Upload
buidien
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 1
PELAKSANAAN PEMANTAUAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
SEMESTER I TAHUN 2017
A. Lokasi
Lokasi ORF (Onshore Receiving Facilities) dan Landfall berada pada kondisi lingkungan
yang hampir sama. Namun, bedanya pada lokasi ORF jauh dari lingkungan laut. Sedangkan
pada lokasi landfall dekat dengan lingkungan laut. Kondisi lingkungan pada area pengamatan
ORF berupa daratan memanjang yang dikelilingi oleh beberapa tambak. Kondisi saat
pengamatan relatif sepi, tidak ada aktivitas manusia. Sedangkan, pada area pengamatan
landfall merupakan area pertambakan yang lebih luas dibandingkan pada area ORF. Pada
area pengamatan landfall sering dijumpai aktivitas masyarakat sekitar memasuki area
pertambakan untuk memancing atau mengecek tambak pribadi dengan menggunakan sepeda
motor dan sepeda.
B. Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pemantauan keanakeragaman hayati
diantaranya adalah:
- Binokuler (teropong) digunakan untuk mengamati satwa jarak jauh
- Kamera DSLR Canon 600D dengan Canon tele lens 55-250 mm digunakan untuk
mendokumentasikan hasil pengamatan berupa objek yang diamati, kondisi lingkungan
sekitar, dan kegiatan. Dari hasil dokumentasi, dapat memudahkan identifikasi objek
yang diamati.
- Kompas digunakan untuk menentukan arah pergerakan objek yang diamati.
- Buku panduan identifikasi satwa liar dan flora digunakan sebagai panduan dalam
identifikasi hewan dan tumbuhan.
- Alat tulis dan lembar pengamatan digunakan untuk mencatat kondisi lingkungan,
waktu dan hasil kegiatan.
- Jam tangan digital untuk menentukan waktu.
- GPS (Global Positioning System) diguanakan untuk menentukan posisi saat
pengambilan data secara akurat.
- Roll meter digunakan untuk mengukur suatu luasan area pengamatan atau lebar dan
panjang sebuah benda.
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 2
- Banana trap digunakan sebagai menangkap hewan insekta secara pasif agar dapat
tertangkap dengan mudah tanpa dengan membunuh.
- Jaring insekta digunakan untuk menangkap insekta secara aktif.
- Plastik sebagai tempat mengambil sampel objek untuk diamatai selanjutnya.
- Kertas label sebagai penanda sampel yang diambil.
- HeadlampI digunakan untuk penerangan saat pengamatan malam hari.
- Hook stick digunakan untuk menangkap hewan reptil terutama ular.
- Grek stick digunakan untuk menangkap hewan reptil terutama ular.
- Trap biawak digunakan untuk menangkap biawak.
- Pisang busuk digunakan sebagai media dalam menangkap insekta.
- Ikan atau kepala ayam digunakan sebagai media untuk menarik perhatian serangga
agar mudah ditangkap.
C. Waktu Survei Pendahuluan dan Pengambilan Data
Pengambilan data keanekaragaman hayati dilakukan di landfall pada 25 dan 28 Mei 2017
serta di ORF pada 4 dan 18 Juni 2017.
D. Metode Survei atau Pengambilan Data
1. Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora
Metode yang digunakan dalam survei keanekaragaman flora kali ini adalah metode
jelajah atau eksplorasi. Koleksi spesimen dilakukan dengan metode jelajah, yakni kolektor
menjelajahi setiap sudut kawasan untuk mengoleksi semua jenis tumbuhan di kawasan
tersebut (Rugayah dkk., 2004). Koleksi yang dikumpulkan berupa spesimen tumbuhan seperti
daun, bunga dan/atau buah untuk proses identifikasi lebih lanjut. Pengidentifikasian
dilakukan dengan mencocokkan spesimen tersebut dengan spesimen herbarium yang telah
teridentifikasi, serta menggunakan buku flora antara lain: Whitmore dkk. (1989) dan Comber
(1990).
2. Pengumpulan Data Keanekaragaman Fauna
a) Pengamatan Burung
Pada pengamatan dilakukan inventarisasi jenis-jenis burung air yang dijumpai di
setiap titik pengambilan data. Inventarisasi bertujuan untuk mendapatkan data
keanekaragaman dan jumlah individu jenis burung di lokasi penelitian. Selain itu, dilakukan
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 3
deskripsi lokasi penelitian berdasarkan cuaca dan kondisi saat pengambilan data, serta
inventarisasi vegetasi.
Inventarisasi jenis burung air dilakukan dengan cara pengamatan menggunakan
teropong binokular dan/atau teropong monokular. Pengamatan ini dilakukan pada pagi hari
sekitar pukul 06.30-09.00 WIB dan sore hari sekitar pukul 15.00 – 16.30 WIB di kawasan
ORF, serta pukul 06.30 – 10.00 dan sekitar pukul 14.30 – 17.00 di area landfall.
