129
PEMAKNAAN PENGGEMAR REGGAE TERHADAP FASHION REGGAE (Studi pada penggemar reggae di Tangerang) SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komunikasi Disusun Oleh : Novitasari NIM. 083133 KONSENTRASI ILMU HUMAS PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TRITAYASA SERANG-BANTEN 2012

PEMAKNAAN PENGGEMAR REGGAE TERHADAP FASHION …repository.fisip-untirta.ac.id/1265/1/SKRIPSI NOVITASARI (083133).pdf · Sejak zaman dahulu, kehidupan manusia tidak lepas dari komunikasi

Embed Size (px)

Citation preview

PEMAKNAAN PENGGEMAR REGGAE

TERHADAP FASHION REGGAE

(Studi pada penggemar reggae di Tangerang)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Komunikasi pada Konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh :

Novitasari

NIM. 083133

KONSENTRASI ILMU HUMAS

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TRITAYASA

SERANG-BANTEN

2012

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Novitasari

NIM : 083133

Judul Skripsi : Pemaknaan Penggemar Reggae Terhadap Fashion Reggae

(Studi pada penggemar reggae di Tangerang)

Serang, Juli 2012

Skripsi ini Telah Disetujui untuk Diujikan

Menyetujui,

Pembimbing 1, Pembimbing II

Muhammad. Jaiz, S.Sos, M.pd Teguh Iman Prasetya, SE, M.Si

NIP. 19710629200312001 NIP. 197107182005011001

Mengetahui,

Dekan FISIP UNTIRTA

Dr. Agus Sjafari,. M.Si

NIP. 197108242005011002

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan di bawahini :

Nama : Novitasari

NIM : 6662083133

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 18 November 1989

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pemaknaan Penggemar Reggae

terhadap Fashion Reggae di Tangerang adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh

sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka

gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

Serang, Juli 2012

Novitasari

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TRITAYASA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Novitasari

NIM : 6662083133

Judul Skripsi : PEMAKNAAN PENGGEMAR REGGAE TERHADAP

FASHION

REGGAE di TANGERANG

Telah diuji dihadapan Dewan Penguji Sidang Skpris di Serang, 08 Agustus 2012

dan telah dinyatakan LULUS.

Serang, 09Agustus 2012

Ketua Penguji :

Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si ( )

NIP.197502022002121002

Anggota :

Mia Dwianna, S.Sos., M.Ikom ( )

NIP. 197104222006042001

Anggota :

Teguh Iman Prasetya, S.E., M.Si ( )

NIP. 197107182005011001

Mengetahui,

Dekan FISIP UNTIRTA Ketua Program Studi

Dr. Agus Sjafari, M.Si Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si

NIP.197108242005011002 NIP.197708112005012003

Everything is possible, just believe and make it happen

and always believe in you, my Lord Allah SWT.

-V-

Skripsi ini kupersembahkan :

Salam Sudiana, Bapak terhebat

ABSTRAK

Novitasari. NIM. 083133. Skripsi. Pemaknaan Penggemar Reggae Terhadap

Fashion Reggae (Studi Pada Penggemar Reggae di Tangerang). Program

Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa. 2012

Fashion reggae adalah salah satu komunikasi penggemar reggae selain musik

untuk menginformasikan atau menyampaikan pesan dan menjadi bahasa tersendiri

diantara sesama penggemar reggae maupu masyarakat luas. Namun tidak semua

memandang fashion reggae sebagai bahasa namun lebih kepada gaya sehingga

terjadilah perbedaan pemahaman.Untuk itulah peneliti tertarik meneliti mengenai

pemahaman penggemar reggae terhadap fashion reggae. Penelitan ini berupaya

untuk mengambarkan pemaknaan penggemar reggae mengenai fashion reggae.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, Teknik

pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan dokumentasi.

Penelitian ini menggunakan teori Interaksionisme Simbolik. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa pemaknaan setiap penggemar reggae berbeda. Tidak semua

memandang dan memaknai fashion reggae penting digunakan dan ada di dalam

reggae, namun mereka menyadari bahwa fashion reggae selain sebagai penunjang

penampilan, penutup tubuh, pelindung tubuh, tetapi juga sebagai media ekspresi,

bentuk komunikasi dimana mereka menyampaikan informasi, memberi identitas

bahwa mereka adalah penggemar reggae, serta menampilkan budaya-budaya yang

ada di dalamnya. Saran yang dapat peneliti berikan adalah agar penggemar reggae

lebih kooperatif dan lebih mensosialisasikan fashion reggae kepada masyarakat

karena minimnya pengetahuan masyarakat luar mengenai reggae yang hanya

akan melihat dari kulit luar dan pandangan mereka saja.

Kata kunci : Makna, Fashion , Fashion Reggae, Reggae

i

ABSTRACT

Novitasari. NIM. 083133. Thesis. The Meaning of fashion reggae from reggae

fans. Sosial science and science policies faculty, study program communication

science. Univesity of Sultan Ageng Tirtayasa. 2012

Fashion reggae is one of communication whom reggae fans do like a music to

inform or to communicate the message and be special language between reggae

fans or society. However, not all of reggae fans look the fashion reggae as a

language but they just a style so there was a difference of comprehension. That’s

why the researcher interested do research about comprehension of reggae fans

against fashion reggae. This research seeks to portray an comprehension of

reggae fans against fashion reggae. The research method that used is qualitative

descriptive. Technique analysis uses interview in dept, and documentation. This

research uses the theory of symbolic interactionism. The result of research is any

fans of reggae have a different comprehension about fashion reggae. Reggae fans

appreciate that the fashion reggae not only as a supporting appearance, body

coverings, body armor, but also as a medium of expression, a form of

communication in which they giving information, giving the identity if they are

reggae fans, and showcase the cultures that exist within it. Suggestion that can

researcher give are reggae fans more cooperative and more socialize about

fashion reggae to society because they have lack of knowledge about fashion

reggae so they will see just from the out skin and their outlook.

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT,

karena atas kehendak, rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pemaknaan Penggemar Reggae Terhadap Fashion

Reggae”. Skripsi ini diajukan untuk menempuh ujian Sarjana Strata-1 (S1) pada

Program Studi Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Humas, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik di Universitas Sultan Ageng Tritayasa Serang-Banten.

Penulis menyadari seutuhnya bahwa dalam penyusunan skrpsi ini masih

banyak kekurangan baik dari segi pengumpulan data, tata cara penyusunan,

pembahasan serta dalam penyampaian mengingat terbatasnya pengetahuan,

pengalaman serta kemampuan peneliti. Oleh karena itu dengan segala kerendahan

hati peneliti menerima saran dan kritik yang bersifat membantu.

Pada kesempatan ini peneliti sampaikan rasa terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu, memberikan dorongan, dan bimbingan sampai

skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu peneliti ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak. Dr. Agus Sjafari, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tritayasa

2. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komuikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tritayasa

3. Bapak. Muhammad Jaiz, S.Sos, M.pd, selaku dosen pembimbing I, terima

kasih atas waktu dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.

iii

4. Bapak. Teguh Iman Prasetya,SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II,

terima kasih atas waktu dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Mia Dwianna, S.Sos, M.si selaku dosen pembimbing akademik

6. Seluruh dosen dan staf Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tritayasa

7. Nara Sumber, Aradhea, Peter, Benny, Utha, Rizal dan Brekele.

8. Papsky tercinta Drs. Salam Sudiana dan Mamah Yenih Haryenih serta

kedua kakak, Hardi dan Resti.

9. Arif Erlangga, terima kasih untuk pengetahuannya yang tidak terduga dan

membuka wawasan, masukan, komentar, kritik dan dukungannya

10. Sahabat-sahabat terbaik Raudhatul ‗irra‘ Aliyah, Shytia ‗Ochien‘

Permatasari, Nisa Sabrina Amalia, Familia Damawati,

11. Karlinda. Anggara Yonardi, Rezza, Eko, Imam,

12. Bang Elias Mardongan, terima kasih atas masukan, ‗hidayah‘ dan

dukungannya,

13. Keluarga besar ― Wereng Community‖.

14. Teh Mulia, Borin, Teh Amanda, Bang Yulian,Zelda

15. Nurul Pri SAN sahabat seperjuangan dalam mengerjakan skrpsi, terima

kasih untuk semuanya.

16. Teman seperjuangan dari semester awal Doni Agi Kuswandi, Dian,

Capcus, Anshari, Pendi, Reja, Renny ‗mamih‘, Tika, Kiki, Aziz, Hariet,

Ria, Tiara, Rini,

iv

17. Teman-teman Ilmu Komunikasi khususnya NR angkatan 2008 yang

banyak membantu dan mendukung penulis.

Akhir kata peneliti berharap semoga skrpsi ini dapat bermanfaat bagi

peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Terima kasih

Serang, Juli 2012

Penulis

Novitasari

v

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO

ABSTRAK ......................................................................................................................... i

ABSTRACT ....................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii

DAFTAS ISI .................................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .............................................................. 8

1.3 Identifikasi Masalah .............................................................. 9

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 9

1.5 Kegunaan Penelitian ............................................................. 9

vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori ....................................................................... 11

2.1.1 Komunikasi ................................................................... 11

2.1.2 Komunikasi Antarbudaya ............................................ 15

2.1.3 Pemaknaan .................................................................... 20

2.1.4 Penggemar ..................................................................... 21

2.1.5 Reggae .......................................................................... 23

2.1.6 Fashion .......................................................................... 31

2.1.6.1 Fashion Sebagai Komunikasi........................ 33

2.1.7 Fashion Reggae ........................................................... 35

2.1.8 Teori Interaksionisme Simbolik ............................... 42

2.2 Kerangka Pemikiran .................................................................... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian .................................................................. 51

3.2 Instrumen Penelitian ............................................................. 53

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ...................................... 53

3.3 Informan . .............................................................................. 55

3.4 Analisi Data ............................................................................ 57

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian . ........................................... 58

vii

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Informan ..................................................... 60

4.1.1 Informan Kunci ....................................................... 60

4.1.2 Informan Pendukung .............................................. 64

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian .................................................... 65

4.2.1 Penggemar reggae Memaknai Pentingnya

Fashion Reggae ....................................................... 65

4.2.2 Pemahaman Penggemar Reggae terhadap

Fashion Reggae ...................................................... 69

4.3 Pembahasan .......................................................................... 76

4.3.1 Penggemar Reggae Memaknai

Pentingnya Fashion Reggae ................................... 78

4.3.2 Pemahaman Penggemar Reggae

terhadap Fashion Reggae ....................................... 81

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .......................................................................... 94

5.2 Saran ..................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Informan …………………………………………… 57

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian …………………………………………. 59

ix

DAFTAR GAMBAR

Tabel 2.1 Kerangka Pemikiran………………………………… 50

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi

Lampiran 2 Daftar Pertanyaan

Lampiran 3 Transkip Wawancara

Lampiran 3 Jadwal Bimbingan

Lampiran 4 Riwayat Hidup

xi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak zaman dahulu, kehidupan manusia tidak lepas dari

komunikasi. Komunikasi adalah tentang mengirim pesan1. Tujuan atau inti

dari komunikasi adalah penyampaian pesan, informasi, atau ide oleh

seseorang baik dengan komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal

kepada orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang

membutuhkan bantuan orang lain tidak dapat tidak melakukan komunikasi.

Komunikasi dilakukan untuk berinteraksi atau bertukar informasi dengan

sesama.

Dalam berinteraksi, seseorang tidak lupa memperhatikan penampilan

luar yang ditampilkan oleh seseorang. Fashion dan pakaian merupakan salah

satu yang dipilih oleh seseorang untuk dalam memperlihatkan penampilan

luarnya. Seseorang akan berusaha tampil menarik agar enak dilihat karena

penampilan merupakan hal pertama yang dilihat oleh seseorang dalam

berinteraksi. Dengan melihat penampilan luar, seseorang dapat menilai

seperti apa orang tersebut, karena penampilan seseorang dapat

mencerminkan bagaimana karakteristik seseorang, dimulai dari bagaimana

1 Deddy Mulyana, Jalaluddin, Rakhmat, 2006. Komunikasi AntarBudaya, PT.Remaja Rosdakarya;Bandung

hal 12

2

cara dia berpakaian, bagaimana cara dia memilih pakaian agar enak dilihat

dan nyaman ditubuh.

Pengertian fashion secara garis besar bukan hanya berkaitan dengan

pakaian, tetapi berkaitan dengan segala sesuatu yang dapat menghias tubuh

seperti aksesoris dan perhiasan2. Saat ini peran fashion sangatlah penting,

karena selain dapat mengikuti tren yang sedang berkembang, fashion juga

dapat membantu seseorang berpenampilan baik dan memberi kesan positif

dihadapan orang lain. Selain itu fashion juga dapat dijadikan sebagai media

atau alat komunikasi untuk menggambarkan kepribadian dan identitas

seseorang baik dari ideologi, status sosial ataupun gender.

Namun jarang yang melihat fashion dan pakaian sebagai salah satu

komunikasi nonverbal. Seseorang hanya berfikir bahwa fashion yang

dikenakan hanya sebagai penutup dan pelindung dari hujan, panas ataupun

dingin. Fashion digunakan hanya sebagai penampilan luar yang dilihai dari

bagus tidaknya pakaian tersebut, merek apa pakaian tersebut, fashion apa

yang sedang in atau tren, mahal atau tidak harganya, bagus tidak jika ia

menggunakannya.

Begitupun mereka yang melihat akan berpendapat mengenai fashion

dari bagus tidaknya, mahal tidaknya, merek apa, bagaimana jika dia yang

menggunakan pakaian tersebut. Tanpa melihat kenapa seseorang

menggunakan pakaian tersebut, pesan atau makna apa mereka menggunakan

2 Malcom Barnald, 2011. Fashion Sebagai Komunikasi, PT. Jalansutra; Jogjakarta

3

fashion tersebut. Padahal fashion bukan hanya sebagai pelindung tubuh atau

pemanis tubuh tetapi juga sebagai identitas diri, budaya, bahkan ideologi

seseorang.

Malcom Barnard menjelaskan fashion atau pakaian pada tataran

dasarnya adalah berfungsi sebagai penutup, perlindungan, kesopanan dan

daya tarik namun tidak menutup kemungkinan peran fashion adalah untuk

media ekpresikan diri, media mendefinisikan peran dan status sosial, simbol

politis, media rekreasional, sebagai identitas diri baik individual maupun

kelompok3.

Desmond Morris menambahkan, pakaian juga menampilkan

pajangan budaya (cultural display) karena ia mengkomunikasikan afiliasi

budaya4.

Dari fungsi itu sendiri, bahwa lebih dalam fashion memperlihatkan

siapa diri kita, budaya apa kita, status kelas, gender, dan lain halnya.

Dengan fashion yang dikenakan, seseorang sedang berkomunikasi.

Seseorang sedang menyampaikan/membawa pesan, gaya hidup bahkan

ideologi suatu individu maupun komunitas tertentu yang menjadi suatu

bagian dari kehidupan tertentu.

Komunitas reggae dengan fashion reggae yang terkenal dengan baju,

topi dan aksesoris lainnya berkombinasi warna merah-kuning-hijau, rambut

3 Ibid hal vii

4 Ibid hal viii

4

gimbal, dan ganjanya ingin menampilkan fashion dari reggae. Hanya

dengan melihat seseorang mengenakan pakaian atau baju atau aksesori

lainnya dengan warna merah-kuning hijau, atau melihat seseorang dengan

rambut gimbal atau melihat seseorang menghisap mariyuana, maka kita

dapat mengasumsikan orang tersebut sebagai anak reggae atau penggemar

reggae. Kita juga mengidentitaskan keberadaan komunitas reggae dengan

fashion reggaenya tersebut bahkan memandang fashion reggae merupakan

bagian bahkan kewajiban yang harus diperkenalkan bersamaan dengan

reggae itu sendiri.

Reggae itu sendiri adalah aliran musik yang popular di Jamaika.

Pada tahun 1968 di Kingston, ska dan rock steady mengalah kepada sebuah

sound yang cukup luwes dan tangguh untuk mengikutsertakan ritme yang

cepat maupun lambat. Gaya baru ini dinamakan reggae, karena nuansanya

yang kasar, dan kualitasnya yang mengangkat dan menghipnotis tampak

sangat pas untuk bercerita dan pengamatan sosial.5

Salah satu legend dari musik reggae adalah Robert Nesta Marley

atau lebih dikenal dengan Bob Marley, salah satu orang asal Jamaika yang

menjadikan reggae mendunia seperti sekarang ini6. Melalui musik reggae,

Bob Marley menyampaikan pesan yang ingin ia sampaikan. Musik itu

memberinya visi dan ambisi baru yaitu membuat musik yang memuaskan

dan mewakili tanah kelahirannya (Jamaika) bahkan dunia yang lebih luas.

5 Mikal Gilmore, 2005. Rolling Stones. Jakarta : JHP Media, hal 26

6 Ibid

5

Lagu-lagunya mengandung kenangan, bahwa Bob Marley pernah hidup

bersama orang-orang sengsara, telah melihat para penindas, dan mereka

yang ditindas, bahkan pernah ditembaki7.

Reggae memang tidak hanya Bob Marley, tapi juga ada Peter Tosh,

Black Uhuru, Jimmy Cliff, dan sebagainya. Tapi kemampuan Marley untuk

mengambarkan semua kenangan hidupnya secara nyata dan otentik

membuat karya musiknya tetap abadi dan berbeda dengan musik lain yang

kita kenal8.

Selain musik reggae, Bob Marley terkenal dengan rambut gimbal,

warna merah-kuning-hijau, serta ganja. Hal tersebut dapat kita lihat dari

video-video yang ada di you tobe, foto-foto yang ada di internet atau

majalah.

Banyak yang menganggap bahwa Bob Marley adalah seorang

‗Tuhan‘ reggae dan mengadopsi dari apa yang dikenakan dan dilakukan

oleh Bob Marley sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap reggae dan Bob

Marley.

Kecintaan seorang penggemar terhadap tokoh yang dianutnya dapat

membuatnya mengikuti apa yang dilakukan dan dikenakan oleh tokoh

tersebut. Jenson mengatakan mengenai budaya penggemar bahwa pengemar

adalah apa yang ‗orang lain‘ lakukan, ‗kita‘ selalu mengejar kepentingan-

7 Id, at 22

8 Id at 22

6

kepentingan, memamerkan selera dan preferensi.9. Maka tidak heran jika

banyak orang yang menggenakan fashion yang digunakan pula oleh Bob

Marley dalam berbagai acara musik ataupun dalam kehidupan sehari-hari.

