Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BUKU INFORMASI - 5
PELATIHAN PENGADAAN BARANG/JASA
TINGKAT DASAR
PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOMPETENSI
Jl. Epicentrum Tengah Lot 11B, Jakarta 2019
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 2 dari 48
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 5
1.1 Tujuan Umum ............................................................................................................ 5
1.2 Tujuan Khusus ........................................................................................................... 5
1.3 Gambaran Umum/Overview .................................................................................... 5
BAB II PERENCANAAN PBJ PEMERINTAH .................................................................. 9
2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Perencanaan Pengadaan ........................................ 9
2.1.1 Identifikasi kebutuhan................................................................................... 13
2.1.1.1 Identifikasi Kebutuhan Barang .......................................................... 14
2.1.1.2 Identifikasi Kebutuhan Pekerjaan Konstruksi .................................. 15
2.1.1.3 Identifikasi Kebutuhan Jasa Konsultansi.......................................... 16
2.1.1.4 Identifikasi Kebutuhan Jasa Lainnya ................................................ 17
2.1.1.5 Identifikasi Kebutuhan Pekerjaan Terintegrasi ............................... 18
2.1.2 Penetapan Barang/Jasa ................................................................................ 18
2.1.3 Cara Pengadaan Barang/Jasa ...................................................................... 19
2.1.4 Jadwal Pengadaan Barang/Jasa .................................................................. 21
2.1.5 Anggaran Pengadaan Barang/Jasa ............................................................. 23
2.2 Perencanaan Pengadaan Melalui Swakelola ................................................ 24
2.2.1 Penetapan Tipe Swakelola ............................................................................ 24
2.2.2 Penyusunan Spesifikasi Teknis/KAK ............................................................ 26
2.2.3.Penyusunan Perkiraan Biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB) ............... 28
2.3 Perencanaan Pengadaan Melalui Penyedia ......................................................... 31
2.3.1 Penyusunan Spesifikasi teknis/KAK ............................................................... 31
2.3.2 Penyusunan perkiraan Biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Penyusunan Biaya Pendukung ..................................................................................... 35
2.3.3 Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa ................................................................. 36
2.3.4 Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa ................................................................. 41
2.4 Pengumuman Rencana Umum Pengadaan (RUP) .............................................. 44
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 3 dari 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 : Tahap Proses Pengadaan ............................................................ 7
Gambar 5.2 : Detail Tahapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia ............. 8
Gambar 5.3 : Alur Perencanaan Pengadaan melalui Swakelola 9
Gambar 5.4 : Pola Hubungan Antara Perencanaan Pengadaan dengan
Perencanaan Anggaran
................................................................
11
Gambar 5.5 : Siklus APBN ................................................................................ 12
Gambar 5.6 Siklus APBD ................................................................................ 14
Gambar 5.7 : Aktivitas Perencanaan Pengadaan ................................................ 22
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 4 dari 48
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 : Ilustrasi Spesifikasi Teknis/KAK
.....................................................
33
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 5 dari 48
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta pelatihan diharapkan mampu untuk
memahami perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui swakelola
dan melalui penyedia.
1.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit materi ini melalui buku informasi
Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yaitu guna memfasilitasi peserta
latih sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Memahami tentang Definisi dan Ruang Lingkup Perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
2. Memahami tentang Perencanaan Pengadaan Melalui Swakelola.
3. Memahami tentang Perencanaan Pengadaan Melalui Penyedia.
4. Memahami Pengumuman Rencana Umum Pengadaan (RUP).
1.3 Gambaran Umum
Perencanaan pengadaan meliputi identifikasi kebutuhan, penetapan
barang/jasa, cara, jadwal, dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa. Harvey
MacKay berkata, “Failures don’t plan to fail; they fail to plan.”. Perencanan
merupakan salah satu bagian vital dari keseluruhan proses pengadaaan.
Pemahaman yang memadai terhadap konsep dan manfaat sebuah
perencanaan pengadaan akan memberikan membantu para pelaku pengadaan
melakukan pekerjaannya secara efektif. Jadi Tujuan Pelaksanaan pengadaan
barang/jasa dapat dicapai apabila dilakukan dengan perencanaan yang baik.
Perencanaan pengadaan yang baik dapat memudahkan organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi dan perencanaan pengadaan yang baik dapat
meningkatkan kepatuhan terhadap aturan pengadaan yang berlaku.
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 6 dari 48
Perencanaan pengadaan dilakukan pada kedua cara pengadaan, baik
yang melalui swakelola ataupun melalui pemilihan penyedia. Perencanaan yang
dilakukan seharusnya memberikan kemudahan bagi pelaksana pengadaan
untuk mengimplementasikan rencana pengadaan dalam hal pengawasan,
supervisi dan pengendalian pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Sehingga
perencanaan diharapkan memberikan indikator-indikator yang dapat terukur
seperti, ruang lingkup, biaya, kualitas, risiko, jadwal dan kriteria penerimaan
yang akan dikelola pada saat pelaksanaan pengadaan nantinya.
Modul ini akan fokus kepada Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yang secara garis besar terdiri dari beberapa hal sebagai berikut,
yaitu ruang lingkup Perencanaan Pengadaan, meliputi swakelola dan pemilihan
penyedia. Diantaranya Penetapan Tipe Swakelola, Spesifikasi Teknis/Kerangka
Acuan Kerja (KAK), Penyusunan perkiraan biaya, Pemaketan Pengadaan,
Konsolidasi Pengadaan, Pengumuman Rencana Umum Pengadaan. Pengadaan
barang/jasa dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5.1 Tahap Proses Pengadaan
KONTRAK-PPK-TIM SKL
Tahap Proses Pengadaan
PERENCANAAN
PENGADAAN-BAB IV
(PA/KPA-PPK)
PASAL 18 - 22
PEMILIHAN – POKJA
PEMILIHAN/PP-TIM SKL
v Pelaksanaan Skl
(47)
v Pengawasan &
perwab skl (49)
v Pelaksanaan
Pemilihan (50)
v Tender/Seleksi
Gagal (51)
v Metode Pemilihan
Penyedia (38,41)
v Metode evaluasi Penyedia
(39,42)
v Metode Penyampaian
dokumen Penyedia
(40,43)
v Kualifikasi (44)
v Jadwal (45)
v Dok pemilihan(46)
@awn
PERSIAPAN PENGADAAN-BAB V (23-46)
PENGADAAN-PPK PEMILIHAN - UKPBJ
SERAHTERIMA
PPK>>PA/KPA (58)
PENYEDIA>>PPK
v Swakelola (23-25)
v HPS (26)
v Rancangan Kontrak
(27-28)
v Spekteknis/KAK
v Uang muka, jaminan,
sertifikat garansi,
penyesuaian harga
(29-37)
PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG JASA
PEMERINTAH –BAB VI, VII – (47 – 57)
v Pelaksanaan Skl (47)
v Pembayaran Skl(48)
v Pengawasan dan
perwab skl (49)
v Pelaksanaan Kontrak
(52)
v Pembayaran prestasi
(53)
v Perubahan kontrak (55)
v Penyelesaian kontrak
(56)
v Serah
terima
PPK ke
PA/KPA
(58)
v Cek
PPHP,PjP
HP
v Serah
terima
Penyedia
ke PPK
(57)
vPerencanaanPengadaanIdentifikasi
Kebutuhan,Penetap
an,Cara,Jadwal,An
ggaran (18)v Spesifikasi
Teknis/KAK(19)vPemaketan (20)vKonsolidasi (21)vRUP(22)
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 7 dari 48
Secara detail alur proses Pengadaan barang/jasa dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5.2
Detail Tahapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 8 dari 48
Secara umum perencanaan Pengadaan barang/jasa melalui Swakelola
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5.3
Alur Perencanaan Pengadaan melalui Swakelola
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 9 dari 48
BAB II PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Perencanaan Pengadaan
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah (LKPP)
No 7 tahun 2018 tentang Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa menyebutkan
definisi Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut
Perencanaan Pengadaan sebagai proses perumusan kegiatan yang dimulai dari
identifikasi kebutuhan, penetapan barang/jasa, cara Pengadaan Barang/Jasa,
jadwal Pengadaan Barang/Jasa, anggaran Pengadaan Barang/Jasa.
Definisi di atas sekaligus menyebutkan ruang lingkup perencanaan
pengadaan yang meliputi:
a. Penyusunan perencanaan pengadaan
b. identifikasi kebutuhan;
c. penetapan barang/jasa;
d. cara pengadaan barang/jasa;
e. jadwal pengadaan barang/jasa; dan
f. anggaran pengadaan barang/jasa.
g. RUP
Bila mencermati ruang lingkup yang ada tampak jelas bahwa dalam
perencanaan pengadaan terdapat aktivitas yang berhubungan dengan anggaran
pengadaan barang/jasa. Hal ini menunjukkan bahwa proses perencanaan
pengadaan memiliki hubungan dengan proses perencanaan anggaran.
Gambar 5.3 di bawah ini akan menunjukkan pola hubungan antara
perencanaan pengadaan dengan perencanaan anggaran.
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 10 dari 48
Gambar 5.4
Pola Hubungan Antara Perencanaan Pengadaan dengan Perencanaan Anggaran
Proses perencanaan pengadaan dimulai dari identifikasi kebutuhan
barang/jasa berdasarkan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah. Perencanaan Pengadaan menjadi masukan dalam penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) dan Rencana
Kerja dan Anggaran Perangkat Daerah (RKA Perangkat Daerah).
