Upload
truongkhanh
View
244
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
i
Pemahaman dan Praktik Pendidikan Multikultural
dalam Pembelajaran di Sekolah
Studi Kasus: Guru- guru Mata Pelajaran IPS SMP Negeri Kota Surakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Diah Ambar Susanti
NIM : 031324020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur yang dalam, kupersembahkan
skripsi ini untuk yang kukasihi :
Tuhan Yesus Penyelamatku
Bunda Maria Pelindungku
Orang Tuaku tercinta
( Bapak Sutarno dan Ibu Sarinem)
Kakak-kakakku tersayang
( Mbak Tanti, Mas Dani, Mbak Nining, Mas Adi dan Mas Dhanis)
Kekasihku termanis
( Mas Sasmito )
v
MottoMottoMottoMotto
♥ Uluran Tangan Kasih Tuhan Membuat Aku Bangun Dari
Ketidakberdayaanku, Senyuman Kasih Tuhan Membuat Aku
Selalu Tenang Dalam Menjalani Kehidupanku
♥ Saat Paling Membahagiakan DalamKehidupan Adalah Berada
Dalam Aliran Kasih Sayang Diantara Sahabat-Sahabat
♥ Kesedihan dan Kebahagiaan Adalah Permainan Bagi Jiwa
yang Sedang Bertumbuh Jadi Dewasa. Suka-Duka, Tangisan-
Senyuman, Syukur-Gagal, Hanyalah Aliran Kehidupan yang
Datang dengan Pesannya Masing-Masing (GEDE PRAMA)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Februari 2008
Penulis
Diah Ambar Susanti
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Diah Ambar Susanti
Nomor Mahasiswa : 031324020
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Pemahaman dan Praktik Pendidikan Multikultural dalam Pembelajaran di
Sekolah
Studi Kasus: Guru- guru Mata Pelajaran IPS SMP Negeri Kota Surakarta
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 28 Februari 2008
Yang menyatakan
Diah Ambar Susanti
viii
ABSTRAK
Pemahaman dan Praktik Pendidikan Multikultural dalam Pembelajaran di
Sekolah
Studi Kasus: Guru- guru Mata Pelajaran IPS SMP Negeri Kota Surakarta
Diah Ambar Susanti
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2008
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pemahaman dan praktik nilai
demokrasi dalam pembelajaran multikultural yang dilaksanakan oleh guru, (2)
menganalisis pemahaman dan praktik nilai humanistik dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan oleh guru, dan (3) menganalisis pemahaman dan
oraktik nilai pluralistik dalam pembelajaran multikultural yang dilaksanakan oleh
guru.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Kota Surakarta. Tehnik pengambilan
sampel menggunakan Purposive Sampling, sampel yang diambil sebanyak 14
sekolah. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Data hasil penelitian
dianalisis menggunakan korelasi Product Moment dengan taraf signifikasi 5%.
Permasalahan dijawab menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II.
Berdasarkan analisis data disimpulkan : (1) pemahaman nilai demokrasi dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik dan
praktik nilai demokrasi dalam pembelajaran multikultural yang dilaksanakan oleh
guru dengan baik, (2) pemahaman nilai humanisme dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik dan praktik nilai
humanistik dalam pembelajaran multikultural yang dilaksanakan oleh guru
dengan baik, dan (3) pemahaman nilai pluralisme dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan oleh guru dengan baik dan praktik nilai
pluralistik dalam pembelajaran multikultural yang dilaksanakan oleh guru dengan
buruk
ix
ABSTRACT
THE UNDERSTANDING OF MULTICULTURAL EDUCATION AND ITS
IMPLEMENTATION AT SCHOOLS
A Case Study: At Teachers of Social Science in State Junior High Schools in
Surakarta
Diah Ambar Susanti
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2008
This study aims (1) to analyze the understanding and the implementation of
democratic value in multicultural process conducted by teachers, (2) to analyze
the understanding and the implementation of humanistic value in multicultural
process conducted by teachers, and (3) to analyze the understanding and the
implementation of the value of pluralism in learning teaching process conducted
by the teachers.
This study was conducted at Junior High Schools in Surakarta city. The samples
were 14 schools collected by using Purposive Sampling. The technique of
collecting the data was questionnaire. The technique of analysing the data was
Product Moment correlation on the significance of 5%. The problem formulations
were answered by using PAP type II.
The conclusions that can be drawn from the analysis are: (1) the understanding of
democratic value in multicultural learning teaching process, conducted by teacher
is very good and so is the implementation, (2) the understanding the value of
humanism in multicultural learning teaching process conducted by the teacher is
very good and so is the implementation, and (3) the understanding of pluralistic
value in multicultural learning teaching process conducted by the teacher is good
and so is the implementation.
x
Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Tuhan atas segala berkat dan rahmat serta
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar dan
baik. Skripsi berjudul “Pemahaman dan Praktik Pendidikan Multikultural dalam
Pembelajaran di Sekolah”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Ekonomi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan
bantuan baik material maupun spiritual yang sangat berarti bagi penulis, maka
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si, selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing I yang
dengan sabar membimbing, merelakan waktu untuk membimbing,
mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan
skripsi.
xi
5. Bapak Yohanes Maria Vianey Mudayen, S.Pd., selaku dosen pembimbing II
yang telah memberikan masukan-masukan tentang kesalahan dalam penulisan
skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Kepala Sekolah di setiap SMP Negeri Kota Surakarta yang
dijadikan sampel penelitian yang telah mengijinkan peneliti untuk
mengadakan penelitian.
7. Bapak dan Ibu dosen terhormat, Bapak Rubi, Bapak Indra, Ibu Wigati, Ibu
Catur dan segenap dosen, “Terimakasih atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan “Terimakasih atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan “Terimakasih atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan “Terimakasih atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis selama perkuliahan”. kepada penulis selama perkuliahan”. kepada penulis selama perkuliahan”. kepada penulis selama perkuliahan”.
8. Bapak dan Ibu Guru di setiap SMP Negeri Kota Surakarta yang diteliti dalam
penelitian ini yang telah bersedia untuk mengisi kuesioner guna membantu
peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.
9. Bapak dan Ibu ku tercinta, yang selalu mengiringi langlah hidupku dengan
kasih sayang dan doa. “Terimakasih atas semua yang bapak dan ibu berikan pada erimakasih atas semua yang bapak dan ibu berikan pada erimakasih atas semua yang bapak dan ibu berikan pada erimakasih atas semua yang bapak dan ibu berikan pada
Diah dukungan baik spiritual maupun material, terimakasih atas kasih sayang dan doa Diah dukungan baik spiritual maupun material, terimakasih atas kasih sayang dan doa Diah dukungan baik spiritual maupun material, terimakasih atas kasih sayang dan doa Diah dukungan baik spiritual maupun material, terimakasih atas kasih sayang dan doa
yang diberikan”yang diberikan”yang diberikan”yang diberikan”....
10. Kakak-kakak ku tersayang, (mbak Tanti, mbak Nining, mas Dhanis, mas Dani, mas (mbak Tanti, mbak Nining, mas Dhanis, mas Dani, mas (mbak Tanti, mbak Nining, mas Dhanis, mas Dani, mas (mbak Tanti, mbak Nining, mas Dhanis, mas Dani, mas
Adi)Adi)Adi)Adi) terimakasih banyak atas semangat dan dukungan yang diberikan yang
yang tak akan terlupakan.
11. Keponakanku terkasih, (Tania, Siti, Toni, Nadya, Cesya, Bagas dan Cristian),(Tania, Siti, Toni, Nadya, Cesya, Bagas dan Cristian),(Tania, Siti, Toni, Nadya, Cesya, Bagas dan Cristian),(Tania, Siti, Toni, Nadya, Cesya, Bagas dan Cristian), bulik
dan om di Solo (Pak Ranto dan bulik Utik serta om Hartanto dan bulik Yati)(Pak Ranto dan bulik Utik serta om Hartanto dan bulik Yati)(Pak Ranto dan bulik Utik serta om Hartanto dan bulik Yati)(Pak Ranto dan bulik Utik serta om Hartanto dan bulik Yati), dan
mbah Pambah Pambah Pambah Pawirowirowirowiro terimakasih banyak atas perhatian dan semangat yang diberikan.
xii
12. Mas SasmitoMas SasmitoMas SasmitoMas Sasmito ku termanis, yang dengan setia dan sabar mendampingi penulis
dalam penyusunan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan. Terimakasih atas
cinta, kesetiaan menemaniku, dan menjaga hatiku selama ini.
13. Teman-teman Pendidikan Ekonomi 2003 (Hendra, Koko, Okta, Lius, Istadi, (Hendra, Koko, Okta, Lius, Istadi, (Hendra, Koko, Okta, Lius, Istadi, (Hendra, Koko, Okta, Lius, Istadi,
Andika, Alex, Bona, Wisnu, Anang, Yustina, Nanik, Asti, Asih, Ian, Isnani, Ratna, Andika, Alex, Bona, Wisnu, Anang, Yustina, Nanik, Asti, Asih, Ian, Isnani, Ratna, Andika, Alex, Bona, Wisnu, Anang, Yustina, Nanik, Asti, Asih, Ian, Isnani, Ratna, Andika, Alex, Bona, Wisnu, Anang, Yustina, Nanik, Asti, Asih, Ian, Isnani, Ratna,
Rino, Romo Fredy, Sinta, Mbak Sandi, Pipit, Rini, Riska, Yoga, Meta, Urbanus, YuRino, Romo Fredy, Sinta, Mbak Sandi, Pipit, Rini, Riska, Yoga, Meta, Urbanus, YuRino, Romo Fredy, Sinta, Mbak Sandi, Pipit, Rini, Riska, Yoga, Meta, Urbanus, YuRino, Romo Fredy, Sinta, Mbak Sandi, Pipit, Rini, Riska, Yoga, Meta, Urbanus, Yuyun, yun, yun, yun,
Katrin dan Katrin dan Katrin dan Katrin dan HeriHeriHeriHeri).).).). Keakraban, canda tawa kalian saat kuliah tidak akan hilang
ditelan waktu dan semoga kebersamaan kita ini akan aku ingat sepanjang
hidup.
14. Sahabat dan teman kost “Primadona” ((((Tasya, Mpok, Ndun, Parti, DewiTasya, Mpok, Ndun, Parti, DewiTasya, Mpok, Ndun, Parti, DewiTasya, Mpok, Ndun, Parti, Dewi))))
terimakasih banyak sahabat telah menemaniku dalam suka duka, semangat,
kasih sayang dan kebaikan kalian selamanya akan menjadi bagian hidupku.
15. Sahabat-sahabatku di Solo (Tyas, Ricka, Siska, Nilam, Lia, Reni, Dely)(Tyas, Ricka, Siska, Nilam, Lia, Reni, Dely)(Tyas, Ricka, Siska, Nilam, Lia, Reni, Dely)(Tyas, Ricka, Siska, Nilam, Lia, Reni, Dely) dan seluruh
karyawan Bakso Pawiroredjokaryawan Bakso Pawiroredjokaryawan Bakso Pawiroredjokaryawan Bakso Pawiroredjo terimakasih telah memotivasi dan memberi
semangat untuk menyelesaikan skripsiku.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang juga telah
banyak membantu, dan memberi semangat kepada penulis.
xiii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan kemajuan selanjutnya. Akhir kata, semoga karya kecil ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, Maret 2008
Penulis
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM ....... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 10
D. Manfaat Peneltian........................................................................... 11
BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 12
A. Pendidikan Multikultural ............................................................... 12
1. Konsep dan Definisi Pendidikan Multikultural........................ 12
xv
2. Komponen Pendidikan Multikultural....................................... 16
3. Gagasan Pendidikan Multikultural........................................... 18
4. Wacana Pendidikan Multikultural di Indoensia....................... 20
B. Praktik dan Pemahaman Pendidikan Multikultural di Indonesia .. 23
1. Praktik Multikultural dalam Pendidikan .................................. 23
2. Manfaat Pendidikan Multikultural ........................................... 25
3. Pengembangan Pendidikan Multikultural ................................ 26
C. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 29
D. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 31
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 33
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 33
C. Subjek dan Objek .......................................................................... 34
1. Subjek....................................................................................... 34
2. Objek ........................................................................................ 34
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 34
1. Populasi .................................................................................... 34
2. Sampel...................................................................................... 34
3. Teknik Pengambilan Sampel.................................................... 35
E. Variabel Penelitian ........................................................................ 36
1. Nilai Demokrasi ....................................................................... 36
2. Nilai Humanisme ..................................................................... 36
3. Nilai Pluralisme........................................................................ 37
xvi
F. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 37
1. Kuesioner ................................................................................. 37
2. Observasi.................................................................................. 38
G. Jenis Data ....................................................................................... 39
1. Data Primer .............................................................................. 39
2. Data Sekunder .......................................................................... 39
H. Teknik Pengujian Instrumen .......................................................... 39
1. Validitas .................................................................................. 39
2. Reliabilitas ............................................................................... 40
I. Teknik Analisis Data...................................................................... 41
1. Variabel Pemahaman ............................................................... 41
2. Variabel Praktik ....................................................................... 42
BAB IV. GAMBARAN UMUM.................................................................... 43
A. Gambaran Umum Kota Surakarta.................................................. 43
1. Letak dan Luas Wilayah........................................................... 43
2. Topografi.................................................................................. 44
3. Visi dan Misi Kota Surakarta................................................... 45
4. Sejarah Kota Surakarta............................................................. 46
5. Jumlah Penduduk ..................................................................... 48
B. Gambaran Umum Sekolah di Kota Surakarta................................ 48
1. Sekolah Menengah Pertama di Kota Surakarta........................ 48
2. Perkembangan Pendidikan di Kota Surakarta.......................... 49
xvii
C. Deskripsi Responden...................................................................... 52
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 52
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Studi ............. 53
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang
Pendidikan............................................................................... 54
BAB V. ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN ....................................... 55
A. Pengujian Instrumen ...................................................................... 55
1. Pengujian Validitas .................................................................. 55
2. Pengujian Reliabilitas ............................................................. 59
B. Analisis Data .................................................................................. 60
1. Pemahaman dan Praktik Pembelajaran Nilai Demokrasi
dalam Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru .. 60
2. Pemahaman dan Praktik Pembelajaran Nilai Humanisme
dalam Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru .. 63
3. Pemahaman dan Praktik Pembelajaran Nilai Pluralisme
dalam Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru .. 66
C. Pembahasan.................................................................................... 69
1. Pemahaman dan Praktik Pembelajaran Nilai Demokrasi
dalam Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru .. 69
2. Pemahaman dan Praktik Pembelajaran Nilai Humansime
dalam Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru .. 73
3. Pemahaman dan Praktik Pembelajaran Nilai Pluralisme
dalam Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru .. 76
xviii
BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, SARAN … 81
A. Kesimpulan ................................................................................... 81
B. Keterbatasan Penelitian.................................................................. 82
C. Saran............................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xx
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Lampiran I Kuesioner ............................................................................. 88
B. Lampiran II Data Primer ........................................................................ 94
C. Lampiran III Pengujian Validitas dan Reliabilitas.................................. 103
D. Lampiran IV r Tabel................................................................................ 113
E. Lampiran V Data SMP Kota Surakarta................................................... 114
F. Lampiran VI Surat Penelitian ................................................................. 121
xx
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III.1 Kisi-Kisi Item Pertanyaan untuk Memperoleh Data Mengenai
Pemahaman dan Praktik Pendidikan Multikultural dalam
Pembelajaran di Sekolah .............................................................. 37
Tabel III.2 Penilaian Acuan Patokan Tipe II ................................................. 42
Tabel IV.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Surakarta ...................... 44
Tabel IV.2 Tingkat kepadatan dan jumlah penduduk menurut Kecamatan
Kota Surakarta.............................................................................. 48
Tabel IV.3 Perkembangan Jumlah Sekolah untuk SD, SMP, SMU,
dan SMK Negeri dan Swasta di Kota Surakarta
Tahun 2005/2006-2006/2007....................................................... 50
Tabel IV.4 Perkembangan Jumlah Kelas untuk SD, SMP, SMU,
dan SMK Negeri dan Swasta di Kota Surakarta
Tahun 2005/2006-2006/2007....................................................... 50
Tabel IV.5 Perkembangan Jumlah Siswa untuk SD, SMP, SMU,
dan SMK Negeri dan Swasta di Kota Surakarta
Tahun 2005/2006-2006/2007....................................................... 50
Tabel IV. 6 Kelompok Guru Menurut Statusnya ............................................ 51
Tabel IV. 7 Kondisi Ruang Kelas Sekolah di Kota Surakarta Tahun 2006 .... 51
Tabel IV. 8 Nama SMP di Kota Surakarta Sebagai Sampel Penelitian .......... 52
Tabel IV. 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................. 53
Tabel IV.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Studi ................... 53
Tabel IV.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang
Pendidikan.................................................................................... 54
Tabel V. 1 Validitas Variabel Pemahaman Nilai Demokrasi dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru................. 56
Tabel V.2 Validitas Variabel Pemahaman Nilai Humanisme dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru................. 56
xxi
Tabel V.3 Validitas Variabel Pemahaman Nilai Pluralistik dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru................. 57
Tabel V.4 Validitas Variabel Prakti Nilai Demokrasi dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru................. 58
Tabel V.5 Validitas Variabel Praktik Nilai Humanistik dalam
PembelajaranMultikultural yang Dilaksanakan Guru.................. 58
Tabel V.6 Validitas Variabel Praktik Nilai Pluralistik dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru................. 59
Tabel V.7 Reliabilitas Instrumen .................................................................. 60
Tabel V.8 Pemahaman Nilai Demokrasi dalam Pembelajaran Multikultural
yang Dilaksanakan Guru .............................................................. 61
Tabel V.9 Praktik Nilai Demokrasi dalam Pembelajaran Multikultural
yang Dilaksanakan Guru .............................................................. 63
Tabel V.10 Pemahaman Nilai Humanisme dalam Pembelajaran Multikultural
yang Dilaksanakan Guru .............................................................. 64
Tabel V.11 Praktik Nilai Humanistik dalam Pembelajaran Multikultural
yang Dilaksanakan Guru .............................................................. 66
Tabel V.12 Pemahaman Nilai Pluralisme dalam Pembelajaran
Multikultural yang Dilaksanakan Guru........................................ 67
Tabel V.13 Praktik Nilai Pluralistik dalam Pembelajaran Multikultural
yang Dilaksanakan Guru .............................................................. 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.
Kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun
geografis yang begitu beragam dan luas. Bangsa Indonesia terdiri dari
beragam suku dan ras, yang mempunyai budaya, bahasa, agama atau
keyakinan yang berbeda-beda. Sekarang ini jumlah pulau yang ada di wilayah
Negara Republik Indonesia (NKRI) sekitar 13.000 pulau besar dan kecil.
Populasi penduduknya berjumlah lebih dari 200 juta jiwa, terdiri dari 300 suku
yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain itu mereka juga
menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Kristen
Protestan, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu serta berbagai macam aliran
kepercayaan.
Kondisi keberagaman masyarakat dan budaya secara positif
menggambarkan kekayaan potensi sebuah masyarakat yang pluralis atau
masyarakat heterogen, namun secara negatif orang merasa tidak nyaman
karena tidak saling mengenal budaya lain. Setiap etnik atau ras cenderung
mempunyai ideologi yang etnosentris, yang menyatakan bahwa kelompoknya
lebih superior daripada kelompok etnik atau ras lain. Terjadinya tidak saling
mengenal identitas budaya lain, bisa mendorong meningkatnya prasangka
yang mempengaruhi interaksi sosial antara berbagai golongan masyarakat.
Misalnya, setiap golongan masyarakat Indonesia menyandang perangkat
2
prasangka, warisan generasi sebelumnya. Golongan pribumi,
misalnya, hidup dengan sejumlah prasangka terhadap keturunan China,
dan sebaliknya. Golongan penduduk Islam menyimpan sejumlah prasangka
terhadap golongan Kristen, dan sebaliknya. Prasangka juga diarahkan kepada
sebuah kelompok secara keseluruhan, atau kepada seseorang hanya karena itu
anggota kelompok tertentu. Secara demikian, prasangka memiliki potensi
dalam “mengambinghitamkan” orang lain melalui diskriminasi, dan
penciptaan jarak sosial.
Perpecahan dan ancaman disintegrasi bangsa telah terjadi sejak zaman
kerajaan Singosari, Sriwijaya, Majapahit, Goa, Mataram hingga pada era kini.
Contoh yang kongkrit dan sekaligus menjadi pengalaman pahit bagi bangsa ini
adalah terjadinya pembunuhan besar-besaran terhadap masa pengikut Partai
Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965, kekerasan terhadap etnis Cina di
Jakarta pada Mei 1998, perang Islam Kristen di Maluku Utara pada tahun
1999-2003 yang telah menghancurkan ribuan harta benda penduduk, 400
gereja dan 30 masjid dan perang etnis antara warga Dayak dan Madura yang
terjadi sejak ahun 1931 hingga tahun 2000 telah menyebabkan kurang lebih
2.000 nyawa manusia melayang sia-sia (Yaqin, 2005: 4).
Bila suatu bangsa ingin kuat dalam era demokrasi, diperlukan sikap saling
menerima dan menghargai dari tiap masyarakat yang beraneka ragam
sehingga dapat saling membantu, bekerja sama membangun Negara yang
lebih baik. Menurut Suparno (2003) ada dua model dalam sejarah manusia
bagaimana menjadikan masyarakat yang multikultural dapat bersatu
3
membangun Negara secara kuat. Pertama, dengan menyeragamkan dan
menghilangkan perbedaan yang ada baik dari segi budaya, agama, dan lain-
lain. Masyarakat yang multikultural dipaksa disatukan dengan aturan ketat
yaitu penyeragaman dan tidak diterima adanya perbedaan. Itulah yang
dilakukan Uni Soviet dan Yugoslavia zaman dulu dan hasilnya adalah bubar,
karena perbedaan tidak dapat dihilangkan. Menghilangkan perbedaan yang
sudah ada sejak lahir adalah suatu pemaksaan yang melawan Hak Asasi
Manusia (HAM) maka tidak dapat bertahan lama.
