22
PELAKSANAAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN DI KANTOR KELURAHAN PENYENGAT TANJUNGPINANG NASKAH PUBLIKASI Oleh: RAJA FARIZ SYAHBANA NIM : 090565201044 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

PELAKSANAAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN DI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · melaksanakan Good Governance adalah Kantor Lurah,

  • Upload
    lamnhu

  • View
    240

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PELAKSANAAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN

DI KANTOR KELURAHAN PENYENGAT TANJUNGPINANG

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

RAJA FARIZ SYAHBANA

NIM : 090565201044

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

1

PELAKSANAAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN

DI KANTOR KELURAHAN PENYENGAT TANJUNGPINANG

RAJA FARIZ SYAHBANA

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik Universitas

Maritim Raja Ali Haji

A B S T R A K

Pelayanan publik sebagai penggerak utama juga dianggap penting oleh semua

aktor dari unsur good governance. Salah satu instansi pemerintah yang wajib

melaksanakan Good Governance adalah Kantor Lurah, dimana Kantor Lurah

merupakan kantor yang memberikan pelayanan dan memenuhi segala kepentingan

masyarakat berkaitan dengan dokumen dan surat menyurat kependudukan, dan lain-

lain. Salah satu kelurahan yang ada di Kota Tanjungpinang adalah kelurahan

Penyengat. Namun Kurangnya keterbukaan dalam memberikan informasi, seperti

tidak adanya papan informasi berkaitan dengan seluruh pelayanan yang ada di Kota

Tanjungpinang

Tujuan dalam penelitian ini a. untuk mengetahui pelaksanaan prinsip Good

Governance dalam pelayanan pada Kantor Kelurahan penyengat Tanjungpinang.

informan yang diambil dalam penelitian ini yaitu 1 orang Lurah, 1 orang Sekertaris

Lurah, 2 orang pegawai Pelayanan dalam penelitian ini akan melibatkan 5 orang

masyarakat. Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisa data

kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan Pelaksanaan

Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Pada Kantor Kelurahan Penyengat

Tanjungpinang belum berjalan dengan baik, pelayanan yang diberikan Kantor

Kelurahan Penyengat Tanjungpinang belum menjalankan prinsip akuntabilitas,

pegawai masih kurang tanggap dalam merespon permasalahan yang diutarakan oleh

masyarakat yang berhubungan dengan pengurusan administrasi kependudukan,

kemudian pelayanan yang diberikan dianggap sebagian masyarakat masih berbelit-

belit karena tidak dipublikasikannya syarat maupun prosedur, kemudian yang

terakhir dalam melayani masyarakat biaya yang harus dikeluarkan tidak

dipublikasikan, sehingga jumlah biaya yang dikeluarkan masyarakat akhirnya

berbeda-beda dan sulit dipertanggungjawabkan.

Kata Kunci : Pelayanan, Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik

2

A B S T R A C T

The public service as the prime mover also be considered important by all actors

of the element of good governance. One of the Government agencies that are obliged

to carry out Good Governance is Head Office, where the Head Office is an Office

that provides services and meet all the interests of the community with regard to the

residency documents and correspondence, and others. One of the villages that are in

the town of Tanjung Pinang is Penyengat village. But the lack of openness in

providing information, such as the absence of Board information related to the whole

of the existing services in the town of Tanjung Pinang

The goal in this research a. to know the implementation of the principle of Good

Governance in the service of the Office of the Village stun Tanjungpinang.

informants are taken in this study i.e. 1 person, 1 Secretary Head Lurah, 2 employees

of the Ministry in this research will involve 11 people in society. The analysis of the

data used in this study is the analysis of qualitative data.

Based on the research results then can be taken the conclusion the

implementation of the principle of Good Governance in the service of the Office of

the Village Stun Tanjungpinang haven't gone well, the Ministry provided Office

Neighborhood Stun Tanjungpinang haven't run the principle of accountability,

employees still less responsive in responding to problems expressed by people

associated with the management of the administration of the settlement, then the

given service is considered part of the community is still a convoluted because it does

not dipublikasikannya condition or procedure then, the last in serving the public

costs that must be removed are not published, so that the amount of costs incurred

the public finally different and difficult accounted for.

Keywords: Stewardship, Good Governance

3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan publik

yang dilakukan oleh pemerintah atau

pemerintah daerah. Penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan dan

pelayanan publik menurut paradigma

good governance, dalam prosesnya

tidak hanya dilakukan oleh

pemerintah daerah atau hanya untuk

kepentingan pemerintahan daerah.

Paradigma good governance,

mengedepankan proses dan prosedur,

dimana dalam proses persiapan,

perencanaan, perumusan dan

penyusunan suatu kebijakan

senantiasa mengedepankan

kebersamaan dan dilakukan dengan

melibatkan seluruh pemangku

kepentingan.

Pelayanan publik sebagai

penggerak utama juga dianggap

penting oleh semua aktor dari unsur

good governance. Para pejabat

publik, unsur-unsur dalam

masyarakat sipil dan dunia usaha

sama-sama memiliki kepentingan

terhadap perbaikan kinerja pelayanan

publik. Ada tiga alasan penting yang

melatar-belakangi bahwa

pembaharuan pelayanan publik dapat

mendorong praktik good governance

di Indonesia. Pertama, perbaikan

kinerja pelayanan publik dinilai

penting oleh stakeholders, yaitu

pemerintah , warga, dan sektor

usaha. Kedua, pelayanan publik

adalah ranah dari ketiga unsur

governance melakukan interaksi

yang sangat intensif. Ketiga, nilai-

nilai yang selama ini mencirikan

praktik good governance

diterjemahkan secara lebih mudah

dan nyata melalui pelayanan publik

Pemerintah daerah dituntut untuk

menerapkan prinsip-prinsip good

governance. Dengan menerapkan

prinsip-prinsip tersebut, diharapkan

dalam menggunakan dan

melaksanakan kewenangan politik,

ekonomi dan administrative dapat

diselenggarakan dengan baik. Oleh

sebab itu dalam prakteknya, konsep

good governance harus ada

dukungan komitmen dari semua

pihak yaitu Negara (state)/

pemerintah(government),swasta(priv

ate) dan masyarakat(society).

Good Governance (tata

pemerintahan yang baik) merupakan

praktek penyelenggaraan

pemerintahan dalam rangka

memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Untuk mewujudkan tata

pemerintahan yang baik perlu

dibangun dialog antara pelaku-

pelaku penting dalam Negara, agar

semua pihak merasa memiliki tata

pengaturan tersebut. Tanpa

kesepakatan yang dilahirkan dari

dialog, kesejahteraan tidak akan

tercapai karena aspirasi politik

maupun ekonomi rakyat pasti

tersumbat. Terdapat beberapa hal

yang perlu diperhatikan oleh

pemerintah bahwa masyarakat dapat

menilai dan memilih, bahkan

meminta jasa layanan yang lebih

baik.

Menerapkan praktik good

governance dapat dilakukan secara

bertahap sesuai dengan kapasitas

pemerintah, masyarakat sipil, dan

mekanisme pasar. Salah satu pilihan

strategis untuk menerapkan good

governance di Indonesia adalah

melalui penyelenggaraan pelayanan

publik. Ada beberapa pertimbangan

mengapa pelayanan publik menjadi

4

strategis untuk memulai menerapkan

good governance.

