Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
CCE – 08 = MANAJEMEN LOGISTIK DAN PERALATAN
PELATIHAN PENGENDALI BIAYA PEKERJAAN
(COST CONTROLLER) PEKERJAAN SUMBER DAYA AIR
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
HAND OUT
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
DAFTAR PUSTAKA
1. Puslatjakons, Manajemen Logistik, Pelatihan general super intendent pekerjaan
pengairan
2. Puslatjakons, Manajemen peralatan, Pelatihan general super intendent pekerjaan
pengairan
3. Waskita Karya PT, Manual logistik , 2002
4. Waskita Karya PT, Manual Peralatan
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
I - 1
BAGIAN I : MANAJEMEN LOGISTIK
BAB I
PENDAHULUAN
UMUM
Menurut kamus Webster Dictonary :
Logistik = science of transport and supply,
a r t in ya : Logistik adalah ilmu te n ta n g t ra n sp o rt dan p e n ye d iaa n .
(1) Ada unsur transport yang mcnggerakkan sesuatu dari suatu tempat
ketempat lain dengan mempergunakan sarana untuk perpindahannya.
(2) Ada unsur supply /penyediaan sesuatu yang diperlukan yong dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara:
dibeli
dipinjam
dibuat
ditambang
dimutasi, dll.
Apabila kita telah mengerti arti dari terjemahan tersebut, rasanya yang tercakup
oleh istilah logistik adalah luas sekali, setiap kegiatan hampir ada unsur
logistiknya.
Setiap kegiatan yang melibatkan penggunaan sesuatu, tentu ada unsur supply dan ada
unsur transportnya, dengan pengertian lain, proses sejak awal dari tempat asal
barang/sesuatu sampi ketempat pemakainya.
Dalam konteks ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang melibatkan, penggunaan
sesuatu, obyeknya dapat berbeda-beda namun unsur-unsur yang tetap adalah masalah
transport dan penyediaan.
Dengan kata lain, obyeknya dapat berbeda tetapi cara pengelolaannya sama. Hal ini
berkembang sehingga merupakan manajemen tersendiri yang manajemen logistik yang
terdiri dari fungsi-fungsi :
Perencanaan Pengadaan
dan Pengendalian.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
I - 2
Perencanaan :
Kebutuhan
Anggaran Biaya
Pengadaan :
Pengadaan
Penerimaan
Penyimpanan
Penyaluran
Pengendalian : Membandingkan dan mengarahkan agar pelaksanaan sesuai
dengan rencana.
Logistik : di Angkatan bersenjata obyektifnya adalah semua perangkat
perang, personil, senjata, alat angkut, perbengkelan dan
sebagnya.
Badan Urusan Logistik, Obyeknya adalah pangan terutama beras
Sasaran manajemen logistik tidak lain agar supply dan penyoluran dapat berjalan lancar
sehingga waktu pelaksanaan. mutu hasil dan biaya dapat terlaksana dengan baik sesuai
dengan yang diinginkan.
Kita perhatikan sebentar apa yang pernah kita dapat tentang logistik diperguruan tinggi.
Yang dipelajari di Perguruan tinggi baru berupa llmu Bahan Bangunan, yang membahas
masalah-masalah bahan bangunan dari segi fisiknya.
Bagaimana pemanfaatannya dalam suatu proyek setelah dipenuhinya, persyaratan fisik
jenis, mutu, bentuk, harga dan sebagainya, belum termasuk dalam pembahasan.
Berapa jumlah persediaannya, dimana tempat didapatkan, berapa jauh harus diangkut,
sarana jalan darat / laut / udara yang akan dilalui, alat angkut yang tersedia / dipakai kapan
diperlukan, prosedur-prosedur yang perlu ditempuh, berapa lama diangkut, berapa lama
waktu yang diperlukan untuk masing-masing tnhap pemindahan / pengangkutan,
kesemuanya agar sampai ditempat tujuan pada waktu diperlukan dengan tidak terlambat.
Bagaimana pengamanan terhadap kehilangan;
Bagaimana pengamanan terhadap gangguan mutu, dan sebagainya.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
I - 3
Ini semua akan tercakup dalam manajemen logistik, dan belum tercakup oleh ilmu bahan
bangunan.
Logistik dalam lingkungan perusahaan.
Seperti diuraikan diatas, bahwa kesamaan yang terdapat dalam logistik tidak terletak pada
obyeknya, melainkan terletak pada pengelolaan unsur supply dan transport. Obyeknya dapat
berbeda-beda tergantung masing-masing instansi yang memiliki atau yang mengelola.
Dalam lingkungan perusahaan yang dicakup oleh kegiatan logistik adalah material untuk
proyek. Peralatan dan perlengkapan lain, tidak termasuk dalam kegiatan logistik, tetapi
ditangani terpisah.
Tentunya timbul pertanyaan mengapa tidak semuanya dimasukkan dalam kegiatan logistik
saja, sehingga pengurusannya dapat lebih tersentralisir, sedangkan unsur supply dan
transport pengelolaannya mempunyai kesamaan-kesamaan.
Sebagai dikatahui. perusahaan mempunyai 5 sarana manajemen yaitu berupa sumber
daya :
sumber daya manusia
sumber daya alat
sumber daya uang
sumber daya teknologi
sumber daya material
Kelima Jenis sumber daya tersebut satu dengan yang lain mempunyai bobot daya guna
yang seimbang oleh karena itu keseluruhannya harus tertangani secara sama berat.
Inilah sebabnya mengapa sumber daya material ditangani secara terpisah dengan sumber
daya lainnya.
Material mempunyai peran sangat dominan di dalam keberhasilan penyelesaian suatu
proyek, oleh karenanya harus tertangani secara tersendiri agar dicapai hasil maksimal,
demikian juga untuk sumber daya yang lain.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
II - 1
BAB II
KEDUDUKAN DAN PERAN LOGISTIK
Dalam uraian-uraian Iebih lanjut, yang dimaksud dengan logistik terbatas untuk
lingkungan perusahaan adalah, material dengan segala penanganan dan
aspeknya.
Sedangkan Material diartikan sebagai (Vide Manual Logistik):
a). Bahan konstruksi yaitu bahan, barang ataupun peralatan yang diperluka
untuk membuat / membentuk bangunan yang harus disupply berdasarkan
kontrak;
b). Bahan, barang ataupun peralatan kerja yang habis dipakai.
c). Perlengkapan kerja.
L o g is t ik a d a la h : Ke g ia ta n p e re n ca n a a n , p e n g a d a a n , p e n y imp a n a n dan
p e n ya lu ra n ma te r ia l dalam ka ita n n ya dengan ke g ia ta n
p e la ksa n a a n p ro ye k .
2.1. Kedudukan Logistik dalam kegiatan Perusahaan / manajemen.
- Dengan jumlah biaya tertentu yang disediakan pemberi tugas melalui proses
konstruksi, perusahaan membuat bangunan dengar bentuk, besar dan rnutu
seperti dikehendaki pemberi tugas
- Sebagai imbalan jasa, perusahaan menerima fee tertentu yang diperlukan untuk
overhead, pajak dan laba usaha.
Proses konstruksi melibatkan sumber daya :
- Manusia
- Alat
- Teknologi, dan
- Material
Sebagai unsur-unsur biaya produksi.
Makin rendah biaya produksi yang makin efisien pelaksanaan proses konstruksi, makin
besar kecenderungan perusahaan meraih laba usaha.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
II - 2
Keterlibatan sumber daya manusia, alat, uang, teknologi secara berdaya guna dalam proses
konstruksi, memberi peluang perusahaan untuk mampu memenuhi kewajibannya
danmemperoleh laba yang ditargetkan.
Logistik dengan segala aspeknya dapat menambah, mengurangi atau tidak berpengaruh
terhadap peluang tersebut diatas bila mana logistik dapat berperan : efisien, boros, ataupun
hanya sesuai rencana.
Note : Logostik = supply dan transport
2.2. Kedudukan Logistik dalam pelaksanaan proyek
Berbicara tentang kedudukan logistik dalam pelaksanaan proyek, kita harus kaitkan hal
tersebut dengan aspek pengelolaan proyek itu sendiri yang maliputi :
- Metode Konstruksi
- Sheduling : waktu pelaksanaan
Alat
Material
Tenaga
- Anggaran biaya
- Cash flow (arus kas)
a. Bagi material yang termasuk katagori bahan konstruksi, umumnya jenis, ukuran,
jumlah ataupun mutunya tertentu sesuai dengan persyaratan kontrak. Oleh karena
itu metode pelaksanaanya harus memperhatihan hal ini, misalnya :
- Pemasangan eskalator dilantai tingkat atas
- Pemasangan sistem AC yang benar
- Bangunan dengan kerangka baja
- Bangunan dengan kerangka pre-fab
- Jembatan
- Bahan – bahan untuk finishing dari jenis tertentu
- Pekerjaan jalan dengan menggunakan aspal beton, aspal penetrasi ataupun
beton untuk pavement.
- Pemasangan fender atau bolard untuk yetty pelabuhan, dan sebagainya.
b. Penyediaan material dalam kaitannya dengan masalah schedule sangat dominan
sekali.
Penyediaan material dalam kaitannya dengan masalah schedule sangat dominan
sekali.
Logistik perlu ditata dengan baik agar menjamin kebutuhan material dapat dipenuhi
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
II - 3
tepat waktu, junlah dan mutunya.
Banyak kasus terjadinya keterlambatan pekerjaan sebagai akibat terlambatnya
pendatangan material, disebutkan oleh perencanaan pengadaan material yang
kurang teliti.
c. Logistik yang terselenggara dengan baik, efisien mempunyai efek kepada
pembiayaan yang efisien pula.
Sebaliknya bila mana logistik boros, misalnya karena harga pembeliannya lebih
tinggi, mutunya yang tidak sesuai terpaksa banyak ditolak, penerimaan yang tidak
teliti sehingga volumenya kurang, karena harus cepat-cepat terpaksa di pakai,
angkutan dengan biaya lebih tinggi.
Logistik masuk pos biaya / beban, sehingga langsung akan berpengaruh terhadap
besar kecilnya biaya proyek.
d. Logistik perlu terselenggara secara terprogram menurut kebutuhan riil waktu-
kewaktu dari tahap-tahap kegiatan proyek, dengan demikian dana untuk proyek
dapat dimanfaatkan secara berdaya guna. Hal ini sangat berpengaruh kepada
besarnya dana kerja yang perlu disediakan. Dilain pihak perbandingan antar dana
yang disediakan dan biaya yang diperlukan berjalan dengan seimbang sehingga
likuiditas proyek terbina dengan baik.
2.3. Peran Logistik di dalam kegiatan pelaksanaan Proyek
Senada dengan kedudukan logistik dalam kegiatan pelaksanaan proyek maka peran
logistik dalam kegiatan suatu proyek cukup dominan. Lebih-lebih bila mana dilihat dari
struktur biaya suatu proyek, pos logistik menempati porsi 30% sampai 70 % dari seluruh
biaya proyek, tergantung kepada jenis proyeknya.
Peran logistik dapat dilihat dari 3 aspek lain :
- Waktu pelaksanaan
- Mutu hasil pelaksanaan dan
- Biaya penyelesaian proyek
a. Waktu pelaksanaan
Penyediaan material sesuai dengan saat pemakaiannya, ikut menjamin pekerjaan
selesai pada waktunya setidak-tidaknya kelambatan tidak disebabkan oleh masalah
material.
Penyediaan material perlu diprogramkan sejak dari tempat asalnya, prosedur yang
mempengaruhi supply, jenis dan waktu pengangkutan.
Bahkan program tersebut harus sudah termasuk pembuatannya dipabrik bilamana
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
II - 4
barangnya perlu dibuat terlebih dahulu dala hal ini yang perlu diperhatikan adalah :
kapasitas produksi, lama pembuatan dan mutu material.
b. Mutu hasil pelaksanaan
Perusahaan membuat bangunan dengan mutu sesuai yang telah disepakati kontrak
dengan pemberi tugas.
Kesesuaian jenis dan mutu material beserta cara pelaksanaan yang memadai
(termasuk komponen bahan pembentuk bilamana harus dibuat dengan cara
mencampur) akan menghasilkan mutu bangunan sesuai pesanan.
Sebaliknya penggunaan material yang dibawah persyaratan bisa berakibat mutu
bangunan yang dihasilkan berada dikualitas pesanan, ini bisa berakibat hasilnya
tidak bisa diterima oleh pemberi tugas dan konsekuensinya bangunan yang sudah
jadi harus dibongkar dan dibuat ulang, bararti suatu pemborosan biaya dan juga
mengganggu citra.
Sebaliknya penggunaan material dengan mutu melebihi dengan yang telah
dipersyaratkan berarti naiknya biaya pelaksanaan, naum tidak menambah citra,
yang jelas mengurangi laba.
c. Biaya penyelesaian proyek
- Pembelian material dengan harga diatas rencana bisa berakibat naiknya biaya
pelaksanaan.
- Pemakaian bahan yang mutunya kurang, walau harga menjadi lebih murah,
barakibat mutu hasil kerja kurang yang menjadi tidak bisa diterima pemberi
tugas, harus dibongkar dan diulang pemborosan biaya.
- Kekurangan lancaran supply material berakibat pelaksanaan kerja tersendat-
sendat, tidak selesai pada waktunya, overhead naik, citra terpengaruh dan
mungkin harga-harga bahan telah mengalami kenaikan.
- Karena terlambat, harus dikejar (speed up) biaya pelaksanaan menjadi naik.
- Akibat dari terlambat, likuiditas proyek terganggu karena uang masuk yang
berupa termyn menjadi terlambat diterima.
2.4. Manual Logistik
Dalam kaitannya dengan kegiatan pelaksanaan proyek adalah sangat penting untuk
perusahaan menerbitkan manual logistik.
Dalam upaya menyediakan tiga variabel pokok yaitu biaya, mutu dan waktu peran dan
fungsi manual logistik ini sangat penting karena manual ini merupakan pedoman
pelaksanaan pengelolaan logistik yang menyatu tata cara pengendalian material
bangunan yang merupakan komponen yang dominan dalam pembiayaan proyek.
Hal pokok dan mendasar pada manual logistik adalah adanya kewenangan dari
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
II - 5
manajemen proyek dalam melakukan kegiatan logistik mulai dari perencanaan,
pengadaan, penyimpanan dan pengendalian logistik dengan batasan dan mekanisme
tertentu disesuaikan kepentingan proyek.
Kelancaran pelaksanaan proyek sangat tergantung pula pada kelancaran penyediaan
sumber daya material dalam volume yang tepat, mutu sesuai persyaratan dan waktu
pengadaan yang sesuai dengan jadwal kebutuhan material di proyek.
Agar pengelolaan material dapat ditangani dengan sebaik-baiknya diperlukan petugas
logistik yang profesional serta pengendalian dan pengawasan secara menyeluruh yang
cermat, konsisten dan berlanjut selama kegiatan proses konstruksi.
2.5. Macam-macam Material Bahan dan Tugas Logistik pada Pelaksanaan Pekerjaan
Macam-macam material :
a). Bahan konstruksi-konstruksi yaitu bahan, barang atau peralatan yang diperlukan
untuk membuat/ membentuk bangunan yang harus di suply sesuati kontrak.
b). Bahan, barang atau perlengkapan kerja yang habis dipakai
c). Bahan pendukung antara lain : bekisting, perancah, perlengkapan kerja,
perlengkapan keamanan dan sebagainya.
Tugas logistik pada pelaksanaan proyek :
- Membuat jadwal pengadaan bahan di proyek
- Melakukan survey dan memberikan informasi kepada kepala proyek tentang sumber
dan harga bahan
- Menyelenggarakan pembelian bahan yang telah diputuskan olek kepala proyek
sesuai jadwal pengadaan bahan prosedur perusahaan.
- Menyelenggarakan administrasi pergudangan tentang penerimaan, penyimpanan
dan pemakaian bahan
- Membuat laporan manajerial tentang pemakaian dan persediaan bahan di proyek.
- Aktivitas-aktivitas untuk melakukan tugas-tugas diatas, perlu dipahami dan dikuasai
kemampuan menanganinya antara lain :
a. Membaca dan memahami gambar-gambar kerja dan persyaratan teknis
(spesifikasi)
b. Menghitung volume material yang diperlukan
c. Mengetahui dan memahami seluk beluk mutu material
d. Membuat program pengadaan material
e. Membuat surat pesanan material atau surat perjanjian pesanan material
f. Membuat berita acara penerimaan material
g. Memahami prosedur penerimaan material
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
II - 6
h. Memahami prosedur dan penyelenggaraan penyimpanan material
i. Memahami seluk beluk penyaluran material termasuk :
j. membuat bon pengeluaran material
k. membuat bon pengeluaran bahan bakar/ pelumas
l. membuat bon pemakaian alat
m. mengisi kartu gudang
n. Membuat evaluasi bulanan
o. Membuat laporan mingguan.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
III - 1
BAB III
PERENCANAAN PENGADAAN DAN PENYIMPANAN MATERIAL
3.1 Menentukan Kuantitas Material
a. Untuk menentukan kuantitas material diperlukan :
- Bill of Quantity (BQ) dari seluruh item (bagian atau satuan) pekerjaan, gambar
pelaksanaan, risalah aanwijzing serta hasil survei lapangan.
- Metoda pelaksanaan, khususnya untuk material pendukung
b. Tiap-tiap item pekerjaan diuraikan jenis-jenis material serta kuantitas yang
diperlukan.
c. Dari seluruh item pekerjaan, material-material yang sejenis dijumlahkan untuk
mengetahui total kebutuhan.
d. Data ini harus dimiliki oleh petugas logistik, diperoleh dari Rencana Anggaran
Pelaksanaan (RAP), sebagai bahan untuk membuat daftar kebutuhan material di
proyek.
3.2 Menyiapkan Contoh Material
a. Sebelum berlangsung proses pengadaan material, petugas logistik dan petugas
teknik menyiapkan contoh material untuk dimintakan persetujuan tertulis kepada
konsultan atau pemberi tugas.
b. Contoh material harus diambil dari sumber-sumber dan atau pemasok yang mampu
mengadakan dalam jumlah/ kuantitas dan kualitas yang diperlukan.
c. Untuk material-material dengan persyaratan kekuatan tertentu, permohoonan
persetujuan harus dilengkapi dengan sertifikat dari pabrik atau hasil uji test dari
laboratorium yang disetujui atau ditentukan oleh konsultan atau pemberi tugas.
d. Untuk material-material yang sulit didefinisikan secara pasti atau merupakan
gabungan dari beberapa bahan agar disiapkan contoh secara seutuhnya dalam
bentuk mock up dan dimintakan persetujuan tertulis kepada konsultan/ pemberi
tugas.
e. Ada alternatif material yang diajukan sebagai pengganti (bila diperlukan) dengan
sasaran menguntungkan perusahaan.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
III - 2
3.3 Jadwal Pengadaan Material
a. Jadwal pengadaan material mengacu ke jadwal penggunaan material dengan
mempertimbangkan waktu yang diperlukan untuk penyiapan contoh dan proses
permintaan persetujuan, proses administrasi pembelian, proses produksi/ fabrikasi,
serta proses pengiriman/ transportasi sampai di lapangan (di lokasi pekerjaan).
b. Jadwal pengadaan material dibuat berdasarkan jadwal kegiatan pelaksanaan
pekerjaan yang membutuhkan masing-masing material yang ada dalam rencana
pelaksanaan proyek sebagai tanggal penggunaan material dan ditarik kedepan
sesuai alokasi waktu yang diperlukan untuk kegiatan-kegiatan pada butir a, diatas
dan dapat digambarkan sebagai berikut :
c. Pengadaan material dapat dilakukan sekaligus atau bertahap, berdasarkan
pertimbangan atas efisiensi biaya dan efektivitas material yang bersangkutan.
3.4 Penempatan / Penyimpanan Material
a. Ada 2 (dua) cara dalam penempatan/ penyimpanan material yaitu :
- gudang
- lahan terbuka
- tempat penyimpanan khusus
b. - Material yang disimpan dalam gudang adalah material kecil dan mudah hilang dan
atau material yang mudah rusak oleh udara terbuka
- Material yang ditempatkan dilahan terbuka adalah material besar/ berat dan atau
material yang tidak rusak oleh udara terbuka
- Material yang disimpan khusus : bahan peledak, cairan kimia, bahan bakar
minyak dan lain-lain
c. Bangunan gudang/ tempat penyimpanan harus direncanakan dengan baik dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
- Besarnya bangunan gudang harus cukup menampung kebutuhan minimal
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
III - 3
material yang akan disimpan dalam jangka waktu tertentu (mis. 3 hari, seminggu,
2 minggu, sebulan dan seterusnya).
- Letak bangunan gudang harus dipilih di lokasi yang tidak mengganggu kegiatan
konstruksi, dapat diawasi secara mudah dan proses transportasi lancar
- Tata letak dan identifikasi material yang disimpan juga harus diatur sedemikian,
sehingga memudahkan arus keluar masuk material dan tidak terjadi kesalahan
pengambilan. Untuk material yang mutunya dapat terpengaruh oleh waktu
penyimpanan, harus disusun sedemikian, agar yang datang lebih dahulu dapat
dikeluarkan lebih dahulu.
- Aman terhadap lingkungan di sekitarnya
d. Lahan terbuka untuk penempatan material harus direncanakan dengan baik dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
- Luasnya cukup untuk jumlah minimal material yang akan ditempatkan dalam
jangka waktu tertentu (mis. 3 hari, 2 minggu, sebulan dan seterusnya).
- Letak lahan harus bebas dari kegiatan konstruksi, tetapi cukup dekat dengan
tempat fabrikasi (bila diperlukan fabrikasi).
