Upload
doliem
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN
HIDUP KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP
PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN
BATUBARA BAGI INDUSTRI
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh
VENNI RINDYA KUSUMADEWI
NIM. E0007236
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
nikmat Allah.
(Q.S. IBRAHIM :34)
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu, Yang menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah!dan Tuhanmu yang paling Pemurah. Yang telah mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia telah mengajarkan kepada manusia yang tidak diketahuinya.
(Q.S. Al Alaq : 1-5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Sebuah karya sederhana ini kupersembahkan kepada :
Allah SWT, Maha Suci Engkau, Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan, Pencipta Pemikiran dan Ilmu Pengetahuan.
Ayah Ibuku tercinta, sumber kasih sayang, memberi cinta tanpa batas,
Segalanya bagi hidupku.
Kakak-kakakku tersayang, semua keluarga besar, pemberi warna dan cahaya dalam hidup.
Seseorang yang senantiasa melengkapi hidupku yang indah, yang selalu ada dihatiku.
Sahabat-sahabat terbaikku, sosok penguat dan pemberi keceriaan dalam perjalanan
hidupku.
& Civitas Akademika
Fakultas Hukum UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan penulisan hukum (skripsi) dengan judul “
PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH
HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI”.
Penulis manyadari bahwa dalam proses penyusunan hukum (skripsi) ini
menemui berbagai rintangan, tantangan, dan hambatan yang harus penulis lewati
dan ini semua tidak terlepas dari bantuan serta dukungan baik moral maupun
spiritual dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Mohammad Jamin, S.H, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum UNS
yang telah menjadikan Fakultas Hukum menjadi Fakultas andalan dan
membanggakan serta memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
2. Ibu Dr. I.G. Ayu Ketut Rachmi H., S.H., M.M., selaku pembimbing Penulisan
Hukum (Skripsi) yang membimbing penulis dengan penuh kesabaran,
meluangkan waktu untuk penulis berkonsultasi serta memberikan masukan
dan arahan yang sangat berguna kepada penulis hingga tersusunnya Penulisan
Hukum (Skripsi) ini.
3. Bapak Soehartono, S.H,.M.Hum, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan nasehat yang berguna selama penulis menempuh pendidikan di
Fakultas Hukum UNS.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, bimbingan, dan berbagi pengalaman yang merupakan hal yang
luar biasa tidak ternilai yang penulis peroleh, sehingga dapat menjadi bekal
penulis setelah lulus dari Fakultas Hukum yang tercinta ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
5. Bapak dan Ibu staf Fakultas Hukum UNS, Bu Yani, Bu Ike, Pak Joko, Pak
Yono, Pak Gunawan, Mas Wawan (PPH), Mbak Dian dan Mas Haryanto
(Perpusatakaan) terimakasih atas bantuan dan kebaikannya selama ini.
6. Bapak Drs.Waluyo Dwi Basuki, MM., selaku Kepala Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian.
7. Ibu Indah Rudiartati, S.H,.M.M, selaku Kasubid Penegakan Hukum yang telah
dengan sabar dan ramah memberikan bimbingan serta arahan, menjawab
permasalahan yang penulis teliti, membantu memberikan informasi dan data
berkaitan dengan Penulisan Hukum (Skripsi) ini sehingga dapat terselesaikan
dengan lancar.
8. Ibu Intan Hardanti, S.H, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST., Msi, serta staf Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, terimakasih atas bimbingan dan bantuannya selama penulis
melakukan penelitian.
9. Mama dan Papa tercinta yang dengan tulus senantiasa mendoakan penulis,
mendidik sampai sebesar ini, memberikan semangat, kasih sayang yang tidak
ternilai harganya serta Papa yang senantiasa membantu, mengarahkan dan
memberikan nasehat yang sangat berguna dalam Penulisan Skripsi ini.
Semoga kelak penulis dapat membanggakan dan membahagiakan mama dan
papa.
10. Kakak-kakak tersayang, Mas Hendra, Mas Dani, Mbak Ika, Mbak Elsa, dan si
kecil Chaca, terimakasih atas perhatian, do’a dan semangatnya selama ini.
11. Mas Luhur Budi Wibowo tersayang yang telah mendampingi penulis selama
ini, terimakasih atas semua yang diberikan kepada penulis, semangat,
perhatian, kesetiaan, kasih sayang, do’a dan juga kesabaran untuk membantu
penulis dalam Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
12. Sahabat-sahabat tercinta Tyas (sahabat cerita dimanapun kapanpun berada,)
Lina (teman curhat yang sangat dewasa), Shinta (teman super heboh yang
ceria) yang selama ini sudah menjadi sahabat yang sangat berarti, mewarnai
hari-hari dengan kebersamaan yang sangat indah, sahabat dalam suka dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
duka, terimakasih banyak untuk do’a, perhatian, kasih sayang, bantuan,
dukungan dan semangatnya. Kalian sahabat untuk selamanya.
13. Adik-adik dan teman-teman De’Ita, De’Mita, Dina, Dian (Tante Shafa)
terimakasih untuk dukungan, semangat dan do’anya. Dita Nuri dan Mbak
Erika (tempat berkonsultasi) terimakasih untuk bantuannya selama ini.
14. Eyang, Om, Bulik dan semua keluarga besar yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, terimakasih atas do’anya selama ini.
15. Teman-teman magang, Mey, Puspita, Dika, Wawan, Mas Agung, Mas Sukma,
dan Mardian sahabat dan keluarga baru bagi penulis, terimakasih atas
kenangan yang telah kalian torehkan.
16. Seluruh keluarga besar Angkatan 2007 Fakultas Hukum tercinta, terimakasih
untuk masa-masa indah selama kuliah, kalian tidak akan terlupakan.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu penulisan skripsi ini.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu saran, kritik dan masukan yang membangun sangat
diharapkan dari berbagai pihak demi kemajuan di masa yang akan datang.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Maret 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………............... ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………................ iv
HALAMAN MOTTO ………………………………………………………. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………. vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ……………………………………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………... xiii
ABSTRAK ………………………………………………………………….. xiv
ABSTRACT ………………………………………………………………… xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 6
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………….. 7
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 8
E. Metode Penelitian ………………………………………………………. 8
F. Sistematika Penulisan Hukum ………………………………………….. 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ………………………………………………………….. 17
1. Tinjauan Umum tentang Lingkungan Hidup ………………................ 17
2. Tinjauan Umum tentang Hukum Lingkungan ……………………….. 24
3. Tinjauan Umum tentang Limbah dan Pengelolaannya ………………. 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
4. Tinjauan tentang Pembakaran Batubara ……………………………… 37
B. Kerangka Pemikiran ……………………………………………………… 39
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian …………………………………………..... 42
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………………………………………… 42
2. Visi dan Misi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar … 42
3. Tugas Pokok dan Fungsi ……………………………………………. 44
B. Pelaksanaan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten ………..
Karanganyar Terhadap Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batubara
Bagi Industri ……………………………………………………………… 50
1. Mekanisme Pengajuan Izin Penyimpanan Sementara Limbah ………..
Bahan Berbahaya dan Beracun di Kabupaten Karanganyar ………….. 51
2. Pelaksanaan Pengawasan Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran …...
Batubara bagi Industri di Kabupaten Karanganyar …………………... 57
C. Faktor-faktor yang Menghambat Pelaksanaan Pengawasan ………………
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Terhadap …………...
Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batubara Bagi Industri …………
serta Solusinya ……………………………………………………………. 74
1. Internal ……………………………………………………………….. 74
2. Eksternal ……………………………………………………………… 75
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ………………………………………………………………….. 77
B. Saran ……………………………………………………………………… 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 1. Teknik Analisis Kualitatif Model Interaktif
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Bagan Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar
Gambar 4. Alur Pengaduan Masyarakat
Tabel 1. Perusahaan yang Diterbitkan Izin TPS LB3 pada Tahun 2010
Tabel 2. Data Pengawasan BLH ke Perusahaan Pengguna Batubara pada
Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran II Formulir Permohonan Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)
Daftar Ceklist Permohonan Izin
Lembar Kegiatan Limbah Bahan Berbahaya dan Baracun (LB3) Perusahaan
Neraca Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)
Lampiran III Contoh Manivest (Dokumen Limbah B3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAK
Venni Rindya Kusumadewi. E0007236. 2011. PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret. Pelaksanaan pengelolaan limbah batubara yang termasuk Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh beberapa industri di Karanganyar yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikhawatirkan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, sehingga perlu adanya suatu pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Penelitian ini mengkaji dan menjawab permasalahan mengenai pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah, dalam hal ini limbah hasil pembakaran batubara bagi industri; faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri. Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Sumber data yang digunakan meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan dan studi kepustakaan. Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan pejabat Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar yang berwenang menangani hal yang berkaitan dengan pengelolaan limbah. Studi kepustakaan diperoleh dari referensi buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi, jurnal-jurnal, karya ilmiah, internet dan bahan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teknik analisis data kualitatif dengan model interaktif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu bahwa Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar merupakan institusi yang berwenang dalam hal yang berkaitan dengan Lingkungan Hidup, termasuk salah satunya adalah pengawasan. Bentuk pengawasan yang dilakukan adalah pemberlakuan prosedur perizinan bagi pelaku usaha dengan dilengkapi Tim pengarah,Tim Pengkaji, dan Peneliti penerbitan Izin; pembentukan Tim Pengawas pelaksanaan kebijakan Lingkungan Hidup; melakukan pengawasan ke perusahaan-perusahaan dengan intensitas 1 kali dalam seminggu. Dalam rangka menangani masalah-masalah lingkungan hidup melalui kegiatan pengawasan dijumpai hambatan-hambatan, seperti: dari internal yaitu keterbatasan Sumber Daya Manusia yang professional dan terbatasnya sarana operasional lapangan untuk melakukan pengawasan. Faktor eksternalnya adalah kurangnya kesadaran para pelaku usaha untuk menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, mahalnya biaya operasional untuk penanganan limbah, dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam penanganan masalah lingkungan hidup.
Kata Kunci : pengawasan pemerintah, pengelolaan limbah industri (B3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRACT
Venni Rindya Kusumadewi. E0007236. 2011. IMPLEMENTATION OF CONTROLLING WASTE MANAGEMENT’S RESULT FOR BURNING COAL INDUSTRY BY ENVIRONMENTAL INSTITUTION LOCAL GOVERNMENT AT KARANGANYAR DISTRICT. Law Faculty of Sebelas Maret University.
Implementation of the coal waste management including hazardous and toxic waste by some industries in Karanganyar that does not comply with the legislation in force feared could lead to environmental damage, so its need to controlled by both government and society. This research will study and answer the problems concerning the implementation of Environmental Institution Local Government controls at Karanganyar District on waste management, that is the waste of coal combustion for industries, factors that hinder the implementation of environmental institute local goverment's supervision at Karanganyar district to the waste management of coal combustion for industries. This research is empirical legal research is a descriptive qualitative approach. The research data includes primary data and secondary data. Source data that used includes primary legal materials, secondary legal materials and tertiary legal materials. Technique of data collecting conducted with field studies and literature studies. Field studies conducted through interviews with officials of the Environmental Institution Local Government at Karanganyar District authorities handle matters related to waste management. Literature study is obtained from reference books, legislation, official documents, journals, scientific papers, internet and other library materials relating to the problems examined. Qualitative data analysis techniques with an interactive model. Results obtained from this study is that the Environmental Institution Local Government at Karanganyar District is a competent institution related to Environment, including one of which is controlling. Form of controlling is carried out enforcement procedures for business licensing equipped with Steering Team, Review Team, and Researcher Permit issuance. Formation of Controlling Team Environment policy implementation, conduct surveillance to companies with intensity once a week. In order to address environmental problems through surveillance activities encountered obstacles, such as of the limitations of internal human resources professionals and the limited means of field operations to conduct surveillance. External factor is the lack of awareness among businesses to comply with laws and regulations applicable, expensive operating costs for waste handling, and lack of community participation in the handling of environmental problems.
Keywords: government controlling, management of industrial waste (B3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha
Esa yang tidak ternilai harganya, sehingga harus senantiasa dijaga, dikelola
dan dikembangkan dengan baik agar dapat menjadi sumber penghidupan bagi
manusia dan mahkluk lainnya demi meningkatkan kualitas hidup. Antara
manusia dan lingkungan sekitar tentu sangat berhubungan erat, karena
manusia berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan alam dan
lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu positif maupun
negatif.
Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas, dan serius.
Ibarat bola salju yang selalu menggelinding, semakin lama semakin besar.
Persoalannya bukan hanya bersifat lokal atau translokal, tetapi regional,
nasional, trans-nasional, dan global. Dampak-dampak yang terjadi terhadap
lingkungan tidak hanya terkait pada satu atau dua segi saja, tetapi kait
mengait sesuai dengan sifat lingkungan yang memiliki multi mata rantai
relasi yang saling mempengaruhi secara subsistem. Awalnya masalah
lingkungan hidup merupakan masalah alami, yakni peristiwa-peristiwa yang
terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses natural ini terjadi tanpa
menimbulkan akibat yang berarti bagi tata lingkungan itu sendiri dan dapat
pulih kemudian secara alami. Akan tetapi, sekarang masalah lingkungan tidak
lagi dapat dikatakan sebagai masalah yang semata-mata bersifat alami, karena
manusia memberikan faktor penyebab yang sangat signifikan secara variabel
bagi peristiwa-peristiwa lingkungan (N.H.T Siahaan 2004:1).
Salah satu kegiatan manusia yang sangat berhubungan dengan
lingkungan adalah pembangunan industri. Dapat diambil contoh di daerah
perkotaan, semakin meningkat jumlah penduduk perkotaan, semakin besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pula masalah lingkungan hidup perkotaan yang di hadapi. Kenaikan jumlah
penduduk di perkotaan ini erat kaitannya dengan pesatnya industrialisasi.
Industrialisasi yang berlangsung dalam proses pembangunan, pada
hakekatnya merupakan upaya meningkatkan pemanfaatan berbagai faktor,
misalnya sumber alam, keahlian manusia, modal, dan teknologi, secara
berkesinambungan. Semakin banyak kebutuhan masyarakat, semakin banyak
kegiatan industri yang berlangsung, sehingga semakin besar pula tekanan
untuk meningkatkan pemanfaatan faktor-faktor tersebut. Berkaitan dengan
itu, pada dasarnya industrialisasi adalah sebuah dilema. Di satu pihak,
pembangunan industri ini sangat diperlukan untuk meningkatkan penyediaan
barang dan jasa yang sangat diperlukan oleh masyarakat, untuk memperluas
kesempatan kerja, dan untuk meningkatkan devisa negara melalui ekspor.
Tetapi di lain pihak, industrialisasi juga mempunyai dampak negatif,
khususnya ditinjau dari kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup dan
sumber alam (R.M. Gatot P. Soemartono, 1996:195-196).
Dampak positif dari pembangunan sektor industri sudah banyak kita
rasakan, mulai dari meningkatnya kemakmuran rakyat, meningkatnya
pendapatan perkapita, memperluas lapangan kerja, meningkatnya mutu
pendidikan masyarakat, memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang
semakin meningkat dan masih banyak lagi sisi positif dari pembangunan.
Namun demikian semua jenis usaha memiliki dampak atau sisi negatif,
selanjutnya pemerintah kurang memperhatikan kebijaksanaan yang mengatur
tentang dampak atau sisi negatif dari pembangunan salah satunya kegiatan
industri yang ternyata sangat banyak.
