Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
43 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam
(Ditinjau Dari Sosiologi Agama Di Desa Doridungga)
Syukurman
Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP Bima
Jalan Piere Tendean Kel. Mande Tlp.Fax (0374) 42801, Bima 84191, Indonesia email; [email protected]
Abstrak
Lembaga pendidikan Islam sebagai salah satu lembaga pendidikan alternatif dapat
menjadi instrument untuk mencetak generasi Islam yang beriman dan bertakwa pada Tuhan
yang maha Esa. Lembaga pendidikan Islam yang ada di Desa Doridungga juga menajadi
lembaga yang dapat menjadi benteng dalam membendung kristenalisasi. Penelitian ini
bertujuan menemukan peluang dan tantangan lembaga pendidikan Islam yang ada di Desa
Doridungga.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang diawali dengan rancangan
penelitian yang meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data dikumpulkan .
Adapun yang menjadi jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan secara langsung dari informan menggunakan teknik
wawancara dan pengamatan (observasi). Adapun yang menjadi informan dalam penelitian
ini dapat di klasifikasikan menjadi tiga yaitu informan kunci, informan ahli dan informan
biasa. Setelah data dikumpulkan lalu dianalisa dengan menggunakan reduksi data, display data,
ferifikasi data. Dari keseluruhan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peluang dan
tantangan lembaga pendidikan Islam Desa Doridungga Kecamatan Donggo dapat dibagi
menajadi beberapa hal. Peluangnya adalah masyarakat Donggo yang mayoritas penduduknya
Agama Islam, serta semangat Islam sebagai Agama pendidikan. Serta bantuan yang diberikan
oleh pihak pemerintah Kabupaten Bima dan pemerintah propinsi yang berkaitan dengan
biaya pembiayaanya. Tantangan yang dihadapi adalah tantangan sosial politik demokrasi
sekuler dimana peran agama tidak diberi ruang yang cukup untuk mengekspresikan dalam
menyusun kurikulum pendidikan, tantangan pada kebudayaan, serta tantangan pada
perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat sehingga menuntut lembaga pendidikan
Islam untuk membenahi diri mulai dari kurikulum sampai pada sarana dan prasarana.
Kata Kunci: Peluang dan Tantangan, Pendidikan Islam.
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
44 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
Pendahuluan
Diakui bahwa, kemajuan dunia
pendidikan dan ilmu pengetahuan dewasa ini
menuntut sebuah kualitas pendidikan agama
Islam yang semakin baik. Oleh sebab itu dalam
menghadapi hal tersebut, pemerintah
memandang perlu untuk meningkatkan mutu
dan kualitas pendidikan mulai jenjang
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi,
baik negeri maupun swasta.
Pemanfaatan potensi besarnya jumlah
umat Islam, pengalaman dalam
mengembangkan pendidikan secara mandiri,
kekuatan lembaga-lembaga pendidikan Islam
yang sudah maju, pendayagunaan para pakar
dan menejer pendidikan Islam yang cukup
banyak, mengembangkan sistim pendidikan
yang sudah mendapat pengakuan,
memaksimalkan fungsi Departemen Agama
dalam pengembangan pendidikan, dipastikan
peluang-peluang peningkatan kemajuan
pendidikan Islam dapat direbut. Tidak akan
sulit mengembangkan kelembagaan
pendidikan Islam terakreditasi menuju
lembaga pendidikan maju bertaraf
internasional, peluang anggaran akan terbuka,
apalagi kedudukan pendidikan Agama sudah
sama dengan pendidikan umum dari perspektif
kebijakan pendidikan nasional, standarisasi
kelulusan memberikan jaminan kualitas
ketenagaan yang siap akses pangsa pasar kerja,
karenanya pendidik/ guru terakreditasi dalam
upaya mengejar kualitas dan pemenuhan
kesejahteraan dan terbuka pembentukan
prilaku zuhud pada guru. Optimisme
pemanfaatan potensi merebut peluang
globalisasi di awal milenium ketiga ini, akan
semakin nyata menjadi kekuatan dalam
peningkatan pendidikan Islam itu, apalagi ada
momentum dukung dengan situasi umat Islam,
sejak awal abad ke-15 hijrah dicanangkan
sebagai abad kebangkitan dan dinyatakan
sebagai awal survival umat Islam.
Dalam konteks inilah kemudian,
pesantren dan madrasah yang tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah perkembangan
arus modernitas selama ini masih memerlukan
introspeksi dan pengkajian secara khusus.
Terutama menyangkut kondisi dan
kemampuannya menyerap aspirasi, kebutuhan
dan perkembangan dalam berbagai bidang,
baik politik, ekonomi, sosial budaya maupun
keamanan.
Desa Doridungga sebagai salah satu
desa yang ada di Kecamatan Donggo beberapa
tahun terakhir ini mulai membenahi diri dalam
aspek pendidikan berbasis Agama. Hal ini
terlihat dari adanya pesantren dan sekolah
yang berbasis Agama Islam ada di desa
tersebut. Keberadaan lembaga pesantren
tersebut memberi warna tersendiri dalam
dinamika pendidikan di daerah khususnya
pendidikan Islam.