- Lahan harus aman terhadap kehilangan/ pencurian dan terhadap kerusakan
akibat alam, seperti banjir, terendam air, tertimbun longsoran dan sebagainya.
- Dasar lahan harus cukup keras dan rata, bila diperlukan dapat diberi perkerasan
dan ganjal-ganjal.
- Batas-batas lokasi material harus sedemikian sehingga jelas.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IV - 1
BAB IV
PELAKSANAAN PENGADAAN MATERIAL
Setelah semua jenis material yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek dihitung jumlah
kebutuhan serta waktu pengirimannya, maka manajemen proyek segera menetapkan
kebijakan-kebijakan pengadaannya, sesuai dengan kebijakan penanganan pekerjaan,
material-material mana yang akan disediakan oleh pemberi tugas, mana yang akan
diadakan sendiri oleh perusahaan dan mana yang akan diserahkan pengadaannya kepada
sub kontraktor.
4.1 Wewenang dan Tanggung Jawab
a. Pada dasarnya, wewenang dan tanggung jawab pengadaan material ada pada
kepala proyek.
b. Kepala proyek dapat meminta bantuan kepada manajemen perusahaan untuk
pengadaan material dengan tanpa melepas tanggung jawab.
c. Pelimpahan wewenang pengadaan material harus dilakukan secara tertulis dari
pemegang wewenang (kepala proyek) kepada kepala / petugas logistik yang diberi
pelimpahan.
d. Siapapun pelaku pengadaan material, harus tetap berpedoman pada RAP yang
bersangkutan
4.2 Kebijakan Pengadaan Material
Kecuali untuk material-material yang disediakan oleh pemberi tugas atau pihak lain
yang ditunjuk oleh pemberi tugas yang diatur dalam surat perjanjian/ kontrak proyek,
maka kepala proyek dapat menetapkan kebijakan pengadaan material sebagai berikut :
a. dibeli
b. disewa
c. dipinjam
d. diambil dari alam/ diproduksi sendiri
4.2.1 Material Dibeli
1. Material dapat dibeli :
- melalui pemasok (toko, perusahaan, perorangan)
- langsung ke pabrik / quarry
- lewat distributor
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IV - 2
2. Pemasok, pabrik ataupun distributor harus terseleksi dan terdaftar didalam
Daftar Rekanan Terseleksi (DRT).
3. Kepada pemasok, pabrik dan distributor yang dipilih dan diminta
penawarannya, diberikan data yang jelas tentang material yang dibutuhkan,
spesifikasi, kuantitas, jadwal pengiriman dan persyaratan-persyaratan lain
yang dianggap perlu.
4. Semua penawaran yang masuk dievaluasi, dipilih yang memenuhi syarat,
dinominasi dan dipilih yang paling menguntungkan perusahaan.
5. Dalam kondisi khusus yang ditetapkan oleh kepala proyek dengan
persetujuan manajemen perusahaan dapat dilakukan penunjukkan langsung
melalui negosiasi dan disyahkan dengan berita acara.
6. dalam hal pemasok atau pabrik dan atau distributor telah berperan serta
sejak awal penyiapan tender (mendukung proses tender) yang diikuti oleh
perusahaan untuk sesuatu proyek, maka pemasok dan pabrik dan atau
distributor tersebut diutamakan untuk ditunjuk sesuai dengan kesepakatan
pada saat mendukung tender yang dikuatkan dengan suatu kesepakatan
tertulis (MOU).
7. Pembelian material-material secara efisien yang tidak perlu diatur dengan
pasal-pasal perjanjian dapat dilakukan dengan surat pesanan material
(SPM). Sedang untuk material yang karena kuantitas atau nilainya dan atau
spesifikasinya perlu diatur dengan surat perjanjian, dilakukan dengan
menggunakan surat perjanjian pembelian material (SPPM) yang dengan
jelas memuat dan mengatur hal-hal sebagai berikut :
a. Jenis dan jumlah kuantitas material
b. Persyaratan mutu/ spesifikasi
c. Waktu penyerahan
d. Franko/ tempat penyerahan
e. Cara pembayaran
f. Cara penerimaan, khususnya bagi material lepas/ cair (pasir, batu, BBM,
beton ready mix).
g. Harga satuan dan jumlah harga memperhatikan faktor-faktor
pengendalian.
8. Kuantitas dan waktu pengadaan material, harus didasarkan pada
perencanaan pengadaan
9. Bila harga atau volume material ternyata melebihi anggaran dalam RAP
maka keputusan pembelian dialihkan pada manajemen perusahaan.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IV - 3
4.2.2 Material Disewa
1. Material yang dapat diadakan dengan cara sewa adalah material pendukung
proses konstruksi (tidak terpasang jadi bangunan), seperti formwork,
scaffolding, perlengkapan keamanan bangunan dan sebagainya.
2. Penyewaan material dapat dilakukan baik denan pihak eksterm maupun
intern perusahaan (pada unit usaha yang lain).
3. Diutamakan penyewaan dilakukan secara langsung kepada pemiliknya tidak
melalui perantara.
4. Bila ada beberapa pemilik material yang akan disewa, maka perlu dilakukan
cara penawaran seperti pada proses pembelian.
5. dalam hal pihak eskterm maupun intern telah berperan serta sejak awal
penyiapan tender (mendukung proses tender) yang diikuti oleh perusahaan
untuk sesuatu proyek, maka pihak tersebut diutamakan untuk ditunjuk sesuai
dengan kesepakatan sewa pada saat mendukung tender yang dikuatkan
dengan kesepakatan tertulis (MOU).
6. Untuk penyewaan material harus dibuat surat perjanjian yang jelas yang
memuat :
a. Jenis, kapasitas dan jumlah atau kuantitas material
b. Lama waktu pemasangan dan penggunaan
c. Harga sewa termasuk pemasangan atau tidak
d. Cara pembayaran
e. Syarat-syarat lain untuk menghindari timbulnya perselisihan
7. Bila harga sewa material ternyata melebihi anggaran dalam RAP, maka
keputusan penyewaan ada pada manajemen perusahaan.
4.2.3 Material Dipinjam
1. Pengadaan material dengan cara ini hanya dalam kondisi yang khusus yaitu
bila sudah sangat mendesak kebutuhannya, sementara persediaan tidak ada
dan kiriman dari pemasok (penjual) terlambat.
2. Peminjaman material ini harus didukung dengan Berita Acara antara Kepala
Proyek yang meminjam dengan pihak lain yang dipinjami
3. Apabila peminjaman dilakukan kepada unit kerja lain di lingkungan
perusahaan sendiri dan ternyata material tersebut tidak akan digunakan lagi
oleh unit kerja yang bersangkutan (karena merupakan material sisa), maka
perlu dibuat Berita Acara Pemindahan Beban atas biaya material tersebut,
sebesar biaya yang dibukukan.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IV - 4
4.2.4 Material diambil dari alam atau diproduksi sendiri
1. Material yang diambil dari alam adalah material-material yang quarry atau
sumbernya ada didekat atau relatif dekat dengan lokasi proyek, misalnya
pasir, batu koral, batu pecah, tanah merah dan sebagainya. Dalam kondisi
tertentu material dapat dibeli dengan cara konsesi (hak penggalian dalam
jangka waktu tertentu) atau dengan membayar retribusi kepada pemerintah
daerah setempat.
2. Material yang diproduksi sendiri, misalnya kosen pintu/ jendela, coneblock,
paving block, campuran beton jadi, beton cetak (precast concrete) dan
sebagainya. Bahan bakunya dibeli dan diperlukan biaya pembuatan atau
biaya produksi dan transportasi.
3. Material-material ini juga terikat pada tahapan perencanaan, berupa
persetujuan contoh material, jadwal pengadaan bahan baku, lama
transportasi, jangka waktu pembuatan dan kapasitas produksi dan
sebagainya.
4. Biaya produksi dan transportasi dari material-material harus tetap
berpedoman pada RAP proyek yang bersangkutan.
4.3 Material yang disediakan melalui subkontraktor
a. Material yang diadakan oleh sub kontraktor adalah seluruh jenis material yang
diperlukan pada item-item pekerjaan yang diserahkan pelaksanaannya kepada sub
kontraktor, kecuali ada ketentuan lain bahwa material akan disediakan oleh
kontraktor utama atau pemberi tugas.
b. Dalam hal pengadaan seperti ini yang perlu dikontrol oleh petugas logistik adalah
mutu atau kualitas material (baik menyangkut ukuran, kekuatan, warna, merk dan
lain sebagainya), jumlah atau kuantitas material dan waktu penyerahan di proyek.
c. Pengadaan material oleh sub kontraktor tetap terikat oleh perencanaan yang
disusun oleh proyek.
d. Sub kontraktor berkewajiban untuk segera mengeluarkan material yang ditolak
(karena tidak memenuhi persyaratan), keluar dari lokasi proyek.
e. Bila karena sesuatu hal sub kontraktor tidak mampu mengadakan material, maka
material tersebut diambil alih pengadaannya oleh perusahaannya sebagai
kontraktor utama dengan segala resiko tetap menjadi tanggung jawab pihak sub
kontraktor.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IV - 5
4.4 Material yang disediakan oleh pemberi tugas
a. Material yang diadakan oleh pemberi tugas atau pihak lain yang ditunjuk oleh
pemberi tugas adalah seluruh jenis dan kuantitas material yang didalam surat
perjanjian/ kontrak sudah disebutkan bahwa material tersebut akan diadakan atau
disuplai oleh pemberi tugas.
b. Pada saat penyerahan material tersebut harus dibuat Berita Acara Penyerahan
Material (BAPM) yang meliputi jenis, kuantitas, kualitas, ukuran, spesifikasi dan
tanggal penyerahannya.
c. Pihak proyek (perusahaan) harus aktif mengurus proses pengadaan material
tersebut kepada pemberi tugas, sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan /
ditetapkan di dalam perencanaan.
d. Dalam menentukan jumlah material yang akan disediakan oleh Pemberi Tugas,
harus sudah diperhitungkan adanya cadangan atau kelebihan (waste) yang
kemungkinan akan terjadi dalam pemakaiannya.
e. Material yang disediakan oleh Pemberi Tugas juga harus memenuhi spesifikasi
yang disebutkan dalam persyaratan teknis dari surat perjanjian/ kontrak.
4.5 Penerimaan dan penyimpanan material
a. Penerimaan Material
Penerimaan material adalah proses pengalihan tanggung jawab dari pemasok atau
pihak lain yang menyerahkan, kepada pihak pertama. Secara akuntansi, sejak
terbitnya Berita Acara Penerimaan Material (BAPM) sudah harus dibukukan sebagai
biaya. Oleh karena itu dalam proses penerimaan material, kesesuaian mutu,
kebenaran kuantitas, kebenaran harga satuan dan jumlah harga serta waktu
penyerahan harus mendapat perhatian sepenuhnya.
b. Penyimpanan Material
Kepala/ petugas logistik melaksanakan tata laksana penyimpanan dengan
mempertimbangkan kelancaran arus material dari ke tempat yang akan
menggunakan jarak tempat penyimpanan ke tempat pemakaian sesuai prosedur
perencanaan penyimpanan material.
4.6 Material Khusus
Material khusus adalah material yang cara pengadaannya berbeda dengan yang biasa,
misalnya material impor, material-material bahan peledak, bahan kimia, BBM dan
material lainnya yang dalam pengadaannya memerlukan prosedur khusus.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IV - 6
4.7 Material Impor
1. Sejak saat penyusunan daftar material yang diperlukan proyek, material yang
khusus didatangkan secara impor dipisahkan dalam daftar tersendiri, agar
memudahkan proses pengadaannya.
2. Pengadaan material ini pada dasarnya sama dengan material yang lain hanya pada
perencanaan jadwal pengadaannya perlu dialokasikan waktu untuk proses dan
prosedur impor.
3. Unruk melakukan proses impor sesuai batas waktu dalam jadwal pengadaan
dilakukan oleh proyek atau manajemen perusahaan dengan menunjuk perusahaan
pengimpor (importir) yang bonafid. Kalau nilai tukar valuta asing yang digunakan
untuk pembayaran tidak dapat dipastikan, sebaiknya menggunakan sistem hedging.
4. Untuk menekan biaya material impor, harus diupayakan pemanfaatan fasilitas
bebas bea masuk, bila hal tersebut memungkinkan (pelajari cara pendanaan proyek
yang bersangkutan dan ketentuan-ketentuan pemerintah yang berlaku).
4.8 Material Bahan Peledak
1. Sejak saat penyusunan daftar material yang diperlukan proyek, material khusus ini
juga perlu dipisahkan dalam daftar tersendiri, agar memudahkan proses
pengadaannya.
2. Pengadaan material ini pada dasarnya sama dengan material yang lain, hanya pada
perencanaan jadwal pengadaannya perlu dialokasikan waktu untuk proses perijinan
dari ”yang berwajib”.
3. Apabila ada perusahaan khusus yang menangani material ini, maka sebaiknya
menggunakan jasa perusahaannya tersebut untuk pengadaannya.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
V - 1
BAB V
PROSES PENGENDALIAN MATERIAL
Kegiatan pengendalian material adalah suatu proses yang panjang, memakan waktu,
melibatkan banyak orang dan menyangkut 3 (tiga) aspek yaitu biaya, mutu dan waktu.
Kegiatan pengendalian tersebut harus dipahami benar-benar karena pada dasarnya adalah
suatu rangkaian tindakan dan keputusan yang saling terkait, masing-masing bertanggung
jawab dan berperan yang penting sebagai fungsi pengendalian. Pengendalian biaya material
pada dasarnya menyangkut baik kuantitas maupun harga satuannya.
5.1 Penunjukkan Pemasok / Sumber
a. Dipilih dari rekanan yang memenuhi persyaratan serta terdaftar dalam daftar
rekanan terseleksi (DRT).
b. Ditunjuk rekanan yang sudah dilibatkan dalam proses tender dan atau rekanan yang
paling menguntungkan perusahaan.
5.2 Penetapan Harga Material
a. Dilakukan negosiasi yang ketat, adil (fair) dan terbuka
b. Berpedoman pada RAP dan spesifikasi yang ditentukan
c. Apabila perlu untuk material khusus atau kondisi khusus dapat dibentuk tim
negosiasi
5.3 Pembuatan Surat Perjanjian Pembelian Material (SPPM)
a. Secara jelas memuat spesifikasi material, kuantitas, harga, waktu penyerahan dan
cara pembayaran dan hal-hal lain yang dianggap perlu
b. Mengamankan kepentingan perusahaan dan menggunakan kontrak standar
(kecuali ada pertimbangan lain).
c. Untuk kontrak dengan nilai besar dan atau kondisi khusus, diamankan dengan
jaminan bank dari pemasok atau diasuransikan.
d. Harga, mutu dan waktu penyerahan material yang dicantumkan dalam surat
perjanjian, harus berpedoman pada RAP, spesifikasi dan jadwal waktu pengadaan.
e. Apabila pembayaran material menggunakan valas agar diamankan, salah satunya
dengan sistem hedging.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
V - 2
5.4 Memantau (memonitor) Proses Produksi dan Pengiriman
Kepala/ petugas logistik harus mengetahui sampai dimana pross produksi dan
pengiriman material serta harus melakukan tindakan-tindakan untuk menjamin bahwa
material akan datang dilokasi pekerjaan pada waktu yang telah ditetapkan. Bila
diperlukan diadakan pemeriksaan proses produksi/ fabrikasi sesuai prosedur mutu
inspeksi dan tes.
5.5 Penerimaan Material
a. Mencocokkan material yang datang dengan contoh yang sudah disetujui dan
melakukan pengukuan secara teliti dan cermat untuk memastikan kualitas dan
kuantitasnya.
b. Petugas penerima material harus tegas dan berani menolak material yang tidak
sesuai dengan pesanan.
c. Berita Acara Penerimaan Material harus mencantumkan dengan jelas jenis dan
kuantitas material, serta tanggal penerimaan.
d. Untuk material lepas, seperti pasir, koral dan sebagainya, sejak negosiasi harus
ditetapkan cara pengukurannya, misalnya diatas bak truk atau dibuat bak
penerimaan dilapangan dengan ukuran tertentu atau cara lain yang disepakati
bersama.
e. Semua material yang sudah diterima dicatat buku penerimaan dan pengeluaran
yang khusus dibuat untuk masing-masing material.
5.6 Penempatan/ Penyimpanan Material
a. Material ditempatkan/ disimpan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan
(site plannya).
b. Karena suatu alasan tertentu, tempat penumpukan/ penyimpanan material dapat
diubah/ dipindahkan, tetapi tetap berpegang pada prinsip aman, tidak rusak dan
mudah diambil untuk penggunaannya.
5.7 Penggunaan/ Pengalokasian Material
a. Permintaan material dilakukan oleh Pelaksana dengan menggunakan formulir yang
disesuaikan
b. Material yang akan diambil dicatat di dalam buku penerimaan dan pengeluaran
material masing-masing, sehingga dapat diketahui sisa persediaan pada saat
pengambilan tersebut.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
V - 3
5.8 Pembukuan Biaya dan Pembayaran Material
Pembukuan biaya material dan pembayarannya adalah merupakan tugas dari kepala
administrasi keuangan proyek yang pada pelaksanaannya harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Biaya material dapat dibukukan sebagai biaya apabila telah rangkap syarat
administrasinya yaitu terdiri dari :
1. Copy surat pesanan/ surat perjanjian pembelian material yang telah
ditandatangani oleh pemegang wewenang (kepala proyek) atau yang diberi
kuasa.
2. Berita Acara Penerimaan Material yang telah ditandatangani oleh kepala proyek
yang bersangkutan.
b. Material dapat dibayar apabila kuitansi / tagihan telah diperiksa diproyek oleh bagian
teknik dan disetujui oleh kepala proyek atau di kantor perusahaan oleh pejabat yang
berwenang
c. Kasir yang melaksanakan pembayaran, wajib memeriksa kembali terlebhi dahulu
kebenaran dari aritamatiknya.
5.9 Inventarisasi Material Sisa
a. Inventarisasi material sisa, harus segera dilakukan oleh petugas logistik setelah
diyakini bahwa sisa material tersebut sudah tidak diperlukan lagi oleh pekerjaan
yang terkait, baik disaat proyek masih dalam proses pelaksanaan maupun pada
saat proyek telah selesai.
b. Pencatatan material sisa ini, didukung oleh suatu berita acara kelebihan material
yang disusun oleh petugas logistik proyek dan ditandatangani kepala proyek.
c. Apabila material sisa tersebut akan dimanfaatkan oleh proyek lain, maka harus
dibuat berita acara serah terima material untuk dipergunakan sebagai dasar
kelengkapan pemindahan beban material tersebut dari proyek yang menyerahkan
kepada proyek yang menerima.
Secara diagramatis rangkaian tindakan dan keputusan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
V - 4
Penerimaan
Material
Penunjukkan
Sumber
Material
Negosiasi
Harga
Surat
Perjanjian
Penempatan /
penyimpanan
Material
Pembayaran
Material
Material Sisa
Monitoring
Pengiriman
Pemakaian
Material
Proses AspekPetugas
Terkait
Kepala
Proyek
Bonafiditas
Sumber
RAP Biaya,
Mutu, Waktu
Kepala
Proyek / Tim
Biaya, Mutu,
Waktu
Legal /
Hukum
WAKTU
KUANTITAS
MUTU
WAKTU
KUANTITAS
MUTU
WAKTU
KUANTITAS
MUTU
WAKTU
KUANTITAS
KUANTITAS
BIAYA
Kepala /
Petugas
Logistik
Kepala /
Petugas
Logistik
Kepala /
Petugas
Logistik
Petugas
Gudang
Kepala /
Petugas
Logistik
Pelaksana
Kepala Adm.
Keuangan
Proyek
Pelaksana
Kepala /
Petugas
Logistik
Pelaksana
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 1
BAB VI
PROSEDUR LOGISTIK
6.1 Prosedur Perencanaan Logistik (PRL)
6.1.1 Pembuatan Daftar Material
1. Kuantitas material yang akan dibuat daftarnya dapat diambil dari kuantitas
yang dibuat oleh Kepala Teknik yang terdapat pada RAP untk masing-masing
item pekerjaan.
2. Dimulai dari item pekerjaan yang akan dikerjakan di awal pekerjaan Kepala/
petuga logistik merincikan material-material yang dibutuhkan untuk masing-
masing item pekerjaan pada tabel formulir LOG-01 terlampir.
3. Untuk material yang membutuhkan perincian lebih lanjut kepala/ petugas
logistik dapat mengisi tabel formulir rincian jenis material (LOG-02) terlampir,
agar dapat dipergunakan sebagai dasar order material (pengadaan).
4. Lampiran : 1. Formulir LOG-01 : Uraian Kebutuhan Material
2. Formulir LOG-02 : Rincian Jenis Material
6.1.2 Pengajuan Contoh Material
1. Untuk persyaratan mutu material, kepala/ petugas logistik mempelajari
formulir prod. 01 daftar kriteria keberterimaan material/ produk.
2. Apabila persyaratan mutu telah dimengerti betul dan persetujuan pemberi
tugas dipersyaratkan, maka kepala/ petugas logistik segera menghubungi
pemasok atau sub kontraktor untuk meminta contoh material dan atau brosur/
katalog yang diperlukan.
3. Pemasok yang diutamakan adalah yang ikut berperan sewaktu perhitungan
tender dan terdaftar dalam DRT.
4. Apabila pemasok yang bersangkutan belum terdaftar, kepala proyek
mengkoordinir penilaian dengan menggunakan formulir prod. 02 yang
terdapat pada prosedur mutu.