Model kedua, justru menerima perbedaan, mengakuinya, dan
menghargainya. Sehingga dengan saling menerima, masyarakat multikultural
akan dapat saling melengkapi, saling mengenal, dan bahu membahu dalam
membangun sebuah Negara. Dalam model kedua ini, Hak Asasi Manusia
(HAM) setiap orang diakui dan kekhasan setiap kelompok diakui, bahkan
dikembangkan sehingga diperlukan semangat multikultural.
Sikap saling menerima, menghargai budaya dan keyakinan yang berbeda
tidak langsung dapat berkembang sendiri, apalagi dalam diri seseorang ada
kecenderungan untuk mengharapkan orang lain menjadi seperti dirinya. Sikap
saling menerima dan menghargai akan cepat berkembang bila dilatihkan dan
dididikan pada generasi muda dalam sistem pendidikan nasional. Berkaitan
dengan hal ini, dalam dunia pendidikan menawarkan satu alternatif melalui
penerapan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan
keragaman yang ada di masyarakat, khususnya yang ada pada siswa seperti
keragaman etnis, agama, status sosial, dan gender dalam suatu kajian yaitu
4
pendidikan multikultural.Melalui pendidikan multikultural, siswa yang datang
dari berbagai golongan masyarakat dibimbing untuk saling mengenal cara
hidup mereka, adat istiadat, kebiasaan, memahami aspirasi-aspirasi mereka,
serta untuk mengakui dan menghormati bahwa setiap golongan memiliki hak
untuk menyatakan diri menurut cara masing-masing. Dalam konteks
masyarakat Indonesia, melalui pendidikan multikultural, para siswa dapat
dibimbing untuk memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, dan untuk
mengamalkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Di beberapa negara Eropa Barat dan Amerika Serikat, sampai dengan
Perang Dunia II, masyarakat tersebut hanya mengenal adanya satu
kebudayaan, yaitu kebudayaan kulit putih yang Kristen. Golongan-golongan
lainnya yang ada dalam masyarakat tersebut dikategorikan sebagai minoritas
dengan segala hak-hak mereka yang dibatasi. Di Amerika Serikat, berbagai
gejolak untuk persamaan hak bagi golongan minoritas dan kulit hitam serta
kulit berwarna mulai muncul di akhir tahun 1950-an. Puncaknya pada tahun
1960-an dengan dilarangnya perlakuan diskriminasi oleh orang kulit putih
terhadap orang kulit hitam dan berwarna di tempat-tempat umum, perjuangan
hak-hak sipil membantu mereka yang terpuruk dan minoritas untuk dapat
mengejar ketinggalannya dari golongan kulit putih yang dominan di berbagai
posisi dan jabatan dalam beragam bidang pekerjaan dan usaha.
Azra (2003) menjelaskan bahwa gagasan pendidikan multikultural
merupakan suatu hal baru di Indonesia, realitas kultural dan perkembangan
5
terakhir kondisi sosial, politik, dan budaya bangsa khususnya sejak reformasi
yang penuh dengan gejolak sosio politik dan konflik berbagai level
masyarakat membuat pendidikan multikultural terasa semakin dibutukan.
Pendidikan multikultural membantu siswa mengerti, menerima, dan
menghargai orang dari suku, budaya yang berbeda. Untuk itu, anak didik perlu
diajak melihat nilai budaya lain, sehingga mengerti secara dalam, dan
akhirnya dapat menghargainya, dengan tidak menyembunyikan budaya lain
atau menyeragamkan sebagai budaya nasional, sehingga budaya lokal hilang.
Supaya strategi pendidikan multikultural dapat dikembangkan maka
kurikulum, model pembelajaran, suasana sekolah, kegiatan ekstrakulikuler,
dan peran guru harus multikultural. Isi, pendekatan, dan evaluasi kurikulum
harus menghargai perbedaan dan tidak diskriminatif, isi dan bahan ajar di
sekolah perlu dipilih yang sungguh menekankan pengenalan dan penghargaan
terhadap budaya lain. Menurut Tanggok (Kompas, 19 September 2007)
mengatakan bahwa, “idealnya pendidikan multikultural diakomodasikan di
kurikulum nasional”. Selain kurikulum, guru perlu ditatar terlebih dahulu agar
memahami metodologi pendidikan multikultural sehingga dapat
dikembangkan dalam kurikulum muatan lokal di daerah konflik atau bekas
konflik, seperti di Kalimantan Barat, Poso, Papua, dan Ambon.
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan pendekatan
pengembangan multikultural harus didasarkan pada prinsip: 1) keragaman
budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat; 2) keragaman budaya
menjadi dasar dalam mengembangkan berbagai komponen kurikulum seperti
6
tujuan, konten, proses, dan evaluasi; 3) budaya di lingkungan unit pendidikan
adalah sumber belajar dan objek studi yang harus dijadikan bagian dari
kegiatan belajar siswa; dan 4) kurikulum berperan sebagai media dalam
mengembangkan kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional (Hasan, 2004 ).
Kurikulum di Indonesia sangat sering berganti, saat guru maupun siswa
mulai beradaptasi dengan sebuah kurikulum baru, sudah ada lagi kurikulum
yang lebih baru. Pengembangan kurikulum sangat diperlukan agar selalu
relevan terhadap perubahan jaman dan dalam penyusunan kurikulum
hendaknya menggunakan asas korelasi. Ini berarti bahwa antara bidang studi
yang satu dengan bidang studi yang lain harus dikorelasikan dan dihubungkan
sehingga merupakan suatu kesatuan yang bulat. Sekolah merupakan miniatur
masyarakat dimana didalamnya terdapat keberagaman budaya, maka dalam
penyusunan kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat terjadi
perubahan dan penyempurnaan sesuai dengan karakteristik dan keperluan
masyarakat.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. Kurikulum pada tingkat satuan pendidikan ini dikembangkan
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi atau karakteristik daerah, sosial
budaya masyarakat setempat paserta didik. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah kemudian
disupervisi oleh Dinas Kabupaten/Kota (Rismiati, 2007). Menurut Rismiati
(2007), tujuan dari KTSP adalah mewujudkan kurikulum yang sesuai dengan
7
kekhasan (karakteristik), kondisi, potensi daerah, kebutuhan dan permasalahan
daerah, satuan pendidikan dan peserta didik, dengan mengacu pada tujuan
pendidikan Nasional. Terkait dengan tujuan, maka implementasi dari KTSP
adalah perlu dikembangkan proses belajar-mengajar yang bermitra individual-
sosial-kultural agar sikap dan perilaku peserta didik sebagai makhluk
individual tidak terlepas dari kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Dalam
memacu kemajuan KTSP perlu ditumbuhkan kolaborasi dengan model-model
kegiatan kolektif (tim, gugus tugas, regu kerja, dan sebagainya) dan
membangun kultur akademik di sekolah sebagai sumber penggalangan
perilaku bagi warga sekolah maka, harmonisme lingkungan pendidikan dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat harus dijaga dalam menanamkan nilai-nilai
tertentu dan jangan sampai terjadi konflik atau bahkan kontradiksi.
Tidak kurang pentingnya di dalam proses pendidikan adalah peranan guru
yang tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional
mengajarkan mata pelajaran yang diajarkan. Lebih dari itu, seorang pendidik
juga harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural
yaitu demokrasi, humanistik, dan pluralistik pada siswa. Pada akhirnya, output
yang dihasilkan dari sekolah tidak hanya cakap sesuai dengan disiplin ilmu
yang ditekuninya, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai keberagaman
dalam memahami dan menghargai keberadaan para pemeluk agama dan
kepercayaan lain. Peran guru dalam pendidikan multikultural sangat penting,
guru harus mengatur dan mengorganisir isi, proses, situasi, dan kegiatan
sekolah secara multikultural, di mana tiap siswa dari berbagai suku, gender,
8
ras, berkesempatan untuk mengembangkan dirinya dan saling menghargai
perbedaan itu (Suparno, 2003).
Sedangkan peran guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai
keberagaman inklusif di sekolah menurut Salamah (2006), meliputi: (1)
seorang guru harus mampu bersikap demokratis, baik dalam sikap maupun
perkataannya tidak diskriminatif, (2) guru seharusnya mempunyai kepedulian
yang tinggi terhadap kejadian-kejadian tertentu yang ada hubungannya dengan
agama. Misalnya, ketika terjadi bom Bali (2003), maka seorang guru yang
berwawasan multikultural harus mampu menjelaskan keprihatinannya
terhadap peristiwa tersebut. (3) guru seharusnya menjelaskan bahwa inti dari
ajaran agama adalah menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh
umat manusia, maka pemboman, invasi militer, dan segala bentuk kekerasan
adalah sesuatu yang dilarang oleh agama, (4) guru mampu memberikan
pemahaman tentang pentingnya dialog dan musyawarah dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan keragaman budaya, etnis,
dan agama.
Suyanto (2004) menjelaskan bahwa pendidikan menjadi tanggung jawab
Pemerintah Daerah, sehingga berbagai persoalan yang terkait dengan
profesionalisme dan kesejahteraan guru dapat secara langsung dipantau oleh
Pemerintah Kabupaten/ Kota. Dalam aspek profesionalisme, Pemerintah
Daerah dapat melakukan tukar menukar guru dari satu daerah dengan daerah
9
lain agar terjadi transfer nilai-nilai positif yang diperoleh akibat perbedaan
budaya sekolah.
Dengan adanya program ini, wawasan dan pengetahuan guru tentang
kurikulum muatan lokal semakin bertambah, sehingga akan memperkaya
pengetahuan dan pengalaman guru. Kendala yang dihadapi guru selama ini
adalah tertutupnya mobilitas guru dari satu daerah ke daerah lain. Hal ini
terjadi karena dengan era desentralisasi, guru tertutup untuk melakukan
mobilitas sosial akibat keterkaitan mereka dengan gaji yang telah teranggarkan
dalam Dana Anggaran Umum (DAU) daerah masing-masing. Guru yang baik
perlu mendapat insentif untuk pindah ke daerah yang mereka kehendaki,
sehingga mendapatkan kesempatan untuk melakukan mobilitas secara
horizontal. Perpindahan guru dari satu daerah ke daerah yang lain juga akan
mendorong perbaikan pendidikan secara tidak langsung akibat dari interaksi
antar etnis dalam proses pembelajaran di sekolah. Jika guru selamanya tidak
bisa melakukan mobilitas sosial, maka akan terjadi inbreeding secara etnis.
Selamanya anak-anak Jawa akan diajar oleh guru dari etnis Jawa, begitu pula
etnis-etnis lain. Keadaan ini tidak ikut mendorong terjadinya pendidikan
multikultural yang baik. Tegaknya NKRI memerlukan pemahaman terhadap
entitas multikultural di negeri ini. Tukar-menukar dan perpindahan guru lintas
daerah akan mendorong terjadinya pendidikan multikultural secara tidak
langsung. Dengan adanya mobilitas horizontal para guru secara nasional, para
siswa akan cepat belajar memahami budaya etnis lain langsung dari para guru
mereka.
10
Oleh sebab itu, pada penelitian ini peneliti mencoba untuk melihat
bagaimana pemahaman dan praktik terhadap pelaksanaan pendidikan
multikultural. Berdasar latar belakang inilah, maka diambil judul :
“Pemahaman dan Praktik Pendidikan Multikultural dalam Pembelajaran
di Sekolah”, Studi kasus guru-guru mata pelajaran IPS SMP Negeri Kota
Surakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal di atas maka saya merumuskan masalah:
1. Bagaimana pemahaman dan praktik pembelajaran nilai demokrasi dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan guru?
2. Bagaimana pemahaman dan praktik pembelajaran nilai humanistik dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan guru?
3. Bagaimana pemahaman dan praktik pembelajaran nilai pluralistik dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan guru?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pemahaman dan praktik nilai demokrasi dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan oleh guru.
2. Untuk menganalisis pemahaman dan praktik nilai humanistik dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan oleh guru.
11
3. Untuk menganalisis pemahaman dan praktik nilai pluralistik dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan oleh guru.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Guru
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan memberikan semacam arah
tentang pemahaman dan praktik yang diperlukan seorang guru dalam
menyajikan pengajaran multikultural dalam pembelajaran di sekolah
sesuai dengan prespektif identitas nasional Indonesia.
2. Penulis
Penelitian ini dapat memberikan gambaran penulis mengenai pemahaman
dan praktik pendidikan multikultural dan dapat menjadi bekal dalam
berkarya di masa yang akan datang.
3. Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan menjadi
bahan pembanding bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian
sejenis.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Multikultural
1. Konsep dan Definisi Pendidikan Multikultural
Krisis mutidimensi yang dialami negara Indonesia, diakui atau tidak
merupakan bagian dari problem kultural yang salah satu penyebabnya
adalah keragaman kultural yang ada dalam masyarakat Indonesia.
Keragaman itu sendiri merupakan rahmat Tuhan yang dianugerahkan
kepada bangsa Indonesia. Karena dengan begitu, masyarakat dapat saling
mengenal dan bahu-membahu dalam membangun negara ini.
Namun, keragaman juga dapat menjadi salah satu sumber
malapetaka yang dapat mengakibatkan adanya kecurigaan dan rasa saling
tidak percaya dari satu kelompok terhadap kelompok-kelompok yang lain.
Diskriminasi, ketidakadilan, dan pelanggaran terhadap hak-hak asasi
manusia yang terjadi dengan segala bentuknya seperti kriminalitas,
korupsi, kekerasan terhadap perempuan dan anak, kekerasan antar
pemeluk agama, dan sebagainya adalah wujud nyata dari problematika
kultural.
Salah satu upaya untuk membangun kesadaran dan pemahaman
generasi masa depan akan pentingnya untuk selalu menjunjung tinggi
nilai-nilai keadilan, demokrasi, kemanusiaan dan pluralisme dalam
pergaulan dalam masyarakat yang mempunyai latar belakang kultural
beragam adalah penerapan pendidikan multikultural.
13
Menurut Yaqin (2005:292) konsep pendidikan multikultural tidak
hanya bertujuan agar peserta didik memahami dalam disiplin ilmu yang
dipelajarinya. Akan tetapi, juga peserta didik mempunyai dan dapat
mempraktikkan nilai-nilai pluralistik, demokrasi, humanistik dan keadilan
terkait dangan perbedaan kultural yang ada di sekitar mereka. Dengan
diterapkannya konsep ini, diharapkan segala bentuk diskriminasi,
kekerasan, dan ketidakadilan yang sebagian besar dilatar belakangi oleh
adanya perbedaan kultural seperti perbedaan agama, ras, etnis, bahasa,
kemampuan, gender, dan kelas sosial-ekonomi dapat dihindari.
Menurut Tilaar (2004:40) pendidikan multikultural adalah
pendidikan untuk meningkatkan penghargaan terhadap keragaman etnik
dan budaya masyarakat dimana nilai demokrasi, humanisme, dan
pluralisme terkandung di dalamnya. Sedangkan menurut Yaqin (2005:23)
pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan
pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-
perbedaan kultural yang ada pada para siswa seperti perbedaan etnis,
agama, bahasa, gender, klas sosial, ras, kemampuan, dan umur agar proses
belajar menjadi efektif dan mudah.
Hernandez, (1994 dalam Mahfud, 2006:168) mengartikan
pendidikan multikultural sebagai perspektif yang mengakui realitas politik,
sosial, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam
pertemuan manusia yang kompleks dan beragam secara kultur, dan
merefleksikan pentingnya budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas,
14
agama, status sosial, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian dalam
pendidikan.
Apapun definisi yang para pakar pendidikan kemukakan, bahwa
kenyataan bangsa Indonesia terdiri banyak etnik, dengan keragaman
budaya, agama, ras dan bahasa. Indonesia memiliki falsafah berbeda suku,
etnik, bahasa, agama dan budaya, tapi memiliki satu tujuan, yakni
terwujudnya bangsa Indonesia yang kuat, kokoh, memiliki identitas yang
kuat, sehingga tercapai sebagai bangsa yang maju, adil, makmur dan
sejahtera. Dengan demikian, pendidikan multikultural dapat diartikan
sebagai sebuah proses pendidikan yang memberi peluang sama pada
seluruh anak bangsa tanpa membedakan perlakuan karena perbedaan etnik,
budaya, dan agama, yang memberikan penghargaan terhadap keragaman,
dan yang memberikan hak-hak sama bagi etnik minoritas, dalam upaya
memperkuat persatuan dan kesatuan, identitas nasional dan citra bangsa di
mata internasional.
Pendidikan multikultural sekaligus juga untuk melatih dan
membangun karakter siswa agar mampu bersikap demokratis, humanis dan
pluralis dalam lingkungan mereka, dengan kata lain, dapat digambarkan
melalui sebuah pribahasa “sambil menyelam minum air”. Artinya selain
siswa diharapkan dapat dengan mudah memahami, menguasai, dan
mempunyai kompetensi yang baik terhadap mata pelajaran yang diajarkan
guru, siswa juga diharapkan mampu untuk selalu bersikap dan menerapkan
15
nilai-nilai demokratis, humanistik dan pluralistik di sekolah atau di luar
sekolah.
Tujuan pendidikan multikultural menurut Grafura (2007), yaitu:
a. untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan
siswa yang beraneka ragam;
b. untuk membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif
terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan;
c. memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam
mengambil keputusan dan ketrampilan sosialnya;
d. untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan
lintas budaya dan memberikan gambaran positif kepada mereka
mengenai perbedaan kelompok.
Sementara menurut Mahfud (2006:170) pendidikan multikultural
mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan awal dan tujuan akhir. Tujuan awal
merupakan tujuan sementara karena tujuan ini hanya berfungsi sebagai
perantara agar tujuan akhirnya dapat dicapai dengan baik.
Tujuan awal pendidikan multikultural yaitu membangun wacana
pendidikan multikultural di kalangan guru, dosen, ahli pendidikan,
pengambil kebijakan dalam dunia pendidikan dan mahasiswa jurusan ilmu
pendidikan maupun mahasiswa umum. Harapannya adalah apabila mereka
mempunyai wacana pendidikan multikultural yang baik maka kelak
mereka tidak hanya mampu untuk membangun kecakapan dan keahlian
siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkannya. Akan tetapi, juga
16
mampu untuk menjadi transformator pendidikan multikultural yang
mampu menanamkan nilai-nilai pluralistik, humanistik, dan demokrasi
secara langsung di sekolah kepada para peserta didiknya. Tujuan akhir
pendidikan multikultural yaitu peserta didik tidak hanya mampu
memahami dan menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya akan tetapi
diharapkan juga bahwa para peserta didik akan mempunyai karakter yang
kuat untuk selalu bersikap demokratis, pluris, dan humanis.
2. Komponen-komponen Pendidikan Multikultural
Menurut Tilaar (2004:40) rumusan materi pendidikan multikultural
terdiri dari tiga tema besar yakni demokrasi, humanistik, dan pluralistik.
a. Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno, yang diutarakan di
Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap
sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan
hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini berubah
sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak
abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi” di
banyak negara. Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yakni demos
yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan,
sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat oleh rakyat
dan untuk rakyat. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu Negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan
rakyat atas Negara untuk menjalankan oleh pemerintah Negara
tersebut.
17
b. Humanistik merupakan sebuah filsafat yang memandang individu
rasional sebagai nilai tertinggi, memandang individu sebagai sumber
nilai tertinggi, dan ditujukan untuk membina perkembangan kreatif
dan moral individu dengan cara yang bermakna dan rasional tanpa
menunjuk konsep-konsep yang adikodrati. Humanistik adalah istilah
umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan
dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah yang berhubungan
dengan manusia. Humanistik telah menjadi sejenis doktrin beretika
yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas
manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisional yang
hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu.
c. Pluralistik, kata pluralisme berasal dari bahasa Inggris, pluralism.
Apabila merujuk pada wikipedia bahasa Inggris, maka definisi
pluralism adalah : “In the social sciences, pluralism is a framework
of interaction in which groups show sufficient respect and tolerance
of each other, that they fruitfully coexist and interact without conflict
or assimilation” atau dalam bahasa Indonesia adalah “suatu
kerangka interaksi yang mana setiap kelompok menampilkan rasa
hormat dan toleran satu sama lain, berinteraksi tanpa konflik atau
asimilasi atau pembauran”
18
3. Gagasan Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural merupakan fenomena yang relatif baru di
dalam dunia pendidikan. Sebelum Perang Dunia II pendidikan
multikultural belum dikenal. Pendidikan dijadikan sebagai alat politik
untuk melanggengkan kekuasaan yang memonopoli sistem pendidikan
untuk kelompok tertentu. Dengan kata lain pendidikan multikultural
merupakan gejala baru di dalam pergaulan umat manusia yang
mendambakan persamaan hak, termasuk hak untuk mendapatkan
pendidikan yang sama untuk semua orang, “Education for All” (Tilaar,
2004:123).