Berkaitan dengan keberadaan dan
peran lembaga-lembaga pendidikan Islam di
Desa Doridungga Kecamatan Donggo
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
45 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
tersebut, tidak memungkinkan bahwa
masyarakat di satu sisi telah memberikan
respon yang cukup baik, tetapi pada sisi lain
masih dinilai minim dan konstribusi bagi
pemenuhan kebutuhan dan keinginan
masyarakat umum. Penelitian ini paling tidak
akan mencoba menemukan peluang dan
tantangan pendidikan Islam yang telah
diletakkan oleh pemerintah dan masyarakat
banyak di Desa Doridungga Kecamatan
Donggo. Khususnya menyangkut pandangan
masyarakat terhadap kiprah lembaga-lembaga
pendidikan Islam itu kini dan kedepan.
Termasuk dalam rangka mencermati masalah
pendidikan Islam yang berkembang sejak lama
secara berkesinambungan. Maka yang menjadi
pertanyaan yang perlu di cari jawabannya
adalaah bagaimanakah peluang dan tantangan
pendidikan Islam di Desa Doridungga
Kecamatan Donggo?”
Sebagaimana pengamatan penulis di
lapangan mengenai peluang dan tantangan
lembaga pendidikan Islam di Desa Doridungga
Kecamatan Donggo bahwa sebagian dari
masyarakat beranggapan bahwa lembaga
pendidikan Islam kurang menjamin mutu
outputnya dan ada pula yang beranggapan
bahwa lembaga pendidikan Agama Islam ini
baik untuk membentuk generasi yang
berakhlak, maka dari itu pemerintah harus
memperhatikan output dari lembaga
pendidikan Agama Islam agar dapat memenuhi
tuntutan zaman sehingga masyarakat dapat
terpenuhi kebutuhan yang diinginkannya.
Namun pendidikan Agama menjadi sangat
diperlukan ditengah-tengah kematian
spritualitas dan dekadensi moral mayarakat.
Tinjauan Pustaka
Pendidikan Islam
Perbedaan mendasar sistem pendidikan
Islam dengan sistem pendidikan Barat terletak
pada konsep ilmu. Dalam pendidikan Islam
berorientasi pada nilai-nilai Agama, akhlak,
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
46 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
moralitas, dan wahyu, sebagaimana banyak du
uraikan oleh ulama. Sementara konsep sistem
pendidikan Barat mengedepankan sikap bebas
nilai, yang berakibat pada kerusakan moral
masyarakatnya yang kemudian hal itu
berdampak pada generasi Islam di Indonesia
umumnya khususnya generasi di Bima.
Salah satu kerusakan Ilmu pendidikan
Barat adanya gelombang sekularisasi.
Gelombang ini mempengaruhi masyarakat
Barat menyebabkan ilmu tersebut terlepas dari
pengaruh Agama. Sebelum membahas lebih
jauh tentang lembaga pendidikan Islam, maka
terlebih dahulu akan di kemukakan pengertian
lembaga pendidikan agama Islam untuk
memperjelas ruang lingkup pendidikan
tersebut.
Istilah Pendidikan Islam dan
Pendidikan Agama Islam sekilas terdengar
mempunyai kesamaan arti. Tetapi setelah
dikaji dan diteliti lebih dalam lagi, ternyata
pengertian Pendidikan Islam dengan
Pendidikan Agama Islam memiliki substansi
yang tidak sama. Muhaimin,(2005 :6) “banyak
orang yang berpendapat bahwa antara
pendidikan islam dengan pendidikan agama
islam mempunyai makna yang sama”. Oleh
kerena itu, perlu dibedakan pengertian di
antara kedua istilah tersebut agar tidak ada
kesalahan persepsi lagi.
Lebih lanjut Zakiah Daradjat (2004 :
28) bahwa Pendidikan Islam adalah
pembentukan kepribadian muslim. Muhaimin
(2005 :7) memberikan komentar tentang
Pendidikan Islam, bahwa Pendidikan Islam
merupakan sebuah sistem pendidikan yang
disusun, digali dan dikembangkan dari sumber
ajaran islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Menurut Muhaimin (1990 : 61) Pada
hakekatnya Pendidikan Islam adalah
keseluruhan dan fungsi rububiyah Allah
terhadap manusia, sejak dari proses penciptaan
serta pertumbuhan dan perkembangannya
secara bertahap dan berangsur-angsur
sampai sempurna, sampai dengan
pengarahan dan bimbingannya dalam
pelaksanaan tugas kekhalifaan dengan
sebaik-baiknya.
Uraian-uraian tentang pendidikan
Islam yang penulis kutip dari pendapat para
pakar tersebut dapat memberikan gambaran
bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan
yang diberikan kepada seseorang
berdasarkan hukum-hukum islam yang digali
dari Al-Qur’an dan As-Sunnah agar tertanam
dalam jiwanya akhlak yang mulia menuju
terbentuknya kepribadian muslim yang
sempurna (insan kamil).
Lembaga Pendidikan Islam
Berbicara tentang lembaga-lembaga
pendidikan Islam tersebut, memang terdapat
banyak jenis dan bentuknya. Akan tetapi
dalam konteks ini hanya sebagian saja yang
penulis kemukakan, yaitu : pesantren,
madrasah dan perguruan tinggi agama Islam.