Hanya masalahnya, fashion reggae tidak serta merta diterima oleh

masyarakat sebagai bagian yang menarik atau bagus atau mencerminkan

dari musik reggae sendiri. Masyarakat memandang aneh, norak,

kampungan, menakutkan. Masyarakat tidak melihat hal tersebut sebagai

salah satu bentuk kecintaan penggemar reggae terhadap musik reggae,

sebagai salah satu media berekspresi penggemar reggae namun melihatnya

sebagai sesuatu hal yang negatif. Terlebih citra seorang ‗pemakai‘ melekat

dengan penggemar reggae.

Keberadaan para penggemar musik reggae pun sering dikucilkan

atau dipandang sebelah mata oleh masyarakat bahkan dianggap meresahkan

karena reggae diidentikan sebagai pemakai mariyuana atau ganja. Citra

seorang ‗pemakai‘ melekat dengan penggemar reggae padahal tidak sedikit

dari penggemar musik reggae yang tidak mengikuti dan meyakini bahwa

fashion reggae merupakan bagian dari reggae.

Menurut Toni Q dalam wawancara bersama Carolin T dengan

indoreggae.com, ia mengatakan ―Pencinta musik reggae tidak harus gimbal,

9 John Storey, 2008. Pengantar Komprehensif Teori dan Metode; Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop,

Jogjakarta : Jalansutra, hal 159

7

sebenarnya juga kembali pada filosofi itu sendiri bagaimana pendengar dan

perilaku dalam menyikapi lirik atau musik reggae itu seperti apa‖10.

Fenomena fashion reggae ini sampai ke Indonesia. Banyak

penggemar reggae di Indonesia mengikuti fashion reggae. Fashion reggae

digunakan sebagai identitas diri atau kelompok dan sarana komunikasi oleh

mereka penggemar reggae. Tidak hanya itu, fashion ini juga meresapi nilai-

nilai, pesan atau makna yang dibawa oleh Bob Marley terutama dan musisi-

musisi reggae lainnya.

Tentunya terkadang bentuk ekspresi dari musisi atau penggemar

reggae itu hanya dilihat sebagai ajang gaya-gayaan. Tidak sedikit dari

mereka yang hanya mengikuti sesuai yang sudah ada tanpa mengerti atau

melihat lebih dalam mengenai fashion reggae. Dan memandang fashion

reggae sebagai gayanya anak reggae tapi tidak melihat kemungkinan bahwa

ada yang bukan dari penggemar reggae ikut menggunakan fashion reggae

serta adanya pemaknaan lain yang ingin dibangun oleh fashion reggae selain

dari identitas penggemar reggae itu sendiri.

Keberadaan media massa dan perkembangan teknologi komunikasi

dan informasi memungkinkan terjadinya pertukaran-pertukaran informasi

dengan sangat cepat sehingga informasi yang di dapat belum tentu akurat

dan dapat dipercaya. Penggemar reggae pun biasa mendapat informasi

hanya melalui artikel-artikel di internet, televisi, majalah, kaset atau cd, atau

10

http://www.indoreggae.com/wwc_tonyq.html tanggal 7 juli 2012 pukul 12:41

8

dari teman sesama penggemar reggae. Berbekal informasi yang mereka

dapat tersebut yang akan mereka yakini kebenarannya. Maka terjadinya

perbedaan dalam pemaknaan akan berbeda pula dalam memahami dan

memaknai serta memandang tentang fashion reggae tersebut.

Adanya perbedaan serta hambatan yang terjadi dalam menerima atau

mengetahui informasi atau pesan mengenai reggae dan fashion reggae,

memungkinkan dapat menyebabkan adanya perbedaan dalam memandang

atau melihat fashion reggae yang dikenakan oleh penggemar reggae. Serta

perbedaan dalam pemahaman, atau pemaknaan mengenai fashion reggae itu

sendiri baik masyarakat luas maupun di dalam komunitas reggae, yaitu

sesama penggemar reggae. Untuk itu penulis tertarik meneliti mengenai

Pemaknaan Penggemar Reggae Terhadap Fashion Reggae (Studi pada

Penggemar Reggae di Tangerang)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah ―Bagaimana

pemaknaan penggemar reggae terhadap fashion reggae.‖

9

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti dapat mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggemar reggae memaknai fashion reggae

2. Makna apa yang ingin di bangun oleh penggemar reggae melalui

fashion reggae.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dirumuskan diatas,

maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mendeskripsikan pemaknaan penggemar reggae terhadap

fashion reggae.

2. Untuk mendeskrpsikan makna yang ada pada fashion reggae.

I.5 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa sebagai masukan bagi

pengembangan ilmu komunikasi khususnya mengenai komunikasi

antarbudaya. Melalui penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

pengetahuan tambahan bagi penelitian sejenis

10

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi,

menambah wawasan dan pengetahuan serta pandangan baru mengenai

fashion reggae kepada penggemar musik reggae dan masyarakat luas.

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu istilah paling popular dalam

kehidupan manusia. Manusia tidak bisa tidak berkomunikasi. Dalam setiap

aktivitasnya, manusia melakukan komunikasi. Jika manusia normal

merupakan makhluk sosial yang selalu membangun interaksi antas sesama

maka komunikasi adalah sarana utamanya.

Menurut Onong Uchjana Effendy, istilah komunikasi berasal dari

perkataan latin “communication” yang berarti ―pemberitahuan‖ atau

―pertukaran pikiran‖. Istilah tersebut bersumber pada kata ―communis‖ yang

berarti ―sama‖ yang dimaksud sama disini adalah ―sama makna‖ 11. Dengan

demikian komunikasi merujuk pada kesamaan makna antara pengirim dan

penerima pesan. Dalam perkembangan Ilmu Komunikasi, kata tersebut

didefinisikan beragam, dimana masing-masing memiliki penekanan arti,

cakupan, dan konteks yang berbeda. Lanjut lagi Onong menjelaskan

komunikasi dapat diartikan dengan proses penyampaian ―pesan / pikiran /

11

Onong Uchjana, 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, hal.9

11

12

ide / gagasan‖, ―alat untuk mecapai tujuan tertentu‖, ―mendiskusikan

makna‖12.

Definisi dari Bernald Berelson dan Gary A. Stainer, yang dikutip

oleh Dedy Mulyana, komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi,

keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-

kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi

itulah yang biasa disebut komunikasi.13

Laswell menjelaskan komunikasi tergambarkan dengan menjawab

pertanyaan : Who Says What In Which Channel To Whom With What

Effect?14. Berdasarkan cara pandang ini, dapat diuraikan lima unsur

komunikasi, yaitu :

a. Sumber (source) atau sering disebut komunikator, pengirim,

penyandi.

b. Pesan (message), apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada

penerima (verbal/non verbal)

c. Saluran atau media, alat yang digunakan sumber untuk

menyampaikan pesannya kepada penerima

d. Penerima (receiver), sering juga disebut komunikan, orang yang

menerima pesan dari sumber/komunikator.

12

Ibid hal 9 13

Dedy Mulyana. 2004. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,hal 62 14

Onong Uchjana, Op.Cit.10

13

e. Efek, apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan

tersebut.

Sehingga dari uraian diatas komunikasi dapat disimpulkan sebagai

suatu proses penyampaian pesan oleh seorang komunikator kepada

komunikan melalui media yang berakibat menimbulkan efek tertentu.

Sifat komunikasi itu sendiri ada dua macam yaitu komunikasi verbal

dan nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi kata-kata atau tulisan,

sedangkan komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan

disampaikan tidak menggunakan kata-kata15. Komunikasi nonverbal

diantaranya mencakup bahasa tubuh, sentuhan, menggunakan gerak isyarat,

ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian,

potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara

seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.

Pada dasarnya proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran

atau perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

Proses komunikasi dibedakan menjadi dua tahap yakni :

a. Proses komunikasi primer merupakan proses penyampaian

pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang

sebagai media primer dalam komunikasi adalah bahasa, kial

(gesture) isyarat, gambar, warna, dan lainnya seccara langsung

15

Deddy Mulyana, Op.Cit

14

mampu ―menerjemahkan‖ pikiran dan atau perasaan komunikator

kepada komunikan.16

b. Proses komunikasi sekunder merupakan proses penyampaian

pesan oleh seseorang kepada orang lainnya dengan menggunakan

alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang

sebagai media pertama. Media kedua itu seperti surat, telepon,

teleteks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, media

online/internet.17

Sehingga dapat disimpulkan komunikasi dilakukan tidak hanya

dengan kata-kata atau tulisan yang jelas namun seseorang dapat juga

dikatakan sedang berkomunikasi melalui gerak tubuh,mimik muka, bahkan

pakaian.

Komunikasi dapat dibagi secara umum menjadi lima konteks atau

tingkatan sebagai berikut :

1. Komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang terjadi

dalam diri seseorang, yang menjadi pusat perhatian adalah

bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yang dialami

seseorang melalui sistem saraf dan indera.

2. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi perorangan yang

bersifat pribadi baik yang secara langsung maupun (tanpa

16

Onong Sudjana, Op.Cit hal.11 17

Ibid, at 17

15

medium) maupun tidak langsung (dengan medium) seperti

percakapan tatap muka atau melalui telepon

3. Komunikasi kelompok memfokuskan pembahasan pada interaksi

diantara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil,

komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi.

4. Komunikasi organisasi menunjukkan pada pola dan bentuk

komunikasi yang terjadi dalam konteks jaringan organisasi.

5. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang

ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang besar.18

2.1.2 Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antarbudaya atau disebut juga intercultural

communication adalah salah satu bidang komunikasi. Budaya erat kaitannya

dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berfikir, merasa, mempercayai

dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya.

Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi,

tindakan-tindakan social, kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik, dan

teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola budaya. Seperti orang yang

berbicara bahasa sunda, memakan ular, menghindari minuman keras yang

terbuat dari angggur, memandikan keris, menguburkan orang-orang yang

mati, berbicara melalui telepon, atau meluncurkan roket ke bulan, ini semua

18

Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Malang : Cespur, hal 13

16

karena mereka telah dilahirkan atau sekurang-kurangnya dibesarkan dalam

suatu budaya yang mengandung unsur-unsur tersebut.

Apa yang orang-orang lakukan, bagaimana mereka bertindak,

bagaimana mereka hidup dan berkomunikasi merupakan respon-respon

terhadap dan fungsi-fungsi dari budaya mereka.19

Subbudaya atau subkultur adalah suatu komunitas rasial, etnik,

regional, ekonomi atau sosial yang memperlihatkan pola perilaku yang

membedakan subkultur-subkultur lainnya dalam suatu budaya atau

masyarakat yang melingkupinya20. Di Amerika Serikat, subkultur-subkultur

ini misalnya adalah golongan imigran asal timur, kelompok yahudi, kaum

miskin perkotaan, para penganut Hindu dan kelompok Mafia.

Menurut Alo Liliweri, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi

antarpribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang

kebudayaan.21

Sejatinya komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah

angggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota budaya

lainnya. Dalam komunikasi antarbudaya, terjadi pertukaran pesan verbal

(kata-kata) dan pesan nonverbal (ekspresi wajah,isyarat tangan, pakaian,

19

Deddy Mulyana, Jalaludding Rakhmat,2006. Komunikasi Antarbudaya. Bandung : PT.Remaja

Rosdakarya, 20

Ibid, hal 19 21

Nina Yuliana, 2009. Modul Komunikasi AntarBudaya. FISIP Untirta, hal 7

17

jarak fisik, nada suara, dan perilaku-perilaku lain yang sering tidak

disadari).22

Seperti kita lihat bahwa budaya mempengaruhi orang

berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan

perilaku komunikasi dan makna yang dimiliki setiap orang. Sehingga

menyebabkan perbendaharaan-perbendaharaan yang dimiliki dua orang yang

berbeda budaya akan berbeda pula dan dapat menimbulkan kesulitan.

Namun kita dapat mengurangi atau hampir menghilangkan kesulitan tersebut

melalui studi dan pemahaman atas komunikasi antarbudaya.

a. Jenis-Jenis Hambatan Komunikasi Antar Budaya

Hambatan komunikasi yang ada terbagi dua menjadi yang diatas

air (above waterline) dan dibawah air (below waterline). Faktor-faktor

hambatan komunikasi antar budaya yang berada dibawah air (below

waterline) adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap

seseorang, hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau

diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah persepsi

(perceptions), norma (norms), stereotip (stereotypes), filosofi bisnis

(business philosophy), aturan (rules), jaringan (networks), nilai (values),

dan grup cabang (subcultures group).

22

Deddy Mulyana, Jalaludding Rakhmat, Op.Cit hal 12

18

Sedangkan terdapat 9 (sembilan) jenis hambatan komunikasi antar

budaya yang berada diatas air (above waterline). Hambatan komunikasi

semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini

banyak yang berbentuk fisik. Hambatan-hambatan tersebut adalah23

1. Fisik (Physical)

Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu,

lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik. Hambatan ini

disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses

berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau

kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.

2. Budaya (Cultural)

Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga

perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang

lainnya. Seperti contoh : kata ―jangan‖ dalam bahasa Indonesia

artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut

suatu jenis makanan berupa sup.

3. Persepsi (Perceptual)

Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki

persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk

mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang

berbeda-beda. Contohnya perbedaan pendapat antara orang tua dan

anak.

23

Chaney & Martin, 2004, p. 11 – 12) dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/komunikasi-antar-

budaya-definisi-dan.html (02/04/2012 pukul 15:22)

19

4. Motivasi (Motivational)

Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari

pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima

pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut

sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi

hambatan komunikasi.

5. Pengalaman (Experiantial)

Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu

tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu

mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam

melihat sesuatu.

6. Emosi (Emotional)

Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar.

Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi

yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.

7. Bahasa (Linguistic)

Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan

(sender) dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang

berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh

penerima pesan. Contohnya adalah ketika dokter berbicara dengan

menggunakan istilah kedokteran seperti gastritis kepada pasiennya.

Pasien tersebut belum tentu mengetahui maksud kata itu adalah

penyakit magh.

20

8. Nonverbal

Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak

berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi.

Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan

(receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi.

Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat

komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak

maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima

pesan.

9. Kompetisi (Competition)

Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang

melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah

menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan 2 (dua)

kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan

pesan yang disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.

2.1.3 Pemaknaan

Pemaknaan adalah proses dengan mana orang mengorganisasi

dunia dalam perbedaan yang signifikan. Proses ini dijalankan melalui

konstruksi kode-kode (dan tanda dalam kode) sosial, budaya, dan sejarah

yang spesifik. Tidak ada makna tunggal bagi sejumlah teks media, teks

adalah intertekstual dan polisemik.

21

Makna adalah hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya.

Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh pemeran

dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang

dimiliki. Ujaran manusia itu mengandung makna yang utuh. 24

Keutuhan makna itu merupakan perpaduan dari empat aspek, yakni

pengertian (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat (intension).

Memahami aspek itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari usaha

untuk memahami makna dalam komunikasi

2.1.4 Penggemar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengemar adalah orang

yg menggemari (kesenian, permainan, dsb), contohnya penggemar sepak

bola.25 . Menurut wikipedia, penggemar adalah seseorang dengan

keinginan dan semangat untuk sesuatu, seperti sebuah band, tim olahraga

atau penghibur. Mereka mungkin menunjukkan antusias mereka dengan

menjadi anggota sebuah klub penggemar, mereka antusias dengan menjadi

anggota sebuah klub penggemar, menulis surat penggemar, atau dengan

mempromosikan obyek / idola mereka. Beberapa fans bahkan mengambil

atau terobsesi meniru idola mereka dan percata bahwa mereka adalah

karakter dari idola mereka.

24

www.wikipedia.com 25

http://www.artikata.com/arti-364094-penggemar.html

22

Menurut Jenson, penggemar adalah apa yang ‗orang lain‘ lakukan,

‗kita‘ selalu mengejar kepentingan-kepentingan, memamerkan selera, dan

preferensi. lebih lanjut apa yang ‗mereka‘ lakukan itu menyimpang, dan

karenanya berbahaya, sementara apa yang ‗kita‘ lakukan itu normal dan

karenanya aman.26

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa penggemar reggae adalah

orang yang menggemari musik reggae. Memiliki kegilaan terhadap musik

reggae dan bahkan menirukan apa yang idola mereka lakukan dan hal yang

dilakukan belum tentu menurut orang di luar dari penggemar reggae sesuatu

yang lazim atau biasa saja.

2.1.5 Reggae

Adalah suatu aliran musik yang awalnya dikembangkan di Jamaika

pada akhir era 60-an. Sekalipun kerap digunakan secara luas untuk

menyebut hampir segala jenis musik Jamaika, istilah reggae lebih tepatnya

merujuk pada gaya musik khusus yang muncul mengikuti perkembangan ska

dan rocksteady.27

Musik reggae merupakan kombinasi dari iringan tradisional Afrika,

Amerika dan Blues serta folk (lagu rakyat) Jamaika. Pada awalnya lahir dari

jalanan Getho (perkampungan kaum rastafaria) di Kingson ibu kota Jamaika.

Kata ―reggae‖ diduga berasal dari pengucapan dalam logat Afrika dari kata

26

John Storey, 2008. Cultural studies dan kajian budaya pop. Yogyakarta ; Jalansutra, hal 159 27

http://id.wikipedia.org/wiki/Reggae tanggal 23 April 2012 pukul 13:41

23

―ragged‖ (gerak kagok–seperti hentak badan pada orang yang menari

dengan iringan musik ska atau reggae)28.

Teknik para musisi Ska dan Rocsteady dalam memainkan alat musik,

banyak ditirukan oleh musisi reggae. Namun tempo musiknya jauh lebih

lambat dengan dentum bas dan rhythm guitar lebih menonjol. Karakter

vokal biasanya berat dengan pola lagu seperti pepujian (chant), yang

dipengaruhi pula irama tetabuhan, cara menyanyi dan mistik dari Rastafari.

Tempo musik yang lebih lambat, pada saatnya mendukung penyampaian

pesan melalui lirik lagu yang terkait dengan tradisi religi Rastafari dan

permasalahan sosial politik humanistik dan universal.