Perencanaan Pengadaan yang dananya bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dilakukan bersamaan dengan proses
penyusunan RKA K/L setelah penetapan Pagu Indikatif. Perencanaan
Pengadaan yang dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan, dan Belanja
Daerah (APBD) dilakukan bersamaan dengan proses penyusunan RKA
Perangkat Daerah setelah nota kesepakatan Kebijakan Umum APBD serta
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS).
Proses Perencanaaan pengadaan yang menjadi masukan bagi
penyusunan RKA K/L untuk APBN maupun RKA Perangkat Daerah untuk APBD
serta waktu pelaksanaan perencanaan yang bersamaan menjadikan proses
keduanya harus dilakukan secara baik dari sisi organisasi. Koordinasi dua
proses ini sangat diperlukan. Salah satu yang harus dipahami oleh para insan
pengadaan adalah waktu penyusunan anggaran setiap tahunnya.
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 11 dari 48
Gambar berikut memperlihatkan waktu perencanaan APBN selama
secara keseluruhan selama 1 (satu) tahun anggaran.
Gambar 5.5
Siklus APBN
Adapun penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut:
1. Presiden menetapkan Arah Kebijakan dan prioritas pembangunan nasional
pada bulan Januari untuk tahun direncanakan berdasarkan hasil evaluasi
kebijakan berjalan. Berdasarkan Arah Kebijakan dan prioritas pembangunan
nasional, Kementerian/Lembaga mengevaluasi pelaksanaan program dan
kegiatan berjalan. Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program dan
kegiatan berjalan, Kementerian/Lembaga dapat menyusun rencana Inisiatif
Baru dan indikasi kebutuhan anggaran yang diselaraskan dengan Arah
Kebijakan dan prioritas pembangunan nasional untuk disampaikan kepada
Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan.
2. Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan dari program yang sedang berjalan dan
mengkaji usulan Inisiatif Baru berdasarkan prioritas pembangunan serta
analisa pemenuhan kelayakan dan efisiensi indikasi kebutuhan dananya.
Kementerian Perencanaan mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi dan
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 12 dari 48
pengintegrasian hasil evaluasi. Kementerian Keuangan menyusun perkiraan
kapasitas fiskal untuk penyusunan Pagu Indikatif tahun anggaran yang
direncanakan, termasuk penyesuaian indikasi pagu anggaran jangka
menengah paling lambat pertengahan bulan Februari. Pagu Indikatif disusun
oleh Menteri Keuangan bersama Menteri Perencanaan, dengan
memperhatikan kapasitas fiskal dan pemenuhan prioritas pembangunan
nasional. Pagu Indikatif yang sudah ditetapkan beserta prioritas pembangunan
nasional yang dituangkan dalam rancangan awal RKP disampaikan kepada
Kementerian/Lembaga dengan surat yang ditandatangani Menteri Keuangan
bersama Menteri Perencanaan pada bulan Maret.
3. Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun Renja-K/L dengan berpedoman Dalam
proses penyusunan Renja-K/L dilakukan pertemuan 3 (tiga) pihak antara
Kementerian/Lembaga, Kementerian Perencanaan, dan Kementerian
Keuangan. Menteri/Pimpinan Lembaga menyampaikan Renja-K/L kepada
Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan untuk bahan
penyempurnaan rancangan awal RKP dan penyusunan rincian pagu menurut
unit organisasi, fungsi, program, dan kegiatan sebagai bagian dari bahan
pembicaraan pendahuluan Rancangan APBN. Di saat bersamaan dilakukan
penetapan RKP.
4. Menteri Keuangan dalam rangka penyusunan RKA-K/L, menetapkan Pagu
Anggaran K/L dengan berpedoman kapasitas fiskal, besaran Pagu Indikatif,
Renja-K/L, dan memperhatikan hasil evaluasi Kinerja Kementerian/Lembaga.
Pagu Anggaran K/L disampaikan kepada setiap Kementerian/Lembaga paling
lambat akhir bulan Juni.
5. Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun RKA-K/L berdasarkan Pagu Anggaran
K/L, Renja-K/L dan RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam
pembicaraan pendahuluan Rancangan APBN; RKA-K/L menjadi bahan
penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang APBN. Selanjutnya Nota
Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan Undang-Undang tentang APBN
hasil Sidang Kabinet disampaikan oleh Pemerintah kepada DPR pada bulan
Agustus, penyampaian ditandai pidato presiden tanggal 16 Agustus.
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 13 dari 48
6. Setelah melalui serangkaian pembahasan antara pemerintah dan DPR maka pada
Undang-undang tentang APBN Oktober disahkan.
7. Bulan November presiden menindaklanjuti Undang-undang APBN dengan per Rincian
APBN.
8. Akhir Desember DIPA sebagai Dokumen Pelaksanaan Anggaran disyahkan oleh
kemenkeu cq Dtjen Perbendaharaan.
9. Mulai 1 Januari DIPA dapat dilaksanakan dalam pelaksanaan Anggaran.
Sedangkan siklus APBD diperlihatkan pada gambar 5.6 sebagaimana dibawah ini.
Gambar 5.6
Siklus APBD
2.1.1 Identifikasi kebutuhan
Identifikasi kebutuhan barang/jasa dilakukan berdasarkan rencana
kegiatan yang ada di dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah. Identifikasi kebutuhan barang/jasa tahun anggaran berikutnya
dilakukan pada tahun anggaran berjalan. Identifikasi kebutuhan dalam proses
Perencanaan Pengadaan dapat dilakukan sebelum penetapan pagu
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 14 dari 48
indikatif/Nota Kesepakatan KUA-PPAS untuk pengadaan strategis yang sudah
teridentifikasi dalam Rencana Strategis (RENSTRA)
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
Identifikasi kebutuhan barang/jasa dilakukan dengan memperhatikan:
a. prinsip efisien dan efektif dalam Pengadaan Barang/Jasa;
b. aspek pengadaan berkelanjutan;
c. penilaian prioritas kebutuhan;
d. barang/jasa pada katalog elektronik;
e. konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa; dan/atau
f. barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai.
Identifikasi kebutuhan barang/jasa yang diperlukan
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah bertujuan untuk menunjang tugas
dan fungsi organisasi, maka jumlah kebutuhan barang/jasa dapat ditetapkan
dengan mempertimbangkan:
a. besaran organisasi/jumlah pegawai dalam satu organisasi;
b. beban tugas serta tanggung jawabnya; dan/atau
c. barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai.
Identifikasi barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai dapat
menggunakan:
a. data base Barang Milik Negara/Daerah (BMN/BMD); dan/atau
b. riwayat rencana kebutuhan barang/jasa dari masing-masing unit/satuan
kerja Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
2.1.1.1 Identifikasi Kebutuhan Barang
Identifikasi pasokan (supply) Barang dilakukan dengan memperhatikan
beberapa hal, terdiri atas:
a. kemudahan mendapatkan Barang di pasaran Indonesia dengan jumlah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan;
b. tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN);
c. jumlah produsen dan/atau jumlah Pelaku Usaha; dan/atau
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 15 dari 48
d. barang yang diperlukan merupakan produk dalam negeri atau Barang
impor, pabrikan atau dapat dilakukan dengan tangan/manual atau
merupakan produk kerajinan tangan.
Identifikasi kebutuhan Barang dilakukan dengan memperhatikan
beberapa hal, terdiri atas:
a. menentukan kesesuaian Barang menurut jenis, fungsi/kegunaan,
ukuran/kapasitas serta jumlah masing-masing Barang yang diperlukan;
b. menilai status kelayakan Barang yang ada, apabila akan
digunakan/dimanfaatkan/difungsikan layak secara ekonomi dan
keamanan;
c. mengetahui riwayat kebutuhan Barang meliputi waktu saat pengiriman
Barang dan saat serah terima Barang, agar dapat segera digunakan;
d. pihak yang memerlukan (sebagai pengelola/pengguna Barang); dan/atau
e. persyaratan lain seperti namun tidak terbatas pada: cara pengangkutan
Barang, penimbunan/penyimpanan, pengoperasian/penggunaan,
pemeliharaan dan pelatihan.
2.1.1.2 Identifikasi Kebutuhan Pekerjaan Konstruksi
Identifikasi kebutuhan Pekerjaan Konstruksi dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal, terdiri atas:
a. menentukan Pekerjaan Konstruksi berdasarkan jenis, fungsi/kegunaan,
target/sasaran yang akan dicapai;
b. pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dapat dilaksanakan oleh Usaha Kecil;
c. waktu penyelesaian Pekerjaan Konstruksi, sehingga dapat segera
dimanfaatkan sesuai dengan rencana;
d. penggunaan barang/material berasal dari dalam negeri atau luar negeri;
e. persentase bagian/komponen dalam negeri terhadap keseluruhan
pekerjaan;
f. studi kelayakan Pekerjaan Konstruksi dilaksanakan sebelum pelaksanaan
desain;
g. dalam Pekerjaan Konstruksi, persiapan desain dilakukan paling lambat 1
(satu) tahun anggaran sebelum pelaksanaan;
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 16 dari 48
h. pekerjaan Konstruksi dengan menggunakan kontrak tahun jamak dapat
berupa:
1. penyelesaian pekerjaan lebih dari 12 (dua belas) bulan atau lebih dari
1 (satu) Tahun Anggaran; atau
2. pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan untuk
jangka waktu lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran dan paling lama 3
(tiga) Tahun Anggaran;
i. dalam Pekerjaan Konstruksi dengan kontrak tahun jamak (multi years
contract), proses pemilihan Penyedia dimulai setelah mendapat persetujuan
dari pejabat yang berwenang; dan/atau
j. dalam hal Pekerjaan Konstruksi yang dibutuhkan memerlukan lahan,
disyaratkan sebagai berikut:
1. pembebasan lahan yang dimaksud adalah untuk menunjang
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi. Dalam hal dibutuhkan ganti rugi
untuk pembebasan lahan, maka penyelesaian administrasi untuk
pembayaran ganti rugi, termasuk untuk pemindahan hak atas tanah,
harus dapat diselesaikan sebelum surat penunjukan penyedia
barang/jasa diterbitkan; dan
2. apabila luasan tanah yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi, termasuk untuk akses menuju ke lokasi
Pekerjaan Konstruksi, memerlukan ijin pemanfaatan tanah, maka
pengurusan ijin tersebut harus dapat diselesaikan sebelum surat
penunjukan penyedia barang/jasa diterbitkan.
