35
LAPORAN MEDIA ASSESMENT PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI TAHUN 2012 Jl. S. Parman Kav. 81, Slipi, Jakarta 11420; Telp. 021-56967127, 5674211; Fax. 021-56967127 Email : [email protected], [email protected]

PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

LAPORAN MEDIA ASSESMENT PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI TAHUN 2012

Jl. S. Parman Kav. 81, Slipi, Jakarta 11420; Telp. 021-56967127, 5674211; Fax. 021-56967127

Email : [email protected], [email protected]

Page 2: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

LLAAPPOORRAANN MMEEDDIIAA AASSSSEESSMMEENNTT PPEELLAAKKSSAANNAAAANN DDIISSTTRRIIBBUUSSII RRAASSKKIINN DDII 1111 PPRROOVVIINNSSII TTAAHHUUNN 22001122

Titl: Title : Laporan Media Assesment Pelaksanaan Distribusi Raskin di 11 Provinsi Tahun 2012

, A: Program : Monitoring And Evaluation Of The Implementation Of The National Reform And Pilot Activities Of The Raskin Program In Indonesia

Funded : AusAID through the PRSF Facility : Steering Committee

Indonesia Partner Agency : National Team for Accelerating Poverty Reduction (TNP2K)

Dates : July 2012 – March 2013

Page 3: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

i

DAFTAR ISI Page

Daftar Isi ..................................................................................................................... i

Daftar Tabel ............................................................................................................... ii

I. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

II. Tujuan .................................................................................................................. 1

III. Metoda Data Collecting ....................................................................................... 2

IV. Data Liputan/Reportase ....................................................................................... 3

V. Pola Liputan/Pemberitaan ..................................................................................... 6

VI. Beberapa Temuan ................................................................................................. 8

VII. Penutup ................................................................................................................. 28

LAMPIRAN

- Form Media Assesment 11 Provinsi

Page 4: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

ii

DAFTAR TABEL

Page

Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda

Data dan Jumlah Responden .............................................................. 4

Tabel 2 : Nama Media Massa yang Meliput Distribusi Raskin di 11 Provinsi.... 5

Tabel 3 : Jumlah Liputan Media tentang Distribusi Raskin Di 11 Provinsi........ 6

Page 5: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 1

I. LATAR BELAKANG

Untuk membantu masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan pangan

pokok, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan program beras murah yang disebut

RASKIN. Program subsidi beras untuk masyarakat berpendapatan rendah ini

merupakan bantuan social berbasis keluarga yang sudah berjalan secara rutin sejak

tahun 1998. Sasaran Raskin pada tahun 2012 adalah 17,48 juta Rumah Tangga Sasaran

(RTS), berdasarkan hasil PendataanPerlindungan Sosial tahun 2011 (PPLS-11) BPS,

dimana setiap RTS mendapat jatah beras sejumlah15 kg/RTS/bulan selama 12 bulan

dengan harga tebus Rp.1.600,-/kg di Titik Distribusi.

Guna memantau pelaksanaan program Raskin pada tahun 2012 ini, Prisma-

LP3ES bekerjasama denganTNP2K dan AusAid melakukan monitoring dan evaluasi di

11 propinsi, yakni Sumatera Utara, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah,

JawaTimur, Bali, NTT, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,dan

Maluku Utara.

Salah satu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan monitoring ini adalah

pengumpulan data sekunder melalui analisa media, yaitu analisa terhadap seluruh tulisan

terkait pelaksanaan program Raskin, terutama di wilayah sampel, yang dimuat dalam

media massa sejak Januari tahun 2012 baik berupa berita, artikel, dan opini yang bersifat

positif maupun negatif. Hal ini dipandang perlu karena media merupakan salah satu

unsur dalam pengawasan publik. Sehingga hasil analisanya diharapkan dapat menjadi

pendukung atau pelengkap temuan dari data primer

II. TUJUAN

Tujuan Media Assessment ini adalah:

1. Mengidentifikasi kecenderungan isi dan arah pemberitaan media massa tentang

pelaksanaan distribusi raskin di 11 provinsi tahun 2012

2. Mengidentifikasi beberapa kemungkinan terjadinya penyimpangan di tingkat

pelaksanaan distribusi raskin di 11 provinsi tahun 2012 berdasarkan isi dan arah

pemberitaan media massa

Page 6: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 2

III. METODA DATA COLLECTING

Assessment ini berbasis data yang mengacu pada berita/liputan semua jenis

media massa (surat kabar, dotcom, televisi dan radio) tentang pelaksanaan distribusi

raskin yang berlangsung di 11 provinsi sample. Periode berita/liputan yang dihimpun

dan dinilai dimulai pada sekitar bulan Januari hingga bulan Nopember 2012. Dengan

demikian, assessment terhadap isi pemberitaan media massa ini media ini mencakup 11

bulan periode liputan seputar pelaksanaan distribusi raskin di 11 provinsi sample.

Kriteria media massa yang dijadikan bahan utama assessment adalah:

1. Media massa umum yang bersifat independen. Batasan kriteria ini antara lain

adalah media massa umum yang dimiliki oleh pihak swasta dan/atau kalangan

organisasi non-pemerintah. Dengan demikian, sekalipun beberapa pemerintah

setempat memiliki publikasi khusus dan ikut memberitakan atau meliput

kegiatan pendistribusian raskin, tidak termasuk atau tidak dijadikan materi

assessment. Hal yang sama juga diberlakukan terhadap media massa yang

dimiliki oleh partai politik dan organisasi keagamaan.

2. Materi yang menjadi bahan utama assessment ini dibatasi hanya pada berita atau

liputan yang melaporkan aktifitas pendistribusian raskin sebagai program resmi

pemerintah. Dengan demikian, aktifitas pendistribusian raskin—yang terkadang

juga dilakukan oleh pihak-pihak tertentu—di luar program resmi pemerintah,

tidak termasuk sebagai materi assessment.

3. Periode liputan atau pemberitaan terhadap aktifitas pendistribusian raskin

dibatasi sejak bulan Januari hingga bulan Nopember 2012. Liputan atau berita

aktifitas pendistribusian raskin sebelum dan sesudah periode tersebut, tidak

termasuk sebagai materi assessment.

Seluruh berita/liputan yang dihimpun kemudian dianalisis untuk dilihat

kecenderungan dan polanya. Analisis terhadap pemberitaan ini tidak dilakukan

berdasarkan model content analysis maupun critical discourse analysis yang lazimnya

ditujukan untuk kepentingan akademis melalui lensa teoritik tertentu, melainkan murni

dalam kerangka konstruksi data/informasi yang berbasis hasil liputan.

Page 7: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 3

Bagan 1. Metode Media Assessment

Assessment ini juga tidak didasarkan pada pendekatan kuantitiatif (statistik)

terhadap isi pemberitaan media, melainkan lebih menggunakan pendekatan kualitatif.

Pendekatan ini menempatkan proses assessment media sebagai upaya untuk memahami

dan merekonstruksi fakta berupa informasi dan data dalam bentuk hasil liputan berita.

Assessment ini, oleh karenanya, merupakan rangkaian proses penyaringan data atau

informasi yang bersifat secara apa adanya terkait dengan suatu masalah, kondisi, aspek

atau bidang-bidang tertentu yang dipandang penting dalam liputan tentang distribusi

raskin.

Dari proses ini dihasilkan beberapa kategori khusus terkait dengan aspek-aspek

tertentu dalam pelaksanaan distribusi raskin di lapangan. Dengan demikian, media

assessment ini merupakan bagian dari—atau berada di dalam kerangka—monitoring

pelaksanaan pendistribusian raskin. Hasil dari model ini assessment ini merupakan input

bagi proses pengambilan keputusan (kebijakan) publik. (Bagan 1).

IV. DATA LIPUTAN/REPORTASE

Jumlah media massa yang berhasil dihimpun selama periode bulan Februari

hingga bulan Nopember 2013 dalam rangka assessment terkait dengan peliputan

penyaluran raskin di 11 provinsi—yang merupakan wilayah sample proyek monitoring

ini—berdasarkan data yang diperoleh tim pelaksana, adalah sebanyak 73 media.

Pengumpulan, pemilihan dan pemilahan isi berita/ liputan media massa

Rekonstruksi dan interpretasi kandungan informasi

Identifikasi kecenderungan dan pola isi liputan media

Analisis dan penarikan kesimpulan

Page 8: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 4

Tabel 1. Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Di 11 Provinsi

(Periode :Januari – Nopember 2012)

Jenis media Jumlah %

1 Dotcom 43 58,90%

2 Suratkabar 22 30,14%

3 Televisi 2 2,74%

4 Radio 6 8,22%

Total 73 100,00%

Dari jumlah tersebut sebagian besar (58,90% atau sebanyak 43 media)

merupakan media berbasis web/internet (dotcom), baik nasional maupun lokal. Jenis

media berikutnya adalah surat kabar sebesar 30.14% (22 media). Sementara itu, radio

(8.22% atau 6 media) dan televisi (2.74% atau 2 media)merupakan jenis media yang

paling kecil jumlahnya dalam pemberitaan seputar distribusi raskin di 11 provinsi

sample. (Tabel 1)

Dari data media yang berhasil diperoleh terlihat bahwa tidak satupun wilayah

program (pada tingkat provinsi) yang tidak diliput oleh media setempat. Atau dengan

kata lain, wilayah kerja penyaluran raskin, setidaknya pada tingkat provinsi, memiliki

media massa yang terbit secara berkala di provinsi yang berasangkutan dan melakukan

peliputan pelaksanaan distribusi raskin di wilayahnya. Dari segi jumlah media yang

melakukan liputan pada masing-masing provinsi terlihat adanya variasi. Di beberapa

provinsi terdapat lebih dari satu media massa yang meliput kegiatan penyaluran raskin,

sementara di provinsi lainnya hanya terdapat satu media yang melakukan liputan.