Menurut Undang-undang No. 25

Tahun 2009, Pelayanan publik

adalah kegiatan atau rangkaian

dalam rangka pemenuhan kebutuhan

pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap

warga Negara dan penduduk atas

barang, jasa, dan/atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh

penyelenggara publik. Secara garis

besar, permasalahan penerapan Good

Governance meliputi reformasi

birokrasi belum berjalan sesuai

dengan tuntutan masyarakat,

tingginya kompleksitas

permasalahan dalam mencari solusi

perbaikan, masih tingginya tingkat

penyalahgunaan wewenang,

banyaknya praktek KKN, dan masih

lemahnya pengawasan terhadap

kinerja aparatur, makin

meningkatnya tuntutan akan

partisipasi masyarakat dalam

kebijakan public, meningkatnya

tuntutan penerapan prinsip-prinsip

tata kepemerintahan yang baik antara

lain transparansi, akuntabilitas dan

kualitas kinerja publik serta taat pada

hukum, meningkatnya tuntutan

dalam pelimpahan tanggung jawab,

kewenangan dan pengambilan

keputusan dalam era desentralisasi,

rendahnya kinerja sumberdaya

manusia dan kelembagaan aparatur;

sistem kelembagaan (organisasi) dan

ketatalaksanaan (manajemen)

pemerintahan daerah yang belum

memadai. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut para birokrat

bekerja dalam sebuah bermuatan

nilai dan lingkungan yang didorong

oleh sejumlah nilai. Nilai-nilai ini

yang menjadi pijakan dalam segala

aktivitas birokrasi saat memberi

pelayanan publik.

Salah satu instansi pemerintah

yang wajib melaksanakan Good

Governance adalah Kantor Lurah,

dimana Kantor Lurah merupakan

kantor yang memberikan pelayanan

dan memenuhi segala kepentingan

masyarakat berkaitan dengan

dokumen dan surat menyurat

kependudukan, dan lain-lain.

Kelurahan adalah wilayah kerja lurah

sebagai perangkat daerah

Kabupaten/Kota di bawah

Kecamatan yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada

Camat. Kelurahan mempunyai tugas

dan fungsi melaksanakan

kewenangan pemerintahan yang

dilimpahkan oleh Camat serta

melaksanakan tugas pemerintahan

lainnya sesuai ketentuan

perundangan yang berlaku.

Dalam Undang-Undang Nomor

24 Tahun 2013 Tentang Administrasi

Kependudukan menjelaskan bahwa

jenis administrasi terdiri dari

administrasi umum, administrasi

penduduk, administrasi keuangan,

administrasi pembangunan,

administrasi lainnya. Administrasi

kependudukan di kelurahan meliputi

Domisili penduduk, Surat

Keterangan Catatan Kepolisian,

Surat keterangan lahir, Surat

Kematian, Surat Izin Usaha, Surat

Keterangan Tidak Mampu (SKTM),

Surat pengantar nikah, KTP, maupun

KK.

Salah satu kelurahan yang ada di

Kota Tanjungpinang adalah

kelurahan Penyengat. Kelurahan ini

merupakan pulau kecil yang

memiliki panjang 2.000 meter dan

lebar 850 meter atau ± 3,5 km² dan

berjarak 2 km yang dipisahkan oleh

5

lautan dari Kota Tanjungpinang.

Melihat secara geografis kelurahan

ini, masyarakat mengharapkan

adanya pelayanan prima yang

mengedepankan prinsip Good

Governance diberikan pemerintah

kelurahan kepada masyarakat, karena

untuk pengurusan ke tempat lain

misalnya Kantor Kecamatan maupun

ke Dinas Kependudukan dan instansi

lain maka masyarakat kelurahan

penyengat harus menyebrang

kembali ke Tanjungpinang melewati

lautan dan memakan waktu yang

lama, sehingga jika pelayanan yang

diberikan tidak maksimal akan

membuat pengurusan masyarakat

akan terhambat.

Kelurahan penyengat memiliki

tugas pokok dan fungsinya melayani

masyarakat yang ada pada Kelurahan

penyengat tersebut. Karena jauh dari

pusat kota maka sering terjadi

permasalahan di kelurahan ini,

seperti

1. Kurangnya keterbukaan

dalam memberikan

informasi, seperti tidak

adanya papan informasi

berkaitan dengan seluruh

pelayanan yang ada di

Kelurahan Penyengat,

yang dipublikasikan

hanya KTP saja, padahal

untuk pelayanan yang ada

di Kantor ini masih

banyak yang lainnya

seperti keterangan ahli

waris, surat pindah dan

surat pengantar lainnya.

2. Tidak hanya itu

permasalahan yang selalu

di kritik oleh masyarakat

adalah kantor ini pada

jam siang yaitu lewat dari

jam 13.00 WIB pelayanan

menjadi terhambat karena

banyak pegawai yang

keluar dan tidak kembali

kekantor lagi. Begitu juga

dengan jam masuk kantor

yang harusnya di mulai

pada pukul 08.00 Wib,

namun pegawai datang

pada pukul 09.30 Wib.

Hal ini tentu saja tidak

sesuai dengan Peraturan

Walikota Tanjungpinang

Nomor 40 Tahun 2011

tentang jam kerja pegawai

negeri sipil dan honorer

di lingkungan Pemerintah

Kota Tanjungpinang yang

mengharuskan pegawai

dari pukul 08.00 Wib dan

Pulang pada pukul 16.00

Wib.

Masalah utama pelayanan publik

sebenarnya adalah peningkatan

kualitas pelayanan publik itu sendiri.

Pelayanan publik yang berkualitas

dipengaruhi oleh berbagai aspek,

yaitu bagaimana pola

penyelenggaraannya,sumber daya

manusia yang mendukung,dan

kelembagaan. Beberapa kelemahan

pelayanan publik berkaitan dengan

pola penyelenggaraannya antara lain

sebagai berikut: Unit pelaksana

pelayanan publik terletak sangat jauh

dari jangkauan masyarakat, sehingga

mempersulit mereka yang

memerlukan pelayanan publik

tersebut salah satunya adalah antara

kelurahan penyengat dengan

kecamatan dan kantor lainnya.

Informasi yang disampaikan kepada

masyarakat cenderung lambat atau

bahkan tidak diterima oleh

masyarakat. Belum bersedia

mendengar keluhan/saran/aspirasi

6

masyarakat.Biasanya aparat

pelayanan publik belum bersedia

mendengar keluhan/saran/ aspirasi

dari masyarakat. Sehingga,

pelayanan publik dilaksanakan

semau sendiri dan sekedarnya, tanpa

ada perbaikan dari waktu ke waktu.

Berdasarkan fenomena tersebut,

dalam hal ini peneliti akan

mengambil judul penelitian :

PELAKSANAAN PRINSIP

GOOD GOVERNANCE DALAM

PELAYANAN PADA KANTOR

KELURAHAN PENYENGAT

TANJUNGPINANG.