Salah satu dampak negatif pembangunan yang menonjol adalah
timbulnya berbagai macam pencemaran, akibat penggunaan mesin-mesin
dalam industri maupun mesin-mesin sebagai hasil produksi dari industri
tersebut. Ada berbagai bentuk pencemaran, antara lain pencemaran udara
yang diakibatkan oleh asap yang dihasilkan sisa pembakaran dari mesin,
pencemaran air yang diakibatkan pembuangan sisa industri yang bersifat cair
secara langsung tanpa melalui proses daur ulang, pencemaran tanah akibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sampah plastik yang tidak dapat diuraikan oleh tanah dan pencemaran suara
dari suara mesin-mesin. Akibat semakin gencarnya para pengusaha
berproduksi untuk memproduksi barang dalam jumlah yang sangat besar,
maka semakin meningkat sisa pembakaran berupa gas CO, yang berbahaya
bagi manusia juga bertambah jumlah, sisa produksi berupa bahan kimia yang
berbahaya juga bertambah jumlahnya. Selain itu masyarakat yang
mengkonsumsi produk tersebut akan membuang kemasannya dalam jumlah
besar maka terjadilah pencemaran akumulasi dari berbagai bentuk
pencemaran dalam suatu daerah
(http://www.lawskripsi.com/index.php?option=com_content&view=article&i
d=51&Itemid=51).
Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup perlu diikuti
tindakan berupa pelestarian sumber daya alam dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah dan diperbaharui
oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPLH) adalah payung di bidang pengelolaan
lingkungan hidup yang dijadikan dasar bagi pengelolaan lingkungan hidup di
Indonesia dewasa ini. Dengan demikian, UUPLH merupakan dasar ketentuan
pelaksanaan dalam pengelolaan lingkungan hidup serta sebagai dasar
penyesuaian terhadap perubahan atas peraturan yang telah ada sebelumnya
serta menjadikannya sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh di dalam
suatu sistem (Muhamad Erwin, 2008:13).
Sejalan dengan itu, dalam perkembangannya ternyata Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1997 memiliki beberapa kekurangan. Sebagai
penyempurnaan UUPLH 1997 lahir dalam bentuk Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup lebih baik dibandingkan UUPLH 1997. Hal
ini terjadi karena secara hierarki Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
adalah penyempurnaan UUPLH 1997. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 memuat hal-hal yang lebih jelas dan rinci, seperti adanya pola
perlindungan lingkungan, upaya pengelolaan lingkungan hidup, pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) serta Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (LB3), yang pengaturan mengenai hal tersebut tidak ditemui dalam
UUPLH 1997.
Salah satu sektor dominan sebagai pendukung pembangunan ekonomi
adalah industri. Proses industri disamping dibutuhkan bahan baku baik lokal
maupun impor, juga dibutuhkan energi bahan bakar sebagai tenaga penggerak
peralatan ataupun mesin-mesin industri. Ada beberapa macam sumber energi
sebagai tenaga penggerak mesin antara lain berupa bahan bakar minyak dan
batubara. Dengan semakin mahalnya harga bahan bakar minyak, maka
penggunaan bahan bakar batubara terbukti lebih efisien untuk meningkatkan
produktifitas proses industri.
Batubara adalah sumber energi yang paling mudah diambil dari alam.
Dewasa ini banyak industri yang beralih menggunakan batubara sebagai
bahan bakar dalam menghasilkan uap, hal ini disebabkan karena pemakaian
batubara dianggap lebih efisien dibandingkan dengan pemakaian minyak
yang terus meningkat. Selain itu, batubara merupakan bahan yang siap
dieksploitasi secara ekonomis karena terdapat dalam jumlah yang banyak
sehingga menjadi bahan bakar yang dapat mendukung kebutuhan energi
dunia dalam jangka waktu yang relatif lama.
Bertolak dari kondisi tersebut, banyak industriawan di Kabupaten
Karanganyar yang menggunakan batubara sebagai sumber energi.
Penggunaan batubara disamping menghasailkan energi yang efisien ternyata
menyisakan permasalahan yakni pengelolaan limbah hasil pembakaran
batubara (fly ash dan bottom ash) yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengelolaan limbah seharusnya
disesuaikan dengan baku mutu limbah, sehingga diharapkan tidak
mengancam pencemaran dan perusakan lingkungan di sekitarnya. Selain
dibutuhkan adanya kesadaran dari para pelaku industri itu, pemerintah juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
sangat berperan penting, khususnya institusi yang berwenang dalam
pengelolaan lingkungan.
Limbah batubara itu disebut dengan Fly Ash dan Bottom Ash yaitu abu
terbang yang ringan dan abu relatif berat yang timbul dari proses pembakaran
suatu bahan yang lazimnya menghasilkan abu. Sesuai Peraturan Pemerintah
No 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No 18
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
bahwa Fly Ash dan Bottom Ash termasuk dalam jenis limbah B3 yang
pemanfaatannya harus mendapat izin pemanfaatan dari Kementerian
Lingkungan Hidup (http://tractor-truck.com/berita/1411-pabrik-limbah-
batubara-segera-dibangun-di-kim.html).
Beberapa perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur
pengeloaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) termasuk limbah
batubara, antara lain :
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun.
Peraturan perundang-undangan dapat berlaku efektif apabila
didukung oleh perangkat penegakan hukum. Penegakan hukum lingkungan
berkaitan dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat
terhadap peraturan yang berlaku, yang meliputi tiga bidang hukum, yaitu
adminstratif, pidana dan perdata. Dengan demikian, penegakan hukum
lingkungan merupakan upaya untuk mencapai ketaatan terhadap peraturan
dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan
individual, melalui pengawasan dan penerapan (atau ancaman) sanksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
administratif, kepidanaan, dan keperdataan, Siti Sundari Rangkuti (Muhamad
Erwin, 2008:113). Penegakan hukum salah satunya adalah dapat berupa
kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu institusi
lingkungan hidup.
Pelaksanaan pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara oleh
beberapa industri di Kabupaten Karanganyar ternyata masih dijumpai hal-hal
yang belum atau bahkan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan. Sementara itu, efektivitas fungsi pengawasan yang dilakukan
baik oleh pemerintah maupun masyarakat sangat besar peranannya dalam
rangka mengawal peraturan perundang-undangan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui sejauh
mana pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar dalam pengelolaan limbah
batubara. Oleh sebab itu, sangat penting untuk dilakukan kajian lebih jauh,
sehingga dalam penelitian ini penulis memilih judul : PELAKSANAAN
PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN
KARANGANYAR TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL
PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang
lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti
berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Perumusan masalah
merupakan hal yang sangat penting dalam setiap tahapan penelitian.
Perumusan masalah yang jelas akan menghindari pengumpulan data yang
tidak perlu, dapat menghemat biaya, waktu, tenaga dan penelitian akan lebih
terarah pada tujuan yang ingin dicapai (Abdulkadir Muhammad, 2004:62).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang hendak diteliti dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran
batubara bagi industri ?
2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah
hasil pembakaran batubara bagi industri, dan bagaimana solusinya ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian diperlukan untuk memberikan arah dalam mencapai
maksud dalam suatu penelitian. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahuai pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah hasil
pembakaran batubara bagi industri.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan
pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
tehadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri
dan juga mengetahui solusinya.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama
penyusunan penulisan hukum untuk melengkapi syarat akademis guna
memperoleh gelar sarjana dalam program studi ilmu hukum di
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk memperluas wawasan, pengetahuan, pemahaman, dan
kemapuan penulis dalam mengkaji masalah yang diperoleh dari teori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dan praktek lapangan dalam hal ini lingkup hukum administrasi
negara, khususnya hukum lingkungan.
c. Menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah penulis peroleh,
agar dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat, baik
untuk mengetahui hasil yang diteliti maupun bagi pengembangan penelitian
tersebut. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum
pada umumnya dan hukum adminstrasi negara pada khususnya yang
berkaitan dengan sejauh mana pelaksanaan pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar terkait dengan
pengelolaan limbah.
b. Memperkaya referensi dan literatur dalam kepustakaan yang dapat
digunakan sebagai bahan acuan penelitian yang akan datang.
2. Manfaaat Praktis
a. Mengembangkan daya penalaran dan membentuk pola pikir dinamis
penulis, sehingga dapat mengetahui kemampuan penulis atas ilmu
yang telah diperoleh.
b. Memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
E. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk
mengetahui seluk-beluk sesuatu. Kegiatan ini biasanya muncul dan dilakukan
karena ada sesuatu masalah yang memerlukan jawaban atau ingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
membuktikan sesuatu yang telah dialaminya selama hidup, untuk mengetahui
berbagai latar belakang terjadinya sesuatu (Beni Ahmad Saebani, 2008:12).
Metode penelitian adalah suatu tulisan atau karangan mengenai
penelitian disebut dan dipercaya kebenarannya apabila pokok-pokok pikiran
yang dikemukakan disimpulkan melalui prosedur sistematis dengan
menggunakan pembuktian yang meyakinkan, oleh karena itu dilakukan
dengan cara yang obyektif dan telah melalui berbagai tes dan pengujian
(Winarno Surachman, 1990:26). Metode yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
penelitian hukum empiris. Pada penelitian empiris yang diteliti pada
awalnya adalah data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan penelitian
pada data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat (Soerjono
Soekanto, 1986:52).
2. Sifat Penelitian
Penelitian hukum ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat
suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu atau untuk
menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain
dalam masyarakat (Amirudin dan Z. Asikin, 2004: 25).
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif ini merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau
lisan, dan perilaku nyata (Soerjono Soekanto, 1986:32). Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pengumpulan data berupa kata-kata, gambar-gambar, serta informasi
verbal maupun normatif dan bukan dalam bentuk angka-angka.
Penelitian kualitatif sama halnya dengan penelitian etnografi yang
bertujuan untuk menemukan pola-pola kebudayaan yang membuat hidup
menjadi berarti bagi orang atau masyarakat, teknik penelitian yang
digunakan adalah wawancara mendalam (dept interview), pengamatan
terlibat (participant observation) dan dokumen pribadi seperti buku
harian, surat-surat, otobiografi, transkrip dan wawancara tidak berstruktur
(Burhan Ashshofa, 2004:61).
4. Lokasi Penelitian
Penulis memilih lokasi penelitian di Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar, yang beralamat di Jl. K.H Samanhudi No 5,
Karanganyar yang dianggap merupakan institusi yang berwenang dalam
pengawasan pengelolaan limbah dalam hal ini adalah pengelolaan limbah
hasil pembakaran batubara bagi industri.
5. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer diperoleh berdasarkan sejumlah keterangan
atau fakta yang diperoleh secara langsung melalui penelitian di
lapangan, data ini diperoleh melalui wawancara (interview) dan
pengamatan (observation).
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yaitu
tulisan ilmiah, sumber tertulis, buku, arsip, majalah, literatur,
peraturan perundang-undangan dan sumber-sumber tertulis
lainnya yang berasal dari media serta situs-situs resmi pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
6. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber yaitu
sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer diperoleh langsung
dari lapangan berdasarkan keterangan dari pihak-pihak terkait dalam hal
ini adalah keterangan dari pihak Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar terkait dengan permasalahan yang diteliti. Sedangkan sumber
data sekunder terdiri atas:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu materi hukum yang sifatnya mengikat dan
mempunyai kedudukan yuridis, seperti peraturan perundang-undangan.
Bahan hukum yang penulis gunakan antara lain:
1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun.
5) Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 12 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
6) Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 81 Tahun 2009 tentang
Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural pada Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karangnyar.
7) Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 99 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pemberian Izin Pengumpulan dan Penyimpanan
Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Kabupaten
Karanganyar.
8) Keputusan Bupati Karanganyar Nomor 660.1/293 Tahun 2009
tentang Pembentukan Tim Pengarah, Tim Pengkaji dan Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Penerbitan Izin Tempat Pengumpulan dan Penyimpanan
Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) di
Kabupaten Karanganyar.
9) Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Selaku Pengguna
Anggaran Nomor 660.1/593 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Nomor 660.1/20.3
Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Pengawas Pelaksanaan
Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar.
10) Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar Selaku Pengguna Anggaran Nomor 660.1/60.3
Tahun 2010 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan
Lingkungan Hidup Nomor 660.1/18.3 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Tim Kesekretariatan Pos Pengaduan Lingkungan
Hidup Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.
11) Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar Selaku Pengguna Anggaran Nomor 660.1/58.3
Tahun 2010 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan
Lingkungan Hidup Nomor 660.1/21.3 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Pos Pengaduan Lingkungan Hidup dan Tim
Teknis/Verifikasi Pengaduan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari buku
teks yang ditulis oleh para ahli hukum, jurnal-jurnal hukum, pendapat
para sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, serta hasil-hasil
simposium mutakhir yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Ini biasanya
diperoleh dari media internet, kamus ensiklopedi, dan lain sebagainya
(Soerjono Soekanto, 2006:13).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang yang digunakan penulis dalam
peneltian ini adalah dengan studi lapangan dan studi pustaka.
a. Studi lapangan
Studi lapangan adalah pengumpulan data dengan cara penelitian
untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti
melakukan observasi dan wawancara. Wawancara dipandang sebagai
teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang
dikerjakan sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.
Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal
yang tidak dapat diperoleh lewat pengamatan (Burhan Ashshofa,
2004:59).
b. Studi kepustakaan diperoleh penulis dengan cara membaca,
mempelajari dan mengkaji bahan-bahan pustaka, baik berupa peraturan
perundang-undangan, artikel-artikel dari internet, jurnal, makalah,
dokumen, serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti.
8. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis
kualitatif dengan model interaktif, yaitu setiap unit data yang diperoleh
dari beragam sumber data, selalu diinteraksikan atau dibandingkan dengan
unit data lain untuk menemukan beragam hal yang diperlukan sesuai
dengan tujuan penelitiannya (keluasan, kesepadanan, perbedaan, bentuk
hubungan keterkaitan antar unsurnya, dan sebagainya). Proses interaktif
ini dilakukan dengan membandingkan data yang telah diperoleh lewat
wawancara dengan data hasil observasi, arsip, dan sebagainya sebagai
usaha pemantapan kesimpulan yang dicoba untuk dikembangkan dan
validitas datanya dengan melihat tingkat kesamaannya, perbedaannya, atau
kemungkinan lainnya (H.B. Sutopo, 2006:107).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Ketiga kompenen tersebuat, menurut H.B Sutopo adalah sebagai
berikut:
a. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, penyederhanaan, dan abstraksi
dari data (fieldnote).
b. Penyajian Data
Merupakan suatu realita organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan, sajian
data meliputi berbagai jenis matriks, gambar dan skema,
jaringan kerja, kaitan kegiatan dan juga tabel.
c. Kesimpulan dan verifikasi
Dalam pengumpulan data peneliti harus sudah memahami
arti berbagai hal yang ditemui, dengan melakukan pencatatan-
pencatatan, peraturan-peraturan, pola-pola, pertanyaan-
pertanyaan, konfigurasi-konfigurasi, arahan sebab akibat dan
berbagai reposisi kesimpulan yang diverifikasi. Teknis analisis
kualitatif model interaktif dapat digambarkan dalam bentuk
rangkaian yang utuh antara ketiga komponen diatas sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Gambar 1. Teknik Analisis Kualitatif Model Interaktif
Proses analisis interaktif tersebut dimulai pada waktu pengumpulan
data penelitian, peneliti membuat reduksi data dan sajian data. Tahap
selanjutnya setelah pengumpulan data selesai adalah peneliti mulai
melakukan penarikan kesimpulan dengan memverifikasi berdasarkan apa
yang terdapat dalam sajian data. Proses yang dilakukan dengan siklus
komponen-komponen tersebut maka akan diperoleh data yang benar-benar
mewakili sesuai dengan masalah yang diteliti.
