Upload
lebao
View
248
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
PEMANFAATAN ASAM LEMAK SAWIT DISTILAT
SEBAGAI BAHAN BAKU DIETANOLAMIDA
MENGGUNAKAN LIPASE (Rhizomucor meihei)
T E S I S
Oleh
EKA KURNIASIH
057022001/TK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
PEMANFAATAN ASAM LEMAK SAWIT DISTILAT
SEBAGAI BAHAN BAKU DIETANOLAMIDA
MENGGUNAKAN LIPASE (Rhizomucor meihei)
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Teknik Kimia
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
EKA KURNIASIH
057022001/TK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Judul Tesis : PEMANFAATAN ASAM LEMAK SAWIT DISTILAT SEBAGAI BAHAN BAKU DIETANOLAMIDA MENGGUNAKAN LIPASE (Rhizomucor meihei)
Nama Mahasiswa : Eka Kurniasih Nomor Pokok : 057022001 Program Studi : Teknik Kimia
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof.Dr.Ir. Setiaty Pandia) (Dr.Ir.Tjahyono Herawan, MSc) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof.Dr.Ir.Setiaty Pandia) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, MSc)
Tanggal Lulus : 16 Juni 2008
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Telah diuji pada Tanggal : 16 Juni 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
K e t u a : Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia
A n g g o t a : 1. Dr.Ir. Tjahyono Herawan, MSc
2. Dr. Rumondang Bulan, MS
3. Dr. Halimatuddahliana, ST, MSc
4. Zuhrina Masyithah, ST, MSc
5. Rondang Tambun, ST, MT Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
ABSTRAK
Dietanolamida merupakan surfaktan non ionik yang banyak digunakan dalam pembuatan beragam produk perawatan tubuh, pencuci dan pembersih serta kosmetik. Asam lemak sawit distilat (ALSD) sebagai hasil samping industri minyak goreng dicoba dimanfaatkan untuk pembuatan dietanolamida. Sintesa dietanolamida menggunakan ALSD dilakukan melalui reaksi amidasi, yaitu dengan mereaksikan substrat ALSD dengan dietanolamina pada rasio mol 4,96:1; 7:1; 10:1; 13:1; dan 15,04:1, konsentrasi Rhizomucor meihei pada 6,64%; 8%; 10%; 12%; 13,36% (b/b) dan temperatur pada 33oC; 40oC; 50oC; 60oC; 67oC. Konversi optimum reaksi sebesar 80,83 %, diperoleh pada konsentrasi Rhizomucor meihei 10% (b/b), rasio mol dietanolamina/ALSD 10:1 dan temperatur reaksi 50oC. Lipase Rhizomucor meihei memberikan aktifitas yang baik pada pelarut n-heksana pada rasio ALSD/pelarut 1:2 (b/v). Karakteristik dietanolamida yang dihasilkan adalah bilangan asam 10,57 mmol/mg, bilangan iodine 6,97 dengan titik leleh 92oC, pH 8, hidrophil liphofil balance (HLB) 18, larut pada etanol, metanol, n-heksana dan air.
Kata kunci : ALSD, dietanolamida, surfaktan non ionik, Rhizomucor meihei, reaksi amidasi
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
UTILIZAITION PALM FATTY ACID DISTILATE AS RAW MATERIAL OF DIETHANOLAMIDE USING LIPASE
(Rhizomucor meihei)
ABSTRACT
Diethanolamide is a non ionic surfactant which is mostly used in producing various kinds of body care, detergent, cleaner and also cosmetic product. Palm fatty acid distillate (PFAD) as by product of palm oil industry is tried to be used for producing diethanolamide. Diethanolamide synthesis uses PFAD which done through by amidation reaction, which is by reacting PFAD substrat with diethanolamine at mole ratio 4,96:1; 7:1; 10:1; 13:1; and 15,04:1, Rhizomucor meihei concentration at 6,64%; 8%; 10%; 12%; 13,36% (w/w) and temperature at 33oC; 40oC; 50oC; 60oC; 67oC. The optimum convertion of reaction is 80,83%, found at Rhizomucor meihei concentration 10% (w/w), mole ratio of PFAD/diethanolamine 10:1 and reaction temperature 50oC. Lipase Rhizomucor meihei has given good acivity in n-hexane as the solvent at ratio PFAD/solvent 1:2 (w/v). The Characteristic of diethanolamide are acid value of 10,57 mmole/mg, iodine value of 6,97 with melting point 92oC, pH 8, hydrofil lypofil balance (HLB) 18, dissolved in ethanol, methanol, n-hexane and H2O. Key words : PFAD, diethanolamide, non ionic surfactant, Rhizomucor meihei,
amidation reaction
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
KATA PENGANTAR
Pujian hanya berhak disampaikan kepada-Nya, karena hanya Allah SWT yang
sanggup menyangga segala macam pujian yang ditujukan kepada-Nya. Teriring pula
ucapan Alhamdulillahi rabbil’alamin atas segala karunia-Nya sehingga penyusunan
tesis ini dapat diselesaikan. Tulisan ini berjudul ”Pemanfaatan Asam Lemak Sawit
Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor
meihei)”. Tesis ini disusun setelah melalui tahapan penelitian yang dilaksanakan di
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan fasilitas yang telah diterima. Penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada dosen pembimbing
Prof.Dr.Ir. Setiaty Pandia dan Dr.Ir.Tjahyono Herawan, MSc atas bantuan,
bimbingan, curahan ilmu, asih dan asuh yang telah diberikan selama penyusunan
tesis dan sepanjang penyelesaian pendidikan kesarjanaan ini. Pada kesempatan ini,
disampaikan pula ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti Pendidikan Program
Magister.
2. Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara atas kesempatan menjadi Mahasiswa Magister
Teknik Kimia pada Sekolah Pascasarjana.
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
3. Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia, Ketua Program Studi Magister Teknik Kimia,
Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai komisi pembimbing.
4. Dr.Halimatuddahliana, ST, MSc selaku Sekretaris Program Studi Magister
Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
5. Kedua orang tua, Zentin Suroso dan Sumiarni, adik ku Suhasmoko, ST dan Adi
Noto, Ibu Suwarti dan adik Eko Madya serta keluarga besar untuk dukungan dan
doa yang begitu tulus.
6. Novri Darti, SP., Rita Fitriani, Susi Andayani, dan seluruh staff beserta teknisi
PPKS Medan yang telah mengikhlaskan waktu dan pemikiran selama penelitian.
7. Staf pengajar Magister Teknik Kimia dan MIFA-Kimia, Universitas Sumatera
Utara atas bimbingannya.
8. Pgawai administrasi SPS Universitas Sumatera Utara Magister Teknik Kimia.
9. Sahabat ku Meriatna, ST, MT., Farida Hanum, ST., Amina Asrah serta seluruh
rekan Magister Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
Sesudahnya saya memohon nasehat dan saran, karena tulisan ini
membutuhkan banyak perbaikan untuk perkembangan selanjutnya.
Medan, Juni 2008
Penulis Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
RIWAYAT HIDUP
Nama : Eka Kurniasih
Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Morawa, 02 Nopember 1981
Agama : Islam
Pendidikan : SD Negeri 105292 Bandar Klippa (1988-1994)
SLTP Negeri 12 Medan (1994-1997)
SMU Al-Azhar Medan (1997-2000)
Program Studi Teknik Kimia (2000-2004)
Universitas Sumatera Utara
Status Keluarga : Anak pertama dari tiga bersaudara
1. Ayah : Zentin Suroso
2. Ibu : Sumiarni
3. Adik : Suhasmoko, ST
Adi Noto
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i ABSTRACT.................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP......................................................................................... v DAFTAR ISI................................................................................................... vi DAFTAR TABEL........................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................ ... 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................... ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ ... 4 1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... ... 4 1.5 Lingkup Penelitian ...................................................................... ... 4
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alkanolamida .............................................................................. ... 7 2.1.1 Monoetanolamida............................................................... ... 7 2.1.2 Dietanolamida .................................................................... ... 9 2.1.3 Trietanolamida ................................................................... ... 10 2.2 Asam Lemak Sawit Distilat (ALSD) .......................................... .. 12 2.3 Alkanolamina .............................................................................. .. 15 2.3.1 Etanolamina........................................................................ .. 15 2.3.2 Dietanolamina .................................................................... .. 15 2.3.3 Trietanolamina ................................................................... .. 16
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
2.4 Fungsi dan Cara Kerja Enzim ..................................................... 17 2.4.1 Klasifikasi Enzim............................................................... .. 19 2.4.2 Lipase Dalam Industri Oleokimia ...................................... .. 22 2.5 Rancangan Percobaan ................................................................. .. 23 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu ....................................................................... . 27 3.2 Bahan Dan Alat ............................................................................ . 27 3.3 Rancangan Percobaan .................................................................. . 29 3.4 Percobaan Pendahuluan ............................................................... . 31 3.4.1 Screening Enzim ................................................................. . 31 3.4.2 Waktu Reaksi ...................................................................... . 32 3.4.3 Pelarut ................................................................................. . 32 3.5 Penelitian Utama ........................................................................... . 34 3.5.1 Percobaan Utama Amidasi ALSD Menjadi Dietanolamida ...................................................................... 34 3.5.2 Pemurnian Produk................................................................ . 34 3.6 Analisa Sampel ............................................................................. 36 3.7 Karakteristik Dietanolamida ......................................................... 37 3.8 Pengolahan Data Optimasi Reaksi ALSD menjadi Dietanolamina ................................................................. 37 3.9 Jadwal Penelitian........................................................................... 38 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pendahuluan........................................................ 40 4.1.1 Screening Biokatalis ............................................................ 40 4.1.2 Penentuan Waktu Reaksi ..................................................... 43 4.1.3 Pemilihan Pelarut ................................................................. 47 4.1.4 Penentuan Rasio Pelarut....................................................... 49 4.1.5 Pengaruh pH......................................................................... 50 4.1.6 Penentuan Level Rhizomucor meihei ................................... 51 4.1.7 Penentuan Level Rasio Substrat........................................... 53 4.1.8 Penentuan Level Temperatur ............................................... 55 4.2 Hasil Penelitian Utama.................................................................. 57 4.2.1 Analisa Pengaruh Variabel................................................... 59 4.2.2 Analisis Variansi (ANAVA)................................................ 61 4.2.3 Uji Verifikasi Model Penelitian ........................................... 64 4.3 Analisa Plot Dan Kontur Hasil Penelitian Utama ALSD Menjadi Dietanolamida Menggunakan Rhizomucor meihei ....................... 67 4.3.1 Pengaruh Konsentrasi Rhizomucor meihei Terhadap Rasio Mol Dietanolamina/ALSD......................................... 67 4.3.2 Pengaruh Temperatur Terhadap Konsentrasi Biokatalis...... 71
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
4.3.3 Pengaruh Temperatur Terhadap Rasio Mol Dietanolamina/ALSD........................................................... 73 4.4 Karakteristik Produk ..................................................................... 76 V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ................................................................................... 78 5.2 Saran.............................................................................................. 79 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 80
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Kandungan Asam Lemak Dari Palm Kernel Olein (PKL) dan Palm Kernel Stearin (PKS) ............................................................ 8
2. Kandungan Asam Lemak Pada Minyak Kelapa Sawit dan ALSD....... 13
3. Perlakuan Terkode Untuk Amidasi ALSD ........................................... 29
4. Central Composite Design (CCD) Untuk 3 Variabel ........................... 30
5. Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................... 39
6. Hasil Analisa Bilangan Asam Untuk Screening Biokatalis .................. 41 7. Hasil Analisa Bilangan Asam Untuk Penentuan Waktu Reaksi ........... 44
8. Pengaruh Level Konsentrasi Rhizomucor meihei Terhadap Produk .... 52
9. Pengaruh Rasio Substrat Terhadap Perolehan Dietanolamida.............. 53
10. Pengaruh Temperatur Terhadap Perolehan Dietanolamida .................. 56
11. Hasil Percobaan Optimasi ..................................................................... 58 12. Hasil Statistik Minitab 14 Untuk Response Surface Methodology ....... 59
13. ANAVA Model Persamaan Regresi Pada Amidasi ALSD Menjadi Dietanolamida Menggunakan Minitab 14............................................. 62 14. Karakteristik Produk Dietanolamida..................................................... 76
15. Hasil Perhitungan Untuk Matriks CCD ................................................ 89
16. Matrik Untuk Central Composite Desigen (CCD) 3 Variabel……….. 90 17. Data Statistika Kolmogorov Smirnov………………………………... 94
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
18. Bilangan Gelombang dari Asam Lemak Sawit Distilat..................... 98 19. Bilangan Gelombang dari Dietanolamida pada Waktu Reaksi 72 Jam........................................................................ 98 20. Bilangan Gelombang Dietanolamida pada Rasio ALSD/Dietanolamina 1: 10 (Enzim) ............................................... 100 21. Bilangan Gelombang Dietanolamida pada Rasio ALSD/Dietanolamina 1: 10 (Non Enzim).......................................... 100 22. Bilangan Gelombang Dietanolamida pada Penelitian Utama (50oC) ...................................................................... 102 23. Bilangan Gelombang Dietanolamida pada Penelitian Utama (60oC) .................................................................... 102 24. Bilangan Gelombang Bilangan Gelombang Dietanolamida dengan Asam Palmitat Sebagai Sumber Asam Lemak....................... 103
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Bagan Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Menjadi
Minyak Goreng ..................................................................................... 14 2. Penguraian Substrat Oleh Enzim .......................................................... 18 3. Diagram Alir Penentuan Level Rhizomucor meihei, Temperatur, Rasio Mol Dietanolamina/ALSD (Percobaan Pendahuluan) .......................... 33 4. Rangkaian Peralatan Percobaan Pendahuluan ...................................... 33 5. Diagram Alir Percobaan Utama Amidasi ALSD Menjadi Dietanolamida ....................................................................................... 35 6. Rangkaian Peralatan Percobaan Optimasi ............................................ 36 7. Pengaruh Jenis Biokatalis Terhadap Produk Dietanolamida ................ 41 8. Perolehan Produk Dietanolamida Pada Substrat Asam Palmitat .......... 43 9. Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap Produk Dietanolamida................... 45 10. Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Aktifitas Rhizomucor meihei ........... 47 11. Pengaruh Rasio Pelarut Terhadap Produk Dietanolamida .................... 49 12. Pengaruh Level Konsentrasi Biokatalis Terhadap Dietanolamida........ 52 13. Pengaruh Rasio Substrat Terhadap Perolehan Dietanolamida.............. 54 14. Pengaruh Temperatur Terhadap Perolehan Produk .............................. 56 15. Plot Residual Dengan Taksiran Model ................................................. 64 16. Plot Residual Dengan Order Model ...................................................... 64
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
17. Plot Distribusi Normal Residual Model Regresi................................... 66 18. Respon Permukaan Dari Plot Konsentrasi Rhizomucor meihei Terhadap Rasio Mol Dietanolamina/ALSD.......................................................... 68 19. Kontur Dari Plot Konsentrasi Rhizomucor meihei Terhadap Rasio Mol Dietanolamina/ALSD.................................................................... 69 20. Respon Permukaan Dari Plot Konsentrasi Rhizomucor meihei Terhadap
Temperatur ............................................................................................ 71 21. Kontur Dari Plot Konsentrasi Rhizomucor meihei Terhadap Temperatur ........................................................................................... 72 22. Respon Permukaan Dari Plot Temperatur Terhadap Rasio Mol
Dietanolamina/ALSD............................................................................ 73 23. Kontur Dari Plot Temperatur Terhadap Rasio Mol Dietanolamina/ALSD............................................................................ 74 24. Sketsa Plat Kromatografi Lapis Tipis .................................................. 86 25. Kromatografi Lapis Tipis Pada Beberapa Level Temperatur ............... 96 26. Hasil Analisa FT-IR (a) ALSD (b)Waktu Reaksi 72 Jam (Lipase) ...... 97 27. FT-IR Pada (a) Rasio Substrat 1:10 (Enzim) ( b) Rasio Subtrat 1:10 (Non Enzim).......................................................................................... 99 28. FT-IR Percobaan Optimasi (a) Temperatur 50oC (b) Temperatur 60oC .............................................................................. 101
29. Hasil Analisa FT-IR dari Dietanolamida dengan Asam Palmitat Sebagai Sumber Asam Lemak........................................................... 103
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Prosedur Analisa Sampel .......................................................................... 83
2. Response Surface Methodology ................................................................ 88
3. Output Analisa Statistika .......................................................................... 91
4. Tabel Statistika.......................................................................................... 94
5. Hasil Analisa KLT .................................................................................... 95
6. Hasil Analisa FT-IR .................................................................................. 97
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Sebagian dari produksi minyak sawit tersebut diekspor dalam bentuk minyak sawit
mentah dan sisanya digunakan sebagai bahan baku untuk keperluan industri dalam
negeri. Konsumsi minyak sawit di dalam negeri hanya digunakan sebagai bahan baku
industri minyak goreng, margarin, sabun, serta industri oleokimia yang memproduksi
asam lemak sawit, metil ester dan fatty alkohol. Pada industri minyak goreng terdapat
tahap refining yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas minyak yang dihasilkan.
Pada tahap ini, selain dihasilkan produk utama berupa minyak goreng, juga dihasilkan
produk samping yaitu asam lemak sawit distilat (ALSD) yang memiliki kandungan
asam palmitat yang tinggi, sekitar 56,55%. Sumber asam lemak sawit distilat
memiliki potensi yang cukup besar untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan
produk oleokimia. Bahan baku yang dapat diperbaharui, termasuk asam lemak dan
minyak nabati akan menjadi penting sebagai pilihan bahan baku, tidak hanya karena
alasan ekonomis, namun juga karena banyaknya pilihan sifat-sifat produk turunan
yang dihasilkan dan pengaruhnya terhadap ekosistem.