Strategi pendidikan multikultural, sejak lama telah berkembang di
Eropa, Amerika dan di negara-negara maju lainnya. Strategi ini adalah
pengembangan dari studi interkultural dan multikulturalisme. Dalam
perkembangannya, studi ini menjadi sebuah studi khusus tentang
pendidikan multikultural yang pada awalnya bertujuan agar populasi
mayoritas dapat bersikap toleran terhadap populasi minoritas. Menurut
Tilaar (2004:40) nilai-nilai dari pendidikan multikutural adalah demokrasi,
humanistik, dan pluralistik yang anti terhadap adanya kontrol dan tekanan
yang membatasi dan menghilangkan kebebasan manusia. Selanjutnya,
pendidikan multikultural justru menjadi motor penggerak dalam
menegakkan demokrasi, humanistik, dan pluralistik yang dilakukan
melalui sekolah, kampus, dan institusi-institusi pendidikan lainnya.
19
Sejarah kelam yang panjang yang dialami negara-negara Eropa dan
Amerika seperti kolonialisme, perang sipil di Amerika dan perang dunia I
dan II, menjadi landasan utama kenapa pendidikan multikultural ini
diaplikasikan di kedua benua besar tersebut (Yaqin, 2005:24). Dalam
sejarah, pada tahun 1415 hingga awal 1900-an negara-negara utama di
Eropa, seperti Spanyol, Portugis, Inggris, Perancis dan Belanda, telah
melakukan ekspansi dan penjajahan terhadap negara-negara lain di Afrika,
Asia, dan Amerika. Kolonialisasi ini menyebabkan kerugian jiwa dan
materi yang sangat besar bagi negara-negara lain di Afrika. Ribuan bahkan
bahkan jutaan warga jajahan menderita dan meninggal dunia., serta
milyaran Dollar hasil dari kekayaan alam negara jajahan telah dikuras oleh
para penjajah.
Kemudian, Perang Dunia I yang mengawali pada tahun 1914 dan
berlanjut menjadi Perang Dunia II yang dimulai pada tahun 1939 dan
berakhir hingga pertengahan tahun 1950-an telah menyebabkan negara-
negara Eropa tercerai-berai dan saling bermusuhan. Ribuan bahkan jutaan
jiwa melayang, krisis ekonomi, politik dan sosial yang begitu dahsyat
terjadi hampir di seluruh negara-negara Eropa sehingga, pada waktu itu,
pengangguran, kriminalitas, korupsi, dan kerusuhan terjadi di mana-mana.
Di sisi lain, pada tahun 1861-1865, Amerika juga telah mengalami
tragedi yang sangat menyakitkan yaitu perang sipil. Perang yang
diakibatkan oleh adanya isu pertentangan ras dan etnis ini telah merenggut
ratusan ribu jiwa. Tragedi kemanusiaan ini, seperti kolonialisme, Perang
20
Dunia I dan II, dan perang sipil di Amerika, telah menjadi bagian dari
sejarah kelam dunia, khususnya bagi bangsa Eropa dan Amerika.
Sementara itu, Indonesia juga mempunyai pengalaman yang tidak
kalah menyedihkan. Kekerasan, pemberontakan, pembumihangusan dan
pembunuhan. Perpecahan dan ancaman disintegrasi bangsa telah terjadi
sejak zaman kerajaan Singosari, Sriwijaya, Majapahit, Goa, Mataram
hingga pada era kini. Pembunuhan besar-besaran terhadap masa pengikut
Partai Komunis Indonesia pada tahun 1965, kekerasan terhadap etnis Cina
di Jakarta pada Mei 1998, perang Islam Kristen di Maluku Utara pada
tahun 1999-2003, dan perang etnis antara warga Dayak dan Madura yang
terjadi sejak tahun 1931 hingga tahun 2000 adalah bagian dari sejarah
kelam bangsa ini. Berdasarkan kenyataan yang memilukan inilah, maka
keberadaan pendidikan multikultural sangat diperlukan.
4. Wacana Pendidikan Multikultural di Indonesia
Wacana pendidikan multikultural di Indonesia relatif baru dikenal
sebagai suatu pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat
Indonesia yang heterogen, plural (Mahfud, 2006:190). Sejak jatuhnya
Presiden Soeharto dari kekuasaanya yang diikuti dengan masa yang
disebut sebagai “era reformasi”, kebudayaan Indonesia cenderung
mengalami disintegrasi. Krisis moneter, ekonomi, dan politik yang
bermula sejak akhir tahun 1997 mengakibatkan terjadinya krisis kultural di
dalam kehidupan bangsa dan negara.
21
Menurut Azyurmardi Azra, (2002 dalam Mahfud, 2006:190) pada
level nasional, berakhirnya sentralisme kekuasaan yang pada masa Orde
Baru memaksakan “monokulturalisme” yang nyaris seragam,
memunculkan reaksi balik, yang mengandung implikasi negatif bagi
rekontruksi kebudayaan Indonesia yang multikultural. Bersamaan dengan
proses otonomisasi dan dengan sentralisasi kekuasaan pemerintahan, juga
terjadi peningkatan gejala “provinsialisme” yang hampir tumpang tindih
dengan “entitas”. Kecenderungan ini, jika tidak terkendali, akan dapat
menimbulkan disintegrasi sosio-kultural yang amat parah bahkan
mengalami disintegrasi politik.
Kondisi keragaman masyarakat dan budaya, secara positif
menggambarkan kekayaan potensi sebuah masyarakat yang bertipe
pluralis, namun secara negatif orang merasa tidak nyaman karena tidak
saling mengenal budaya orang lain. Setiap etnik atau ras cenderung
mempunyai semangat dan ideologi yang etnosentris, yang menyatakan
bahwa kelompoknya lebih superior daripada kelompok etnik atau ras lain
Salah seorang tokoh pendidikan multikultural di Negara ini adalah
H.A.R. Tilaar. Tilaar (2004:245) menegaskan bahwa pendidikan
multikultural di Indonesia menjadi penting karena kondisi plural
masyarakat (yang diwujudkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika,
yang terdapat dalam lambang Garuda Pancasila). Pendidikan multikultural
relatif baru dikenal sebagai pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi
masyarakat Indonesia yang heterogen, plural. Pendidikan multikultural
22
hendaknya dijadikan strategi dalam mengelola kebudayaan dengan
menawarkan strategi transformasi budaya yang ampuh yakni melalui
mekanisme pendidikan yang menghargai perbedaan budaya.
Penambahan informasi tentang keragaman budaya merupakan model
pendidikan multikultural yang mencakup revisi atau materi pembelajaran,
termasuk revisi buku-buku teks. Revisi pembelajaran seperti yang terjadi
di Amerika Serikat misalnya, merupakan strategi yang dianggap paling
penting dalam reformasi pendidikan dan kurikulum. Penulisan kembali
sejarah Amerika dari perspektif yang lebih beragam merupakan suatu
agenda pendidikan yang diperjuangkan intelektual, aktivis, dan praktisi
pendidikan (Mahfud, 2006:192).
Sementara di Indonesia masih diperlukan usaha dalam merevisi
buku-buku teks agar mengakomodasi kontribusi dan partisipasi yang lebih
inklusif bagi warga dari berbagai latar belakang suku, agama, budaya, dan
etnis. Model lainnya, pendidikan multikultural tidak sekedar merevisi
materi pembelajaran, tetapi juga melakukan reformasi dalam sistem
pembelajaran itu sendiri. Affirmative Action dalam seleksi siswa sampai
rekrutmen tenaga pengajar di Amerika contohnya, adalah salah satu
strategi rekrutmen tenaga pengajar yang menjadi salah satu strategi untuk
membuat perbaikan ketimpangan struktural terhadap kelompok minoritas.
Menurut pasal 41 Undang-Undang No. 20/2003, “Pendidik dan
tenaga kependidikan dapat bekerja secara lintas daerah”. Maka guru dapat
melakukan mobilitas sosial yakni tidak selamanya anak-anak Jawa akan
23
diajar oleh guru Jawa, begitu pula etnis-etnis lain. Keadaan ini akan ikut
mendorong terjadinya pendidikan multikultural yang baik. Tukar-menukar
dan perpindahan guru lintas daerah akan mendorong terjadinya pendidikan
multikultural secara tidak langsung. Contoh lain adalah model sekolah
pembauran Iskandar Muda di Medan yang memfasilitasi interaksi siswa
dari berbagai latar belakang budaya dan menyusun program anak asuh
lintas kelompok.
B. Praktik dan Pemahaman Pendidikan Multikultural di Indonesia
1. Praktik Multikultural dalam Pendidikan
Multikultural mengemuka, baik sebagai ide maupun gerakan politik,
pada tahun 1960-an, utamanya di masa pasca-kolonialisme di Kanada,
Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (Melville dan Rose, 2004:4). di
negara-negara tersebut, multikultural telah diterapkan dalam bentuk
kebijakan pemerintah, misalnya dalam bentuk : kewarganegaraan ganda,
dukungan terhadap bahasa kelompok minoritas, agama, dan kepercayaan
minoritas, perikehidupan tradisional hingga dukungan keterwakilan
kelompok minoritas di bidang politik.
Dengan kata lain tidak ada lagi perbedaan antara kelompok “kita”
dan kelompok “mereka”, tidak ada lagi perbedaan antara warga kelompok
masyarakat kulit putih dan kulit hitam, mayoritas dan minoritas, warga
“asli” dan pendatang (Melville dan Rose, 2004:7).
24
Salah satu tokoh pendidikan multikultural di Amerika Serikat adalah
James Banks, yang dikenal dengan idenya tentang kesamaan (hak)
pendidikan. Banks menegaskan bahwa untuk menjaga lingkungan sekolah
yang multikultural maka semua aspek di sekolah harus dikaji dan diubah,
termasuk pula dalam kebijakan, perilaku para guru, bahan belajar, metode
penilaian, metode bimbingan konseling,dan bahkan gaya mengajar (Banks,
1981 dalam Sidharta, 1995:138). Sidharta (1995:139) menjelaskan bahwa
penerapan pendidikan multikultural di Amerika Serikat telah dapat
menghasilkan tiga hal positif, yaitu: warga kulit putih semakin peka
terhadap persoalan warga minoritas, warga masyarakat semakin inklusif,
dan toleransi telah menjadi satu-satunya hal yang mutlak.
Tilaar (2004: 245) menegaskan bahwa pendidikan multikultural di
Indonesia menjadi penting karena kondisi plural masyarakat yang
(diwujudkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang terdapat dalam
lambing Garuda Pancasila), terpuruknya kualitas pendidikan nasional, dan
meningkatnya kecenderungan ke arah disintegrasi. Tujuan pendidikan
multikultural di Indonesia seyogyanya diarahkan pada terwujudnya
masyarakat Indonesia yang: menguasai pengetahuan, demokrasi,
nasionalis, bermoral dan cerdas.
25
2. Manfaat Pendidikan Multikultural
Grafura (2007) menjelaskan pendidikan multikultural memiliki
manfaat, terutama dalam:
a. memberikan terobosan baru pendidikan yang mampu meningkatkan
empati dan mengurangi prasangka siswa atau mahasiswa sehingga
tercipta manusia (warga negara) antar budaya yang mampu
menyelesaikan konflik dengan tanpa kekerasan;
b. menerapkan pendekatan dan strategi pembelajaran yang potensial
dalam mengedepankan proses interaksi sosial dan memiliki
kandungan afeksi yang kuat;
c. model pendidikan multikultural mambantu guru dalam mengelola
proses pembelajaran menjadi lebih efisien dan efektif, terutama
memberikan kemampuan peserta didik dalam membangun
kolaboratif dan memiliki komitmen nilai yan tinggi dalam kehidupan
masyarakat yang serba majemuk;
d. memberikan kontribusi bagi bangsa Indonesia dalam penyelesaian
dan mengelola konflik yang bernuansa SARA yang timbul di
masyarakat dengan cara meningkatkan empati dan mengurangi
prasangka.
26
3. Pengembangan Pendidikan Multikultural
Menurut Suparno (2003) strategi pengembangan pendidikan
multikultural didasarkan pada beberapa penekanan yang bermuatan
multikultural, yaitu :
a. Pendidikan multikultural seyogyanya dimulai dari diri sendiri. Hal
ini menekankan bahwa pendidikan multikultural harus dimulai dari
pengenalan terhadap jati dirinya sendiri, bukan jati diri etnik lain.
Keterlibatan seseorang dalam pendidikan multikultural akan terjadi
apabila ia melihat ada relevansinya dengan kehidupannya sendiri.
Relevansi masalah orang lain terhadap kehidupannya sendiri akan
membuat seseorang berminat untuk terlibat dalam pendidikan
multikultural;
b. Dalam semua bidang pelajaran, hendaknya dimasukkan nilai dan
tokoh-tokoh dari budaya lain agar siswa mengerti bahwa dalam
setiap budaya, ilmu dikembangkan. Contoh-contoh ilmuwan dan
hasil teknologi, perlu diambil dari berbagai budaya dan latar
belakang termasuk gender. Kesamaan dan perbedaan antar budaya
perlu dijelaskan dan dimengerti. Siswa dibantu untuk kian mengerti
nilai budaya lain, menerima, dan menghargainya. Misalnya dalam
mengajarkan makanan, pakaian, cara hidup, bukan hanya dijelaskan
dari budayanya sendiri, tetapi juga budaya yang lain;
c. Model pembelajaran dari kelas pun perlu diwarnai multikultural,
yaitu dengan menggunakan berbagai pendekatan berbeda-beda.
27
Penyajian bahan, dalam memberi contoh, guru perlu memilih yang
beraneka ragam nilai. Buku-buku yang ditulis dalam pelajaran perlu
disusun untuk menghargai budaya lain dan penghargaan gender.
Dulu banyak buku memuat contoh stereotip budaya tertentu, maka
kini harus lebih menyeluruh, termasuk agar tidak terjadi bias gender.
Dalam Orde Baru, sering karena ditakutkan SARA, banyak buku
pelajaran tidak berani memuat simbol atau gambar yang berasal dari
agama lain dengan alasan agar tidak ada ketegangan;
d. Suasana sekolah sangat penting dalam penanaman nilai multibudaya.
Sekolah harus dibangun dengan suasana yang menunjang
penghargaan budaya lain. Relasi guru, karyawan, siswa yang berbeda
budaya diatur dengan baik, siswa yang berasal dari golongan lain
harus dihargai dan tidak boleh ditolak. Bahkan yang tidak kalah
penting, terlebih di tingkat SD-SMU, dekorasi sekolah perlu diatur
dengan nuansa multikultur. Misalnya, meskipun sekolah tersebut
berada di Pulau Jawa, hiasan dan dekorasi ruang dibuat beraneka
ragam budaya suku-suku yang ada di Indonesia;
e. Kegiatan ekstrakurikuler hendaknya multinilai, sikap menghargai
orang yang berbeda dari budaya lain akan lebih berkembang bila
siswa mempraktikan dan mengalaminya sendiri. Maka, model live-
in, tinggal di tengah orang yang berbeda berbudaya lain, sangat
membantu siswa menghargai budaya lain. Misalnya, siswa dari Bali
ikut live-in satu minggu di tengah orang Sunda, apabila mereka
28
mengalami bahwa di sana terima dengan baik, mereka akan dibantu
lebih menghargai budaya Sunda;
f. Proyek dan kepanitiaan di sekolah baik diatur dengan lebih variasi
dan beragam. Setiap panitia terdiri dari aneka macam siswa dari
berbagai suku, ras, agama, budaya, dan gender sehingga akan lebih
menumbuhkan semangat kesatuan dalam perbedaan yang ada;
g. Belajar bahasa dari suku lain sangat berguna, Indonesia terdiri dari
banyak pulau dan suku dengan bahasa yang berbeda. Negara
Indonesia mempunyai satu bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia,
dan ini baik untuk alat komunikasi antarwarga Indonesia. Namun,
yang kiranya tidak boleh ditinggalkan adalah bahwa akan lebih
dibantu menghargai orang dan budaya lain, bila dapat mengerti
bahasa lain. Melalui bahasa, terutama dapat menggunakannya, orang
akan mudah mengerti makna terdalam budaya orang lain. Maka,
semakin mengenal bahasa suku lain, akan semakin mendorong untuk
mengerti mereka lebih dalam dan menerima serta menghargainya.
Kiranya usaha menghargai budaya lain dapat secara edukatif
menekankan pentingnya belajar bahasa suku-suku lain. Bila
dorongan ini sejak awal ditekankan pada siswa, maka akan
membantu mereka lebih mengerti masyarakat dari suku lain.
h. Pendidikan multikultural harus mencakup realita sosial dan
kesejahteraan dari etnik-etnik dan bangsa Indonesia. Kontekstualisasi
pendidikan multikultural harus terutamanya bersifat lokal, nasional
29
dan global. Kontekstualisasi demikian dimaksudkan untuk
menumbuhkan rasa hormat menghormati sesama etnik dan warga
negara Indonesia. Tidak cukup hanya memperkenalkan kepada siswa
tentang jenis-jenis makanan khas etnik, rumah adat etnik, atau
upacara adat etnik, karena hal ini hanya bersifat permukaan saja.
Salah satu contoh kontekstualisasi masalah persatuan dan kesatuan
dalam rangka peringatan Hari Proklamasi 17 Agustus 1945,
diselenggarakan bazaar rakyat dengan menyajikan beraneka ragam
kesenian atau makanan rakyat dari berbagai etnik di Indonesia
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang terkait dengan pendidikan multikultural
dilakukan oleh Hanurawan (1994), yang berjudul “Sikap Guru Terhadap
Peran Kajian Multikultural dalam Mengurangi Prasangka Siswa”. Subyek
pada penelitian ini adalah guru pada satu sekolah yang memiliki pengalaman
mengajar perspektif multikultural di kelas yang bersifat majemuk, sedangkan
sampelnya guru yang mewakili kriteria guru muda, menengah, dan senior
dengan pengalaman kurang, sedang, dan banyak pengalaman mengajar.
Lokasi dilaksanakannya penelitian ini berada di sekolah di negara bagian
Victoria Australia. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data tematik
yaitu yang memusatkan diri pada penggolongan tema dan pola perilaku.
Kesimpulan divalidasi melalui umpan balik yang diberikan oleh partisipan,
diperoleh tulisan reflektif guru yang ditulis setelah wawancara. Kesimpulan
30
dari penelitian ini adalah secara umum, guru memiliki sikap positif terhadap
peran pelajaran multikultural dalam mengurangi sikap berprasangka murid
dan secara khusus, guru memiliki sikap positif dan pemahaman yang baik
tentang teori, konsep, strategi dan generalisasi berkenaan dengan lahirnya
sikap berprasangka pada diri anak dan cara antisipasinya.
Berita lain mengenai pendidikan multikultural adalah dalam seminar
“Pendidikan Multikulturalisme Menuju Masyarakat Madani di Kalimantan
Barat”. Seminar ini diselenggarakan Center for Research and Inter-Religions
Dialogue (CRID) pada hari Selasa tanggal 18 September 2007 yang
menghadirkan Sekretaris Eksekutif Hubungan Antar Keagamaan (HAK)
Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) P Benny Susetya Pr. Dalam seminar
ini membicarakan mengenai pendidikan multikultural perlu diprioritaskan
menjadi salah satu kurikulum muatan lokal di daerah konflik. Pendidikan
multikultural di jenjang pendidikan formal diharapkan dapat membangun
kesadaran siswa untuk memahami dan menghargai perbedaan sehingga
wilayah daerah konflik dapat diredam atau bahkan dihilangkan.
Dalam seminar ini mengidealkan pendidikan multikutural diakomodasikan
dalam kurikulum nasional dimana guru juga harus ditatar terlebih dahulu agar
memahami metodologi pendidikan multikultural yang berbeda dengan
pengajaran mata pelajaran lain. Sehingga pendidikan multikultural dapat mulai
dikembangkan dalam kurikulum muatan lokal di daerah konflik atau bekas
konflik , seperti di Kalimantan Barat, Poso, Papua, dan Ambon (Kompas, 19
September 2007).
31
D. Kerangka Pemikiran
Krisis multidimensi yang dialami Negara Indonesia, diakui atau tidak
merupakan bagian dari problem kultural yang salah satu penyebabnya adalah
keragaman kultur yang ada dalam masyarakat. Melalui keragaman kultur
masyarakat dapat saling mengenal dan bahu membahu dalam membangun
sebuah Negara. Namun di sisi lain, keragaman dapat menjadi salah satu
sumber masalah yang dapat mengakibatkan adanya kecurigaan dan rasa saling
tidak percaya dari satu kelompok terhadap kelompok yang lain. Diskriminasi,
ketidakadilan, dan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia terus terjadi
dengan segala bentuknya seperti kekerasan terhadap anak, pengesampingan
hak-hak minoritas, pengesampingan terhadap nilai-nilai budaya lokal,
kekerasan antar pemeluk agama, dan sebagainya adalah wujud nyata dari
problematika kultural yang ada.
Salah satu wujud untuk membangun kesadaran dan pemahaman generasi
masa depan akan pentingnya untuk selalu menjunjung tinggi nilai demokrasi,
humanisme, dan pluralisme dalam pergaulan di dalam masyarakat yang
mempunyai latar belakang kultural beragam adalah penerapan pendidikan
multikultural.
Strategi dan konsep pendidikan multikultural tidak hanya bertujuan agar
peserta didik memahami dan ahli dalam disiplin ilmu yang dipelajarinya.
Akan tetapi, agar peserta didik mempunyai, dan sekaligus dapat mempraktikan
nilai-nilai demokrasi, humanisme, dan pluralisme dengan perbedaan kultural
yang ada di sekitar mereka. Dengan diterapkannya konsep dan strategi ini,
32
diharapkan segala bentuk diskriminasi, kekerasan, dan ketidakadilan yang
sebagian besar dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan kultural seperti
perbedaan agama, ras, etnis, bahasa, kemampuan, gender, umur, dan kelas
social ekonomi dapat diminimalkan.