F. Sistematika Penulisan Hukum
Penulisan hukum ini terbagi dalam empat bab termasuk
diantaranya daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Sistematikanya adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai :
A. Latar Belakang Masalah
Pengumpulan Data
Sajian Data Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum tentang Lingkungan Hidup
2. Tinjauan Umum tentang Hukum Lingkungan
3. Tinjauan Umum tentang Limbah dan Pengelolaannya
4. Tinjauan tentang Pembakaran Batubara
B. Kerangka Pemikiran
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
B. Pelaksanaan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar Terhadap Pengelolaan Limbah
Hasil Pembakaran Batubara Bagi Industri
C. Faktor-faktor yang Menghambat Pelaksanaan
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar Terhadap Pengelolaan Limbah Hasil
Pembakaran Batubara Bagi Industri serta Solusinya.
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum tentang Lingkungan Hidup
a. Pengertian Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah semua benda, daya, dan kondisi yang
terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia dan makhluk
hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya (N.H.T Siahaan,
2004 :4). Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah
istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di
alam yang ada di bumi atau bagian dari bumi, yang berfungsi secara
alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Ketentuan Umum Pasal 1
angka 1, yang dimaksud lingkungan hidup adalah : “kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain”.
Lingkungan hidup pada prinsipnya merupakan suatu sistem
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga
pengertian lingkungan hidup hampir mencakup semua unsur ciptaan
Tuhan Yang Maha Kuasa di bumi ini. Itulah sebab lingkungan hidup
termasuk manusia dan perilakunya merupakan unsur lingkungan hidup
yang sangat menentukan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa
lingkungan saat ini oleh sebagian kalangan dianggap tidak bernilai,
karena lingkungan hidup (alam) hanya sebuah benda yang
diperuntukkan bagi manusia. Dengan kata lain, manusia merupakan
penguasa lingkungan hidup, sehingga lingkungan hidup hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dipersepsikan sebagai obyek dan bukan sebagai subyek (Supriadi,
2006:22).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka pengertian
lingkungan hidup itu dapat dirangkum dalam suatu rangkaian unsur-
unsur sebagai berikut :
1) Semua benda, berupa manusia, hewan, tumbuhan, organisme,
tanah, air, udara, dan lain-lain.
2) Daya, disebut juga dengan energi;
3) Keadaan, disebut juga kondisi atau situasi;
4) Makhluk hidup;
5) Perilaku;
6) Proses interaksi, saling mempengaruhi;
7) Kelangsungan kehidupan dan;
8) Kesejahteraan manusia dan makhluk lain.
LL.Bernard dalam bukunya yang berjudul “Introduction to
Social Psychology” membagi lingkungan atas empat macam
(N.H.T Siahaan, 2004:13-14) yakni :
1) Lingkungan fisik atau anorganik, yaitu lingkungan yang terdiri
dari gaya kosmik dan fisiogeografis seperti tanah, udara, laut,
radiasi, gaya tarik, ombak dan sebagainya.
2) Lingkungan biologi atau organik yaitu segala sesuatu yang
bersifat biotis berupa mikroorganisme, parasit, hewan, tumbuh-
tumbuhan. Termasuk juga disini, lingkungan prenatal dan
proses-proses biologi seperti reproduksi, pertumbuhan dan
sebagainya.
3) Lingkungan sosial. Ini dapat dibagi ke dalam tiga bagian :
a) Lingkungan fisiososial, yaitu yang meliputi kebudayaan
materiil: peralatan, senjata, mesin, gedung-gedung dan
lain-lain.
b) Lingkungan biososial manusia dan bukan manusia, yaitu
manusia dan interaksinya terhadap sesamanya dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
tumbuhan beserta hewan domestik dan semua bahan
yang digunakan manusia yang berasal dari sumber
organik.
c) Lingkungan psikososial, yaitu yang berhubungan
dengan tabiat batin manusia seperti sikap, pandangan,
keinginan, keyakinan. Hal ini terlihat melalui kebiasaan,
agama, ideologi, bahasa, dan lain-lain.
4) Lingkungan komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara
institusional, berupa lembaga-lembaga masyarakat, baik yang
terdapat di daerah kota atau desa.
Ekosistem merupakan bagian dari lingkungan hidup. Menurut
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud
dengan ekosistem adalah “tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan
hidup”. Proses interaksi tidak terjadi antara manusia dengan
lingkungannya saja, tetapi juga antar makhluk-makhluk lain. Diantara
unsur-unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain, sehingga
harus senantiasa dijaga keseimbangannya. Apabila tidak, maka
dampaknya keseimbangan lingkungan itu sendiri akan terganggu.
Lingkungan hidup juga mempunyai posisi penting dalam
kehidupan manusia. Kemudian lebih jauh definisi mengenai
lingkungan atau disebut juga lingkungan hidup, tidak lain adalah
“ruang” di mana baik makhluk hidup maupun tak hidup ada dalam satu
kesatuan, dan saling berinteraksi baik secara fisik maupun nonfisik,
sehingga mempengaruhi kelangsungan kehidupan makhluk hidup
tersebut, khususnya manusia. Dalam kaitannya dengan konsep
lingkungan ini, maka penjelasan tentang mutu lingkungan adalah
relevan dan sangat penting karena mutu ligkungan merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pedoman untuk maencapai tujuan pengelolaan lingkungan (R.M. Gatot
P. Soemartono, 1996: 17-18).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ditegaskan bahwa
lingkungan hidup merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Manusia dan lingkungan hidup memiliki hubungan yang
bersifat timbal balik. Terlebih manusia mencari makan dan minum
serta memenuhi kebutuhan lainnya dari ketersediaan sumber-sumber
yang diberikan oleh lingkungan hidup dan kekayaan alam sebagai
sumber utama dan terpenting bagi pemenuhan kebutuhan (N.H.T.
Siahaan, 2004: 2-3). Pentingnya lingkungan hidup bagi kehidupan
manusia inilah yang membawa konsekuensi logis, bahwa manusia
hidup berdampingan dengan lingkungan, dan banyaknya pencemaran
terhadap lingkungan sebisa mungkin harus dikurangi dan bahkan
dihindari demi kenyamaman hidup setiap makhluk hidup.
b. Pencemaran Lingkungan Hidup
1) Pengertian Pencemaran Lingkungan Hidup
Pengertian mengenai pencemaran lingkungan hidup terdapat
dalam Ketentuan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup memberikan definisi Pencemaran Lingkungan Hidup
sebagai “masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang
telah ditetapkan”. Sesuai dengan pengertian dalam Pasal 1 angka
14 Undang-Undang 32 Tahun 2009 tersebut, maka unsur-unsur
atau syarat mutlak untuk disebut sebagai suatu lingkungan telah
tercemar haruslah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut.
a) Masuk atau dimasukkannya komponen-komponen (makhluk
hidup, zat, energi, dan lain-lain);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b) Ke dalam lingkungan hidup;
c) Kegiatan manusia;
d) Timbul perubahan, atau melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang ditetapkan.
Dari unsur-unsur pencemaran lingkungan tersebut di atas,
nyata bahwa suatu perbuatan atau aksi yang menimbulkan keadaan
sebagai pencemaran lingkungan hidup haruslah memenuhi
berbagai unsur tersebut.
Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang
menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik
yang bersifat fisik, kimiawi maupun biologis sehingga
mengganggu kesehatan, eksistensi manusia dan aktivitas manusia
serta organisme lainnya. Bahan penyebab pencemaran tersebut
disebut bahan pencemar/polutan (Imam Supardi, 2003:25).
Menurut Stephanus Munadjat Danusaputro merumuskan
pencemaran lingkungan sebagai berikut:
“pencemaran adalah suatu keadaan,dalam mana suatu zat dan atau energi diintroduksikan ke dalam suatu ligkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sendiri dalam konsentrasi sedemikian rupa, hingga menyebabkan terjadinya perubahan dalam keadaan termaksud yang mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi seperti semula dalam arti kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan hayati” (Muhamad Erwin, 2008:36).
Ditinjau dari segi ilmu kimia yang disebut pencemaran
lingkungan adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar
tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur
materi, baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga
mengganggu kesejahteraan manusia. Pencemaran lingkungan ini
perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak, karena
pencemaran lingkungan dapat menimbulkan gangguan terhadap
kesejahteraan kesehatan bahkan dapat berakibat terhadap jiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
manusia (http://mastegar.blogspot.com/2010/02/makalah-
pencemaran-lingkungan.html).
2) Jenis-jenis Pencemaran Lingkungan
Jenis-jenis pencemaran yang dapat digolongkan dalam
degradasi lingkungan fisik (Prabang Setyono, 2008:36-37) adalah:
a) Pencemaran Air
Sumber pencemaran air adalah pergelandangan kota (urban
dwelles) yang membuang sampah dimana mereka berada,
pembuangan kotoran dari pabrik dan industri, penghuni kota
dengan sampah-sampahnya dan kotoran hasil cucian (detergen)
dan sebagainya. Pencemaran melalui air berbahaya karena di
dalam air yang tercemar dikandung bakteri, virus, dan bahan-
bahan kimiawi yang berbahaya.
b) Pencemaran Suara
Suara yang dikategorikan sebagai pencemaran dan dapat
merusak telinga adalah suara-suara yang melebihi 75 decibel.
Pencemaran suara dapat mengakibatkan terganggunya saraf
dan konsentrasi kerja. Suara-suara yang sudah mencapai 145
decibel dan secara terus-menerus di dengar dapat menimbulkan
rasa sakit.
c) Pencemaran Udara
Sumber-sumber pencemaran udara adalah kendaraan
bermotor yang banyak memadati jalanan kota, emisi atau
kotoran melaui asap pabrik, kepadatan penduduk dan
pembakaran sampah, pembukaan daerah melalui tebang dan
bakar yang mengakibatkan udara dipenuhi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
carbonmonoxide, nitrogen oxide, nitrogen oxide, dan sulfat
oxide.
Pencemaran udara dapat saja terjadi dari sumber pencemar
udara seperti: pembakaran batubara, bahan bakar minyak dan
pembakaran lainnya, yang mempunyai limbah berupa partikulat
(aeroso, debu, abu terbang, kabut, asap, jelaga), selain kegiatan
pabrik yang berhubungan dengan perampelasan, pemulasan, dan
pengolesan (grinding), penumbukan dan penghancuran benda
keras (crushing), pengolahan biji logam dan proses pengeringan.
Kadar pencemaran udara yang semakin tinggi mempunyai dampak
yang lebih merugikan (Muhamad Erwin, 2008: 39-40).
Menurut Muhamad Erwin dalam bukunya, selain
pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran suara
(kebisingan) seperti disebutkan di atas, di tambahkan satu jenis
pencemaran yaitu pencemaran tanah. Pencemaran tanah dapat
terjadi melalui bermacam-macam akibat, ada yang langsung dan
ada yang tidak langsung. Pencemaran yang langsung dapat berupa
tertuangnya zat-zat kimia berupa pestisida atau insektisida yang
melebihi dosis yang ditentukan. Sedangkan pencemaran tidak
langsung dapat terjadi akibat dikotori oleh minyak bumi. Sering
tanah persawahan dan kolam-kolam ikan tercemar oleh buangan
minyak, bahkan sering pula suatu lahan yang berlebihan dibebani
dengan zat-zat kimia (pestisida, insektisida, herbisida), sewaktu
dibongkar oleh bulldozer pada musim kering, debu tanahnya yang
bercampur zat-zat kimia itu ditiup angin, menerjang ke udara, dan
mencemari udara (Muhamad Erwin, 2008:43).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2. Tinjauan Umum tentang Hukum Lingkungan
a. Pengertian Hukum Lingkungan
Hukum adalah pegangan yang pasti, positif, dan pengarah bagi
tujuan-tujuan program yang akan dicapai. Semua peri kehidupan diatur
dan harus tunduk pada prinsip-prinsip hukum, sehingga dapat tercipta
masyarakat yang teratur, tertib, dan berbudaya disiplin. Hukum
dipandang selain sebagai sarana pengaturan ketertiban rakyat (a tool a
social order) tetapi juga sebagai sarana untuk mempengaruhi dan
mengubah masyarakat ke arah hidup yang lebih baik (as s tool of
social engineering, (N.H.T Siahaan, 2004:125). Istilah hukum
lingkungan sendiri merupakan terjemahan dari beberapa istilah, yaitu
“Environmental Law” dalam Bahasa Inggris, “Millieeurecht” dalam
Bahasa Belanda, “L,environment” dalam Bahasa Prancis,
“Umweltrecht” dalam Bahasa Jerman, “Hukum Alam Seputar” dalam
Bahasa Malaysia, “Batas nan Kapalisgiran” dalam Bahasa Tagalog,
“Sin-ved-lom Kwahm” dalam Bahasa Thailand, “Qomum al-Biah”
dalam Bahasa Arab, St. Munadjat Danusaputro (Muhamad Erwin,
2008:8).
Hukum lingkungan menurut Danusaputro (1980:35-36) adalah
hukum yang mendasari penyelenggaraan perlindungan dan tata
pengelolaan serta peningkatan ketahanan lingkungan. Danusaputro
membedakan antara Hukum Lingkungan modern yang beroriantasi
kepada lingkungan atau “environment-oriented law” dan Hukum
Lingkungan klasik yang berorientasi kepada penggunaan lingkungan
atau “use-oriented law”. Hukum Lingkungan modern berorientasi
kepada lingkungan sehingga sifat dan wataknya juga mengikuti sifat
dan watak lingkungan itu sendiri sehingga memiliki sifat utuh
menyeluruh atau komprehensif-integral, sebaliknya Hukum
Lingkungan klasik bersifat sektoral, serba kaku, dan sukar berubah
(R.M.Gatot P.Soemartono, 1996:46-47).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Selanjutnya menurut Drupsteen, Hukum Lingkungan adalah
hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam seluas-luasnya.
Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang lingkup
pengelolaan lingkungan. Dengan demikian hukum lingkungan
merupakan instrumentarium yuridis bagi pengelolaan lingkungan.
Mengingat pengelolaan lingkungan dilakukan teutama oleh
pemerintah, maka hukum lingkungan sebagian besar terdiri atas
hukum pemerintahan (R.M.Gatot P.Soemartono, 1996:49-50).
Hukum lingkungan menurut Soedjono adalah hukum yang
mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup), dimana lingkungan
mencakup semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia
berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan
manusia dan jasad-jasad hidup lainnya (Soedjono, 1983:29). Hukum
lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu bidang
ilmu hukum yang paling strategis karena hukum lingkungan
mempunyai banyak segi yaitu segi hukum administrasi, segi hukum
pidana, dan segi hukum perdata. Dengan demikian, tentu saja hukum
lingkungan memiliki aspek yang lebih kompleks. Sehingga untuk
mendalami hukum lingkungan itu sangat mustahil apabila dilakukan
seorang diri, karena kaitannya yang sangat erat dengan segi hukum
yang lain yang mencakup pula hukum lingkungan di dalamnya
(http//id.wikipedia.org//wiki/Hukum_Lingkungan).
b. Hukum Lingkungan Indonesia
Hukum Lingkungan Indonesia adalah keseluruhan peraturan
yang mengatur tingkah laku manusia (orang) tentang apa yang
seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan terhadap “lingkungan hidup
Indonesia” yang pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan
dengan suatu sanksi oleh pihak yang berwenang. Dengan demikian,
perbedaan pengertian antara “hukum lingkungan” dan “hukum
lingkungan Indonesia” adalah terletak pada ruang lingkup berlakunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
keseluruhan peraturan tersebut, yaitu hanya berlaku di wilayah
Nusantara; atau hanya pada lingkungan hidup Republik Indonesia
(R,M Gatot P. Soemartono, 1996:61).