Berbicara mengenai reggae, maka kita akan berbicara pula mengenai

Jamaika, Rasta dan Bob Marley. Baik Jamaika, Rastafaria, dan Bob Marley

adalah yang terkenal dan menjadi bagian dari sejarah perjalanan reggae itu

sendiri.

a. Jamaika, Bob Marley dan Rastafari

Jamaika ditemukan Columbus pada abad ke-15. Sebuah pulau

yang dihuni oleh suku Indian Arawak29. Nama Jamaika sendiri berasal

dari kosa kata Arawak ―xaymaca‖ yang berarti ―pulau hutan dan air‖.

Kolonialisme Spanyol dan Inggris pada abad ke-16 memunahkan suku

Arawak, yang kemudian digantikan oleh ribuan budak belian berkulit

28

http://www.indoreggae.com/artikel4.html tanggal 22 Maret 2012 pukul 23.15pm 29

http://www.indoreggae.com/artikel4.html (tanggal 22/03/2012 pukul 01.34am)

24

hitam dari daratan Afrika. Budak-budak tersebut dipekerjakan pada

industri gula dan perkebunan yang bertebaran di sana. Sejarah kelam

penindasan antar manusia pun dimulai dan berlangsung hingga lebih

dari dua abad. Baru pada tahun 1838 praktek perbudakan dihapus,

yang diikuti pula dengan melesunya perdagangan gula dunia.30

Musik yang popular di Jamaika, dari calypso sampai mento

selalu bertindak sebagai cara untuk menyebarkan kisah perilaku

amoral para tetangga atau kebohongan para penguasa.31

Musik reggae sendiri pada awalnya lahir dari jalanan Getho

(perkampungan kaum rastafaria) di Kingson ibu kota Jamaika. Inilah

yang menyebabkan gaya rambut gimbal menghiasi para musisi reggae

awal dan lirik-lirik lagu reggae sarat dengan muatan ajaran rastafari

yakni kebebasan, perdamaian, dan keindahan alam, serta gaya hidup

bohemian.

Bob Marley adalah salah satu orang yang menjadikan reggae

mendunia seperti sekarang ini. Lahir di Nine Miles, sebuah desa kecil

di Jamaika dengan nama Robert Nesta Marley atau lebih dikenal

dengan Bob Marley pada awal tahun 1946, saat Perang Dunia II

hampir berakhir.32

30

Ibid 31

Mikail Gilmore, Op.Cit hal 24 32

Ibid hal 22

25

Marley menyambut kehadiran reggae. Musik itu memberinya

visi dan ambisi baru yaitu membuat musik yang memuaskan dan

mewakili tanah kelahirannya (Jamaika) bahkan dunia yang lebih luas33.

Di Jamaika, sebuah aliran bernama Ras Tafaria muncul akibat

kepercayaan bahwa Selassie adalah utusan Tuhan, kembalinya Jenovah

ke muka bumi dan sebuah tanda harapan bagi diaspora kulit hitam

dunia yang telah lama menderita pada tahun 193034.

Rasta, atau Gerakan Rastafari, adalah sebuah gerakan agama

baru yang mengakui Haile Selassie I, bekas kaisar Ethiopia, sebagai

Raja diraja, Tuan dari segala Tuan dan Singa Yehuda sebagai Yah

(nama Rastafari untuk Allah, yang merupakan bentuk singkat dari

Yehovah yang ditemukan dalam Mazmur 68:4 dalam Alkitab versi

Raja James), dan bagian dari Tritunggal Kudus.35

Pergerakan Rastafari itu bukanlah sebuah organisasi agama

tetapi lebih tepatnya sebuah pergerakan grass-roots/akar-rumput yang

berawal di Jamaika. Rastafari adalah pencerahan sebuah identitas

kaum kulit hitam yang telah lama ditindas oleh rasisme, kolonialisme

& perbudakan.

33

id at 26 34

Mikail Gilmore, Op.Cit hal 25 35

http://www.indoreggae.com/artikel18.html tanggal 22/03/2012 pukul 02.34am)

26

Rastafari adalah revolusi dalam diri dimana dari sekian lama

sebuah bangsa dipaksa & dicuci otak untuk memandang dunia dengan

mata Eropa/kulit putih (Euro-sentris). Maka timbulnya rasa Afro-

sentrisme, sebuah bibit & fondasi dalam pergerakan Rastafari yang

mengajarkan untuk melihat, berkerja & bernafas dengan jati diri

bangsa yang sejati & sebenarnya tanpa harus menjadi bangsa yang

lain.36

Haile Selassie, kaisar Ethiopia adalah nama utusan Tuhan itu,

yang menjadi bagian dari sejarah rumit dalam kehidupan Marley dan

Jamaika. Pentingnya makna Selassie bagi rakyat Jamaika berawal dari

kehidupan seorang pria lainnya, Marcus Garvey, seorang aktivis di

awal abad ke-20 yang mendorong kaum kulit hitam untuk melirik

tradisi Afrika, menciptakan takdirnya sendiri.37

Nama Rastafari berasal dari Ras Tafari, nama Haile Selassie I

sebelum ia dinobatkan menjadi kaisar. Gerakan ini muncul di Jamaika

di antara kaum kulit hitam kelas pekerja dan petani pada awal tahun

1930-an, yang berasal dari suatu penafsiran terhadap nubuat Alkitab,

aspirasi sosial dan politik kulit hitam, dan ajaran nabi mereka, seorang

penerbit dan organisator Jamaika kulit hitam, Marcus Garvey, yang

36

Ras Muhammad.tumbl 37

Mikal Gilmore,Op.Cit hal 25

27

visi politik dan budayanya ikut menolong menciptakan suatu

pandangan dunia yang baru.38

Rastafarianisme berkembang sebagai kepercayaan Judeo-

Christian mistik dengan visi Afrika khususnya Ethiopia, sebagai Zion

sejati. Kaum Rastafaria tak pernah memiliki doktrin sejati, selain

seperangkat cerita rakyat dan pandangan hidup. Salah satu

kepercayaan mereka bahwa mariyuana yang disebut ganja oleh para

Rasta adalah tanaman suci yang membuat mereka pemakainya

memahami dirinya dengan lebih dalam. Yang lebih penting lagi, para

Rasta mendapat visi kiamat. Mereka menganggap masyarakat Barat

sebagai kerajaan Babylon modern, korup, dan pembunuh dan berdiri

atas penderitaan kaum dunia yang tertindas. Dengan demikian, para

Rasta merasa bahwa Babylon harus tumbang walau mereka sendiri

tidak akan bangkit menumbangkannya, kekerasan merupakan hak

Tuhan.

Menurut satu legenda, para rasta tidak memotong rambut

sampai Babylon tumbang. Mereka menumbuhkannya sampai panjang

dan tampak menyeramkan dan menamakannya dreadlock. Para rasta

hidup sebagai kaum cinta damai yang tidak akan bekerja dalam sistem

perekonomian Babylon dan tidak akan memilih politikusnya.

38

http://www.indoreggae.com/artikel18.html (tanggal 22/03/2012 pukul 03.00)

28

Hidup dekat dengan alam dan menjadi bagian dari alam

dianggap sebagai sifat Afrika. Pendekatan Afrika terhadap "hidup

dekat alam" ini terlihat dalam rambut gimbal, ganja (marijuana),

makanan ital, dan dalam segala aspek kehidupan Rasta.

Rastafari menganjurkan pengikutnya untuk menjauhi

materialisme dan hidup alami. Mereka juga di larang memotong

bagian tubuhnya maka dari itu rambut mereka di biarkan menggimbal,

dan memakan daging. Asap mariyuana juga di anjurkan di pakai untuk

meditasi para rastafari. Sebagian identitas, biasanya pengikut Rastafari

menggunakan warna identitas yaitu warna merah, emas, dan hijau, dari

warna bendera Ethiopia. Warna-warna ini adalah lambang gerakan

Rastafari, dan kesetiaan kaum Rasta terhadap Haile Selassie, Ethiopia,

dan Afrika dan bukan kepada negara modern manapun di mana mereka

kebetulan tinggal. Warna-warna ini seringkali terlihat dalam pakaian

dan hiasan-hiasan lainnya.

Setiap warna dalam bendera Rastafari Movement ini memiliki

makna masing-masing. Merah melambangkan darah sebagai simbol

dari banyaknya kematian yang sudah terjadi di Ethiopia, serta Afrika,

hijau melambangkan tetumbuhan Afrika, tanah Afrika yang entah

hilang ke mana warna hijaunya, sementara kuning yang sebenarnya

warna emas melambangkan kekayaan dan kemakmuran yang

ditawarkan Afrika yang sudah tidak mereka miliki lagi. Sebaliknya,

29

sejumlah pakar Ethiopia menyatakan bahwa warna-warna ini berasal

dari pepatah lama yang mengatakan bahwa sabuk Perawan Maria

adalah pelangi, dan bahwa warna merah, emas, dan hijau

melambangkan semuanya ini39.

Pada bulan April 1966 Bob kembali ke Jamaika, bertepatan

dengan kunjungan HIM Haile Selassie I (raja Ethiopia) ke Jamaika

untuk bertemu penganut Rastafari. Kharisma sang raja membawa Bob

menjadi penghayat ajaran Rastafari pada tahun 1967, dan bersama The

Wailer, band barunya yang dibentuk setahun kemudian bersama dua

personil lawas Mc Intosh dan Livingston, dia menyuarakan nilai-nilai

ajaran Rasta melalui reggae. Penganut Rastafari lantas menganggap

Bob menjalankan peran profetik sebagaimana para nabi, menyebarkan

inspirasi dan nilai Rasta melalui lagu-lagunya40. Bob Marley

menyebarkan pengaruh Rastafari ke seluruh dunia41. Ia tidak hanya

menganut Rastafarianisme, tapi juga menjadi suri teladannya.

Menurut Mikal Gilmore, Marley adalah sosok yang mampu

menembus waktu, membawa misi yang tak pernah dijalankan oleh

siapapun sebelumnya dalam dunia musik popular42. Ia mampu

mempopulerkan reggae, sebuah musik yang pernah terdengar aneh dan

39

http://www.indoreggae.com/artikel18.html tanggal 22/03/2012 pukul 03. 14 am 40

http://www.indoreggae.com/artikel16.html tanggal 22/03/2012 pukul 03. 14 am 41

http://www.indoreggae.com/artikel18.html tanggal 22/03/2012 pukul 03. 14 am 42

Mikail Gilmore, Op cit hal 22

30

asing bagi banyak telinga dan menyampaikan kebenaran seputar Tanah

Airnya yang bermasalah yaitu Jamaika.

Marley tidak bernyanyi tentang bagaimana mudahnya

menciptakan perdamaian di dunia melainkan tentang bagaimana

gampangnya menciptakan neraka di dunia. Lagu-lagunya tidak hanya

mengumbar teori, atau sekedar pengundang simpati. Lagu-lagunya

mengandung kenangan, bahwa Bob Marley pernah hidup bersama

orang-orang sengsara, telah melihat para penindas, dan mereka yang

ditindas, bahkan pernah ditembaki. Kemampuannya untuk

mengambarkan semua ini secara nyata dan otentik membuat karya

musiknya tetap abadi dan berbeda dengan musik lain yang kita kenal43.

Ia wafat pada 11 Mei 1981 di Miami

Dengan keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

keidentikan musik reggae dengan Jamaika, Rasta serta Bob Marley

menjadi ciri khas sendiri dan menjadi bagian dari sejarah reggae itu

sendiri. Masuknya reggae sebagai salah satu unsur musik dunia yang

juga mempengaruhi banyak musisi dunia lainnya, otomatis

mengakibatkan aliran musik satu ini menjadi barang konsumsi publik

dunia. Maka, gaya rambut gimbal atau dreadlock serta lirik-lirik ‗rasta‘

dalam lagunya pun menjadi konsumsi publik. Dengan kata lain,

dreadlock dan ajaran rasta telah menjadi produksi pop, menjadi budaya

pop, seiring berkembangnya musik reggae sebagai sebuah musik pop.

43

Mikail Gilmore, Op. Cit hal 22

31

2.1.6 Fashion

Fashion, busana merupakan suatu sistem penanda dari perubahan

budaya dan menurut suatu kelompok atau adat tertentu, bisa juga sebagai

strata pembagian kelas, status, pekerjaan dan kebutuhan untuk

menyeragamkan suatu pakaian yang sedang In, gaya hidup dan merek.

Mengacu pada Oxford English Dictionary (OED), menurut Malcom

Barnald ―Etimologi fashion terkait dengan bahasa latin, Factio, yang

artinya membuat atau melakukan‖44, facere yang artinya membuat atau

melakukan. Karena itu, arti asli fashion mengacu pada kegiatan; fashion

merupakan sesuatu yang dilakukan seseorang, tidak seperti dewasa ini yang

memaknai fashion sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang. 45

Polhemus dan Procter menunjukan bahwa ―dalam masyarakat

kontemporer barat, istilah fashion kerap di gunakan sebagai sinonim dari

istilah dandanan, gaya dan busana‖46. Dan dapat kita simpulkan dari

pengertian di atas mengenai fashion arti sebenarnya maupun sinonim yang

biasa di artikan dari fashion itu sendiri berhubungan erat. Pakaian atau

dandanan atau gaya yang menjadi sinonim dari fashion itu sendiri adalah

sesuatu kegiatan yang dilakukan seseorang atau perkelompok demi

menunjukkan eksistensi dan identitas diri.

44

Malcom Barnald, 2011. Fashion Sebagai Komunikasi,Jalansutra,Jogjakarta, hal 11 45

ibid 11 46

id, at 13

32

Fashion itu sendiri berasal dari bahasa Inggris, yang artinya cara,

kebiasaan, atau mode. Secara garis besar fashion meliputi cara berpakaian,

atribut yang melekat di badan atau aksesoris yang di gunakan, dandanan,

penampilan seseorang yang tentunya menunjukan informasi yang ingin

disampaikan oleh pemakainnya47.

Fashion merupakan salah satu media komunikasi non verbal karena

di dalamnya terdapat praktik-praktik penandaan. Fungsi fashion, pakaian,

dandanan, busana dan gaya, bukan hanya sebagai perlindungan dan untuk

memenuhi kebutuhan kesopanan. Tetapi, sebagai media ekspresikan diri,

media mendefinisikan peran dan status sosial, simbol politis, dan sebagai

media rekreasional”. Fashion juga dapat menjadi identitas penggunanya48.

Menurut Thomas Carlyle,‖pakaian adalah perlambang jiwa‖. Masih

menurutnya: ―pakaian tak bisa dipisahkan dari perkembangan sejarah

kehidupan dan budaya manusia‖49.

Fashion adalah sebuah fenomena komunikatif dan kultural yang

digunakan oleh suatu kelompok untuk mengkonstrusikan dan

mengkomunikasikan identitasnya, karena fashion mempunyai cara

nonverbal untuk memproduksi serta mempertukarkan makna dan nilai-nilai.

Fashion sebagai aspek komunikatif tidak hanya sebagai sebuah karya seni

47 http://evalicious-faz.blogspot.com/2010/11/fashion-sebagai-media-komunikasi.html tanggal 23 April

2012 pukul 13.45

48 http://www.indonesiaculture.net/2010/01/i-fashion/ 22/03/2012 .2:04am

49 Ibid

33

akan tetapi fashion juga dipergunakan sebagai simbol dan cerminan budaya

yang dibawa.

Studi tentang fashion adalah bukan hanya tentang pakaian, tapi juga

peran dan makna pakaian dalam tindakan sosial. Dengan kata lain, fashion

bisa di metaforakan sebagai kulit sosial dan budaya kita50. Yang

didalamnya membawa pesan dan gaya hidup suatu komunitas tertentu yang

adalah suatu bagian dari kehidupan sosial. Di samping itu fashion juga

mengekspresikan suatu identitas tertentu. Pakaian adalah salah satu dari

seluruh rentang penandaan yang paling jelas dari penampilan luar, yang

dengannya seseorang menempatkan diri mereka terpisah dari orang lain,

yang selanjutnya berkembang menjadi identitas suatu kelompok tertentu.

2.1.6.1 Fashion Sebagai Komunikasi

Berikut adalah beberapa definisi yang menyatakan bahwa

fashion sebagai komunikasi :

Mazhab proses

a. Fashion atau pakaian menjadi medium atau saluran yang

dipergunakan seseorang untuk ―menyatakan‖ sesuatu pada

orang lain dengan maksud mendorong terjadi perubahan pada

orang lain tersebut51.

50

Malcom Barnald, Op.Cit hal ix 51

Nina Yuliana, 2009. Modul Komunikasi AntarBudaya, FISIP Untirta, Serang,

34

b. Seseorang mengirim pesan tentang dirinya sendiri melalui

fashion dan pakaian yang dipakainya52.

c. Pakaian dipilih sesuai dengan apa yang akan dilakukan hari itu,

bagaimana suasana hatinya, siapakah yang akan ditemuinnya,

dsb.53

Model kedua disebut model ―semiotika‖ atau ―stukturalis atau

dikenal juga Mazhab semiotika. Seperti yang dinyatakan oleh Fiske,

semiotika merumuskan interaksi sosial sebagai tindakan yang

mendasari individu sebagai anggota dari masyarakat atau budaya

tertentu.54

Dengan begitu, Komunikasi membuat individu menjadi anggota

suatu komunitas, komunikasi sebagai ―interaksi social melalui pesan‖

membuat individu menjadi anggota suatu kelompok.55. Bukannya

anggota suatu kelompok yang berkomunikasi dengan anggota

kelompok lain, seperti dalam model pertama (mazhab proses),

melainkan lebih dipandang sebagai komunikasi diantara individu-

individulah yang ―pertama-tama‖ membuatnya menjadi anggota suatu

kelompok budaya.

Douglas menunjukkan dalam The World of Goods,

52

ibid 53

ibid 54

Malcom Barnald, Op Cit 43 55

ibid

35

―Manusia membutuhkan barang-barang untuk berkomunikasi

dengan manusia lain dan untuk memahami apa yang terjadi di

sekelilingnya. Memang ini dua kebutuhan, namun sebenarnya

tunggal, yakni untuk berkomunikasi hanya bisa dibentuk

dalam system makna yang terstruktur‖.56

Dia menyatakan, pertama, bahwa fashion dan pakaian bisa saja

dipergunakan untuk memahami dunia serta benda-benda dan manusia

yang ada di dalamnya, sehingga fashion dan pakaian merupakan

fenomena komunikatif. Kedua, dia menytakan bahwa system makna

yang terstruktur, yakni suatu buadaya, memungkinkan individu untuk

mengonstruksi suatu identitas melalui sarana komunikasi.57

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa fashion

merupakan wadah atau media yang digunakan untuk berkomunikasi.