Pengambilan data dilakukan menggunakan metode line transect dengan berjalan
sepanjang jalur pengamatan tanpa ditentukan titik pengamatan. Dilakukan pengamatan dan
identifikasi jenis burung air yang dijumpai pada lokasi penelitian. Pengamatan meliputi ciri
morfologi (bentuk dan warna tubuh, paruh, kaki, dan bulu) burung yang diamati, lokasi
perjumpaan dengan burung, jumlah burung yang teramati, aktivitas burung, arah terbang
burung, dan waktu perjumpaan. Identifikasi jenis burung menggunakan buku panduan
pengamatan burung di lapangan, yaitu Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan
Kalimantan (MacKinnon dkk., 2010).
b) Pengamatan herpetofauna
Pengambilan sampel satwa liar herpetofauna dilakukan dengan menggunakan metode
metode penghitungan secara visual (Visual Encounter Surveys/VES) (Heyer dkk., 1994)
yaitu suatu metode standar dalam metode pengamatan lapangan amfibi yang dapat meliputi
semua mikrohabitat pencarian seperti pada tanah, air, dan bagian bawah dari lapisan seresah.
Proses pengambilan sampel dilakukan dengan berjalan pada suatu habitat atau area secara
bebas dengan jumlah waktu pencarian yang disesuaikan dengan luas daerah (survey transect).
Pengumpulan data herpetofauna dilakukan dengan menggunakan metode
penghitungan secara visual (visual encounter survey/VES) pada transek pengamatan
sepanjang 1 km pada area ORF dan 2 km pada area landfall serta pemasangan trap atau
perangkap di beberapa tempat yang dianggap terdapat keberadaan herpetofauna (khusus jenis
Varanus salvator). Pengumpulan data dilakukan pada malam hari sekitar pukul 17.00 – 21.00
WIB di kawasan ORF dan landfall. Data yang dicatat meliputi jenis yang dijumpai dan
jumlah individu setiap jenis yang dijumpai.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menjelajahi area yang diduga terdapat hewan
reptil kemudian menangkap sampel yang terlihat menggunakan jaring atau dengan tangan
kosong, kemudian diambil foto untuk nantinya diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi
menggunakan panduan identifikasi (Iskandar, 1998).
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 4
c) Pengamatan insekta/serangga
Pengamatan insekta menggunakan dua metode, yaitu metode aktif dan pasif. Metode
aktif yaitu dengan metode “Butterfly walks” (Pollard dan Yates, 1993), yaitu menangkap
insekta dengan menggunakan jaring insekta.
Metode pasif yaitu dengan pemasangan fermented banana trap.
Fermented banana trap merupakan metode pasif berupa pemasangan kurungan yang pada
dinding bagian bawahnya bercelah (sebagai pintu masuk hewan target) dan pada alas
kurungan diberikan umpan berupa pisang busuk. Hewan yang tertarik pada pisang busuk
akan masuk ke dalam kurungan melalui celah dan hewan yang sudah masuk mengalami
kesulitan untuk keluar dan terjebak di dalam kurungan. Pemasangan fermented banana
trap tidak menggunakan pola tertentu dalam pemasangannya (Pollard dan Yates, 1993).
Setelah semuanya tertata, maka Banana Trap siap ditarik dengan tali rafia, supaya letaknya
bertambah tinggi. Sembari menunggu serangga yang mendekat ke Banana Trap, dilakukan
pengamatan dengan metode aktif.
