pemadam kebakaran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

utilitas

Citation preview

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 1

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala limpahan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai Sistem Perlindungan dan Pengamanan Bangunan Terhadap Bahaya Kebakaran serta Sistem Perlindungan dan Pengamanan Bangunan Terhadap Bahaya Petir. Harapan kami semoga makalah ini mampu membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca khususnya mengenai informasi tentang Sistem Perlindungan dan Pengamanan Bangunan Terhadap Bahaya Kebakaran serta Sistem Perlindungan dan Pengamanan Bangunan Terhadap Bahaya Petir. Makalah ini kami akui masih banyak kesalahan dan kekurangan karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini sehingga kede-pannya makalah ini dapat kami perbaiki menjadi lebih baik lagi.

    Denpasar, 20 Mei 2014

    Penyusun

    Kata Pengantar

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 2

    Daftar Isi

    Kata Pengantar

    Daftar Isi

    Bab 1 Pendahuluan

    Bab 2 Metode dan Objek

    Bab 3 Data dan Pembahasan

    1

    2

    3

    5

    6

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 3

    BAB IPendahuluan

    1.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan sistem utilitas pemadam kebakaran dan sistem utilitas penangkal petir?2. Bagaimana sistem pemadam kebakaran dan sistem penangkal petir yang memadai untuk bangunan bertingkat?3. Apa peran dari sistem pemadam kebakaran dan sistem penangkal petir bagi bangunan bertingkat?4. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran tersebut?5. Bagaimana langkah yang dapat dilakukan saat terjadinya kebakaran?

    Utilitas Bangunan adalah sarana penunjang untuk membantu semua kegiatan yang memi-liki unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan komunikasi dan mobilitas dalam suatu bangunan atau gedung. Dalam merancang bangunan diharuskan untuk memperhatikan dan menyertakan fasilitas yang menghubungkan dengan perancangan arsitektur, perancangan struktur, perancangan exterior, perancangan interior. Sistem utilitas bangunan yang perlu diperhatikan dalam merancang bangunan adalah sistem perlindungan dan pengamanan bangunan terhadap bahaya kebakaran dan bahaya kalau terjadi pe-tir. Sistem utilitas tersebut harus diperhatikan dalam merancang bangunan bertingkat karena pada nantinya sistem utilitas tersebut dapat melindungi penghuni dan bangunan dari bahaya kebakaran dan sambaran petir jika terjadi hujan deras. Jadi agar tidak terjadi seperti itu, seorang arsitek perlu mem-pelajari sistem utilitas bangunan seperti sistem pemadam kebakaran dan sistem penangkal petir pada bangunan pada nantinya akan berguna pada saat merancang suatu bangunan dengan mengaplikasikan sistem utilitas ini dengan baik dan benar. Sistem perlindungan dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran adalah sistem yang pal-ing penting dan harus terdapat pada bangunan, terutama pada bangunan bertingkat karena kalau seandainya terjadi kebakaran, akan cepat ditanggulangi. tanpa harus memanggil mobil pemadam ke-bakaran yang mesti menunggu beberapa menit/ beberapa jam baru datang, pada nantinya mengaki-batkan peluasan kebakaran ke ruangan-ruangan atau bangunan bangunan lainnya kalau tidak ditang-gulangi dengan cepat dan efek yang ditimbulkan dari bahaya kebakaran ini dapat berupa terjadinya korban manusia, hilangnya harta benda, terganggunya proses produksi barang dan jasa, kerusakan lingkungan dan terganggunya masyarakat sekitar tempat kejadian. Disamping itu sistem perlindungan dan pengamanan bangunan terhadap bahaya petir juga menjadi fakto penting yang harus diperhatikan dalam perancangan bangunan. penanggulangan ter-hadap bahaya petir dapat dicegah dengan memasang alat penangkal petir pada bagian atas bangunan. penangkal petir minimal dipasang pada bangunan yang berlantai 2. Jadi dengan mempelajari sistem perlindungan dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran dan bahaya petir diharapkan nantinya dapat merancang bangunan yang memiliki tampilan dan guna yang bagus, disamping itu memiliki tingkat keamanan, kesehatan, keselamatan dan mobilitas yang optimal.

    1.1 Latar Belakang

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 4

    1.4 Manfaat Penulisan

    1.3 Tujuan Penulisan1. Memberikan informasi mengenai pengertian dari sistem utilitas pemadam kebakaran dan sistem utili-tas penangkal petir.2. Memberikan informasi bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencegah bahaya kebakaran dan bahaya dari sambaran petir terhadap bangunan bertingkat.3. Memberikan sebuah edukasi bagaimana upaya-upaya yang harus dilakukan saat terjadinya bahaya ke-bakaran.4. Mampu mengkritisi sistem utilitas pada objek yang diamati, apakah sudah memenuhi standar atau belum.5. Mampu mengamati langsung bagaimana pengaplikasian sistem utilitas pemadam kebakaran dan sis-tem utilitas penangkal petir pada objek yang diamati.

