Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA
MAJIR KEC. KUTOARJO KAB. PURWOREJO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Tatu Mafazah
NIM : 111-14-044
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
ii
HALAMAN JUDUL
iii
PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA
MAJIR KEC. KUTOARJO KAB. PURWOREJO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Tatu Mafazah
NIM : 111-14-044
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
20182222LOG
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Dr. M. Gufron, M. Ag.
Dosen IAIN Salatiga
Nota Pembimbing
Lampiran : 4 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka naskah
skripsi mahasiswa:
Nama : Tatu Mafazah
NIM : 111-14-044
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA MAJIR KEC.
KUTOARJO KAB. PURWOREJO
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk
diujikan dalam munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi
perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 16 September 2018
Pembimbing
Dr. M. Gufron, M.Ag.
NIP. 19720814 200312 1 001
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]
v
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA MAJIR
KEC. KUTOARJO KAB. PURWOREJO
Disusun oleh:
Tatu Mafazah
NIM : 111-14-044
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga, pada tanggal 26 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag. M. Phil.
Sekretaris : Dr. M. Ghufron, M.Ag.
Penguji I : Dr. Wahyudiana, M. Pd.
Penguji II : Dra. Maryatin, M. Pd.
Salatiga, 26 September 2018
Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan
Suwardi, M.Pd.
NIP.19670121 199903 10 002
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tatu Mafazah
NIM : 111-14-044
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain
yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Dan
tidak keberatan untuk dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga.
Salatiga, 26 September 2018
Yang Menyatakan,
Tatu Mafazah
NIM:111-14-044
vii
MOTTO
س إل يعجذ ال ج ب خمت ا
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku, (Qs. Ad-Dzariyat: 56).
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi
ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahku dan Ibundaku tersayang, Achmad Marsudi dan Lasmini yang senantiasa
memberikan dukungan baik materil maupun moril dan tak pernah berhenti
memantau, memberikan do‟a, nasihat, kasih sayang, bimbingan, motivasi dan
semangat untuk putri semata wayangnya ini.
2. Ahmad Muzaid yang senantiasa menemani, memberikan dukungan, semangat,
motivasi, do‟a dan kasih sayang yang tiada henti.
3. Dosen pembimbing skripsiku, Bp. Dr. M. Gufron, M.Ag. yang selalu memberikan
pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama proses skripsi ini.
4. Segenap keluarga besar Bani „Alwi beserta anak cucu dan keluarga besar Bani No
Dikromo beserta anak cucu yang selalu membimbing dan memberikan motivasi,
semangat yang tak henti-hentinya demi terselesaikan skripsi penelitian ini.
5. Sahabat seperjuangan yang selalu menemani saya sejak MAN sampai sekarang
selalu bersama-sama Izza Laila Lutfiyati susah senang bersama-sama dan berjuang
bersama dalam mengerjakan skripsi.
6. Sahabat seperjuangan satu dosbing Muzayanatul Maghfiroh, Laili Nur Fitriyani,
Muna, Khusnadia, Fatin, Nur Khasanah, Muhammad Nur Kholiq, Rahmat dll yang
selalu memberikan motivasi, semangat, dan dukungan dalam penyelesaian skripsi
ini.
7. Sahabat dan teman dekatku segenap keluarga “Purworejo Squad” Muza, Hikmah,
Hana, Hima, Eka, Ida, Indri, Izza, yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan
membantu menyelesaikan skripsi ini.
ix
8. Keluarga kost Salatiga, Nisa, Fajar, Nunung, Tika, Uus, Rana, Retno, Sofi, dan Zulfa
yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
9. Tim PPL SMP Negeri 1 Salatiga, Afif, Dwita, Ela, Irfan, Khamidah, Mui‟I, Rani,
Riska, Sari, Muza, dan Umam yang selalu memberikan motivasi.
10. Tim KKN Posko 39 (Mejing, Candimulyo, Magelang), Hana, Iqomatul,
Muslikhatun, Pak Arip, Naja, Pakdhe Wawan, Iqo Rizki, Mbak Azizah yang selalu
support.
11. Segenap keluarga besar KTSR (Karang Taruna Sinar Remaja) Desa Majir Hafidz,
Catur, Amin, Zunis, Nain, Risma, Riski, Shaefudin, beserta anggota lain yang telah
memberikan pengalaman berharga, selalu memberikan motivasi dan dukungan untuk
meraih kesuksesan.
12. Segenap keluarga besar Syekhermania Purworejo.
13. Rekan-rekanita IPNU IPPNU PAC. Kutoarjo.
14. Segenap keluarga besar PAI B Angkatan 2014.
15. Segenap keluarga besar PAI Angkatan 2014.
16. Segenap pendidik dan pembaca.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan atas kehadirat Allah
SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pelaksanaan Ibadah
Mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo ini dengan baik dan lancar.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung
Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafa‟atnya di yaumul
akhir. aamiin.
Penulisan skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Dr. M. Gufron, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
5. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama kuliah.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan
S1.
7. Ayah, ibu dan keluargaku.
8. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi kepadaku, menyemangatiku
dan membantu menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman KKN IAIN 2018 Posko 39 Dusun Mejing Kec. Candimulyo Kab
Magelang.
10. Teman-teman PPL SMP Negeri 1 Salatiga.
11. Keluarga besar PAI IAIN Salatiga angkatan 2014.
xi
12. Seluruh pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Terselesaikannya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab pengenyam
perguruan tinggi yang tentunya kelak akan menjadi salah satu referensi. Penulis
sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.
Salatiga, 26 September 2018
Tatu Mafazah
NIM: 111-14-044
xii
ABSTRAK
Mafazah, Tatu. 2018. Pelaksanaan Ibadah Mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab.
Purworejo. Prodi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. M.
Gufron, M.Ag.
Kata Kunci: Pelaksanaan. Ibadah Mahdhah.
Ibadah mahdhah adalah ibadah khusus yang apa saja telah ditetapkan oleh Allah
SWT , baik itu tata cara maupun perinciannya. Ibadah tersebut mempunyai prinsip
keadaannya harus berdasarkan dalil, tata caranya harus berpola kepada Rasulullah SAW,
bersifat supra rasional, dan azasnya taat.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,
yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan, dan
perilaku yang dapatdiamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri.
Adapun metode pengumpulan data yang peneliti lakukan yaitu metode observasi,
wawancara, dan metode dokumentasi. Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-
bahan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan fenomena yang dijadikan
pengamatan. Catatan data yang diperoleh adalah hasil dari mengamati langsung kegiatan-
kegiatan ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo. Metode
wawancara adalah percakapan yang berisi pertanyaan dan jawaban antara penulis dengan
subyek dengan maksud untuk mencari informasi data konkret di Desa Majir Kec.
Kutoarjo Kab. Purworejo. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
berupa catatan, transkip, dan sebagainya yang berkaitan denagn pelaksanaan ibadah
mahdhah di Desa Majie Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo tersebut.
Ibadah mahdhah yaitu ibadah khusus yang telah ditetapkan oleh Allah SWT tata
cara maupun perinciannya. Ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo
yang semula banyak masyarakat yang sering menyepelekan ibadah mahdhah shalat dan
puasa dengan adanya kajian da‟wah dan pendidikan madrasah maka masyarakat berhasil
melaksanakan ibadah mahdhah dengan lebih istiqomah.Dengan adanya pendidikan
Madrasah Diniyah dan pengajian atau da‟wah kita lebih bisa menjaga diri dari perbuatan
yang tidak baik, bahwa manusia yang terbaik adalah siapa yang selalu menegakkan amar
ma'ruf nahi munkar, sehingga semua waktunya digunakan untuk menegakkan amar
ma'ruf nahi munkar. Juga bersikap takut atas murka Tuhan-nya, sehingga seluruh
kehidupannya disesuaikan dengan perintah-perintah Allah yang berada di dalam kitab
suci-Nya.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ................................................................ ii
LEMBAR BERLOGO IAIN .................................................................... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM .......................................................... iiiv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................... …. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .................. vii
MOTTO ................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN ................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. x
ABSTRAK ............................................................................................ xiii
DAFTAR ISI ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
E. Penegasan Istilah .................................................................... 7
F.Sistematika Penulisan ............................................................. 8
xiv
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 11
A. LANDASAN TEORI ......................................................... 11
1. Pengamalan Pengamalan Ibadah ..................................... 11
2. Pengajian atau Da‟wah ................................................... 26
a. Dasar hukum da'wah...........................................................27
b. Tujuan da'wah....................................................................30
c. Unsur da'wah......................................................................33
d. Metode da'wah...................................................................35
e. Peranan dan pengaruh da'wah............................................36
3. Pendidikan Madrasah Diniyah..................................................38
a. Pengertian madrasah..........................................................38
b. Tugas madrasah.................................................................39
c. Ciri-ciri madrasah..............................................................40
d. Kurikulum Madrasah Diniyah...........................................41
B. Kajian Penelitian Terdahulu .............................................. 42
BAB III METODE PENELITIAN .................................................. ..... 45
A. Jenis Penelitian ................................................................. 45
B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................46
C. Sumber Data ...................................................................... 47
D. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 48
E. Analisis Data………. ……..……................................................51
F. Pengecekan Keabsahan Data......................................................53
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA ................................... 55
xv
A. Paparan Data .................................................................... 55
1. Visi dan Misi Desa Majir.........................................................55
2. Batas Wilayah..........................................................................56
3. Data Desa.................................................................................57
4. Sejarah Masjid Majir................................................................59
5. Jadwal Da'wah..........................................................................60
6. Daftar Muballigh Da'wah.........................................................60
7. Jadwal Pendidikan Madrasah...................................................60
8. Dewan Pengajar Madrasah.......................................................61
9. Sarana dan Prasarana Madrasah...............................................61
10. Kegiatan Madrasah.................................................................62
11. Keadaan Murid Madrasah......................................................62
B. Analisis
Data........................................................................................62
BAB V PENUTUP ............................................................................... 76
A. Kesimpulan ......................................................................... 76
B. Saran .................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..........................................................................
i
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Pengajuan Pembimbing
3. Lembar Konsultasi Skripsi
4. Laporan SKK
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT
dengan segala pemberiannya, manusia dapat menikmati segala kenikmatan
yang bisa dirasakan oleh dirinya tetapi dengan anugerah tersebut
kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kepadanya. Sebab itu, manusia harus mendapatkan
suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai
bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing oleh syari‟ah akan
melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntunan
Allah SWT dan Rasul Nya.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang terbaik
dan sempurna diantara makhluk-makhluk yang lain, baik secara fisik
maupun psikis. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang terbaik
dan sempurna tidaklah tanpa suatu tujuan. Tujuannya yaitu untuk
beribadah kepada Allah SWT semata.
Menurut bahasa, kata ibadah berarti patuh (al-tha‟ah), dan tunduk
(al-khudlu). Ubudiyah artinya tunduk dan merendahkan diri . Menurut al-
Azhari, kata ibadah tidak dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan
kepada Allah (Syarifuddin, 2003: 17). Ibadah merupakan bentuk
menyembahan manusia kepada Allah SWT. Dari ibadah dapat dilihat
seberapa bersyukurnya setiap hamba, manusia tidak dapat dipisahkan
2
dengan penciptanya. Di dunia manusia tidak hidup tanpa manusia yang
lain. Dengan penciptanya terdapat hubungan khusus yang kepada Allah
dengan ibadah dan dengan sesama manusia terdapat hubungan yang
merupakan ibadah yang berbuat baik dengan makhluk ciptaan Allah yang
lainnya (Syihab, 2008: 8)
Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian
terhadapnya, karena ibadah itu tidak bisa dimain-mainkan apalagi
disalahgunakan. Dalam Islam ibadah harus berpedoman pada apa yang
telah Allah perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada umat islam, yang dilandaskan pada kitab yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad berupa kitab suci Al-Qur‟an
dan segala perbuatan, perkataan, dan ketetapan Nabi atau dengan kata lain
disebut dengan hadits Nabi. Ibadah harus dilakukan dengan tuntutan dan
petunjuk nash yang difahami secara tektual maupun kontekstual ( Zulkifli,
2017: 12). Sehingga apabila telah melenceng dari jalur yang telah tertulis
dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah, maka ibadah tersebut tidaklah sah dan
tidak diterima oleh Allah SWT.
Semua yang kita perbuat dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas
dari berhubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia atau yang
sering kita sebut dengan hablu minallah wa hablu minannas (Syarifuddin,
2003: 2). Agar hubungan tersebut terjaga, maka apa saja yang harus
dilakukan yang hubungannya dengan Allah dan apa saja yang harus
dilakukan sesama manusia. Semua itu dilakukan dalam rangka beribadah
3
kepada Allah. Ibadah langsung kepada Allah di sebut dengan ibadah
mahdhah dan ibadah tidak langsung disebut dengan ibadah ghairu
mahdhah ( Ash-Shiddieqy, 2000 : 145). Ibadah mahdah adalah (pokok)
adalah segala sesuatu yang menjadi rukun Islam, apabila salah satu ibadah
tersebut di saat syarat wajib untuk melaksanakannya terpenuhi, maka akan
mengakibatkan kurangnya status keislaman seseorang. Contoh ibadah ini
antara lain, thaharah, shalat dan puasa.
Di antara keutamaan ibadah adalah
1. Ibadah dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai
kebajikan dan meninggalkan kemunkaran.
2. Seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat
membebaskan dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk,
ketergantungan, harap dan rasa cemas kepada mereka.
3. Bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan
Allah (Yusuf, 2002: 27)
Semua kehidupan hamba Alah yang dilaksanakan dengan niat
mengharap keridhaan Allah SWT itu bernilai ibadah. Beribadah itu hanya
diri sendiri dan Allah yang tahu. Ibadah sendiri secara umum dapat
dipahami sebagai wujud penghambaan diri seorang makhluk kepang Sang
Khaliq. Penghambaan itu sebagai rasa syukur atas semua nikmat yang
telah diberikan oleh Allah SWT. Namun demikian, ada pula yang
menjalankan ibadah hanya sebatas usaha untuk menggugurkan kewajiban
dan tidak lebih dari itu.
4
Namun demikian, ada pula yang menjalankan ibadah hanya sebatas
usaha untuk menggugurkan kewajiban saja, Islamnya hanya ada di kartu
identitas saja. Ada pula yang beribadah mendekatkan diri kepada Allah
hanya saat ibadah ritual, setelah itu dia jauh dari ridho Allah SWT.
Kita sebagai umat islam tentunya mengetahui apa itu ibadah dan
bagaimana cara pelaksanaan ibadah tersebut. Oleh karena itu, kita harus
mengikuti ibadah yang dicontohkan dan dilakukan oleh Nabi SAW kepada
kita dan tidak boleh membuat ibadah-ibadah yang tidak berdasar pada Al-
Qur‟an dan Hadits.
Kutoarjo adalah salah satu Kecamatan di Purworejo. Keadaan
lingkungan yang mayoritas beragama Islam, banyak pesantren, masjid
ataupun musholla, namun kurang diimbangi dengan pengamalan ibadah
mereka. Hal ini terbuki dengan kurangnya kesadaran masyarakat akan
pengamalan ibadah. Sesuai dengan perintah Qur‟an Surah Adz-Dzariyat
ayat 56
Artinya : “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.”
Bahwa semua makhluk Allah SWT, termasuk jin dan manusia
diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan diri, taat,
tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah SWT. Jadi selain fungsi
manusia sebagai khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia juga
5
mempunyai fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi
vertikal), dalam hal ini adalah menyembah Allah karena sesungguhnya
Allah lah yang menciptakan semua alam semesta ini.
Oleh karena itu di desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo
diadakan berbagai kajian atau upaya dalam mencegah kemerosotan
pengamalan ibadah. Seperti, adanya Madrasah di Desa Majir yang
berfungsi sebagai sarana belajar anak-anak, majelis ta‟lim bagi ibu-ibu,
bapak-bapak dan bagi remaja. Jadi, kajian tersebut menyeluruh bagi semua
masyarakat tanpa terkecuali.
Anak-anak dibekali kajian-kajian maupun pembelajaran yang
mengenalkan mereka terhadap ibadah. Mulai dari cara berwudhu, bacaan
shalat, gerakan shalat, maupun latihan berpuasa. Hal ini sangat berguna
untuk persiapan kematangan anak dalam menghadapi masa demi masa
untuk perkembangannya di masa yang akan datang serta menbentuk anak-
anak yang berkualitas.
Perkembangan zaman yang semakin maju ini dikhawatirkan tidak
sesuai dengan ajaran Islam. Apalagi maraknya pergaulan bebas di
lingkungan masyarakat semakin menambah kekhawatiran tersebut.
Seorang remaja tidak dapat lagi dikatakan sebagai anak-anak. Ia sedang
mencari pola hidup yang sesuai baginya dan masih gemar mencoba-coba.
Kehidupan remaja pada masa kini sangatlah memprihatinkan. Remaja
yang seharusnya menjadi kader-kader penerus bangsa kini tidak bisa lagi
menjadi jaminan untuk menjadi penerus bangsa dan negara, karena ibadah
6
mereka yang cenderung merosot. Sehingga remaja sangatlah perlu
perhatian khusus dari keluarga maupun lingkungan guna mengatasi
kemerosotan ibadah tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang
yang lanjut usia. Di antaranya ialah mendekati kematian, ditinggalkan oleh
pasangan hidup, penyesuaian diri dengan sosial yang baru, dan kesehatan
yang menurun. Yang timbul dari kecemasan tersebut salah satunya ialah
sikap gelisah, tidak bisa berkonsentrasi, kreativitas menurun, atau bisa
juga sering memikirkan tentang kejadian buruk yang akan terjadi pada
dirinya.
Dalam proses atau pelaksanaan pendidikan madrasah diniyah
maupun pengajian atau da‟wah, ustadz/ustadzah mempunyai dasar bahwa
mereka sedang membekali anak didiknya dengan ilmu yang sangat
berguna di dunia dan di akherat, sehingga dalam pembelajarannya juga
sangat hati-hati jangan sampai ada salah penafsiran, apabila ada kesalahan
yang bertanggungjawab adalah ustadz atau ustadzah.
Maka diperlukan adanya evaluasi, yang dimaksud dengan evaluasi
untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan atau pengamalan ibadah
di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo. Adapaun ruang lingkup
kegiatan evaluasi mencakup penilaian terhadap kemajuan dalam aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap sesudah mengikuti program
pendidikan madrasah diniyah maupun pengajian atau da‟wah.
7
Dari besarnya semangat dan tanggungjawab dalam menjalankan
tugas yang dimiliki ustadz/ustadzah dalam merealisasikan seluruh
kemampuannya penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana
“PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA MAJIR KEC.
KUTOARJO KAB. PURWOREJO”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo
Kab. Purworejo?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan ibadah mahdhah di Desa Majir Kec.
Kutoarjo Kab. Purworejo.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini penulis berharap dapat memberikan sumbang
sih pemikiran dalam mengembangkan keilmuan Pendidikan
Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga dalam hal
pembelajaran fiqih tentang pelaksanaan ibadah mahdhah.
b. Dapat memperkaya hazanah ilmiah, khususnya tentang
pembelajaran fiqih tentang pelaksanaan ibadah mahdhah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan tentang ibadah mahdhah.
8
b. Bagi Pembaca
1) Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan belajar bagi
mahasiswa lainnya.
E. Penegasan Ilmiah
Untuk menghindari kekeliruan pembaca dalam memahami istilah
dalam judul penelitian ini, maka peneliti menjelaskan definisi-definisi
operasionalnya. Beberapa istilah yang dipandang perlu dijelaskan adalah
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci,
implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap
siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone
dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne
dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan (Usman, 2002: 70).
Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang
dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan
yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala
kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan,
dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang
dilakukan guna mencapai sasaran.
2. Ibadah Mahdah
9
Ibadah Mahdhah, kelompok ibadah ini adalah segala sesuatu yang
menjadi rukun Islam, apabila hilang salah satu ibadah tersebut di saat
syarat wajib untuk melaksanakannya terpenuhi, maka akan
mengakibatkan kurang bahkan batalnya ibadah tersebut (Zulkifli,
2017: 11).
Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya
merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung.
Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari
al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak
boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu
tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh.
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah
bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal,
melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia
di baliknya yang disebut hikmah tasyri‟. Shalat, adzan, tilawatul
Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan
ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah
sesuai dengan ketentuan syari‟at, atau tidak. Atas dasar ini, maka
ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan
ibadah adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini
10
bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata
untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah.
(Shiddieq, 2008, Ibadah Mahdah & Ghairu Mahdah,
https://umayonline.wordpress.com/2008/09/15/ibadah-
mahdhahghairu-mhadhah/, diakses pada 15 Mei 2018).
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang dari segi perkataan, perbuatan
telah dibuat oleh Allah SWT kemudian diperintahkan kepada
Rasulullah untuk mengerjakannya. Semuanya adalah perintah dari
Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, kemudian
wajib diturunkan kepada umatnya tanpa ada unsur menambah atau
mengurangi sedikipun.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi yaitu gambaran singkat tentang subtansi
pembahasan secara garis besar. Agar dapat memberi gambaran yang lebih
jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi ini, maka penulis membagi dalam
lima bab yang mana masing-masing bab terdiri dari sub bab, yaitu:
Bab I : Berisi tentang pendahuluan yang mengungkapkan tentang
fenomena yang menelatarbelakangi penelitian ini dimana di
dalamnya terdapat: latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian (manfaat
teoretis dan manfaat praktis), penegasan istilah, dan
sistematika penulisan.
11
Bab II : Meliputi: Landasan Teori (Telaah teoritik terhadap pokok
permasalahan atau variabel penelitian) yang berkaitan
dengan upaya peningkatan kualitas ibadah mahdah dan
Kajian Pustaka (kajian penelitian terdahulu).
Bab III : Berisi tentang metode penelitian yang meliputi jenis
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data,
prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan
keabsahan data, dan tahap penelitian.
Bab IV : Paparan dan Analisis Data. Dalam bab IV ini, penulis
menjabarkan Paparan Data dan Analisis Data.
Bab V : Kesimpulan dan saran dari seluruh uraian yang telah
dikemukakan dan merupakan jawaban dari permasalahan
penelitian ini.
12
BAB II
KAJIAN PUSAKA
A. Landasan Teori
1. Pelaksanaan Ibadah
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci,
implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap
siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone
dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne
dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan (Usman, 2002: 70).
Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang
dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan
yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala
kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan,
dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang
dilakukan guna mencapai sasaran.
Ibadah merupakan taat kepada Allah dengan melaksankan
perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. Sedangkan arti lainnya
mengartikan ibadah yaitu merendahkan diri kepada Allah Azza wa
Jalla, yaitu tingkatan tunduk tertinggi yang disertai rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi.
13
Secara etimologi, Ibadah berasal dari kata „abada ( mengabdi ),
sedangkan kata „ abd berarti hamba atau pelayan. Adapun secara
terminologis, menurut ulama fikih, ibadah yaitu mengerjakan sesuatu
untuk mencapai keridlaan Allah dan mengharap pahalanya di akherat
(Jumantoro, 2009: 97).
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, ibadah adalah perbuatan
untuk menyatakan bakti kepada Allah, yg didasari ketaatan
mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; ibadah.
Unsur pokok dalam ibadah : (Syukur, 2010: 82)
a. Adanya perbuatan.
b. Perbuatan tersebut dilakukan oleh orang islam yang mukallaf.
c. Maksud dikerjakannya perbuatan itu adalah untuk mendekatkan
diri kepada Allah.
d. Sebagai realisasi dari adanya iman kepada Allah.
Dengan demikian, perbuatan yang tidak disertai dengan keimanan,
umpamanya dikerjakan oleh orang kafir, sekalipun perbuatan itu
dipandang baik secara kassat mata, adalah tidak dinilai sebagai
ibadah, sebagaimana dinyatakan oleh Allah dalam surat an Nur 39
yang berbunyi :
آء. حتي آ وسشاة ثميعخ يحسج اظ ب ا اع وفش ازي اراجبء
حسبة ششيع ا الل حسبث ف ذ ف جذ الل ع يجذ شيئب
Artinya: „‟ Dan orang orang kafir amal amal mereka adalah laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang –
orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya, dia tidak mendapati
14
sesuatu apapun. Dan didapatinya ( ketetapan ) Allah disisinya, lalu
Allah memberikan kepadanya perhitungan amal – amal dengan cukup
dan Allah adalah sangat cepat perhitungannya,”. (QS. An-Nur 39)
Begitu juga perbuatan yang dikerjakan oleh orang muslim yang
sudah barang tentu didasari dengan keimanan, akan tetapi tidak untuk
sarana mendekatkan diri kepada Allah, bahkan melupakan Nya, maka
tidak dinamakan ibadah.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan ibadah aktifitas atau
usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua ibadah
sebagai bentuk taat dan syukur kita terhadap Allah SWT sesuai
dengan yang telah disyari‟atkan dalam Islam, baik itu syarat dan
rukunnya harus terpenuhi.
Secara global, ibadah dibagi menjadi dua yaitu ibadah mahdhah
(khusus) dan ibadah ghairu mahdhah (umum). Ibadah mahdhah atau
ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetpkan Allah
akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya atau ibadah yang
murni berhubungan secara langsung dengan Allah. Sedangkan ibadah
ghairu mahdhah adalah ibadah yang bukan murni berhubungan secara
langsung dengan Allah, dan ibadah ini condong
kepada muámalah.(Syukur, 2010: 88).
Berdasarkan uraian tersebut di atas dalam skripsi ini yang akan dikaji
adalah pengetahuan ibadah yaitu Shalat dan Puasa.
a. Shalat
15
Shalat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan
tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Shalat dalam Islam memiliki kedudukan yang tidak dapat ditandingi
oleh kedudukan ibadah apapun. Shalat adalah tiang agama dan
agama hanya akan bisa berdiri tegak dengannya. Rasulullah SAW
bersabda, (Sabiq, 2016: 12)
جبد ا ح سب رس لح د اص ع ش السل سأس ا لأ
“Poros segala sesuatu adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan
puncak tertingginya adalah jihad di jalan Allah” (HR. At-
Tirmidzi).
Shalat juga merupakan ibadah pertama yang diwajibkan oleh
Allah SWT. Shalat adalah do‟a yang dihadapkan dengan sepenuh
hati kehadirat illahi, salah satu kewajiban agama yang harus
dilakukan. Didalam al- Qur‟an diperintahkan mendirikan shalat,
perintah mendirikan shalat lima kali sehari semalam diterima oleh
Nabi Muhammad langsung dari Tuhan ketka beliau isra‟ mi‟raj.