Selama program ini berlangsung berita ‘pertama’ yang diperoleh adalah pada

tanggal 22 Januari 2012 yang merupakan hasil liputan dari Harian Cakrawala (Provinsi

Sulawesi Selatan) dan berita ‘terakhir’ pada tanggal 24 Nopember 2012 yang merupakan

hasil liputan dari victorynews.com (Provinsi Nusa Tenggara Timur). Sementara itu,

jumlah seluruh berita yang berhasil dihimpun oleh tim pelaksana di Jakarta selama

durasi program berlangsung seluruhnya sebanyak 169 liputan. Dengan demikian, selama

durasi liputan (Februari – Nopember 2012), maka setiap bulan rata-rata dihasilkan

sebanyak 16.9 liputan berita tentang distribusi raskin di 11 provinsi sampel.

Page 9: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 5

Tabel 2. Nama Media Massa yang Meliput Distribusi Raskin Di 11 Provinsi

(Periode :Januari – Nopember 2012)

No Nama Media No Nama Media No Nama Media

1 Harian Seputar Indonesia 26 inilah.com 51 Radio Karimata Pamekasan

2 www.seputarindonesia.com 27 JAWARANEWS 52 Rakyat Pos

3 ANTARA News 28 JPNN.com 53 RRI

4 ANTARA NEWS Jawa Timur 29 Kabar Makassar 54 RRI SAMPANG

5 Bali Post 30 KANTOR BERITAKOTA NUSANTARA

55 RRI Sumenep

6 Bangka Pos 31 Kendari Pos 56 Seputarbali.com

7 Baubaupos.com 32 Kompas.com 57 SINDONEWS.com

8 beritajatim.com 33 Koruptorindonesiadotcom 58 skalanews.com

9 BERITAKOTA MAKASSAR ONLINE

34 lensaindonesia.com 59 smart fm

10 Beritakota ONLINE 35 MAKASSAR TV 60 suaramerdeka.com

11 BHIRAWA ONLINE 36 Malut Post 61 suarapubliknews.com

12 Bisnis Bali Online 37 Media Makassar 62 suarapubliknews.com

13 BISNIS INDONESIA Online 38 Media Rakyat Online 63 Surabaya Post online

14 bisnis-KTI.com 39 Metrobali.com 64 SURYA ONLINE

15 CAKRAWALA Online 40 News Metro 65 Timor Express

16 DENPOST 41 Nias Bangkit 66 TRIBUN TIMUR Online

17 DesaTajun.com 42 PanturaNews 67 TribunJatim.com

18 FAJAR Oneline 43 Pasundan Ekspres 68 TVKU Semarang

19 Galamedia 44 PlasaMSN Indonesia 69 TVRIJATIM.com

20 Harian Cakrawala 45 POSTKOTAPONTIANAK.COM 70 Ujungpandang Ekspres

21 Harian Medan Bisnis 46 Purwasukanews.com 71 Victory News

22 Harian Rakyat Sulsel 47 Radar Bangka 72 www.antaranews.com

23 Harian Seputar Indonesia 48 Radar Bogor 73 www.koranlokal.com

24 Harian Umum Pelita 49 Radar Karawang

25 Infopamekasan 50 Radar Nusantara

Page 10: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 6

Dari 165 liputan media massa tentang pendistribusian raskin periode Januari

hingga Nopember 2013 terlihat bahwa Provinsi Sulawesi Selatan menduduki posisi

tertinggi dengan 60 buah berita/liputan (35.5%). Urutan ke dua ditempati oleh Provinsi

Jawa Timur dengan jumlah liputan sebanyak 42 (24.85%). Jumlah berita tentang

pelaksanaan pendistribusian raskin di provinsi-provinsi lainnya umumnya di bawah

10%. Porsi berita tentang raskin yang paling kecil terjadi di Provinsi Sumatera Utara,

Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan jumlah liputan

masing-masing sebesar 4 berita (2.37%).(Tabel 3)

Tabel 3. Jumlah Liputan Media tentang Distribusi Raskin

Di 11 Provinsi (Periode : Februari – Nopember 2012)

Provinsi Jumlah Liputan %

1 Sulawesi Selatan 60 35.50%

2 Sulawesi Tenggara 5 2.96%

3 Jawa Tengah 9 5.33%

4 Jawa Timur 42 24.85%

5 Jawa Barat 7 4.14%

6 Nusa Tenggara Timur 4 2.37%

7 Sumatera Utara 4 2.37%

8 Maluku Utrara 6 3.55%

9 Bali 16 9.47%

10 Bangka Belitung 12 7.10%

11 Kalimantan Selatan 4 2.37%

Jumlah Total 169 100%

V. POLA LIPUTAN/PEMBERITAN

1. Gambaran umum tentang jenis berita/liputan yang dihasilkan selama periode

program ini sepenuhnya bersifat straight news. Jenis berita yang masuk ke tim

pelaksana, oleh karenanya, tidak ada yang bersifat investigative reporting. Sejauh

yang dapat diamati dari seluruh hasil liputan yang dihimpun tim pelaksana, juga

tidak dijumpai adanya pemberitaan yang bersifat features. Namun demikian, pola

pemberitaan yang bersifat straight news ini, bagaimanapun, relatif sudah cukup

Page 11: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 7

kaya akan data dan informasi terkait dengan berbagai aspek dalam pelaksanaan

distribusi raskin lapangan.

2. Jenis berita semacam ini memang memiliki beberapa resiko tertentu. Salah satu

di antaranya adalah kurangnya pendalaman terhadap temuan/kasus yang

sebenarnya layak liput. Akibatnya, pemberitaan suatu kasus yang diliput oleh

media tertentu tidak ditindaklanjuti secara berseri pada peliputan berikutnya,

melainkan mengubah topik baru dengan lokasi liputan yang berbeda. Dengan

demikian, informasi tentang suatu kasus yang relatif utuh dan komprehensif

memang agak sulit didapatkan.

3. Data-data lapangan di 11 provinsi yang merupakan sumber liputan media

umumnya adalah berbagai peristiwa dan aktifitas distribusi raskin yang terjadi

sepanjang tahun 2012, sejak bulan januari hingga bulan Nopember 2012.

Namun, dalam sejumlah liputan tertentu terdapat pula informasi yang

menggambarkan peristiwa atau kejadian yang merupakan imbas atau

perkembangan suatu kasus dari pelaksanaan distribusi raskin di tahun

sebelumnya, yakni: 2011.

4. Sudut pandang (angle) liputan media terhadap pendistribusian raskin di lapangan

umumnya masih menganut asas bad news is good news. Melalui sudut pandangan

semacam ini, hampir seluruh isi pemberitaan berisi berbagai bentuk

penyimpangan di lapangan. Dari seluruh berita yang dihimpun oleh tim

pelaksana di Jakarta dapat dikatakan tidak satu pun yang, mislanya, mengisahkan

tentang success story tertentu ataupun bentuk-bentuk inovasi yang mungkin saja

terjadi di suatu lokasi tertentu terkait dengan pendistribusian raskin di lapangan.

Namun demikian, hal semacam ini masih dapat dikatakan relatif wajar

mengingat peliputan media memang diutamakan sebagai—atau merupakan

bagian dari—pengawasan publik, dan oleh karenanya, upaya media untuk

mengungkap kasus yang bersifat bad news is good news justru menjadi salah satu

unsur penting dalam konteks pengawasan publik.

5. Media peliput dapat dikatakan cukup memahami kebijakan dan program

pendistribusian raskin, berikut mekanisme dan prosedur penyalurannya di

lapangan. Dengan demikian, apa yang disajikan media melalui hasil liputannya

terkait dengan program ini cenderung dapat memberikan gambaran yang cukup

Page 12: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 8

informatif. Oleh karenanya, jika di lapangan ditemukan gejala penyimpangan,

misalnya, media akan segera mengangkatnya untuk dijadikan topik liputan.

6. Tidak semua wilayah program—terutama pada level desa di 11 provinsi

sample—memperoleh porsi liputan media selama durasi proyek berlangsung.

Namun demikian, media coverage pada dasarnya telah cukup mewakili arus

kecenderungan umum yang terjadi di lapangan. Oleh karenanya, liputan di

lapangan sepenuhnya merupakan keputusan unsur pimpinan redaksi masing-

masing media, terutama untuk tema yang diangkat, lokasi yang dipih dan

frekuensi reportasenya.

VI. BEBERAPA TEMUAN

Dari hasil liputan media yang dikirimkan ke tim terdapat beberapa aspek yang

dapat dikategorikan sebagai kecenderungan isi/materi pemberitaan terkait pelaksanaan

pendistribusian raskin. Di sisi lain, temuan-temuan hasil liputan dapat pula dipahami

atau dipandang dari sudut wilayah. Kategori berdasarkan kasus dan pola isi pemberitaan

akan menghasilakn deskripsi tentang masalah-masalah pokok yang terjadi dalam

pendistribusian raskin, sementara pemaparan berdasarkan wilayah akan menghasilkan

gambaran tentang apa yang terjadi di masing-masing provinsi, dan oleh karenanya,

dapat dikomparasikan. Berikut ini adalah pemaparan beberapa temuan penting hasil

liputan media massa yang mencakup 11 provinsi sample. Pemaparan pertama

didasarkan atas temuan di masing-masing provinsi, sementara pemaparan yang kedua

didasarkan atas isi dan kecenderungan pemberitaan seputar distribusi raskin di 11

provinsi sample.