E. Metode Pengolahan Data
1. Indeks Keanekaragaman (untuk fauna)
H’= -Σpi ln pi
H’ = indeks keanekaragaman Shannon
Pi = ni/N, perbandingan antara jumlah individu spesies ke-i dengan
jumlah total individu,
ni = jumlah suatu jenis
N = jumlah total individu
Tabel tingkat keanekaragaman dianalisis berdasarkan kriteria Lee et al., (1978), yaitu :
Nilai H’ Keterangan
H’ ≥ 3.0 Sangat tinggi
2.0 ≤ H’ < 3.0 Tinggi
1.5 ≤ H’ < 2.0 Sedang
1.0 ≤ H’ < 1.5 Rendah
H’ < 1.0 Sangat rendah
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 5
HASIL PEMANTAUAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
A. Flora
1. Flora di area Onshore Receiving Facilities/ORF
Pada jalur atau transek pengamatan yang berdekatan dengan pipa gas, terdapat 14 jenis
pohon yang teridentifikasi, yaitu nyamplung (Calophyllum inophyllum), tongke hutan
(Acacia mangium), mangga (Mangifera indica), trembesi (Albizia saman), weru (Albizia
procera), ketapang (Terminalia catappa), jamblang (Syzygium cumini), cermai (Phyllanthus
acidus), bambu (Bambusa sp.), sawo (Manilkara sp.), jambu air (Syzygium aqueum), dan
kelor (Moringa oleifera), kelompok tumbuhan famili Arecaceae/Palmae, dan kelompok
tumbuhan yang merupakan tumbuhan endemik Australia, yaitu Melaleuca sp. Jenis pohon
yang paling banyak dijumpai pada jalur pengamatan adalah tongke hutan. tongke hutan
(Acacia mangium) merupakan salah satu jenis pohon yang diprioritaskan sebagai salah satu
jenis tanaman Hutan Tanaman Industri (HTI) dan rehabilitasi lahan karena sifatnya yang
cepat tumbuh dan dapat tumbuh dalam berbagai kondisi lingkungan. Di dekat pipa gas juga
terdapat lahan pertambakan yang didominasi oleh jenis pohon pisang (Musa paradisiaca) dan
di sekitar lahan tambak banyak ditumbuhi rumput-rumput berjenis Ischaemum sp., Cyperus
sp., dan Polytrias sp.
2. Flora di area landfall
Berbeda dengan area ORF, di area landfall terutama yang dekat dengan area pipa gas
didominasi oleh vegetasi mangrove, yaitu api-api (Avicennia sp.) dan bakau (Rhizopora sp.).
Tinggi pohon kedua jenis tersebut yang berada di jalur pengamatan sekitar 1 – 5 m dengan
diameter batang sekitar 4 – 12 cm, sedangkan pohon mangrove kedua jenis tersebut yang
berada di dekat pipa gas tergolong mangrove muda yang memiliki tinggi sekitar 30 cm – 2 m
dengan diameter batang sekitar 1 – 3 cm. Selain itu terdapat pula jenis mangrove buta buta
(Excoecaria sp.) dan Bruguiera sp.
B. Fauna
1. Fauna di area Onshore Receiving Facilities/ORF
Penelitian atau pengamatan terhadap fauna ditujukan untuk mendapatkan gambaran
keadaan satwa liar yang ada di area ORF (Onshore Receiving Facilities) dan landfall, baik
dari segi jumlah individu, jenis spesies, dan vegetasi atau habitat yang dimanfaatkan oleh
fauna darat. Hal ini dikarenakan kehadiran satwa liar sangat berguna bagi bioindikator
lingkungan. Banyak fauna darat yang memanfaatkan suatu tempat untuk berlindung, mencari
makan, dan bersarang. Keberadaan satwa liar juga dipengaruhi atau ditentukan oleh keadaan
habitat yang ada pada suatu tempat.
Di daerah ORF (Onshore Receiving Facilities) terdapat beberapa jenis pohon yang
tumbuh di sekitar area ORF. Selain itu, terdapat jenis rerumputan. Sedangkan pada area ORF
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 6
yang dimanfaatkan untuk pertambakan, terdapat tanaman pisang (Musa paradisiaca) dan
ilalang-ilalang (± 1,5-2 meter). Dengan kondisi demikian, masih dapat dijumpai satwa liar
berupa jenis burung (aves), herpetofauna, dan insekta.
a) Insekta/Serangga
Tercatat sebanyak tujuh jenis insekta di area ORF (Onshore Receiving Facilities).
Jenis yang paling banyak dijumpai adalah kupu-kupu jenis Zizina otis sebanyak 37 individu.
Jenis tersebut sering kali dijumpai berkelompok dan terbang rendah di sekitar tumbuhan
bawah atau rumput-rumputan atau terlihat hinggap di pucuk rerumputan.
Dapat dilihat pada Tabel 1, dua jenis insekta telah dievaluasi oleh IUCN dan masuk
dalam kategori Least Concern atau masih dalam risiko keterancaman rendah. Semua jenis
insekta yang dijumpai tidak dilindungi Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999. Indeks
keanekaragaman insekta pada area ORF sebesar 1,163 yang menunjukkan bahwa tingkat
keanekaragaman insekta rendah.
