Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMANFAATAN BIJI-BIJIAN
DALAM PEMBELAJARAN RAGAM HIAS
BAGI SISWA KELAS VII H SMP N 17
SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata I
Sarjana Pendidikan
oleh
Alfi Sholehah Dwi Meyrani
2401415055
JURUSAN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Berkarya merupakan bagian sejarah kehidupan seseorang (Alfi Sholehah Dwi
Meyrani).
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibuku tercinta yang telah
membimbing, mendukung, dan memotivasi
sehingga studi ini dapat selesai.
2. Kakak dan adik saya yang saya sayangi.
3. Dosen Jurusan Seni Rupa.
4. Almamaterku, Universitas Negeri Semarang.
v
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pemanfaatan Biji-Bijian dalam Pembelajaran ragam Hias bagi Siswa Kelas VII
H SMP N 17 Semarang” untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana
Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan bimbingan
dan bantuan beberapa pihak. Atas bimbingan dan bantuan beberapa pihak itu,
Penulis patut menyampaikan ucapan terima kasih dengan segala kerendahan
hati dan penghargaan setulus-tulusnya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan segala fasilitas
selama kuliah.
2. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan izin penelitian.
3. Ketua Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang yang telah membantu kelancaran administrasi.
4. Drs. Syafii, M.Pd, Dosen Pembimbing, yang senantiasa membimbing,
mengarahkan dan memberikan saran dengan penuh kesabaran dan ketulusan
selama proses pembuatan skripsi.
5. Kepala SMP Negeri 17 Semaramh yang telah memberikan izin pelaksanaan
penelitian di sekolah tersebut.
vii
Sari
Meyrani, Alfi Sholehah Dwi. 2019. “Pemanfaatan Biji-Bijian dalam Pembelajaran
Ragam Hias bagi Siswa Kelas VII H SMP Negeri 17 Semarang”. Skripsi
seni rupa. Pembimbing: Drs. Syafii, M.Pd. Skripsi Jurusan Seni Rupa,
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Kata kunci : Pembelajaran, Ragam Hias, Hasil Karya
Penggunaan media alternatif dalam berkarya, diharapkan dapat memacu
antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran seni di kelas. Siswa akan dapat
terlatih keterampilannya untuk mengungkapkan gagasan dengan pemilihan media
berkarya yang berbeda. Bahan biji-bijian dimanfaatkan karena bentuk, ukuran,
dan warna yang variatif, sehingga dapat membuat siswa tertarik dalam
mengkreasikan motif ragam hias. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan; (1)
mendeskripsikan bentuk pembelajaran ragam hias menggunakan bahan biji-bijian
bagi siswa kelas VII H SMP Negeri 17 Semarang; (2) menganalisis hasil karya
pemanfaatan biji-bijian dalam pembelajaran ragam hias bagi siswa kelas VII H
SMP Negeri 17 Semarang. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan meliputi statistik
deskriptif, pengumpulan data, reduksi data, penyajian, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk pembelajaran ragam hias
menggunakan bahan biji-bijian tidak dilaksanakan sesuai RPP. Tujuan
pembelajaran siswa mampu berkarya ragam hias dengan memanfaatkan biji-
bijian. Materi pembelajaran prosedur memanfaatkan biji-bijian sebagai media
berkarya ragam hias. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah,
demonstrasi, dan penugasan. Kegiatan perencanaan dan pelaksaanaan tidak sesuai
anjuran SOP pembelajaran saintifik. Hasil karya siswa kelas VII H mayoritas
mendapatkan nilai dengan kategori baik. Karya siswa berdasarkan ide/ gagasan
sebagian besar menunjukkan jenis ragam hias motif flora dan fauna dengan
menyederhanakan corak ragam hias (stilasi). Unsur visual dan prinsip desain,
sebagian besar selaras/ harmoni. Keterampilan teknis sebagian besar rapi. Saran
yang direkomendasikan bagi guru, perlu memperhatikan dengan teliti dalam
membuat RPP, baik dalam segi penulisan maupun penyusunan. Dalam
pelaksanaan praktik berkarya, diharapkan siswa dapat menyelesaikan di kelas,
sehingga guru dapat memantau proses berkarya hingga selesai sekaligus
mengevaluasi. Bagi sekolah, perlu adanya monitoring kinerja guru untuk
meningkatkan kualitas dalam mengajar.
viii
ABSTRACT
Meyrani, Alfi Sholehah Dwi. 2019. "Utilization of Seeds in Learning Decorative
Variety for Students Grade 7th of SMP Negeri 17 Semarang". Final Project.
Supervisor: Drs. Syafii, M.Pd. Final project of Arts Department. Languages
and Arts Faculty. Universitas Negeri Semarang.
Keywords: Learning, Decorative Variety, Artwork
The use alternative media is expected to stimulate students' enthusiasm for
learning art. Students will be able to train their skills to express ideas by selecting
different media. Grain materials are used because of their varied shapes, sizes,
and colors, it can make students interested in creating decorative motifs. This
research aims to (1) describe decorative forms of learning using grain materials
for students of grade 7th work of SMP Negeri 17 Semarang; (2) analyze the use of
seeds in learning ornamental diversity for grade 7th H students of SMP Negeri 17
Semarang. This research used a descriptive qualitative approach as the method.
The data collection techniques carried out by observation, interview, and
documentation. Data analysis included descriptive statistics, data collection, data
reduction, presentation, and conclusion drawing. The results showed that the
form of learning ornamental uses of grain materials was not carried out
according to the lesson plan. The learning objective is the students are able to
make decoration by utilizing seeds.The learning material utilizing seeds as a
medium for decorative work. The learning methods used are lectures,
demonstrations, and assignments. Planning and implementation activities are not
in accordance with the recommendations of scientific learning SOP. The work of
students of grade 7th H majority was getting good grades. Students' work based
on ideas/ideas mostly shows the types of decorative motifs of flora and fauna by
simplifying the style of decorative styles (stilation). Visual elements and design
principles aspects are mostly in harmony. Technical skills are mostly neat.
Suggestions recommended for teachers, it is necessary to pay close attention to
making lesson plans, both in terms of writing and compilation. In the
implementation of practical work, students are expected to be able to finish in
class, so the teacher can monitor the process of the work to completion while
evaluating. For schools, needs to do monitoring the performance of teachers to
increase quality in teaching.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
PERNYATAAN .............................................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv
PRAKATA ...................................................................................................... v
SARI ................................................................................................................ vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
BAB 2 LANDASAN TEORETIS .................................................................. 6
2.1 Penelitian yang Relevan ..................................................................... 6
2.2 Landasan Teoretis .............................................................................. 12
2.2.1 Bentuk Pembelajaran ......................................................................... 12
x
2.2.1.1 Pembelajaran Seni Rupa .................................................................... 21
2.2.2 Ragam Hias dalam Pembelajaran ...................................................... 27
2.2.2.1 Pengertian dan Fungsi Ragam Hias ................................................... 27
2.2.2.2 Bentuk Motif/ Corak Ragam Hias ..................................................... 29
2.2.3 Media Berkarya Seni rupa ................................................................. 34
2.2.4 Hasil Karya Ragam Hias dalam Konteks Pembelajaran Seni
Rupa ................................................................................................... 35
2.2.4.1 Gagasan/ Ide....................................................................................... 36
2.2.4.2 Kualitas Visual ................................................................................... 39
2.2.4.3 Keterampilan Teknis .......................................................................... 44
2.3 Kerangka Berfikir .............................................................................. 45
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 47
3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................ 47
3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian ........................................................... 48
3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................................ 48
3.2.2 Sasaran Penelitian .............................................................................. 48
3.3 Data dan Sumber Data ....................................................................... 49
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 49
3.4.1 Observasi............................................................................................ 50
3.4.2 Wawancara ......................................................................................... 51
3.4.3 Dokumentasi ...................................................................................... 52
3.5 Teknik Analisis Data.......................................................................... 53
xi
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 58
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 58
4.1.1 Kondisi Fisik dan Lokasi SMP Negeri 17 Semarang ........................ 58
4.1.2 Sarana dan Prasarana Penunjang Pembelajaran SMP Negeri 17
Semarang............................................................................................ 63
4.1.2.1 Fasilitas Sekolah ................................................................................ 63
4.1.2.2 Keadaan Lingkungan Sekolah ........................................................... 68
4.1.2.3 Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan SMP Negeri 17
Semarang............................................................................................ 70
4.1.2.4 Keadaan Siswa SMP Negeri 17 Semarang ........................................ 74
4.1.2.5 Kegiatan Kurikuler............................................................................. 75
4.2 Bentuk Pembelajaran Ragam Hias pada Bahan Biji-Bijian di
SMP Negeri 17 Semarang .................................................................. 78
4.2.1 Perencanaan ....................................................................................... 81
4.2.2 Pelaksanaan ........................................................................................ 86
4.2.2.1 Kegiatan Pendahuluan ....................................................................... 88
4.2.2.2 Kegiatan Inti....................................................................................... 90
4.2.2.3 Kegiatan Penutup ............................................................................... 102
4.2.3 Evaluasi .............................................................................................. 104
4.3 Hasil Karya Pemanfaatan Biji-Bijian dalam Pembelajaran
Ragam Hias di SMP Negeri 17 Semarang ......................................... 109
4.3.1 Ide/ Gagasan....................................................................................... 110
4.3.2 Kualitas Visual ................................................................................... 117
xii
4.3.3 Keterampilan Teknis .......................................................................... 153
BAB 5 PENUTUP ........................................................................................... 156
5.1 Simpulan ............................................................................................ 156
5.2 Saran .................................................................................................. 158
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 160
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Gradasi Sikap, Pengetahuan, Dan Keterampilan ........................ 17
Tabel 2.2 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Seni ........................................ 23
Tabel 4.1 Fasilitas SMP Negeri 17 Semarang ............................................ 63
Tabel 4.2 Rekapitulasi Ketenagaan SMP Negeri 17 Semarang .................. 71
Tabel 4.3 Rekapitulasi Siswa SMP Negeri 17 Semarang ........................... 74
Tabel 4.4 Jadwal Ekstrakurikuler SMP Negeri 17 Semarang ..................... 76
Tabel 4.5 Pedoman Rentangan Nilai Pemanfaatan Biji-Bijain dalam
Pembelajaran Ragam Hias .......................................................... 106
Tabel 4.6 Penilaian Karya Ragam Hias Siswa Kelas VII H ..................... 107
Tabel 4.7 Rubrik Analisis Karya Ragam Hias ............................................ 109
Tabel 4.8 Prinsip Gubahan Ragam Hias Siwa Kelas VII H SMP
Negeri 17 Semarang .................................................................... 112
Tabel 4.9 Subject Matter Karya Ragam Hias Siwa Kelas VII H di
SMP Negeri 17 Semarang ........................................................... 114
Tabel 4.10 Analisis Kualitas Visual Karya Ragam Hias
Kelas VII H ................................................................................. 118
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data ............................................... 57
Gambar 4.1 Peta Kota Semarang ................................................................. 58
Gambar 4.2 Peta Kecamatan Tembalang ..................................................... 59
Gambar 4.3 Peta Lokasi SMP Negeri 17 Semarang .................................... 59
Gambar 4.4 Gedung SMP Negeri 17 Semarang (Tampak Depan) .............. 61
Gambar 4.5 Pos Satpam ............................................................................... 61
Gambar 4.6 Perpustakaan ............................................................................. 61
Gambar 4.7 Gedung Baian Depan SMP Negeri 17 Semarang ..................... 61
Gambar 4.8 Gedung Ruang Kelas 8 dan 9 SMP Negeri 17 Semarang ........ 62
Gambar 4.9 Ruang Kepala Sekolah dan Ruang Tamu SMP Negeri 17
Semarang .................................................................................. 65
Gambar 4.10 Ruang Guru SMP Negeri 17 Semarang.................................... 65
Gambar 4.11 Ruang Tata Usaha SMP Negeri 17 Semarang .......................... 65