Agar tujuan pendidikan multikultural dapat dicapai, maka diperlukan
adanya peran serta dan dukungan dari guru dan tenaga pendidik. Mereka perlu
mempunyai pemahaman mengenai pengetahuan pendidikan multikultural dan
melaksanakan praktik pendidikan multikultural dihadapan para siswa. Guru
dan tenaga pendidik tidak hanya bertanggung jawab agar peserta didik
mempunyai pemahaman dan keahlian terhadap matapelajaran yang
diajarkannya, akan tetapi juga bertanggung jawab untuk menanamkan nilai-
nilai yang terkandung dalam pendidikan multikultural. Nilai-nilai tersebut
antara lain adalah nilai demokrasi, nilai humanisme, dan nilai pluralisme.
Nilai demokrasi adalah sebuah nilai yang menunjukkan adanya kebebasan
atau kemerdekaan dalam menentukan sesuatu, sedangkan nilai humanisme
adalah sebuah nilai yang menunjukkan adanya rasa menghargai dan toleransi
terhadap orang lain, dan nilai pluralisme adalah sebuah nilai yang mengajak
menghargai perbedaa-perbedaan yang ada baik bahasa, agama, gender,
perbedaan status dan umur.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitan
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, sebab berusaha untuk
mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek atau subjek yang
diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiono,
2007:21). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, artinya semua informasi atau data diwujudkan dengan angka dan
analisisnya menggunakan analisis statistik.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri kota Surakarta. Sementara itu
waktu penelitiannya dilaksanakan pada November 2007 sampai selesai.
Alasan subjektif penulis mengadakan penelitian di kota Surakarta, antara lain
memudahkan penulis dalam melakukan penelitian sebab lokasi penelitian
mudah dijangkau dan lebih dekat dengan tempat tinggal penulis. Sedangkan
alasan objektif penulis mengadakan penelitian di Surakarta adalah Surakarta
merupakan kota yang cukup “heterogen” dimana tidak hanya masyarakat
bersuku Jawa saja yang bermukim tetapi juga masyarakat etnis yang lain,
selain itu juga keberagaman agama, bahasa maupun budaya yang begitu
terlihat dalam kehidupan bermasyarakat.
34
C. Subjek dan Objek
1. Subjek
Subjek menurut Arikunto (2000:116) adalah benda, hal/orang tempat
variabel penelitian melekat. Mereka berperan sebagai pemberi informasi
yang berhubungan dengan subyek penelitian. Subyek dalam penelitian ini
adalah guru bidang studi IPS di SMP Negeri kota Surakarta.
2. Objek
Objek dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu
pemahaman dan praktik pendidikan multikultural oleh guru dalam
pembelajaran di sekolah.
D. Populasi, Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi menurut Sugiono (2007:55) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulanya. Populasi dalam penelitian ini adalah SMP Negeri kota
Surakarta, yang berjumlah 27 sekolah SMP Negeri.
2. Sampel
Sampel menurut Sugiono (2007:56) adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini
sampel yang digunakan adalah guru-guru mata pelajaran IPS di SMP
Negeri kota Surakarta.
35
3. Teknik Pengambilan Sampel
Penentuan sampel dari populasi penelitian ini adalah dengan
menggunakan Purposive Sampling. Menurut Zuriah (2005:119) Purposive
Sampling yaitu teknik pengambilan sampel atas ciri-ciri tertentu yang
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan populasi yang
diketahui sebelumnya.
Kriteria yang digunakan untuk memilih sekolah dan guru sebagai
sampel adalah:
a. Sekolah negeri, sebab sekolah negeri berstatus umum sehingga nuansa
multikultural lebih mengena.
b. Responden dari setiap sekolah yaitu khusus guru mata pelajaran IPS,
sebab tekanannya lebih mengajarkan anak untuk dapat bersosialisasi
dengan baik.
c. Mata pelajaran IPS meliputi Geografi, Ekonomi, dan Sejarah sehingga
di dapat 3 guru sebagai responden yang mewakili ketiga mata
pelajaran IPS di masing-masing sekolah.
Sampel diambil 50% dari 27 sekolah sehingga di dapat 14 sekolah.
Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan, maka diperoleh empat
belas sekolah yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini, antara lain:
1) SMP Negeri 6
2) SMP Negeri 7
3) SMP Negeri 8
4) SMP Negeri 10
36
5) SMP Negeri 13
6) SMP Negeri 14
7) SMP Negeri 16
8) SMP Negeri 18
9) SMP Negeri 20
10) SMP Negeri 21
11) SMP Negeri 24
12) SMP Negeri 25
13) SMP Negeri 26
14) SMP Negeri 27
Setiap sekolah diambil 3 responden untuk mengisi kuesioner, sehingga
dari 14 sekolah yang dijadikan sampel penelitian, total jumlah responden
yang mengisi kuesioner adalah 42 responden.
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah pemahaman serta praktik nilai
demokrasi, nilai humanistik, dan nilai pluralistik. Batasan variabel yang
dipakai dalam penelitian ini adalah :
1. Nilai Demokrasi, adalah sebuah nilai yang menunjukkan adanya
kebebasan atau kemerdekaan dalam menentukan sesuatu.
2. Nilai Humanisme, adalah sebuah nilai yang menunjukkan adanya rasa
menghargai, toleransi dan kasih sayang terhadap orang lain.
37
3. Nilai Pluralisme, adalah sebuah nilai yang mengajak menghargai
perbedaan-perbedaan yang ada baik bahasa, agama, gender, perbedaan
status dan umur.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain
yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna
(Riduwan, 2002:25). Untuk mempermudah maka dibuat kisi-kisi
pertanyaan
Tabel III. 1
Kisi-Kisi Item Pertanyaan untuk Memperoleh Data Mengenai
Pemahaman dan Praktik Pendidikan Multikultural dalam
Pembelajaran di Sekolah
No. Item Variabel Indikator
Positif Negatif
1. Pemahaman
Demokrasi
2. Pemahaman
Humanistik
3. Pemahaman
Pluralistik
a. Pemahaman membangun Hak
Asasi Manusia
b. Pemahaman membangun sikap
anti diskriminasi
c. Pemahaman memberi kebebasan
berpendapat dan berkreatifitas
d. Pemahaman menghargai perbedaan
kemampuan
a. Pemahaman membangun toleransi
b. Pemahaman membangun kasih
sayang
a. Pemahaman menghargai
keragaman bahasa
b. Pemahaman menghargai
keragaman agama
1, 2
5
6
8, 9
10, 11
14
15
16
3
4
7
12
13
17
38
4. Praktik
Demokrasi
5. Praktik
Humanistik
6. Praktik
Pluralistik
c. Pemahaman membangun sikap
sensitif gender
d. Pemahaman membangun
pemahaman kritis terhadap
ketidakadilan dan perbedaan
status
e. Pemahaman menghargai perbedaan
umur
a. Praktik membangun Hak Asasi
Manusia
b. Praktik membangun sikap anti
diskriminasi
c. Praktik memberi kebebasan
berpendapat dan berkreatifitas
d. Praktik menghargai perbedaan
kemampuan
a. Praktik membangun toleransi
b. Praktik membangun kasih sayang
a. Praktik menghargai keragaman
bahasa
b. Praktik menghargai keragaman
agama
c. Praktik membangun sikap sensitif
gender
d. Praktik membangun pemahaman
kritis terhadap ketidakadilan dan
perbedaan status
e. Praktik menghargai perbedaan
umur
18
21
23, 24
29, 30, 31
34
37
38
39, 40, 41
45
19
20
22
25
26, 27,28
32, 33
35
36
42
43, 44
46
47
2. Observasi
Observasi yaitu peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke
SMP Negeri di kota Surakarta untuk memperoleh data mengenai sekolah
yang akan dijadikan sampel penelitian.
39
G. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari guru mata
pelajaran IPS mengenai pemahaman dan praktik pendidikan multikultural
dalam pembelajaran di sekolah. Data primer diperoleh melalui kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari SMP Negeri di Kota
Surakarta berupa keterangan, catatan atau dokumen dalam kaitannya
dengan penelitian ini. Data tersebut meliputi gambaran umum Kota
Surakarta dan gambaran umum SMP Negeri Kota Surakarta.
H . Teknik Pengujian Instrumen
1. Validitas
Menurut Sugiono (2007:271), instrumen yang valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Tinggi
rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang
dimaksud. Uji validitas dilakukan dengan perhitungan dari Karl Pearson
yang dikenal dengan sebutan korelasi product moment. Rumus yang
digunakan adalah rumus korelasi product moment, dengan rumus:
( )( )
{ ( ) } ( )� ���
� ��
−−
−=
2222YYNXXN
yxxyNrxy
40
keterangan :
rxy = koefisien korelasi tiap item
�xy = jumlah perkalian skor dengan skor kuadrat
�y = jumlah skor butir
�x = jumlah skor total
N = jumlah responden ( Sugiono, 2007: 213)
Besarnya rxy dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan taraf
signifikasi (� = 5%). Apabila hasil pengukuran r menunjukkan hasil lebih
besar atau sama dengan taraf signifikasi 5%, maka item tersebut
dinyatakan valid, tetapi jika lebih kecil dari 5% maka item tersebut
dinyatakan tidak valid.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah taraf sampai dimana suatu instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Dikatakan dapat
dipercaya apabila ukuran yang diperoleh merupakan yang benar dari suatu
yang ingin diukur. Untuk menghitung reliabilitas kuesioner, dalam
penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan taraf
signifikasi 5%, yaitu sebagai berikut:
��
���
��
���
=�
2
i
2
i
iS
S-1
1)-(k
kr
Keterangan :
ir = reliabilitas instrumen
k = mean kudrat antara subjek
41
� 21S = mean kuadrat kesalahan
S 21 = varian total
Dengan taraf signifikasi 5%, suatu alat ukur dikatakan reliabel, apabila
r hitung > r tabel . Hasil perhitungan r i dikonsultasikan dengan harga kategori
nilai r.
I. Teknik Analisis Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket tertutup dimana jawaban atas pertanyaan telah
disediakan oleh peneliti sehingga responden cukup menandai salah satu
alternatif jawaban yang telah disediakan.
Dari jawaban yang telah diberikan tadi maka peneliti dapat mengetahui
pemahaman dan praktek guru terhadap pendidikan multikultural dalam
pembelajaran di sekolah. Untuk kepentingan pengukuran variabel digunakan
ukuran Skala Likert.
1. Variabel Pemahaman
Variabel pemahaman menggunakan alternatif jawaban Benar (B) dan
Salah (S). Alternatif jawaban positif, Benar (B) diberi bobot 1 dan Salah
(S) diberi bobot 0. Sedangkan alternatif jawaban negatif, Benar (B) diberi
bobot 0 dan Salah (S) diberi bobot 1.
42
2. Variabel Praktik
Variabel praktik menggunakan alternatif jawaban positif sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) diberi bobot 5
Setuju (S) diberi bobot 4
Ragu-ragu (RR) diberi bobot 3
Tidak Setuju (TS) diberi bobot 2
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi bobot 1
Sedangkan alternatif jawaban negatif sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) diberi bobot 1
Setuju (S) diberi bobot 2
Ragu-ragu (RR) diberi bobot 3
Tidak Setuju (TS) diberi bobot 4
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi bobot 5
Kemudian data hasil penelitian dianalisis menggunakan Penilaian
Acuan Patokan (PAP) tipe II (Masidjo, 1995: 157) dengan perhitungan
sebagi berikut:
Tabel III.2
Penilaian Acuan Patokan Tipe II
Tingkat Pemahaman dan
Praktik Pendidikan
Kriteria
81% - 100%
66% - 80%
56% - 65%
46% - 55%
Di bawah 46%
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Buruk
Sangat Buruk
43
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Kota Surakarta
1. Letak dan luas wilayah
a. Letak wilayah
Secara geografis Kota Surakarta terletak diantara 1100 45’ 15” –
1100 45’ 35” Bujur Timur dan 70
0 36” – 70
0 56” Lintang Selatan.
Batas-batas wilayah Kota Surakarta adalah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Boyolali
2) Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten
Karanganyar
3) Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
4) Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten
Karanganyar
b. Luas wilayah
Luas wilayah Kota Surakarta adalah + 44,040 km2 Secara
administrasi terdiri dari 5 wilayah kecamatan dan 51 kelurahan.
Pembagian wilayah administrasi Kota Surakarta dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
44
Tabel IV.1
Pembagian Wilayah Administrasi Kota Surakarta
Banyaknya No Kecamatan
Kelurahan RW RT
Jumlah
Penduduk
Tingkat
Kepadatan
per km2
1 Banjarsari 13 167 832 152.413 10.29
2 Jebres 11 145 605 128.359 10.20
3 Pasar Kliwon 9 100 424 75.346 15.648
4 Serengan 7 75 332 46.764 14.660
5 Laweyan 11 105 451 86.901 10.20
Sumber : Pemerintah Kota Surakarta 2004
2. Topografi
Menurut topografi, Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai
Kota Solo, merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan
lereng pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian
sekitar 92 meter diatas permukaan air laut. Kota Surakarta dibelah dan
dialiri oleh 3 (tiga) buah Sungai besar yaitu Bengawan Solo, Kali Jenes,
dan Kali Pepe.
Kota Surakarta mempunyai suhu udara maksimum 32,5 derajad
Celcius, sedang suhu udara minimum adalah 21,9 derajad Celcius. Rata-
rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75%.
Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240 derajad. Kota Surakarta
beriklim tropis, sedang musim penghujan dan kemarau bergantian
sepanjang 6 bulan tiap tahunnya.
45
3. Visi dan Misi Kota Surakarta
a. Visi Kota Surakarta
Terwujudnya Kota Solo sebagai kota budaya yang bertumpu pada
potensi perdagangan, jasa, pendidikan, pariwisata dan olahraga.
b. Misi Kota Surakarta
Misi Kota Surakarta adalah sebagai berikut :
1) Revitalisasi kemitraan dan partisipasi seluruh komponen
masyarakat dalam semua bidang pembangunan, serta perekatan
kehidupan bermasyarakat dengan komitmen cinta kota yang
berdasarkan pada nilai-nilai “SALA KOTA BUDAYA”
2) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan dalam penguasaan dan pendayaan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, guna mewujudkan inovasi dan integritas
masyarakat madani yang mendasarkan kepada KeTuhanan Yang
Maha Esa.
3) Mengembangkan seluruh kekuataan ekonomi yang berdaya saing
tinggi serta mendayagunakan potensi wisata dan teknologi terapan
yang akrab lingkungan.
4) Membudayakan peran dan fungsi hukum, pelaksanaan hak-hak
Asasi Manusia dan Demokratisasi bagi seluruh elemen masyarakat
utamanya penyelenggara Pemerintah.
46
4. Sejarah Kota Surakarta
Sejarah kelahiran Kota Surakarta (Solo) dimulai pada masa
pemerintahan Raja Paku Buwono II di Kraton Kartosuro. Pada masa itu
terjadi pemberontakan Mas Garendi (Sunan Kuning) dibantu kerabat-
kerabat Keraton yang tidak setuju dengan sikap Paku Buwono II yang
mengadakan kerjasama dengan Belanda. Salah satu pendukung
pemberontakan ini adalah Pangeran Sambernyowo (RM Said) yang
merasa kecewa karena daerah Sukowati yang dulu diberikan oleh keraton
Kartosuro kepada ayahandanya dipangkas. Karena terdesak, Paku Buwono
mengungsi kedaerah Jawa Timur (Pacitan dan Ponorogo).
Dengan bantuan pasukan Kumpeni dibawah pimpinan Mayor Baron
Van Hohendrof serta Adipati Bagus Suroto dari Ponorogo pemberontakan
berhasil dipadamkan. Setelah tahu Keraton Kartosuro dihancurkan Paku
Buwono II lalu memerintahkan Tumenggung Tirtowiguno, Tumenggung
Honggowongso, dan Pangeran Wijil untuk mencari lokasi ibu kota
Kerajaan yang baru.
Pada tahun 1745, dengan berbagai pertimbangan fisik dan
supranatural, Paku Buwono II memilih desa Sala sebuah desa di tepi
sungai Bengawan Solo sebagai daerah yang terasa tepat untuk
membangun istana yang baru. Sejak saat itulah, desa sala segera berubah
menjadi Surakarta Hadiningrat.
Melihat perjalanan sejarah tersebut, nampak jelas bahwa
perkembangan dan dinamika Surakarta (Solo) pada masa dahulu sangat
47
dipengaruhi selain oleh Pusat Pemerintahan dan Budaya Keraton
(Kasunanan dan Mangkunegaran), juga oleh kolonialisme Belanda
(Benteng Verstenberg). Sedangkan pertumbuhan dan persebaran ekonomi
melalui Pasar Gedhe (Hardjonagoro).
Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintah Kota Surakarta.
Secara de facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota
Surakarta yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri,
sekaligus menghapus kekuasaan Kerajaan Kasunanan dan
Mangkunegaran. Secara yuridis Kota Surakarta terbentuk berdasarkan
penetapan Pemerintah tahun 1946 Nomor 16/SD, yang diumumkan pada
tanggal 15 Juli. Dengan berbagai pertimbangan faktor-faktor historis
sebelumnya, tanggal 16 Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi Pemerintah
Kota Surakarta. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagai
Negara, selanjutnya dalam perkembangannya Surakarta telah memenuhi
standar kriteria sebagai Daerah Otonom berdasarkan UU No.16 Tahun
1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota besar dalam lingkuangan
Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa
Yogyakarta yang disebut dengan Daerah Kota Madya Surakarta.
Kemudian berdasarkan UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintah Di Daerah. Kotamadya Surakarta disebut Daerah Tingkat II
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
sebagai Kota Surakarta.
48
5. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Surakarta 505.153 jiwa (Data Statistik Tahun
2004). Pada siang hari jumlah bertambah 2 kali lipat bahkan lebih karena
banyaknya penglaju dari daerah-daerah sekitar Kota Surakarta untuk
melakukan berbagai kegiatan. Di sisi laian Kota Surakarta sendiri
mempunyai masalah masalah demografi yang tidak sederhana yaitu
persebaran penduduk yang tidak merata. Di bagian selatan kota tingkat
kepadatan sangat tinggi, sementara di bagian utara tingkat kepadatannya
relatif lebih rendah. Tingkat kepadatan menurut kecamatan di Kota
Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel IV.2
Tingkat kepadatan dan jumlah penduduk menurut Kecamatan
Kota Surakarta
Kecamatan Tingkat Kepadatan Jumlah
Penduduk
Kecamatan Pasar Kliwon 15.648 jiwa per km2 75.346 jiwa
Kecamatan Serengan 14.660 jiwa per km2 46.764 jiwa
Kecamatan Banjarsari 10.29 jiwa per km2 152.413 jiwa
Kecamatan Jebres 10.20 jiwa per km2 128.359 jiwa
Kecamatan Laweyan 10.20 jiwa per km2 86.901 jiwa
Sumber : Pemerintah Kota Surakarta 2004
B. Gambaran Umum Sekolah-Sekolah di Kota Surakarta
1. Sekolah Menengah Pertama di Kota Surakarta
Di Kota Surakarta terdapat 79 Sekolah Menengah Pertama (SMP),
yang terdiri dari SMP Negeri, SMP Swasta, dan MTs yang berada di
bawah pimpinan Dinas Pendidikan Kota Surakarta. Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri berjumlah 27 sekolah, Sekolah Menengah Pertama
49
(SMP) Swasta berjumlah 45 sekolah, dan 7 MTs. Jika diamati, jumlah
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri lebih sedikit daripada Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Swasta dan MTs. Adapun data jumlah SMP di
Kota Surakarta dapat dilihat pada lampiran.
2. Perkembangan Pendidikan di Kota Surakarta
Pendidikan merupakan investasi sunber daya manusia yang
berhubungan dengan kebutuhan siswa sebagai manusia sebagai
stakeholder pendidikan. Gambaran peran nyata pendidikan tampak dengan
adanya penunjang pendidikan. Perkembangan pendidikan di Kota
Surakarta juga dipengaruhi oleh faktor penunjang pendidikan.
Perkembangan pendidikan di Kota Surakarta dapat di lihat dari jumlah
sekolah, siswa, kelas, dan jumlah guru yang ada serta berbagai jenis usaha
penunjang pendidikan.
Kemajuan suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh mutu pendidikan
penduduknya. Beberapa faktor utama yang mendukung penyelenggaraan
pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah tersedianya
sekolah dengan sarana dan prasarana yang memadai. Di Kota Surakarta,
perkembangan pendidikan terlihat dari semakin meningkatnya sekolah-
sekolah baik SD, SMP, SMU, dan SMK. Peningkatan perkembangan
jumlah sekolah dapat dilihat pada tabel berikut :
50
Tabel IV.3
Perkembangan Jumlah Sekolah untuk SD, SMP, SMU, dan SMK
Negeri dan Swasta di Kota Surakarta Tahun 2005/2006-2006/2007
No. Tahun SD SMP SMU SMK
1. 2005/2006 281 71 41 42
2. 2006/2007 275 71 41 40
Sumber : Dinas Dikpora Kota Surakarta Tahun 2006
Peningkatan jumlah sekolah yang dibangun di Kota Surakarta
disesuaikan dengan semakin meningkatnya jumlah kelas dari tahun
ketahun.
