta denda yang harus dibayar oleh nasabah selama
menunggak dalam pembayarannya. Besarnya denda yang dikenakan pada
nasabah yang lalai atau sengaja menunda- nunda pembayarannya telah
ditentukan dalam akad yang telah ditandatangani oleh nasabah”.58
Pemberian denda tersebut bertujuan untuk menegur nasabah secara tidak
langsung agar nasabah tersebut lebih disiplin dalam pembayarannya. Dana dari
denda yang telah ditetapkan oleh Bank Syariah tidak akan dimasukkan ke dalam
kas bank, tetapi dipisahkan dari keuntungan Bank Syariah. Dana dari denda
tersebut akan digunakan untuk kepentingan sosial guna kesejahteraan masyarakat,
seperti bantuan untuk anak yatim piatu, bantuan untuk panti jompo, atau untuk
bantuan dana terhadap proposal kegiatan yang akan diadakan oleh masyarakat.
58
Wawancara Dengan Sri Linda, Pegawai Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi, pada
tanggal 18 Februari 2019.
52
Selain penyelesaian masalah wanprestasi diatas ada juga masalah
wanprestasi yang mana nasabah belum dapat melunasi utangnya selama lima
tahun. Menangani masalah seperti ini maka pihak bank akan mencari tahu terlebih
dahulu apa yang menyebabkan nasabah belum dapat melunasi utangnya selama
lima tahun. Pihak bank akan melihat kembali kondisi keuangan dari nasabah, jika
memang benar bahwa penghasilan nasabah tiap bulan ternyata mengalami
penyusutan maka pihak bank akan melakukan restrukturisasi pembiayaan.
Restrukturisasi pembiayaan hanya diberikan terhadap nasabah yang
memiliki itikad baik. Nasabah yang memiliki itikad baik akan membicarakan
permasalahan yang dihadapinya terhadap pihak bank. Sehingga, nasabah yang
memiliki itikad baik dan masih memiliki potensi untuk maju maka pihak bank
akan melakukan penyelamatan secapatnya. Restrukturisasi pembiayaan adalah
upaya yang dilakukan pihak bank dalam membantu nasabah agar dapat
menyelesaikan kewajibannya, antara lain, meliputi :59
a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal pembayaran
kewajiban nasabah atau jangka waktunya.
b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh
persyaratan pembiayaan, seperti pengurangan jumlah angsuran.
c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan pembiayaan
tidak terbatas pada rescheduling atau reconditioning.
Restrukturisasi pembiayaan tersebut hanya dapat diberikan kepada nasabah
yang betul-betul mengalami penurunan kemampuan pembayaran. Restrukturisasi
59
Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah; Memahami Praktik Proses Pembiayaan
di Bank Syariah, 2009, hlm.256.
53
pembiayaan ini hanya dapat diberikan dalam jangka waktu maksimal 15 tahun
dengan membaginya ke dalam tiap lima tahun. Dan jika betul nasabah tersebut
mengalami penurunan penghasilan, maka pihak bank akan melakukan
restrukturisasi. Pihak bank akan mengurangi jumlah angsurannya, yang semula
Rp.3.000.000.00,- menjadi Rp.2.500.000.00,- dan jangka waktu pembayaran
pembiayaan tersebut akan ditambah selama lima tahun. Restrukturisasi tersebut
tentunya dilakukan berdasarkan analisis dari AO. Restrukturisasi pembiayaan
hanya dapat dilakukan atas dasar permohonan secara tertulis dari nasabah.
Kasus di atas hanya berlaku untuk nasabah yang masih memiliki
penghasilan hanya saja penghasilannya tersebut mengalami penurunan. Berbeda
lagi dengan nasabah yang mengalami ketidaksanggupan membayar atau
kehilangan penghasilan. Untuk kasus terhadap nasabah yang mengalami
kehilangan penghasilan, maka pihak bank akan mencari tahu dulu kebenarannya,
apakah nasabah tersebut memang betul mengalami kehilangan penghasilan atau
hanya spekulasi. Jika memang betul nasabah tersebut mengalami kehilangan
penghasilan, maka untuk kasus ini tidak dapat dilakukan restrukturisasi
pembiayaan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh pihak bank hanya
mengeksekusi agunan atau kendaraan yang dikuasai oleh nasabah.
