7
Pelembab pada kulit usai lanjut Pendahuluan Pelembab adalah bahan yang dioleskan di kulit terdiri atas bahan ang bersifat oklusif, humektan, emolien, dan protein rejuvenator dengan tujuan untuk menambah dan/atau mempertahankan kandungan air dalam lapisan korneum, sehingga kulit akan terasa halus dan lembut. Karena efeknya inilah maka pelembab merupakan salah satu produk perawatan kulit yang paling banyak di pakai di masyarakat untuk mengatasi kulit kering. Seperti diketahui, air merupakan komposisi penting untuk kehidupan sel dalam interaksinya dengan lingkungan, sehingga epidermis terutama lapisan korneum sebagai sawar utama selalu mengalami dinamika perubahan hidrasiuntuk menjaga kelenturannya. Di samping itu adanya air akan mampu menjaga reaksi enzimatik untuk tetap bekerja sehingga maturasi korneosit berjalan bersama dengan proses korneodosmolisis. Kekeringan kulit merupakan manifestasi klinis utama adanya gangguan sawar epidermis. Beberapa faktor yang mempengaruhi keutuhan sawar kulit antara lain penyakit, usia, dan lingkungan. Pada usia lanjut, gangguan sawar kulit disebabkan karena terjadi perubahan struktur dan biokimiawi epidermis sehingga terjadi penurunan trans epidermal water loss (TEWL) dan penurunan hidrasi kulit dibandingkan dengan kulit orang dewasa. Struktur lapisan korneum pada usia lanjut Struktur lapisan korneum seperti struktur tembok yang terdiri dari batu bata dan semen sebagai satu kesatuan. Sebagai

Pelembab Pada Kulit Usai Lanjut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pelembab geriatri

Citation preview

Page 1: Pelembab Pada Kulit Usai Lanjut

Pelembab pada kulit usai lanjut

Pendahuluan

Pelembab adalah bahan yang dioleskan di kulit terdiri atas bahan ang bersifat oklusif,

humektan, emolien, dan protein rejuvenator dengan tujuan untuk menambah dan/atau

mempertahankan kandungan air dalam lapisan korneum, sehingga kulit akan terasa halus dan

lembut. Karena efeknya inilah maka pelembab merupakan salah satu produk perawatan kulit

yang paling banyak di pakai di masyarakat untuk mengatasi kulit kering.

Seperti diketahui, air merupakan komposisi penting untuk kehidupan sel dalam

interaksinya dengan lingkungan, sehingga epidermis terutama lapisan korneum sebagai sawar

utama selalu mengalami dinamika perubahan hidrasiuntuk menjaga kelenturannya. Di samping

itu adanya air akan mampu menjaga reaksi enzimatik untuk tetap bekerja sehingga maturasi

korneosit berjalan bersama dengan proses korneodosmolisis.

Kekeringan kulit merupakan manifestasi klinis utama adanya gangguan sawar epidermis.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keutuhan sawar kulit antara lain penyakit, usia, dan

lingkungan. Pada usia lanjut, gangguan sawar kulit disebabkan karena terjadi perubahan struktur

dan biokimiawi epidermis sehingga terjadi penurunan trans epidermal water loss (TEWL) dan

penurunan hidrasi kulit dibandingkan dengan kulit orang dewasa.

Struktur lapisan korneum pada usia lanjut

Struktur lapisan korneum seperti struktur tembok yang terdiri dari batu bata dan semen

sebagai satu kesatuan. Sebagai batu bata adalah keratinosit yang sudah mati(korneosit) yang

berisi matriks protein korneosit bersifat higroskopik disebut natural moisturizing factor (NMF)

dan sebagai semen adalah matriks ekstraselular berupa lipid bilayer. Kesatuan structural ini

tercermin dengan adalnya lapisan lipid berikatan kovalen dari korneosit yang menyatu dengan

lipid matriks ekstraselular sehingga ruang ekstraselular yang kaya lipid ini menjadi struktur yang

sangat penting dalam pengaturan hilangnya cairan. Pada kesatuan struktur ini juga dapat dilihat

adanya laktat dan urea yang berasal dari keringat, serta adanya komponen gula yang berasal dari

glucosylceramide.