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
47 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
1) Pesantren
Pesantren merupakan lembaga
pendidikan tradisional Islam untuk
memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran Islam dengan menekankan pentingnya
moral agama Islam sebagai pedoman hidup
bermasyarakat sehari-hari. Pesantren sendiri
menurut pengertian dasarnya adalah tempat
belajar para santri. Sedangkan pondok berarti
rumah atau tempat tinggal sederhana yang
terbuat dari bambu. Disamping itu kata
”pondok” mungkin berasal dari bahasa Arab
”funduq” yang berarti hotel atau asrama.
2) Madrasah
Menurut A.Irsyad Djuwaili (2007:19)
bahwa kata madrasah merupakan ”isim
makan” kata” darasa” dalam bahasa Arab,
yang berarti ”tempat duduk untuk belajar”
atau populer dengan sekolah. Lembaga
pendidikan Islam ini mulai tumbuh di
Indinesia pada awal abas ke-20. Kelahiran
madrasah ini tidak terlepas dari ketidakpuasan
terhadap sistem pesantren yang semata-mata
menitikberatkan agama, di lain pihak sistem
pendidikan umum justru ketika itu tidak
menghiraukan agama.
Dengan demikan, kehadiran madrasah
dilatarbelakangi oleh keinginan untuk
memberlakukan secara berimbang antara ilmu
Agama dengan ilmu pengetahuan umum
dalam kegiatan pendidikan dikalangan ummat
Islam. Atau dengan kata lain madrasah
merupakan perpaduan sistem pendidikan
pesantren dengan sistem pendidikan kolonial.
Nurcholis Madjid (1997:23) yakni
“Bilik-Bilik Pesantren” dalam tulisan itu
mengemukakan bahwa pesantren tidak saja
merupakan lembaga pendidikan tertua, tetapi
lebih dari itu merupakan satu-satunya yang
mewakili ciri-ciri dan keaslian dari budaya
relegius msyarakat islam dalam nusantara.
Sedangkan Karel A. Steenbrink yang dalam
karya tulisannya yang sangat terkenal
“Pesantren Madrasah Sekolah”. Disitu
Steenbrink banyak mengulas tentang
pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan
Islam tertua yang terdiri diatas tradisi dan
budaya asli orang indonesia.
Perspektif historis menempatkan
pesantren pada posisi yang cukup istimewa
dalam khazana perkembangan sosial-budaya
masyarakat indonesia. Abdurahman Wahid
(dalam Marjuki Wahid.1999:34)
menempatkan pesantren sebagai subkultur
tersendiri dalam masyarakat indonesia.
Menurutnya, lima ribu buah pondok pesantren
yang tersebar di enam puluh delapan ribu desa
merupakan bukti tersendiri untuk menyatakan
sebagai.
Bertolak dari pandangan Abdurahman
Wahid di atas, tidak terlalu berlebihan apabila
pesantren di posisi sebagai satu elemen
determinan dalam struktur piramida sosial
masyarakat indonesia. Adanya posisi penting
yang sandang pesantren menuntunya untuk
memainkan peran penting pula dalam setiap
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
48 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
proses-proses pembangunan sosial baik
melalui potensi pendidikan maupun potensi
pembangunan masyarakat yang dimilikinya.
Seperti dimaklumi, pesantren selama ini
dikenal dengan fungsinya sebagai lembaga
pendidikan yang memiliki misi untuk
membebaskan peserta didiknya (santri) dari
belenggu kebodohan yang selama ini menjadi
musuh dari dunia pendidikan secara
umum.pada tataran berikutnya, keberdayaan
akan menjadi bekal mereka dalam
berperan serta dalam proses pembangunan
yang pada intinya tiada lain adalah
perubahan sosial menuju terciptanya
tatanam masyarakat yang lebih sempurna.
Pada awal berdirinya, pengabdian
pesantren terhadap masyarakat, sesuai
zamanya, berbentuk sangat sederhana dan
biasa dibilang sangat alami pengabdian
tersebut diwujudkan misalnya, dengan
“pelayanan keagamaan” kepada masyarakat
menyediakan wadah bagi sosialisasi anak-
anak dan sebagai tempat bagi remaja yang
datang dari berbagai daerah yang sangat jauh
untuk menjalani semacam “ritus peralihan”
dari fase remaja ke fase selanjutnya. Dalam
bentuk seperti itu, pesantren terlibat aktif
dalam pengkajian keagamaan dan pola-pola
sejenis yang dikembangkan di masyarakat
luas.
Sebagaimana telah disebutkan diatas,
pesantren merupakan lembaga keagamaan
yang sarat nilai dan tradisi luhur yang telah
menjadi karakteristik pesantren pada hampir
seluruh perjalanan sejarahnya. Secara
potensial, karakteristik tersebut memiliki
peluang cukup besar untuk dijadikan dasar
pijakan dalam rangka menyikapi globalisasi
dan persoalan-persoalan lain yang
menghadang pesantren, secara khusus dan
masyarakat luas, secara umum.
Pesantren sebagai Lembaga
pendidikan Islam merupakan realitas yang
tak dapat dipungkiri sepanjang sejarah yang
dilaluinya, pesantren terus menekuni
pendidikan tersebut dan menjadikannya fokus
kegiatan. Oleh Zarkowi Soejoeti (2010:23)
berpendapat bahwaKeberadaan pendidikan
Islam sesungguhnya tidak sekedar
memperhatikan ciri khas yang islami saja
melainkan dapat mewujudkan tujuan yang
diidamkan dan diyakini sebagai yang paling
ideal.