Tabel IV.4
Perkembangan Jumlah Kelas untuk SD, SMP, SMU, dan SMK
Negeri dan Swasta di Kota Surakarta Tahun 2005/2006-2006/2007
No. Tahun SD SMP SMU SMK
1. 2005/2006 1972 895 558 610
2. 2006/2007 8337 924 563 883
Sumber : Dinas Dikpora Kota Surakarta Tahun 2006
Peningkatan jumlah kelas yang dibangun di Kota Surakarta
disesuaikan dengan semakin meningkatnya jumlah anak sekolah dari tahun
ketahun. Perkembangan jumlah siswa di Kota Surakarta dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel IV. 5
Perkembangan Jumlah Siswa SD, SMP, SMU, dan SMK Negeri
dan Swasta di Kota Surakarta Tahun 2005/2006 – 2006/2007
No. Tahun SD SMP SMU SMK
1. 2005/2006 64340 34445 20442 21159
2. 2006/2007 64301 34847 20083 20202
Sumber : Dinas Dikpora Kota Surakarta Tahun 2006
Peningkatan jumlah siswa tidak terlepas dari peran dari guru. Tenaga
kependidikan yang profesional akan mendorong peningkatan mutu
51
pendidikan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota
Surakarta, jumlah guru di Kota Surakarta sebanyak 6154 guru.
Pengelompokan guru-guru berdasarkan status, dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel IV.6
Kelompok Guru Menurut Statusnya
No. Status Jumlah
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3439
2. Non PNS 3824
Jumlah 7263
Sumber : Dinas Dikpora Kota Surakarta Tahun 2006
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa guru di Kota Surakarta paling
banyak berstatus Non Pegawai Negeri Sipil (3824), kemudian berstatus
Pegawai Negeri Sipil (3439).
Faktor pendukung dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
berkaitan dengan tersedianya ruang kelas yang mendukung untuk
menunjang keberhasilan pendidikan. Di bawah ini akan disajikan kondisi
ruang sekolah di Kota Surakarta:
Tabel IV.7
Kondisi Ruang Kelas Sekolah di Kota Surakarta Tahun 2006
Ruang Kelas Jenjang
Baik Rusak Berat Rusak Ringan
SD 1240 443 208
SMP 903 55 20
SMA 591 4 3
SMK 579 40 7
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Surakarta Tahun 2006
52
Dari 27 Sekolah Menengah Pertama Negeri Kota Surakarta, peneliti
mengambil 50% dari total sampel sehingga di dapat sampel sebanyak 14
sekolah. Berikut ini adalah nama-nama ke-14 sekolah tersebut :
Tabel IV. 8 Nama SMP di Kota Surakarta sebagai Sampel Penelitian
No. Nama SMP
1. SMP Negeri 6
2. SMP Negeri 7
3. SMP Negeri 8
4. SMP Negeri 10
5. SMP Negeri 13
6. SMP Negeri 14
7. SMP Negeri 16
8. SMP Negeri 18
9. SMP Negeri 20
10. SMP Negeri 21
11. SMP Negeri 24
12. SMP Negeri 25
13. SMP Negeri 26
14. SMP Negeri 27
C. Deskripsi Responden
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden dalam penelitian ini adalah guru bidang studi mata
pelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama Negeri yang berjumlah 42
responden. Berikut ini akan disajikan tabel yang memuat uraian tentang
deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin :
53
Tabel IV.9
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 24 57%
Perempuan 16 38%
Tidak mengisi 2 5%
Jumlah 42 100%
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, 2007
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa responden terbanyak dari laki-
laki 24 orang (57%), sedangkan responden perempuan berjumlah 16 orang
(38%) dan sisanya 2 orang (5%) tidak mengisi identitas.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Studi
Karakteristik responden berdasarkan bidang studi akan dijelaskan
dalam tabel berikut :
Tabel IV.10
Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Studi
Bidang Studi Jumlah Persentase
Ekonomi 12 29
Sejarah 14 33
Geografi 13 31
Tidak Mengisi 3 7
Jumlah 42 100%
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, 2007
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa responden terbanyak adalah
guru yang mengampu bidang studi Sejarah 14 orang (33%), responden
bidang studi Geografi 13 orang (31%) sedangkan Ekonomi 12 orang
(29%), dan responden yang tidak mengisi 3 (7%).
54
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan latar belakang pendidikan akan
dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel IV.11
Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang
Pendidikan
Latar Belakang Pendidikan Jumlah Persentase
S1 32 76%
D3 6 14%
D2 1 3%
Tidak Mengisi 3 7%
Jumlah 42 100%
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, 2007
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa responden terbanyak adalah
guru yang berlatar belakang pendidikan S1 32 orang (76%), responden
berlatar belakang pendidikan D3 6 orang (14%) sedangkan responden
berlatar belakang pendidikan D2 1 orang (3%), dan responden yang tidak
mengisi 3 orang (7%).
55
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pengujian Instrumen
Dalam penelitian ini, telah dibagikan kuesioner kepada 42 responden di 14
Sekolah Menengah Pertama di Kota Surakarta. Dari 42 kuesioner yang
dibagikan semuanya kembali, artinya responrate dari responden adalah 100%.
Dari kuesioner tersebut dilakukan pengujian validitas dan reliabitas untuk
mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas kuesioner.
1. Pengujian Validitas
Syarat suatu instrumen penelitian adalah harus mampu mengukur apa
yang diinginkan, sehingga dapat mengungkap data variabel yang diteliti
secara tepat (validitas), dan taraf sampai dimana suatu instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (reliabilitas).
Dalam melakukan analisis statistik digunakan bantuan komputer
program SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 12.0 for
windows. Untuk mengukur tingkat validitas digunakan rumus Korelasi
Product Moment. Dari hasil perhitungan � = 0,05 diperoleh r tabel sebesar
0, 304. Dalam menentukan setiap butir instrumen valid atau tidak valid,
maka dibandingkan antara r tabel dengan r hitung , apabila r tabel > r hitung maka
butir instrumen dinyatakan tidak valid dan sebaliknya apabila r tabel < r hitung
maka butir instrumen tersebut dinyatakan valid. Hasil pengujian validitas
menunjukkan bahwa dari 47 butir soal, dinyatakan valid.
56
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini berdasarkan
variabel pemahaman nilai demokrasi dalam pembelajaran multikultural
yang dilaksanakan guru adalah sebagai berikut:
Tabel V.1
Validitas Variabel Pemahaman Nilai Demokrasi dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru
No Butir r tabel r hitung Kesimpulan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,619
0,580
0,481
0,517
0,676
0,569
0,580
0,562
0,382
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber : Pengujian Validitas, 2007 (Lampiran III, halaman 104)
Dari hasil pengujian vaiditas pada tabel di atas diperoleh r tabel < r hitung
dari 9 butir soal dinyatakan valid semua.
Hasil uji validitas dari variabel pemahaman nilai humanisme dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan guru adalah sebagai berikut:
Tabel V.2
Validitas Variabel Pemahaman Nilai Humanisme dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru
No Butir r tabel r hitung Kesimpulan
10
11
12
13
14
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,456
0,539
0,428
0,537
0,539
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber : Pengujian Validitas, 2007 (Lampiran III, halaman 105)
57
Dari hasil pengujian validitas pada tabel di atas diperoleh r tabel < r hitung
dari 5 butir soal dinyatakan valid semua.
Hasil uji validitas dari variabel pemahaman nilai pluralisme dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan guru adalah sebagai berikut:
Tabel V.3
Validitas Variabel Pemahaman Nilai Pluralistik dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru
No Butir r tabel r hitung Kesimpulan
15
16
17
18
19
20
21
22
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,358
0,585
0,510
0,355
0,393
0,464
0,442
0,355
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber : Pengujian Validitas, 2007 (Lampiran III, halaman 107)
Dari hasil pengujian validitas pada tabel di atas diperoleh r tabel < r hitung
dari 8 butir soal dinyatakan valid semua.
Hasil uji validitas dari variabel praktik nilai demokrasi dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan guru adalah sebagai berikut:
58
Tabel V.4
Validitas Variabel Praktik Nilai Demokrasi dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru
No Butir r tabel r hitung Kesimpulan
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,358
0,523
0,489
0,467
0,635
0,575
0,410
0,456
0,442
0,465
0,511
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber : Pengujian Validitas, 2007 (Lampiran III, halaman 109)
Dari hasil pengujian validitas pada tabel di atas diperoleh r tabel < r hitung
dari 11 butir soal dinyatakan valid semua.
Hasil uji validitas dari variabel praktik nilai humanistik dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan guru adalah sebagai berikut:
Tabel V.5
Validitas Variabel Praktik Nilai Humanistik dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru
No Butir r tabel r hitung Kesimpulan
34
35
36
37
0,304
0,304
0,304
0,304
0,452
0,555
0,592
0,485
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber : Pengujian Validitas, 2007 (Lampiran III, halaman 110)
Dari hasil pengujian validitas pada tabel di atas diperoleh r tabel < r hitung
dari 4 butir soal dinyatakan valid semua.
Hasil uji validitas dari variabel praktik nilai pluralistik dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan guru adalah sebagai berikut:
59
Tabel V.6
Validitas Variabel Praktik Nilai Pluralistik dalam Pembelajaran
Multikultural yang Dilaksanakan Guru
No Butir r tabel r hitung Kesimpulan
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,438
0,478
0,448
0,353
0,418
0,531
0,571
0,329
0,442
0,351
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber ; Pengujian Validitas, 2007 (Lampiran III, halaman 112)
Dari hasil pengujian validitas pada tabel di atas diperoleh r tabel < r hitung
dari 10 butir soal dinyatakan valid semua.
2. Pegujian Reliabilitas
Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mnegetahui taraf kepercayaan
dari suatu instrumen. Pengukuran terhadap reliabilitas menggunakan
rumus Alpha Cronbach. Hasil perhitungan reliabilitas dapat dijelaskan
melalui tabel berikut ini :
60
Tabel V.7
Reliabilitas Instrumen
Variabel r tabel � Kesimpulan
Pemahaman Nilai Demokrasi
dalam pembelajaran multikultural
yang dilaksanakan guru
0,304 0,819 Reliabel
Pemahaman Nilai Humanisme
dalam pembelajaran multikultural
yang dilaksanakan guru
0,304 0,720 Reliabel
Pemahaman Nilai Pluralisme
dalam pembelajaran multikultural
yang dilaksanakan guru
0,304 0,725 Reliabel
Praktik Nilai Demokrasi dalam
pembelajaran multikultural yang
dilaksanakan guru
0,304 0,799 Reliabel
Praktik Nilai Humanistik dalam
pembelajaran multikultural yang
dilaksanakan guru
0,304 0,715 Reliabel
Praktik Nilai Pluralistik dalam
pembelajaran multikultural yang
dilaksanakan guru
0,304 0,762 Reliabel
Sumber : Pengujian Reliabilitas, 2007 (Lampiran III, halaman 103-111)
B. Analisis Data
1. Pemahaman dan Praktik Pembelajaran Nilai Demokrasi dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru
a. Pemahaman Nilai Demokrasi dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
Untuk data pemahaman nilai demokrasi dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan guru, skor tertinggi dan skor terendah
yang mungkin dicapai adalah :
Skor tertinggi yang diharapkan 9 X 1 = 9
Skor terendah yang mungkin dicapai 9 X 0 = 0
61
Penentuan kategori pemahaman nilai demokrasi dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan guru, dilakukan
berdasarkan pedoman Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II
(Masidjo, 1995 : 157), dapat ditentukan sebagai berikut :
Pembulatan
81 % X 9 = 7,29 7
66 % X 9 = 5,94 6
56 % X 9 = 5,04 5
46 % X 9 = 4,14 4
Di bawah 46
Tabel V. 8
Pemahaman Nilai Demokrasi dalam Pembelajaran Multikultural
yang Dilaksanakan Guru
Skor Frekuensi Persentase Kriteria
7 35 83% Sangat Baik
6 2 5% Baik
5 - - Cukup Baik
4 1 2% Buruk
Dibawah 3 4 10% Sangat Buruk
Jumlah 42 100%
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, 2007 (Lampiran II,halaman 94)
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 35 (83%) responden
menyatakan bahwa pemahaman nilai demokrasi dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan guru sangat baik, 2 (5%) responden
menyatakan baik, tidak ada responden menyataknan cukup baik, 1
(2%) responden menyatakan buruk, dan 4 (10%) responden
menyatakan sangat buruk. Dengan mengacu pada tabel di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pemahaman nilai demokrasi dalam
62
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan guru dengan sangat
baik.
b. Praktik Nilai Demokrasi dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
Untuk data praktik nilai demokrasi dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan guru, skor tertinggi dan skor terendah
yang mungkin dicapai adalah :
Skor tertinggi yang diharapkan 11 X 5 = 55
Skor terendah yang mungkin dicapai 11 X 1 = 11
Penentuan kategori praktik nilai demokrasi dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan guru, dilakukan berdasarkan pedoman
Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II (Masidjo, 1995 : 157), dapat
ditentukan sebagai berikut :
Pembulatan
81 % X 55 = 44,55 45
66 % X 55 = 36,3 36
56 % X 55 = 30,8 31
46 % X 55 = 25,3 25
Di bawah 46
63
Tabel V. 9
Praktik Nilai Demokrasi dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
Interval Frekuensi Persentase Kriteria
45 – 55 8 19% Sangat Baik
36 – 44 29 69% Baik
31 – 35 3 7% Cukup Baik
25 – 30 - - Buruk
Dibawah 24 2 5% Sangat Buruk
Jumlah 42 100%
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, 2007 (Lampiran II, halaman 97)
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 8 (19%) responden
menyatakan bahwa praktik nilai demokrasi dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan guru dengan sangat baik, 29 (69%)
responden menyatakan baik, 3 (7%) responden menyatakan cukup
baik, tidak ada responden yang menyatakatan buruk, dan 2 (5%)
responden menyatakan sangat buruk. Dengan mengacu pada tabel di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa praktik nilai demokrasi dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan guru dengan baik.
2. Pemahaman dan Praktik Pembelajaran Nilai Humanistik dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru
a. Pemahaman Nilai Humanisme dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
Untuk data pemahaman nilai humanisme dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan guru, skor tertinggi dan skor terendah
yang mungkin dicapai adalah :
64
Skor tertinggi yang diharapkan 5 X 1 = 5
Skor terendah yang mungkin dicapai 5 X 0 = 0
Penentuan kategori pemahaman nilai humanisme dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan guru, dilakukan
berdasarkan pedoman Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II
(Masidjo, 1995 : 157), dapat ditentukan sebagai berikut :
81 % X 5 = 4,05
66 % X 5 = 3,3
56 % X 5 = 2,8
45 % X 5 = 2,3
Di bawah 46
Tabel V. 10
Pemahaman Nilai Humanisme dalam Pembelajaran Multikultural
yang Dilaksanakan Guru
Skor Frekuensi Persentase Kriteria
4,05 – 5 35 83% Sangat Baik
3,3 – 4 2 5% Baik
2,8 – 3,2 4 10% Cukup Baik
2,3 – 2,7 - - Buruk
Dibawah 2,2 1 2% Sangat Buruk
Jumlah 42 100%
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, 2007 (Lampiran II,halaman 95)
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 35 (83%) responden
menyatakan bahwa pemahaman nilai humanisme dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan guru sangat baik, 2 (5%) responden
menyatakan baik, 4 (10%) responden menyatakan cukup baik, tidak
ada responden yang menyatakan buruk, dan 1 (2%) responden
menyatakan sangat buruk. Dengan mengacu pada tabel di atas, maka
65
dapat disimpulkan bahwa pemahaman nilai humanisme dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan guru dengan sangat
baik.
b. Praktik Nilai Humanistik dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
Untuk data praktik nilai humanistik dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan guru, skor tertinggi dan skor terendah
yang mungkin dicapai adalah :
Skor tertinggi yang diharapkan 4 X 5 = 20
Skor terendah yang mungkin dicapai 4 X 1 = 4
Penentuan kategori praktik nilai humanistik dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan guru, dilakukan berdasarkan pedoman
Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II (Masidjo, 1995 : 157), dapat
ditentukan sebagai berikut :
Pembulatan
81 % X 20 = 16,2 16
66 % X 20 = 13,2 13
56 % X 20 = 11,2 11
46 % X 20 = 9,2 9 9
Di bawah 46
66
Tabel V. 11
Praktik Nilai Humanistik dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
Interval Frekuensi Persentase Kriteria
16 – 20 32 77% Sangat Baik
13 – 15 8 19% Baik
11 – 12 - - Cukup Baik
9 – 10 1 2% Buruk
Dibawah 8 1 2% Sangat Buruk
Jumlah 42 100%
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, 2007(Lampiran II, halaman 98)
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 32 (77%) responden
menyatakan bahwa praktik nilai humanistik dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan guru dengan sangat baik, 8 (19%)
responden menyatakan baik, tidak ada responden yang menyatakan
cukup baik, 1 (2%) responden menyatakan buruk, dan 1 (2%)
responden menyatakan sangat buruk.
Dengan mengacu pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
praktik nilai humanistik dalam pembelajaran multikultural yang
dilaksanakan guru dengan sangat baik.
3. Pemahaman dan Praktik Pembelajaran Nilai Pluralistik dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan Guru
a. Pemahaman Nilai Pluralisme dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
Untuk data pemahaman nilai pluralisme dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan guru, skor tertinggi dan skor terendah
yang mungkin dicapai adalah :
67
Skor tertinggi yang diharapkan 8 X 1 = 8
Skor terendah yang mungkin dicapai 8 X 0 = 0
Penentuan kategori pemahaman nilai pluralisme dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan guru, dilakukan
berdasarkan pedoman Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II
(Masidjo, 1995 : 157), dapat ditentukan sebagai berikut :
81 % X 8 = 6,48
66 % X 8 = 5,28
56 % X 8 = 4,48
46 % X 8 = 3,38
Di bawah 46
Tabel V. 12
Pemahaman Nilai Pluralisme dalam Pembelajaran Multikultural
yang Dilaksanakan Guru
Skor Frekuensi Persentase Kriteria
6 30 71% Sangat Baik
5 3 7% Baik
4 - - Cukup Baik
3 5 12% Buruk
Dibawah 2 4 10% Sangat Buruk
Jumlah 42 100%
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, 2007 (Lampiran II,halaman 96)
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 30 (71%) responden
menyatakan bahwa pemahaman nilai pluralisme dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan guru sangat baik, 3 (7%) responden
menyatakan baik, tidak ada responden yang menyatakan cukup baik, 4
(12%) responden menyatakan buruk, dan 4 (10%) responden
menyatakan sangat buruk. Dengan mengacu pada tabel di atas, maka
68
dapat disimpulkan bahwa pemahaman nilai pluralisme dalam
pembelajaran multikultural yang dilaksanakan guru dengan sangat
baik.
b. Praktik Nilai Pluralistik dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
Untuk data praktik nilai pluralistik dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan guru, skor tertinggi dan skor terendah
yang mungkin dicapai adalah :
Skor tertinggi yang diharapkan 10 X 5 = 50
Skor terendah yang mungkin dicapai 10 X 1 = 10
Penentuan kategori praktik nilai pluralistik dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan guru, dilakukan berdasarkan pedoman
Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II (Masidjo, 1995 : 157), dapat
ditentukan sebagai berikut :
81 % X 50 = 41
66 % X 50 = 33
56 % X 50 = 28
46 % X 50 = 23
Di bawah 46
69
Tabel V. 13
Praktik Nilai Pluralistik dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
Interval Frekuensi Persentase Kriteria
41 – 50 9 21% Sangat Baik
33 – 40 20 48% Baik
28 – 32 9 21% Cukup Baik
23 – 27 2 5% Buruk
Dibawah 22 2 5% Sangat Buruk
Jumlah 42 100%
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, 2007(Lampiran II, halaman 99)
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 9 (21%) responden
menyatakan bahwa praktik nilai pluralistik dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan guru dengan sangat baik, 20 (48%)
responden menyatakan baik, 9 (21%) responden menyatakan cukup
baik, 2 (5%) responden menyatakan buruk, dan 2 (5%) responden
menyatakan sangat buruk.
Dengan mengacu pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
praktik nilai pluralistik dalam pembelajaran multikultural yang
dilaksanakan guru dengan baik.
C. Pembahasan
1. Pemahaman dan Praktik Pembelajaran Nilai Demokrasi dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan oleh Guru
Hasil penelitian pemahaman nilai demokrasi menunjukkan bahwa 35
(83%) pemahaman nilai demokrasi dalam pembelajaran multikultural yang
dilaksanakan oleh guru sudah sangat baik. Tetapi masih ada guru yang
belum memahami nilai demokrasi dalam pembelajaran multikultural, hal
ini ditunjukkan dari hasil penelitian ada 4 (10%) guru menyatakan
70
pemahaman nilai demokrasi dengan sangat buruk. Pemahaman nilai
demokrasi dipahami oleh guru antara lain dengan pemahaman membangun
hak asasi manusia, pemahaman membangun sikap anti diskriminasi,
pemahaman memberi kebebasan berpendapat dan berkreatifitas dan
pemahaman menghargai perbedaan kemampuan.
Dalam pemahaman membangun hak asasi manusia, guru dapat
memahami bahwa setiap anak mempunyai hak memperoleh pendidikan
untuk masa depannya, guru juga paham bahwa setiap anak mempunyai
hak asasi pribadi yaitu hak untuk memeluk agama dan beribadah menurut
agama masing-masing, dan guru memahami bahwa semua siswa
mempunyai hak untuk mendapat pengayoman dan perlakuan yang sama di
sekolah.
Dalam pemahaman membangun sikap anti diskriminasi diwujudkan
guru antara lain dengan memberikan pelayanan pendidikan yang sama
tanpa dibedakan berdasarkan kontribusi orang tua siswa terhadap sekolah
sehingga guru dapat memahami bahwa setiap siswa mempunyai tingkat
martabat dan kedudukan yang sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Pemahaman memberi kebebasan berpendapat dan berkreatifitas, guru
dapat memahaminya dengan memahami bahwa siswa berhak untuk
berpendapat dalam segala aspek di sekolah, sehingga tidak ada larangan
bagi siswa untuk memberikan kritik dan saran demi kemajuan sekolah.