Dietanolamida pertama kali diperoleh dari reaksi antara asam lemak dengan
dietanolamina. Asam lemak yang digunakan terutama adalah asam lemak dengan
rantai karbon C12-C18, sehingga memberikan peluang pada asam lemak sawit distilat
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
sebagai bahan baku. Biasanya secara industrial dietanolamida diproduksi secara
kimiawi menggunakan minyak atau lemak dengan alkanolamina pada temperatur
tertentu. Teknik kimiawi konvensional memiliki kelemahan yang berhubungan
dengan penggunaan energi dan pembentukan produk samping yang tidak
dikehendaki. Sintesa alkanolamida secara kimiawi konvensional dilangsungkan
dengan menggunakan katalis basa pada temperatur 120oC-150oC. Pada akhir produk
akan diperoleh kandungan sabun amina yang akan menaikkan pH, sehingga
dibutuhkan tahapan purifikasi lebih lanjut. Oleh sebab itu dikembangkan proses
enzimatis untuk menghasilkan dietanolamida dari asam lemak dan minyak nabati
dengan menggunakan biokatalisator. Biokatalisator yang digunakan dapat berupa
enzim lipase. Enzim lipase yang digunakan harus memiliki sifat spesifik pada substrat
yang mengandung asam palmitat. Sifat spesifik adalah kemampuan suatu enzim
untuk beraktifitas pada satu jenis substrat tertentu (Poejiadi, 1994). Rhizomucor
meihei adalah satu dari banyak lipase yang biasa digunakan dalam reaksi esterifikasi
asam lemak untuk produksi metil ester asam lemak (FAME), kosmetik (palm oil
emulsifier) yang mengandung asam palmitat yang tinggi, industri makanan (cocoa
butter), industri minyak nabati seperti minyak jagung, minyak bunga matahari,
minyak zaitun (Hasan dkk, 2005).
Penggunaan reaksi enzimatis pada asam lemak dan minyak nabati memiliki
beberapa keuntungan yaitu (i) sifat spesifik lipase yang tinggi sehingga akan
dihasilkan produk yang murni (ii) penggunaan suhu dan tekanan yang relatif rendah,
(iii) biaya pengelolaan limbah yang relatif lebih murah dan (iv) produk yang Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
dihasilkan lebih aman dibandingkan dengan proses kimia konvensional (Elisabeth
dkk, 1998). Dietanolamida adalah senyawa golongan fatty amida dan merupakan
surfaktan non ionik yang banyak digunakan sebagai bahan pembuatan shampoo,
busa mandi, pemantap lateks, zat penghambat karat, produk pembersih peralatan
rumah tangga dan deterjen cair (Rahman dkk, 2003).
Surfaktan adalah senyawa yang memiliki dua gugus yaitu hidrofobik
(lipofilik) dan hidrofilik (lipopobik) dalam satu molekul, sehingga disebut sebagai
senyawa amphilic (Gautam dan Tyagi, 2005). Impor surfaktan Indonesia berjumlah
44.500 ton dan diprediksi impor tersebut setiap tahunnya terus berkembang sejalan
dengan tumbuhnya industri kosmetik, makanan, farmasi, tekstil dan industri
penyamakan kulit (Anah dan Mahfud, 2003).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa asam
lemak sawit distilat dapat dimanfaatkan sebagai sumber asam lemak untuk produksi
dietanolamida. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh
konsentrasi enzim lipase (Rhizomucor meihei) yang digunakan, rasio mol
dietanolamina terhadap asam lemak sawit distilat (ALSD), dan temperatur pada
reaksi enzimatis asam lemak sawit distilat menjadi dietnolamida secara batch.
Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi lipase
(Rhizomucor meihei) yang digunakan, rasio mol dietanolamina terhadap asam lemak
sawit distilat (ALSD) dan temperatur reaksi terhadap konversi dietanolamida.
1.4 Manfaat Penelitian
Percobaan yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Sebagai informasi tentang pemanfaatan asam lemak sawit distilat (ALSD)
sebagai bahan baku dietanolamida.
2. Sebagai informasi mengenai penggunaan lipase untuk memproduksi
dietanolamida secara batch.
3. Memberikan nilai tambah terhadap asam lemak sawit distilat, yang
merupakan hasil samping industri pengolahan minyak goreng.
4. Sebagai dasar dalam perancangan proses produksi dietanolamida secara
kontinu.
1.5 Lingkup Penelitian
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam lemak sawit
distilat (ALSD), dietanolamina 99%, n-heksana dan lipase Rhizomucor meihei
(Lipozyme).
Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Penelitian dilakukan melalui dua tahap, yaitu :
1. Penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk menentukan respon optimum
dari masing-masing variabel yang selanjutnya akan digunakan dalam desain
central composite design (CCD)
2. Penelitian utama, yang bertujuan untuk menentukan respon optimum yang
dapat diperoleh melalui interaksi masing-masing variabel
Variabel penelitian pendahuluan terdiri atas :
Variabel Tetap :
1. Screening enzim : Rhizomucor meihei, Candida antartica, asam palmitat dan
sebagai kontrol reaksi dilakukan reaksi non enzim
2. Waktu reaksi (Jam) : 24, 48 dan 72
3. Jenis pelarut : n-Heksana dan Isopropanol
4. Rasio pelarut (b/v) yaitu : 1:1; 1:2; 1:3; 1:4
5. pH : 6, 7, 8
Variabel Berubah
1. Konsentrasi Rhizomucor meihei (b/b): (6%; 8%; 10%; 12%;14%)
2. Temperatur reaksi : (30oC; 40oC; 50oC; 60oC)
3. Rasio mol dietanolamina terhadap asam lemak sawit distilat: (1:1; 5:1; 10:1;
15:1; 20:1)
Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Variabel penelitian utama terdiri atas :
1. Konsentrasi Rhizomucor meihei (b/b): (6,64%; 8%; 10%; 12%;13,36%)
2. Temperatur reaksi : (33oC; 40oC; 50oC; 60oC; 67oC)
3. Rasio dietanolamina terhadap asam lemak sawit distilat : (4,96:1; 7:1; 10:1;
13:1; 15,04:1)
Parameter uji yang digunakan adalah konversi dietanolamida dan karakteristik
produk berupa bilangan asam, bilangan iodin, hidrofil lipopil balance (HLB),
kelarutan, pH dan titik leleh yang akan mengacu pada standar dietanolamida
komersial (Tabel 16, hal 86).
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alkanolamida
Senyawa N-etanol alkil amida adalah senyawa yang termasuk dalam golongan
fatty amida yang dapat dimanfaatkan sebagai surfaktan dalam produk deterjen,
kosmetik, tekstil. Senyawa ini dapat dibuat dengan mereaksikan asam lemak sawit
distilat (ALSD) dengan senyawa yang mengandung gugus atau atom nitrogen seperti
alkanolamina (Nuryanto dkk, 2002). Pada reaksi ini akan terbentuk ikatan peptida
antara gugus karbonil dari ALSD dengan atom nitrogen dari alkanolamina.
2.1.1 Monoetanolamida
Fatty monoetanolamida memiliki banyak kegunaan, khususnya untuk
kebutuhan rumah tangga dan kosmetik. Fungsi utama dari monoetanolamida sebagai
penstabil busa, meningkatkan viskositas dan emulsifier (Rahman dkk, 2003). Secara
komersial, fatty alkanolamida dapat diproduksi melalui amidasi fatty metil ester
dengan monoetanolamina pada temperatur dan tekanan tertentu. Metode ini tidak
hanya menghasilkan produk samping yang bervariasi, tetapi juga tingginya biaya
produksi. Beberapa tahun terakhir, reaksi enzimatis telah mendapat perhatian luas.
Dalam sebuah proses produksi, reaksi enzimatis mampu menghasilkan produk
dengan tingkat kemurnian yang tinggi dan dapat dioperasikan pada temperatur dan
tekanan yang rendah. Bahan baku dari minyak kelapa menjadi pilihan yang populer
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
sebagai sumber asam lemak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahman
dkk (2003) diperoleh yield 77% untuk palm kernel olein (PKO) sebagai bahan baku
berfasa cair dan 39% untuk palm kernel stearin (PKS) untuk fasa padat. PKO dan
PKS yang digunakan berasal dari proses fraksinasi crude palm olein (CPO). Hasil
fraksinasi minyak sawit ini adalah sumber yang baik untuk asam lemak, fatty alkohol
dan senyawa turunan nitrogen sebab mengandung atom karbon C12-C18. PKO
biasanya digunakan dalam baked goods, hidrogenasi dan industri sabun, sedangkan
PKS digunakan sebagai bahan substitusi pada pembuatan cocoa butter. Sintesa
monoetanolamida ini menggunakan Candida rugosa sebagai biokatalis, disebabkan
oleh kandungan asam laurat (C12) yang tinggi pada fraksinasi CPO ini. Berikut adalah
kandungan asam lemak pada bahan baku.
Tabel 1. Kandungan Asam Lemak Dari Palm Kernel Olein (PKO) dan Palm Kernel Stearin (PKS)
Komposisi PKL (%) PKS (%)
Asam Laurat (C12) 44,7 56,6
Asam Miristat (C14) 14,0 22,4
Asam Palmitat (C16) 8,30 8,0
Asam Stearat (C18) 2,30 1,80
Asam Oleat (C18-1) 19,2 5,60
Sumber : Rahman, dkk (2003)
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
2.1.2 Dietanolamida
Dietanolamida pertama kali diperoleh dengan mereaksikan dua mol
dietanolamina dengan satu mol asam lemak. Senyawa ini diberi nama Kritchevsky
amida sesuai dengan nama penemunya. Bahan baku yang digunakan dalam produksi
dietanolamida dapat berupa asam lemak, trigliserida atau metil ester. Dietanolamida
biasanya diproduksi secara kimia konvensional pada temperatur 150oC selama 6-12
jam (Herawan dkk, 1999). Dari hasil reaksi akan dihasilkan produk dietanolamida
dan hasil samping berupa sabun amina. Kehadiran sabun amina ini, tentu saja akan
menaikkan pH produk. Pada tahap selanjutnya akan dilakukan pemurnian produk
untuk memisahkan produk utama dengan sabun amina.
Dietanolamida termasuk dalam surfaktan non ionik, yang memiliki
kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan cairan, atau antar permukaan
dua cairan yang tidak saling bercampur. Aktifitas suatu surfaktan terjadi karena sifat
ganda dari molekulnya, yang terdiri dari bagian hidrofil (suka air) dan lipofil (suka
lemak). Bagian polar (hidrofil) molekul surfaktan dapat bermuatan positif (surfaktan
kationik), negatif (surfaktan anionik), memiliki kedua muatan positif dan negatif
(surfaktan amfoterik) ataupun netral (surfaktan non ionik) sedangkan bagian
lipofilnya merupakan rantai alkil (Gennaro, 1990)
Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
2.1.3 Trietanolamida
Trietanolamina banyak dimanfaatkan dalam pembuatan kationik surfaktan,
misalnya esterquats. Kationik surfaktan merupakan komponen utama dalam industri
deterjen sebagai bahan pelembut. Pada tahun 1977, esterquats berbahan dasar
trietanolamina telah mendapatkan hak paten sebagai fabric softener. Senyawa
esterquats diperoleh dengan mereaksikan satu mol trietanolamina dengan dua mol
asam lemak, kemudian tahap quaternization menggunakan agen alkilasi, seperti
dimetil sulfat (Tyagi dkk, 2006).
Esterifikasi :
Asam Lemak Trietanolamina Asam Lemak
R-C-OH + HOCH2CH2-N-CH2CH2OH + R-C-OH O O
CH2CH2OH
RO-C-H2C-H2C-N-CH2CH2-C-OR O
CH2CH2OH
O
Diester (I)
Quaternization
(I) + (CH3)2SO4 RO-C-H2C-H2C-N-CH2CH2-C-OR (1) O O CH2CH2OH
CH3
Diester Dimetil Sulfat Esterquat
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Beberapa keunggulan yang dimiliki esterquats adalah :
1. Dapat diformulasikan untuk dispersi tinggi
2. Memiliki kestabilan hidrolitik dan kemampuan softening dapat ditingkatkan
dengan menstabilkan pH dispersi
3. Lulus uji dari Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD)
4. Esterquats mudah terbiodegradasi
Reaksi dengan melibatkan trietanolamina akan menghasilkan pembentukan
senyawa ester amida. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nuryanto dkk
(2002) bahwa reaksi antara asam lemak sawit distilat dengan trietanolamina akan
menghasilkan senyawa ester yang lebih tinggi dibandingkan alkanolamida. Hal ini
disebabkan oleh gugus nitrogen yang terdapat di dalam trietanolamina telah mengikat
tiga gugus etanol. Dengan demikian gugus karboksilat dari asam lemak sawit akan
membentuk ester dengan gugus alkohol dari etanol. Banyaknya ikatan ester yang
terbentuk bergantung kepada jumlah asam lemak sawit yang digunakan.
R-C-OH + HOCH2CH2-N-CH2CH2OH R-C-O-CH2CH2-N-CH2CH2OH + H2O (2) O O
CH2CH2OH CH2CH2OH ALSD Trietanolamina Ester amida Air
Untuk reaksi antara asam lemak sawit distilat dengan trietanolamina pada
perbandingan mol 1:2 diperoleh terbentuknya produk mono amina ester, sedangkan
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
untuk perbandingan mol 2:1 dan 3:1 diperoleh hasil mono amina ester dan amida.
Hasil analisa kromatografi lapis tipis (KLT) memperlihatkan terjadinya penurunan
jumlah trietanolamina selama berlangsungnya reaksi. Artinya reaksi terus
berlangsung dan jumlah air yang diperoleh juga terus meningkat. Kemungkinan
produk amida dapat terjadi bila terdapat asam lemak sawit distilat berlebih yang akan
bereaksi dengan atom nitrogen dari trietanolamina. Reaksi ini dimungkinkan terjadi
karena atom nitrogen yang telah mengikat tiga buah gugus etanol masih mempunyai
sepasang elektron bebas yang dapat berperan sebagai nukleofil, sedangkan gugus
karboksilat dari asam lemak sawit berperan sebagai elektrofil (Nuryanto dkk, 2002).
2.2 Asam Lemak Sawit Distilat (ALSD)
Dietanolamida dapat diperoleh dari reaksi antara asam lemak yang memiliki
rantai karbon C12-C18 dengan menggunakan alkanolamina dengan perbandingan mol
tertentu (Klein, 2001). Pada umumnya, dietanolamida diperoleh dari minyak nabati
seperti minyak kelapa, minyak sawit dan tallow. Hingga saat ini minyak kelapa
merupakan sumber asam lemak yang paling populer dalam pembuatan senyawa
amida ini (Suryani dan Hambali, 2000). Asam lemak sawit distilat memiliki
kandungan asam lemak yang tidak jauh berbeda dengan komposisi asam lemak yang
terdapat dalam minyak sawit. Asam lemak sawit distilat (ALSD) merupakan hasil
samping pada tahap refining dalam industri minyak goreng. Secara keseluruhan
proses refining akan menghasilkan 73% RBD olein (Refine Bleach Deodorization
Olein), 21% stearin, 2,5%-5% ALSD dan 0,5% buangan (Nuryanto dkk, 2002). Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Perkembangan industri minyak goreng sawit pada dasawarsa terakhir
mengalami peningkatan sejalan dengan beralihnya pola konsumsi masyarakat dari
minyak goreng kelapa ke minyak goreng kelapa sawit. Konsumsi per kapita minyak
goreng Indonesia mencapai 16,5 kg per tahun dimana konsumsi per kapita khusus
untuk minyak goreng sawit sebesar 12,7 kg per tahun (Rephi’s, 2007). Kondisi ini
memberikan gambaran, bahwa dengan peningkatan industri minyak goreng maka
perolehan asam lemak sawit distilat turut meningkat. Hingga saat ini, pemanfaatan
asam lemak sawit distilat masih terbatas pada pembuatan sabun kualitas rendah.
Sehingga membutuhkan pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan nilai tambah
dari asam lemak sawit distilat
Tabel 2. Kandungan Asam Lemak Pada Minyak Kelapa Sawit dan ALSD
Komposisi Minyak Kelapa Sawit (%)* ALSD (%)**
Asam Laurat (C12) - 0,93
Asam Miristat (C14) 0,96 2,87
Asam Palmitat (C16) 41,62 56,55
Asam Stearat (C18) 4,23 2,7
Asam Oleat (C18-1) 42,12 27,59
Asam Linoleat (C18-2) 10,41 9,10
Asam Linolenat (C18-3) 0,22 0,24
Sumber : * Haryati.dkk (2002), **Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Berikut adalah bagan proses refining dalam industri pengolahan minyak kelapa sawit.
Crude Palm Olein (CPO)
Penghilangan Getah (Degumming)
Penjernihan Warna (Bleaching)
H3PO4
Deacidification & Deodorisation
RBD Palm Oil Asam Lemak Sawit Distilat
Olein RBD Stearin
Filtrasi
Fraksinasi
Bleaching Earth
(Sumber :http//www.Rephi’s Weblog.2007)
Gambar 1. Bagan Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi Minyak Goreng
Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
2.3 Alkanolamina
2.3.1 Etanolamina
Etanolamina disebut juga 2-aminoetanol atau monoetanolamina adalah
senyawa organik yang terdiri dari gugus amina primer dan alkohol primer.
Etanolamina merupakan basa lemah yang memiliki aroma seperti ammonia.
Etanolamina memiliki sifat sebagai berikut (Wikipedia, 2007) :
a. Rumus molekul : C2H7NO
b. Berat molekul : 61,08 gr/mol
c. Densitas : 1,012 gr/cm3
d. Titik leleh : 10,3oC (1 atm)
e. Titik didih : 170oC (1 atm)
f. Kelarutan : H2O, alkohol
2.3.2 Dietanolamina
Dietanolamina adalah senyawa yang terdiri dari gugus amina dan dialkohol.
Dialkohol menunjukkan adanya dua gugus hidroksil pada molekulnya. Dietanolamina
juga dikenal dengan nama bis (hydroxyethyl)amine, diethylolamine,
hydroxydiethylamine, diolamine dan 2,2-iminodiethanol. Sifat-sifat dietanolamina
adalah sebagai berikut (Wikipedia, 2007) :
a. Rumus molekul : C4H11NO2
b. Berat molekul : 105,1364 gr/mol
c. Densitas : 1,090 gr/cm3 Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
d. Titik leleh : 28oC (1 atm)
e. Titik didih : 268,8oC (1 atm)
f. Kelarutan : H2O, alkohol dan eter
Dietanolamina banyak digunakan dalam produk kosmetik dan deterjen karena
mampu menciptakan tekstur yang lembut dan foaming agent (Wikipedia, 2007).