Tabel 1. Jenis-jenis insekta/serangga yang dijumpai di area ORF
No. Nama latin/ilmiah Nama umum/Inggris Nama
lokal/Indonesia PP IUCN (2017)
1. Ischnura elegans Common Bluetail Capung jarum - Least Concern
2. Zizina otis Lesser Grass Blue - - -
3. Brachythemis
contaminata Common Amberwing
Capung sayap
oranye - Least Concern
4. Leptosia nina Psyche Kupu kerai
payung - -
5. Libellula needhami Needham’s Skimmer - - -
6. Graphium
agamemnon Tailed Jay
- - -
7. Acraea sp. - - - -
Tabel 2. Jumlah individu dan indeks keanekaragaman insekta di ORF
No Spesies
Jumlah ni/N ln ni/N Nama Latin Nama Indonesia
1 Ischnura elegans Capung jarum 7 -0,2529
2 Zizina otis - 37 -0,29263
3 Brachythemis
contaminata
Capung sayap
oranye 10 -0,30084
4 Leptosia nina Kupu kerai
payung 2 -0,11473
5 Libellula needhami - 1 -0,06911
6 Graphium
agamemnon
-
1 -0,06911
7 Acraea sp. - 1 -0,06911
Total spesies 7
Total individu 59
H’ (indeks keanekaragaman) 1,163
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 7
b) Herpetofauna
Dari hasil pengamatan, telah diketahui sebanyak sembilan jenis herpetofauna di ORF.
Jenis tokek rumah paling banyak dijumpai sebanyak 134 individu. Tokek rumah sering kali
dijumpai berada di pohon-pohon di area ORF.
Dapat dilihat pada Tabel 3, semua herpetofauna yang dijumpai tidak dilindungi oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999. Indeks keanekaragaman reptil pada area ORF
sebesar 1.41 yang menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman rendah.
Tabel 3. Jenis-jenis herpetofauna yang dijumpai di area ORF
No. Nama latin/ilmiah Nama
umum/Inggris
Nama
lokal/Indone
sia
PP IUCN (2017)
1. Eutropis multifasciata East Indian Brown
Mabuya
Kadal kebun - -
2. Varanus salvator Common Water
Monitor
Biawak air - Least Concern
3. Hemidactylus sp. - Cicak - -
4. Gekko gecko Tokay Gecko Tokek rumah - -
5. Xenopeltis unicolor Asian Sunbeam
Snake
Ular pelangi - Least Concern
6. Enhidris sp. - Ular air - -
7. Fejervarya
limnocharis Asian Grass Frog
Kodok
tegalan - Least Concern
8. Bungarus fasciatus Banded Krait Ular welang - Least Concern
9. Homalopsis buccata Puff-faced Water
Snake
Ular air
belang - Least Concern
Tabel 4. Jumlah individu dan indeks keanekaragaman herpetofauna di ORF
No Nama Reptil Jumlah
individu
Ni/N ln
Ni/N Nama Lokal Nama Latin
1. Kadal kebun Eutropis multifasciata 44 -0,27624
2. Biawak air Varanus salvator 1 -0,01841
3. Cicak Hemidactylus sp. 88 -0,35698
4. Tokek rumah Gekko gecko 134 -0,36299
5. Ular pelangi Xenopeltis unicolor 1 -0,01841
6. Ular air Enhidris sp. 3 -0,04466
7. Kodok tegalan Fejervarya limnocharis 36 -0,24917
8. Ular welang Bungarus fasciatus 2 -0,03237
9. Ular air belang Homalopsis buccata 3 -0,04466
Jumlah Total Spesies 9
Jumlah Total Individu 312
H’ (Indeks Keanekaragaman) 1,41
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 8
c) Aves/Burung
Selama pengamatan di daerah ORF (Onshore Receiving Facilities) tercatat 155
individu burung dari 18 spesies burung. Dari jumlah total individu tersebut, burung Bondol
peking (Lonchura punctulata) yang memiliki jumlah individu terbanyak, yaitu sebanyak 33
individu. Hal ini dapat disebabkan karena saat pengamatan area persawahan sedang terjadi
musim panen padi dimana padi tersebut merupakan makanan burung jenis bondol.
Dari jumlah spesies burung yang dicatat, dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu burung air dan burung non-air. Dari total spesies yang tercatat, sebanyak
tujuh spesies yang termasuk kelompok burung air, seperti: Blekok sawah (Ardeola speciosa),
Kuntul kecil (Ardeola garzetta), Titihan Australia (Tachybaptus novaehollandiae), Dara laut
sayap putih (Chlidonias leucopterus), Kokokan laut (Butorides striata), Dara Laut Kumis
(Chlidonias hybridus), dan Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis). Sebanyak 15 spesies burung
termasuk kelompok burung non-air, seperti: Walet sapi (Collocalia esculenta), Perenjak padi
(Prinia inornata), Raja udang biru (Alcedo coerulescens), dan Cabai Jawa (Dicaeum
trochileum).
Dapat dilihat pada Tabel 5, terdapat empat jenis burung yang dilindungi oleh
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999, yaitu Kuntul kecil, Cekakak
suci, dan Raja udang biru. Semua jenis burung yang dijumpai memiliki status
keterancamannya yang rendah atau masih melimpah di alam (Least Concern) menurut IUCN.
