17
Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511 (Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga) 43 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018 Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau Dari Sosiologi Agama Di Desa Doridungga) Syukurman Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP Bima Jalan Piere Tendean Kel. Mande Tlp.Fax (0374) 42801, Bima 84191, Indonesia email; [email protected] Abstrak Lembaga pendidikan Islam sebagai salah satu lembaga pendidikan alternatif dapat menjadi instrument untuk mencetak generasi Islam yang beriman dan bertakwa pada Tuhan yang maha Esa. Lembaga pendidikan Islam yang ada di Desa Doridungga juga menajadi lembaga yang dapat menjadi benteng dalam membendung kristenalisasi. Penelitian ini bertujuan menemukan peluang dan tantangan lembaga pendidikan Islam yang ada di Desa Doridungga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang diawali dengan rancangan penelitian yang meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data dikumpulkan . Adapun yang menjadi jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan secara langsung dari informan menggunakan teknik wawancara dan pengamatan (observasi). Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini dapat di klasifikasikan menjadi tiga yaitu informan kunci, informan ahli dan informan biasa. Setelah data dikumpulkan lalu dianalisa dengan menggunakan reduksi data, display data, ferifikasi data. Dari keseluruhan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peluang dan tantangan lembaga pendidikan Islam Desa Doridungga Kecamatan Donggo dapat dibagi menajadi beberapa hal. Peluangnya adalah masyarakat Donggo yang mayoritas penduduknya Agama Islam, serta semangat Islam sebagai Agama pendidikan. Serta bantuan yang diberikan oleh pihak pemerintah Kabupaten Bima dan pemerintah propinsi yang berkaitan dengan biaya pembiayaanya. Tantangan yang dihadapi adalah tantangan sosial politik demokrasi sekuler dimana peran agama tidak diberi ruang yang cukup untuk mengekspresikan dalam menyusun kurikulum pendidikan, tantangan pada kebudayaan, serta tantangan pada perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat sehingga menuntut lembaga pendidikan Islam untuk membenahi diri mulai dari kurikulum sampai pada sarana dan prasarana. Kata Kunci: Peluang dan Tantangan, Pendidikan Islam.

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

43 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam

(Ditinjau Dari Sosiologi Agama Di Desa Doridungga)

Syukurman

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP Bima

Jalan Piere Tendean Kel. Mande Tlp.Fax (0374) 42801, Bima 84191, Indonesia email; [email protected]

Abstrak

Lembaga pendidikan Islam sebagai salah satu lembaga pendidikan alternatif dapat

menjadi instrument untuk mencetak generasi Islam yang beriman dan bertakwa pada Tuhan

yang maha Esa. Lembaga pendidikan Islam yang ada di Desa Doridungga juga menajadi

lembaga yang dapat menjadi benteng dalam membendung kristenalisasi. Penelitian ini

bertujuan menemukan peluang dan tantangan lembaga pendidikan Islam yang ada di Desa

Doridungga.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang diawali dengan rancangan

penelitian yang meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data dikumpulkan .

Adapun yang menjadi jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer dikumpulkan secara langsung dari informan menggunakan teknik

wawancara dan pengamatan (observasi). Adapun yang menjadi informan dalam penelitian

ini dapat di klasifikasikan menjadi tiga yaitu informan kunci, informan ahli dan informan

biasa. Setelah data dikumpulkan lalu dianalisa dengan menggunakan reduksi data, display data,

ferifikasi data. Dari keseluruhan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peluang dan

tantangan lembaga pendidikan Islam Desa Doridungga Kecamatan Donggo dapat dibagi

menajadi beberapa hal. Peluangnya adalah masyarakat Donggo yang mayoritas penduduknya

Agama Islam, serta semangat Islam sebagai Agama pendidikan. Serta bantuan yang diberikan

oleh pihak pemerintah Kabupaten Bima dan pemerintah propinsi yang berkaitan dengan

biaya pembiayaanya. Tantangan yang dihadapi adalah tantangan sosial politik demokrasi

sekuler dimana peran agama tidak diberi ruang yang cukup untuk mengekspresikan dalam

menyusun kurikulum pendidikan, tantangan pada kebudayaan, serta tantangan pada

perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat sehingga menuntut lembaga pendidikan

Islam untuk membenahi diri mulai dari kurikulum sampai pada sarana dan prasarana.

Kata Kunci: Peluang dan Tantangan, Pendidikan Islam.

Page 2: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

44 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

Pendahuluan

Diakui bahwa, kemajuan dunia

pendidikan dan ilmu pengetahuan dewasa ini

menuntut sebuah kualitas pendidikan agama

Islam yang semakin baik. Oleh sebab itu dalam

menghadapi hal tersebut, pemerintah

memandang perlu untuk meningkatkan mutu

dan kualitas pendidikan mulai jenjang

pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi,

baik negeri maupun swasta.

Pemanfaatan potensi besarnya jumlah

umat Islam, pengalaman dalam

mengembangkan pendidikan secara mandiri,

kekuatan lembaga-lembaga pendidikan Islam

yang sudah maju, pendayagunaan para pakar

dan menejer pendidikan Islam yang cukup

banyak, mengembangkan sistim pendidikan

yang sudah mendapat pengakuan,

memaksimalkan fungsi Departemen Agama

dalam pengembangan pendidikan, dipastikan

peluang-peluang peningkatan kemajuan

pendidikan Islam dapat direbut. Tidak akan

sulit mengembangkan kelembagaan

pendidikan Islam terakreditasi menuju

lembaga pendidikan maju bertaraf

internasional, peluang anggaran akan terbuka,

apalagi kedudukan pendidikan Agama sudah

sama dengan pendidikan umum dari perspektif

kebijakan pendidikan nasional, standarisasi

kelulusan memberikan jaminan kualitas

ketenagaan yang siap akses pangsa pasar kerja,

karenanya pendidik/ guru terakreditasi dalam

upaya mengejar kualitas dan pemenuhan

kesejahteraan dan terbuka pembentukan

prilaku zuhud pada guru. Optimisme

pemanfaatan potensi merebut peluang

globalisasi di awal milenium ketiga ini, akan

semakin nyata menjadi kekuatan dalam

peningkatan pendidikan Islam itu, apalagi ada

momentum dukung dengan situasi umat Islam,

sejak awal abad ke-15 hijrah dicanangkan

sebagai abad kebangkitan dan dinyatakan

sebagai awal survival umat Islam.