5. Dengan mengacu pada APP, contoh bahan/ brosur/ katalog untuk material
yang dipersyaratkan segera diajukan ke pemberi tugas atau pengawas yang
ditugaskan dengan menggunakan formulir prod. 03 yang terdapat pada
prosedur mutu untuk mendapatkan persetujuan.
6. Kepala/ petugas logistik mengarsipkan catatan mutu yang berkaitan dengan
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 2
persetujuan material dan atau katalog/ brosur material agar diarsipkan sesuai
dengan prosedur pengendalian catatan mutu.
7. Kepala/ petugas logistik mengkoordinir penempatan contoh material yang
sudah disetujui dan disimpan di tempat yang dibuat khusus untuk itu.
8. Kepala/ petugas logistik agar membuat identifikasi dan pengamanan contoh
material.
9. Lampiran :
• Formulir prod. 01 : Daftar kriteria keberterimaan material/ produk
• Formulir prod. 02 : Daftar nilai bonafiditas rekanan
• Formulir prod. 03 : Permintaan persetujuan penggunaan material/ produk
6.1.3 Pembuatan Jadwal Pengadaan
1. Dari formulir LOG-01 yaitu uraian kebutuhan material, Kepala/ Petugas
Logistik dibantu Kepala Teknik membuat jadwal induk pengadaan material
dengan mengisi formulir LOG-03
2. Pada penentuan waktu pengadaan perlu diperhatikan jadwal pelaksanaan
pekerjaan dengan memberi tenggang waktu yang cukup sebelum pekerjaan
yang bersangkutan dilaksanakan.
3. Pada rapat mingguan proyek agar diinformasikan pada peserta rapat tentang
material yang akan datang dalam minggu depannya untuk penjadwalan
inspeksi dan tes.
4. Lampiran Formulir LOG-03 : Jadwal Bahan/ Material
6.2 Prosedur Pelaksanaan Logistik (PPL)
6.2.1 Material Lokal di Proyek
Material lokal di proyek :
1. Kepala/ petugas logistik menentukan material yang akan diadakan dengan
mengacu kepada jadwal bahan/ material (formulir LOG-03).
2. Mengacu pada contoh material yang telah disetujui, kepala/ petugas logistik
meminta kepada minimal 3 (tiga) calon pemasok yang terdaftar dalam DRT
(Daftar Rekanan Terseleksi) untuk memasukan penawaran harga serta cara-
cara pembayarannya.
3. Kepala / petugas logistik bersama kepala teknik mengevaluasi masing-
masing penawaran dan membuat Berita Acara Evaluasi Penawaran Harga,
selanjutnya diajukan kepada Kapro untuk memutuskan pemenangnya yang
paling menguntungkan perusahaan.
4. Berdasarkan evaluasi penawaran tersebut, kepala proyek memutuskan
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 3
calon pemasok yang menguntungkan perusahaan dan segera membuat
surat pemesanan material (SPM).
5. Untuk hal-hal yang khusus dan atau mendesak (seperti kelangkaan calon
pemasok) dapat menunjuk langsung 1 (satu) calon pemasok.
6. Kepala / petugas logistik memantai proses pengadaan mengacu pada jadwal
pengadaan.
6.2.2 Penerimaan Material
1. Khusus untuk material yang dirakit, Kepala / Petugas Logistik bersama
Kepala/ Petugas Teknik perlu meninjau sebelum dikirim ke lokasi
2. Kepala / petugas logistik bersama kepala petugas teknik melakukan
pemeriksaan/ pengecekan tentang kesesuaian saat material datang, baik
pemeriksaan dokumen, maupun pemeriksaan fisik, berupa : mutu, ukuran,
jumlah, serta persyaratan lainnya.
3. Setelah material diperiksa, diberikan status sesuai dengan prosedur mutu
dalam status inspeksi dan tes.
4. Kepala/ petugas logistik menerbitkan Berita Acara Penerimaan Material
(formulir LOG-04) sesuai dengan syarat keberterimaan.
5. Material yang telah diterima, diperlakukan sesuai prosedur penyimpanan
material
6. Material yang ditolak diberlakukan sesuai dengan prosedur mutu dan
segera dikeluarkan dari site secepatnya.
7. Lampiran : 11 Formulir LOG-04 : Berita Acara Penerimaan Material (BAPM)
6.2.3 Penyimpanan Material
Kepala/ petugas logistik mencatat segala pengeluaran dan penerimaan dalam
kartu gudang (formulir LOG-05). Kemudiansecara periodik tiap minggu membuat
laporan evaluasi terhadap rencana pengadaan material (formulir LOG-06).
Seperti diuraikan dalam bab perencanaan material, maka setelah material
diterima, dilakukan penyimpanan di gudang, lahan terbuka dan atau tempat
penyimpanan khusus.
A. Penyimpanan di Gudang
a. Semen
1. Agar semen tidak terletak langsung dilantai, dibuat landasan yang
rapat dengan ketinggian + 10 cm, untuk mencegah terjadinya
pembekuan akibat kelembaban lantai dasar gudang.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 4
2. Penumpukan maksimum 10 lapis untuk mempermudah pengambilan
dan mencegah agar semen tidak membatu akibat tekaan yang berat.
3. Penumpukan diatur sedemikian rupa dengan diberi sela untuk
memudahkan pengambilan.
4. Penempatan diatur dengan sistem FIFO yaitu yang masuk terdahulu
agar dapat dikeluarkan terdahulu juga.
b. Kayu
1. Untuk penyimpanan kayu, sebaiknya digunakan gudang khusus yang
terbuka (tanpa dinding). Dibuat landasan dengan jarak secukupnya
dan dengan ketinggian + 10 cm dari lantai dasar, agar kayu terhindar
dari kelembaban dan tidak melengkung selama penumpukan.
2. Untuk kayu yang berbeda-beda jenis dan ukurannya, sebaiknya
dikelompokan sesuai dengan jenis dan ukuran masing-masing dengan
membuat rak-rak sesuai kebutuhan.
3. Penumpukan kayu yang berbentuk kosen harus diatur sedemikian
rupa, sesuai dengan urutan pemakaian (yang akan dipasang lebih
dahulu, diletakan dibagian atas).
c. Suku cadang, baut/ mur dan barang kecil lainnya
1. Dibuat rak atau kotak penyimpanan yang disekat-sekat sedemikian
rupa dengan ukuran sesuai kebutuhan
2. kotak/ rak dapat diberi warna kontras yang berbeda-beda dan atau
diberi label (nomor atau keterangan lainnya) untuk memudahkan
pengenalan jenis material yang disimpan.
d. Material cair (bukan bahan bakar)
Yang termasuk material cair adalah cat, tiner atau material kimia yang
dikemas dalam kaleng/ plastik.
1. Penyimpanan dapat dilakukan diatas lantai kerja atau pada rak-rak
2. Dianjurkan penempatannya cukup jauh atau aman terhadap bahaya
kebakaran.
e. Paku, kawat/ kawat beton dan peralatan/ perlengkapan kerja
Material ini pada umumnya tidak berjumlah/ volume besar persediannya
(cukup untuk memenuhi kebutuhan seminggu, 2 minggu atau sebulan)
sehingga dapat diletakkan diatas lantai kerja atau alat-alat penggantung.
f. Material khusus (bahan bakar/ pelumas dan bahan peledak)
1. Diajurkan penyimpanan material ini terpisah dari material lain dengan
jarak yang cukup aman dari kemungkinan terjadinya bahaya
kebakaran.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 5
2. Berikan label pada drum penyimpanan untuk menjelaskan jenis
material
3. Pasang tanda-tanda bahaya
4. Sediakan alat pemadam kebakaran secukupnya
5. Khusus untuk bahan peledak, agar diikuti petunjuk penyimpanan dan
ketentuan yang dikeluarkan oleh pabrik atau instansi yang
berwenang.
B. Penyimpanan di lahan terbuka
a. Besi beton, besi profil
1. Penumpukan diatur menurut ukuran atau jenis material
2. Penumpukan harus memperhatikan jadwal pemakaian masing-
masing material dan dihindari penumpukan tumpang tindih yang
dapat menyebabkan kesulitan untuk pengambilannya.
b. Batu kali, batu pecah, pasir
1. Penumpukan dianjurkan memakai dinding-dinding pemisah atau bak
besar yang sekaligus dapat dipergunakan sebagai alat pengukur
dalam penerimaan material ini.
2. Lahan penyimpanan agar dipadatkan seperlunya untuk menghindari
terbenamnya material.
c. Aspal
1. Perlu perhatian khusus, terutama pada saat penerimaan, periksa
dengan teliti kemungkinan adanya kebocoran drum atau lubang pada
drum, akibat alat bantu yang dipakai. Dibuat lantai kerja yang
memadai atau alas pasir dan dibuat pengamanan keliling sedemikian
rupa, sebagai tindakan preventif apabila terjadi kebocoran.
2. Jangan diletakan diatas rumput atau benda lain yang mudah terbakar
3. Disediakan alat penutup untuk menghindari sinar apabila secara
langsung.
Semua material yang disimpan di lahan terbuka, juga harus dicatat
penerimaan dan pengambilannya, supaya pada setiap saat dapat
diketahui berapa penggunaan dan berupa sisa material yang masih ada.
Lampiran :
12. Formulir LOG-05 : Kartu Gudang
13. Formulir LOG-06 : Laporan Evaluasi Mingguan Pengadaan Material
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 6
6.2.4 Pengeluaran Material
Pengeluaran material merupakan suatu kegiatan dalam pengaturan pemindahan
material/ barang dari suatu tempat (gudang, stock yard) ketempat lain untuk
digunakan diamana prosedur pengeluaran material diatur sebagai berikut :
1. Pelaksana membuat permintaan material dengan menggunakan formulir bon
permintaan/ pengeluaran (formulir LOG-07).
2. Formulir bon permintaan/ pengeluaran ini dimintakan persetujuan kepada
kepala teknik. Bon yang sudah disetujui tersebut diserahkan ke kepala /
petugas logistik.
3. Kepala/ petugas logistik memerintahkan petugas gudang untuk mengecek/
mencocokkan dengan stock material yang ada.
4. Kalau stock material cukup maka bon permintaan disetujui oleh kepala /
petugas logistik dan diserahkan petugas gudang untuk dikeluarkan.
5. Bila stock material yang ada maka bon permintaan, maka kepala/ petugas
logistik dapat mencoret/ mengubah bon permintaan dengan memberitahukan
kepada yang meminta (pelaksana), ditandatangani/ diparaf dan material /
barang yang dapat diserahkan ke pemakai. Kekurangan stock material
tersebut dilaporkan oleh petugas gudang kepada kepala/ petugas logistik
untuk diproses lebih lanjut pengadaan berikutnya.
6. Semua material yang dikeluarkan dicatat kedalam buku harian gudang
(formulir-LOG-08).
7. Lampiran : 14. Formulir LOG-07 : Bon Permintaan/ Pengeluaran Material
15. Formulir LOG-08 : Buku Harian Gudang
6.3 Prosedur Evaluasi Pengadaan (PEP)
Evaluasi Pengadaan
1. Kepala/ petugas logistik melakukan evaluasi jadwal pengadaan secara periodik
2. Evaluasi dilakukan minimum satu minggu sekali, sebelum rapat koordinasi proyek
dengan maksud apabila terjadi penyimpangan dapat dibicarakan atau diputuskan
pada rapat tersebut.
3. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara manual dengan komputer yang penting
hasilnya dapat melihat apakah suatu aktivitas terlambat atau tidak. Hal yang sudah
umum dibuat adalah evaluasi garis vertikal yang dibuat pada schedule barchart.
4. Apabila ditemui adanya penyimpangan agar kepala/ petugas logistik segera
melakukan tindak lanjut untuk mengatasi penyimpangan tersebut.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 7
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 8
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 9
1
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 10
DRT
DRT
DRT
2
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 11
3
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 12
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 13
04
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 14
05
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 15
06
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 16
07
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VI - 17
08
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VII - 1
BAGIAN II : MANAJEMEN PERALATAN
BAB VII
PENDAHULUAN
Pembangunan di bidang sumber daya air merupakan pembangunan yang sangat bervariasi
dari segi pekerjaannya ada yang menggunakan teknologi sederhana, sampai yang
menggunakan teknologi tinggi.
Dalam pembangunan pekerjaan di bidang sumber daya air, dikenal ada berbagai bangunan
seperti :
• Bendungan (Dam) dengan bangunan fasilitasnya : bangunan pelimpah
(spillway), power house, pipa pesat (kalau ada PLTA), bangunan
pengambilan (Intakes) dan saluran induk, sekunder dan seluruhnya ada
bangunan khusus seperti terowongan, talang (Aquaduct) dan syphoon.
• Pekerjaan sungai atau penanganan banjir : normalisasi aliran sungai,
pengerahan endapan, pembuatan groyen, krib, pembuatan rumah pompa dan
pekerjaan tanggul.
• Pekerjaan rawa dan pengamanan pantai
Saluran induk pembilas, pintu-pintu katub
• Pekerjaan irigasi
Semua jenis bangunan tersebut diatas, didalam proses pembangunannya antara lain
memerlukan bahan serta alat / peralatan yang bermacam-macam jenis alat, ukuran, dan
kapasitas, type yang akan dipakai.
Proses pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan, pengangkutan, penyimpanan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan monitoring diatur dalam manajemen logistik
dan manajemen peralatan.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VIII - 1
BAB VIII
PERENCANAAN ALAT
Perencanaan alat adalah usaha yang dilakukan untuk menghitung/memperkirakan kebutuhan alat, baik
jenis, kapasitas, maupun jumlah yang diperlukan perusahaan, untuk mendukung pelaksanaan proyek.
Dalam merencanakan kebutuhan alat harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jenis, volume, dan waktu pelaksanaan pekerjaan.
b. Tuntutan mutu pekerjaan / Rencana Mutu.
c. Metode Konstruksi.
d. Ketersediaan alat.
e. Rencana Biaya.
Perencanaan detail meliputi jenis, kapasitas, dan jumlah alat, d ilakukan pada saat proyek akan
dimulai, dimana pada tahap ini sudah dipertimbangkan me to de ko ns t ruks i p eke rjaa n ya ng su da h
disempurnakan.
8.1 Rencana Kebutuhan Alat
8.1.1 Rencana kebutuhan alat Proyek
Setiap proyek yang diperkirakan akan didapat, dan d i la ksa na ka n d i ta hu n ya ng a kan
datang, dibuat perkiraan kebutuhan alat dengar memp e rt imba ng ka n je n is p q ke rja an ,
kondisi, dan sifat lapangan, volume pekerjaan, serta perkiraan waktu pelaksanaan
pekerjaan. Hasil perkiraan kebutuhan alat tersebut di kelompokkan kedalam jenis,
kapasitas, jumlah alat, serta perkiraan waktu pemakaian. Kebutuhan a lat in i le bih la nju t
diproses di bagian peralatan.
8.2 Pemilihan Alat
Untuk memudahkan dalam pemilihan peralatan konstruksi. beberapa pertimbangan di
bawah ini dapat dipergunakan sebagai acuan umum.
8.2.1 Menggunakan peralatan yang ada
Untuk pekerjaan di mana penggunaan peralatan baru yang penuh untuk seluruh
umur ekonomisnya masih belum diketahui, dan penggunaan peralatan tersebut
lebih lanjut masih belum ada kepastian. mungkin lebih baik menggunakan
peralatan yang sudah ada meskipun biaya operasinya mungkin relatif lebih
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VIII - 2
besar. Artinya sebelum seorang manajer memutuskan untuk membeli alat baru,
sebaiknya mempertimbangkan lebih dahulu kemungkinan menggunakan
peralatan yang sudali dimiliki, baik seluruhnya atau sebagian.
8.2.2 Menggunakan peralatan sewa
Biaya pemeliharaan peralatan meskipun tidak digunakan masih tergolong cukup
tinggi. Hal tersebut karena peralatan harus tetap dijalankan untuk waktu-waktu
tertentu, dan diamankan dari kemungkinan gangguan. Apabila pekerjaan baru
yang memerlukan peralatan yang dimiliki belum ada kepastian, sebaiknya tidak
membeli peralatan baru, tetapi lebih baik dengan cara menyewa. Meskipun
biaya sewa per satuan pekerjaan kemungkinan relatif mahal. namun untuk
jangka waktu tertentu masih lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan
apabila membeli baru.
8.2.3 Sesuai untuk kondisi pekerjaan
Apabila telah diputuskan untuk membeli peralatan baru, rnaka peralatan
konstruksi yang akan dibeli harus dapat memenuhi kebutuhan pekerjaan seperti
jenis pekerjaan, jenis material yang akan digunakan atau harus ditangani,
kondisi jalan dan jembatan yang harus dilalui, keadaan iklim di daerah
pekerjaan, keadaan tofografi di lingkungan pekerjaan, dan keadaan lingkungai
lainnya.
8.2.4 Jenis alat yang seragam
Dalam memilih peralatan, lebih baik untuk menggunakan jumlah jenis peralatan
yang sedikit sehingga di proyek tersebut ada keseragaman dalam jenis
peralatan. Harus dipilih jenis peralatan tertentu yang dapat dipergunakan untuk
sebagian besar pekerjaaan yang ada. Hal ini memungkinkan untuk medapatkan
pelatihan dari agen tunggalnya secara lebih baik bagi para petugas
pengelolanya dan dapat menyediakan fasilitas pemeliharaan yang lebih baik
pula. Dianjurkan untuk memilih jenis mesin yang urnum atau sama untuk
berbagai peralatan seperti untuk dump truck, bulldozer, excavator, dan
sebagainya. Hal ini dapat mengurangi penyediaan suku cadang yang diperlukan
dan memungkinkan untuk saling tukar mesin apabila pada suatu saat
diperlukan. Dengan jumlah jenis peralatan yang terbatas. maka jumlah agen
tunggal atau distributor yang perlu dihubungi juga akan makin sedikit, Secara
administrasi kondisi semacan itu, baik pemeliharaannya dilaksanakan secara
swakelola atau dilaksanakan pihak ketiga juga akan menguntungkan. Apabila
dilakukan swakelola kondisi seperti itu juga dapat mengurangi biaya overhead.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VIII - 3
8.2.5 Ukuran dan kapasitas peralatan
Pada waktu memilih peralatan yang ukurannya besar, harus diingat bahwa
meskipun peralatan tersebut mampu memberikan hasil kerja yang relatif lebih
besar meskipun hanya bekerja pada sebagian kemampuannya, akan tetapi
biasanya biaya produksinya juga lebih besar apabila dibandingkan dengan biaya
produksi peralatan yang lebih kecil yang bekerja dengan beban penuh.
Peralatan yang besar memerlukan peralatan pasangan yang besar pula supaya
ada kesesuaian dalam siklus waktu kerjanya (excavator yang besar memerlukan
dump truck yang besar pula untuk pasangan kerjanya). Apabila peralatan utama
tersebut tidak dapat bekerja dapat mengakibatkan beberapa peralatan
pasangannya juga menganggur. Hal ini dapat menimbulkan biaya menunggu
yang besar pula (tidak ekonomis).
Selain hal tersebut, peralatan yang besar memerlukann fasilitas pemeliharaan
yang besar pula. Begitu pula untuk keperluan mobilisasinya diperlukan alat
angkut seperti trailer yang berkemampuan besar, dan memerlukan usaha
pengamanan sarana jalan dan jembatan yang lebih besar.
Dianjurkan untuk hanya memiliki sesedikit mungkin jenis ukuran untuk setiap
macam peralatan. Hal ini akan memudahkan dalam mengatur jumlah peralatan
cadangan dalam menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan apabila ada
peralatan yang tidak dapat dioperasikan karena rusak. Apabila menganggur,
peralatan yang lebih kecil biayanya (cost of idle) juga relatif lebih kecil.
8.2.6 Menggunakan peralatan standar
Peralatan standar ialah peralatan yang dibuat secara umum, dan mudah
diperoleh. Peralatan semacam itu biasanya diproduksi secara masal dalam
jumlah yang besar. dengan harga yang relatif moderat. Suku cadang untuk
peralatan standar biasanya mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah.
Apabila pekerjaan telali selesai, peralatan standar umumnya lebih mudah untuk
digunakan di pekerjaan lain atau pun dijual kembali apabila dibandingkan
dengan peralatan bukan standar. Untuk mengetahui jenis peralatan standar
yang ada. karena masing-masing produsen rnembuat jenis dan ukuran yang
berbeda, maka perlu dilakukan survai di pasaran.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VIII - 4
8.2.7 Harga satuan pekerjaan
Harga satuan pekerjaan merupakan faktor yang sangat penting .yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih peralatan konstruksi. pada waktu
rnemperhitungkan biaya pemilikan dan operasi, semua faktor yang
mempengaruhi harga harus diperhitungkan secara masak. Pada waktu
menghitung biaya pemilikan, biaya yang diperhitungkan bukan hanya biaya
pembelian saja, akan tetapi juga termasuk biaya pengepakan, pengangkutan,
pemasangan. Asuransi, dan juga bunga bank.
8.2.8 Negara asal dan agen penjualan
Dengan terbatasnya devisa yang tersedia, maka dari mana peralatan tersebut
akan dibeli menjadi sangat penting. Hal tersebut juga akan mempengaruhi biaya
pengapalan peralatan sampai dinegara kita. Akan mejadi lebih menguntungkan
apabila membeli peralatan yang sudah dapat diproduksi atau dirakit di dalam
negeri, bila dibandingkan dengan cara langsung mengimpornya Apabila karena
suatu hal terpaksa harus mengimpor peralatan yang diperlukan, maka harus
diusahakan membelinya dari perusahaan yang memiliki keagenan (agen
tunggal) di Indonesi dan memiliki pervvakilan di kota dekat lokasi proyek. Hal
tesebut sangat penting supaya kelancaran pelayanan purna jual dapat terjamin,
baik untuk keperluan pengadaan suku cadang atau pelayanan teknik lainnya.
