Upload
nguyentuyen
View
219
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
PELAKSANAAN SAFEGUARDS DI MBA RIC*
Dicky Tri Jatmiko, Kadarusmanto, M. Imron**
ABSTRAKPELAKSANAAN SAFEGUARDS DI DI MBA RIC. Peraturan Kepala BAPETEN NO.02 Tahun 2005, menetapkan Sistem Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Bakar Nuklir. Peraturan tersebut memuat ketentuan tentang pelaksanaan dan prosedur administrasi serta teknis Sistem Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir yang harus dipatuhi oleh operator fasilitas. Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG) bertanggung jawab atas Reaktor Serbaguna GA Siwabessy (RSGGAS) sebagai reaktor riset yang merupakan salah satu fasilitas pengelola bahan nuklir secara langsung berkewajiban pula melaksanakan komitmen ini. Selanjutnya, safeguards di RSGGAS dinyatakan sebagai MBA RIC. Dengan penjabaran safeguards ini diharapkan dapat diberikan gambaran pelaksanaannya secara umum dan halhal lain yang terkait. Penjabaran dengan menganalisa ketentuan yang berlaku serta pelaksanaan di fasilitas terkait safeguards. Hasil verifikasi yang dilakukan oleh Badan Pengawas Nuklir Internasional (IAEA) maupun Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), telah dinyatakan tidak ditemukannya unsurunsur penyimpangan dari pemanfaatan bahan nuklir di MBA RIC.Kata Kunci : MBA RIC, SSAC
ABSTRACT
SAFEGUARDS IMPLEMENTATION IN MBA RIC. The Decree of Chairman of Bapeten No. 02/ 2005 decides to implement the State Systems of Accounting for and Control of Nuclear Material (SSAC). The role contains articles of implementation and administration of SSAC. It must be conducted by facility operator. Center for Multipurpose Reactor (PRSG) has responsible for the operation of RSGGAS as a research reactor that manages nuclear materials. It has obligation to do this commitment. Further safeguards implementation defines as MBA RIC. It describes conducted activities generally and the related things. International Atomic Energy Agency (IAEA) and Nuclear Control Board (Bapeten) conduct verification. It has assured that no infringes and undeclared activities in MBA RIC.Keyword : MBA RIC, SSA
* Disampaikan pada Seminar Keselamatan Nuklir BAPETEN, 2 3 Agustus 2006, Jakarta** Staf Pusat Reaktor Serba Guna Batan
811
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
1. PENDAHULUAN
Dasar pelaksanaan NPT adalah menerima safeguards IAEA pada semua bahan
nuklir dalam wilayah atau dibawah yuridiksi atau kontrol suatu negara anggota. Di bawah
perjanjian safeguards berdasarkan INFCIRC/153 suatu negara harus menerapkan Sistem
Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir terhadap semua bahan nuklir.
Selanjutnya operator fasilitas melalui Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten)
melaporkan ke Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) secara detail semua bahan
nuklir yang diterima dan yang dikirim, secara periodik membuat inventori bahan nuklir
yang ada di fasilitas pada titik tertentu yang biasa disebut Physical Inventory Taking (PIT).
Data data ini sebagai dasar IAEA untuk melakukan kegiatan verifikasi.
Dokumen INFCIRC/540 ini mempersyaratkan deklarasi secara lengkap, termasuk
semua kegiatan yang terkait nuklir dimasa lalu, sekarang dan yang akan datang, maksud
damai atau tidak, dan yang terpenting adalah mempersyaratkan suatu negara
mengizinkan IAEA memasuki informasi dan lokasi di fasilitas atau lokasi di luar fasilitas
yang telah dideklarasi. Secara ringkas tindakan safeguards diperkuat ditujukan untuk
memberi jaminan atas ketidakhadiran kegiatan nuklir yang tak terdeklarasi.