2.1.1.3 Identifikasi Kebutuhan Jasa Konsultansi
Identifikasi kebutuhan Jasa Konsultansi yang diperlukan
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, dilakukan dengan memperhatikan
beberapa hal, meliputi:
a. Identifikasi untuk mengetahui:
1. jenis Jasa Konsultansi yang dibutuhkan;
2. fungsi dan manfaat dari pengadaan Jasa Konsultansi;
3. target yang ditetapkan;
4. pihak yang akan menggunakan Jasa Konsultansi tersebut;
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 17 dari 48
5. waktu pelaksanaan pekerjaan; dan
6. ketersediaan Pelaku Usaha yang sesuai;
b. Dalam hal desain konstruksi dilaksanakan pada tahun anggaran yang
sama dengan pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan jenis kontraknya
yaitu kontrak tahun tunggal maka:
1. desain konstruksi yang akan diadakan bersifat standar, risiko kecil,
tidak memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan pekerjaan,
dan tidak memerlukan penelitian yang mendalam melalui laboratorium
yang diindikasikan akan membutuhkan waktu lama; atau
2. desain konstruksi yang akan dilaksanakan bersifat mendesak dan
biaya untuk melaksanakan desain konstruksi sudah dialokasikan
dengan cukup; dan/atau
c. dalam hal Jasa Konsultansi yang diperlukan adalah jasa pengawasan
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi maka yang perlu diketahui yaitu:
1. waktu Pekerjaan Konstruksi tersebut dimulai;
2. waktu penyelesaian Pekerjaan Konstruksi; dan
3. jumlah tenaga ahli pengawasan sesuai bidang keahlian masing-masing
yang diperlukan.
2.1.1.4 Identifikasi Kebutuhan Jasa Lainnya
Identifikasi kebutuhan Jasa Lainnya yang diperlukan
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, dilakukan dengan memperhatikan
beberapa hal, terdiri atas:
a. jenis kebutuhan Jasa Lainnya, dalam kaitannya untuk menentukan jumlah
tenaga kerja dan/atau tenaga terampil yang diperlukan, sesuai dengan
bidang dan pengalamannya masing-masing;
b. fungsi dan manfaat dari Jasa Lainnya yang dibutuhkan;
c. target yang diharapkan;
d. waktu pelaksanaan pekerjaan Jasa Lainnya;
e. dalam hal Jasa Lainnya yang dibutuhkan adalah untuk memenuhi kebutuhan
guna menunjang kegiatan yang bersifat rutin pada setiap tahun anggaran
maka dapat ditetapkan sebagai kebutuhan prioritas yang harus diadakan
pada setiap tahun anggaran; dan/atau
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 18 dari 48
f. dalam hal kebutuhan yang bersifat rutin dan diindikasikan tidak ada
peningkatan terhadap target dan sasaran yang diperlukan
(jumlah/volume/kapasitas dan waktu pengadaan) maka dapat ditetapkan
besarnya kebutuhan adalah sama dengan kebutuhan pada tahun
sebelumnya.
2.1.1.5 Identifikasi Kebutuhan Pekerjaan Terintegrasi
Identifikasi kebutuhan pekerjaan terintegrasi dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal, terdiri atas:
a. menentukan jenis pengadaan yang akan dilaksanakan melalui pekerjaan
terintegrasi;
b. menentukan pekerjaan terintegrasi berdasarkan jenis, fungsi/manfaat,
target/sasaran yang akan dicapai;
c. waktu penyelesaian pekerjaan terintegrasi, sehingga dapat segera
dimanfaatkan sesuai dengan rencana;
d. penggunaan barang/material berasal dari dalam negeri atau luar negeri;
dan/atau
e. persentase bagian/komponen dalam negeri terhadap keseluruhan
pekerjaan.
2.1.2 Penetapan Barang/Jasa
Identifikasi kebutuhan barang/jasa dituangkan ke dalam dokumen
penetapan barang/jasa. Penetapan jenis Pengadaan Barang/Jasa berupa:
a. barang;
b. pekerjaan konstruksi;
c. jasa konsultansi; dan/atau
d. jasa lainnya.
Penetapan barang/jasa juga dilakukan terhadap pekerjaan yang
dilakukan secara terintegrasi. Penetapan barang/jasa dilakukan dengan
memperhatikan kodefikasi barang/jasa sesuai dengan kodefikasi yang diatur
oleh peraturan perundang-undangan.
Pedoman kategorisasi Barang, Pekerjaan Konstruksi, Jasa Konsultansi,
Jasa Lainnya dan pekerjaan terintegrasi mengacu pada Klasifikasi Baku
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 19 dari 48
Komoditas Indonesia (KBKI) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS). Dalam hal kategorisasi belum tercantum dalam KBKI pedoman
kategorisasi mengacu pada peraturan yang dikeluarkan oleh kementerian
teknis terkait.
2.1.3 Cara Pengadaan Barang/Jasa
Cara Pengadaan Barang/Jasa dilakukan melalui:
a. swakelola
Pengadaan Barang/Jasa melalui swakelola adalah cara memperoleh barang/jasa
yang dikerjakan sendiri oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah,
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain, fungsi layanan kemasyarakat atau
kelompok masyarakat.
b. Penyedia
Pengadaan Barang/Jasa melalui penyedia adalah cara memperoleh barang/jasa
yang disediakan oleh Pelaku Usaha.
Swakelola dilaksanakan manakala barang/jasa yang dibutuhkan tidak
dapat disediakan atau tidak diminati oleh pelaku usaha. Kriteria barang/jasa
yang dapat diadakan melalui Swakelola meliputi:
a. Barang/jasa yang dilihat dari segi nilai, lokasi, dan/atau sifatnya tidak
diminati oleh Penyedia;
b. Penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan, kursus, penataran,
seminar, lokakarya atau penyuluhan;
c. Barang/jasa yang dihasilkan oleh usaha ekonomi kreatif dan budaya dalam
negeri untuk kegiatan pengadaan festival, parade seni/budaya;
d. Sensus, survei, pemrosesan/pengolahan data, perumusan kebijakan
publik, pengujian laboratorium dan pengembangan sistem, aplikasi, tata
kelola, atau standar mutu tertentu;
e. Barang/jasa yang masih dalam pengembangan sehingga belum dapat
disediakan atau diminati oleh penyedia;
f. Barang/jasa yang dihasilkan oleh organisasi kemasyarakatan, kelompok
masyarakat, atau masyarakat; atau
g. Barang/jasa yang pelaksanaan pengadaannya memerlukan partisipasi
masyarakat.
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 20 dari 48
Swakelola dapat juga digunakan dalam rangka mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya/kemampuan teknis yang dimiliki pemerintah,
barang/jasa yang bersifat rahasia dan mampu dilaksanakan oleh K/L/PD yang
bersangkutan, serta dalam rangka peningkatan peran serta/pemberdayaan
Ormas dan Kelompok Masyarakat.
Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya/kemampuan
teknis yang dimiliki pemerintah, pelaksanaannya harus disesuaikan dengan
tugas pokok dan fungsi sesuai dengan tanggung jawab K/L/PD pelaksana
swakelola.
Dalam rangka peningkatan peran serta/pemberdayaan Ormas,
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tujuan pendirian Ormas (visi dan
misi) dan kompetensi dari Ormas.
Dalam rangka peningkatan peran serta/pemberdayaan Kelompok
Masyarakat, pelaksanaannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
kompetensi Kelompok Masyarakat.
Dari penjelasan diatas terdapat 4 tipe swakelola yang dapat digunakan
sebagai salah satu cara pengadaan barang/jasa pemerintah antara lain:
1. Tipe I yaitu Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi
oleh K/L/PD penanggung jawab anggaran;
2. Tipe II yaitu Swakelola yang dilaksanakan oleh K/L/PD lain pelaksana
Swakelola;
3. Tipe III yaitu Swakelola yang dilaksanakan oleh Ormas pelaksana
Swakelola;
4. Tipe IV yaitu Swakelola yang didasarkan usulan Kelompok Masyarakat, dan
dilaksanakan serta diawasi oleh Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola.
Apabila kegiatan tidak dapat dilaksanakan melalui Swakelola, maka dapat
dilakukan melalui Penyedia. Pelaksanaan pengadaan melalui Penyedia
dilaksanakan melalui pemilihan Penyedia dari Pelaku Usaha yang tersedia sesuai
dengan bidang atau subbidang dari barang/jasa yang diperlukan. Pelaku Usaha
yang terpilih menjadi Penyedia berkontrak dengan Pejabat Penandatangan
Kontrak untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kontrak.