Indeks keanekaragaman burung di area ORF sebesar 2,358 yang menunjukkan bahwa tingkat
keanekaragaman burung di area tersebut cukup tinggi dan dapat pula disimpulkan bahwa
lingkungan yang ada dapat mendukung keberlangsungan hidup jenis-jenis burung tersebut.
Tabel 5. Jenis-jenis burung di area ORF
No. Nama Latin/ilmiah Nama
lokal/Indonesia
Nama
umum/Inggris PP
IUCN
(2017)
1. Collocalia esculenta Walet sapi Glossy swiftlet - Least
Concern
2. Prinia inornata Perenjak padi Plain Prinia - Least
Concern
3. Ardeola speciosa Blekok sawah Javan Pond-heron - Least
Concern
4. Lonchura
leucogastroides Bondol jawa Javan Munia -
Least
Concern
5. Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk Yellow-vented
Bulbul -
Least
Concern
6. Egretta garzetta Kuntul kecil Little Egret Least
Concern
7. Alcedo coerulescens Raja udang biru Cerulean Kingfisher Least
Concern
8. Chlidonias
leucopterus Dara laut sayap putih White-winged Tern -
Least
Concern
9. Gerygone sulphurea Remetuk laut Golden-bellied - Least
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 9
Gerygone Concern
10. Spilopelia chinensis Tekukur biasa Eastern Spotted
Dove -
Least
Concern
11. Dicaeum trochileum Cabai Jawa Scarlet-headed
Flowerpecker -
Least
Concern
12. Hirundo tahitica Layang-layang batu Pacific Swallow - Least
Concern
13. Todiramphus chloris Cekakak sungai Collared Kingfisher Least
Concern
14. Pycnonotus
aurigaster Cucak kutilang Sooty-headed Bulbul -
Least
Concern
15. Lonchura punctulata Bondol peking Scaly-breasted
Munia -
Least
Concern
16. Butorides striatua Kokokan laut Green-backed Heron - Least
Concern
17. Ixobrychus sinensis Bambangan kuning Yellow Bittern - Least
Concern
18. Tachybaptus
novaehollandiae Titihan Australia Australasian Grebe -
Least
Concern
Tabel 6. Jumlah individu dan indeks keanekaragaman burung di ORF
No Spesies
Jumlah ni/N ln ni/N Nama Latin Nama Indonesia
1 Collocalia esculenta Walet sapi 5 -0.11
2 Prinia inornata Perenjak padi 2 -0.053
3 Ardeola speciosa Blekok sawah 1 -0.03
4 Lonchura
leucogastroides Bondol jawa 13 -0.205
5 Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk 14 -0.274
6 Egretta garzetta Kuntul kecil 8 -0.151
7 Alcedo coerulescens Raja udang biru 5 -0.11
8 Chlidonias
leucopterus
Dara laut sayap
putih 4 -0.092
9 Gerygone sulphurea Remetuk laut 25 -0.293
10 Spilopelia chinensis Tekukur biasa 3 -0.07
11 Dicaeum trochileum Cabai Jawa 1 -0.03
12 Hirundo tahitica Layang-layang
batu 33
-0.328
13 Todiramphus chloris Cekakak sungai 4 -0.092
14 Pycnonotus
aurigaster Cucak kutilang 8 -0.151
15 Lonchura punctulata Bondol peking 2 -0.053
16 Butorides striatua Kokokan laut 1 -0.03
17 Ixobrychus sinensis Bambangan
kuning 1 -0.03
18 Tachybaptus
novaehollandiae Titihan Australia 16 -0.233
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 10
Total spesies 18
Total individu 255
H’ (indeks keanekaragaman) 2,358
2. Fauna di area landfall
Area pengamatan selanjutnya adalah di area landfall. Area ini merupakan area
pertambakan dimana banyak sekali jenis pohon bakau di tepian tambak dan sekitar pipa-pipa
gas. Selain itu, juga terdapat jenis tumbuhan semak. Selama pengamatan sering dijumpai
orang-orang yang keluar masuk area pertambakan untuk memancing, memanen dan
meemilah rumput laut, membawa hasil tambak atau rumput laut. Area ini berbatasan dengan
laut dan lebih luas jika dibandingkan dengan area pengamatan pada ORF (Onshore Receiving
Facilities).
a) Insekta/Serangga
Dijumpai dua belas jenis insekta di area landfall. Jenis yang paling banyak dijumpai
adalah capung jenis Brachythemis contaminata sebanyak 205 individu. Selain itu dijumpai
pula beberapa jenis dalam kelompok capung lainnya (Ischnura elegans, Orthetrum sabina,
Enallagma sp., Neurothemis terminata, dan Ischnura ramburii), jenis dalam kelompok kupu-
kupu (Zizina otis, Graphium agamemnon, dan Danaus genutia), jenis dalam kelompok kepik
atau kumbang (Chrysocoris stolli dan Cheilomenes sexmaculata), serta jenis dalam kelompok
ngengat (Amata huebneri).