Dalam konteks inilah kemudian,

pesantren dan madrasah yang tumbuh dan

berkembang di tengah-tengah perkembangan

arus modernitas selama ini masih memerlukan

introspeksi dan pengkajian secara khusus.

Terutama menyangkut kondisi dan

kemampuannya menyerap aspirasi, kebutuhan

dan perkembangan dalam berbagai bidang,

baik politik, ekonomi, sosial budaya maupun

keamanan.

Desa Doridungga sebagai salah satu

desa yang ada di Kecamatan Donggo beberapa

tahun terakhir ini mulai membenahi diri dalam

aspek pendidikan berbasis Agama. Hal ini

terlihat dari adanya pesantren dan sekolah

yang berbasis Agama Islam ada di desa

tersebut. Keberadaan lembaga pesantren

tersebut memberi warna tersendiri dalam

dinamika pendidikan di daerah khususnya

pendidikan Islam.

Berkaitan dengan keberadaan dan

peran lembaga-lembaga pendidikan Islam di

Desa Doridungga Kecamatan Donggo

Page 3: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

45 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

tersebut, tidak memungkinkan bahwa

masyarakat di satu sisi telah memberikan

respon yang cukup baik, tetapi pada sisi lain

masih dinilai minim dan konstribusi bagi

pemenuhan kebutuhan dan keinginan

masyarakat umum. Penelitian ini paling tidak

akan mencoba menemukan peluang dan

tantangan pendidikan Islam yang telah

diletakkan oleh pemerintah dan masyarakat

banyak di Desa Doridungga Kecamatan

Donggo. Khususnya menyangkut pandangan

masyarakat terhadap kiprah lembaga-lembaga

pendidikan Islam itu kini dan kedepan.

Termasuk dalam rangka mencermati masalah

pendidikan Islam yang berkembang sejak lama

secara berkesinambungan. Maka yang menjadi

pertanyaan yang perlu di cari jawabannya

adalaah bagaimanakah peluang dan tantangan

pendidikan Islam di Desa Doridungga

Kecamatan Donggo?”

Sebagaimana pengamatan penulis di

lapangan mengenai peluang dan tantangan

lembaga pendidikan Islam di Desa Doridungga

Kecamatan Donggo bahwa sebagian dari

masyarakat beranggapan bahwa lembaga

pendidikan Islam kurang menjamin mutu

outputnya dan ada pula yang beranggapan

bahwa lembaga pendidikan Agama Islam ini

baik untuk membentuk generasi yang

berakhlak, maka dari itu pemerintah harus

memperhatikan output dari lembaga

pendidikan Agama Islam agar dapat memenuhi

tuntutan zaman sehingga masyarakat dapat

terpenuhi kebutuhan yang diinginkannya.

Namun pendidikan Agama menjadi sangat

diperlukan ditengah-tengah kematian

spritualitas dan dekadensi moral mayarakat.

Tinjauan Pustaka

Pendidikan Islam

Perbedaan mendasar sistem pendidikan

Islam dengan sistem pendidikan Barat terletak

pada konsep ilmu. Dalam pendidikan Islam

berorientasi pada nilai-nilai Agama, akhlak,

Page 4: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

46 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

moralitas, dan wahyu, sebagaimana banyak du

uraikan oleh ulama. Sementara konsep sistem

pendidikan Barat mengedepankan sikap bebas

nilai, yang berakibat pada kerusakan moral

masyarakatnya yang kemudian hal itu

berdampak pada generasi Islam di Indonesia

umumnya khususnya generasi di Bima.

Salah satu kerusakan Ilmu pendidikan

Barat adanya gelombang sekularisasi.

Gelombang ini mempengaruhi masyarakat

Barat menyebabkan ilmu tersebut terlepas dari

pengaruh Agama. Sebelum membahas lebih

jauh tentang lembaga pendidikan Islam, maka

terlebih dahulu akan di kemukakan pengertian

lembaga pendidikan agama Islam untuk

memperjelas ruang lingkup pendidikan

tersebut.

Istilah Pendidikan Islam dan

Pendidikan Agama Islam sekilas terdengar

mempunyai kesamaan arti. Tetapi setelah

dikaji dan diteliti lebih dalam lagi, ternyata

pengertian Pendidikan Islam dengan

Pendidikan Agama Islam memiliki substansi

yang tidak sama. Muhaimin,(2005 :6) “banyak

orang yang berpendapat bahwa antara

pendidikan islam dengan pendidikan agama

islam mempunyai makna yang sama”. Oleh

kerena itu, perlu dibedakan pengertian di

antara kedua istilah tersebut agar tidak ada

kesalahan persepsi lagi.

Lebih lanjut Zakiah Daradjat (2004 :

28) bahwa Pendidikan Islam adalah

pembentukan kepribadian muslim. Muhaimin

(2005 :7) memberikan komentar tentang

Pendidikan Islam, bahwa Pendidikan Islam

merupakan sebuah sistem pendidikan yang

disusun, digali dan dikembangkan dari sumber

ajaran islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Menurut Muhaimin (1990 : 61) Pada

hakekatnya Pendidikan Islam adalah

keseluruhan dan fungsi rububiyah Allah

terhadap manusia, sejak dari proses penciptaan

serta pertumbuhan dan perkembangannya

secara bertahap dan berangsur-angsur

sampai sempurna, sampai dengan

pengarahan dan bimbingannya dalam

pelaksanaan tugas kekhalifaan dengan

sebaik-baiknya.