Fashion juga merupakan salah satu cara komunikasi nonverbal

dengan penampilan yang menjadi simbol atau tanda yang akhirnya

menjadi identitas dan memiliki makna. Tidak hanya itu, fashion pun

menampilkan peran sebagai afiliasi budaya kita.

2.1.7 Fashion Reggae

Seperti yang sudah dijelaskan di atas mengenai fashion dan sejarah

reggae itu sendiri, maka dapat di tarik kesimpulan, bahwa studi tentang

fashion adalah bukan hanya tentang pakaian, tapi juga peran dan makna

pakaian dalam tindakan sosial. Dengan kata lain, fashion bisa di

56

id, at 44 57

Id, at 44

36

metaforakan sebagai kulit sosial dan budaya yang didalamnya membawa

pesan dan gaya hidup suatu komunitas tertentu yang menjadi suatu bagian

dari kehidupan sosial58

.

Di samping itu fashion juga mengekspresikan suatu identitas tertentu

dan pakaian merupakan salah satu dari seluruh rentang penandaan yang

paling jelas dari penampilan luar, yang dengannya seseorang menempatkan

diri mereka terpisah dari orang lain, yang selanjutnya berkembang menjadi

identitas suatu kelompok tertentu59

.

Fashion juga merupakan media atau salah satu cara komunikasi non

verbal dengan penampilan yang menjadi simbol atau tanda yang akhirnya

menjadi identitas dan memiliki makna60

.

Melihat dari sejarah reggae dan perkembangan musik reggae itu

sendiri, kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang menjadi fashion dari

reggae itu sendiri diantaranya rambut gimbal, baju dengan warna merah-

kuning-hijau, ganja dan lain halnya. Hal ini dikarenakan keidentikan rambut

gimbal, atribut atau pakaian dengan warna merah-kuning-hijau seperti

pakaian,topi, serta ganja yang tak lepas dari kehidupan komunitas reggae.

Berikut penjelasan mengenai fashion reggae beserta arti atau

pemahamannya.

58

Ibid 59

Ibid 60

Ibid

37

a. Rambut gimbal atau Dreadlocks

Di dalam fenomena reggae itu sendiri rambut gimbal menjadi

pusat perhatian selain Bob Maley dan Jamaika tentunya. Rambut

gimbal atau lazim disebut ―dreadlocks” selalu diidentikkan dengan

musik reggae, sehingga secara kaprah orang menganggap bahwa para

pemusik reggae yang melahirkan gaya rambut bersilang-belit (locks)

itu. Padahal Rambut gimbal adalah spiritualist dari semua kepercayaan

dengan latar belakangnya memasukan kedalam jalur ajarannya dengan

tidak memperdulikan penampilan fisik dari individu penganut

kepercayaan tersebut. Para pendatang terkadang tidak menyisir dan

memotong rambutnya atau bahkan sebaliknya dengan menutup

rambutnya. Disinilah bagaimana dreadlocks lahir61.

Jauh sebelum menjadi gaya, rambut gimbal telah menyusuri

sejarah panjang. Konon, rambut gimbal sudah dikenal sejak tahun

2500 SM. Sosok Tutankhamen, seorang fir‘aun dari masa Mesir Kuno,

digambarkan memelihara rambut gimbal. Demikian juga Dewa Shiwa

dalam agama Hindu. Secara kultural, sejak beratus tahun yang lalu

banyak suku asli di Afrika, Australia dan New Guinea yang dikenal

dengan rambut gimbalnya. Di daerah Dieng, Wonosobo hingga kini

masih tersisa adat memelihara rambut gimbal para balita sebagai

ungkapan spiritualitas tradisional.

61

http://www.indoreggae.com/artikel15.html tanggal 22/03/2012 .3:04am

38

Lalu ketika dunia masuk ke dalam era industri, dreadlocks sudah

dapat dilihat dimana-mana selain India. Pada abad ke 20, pergerakan

sosial-agama bermulai di Harlem New York oleh Marcus Garvey,

menemukan antusiasisme dreadlocks diantara populasi masyarakat

negro di Jamaica. Group ini mengambil pengaruh dari 3 sumber utama,

yaitu: Perjanjian Lama dan Baru dari Alkitab, Budaya Suku Afrika dan

Budaya Hindu yang dapat menembus serangan budaya di Hindia barat.

Pengikut dreadlocks menyebut diri mereka ―Dreads‖,

menandakan mereka mempunyai dread, takut dan respek kepada

Tuhan. Dengan referensi yang berasal dari agama Hindu dan Kristen.

Rambut ―dread‖ yang tumbuh matted locks (kusut dan terbentuk knot)

kemudian oleh masyarakat dunia disebut ―Dreadlocks‖ – model

rambut para dread.

Perkembangan selanjutnya, di awal 1900-an, para dread lebih

fokus kepada Kaisar Ethiopia Ras Tafari, Haile Selassie dan melalui

dialah muncul penganut rastafari, ―Rastafarians‖. Dreadlocks diambil

alih oleh penganut rastafari sebagai tambahan terhadap fungsi asli

agama dan arti pentingnya spiritual sebagai simbol potensi sosial yang

baik. Saat ini dreadlocks merupakan hal yang sungguh-sungguh

spiritual, natural dan supernatural power dan sebagai pernyataan anti

kekerasan, keselarasan, kebersamaan dan dapat saling bersosialisasi

serta solidaritas antar sesama tanpa menekan minoritas. Bob Marley

sendiri pun adalah penganut Rastafarian.

39

b. Kombinasi Merah, Kuning dan Hijau di Setiap Atribut Reggae

Selain rambut gimbal, ada juga dari cara berpakaian mereka atau

atribut lainnya seperti topi, syal, sendal yang menggunakan kombinasi

3 warna, yaitu hijau-kuning-merah.

Merah-kuning-hijau merupakan warna bendera negara Ethiopia.

Warna-warna ini melambangkan gerakan Rastafara, dan kesetiaan

kaumnya terhadap negaranya sendiri atau sebagai ungkapan rasa

nasionalisme tinggi terhadap negaranya62.

Warna Merah melambangkan darah para martir, kuning/emas

melambangkan kekayaan dan kemakmuran yang ditawarkan Afrika,

sementara hijau melambangkan tetumbuhan Afrika.

Menurut sejumlah pakar Ethiopia menyatakan, warna merah,

kuning/emas, dan hijau ini berasal dari pepatah lama yang mengatakan

bahwa sabuk Perawan Maria adalah pelangi. Dan warna merah, emas

dan hijau melambangkan semua ini.

c. Ganja

Identik penghisap atau pengguna ganja melekat pula kepada

penggemar atau pecinta musik reggae. Bahkan di setiap atribut atau

fashion reggae yang ada lambang ganja selalu hadir menghiasi. Ganja

sendiri menjadi stereotype sendiri terhadap penggemar musik reggae.

Penggunaan ganja oleh para musisi Reggae banyak diikuti oleh para

62

http://www.indoreggae.com/artikel18.html 22/03/2012 .3:04am

40

pendengar dari musik ini, karena efek yang ditimbulkan oleh ganja

memang sangat cocok dengan irama musik Reggae.

Bahkan tidak sedikit yang berasumsi bahwa penggunaan

cannabis atau ganja merupakan salah satu ritual yang wajib dilakukan

oleh para Rastafarian sebagai meditasi pendekatan kepada Tuhan

mereka yaitu JAH. Mereka menyebut ganja sebagai souljah atau daun

yang diberkati Tuhan/JAH.

Selain menjadi simbol reggae, ganja menjadi simbol budaya

hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal ini biasanya

dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu

ganja dan opium juga didengungkan sebagai simbol perlawanan

terhadap arus globalisme yang dipaksakan negara kapitalis terhadap

negara berkembang.

Melihat dari penjelasan di atas bahwa Fashion tidak hanya sebatas

sebagai pelindung dan gaya-gayaan dari seseorang, namun fashion dapat

mengkomunikasikan dan menyampaikan pesan secara tidak langsung. Lebih

dalam lagi, dengan fashion pun kita dapat melihat budaya yang dianut

seseorang.

Dengan apa yang dikenakan seseorang lewat fashion tersebut sama

saja seseorang sedang menyampaikan maksud atau pesannya baik disadari

maupun tidak. Hubungan komunikasi dan fashion sangat erat, lewat fashion

baik pakaian maupun atribut, seseorang berkomuikasi dengan orang lainnya,

41

menyampaikan pesan lewat media yang berbeda tidak dengan kata-kata,

yang biasa di sebut dengan komunikasi nonverbal.

Dengan fashion, seseorang dapat menjaga penampilan luarnya untuk

tetap berpenampilan menarik, trend serta menampilkan kesan positf. Selain

itu fashion dapat pula menginformasikan, menyampaikan pesan, mengajak,

mempengaruhi bahkan menciptakan kebersamaan. Termasuk dengan yang

dilakukan oleh para pecinta musik reggae. Mereka mencoba berkomunikasi

dengan orang lain selain dengan lagu dan musik yang ditawarkan yaitu

musik reggae, namun sebagai penunjang mereka juga menggunakan atribut-

atribut atau fashion reggae yang tidak terbatas yang pada akhirnya akan

memperlihatkan dan mencirikan mereka sebagai penggemar reggae. Selain

itu, dengan fashion seseorang dapat menilai budaya apa yang dianut, serta

mengklasifikasikan seseorang.

Sehingga dapat disimpulkan fashion reggae lahir dari musisi atau

penyanyi yang membawa musik reggae itu sendiri yang diikuti dan diminati

oleh masing-masing penggemar musik reggae baik di dunia maupun di

Indonesia sendiri. Dari sejarah asal usul reggae dapat mengungkapkan

kehadiran fashion reggae yang dibawa oleh musisi-musisi reggae terutama

di sini adalah Bob Marley. Dan kecenderungan tersebut yang diikuti oleh

penggemarnya. Meskipun terdapat perubahan karena adanya penyesuaian

terhadap kultur di Negara atau daerah masing-masing namun kekhasan dari

fashion reggae yang di bawa Bob Marley tetap ada.

42

2.1.8 Teori Interaksionisme Simbolik

Menurut teoritis Interaksi simbolik, kehidupan pada dasarnya adalah

interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol, mereka tertarik

pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang mempresentasikan

apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan

juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap

prilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.63

Teori Interaksionisme simbolik sangat berpengaruh dalam

perkembangan ilmu-ilmu sosial khususnya ilmu komunikasi. Herbert

Blumer dan George Herbert Mead adalah yang pertama-tama

mendefinisikan teori symbolic interactionism. Blumer mengutarakan

tentang tiga prinsip utama interaksionisme simbolik, yaitu tentang

pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pikiran (thought)64. Premis

ini nantinya mengantarkan kepada konsep ‗diri‘ seseorang dan

sosialisasinya kepada ‗komunitas‘ yang lebih besar, masyarakat.

Blumer menjelaskan dalam premis pertamanya, bahwa human act

toward people or things on the basis of the meanings they assign to those

people or things. Maksudnya manusia bertindak terhadap sesuatu yang

berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

63

Mulyana, 2004, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, hal 71 64

Pawito,Phd, 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. LKS Yogyakarta

43

Sebagai contoh, dalam film Kabayan, tokoh Kabayan sebenarnya

akan memiliki makna yang berbeda-beda berpulang kepada siapa atau

bagaimana memandang tokoh tersebut. Ketika Kabayan pergi ke kota

besar, maka masyarakat kota besar tersebut mungkin akan memaknai

Kabayan sebagai orang kampung, yang kesannya adalah norak,

kampungan. Nah, interaksi antara orang kota dengan Kabayan dilandasi

pikiran seperti ini. Padahal jika di desa tempat dia tinggal, masyakarat di

sana memperlakukan Kabayan dengan cara yang berbeda, dengan

perlakuan lebih yang ramah. Interaksi ini dilandasi pemikiran bahwa

Kabayan bukanlah sosok orang kampung yang norak.

Premis kedua Blumer adalah meaning arises out of the social

interaction that people have with each other. Makna itu diperoleh dari

hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain Pemaknaan muncul

dari interaksi sosial yang dipertukarkan di antara mereka. Makna bukan

muncul atau melekat pada sesuatu atau suatu objek secara alamiah. Makna

tidak bisa muncul ‗dari sananya‘. Makna berasal dari hasil proses negosiasi

melalui penggunaan bahasa (language)—dalam perspektif interaksionisme

simbolik.

Sedangkan premis ketiga Blumer, adalah an individual’s

interpretation of symbols is modified by his or her own thought process,

maksudnya interaksionisme simbolik menggambarkan proses berpikir

44

sebagai perbincangan dengan diri sendiri65. Makna-makna tersebut

disempurnakan disaat proses interaksi sosial sedang berlangsung.

Teori Interaksionisme Simbolik memandang bahwa makna-makna

(meaning) dicipta dan dilanggengkan melalui interaksi dalam kelompok-

kelompok sosial. Interaksi sosial memberikan, melanggengkan, dan

mengubah aneka konvensi seperti peran, norma, aturan, dan makna-makna

yang ada dalam suatu kelompok sosial. Konvensi-konvensi yang ada pada

gilirannya mendefinisikan realitas kebudayaan dari masyarakat itu sendiri.

Barbara ballis Lal mengidentifikasikan cara pandang interaksionisme

simbolik sebagai berikut66 :

a. Orang mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan

pemahaman subjektif tentang situasi yang dihadapi

b. Kehidupan social lebih merupakan proses-proses interaksi

daripada struktur-struktur yang karenanya senantiasa berubah.

c. Orang memahami pengalamannya melalui makna-makna yang ia

ketahui dari kelompok-kelompok primer (primer groups), dan

bahasa merupakan suatu hal yang esensial dalam kehidupan

social

d. Dunia ini terbangun atas objek-objek social yang disebut dengan

sebutan tertentu dan menentukan makna-makna

65

Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York: McGraw-Hill, 2003 (dalam http://yearrypanji.wordpress.com/2008/03/17/teori-interaksionisme-simbolik/ 15/03/2012 02:00 am) 66

Pawito,Phd, Op Cit hl.67

45

e. Tindakan manusia didasarkan pada penafsiran-penafsiran

dimana objek-objek yang relevan serta tindakan-tindakan tertentu

diperhatikan

f. Kesadaran tentang diri sendiri seseorang (one’s self) merupakan

suatu objek signifikan dan seperti objek social lainnya, ia

didefinisikan melalui interaksi sosial dengan orang lain.

Dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan di atas, dapat

dikatakan berupaya membahas totalitas berprilaku manusia dari sudut

pandang sosio-psikologis. Artinya perilaku manusia dipahami melalui

proses interaksi yang terjadi.struktur sosial dan perilaku manusia dipahami

melalui proses interaksi sosial. Dari perspektif ini, komunikasi

didefinisikan sebagai symbolic behavior which result in various degree of

shared meanings and value between partisipans (perilaku simbolik yang

menghasilkan saling berbagi makna dan nilai-nilai di antaranya partisipan

dalam tingkat beragam)67

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan hal ini sama dengan para

penggemar musik reggae. Para pecinta musik reggae pun dengan fashion

yang mereka gunakan sebenarnya mereka sedang berkomunikasi dengan

khalayak yang melihat terutama dengan komunitasnya sesama pecinta

musik reagge.

Mereka menampilkan sesuatu yang menjadi filosofi mereka lewat

pakaian dan atribut-atribunya seperti rambut gimbal, memakai baju warna

67

faules dan Alexander, 1978:5 dalam Pawito,Phd, Penelitian Komunikasi Kualitatif,PT.LKS Aksara Jogjakarta,hl

68

46

dengan kombinasi merah-kuning-hijau, dan lain sebagainya meskipun pada

akhirnya mereka menyesuaikan atau terjadi perubahan-perubahan

mengikuti perkembangan zaman serta kultur yang ada di Negara atau

daerah masing-masing. Pemahaman dan pemaknaan dari para penggemar

atau pecinta musik reggae terhadap fashion reggae di dapat pula melalui

interaksi-interaksi yang terjadi baik sesama maupun perkelompok /

komunitas itu sendiri.

Tentunya tidak semua yang melihat akan mengetahui maksud dan

pesan yang mereka ingin sampaikan. Sehingga banyak pula yang menyukai

tanpa tahu makna. Para pecinta reggae pun menjadi sebuah komunitas

reggae yang dimana terdapat satu kesamaan yaitu menyukai musik reggae.

Dari kesukaan inilah membentuk interaksi yang akan membawa kepada

penyamaan persepsi simbol atau pesan yang terdapat di dalam reggae.

Dengan kata lain, terjadinya perbedaan pendapat atau persepsi

mengenai ―pesan‖ dalam fashion reagge yang kebanyakan ditampilkan oleh

pecinta musik reagge dapat dimengerti oleh sebagian orang dan dapat pula

tidak dimengerti, ada yang menyukainya dan ada yang tidak menyukainya

adalah sesuatu hal yang wajar.

Hal ini bisa di lihat dari penjelasan diatas mengenai teori

Interaksionalisme Simbolik yang memandang makna-makna (meaning)

dicipta dan dilanggengkan melalui interaksi dalam kelompok-kelompok

sosial. Interaksi sosial memberikan, melanggengkan, dan mengubah aneka

konvensi seperti peran, norma, aturan, dan makna-makna yang ada dalam

47

suatu kelompok sosial. Konvensi-konvensi yang ada pada gilirannya

mendefinisikan realitas kebudayaan dari masyarakat itu sendiri. Barbara

Ballis Lal memandang diantaranya orang memahami pengalamannya

melalui makna-makna yang ia ketahui dari kelompok-kelompok primer

(primer groups), dan bahasa merupakan suatu hal yang esensial dalam

kehidupan sosial68

Dan Blumer sendiri mengatakan pada premis pertama, bahwa human

act toward people or things on the basis of the meanings they assign to

those people or things. Maksudnya, manusia bertindak atau bersikap

terhadap manusia yang lainnya pada dasarnya dilandasi atas pemaknaan

yang mereka kenakan kepada pihak lain tersebut69.

2.2 Kerangka Pemikiran

Fashion merupakan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh orang baik

secara langsung dan tidak langsung untuk menyampaikan pesan, memberi

informasi, menghibur, mengajak ,mempengaruhi, dan bahkan menciptakan

kebersamaan.