Shalat dapat mendidik seorang muslim dan muslimat senantiasa
memusatkan usaha, pikiran, akal, perhatian, dan perjuangan kepada
titik tujuan yang mendatangkan keberhasilan, keuntungan, dan
kebahagiaan (Daud Ali, 2004 : 253)
1) Hukum Menjalankan Shalat
Shalat merupakan salah satu kewajiban yang menduduki
kedua setelah syahadat dalam rukun Islam. Sehingga di dalam
16
Al-Qur‟an dan hadist banyak sekali dijelaskan mengenai
kewajiban untuk mengerjakan shalat (Zulkifli, 2017: 80).
Diantara dalil Al-Qur‟an yang menjelaskan mengenai
kewajiban shalat adalah:
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5)
2) Syarat Wajib Shalat
Syarat wajib adalah syarat yang menyebabkan seseorang
wajib melaksanakan shalat( Zulkifli, 2017: 87-90).
a. Islam
Islam, shalat diwajibkan terhadap orang muslim,
baik laki-laki maupun perempuan, dan tidak diwajibkan
bagi orang kafir atau nin muslim. Orang kafir tidak
dituntut untuk melaksanakan shalat, namun mereka tetap
menerima hukuman di akhirat. Walaupun demikian orang
kafir apabila masuk Islam tidak diwajibkan membayar
shalat yang ditinggalkannya selama kafir, demikian
menurut kesepakatannya para ulama. Allah SWT
berfirman:
17
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu:
"Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah
akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka
yang sudah lalu. (QS. Al-Anfal: 38)
b. Baligh
Yaitu dewasa (15 tahun). Tidak wajib shalat bagi anak
kecil yang belum baligh. Tapi untuk prosses pembiasaan,
anak kecil yang berusia 7 tahun disuruh oleh orang tuanya
melakukan shalat walaupun belum wajib dan dipukul
kalau tidak melakukanya jika sudah berusia 10 tahun.
ي الل ص الل ، لبي سس أثي ش ث شعيت ع ع ع
أثبء سجع لح ثبص لدو شا أ : س آ عي
لا ثي فش أثبء عشش ، عيب اظشث ، سي
عبج )ع )حس اث داد غيشفي ا
Artinya: Dari Amr bin Syuib dari ayahnya, Rasulallah
saw sabda: “Perintahkan anak-anakmu shalat apabila
telah berumur 7 tahun dan pukullah mereka karena
meninggalkan shalat apabila telah berumur 10 tahun dan
pisahkan tempat tidur mereka. (HR. Abu Daud dll).
c. Berakal
Berakal. Orang gila, orang kurang akal (ma‟tuh) dan
sejenisnya seperti penyakit sawan (ayan) yang sedang
kambuh tidak diwajibkan shalat, karena akal merupakan
18
prinsip dalam menetapkan kewajiban (taklif), demikian
menurut pendapat jumhur ulama alasannya adalah hadits
ي الل ص الل ب ، لبي سس عبئشخ سظي الل ع ع
ج حت ثلثخ: ع اص ع م : سفع ا س آ عي
حت يفيك ج ا ع حت يستيمظ، ابئ ع يجغ،
)ي حذيث حس)سا أث داد اسبئ
Artinya: dari Aisyah ra: ”Terangkat pena (terlepas dari
dosa) atas tiga, anak kecil sampai baligh, orang tidur
sampai bangun dan orang gila sampai sembuh dari
gilanya” (HR Abu Daud dan An-Nasai, hadits hasan).
3) Syarat Sah Shalat
Syarat sah adalah syarat yang menjadikan shalat diteriam
secara syara‟.
a) Mengetahui masuk waktu
Shalat tidak sah apabila seseorang yang melaksanakannya
tidak mengetahui secara pasti atau dengan persangkaan
yang berat bahwa waktu telah masuk, sekalipun ternyata
dia shalat dalam waktunya.
b) Suci dari hadas kecil dan hadas besar
Penyucian hadas kecil dengan wudhu dan penyucian
hadas besar dengan mandi.
c) Suci badan, pakaian dan tempat dari najis.
Suci badan, pakaian dan tempat dari najis adalah untuk
keabsahan shalat.
ثيبثه فطش
19
Artinya: “Dan Pakaianmu bersihkanlah.” (QS. Al-
Muddatstsir: 4).
Dan sabda Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam :
، يمت عي سجذ، ف ا إرا جبء أحذو ب فإ ظش في ي
سح ث ي بسأ خجثب، ف في يص .بلأسض ث
Artinya: “Jika salah seorang di antara kalian mendatangi
masjid, maka hendaklah ia membalik sandal dan
melihatnya. Jika ia melihat najis, maka hendaklah ia
menggosokkannya dengan tanah. Kemudian hendaklah ia
shalat dengannya.”
Adapun dalil bagi disyaratkannya kesucian badan
adalah sabda Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam kepada
„Ali. Dia menanyai beliau tentang madzi dan berkata:
روشن اغس ؤ ظ .ت
Artinya: “Wudhu‟ dan basuhlah kemaluanmu.”
Adapun dalil bagi sucinya tempat adalah sabda Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam kepada para Sahabatnya di
saat seorang Badui kencing di dalam masjid:
بء سجل ا ع ث .أسيم
Artinya: “Siramlah air kencingnya dengan air satu ember.”
Barangsiapa telah shalat dan dia tidak tahu kalau
dia terkena najis, maka shalatnya sah dan tidak wajib
20
mengulang. Jika dia mengetahuinya ketika shalat, maka jika
memungkinkan untuk menghilangkannya -seperti di sandal,
atau pakaian yang lebih dari untuk menutup aurat- maka dia
harus melepaskannya dan menyempurnakan shalatnya. Jika
tidak memungkinkan untuk itu, maka dia tetap melanjutkan
shalatnya dan tidak wajib mengulang.
d) Menutup Aurat
Seseorang yang shalat disyaratkan menutp aurat, baik
sendiri dalam keadaan terang maupun sendiri dalam gelap.
ليمج الل صلح حبئط إل ثخبس
Artinya: Allah tidak menerima sholat wanita yang suda
haid, kecuali dengan penutup kepala." (Hadits Shohih
Riwayat Abu Dawud, Turmudzi, dan Ibnu Majah).
e) Menghadap Kiblat
Ulama sepakat bahwa syarat sah shalat. Allah SWT
berfirman:
21
Artinya: “Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka
palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan
dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka palingkanlah
wajahmu ke arahnya. (QS. Al-Baqarah:150)
Mengahadap kiblat dikecualikan bagi orang yag
melaksanakan sholat Al-khauf dan sholat sunat diatas
kendaraan bagi orang musafir dalam perjalanan. Golongan
Malikiyah mengaitkan dengan situasi aman dari musuh,
binatang buas dan ada kesanggupan. Oleh karena itu tudak
wajib mengahadao kiblat apabila ketakutan atau tidak
sanggup (lemah) setiap orang sakit.
Ulama sepakat bagi orang yang menyaksikan
ka‟bah wajib menghadap ke ka‟bah sendir secara tepat.
Akan tetapi bagi orang yang tidak menyaksikannya,
karena jauh di luar kota makkah, hanya wajib
menghadapakan muka kea arah ka‟bah, demikian
pendapat junhur ulama. Sedangkan Imam Syafi‟I
berpendapat mesti menghadapkan muka ke ka‟bah itu
sendiri sebagaimana halnya orang yang berada di kota
mekah. Caranya mesti di niatkan dalam hati bahwa
menghadap itu tepat pada ka‟bah.
4) Tujuan dan Hikmah Shalat
Setiap perintah Allah SWT kepada hambanya seluruhnya
mempunyai tujuan, begitu pula halnya dengan perintah shalat.
Adapun tujuan disyariatkannya shalat diantaranya agar
22
manusia selalu mengingat Allah SWT. Karena dalem shalat
ada bacaan dzikir dan Allah SWT menyuruh manusia agar
banyak berdzikir kepada Allah SWT, baik dalam keadaan
berdiri, duduk ataupun berbaring.
Adapun hikmah dari mendirikan shalat adalah menjauhkan
diri dari perbuatan keji dan munkar serta memperoleh
ketenangan jiwa.
b. Puasa
Puasa menurut bahasa adalah menahan (Sabiq, 2017: 234).
Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT
Artinya: Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu,
Maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. ini adalah jalan yang
lurus. (QS. Maryam 36)
Menurut istilah syara‟, Sayyid Sabiq menje-laskan bahwa,
puasa berarti menahan diri dari perbuatan tertentu dengan niat dan
menurut aturan tertentu sejak terbit matahari hingga terbenam
(Supiana dan Karman, 2001; 83)
Menahan diri dari perbuatan tertentu yang dimaksud Sayyid
Sabiq diatas adalah menahan diri dari makan, minum dan
bersetubuh serta dari seluruh yang membatalkan ibadah puasa yang
termaktub dalam aturan atau syarat-syarat ibadah puasa yang telah
ditetapkan oleh syara‟.
23
Sedangkan menurut istilah atau syari‟at adalah menahan
dengan niat ibadaha dari makan, minuman, hubungan suami istri
dan semua hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai
terbenam matahari (Zulkifli, 2017: 103).
Telah kita ketahui bahwasanya puasa fardhu ialah puasa
Ramadhan yang dilakukan secara tepat waktu yakni pada bulan
Ramadhan. Berpuasa pada bulan Ramadhan merupakan salah satu
dari beberapa rukun agama.
Puasa mulai diwajibkan pada bulan Sya‟ban, tahun kedua
Hijriyah. Puasa merupakan fardhu „ain bagi setiap mukallaf dan
tak seorangpun dibolehkan berbuka, kecuali mempunyai sebab-
sebab seperti: haid dan nifas, sakit, wanita hamil yang hampir
melahirkan, wanita yang sedang menyusui, musafir, orang tua
renta (Mughniyah, 2011: 182).
1) Hukum Puasa
Ditinjau dari hukumnya puasa terbagi menjadi puasa wajib dan
puasa sunnah. Puasa wajib adalah puasa yang dilaksanakan
pada bulan Ramadhan yang merupakan salah satu dari rukun
Islam dan salah satu fardhu dari sekian banyak fardhu.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa,(QS Al Baqarah 183)
24
2) Rukun Puasa
a) Niat
Niat adalah keinginan dalam hati untuk berpuasa karena
ingin menjalankan perintah Allah SWT dan mendekat
kepada-Nya. Jika melaksanakan puasa wajib, maka niatnya
wajib dilakukan pada waktu sebelum fajar.
b) Menahan Diri
Yaitu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa
seperti: makan, minum dan hubungan suami istri dari terbit
fajar sampai terbenam matahari.
3) Hal-hal Yang Membatalkan Puasa
a) Memasukkan suatu benda dengan sengaja ke dalam
lubang sesuatu yang membatalkan puasa adalah makan,
minum dan segala sesuatu yang masuk melalu lubang pada
anggota tubuh yang berkesinambungan (mutasil) sampai
lambung, dan memasukannya dengan unsur sengaja, artinya
apabila perbuatan tersebut dilakukan tanpa kesengajaan
atau lupa, maka tidak membatalkan puasa.
b) Melakukan hubungan seksual dengan sengaja. Hubungan
seksual baik dilakukan pasangan suami isteri atau bukan
dapat menyebabkan batalnya puasa dengan ketentuan
melakukannya dalam keadaan sadar dan sengaja.
25
c) Keluarnya air mani disebabkan bersentuhan (tanpa
hubungan seksual) maka menyebabkan batalnya puasa,
baik keluar dengan usaha tangan sendiri (mastur basi) atau
menggunakan tangan seorang isteri yang halal. Dengan kata
lain, apabila keluar air mani tanpa bersentuhan semisal
bermimpi basah maka tidak batal.
d) Keluar darah haid dri kemaluan perempuan.
2. Pengajian atau Dakwah
Pengajian atau dakwah merupakan kegiatan untuk mengajak atau
menyeru kepada orang atau kelompok menuju kebaikan yang
dimaksud dalam hal ini seseorang atau kelompok orang yang tadinya
tidak tahu akan menjadi tahu dengan mengikuti pengajian.
Mengikuti pengajian bulanan atau dakwah merupakan salah satu
kegiatan rutin yang ada di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo
yang di harapkan mampu mengubah masyarakat menuju yang lebih
baik.
Dakwah adalah panggilan atau seruan bagi umat manusia menuju
jalan Allah SWT, yaitu jalan menuju Islam (Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, 2000: 1).
Dakwah yang dimaksud adalah seruan atau ajakan yang
disampaikan kepada seseorang untuk menuju ke jalan yang lebih baik
lagi dan diridhai oleh Allah SWT.
26
Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah
Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189]
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat
hisab-Nya.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah
Islam. Pernyataan ini merupakan berita dari Allah bahwa tidak ada
agama yang diterima disisi-Nya dari seorangpun kecuali agama Islam.