    1. Mampu menggambarkan lay out dari komponen sistem utilitas pemadam kebakaran dan sistem utilitas penangkal petir pada objek yang diamati.2. Mampu membuat pembahasan dan analisa secara deskriptif tentang sistem, komponen,lay out dan kapasitas dari utilitas objek yang diamati.3. Mampu mengaplikasikan sistem utilitas tersebut saat merancang bangunan bertingkat.4. Menambah pengetahuan tentang sistem utilitas pemadam kebakarn dan sistem utilitas penangkal petir pada bangunan bertingkat.

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 5

    BAB IIMetode dan Objek

    2.1 Metodologi Pendataan

    2.2 Metode Analisis

    2.3 Identitas Bangunan

    Ada beberapa metodologi pendataan yang digunakan dalam menyusun makalah ini yaitu me-tode wawancara, metode observasi dan metode dokumentasi.

    2.1.1 Metode Wawancara Metode wawancara merupakan suatu cara memperoleh keterangan-keterangan atau informasi secara lisan dari beberapa narasumber. Dalam metode wawancara ini narasumber tersebut bernama Putu Asiawan selaku Supervesor House Keeping serta Arswendo Fernandy selaku Engineering2.1.2 Metode Observasi Metode observasi ini merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek bangunan. Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dalam hal ini kami menggunakan observasi langsung dan mengamati secara langsung ke tempat lokasi.2.1.3 Metode Dokumentasi Metode ini adalah metode pengumpulan data maupun dokumen dalam bentuk tulisan, gambar dan reprensi seperti: buku-buku mengenai materi sains dan utilitas bangunan, serta beberapa foto-foto yang kami ambil langsung pada saat observasi ketempat objek.

    Metode analisi yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah Metode Kualitatif. Dima-na metode kualitatif ini merupakan metode yang digunakan menggambarkan keadaan yang sebenarnya berdasarkan atas data yang diperoleh, sehingga dengan metode ini akan diperoleh gambaran secara umum mengenai sistem utilitas bangunan pada objek yang diamati.

    - Nama bangunan : Hotel Neo Aston- Lokasi bangunan : Jl. Gatot Subroto Barat, Denpasar, Bali- Tahun diresmikan : Februari 2014

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 6

    BAB IIIData dan Pembahasan

    Pemadam Kebakaran atau Fire Fighting adalah merupakan suatu sistem proteksi gedung atau upaya mencegah terjadinya musibah kebakaran serta upaya pencegahan meluasnya kebakaran pada ruangan menuju ruangan lain dan gedung menuju bangunan lainnyaterhadap bahaya kebakaran, yang metode proteksinya menggunakan berbagai macam media yang dapat digunakan sebagai pemadam api. Pada bangunan, alat pemadam kebakaran mutlah harus diperlukan untuk penanggulangan awal dari kebakaran. Setiap gedung perkantoran, mall, pusat perbelanjaan dan bangunan lain pasti memiliki sistem pencegah kebakaran tersendiri.

    3.1 Dasar Teori3.1.1 Sistem Perlindungan dan Pengamanan Bangunan Terhadap Bahaya Kebakaran

    FIRE HYDRANT

    SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

    PENCEGAHAN PEMADAMAN EVAKUASI Manajemen

    RANCANGAN BANGUNAN

    OTOMATIS MANUAL

    FIRE SYSTEM SECURITY

    DETEKTOR API

    SPRINKLE

    ALARM API

    FIRE EXTINGUISHER

    R

    FIRE ALARM BUTTON

    FIRE AXE

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 7

    A. Pemilihan Material Sistem pencegahan kebakaran dapat berfungsi dengan baik asalkan sebelumnya dilakukan suatu persyaratan pada bangunannya sendiri dengan uraian sebagai berikut. Klasifikasi bangunan-bangunan menurut ketentuan struktur utamanya terhadap api terbagi dalam kelasa A, B, C dan D.1. Kelas A Struktur utama bangunan tersebut setidaknya tahan api sekurang-kurangnya 3 jam. Contoh bangunan yang termasuk ke dalam kelas A adalah hotel, pertokoan, perkantoran, rumah sakit, bangu-nan industri, tempat hiburan, museum dan bangunan dengan penggunaan ganda/ campuran.2. Kelas B Struktur utama bangunan tersebut setidaknya tahan api sekurang-kurangnya 2 jam. Contoh bangunan yang termasuk ke dalam kelas B adalah perumahan bertingkat, asrama, sekolah dan tempat ibadah.3. Kelas C Struktur utama bangunan tersebut setidaknya tahan api sekurang-kurangnya 1 jam. Contoh bangunan yang termasuk ke dalam kelas C adalah bangunan yang tidak bertingkat atau bangunan se-derhana.4. Kelas D Bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C dan diatur tersendiri contohnya adalah instalasi nuklir dan gudang-gudang senjata/ mesin.

