Upload
anisa-fariantika
View
34
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMANFAATAN DAUN KEMANGI UNTUK MENGATASI KEPUTIHAN DAN
MENUNDA MENOPAUSE BAGI WANITA
MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bahasa Indonesia Keilmuanyang dibina oleh Anita Kurnia Rachman, M.Pd.
oleh
Anisa Fariantika
(140342601189)
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGIPROGRAM STUDI BIOLOGI
Desember 2014
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negeri yang subur apalagi dari segi tanahnya, bahkan jika menancapkan
batang pohon saja maka akan tumbuh tanaman yang bagus. Selain memiliki tanah yang
subur, keanekaragaman hayati tumbuhan di Indonesia sangatlah melimpah, dari
keanekaragaman tumbuhan tersebut terdapat beberapa tumbuhan yang memiliki manfaat atau
khasiat bagi kesehatan manusia. Namun banyak manusia yang tidak mengetahui manfaat atau
kegunaan dari tanaman-tanaman tersebut, bahkan yang ada disekitar lingkungannya sendiri.
Padahal tanaman-tanaman tersebut dapat dijadikan sebagai pengobatan secara alami.
Pemanfaatan bahan-bahan alami sebagai pengobatan mulai berkurang di kalangan
masyarakat. Hal itu disebabkan banyak masyarakat yang melakukan pengobatan dengan
menggunakan obat-obatan kimia dan beranggapan bahwa obat-obatan kimia memiliki dosis
yang pas atau lebih tepat untuk menyembuhkan suatu penyakit serta kurangnya pengetahuan
tentang manfaat-manfaat dari tanaman herbal. Beberapa orang juga berpendapat bahwa
pengobatan menggunakan obat-obatan kimia lebih praktis. Namun masyarakat tidak
mengetahui resistensi dari obat-obatan kimia tersebut. Obat-obatan kimia memiliki efek
samping, berbeda dengan pengobatan yang menggunakan bahan-bahan alami. Pengobatan
menggunakan bahan-bahan alami tampak lambat, namun sifatnya konstruktif atau
membangun. Hal ini berbeda dengan obat kimiawi yang hasil pengobatannya telihat cepat,
namun destruktif (Dalimartha, 1999:xviii). Sebenarnya sangatlah sederhana pengobatan
secara alami karena memanfaatkan tanaman yang ada di lingkungan sekitar. Namun
sayangnya tidak setiap orang mengetahui berbagai manfaat dari tanaman-tanaman tersebut,
salah satunya adalah tanaman kemangi.
Tanaman kemangi mempunyai khasiat yang sangat banyak terhadap kesehatan manusia,
terutama pada bagian daunnya. Tanaman ini banyak ditemukan di lingkungan sekitar. Banyak
orang yang belum mengetahui zat-zat yang terkandung dalam daun kemangi, banyak yang
memandang daun kemangi dengan sebelah mata karena beranggapan bahwa daun kemangi
hanya digunakan sebagai lalapan saja . Masyarakat juga tidak mengetahui bahwa daun
kemangi ini dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah khusus wanita misalnya
dapat mengatasi keputihan dan menunda menopouse. Zat-zat yang terkandung dalam daun
kemangi sangatlah banyak, salah satunya adalah zat eugenol dan zat triptofan (Putra, 2012:
76).
Dari penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Pemanfaatan Daun
Kemangi untuk Mengatasi Keputihan dan Menunda Menopouse bagi Wanita”.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut.
(1) Mengapa daun kemangi dapat mengatasi keputihan dan menunda menopause?
(2) Bagaimana cara pengolahan daun kemangi sebagai obat keputihan dan menunda
menopause?
1.3 Tujuan masalah
Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut.
(1) Mendeskripsikan kandungan daun kemangi dalam mengatasi keputihan dan menunda
menopause.
(2) Mendeskripsikan cara pengolahan daun kemangi sebagai obat keputihan dan menunda
menopause.