Proses produksi alkanolamida dengan melibatkan dietanolamina akan menghasilkan
alkanolamida yang memiliki tingkat kepolaran yang lebih baik dibandingkan
alkanolamina lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya dua gugus hidroksil dalam
molekul alkonolamida yang dihasilkan.
Berikut adalah reaksi pembentukan dietanolamida
R-C-OH + H-N-CH2CH2OH R-C-N-CH2CH2OH + H2O (3) O
CH2CH2OH
O
CH2CH2OH
ALSD Dietanolamina Dietanolamida Air
2.3.3 Trietanolamina
Trietanolamina adalah senyawa organik yang terdiri dari amina tersier dan
trialkohol. Trialkohol menunjukkan tiga gugus hidroksil dalam molekul tersebut.
Trietanolamina banyak digunakan sebagai penstabil pH dalam produk kosmetik dan
pelembab (Wikipedia, 2007). Sifat-sifat trietanolamina adalah :
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
a. Rumus molekul : C6H15NO3
b. Berat molekul : 149,188 gr/mol
c. Densitas : 1,126 gr/cm3
d. Titik leleh : 20,5oC (1 atm)
e. Titik nyala : 179oC (1 atm)
f. Titik didih : 335,4oC (1 atm)
g. Kelarutan : H2O, alkohol dan eter
2.4 Fungsi dan Cara Kerja Enzim
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi
dalam sel maupun diluar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011
kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim
dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, disamping mempunyai kekhasan
(spesifik) yang tinggi. Seperti juga katalis yang lainnya, maka enzim dapat
menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan
energi (reaksi endergonik) dan ada pula yang menghasilkan energi atau mengeluarkan
energi (eksergonik). Sifat spesifik (kekhasan) enzim menyebabkan enzim hanya dapat
bekerja pada satu reaksi saja (Poedjiadi, 1994). Untuk dapat bekerja terhadap suatu
zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat. Suatu
enzim mempunyai ukuran yang lebih besar daripada substrat. Oleh karena itu tidak
seluruh bagian enzim dapat berhubungan langsung dengan substrat. Hubungan antara
substrat dengan enzim hanya terjadi pada bagian atau tempat tertentu saja. Tempat Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau kontak dengan substrat dinamai
bagian aktif (active site). Hubungan hanya mungkin terjadi apabila bagian aktif
mempunyai ruang yang tepat untuk menampung substrat. Apabila substrat
mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka tidak dapat ditampung pada bagian
aktif suatu enzim. Dalam hal ini enzim tidak dapat berfungsi terhadap substrat. Ini
adalah penjelasan mengapa tiap enzim mempunyai kekhasan (sifat spesifik) terhadap
substrat tertentu. Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat menyebabkan
terjadinya kompleks enzim substrat. Kompleks ini merupakan kompleks yang aktif,
yang bersifat sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan telah
terjadi. Secara sederhana sekali penguraian suatu senyawa atau substrat oleh suatu
enzim dapat digambarkan sebagai berikut :
+
Gambar 2.2 Proses Penguraian Substrat Oleh Suatu Enzim
Atau :
E + S ES E +
S
E
ES
E
P
Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
E, S, ES dan P masing-masing melambangkan enzim, substrat, kompleks enzim
substrat dan produk (untuk penyusun enzim yang merupakan perkalian sub-sub unit
yang identik, E menyatakan sisi aktif molekul enzim dan bukan molekul enzim).
Berdasarkan model ini, bila konsentrasi substrat menjadi tinggi sehingga cukup
secara keseluruhan untuk mengubah enzim ke bentuk ES, maka tahap kedua reaksi
menjadi mempunyai batas kecepatan dan seluruh tingkat reaksi menjadi tidak sensitif
(Simanjuntak dan Silalahi, 2003).
2.4.1 Klasifikasi Enzim
Pada tahun 1856, Claude Bernard pertama kali menemukan lipase dalam
ekstrak pankreas sebagai enzim yang dapat menghidrolisa minyak dan mengubahnya
ke produk lain yang memiliki kemampuan melarut. Dahulu enzim lipase diperoleh
melalui cara tradisional, yaitu dari pankreas hewan dan digunakan sebagai obat
saluran pencernaan. Ketertarikan terhadap lipase mikrobial diawali dengan
kekurangan pankreas dan sulitnya menemukan material dengan karakteristik yang
sama. Enzim dikenal sebagai katalis alam, saat ini sebagian besar enzim diperoleh
melalui proses fermentasi bahan-bahan alami. Pemanfaatan mikroorganisme telah
lama digunakan untuk memproduksi emulsifier dan biosurfaktan, untuk membantu
kelarutan dari lemak (Hasan, dkk 2005). Ratusan enzim telah diketahui
spesifisitasnya terhadap substrat yang berbeda, tetapi hanya beberapa yang diisolasi
dalam bentuk murni dan dikristalkan, serta hanya sedikit yang diketahui strukturnya.
Keunggulan penggunaan protein dalam bioteknologi, menjadikan industri enzim Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
menjadi penting. Misalnya protease dan lipase digunakan dalam industri deterjen,
amilase dan glukosa isomerisasi digunakan dalam industri pati atau dalam sintesa
senyawa organik lainnya. Hal ini mendorong dilakukannya klasifikasi enzim yang
rasional dan juga nomenklatur. Pada tahun 1961, International Union of Biochemistry
menetapkan klasifikasi enzim menjadi enam kelas dasar (Manitto, 1981) yaitu :
1. Oksidoreduktase
Enzim-enzim yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian
yaitu dehidrogenasi dan oksidase. Dehidrogenasi bekerja pada reaksi-reaksi
dehidrogenase, yaitu reaksi pengambilan atom hidrogen dari suatu senyawa
(donor). Hidrogen yang dilepas akan diterima oleh senyawa lain (akseptor).
Oksidase juga bekerja sebagai katalis pada reaksi pengambilan hidrogen dari
suatu substrat. Dalam hal ini yang bertindak sebagai akseptor hidrogen adalah
oksigen.
2. Transferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa
contoh enzim yang termasuk golongan ini adalah metiltransferase, hidroksimetil
transferase, karboksiltransferase, asiltransferase dan aminotransferase atau disebut
juga transaminase. Enzim transaminase bekerja pada reaksi transaminasi yaitu
suatu reaksi pemindahan gugus amino dari suatu asam amino kepada senyawa
lain.
Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
3. Hidrolase
Enzim yang termasuk dalam kelompok ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
hidrolisis. Ada tiga jenis hidrolase, yaitu yang memecah ikatan ester, memecah
glikosida dan yang memecah ikatan peptida. Beberapa enzim sebagai contoh ialah
esterase, lipase, fosfatase, amilase, amino peptidase, karboksi peptidase, pepsin,
tripsin, kimotripsin. Lipase adalah enzim yang memecah ikatan ester pada lemak,
sehingga terjadi asam lemak dan gliserol. Lipase dapat mengkatalisasi reaksi
hidrolisa dari trigliserida rantai panjang. Sejak berkembangnya bioteknologi,
lipase mendapatkan perhatian yang besar. Lipase merupakan kelas biokatalis yang
penting dalam aplikasi bioteknologi.
4. Liase
Meningkatkan terjadinya pemisahan (secara non hidrolitik) suatu gugus atom dari
substrat, sehingga terbentuk suatu ikatan rangkap atau penambahan suatu gugus
atom pada suatu ikatan rangkap. Contoh enzim golongan ini antara lain
dekarboksilase, aldolase, hidratase.
5. Isomerase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler,
misalnya reaksi perubahan glukosa menjadi fruktosa, perubahan senyawa L
menjadi senyawa D, senyawa cis menjadi senyawa trans. Contoh enzim yang
termasuk golongan isomerase antara lain ialah ribulofosfat epimerase dan
glukosafosfat isomerase.
Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
6. Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua
molekul. Oleh karenanya enzim-enzim tersebut juga dinamakan sintetase. Ikatan
yang terbentuk dari penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S atau C-C.
Contoh enzim golongan ini antara lain glutamine sintetase dan piruvat
karboksilase.
2.4.2 Lipase Dalam Industri Oleokimia
Lipase merupakan bagian dari enzim hidrolisa yang dapat menyerang ikatan
karboksilat. Psikologis lipase adalah menghidrolisa trigliserida menjadi digliserida,
monogliserida, asam lemak dan gliserol (Hasan, dkk 2005). Sebagai tambahan dari
fungsi alami hidrolisa ikatan ester karboksilat, lipase dapat menjadi katalis reaksi
esterifikasi, interesterifikasi dan transesterifikasi tanpa pelarut. Kemampuannya ini
menjadikan lipase sebagai pilihan dalam aplikasinya pada industri makanan, deterjen,
farmasi, penyamakan kulit, tekstil, kosmetik dan kertas. Beberapa jenis lemak
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan yang lainnya, karena bentuk dan
strukturnya. Lemak dapat diubah menjadi jenis yang lain dengan mengkombinasikan
metode kimia, tetapi menghasilkan produk yang acak. Lain halnya dengan lipase,
yang dapat mengkatalisasi reaksi transesterfikasi minyak dan lemak yang lebih
murah, seperti produksi cocoa butter dari palmitat yang berasal dari satu kali
fraksinasi. Dalam perkembangannya, lipase dapat menjadi katalis reaksi
transesterifikasi dalam pelarut organik. Rhizomucor meihei dan Candida antartica Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
adalah jenis lipase yang dapat digunakan dalam reaksi esterifikasi asam lemak tanpa
pelarut atau menggunakan pelarut.
2.5 Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Response Surface Methodology (RSM) untuk
optimasi proses. RSM merupakan teknik matematika dan statistika yang berguna
untuk pemodelan dan analisa masalah dimana responnya dipengaruhi oleh beberapa
variabel. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan respon tersebut. Adapun metode
RSM meliputi perancangan percobaan, pengembangan model matematis dan
penentuan kondisi optimum untuk variabel bebas sehingga diperoleh hasil maksimum
dan minimum dari percobaan ini. Langkah awal dalam desain RSM adalah dengan
menentukan perkiraan yang sesuai untuk relasi fungsi yang tepat antara respon dan
variabel bebas. Dengan metode RSM diperoleh persamaan kuadratik yang dapat
digunakan untuk memperkirakan hasil dari fungsi variabel bebas seperti interaksinya.
Untuk menentukan level optimum pada variabel penelitian digunakan
faktorial CCD dimana desain eksperimen dalam perhitungan statistika dikodekan
dengan X1 dan aktual (Xi) seperti ditunjukkan dalam Persamaan 2.1 berikut ini.
1)2.Pers(3......)2,1,(iΔX
XXX
j
ii
1 =⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
=
−
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Dimana :
X1 : nilai dimensi dari variabel bebas
Xi : nilai aktual dari variabel bebas
−
1x : rata-rata nilai nyata variabel bebas pada rendah (low) dan tinggi (high)
Δxj : selisih antar rentang
Secara umum hasil yang diperoleh dapat dianalisa dengan menggunakan
multiple regression yang memenuhi persamaan berikut (Montgomery, 1997)
2).2(PersεXβ
XββXXβXXβXXβXβXβXββY
2310
22983173262153423121
++
++++++++=
Dimana :
Y : Variabel respon yang diukur yaitu % konversi dietanolamida
β1- β10 : Konstanta linier, kuadratik dan hasil regresi koefisien diagonal
ε : error term
Penyelesaian multi regresi dilakukan dengan metode sum of square of error
(SSE) untuk mendapatkan regresi dan plot-plot dimensi hasil perhitungan. Faktorial
CCD digunakan untuk optimasi amidasi asam lemak sawit distilat menjadi
dietanolamida menggunakan lipase dalam menganalisa variabel yang paling
berpengaruh yaitu temperatur, konsentrasi biokatalis dan rasio mol dietanolamina
terhadap ALSD. Matriks eksperimental (Tabel 4) untuk rancangan tiga faktor dengan
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
dua level (23) yang terdiri dari 8 run pertama (1-8) dengan variabel terkode (± 1)
untuk masing-masing faktor (factorial point). Selanjutnya 6 run yang disebut star
point dengan level terkode (± α) sebagai significant curvature effect (9-14),
sedangkan 6 run tambahan (run 15-20) memuat titik pusat (center point) sebagai
perkiraan daerah lekukan kurva dengan kode 0 untuk masing-masing faktor. Jarak
star point dengan center point adalah α = 2n/4 (untuk 3 faktor, α = 1,682). Hasil
statistik 20 set run desain optimasi response surface methodology (RSM), analisa
regresi dan signifikansi statistikal dianalisa dengan dengan menggunakan simulasi
statsoft Minitab Release 14 untuk memberikan perkiraan pengaruh level optimum
dari ketiga faktor operasi dan interaksinya masing-masing yang diperoleh dari
penyelesaian persamaan regresi, analisa kontur dan plot respon permukaan (contour
and surface response). Cara dalam menentukan besarnya harga perlakuan setiap
komposit sebelah kiri dan kanan dari komposit pusat (kode 0) dihitung dengan cara :
1. Menetapkan terlebih dahulu perkiraan besarnya harga perlakuan tiap variabel
yang dianggap optimal (informasi tentang kondisi optimal dapat diperoleh dari
literatur atau melalui penelitian awal atau orientasi). Misal : 10% untuk
konsentrasi katalis pada pusat (kode 0)
2. Harga komposit berikutnya (kode 1) ditetapkan sembarang (dengan harga yang
wajar). Misal ditetapkan 12, berarti sebelah kiri (kode -1) ditetapkan 8 supaya
selisih sama berharga 2.
3. Untuk komposit (kode α) dihitung dengan menggunakan rumusan (Pers 2.1).
Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Misal : Center point : 10
Kode (1) : 12 dan kode (-1) : 8
( )( )36,13
2/8122/128682,1
=−+−
=
α
α Untuk α : 1, 682
( )( )
64,62/812
2/128682,1
1,682:αUntuk
=−+−
=−
−
α
α
Dilanjutkan untuk setiap variabel, hasil perhitungan diterakan pada Tabel 3
Untuk menentukan keakuratan model matematis terhadap data hasil percobaan
diperiksa dengan analisis variansi (ANAVA). Ketepatan parameter persamaan untuk
masing-masing variabel dilihat dari nilai p. Respon permukaan tiga dimensi dan
grafik kontur digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel percobaan terhadap
hasil yang diperoleh.
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioproses dan Engineering
Lingkungan, Pusat Penelitian Kelapa Sawit/Indonesian Oil Palm Research Institute
(IOPRI), Jl.Brigjen Katamso No.51 Kp.Baru Medan. Penelitian dilakukan selama 14
(empat belas) bulan, mulai Maret 2007 sampai April 2008
3.2 Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian utama adalah asam lemak sawit
distilat (ALSD) yang diperoleh dari pabrik refining minyak sawit lokal.
Dietanolamina dengan kemurnian 99%, n-heksana (p.a) dan biokatalis Rhizomucor
meihei (Lipozyme).
Bahan yang digunakan dalam percobaan pendahuluan adalah Candida
antartica (Novozyme), KOH p.a (kalium hidroksida), aquadest, asam oksalat (p.a),
isopropil alkohol, phenolfthalein, H2SO4 (asam sulfat), indikator universal, piridin,
benzena, larutan Wijj’s, Kalium Iodida (p.a), sikloheksan, Natrium Thiosulfat
(Na2SO3.2H2O), indikator amilum, dietil eter, CH3COOCH3CH2 (etil asetat),
CH3COOH (asam asetat), C2H5OH (etanol), plat silica gel 60 F254 dan parafin cair.
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Labu leher tiga 250 ml sebagai tempat berlangsungnya reaksi, yang dilengkapi
dengan termometer, kondenser dan air sirkulasi untuk menjaga kestabilan
temperatur reaksi
2. Sebagai media pemanas digunakan hot plate merek Cimarex yang dilengkapi
pengaduk magnetis dengan kecepatan pengadukan 400 rpm.
3. Pada tahap prurifikasi, untuk memisahkan campuran produk dengan
Rhizomucor meihei digunakan filter vakum dan kertas saring
4. Untuk menguapkan sisa pelarut digunakan rotary evaporator pada tekanan 1
atm.
5. Analisa kromatografi lapis tipis (KLT)
a. Chamber 1 : berisi eluen sebagai tempat untuk mengelusi sampel
b. Chamber 2 : berisi iodine sebagai tempat untuk mengembangkan sampel
yang telah dielusi
Selanjutnya hasil analisa Kromatografi Lapis Tipis (KLT) akan ikonfirmasi
dengan spektrum infra merah (FT-IR).
6. Alat yang digunakan untuk analisa bilangan asam dan karakteristik produk
antara lain : buret, pipet tetes, erlenmeyer, beaker glass, labu takar, pipa
kapiler.
Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
3.3 Rancangan Percobaan
Metode Response Surface Methodology (RSM) digunakan untuk mendesain
percobaan dalam menentukan kondisi optimum proses amidasi ALSD menjadi
dietanolamida dengan menggunakan tiga faktor sebagai variabel bebas, yaitu :
1. Konsentrasi biokatalis (Rhizomucor meihei)
2. Rasio mol dietanolamina terhadap asam lemak sawit distilat (ALSD)
3. Temperatur reaksi
Percobaan dirancang mengikuti bentuk Central Composite Design (CCD)
(Montgomery, 1997). Titik pusat (center point) dalam rancangan percobaan CCD
merupakan konversi terbaik dari masing-masing variabel yang diperoleh melalui
percobaan pendahuluan. Titik pusat tersebut akan disusun sebagi level terkode
percobaan yang disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4 berikut ini.