5.1. Distribusi Raskin di 11 Provinsi Sample

(1) Sulawesi Selatan

Di provinsi ini, sebagaimana yang dapat dirangkum dari seluruh liputan

yang ada, terdapat berbagai bentuk persoalan menyangkut proses

pendistribusian raskin kepada kalangan RTM. Sama seperti provinsi lainnya, di

Provinsi Sulawesi Selatan pangkal persoalan pendistribusian raskin umumnya

terletak pada proses awal pendataan RTM. Dalam beberapa kasus ditemukan

Page 13: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 9

adanya perbedaan antara hasil pendataan di satu sisi dengan kondisi faktual

rumah tangga miskin di sisi lain. Terdapat RTM yang sesungguhnya tergolong

layak untuk menerima atau mengikuti program raskin, namun pada kenyataanya

tidak ‘masuk’ dalam dalam proses pendataan.

Persoalan semacam ini tidak saja meimbulkan keresahan di kalangan

RTM, tetapi juga dan protes dari mereka, karena merasa tidak diikutsertakan

dalam program raskin. Dengan demikian, proses pendataan RTM sebagai

langkah awal program distribusi raskin memegang peran sentral dan sangat

kunci bagi performa program secara keseluruhan. Provinsi Sulawesi Selatan

adalah salah satu contoh kasus wilayah di mana ditemukan persoalan data RTM

yang miskin cukup banyak, namun tidak semuanya terdata sebagaimana

mestinya. Selain persoalan data RTM, di wilayah ini juga ditemukan beberapa

kasus manipulasi pelaksanaan program distribusi raskin.

(2) Jawa Tengah

Sejauh yang dapat diamati melalui hasil liputan yang ada tampak bahwa

tidak terdapat perbedaan secara signifikan, persoalan yang terjadi di provinsi ini,

setidaknya dalam beberapa aspek, mirip dengan apa yang terjadi di Provinsi

Sulawesi Selatan, terutama dalam hal perbedaan antara data resmi dengan

kondisi faktual RTM di lapangan. Persoalan pendataan RTM yang dinilai kurang

sesuai dengan kondisi faktual lapangan serta praktik manipulasi dalam

pelaksanaan pendistribusian raskin, sebagaimana yang muncul dalam berbagai

liputan media massa di berbagai provinsi lain, juga terjadi di Provinsi Jawa

Tengah.

Persoalan data RTM di provinsi ini sempat mengundang pertanyaan dari

berbagai kalangan. Hal ini membuat pemprov Jawa Tengah menggelar

sosialisasi melalui para kepala desa untuk menjelaskan berkurangnya jatah raskin

dari tahun sebelumnya, karena adanya perubahan data RTM. Pendataan yang

tidak tepat memang telah memunculkan konsekuensi-konsekuensi tertentu di

lapangan. Ada kalanya pemerintah di tingkat lokal, sebagaimana yang terjadi di

Provinsi Jawa Tengah, terpaksa harus mensosialisasikan keputusan tentang

berkurangnya jatah raskin dari tahun sebelumnya.

Page 14: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 10

Masalah lain yang muncul di provinsi ini adalah persoalan kualitas

raskin. Di beberapa lokasi kualitas raskin dinilai berada di bawah standar

kelayakan. Bahkan, terdapat beberapa kasus di sejumlah wilayah si Provinsi Jawa

Tengah di mana kualitas raskin yang telah didistribusikan ke sejumlah RTM

berada di bawah ketentuan yang telah ditetapkan. Akibatnya, RTM yang telah

mendapatkannya tidak dapat mengkonsumsi.

(3) Jawa Timur

Salah satu permasalahan yang cukup serius di provinsi ini adalah

tindakan manipulatif yang dilakukan aparat di tingkat lokal dalam

pendistribusian raskin ke sejumlah RTM. Modus yang dilakukan adalah dengan

cara mengurangi jatah (kuantitas) raskin dari yang seharusnya. Kasus ini sempat

memunculkan protes dari kalangan RTM yamg kemudian membawa kasusnya

ke jalur hukum untuk diproses lebih lanjut. Proses ini telah membuat beberapa

aparat pemerintah pada level desa harus berurusan dengan pihak kepolisian

setempat untuk menjalani interogasi.

Upaya semacam ini rupanya memperoleh tanggapan positif dan

dukungan dari kalangan legislatif. Membawa kasus ini melalui jalur hukum

dipandang lebih fair karena semua pihak—baik pelaku maupun korban—akan

menerima keadilan sebagaimana mestinya. Melalui proses hukum nantinya dapat

diketahui dengan jelas para pihak yang terbukti melakukan penggelapan dalam

proses penyaluran bantuan raskin ke RTM. Cukup unik kasus ini karena

berlangsung relative merata di hampir semua kecamatan di Kabupaten

Pamekasan. Padahal, ironisnya, Pemkab justru telah menerjunkan tim

pemantau dari semua lapisan.

Sebagai upaya untuk mengatasi kemungkinan adanya penyimpangan

dalam pendistribusian raskin, di Provinsi Jawa Timur terdapat gagasan untuk

mengubah pola distribusi dari sebelumnya. Distribusi raskin yang sebelumnya

dilakukan oleh aparat desa direncanakan diubah menjadi kelompok masyarakat

(Pokmas). Gagasan ini dilontarkan oleh DPRD Kabupaten Pamekasan. Di

samping itu untuk menjamin transparansi diusulkan agar daftar nama para calon

penerima raskin diumumkan secara luas oleh aparat desa. Nampaknya

penggagas ini kurang memahami mekanisme Raskin, sebab ketentuan yang ada

Page 15: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 11

masalah sosialisasi Raskin secara luas sudah diatur dalam pedoman yang

dikeluarkan oleh Kemenkokesra.

(4) Sulawesi Tenggara

Di provinsi ini terdapat kasus di mana penyaluran raskin tahun 21012

sempat diwarnai oleh kontroversi dalam hal penanggungjawab dan pengelolaan

pendistribusian raskin di lapangan. Salah satu kasus yang terjadi adalah upaya

pengambilalihan pendistribusian raskin dari aparat di tingkat desa oleh aparat

yang lebih tinggi kedudukannya, yakni: camat. Belum diketahui dengan pasti,

apakah tindakan pengambialihan itu lebih didorong oleh motif penyelamatan

proses pendistribusian lantaran kinerja aparat di level desa yang tidak optimal,

atau didasarkan atas motif yang lain. Dengan adanya kasus ini, manajemen

distribusi raskin, menjadi persoalan krusial. Aspek ini merupakan salah satu

kunci penting dari keseluruhan program distribusi raskin.

Perbedaan hasil pendataan resmi dengan kondisi faktual RTM di

lapangan, dalam sejumlah kasus, dapat berkibat pada munculnya dilema di

kalangan aparat pemerintah di tingkat bawah, terutama di level kepala desa

berikut perangkat pendukungnya. Dilema semacam itu antara lain muncul dalam

bentuk sikap ragu untuk mendistribusikan raskin. Sikap semacam ini

dilatarbelakangi oleh kekhawatiran terhadap munculnya protes dari kalangan

RTM yang tidak masuk ke dalam daftar calon penerima manfaat. Di sisi lain,

pendistribusian raskin memang merupakan salah satu keharusan bagi seorang

kepala desa. Dengan demikian, pilihan antara membagikan atau tidak

membagikan bagaikan buah simalakama bagi seorang kepala desa.

Bahkan sikap semacam itu dapat terjadi pada level eksekutif tertinggi di

tingkat kabupaten/kota. Di Sulawesi Tenggara terdapat kasus di mana seorang

bupati merasa keberatan untuk mendistribusikan raskin ke kalangan RTM

semata-mata karena adanya perbedaan data resmi dengan kondisi faktual.

Langkah semacam ini diambil pemerintah setempat karena ada kekhawatiran

prosesnya akan berlangsung dalam suasana yang kurang kondusif di masyarakat.

Dengan demikian, langkah yang ditempuh pemerintah setempat dengan cara

menolak mendistribusikan raskin tidak dapat dipandang atau dipahami sebagai

tindakan yang bertentangan dengan hukum. Agaknya, tindakan semacam itu

Page 16: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 12

ditempuh guna mencegah keresahan di kalangan warga RTM, terutama dari

mereka yang tidak didata sebagai calon penerima raskin.

(5) Nusa Tenggara Timur

Salah satu persoalan dalam program raskin di Provinsi Nusa Tenggara

Timur adalah pembayaran atau penebusan yang kerap agak sulit atau lamban.

Hal ini disebabkan belum siapnya RTM menyediakan uang tunai. Kasus

semacam ini ada kalanya berakibat pada bertumpuknya stock raskin di Bulog

setempat karena tak kunjung ditebus oleh pihak pemerintah setempat. Stock

raskin yang disiapkan Bulog setempat umumnya mengacu pada pagu yang telah

ditetapkan pemerintah.

Sementara itu, tersendatnya proses pembayaran raskin ditenggarai juga

disebabkan oleh kurang aktif dan disipilinnya aparat di tingkat desa dalam

menagih dana dari masyarakat. Patut disayangkan, sejauh ini belum diperolah

informasi tentang apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam membantu

mengatasi masalah ini.

Masalah lain yang cukup pelik dan berkaitan dengan kasus di atas di

provinsi ini adalah munculnya persoalan setoran dana raskin yang tidak optimal.

Akibatnya, alokasi raskin yang telah disediakan/disalurkan melalui Bulog

stempat terancam dikembalikan ke pemerintah pusat. Faktor yang melatari

munculnya persoalan ini di Provinsi NTT adalah keengganan aparat atau

petugas Raskin di tingkat desa/kelurahan untuk melakukan penagihan ke

masyarakat terutama di desa yang agak terpencil dan terisolir akibat terbatasnya

sarana transportasi.