2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Daun Kemangi
Kemangi merupakan sejenis tanaman rumput, yang mudah dijumpai di lingkungan
sekitar, karena tanaman ini mudah ditanam dimanapun. Tanaman yang mempunyai daun
berbentuk oval dan berujung tajam ini, dalam bahasa latin disebut Ocinum bassilum ferina
citratum atau Ocinum cannum. Nama ini diberikan karena tumbuhnya menyemak. Kemangi
dikelompokkan dalam kelompok basil semak (bush basil) dan termasuk ke dalam famili
Ocinaceae (Soedarso, 2012: 23). Kemangi biasa dimanfaatkan sebagai penyedap masakan
karena memiliki aroma yang khas dan menggugah selera, sehingga tak jarang masyarakat
mengkonsumsi daun kemangi sebagai lalapan.
Kemangi tidak hanya terkenal di Indonesia, namun beberapa negara menjadikan kemangi
sebagai sayuran favorit. Hal ini dikarenakan selain mempunyai aroma yang khas, daun
berbentuk kecil ini juga memiliki berbagai khasiat, misalnya di India daun kemangi dijadikan
sebagai seduhan teh untuk mengobati batuk, pilek ataupun demam. Berbeda halnya dengan
di Eropa, daun kemangi disuling dan diambil minyak atsirinya. Minyak atsirinya inilah yang
digunakan orang Eropa sebagai bahan campuran pembuatan obat ataupun perawatan tubuh
seperti sabun mandi, minyak wangi, minyak gosok, permen pelega tenggorokan, dan juga
minyak aroma terapi (Putra, 2012: 11). Tanaman Kemangi dapat dilihat pada gambar 2.1
berikut.
Gambar 2.1 Tanaman Kemangi
2.2 Klasifikasi Tanaman Kemangi
Daun yang sering digunakan masyarakat sebagai lalapan segar ini, merupakan tanaman
yang berasal dari daerah Asia tropis termasuk di Indonesia juga ada. Tanaman kemangi
banyak dijumpai di dataran rendah hingga ketinggian 1.100 m dari permukaan laut. Kemangi
dapat tumbuh pada tanah yang memiliki pH antara 5-7. Menurut Kusuma (2010) daun
kemangi juga dapat tumbuh walaupun pada kondisi tanah yang asam.
Tabel 2.2 Klasifikasi tanaman kemangiKingdom Plantae (tumbuhan)
Subkingdom Trachebionta (tumbuhan berpembuluh)
Super divisi Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas Asteridae
Ordo Lamiales
Famili Lamiaceae
Genus Ocimum
Spesies Ocimum sanctum L.
Kerabat dekat Selasih
Tanaman ini dikenal sebagai tanaman apotek hidup di Indonesia sejak dulu karena dapat
mengobati berbagai penyakit misalnya digunakan untuk mengatasi perut kembung atau
masuk angin dan demam pada anak balita, dapat mencegah bau badan dan bau mulut, serta
memperlancar ASI. Menurut Soedarso (2012: 15) daun kemangi memiliki istilah yang
berbeda-beda di setiap negara, misalnya di Thailand istilah dari daun kemangi yakni
mangklok, sedangkan di India menyebutnya dengan istilah tulsi.
2.3 Morfologi Tanaman Kemangi
Tanaman kemangi merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat terutama
di Indonesia. Apabila dilihat dari bentuk luarnya tanaman ini memiliki daun berbentuk oval,
ujungnya meruncing, dan tepinya bergerigi atau rata. Batangnya
berwarna hijau. Tanaman ini juga memiliki bunga berwarna putih.