Dengan demikian tujuan itu sekaligus
mempertegas bahwa misi dan tanggung jawab
yang diemban pendidikan Islam lebih berat
lagi. Dimana dalam pandangan Maksum
(2005: 12) bahwasahnya berdasarkan
kenyataan-kenyataan, ada tiga hal yang
cukup berpengaruh dalam penilaian maupun
penerimaan masyarakat terhadap pendidikan
yaitu:
1. Sistem pendidikan dan kelembagaan
lebih merupakan cerminan keadaan
masyarakat. Dalam hal ini, keadaan
masyarakat yang berlapis-lapis menantul
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
49 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
kenyataan pendidikan sebagai sebuah
system.
2. Lembaga sekolah dan perguruan tinggi
mempunyai kemampuan besar dalam
menyalurkan lulusan sesuai harapan
masyarakat akan dikukuhkan
kedudukannya. Sejalan dengan hal itu akan
berlaku suatu dalil bahwa semakin besar
kemungkinan suatu sekolah mengantarkan
anak didiknya keposisi masyarakat yang
terpandang, maka semakin besar pula arus
anak didik untuk masuk kedalam lembaga
pendidikan tersebut.
3. Orientasi alokasi possisional akan
berdampak pada munculnya dorongan
yang kuat dikalangan anggota masyarakat
untuk mencapai tingkatan pendidikan
setinggi-tingginya.
Kurang tertariknya masyarakat untuk
memilih lembaga-lembaga pendidikan Islam
sebenarnya bukan hanya karena terjadi
pergeseran nilai atau ikatan keagamaan yang
mulai memudar, melainkan karena sebagian
besar lembaga tersebut kurang menjanjikan
untuk memenuhi kebutuhan manusia. oleh
karena itu, Mappangandro. (2010:14)
berpendapat bahwa pengembangan pendidikan
Islam bukanlah pekerjaan sederhana karena
upaya tersebut memerlukan perencanaan yang
terpadu dan menyeluruh. Dalam hal ini
perencanaan berfungsi membantu
memfokuskan kepada sasaran, pengalokasian
dan kontunuitas, sebagai suatu proses berfikir
untuk menentukan apa yang akan dicapai.
Peluang dan Tantangan Lembaga
Pendidikan Islam
1. Peluang Lembaga Pendidikan Islam
Perubahan ini mungkin ada
manfaatnya tapi mungkin juga besar madlarat
nya, apabila tidak disikapi dengan bijak dan
mental yang matang dalam menghadapi
globalisasi yang serba boleh. Pada saat ini
yang sangat mengkhawatirkan adalah, bangsa
Indonesia yang murah hati menerima sesuatu
yang baru, baik kebudayaan, gaya hidup,
fashion, dan lain-lain, tanpa ada seleksi baik
tidaknya bagi mereka atau baik untuk
kehidupan bangsa ini, yang dikenal dengan
menjunjung tinggi norma, adat istiadat sopan
santun, dan taat terhadap agama. Nampaknya
pada hari ini sensitifitasnya terhadap
kebudayaan yang menyimpang sudah
menghilang. Sehingga berpengaruh kepada
sistem pendidikan yang ada di Negara kita.
Jadwal pelajaran agama terutama di sekolah-
sekolah negeri sangatlah minim, hanya 2 jam
pelajaran saja dalam sepekan. Itupun satu jam
pelajaran nya adalah 45 menit atau bahkan ada
yang 40 menit. Artinya dalam sepekan, porsi
jam untuk pelajaran agama Islam hanya
sekitar 80-90 menit saja. Islam adalah agama
yang bersifat universal, ajarannya mencakup
seluruh aspek kehidupan. Allah swt telah
menciptakan manusia dengan dua fungsi,
yang pertama adalah sebagai hamba Allah dan
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
50 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
yang kedua adalah sebagai pemimpin di muka
bumi (khalifatun fil ardl), sebagaimana yang
difirmankan oleh-Nya.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”. (Adz-Dzariyat:56)
Sejak awal kedatangannya ke
Indonesia, pada abad ke-6 M, Islam telah
mengambil peran yang amat siginifikan dalam
kegiatan pendidikan. Peran ini dilakukan,
karena lembaga Pendidikan Islam memiliki
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1) Islam Agama Dakwa
Islam memiliki karakter sebagai
agama dakwah dan pendidikan. Dengan
karakter ini, maka Islam dengan
sendirinya berkewajiban mengajak,
membimbing, dan membentuk
kepribadian ummat manusia sesuai
dengan nilai-nilai ajaran Islam. Dengan
inisiatifnya sendiri, ummat Islam
berusaha membangun sistem dan
lembaga pendidikan sesuai dengan
keadaan zaman, seperti pesantren,
madrasah, majelis ta’lim dan
sebagainya. Melalui lembaga
pendidikan ini telah dilahirkan para
ulama, tokoh agama, para pemimpin
masyarakat yang telah memberiikan
sumbangan yang besar bagi kemajuan
bangsa. Terdapat hubungan simbiotik
fungsional antara ajaran Islam dengan
kegiatan pendidikan. Dari satu sisi
Islam memberikan dasar bagi
perumusan visi, missi, tujuan dan
berbagai aspek pendidikan, sedangkan
dari sisi lain, Islam membutuhkan
pendidikan sebagai sarana yang
strategis untuk menyampaikan nilai
dan praktek ajaran Islam kepada
masyarakat. Adanya penduduk
Indonesia yang mayoritas beragama
Islam adalah sebagai bukti keberhasilan
pendidikan dan dakwah Islamiyah.
