9
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015 54 PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI RSU HAJI SURABAYA QHISTI SABRINA Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga ABSTRACT This Research target is to mendeskripsikan execution program the Guarantee of National Health in make- up of quality of health service in RSU Haji Surabaya. Research Location conducted at home Common Pain of Haji Surabaya representing one of hospital of reference of patient JKN. Researcher use the technique of informan election by purposive is sampling, Later;Then expand with the technique of snowball sampling, researcher hence analyse " qualitative that is represent the data which emerge extant of words and non number network. Result of research is (1) physical Evidence (a) physical Evidence which is in the form of space await the hospital in general balmy enough (b) Equipment of existing supporter appliance facility can be told by have enough (c) Space take care of to lodge still be felt less, (2) Responsiveness, moment worker accept the sigh from consumer of good enough patient or service as according to SPO (b) worker Speed in answering to sigh of well enough service JKN consumer. (3) Credibility (a) worker enough discipline (b) doctor Visit have good enough (4) Assurance (a) worker attitude serving good patient, friendly, and respectably (b) Sum up the staff 23 (c) ability and staff membership gratify. Keywords: guarantee of national health, service quality, health. Pendahuluan Sistem Jaminan Sosial di Indonesia sedang mengalami perubahan cukup besar dengan tujuan agar sistem yang ada sekarang dapat lebih efektif dalam melayani para penerima manfaat jaminan sosial, juga untuk memperluas cakupan manfaat jaminan sosial ke seluruh pekerja di Indonesia, baik pekerja di sektor formal maupun informal. Program jaminan sosial yang ada sekarang dianggap kurang berhasil dalam tujuannya untuk memberikan manfaat yang cukup baik bagi para penerima manfaat, karena jumlah penerima manfaat, nilai manfaat, dan hasil investasi dana jaminan sosial dianggap masih relatif kecil, dan tata kelola dana jaminan sosial juga dianggap masih kurang baik. Saat ini Putusan MK semakin memperumit penyelenggaraan jaminan sosial di masa transisi. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah sebuah sistem jaminan sosial yang ditetapkan di Indonesia dalam Undang-Undang nomor 40 tahun 2004. Jaminan sosial ini adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara Republik Indonesia guna menjamin warganegaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak, sebagaimana dalam deklarasi PBB tentang HAM tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952. Untuk mewujudkan SJSN perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum yang dibentuk berdasarkan prinsip kegotongroyoan, nirlaba, keterbukaan, keterhatian, akuntabilitas, portabilitas, kepersetaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar- besar kepentingan peserta. Serta berdasarkan asas kemanusian, manfat, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Program BPJS Kesehatan yaitu program jaminan kesehatan nasional (JKN) adalah program pelayanan kesehatan terbaru yang sistemnya menggunakan sistem asuransi. Artinya, seluruh warga Indonesia nantinya wajib menyisihkan sebagian kecil uangnya untuk jaminan kesehatan di masa depan. Semua rakyat miskin atau PBI (Penerima Bantuan Iuran) ditanggung kesehatannya oleh pemerintah. Program BPJS Ketenagakerjaan meliputi empat program yaitu program jaminan kecelakaan kerja (JKK) adalah suatu program pemerintah dan pemberi kerja dengan tujuan memberikan kepastian jaminan pelayanan dan santunan apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan saat menuju, menunaikan dan selesai menunaikan tugas pekerjaan dan berbagai penyakit yang berhubungandengan pekerjaan (Naskah Akademik SJSN). Program jaminan hari tua (JHT) adalah program jangka panjang yang diberikan secara sekaligus sebelum peserta memasuki masa pension, bisa iterimakan kepada janda/duda, anak atau ahli

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpc557e04230full.pdf · patient or service as according to SPO (b) ... Kesehatan yang menyiapkan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpc557e04230full.pdf · patient or service as according to SPO (b) ... Kesehatan yang menyiapkan

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

54

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

DI RSU HAJI SURABAYA

QHISTI SABRINA

Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga

ABSTRACT

This Research target is to mendeskripsikan execution program the Guarantee of National Health in make-

up of quality of health service in RSU Haji Surabaya. Research Location conducted at home Common Pain of Haji

Surabaya representing one of hospital of reference of patient JKN. Researcher use the technique of informan

election by purposive is sampling, Later;Then expand with the technique of snowball sampling, researcher hence

analyse " qualitative that is represent the data which emerge extant of words and non number network. Result of

research is (1) physical Evidence (a) physical Evidence which is in the form of space await the hospital in general

balmy enough (b) Equipment of existing supporter appliance facility can be told by have enough (c) Space take care

of to lodge still be felt less, (2) Responsiveness, moment worker accept the sigh from consumer of good enough

patient or service as according to SPO (b) worker Speed in answering to sigh of well enough service JKN consumer.

(3) Credibility (a) worker enough discipline (b) doctor Visit have good enough (4) Assurance (a) worker attitude

serving good patient, friendly, and respectably (b) Sum up the staff 23 (c) ability and staff membership gratify.

Keywords: guarantee of national health, service quality, health.

Pendahuluan

Sistem Jaminan Sosial di Indonesia sedang

mengalami perubahan cukup besar dengan tujuan

agar sistem yang ada sekarang dapat lebih efektif

dalam melayani para penerima manfaat jaminan

sosial, juga untuk memperluas cakupan manfaat

jaminan sosial ke seluruh pekerja di Indonesia, baik

pekerja di sektor formal maupun informal. Program

jaminan sosial yang ada sekarang dianggap kurang

berhasil dalam tujuannya untuk memberikan manfaat

yang cukup baik bagi para penerima manfaat, karena

jumlah penerima manfaat, nilai manfaat, dan hasil

investasi dana jaminan sosial dianggap masih relatif

kecil, dan tata kelola dana jaminan sosial juga

dianggap masih kurang baik.

Saat ini Putusan MK semakin memperumit

penyelenggaraan jaminan sosial di masa transisi.

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah

sebuah sistem jaminan sosial yang ditetapkan

di Indonesia dalam Undang-Undang nomor 40 tahun

2004. Jaminan sosial ini adalah salah satu bentuk

perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh

negara Republik Indonesia guna menjamin

warganegaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup

dasar yang layak, sebagaimana dalam deklarasi PBB

tentang HAM tahun 1948 dan konvensi ILO No.102

tahun 1952.