Menurut Putra (2012: 7) menyatakan bahwa morfologi tanaman kemangi yang
lebih spesifik yaitu sebagai berikut.
a. Tinggi tanaman kemangi mencapai 0,3-1,5 mb. Tumbuh di tepi-tepi jalan, ladang, sawah-sawah kering, dan sering kali disemaikan di
kebun-kebun.c. Memiliki batang halus dan berwarna hijau dengan daun pada setiap ruas.d. Daun berwarna hijau muda, bentuk oval, dengan panjang sekitar 3-4 cm, dan berambut
halus di permukaan bagian bawah. Tepi daunnya bergerigi lemah atau rata dan pangkal daun meruncing. Daun kemangi merupakan daun tunggal, berhadapan, dan tersusun dari atas ke bawah.
e. Bunga kemangi tersusun pada tangkai bunga berbentuk menegak. Bunganya jenis hemafrodit, berwarna putih, dan termasuk bunga majemuk. Di ketiak daun ujung terdapat daun pelindung berbentuk elips dengan panjang 0,5-1 cm. Kelopak bunga berbentuk bibir, sisi luar berambut kelenjar, berwarna ungu atau hijau, dan ikut menyusun buah. Mahkota bunga berwarna putih dengan benang sari tersisip di dasar mahkota dan kepala putik bercabang dua namun tidak sama.
f. Akar pada tanaman kemangi merupakan akar tunggang.
Tanaman kemangi tidak membutuhkan perawatan dan pemeliharaan yang khusus karena
pemeliharaan tanaman ini sangat mudah, seperti pemeliharaan tanaman lain.
Pemeliharaannya yaitu dengan penyiraman atau menjaga kelembaban tanah dan pemupukan,
terutama pupuk dasar. Tanaman kemangi hanya membutuhkan tempat yang sedikit terlindung
dan cukup mendapat sinar matahari.
2.4 Kandungan Zat Aktif (Kimia) Kemangi
Kemangi merupakan tanaman yang banyak dikenal oleh masyarakat umum namun
pemanfaatannya dalam bidang kesehatan belum banyak yang mengetahui. Hal ini
dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan pengolahan kemangi,
padahal apabila tanaman kemangi dimanfaatkan secara optimal akan memiliki nilai ekonomi
tinggi. Jika dilihat dari kandungan dalam daun kemangi, kemangi memiliki kandungan-
kandungan kimia yang berkhasiat bagi kesehatan pada manusia. Komponen penyusun utama
daun kemangi ialah minyak atsiri yang mengandung eugenol. Minyak atsiri yang
mengandung eugenol mampu menghambat pertumbuhan bakteri , sehingga dapat membunuh
jamur penyebab keputihan (Kusuma, 2010). Daun kemangi juga mengandung komponen non
gizi , antara lain senyawa flavonoid, arginin, anetol, dan boron. Flavonoid berperan sebagai
antioksidan dan dapat menetralkan radikal bebas. Kandungan arginin daun kemangi dapat
memperkuat daya tahan sperma dan mencegah kemandulan. Senyawa anetol dan boron juga
sangat berperan dalam menjaga kesehatan reproduksi wanita dan pria karena dapat
merangsang kerja hormon estrogen dan androgen, hormon estrogen dan androgen berperan
dalam sistem reproduksi wanita (Cahyani, 2014).
Menurut Putra (2012: 11) daun kemangi kaya mineral makro, yaitu kalsium, fosfor, dan
magnesium. Kandungan mineral makro dalam daun kemangi memiliki banyak manfaat bagi
tubuh manusia. Kalsium penting bagi pembentukkan dan pertumbuhan tulang, transmisi
impuls saraf, membantu kontraksi otot, dan membantu mengaktifkan reaksi enzim. Fosfor
berperan dalam pertumbuhan tulang, membantu penyerapan dan transportasi zat gizi serta
mengatur keseimbangan asam dan basa. Magnesium berperan penting dalam sistem
peredaran darah karena membantu merelaksasikan jantung dan pembuluh darah, sehingga
memperlancar aliran darah.
Daun kemangi tidak hanya mengandung komponen non gizi dan mineral makro, tetapi
juga mengandung beberapa zat yang mempunyai khasiat bagi kesehatan manusia. Daun
kemangi mengandung betakaroten (provitamin A) dan vitamin C (Cahyani, 2014).