    3.1.1.1 Sistem Pencegahan

    B. Intopolarisasi Yaitu suatu sistem yang memperhatikan jarak aman antar ruangan, yang dimaksud di sini ada-lah bagaimana menempatkan ruangan yang mudah memicu terjadinya kebakaran di letakkan berja-huan dari ruangan-ruangan yang lain.

    C. Kompartemenisasi Kompartemenisasi dimaksudkan untuk membatasi kebakaran di suatu ruangan agar tidak menjalar ke ruangan ruangan lainnya dalam bangunan tersebut. Menurut KEPMEN PU 10/KPTS/2000 ukuran kompartemenisasi ditentukan berdasarkan jenis penggunaan bangunan dan tipe konstruksin-ya.

    D. Detektor Asap dan Api Detektor asap atau smoke detector memiliki cara kerja untuk mendeteksi smoke ( asap ). Smoke detector dapat aktif bekerja karena dipicu oleh asap yang masuk ke dalam smoke chamber pada saat ada sesuatu yang terbakar, saat kepadatan asap sudah memenuhi ambang batas toleransi maka detektor akan mengaktifkan master control fire alarm dan mentriger alarm. Sedangkan detektor api atau heat detector adalah alat yang berfungsi dengan mengenali ting-katan suhu dalam ruangan. Alat ini mendeteksi kenaikan suhu pada kisaran suhu tertentu dan jangka waktu tertentu. Prinsip kerja sensor yang akan memancarkan sinyal alarm setelah mendeteksi tingkat kenaikan suhu mencapai nilai yang ditetapkan, misalnya 80 C / menit Suhu Tetap. Mendeteksi kenaikan suhu setelah suhu mencapai suhu preset, misalnya 570 C atau 900 C. Prinsipnya bahwa sensor akan memancarkan sinyal alarm setelah mendeteksi kenaikan nilai suhu yang ditetapkan tercapai. Penempatan Smoke Detector dan Heat Detector memiliki kriteria tersendiri, Heat Detector ide-alnya di tempatkan pada area yang diperhitungkan pada saat terjadi kebakaran dominan meningkat panas suhu ruangan dibandingkan dengan asap misal gedung spare part atau ruangan yang banyak me-nyimpan barang barang yang terbuat dari logam, sebaliknya untuk penempatan smoke detector ditem-patkan pada ruang ruang yang pada saat terjadi kebakaran akan banyak menghasilkan asap semisal gudang kertas, ruangan arsip, gudang kapas, gudang tempat menyimpan barang berbahan karet.

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 8

    Pemadaman adalah tindakan lanjutan setelah terjadinya kebakaran menggunakan alat pemad-am api atau kebakaran adalah sebuah alat yang dapat memadamkan kebakaran yang di design khusus yang aktif secara otomatis maupun manual dengan bentuk tabung portable, tabung trolley, fire pump, hydrant equipment maupun dalam bentuk mobil pemadam kebakaran.

    3.1.1.2 Sistem Pemadaman

    A. Sprinkler Instalasi pipa ini berfungsi untuk mengatasi kebakaran secara otomatis akan aktif dan bekerja jika terjadi kebakaran disetiap ruangan melalui head sprinkler , pipa sprinkler dipasang pada setiap lan-tai (dalam plafond ) dengan jarak antara 3 sampai 5 meter , bila terjadi kebakaran pada salah satu lantai maka panas api dari titik kebakaran akan memecahkan head sprinkler.

    Gambar 3.1: SprinklerSumber: www.best-defense.com

    B. Hydrant Hydrant adalah sistem pemadam kebakaran pada bangunan yang menggunakan media air un-tuk pemadaman utamanya. Sistem ini terdiri dari box hydrant dan accesories, pilar hydrant dan siemese. Box Hydrant dan accesories instalasinya (selang, nozzle) biasanya ditempatkan dalam gedung, sebagai antisipasi jika sistem sprinkler dan sistem fire extinguisher kewalahan mengatasi kebakaran di dalam gedung. Sedang Pilar hydrant (yang dilengkapi juga dengan box hydrant disampingnya, untuk meny-impan selang (hose) dan (nozzle) biasanya ditempatkan di area luar (jalan) disekitar gedung, digunakan jika sistem kebakaran di dalam gedung tidak memadai lagi. Untuk menyuplai air cadangan biasanya ditempatkan di luar bangunan, di jalan-jalan utama terdapat siemese yang berfungsi untuk mengisi air ground tank (sumber air hydrant) tidak memadai lagi atau habis. Hal ini untuk memudahkan dalam pengisian air.