Uraian-uraian tentang pendidikan

Islam yang penulis kutip dari pendapat para

pakar tersebut dapat memberikan gambaran

bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan

yang diberikan kepada seseorang

berdasarkan hukum-hukum islam yang digali

dari Al-Qur’an dan As-Sunnah agar tertanam

dalam jiwanya akhlak yang mulia menuju

terbentuknya kepribadian muslim yang

sempurna (insan kamil).

Lembaga Pendidikan Islam

Berbicara tentang lembaga-lembaga

pendidikan Islam tersebut, memang terdapat

banyak jenis dan bentuknya. Akan tetapi

dalam konteks ini hanya sebagian saja yang

penulis kemukakan, yaitu : pesantren,

madrasah dan perguruan tinggi agama Islam.

Page 5: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

47 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

1) Pesantren

Pesantren merupakan lembaga

pendidikan tradisional Islam untuk

memahami, menghayati dan mengamalkan

ajaran Islam dengan menekankan pentingnya

moral agama Islam sebagai pedoman hidup

bermasyarakat sehari-hari. Pesantren sendiri

menurut pengertian dasarnya adalah tempat

belajar para santri. Sedangkan pondok berarti

rumah atau tempat tinggal sederhana yang

terbuat dari bambu. Disamping itu kata

”pondok” mungkin berasal dari bahasa Arab

”funduq” yang berarti hotel atau asrama.

2) Madrasah

Menurut A.Irsyad Djuwaili (2007:19)

bahwa kata madrasah merupakan ”isim

makan” kata” darasa” dalam bahasa Arab,

yang berarti ”tempat duduk untuk belajar”

atau populer dengan sekolah. Lembaga

pendidikan Islam ini mulai tumbuh di

Indinesia pada awal abas ke-20. Kelahiran

madrasah ini tidak terlepas dari ketidakpuasan

terhadap sistem pesantren yang semata-mata

menitikberatkan agama, di lain pihak sistem

pendidikan umum justru ketika itu tidak

menghiraukan agama.

Dengan demikan, kehadiran madrasah

dilatarbelakangi oleh keinginan untuk

memberlakukan secara berimbang antara ilmu

Agama dengan ilmu pengetahuan umum

dalam kegiatan pendidikan dikalangan ummat

Islam. Atau dengan kata lain madrasah

merupakan perpaduan sistem pendidikan

pesantren dengan sistem pendidikan kolonial.

Nurcholis Madjid (1997:23) yakni

“Bilik-Bilik Pesantren” dalam tulisan itu

mengemukakan bahwa pesantren tidak saja

merupakan lembaga pendidikan tertua, tetapi

lebih dari itu merupakan satu-satunya yang

mewakili ciri-ciri dan keaslian dari budaya

relegius msyarakat islam dalam nusantara.

Sedangkan Karel A. Steenbrink yang dalam

karya tulisannya yang sangat terkenal

“Pesantren Madrasah Sekolah”. Disitu

Steenbrink banyak mengulas tentang

pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan

Islam tertua yang terdiri diatas tradisi dan

budaya asli orang indonesia.

Perspektif historis menempatkan

pesantren pada posisi yang cukup istimewa

dalam khazana perkembangan sosial-budaya

masyarakat indonesia. Abdurahman Wahid

(dalam Marjuki Wahid.1999:34)

menempatkan pesantren sebagai subkultur

tersendiri dalam masyarakat indonesia.

Menurutnya, lima ribu buah pondok pesantren

yang tersebar di enam puluh delapan ribu desa

merupakan bukti tersendiri untuk menyatakan

sebagai.

Bertolak dari pandangan Abdurahman

Wahid di atas, tidak terlalu berlebihan apabila

pesantren di posisi sebagai satu elemen

determinan dalam struktur piramida sosial

masyarakat indonesia. Adanya posisi penting

yang sandang pesantren menuntunya untuk

memainkan peran penting pula dalam setiap

Page 6: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

48 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

proses-proses pembangunan sosial baik

melalui potensi pendidikan maupun potensi

pembangunan masyarakat yang dimilikinya.

Seperti dimaklumi, pesantren selama ini

dikenal dengan fungsinya sebagai lembaga

pendidikan yang memiliki misi untuk

membebaskan peserta didiknya (santri) dari

belenggu kebodohan yang selama ini menjadi

musuh dari dunia pendidikan secara

umum.pada tataran berikutnya, keberdayaan

akan menjadi bekal mereka dalam

berperan serta dalam proses pembangunan

yang pada intinya tiada lain adalah

perubahan sosial menuju terciptanya

tatanam masyarakat yang lebih sempurna.

Pada awal berdirinya, pengabdian

pesantren terhadap masyarakat, sesuai

zamanya, berbentuk sangat sederhana dan

biasa dibilang sangat alami pengabdian

tersebut diwujudkan misalnya, dengan

“pelayanan keagamaan” kepada masyarakat

menyediakan wadah bagi sosialisasi anak-

anak dan sebagai tempat bagi remaja yang

datang dari berbagai daerah yang sangat jauh

untuk menjalani semacam “ritus peralihan”

dari fase remaja ke fase selanjutnya. Dalam

bentuk seperti itu, pesantren terlibat aktif

dalam pengkajian keagamaan dan pola-pola

sejenis yang dikembangkan di masyarakat

luas.