Untuk mewujudkan SJSN perlu dibentuk

badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum

yang dibentuk berdasarkan prinsip kegotongroyoan,

nirlaba, keterbukaan, keterhatian, akuntabilitas,

portabilitas, kepersetaan bersifat wajib, dana amanat,

dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial seluruhnya

untuk pengembangan program dan untuk sebesar-

besar kepentingan peserta. Serta berdasarkan asas

kemanusian, manfat, dan keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

Program BPJS Kesehatan yaitu program

jaminan kesehatan nasional (JKN) adalah program

pelayanan kesehatan terbaru yang sistemnya

menggunakan sistem asuransi. Artinya, seluruh

warga Indonesia nantinya wajib menyisihkan

sebagian kecil uangnya untuk jaminan kesehatan di

masa depan. Semua rakyat miskin atau PBI

(Penerima Bantuan Iuran) ditanggung kesehatannya

oleh pemerintah.

Program BPJS Ketenagakerjaan meliputi

empat program yaitu program jaminan kecelakaan

kerja (JKK) adalah suatu program pemerintah dan

pemberi kerja dengan tujuan memberikan kepastian

jaminan pelayanan dan santunan apabila tenaga kerja

mengalami kecelakaan saat menuju, menunaikan dan

selesai menunaikan tugas pekerjaan dan berbagai

penyakit yang berhubungandengan pekerjaan

(Naskah Akademik SJSN).

Program jaminan hari tua (JHT) adalah

program jangka panjang yang diberikan secara

sekaligus sebelum peserta memasuki masa pension,

bisa iterimakan kepada janda/duda, anak atau ahli

Page 2: PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpc557e04230full.pdf · patient or service as according to SPO (b) ... Kesehatan yang menyiapkan

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

55

waris peserta yang sah apabila peserta meninggal

dunia (Naskah Akademik SJSN).

Program jaminan pensiun (JP) adalah

pembayaran jangka panjang sebagai substitusi dari

penurunan/hilangnya penghasilan karena peserta

mencapai usia tua (pensiun), mengalami cacat total

permanen, atau meninggal dunia (Naskah Akademik

SJSN).

Program jaminan kematian (JKM) tidak

dijelaskan dalam secara tegas dan baik UU 40 tahun

2004 maupun dalam naskah akademik. Didalam

Naskah Akademik SJSN hanya dijelaskan santunan

kematian, dengan definisi sebagai berikut:

“Santunan Kematian adalah program jangka

pendek sebagai pelengkap program jaminan

hari tua, dibiayai dari iuran dan hasil

pengelolaan dana santunan kematian, dan

manfaat diberikan kepada keluarga atau ahli

waris yang sah pada saat peserta meninggal

dunia.” (Naskah Akademik UU 40 tahun

2004)

Dari kelima program tersebut yang menjadi

perhatian penelitian program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN). Secara operasional, pelaksanaan

JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan

Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah

No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran

(PBI); Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang

Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap

Jaminan Kesehatan Nasional).

Seperti yang disebutkan oleh BPJS (Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial) bahwa Peserta JKN

(Jaminan Kesehatan Nasional) adalah semua orang,

termasuk orang asing yang bekerja paling singkat (6)

bulan di Indonesia yang membayar iuran. Seluruh

penduduk Indonesia wajib mengikuti program JKN.

Mereka wajib mendaftarkan diri dan membayar iuran

berkala seumur hidup kepada BPJS Kesehatan.

Berawal dari perbedaan kemampuan

membayar iuran, penduduk negeri ini terbagi menjadi

dua golongan, yaitu penduduk yang mampu

membayar iuran dan penduduk fakir miskin.

Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang

Jaminan Kesehatan (PerPres JK) menamai kedua

golongan tersebut masing-masing sebagai Penerima

Bantuan Iuran (PBI) dan Bukan Penerima Bantuan

Iuran (Bukan PBI).

PBI dibebaskan dari kewajiban membayar

iuran JKN. Pemerintah mengambil alih tanggung

jawab itu dan membayarkan iuran JKN dari dana

APBN kepada BPJS Kesehatan. Sebaliknya,

penduduk tergolong Bukan PBI wajib menanggung

iuran JKN dan membayarkannya secara mandiri

kepada BPJS Kesehatan.

Selanjutnya, Perpres JK membagi penduduk

‘Bukan PBI’ menjadi empat golongan. Kali ini

penggolongan berdasarkan karakteristik pekerjaan.

Bukan PBI terdiri dari Pekerja Penerima Upah,

Pekerja Bukan Penerima Upah, Bukan Pekerja, dan

Penerima Pensiun.

Pada saat mulai berlakunya Undang-undang

BPJS, Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes

(Persero), PT ASABRI (Persero), PT TASPEN

(Persero), PT Jamsostek (Persero) ditugasi oleh

Undang-undang BPJS untuk menyiapkan berbagai

hal yang diperlukan untuk berjalannya proses

tranformasi atau perubahan dari Persero menjadi

BPJS dengan status badan hukum publik. Perubahan

tersebut mencakup struktur, mekanisme kerja dan

juga kultur kelembagaan. Mengubah struktur,

mekanisme kerja dan kultur kelembagaan yang lama,

yang sudah mengakar dan dirasakan nyaman, sering

menjadi kendala bagi penerimaan struktur,

mekanisme kerja dan kultur kelembagaan yang baru,

meskipun hal tersebut ditentukan dalam Undang-

Undang. Untuk itu diperlukan komitmen yang kuat

dari kedua BUMN ini, BUMN yang dipercaya

mengemban tugas menyiapkan perubahan tersebut.

Sebagai profesional tentu mereka paham bagaimana

caranya mengatasi berbagai persoalan yang timbul

dalam proses perubahan tersebut, dan bagaimana

harus bertindak pada waktu yang tepat untuk

membuat perubahan berjalan tertib efektif, efisien

dan lancar sesuai dengan rencana.