Tabel 3. Perlakuan Terkode Untuk Amidasi ALSD
Perlakuan Terkode Perlakuan
-1,682 -1 0 1 1,682
Konsentrasi Rhizomucor meihei (b/b) 6,64 8 10 12 13,36
Rasio Mol Dietanolamina/ALSD 4,96 7 10 13 15,04
Temperatur (oC) 33 40 50 60 67
Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Tabel 4. Central Composite Design (CCD) Untuk 3 Variabel
Konsentrasi R.meihei
(b/b) (X1)
Rasio Mol
Dietanolamina/ALSD(X2)
Temperatur (oC)
(X3)
No
Aktual Kode Aktual Kode Aktual Kode
1 8 -1 7 -1 40 -1
2 12 1 7 -1 40 -1
3 8 -1 13 1 40 -1
4 12 1 13 1 40 -1
5 8 -1 7 -1 60 1
6 12 1 7 -1 60 1
7 8 -1 13 1 60 1
8 12 1 13 1 60 1
9 6,64 -1,682 10 0 50 0
10 13,36 1,682 10 0 50 0
11 10 0 4,96 -1,682 50 0
12 10 0 15,04 1,682 50 0
13 10 0 10 0 33 -1,682
14 10 0 10 0 67 1,682
15 10 0 10 0 50 0
16 10 0 10 0 50 0
17 10 0 10 0 50 0
18 10 0 10 0 50 0
19 10 0 10 0 50 0
20 10 0 10 0 50 0
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Percobaan untuk memperoleh data konstanta reaksi enzimatis, dilakukan
dengan melangsungkan reaksi amidasi pada labu leher tiga yang dilengkapi dengan
pengaduk magnetis, kondenser, termometer pada kondisi optimum yang telah
diperoleh pada percobaan optimasi. Nilai center point (kode 0) diperoleh berdasarkan
percobaan pendahuluan. Aturan untuk menentukan matrik Central Composite Design
(CCD) terlampir pada Lampiran 2.
3.4 Percobaan Pendahuluan
3.4.1 Screening Enzim
Amidasi asam lemak sawit distilat (ALSD) menjadi dietanolamida
menggunakan enzim lipase, diawali dengan melakukan screening enzim lipase yang
akan digunakan dalam percobaan selanjutnya. Screening enzim dilakukan pada dua
jenis enzim lipase yaitu Candida antartica (Novozyme) dan Rhizomucor meihei
(Lipozyme) yang memiliki kemampuan untuk bekerja pada substrat asam lemak sawit
(Hasan dkk, 2005). Percobaan dilakukan pada kondisi yang sama untuk kedua jenis
enzim, yaitu temperatur ruang, konsentrasi biokatalis 10% (b/b) dengan rasio mol
dietanolamina terhadap ALSD 1:1 (Rahman dkk, 2003). Reaksi berlangsung selama
24 jam, sampling dilakukan setiap 4 jam dan dilakukan analisa penentuan bilangan
asam. Penurunan kandungan asam lemak bebas digunakan sebagai indikator untuk
menunjukkan berlangsungnya reaksi. Dari hasil screening enzim, diperoleh
penurunan asam lemak bebas tertinggi diperoleh pada Lipozyme. Sebagai bahan
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
perbandingan dilakukan percobaan dengan asam palmitat menggunakan Lipozyme.
Asam palmitat adalah asam lemak terbesar dalam asam lemak sawit distilat.
3.4.2 Waktu Reaksi
Untuk penentuan waktu reaksi, diperoleh berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada temperatur 30oC, rasio mol ALSD terhadap dietanolamina 1:1 dan
konsentrasi enzim lipase 10%. Reaksi berlangsung selama 72 jam. Berdasarkan
analisa penentuan bilangan asam, maka ditetapkan waktu reaksi untuk amidasi asam
lemak sawit distilat menjadi dietanolamida menggunakan enzim lipase adalah 24 jam.
3.4.3 Pelarut
Keberadaan pelarut dalam sebuah reaksi yang melibatkan biokatalis akan
mempengaruhi aktifitas dan stabilitas reaksi enzimatis (Rahman dkk, 2003). Enzim
lipase bekerja lebih baik pada pelarut yang bersifat hydrophobic (Gautam dkk, 2005).
Pada percobaan ini akan dilakukan percobaan terhadap dua jenis pelarut organik yaitu
isopropanol adan n-heksana. Kondisi reaksi dilakukan pada temperatur ruang (30oC),
rasio ALSD/dietanolamina 1:1 dan konsentrasi Rhizomucor meihei 10% (b/b).
Pemilihan n-heksana didasarkan pada hasil penelitian Rahman, dkk (2003) yang
menyatakan bahwa benzena, heptana dan n-heksana adalah pelarut yang memberikan
pengaruh terbaik dalam sintesa alkanolamida. Berdasarkan hasil analisa bilangan
asam dan studi literatur ditetapkan penggunaan n-heksana sebagai pelarut untuk
percobaan selanjutnya. Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Pelarut : n-Heksana ALSD Dilarutkan
Gambar 3. Diagram Alir Penentuan Level Rizhomucor meihei, Temperatur dan Rasio Mol ALSD/Dietanolamina (Percobaan Pendahuluan)
Gambar 4. Rangkaian Peralatan Percobaan Pendahuluan (Orientasi)
Rasio ALSD/Dietanolamina 1:1; 1:5; 1:10; 1:20 Campuran reaksi Rhizomucor meihei
0%, 6%, 8%, 10%, 12%,14%
T : 30oC, 40oC, 50oC, 60oCWaktu reaksi : 24, 48 dan 72 Reaksi amidasi
Analisa bilangan asam R.meihei Filtrasi
Evaporasi n-Heksana
Dietanolamida
Pengambilan sampel Reaksi dihentikann-Heksana
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) FT-IR
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
3.5 Penelitian Utama
3.5.1 Percobaan Utama Amidasi ALSD Menjadi Dietanolamida
Amidasi asam lemak sawit dilakukan dalam rangkaian alat yang terdiri atas
labu leher tiga dengan volume 250 ml yang dilengkapi dengan pengaduk magnetis,
kondenser dan termometer. Labu leher tiga dimasukkan dalam penangas yang berisi
parafin, untuk menjaga kestabilan temperatur reaksi dipergunakan air sirkulasi.
Pengadukan dilakukan pada kecepatan 400 rpm selama percobaan berlangsung.
Percobaan diawali dengan melarutkan sejumlah asam lemak sawit distilat (ALSD)
dalam n-heksana dan dipanaskan sampai temperatur reaksi yang diinginkan tercapai.
Dietanolamina yang telah dipanaskan pada temperatur tertentu serta Rhizomucor
meihei dimasukkan kedalam labu leher tiga dan waktu reaksi dimulai pada saat itu.
Pada saat waktu reaksi dimulai dilakukan pengambilan sampel, untuk mengetahui
bilangan asam awal. Kondisi percobaan disesuaikan dengan rancangan matriks
Central Composite Design (Tabel 4). Setelah reaksi amidasi berlangsung selama 24
jam, dilakukan sampling untuk menentukan kesempurnaan reaksi menggunakan
analisa penentuan bilangan asam. Konversi produk diperoleh dengan menggunakan
selisih antara bilangan asam awal dengan bilangan asam diakhir reaksi.
3.5.2 Pemurnian Produk
Setelah reaksi amidasi berlangsung selama 24 jam, reaksi dihentikan dan
dilakukan pemurnian produk. Campuran produk dilarutkan dalam heksan teknis dan
dipisahkan dari Rhizomucor meihei dengan menggunakan filter vacuum. Produk Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
dietanolamida yang bercampur dengan heksan dipisahkan dengan menggunakan
rotary evaporator pada 90oC. Penentuan suhu penguapan, didasarkan pada titik didih
heksan yaitu 69oC (Perry, 1984). Produk yang masih mengandung dietanolamina
berlebih, selanjutnya dicuci dengan aseton teknis. Aseton akan melarutkan
dietanolamina sedangkan fraksi yang tidak terlarut adalah produk dietanolamida.
Produk dietanolamida diperoleh sebagai lapisan bawah dan dietanolamina sisa akan
larut bersama aseton sebagai produk atas. Berikut diagram kerja percobaan optimasi
ALSD n-Heksana
Pemanasan
Gambar 5. Diagram Kerja Percobaan Utama Amidasi ALSD Menjadi Dietanolamida
Reaksi Amidasi (24Jam)
Reaksi dihentikan
Filtrasi (Vacuum Filter)
Evaporasi (T = 90oC)
Dekantasi
Dietanolamida
Rhizomucor meihei
Rhizomucor meihei
Dietanolamina + Aseton
n-Heksana
Campuran Produ
Dietanolamina
Pemanasan
n-Heksana
k
Aseton
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Analisa FT-IR
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Gambar 6. Rangkaian Peralatan Percobaan Utama ALSD Menjadi Dietanolamida
3.6 Analisa Sampel
Analisa sampel dilakukan terhadap bahan baku dan hasil reaksi. Analisa
sampel bahan baku dengan penentuan bilangan asam (BA) berdasarkan metode
PORIM (1995). Analisa dietanolamida sebagai produk utama dilakukan dengan
metode kromatografi lapis tipis (KLT) pada pelat silika gel 60 F254 sebagai fasa
diam, heksana/dietil eter/etil asetat/asam asetat dengan rasio volume 70/15/15/1
sebagai eluen (Herawan dkk, 1999) yang selanjutnya dikonfirmasikan dalam
spektrum infra red (FT-IR). Karakteristik produk dietanolamida akan berada pada
peak (puncak) infra red (ikatan C = O) dan (ikatan C-N)
Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
3.7 Karakteristik Dietanolamida
Karakterisasi dietanolamida dilakukan setelah dilakukan pemisahan antara
enzim lipase yang digunakan dengan produk utama. Uji karakterisasi yang dilakukan
terhadap dietanolamida yaitu :
a. Bilangan Asam
b. Bilangan Iodine
c. Titik leleh (oC)
d. pH (1% larutan)
e. Hidrophil Lipophil Balance (HLB)
f. Kelarutan :
1. Air
2. Methanol
3. Etanol
4. Heksana
5. Aseton
Prosedur analisa karakterisasi dietanolamida terlampir pada lampiran 1.
3.8 Pengolahan Data Optimasi Reaksi Amidasi ALSD Menjadi Dietanolamida
Response Surface Methodology (RSM) digunakan untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi biokatalis, rasio mol dietanolamina terhadap ALSD dan temperatur reaksi
pada reaksi amidasi asam lemak sawit distilat menjadi dietanolamina menggunakan
lipase untuk memperoleh kondisi optimum. Pengaruh ketiga variabel tersebut akan Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
dianalisa menggunakan regresi multiple untuk memenuhi persamaan berikut ini
(Montgomery, 1997).
3.1)(PersεXβ
XβXβXXβXXβXXβXβXβXββY
2310
229
2183173262153423121
++
++++++++=
Dimana :
Y : Variabel response yang diukur yaitu % konversi dietanolamida
β1- β10 : Konstanta linier, kuadratik dan hasil regresi koefisien diagonal
ε : error term
Penyelesaian persamaan regresi multiple dilakukan dengan metode Sum of
Square of Error (SSE) menggunakan program Minitab Release 14 untuk
mendapatkan konstanta regresi.
3.9 Jadwal Penelitian
Penelitian dengan judul pemanfaatan asam lemak sawit distilat sebagai bahan
baku dietanolamida menggunakan Rhizmomucor meihei dengan metode Response
Surface Methodology dijadwalkan seperti Tabel 5
Eka Kurniasih
057022-001 Magister Teknik Kimia-USU
Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Eka Kurniasih 057022-001
Magister Teknik Kimia-USU Eka Kurniasih : Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida…, 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel 5. Jadwal Penelitian
Bulan (2007-2008) No.
Urut
Kegiatan
Penelitian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Penelusuran
Kepustakaan
2 Persiapan Alat
dan Bahan
3 Penelitian
Pendahuluan
4 Penulisan
Proposal
5 Penelitian Utama
& Kinetika
6 Analisa
Produk
7 Pengolahan
Data& Lap.hasil
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Pendahuluan
4.1.1 Screening Biokatalis
Percobaan pendahuluan diawali dengan melakukan screening biokatalis yang
akan digunakan dalam penelitian selanjutnya. Biokatalis yang digunakan adalah
enzim lipase yang mampu bekerja pada substrat asam lemak dan minyak. Rhizomucor
meihei dan Candida antartica adalah dua jenis lipase yang dijustifikasi mampu
bekerja pada substrat asam lemak sawit distilat yang banyak mengandung asam
palmitat. Kedua jenis enzim lipase ini dapat digunakan dalam reaksi esterifikasi
lemak (Hasan dkk, 2005).
Percobaan screening enzim ini dilakukan pada temperatur ruang (30oC),
konsentrasi biokatalis 10% (b/b) dengan rasio mol 1:1 antara asam asam lemak sawit
distilat (ALSD) terhadap dietanolamina. Reaksi amidasi berlangsung selama 24 jam
dan sampling dilakukan dengan interval waktu 4 jam untuk analisa bilangan asam.
Sebagai kontrol reaksi terhadap reaksi amidasi ini, dilakukan percobaan tanpa
menggunakan enzim (non enzim) dengan kondisi reaksi yang sama. Sebagai data
pembanding terhadap aktifitas Rhizomucor meihei, dilakukan percobaan dengan
menggunakan asam palmitat dengan kondisi reaksi yang sama. Hasil screening
biokatalis disajikan pada Tabel 6 berikut ini.
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Tabel 6. Hasil Analisa Bilangan Asam untuk Screening Biokatalis
BILANGAN ASAM (mmol/mg) KONVERSI (%)
Waktu
Reaksi
(Jam) RM CA NE RM CA NE
0 132,72 132,72 0,00 0,00 0,00
4 108,71 130,93 18,08 1,35 2,74
8 100,13 119,24 24,55 10,15 5,78
12 93,71 116,11 29,38 12,52 11,20
16 89,69 113,18 32,42 14,72 13,83
20 80,04 111,87 39,69 15,70 14,17
24 75,61 110,40
132,72
129,07
125,04
117,85
114,35
113,97
113,54 43,02 16,81 14,45
Keterangan : RM : Rhizomucor meihei ; CA : Candida Antartica NE : Non Enzim
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0 4 8 12 16 20 24
Waktu Reaksi (Jam)
Kon
vers
i (%
)
Rhizomucor Meihei
Candida Antartica
Non Enzim
Gambar 7. Pengaruh Jenis Biokatalis Terhadap Produk Dietanolamida
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Besarnya konversi produk, ditentukan melalui selisih penurunan bilangan
asam pada awal reaksi dengan bilangan asam selama reaksi berlangsung. Dari hasil
percobaan screening biokatalis, diperoleh penurunan kandungan asam lemak bebas
terbesar terdapat pada lipase Rhizomucor meihei (Lipozyme). Penentuan konversi
produk dilakukan menggunakan selisih bilangan asam pada awal reaksi dengan akhir
reaksi dibagi bilangan asam awal reaksi. Konversi produk dietanolamida yang
diperoleh berkisar 43,02%, sedangkan untuk Candida antartica (Novozyme)
diperoleh 16,81%. Sedangkan reaksi tanpa melibatkan enzim lipase (non enzim)
memberikan perolehan produk sebesar 14,45% dan reaksi dengan asam palmitat
memberikan perolehan konversi 49,92%. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan
oleh Elisabeth, dkk (1998) bahwa sifat spesifik yang dimiliki Rhizomucor meihei
lebih besar pada asam lemak rantai panjang, dimana asam lemak yang dominan
dalam asam lemak sawit distilat (ALSD) adalah C16 (asam palmitat).
Percobaan dengan menggunakan asam palmitat dengan menggunakan enzim
Rhizomucor meihei memberikan konversi sebesar 49,92%. Kondisi ini semakin
menegaskan bahwa Rhizomucor meihei mampu bekerja pada reaksi amidasi dengan
substrat asam lemak sawit distilat (ALSD). Hasil analisa bilangan asam dapat dilihat
pada Grafik 8 berikut ini. Dari hasil analisa FT-IR diketahui, bahwa bilangan
gelombang dietanolamida dari asam palmitat berada pada 1627,24 cm-1 (ikatan C=O)
dan 1419,87 cm-1 (ikatan C-N).
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
0
10
20
30
40
50
60
0 4 8 12 16 20 2
Waktu Reaksi (Jam)
Konv
ersi
(%)
4
Gambar 8. Perolehan Produk Dietanolamida Pada Substrat Asam Palmitat
Hasil analisa FT-IR terhadap dietanolamida dari asam palmitat terlampir pada
Lampiran 6 (Gambar 29). Berdasarkan hasil yang diperoleh ditetapkan penggunaan
lipase Rhizomucor meihei sebagai biokatalisator untuk percobaan selanjutnya.
4.1.2 Penentuan Waktu Reaksi
Pada umumnya, reaksi yang melibatkan katalis hayati (biokatalis) berlangsung
dalam waktu reaksi yang cukup lama, hal ini berkaitan dengan kemampuan lipase
untuk merombak atau mensintesa suatu substrat pada kondisi tertentu. Guna
penentuan waktu reaksi adalah untuk mengetahui waktu terbaik yang dibutuhkan
dalam sintesa dietanolamida. Percobaan dilakukan pada temperatur ruang (30oC),
rasio mol 1:1 antara ALSD/dietanolamina dan konsentrasi Rhizomucor meihei 10%
(b/b). Reaksi berlangsung selama 72 jam dan pengambilan sampel dilakukan dengan
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
interval waktu setiap 4 jam. Selama reaksi berlangsung dilakukan analisa bilangan
asam untuk mengetahui konversi reaksi yang terjadi. Berikut adalah hasil percobaan.
Tabel 8. Hasil Analisa Bilangan Asam untuk Penentuan Waktu Reaksi
WAKTU REAKSI
(JAM)
BILANGAN ASAM
(mmol/g)
KONVERSI
(%)
0 132,72 0,000
4 108,71 18,08
8 100,13 24,55
12 93,71 29,38
16 89,69 32,42
20 80,04 39,69
24 75,61 43,02
28 73,20 44,84
32 71,59 46,05
36 64,75 51,21
40 63,55 52,12
44 62,74 52,72
48 62,34 53,03
52 62,25 53,09
56 62,15 53,17
60 62,11 53,20
64 61,13 53,18
68 62,25 53,09
72 62,08 53,21
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
0
10
20
30
40
50
60
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60 64 68 72
Waktu Reaksi (Jam)
Ko
(%)
sinv
er
Gambar 9. Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap Produk Dietanolamida
Pada waktu reaksi 24 jam, diperoleh produk sekitar 43,02% (kandungan
bilangan asam 76,51 mmol/mg), dengan peningkatan waktu reaksi hingga 48 jam
diperoleh kadar produk sebesar 53,03% (bilangan asam 62,34 mmol/mg). Bila waktu
reaksi ditingkatkan hingga 72 jam, perolehan produk telah konstan pada kisaran
62,08%. Keadaaan ini menunjukkan bahwa aktifitas lipase Rhizomucor meihei
mengalami penurunan yang nyata, bila waktu reaksi ditingkatkan lebih dari 48 jam.