    Gambar 3.2: hydrant dalam gedungSumber: eljeperdanapt.itrademarket.com

    Gambar 3.3: hydrant di luar gedungSumber: www.kenoshawater.org

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 9

    C. Fire Extinguisher Fire extinguisher atau lebih dikenal dengan nama APAR (Alat Pemadam Api Ringan) merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya dilakukan secara manual dan langsung diarahkan pada posisi dimana api berada. Fire extinguisher biasanya ditempatkan di tempat-tempat strategis yang disesuaikan dengan peraturan Dinas Pemadam Kebakaran. Terdapat beberapa jenis Apar yang digunakan, yaitu:a) Apar Type A : Murtipupuse Dry Chemical Powder 3,5 Kg.b) Apar Type B : Gas Co2 6,8 kg.c) Apar Type C : Gas Co2 10 kg.d) Apar Type D : Multipupuse Dry Chemical Powder 25 kg (dilengkapi dengan Trolley) untuk me-mudahkan dalam menggunaan.Contoh dari fire extinguisher adalah tabung pemadam kebakaran.

    Gambar 3.4: fire extinguisherSumber: forsythfirerescue.org

    A. Sign/Pertanda Sign/ pertanda adalah sebuah petunjuk yang membantu dalam proses evakuasi saat terjadi ba-haya kebakaran. Biasanya petunjuk ini diletakkan pada posisi tertentu yang mudah dilihat dan memu-dahkan para penghuni untuk menuju pintu darurat maupun tangga darurat. Selain itu petunjuk juga harus tetap menyala walaupun keadaan listrik saat terjadinya kebakaran sedang padam dan bahan pe-nunjuk tersebut juga tahan terhadap api.

    3.1.1.3 Sistem Evakuasi

    Gambar 3.5: sign/pertandaSumber: globalglial.net

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 10

    B. Pintu Darurat Pintu darurat adalah alat bantu yang digunakan untuk keluar dan menyelamatkan jiwa menuju tempat yang aman.. Keberadaan pintu darurat ini sangat penting karena pintu inilah yang nantinya di-gunakan dalam proses evakuasi saat terjadinya bahaya kebakaran. Dalam penempatan pintu darurat ini terdapat beberapa syarat-syarat yang perlu diperhatikan agar keberadaan pintu darurat ini dapat bekerja secara maksimal dan dapat membantu dalam proses evakuasi.

    Gambar 3.6: pintu daruratSumber: kemenag.go.id

    C. Tangga Darurat Tangga adalah suatu tempat untuk menghubungkan ruangan di bawah dengan ruangan yang di atas, begitu juga sebaliknya. Slain untuk menghubungkan ruangan-ruangan tersebut, tangga juga ber-fungsi sebagai tempat untuk melarikan diri atau menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran sehingga keberadaan tangga darurat ini sangat penting keberadaannya pada bangunan tinggi. Tangga darurat memiliki beberapa syarat-syarat tertentu yaitu:1. Tangga terbuat dari konstruksi beton atau baja yang mempunyai ketahanan kebakaran selama 2 jam.2. Tangga dipisahkan dari ruangan-ruangan lain dengan dinding beton yang tebalnya minimum 15 cm atau tebal tembok 30 cm yang mempunyai ketahanan kebakaran selama 2 jam.3. Bahan-bahan finishing seperti lantai dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak licin, susuran tangga terbuat dari besi.4. Lebar tangga minimum 120 cm (untuk lalu lintas 2 orang).5. Supaya asap kebakaran tidak masuk dalam ruangan tangga maka diperlukan Exhaust fan yang ber-fungsi menghisap asap yang ada di tdepan tangga, Pressure fan yang berfungsi menekan/ memberi tekanan di dalam ruang tangga yang lebih besar dari pada tekanan pada ruangan luar.6. Di dalam dan di depan tangga diberi alat penerangan sebagai penunjuk arah ke tangga dengan daya otomatis/ emergency.