Pengaturan hukum mengenai masalah lingkungan hidup
manusia yang perlu dipikirkan, menurut Mochtar Kusuma-Atmadja
adalah sebagai berikut:
1) Peranan hukum adalah untuk menstrukturkan keseluruhan proses
sehingga kepastian dan ketertiban terjamin. Adapun isi materi yang
harus diatur ditentukan oleh ahli-ahli dari masing-masing sektor, di
samping perencanaan ekonomi dan pembangunan yang akan
memperlihatkan dampak secara keseluruhan.
2) Cara pengaturan menurut hukum perundang-undangan dapat
bersifat preventif atau represif; sedangkan mekanismenya ada
beberapa macam, yang antara lain dapat berupa perizinan, insentif,
denda, dan hukuman.
3) Cara pendekatan atas penanggulangannya dapat bersifat sektoral,
misalnya perencanaan kota, pertambangan, pertanian, industry,
pekerjaan umum, kesehatan, dan lain-lain. Dapat juga dilakukan
secara menyeluruh dengan mengadakan Undang-undang Pokok
mengenai Limgkungan Hidup Manusia (Law on the Human
Environment atau Environmental Act) yang merupakan dasar bagi
pengaturan sektoral.
4) Pengaturan masalah ini dengan jalan hukum harus disertai oleh
suatu usaha penerangan dan pendidikan masyarakat dalam soal-
soal lingkungan hidup manusia. Hal ini karena pengaturan hukum
hanya akan berhasil apabila ketentuan-ketentuan atau peraturan
perundang-undangan itu dipahami oleh masyarakat dan dirasakan
kegunaannya.
5) Efektivitas pengaturan hukum masalah lingkungan hidup manusia
tidak dapat dilepaskan dari keadaan aparat administrasi dan aparat
penegak hukum sebagai prasarana efektivitas pelaksanaan hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dalam kenyataan hidup sehari-hari (R.M Gatot P. Soemartono,
1996:58-59).
3. Tinjauan Umum tentang Limbah dan Pengelolaannya
a. Limbah
1) Pengertian Limbah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah
didefinisikan sebagai “sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau
kegiatan manusia”. Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai
yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak dikelola
dengan baik. Air limbah industri maupun rumah tangga (domestik)
apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak
negatif bagi kesehatan.
Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan
karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik.
Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak
berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa
limbah juga dapat menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat
jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga
dapat berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh
kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang
tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan
menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah secara
benar maka dapat menjadikan sampah ini menjadi benda
ekonomis(http://www.g-excess.com/id/pengertian-dan-macam-
macamlimbah-atau-sampah.html).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2) Pengelompokan Limbah
a) Pengelompokan limbah,
(http://www.scribd.com/doc/48494431/Pengelompokan-Limbah)
berdasar jenis senyawa, yaitu :
(1) Limbah Organik
Limbah organik memiliki defenisi berbeda yang
penggunaannya dapat disesuaikan dengan tujuan
penggolongannya. Berdasarkan pengertian secara kimiawi
limbah organik merupakan segala limbah yang mengandung
unsur karbon (C), sehingga meliputi limbah dari mahluk hidup
(misalnya kotoran hewan dan manusia, sisa makanan, dan
sisa-sisa tumbuhan mati), kertas, plastik, dan karet. Namun,
secara teknis sebagian besar orang mendefinisikan limbah
organik sebagai limbah yang hanya berasal dari mahluk hidup
(alami) dan sifatnya mudah busuk. Artinya, bahan-bahan
organik alami namun sulit membusuk/terurai, seperti kertas,
dan bahan organik sintetik (buatan) yang juga sulit
membusuk/terurai, seperti plastik dan karet, tidak termasuk
dalam limbah organik. Hal ini berlaku terutama ketika orang
memisahkan limbah padat (sampah) di tempat pembuangan
sampah untuk keperluan pengolahan limbah.
Limbah organik yang berasal dari mahluk hidup mudah
membusuk karena pada mahluk hidup terdapat unsur karbon
(C) dalam bentuk gula (karbohidrat) yang rantai kimianya
relatif sederhana sehingga dapat dijadikan sumber nutrisi bagi
mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur. Hasil pembusukan
limbah organik oleh mikroorganisme sebagian besar adalah
berupa gas metan (CH4) yang juga dapat menimbulkan
permasalahan lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
(2) Limbah Anorganik
Berdasarkan pengertian secara kimiawi, limbah
anorganik meliputi limbah-limbah yang tidak mengandung
unsur karbon, seperti logam (misalnya besi dari mobil bekas
atau perkakas, dan aluminium dari kaleng bekas atau peralatan
rumah tangga), kaca, dan pupuk anorganik (misalnya yang
mengandung unsur nitrogen dan fosfor). Limbah-limbah ini
tidak memiliki unsur karbon sehingga tidak dapat diurai oleh
mikroorganisme.
Seperti halnya limbah organik, pengertian limbah
anorganik yang sering diterapkan di lapangan umumnya
limbah anorganik dalam bentuk padat (sampah). Agak sedikit
berbeda dengan pengertian di atas secara teknis, limbah
anorganik didefinisikan sebagai segala limbah yang tidak
dapat atau sulit terurai/busuk secara alami oleh
mikroorganisme pengurai. Dalam hal ini, bahan organik
seperti plastik, kertas, dan karet juga dikelompokkan sebagai
limbah anorganik. Bahan-bahan tersebut sulit diurai oleh
mikroorganisme sebab unsur karbonnya membentuk rantai
kimia yang kompleks dan panjang (polimer).
b) Pengelompokan Berdasarkan Wujud
(1) Limbah Cair
Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud
cairan, berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang
tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah
cair diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :
(a) Limbah cair domestik (domestic wastewater) yaitu limbah
cair hasil buangan dari rumahtangga, bangunan
perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenis. Misalnya air
deterjen sisa cucian, air sabun, tinja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
(b) Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah
cair hasil buangan industri. Misalnya air sisa cucian
daging, buah, sayur dari industri pengolahan makanan dan
sisa dari pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil.
(c) Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu
limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang
memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui
rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari
permukaan.
(d) Air Hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal
dari aliran air hujan di atas permukaan tanah.
(2) Limbah Padat
Merupakan limbah yang terbanyak dilingkungan.
Biasanya limbah padat disebut sebagai sampah. Klasifikasi
limbah padat (sampah) menurut istilah teknis ada 6 kelompok,
yaitu :
(a) Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah
padat semi basah, berupa bahan-bahan organik yang
mudah busuk.
(b) Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish),
yaitu limbah padat anorganik atau organik cukup kering
yang sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit
membusuk, misalnya kertas, plastik, kaca dan logam.
(c) Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu,
biasanya hasil pembakaran.
(d) Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua
limbah yang berupa bangkai binatang.
(e) Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil
sapuan jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar
di jalanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
(f) Sampah industri (industrial waste), semua limbah padat
buangan industri.
(3) Limbah Gas
Jenis limbah gas yang berada di udara terdiri dari
bermacam-macam senyawa kimia. Misalnya, karbon
monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), Nitrogen oksida
(NOx), Sulfur dioksida (SOx), asam klorida (HCl), Amonia
(NH3), Metan (CH4), Klorin (Cl2). Limbah gas yang dibuang
ke udara biasanya mengandung partikel-partikel bahan
padatan, disebut materi partikulat.
(a) Pengelompokan Berdasarkan Sumber
(i) Limbah domestik, adalah limbah yang berasal dari
kegiatan pemukiman penduduk.
(ii) Limbah industri, merupakan buangan hasil proses
industri.
(iii)Limbah pertanian, berasal dari daerah pertanian atau
perkebunan.
(iv) Limbah pertambangan, berasal dari kegiatan
pertambangan.
(4) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Suatu limbah digolongkan sebagai Limbah B3 bila
mengandung bahan berbahaya beracun yang sifat dan
konsentrasinya baik langsung maupun tidak langsung dapat
merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan manusia. Bahan yang termasuk
Limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan
beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan,
tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
mendefinisikan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,
disingkat limbah B3, sebagai :
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Limbah yang termasuk limbah B3 adalah limbah yang
memenuhi salah satu atau lebih karakteristik, (R.M Gatot P.
Soemartono, 1996:143-144) yaitu:
(a) Mudah meledak
Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi
kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan
tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan
sekitarnya.
(b) Mudah terbakar
Limbah mudah terbakar adalah limbah yang apabila
berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber
nyala lain akan mudah menyala atau terbakat dan apabila
telah nyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
(c) Bersifat reaktif
Limbah bersifat reaktif adalah limbah yang dapat
menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima
oksigen.
(d) Beracun
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun
yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B-3
dapat menyebabkan kematian dan sakit yang serius, apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan, kulit, atau
mulut.
(e) Menyebabkan infeksi
Limbah yang menyebabkan infeksi sangat berbahaya
karena mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan
kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan,
masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah.
(f) Bersifat korosif
Limbah bersifat korosif dapat menyebabkan iritasi
(terbakar) pada kulit atau mengkorosikan baja.
(g) Jenis lainnya
Limbah lain yang apabila diuji dengan metode toksilogi
dapat diketahui termasuk dalam jenis limbah B3, misalnya
dengan metode LD-05 (lethal dose fifty) yaitu perhitungan
dosis (gram pencemar per kilogram berat bahan) yang dapat
menyebabkan kematian 50% populasi makhluk hidup yang
dijadikan percobaan.
Sementara menurut Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah
No 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun, B3 dikualifikasikan sebagai berikut:
(a) mudah meledak (explosive);
(b) pengoksidasi (oxidizing);
(c) sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
(d) sangat mudah menyala (highly flammable);
(e) mudah menyala (flammable);
(f) amat sangat beracun (extremely toxic);
(g) sangat beracun (highly toxic);
(h) beracun (moderately toxic);
(i) berbahaya (harmful);
(j) korosif (corrosive);
(k) bersifat iritasi (irritant);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
(l) berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the
environment);
(m) karsinogenik (carcinogenic);
(n) teratogenik (teratogenic);
(o) mutagenik (mutagenic).
3) Baku Mutu Limbah
Menentukan tolok ukur apakah limbah dari suatu industri atau
pabrik telah menyebabkan pencemaran atau tidak, maka digunakan
dua sistem baku mutu limbah, yakni:
a) Menetapkan suatu effluent standard, yaitu kadar maksimum
limbah yang diperkenankan untuk dibuang ke media lingkungan
seperti air, tanah, dan udara. Kadar maksimum bahan polutan
yang terkandung dalam limbah tersebut ditentukan pada waktu
limbah tersebut meninggalkan pabrik/industri.
b) Menetapkan ketentuan tentang stream standard, yaitu penetapan
batas kadar bahan-bahan polutan pada sumber daya tertentu
seperti sungai, danau, waduk, perairan pantai dan lain-lain.
Penetapan baku mutu limbah harus dikaitkan dengan kualitas
ambien dan baku mutu ambien. Untuk jelasnya dapat dijelaskan
dengan beberapa contoh sebagai berikut:
a) Suatu daerah yang keadaan lingkungan ambiennya masih sangat
baik berarti pula bahwa batas baku mutu ambien masih jauh dari
keadaan kualitas ambien.
b) Pelepasan bahan pencemar dari suatu proyek akan menurunkan
keaddaan kualitas ambien. Tetapi karena batas baku ambien
masih jauh maka penurunan kualitas ambien belum melampaui
baku mutu ambien yang telah ditetapkan. Dalam keadaan seperti
ini baku mutu limbah yang digunakan dapat dari golongan
kualitas limbah yang longgar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
c) Suatu daerah lain mempunyai keadaan kualitas ambien yang
sudah tidak baik atau mendekati baku mutu ambien yang telah
ditetapkan. Keadaan ini menunjukkan pula bahwa pencemaran
dari proyek-proyek yang ada sudah sangat berat. Akibat dari
keadaan tersebut, apabila ada pelapasan bahan pencemar yang
sedikit saja, maka terjadi penurunan keadaan kualitas ambien
yang sudah melampaui batas baku mutu ambien. Maka baku
mutu limbah yang ditetapkan adalah golongan kualitas keras
(Muhamad Erwin, 2008:69-70).
Penetapan baku mutu lingkungan adalah salah satu upaya
untuk mendorong kalangan yang potensial menimbulkan
pencemaran seperti industri/pabrik guna menekan kadar bahan
polutan yang terkandung dalam limbah seminimum mungkin, agar
pembuangan limbah dari kegiatan-kegiatan pabrik/industri tersebut
tidak merusak atau mencemari lingkungan (Muhamad Erwin,
2008:70). Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
menegaskan bahwa baku mutu lingkungan hidup merupakan ukuran
untuk menentukan terjadi atau tidaknya pencemaran lingkungan
hidup. Sementara dalam Pasal 20 ayat (2) dijelaskan bahwa baku
mutu lingkungan hidup meliputi:
a) baku mutu air;
b) baku mutu air limbah;
c) baku mutu air laut;
d) baku mutu udara ambien;
e) baku mutu emisi;
f) baku mutu gangguan; dan
g) baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
b. Pengelolaan Limbah
Menurut Pasal 1 angka 16 Peraturan Pemerintah No 18 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,
Pengolahan limbah B3 adalah “proses untuk mengubah karakteristik
dan komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi
sifat bahaya dan/atau sifat racun”. Dalam tuntutan hukum, limbah B3
tergolong dalam tuntutan yang bersifat formal. Artinya, seseorang dapat
dikenakan tuntutan perdata dan pidana lingkungan karena cara
mengelola limbah B3 yang tidak sesuai dengan peraturan, tanpa perlu
dibuktikan bahwa perbuatannya tersebut telah mencemari lingkungan.
Sehingga, mengetahui cara pengelolaan limbah B3 yang memenuhi
persyaratan wajib diketahui oleh pihak-pihak yang terkait
(http://www.benefita.com/view.php?item=pelatihan&id=HAZ-01).
Pengelolaan limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah No 18
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun meliputi kegiatan reduksi, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3.
1) Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk
mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan sifat racun
limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan.
2) Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan
oleh penghasil dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau
pengolah dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan
sementara.
3) Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3
dari penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara
sebelum diserahkan kepada pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau
penimbun limbah B3.
4) Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah
B3 dari penghasil dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dan/atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau ke pemanfaat
dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3.
5) Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali
(recovery) dan/atau penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang
(recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu
produk yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan
dan kesehatan manusia.
6) Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik
dan komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau
mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun.
7) Penimbunan limbah B3 adalah suatu kegiatan menempatkan limbah
B3 pada suatu fasilitas penimbunan dengan maksud tidak
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan
perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap
aktivitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus dilaporkan ke KLH.
Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan
pengelolaan selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke institusi
lingkungan hidup setempat.
4. Tinjauan tentang Pembakaran Batubara
Saat ini di Indonesia, suatu limbah yang dihasilkan dan banyak
dipermasalahkan adalah limbah sisa bakaran batubara oleh suatu industri
yang mempergunakan bahan bakarnya adalah batubara. Bottom Ash (abu
bawah) adalah fraksi masih kasar yang dihasilkan dari tungku pembakaran
batubara pada saat batubara dimasukkan ke alat pemanas atau pembakar
yang sifatnya lebih berat dibandingkan dengan Fly Ash (abu terbang).
Bottom Ash dan Fly Ash merupakan limbah yang dihasilkan oleh industri-
industri yang memanfaatkan batubara sebagai bahan bakarnya. Hasil
analisis menunjukkan bahwa dalam Bottom Ash terkandung pula unsur-
unsur logam berat seperti Pb (timbal), cadmium (Cd), dan tembaga (Cu),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dan lain-lain, yang apabila masuk ke dalam lingkungan tanah maupun
perairan akan mencemari lingkungan, (Nunung Sundari, 2009:89).