Penurunan aktifitas enzim lipase kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya hasil
samping berupa air dalam sistem reaksi. Dalam reaksi amidasi, keberadaan air akan
memicu reaksi esterifikasi yang akan menyebabkan terbentuknya amina ester dalam
produk akhir. Berdasarkan kondisi tersebut, maka untuk percobaan berikutnya
ditetapkan waktu reaksi selama 24 jam dengan beberapa pertimbangan, yaitu :
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
1. Peningkatan waktu reaksi tidak memberikan perolehan produk yang nyata.
Bila dibandingkan dengan waktu reaksi 24 jam, maka penambahan waktu
reaksi hingga 48 jam hanya memberikan peningkatan produk sebesar 10,01%.
Dari Gambar 9 terlihat bahwa pada waktu reaksi 52 jam hingga 72 jam,
perolehan produk telah konstan. Hal dimungkinkan oleh telah menurunnya
aktifitas enzim lipase untuk mesintesa substrat asam lemak sawit distilat.
2. Pemisahan asam lemak sawit distilat (reaktan yang tidak bereaksi) dari produk
cukup mudah, sehingga peningkatan waktu reaksi tidak menjadi faktor
penting sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan konversi produk.
3. Penentuan waktu reaksi dilakukan pada rasio mol 1:1, dengan justifikasi
bahwa peningkatan rasio substrat mampu meningkatkan perolehan produk
maka waktu reaksi tidak menjadi satu-satunya faktor penentu reaksi amidasi.
Penggunaan rasio substrat yang tinggi dibutuhkan untuk memperoleh ikatan
peptida yang kuat pada produk.
4. Hasil analisa spektrofotomer infra red (FT-IR) menunjukkan bahwa
peningkatan waktu reaksi hingga 48 jam dan 72 jam akan menyebabkan
terbentuknya amina ester pada 1737,11 cm-1 (ikatan C-O) karena adanya
kehadiran H2O dalam reaksi. Hasil analisa FT-IR terlampir pada Lampiran 6,
(Gambar 26).
Dengan pertimbangan alasan di atas, waktu reaksi ditetapkan sebagai variabel
tetap dalam reaksi amidasi asam lemak sawit distilat menjadi dietanolamida.
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
4.1.3 Pemilihan Pelarut
Berdasarkan studi literatur, diketahui bahwa aktifitas enzim turut dipengaruhi
oleh keberadaan pelarut. Jenis pelarut yang digunakan haruslah dapat meningkatkan
kelarutan asam lemak sawit distilat (ALSD) dengan dietanolamina. Sebab pada
kondisi temperatur reaksi yang akan digunakan, asam lemak sawit distilat belum
mencapai titik lelehnya. Titik leleh asam lemak sawit distilat berkisar 60oC.
Penelitian pendahuluan dilakukan percobaan terhadap dua jenis pelarut organik yaitu
n-heksana dan isopropanol, sebab asam lemak sawit distilat memiliki kelarutan yang
baik pada pelarut organik. Tujuan dari pemilihan pelarut adalah untuk mengetahui
performa pelarut yang terbaik bagi reaksi amidasi enzimatis antara ALSD dengan
dietanolamina. Reaksi amidasi dilakukan dengan rasio mol 1:1 antara ALSD terhadap
dietanolamina, konsentrasi biokatalis 10% dengan rasio pelarut 1:2 (b/v) antara
ALSD/pelarut pada temperatur ruang (30oC). Berikut hasil penelitian untuk pelarut n-
heksan dan isopropanol.
05
101520253035404550
Heksan Isopropanol
Jenis Pelarut
Kon
vers
i (%
)
Enzim
Non Enzim
Gambar 10. Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Aktifitas Rhizomucor meihei
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Dari hasil perbandingan kedua jenis pelarut organik tersebut, diperoleh bahwa
reaksi amidasi dengan melibatkan enzim lipase memberikan hasil yang baik pada
pelarut n-heksana. Kondisi ini memperlihatkan bahwa aktifitas enzim lipase lebih
baik terhadap pelarut organik yang bersifat hydrophobic (Gautam dan Tyagi, 2005).
Pemilihan pelarut n-heksana juga didasarkan atas studi yang dilakukan oleh Rahman,
dkk (2003) yang menyatakan bahwa n-heksana, benzena dan heptana merupakan
pelarut yang memberikan hasil yang baik pada sintesa alkanolamida. Berdasarkan
hasil penelitian perbandingan dan studi literatur, maka ditetapkan penggunaan heksan
sebagai pelarut (solvent) dalam reaksi amidasi asam lemak sawit distilat menjadi
dietanolamida menggunakan enzim lipase dengan beberapa alasan, yaitu :
1. Toksisitas n-heksana lebih rendah, bila dibandingkan dengan benzena dan
heptana, diharapkan lebih aman dalam proses dan pemanfaatan produk
2. Penggunaan pelarut isopropanol, memungkinkan terjadinya reaksi esterifikasi
antara asam lemak sawit distilat dengan isopropanol, sehingga kemungkinan
terbentuknya senyawa amina ester semakin besar
3. n-Heksana bersifat inert, sehingga tidak mereduksi campuran produk
4. Recovery n-heksan dari campuran produk cukup mudah, sebab dalam proses
purifikasi enzim lipase turut digunakan n-heksan sebagai bahan pencuci
(untuk memisahkan asam lemak sisa reaksi)
5. n-Heksana lebih ekonomis, bila dibandingkan dengan benzena dan heptana
sehingga tidak meningkatkan biaya produksi.
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
4.1.4 Penentuan Rasio Pelarut
Berdasarkan percobaan untuk penentuan jenis pelarut yang memberikan
pengaruh positif terhadap perolehan dietanolamida, maka ditentukan n-heksana
sebagai pelarut. Pelarut n-heksan yang digunakan memiliki kadar kemurnian 99%.
Digunakannya n-heksan dalam reaksi ini, bertujuan untuk membantu kelarutan dari
asam lemak sawit distilat (ALSD) terhadap dietanolamina. Karenanya akan timbul
suatu asumsi, bahwa peningkatan rasio pelarut dapat meningkatkan kehomogenan
substrat yang akhirnya diharapkan mampu memberikan perolehan produk yang baik.
Untuk itu dibutuhkan penentuan rasio pelarut yang tepat untuk meningkatkan
kelarutan, tetapi juga memberikan pengaruh positif terhadap kinerja Rhizomucor
meihei. Percobaan dilakukan dengan rasio ALSD/n-heksana (b/v) adalah 1:1, 1:2, 1:3
dan 1:4 dan sebagai kontrol terhadap reaksi dilakukan percobaan dengan rasio pelarut
yang sama tanpa menggunakan enzim lipase (non enzim). Berikut adalah hasil
percobaan untuk penentuan rasio n-heksana.
05
1520253035404550
1:1 1:2 1:3 1:4
Rasio n-Heksan (b/v)
osi
(
%)
Enzim
nver Non Enzim
K
10
Gambar 11. Pengaruh Rasio Pelarut Terhadap Produk Dietanolamida
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Dari hasil percobaan diketahui bahwa rasio ALSD terhadap pelarut 1:2 (b/v)
memberikan performa terbaik. Hal ini dimungkinkan oleh peningkatan rasio pelarut
yang menyebabkan keracunan (toksik) pada enzim lipase. Dapat dilihat pada rasio
pelarut 1:3 dan 1:4, bahwa konversi yang diberikan untuk non enzim semakin
meningkat dengan bertambahnya pelarut yang disebabkan oleh homogenitas
campuran yang semakin tinggi. Berbeda dengan reaksi enzimatis yang mengalami
penurunan, bahkan memberikan konversi yang hampir sama dengan non enzim (pada
rasio 1:4). Kondisi ini menggambarkan bahwa lipase tidak aktif pada kondisi tersebut.
4.1.5 Pengaruh pH
Pada dasarnya enzim merupakan kumpulan protein. Seperti halnya protein,
struktur ion enzim bergantung pada pH lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion
positif, ion negatif atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian
perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektifitas bagian aktif enzim
dalam membentuk kompleks enzim substrat. Disamping pengaruh struktur ion pada
enzim, pH rendah atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses
denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim. Pada kondisi
tertentu, terdapat beberapa jenis enzim yang dapat bertahan pada kondisi alkalis.
Untuk itu dibutuhkan suatu penelitian pendahuluan untuk mengetahui kemampuan
lipase Rhizomucor meihei pada reaksi amidasi asam lemak sawit distilat ini.
Percobaan dilakukan pada kondisi temperatur ruang (30oC), rasio mol 1:1
(ALSD/dietanolamina), biokatalis 10%. Sebagian besar enzim bekerja optimum pada
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
pH 6 – 7 maka reaksi akan di set-up pada pH tersebut untuk mengetahui aktifitas
lipase terbaik. Untuk menurunkan pH awal digunakan H2SO4 dengan konsentrasi
15%. Sebagai kontrol reaksi enzimatis, dilakukan percobaan non enzim.
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa untuk pH 7 dan pH 6 aktifitas
Rhizomucor meihei tidak menunjukkan aktifitas yang baik. Konversi pada reaksi
enzimatis menunjukkan nilai minus, hal ini disebabkan oleh adanya reaksi esterifikasi
yang bersifat reversibel oleh karena kehadiran H2SO4. Sedangkan reaksi dengan pH
8, menunjukkan aktifitas yang baik. Dari hasil percobaan pendahuluan ini, dapat
disimpulkan bahwa lipase Rhizomucor meihei mampu bekerja pada reaksi amidasi
dengan pH yang alkalis.
4.1.6 Penentuan Level Rhizomuor meihei
Percobaan amidasi asam lemak sawit distilat (ALSD) dengan menggunakan
Rizhomucor meihei dilakukan pada 6 level konsentrasi biokatalis dalam persen berat
(b/b) yaitu 6%, 8%, 10%, 12% dan 14% serta 0% (non enzim) sebagai kontrol reaksi.
Percobaan tanpa menggunakan enzim ditujukan untuk mengetahui besarnya pengaruh
yang dapat diberikan oleh lipase terhadap reaksi. Reaksi amidasi berlangsung selama
24 jam dengan rasio mol 1:1 antara asam lemak sawit distilat (ALSD) terhadap
dietanolamina. Untuk menghemat penggunaan energi sebagian besar penelitian
pendahuluan dilakukan pada temperatur ruang (30oC). Setelah waktu reaksi mencapai
24 jam dilakukan pengambilan sampel guna dianalisa bilangan asamnya. Hasil
percobaan dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini.
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Tabel 8. Pengaruh Level Konsentrasi Rhizomucor meihei Terhadap Produk
Level Konsentrasi R. meihei (b/b)
BILANGAN ASAM (mmol/g)
Bilangan Asam Awal (mmol/g) = 132,72
KONVERSI (%)
6% 105,92 20.19 8% 92,81 30,07 10% 75,61 43,02 12% 101,20 23,74 14% 102,56 22,72
0
10
20
30
40
50
6 8 10 12 14
Level Rhizomucor meihei (% b/b)
Kon
vers
i (%
)
Gambar 12. Pengaruh Level Konsentrasi Biokatalis Terhadap Dietanolamida
Perolehan produk terbaik terdapat pada konsentrasi 10%. Dari Gambar 12
ditunjukkan bahwa aktifitas enzim mengalami penurunan pada konsentrasi biokatalis
yang lebih tinggi. Hal ini menggambarkan adanya batasan aktifitas enzim, karena
terbatasnya substrat yang tersedia. Berdasarkan hasil di atas, ditetapkan konsentrasi
biokatalis 10% sebagai nilai center point dalam desain response surface methodology
(RSM) yang akan digunakan.
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
4.1.7 Penentuan Level Rasio Substrat
Dietanolamida dikenal sebagai foaming booster (peningkat busa) karena
tingkat kepolaran yang dimilikinya lebih baik dari alkanolamida lain (Takaya dkk,
2004). Reaksi antara ALSD dengan dietanolamina dilakukan dengan menggunakan
dietanolamina berlebih sehingga asam lemak sawit distilat berperan sebagai reaktan
pembatas yang akan diobservasi. Percobaan dilakukan pada kondisi reaksi temperatur
ruang (30oC), konsentrasi Rhizomucor meihei 10% selama 24 jam. Level rasio
substrat yang digunakan adalah 1:1; 1:5; 1:10, 1:15 dan 1:20. Sebagai kontrol reaksi
dilakukan percobaan tanpa enzim (non enzim) dengan rasio substrat yang sama.
Tabel 9. Pengaruh Rasio Substrat Terhadap Perolehan Dietanolamida
BILANGAN ASAM (mmol/mg)RASIO
ALSD:Dietanolamina
Awal Akhir
KONVERSI (%)
Non Enzim R.meihei Non Enzim R.meihei
1:1 132,72 113,54 75,61 14,45 43,02
1:5 127,95 84,08 72,19 34,28 43,57
1:10 118,61 76,71 61,69 35,32 47,98
1:15 112,11 66,52 66,21 40,66 40,94
1:20 30,08 20,86 22,33 30,65 25,75
Dari beberapa penelitian sebelumnya, diketahui bahwa penggunaan asam
lemak berlebih akan meningkatkan senyawa amina ester yang terbentuk (Nuryanto,
dkk., 2002). Sebab asam lemak yang excess tersebut akan bereaksi dengan gugus
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
hidroksil dari dietanolamina, membentuk amina ester. Sedangkan penggunaan
alkanolamina yang berlebih turut dibutuhkan untuk pembentukan ikatan peptida
(amida) yang efektif. Tetapi untuk setiap pembentukan satu ikatan peptida, akan
dihasilkan satu molekul air, sehingga harus ditentukan rasio ALSD/dietanolamina
yang tepat untuk memperoleh dietanolamida.
0
10
20
30
40
50
60
1:1 1:5 1:10 1:15 1:20
Rasio ALSD/Dietanolamina
Ko
(%)
Non enzimsi
nver Rhizomucor meihei
Gambar 13. Pengaruh Rasio Substrat Terhadap Perolehan Dietanolamida
Pemilihan kondisi percobaan untuk menentukan level optimum rasio substrat
merujuk pada percobaan yang dilakukan oleh Rahman, dkk (2003). Dari hasil
percobaan diketahui perolehan produk terbesar pada rasio sustrat 1:10, sedangkan
pada rasio 1:15 konversi produk mendekati non enzim. Sedangkan rasio 1:20 telah
terjadi penurunan konversi produk dietanolamida yang nyata. Hal ini disebabkan oleh
adanya hambatan oleh substrat yang terjadi karena substrat telah berikatan dengan
enzim membentuk kompleks enzim substrat. Hasil percobaan ini bersesuaian ini
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
dengan hasil yang diperoleh oleh Rahman, dkk (2003), bahwa pada rasio substrat
1:15 hingga 1:20 perolehan produk telah konstan. Analisa FT-IR menunjukkan bahwa
penggunaan dietanolamina berlebih pada reaksi non enzim dapat memicu kehadiran
amina ester, tetapi pada reaksi enzimatis penggunaan dietanolamina berlebih tidak
menunjukkan kehadiran amina ester. Hal ini disebabkan pada non enzim terdapat air
sebagai hasil samping dari reaksi esterifikasi, sehingga kemungkinan terbentuknya
amina ester semakin besar. Hasil percobaan ini menunjukkan adanya kemungkinan
penggunaan konsentrasi substrat yang tinggi untuk meningkatkan konversi produk.
Hasil analisa terlampir pada Lampiran 6 (Gambar 27)
4.1.8 Penentuan Level Temperatur
Percobaan pendahuluan untuk menentukan temperatur optimum yang akan
digunakan sebagai titik center point dalam CCD dilakukan pada 4 level temperatur
berbeda, yaitu 30oC, 40oC, 50oC dan 60oC. Pemilihan temperatur ini didasarkan pada
keaktifan enzim lipase yang mampu bekerja pada kisaran temperatur 30oC-60oC
(Reetz, 2002). Percobaan dilakukan dengan menggunakan rasio mol 1:1 dan
biokatalis 10% (b/b). Penentuan level temperatur dilakukan untuk mengetahui level
temperatur yang terbaik dari lipase Rhizomucor meihei pada reaksi amidasi.
Sebagaimana diketahui bahwa peningkatan temperatur setiap 10oC akan
meningkatkan kecepatan reaksi sebesar dua kali, sehingga diharapkan dengan
kenaikan temperatur perolehan dietanolamida semakin besar (Wikipedia, 2007).
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Tabel 10. Pengaruh Temperatur Terhadap Perolehan Dietanolamida
Bilangan Asam (mmol/g)
Bilangan Asam (mmol/mg) = 132,72
KONVERSI (%) Temperatur
(oC)
Non Enzim R. meihei Non Enzim R. meihei
30 113,54 75,61 14,45 43,02
40 106,29 68,29 19,91 48,54
50 95,43 61,57 28,09 53,61
60 87,74 71,03 33,89 46,48
0
10
20
30
40
50
60
30 40 50 60
Temperatur (C)
Kon
vers
i (%
)
Rhizomucor meihei
Non Enzim
Gambar 14. Pengaruh Temperatur Terhadap Perolehan Produk
Dari Gambar 14 dapat diketahui bahwa untuk reaksi yang melibatkan
Rhizomucor meihei, perolehan produk dietanolamida meningkat hingga temperatur
50oC, tetapi pada saat temperatur yang lebih tinggi digunakan (60oC), aktifitas lipase
menurun sehingga perolehan dietanolamida juga mengalami penurunan. Sedangkan
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
reaksi non enzim semakin meningkat seiring dengan peningkatan temperatur. Hal ini
disebabkan oleh semakin tingginya tumbukan antar partikel yang disebabkan oleh
kenaikan temperatur sehingga mengaktifkan reaksi.