PerumusanMasalah

Pada pengurusan dokumen surat

menyurat di Kantor Lurah Penyengat

terlihat semakin meningkat,

kebutuhan masyarakat terhadap surat

menyurat semakin meningkat.

Sehingga diharapkan setiap

masyarakat yang melakukan

pengurusan mendapatkan pelayanan

yang baik sesuai dengan aturan yang

berlaku dengan prinsip good

governance. Keterbukaan segala

informasi menjadi hal yang penting

bagi masyarakat dalam pengurusan

di Kantor Lurah Penyengat. Dari

latar belakang permasalahan diatas

maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai

berikut: “BAGAIMANA

PELAKSANAAN PRINSIP

GOOD GOVERNANCE DALAM

PELAYANAN PADA KANTOR

KELURAHAN PENYENGAT

TANJUNGPINANG?”

Tujuan dan KegunaanPenelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui

pelaksanaan prinsip Good

Governance dalam pelayanan

pada Kantor Kelurahan

penyengat Tanjungpinang.

2. Kegunaan Penelitian

Setelah mengidentifikasi

dan merumuskan masalah

tersebut di atas, maka penulis

berharap penelitian ini dapat

berguna:

a. Kegunaan Akademik

Dengan adanya penelitian ini

dapat memberikan referensi

dan data untuk penelitian-

penelitian berikutnya dan

menambah wawasan

mengenai Ilmu Pemerintahan

mengenai pelaksanaan

prinsip Good Governance.

b. Kegunaan Teoritis

Diharapkan dengan adanya

penelitian ini mampu

memberikan masukan dan

sumbang saran pada Kantor

Kelurahan penyengat Kota

Tanjungpinang.

Konsep Operasional

Konsep Operasional

merupakan unsur penelitian yang

memberitahukan bagaimana caranya

mengukur suatu variabel, dengan

kata lain konsep operasional adalah

semacam petunjuk pelaksanaan

bagaimana caranya mengukur suatu

variabel. Adapun fungsi dari konsep

operasional adalah sebagai alat untuk

mengidentifikasi fenomena atau

gejala-gejala yang diamati dengan

jelas, logika, atau penalaran yang

digunakan oleh peneliti untuk

menerangkan fenomena yang diteliti

atau dikaji. Operasionalisasi konsep

dalam hal ini dapat dilihat dari

7

dimensi menurut Menurut Menurut

Dwiyanto (2008:80) dari 10

indikator good governane dalam

penelitian ini mengambil 8 indikator

karena menyesuaikan permasalahan

tang ada di lapangan, yaitu antara

lain:

1. Akuntabilitas: Meningk

atkan akuntabilitas para

pengambil keputusan

dalam segala bidang

yang menyangkut

kepentingan

masyarakat.

2. Pengawasan

: Meningkatkan upaya

pengawasan terhadap

penyelenggaraan

pemerintahan dan

pembangunan dengan

mengusahakan

keterlibatan swasta dan

masyarakat luas.

3. Daya

Tanggap: Meningkatkan

kepekaan para

penyelenggaraan

pemerintahan terhadap

aspirasi masyarakat

tanpa kecuali.

4. Profesionalisme: Menin

gkatkan kemampuan

dan moral

penyelenggaraan

pemerintahan agar

mampu memberi

pelayanan yang mudah,

cepat, tepat dengan

biaya terjangkau.

5. Efisiensi &

Efektivitas: Menjamin

terselenggaranya

pelayanan kepada

masyarakat dengan

menggunakan sumber

daya yang tersedia

secara optimal &

bertanggung jawab.

6. Transparansi: Mencipta

kan kepercayaan timbal-

balik antara pemerintah

dan masyarakat melalui

penyediaan informasi

dan menjamin

kemudahan didalam

memperoleh informasi.

7. Kesetaraan: Memberi

peluang yang sama bagi

setiap anggota

masyarakat untuk

meningkatkan

kesejahteraannya.

8. Penegakan

Hukum: Mewujudkan

penegakan hukum yang

adil bagi semua pihak

tanpa pengecualian,

menjunjung tinggi

HAM dan

memperhatikan nilai-

nilai yang hidup dalam

masyarakat.

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah

Deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian deskriptif

menurut Sugiyono (2012:11)

adalah penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui nilai variabel

mandiri, baik satu variabel atau

lebih tanpa membuat

perbandingan, atau

menghubungkan antara variabel

satu dengan variabel lain”.

Dalam penelitian ini akan

dijelaskan mengenai pelaksanaan

prinsip Good Governance di

Kelurahan penyengat.

2. Lokasi

Penelitian

8

Lokasi penelitian adalah

Kantor Kelurahan penyengat

Kota Tanjungpinang. Pengurusan

yang ada di Kantor Lurah

Penyengat semakin meningkat,

kebutuhan masyarakat terhadap

surat menyurat semakin

meningkat. Sehingga diharapkan

setiap masyarakat yang

melakukan pengurusan

mendapatkan pelayanan yang

baik sesuai dengan aturan yang

berlaku dengan prinsip good

governance. Keterbukaan segala

informasi menjadi hal yang

penting bagi masyarakat dalam

pengurusan di kantor Lurah

Penyengat.

Kelurahan penyengat

memiliki penduduk berjumlah

2671 jiwa, jumlah ini merupakan

jumlah penduduk terbesar setelah

Tanjungpinang Barat di

lingkungan Kecamatan

Tanjungpinang Barat. Dimana

dalam salah satu misinya adalah

meningkatkan pelayanan

pengurusan administrasi

pemerintah dengan

meningkatkan mutu pelayanan

yang prima. Pelayanan yang

prima tentu saja dapat diperoleh

dengan menjalankan prinsip-

prinsip Good Governance.

Tidak hanya itu melihat

letak geografis pulau penyengat

yang jauh dari tempat

pemerintahan lainnya membuat

masyarakat penyengat dalam

pengurusan seperti surat

pengantar dan lain-lain harus

dalam waktu yang cepat dan

tidak ada kesalahan karena jika

hal tersebut terjadi maka

masyarakat akan kembali lagi ke

penyengat maka akan

membutuhkan waktu yang cukup

lama.

3. Informan

Informan adalah objek

penting dalam sebuah penelitian.

Informan adalah orang-orang

dalam latar penelitian yang

dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan

kondisi latar penelitian.

Penelitian ini menggunakan

purposive sampling yaitu teknik

pengumpulan data jumlah

informan ditentukan berdasarkan

kebutuhan data yang diinginkan,

sehingga informan yang diambil

dalam penelitian ini yaitu 1 orang

Lurah, 1 orang Sekertaris Lurah,

2 orang pegawai Pelayanan

dalam penelitian ini akan

melibatkan 5 orang masyarakat.

4. Jenis Sumber Data

1.Data primer

Data primer yaitu data

yang diperoleh langsung

dari Informan melalui

wawancara yang menjadi

sasaran penelitian yang

meliputi data tentang

pelaksanaan prinsip

Good Governance dalam

pelayanan pada Kantor

Kelurahan penyengat

Tanjungpinang.

2. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data

pendukung yang

melengkapi data primer,

yang diperoleh melaui

dokumen-dokumen yang

ada di Kelurahan

penyengat, seperti data

tentang pelayanan,

laporan tahunan dan

gambaran umum.

5. Teknik Pengumpulan Data

9

a. Teknik Observasi

Teknik dan alat

pengumpulan data dalam

penelitian ini salah satunya

adalah observasi dimana

menurut Sugiyono

(2012:166) teknik observasi

merupakan suatu proses yang

komplek dan sulit, yang

tersusun dari berbagai proses

biologis dan proses

psikologis diantaranya yang

terpenting adalah pengamatan

dan ingatan, dengan alat

pengumpul data yaitu Check

list.

b. Teknik Wawancara

Menurut Arikunto

(2006 : 145), wawancara

adalah sebuah dialog yang

dilakukan oleh pewawancara

untuk memperoleh informasi

dari terwawancara yang

digunakan oleh peneliti untuk

mencari data tentang variabel

latar belakang seseorang yang

dilakukan dengan daftar

pertanyaan. Adapun alat

pengumpulan datanya berupa

pedoman wawancara

(interview quide).

6. Analisa Data

Analisis data yang

digunakan dalam penelitian

pelaksanaan prinsip Good

Governance dalam

pelayanan pada Kantor

Kelurahan penyengat

Tanjungpinang adalah

analisa data kualitatif yaitu

dengan melakukan terlebih

dahulu mendeskripsikan,

memverifikasi,

menginterpretasikan untuk

kemudian dianalisis sehingga

memperoleh suatu

kesimpulan. Moleong

(2004:35) menyatakan

analisa dan kualitatif adalah

proses pengorganisasian, dan

penguratan data kedalam pola

dan kategori serta satu uraian

dasar, sehingga dapat

dikemukakan tema yang

seperti disarankan oleh data.

Adapun langkah – langkah

analisa data yang dilakukan

adalah :

a. menelaah dari semua

data yang tersedia dari

berbagai sumber,

b. reduksi data yang

dilakukan dengan

membuat abstraksi,

c. menyusun data

kedalam satuan-

satuan,

d. pengkategorian data

sambil membuat

koding,

e. mengadakan

pemeriksaaan

keabsahan data, dan

f. penafsiran data secara

deskripsif.

Analisa kualitatif tersebut

akan menggambarkan pelaksanaan

prinsip Good Governance dalam

pelayanan pada Kantor Kelurahan

penyengat Tanjungpinanng.

LANDASAN TEORITIS

Konsep governance bukanlah

konsep baru, konsep governance

sama luasnya dengan peradaban

manusia, salah satu pembahasan

tentang good governance dapat

ditelusuri Endarlin (Setyawan,

2004:223) governance merupakan

suatu terminologi yang digunakan

untuk mengganti istilah government,

10

yang menunjuk penggunaan otoritas

politik, ekonomi dan administrasi

dalam mengelola masalah-masalah

kenegaraan.

Mardiasmo dalam Tangkilisan

(2005:114), mengemukakan bahwa

orientasi pembangunan sektor publik

adalah untuk menciptakan good

governance, dimana pengertian

dasarnya adalah pemerintahan yang

baik. Kondisi ini berupaya untuk

menciptakan suatu penyelenggaraan

pembangunan yang solid dan

bertanggungjawab sejalan dengan

prinsip demokrasi, efesiensi,

pencegahan korupsi, baik secara

politik maupun administrasi.

Berdasarkan dokumen kebijakan

UNDP, disebutkan : Tata

pemerintahan adalah penggunaan

wewenang ekonomi, politik dan

administrasi guna mengelola urusan-

urusan Negara pada semua tingkat.

Tata pemerintahan mencakup

seluruh mekanisme, proses dan

lembagalembaga dimana warga dan

kelompok-kelompok masyarakat

mengutarakan kepentingan mereka,

menggunakan hak hukum,

memenuhi kewajiban dan

menjembatani perbedaan-perbedaan

diantara mereka. Jelas bahwa good

governance adalah masalah

perimbangan antara negara, pasar

dan masyarakat.

Menurut Dwiyanto (2008;21),

pemerintahan yang baik (good

governance) sebagai sistem

administrasi yang melibatkan banyak

pelaku (multi stakeholders) baik dari

pemerintah maupun di luar

pemerintah, sedangkan Sedarmayanti

(2004;2) menyatakan bahwa good

governance merupakan proses

penyelenggaraan kekuasaan Negara

dalam melaksanakan penyediaan

publik goods and service. Untuk

mewujudkan kepemerintahan yang

baik (good governance) salah satu

unsur yang harus terpenuhi adalah

adanya komitmen dari semua

anggota dalam satuan organisasi /

lembaga dalam mewujudkan

kepemerintahan yang bersih,

mengedepankan dan

mempertimbangkan unsur-unsur

efektivitas, efisiensi dan ekonomis

dalam memberikan layanan prima

kepada publik. Menurut Dwiyanto

(2008:80) ada 10 indikator good

governane antara lain:

1. Akuntabilitas: Meningk

atkan akuntabilitas para

pengambil keputusan

dalam segala bidang

yang menyangkut

kepentingan

masyarakat.

2. Pengawasan

: Meningkatkan upaya

pengawasan terhadap

penyelenggaraan

pemerintahan dan

pembangunan dengan

mengusahakan

keterlibatan swasta dan

masyarakat luas.

3. Daya

Tanggap: Meningkatkan

kepekaan para

penyelenggaraan

pemerintahan terhadap

aspirasi masyarakat

tanpa kecuali.

4. Profesionalisme: Menin

gkatkan kemampuan

dan moral

penyelenggaraan

pemerintahan agar

mampu memberi

pelayanan yang mudah,

11

cepat, tepat dengan

biaya terjangkau.

5. Efisiensi &

Efektivitas: Menjamin

terselenggaranya

pelayanan kepada

masyarakat dengan

menggunakan sumber

daya yang tersedia

secara optimal &

bertanggung jawab.

6. Transparansi: Mencipta

kan kepercayaan timbal-

balik antara pemerintah

dan masyarakat melalui

penyediaan informasi

dan menjamin

kemudahan didalam

memperoleh informasi.

7. Kesetaraan: Memberi

peluang yang sama bagi

setiap anggota

masyarakat untuk

meningkatkan

kesejahteraannya.

8. Wawasan Ke

Depan: Membangun

daerah berdasarkan visi

& strategis yang jelas &

mengikuti-sertakan

warga dalam seluruh

proses pembangunan,

sehingga warga merasa

memiliki dan ikut

bertanggungjawab

terhadap kemajuan

daerahnya.

9. Partisipasi: Mendorong

setiap warga untuk

mempergunakan hak

dalam menyampaikan

pendapat dalam proses

pengambilan keputusan,

yang menyangkut

kepentingan

masyarakat, baik secara

langsung mapun tidak

langsung.

10. Penegakan

Hukum: Mewujudkan

penegakan hukum yang

adil bagi semua pihak

tanpa pengecualian,

menjunjung tinggi

HAM dan

memperhatikan nilai-

nilai yang hidup dalam

masyarakat.