Pelaksanaan safeguards terhadap bahan nuklir di fasilitas nuklir pada suatu
negara merupakan wujud pelaksanaan Perjanjian IAEA dengan satu negara mengenai
safeguards dan NPT (Non Proliferation Treaty). Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG)
mengawali proses tersebut pada tahun 1983, yaitu dengan mengirimkan dokumen
Design Information Questionaire (Kuesioner Informasi Disain). Setelah IAEA melakukan
verifikasi terhadap DIQ, IAEA menerbitkan dokumen Subsidiary Arrangement
(Pengaturan Pelengkap) dan Dokumen Facility Attachment (Lampiran Fasilitas) kepada
PRSG.
Dalam makalah ini, akan diuraikan pelaksanaan safeguards PRSG sesuai
dengan peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) No. 02 Tahun 2005
tentang pelaksanaan Sistem Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir serta
pelaksanaan Additional Protocol yang dilaksanakan IAEA.
2. PELAKSANAAN SAFEGUARDS PRSG
Dalam penyelenggaraan safeguards, RSGGAS dinyatakan dalam 1 (satu)
Daerah Neraca Bahan Nuklir Material Balance Area (MBA) dan diberi kode MBA RIC
yang terdiri dari 2 KMP Alir dan 4 KMP Inventori.
1. KMP Alir, terdiri atas :
KMP 1 yang merupakan KMP penerimaan bahan nuklir dari MBA lain
812
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
KMP 2 yang merupakan KMP pengiriman bahan nuklir ke MBA lain
2. KMP Inventori, terbagi atas :
KMP A, yaitu Gudang Bahan Bakar Segar
Merupakan lokasi penyimpanan bahan bakar segar. Tempat penyimpanan ini dapat
memuat sebanyak 160 perangkat bahan bakar segar baik Elemen Bakar maupun
Elemen Kendali. Pada tempat ini dilakukan identifikasi nomor perangkat bahan bakar
yaitu dengan membuat konfigurasi bahan bakar segar dan dicatat pada Physical
Inventory Items List (PIIL).
KMP B, yaitu Kolam Reaktor
Teras Reaktor KMP B terdiri dari 40 elemen bakar dan 8 elemen kendali, merupakan
tempat terjadi perubahan inventori akibat penyusutan bahan bakar dari peristiwa
reaksi fisi. Pada KMP ini dilakukan pengecekan nomor identifikasi perangkat bahan
bakar pada masingmasing posisi dalam teras reaktor dengan membuat konfigurasi
bahan bakar segar dan dicatat pada Physical Inventory Items List (PIIL).
KMP C, yaitu Kolam Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas
Bahan bakar bekas disimpan untuk sementara waktu menunggu proses lebih lanjut.
Pada tempat ini tersedia 2 rak dengan kapasitas tampung masingmasing sebanyak
150 posisi atau total 300 posisi. Di tempat ini perlu dilakukan pengecekan nomor
identifikasi bahan bakar pada masingmasing posisi penyimpanan dengan membuat
konfigurasi bahan bakar segar dan dicatat pada Physical Inventory Items List (PIIL).
KMP D, yaitu Lokasi lain disamping ketiga lokasi di atas
KMP D merupakan lokasi lain di PRSG ditambah dengan Radioisotope Laboratory
(RIL) milik PT. Batan Teknologi (persero) yang terdapat bahan nuklir dengan uranium
diperkaya (pengkayaan tinggi dan rendah), uranium alam dan uranium deplesi.
Bahan nuklir ini terbagi dalam beberapa bentuk fisis, yaitu serbuk U3O8, larutan
uranium segar dan larutan setelah dilakukan proses electroplating, target sebelum
diiradiasi dan limbah radiokimia.
Safeguards di MBA RIC mengacu kepada Peraturan Kepala BAPETEN No. 02
tahun 2005 dan peraturanperaturan lainnya yang dikeluarkan oleh IAEA. Sesuai dengan
peraturan di atas, Pelaksana Sistem Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan
Nuklir di MBA RIC terdiri atas 1 orang Pengawas Bahan Nuklir MBA RIC dan sedikitnya
1orang pengurus bahan nuklir untuk setiap Key Measurement Point (Tempat Pengukuran
Pokok).