Sebagaimana telah disebutkan diatas,

pesantren merupakan lembaga keagamaan

yang sarat nilai dan tradisi luhur yang telah

menjadi karakteristik pesantren pada hampir

seluruh perjalanan sejarahnya. Secara

potensial, karakteristik tersebut memiliki

peluang cukup besar untuk dijadikan dasar

pijakan dalam rangka menyikapi globalisasi

dan persoalan-persoalan lain yang

menghadang pesantren, secara khusus dan

masyarakat luas, secara umum.

Pesantren sebagai Lembaga

pendidikan Islam merupakan realitas yang

tak dapat dipungkiri sepanjang sejarah yang

dilaluinya, pesantren terus menekuni

pendidikan tersebut dan menjadikannya fokus

kegiatan. Oleh Zarkowi Soejoeti (2010:23)

berpendapat bahwaKeberadaan pendidikan

Islam sesungguhnya tidak sekedar

memperhatikan ciri khas yang islami saja

melainkan dapat mewujudkan tujuan yang

diidamkan dan diyakini sebagai yang paling

ideal.

Dengan demikian tujuan itu sekaligus

mempertegas bahwa misi dan tanggung jawab

yang diemban pendidikan Islam lebih berat

lagi. Dimana dalam pandangan Maksum

(2005: 12) bahwasahnya berdasarkan

kenyataan-kenyataan, ada tiga hal yang

cukup berpengaruh dalam penilaian maupun

penerimaan masyarakat terhadap pendidikan

yaitu:

1. Sistem pendidikan dan kelembagaan

lebih merupakan cerminan keadaan

masyarakat. Dalam hal ini, keadaan

masyarakat yang berlapis-lapis menantul

Page 7: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

49 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

kenyataan pendidikan sebagai sebuah

system.

2. Lembaga sekolah dan perguruan tinggi

mempunyai kemampuan besar dalam

menyalurkan lulusan sesuai harapan

masyarakat akan dikukuhkan

kedudukannya. Sejalan dengan hal itu akan

berlaku suatu dalil bahwa semakin besar

kemungkinan suatu sekolah mengantarkan

anak didiknya keposisi masyarakat yang

terpandang, maka semakin besar pula arus

anak didik untuk masuk kedalam lembaga

pendidikan tersebut.

3. Orientasi alokasi possisional akan

berdampak pada munculnya dorongan

yang kuat dikalangan anggota masyarakat

untuk mencapai tingkatan pendidikan

setinggi-tingginya.

Kurang tertariknya masyarakat untuk

memilih lembaga-lembaga pendidikan Islam

sebenarnya bukan hanya karena terjadi

pergeseran nilai atau ikatan keagamaan yang

mulai memudar, melainkan karena sebagian

besar lembaga tersebut kurang menjanjikan

untuk memenuhi kebutuhan manusia. oleh

karena itu, Mappangandro. (2010:14)

berpendapat bahwa pengembangan pendidikan

Islam bukanlah pekerjaan sederhana karena

upaya tersebut memerlukan perencanaan yang

terpadu dan menyeluruh. Dalam hal ini

perencanaan berfungsi membantu

memfokuskan kepada sasaran, pengalokasian

dan kontunuitas, sebagai suatu proses berfikir

untuk menentukan apa yang akan dicapai.

Peluang dan Tantangan Lembaga

Pendidikan Islam

1. Peluang Lembaga Pendidikan Islam

Perubahan ini mungkin ada

manfaatnya tapi mungkin juga besar madlarat

nya, apabila tidak disikapi dengan bijak dan

mental yang matang dalam menghadapi

globalisasi yang serba boleh. Pada saat ini

yang sangat mengkhawatirkan adalah, bangsa

Indonesia yang murah hati menerima sesuatu

yang baru, baik kebudayaan, gaya hidup,

fashion, dan lain-lain, tanpa ada seleksi baik

tidaknya bagi mereka atau baik untuk

kehidupan bangsa ini, yang dikenal dengan

menjunjung tinggi norma, adat istiadat sopan

santun, dan taat terhadap agama. Nampaknya

pada hari ini sensitifitasnya terhadap

kebudayaan yang menyimpang sudah

menghilang. Sehingga berpengaruh kepada

sistem pendidikan yang ada di Negara kita.

Jadwal pelajaran agama terutama di sekolah-

sekolah negeri sangatlah minim, hanya 2 jam

pelajaran saja dalam sepekan. Itupun satu jam

pelajaran nya adalah 45 menit atau bahkan ada

yang 40 menit. Artinya dalam sepekan, porsi

jam untuk pelajaran agama Islam hanya

sekitar 80-90 menit saja. Islam adalah agama

yang bersifat universal, ajarannya mencakup

seluruh aspek kehidupan. Allah swt telah

menciptakan manusia dengan dua fungsi,

yang pertama adalah sebagai hamba Allah dan

Page 8: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

50 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

yang kedua adalah sebagai pemimpin di muka

bumi (khalifatun fil ardl), sebagaimana yang

difirmankan oleh-Nya.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan

manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku”. (Adz-Dzariyat:56)