8.2.9 Ketersediaan suku cadang
Penyediaan suku cadatig sangat penting, karena merupakan pendukung utama
dalam menjamin kelancaran operasi peralatan. Tidak ada peralatan yang tidak
memerlukan suku cadang selam masa penggunaannya. Suku cadang. terutama
untuk suku cadang tertentu, harus selalu tersedia di lokasi proyek apabila
sewaktu-waktu peralatan mengalami kerusakan. Jenis suku cadang tersebut
pada umumnya sama untuk berbagai merk dan jenis peralatan. Yang berbeda
biasanya hanya ukuran dan modelnya. Untuk memperoleh daftar suku cadang
tersebut dapat rekomendasi . dari perusahaan agen tunggal peralatan atau
dengan melakukar survai dari pengalaman yang sudah lampau. Hal ini
menunjukkan pentingnya pencatatan setiap pelaksanaan pemeliharaan yang
dilakukan supaya dapat memperoleh riwayat peralatan termasuk penggantian
suku cadangnya, dan catatan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
akuntansi, terutama apabila pemeliharaan peralatan dilaksanakan secara
swakelola.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VIII - 5
Tidak tersedia suku cadang dapat mengakibatkan waktu menunggu menjadi
lebih lama yang pada akhirnya akan mempengaruhi produksi alat dan juga biaya
menunggu (idle cost) atau biaya tidak produktif menjadi lebih besar. Hal tersebut
merupakan suatu kerugian yang sebenarnya harus dihindari
Oleh karena ketidaktersediaan suku cadang potensial untuk dapat menimbulkan
kerugian sebaiknya pada waktu membeli peralatan baru sudah diperhitungkan
untuk sekalian membeli suku cadang yang dibutuhkan pada awal operasi.
Namun demikian, karena penyediaan suku cadang merupakan modal yang idle,
jumlahnya perlu dibatasi dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pengadaan
suku cadang tersebut menjadi sangat penting sekali terutama apabila peralatan
tersebut dilakukan melalui prosedur impor dan agen tunggalnya belum ada
Indonesia.
8.2.10 Kemampuan di berbagai lapangan
Peralatan yang dipilih. terutama apabila dibeli sendiri (bukan sewa), sebaiknya
yang mempunyai kemampuan lebih dari satu jenis pekerjaan, atau dapat
dikonversikan menjadi porulaum lain. Sebagai contoh ialah seperti power shovel
yang dapai dikonversikan menjadi dragline, atau crane dan sebaliknya. Contoh
lain ialah seperti tractor yang dapat digunakan sebagai dozer, atau pusher untuk
keperluan scraper, atau dilengkapi dengan peralatan ripper.
8.2.11 Pemilihan pabrik pembuat
Sangat dianjurkan untuk memilih peralatan dari satu pabrik yang sama, dan
memiliki reputasi yang baik, sehingga hanya sedikit sekali merk pabrik yang ada
di suatu proyek. Keuntungan dari merk yang sama biasanya kemungkinan saling
tukar (interchangeability) suku cadang atau komponen alat menjadi besar. Hal
terbukti karena sering terjadi suatu pabrik menggunakan mesin. (engine) yang
sama atau sejenis untuk berbagai jenis peralatan yang diproduksinya. Hal ini
merupakan keuntungan apabila dilihat dari penyediaan suku cadang maupun
dari segi kemampuan teknik tenaga pemelihara peralatan.
Keuntungan lain dari jumlah merk peralatan yang sedikit ialah relatif Iebih
mudah berhubungan dengan agen tunggal pelaksana pelayanan purna jual, dan
biayanya juga relatif lebih murah. Kondisi tersebut juga memudahkan agen
tunggal dalam memberikan pelayanan purna jual apabila peralatan yang
diageninya terkonsentrasi di suatu proyek.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VIII - 6
8.2.12 Menyesuaikan dengan tenaga kerja yang tersedia
Peralatan yang dipilih harus disesuaikan dengan tenaga yang tersedia. Hal
tersebut supaya dapat dengan mudah ditangani oleh tenaga pengelola
pemeliharaan maupun operator yang akan menjalankannya. Peralatan yang
rumit atau canggih memerlukan tenaga mekanik dan operator yang mempunyai
pengalaman dan berkemampuan tinggi. Peralatan seperti itu dapat menyulitkan
penanganannya apabila ditangani oleh tenaga yang belum berpengalaman atau
tidak terdidik. Kalau pun dipaksakan tenaga yang ada mungkin tidak dapat
memberikan hasil yang optimal. Dengan demikian, apabila peralatan yang dipilih
belum dikuasai oleh tenaga yang tersedia, maka apabila dikehendaki hasil yang
optimal, tenaga yang tersedia perlu dilatih terlebih dahulu. Hal ini memerlukan
usaha dan biaya tersendiri.
8.2.13 Penggunaan masa depan
Apabila peralatan yang dipilih akan digunakan selama umur ekonomisnya pada
proyek yang sama, mungkin tidak perlu memikirkan pemakaian atau penjualan
setelah proyek tersebut selesai. Apabila peralatan tersebut hanya digunakan
untuk selama sebagian dari umur ekonomisnya di proyek tersebut, maka perlu
dipikirkan bagaimana kemungkinan untuk menjualnya atau penggunaannya
untuk pekerjaan yang akan datang. Supaya mernudahkan dalam penjualan atau
penggunaannya pada proyek yang akan datang, maka dalam memilih peralatan
yang akan digunakan pada suatu proyek perlu juga memperhitungkan
keccnderungan atau memperkirakan untuk penggunaannya pada waktu yang
akan datang. Hal tersebut untuk menghindari kesulitan dalam penjualannya atau
pengalokasian untuk tugas yang akan datang.
8.3 Kebijakan Pengadaan Alat.
Pengadaan alat dilaksanakan berdasarkan kebutuhan riil alat, dan harus didukung oleh
kepastian perolehan proyek. Pelaksanaan pengadaan alat melalui investasi, mengikuti
prosedur, dan mengacu pada Kebijakan Investasi Aktiva Tetap dan Penyertaan Modal
pada Perusahaan Lain.
Pengadaan alat merupakan keputusan yang sudah memperhitungkan berbagai aspek,
yang menguntungkan Perusahaan, baik dalam jangka panjang, maupun jangka pendek.
Kondisi umum yang perlu di pertimbangkan dalam memilih alat adalah :
a. Sudah terbukti handai (mampu bertahan dalam umur ekonomis).
b. Mempunyai reputasi (merk yang telah terbukti kehandalannya di pasaran).
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VIII - 7
c. Mengacu pada merk/ spesifikasi yang telah dipunyai.
d. Jaminan purna jual terjamin (layanan service, dan jaminan suku cadang).
e. Kelengkapan (tool kit, suku cadang fast moving, buku manual).
Jika pengadaan alat melibatkan pihak lain dengan cara sewa, maka hak dan kewajiban
masing-masing pihak harus dituangkan dalam suatu perjanjian/kontrak yang
ditandatangani oleh pihak yang terkait, diatas materai secukupnya.
Hal-hal yang harus diatur dalam perjanjian/kontrak tersebut, antara lain :
a Jenis, jumlah, merk, type, dan kapasitas alat yang menjadi obyek perjanjian
b Jangka waktu penggunaan.
c Tarif, atau harga, dan pola hubungan kerja yang disepakati.
d Sanksi-sanksi (keterlambatan penyerahan, kerusakan, idle)
e Biaya mobilisasi/demobilisasi, asuransi, pajak, retribusi alat.
f Biaya operasi, pemeliharaan (bahan bakar dan pelumas), dan biaya perbaikan.
g Kewenangan mengoperasikan alat.
h Cara pembayaran.
i Dan lain-lain yang dianggap perlu.
Untuk beberapa jenis alat tertentu, pada saat pengadaan perlu disertakan beberapa
kelengkapan sebagai persyaratan baku, antara lain :
a. Buku riwayat alat.
b. Perlengkapan-alat yang diperlukan.
c. Tool kit.
d. Suku cadang yang bersifat fast moving.
e. Buku manual alat.
f. Dokumen yang diperlukan.
g. Check List kondisi alat.
8.3.1 Pengadaan alat dengan cara mutasi.
Pengadaan alat dengan cara mutasi adalah pemenuhan kebutuhan ala dengan
cara memindahkan alat dari proyek ke proyek lain. Mutasi alat ditetapkan
dengan Keputusan/ persetujuan Direksi. Pengaturan mutasi alat menjadi
tanggung jawab Divisi yang terlibat, dengai mempertimbangkan segala segi
sehingga masing-masing pihak tidal merasa dirugikan.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VIII - 8
8.3.2 Pengadaan alat dengan cara membuat sendiri.
Pengadaan alat dengan cara membuat sendiri adalah pemenuhan
kebutuhan alat dengan cara membuat, merakit, atau memodifikasi alat yang
ada, sehingga memenuhi fungsi sebagai alat yang dibutuhkan. Pengadaan alat
dengan cara membuat sendiri diputuskan oleh Unit Usaha terkait dengan
pertimbangan :
1. Spesifikasi alat yang diperlukan tersebut tidak bisa diperoleh.
2. Untuk memudahkan/mempercepat pelaksanaan pekerjaan.
3. Biaya pengadaan alat yang dibutuhkan sangat mahal.
4. Fungsi alat yang diperlukan tersebut memungkinkan untuk dibuat, dirakit
atau dimodifikasi sendiri.
5. Memenuhi persyaratan Teknis dan Keamanan.
Ada dua cara pembiayaan untuk pembuatan alat, yaitu melalui :
a. Beban investasi, jika biaya pengadaan memenuhi batas investasi, dan
fungsi alat tidak habis disusut dalam umur proyek.
b. Beban di Proyek (BDP), jika fungsi alat sesuai umur proyek.
Untuk pengadaan alat dengan cara ini, Proyek harus membuat analisa biaya
pembuatan alat, disertai dengan pertimbangan, dan latar belakang mengapa
alat harus dibuat, dan diajukan ke unit usaha untuk mendapatkan persetujuan.
Unit usaha segera mempertimbangkan persetujuannya, dengan catatan yang
diperlukan.
8.3.3 Pengadaan alat dengan cara sewa.
Pengadaan alat dengan cara sewa exiern adalah pemenuhan kebutuha alat
dengan menyewa dari perusahaan pemilik alat, dilengkapi denga perjanjian
sewa menyewa antara pemilik, dan penyewa alat.
Keputusan untuk sewa extern berada di unit usaha terkait.
Beberapa pertimbangan untuk memutuskan pengadaan alat dengan sewa
extern, antara lain :
a. Alat yang diperlukan tidak tersedia di Unit Usaha lain.
b. Tidak ekonomis, bila didatangkan dari unit Usaha Lain
c. Tidak layak (feasible] untuk investasi, maupun leasing.
d. Tidak mungkin, atau terlalu mahal bila dibuat sendiri.
Urutan tindakan pengadaan alat dengan cara sewa extern, menglkuti pada
Lampiran Prosedur pengadaan alat dengan cara sewa extern.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VIII - 9
8.3.4 Pengadaan alat dengan cara investasi.
Pengadaan alat dengan cara investasi adalah pemenuhan kebutuhan alal
dengan cara membeli dari pabrik, dealer, agen, toko, atau pemilik alat dengan
memperhitungkan pengembalian biaya kepemilikan.
Alat yang dibeli dapat dalam kondisi baru, atau yang sudah direkondisi.
Pertimbangan untuk memutuskan pembelian alat adalah :
a. Dengan membeli alat tersebut, kelayakan ekonomi (feasibility proyel' masih
baik.
b Terdapat kepastian/ peluang besar untuk mengoperasikan ala
tersebut dalam jangka panjang.
c Unit Usaha mampu menyediakan dana untuk membeli dengan tidak
menggangu cash flow dalam jangka panjang.
d Untuk peremajaan (replacement) alat yang tingkat pemakaiannya tinggi.
e Untuk pemakaian dalam waktu tertentu, dan dijual setelah selesa
pemakaian.
8.3.5 Pengadaan alat dengan cara sewa beli (leasing)
Pengadaan alat dengan cara sewa beli (leasing) adalah pemenuhan kebutuhan
alat dengan cara menyewa dari perusahaan leasing dalam kurun waktu tertentu,
dan pada akhir sewa alat menjadi milik penyewa, atau dijual sebelum waktu
leasing berakhir.
Alat yang akan disewa beli dapat dalam kondisi baru, atau yang sudah
direkondisi.
Cara leasing ditempuh bila unit usaha mengalami kesulitan pembayaran secara
tunai, tetapi cash flow dari hasil operasi alat cukup baik, sehingg mampu
mendukung untuk melakukan sewa beli.
8.3.6 Realisasi pengadaan alat dengan cara disediakan oleh Owner.
Pengadaan alat dengan cara disediakan owner adalah pemenuhan
kebutuhan alat dengan perjanjian peminjaman/pemakaian/sewa antara unit
usaha dengan owner yang menyediakan alat.
Cara ini ditempuh bila dalam dokumen kontrak proyek yang bersangkuta
menyebutkan adanya penyediaaan alat oleh owner.
Urutan tindakan pengadaan alat dengan cara disediakan oleh owner mengikuti
prosedur pengadaan alat yang ditatapkan oleh pemberi kerja.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
VIII - 10
8.4 Jadwal Pengadaan Alat.
Jadwal pengadaan alat adalah rencana detail dari waktu yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan alat untuk proyek yang akan dilaksanakan.
Jadwal pengadaan alat dibuat berdasarkan pada metode konstruksi yang sudah
ditetapkan
Jadwal pengadaan mencakup informasi tentang :
1. Macam alat (jenis, kapasitas, dan jumlah).
2. Waktu (mobilisasi, operasi, demobilisasi).
3. Waktu kerja tiap alat (hari kerja, jam kerja, lembur).
4. Cara pengadaan (sumber alat).
5. Biaya (cara pembayaran, upah, operasi, perawatan, asuransi, pajak).
6. SDM (jumlah operator, mekanik, pelaksana, pengawas).
7. Perencanaan Jadwal pengadaan suku cadang.
8.5 Jadwal Operasi Alat.
Jadwal operasi alat adalah rencana waktii penggunaan alat dalam periode tertentu.
Jadwal operasi alat akan memberikan gambaran kapan alat tersebut operasi, idle,
menjalani perawatan, atau overhaul. Dari Jadual juga dapat diketahui kapan alat sudah
dapat dipasarkan/ dipindahkan lagi.
Jadual operasi alat ini harus tetap dibuat sebagai pedoman, dan jika oleh suatu sebab
terjadi penyimpangan, perlu dilakukan revisi.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 1
BAB IX
PENGOPERASIAN ALAT
Agar pengoperasian alat berjalan lancar, perlu ditugaskan petugas yang bertanggung jawab
tentang pengoperasian alat, yaitu Pelaksana peralatan Operator, dan Mekanik yang
profesional.
Agar alat beroperasi dengan aman, maka :
a. Penggunaan alat harus sesuai dengan fungsinya.
b. Selalu memperhatikan kondisi dan medan kerja.
c. Pemeliharaan harus tetap dilaksanakan secara teratur.
d. Ratio antara personil dengan jumlah alat, harus seimbang.
e. Dukungan fasilitas pemeliharaan yang memadai.
f. Sarana komunikasi, dan transpotasi yang memadai.
Ini dipengaruhi kecepatan penyelesaian suatu pekerjaan dan juga kualitasnya. Kesalahan
atas ketidakberesan dalam mengelola peralatan dalam suatu pekerjaan akan sangat
berpengaruh terhadap penyelesaian terhadap kualitas pekerjaan, yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi harga satuan pekerjaan dari margin keuntungan perusahaan. Oleh karena
itu, para pengelola proyek, terutama yang bertanggung jawab daiam pengelolaan peralatan,
perlu memberikan perhatian yang khusus dalam pengoperasian peralatan. Dalam
mengoperasikan peralatan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti diuraikan di
bawah ini.
9.1 Persiapan kerja
Pengoperasian peralatan perlu direncanakan dengan baik dan cermat karena setiap
kegiatan yang dilakukan akan rnempengaruhi biaya pekerjaan dan pada akhiniya
akan mempengaruh margin perusahaan. Langkah awal yang perlu ditempuh ialah
membuat daftar pertanyaan (check list) mengenai berbagai kegiatan yang harus
dilakukan sebelum mengoperasikai peralatan di lapangan pekerjaan. Setelah daftar
pertanyaan dibuat, kemudian diperiksa apakah kegiatan persiapan tersebut sudah
lengkap apa masih ada yang terlewat. Kalau hasil ada yang terlewat segera daftar
tersebut dilengkapi. Dalam menyusun daftar pekerjaai tersebut sebaiknya diurutkan
berdasarkan kepentingan dan prioritas kegiatan yang harus dilakukan. Beberapa
kegiatan penting yang perlu dilakukan, yang perlu dimasukkan dalan daftar
pertanyaan. ialah antara lain :
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 2
(1) memeriksa daftar rencana atau jadwal penggunaan peralatan;
(2) mempersjapkan peralatan termasuk pekerjaan memeriksa apakah peralatan
yang tersedia sudah sesuai atau belum dengan yang ada dalam daftar rencana.
termasuk peralatan cadangan yang dibutuhkan untuk masing-masing peralatan;
(3) mencatat cara atau rencana untuk mengatasi kekurangan peralatan, apabila
perlu, termasuk waktu dan sumber untuk memenuhinya mempersiapkan
peralatan yang akan digunakan;
(4) mengetes peralatan yang sudah tersedia dan memperbaikinya apabila
diperlukan
(5) memeriksa padanan (matching equipment) yang diperlukan,
(6) menyiapkan operator, menyiapkan mekanik pemelihara peralatan,
(7) menyiapkan bahan-bahan pendukung yang diperlukan,
(8) memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja;
(9) membuat jadwal kerja yang rinci untuk masing-masing peralatan;
(10) memobilisasi peralatan; dan
(11) mengoperasikan peralatan
9.2 Memeriksa daftar rencana penggunaan peralatan
Pada saat kontraktor mengajukan penawaran atau dalam kontrak pekerjaan biasanya
dilengkapi dengan daftar peralatan yang direncanakan akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Sebelum pengelola peralatan memobilisasi peralatan ke
lapangan pekerjaan perlu meneliti daftar peralatan tersebut, apakah daftar tersebut
masih tetap dapat digunakan sebagai landasan dalam penggunaan peralatan di
lapangan atau perlu mengalami perubahan.
Apabila yang digunakan adalah dokumen yang terlampir pada dokumen kontrak
kemungkinan daftar tersebut sudah tetap, karena sudah ada kesepakatan antara
kontraktor dan pemberi kerja. Namun apabila dokumen yang ada hanya dokumen
yang dilampirkan pada saat mengajukan penawaran harga. dokumen tersebut perlu
diteliti secara cermati karena dimungkinkan adanya fasca negosiasi yang
mengadakan peninjauan kembali atau perubahan penggunaan peralatan untuk
pelaksanaan pekerjaan. Apabila telah ada perubahan penggunaan peralatan, perlu
dibuat kembali daftar yang definitif yang sudah disahkan oleh pemberi pekerjaan.
Selanjutnya hanya dokumen yang sudah disetujui oleh pemberi kerja saja yang
digunakan sebagai landasan dalam memobilisasi peralatan ke lapangan pekerjaan.
Daftar tersebut perlu memuat data yang lengkap dan rinci mengenai spesifikasi
teknik peralatan yang akan digunakan, lokasi penggunaan, dan periode penggunaan
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 3
peralatan yaitu kapan peralatan mulai digunakan dan kapan diharapkan pekerjaan
tersebut dapat diselesaikan. Daftar tersebut diperlukan untuk perhitungan biaya
pekerjaan. Termasuk untuk mengurus klaim atau amandemen/addendum apabila
dalam pelaksanaan pekerjaan ada perubahan.
9.3 Mempersiapkan peralatan
Langkah berikutnya yang perlu dilakukan oleh pengelola peralatan ialah
mempersiapkan peralatan yang akan digunakan pada suatu pekerjaan dalam
keadaan yang siap operasi. Spesifikasi teknik setiap peralatan yang akan digunakan
termasuk jenis dan model peralatan, nomor kodenya dan rencana lokasi
penggunaannya perlu dicatat dengan baik. Begitu pula perlengkapan (accessories
atau attachment) yang dimiliki masing-masing peralatan harus i;dicatat. Data-data
mengenai kelengkapan tersebut juga perlu dicatat dengan baik. Dokumen peralatan
yang memuat data-data tersebut harus tersedia peralatan di lapangan pekerjaan. Hal
ini diperlukan untuk pencatatan dalam pembukuan yang berkaitan dengan masalah
keuangan. Selain itu juga untuk memudahkan dalam pekerjaan pemeliharaan seperti
pernesanan suku cadang atau kebutuhan bahan-bahan lainnya.
Sebelum dibawa ke lapangan pekerjaan peralatan harus dites terlebih dahulu.
sehingga kalau ada kekurangan dapat segera diketahui dan diperbaiki. Relatif lebih
mudah memperbaiki peralatan sewaktu masih di pool dibandingkan apabila sudali
berada di lapangan pekerjaan yang kemungkinan berada pada daerah yang
terpencil.
Selain kondisi masing-masing peralatan dites, juga diperiksa apakah padanan
peralatan yang diperlukan sudah tersedia dan juga ada dalam kondisi siap kerja. Hal
tersebut perlu diiakukan karena peralatan yang ada tidak akan dapat digunakan
apabila peralatan padanannya tidak tersedia atau dalam keadaan rusak. Sebagai
contoh, sekelompok truk yang akan digunakan mcngangkut tanah dari suatu lokasi
pekerjaan tidak akan dapat bekerja apabila eksavator yang akan digunakan untuk
memuat tanah ke atas truk belum tersedia atau ada dalam keadaan rusak.