Hasil dari survey yang dilakukan dengan

mewawancarai beberapa informan diantaranya adalah

satu Rumah Sakit swasta di Depok, satu Rumah Sakit

pemerintah di Depok, salah satu Puskesmas di Bogor,

BPJS Kantor Operasional Depok, serta peserta JKN

dan non JKN di wilayah Depok-Bogor menunjukan

bahwa terdapat beberapa fenomena yang memerlukan

perhatian khusus dari pihak BPJS sebagai badan

pelaksana program. Salah satu fenomena tersebut

adalah peserta yang diintegrasi dari PT. Askes

menjadi peserta BPJS merasakan dampak penurunan

kualitas pelayanan karena sistem yang ada dalam

penyelenggara dan penyedia pelayanan kesehatan

masih belum stabil. Salah satu bukti penurunan

kualitas yang peserta alami adalah hak peserta Askes

dikurangi terkait berbedanya obat yang dapat diklaim

dari Askes dan dari BPJS, juga obat yang diberikan

oleh BPJS akan diutamakan obat generik. Selain itu

jumlah obat di setiap rumah sakit dibatasi seperti obat

untuk penyakit kronis hanya diberikan untuk satu

minggu penggunaan sehingga pasien harus kontrol

kembali dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini

memberikan dampak kepada pasien dengan penyakit

kronis yang membutuhkan obat seumur hidupnya,

juga kepada pasien lanjut usia dengan segala

Page 3: PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpc557e04230full.pdf · patient or service as according to SPO (b) ... Kesehatan yang menyiapkan

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

56

keterbatasan akibat penyakit nya terpaksa harus

kembali lagi ke RS

(http://regional.kompasiana.com/2014/10/29/fenome

na-pelaksanaan-jaminan-kesehatan-nasional-di-

depok-bogor-699272.html, diakses pada jam 09.00

pada tanggal 8 Januari 2014).

Penelitian ini akan dilakukan ditingkat

pelayanan BPJS Kesehatan yaitu di rumah sakit,

karena rumah sakit merupakan penyelenggara BPJS

Kesehatan yang menyiapkan fasilitas paling lengkap

dan banyak pasien yang merujuk kesana, karena

potensi permasalahan pelayanan kesehatan semakin

besar.

Peneliti mengambil lokasi di Rumah Sakit

Umum (RSU) Haji Surabaya sebagai subyek

penelitiannya. Rumah Sakit Umum (RSU) Haji

Surabaya merupakan RSU Tipe B Pendidikan

sehingga rujukan askes primer yang dari puskesmas

dirujukan ke RSU Haji yang sebagai askes sekunder.

RSU Haji Surabaya mempunyai fasilitas yang cukup

memadai dan ditunjang dengan alat medis canggih

dan dokter spesialis senior di Kota Surabaya. Selain

itu RSU Haji merupakan salah satu rumah sakit

umum di Surabaya yang lulus ISO. ISO 9001:2000 di

paviliun kelas utama pada tanggal 30 Januari 2007-30

Januari 2008, ISO 9001:2000 di paviliun kelas utama

pada tanggal 22 Januari 2008-22 Januari 2009, ISO

9001:2000 di paviliun kelas utama pada tanggal 22

Januari 2009-22 Januari 2010, re-certification ISO

9001:2000 di paviliun kelas utama pada tanggal 22

Juni.

Adanya Kebijakan pemerintah tentang

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional (BPJS)

sudah barang tentu sudah disikapi oleh RSU Haji

Surabaya. Apalagi informasi mengenai kebijakan ini

perlu diketahui dan dipahami oleh seluruh

Masyarakat Indonesia, sehingga perlu dilakukan

penyebarluasan informasi melalui sosialisasi kepada

semua pemangku kepentingan dan masyarakat pada

umumnya.

Kualitas pelayanan kesehatan memiliki

hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan,

karena kualitas memberikan dorongan kepada

pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang

lebih kuat dengan rumah sakit dan pada akhirnya

kepuasan pelanggan dapat meningkatkan jumlah

kunjungan rumah sakit.

Menurut beberapa konsep diatas kualitas

pelayanan kesehatan adalah suatu mutu atau kondisi

yang menyediakan, melayani, memberikan informasi

tertentu mengenai produk dan atau jasa yang sesuai

dengan kebutuhan para pelanggan.

Tabel 1.1

Cara dan Syarat Pendaftaran Peserta Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) Cara Mendaftar Peserta JKN

1. Untuk

Umum

1. Masyarakat bisa datang secara langsung ke

kantor BPJS Kesehatan yang ada di tingkat

Kabupaten/ Kota maupun propinsi 2. Masyarakat mengisi formulir dengan membawa

salah satu kartu identitas KTP, SIM, Kartu

Keluarga, atau Paspor. 3. Setelah mengisi formulir, maka Anda akan

mendapatkan Virtual Account yang digunakan

sebagai nomor transaksi untuk pembayaran

premi.

4. Bagi anggota Penerima Bantuan Iuran (PBI),

setelah mendapat virtual account anda resmi menjadi anggota BPJS kesehatan, anda tidak

perlu membayar iuran karena iuran anda telah

dibayarkan oleh pemerintah. 5. Bagi Anggota Non BPI, anda harus membayar

iuran terlebih dahulu dan setelah membayar iuran

anda resmi menjadi anggota JKN. 6. Setelah semua persyaratan terpenuhi maka Anda

akan mendapatkan kartu anggota JKN.

2. Untuk Karyawan

1. Untuk karyawan di perusahaan yang sebelumnya menggunakan Jamsostek, cara mendaftarkan

keanggotaan JKN bisa langsung melalui

perusahaan. 2. Perwakilan perusahaan bisa datang langsung ke

kantor BPJS di wilayah kabupaten atau kota

kemudian mengisi formulir dan setelah itu

mendapat satu Cara Mendaftar Anggota BPJS

Untuk Karyawan dan Umumirtual Account untuk

seluruh karyawan di satu perusahaan. 3. Setelah itu perwakilan perusahaan membayarkan

premi sejumlah iuran premi per karyawan

dikalikan jumlah karyawan. 4. Karyawan perusahaan telah resmi menjadi

anggota JKN non PBI setelah membayar premi

dan mendapatkan kartu anggota JKN sejumlah karyawan tersebut.