Dari analisa kromatografi lapis tipis (KLT), diketahui bahwa pada temperatur
reaksi 60oC baik reaksi amidasi menggunakan enzim lipase atau non enzim akan
menghasilkan produk samping berupa amina ester. Sedangkan pada temperatur yang
lebih rendah (30oC – 50oC) tidak menunjukkan adanya pembentukan amina ester. Hal
ini menunjukkan bahwa peningkatan temperatur akan berpengaruh pada
pembentukan produk dietanolamida. Kenaikan temperatur mempengaruhi pemutusan
ikatan hidroksil pada dietanolamina sehingga meningkatkan kuantitas H2O dan
mempengaruhi aktifitas Rhizomucor meihei. Untuk reaksi amidasi ini, kehadiran H2O
dalam kuantitas yang lebih besar selain akan mempengaruhi aktifitas enzim, juga
akan memicu reaksi esterifikasi sehingga pada akhir produk akan diperoleh produk
samping amina ester. Selain itu penuruanan konversi reaksi pada temperatur 60oC
juga dimungkinkan oleh Rhizomucor meihei yang telah mengalami denaturasi pada
temperatur tersebut. Hasil analisa KLT terlampir pada Lampiran 5 (Gambar 25).
4.2 Hasil Penelitian Utama
Penelitian utama dilakukan untuk mengetahui konversi optimum yang dapat
diperoleh dari amidasi asam lemak sawit distilat menggunakan lipase Rhizomucor
meihei. Penelitian utama dilakukan dengan menggunakan aturan rancangan
percobaan central composite design (CCD) dengan tiga variabel bebas dan dua level,
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
yaitu rendah (low) dan tinggi (high), sehingga diperoleh 20 run percobaan optimasi.
Penelitian ini memilih CCD sebagai bentuk desain eksperimen disebabkan oleh CCD
memberikan rancangan yang sistematik untuk memperoleh interaksi antar variabel.
Dari rancangan CCD ini akan diperoleh interaksi dari ketiga variabel yaitu
konsentrasi Rhizomucor meihei (X1), rasio mol dietanolamina terhadap asam lemak
sawit distilat (X2) dan temperatur (X3) Berikut adalah hasil percobaan optimasi yang
telah dilakukan.
Tabel 11. Hasil Percobaan Optimasi
Konsentrasi R.meihei (X1)
Rasio Mol Dietanolamina/ALSD (X2)
Temperatur (X3)
No
Aktual Kode Aktual Kode Aktual Kode
Konversi (%)
1 8 -1 7 -1 40 -1 70,40628 2 12 1 7 -1 40 -1 75,39498 3 8 -1 13 1 40 -1 78,18018 4 12 1 13 1 40 -1 78,24793 5 8 -1 7 -1 60 1 75,61983 6 12 1 7 -1 60 1 79,79074 7 8 -1 13 1 60 1 78,64413 8 12 1 13 1 60 1 80,12671 9 6,64 -1,682 10 0 50 0 75,15567 10 13,36 1,682 10 0 50 0 78,09618 11 10 0 4,96 -1,682 50 0 72,02944 12 10 0 15,04 1,682 50 0 79,17355 13 10 0 10 0 33 -1,682 76,02739 14 10 0 10 0 67 1,682 74,05766 15 10 0 10 0 50 0 80,67154 16 10 0 10 0 50 0 80,83069 17 10 0 10 0 50 0 80,74823 18 10 0 10 0 50 0 80,48579 19 10 0 10 0 50 0 80,46677 20 10 0 10 0 50 0 80,50477
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
4.2.1 Analisa Pengaruh Variabel
Pengaruh signifikansi variabel-variabel yang digunakan dapat diobservasi dari
hasil pengolahan data percobaan. Analisa statistika untuk signifikansi pengaruh dari
ketiga variabel yaitu konsentrasi Rhizomucor meihei (X1), rasio mol asam lemak
sawit distilat (ALSD) terhadap dietanolamina (X2) dan temperatur reaksi (X3) serta
interaksinya masing-masing tercantum pada Tabel 12 berikut ini.
Tabel 12. Hasil Statistika Minitab 14 Untuk Response Surface Methodology (RSM)
Parameter Hasil Analisa Statistika
Koefisien
Nilai p
Konstanta 80,5666 0,000
Konsentrasi Rhizomucor meihei (X1) 1,1463 0,022
Rasio mol ALSD/Dietanolamina (X2) 1,9040 0,001
Temperatur (X3) 0,6326 0,165
Konsentrasi Rizhomucor meihei (X1*X1) -1,0760 0,026
Rasio mol ALSD/Dietanolamina (X2*X2) -1,4381 0,006
Temperatur (X3*X3) -1,6358 0,003
X1*X2 -0,9512 0,115
X1*X3 0,0746 0,895
X2*X3 -0,9083 0,131
R2 0,867
Nilai p Pemodelan 0,003
Keterangan : * Faktor signifikansi (p<0,05)
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Berdasarkan hasil analisa statistika diatas, dapat diketahui bahwa konsentrasi
biokatalis (Rhizomucor meihei) memberikan pengruh yang positif sebesar 1,1463 dan
signifikan terhadap pembentukan produk. Tetapi kuadrat variabel konsentrasi
biokatalis Rhizomucor meihei dan interaksinya dengan rasio mol dietanolamina
memberikan efek negatif sebesar -1,0760 dan -0,9512 meskipun tidak signifikan.
Begitu pula interaksi konsentrasi Rhizomucor meihei dengan temperatur yang
memberikan efek positif 0,0746 dengan nilai p 0,895. Hal ini menunjukkan adanya
batasan dalam penggunaan Rhizomucor meihei, rasio mol dietanolamina dan
temperatur yang dilibatkan pada reaksi. Rasio mol dietanolamina terhadap ALSD
turut memberikan pengaruh yang signifikan dan positif 1,9040. Tetapi interaksinya
dengan temperatur (X2.X3) memberikan efek negatif yang tidak signifikan.
Variabel temperatur, turut memberikan efek positif yang relatif kecil
dibandingkan variabel lainnya dan tidak signifikan sebesar 0,6326. Interaksi
temperatur dengan variabel reaksi lainnya juga tidak signifikan. Ini menunjukkan
bahwa laju reaksi enzimatis antara asam lemak sawit distilat dengan dietanolamina
banyak dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi Rhizomucor meihei dan rasio mol
dietanolamina terhadap asam lemak sawit distilat, sedangkan peningkatan temperatur
memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap laju pembentukan produk
dietanolamida. Namun penggunaan variabel konsentrasi biokatalis dan rasio mol
dietanolamina terhadap ALSD juga memiliki batasan tertentu, sebab dalam reaksi
enzimatis dikenal adanya hambatan oleh substrat.
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Selanjutnya, model persamaan yang dapat menunjukkan hubungan variabel
reaksi dan interaksinya terhadap % konversi dietanolamida dengan nilai toleransi
galat sebesar p >| T | = 0,005 diperoleh sebagai berikut :
Y = 80,5666 + 1,1463X1 + 1,9040X2 + 0,6326X3 – 1,0760X12 – 1,4381X2
2
–1,6358X32 (Pers. 4.1)
Model orde dua yang diperoleh akan diplot sebagai respon permukaan dan
kontur permukaan tiga dimensi untuk mengekspresikan respon % konversi dari
percobaan.
4.2.2 Analisa Variansi (ANAVA)
Pengujian model persamaan regresi yang diperoleh dilakukan dengan
menggunakan analisa variansi (ANAVA). Akurasi sebuah model persamaan regresi
dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi R2. Sebab nilai koefisien determinasi R2
mencerminkan besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel penelitian (Iriawan
dkk, 2006). Semakin besar nilai R2 suatu model, maka model semakin baik. Variabel
bebas yang digunakan akan menunjukkan pengaruh dan interaksi yang akan
tercermin dari persamaan regresi. Berikut adalah hasil analisa ANAVA untuk analisa
regresi data eksperimental.
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Tabel 13. ANAVA Model Persamaan Regresi Pada Amidasi Asam Lemak Sawit Distilat Menjadi Dietanolamida Menggunakan Minitab 14
FAKTOR SS DK MS F P
Regresi
158,401
9
17,6001
7,24
0,002
Linier 72,918 3 24,3060 9,99 0,002
Kuadratik 71,601 3 23,8668 9,81 0,003
Interaksi 13,883 3 4,6275 1,90 0,193
Residual Error 24,325 10 2,4325 - -
Lack Of Fit (LOF) 24,206 5 4,8413 204,73 0,000
Pure Error 0,118 5 0,0236 - -
Total 182,726 19 - - -
R2 86,7% - - - -
R2 (Adj) 74,7% - - - -
S 1,560 - - - -
Keterangan : SS = Sum of Square; MS = Mean of Square; DK : Derajat Kebebasan
Hasil analisa pada Tabel 13 menunjukkan koefisien determinasi (R2) sebesar
86,7%. Nilai R2 (Adj) sebesar 74,7% dengan nilai S sebesar 1,560. Semakin besar
nilai R2 suatu model, maka model semakin baik, karena sebanyak 86,7% perolehan
amida ditunjukkan oleh tiga variabel penelitian, yaitu konsentrasi Rhizomucor meihei,
rasio mol ALSD/dietanolamina dan temperatur. Berdasarkan analisa variansi
(ANAVA) model regresi yang tepat untuk amidasi asam lemak sawit distilat dengan
menggunakan 3 variabel bebas adalah regresi linier. Untuk regresi linier ditunjukkan
dengan F sebesar 9,99 dengan nilai P = 0,002 (faktor signifikansi Kolmogorov
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Smirnov = 0,05), hal ini mencerminkan bahwa regresi linier merupakan model
persamaan yang signifikan. Untuk regresi kuadratik ditunjukkan dengan F sebesar
9,81 dengan nilai P = 0,003. Sedangkan untuk interaksi ditunjukkan dengan F sebesar
1,90 dan nilai P = 0,193. Untuk model regresi kuadratik dan interaksi menunjukkan
model yang tidak signifikan, karena nilai P pengamatan telah melampaui faktor
signifikansi 5%.
Selain melalui analisa variansi, uji kenormalan model juga dapat dilihat
melalui lack of fit. Hasil analisis pada Tabel 13 menunjukkan hasil uji lack of fit
(LOF) yang juga dapat digunakan untuk menguji kecukupan model. Bila digunakan
sebuah hipotesis
Hipotesisnya adalah :
H0 : Tidak ada lack of fit
H1 : Ada lack of fit
Hipotesis awal yang mengatakan tidak ada lack of fit berarti model yang
dibuat telah sesuai dengan data, sedangkan hipotesis alternatif berarti model yang
telah dibuat belum mewakili data.
Daerah Penolakan
Hipotesis awal (H0) akan ditolak bila nilai p kurang dari nilai α, sebaliknya,
hipotesis awal akan gagal tolak apabila nilai p melebihi α. Dari hasil analisis
statistika, diperoleh harga lack of fit bernilai 0. Apabila digunakan nilai α sebesar 5%,
maka hal ini menunjukkan bahwa model yang dibuat telah dapat mewakili data.
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Fitted Value
Res
idua
l
807876747270
2
1
0
-1
-2
-3
4.2.3 Uji Verifikasi Model Penelitian
Gambar 15. Plot Residual Dengan Taksiran Model
Observation Order
Res
idua
l
2018161412108642
2
1
0
-1
-2
-3
Gambar 16. Plot Residual Dengan Order Model
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Untuk memeriksa kecukupan model, tidak hanya melihat data lack of fit
(LOF) saja, tetapi juga harus dilakukan analisa residual. Ada tiga hal yang harus
dilalakukan dalam analisa residual, yaitu :
1. Membuat plot antara residual dengan taksiran model (Gambar 15)
2. Membuat plot antara residual dengan order model (Gambar 16)
3. Memeriksa kenormalan residual (Gambar 17)
Gambar 15 menunjukkan titik-titik telah membentuk sebuah pola yang acak,
hal ini dapat menyimpulkan bahwa model regresi yang dibuat telah cukup tepat
dengan data. Gambar 16 digunakan untuk memeriksa residual dengan order model.
Dalam analisa statistika Minitab 14, dapat dilakukan analisa terhadap unusual
observation. Unusual observation adalah kondisi dimana residual antara nilai
pengamatan dengan prediksi memiliki penyimpangan yang cukup besar dari
pengamatan lainnya. Dengan adanya analisa terhadap besarnya nilai penyimpangan,
dapat dilakukan penajaman dan peninjauan pengamatan pada penelitian selanjutnya.
Berdasarkan analisa statistika (output ANAVA pada Lampiran 3) untuk penelitian
amidasi ALSD dengan menggunakan tiga variabel bebas ini, diketahui unusual
observation berada pada run (order model) 8 dan 14.
Berdasarkan analisa statistika terhadap taksiran model, konversi dietnolamida
yang diperoleh untuk run 8 dan 14 secara berturut-turut adalah 78,315% dan
77,004%. Tahap selanjutnya untuk verifikasi model persamaan adalah dengan
menganalisa uji kenormalan residual. Interpretasi kenormalan dilakukan dengan
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
RESIDUAL1
Pers
en
Mean
>0.150
-1.37737E-15StDev 1.131N 2KS 0.166P-Value
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (KS), sehingga besarnya nilai α yang
digunakan adalah 0,05. Berdasarkan data statistika Kolmogorov Smirnov pada
lampiran 4 untuk α = 0,05 dan jumlah pengamatan sebanyak 20 pengamatan
diperoleh 0,294 (uji dua arah). Nilai ini akan dijadikan pedoman dalam pengambilan
kesimpulan berdasarkan hasil uji kenormalan data penelitian.
0
Gambar 17. Plot Distribusi Normal Residual Model Regresi
Gambar 17 di atas menunjukkan bahwa titik residual yang dihasilkan telah
sesuai atau mendekati garis lurus yang ditentukan berdasarkan data (residual), maka
residual telah mengikuti distribusi normal. Sebaliknya, apabila residual tidak
mengikuti garis lurus atau banyak penyimpangan, maka ada indikasi bahwa residual
tidak mengikuti distribusi normal. Keputusan bahwa suatu data telah mengikuti
distribusi normal diperkuat oleh informasi rata-rata dan standar deviasi residual
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
sebesar -1,37737.10-15 dan 1,131. Rata-rata residual sangat kecil karena mendekati 0.
Nilai statistik Kolmogorov Smirnov pengamatan adalah 0,166 dan nilai p uji normal
residual grafik melebihi 15%. Nilai statistik Kolmogorov Smirnov yang diperoleh dari
pengamatan kurang dari nilai statistik Kolmogorov Smirnov pada Lampiran 4, yaitu
0,294. Oleh karena itu, kesimpulan hasil uji kenormalan residual adalah residual
model regresi linier yang dibuat telah mengikuti distribusi normal. Sehingga, asumsi
kenormalan residual pada suatu model regresi telah dipenuhi oleh model regresi linier
sehingga model regresi yang dibuat telah sesuai dan dapat digunakan.
4.3 Analisa Plot dan Kontur Hasil Penelitian Utama Amidasi ALSD Menjadi
Dietanolamida Menggunakan Rhizomucor meihei
4.3.1 Pengaruh Konsentrasi Rhizomucor meihei Terhadap Rasio Mol
Dietanolamina/ALSD
Interaksi dari tiga variabel percobaan dalam desain central composite design
(CCD) dianalisa melalui respon permukaan (surface response) dan countur. Respon
permukaan dan grafik kontur tiga dimensi untuk pengaruh konsentrasi Rhizomucor
meihei terhadap rasio mol dietanolamina/ALSD dapat diplot dengan menggunakan
Rhizomucor meihei sebagai sumbu y dan rasio mol dietanolamina terhadap ALSD
sebagai sumbu x dan respon konversi pada sumbu z dengan temperatur reaksi tetap.
Dari respon tersebut akan diketahui level variabel yang dapat digunakan untuk
mendapatkan konversi dietanolamida optimum.
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
1
Konversi (%)
65 0
70
75
80
Kons R.meihei (b/b)-2 -1-1 0 -21Rasio Mol Dietanolamina/ALSD
Gambar 18. Respon Permukaan dari Plot Konsentrasi Rhizomucor meihei Terhadap
Rasio Mol Dietanolamina/ALSD
Respon permukaan menunjukkan bahwa konversi dietanolamida meningkat
seiring dengan peningkatan konsentrasi biokatalis dan rasio mol dietanolamina
hingga batasan tertentu. Plot permukaan ini mengekspresikan bahwa peningkatan
konversi dietanolamida lebih tajam pada peningkatan rasio mol dietanolamina
dibandingkan dengan bertambahnya konsentrasi Rhizomucor meihei. Bertambahnya
rasio dietanolamina akan menyebabkan peningkatan konsentrasi campuran. Pada
konsentrasi substrat yang tinggi peluang terjadinya tumbukan antar partikel semakin
besar, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi amidasi semakin besar.
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Hal ini bersesuaian dengan hasil analisis statistika, bahwa variabel yang
memberikan signifikansi terbesar dan positif adalah rasio mol dietanolamina terhadap
asam lemak sawit distilat sebesar 1,9040. Hal ini ditunjukkan pada kondisi reaksi
dengan konsentrasi biokatalis yang rendah (level -2), memberikan kisaran konversi
sebesar 75% bila rasio mol dietanolamina terhadap asam lemak sawit distilat
dinaikkan.
Rasio Mol Dietanolamina/ALSD
Kon
sent
rasi
Rhi
zom
ucor
mei
hei 81
78
78
75
7269
1.51.00.50.0-0.5-1.0-1.5
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
Gambar 19. Kontur dari Plot Konsentrasi Rhizomucor meihei Terhadap Rasio Mol
Dietanolamina/ALSD
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Permukaan kontur menunjukkan bahwa untuk nilai maksimum konversi
dietanolamida dapat diperoleh apabila rasio mol dietanolamina/ALSD berada pada
level 0,5 (rasio mol dietanolamina/ALSD pada 11,5:1), sedangkan konsentrasi
biokatalis pada level antara 0 hingga 0,5 (10%-11%). Pada kondisi reaksi ini, dapat
diperoleh konversi dietanolamida mencapai 81%. Hal ini diikuti dengan tinjauan
bahwa untuk penggunaan rasio mol dietanolamina yang lebih besar dari level 0,5
baik pada level konsentrasi biokatalis yang rendah atau tinggi diperoleh penurunan
konversi produk.