Kendaraan tersebut akan dijual kembali atau dilelang oleh pihak bank untuk
menutupi dana yang telah dikeluarkan untuk melakukan pembiayaan. Sebab dana
yang digunakan oleh pihak bank untuk melakukan pembiayaan ialah dana dari
pihak ketiga atau dari nasabah yang mempercayakan dananya untuk dikelola oleh
bank. Bank hanya ingin dana yang dikeluarkan tersebut dapat kembali. Sehingga
54
melakukan penjualan kembali atau dilelang merupakan keputusan terakhir untuk
mengembalikan dana tersebut. Kendaraan yang dijadikan sebagai jaminan tersebut
akan diberikan asuransi untuk menghindari kejadian di luar kekuasaan bank,
seperti terjadi kebakaran, banjir atau tanah longsor yang menyebabkan kendaraan
tersebut menjadi rusak.
Penyelesaian sengketa yang terjadi antara pihak bank dan nasabah menurut
Pandangan Ajaran Islam melalui Pertama, Islah (perdamaian) ataupun
musyawarah.60
Islah secara harfiah mengandung pengertian memutus
pertengkaran atau perselisihan. Dalam perumusan syariah Islam dirumuskan
sebagai berikut: “Suatu jenis akad (perjanjian) untuk mengakhiri perlawanan
(perselisihan) antara dua orang yang berlawanan”. Jika para pihak memilih cara
islah, maka mereka mencoba terlebih dahulu untuk menyelesaikan masalah di
antara mereka dengan mengadakan pertemuan antara kedua belah pihak. Hasil
pertemuan tersebut dituangkan dalam bentuk tertulis.
Perdamaian dalam syariah Islam sangat dianjurkan, sebab dengan adanya
perdamaian di antara pihak yang bersengketa, maka akan terhindarlah kehancuran
silaturahmi diantara para pihak, dan sekaligus permusuhan diantara para pihak
akan dapat diakhiri. Anjuran diadakannya perdamaian diantara para pihak yang
bersengketa dapat dilihat dalam ketentuan Al-Quran.
60
Nurul Ichsan, Jurnal Tentang Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Indonesia,
Ahkam:Vol. XV, No. 2, (Juli 2015), hlm.232.
55
“Dan jika dua golongan dari orang-orang Mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduannya. Jika salah satu dari kedua golongan itu
berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan
aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah, jika
golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah
antara keduanya dengan adil dan berlakuadillah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil”.61
Penyelesaian sengketa memiliki prinsip tersendiri agar masalah-masalah
yang ada dapat terselesaikan dengan benar. Diantara prinsip tersebut adalah (1)
Adil dalam memutuskan perkara sengketa, tidak ada pihak yang merasa dirugikan
dalam pengambilan keputusan, (2) Kekeluargaan, (3) Win-win solution, men
jamin kerahasian sengketa para pihak, dan (4) Menyelesaikan masalah secara
komprehensif dalam kebersamaan.
Apabila sengketa itu tidak dapat diselesaikan dengan cara kekeluargaan
(perdamaian), maka diselesaikan melalui seorang mediator dengan kesepakatan
tertulis para pihak sengketa. Apabila para pihak tersebut dalam waktu paling
lambat 14 hari dengan bantuan mediator tidak berhasil juga mempertemukan
kedua belah pihak, maka pihak dapat menghubungi lembaga alternatif
penyelesaian sengketa untuk menunjuk seorang mediator, setelah itu proses
mediasi harus sudah dapat dimulai dalam waktu 30 hari harus tercapai
kesepakatan dalam bentuk tertulis yang ditandatangani oleh kedua belah pihak
yang terkait.
61
Al-Hujurat [49]: 9.