Sejak awal kedatangannya ke

Indonesia, pada abad ke-6 M, Islam telah

mengambil peran yang amat siginifikan dalam

kegiatan pendidikan. Peran ini dilakukan,

karena lembaga Pendidikan Islam memiliki

beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1) Islam Agama Dakwa

Islam memiliki karakter sebagai

agama dakwah dan pendidikan. Dengan

karakter ini, maka Islam dengan

sendirinya berkewajiban mengajak,

membimbing, dan membentuk

kepribadian ummat manusia sesuai

dengan nilai-nilai ajaran Islam. Dengan

inisiatifnya sendiri, ummat Islam

berusaha membangun sistem dan

lembaga pendidikan sesuai dengan

keadaan zaman, seperti pesantren,

madrasah, majelis ta’lim dan

sebagainya. Melalui lembaga

pendidikan ini telah dilahirkan para

ulama, tokoh agama, para pemimpin

masyarakat yang telah memberiikan

sumbangan yang besar bagi kemajuan

bangsa. Terdapat hubungan simbiotik

fungsional antara ajaran Islam dengan

kegiatan pendidikan. Dari satu sisi

Islam memberikan dasar bagi

perumusan visi, missi, tujuan dan

berbagai aspek pendidikan, sedangkan

dari sisi lain, Islam membutuhkan

pendidikan sebagai sarana yang

strategis untuk menyampaikan nilai

dan praktek ajaran Islam kepada

masyarakat. Adanya penduduk

Indonesia yang mayoritas beragama

Islam adalah sebagai bukti keberhasilan

pendidikan dan dakwah Islamiyah.

2) Islam Agama Mayoritas

Kekuatan kedua yang dimiliki Islam

adalah kekuatan sumber daya manusia

(SDM). Hampir setengah penduduk dunia

memeluk Islam, sehingga tidak ada satu

negara pun di dunia ini kecuali di sana ada

orang Islam. Peluang besar bagi umat Islam

untuk memperkenalkan konsepnya kepada

seluruh masyarakat dunia dengan

mengkondisikan umat Islam yang berada di

negara-negara tersebut untuk

mengembangkan konsepnya.

Tantangan Lemabaga Pendidikan Islam

Pada era kontemporer pendidikan

Islam dihadapkan pristiwa global yakni

dunia yang mengarah pada dunia digital.

Dunia digital yang di maksud adalah dunia

telekomunikasi yang semakin cepat mengarah

pada sekularisasi sains yang kemudian

berdampak pada sains yang menolak

keberadaan kekuatan transedent dalam

hipotesisnya. Maka, ini yang menjadi

tantangan pendidikan Islam hari ini. Ada

Page 9: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

51 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

beberapa hal yang menjadi tantang dalam

pendidikan Islam di antaranya sebagai

berikut:

1) Tantangan Dalam Bidang Politik

Dalam kehidupan politik, tentu politik

kenegaraan banyak berkaitan dengan masalah

bagaimana lembaga itu membimbing,

mengarahkan dan mengembangkan

kehidupan bangsa dalam jangka panjang.

Pengarahan tersebut didasarkan atas falsafah

Negara yang mengikat semua sector

perkembangan bangsa dalam proses

pencapaian tujuan Negara yang mengikat atau

tujuan nasional itu. Dengan kata lain lembaga

pendidikan yang ada di dalam wilayah

suatu Negara adalah merupakan sector

perkembangan kehidupan budaya bangsa

yang commited (terikat) denga tujuan

perjuangan nasional yang berlandaskan pada

falsafah negaranya. Oleh karena itu, maka

suatu lembaga pendidikan yang tidak

tersedia mengikuti politik negaranya, akan

merasakan bahwa politik tersebut menjadi

pressure (tekanan) terhadap cita kelembagaan

tersebut. Sudah barang tentu hal ini

merupakan tantangan yang perlu dijawab

secara ”politics fundamental” pula. Karena

hal tersebut menyangkut kepentingan

perkembangan bangsa dimasa depan dan

dalam maknanya bagi pemeliharaan watak

dan kepribadian, kreatifitas dan disiplin

bangsa itu sendir Abdul Hakim (2001:23).

2) Tantangan Bidang Kebudayaan

Satua perkembangan kebudayaan

dalamabad modern ini adalah tidak dapat

terhindar dari pengaruh kebudayaan bangsa

lain. Kondisi demikian menyebabkan

timbulnya proses akulturasi (perpaduan atau

saling berbaurnya antara kebudayaan yang

satu dengan yang lain), dimana factor nilai

mendasari kebudayaan sendiri sangat

menentukan survive (daya tahan) bangsa

tersebut. Sikap selektif dalam menerima

atau menolak kebudayaan asing perlu

dilandasi dengan penganalisaan mendalam

yang bersumberkan dari pandangan hidupnya

sendiri baik sebagai institusi maupun sebagai

bangsa. Sikap selektif pada hakikatnya

bukanlah sikap-sikap menyerah atau sikap

netral, melainkan sikap kreatif yang hati-hati

berdasarkan atas pertimbangan untung rugi

bagi perkembanganya lebih lanjut. Oleh

karena itu memerlukan pengetahuan yang

mendalam dan wawasan yang menjangkau

kemasa depan bagi eksistensi hidupnya.

Diantara budaya asing yang mempengaruhi

kebudayaan bangsa ini adalah trend sex bebas

Abdul Hakim (2001:27).

3) Tantangan Bidang Teknologi

Era informasi yang akan dating

menyebabkan lingkungan sosial semakin luas

karean disatukan oleh teknologi dibidang

komunikasi yang memunculkan era

globalisasi.Collin Rose dalam bukunya

accelerated learning(2002:23)

menggambarkan wajah masa depan sebagai

Page 10: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

52 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

dunia yang berubah dengan laju semakin

kencang; problem kehidupan, masyarakat

dan perekonomian menjadi sangat

komplek, jenis-jenis pekerjaan menghilang

dengan cepat tak terbayangkan dan masa lalu

yang semakin tidak dapat dijadikan pedoman

bagi masa depan. Kehadiran alat- alat canggih

seperti, radio, televise, computer dan alat-

alat elektronik lainya akan

akan berpengaruh terhadap proses

pembelajaran. Alat canggih ini akan

membawa tantangan bagi pendidikan dalam

pengmbangan sumber daya manusia. Dan

umunya alat-alat teknologi ini diciptakan untu

mempermudah manusia bekerja dan berbuat

serta dapat memberikan rasa senang kepada

pemaikainya. Bentuk lain dari kecanggihan

teknologi informasi sekarang adalah internet.