Dapat dilihat pada Tabel 7, terdapat lima jenis insekta yang telah dievaluasi oleh
IUCN dan masuk dalam kategori Least Concern yang berarti masih dalam risiko
keterancaman yang rendah atau melimpah di alam. Semua jenis belum termasuk dalam jenis
yang dilindungi PP No.7 tahun 1999. Indeks keanekaragaman insekta pada area landfall
sebesar 1,093 yang menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman insekta termasuk kategori
rendah.
Tabel 7. Jenis-jenis insekta/serangga yang dijumpai di area landfall
No. Nama latin/ilmiah Nama umum/Inggris Nama
lokal/Indonesia PP IUCN (2017)
1. Ischnura elegans Blue-tailed Damselfly Capung jarum - Least Concern
2. Brachythemis
contaminata Common Amberwing
Capung sayap
oranye - Least Concern
3. Amata huebneri Hübneri’s Wasp Moth Ngengat tawon -
4. Zizina otis Lesser Grass Blue - - -
5. Danaus genutia Common Tiger Kupu-kupu
harimau - -
6. Graphium
agamemnon Tailed Jay - - -
7. Orthetrum sabina Slender Skimmer Capung badak - Least Concern
8. Enallagma sp. - - - -
9. Neurothemis
terminata Red-winged Dragonfly
Capung sayap
merah - Least Concern
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 11
10. Ischnura ramburii Rambur’s Forktail - - Least Concern
11. Chrysocoris stolli Lychee Shield Bug - - -
12. Cheilomenes
sexmaculata - - - -
Tabel 8. Jumlah individu dan indeks keanekaragaman insekta di landfall
No Spesies
Jumlah ni/N ln ni/N Nama Latin Nama Indonesia
1 Ischnura elegans Capung jarum 39 -0,26935
2 Brachythemis
contaminata
Capung sayap
oranye 205 -0,24678
3 Amata huebneri Ngengat tawon 5 -0,06983
4 Zizina otis - 2 -0,03423
5 Danaus genutia Kupu-kupu
harimau 3 -0,04716
6 Graphium
agamemnon -
1 -0,0195
7 Orthetrum sabina Capung badak 2 -0,03423
8 Enallagma sp. - 1 -0,0195
9 Neurothemis
terminata
Capung sayap
merah 15 -0,15285
10 Ischnura ramburii - 16 -0,15949
11 Chrysocoris stolli - 1 -0,0195
12 Cheilomenes
sexmaculata -
1 -0,0195
Total spesies 12
Total individu 291
H’ (indeks keanekaragaman) 1,093
b) Herpetofauna
Tercatat enam jenis yang dijumpai di area landfall, dengan jumlah individu terbanyak
yang dijumpai adalah cicak (Hemidactylus sp.), yaitu sebanyak 16 individu. Dapat dilihat
pada Tabel 9, semua jenis herpetofauna yang dijumpai tidak dilindungi oleh Peraturan
pemerintah Nomor 7 tahun 1999. Dua jenis di antaranya telah dievaluasi oleh IUCN dan
termasuk dalam kategori Least Concern yang berarti masih cukup melimpah di alam. Indeks
keanekaragaman herpetofauna pada area landfall sebesar 0,92 yang menunjukkan bahwa
tingkat keanekaragaman sangat rendah.
Tabel 9. Jenis-jenis herpetofauna yang dijumpai di area landfall
No. Nama latin/ilmiah Nama umum/Inggris Nama
lokal/Indonesia PP IUCN (2017)
1. Hemidactylus sp. - Cicak - -
2. Dendrelaphis pictus Painted Bronzeback Ular tambang - -
3. Fejervarya
limnocharis Asian Grass Frog
Kodok tegalan - Least Concern
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 12
4. Cerberus rynchops
Dog-faced Water Snake Ular Bockadam Indo-Malaya
- Least Concern
Tabel 10. Jumlah individu dan indeks keanekaragaman herpetofauna di landfall
No Nama Reptil Jumlah
individu
Ni/N ln
Ni/N Nama Lokal Nama Latin
1. Cicak Hemidactylus sp. 16 -0,25246
2. Ular tambang Dendrelaphis pictus 1 -0,13633
3. Kodok tegalan Fejervarya limnocharis 2 -0,21238
4. Ular Bockadam Indo-
Malaya
Cerberus rynchops 4
-0,30421
Jumlah Total Spesies 4
Jumlah Total Individu 23
H’ (Indeks Keanekaragaman) 0,92
c) Aves/Burung
Pada area landfall, tercatat sebanyak 25 jenis burung dari 368 individu. Burung dara laut
sayap putih memiliki jumlah individu terbanyak sebesar 61 individu. Kelompok burung dara
laut dalam jumlah cukup banyak juga dijumpai bertengger di atas tonggak-tonggak dekat
jalur pipa gas yang berada di atas tambak. Hal ini dapat disebabkan karena keberadaan
sumber pakan yang melimpah, seperti ikan yang ada di dalam tambak.