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 21 dari 48
Setelah menentukan cara pengadaan, aktivitas perencanaan pengadaan
menggunakan cara swakelola atau Penyedia dapat dilihat melalui gambar
berikut:
Gambar 5.7
Aktivitas Perencanaan Pengadaan
2.1.4 Jadwal Pengadaan Barang/Jasa
Jadwal Pengadaan Barang/Jasa yang ditetapkan pada Perencanaan
Pengadaan terdiri atas:
a. Rencana Jadwal persiapan pengadaan; dan
b. Rencana pelaksanaan pengadaan.
Jadwal persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola meliputi:
a. jadwal penetapan sasaran;
b. jadwal penetapan penyelenggara Swakelola;
c. jadwal penetapan rencana kegiatan;
d. jadwal penetapan spesifikasi teknis/KAK;
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 22 dari 48
e. jadwal penetapan RAB; dan
f. jadwal finalisasi dan penandatangan kontrak Swakelola.
Jadwal persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia terdiri atas:
a. jadwal persiapan Pengadaan Barang/Jasa yang dilakukan oleh PPK; dan
b. jadwal persiapan pemilihan yang dilakukan oleh Pokja Pemilihan.
Bagi Swakelola tipe 1 rencana jadwal persiapan pengadaan meliputi a
sampai e, sedangkan tipe 2, 3 dan 4 rencana jadwal meliputi a sampai e.
Setelah jadwal persiapan pengadaan barang/jasa dibuat, selanjutnya
dibuat rencana jadwal pelaksaan pengadaan barang/jasa baik untuk swakelola
dan penyedia. Jadwal pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola
meliputi:
a. tipe I meliputi kegiatan pelaksanaan Swakelola sesuai rencana kegiatan,
penyusunan laporan dan penyerahan hasil Swakelola kepada PPK; dan
b. tipe II, III, IV meliputi kegiatan pelaksanaan Swakelola sesuai dengan Kontrak
yang sudah disepakati, penyusunan laporan, dan penyerahan hasil Swakelola
kepada PPK.
Jadwal pelaksanaan Pengadaan melalui Penyedia meliputi:
a. pelaksanaan pemilihan Penyedia;
b. pelaksanaan kontrak; dan
c. serah terima hasil pekerjaan.
Dalam menyusun dan menetapkan rencana jadwal Pengadaan Barang/Jasa
dapat mempertimbangkan hal sebagai berikut:
a. jenis/karakteristik dari barang/jasa yang dibutuhkan;
b. metode dan waktu pengiriman barang/jasa;
b. waktu pemanfaatan barang/jasa di masing - masing
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
c. metode pemilihan yang dilakukan;
d. jangka waktu proses pemilihan penyedia; dan/atau
e. ketersediaan barang/jasa di pasar.
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 23 dari 48
2.1.5 Anggaran Pengadaan Barang/Jasa
Anggaran Pengadaan Barang/Jasa merupakan seluruh biaya yang harus
dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah untuk
memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan. Anggaran Pengadaan Barang/Jasa,
terdiri atas:
a. biaya barang/jasa yang dibutuhkan; dan
b. biaya pendukung.
Biaya barang/jasa meliputi biaya yang termasuk pada komponen
sebagaimana terdapat pada spesifikasi teknis/KAK. Biaya barang/jasa dapat
meliputi namun tidak terbatas pada:
a. harga barang;
b. biaya pengiriman;
c. biaya suku cadang dan purna jual;
d. biaya personil;
e. biaya non personil;
f. biaya material/bahan;
g. biaya peralatan;
h. biaya pemasangan; dan/atau
i. biaya sewa
Biaya pendukung dapat meliputi namun tidak terbatas pada:
a. biaya pelatihan;
b. biaya instalasi dan testing;
c. biaya administrasi; dan/atau
d. biaya lainnya.
Biaya administrasi dapat meliputi namun tidak terbatas pada:
a. biaya pengumuman;
b. biaya survei lapangan;
b. biaya survei pasar;
c. honorarium para pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa;
dan/atau
d. penggandaan dokumen.
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 24 dari 48
Biaya administrasi dialokasikan di tahun anggaran berjalan untuk:
a. pekerjaan yang dilaksanakan pada tahun anggaran berjalan; dan/atau
b. pekerjaan yang dilaksanakan pada tahun anggaran yang akan datang
namun pelaksanaan pengadaannya dilakukan pada tahun anggaran
berjalan.
Biaya lainnya , dapat meliputi namun tidak terbatas pada:
a. biaya pendapat ahli hukum kontrak;
b. biaya uji coba;
c. biaya sewa;
d. biaya rapat; dan/atau
e. biaya komunikasi.
2.2 Perencanaan Pengadaan Melalui Swakelola
Setelah membahas perencanaan pengadaan barang/jasa secara umum
yang terdiri dari identifikasi kebutuhan, penetapan barang/jasa, cara
pengadaan barang/jasa, jadwal pengadaan barang/jasa dan anggaran
pengadaan barang/jasa, selanjutnya akan dibahas mengenai Perencanaan
pengadaan melalui Swakelola yang meliputi:
a. penetapan tipe Swakelola;
b. penyusunan spesifikasi teknis/KAK; dan
c. penyusunan perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB).
2.2.1 Penetapan Tipe Swakelola
Dalam perencanaan swakelola, hal pertama yang harus dilakukan
adalah menetapkan tipe swakelola, hal ini didasarkan pada kebutuhan dan
kompetensi dari pengadaan tersebut berada. Penetapan Tipe swakelola
ditetapkan pada tahap perencanaan pengadaan sebagai berikut:
1. Swakelola Tipe I
Dalam swakelola tipe I penyelenggara swakelola berasal dari lingkungan
organisasi Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sendiri, sedangkan
tenaga ahli/barang/peralatan dapat berasal dari internal atau eksternal
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 25 dari 48
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah. Penyelenggara yang ditunjuk oleh
PA/KPA mempunyai keahlian dan kompetensi untuk merencanakan,
melaksanakan dan mengawasi swakelola. Karena sebagai besar atau seluruh
penyelenggara berasal dari lingkungan organisasi sendiri, maka pekerjaan
yang akan di swakelola berkaitan dengan tugas dan fungsi dari
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang bersangkutan. Sebagai contoh:
Dinas Pendidikan melaksanakan swakelola penataran guru, Dinas Bina Marga
melaksanakan swakelola pemeliharaan jalan, Kementerian Kesehatan
menyelenggarakan penyuluhan bagi bidan desa, dsb. Seandainya diperlukan
tenaga ahli dari luar, misal dalam swakelola Penataran Guru oleh Dinas
Pendidikan memerlukan pembicara, maka jumlah tenaga ahli tidak boleh
melebihi 50% dari jumlah anggota Tim Pelaksana.
2. Swakelola tipe II
Tim Perencana dan Tim Pengawas ditetapkan oleh PA/KPA serta Tim
Pelaksana ditetapkan oleh Pimpinan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
lain Pelaksana Swakelola. Penetapan Tim Perencana dan Tim Pengawas oleh
PA/KPA didasarkan bahwa pemilik swakelola berasal dari satu organisasi yang
mengetahui obyektif dan hasil yang akan dicapai dalam pelaksanaan
swakelola, sedangkan penetapan pelaksana seharusnya menjadi kewenangan
pimpinan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang bersangkutan
berdasarkan kompetensi dan ketersediaan serta kemampuan tenaga
pelaksana swakelola, terlebih apabila swakelola II ini melibatkan beberapa
instansi. Sebagai contoh jika ada swakelola pengkajian Sumber Daya
Pertanian untuk meningkatkan pendapatan asli daerah yang dilakukan oleh
Bappeda. Maka PA/KPA di Bappeda akan membentuk tim perencana dan tim
pengawas dari pegawai Bappeda. Sedangkan pelaksana akan dikoordinasikan
dengan beberapa instansi seperti Biro Pusat Statistik (BPS) dan Dinas
Pertanian. BPS secara keahlian/kompetensi teknis lebih menguasai angka dan
data statistik mengenai hasil pertanian. Sedangkan kajian mengenai sumber
pengembangan hasil pertanian lebih dipahami Dinas Pertanian untuk
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 26 dari 48
menentukan jenis tanaman apa yang berpotensi meningkatkan pendapatan
daerah.
3. Swakelola Tipe III
Swakelola tipe III direncanakan dan diawasi oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Penanggung Jawab Anggaran dan
dilaksanakan oleh Organisasi Kemasyarakatan pelaksana swakelola. Dalam hal
ini swakelola dipilih apabila dalam pekerjaannya memerlukan partisipasi
langsung organisasi masyarakat yang dianggap memiliki kompetensi dan
mampu melaksanakannya. Contoh: Pembinaan atlet oleh KONI, pembinaan
guru oleh PGRI.
4. Swakelola Tipe IV
Swakelola tipe IV yaitu Swakelola direncanakan sendiri oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Penanggung Jawab Anggaran dan/
atau berdasarkan usulan Kelompok Masyarakat dan dilaksanakan serta diawasi
oleh Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola. Dalam hal ini swakelola
dipilih apabila dalam pekerjaannya memerlukan partisipasi langsung
masyarakat atau untuk kepentingan langsung masyarakat dengan melibatkan
masyarakat yang dianggap mampu melaksanakannya. Contoh: Perbaikan
Saluran Air di desa atau pekerjaan sederhana Irigasi yang melibatkan
Kelompok Tani.