    Gambar 3.7: tangga darurat di luar gedungSumber: www.gambargratis.com

    Gambar 3.8: tangga darurat di dalam gedungSumber: www.propertidong.com

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 11

    3.1.1.4 Sistem Management Pemadam Kebakaran Manajemen Penanggulangan Bahaya Kebakaran adalah suatu sistem penataan dini dalam rang-ka mencegah dan mengendalikan bahaya kebakaran sehingga kerugian berupa meterial dan jiwa ma-nusia dapat dicegah atau diminimalkan, yang diwujudkan baik berupa kebijakan dan prosedur yang dikeluarkan perusahaan, seperti inspeksi peralatan, pemberian pendidikan dan pelatihan bagi peng-huni/pekerja, penyusunan rencana tindakan darurat kebakaran, maupun penyediaan sarana pemadam kebakaran. (Dalam Skripsi Muhammad Asep Ramdan, 2000)A. Sistem Management Pencegahan Program penanggulangan kebakaran adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah atau memberantas kebakaran. (Depertemen Tenaga Kerja, Training Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran, 1997). Tindakan untuk menanggulangi kebakaran antara lain :a. Mengendalikan setiap perwujudan energi panas, seperti listrik, rokok, gesekan mekanik, api terbuka, sambaran petir, reaksi kimia dan lain-lain.b. Mengendalikan keamanan setiap penanganan dan penyimpanan bahan yang mudah terbakar.c. Mengatur kompartemenisasi ruangan untuk mengendalikan penyebaran/penjalaran api, panas, asap dan gas.d. Mengatur lay out proses, letak jarak antar bangunan, pembagian zone menurut jenis dan tingkat bahaya.e. Menerapakan sistim deteksi dini dan alarm.f. Menyediakan sarana pemadam kebakaran yang handal.g. Menyediakan sarana evakuasi yang aman.h. Membentuk regu atau petugas penanggulangan kebakaran.i. Melaksanakan latihan penanggulangan kebakaran.j. Mengadakan inspeksi, pengujian, Perawatan terhadap sistem proteksi kebakaran secara teratur.

    B. Sistem Management Pemadaman Upaya yang dilakukan dengan melakukan pemeriksaan berkala pada alat-alat pemadam ke-bakaran seperti hydrant, sprinkler dan APAR. Hal ini dilakukan agar saat terjadi kebakaran alat ini mampu bekerja secara maksimal dan mampu mengatasi bahaya kebakaran tersebut. Untuk hydrant pengontrolan biasa dilakukan pada pipa penghubung air dari tempat penampungan, selain itu kotak penyimpanan hydrant juga dikontrol secara berkala untuk mencegah kerusakan pada kotak penyim-panan hydrant. Untuk sprinkler pengontrolan juga dilakukan pada pipa penghubung air dengan tempat penampungan dan pengontrolan kepala sprinkler yang harus tetap baik agar dapat berfungsi maksimal saat terjadi kebakaran. Dan pengontrolan APAR.

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 12

    3.1.2 Sistem Perlindungan dan Pengamanan Bangunan Terhadap Bahaya Petir Pengamanan bangunan gedung bertingkat dari bahaya sambaran petir perlu dilakukan den-gan memasang suatu alat penangkal petir pada puncak bangunan tersebut. Dimana menurut wikipedia penangkal petir adalah rangkaian jalur yang difungsikan sebagai jalan bagi petir menuju ke permukaan bumi, tanpa merusak benda-benda yang dilewatinya. Penangkal petir harus dipasang pada bangunan-bangunan yang tinggi minimal bangunan 2 lantai ( terutama yang paling tinggi diantara bangunan sekitarnya). Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan dan memasang penangkal petir:1. Keamanan secara teknis2. Penampang hantaran-hantaran pembumian3. Ketahanan mekanis4. Ketahanan terhadap korosi5. Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi6. Factor ekonomis Untuk dapat berfungsi maka dibutuhkan 3 bagian instalasi agar penangkal petir dapat beker-ja secara maksimal yaitu ujung penangkal petir atau tombak, kabel penghantar/ kabel konduktor dan groundin.

    1. Ujung penangkal petir atau tombak Batang penangkal petir berupa batang tembaga yang ujungnya runcing. Dibuat runcing karena muatan listrik mempunyai sifat mudah berkumpul dan lepas pada ujung logam yang runcing. Dengan demikian dapat memperlancar proses tarik menarik dengan muatan listrik yang ada di awan. Batang runcing ini dipasang pada bagian puncak suatu bangunan.

    2. Kabel Pengantar/ Kabel Konduktor Kabel konduktor terbuat dari jalinan kawat tembaga. Diameter jalinan kabel konduktor sekitar 1 cm hingga 2 cm . Kabel konduktor berfungsi meneruskan aliran muatan listrik dari batang muatan listrik ke tanah. Kabel konduktor tersebut dipasang pada dinding di bagian luar bangunan.

    Gambar 3.9: jenis-jenis ujung penangkal petirSumber: duniatower18.blogspot.com

    Gambar 3.10: jenis-jenis kabel konduktor

    Sumber: sinyalindopro.word-press.comcom

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 13

    3. Grounding Tempat pentanahan (grounding) berfungsi mengalirkan muatan listrik dari kabel konduktor ke batang pentanahan (ground rod) yang tertanam di tanah. Batang pentanahan terbuat dari bahan tem-baga berlapis baja, dengan diameter 1,5 cm dan panjang sekitar 1,8 3 m .