Gambar 4.12 Lobi Sekolah ............................................................................. 66
Gambar 4.13 Perpustakaan SMP Negeri 17 Semarang .................................. 67
Gambar 4.14 Taman dan Halaman SMP Negeri 17 Semarang ...................... 68
Gambar 4.15 Transportasi Antar Jemput Siswa SMP Negeri 17
Semarang .................................................................................. 69
Gambar 4.16 Jalan Akses Menuju ke SMP Negeri 17 Semarang .................. 69
Gambar 4.17 Halaman Depan SMP Negeri 17 Semarang ............................. 70
Gambar 4.18 Penghargaan Siswa SMP N 17 Semarang ................................ 78
xv
Gambar 4.19 Gudang Karya Seni Siswa ........................................................ 78
Gambar 4.20 Wawancara dengan Bapak Karyanto ........................................ 79
Gambar 4.21 Guru Memperlihatkan Contoh Karya Siswa ............................ 85
Gambar 4.22 Contoh Karya Penerapan Ragam Hias Siswa ........................... 85
Gambar 4.23 Pengkondisian Guru di Kelas ................................................... 88
Gambar 4.24 Siswa Mengambil Tugas yang diberikan Guru ........................ 90
Gambar 4.25 Foto Wawancara kedua dengan Bapak Karyanto ..................... 91
Gambar 4.26 Suasana Pembagian Contoh dan Media Berkarya .................... 94
Gambar 4.27 Siswa Mengamati Contoh Karya .............................................. 94
Gambar 4.28 Suasana Siswa Bertanya ........................................................... 96
Gambar 4.29 Guru Mendemonstrasikan Berkarya Seni Ragam Hias ............ 97
Gambar 4.30 Media Berkarya Ragam Hias .................................................... 98
Gambar 4.31 Suasana Siswa dalam Membuat Sket dan Wawancara
dengan Siswa ............................................................................ 99
Gambar 4.32 Suasana Siswa Berkarya dan Guru membingbing Berkarya
Siswa......................................................................................... 99
Gambar 4.33 Siswa Membereskan Biji-Bijian yang Tercecer ....................... 101
Gambar 4.34 Guru dengan Siswa Berdoa Mengakhiri Pembelajaran ............ 102
Gambar 4.35 Siswa Keluar Kelas dengan Menyalami Guru .......................... 103
Gambar 4.36 Guru Menjelaskan Penilaian yang dilakukan ........................... 104
Gambar 4.37 Contoh Karya Ragam Hias dari Guru ........................................ 110
Gambar 4.38 Karya Sangat Baik Berdasarkan Ide/ gagasan .......................... 116
Gambar 4.39 Karya Baik dari Ide/ Gagasan................................................... 116
xvi
Gambar 4.40 Karya Cukup Baik dari Ide/ Gagasan ....................................... 117
Gambar 4.41 Karya Delima Rizky Puspita .................................................... 118
Gambar 4.42 Karya Destyakumala Dewi ....................................................... 119
Gambar 4.43 Karya Indah Flora ..................................................................... 121
Gambar 4.44 Karya Lintang Kanaya Taramitha ............................................ 122
Gambar 4.45 Karya Marshanda Fitri Riyani .................................................. 123
Gambar 4.46 Karya Neza Alfia Zafanya ........................................................ 124
Gambar 4.47 Karya Salsa Olivia .................................................................... 125
Gambar 4.48 Karya Titania Putri Melati ........................................................ 126
Gambar 4.49 Albar Maydio Rizky ................................................................. 127
Gambar 4.50 Karya Alfi Syahrin Rendrajaya ................................................ 128
Gambar 4.51 Karya Anindya Fauhan Nisa .................................................... 129
Gambar 4.52 Karya Arindi Kartika Putria Lestari ......................................... 130
Gambar 4.53 Karya Az Zahra Ismay Paliwoda .............................................. 132
Gambar 4.54 Karya Danny Kurniawan .......................................................... 133
Gambar 4.55 Karya Devi Eka Putri................................................................ 134
Gambar 4.56 Karya Fanny Artika Ramadhani ............................................... 135
Gambar 4.57 Karya Gerald Bagus Prayoga ................................................... 136
Gambar 4.58 Karya Lucky Adam .................................................................. 137
Gambar 4.59 Karya Marsha Provita Nadira Husna ........................................ 138
Gambar 4.60 Karya Melia Raya Mutianingnur .............................................. 139
Gambar 4.61 Karya Mutiara Oktavia Putri .................................................... 140
Gambar 4.62 Karya Nasywanida Putri Handiantoro ...................................... 141
xvii
Gambar 4.63 Karya Cukup Rama Fadhil Musyaffa ....................................... 143
Gambar 4.64 Karya Rama Fadhil Musyaffa .................................................. 144
Gambar 4.65 Karya Santi Lestioningrum....................................................... 145
Gambar 4.66 Karya Sevi Anita Sari ............................................................... 146
Gambar 4.67 Karya Shabrina Ulima Rafidah ................................................ 147
Gambar 4.68 Karya Tita Ayu Candani ........................................................... 148
Gambar 4.69 Karya Albar Maydio Rizky ...................................................... 149
Gambar 4.70 Karya Dina Desti Rahma .......................................................... 150
Gambar 4.71 Karya Hanan Azmi Musa ......................................................... 151
Gambar 4.72 Karya Pandjie Akbar Nur Rahman ........................................... 152
Gambar 4.73 Karya Sangat Baik Berdasarkan Keterampilan Teknis ............ 154
Gambar 4.74 Karya Terbaik Berdasarkan Keterampilan Teknis ..................... 155
Gambar 4.75 Karya Cukup Baik Berdasarkan Keterampilan Teknis ............ 155
xviii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Tingkat Pendidikan Guru Dan Statusnya di SMP Negeri 17
Semarang .................................................................................... 73
Diagaram 4.2 Tingkat Pendidikan Guru dan statusnya di SMP
Negeri 17 Semarang ................................................................... 73
Diagram 4.3 Hasil Evaluasi Karya Ragam Hias Siswa Kelas VII H ............... 109
xix
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Dosen Pembimbing .......................................... 165
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian...................................................................... 166
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................. 167
Lampiran 4 RPP ............................................................................................... 168
Lampiran 5 Matriks Pengumpulan Data Penelitian ......................................... 177
Lamiran 6 Pedoman Observasi ........................................................................ 182
Lampiran 7 Pedoman Wawancara ................................................................... 186
Lampiran 8 Pedoman Dokumentasi ................................................................. 190
Lampiran 9 Hasil Wawancara .......................................................................... 191
Lampiran 10 Hasil Observasi ........................................................................... 204
Lampiran 11 Hasil Dokumentasi ..................................................................... 210
Lampiran 12 Foto Saat Penelitian .................................................................... 223
Lampiran 13 Biodata Penulis ........................................................................... 224
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia kaya dengan keindahan keanekaragaman hayati. Setiap daerah
memiliki beragam flora dan fauna yang diabadikan pada bentuk-bentuk ragam
hias. Ragam hias memiliki fungsi memperindah suatu benda. Baidlowi &
Daniyanto (dalam Nuralia, 2017: 45) menyatakan bahwa ragam hias pada
dasarnya merupakan penghias yang dipadukan, sebagai media mempercantik atau
mengagungkan suatu karya. Hal ini menunjukkan bahwa ragam hias perlu
memikirkan upaya pelestariannya.
Bentuk motif ragam hias flora, fauna, geometris, dan figuratif dapat
dijumpai pada setiap karya seni. Ragam hias tidak hanya dimanfaatkan untuk
menghias suatu benda/produk fungsional tapi juga sebagai elemen penting dalam
karya seni (lukisan, patung, grafis), sedangkan teknik visualisasinya tidak hanya
digambar seperti yang dikenal selama ini, tapi juga dipahat, dan dicetak (Parta, S.
dan Sudana, 2009). Dengan demikian penciptaan karya seni ragam hias tidak
hanya pendukung keindahan suatu benda, namun juga untuk mengasah
keterampilan dan ide/ gagasan dalam berkarya seni.
Penggunaan media alternatif dalam berkarya, diharapkan dapat memacu
antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran seni di kelas. Siswa akan dapat
terlatih keterampilannya untuk mengungkapkan gagasan dengan pemilihan media
berkarya yang berbeda. Dalam hal ini guru haruslah pandai dalam memilih media
2
berkarya apa yang sesuai dan cocok digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran
yang telah ditetapkan.
Siswa kesulitan menyiapkan media karena biaya dan sulit untuk
ditemukan. Berdasarkan informasi dari guru seni budaya SMP Negeri 17
Semarang, pemanfaatan bahan limbah dan alam di sekitar juga sudah biasa
diterapkan di sekolah. Hal ini untuk mengantisipasi persiapan siswa dalam
pembelajaran seni budaya. Oleh karena itu, bahan biji-bijian dapat dipilih karena
bentuk, ukuran, dan warna biji-bijian yang variatif, sehingga dapat membuat
siswa tertarik dalam mengkreasikan motif ragam hias. Selain itu biji-bijian berasal
dari bahan alam, sehingga sesuai dengan kurikulum seni budaya SMP/ MTs 2013
kelas VII yaitu pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) 3.4
memahami prosedur penerapan ragam hias pada bahan alam & 4.4 membuat
karya dengan berbagai motif ragam hias pada bahan alam.
Pembelajaran penerapan ragam hias pada kelas 7 SMP lebih mengarah
yang mainstream, meliputi menggambar, melukis, patung, membatik, sehingga
karya seni dengan teknik menempel jarang dikembangkan. Hal tersebut karena
pembelajaran seni rupa tidak hanya berfungsi sebagai alat pendidikan dalam
mengembangkan potensi siswa secara optimal, melainkan juga sebagai sarana
untuk melatih anak agar mampu menguasai proses dan teknik berkarya seni.
Melalui teknik menempel sebagai pemanfaaan biji-bijian pada karya ragam hias
diharapkan dapat membantu perkembangan keterampilan siswa dalam berkarya
seni. Selain itu, teknik menempel membantu mengolah biji-bijian sebagai bahan
karya seni karena bentuk visual biji-bijian yang mudah terjatuh.
3
SMP Negeri 17 Semarang mencoba menerapkan ragam hias dengan
memanfaatkan biji-bijian seperti biji kacang hijau, kedelai, mutiara, ketan hitam,
jagung, dan beras karena memiliki bentuk dan variasi warna yang berbeda. Hal ini
bertujuan agar siswa lebih antusias dan kreatif dalam berkarya seni. Penerapan
ragam hias pada bahan alam bertujuan untuk membuat motif ragam hias yang
digubah oleh siswa sendiri dengan memanfaatkan bahan yang ada di lingkungan
sekitar. Dalam menerapkan motif ragam hias pada bahan biji-bijian, siswa dapat
menggunakan objek bebas seperti flora, fauna, geometris maupun figuratif.
Dengan demikian, siswa dapat terlatih ketekunan dan kreativitasnya dengan
teknik menempel membentuk motif ragam hias yang dibuat siswa sendiri.
SMP N 17 Semarang merupakan salah satu sekolah yang memiliki
prestasi tingkat internasional pada bidang seni. Selain itu, SMP Negeri 17
Semarang juga memiliki sarana prasarana yang memadai. Tenaga pendidik yang
kompeten dibidangnya membuat SMP Negeri 17 Semarang menjadi salah satu
sekolah yang diperhitungkan kualitasnya. Pemilihan Kelas VII H karena sebagai
salah satu kelas rata-rata lebih kreatif, inovatif atau ada kemauan untuk
menyelesaikan tugas dengan baik, serta sesuai jadwal yang dipilih oleh guru seni
budaya SMP Negeri 17 Semarang.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mendeskripsikan
bentuk pembelajaran ragam hias menggunakan bahan biji-bijian siswa kelas VII H
SMP Negeri 17 Semarang. Selain itu, peneliti juga ingin menganalisis hasil karya
pemanfaatan biji-bijian dalam pembelajaran penerapan ragam hias bagi siswa
kelas VII H SMP Negeri 17 Semarang. Untuk itu penelitian ini diberi judul
4
“Pemanfaatan Biji-bijian dalam Pembelajaran Ragam Hias bagi Siswa Kelas VII
H SMP Negeri 17 Semarang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana bentuk pembelajaran ragam hias menggunakan bahan biji-bijian
bagi siswa kelas VII H SMP N 17 Semarang?
2. Bagaimana hasil karya pemanfaatan biji-bijian dalam pembelajaran
penerapan ragam hias bagi siswa kelas VII H SMP N 17 Semarang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan tujuan
penelitian sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan bentuk pembelajaran ragam hias menggunakan bahan biji-
bijian bagi siswa kelas VII H SMP N 17 Semarang.
2. Menganalisis hasil karya pemanfaatan biji-bijian dalam pembelajaran
penerapan ragam hias bagi siswa kelas VII H SMP N 17 Semarang.
5
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak, baik secara teoritis maupun praktis.
1.4.1. Manfaat Teoritis
Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan tolok ukur kajian penelitian lebih lanjut, yaitu menambah ilmu atau
literatur tentang pembelajaran seni rupa, pemikiran dan teori tentang pemanfaatan
biji-bijian dalam pembelajaran ragam hias terutama di Sekolah Menengah
Pertama.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Guru hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan dan sebuah
rekomendasi dalam sistem pembelajaran seni rupa di sekolah, khususnya dalam
menemukan inovasi-inovasi baru dalam media berkarya seni rupa.
2. Bagi Sekolah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi
pihak sekolah untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran seni rupa di
sekolah.
3. Bagi pemerhati pendidikan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
yang bermanfaat. Hasil analisis penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh
lembaga pendidikan maupun pemerhati pendidikan sebagai bahan
pertimbangan untuk menentukan pembelajaran seni rupa yang kreatif.
4. Bagi siswa hasil penelitian ini dapat menumbuhkan ketertarikan dalam
megolah kreativitasnya melalui berkarya dengan memanfaatkan bahan alam.