PA/KPA menetapkan tipe Swakelola berdasarkan jenis barang/jasa dan
disesuaikan dengan Pelaksana Swakelola. Selanjutnya PA/KPA memilih/menetapkan
Pelaksana Swakelola berdasarkan ketersediaan Pelaksana Swakelola.
2.2.2 Penyusunan Spesifikasi Teknis/KAK
Spesifikasi adalah karakteristik total dari barang/jasa, yang dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna barang/jasa yang dinyatakan
secara tertulis (Modul 5, SKKNI 2016). Kerangka Acuan Kerja (KAK)
merupakan dokumen perencanaan yang berisi tentang latar belakang, tujuan,
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 27 dari 48
ruang lingkup, masukan yang dibutuhkan dan hasil yang diharapkan dari
suatu kebutuhan barang/jasa.
Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK perlu memperhatikan semua
aspek kebutuhan untuk pencapaian program serta maksud dan tujuan dari
suatu program pengadaan. Spesifikasi teknis/KAK berisikan penjelasan antara
lain :
a. Latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, sumber pendanaan, dan
barang/jasa yang disediakan;
b. Spesifikasi barang/jasa;
c. Jangka waktu Swakelola;
d. Kebutuhan tenaga ahli/teknis, tenaga kerja, narasumber, bahan/material
termasuk peralatan/suku cadang, Jasa Lainnya, Jasa Konsultansi, dan/atau
kebutuhan lainnya (apabila diperlukan); dan/atau
e. Gambar rencana kerja untuk pekerjaan konstruksi.
Selanjutnya ketentuan penggunaan spesifikasi teknis/KAK melalui
swakelola ialah sebagai berikut:
a. dalam hal pekerjaan Swakelola membutuhkan Penyedia, maka dilampirkan
spesifikasi teknis/KAK Penyedia.
b. dalam hal pekerjaan Swakelola membutuhkan pengadaan Pekerjaan
Konstruksi, maka dilampirkan gambar rencana kerja dan spesifikasi teknis.
c. dalam hal pekerjaan Swakelola membutuhkan pengadaan Jasa
Konsultansi, maka dilampirkan KAK pengadaan Jasa Konsultansi
KAK merupakan dokumen yang diperlukan untuk pengadaan konsultan
yang berguna untuk mengklarifikasi ruang lingkup, tugas dan tanggung jawab,
jadwal dan anggaran. Sedangkan spesifikasi digunakan untuk pengadaan
barang, pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya yang berguna untuk
mendefinisikan deskripsi teknis dan deskripsi pekerjaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan berdasarkan kinerja (performance) atau detail teknis
suatu barang/jasa yang terkait dengan bahan, metode dan standar kualitas
barang, jasa atau pekerjaan yang harus diberikan oleh penyedia.
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 28 dari 48
2.2.3.Penyusunan Perkiraan Biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Penyusunan Anggaran Pengadaan secara swakelola, langkah yang perlu
dilakukan berdasarkan tipe swakelola adalah sebagai berikut:
1. Swakelola Tipe I
PA/KPA menyusun perkiraan biaya berdasarkan biaya masukan.
Rencana anggaran biaya (RAB) terdiri dari:
a. gaji tenaga ahli/teknis, upah tenaga kerja (mandor, kepala tukang,
tukang), honor narasumber, dan honor Tim Penyelenggara Swakelola;
b. biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang (apabila
diperlukan);
c. biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan);
d. biaya Jasa Konsultansi (apabila diperlukan); dan/atau
e. biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat, komunikasi,
laporan.
2. Swakelola Tipe II
PA/KPA menyampaikan permintaan kesediaan kepada Kementerian/
Lembaga/Perangkat Daerah untuk melaksanakan Swakelola. Dalam hal
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah bersedia maka PA/KPA bersama
dengan pimpinan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah membuat Nota
Kesepahaman. Selanjutnya berdasarkan Nota Kesepahaman tersebut K/L/PD
Pelaksana Swakelola menyampaikan RAB.
Selanjutnya PPK melakukan reviu atas usulan proposal dan RAB.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) terdiri dari:
a. gaji tenaga teknis, upah tenaga kerja (mandor, kepala tukang, tukang),
honor narasumber, dan honor Tim Penyelenggara Swakelola;
b. biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang(apabila
diperlukan);
c. biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan);dan/atau
d. biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat, komunikasi,
laporan.
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 29 dari 48
Dalam hal Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana
Swakelola telah mempunyai standar biaya yang telah ditetapkan sebagai PNBP
maka penyusunan RAB berdasarkan tarif yang telah ditetapkan dalam PNBP
tersebut.
Apabila dalam pelaksanaan Swakelola Tipe II terdapat kebutuhan
Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia maka:
a. Untuk Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana Swakelola yang
menerapkan tarif berdasarkan PNBP, maka semua kebutuhan Pengadaan
Barang/Jasa sudah dimasukan dalam Kontrak Swakelola; atau
b. Untuk Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana Swakelola yang
belum/tidak menerapkan tarif berdasarkan PNBP, maka kebutuhan
pengadaan barang/jasa dapat:
1) dimasukkan kedalam Kontrak Swakelola; atau
2) dalam hal Pelaksana Swakelola tidak bersedia/tidak mampu untuk
melaksanakan pengadaan bahan/material/jasa lainnya pendukung
yang dibutuhkan dalam melaksanakan Swakelola, maka pengadaan
bahan/material/jasa lainnya pendukung dilakukan melalui kontrak
terpisah oleh PPK.
3. Swakelola Tipe III
PA/KPA menyampaikan permintaan kesediaan kepada Ormas untuk
melaksanakan Swakelola. Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) Ormas yang
dinilai mampu untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa melalui Swakelola
Tipe III, PA/KPA dapat melakukan proses pemilihan melalui mekanisme
sayembara.
Dalam hal Ormas bersedia maka PA/KPA bersama dengan pimpinan
Ormas membuat Nota Kesepahaman. Selanjutnya berdasarkan Nota
Kesepahaman tersebut Ormas menyampaikan RAB.
Selanjutnya PPK melakukan reviu atas usulan proposal dan RAB.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) terdiri dari:
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 30 dari 48
a. gaji tenaga teknis, upah tenaga kerja (mandor, kepala tukang, tukang),
honor narasumber, dan honor Tim Penyelenggara Swakelola;
b. biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang (apabila
diperlukan);
c. biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan);dan/atau
d. biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat, komunikasi,
laporan.
Apabila dalam pelaksanaan Swakelola Tipe III terdapat kebutuhan
Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia maka kebutuhan pengadaan
barang/jasa dapat:
a. dimasukkan kedalam Kontrak Swakelola; atau
b. dalam hal Pelaksana Swakelola tidak bersedia/tidak mampu untuk
melaksanakan pengadaan bahan/material/ jasa lainnya pendukung yang
dibutuhkan dalam melaksanakan Swakelola, maka pengadaan
bahan/material/jasa lainnya pendukung dilakukan melalui kontrak terpisah
oleh PPK.
4. Swakelola Tipe IV
PA/KPA menyampaikan undangan kepada Kelompok Masyarakat di
lokasi pelaksanaan pekerjaan swakelola. Jika Kelompok Masyarakat tersebut
bersedia untuk melaksanakan pekerjaan swakelola, maka penanggung jawab
Kelompok Masyarakat menyampaikan surat pernyataan kesediaan sebagai
pelaksana swakelola dan selanjutnya PA/KPA bersama dengan penanggung
jawab Kelompok Masyarakat membuat Nota Kesepahaman.
Dalam hal pengadaan barang/jasa melalui Swakelola merupakan usulan
dari Kelompok Masyarakat maka PA/KPA menetapkan dan mengadakan Nota
Kesepahaman dengan Kelompok Masyarakat sebagai pelaksana swakelola.
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 31 dari 48
Berdasarkan Nota Kesepahaman tersebut Kelompok Masyarakat
menyampaikan RAB. Selanjutnya PPK melakukan reviu atas usulan proposal
dan RAB. Rencana Anggaran Biaya (RAB) terdiri dari:
a. gaji tenaga teknis, upah tenaga kerja (mandor, kepala tukang, tukang),
honor narasumber, dan honor Tim Penyelenggara Swakelola;
b. biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang (apabila diperlukan);
c. biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan);dan/atau
d. biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat, komunikasi,
laporan.
Apabila dalam pelaksanaan Swakelola Tipe IV terdapat kebutuhan
Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia maka kebutuhan pengadaan
barang/jasa dapat:
a. dimasukkan kedalam Kontrak Swakelola; atau
b. dalam hal Pelaksana Swakelola tidak bersedia/tidak mampu untuk
melaksanakan pengadaan bahan/material/ jasa lainnya pendukung yang
dibutuhkan dalam melaksanakan Swakelola, maka pengadaan
bahan/material/jasa lainnya pendukung dilakukan melalui kontrak terpisah
oleh PPK.
Hasil perencanaan Swakelola berupa spesifikasi teknis/KAK, Rencana
Anggaran Biaya, rencana jadwal pelaksanaan, dan calon Pelaksana Swakelola
digunakan sebagai dasar pengusulan dan penyusunan RKA-KL dan RKA-PD.