4) Tantangan Dalam Sistem Nilai

Sistem nilai adalah tumpuan norma-

norma yang dipegangi oleh manusia ebagai

mahkluk individu dan sebagai mahkluk

sosial, baik itu berupa norma transional

maupun norma agama yang telah berkembang

dalam masyarakat. Sistem nilai juga dijadikan

tolak ukur bagi tingkah laku manusia dalam

masyarakat yang mengandung potensi

mengendalikan, mengatur dan mengarahkan

perkembangan masyarakat itu sendiri.

Bahkan juga mengandung potensi

rohaniah yang melestariakan eksisitensi

masyarakat itu. Namun demikian, system nilai

tersebut bukanya tidak dapat mengalami

perubahan. Akmal Hawil (2005:34).

Inilah yang menjadi titik sentral

problem yang menjadi tantangan terhadap

lembaga pendidikan, yang salah satu

fungsinya adalah mengawetkan system nilai

yang berkembang dalam masyarakat.

Sehingga akulturasi budaya asing tidak

menenggelamkan nilai0nilai cultural bangsa

ini. Oleh, karena itu lembaga pendidikan perlu

memberikan jawaban-jawaban yang tepat,

sehingga kecendrungan dan sikap berfikir

msyarakat tidak terombang-ambing tanpa

arah yang jelas.

Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Adapun yang menjadi rancangan

dalam penelitian ini mengkaji antara peluang

dan tantangan lembaga pendidikan Islam di

Desa Doridungga Kecamatan Donggo.

Lembaga Pendidikan Islam

Peluang Tantangan

1. Islam Agama Dakwa

2. Islam Agama Mayoritas

1. Bidang Politik

2. Bidang Kebudayaan

3. Bidang Teknologi

4. Bidang Nilai

Page 11: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

53 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

Bagan 1.3. Rancangan Penelitian

Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam

penelitian ini adalah lembaga pendidikan

Islam yang ada di Desa Doridungga.

Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data di

lapangan, penulis menggunakan beberapa

teknik pengumpulan data sebagi berikut :

1. Observasi, yaitu pengamatan dan

pencatatan secara sistematik terhadap

gejala yang tampak pada objek penelitian.

Dalam hal ini peneliti mengamati keadaan

masyarakat di Desa Doridungga

Kecamatan Donggo.

2. Wawancara yang dilakukan dalam

Metode Pengumpulan Data

Observasi Wawancara Dokumentasi

Analisis Data

Page 12: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

54 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

penelitian ini adalah wawancara

mendalam dan wawancara berpedoman

(terikat).Pengumpulan data dengan

wawancara perpedoman didasarkan pada

daftar pertanyaan yang telah disiapkan.

Sedangkan wawancara bebas dan

mendalam adalah pertanyaan

pengembangan dari pertanyaan terikat

yang tidak disiapakan sebelumnya baik

kepada masyarakat dan lembaga

pendidikan Islam Desa Doridungga ada di

Kecamatan Donggo maupun kepada

pemerintah daerah atau dinas terkait.

3. Dokumentasi, dari asal kata dokumen

yang berarti barang-barang tertulis. Dalam

hal ini, peneliti menyelidiki benda-benda

tertulis seperti buku-buku, arsip, catatan harian

dan sebagainya untuk mendapatkan data

tentang keadaan masyarakat Desa Doridungga

Kecamatan Donggo.

Instrumen Penelitian

Adapun instrument yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pedoman.

Observasi, pedoman wawancara/interview dan

dokumentasi.

Teknik Anaisis Data

Untuk menganalisis data yang

diproleh dari penelitian ini digunakan tehnik

analisis data kualitatif. Menurut Bogdan dan

Biklen (dalam Moleong, 2005: 248) analisis

data kualitatif adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilih-milihnya

menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensistensikannya. Tehnik analisis dan

kualitatif yang dilakukan dalam penelitian ini

meliputi tahapan-tahapan yaitu:Reduksi data,

penyajian data, penarikan kesimpulan

dilakukan setelah dilakukan reduksi data dan

penyajian data.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Falsafah Hidup Desa Doridungga

Kecamatan Donggo

Adapun falsafah hidup masyarakat

Kecamatan Donggo khususnya masyarakat

Desa Doridungga adalah ungkapan maja labo

dahu (malu dan takut). Secara terminologis,

maja labo dahu mengandung arti takut.

Ismail (1997; 2001) mengartikan “maja”

(malu), “labo” (dengan), “dahu” (takut). Maja

(malu) bagi yang beriman dan dahu (takut)

bagi yang bertakwa, anggota masyarakat akan

merasa malu dan takut melanggar sistem

budaya (sara ro huku) dan norma Agama.

Kedua kata ini memiliki makna kultural yang

Page 13: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

55 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

utuh yang tidak bisa di pisahkan antara satu

dengan yang lainnya. Apabila kata “maja’ saja

yang ada dan kata “dahu” hilang maka maja

secara kultural tidak memiliki makna seperti

yang terkandung dalam maja labo dahu;

demikina juga sebaliknya.

Maja labo dahu (Malu dan Takut) pada

dasarnya adalah kearifan lokal masyarakat

Bima pada umumya termasuk masyarakat

Kecamatan Donggo. Pada masyarakat

Kecamatan Donggo maja labo dahu (malu dan

takut). Makan tapi jangan berladang liar

(Ngaha aina ngoho) secara terminologis terdiri

dari tiga kata yaitu “ngaha” (makan), “aina”

(jangan) dan “ngoho“ (berladang liar).