6
BAB 2
LANDASAN TEORETIS
2.1 Penelitian yang Relevan
Berbagai penelitian mengenai ragam hias telah dilakukan dalam
pembelajaran. Penelitian mengenai pembelajaran ragam hias dilakukan dengan
berbagai macam media, pendekatan dan metode yang variatif. Penelitian yang
dirujuk sebagai referensi yang mendukung penelitian ini agar kelayakan hasil
penelitian yang dilakukan memiliki tingkat validitas yang baik. Adapun beberapa
penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan yaitu (1) Sholikin (2015); (2)
Albertian (2016); (3) Maghfiroh (2017); (4) Sari dan Mainur (2017); (5)
Andartika (2017).
Pertama, Sholikin (2015) dengan judul “Pembelajaran Menggambar
Ragam Hias pada Kelas VII A Semester Gasal di SMP Negeri 3 Pati Tahun
Pelajaran 2014/ 2015”. Sholikin memaparkan mengenai langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran menggambar ragam hias dan mendeskripsikan
visualisasi karya siswa pada materi menggambar ragam hias. Pemaparan proses
pembelajaran mulai dari kegiatan apersepsi, motivasi, penyampaian tujuan
pembelajaran, penerapan pendekatan saintifik, pemanfaatan media pembelajaran,
pelibatan siswa dalam pembelajaran, penilaian autentik, penggunaan bahasa dan
refleksi. Dalam mendeskripsikan visualisasi karya siswa dianalisis dari segi hasil
visual motif ragam hias. Sholikin menyimpulkan pembelajaran menggambar
ragam hias pada kelas VII A SMP N 3 Pati berjalan dengan baik dan sudah sesuai
7
kurikulum 2013 dan siswa telah memvisualisasikan hasil karya menggambar
ragam hias berdasarkan motif dan kreatifitasnya.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah
mendeskripsikan pembelajaran ragam hias dan visualisasi ragam hias siswa.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian peneliti adalah pada penelitian
Sholikin meneliti materi pembelajaran ragam hias siswa kelas VII semester satu
dan visualisasi karya ragam hias siswa pada kertas, sedangkan penitian peneliti
mendeskripsikan bentuk pembelajaran pada materi kelas VII semester dua
penerapan ragam hias pada bahan alam, dan media berkarya yang diteliti
menggunakan biji-bijian.
Penelitian oleh Albertian (2016) berjudul “Pemanfaatan Serbuk Kayu
sebagai Media Berkarya Ragam Hias pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2
Jepara”. Penelitian ini mendeskripsikan bentuk pemanfaatan serbuk kayu dalam
pembelajaran berkarya ragam hias dan menjelaskan hasil karya ragam hias
menggunakan media serbuk kayu. Penelitian tersebut terdiri dari pengamatan
terkendali I dan pengamatan terkendali II. Pada pengamatan terkendali I
menunjukkan kendala dalam mengelem serbuk kayu dan motif ragam hias kurang
variatif. Kemudian diperbaiki pada pengamatan terkendali II dengan mengganti
media berkarya lem. Perbaikan pembelajaran dapat lebih aktif membimbing siswa
dalam berkarya ragam hias media serbuk kayu, sehingga mengasilkan karya siswa
yang lebih kreatif dalam membuat motif ragam hias.
Pemanfaatan serbuk kayu sebagai media berkarya dalam pembelajaran
ragam hias pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Jepara terdiri dari tujuan, materi,
8
media, strategi, dan evaluasi. Berdasarkan hasil pemanfaatan serbuk kayu sebagai
media berkarya ragam hias pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Jepara, diperoleh
klasifikasi motif karya pada pengamatan terkendali I dan pengamatan terkendali
II. Berdasarkan hasil analisis pada karya siswa, terdapat empat motif yang
ditampilkan. Motif tersebut antara lain motif trubusan, ceplok bunga, sulur, dan
bunga. Kreasi motif yang ditampilkan dikembangkan sesuai ide dan gagasan dari
masing-masing siswa. Media berkarya serbuk kayu juga dikombinasikan dengan
berbagai media lain seperti pastel, cat warna, pensil warna, dan spidol warna.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah menggunakan
motif ragam hias dalam berkarya seni dan menggunakan teknik penerapan yang
sama yaitu dengan cara mengelem. Namun pada penelitian Fahmi menggunakan
metode pengamatan terkendali, media berkarya yang digunakan adalah serbuk
kayu. Pada penelitian peniliti, mendeskripsikan bentuk pembelajaran penerapan
ragam hias yang dilakukan oleh guru dan menganalisis hasil karya siswa. Media
berkarya yang digunakan peneliti juga berbeda yaitu menggunakan biji-bijian
sedangkan penelitian Fahmi menggunakan bahan serbuk kayu.
Penelitian ketiga oleh Maghfiroh (2017) dengan judul “Pemanfaatan
Botol Kaca Bekas sebagai Media Berkarya dalam Pembelajaran Ragam Hias bagi
Siswa Kelas VII SMP N 1 Boja”. Penelitian ini menjelaskan tentang bentuk
pembelajaran ragam hias dengan memanfaatkan botol kaca bekas sebagai media
berkarya dan hasil karya ragam hias dengan media botol kaca bekas. Laelatul
mendeskripsikan pembelajaran ragam hias melalui lima pertemuan yang
menghasilkan dua karya yaitu karya rancangan dan hasil karya. Penelitian tersebut
9
mengklasifikasikan hasil karya rancangan dari 32 siswa dengan kategori baik
sejumlah 23 karya, kategori sangat baik sejumlah 9 karya. Hasil karya dengan
media botol kaca bekas menunjukkan kategori baik sejumlah 16 karya dan
kategori sangat baik 16 karya. Dari segi nilai Laelatul menganalisis dan melihat
bahwa siswa sudah mampu mengaplikasikan karya rancangan ragam hias ke
dalam media tiga dimensi yaitu botol kaca bekas.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah
mendeskripsikan bentuk pembelajaran ragam hias dan hasil karya motif ragam
hias siswa dengan metode kualitatif deskriptif, sedangkan perbedaanya adalah
Kompetensi Dasar (KD) dan media berkarya yang digunakan. Pada penelitian
Laelatul Kompetensi Dasar (KD) yang digunakan adalah KD 3.3 memahami
prosedur penerapan ragam hias pada bahan buatan dan 4.3 membuat karya dengan
berbagai motif ragam hias pada bahan buatan, media berkarya yang digunakan
botol kaca bekas. Pada penelitian peneliti menggunakan KD 3.4 memahami
prosedur penerapan ragam hias pada bahan alam dan 4.4 membuat karya dengan
berbagai motif ragam hias pada bahan alam serta media berkarya yang digunakan
adalah biji-bijian.
Keempat, Sari dan Mainur (2017) dengan judul “Pembelajaran Membuat
Ragam Hias Menggunakan Media Bambu dengan Metode Demonstrasi pada
Siswa Kelas VII SMP N 1 Talang Kelapa”. Penelitian ini mendeskripsikan
pembelajaran membuat ragam hias menggunakan media berkarya bambu dengan
metode demonstrasi. Penerapan metode tersebut menunjukkan dapat
memahamkan siswa terhadap prosedur ragam hias menggunakan media bambu,
10
sehingga berpengaruh dengan hasil nilai dari karya siswa yang menunjukkan
80,83 dari KKM yang ditetapkan di sekolah sebesar 75,00.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah
mendeskripsikan pembelajaran ragam hias dengan menggunakan media alam
dalam berkarya seni. Adapun perbedaanya adalah pada penelitian Sari dan Mainur
mengkaji satu masalah saja yaitu menjelaskan pembelajaran membuat ragam hias
menggunakan media bambu dengan metode demonstrasi, dan media berkarya
yang digunakan adalah bambu. Sedangkan penelitian peniliti mengkaji dua
rumusan masalah yaitu mendeskripsikan bentuk pembelajaran dan menganalisis
hasil karya penerapan ragam hias menggunakan media biji-bijian.
Penelitian kelima oleh Andartika (2017) yang berjudul “Pengembangan
Kartu Bergambar sebagai Media Pembelajaran Ornamen Nusantara bagi Kelas
VII SMP N 2 Muntilan”. Penelitian ini menjelaskan bentuk produk, langkah-
langkah, hasil kelayakan, hasil akhir produk media pembelajaran ornamen
nusantara melalui media visual kartu bergambar, dan karya ornamen siswa dalam
menghasilkan karya yang variatif. Penelitian Shwarna menggunakan tiga tahap
pengembangan. Tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan produk dan tahap
melakukan uji coba produk.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa: (1) materi dalam media
pembelajaran kartu bergambar mencakup materi ornamen yang meliputi jenis
motif, fungsi ornamen, motif flora dan fauna, bentuk-bentuk ukiran pada motif,
dan 10 motif (Motif Mataram, Motif yogyakarta, Motif Surakarta, Motif
Pajajaran, Motif Cirebon, Motif Madura, Motif Jepara, Motif Pekalongan, Motif
11
Majapahit, Motif Bali); (2) tahap pembuatan media pembelajaran kartu bergambar
melalui studi pendahuluan dan studi literatur diperoleh data, bahwa peserta didik
membutuhkan media pembelajaran sebagai bahan referensi yang dapat digunakan
secara klasikal maupun individual, kemudian melalui tahap pembuatan sketsa
motif, pewarnaan motif dan terakhir penyusun media menggunakan beberapa
software yaitu Adobe Photoshop X6 dan Corel X5; (3) hasil akhir validasi ahli
materi pada aspek pembelajaran dinyatakan sangat layak digunakan dengan
prosentase 100%, aspek isi dengan prosentase 100%, hasil validasi ahli media
pada aspek tampilan dengan prosentase 94,25%, hasil uji coba lapangan pada
aspek pembelajaran dengan skor 91,13%, aspek isi dengan skor 91,53% dan aspek
tampilan 91,13%; (4) hasil akhir produk media pembelajran kartu bergambar
dalam penelitian ini dikemas dengan box berukuran 10cm x 13,5cm.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah menggunakan
ragam hias atau ornamen, namun pada penelitian ini lebih cenderung menjelaskan
mengembangkan media visual kartu bergambar sebagai media pembelajaran
ornamen nusantara. Penelitian peniliti lebih mendeskripsikan bentuk pembelajaran
penerapan ragam hias yang dilaksanakan oleh guru dan hasil karya ragam hias
oleh siswa
Berdasarkan penelitian tersebut penelitian yang dikaji oleh peneliti
memiliki perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu
pemanfaatan biji-bijian dalam pembelajaran penerapan ragam hias bagi siswa
kelas VII SMP N 17 Semarang. Meskipun demikian terdapat beberapa persamaan
yang relevan dengan topik penelitian. Penelitian ini sama dengan penelitian di atas
12
yakni memilih ragam hias namun waktu, tempat dan subjek penelitian yang
digunakan peneliti berbeda dengan penelitian sebelumnya.
2.2 Landasan Teoretis
2.2.1 Bentuk Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bentuk berarti rupa dan wujud,
sedangkan dalam bahasa Inggris disebut form. Pengertian bentuk secara abstrak
adalah struktur atau seperangkat tata hubungan didalam kesatuan keseluruhan
(Prestisa, 2013: 4). Lebih lanjut Djelantik (2001: 17) menjelaskan bahwa wujud
mengacu pada kenyataan yang nampak secara kongkrit (dapat dipersepsi dengan
mata atau telinga) maupun kenyataan yang tidak nampak secara kongkrit (abstrak)
yang hanya bisa dibayangkan seperti suatu yang diceritakan atau dibaca dalam
buku. Sehubungan dengan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
bentuk merupakan wujud visual maupun abstrak, didalamnya terdapat struktur
atau seperangkat yang saling terkait.
Siregar dan Hartini (2010: 13) menyatakan bahwa pembelajaran adalah
usaha sadar, terarah, terencana, dan terkendali dengan tujuan yang ditetapkan
terlebih dahulu sebelum proses belajar, sehingga terjadinya belajar pada siswa.
Pembelajaran merupakan usaha untuk menciptakan situasi dan kondisi (sistem
lingkungan) yang kondusif atau mendukung dan memungkinkan berlangsungnya
proses belajar bagi murid, sehingga terjadi perubahan perilaku (pengetahuan,
sikap, dan keterampilan) (Triyanto, 2018: 10-11). Konsep pembelajaran menurut
Ismiyanto (2009: 1) pada hakikatnya berintikan interaksi antara murid dengan
13
guru dan lingkungannya yang di dalamnya mengandung kegiatan belajar dan
mengajar yang saling terkait. Dengan demikian, pembelajaran merupakan usaha
sadar guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar pada siswa,
sehingga terjadi perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan).
Berdasarkan konsep bentuk dan pembelajaran dapat dipetik pemahaman
bahwa bentuk pembelajaran merupakan seperangkat perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian pembelajaran yang dibuat oleh guru untuk melaksanakan proses
belajar pada siswa, sehingga terjadi perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, dan
keterampilan). Pembelajaran dapat dikatan sebagai subsistem dalam pendidikan,
karena didalam pembelajaran terdapat komponen-komponen dan unsur-unsur
yang saling berkaitan dan tidak dapat terpisah. Komponen-komponen tersebut
memiliki hubungan fungsional dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Pola hubungan atau keterkaitan komponen pembelajaran dapat dianalisis
sesuai kebutuhan sebelum ditetapkan tujuan, setelah penetapan tujuan dilakukan
pemilihan isi pembelajaran (konten/bahan ajar), selanjutnya pemilihan strategi
pembelajaran, dan selanjutnya perumusan alat evaluasi.