    Gambar 3.11: GroundingSumber: alatlistriklampu.com

    Saat ini kita mengenal ada tiga jenis sistem penangkal petir yang biasa digunakan yaitu sistem penangkal petir konvesional, sistem penangkal petir elektrostatis dan sistem penangkal petir radioaktif.A. Sistem Penangkal Petir Konvesional Sistem penangkal petir konvensional merupakan sistem penangkal petir pasif karena sistem ini hanya menunggu untuk disambar kemudian disalurkan ke dalam tanah. Terdapat 2 jenis sistem ber-dasarkan teknologinya yaitu sistem penangkal petir tipe franklin dan sistem penangkal petir tipe fara-day.1. Sistem Penangkal Petir Tipe Franklin Sistem penangkal petir tipe ini ditemukan oleh Benjamin Franklin. Sistem penangkal petir tipe ini adalah tipe penangkal petir yang paling sederhana dimana tipe ini hanya menggunakan jalur kabel tunggal untuk mengalirkan aliran listrik dari ujung penangkal petir menuju grounding.- Kelebihan sistem penangkal petir tipe franklin:a. Harganya sangat murah dibandingkan dengan sistem penangkal petir yang lain.b. Instalasi cepat dan mudah.c. Mampu melindungi bangunan dari efek sambaran petir secara langsung.- Kekurangan sistem penangkal petir tipe franklin:a. Tidak cocok digunakan pada daerah yang memiliki frekuensi sambaran petir yang tinggi.b. Membutuhkan kabel super konduktor kualitas no. 1 karena hanya menggunakan jalur kabel tunggal.c. Jangkauan perlindungan sangat terbatas.d. Tidak mampu melindungi peralatan elektronik bangunan akibat dari medan magnet yang ditimbul-kan oleh petir.

    Gambar 3.12: Sistem penangkal petir tipe franklinSumber: www.kirana-adijaya.net

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 14

    2. Sistem Penangkal Petir Tipe Faraday Sistem penangakal tipe ini ditemukan oleh Michael Faraday. Sistem penangkal petir tipe faraday merupakan penyempurnaan dari sistem penangkal petir tipe franklin. Sistem penangkal petir tipe ini dibuat dengan banyak jalur penurunan kabel atau jalur kable multiple sehingga membuat jalur kabel yang melintang tersebut menyerupai bentuk sangkar maka tipe ini juga biasa disebut sistem sangkar faraday. Cara kerja sistem penankal petir tipe ini adalah mengalirkan arus listrik dari ujung penangkal petir menuju kabel-kabel konduktor yang sudah dipasang sedemikian rupa sehingga partikle bermua-tan dalam arus listrik (proton dan elektron) akan bertabrakan dengan medan elektromagnet yang dic-iptakan oleh konduktor-konduktor tadi untuk kemudian disalurkan ke dalam tanah. Akibatnya adalah medan listrik didalam ruangan tetap natral sehingga apabila terjadi sambaran petir kerusakan benda-

    Gambar 3.13: Sistem penangkal petir tipe faradaySumber: www.pasangpenangkalpetir.com

    B. Sistem Penangkal Petir Elektrostatis Sistem konvensional yang memiliki kekurangan yaitu radius perlindungannya yang tidak luas kemudian dimodifikasi dan disempurnakan sehingga terciptalah teknologi sistem penangkal petir yang baru yaitu teknologi penangkal petir elektrostatis. Berbeda dengan sistem penangkal petir konvensional yang masih bersifat pasif, sistem ini memodifikasi cara kerja penangkal petir menjadi bersifat aktif. Ini karena ujung penangkal petir ditinggikan dalam jarak tertentu sehingga penangkal petir dapat dika-takan seolah-olah menjemput petir (akti). Ini dilakukan untuk memberikan perlindungan yang lebih besar dan berbentuk menyerupai payung dalam radius tertentu. Cara kerja sistem penangkal petir elektrostatis adalah pertama menambahkan elemen yang tidak ada pada sistem penangkal petir konvensional yaitu head terminal. Pada head terminal ini ditambahkan muatan listrik statis di ujung finial (splitzer) sehingga head terminal dapat menarik dan mengumpulkan ion-ion positif (+) dalam jumlah besar dari dalam bumi. Mekanisme selanjutnya ibarat magnet, head terminal akan menarik ion-ion negatif (-) di dalam awam sebelum ion-ion tersebut berkumpul semakin banyak dan mengasilkan kekuatan petir yang sangat besar.