Pada dasarnya konsep

Good Governance memberikan

rekomendasi pada sistem

pemerintahan yang menekankan

pada kesetaraan antara lembaga-

lembaga Negara baik pusat

maupun daerah, sektor swasta,

dan masyarakat madani (Civil

Society). Good Governance juga

mempunyai arti pandangan dari

sebuah kesepakatan menyangkut

pengaturan Negara yang

diciptakan bersama oleh

pemerintah, masyarakat madani

(Civil Society), dan sector swasta.

Good Governance adalah policy

stakeholders forum artinya

kelompok-kelompok masyarakat

yang dilibatkan adalah

perwakilan elemen-elemen yang

terpengaruh oleh kebijakan

publik yang sedang proses.

Kesepakatan itu mencakup

keseluruhan bentuk mekanisme,

proses dan lembaga-lembaga

(elemen-elemen) di mana

kelompok masyarakat

mengutarakan kepentingannya.

GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

12

Penyengat merupakan sebuah

pulau yang terletak di wilayah

administratif Kota Tanjungpinang.

Pulau penyengat merupakan wilayah

pintu gerbang untuk masuk ke Kota

Tanjungpinang, dan dalam sistem

pemerintahan kota pulau ini adalah

sebuah kelurahan yaitu Kelurahan

Penyengat yang termasuk dalam

wilayah Kecamatan Tanjungpinang

Kota Kelurahan penyengat

merupakan sebuah pulau yang

terletak didepan pusat Kota

Tanjungpinang yang merupakan

pusat pemerintahan dan pusat

perdagangan baik domestik maupun

internasional, sehingga budaya

(prilaku) dari turis asing maupun

domestik akan mempengaruhi

kehidupan politik masyarakat

melayu Kelurahan Penyengat, karena

budaya melayu tersebut sudah

menyatu dalam kehidupan mereka.

Budaya tersebut adalah bahasa dan

adat istiadat lainnya, yang tidak

dimiliki oleh masyarakat di

Kelurahan Penyengat. Pulau

Penyengat memiliki luas wilayah ±

5, 25 Km².

PELAKSANAAN PRINSIP

GOOD GOVERNANCE DALAM

PELAYANAN PADA KANTOR

KELURAHAN PENYENGAT

TANJUNGPINANG

1. Akuntabilitas

Setelah wawancara dan

observasi yang dilakukan maka dapat

dianalisa bahwa pelayanan yang

diberikan Kantor Kelurahan

Penyengat Tanjungpinang belum

menjalankan prinsip akuntabilitas,

pegawai masih kurang tanggap

dalam merespon permasalahan yang

diutarakan oleh masyarakat yang

berhubungan dengan pengurusan

administrasi kependudukan,

kemudian pelayanan yang diberikan

dianggap sebagian masyarakat masih

berbelit-belit karena tidak

dipublikasikannya syarat maupun

prosedur, kemudian yang terakhir

dalam melayani masyarakat biaya

yang harus dikeluarkan tidak

dipublikasikan, sehingga jumlah

biaya yang dikeluarkan masyarakat

akhirnya berbeda-beda dan sulit

dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan hasil observasi

diketahui bahwa SOP memang tidak

dipublikasikan dengan lengkap,

padahal sesuai dengan prosedur

pelaksanaan kegiatan SOP di

Kelurahan Kelurahan Penyengat

Tanjungpinang seluruh informasi

harus di berikan, karena baik waktu

dan biaya serta prosedur sudah ada

standarnya yang diatur dalam

peraturan yang berlaku, hal ini juga

sesuai dengan Peraturan Walikota

Nomor 9 Tahun 2011 Tentang

Penyelenggaraan Administrasi

Penduduk, dimana dalam SOP nya

jelas apa saja syaratnya kemudian

pejabat yang berwenang seperti

lurah, sekertaris lurah, kepala seksi

hingga staf, kemudian dijelaskan

tentang mutu baku seperti syarat

pembuatan dokumen tersebut,

proses, waktu dan output. Seperti

salah satunya adalah surat pelayanan

keterangan kependudukan di dalam

SOP jelas bahwa waktu yang

dibutuhkan hanya 65 menit mulai

dari menerima berkas, hingga

melakukan registrasi surat

keterangan kependudukan, hal ini

bisa terlaksana jika persyaratan dari

masyarakat lengkap seperti surat

pengantar RT/RW, KTP maupun

KK. hal inilah yang perlu di lakukan

13

dengan penuh tanggung jawab,

ketika masyarakat sudah melengkapi

syarat maka pegawai harus bekerja

dengan SOP yang berlaku.

2. Pengawasan

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka diketahui

dalam melakukan pelayanan di

kelurahan Penyengat belum

sepenuhnya menjalankan good

governance karena belum ada ruang

untuk masyarakat mengawasi

pelayanan yang dilakukan. arus ada

mekanisme pengawasan yang efektif.

Keberhasilan dalam meningkatkan

kualitas pelayanan publik niscaya

akan dapat ikut menekan praktik-

praktik korupsi. Justifikasi lain

urgensi pengawasan ini karena

efektivitas pengawasan dapat

melahirkan kepatuhan untuk

memenuhi berbagai kebutuhan dasar

kelompok masyarakat. Mesti ada

pengawasan untuk menjamin

komitmen terhadap warga cacat dan

orang tua yang berusia lanjut.

Pengawasan yang ketat terhadap

pelayanan publik dapat memaksa

penyelenggara negara/pemerintahan

memenuhi berbagai

kebutuhan/fasilitas publik

3. Daya Tanggap

Dari hasil observasi adanya

kotak saran tempat masyarakat

menyampaikan keluhan masyarakat

secara tidak langsung, kotak saran

yang ada di buka 1 bulan sekali

sebagai evaluasi kinerja para

pegawai di Kelurahan Penyengat.

Untuk mendapatkan jawaban yang

lebih pasti maka ditanyakan kembali

dengan Sekertaris Lurah, beliau

mengatakan : Untuk kesedian

pegawai dalam menampung keluhan

dari masyarakat sehubungan

pelaksanaan pelayanan dapat saya

katakan sudah terlaksana dengan

baik. Masih banyak keluhan-keluhan

yang disampaikan oleh masyarakat,

berkenaan dengan pelaksanaan

pelayanan sudah dapat kita tanggapi

secara baik.

Namun begitu untuk

kedepannya pihak Kantor Kelurahan

Penyengat akan selalu berupaya

untuk meningkatkannya, baik itu dari

sisi pegawainya, metode kerjanya

ataupun dari pelaksanaan pelayanan

yang kita berikan. Sebab kita

menyadari bahwa, keluhan dari

masyarakat terhadap pelaksanaan

pelayanan yang diterima merupakan

suatu bentuk ketidak nyamanan dari

pelayanan yang diberikan. Untuk

waktu setiap penyelesaian keluhan

tergantung dari apa masalah yang

terjadi. Biasanya jika keluhan tidak

terlalu berat maka pegawai akan

segera mencarikan solusi tetapi jika

tidak dapat diselesaikan maka akan

dibahas seperti di rapat untuk

dibicarakan bersama.