2.3 Perencanaan Pengadaan Melalui Penyedia
Perencanaan pengadaan melalui Penyedia meliputi:
a. Penyusunan spesifikasi teknis/KAK;
b. Penyusunan perkiraan biaya/RAB;
c. Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa;
d. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa; dan
e. Penyusunan biaya pendukung.
2.3.1 Penyusunan Spesifikasi teknis/KAK
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 32 dari 48
Spesifikasi teknis/KAK dibuat berdasarkan kebutuhan barang/jasa dari
K/L/PD masing-masing. Dalam Perencanaan Pengadaan Melalui Penyedia,
perlu diperhatikan bahwa Spesifikasi teknis diperuntukan bagi pengadaan jenis
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya, sedangkan Kerangka Acuan Kerja
(KAK) diperuntukkan bagi pengadaan Jasa Konsultansi.
Perencanaan pengadaan disusun oleh PPK dan ditetapkan oleh PA/KPA.
Perlu diperhatikan bahwa spesifikasi teknis/KAK yang disusun masih
merupakan definisi dari kebutuhan dalam rangka perencanaan kebutuhan.
Hasil dari spesifikasi teknis/KAK yang disusun seharusnya dibaca, direviu,
dianalisa dan disesuaikan terhadap ketersediaan barang/jasa di pasaran,
kemampuan penyedia, ketersediaan waktu untuk eksekusi pelaksanaan
kontrak serta berbagai risiko yang mungkin muncul dalam pengadaan
barang/jasa.
Spesifikasi teknis/KAK disusun dengan memperhatikan :
c. menggunakan produk dalam negeri
d. menggunakan produk bersertifikat SNI, dan
e. memaksimalkan penggunaan produk industri hijau.
Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK dimungkinkan penyebutan
merek terhadap:
a. komponen barang/jasa
b. suku cadang
c. bagian dari satu sistem yang sudah ada
d. barang/jasa dalam katalog elektronik, atau
e. barang/jasa pada Tender Cepat.
Spesifikasi teknis paling sedikit berisi:
a. Spesifikasi mutu/kualitas;
b. Spesifikasi jumlah;
c. Spesifikasi waktu; dan
d. Spesifikasi pelayanan.
KAK Penyedia Jasa Konsultansi paling sedikit berisi:
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 33 dari 48
a. Uraian pekerjaan yang akan dilaksanakan;
b. Waktu pelaksanaan yang diperlukan;
c. Spesifikasi teknis Jasa Konsultansi yang akan diadakan;
d. Sumber pendanaan dan besarnya total perkiraan biaya pekerjaan.
Untuk memberikan gambaran ilustrasi tentang Spesifikasi teknis/KAK
dapat kita jabarkan sebagai berikut:
Tabel 5.1 Ilustrasi Spesifikasi Teknis/KAK
Spesifikasi teknis/KAK
Barang
Nama Kebutuhan: Perangkat Komputer
Jenis: PC atau Laptop
Jumlah: kebutuhan operasional 5 orang
Waktu pelaksanaan: 30 puluh hari kalender untuk penggunaan Kuartal 1 tahun
2018
Kebutuhan Jaminan: Garansi 1 tahun
Pekerjaan Konstruksi
Deskripsi kebutuhan: Peningkatan Jalan, meliputi: divisi 2 (drainase), divisi 3
(pekerjaan tanah), divisi 5 (perkerasan berbutir dan beton semen), divisi 6
(perkerasan beraspal), dan divisi 7 (struktur)
Volume: 6 m x 306 m
Lokasi: Kecamatan X Kabupaten Y
Waktu: 90 hari kalender untuk penggunaan Kuartal 3 tahun 2018
Kebutuhan jaminan: Jaminan pemeliharaan 2 tahun
Jasa Konsultansi
Deskripsi Kebutuhan: Jasa Kebutuhan Konsultan Analisa Harga Obat.
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 34 dari 48
Jenis Kebutuhan: Jasa Kebutuhan Konsultan Research Meliputi seluruh supply
chain untuk melakukan Analisa Harga Obat Jenis AXZ, mulai dari produksi sampai
dengan pendistribusian di seluruh propinsi di Indonesia oleh Kementrian H&S
Jangka Waktu Kontrak: 6 Bulan untuk penggunaan kuartal 3 tahun 2018
Kebutuhan personil: 1 Kepala Research Project berpendidikan minimal S3, 2
Supervisor Project dan Tenaga Ahli 6 orang
Jasa Lainnya
Deskripsi Kebutuhan: Jasa Kebutuhan Cleaning Service Kantor Dinas XYZ
Kebutuhan: Kebersihan ruangan operasional, Jangka Waktu Kontrak: 1 tahun
untuk penggunaan tahun 2018, Kebutuhan personil: sesuai dengan ruangan
Spesifikasi teknis dan KAK adalah dua cara yang lazim dipakai untuk
mengekspresikan kebutuhan barang/jasa. Spesifikasi banyak dipakai untuk
menyatakan kebutuhan barang, atau bagian dari ruang lingkup suatu
pekerjaan (scope of work). Sedangkan KAK sering dipakai untuk menyatakan
syarat dan kondisi yang diharus dipenuhi dari suatu pekerjaan yang berkaitan
dengan jasa konsultansi.
Spesifikasi dapat dipahami sebagai suatu pernyataan tentang
kebutuhan yang harus dipenuhi atau terdapat karakteristik yang esensial yang
diperlukan oleh pengguna barang/jasa (barang, material, metode, proses,
jasa, sistem, atau pekerjaan) dan harus disediakan oleh penyedia barang/jasa.
Spesifikasi biasanya ditulis secara lengkap dan akurat yang memungkinkan
keduabelah pihak organisasi pengadaan dan penyedia dapat memahami dan
untuk mengukur derajat pemenuhannya (degree of conformance). Spesifikasi
secara garis besar dibagi menjadi dua tipe:
1. Spesifikasi Kinerja (Performance Specification)
2. Spesifikasi Teknis (Technical Specification)
Dalam Spesifikasi kinerja pemenuhan dilakukan dengan menyediakan
barang/jasa sesuai dengan kebutuhan kinerja yang diinginkan organisasi
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 35 dari 48
pengadaan. Misal, jika disebutkan bahwa pemasangan mesin pendingin dalam
ruang rapat, harus mampu menjaga kesetabilan temperatur ruangan antara
16o C sd 27o C, maka penyedia harus menyediakan mesin AC yang
berkapasitas tertentu sesuai dengan volume ruangan, kondisi cuaca
siang/malam, dan jumlah penghuni untuk menjaga temperatur ruangan
tersebut. Bagi organisasi pengadaan dalam hal ini, kriteria penerimaan adalah
pengujian ruangan dengan berbagai kondisi dan harus mampu memenuhi
temperatur ruangan antara 16o C sd 27o C.
Sedangkan spesifikasi teknis mengekspresikan kondisi kinerja setiap
unit barang/jasa yang dibagi menjadi:
a. Spesifikasi setiap komponen barang/jasa yang menyatakan parameter
berupa nilai dan toleransinya.
b. Tingkat penerimaan kualitas barang/jasa.
c. Deviasi yang diizinkan dalam setiap komponen barang/jasa.
2.3.2 Penyusunan perkiraan Biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan
Penyusunan Biaya Pendukung
Penyusunan Anggaran Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada
perencanaan Pengadaan melalui penyedia, mempunyai langkah serupa
dengan cara penyusunan anggaran untuk Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
melalui swakelola. Pada swakelola harus diidentifikasi biaya barang atau jasa
mana yang akan disediakan oleh organisasi pembeli dan bagian mana yang
akan disediakan penyedia. Sedangkan pada perencanaan pengadaan melalui
penyedia, perlu diperhatikan bahwa anggaran pengadaan barang/jasa
merupakan seluruh biaya yang harus dikeluarkan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah untuk memperoleh barang/jasa yang
dibutuhkan. Anggaran Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:
a. biaya barang/jasa yang dibutuhkan; dan
b. biaya pendukung
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 36 dari 48
biaya barang/jasa meliputi biaya yang termasuk pada komponen
sebagaimana terdapat pada spesifikasi teknis/KAK. Biaya barang/jasa dapat
meliputi namun tidak terbatas pada:
a. harga barang;
b. biaya pengiriman;
c. biaya suku cadang dan purna jual;
d. biaya personil;
e. biaya non personil;
f. biaya material/bahan;
g. biaya peralatan;
h. biaya pemasangan; dan/atau
i. biaya sewa.
Biaya pendukung dapat meliputi namun tidak terbatas pada:
a. biaya pelatihan;
b. biaya instalasi dan testing;
c. biaya administrasi, dapat meliputi namun tidak terbatas pada: biaya
pengumuman, biaya suvey lapangan, biaya survey pasar, honorarium para
pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa, penggandaan
dokumen; dan/atau
d. biaya lainnya, dapat meliputi namun tidak terbatas pada: biaya pendapat
ahli hukum kontrak, biaya uji coba, biaya sewa, biaya rapat, biaya
komunikasi.
2.3.3 Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa
Perlu dipahami oleh peserta bahwa dalam pemaketan pengadaan,
pelaku pengadaan harus berorientasi kepada: keluaran atau hasil, volume
barang/jasa, ketersediaan barang/jasa, kemampuan Pelaku Usaha, dan/atau
ketersediaan anggaran belanja. Setiap faktor yang disebutkan di atas,
mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lain untuk mendapatkan
paket paket pengadaan yang optimal. Penjelasannya sebagai berikut.