Batubara adalah benda padat yang mengandung karbon, hydrogen,
dan oksigen dalam kombinasi kimia dengan sedikit kandungan unsur
sulfur dan nitrogen, yang terdapat di dalam lapisan kulit bumi yang berasal
dari sisa-sisa tumbuhan yang telah mengalami metamorphosis dalam
kurun waktu yang lama. Batubara juga merupakan salah satu bahan bakar
yang digunakan selain minyak bumi dan gas serta dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar energi maupun bahan baku industri. Sifat terpenting
dari batubara ini berhubungan erat dengan proses pembakaran. Dalam
kondisi normal (ada udara), proses pembakaran batubara akan
menghasilkan energi dan sisanya berupa abu (http://agoespoenyagawe-
cat.blogspot.com/2009/10/pengertian-batubara.html).
Batubara merupakan bahan bakar padat yang terbentuk secara
alamiah akibat pembusukan sisa tanaman purba dalam waktu jutaan tahun,
oleh karena itu, karakteristik dan kualitas batubara sangat bervariasi dan
tidak homogen dibandingkan dengan bahan bakar yang tidak mengalami
proses pengolahan dalam pabrik. Seperti misalnya bahan bakar minyak.
Sebagai contoh adalah batubara digunakan sebagai bahan bakar
pembangkit listrik (PLTU Suralaya), mengingat potensinya paling besar di
Indonesia, batubara ditetapkan sebagai bahan bakar alternatif utama
pengganti bahan bakar minyak (Slamet Suprapto, 2009:31-32).
Sama halnya dengan contoh PLTU Suralaya tersebut diatas,
batubara juga merupakan salah satu bahan bakar fosil yang banyak
digunakan untuk pembangkit listrik. Listrik dibangkitkan dengan cara
batubara untuk memanaskan air dalam bejana guna menghasilkan uap.uap
yang dihasilkan akan memutar turbin dan menghasilkan listrik. Dampak
lingkungan terbesar dari penggunaan batubara adalah pelepasan CO2,
NOx, CO, SO2, hidrokarbon dan abu serta abu layang (bottom ash dan fly
ash) dalam jumlah yang relatif besar (Heni Susiati, 2006:386).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Burning coal inject mainly CO2, NOx, SO2, CO, and CH4 into the
atmosphere and depletes atmosphere O2. Absorption of SO2 by soil
increase the acidity of the soil surface layers. Elevated levels of CO2
increase plant’s photosynthetic rates leaf area, biomass, and yield.
Pembakaran batubara yang menghasilkan CO2, NOx, SO2, CO, dan CH4
ke atmosfer akan menggantikan keberadaan O2 di atmosfer. Penyerapan
SO2 atau sulfure dioxide di tanah, akan meningkatkan kadar asam di
struktur tanah. Peningkatan level CO2 akan meningkatkan kecepatan
fotosintesis tumbuhan, biomasa, dan hasilnya (Akim M. Rahman, Clive
A.Edward, Sheikh A.Akbar, 2000).
Fossil fuels are only mentioned as the world’s primary source of
fuel, which renewable fuels must compete with and re-place when “the
availability of fossil fuels declines, and that burning fossilized biomass
(fossil fuels)” releases carbon into the atmosphere. To be sure, the
adverse effects of burning fossil fuels have sig-nificant impact on the
ecosystem services. These externalities have been well studied and
documented, drive environmental regulation, and are the subject of much
ongoing concern. Bahan bakar fosil hanya disebutkan sebagai sumber
penting bahan bakar dunia, yang merupakan bahan bakar yang dapat
didaur ulang harus bersaing dan digantikan ketika ketersediaannya
menurun atau bahan fosil itu tidak ada, dan pembakaran fosil itu akan
melepaskan karbon ke atmosfir. Sudah barang tentu efek dari pembakaran
bahan bakar fosil mempunyai imbas yang sangat signifikan bagi
ekosistem. Eksternalitas ini telah diteliti dan didokumentasikan dengan
baik, pengendali regulasi atau kebijakan lingkungan, merupakan subyek
dari kepedulian atau keprihatinan yang berkelanjutan (David Hodas,
2007:602-603).
B. Kerangka Pemikiran
Secara singkat kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan dengan
skema sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
BATUBARA
SUMBER ENERGI
INDUSTRI
PROSES PEMBAKARAN
LIMBAH
Dikelola
- INSTRUMEN
PERUNDANG-
UNDANGAN
- PERDA
KABUPATEN
KARANGANYAR
NOMOR 12 TAHUN
2006
ENERGI PENGAWASAN
PEMERINTAH (BLH) & MASYARAKAT
LIMBAH
Sesuai
PROSEDUR
KETENTUAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Keterangan :
Proses industri menggunakan sumber energi berupa batubara. Di dalam
proses pembakaran disamping menghasilkan energi yang diharapkan, juga
menghasilkan limbah berupa bottom ash dan fly ash (termasuk kategori limbah
B3). Agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan maka limbah hasil
pembakaran batubara yang berupa bottom ash dan fly ash harus dikelola dengan
benar. Dalam melakukan pengelolaan limbah B3 terdapat perangkat peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Peraturan perundang-undangan dapat berlaku
efektif apabila di dukung oleh perangkat penegak hukum. Salah satu komponen
penegakan adalah berupa pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah atau
institusi lingkungan hidup dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup maupun oleh
masyarakat. Dengan adanya pengawasan dari institusi terkait dengan pengelolaan
limbah hasil pembakaran batubara sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku, maka akan dihasilkan limbah yang sesuai dengan prosedur dan ketentuan
pengelolaan limbah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Obyek Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Karanganyar
merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bertugas
membantu Bupati Karanganyar dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah di Bidang Lingkungan Hidup. BLH Kabupaten Karanganyar
berlokasi di Jl. K.H Samanhudi No 5, komplek perkantoran Cangakan
Karanganyar.
Keberadaan Institusi ini sangat penting dalam rangka memberikan
pelayanan masyarakat Kabupaten Karanganyar khususnya dalam hal :
a. Menyusun kebijakan daerah dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Karanganyar.
b. Menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan kerusakan
Lingkungan Hidup di Kabupaten Karanganyar melalui kegiatan
pengendalian maupun pengawasan lingkungan (penegakan hukum).
Dibentuknya Satuan Kerja lingkungan hidup di Kabupaten
Karanganyar ini sejalan dengan Kabupaten Karanganyar sebagai daerah
pengembangan industri yang sangat rentan terhadap masalah-masalah
kerusakan lingkungan. Oleh karena itu keberadaan institusi ini sangatlah
penting demi terciptanya lingkungan hidup yang sehat.
2. Visi dan Misi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
Badan Lingkungan Hidup merupakan unsur pendukung tugas
Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang
lingkungan hidup, yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada
di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Visi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar sejalan
dengan visi Bupati Karanganyar Tahun 2008-2013 adalah :
“TERWUJUDNYA LINGKUNGAN HIDUP YANG SEHAT DAN
TENTERAM DALAM SEMANGAT KEMITRAAN”
Penjelasan visi tersebut adalah bahwa eksistensi Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar harus mampu memegang
peranan utama dalam upaya mewujudkan lingkungan hidup yang sehat
dan tenteram dalam semangat kemitraan. Adapun penjabaran
TENTERAM dari sisi pandang lingkungan hidup adalah :
Tenang : bebas dari kebisingan
Teduh : terwujudnya kelestarian lingkungan, alam, hutan, dan
penghijauan yang memenuhi aspek etika dan estetika
lingkungan.
Rapi : tata ruang lingkungan yang sinergis dengan daya dukung
dan daya guna lingkungan/alam.
Aman : waspada terhadap dampak pencemaran dan kerusakan
lingkungan baik udara, tanah, perairan dan sumber daya
alam.
Makmur : keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan Lingkungan.
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar untuk mencapai visi terwujudnya lingkungan
hidup yang sehat dan tenteram dalam semangat kemitraan adalah :
a. Mengendalikan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.
b. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengelola
lingkungan hidup secara sistematik dan holistik.
c. Menegakan hukum di bidang lingkungan.
d. Memfasilitasi berbagai upaya pengelolaan, pemulihan dan rehabilitasi
kerusakan sumber daya alam dan lingkungan sebagai basis
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
e. Mendorong individu, keluarga, dan masyarakat agar memiliki
komitmen dan melaksanakan secara nyata pengelolaan lingkungan
hidup.
f. Meningkatkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia dan
kelembagaan lingkungan hidup.
3. Tugas Pokok dan Fungsi
Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas dan fungsi yang
berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Lingkungan
Hidup yang didasarkan pada Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 81
Tahun 2009 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural pada
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar. Sebagaimana yang
telah diatur dalam Pasal 3, Kepala Badan mempunyai tugas membantu
Bupati dalam penyelanggaraan Pemerintah Daerah di bidang lingkungan
hidup. Badan Lingkungan dalam menyelenggarakan tugas tersebut,
mempunyai fungsi antara lain :
1) Perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup;
2) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di
bidang lingkungan hidup yang meliputi analisa dampak lingkungan,
pengendalian, pemulihan lingkungan dan pelestarian sumber daya
alam serta kesekretariatan;
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang lingkungan hidup yang
meliputi analisa dampak lingkungan, pengendalian, pemulihan
lingkungan dan pelestarian sumber daya alam serta kesekretariatan;
4) Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis dalam Badan Lingkungan
Hidup;
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Kebijakan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), sesuai dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 4, Pengelolaan Lingkungan Hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dilaksanakan secara komprehensif, terpadu, dan konsisten melalui
kebijakan :
1) Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup akibat
usaha dan/atau kegiatan.
2) Pengendalian pencemaran dan kerusakann lingkungan hidup akibat
limbah domestik yang dapat mengganggu ekosistem perairan di
daerah.
3) Perlindungan ruang terbuka hijau dan sumber air untuk menjaga
ketersediaan air.
4) Pengelolaan sampah rumah tangga melalui upaya pengurangan
volume, guna ulang dan daur ulang.
5) Mengupayakan ruang terbuka hijau.
6) Pengembangan kearifan lokal dalam pengendalian lingkungan hidup.
Tahun 2010 Badan Lingkungan Hidup mempunyai kebijakan
dalam Pengelolaan Lingkungan di Kabupaten Karanganyar sebagai
berikut:
1) Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna dan
hasil guna dalam pengelolaan lingkungan hidup.
2) Peningkatan kerjasama regional, nasional maupun internasional
untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
3) Peningkatan kesadaran, peran serta dan tanggung jawab masyarakat,
organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha dalam upaya
pengelolaan lingkungan hidup untuk mewujudkan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
4) Terjaganya fungsi lingkungan hidup sebagai pendukung dan
penyangga ekosistem kehidupan dengan mewujudkan keseimbangan,
keselarasan, dan kelestarian yang dinamis antara ekologi, social
ekonomi dan sosial budaya.
5) Terjaminnya pembangunan nasional yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan di Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
6) Peningkatan kualitas habitat dan kawasan lingkungan hidup yang
nyaman huni dan produktif bagi pembangunan potensi sumber daya
lokal.
7) Terjaganya kawasan konservasi, kualitas dan kuantitas (ketersediaan)
sumber air/mata air serta sumber daya alam lainnya.
8) Terjaganya kualitas lingkungan hidup dan terkendalinya pencemaran
lingkungan.
9) Penegakan hukum lingkungan (law enforcement) berdasarkan
kemitraan dan konsistensi.
10) Pelayanan umum masyarakat dalam perijinan bidang lingkungan
hidup.
11) Pelayanan umum masyarakat dalam penyediaan informasi
lingkungan hidup.
Struktur atau Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar sesuai Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 81
Tahun 2009 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural pada
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar dalam Pasal 2 adalah
sebagai berikut :
1) Kepala Badan;
2) Sekretariat, membawahkan :
a) Sub Bagian Perencanaan;
b) Sub Bagian Keuangan;
c) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
3) Bidang Analisa Dampak Lingkungan, membawahkan :
a) Sub Bidang Pengelolaan Teknis Dampak Lingkungan;
b) Sub Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Kapasitas
4) Bidang Pengendalian, membawahkan :
a) Sub Bidang Pengendalian Lingkungan;
b) Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan.
5) Bidang Pemulihan Lingkungan dan Pelestarian Sumber Daya Alam,
membawahkan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
a) Sub Bidang Pemulihan Lingkungan;
b) Sub Bidang Pelestarian Sumber Daya Alam.
6) Kelompok Jabatan Fungsional.
Masing-masing Sub Bagian dan Sub Bidang mempunyai tugas dan
fungsinya sendiri, namun tetap secara bersinergi diarahkan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan bersama agar tetap efektif dan efisien.
Tugas dan fungsi dari masing-masing Sub Bagian dan Sub Bidang secara
garis besar adalah sebagai berikut :
1) Kepala Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas membantu
Sekretaris dalam menyusun program kegiatan, monitoring, evaluasi
dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan Badan.
2) Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas membantu Sekretaris
dalam melaksanakan urusan administrasi keuangan dan pelaporan
pertanggungjawaban keuangan Badan.
3) Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas
membantu Sekretaris dalam melaksanakan pengelolaan urusan
administrasi umum, rumah tangga, perlengkapan/perbekalan,
dokumentasi, perpustakaan dan kearsipan, serta pengelolaan
administrasi kepegawaian Badan.
4) Kepala Bidang Analisa Dampak Lingkungan mempunyai tugas
membantu Kepala Badan dalam merumuskan kebijakan,
mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan di Bidang
Analisa Dampak Lingkungan.
5) Kepala Sub Bidang Pengelolaan Teknis Dampak Lingkungan
mempunyai tugas membantu kepala Bidang Analisa dampak
Lingkungan dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian kegiatan Sub
Bidang pengelolaan teknis dampak lingkungan.
6) Kepala Sub Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Kapasitas
mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Analisa Dampak
Lingkungan dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kebijakan, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian kegiatan Sub
Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Kapasitas.
7) Kepala Bidang Pengendalian mempuyai tugas membantu Kepala
Badan dalam merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan, membina
dan mengendalikan kegiatan di Bidang Pengendalian.
8) Kepala Sub Bidang Pengendalian Lingkungan mempunyai tugas
membantu Kepala Bidang Pengendalian dalam melaksanakan
penyiapan bahan perumuan kebijakan, koordinasi, pembinaan, dan
pengendalian kegiatan Sub Bidang Pengendalian Lingkungan.
9) Kepala Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan mempuyai tugas
membantu Kepala Bidang Pengendalian dalam melaksanakan
penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, dan
pengendalian kegiatan Sub Bidang Pengendalian Lingkungan.
10) Kepala Bidang Pemulihan Lingkungan dan Pelestarian Sumber Daya
Alam mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam merumuskan
kebijakan, mengkoordinasikan, membina, dan mengendalikan kegiatan
di bidang Pemulihan Lingkungan dan Pelestarian Sumber Daya Alam.
11) Kepala Sub Bidang Pemulihan Lingkungan mempunyai tugas
membantu Kepala Bidang Pemulihan Lingkungan dan Pelestarian
Sumber Daya Alam dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian kegiatan Sub
Bidang Pemulihan Lingkungan.
12) Kepala Sub Bidang Pelestarian Sumber Daya Alam mempunyai
tugas membantu Kepala Bidang Pemulihan Lingkungan dan
Pelestarian Sumber Daya Alam dalam melaksanakan penyiapan
bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, dan
pengendalian kegiatan Sub Bidang Pelestarian Sumber Daya Alam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian Intan Hardanti,
SH.
Sub Bagian Keuangan
Sri Hartati, SE.
Sub Bagian Perencanaan
ES. Budi Lestari, S.Sos.
BIDANG PEMULIHAN LINGKUNGAN DAN
PELESTARIAN SUMBER DAYA
ALAM Dra. Sri Sukapti, M.Si.
BIDANG ANDAL Drs. In Roesmiedi,
M.M.