Peralatan yang digunakan dimungkinkan mengalami kerusakan sehingga tidak dapat
beroperasi sewaktu-waktu. Kerusakan tersebut ada kalanya dapat diperbaiki dengan
segera di lapangan pekcrjaan karena mungkin lianya incngalaini kerusakan ringan.
namuii jugn nua kemungkinan memcrlukan waktu perbaikan yang lama karena
incngalaini rusak bcrat dan cidak dapat diperbaiki di lapangan atau harus menunggu
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 4
suku cadang ynng dipcsan kepada agen tunggal pemcgang merk peralatan. Apabila
masa tidak bekerja peralatan cukup lama sehingga akan mengganggu pekerjaan lain
atau target penyelesaian pekerjaan maka diperlukan peralatan cadangan yang
sewaktu-waktu dapat dioperasikan scbagai pengganti yang sedang mengalami
kerusakan. Karena membiarkan peralatan menunggu pekerjaan yang terlalu lama
adalah merupakan pemborosan, maka kebutuhan peralatan cadangan harus
direncanakan degan baik. Peralatan cadangan sebaiknya hanya disediakan untuk
pekerjaan yang strategis dan kritis yaitu antara lain yang akan mengganggu
pekerjaan yang lain atau mempengaruhi target pekerjaan secara keseluruhan
9.4 Menyiapkan operator
Selain kondisi, peralatan padanan dan peralatan cadangan yang diperlukan. hal lain
yang perlu dikerjakan ialah memeriksa apakah operator yang akan mengoperasikan
peralatan sudah tersedia dalam jumlah yang cukup dan dalam kondisi siap
ditugaskan. Apabila tenaga operator yang dibutuhkan telah tersedia. sebelum mereka
dikirimkan ke lapangan pekerjaan perlu dilatih terlebih dahulu acau diberikan
penjelasan mengenai tugas-tugas yang harus dilakukan oleh mereka. Selain mereka
dituntut untuk dapat mengoperasikan peralatan mungkin dan efisien, kepada mereka
perlu juga dijelaskan kewajiban lain yang seperii membuat laporan harian operasi,
dan memelihara serta dengan sebaik-baiknya sehingga peralatan selalu ada dalam
kondisi siap kerja.
Mereka juga perlu diberitahu mengenai berbagai peraturan dan prosedur yang
berlaku di lapangan pekerjaan di mana mereka akan dipekerjakan, seperti peraturan
internal perusahaan dalam permintaan pengadaan bahan-bahan pendukung dan
pembuatan laporan, maupun peraturan yang ada atau dikeluarkan oleh pemberi
kerja, kalau ada. Kepada mereka perlu juga dijelaskan mengenai sangsi-sangsi yang
akan diberikan apabila mereka melanggar ketentuan yang digariskan.
Para calon operator juga perlu diingatkan mengenai berbagai tatakrama atau
kebiasaan yang berkaitan dengan adat istiadat dan budaya lingkungan masyarakat di
mana pekerjaan berada. Juga mereka perlu diingatkan agar tidak merusak
lingkungan alami atau kalau pun tidak dapat dihindari agar kerusakan lingkungan
tersebut ditekan sekecil mungkin. Hal ini sangat penting ka ena dalanr keadaan
tertentu atau di daerah tertentu akan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan
pekerjaan atau dapat dihindari adanya gangguan-gangguan eksternal. Apabila
masyarakat setempat merasa terganggu kepentingannya, apabila para pekerja
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 5
dirasakan oleh mereka tidak menghormati budaya dan adat kebiasaan mereka, maka
hal yang sepele saja dapat memicu keributan, yang dapat mengganggu kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.
Penjelasan lain yang perlu diberikan ialah hak-hak mereka selama menjalankan
tugas di lapangan agar mereka merasa tenteram karena ada kejelasan mengenai
apa yang akan mereka peroleh, Termasuk dalam hal ini adalah santunan asuransi
apabila mereka mengalami kecelakaan atau premi yang dapat mereka peroleh
apabila hasil kerja mereka melampui target yang telah ditetapkan. Hal tersebut
merupakan daya dorong atau motivator supaya mereka dapat bekerja secara
produktif, optimal, dan efisien.
9.5 Menyiapkan mekanik
Untuk keperluan pemeliharaan perlu diperiksa apakah mekanik sebagai tenaga
pelaksana beserta perlengkapan kerja mereka telah tersedia dalam jumlah yang
cukup dan siap untuk digunakan. Kalau perlu, apabila peralatan bekerja tersebar di
tempat yang berjauhan dibuat kelompok-kelompok yang akan menangani kelompok
peralatan yang ada di lokasi-lokasi tertentu. Masing-masing kelompok dilengkapi
peralatan kerja sendiri-sendiri. Hal tersebut perlu dilakukan apabila alat transportasi
untuk pekerja tidak tersedia sedangkan areal pekerjaan yang harus dicakup
berjauhan. Apabila kelompok mekanik yang dibutuhkan telah tersedia, sebelum
mereka dikirimkan ke lapangan pekerjaan perlu dilatih terlebih dahulu atau diberikan
penjelasan mengenai tugas-tugas yang harus dilakukan oleh mereka.
Selain mereka dituntut untuk dapat memelihara peralatan sebaik-baiknya dan cepat
waktu. Kepada mereka perlu juga dijelaskan kewajiban lain yang harus mereka
lakukan seperti membuat laporan pemeliharaan, dan memelihara serta menjaga
peralatan kerja (tool kit) dengan sebaik-baiknya sehingga peralatan selalu ada dalam
kondisi siap kerja. Mereka perlu dituntut ketepatan dan kecepatan penyelesaian
pemeliharaan karena akan mempengaruhi kelancaran pengoperasian peralatan yang
pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian target penyelesaian pekerjaan.
Kepada mereka juga perlu ditekankan pentingnya pengerjaan laporan yang harus
dilakukan tepat waktu dalam kaitannya dengan keperluan pembukuan keuangan
maupun untuk riwayat peralatan dan perencanaan pengadaan suku cadang serta
bahan-bahan pendukung lainnya yang diperlukan kemudian.
Selain itu mereka juga perlu diberitahu mengenai berbagai peraturan dan prosedur
yang berlaku di lapangan pekerjaan di mana mereka akan dipekerjakan, seperti
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 6
peraturan internal perusahaan dalam pennintaan pengadaan bahan-bahan
pendukung dan pembuatan laporan, maupun peraturan yang ada atau dikeluarkan
oleh pemberi kerja. kalau ada. Kepada mereka perlu juga dijelaskan mengenai
sangsi-sangsi yang akan diberikan apabila mereka melanggar ketentuan yang
digariskan.
Seperti halnya kepada operator, kepada para mekanik juga perlu diberikan
penjelasan mengenai hak-hak mereka selama menjalankan tugas di lapangan agar
mereka merasa tenteram karena ada kejelasan mengenai apa yang akan mereka
peroleh. Termasuk dalam hal ini adalah santunan asuransi apabila mereka
mengalami kecelakaan, atau premi yang dapat mereka peroleh apabila hasil kerja
mereka melampaui target yang telah ditetapkan. Hal tersebut merupakan daya
dorong atau motivator supaya mereka dapat bekerja secara produktif, optimal, dan
efisien.
Fast moving part (suku cadang yang sering diganti) adalah suku cadang yang harus
diganti setelah mencapai jumlah jam kerja tertentu antara lain seperti saringan, seal,
plat kopling (disc clutch), dan slang hidraulik. Suku cadang yaug sering diganti
tersebut harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup. Suku cadang jenis ini relatif
Iebih mudah direncanakan pengadaannya karena biasanya pabrik pembuat peralatan
mencantumkannya dalam buku petunjuk pengoperasian dan pemaliharaan peralatan.
Apabila pelaksanaan pemeliharaan, terutama pemeliharaan alat berat. dilakukan oleh
agen tunggal pemegang merk peralatan atau pihak ketiga lainnya, penyediaan suku
cadang ini hanya untuk pemeliharaan periodik atau pemeliliaraan ringan saja.
Kebutuhan suku cadang untuk pemeliharaan berat menjadi tanggung jawab agen
tunggal atau pihak ketiga tersebut. Untuk mencukupi kebutuhan pasokan suku
cadang dan ketersediaannya lebih terjamin baik dan segi waktu pemasokan maupun
keasliannya. sebaiknya perlu diadakan kerja sama dengan agen tunggal atau
distributor pemegang merk peralatan meskipun seluruh pekerjaan pemeliharaan akan
dikerjakan secara swakelola.
9.6 Keselamatan dan kesehatan kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan aspek lain yang peting dalam
pengerjaan proyek dengan menggunakan peralatan konstruksi. Apabila dalam suatu
pekerjaan sering terjadi kecelakaan, akan mempengaruhi psikologis para pekerja.
Kondisi seperti ini dalam keadaan tertentu akan mempengaruhi penyelesaian
pekerjaan. Dalam kondisi yang ekstrim, dan kadang-kadang dikaitkan dengan isu
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 7
supra natural atau mistik, orang menghindar atau tidak mau bekerja dalam pekerjaan
tersebut. Kalau pun ada yang mau kadang-kadang mereka meminta bayaran yang
tinggi. Untuk memulihkan keadaan seperti ini dalam kondisi yang normal sering kali
merupakan pekerjaan yang sulit dan memerlukan biaya yang tinggi. Maka oleh
karena itu, pengelola proyek Iebih baik mengantisipasi dan mengatasinya sebelum
hal tersebut terjadi. Kepada para operator dan mekanik perlu diberikan perangkat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan.
Selain itu juga perlu dijelaskan mengenai peraturan atau prosedur yang berkaitan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja tersebut. Selain masalah keselamatan
kerja bagi dirinya sendiri, operator juga perlu memperhatikan keselamatan kcrja bagi
orang lain, kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja serta keselamatan peralatan
yang menjadi tanggung jawabnya.
Asuransi tenaga kerja merupakan salah satu hak bagi para pekerja selama
melaksanakan tugasnya. Oleh kareiu itu pengelola proyek perlu memenuhi hak
mereka dengan sebaik-baiknya apa yang dilakukan oleh pengelola peralatan
mengenai asuransi keselamatan kerja, harus diberitahukan secara jelas kepada
mereka terutama mengenai kewajiban yang harus mereka penuhi atau lakukan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, mengingat keadaan geografi lingkungan
sekitarnya yang bermacam-macam, dari daerah datar sampai daerah yang berbukit-
bukit dan curam dan memiliki hutan belukar yang padat dan ditumbuhi pepohonan
berduri. atau daerah berbatuan terjal. kecelakaan sering tidak bisa dihindari.
Kecelakaan tersebut dapat terjadi karena alam yang tidak ramah atau karena
kecerobohan atau kelalaian manusia itu sendiri. Untuk pertolongan pertama apabila
terjadi kecelakaan di lapangan pekerjaan, pengelola peralatan perlu menyediakan
obat-obatan dan bahan atau peralatan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K) yang lengkap. Peralatan P3K tersebut harus diusahakan tersedia pada setiap
peralatan apabila memungkinkan. Apabila tidak barang-barang tersebut harus
tersedia paling tidak di kantor lapangan.
Karena para pekerja sering juga bertindak secara ceroboh, sebelum cerjadi
kecelakaan yang fatal, baik yang menimpa dirinya sendiri atau orang lain, pengelola
perlu membuat tanda-tanda. rambu-rambu atau foster-foster yang berkaitan dengan
keselamatan kerja dan kesehatan kerja di lokasi lokasi strategis dan tempat-tempat
yang rawan kecelakaan. Dengan adanya rambu-rambu tersebut diharapkan para
pekerja akan selalu bertindak hati-hati dan penuh perhitungan dalam menjalankan
setiap tugasnya.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 8
Selain itu karena manusia sering kali pelupa, meskipun sudah disediakan rambu-
rambu atau foster-foster keselamatan kerja, pengelola masih pcrlu juga untuk
memberikan pengarahan atau peringatan secara umum kepada seluruh pekerja
melalui pertemuan umum atau dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Peringatan seperti
ini perlu dilakukan secara reguler untuk menunjukkan bahwa pengelola peralatan
cukup tanggap dan memiliki perhatian serta tanggung jawab yang besar terhadap
keselamatan dan kesehatan para pekerjanya.
9.7 Memobilisasi peralatan
Dari segi keperluan mobilisasi peralatan konstruksi dapat dikelompokkan ke dalam
dua kelompok besar, yaitu : 1) peralatan yang dapat bergerak sendiri, 2) peralaian
yang tidak dapat bergerak sendiri. Peralatan kelompok kedua ini dapat dibagi lagi ke
dalam dua sub kelompok yaitu : a) peralatan yang dapat ditarik, dan b) peralatan
yang harus diangkut.
Yang dimaksudkan dengan peralatan yang dapat bergerak sendiri ialah peralatan
yang mempunyai kemampuan bergerak sendiri dalam jarak yang jauh. Peralatan
kelompok ini dapat dengan mudah dimobilisasi setiap waktu tanpa memerlukan
bantuan peralatan lain seperti peralatan penarik (tractor] atau peralatan pengangkut
(trailer). Setelah diperiksa dan kondisinya baik, peralatan tersebut dapat langsung
dimobilisasi. Selain itu karena tidak memerlukan bantuan peralatan lain biaya
mobilisasi peralatan kelompok ini jauh lebih murah bila dibandingkan dengan
kelompok kedua. Contoh peralatan yang termasuk dalam kelompok ini ialah berbagai
jenis truk, motor/ pay scraper, motor grader, mesin pemadat beroda ban atau besi
(wheel compaction roller), loader beroda ban (wheel loader), truck/mobile crane
beroda ban, dan peralatan beroda ban lainnya.
Sesuai dengan istilahnya, peralatan yang tidak dapat bergerak sendiri kalau akan
dipindahkan lokasinya memerlukan peralatan lain untuk membawanya. Peralatan
tersebut tidak dapat berjalan sendiri karena tidak dilengkapi dengan roda, atau
dilengkapi dengan roda tapi tidak memiliki mesin penggerak roda. Peralatan yang
dilengkapi dengan roda tapi dengan roda kelabang juga dikelompokan sebagai tidak
dapat berjalan sendiri karena roda kelabang hanya direncanakan untuk berjalan
terbatas, seperti pada eksavator, dan tidak direncanakan untuk keperluan berjalan
jauh. Meskipun peralatan tersebut memiliki mesin penggerak, tapi fungsi utamanya
untuk menggerakkan peralatan kerja (boom dan bucket) bukan untuk berjalan jauh.
Roda kelabang pada bulldozer sebenarnya dapat digunakan untuk berjalan Iebih
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 9
banyak atau lebih jauh meskipun terus menerus. Oleh karena roda kelabang dapat
merusak jalan, untuk kondisi tersebut bulldozer tidak merekomendasikan untuk
bergerak sendiri, kecuali apabila dilengkapi dengan peralatan pengaman khusus.
Peralatan yang dapat ditarik ialah peralatan yang tidak dapat berjalan sendiri, tetapi
memiliki roda ban. Peralatan yang termasuk dalam kelompok ini, apabila ukurannya
agak besar untuk pemindahannya biasanya menggunakan peralatan lain seperti
traktor atau kendaraan seperti truk atau jip. Peralatan yang akan dipindahkan ditarik
di belakang kendaraan tersebut. Beberapa peralatan yang tergolong dalam kelompok
ini ialah seperti kompresor (mobile compressor), mesin pencampur adukan beton
(mobile concrete mixer), dan pembangkit listrik (generator) yang dilengkapi dengan
roda ban tapi tidak memiliki mesin penggerak/penarik sendiri. Pemindahan peralatan
yang tergolong dalam kelompok ini memerlukan usaha dan biaya lebih banyak
dibandingkan dengan kelompok yang pertama.
Peralatan yang perlu diangkut ialah peralatan yang tidak dapat berjalan sendiri dan
tidak memiliki roda penggerak untuk berjalan. Kalau pun ada yang dilengkapi dengan
roda untuk berjalan, seperti kelabang pada eksavator atau buldozer, karena tidak
dapat digunakan untuk berjalan jauh atau karena dapat merusak jalan yang akan
dilaluinya. digolongkan juga sebagai peralatan yang perlu diangkut. Untuk
memindahkan peralatan kelompok ini diperlukan peralatan bantu untuk
mengangkutnya.
Untuk peralatan yang umumnya memiliki bobot yang besar, seperti eksavator. rowed
scraper, sheep foot roller, atau buldozer, diperlukan alat angkut yang memiliki
kapasitas yang besar pula seperti trailer. Dalam memobilisasi peralatan kelompok ini
bobot masing-masing peralatan yang akan diangkut perlu diperhatikan karena masih
banyak jalan dan jembatan yang daya dukungnya rendah. Untuk keperluan hal ini,
setelah bobot peralatan yang akan diangkut diketahui dengan pasti, sebaiknya
diadakan survai lapangan kelas jalan dan daya dukung jembatan yang akan dilalui.
Apabila ditemukan jalan auu jembatan yang memiliki daya dukung lebih rendah
dibandingkan dengan bobot peralatan yang akan diangkut, perlu diadakan
pengaturan kembali mengenai cara pengangkutan yang akan dilaksanakan.
Umpamanya apabila dimungkinkan, sebagian peralatan kerja seperti boom dan
bucket eksavator atau pisau buldozer dilepas terlebih dahulu dan diangkut tersendiri
untuk mengurangi bobotnya. Apablia bobot peralatan tersebut tidak mungkin
diturunkan lagi, maka jembatan yang akan dilalui diperkuat terlebih dahulu sebelum
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 10
dilalui. Karena dimungkinkan adanya berbagai kesulitan dalam memobilisasi
peralatan kelompok ini, pengelola peralatan sesungguhnya perlu berhati-hati sejak
mempersiapkan penawaran kepada pemberi kerja, karena dapat mempengaruhi
biaya yang diperlukan.
Untuk peralatan yang ringan dan dimensinya kecil, seperti pemadat tanah portable,
kompresor atau mesin pengaduk beton yang kecil, untuk mengangkutnya bisanya
cukup dengan truk atau behkan dengan kendaraan pick up. Memobilisasi peralatan
kelompok ini juga cukup mudah dan biayanya tidak besar bila dibandingkan dengan
yang memerlukan alat pengangkut khusus.
9.8 Mengoperasikan Peralatan
Kegiatan mengoperasikan peralatan merupakan suatu langkah strategis namaun
kritis dalam pelaksanaan pekerjaan. Apablia peralatan dikelola dengan baik dan
dapat dioperasikan dengan optimum, tidak mustahil dapat mempercepat
penyelesaian pekerjaan dan akhirnya dapat menghemat biaya sehingga dapat
menurunkan biaya satuan pekerjaan. Pengurangan biaya tersebut, apabila dilakukan
karena pengelola peralatan menggunakannya secara efisien akan merupakan
keuntungan bagi perusahaan kontraktor. Namun sebaliknya, penggunaan peralatan
dapat menjadi sumber petaka apabila peralatan tidak dikelola dengan baik sehingga
tidak dapat bekerja secara optimum dan tidak efisien. Apabila lial ini yang terjadi
meka pembiayaan peralatan mejadi boros yang pada akhirnya meningkatkan biaya
satuan pekerjaan. Kalau hal tersebut dikarenakan karena pengelola peralatan tidak
cakap, maka kenaikan biaya pekerjaan tersebut menjadi kerugian bagi perusahaan.
Oleh karena peralatan dapat menjadi sumber keuntungan atau kerugian maka para
pengelola peralatan perlu memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengoperasikan
peralatan di lapangan pekerjaan. Pengelola peralatan perlu memiliki kiat-kiat yang jitu
dalam mengatur penggunaan peralatan untuk penyelesaian pekerjaan.
Hampir pada setiap pekerjaan, pemakaian peralatan pada umumnya tidak berdiri
sendiri tapi bekerja dalam kombinasi dari beberapa peralatan. Sebagai contoh untuk
pekerjaan
timbunan atau galian diperlukan buldozer untuk membongkar tanah asli kemudian
mendorongnya ke tempat pengumpulan. Selanjutya tanah tersebut diangkat
menggunakan eksavator untuk selanjutnya dimuat ke atas dump truk untuk diangkut
ke tempat penimbunan. Setelah dump truck rnenurunkan tanah di tempat
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 11
penimbunan kemudian buldozer akan menggusurnya dan meratakannya di tempat
penimbunan. Kalau timbunan tersebut perlu dipadatkan maka buldozer akan
memadatkannya. Apabila diperlukan kepadatan tertentu, seperti pada pembuatan
tanggul saluran atau inti bendungan tanah, buldozer saja tidak cukup tapi masih
memerlukan peralatan pemadat lain seperti sheep foot roller.
Dari rangkaian-pekerjaan tersebut terlihat bagaimana suatu kelompok peralatan
mempengaruhi siklus waktu kerja kelompok peralatan lainnya, yang akhirnya akan
mempengaruhi hasil kerja keseluruhan. Sikius waktu kerja dump truck dipengaruhi
oleh kecepatan eksavator memuat tanah ke atasnya. Begitu pula siklus waktu kerja
buldozer di tempat penimbunan akan dipengaruhi oleh datangnya dump truck ke
lokasi penimbunan. Apabila dump truck datangnya terlambat, maka buldozer akan
"menganggur" beberapa lama menunggu dump truck datang. Apabila dump truck
terlalu cepat datang padahal buldozer belum menyelesaikan pekerjaannya yang
pertama, maka dump truck yang akan menganggur menunggu giliran. Kondisi
peralatan menganggur merupakan pemborosan, baik dilihat dari segi penyusuian
peralatan maupun dari segi konsumsi bahan bakar dan bahan pelumas, karena
selama menunggu peralatan tersebut terus dihidupkan sehingga penyusutan juga
terus berlangsung. Makin lama suatu peralatan menunggu, makin besar pemborosan
yang terjadi. Kondisi seperti inilah yang potensial akan jnemberikan kerugaian
terhadap perusahaan.