(6) Maluku Utara

Informasi yang cukup menonjol dan dominan di provinsi ini adalah

kasus pendistribusian raskin yang ditenggarai mengandung usur manipulasi.

Modusnya adalah upaya membisniskan raskin dengan pelaku utama aparat di

tingkat desa. Masyarakat yang telah menyetorkan dananya melalui kepala desa

(kades) ternyata tidak memperoleh jatah yang seharusnya. Ada dugaan kuat

kades telah menjual raskin jatah RTM ke pihak ke tiga yang tidak berhak.

Page 17: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 13

Dampak dari kasus ini adalah ekspresi ketidakpuasan warga yang kemudian

mengambil tindakan berupa penyegelan kantor desa.

Soal ini sendiri bukannya tanpa sepengetahuan pejabat pemerintah di

level yang lebih tinggi. Informasi tentang kasus ini telah didengar oleh pihak

kecamatan dan jajaran pemerintah kabupaten. Beruntung, pihak kecamatan dan

jajaran pemerintah kabupaten cukup responsif dalam menindaklanjuti persoalan

ini. Pelaku telah dipanggil untuk dimintai pertanggungjawabannya. Namun

demikian, cukup unik bahwa di daerah lain di provinsi yang sama upaya

memanipulasi bantuan raskin bagi RTM justru dilakukan oleh seorang camat.

Di samping itu, terdapat pula informasi tentang modus manipulasi yang

agak berbeda di mana seorang kepala desa menetapkan harga raskin lebih tinggi

dari yang seharusnya. Akibatnya, warga RTM terpaksa harus mengeluarkan

biaya yang lebih besar dari harga resmi yang sebenarnya. Patut disayangkan,

informasi liputan ini tidak bersifat kesinambungan—sekurang-kurangnya

sampai dengan periode pengumpulan data berita di bulan Nopember 2012.

(7) Bangka Belitung

Sama halnya dengan kasus perbedaan data antara dokumen resmi dan

kondisi faktual di lapangan yang terjadi di sejumlah wilayah lain, di Provinsi

Bangka Belitung juga muncul kasus serupa. Persoalan ini bahkan telah

mendorong pihak DRPD di salah satu kabupaten di provinsi ini mendesak

pihak eksekutif untuk menginstruksikan kepada para kepala desa melakukan

pendataan ulang terhadap RTM. Sekalipun permintaan pihak dewan itu datang

terlambat—di mana tahap distribusi raskin sedang berjalan—namun upaya itu

setidaknya telah menumbuhkan secercah harapan bagi RTM yang tidak terdata

sebelumnya bahwa mereka masih dapat ikut serta dalam program ini untuk

tahun berikutnya.

Di sisi lain, perbedaan data RTM itu juga memunculkan sejumlah akibat.

Selain menimbulkan keresahan di kalangan RTM, perbedaan itu juga dinilai

kurang memenuhi rasa keadilan masyarakat. Mereka yang secara faktual

tergolong berhak menerima (miskin) dan mengkonsumsi raskin justru berada

dalam kondisi tangan hampa dan bersamaan dengan itu mereka menyaksikan

keluarga yang tidak tergolong RTM menikmati jatah raskin.

Page 18: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 14

Tidak banyak informasi liputan yang diperoleh dari provinsi ini. Namun,

betapapun informasi liputan tentang distribusi raskin di Provinsi Bangka

Belitung tidak terlalu optimal, kandungan data hasil liputan yang ada relatif

dapat memberikan gambaran tentang masalah dan kendala proses distribusi

raskin. Satu hal yang cukup penting dan patut digarisbawahi dari provinsi ini

adalah bahwa pihak DPRD setempat cukup memiliki kepedulian terhadap

persoalan ini. Fenomena ini memberikan masukan berharga bahwa peran aktif

anggota lembaga legislatif di tingkat lokal tidak dapat dipandang sebelah mata

untuk—setidak-tidaknya—mengurangi berbagai bentuk penyimpangan

pendistribusian raskin di lapangan

(8) Jawa Barat

Di provinsi ini terjadi beberapa kasus penyimpangan dalam proses

pendistribusian raskin. Salah satu di antaranya adalah “mengendapnya” uang

pembayaran raskin. Sejumlah pihak menuding “mengendapnya” uang

pembayaran raskin itu diduga dilakukan oleh oknum tertentu di desa. Sekalipun

kasus ini tidak terjadi di semua desa yang ikut serta dalam program raskin di

Provinsi Jawa Barat. Namun munculnya persoalan ini tentu tidak dapat

dipandang ringan. Bagaimanapun juga, tindakan manipulasi adalah salah satu

bentuk pelanggaran hukum yang serius. Akibatnya, para calon penerima

manfaat raskin di sejumlah desa terpaksa tidak dapat memproleh apa yang

menjadi haknya.

Di samping ditemukan adanya kasus pengendapan uang setoran

pembelian raskin dari RTM, dijumpai pula tindakan penyelewengan di provinsi

ini yang dilakukan oleh oknum RT. Modusnya adalah dengan menaikkan harga

raskin lebih tinggi dari yang telah ditetapkan secara resmi oleh pemerintah.

Kasus ini tergolong menarik, karena di sejumlah provinsi para pelaku

manipulasi umumnya perangkat desa/kelurahan.

Sama halnya dengan provinsi lain, di Provinsi Jawa Barat juga terjadi

persoalan data RTM. Di wilayah ini terdapat perbedaan antara data resmi

dengan kondisi faktual RTM. Akibatnya, selain alokasi raskin berkurang dari

tahun sebelumnya, juga memunculkan berbagai pertanyaan di masyarakat.

Kasus ini, sebagaimana yang terjadi di wilayah lain, juga memperolah respon

Page 19: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 15

dari kalangan DPRD setempat yang mendesak pihak eksekutif agar

mengevaluasi proses dan metode pendataan agar mereka yang berhak benar-

benar dapat dipastikan memperoleh jatah raskin.

(9) Sumatera Utara

Perbedaan data RTM antara dokumen resmi dan kondisi faktual RTM

untuk tahun 2012 memperlihatkan adanya penurunan alokasi raskin dari tahun

2011. Hal ini mengindikasikan bahwa RTM di provinsi ini telah mengalami

penurunan. Yang patut disayangkan adalah bahwa penurunan RTM tersebut

ternyata hanya terjadi di atas kertas dokumen pendataan, bukan realitas yang

sesungguhnya.

Sebagaimana yang terjadi di wilayah lain, kasus ini menuai pertanyaan

dan protes dari berbagai kalangan. Persoalan bertambah pelik manakala

sebagian RTM tidak lagi menerima raskin seperti di tahun sebelumnya, alokasi

raskin 2012 tidak seluruhnya jatuh ke tangan RTM, melainkan didistribusikan ke

mereka yang tergolong bukan RTM. Di samping dilatarbelakangi oleh persoalan

teknis perbedaan data, salah sasaran juga dilatarbelakangi oleh tindakan

manipulatif aparat di tingkat desa yang sengaja mengalokasikan raskin kepada

mereka yang bukan tergolong RTM.

Akibatnya, di beberapa desa di provinsi ini persoalan alokasi dan

distribusi raskin tidak saja telah memancing keresahan warga, tetapi juga telah

menjurus kea rah perkelahian antar warga serta ancaman terhadap

penanggungjawab distribusi raskin di tingkat kecamatan dan desa. Kasus ini

pada gilirannya membuat DPRD setempat turun tangan dengan mengingatkan

pihak eksekutif agar berlaku cermat dalam proses pendataan agar dampak

negatif di masyarakat tidak berulang kembali di era mendatang.

(10) Bali

Macetnya dana talangan merupakan salah satu aspek yang menonjol

dalam program pendistribusian raskin di Provinsi Bali. Sebenarnya gagasan

pemerintah di tingkat lokal di provinsi untuk menganggarkan—melalui

APBD—dana talangan awal dalam rangka membantu RTM merupakan aspek

yang cukup positif. Hal ini sekaligus juga menunjukkan bahwa upaya semacam

Page 20: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 16

ini merupakan bentuk komitmen dan perhatian pemerintah terhadap kalangan

RTM di wilayahnya.

Namun demikian, langkah positif yang dilakukan pemerintah ini

agaknya kurang memperoleh respon yang memadai dari aparat di tingkat bawah.

Masalah yang muncul dalam kasus ini adalah macetnya pembayaran/penebusan

atau pengembalian dana talangan oleh masyarakat. Sehingga banyak desa yang

belum mengembalikan dana talangan pemerintah daerah lantaran aparat di

tingkat desa/kelurahan yang dianggap kurang aktif dalam mengelola penagihan

dana tersebut dari kalangan RTM. Dari kasus ini kemudian muncul gagasan

untuk mencari solusi. Salah satunya adalah dengan melibatkan Lembaga

Perkreditan Desa (LPD) untuk menjadi bagian dalam program dana talangan

ini.

Selain persoalan dana talangan, masalah kualitas raskin juga muncul di

provins ini. Sebagaimana yang terjadi di sejumlah desa diperoleh informasi

bahwa raskin yang diterima RTM kurang berkualitas atau berada di bawah

standar kelayakan. Akibatnya, raskin dengan kualitas semacam itu tidak dapat

dikonsumsi oleh mereka yang telah menerimanya.

(11) Kalimantan Selatan

Di wilayah ini aspek perbedaan data menjadi salah satu persoalan yang

cukup menonjol. Akibat dari masalah ini telah terjadi pengurangan jatah raskin

untuk RTM dari tahun 2012. Jumlah pengurangan alokasi hingga mencapai

sekitar 50%. Dengan demikian, persoalan perbedaan data raskin ini agaknya

cukup merata di semua provinsi sample. Oleh karenanya, proses pendataan

terhadap raskin memerlukan perhatian tersendiri agar mereka yang layak

mendapatkannya dapat dipastikan ikut serta dalam program raskin bersubsidi

ini.