Dapat dilihat pada Tabel 11, terdapat tiga jenis burung yang dilindungi oleh Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999, yaitu Kuntul kecil, Cekakak Sungai
dan Raja udang biru. Terdapat satu jenis burung yang status keterancamannya berada dalam
status hampir terancam atau Near Threatened menurut IUCN, yaitu Itik benjut. Dua puluh
lima jenis burung lainnya berada dalam risiko keterancaman yang masih rendah atau masih
melimpah di alam (Least Concern). Indeks keanekaragaman burung di area landfall sebesar
2.14 yang menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman burung di area tersebut cukup tinggi
dan dapat pula disimpulkan bahwa lingkungan yang ada dapat mendukung keberlangsungan
hidup jenis-jenis burung tersebut.
Tabel 11. Jenis-jenis burung di area landfall
No. Nama
Latin/ilmiah
Nama
lokal/Indonesia
Nama
umum/Inggris PP IUCN (2017)
1 Collocalia
esculenta Walet sapi
Glossy Swiftlet - Least Concern
2 Pycnonotus
goiavier Merbah cerukcuk
Yellow-vented
Bulbul -
Least Concern
3 Phalacrocorax
sulcirostris Pecuk padi hitam
Little Black
Cormorant -
Least Concern
4 Prinia inornata Perenjak padi Plain Prinia - Least Concern
5 Ardeola speciosa Blekok sawah Javan Pond-heron - Least Concern
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 13
6 Gallinula chloropus Mandar Batu Common Moorhen
- Least Concern
7 Rhipidura javanica Kipasan Belang Pied fantail - Least Concern
8 Egretta garzetta Kuntul kecil Little Egret Least Concern
9 Lonchura
punctulata Bondol peking
Blue-tailed Bee
Eater -
Least Concern
10 Alcedo
coerulescens Raja udang biru
Cerulean
Kingfisher Least Concern
11 Acrocephalus
stentoreus Kerakbasi ramai
Clamorous Reed-
warbler -
Least Concern
12 Gerygone
sulphurea Remetuk laut
Golden-bellied
Gerygone -
Least Concern
13 Butorides striata Kokokan Laut Striated Heron - Least Concern
14 Streptopelia
chinensis Tekukur biasa
Eastern Spotted
Dove -
Least Concern
15 Merops philipinus Kirik Kirik Laut Blue tailed Bee-
eator -
Least Concern
16 Ardea purpurea Cangak merah Purple Heron - Least Concern
17 Anas gibberifrons Itik benjut Sunda Teal - Near
Threatened
18 Chlidonias
leucopterus
Dara laut sayap
putih
White-winged
Tern - Least Concern
19 Tachybaptus
novaehollandie Titihan Australia
Australasian
Grebe -
Least Concern
20 Todiramphus
chloris Cekakak sungai
Collared
Kingfisher
Least Concern
21 Artamus
leucorhynchus Kekep babi
White-breasted
Woodswallow
- Least Concern
22 Cocomantis
sonneratii Wiwik Lurik
Banded Bay
Cuckoo
- Least Concern
23 Passer montanus Gereja Erasia Eurasian Tree-
Sparrow -
Least Concern
24 Butorides striata Kokokan laut Green-backed
Heron -
Least Concern
25 Phalacrocorax
sulcirostris Pecuk padi hitam
Little Black
Cormorant -
Least Concern
Tabel 12. Jumlah individu dan indeks keanekaragaman burung di landfall
No Spesies
Jumlah ni/N ln ni/N Nama Latin Nama Indonesia
1 Collocalia esculenta Walet sapi 4 -0.046
2 Pycnonotus goiavier Merbah Cerukcuk 6 -0.066
3 Rhipidura javanica Kipasan Belang 2 -0.026
4 Ardea purpurea Cangak Merah 7 -0.075
5 Anas gibberifrons Itik Benjut 43 -0.249
6 Ardeola speciosa Blekok Sawah 51 -0.273
7 Butorides striata Kokokan Laut 6 -0.066
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 14
8 Phalacrocorax
sulcirostris Pecuk Padi Hitam 10 -0.097
9 Prinia inornata Perenjak Padi 3 -0.038
10 Gallinula chloropus Mandar Batu 12 -0.11
11 Alcedo coerulescens Raja Udang Biru 14 -0.124
12 Passer montanus Burung Gerja 1 -0.012
13 Egretta garzetta Kuntul Kecil 6 -0.066
14 Lonchura
leucogastroides Bondol Jawa 5 -0.056
15 Merops philipinus Kirik-Kirik Laut 4 -0.046
16 Chlidonias
leucopterus
Dara Laut Sayap
Putih 154 -0.363
17 Gerygone sulphurea Remetuk Laut 3 -0.038
18 Streptopelia chinensis Tekukur Biasa 10 -0.097
19 Chlidonias hybridus Dara Laut Kumis 3 -0.038
20 Cacomantis
sonneratii Wiwik Lurik 1 -0.012
21 Artamus