Siklus waktu kerja merupakan salah satu faktor kunci dalam memperoleh
produksi peralatan. Makin pendek sikius waktu kerja, makin tinggi produksi yang
dapat dihasilkan oleh peralatan setiap jam kerjanya. Sebaliknya makin besar siklus
waktu kerja, makin kecil produksi peralatan per satuan waktunya.
Untuk menghilangkan atau menekan sekecil mungkin kerugian yang mungkin timbul
pengelola perlatan di lapangan perlu mengadakan penelitian yang seksama. Apakah
siklus waktu kerja peralatan seperti digambarkan di atas karena ada ketidak
mampuan produksi masing-masing peralatan sehingga jumlah padanan peralatan
(matching equipment) dari sekelompok peralatan tidak seimbang. Karena ada
perbedaan perbedaan produksi peralatan yang mampu berproduksi lebih banyak
akan menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat. Perbedaan siklus waktu yang nyata di
lapangan pekerjaan dengan perhitungan pada waktu menyiapkan penawaran harga
mungkin saja terjadi karena ada faktor-faktor yang belum diperhitungkan atau karena
ada perbedaan yang mencolok antara asumsi yang dipakai pada saat merencanakan
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 12
dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Dengan demikian untuk mengatasi
masalah tersebut perlu dilakukan penelitian siklus waktu kerja yang nyata dilapangan
secara seksama. Apabila siklus waktu yang nyata telah diperoleh segera diadakan
perhitungan kembali produksi masing-masing peralatan sehingga dapat dihitung
kebutuhan nyata jumlah padanan peralatan masing-masing kelompok. Penelitian
siklus waktu kerja peralatan ini perlu dilakukan di awal pelaksanaan pekerjaan
sebelum pemborosan yang terjadi berlarut-Iarut.
Siklus waktu kerja peralatan yang berjalan cepat seperti dump truck, dipengaruhi oleh
keadaan jalan kerja di lapangan. Makin mulus jalan kerja makin rendah tahanan
gelinding yang diberikan oleh jalan tersebut, ini berarti peralatan dapat dijalakan
dengan kecepatan yang makin tinggi pula. Kecepatan yang tinggi suatu peralatan
akan mengurangi siklus waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Ini berarti bahwa makin mulus suatu jalan kerja makin tinggi produksi yang
dapat dicapai oleh peralatan karena siklus waktu kerja yang dibutuhkan makin
pendek.
Dari gambaran tersebut terlihat bahwa kondisi jalan kerja juga dapat mempengaruhi
siklus waktu kerja dan hasil produksi suatu peralatan. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan produksi suatu peralatan, pengelola peralatan harus memperhatikan
dan memelihara kondisi jalan kerja yang digunakn untuk lalu lintas peralatan yang
digunakan di lapangan pekerjaan sehingga tidak ada hambatan yang dapat
mengganggu kelancaran arus lalu lintas peralatan yang bekerja. Untuk meningkatkan
produksi peralatan sampai ke tingkat yang optimum, pengelola peralatan harus selalu
mengadakan penelitian keadaan jalan kerja secara periodik, sehingga apabila
diketahui ada kerusakan jalan kerja yang potensiai akan menurunkan siklus waktu
kerja peralatan dapat segera diperbaiki. Pemeliharan jalan kerja sebaiknya dilakukan
secara terus menerus untuk mejamin keajegarr produksi suatu peralatan jangan
sampai mengalami penurunan.
Untuk memperoleh keuntungan yang optimum, karena pemeliharaan jalan kerja
memerlukan biaya yang cukup besar, perlu diadakan pengamatan mengenai
besarnya biaya pemeliharaan jalan kerja dan peningkatan yang dihasilkan.
Bandingkan besarnya ongkos pemeliharaan jalan yang harus dikeluarkan dengan
nilai kenaikan produksi yang dicapai. Pekerjaan pemeliharaan jalan kerja perlu terus
dilakukan sepanjang biaya yang dikeluarkan masih seimbang dengan nilai dari hasil
peningkatan produksi yang diperoleh. Bahar bakar merupakan salah satu unsur
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 13
sangat penting dalam kelancaran pengoperasian peralatan sangat tergantung sekali
terhadap ketersediaan dilapangan pekerjaan dalam jumlah yang cukup dan waktu
yang cepat. Karena bahan bakar merupakan kunci kelangsungan pengoperasian
peralatan, pengelola peralatan di lapangan pekerjaan maupun di kantor induk, perlu
secara terus menerus dari waktu ke waktu memantau keadaan stok bahan bakar.
Untuk kelancaran pengoperasian peralatan perlu diadakan persediaan bahan bakar
umpamanya minimum untuk keperluan dua minggu kerja penuh atau bahkan lebih.
Hal seperti ini sangat penting untuk dilakukan terutama apabila lokasi pekerjaan
berada di daerah yang terpencil dan memerlukan waktu yang lama untuk
mendatangkan bahan bakar ke lokasi tcrsebut.
Hal penting lainnya yang perlu ditangani oleh pengelola peralatan di lapangan ialah
keamanan peralatan dari ulah tangan manusia atau dari kemungkinan gangguan
alam seperti , banjir, longsor, atau gangguan lainnya. Untuk keperluan tersebut,
untuk peralatan yang sapat berjalan sendiri seperti dump truk sebaiknya disediakan
tempat pool dekat kantor lapangan sehingga mudah mengawasinya. Untuk peralatan
kecil atau portable sebaiknya setelah selesai digunakan dikembalikan ke gudang
penyimpanan yang disediakan di kantor lapangan. Untuk peralatan yang tidak dapat
bergerak sendiri setiap setelah selesai digunakai peralatan harus diparkir di tempat
yang aman dari kemungkinan gangguan bcncana alam.
Hasil produksi yang dicapai peralatan yang berkaitan erat dengan taliapan
penyelesaian pekerjaan dan juga dengan biaya yang dikeiuarkan. Untuk
memudahkan perhitungan yang berkaitan dengan keduanya, setiap kegiatan
pengoperasian .peralatan perlu dilakukan pencatatan. Pencatatan tersebut antara
lain meliputi pencatatan data mengenai lokasi pekerjaan, bagian atau jenis pekerjaan
yang ditangani, waktu kerja. produksi yaitu dihasilkan, besarnya konsumsi bahan-
bahan yang digunakan selama peralatan dioperasikan, jumlah operator yang
mengoperasikan peralatan, dan informasi lain yang dipandang perlu. Laporan
tersebut harus dibuat oleh masing-masing operator peralatan setiap hari kerja. dan
segera disampaikan kepada pejabat yang bertanggung jawab setelah selesai bekerja
pada hari tersebut atau paling lambat pada hari berikutnya. Untuk memudahkan
perhitungan pada tingkat administrasi yang lebih tinggi pengelola peralatan di
lapangan perlu membuat rekapitulasi laporan tersebut untuk seluruh peralatan yang
digunakan di lapangan pekerjaan setiap periode tertentu, umpamanya setiap minggu,
setiap dua minggu atau setiap bulan.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 14
Setiap peralatan yang digunakan perlu dipelihara dengan baik dan tepat waktu
sehingga kondisinya selalu ada dalam keadaan optimal dan siap bekerja setiap
waktu. Oleh karena itu supaya pelaksanaan pemeliharaan tersebut dapat berjalan
dengan baik dan tidak mengganggu kelancaran pengoperasinnya, pengelola
peralatan perlu membuat jadwal kerja penggunaan peralatan dan tentatif jadwal
pemeliharaan yang baik dan selalu diperbarui secara periodik sesuai dengan
perkembangan yang terjadi di lapangan.
Penggunaan peralatan pada suatu pekerjaan biasanya meliputi areal kerja yang
sangat luas. Terutama apabila daerah pengambilan bahan-bahan timbunan atau
tempat pembuangan lokasinya berjauhan dengan lokasi pekerjaan pembuatan
bangunan-bangunan yang diperlukan. Oleh karena itu luas daerah administrasi
pemerintahan yang tercakup dalam lokasi kerja peralatan juga sangat iuas, dan
masyarakat yang terkait juga sangat banyak. Untuk kemudahan dalam pelaksanaan
pekerjaan serta untuk menekan sekecil mungkin gangguan keamanan atau
gnngguan lainnya, sebaiknya pengelola pekerjaan atau pengelola peralatan sendiri
menghubungi kepala pemerintah yang terkait dan tokoh masyarakat setempat.
Peranan mereka akan sangat besar dalam membantu kelancaran pekerjaan atau
dalam penyelesaian apabila terjadi konplik antara masyarakat dengan pekerja yang
menangani peralatan.
9.8.1 Asuransi Alat.
Untuk mengurangi resiko yang akan ditanggung Perusahaan yang
diakibatkan oleh terjadinya hal-hal diluar dugaan, maka alat perlu
diasuransikan. Jenis pertanggungan asuransi yang biasa dipakai adalah All
Risk, atau Total Loss Only (TLO) atau Third Party Liability ( TPL ) jika
diperlukan.
Tahap mobilisasi/demobilisasi.
Pada tahap mob/demob, asuransi alat harus ditutup, dan polis asuransi harus
sudah diterima sebelum alat mulai diangkut. Jenis pertanggungan asuransi
disesuaikan dengan sarana angkutan yang dipakai :
a. Angkutan darat, menggunakan pertanggungan All Risk
b. Angkutan laut/udara, menggunakan pertagungan All Risk atau TLO.
Tahap montage/demontage.
Pada tahap montage/demontage, menggunakan pertanggungan All Risk.
Tahap operasi.
Pada tahap operasi, semua alat menggunakan pertanggungan All Risk.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 15
9.8.2 Produksi peralatan
Yang dimaksud dengan produksi alat ialah jumlah hasil pekerjaan yang dapat
diproduksi oleh suatu peralatan selama waktu tertentu. Biasanya dinyatakan
dalam berat atau volume bahan Lazimnya satuan produksi yang digunakan
ialah dalam m3/jam atau ton/jam. Besarnya produksi tersebut tergantung
kepada beberapa faktor, yaitu:
▪ produksi alat per cycle (m3)
▪ faktor koreksi
▪ cycle time (menit)
Produksi setiap alat berbeda-beda tergantung kepada jenis alat dan
kapasitasnya masing-masing
Secara umum besarnya produksi yang dapat dihasilkan oleh suatu peralatan
ialah :
Q = (A X 60) / Cm x f
Q = produksi peralatan, m3/jam
A = produksi per siklus, m3
f = faktor koreksi
Cm = waktu siklus, menit
Bulldozer
A = L x H2
L = Lebar Pisau
H = tinggi pisau
f = E x k x S
E = Efisiensi mesin per jam
k = Faktor blade
s = Faktor tanah
Excavator :
A = kapasitas bucket (peres atau munjung)
f = E x K x S
E = efisiensi mesin per jam (umpamanya diambil 0.83)
K = faktor bucket (umpamanya diambil 0.9)
S = faktor tanah (umpamanya diambil 0.8)
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 16
Mesin pemadat (compactor) :
Q = (W x V X H x 1000) / N dalam m3/jam padat
Q = produksi peralatan, m3/jam
W = lebar pemadatan, m
V = kecepatan rata-rata, km/jam
H = ketebalan lapisan yang dipadatkan, m
N = jumlah lintasan yang dibutuhkan atau jumlah siklus pemadatan
Pencampur beton (concrete mixer) :
Waktu mencampur :
1 (satu) menit untuk ukuran kapasitas s/d 1 (satu) cuyard.
ditambah 0.25 menit untuk setiap tambahan kapasitas sebesar 1 (satu)
cuyard untuk peralatan dengan ukuran lebih besar daripada 1 (satu) cuyard.
Power shovel dan dragline
Q = A x C x 60 x f
Q = produksi peralatan, m3/jam bank
A = kapasitas bucket (dalam m3 bank)
C = jumlah siklus per menit
f = faktor koreksi
Kapal keruk jenis cutter dredger (CDR) :
• Qe = Qt x Etot
Qe = produksi efektif dalam m3 / jam padat
Qt = produksi theoritik (pabrik) dalam m3/jam padat, besarnya adalah :
Etot = Efisiensi total
• Qt = (270 x Sc x N) / ( x H)
N = daya terpakai (continuous rating), dalam hp
Sc = prosentase zat padat (solid content) dalam campuran, (20 - 30 %)
tergantung sifat material dan diameter pipa
= berat jenis campuran material, dalam kg/dm3
H = tinggi kenaikan manometris (total), dalam m kolom air (mka)
• E tot = Ew x Eo x Em
Ew = efisiensi waktu
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 17
Eo = efisiensi operator
Em = efisiensi material
Kapal keruk jenis bucket dredger (BDR) :
Qc = Q th x E tot
Qc = produksi efektif, dalam m/jam padat
Qth = produksi theoritik (pabrik), dalam m3/jam padat, besarnya adalah: :
Qth = Qb x Sc x i x n x 60 x Eb
Qb = kapasitas (ember) bucket, dalam m3
Sc = prosentase zat padat (solid content) dalam campuran, (25% - 75%),
tergantung sifat material
i = jumlah ember
n = putaran ember per menit
Eb = efisiensi ember, tergantung kepada kondisi ember dan rantai,
(60 % - 100 %)
Etot = efisiensi total
Etot = Ew x Eo x Em
Ew = Efisiensi Waktu
Eo = Efisiensi Operator
Em = Efisiensi Material
9.8.3 Monitoring
Alat perlu dimonitor kondisinya, sejak saat dilaksanakan mobilisasi, selama
pengoperasian, dan pada saat demobilisasi. Pengoperasian alat dimonitor
melalui laporan harian operasi (LHO) yang dibuat oleh operator, dan diketahui
oleh Pelaksana lapangan.
LHO, digunakan untuk memudahkan pemantauan alat, evaluasi alat, dan
pembuatan laporan periodik.
Beberapa hal yang harus dicatat dalam Laporan adalah :
Pada saat mobilisasi.
a. Tanggal mulai mobilisasi, dan tanggal sampai ditujuan..
b. Tujuan alat.
c. Sarana mobilisasi yang dipakai.
d. Cerita singkat kejadian selama mobilisasi, jika ada yang istimewa.
Pada saat operasi.
a. Tanggal mulai operasi.
b. Posisi hour meter sebe\um dan sesudah bekerja.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 18
c. Jumlah jam operasi.
d. Cuaca harian selama operasi.
e. Operator yang bertugas.
f. Kelainan/kerusakan/perbaikan selama operasi.
g. Hal lain yang berpengaruh.
Pada saat idle/rusak
a. Tanggal mulai /o/e/rusak.
b. Posisi hourmeterpada saat mulai id/e/rusak.
c. Perbaikan/pemeliharaan selama idle/rusak jika ada.
d. Lokasi id/e/rusak.
e. Posisi hour meter pada'saai mulai operasi lagi.
f. Tanggal mulai operasi lagi.
9.8.4 Pool Alat.
Proyek yang padat alat, sebaiknya menyediakan fasilitas pool alat, sebagai
tempa penyimpanan alat setelah selesai, atau sedang tidak beroperasi, dan
juga tempa untuk pemeliharaan guna mendukung operasi dan keamanan alat.
Klasifikasi pool ditentukan dari jumlah dan jenis alat.
Fasilitas keamanan mencakup petugas jaga (satpam), penerangan waktu
malam pagar keliling, rumah jaga, dan sebagainya.
9.9 Biaya Alat
Biaya alat terdiri atas biaya pemilikan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya
penggantian, biaya tidak langsung, biaya pajak dan keuntungan.
9.9.1 Biaya Kepemilikan
Biaya kepemilikan atau Ownership cost, terdiri atas biaya penyusutan, biaya
bunga modal, biaya manajemen. Biaya kepemilikan mulai di bayar pada awal
bulan berikutnya setelah alat di beli.
9.9.1.1 Biaya Penyusutan (depresiasi)
Metode perhitungan biaya penyusutan ada beberapa, antara lain
straight line, Sum of the years digits, double declining balance.
Sebagai contoh perusahaan menggunakan cara perhitungan Double
declining balance untuk menghitung biaya penyusutan. Dengan
metode ini penyusutan di hitung dengan prosentase terhadap nilai
buku. Besarnya nilai prosentase di kelompokkan berdasarkan umur
ekonomis alat, seperti yang terdapat pada tabel 5.2.4.2.
Contoh perhitungan biaya penyusutan :
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 19
Pembelian alat dengan nilai perolehan sebesar Rp. 100.000.000,-
umur ekonomis 4 tahun (sesuai tabel 5.2.4.2 nilai penyusutan
sebesar 50 %).
Perhitungan besarnya nilai penyusutan sebagai berikut :
Tahun Penyusutan Nilai Buku
0 - Rp. 100.000.000,-
1 50 % X Rp. 100.000.000,- = Rp 50.000.000,- Rp 50.000.000,-
2 50 % X Rp. 50.000.000,- = Rp 25.000.000,- Rp 25.000.000,-
3 50 % X Rp. 25.000.000,- = Rp 12.500.000,- Rp 12.500.000,-
4 50 % X Rp. 12.500.000,- = Rp 6.250.000,- Rp 6.250.000,-
Tabel 9.9.1.1 Perhitungan penyusutan secara double declining balance
Nilai buku pada tahun terakhir umur ekonomis alat disebut nilai sisa
(salvage value).
Perusahaan menganut Nilai Sisa = Nilai Buku Tahun Berjalan
9.9.1.2 Biaya Bunga Modal (cost of money)
Bunga modal adalah biaya yang harus di bayar atas penggunaan
uang sebagai modal untuk membeli alat.
Jika modal tersebut berasal dari pinjaman, maka pengembaliannya
selalu di kenakan bunga oleh pemilik uang. Atas dasar tersebut,
maka bunga yang harus di bayar menjadi bagian dari biaya pemilikan
alat.
Sekalipun alat dibeli dari uang sendiri (tidak meminjam), biaya bunga
harus tetap di perhitungkan sebagai bagian dari biaya pemilikan,
dengan asumsi bahwa jika uang tersebut di simpan di bank, akan
mendapatkan bunga simpanan. Biaya bunga diperhitungkan pada
tingkat suku bunga yang berlaku atas investasi rata-rata pada tahun
tertentu.
Contoh perhitungan biaya bunga modal :
Pembelian alat dengan nilai perolehan sebesar Rp. 100.000.000,-
tingkat suku bunga 16 %, maka perhitungan biaya bunga modal
sebagai berikut :
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 20
Tahun Investasi
awal Investasi
akhir Investasi rata-rata
Biaya bunga
0
0 100.000.000 - -
1
100.000.000
50.000.000 75.000.000 16 % X 75.000.000 = 12.000.000
2
50.000.000 25.000.000 37.500.000 16 % X 37.500.000 = 6.000.000
3
25.000.000 12.500.000 18.750.000 16 % X 18.750.000 = 3.000.000
4
12.500.000 6.250.000 9.375.000 16 % X 9.375.000. = 1.500.000
Tabel 9.9.1.2 Perhitungan biaya bunga modal
9.9.1.3 Biaya manajemen (management fee)
Biaya manajemen adalah biaya yang dikeluarkan sebagai pengganti
biaya pajak (pajak kendaraan bermotor), asuransi, penyimpanan, dan
biaya lain yang dikeluarkan dalam upaya pemilikan alat.
Biaya manajemen biasanya ditentukan sebesar 1 % sampai dengan
5 % dari harga pemilikan.
Contoh perhitungan : Jika nilai pemilikan sebesar Rp. 100.000.000,-
dan biaya manajemen ditentukan sebesar 5 %, maka besar biaya
manajemen = 5 % X Rp. 100.000.000,- = Rp. 5.000.000,- per tahun.
Dari contoh perhitungan diatas, maka ownership cost yang harus di
bayar tiap tahun besarnya sebagai berikut :
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 21
Tahun Biaya
Penyusutan Biaya Bunga
Biaya Manajemen
Biaya ownership
1
50.000.000
12.000.000 5.000.000 67.000.000
2
25.000.000 6.000.000 5.000.000 36.000.000
3
12.500.000 3.000.000 5.000.000 20.500.000
4
6.250.000 1.500.000 5.000.000 12.750.000
Jumlah
93.750.000 22.500.000 20.000.000 136.250.000
Tabel 9.9.1.3 Biaya Ownership
9.9.2 Biaya Operasi (Operating cost)
Biaya operasi meliputi biaya untuk :
1. Pemakaian bahan bakar
2. Pemakaian minyak pelumas
3. Pemakaian minyak hidrolik
4. Pemakaian gemuk (grease)
5. Pemakaian bahan pelengkap
6. Pemakaian ban dan accu
7. Pemakaian pipa-pipa kapal (kalau ada)
8. Upah operator dan mekanik
Biaya operasi ini termasuk biaya langsung, karena di keluarkan pada saat alat
beroperasi.
9.9.2.1 Biaya pemakaian bahan bakar
Biaya pemakaian bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian bahan bakar pada saat alat beroperasi. Perhitungan
biaya untuk bahan bakar dihitung berdasarkan SFC (Specific fuel
consumption), yang besarnya berkisar antara :
0,10 – 0,30 liter / PK/jam, untuk mesin bensin
0,10 – 0,15 liter / PK / jam, untuk mesin diesel.