NMF terdiri atas asam amino, urea, sitrat, garam, arginin, glutamine, dan histidin atau

turunannya seperti pyrrolidone carboxylic acid (PCA) dan urocanic acid (UC). PCA dan UC

berasal dari degradasi protein filagrin di lapisan korneum bagian bawah oleh protease sitosol

(Chatepsin). Aktivitas protease sitosol sangat dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan. Pada

Page 2: Pelembab Pada Kulit Usai Lanjut

lingkungan yang sangat lembab proteolisis akan terhambat. Penelitian pada lapisan korneum

yang diisolasi, menunjukan bahwa keseimbangan proteolisi terjadi pada derajat kelembaban 80-

95% dan protealisis akan terhenti apabila dilakukan oklusi total. Proses aklimatisasi ini akan

berlangsung dalam beberapa hari dan tidak dapat dipengaruhi oelh intervensi suatu prosedur

maupun bahan.

Komposisi kimiawi semacam ini menjadikan NMF sangat higroskopis sehingga mampu

menyimpan air yang cukup sehingga proses enzimatik dalam rangka maturasi dan keutuhan

fungsi lapisan korneum tetap dalam keadaan optimal.

Lipid matriks ekstraselular terdiri atas asam lemak, kolesterol, dan seramid yang secara

bersama akan membentuk Kristal ortorombik dengan ikatan sangat erat untuk menjaga fungsi

bilier yang optimal. Di antara lipid matriks ekstraselular, seramid merupakan komponen lipid

utama pada ruang intraselular lapisan korneum yang berperan penting dalam fungsi retensi air

dan permeabilitas sawar epidermis. Sampai sekarang dikenal 10 fraksi seramid, dan pada kulit

menua semua fraksi menurun terutama fraksi 1. Seperti halnya struktur lipid bilier pada

umumnya lipid matriks ekstraselular terdiri atas kutub hidrofilik dan kutub hidrofobik. Posisi

kutub hidrofilik ada di sebelah luar bersentuhan langsung dengan air, sedangkan kutub

hidrofobik terletak di bagian dalam struktur biliyer dan apabila terjadi kerusakan pada lipid

biliyer terutama pada lapisan hidrofilil, struktur ini akan mampu memperbaiki sendiri sehingga

struktur lipid ini berfungsi seperti penyumbat. Hal inilah yang menjadikan lipid biliyer mampu

mengatur keluarnya air melewati lapisan korneum yang dikenal dengan TEWL serta mampu

menjaga MNF yang pada dasarnya mudah terlarut oleh air.

Pada kulit usia lanjut terjadi perubahan struktur dan komposisi batu bata dan semen

akibat dari percepatan proses apoptosis, sehingga struktur lapisan korneum akan rentan terhadap

kerusakan. Akibat selanjutnya sawar kulit menjadi lebih mudah rusak dan biasanya tidak

mungkin untuk di sembuhkan.; sehingga pemberian pelembab pada kulit usia lanjut lebih berefek

pada perbaikan tampilan, kenyamanan serta mencegah terjadinya akibat lanjut dari proses

penuaan kulit seperti munculnya dermatitis atau resiko munculnya keganasan pada kulit akibat

dari tingginya resistensi keratinosit terhadap apoptosis dan lambatnya perbaikan setelah

terjadinya jejas.

Faktor- faktor yang sangat mempengaruhi fungsi sawar kulit adalah:

Page 3: Pelembab Pada Kulit Usai Lanjut

Komposisi relatif lipid biliyer yang berimbang, termsuk tercukupinya asam hialuronat (AH)

sebagai salah satu bahan pengatur hidrasi kulit yang terdapat di ruang intraselular bagian

tengah lapisan spinosum. Pada usia lanjut kandungan AH juga berkurang, dan hal ini tidak

dapat tergantikan dengan pengolesan AH oleh karena AH tidak dapat menembus kulit

Susunan fisik dan rspon normal NMF terhadap kelembaban lingkungan. Sebagai contoh

adalah berkurangnya aquaporin-3 (APQ-3) dan sekresi sebum kelenjar sebasea pada usia

lanjut. APQ-3 ini adalah sub-kelas aquaglyceroporins yang di ekspresikan di membrane

plasma keratinosit yang berfungsi membantu transport air, gliserol, dan bahan terlarut lain.

Trans Epidermal Water loss

TEWL merupakan salah satu indikator yang baik muntuk menilai gangguan

fungsi permeabilitas sawar kulit dan sangat berhubungan sengan kemampuan untuk menjaga

kelembaban kulit. Pada usia 60 tahun terjadi penurunan permeabilitas sawar kulit terhadap air

dan penurunan jumlah ceramid di dalam lapisan korneum, sehingga semestinya akan terjadi

peningkatan TEWL. Tetapi pada kenyataannya pada usia lanjut terjadi penurunan TEWL; hal ini

disebabkan kulit pada usia lanjut juga terjadi penurunan sekresi kelenjar dan asam lemak

sebasea. Seperti diketahui bahwa pengolesan lipid sebasea akan mampu meningkatkan TEWL.