    Gambar 3.14: Sistem penangkal petir elektrostatis

    Sumber: www.pasangpenangkalpetir.com

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 15

    Perbandingan antara sistem penangkal petir konvensinal dengan sistem penangkal petir ele-ktrostatis:- Penangkal Petir Konvensional 1. Membutuhkan banyak kabel2. Daerah perlindungan terbatas, area perlindungan hanya sebatas air terminal yang melekat pada bangunan.3. Lebih mahal bila diterapkan untuk area perlindungan yang luas.4. Membutuhkan banyak arde.5. Membutuhkan banyak air terminal di atap6. Akan memiliki kecenderungan mengganggu estetika bangunan rumah anda.7. Bentuk ujung terminal yang runcing dalam jumlah banyak akan sangat berbahaya bagi petugas pemeliharaan gedung atau pekerja yang bekerja di atap.- Penangkal Petir Elektrostatis1. Tidak banyak membutuhkan komponen maupun kabel2. Area perlindungan lebih luas antara 50-150 m3. Lebih murah untuk area perlindungan yang luas4. Pada umumnya hanya membutuhkan 1 arde.5. Hanya membutuhkan 1 terminal untuk radius tertentu.6. Perawatan dan pemasangan pada bangunan yang mudah.Merupakan pilihan yang tepat dan tidak mengganggu estetika bangunan anda.7. Bertindak sebagai pencegah interferensi perangkat komunikasi anda.8. Lebih aman bagi pekerja yang akan melakukan perawatan. C. Sistem Penangkal Petir Radioaktif Sistem penangkal petir radioaktif ini sangat cocok untuk bangunan tinggi. Satu bangunan cukup menggunakan sebuah penangkal petir. Alatnya disebut Preventor, yang bekerja berdasarkan reaksi netralisasi ion dengan menggunakan bahan radio aktif. Keseluruhan kebocoran pada alat ini dapat mengakibatkan radiasi. Oleh karena itu, sistem penangkal petir ini sudah dilarang penggu-naannya.

    Gambar 3.15: Sistem penangkal petir radioaktifSumber: jofania.wordpress.com

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 16

    Untuk sistem perlindungan dan pengamanan bangunan terhadap bahaya kebakaran pada objek observasi kami yaitu Hotel Neo Aston ini sudah bisa dibilang memenuhi standar pengamanan, dimana sistem disini sudah memiliki sistem pencegahan kebakaran, sistem pemadaman, sistem evakuasi dan sistem management pemadam kebakaran.

    3.2 Penerapan Pada Objek Study (Hotel NEO Aston)3.2.1 Sistem Perlindungan dan Pengamanan Bangunan Terhadap Bahaya Kebakaran

    Sistem pencegahan kebakaran pada Hotel Neo Aston ini yang pertama yaitu pada pemilihan material baik itu material untuk struktur maupun material pelapis struktur atau pelapis dinding sebagai penghias sekaligus pencegahan kebakaran.

    3.2.1.1 Sistem Pencegahan

    Untuk struktur utama pada bangunan ini menggu-nakan beton bertulang yang sekaligus menjadi pecegahan kebakaran, karena beton itu sendiri cukup tahan terhadap api, sehingga ketika terjadi kebakaran jalannya api sedikit terhambat dengan bahan yang tidak mudah terbaka

    Gambar 3.16: beton sebagai pencegah kebakaran

    Sumber: dokumen pribadi

    kemudian untuk dinding bangu-nan menggunakan pasangan bata citicon sebagai dasar dari dinding bangunan ke-mudian di finishing dengan plesteran atau langsung di tempel dengan batu alam seh-ingga dari dinding sendiri yang menggu-nakan material klas A yang tahan terha-dap api, maka apabila terjadi kebakaran di satu ruangan tidak akan mudah menyebar ke ruangan lain. Gambar 3.17: material dinding bangunan

    Sumber: dokumen pribadi Selain material bangunan gedung ini juga memiliki sistem detektor asap dan api, semua ruangan di hotel ini memiliki detektor tersebuat agar jika terjadi kebakaran bahkan di sudut bangunanpun de-tektor ini bisa bekerja dan menghubungkannya ke sprinkler untuk memadamkan api pada ruangan tersebut, maka dari itu detektor asap dan api selalu diletakan bersebelahan dengan sprinkler.

    Gambar 3.18: detektor pada ruang tidur

    Sumber: dokumen pribadi

    Gambar 3.19: detektor pada koridor hotel

    Sumber: dokumen pribadi

    Gambar 3.20: detektor pada restourant hotel

    Sumber: dokumen pribadi

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 17

    Gambar 3.21: SprinklerSumber: dokumen pribadi

    Gedung ini memiliki splinker yang diletak-kan dekat dengan detektor asap dan api yang juga terdapat pada setiap ruangan agar pada saat detektor aktif, maka panas api dari titik kebakaran akan memecahkan head sprinkler yang terpasang didalam plafond.

    3.2.1.2 Sistem Pemadaman Sistem pemadaman yang terdapat pada Hotel Neo Aston ini menggunakan Sprinkler, Hydrant dan Fire extinguisher. Pemasangan sistem pemadaman tersebut merata di setiap lantai bangunan,

    B. Hydrant Sistem hydrant yang digunakan pada Hotel Neo Aston ini yaitu Wet Riser System adalah sistem yang menghubungkan seluruh instalasi pipa hydrant berisikan air bertekanan dengan tekanan yang se-lalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap, begitu ungkap narasumber kami pak nengah yang juga selaku kepala ME (mekanikal dan elektrikal) pada hotel Neo Aston ini.