56
Apabila usaha perdamaian itu juga tidak dapat dicapai, maka para pihak
berdasarkan kesepakatan secara tertulis mengajukan usaha penyelesaian melalui
Jalan al-tahkîm (arbitrase). Arbitrase yang dalam Islam dikenal dengan istilah al-
tahkîm merupakan bagian dari al-qadhâ’ (peradilan). Landasan hukum yang
memperbolehkan arbitrase, baik yang bersumber dari Al-Quran, sunah dan ijmak,
apabila ditelaah dengan seksama, pada prinsipnya berisi anjuran untuk
menyelesaikan perselisihan dengan jalan damai. Namun apabila jalan damai tidak
mampu menyelesaikan perselisihan diantara kedua belah pihak maka perlu adanya
pihak ketiga untuk menyelesaikan perselisihan diantara mereka. BASYARNAS
sebagai lembaga arbitrase yang didirikan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
berfungsi menyelesaikan kemungkinan terjadinya sengketa muamalat yang timbul
dalam hubungan perdagangan, industri, keuangan, dan jasa.62
Apabila sengketa itu tidak dapat diselesaikan dengan cara kekeluargaan
(perdamaian), maka diselesaikan melalui Jalan al-qadhâ’ (peradilan). Al-Qadhâ’
secara harfiah berarti antara lain memustuskan atau menetapkan. Menurut istilah
fikih yaitu menetapkan hukum syara’ pada suatu peristiwa atau sengketa untuk
menyelesaikannya secara adil dan mengikat. Lembaga peradilan ini berwenang
menyelesaikan perkara pidana maupun perdata. Kekuasaan qâdhî tak dapat
dibatasi oleh persetujuan pihak yang bertikai dan keputusan dari qadhi ini
mengikat kedua belah pihak. Dasar hukum al-qâdhî dalam Al-Quran :
62
Nurul Ichsan, op.cit, hlm.234.
57
“Dan jika kamu khawatir akan ada persengketaan antara keduanya, maka
kirimlah seorang hakim dari keluarga laki-laki dan seorang hakim dari
keluarga perempuan. Jika kedua orang hakim itu bermaksud mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.63
Penyelesaian sengketa pada Lembaga Ekonomi Syariah termasuk Perbankan
Syariah pada hakikatnya masuk ranah hukum perjanjian sehingga berlaku asas
kebebasan berkontrak (freedom of contract). Artinya para pihak bebas melakukan
pilihan hukum dan pilihan forum penyelesaian sengketa yang akan dipakai
manakala terjadi sengketa keperdataan diantara mereka. Klausula penyelesaian
sengketa ini hampir dapat dikatakan selalu ada dalam kontrak-kontrak bisnis
dewasa ini, termasuk dalam kontrak pembiayaan yang dibuat antara pihak nasabah
dengan pihak perbankan syariah.
Pasal 55 UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menegaskan
bahwa:64
1. Penyelesaian sengketa perbankan syariah dilaku kan oleh pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Agama,
2. Dalam hal para pihak telah memperjanjikan pe-nyelesaian sengketa selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan
3. Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh
bertentangan dengan prinsip syariah. Kemudian dalam penjelasan pasal 55
ayat (2) ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan “penyelesaian sengketa
dilakukan sesuai dengan isi akad” adalah upaya melalui musyawarah,
mediasi perbankan, badan arbitrase syariah nasional (BASYARNAS) atau
lembaga arbitrase lain, dan melalui pengadilan dalam lingkungan peradilan
umum.
63
An-Nisa [4]: 35. 64
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Pasal.55.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan permasalah yang penulis kemukakan diatas, maka dalam bab
akhir ini dapat penulis ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan akad murabahah untuk pembiayaan kendaraan roda empat di
Bank Syariah Mandiri Cab. Jambi yaitu :
a. Membuat surat permohonan yang diajukan oleh nasabah,
b. Penganalisisan permohonan pembiayaan oleh Analyst Officer pada bagian
Marketing.
c. Persetujuan atas permohonan pembiayaan calon nasabah dari Komite
Pembiayaan yang terdiri dari Pimpinan Cabang, Manager Marketing beserta
Manager Officer dari Bank Syariah Mandiri.
d. Tahap pengikat pembiayaan merupakan tahap dilakukannya penandatangan
akad pembiayaan murabahah,
e. Proses selanjutnya adalah proses pencairan fasilitas pembiayaan agar barang
yang dibutuhkan oleh nasabah dapat dibeli.
f. Selanjutnya Pembayaran angsuran harus dilakukan oleh nasabah kepada
bank setiap bulannya sebesar harga angsuran yang telah disepakati diawal.
2. Resiko-resiko yang mungkin timbul dihadapi Bank Syariah Mandiri Cabang
Jambi dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah yaitu :
a. Kelalaian nasabah yang sengaja tidak membayar angsuran,
59
b. Fluktuasi harga barang komparatif bank tidak lagi bisa merubah harga
setelah barang dibeli oleh bank,
c. Adanya kemungkinan penolakan terhadap barang yang dikirim oleh bank
terhadap nasabah, sehingga perlu dilindungi oleh asuransi,
d. Wanprestasi.
3. Penyelesaian masalah sengketa ataupun perselisihan antara nasabah dan
pihak bank menurut pandangan hukum Islam melalui jalan musyawarah,
Islah, mediasi, atau arbitrase, ataupun ke lembaga Peradilan Agama sebagai
pilihan terakhir.