Keadaan inilah yang memungkinkan adanya penurunan TEWL pada kulit usia lanjut

TEWL dapat diukur dengan berbagai alat, dan sebagian besar dengan satuan

gram/m2/jam. Berbagai hal yang mempengaruhi hasil pengukuran TEWL adalah

Keadaan kulit subyek yang di ukur. Pada waktu kulit mengalami kerusakan sawar,

akan muncul respon adaptif untuk memperbaiki sawarnya dengan meningkatkan

sekresi lipid dari badan lamellar; sehingga “saat pengukuran yang seragam” sangat

bermakna untuk menilai kerusakan sawar

Suhu, kelembaban lingkungan dan alat yang di pakai; sehingga setiap pengukuran

dengan alat yang sama harus selalu di mulai dengan reconditioning subyek pada

tempat tertentu dengan suhu, waktu pengukuran dan kelembaban yang sama. Suhu

dan kelembaban yang baik untuk pengukuran adalah 18-20oC dengan kelembaban

relative 40%-60%, sedang waktu yang optimal adalah 10-20 menit dalam proses

aklimatisasi.

Jenis emulsi yang di oleskan di kulit. Saat pengukuran TEWL setelah pengolesan

emulsi O/W atau W/O akan mempunyai nilai yang berbeda. Pada emulsi O/W,

Page 4: Pelembab Pada Kulit Usai Lanjut

pengukuran TEWL sebaiknya dilakukan beberapa saat setelah pengolesan, dalam

waktu relatif pendek dan rentang waktu pengukuran yang pendek pula; demikian

sebaliknya untuk emulsi W/O sehingga positif atau negative palsu dapat dihindari.

Pada penelitian efek pelembab krim O/W urea dan aloe vera oles tunggal, ternyata

efek hidrasi sudah dapat dilihat 30 menit setelah pengolesan dan efek hidrasi

maksimal pada jam ke 2, kemudian menurun pada jam ke3 dan 4; sedangkan

penurunan efek hidrasi urea pada pengolesan berulang akan terlihat 7 hari setelah

penghentian pengolesan.

Pelembab

Pemakaian pelembab ditujukan terutama bukan untuk hidrasi, tetapi untuk memberi

sawar buatan sambil menunggu perbaikan sawar secara endogen sehingga efek iritasi pada ujung

saraf dan TEWL dapat dikurangi. Walaupun demikian, secara otomatis pemakaian pelembab

yang optimal akan juga berefek hidrasi lapisan korneum, sehingga lapisan korneum akan lebih

elastis dan kulit akan terasa lebih lembut. Namun terkadang pelembab menjadi tidak efektif

karena digunakan dalam jumlah yang kurang atau mengandung substansi yang merugikan.

Pelembab yang baik pasti mengandung emolien dan humektan. Emolien berupa lipid atau

minyak yang mampu menghidrasi dan meningkatkan penampilan kulit dengan berkontribusi

terhadap kelembutan kulit, peningkatan fleksibilitas dan kehalusan, sedangkan humektan untuk

meningkatkan kapasitas hidrasi lapisan korneum. Pemakaian rutin emolien ini sangat berguna

untuk kulit kering menua.

Dalam keadaan normal hidrasi korneosit sebesar 18-26% w/w (Bouwstra et al.,2003) atau

15-45% (Caspers et al., 2001); tetapi apabila terjadi hidrasi meningkat sampai 57-87% w/w,

korneosit akan terlihat menggembung perpendikuler terutama dibagian tengah lapisan korneum.

Sedangkan timbunan air ekstraselular akan tampak bila derajat hidrasi>300& atau setelah oklusi.

Seperti di sebut terdahulu, pamakaian pelembab pada kulit usia lanjut hanya akan berefek

pada perbaikan tampilan, kenyamanan serta mencegah terjadinya akibat lanjut dari proses

penuaan kulit, maka sangat penting bagi tenaga medis untuk mampu mengidentifiksai masalah

yang muncul pada kulit usia lanjut, sehingga pelembab yang diberikan dapat sepadan dengan

masalah yang muncul. Untuk itu akan di bahas sifat-sifat bahan sebagai komponen pelembab.

Secara umum, faktor