Berbagai kalangan di Provinsi Kalimantan Selatan sempat

mempertanyakan dan mempersoalkan kasus perbedaan data RTM ini mengingat

di sejumlah desa telah muncul keresahan warga. Keresahan kalangan warga yang

berasal dari RTM ini jelas kurang kondusif bagi kehidupan sosial di masyarakat.

Hal ini sekaligus memperlihatkan bahwa persoalan pendataan tidak dapat dinilai

soal tekhnis dan sebagai persoalan sepele. Dampak dari persoalan ini,

Page 21: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 17

sebagaimana yang muncul di berbagai provinsi lain dapat memicu ketegangan

sosial di lapis bawah.

5.2 Temuan Kasus Distribusi Raskin Di 11 Provinsi

(1) Perbedaan Data Rumah Tangga Miskin

Dalam sejumlah kasus di beberapa lokasi antara lain ditemukan adanya

perbedaan perhitungan antar instansi vertikal menyangkut data faktual rumah

tangga miskin calon penerima manfaat. Ada kalanya terjadi perhitungan BPS

lebih besar dibandingkan dengan perhitungan instansi daerah terkait, atau

sebaliknya. Persoalan ini, sebagaimana yang dipantau media, kerap

menimbulkan keresahan di kalangan RTM.

Liputan yang mewakili topik ini antara lain muncul di kota Semarang,

Provinsi Jawa Tengah. Sebagaimana diberitakan oleh Suara Merdeka

(www.suaramerdeka.com) tanggal 22Juni 2012, disebutkan bahwa data jumlah

warga miskin di Kota Semarang yang dikeluarkan BPS tahun 2011 mengalami

penurunan, sementara berdasarkan data base Bappeda Pemkot Kota Semarang di

tahun yang sama justru memperlihatkan peningkatan RTM yang cukup

signifikan. Walaupun Pemkot Semarang sudah melakukan sosialisasi Program

raskin, termasuk informasi pengurangan jumlah RTSPM raskin, tetap saja

muncul berbagai pertanyaan dari banyak kalangan. Pengurangan itu sendiri

merupakan ketentuan dari data TNP2K.

Salah satu fator yang menyebabkan terjadinya persoalan semacam ini

antara lain adalah banyak warga yang tidak tergolong miskin namun justru

terdaftar sebagai penerima raskin, sebagaimana yang terjadi di Kota Makassar,

Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagaimana yang dilaporkan oleh Harian Seputar

Indonesia (22 Februari 2012), ketidakakuratan proses pendataan disebabkan data

yang digunakan masih mengacu pada data lama yang dikeluarkan oleh Badan

Pusat Statistik (BPS) pada tahun sebelumnya. Atau dengan kata lain, tidak ada

upaya yang dilakukan oleh pemerintah setempat untuk pemutakhiran data

rumah tangga miskin.

Persoalan ini membuat berbagai kelompok masyarakat di kota Makassar

mengajukan gagasan untuk mengadakan dialog instansi terkait dalam rangka

mencari solusi tentang pendataan rakyat miskin yang lebih akurat, terutama

Page 22: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 18

untuk menemukan persepsi yang sama tentang parameter yang akan digunakan

dalam melakukan pendataan terhadap keluarga miskin, baik yang dilakukan oleh

pemerintah pusat maupun maupun instansi pemerintah lokal. Persoalan ini

dilaporkan oleh Harian Cakrawala (6/7/2012).

Ada kalanya juga terjadi semacam ‘kesengajaan’ di mana pendataan

dilakukan dengan memasukkan keluarga yang sesungguhnya tidak termasuk

kategori RTM sebagaimana yang telah ditentukan. Fenomena semacam ini,

seperti yang terjadi di sejumlah lokasi, dilatarbelakangi oleh ‘kepentingan

pribadi’ aparat di tingkat bawah yang hanya mendata kelompok rumah tangga

yang tergolong ‘dekat’ dengan yang bersangkutan, sementara mereka yang

tergolong sesuai dengan ukuran miskin justru tidak dilakukan pendataan.

Dengan demikian, ketidaksesuaian pendataan terhadap RTM penerima

manfaat agaknya bersumber dari dua faktor utama. Pertama, aspek teknis di

mana terdapat perbedaan metode pengukuran dan penetapan parameter antar

instansi vertikal dalam merumuskan kriteria terhadap rumah tangga yang

dianggap memenuhi syarat (berhak) menerima program raskin.1

Yang tergolong ke dalam faktor pertama ini antara lain juga muncul

dalam bentuk up dating yang kurang berjalan secara berkesinambungan, terutama

di tingkat lokal. Namun, terdapat pula informasi yang menyebutkan bahwa

pendataan terhadap rumah tangga miskin yang dilakukan instansi pusat, yang

dalam hal ini adalah Badan Pusat Statistik (BPS), agak tidak sesuai dengan

kenyataan di lapangan.

Kedua, aspek kesengajaan (manipulasi). Gejala semacam ini ditandai

dengan pemilihan atau penetapan rumah tangga yang berhak menerima

1BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria rumah tangga miskin, yaitu: 1. Luas lantai bangunan tempat

tinggal kurang dari 8 m2 per orang, 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bamboo/ kayu

murahan, 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa

diplester, 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain, 5. Sumber

penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik, 6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak

terlindung/sungai/air hujan, 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu, 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru

dalam setahun, 10.Hanya sanggup makan maksimal dua kali dalam sehari, 11.Tidak sanggup membayar biaya

pengobatan di puskesmas/poliklinik, 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas,

lahan 0, 5 ha. Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan

pendapatan di bawah Rp 600.000,00 per bulan, 13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga : tidak

sekolah/tidak tamat SD/hanya SD, dan 14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp

500.000,00 seperti : sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.

Page 23: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 19

program raskin semata-mata karena faktor kepentingan pribadi atau ‘kedekatan’

antara aparat di tingkat lokal dengan calon penerima manfaat—sekalipun

kondisi faktual sosial-ekonomi calon rumah tangga tidak sesuai dengan kriteria

yang telah ditetapkan. Dengan demikian, objektifitas dalam penetapan keluarga

miskin memang secara sengaja dihilangkan.

Baik karena faktor kendala teknis maupun non teknis—keduanya

menghasilkan 1 (satu) akibat yang sama: tidak sesuainya data resmi dengan

kondisi faktual RTM di lapangan. Dalam banyak kasus, persoalan ini pada

gilirannya mengakibatkan munculnya serangkaian masalah, terutama pada tahap

kegiatan pendistribusian raskin, sebagaimana yang akan dipaparkan pada bagian

berikutnya.

(2) Alokasi dan Distribusi Raskin Tidak Tepat Sasaran

Dalam praktiknya, ketidaktepatan dalam alokasi dan distribusi raskin

bagi mereka yang berhak menerimanya, dengan demikian, merupakan

konsekuensi logis dari faktor hulu di mana data dokumen RTM tidak sama

dengan data faktual di lapangan. Oleh karenanya, di beberapa lokasi sejumlah

RTM yang seharusnya berhak mengikuti program ini tidak memperoleh raskin,

dan sebaliknya, terdapat sejumlah rumah tangga yang sesungguhnya tidak

berhak mengikuti program ini tetapi justru menjadi peserta program raskin.

Fenomena semacam ini antara lain terjadi di Kota Semarang, Provinsi

Jawa Tengah. Sebagaimana diberitakan oleh www.seputarindonesia.com

(06/08/2012) , distribusi raskin di Kota Semarang pada awal bulan Agsutus

2012 yang lalu dinilai tidak atau kurang tepat sasaran. Hal ini terbukti dari masih

banyaknya RTSPM yang tidak menerima raskin. Ironisnya, bahkan banyak

warga yang tidak berhak (tidak tergolong RTM), tetapi justru menerima raskin.

Informasi lain menyebutkan bahwa beras miskin (raskin) di Kelurahan

Toboali ternyata sudah 5 bulan tidak diterima masyarakat kurang mampu di

Kampung Bukit, Kelurahan Toboali, Bangka. Yang jadi persoalan, penerima

raskin justru merupakan rumah tangga yang tergolong tidak miskin alias mampu

serta berpenghasilan cukup.

Sebagaimana yang dirilis Radar Bangka (9/4/2012), data penerima

bantuan raskin mengalami perubahan melalui Pendataan Program Perlindungan

Page 24: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 20

Sosial (PPPLS) di mana hasil pendataannya telah diserahkan ke TNP2K (Tim

Nasional Program Penanggulangan Kemiskinan) di Jakarta. Yang sangat

disayangkan, menurut laporan Radar Bangka, adalah bahwa TNP2K tidak

langsung turun ke lapangan untuk melakukan pendataan dan mereka hanya

menerima data dari BPS, sehingga terjadilah perubahan terhadap RTS.

Di Bogor, Jawa Barat, diperoleh informasi bahwa akibat perbedaan data

keluarga miskin dari tahum sebelumnya, alokasi dan distribusi beras untuk

orang miskin (raskin) mengalami penurunan yang lumayan drastis hingga

mencapai 50 persen. POSTKOTAPONTIANAK.COM (6/17/2012)

melaporkan bahwa puluhan Ketua Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga

(RW) di Wilayah Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, memprotes serta

mempertanyakan berkurangnya pengiriman beras untuk orang miskin (raskin)

hingga mencapai 50 persen.