B. Saran
1. Perlu adanya sosialisasi mengenai produk bank syariah khususnya
pembiayaan murabahah karena kurangnya informasi yang diketahui oleh
masyarakat mengenai produk-produk unggulan bank syariah. Informasi
tersebut dapat dimuat pada media cetak maupun elektronik.
2. Perlu kesadaran bersama antara Bank Syariah dan nasabahnya bahwa
hubungan hukum yang terjalin secara jujur akan memberikan manfaat bagi
para pihak.
DAFTAR PUSTAKA
A. Al – Quran
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qursn dan Terjemahnya,
Jakarta : CV. Pustaka Agung Harapan, 2006.
B. Literatur Buku
Abdul Ghofur Anshori, Kapita Selekta Perbankan Syariah Di Indonesia, UII
Press Yogyakarta, Yogyakarta, 2008.
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2014.
Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Peneltian, Yogyakarta : Ar-ruz
Media, 2011.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2007.
Farhat Amaliyah Ahmad, Jurnal Tentang Manajemen Risiko Terhadap
Pembiayaan Murabahah Di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, Az-Zarqa’,
Vol.10. No.2, Desember 2018.
Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah.
Fitrotut Daiyah. Skripsi tentang “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan
Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan Multibarang”, 2015.
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan Sosial, Jakarta Gaung : Persada
Press, 2019.
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta : Kencana, 2011.
Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi, Dokumentasi 2012.
Mardani, Pengantar Hukum Islam di Indonesia, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2010.
Muhamad, Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press,
2000.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Cet.1, Gema
Insani Press, Jakarta, 2001.
Nurul Ichsan, Jurnal Tentang Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di
Indonesia, Ahkam:Vol. XV, No. 2, Juli 2015.
Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah; Memahami Praktik Proses
Pembiayaan di Bank Syariah, 2009.
Priatiningsih, skripsi tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Akad
Murabahah, Yogyakarta : UIN Walisongo, 2017.
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revisi, Jambi : Syariah Press
IAIN STS, 2014.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Bandung: Afabeta, 2012.
Undang–Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 29 angka 2 tentang Perubahan atas
Undang–Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta : Sinar Grafika, 2010.
C. Wawancara
Denny Iswandy Sablik, (Costumer Banking Relationship Manager), wawancara,
pada 24 Januari 2019, Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi.
Sri Linda, (Pegawai Bank), wawancara, pada 28 Desember 2018, Kantor Bank
Syariah Mandiri Cabang Jambi.
Sri Rahma, (Pembiayaan Mikro), wawancara, pada 18 Februari 2019, Kantor
Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi.
D. Lain-lain
http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-
perusahaan/profilperusahaan/sejarah. Diakses pada tanggal 09 November
2018.
https://www.syariahmandiri.co.id/business-banking/corporate/pembiayaan-
investasi/ murabahah. Diakses pada tanggal 28 Juni 2019.
DOKUMENTASI
Wawancara bersama Bapak Denny Iswandy selaku Costumer Banking
Relationship di Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi
Wawancara bersama Ibu Sri Rahma selaku bagian Pembiayaan Mikro di Bank
Syariah Mandiri Cabang Jambi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
( CURRICULUM VITAE)
Nama : Nur Muhammad Hafidz Batubara
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat tgl/ lahir : Jambi, 11 Mei 1997
Alamat Sekarang : Jl. Batam (Lorong Tukang Jahit) RT .14 Kelurahan Lebak
Bandung Kecamatan Jelutung Kota Jambi
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Email : [email protected]
No Kontak : +628 5357 238697
Riwayat Pendidikan
TK : TK Yayasan Tunas Muda Kebun Jeruk Jambi Tahun 2003
SD/ MI : SDN 09 Kelurahan Lebak Bandung Kota Jambi Tahun
2009
SMP/ MTS |: MTS N Model Kota Jambi Tahun 2012
SMA/ MA : SMA S Islam Al-Falah Kota Jambi Tahun 2015
Perguruan Tinggi : Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Tahun 2019
Pengalaman Organisasi
1. Kepala Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Al-Hafidz
2. Wakil Ketua Pemuda Pemudi Karang Anyar Bersatu (PPKAB) di
Kel;urahan Lebak Bandung Kota Jambi 2017-2021
3. Sekretaris Rukun Tetangga (RT) 14 di Kelurahan Lebak Bandung Kota
Jambi 2016-2020