3. Untuk

TNI, Polri, PNS serta

pengguna

Askes

1. Secara umum cara pendaftaran untuk TNI, Polri

dan Pengguna Askes adalah sama. Namun pendaftarannya akan lebih mudah karena data

anda sudah ada di kantor BPJS.

2. Pendaftaran bisa dilakukan sendiri maupun secara kolektif di kantor BPJS kesehatan dengan

menyertakan bukti kartu askes anda.

3. Premi anda akan dipotongkan dari gaji bulanan anda sebagaimana pengguna Askes sebelumnya.

4. Setelah pendaftaran selesai, anda akan

mendapatkan kartu JKN.

Page 4: PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpc557e04230full.pdf · patient or service as according to SPO (b) ... Kesehatan yang menyiapkan

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

57

Tabel 1.2

Nominal Iuaran Peserta Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN)

Iuran Peserta JKN Peserta Bentuk Iuran Iuaran per Bulan Keterangan

PBI Nilai nominal

(per jiwa)

Rp 19.225,00 (dibayarkan

oleh pemerintah)

Rawat inap kelas 3

PNS/TNI/POLR

I/Pensiun

5% (per

keluarga)

2% dari pekerja

3% dari pemberi pekerja

Rawat inap kelas 1 dan kelas 2

Pekerja

Penerima Upah

Selain PNS dll

4,5% (per

keluarga) dan

5% (per

keluarga)

s/d 30 Juni 2015

0,5% dari pekerja

4% dari pemberi pekerja

Mulai 1 Juli 2015

1% dari pekerja

4% dari pemberi pekerja

Rawat inap kelas 1 dan kelas 2

Pekerja

Penerima Upah

dan Bukan

Pekerja

Nilai nominal

(per jiwa)

Rp 59.500.00

Rp 42.500,00

Rp25.500,00

Rawat inap kelas 1

Rawat inap kelas 2

Rawat inap kelas 3

Tabel 1.3

Alur Pelayanan Peserta JKN di Rumah Sakit Alur Pelayanan JKN

1.

Pelayanan

Kesehatan

Tingkat

Pertama

1. Setiap peserta harus terdaftar pada satu fasilitas kesehatan tingkat pertama yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

2. Peserta memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar.

3. Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat inap di fasilitas kesehatan tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.

2.

Pelayanan

Kesehatan

Tingkat

Lanjutan

1. Peserta datang ke BPJS Center Rumah Sakit dengan menunjukkan Kartu Peserta dan menyerahkan surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama / surat perintah kontrol pasca rawat inap.

2. Peserta menerima Surat Eligibilitas Peserta (SEP) untuk mendapatkan pelayanan lanjutan.

3. Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat inap di Fasilitas Kesehatan tingkat lanjutan sesuai dengan indikasi medis.

3.Pelayanan

Kegawat

Daruratan

(Emergency

)

1. Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan dan atau kecacatan, sesuai

dengan kemampuan fasilitas kesehatan.

2. Peserta yang memerlukan pelayanan gawat darurat dapat langsung memperoleh pelayanan di setiap fasilitas kesehatan. Kriteria kegawatdaruratan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

3. Peserta yang menerima pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, akan segera dirujuk ke fasilitas

kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dalam kondisi dapat dipindahkan.

4. Biaya akibat pelayanan kegawatdaruratan ditagihkan langsung oleh Fasiltas Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan di

Rumah Sakit Umum Haji Surabaya yang merupakan

salah satu rumah sakit tempat rujukan pasien JKN

Teknik pemilihan informan dengan

purposive sampling. Sementara teknik pengumpulan

data yang dilakukan terdiri atas wawancara,

obeservasi dan dokumenter. Teknik analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini meliputi reduksi

data, penyajian data dan menarik kesimpulan.

Sementara teknik pemeriksanaan dan keabsahan data

yang digunakan adalah triangulasi.

Hasil dan Pembahasan

Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) Dalam Peningkatan Kualitas

Pelayanan Kesehatan Di RSU Haji Surabaya

Penjabaran penyajian data ini akan disajikan

sesuai dengan indikator yang telah dikemukakan oleh

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry mengenai kualitas

pelayanan.

1. Kualitas Pelayanan Kesehatan penerima JKN

a. Tangibles (bukti fisik)

Ruang tunggu rumah sakit cukup nyaman,

sehingga tingkat kepuasan konsumen rumah sakit

dalam hal ini adalah para pasien dan keluarga

pasien memiliki tingkat kepuasan yang dapat

dikategorikan cukup.

Kelengkapan fasilitas alat-alat penunjang

kesehatan lebih pada menjadi beban negara dalam

memenuhinya. Negara mempunyai peran besar

dalam memberikan jaminan sosial bagi seluruh

rakyatnya dimana salah satunya adalah dengan

melengkapi kelengkapan fasilitas alat-alat

penunjang kesehatan. Posisi negara yang

memiliki tanggung jawab untuk mensejahterakan

rakyatnya.

Ruang rawat inap masih dirasakan kurang,

sedangkan mengenai kelengkapan dari ruang

rawat inap menurut dokter masih kurang memadai

sedangkan menurut pihak rumah sakit dan peserta

JKN dapat disimpulkan cukup.

b. Responsiveness (Daya tanggap)

Tanggapan petugas saat menerima keluhan

dari pengguna layanan atau pasien cukup

sedangkan menurut dokter atau suster tanggapan

petugas saat menerima keluhan dari pengguna

layanan atau pasien baik sesuai dengan SOP

(Standar Operasional Prosedur).

Kecepatan petugas dalam menanggapi

keluhan pengguna layanan JKN di RSU Haji

Surabaya menurut narasumber dari pihak rumah

sakit maupun dokter atau suster menyatakan

cukup sedangkan menurut pihak peserta JKN

memuaskan.

c. Credibillity (Kredibilitas)

Tingkat kedisiplinan petugas di RSU Haji

Surabaya saat jam kerja dinilai Pihak dokter atau

suster juga cukup disiplin. Petugas di RSU Haji

Surabaya saat jam kerja dinilai cukup disiplin.