Fashion merupakan cerminan diri seseorang atau budaya yang dianut,

bagimana seseorang menilai diri dan orang lain. Fashion disukai semua orang

terutama para remaja yang beranjak dewasa. Tidak ketinggalan para mahasiswa

atau mahasiswi yang mengekspresikan diri dengan mengikuti gaya yang sedang in

68

Pawito,Phd, Penelitian Komunikasi Kualitatif, PT.LKS Aksara Jogjakarta, 69

Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York: McGraw-Hill, 2003

48

atau yang sudah ada. Salah satunya adalah gaya berpakaian atau dandanan anak

reggae.

Reggae adalah jenis musik yang pertama kali muncul di Jamaika pada

akhir tahun 1960. jenis kombinasi dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan

Blues serta folk yang merupakan lagu rakyat Jamaika, merupakan jenis musik

yang menarik untuk dinikmati. Tidak hanya musiknya yang dapat dinikmati dan

menjadi trend, tetapi gaya berpakaian dan dandanan memjadi gaya hidup yang

kemudian dikuti oleh sebagian orang yang menyukainya.

Gaya berpakaian atau dandanan anak reggae menjadi sesuatu yang unik

mengingat apa yang di kenakan oleh anak reggae berbeda dari gaya kebanyakan

orang. Seperti anak reggae yang identik dengan rambut gimbal atau pakaian

gombrong dengan warna yang myentrik seperti merah, kuning, hijau.

Apa yang dikenakan oleh anak reggae dapat dikatakan sebagai ungkapan

atau simbol. Dalam komunikasi, pakaian yang dikenakan seseorang dapat

mencerminkan indentitas diri, bagaimana seseorang mengungkapkan diri kepada

orang lain bahkan dunia, tanpa harus menggungkapkannya dengan kata-kata.

Douglas, (1979) mengatakan bahwa: Fashion dan pakaian bisa saja

dipergunakan untuk memahami dunia serta benda-benda dan manusia yang ada

didalamnya, sehingga fashion dan pakaian merupakan fenomena komunikatif70.

70

Nina Yuliani, 2009. Modul Komunikasi Antar Budaya, FISIP Untirta, hal 56

49

Serta merujuk dari teori fashion system dari Roland Barthes, fashion

adalah sebuah tanda (sign). Dimana cara berpakaian tidak dilihat sebagai untuk

menutup aurat tubuh dengan pakaian guna menghindari udara dingin atau terik

matahari. Cara berpakaian kita adalah tanda untuk menunjukkan diri kita, nilai

budaya apa yang kita anut. Maka cara berpakaian tidak lagi dipandang sebagai

sesuatu yang netral dan sesuatu yang lumrah.71

Namun pemahaman-pemahaman seseorang mengenai fashion reggae

berbeda-beda. Teori Interaksionisme Simbolik memandang bahwa makna-makna

(meaning) dicipta dan dilanggengkan melalui interaksi dalam kelompok-

kelompok sosial. Karena itu pemahaman akan pesan atau makna yang di bangun

yang mencirikan mereka sebagai anak reggae pun berbeda.

71

Roland Barthes,1990. The Fashion System, CA : University of California Press

50

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Fashion merupakan komunikasi nonverbal

Fashion reggae

Teori Interaksionisme Simbolik

Pemahaman anggota komunitas reggae terhadap fashion

reggae

51

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana

peneliti berusaha menggambarkan secara detail mengenai segala data dan

informasi yang diperoleh sehubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

Peneliti akan mendeskripsikan bagaimana pemaknaan pengemar reggae

Tangerang terhadap fashion reggae.

Lexy J. Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian

yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian, misalna perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll secara holistik dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah72.

Penelitian kualitatif adalah penelitian dengan hasil data yang dikumpulkan

bukanlah data yang dapat diuji dengan statistik73. Jenis penelitian ini adalah

deskriptif (descriptive research) yaitu jenis penelitian yang memberikan

gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan

terhadap objek yang diteliti.74. Tipe deskriptif bertujuan melukiskan secara

sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara

faktual dan cermat.

72

Lexy,J. Moleong, 2004. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung PT.Remaja Rosdakarya, 73

Rachmat Kriyantono,2007. Teknik Praktis RIset Komunikasi, Kencana, Jakarta, hal 51 74

Ronny Kountur,2007. Metode penelitian, Jakarta penerbit PPM, hal 105

51

52

Sedangkan pertimbangan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

karena pendekatan kualitatif membahas secara mendalam untuk lebih mengetahui

fenomena-fenomena tentang aspek kejiwaan, perilaku, sikap tanggapan, opini,

perasaan, keinginan, dan kemauan seseorang atau kelompok.75

Penelitian kualitatif dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain secara utuh dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-

kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah76.

Bodgan dan Taylor menjelaskan bahwa :

Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini mengarah pada keadaan dan

individu secara holistic (utuh). Jadi pokok kajiannya, baik sebuah

organisasi atau individu, tidak akan diredusi (disederhanakan kepada

variable yang telah ditata atau sebuah hipotesis yang telah direncanakan

sebelumnya, akan tetapi akan dilihat sebagai bagian dari sesuatu yang

utuh77.

75

ibid 76

Ibid 77

Moleong, Lexy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.Hal 6

53

Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan karakteristik dari

individu, situasi atau kelompok tertentu. Sesuai dengan sifarnya yang deskriptif,

maka data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka78.

Tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengambarkan pemaknaan

anggota penggemar reggae terhadap fashion reggae.

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis yang menempatkan

ilmu komunikasi sebagai analis sistematis terhadap socially meaningful action

atau pengamatan langsung secara ―alamiah‖.79

3.2 Instrumen Penelitian

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif tentu memerlukan adanya data-data, yakni

sebagai bahan yang dikaji. Untuk memperoleh data, diperlukan teknik

pengumpulan data yang relevan. Pada dasarnya penelitian ini dalam

memperoleh datanya harus disesuaikan dengan permasalahan dan situasi serta

kondisi sosial yang ada. Sehingga data yang dapat diperoleh akan dapat

dipertanggung jawabkan kevalidatasannya.

Dalam kaitan dengan hal ini, Nasution berpendapat bahwa :

―hanya manusia sebagai instrumen dapat memahami makna

interaksi antar manusia, membaca gerak muka menyelami

perasaan, dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan

78

ibid 79

ibid

54

responden. Walaupun digunakan alat rekam dan kamera peneliti

tetap memang peran utama sebagai alat penelitian‖80

Dari pernyataan diatas, peneliti sendiri yang bertindak sebagai alat

penelitian utama, yang bertindak dilapangan dalam pelaksanaan penelitian.

Sebagaimana yang dikemukakan Moleong bahwa ―bagi peneliti kualitatif,

manusia adalah instrumen utama, karena ia menjadi segala dari keseluruhan

penelitian‖ ia sekaligus menjadi perencana, pengumpul data, analisis, penafsir,

dan pada akhirnya ia menjadi pelopor penelitian

Berdasarkan sifat penelitian yang dipakai, maka teknik pengumpulan

data yang diperlukan adalah wawancara dan dokumentasi.

1. Wawancara Mendalam / In depth Interview

Wawancara merupakan percakapan antara periset dengan sesorang

yang berharap mendapatkan informasi dan informan sebagai seorang

yang diasumsikan mempunyai infromasi penting tentang suatu objek.81

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara mendalam

(depth interview) yaitu, suatu cara dimana peneliti mengumpulkan

informasi atau data dengan cara langsung bertatap muka dengan

informan agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam.82

Wawancara mendalam adalah suatu teknik (metode pen) dalam

penelitian kualitatif ,dimana seseorang responden atau kelompok

80

Rosady Ruslan, 2006, Metode Penelitian :Public Relation dan Komunikasi, Jakarta: PT.Raja Frafindo Persada.hal 60 81

Berger. 2000. Media and Communication Research Methods. London : Sage Publications. P.111 82

Rachmat Kriyantono. 2006. Teknik Praktis : Riset Komunikasi. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. p.100-101

55

responden mengomunikasikan bahan-bahan dan mendorong untuk

didiskusikan secara bebas83. Dengan wawancara mendalam kepada

informan, peneliti dapat mengetahui alasan yang sebenarnya dari

responden mengambil keputusan seperti itu.84 Wawancara tidak

dilakukan secara tertutup, kaku dan formal melainkan dilaksanakan

secara luwes, terbuka, akrab dan penuh kekeluargaan. Agar wawancara

ini mengarah pada permasalahan, maka dipersiapkan daftar wawancara

atau interview guide yang disusun dengan sifat terbuka, dan berstruktur.

Karena pertanyaan akan berkembang sesuai dengan keadaan di

lapangan.

Wawancara berstruktur digunakan untuk menjaring data yang

berupa reagge itu sendiri. Wawancara terbuka dilakukan untuk

mengumpulkan data yang berupa pemahaman anggota komunitas reggae

terhadap fashion reggae.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumentasi-

dokumentasi yang digunakan dalam penelitian yang mampu berkaitan

dengan penelitian, seperti foto-foto, transkrip wawancara, bahan-bahan

atau teori-teori yang diperlukan dari buku dan lain-lain.

Hal ini dilakukan sebagai dasar pemikirian penulis dalam

menganalisis suatu masalah atau merupakan data yang diperoleh dari

83

Elvinaro, 2010. Metode Penelitian untuk Public Relation.Bandung.PT.Remaja Rosdakaya. Hal.61 84

Ibid hal.61

56

pihak lain yang secara tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek

penelitiannya.

3.3 Informan

Dalam penelitian kualitatif tidak mengenal adanya istilah populasi dalam

metode penelitiannya. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan

responden tetapi sebagai narasumber, partisipan, atau informan.

Informan adalah orang yang berada pada lingkup penelitian, artinya orang

yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

Sanafiah Faisal menyatakan bahwa sampel sebagai sumber data atau informan

sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Mereka yang memahami atau menguasai sesuatu melalui proses

enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui tetapi juga

dihayatinya.

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada

kegiatan yang tengah diteliti

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai

informasi.

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil

―kemasannya‖ sendiri.

57

5. Mereka yang mulanya tergolong ―cukup asing‖ dengan peneliti

sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau

narasumber85

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling.

Purposive Sampling yaitu memilih orang-orang tertentu yang dianggap mewakili

statistik86. Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-

kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan riset87.

Rujukan objek penelitian ini diambil dari hasil observasi yang dilakukan

terhadap penggemar reggae yang ada di Tangerang. Objek penelitian ini sangat

berguna sehingga deskriptif mengenai pemaknaan penggemar reggae akan

fashion reggae pun dapat diketahui. Dengan cara menggambarkan bagaimana

seorang penggemar reggae memahamai pemaknaan mengenai fashion reggae.

Tabel 3.1

INFORMAN

No Nama Informan Deskripsi Informan

1 Aradhea 18 tahun menggemari musik reggae, saat ini

bergabung dalam grup musik reggae the Afternoon

day, domisili di Tangerang

2 Peter 10 tahun menggemari musik reggae, berdomisili di

Tangerang

3 Utha 10 tahun menggemari musik reggae, berdomisili di

Tangerang

4 Benny 7 tahun menggemari musik reggae, berdomisili di

85

Sugiono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif KUalitatif dan RAD , bandung hal.215 86

Jalaluddin Rakhmat, hal 81 87

Rachmat Kriyantoro. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta. Kencana, hlm.156

58

Tangerang

5 Rizal 3 tahun menggemari musik reggae, berdomisili di

Tangerang

6 Brekele 7 tahun menggemari musik reggae dan berdomisili di

Cilegon

3.4 Analisis Data

Bogdan dalam Sugiyono menjelaskan bahwa analisis data proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara,

dokumentasi, catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah

dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.88

Dalam penelitian ini, proses analisis data dimulai dari menelaah data-data

yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi. Analisis data

dilakukan oleh peneliti untuk menarik kesimpulan-kesimpulan. Dikarenakan

penelitian ini bersifat deskriptif maka peneliti akan menjabarkan hasil dalam

bentuk kata-kata bukan dan gambaran bukan dengan angka-angka.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi atau tempat dilakukannya penelitian ini yaitu di wilayah

Tangerang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juli

2012 dengan perincian sebagai berikut :

88

Sugiono, Op.Cit,lt hal.224

59

Tabel 3.2

Jadwal Penelitian

No Nama Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

1 Proses bimbingan

revisi dan Acc Bab

I

2 Proses bimbingan

revisi dan Acc Bab

II

3 Proses bimbingan

revisi dan Acc Bab

III

4 Sidang Outline

5 Riset lapangan

6 Proses bimbingan

revisi dan Acc Bab

VI dan V

7 Penyerahan

Laporan Akhir

60

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang

permasalahan yang telah dirumuskan pada bab 1, yaitu mendeskripsikan

pemahaman penggemar reggae di Tangerang terhadap fashion reggae. Dimana

penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif dengan

metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan dokumentasi.

Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data-data berupa kata-kata tertulis atau lisan didasari oleh orang atau perilaku

yang diamati. Pendekatannya diarahkan pada latar dan individu secara holistik

(utuh). Pada penelitian kualitatif, peneliti dituntut dapat menggali data

berdasarkan apa yang diucapkan,dirasakan,dan dilakukan oleh sumber data. Pada

penelitian kualitatif bukan sebagaimana seharusnya apa yang dipikirkan oleh

peneliti tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang

dialami, dirasakan dan dipikirkan oleh sumber data.

Dengan melakukan penelitian melalui pendekatan deskriptif maka peneliti

harus memaparkan, menjelaskan, menggambarkan data yang diperoleh oleh

peneliti melalui wawancara mendalam yang dilakukan dengan para informan.

Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara mendalam dengan

informan sebagai bentuk pencarian data dan dokumentasi langsung di lapangan

yang kemudian peneliti analisis. Analisis ini sendiri terfokus pada anggota

60

61

komunitas reggae atau penggemar musik reggae, yang dikaitkan kepada beberapa

unsur atau identifikasi masalah. Agar penelitian ini lebih objektif, dan akurat,

peneliti mencari informasi-informasi tambahan dengan melakukan wawancara

mendalam dengan informan untuk melihat langsung bagaimana pemahaman

penggemar reggae di Tangerang terhadap fashion reggae. Selain itu, peneliti

melakukan wawancara dengan penggemar reggae di luar Tangerang guna

memperoleh data pendukung mengenai fashion reggae.

Agar pembahasan lebis sistematis dan terarah maka peneliti membagi ke

dalam 3 pembahasan, yaitu :

1. Deskripsi Data Informan

2. Deskripsi Hasil Penelitian

3. Pembahasan

4.1 Deskripsi Data Informan

4.1.1 Informan Kunci

1. Aradhea

Aradhea atau biasa dipanggil Bentot atau Dea berusia 25 tahun. Dea

berdomisili di daerah Pamulang, Tangerang Selatan. Dea adalah seorang

mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Jakarta dan

tergabung dalam sebuah organisasi pecinta alam di kampusnya.

62

Dea sangat menyukai musik reggae. Ia sudah mengenal musik reggae

sejak ia masih berada di bangku TK. Dea sering mendengar musik reggae

melalui radio yang memutar lagu tersebut. Saat itu ia mendengarkan musik

reggae yang dimainkan oleh Bob Marley dan menjadi inspirasinya hingga

saat ini.

Orang tua Dea sangat membebaskan kegiatan yang dilakukannya

asalkan itu berdampak positif. Saat ini, ia bergabung dengan sekelompok

musik reggae yaitu day afternoon bersama teman-teman kampusnya. Ia

memainkan Djembe atau alat musik yang di tepuk (jembe juga dieja,

jembe, jenbe, djimbe, jimbe, atau dyinbe adalah tali-tuned kulit yang

tertutup drum yang dimainkan dengan tangan kosong89).

Sudah kurang lebih 18 tahun ia menyukai musik reggae. Menurutnya

musik reggae adalah panggilan jiwa. Musik perjuangan dan sangat cocok

dengan kondisi Indonesia dimana yang seperti Jamaika waktu Bob Marley

menggemakan reggae. Reggae adalah musik yang membawa kedamaian,

musik yang bisa dijadikan terapi karena menimbulkan efek ketenangan

dan kenyaman baginya.

2. Peter Bima

Peter Bima atau biasa dipanggil Peter atau Lay adalah seorang Head

Store Trainee di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Peter berusia 24

89

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas tanggal 22 Juni 2012 pukul 14.00

63

tahun. Ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang tinggal di

Perumahan Bonang, Tangerang.

Peter menyukai musik reggae sejak duduk di bangku SMA. Bermula

dari mendengarkan musik tersebut di handphone milik temannya lalu

melihat pensi yang saat itu menampilkan musik reggae membuatnya jatuh

cinta pada musik itu hingga saat ini. Kurang lebih sudah 7 tahun ia

menggemari musik tersebut.

Peter mengatakan bahwa ―musik reggae adalah musik unik yang

berasal dari budak Afrika khususnya Jamaika‖90. Keunikannya bisa dirasa

dengan adanya aksen pada ritem lalu ketukan pada drum yang menurutnya

beda dengan musik lainnya. Masih menurutnya musik reggae itu simple

tapi asik.

3 Septian Dwi

Septian Dwi biasa dipanggil Utha adalah anak pertama dari dua

bersaudara yang berdomisili di Tangerang. Utha berusia 24 tahun. Ia

bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta.

Utha menyukai musik reggae sejak duduk di bangku SMA. Saat itu,

Musik tersebut sedang booming dikalangan siswa SMA. Dan begitu

mendengar musik-musik reggae terutama yang dinyanyikan oleh Bob

Marley membuatnya terinspirasi akan musik tersebut. bersama Peter,

90

Wawancara 28 April 2012

64

teman sepermainannya sejak SMA, mereka mulai mencari tahu mengenai

reggae dan belajar musik tersebut.

Menurutnya musik reggae adalah musiknya Bob Marley, musik

kedamaian, karena dengan mendengarkan musik reggae, ia merasa tenang.

Tidak hanya itu, lirik-lirik musik reggae milik Bob Marley sarat dengan

kedamaian. Dulu ia pernah membuat band bersama Peter, namun hanya

bertahan sampai mereka lulus SMA.

4. Benny

Benny adalah seorang penjaga toko di toko milik keluarganya di

daerah Tangerang. Orang memanggilnya dengan nama Om Ben. Benny

berusia 30 tahun dan berasal dari Solo. Namun ia sudah lama berdomisili

tinggal di Kota Tangerang.

Benny menyukai musik reggae sejak ia duduk di bangku kuliah dulu di

Solo. Sekitar 10 tahun yang lalu, namun karena masalah financial

keluarga, ia berhenti kuliah dan memutuskan tinggal bersama kakaknya di

Tangerang. Semangatnya akan musik reggae pun tidak pernah surut. Ia

masih suka menonton pertunjukan musik reggae.