Pemakaian bahan bakar terutama dipengaruhi oleh jenis pekerjaan
(ringan, sedang, berat).
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 22
9.9.2.2 Biaya pemakaian minyak pelumas
Biaya pemakaian minyak pelumas adalah biaya yang dikeluarkan
untuk penggunaan minyak pelumas selama alat beroperasi.
Perkiraan penggunaan minyak pelumas dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut :
jamlitert
CfXDG k /
50,195
Keterangan :
G = Pemakaian minyak pelumas, dalam liter / jam
Dk = Kekuatan mesin (PK)
f = Faktor
C = Isi carter mesin, gear box, dan sebagainya dalam liter
t = periode penggantian minyak pelumas, dalam jam.
Sebagai pedoman penentuan nilai f dapat diambil dari tabel berikut :
Jenis Alat Kondisi Lapangan
Ringan Sedang Berat
Alat roda ban ”on road”
Alat roda ban “off road”
Track type tractors
Dragline & shovels
Dredger
0,25
0,50
0,50
0,50
0,25
0,30
0,55
0,63
0,55
0,50
0,40
0,60
0,75
0,60
0,60
Tabel 9.9.2.1 Nilai faktor pemakaian minyak pelumas
9.9.2.3 Biaya pemakaian minyak hidrolik
Biaya pemakaian minyak hidrolik adalah biaya yang dikeluarkan
untuk pembelian minyak hidrolik selama alat beroperasi. Jumlah
pemakaian minyak hydrolik dapat dihitung dengan rumus :
)/(20,1/ jamliterXtCH
Keterangan : H = Kebutuhan minyak hidraulik , dalam liter / jam
C = Kapasitas sistem minyak hidrolik
t = periode penggantian minyak hidrolik dalam jam
9.9.2.4 Biaya pemakaian gemuk (grease)
Biaya pemakaian gemuk adalah biaya yang dikeluarkan untuk
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 23
pembelian minyak gemuk selama alat beroperasi. Secara praktis,
contoh penggunaan gemuk dapat mengikuti tabel sebagai berikut :
Jenis Alat
Pemakaian gemuk (kg/jam)
Pada Kondisi Lapangan
Ringan Sedang Berat
Track type 100 PK
75 - 100
PK
60 - 75
PK
25 - 60
PK
Wheel type 100 - 150
PK
Unit alat yang ditarik
Dredger
0,20
0,15
0,10
0,05
0,05
0,05
1,00
0,50
0,25
0,20
0,15
0,15
0,10
2,00
0,50
0,45
0,40
0,25
0,25
0,15
3,00
Tabel 9.9.2.2 Pemakaian gemuk pada alat
9.9.2.5 Biaya pemakaian bahan pelengkap
Biaya pemakaian bahan pelengkap adalah biaya yang dikeluarkan
untuk pembelian bahan pelengkap yang terdiri atas air accu, majun,
sabun, balok, macam-macam tali, matting, dan lain-lain selama alat
beroperasi. Pemakaian bahan pelengkap biasanya dihitung
berdasarkan perkiraan / pengalaman, dan sangat tergantung pada
kondisi operasi.
9.9.2.6 Biaya pemakaian ban dan accu
Biaya pemakaian ban atau accu dihitung dengan rumus :
accuataubanjamUmur
accuataudalamluarbanaHaccuataubanBiaya
)(
)(arg
Menentukan umur ban merupakan pekerjaan yang sulit karena
sangat terpengaruh oleh jenis alat, permukaan jalan, dan faktor berat
muatan.
Contoh umur ban pemakaian ban :
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 24
Jenis Alat
Daerah Operasi
Ringan Sedang Berat
Km Jam Km Jam Km Jam Motor Grader Wheel Loader
80.000 -
4.000 5.000
50.000 -
2.500 3.500
30.000 0 -
1.50 0
1.00 0
Tabel 9.9.2.3 Tabel Pemakaian ban
Daerah operasi ringan : Pada jalan yang terawat baik yaitu jalan tanah,
atau pasir, dengan tingkat keausan ban
normal.
Daerah operasi sedang : Pada jalan dengan permukaan batu kerikil
bercampur batu pecah, dengan tingkat
keausan ban normal.
Daerah operasi berat : Pada jalan dengan permukaan penuh batu
pecah, yang menyebabkan tingkat keausan
ban tinggi dan sering bocor.
9.9.2.7 Biaya pemakaian pipa-pipa kapal
Biaya ini hanya ada pada pemakaian kapal keruk, atau alat lain yang
memerlukan pipa-pipa kapal sebagai alat bantu.
Untuk pembuangan lumpur diperlukan pipa-pipa apung dan pipa
darat. Contoh perhitungan perkiraan umur, pipa dihitung dengan
rumus :
tahunp
dtdT
133
)133(2
Keterangan : T = perkiraan umur pemakaian pipa, dalam tubuh.
d = diameter rata-rata pipa, dalam inchi
t = tebal pipa, dalam inchi
p = Perkiraan produksi per tahun, dalam juta kubik
Umur pipa sangat dipengaruhi oleh butiran material yang
melewatinya.
Biaya pemakaian dihitung dari harga pembelian, dibagi umur pakai
pipa.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 25
9.9.2.8 Biaya Upah
Biaya upah adalah biaya yang dikeluarkan untuk fasilitas SDM yang
terlibat dalam pengoperasian alat selama alat beroperasi,
Unsur biaya upah terdiri atas :
a. Upah operator
b. Upah pembantu operator
c. Upah mekanik
d. Upah lembur
e. Upah Keamanan
f. Tunjangan pengobatan
g. Dan biaya lain untuk operator, mekanik dan keamanan.
9.9.3 Biaya Perbaikan
Biaya perbaikan adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan perbaikan
alat selama alat beroperasi.
Perkiraan biaya perbaikan selama umur ekonomis, dihitung secara
prosentase terhadap harga pokok alat.
Contoh besarnya prosentase biaya perbaikan, dapat dilihat pada tabel berikut:
Jenis Alat Prosentase Harga Pokok Keterangan
Dragline
Shovel
Tractor
Grader
Scraper
Truck
50 - 80
60 - 100
90 - 100
70 - 100
80 - 100
40 - 70
- Harga pokok adalah harga
alat dikurangi harga bagian
alat yang termasuk dalam
biaya produksi
(consumable parts).
- Makin berat kondisi
lapangan makin besar
prosentase.
Tabel 9.9.3.1 Prosentase biaya perbaikan
Alokasi biaya perbaikan, kecil ditahun awal, dan bertambah besar di tahun-
tahun berikutnya.
Metode yang dipakai untuk menghitung perkiraan biaya perbaikan,
menggunakan modifikasi metode sum of the years digits, seperti contoh pada
tabel berikut :
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 26
Tahun Prosentase Biaya Perbaikan terhadap Harga
Pokok
Keterangan
1 1/10 X 90 % = 9 % Contoh hitungan untuk :
• Prosentase biaya perbaikan = 90 %
• Umur ekonomis 4 tahun, sehingga jumlah umur = 10
2 2/10 X 90 % = 18 %
3 3/10 X 90 % = 27 % 4 4/10 X 90 % = 36 %
Tabel 9.9.3.2 Contoh hitungan prosentase biaya perbaikan
9.9.4 Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung terdiri atas biaya overhead, biaya pengawasan, biaya
pool, force majeur, dan biaya lain yang harus dibayar untuk keperluan operasi
alat, tetapi belum termasuk ke dalam pos biaya lain.
Biaya tidak langsung diperhitungkan berdasarkan pengalaman dan kondisi
kebutuhan perusahaan yang biasanya berkisar antara 1 % s/d 5 % dari biaya
langsung (biaya operasi).
9.9.5 Biaya pajak dan keuntungan
Keuntungan dihitung atas dasar kebutuhan pengembangan usaha dan
kewajiban perusahaan, sedangkan pajak dihitung sesuai dengan aturan pajak
yang berlaku.
9.10 Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
Perhitungan harga satuan pekerjaan dilakukan dengan memperhitungkan semua
unsur biaya, berikut diberikan suatu urutan hitungan harga satuan pekerjaan.
A. Data alat
1. Jenis alat :
2. Merk :
3. Type / Model :
4. Tahun Pembuatan :
5. Kapasitas :
6. Produksi alat / jam :
7. Umur ekonomis alat :
8. Jam kerja pertahun :
9. Nilai Perolehan : Rp. a
10. Nilai Sisa : Rp. b = p % X Rp. a
11. Nilai yang disusut : Rp. c = Rp (a – b)
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 27
B. Biaya Alat
1. Biaya Langsung
1.1 Biaya Pemilikan
a. Biaya penyusutan = Rp a1.1
(dihitung sesuai umur alat, dan metode penyusutan yang dipakai)
b. Bunga modal = Rp b1.1
(dihitung sesuai tingkat suku bunga investasi yang berlaku)
c. Biaya Manajemen = Rp c1.1 = x % X Rp c
Total biaya pemilikan = Rp (a1.1 + b1.1 + c1.1 ) = Rp X1.1
1.2 Biaya Operasi dan Perawatan
a. Bahan Bakar : Rp. a1.2 /jam
b. Minyak Pelumas : Rp. b1.2 /jam
c. Minyak hidrolis : Rp. c1.2 /jam
d. Grease : Rp. d1.2 /jam
e. Bahan Pelengkap : Rp. e1.2 /jam
f. Ban dan pipa : Rp. f1.2 /jam
g. Biaya operator & mekanik : Rp. g1.2 /jam
Total biaya operasi & perawatan : Rp. h1.2 /jam
Total biaya operasi & perawatan = Rp. (a1.2 + b1.2 + ..... + ...... + g1.2 )
= Rp X1.2 / jam
1.3 Biaya Perbaikan : Rp. X1.3 / jam
Total biaya langsung = Rp. B1 = Rp (X1.1 + X1.2 + X1.3) / jam
2. Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung = Rp. B2 = (1 s/d 10 % X Rp. B1 ) / jam
3. Keuntungan & pajak
3.1 Biaya keuntungan = Rp. B3.1 = x1 % X (Rp B1 + Rp B2 ) / jam
3.2 Biaya Pajak = Rp. B3.2 = x2 % ( Rp B1 + Rp B2 + Rp B3.1) / jam
Total biaya keuntungan dan pajak = Rp. B3 = (Rp B3.1 + Rp B3.2) / jam
Total biaya untuk kerja = Rp B = (Rp B1 + Rp B2 + Rp B3) / jam
C. Harga Satuan Pekerjaan (HSP) :
jam / produksisatuan
jam/Rupiah
alatProduksi
biayaTotalPekerjaanSatuanHarga
produksiSatuan
jam/ Rupiah
alatProduksi
BRp
Perhitungan HSP yang memperhitungkan berbagai faktor koreksi, dapat dilihat pada
modul Analisa Harga Satuan.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
IX - 28
9.11 Manual Operasi Alat
Cara mengoperasikan alat harus mengikuti manual alat yang dibuat perusahaan,
atau aturan lain yang dibakukan oleh perusahaan. Jika tidak ada, maka
pengoperasian alat harus mengikuti buku petunjuk atau buku manual operasi yang
dibuat oleh pabrik pembuat alat yang bersangkutan.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
X - 1
BAB X
INVENTARISASI ALAT
Inventarisasi alat adalah suatu kegiatan administrasi untuk memberikan kemudahan dalam
pengawasan, pengamanan, dan monitoring alat. Inventarisasi dilakukan terhadap se mu a a lat ya ng
dimiliki, baik yang diperoleh melalui investasi, maupun yang diperoleh dengan cara lain (hibah,
mutasi). Alat yang diperoleh melalui Hibah harus dicatat dalam extra comtable, dengan nilai penyusutan
nol. Inventarisasi alat dilakukan secara periodik, setiap triwulan, atau setiap ada perubahan data yang
menyangkut alat.
Kegiatan administrasi dalam rangka inventarisasi alat, meliputi :
1. Identffikasi.
2. Kegiatan inventarisasi (mencakup data perolehan, umur ekonomis, nilai buku)
10.1 Identifikasi
Identifikasi alat adalah pemberian identitas kepada setiap alat, sehingga dapa! denga n mu d a h
dikenali. Mengingat banyaknya pengelola alat jenis macam, dan jumlah alat, maka diperlukan
suatu cara pemberian identititas pada alat yang diberlakukan secara baku
Ketentuan umum mengenai identitas alat adalah :
a. Identitas alat melekat pada alat secara permanen dan mudah dtemukan.
b. Identitas diberikan untuk satu alat, dan tidak boleh ditukar.
c. Jika alat sudah dihapus, maka identitas tidak boleh dipakai lagi.
10.2 Kegiatan Inventarisasi
Sistem inventarisasi alat adalah cara yang d ipakai dalam mengadministrasikan ala yang dimiliki.
Administrasi alat mencakup pencatatan data fisik, data administras dan data keuang an yan g
menyangkut alat.
10.2.1 Data fislk alat
Data fisik alat adalah data yang melekat pada alat mencakup :
a. Nama/jenis alat. c. Pabrik/ negara pembuat.
b. Merk d. Model/type.
e. Kapasitas. g. Tahun pembuatan.
f. Kondisi alat. h. Nomor seri pabrik (rangka, mesin).
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
X - 2
10.2.2 Data administrasi
Data Administrasi adalah informasi administratif yang mencakup antara lain :
a. Unit usaha yang melaksanakan investasi.
b. Sumber dana pengadaan.
c. Tahun pembelian.
d. Pemasok.
10.2.3 Data keuangan
Data keuangan adalah data yang mencakup antara lain :
a. Nilai perolehan alat. d. Nilai buku.
b. Tahun rekondisi terakhir. e. Biaya rekondisi terakhir.
c. Jumlah biaya rekondisi. f. Umur ekonomis alat.
10.2.4 Penyusutan
Penyusutan alat secara rinci diuraikan pada Peraturan Perusahaan
dibidang Akuntansi, atau petunjuk perhitungan dari Perusahaan
tentang penyusutan.
Penyusutan adalah suatu besaran nilai rupiah yang dipakai untuk
mengurangi Nilai buku alat tiap tahun.
Nilai buku merupakan nilai rupiah alat pada saat tertentu
Beberapa faktor yang harus diketahui untuk menghitung nilai buku alat :
10.2.4.1 Nilai perolehan
Nilai perolehan adalah total biaya yang diperlukan untuk
pengadaa alat, yang terdiri :
a. Harga GIF alat di pelabuhan tujuan.
b. Biaya inklaring oleh EMKL/EMKU.
c. Pajak-pajak.
d. Biaya transport termasuk retribusi sampai ke tempat seragh
terima.
e. Biaya lain yang harus dikeluarkan sampai dengan
alai diterima.
Besarnya nilai perolehan juga merupakan besarnya nilai buku
sebelum dilakukan penyusutan tahun pertama.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
X - 3
10.2.4.2 Umur ekonomis.
Umur ekonomis adalah perkiraan jangka waktu (jumlah tahun)
alat mampu berproduksi secara normal. Umur ekonomis
bervariasi tergantung jenis alatnya.
10.2.4.3 Nilai penyusutan
Nilai penyusutan adalah besarnya nilai rupiah yang dikurangkan
pada nilai buku yang dilakukan tiap akhir tahun, atau akhir
periode
Besarnya penyusutan tergantung pada sistem
perhitungan penyusutan yang dipakai, dan juga dipengaruhi oleh
jonis, dan umur ekonomis alat.
Besarnya nilai penyusutan dinyatakan dalam prosentase
terhadap Nilai Buku.
Nilai penyusutan ditentukan berdasarkan peraturan
perpajakan yang dikelompokkan menurut umur ekonomis alat.
Besarnya prosentase nilai penyusutan seperti pada tabel 5.2.4-2
No Nilai penyusutan Umur Ekonomis
1
10% Nilai Buku
1 6 th < Umur ekonomis < 20 th
2
12,5% Nilai Buku
8 th < Umur ekonomis < 1 6 th.
3
25 % Nilai Buku
4 th< Umur ekonomis < 8th.
4
50 % Nilai Buku
Umur ekonomis <. 4th.
Tabel 5.2.4-2 Nilai penyusutan berdasarkan umur alat.
10.2.4.4 Nilai sisa
Nilai Sisa alat adalah nilai buku pada saat alat mencapai urm
ekonomis.
Nilai sisa besarnya tergantung pada nilai perolehan, umur
ekonomi alat, dan metode perhitungan penyusutan yang dipakal.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
X - 4
10.2.4.5 Rekondisi alat.
Rekondisi alat adalah usaha untuk meningkatkan / mengembalika
kinerja alat agar mendekati kinerja alat baru, dengan cara
melakukan perbaikan besar (overhaul).
Biaya yang dikeluarkan untuk rekondisi akan menambah nilai
buku alat dan memperpanjang umur ekonomis alat.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
XI - 1
BAB XI
PEMELIHARAAN ALAT
Pemeliharaan alat dilakukan dengan tertib, teratur, dan menerus, serta harus mempunyai
system kerja yang efektif agar dapat menjamin umur operasional alat menjadii panjang.
Biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan alat dapat dibebankan sebagai biaya atau beban
investasi rekondisi Perusahaan, untuk alat yang idle dalam jangka panjang, biaya pemeliharaan
di bukukan pada pos tersendiri yang termasuk dalam overhead.
11.1 Klasifikasi Pekerjaan Pemeliharaan.
Beberapa petunjuk dalam pemeliharaan alat yang perlu diperhatikan adalah :
a. Pelaksanaan pemeliharaan periodik, berpedoman pada jadual penggunaa dan
ketentuan pelaksanaan pemeliharaan yang ada didalam buku petunju dari
pabrik alat. Selanjutnya disusun program pemeliharaan yang mencaku jenis
pekerjaan pemeliharaan, waktu pemeliharaan, dan material yang diperlukan,
sehingga bagian logistik dapat mempersiapkan pada waktunya.
b. Pemeliharaan harus dilakukan oleh mekanik yang mampu, agar terlaksan
dengan benar.
Untuk memudahkan pelaksanaan dan pengawasan, maka pemeliharaan perlu
dibedakan dalam beberapa kelas/tingkatan pemeliharaan.
11.1.1 Tingkatan pemeliharaan.
Tingkat pemeliharaan dirinci secara jelas dalam beberapa kelas/ tingkat
pemeliharaan, dengan rincian jenis pekerjaan yang berbeda-beda.
Pemeliharaan masing-masing alat harus dijadualkan sesuai dengan tingkat
pemeliharaan, sehingga alat tetap pada kondisi siap operasi secara optimum.
11.1.1.1 Pemeliharaan tingkat I.
Pemeliharaan tingkat I, merupakan pemeliharaan alat yang
dilakukan operator sebelum beroperasi, pada saat beroperasi, dan
setelah beroperasi. Kegiatan yang dilakukan pada pemeliharaar
tingkat I adalah :
a. Memeriksa dengan mengelilingi alat, untuk melihat kemungkinan
adanya bagian-bagian yang retak, ikatan baut yang kendor dari
sebagainya
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
XI - 2
b. Memeriksa indikator oli, indikator bahan bakar, air radiator, accu,
tegangan V-belt, drain bahan bakar dan sebagainya.
c. Memeriksa alat pengukur (gauges), menghidupkan mesin
mencoba rem, mencoba stir, attachment dan sebagainya.
d. Memeriksa dan membersihkan alat pada waktu selesai kerja
11.1.1.2 Pemeliharaan tingkat II.
Pemeliharaan tingkat II merupakan pemeliharaan alat yang
dilakukan oleh mekanik yang khusus dididik untuk melakukan
kegiatan :
a. Penggantian atau penambahan pelumas (grease, oli
mesin,transmisi).
b. Penggantian filter element untuk bahan bakar, oli, udara,
hidrolik.
c. Penyetelan (adjustment) pada rem, clutch, breaker poin
karburator dan sebagainya.
Pekerjaan pemeliharaan tingkat II merupakan pekerjaan rutin
dengan interval pelaksanaan seperti yang ditentukan dalam buku
manual operasi, pada lubrication guide masing-masing alat.
11.1.1.3 Pemeliharaan tingkat III.
Pemeliharaan tingkat III merupakan pemeliharaan alat yang
dilakukan oleh mekanik bengkel, untuk perbaikan kerusakan ringan.
Yang dimaksud dengan perbaikan kerusakan ringan adalah
perbaikan yang dapat dilakukan tanpa harus membongkar/ melepas
bagian alat yang besar, sehingga waktu penyelesaiaannya relatif
cepat. Kegiatan tersebut antara lain :
a. Mengatasi kerusakan kecil pada engine, misalnya menggant
nozzel, V-belt, hose, memperbaiki kebocoran dan sebagainya.
b. Mengganti atau memperbaiki roller yang bocor, menggant
bearing alau seal dari komponen alat yang mudah lepas.
11.1.1.4 Pemeliharaan tingkat IV
Pemeliharaan tingkat IV merupakan pemeliharaan alat yang
dilakukan oleh mekanik bengkel, untuk mengatasi kerusakan berat.
Yang dimaksud dengan perbaikan kerusakan berat adalah
perbaikan yang dalam pelaksanaannya harus membongkai
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
XI - 3
/melepas bagian alat yang besar, sehingga waktu penyelesaiaannya
relatif lama. Kegiatan tersebut antara lain Overhaul mesin,
mengganti bearing/gear\da\am transmission, mengganti clutch disc
pada steering clutch bulldozer.
11.1.1.5 Pemeliharaan tingkat V
Pemeliharaan tingkat V merupakan kegiatan rekondisi alat.
Pemeliharaan Tingkat V harus dilakukan oleh mekanik bengkel
yang didukung oleh fasilitas bengkel yang memadai untuk tujuan
rekondisi alat.