BIDANG PENGENDALIAN
Drs. Nur Arifin
SuBid Pengembangan
Kelembagaan dan Kapasitas
Ir. Masdari, MM.
Sub Bidang Pengelolaan Teknis
Dampak Lingkungan Ir. Tri Widodo
Sub Bidang Pengendalian
Lingk. Aji Dwi B. ST.,M.Si.
Sub Bidang Penegakan Hukum
Indah Rudiartati, SH.,MM.
UPT
Sub Bidang Pemulihan
Lingkungan
Ir. Supardiyono, MM.
KEPALA Drs. Waluyo Dwi Basuki,
MM.
SEKRETARIAT Ir. Indah Sumarahadi
Kiranarini
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
Sub Bidang Pelestarian Sumber
Daya Alam Hafidl A., SP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
B. Pelaksanaan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar Terhadap Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran
Batubara Bagi Industri
Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) bahwa Fly Ash dan Bottom Ash termasuk dalam
jenis limbah B3 yang pemanfaatannya harus mendapat izin pemanfaatan dari
Kementerian Lingkungan Hidup. Sebagaimana yang terdapat dalam Peraturan
Pemerintah tersebut, Lampiran I Tabel 2 mengenai Daftar Limbah B3 dari
Sumber yang Spesifik dijelaskan bahwa Kode D223 yaitu kegiatan PLTU yang
menggunakan bahan bakar batubara, dengan kegiatan pembakaran batubara
untuk pembangkit listrik akan menghasilkan sumber pencemar berupa Fly Ash
dan Bottom Ash (yang memiliki kontaminan diatas standar dan memiliki
karakteristik limbah B3), dengan pencemaran utama berupa logam berat dan
bahan organik. Menurut Pasal 7 angka 3 Peraturan Pemerintah No 85 Tahun
1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menyatakan bahwa
“daftar limbah dengan kode limbah D220, D221, D222, dan D223 dapat
dinyatakan limbah B3 setelah dilakukan uji karakteristik dan atau uji
toksikologi”
Pengelolaan limbah B3 ada1ah rangkaian kegiatan yang mencakup
reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
dan penimbunan limbah B3. Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan limbah
B3 yang dilakukan oleh penghasil dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat
dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan
sementara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1. Mekanisme Pengajuan Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun di Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Karanganyar
Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup telah
dijelaskan dalam Pasal 15 bahwa “setiap penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau
kegiatan”, kemudian lebih diperjelas dalam Pasal 17 PERDA ini yaitu “setiap
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan B3 wajib
melakukan pengelolaan Bahan Berbahaya dan Bercun (B3)”. Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun meliputi :
a. Menghasilkan;
b. Mengangkut;
c. Mengedarkan;
d. Menyimpan;
e. Menggunakan dan/atau membuang.
Proses dan cara pembuangan limbah yang bersifat cair, padat, gas, debu
serta penanggulangan kebisingan suara dan/atau getaran (vibrasi) wajib
dijelaskan pada saat pengajuan perohonan izin. Pembuangan limbah tersebut
wajib dilakukan melalui proses pengolahan terlebih dahulu sesuai dengan
baku mutu yang ditetapkan. Setiap orang atau badan yang mempunyai
kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau penyimapan sementara Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun wajib memperoleh izin dari Bupati. Izin dari
Bupati yang kemudian diterbitkan dalam suatu Keputusan Bupati tersebut
berlaku selama 3 (tiga) tahun.
Pemohon atau Pengusaha yang ingin mengajukan permohonan Izin
penyimpanan sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)
mendatangi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar untuk
kemudian memperoleh formulir. Tata cara pengajuan izin penyimpanan
sementara LB3 sebagai berikut :
a. Pemohon diwajibkan mengisi Formulir Permohonan Izin Penyimpanan
Sementara LB3. Formulir tersebut diantaranya memuat:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
1) Keterangan Pemohon meliputi nama, alamat dan nomor telepon.
2) Deksripsi Perusahaan secara rinci meliputi : nama perusahaan,
alamat perusahaan, nomor telepon, bidang usaha, akte pendirian,
nomor izin usaha industri, NPWP, izin-izin yang telah dimiliki
(izin lokasi, IMB, HO, SIUP, TDP, izin usaha industri, Dokumen
UKL-UPL)
3) Keterangan Lokasi (Letak dan Luas)
4) Keterangan Pengelolaan Limbah B3 meliputi : jenis pengelolaan,
spesifikasi pengelolaan dan peralatan yang digunakan, jenis dan
karakteristik limbah yang disimpan, tata letak saluran pengelolaan
LB3, alat pencegah pencemaran, serta perlengkapan sistem
tanggap darurat.
5) Dokumen yang harus disampaikan pemohon izin kepada
Kementerian Lingkungan Hidup meliputi : akte pendirian
perusahaan, izin lokasi, izin mendirikan bangunan, izin gangguan
(HO), dokumen UKL-UPL, peta lokasi tempat kegiatan, uraian
tentang bahan baku dan proses kegiatan, uraian tentang spesifikasi
alat pengolahan limbah batubara.
b. Formulir permohonan disertai dengan kelengkapan persyaratan yang
ditandai dengan cek list, dengan data minimal yang harus dilampirkan
sebagai berikut :
1) Dokumen lingkungan (Amdal/UKL-UPL);
2) Akte pendirian perusahaan;
3) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);
4) Fotocopy asuransi pengelolaan lingkungan;
5) Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
6) Izin Lokasi;
7) Izin Gangguan (HO);
8) Keterangan tentang lokasi (nama, tempat/letak, luas, titik
koordinat);
9) Jenis-jenis limbah yang akan dikelola;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
10) Jumlah LB3 (untuk per jenis limbah) yang akan dikelola;
11) Karakteristik per jenis LB3 yang akan dikelola;
12) Tata letak penempatan limbah di tempat penyimpanan sementara;
13) Desain konstruksi tempat penyimpanan atau pengumpulan;
14) Flowsheet lengkap proses pengelolaan LB3;
15) Uraian jenis dan spesifikasi teknis pengolahan dan peralatan yang
digunakan;
16) Uraian tentang pengelolaan pasca penyimpanan;
17) Daftar perlengkapan sistem tanggap darurat;
18) Tata letak saluran drainase (tempat pengumpulan LB3 fasa cair);
19) Foto gudang/bangunan penyimpanan LB3.
c. Pra Verifikasi, dilakukan oleh pihak terkait dalam hal ini Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar mengadakan suatu rapat
intern untuk melihat kelengkapan berkas Pemohon, untuk kemudian
dilanjutkan verifikasi.
d. Verifikasi.
Bupati menetapkan Tim Pengkaji dan Peneliti Pemberian Izin
Pengumpulan dan Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (LB3) di Kabupaten Karanganyar. Tim tersebut mempunyai tugas
antara lain :
1) Meneliti kelengkapan berkas permohonan;
2) Melakukan verifikasi lapangan berkaitan dengan data yang diberikan;
3) Meneliti kelayakan lokasi pengumpulan dan penyimpanan sementara
LB3;
4) Menyelenggarakan administrasi perizinan;
5) Menyusun dan menandatangani Berita Acara Tim.
Tim tersebut diatas tidak hanya beranggotakan pihak dari Badan
Lingkungan Hidup saja, melainkan juga melibatkan pihak-pihak terkait
lainnya yang sedikitnya terdiri dari unsur :
1) Badan Lingkungan Hidup sebagai Ketua dan Sekretaris;
2) Badan Pelayanan Perizinan terpadu sebagai anggota;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
3) Dinas Kesehatan sebagai anggota;
4) Dinas Pekerjaan Umum sebagai anggota;
5) Satuan Polisi Pamong Praja sebagai anggota;
6) Bagian hukum sebagai anggota;
7) Camat setempat sebagai anggota tidak tetap.
e. Badan Lingkungan Hidup (BLH) melaui Tim melakukan penelitian
terhadap kelengkapan berkas permohonan dari ketentuan yang
dipersyaratkan.
f. Berdasarkan hasil penelitian oleh Tim apabila dokumen dinyatakan tidak
lengkap, maka pihak BLH akan memberitahukan kepada pemohon dalam
waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya
permohonan izin. Kemudian pemohon wajib melengkapi dokumen yang
dipersyaratkan dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak
diterimanya surat pemberitahuan yang dimaksud.
g. Apabila dalam kajian Tim menyatakan tidak sesuai dengan hasil penelitian
di lapangan maka Kepala BLH dapat memberikan penolakan permohonan
izin yang diajukan dengan memberikan alasan.
h. Apabila dalam kajian lapangan Tim menyatakan layak dan tidak keberatan
yang dibuatkan dengan Berita Acara Pemeriksaan maka Kepala BLH
menyiapkan konsep Naskah Keputusan Bupati tentang Izin Penyimpanan
Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Data perusahaan yang mempunyai izin Tempat Penyimpanan
Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun :
Tabel. 1 Perusahaan yang Diterbitkan Izin TPS LB3 pada Tahun 2010
NO. NAMA PERUSAHAAN
ALAMAT NO. SK
BARU/ PERPAN-JANGAN
MASA BERLAK
U AWAL
MASA BERLAKU
AKHIR
1. PT.Kusuma Mulia
Jl.Raya Solo-Sragen Km.9 Ds
660.1/397
Baru 25-06-2010
25-06-2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Sroyo Kec.Jaten Karanganyar.
Tahun 2010
2. PT.Kemilau
Indah Permana
Jl.Raya Solo-
Sragen Km.13
Kebakkramat
Karanganyar
660.1/
398
Tahun
2010
Baru 25-06-
2010
25-06-2013
3. PT.Mutu
Gading Tekstil
Jl.Raya Solo-
Purwodadi Km.11
Ds Bulurejo Kec
GondangRejo
Karanganyar
660.1/
399
Tahun
2010
Per-
Panjangan
25-06-
2010
25-06-2013
4. PT.Wijaya
Kwarta Penta
Jl.Mojo Tegalrejo
Ds.Dagen
Kec.Jaten
Karanganyar
660.1/
472
Tahun
2010
Baru 12-08-
2010
12-08-2013
5. PT.Sekar
Bengawan
Jl.Raya Solo-
Sragen Km.8,6
Ds.Jetis Kec.Jaten
Karanganyar
660.1/
473
Tahun
2010
Baru 12-08-
2010
12-08-2013
6. PT.Sari Warna
Asli Unit III
Jl.Raya Solo-
Sragen Km.9-10
Karanganyar
660.1/
474
Tahun
2010
Baru 12-08-
2010
12-08-2013
7. PT.Indo
Acidatama Tbk
Jl.Raya Solo-
Sragen Km.11,4
Kemiri,
Kebakkramat
Karanganyar
- Per-
Panjangan
- -
8. PT.Kusuma
Remaja
Jl.Raya Solo-
Sragen Km.7,8
Ds.Gerdu,Jetis
- Baru - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Kec.Jaten
Karanganyar
9. PT.Sari Warna
Asli Unit I
Ds.Kemiri
Kec.Kebakkramat
Karanganyar
- Baru - -
10. PT.Dunia Setia
Sandang Asli
Tekstil
Jl.Palur Raya
Km.7,1
Karanganyar
- Per-
Panjangan
- -
Sumber : Data BLH Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
Data tersebut diatas merupakan daftar perusahaan yang telah memperoleh
izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(LB3), dengan urutan nomor 1 s/d 6 merupakan perusahaan yang telah
memperoleh persetujuan Bupati Karanganyar dengan diterbitkannya Surat
Keputusan (SK) Bupati Tahun 2010, sedangkan 4 perusahaan lainnya pada saat
berlangsungnya penelitian masih dalam proses penandatanganan.
Pemegang Izin dalam hal ini setiap orang atau badan yang mempunyai
kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau penyimpanan sementara LB3
mempunyai kewajiban sebagai berikut :
a. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. menyelenggarakan administrasi pengumpulan dan/atau pengumpulan
sementara LB3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
c. apabila terjadi perubahan terhadap jenis, karakteristik, jumlah dan/atau cara
penyimpanan sementara LB3, pemohon wajib mengajukan permohonan baru;
d. mengajukan izin, diajukan 60 (enam puluh) hari sebelum masa berlaku izin
berakhir;
e. dilarang memindahtangankan izin tanpa seizin Bupati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
2. Pelaksanaan Pengawasan Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batubara
bagi Industri di Kabupaten Karanganyar.
Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa peraturan
perundang-undangan dapat berlaku efektif apabila didukung oleh perangkat
penegakan hukum. Penegakan hukum lingkungan berkaitan dengan
kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang
berlaku yang menghindarkan keadaan lingkungan yang tercemar. Ditambah
lagi, efektifitas fungsi pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah dalam
hal ini Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar maupun oleh
masyarakat sangat besar peranannya dalam rangka mengawal peraturan
perundang-undangan tersebut.
Pelaksanaan pengawasan Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran
Batubara bagi industri Kabupaten Karanganyar dilaksanakan oleh Pemerintah
dan Masyarakat.
a. Pemerintah
Sebagaimana yang telah diamanatkan dalam PERDA Kabupaten
Karanganyar Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup Pasal 21 bahwa “dalam pelaksanaan tugas pengawasan untuk
tertibnya perlu adanya pengawasan operasional, yang diatur oleh Bupati
dengan mengikut sertakan instansi badan/lembaga dan masyarakat terkait
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Instansi
badan/lembaga yang berwenang dalam hal yang berhubungan dengan
Lingkungan Hidup pada umumnya dan pengelolaan limbah hasil
pembakaran batubara pada khususnya adalah Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar.
Pada tahun 2008 dibentuk suatu Tim Pengawasan yaitu Tim
Pelaksanaan kebijakan Bidang Lingkungan Hidup tetapi hanya sejauh
pengelolaan Lingkungan Hidup secara umum saja. Selanjutnya mulai tahun
2010 ada pelimpahan kewenangan dari Kementerian Lingkungan Hidup,
dasarnya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Jo. Peraturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999, yang termuat dalam Pasal 47 ayat (1),
(2), (3), (4) serta Pasal 48 ayat (1), dan (2).
Pasal 47
(1) Pengawasan pengelolaan limbah B3 dilakukan oleh Menteri dan
pelaksanaanya diserahkan kepada instansi yang bertanggung jawab.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pemantauan terhadap penaatan persyaratan serta ketentuan teknis
dan administratif oleh penghasil, pemanfaat, pengumpul,
pengangkut, pengolah, dan penimbun limbah B3.
(3) Pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah B3 di daerah
dilakukan menurut tata laksana yang ditetapkan oleh Kepala instansi
yang bertanggung jawab.
(4) Pengawasan pelaksanaan sistem tanggap darurat pada tingkat
nasional dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab dan
pada tingkat daerah dilaksanakan oleh Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I dan/atau Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat
II.
.
Pasal 48
(1) Pengawas dalam melaksanakan pengawasan pengelolaan limbah B3
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) dilengkapi tanda
pengenal dan surat tugas yang dikeluarkan oleh Kepala instansi
yang bertanggung jawab.
(2) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang :
(a) memasuki areal lokasi penghasil, pemanfaatan, pengumpulan,
pengolahan dan penimbun limbah B3;
(b) mengambil contoh limbah B3 untuk diperiksa di
laboratorium;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
(c) meminta keterangan yang berhubungan dengan pelaksanaan
pengelolaan limbah B3;
(d) melakukan pemotretan sebagai kelengkapan laporan
pengawasan.