Sesuai dengan Peraturan Kepala Bapeten Nomor 02 Tahun 2005 Pasal 18 setiap
fasilitas harus mempunyai dokumen pembukuan yang memuat catatan atau rekaman
tentang kuantitas setiap jenis bahan nuklir yang ada, distribusi di fasilitas dan perubahan
813
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
yang mempengaruhi. Catatan tersebut harus mencakup tetapi tidak terbatas pada halhal
sebagai berikut :
a. Buku Besar (General Ledger) untuk setiap daerah Neraca Bahan Nuklir dari
setiap jenis bahan nuklir yang dimiliki atau ditangani
b. Buku Pelengkap (Subsidiary Ledger) untuk setiap Daerah Neraca Bahan Nuklir
dari setiap jenis bahan nuklir yang dimiliki atau ditangani
c. Dokumen Pemindahan Internal (Internal Material Form) yang mencatat
pemindahan sejumlah bahan nuklir antara Tempat Pengukuran Pokok di dalam
suatu Daerah Neraca Bahan Nuklir
d. Dokumen Perubahan Inventori – Kehilangan atau Produksi Nuklir (Inventory
Change Document – Loss Nuclear or Production) yang dipakai untuk mencatat
jumlah unsur dan isotop dapat belah yang habis terpakai atau terproduksi melalui
reaksi inti di dalam reaktor untuk setiap Daerah Neraca Bahan Nuklir dari setiap
jenis bahan nuklir yang dimiliki atau ditangani
e. Dokumen Perubahan Inventori – Pemindahan Bahan Nuklir (Inventory Change
Document – Material Transfer) yang dipakai untuk mencatat perubahan jumlah
unsur dan isotop dapat belah dari setiap jenis bahan nuklir yang dimiliki atau
ditangani
Sedangkan didalam Bab VI Pasal 33 Perka Bapeten No. 02 Tahun 2005 tersebut
dikatakan bahwa laporan bahan nuklir dibuat oleh Pengusaha Instalasi Nuklir, yang
meliputi :
a. Laporan Perubahan Inventori (Inventory Change Report)
b. Laporan Neraca Bahan Nuklir (Material Balance Report)
c. Laporan Daftar Inventori Fisik (Physical InventoryListing)
d. Laporan khusus yang dibuat jika terjadi halhal atau peristiwa diluar kebiasaan
Dalam melakukan verifikasi untuk safeguards terhadap bahan nuklir selain
melakukan pemeriksaan pembukuan akuntansi bahan nuklir yang ada di fasilitas nuklir
IAEA juga menggunakan peralatan containment & surveillance (C/S). Penggunaan
peralatan C/S untuk melengkapi dan menunjang akuntansi bahan nuklir. Tujuan
penggunaan peralatan ini adalah mengembangkan informasi yang didapat dari
perpindahan bahan nuklir di fasilitas, kemampuan peralatan, verifikasi bahan nuklir saat
inspeksi dan lainlain. Didalam beberapa penggunaannya di fasilitas nuklir, peralatan ini
dapat mengumpulkan datadata yang dibutuhkan saat inspektur tidak berada di lokasi
kemudian menyimpannya sebagai memori data sehingga diperoleh tujuan yang efektif
untuk :
814
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
a. Memastikan perpindahan bahan nuklir dan verifikasi inventori untuk setiap bahan
nuklir terinventarisir tanpa duplikasi dan bahan nuklir dapat dinyatakan
keberadaannya.
b. Memastikan bahwa peralatan IAEA, tujuan, kegiatan verifikasi dan penunjang
lainnya berjalan baik.
c. Mengurangi kebutuhan verifikasi setiap bahan nuklir yang tidak mengalami
perubahan.
d. Untuk melengkapi kekurangan data yang mungkin ada pada verifikasi safeguards.
Pada saat melakukan verifikasi bahan nuklir, jika diperlukan inspektur IAEA
melakukan pengukuran bahan nuklir. Sejumlah teknik digunakan untuk melakukan
pengukuran secara Non Destructive Assay (NDA). Perangkat utama yang digunakan
berupa peralatan MCA, ICVD, HM5 dan lainlain yang didasarkan pada pengukuran
sinar gamma dan netron yang dipancarkan dari beberapa bahan nuklir.