2) Islam Agama Mayoritas
Kekuatan kedua yang dimiliki Islam
adalah kekuatan sumber daya manusia
(SDM). Hampir setengah penduduk dunia
memeluk Islam, sehingga tidak ada satu
negara pun di dunia ini kecuali di sana ada
orang Islam. Peluang besar bagi umat Islam
untuk memperkenalkan konsepnya kepada
seluruh masyarakat dunia dengan
mengkondisikan umat Islam yang berada di
negara-negara tersebut untuk
mengembangkan konsepnya.
Tantangan Lemabaga Pendidikan Islam
Pada era kontemporer pendidikan
Islam dihadapkan pristiwa global yakni
dunia yang mengarah pada dunia digital.
Dunia digital yang di maksud adalah dunia
telekomunikasi yang semakin cepat mengarah
pada sekularisasi sains yang kemudian
berdampak pada sains yang menolak
keberadaan kekuatan transedent dalam
hipotesisnya. Maka, ini yang menjadi
tantangan pendidikan Islam hari ini. Ada
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
51 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
beberapa hal yang menjadi tantang dalam
pendidikan Islam di antaranya sebagai
berikut:
1) Tantangan Dalam Bidang Politik
Dalam kehidupan politik, tentu politik
kenegaraan banyak berkaitan dengan masalah
bagaimana lembaga itu membimbing,
mengarahkan dan mengembangkan
kehidupan bangsa dalam jangka panjang.
Pengarahan tersebut didasarkan atas falsafah
Negara yang mengikat semua sector
perkembangan bangsa dalam proses
pencapaian tujuan Negara yang mengikat atau
tujuan nasional itu. Dengan kata lain lembaga
pendidikan yang ada di dalam wilayah
suatu Negara adalah merupakan sector
perkembangan kehidupan budaya bangsa
yang commited (terikat) denga tujuan
perjuangan nasional yang berlandaskan pada
falsafah negaranya. Oleh karena itu, maka
suatu lembaga pendidikan yang tidak
tersedia mengikuti politik negaranya, akan
merasakan bahwa politik tersebut menjadi
pressure (tekanan) terhadap cita kelembagaan
tersebut. Sudah barang tentu hal ini
merupakan tantangan yang perlu dijawab
secara ”politics fundamental” pula. Karena
hal tersebut menyangkut kepentingan
perkembangan bangsa dimasa depan dan
dalam maknanya bagi pemeliharaan watak
dan kepribadian, kreatifitas dan disiplin
bangsa itu sendir Abdul Hakim (2001:23).
2) Tantangan Bidang Kebudayaan
Satua perkembangan kebudayaan
dalamabad modern ini adalah tidak dapat
terhindar dari pengaruh kebudayaan bangsa
lain. Kondisi demikian menyebabkan
timbulnya proses akulturasi (perpaduan atau
saling berbaurnya antara kebudayaan yang
satu dengan yang lain), dimana factor nilai
mendasari kebudayaan sendiri sangat
menentukan survive (daya tahan) bangsa
tersebut. Sikap selektif dalam menerima
atau menolak kebudayaan asing perlu
dilandasi dengan penganalisaan mendalam
yang bersumberkan dari pandangan hidupnya
sendiri baik sebagai institusi maupun sebagai
bangsa. Sikap selektif pada hakikatnya
bukanlah sikap-sikap menyerah atau sikap
netral, melainkan sikap kreatif yang hati-hati
berdasarkan atas pertimbangan untung rugi
bagi perkembanganya lebih lanjut. Oleh
karena itu memerlukan pengetahuan yang
mendalam dan wawasan yang menjangkau
kemasa depan bagi eksistensi hidupnya.
Diantara budaya asing yang mempengaruhi
kebudayaan bangsa ini adalah trend sex bebas
Abdul Hakim (2001:27).
3) Tantangan Bidang Teknologi
Era informasi yang akan dating
menyebabkan lingkungan sosial semakin luas
karean disatukan oleh teknologi dibidang
komunikasi yang memunculkan era
globalisasi.Collin Rose dalam bukunya
accelerated learning(2002:23)
menggambarkan wajah masa depan sebagai
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
52 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
dunia yang berubah dengan laju semakin
kencang; problem kehidupan, masyarakat
dan perekonomian menjadi sangat
komplek, jenis-jenis pekerjaan menghilang
dengan cepat tak terbayangkan dan masa lalu
yang semakin tidak dapat dijadikan pedoman
bagi masa depan. Kehadiran alat- alat canggih
seperti, radio, televise, computer dan alat-
alat elektronik lainya akan
akan berpengaruh terhadap proses
pembelajaran. Alat canggih ini akan
membawa tantangan bagi pendidikan dalam
pengmbangan sumber daya manusia. Dan
umunya alat-alat teknologi ini diciptakan untu
mempermudah manusia bekerja dan berbuat
serta dapat memberikan rasa senang kepada
pemaikainya. Bentuk lain dari kecanggihan
teknologi informasi sekarang adalah internet.