Hal senada juga dikemukakan oleh suster B dan

suster lainnya bagian rawat inap.

petugas dalam melayani pasien JKN di

RSU Haji Surabaya menurut narasumber dokter

atau suster dinilai cukup baik dan mereka penuh

dengan tanggung jawab dalam menjalankan

tugasnya melayani peserta JKN. Berdasarkan

jawaban narasumber tentang tanggung jawab

petugas dalam melayani pasien JKN di RSU Haji

Page 5: PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpc557e04230full.pdf · patient or service as according to SPO (b) ... Kesehatan yang menyiapkan

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

58

Surabaya menurut pihak rumah sakti dan peserta

JKN cukup memuaskan sedangkan menurut

narasumber dokter atau suster dinilai cukup baik.

kunjungan dokter di RSU Haji Surabaya

kepada pasien rawat inap peserta JKN dianggap

sudah cukup baik dalam memenuhi keperluan

kesehatan pasien.

d. Assurance (Jaminan) Secara umum sikap petugas yang melayani

pasien di RSI Haji surabaya menurut pasien

secara umum bersikap baik, ramah, dan sopan

dalam melayani pasien JKN di RSU Haji

Surabaya menurut narasumber adalah baik dan

memuaskan.

Jumlah staf pelaksanaan yang dimiliki

RSU Haji Surabaya sebanyak 23 staff sudah

cukup memenuhi. Hal senada juga dikemukakan

oleh suster B dan suster lainnya bagian rawat

inap.

Keahlian staff di RSU Haji surabaya sudah

memuaskan tetapi harus terus ditingkatkan karena

perkembangan ilmu pengetahuan di bidang

kedokteran juga teurs meningkat maka harus ada

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan primer.

Dokter layanan primer sebagai pelaku awal pada

layanan kesehatan tingkat pertama harus mampu

melakukan penapisan rujukan tingkat pertama ke

tingkat kedua dan melakukan kendali mutu serta

kendali biaya sesuai dengan standar kompetensi

dokter dalam sistem jaminan kesehatan nasional.

Analisis Data Teoritik

Dimensi Kualitas Pelaksanaan Pelayanan

Kesehatan penerima JKN yang ada dapat dirangkum

dalam penelitian ini adalah meliputi:

a) Tangibles (bukti fisik)

Bukti langsug (tangibles), menurut

Parasuraman meliputi bukti fisik dari jasa,

perlengkapan pegawai dan sarana komunikas.

wujud fisik (tangible) adalah dimensi yang

berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik,

perlengkapan, dan material yang digunakan

rumah sakit, serta penampilan karyawan.sebagai

kemampuan dalam menunjukkan eksistensinya

kepada pihak luar. Penampilan dan kemampuan

sarana serta prasarana fisik dan keadaan

lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari

pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit.

Fasilitas fisik tersebut meliputi gedung,

perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan

(teknologi), serta penampilan pegawainya.

Wujud fisik yang baik akan mempengaruhi

persepsi pasien dalam memilih rumah sakit

sebagai tempat berobat. Semakin bagus fasilitas

fisik yang disediakan maka semakin besar pula

harapan pasien untuk dapat lebih cepat sembuh

pada rumah sakit dimana dia dirawat.

Sedangkan indikator dalam penelitian ini

peneliti menggunakan indikator yang meliputi:

- Kenyamanan ruang tunggu merupakan bukti

fisik pertama yang dinikmati oleh setiap

pasien. Tujuan dari memberikan kenyamanan

ruang tunggu adalah agar pasien maupun

penunggu maupun pengantar maupun siapa

saja yang berkunjung ke rumah sakit memiliki

kenyamanan ketika menunggu.

Pelayanan kesehatan yang diberikan rumah

sakit memang tidak bisa ditentukan berapa

lama waktunya bisa dalam waktu singkat dan

juga bisa untuk jangka waktu yang lebih lama

tergantung dari keluhan setiap pasien yang

datang.

Kenyamanan ruang tunggu ini sangat penting

karena disinilah pasien pertama menikmati

jasa pelayanan berupa ruang tunggu. Disebuah

rumah sakit ruang tunggu fasilitasnya

dibedakan untuk kelas-kelas tertentu maupun

ruang-ruang tertentu.

Hal yang harus diperhatikan adalah selain

fasilitas produk ruang tunggu itu sendiri yang

nyaman bagi pasien dan keluarga, yang tak

kalah pentingnya adalah kecukupan atau

ketersediaan jumlah tempat yang ada terhadap

kebutuhan pasien dan keluarganya.

Sebagaimana diketahui jumlah pasien rumah

sakit memang terkadang tidak bisa di duga hal

ini karena memang tidak dapat diprediksi

kapan suatu rumah sakit banyak memperoleh

pasien.

Hal tersebut tidak berarti tidak dapat dipenuhi

kebutuhan akan tempat duduk bagi pasien

misalnya harus disesuaikan dengan rata-rata

jumlah kunjungan pasien dan keluarganya ke

rumah sakit sehingga jumlah fasilitas tempat

duduk di ruang tunggu yang tersedia

mencukupi.

Berdasarkan jawaban responden di atas maka

fasilitas ruang tunggu dinilai suka mencukupi.

Aspek yang harus dipenuhi untuk kenyamanan

ruang tunggu adalah setidaknya meliputi hal-

hal seperti lokasi ruang tunggu, kebersihan,

kenyamanan ruangan, makanan dan minuman

yang bisa disediakan oleh rumah sakit,

peralatan ruangan seperti tempat sampah dan

tulisan bebas asap rokok, tata letak meliputi

pula gambar-gambar informasi, penerangan,

kebersihan WC, kesegaran ruangan, petunjuk

Page 6: PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpc557e04230full.pdf · patient or service as according to SPO (b) ... Kesehatan yang menyiapkan

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

59

arah dan petunjuk-petunjuk mengenai hidup

sehat dan lain lain.

- Fasilitas alat-alat penunjang

Alat-alat penunjang pada dasarnya merupakan

peralatan yang menunjang perawatan pasien di

sebuah rumah sakit. Ketersediaan alat-alat

penunjang ini merupakan hal yang sangat

vital.