Pemahaman guru dalam menghargai perbedaan kemampuan,
diantaranya adalah dengan memahami bahwa setiap anak mempunyai daya
71
kreatifitas sesuai dengan bakat yang dimilikinya dan guru juga mengakui
adanya potensi yang sama dalam berekspresi pada masing-masing siswa.
Sedangkan, hasil penelitian praktik nilai demokrasi menunjukkan
bahwa 29 (69%) praktik nilai demokrasi dalam pembelajaran multikultural
yang dilaksanakan oleh guru sudah baik. Tetapi masih ada guru yang
belum mempraktikan nilai demokrasi dalam pembelajaran multikultural,
hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian ada 2 (5%) guru menyatakan
praktik nilai demokrasi dengan sangat buruk. Praktik nilai demokrasi
dilaksanakan oleh guru antara lain dengan praktik membangun hak asasi
manusia, praktik membangun sikap anti diskriminasi, praktik memberi
kebebasan berpendapat dan berkreatifitas, dan praktik menghargai
perbedaan kemampuan.
Dalam praktik membangun hak asasi manusia, guru dapat
melaksanakannya dengan mengambil keputusan memberi izin pada siswa
untuk meninggalkan kelas di luar ketentuan peraturan di sekolah, sebagai
contoh, seorang siswa yang sedang sakit atau sedang ada kepentingan
keluarga yang sangat mendesak, maka guru dapat memberikan hak kepada
siswa tersebut dengan mengambil keputusan memberikan izin untuk
beristirahat dan pulang ke rumah meskipun belum waktunya untuk
meninggalkan kelas. Praktik lain adalah saat pemilihan pengurus kelas,
seorang guru harus dapat memberikan hak memilih bagi semua siswa
untuk memilih pengurus kelas, selain hak untuk memilih, hak untuk
dipilih juga harus dapat diberikan guru bagi semua siswa. Contohnya saat
72
pemilihan ketua kelas, guru harus dapat berlaku adil dan bijaksana yaitu
dengan memberikan hak pilih bagi semua siswa termasuk juga siswa
perempuan sehingga hak pilih sebagai ketua kelas untuk siswa laki-laki
dan siswa perempuan sama.
Praktik membangun sikap anti diskriminasi meminta guru harus dapat
memposisikan diri secara netral, yang berarti bahwa tidak
mengistimewakan siswa yang dianggap mempunyai nilai lebih dari siswa
lain misalnya siswa yang seagama dengan kepercayaan guru, siswa yang
secara fizik menarik atau siswa yang mampu memberikan kontribusi yang
lebih kepada sekolah.
Dalam membangun praktik memberi kebebasan berpendapat dan
berkreatifitas, guru melaksanaknnya dalam proses pembelajaran yaitu
bekerjasama dan melibatkan siswa dalam membuat rancangan
pembelajaran, melibatkan siswa dalam kegiatan evalusi di kelas, sampai
menerapkan metode pembelajaran yang merupakan persetujuan dari semua
siswa.
Praktik menghargai perbedaan kemampuan, dilaksanakan guru antara
lain dengan tidak menghardik siswa yang mempunyai daya tangkap lambat
ketika menerima pelajaran sehingga guru perlu memberi kesempatan pada
siswa untuk bertanya dan mengulangi materi pelajaran apabila belum jelas.
Secara umum pemahaman dan praktik pembelajaran nilai demokrasi
dalam pembelajaran multikultural sudah dilaksanakan oleh guru. Praktik
pembelajaran nilai demokrasi di sekolah hanya dapat diwujudkan melalui
73
pemahaman yang baik mengenai nilai demokrasi dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan oleh guru. Guru harus dapat membangun
pengakuan atas hak asasi manusia yang merupakan dasar dari terwujudnya
demokrasi pendidikan. Seorang guru juga harus mampu untuk
membangun sikap demokratis, artinya dalam segala tingkah lakunya, baik
sikap maupun perkataannya, tidak diskrimintif yaitu bersikap tidak adil
atau menyinggung. Dengan demikian guru dapat dengan adil dan
bijaksana memberi kebebasan berpendapat dan berkreatifitas dengan tetap
menghargai perbedaan kemampuan masing-masing siswa.
2. Pemahaman dan Praktik Pembelajaran Nilai Humanistik dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan oleh Guru
Hasil penelitian pemahaman nilai humanisme menunjukkan bahwa 35
(83%) pemahaman nilai humanisme dalam pembelajaran multikultural
yang dilaksanakan oleh guru sudah sangat baik. Tetapi masih ada guru
yang belum memahami nilai humanisme dalam pembelajaran
multikultural, hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian ada 1 (2%) guru
menyatakan pemahaman nilai humanisme dengan sangat buruk.
Pemahaman nilai humanisme dipahami oleh guru antara lain dengan
pemahaman membangun toleransi dan pemahaman membangun kasih
sayang.
Pemahaman membangun toleransi dapat dipahami oleh guru dengan
melihat bahwa perbedaan atau keragaman sebagai kekayaan bukan hal
yang perlu ditakutkan, mengingat prinsip Bhineka Tunggal Ika yang
74
berarti berbeda-beda tapi tetap satu jua yang juga menggambarkan
keragaman dari masyarakat Indonesia. Dengan demikian seorang guru
dapat memahami bahwa segala macam fanatisme antara lain sukuisme dan
chauvinisme bertentangan dengan paham nasionalisme bangsa. Fanatisme
tidak memberikan tempat atau ruang untuk berdialog, fanatisme terhadap
kebudayaan dan agama atau golongan bertentangan dengan paham nilai
humanisme.
Dalam pemahaman membangun kasih sayang diwujudkan oleh guru
dengan mengembangkan dan menanamkan kasih sayang pada semua siswa
agar dapat mempribadi dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan, hasil penelitian praktik nilai humanistik menunjukkan
bahwa 32 (77%) praktik nilai humanistik dalam pembelajaran
multikultural yang dilaksanakan oleh guru sudah sangat baik. Tetapi masih
ada guru yang belum mempraktikan nilai humanistik dalam pembelajaran
multikultural, hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian ada 1 (2%) guru
menyatakan praktik nilai humanistik dengan sangat buruk. Praktik nilai
humanistik antara lain dengan praktik membangun toleransi dan praktik
membangun kasih sayang.
Dalam praktik membangun toleransi, diwujudkan oleh guru dengan
selalu membangun tali silaturahmi dengan siswa maupun dengan orang tua
siswa dan menanamkan paham nasionalis sehingga paham kecintaan yang
berlebihan pada suku atau paham sukuisme dapat diminimalkan.
75
Untuk praktik membangun kasih sayang, dalam proses pembelajaran
guru mendisiplinkan siswa dengan menciptakan suasana belajar mengajar
yang penuh rasa kekeluargaan sehingga kasih sayang antara guru dengan
siswa dapat terjalin dengan baik. Guru juga dengan senantiasa
mengajarkan pada siswa untuk menyelesaikan konflik dengan jalan
perdamaian, tidak menyimpan rasa dendam dan saling memaafkan.
Secara umum pemahaman dan praktik pembelajaran nilai humanistik
dalam pembelajaran multikultural sudah dilaksanakan oleh guru. Suatu
masyarakat akademis tidak akan bertahan apabila hanya dikuasai oleh
kemampuan intelektual tanpa dibarengi kemampuan untuk memahami
nilai humanisme.
Melalui pemahaman nilai humanisme dalam pembelajaran
multikultural yang baik, maka praktik pembelajaran nilai humanistik dapat
dengan baik pula dilaksanakan oleh guru. Di dalam pergaulan sehari-hari
di dalam masyarakat akademis, guru berkomunikasi dengan bermacam-
macam siswa dengan latar belakang sejarah dan kebudayaannya masing-
masing. Perbedaan-perbedaan tersebut perlu diketahui dan diapresiasi di
dalam komunikasi sehari-hari. Guru yang memahami dan dapat
mempraktikkan nilai humanistik adalah orang yang mempunyai
pandangan luas, yang tidak fanatik, memegang teguh pendiriannya tetapi
dapat mengakomodasikan perebedaan-perbedaan yang ada di dalam
pergaulan di sekolah. Maka, dengan pemahami dan mempraktikan nilai
76
humanistik, komunitas akademik akan menjadi terbuka karena kejernihan
berpikir oleh rasionalisme pemikiran yang lebih luas.
3. Pemahaman dan Praktik Pembelajaran Nilai Pluralistik dalam
Pembelajaran Multikultural yang Dilaksanakan oleh Guru
Hasil penelitian pemahaman nilai pluralisme menunjukkan bahwa 30
(71%) pemahaman nilai pluralisme dalam pembelajaran multikultural yang
dilaksanakan oleh guru sudah sangat baik. Tetapi masih ada guru yang
belum memahami nilai pluralisme dalam pembelajaran multikultural, hal
ini ditunjukkan dari hasil penelitian ada 4 (10%) guru menyatakan
pemahaman nilai pluralisme dengan sangat buruk. Pemahaman nilai
pluralisme dipahami oleh guru antara lain dengan pemahaman menghargai
keragaman bahasa, pemahaman menghargai keragaman agama,
pemahaman membangun sikap sensitif gender, pemahaman membangun
pemahaman kritis terhadap ketidakadilan dan perbedaan status, dan
pemahaman menghargai perbedaan umur.
Dalam pemahaman menghargai keragaman bahasa, guru
memahaminya dengan memberi kesempatan siswa untuk menggunakan
bahasa yang dipakai sehari-hari untuk menyampaikan pendapat dalam
kesempatan non-formal, dengan begitu guru sudah dapat memahami
bahwa dalam pemahaman nilai pluralisme tidak ada diskriminasi bahasa.
Pemahaman menghargai keragaman agama, dipahami oleh guru
dengan menyadari bahwa hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa merupakan hak pribadi paling hakiki dengan demikian setiap
77
siswa tidak perlu terikat pada keluarga dan sekolah dalam menentukan
agama yang akan dianut.
Untuk pemahaman membangun sikap sensitif gender, guru
membangun kesadaran peserta didik mengenal pentingnya menjunjung
tinggi kesetaraan gender, perbedaan jenis kelamin dalam kelas tidak
mengakibatkan peran antara siswa laki-laki dan perempuan.
Sedangkan untuk membangun pemahaman kritis terhadap
ketidakadilan dan perbedaan status, guru memahaminya diantaranya pada
saat pemilihan kepala sekolah, dalam memilih kepala sekolah harus
dengan bijaksana tanpa melihat kesesuaian dengan daerah asal, agama
maupun budaya mayoritas guru di sekolah. Contoh lain adalah pada saat
memberikan sanksi tegas kepada setiap siswa yang melakukan
kebohongan atau mencontek dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
dilakukan demi membangun sikap siswa untuk percaya diri dan
bertanggung jawab.
Dan dalam pemahaman menghargai perbedaan umur, guru
mewujudkannya dengan tidak memberikan batasan umur tertentu bagi
siswa yang akan masuk dan belajar di sekolah, apabila siswa tersebut
mempunyai kemauan dan kemampuan untuk belajar dengan sungguh.
Sedangkan, hasil penelitian praktik nilai pluralistik menunjukkan
bahwa 20 (48%) praktik nilai pluralistik dalam pembelajaran multikultural
yang dilaksanakan oleh guru sudah baik. Tetapi masih ada guru yang
belum mempraktikan nilai pluralistik dalam pembelajaran multikultural,
78
hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian ada 2 (5%) guru menyatakan
praktik nilai pluralistik dengan sangat buruk. Praktik nilai pluralisme
dilaksanakan oleh guru diantaranya dengan praktik menghargai keragaman
bahasa, praktik menghargai kergaman agama, praktik membangun sikap
sensitif gender, praktik membangun pemahaman kritis terhadap
ketidakadilan dan perbedaan status, dan praktik menghargai perbedaan
umur.
Dalam praktik menghargai keragaman bahasa, guru mempunyai
sensifitas yang tinggi terhadap masalah-masalah yang menyangkut adanya
diskriminasi bahasa yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas.
Contohnya, ketika mayoritas peserta didik menertawakan bahasa, dialek
dan aksen salah seorang siswa lain yang sedang mengungkapkan
pendapatnya di dalam kelas, maka guru harus mengambil tindakan dengan
menghentikan tindakan siswa yang sedang menertawakan temannya.
Selain itu, guru juga memberikan penjelasan bahwa menertawakan dialek
orang lain adalah sebuah tindakan yang tidak terpuji, apalagi di dalam
dunia akademis hal tersebut sangat dilarang.
Dalam praktik menghargai keragaman agama, guru dituntut untuk
menghormati kepercayaan siswa lain yaitu dengan memberikan ucapan
selamat hari raya besar agama lain meskipun agama tersebut berbeda
dengan agama guru, memberi kesempatan pada siswa untuk berdoa
menurut agama masing-masing sebelum atau sesudah pelajaran, dan
79
memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk melaksanakan waktu
ibadah menurut agamanya.
Guru melaksanakan praktik membangun sikap sensitif gender dengan
melibatkan siswa perempuan untuk menjadi ketua kelas, berangkat dari
kenyataan bahwa keterlibatan siswa perempuan masih sangat minim dalam
hal pemilihan pengurus kelas terutama ketua kelas. Sulitnya bagi siswa
perempuan untuk menjabat sebagai ketua kelas hal ini disebabkan oleh
adanya anggapan bahwa perempuan pada umumnya mempunyai
kemampuan yang lebih rendah dari siswa laki-laki dalm bidang
kepemimpinan. Sebagai seorang guru harus dapat memberikan penjelasan
kepada siswa bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan,
dimana antara laki-laki dan perempuan mempunyai harkat dan martabat
yang sama sebagai makhluk ciptaan Ilahi.
Sedangkan dalam melaksanakan praktik membangun pemahaman
kritis terhadap ketidakadilan dan perbedaan status, guru memberi sanksi
atau hukuman pada siswa yang melakukan kesalahan dengan adil dan
tidak melihat latar belakang keluarga siswa. Sebagai parktik membangun
perbedaan status, dengan menanamkan sikap peduli terhadap masyarakat
yang terpinggirkan secara ekonomi atau sosial salah satunya dengan
mengadakan acara bakti sosial.
Praktik lain bagi seorang guru misalnya, ketika ada penggusuran
terhadap perkampungan kumuh yang terletak tidak jauh dari sekolah,
seorang guru harus mampu menjelaskan keadaan tersebut secara objektif
80
dan kritis. Guru dapat menjelaskan kenapa sampai penggusuran, apa
dampak dari penggusuran itu, kenapa orang-orang yang tinggal di daerah
yan digusur tersebut kebanyakan orang miskin, apa yang seharusnya
dilakukan pemerintah terhadap para korban penggusuran tersebut,
tentunya akan bermanfaat dalam membentuk wacana dan pemahaman
siswa terhadap berbagai fenomena sosial yang ada di sekitar mereka.
Secara umum pemahaman dan praktik pembelajaran nilai pluralistik
dalam pembelajaran multikultural sudah dilaksanakan oleh guru.
Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia sangat beragam, hal ini diakui
sebagai kekuatan bangsa. Lambang negara Indonesia, Bhineka Tunggal
Ika merupakan suatu bukti akan nilai pluralisme. Dalam pluralisme
tersimpan budaya berupa beragam adat-istiadat, agama, dan kepercayaan,
serta bahasa yang berjenis-jenis.
Praktik nilai pluralistik tentu akan terlaksana dengan baik apabila nilai
pluralisme dapat dipahami dengan baik pula. Guru diharapkan mempunyai
sensifitas yang tinggi terhadap masalah-masalah yang menyangkut adanya
diskriminasi bahasa, agama, gender, perbedaan status, dan umur.
81
BAB VI
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemahaman nilai demokrasi dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik
(83%) dan praktik nilai demokrasi dalam pendidikan multikultural
dilaksanakan guru dengan baik (69%). Pemahaman dan praktik nilai
demokrasi dengan membangun hak asasi manusia (HAM), membangun
sikap anti diskriminasi, memberi kebebasan berpendapat dan
berkreatifitas, dan menghargai perbedaan kemampuan bagi masing-masing
siswa di sekolah.
2. Pemahaman nilai humansime dilaksanakan guru dengan sangat baik (83%)
dan praktik nilai humanistik dalam pendidikan multikultural dilaksanakan
oleh guru dengan baik (77%). Pemahaman dan praktik nilai humanistik
dengan membangun toleransi dan kasih sayang antara siswa dan orang tua
siswa.
3. Pemahaman nilai pluralisme dilaksanakan oleh guru dengan baik (71%)
dan praktik nilai pluralistik dalam pendidikan multikultural dilaksanakan
oleh guru dengan buruk (48%). Pemahaman dan nilai pluralistik dengan
memahami keragaman bahasa, menghargai keragaman agama,
membangun sikap kesetaraan gender, membangun pemahaman kritis
82
terhadap ketidakadilan dan perbedaan status, dan meghargai perbedaan
umur siswa di sekolah.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, ada beberapa keterbatasan yan dihadapai oleh
penulis, yaitu :
1. Dalam penelitian ini, penulis hanya memakai responden guru yang
mengampu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang meliputi
pelajaran Ekonomi, Geografi, dan Sejarah, padahal sekarang mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terpadu dimana guru mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial dituntut untuk dapat juga mengajarkan pelajaran
Ekonomi, Geografi, dan Sejarah sekaligus.
2. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan instrumen
kuesioner dan wawancara secara tidak terstruktur, sehingga data yang
diperoleh kurang lengkap.
3. Pengisian kuesioner dilakukan secara tidak bersama pada waktu yang
sama, karena penulis meninggalkan kuesioner di sekolah dan baru
beberapa hari kemudian diambil. Hal tersebut disebabkan keterbatasan
waktu penulis sehingga ada responden yang mengisi kuesioner dengan
sungguh-sungguh, tetapi ada responden yang mengisi kuesioner dengan
tidak sungguh-sungguh. Dengan demikian, keberhasilan hasil penelitian
ini sangat tergantung pada keseriusan dan kejujuran responden dalam
mengisi kuesioner.
83
4. Luasnya wilayah di Kota Surakarta dan sulitnya menghubungi humas dan
kepala sekolah karena tidak selalu berada di tempat, menyebabkan proses
pencarian data menjadi lambat.
5. Proses pembuatan surat izin penelitian yang cukup lama, karena lokasi
penelitian dan domisili penulis berbeda sehingga harus mengurus surat
izin penelitian secara lintas provinsi.
6. Keterbatasan dari penulis yaitu keterbatasa dana sehingga penulis tidak
mampu memenuhi sekolah yang mengharapkan dana.
7. Tidak menggunakan metode triangulasi, misalnya mencari informasi dari
pihak siswa.
C. Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, berikut akan dikemukakan
beberapa saran yang dapat diperhatikan oleh para guru bersama para
pemegang kebijakan dalam pendidikan dan pihak-pihak yang berminat
terhadap masalah ini :
1. Bagi Guru
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya kepada para
guru sebagai orang yang paling dekat dengan siswa disarankan untuk
memahami nilai-nilai utama yang terkandung dalam pendidikan
multikultural yaitu nilai demokrasi, humanisme, dan pluralisme, sehingga
dapat dipraktikan di hadapan para siswa. Melalui pemahaman yang baik
84
maka praktik nilai pendidikan multikultural akan dapat dilaksanakan
dengan baik pula.
Praktik nilai pluralistik belum dilaksanakan dengan baik oleh guru,
untuk dapat mempraktikan nilai pluralisme perlu diadakan kajian-kajian
untuk guru yaitu seperti seminar, pelatihan, lokakarya atau penelitian,
mengenai pendidikan multikultural terutama mengenai praktik nilai
pluralistik muatan untuk nilai pluralisme antara lain yaitu menghargai
keragaman bahasa, menghargai keragaman agama, membangun sikap
kesetaraan gender, membangun pemahaman kritis terhadap ketidakadilan
dan perbedaan status serta menghargai perbedaan umur. Dengan demikian
diharapkan pemahaman dan praktik nilai pendidikan multikultural
senantiasa dapat dipahami, dipraktikan dalam perilaku di sekolah maupun
aktifitas keseharian.
2. Bagi Dinas Pendidikan
Berkaitan dengan usaha mentransmisikan nilai-nilai multikultural di
sekolah, hendaknya disediakan suatu pendukung ketercapaian pendidikan
multikultural seperti seminar, pelatihan, lokakarya atau penelitian untuk
guru, tentang efektifitas strategi dan konsep pendidikan multikultural. Hal
ini dapat melalui penulisan buku pendidikan multikultural yang lebih
spesifik seperti manajemen pendidikan multikultural, administrasi
pendidikan multikultural, kurikulum pendidikan multikultural, strategi
belajar mengajar multikultural dan kajian-kajian pendidikan multikultural
yang lebih spesifik, seperti di beberapa negara Asia, Eropa maupun
85
Amerika yang telah mempunyai program studi pendidikan multikultural
yaitu pendirian pusat studi pendidikan multikultural pada fakultas ilmu
pendidikan.
3. Bagi peneliti lain
Penulis menyarankan perlu peneliti lain yang dapat mengembnagkan
penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis hanya memakai responden
guru mata pelajaran IPS. Sebaiknya untuk peneliti berikutnya, melibatkan
responden guru untuk semua mata pelajaran di sekolah seperti IPA, PKn,
Agama, Bahasa, maupun Ketrampilan, juga melakukan penelitian pada
tingkat pendidikan yang lebih tinggi seperti pada siswa SMU atau
Universitas, sehingga dapat ditemukan hasil yang lebih optimal dan bisa
digeneralisasikan pada wilayah yang lebih luas.