4) Tantangan Dalam Sistem Nilai
Sistem nilai adalah tumpuan norma-
norma yang dipegangi oleh manusia ebagai
mahkluk individu dan sebagai mahkluk
sosial, baik itu berupa norma transional
maupun norma agama yang telah berkembang
dalam masyarakat. Sistem nilai juga dijadikan
tolak ukur bagi tingkah laku manusia dalam
masyarakat yang mengandung potensi
mengendalikan, mengatur dan mengarahkan
perkembangan masyarakat itu sendiri.
Bahkan juga mengandung potensi
rohaniah yang melestariakan eksisitensi
masyarakat itu. Namun demikian, system nilai
tersebut bukanya tidak dapat mengalami
perubahan. Akmal Hawil (2005:34).
Inilah yang menjadi titik sentral
problem yang menjadi tantangan terhadap
lembaga pendidikan, yang salah satu
fungsinya adalah mengawetkan system nilai
yang berkembang dalam masyarakat.
Sehingga akulturasi budaya asing tidak
menenggelamkan nilai0nilai cultural bangsa
ini. Oleh, karena itu lembaga pendidikan perlu
memberikan jawaban-jawaban yang tepat,
sehingga kecendrungan dan sikap berfikir
msyarakat tidak terombang-ambing tanpa
arah yang jelas.
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Adapun yang menjadi rancangan
dalam penelitian ini mengkaji antara peluang
dan tantangan lembaga pendidikan Islam di
Desa Doridungga Kecamatan Donggo.
Lembaga Pendidikan Islam
Peluang Tantangan
1. Islam Agama Dakwa
2. Islam Agama Mayoritas
1. Bidang Politik
2. Bidang Kebudayaan
3. Bidang Teknologi
4. Bidang Nilai
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
53 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
Bagan 1.3. Rancangan Penelitian
Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam
penelitian ini adalah lembaga pendidikan
Islam yang ada di Desa Doridungga.
Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data di
lapangan, penulis menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data sebagi berikut :
1. Observasi, yaitu pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian.
Dalam hal ini peneliti mengamati keadaan
masyarakat di Desa Doridungga
Kecamatan Donggo.
2. Wawancara yang dilakukan dalam
Metode Pengumpulan Data
Observasi Wawancara Dokumentasi
Analisis Data
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
54 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
penelitian ini adalah wawancara
mendalam dan wawancara berpedoman
(terikat).Pengumpulan data dengan
wawancara perpedoman didasarkan pada
daftar pertanyaan yang telah disiapkan.
Sedangkan wawancara bebas dan
mendalam adalah pertanyaan
pengembangan dari pertanyaan terikat
yang tidak disiapakan sebelumnya baik
kepada masyarakat dan lembaga
pendidikan Islam Desa Doridungga ada di
Kecamatan Donggo maupun kepada
pemerintah daerah atau dinas terkait.
3. Dokumentasi, dari asal kata dokumen
yang berarti barang-barang tertulis. Dalam
hal ini, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, arsip, catatan harian
dan sebagainya untuk mendapatkan data
tentang keadaan masyarakat Desa Doridungga
Kecamatan Donggo.
Instrumen Penelitian
Adapun instrument yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pedoman.
Observasi, pedoman wawancara/interview dan
dokumentasi.
Teknik Anaisis Data
Untuk menganalisis data yang
diproleh dari penelitian ini digunakan tehnik
analisis data kualitatif. Menurut Bogdan dan
Biklen (dalam Moleong, 2005: 248) analisis
data kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilih-milihnya
menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistensikannya. Tehnik analisis dan
kualitatif yang dilakukan dalam penelitian ini
meliputi tahapan-tahapan yaitu:Reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan
dilakukan setelah dilakukan reduksi data dan
penyajian data.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Falsafah Hidup Desa Doridungga
Kecamatan Donggo
Adapun falsafah hidup masyarakat
Kecamatan Donggo khususnya masyarakat
Desa Doridungga adalah ungkapan maja labo
dahu (malu dan takut). Secara terminologis,
maja labo dahu mengandung arti takut.
Ismail (1997; 2001) mengartikan “maja”
(malu), “labo” (dengan), “dahu” (takut). Maja
(malu) bagi yang beriman dan dahu (takut)
bagi yang bertakwa, anggota masyarakat akan
merasa malu dan takut melanggar sistem
budaya (sara ro huku) dan norma Agama.
Kedua kata ini memiliki makna kultural yang
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
55 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
utuh yang tidak bisa di pisahkan antara satu
dengan yang lainnya. Apabila kata “maja’ saja
yang ada dan kata “dahu” hilang maka maja
secara kultural tidak memiliki makna seperti
yang terkandung dalam maja labo dahu;
demikina juga sebaliknya.
Maja labo dahu (Malu dan Takut) pada
dasarnya adalah kearifan lokal masyarakat
Bima pada umumya termasuk masyarakat
Kecamatan Donggo. Pada masyarakat
Kecamatan Donggo maja labo dahu (malu dan
takut). Makan tapi jangan berladang liar
(Ngaha aina ngoho) secara terminologis terdiri
dari tiga kata yaitu “ngaha” (makan), “aina”
(jangan) dan “ngoho“ (berladang liar).
Artikan bahwa dalam mencari nafkah tidak
boleh merusak hutan. Ungkapan ini adalah
salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat
Bima dan ungkapan ini di terapkan dan
mengakar di masyarakat Desa Doridungga
Kecamatan Donggo dalam menjaga
kelestarian hutan tempat mereka hidup. Hal
tersebut terlihat mereka membuat kebun
dengan ditanami berbagai macam tanaman
seperti jati, nangkah, ubi kayu dan lain-lain.