Kondisi ini merupakan hasil interaksi antara Rhizomucor meihei dengan rasio
mol dietanolamina yang bernilai negatif tetapi tidak signifikan. Hal ini
dimungkinkan oleh reaksi antara biokatalis dengan ALSD, yang diiringi dengan
peningkatan rasio dietanolamina sehingga terjadi pembatasan oleh substrat terhadap
reaksi amidasi enzimatis ini. Batasan oleh substrat adalah kondisi dimana seluruh
substrat telah membentuk kompleks enzim substrat. Sehingga tidak ada lagi ruang
aktif (active site) dalam enzim untuk dapat berikatan atau mengadakan kontak dengan
substrat. Setelah membentuk enzim substrat yang aktif dan bersifat sementara, maka
akan terurai kembali apabila reaksi yang diinginkan untuk pembentukan produk telah
terjadi. Kondisi ini menyebabkan peningkatan rasio substrat tidak lagi mampu
meningkatkan konversi produk.
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
1
4.3.2 Pengaruh Temperatur Terhadap Konsentrasi Biokatalis
80
Konversi (%) 75
700
Kons R.meihei (b/b)-2 -1-
1 0 -21
Temperatur (oC)
Gambar 20. Respon Permukaan dari Plot Konsentrasi Rhizomucor meihei Terhadap
Temperatur
Gambar 20 di atas menunjukkan ekspresi respon permukaan % konversi
dietanolamida pada rasio mol dietanolamina terhadap asam lemak sawit distilat tetap.
Terlihat bahwa peningkatan konsentrasi Rhizomucor meihei sangat mempengaruhi
perolehan % konversi, sedangkan temperatur pada level tertentu. Ekspresi permukaan
kurva menunjukkan bahwa kondisi optimum reaksi terhadap temperatur terdapat pada
pusat lengkungan kurva. Hal ini memungkinkan penggunaan temperatur yang
moderat yaitu 50oC – 55oC pada reaksi untuk perolehan produk optimum yang
diwujudkan oleh pengaruh positif sebesar 0,6326. Untuk penggunaan konsentrasi
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
biokatalis yang tinggi pada temperatur yang moderat dapat meningkatkan perolehan
produk, yang diekspresikan dari interaksi bernilai positif dari variabel konsentrasi
Rhizomucor meihei dan temperatur (X1.X3). Tetapi pengaruh yang diberikan oleh
biokatalis lebih besar dari pada variabel temperatur.
Temperatur
Kon
sent
rasi
Rhi
zom
ucor
mei
hei
80
78
7674
74
72
1.51.00.50.0-0.5-1.0-1.5
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
Gambar 21. Kontur dari Plot Konsentrasi Rhizomucor meihei Terhadap Temperatur
Dari kontur di atas, dapat diketahui bahwa dengan mendesain kondisi
temperatur pada level 0-0,5 (50oC-55oC) serta konsentrasi biokatalis pada level 0,5
(11% b/b) dapat menghasilkan perolehan % konversi dietanolamida yang maksimum.
Pada level temperatur ini (50oC-55oC) memungkinkan adanya peningkatan aktifitas
enzim lipase terhadap reaksi amidasi. Kenaikan temperatur pada penggunaan
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
1
Konversi (%)
650
70
75
80
Temperatur (oC)-2 -1-1 0 -21Rasio Mol Dietanolamina/ALSD
konsentrasi biokatalis pada level tetap pada awalnya akan meningkatkan perolehan
produk. Tetapi pada akhirnya, kenaikan temperatur akan menurunkan perolehan
produk yang cukup tajam. Hal ini menunjukkan bahwa pada level temperatur > 0,5 (>
55oC) enzim lipase tidak lagi aktif bekerja. Kondisi ini mengekspresikan bahwa
temperatur dapat memicu aktifitas enzim lipase pada substrat asam lemak sawit
distilat pada reaksi amidasi. Penggunaan level temperatur > 0,5 (> 55oC) dapat
mengakibatkan Rhizomucor meihei mengalami proses denaturasi. Apabila proses
denaturasi terjadi, maka bagian aktif enzim akan berkurang dan kecepatan reaksinya
akan mengalami penurunan.
4.3.3 Pengaruh Temperatur Terhadap Rasio Mol ALSD/Dietanolamina
Gambar 22. Respon Permukaan Dari Temperatur Terhadap Rasio Mol
Dietanolamina/ALSD
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Respon permukaan menggambarkan, bahwa pada temperatur rendah (pada
level -2), perolehan % konversi dietanolamida meningkat seiring dengan tingginya
penggunaan rasio mol dietanolamida/ALSD pada reaksi. Hal ini diwujudkan oleh
analisa statistik yang memberikan nilai positif pada variabel rasio mol dietanolamina
dan temperatur. Tetapi pengaruh yang signifikan dan tajam lebih diberikan oleh
variabel rasio mol dibandingkan dengan temperatur. Hal ini juga ditunjukkan oleh
interaksi antara dua variabel tersebut ( X2.X3) yang memberikan respon negatif tetapi
tidak signifikan. Grafik tiga dimensi untuk pengaruh temperatur terhadap rasio mol
ini, memperlihatkan bahwa perolehan produk terbesar berada pada kondisi temperatur
pada titik pusat (center point)
Rasio Mol Dietanolamina/ALSD
Tem
pera
tur 81
78
75
72
69
1.51.00.50.0-0.5-1.0-1.5
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
Gambar 23. Kontur dari Plot Temperatur Terhadap Rasio Mol Dietanolamina/ALSD
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Respon kontur menunjukkan bahwa untuk mendapatkan perolehan persentase
produk dietanolamida yang maksimum, variabel temperatur dapat didesain pada level
0 (50oC) dan level rasio mol ALSD/Dietanolamina pada level 0,5 (rasio 11,5:1). Pada
kondisi tersebut, perolehan konversi dapat mencapai 81%. Rasio mol dietanolamina
memberikan pengaruh yang lebih besar daripada temperatur terhadap pembentukan
dietanolamida. Pada kondisi temperatur yang moderat (50oC), peningkatan rasio mol
pada awalnya mampu meningkatkan perolehan secara tajam, tetapi pada akhirnya
akan memberikan penurunan konversi yang cukup besar. Kondisi ini terlihat dari
analisa statistik, bahwa rasio mol memberikan pengaruh sebesar 1,9040 sedangkan
temperatur hanya memberikan pengaruh sebesar 0,6326 terhadap produk.
Hal ini berhubungan dengan adanya hambatan oleh produk pada reaksi
enzimatis. Dalam hambatan produk, aktifitas enzim secara langsung dipengaruhi
oleh konsentrasi substrat dan produk didalam lingkungan mikro enzim
(Mangunwidjaja, 1994). Pada kondisi ini, hambatan produk berasal dari telah
penuhnya ruang aktif enzim yang berikatan dengan substrat, sehingga enzim tidak
mampu lagi mensintesa substrat. Dari hasil analisa FT-IR menunjukkan bahwa pada
temperatur 50oC dan 60oC (hasil optimasi) pada rasio mol dietanolamina/ALSD
berlebih tidak menunjukkan adanya pembentukan amina ester. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kenaikan temperatur tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap reaksi enzimatis. Analisa spektrofometer infra red (FT-IR) hanya
menunjukkan pita amida (ikatan C=O) pada 1645 cm-1 dan 1457,10 cm-1 (ikatan C-
N), pita hidroksi pada 3306,63 cm-1 (ikatan O-H), ikatan alkil 2917,05 cm-1 serta pita
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
alkohol pada 1065,66 cm-1, sedangkan puncak amina ester yang berada pada 1737,11
cm-1 tidak terbentuk. Hasil analisa terlampir pada Lampiran 6 (Gambar 28). Dari hasil
pembahasan diatas, ditentukan bahwa kondisi optimum reaksi amidasi asam lemak
sawit distilat dapat diperoleh pada konsentrasi Rhizomucor meihei (level 0-0,5) atau
10%-11% (b/b), rasio mol dietanolamina/ALSD (level 0-0,5) atau (10:1-11,5:1) dan
temperatur 50oC atau level 0.
4.4 Karakteristik Produk
Purifikasi produk dari campuran reaksi dilakukan dengan cara dekantasi
dimana dietanolamida dicuci dengan aseton teknis. Dietanolamida diperoleh sebagai
produk bawah dan dietanolamina sebagai produk atas yang bercampur dengan aseton.
Parameter uji yang digunakan adalah karakteristik dietanolamida komersial.
Tabel 14. Karakteristik Produk Dietanolamida
Dietanolamida Hasil Penelitian Karakteristik Non Purifikasi Purifikasi
Dietanolamida Komersial
Bilangan Asam 22,73 10,57 Maksimal 2a
Bilangan Iodin - 6,97 Maksimal 2a
Titik Leleh 30oC 92oC 97oC -102oCa
pH 9 8 8-10b
Kelarutan - Aseton Tidak larut Tidak larut Tidak larutc
- Heksan Sedikit larut Sedikit larut Sedikit larutc
- Etanol Larut Larut Larutc
- Metanol Larut Larut Larutc
- Air Terdispersi Terdispersi Terdispersic
HLB - 18 - Sumber : aDietanolamida komersial (KAO Corporation), bHunka Trading Sdn.Bhd cHerawan, Tjahjono (1999)
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Karakteristik dietanolamida hasil penelitian, belum sepenuhnya dapat
memenuhi standar komersial antara lain bilangan asam dan bilangan iodin. Standar
bilangan asam untuk dietanolamida komersial adalah 2 (maksimal), hal ini berkaitan
dengan penggunaan dietanolamida sebagai bahan aditif dalam produk perawatan
tubuh, kosmetika dan deterjen. Bilangan asam yang tinggi akan mempengaruhi
polaritas dan busa (foaming booster), sehingga menurunkan kualitas produk akhir.
Sedangkan bilangan iodin dari dietanolamida hasil penelitian juga masih belum
memenuhi standar. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan asam lemak tidak
jenuh yang masih terdapat dalam produk. Nilai HLB menunjukkan bahwa
dietanolamida dapat digunakan sebagai emulsifier dan pelarut. Hal ini telah sesuai
dengan peruntukan dietanolamida sebagai surfaktan dalam produk perawatan tubuh,
kosmetik dan deterjen. Penelitian ini masih bersifat umum, untuk itu karakteristik
produk harus dioptimalkan agar memenuhi standar komersial. Secara keseluruhan,
penggunaan ALSD sebagai bahan baku dietanolamida dapat dipertimbangkan.
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai sintesa dietanolamida
menggunakan Rhizomucor meihei yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Kondisi optimum reaksi diperoleh pada konsentrasi Rhizomucor meihei 10%
(b/b), rasio mol dietanolamina/ALSD 10:1 dan temperatur 50oC dengan konversi
reaksi sebesar 80,83 %.
2. Pada percobaan optimasi, pengaruh yang signifikan diberikan oleh peningkatan
rasio mol dietanolamina/ALSD, diikuti oleh peningkatan konsentrasi Rhizomucor
meihei. Sedangkan kenaikan temperatur tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap konversi reaksi
3. Setelah melalui tahap purifikasi, diperoleh karakteristik produk sebagai berikut :
bilangan asam 10,57 mmol/mg dan bilangan iodine 6,97 dengan titik leleh 92oC,
pH 8, hydrophil liphofil balance (HLB) bernilai 18 dan larut terhadap pelarut
organik seperti aseton, heksan, etanol, metanol serta terdispersi dalam air.
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
5.2 Saran
Untuk penelitian mengenai sintesa dietanolamida dari asam lemak sawit
distilat (ALSD) menggunakan lipase Rhizomucor meihei, beberapa hal berikut ini
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan penelitian
selanjutnya :
1. Optimalisasi proses purifikasi dietanolamida untuk memperoleh produk yang
sesuai dengan standar komersial. Purifikasi produk dietanolamida dari
dietanolamina berlebih dapat dilakukan antara lain dengan teknik kristalisasi.
Kristal dietanolamida yang terbentuk dapat dicuci dengan heksan untuk
menghilangkan asam lemak sisa reaksi.
2. Melakukan pre-treatment pada bahan baku ALSD untuk memisahkan asam lemak
jenuh dari asam lemak tidak jenuh. Misalnya dengan memanfaatkan perbedaan
kelarutan asam lemak jenuh dan tidak jenuh dalam pelarut organik pada
temperatur tertentu. Diharapkan dengan adanya pre-treatment pada bahan baku,
aktifitas Rhizomucor meihei pada asam lemak jenuh (C12-C18) semakin
meningkat.
3. Diketahui bahwa peningkatan waktu reaksi, menimbulkan terbentuknya amina
ester karena pengaruh aktifitas air (water activity). Penelitian selanjutnya dapat
dilakukan dengan melakukan studi pada pengaruh aktifitas air terhadap reaksi
amidasi enzimatis, misalnya dengan penambahan garam. Dengan demikian
peningkatan waktu reaksi dapat dilakukan untuk mengoptimalkan konversi reaksi.
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan. Penerbit Andi, Yogyakarta
Anah, L., Mahfud. 2003. Kinetika Reaksi Esterifikasi Asam Monooleat Dan Sorbitol
Dengan Katalis Asam p-Toluen Sulfonat. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, Yogyakarta.
Elisabeth, J.; Jatmika, A.; E.Nainggolan, dan D.M Malau. 1998. Preparasi Mono-dan
Digliserida Dari Minyak Sawit Dengan Gliserolisis Enzimatik. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 6(1): 79-94
Fessenden, J. Ralp dan Joan S. Fessenden. 1999. Kimia Organik. Edisi ketiga.
Penerbit Erlangga, Jakarta. Gautam, K.K. dan Tyagi, V.K. 2005. Microbial Surfactant. Journal of Oleo Science
(JOS) Vol 55 No.4, 155-166 Genaro, R.A. 1990. Rhemington’s Pharmaceutical Science. Edisi 18. Macle Printing
Company, Easton, Pennsilvania, USA
Gupta, R.K.; K.James, dan F.J. Smith. 1983. Sucrose Ester and Sucrose Ester/Gliseride Blead as Emulsifier. JAOCS 60(4)
Haryati, T; P. Guritno, dan L. Buana. 2002. Rancang Bangun Proses Untuk Pabrik
Minyak Goreng Supermini. Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif Pusat. Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Hasan, F.; A. Ali Shah, dan A. Hameed. 2005. Industrial Application of Microbial
Lipase. Microbiology Research Laboratory, Pakistan Herawan, T.; E. Nuryanto, dan P. Guritno. 1999. Penggunaan Asam Lemak Sawit
Distilat Sebagai Bahan Baku Superpalmamida. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 7(1) : 33-42
http//www.kao corporation.Chemical Business.Devision (Akses 16 April 2007) http//www.Hunka Trading Sdn.Bhd (24 April 2008)
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
http//www.wikipedia/diethanolamina (16 April 2007) http//www.wikipedia/ethanolamina (16 April 2007) http//www.wikipedia/lipase (16 April 2007) http//www.wikipedia/triethanolamina (19 Februari 2007) http//www.Rephi’s Weblog. 2007. Gambaran Umum Produksi Minyak Sawit (Akses
28 Desember 2007) Iriawan, N. dan S.P Astuti., 2006. Mengolah Data Statistik Dengan Menggunakan
Minitab 14. Penerbit Andi, Yogyakarta Klein, K. 2001. Alkanolamide Revisited. Cosmotech Laboratories Inc. Manitto, P. 1981. Biosynthesis of Natural Product. Editor Moeljono Judoamidjojo.
Ellis Horwood Limited Montgomery, Douglas C. 1997. Design And Analysis Of Experiments. Edition-5.
John wiley And Son Inc. Nuryanto, E.; T. Haryati, dan J. Elisabeth. 2002. Pembuatan Fatty Amida Dari ALSD
Untuk Produksi Deterjen Cair dan Shampoo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian
Perry, Robert, H. 1984. Perry’s Chemical Engineering Handbook. Edition-6.
Mc.Graw Hill, New York. Poedjiadi, A,. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia Rachna; dan Tyagi, V.K. 2006. Gels: Novel Deterjent For Laundry Application.
Journal Oleo Science (JOS) Vol 55 No.11, 555-562 Rahman, A.; M.B. Yap.; C.L. K.Dzulkefly, dan R.N.Z. Abdul Rahman. 2003.
Synthesis of Palm Kernel Oil Alkanolamide Using Lipase. Journal of Oleo Science (JOS) Vol 52 No.2, 65-72
Reetz. 2002. Lipase Sebagai Biokatalis. Current Opinion In Chemical Biology 6:145-
150 (http//www.geocities.com//Jurnal Ilmiah, akses 3 April 2008)
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Sakai, T. dan Kaneko, Y. 2004. The Effect of Some Foam Booster on The Foam Ability and Foam Stability of Anionic System. Journal of Surfactan and Detergent. Proquest Journal (pg 291)
Simanjuntak, M.T.dan Silalahi, J. 2003. Biokimia. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (Farmasi). USU Library Suryani, Ani DEA. dan Hambali, E. 2000. Proses Produksi Surfaktan Dietanolamida
(Surfaktan DEA) Dari Asam Lemak Inti Sawit. Institut Pertanian Bogor Tyagi, R.; V.K Tyagi. dan R.K. Khanna. 2006. Synthesis, Characterization and
Performance of Tallow Fatty Acid and Triethanolamine Based Esterquats. Journal of Oleo Science (JOS) Vol 55, No.7, 337-345.
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISA SAMPEL
1. Analisa Bilangan Asam (Porim Test Methods, 1995)
Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak.