1. Keluaran atau hasil
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 37 dari 48
Paket memperhatikan keluaran (output) sesuai kebutuhan K/L/PD,
apakah kebutuhan untuk memenuhi kegiatan operasional atau kebutuhan
investasi yang diharapkan hasilnya memberikan solusi bagi K/L/PD atau
pengguna, sehingga paket pengadaan harus memperhatikan keluaran
yang dibutuhkan dari suatu proses pengadaan barang/jasa.
Sebagai contoh, misalkan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
mempunyai kebutuhan listrik dalam operasional gedung sehari-hari
sebesar 10.000 watt. Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah ingin
melakukan pembelian generator listrik untuk menutupi kebutuhan daya
listrik pada saat tidak tersedianya aliran dari penyedia listrik, sehingga
dalam membuat paket kebutuhan generator, maka harus memperhatikan
keluaran daya 10.000 watt baik dari mesin pembangkit listrik, instalasi
kabel dan lain-lain.
2. Volume barang/jasa
Pemaketan pengadaan harus memperhatikan volume barang/jasa.
Pengertiannya adalah ketika membuat paket pengadaan, maka harus
diperhatikan seluruh volume kebutuhan barang/jasa yang diperlukan
dengan mempertimbangkan volume ketersediaan inventaris dalam
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, kapasitas penyedia, waktu
penyerahan (delivery) dan volume penyerahan apakah sekaligus atau
bertahap. Dalam hal ini, yang ingin dicapai adalah nilai optimum paket
pengadaan dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.
Contohnya Kementerian A mempunyai kebutuhan 1.000 rim kertas
A4 setahun. Stok inventaris tahun lalu adalah tersisa 200 rim. Kementerian
A biasanya membeli kertas dalam suatu kontrak payung dengan
penyerahan bertahap 4 kali setahun. Namun berdasarkan informasi pasar,
ketersediaan kertas akan mengalami gangguan akibat disrupsi produksi
beberapa pabrik kertas nasional. Sehingga Kementerian A memutuskan
untuk mengantisipasi kekurangan kertas, organisasi membuat paket
pengadaan 1.200 rim kertas daripada 800 rim kertas.
3. Ketersediaan barang/jasa
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 38 dari 48
Ketersediaan barang/jasa dapat dilihat dari jumlah penyedia yang
mampu menyediakan barang/jasa. Ketika membuat pemaketan
pengadaan, perencana pengadaan barang/jasa harus memperhatikan
ketersediaan barang/jasa di pasaran. Paket-paket pengadaan yang terdiri
dari banyak item barang/jasa, apabila menimbulkan tingkat kompetisi
yang rendah dari penyedia disebabkan ketidakmampuan untuk
memberikan penawaran secara penuh, seharusnya dipecah / dipisah
paket-paketnya menjadi lebih kecil dan terbagi bagi sesuai dengan
kemampuan penyedia.
Barang-barang yang sudah tidak diproduksi lagi oleh produsen
harus dicarikan alternatifnya. Paket-paket pengadaan barang yang tidak
diproduksi lagi dapat diganti dengan catatan bahwa harga tetap atau bisa
lebih tinggi/rendah dan kualitas yang setara yang dengan kebutuhan
terdahulu.
Demikian juga, paket-paket yang mempunyai spesifikasi standar
dan mempunyai nilai pengadaan cukup tinggi (leverage item) harus
diusahakan untuk dijadikan satu paket, sehingga memberikan kesempatan
untuk mendapatkan harga terbaik dari konsolidasi volume dan negosiasi
harga. Sedangkan item barang/jasa yang rutin (routine item) yang
mempunyai jumlah penyedia yang cukup banyak, harus diusahakan untuk
dilakukan standarisasi paket paket pengadaan dapat dibuatkan kontrak
payung untuk menghemat siklus pengadaan.
Sebaliknya paket-paket pengadaan yang mempunyai ketersediaan
rendah (bottle neck item) dengan jumlah penyedia yang sedikit harus
diusahakan untuk dibuat dalam jumlah yang menarik penyedia untuk
memberikan penawaran atau bekerjasama.
4. Kemampuan pelaku usaha
Kemampuan pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa
dapat dilihat dari kemampuan teknis dan kemampuan keuangan penyedia.
Sehingga dalam menyusun paket-paket pengadaan,
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 39 dari 48
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebaiknya mempertimbangkan
kemampuan pelaku usaha.
5. Ketersediaan anggaran belanja
Ketersediaan anggaran tentunya menjadi pertimbangan penting
dalam membuat pemaketan pengadaan. Paket-paket pengadaan harus
dibuat sesuai dengan ketersediaan dana dalam
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah terkait dengan alokasi anggaran
seperti:
dalam APBN /APBD;
atau jika dana hibah sudah mendapatkan konfirmasi dalam Surat
Perjanjian Hibah Pinjaman;
Mata Anggaran Kegiatan (MAK) atau Kode Rekening (APBD).
Contohnya Belanja Modal di APBN dan belanja operasional di APBN
Paket-paket yang memungkinkan untuk disatukan jika anggaran tersedia
harus dikonsolidasikan dengan harapan dapat mendapatkan nilai tawar
yang baik dari penyedia. Demikian juga paket-paket pengadaan yang
hanya mempunyai anggaran terbatas untuk periode tertentu harus dibuat
berdasarkan ketersediaan anggaran pada periode tersebut. Sebagai
contoh dalam operasional Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, jika
kebutuhan penyediaan bahan bakar sangat tergantung dari anggaran
bulanan yang tersedia, maka paket pengadaan seharusnya dibuat per
bulan saja. Bukan dibuat per kuartal atau per tahun. Walaupun harga
yang didapat mungkin akan lebih baik jika paket pengadaan dibuat per
kuartal atau per tahun.
Selain pertimbangan-pertimbangan di atas, tentu dalam
pemaketan-pemaketan pengadaan terdapat beberapa larangan yang
seharusnya tidak dilakukan oleh perencana pengadaan seperti:
a. Menyatukan atau memusatkan beberapa paket Pengadaan
Barang/Jasa yang tersebar di beberapa lokasi/daerah yang menurut
sifat pekerjaan dan tingkat efisiennya seharusnya dilakukan di
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 40 dari 48
beberapa lokasi/daerah masing-masing. Sebagai contoh menyatukan
paket pembelian obat-obatan tertentu di seluruh provinsi, padahal
akan lebih efisien jika dilakukan pengadaannya di setiap
kabupaten/kota.
b. Menyatukan beberapa paket pengadaan Barang/Jasa yang menurut
sifat dan jenis pekerjaannya harus dipisahkan. Sebagai contoh
menyatukan paket pekerjaan konstruksi dengan paket jasa training
dan konsultasi.
c. Menyatukan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa yang besaran
nilainya seharusnya dilakukan oleh usaha kecil. Sebagai contoh
menyatukan 1 paket pekerjaan konstruksi di sepuluh kecamatan,
sehingga nilai paket menjadi sangat besar dan hanya mampu untuk
diikuti oleh penyedia konstruksi sedang/besar. Padahal jika dipecah
menjadi sepuluh paket memungkinkan untuk penyedia konstruksi kecil
untuk mengikuti tender.
d. Memecah pengadaan barang/jasa menjadi beberapa paket dengan
maksud menghindari tender/seleksi. Sebagaimana dipahami dalam
pengadaan terdapat batasan nilai minimum dan maksimum dari nilai
paket yang akan mengacu kepada aturan tertentu. Misalnya
pengadaan langsung barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya bernilai
paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Paket
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) yang secara sifatnya akan
lebih menguntungkan jika dijadikan satu paket, tidak boleh dipecah
menjadi dua paket untuk kemudian dilaksanakan melalui pengadaan
langsung.
Dalam prakteknya, pemaketan pengadaan dilakukan setelah
kebutuhan barang/jasa Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
diidentifikasi dengan lengkap yang dituangkan dalam spesifikasi teknis
/KAK. Dalam menentukan paket pengadaan yang berjumlah lebih dari
satu maka organisasi harus mempelajari jadwal waktu pemenuhan
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 41 dari 48
kebutuhan tersebut, kecuali kebutuhan mendesak yang diluar rencana
dan perkiraan.
Pada prinsipnya pemaketan pengadaan harus memperhatikan
kaidah efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas.
Pemaketan pengadaan yang efisien akan menghasilkan ketepatan
pengalokasian anggaran yang tersedia sehingga meningkatkan
penghematan anggaran. Pemaketan pengadaan yang tepat menciptakan
ruang yang baik untuk meningkatkan kompetisi antar penyedia dan
persaingan yang sehat, sehingga didapatkan nilai yang terbaik dari
penawaran penyedia. Kesatuan sistem dalam suatu
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah juga harus diutamakan, dimana
prioritas pemaketan ditujukan untuk keberlanjutan
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah baik dari segi operasi dan
investasi bukan untuk kepentingan bagian-bagian tertentu dalam
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah. Pada akhirnya, prinsip
pemaketan pengadaan harus memperhatikan kualitas yang akan
menghasilkan pengadaan yang efektif dan tepat sasaran.
2.3.4 Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa
Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa adalah strategi pengadaan
barang/jasa yang menggabungkan paket-paket pengadaan barang/jasa
sejenis menjadi satu atau beberapa paket yang dilaksanakan bersamaan.