Betakaroten berperan mendukung fungsi penglihatan, meningkatkan respons antibodi
(mengetahui fungsi kekebalan tubuh), sintesis protein untuk mendukung proses pertumbuhan,
dan sebagai antioksidan. Kegunaan vitamin C dalam kemangi antara lain untuk
pembentukkan kolagen dalam penyembuhan luka dan memelihara elastisitas kulit, membantu
penyerapan kalsium dan besi, serta mencegah pembentukkan nitrosamin yang bersifat
karsinogenik.
2.5 Daun Kemangi dalam Mengatasi Keputihan dan Menunda Menopause
Daun Kemangi memiliki banyak kandungan, namun salah satu zat dari kandungan
kemangi tersebut berperan dalam sistem reproduksi wanita yaitu dapat mengatasi keputihan
dan menunda menopause. Dalam mengatasi keputihan zat yang berperan ialah zat eugenol.
Eugenol adalah kandungan terbanyak dari minyak esensial daun kemangi yang juga
merupakan zat anti bakteri. Zat eugenol inilah yang dapat membunuh dan menghambat
pertumbuhan jamur Candida sp (Umar, 2011). Jamur Candida sp. merupakan jamur
penyebab dari penyakit keputihan. Penggunaan Eugenol pada bidang farmasi yaitu sebagai
bahan pembuatan senyawa antibakteri. Zat eugenol terdapat pada beberapa bagian tanaman
kemangi seperti daun, batang dan bunga.Di dalam daun kemangi tidak hanya mengandung
zat eugenol, namun terdapat juga zat triptofan. Zat triptofan merupakan zat yang dapat
menunda menopause (Putra, 2012: 49). Setiap wanita akan mengalami masa berhentinya haid
atau menstruasi yang disebut masa menopause. Menopause pada wanita terjadi ketika wanita
tersebut mencapai umur tertentu, namun banyak wanita yang menginginkan untuk menunda
masa menapousenya.
2.6 Keputihan pada Wanita
Keputihan adalah penyakit kelamin pada perempuan. Penyakit keputihan ini ditandai
dengan adanya cairan berwarna putih kekuningan baik encer maupun kental di dalam vagina.
Cairan tersebut berbau tidak sedap dan dapat menyebabkan rasa gatal.Hampir semua wanita
pernah mengalami keputihan karena penyakit ini tidak mengenal usia. Penyakit keputihan ini
dapat terjadi apabila tidak mempunyai perilaku sehat dalam menjaga kebersihan alat
reproduksi, di samping itu organ reproduksi wanita juga lebih rentan terserang penyakit
daripada pria karena saluran reproduksinya lebih pendek. Apabila tidak mempunyai perilaku
sehat dalam menjaga kebersihan alat reproduksi tidak hanya terserang penyakit keputihan
saja, namun dapat menyebabkan beberapa penyakit yang serius pada alat reproduksinya dan
dapat mengakibatkan kemandulan atau infertilitas.
Penyakit keputihan juga dapat diakibatkan oleh beberapa hal seperti jamur, bakteri, virus,
dan penyakit. Menurut Bardayati (2012: 11) penyakit-penyakit pada alat reproduksi wanita
yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan parasit mengakibatkan pH di vagina menjadi
basa sehingga membuat kuman penyakit menjadi berkembang dan hidup subur pada
vagina.Berikut ini beberapa penyebab keputihan
2.6.1 Keputihan yang disebabkan jamur
Keputihan yang disebabkan jamur mengakibatkan rasa gatal pada vagina. Cairan yang
dikeluarkan lebih kental, berwarna putih, dan bergumpal seperti butiran tepung. Jamur
penyebab keputihan ialah jamur Candida albicans. Candida albicans besifat saprofit pada
tubuh manusia dan dapat dijumpai di kulit, selaput lendir mulut, saluran pencernaan, saluran
pernapasan, vagina, dan kuku (Harahap, 1990: 107). Keputihan yang disebabkan oleh jamur
dapat diakibatkan oleh pengguanan antibiotika, yang dapat menekan pertumbuhan bakteri.