PROTOCOL TAMBAHAN (ADDITIONAL PROTOCOL)
Tahun 1997 IAEA telah menyetujui suatu bentuk pertanggungjawaban dan
pengendalian pemakaian bahan nuklir diperkuat di setiap negara penandatangan NPT
yang dipublikasikan sebagai dokumen INFCIRC/540 Model Protocol Additional to the
Agreement(s) between State(s) and the International Atomic Energy Agency for the
Application of Safeguards. Pemerintah Indonesia telah menandatangani dan meratifikasi
perjanjian Additional Protocol tersebut pada tanggal 29 September 1999 sebagai
dokumen INFCIRC/283 add. 1. Dengan penandatanganan protokol ini berarti Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) secara umum mempunyai komitmen untuk
mengimplementasikan sistem safeguards yang diperkuat di setiap fasilitas nuklir di
seluruh wilayah Indonesia. Salah satu fasilitas nuklir terkait kewajiban pelaksanaan
safeguards yang diperkuat adalah Reaktor Serba Guna GA Siwabessy (RSGGAS).
Additional protocol sebagai sistem safeguards diperkuat, adalah sistem yang
diterapkan oleh IAEA untuk lebih menekankan masalah akses seluasluasnya guna
menghindari penyalahgunaan pemanfaatan bahan nuklir dan memberi kepastian pada
pernyataan terhadap bahan nuklir dan aktivitasnya yang telah disampaikan fasilitas nuklir
kepada IAEA melalui deklarasi. Demikian pula untuk fasilitas nuklir reaktor riset
RSGGAS, permintaan IAEA untuk Complementary Access pada fasilitas didasarkan
pada article 2 deklarasi Additional Protocol untuk informasiinformasi yang terkait beserta
aktivitas pemanfaatannya.
Informasi yang dilaporkan/ dideklarasikan ke IAEA berdasarkan INFCIRC/540 ini
meliputi informasi kegiatan R&D seluruh program nuklir baik yang dilakukan sekarang
815
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
maupun yang akan datang yang melibatkan kegiatan nuklir terkait bahan nuklir maupun
bukan bahan nuklir yang ada di RSGGAS.
Elemenelemen ini memungkinkan IAEA untuk mengevaluasi konsistensi
deklarasi yang dilakukan oleh negara dan menyediakan data dalam rangka pembuktian
atau pendeteksian tidak adanya kegiatan nuklir tak terdeklarasi (underclared).
PEMBAHASAN
Safeguards di MBA RIC dilaksanakan oleh Bidang Operasi Reaktor, yaitu Sub
Bidang Akuntansi Bahan Nuklir dibantu oleh Staf Divisi Produksi Radioisotop PT. Batan
Teknologi (persero) dan bertanggung jawab terhadap 4 KMP Inventori yaitu KMP A, B, C
dan D. Pelaksanaan safeguards yang mengacu dari Peraturan Kepala Bapeten Nomor 02
Tahun 2005 tentang Sistem Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir telah
dilaksanakan dengan baik tanpa penyimpangan atas pemakaian dan pemanfaatan bahan
nuklir.
Peralatan surveillance yang dipasang oleh IAEA pada fasilitas Reaktor Riset GA
Siwabessy adalah DSOS (Digital Single Camera Optical Surveillanc), dan ATPM
(Advance Thermo Hydraulic Power Monitor) telah mendukung pelaksanaan safeguards di
MBA RIC.
DSOS merupakan perangkat sistem surveillance yang terdiri dari kabinet berikut
kamera untuk merekam data kegiatan perpindahan bahan nuklir. Dirancang untuk
aplikasi pada lokasi akses yang strategis.