Dengan demikian, dalam hal kurang tepat sasaran dalam pendistribusian

raskin di lapangan terdapat beberapa pola yang muncul dalam berbagai liputan

berita yang dilansir media. Pertama, di sejumlah lokasi ditemukan adanya

kesenjangan yang kontras di mana rumah tangga yang tidak tergolong miskin

memperoleh raskin, sementara mereka yang tergolong miskin jsustru tidak

mendapatkannya. Kedua, di lokasi-lokasi lain ditemukan adanya fenomena di

mana tidak semua rumah tangga miskin memperoleh raskin, karena persoalan

data yang ada. Bahkan, terdapat tingkat perbedaan atau deviasi yang mencapai

50% dari kondisi faktual RTM.

Kedua pola pendistribusian raskin di atas telah mengakibatkan situasi

sosial yang diskriminatif. Di sejumlah lokasi fenomena semacam ini tidak saja

menimbulkan keresahan di kalangan RTM yang merasa nasib dan

kepentingannya terabaikan, tetapi juga sempat menimbulkan gejolak dalam

bentuk protes warga. Sasaran utama warga umumnya tertuju pa aparat tingkat

lokal, baik level kabupaten/ kota, kecamatan, maupun level kelurahan/desa.

Warga dari kalangan RTM agaknya kurang dapat menerima kenyataan bahwa

mereka telah kehilangan hak untuk ikut serta dalam program distribusi raskin

bersubsidi.

Page 25: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 21

(3) Pendistribusian Tidak Tepat Waktu (Jadwal)

Keterlambatan proses pendistribusian raskin di sejumlah lokasi juga

telah menjadi salah satu topik yang cukup sering ditampilkan dalam berbagai

liputan media. Salah satunya adalah berita yang dilansir oleh portal Surabaya

Post online (8/9/2012). Dalam liputan tersebut dilaporkan bahwa sudah 2

bulan warga di 5 Kelurahan di Kecamatan Kota Sampang, Jawa Timur,

mengeluh karena jatah RASKIN mereka belum diterima, sementara mereka

tengah menghadapi bulan puasa di mana beras murah sangat dibutuhkan oleh

warga miskin. Tapi tanpa alasan yang jelas, jatah RASKIN yang seharusnya

mereka terima tidak kunjung turun.

Berdasarkan pantauan di lapangan, bantuan RASKIN yang belum

diterima warga miskin terhitung sejak bulan Juni hingga Juli (2012). Setelah

ditanyakan kepada instansi terkait, jawaban yang diberikan tidak terlalu jelas

tentang apa yang menjadi penyebab tersendatnya bantuan itu. Ketika

dikonfirmasi, Kasi Bantuan Sosial Dinsosnakertrans membenarkan bahwa

kendala belum didistribusikannya bantuan RASKIN untuk jatah Juni-Juli 2012

akibat adanya perubahan pagu RTS-PM .

Sementara itu Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dilaporkan

bahwa alokasi beras untuk orang miskin (raskin) yang jumlahnya 11 ribu ton

lebih ternyata baru disalurkan kurang lebih tujuh ribu ton. Sisanya, sebanyak

tiga ribu ton, masih mengendap atau belum dibagikan ke masyarakat miskin.

Karena itu, sebagaimana yang dikaporkan ole Victory News (11/24/2012),

pihak kelurahan masih melakukan pendataan ulang sehingga dapat melayani

masyarakat yang berhak mendapat raskin. Hasil pengamatan media ini

menyebutkan bahwa terhambatnya penyaluran raskin ini karena proses

pengumpulan dana dari Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTSPM)

belum tuntas sepenuhnya.

Lambannya proses pendistribusian raskin juga terjadi di Provinsi

Sulawesi Selatan. Penyaluran beras miskin (raskin) tahap kedua di provinsi ini

dinilai masih cukup rendah, lantaran sampai pertengahan bulan Juli, masih

banyak kabupaten kota yang belum melakukan penyaluran. Kepala Perum

Bulog Divre VII Sulselbar, Tommy S Sikado, mengatakan, umumnya yang

Page 26: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 22

menjadi kendala adalah proses verifikasi RTS yang masih belum rampung,

karena adanya perubahan kuota.

Ia berharap agar penyaluran raskin, khususnya pada periode Juli ini,

sudah dapat disalurkan paling lambat akhir bulan, agar masyarakat tidak

kesulitan memperoleh beras selama bulan Ramadhan. Sebagai informasi

tambahan, raskin yang disalurkan ke kabupaten/kota setiap bulannya mencapai

7 ribu ton.

Berdasarkan data Perum Bulog Divre VII Sulselbar, kuota raskin tahap

kedua mencapai 53,4 juta kilogram dengan jumlah penerima 508 ribu Rumah

Tangga Sasaran. Jumlah stok beras yang tersedia di Sulsel pada saat itu

mencapai 295 ribu ton, baik yang tersimpan di gudang milik Bulog maupun ada

di tangan petani. Ketahanan jumlah stok ini, sebagaimana yang dilaporkan

CAKRAWALA Online (19 Juli 2012), diperkirakan mampu mencukupi

kebutuhan sampai 26 bulan kedepan. Penyaluran raskin di Kabupaten/kota se-

Sulsel masih terkendala ketepatan waktu (jadwal) karena kendala verifikasi data

RTS yang belum rampung.

Kejadian serupa juga muncul di Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa

Timur. Berdasarkan laporan Media Rakyat Online (5/24/2012), raskin untuk

Desa Pademawu Barat pada periode alokasi bulan Desember 2011 serta raskin

ke-13 tahun 2011 besarnya mencapai 16,950 ton. Seharusnya penyaluran

terealisasi pada bulan April tahun 2012, namun hanya atau baru terealisasi 6 kali,

sehingga terdapat kekurangan 50.850 kg. Kekurangan tersebut, hingga berita ini

diturunkan, tak kunjung terealisasi. Lemahnya pengawasan ditingkat kabupaten

hingga pelaksana distribusi dianggap sebagai salah satu penyebabnya.

Dengan demikian, faktor keterlambatan distribusi raskin sebagaimana

yang terjadi di sejumlah lokasi, berdasarkan liputan media selama periode

Januari – Nopember 2012, umumnya dilatarbelakangi oleh proses pendataan

RTS yang masih berlangsung. Atau dengan kata lain, proses pendataan dan

verifikasi RTS berlangsung agak molor, sehingga kurang sesuai dengan jadwal

yang telah ditetapkan sebelumnya. Akibatnya, pada saat tahap kegiatan sudah

mulai masuk ke jadwal distribusi, data RTS masih belum selesai seluruhnya,

dengan akibat: jadwal distribusi menjadi mundur ke belakang.

Page 27: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 23

(4) Kualitas Raskin

Kualitas raskin, khususnya di beberapa lokasi, kerap dikeluhkan oleh

para penerima manfaat. Terdapat kasus di mana raskin dirasakan berbau,

berkutu dan berulat, sehingga tidak dapat dikonsumsi sama sekali. Dalam situasi

ini, penerima manfaat jelas amat dirugikan, karena selain tidak dapat

mengkonsumsi jatah raskin secara layak juga ‘tekor’ lantaran mereka telah

mengeluarkan sejumlah biaya untuk mendapatkannya—sekalipun harganya

disubsidi pemerintah.

Persoalan ini muncul di sejumlah RTSPM raskin di Desa Kalierang,

Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Mereka

mengeluhkan raskin alokasi bulan Agustus 2012 yang baru saja dibeli seminggu

yang lalu di mana ditemukan kutu dan berbau apek. Pihak Pemda setempat

berjanji akan menggantinya. Hingga berita ini diturunkan belum didapat

keterangan sejauhmana realisasi janji Pemda setempat untuk mengganti raskin

yang lebih layak dikonsumsi itu ditepati. Kasus ini dilaporkan oleh

lensaindonesia.com, (13-08-’12).

Kejadian serupa juga muncul di Kelurahan Seririt, Kabupaten Buleleng,

Provinsi Bali. RTM di kelurahan ini menolak pembagian RASKIN karena

kualitasnya buruk atau tidak layak dikonsumsi. Sebagian warga yang menerima

raskin itu, sebagaimana dilaporkan oleh ANTARA News (10-08-’12), akhirnya

menggunakannya untuk pakan ayam ternak. Dengan demikian, ayam ternak

telah menggantikan RTM menjadi konsumen raskin program pemerintah.

Sementara itu, sebagian warga lainnya memilih untuk tidak mengambil jatah

raskin mereka.

Demikian pula yang terjadi pada sejumlah RTSPM raskin di Dusun

Dlopo, Desa Karangrejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Pamekasan, Provinsi

Jawa Timur. RTSPM mengeluh karena kualitas raskin yang mereka terima

tergolong buruk kualitasnya. Selain berkutu, raskin tersebut juga dipenuhi kerikil

dan batu–batu kecil. Raskin terakhir kali diterima warga pada 11 September lalu.

Kepala Bulog Subdivre V/Kediri mengatakan, pihaknya sebenarnya

sudah berupaya maksimal untuk mengawasi proses produksi raskin, terutama

untuk memastikan agar kualitas beras sama seperti standar yang ditetapkan. Ia

meminta kepada warga yang menerima raskin dalam kondisi buruk agar

Page 28: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 24

melapor ke kantor Bulog secara langsung atau melalui perangkat desa setempat

sehingga dapat segera menerima penggantian raskin yang lebih layak konsumsi.

Informasi ini merupakan hasil liputan yang dilakukan oleh SURYA ONLINE

(10/9/2012).