86
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Asdi Mahatsya
Azra, Azyumardi. 2003. Pendidikan Multikultural (Membangun Kembali
Indonesia Bhinneka Tunggal Ika). Diakses dari
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0701/12/opini/3232252.htm pada
tanggal 28 Oktober 2007
Grafura, Lubis. 2007. Pembelajaran Berbasis Multikultural. Diakses dari
http://lubusgrafura.wordpress.com pada tanggal 25 Oktober 2007
Hanurawan, Fattah. 1994. Sikap Guru Terhadap Peran Pengajaran Kajian
Multikultural dalam Mengurangi Prasangka Siswa. Jurnal Ilmu
Pendidikan. Agustus, Jilid 4, No.3. hal. 131-137
Humanisme. Diakses pada http://bruderfic.or.id./h-60/pendidikan_yang
_humanis.htm pada tanggal 14 Mei 2007
Lie, Anita. 2006. Mengembangkan Model Pendidikan Multikultural. Diakses dari
http://www.kompas.com/cetak/0609/01/opnini/292517htm pada tanggal
29 Oktober 2007
Mahfud, Choirul. 2006. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius
Mellville,C dan M. Rose. 2004. Translating Difference:a Debate About
Multiculturalism. Diakses pada
http://opendemocracy.net/content/articles/PDF/1991 pada tanggal 25
Oktober 2007
Mustaqa, Khoirul. Paradigma Multikultural. Diakses dari
http://www.republika.co.id/suplemmen/cetak_detail.asp?172153.htm pada
tanggal 25 Oktober 2007
Pengertian Demokrasi. Diakses pada http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi pada
tanggal 14 Mei 2007.
Polemik Pluralisme di Indonesia. Diakses dari
http://id.wikipedia.org/wiki/polemik_pluralism.id pada tanggal 14 Mei
2007
87
Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta
Rismiati, Catur. 2007. Kurikulum: Kurikulum Berbasis Kompetensi dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Disampaikan dalam Pembekalan
PPL II Program Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP, Universitas Sanata
Dharma
Salamah, Husniyatus. Upaya Membangun Keberagaman Inklusif di Sekolah.
Diakses dari
http://www.ditpertais.net/annualconference/ancon06/makalah%20%20hus
niyatus%20salamah.doc pada 20 Oktober 2007
Sidharta, B. Rahardjo.1995. Multikulturalism: Membangun Harmoni Masyarakat
Plural. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
Sugiono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suparno, Paul. Pendidikan Multikultural. Diakses dari
http://www.republika.co.id/suplemmen/cetak_detail.asp?172153.htm pada
tanggal 25 Oktober 2007
Suyanto. 2004. Mobilitas Horizontal bagi Guru Bermutu. Diakses dari
http://pascasarjana _stiami.com/cetak.php?id=11 pada tanggal 25 Oktober
2007
Tanggok , Ikhsan. 2007. Pendidikan Multikultural Prioritaskan di Daerah
Konflik. Kompas, tanggal 19 September 2007
Tilaar, H. A. R. 2004. Multikulturalisme Tantangan-tantangan Global Masa
Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional, Jakarta: Grasindo
Yaqin, Ainul M. 2005. Pendidikan Multikultural Cross-Cultural Understanding
untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media
Zuriah, Nurul. 2005. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi.
Jakarta: Bumi Aksara
88
Kepada
Yth. Bapak/Ibu Guru SMP
di Kota Surakarta
Dengan hormat,
Saya Diah Ambar Susanti, mahasiswa Semester VII Program Studi
Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang sedang melakukan penelitian dalam rangka penyusunan
skripsi sebagai tugas akhir. Untuk kepentingan itu, pada kesempatan ini dengan
rendah hati saya mohon kesediaan Bapak/Ibu Guru untuk terlibat dalam penelitian
ini dengan mengisi kuesioner terlampir.
Kuesioner ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang terkait dengan
pemahamah dan praktik pembelajaran di sekolah. Saya akan sangat terbantu
apabila Bapak/Ibu dapat segera mengembalikan kuesioner yang telah diisi secara
penuh.
Partisipasi Bapak/Ibu akan sangat menentukann keberhasilan penelitian
ini. Oleh karenanya, Bapak/Ibu dimohon mengisi setiap pertanyaan yang ada
secara komplit. Saya menjamin sepenuhnya kerahasiaan jawaban yang Bapak/Ibu
berikan.
Demikian, permohonan saya, atas kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu
untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, November 2007
Hormat saya,
Diah Ambar Susanti
89
I. IDENTITAS RESPONDEN
Petunjuk : Silanglah ( X ) huruf di depan pertanyaan sesuai dengan keadaan
Bapak/Ibu Guru
1. Nama : ........................................ (boleh tidak diisi)
2. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Guru Bidang Studi :
a. Ekonomi
b. Sejarah
c. Geografi
4. Latar Belakang Pendidikan : ................................................. (harap diisi)
90
II. PETUNJUK PENGISIAN
Berikan tanda ( X ) pada kolom alternatif jawaban yang telah tersedia, untuk
jawaban yang paling tepat menurut pandangan Bapak/lbu Guru.
Pernyataan-Pernyataan Berkaitan dengan Pemahaman Pendidikan Multikultural
No. Pemahaman B S
1. Setiap anak mempunyai hak memperoleh pendidikan
untuk masa depannya.
2. Setiap anak mempunyai hak asasi pribadi yaitu hak untuk
memeluk agama dan beribadah menurut agama masing-masing.
3. Tidak semua siswa mempunyai hak untuk mendapatkan
pengayoman dan perlakuan yang sama di sekolah.
4. Pelayanan pendidikan perlu dibedakan berdasarkan kontribusi
orang tua siswa terhadap sekolah.
5. Setiap siswa mempunyai tingkat martabat dan kedudukan
yang sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
6. Siswa berhak untuk berpendapat dalam segala aspek di
sekolah.
7. Siswa dilarang keras untuk memberi kritik atau saran untuk
kemajuan sekolah.
8. Setiap anak mempunyai daya kreatifitas sesuai dengan
bakat yang dimilikinya.
9. Guru mengakui adanya potensi yang sama dalam
berekspresi pada masing- masing siswa.
10. Perbedaan tidak perlu ditakutkan tapi perlu dipahami
sebagai kekayaan.
11. Prinsip Bhineka Tunggal Ika dapat menggambarkan
keragaman keragaman dari masyarakat Indonesia.
12. Paham chauvinisme perlu ditanamkan untuk
membina nasionalisme siswa.
91
13. Kasih sayang hanya perlu diungkapkan bagi siswa dari
keluarga terhormat.
14. Kasih sayang perlu dikembangkan dan ditanamkan agar
mempribadi pada setiap siswa dalam kehidupan sehari- hari.
15. Pada kesempatan forum non-formal siswa dapat
menggunakan bahasa yang dipakai sehari- hari untuk
menyampaikan pendapat.
16. Hubungan antara manusia dengan Tuhan YME merupakan
hak pribadi yang paling hakiki.
17. Setiap siswa perlu terikat pada keluarga dan sekolah dalam
menentukan agama yang dianutnya.
18. Diperingatinya Hari Kartini atau Hari Ibu diharapkan dapat
menggugah kesadaran guru tentang pentingnya kesetaraan dan
keadilan gender.
19. Perbedaan jenis kelamin dalam kelas mengakibatkan perbedaan
peran antara laki- laki dan perempuan.
20. Memilih kepala sekolah harus sesuai dengan daerah,
agama dan budaya mayoritas guru.
21. Demi membangun sikap siswa untuk percaya diri dan
bertanggung jawab, guru wajib memberikan sansi tegas bagi
setiap siswa yang melakukan kebohongan/ mencontek
dalam kegiatan akademi di sekolah.
22. Batasan umur siswa perlu diberlakukan di sekolah agar
tercipta keseragaman umur.
92
III. PETUNJUK PENGISIAN
Berikan tanda ( X ) pada kolom alternatif jawaban yang telah tersedia,
untuk jawaban yang paling tepat menurut pandangan Bapak/lbu Guru.
Pernyataan-Pernyataan Berkaitan dengan Praktik Pendidikan Multikultural
No. Praktik SS S RR TS STS
23. Saya mengambil keputusan dengan
memberi izin pada siswa untuk
meninggalkan kelas diluar ketentuan
peraturan di sekolah.
24. Saya memberikan hak memilih bagi semua
siswa untuk memilih ketua kelas.
25. Hak pilih untuk menjadi ketua kelas hanya
saya peruntukkan bagi siswa laki-laki.
26. Saya mengistimewakan siswa yang
memeluk agama sesuai dengan agama saya.
27. Saya memberikan penilaian bukan
berdasarkan pada hasil belajar siswa tapi
lebih pada kontribusi orang tua siswa
terhadap sekolah.
28. Siswa yang berkulit putih lebih lebih
berkompeten untuk untuk memenangkan
lomba Hari Kartini.
29. Saya melibatkan siswa dalam membuat
rancangan pembelajaran.
30. Saya melibatkan siswa dalam kegiatan
evaluasi di kelas
31. Metode pembelajaran yang saya terapkan
merupakan persetujuan siswa.
32. Saya menghardik dengan keras siswa yang
mempunyai daya tangkap lambat ketika
menerima pelajaran.
33. Saya tidak pernah mengulang materi
pelajaran sebab saya yakin semua siswa
sudah jelas.
34. Saya selalu membangun silahturahmi
dengan siswa maupun dengan orang tua
siswa
35. Saya selalu menanamkan paham sukuisme
pada diri siswa agar kebudayaan tidak
luntur.
36. Dalam pembelajaran saya mendisiplinkan
siswa dengan menciptakan suasana belajar
antara majikan dengan karyawan.
93
37. Saya selalu mengajarkan pada siswa untuk
mudah memberi maaf bila terjadi konflik
dengan siswa lain.
38. Saya memberi sanksi pada siswa yang
mengejek bahasa dari daerah tertentu.
39. Saya memberikan ucapan selamat kepada
siswa yang merayakan hari besar agama
yang dianutnya.
40. Dalam membuka ataupun menutup
pelajaran saya membebaskan siswa untuk
berdoa sesuai agama masing-masing.
41. Saya selalu memberikan kesempatan pada
setiap siswa untuk melaksanakan waktu
ibadah menurut agamanya.
42. Dalam membuka pelajara saya hanya
menggunakan salam pembuka menurut
agama saya pribadi.
43. Saya sering menunjuk siswa laki-laki untuk
dipilih menjadi ketua kelas daripada siswa
perempuan.
44. Dalam pembelajaran saya selalu
berdasarkan bahwa ada perbedaan antara
gender dan seks.
45. Bakti sosial untuk membangun sikap peduli
terhadap masyarakat yang terpinggirkan
secara ekonomi/sosial hanya ditekankan
pada pemberian sumbangan yang bersifat
ekonomis.
46. Saya menghukum atau memberi sanksi
pada siswa dengan melihat perbedaan latar
belakang keluarga.
47. Saya melihat kemampuan siswa lebih
tergantung pada kecerdasan (IQ) bukan
pada usia semata.
94
A. Pemahaman Nilai Demokrasi dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan oleh Guru
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Skor Total
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
4 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
5 1 1 1 1 1 1 0 1 0 7
6 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
7 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
11 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
12 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
13 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
14 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
15 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
16 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8
18 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
19 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
20 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
22 1 1 0 1 1 0 1 1 1 7
23 1 0 1 1 1 1 1 1 0 7
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
25 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
26 1 1 0 1 1 0 1 1 1 7
27 1 1 0 1 1 0 1 1 0 6
28 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
29 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
31 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8
32 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
33 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
34 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8
35 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
36 1 1 1 1 1 1 0 1 0 7
37 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
38 1 1 0 1 1 0 1 1 0 6
39 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
40 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
41 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7
42 1 1 1 0 1 0 1 1 1 7
95
B. Pemahaman Nilai Humanisme dalam Pembelajaran Multikultural
yang Dilaksanakan oleh Guru
No. 10 11 12 13 14 Skor Total
1 1 1 1 1 1 5
2 1 1 1 1 1 5
3 0 0 1 0 1 2
4 1 1 1 1 1 5
5 1 1 1 1 1 5
6 1 1 1 1 1 5
7 1 1 0 1 1 4
8 1 1 0 1 1 4
9 1 1 0 1 1 4
10 1 1 1 1 1 5
11 1 1 1 1 1 5
12 1 1 1 1 1 5
13 1 1 1 1 1 5
14 1 1 1 1 1 5
15 1 1 1 1 1 5
16 1 1 1 1 1 5
17 1 1 1 1 1 5
18 1 1 1 0 1 4
19 1 1 0 1 1 4
20 1 1 1 1 1 5
21 1 1 0 1 1 4
22 1 1 1 1 1 5
23 1 1 1 1 1 5
24 1 1 1 1 1 5
25 1 1 1 1 1 5
26 1 1 1 1 1 5
27 1 1 1 1 1 5
28 1 1 1 1 1 5
29 1 1 1 1 1 5
30 1 1 1 1 1 5
31 1 1 0 1 1 4
32 1 1 1 1 1 5
33 1 1 1 1 1 5
34 1 1 1 1 1 5
35 1 1 1 1 1 5
36 1 1 1 1 1 5
37 1 1 0 1 1 4
38 1 1 0 1 1 4
39 1 1 0 1 1 4
40 1 1 0 1 1 4
41 1 1 0 1 1 4
42 1 1 0 1 1 4
96
C. Pemahaman Nilai Pluralisme dalam Pembelajaran Multikultural
yang Dilaksanakan oleh Guru
No. 15 16 17 18 19 20 21 22 Skor Total
1 0 1 1 1 0 1 1 0 5
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8
3 1 1 0 1 1 1 1 0 6
4 1 1 1 1 1 1 1 1 8
5 1 1 1 0 1 1 1 0 6
6 1 1 0 1 0 1 1 0 5
7 1 1 1 1 0 1 1 0 6
8 1 1 0 1 1 0 1 0 5
9 1 1 1 1 1 1 1 1 8
10 1 1 1 1 1 1 1 0 7
11 1 1 1 1 1 1 1 0 7
12 0 1 1 0 1 1 1 1 6
13 0 1 1 0 1 1 1 1 6
14 1 1 0 1 1 1 1 1 7
15 1 1 0 0 1 1 1 1 6
16 1 1 1 1 0 1 1 0 6
17 0 1 1 1 1 1 1 0 6
18 1 1 1 1 0 1 1 1 7
19 0 1 1 1 1 1 1 0 6
20 1 1 1 1 1 1 1 0 7
21 1 1 1 1 1 1 1 1 8
22 1 1 0 0 1 1 1 0 5
23 1 1 0 1 0 1 1 1 6
24 1 1 0 1 1 1 1 0 6
25 0 1 1 1 1 1 1 0 6
26 1 1 1 0 0 1 1 0 5
27 0 1 1 1 1 1 1 0 6
28 0 1 1 1 1 1 1 0 6
29 1 0 1 0 1 0 1 0 4
30 0 1 1 1 1 0 1 1 6
31 0 1 1 1 1 1 1 0 6
32 1 1 1 0 1 1 1 0 6
33 1 1 1 0 1 0 1 0 5
34 1 1 1 1 1 1 1 0 7
35 0 1 0 1 1 1 1 1 6
36 1 1 1 1 1 1 1 1 8
37 1 1 1 1 1 1 1 0 7
38 1 1 1 1 1 1 1 1 8
39 1 1 1 1 1 1 1 0 7
40 1 1 0 1 1 1 1 0 6
41 1 1 0 1 1 1 1 0 6
42 1 1 0 1 1 1 1 0 6
97
D. Praktik Nilai Demokrasi dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
No. 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Jumlah
1 3 5 5 5 5 5 4 5 1 5 5 48
2 1 4 4 5 4 5 2 4 2 4 4 39
3 1 5 5 5 5 4 1 1 2 2 4 35
4 2 5 4 5 4 5 1 4 1 4 5 40
5 1 5 5 4 4 4 2 1 2 4 5 37
6 2 5 5 5 5 4 4 2 2 5 5 44
7 2 5 5 5 5 5 3 2 2 4 4 42
8 1 4 2 4 4 4 3 3 3 4 4 36
9 1 5 5 5 5 5 1 5 1 5 5 43
10 2 4 4 5 5 5 2 4 2 5 5 43
11 1 5 5 5 5 5 1 1 1 5 5 39
12 1 5 5 5 5 5 2 4 2 1 2 37
13 2 4 5 5 5 4 2 3 2 4 4 40
14 2 5 4 5 5 5 2 2 2 5 4 41
15 1 5 5 5 5 5 2 4 2 4 4 42
16 1 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 47
17 1 5 5 5 5 5 1 1 1 4 4 37
18 1 5 4 5 5 4 2 4 2 4 5 41
19 2 5 5 5 5 5 1 4 3 1 2 38
20 3 5 4 5 5 5 2 4 3 5 4 45
21 4 5 4 5 5 5 5 4 3 5 4 49
22 5 4 4 2 4 4 5 5 5 2 3 43
23 2 5 2 5 5 4 1 1 1 5 5 36
24 5 5 5 4 5 4 2 4 2 4 4 44
25 2 2 2 4 4 4 3 4 2 4 4 35
26 2 5 2 5 5 4 3 2 2 5 4 39
27 4 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 43
28 2 2 2 4 4 1 1 1 1 2 1 21
29 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 53
30 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 40
31 2 5 5 5 5 4 2 2 2 5 5 42
32 5 4 4 5 5 5 2 2 2 4 4 42
33 5 2 4 5 5 4 4 5 1 4 4 43
34 2 4 4 5 5 5 2 4 2 5 5 43
35 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 51
36 2 5 5 4 5 5 2 5 2 5 4 44
37 2 5 4 5 5 4 2 4 2 5 4 42
38 2 2 4 4 4 4 1 1 1 4 4 31
39 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 51
40 2 5 5 5 4 4 2 2 2 4 5 40
41 5 5 5 5 5 5 2 3 5 4 5 49
42 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 2 15
98
E. Praktik Nilai Humanistik dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
No. 34 35 36 37 Skor Total
1 5 5 5 5 20
2 4 5 5 4 18
3 4 5 4 5 18
4 4 4 5 5 18
5 4 4 4 4 16
6 4 5 4 4 17
7 4 4 5 4 17
8 5 3 4 5 17
9 5 5 5 5 20
10 4 4 5 5 18
11 5 5 5 5 20
12 4 5 5 4 18
13 4 4 4 4 16
14 4 4 5 5 18
15 5 5 4 4 18
16 5 5 5 5 20
17 5 4 4 4 17
18 4 5 5 4 18
19 4 5 5 5 19
20 5 2 4 5 16
21 4 5 5 5 19
22 4 4 2 5 15
23 4 2 5 4 15
24 4 2 4 4 14
25 2 4 4 4 14
26 4 5 5 4 18
27 2 4 4 4 14
28 4 4 4 4 16
29 4 4 4 4 16
30 4 4 4 4 16
31 4 4 5 5 18
32 1 1 3 1 6
33 5 2 3 4 14
34 1 4 4 5 14
35 5 5 5 5 20
36 5 5 5 5 20
37 4 5 5 5 19
38 1 4 4 4 13
39 4 5 5 5 19
40 5 4 5 5 19
41 3 5 5 5 18
42 1 2 2 5 10
99
F. Praktik Nilai Pluralistik dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
No. 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 Skor Total
1 5 4 5 5 5 5 5 4 5 2 45
2 2 4 2 1 2 4 3 4 4 2 28
3 4 5 4 5 4 4 4 4 4 2 40
4 2 5 5 4 5 5 4 1 2 4 37
5 4 4 5 5 2 4 2 2 4 4 36
6 4 4 5 2 4 4 4 2 4 2 35
7 2 4 4 4 2 4 3 2 4 3 32
8 4 3 4 5 2 2 2 5 2 1 30
9 1 1 5 5 1 1 1 1 1 1 18
10 4 4 2 2 4 4 2 2 5 2 31
11 4 5 5 4 5 5 5 1 5 1 40