Fasilitas alat penunjang harus tersedia dalam

jumlah dan waktu yang tepat artinya pada saat

dibutuhkan fasilitas alat-alat penunjang

tersebut harus tersedia. Fasilitas yang alat-alat

penunjang yang harus tersedia mulai dari

ruang loket, ruang rawat, ruang pelayanan dan

ruang-ruang lainya. Dengan ketersediaan alat-

alat penunjang yang selalu tersedia maka akan

memperlancar pelayanan dan akan

meningkatkan kualitas pelayanan di rumah

sakit. Untuk itu diperlukan pengaturan

manajemen pengadaan alat-alat penunjang

yang baik sehingga seluruh kebutuhan akan

alat-alat penunjang ini dapat terpenuhi. Harus

dicatat dengan baik dan benar kapan peralatan

tersebut harus diganti, dibuang, diperbaiki

atau dirawat sehingga dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan.

- Fasilitas ruang UGD dan rawat inap

Fasilitas rawat inap merupakan fasilitas

dimana pasien dirawat sehingga sangat

penting bagi pasien, perlu setidakanya fasilitas

standar urang untuk rawat inap. Hal ini

penting karena ruang rawat inap bukan hanya

sekedar sebagai tempat dimana pasien tidur

atau menginap tetapi juga tempat dimana

pasien dirawat.

Ketersediaan fasilitas yang diperlukan di

ruang rawat inap akan menunjang kepuasan

pasien akan pelayanan rumah sakit.

Sedangkan fasilitas UGD adalah fasilitas

perawatan intensif pasien dimana disini pasien

dirawat secara intensif karena itu fasiltias

perawatan di UGD mutlak harus ada.

b) Responsiveness (daya tanggap)

Menurut Parasuraman, Zeithaml dan Barry,

daya tanggap (responsiveness) berkenaan dengan

kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk

membantu para konsumen dan merespons

permintaan mereka, serta menginformasikan

kapan jasa akan diberikan dan kemudian

memberikan jasa secara cepat. Tingkat kesediaan

atau kepedulian ini akan dilihat sampai sejauh

mana pihak rumah sakit Haji Surabaya berusaha

dalam membantu pasiennya dalam memperoleh

pelayanan kesehatan.

Adapun bentuknya bisa dilakukan dengan

tanggapan petugas saat menerima keluhan dan

menanggapinya maupun saat penyampaian

informasi menanggapai keluhan dari pasien

dengan adanya informasi yang jelas maka keluhan

pasien akan menurun sehingga tindakan yang

dilakukan oleh petugas dapat dirasakan

manfaatnya oleh pasien secara langsung.

c) Credibillity (kredibilitas)

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (dalam

Tjiptono, 2004: 69) Credibility, yaitu sifat jujur

dan dapat dipercaya. Konsumen dari kelompok

menengah atas mempunyai harapan yang tinggi

agar perusahaan penyedia jasa pelayanan

kesehatan dengan tingkat kredibilitas yang tinggi

mereka akan memilih layanan kesehatan dari

informasi mengenai kredibilitas rumah sakit

tersebut secara pribadi atau menurut dirinya

memiliki kredibilitas. Hal ini karena masalah

kesehatan adalah juga berhubungan dengan

persepsi masyarakat terhadap rumah sakit, rumah

sakit yang kredibilitasnya tinggi diangap lebih

mampu memberikan pelayanan kesehatan yang

lebih baik.

Apabila tidak kredibilitas tidan diperhatikan

maka kemungkinan rumah sakit akan kehilangan

kesempatan untuk dapat memuaskan mereka dari

aspek ini. Sedangkan indikator dalam penelitian

ini peneliti menggunakan indikator yang meliputi:

- Kedisiplinan petugas saat jam kerja

Di rumah sakit para petugas harus disiplin,

karena teledor sedikit akan berdampak pada

pasien karena yang dirawat adalah manusia

sehingga tidak dapat ditolerir kesalahan

sedikitpun.

- Tanggung jawab petugas dalam melayani

pasien

Tanggung jawab petugas dalam melayani

pasien adalah dengan memberikan pelayanan

yang sebaik-baiknya, secepat-cepatnya dan

setepat mungkin dimana hal ini tidak hanya

perawat tetapi juga dimulai dari lini terdepan

yaitu kecepatan pelayanan loket pendaftaran,

sampai dengan dirawatnya pasien. Dalam hal

tanggung jawab petugas dalam melayani

pasien juga meliputi ketrampilan dalam

penggunaan teknologi, seperti halnya

penggunaan komputer yang menyimpan data-

data pasien sehingga dalam memberikan

pelayanan administrasi para petugas dapat

dengan cepat memberikan pelayanan secara

bertanggung jawab.

Sedangkan dalam hal pengalaman petugas

medis, termasuk dokter harus pula dapat

bertanggung jawab sesuai dengan

Page 7: PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpc557e04230full.pdf · patient or service as according to SPO (b) ... Kesehatan yang menyiapkan

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

60

kompetensinya sebagaimana diketahui untuk

mempertanggung jawabkan tugasnya sebagai

dokter maupun perawat dapat dibuktikan

dengan gelar medis yang dimiliki, tetapi tentu

saja itu tidak cukup tetapi juga kredibilitas

dari dokter tersebut semakin terkenal seorang

dokter maka akan semakin banyak pasiennya

dan pelayanan yang diberikan juga semakin

baik.

Tidak hanya itu keberanian mengambil

tindakan, dan mengambil keputusan yang

tepat juga harus dapat dipertanggungjawabkan

karena keputusan yang diambil oleh seorang

dokter maupun petugas harus sesuai dengan

prosedur.

- Frekuensi kunjungan dokter

Frekuensi kunjungan dokter disesuaikan

dengan kebutuhan pasien dari jawaban

responden kunjungan dokter adalah satu kali

sehari. Tentu saja untuk penyakit tertentu bisa

beberapa kali dan juga beberapa orang dokter

dari disiplin spesialisasi yang berbeda.