Menyimak paparan di atas, dapat dipahami bahwa seperangkat atau
struktur sebagai bentuk pembelajaran berkenaan dengan komponen pelaksanaan
pembelajaran yang saling terkait, yaitu tujuan, materi, strategi, dan evaluasi.
Komponen tujuan pembelajaran sangat penting dalam sistem
pembelajaran. Dalam kurikulum 2013, tujuan yang diharapkan dapat dicapai
adalah sejumlah kompetensi yang tergambar baik dalam kompetensi dasar
14
maupun standar kompetensi (Sanjaya, 2006: 59). Sejalan dengan pendapat Mager
(dalam Nugroho A, 2016: 123) dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah
perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi
dan tingkat kompetensi tertentu. Definisi ketiga dikemukakan oleh Percival dan
Ellington (dalam B. Uno, 2006: 35) bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu
pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa
tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tujuan
pembelajaran merupakan suatu acuan, usaha, atau target yang harus dicapai dan
dimaknai oleh guru pada proses pembelajaran sebagai kegiatan menerjemahkan
rancangan pembelajaran sehingga tercapainya pembelajaran efektif sesuai dengan
yang diharapkan. Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik,
maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan tegas. Adapun keuntungan yang dapat diperoleh
melalui tujuan pembelajaran menurut B. Uno (2006: 34) meliputi:
1) waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat;
2) pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak materi pelajaran yang
dibahas terlalu mendalam atau terlalu sedikit;
3) guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat atau
sebaiknya disajikan dalam setiap jam pelajaran;
4) guru dapat menetapkan urutan dan rangkain materi pelajaran secara tepat.
Artinya, peletakan masing-masing materi pelajaran akan memudahkan siswa
dalam mempelajari isi pelajaran;
15
5) guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar
mengajar yang paling cocok dan menarik;
6) guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan
maupun bahan dalam keperluan belajar;
7) guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar;
8) guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan
dengan hasil belajar tanpa tujuan yang jelas.
Setelah merumuskan tujuan pembelajaran, komponen materi
pembelajaran perlu dipikirkan dan dipilih sesuai dengan kompetensi dasar. Materi
ajar senantiasa mengacu pada kurikulum yang dikembangkan oleh pengembang
kurikulum. Syafii (2006: 31) menjelaskan bahwa materi pembelajaran merupakan
bentuk rinci atau terurai dari pokok-pokok materi yang ditetapkan dalam
kurikulum.
Fathurrohman dan M. Sobry (2007: 60) menyatakan bahwa materi
pembelajaran adalah sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh guru untuk
bisa dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik. Pemilihan materi pembelajaran
harus sejalan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Lebih lanjut
Triyanto (2016: 29) menjelaskan bahwa materi pembelajaran mengandung
pengetahuan (fakta, informasi, definisi, prinsip, konsep), keterampilan
(menggambar, melukis, mematung, merangkai, berkomunikasi, berpikir kritis),
dan nilai-nilai.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
materi pembelajaran adalah pesan yang disampaikan kepada peserta didik dengan
16
mempertimbangkan kandungan-kandungan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai bermakna serta disesuaikan pada kebutuhan siswa.
Setiap pembelajaran juga perlu adanya suatu strategi, karena dengan
adanya strategi yang jelas dan menarik akan membuat murid lebih nyaman dalam
mengikuti proses pembelajaran. Dengan strategi yang baik maka materi yang
disampaikan akan lebih mudah dimengerti oleh murid. Strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan (rangkain kegiatan) termasuk penggunaan metode
dan pemanfaatan berbagai sumber daya/ kekuatan dalam pembelajaran untuk
mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2006: 126). Senada dengan pendapat di atas,
Triyanto (2016: 31) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-
cara penyajian bahan ajar termasuk urutan, integrasi kegiatan belajar, dan aturan-
aturannya sebagai upaya pencapain tujuan.
Sementara itu JR. David (dalam Ismiyanto, 2017: 5) mendefinisikan
strategi pembelajaran sebagai a plan, method, or series of activities designed to
achieves a particular educational goal. Demikian juga Djamarah dan Aswan Zain
(dalam Triyanto, 2012: 2) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah
pola-pola umum kegiatan guru-murid yang merupakan perwujudan kegiatan
belajar-mengajar, sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Pola-pola umum
yang dimaksud adalah kegiatan guru-murid dalam pembelajaran yang beragam
dan kompleks. Hal ini menunjukkan bahwa guru sebagai perencana pembelajaran
perlu menentukan strategi pembelajaran sebelum menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) guna tercapai tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya.
17
Pendekatan ilmiahh (scientific approach) merupakan konsep strategi
pembelajaran yang diinisiasi pada kurikulum 2013. Peraturan menteri pendidikan
dan kebudayaan nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar
dan menengah menjelaskan, untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific)
perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/
inquiry learning). Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran
pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah
kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang
berbeda. Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.
Tabel 2.1 Gradasi Sikap, Pengetahuan, Dan Keterampilan
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Mengkomunikasikan
Sumber: PERMENDIKBUD No.22 Th. 2016
Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa strategi pembelajaran
merupakan bentuk pegorganisasian pembelajaran yang direncanakan guru dengan
mengenal karakteristik siswa kemudian mempertimbangkan dan melalui
pendekatan-pendekatan tertentu untuk menciptakan proses pembelajaran yang
kondusif, efektif serta efisien, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga
evaluasi pembelajaran.
Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari tercapainnya tujuan
pembelajaran. Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran,
perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian/ evaluasi. Evaluasi merupakan
18
komponen terakhir dalam sistem proses pembelajaran yang bukan saja berfungsi
untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga
berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjannya dalam pengelolaan
pembelajaran (Sanjaya, 2016: 61). Berdasarkan Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
Pasal 5 (1) evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Sejalan dengan pendapat Triyanto (2016: 33) evaluasi pembelajaran memiliki
kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan peserta didik,
memperbaiki program belajar dan/ atau proses belajar-mengajar, mengukur
ketercapain tujuan pendidikan sebagai bahan revisi program, dan harus dilakukan
secara komprehensif, bukan hanya menilai hasil belajar, namun juga meliputi
analisis terhadap kesesuian antar komponen kurikulum.
Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bahwa dengan kegiatan evaluasi,
guru akan tahu seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dicapai, menemukan
kendala apa yang di alami peserta didik, serta menemukan solusi perbaikan.
Dengan demikian, melalui evaluasi kita dapat melihat kekurangan dalam
pemanfaatan berbagai komponen pembelajaran.
Selain tujuan, materi, strategi dan evaluasi, dalam pembelajaran pun
harus diperhatikan guru dan siswa sebagai subjek pembelajaran dan
lingkungannya. Dalam pembelajaran pada suatu lembaga pendidikan formal
maupun non formal terdapat guru untuk mengarahkan peserta didik agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Djamarah (dalam Fathurrohman
dan M. Sobry Sutikno, 2009: 43) menjelaskan pengertian guru adalah tenaga
19
pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di
sekolah. Selain memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga menanamkan
nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar memiliki kepribadian paripurna.
Sebagai guru profesional, guru dituntut beberapa hal yang
mempengaruhi kualitas pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, Husamah dan
Yanur .S (2013: 40) memaparkan bahwa guru dituntut terampil mengemas
pembelajaran dan terampil dalam mengajar; guru memiliki pendekatan
pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran; guru dituntut menguasai dan
memahami materi yang diajarkan agar dengan cara demikian para siswa akan
benar-benar memahami apa yang akan diajarkan.
Perubahan prilaku pada siswa dalam konteks pembelajaran jelas
merupakan produk dan usaha guru melalui kegiatan pembelajaran. Adapun dalam
pembelajaran tedapat beberapa tahapan kegiatan yaitu perancangan, pelaksanaan,
dan evaluasi. Sehubungan dengan hal tersebut, Sutikno (2007: 10) menjelaskan
usaha guru melalui kegiatan mengajar untuk menolong dan membimbing anak
didik memperoleh perubahan dan pengembangan skill (keterampilan), attitude
(sikap), appreciation (penghargaan), dan knowladge (pengetahuan).
Adapun seorang guru juga harus memiliki beberapa kompetensi dasar
agar dapat menciptkan lingkungan belajar yang baik bagi peserta didik. Syah
(dalam Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, 2009: 45) menyebutkan beberapa
kompetensi dasar guru dalam upaya peningkatan keberhasilan pembelajaran,
yaitu:
20
a) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan bahan
pendalaman/ aplikasi bidang studi.
b) Mengelola program belajar mengajar.
c) Mengelola kelas.
d) Menggunakan media atau sumber belajar.
e) Menguasai landasan-landasan kependidikan.
f) Mengelola interaksi belajar mengajar.
g) Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran.
h) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna
keperluan pengajaran.
Beberapa kompetensi dan konsep guru di atas, diketahui bahwa betapa
pentingnya peran seorang guru dalam menentukkan keberhasilan pembelajaran.
Dengan kompetensi-kompetensi yang dimiliki dan dikuasai guru, dapat
menciptakan lingkungan belajar yang baik bagi peserta didik, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
Siswa disebut juga dengan peserta didik merupakan orang yang sedang
belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan
kepribadian. Siswa sendiri memiliki kedudukan yang penting dalam
pembelajaran. Triyanto (2016: 26) menjelaskan siswa merupakan salah satu
determinan keberlangsungan dan bahkan keberhasilan pembelajaran.
21
Fathurorohman dan M. Sobry (2009: 60) menjelaskan peserta didik
sebagai subjek belajar yang memiliki karakteristik berbeda-beda, baik minat,
bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga dan harapan
terhadap masa depannya. Sejalan dengan pendapat di atas, Sanjaya (2006: 54)
menjaskan bahwa siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai
dengan tahap perkembangannya. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh
perkembangan siswa yang setiap siswa memiliki perkembangan yang berbeda-
beda, di samping karakteristik lain yang melekat pada diri siswa, meliputi pada
aspek latar belakang siswa, kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap.
2.2.1.1 Pembelajaran Seni Rupa
Dalam konteks pembelajaran seni rupa, berisikan teori dan praktikum.
Salam (dalam Rofian, 2017: 176) menjelaskan pembelajaran teori, apresiasi, dan
keterampilan seni rupa merupakan dasar dari pembelajaran pada pendidikan seni
rupa. Pembelajaran teori seni rupa berfokus pada aspek (pengetahuan)
kesenirupan, sedangkan keterampilan berfokus pada praktik yang berguna untuk
melatih keterampilan dan secara tidak langsung siswa akan menghasilkan produk
karya seni.
Lebih lanjut lagi, Syafii (dalam Triyanto, 2016: 13-14) menjelaskan
bahwa karakteristik pembelajaran seni rupa dapat juga diketemukan dalam
pembelajaran non seni rupa meliputi belajar budaya visual, belajar kreatif, dan
belajar produktif. Belajar budaya visual sendiri diwujudkan melalui kegiatan
belajar kreatif dan apresiatif atau bahkan sebagai motivator, penyelenggaraan
belajar kreatif-apresiatif. Pembelajaran seni rupa adalah belajar kreatif, hal ini
22
dalam berkarya peserta didik dihadapkan pada permasalahan yang harus
dipecahkan misalnya dalam mengeksplorasi gagasan membuat motif ragam hias,
pemilihan media berkarya dan sebagainnya. Belajar kreatif tersebut dapat
memberikan pengalaman belajar produktif yaitu sebagai bekal persiapan anak
didik menuju lapangan keja sesungguhnya.
Pendidikan seni rupa di SMP memiliki beberapa pengalaman yang dapat
didapatkan siswa. Pengalaman-pengalaman tersebut adalah pengalaman
pengetahuan kesenirupaan dan pengalaman kesenirupaan. Dalam hal ini,
Sudarmaji (dalam Ismiyanto, 2009: 2) memaparkan pengalaman kreatif yang
dapat dilatih melalui pembelajaran seni rupa seperti halnya proses berekspresi
dengan media garis, bidang dan warna, misalnya menggambar, melukis,
mematung, membatik dan seterusnya.
Berdasarkan konsep di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran seni
yaitu menggunakan seni sebagai media pendidikan, diharapkan mampu meng-
akomodasikan kebutuhan peserta didik untuk melakukan kegiatan kreatif sesuai
dengan kemampuannya masing-masing. Dalam hal ini pembelajaran seni rupa
merupakan pembelajaran yang memanfaatkan seni rupa sebagai aktivitas
pembelajaran terkait tujuan, materi, strategi, dan evaluasi.