4. Profesionalisme

Berdasarakan hasil wawancara

dan observasi maka dapat dianalisa

bahwa pegawai kelurahan penyengat

harus kembali meningkatkan

profesionalisme nya dalam bekerja,

hal ini dikarenakan setiap

masyarakat menuntut untuk dilayani

secara professional baik sikap

maupun kemampuan para pegawai

tersebut.

Profesionalisme sangat

ditentukan oleh kemampuan

seseorang dalam melakukan suatu

pekerjaan menurut bidang tugas dan

tingkatannya masing-masing. Hasil

dari pekerjaan itu lebih ditinjau dari

segala segi sesuai porsi, objek,

bersifat terus-menerus dalam situasi

dan kondisi yang bagaimanapun

14

serta jangka waktu penyelesaian

pekerjaan yang relatif singkat (Suit

Almasdi, 2000 : 99). Hal di atas

dipertegas kembali oleh Thoha (2000

: 1) bahwa untuk mempertahankan

kehidupan dan kedinamisan

organisasi, setiap organisasi mau

tidak mau harus adaptif terhadap

perubahan organisasi. Birokrasi yang

mampu bersaing dimasa mendatang

adalah birokrasi yang memiliki

sumberdaya manusia berbasis

pengetahuan dengan memiliki

berbagai keterampilan dan keahlian.

5. Efisiensi & Efektivitas

Dari hasil wawancara

mengatakan bahwa setiap pegawai

baru wajib mengikuti pelatihan yang

diadakan oleh pemerintah. Bentuk

pelatihan mulai dari pembelajaran

tentang pelayanan, cara kerja hingga

pengetahuan tentang cara bersikap

seorang pegawai. Biasanya pelatihan

diadakan di luar daerah dan nantinya

pegawai akan dikembalikan ke

kantor cabang atau unitnya masing-

masing. Senada dengan jawaban

diatas pegawai seksi pelayanan

mengatakan kadang orang-orang

yang berada di pelayanan masih

kurang memahami dengan baik

pekerjaan sebagai orang yang wajib

melayani masyarakat. Banyak

masalah terjadi malah datangnya dari

seksi pelayanan, mereka kurang

mampu bekerja dengan baik padahal

sudah diberikan pelatihan.

Mengacu dari tanggapan

responden tersebut, maka dapat

diketahui bahwa informan melihat

pegawai sudah memiliki kemampuan

bekerja sesuai tugas. Hanya saja

terkadang akan timbul masalah saat

berada ditengah masyarakat. Dari

hasil wawancara ditemukan bahwa

untuk kemampuan pegawai dalam

melaksanakan tugas masing-masing

sudah cukup baik. Hanya saja

masalah tetap saja timbul saat di

lapangan. Kesalahan-kesalahan yang

muncul serta masalah-masalah yang

timbul dikarenakan pegawai

pekayanan kurang mampu bekerja

dengan baik. masyarakat sering

mengeluhkan hal yang dilakukan

pegawai seperti kesalahan

menghitung uang atau kurang

tanggapnya pegawai dalam melayani

masyarakat. Hal ini tentu saja

menjadi perhatian. Kemampuan dan

ilmu yang didapatkan tentunya

sejalan dengan apa yang mereka

lakukan saat berhadapan dengan

masyarakat.

6. Transparansi

Dari hasil wawancara dan

observasi maka dapat dianalisa

bahwa pegawai sudah mampu untuk

menjelaskan dengan baik. Dalam

pelayanan prima terdapat dua elemen

yang saling berkaitan, yaitu

pelayanan dan kualitas. Konsep

pelayanan prima dapat diterapkan

pada berbagai organisasi, instansi,

pemerintah, ataupun perusahaan

bisnis. Konsep transparansi

menunjuk pada suatu keadaan

dimana segala aspek dari proses

penyelenggaraan pelayanan bersifat

terbuka dan dapat diketahui dengan

mudah oleh para pengguna dan

stakeholders yang membutuhkan.

Jika segala aspek proses

penyelenggaraan pelayanan seperti

persyaratan, biaya dan waktu yang

diperlukan,cara pelayanan, serta hak

dan kewajiban penyelenggara dan

pengguna layanan dipublikasikan

secara terbuka sehingga mudah

diakses dan dipahami oleh publik,

maka praktik penyelenggaraan

pelayanan itu dapat dinilai memiliki

15

transparansi yang tinggi. Sebaliknya,

kalau sebagian atau semua aspek dari

proses penyelenggaraan pelayanan

itu tertutup dan informasinya sulit

diperoleh oleh para pengguna dan

stakeholders lainnya,maka

penyelenggaraan pelayanan itu tidak

memenuhi kaidah transparansi.

7. Kesetaraan

Dari hasil keseluruhan

wawancara dan observasi dapat

dilihat bahwa untuk kesamaan hak

sudah berjalan dengan baik. semua

masyarakat dengan berbagai macam

pengurusan sudah dilayani dengan

baik. tanpa melihat status sosial,

pekerjaan. Sedapat mungkin pihak

Kelurahan Penyengat akan

membantu. Hanya saja untuk sistem

antrian yang kembali harus

diperhatikan. Harus ada pembenahan

dan solusi dari hal tersebut agar

pegawai merasa nyaman saat

mengantri tanpa merasa pegawai

tidak adil dan pilih kasih.

8. Penegakan Hukum

Dari hasil observasi dan dari

hasil wawancara dengan informan

berikut dapat diambil kesimpulan

bahwa untuk kepastian hukum di

kantor Kantor Kelurahan

PenyengatTanjungpinang mengenai

kepastian waktu dan biaya haruslah

menjadi perhatian. Seperti membuat

papan persyaratan, alur prosedur

yang berisi biaya dan waktu

penyelesaian setiap pengurusan. Jika

terjadi keterlambatan terhadap

penyelesaian maka haruslah

diinformasikan terlebih dahulu

seperti dalam proses pengurusan jika

pejabat yang bersangkutan tidak

berada ditempat maka petugas akan

memberitahukan kepada masyarakat

untuk datang kembali.

Begitu juga dengan biaya jika

ada perubahan dengan biaya yang

harus dikeluarkan masyarakat maka

harus terlebih dahulu dijelaskan

kepada masyarakat sebagai bentuk

pelaksanaan good governance pada

Kantor Kelurahan Penyengat

Tanjungpinang. Jika dengan biaya

apabila masyarakat melakukan

pengurusan dengan calo maka

mereka harus memberikan bayaran

kepada calo, hal ini yang akan

membuat kesan bahwa masyarakat

memberikan kepada petugas kantor

Kantor Kelurahan Penyengat

Tanjungpinang.

Berdasarkan hasil penelitian,

maka dapat disimpulkan sesuai

dengan indikator sebagai berikut :

1. Akuntabilitas : Berdasarkan

hasil wawancara diketahui

bahwa SOP belum

dipublikasikan dengan baik,

padahal SOP sudah ada, SOP

diletakan di meja-meja

pelayanan, tidak diletakan di

tempat-tempat yang mudah

untuk dilihat masyarakat.