Artikan bahwa dalam mencari nafkah tidak

boleh merusak hutan. Ungkapan ini adalah

salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat

Bima dan ungkapan ini di terapkan dan

mengakar di masyarakat Desa Doridungga

Kecamatan Donggo dalam menjaga

kelestarian hutan tempat mereka hidup. Hal

tersebut terlihat mereka membuat kebun

dengan ditanami berbagai macam tanaman

seperti jati, nangkah, ubi kayu dan lain-lain.

Peluang dan Tantangan Pendidikan Islam

di Desa Doridungga Kecamatan

Donggo

1) Peluang Lembaga Pnedidikan Islam

Adapun peluang lembaga pendidikan Islam

yang ada di Kecamatan Donggo khususnya

desa Doridungga adalah.

1.Banyaknya masyarakat Donggo yang

memasukkan anaknya pada pesantren-

pesantren di kota Bima dan Dompu

sehingga ini menjadi peluang dan untuk

memberikan kemudahan pada masyarakat

Kecamatan Donggo yang ingin anaknya

sekolah (nyantri) di pesantren.

2. Islam sebagai Agama mayoritas masyarakat

Kecamatan Dongggo

3.Masyarakat Donggo yang memiliki 13 Desa.

Desa Mbawa sebagai salah satu desa yang

didalamnya hidup masyarakat nonmuslim

sehingga pesantren dibangun dalam rangkah

membendung arus kristenalisasi.

Disamping menajadi benteng pesantren juga

menajadi media untuk mencetak para da’i- da’i

yang akan menyebarkan Islam di Kecamatan

Donggo.

2). Tantangan Lembaga Pendidikan Islam

Adapun tantangan yang dihadapi pada

awal-awal pendirian pendidikan Islam dapat

dibagi beberapa hal diantaranya. Tantangan

yang sifatnya internal seperti kekurangan

tenaga pengajar; kekurangan pendanaan;

tenaga pengajar yang ada kurang efektif

dikarenakan kurangnya honor yang

dibayarkan oleh pesantren; kurangya fasilitas.

Sedangkan tantangan yang sifatnya eksternal

diantaranya adalah masyarakat menganggap

bahwa lembaga pendidikan Islam atau

pesantren hanya mencetak tukang do’a saja

sehingga hal itu motifasi orang tua untuk

menyekolahkan anaknya ke pesantren.

Kurang sosialisasi terkait keberadaan

lembaga pendidikan Islam atau pesantren.

Page 14: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

56 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

Hal lain juga pesantren kalah saing dalam hal

fasilitas dengan sekolah-sekolah umum.

Namun tantangan yang dihadapi bersamaan

dengan berjalannya waktu dapat sedikit

demi sedikit dapat diatasi. Tenaga pengajar

yang masih kurang teratasi dengan makin

banyaknya sarjana-sarjana baru yang

kemudian hal itu untuk menjadi guru sukarela.

Keberadaan pesantren Al-Ikhlas

Kecamatan Donggo sangat membantu dalam

upaya menyerap tenaga kerja. Masyarakat

Kecamatan Donggo pada umumnya

khususnya Desa Doridungga beberapa tahun

terakhir ini mempunyai animo yang cukup

tinggi untuk menyekolahkan anaknya ke

perguruan tinggi terutama untuk jurusan

pendidikan. Hal tersebut membawa

konswkuensi banyaknya sarjana-sarjana baru

setiap tahun. Disamping hal tadi ada

perbedaan karakter anak-anak sekolah umum

dengan anak-anak yang sekolah di lembaga

pndidikan Islam (pesantren). Anak pesantren

lebih sopan, rapi, dan berani dalam

mengemukakan pendapatnya ketika

melakukan diskusi dikelas. Sedangkan anak

sekolah umum tidak terlalu memperhatikan

aspek moral sehingga ada beberapa kasus

tawuran antar siswa sekolah umum terjadi,

dan mereka kurang aktif dalam melakukan

diskusi dalam kelas. Hal ini terjadi

dikarenakan pengaruh lingkungan yang

didukung kurangnya pelajaran Agama.

Masyarakat Desa Doridungga

senantiasa melaksanakan ajaran Islam dengan

baik, salah satu diantara rukun Islam yang

senantiasa mereka laksanakan yakni dengan

keberadaan pesantren Al-Ikhlas Kecamatan

Donggo. Dimana para orang tua selalu

menginginkan yang terbaik bagi anak-anak

mereka, termasuk dalam hal pendidikan.

Maka dari itu, mereka selalu berusaha

memberikan bimbingan dan pengarahan

tentang arti dan pentingnya pendidikan bagi

anak-anak, terutama pendidikan agama sebab

dengan adanya pengetahuan agama serta

pengetahuan umum lainnya akan mampu

menghadapi tantangan zaman yang semakin

maju. Hal ini terlihat semakin banyaknya

masyarakat yang menyekolahkan anaknya

pada pesantren. Oleh sebab itu, dikatakan

bahwa baik buruk atau berkualitas tidaknya

watak kepribadian manusia dalam suatu

masyarakat tergantung kepada faktor

pendidikan sebagai dasar serta substansi

untuk melakukan transformasi ke dalam

berbagai dimensi kehidupan agar manusia

selalu hidup dinamis dan menjadi alat untuk

mencapai kesejahteraan hidup, yang

terkontrol oleh nilai-nilai keimanan.

Agama mempunyai fungsi yang sangat

penting dalam pembangunan nasional,

terutama sebagai landasan moral dan etika

dalam mewujudkan masyarakat adil dan

makmur. Pembangunan bidang agama yang

terpadu dengan pembangunan bidang- bidang

lain diharapkan dapat mendukung

Page 15: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

57 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

terwujudnya masyarakat Indonesia yang

beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta

tanah air, berkesadaran hukum dan

lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi

serta berdisiplin.