Peralatan :
Erlenmeyer 250 ml dan buret
Bahan :
1. Kalium hidroksida (KOH) 0,1 N yang telah distandarisasi
2. Larutan indikator phenolphthalein (1%) dalam alkohol 95%
3. Isopropil alkohol
Cara Kerja :
1. Timbang ± 1-2 gram sampel, masukkan kedalam erlenmeyer
2. Tambahkan 10 ml isopropil alkohol, kocok hingga homogen
3. Tambahkan 1 ml larutan indikator phenolphthalein dan dititrasi dengan
larutan kalium hidroksida (KOH) 0,1 N sampai warna merah muda
Perhitungan :
GMxNxSAsamBilangan =
Dimana :
S : Volume KOH untuk titrasi sampel (ml)
N : Normalitas KOH
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
G : Massa sampel (gr)
M : Berat molekul KOH (56,1)
2. Analisa Titik Leleh (Porim Test Method, 1995)
Titik leleh merupakan temperatur dimana sampel menjadi cair dengan sempurna
Peralatan :
1. Capilary glass tubing 3 buah dengan ukuran length (75 mm ± 1 mm), Inner Ø
(1,1-1,2 mm) Outer Ø (1,5-1,6 mm)
2. Kertas saring, beaker glass, Refrigerator, termometer dan magnetic stirrer
Cara Kerja :
1. Lelehkan contoh dan saring untuk menghilangkan kotoran
2. Masukkan contoh dan capillary glass tubing (3 buah) sedalam 10 ml (1 cm)
3. Tempatkan dalam beaker glass dan masukkan dalam refrigerator pada suhu
4oC-10oC selama 16 jam
4. Ikatkan capillary glass tubing pada termometer
5. Masukkan termometer tersebut di atas ke dalam beaker glass ukuran 600 ml
berisi air distilasi sekitar 300 ml
6. Atur suhu air dalam beaker glass pada suhu 8oC-10oC dibawah titik leleh
contoh dan suhu air dipanaskan perlahan (dengan kenaikan 0,5oC-1oC/menit)
dengan pengadukan (magnetic stirrer)
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
7. Pemanasan dilanjutkan dan suhu diamati dari saat contoh meleleh sampai
contoh naik pada tanda batas atas. Titik leleh dihitung berdasarkan rata-rata
suhu dari ketiga sampel yang diamati
Perhitungan :
3Sampel1(SampelSuhuC)(LelehTitik o 3)Sampel2++
=
3. Analisa Hidrofil Lipofil Balance (Metode Gupta, dkk)
Nilai kesetimbangan HLB dianalisa dengan menggunakan piridin/benzena
(95/5) sebagai pelarut dan dititrasi dengan aquadest hingga larutan menjadi keruh.
Jumlah air yang ditambahkan kedalam larutan tadi menunjukkan nilai HLB sampel.
4. Analisa Kromatografi Lapis Tipis
Peralatan :
1. Plat silica gel 60 F254
2. Chamber, pipa kapiler dan oven
Bahan :
1. Eluen : Heksana/Dietil Eter/Etil Asetat/Asam Asetat (70/15/15/1) dengan
perbandingan volume
2. Iodine
Cara Kerja :
1. Disiapkan plat silica gel 60 F254 dengan ukuran 2,5 cm x 10 cm
2. Pada plat silica, dibuat batas atas setinggi 1 cm dan batas bawah 1,5 cm
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
3. Plat dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC
4. Sampel yang telah dilarutkan ditotolkan pada plat silica gel, kemudian
dimasukkan dalam chamber yang berisi eluen.
5. Setelah eluen naik hingga batas atas plat silika gel, kemudian dikembangkan
dengan uap iodine
10
2,5 cm
1 ,5 cm
1 cm
Gambar 24. Sketsa Plat Kromatografi Lapis Tipis
5. Analisa Bilangan Iodin (AOCS CD 1-25, 1989)
Bilangan iodin adalah ukuran ketidak jenuhan lemak dan minyak yang
diekspresikan dengan sejumlah centigram iodine yang diserap oleh satu gram sampel
(% iodine yang terserap).
Peralatan :
1. Erlenmeyer 500 ml
2. Buret 25 ml
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Bahan :
1. Larutan Kalium Iodida (KI 15%)
2. Larutan indikator amilum (1%)
3. Sikloheksan dan larutan wij’s
4. Larutan Na-thiosulfat 0,1 N
Cara Kerja :
1. Timbang 0,5 gram sampel
2. Hangatkan sampel bila berbentuk padat atau semipadat dalam erlemeyer
tertutup
3. Ditambahkan 20 ml sikloheksan dan 25 ml larutan wij’s
4. Simpan ditempat gelap selama 30 menit pada temperatur kamar
5. Kemudian ditambahkan 20 ml KI 15% dan 100 ml H2O
6. Dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat 0,1 N, bila dititrasi telah berwarna
kuning, tambahkan 2 ml indikator amilum. Titrasi dilanjutkan sampai larutan
menjadi jernih (warna biru hilang). Dilakukan hal yang sama untuk blanko
(tanpa contoh)
W12,69xNxSBIodinBilangan −Perhitungan : =
Dimana :
B : Volume blanko (ml) titrasi blanko
N : Normalitas Na-Thisulfat
S : Volume (ml) Na-thiosulfat sampel
W : Berat sampel (gram)
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
LAMPIRAN 2. RESPONSE SURFACE METHODOLOGY
Untuk menentukan matriks central composite design (CCD) digunakan rumusan
sebagai berikut :
Rendah)/2LevelTinggi(LevelRendah)/2LevelTinggi(LevelXX ia
i −+−
=
Nilai optimum dari masing-masing variabel dari percobaan pendahuluan digunakan
sebagai nilai center point (kode 0), yaitu :
1. Konsentrasi biokatalis : 10% (b/b)
2. Temperatur : 50oC
3. Rasio substrat ALSD terhadap dietanolamina adalah 1:10
1. Konsentrasi Biokatalis Rhizomucor meihei
Ditetapkan : Level Tinggi : 12 (kode 1)
Level Rendah : 8 (kode -1)
Ditentukan : Untuk α : 1,682 Untuk α : -1,682
( )( )
13,36X/2812
/2812X1,682
1
1
=−+−
=( )
( )6,64X
/2812/2812X1,682
1
1
=−+−
=−
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
2. Rasio Substrat ALSD/Dietanolamina
Ditetapkan : Level Tinggi : 1:13 (kode 1)
Level Rendah : 1:7 (kode -1)
Ditentukan : Untuk α : 1,682 Untuk α : -1,682 ( )
( )4,96X
/2713/2713X
1,682
2
2
=−
+−=−( )
( )15,04X
/2713/2713X
1,682
2
2
=−
+−=
3. Temperatur
Ditetapkan : Level Tinggi : 60oC (kode 1)
Level Rendah : 40oC (kode -1)
Ditentukan : Untuk α : 1,682 Untuk α : -1,682 ( )
( )C33,18X
/24060/24060X
1,682
o3
3
=
−+−
=−( )( )
C66,82X/24060
/24060X1,682
o3
3
=
−+−
=
= 67oC = 33oC
Hasil perhitungan disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 15. Hasil Perhitungan Untuk Matriks CCD
Perlakuan Terkode Perlakuan
-1,682 -1 0 1 1,682
Konsentrasi Biokatalis (%) 6,64 8 10 12 13,36
Rasio Mol Dietanolamina/ALSD 4,96 7 10 13 15,04
Temperatur (oC) 33 40 50 60 67
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Kemudian disusun matriks dengan mengikuti pola sebagai berikut :
Tabel 16. Matriks Central Composite Desigen (CCD) 3 Variabel
Konsentrasi Biokatalis
(X1)
Rasio Mol
Dietanolamina/ALSD (X2)
Temperatur
(X3)
No
Aktual Kode Aktual Kode Aktual Kode
1 8 -1 7 -1 40 -1
2 12 1 7 -1 40 -1
3 8 -1 13 1 40 -1
4 12 1 13 1 40 -1
5 8 -1 7 -1 60 1
6 12 1 7 -1 60 1
7 8 -1 13 1 60 1
8 12 1 13 1 60 1
9 6,64 -1,682 10 0 50 0
10 13,36 1,682 10 0 50 0
11 10 0 4,96 -1,682 50 0
12 10 0 15,04 1,682 50 0
13 10 0 10 0 33 -1,682
14 10 0 10 0 67 1,682
15 10 0 10 0 50 0
16 10 0 10 0 50 0
17 10 0 10 0 50 0
18 10 0 10 0 50 0
19 10 0 10 0 50 0
20 10 0 10 0 50 0
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
LAMPIRAN 3. OUTPUT ANALISA STATISTIKA
————— 2/3/2008 7:44:04 AM ———————————————————— Welcome to Minitab, press F1 for help. Results for: Worksheet 2 Central Composite Design Factors: 3 Replicates: 1 Base runs: 20 Total runs: 20 Base blocks: 1 Total blocks: 1 Two-level factorial: Full factorial Cube points: 8 Center points in cube: 6 Axial points: 6 Center points in axial: 0 Alpha: 1.68179 Design Table Run Blk A B C 1 1 -1.00000 -1.00000 -1.00000 2 1 1.00000 -1.00000 -1.00000 3 1 -1.00000 1.00000 -1.00000 4 1 1.00000 1.00000 -1.00000 5 1 -1.00000 -1.00000 1.00000 6 1 1.00000 -1.00000 1.00000 7 1 -1.00000 1.00000 1.00000 8 1 1.00000 1.00000 1.00000 9 1 -1.68179 0.00000 0.00000 10 1 1.68179 0.00000 0.00000 11 1 0.00000 -1.68179 0.00000 12 1 0.00000 1.68179 0.00000 13 1 0.00000 0.00000 -1.68179 14 1 0.00000 0.00000 1.68179 15 1 0.00000 0.00000 0.00000 16 1 0.00000 0.00000 0.00000 17 1 0.00000 0.00000 0.00000 18 1 0.00000 0.00000 0.00000 19 1 0.00000 0.00000 0.00000 20 1 0.00000 0.00000 0.00000
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Results for: MINITAB Echa-amida.MTW Response Surface Regression: Konversi versus Konsentrasi , Rasio mol AL, ... The analysis was done using coded units. Estimated Regression Coefficients for Konversi Term Coef SE Coef T P Constant 80.5666 0.6361 126.658 0.000 Konsentrasi R.meihei 1.1463 0.4220 2.716 0.022 Rasio mol ALSD/Dietanolamina 1.9040 0.4220 4.511 0.001 Temperatur 0.6326 0.4220 1.499 0.165 Konsentrasi R.meihei* -1.0760 0.4108 -2.619 0.026 Konsentrasi R.meihei Rasio mol ALSD/Dietanolamina* -1.4381 0.4108 -3.501 0.006 Rasio mol ALSD/Dietanolamina Temperatur*Temperatur -1.6358 0.4108 -3.982 0.003 Konsentrasi R.meihei* -0.9512 0.5514 -1.725 0.115 Rasio mol ALSD/Dietanolamina Konsentrasi R.meihei*Temperatur 0.0746 0.5514 0.135 0.895 Rasio mol ALSD/Dietanolamina* -0.9083 0.5514 -1.647 0.131 Temperatur S = 1.560 R-Sq = 86.7% R-Sq(adj) = 74.7% Analysis of Variance for Konversi Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Regression 9 158.401 158.4012 17.6001 7.24 0.002 Linear 3 72.918 72.9181 24.3060 9.99 0.002 Square 3 71.601 71.6005 23.8668 9.81 0.003 Interaction 3 13.883 13.8826 4.6275 1.90 0.193 Residual Error 10 24.325 24.3247 2.4325 Lack-of-Fit 5 24.206 24.2065 4.8413 204.73 0.000 Pure Error 5 0.118 0.1182 0.0236 Total 19 182.726
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Obs StdOrder Konversi Fit SE Fit Residual St Resid 1 1 70.406 70.949 1.276 -0.543 -0.61 2 2 75.395 74.995 1.276 0.400 0.45 3 3 78.180 78.476 1.276 -0.296 -0.33 4 4 78.248 78.717 1.276 -0.469 -0.52 5 5 75.620 73.882 1.276 1.738 1.94 6 6 79.791 78.226 1.276 1.565 1.75 7 7 78.644 77.775 1.276 0.869 0.97 8 8 80.127 78.315 1.276 1.812 2.02 R 9 9 75.156 75.595 1.215 -0.440 -0.45 10 10 78.096 79.451 1.215 -1.355 -1.39 11 11 72.029 73.297 1.215 -1.267 -1.30 12 12 79.174 79.701 1.215 -0.527 -0.54 13 13 76.027 74.876 1.215 1.151 1.18 14 14 74.058 77.004 1.215 -2.946 -3.01 R 15 15 80.672 80.567 0.636 0.105 0.07 16 16 80.831 80.567 0.636 0.264 0.19 17 17 80.748 80.567 0.636 0.182 0.13 18 18 80.486 80.567 0.636 -0.081 -0.06 19 19 80.467 80.567 0.636 -0.100 -0.07 20 20 80.505 80.567 0.636 -0.062 -0.04 Unusual Observations for Yield Obs StdOrder Yield Fit SE Fit Residual St Resid 8 8 80.127 78.315 1.276 1.812 2.02 R 14 14 74.058 77.004 1.215 -2.946 -3.01 R R denotes an observation with a large standardized residual. Estimated Regression Coefficients for Konversi using data in uncoded units Term Coef Constant 80.5666 Konsentrasi R.meihei 1.14633 Rasio mol ALSD/Dietanolamina 1.90395 Temperatur 0.632602 Konsentrasi R.meihei* -1.07596 Konsentrasi R.meihei Rasio mol ALSD/Dietanolamina* -1.43815 Rasio mol ALSD/Dietanolamina Temperatur*Temperatur -1.63577 Konsentrasi R.meihei* -0.951158 Rasio mol ALSD/Dietanolamina Konsentrasi R.meihei*Temperatur 0.0746302 Rasio mol ALSD/Dietanolamina* -0.908324 Temperatur Residuals vs Fits for Konversi Residuals vs Order for Konversi Probability Plot of RESI1 Contour Plot of Konversi vs Rasio mol ALSD/D, Konsentrasi R.meihei Surface Plot of Konversi vs Rasio mol ALSD/D, Konsentrasi R.meihei Contour Plot of Konversi vs Temperatur, Konsentrasi R.meihei Surface Plot of Konversi vs Temperatur, Konsentrasi R.meihei Contour Plot of Konversi vs Rasio mol ALSD/Dietanolamina, Temperatur Surface Plot of Konversi vs Rasio mol ALSD/Dietanolamina, Temperatur
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
LAMPIRAN 4. TABEL STATISTIKA
Tabel 17. Data Statistika Kolmogorov Smirnov
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
LAMPIRAN 5. HASIL ANALISA KLT
Non Enzim 60oC Enzim Lipase 60oC
Asam lemak
Amina ester
Amida
Non Enzim 50oC Enzim Lipase 50oC
Asam lemak
Amida
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Non Enzim 40oC Enzim Lipase 40oC
Asam lemak
Amida
Non Enzim 30oC Enzim Lipase 30oC
Asam lemak
Amida
Gambar 25. Hasil Analisa KLT Pada Beberapa Level Temperatur
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
LAMPIRAN 6. HASIL ANALISA FT-IR
Gambar 26. Hasil Analisa FT-IR (a) ALSD, (b) Waktu Reaksi 72 Jam
(b)
C=O
C-N
C-O
Dietanolamida
Amina Ester
(a)
Asam Lemak
C=O
C-H
O-H
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Tabel 18. Bilangan Gelombang dari Asam Lemak Sawit Distilat (ALSD)
Bilangan Gelombang (Cm-1) Gugus Fungsi*
3006,97
2850,03
1708,33
- OH
- C-H
- C = O (asam Lemak)
* Sumber : Fessenden, Ralp J (1999)
Tabel 19. Bilangan Gelombang dari Dietanolamida pada Waktu Reaksi 72 Jam
Bilangan Gelombang (Cm-1) Gugus Fungsi*
3374,09
2930,28
1737,11
1624,77
1466,60
721, 49
- OH
- C-H
- C - O (amina ester)
- C = O (Amida)
- C-N
- C-H2
* Sumber : Fessenden, Ralp J (1999)
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Dietanolamida
Gambar 27. Hasil Analisa FT-IR (a) Rasio Substrat 1:10 (Enzim) (b) Rasio Substrat
1:10 (Non Enzim)
C=O C-N
C-O Amina Ester
C=O
C-N
(a)
(b)
Dietanolamida
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Tabel 20. Bilangan Gelombang Dietanolamida pada Rasio ALSD/Dietanolamina 1: 10 (Enzim) Bilangan Gelombang (Cm-1) Gugus Fungsi*
3364,77
2916,95
1644,18
1455,60
715, 85
- OH
- C-H
- C = O (Amida)
- C-N
- C-H2
* Sumber : Fessenden, Ralp J (1999)
Tabel 21. Bilangan Gelombang Dietanolamida pada Rasio ALSD/Dietanolamina 1: 10 (Non Enzim) Bilangan Gelombang (Cm-1) Gugus Fungsi*
3374,09
2916,47
1774,24
1645,95
1466,60
715,77
- OH
- C-H
- C - O (amina ester)
- C = O (Amida)
- C-N
- C-H2
* Sumber : Fessenden, Ralp J (1999)
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Gambar 28. Hasil Analisa FT-IR Pada Percobaan Optimasi (a) Temperatur 50oC , (b) Temperatur 60oC
Dietanolamida
C=O C-N
C=O
C-N
Dietanolamida
(a)
(b)
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
Tabel 22. Bilangan Gelombang Dietanolamida pada Penelitian Utama (50oC)
Bilangan Gelombang (Cm-1) Gugus Fungsi*
3365,20
2916,49
1644,00
1471,81
715, 97
- OH
- C-H
- C = O (Amida)
- C-N
- C-H2
* Sumber : Fessenden, Ralp J (1999)
Tabel 23. Bilangan Gelombang Dietanolamida pada Penelitian Utama (60oC)
Bilangan Gelombang (Cm-1) Gugus Fungsi*
3306,63
2917,05
1654,65
1457,10
715, 97
- OH
- C-H
- C = O (Amida)
- C-N
- C-H2
* Sumber : Fessenden, Ralp J (1999)
Pemanfaatan Asam Lemak Sawit Distilat Sebagai Bahan Baku Dietanolamida Menggunakan Lipase (Rhizomucor meihei)
C-N
C=O
dietanolamida
Gambar 29. Hasil Analisa FT-IR dari Dietanolamida dengan Asam Palmitat Sebagai Sumber Asam Lemak
Tabel 24. Bilangan Gelombang Dietanolamida dengan Asam Palmitat Sebagai Sumber Asam Lemak
Bilangan Gelombang (Cm-1) Gugus Fungsi*
3451,02
2923,11
1627,24
1419,87
- OH
- C-H
- C = O (Amida)
- C-N
* Sumber : Fessenden, Ralp J (1999)