Peluang dan Tantangan Pendidikan Islam
di Desa Doridungga Kecamatan
Donggo
1) Peluang Lembaga Pnedidikan Islam
Adapun peluang lembaga pendidikan Islam
yang ada di Kecamatan Donggo khususnya
desa Doridungga adalah.
1.Banyaknya masyarakat Donggo yang
memasukkan anaknya pada pesantren-
pesantren di kota Bima dan Dompu
sehingga ini menjadi peluang dan untuk
memberikan kemudahan pada masyarakat
Kecamatan Donggo yang ingin anaknya
sekolah (nyantri) di pesantren.
2. Islam sebagai Agama mayoritas masyarakat
Kecamatan Dongggo
3.Masyarakat Donggo yang memiliki 13 Desa.
Desa Mbawa sebagai salah satu desa yang
didalamnya hidup masyarakat nonmuslim
sehingga pesantren dibangun dalam rangkah
membendung arus kristenalisasi.
Disamping menajadi benteng pesantren juga
menajadi media untuk mencetak para da’i- da’i
yang akan menyebarkan Islam di Kecamatan
Donggo.
2). Tantangan Lembaga Pendidikan Islam
Adapun tantangan yang dihadapi pada
awal-awal pendirian pendidikan Islam dapat
dibagi beberapa hal diantaranya. Tantangan
yang sifatnya internal seperti kekurangan
tenaga pengajar; kekurangan pendanaan;
tenaga pengajar yang ada kurang efektif
dikarenakan kurangnya honor yang
dibayarkan oleh pesantren; kurangya fasilitas.
Sedangkan tantangan yang sifatnya eksternal
diantaranya adalah masyarakat menganggap
bahwa lembaga pendidikan Islam atau
pesantren hanya mencetak tukang do’a saja
sehingga hal itu motifasi orang tua untuk
menyekolahkan anaknya ke pesantren.
Kurang sosialisasi terkait keberadaan
lembaga pendidikan Islam atau pesantren.
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
56 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
Hal lain juga pesantren kalah saing dalam hal
fasilitas dengan sekolah-sekolah umum.
Namun tantangan yang dihadapi bersamaan
dengan berjalannya waktu dapat sedikit
demi sedikit dapat diatasi. Tenaga pengajar
yang masih kurang teratasi dengan makin
banyaknya sarjana-sarjana baru yang
kemudian hal itu untuk menjadi guru sukarela.
Keberadaan pesantren Al-Ikhlas
Kecamatan Donggo sangat membantu dalam
upaya menyerap tenaga kerja. Masyarakat
Kecamatan Donggo pada umumnya
khususnya Desa Doridungga beberapa tahun
terakhir ini mempunyai animo yang cukup
tinggi untuk menyekolahkan anaknya ke
perguruan tinggi terutama untuk jurusan
pendidikan. Hal tersebut membawa
konswkuensi banyaknya sarjana-sarjana baru
setiap tahun. Disamping hal tadi ada
perbedaan karakter anak-anak sekolah umum
dengan anak-anak yang sekolah di lembaga
pndidikan Islam (pesantren). Anak pesantren
lebih sopan, rapi, dan berani dalam
mengemukakan pendapatnya ketika
melakukan diskusi dikelas. Sedangkan anak
sekolah umum tidak terlalu memperhatikan
aspek moral sehingga ada beberapa kasus
tawuran antar siswa sekolah umum terjadi,
dan mereka kurang aktif dalam melakukan
diskusi dalam kelas. Hal ini terjadi
dikarenakan pengaruh lingkungan yang
didukung kurangnya pelajaran Agama.
Masyarakat Desa Doridungga
senantiasa melaksanakan ajaran Islam dengan
baik, salah satu diantara rukun Islam yang
senantiasa mereka laksanakan yakni dengan
keberadaan pesantren Al-Ikhlas Kecamatan
Donggo. Dimana para orang tua selalu
menginginkan yang terbaik bagi anak-anak
mereka, termasuk dalam hal pendidikan.
Maka dari itu, mereka selalu berusaha
memberikan bimbingan dan pengarahan
tentang arti dan pentingnya pendidikan bagi
anak-anak, terutama pendidikan agama sebab
dengan adanya pengetahuan agama serta
pengetahuan umum lainnya akan mampu
menghadapi tantangan zaman yang semakin
maju. Hal ini terlihat semakin banyaknya
masyarakat yang menyekolahkan anaknya
pada pesantren. Oleh sebab itu, dikatakan
bahwa baik buruk atau berkualitas tidaknya
watak kepribadian manusia dalam suatu
masyarakat tergantung kepada faktor
pendidikan sebagai dasar serta substansi
untuk melakukan transformasi ke dalam
berbagai dimensi kehidupan agar manusia
selalu hidup dinamis dan menjadi alat untuk
mencapai kesejahteraan hidup, yang
terkontrol oleh nilai-nilai keimanan.
Agama mempunyai fungsi yang sangat
penting dalam pembangunan nasional,
terutama sebagai landasan moral dan etika
dalam mewujudkan masyarakat adil dan
makmur. Pembangunan bidang agama yang
terpadu dengan pembangunan bidang- bidang
lain diharapkan dapat mendukung
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
57 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
terwujudnya masyarakat Indonesia yang
beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta
tanah air, berkesadaran hukum dan
lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi
serta berdisiplin.