Yaitu mengikuti ajaran yang dibawa oleh para Rasul dari masa ke
masa hingga rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad saw. Allah menutup
seluruh jalan untuk mendapatkan ridhonya kecuali jalan yang
ditempuh oleh nabi Muhammad saw. Barangsiapa menemui Allah atau
mati setelah diutusnya Nabi Muhammad dalam keadaan memeluk
agama yang tidak sejalan dengan syariát-Nya maka ia tidak akan
pernah diterima.
a. Dasar Hukum Dakwah
Dasar hukum dakwah Islam adalah agama dakwah yaitu
agama yang menugaskan umatNya untuk menyebarluaskan dan
menyiarkan islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat
bagi seluruih alam. Dalam kegiatan dakwah, dasar hukum dakwah
ini merupakan pedoman dalam pengembangan kegiatan daklwah
27
baik secara praktis maupun teoritis. Dakwah sebagai bentuk
aktualisasi iman dimanifestaskan ke dalam kehidupan
bermasyarakat secara teratur yang menjadi tolak ukur dalam
berfikir, bersikap, dan bertindak selaku individu maupun
kelompok. Kewajiban dakwah tersebut dapat dilihat pada nash Al-
Quran surat Al-imron: 104 yang berbunyi:
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kalian umat yang mengajak
kepada kebaikan,menyuruh kepada kebaikan dan melarang
kemunkara .Mereka itulah orang-orang yang beruntung (Qs.Al-
Imron: 104). (Departemen Agama RI: 2004: 93).
Ayat di atas menegaskan bahwa perintah dakwah hukumnya
adalah wajib bagi seluruh umat manusia. Dalam pelaksanaan
dakwah juga tidak terbatas pada kelompok utama saja yang berhak
maupun wajib melaksanakan dakwah. Seluruh umat manusia baik
laki-laki maupun perempuan tua ataupun baligh semuanya
memiliki kuwajiban yang sama dan berdakwah baik secara
individu, maupun secara kelompok. Dakwah memiliki hukum
fardlu ain (wajib bagi setiap individu) apabila dalam suatu
masyarakat belum ada yang melaksanakan dakwah sedangkan
kemaksiatan dan kemunkaran telah terjadi dan merajalela, sehingga
orang yang berada di lingkungan tersebut wajib melaksanakan
dakwah. Akan tetapi jika dalam suatu masyarakat sudah ada
28
(sebagian) orang yang melakukan dakwah, maka sebagian yang
lain tidak dikenankan hukum wajib dan dakwah dalam keadaan ini
dikenankan hukum fardlu kifayah. Dari hukum di atas, maka
dakwah memiliki dua arah, yakni petama kewajiban yang harus di
laksanakan setiap orang dalam berdakwah kepada islam dengan
memberi petunjuk dan berita menggembirakan, dan kedua
kewajiban adanya tenaga ahli yang khusus dari segolongan kaum
yang menyeru kepada islam dimana mereka harus memiliki
kelebihan dalam memahami Al-quran, dapat menjelaskan secara
representatif, arif dan bijaksana (Abu Zahra, 2004 :53).
Meskipun memiliki hukum wajib, namun islam tidak
memaksakan kepada seluruh umatnya untuk melakanakan dakwah
dengan kriteria yang sama bagi setiap orang islam memberi
kebanggaan pada setiap orang untuk mekaksanakan dakwah islam
sesuai dengan sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh imam
muslim yang berbunyi
سأ ى ىشا فيغيش ثيذ فإ يستطع فجسب فإ يستطع
:فجمج ره أظعف اليب(( سا س
Artinya: Barang siapa diantara kamu melihat kemunkaran ,maka
hendaklah ia merubah dengan tangannya. Jikalau tidak kuasa
dengan tangannya maka dengan lisannya, .jikalau tidak kuasa
dengan lisannya maka dengan hatinya , yang demikian itu adalah
selemah-lemahnya iman (HR.Muslim).
Dari uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa dakwah
memiliki hukum wajib bagi seluruh umat manusia kapanpun
29
dimanapun mereka berada, baik secara individu maupun kelompok
dan disesuaikan dengan kemampuannya.
b. Tujuan Dakwah
Makarimul akhlak yang membudayakan dalam masyarakat
adalah tujuan utama da‟wah, ini sesuai dengan misi besar Nabi
Muhammad saw: ثعثت لأت ىبس الأخلق “bu;istu li utammima
maka-rimal akhlaq”. Sebab dengan akhlak yang mulia ini,
manusia akan tahu fungsinya sebagai manusia, yakni “abdi atau
hamba” Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya berbakti kepada-Nya,
mengikuti segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya,
kemudian menegakkan prinsip “amar ma‟ruf nahi munkar”. Inilah
essensi tujuan da‟wah.
Sikap yang dibentuk dalam sasaran da‟wah adalah
bertujuan tertentu, yakni agar setiap anggota masyarakat menjadi
penganut Islam yang baik, berbuat sesuai dengan ajaran Islam.
Sikap akan berwujud perbuatan, perbuatan akan menghasilkan
budaya dan silvilisasi, maka Islam dengan keberhasilan da‟wah
akan menjadi budaya manusia di alam semesta ini.
Sikap mempengaruhi watak dan membentuk akhlak, dan
kemudian berujud perbuatan nyata. Akhlak ini diperlukan oleh
manusia untuk menentukan pilihan dalam hidupnya. Sehingga hasil
pilihan oleh akhlak yang telah dibenuk oleh da‟wah itu akan
berupa hasil yang tepat dan benar. Akhlak berfungsi sebagai
30
penyaring perbuatan manusia, mana yang harus dilakukan dan
ditinggalkan. (Habib, 2000: 130)
Agar mencapai tujuan yang dituju itu, maka sudah
seharusnya apabila para da‟i mempengaruhi peminatnya, dengan
cara yang tepat hingga mencapai pengaruhnya pada hati nuraninya
yang paling dalam (internalisasi). Banyak problem dalam
kehidupan manusia, dan da‟wah ingin meringankan semua yang
dihadapi manusia itu. Tuhan selalu menjanjikan kemudahan bukan
kesukaran dalam agama.
Jelaslah, bahwa tujuan da‟wah adalah membentuk
masyarakat yang konstruktif menurut ajaran Islam, di samping hal-
hal berikut: (Habib, 2000: 132).
1) Mengadakan koreksi, terhadap suatu situasi atau tindakan yang
menyimpang dari ajaran agama.
2) Mengusahakan kesehatan mental masyarakat, sesuai dengan
akhlak yang luhur.
3) Mendorong kemampuan masyarakat untuk menjalankan syari‟a
agama secara utuh dan tidak sepotong-potong (ud-khulu-fis
silmi ka-ffah).
4) Menembus hati nurani seseorang untuk sarana membentuk
masyarakat yang diridhai oleh Allah SWT.
5) Selalu terbuka untuk nasehat (counseling) (ad-dinun nashihah).
31
Beberapa pendapat yang disampaikan oleh para ahli berkenaan
dengan tujuan dakwah antara lain:
1) Menurut Rosyad Saleh tujuan dakwah islamiah adalah
terwujudnya kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat
(Saleh:2001: 21).
2) Asmuni Syukir menjelaskan bahwa tujuan dakwah islamiah
adalah mengajak umat manusia meliputi orang kafir atau
musyrik kejalan yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT agar
bahagia di dunia dan diakhirat (Syukir: 2001: 51).
3) Masdar Helmi menerangkan bahwa tujuan dakwah islamiah
adalah terwujudnya masyarakat yang mempercayai dan
menjalankan ajaran-ajaran islam (Helmi: 1969: 16).
4) Ahmad Subandi dalam memberikan simpulan tentan tujuan
dakwah lebih terperinci dengan membagi tujuan dakwah dalam
dua tujuan yaitu tujuan utama yang merupakan tujuan akhir dan
tujuan departemental yang merupakan tujuan perantara. Namun
secara ideal
5) Ahmad Subandi menyebutkan tujuan dakwah adalah untuk
menggapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
diakhirat (Subandi:2004: 60).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa secara praktis tujuan
awal dakwah adalah menyelamatkan manusia dari jurang yang
gelap (kekafiran) yang membuatnya tidak bisa melihat segala
32
bentuk kebenaran dan membawanya ketempat yang terang-
benderang (cahaya iman) yang dipantulkan ajaran Islam sehingga
mereka dapat melihat kebenaran.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang tujuan dakwah di atas
maka dapat disimpulkan bahwa dakwah memiliki tujuan agar manusia
mau menerima, memeluk, menghayati dan mengamalkan ajaran-
ajaran islam demi tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan
diakhirat. Tujuan dakwah tidak memiliki batas akhir dan akan
berlangsung secara terus-menerus di dunia ini selama masih ada
kehidupan manusia diatasnya.
c. Unsur Da‟wah
Dakwah akan berjalan dengan lancar dan bahkan mencapai
tujuannya apabila dalam pelaksanaanya tidak melupakan unsu-
unsur yang ada di dalamnya .Setidaknya ada empat unsur pokok
yang harus diperhatikan dalam suatu proses dakwah yaitu:
(Anshor, 2001: 103).
1) Subyek Da‟wah
Subyek dakwah adalah orang yang melaksanakan dakwah
yakni orang yang berusaha mengubah suatu situasi kepada
situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT
baik secara inidvidu maupun kelompok yang juga berperan
sebagai pemberi informasi dan pembawa misi.
2) Obyek dakwah
33
Obyek dakwah adalah orang, baik individu atau kelompok
,yang menerima materi dakwah yang disampaikan oleh
pemateri dakwah. Istilah lain untuk menyebut obyek dakwah
adalah mad‟u. Yang menjadi obyek dakwah (mad‟u) hanyalah
manusia secara keseluruhan dan tidak ada pengecualian, yang
juga termasuk didalamnya diri pribadi dari subyek dakwah itu
sendiri.
Sudah jelas kiranya, bahwa sasaran yang menjadi obyek
da‟wah adalah masyarakat luas, mulai dari keluarga,
masyarakat lingkungan dan seluruh dunia. (Habib, 2000: 113)
3) Materi dakwah
Materi dakwah adalah semua bahan atau sumber yang di
gunakan dan disampaikan oleh dai kepada mad‟u dalam
kegiatan dakwah yang merupakan isi, ajakan, peringatan dan
ide gerakan yang dimaksudkan agar manusia mau menerima,
memahami, menghayati dan mengamalkannya sebagai
pedoman hidup (Sanwar, 2001: 96) untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Dalam menyampaikan materi yang akan diberikan kepada
masyarakat itu, dapat ditempuh beberapa cara, misalnya
pendekatan substansial, di mana para da‟i setelah mengadakan
pemilihan yang tepat dari ajaran Islam tersebut, misalnya dalil-
34
dalil. Materi harus pula disesuaikan dengan tingkat pendidikan
yang menjadi sasaran da‟wah. (Habib, 2000: 94)
Materi yang diperlukan untuk suatu kelompok masyarakat
belum tenu cocok untuk kelompok masyarakat yang berbeda.
Oleh sebab itu pemilihan materi haruslah tepat, apakah itu
untuk pemuda, mahasiswa, pekerja, ataupun pegawai juga
harus diperhatikan. Bagaimana para penerima da‟wah itu
menerima, meresapi, dan menghayati da‟wah yang
disamapaikan da‟I itu. Oleh sebab itu secara teori da‟wah tidak
akan bisa terlepas dari 2 hal pokok ini:
a) Kemampuan para penerima da‟wah untuk menerima da‟wah
yang diberikan.
b) Tingkat berpikir para penerima itu akan menentukan,
apakah da‟wah yang diberikan para da‟i itu bisa diserap
secara baik, selanjutnya diamalkan dalam kehidupan
kehidupan sehari-hari.
d. Metode Dakwah
Da‟wah sebagai pelayanan masyarakat ialah mata rantai
yang menghubungkan agama sebagai wahyu Allah SWT dengan
masyarakatnya manusia, makhluk Allah yang memerlukan
petunjuk untuk kehidupannya. Ada beberapa metode dalam
melakukan da‟wah yaitu: (Habib, 2000:152).
35
1) Metode Langsung
Metode yang diberikan oleh Rasulullah, ialah meode
percontohan secara langsung, yang dikenal sebagai “uswatun
hasanah”, tanpa banyak bicara atau tulisan, maka diri
Rasulullah merupakan contoh terbaik umat manusia. Dalam QS
AL-Ahzab ayat 21
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah.
2) Metode Lisan
Kontak langsung, berceramah dan memberikan nasihat
yang berguna, bahkan kemudian diikuti dengan konsekuen
menyesuaikan diri dengan apa yang diucapkannya itu.
Aktivitas beliau dan perbuatan beliau merupakan buku terbuka
bagi ummat manusia untuk dipedomani, terwujud secara
lengkap. (Habib, 2000: 161)
e. Peranan dan Pengaruh Da‟wah
Sebagai agen pembentuk dan perubah masyarakat, agar
lebih baik, maka da‟wah jelas mempunyai peranan dan pengaruh
yang sangat luas dalam kehidupan masyarakat. Antara masyarakat
dan da‟wah akan selalu terlibat dalam hubungan yang saling
36
mempengaruhi. Da‟wah tidak hanya sebagai sarana komunikasi
massa, yang hanya akan memberikan apa adanya saja, baik
maupun buruk, akan tetapi da‟wah akan berkomunikasi dengan
masyarakat dengan ketegaan pandangan, bahwa yang baik harus
dilakukan dan yang buruk harus ditinggalkan.