Menurutnya musik reggae adalah musik santai, yang enak dan

membuat kita relaks ketika mendengarkannya. Lelaki berkepala plontos

asal Solo ini menganggap Bob Marley adalah sosok yang luar biasa yang

dapat menduniakan musik reggae.

65

5 Rizal

Rizal lahir pada 1 Juli 1992 di Tangerang. Ahmad Rizal atau biasa di

panggil Rizal adalah putra kedua dari dua bersaudara. Ia merupakan

keponakan dari Benny dan berdomisili di Tangerang. Rizal tercatat

sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Jakarta.

Rizal berusia 20 tahun. Ia menyukai musik reggae sejak kelas 2

SMA. Kurang lebih sudah sekitar 3 tahun ia menggemari musik reggae. Ia

pernah menjadi bassis pengganti di salah satu band reggae milik temannya

saat ia masih duduk di SMA. Meskipun saat ini ia tidak mempunyai band

reggae, namun ia masih sangat menyukai musik reggae karena irama

lagunya yang santai, dapat membuatnya merasa damai.

Menurutnya musik reggae adalah alat penyatu umat, karena reggae

dapat menerima dan dinikmati semua golongan. Semua orang dapat

menikmati musik reggae secara bebas dan musik reggae di sukai oleh

semua golongan.

4.1.2 Informan Tambahan

1. Brekele

Brekele adalah nama dimana saat ini orang memanggilnya. Ia tidak

ingin memberitahu nama aslinya dan lebih suka orang memanggilnya

dengan nama Brekele. Brekele berusia 29 tahun. Ia Lahir di Bandung.

Namun telah lama meninggalkan Bandung dan hidup merantau. Ia pernah

66

tinggal di Jakarta, di daerah Bulungan. Dia merupakan salah satu anggota

dari KPJ yaitu Komunitas Pengamen Jalanan yang berpusat di Bulungan

.Tiga tahun terakhir ini ia memilih menetap di Cilegon. Meskipun menetap

di Cilegon namun ia sering berpindah tempat.

Brekele menyukai musik reggae sejak 7 tahun yang lalu. Ia dengan

penampilan rambut gimbalnya ini menjadikan musik reggae sebagai mata

pencahariannya. Kini ia bergabung dengan grup musik tiga warna (simbol

dari merah-kuning-hijau) di Cilegon.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Data deskriptif penelitian adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara

dengan 6 orang sebagai informan kunci yang terdiri dari 5 orang penggemar

reggae Tangerang, dan 1 orang penggemar reggae di luar Tangerang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber atau infroman, maka

peneliti dapat menganalis tentang Pemahaman Penggemar Reggae di Tangerang

terhadap Fashion Reggae.

4.2.1 Penggemar reggae Memaknai Pentingnya Fashion Reggae

Sebagai seorang penggemar musik reggae tentu keberadaan fashion

reggae dianggap hal biasa dan lumrah saja. Meskipun fashion dari reggae

terlihat berbeda dengan warna merah-kuning-hijau, lambang ganja, lambang

Bob Marley atau rambut gimbal namun banyaknya orang yang menggunakan

membuat hal tersebut menjadi biasa tentunya tidak semua menganggap biasa

67

dan menimbulkan persepsi atau pandangan yang berbeda bahkan di dalam

komunitas reggae itu sendiri.

Hal tersebut diperkuat dengan adanya pernyataan dari informan

penelitian yang pertama yaitu Aradhea mengenai pertanyaan ―Bagaimana

pendapat anda mengenai fashion reggae?‖ Ia mengatakan :

―menurut saya fashion reggae itu cuman persepsi yang dibuat oleh

anak-anak reggae lainnya karena melihat idola-idola mereka, yah

bisa dibilang meniru para idola mereka jadi kita menyatakan bahwa

pakaian merah-kuning-hijau, rambut gimbal dan ganja adalah

fashionnya,stylenya anak reggae dan itu merupakan efek dari

melihat tanpa meneelaah lebih dalam‖91.

Lebih lanjut dikatakan oleh informan bernama Peter mengemukakan

pendapatnya bahwa ―fashion reggae adalah fashionnya anak reggae. Dimana

itu sebagai identitas dari anak reggae. Pemisah dan pembeda dari anak

lainnya. Sama halnya seperti anak harajuku yang mempunyai gaya atau

stylenya sendiri, reggae pun begitu‖92

Kemudian hal berbeda diungkapkan oleh Utha mengenai pertanyaan

yang peneliti berikan yaitu :‖ fashion reggae itu gayanya anak reggae yang

membuat mereka berbeda dengan komunitas lainnya‖.93 Lalu kemudian

informan bernama Benny mengatakan ―fashion reggae itu yang biasa dipake

sama anak-anak reggae kayak baju,pakaian,atribut mereka biasanya dengan

91

Wawancara informan Aradhea pada tanggal 27 April 2012 92

Wawancara informan Peter pada tanggal 18 Juni 2012 93

Wawancara informan Utha pada 27 Mei 2012

68

warna merah-kuning-hijau, lalu anak reggae terkenal dengan rambut

gimbalnya‖ 94

Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa

seluruh informan memiliki pendapat yang sama, bahwa fashion reggae itu

adalah fashion yang biasa dipakai oleh anak reggae seperti baju merah-

kuning-hijau serta atribut lainnya dengan tri warna tersebut, lalu rambut

gimbal dan ganja yang menjadi style-nya anak reggae.

Peneliti melanjutkan pertanyaan lainnya pada informan penelitian ―

―apakah menurut anda fashion reggae itu penting untuk penggemar reggae?‖

informan yang pertama yaitu Aradhea, memberikan keterangan sebagai

berikut :

―fashion reggae itu gak penting buat komunitas reggae atau

penggemar reggae karena reggae itu adalah musik. Dan untuk

menjadi seorang reggaeman atau reggaewomen kita gak harus pake

baju atau aksesoris yang berwarna merah-kuning-hijau, berambut

gimbal atau bahkan ngeganja cumin untuk memainkan atau

menikmati musik reggae. fashion reggae itu kan cuman sesuatu

yang biasa dikenakan oleh musisi-musisi reggae terdahulu seperti

Bob Marley yang diikuti oleh banyak orang tanpa menelaah. Itu lah

yang saya maksud dari efek melihat tanpa menelaah terlebih

dahulu‖95

Hal serupa diungkapkan oleh informan bernama Benny, ia mengatakan

― fashion reggae tidak penting untuk penggemar reggae karena itu

cuman tambahan yang ada karena dampak musik itu yang besar.

94

Wawancara informan Benny pada 9 Juni 2012 95

Wawancara informan Aradhea pada 18 Mei 2012

69

Reggae itu adalah musik dan yang penting bagaimana kita

menikmati musik jadi tidak perlu dengan fashion reggae itu‖96.

Begitu pula dengan informan lainnya. Mereka setuju bahwa fashion

reggae tidak penting dalam bermusik reggae tapi itu kepada pelengkap

sebagai identitas bahwa mereka adalah anak reggae. Namum lain hal dengan

infroman bernama Rizal, ia mengatakan bahwa :

―fashion reggae sangat penting untuk anggota komunitas reggae.

Karena selain kita mendengarkan musik, kita juga harus melebur

dengan reggae itu sendiri melalui fashion reggae. Dengan fashion

reggae bukan hanya pembeda tapi kita akan lebih dekat,lebih

menjiwai dan lebih merasakan bagian dari reggae. Bahkan kita bisa

ikut merasakan keberadaan dari Bob Marley.97

Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan ―makna apa yang ingin di

bangun oleh komunitas reggae melalui fashion reggae?‖. Informan pertama

bernama Aradhea, ia mengatakan bahwa :

―saya sendiri sih kurang tau makna apa yang ingin dibangun oleh

komunitas reggae yang ada di Indonesia karena saya melihat

bahwa Bob Marley dan musisi Jamaika lainnya menggunakan

tersebut sebagai bentuk kecintaan dan bentuk dari apa yang mereka

yakini. Bob Marley menggunakan tersebut sebagai bentuk

perjuangan dia terhadap Negara yang diyakininya. Sebagai bentuk

perjuangan dia, hal itu jelas juga ada dalam lagu-lagunya mengenai

rastafari, mengenai rambut gimbalnya sebagai anti kemapanan dan

anti Babylon dia,sebagai bentuk kecintaan dy terhadap raja

hailasaile sang Rasta, lalu kepada Negara Ethiopia, ada dalam lirik

lagunya yang menyatakan hayoo kita pulang ke Negara tanah

kelahiran kita yaitu Ethiopia, tanah perjanjian, karena orang-orang

Jamaika adalah orang-prang dari Afrika jadi kalau kita mau juga

sebagai bentuk perjuangan harusnya kita pake fashion khas

Indonesia tapi tetep lewat reggae. dn juga reggae itu musik. gak

96

Wawancara informan Benny pada 9 Juni 2012 97

Wawancara informan Rizal pada 10 Juni 2012

70

mesti bermusik harus dengan fashionnya reggae dengan fashion

reggae atau yang lainnya.98

Selanjutnya informan bernama Peter mengatakan :

― fashion reggae itu kayak bagian dari reggae, dia menjadi

pelengkap, pembeda,identitas. dan sebenernya kan kalau kita tau

makna atau filosofi dari fashion reggae itu mengambarkan negara

ethiopia, kepercayaan, banyak unsue budaya dan juga

sejarah,simbol-simbol dari sana dan juga kalo pas ketemu di event

malah bisa kenalan krn sama-sama merasa satu saudara. pengakrab

lah fashion reggae.99

4.2.2 Pemaknaan Penggemar Reggae terhadap Fashion Reggae

Pemaknaan setiap penggemar reggae terhadap fashion reggae tentu

berbeda-beda. Hal tersebut bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti

perbedaan latar belakang pendidikan, perbedaan umur, perbedaan lamanya

mendalami tentang reggae ataupun perbedaan dari sumber pengetahuan

tersebut. berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa

informan dapat disimpulkan bahwa fashion reggae lebih kepada busana atau

pakaian dan atribut pelengkap seperti topi, gelang dan lainnya yang

menggunakan warna merah-kuning-hijau, rambut gimbal serta mariyuana

yang menjadi tren atau fashionnya dari anak reggae. Namun tentunya setiap

orang yang menggunakan fashion tersebut mempunyai pemahaman atau

pemaknaan berbeda.

98

Wawancara informan Aradhea pada 18 Mei 2012 99

Wawancara informan Peter 27 Mei 2012

71

1. Pemaknaan fashion reggae dari segi busana warna merah-kuning-

hijau

Warna merah-kuning-hijau menjadi warna reggae. Di setiap

pakaian, aksesori atau bendera, warna merah-kuning-hijau seolah

menjadi hipnotis tersendiri. Dimana musik reggae berada maka akan ada

pula warna merah-kuning-hijau.

Peneliti mengajukan pertanyaan ―apakah arti/makna tiga warna

reggae merah-kuning-hijau yang ada di fashion reggae tersebut?,

informan pertama bernama Aradhea menjawab :

―ketiga warna tersebut biasa dibilang sebagai benderanya Jamaika,

padahal bendera Jamaika itu warnanya hijau,kuning,hijau yang

berwarna merah-kuning-hijau justru Negara dari Afrika, yaitu

Ethiopia. Di reggae sendiri warna merah-kuning-hijau memiliki

arti. Merah berarti warna darah, yang berarti di saat kita berdarah

warna darah kita sama warna merah jadi kita serumpun satu

kesatuan yang intinya persahabatan, persaudaraan, persamaan.

Hijau berarti kemakmuran, keagungan,kesejahteraan. Warna

kuning itu sebenarnya warna emas yang artinya kejayaan atau

kekayaan. Tiga warna tersebut adalah warna movement atau

bendera dari Rastafaria‖100

Lebih lanjut informan bernama Peter, ia mengatakan :

―Warna merah-kuning-hijau sendiri mempunyai makna. Di internet

pun di jelaskan bahwa warna merah itu warna darahnya rakyat

kulit hitam, lalu kuning atau yang dibilang juga emas

melambangkan kekayaan dan hijau melambangkan kemakmuran

100

Wawancara informan Aradhea pada 27 April 2012

72

namun warna tersebut bukan warna bendera Jamaika, tapi lebih ke

bendera Rastafari‖101

Tidak berbeda dengan dua informan lainnya, Benny dan Utha

mengatakan bahwa warna merah memiliki arti darah, kuning memiliki

arti kekayaan serta hijau memiliki arti kemakmuran. Namun berbeda

dengan informan bernama Rizal, meski dalam mengartikan tiap warna

tidak berbeda dengan lainnya namun ia mengatakan bahwa : ―warna-

warna tersebut adalah bendera Jamaika dimana Bob Marley lahir karena

Reggae adalah musiknya Jamaika‖.102

2. Pemahaman terhadap fashion reggae dalam segi rambut gimbal.

Pada tataran kedua ini, peneliti memasukan rambut gimbal sebagai

bagian dari fashion anak reggae. Selain Bob Marley memang mengimbal

rambutnya, keberadaan rambut gimbal selalu dikaitkan dengan reggae.

rambut gimbal disebut juga sebagai rambutnya anak reggae. Hanya

dengan melihat seseorang menggimbal rambutnya maka kita dapat

mengasumsikan bahwa dia adalah anak reggae. Maka dari itu, peneliti

menanyakan kepada informan, ―apa arti yang ada di balik rambut gimbal

tersebut?‖ Informan pertama Aradhea mengatakan bahwa :

―Rambut gimbal atau dreadlock mempunyai arti, dread itu artinya

dosa, kesengsaraan, lock itu kunci, mengunci. Jadi intinya

dreadlock itu mengunci dosa, mengunci kesengsaraannya, mungkin

sama seperti orang sufi yang sudah tidak berpaham duniawi lagi

tapi lebih bagaimana hubungan mereka ke Tuhan. Jadi berpaham

101

Wawancara informan Peter pada 27 Mei 2012 102

Wawancara informan Rizal pada 10 Juni 2012

73

tentang Tuhan, Mereka mempercayai segala dosa yang di tanggung

selama hidup sampai mati akan ditahan dengan rambut gimbalnya

kalau tidak dipotong. Dan rambut gimbal itu bukan punya anak

reggae tapi punya kepercayaan-kepercayaan yang menganut seperti

itu kayak rastafari. Jadi gimbal bukan reggae tapi karena Bob

Marley menggimbal rambutnya maka kebanyakan

mengidentikannya sebagai bagian dari reggae.Dan Bob Marley itu

menggimbal rambutnya sebagai anti kemapanan, anti terhadap

kaum Babylon karena tidak mungkin orang-orang penguasa itu

menggimbal rambutnya.103

Lalu kemudian informan bernama Peter mengatakan bahwa :

―Rambut gimbal atau dreadlock itu digunakan oleh kaum rastafari,

kepercayaan yang ada di Jamaika sebagai sesuatu yang spiritual‖.104. Hal

senada diutarakan oleh informan bernama Utha mengatakan bahwa ―

rambut gimbal atau dreadlock itu digaungkan oleh Bob Marley sebagai

bentuk pemberontakannya terhadap kaum Babylon (penindas)‖105. Lalu

Informan bernama Benny mengatakan ―

―Rambut gimbal itu bagian dari spiritual, dan budaya bukan hanya

milik dari anak reggae tapi banyak kepercayaan. Di Jamaika

terkenal dengan kepercayaan rastafari, di situ ada kepercayaan

yang mana mereka menggimbal rambutnya dan dilarang memotong

rambutnya tersebut dan sekarang terkenal sebagai simbol anti

kepada orang-orang kaum penindas. Di Dieng, Indonesia juga ada

kepercayaan seperti itu kalau anak yang mempunyai rambut gimbal

itu sebagai anak dan hampir kepercayaan lainnya juga ada yang

mempercayai mengenai gimbal,tapi booming karena reggae yah

karena Bob Marley sendiri gimbal. Dia itu menggimbal atas bentuk

anti terhadap kaum Babylon‖106

Hal berbeda dituturkan oleh Rizal, ia mengatakan bahwa :

103

Wawancara informan Aradhea pada 18 Mei 2012 104

Wawancara informan Peter pada 2 Juni 2012 105

Wawancara informan Utha pada 2 Juni 2012 106

Wawancara Benny pada 9 Juni 2012

74

―saya kurang jelas dengan arti dari rambut gimbal tersebut tapi

saya melihat bahwa rambut gimbal itu sebagai anti kemapanan

yang dipopulerkan oleh Bob Marley. Dia yang memperkenalkan

rambut gimbal itu makanya reggae itu pasti gimbal‖107

3. Pemahaman terhadap fashion reggae dalam segi ganja

Selanjutnya peneliti menanyakan mengenai ganja. Ganja atau

mariyuana selalu diidentikan dengan reggae. Ganja atau penghisapan

mariyuana itu lebih masuk kepada gaya hidup atau life style, namun

karena di setiap baju atau apa pun ada lambang ganjanya maka peneliti

mengategorikan ganja ikut masuk ke dalam fashionnya reggae. Malcom

Barnald menjelaskan bahwa fashion bisa di metaforakan sebagai kulit

sosial dan budaya kita yang didalamnya membawa pesan dan gaya hidup

suatu komunitas tertentu yang adalah suatu bagian dari kehidupan

sosial108.