Secara garis besar, pembangunan
bidang agama ditujukan untuk menciptakan
suasana kehidupan beragama yang penuh
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, mewujudkan kerukunan
umat beragama yang dinamis baik intern
maupun antarumat beragama, dan turut
memajukan kesejahteraan masyarakat
terutama melalui pendidikan agama dan
keagamaan serta pengembangan lembaga
sosial keagamaan.
Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peluang lembaga pendidikan Islam yang
ada di Desa Doridungga Kecamatan
Donggo adalah masyarakat Kecamatan
Donggo yang mayoritas penduduknya
beragama Islam sehingga ini menjadi
sumber daya manusia yang harus
diperdayakan dalam upaya mencetak
generasi yang lebih baik dan bertanggung
jawab. Hal lain yang menjadi peluang
lembaga pendidikan Islam adalah peran
pemerintah kabupaten Bima dan propinsi
dalam memberikan pendanaan untuk
keberlangsungan pesantren di Desa
Doridungga. Terakhir Agama Islam
adalah Agama pendidikan.
2. Tantangan lembaga pendidikan Islam pada
periode awal lebih pada kekurangan
pendanaan untuk opersioanal pesatren;
dan kurangnya tenaga pendidik yang
tersedia ditambah etos kerja tenaga
pendidik yang ada yang disebabkan honor
yang minim tantangan tersebut bersifat
internal. Adapun tantangan yang sifatnya
eksternal perubahan sosial kebudayaan,
system politik, dan perkembangan
teknologi informasi.
Saran-Saran
Adapun saran-saran yang dapat
dikemukakan untuk mengantisipasi dan
mengembangkan lembaga pendidikan Islam
di Desa Doridungga Kecamatan Donggo
adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan lembaga pendidikan Islam
atau pesantren yang ada di Desa Doridungga
dapat menjawab perubahan sosial dan
teknologi yang ada dengan memasukkan
pendidikan umum dalam kurikulum
pendidikan pesantren. Seperti mata pelajaran
kompunter, dan kewirasuhaan
2. Diharapkan lembaga pendidikan
melakukan sosialisasi terkait
keberadaannya dengan menyebarkan brosur
atau dengan mengirim santri- santrinya untuk
mengikuti kompetisi yang diadakan baik
tingkat kecamatan, kabupaten, atau propinsi.
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
58 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
Daftar Pustaka
Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam
Perspektif Islam. Bandung:
Rosdakarya.
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rinaka Cipta.
Asari, Hasan. 2010. Menyingkap Zaman
Keemasan Islam. Bandung: Mizan.
A’la, Abdul. 2006. Pembaruan Pesantren.
Yogyakarta : Pustaka Pesantren.
Dawam, Alnurrafiq. 2004. Manajemen
Madrasah Berbasis Pesantren.
Bandung: Liska Fariska Putra.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2010. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Djuwaeli, M.Irsyad. 2007. Pembaruan
Kembali Pendidikan Islam. Jakarta:
Yayasan Karsa Utama Mandiri.
Daradjat, Zakiyah, 2004, Metodologi
Pengajaran Agama Islam. Jakarta:
Bumi Aksara.
Enoch, Yusuf. 2002. Dasar-Dasar
Perencanaan Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Fadjar, A. Malik. 1999. Madrasah dan
Tantangan Modernitas. Bandung:
Mizan, Fakhruddin 2006.
Paradigma Pendidikan Islam.
Bandung: Izzah Press.
Haedar Amin, H.M. 2004. Masa Depan
Pesantren Dalam Tantangan
Modernitas dan Tantangan
Komplesitas Global. Jakarta : IRD
Pres.
Hakim Abdul. 2001. Metodologi Studi Islam,
Bandung:Rosdakarya. Halim,A. 2005.
Manajemen Pesantren. Yogyakarta:
Izzah Press.
Hasan, Ali, M, Mukti. 2009. Kapita Selekta
Pendidikan Islam. Jakarta : Pedoman.
Hasbullah. 2009. Sejarah Pendidikan Islam
Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Indra, Hasbi. 2005. Pesantren dan
Transformasi Sosial (Studi Atas
Pemikiran K.H Abdullah Syafi’ie
Dalam Bidang Pendidikan Islam).
Jakarta : Penamadani.
Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-bilik
Pesantren. Jakarta: LP3ES.
Maksum. 2005. Madrasah Sejarah
dan Perkembangannya. Jakarta:Logos
Wacana Ilmu.
Mappangandro. 2010. Eksistensi Madrasah
Dalam Distem Pendidikan Nasional:
Bandung: Yayasan Ahkam.
Moleong, Lexi, J. 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin, 2005, Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Nurdin Syafruddi. 2003. Guru Profesional
dan Implementasi Kurikulum.
Jakarta: Ciputat Press.
Olde, Antoni, 2004. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Media Press: Jakarta
Rachman Shaleh, Abdul. 2004. Madrasah
dan Pendidikan Anak Bangsa.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Rose, Collin & Malcom J. Nicholl. 2002.
Cara Belajar Cepat Abad Xxi,
Bandung: Wacana
Soejoeti, Zarkowi dalam A. Malik Fadjar.
2010: Madrasah Dan Tantangan
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511
(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)
59 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018
Modernitas. Bandung: Mizan.