Seluruh lingkungan kehidupan sebaiknya dipengaruhi oleh
da‟wah bisa berperan dalam masyarakat secara sempurna, baik
lingkungan tersebut adalah lingkungan fisik, biologis, psychologis
maupun kultural mereka. Lingkungan sosial manusia yang
demikian itu, amat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia
secara perseorangan, maka apabila lingkungan sosial ini berhasil
dipengaruhi oleh da‟wah, maka tingkah laku dan pencapaian
seseorang dalam masyarakat akan mengikutinya. Dengan lain
perkataan dapat dikatakan di sini, bahwa lingkungan manusia,
yakni lingkungan sosialnya ini, akan menjadi penentu dasar
terhadap tingkah laku dan pencapaian-pencapaian manusia, baik
yang berupa fisik maupun yang rohani. Oleh sebab itu pengaruh
lingkungan perlu terus menerus diperluas dan diperkuat, agar
bentukan yang telah tercapai tidak goyah. (Habib, 2000: 209)
37
3. Pendidikan Madrasah Diniyah
a. Pengertian Madrasah
Madrasah merupakan “isim makan” kata “darasa” dalam
bahasa Arab, yang berarti “tempat duduk untuk belajar” atau
popular dengan sekolah. Lembaga pendidikan Islam ini mulai
tumbuh di Indonesia pada awal abad ke-20 (Hasbullah, 2001: 61).
Madrasah adalah tempat pendidikan yang memberikan
pendidikan dan pengajaran yang berada di bawah naungan
Departemen Agama. Yang termasuk ke dalam kategori madrasah
ini adalah lembaga pendidikan : Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah,
Mu‟allimin, Mu‟allimat serta Diniyah (Nasir, 2010: 69).
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang ditindaklanjuti dengan PP Nomor 55 Tahun 2007
tentang pendidikan agama dan keagamaan memang menjadi babak
baru bagi dunia pendidikan agama dan keagamaan di Indonesia.
Kedua payung hukum itu mempunyai implikasi bahwa Madrasah
Diniyah menjadi bagian dari sistim pendidikan nasional, (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 bagian
kesembilan pasal 30) itu berarti negara telah menyadari
keanekaragaman model dan bentuk pendidikan yang ada di
masyarakat.
Dalam perkembangannya, Madrasah Diniyah yang
didalamnya terdapat sejumlah mata pelajaran umum disebut
38
Madrasah lbtidaiyah. sedangkan Madrasah Diniyah khusus untuk
pelajaran agama. Seiring dengan munculnya ide-ide pembaruan
pendidikan agama, Madrasah Diniyah pun ikut serta melakukan
pembaharuan dari dalam. Beberapa organisasi penyelenggaraan
Madrasah Diniyah melakukan modifikasi kurikulum yang
dikeluarkan Departemen Agama, namun disesuaikan dengan
kondisi lingkungannya, sedangkan sebagian Madrasah Diniyah
menggunakan kurikulum sendiri menurut kemampuan dan
persepsinya masing-masing.
Di era global ini , dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang
sangat tinggi, maka madrasah diniyah harus mampu menjawab
tantangan ini. Salah satu cara untuk dapat menjawab tantangan
tersebut, madrasah diniyah harus berani melakukakan perubahan-
perubahan serta mengadakan inovasi dan pengembangan terhadap
kurikulumnya agar tetap eksis dan bertahan.
b. Tugas Madrasah
Madrasah diniyah secara umum memiliki tugas sebagai
berikut:
1) Merealisasikan pendidikan Islam yang didasarkan atas prinsip
pikir, akidah, dan tasyri‟ yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan.
2) Memelihara fitrah anak didik sebagai insan yang mulia, agar ia
tidak menyimpang dari tujuan Allah menciptakannya.
39
3) Membersihkan jiwa dan pikiran dari pengaruh emosi, karena
pengaruh zaman sekarang yang mengarah pada penyimpangan
fitrah manusia.
4) Memberikan wawasan nilai dan moral.
5) Menyempurnakan tugas-tugas lembaga pendidikan, seperti
keluarga, masjid, pesantren, dan sekolah formal (Muhaimin dan
Mujib, 1993; 308).
c. Ciri-ciri Madrasah
Adapun ciri-ciri proses pendidikan madrasah diniyah yakni
pembentukan Akhlaq. Secara etimologis akhlaq adalah bentuk
jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Sedangkan secara terminologis menurut Imam al-
Ghazali dinyatakan sebagai: “Akhlaq adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.” (Menurut Al Ghazali dalam Buku karangan
Qomar: 240)
Ruang lingkup akhlaq sendiri terbagi menjadi beberapa yakni
akhlaq terhadap Allah swt., akhlaq terhadap Rasulullah
Muhammad saw., akhlaq terhadap pribadi, akhlaq dalam keluarga,
akhlaq bermasyarakat, akhlaq bernegara.
40
d. Kurikulum Madrasah Diniyah
Menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam,
Pasal 48 yang berisi Kurikulum Madrasah Diniyah dijelaskan
bahwa madrasah diniyah mengajarkan pengetahuan keislaman
meliputi al-Qur‟an, al-Hadiṡ, Fiqh, Akhlaq, Sejarah Kebudayaan
Islam dan bahasa Arab. Materi-materi tersebut relevan dengan
mata pelajaran yang diajarkan di SMP khususnya pada semester
gasal, yakni sebagai berikut:
1) Al-Qur‟an,
Al-Qur‟an menjadi pedoman dari ilmu yang ada di dunia,
dan menjadi sumber utama dalam pembelajaran khususnya di
madrasah diniyah. Ayat al-Qu‟ran yang dipelajari saat jenjang
SMP semester ganjil adalah alQur‟an surat ke 95 at-Tin ayat 1
sampai ayat 8. Selain itu diajarkan pula mengenai kaidah dalam
membaca ayat-ayat al-Qur‟an, contoh hukum bacaan Al (al-
Syamsiyah dan al-Qomariyah), dan hukum bacaan qalqalah dan
ra‟.
2) Ḥadis
Materi mengenai ḥadīṡ Rosulullah Muhammad saw.
dipelajari cukup mendalam di madrasah diniyah, baik dari
tingkatan ula (awaliyah) sampai ulya. Salah satunya merupakan
ḥadīṡ tentang menuntut ilmu.
41
3) Aqidah (tauhid)
Aqidah merupakan materi yang membahas mengenai
keimanan. Seperti iman kepada Allah, iman kepada Kitab
Allah, dan iman kepada Hari Akhir.
4) Akhlaq
Akhlaq membahas mengenai tata cara bertingkah laku baik
dengan Allah maupun dengan sesama makhluk hidup.
Pembahasan mengenai akhlaq ini meliputi akhlaq terpuji dan
tercela.
5) Fiqh
Fiqh membahas mengenai tata cara dan aturan-aturan dalam
beribadah. Contoh materi mengenai ṭahāroh, ṣalat, puasa, zakat,
dan haji.
6) Sejarah kebudayaan Islam (tarikh)
Tarikh membahas mengenai kisah masa Rasulullah saw.
yang diharapkan dapat memberi pemahaman kepada santri
mengenai ketauladanan Rasulullah. Pembahasan ini mulai dari
riwayat hidup Rasulullah saw. sampai kepada
kepemimpinannya.
B. Kajian Peneliti Terdahulu
Kajian peneliti terdahulu atau kajian pustaka adalah suatu istilah
untuk mengkaji bahan atau literature kepustakaan (literature review).
Fungsi kajian pustaka adalah untuk mengemukakan hasil-hasil peneliti
42
dahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan.
Adapun beberapa penelitian yang dilakukan dan sejauh ini telah penulis
ketahui adalah sebagai berikut:
Gustiwarni, Universitas Islam Jakarta (2005) Jurusan Pendidikan
Agama Islam, dengan judul skripsi “Peranan Pesantren Kilat dalam
Peningkatan Pengamalan Ibadah”, yang menyimpulkan bahwa kegiatan
pesantren kilat memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan
pengamalan ibadah siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
hafalan doa, bacaan shalat, maupun ketekunan dalam ibadah shalat.
Fitrianingsih, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana
Hasanuddin Banten (2017), Jurusan Bimbingan Konseling Islam, dengan
judul skripsi “Motivasi Ibadah Pada Orang Lanjut Usia”, yang
menyimpulkan bahwa Bimbingan Religius dalam meningkatkan motivasi
ibadah pada orang lanjut usia yang dilakukan di Balai Perlindungan Sosial
dengan 4 proses, yaitu: (a) ceramah, (b) mengaji bersama, (c) belajar salat
dan (e) diskusi atau tanya jawab. Peran pembimbing religius di Balai
Perlindungan Sosial dalam meningkatkan motivasi ibadah pada orang
lanjut usia meliputi: (a) sebagai orang yang mengingatkan, (b) sebagai
orang yang membimbing, dan (c) sebagai motivator.
Mujiati, Institut Agama Islam Negeri Walisongo (2009), Jurusan
KPI, dengan judul skripsi “Pengaruh Mengikuti Pengajian Bulanan di
Pondok Pesantren Darul Muqoddas terhadap Peningkatan Ibadah
43
Masyarakat Mojomulyo Tambakromo Pati, yang menyimpulkan bahwa
melalui pengajian bulanan terbukti ada peningkatan pengamalan ibadah.
Lilis Halimah, UIN Sunan Gunung Djati (2018), Jurusan
Pendidikan Agama Islam), dengan judul skripsi “Sikap Siswa terhadap
Proses Pembelajaran Kitab Safinatunnajah Bab Shalat Hubungannya
dengan Pengamalan Ibadah Shalat Mereka”, yang menyimpulkan bahwa
dengan adanya pembelajaran Kitab Safinatunnajah , pengamalan ibadah
shalat mereka menjadi meningkat.
Mudofri, IAIN Sunan Ampel Surabaya (2013), Jurusan KPI,
dengan judul skripsi “Pengaruh Wisata Religi Ziarah Wali Songo
Terhadap Peningkatan Ibadah Shalat Berjamaah Masyarakat Dupak
Masigit Kecamatan Bubutan Surabaya”, yang menyimpulkan bahwa ada
pengaruh wisata religi Ziarah Wali songo terhadap Peningkatan Ibadah
Shalat berjama‟ah Masyarakat Dupak Masigit kecamatan Bubutan
Surabaya. Dalam hal ibadah shalat berjamaah terdapat hubungan yang
sangat rendah menjadi meningkat.
Berdasarkan kajian pustaka di atas terdapat persamaan dan
perbedaan dengan kajian peneliti terdahulu. Persamaannya yaitu sama-
sama meneliti tentang ibadah mahdhah, namun perbedaan karya ilmiah ini
dan kajian peneliti terdahulu adalah karya ilmiah ini lebih fokus terhadap
evaluasi ibadah mahdhah yang telah dilaksanakan di Desa Majir Kec.
Kutoarjo Kab. Purworejo.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah ajaran mengenai metode-metode yang
digunakan dalam proses penelitian (Kartono, 1990: 20). Pendekatan dan
jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian ini di
sebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alami (natural setting), karena pada awalnya metode ini lebih
banyak digunakan untuk antropologi budaya, disebut sebagai metode
kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif (Sugiono, 2009:1).
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Suatu penelitian dikatakan memenuhi syarat apabila penelitian
tersebut memperhatikan pendekatan penelitian dan konsisten dalam
memilih jenis penelitian dalam pelaksanaannya. Secara umum, metode
penelitian ada dua macam, yakni metode kuantitatif dan metode
kualitatif. Penelitian yang penulis lakukan ini merupakan metode
kualitatif dalam pelaksanaannya.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan
instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Perbedaannya dengan penelitian
kuantitatif adalah penelitian ini berangkat dari data, memanfaatkan
45
teori yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan sebuah
teori.
Menurut Moleong (2005:6), penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dll secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Penelitian ini dilakukan dengan cara pendekatan induktif di
lapangan, kemudian menyusunnya secara deskriptif sesuai keadaan
yang sebenarnya di lapangan.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak
diperlukan. Dalam peneltian ini peneliti berperan tidak hanya sebagai
instrument saja melaikan juga sebagai pengamat dan pengumpul data.
Disamping itu kehadiran peneliti di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab.
Purworejo diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subyek atau
informasi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana suatu penelitian
dilaksanakan. Penelitian yang penulis lakukan ini mengambil lokasi di
Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo.
Penelitian dilaksanakan mulai 2 Agustus 2018 sampai selesai.
46
C. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek
dari mana data diperoleh (Arikunto, 2013: 172). Pada tahap ini peneliti
berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai sumber yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti. Penelitian itu sendiri
merupakan suatu kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang
benar tentang suatu hal dengan menggunakan prosedur penelitian yang
baik.
Dalam penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data
pendukung (sekunder)
1. Data Primer
Data primer menurut (Suryabrata,2003: 84) merupakan data yang
langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya atau
sumber-sumber dasar yang terdiri dari buku-buku atau saksi utama dari
kejadian (fenomena) objek yang diteliti dan gejala yang terjadi di
lapangan. Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan penggalian data dari Desa Majir dengan mencari
keterangan dari orang yang terlibat secara langsung terutama para
jama‟ah, ustadz/ustadzah, ketua takmir masjid. Sebagai sumber untuk
menggali informasi terkait fokus penelitian, untuk mendapatkan
informasi ini peneliti menggunakan metode wawancara.
2. Data Sekunder
47
Data sekunder adalah data yang didapat atau diperoleh secara tidak
langsung, data sekunder mencakup data yang diperoleh arsip-arsip,
dokumen, dan catatan . Hal ini dilakukan karena data yang digali harus
valid sehingga peneliti harus melakukan pengamatan secara langsung
dan mengobservasi dilapangan yang menghasilkan data yang lengkap
dan dapat dipertanggung jawabkan.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Sebuah penelitian haruslah tersusun secara sistematis dan memenuhi
semua aspek yang menjadi syarat sebuah penelitian. Salah satu aspek yang
merupakan syarat sebuah penelitian adalah adanya data yang terkumpul
melalui beberapa teknik atau pengumpulan data. Teknik pengumpulan data
yang penulis terapkan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi, sebagai metode, observasi biasa
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
atas fenomena-fenomena yang diselidiki. . (Sutrisno Hadi. 2004 :
151) Metode observasi yaitu metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengamati atau memperhatikan subyek
penelitian, baik secara langsung atau tidak langsung, serta
mengadakan pencatatan tentang hasil pengamatan tersebut secara
sistematis.