Lantaran dinilai berkualitas rendah dan tak layak konsumsi, warga tiga

dusun, yakni Dusun Ngorbungor, Terbing dan Gil Pangil, Desa Tragih,

Kecamatan Robatal, Kota Sampang, Provinsi Jawa Timur dilaporkan

telahmengembalikan raskin bantuan pemerintah ke gudang Bulog di Desa

Pangelen, Kecamatan Kota Sampang. Pengembalian raskin yang dilakukan

warga dari tiga dusun tersebut, berdasarkan liputan berita yang dilansir

beritajatim.com (1/25/2012), mencapai 2 ton 700 kg. Beras yang dikembalikan

ke gudang penimbunan raskin itu merupakan bentuk protes warga terhadap

kualitas raskin yang dinilai tidak memenuhi standar kelayakan untuk

dikonsumsi.

Terkait dengan kualitas raskin yang buruk berbagai liputan media, pada

umumnya dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, berita atau liputan yang

menginformasikan tidak adanya penjelasan dari pihak yang berwenang terkait

dengan kualitas raskin yang tidak memadai serta ketidakjelasan tentang upaya

ganti-rugi dalam bentuk penggantian uang ataupun raskin yang lebih memadai

untuk dikonsumsi. Kedua, untuk lokasi tertentu pejabat setempat merespon

dengan cepat dan mengupayakan penggantian raskin yang berkualitas buruk

dengan yang lebih memadai untuk dikonsumsi.

(5) Penyelewengan Raskin

Sebagaimana yang diberitakan oleh sejumlah media, dalam proses

pelaksanaan pendistribusian raskin di beberapa lokasi ditenggarai telah terjadi

praktik manipulasi (penyelewengan) yang dilakukan oleh aparat pada tingkat

lokal. Dari seluruh liputan media yang dihimpun, setidaknya terdapat tiga

bentuk modus penyelewengan yang dapat diidentifikasi.

Pertama, dengan cara ‘mengambil’ sebagian dari alokasi/jatah raskin,

sehingga kelompok sasaran tidak memperoleh hak sebagaimana mestinya.

Kasus yang paling menonjol dalam soal ini adalah pengurangan kuantitas jatah

raskin dari yang seharusnya. Persoalan semacam ini, sebagaimana yang muncul

Page 29: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 25

pada pemberitaan di sejumlah media di beberapa lokasi, membuat jumlah raskin

yang diterima kelompok sasaran lebih rendah dari yang seharusnya.

Kedua, di samping ‘mengambil jatah’ raskin secara ilegal, sejumlah media

juga memberitakan kasus penyelewengan dalam bentuk penetapan harga yang

lebih tinggi dari yang seharusnya. Akibatnya, rumah tangga miskin terpaksa

harus mengeluarkan biaya pembelian raskin lebih mahal dari harga resmi

(bersubsidi) yang telah ditetapkan pemerintah.

Ketiga, bentuk penyelewengan program raskin yang lain adalah

memanipulasi dana yang dilakukan oleh aparat di tingkat lokal. Modus dari

praktik ini adalah dengan cara ‘menahan’ dana raskin yang telah disetorkan

warga. Setoran dana raskin yang ‘ditahan’ ini mengakibatkan distributor di

tingkat lokal (Bulog) tidak ‘mengeluarkan’ alokasi raskin kepada tumah tangga

yang berhak menerimanya. Beberapa ilustrasi hasil liputan media berikut ini

mewakili tiga bentuk atau modus penyelewengan pelaksanaan pendistribusian

raskin yang terjadi di sejumlah lokasi.

Praktik penyelewengan antara lain muncul di Desa Rancawuluh,

Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Seorang

Kepala desa, sebagaimana yang diberitakan oleh koruptorindonesia.com (10

Pebruari 2012), telah dilaporkan oleh warganya sendiri ke Kejaksaan Negeri

Brebes. Pasalnya, oknum Kepala Desa tersebut diduga telah menyelewengkan

Beras untuk Keluarga Miskin (raskin) tahun 2011 sebanyak 45.630 kg. Dugaan

penyelewengan distribusi raskin itu terjadi pada tahun 2011.

Sementara itu, di kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Harian Rakyat

Sulsel (9-Jun-12) melaporkan bahwa Seorang pegawai Badan Urusan Logistik

(Bulog) ditahan aparat Polres Pelabuhan. Ia diduga melakukan penggelapan

raskin sebanyak 39 karung yang diperuntukkan bagi warga RTM di Desa Bone

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

Di kabupaten yang sama, warga Desa Pakatto, Kecamatan

Bontomaranmu, Kabupaten Gowa merasa kecewa terhadap tindakan kepala

desanya yang membiarkan adanya pembagian kemasan raskin dengan harga

yang lebih tinggi. Oleh karenanya, warga meminta kepada pihak Bulog untuk

mengambil tindakan tegas. Laporan yang dilansir BERITAKOTA MAKASSAR

ONLINE (2-Mar-2012) menyebutkan bahwa penetapan harga raskintidak

Page 30: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 26

sesuai dengan aturan dari Bulog. Hal ini berimplikasi pada tidak tepatnya

RTSPM raskin. Dalam persoalan ini kemasan raskin yang diterima warga sudah

tidak utuh lagi alias telah berkurang kuantitasnya dari yang seharusnya.

Masih berita tentang penyelewengan di Sulawesi Selatan, Kejaksaan

Negeri Sungguminasa telah menetapkan pengelola raskin Kecamatan Pallangga

sebagai tersangka dalam kasus dugaan penyelewengan raskin untuk tahun 2011.

Dalam pemeriksaan, tersangka dinilai terbukti telah melakukan penyelewengan

pembayaran raskin dan dipastikan bahwa tersangka akan segera dikenakan

status tahanan. Liputan ini dilakukan oleh Harian SEPUTAR INDONESIA

(22-Sep-12).

Kejadian penyeleweangan yang terjadi di Gowa, Sulawesi Selatan, juga

muncul di Kabupaten Pamekasan, Madura, Provinsi Jawa Timur. Terkait

dengan persoalan ini Infopamekasan.com (22 Pebruari 2012) melaporkan

bahwa penyelidikan kasus dugaan penyelewengan raskin di Desa Larangan

Badung, Kecamatan Palengaan, masih berkutat pada pemeriksaan saksi-saksi.

Pihak Polres sejauh ini belum memanggil Kepala Desa Larangan Badung yang

dilaporkan warganya. Penyidik Polres belum selesai memeriksa 3 saksi dari

warga Dusun Beltok, Desa Larangan Badung, dan 1 warga yang berstatus

sebagai pelapor. Pemeriksaan saksi-saksi cukup membutuhkan waktu lama.

Dalam menangani kasus ini pihak Polres agaknya tidak mau gegabah,

karena masih memerlukan keterangan tambahan, data dan bukti lainnya dari

warga. Pemanggilan Kades, oleh karenanya, masih harus menunggu hasil

pencocokan keterangan warga dengan data yang ada di Sub Divre Perum Bulog

Pamekasan. Jika terdapat kejanggalan, penyidik akan menindaklanjutinya dengan

memeriksa Kades guna memastikan kebenaran laporan yang disampaikan warga

desa.

Sementara itu, sejumlah rumah tangga sasaran (RTS) beras untuk rakyat

miskin (raskin) di wilayah Desa Karangwangi, Kecamatan Binong, Kabupaten

Subang, Provinsi Jawa Barat mempertanyakan harga raskin yang dijual Rp

2.500/kg. Pasalnya, menurut pemberitaan Galamedia (11/8/2012), berdasarkan

aturan harganya Rp 1.600/kg. Sejumlah pihak menuding selisih harga

pembayaran raskin itu dinikmati secara tidak sah oleh oknum tertentu yang ada

di desa.

Page 31: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 27

Penyelewengan dengan modus yang hampir sama dengan yang terjadi

Jawa Barat juga muncul di Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Terkait

dengan persoalan ini Malut Post (6/12/2012) melaporkan, warga Desa

Gamsungi, Kecamatan Tobelo, Halmahera Utara masih menunggu proses

penyelesaian kasus penyelewengan pendistribusian raskin di wilayahnya.

Sementara itu Malut Post melaporkan bahwa di seluruh desa di

Kecamatan Tobelo telah mendapatkan raskin triwulan pertama, kecuali di Desa

Gamsung, sekalipun masyarakat telah mengumpulkan dan menyetorkan dana ke

pemerintah desa. Diduga kuat pihak desa belum menyetorkan dana tersebut ke

kecamatan. Tersendatnya pendistribusian raskin triwulan pertama di Desa

Gamsungi, Kecamatan Tobelo, Halmahera Utara, dengan demikian, merupakan

akibat dana raskin yang telah dibayarkan warga, namun belum disetorkan ke

pihak kecamatan.

Kejadian serupa terjadi pula di Kota Tidore di provinsi yang sama.

Malut Post (10/11/2012) melaporkan, Lurah Soadara, Kecamatan Pulau

Tidore, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara, menjual raskin diatas

Harga Eceran Tertinggi (HET). Sementara itu, Kepala Bagian Ekonomi Setda

Kota Tidore Kepulauan, sudah meminta kepada Lurah tersebut untuk

mengembalikan kelebihan dana pembayaran kepada masyarakat.

(6) Dana Talangan Raskin dan Tunggakan Dana

Bali Post (1/21/2012) melaporkan bahwa Realisasi RASKIN tahun

2012 ini di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, terancam macet. Pasalnya adalah

banyak dana talangan yang disiapkan pemerintah daerah masih

mengendap/belum dikembalikan oleh pihak desa dan kelurahan. Selain itu jatah

raskin hingga kini juga belum disetujui oleh Pemerintah Pusat. Pendistribusian

raskin yang tersendat, oleh karenanya, bersumber pada permasalahan dana

talangan dan belum disetujuinya pagu raskin oleh Pemerintah Pusat. Sejumlah

aparat desa dinilai tidak disiplin dalam mengembalikan dana talangan yang

diberikan oleh Pemkab serta turunnya jumlah RTSPM raskindi daerah tertentu.