Ismiyanto (2017: 11) menjelaskan bahwa dalam perspektif pembelajaran
seni, fungsi dan tujuan pembelajaran seni pada hakikatnya terkait erat dengan
konsep dan pendekatan pendidikan seni. Fungsi pendidikan seni meliputi sebagai
media ekspresi, komunikasi, pengembangan kreativitas, pengembangan
sensitivitas, pengembangan hobi dan bakat, dan rekreasi. Pemenuhan fungsi-
23
fungsi tersebut dapat diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran yang mencakupi
kegiatan-kegiatan apresiasi dan berkarya seni (kreatif) serta pengkajian
pengetahuan seni. Lebih lanjut, Ismiyanto (2017: 11) menyatakan bahwa tujuan-
tujuan pendidikan seni yaitu mengembangkan kreativitas dan sensitivitas,
meningkatkan kapasitas dan meningkatkan kualitas pengetahuan keseniaan, dan
meningkatkan keterampilan peserta didik.
Tabel 2.2 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Seni Kegiatan Belajar Fungsi Tujuan
Pengkajian Seni Media pengembangan
sensitivitas
Media peningkatan
pengetahuan seni
Media pelestarian nilai
budaya
Meningkatkan kapasitas dan
kualitas pengetahuan kesenian
Apresiasi Seni Media pengembangan
sensitivitas
Media pengembangan
kreativitas
Media komunikasi
estetis
Media rekreasi estetis
Mengembangkan sensitivitas.
Mengembangkan kreativitas
Meningkatkan kapasitas dan
kualitas pengetahuan kesenian
Berkarya Seni/ Kreasi Media pengembangan
kreativitas
Media pengembangan
sensitivitas
Media komunikasi &
berekspresi
Media pengembangan
hobi & bakat
Media rekreasi estetis
Media pewarisan &
pelestarian budaya
Mengembangkan kreativitas.
Mengembangkan sensitivitas.
Meningkatkan keterampilan.
Sumber: Ismiyanto (2017: 11)
Materi pembelajaran seni rupa meliputi materi pengetahuan kesenirupaan
dan keterampilan. Materi keterampilan pada seni rupa dapat berupa menggambar,
melukis, mematung, dan sebagainnya sesuai dengan kompetensi dasar jenjang
pendidikan. Perumusan materi ajar berdasarkan kompetensi-kompetensi tertentu
yaitu metode pembelajaran, bentuk kegiatan belajar, alat evaluasi hasil belajar,
24
dan sumber belajar serta media pembelajarannya (Ismiyanto. 2015: 30). Dengan
demikian bahwa materi pembelajaran seni rupa adalah bahan ajar yang harus
dipersiapkan dan dikuasai guru berdasarkan kompetensi-kompetensi tertentu yang
di dalamnya mengandung pengetahuan kesenirupaan, keterampilan, dan nilai-nilai
sesuai dengan kompetensi dasar jenjang pendidikan.
Pada saat dilakukan penelitian di lokasi penelitian ini, sekolah tersebut
menggunakan scientific approach sebagai strategi pembelajaran seni. Pada
konteks pendekatan pembelajaran pada kurikulum 2013, pendekatan ilmiah
(scientific approach) merupakan konsep strategi pembelajaran dengan harapan
para guru mampu mengembangkan kompetensi-kompetensi kreatif dan inovatif
serta sensibilitas, etos kerja keras, keingintahuan, dan sebagainya (Ismiyanto,
2017: 1). Terdapat 5M dalam Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam
pembelajaran yaitu mengamati, menanya, menalar (mengasosiasi), mencoba, dan
menyajikan. Dalam aspek keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta (KEMDIKBUD No. 22 tahun
2016). Hasil pembelajaran dengan pendekatan tersebut melahirkan peserta didik
yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
Ismiyanto (2017: 15) menjelaskan pembelajaran scientific approach
dimungkinkan penerapannya dalam pembelajaran seni rupa di sekolah, karena
ketika peserta didik berkarya seni hakikatnya adalah mengonstruksi pengetahuan
yang diwujudnyatakan dalam karya seni rupa berdasarkan pengalaman masing-
masing. Kaitanya dengan hal tersebut, Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain
25
(dalam Ismiyanto, 2017: 15) menyatakan bahwa ketika anak berkarya seni rupa,
anak melibatkan bagaimana ia berpikir, bagaimana ia merasakan, dan bagaimana
ia melihat lingkungan sekitarnya.
Selain itu, terdapat dua pendekatan dalam pendidikan seni rupa, yaitu
pendidikan dalam seni ( Art in Education) dan pendidikan melalui seni (Education
Through Art). Triyanto (2016: 9-10) mengemukakan pada pelaksanaan konsep
pendidikan dalam seni, peserta didik diharapkan memiliki keterampilan berkarya
seni rupa, sedangkan konsep pendidikan melalui seni lebih mengorientasikan
pengalaman seni untuk mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan konsep yang dikemukakan Triyanto di atas, dan ditinjau dari
peran pembelajaran sebagai upaya untuk memberikan pengalaman belajar kepada
siswa, maka konsep yang lebih tepat diterapkan pada pelaksanaan pendidikan di
sekolah umum adalah konsep pendidikan melalui seni. Dalam hal ini, pelaksanaan
konsep pendidikan melalui seni dapat diterapkan pada seluruh siswa sekolah
umum termasuk juga Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Dengan demikian strategi pembelajaran seni dapat dimaknai sebagai
pendekatan-pendekatan seni yang direncanakan guru dalam rangka pencapaian
tujuan pembelajaran seni atau sebagai pola dasar kegiatan guru-peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran seni. Melalui pendekatan scientific approach dalam
pembelajaran seni rupa, peserta didik dapat melibatkan pengetahuan, ketrampilan,
dan lingkungannya dalam berkarya seni rupa.
Konteks evaluasi pembelajaran seni rupa, Syafii (2017: 14)
mengemukakan terdapat kompetensi yang terkait dengan sasaran pembelajaran,
26
yaitu kompetensi afektif, kreatif, dan ekspresi. Aspek apresiatif dapat dipahami
sebagai kognitif atau pengetahuan siswa. Kompetensi kreatif lebih pada domain
psikomotor. Kemudian pada aspek ekspresi yaitu yang dimaksud adalah dalam
berkarya seni senantiasa melibatkan aspek proses, dengan demikian evaluasi
pembelajaran seni rupa seyogyanya juga mempertimbangkan aspek proses di
samping hasil.
Fathurrohman dan M. Sobry (2007: 7) menggolongkan teknik evaluasi
menjadi dua macam yakni tekni tes dan teknik non-tes. Demikian Syafii (2017:
24), menggolongkan evaluasi pembelajaran seni budaya menjadi teknik tes dan
teknik non-tes, sedangkan pada teknis tes lebih objektif karena siswa harus
melakukan kegiatan yang dapat menunjukkan kompentensinya, pada teknik non-
tes siswa tidak melakukan aktivitas dan yang penting guru memperoleh informasi
terkait dengan keadaan siswa melalui teknik tertentu. Berdasarkan substansi yang
diungkap, tes dibedakan atas tes pengetahuan, tes apresiasi, dan tes keterampilan.
Terkait penjelasan di atas, Syafii (2016: 99) menjelaskan kompetensi
yang harus dimiliki guru secara yuridis/ UU No 14 tahun 2005 Guru dan Dosen
adalah meliputi kompetensi pedagogik (kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik), kepribadian (kepribadian yang mantap berakhlak mulia),
profesional (kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam),
serta kompetensi sosial (kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta
didik dan masyarakat sekitar disamping memiliki kompetensi yang berkaitan
dengan pengetahuan kesenirupaan).
27
Berkaitan dengan pembahasan siswa di atas, Triyanto (2016: 26)
menjelaskan dalam konteks pembelajaran seni rupa karakteristik siswa dapat
dijadikan bahan masukan awal pada waktu perencanaan pembelajaran. sehingga
dapat disimpulkan bahwa siswa berpengaruh dalam menentukan proses
pembelajaran yang optimal.
2.2.2 Ragam Hias dalam Pembelajaran
2.2.2.1 Pengertian dan Fungsi Ragam Hias
Kasiyan (2015: 4) menyatakan bahwa ragam hias mempunyai istilah lain
yakni ornamen. Ornamen berasal dari bahasa latin ornare, yang berarti menghiasi
(Sunaryo, 2009: 3). Sejalan dengan B. A Soepratno (1983: 11) yang menyatakan
bahwa ornamen dimaksudkan untuk menghiasi sesuatu bidang atau benda,
sehingga benda tersebut menjadi indah seperti pada hiasan kulit buku, piagam,
kain batik, tempat bunga dan barang-barang lainnya. Lebih lanjut lagi, Setyobudi,
dkk (2007: 3) menyatakan bahwa ragam hias adalah susunan motif hias dengan
kaidah-kaidah tertentu pada suatu bidang atau ruang, sehingga menghasilkan
bentuk yang indah. Kaidah-kaidah yang dimaksud adalah prinsip gubahan dan
teknik tertentu dalam membuat dan menyusun motif ragam hias. Ragam hias
dibuat untuk meningkatkan mutu dan nilai pada suatu benda atau karya seni,
melalui proses menggambar, melukis, memahat, dan beberapa jenis berkarya seni
yang lain. Dengan demikian, ragam hias atau ornamen terdiri dari berbagai jenis
motif dan motif-motif itulah yang digunakan sebagai penghias suatu objek.
28
Sunaryo (2009: 4) mengemukakan bahwa ragam hias atau ornamen hadir
tidak semata sebagai pengisi kosong tanpa arti, namun sesungguhnya memiliki
beberapa fungsi, yakni (1) fungsi murni estetis; (2) fungsi simbolis; (3) fungsi
teknis konstruktif. Lebih lanjut (Sunaryo, 2009: 4-6) menjelaskan fungsi-fungsi
ragam hias sebagai berikut:
a. Fungsi murni estetis merupakan fungsi ragam hias untuk memperindah
penampilan bentuk produk yang dihiasi sehingga menjadi sebuah karya seni.
Sebagai contoh misalnya produk-produk keramik, batik, tenun, anyam, dan
karya seni lainnya yang banyak menekankan nilai estetisnya pada ornamen-
ornamen yang diterapkan.
b. Fungsi simbolis ornamen pada umumnya dijumpai pada produk-produk benda
upacara atau benda-benda pusaka dan bersifat keagamaan atau kepercayaan
yang memiliki nilai estetis. Contohnya pada motif kala pada gerbang candi
merupakan gambaran muka raksasa atau banaspati sebagai simbol penolak
bala.
c. Fungsi teknis kontruktif adalah fungsi pada ornamen untuk menyangga,
menopang, menghubungkan atau memperkokoh konstruksi. Misalnya tiang,
talang air, dan bumbungan atap ada kalanya didesain dalam bentuk ornamen
yang tidak saja memperinah penampilan karena fungsi hiasnya, melainkan juga
fungsi konstruktif.
Dengan demikian ragam hias diterapkan pada suatu produk yang tidak
hanya berfungsi memperindah, akan tetapi terdapat makna-makna tersendiri dari
29
senimannya. Pada umumnya setiap motif ragam hias pada zaman prasejarah yang
dibuat mempunyai perlambang/simbolik dan sekaligus pembentukan jati diri.
Dalam perkembanganya, ragam hias dapat dibuat semata-semata sebagai
suatu ekspresi untuk kepentingan tujuan estetis tanpa memikirkan fungsi
simbolis. Kuntjoro, R.A (2010: 3) menyatakan bahwa ragam hias merupakan
salah satu ekspresi keindahan manusia yang hadir untuk mempercantik dan
mendapatkan keindahan yang diinginkan. Berbagai bentuk ragam hias yang
diterapkan pada produk-produk dengan berbagai cara, yaitu digambar atau dilukis,
dibatik, ditempel dan teknik-teknik lainnya (Sunaryo, 2009: 6). Dengan demikian
terkait pembelajaran penerapan ragam hias, siswa dapat berkarya membuat ragam
hias melalui kreativitas sendiri dengan teknik-teknik tertentu tanpa dibatasi
dengan makna-makna simbolis yang ada.
2.2.2.2 Bentuk Motif/ Corak Ragam Hias
Ragam hias berkaitan dengan pola hias dan motif hias. Motif hias
merupakan pokok pikiran dan bentuk dasar dalam perwujudan ragam hias yang
meliputi segala bentuk alami ciptaan Tuhan (Setyobudi, dkk, 2007: 3). Sunaryo
(2009: 14) menjelaskan motif merupakan unsur pokok sebuah ornamen yang
perwujudan motif umumnya merupakan gubahan atas bentuk-bentuk di alam, dan
hasil khalayan semata bersifat imajinatif atau abstrak. Motif gubahan bentuk alam
misalnya motif gunung, awan, dan pohon. Motif imajinatif misalnya motif singa
bersayap dan buroq. Motif abstrak sendiri berupa garis-garis zigzag, berpilin atau
berkait, bidang persegi atau belah ketupat.