Metode ini digunakan penulis untuk mengetahui secara
langsung upaya meningkatkan kualitas ibadah mahdhah di Desa
48
Majir. Catatan data yang diperoleh adalah hasil dari mengamati
secara langsung kegiatan-kegiatan sehingga data yang diperoleh
benar-benar valid.
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan
angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila
penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak
terlalu besar.
2. Metode Wawancara
Menurut Moleong (2011:186) metode wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.
Secara umum yang disebut wawancara adalah metode yang
dilakukan dengan pertanyaan secara lisan kepada orang lain
dengan maksud agar orang lain memberi jawaban. Dalam metode
wawancara terjadi komunikasi antara penulis dengan subyek
(Surakhmad, 1989: 174). Didalam wawancara ini terjadi interaksi
atau hubungan timbal balik antara penulis dengan subyek, penulis
49
memberikan pertanyaan dan subyek menjawab. Sehingga
terciptalah tanya jawab yang menghasilkan data konkret.
Dalam penelitian ini, wawancara ditujukan kepada ustadz
dan murid di Madrasah dan peserta da‟wah di Desa Majir Kec.
Kutoarjo Kab. Purworejo dalam ypaya meningkatkan pengamalan
ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang
lain oleh subjek.(Herdiansyah, 2010: 143) Dokumentasi
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif
untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui
suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat
langsung oleh subjek yang bersangkutan.
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
2010:274). Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan objek penelitian berupa catatan, arsip-arsip dan dokumen
yang berkaitan dengan upaya meningkatkan kualitas ibadah
mahdah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo.
E. Analisis Data
50
Dalam melakukan analisis data dari penelitian ini, penulis
menggunakan metode analisis data diskriptif (diskriptif analysis) yaitu
jenis analisis data untuk mengungkapkan keadaan atau karakteristik data
sampel untuk masing-masing variable penelitian secara tunggal. Langkah-
langkah yang diambil penulis dalam analisis data adalah sebagai berikut:
1. Menelaah Seluruh Data
Data yang berhasil dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi, kemudian dibaca, dipelajari dan ditelaah secara seksama
2. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi
data yang dilakuakan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi
merupakan usaha membuat rangkuman yang berisi proses dan
pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga, sehingga tetap berada di
dalamnya
3. Menyusun Data dalam Satuan-Satuan (Unitisasi)
Langkah ini bertujuan menentukan inti analisis. Proses unitisasi
bukan hanya penulis lakukan setelah selesai pengumpulan data tetapi
sejak selesai kegiatan pengumpulan data pertama. Oleh karena itu,
semua hasil data yang diperoleh dari lapangan yang berupa
dokumentasi, hasil wawancara dan hasil observasi penulis langsung
membubuhkan koding untuk analisasi. Koding tersebut dibuat menurut
51
klasifikasi permasalahan penelitian, sehingga dapat memunculkan data
mengenai pelaksana pembelajaran, strategi dan evaluasinya.
Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap
informasi yang terkumpul yang member kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan bertahap,
melalui esimpulan-kesimpulan sementara untuk menuju kesimpulan
akhir yang memiliki kepercayaan tinggi setelah data mencukupi untuk
penarikan kesimpulan (Sutopo, 2008: 75). Sebagaimana yang
dinyatakan Sutopo, penarikan kesimpulan dalam penelitian ini
nantinya akan dilakukan bertahap.
Menurut Bungin (2010: 83) dalam penelitian kualitatif dikenal ada
dua analisis data yang sering digunakan bersama-sama atau secara
terpisah yaitu model strategi analisis deskriptif kualitatif dan atau
model strategi analisis verivikatif kualitatif. Kedua model analisis itu
memberi gambaran bagaimana alur logika analisis data pada penelitian
kualitatif sekaligus memberi masukan terhadap bagaimana teknik
analisis data kualitatif digunakan.
Proses berjalannya analisis data kualitatif menurut Seiddel
sebagaimana dikutip Moleong (2011:248) adalah sebagai berikut:
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu
diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan,
mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
52
c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan,
dan membuat temuan-temuan umum.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan data
temuannya. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan
tersebut yaitu teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Danzin (dalam Moleong, 2011:330-331) membedakan empat macam
triangulasi sebagai teknik peemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan
sumber, metode, penyidik, dan teori.
Triangulasi data adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data (observasi,
wawancara dan dokumentasi) dan sumber data yang telah ada untuk
ditarik kesimpulan yang hasilnya sama (Sugiyono, 2010: 330).
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Triangulasi dengan
metode terdapat dua strategi, yaitu:
1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data
2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
yang sama.
53
Teknik triangulasi jenis ketiga adalah dengan jalan memanfaatkan
peneliti dengan pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali
derajat kepercayaan data. Sedangkan triangulasi dengan teori, beranggapan
bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau
lebih teori.
54
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum
Majir adalah salah satu desa di Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo.
Sentral pendidikan agama di Desa Majir adalah di Masjid Nurul Iman
yang terletak di lingkungan RW.2 yang berada di tengah-tengah Desa.
1. Visi dan Misi Desa Majir
Visi adalah pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana
instansi pemerintah harus dibawa dan berkarya agar tetap konsisten
dan dapat eksis, antisipatif, inovatif serta produktif. Visi adalah suatu
gambaran umum yang menantang tentang keadaan masa depan yang
berisikan citra dan cita yang ingin diwujudkan oleh pemerintah desa
Majir.
Visi pemerintah Desa Majir adalah ”Meningkatkan
Penyelenggaraan Pemerintah Desa, Mandiri, Profesional dan
Transparan.
Misi adalah suatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh
instansi pemerintah sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi
dapat terlaksana dan berhasil dengan baik dan pihak yang
berkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah dan mengetahui
peran dan program-programnya serta hasil yang akan diperoleh di
waktu yang akan datang.
55
Misi pemerintahan Desa Majir adalah
a. Menyediakan bahan kebijakan kepada atasan ataupun lembaga
desa yang ada.
b. Meningkatkan profesionalisme birokrasi melalui upaya
peningkatan kemampuan aparat yang ada di desa serta efektifitas
pelayanan publik dalam penyelenggaraan pemerintah yang baik
(good governance).
c. Meningkkatkan kemampuan kelembagaan yang ada di desa untuk
mengelola penyaluran aspirasi dalam pelaksanaan pembangunan
dan penyelenggaraan pemerintah desa).
d. Meningkatkan pelaksanaan otonomi desa yang didukung dengan
administrasi yang tertib.
e. Penguatan potensi pendapatan dan kekayaan desa yang telah ada
dalam menunjang kemandirian desa.
f. Meningkatkan pengendalian pengelolaan alokasi dana desa
(ADD), Dana Desa (DD), Bagi Hasil Pajak dan Retribusi, Bantuan
Gubernur, Bantuan Kabupaten maupun dana yang ada guna
menjamin terlaksananya kepemerintahan yang baik dan bersih dari
korupsi.
2. Batas Wilayah
Batas-batas wilayah Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Kaliwatu Kec.Butuh
Sebalah Timur : Desa Bayem Kec. Kutoarjo
56
Sebelah Selatan : Desa Kepuh Kec. Kutoarjo
Sebelah Barat : Desa Andong dan Desa Lugu Kec. Buuh
Pemilihan lokasi tersebut sangatlah tepat dan cocok tempat
para masyarakat sekitarnya untuk mengikuti kegiatan da‟wah dan
Pendidikan Madrasah Diniyah Awaliyah. Hal ini disebabkan karena
tempatnya jauh dari keramaian kota dan sebaliknya mudah dijangkau
oleh siapa saja yang hendak menginginkannya. Mengingat hal
semacam itu maka perkembangan dan kemajuan pendidikan agama di
Desa Majir semakin pesat.
3. Data Desa
Menurut hasil wawancara dengan Sekretaris Desa (Bapak Joni
Sugiharso), maka diperoleh data sebagai berikut:
Data Geografi:
Total Luas Wilayah Desa : 1.68 km²= 100 Hektar
Hutan Desa : 100 Hektar
Data Topografi
Jenis wilayah Desa : Dataran rendah
Data Demografi
Jumlah Total Penduduk : 1971 jiwa
Jumlah Penduduk Laki-laki : 996 jiwa
Jumlah Penduduk Perempuan : 975 jiwa
Kepala Keluarga Laki-laki : 604 KK
Kepala Keluarga Perempuan : 91 KK
57
Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Usia
<1 tahun : 4 jiwa
1-4 tahun : 104 jiwa
5-14 tahun : 284 jiwa
15-39 tahun : 576 jiwa
40-64 tahun : 795 jiwa
65 tahun ke atas : 208 jiwa
Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan
Petani Laki-laki : 148 jiwa
Petani perempuan : 83 jiwa
Buruh : 142 jiwa
PNS : 15 jiwa
Pegawai Swasta : 226 jiwa
Wiraswasta : 281 jiwa
Lainnya : 1076 jiwa
Tempat Pendidikan
PAUD : 1 PAUD
TK : 1 TK
SD : 1 SD
Madrasah Diniyah : 1 Madrasah Diniyah
Akses Pengetahuan
Karang Taruna : 2 kali/tahun
PKK : 12 kali/tahun
58
Majelis Ta‟lim : 54 kali/tahun
Kelompok Lembaga Tani : 12 kali/tahun
Agama yang dianut warga Desa Majir
Islam
Kristen
Katholik
4. Sejarah Masjid Majir (Masjid Nurul Iman)
Sejarah Masjid Desa Majir yaitu dahulu kala setelah runtuhnya
kejayaan Kerajaan Majapahit, muncullah kejayaan kerajaan-kerajaan
Islam di Bumi Nusantara. Di pulau Jawa sendiri, kerajaan Demak
menjadi barometer kerajaan Islam di nusantara pada saat itu. Pada era
kepemimpinan Raden Patah, Kerajaan Demak didukung sepenuhnya
oleh Wali Songo. Kemudian Raden Patah mendapatkan perintah
langsung dari para wali untuk menyebarkan Islam di seluruh Nusantara
sehingga Raden Patah memerintahkan para santri untuk ikut
berpartisipasi menyebarkan agama Islam. Diantaranya punggawa
Kerajaan Demak yang diperintahkan adalah Janiman Joyonegoro
beserta istri dan adiknya yang bernama Janoko Joyonegoro dimana
mereka bertiga mendapatkan perintah untuk menyebarkan agama Islam
di daerah Jawa Tengah bagian selatan.
Setelah beberapa lama menunggangi kuda, sampailah mereka
bertiga di suata daerah yang bernama Desa Majir. Di situ, Janiman
Joyonegoro berganti nama atau menyamar menjadi Bayan Iman. Berka
59
dukungan istri dan adiknya, Janiman Joyonegoro berhasil
menyebarkan agama Islam di daerah tersebut dan beliau membangun
sebuah masjid yang dinamakan Masjid Nurul Iman. Setelah wafat,
Janiman Joyonegoro beserta istri dan adiknya dimakamkan di Desa
Majir, tepatnya di belakang Masjid Nurul Iman.
5. Jadwal Da‟wah atau Pengajian di Masjid Nurul Iman
a. Pengajian Bulanan setiap Malam Ahad Wage
b. Berjanji Putra dan Putri setiap Malam Ahad Legi
c. Idharoh setiap malam Senin
6. Daftar Muballigh Da‟wah
a. Ustadz Nasmudi
b. Ustadz Nanang M.S
c. Ustadz Untung Subagyo
7. Jadwal Pendidikan Madrasah Diniyah awaliyah Desa Majir
Hari Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Senin Aqidah
Akhlak
AL-Qur‟an
Hadis
Praktek
Ibadah
Al-
Jurumiyah
Selasa Praktek
Ibadah
Aqidah
Akhlak
Al-
Jurumiyah
Al-Qur‟an
Hadis
Rabu Tarikh Islam BTQ Al-Qur‟an
Hadis
Tarikh
Islam
Kamis Fiqih Praktek
Ibadah
Aqidah
Akhlak
Aqidah
Akhlak
Sabtu BTQ Fiqih Fiqih Fiqih
Minggu Al-Qur‟an
Hadis Tarikh Islam
Praktek
Ibadah
Praktek
Ibadah
60
8. Dewan Pengajar Madrasah
a. Ustadz Nasmudi
b. Ustadz Nanang M.S
c. Ustadz Shodiqin
d. Ustadz Muzamil
e. Ustadz Achmad Marsudi
f. Ustadz Sobri
g. Ustadz Muhtafid
h. Ustadz Mulyadi
i. Ustadz Mustaqim
j. Ustadzah Srining W.S
k. Ustadzah Fatimah
l. Ustadzah Kalimah
9. Saranan dan Prasarana Madrasah Diniyah Awaliyah Desa Majir
a. Ruang Kelas
b. Kantor
c. Aula
d. Papan Tulis
e. Meja+kursi
10. Kegiatan Madrasah
Pembelajaran dimulai pukul 15.30 WIB-17.00 WIB
11. Keadaan murid Madrasah Diniyah Awalaiyah Desa Majir
61
Pada tahun 2018/2019 murid Madrasah Diniyah Islamiyah Desa
Majir Kec. Majir Kab. Purworejo terhitung ada
Kelas I : 21 murid
Kelas II : 20 murid
Kelas III : 18 murid
Kelas IV : 20 murid
B. Analisis Data
Kumpulan data yang dianalisa dalam skripsi ini bersumber dari
hasil wawancara dengan warga masyarakat yang penulis anggap mampu
untuk memberikan keterangan yang relevan, dilengkapi dengan dokumen
yang ada. Mengacu pada fokus penelitian dalam skripsi ini, maka penulis
akan menganalisa dan menyajikanya secara sistematis tentang pelaksanaan
ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo, sebagai
berikut:
1. Pedoman Wawancara Untuk Ustadz
a. Bagaimana ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab.