Dari Sulawesi selatan diperoleh informasi bahwa Kecamatan Pallangga,

Kabupaten Gowa terus menggenjot pelunasan tunggakan raskin dari Rp. 100

Page 32: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 28

juta pada tahun 2010-2011. Kini, berkat upaya tersebut, tunggakan dana

raskinyang belum dilunasi tersisa Rp. 4 juta. Informasi ini dilansir oleh Harian

Cakrawala (1/22/2012) yang terbit di Sulawesi Selatan. Masih dari Kabupaten

Gowa, diperoleh informasi dari Harian Cakrawala (3/31/2012) bahwa jatah

raskin Kecamatan Biringbulu dihentikan pihak Dolog. Hal ini disebabkan sejak

tahun 2010 kecamatan ini sering menunggak pembayaran dana raskin.

Dengan demikian, dana untuk pembelian raskin, terutama untuk lokasi-

lokasi tertentu, memang mengandung persoalan tersendiri. Di sisi lain, upaya

talangan dana yang diupayakan sejumlah pemerintah kabupaten dan kota dapat

dinilai sebagai sebuah kebijakan yang layak diapresiasi secara positif. Upaya

semacam ini pada dasarnya mencerminkan kesungguhan dan komitmen

pemerintah setempat untuk membantu RTM agar dapat memperoleh jatah

raskin yang dibutuhkan.

Namun demikian, sebagaimana yang terungkap melaui sejumlah

pemberitaan, pengembalian dana talangan raskin ada kalanya tersendatlantaran

aparat di tingkat bawah dinilai kurang disiplin atau kurang pro aktif dalam

mengupayakan pengembalian dana raskin.

VII. PENUTUP

1. Kesimpulan

Pemberitaan seputar pendistribusian raskin yang dilansir berbagai media massa

selama periode Januari hingga Nopember 2102 umumnya menyoroti berbagai

penyimpangan yang terjadi di 11 provinsi. Dari segi isi serta arah pemberitaan tentang

berbagai penyimpangan tersebut sekurang-kurangnya terdapat 6 (enam) aspek temuan

yang cukup penting, yaitu: (1). Perbedaan Data Rumah Tangga Miskin; (2). Alokasi dan

Distribusi Raskin Tidak Tepat Sasaran; (3). Pelaksanaan Pendistribusian Tidak Tepat

Waktu (Jadwal); (4). Kualitas Raskin; (5). Penyelewengan Raskin dan (6). Beberapa poin

penjelasan yang dapat disimpulkan dari dari masing-masing aspek tersebut adalah

sebagai berikut:

Page 33: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 29

(1) Perbedaan Data Rumah Tangga Miskin

Perbedaan data rumah tangga antar instansi pemerintah agaknya merupakan

persoalan hulu dari kebijakan dan program pendistribusian raskin di lapangan.

Perbedaan data terutama menyangkut penetapan ukuran/indikator dan

parameter yang digunakan. Di beberapa lokasi bahkan terdapat perbedaan

ekstrem di mana RTM yang seharusnya berhak menerima program raskin justru

dimasukkan ke dalam data base, sementara rumah tangga yang tidak tergolong

miskin justru luput dari pendataan (di luar unsur kesengajaan yang bermotif

manipluatif).

(2) Tidak Tepat Sasaran

Perbedaan data RTM berakibat pada ketidaktepatan sasaran pada saat

pelaksanaan pendistribusian. Di sejumlah lokasi, ketidaktepatan sasaran ini

menimbulkan keresahan di kalangan warga, terutama yang tergolong RTM.

Sekalipun tidak muncul pemberitaan yang mengarah pada konflik sosial sebagai

akibat ketidaktepatan sasaran pendistribusian raskin ini, namun hubungan-

hubungan sosial di lapangan jelas terganggu. Aksi-aksi protes di beberapa lokasi

akibat ketidaktepatan sasaran ini merupakan salah satu bentuk keresahan

masyarakat yang agaknya patut dicermati.

(3) Tidak Tepat Waktu

Keterlambatan proses pendistribusian raskin ada kalanya terjadi di lokasi-lokasi

tertentu. Perbedaan antara jadwal yang telah ditetapkan dengan realisasi di

lapangan bahkan hingga mencapai hitungan bulan. Beberapa faktor penyebab

keterlambatan dalam pendistribusian raskin umumnya adalah: (a) Molornya

proses pendataan dan verifikasi RTM; (b) Pembayaran atau penebusan dari

RTM yang kurang optimal sehingga menyebabkan tunggakan dan (c) Warga

sendiri di beberapa daerah juga lebih senang distribusi Raskin tidak rutin tiap

bulan.

Page 34: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 30

(4) Penyelewengan

Penyelewengan dalam proses pendistribusian raskin merupakan topik yang

cukup banyak menyita perhatian media massa di 11 provinsi. Kasus-kasus

penyelewengan umumnya dilakukan oleh aparat di tingkat lokal, seperti oknum

kepala desa, pengurus RW serta pegawai Bulog setempat. Berbagai bentuk

penyelewengan yang dilakukan antara lain adalah pengurangan jatah raskin dari

yang seharusnya, menetapkan harga raskin di atas patokan pemerintah pusat,

dan menahan dana setoran masyarakat serta melibatkan orang atau keluarga

tertentu yang tidak tergolong RTM untuk didaftar sebagai calon penerima

raskin. Dari sejumlah pemberitaan yang dipantau terdapat beberapa kasus

penyelewengan yang telah masuk ke dalam tahap atau proses hukum.

(5) Kualitas Raskin

Di beberapa lokasi kualitas raskin yang dinilai berada jauh di bawah standar

kelayakan. Pada sejumlah kasus ditemukan raskin yang tidak saja sudah berbau,

tetapi juga berbulu dan bahkan berulat. Akibatnya, raskin tidak dapat

dikonsumsi sama sekali oleh RTM. Pada lokasi-lokasi tertentu tidak diperoleh

liputan lanjutan tentang apa yang dilakukan oleh pejabat setempat. Tetapi di

lokasi lainnya diberitakan bahwa pejabat setempat cukup tanggap atas persoalan

ini dengan cara mengupaya penggantian raskin yang lebih layak konsumsi.

(6) Dana Talangan dan Tunggakan

Dana talangan merupakan upaya pemerintah lokal untuk membantu RTM agar

dapat mengikuti program raskin. Di beberapa lokasi upaya ini didukung penuh

oleh DPRD.Upaya yang cukup positif ini sayangnya tidak berjalan lancer di

sejumlah lokasi. Terdapat beberapa kasus di mana dana talangan yang telah

dikucurkan tidak dibayar kembali. Penyebabnya antara lain adalah kurang

aktifnya aparat desa dalam upaya menagih dana talangan yang telah diberikan.

2. Rekomendasi

Dari beberapa temuan di lapangan sebagaimana yang muncul dalam liputan

media massa di 11 provinsi terkait dengan proses dan manajemen distribusi raskin di

Page 35: PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI 11 PROVINSI ...Tabel 1 : Jenis dan Jumlah Media yang Meliput Distribusi Raskin Metoda Data dan Jumlah Responden ..... 4 ... program ini sepenuhnya

Media Assesment Page | 31

lapangan, maka secara umum dapat dikatakan bahwa program ini pada dasarnya cukup

positif sebagai upaya dan keseriusan pemerintah dalam membantu rumah tangga miskin

untuk dapat mengurangi beban ekonomi mereka. Lebih dari itu, program ini juga punya

nilai strategis mengingat sasaran yang dituju adalah konsumsi pokok rakyat: beras—

suatu komoditas paling elementer dalam kehidupan rakyat Indonesia.

Namun demikian, pada tingkat implementasi di lapangan, sebagaimana yang

dapat disimpulkan dari seluruh liputan pemberitaan media mass terhadap proses

distribusi raskin di 10 provinsi tampak bahwa efektifitas pengelolaan menjadi persoalan

dari program yang sangat mulia ini. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada bagian

sebelumnya, pelaksanaan distribusi raskin di lapangan kerap menghadapi berbagai

masalah, mulai dari yang sangat teknis (misalnya: soal pendataan RTM) hingga ke soal

yang non teknis (misalnya: penyelewengan).

Dari persoalan tersebut, maka dipandang perlu untuk mengambil beberapa

langkah guna mengefektifkan pendistribusian raskin di lapangan di satu sisi serta

mengurangi persoalan/kendala di sisi lain. Beberapa yang terpenting antara lain adalah:

(1) Mengefektifkan koordinasi dengan pihak penegak hukum setempat

untuk menimalisasi tindak penyelewengan di lapangan. Koordinasi

semacam ini dipandang perlu untuk diintegrasikan ke dalam mekanisme

pengelolaan pendistribusian raskin.

(2) Memprogramkan pemantuan berbasis media massa lokal, terutama

dalam bentuk investigative reporting. Efek suatu publikasi agaknya sedikit-

banyak dapat membuat para pemangku kepentingan dapat menahan diri

untuk bertindak di luar batas-batas toleransi hukum. Dengan demikian,

pelibatan media dalam memantau seluruh proses pendistribusian raskin

dipandang cukup layak untuk—setidaknya—mengurangi tingkat

penyimpangan yang terjadi. Pemantauan berbasis media ini dengan

sendirinya memposisikan kalangan media sebagai bagian dari program

raskin.2

2

Sebagai ilustrasi, pengalaman LP3ES dalam pemantauan Program Pengembangan Kecamatan

(sekarang PNPM/Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri) selama sekitar lima tahun (1999 -

2004) oleh Bank Dunia dinilai cukup efektif dalam menekan kebocoran dan penyimpangan di

lapangan.