Pemakaian pil KB yang dianggap berpengaruh dalam meningkatnya frekuensi kandidiasis
yang menyebabkan perubahan-perubahan pseudogestasional pada epitel sehingga pH vagina
menjadi obesitas (Putra, 2012: 61). Selain itu dapat juga disebabkan pakaian dalam yang
ketat dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap. Menjaga kesehatan dan kebersihan pada
alat reproduksi wanita sangatlah perlu untuk diperhatikan agar tidak menimbulkan
tumbuhnya jamur di daerah sekitar vagina.
2.6.2 Keputihan yang disebabkan bakteri
Bakteri penyebab keputihan ialah bakteri gardnerella. Keputihan ini disebut bacterinal
vaginosis.Salah satu ciri-cirinya adalah cairannya encer dengan warna putih keabu-abuan dan
berbau amis. Keputihan akibat bakteri ini biasanya muncul saat kehamilan, sering berganti-
ganti pasangan, penggunaan alat KB spiral, dan lain sebagainya (Putra, 2012: 52).
2.6.3 Keputihan yang disebabkan virus
Penyebab keputihan tidak hanya disebabkan oleh jamur dan bakteri, tetapi juga dapat
disebabkan virus. Virus penyebab keputihan antara lain condyloma, herpes, dan lain-lain.
Keputihan yang disebabkan virus Condyloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil yang sangat
banyak dan disertai cairan berbau. Virus herpes ditularkan lewat hubungan badan. Bentuknya
seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan
terasa panas (Bardayati, 2012: 12). Gejala keputihan akibat virus juga dapat menjadi faktor
pemicu kanker.
2.6.4 Keputihan yang disebabkan parasit
Penyebab keputihan sangatlah banyak, keputihan juga dapat diakibatkan oleh parasit
Trichomonas vaginalis.Keputihan yang disebabkan parasit memiliki ciri-ciri yakni cairan
yang dikeluarkan berwarna hijau kental dengan bau tidak enak dan berbusa (Harahap,
1990:120). Keputihan yang disebabkan parasit ini membuat iritasi dan terasa gatal pada
vagina. Parasit keputihan ini dapat menular melaluit tukar-menukar peralatan mandi dan
pakaian, menduduki kloset yang terkontaminasi, dan lain sebagainya.
2.7 Menopause pada Wanita
Wanita akan mengalami masa berhentinya haid atau menstruasi yang disebut masa
menopause. Menopause adalah berhentinya masa kesuburan dan masa reproduksi wanita
yang ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi seiring bertambahnya usia (Spencer dan
Bown, 2006: 14). Masa menopause yang terjadi pada wanita adalah hal yang alamiah.
Menapouse terjadi di pertengahan usia empat puluh tahun ke atas dan ketika hormon-hormon
yang mengontrol siklus menstruasi berada dalam kadar yang sangat rendah sehingga
menstruasi tidak mungkin terjadi lagi. Oleh karena itu, memasuki usia 40 sampai 50 tahun
sering dijadikan khekhawatiran yang menakutkan bagi wanita. Kekhawatiran ini mungkin
berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar dan tidak cantik.
Kondisi tersebut memang tidak menyenangkan bagi wanita.
Ada 4 hormon utama yang terlibat untuk mengontrol dalam siklus menstruasi Follicle-
stimulating hormone (FSH), Luteinising hormone (LH), estrogen, dan progesteron. Hormon
Follicle-stimulating hormone (FSH) dan Luteinising hormone (LH) dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis yang terletak di otak, sedangkan hormon estrogen dan progesteron diproduksi oleh
ovarium (Spencer dan Bown, 2006: 6).