Oleh sebab itu fashion reggae memperlihatkan pula gaya hidup

seseorang, dan ganja selalu diidentikan sebagai bagian dari reggae. Atas

dasar ini pula serta peneliti melihat ganja mempunyai daya pikat yang

besar terhadap reggae. Keterkaitan ganja terhadap anak reggae itu

membawa persepsi orang menjadi sebelah mata, atau menstigmakan

bahwa anak reggae pasti ngeganja. Maka dari itu peneliti pun

menanyakan ―apa hubungannya ganja dengan reggae? kenapa ganja

selalu diidentikan dengan reggae?‖ informan pertama bernama Aradhea,

ia mengatakan :

107

Wawancara informan Rizal pada 10 Juni 2012 108

Malcom Barnald, 2011. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta : Jalansutra, hal ix

75

―mariyuana atau ganja tidak ada hubungannya dengan reggae, tapi

lebih ke kepercayaan yang ada di sana, yaitu rastafari ganja itu

dilakukan untuk meditasi, biar lebih khusyuk, sebagai bentuk

penyucian diri,sama kayak orang islam yang berwudhu dulu

sebelum sholat. Di sini kebanyakan orang-orang yang ngaku suka

reggae selalu salah mengartikan, balik lagi mereka hanya melihat

tapi tanpa menelaah. mereka cuman liat kalo Bob Marley atau

musisi lainnya yang kayak gitu,padahal itu gak kayak

gitu.penggunaan ganja mah balik lagi kemasing-masing. Gak

semua anak reggae kayak gitu, buktinya Kaka Slank bukan anak

reggae tapi ngeganja‖109

Lalu informan bernama Peter mengatakan :

―reggae tidak ada hubungannya sama ganja. Ganja dipakai buat hal

internal kepada Tuhan sama Bob Marley,sebagai penenang,

meditasi dan relaksasi sebelum menghadap Tuhan. Jadi gak ada

hubungannya. yang make ganja tapi bawa-bawa rgggae mah cuman

alibi, orang ngeganja itu atas dasar diri sendiri bukan karen

reggae.Saya sendiri dulu pernah ngeganja bukan karena reggae tapi

karena diri sendiri ingin tau‖110

Hal senada diutarakan oleh informan bernama Utha, ia mengatakan

:

―Sebenanrya sih kalau mau ngeganja yah ngeganja aja,gak ada

hubungannya dengan yg lain apalagi reggae. Karena ganja itu

punya efek relaksasi jadi orang sebagaian mikir kalo lagi dengerin

ganja enak ni sambil ngegele. padahal mah masing-masng. Di

Indonesia aja ganja itu kan dipakai buat bumbu penyedap masakan

jadi gak ada hubungannya111

Hal serupa diutarakan oleh informan bernama Benny, ia

mengatakan :

―Di sini emang banyak yang salah kaprah. Ganja selalu diidentikan

sama reggae, padahal ganja itu gak ada hubungannya. Orang-orang

cuman ngeliat dari musisi yang ngeganja kayak Bob Marley. Bob

109

Wawancara informan Aradhea 18 Mei 2012 110

Wawancara informan Peter 2 Juni 2012 111

Wawancara informan Utha pada 2 Juni 2012

76

Marley sendiri memang seorang rastafari, dan penghisap ganja dan

itu memang menjadi seperti kepercayaan yang ada di dalam

rastafari dan memang mayoritas penganut paham tersebut

bergimbal dan menghisap ganja. Buat kaum rastafari, ganja

digunakan untuk memperoleh kebijaksanaan dan menjadi bagian

dari ritual keagamaan untuk mendekatkan diri mereka pada ―Jah‖

(Tuhan). Jadi dengan kata lain mereka sembahyang dengan ganja

biar lebih khusuk gitu. Tapi gak cuma reggae saja, di India pun itu

dilakukan untuk ritual, di Indonesia juga untuk penyedap rasa‖112

Lain hal dengan informan bernama Rizal yang mengatakan :

―Ganja itu digunakan untuk penenang,untuk kita lebih menikmati

dan untuk kita bermeditasi dengan musik reggae. Kita lebih

menikmati dan merasakan soul reggae kalau sambil ngeganja.

Sugest itu yang sampe sekarang saya pegang. Ganja itu bagian dri

reggae. Bob Marley aja ngeganja pas main music, jadi yah itu

bagian dari reggae,biar pas dengerin atau main music lebih relaks

dan dapet feelnya tapi untuk menggunakannya atau tidak

tergantung masing-masing aja‖113

Lalu peneliti menanyakan hal yang sama kepada informan

pendukung bernama Brekele, informan ini berasal dari luar komunitas

reggae yang ada di Tangerang, ia mengatakan ―ganja itu tidak ada

hubunganya dengan reggae. Semua orang bisa ngegele, gak mesti anak

reggae. Itu balik lagi masing-masing pribadi‖114

Masih terkait dengan pemahaman mereka terhadap fashion reggae,

peneliti mengajukan pertanyaan, ―apakah penggemar musik reggae harus

menggunakan fashion reggae?‖. Informan pertama bernama Aradhea

mengatakan bahwa :

112

Wawancara informan Benny pada 9 Juni 2012 113

Wawancara Rizal pada 10 Juni 2012 114

Wawancara informan Brekele pada 16 Mei 2012

77

―untuk menjadi seorang reggaeman atau reggaewomen gak mesti

pake pakaian merah-kuning-hijau,ngegimbal atau ngeganja, cukup

dengan menikmatin atau memainkan musik reggae itu sendiri

karena reggae itu musik bukan tentang fashion. Banyak ko musisi

yang suka sama reggae bahkan fanatik tapi tidak menggimbal atau

pake baju dan lain-lainnya‖115.

Tidak jauh berbeda dengan yang diutarakan oleh Peter,ia mengatakan:

―fashion reggae bukan keharusan karena reggae itu lagu, musik

dimana Bob Marley sendiri mempunyai pesan dari lagu tersebut

bukan tentang fashionnya. Fashion reggae cuman sebagai pelengkap

yang boleh dipakai dan boleh tidak diikuti‖116.

Hal senada di utarakan oleh Informan lainnya namun berbeda dengan

informan bernama Rizal, ia mengatakan

―fashion reggae itu harus menggunakan fashion reggae,karena itu

identitas kita sebagai fans musik reggae,meski gak setiap saat

menggunakan fashion reggae, minimal pas ada konser musik reggae

lah‖.117

4.3 Pembahasan

Telah dibahas pada bab metode penelitian, bahwa penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan judul penelitian Pemaknaan

Penggemar Reggae terhadap Fashion Reggae (Penggemar Reggae di Tangerang).

Pemahaman penggemar reggae terhadap fashion reggae, membawa kita

kepada teori interaksionisme simbolik, dimana setiap orang mempunyai

pemaknaan/pemahaman tersendiri terhadap suatu hal yang nantinya

dilanggengkan pada interaksi sosial.

115

Wawancara informan Aradhea pada18 Mei 2012 116

Wawancara informan Peter pada 16 Juni 2012 117

Wawancara informan Rizal pada 10 Juni 2012

78

Menurut Dedy Mulyana, komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan,

emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-

kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah

yang biasa disebut komunikasi.118

Fashion merupakan salah satu komunikasi nonverbal. Hal ini dijelaskan

oleh Malcom Barnald bahwa busana, pakaian, kostum dan dandanan adalah

bentuk komunikasi artifaktual. Dalam buku-buku pengantar komunikasi,

komunikasi artifaktual biasanya didefinisikan sebagai komunikasi yang

berlangsung melalui pakaian dan penataan pelbagai artefak, misalnya pakaian,

dandanan, barang perhiasan, kancing baju, atau furniture di rumah dan

penataannya, ataupun dekorasi ruang anda.119

Secara garis besar fashion meliputi cara berpakaian, atribut yang melekat

di badan atau aksesoris yang di gunakan, dandanan, penampilan seseorang yang

tentunya menunjukan informasi yang ingin disampaikan oleh pemakainnya120.

Malcom Barnard juga menjelaskan fashion atau pakaian pada tataran

dasarnya adalah berfungsi sebagai penutup, perlindungan, kesopanan dan daya

tarik namun tidak menutup kemungkinan peran fashion adalah untuk media

118

Dedy Mulyana. 2004. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung hal 62 119

Malcom Barnald, 2011. Fashion Sebagai Komunikasi. PT.Jalansutra, Jogjakarta.hal vii 120 http://evalicious-faz.blogspot.com/2010/11/fashion-sebagai-media-komunikasi.html tanggal 23 April

2012 pukul 13.45

79

ekpresikan diri, media mendefinisikan peran dan status sosial, simbol politis,

media rekresional, sebagai identitas diri baik individual maupun kelompok121.

Desmond Morris menambahkan, pakaian juga menampilkan pajangan

budaya (cultural display) karena ia mengkomunikasikan afiliasi budaya122. Yang

berarti bahwa fashion dapat mengkomunikasikan suatu budaya tertentu.

4.3.1 Penggemar Reggae Memaknai Pentingnya Fashion Reggae

Dari hasil penelitian yang telah peneliti temukan di lapangan, fashion

reggae adalah pakaian, aksesoris lainnya dengan warna merah-kuning-hijau,

rambut gimbal bahkan mariyuana yang dikenakan dan telah menjadi bagian

dari reggae itu. Terlihat dari pertunjukan musik yang menggelar musik

reggae, kita akan melihat kelompok-kelompok kecil dengan menggunakan

fashion dari reggae, meskipun tidak semua tubuh mereka kenakan dengan

atribut reggae tapi paling tidak satu atribut akan melekat dalam diri mereka.

Akan tetapi peneliti juga melihat bahwa tidak semua pemusik reggae, atau

penggemar reggae itu menggunakan fashion reggae.

Orang yang melihat di luar dari mereka yang mengemari musik reggae

atau yang tidak tergabung dengan komunitas reggae atau masyarakat pada

umumnya, memandang hal tersebut menjadi sesuatu yang aneh, norak,

mengerikan, meresahkan hingga mereka dapat dengan sendirinya

menggolongkan kelompok-kelompok kecil tersebut sebagai komunitas

121

Ibid, hal vii 122

Ibid hal viii

80

reggae atau penggemar reggae. Meskipun dipandang negatif atau aneh oleh

masyarakat kebanyakan, namun keberadaan penggemar musik reggae

dengan fashion reggaenya tetap tumbuh subur. Mereka tidak memperdulikan

pandangan orang lain seperti yang diungkapkan oleh informan bernama

Rizal :―fashion reggae itu bagian dari reggae. Kalau cinta sama reggae harus

juga pakai fashion reggae. Itu salah satu bentuk kecintaan kita sama musik

reggae terserah orang mau bilang apa‖.123

Lain halnya dengan mereka yang menggemari musik reggae atau yang

masuk ke dalam kelompok tersebut merasa apa yang mereka lakukan

sebagai hal biasa saja bahkan menjadi suatu kebanggan tersendiri. Semua itu

tergantung dari siapa dan bagaimana memandang fashion reggae tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti temukan dalam wawancara

dengan informan, setiap informan yang bahkan dalam satu kepentingan yaitu

sama-sama berada dalam satu komunitas atau sama-sama penggemar musik

reggae memiliki pemaknaannya sendiri mengenai fashion reggae. Tidak

semua dari penggemar musik reggae memandang fashion reggae menjadi

hal penting atau kewajiban yang harus dikenakan sebagai penggemar reggae,

hal tersebut dipertegas oleh wawancara dengan informan bernama Aradhea,

ia mengatakan :

―fashion reggae itu gak penting buat komunitas reggae atau pecinta

reggae karena reggae itu adalah musik. Dan untuk menjadi seorang

reggaeman atau reggaewomen kita gak harus pake baju atau aksesoris

yang berwarna merah-kuning-hijau, berambut gimbal atau bahkan

123

Wawancara informan bernama Rizal pada 10 Juni 2012

81

ngeganja cumin untuk memainkan atau menikmati musik reggae.

fashion reggae itu kan cuman sesuatu yang biasa dikenakan oleh

musisi-musisi reggae terdahulu seperti Bob Marley yang diikuti oleh

banyak orang tanpa menelaah. Itu lah yang saya maksud dari efek

melihat tanpa menelaah terlebih dahulu‖124

Namun ada juga yang memandang fashion reggae sebagai hal yang

penting seperti informan yang bernama Rizal, ia mengatakan : ―

―fashion reggae sangat penting untuk anggota komunitas reggae.

Karena selain kita mendengarkan musik, kita juga harus melebur

dengan reggae itu sendiri melalui fashion reggae. Dengan fashion

reggae bukan hanya pembeda tapi kita akan lebih dekat,lebih

menjiwai dan lebih merasakan bagian dari reggae. Bahkan kita bisa

ikut merasakan keberadaan dari Bob Marley.125

Dan ada juga yang merasa fashion reggae tidak penting dalam reggae

tetapi menganggap fashion reggae sebagai pelengkap dan bagian dari reggae

seperti, informan bernama Peter, ia mengatakan ―fasion reggae itu memang

gak penting sama musik reggae tapi fashion regae sudah menjadi bagian dari

reggae. Sebagai identitas, sebagai pembeda kita. Dia melekat sama kayak

Bob Marley yang jadi ikon reggae‖126

Ada banyak alasan yang melatarbelakangi penggemar reggae pada

umumnya menggunakan fashion reggae sebagai baju kebangsaan mereka.

peneliti melihat dari segi musisi-musisi terutama Bob Marley yang

menggunakan fashion reggae dan diikuti oleh penggemarnya hingga saat ini.

124

Wawancara informan bernama Aradhea pada 18 Mei 2012 125

Wawancara infroman bernama Rizal pada 10 Juni 2012 126

Wawancara informan bernama Peter pada 2 Juni 2012

82

Banyak yang menganggap fashion reggae itu hanya digunakan oleh

penggemar musik reggae, dan fans musik reggae harus menggunakan

fashion reggae paling tidak saat sedang berkumpul sesame penggemar

reggae atau bisa dikatakan juga sebagai komunitas reggae atau saat melihat

acara pertunjukan musik reggae.

Melalui hasil penelitian di lapangan, peneliti melihat bahwa tidak semua

penggemar reggae mengikuti atau menggunakan fashion reggae sebagai baju

kebangsaan mereka, peneliti juga melihat bahwa yang menggunakan fashion

reggae tidak hanya dari kalangan penggemar reggae, bahkan ada pula yang

mengimbal rambutnya meski ia musisi musik reggae tapi menggimbal bukan

karena reggae tapi karena keinginannya mengimbal seperti informan

pendukung bernama Brekele katakan ―saya menggimbal rambut saya jauh

sebelum saya masuk atau kenal sama musik reggae‖127

Hal tersebut dipertegas oleh informan bernama Aradhea, ia mengatakan

― saya menggimbal rambut saya dulu, bukan karena saya anak reggae tapi

lebih karena saya memahami filosofi dari rasta yang menggimbal

rambutnya‖128

4.3.2 Pemahaman Penggemar Reggae terhadap Fashion Reggae

Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan seseorang

dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan

127

Wawancara informan Brekele pada 16 mei 2012 128

Wawancara informan Aradhea pada 18 mei 2012

83

sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah

diterimanya129. Hal ini berkaitan dengan tiga premis Interaksionisme

simbolik Blumer yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, terdiri dari

pemaknaan (meaning), bahasa (language) dan pikiran (thought).

Menurut Blumer, manusia bertindak terhadap sesuatu yang

berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka

(meaning). Blumer menjelaskan makna itu diperoleh dari hasil interaksi

sosial yang dilakukan dengan orang lain. Pemaknaan muncul dari interaksi

sosial yang dipertukarkan di antara mereka. Makna bukan muncul atau

melekat pada sesuatu atau suatu objek secara alamiah. Makna tidak bisa

muncul ‗dari sananya‘. Makna berasal dari hasil proses negosiasi melalui

penggunaan bahasa (language). Dan interaksionisme simbolik

menggambarkan proses berpikir sebagai perbincangan dengan diri

sendiri130. Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi

sosial sedang berlangsung.

Pemahaman anggota komunitas reggae adalah penilaian, atau

pandangan dalam pikiran mereka mengenai fashion reggae. Mereka

bertindak atas dasar apa yang mereka pahami atau maknai dan pemaknaan

yang mereka kenakan kepada pihak lain. Setiap orang mempunyai

129

Arif Sukadi Sadiman. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. (Cet.I; Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa, 1946) h.109 130

Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York: McGraw-Hill, 2003 (dalam http://yearrypanji.wordpress.com/2008/03/17/teori-interaksionisme-simbolik/ 15/03/2012 02:00 am)

84

pemaknaan dan pandangan sesuai dengan pemaknaan yang mereka amini

atau yakini.

1. Pemahaman fashion reggae dari segi busana warna merah-kuning-

hijau

Pakaian atau atribut dari fashion reggae akan menjadi biasa saja

ketika warna merah-kuning-hijau tidak melekat menjadi ciri dari

fashion regge. Peneliti melihat kontribusi yang cukup besar terhadap

ketiga warna ini.

Dari hasil penelitian lapangan, seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya bahwa memang benar banyak penggemar reggae yang

menggunakan pakaian atau atribut dengan kombinasi tersebut.

Pandangan dan pemaknaan seseorang terhadap pakaian tiga warna ini

tentunya berbeda-beda. Masyarakat di luar dari komunitas mungkin

akan berpandangan bahwa pakaian tersebut aneh, norak karena warna

yang mencolok / ngejreng. Dan bahkan dengan sendirinya mereka

mengkotak-kotakan bahwa orang yang menggunakan pakaian tersebut

sebagai penggemar reggae meskipun tidak luput juga orang yang tidak

masuk dalam komunitas reggae menggunakan pakaian tersebut. karena

memang sudah banyak modifikasi yang membuat pakaian dengan tiga

warna tersebut menjadi indah dan anggun.

Tidak hanya di luar komunitas reggae, di dalam komunitas

reggae pun terjadi perbedaan dalam pemahaman dan pemaknaan

85

terhadap fashion reggae. Peneliti melihat dari hasil wawancara

terhadap informan yang bernama Aradhea, ia mengatakan :

―fashion reggae itu norak cuman ikut-ikutan dari Bob

Marley, untuk menjadi seorang reggaeman atau

reggaewomen tidak harus memakai pakaian atau aksesoris

berwarna bendera reggae karena reggae itu sendiri adalah

musik.‖131

Peneliti juga melihat bahwa banyak yang berpendapat dan

berpandangan serta memahami bahwa tiga warna ini adalah bendera

dari Jamaika. Hal ini tentunya didasarkan atas keberadaan reggae yang

berasal dari Jamaika dan Bob Marley sebagai tokoh yang paling

mempopulerkan reggae berasal dari Jamaika. Namun tidak sedikit yang

mengatakan bahwa tri warna reggae tersebut adalah bendera Ethiopia.

Seperti yang dikatakan oleh Aradhea, Benny dan Peter sebagai

informan dan dokumen yang peneliti lihat. Kita dapat melihat bahwa

warna bendera Jamaika adalah terdiri dari lintas kuning yang

memisahkan dua hijau dan dua segitiga hitam. bukan merah-kuning-

hijau. Sedangkan bendera Ethiopia adalah merah-kuning-hijau.

*bendera Jamaika *Bendera Ethiopia

131

Wawancara Informan Aradhea pada 18 Mei 2012

86

2. Pemahaman terhadap fashion reggae dalam segi rambut gimbal

Dreadlock atau rambut gimbal selalu diidentikan dengan reggae.