leucorhynchus Kekep Babi 4 -0.046
22 Acrocephalus
stentoreus Kerakbasi Ramai 3 -0.038
23 Lonchura punctulata Bondol Peking 11 -0.1
24 Todirhamphus chloris Cekakak Sungai 1 -0.012
25 Tachybaptus
novaehollandie Titihan Australia 4 -0.046
Total spesies 25
Total individu 368
H’ (indeks keanekaragaman) 2,14
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 15
Lampiran 1. Dokumentasi saat pengambilan data
Pemasangan fermented banana trap pengamatan burung menggunakan binokuler
Penggunaan hook saat sampling herpetofauna sampling dan pencatatan insekta
Salah satu jalur yang dilewati saat sampling Pengamatan sisik ular (salah satu cara
di landfall identifikasi)
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 16
Lampiran 2. Dokumentasi beberapa flora yang dijumpai saat pengamatan
Areaceae/Palmae daun Acacia mangium
Terminalia catappa Melaleuca sp.
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 17
Lampiran 3. Dokumentasi insekta yang dijumpai di ORF
Zizina otis Ischnura elegans
Brachythemis contaminata (dok. Google) Leptosia nina (dok.google)
Libellula needhami (dok. Google) Graphium agamemnon
Acraea sp. (dok. Google)
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 18
Lampiran 4. Dokumentasi insekta yang dijumpai di landfall
Amata huebneri Graphium agamemnon
Danaus genutia Enallagma sp. (dok. Google)
Neurothemis terminata (dok. Google) Ischnura elegans
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 19
Ischnura heterosticta Zizina otis
Ischnura ramburii (dok. Google) Brachythemis contaminata (dok. Google)
Chrysocoris stolli (dok. Google) Cheilomenes sexmaculata (dok. Google)
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 20
Lampiran 5. Dokumentasi herpetofauna di ORF
Eutropis multifasciata Xenopeltis unicolor
Gekko gecko Gehyra mutilata
Hemidactylus sp. Dendrelaphis pictus
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 21
Fejervarya cancrivora (dok. Google) Xenotrophis piscator (dok. Google)
Ahaetulla prasina (dok. Google)
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 22
Lampiran 6. Dokumentasi herpetofauna di landfall
Hemidactylus frenatus (dok. Google) Fejervarya sp. (dok. Google)
Cerberus rynchops (dok. Google) Gehyra mutilata
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 23
Lampiran 7. Dokumentasi burung di ORF
Collocalia esculenta Prinia inornata
Ardeola speciosa Lonchura leucogastroides
Pycnonotus goiavier (dok. Google) Egretta garzetta (dok. Google)
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 24
Alcedo coerulescens (dok. Google) Acrocephalus stentoreus (dok. Google)
Gerygone sulphurea Spilopelia chinensis
Dicaeum trochileum Ardea purpurea
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 25
Todiramphus chloris (dok. Google) Pycnonotus aurigaster
Lonchura punctulata Butorides striata
Ixobrychus sinensis (dok. Google) Tachybaptus novaehollandiae (dok. Google)
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 26
Chlidonias leucopterus Hirundo tahitica
Butorides striata
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 27
Lampiran 8. Dokumentasi burung di landfall
Collocalia esculenta Pycnonotus aurigaster
Lalage sueurii Prinia inornata
Ardeola speciosa Nycticorax nycticorax
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 28
Pycnonotus goiavier (dok. Google) Egretta garzetta (dok. Google)
Lonchura punctulata Alcedo coerulescens (dok. Google)
Acrocephalus stentoreus (dok. Google) Gerygone sulphurea
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 29
Hirundo tahitica Spilopelia chinensis
Dicaeum trochileum Ardea purpurea
Anas gibberifrons Chlidonias leucopterus
LAPORAN MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI PERTAGAS EJA
SEMESTER I TAHUN 2017 30
Phalacrocorax sulcirostris Todiramphus chloris (dok. Google)
Artamus leucorynchus (dok. Google) Pycmomotus aurigaster
Streptopelia bitorquata Butorides striata