Pada dasarnya akuntabilitas

merupakan suatu konsep

yang baik dalam

memperbaiki birokrasi publik

agar sesuai dengan harapan-

harapan publik. Itulah alasan

mengapa dalam pencapaian

good governance diperlukan

kontrol penuh dari seluruh

stakeholders terhadap

birokrasi agar dapat

akuntabel. Selain itu

akuntabilitas dapat menjadi

acuan dalam pengelolaan dan

pengendalian sumber daya

aparatur dalam penerapan

kebijakan publik dalam

rangka pencapaian good

16

governance. Hal ini senada

dengan yang diungkapkan

oleh masyarakat yang

menjelaskan bahea pelayanan

mereka belum baik, kadang

permasalahan yang kami

tanyakan tidak dapat segera

diselesaikan.

2. Pengawasan : Berdasarkan

hasil wawancara diketahui

bahwa keterlibatan

pengawasan oleh masyarakat

dilakukan oleh pihak internal

seperti lurah dan masyarakat.

Hal ini kemudian

ditambahkan oleh masyarakat

yaitu tidak ada ruang untuk

masyarakat ikut mengawasi,

banyak yang tidak paham,

paling Cuma kasi kritik saja.

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka

diketahui dalam melakukan

pelayanan di kelurahan

Penyengat belum sepenuhnya

menjalankan good

governance karena belum ada

ruang untuk masyarakat

mengawasi pelayanan yang

dilakukan

3. Daya Tanggap : Dari hasil

observasi adanya kotak saran

tempat masyarakat

menyampaikan keluhan

masyarakat secara tidak

langsung, kotak saran yang

ada di buka 1 bulan sekali

sebagai evaluasi kinerja para

pegawai di Kelurahan

Penyengat. untuk tindakan

dalam menghadapi keluhan

masyarakat sudah baik. Ini

dapat dilihat jika masyarakat

mengeluhkan sesuatu

misalnya persyaratan yang

berbelit belit, atau tidak

pahamnya masyarakat

terhadap prosedur yang ada

dan lain sebagainya selalu

langsung ditanggapi dengan

baik. Jika ada masalah yang

tidak dapat teratasi biasanya

pegawai akan mencatatnya

dan mengadukan ke atasan

yang lebih tinggi dan

berwenang untuk

menyelesaikannya.

4. Profesionalisme : Dari hasil

penelitian dapat dianalisa

bahwa masih ada beberapa

pegawai yang bekerja belum

sesuai standar pelayanan

yang berlaku. Belum

melayani dengan sepenuh

hati. Sehingga ditemukan

pegawai yang bersikap

kurang ramah, maupun

kurang rapi dalam

berpakaian. Berdasarakan

hasil wawancara dan

observasi maka dapat

dianalisa bahwa pegawai

kelurahan penyengat harus

kembali meningkatkan

profesionalisme nya dalam

bekerja, hal ini dikarenakan

setiap masyarakat menuntut

untuk dilayani secara

professional baik sikap

maupun kemampuan para

pegawai tersebut. Salah satu

permasalahan adalah pada

waktu produktif khususnya

pagi masih ada pegawai yang

datang terlambat

5. Efisiensi dan efektivitas :

Berdasarkan hasil observasi

diketahui bahwa tidak adanya

informasi, bahkan papan

informasi sudah ada namun

tidak di gunakan dengan baik.

Jika dilihat tidak ada alur

17

maupun prosedur yang di

sajikan secara terbuka oleh

pihak kelurahan, hanya ada

petunjuk loket tanpa ada

syarat dan prosedurnya,

sehingga masyarakat tetap

harus bertanya kepada

pegawai. Dari hasil

wawancara dengan observasi

diatas maka dapat

disimpulkan bahwa

kenyataannya di kantor

Kelurahan Penyengat belum

transparan dalam melakukan

pelayanan perizinan bagi

masyarakat. kantor Kelurahan

Penyengat ini tidak

mempublikasikan dengan

baik dasar hukum,

persyaratan permohonan izin,

prosedur, waktu penyelesaian

dan biaya. waktu dan biaya

jelas tidak dipublikasikan.

Padahal semua sudah diatur

dengan baik seperti waktu

selesai yaitu 1 hari kerja,

tanpa biaya.

6. Transparansi : Masih

kurangnya informasi yang

diberikan oleh kantor

Kelurahan Penyengat Kota

Tanjungpinang berkaitan

dengan perizinan, waktu,

biaya, prosedur maupun

syarat. Tidak semua

masyarakat memahaminya

apalagi untuk mereka yang

baru pertama kali mengurus.

Berdasarkan hasil observasi

diketahui bahwa tidak adanya

informasi, bahkan papan

informasi sudah ada namun

tidak di gunakan dengan baik.

Kemudian tidak ada alur

maupun prosedur yang di

sajikan secara terbuka oleh

pihak kelurahan, hanya ada

petunjuk loket tanpa ada

syarat dan prosedurnya,

sehingga masyarakat tetap

harus bertanya kepada

pegawai.

7. Kesetaraan : Berdasarkan

hasil observasi diketahui

bahwa mesin antri yang ada

tidak difungsikan dengan

baik, hal ini menjadi

perhatian khusus bagi pihak

Kelurahan Penyengat karena

untuk melaksanakan

pelayanan prima yang

berkualitas setiap apa yang

dilakukan pegawai selalu

menjadi penilaian terhadap

instansi. Dari informan

diambil kesimpulan bahwa

kesamaan hak yang diperoleh

masyarakat saat ingin

memperoleh pelayanan dari

pegawai Kelurahan

Penyengat belum sesuai

dengan yang diharapkan hal

ini kemudian berkaitan

dengan sarana yang ada di

kantor tersebut. Karena

semua bersifat manual maka

untuk antrian apalagi dalam

situasi seperti ini yang

melayani banyak masyarakat

sangat dibutuhkan antrian

digital, agar semua dapat

tersusun dengan baik serta

adil. Begitu juga dengan

pegawai-pegawai yang

seharusnya bersikap pilih

kasih dengan memandang

siapa yang datang, akan

membuat kecemburuan

terhadap masyarakat lain.

8. Penegakan Hukum : Bahwa

untuk kepastian waktu

memang tidak pernah

18

didapatkan secara jelas.

Diakui oleh informan diatas

bahwa untuk membuat satu

surat saja para pegawai dapat

memakan waktu yang cukup

lama tanpa memberi tahukan

alasan keterlambatan terjadi.

Untuk kepastian waktu

memang jarang disampaikan

oleh para pegawai. Jarang

sekali pekerjaan seperti

pengurusan administrasi

kependudukan oleh

masyarakat langsung

dikerjakan. Masyarakat harus

kembali minimal besok untuk

mendapatkan surat yang

diingikan. Kadang pegawai

sudah menentukan tetapi tiba

harinya surat pun mengalami

keterlambatan dan tidak dapat

siap dengan hari yang

dijanjikan.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat diambil kesimpulan

Pelaksanaan Prinsip Good

Governance Dalam Pelayanan Pada

Kantor Kelurahan Penyengat

Tanjungpinang belum berjalan

dengan baik, hal ini dapat dilihat dari

dalam dimensi Akuntabilitas

ditemukan bahwa Kantor Kelurahan

Penyengat Tanjungpinang ini masih

belum sepenuhnya menerapkan

akuntabilitas dalam pelaksanaan

kerjanya, pelayanan yang diberikan

Kantor Kelurahan Penyengat

Tanjungpinang belum menjalankan

prinsip akuntabilitas, pegawai masih

kurang tanggap dalam merespon

permasalahan yang diutarakan oleh

masyarakat yang berhubungan

dengan pengurusan administrasi

kependudukan, kemudian pelayanan

yang diberikan dianggap sebagian

masyarakat masih berbelit-belit

karena tidak dipublikasikannya

syarat maupun prosedur, kemudian

yang terakhir dalam melayani

masyarakat biaya yang harus

dikeluarkan tidak dipublikasikan,

sehingga jumlah biaya yang

dikeluarkan masyarakat akhirnya

berbeda-beda dan sulit

dipertanggungjawabkan.