Pada masa-masa menjelang menopause, FSH dan LH diproduksi oleh kelenjar hipofisis
secara normal. Akan tetapi, karena ovarium semakin tua sehingga tidak dapat merespons FSH
dan LH, akibatnya estrogen dan progesteron yang diproduksi juga semakin berkurang.
Menopause terjadi ketika kedua ovarium tidak lagi menghasilkan hormon-hormon tersebut
dalam jumlah yang cukup untuk bisa mempertahankan siklus menstruasi (Spencer dan Bown,
2006: 18). Hormon estrogen berfungsi sebagai pengawas siklus ovulasi ketika indung telur
mulai melepas sel telur ke dalam tuba falopi dan mengembangkan payudara wanita serta
rahim. Hormon estrogen memiliki pengaruh yang cukup besar tehadap tingkat kesehatan
wanita baik fisik maupun psikologis (emosional). Hormon progesteron bertugas mengawasi
menstruasi dan mempersiapkan rahim untuk menerima sel telur yang telah dibuahi.
Menapouse merupakan fase terakhir dimana pendarahan haid seorang wanita berhenti
sama sekali. Namun menopause bukan hanya ditandai oleh berhentinya haid, tetapi beberapa
tahun sebelumnya sudah ditandai oleh keluhan-keluhan fisik maupun psikis. Sulit mengetahui
dengan pasti kapan menopause terjadi karena menstruasi dapat menjadi tidak teratur ketika
usia bertambah tua. Ketika menopause sudah mendekat, bukan hal yang aneh jika menstruasi
tidak datang selama beberapa bulan.
Wanita yang mengalami menopause merasakan pergeseran dan perubahan-perubahan
fisik dan psikis. Perubahan psikologi yang terjadi di dalam diri seorang wanita antara lain
adalah depresi, murung, mudah tersinggung, mudah curiga, diliputi banyak kecemasan,
insomia atau tidak bisa tidur karena sangat bingung dan gelisah. Perubahan fisiknya ditandai
dengan peningkatan kolestrol, kekurangan kalsium tubuh, dan gangguan metabolisme
karbohidrat. Perubahan ini dapat menimbulkan penyempitan pembuluh darah, gangguan pada
tulang (oesteporosis), dan ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air kencing
(inkontinensia) (Larasati, 2011). Tidak semua wanita akan mengalami gejala-gejala tersebut,
kondisi ini tergantung individu masing-masing.
Menaopuse tidak hanya menyebabkan gejala psikis dan fisik, namun juga menyebabkan
gejala seksual. Gejala seksualnya ditandai dengan kekeringan pada vagina yang
mengakibatkan rasa tidak nyaman selama berhubungan seksual. Namun gejala-gejala tersebut
tidak sepenuhnya dapat mengidentifikasi ketika mendekati menopause (Putra, 2012: 56).
2.8 Pengolahan Daun Kemangi sebagai Obat Keputihan dan Menunda Menapouse
Seorang wanita pastinya tidak menginginkan mengalami gangguan pada daerah
kewanitaannya seperti keputihan dan cenderung ingin menunda fase menopausenya. Obat-
obatan yang digunakan untuk mengatasi gangguan-gangguan pada alat reproduksi wanita
cukup banyak. Namun obat-obatan tersebut memiliki efek samping yang tidak bagus untuk
dikonsumsi di dalam tubuh dalam jangka waktu tertentu. Daun kemangi dapat digunakan
sebagai obat alternatif yang alami untuk mengatasi gangguan pada alat reproduksi wanita,
misalnya dalam mengatasi keputihan dan menunda menapouse. Daun kemangi dapat diolah
sesuai dengan kebutuhan dan selera masing-masing, misalnya daun kemangi dapat diseduh
dengan mengolahnya menjadi teh. Daun kemangi juga dapat dikonsumsi dengan lebih
sederhana yaitu dengan mengonsumsinya secara langsung sebagai lalapan dalam makanan
(Soedarso, 2012: 18) Pengolahan daun kemangi tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai
lalapan dan teh saja, namun dapat pula diambil ekstrak minyak atsirinya, kemudian ekstrak
minyak atsiri tersebut diolah sesuai dengan kebutuhan, misalnya digunakan dalam campuran
pembuatan obat (Putra, 2012: 34). Cara mengolah daun kemangi sebenarnya sangat
sederhana sesuai dengan kreatifitas seseorang dalam memanfaatkan khasiat daun kemangi
tersebut. Wanita penting mengonsumsi daun kemangi, hal ini terlihat pada khasiat daun
kemangi yang dapat mengatasi gangguan-gangguan alat reproduksi wanita.