Sering tidaknya kunjungan dokter ditentukan

oleh penyakit yang di derita, dimana dapat

saja hari ini harus dikunjungi lebih dari

seorang dokter karena memang penyakit yang

dideritanya kompleks tidak hanya satu macam

saja sehingga membutuhkan pelayanan

beberapa orang dokter spesialis.

d) Assurance (jaminan)

Menurut Parasuraman, Zeithaml dan Barry

(1988), keyakinan (assurance) adalah jaminan

kepada konsumen mencakup kemampuan,

kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki

oleh para staf, bebas dari bahaya atau resiko

keragu–raguan, perilaku para karyawan

diharapkan mampu menumbuhkan kepercayaan

dan perusahaan diharapkan dapat menumbuhkan

rasa aman bagi pelanggannya.

Dalam perkembangannya jaminan

mencangkup pengetahuan, kemampuan,

kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki

para staf; bebas dari bahaya, resiko, atau keragu-

raguan. Sedangkan indikator dalam penelitian ini

peneliti menggunakan indikator yang meliputi:

- Sikap baik, ramah, dan sopan petugas dalam

melayani pasien JKN

Sikap baik, ramah, dan sopan petugas dalam

melayani pasien JKN juga harus dimulai dari

lini terdepan yaitu mulai dari loket

pendaftaran. Sikap baik, ramah, dan sopan

petugas dalam melayani pasien JKN harus

selalu ditampilkan agar pasien merasa puas.

Tidak boleh lagi ada keluhan tentang

pelayanan yang lamban, adanya perilaku

petugas perawat yang kurang ramah dan tidak

komunikatif. Keluhan perawat yang kurang

ramah ini biasanya terjadi ketika pasien

sedang dirawat. Beban kerja yang harus

ditanggung perawat terkadang menjadikannya

kurang dapat menunjukkan sikap baik, ramah,

dan sopan petugas dalam melayani pasien

JKN apalagi jika melihat pada jam kerja,

jumlah pasien yang dilayani dan upah atau

gaji yang mereka terima terkadang kurang

sebanding jika dibandingkan dengan beban

kerjanya yang begitu berat.

- Jumlah staf pelaksanaan yang dimiliki RSU

Haji

Banyak sedikitnya jumlah staf tergantung

pada kebutuhan dari rumah sakit Haji

Surabaya dalam memberikan pelayanan.

Dalam hal staf pelaksanaan pelayanan

kesehatan misalnya disesuaikan pula dengan

layanan kesehatan yang diberikan misalnya

berapa jumlah penyakit yang mampu dilayani

oleh RSU Haji tergantung dari jumlah dokter

dan sarana prasarana yang ada dan staf

pelaksananya disesuaikan dengan jumlah

layanan kesehatan yang dapat diberikan.

Dari data diperoleh jumlah staf sebanyak 23

dan itu dirasakan sudah cukup dapat

memenuhi dan melayani masyarakat

khususnya pasien JKN. Hal lain yang perlu

diperhatikan adalah kemampuan seorang staf

dalam menyelesaikan pekerjaannya atau

produktifitas dari pada staf yang ada.

Seorang staf yang tidak produktif bahkan

dalam bekerja karena di rumah sakit biasanya

tersedia televisi dilakukan sambil menonton

televisi. Ketersediaan hiburan memang dapat

meningkatkan produktifitas maupun

sebaliknya sehingga peran dari produktifitas

karyawan harus terus ditingkatkan sehingga

rumah sakit akan semakin efisien

Rumah sakit yang tidak menyediakan

fasilitas hiburan seperti televisi bagi para

pegawai rumah sakit. Dengan demikian

diharapkan kondisi kerja akan jauh lebih

kondusif karena konsentrasi tidak akan

terpecah antara urusan pekerjaan dan hiburan.

Sementara bagi sebagian rumah sakit di

Indonesia keberadaan televisi bagi pegawai

rumah sakit adalah sebuah keniscayaan.

Sebenarnya kondisi ini dapat merusak

produktivitas kerja. Meskipun selalu ada

pembenaran bahwa profesionalisme selalu

dijunjung tinggi dalam menjalani profesi.

- Kemampuan dan keahlian staf.

Page 8: PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpc557e04230full.pdf · patient or service as according to SPO (b) ... Kesehatan yang menyiapkan

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

61

Kemampuan dan keahlian staf yang ada

di rumah sakit harus terus ditingkatkan untuk

memberikan jaminan pelayanan kesehatan

yang prima merupakan hal yang sangat

penting, saat ini kemampuan dan keahlian staf

yang ada di rumah sakit sering diukur dari

tingkat pendidikan yang sudah ditempuh,

sehingga dengan adanya pendidikan tersebut

diharapkan memiliki kemampuan sesuai

dengan kompetensinya

Ketidakmampuan dan keahlian staf yang

tidak kompten akan berdampak pada

pelayanan kesehatan termasuk sikap dari staf

yang tidak melayani pasien dengan baik dan

ramah. Dalam bekerjapun mereka sering

malas-malasan jika bekerja. Sehingga tidak

ada jaminan bahwasannya pelayanan yang

diberikan dapat dilakukan dengan maksimal.

Karena itu selain kemampuan dan

keahlian yang tidak kalah pentingnya adalah

produktifitas kerja dari karyawan staf dalam

mengimplementasikan kemampuan dan

keahliannya tersebut.

Pelayanan yang berkualitas harus dijaga

dengan melakukan pengukuran secara terus

menerus, agar diketahui kelemahan dan

kekurangan dari jasa pelayanan yang

diberikan dan dibuat tindak lanjut sesuai

prioritas permasalahannya.

Kesimpulan

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Badan

Peyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

mulai 1 Januari 2014 di seluruh Indonesia. Sehingga

diharapkan nanti pada tahun 2019 semua penduduk

diwajibkan sudah terlayani kebutuhan akan

kesehatannya karena ikut dalam program BPJS.

Pelayanan kesehatan ini dimulai dari fasilitas

kesehatan tingkat pertama. Melalui Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) ada peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan primer diharapkan akan

mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tangibles (bukti fisik)

a. Bukti fisik yang berupa ruang tunggu rumah

sakit adalah secara umum cukup nyaman

khususnya di bagian paviliun sudah dianggap

representatif sehingga memberikan

kenyamanan kepada para pasien. Walaupun

pada kondisi tertentu dimana pasien banyak

khususnya pada pagi hari sehingga

menyebabkan ruang tunggu dirasakan kurang,

apalagi di poli kandungan yang biasanya

pasien diantarkan.

b. Kelengkapan fasilitas alat-alat penunjang yang

ada secara umum dirasakan masih kurang.