Gambar 1. Digital Single Camera Optical Surveillance
Peralatan DSOS di fasilitas RSGGAS terdiri dari 4 buah kamera dan 4 buah
kabinet. Kabinet 1 digunakan untuk menyimpan gambar dari kamera 1, berada di bawah
816
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
permukaan air di belakang hotcell, yang berfungsi untuk memantau perpindahan bahan
bakar bekas dan pergerakan bahan nuklir lainnya yang keluar masuk dari dan kedalam
hotcell. Sedangkan kamera 2, yang berada di bawah permukaan air, di atas teras reaktor
dan berfungsi untuk memantau bahan nuklir yang keluar dan masuk dari dan ke dalam
teras reaktor, disimpan gambarnya didalam kabinet 2.
Kabinet 3 digunakan untuk menyimpan gambar dari kamera 3 yang digunakan
untuk memonitor perpindahan bahan nuklir yang keluar melalui Transfercask Hatch dan
kamera 4, yang gambarnya disimpan dalam kabinet 4, digunakan untuk memonitor
perpindahan bahan nuklir yang keluar dari Hotcell.
Gambar 2. Letak Kabinet dan Kamera DSOS.
817
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
Selain peralatan surveillance diatas juga terdapat peralatan lain yang dipasang
oleh IAEA yaitu ATPM (Advance Thermo Hydraulic Power Monitor). ATPM adalah suatu
peralatan yang dapat mengukur laju alir pendingin primer dan sekaligus daya yang
dihasilkan oleh RSGGAS.
ATPM dipasang oleh IAEA untuk merekam dan mencatat kegiatan
pengoperasian reaktor, dengan ATPM dapat diketahui pula saat reaktor beroperasi,
reaktor shutdown dan daya yang dibangkitkan serta mendeteksi kemungkinan adanya
produksi plutonium yang disengaja tidak dilaporkan kepada IAEA. ATPM dapat bekerja
cukup lama walupun listrik PLN mati. Dengan adanya ATPM maka data kegiatan
pengoperasian reaktor dapat diketahui dan hasilnya disimpan dalam harddisk.
Pemeriksaan dokumen additional protocol di RSGGAS dilakukan dengan
melakukan verifikasi perihal amplifikasi dan klarifikasi deklarasi article 2.a.(iii) tentang
entry fasilitas MBA RIC untuk gedung 11 dan 12 yang berada di lokasi MBA RIC, serta
deklarasi article 2.a.(i) untuk kegiatan research and development not involving nuclear
material yang dilakukan di RSGGAS. Dari hasil verifikasi bahan nuklir tersebut IAEA
tidak menemukan adanya kegiatan nuklir tak terdeklarasi (underclared).
KESIMPULAN
Sistem Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir (Safeguards) di
MBA RIC dilaksanakan oleh Bidang Operasi Reaktor, yaitu Sub Bidang Akuntansi Bahan
Nuklir dibantu oleh staf Divisi Produksi Radioisotop PT. Batan Teknologi (persero) dan
bertanggung jawab terhadap 4 KMP Inventori yaitu KMP A, B, C dan D.
Sesuai dengan peraturan Peraturan Kepala Bapeten Nomor 02 Tahun 2005
tentang Sistem Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir, pelaksana Sistem
Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir di MBA RIC terdiri atas 1 orang
Pengawas Bahan Nuklir MBA RIC dan sedikitnya 1 orang pengurus bahan nuklir untuk
setiap Key Measurement Point (Tempat Pengukuran Pokok).
Pelaksanaan safeguards yang mengacu dari peraturan tersebut diatas telah
dilaksanakan dengan baik tanpa penyimpangan atas pemakaian dan pemanfaatan bahan
nuklir.
Pemeriksaan deklarasi additional protocol sebagai sistem safeguards diperkuat
yang diterapkan oleh IAEA di MBA RIC sebagai tindakan untuk lebih menekankan
masalah akses seluasluasnya guna menghindari penyalahgunaan pemanfaatan bahan
nuklir dan memberi kepastian pada pernyataan terhadap bahan nuklir dan aktivitasnya
pada fasilitas RSGGAS selama ini dapat disimpulkan tidak ditemukannya penyimpangan
pemanfaatan bahan nuklir dan tidak adanya kegiatan nuklir tak terdeklarasi (underclared).