    A. Sprinkler

    Sistem Hydrant yang terdapat di dalam Hotel Neo Aston penem-patannya diutamakan pada koridor dan kitchen, di mana penempatan hydrant ini diletakkan dekat dengan akses jalan utama. Sistem hydrant ini sendiri memiliki selang dengan pan-jang 40 meter sehingga daerah yang tidak dapat dijangkau oleh selang hydrant akan digunakan alat pem-adam kebakaran berupa sprinkler dan fire extinguisher. Penyediaan air pada sistem hydrant ini memiliki bak penampungan air tersendiri, sumber air ini berasal dari PDAM tetapi jika sewaktu-waktu aliran air dari PDAM ini tidak dapat berfungsi karena suatu hal maka untuk menjaga agar kapa-sitas penampungan air pada sistem hydrant ini maka pasokan air juga didapat dari sumur bor yang dimiliki oleh hotel ini dan apabila terjadi ke-bakaran masih juga kekurangan air maka pasokan air juga akan di ambil dari air kolam renang Sehingga saat terjadinya kebakaran, pasokan air pada sistem pemadam seperti hydrant dan sprinkle dapat diatasi dari paso-kan air yang bersumber dari PDAM, sumur bor dan apabila terjadi kead-aan darurat juga dapat di ambil dari kolam renang.

    Gambar 3.22: Sumur BorSumber: dokumen pribadi

    Gambar 3.23: HydrantSumber: dokumen pribadi

    Gambar 3.24: Bak penampungan air sebagai pemasok air untuk sistem hydrant dan sprinklerSumber: dokumen pribadi

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 18

    A. Fire Extinguisher Untuk sistem FIre Extinghuisher atau APAR (alat pemadam api ringan) pada Hotel Neo Aston ini belum terpasang karena masih dalam proses pembangunan, hanya sprinkler dan hydrant saja yang sudah terpasang, rencananya sistem APAR pada gedung ini akan menggunakan type gas yaitu APAR type B dan C,

    3.2.1.3 Sistem Evakuasi Untuk sistem evakuasi pada gedung ini menggunakan pintu darurat dan tangga darurat, selain itu juga terdapat sign atau penanda untuk mengetahui atau untuk mengarahkan penghuni hotel menuju pintu dan tangga darurat.

    Gambar 3.25: rencana APAR pada Neo AstonSumber: dokumen pribadi

    A. Pintu Darurat Sistem pintu darurat pada Hotel neo Aston ini sama seperti pintu darurat pada umumnya, pintu ini menghubungkan antara bangunan dengan tangga darurat yang berada di luar bangunan, pintu ini berada di sebelah utara bangunan atau tepatnya langsung menghubungkan ke daerah halaman depan hotel Neo Aston.

    Gambar 3.26: Pintu daruratSumber: dokumen pribadi

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 19

    B. Sign/Penanda Untuk sign atau penanda pada hotel ini belum ada yang terpasang karena masih dalam tahap pembangunan, menurut keterangan narasumber kami, penanda utama yang akan di pasang yaitu pen-anda yang mengarah ke pintu keluar dan pintu darurat atau tangga darurat,

    Gambar 3.27: Rencana sign hotel Neo AstonSumber: deteksi.wordpress.com

    C. Tangga Darurat Tangga darurat pada hotel ini di letakan di bagian de[pan hotel yang langsung menghubungkan bangunan dengan halaman depan, hal ini agar jika terjadi kebakaran para penghuni dan karyawan da-pat langsung menyelamatkan diri ke tempat yang aman atau halaman terbuka. tangga darurat ini di buat berbentuk melingkar dengan bahan beton bertulang agar tahan terhadap api, dan juga di pasang ralling baja agar pemakai merasa aman bila melintasi tangga tersebut. akan tetapi kami rasa untuk hotel dengan kapasitas besar seperti ini kami rasa tangga darurat ini belum memenuhi syarat standar keamaan dan kapasitas dari penghuni hotel.

    Gambar 3.27: tangga daruratSumber: dokumen pribadi

  • Sains Bangunan Dan Utilitas 2 20

    Untuk sistem perlindungan dan pengamanan bangunan terhadap bahaya petir pada objek ob-servasi kami yaitu Hotel Neo Aston menggunakan sistem penangkal petir type konvensional dengan luas wilayah 200 m2, penangkal petir ini diletakan di rooftop hotel dengan tinggi 3 m.

    3.2.1 Sistem Perlindungan dan Pengamanan Bangunan Terhadap Bahaya Petir

    Gambar 3.28: penangkal petirSumber: dokumen pribadi

    Sistem kerja penangkal petir ini yaitu, petir menyambar ujung tombak penangkal petir kemu-dian di hantarkan oleh kabel konduktor ke grounding, untuk kabel konduktor di sembunyikan di kolom bangunan kemudian grounding di tanam di basement hotel. begitulah yang di jelaskan oleh narasumber kami pada saat wawancara di Hotel Neo Aston.