Berkenaan dengan masalah pencemaran lingkungan yang
diakibatkan oleh adanya limbah dari industri dalam hal ini limbah hasil
pembakaran batubara, merupakan kewenangan dan tugas dari Bidang
Pengendalian, yang membawahi :
1) Sub Bidang Pengendalian Lingkungan
2) Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan
Kepala Bidang Pengendalian mempunyai tugas membantu Kepala
Badan dalam merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan, membina dan
mengendalikan kegiatan di Bidang Pengendalian. Uraian tugas tersebut
adalah sebagai berikut :
a) Merumuskan program kegiatan di Bidang Pengendalian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
sumber data yang tersedia sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan;
b) Menjabarkan perintah atasan melalui pengkajian permasalahan dan
peraturan perundang-undangan agar pelaksanaan tugas sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
c) Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya,
memberikan arahan dan petunjuk secara lisan maupun tulisan guna
meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas;
d) Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Sub Bidang dan Kepala
Sub Bagian di lingkungan Badan baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk mendapatkan masukan, informasi serta untuk
mengevaluasi permasalahan agar diperoleh hasil kerja yang
optimal;
e) Melaksanakan kegiatan pengendalian lingkungan;
f) Menyiapkan bahan kajian kualitas air pada aliran sungai;
g) Melaksanakan pengendalian pencemaran air pada sumber air;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
h) Memantau pelaksanaan Program Kali Bersih (Prokasih) dan
kualitas udara (Program Langit Biru);
i) Melaksanakan pengawasan Program Peringkat Kerja Perusahaan
(PROPER);
j) Menyiapkan bahan pengendalian, pengawasan dan
penanggulangan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan;
k) Melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan
pengendalian lingkungan;
l) Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja
pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian
yang tersedia sebagai cerminan penampilan kerja;
m) Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
dasar pengambilan kebijakan;
n) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan
maupun tertulis sebagai bahan masukan guna kelancaran
pelaksanaan tugas;
o) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Kepala Sub Bidang Pengendalian Lingkungan mempunyai tugas
membantu Kepala Bidang Pengendalian dalam melaksanakan penyiapan
bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian
kegiatan Sub Bidang Pengendalian Lingkungan. Uraian tugas secara
keseluruhan sama dengan tugas dari Bidang Pengendalian, hanya yang
membedakan adalah sub Bidang ini menyusun kegiatan Sub Bidang
Pengendalian Lingkungan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan sumber data yang tersedia sebagai pedoman pelaksanaan
kegiatan.
Kepala Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan mempunyai
tugas membantu kepala Bidang pengendalian dalam melaksanakan
penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, dan
pengendalian kegiatan Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan. Tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan sedikit berbeda dengan Sub
Bidang Pengendalian Lingkungan, yang membedakan antara kedua Sub
Bidang ini adalah bahwa Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan
uraian tugasnya sebagai berikut :
1) Menyusun program kegiatan Sub Bidang Penegakan Hukum
Lingkungan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan sumber data yang tersedia sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan;
2) Melaksanakan kegiatan di bidang Penegakan Hukum Lingkungan;
3) Melaksanakan penerapan uang paksa terhadap pelaksanaan
penaggulangan pencemaran air skala Kabupaten pada keadaan
darurat dan/atau keadaan yang tidak terduga lainnya;
4) Melaksanakan penegakan hukum lingkungan terhadap pencemaran
dan/atau Kerusakan Lingkungan;
5) Memberikan pelayanan pengaduan dari masyarakat di bidang
lingkungan hidup;
6) Menyiapkan bahan koordinasi penyusunan Rancangan Peraturan
Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan yang berkaitan dengan
lingkungan hidup;
7) Menelaah, mengevaluasi pelaksanaan Peraturan Perundang-
undangan yang berkaitan dengan lingkungan hidup;
8) Menghimpun, mengkaji, dan meyelesaikan sengketa masalah
lingkungan;
9) Melaksanakan sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang
lingkungan hidup;
10) Menyiapkan rekomendasi Izin Gangguan;
11) Menyiapkan rekomendasi Izin Pembuangan Air Limbah dan Izin
Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3);
12) Melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan
penegakan hokum lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Menurut Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 99 Tahun 2009
tentang Pedoman Pemberian Izin Pengumpulan dan Penyimpanan
Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Kabupaten
Karanganyar, Badan Lingkungan Hidup (BLH) melakukan pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan izin. Hal tersebut
dimaksudkan agar :
1) memahami dan meningkatkan kesadaran pelaku industri agar
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2) mengendalikan pengumpulan dan penyimpanan sementara LB3;
3) meningkatkan kualitas lingkungan hidup;
4) meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap potensi dampak
yang akan timbul terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia
dan makhluk hidup lainnya akibat adanya kegiatan pengelolaan
B3.
Bentuk pelaksanaan pengawasan oleh Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar dalam pengelolaan limbah hasil pembakaran
batubara bagi industri antara lain berupa :
1) Pemberlakuan prosedur wajib untuk memperoleh izin tempat
penyimpanan sementara LB3 bagi pelaku industri yang
mempunyai kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau
penyimpanan sementara LB3;
(2) Adanya Tim Pengarah, Tim Pengkaji dan Peneliti Penerbitan Izin
Tempat Pengumpulan dan Penyimpanan Sementara LB3.
Dasarnya adalah Keputusan Bupati Karanganyar Nomor
660.1/293 Tahun 2009 tentang Pembentukan Tim Pengarah, Tim
Pengkaji dan Peneliti Penerbitan Izin Tempat Pengumpulan dan
Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(LB3) di Kabupaten Karanganyar. Tugas Tim Pengarah adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
(a) memberikan bahan pertimbangan kepada Bupati yang
berkaitan dengan permasalahan Izin Tempat Pengumpulan
dan Penyimpanan Sementara LB3;
(b) memberikan pengarahan dan pembinaan kepada Tim
Pengkaji Peneliti Penerbitan Izin Tempat Pengumpulan dan
Penyimpanan Sementara LB3;
(c) menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Izin Tempat
Pengumpulan dan Penyimpanan Sementara LB3;
(d) melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati
berkaitan dengan Izin Tempat Pengumpulan dan
Penyimpanan Sementara LB3.
(3) Pembentukan Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
Dasarnya adalah dengan menerbitkan Keputusan Kepala
Badan Lingkungan Hidup Selaku Pengguna Anggaran Nomor
660.1/593 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala
Badan Lingkungan Hidup Nomor 660.1/20.3 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar.
(4) Mewajibkan pelaku industri yang mempunyai kegiatan di bidang
pengumpulan dan/atau penyimpanan sementara LB3 untuk
membuat laporan dalam bentuk manivest (dokumen limbah B3) ke
BLH setiap tiga (3) bulan sekali.
(5) BLH melakukan pengawasan lingkungan Hidup dengan terjun ke
perusahaan-perusahaan dengan intensitas satu (1) kali dalam
seminggu.
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Karanganyar tiap seminggu
sekali melakukan pengawasan lingkungan hidup secara umum, yang mulai
tahun 2011 ini diagendakan akan melakukan pengawasan lebih intensif.
Agenda yang ingin dilakukan tidak hanya berupa pengawasan, tetapi juga
pembinaan dan pengarahan. Target pada tahun ini adalah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
melakukan pengawasan, pembinaan dan pengarahan ke 67 perusahaan
lebih. Pengawasan BLH diarahkan sebagai suatu pembinaan yang tidak
mencari-cari kesalahan dari perusahaan dan/atau pelaku industri. BLH
menganggap semua perusahaan atau pelaku usaha sebagai mitra. Setiap
terjadi kesalahan selalu diupayakan untuk dibina terlebih dahulu, baru
apabila terjadi pelanggaran, BLH mempunyai wewenang untuk
melaporkan kepada Institusi Lingkungan Hidup Propinsi.
Data pengawasan yang dilakukan oleh BLH ke perusahaan yang
menggunakan bahan bakar batubara di Kabupaten Karanganyar Tahun
2010 :
Tabel 2. Data Pengawasan BLH ke Perusahaan Pengguna Batubara
Tahun 2010
No. Nama
Perusahaan
Pengelolaan
Air Limbah
Pengelolaan
LB3
Analisa
Udara
Ket.
1. PT. Busana
Mulyatex
(Tekstil), Jl.Solo-
Tawangmangu
Km.7
*belum
melaporkan
hasil analisa
air limbah
bulan
Januari-
Maret 2010
*belum
memiliki
TPS LB3
*belum
melakukan
uji udara
ambient
Tidak taat
2. PT. Lombok
Gandaria (Kecap
dan Saos),
Jl.Solo-
Tawangmangu
Km.
*analisa air
limbah
memenuhi
baku mutu.
*memiliki
izin IPAL.
*melaporkan
hasil analisa
*trial
percobaan
penggunaan
blower
dengan bahan
bakar
batubara.
*belum
*sudah
melaksanakan
uji udara
ambien.
*belum
melakukan
uji emisi
cerobong.
Tidak taat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
air limbah
tiap bulan
1kali.
memiliki TPS
LB3.
3. PT. Wijaya
Kwarta Penta
(Tekstil),
Jl.Dagen Jaten
*analisa air
limbah
memenuhi
baku mutu.
*memiliki
izin IPAL.
*Bulan
Pebruari
2010 tidak
melakukan
analisa air
limbah
*sudah
memiliki izin
TPS LB3
*sudah
melakukan
uji udara
ambien dan
emisi gas
buang
(cerobong
asap)
Izin TPS
LB3 sudah
ada
4. PT. Kusuma
Mulia (Tekstil),
Jl.Solo-Sragen
Km.9
*tidak
melaporkan
hasil analisa
air limbah
bulan
Januari-
Maret 2010.
*memiliki
izin IPAL.
*sudah
memiliki Izin
TPS LB3
*sudah
melakukan
uji udara
ambien dan
emisi gas
buang
(cerobong
asap)
Izin TPS
LB3 sudah
ada
5. CV. Afantex
(Tekstil), Jl.Solo-
Sragen Km.9,5
*memiliki
izin IPAL.
*analisa air
limbah
memenuhi
baku mutu.
*sudah
memiliki Izin
TPS LB3
*sudah
melakukan
uji udara
ambien dan
emisi gas
buang
Taat (baru
melakukan
pembenahan
TPS)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
(cerobong
asap)
6. PT. Kemilau
Indah Permana
(Tekstil), Jl.Solo-
Sragen Km.13-
Kebakkramat.
*telah
melakukan
analisa air
limbah.
*belum
memilki izin
IPAL.
*telah
memiliki Izin
TPS LB3.
*sudah
melakukan
analisa udara
ambien dan
sumber emisi
tidak
bergerak.
Tidak Taat
(Izin IPAL
masih
dalam
proses
penerbitan)
7. PT. Tsunami
Santosa (Tekstil),
Dagen, Jaten
Karanganyar.
*sudah
melakukan
analisa air
limbah secara
rutin.
*telah
memiliki izin
IPAL.
*belum
memiliki Izin
TPS LB3.
*sudah
melakukan
analisa udara
ambien dan
sumber emisi
tidak
bergerak.
Tidak taat
8. PT. Sekar Lima
Pratama (Tekstil),
Jl.Raya Solo-
Sragen Km.8,1
Karanganyar.
*air limbah
berasal dari
proses
pengkanjian,
volume kecil.
*belum
memiliki
TPS LB3.
*limbah
batubara
belum
dikelola
dengan
benar.
*belum
melakukan
analisa udara
ambien dan
sumber emisi
tidak
bergerak.
*tidak taat
(belum
menyusun
Dokumen
UKL-UPL).
9. PT. Sapi Gunung
(Tekstil), Jl. Solo-
Sragen Km.6,5
*sudah
melakukan
analisa air
limbah rutin,
*sudah
memiliki SK
Izin TPS
LB3, tetapi
*sudah
melakukan
analisa udara
ambien dan
Tidak taat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
tetapi masih
ada yang
melebihi
baku mutu.
*sudah
memiliki izin
IPAL.
belum
melakukan
pengelolaan
LB3 secara
administrasi
dan fisiknya.
emisi gas
buang.
10. PT. Sekar
Bengawan
Tekstil, Jl.Solo-
Sragen Km.8,6
*telah
melakukan
analisa air
limbah.
*sudah
memiliki izin
IPAL
*telah
memiliki Izin
TPS LB3.
*sudah
melakukan
analisa udara
ambien dan
sumber emisi
tidak
bergerak.
Taat
11. PT. Kusuma
Remaja,
Pemurnian
Minyak Goreng,
Dusun Gerdu,
Jetis, Jaten.
*telah
melakukan
analisa air
limbah.
*sudah
memiliki izin
IPAL
*telah
memiliki Izin
TPS LB3.
*sudah
melakukan
analisa udara
ambien dan
sumber emisi
tidak
bergerak.
Taat
12. PT. Surya
Kebaktex
(Tekstil), Jl.Solo-
Sragen Km.12,8
Kebakkramat
*tidak ada air
limbah dari
produksinya
*Izin TPS
LB3 masih
dalam proses.
*sudah
melakukan
analisa udara
ambien dan
sumber emisi
tidak
bergerak.
*Izin TPS
LB3 masih
dalam
proses.
13. PT. Sari Warna
Asli Unit 1
*telah
melakukan
*telah
memiliki Izin
*sudah
melakukan
Taat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
(Tekstil), Kemiri,
Kebakkramat.
analisa air
limbah.
*sudah
memiliki Izin
IPAL.
TPS LB3. analisa udara
ambien dan
sumber emisi
tidak
bergerak.
14. PT. Duniatex
(DSSA) Tekstil,
Jl.Raya Palur
Km.7,1
Karanganyar.
*telah
melakukan
analisa air
limbah.
*sudah
memiliki Izin
IPAL.
*telah
memiliki Izin
TPS LB3.
*sudah
melakukan
analisa udara
ambien dan
sumber emisi
tidak
bergerak.
Taat
15. PT. Indatex
(Tekstil/Spinning)
*tidak
menghasilkan
air limbah.
*Izin TPS
LB3 masih
dalam proses.
*sudah
melakukan
analisa udara
ambien dan
sumber emisi
tidak
bergerak.
*Izin TPS
LB3 masih
dalam
proses.
16. PT. Agra
Kencana GC
(Tekstil)
*Instalasi
IPAL dalam
proses
perbaikan,
sampai tahap
di bak
biologi.
*analisa air
limbah
selama
perbaikan
*limbah
batubara
masih
dikumpulkan
di lokasi
perusahaan.
*belum
mempunyai
Izin TPS
LB3.
*belum
melakukan
uji udara
ambien
maupun
emisi udara
dari
cerobong
boiler
batubara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
tidak
dilakukan
analisa.
17. PT.Javatex
Internusa Perkasa,
Tekstil (Handuk),
Banaran, Ngringo
Jaten
*Instalasi
IPAL masih
dalam proses
Trial.
*belum
melakukan
analisa air
limbah.
*limbah
batubara
sementara
sementara
ditumpuk di
lokasi
perusahaan
di ruang
terbuka.
*belum
melakukan
pengelolaan
limbah
batubara.
*belum
memiliki
TPS LB3
*belum
melakukan
uji emisi gas
buang dari
cerobong
boiler
batubara
maupun uji
udara
ambient
18. PT.Kusumahadi
Santosa Tekstil,
Jl.Solo-
Tw.Mangu
Km.9,4
*sudah
melakukan
pengolahan
air limbah
dengan baik.
*memiliki
Izin IPAL.
*telah
melakukan
pengelolaan
LB3 dengan
baik.
*telah
memiliki TPS
LB3 dan telah
memiliki Izin
Penyimpanan.
*telah
melakukan
uji emisi gas
buang dan uji
udara ambien
secara rutin 6
(enam) bulan
sekali.