Konsolidasi pengadaan dilakukan pada tahap perencanaan pengadaan,
persiapan pengadaan barang/jasa melalui penyedia, dan/atau persiapan
pemilihan penyedia. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dapat dilakukan
sebelum atau sesudah pengumuman RUP dan dilakukan pada kegiatan
pemaketan Pengadaan Barang/Jasa atau perubahan RUP dengan
memperhatikan kebijakan pemaketan.
Sedangkan pelaku pengadaan yang dapat melaksanakan konsolidasi
paket pengadaan adalah PA/KPA/PPK dan/atau UKPBJ. PA dapat
mengkonsolidasikan paket antar KPA dan/atau antar PPK, KPA dapat
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 42 dari 48
mengkonsolidasikan paket antar PPK, dan PPK dapat mengkonsolidasikan
paket di área kerjanya masing-masing.
Mengapa konsolidasi pengadaan perlu dilakukan?, salah satu cara yang
paling produktif dalam memudahkan proses pengadaan barang/jasa dan
mengurangi biaya adalah dengan melakukan konsolidasi pengadaan dalam
hal: waktu pengadaan, volume pengadaan, kelompok barang/jasa dan juga
jumlah penyedia. Dengan melakukan konsolidasi maka akan menekan
biaya/ongkos pengadaan mulai dari identifikasi kebutuhan sampai dengan
penerimaan barang/jasa.
Lalu pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara melakukan
konsolidasi pengadaan?, Prinsip konsolidasi adalah efisiensi dalam pengelolaan
tanpa mengurangi kualitas barang/jasa yang dibutuhkan. Sehingga konsolidasi
paket-paket pengadaan dapat dilakukan sepanjang memberikan nilai lebih dari
segi teknis, keuangan dan manfaat dibanding dengan pengadaan dilakukan
sendiri-sendiri/terpecah-pecah. Untuk dapat melakukan konsolidasi maka
langkah-langkah berikut dapat dilakukan:
a. Melakukan identifikasi kebutuhan Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah mulai dari kebutuhan tiap unit terkecil, dan kebutuhan seluruh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah terkait barang/jasa.
b. Membuat standarisasi barang/jasa yang diperlukan oleh tiap-tiap
pengguna, sehingga terbentuk suatu ukuran yang dapat diterima oleh
semua pihak.
c. Membuat paket-paket pengadaan sesuai dengan kategori barang/jasa atau
kategori penyedia.
Ketentuan konsolidasi dapat diaplikasikan sebagai berikut:
a. Ketika pengguna dalam Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
mempunyai kebutuhan yang sama dan dapat menerima suatu standar
tertentu, maka konsolidasi dapat dilakukan.
Contoh: Kebutuhan ATK di kantor pemerintah dapat diterima oleh semua
bagian, maka pembelian ATK dapat dilakukan dengan konsolidasi.
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 43 dari 48
b. Ketika penggabungan paket pengadaan akan lebih memberikan posisi nilai
tawar bagi Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah untuk mendapatkan
harga yang lebih baik dari volume gabungan dibandingkan volume
masing-masing. Contohnya Jika ada 2 pengguna kendaraan operasional
kantor, memerlukan pelumas yang sama untuk pengoperasian kendaraan,
maka sebaiknya pembelian dapat disatukan untuk mendapatkan volume
yang besar dan mendapatkan potongan harga.
c. Ketika paket-paket yang terpisah dan dilakukan sendiri-sendiri akan
membutuhkan waktu pemrosesan dan pemborosan waktu dibanding
dengan menggabungkan paket pengadaan. Contoh: apabila order baju
wisuda tiap fakultas dilakukan untuk masing-masing pengguna, maka akan
memerlukan waktu pemerosesan yang lebih panjang dibandingkan jika
dibeli dalam satu paket oleh universitas.
d. Ketika konsolidasi pengadaan tidak menghilangkan kesempatan usaha
kecil dan koperasi untuk mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan pengadaan. Contoh: konsolidasi paket pekerjaan
konstruksi dengan nilai batas tertentu, memungkinkan usaha kecil untuk
berpartisipasi.
Perlu dipahami oleh pelaku pengadaan yaitu tujuan dari konsolidasi
paket-paket barang/jasa yang sejenis dimaksudkan untuk memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi organisasi dari proses pengadaan. Beberapa
manfaat dari konsolidasi paket pengadaan adalah:
a. adanya standarisasi penggunaan produk oleh setiap unit dalam
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
b. penurunan biaya seiring meningkatnya volume/kuantitas.
c. efisiensi proses pengadaan yang sebelumnya dilakukan berkali-kali.
d. mengurangi biaya transaksi yang dikenakan pada tiap-tiap bagian ketika
menjadi satu paket bersama.
Konsolidasi dilakukan dengan memperhatikan kebijakan pemaketan.
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 44 dari 48
2.4 Pengumuman Rencana Umum Pengadaan (RUP)
Perencanaan Pengadaan disusun oleh PPK dan ditetapkan oleh PA/KPA,
hasil perencanaan pengadaan dimuat dalam Rencana Umum Pengadaan (RUP).
Pengumuman RUP Kementerian/Lembaga dilakukan setelah penetapan alokasi
anggaran belanja sedangkan pengumuman RUP Perangkat Daerah dilakukan
setelah rancangan Peraturan Daerah tentang APBD disetujui bersama oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
RUP Swakelola memuat paling sedikit:
a. nama dan alamat PA/KPA;
b. nama paket Swakelola yang akan dilaksanakan;
c. tipe Swakelola;
d. nama Penyelenggara Swakelola;
e. uraian pekerjaan;
f. volume pekerjaan;
g. lokasi pekerjaan;
h. sumber dana;
i. besarnya total perkiraan biaya Swakelola;
j. perkiraan Jadwal Pengadaan Barang/Jasa.
RUP Penyedia memuat paling sedikit:
a. Nama dan alamat PA/KPA;
b. Nama paket Penyedia;
c. Kebutuhan penggunaan produk dalam negeri;
d. Peruntukkan paket untuk Usaha kecil atau non kecil;
e. Uraian pekerjaan;
f. Volume pekerjaan;
g. Lokasi Pekerjaan;
h. Sumber dana;
i. Besarnya total perkiraan biaya pekerjaan;
j. Spesifikasi teknis/KAK;
k. Metode pemilihan; dan
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 45 dari 48
l. Perkiraan jadwal Pengadaan Barang/Jasa
Pengumuman Rencana Umum Pengadaan barang/jasa harus
memperhatikan keabsahan dari Rencana Umum Pengadaan yang telah
dibuat bersamaan dengan penetapan/pengesahan anggaran pengadaan
barang/jasa oleh otoritas terkait.
Pengumuman RUP dilakukan melalui aplikasi Sistem Informasi
Rencana Umum Pengadaan (SIRUP). dan dapat ditambahkan dalam situs
web Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, papan pengumuman resmi
untuk masyarakat, surat kabar, dan/ atau media lainnya. RUP diumumkan
kembali dalam hal terdapat perubahan/revisi paket pengadaan atau
DIPA/DPA.
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 46 dari 48
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
2. Peraturan Lembaga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 7 Tahun
2018 tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
3. Peraturan Lembaga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 8 Tahun
2018 tentang Pedoman Swakelola
4. Peraturan Lembaga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 9 Tahun
2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia
5. Peraturan Lembaga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 11 tahun 2018
tentang Katalog Elektronik
6. Peraturan Lembaga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 14 Tahun
2018 tentang Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa
7. Peraturan Lembaga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 15 Tahun
2018 tentang Pelaku Pengadaan Barang/Jasa
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 47 dari 48
GLOSARIUM
APH : Aparat Penegak Hukum
APIP : Aparat Pengawas Intern Pemerintah
E-katalog : sistem informasi elektronik yang memuat informasi berupa daftar,
jenis, spesifikasi teknis, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN),
produk dalam negeri, produk Standar Nasional Indonesia (SNI),
produk industri hijau, negara asal, harga, Penyedia, dan informasi
lainnya terkait barang/jasa
E-marketplace : pasar online tempat terjadinya jual beli, biasanya dilakukan antar
perusahaan (B2B mendominasi hingga 75% e-Marketplace)
E-selection : Metode pemilihan Penyedia jasa konsultansi secara elektronik untuk
semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia jasa
konsultansi yang memenuhi syarat.
E-tender : Metode pemilihan Penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa
lainnyasecara elektronik untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti
oleh semua Penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang
memenuhi syarat
HPS : Harga Perkiraan Sendiri
K/L/PD : Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah
KAK : Kerangka Acuan Kerja
KPA : Kuasa Pengguna Anggaran
LKPP : Lembaga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
LPSE : Layanan Pengadaan Secara Elektronik
PA : Pengguna Anggaran
PBJP : Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
PjPHP : Pejabat Penerima Hasil Pekerjaa
Pokja
Pemilihan
: Kelompok Kerja Pemilihan
PPHP : Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
SIKaP : Sistim Informasi Kinerja Penyedia
SNI : Standar Nasional Indonesia
SPSE : Sistem Pengadaan Secara Elektronik
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
Buku Informasi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar
Buku Informasi 4 : Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Versi 3.1 : April 2019
Halaman: 48 dari 48
TKDN : Tingkat Komponen Dalam Negeri
Toko Daring : Toko Dalam Jaringan
UKPBJ : Unit Kerja Pengadaan Barang Jasa
VMS : Vendor Management System
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id
L K P P
ppsdm.lkpp.go.id