30
Ragam hias Nusantara secara sederhana berdasarkan motif hias atau pola
bentuknya menjadi dua jenis, yakni ornamen geometris dan organis. Sunaryo
(2009: 15-16) menyatakan bahwa ornamen organis memiliki motif hias yang
menceritakan objek-objek yang tedapat di alam. Berdasarkan objeknya terbagi
menjadi berbagai jenis, yakni bermotif hias manusia, binatang (fauna), tumbuh-
tumbuhan (flora). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
motif ragam hias terdiri dari bentuk flora, fauna, geometris, dan bentuk manusia
(figuratif). Sunaryo (2009) menjelaskan lebih rinci terkait dengan jenis ragam hias
yang dapat diurakan sebagai berikut:
1. Ragam hias flora adalah jenis ragam hias yang menggunakan flora (tumbuh-
tumbuhan) sebagai obyek motifnya. Motif flora bisa dibuat sesuai aslinya,
tetapi ada pula seniman yang membuat ragam hias flora sesuai dengan
imajinasinya. Tidak selamannya motif flora itu mengandung makna simbolik,
sebab sering kali gubahan-gubahan motif tumbuh-tumbuhan tidak
menggambarkan jenis tanaman atau unsur tanaman tertentu. Makna simbolik
sendiri pada motif ragam hias tumbuh-tumbuhan pada jenis tanaman tertentu
seperti pohon kalpataru atau pohon hayat.
2. Ragam hias hewan (fauna), jenis ragam hias ini mengambil bentuk fauna
(hewan) sebagai motifnya. Ragam hias fauna tidak mengambil bentuk hewan
sepenuhnya, biasanya hasil gubahan dari seniman yang menirunya.
3. Ragam hias geometris adalah ragam hias yang elemen-elemen garisnya
terukur, teratur, tidak bebas semacam bentuk-bentuk organik (wujud alamiah)
31
yang dinilai simetrikalnya sulit ditentukan dan dipolakan untuk keperluan
ragam hias yang motifnya bisa diulang-ulang (Suardi, 2000: 1).
4. Ragam hias sosok manusia (figuratif), penggambaran motif dalam bentuk
sosok manusia seutuhnya atau bentuk sebagian saja, contohnya pada ukir kayu
asmat; motif wajah atau topeng; wayang, dan karya seni lainnya.
Nugraha (1984: 51) menjelaskan pada umumnya bentuk-bentuk dasar
dari ragam hias yang kita jumpai adalah terdiri dari bentuk garis lurus, garis
lengkung dan bentuk bidang. Penjelasan lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk
dasar ragam hias yang dijelaskan Nugraha (1984: 51-58) sebagai berikut:
a Ragam hias garis lurus biasannya dapat ditemukan pada anyaman-anyaman
dengan motif geometris.
b Ragam hias garis lengkung yaitu bentuk-bentuk linkaran atau garis –garis
lengkung yang dapat dihasilkan pula dari ornamen-ornamen garis lengkung,
misal ragam hias bercorak pilin berganda.
c Ragam hias bentuk bidang adalah ragam hias yang diterapkan pada sebuah
bidang dari suatu benda, misalnya pada kain, prisai kayu, benda-benda
keramik, pada tikar (anyaman), dll. Corak ragam hias pada pengisian bidang
adalah garis lurus, garis lengkung, serta kobinas-kombinasinnya. Contoh di
bawah ini perisai wilayah citak dengan bentuk motif geometris.
Berdasarkan periode dan ciri-ciri yang ditampilkan, Parta, S. dan Sudana
(2009) memaparkan bahwa karya seni ornamen memiliki beberapa corak yaitu
ornamen primitif, klasik, tradisional, dan modern. Penjelasan mengenai corak-
corak yang dijelaskan Parta, S. dan Sudana (2009) sebagai berikut:
32
a. Ornamen primitif, yaitu karya seni ornamen yang diciptakan pada zaman purba
atau zaman primitif. Karya seni primitif memberi gambaran kesederhanaan dan
gambaran perilaku masyarakat pada zaman itu. Seni primitif bersifat universal
karena ciri-ciri umumnya adalah sama diseluruh dunia.
b. Ornamen klasik adalah hasil karya seni ornamen yang telah mencapai puncak-
puncak perkembangannya atau telah mencapai tataran estetis tertinggi,
sehingga sulit dikembangkan lebih lanjut. Motifnya mempunyai bentuk dan
pakem dan eksistensinya tanpa mengalami perubahan lagi. Contohnya ornamen
Majapahit, Pajajaran, Jepara, Bali, Surakarta, Madura, mataram dan lain-lain.
Seni klasik bersifat kedaerahan karenanya masing-masing daerah memiliki
ragam hias klasik dengan corak dan ciri-ciri tersendiri.
c. Ornamen tradisional yaitu ragam hias yang berkembang ditengah-tengah
masyarakat secara turun-temurun, dan tetap digemari dan dilestarikan sebagai
sesuatu yang dapat memberi manfaat (keindahan) bagi kehidupan, dari masa ke
masa. Misalnya motif tradisonal Majapahit, Bali, Jogyakarta, Pekalongan
beberapa daerah lainnya lebih dominan bersumber pada corak motif klasik,
sedangkan motif tradisional Irian jaya, toraja, motif suku dayak dan motif
Kalimantan corak primitifnya lebih menonjol.
d. Ornamen modern atau kontemporer yaitu karya seni ornamen yang merupakan
hasil kreasi atau ciptaan seniman yang baru dan lepas dari kaidah-kaidah
tradisi, klasik atau primitif. Ornamen ini bersifat individu. Poses dan
terciptanya seni ornamen modern merupakan hasil inovasi/kreativitas seniman
secara pribadi.
33
Berbagai motif ragam hias dapat dibuat dengan teknik pembuatan yang
berbeda-beda sesuai dengan kreativitas siswa. Adapun teknik perwujudan motif
ragam hias menurut Kasiyan (2015: 53-54) adalah sebagai berikut:
a. Teknik Realis atau naturalis merupakan pembuatan motif ragam hias yang
berusaha mendekati motif ragam hias, yaitu mengikuti bentuk-bentuk secara
alami tanpa melalui suatu gubahan, bentuk-bentuk alami yang dimaksud
berupa bentuk binatang, tumbuhan, manusia dan benda-benda alam
lainnya.tumbuhan, manusia dan benda-benda alam lainnya.
b. Stilisasi atau gubahan yaitu pembuatan motif ragam hias dengan cara
melakukan gubahan ragam hias dengan cara melakukan gubahan atau
mengubah bentuk tertentu, dengan tidak meninggalkan identitas atau ciri khas
dari bentuk yang digubah/distilisasi.
Berdasarkan pembahasan bentuk motif atau corak ragam hias di atas,
dapat disimpulkan bahwa motif ragam hias tidak semuanya memiliki makna
simbolik, namun ada kalanya motif ragam hias hanya sebagai ekspresi bebas
siswa yang berfungsi untuk mengindahkan suatu objek. Motif ragam hias pada
umunnya terdiri dari motif tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, dan geometris.
Bentuk-bentuk motif ragam hias tersebut dapat dibuat dengan cara mengubahnya.
34
2.2.3 Media Berkarya Seni rupa
Media merupakan bahan, alat dan teknik dalam berkarya seni. Sebagai
sarana berkarya, media memiliki banyak variasi dan macamnya. Setiap jenis
media memiliki karakter yang berbeda. Beberapa macam media berkarya seni
dijelaskan oleh Rondhi (2002: 25-26) sebagai berikut:
1) Alat adalah perkakas untuk mengerjakan sesuatu yaitu material untuk
membantu kelancaran berkarya. Contohnya adalah pensil sebagai alat untuk
menggambar, palet adalah alat untuk mencampur cat sebelum dilumurkan ke
atas kanvas.
2) Bahan adalah material yang dipilih oleh seniman sesuai dengan konsep yang
diinginkan untuk diolah atau diubah menjadi karya seni. Bahan berasal dari
alam (batu, kayu, tumbuh-tumbuhan) dan hasil olahan manusia (kertas, kain
kanvas, cat minyak, cat air). Disamping itu ada juga bahan konvensional dan
nonkonvesional. Bahan konvesional adalah bahan yang biasa digunakan untuk
berkarya seni misalnya cat minyak, kanvas, kertas, dan bahan lainnya.
Sebaliknya bahan nonkonvesional yaitu bahan yang tidak biasa digunakan
untuk berkarya seni misalnya melukis dengan cat tembok yang yang dicampur
pasir, membuat patung dengan gabus, melukis tubuh dengan lumpur, dan lain
sebagainnya.
3) Teknik adalah cara berkarya yang sesuai dengan sifat bahan dengan peralatan
yang digunakan. Ada dua teknik dalam berkarya seni yaitu teknik umum dan
teknik khusus. Teknik umum adalah teknik berkarya yang biasa dilakukan
35
(cara orang menarik garis, menggergaji, memahat), sedangkan teknik khusus
adalah teknik umum yang telah dikembangkan secara personal.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa guru dapat
memilih media berkarya sederhana dengan pertimbangan mudah diperoleh dan
digunakan oleh siswa. Alat berkarya yang digunakan dalam pembelajaran ragam
hias adalah pensil, gunting, dan penggaris. Sesuai dengan Kurikulum 2013 media
berkarya harus dekat dengan siswa, sehingga bahan biji-bijian dapat dijadikan
sebagai media penerapan ragam hias karena merupakan media sederhana dan
dapat mudah diperoleh di lingungan sekitarnya. Biji-bijian merupakan bahan
nonkonvesional sebagai substitusi bahan pada umumnya. Bahan pendukung
lainnya adalah lem kayu dan kertas. Lem kayu dipilih karena sifat merekatnya
lebih baik dibanding lem kertas dan kertas sebagai dasar untuk merekatkan biji-
bijian. Teknik yang digunakan adalah dengan teknik umum yaitu menempel di
atas kertas yang sebelumnya sudah di sket bentuk/ motif ragam hiasnya.
2.2.4 Hasil Karya Ragam Hias dalam Konteks Pembelajaran Seni Rupa
Informasi hasil belajar siswa salah satunya meliputi hasil karya/ produk
siswa sebagai hasil pembelajaran penerapan motif ragam hias. Pemanfaatan biji-
bijian dalam pembelajaran ragam hias dengan teknik menempel merupakan unjuk
kerja siswa dalam membuat gubahan motif ragam hias. Siswa menempelkan biji-
bijian yang dalam pelaksanaannya bebas mengekspresikan gagasannya.
Karya seni rupa dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu dari sisi bentuk dan isi
(Maruto, 2014: 4). Sisi bentuk merupakan wujud rupa atau inderawi yang dapat
36
diamati melalui unsur rupanya, seperti garis, warna, tekstur, gelap terang, dan
volume. Sementara itu, sisi isi yaitu gagasan/ ide dari berbagai gambaran perasaan
dan digambarkan dalam wujud lahiriah (subject matter). Selain itu, untuk melihat
kualitas bentuk visual, siswa mampu menerapkan unsur visual dan prinsip desain,
serta keterampilan teknis.
2.2.4.1 Gagasan/ Ide
Maruto (2014: 4) menjelaskan bahwa analisis pada karya seni rupa
didasarkan pada peranan elemen-elemen bentuknya, yang digugah melalui
substansi lain, yaitu idea dan subject matter. Ide merupakan gambaran perasaan
terhadap suatu nilai yang telah dikembangkan menjadi gambaran yang memiliki
potensi teknis untuk dituangkan ke dalam bentuk karya (Maruto, 2014: 5). Ada
tiga kemampuan yang harus dimiliki seseorang dalam berkarya seni rupa, yaitu
mengolah media ungkap sesuai alat yang digunakan sewaktu berkarya, ketepatan
dalam mewujudkan gagasan ke dalam karya seni, kecekatan atau keahlian tangan
dalam menerapkan teknik-teknik berkarya seni rupa (Probosiwi, 2017: 213).
Dengan demikian, gagasan/ ide adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam
mengekspresikan pikirannya untuk dituangkan pada karya seni yang dibuat.
Eksplorasi merupakan proses berimajinasi dengan merespon objek atau
fenomena yang menyentuh batin (Fiyanto, 2018: 39). Eksplorasi dapat dilakukan
dengan melihat atau mengamati reverensi dari guru, terjun langsung ke lokasi
untuk mendapatkan sebuah pengalaman estetik, maupun melalui internet.
Menyimak penjelasan di atas kualitas bentuk visual dapat dilihat dari
ketepatan dalam menggubah motif ragam hias. Penggubahan diambil dari bentuk
37
flora, fauna, geometris dan figuratif. Karya seni yang indah, pasti telah melalui
sebuah proses penciptaan dan penataan yang telah dipikirkan sedemikian rupa
oleh perupannya. Dalam berkarya seni diperlukan latihan yang melatih kepekaan
estetis dan keterampilan tangan. Pelatihan tersebut berupa menyusun unsur-unsur
dengan menerapkan prinsip-prinsip rupa. Aprillia (2015: 30) menyatakan bahwa
latihan penyusunan sebagai bentuk komposisi rupa dapat diterapkan pada bentuk
karya selain desain, seperti seni lukis, grafis, dan patung.
Berdasarkan penjelasan di atas, gagasan/ ide berkarya seni dapat dilihat
dari kreativitas siswa dalam membuat motif ragam hias yang sesuai dengan
konsep ragam hias itu sendiri. Dalam hal ini siswa perlu memahami konsep ragam
hias agar menghasilkan subjek matter, serta bentuk-bentuk penciptaan motif
ragam hias yang benar.