818
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
RSGGAS sebagai salah satu fasilitas nuklir mendukung pelaksanaan
safeguards diperkuat dan menganggap perlu mengembangkan informasi seluasluasnya
tentang kegiatan R&D seluruh program nuklir baik yang dilakukan sekarang maupun
yang akan datang yang melibatkan kegiatan nuklir terkait bahan nuklir maupun bukan
bahan nuklir yang ada di RSGGAS pada khususnya serta di seluruh fasilitas nuklir
BATAN pada umumnya.
819
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
DAFTAR PUSTAKA
1. Agoes Soejoedi, et. al., Implementasi SPPBN di MBA RIC, 1996.
2. Dicky Tri Jatmiko, et. al., Analisis Complementary Success Sebagai Bagian dari
Addtional Protocol, 2005.
3. IAEAFederal Atomic Energy Agency of The Russian Federation, Course Materials,
International Training Course on Implementation of State Systems of Accounting for
and Control of Nuclear Material, OctoberNovember 2004.
1. INFCIRC/540, Model Protocol Additional to the Agreement(s) between State(s) and
the International Atomic Energy Agency for the Application of Safeguards, IAEA,
December 1998.
2. Kadarusmanto, et. al., Sistem Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir
(SPPBN) di P2TRR, 1999.
3. Hudi Hastowo, et. al., Sistem Surveillance Bahan Nuklir pada RSGGAS, Buletin
Batan, 1999.
4. M. Burmester, Guidelines and Format for Preparation and Submission of Declaration
Pursuant to Article 2 and 3 of the Protocol Additional to the safeguards Agreement,
Seminar SPPBN, 1415 Oktober 1999.
5. Mutiara Solichah, Protokol Tambahan Terhadap Perjanjian Safeguards, Seminar
SPPBN, 0920 September 2002.
6. Heinonen, The Model Protocol Additional to the Safeguards Agreement, Seminar
SPPBN, 1415 Oktober 1999.
820
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006 ISSN: 14123258
DISKUSI DAN TANYA JAWAB
Penanya: Pudji Susanti
Pertanyaan:
a.Bagaimana proteksi fisik terhadap peralatan Surveillaice sehingga dapat dinyatakan
bahwa data hasilnya ( Surveillaince ) dijamin valid ( tidak ada rekayasa dari
operator ).
Jawaban:
Untuk masuk fasilitas hanya petugas tertentu yang khusus punya access.
Peralatan Surveillance dilindungi atau dipagari atau diseal.
Ditempatkan pada tempat yang strategis.
Peralatan Surveillance dari IAEA tidak pernah diganggu penggunaannya.
Penanya: Ira Ariati, ST
Pertanyaan:
a.Dari wacana yang berkembang, MBA RIC bermaksud melepaskan keberadaan
KMPD ( Did. Prod. PT. BT. ) apa yang mendasari pemikiran tersebut, mengingat
secara proses KMPD sangat berkaitan erat dengan RIC ( simbiosis mutualisme ).
Jika KMPD bergabung dengan RID, maka sangat tidak ada korelasinya, mengingat
alur proses yang tidak berhubungan, mohon penjelasan.
b.Perlukah peralatan DSCOS memang dipasang di RSG ( RI C ), tidakkah cukup
dengan BSS saja? Bukankah RIC pun secara periodik mengalami inspeksi dari
BAPETEN dan IAEA? Fenomena apa yang sebenarnya terjadi?
Jawaban:
a.Hal yang mendasari:
Bentuk fisik dan penanganan Bahan Nuklir di KMPD sama dengan MBA
RID.
Dalam pertanggungjawaban pemanfaatan BN, banyak temuan dari
BAPETEN atau IAEA yang didapat dari kesalahan akuntansi BN ( yang
tidak perlu terjadi ) di KMPD.
Lebih dewasa, dipandang cukup mampu.
b. Perlu, bagi IAEA memastikan tidak adanya penyimpangan pemanfaatan BN dari
fasilitas.
821