Rambut gimbal terlihat menjadi sangat ‗beda‘ karena tidak lazim

seperti rambut orang kebanyakan. Peneliti melihat rambut gimbal

menjadi trend yang unik sekaligus aneh. Melihat dari hasil wawancara,

peneliti melihat bahwa mereka sama-sama memahami bahwa rambut

gimbal sebagai sesuatu yang sakral, spiritual dan anti penindasan.

Mereka sama mengartikan dreadlock sebagai rambut gimbal dan dread

yang berarti rambut dan lock yang berarti kunci.

Informan bernama Aradhea, ia mengatakan

―dreadlock sebagai penghapus atau pengunci dosa. Dreadlock

termasuk dalam ajaran rasta yang di ajarkan. Seperti ajaran

sufi, yang berpaham ke Tuhan,begitupun dengan rambut

gimbal dinyatakan sebagai penghapus atau pengunci dosa-

dosanya, namun sebagian beranggapan bahwa rambut gimbal

itu adalah simbol anti-ketidakadilan, anti babylonia, hal itu

pun di ungkapkan oleh Bob marley dalam lagunya natty-

babylon. Tapi sih dreadlock bukan Cuma punya anak

reggae,banyak yang menganggap itu bagian dari spiritual

lainnya seperti di India,di Dieang. Saya sendiri menggimbal

bukan karena reggae, dan mengikuti fashion reggae,karena

saat itu saya menganut paham rastafari‖132

Peneliti melihat kehampirsamaan dalam pemahaman ini

merupakan suatu hal yang wajar dimana mereka sama-sama

penggemar reggae dan mendapat sumber info yang kemungkinan

sama. Namun pada nyatanya meskipun mereka sama-sama meyakini

132

Wawancara informan Aradhea pada 18 mei 2012

87

gimbal yang mereka ketahui adalah gimbalnya anak reggae, dan

kesamaan dalam mengartikan dreadlock sebagai rambut gimbal,

namun kepemilikan dan pemaknaan rambut gimbal berbeda dengan

khalayak luar yang juga mengamati.

Terlepas klaim dari rambut gimbal adalah bagian atau milik dari

penggemar reggae, peneliti melihat dari hasil lapangan dan sumber lain

dan juga dijelaskan sebelumnya pada bab 2, peneliti menemukan

bahwa rambut gimbal bukan hanya dimiliki oleh penggemar reggae

atau klaim reggae namun beberapa kepercayaan pun ada yang

menggunakan rambut gimbal sebagai spiritual, namun di lihat dari

keadaan sekarang gimbal tidak hanya sebagai spiritual atau sesuatu

yang sakral atau milik kaum reggae, tapi lebih menjadi fashion dari

semua orang. Seperti Ipank, dengan genre musik rock and roll, dia

tampil dengan rambut gimbal.

3. Pemahaman terhadap fashion reggae dalam segi ganja

Mariyuana atau yang juga dikenal ganja, tidak luput dari reggae itu

sendiri. Mariyuana selalu di identikan dengan reggae dan menjadi trend

tersendiri bahkan dalam pakaian sering menggunakan simbol daung\

ganja.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, mariyuana atau ganja

dekat dengan reggae. Di setiap acara musik reggae, baik musisi ataupun

pendengar yang menonton konser tersebut akan menghisap ganja

88

terlebih dahulukan. Dengan dalil bagian dari reggae, agar lebih

menikmati permainan musik atau mendengarkan musik, agar lebih relaks

dan lebih percaya diri. Maka banyak anggapan bahwa reggae harus

ngeganja. Namun hal itu dibantah oleh beberapa informan yang peneliti

wawancara.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yang bernama

Aradhea, ia mengatakan ―ganja bukan bagian dari reggae. orang yang

menghisap ganja bukan karena reggae melainkan kemauan dan

keinginan diri sendiri, tidak berdasarkan ia penggemar reggae atau

tidak‖133. Pernyataan Aradhea, diamini oleh Benny, Brekele, dan Peter,

mereka pun mengatakan hal yang serupa bahwa reggae tidak harus

ngeganja, bahwa orang menghisap ganja bukan karena reggae melainkan

keinginan diri sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa

identiknya reggae dengan ganja dikarenakan bahwa Bob Marley

menghisap ganja dan seorang rastaman. Aredhea mengatakan :

―Bob marley menghisap ganja karena itu bagian dari kepercayaan

yang ia anut sebagai seorang rastafari, yang dengan menghisap

ganja itu merupakan bentuk penyucian diri sebelum bertemu

dengan Tuhan mereka yaitu Jah, sama seperti orang islam yang

berwudhu dulu sebelum sholat‖.134

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, peneliti menemukan

bahwa mereka memaknai fashion reggae sebagai apa yang menjadi ciri dari

133

Wawancara Informan Aradhea pada18 Mei 2012 134

Wawancara informan Aradhea pada 18 Mei 2012

89

penggemar reggae sebagai sesuatu yang menjadi identitas atau pengenal

mereka, sebagai media berekspresi mereka terhadap kecintaan mereka

terhadap reggae. Mereka memaknai fashion reggae sebagai sesuatu yang

dibawa oleh musisi reggae yang berasal dari Jamaika yaitu Bob Marley

yang memiliki arti lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian lapangan, peneliti menemukan saat acara

Radioshow di stasiun Tvone 18 Juni 2012, grup band musik reggae pasukan

lima jari tidak menggunakan fashion reggae yang menjadi ciri dari reggae.

Padahal fashion reggae harusnya menjadi pendamping dari musik reggae.

Tapi menurut informan bernama Aradhea, ia mengatakan ―anak reggae

tidak harus menggunakan fashion reggae. Reggae adalah musik, dan untuk

menikmati musik tersebut kita tidak perlu mengikuti fashion reggae‖135. Hal

senada dituturkan oleh Utha.

Melalui hasil wawancara, menyebutkan bahwa penggemar reggae

berkecenderungan menjadikan fashion reggae tersebut sebagai media

komunikasi mereka. fashion reggae tidak hanya digunakan sebagai

pengenal atau identitas sebagai penggemar reggae terhadap masyarakat

namun ada budaya rastafari yang melekat pada musik reggae yang

diungkapkan, diperlihatkan, diperkenalkan melalui fashion reggae oleh

penggemar reggae atau musisi reggae baik secara sadar maupun tidak oleh

pengguna fashion reggae tersebut.

135

Wawancara Informan Aradhea pada 18 Mei 2012

90

Hasil interpretasi data dari dokumentasi foto, bahwa memang di setiap

acara musik reggae, selalu ada penonton acara tersebut menggunakan

fashion reggae baik pakaian, gelang, topi bahkan djimbe, alat musik reggae

dengan warna bendera reggae merah-kuning-hijau, serta rambut gimbal.

Namun berdasarkan data dokumentasi dan wawancara pula, tidak

semua penggemar reggae menggunakan fashion reggae, ada penggemar

reggae yang tidak menggunakan fashion reggae juga

Senada dengan Teori Interaksionisme dari Blumer dengan tiga

premisnya yaitu tentang pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan

pikiran (thought)136, dimana setiap orang memiliki makna-makna yang

berbeda. Di sini,setiap penggemar reggae memiliki pemaknaan yang

berbeda mengenai fashion reggae, baik warna, gimbal dan ganja sesuai

dengan apa yang mereka ketahui dan mereka yakini. Fashion reggae

menjadi media komunikasi yang mereka gunakan untuk menerjemahkan

atau memberitahu mengenai reggae. Namun setiap penggemar reggae

memiliki pemaknaan sendiri mengenai fashion reggae sesuai dengan apa

yang dipikirkan. Tidak semua dari penggemar reggae mempunyai

kesamaan dalam memaknai fashion reggae yang menjadi bagian dari

reggae serta menjadi media komunikasi mereka. Pemaknaan terjadi sesuai

dengan apa yang mereka pikirkan dan pahami dalam pemahamannya

136

Pawito,Phd, 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif,LKS Yogyakarta

91

Baik itu masyarakat luas, akan memberi pemaknaan dan meyakini

bahwa orang-orang yang menggunakan pakaian merah-kuning-

hijau,berambut gimbal atau menghisap ganja masuk ke dalam kategori

penggemar reggae, anak reggae atau komunitas reggae. sedangkan dalam

individu dari penggemar reggae, akan memiliki pemaknaan tersendiri

mengenai merah-kuning-hijau, rambut gimbal serta ganja, sesuai dengan

apa yang mereka dapatkan dan yakini atau pahami. Dan dari apa yang

mereka yakini akan mereka transformasikan ke dalam kehidupan sehari-

hari. Seperti mereka meyakini bahwa fashion reggae sebagai bagian reggae,

sebagai bentuk kecintaanya, ia pun akan menggunakan fashion reggae

tersebut.

Setiap penggemar reggae masing-masing memiliki pemaknaannya /

pemahamannya sendiri mengenai fashion reggae. Mereka akan bertindak

sesuai dengan apa yang mereka yakini yang nantinya akan dipertukarkan

saat berinteraksi sosial. Fashion reggae sendiri menjadi bahasa mereka saat

mereka sedang berada dalam interaksi sosial atau masyarakat umum

maupun sesama penggemar reggae. Ketika kita melihat seseorang

menggunakan fashion reggae, maka kita akan melabelkan mereka sebagai

penggemar reggae. Ketika kita melihat sebagai sesama pengguna fashion

reggae, maka itu akan menjadi pengenal bahwa mereka satu tujuan, satu

arah yaitu reggae. Ketika kita melihat aneh kepada penggemar reggae,

selain kita melabelkan maka kita akan menjadi sinis kepada mereka. Sikap

dari kita kepada penggemar reggae, adalah pemaknaan kita dari fashion

92

reggae yang menjadi bahasa mereka menginformasikan keberadaan yang

kita yakini sebagai sesuatu yang benar.

Begitupun dengan penggemar reggae. Masing-masing dari mereka atau

perindividual memiliki pemaknaan dan pemahaman berbeda dari fashion

reggae baik itu warna merah-kuning-hijau, gimbal, atau ganja. Meskipun

berbeda dalam memaknai namun secara tidak langsung warna merah-

kuning-hijau, gimbal atau ganja menjadi bagian dari reggae. Sehingga

meskipun keberadaan fashion reggae dalam reggae itu sendiri tidak penting

atau juga bukan milik reggae saja , namun secara tidak langsung warna

merah-kuning-hijau,rambut gimbal dan ganja menjadi ciri dan hak milik

dari reggae.

Blumer menjelaskan dalam premis keduanya bahwa makna itu

diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain.

Makna bukan muncul atau melekat pada sesuatu atau suatu objek secara

alamiah. Makna tidak bisa muncul ‗dari sananya‘. Makna berasal dari hasil

proses negosiasi melalui penggunaan bahasa. Keberadaan warna merah-

kuning-hijau, rambut gimbal, atau ganja menjadi bagian dari fashion reggae

pun di dapat dari proses interaksi. Dimana makna itu dibuat oleh mereka

yang melihat dan menggunakan yang berasal dari proses interaksi sosial

mereka. Pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang dipertukarkan di

antara mereka. Maka akan muncul pula pemaknaan bahwa fashion reggae

merupakan budaya atau filosofi yang dipamerkan oleh kaum atau kelompok

rastafari saat sedang bermusik reggae, maka fashion reggae menjadi dekat

93

dengan rastafari bukan reggae. Fashion reggae menjadi simbol, identitasi,

ideologi dari kelompok rastafari.

Pemaknaan tentang apa yang nyata bagi kita pada hakikatnya berasal

dari apa yang kita yakini sebagai kenyataan itu sendiri. Karena kita yakin

bahwa hal tersebut nyata, maka kita mempercayainya sebagai kenyataan.

Sama dengan penggemar reggae yang sebagaian mempercayai bahwa

fashion reggae adalah kepunyaan reggae, sebagaian penggemar reggae

merasa fashion reggae itu tidak penting dan bukan bagian dari reggae.

Pemaknaan muncul dari hasil interaksi sosial yang saling dipertukarkan

setiap orang. Sehingga perbedaan pemahaman mengenai fashion reggae

dirasa wajar.

Namun terlepas dari perbedaan yang dimiliki oleh setiap penggemar

reggae, peneliti melihat bahwa ada ideologi, budaya, seni, media

berekspresi penggemar reggae selain dari fashion reggae. Peneliti melihat

bahwa keberadaan kelompok rastafari mendominasi dalam reggae dan

fashion reggae. peneliti melihat adanya kesmaan bahwa fashion reggae

merupakan budaya dari kepercayaan Rastafari yang dibawa oleh musisi

reggae pada saat pertunjukan yang akhirnya diikuti oleh penggemarnya dan

tetap hidup menjadi bagian dari reggae hingga saat ini.

Tentunya tidak semua penggemar yang mengetahui maksud dan pesan

yang mereka ingin sampaikan sehingga banyak pula yang menyukai tanpa

mengetahui makna dari fashion reggae itu yaitu warna merah-kuning-hijau,

94

rambut gimbal atau ganja. Para penggemar reggae pun menjadi sebuah

komunitas reggae yang dimana terdapat satu kesamaan yaitu menyukai

musik reggae. Dari kesukaan inilah membentuk interaksi yang akan

membawa kepada penyamaan persepsi simbol atau pesan yang terdapat di

dalam fashion reggae.

Peneliti melihat pemaknaan mengenai fashion reggae di dapat dari

teman sesama komunitas reggae, internet atau media lainnya yang mereka

artikan sebagai arti sebenarnya. Peneliti melihat tidak ada pemberian secara

khusus oleh musisi-musisi reggae seperti Bob Marley mengenai apa yang

dikenakan atau yang sekarang menjadi terkenal dengan nama fashion

reggae. Namun karena orang melihat pakaian dan atribut yang menjadi ciri

tersendiri tersebut bergabung sebagai pengemar reggae, sehingga orang

menyebutnya pun sebagai fashion reggae. Maka pemaknaan mengenai

fashion reggae pun berasal dari proses penggunaan bahasa yaitu bahasa

simbol. Peneliti melihat bahwa selain dengan musik, penggemar reggae

menggunakan fashion reggae sebagai ‗bahasa‘ mereka yang mereka

pergunakan kepada sesama maupun kepada masyarakat luar sebagai

identitas mereka.

95

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dari bab sebelumnya, maka peneliti menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Penggemar reggae memaknai fashion reggae tidak penting untuk

dipakai / tidak wajib, namun fashion reggae memang menjadi identitas

diri dan pembeda dari orang lain yang menjadikan mereka sebagai

penggemar reggae.

2. Penggemar reggae menyadari bahwa fashion reggae selain sebagai

penunjang penampilan, penutup tubuh, pelindung tubuh, tetapi juga

sebagai bentuk komunikasi dimana mereka menyampaikan informasi

secara nonverbal dengan fashion yang mereka pakai.

3. Ada budaya-budaya yang dibawa dalam fashion reggae itu sendiri

terkait dengan kepercayaan yang ada di Jamaika yaitu Rastafari.

4. Setiap penggemar reggae memiliki pemaknaan dan pemahamannya

sendiri yang berbeda mengenai fashion reggae meskipun mereka

berada dalam satu naungan sebagai penggemar reggae. Tidak semua

memandang dan meyakini bahwa fashion reggae penting dan harus ada

dalam reggae namun ada unsur-unsur budaya yang mereka tampilkan.

Maka tidak heran kita melihat perbedaan pemahaman dari setiap

penggemar reggae meskipun ada pula persamaannya namun mereka

95

96

memaknainya dari proses dan pandangan masing-masing individual

yang mereka dapatkan.

5.2 Saran

1. Agar penggemar reggae lebih kooperatif dan lebih mensosialisasikan

fashion reggae kepada masyarakat karena minimnya pengetahuan

masyarakat luar menggenai reggae yang hanya akan melihat dari kulit

luar dan pandangan mereka saja.

2. Diharapkan peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya,

disarankan untuk mencari dan membaca referensi lain lebih banyak

lagi sehingga hasil penelitian selanjutnya akan semakin baik serta

memperoleh ilmu pengetahuan yang baru.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan

peneliti selanjutnya yakni program studi ilmu komunikasi

97

DAFTAR PUSTAKA

Barnard, Malcom. 2011. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta ; Jalansutra.

Berger. 2000. Media and Communication Research Methods. London : Sage

Publications.

Chaniago, Amran YS. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Cet V. Bandung :

Pustaka Setia.

Elvinaro, 2010. Metode Penelitian untuk Public Relation. Bandung : PT.Remaja

Rosdakaya.

Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New

York: McGraw-Hill, 2003

Kountur, Ronny. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : PPM

Kriyantoro, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. 2006. Komunikasi AntarBUdaya.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

98

Moleong, Lexy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya

Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Malang : Cespur. Pawito.2008. Penelitian

Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKS.

Ruslan, Rosady. 2006. Metode Penelitian :Public Relation dan Komunikasi.

Jakarta: PT.Raja Frafindo Persada.

Sadiman, Arif Sukadi. 1946. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar.

Cet.I; Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif KUalitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Storey, John. 2008. Pengantar Komprehensif Teori dan Metode; Cultural Studies

dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta : Jalansutra.

Uchjana, Onong. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung :

PT.Remaja Rosdakarya

Yuliana, Nina. 2009. Modul Komunikasi AntarBudaya. FISIP Untirta

99

Sumber Lain :

Majalah Rolling Stones

www.wiwkipedia.com

http://rasmuhamad.tumblr.com/

www.indoreggae.com

http://www.indonesiaculture.net/

http://yearrypanji.wordpress.com/

http://www.artikata.com/arti-364094-penggemar.html

100

LAMPIRAN – LAMPIRAN

101

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Novitasari

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 18 November 1989

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jalan Danau Kelapa Dua VIII No.25 Tangerang –

Banten

E-Mail : [email protected]

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Salam Sudiana

Nama Ibu : Yenih Haryenih

RIWAYAT PENDIDIKAN

1996 - 2002 : SDN Kelapa Dua Tangerang

2002 - 2005 : SMP N 9 Tangerang

2005 - 2008 : SMA YUPPENTEK 1 Tangerang

2008 - - : Universitas Sultan Ageng Tritayasa Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu

Komunikasi

102

foto-foto fashion reggae

103

104

foto-fotopenggemar reggae di acaramusik

105

106

Ras Muhammad dengananakistimewa ‘gembel‘

foto-foto Bob Marley

107

Foto-foto Day Afternoon dkk

108

Gambar-gambar pasukan lima jari

109

Foto-fotosaatacara mini album Sunrice blue at wapresbulungan 29 April 2012

110

111

112

Foto-foto dreadlock (Ethiopia)

113