Pemanfaatan biji-bijian sabagai media berkarya ragam hias, siswa
dituntut untuk mengkreasikan ide atau gagasannya. Indikator yang digunakan
untuk menilai hasil karya siswa dalam ide atau gagasan adalah orisinalitas, yaitu
berkaitan dengan kecerdasan siswa dalam memilih dan kesesuain subject matter
meliputi bentuk flora, fauna, geometris, dan figuratif. Kreasi pemilihan subject
matter yang timbul dari gagasan-gagasan siswa itu sendiri yaitu memodofikasi
atau menggubah bentuk dengan prinsip gubahan, sehingga menghasilkan bentuk-
bentuk baru yang unik.
Prinsip gubahan ragam hias meliputi stilasi, distorsi, deformasi, dan
transformasi. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian prinsip gubahan
tersebut sebagai berikut.
38
1) Stilasi dibuat dengan cara mengubah, yaitu dengan menyederhanakan bentuk
aslinya menjadi bentuk lain yang dikehendaki (Soepratno, 1983: 1). Lebih
lanjut Dharsono (dalam Agung, 2017: 6) mengemukakan bahwa stilasi adalah
pengayakan kontur pada sebuah objek. Penggayaan ragam hias dalam hal ini
dilakukan dengan menyederhanakan bentuk objek aslinnya.
2) Susanto (dalam Abrory, 2014: 17-18) mengartikan distorsi sebagai perubahan
bentuk, penyimpangan, keadaan yang dibengkokan. Dharsono (dalam Agung,
2017: 7) menjelaskan distorsi merupakan penggambaran bentuk yang
menekankan pada penciptaan karakter. Dengan demikian penggubahan ragam
hias dengan prinsip distorsi yaitu mengubah proporsi/ melebih-lebihkan bentuk
asli objek untuk menekankan pada penciptaan karakter.
3) Transformasi yaitu penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian
karakter, dengan cara memindahkan wujud atau figur dari objek lain ke objek
yang digambar (Agung, 2017: 7). Dalam hal ini penggubahan ragam hias
dilakukan dengan memindahkan satu objek dengan objek lain menjadi satu
kesatuan.
4) Susanto (dalam Abrory, 2014 : 15) menyatakan bahwa deformasi merupakan
perubahan susunan bentuk yang dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan
seni, yang sering terkesan sangat kuat/besar, sehingga kadang-kadang tidak
lagi berwujud figur semula atau sebenarnya. Deformasi merupakan
penggambaran bentuk yang menekankan pada interpretasi karakter, dengan
cara menggambarkan objek tersebut dengan hanya sebagian yang di anggap
mewakili atau pengambilan unsur tertentu yang mewakili karakter hasil
39
interpretasi yang sifatnya sangat hakiki (Cahyani, 2014: 117). Dengan
demikian penggubahan ragam hias dalam hal ini dapat dilakukan dengan
penggambaran objek dengan mengambil sebagian unsur objek tersebut yang
dapat mewakili karakter hasil interpretasi siswa.
2.2.4.2 Kualitas Visual
Dalam Kamus Besar Indonesia (KBBI) pengertian kualitas adalah tingkat
baik buruknya sesuatu. Arti kata visual dalam KBBI yaitu sesuatu yang dapat
dilihat dengan indra penglihat (mata). Dengan demikian kualitas visual adalah
tingkat yang menunjukkan serangkaian karakteristik, melekat dan memenuhi
ukuran tertentu yang dapat dilihat dengan mata. Dalam hal ini kualitas visual
dilihat dari elemen-elemen yang melekat pada karya ragam hias, yaitu unsur-unsur
rupa dan prinsip desain.
Bentuk secara keseluruhan dalam karya seni rupa adalah organisasi dari
seluruh elemen berupa garis, bentuk (shape), gelap terang, tekstur dan warna
untuk menentukan perwujudan karya seni rupa (Maruto, 2014: 5). Ragam hias
juga tak lepas dari unsur-unsur rupa yang merupakan aspek-aspek visual. Aprillia
(2015: 3) mengemukakan bahwa unsur-unsur rupa atau visual antara lain garis,
bidang, raut, warna, gelap terang, ruang, dan tesktur. Lebih lanjut penjelasan
unsur-unsur tersebut sebagai berikut.
1) Garis sebagai unsur visual mempunyai arti batas bidang, bentuk dan warna
yang dimaknai sebagai garis bersifat konseptual, sedangkan garis bersifat
konkret adalah sebagai tanda atau marka yang menandai di permukaan (garis
40
pembatas di jalan raya, tarikan alat tulis/ gambar pada kertas, goresan kuas
pada kanvas) (Aprillia, 2015: 5). Garis meliputi garis lurus, lengkung, patah-
patah, dan berombak.
2) Bidang dan raut secara umum disamakan. Aprillia (2015: 6-7) menjelaskan
bidang sebagai keluasan permukaan yang datar, memiliki panjang, lebar, pipih,
dan rata, sedangkan raut merupakan bentuk yang memiliki ketebalan selain
unsur panjang, lebar, dan berdimensi tiga. Raut terbentuk dari cara memberi
warna, tekstur atau unsur lain yang menunjukkan adanya suatu bentuk tertentu.
Adapun perwujudan raut tersebut mencakup beberapa jenis, yaitu (a) raut
geometris; (b) raut organis; (c) raut bersudut-sudut; (d) raut tak beraturan; (e)
raut tak disengaja.
3) Warna merupakan salah satu unsur terpenting dalam ragam hias. Warna
merupakan kualitas rupa yang membedakan kedua objek atau bentuk yang
identik dengan raut, ukuran, dan gelap terangnya (Sunaryo, 2009: 2).
Depdiknas (2013) menyatakan bahwa warna dapat dikelompokkan menjadi 3
(tiga), yaitu warna primer, sekunder, dan tersier. Warna primer ialah warna
tersebut bukan merupakan warna campuran dari warna lain, yaitu
merah,kuning, dan biru. Warna sekunder ialah warna yang terbentuk dari
campuran warna primer yang satu dengan warna primer lainnya, yaitu merah
jika dicampur dengan kuning maka akan menghasilkan warna jingga, merah
jika dicampur dengan warna biru maka akan menghasilkan warna ungu, biru
jika dicampur dengan kuning maka akan menghasilkan warna hijau. Warna
tersier ialah warna yang terbuat dari campuran warna sekunder dengan warna
41
sekunder yang lain atau dengan warna primer yang berbeda-beda. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa warna adalah unsur yang membedakan bentuk objek satu
dengan yang lainnya sehingga terlihat jelas dengan gelap terang yang
dihasilkan oleh warna itu sendiri dan menambah nilai estetik dalam suatu
karya.
4) Gelap terang merupakan unsur rupa cahaya yang memiliki beberapa manfaat
dalam berkarya seni, yaitu (a) memperkuat kesan; (b) mengilusikan kedalam
ruang; (c) menciptakan kontras atau suasana tertentu (Aprillia, 2015: 11).
Lebih lanjut Sunaryo (2002) menjelaskan gelap terang merupakan hubungan
pencahayaan dan bayangan yang memiliki gradasi, mulai dari yang paling
putih untuk menyatakan sangat terang, sampai dengan yang paling hitam untuk
menyatakan sangat gelap. Depdiknas (2013) menyatakan bahwa, gelap terang
merupakan keadaan suatu bidang yang dibedakan dengan warna tua untuk
gelap dan warna muda untuk terang yang disebabkan oleh perbedaan warna
atau pengaruh cahaya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa gelap terang merupakan unsur yang memberikan kesan pencahayaan
pada suatu objek gambar sehingga terlihat lebih realis.
5) Ruang dibentuk melalui susunan bidang atau raut dan unsur-unsur lain
(Aprillia, 2015: 16). Lebih lanjut Sumardjo dan Nalan (2017: 9-10)
menyatakan bahwa ruang dibedakan ruang nyata yaitu ruang dilihat dan
rasakan dengan pancaindra secara langsung, sedangkan ruang semu adalah
ruang yang terlihat sebagai gambaran nyata atau tiruan seperti lukisan, film,
dan karya seni lainnya.
42
6) Tekstur adalah nilai atau kualitas suatu permukaan benda atau bentuk (Aprillia,
2015: 14). Tekstur terdiri atas tekstur visual dan tekstur taktil. Tekstur visual
merupakan yang pertama diserap melalui penglihatan, dan tekstur taktil adalah
yang dapat dirasakan dengan rabaan tangan (Iswidayati dan Triyanto, 2016 :
32).
Sementara penerapan prinsip desain dapat dilakukan melalui penyusunan
unsur-unsur dengan menggunakan bermacam media dan teknik (Aprilia, 2015:
30). Pada karya seni ragam hias dapat dilihat melalui kreativitas siswa dalam
pemilihan jenis biji-bijian dan penyusunannya. Prinsip-prinsip yang harus
dipahami agar terciptannya karya seni yang indah. Prinsip-prinsip desain tersebut
dipaparkan oleh Irawan dan Tamara (2013: 37-49) sebagai berikut.
1) Keselarasan (harmoni) merupakan pembentukan unsur-unsur keseimbangan,
keteraturan, kesatuan, dan perpaduan yang masing-masing saling mengisi dan
menimbang. Keselarasan (harmoni) sendiri berfungsi sebagai keserasian
seluruh rancangan penyajian.
2) Kesebandingan (proportion), suatu komposisi visual dinyatakan baik apabila
memiliki proporsi yang pas, apa pun bentuk dan gaya dari karya desainnya. Di
dalam perancangan visual, semua unsur rupa terlibat dalam proporsi yang
merupakan perbandingan tersebut.
3) Irama (rytme) adalah gerak teratur (organized movement) dari unsur-unsur
yang mempunyai interval yang berproporsi dan tekstur. Dalam pembuatan
desain dengan prinsip yang menyatukan irama. Lebih lanjut Aprillia (2015: 6)
43
menjelaskan irama adalah perulangan unsur-unsur yang dilakukan secara
teratur, atau secara terus-menerus.
4) Keseimbangan (balance) adalah sama berat dari kekuatan yang bertentangan.
Keseluruhan komponen-komponen desain harus tampil seimbang. Desainer
harus memadukan keseimbangan antara tulisan, warna, atau gambar sehingga
tidak muncul kesan berat sebelah. Ada tiga jenis keseimbangan, yaitu
keseimbangan formal, keseimbangan informal, dan keseimbangan radial.
Berikut penjelasan lebih lengkap sebagai berkut:
a) Keseimbangan formal, kebanyakan bersifat simetris.
b) Keseimbangan informal adalah keseimbangan antara dua unsur atau lebih
unsur yang tidak sama pada sebuah komposisi atau bersifat asimetris dan
terkesan dinamis.
c) Keseimbangan radial, susunan dari semua bentuk atau unsur desain memusat
pada suatu titik pusat.
d) Penekanan (emphasisi) disebut dengan dominan adalah penonjolan dalam suatu
komposisi. Dominan membuat suatu unsur rupa yang kontras diperbesar dan
diperkuat nilainya. Dominan dapat dicapai dengan pengulangan dan
penonjolan unsur desain.
44
2.2.4.3 Keterampilan Teknis
Kreativitas merupakan bagian dari kegiatan berproduksi atau berkarya,
maka keterampilan merupakan proses penciptaan karya seni rupa (Probosiwi,
2017: 278). Keterampilan teknis yang dimaksud adalah kecekatan atau keahlian
tangan siswa dalam menerapkan teknik-teknik berkarya seni rupa. Proses
penciptaan karya seni dibutuhkan keterampilan teknis menggunakan alat dan
mengolah bahan. Penguasaan siswa dalam menggunakan media, berbeda-beda
sesuai keterampilannya. Keterampilan dalam penggunaan teknik akan bergantung
pada karya yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu adanya ketelitian dalam
memilih teknik berkarya, karena kesalahan dalam pemilihan teknik dapat
berdampak pada karya seni yang dihasilkan.
Berbagai jenis dan karakteristik bahan yang digunakan dalam berkarya
seni rupa memerlukan beragam alat dan teknik untuk mengolahnya. Pemilihan
teknik umumnya disesuaikan dengan bahan yang dipilih untuk mempermudah
mewujudkan karya seni rupa. Teknik menempel menggunakan bahan biji-bijian
sebagai kemampuan kreasi siswa dalam membuat motif ragam hias. Pemilihan
jenis biji-bijian, cara menyusun, dan kerapian menempelkannya membutuhkan
kreativitas, sehingga guru dapat menilai hasil karya seni ragam hias dari segi
keterampilan teknis siswa.
45
2.3 Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan landasan teoretis yang
telah dijelaskan sebelumnya, didapatkan gagasan alur penelitian yang berisi
gambaran mengenai pola berfikir berdasarkan pada teori yang ada. Alur penelitian
tersebut dijadikan acuan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Alur tersebut
dirumuskan dalam kerangka teoretik penelitian yang digunakan sebagai dasar
dalam pengumpulan data di lapangan serta penyelesaian penelitian ini.