Dalam dimensi transparansi

ditemukan bahwa Transparansi

pelayanan yang diberikan pegawai

Kantor Kelurahan penyengat kepada

penduduk belum berjalan dengan

baik dikarenakan dari keempat

informan yang ditanyakan dengan

pertanyaan yang sama menjawab

bahwa sulitnya mendapatkan

informasi terhadap alur pelayanan.

Sehingga penduduk harus bertanya

berulang kali kepada pegawai.

Dalam dimensi aturan hukum

di Kantor Kelurahan Penyengat

Tanjungpinang mengenai kepastian

waktu dan biaya haruslah menjadi

perhatian. Seperti membuat papan

persyaratan, alur prosedur yang

berisi biaya dan waktu penyelesaian

setiap pengurusan. Jika terjadi

keterlambatan terhadap penyelesaian

maka haruslah diinformasikan

terlebih dahulu seperti dalam proses

pengurusan jika pejabat yang

bersangkutan tidak berada ditempat

maka petugas akan memberitahukan

kepada masyarakat untuk datang

kembali

Saran

Berikut adalah saran yang dapat

disampaikan agar Kelurahan

penyengat mampu menjalankan

prinsip Good Governance dengan

baik :

19

1. Untuk menjalankan Good

Governance, pihak kelurahan

harus lebih transparan dengan

menyediakan informasi

berkaitan dengan setiap

pelayanan di Kelurahan

seperti adanya prosedur,

syarat, dan biaya yang

dipublikasikan secara jelas,

hal ini dapat dilakukan

dengan meletakan papan

informasi di tempat-tempat

yang mudah dilihat oleh

masyarakat.

2. Sebaiknya kotak saran di

evaluasi tidak sebulan sekali

namun di buka seminggu

sekali untuk mengetahui

keluhan masyarakat agar

cepat di tindak lanjuti.

3. Adanya kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah Kota

Tanjungpinang untuk seluruh

kelurahan agar melakukan

pelayanan secara terbuka dan

transparan.

4. Adanya pengawasan yang

dilakukan kepada pemerintah

kepada pelayanan yang

diberikan oleh kelurahan

Penyengat. Pengawasan

dilakukan baik dari pihak

internal seperti lurah, maupun

dari pihak masyarakat dan

ombudsman.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsami. 2006.

Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek. edisi

revisi v, Jakarta : Reneka

Cipta Jakarta.

Dwiyanto, Agus. 2008. Reformasi

Birokrasi Publik di

Indonesia. Yogyakarta:

PPSK-UGM

Irawan, Handi. 2007. 10 Prinsip

Kepuasan Pelanggan, cetakan

kesembilan Jakarta: PT. Elex

Media

Krina P,2003. Indikator Dan Alat

Ukur Prinsip Akuntabilitas,

Transparansi dan Partisipasi,

Sekretariat Good Governance

Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional,

Jakarta

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Moenir. 2006. Manajemen Pelayanan

Umum di Indonesia, Jakarta

:PT. Bumi Aksara

Ndraha, Taliziduhu. 2003.

Kybernologi (Ilmu

Pemerintahan Baru I). PT

Rineka Cipta : Jakarta

Pasolong, Harbani. 2010. Teori

Administrasi Publik.

Bandung: Alfabeta.

Rasyid, Muhammad Ryaas, 2000,

Makna Pemerintahan –

Tinjauan dari segi Etika dan

Kepemimpinan, Jakarta : PT.

Mutiara Sumber Widya.

Sedarmayanti. 2000. Good

Governance

(Kepemerintahan Yang Baik)

Dalam Rangka Otonomi

20

Daerah.Bandung:

MandarMaju

___________. 2004. Good

Governance

(Kepemerintahan yang Baik)

Bagian Kedua: Membangun

Manajemen Sistem Kinerja

Guna Meningkatkan

Produktivita sMenuju Good

Governance

(Kepemerintahan yang Baik).

Bandung: Mandar Maju.

Setyawan, Guntur. 2004.

Implementasi Dalam

Birokrasi Pembangunan.

Bandung:Remaja Rosdakarya

Offset

Sinambela, LijanPoltak. 2006.

Reformasi Pelayanan

Publik:Teori, Kebijakan, dan

Implementasi. Jakarta: PT.

BumiAksara.

Sugiyono. 2012, Metode Penelitian

Administratif, Bandung :

Alfabeta.

Suhady. Idup. 2009. Kepemerintahan

yang baik. Jakarta : LAN

Syafe’ie, Inu Kencana. 2003.

Kepemimpinan Pemerintahan

Indonesia. Jakarta : PT.

Rafika Aditama.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005.

Manajemen Publik. Jakarta:

Gramedia Widia Sarana

Indonesia

Widodo, Joko 2001, Good

Governance Telaah Dari

Dimensi Akuntabilitas,

Kontrol Birokrasi Pada Era

Desentralisasi Dan Otonomi

Daerah, Insan Cendekia,

Surabaya.

Perundang-Undangan :

Undang-Undang Nomor 24 tahun

2013 Tentang Perubahan

atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006

Tentang Administrasi

kependudukan

Peraturan Pemerintah Nomor 101

Tahun 2000 Pendidikan Dan

Pelatihan Jabatan Pegawai

Negeri Sipil

Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 31 Tahun 2006

Tentang Pembentukan,

Penghapusan, Dan

Penggabungan Kelurahan

Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 34 Tahun 2007

Tentang Pedoman

Administrasi Kelurahan

Jurnal Penelitian :

Ayu Amrina Rosyada. 2016. Analisis

Penerapan Prinsip Good

Governance Dalam Rangka

Pelayanan Publik Di Badan

Pelayanan Perizinan Terpadu

Satu Pintu Di Kota

Samarinda. eJournal Ilmu

Pemerintahan 4 (1) 2016:102-

114 ISSN 2477-2631,

ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id

Shinta Tomuka. 2013. Penerapan

Prinsip-Prinsip Good

Governance Dalam

21

Pelayanan Publik Di

Kecamatan Girian Kota

Bitung (Studi Tentang

Pelayanan Akte Jual Beli).

Jurnal politico. Vol 1 no 3

Sondil, Sugeng Rusmiwari, Son

Suwasono. 2014.

Implementasi Prinsip-Prinsip

Good Governance Dalam

Meningkatkan Kinerja

Organisasi Pelayanan Publik.

JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik ISSN. 2442-

6962 Vol. 3, No. 1