Tetapi apabila kelengkapan fasilitas alat-alat

penunjang yang ada disesuaikan dengan

dengan RS tipe B pendidikan maka fasilitas

alat-alat penunjang yang ada dapat dikatakan

sudah cukup.

c. Ruang rawat inap yang tersedia masih

dirasakan kurang, sedangkan mengenai

kelengkapan fasilitas dari ruang rawat inap

menurut dokter masih kurang memadai

sedangkan menurut pihak rumah sakit dan

pasien JKN dapat disimpulkan sudah cukup

memenuhi.

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat

disimpulkan bahwasannya kualitas pelayanan

bukti fisik yang ada di rumah sakit dilihat dari

segi kenyamanan ruang tunggu, kelengkapan

fasilitas penunjang, dan tersedianya ruang inap

adalah cukup memenuhi.

2. Responsiveness (daya tanggap)

a. Menurut pihak rumah sakit dan juga peserta

JKN tanggapan petugas saat menerima

keluhan dari pengguna layanan atau pasien

cukup sedangkan menurut dokter atau suster

tanggapan petugas saat menerima keluhan dari

pengguna layanan atau pasien baik sesuai

dengan SOP.

b. Kecepatan petugas dalam menanggapi

keluhan pengguna layanan JKN di RSU Haji

Surabaya menurut narasumber dari pihak

rumah sakit maupun dokter atau suster

menyatakan cukup sedangkan menurut pihak

peserta JKN memuaskan.

3. Kredibilitas

a. Tingkat kedisiplinan petugas di RSU Haji

Surabaya saat jam kerja dinilai narasumber

cukup disiplin

b. Kunjungan dokter di RSU Haji Surabaya

kepada pasien rawat inap peserta JKN

dianggap sudah cukup baik dalam memenuhi

keperluan kesehatan pasien

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwasannya kredibilitas RSU Haji

Surabaya cukup memuaskan pasien

4. Assurance (Jaminan)

a. sikap petugas yang melayani pasien di RSI

Haji surabaya menurut pasien secara umum

bersikap baik, ramah, dan sopan dalam

melayani pasien JKN di RSU Haji Surabaya

menurut narasumber adalah baik dan

memuaskan

b. Jumlah staf pelaksanaan yang dimiliki RSU

Haji Surabaya sebanyak 23 staff sudah cukup

memenuhi.

Page 9: PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpc557e04230full.pdf · patient or service as according to SPO (b) ... Kesehatan yang menyiapkan

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

62

c. kemampuan dan keahlian staf di RSU Haji

Surabaya dalam melayani pasien peserta JKN

dalam pandangan narasumber Pihak Rumah

Sakit memuaskan narasumber

Berdasarkan jawaban narasumber dapat disimpulkan

bahwa jaminan RSU Haji Surabaya memuaskan

pasien peserta JKN dalam memberikan pelayanan

kepada pasien peserta JKN.

Saran

Menurut data yang sudah peneliti kumpulkan

mengenai tema yang peneliti angkat yaitu

Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) dalam Peningkatan Kualitas

Pelayanan Kesehatan di RSU Haji Surabaya,

dapat diambil kesimpulan bahwa indikator-

indikator yang mempengaruhi peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan di RSU Haji

Surabaya ada empat yaitu, tangibles (bukti fisik),

responsiveness (daya tanggap), kredibilitas,

assurance (jaminan). Disini peneliti mencoba

memberikan saran terhadap Rumah Sakit Umum

Haji Surabaya terkait dengan adanya program

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tersebut:

1. Disarankan untuk RSU Haji Surabaya untuk

lebih memperhatikan kenyamanan ruang

tunggu, bisa dilakukan dengan penambahan

ruang tunggu atau diberikannya fasilitas

yang mendukung seperti AC atau wifi

sehingga dapat memberikan kenyamanan

dan kepuasaan tersendiri terhadap para

pengunjung.

2. Disarankan untuk RSU Haji Surabaya untuk

lebih memperhatikan fasilitas-fasilitas alat

penunjang yang ada, seperti alat nomer

antrian yang ada tapi tidak dipergunakaan

pada jam-jam tertentu. Alangkah lebih

efisien dan efektif apabila tetap

menggunakan alat nomer antrian yang sudah

tersedia.

3. Disarankan untuk RSU Haji Surabaya untuk

penambahan ruang rawat inap. Dengan

adanya ruang rawat inap yang sekarang

dikatakan masih kurang, mohon untuk

ditambahkan ruang rawat inap agar semua

pasien yang datang untung rawat inap dapat

segera ditangani tanpa menunggu ruang

rawat inap terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Singarimbun, Masri & Efendi, Sofian, 2006.

Metode Penelitian Survai, Cetakan Kedepanbelas,

Edisi Revisi, PT. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.

Larry Bossidy & Ram Charan, 2004. Pelaksanaan

(Execution) Disiplin Menjadikan Segalanya

Terlaksana. Binarupa Aksara.

Notoatmojo, Soekidjo, 2008. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Azwar, Azrul, 1994. Program Menjaga Mutu

Pelayanan Kesehatan (Aplikasi Pringsip Lingkaran

Pemecahan Masalah). Ikatan Dokter Indonesia.

Jakarta.

Ratmiko & Septi Atik Winarsih, 2007.

Manajemen Pelayanan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Website:

http://www.bpjs-kesehatan.go.id/berita-117-bpjs-

kesehatan-harus-mengantisipasi-potensi-

masalah.html, “ BPJS Kesehatan” diakses pada jam

09.00 WIB pada tanggal 8 Januari 2014.

http://regional.kompasiana.com/2014/10/29/fenomen

a-pelaksanaan-jaminan-kesehatan-nasional-di-depok-

bogor-699272.html, “Fenomena Pelaksanaan

Jaminan Kesehatan Nasional” diakses pada jam 09.00

WIB pada tanggal 8 Januari 2014

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang

Penerima Bantuan Iuran (PBI)

Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang

Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap

Jaminan Kesehatan Nasional)

Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang

Jaminan Kesehatan

Naskah Akademik Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)