Taat
Sumber : Data BLH Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
b. Masyarakat
Badan Lingkungan Hidup (BLH) merupakan instansi yang
berwenang dalam pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah, dalam hal
ini limbah hasil pembakaran batubara bagi industri. Selain BLH,
partisipasi masyarakat juga sangat penting demi terciptanya lingkungan
hidup yang sehat dan tidak tercemar. Permasalahan yang berkaitan dengan
lingkungan semakin lama akan semakin kompleks, tidak mungkin
semuanya dapat diakomodir oleh satu instansi dalam waktu yang
bersamaan. Sangat mungkin terjadi suatu bentuk pelanggaran misalnya
suatu perusahaan yang tidak mengelola limbahnya sesuai aturan, sehingga
mengakibatkan kerugian bagi masyarakat sekitar industri tersebut.
Masyarakat sangat berperan dalam hal ini, karena tidak mustahil
terdapat suatu pelanggaran yang tidak diketahui oleh Badan Lingkungan
Hidup Karanganyar, tetapi hal tersebut diketahui atau bahkan merugikan
masyarakat itu sendiri. Masyarakat berkewajiban untuk melaporkan
kepada instansi terkait perihal masalah tersebut. Strategi operasional untuk
penanganan permasalahan lingkungan hidup yang semakin kompleks serta
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penanganan pengaduan kasus
lingkungan hidup yang diadukan oleh masyarakat maka dibentuklah Pos
Pengaduan Lingkungan Hidup dan Tim Teknis/Verifikasi Pengaduan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar dengan diterbitkannya
Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
Nomor 660.1/21.3 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dikarenakan
mutasi pejabat dengan Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar Nomor 660.1/58.3 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar Nomor 660.1/21.3 Tahun 2010 tentang Pembentukan Pos
Pengaduan Lingkungan Hidup dan Tim Teknis/Verifikasi Pengaduan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Pos Pengaduan di Kabupaten Karanganyar ini belum tentu dimiliki
oleh kabupaten-kabupaten lain, sehingga merupakan suatu keistimewaan
Pemerintah Kabupaten Karanganyar. Pos Pengaduan Lingkungan Hidup
dan Tim Teknis/Verifikasi Pengaduan Lingkungan Hidup ini
bersekretariat di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar. Tugas
Tim Teknis/Verifikasi adalah sebagai berikut :
1) menerima Pengaduan Kasus Pencemaran dan/atau Perusakan
Lingkungan Hidup;
2) mempelajari data dan informasi pengaduan lingkungan hidup;
3) melakukan verifikasi pengaduan lingkungan hidup;
4) membuat laporan verifikasi pengaduan lingkungan hidup dan
rekomendasi penanganan kasus;
5) mengkoordinasikan penanganan kasus dengan pihak terkait;
6) melaporkan pelaksanaan tugas kepada Bupati Karanganyar.
Sehubungan dengan hal tersebut, demi kelancaran pelaksanaan
pelayanan Pos Pengaduan Lingkungan Hidup dibentuklah Tim
Keskretariatan Pos Pengaduan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
Tahun 2010, dengan dikeluarkannya Keputusan Kepala Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Nomor 660.1/18.3 Tahun
2010 sebagaimana yang telah diubah dikarenakan ada mutasi pejabat
dengan Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar Nomor 660.1/60.3 Tahun 2010 tentang Perubahan atas
Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
Nomor 660.1/18.3 Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Keskretariatan
Pos Pengaduan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tim Keskretariatan Pos Pengaduan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar mempunyai tugas :
1) membantu kelancaran tugas Tim Teknis dan Verifikasi Pos
Pengaduan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar;
2) menyiapkan keperluan administrasi dan kesekretariatan
pelayanan Pos Pengaduan Lingkungan Hidup Kabupaten
Tahun 2010;
3) menyiapkan keperluan rapat dan kunjungan lapangan kegiatan
Pos Pengaduan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
Tahun 2010;
4) membantu Tim Teknis dan Verifikasi dalam penyusunan
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi kegiatan Pos
Pengaduan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Tahun
2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Alur Pengaduan Masyarakat dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4. Alur Pengaduan Masyarakat
Pengaduan Masyarakat
MEDIASI (Penyelesaian
Masalah)
Investigasi Lapangan
Masalah Lingkungan Hidup
Bukan Masalah Lingkungan Hidup
Lisan / Tertulis
Sekretariat Pos Pengaduan
Lingkungan Hidup Kab.Karanganyar
Ditolak
Identifikasi Tim Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
B. Faktor-faktor yang Menghambat Pelaksanaan Pengawasan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar terhadap
Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batubara bagi Industri
serta Solusinya.
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar dalam rangka menangani
masalah-masalah lingkungan hidup melalui kegiatan pengawasan dijumpai
beberapa hambatan. Adapun hambatan-hambatan tersebut dapat dibagi menjadi 2,
yaitu :
a. INTERNAL
1) Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur professional untuk
melakukan pengawasan.
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Karangnyar
mempunyai 38 Pegawai Negeri Sipil (PNS), dimana dari 38 yang ada
baru 5 orang yang mengikuti pendidikan pelatihan pengawas lingkungan
(Diklat Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup), dan semua belum
dikukuhkan sebagai Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
(PPLHD). Dengan demikian, kapasitas maupun profesionalisme mereka
sebagai pengawas lingkungan hidup masih sangat terbatas.
2) Terbatasnya sarana mobilitas atau operasional lapangan untuk
melakukan pengawasan.
BLH Kabupaten Karanganyar hanya mempunyai 3 unit kendaraan
roda empat, 1 kendaraan khusus untuk pimpinan, sedangkan 2 unit
lainnya untuk kegiatan operasional dalam bentuk Tim yang digunakan
oleh Sekretariat dan 3 bidang secara bergantian dengan sistem
penjadwalan untuk masing-masing bidang. Keadaan tersebut
mengakibatkan intensitas kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Tim
Pengawas Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar sangat kurang,
demikian juga kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sosialisasi
terutama di Bidang Penegakan Hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
b. EKSTERNAL
1) Kurangnya kesadaran para pelaku usaha dalam hal ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selama ini para pelaku usaha kebanyakan hanya berorientasi pada
keuntungan perusahaan (profit-oriented), dengan demikian anggaran
yang digunakan untuk mengelola lingkungan hidup dalam perusahaan
tersebut (internal-cost) menjadi terabaikan atau ditekan seminimal
mungkin, walaupun sebenarnya para pelaku usaha tersebut tahu tentang
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan
lingkungan. Akibatnya beban pengelolaan lingkungan harus ditanggung
oleh masyarakat yang terkena dampak.
2) Tingginya biaya operasional untuk penanganan limbah bagi para pelaku
usaha.
Sebagaimana diketahui bahwa biaya untuk mengelola lingkungan
hidup khususnya limbah industri sangatlah mahal, apalagi untuk
mengelola Limbah B3. Hal tersebut karena perusahaan yang dapat dan
sudah mempunyai Izin untuk mengelola Limbah B3 berada di Propinsi
Jawa Barat. Akibatnya, biaya pengangkutan menjadi sangat besar dan
banyak pelaku usaha yang merasa keberatan.
3) Kurangnya partisipasi atau kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam
penanganan masalah-masalah lingkungan hidup terutama dalam rangka
penegakan Hukum Lingkungan.
Masyarakat yang terkena dampak negatif dari kegiatan usaha
biasanya enggan untuk melaporkan kepada Institusi yang berwenang.
Hal ini disebabkan karena disamping ketidaktahuan tentang prosedur
dan mekanisme pelaporan, juga disebabkan karena tidak mau terbebani
(tidak mau dipusingkan) dengan urusan-urusan yang tidak langsung
menyentuh kepentingannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Solusi atau usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan-
hambatan tersebut antara lain dengan :
a. mengukuhkan atau melantik para pegawai yang telah mengikuti Diklat
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup sebagai Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup Daerah (PPLHD) sehingga kapasitas dan profesionalitas mereka
dalam melakukan pengawasan akan lebih maksimal.
b. menambah sarana operasional yang digunakan untuk pengawasan di
lapangan. Minimal disediakan 1 unit kendaraan untuk masing-masing
bidang. Hal tersebut dapat menjadikan pelaksanaan tugas dari masing-
masing bidang dapat berjalan dengan lebih lancar, tanpa terhalang dengan
adanya sistem penjadwalan atau pemakaian sarana operasional dengan cara
bergantian.
c. memperbanyak sosialisasi kepada para pelaku usaha yang berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan hidup, khususnya pengelolaan limbah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain sosialisasi, salah satu
contoh yang dilakukan BLH terhadap perusahaan yang belum mengajukan
permohonan Izin Pengumpulan Penyimpanan Sementara LB3 adalah dengan
cara pengawasan ke perusahaan tersebut. Apabila terdapat temuan tentang
pengelolaan LB3 yang tidak sesuai prosedur, BLH akan membuat berita
acara yang kemudian disampaikan ke perusahaan tersebut untuk
ditindaklanjuti.
d. mengupayakan agar tempat perusahaan pengelola limbah B3 tidak terlalu
jauh dengan perusahaan penghasil limbah, sehingga menghemat biaya
angkut limbah.
e. lebih intensif melakukan sosialisasi kepada masyarakat baik itu terkait
dengan arti pentingnya lingkungan hidup serta prosedur pengaduan
masyarakat kepada BLH khususnya untuk penanganan masalah-masalah
yang berkaitan dengan lingkungan hidup di Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB IV. PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil
simpulan yaitu :
Institusi yang berwenang dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup pada
umumnya di Kabupaten Karanganyar adalah Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar, sebagaimana diamanatkan dalam PERDA Kabupaten
Karanganyar Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
1. Pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pemberlakuan prosedur wajib untuk memperoleh izin tempat
penyimpanan sementara LB3 bagi pelaku industri yang mempunyai
kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau penyimpanan sementara
LB3;
b. Adanya Tim Pengarah, Tim Pengkaji dan Peneliti Penerbitan Izin
Tempat Pengumpulan dan Penyimpanan Sementara LB3. Dasar
hukumnya adalah Keputusan Bupati Karanganyar Nomor 660.1/293
Tahun 2009 tentang Pembentukan Tim Pengarah, Tim Pengkaji dan
Peneliti Penerbitan Izin Tempat Pengumpulan dan Penyimpanan
Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) di Kabupaten
Karanganyar;
c. Pembentukan Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar, dasar hukumnya adalah
Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Selaku Pengguna
Anggaran Nomor 660.1/593 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Nomor 660.1/20.3 Tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
2010 tentang Pembentukan Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan
Bidang Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar;
d. Mewajibkan pelaku industri yang mempunyai kegiatan di bidang
pengumpulan dan/atau penyimpanan sementara LB3 untuk membuat
laporan dalam bentuk manivest (dokumen limbah B3) ke BLH setiap
tiga (3) bulan sekali.
e. BLH melakukan pengawasan lingkungan Hidup secara umum dengan
terjun ke perusahaan-perusahaan dengan intensitas satu (1) kali dalam
seminggu, termasuk di dalamnya yaitu industri yang menggunakan
bahan bakar batubara. Pada tahun 2011 ini ditargetkan akan melakukan
pengawasan ke 67 perusahaan lebih.
f. Membentuk Pos Pengaduan Lingkungan Hidup dan Tim
Teknis/Verifikasi Pengaduan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar dengan diterbitkannya Keputusan Kepala Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Nomor 660.1/21.3 Tahun
2010 sebagaimana telah diubah dikarenakan mutasi pejabat dengan
Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
Nomor 660.1/58.3 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Keputusan
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Nomor
660.1/21.3 Tahun 2010 tentang Pembentukan Pos Pengaduan
Lingkungan Hidup dan Tim Teknis/Verifikasi Pengaduan Lingkungan
Hidup Kabupaten Karanganyar. SK Kepala BLH tersebut memudahkan
masyarakat untuk berperan aktif dalam rangka pengawasan terhadap
masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup dengan Pos
Pengaduan sebagai sarananya.
g. Membentuk Tim Keskretariatan Pos Pengaduan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar Tahun 2010, dengan dikeluarkannya
Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
Nomor 660.1/18.3 Tahun 2010 sebagaimana yang telah diubah
dikarenakan ada mutasi pejabat dengan Keputusan Kepala Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Nomor 660.1/60.3 Tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
2010 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Karanganyar Nomor 660.1/18.3 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Tim Keskretariatan Pos Pengaduan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 yang berfungsi untuk membantu
kelancaran pelaksanaan pelayanan Pos Pengaduan Lingkungan Hidup
Tahun 2010.
h. Pengawasan BLH diarahkan sebagai suatu pembinaan yang tidak
mencari-cari kesalahan dari perusahaan atau pelaku industri dan
menganggapnya sebagai mitra. Setiap terjadi kesalahan selalu
diupayakan untuk dibina terlebih dahulu, baru apabila terjadi
pelanggaran, BLH mempunyai wewenang untuk melaporkan kepada
Badan Lingkungan Hidup Propinsi.
2. Terdapat faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Kabupeten Karanganyar terhadap pengelolaan limbah hasil
pembakaran batubara bagi industri, serta solusi yang dapat ditempuh adalah
sebagai berikut :
a. INTERNAL
1) Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur professional
yang dimiliki oleh BLH Kabupaten Karanganyar untuk melakukan
pengawasan.
2) Terbatasnya sarana mobilitas atau operasional lapangan untuk
melakukan pengawasan. Keadaan tersebut mengakibatkan intensitas
kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Tim Pengawas
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar sangat kurang.
b. EKSTERNAL
1) Kurangnya kesadaran para pelaku usaha dalam hal ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
2) Tingginya biaya operasional untuk penanganan limbah bagi para
pelaku usaha.
3) Kurangnya partisipasi atau kesadaran masyarakat untuk terlibat
dalam penanganan masalah-masalah lingkungan hidup terutama
dalam rangka penegakan Hukum Lingkungan.
Solusi dan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan-
hambatan tersebut antara lain dengan :
a. mengukuhkan atau melantik para pegawai yang telah mengikuti Diklat
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup sebagai Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD).
b. menambah sarana operasional yang digunakan untuk pengawasan di
lapangan. Hal tersebut dapat menjadikan pelaksanaan tugas dari masing-
masing bidang bisa berjalan dengan lebih lancar, tanpa terhalang dengan
adanya sistem penjadwalan atau pemakaian sarana operasional dengan
bergantian.
c. memperbanyak sosialisasi kepada para pelaku usaha, yang berkaitan
dengan pengelolaan lingkungan hidup, khususnya pengelolaan limbah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. mengupayakan agar tempat perusahaan pengelola limbah B3 tidak
terlalu jauh dengan perusahaan penghasil limbah, sehingga menghemat
biaya angkut limbah.
e. lebih intensif melakukan sosialisasi kepada masyarakat baik itu terkait
dengan arti pentingnya lingkungan hidup serta prosedur pengaduan
masyarakat kepada BLH khususnya untuk penanganan masalah-masalah
yang berkaitan dengan lingkungan hidup di Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
B. SARAN
1. Pemerintah Kabupaten Karanganyar diharapkan segera merevisi Peraturan
Daerah (PERDA) No 12 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup agar mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Pemerintah Kabupaten Karanganyar mengupayakan membentuk semacam
Lembaga Kerjasama dengan pihak swasta untuk menyediakan tempat
pengolahan LB3 yang mudah dijangkau oleh para pelaku usaha di
Kabupaten Karanganyar dan sekitarnya.
3. BLH Kabupaten Karanganyar agar menambah frekuensi sosialisasi baik
pelaku usaha khususnya yang kegiatannya menghasilkan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (LB3).
4. Kepala BLH Kabupaten Karanganyar agar segera mengusulkan kepada
Bupati Kabupaten Karanganyar untuk menambah 2 unit mobil operasional
sehingga pengawasan terhadap masalah-masalah yang berkaiatan dengan
lingkungan hidup dapat lebih maksimal.
5. BLH Kabupaten Karanganyar secara insidentil melakukan Sidak (Inspeksi
Mendadak) ke perusahaan-perusahaan.
6. Mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku usaha yang terbukti
melanggar melalui penangguhan proses perizinan kegiatan usaha.