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
(1) Daun kemangi dapat mengatasi keputihan dan menunda menapouse hal ini disebabkan
zat eugenol dan zat triptofan yang terkandung di dalam daun kemangi. Zat eugenol dapat
membunuh jamur atau bakteri penyebab keputihan sedangkan zat triptofan dapat menunda
menopause bagi wanita.
(2) Cara pengolahan daun kemangi untuk mengatasi keputihan dan menunda menapouse
tergantung selera dan kebutuhan individu masing masing. Daun kemangi dapat dikonsumsi
langsung misalnya digunakan sebagai lalapan, diseduh dengan menjadikannya sebagai teh,
dan dapat pula diambil ekstrak minyak atsirinya untuk digunakan sebagai campuran obat.
3.2. Saran
Makalah ini memiliki saran sebagai berikut.
(1) Masyarakat
Pemanfaatan bahan-bahan alami sebagai pengobatan jauh lebih aman daripada pengobatan
yang menggunakan obat-obatan kimia yang memiliki efek samping bagi tubuh. Oleh karena
itu manfaatkan bahan-bahan alami yang terdapat di lingkungan sekitar secara optimal.
(2) Wanita
Bagi seorang wanita sangatlah penting dalam menjaga kebersihan organ reproduksinya, agar
terhindar dari timbulnya bakteri, virus, jamur, dan parasit pada organ genital yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit.
Daftar Rujukan
Badaryati, E. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan Patologis pada Siswi SLTA atau Sederajat di Kota Banjarbaru. Skripsi tidak diterbitkan. Depok: FKM Universitas Indonesia, (Online), (http://lontar.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=20319765&lokasi=lokal), diakses tanggal Desember 2014.
Cahyani, N. 2012. Daun Kemangi (Ocinum Cannum) sebagai Alternatif Pembuata Handsanitizier. Jurnal Kesehatan Masyarakat, (Online), Vol. 2, No. 9, (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas), diakses tanggal 8 November 2014.
Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Harahap, M. (Ed). 1990. Penyakit Menular Seksual. Jakarta : PT Gramedia.
Kusuma, W. 2010. Efek Ekstrak Daun Kemangi (Ocinum Sanctum) terhadap Kerusakan Hepatosit Mencit Akibat Minyak Sawit dengan Pemanasan Berulang, (Online), (http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=17685), diakses tanggal 8 November 2014.
Larasati, T. 2012. Kualitas Hidup pada Wanita yang Sudah Memasuki Masa Menopause. Jurnal Perkembangan Psikologi, (Online), (http://www.e-jurnal.com/2013/09/kualitas-hidup-pada-wanita-yang-sudah.html, diakses tanggal 15 November 2014.
Putra, S. 2012. Khasiat Ajaib Kemangi. Bandung : Diva Press.
Soedarso. 2012. Kemangi Daun Sakti Penjaga Perut. Jakarta: Suka Buku.
Spencer & Brown. 2006. Menopause. Jakarta : Erlangga
Umar, A. 2011. Perbandingan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) dengan Ketokonazol 2% dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp. pada Kandidiasis Vulvovaginalis, (Online), (http://eprints.undip.ac.id/32849/, diakses tanggal 8 November 2014.