Kegiatan rekondisi antara lain adalah rebuilt, ovehoul, pemasangan
dan atau penyetelan suatu komponen untuk mengembalikan
kemampuan alat atau untuk tujuan memperpanjang umur (life time).
11.1.2 Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)
Pemeliharaan tingkat I dan tingkat II merupakan pemeliharaan pencegahan.
Pada umumnya pemeliharaan tingkat I dan tingkat II sama untuk semua alat,
yaitu pemeriksaan fisik, penggantian filter, penggantian minyak pelumas,
penggantian minyak hidrolik, rnelumasi bearing dan sebagainya. Kerusakan
alat dapat dihindari dengan melakukan pemeliharaan pencegahan secara
rutin.
11.1.2.1 Sistem pemeliharaan pencegahan.
Sistem pemeliharaan pencegahan yang baik harus dibuat
sederhana, fleksibel, dan baku. Pada prinsipnya ada tiga hat yang
harus dilaksanakan :
a. Pemeriksaan berkala kondisi alat secara teratur.
b. Operator segera lapor kepada mekanik jika ada kelainan dan
menghentikan operas! jika dirasa akan membahayakan.
c. Tindak lanjut laporan oleh mekanik.
11.1.2.2 Rencana pemeliharaan pencegahan
Pemeliharaan pencegahan harus disusun jadualnya untuk masing-
masing alat. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mengingatkan
waktu pemeliharaan.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
XI - 4
Jika alat yang dioperasikan dalam jumlah banyak, maka selain
dibuat jadual tersebut, dapat juga dibuat sistem kartu pemeliharaan
untuk masing-masing alat.
11.1.3 Pemeliharaan perbaikan
Pemeliharaan perbaikan adalah pemeliharaan tingkat III, IV dan V,
Pelaksanaan perbaikan bisa dijadualkan, jika sifatnya untuk
pencegahan atau koreksi, sedang perbaikan yang disebabkan
karena kerusakan, tidak bisa di jadualkan.
11.2 Bengkel
Penempatan lokasi bengkel, penempatan perlengkapan, pembagian tugas
kewenangan serta tanggung jawab bengkel harus dinyatakan secara tegas dan
mempunyai Managemen yang baik, karena hal ini akan sangat mempengaruhi/
mendukung kerja alat, dan secara langsung akan mempengaruhi produktivitas alat.
lasalah utama yang perlu diatur dalam manajemen bengkel adalah :
a. Pengelolaan sumber daya manusia yang terlibat di bengkel.
b. Pengelolaan suku cadang.
c. Pengelolaan penggunaan ruangan bengkel yang ada.
d. Pengelolaan kegiatan pemeliharaan, dan perbaikan alat.
e. Pengelolaan administrasi, dan keuangan.
f. Pengelolaan Keselamatan, dan Kesehatan Kerja.
Perlu dipahami bahwa bengkel merupakan sub sistem dari sistem pengelolaan alat
perusahaan, sehingga bengkel harus dapat menjamin kemampuan operasi alat secara
menerus.
agar bengkel mempunyai kinerja yang baik, maka petugas bengkel harus selalu
mengetahui jumlah alat, jenis alat, dan kondisi masing-masing alat, termasuk yang
berada dalam lingkup pemeliharaan.
Sarana, perlengkapan kerja, dan alat penunjang, disesuaikan dengan jumlah maupun
jenis alat, dan batasan kemampuan jenis pekerjaan/pemeliharaan yang nenjadi
tanggung jawab bengkel tersebut.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
RANGKUMAN
Sebagaimana prinsip manajemen secara umum maka langkah-langkah POAC atau
Planning, Organizing, Actuating dan Controlling juga diterapkan pada manajemen logistik.
Nilai material yang terkandung di dalam kontrak pelaksanaan pekerjaan, termasuk sangat
tinggi dan dominan sehingga fungsi seorang petugas logistik sangat penting di dalam
perencanaan dan pengendalian material konstruksi.
Pada bab II di dalam modul ini pertama kali tentunya di jelaskan tugas dan tanggung-jawab
serta kedudukan dan peran seorang petugas logistik baik di manajemen perusahaan
maupun pada pelaksanaan proyek.
Selanjutnya pada bab III perencanaan material diuraikan mengenai bagaimana menentukan
kuantitas material, menyiapkan contoh dan membuat jadwal pengadaan material.
Pada Pelaksanaan pengadaan material di bab IV, perlu diketahui kebijakan pengadaannya
baik yang dibeli, disewa, dipinjam dan diambil dari alam. Material yang dibeli harus dari
pemasok dan diambil dari alam. Material yang dibeli harus dari pemasok yang terseleksi
sehingga terjamin baik kualitas, kuantitas dan delivery time nya.
Langkah manajemen logistik selanjutnya adalah seperti uraian pada bab V mengenai proses
pengendalian material dimana diuraikan prosedur penunjukkan pemasok, penetapan harga,
syarat administrasi dan pelaksanaan kontrol pada sistem akuntansi untuk mengurangi
penyimpangan – penyimpangan yang mungkin ada.
Pada Bab terakhir yaitu bab VI pada manajemen logistik, dapat dilihat prosedur dan formulir
yang dipakai pada proses tersebut diatas yang tujuan nya adalah perencanaan yang baik
dan pengendalian yang teliti agar dapat mensupply material ke proyek sesuai rencana dan
anggaran yang tersedia.
Pada Proyek yang berskala besar dan menengah, fungsi peralatan terutama peralatan berat
adalah sangat dominan di dalam menyelesaikan progres physik di lapangan. Karena hal
tersebut, proyek menuntut kondisi peralatan yang prima untuk menghasilkan produktifitas
yang optimum dengan waktu kerja yang efisien dan idle time yang minimum.
Adalah tugas seorang manajer / petugas peralatan untuk menjaga kondisi alat siap pakai
seperti tersebut diatas dengan pedoman manajemen peralatan yang baik.
Pelatihan Cost Controller Manajemen Logistik Dan Peralatan
Perencanaan peralatan pada bab VIII merupakan langkah awal dan didahului rencana
kebutuhan alat, pemilihan peralatan dan kebijakan pengadaan alat. Apabila schedule
pelaksanaan proyek sudah dibuat dengan benar, maka jadwal pengadaan alat dan jadwal
operasi alat tentunya dapat dibuat pula.
Bab selanjutnya yaitu bab IX adalah membahas pengoperasian alat dari segi manajemen
dimana diperlukan persiapan peralatan, persiapan operator, persiapan mekanik,
keselamatan dan kesehatan kerja dan bagaimana memobilisir peralatan tepat waktu.
Manajemen pengoperasian peralatan sangat penting yang meliputi meng cover asuransi,
menghitung dan memonitor produksi alat sehingga tercapai efisiensi dan produktifitas yang
tinggi.
Pada bab berikut yaitu bab X adalah mengenai inventarisasi alat yang meliputi data fisik,
administrasi, keuangan dan penyusutan.
Sedangkan bab terakhir (bab XI) adalah tentang pemeliharaan alat yang merupakan hal
yang tidak boleh di abaikan.
i
KATA PENGANTAR
Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai
badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas
pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu
penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan
tenaga ahli / trampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan
serta penguasaan teknologi.
Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu
dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode
kerja dan lain-lain.
Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan
adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menggeluti
standar baku mutu baik untuk bidang pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan sumber
daya air maupun untuk pekerjaan dibidang bangunan gedung.
Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah
menghasilkan sekitar 130 (seratus Tiga Puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Cost
Controller merupakan salah satu jabatan kerja yang diprioritaskan untuk disusun materi
pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat mendesak dalam pembinaan tenaga
kerja yang berkiprah dalam pengendalian mutu konstruksi bidang sumber daya air.
Materi pelatihan pada Jabatan Kerja Cost Controller of Water Resources Construction
ini terdiri dari 8 (Delapan) modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang
diperlukan dalam melatih tenaga kerja yang menggeluti Cost Controller..
Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan
khususnya untuk modul Manajemen Logistik, dan Manajemen Peralatan Pekerjaan
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan
masukkan guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.
Jakarta, Desember 2005
Tim Penyusun
Pelatihan Cost Controller Manajemen logistik dan peralatan
ii
LEMBAR TUJUAN
JUDUL PELATIHAN : COST CONTROLLER PEKERJAAN SUMBER DAYA AIR
TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
Mampu merencanakan dan melaksanakan pengendalian biaya pelaksanaan
dilapangan, sesuai anggaran biaya yang telah ditetapkan, pada pelaksanaan
pekerjaan SDA
B. Tujuan Khusus Pelatihan
Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan dokumen kontrak
2. Membuat rencana anggaran pelaksanaan pekerjaan bersama bagian lain
yang terkait
3. Menyusun dan mengevaluasi cash flow pelaksanaan pekerjaan bersama
bagian lain yang terkait
4. Berkoordinasi dengan bagian lain yang terkait melaksanakan pengadaan
bahan, upah, subkontraktor, peralatan, dan biaya umum serta memeriksa
permintaan dana kerja
5. Melakukan pencatatan dan evaluasi biaya pelaksanaan pekerjaan, serta
membuat pelaporan secara periodik.
Seri / Judul : CCE – 08 : Manajemen Logistik dan Peralatan
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah selesai mempelajari modul ini, peserta mampu menjelaskan pengelolaan logistik
sebagai bagian / pendukung dalam pelaksanaan produksi agar tepat waktu, kualitas serta
biaya.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah modul ini diajarkan para peserta mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian Logistik
2. Menjelaskan kedudukan dan peran logistik
Pelatihan Cost Controller Manajemen logistik dan peralatan
iii
3. Menjelaskan dan melaksanakan cara pengelolaan logistik sebagai bagian dari
tugas operasional.
4. Menjelaskan dan melaksanakan kegiatan administrasi dibidang logistik untuk
mendukung tugas operasional.
Pelatihan Cost Controller Manajemen logistik dan peralatan
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
LEMBAR TUJUAN ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DESKRIPSI SINGKAT DAN DAFTAR MODUL ....................................................... vii
PANDUAN PEMBELAJARAN .................................................................................... viii
MATERI SERAHAN ..................................................................................................... xii
BAGIAN I : MANAJEMEN LOGISTIK
BAB I PENDAHULUAN (MANAJEMEN LOGISTIK) ............................................... I -1
BAB II KEDUDUKAN DAN PERAN LOGISTIK ..................................................... II -1
2.1 Kedudukan Logistik Dalam Kegiatan Perusahaan / Manajemen ...... II -1
2.2 Kedudukan Logistik Dalam Pelaksanaan Proyek .............................. II -2
2.3 Peran Logistik Di dalam Kegiatan Pelaksanaan Proyek .................... II -3
2.4 Manual Logistik ...................................................................................... II -4
2.5 Macam-macam Material Bahan dan Tugas Logistik Pada
Pelaksanaan Pekerjaan ..................................................................... II -5
BAB III PERENCANAAN PENGADAAN DAN PENYIMPANAN MATERIAL ......... III -1
3.1 Menentukan Kuantitas Material ........................................................... III -1
3.2 Menyiapkan Contoh Material .............................................................. III -1
3.3 Jadwal Pengadaan Material ............................................................... III -2
3.4 Penempatan / Penyimpanan Material ................................................. III -2
BAB IV PELAKSANAAN PENGADAAN MATERIAL .............................................. IV -1
4.1 Wewenang Dan Tanggung Jawab ...................................................... IV -1
4.2 Kebijakan Pengadaan Material ............................................................ IV -1
4.3 Material Diambil Dari Alam Atau Diproduksi Sendiri ........................... IV -4
4.4 Material Yang Disediakan Oleh Pemberi Tugas ................................. IV -5
4.5 Penerimaan Dan Penyimpanan Material ............................................. IV -5
4.6 Material Khusus ................................................................................... IV -5
4.7 Material Impor ...................................................................................... IV -6
4.8 Material Bahan Peledak ....................................................................... IV -6
Pelatihan Cost Controller Manajemen logistik dan peralatan
v
BAB V PROSES PENGENDALIAN MATERIAL ...................................................... V -1
5.1 Penunjukkan Pemasok / Sumber ....................................................... V -1
5.2 Penetapan Harga Material ................................................................. V -1
5.3 Pembuatan Surat Perjanjian Pembelian Material (Sppm) ................. V -1
5.4 Memantau (Memonitor) Proses Produksi Dan Pengiriman ................ V -2
5.5 Penerimaan Material .......................................................................... V -2
5.6 Penempatan / Penyimpanan Material ................................................ V -2
5.7 Penggunaan / Pengalokasian Material ................................................ V -2
5.8 Pembukuan Biaya dan Pembayaran Material ..................................... V -3
5.9 Inventarisasi Material Sisa ................................................................... V -3
BAB VI PROSEDUR DAN FORMULIR ................................................................... VI -1
6.1 Prosedur Perencanaan Logistik (PRL) ................................................ VI -1
6.2 Prosedur Pelaksanaan Logistik (PPL) ............................................... VI -2
6.3 Prosedur Evaluasi Pengadaan (PEP) ............................................... VI -6
BAGIAN II : MANAJEMEN PERALATAN
BAB VII PENDAHULUAN ( MANAJEMEN PERALATAN ) ..................................... VII -1
BAB VIII PERENCANAAN ALAT ............................................................................... VIII -1
8.1 Rencana Kebutuhan Alat .................................................................... VIII -1
8.2 Pemilihan Alat ..................................................................................... VIII -2
8.3 Kebijakan Pengadaan Alat .................................................................. VIII -7
8.4 Jadwal Pengadaan Alat .....................................................................VIII -10
8.5 Jadwal Operasi Alat ...........................................................................VIII -10
BAB IX PENGOPERASIAN ALAT ............................................................................ IX -1
9.1 Persiapan Kerja ................................................................................... IX -1
9.2 Memeriksa Daftar Rencana Penggunaan Peralatan ......................... IX -2
9.3 Mempersiapkan Peralatan ................................................................. IX -3
9.4 Menyiapkan Operator ......................................................................... IX -4
9.5 Menyiapkan Mekanik ........................................................................... IX -5
9.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ...................................................... IX -6
9.7 Memobilisasi Peralatan ...................................................................... IX -8
9.8 Mengoperasian Peralatan .................................................................. IX -10
9.9 Biaya Alat ............................................................................................. IX -18
Pelatihan Cost Controller Manajemen logistik dan peralatan
vi
9.10 Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan ................................................ IX -26
9.11 Manual Operasi Alat ............................................................................ IX -27
BAB X INVENTARISASI ALAT ................................................................................ X -1
10.1 Identifikasi ........................................................................................... X -1
10.2 Kegiatan Inventarisasi ...................................................................... X -1
BAB XI PEMELIHARAAN ALAT ............................................................................... XI -1
11.1 Klasifikasi Pekerjaan Pemeliharaan .................................................... XI -1
11.2 Bengkel ............................................................................................... XI -4
RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA
Pelatihan Cost Controller Manajemen logistik dan peralatan
vii
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL
PELATIHAN PENGENDALIAN BIAYA PEKERJAAN SUMBER DAYA AIR
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja PENGENDALI BIAYA
PEKERJAAN SUMBER DAYA AIR (COST CONTROLLER OF WATER RESOURCES
CONSTRUCTION) dibakukan dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kompetensi, elemen kompetensi
dan Kriteria Unjuk Kerja, sehingga dalam Pelatihan COST CONTROLLER unit-unit
kompetensi tersebut Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisa dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap prilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan
kurikulum dan silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusunlah seperangkat modul
pelatihan (seperti tercantum dalam daftar modul) yang harus menjadi bahan
pengajaran dalam pelatihan Cost Controller.
DAFTAR MODUL
No. Kode Judul Modul
1. CCE-01 UUJK, Etika Profesi dan Etos Kerja
2. CCE-02a Sistem Manajemen K3 Konstruksi
CCE-02b RPL dan RKL
3. CCE-03 Dokumen Kontrak
4. CCE-04 Manajemen Proyek
5. CCE-05 Analisa Harga Satuan
6. CCE-06 Spesifikasi
7. CCE-07 Pengendalian Biaya
8. CCE-08 Manajemen Logistik dan Peralatan
Pelatihan Cost Controller Manajemen logistik dan peralatan
viii
P A N D U A N P E M B E L A J A R A N
Pelatihan Cost Controller Manajemen logistik dan peralatan
ix
A. BATASAN
JUDUL : MANAJEMEN LOGISTIK DAN PERALATAN KETERANGAN
KODE MODUL : CCE - 08
Deskripsi :
Materi ini membahas tentang manajemen
logistik dan peralatan yang perlu diketahui dan
dipahami oleh seorang Cost Estimator.
Manajemen Logistik membahas mengenai
kedudukan dan peranan logistik dan
pengelolaan logistik sebagai bagian dari tugas
operasional. Sedangkan manajemen peralatan
membahas mengenai perencanaan alat,
pengoperasian alat, inventarisasi alat dan
pemeliharaan alat.
Tempat Kegiatan : Dalam ruang kelas dengan kapasitas ± 25 orang
Waktu Kegiatan :
4 x 45 menit (4 JPL) Bahan : Materi Serahan
Pelatihan Cost Controller Manajemen logistik dan peralatan
x
B. PROSES PEMBELAJARAN
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
1. Ceramah : Pembukaan
• Menjelaskan tujuan instruksional (TIU & TIK)
• Merangsang motivasi peserta dengan pertanyaan atas pengalaman dalam manajemen logistik dan peralatan
Waktu : 10 menit
2. Ceramah : Pendahuluan (manajemen logistik)
• Menjelaskan mengenai
pengertian logistik Waktu : 10 menit Bahan : Materi Serahan, Bab I
3. Ceramah : Kedudukan dan peran
logistik • Menjelaskan mengenai peran
logistik di dalam manajemen perusahaan, dalam proyek dan dalam pelaksanaan proyek
Waktu : 10 menit Bahan : Materi Serahan, Bab II
4. Ceramah : Perencanaan dan penyiapan material - Menjelaskan menentukan
kualitas material, penyiapan contoh material untuk persetujuan secara tertulis, cara membuat jadwal pengadaan material, cara penempatan dan penyimpanan material
• Mengikuti penjelasan
instruktur TIU dan TIK dengan tekun dan aktif
• Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas
• Mendengarkan
penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
• Mencatat hal-hal yang perlu
• Bertanya bila perlu • Mendengarkan
penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
• Mencatat hal-hal yang perlu
• Bertanya bila perlu
• Mendengarkan
penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
• Mencatat hal-hal yang perlu
• Bertanya bila perlu
OHT
4 s/d 5
OHT
6 s/d 7
OHT 8
OHT
9 s/d 10
Pelatihan Cost Controller Manajemen logistik dan peralatan
xi
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
Waktu : 10 menit Bahan : Materi Serahan, Bab III
5. Ceramah : Pelaksanaan Pengadaan material - Menjelaskan wewenang dan
tanggung jawab pengadaan material, kebijakan pengadaan material
Waktu : 15 menit Bahan : Materi Serahan, Bab IV
6. Ceramah : Proses pengendalian material - Menjelaskan proses penunjukan
pemasok, menetapkan harga material, pembuatan surat perjanjian pembelian material sampai dengan penempatan/penyimpanan material setelah dipakai masih ada material sisa
Waktu : 10 menit Bahan : Materi Serahan, Bab V
7. Ceramah : Prosedur logistik - Menjelaskan prosedur
perencanaan logistik (PRL), prosedur pelaksanaan logistik (PPC) dan prosedur evaluasi pengadaan (PEP) dengan menggunakan formulir LOG 01 s/d LOG 08
Waktu : 25 menit Bahan : Materi Serahan, Bab VI
8. Ceramah : Pendahuluan ( Manajemen Peralatan) - Menjelaskan mengenai
pengertian manajemen peralatan Waktu : 10 menit Bahan : Materi Serahan, Bab VII
• Mendengarkan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
• Mencatat hal-hal yang perlu
• Bertanya bila perlu
• Mendengarkan
penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
• Mencatat hal-hal yang perlu
• Bertanya bila perlu • Mendengarkan
penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
• Mencatat hal-hal yang perlu
• Bertanya bila perlu • Mendengarkan
penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
• Mencatat hal-hal yang perlu
• Bertanya bila perlu
OHT 11 s/d 14
OHT 15 s/d 17
OHT 18 s/d 30
OHT 31
Pelatihan Cost Controller Manajemen logistik dan peralatan
xii
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
9. Ceramah : Perencanaan Alat
- Menjelaskan mengenai pemilihan alat dan pengadaan alat
Waktu : 10 menit Bahan : Materi Serahan, Bab VIII
10. Ceramah : Pengoperasian Alat
- Menjelaskan mengenai prosedur pengoperasian peralatan termasuk K3
Waktu : 50 menit Bahan : Materi Serahan, Bab IX
11. Ceramah : Inventarisasi Alat
- Menjelaskan mengenai prosedur inventarisasi alat termasuk menghitung penyusutan
Waktu : 10 menit Bahan : Materi Serahan, Bab X
12. Ceramah : Pemeliharaan Alat
- Menjelaskan mengenai klasifikasi pemeliharaan, pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan perbaikan
Waktu : 10 menit Bahan : Materi Serahan, Bab XI
• Mendengarkan
penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
• Mencatat hal-hal yang perlu
• Bertanya bila perlu • Mendengarkan
penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
• Mencatat hal-hal yang perlu
• Bertanya bila perlu • Mendengarkan
penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
• Mencatat hal-hal yang perlu
• Bertanya bila perlu • Mendengarkan
penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
• Mencatat hal-hal yang perlu
• Bertanya bila perlu
OHT 32 s/d 33
OHT 34 s/d 52
OHT 53
OHT 54
Pelatihan Cost Controller Manajemen logistik dan peralatan
xiii
M A T E R I S E R A H A N