Purworejo?
b. Bagaimana proses pembelajaran di Madrasah Diniyah Awaliyah
Islamiyah Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo?
c. Apa peran Madrasah Diniyah Islamiyah bagi anak-anak dan
masyarakat Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo.
d. Bagaimana proses kegiatan da‟wah yang dilakukan di Desa Majir
Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo ?
62
2. Pedoman Wawancara dengan Peserta Da‟wah
a. Apa yang anda ketahui tentang ibadah mahdhah?
b. Apa saja yang anda dapat selama berada di Majelis Da‟wah
tersebut?
c. Apa pengaruh pembelajaran di Majelis Da‟wah tersebut dengan
pengamalan ibadah mahdhah anda?
3. Pedoman Wawancara dengan Murid Madrasah Diniyah
a. Apa yang anda ketahui tentang ibadah mahdhah?
b. Apa saja yang anda dapat selama belajar di Madrasah Diniyah
Awaliyah Islamiyah Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo?
c. Apa pengaruh pembelajaran di Madrasah Diniyah Awaliyah
Islamiyah Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo dengan
pengamalan ibadah mahdhah anda?
Sehingga diperoleh hasil wawancara sebagai berikut:
Nama : Bapak Nasmudi
Jabatan : Ustadz dan Pembina Madrasah
Pend terakhir : SMP
Hari/tanggal : Jum‟at, 1 September 2018
Waktu : 13.30 WIB- selesai
1. Bagaimana ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab.
Purworejo?
Jawab: Ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo
pada dasarnya sudah bagus, namun tidak merata, antara satu orang
63
dengan yang lain. Ada yang sudah bagus dan ada yang belum bagus.
Sehingga dilakukan upaya untuk menyamaratakan pengamalan ibadah
mahdhah di desa Majir dengan upaya melalui pendikan madrasah
diniyah sebagai persiapan bekal bagi anak-anak ketika baligh nanti.
Kemudian kajian da‟wah guna lebih mendalami tentang ibadah
mahdhah sekaligus untuk memotivasi agar lebih giat dalam beribadah
mahdhah.
Adapun upaya yang dialkukan untuk meningkatkan pengamalan
ibadah mahdhah ada cara pendidikan madrasah bagi anak-anak seusia
9-12 tahun. Pendidikan tersebut diharapkan dapat membekali ilmu
agama terutama hal beribadah mahdhah. Ketika anak-anak sudah
dibekali dengan teori serta latiahan praktik. Sehingga ketika baligh
mereka tidak kesulitan untuk mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Kemudian ada cara da‟wah. Peserta da‟wah berasal dari
berbagai kalangan, ada anak-anak, remaja, hingga orang tua.
2. Apa peran Madrasah Diniyah Islamiyah bagi anak-anak dan
masyarakat Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo?
Jawab: Madrasah menempati posisi penting dalam pendidikan Islam
karena mempunyai sumbangsih yang cukup besar terhadap pendidikan
di Indonesia, sebagai lembaga pendidikan yang menjadi indikasi kuat
perubahan lingkungan strategis pendidikan dimasa depan untuk dapat
mengembangkan pendidikan melalui strategi inovasi dan perubahan
agar tetap eksis dan dapat mempertahankan nilai-nilai jati diri bangsa
64
dan mampu membina moral bangsa di tengah arus globalisasi yang
sedang menerpa.
3. Bagaimana proses pembelajaran di Madrasah Diniyah Awaliyah
Islamiyah Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo?
Jawab: Pembelajaran di Madrasah dbagi dalam 4 kelas. Kegiatan
belajar mengajar dimulai pukul 15.30 WIB-selesai. Adapun materi
yang diajarkan yaitu ada Al-Qur‟an, Hadis, Aqidah akhlak, Fiqh,
Tarikh Islam, dan Kitab. Metode ynag digunakan yaitu ceramah dan
tanya jawab. Sebagai Institusi Pendidikan Islam yang bersifat
kerakyatan, peran Madrasah Diniyah dalam proses internalisasi ajaran-
ajaran Islam dan tradisi-tradisi keagamaan dalam sebuah komunitas
masyarakat muslim tidak dapat diabaikan begitu saja. Madrasah
Diniyah memiliki signifikansi dalam melestarikan kontinuitas
pendidikan Islam dan nilai moral etis keislaman bagi masyarakat.
Peran Madrasah Diniyah ini tidak layak diabaikan begitu saja ketika
melihat kualitas dari Madrasah Diniyah yang tidak sedikit guna
memenuhi kebutuhan pendidikan agama islam bagi anak-anak
terutama yang masih menginjakan kakinya disekolah pendidikan dasar.
Dengan seiringnya perkembangan zaman yang semakin hilangnya
akhlak-akhlak dan moral-moral anak bangsa ini, Madrasah Diniyah
diharapkan mampu membenahi dan mampu mengembalikan keadaan
bangsa yang memiliki generasi-generasi dan insan-insan yang
berprilaku baik dan didalamnya terdapat akhlakul karimah dan budi
65
pekerti yang luhur. Oleh karena pentingnya pendidikan agama islam,
Madrasah Diniyah diharapkan mampu menanggapi dan menyelesaikan
polemik-polemik tersebut. Serta diharapkan mampu meningkatkan
pengamalan ibadah mahdhah melalui materi-materi yang elah
disampaikan.
Nama : Muhammad Ibnu Faqih
Usia : 12 tahun
Hari/tanggal : Minggu, 9 September 2018
Waktu : 09.00 WIB-selesai
1. Apa yang anda ketahui tentang ibadah mahdhah?
Jawab: Ibadah mahdhah adalah ibadah pookok atau ibadah yang wajib
dijalankan oleh umat muslim dengan beberapa syarat maupun ruku.
2. Apa saja yang anda dapat selama belajar di Madrasah Diniyah
Awaliyah Islamiyah Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo?
Jawab: Di Madrasah saya diajarkan banyak hal mulai dari macam-
macam ibadah, cara shalat, kemudian tetang puasa kami juga sudah
tidak bolong-bolong lahi
3. Bagaimana proses kegiatan da‟wah yang dilakukan di Desa Majir Kec.
Kutoarjo Kab. Purworejo ?
Jawab: Kegiatan da‟wah dilakukan pada Malam Minggu selepas shalat
isya‟. Materi yang diajarkan juga tidak jauh berbeda dengan yang dia
ajarkan di Madrasah Diniyah Awaliyah Islamiyah yaitu seputar fiqh,
66
hadis, al qur;an, tarikh, aqidah akhlak dan kitab. Metode yang
digunakan ustadz yaitu meode lisan, langsung dan tanya jawab.
Nama : Siti Saringah
Usia : 12 tahun
Hari/tanggal : Minggu, 9 September 2018
Waktu : 09.00 WIB-selesai
1. Apa yang anda ketahui tentang ibadah mahdhah?
Jawab: Ibadah mahdhah adalah aktivitas atau perbuatan yang sudah
ditentukan syarat dan rukunnya. Maksudnya syarat itu hal-hal yang
perlu dipenuhi sebelum suatu kegiatan ibadah itu dilakukan.
Sedangkan rukun itu hal-hal, cara, tahapan atau urutan yang harus
dilakukan dalam melaksanakan ibadah itu.
2. Apa saja yang anda dapat selama berada di Majelis Da‟wah tersebut?
Jawab: Dakwah sangat penting bagi masyarakat, agar mereka tidak
terjerumus pada hal negatif. Setidaknya melalui dakwah bisa
memberikan pemahaman kepada siapapun agar tidak melenceng dari
ajaran Islam.
3. Apa pengaruh pembelajaran di Majelis Da‟wah tersebut dengan
pengamalan ibadah mahdhah anda?
Jawab: Kita lebih bisa menjaga diri dari perbuatan yang tidak baik,
bahwa manusia yang terbaik adalah siapa yang selalu menegakkan
amar ma'ruf nahi munkar, sehingga semua waktunya digunakan untuk
menegakkan amar ma'ruf nahi munkar. Juga bersikap takut atas murka
67
Tuhan-nya, sehingga seluruh kehidupannya disesuaikan dengan
perintah-perintah Allah yang berada di dalam kitab suci-Nya.
Merasakan bahwa hubungan di antara sesama manusia terjalin dengan
sangat erat, maka kita harus senantisa menyambung tali silaturrahim
kepada mereka, dan juga melaksanakan apa saja yang menjadi tugas
kita terhadap pihak lain. Akan tetapi, yang lebih penting dari
kesemuanya itu adalah, menegakkan amar ma'ruf nahi munkar bagi
semua orang. Dengan begitu pengamalan ibadah mahdhahpun semakin
meningkat.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Pengajian atau Da‟wah
Di Desa Majir, pengajian atau da‟wah dilakukan rutin setiap
malam setelah shalat isya‟ berjama`ah. Guru/pengajarnya adalah
bergatian bergilir yaitu Ustadz Nasmudi, Ustadz Nanang MS dan
Ustadz Untung Subagyo. Adapun pengajian ini sudah berlangsung
sejak tahun 1997. Metode yang diterapkan adalah metode praktik
langsung, metode lisan dan metode tanya jawab. Jadi ketika ustadz
memberikan materi ceramah kemudian dipraktikan di depan peserta
da‟wah ketika ada yang belum dipahami maka dapat langsung
ditanyakan kepada ustadz.
Peserta da‟wah beragam, mulai dari anak-anak, remaja hingga
orang tua. Antara peserta yang satu dengan yang lainpun beragam
68
lamanya dalam mengikuti kegiatan da‟wah tersebut. Ada yang sudah 5
tahun bahkan masih ada yang baru.
Kegiatan da‟wah dialakukan di Masjid Majir atau yang lebih
terkenal dengan Masjid Nurul Iman yang terletak bersebelahan dengan
Madrasah Diniyah Awaliyah Islamiyah Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab.
Purworejo dan TK Masitoh. Posisi ini sangatlah cocok dan strategis
karena berada di tengah-tengah Desa.
Materi yang diajarkan dalam da‟wah di Desa Majir Kec. Kutoarjo
Kab. Purworejo berasal dari kitab fiqih, kitab safinah, tarikh islam, AL
Qur‟an dan Hadis serta akidah akhlak.
Adapun unsur-unsur yang menunjang Kegiatan Da‟wah tersebut
antara lain
a. Masjid
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan denagn
pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat, karena
pada dasarnya masjid adalah tempat untuk beribadah.
Masjid artinya tempat sujud. Selain digunakan sebagai tempat
ibadah, masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim.
Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama,
ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid.
Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan
dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran.
69
Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi
merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan islam
tradisional. Dengan kata lain kesinambungan sistem pendidikan
islam yang berpusat pada masjid sejak masjid al-Qubba didirikan
dekat Madinah pada masa Nabi Muhammad saw tetap terpancar
dalam sistem pesantren. Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi
pusat pendidikan islam. Di mana kaum muslimin berada, mereka
selalu menggunakan masjid sebagai tempat pertemuan, pusat
pendidikan, aktivitas administrasi, dan cultural.
Kegiatan da‟wah tersebut dilakukan di Masjid Nurul Iman,
selain karena tempatnya yang strategis hal tersebut juga
dikarenakan Masjid Nurul Iman adalah sentral dari kegiatan
keagamaan di Desa Majir. Hal tersebut terbukti dengan antusiasme
masyarakat dalam menghadari dan mengikuti pengajian atau kajian
da‟wah.
b. Ustadz
Pengertian lain dari kata ustadz adalah orang yang sangat ahli
dalam suatu bidang. Sedang di Indonesia, seperti disebut di muka,
kata ustadz merujuk pada banyak istilah yang terkait dengan orang
yang memiliki kemampuan ilmu agama dan bersikap serta
berpakaian layaknya orang alim. Baik kemampuan riil yang
dimilikinya sedikit atau banyak. Orang yang disebut ustadz antara
lain: da'i, mubaligh, penceramah, guru ngaji Quran, guru madrasah
70
diniyah, guru ngaji kitab di pesantren, pengasuh/pimpinan
pesantren.
Adapun ustadz yang mengampu dalam da‟wah yaitu Ustadz
Nasmudi, Ustadz Nanang MS dan Ustadz Untung Subagyo.
Dimana Ustadz Nasmudi cenderung menyampaikan materi Kitab
dan Aqidah Akhlah, Ustadz Nanang MS menjelaskan bab Fiqh dan
Al-Qur‟an Hadis, sedangkan Ustadz Untung Subagyo cenderung
menyampaikan materi Tarikh Islam.
c. Murid
Murid adalah komponen manusia yang menempati posisi
sentral dalam pendidikan atau biasa dikenal disebut dengan peserta
didik. Dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang
ingin menyelesaikan kurikulum dan dalam upaya mencapai tujuan
atau cita-cita. Dalam undang-udang pendidikan, murid merupakan
bagian yang paling penting dari sistem pendidikan, sehingga
indikator sukses atau tidaknya dunia pendidikan adalah
keberhasilan atau kegagalan murid setelah menempuh proses
pendidikan.