Kerangka penelitian ini menjelaskan mengenai bentuk pembelajaran dan
hasil karya ragam hias. Guru dan siswa sebagai subjek pembelajaran serta
lingkungannya. Bentuk pembelajaran seni terdapat pada aktivitas terkait tujuan,
materi, strategi, dan evaluasi. Hasil karya ragam hias dianggap penting yang bisa
dilakukan melalui pembuatan motif ragam hias menggunakan bahan biji-bijian.
Kualitas visual, prinsip gubahan, dan keterampilan teknis diperhatikan dalam hasil
karya tersebut. Berikut ini gambaran kerangka teoretik penelitian.
46
Bagan 2.1 Kerangka Teoritis Penelitian
Pembelajaran Seni Rupa
Lingkungan Sekolah
Guru Siswa
Bentuk
Pembelajaran
Tujuan
Evaluasi
Materi Strategi
Hasil Pembelajaran:
Ide/
Gagasan
Kualitas
Visual
Keterampil
-an Teknis
156
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, pemanfaatan biji-bijian
dalam pembelajaran ragam hias, dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut.
Bentuk pembelajaran ragam hias menggunakan bahan biji-bijian bagi
siswa kelas VII H SMP N 17 Semarang berlangsung melalui rangkaian kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Guru seni budaya yang kurang paham
menerapkan kurikulum 2013 menjadi faktor utama kurangnya pengetahuan guru
tentang membuat RPP, sehingga pembelajaran dilaksanakan tidak sesuai dengan
RPP yang dipersiapkan. Pada tahap perencanaan berupa penyiapan media
pembelajaran dan berkarya. Tujuan pembelajaran siswa mampu berkarya ragam
dengan memanfaatkan biji-bijian. Materi pembelajaran yang diajarkan adalah
prosedur memanfaatkan biji-bijian sebagai media berkarya ragam hias. Guru
menggunakan beberapa metode diantaranya metode ceramah, metode demonstrasi
dan metode penugasan. Orientasi pembelajaran lebih cenderung pada kegiatan
praktik berkarya seni rupa.
Penerapan pendekatan saintifik kurang optimal. Hal ini dikarenakan guru
belum terbiasa dengan menekankan pentingnya mendorong peserta didik terlibat
dalam proses mencari tahu, sampai siswa dapat menyimpulkan atau menemukan
pengetahuan sendiri dari tema yang sedang dipelajarinya (inquiry or discovery
learning). Pada saat praktik berkarya, guru lebih menekankan pada metode
157
demonstrasi dan dalam pemberian tugas guru tidak memberikan tema, sehingga
siswa dapat bebas berkreasi membuat motif ragam hias.
Kegiatan apersepsi di awal pembelajaran tidak terlaksana. Awal
pembelajaran dilakukan dengan pengkondisian kelas, mengucap salam, berdoa,
dan presensi. Pelaksanaan kegiatan inti kurang optimal dalam menerapkan
pembelajaran saintifik, khususnya kegiatan menanya, menalar, dan
mengkomunikasikan. Pemberian contoh penerapan ragam hias pada bahan alam
dan tekstil membuat beberapa siswa mencontoh tanpa mengembangkan ide contoh
tersebut. Selama proses berkarya, guru senantiasa memberikan arahan dan
bimbingan pada siswa yang mengalami kesulitan, sehingga siswa mendapatkan
kemudahan dalam berkarya ragam hias dengan teknik menempel.
Evaluasi dilakukan melalui hasil penilaian karya siswa. Kriteria penilaian
yang ada pada RPP tidak diterapkan, melainkan langsung dinilai satu persatu pada
buku penilaian siswa sesuai visual karya siswa. Penilaian berlangsung di meja
guru Bapak Karyanto pada hari Jumat akhir pembelajaran SMP Negeri 17
Semarang, karena menunggu semua karya siswa terkumpulkan.
Hasil karya pemanfaatan biji-bijian dalam pembelajaran ragam hias
siswa kelas VII H SMP Negeri 17 Semarang berjumlah 31 karya dari 32 siswa
keseluruhan dan satu diantaranya tidak masuk kelas. Berdasarkan rubrik analisis
dalam aspek ide/ gagasan, kualitas visual, dan keterampilan teknik menunjukkan
bahwa karya yang dibuat oleh Siswa Kelas VII H SMP Negeri 17 Semarang
mayoritas dengan kategori baik. Pada hasil analisis berdasarkan ide/ gagasan,
sebagian besar karya siswa menunjukkan jenis ragam hias motif flora dan fauna
158
dengan menyederhanakan corak ragam hias (stilasi), sedangkan sebagian kecil
menunjukkan prinsip transformasi. Berdasarkan tabel analisis unsur visual dan
prinsip desain, sebagian besar karya siswa sudah mempertimbangkan
keseimbangan, keteraturan, kesatuan, dan perpaduan biji-bijian yang saling
mengisi dan menimbang, sehingga bentuk motif ragam hias menjadi selaras/
harmoni. Kecekatan atau keahlian tangan siswa dalam menerapkan teknik
menempel dengan bahan biji-bijian sebagian besar baik. Penguasaan siswa dalam
menggunakan media, berbeda-beda sesuai keterampilannya. Pemilihan warna dan
bentuk biji-bijian disusun dengan selaras, namun ada beberapa karya siswa yang
kurang terampil dalam teknik menempel ini.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penilitian, saran yang ingin diajukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut.
Pertama, berkenaan guru kurang cermat dalam membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan ketika melaksanakan pembelajaran guru
sering kali memulai pelajaran langsung pada penyampaian materi tanpa
memberikan apersepsi dan motivasi diawal pembelajaran. Selain itu, guru kurang
mengoptimalkan kegiatan inti yaitu 5M (Mengamati, Menanya, Mencoba,
Menalar, Mengkomunikasikan) dan evaluasi pembelajaran tidak berlangsung.
Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar guru perlu memperhatikan dengan
teliti dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), baik dalam segi
penulisan, penyusunan, maupun penerapan dalam pembelajaran. Dalam
pelaksanaan praktik berkarya, diharapkan siswa dapat menyelesaikan di kelas,
159
sehingga guru dapat memantau proses berkarya hingga selesai sekaligus
mengevaluasi.
Kedua, sekolah perlu memonitoring kinerja para guru untuk meningkatkan
kualitas dalam mengajar, menjalin kerjasama dengan lembaga terkait serta
mengontrol jalannya pembelajaran.
160
DAFTAR PUSTAKA
Abrory, Feri. 2014. Sampah dalam Kehidupan Sehari-Hari sebagai Objek
Penciptaan Lukisan. Tugas Akhir Karya Seni. Yogyakarta: FBS UNY.
Agung, Lingga. 2017. Pengantar Sejarah dan Konsep Estetika. Jakarta: PT
Kanisius.
Aprillia. 2015. Bahan Ajar Nirmana Dwimatra. Jurusan Seni Rupa Unnes.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
B. Uno, Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Cahyani, Lutfiana. 2014. Pengembangan Motif Batik pada “Pusat Batik
Majapahit” di Kabupaten Mojokerto. Jurnal Seni Rupa. Vol 2. No. 2,
2014.116-122. Universitas Negeri Surabaya.
Djelantik, A.A.M. 2001. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia.
Fathurrohman, dkk. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika
Aditarma.
Fiyanto, Arif. 2018. Cita-Cita Hidup Bahagia sebagai Tema dalam Penciptaan
Karya Seni Lukis. Jurnal Imajinasi Vol XII. No. 1, Januari 2018. 246-
252. Jurusan Seni Rupa Unnes.
Husamah dan Yanur. S. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapain
Kompetensi. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Irawan, Bambang dan Priscilla Tamara. 2013. Dasar-Dasar Desain. Jakarta:
Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup).
Ismiyanto, PC S. 2009. Bahan Ajar Perencanaan Pembelajaran Seni Rupa.
Jurusan Seni Rupa Unnes.
Ismiyanto, PC S. 2017. Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Seni Rupa. Jurusan
Seni Rupa Unnes.
Ismiyanto, PC S. 2017. Bahan Ajar Kajian Seni Rupa Anak. Jurusan Seni Rupa
Unnes.
Iswidayati, Sri dan Triyanto. 2016. Handout Estetika 1. Jurusan Seni Rupa Unnes.
161
Kasiyan. 2015. Ragam Hias Tradisional. Universitas Negeri Yogyakarta.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132243650/pendidikan/Ragam+Hias+Tra
disional.pdf
Kuntjoro, R.A. 2010. Ragam Hias Nusantara. Jurnal Humaniora Vol.1. No. 2,
Oktober 2010. 246-252. Bina Nusantara University.
Maruto, Joko. 2014. Kajian Etika, Etis dan Estetika dalam Karya Seni Rupa.
Jurnal Imaji Vol.12. No 1, 2014. Universitas Negeri Yogyakarta.
Natalia, Anita. 2016. Deskripsi Penerapan Finger Painting dalam
Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus pada Anak kelompok B di
Tk dharma Wanita persatuan Sukarame Bandar Lampung tahun Pelajaran
2015/2016. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung Bandar Lampung.
Nugraha, Onong. 1984. Seni rupa 1. Bandung: Angkasa.
Nugroho. A, Widya. 2016. Model Pembelajaran Dick And Carrey Dalam
Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia. Jurnal Kajian Linguistik Dan
Sastra Vol.1. No. 2, Desember 2016. 119-216. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Nuralia, Lia. 2017. Kajian Arti dan Fungsi Ragam Hias pada Rumah Tuan Tanah
Perkebunan Tambun, Kabupaten Bekasi. Jurnal Purbawidya Vol.6. No. 1,
Juni 2017. 43-59. Balai Arkeologi Jawa Barat.
Parta, S. dan Sudana, W. 2009. Mengenal Ornamen. Gorontolo.
https://yogaparta.wordpress.com/2009/06/18/mengenal-ornamen/ (diakses
pada 10 Januari 2019).
Permindikbud No. 22 Tahun 2016.
https://bsnp-indonesia.org/wp-
content/uploads/2009/06/Permendikbud_Tahun2016_Nomor022_Lampira
n.pdf
Prestisa, Galuh. 2013. Bentuk Pertunjukan dan Nilai Estetis Kesenian Tradisional
Terbang Kencer Baitussolikin di Desa Bumijawa Kecamatan Bumijawa
Kabupaten Tegal. Jurnal Seni Musik Vol. 2. No. 1, Juni 2013. Universitas
Negeri Semarang.
Probosiwi. 2017. Pengetahuan Dasar Seni Rupa dan Keterampilan serta
Pembuatan Bahan Ajar dengan Teknik Montase. Jurnal Pemberdayaan:
Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.1. No. 2, Oktober
2017. 275-284. PGSD FKIP Universitas Ahmad Dahlan.
162
Rofian. 2017. Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi pada Pendidikan
Seni Rupa di Sekolah Dasar. Jurnal Mallih Pedas Vol 6. No. 2,
Desember 2016. Universitas PGRI Semarang
Rondhi, Moh. 2002. Tinjaun Seni Rupa 1. Semarang: Jurusan Seni Rupa Unnes.
Salam, Sofyan. 2001. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar. Makasar:
Universitas Negeri Makasar.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Paramedia Group.
Siregar, Eveline dan Hartini. N. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Suardi, Deddy. 2000. Ornamen Geometris. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sunaryo, Aryo. 2002. Bahan Ajar Nirmana 1. Semarang: Jurusan Seni Rupa Unnes.
Sunaryo, Aryo. 2009. Ornamen Nusantara. Semarang: Dahara Prize.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Setyobudi, dkk. 2007. Seni Budaya Jilid 2. Penerbit Erlangga.
Soepratno, B.A. 1983. Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa. Semarang: PT.
EFFHAR.
Syafii. 2006. Buku Ajar Konsep dan Model Pembelajaran Seni Rupa. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Syafii. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Seni Rupa dalam Konteks
Pengembangan Profesi Guru. Jurnal Imajinasi. Vol.X. No. 2 Juli 2016.
Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang
Syafii. 2017. Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Seni Rupa. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Triyanto. 2012. Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Seni Rupa. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
163
Triyanto. 2016. Bahan Ajar Konsep Pendidikan (Pembelajaran). Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/index.php/chome/profil/c029705a-2df5-e011-
ae02-a507fafc6a63 (diunggah pada tanggal 15 Juli 2019)
https://www.sejarah-negara.com/2017/10/peta-kota-semarang.html (diunggah
pada tanggal 15 Juli 2019)
https://neededthing.blogspot.com/2019/05/peta-administrasi-kecamatan-
tembalang.html (diunggah pada tanggal 15 Juli 2019)
https://www.google.com/maps/place/SMP+Negeri+17+Semarang/@-
7.0273707,110.4365959,796m/data=!3m1!1e3!4m12!1m6!3m5!1s0x2e708c711b
3ca96b:0xcf27117fbd054d9!2sSMP+Negeri+17+Semarang!8m2!3d-
7.0283712!4d110.4344109!3m4!1s0x2e708c711b3ca96b:0xcf27117fbd054d9!8m
2!3d-7.0283712!4d110.4344109 (diunggah pada tanggal 20 Agustus 2019)