12 4 2 4 1 4 2 4 2 1 5 29
13 3 5 4 5 4 4 5 2 5 2 39
14 4 3 5 4 2 4 4 4 4 2 36
15 4 4 4 5 4 4 4 2 4 4 39
16 5 2 5 5 4 4 4 1 5 4 39
17 4 4 5 4 2 5 4 4 5 4 41
18 3 4 1 5 2 4 1 4 2 4 30
19 5 5 5 2 5 5 5 4 5 5 46
20 2 5 5 5 4 4 3 2 5 4 39
21 4 4 5 5 4 5 3 4 5 3 42
22 1 3 2 1 4 1 1 1 1 1 16
23 3 4 5 4 4 3 5 5 5 4 42
24 4 4 4 5 4 2 2 2 5 4 36
25 1 3 4 1 4 4 3 2 4 1 27
26 2 4 4 4 4 4 4 2 4 2 34
27 4 3 4 1 3 4 4 1 4 2 30
28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
29 1 3 4 4 4 4 4 1 4 4 33
30 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 36
31 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 45
32 5 4 5 5 2 4 4 5 1 2 37
33 5 4 5 5 2 4 4 5 1 2 37
34 1 4 2 1 1 5 4 1 4 1 24
35 4 5 2 5 4 5 4 1 5 4 39
36 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 48
37 4 4 4 4 1 2 4 2 4 1 30
38 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 36
39 1 5 5 5 3 4 4 1 4 4 36
40 4 5 5 5 5 5 4 5 5 2 45
41 5 5 3 4 2 1 1 2 4 1 28
42 4 5 5 5 5 4 4 5 5 2 44
100
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Laki-laki Perempuan Tidak Mengisi
1 1 - -
2 - 1 -
3 1 - -
4 - 1 -
5 - 1 -
6 1 - -
7 - 1 -
8 1 - -
9 - 1 -
10 1 - -
11 - 1 -
12 1 - -
13 1 - -
14 1 - -
15 - 1 -
16 1 - -
17 - 1 -
18 1 - -
19 1 - -
20 1 -
21 1 - -
22 - 1 -
23 1 - -
24 1 - -
25 1 - -
26 - 1 -
27 - 1 -
28 1 - -
29 - - 1
30 1 - -
31 1 - -
32 - 1 -
33 1 - -
34 1 - -
35 1 - -
36 - - 1
37 1 - -
38 - 1 -
39 1 - -
40 - 1 -
41 - 1 -
42 1 - -
Skor Total 24 16 2
101
Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
No. S1 D3 D2 Tidak Mengisi
1 1 - - -
2 1 - - -
3 1 - - -
4 - 1 - -
5 1 - - -
6 - 1 - -
7 1 - - -
8 1 - - -
9 1 - - -
10 1 - - -
11 1 - - -
12 1 - - -
13 1 - - -
14 1 - - -
15 1 - - -
16 - 1 - -
17 1 - -
18 - - - 1
19 1 - - -
20 1 - - -
21 - 1 - -
22 1 - - -
23 1 - - -
24 - 1 - -
25 1 - - -
26 1 - - -
27 - - 1 -
28 1 - - -
29 1 - - -
30 1 - - -
31 1 - - -
32 1 - - -
33 - 1 - -
34 1 - - -
35 1 - - -
36 - - - 1
37 1 - - -
38 1 - - -
39 1 - - -
40 - - - 1
41 1 - - -
42 1 - - -
Skor Total 32 6 1 3
102
Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Studi
No. Ekonomi Sejarah Geografi Tidak Mengisi
1 1 - - -
2 - 1 - -
3 1 - - -
4 1 - - -
5 - 1 - -
6 - - 1 -
7 1 - - -
8 - - 1 -
9 - 1 -
10 - - 1 -
11 1 - - -
12 - - 1 -
13 - 1 - -
14 1 - - -
15 - - - -
16 - 1 1 -
17 1 - - -
18 - - - 1
19 - 1 - -
20 1 - - -
21 - - 1 -
22 1 - - -
23 - 1 - -
24 - 1 - -
25 1 - - -
26 - - 1 -
27 - 1 - -
28 - - - 1
29 1 - - -
30 - - 1 -
31 - - 1 -
32 - - 1 -
33 - 1 - -
34 - - 1 -
35 - - 1 -
36 - 1 - -
37 - - - 1
38 1 - - -
39 - - 1 -
40 - 1 - -
41 - 1 - -
42 - 1 - -
Skor Total 12 14 13 3
103
A. Pemahaman Nilai Demokrasi dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
Reliability Case Processing Summary
N %
Cases Valid 42 100,0
Excluded(a) 0 ,0
Total 42 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,819 9
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
nd_1 ,93 ,261 42
nd_2 ,90 ,297 42
nd_3 ,90 ,297 42
nd_4 ,88 ,328 42
nd_5 ,93 ,261 42
nd_6 ,69 ,468 42
nd_7 ,90 ,297 42
nd_8 ,93 ,261 42
nd_9 ,48 ,505 42
104
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
nd_1 6,62 3,217 ,619 ,794
nd_2 6,64 3,162 ,580 ,795
nd_3 6,64 3,260 ,481 ,805
nd_4 6,67 3,154 ,517 ,801
nd_5 6,62 3,168 ,676 ,788
nd_6 6,86 2,760 ,569 ,798
nd_7 6,64 3,162 ,580 ,795
nd_8 6,62 3,266 ,562 ,799
nd_9 7,07 2,946 ,382 ,834
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
7,55 3,864 1,966 9
105
B. Pemahaman Nilai Humanisme dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
Reliability Case Processing Summary
N %
Cases Valid 42 100,0
Excluded(a) 0 ,0
Total 42 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,721 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
nh_1 ,88 ,328 42
nh_2 ,93 ,261 42
nh_3 ,76 ,431 42
nd_4 ,90 ,297 42
nd_5 ,93 ,261 42
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
nh_1 3,52 ,841 ,456 ,683
nh_2 3,48 ,890 ,539 ,660
nh_3 3,64 ,723 ,428 ,722
nd_4 3,50 ,841 ,537 ,653
nd_5 3,48 ,890 ,539 ,660
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
4,40 1,222 1,106 5
106
C. Pemahaman Nilai Pluralisme dalam Pembelajaran Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
Reliability Case Processing Summary
N %
Cases Valid 42 100,0
Excluded(a) 0 ,0
Total 42 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,725 8
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
np_1 ,64 ,485 42
np_2 ,88 ,328 42
np_3 ,67 ,477 42
np_4 ,74 ,445 42
np_5 ,71 ,457 42
np_6 ,86 ,354 42
np_7 ,90 ,297 42
np_8 ,48 ,505 42
107
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
np_1 5,24 3,113 ,358 ,713
np_2 5,00 3,171 ,585 ,674
np_3 5,21 2,904 ,510 ,677
np_4 5,14 3,199 ,355 ,711
np_5 5,17 3,118 ,393 ,704
np_6 5,02 3,243 ,464 ,691
np_7 4,98 3,390 ,442 ,699
np_8 5,40 3,076 ,355 ,715
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
5,88 3,961 1,990 8
108
D. Praktik Nilai Demokrasi dalam Pembelajaran Nilai Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
Reliability Case Processing Summary
N %
Cases Valid 42 100,0
Excluded(a) 0 ,0
Total 42 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,799 11
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
pd_1 2,40 1,415 42
pd_2 4,40 1,061 42
pd_3 4,17 1,080 42
pd_4 4,62 ,825 42
pd_5 4,67 ,612 42
pd_6 4,40 ,767 42
pd_7 2,38 1,268 42
pd_8 3,19 1,418 42
pd_9 2,29 1,215 42
pd_10 4,05 1,168 42
pd_11 4,14 ,952 42
109
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
pd_1 38,31 40,268 ,358 ,799
pd_2 36,31 40,512 ,523 ,777
pd_3 36,55 40,790 ,489 ,781
pd_4 36,10 42,966 ,467 ,785
pd_5 36,05 43,217 ,635 ,779
pd_6 36,31 42,365 ,575 ,778
pd_7 38,33 40,472 ,410 ,790
pd_8 37,52 38,646 ,456 ,786
pd_9 38,43 40,397 ,442 ,786
pd_10 36,67 40,423 ,465 ,783
pd_11 36,57 41,519 ,511 ,779
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
40,71 48,697 6,978 11
110
E. Praktik Nilai Humanistik dalam Pembelajaran Nilai Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
Reliability Case Processing Summary
N %
Cases Valid 42 100,0
Excluded(a) 0 ,0
Total 42 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,715 4
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
nh_1 3,88 1,173 42
nh_2 4,10 1,078 42
nh_3 4,38 ,795 42
nh_4 4,45 ,739 42
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
nh_1 12,93 4,409 ,452 ,704
nh_2 12,71 4,355 ,555 ,620
nh_3 12,43 5,226 ,592 ,615
nh_4 12,36 5,747 ,485 ,673
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
16,81 8,012 2,830 4
111
F. Praktik Nilai Pluralistik dalam Pembelajaran Nilai Multikultural yang
Dilaksanakan Guru
Reliability Case Processing Summary
N %
Cases Valid 42 100,0
Excluded(a) 0 ,0
Total 42 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,762 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
pp_1 3,43 1,309 42
pp_2 3,98 ,924 42
pp_3 4,14 1,095 42
pp_4 3,90 1,445 42
pp_5 3,40 1,211 42
pp_6 3,81 1,131 42
pp_7 3,55 1,152 42
pp_8 2,74 1,483 42
pp_9 3,83 1,360 42
pp_10 2,81 1,348 42
112
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
pp_1 32,17 41,215 ,438 ,741
pp_2 31,62 43,607 ,478 ,740
pp_3 31,45 42,693 ,448 ,740
pp_4 31,69 41,634 ,353 ,755
pp_5 32,19 42,256 ,418 ,744
pp_6 31,79 41,294 ,531 ,730
pp_7 32,05 40,583 ,571 ,724
pp_8 32,86 41,784 ,329 ,759
pp_9 31,76 40,771 ,442 ,740
pp_10 32,79 42,319 ,351 ,753
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
35,60 50,296 7,092 10
113
TABEL NILAI – NILAI r PRODUCT MOMENT
Taraf Signif Taraf Signif Taraf Signif N
5 % 1%
N
5 % 1 %
N
5 % 1 %
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
0,997
0,850
0,878
0,811
0,754
0,707
0,666
0,632
0,602
0,576
0,553
0,532
0,514
0,497
0,482
0,468
0,456
0,444
0,433
0,423
0,413
0,404
0,396
0,999
0,990
0,959
0,917
0,874
0,834
0,798
0,765
0,735
0,708
0,648
0,661
0,641
0,623
0,606
0,590
0,575
0,561
0,549
0,537
0,526
0,515
0,505
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
0,388
0,381
0,374
0,367
0,361
0,355
0,349
0,344
0,339
0,334
0,329
0,325
0,320
0,316
0,312
0,308
0,304
0,301
0,297
0,294
0,291
0,288
0,284
0,281
0,279
0,496
0,487
0,478
0,470
0,463
0,456
0,449
0,442
0,436
0,430
0,424
0,418
0,413
0,408
0,403
0,398
0,393
0,389
0,384
0,380
0,376
0,372
0,368
0,364
0,361
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
125
150
175
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
0,266
0,254
0,244
0,235
0,227
0,220
0,213
0,207
0,202
0,195
0,176
0,159
0,148
0,138
0,113
0,098
0,088
0,080
0,074
0,070
0,065
0,062
0,345
0,330
0,317
0,306
0,296
0,286
0,278
0,270
0,263
0,256
0,230
0,210
0,194
0,181
0,148
0,128
0,115
0,105
0,097
0,091
0,086
0,081
114
NAMA DAN ALAMAT SEKOLAH SMP NEGERI / SWASTA
NO NAMA ALAMAT TELP
1 SMP Negeri 1 Jl. MT. Haryono 4 714866
2 SMP Negeri 2 Jl. Apel 3 Jajar 712942
3 SMP Negeri 3 Jl. Kartini 18 634932
4 SMP Negeri 4 Jl. D.I. Panjaitan 14 833880
5 SMP Negeri 5 Jl. Diponegoro 45 634930
6 SMP Negeri 6 Jl. Kapten Mulyadi 641843
7 SMP Negeri 7 Jl. Mr. Sartono 852674
8 SMP Negeri 8 Jl. Hos Cokroaminoto 51 632947
9 SMP Negeri 9 Jl. Sekar Jagat 1 Pajang 718604
10 SMP Negeri 10 Jl. Kartini 12 635910
11 SMP Negeri 11 Jl. Sungai Kapuas 30 634910
12 SMP Negeri 12 Jl. A Yani 370 714939
13 SMP Negeri 13 Jl. Urip Sumoharjo 634925
14 SMP Negeri 14 Jl. Prof WZ Yohanes 54 636995
15 SMP Negeri 15 Purwonegaran 60 713440
16 SMP Negeri 16 Jl. Kol. Sutarto 188 636960
17 SMP Negeri 17 Jl. Jend. A. Yani 717520
18 SMP Negeri 18 Jl. Tembus Kadipiro 854078
19 SMP Negeri 19 Jl. Brondongan Serengan 637273
20 SMP Negeri 20 Jl. Surya 155 656384
21 SMP Negeri 21 Jl. Karengan 27B 646014
22 SMP Negeri 22 Jl. Makam Bergolo 713089
23 SMP Negeri 23 Jl. Adi Sumarmo 716575
24 SMP Negeri 24 Jl. Dr. Muwardi 721333
25 SMP Negeri 25 Jl. Dr. Muwardi 36 713673
26 SMP Negeri 26 Jl. Joyonegaran 2 642172
27 SMP Negeri 27 Jl. Arifin 17 656623
28 SMP Negeri Terbuka Jl. Kol. Sutarto 188 636960
29 SMP Batik Jl. Slamet Riyadi 447 712944
30 SMP Muhammadiyah 5 Jl. Slamet Riyadi 443 711416
31 SMP Regina Pacis Jl. LU Adisucipto 45 719626
32 SMP Al Muayyad Jl. KH. Samanhudin 64 720152
33 SMP Murni Jl. Dr. Wahidin 33 724350
34 SMP Ta’mirul Islam Jl. Dr. Wahidin 5 723243
35 SMP Widya Bakti Jl. Tanjung 75 712518
36 SMP Muhammadiyah 10 Jl. Srikoyo Krasem 738916
37 SMP YPAC Jl. Slamet Riyadi 364 714229
38 SMP Al Islam 1 Jl. Moh Yamin 125 718825
39 SMP Kanisius 2 Jl. Honggowongso 642358
40 SMP Widya Wacana 2 Jl. Veteran 652144
115
41 SMP Muhammadiyah 6 Jl. Pangeran Wijil II No 1 738954
42 SMP Muhammadiyah 8 Jl. Sri Kuncoro 12 647397
43 SMP Darussalam Jl. Gatot Subroto 161 668723
44 SMP Islam Bhakti Jl. Bonang 3 Joyotakan 635346
45 SMP Kristen 5 Jl. Dewi Sartika 37 636404
46 SMP Yosodipuro Jl. Mawar 4 Kalitan 740514
47 SMP Kanisius 1 Jl. Sugiyopranoto 637838
48 SMP Kasatriyan 1 Jl. Kamandungan 2 634919
49 SMP Muhammadiyah 1 Jl. Flores 1 636273
50 SMP Marsudirini Jl. Alor 20 641351
51 SMP Islam Diponegoro Jl. Kapten Mulyadi 221D 651292
52 SMP Al Irsyad Jl. Kapten Muyadi 117 647730
53 SMP Kr. 3 Margoyudan Jl. Monginsidi 37 637816
54 SMP Kr. 4 Monginsidi Jl. A. Yani 2 653650
55 SMP Muhammadiyah 7 Jl. Tentara Pelajar 648665
56 SMP MIS Jl. RE. Martadinata 293 648284
57 SMP Advent Jl. Ngemingan 53 633316
58 SMP Warga Jl. Monginsidi 15 638874
59 SMP Tri Pustaka Jl. Kol. Sutarto 648591
60 SMP SLB/A – YKAB Jl. H. Cokroaminoto 43 656416
61 SMP Dharma Pancasila Jl. Tangkuban Perahu 45 656416
62 SMP Prof. Dr. Suharso Jl. Tentara Pelajar 647626
63 SMP Bintang Laut Jl. Slamet Riyadi 637274
64 SMP Muhammadiyah 4 Tempurejo 05/II 716412
65 SMP Kristen 1 Jl. A Rahman Saleh 641305
66 SMP Kristen 2 Jl. A Rahman Saleh 78 642550
67 SMP Widya Wacana 1 Jl. Lumbang Tobing 12 637669
68 SMP Purnama 2 Jl. A. Yani Sumber I 735601
69 SMP PGRI 1 Jl. Kelud Timur No 13 853964
70 SMP Muhajidin Jl. Adisumarmo 152 742543
71 SMP Kr. Kalam Kudus Jl. AM Sangaji 24 666248
72 SMP Muhammadiyah 2 Jl. Kerinci Sekip 852313
116
Gambaran Umum SMP Negeri di Kota Surakarta yang Diteliti
1. SMP Negeri 6 Surakarta
a. Kepala Sekolah : Dra. Sri Suwartinah
b. Status Sekolah : Negeri
c. Alamat Sekolah : Kapten Mulyadi No.259 Semanggi/Pasar Kliwon
Surakarta
d. Jumlah Guru : PNS berjumlah 45 dan GTT berjumlah 4 guru
e. Jumlah Siswa : Th Ajaran 2006/2007 berjumlah 730 siswa
2. SMP Negeri 7 Surakarta
a. Kepala Sekolah : Dra. Sri Atmiyah Ami
b. Status Sekolah : Negeri
c. Alamat Sekolah : Jl. Mr. Sartono 36, Banjarsari, Surakarta, Jawa
Tengah
d. Jumlah Guru : PNS berjumlah 43 dan GTT berjumlah 8 guru
e. Jumlah Siswa : Th Ajaran 2006/2007 berjumlah 749 siswa
3. SMP Negeri 8 Surakarta
a. Kepala Sekolah : Sarinah, S.Pd
b. Status Sekolah : Negeri
c. Alamat Sekolah : Jl. HOS Cokroaminoto 51, Jebres, Surakarta, Jateng
d. Jumlah Guru : PNS berjumlah 39, Guru Bantu berjumlah 3, dan
GTT berjumlah 4 orang
e. Jumlah Siswa : Th Ajaran 2005/2006 berjumlah 774 siswa
117
4. SMP Negeri 10 Surakarta
a. Kepala Sekolah : Drs. F. Handoyo, M.M
b. Status Sekolah : Negeri
c. Alamat Sekolah : Jl. Kartini 12, Banjarsari, Surakarta, Jawa Tengah
d. Jumlah Guru : PNS berjumlah 42 guru dan GTT berjumlah 7 guru
e. Jumlah Siswa : Th Ajaran 2007/2008 berjumlah 725 siswa
5. SMP Negeri 13 Surakarta
a. Kepala Sekolah : Dra. Siti Mundjajanah
b. Status Sekolah : Negeri
c. Alamat Sekolah : Jl. Jend. Urip Sumoharjo 49, Kepatihan Wetan,
Jebres Surakarta, Jawa Tengah
d. Jumlah Guru : PNS berjumlah 39 dan GTT 3 guru
e. Jumlah Siswa : Th Ajaran 2006/2007 berjumlah 696 siswa
6. SMP Negeri 14 Surakarta
a. Kepala Sekolah : Drs. Y. Himawan Samodra
b. Status Sekolah : Negeri
c. Alamat Sekolah : Jln. Prof. WZ. Johanes 54 Jebres, Surakarta, Jawa
Tengah
d. Jumlah Guru : PNS berjumlah 43 dan GTT 11 guru
e. Jumlah Siswa : Th Ajaran 2006/2007 berjumlah 675 siswa
118
7. SMP Negeri 16 Surakarta
a. Kepala Sekolah : Drs. M Amir Khusni, MM
b. Status Sekolah : Negeri
c. Alamat Sekolah : Jl. Kolonel Sutarto No. 188
d. Jumlah Guru : PNS berjumlah 32, Guru Bantu berjumlah 3, GTT
berjumlah 3 guru
e. Jumlah Siswa : Th Ajaran 2007/2008 berjumlah 588
8. SMP Negeri 18 Surakarta
a. Kepala Sekolah : Drs. Triyoto, MM
b. Status Sekolah : Negeri
c. Alamat Sekolah : Jl. Tembus Kadipiro, Banjarsari, Surakarta, Jawa
Tengah
d. Jumlah Guru : PNS berjumlah 37 guru dan GTT berjumlah 13 guru
e. Jumlah Siswa : Th Ajaran 2007/2008 berjumlah 654 siswa
9. SMP Negeri 20 Surakarta
a. Kepala Sekolah : Drs. H. Sambodo MR
b. Status Sekolah : Negeri
c. Alamat Sekolah : Jl. Surya No.155. Jagalan, Jebres, Surakarta, Jateng
d. Jumlah Guru : PNS berjumlah 47 guru dan GTT 5 guru
e. Jumlah Siswa : Th Ajaran 2006/2007 berjumlah 600 siswa
119
10. SMP Negeri 21 Surakarta
a. Kepala Sekolah : Amir Suhadak, S.Pd., MPd
b. Status Sekolah : Negeri
c. Alamat Sekolah : Jl. Karengan 27 B Kampung Sewu, Jebres-Surakarta
d. Jumlah Guru : PNS berjumlah 35 guru dan GTT berjumah 6 guru
e. Jumlah Siswa : Th Ajaran 2006/2007 berjumlah 565 siswa
11. SMP Negeri 24 Surakarta
a. Kepala Sekolah : Drs. Suharno
b. Status Sekolah : Negeri
c. Alamat Sekolah : Jl. Dr. Muwardi 36, Laweyan , Surakarta, Jateng
d. Jumlah Guru : PNS berjumlah 40 guru dan GTT berjumlah 11 guru
e. Jumlah Siswa : Th Ajaran 2006/2007 berjumah 695 siswa
12. SMP Negeri 25 Surakarta
a. Kepala Sekolah : Nugroho, S.Pd, M.Pd
b. Status Sekolah : Negeri
c. Alamat Sekolah : Jl. Dr. Muwardi 36, Laweyan, Surakarta, Jawa
Tengah
d. Jumlah Guru : PNS berjumlah 51 guru dan GTT berjumlah 4 guru
e. Jumlah Siswa : Th Ajaran 2007/2008 berjumlah 791 siswa
120
13. SMP Negeri 26 Surakarta
a. Kepala Sekolah : Ratna Purwaningtyastuti, S.Pd. M.Pd
b. Status Sekolah : Negeri
c. Alamat Sekolah : Jl. Joyonegaran 2, Jebres, Surakarta, Jawa Tengah
d. Jumlah Guru : PNS berjumlah 48 guru dan GTT berjumlah 3 guru
e. Jumlah Siswa : Th Ajaran 2007/2008 berjumlah 756 siswa
14. SMP Negeri 27 Surakarta
a. Kepala Sekolah : Drs. Karyana, MM
b. Status Sekolah : Negeri
c. Alamat Sekolah : Jl. Arifin 17, Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah
d. Jumlah Guru : PNS berjumlah 44 guru dan GTT berjumlah 7 guru
e. Jumlah Siswa : Th Ajaran 2007/2008 berjumlah 554 siswa
121
122
123
124
125