Secara garis besar, pembangunan

bidang agama ditujukan untuk menciptakan

suasana kehidupan beragama yang penuh

keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, mewujudkan kerukunan

umat beragama yang dinamis baik intern

maupun antarumat beragama, dan turut

memajukan kesejahteraan masyarakat

terutama melalui pendidikan agama dan

keagamaan serta pengembangan lembaga

sosial keagamaan.

Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peluang lembaga pendidikan Islam yang

ada di Desa Doridungga Kecamatan

Donggo adalah masyarakat Kecamatan

Donggo yang mayoritas penduduknya

beragama Islam sehingga ini menjadi

sumber daya manusia yang harus

diperdayakan dalam upaya mencetak

generasi yang lebih baik dan bertanggung

jawab. Hal lain yang menjadi peluang

lembaga pendidikan Islam adalah peran

pemerintah kabupaten Bima dan propinsi

dalam memberikan pendanaan untuk

keberlangsungan pesantren di Desa

Doridungga. Terakhir Agama Islam

adalah Agama pendidikan.

2. Tantangan lembaga pendidikan Islam pada

periode awal lebih pada kekurangan

pendanaan untuk opersioanal pesatren;

dan kurangnya tenaga pendidik yang

tersedia ditambah etos kerja tenaga

pendidik yang ada yang disebabkan honor

yang minim tantangan tersebut bersifat

internal. Adapun tantangan yang sifatnya

eksternal perubahan sosial kebudayaan,

system politik, dan perkembangan

teknologi informasi.

Saran-Saran

Adapun saran-saran yang dapat

dikemukakan untuk mengantisipasi dan

mengembangkan lembaga pendidikan Islam

di Desa Doridungga Kecamatan Donggo

adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan lembaga pendidikan Islam

atau pesantren yang ada di Desa Doridungga

dapat menjawab perubahan sosial dan

teknologi yang ada dengan memasukkan

pendidikan umum dalam kurikulum

pendidikan pesantren. Seperti mata pelajaran

kompunter, dan kewirasuhaan

2. Diharapkan lembaga pendidikan

melakukan sosialisasi terkait

keberadaannya dengan menyebarkan brosur

atau dengan mengirim santri- santrinya untuk

mengikuti kompetisi yang diadakan baik

tingkat kecamatan, kabupaten, atau propinsi.

Page 16: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

58 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

Daftar Pustaka

Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam

Perspektif Islam. Bandung:

Rosdakarya.

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek. Jakarta: PT

Rinaka Cipta.

Asari, Hasan. 2010. Menyingkap Zaman

Keemasan Islam. Bandung: Mizan.

A’la, Abdul. 2006. Pembaruan Pesantren.

Yogyakarta : Pustaka Pesantren.

Dawam, Alnurrafiq. 2004. Manajemen

Madrasah Berbasis Pesantren.

Bandung: Liska Fariska Putra.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2010. Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.

Djuwaeli, M.Irsyad. 2007. Pembaruan

Kembali Pendidikan Islam. Jakarta:

Yayasan Karsa Utama Mandiri.

Daradjat, Zakiyah, 2004, Metodologi

Pengajaran Agama Islam. Jakarta:

Bumi Aksara.

Enoch, Yusuf. 2002. Dasar-Dasar

Perencanaan Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Fadjar, A. Malik. 1999. Madrasah dan

Tantangan Modernitas. Bandung:

Mizan, Fakhruddin 2006.

Paradigma Pendidikan Islam.

Bandung: Izzah Press.

Haedar Amin, H.M. 2004. Masa Depan

Pesantren Dalam Tantangan

Modernitas dan Tantangan

Komplesitas Global. Jakarta : IRD

Pres.

Hakim Abdul. 2001. Metodologi Studi Islam,

Bandung:Rosdakarya. Halim,A. 2005.

Manajemen Pesantren. Yogyakarta:

Izzah Press.

Hasan, Ali, M, Mukti. 2009. Kapita Selekta

Pendidikan Islam. Jakarta : Pedoman.

Hasbullah. 2009. Sejarah Pendidikan Islam

Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Indra, Hasbi. 2005. Pesantren dan

Transformasi Sosial (Studi Atas

Pemikiran K.H Abdullah Syafi’ie

Dalam Bidang Pendidikan Islam).

Jakarta : Penamadani.

Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-bilik

Pesantren. Jakarta: LP3ES.

Maksum. 2005. Madrasah Sejarah

dan Perkembangannya. Jakarta:Logos

Wacana Ilmu.

Mappangandro. 2010. Eksistensi Madrasah

Dalam Distem Pendidikan Nasional:

Bandung: Yayasan Ahkam.

Moleong, Lexi, J. 2002. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Remaja

Rosdakarya.

Muhaimin, 2005, Pengembangan Kurikulum

Pendidikan Agama Islam. Jakarta:

RajaGrafindo Persada.

Nurdin Syafruddi. 2003. Guru Profesional

dan Implementasi Kurikulum.

Jakarta: Ciputat Press.

Olde, Antoni, 2004. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Media Press: Jakarta

Rachman Shaleh, Abdul. 2004. Madrasah

dan Pendidikan Anak Bangsa.

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Rose, Collin & Malcom J. Nicholl. 2002.

Cara Belajar Cepat Abad Xxi,

Bandung: Wacana

Soejoeti, Zarkowi dalam A. Malik Fadjar.

2010: Madrasah Dan Tantangan

Page 17: Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam (Ditinjau

Peluang dan Tantangan Lembaga Pendidikan Islam ISSN 2599-2511

(Ditinjau dari Sosiologi Agama di Desa Doridungga)

59 EduSociata Jurnal Pendidikan Sosiologi Volume I , Nomor II, Juni 2018

Modernitas. Bandung: Mizan.