Murid atau peserta da‟wah yang hadir mengikuti kajianpun
bervariasi, mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua.
Kehadiran mereka di majelis da‟wah bukan tanpa arti. Sebab
mereka sama-sama mempelajari serta mendalami ilmu agama
71
sekaligus menjadikan ilmu agama tersebut sebagai bekal untuk
meningkatkan pengamalan ibadah mahdhah shalat dan puasa.
Dengan adanya kajian da‟wah ini masyarakat lebih mendalami
ilmu-ilmu agama dan lebih termotivasi untuk lebih kegiatan
mengamalkan ibadah mahdhah.
d. Materi Da‟wah
Dalam garis besarnya, sebenarnya telah jelas, bahwa materi
da‟wah adalah seluruh ajaran Islam tanpa terkecuali. Baik itu yang
berasal dari Al-Qur‟an, Hadis dan Kitab. Inti dari materi tersebut
adalah untuk meningkatkan pengamalan ibadah mahdhah di Desa
Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo.
2. Pendidikan Madrasah Diniyah Awaliyah Islamiyah
Pendidikan itu sangat penting sekali, bagi siapapun dan oleh
siapapun maka pendidikan merupakan proses yang membantu diri
untuk mengembangkan potensi yang sudah dimiliki sejak Tuhan
menciptakan manusia. dari pentingnya pendidikan maka yang paling
penting adalah pendidikan Agama, sebab pendidikan agama tidak saja
membekali diri untuk menjadi manusia yang berilmu dan ahli
dibidangnya, akan tetapi pendidikan agama juga memberikan bekal
dan membentuk pola kepribadian yang Islami, berbudi luhur,
berakhlak mulia dan beriman kepada Allah swt.
Keberadaan lembaga pendidikan Islam saat ini seperti madrasah
dan pesantren merupakan sebuah kesadaran masyrakat dan pemerintah
72
tentang pentingnya pendidikan Agama, terlepas dari itu juga ada juga
lembaga pendidikan yang tidak kalah penting dalam membina dan
membentuk muslim sejati, itulah yang sering disebut Madrasah
Diniyah. Pendidikan Madrasah Diniyah ini diharapkan dapat
menyiapkan generasi penerus bangsa yang bermoral serta berkualitas.
Madrasah diniyah adalah madrasah yang semata-mata megajarkan
ilmu-ilmu agama saja. Tujuan didirikan madrasah ini adalah untuk
meyempurnakan dan melengkapi pendidikan agama yang dilaksanakan
di sekolah dalam jumlah waktu yang terbatas, karena itu jenjang
pendidikan di madrasah diniyah mengikuti jenjang pendidikan sekolah
umum. Suatu hal yang amat penting mendapat perhatian dari berbagai
pihak terkait dengan program pendidikan diniyah ini adalah kecilnya
minat para pelajar untuk memasuki madrasah diniyah, sehingga ide
yang baik tersebut berjalan dengan tidak mulus. Madrasah diniyah
kebanyakan atau hampir keseluruhannya hanya mengelola tingkat
awaliyah yang sederajat dengan SD. Sedangkan pada tingkat SLTP dan
SLTA yang sederajat dengan tingkat Wustha dan `Ulya amat jarang
ditemukan atau hampir-hampir tidak ada siswa SLTP dan SLTA yang
memasuki madrasah diniyah.
Madrasah Diniyah merupakan sebuah sekolahan non-formal yang
berada dalam naungan atap kementrian agama yang mana sudah cukup
lama dikenal sebagai institusi pendidikan keagamaan yang sangat unik
dan khas Indonesia. Telah puluhan tahun lahir, tetapi ia masih eksis
73
sampai hari ini, meski tanpa dukungan financial langsung dari
negara/pemerintah sekalipun.
Dua jenis pendidikan ini saling melengkapi satu sama lain. akan
tetapi, pendidikan non formal kurang mendapat perhatian lebih
terkadang di pandang remeh oleh sebagian masyarakat. karena dalam
relitanya kesadaran masyarakat Islam akan pendidikan agama masih
kurang, khususnya masyarakat yang menetap diperkotaan.
Sebagai Institusi Pendidikan Islam yang bersifat kerakyatan, peran
Madrasah Diniyah dalam proses internalisasi ajaran-ajaran Islam dan
tradisi-tradisi keagamaan dalam sebuah komunitas masyarakat muslim
tidak dapat diabaikan begitu saja. Madrasah Diniyah memiliki
signifikansi dalam melestarikan kontinuitas pendidikan Islam dan nilai
moral etis keislaman bagi masyarakat. Peran Madrasah Diniyah ini
tidak layak diabaikan begitu saja ketika melihat kualitas dari Madrasah
Diniyah yang tidak sedikit guna memenuhi kebutuhan pendidikan
agama islam bagi anak-anak terutama yang masih menginjakan
kakinya di sekolah pendidikan dasar.
Dengan seiringnya perkembangan zaman yang semakin hilangnya
akhlak-akhlak dan moral-moral anak bangsa ini, Madrasah Diniyah
diharapkan mampu membenahi dan mampu mengembalikan keadaan
bangsa yang memiliki generasi-generasi dan insan-insan yang
berprilaku baik dan didalamnya terdapat akhlakul karimah dan budi
pekerti yang luhur. Oleh karena pentingnya pendidikan agama islam,
74
Madrasah Diniyah diharapkan mampu menanggapi dan menyelesaikan
polemik-polemik tersebut.
Di Madrasah Diniyah inilah para murid diajarkan praktik wudhu,
praktik shalat, serta diberi ilmu agama tentang puasa. Banyak sekali
manfaat yang didapat selama berada di Madrasah Diniyah ini, selain
mampu membenahi dan mampu mengembalikan keadaan bangsa yang
memiliki generasi-generasi dan insan-insan yang berprilaku baik dan di
dalamnya terdapat akhlakul karimah dan budi pekerti yang luhur juga
dapat membentuk pribadi kesadaran sedari dini dalam melaksanakan
ibadah shalat dan puasa. Karena pada dasarnya, ibadah shalat dan
puasa adalah ibadah yang wajib dilaksanakan untuk setiap muslim bagi
yang tidak ada udzur. Dan juga ibadah mahdhah shalat dan puasa
adalah salah satu ibadah yang ada di Rukun Islam.
75
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di atas, maka penulis
dapat menyimpulkan hasil penelitian tentang pelaksanaan ibadah mahdhah
di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo tahun 2018 sebagai berikut:
1. Ibadah mahdhah yaitu ibadah khusus yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT tata cara maupun perinciannya.
2. Ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo yang
semula banyak masyarakat yang sering menyepelekan ibadah mahdhah
shalat dan puasa dengan adanya kajian da‟wah dan pendidikan
madrasah maka masyarakat berhasil melaksanakan ibadah mahdhah
dengan lebih istiqomah.
3. Dengan adanya pendidikan Madrasah Diniyah dan pengajian atau
da‟wah kita lebih bisa menjaga diri dari perbuatan yang tidak baik,
bahwa manusia yang terbaik adalah siapa yang selalu menegakkan
amar ma'ruf nahi munkar, sehingga semua waktunya digunakan untuk
menegakkan amar ma'ruf nahi munkar. Juga bersikap takut atas murka
Tuhan-nya, sehingga seluruh kehidupannya disesuaikan dengan
perintah-perintah Allah yang berada di dalam kitab suci-Nya.
76
B. Saran
Di harapkan penelitian tentang upaya peningkatan pengamalan
ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo dapat di
sempurnakan dengan tema penelitian yang lain yang masih erat kaitanya
dengan peningkatan ibadah mahdhah. Dalam penulisan ini penulis
memiliki haraoan agar:
1. Hendaknya kajian da‟wah lebh dioptimalkan lagi agar masyarakat
lebih mendalami ilmu-ilmu agama sehingga dapat mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kepada Orang Tua: kedua orang tua meskipun minim pengetahuan
tentang agama hendaknya data memberikan perhatian yang cukup
kepada anak-anaknya khususnya maslah ibadah, karena perkembangan
pada anak tidak bisa diserahkan sepenuhnya pada lembaga pendidikan
atau guru saja, karena keluarga juga sangat berperan besar dalam
menentukan perkembangan seorang.
3. Hendaknya murid madrasah dan peserta da‟wah lebih memaksimalkan
ketika menerima materi, sehingga materi dapat terserap secara
maksimal
4. Saran kepada peneliti lain yang hendak meneliti obyek yang sama
yaitu, upaya peningkatan pengamalan ibadah mahdhah supaya
mengambil tema yang lain agar lebih inovatif sekaligus menambah
khasanah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat.
77
DAFTAR PUSTAKA
Al Manar, Abduh. 2000. Ibadah Dan Syari‟ah. Cet.1. Surabaya: PT.
Pamator.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Jakarta Rineka Cipta.
Ash Shiddieqy, Hasbi. 2000. Fiqh Ibadah. Yogyakarta: Bulan Bintang.
Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Fitrianingsih. 2017. Motivasi Ibadah Pada Orang Lanjut Usia [skripsi].
Banten (ID): Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin
Banten.
Gustiwarni. 2005. Peranan Pesantren Kilat dalam Peningkatan Pengamalan
Ibadah [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Jakarta.
Habib, Syafa‟at 2000. Buku Pedoman Da‟wah. Jakarta: PT.
BUMIRESTU.
Halimah, Lilis. 2018. Sikap Siswa terhadap Proses Pembelajaran Kitab
SafinatunnajahBab Shalat Hubungannya dengan Pengamalan
Ibadah Shalat Mereka [skripsi]. Bandung (ID): UIN Sunan Gunung
Djati.
Hasbullah. 2001. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Helmi, Masdar. 2003 . Problematika Dakwah Islam Dan Pedoman Mubaligh.
Semarang: CV Toha Putra.
Imron, Ali. 2011. Fiqih. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis.
Moeloeng, J Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung .
Remaja Rosdakarya.
Mudofri. 2013. Pengaruh Wisata Religi Ziarah Wali Songo terhadap
Peningkatan Ibadah Shalat Berjama‟ah Masyarakat Dupak Masigit
Kecamatan Bubutan Surabaya [skripsi]. Surabaya (ID): IAIN
Sunan Ampel Surabaya.
78
Mughniyah, Muhammad Jawad. 2011. Fiqih Lima Madzhab. Jakarta:
Lentara.
Mujiati. 2009. Pengaruh Mengikuti Pengajian Bulanan di Pondok
Pesantren Darul Muqoddas terhadap Peningkatan Ibadah
Masyarakat Mojomulyo Tambakromo Pati [skripsi]. Semarang
(ID): Institut Agama Islam Negeri Walisongo.
Nasir, Ridwan. 2010. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Patilima, Hamid. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:ALFABETA.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia. 2014. Pendidikan
Keagamaan Islam.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis Tabligh. 1988. Islam dan Dakwah.
Yogyakarta.
Sabiq, Sayyid. 2016. Ringkasan Fiqih Sunnah. Depok: Senja Media Utama
Shaleh, Rosyad. 2001. Managemen Dakwah Islam. JakartA: Bulan Bintang.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung, Al-Fabeta.
Sukir, Asmuni. 2001. Dasar-Dasar Setrategi Dakwah Islam Surabaya:
Alikhlas.
Syarifudin, Amir, 2003. Garis-Garis Besar Fiqih. Cet. 2. Jakarta:
Kencana.
Syihab, M. Quraisy. 2008. Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang Patut
Anda Ketahui. Cet. 1. Jakarta: Lentera Hati.
Yusuf Qardhawi. 2002. Konsep Ibadah Dalam Islam. Bandung: Mizan.
Zulkifli. 2017. Fiqh Ibadah. Yogyakarta: KALIMEDIA.
https://umayaonline.wordpress.com/2008/09/15/ibadah-mahdhahghairu-
mahdhah/
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Riwayat hidup
2. Dokumentasi
3. Surat Tugas Pembimbing
4. Surat ijin penelitian
5. Daftar nilai SKK
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : Tatu Mafazah
2. Tempat, Tanggal Lahir : Purworejo, 30 Desember 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Warga Negara : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat : Dusun Wirokerten, RT 03/ RW 02, Desa
Majir, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo
B. Orang Tua
1. Ayah : Achmad Marsudi
2. Pekerjaan : Wiraswasta
3. Ibu : Lasmini
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
C. Pendidikan
1. TK „Aisyiyah Bustanul Athfal 2002
2. SDN Majir Tahun 2008
3. SMPN 5 Purworejo Tahun 2011
4. MAN Purworejo Tahun 2014
5. IAIN Salatiga
DOKUMENTASI
Ket : Majid Nurul Iman (pusat da‟wah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab.
Purworejo
Ket: Madrasah Diniyah Islamiyah Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab.
Purworejo
Ket: Murid kelas 1 Madrasah Diniyah Islamiyah Majir Kec. Kutoarjo Kab.
Purworejo
Ket: Bersama Ustadz Shodiqin
Ket: Wawancara terhadap peserta da‟wah (Nurul Hikmah)
Ket: Wawancara terhadap peserta da‟wah (Ibu Siti Saringah)
Ket: Wawancara dengan Ibu Siti Kamdiyah