Upload
dangnguyet
View
274
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
1
PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK)
OLEH MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN
DI IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER
SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR
JULIANA A. SIHOMBING
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
i
RINGKASAN
JULIANA ANGGRAINI SIHOMBING. E14070027. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kabupaten Samarinda, Kalimantan Timur. Dibimbing oleh SUDARYANTO.
Hasil hutan bersifat multi komoditas yang berupa barang, yaitu: hasil hutan
kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) serta jasa lingkungan. Hasil hutan bukan kayu telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan. Selain karena HHBK mudah diperoleh dan tidak membutuhkan teknologi yang rumit untuk mendapatkannya juga karena HHBK dapat diperoleh gratis dan mempunyai nilai ekonomi yang penting. Hal ini menjelaskan bahwa keberadaan HHBK diyakini paling bersinggungan dengan kepentingan masyarakat terutama masyarakat sekitar hutan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat, mengetahui tingkat pemanfaatannya terhadap hasil hutan, dan mengetahui tingkat pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya hutan yang lestari. Metode pengambilan sample dilakukan dengan purposive sampling dengan kriteria responden yang dipilih adalah responden yang langsung memanfaatkan HHBK. Responden yang dipilih berasal dari 2 desa, yaitu: Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan masing-masing berjumlah 30 responden. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, studi literatur, dan data statistik. Analisis data yang digunakan adalah analisis tabulasi secara kualitatif, metode penilaian berdasarkan harga dan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat dilakukan dengan persentase dan skala likert.
Jenis-jenis HHBK yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan adalah HHBK nabati, meliputi: rotan, getah karet, pasak bumi, akar kuning, anggrek, gingseng, sarang semut, jamur dan HHBK hewani, seperti: babi hutan, rusa, kijang, kancil, landak,lebah madu, dan monyet beruk. Nilai manfaat HHBK yang diperoleh responden di Desa Mamahak Teboq sebesar Rp. 1.834.800.000,- /tahun dan di Desa Lutan nilai manfaat yang diperoleh adalah sebesar Rp. 744.690.000,-/tahun. Kontribusi pemanfaatan HHBK terhadap pendapatan total Rumah Tangga yang diperoleh responden Desa Mamahak Teboq sebesar 86,1%, sedangkan responden di Desa Lutan 76,3%. Besarnya kontribusi pemanfaatan HHBK tersebut menunjukkan bahwa masih besarnya tingkat pemanfaatan dan ketergantungan mayarakat terhadap HHBK.
Pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya hutan yang lestari berdasarkan skala likert tergolong tinggi dengan rata-rata skor sebesar 2,78. Masyarakat memahami bahwa dengan memanfaatkan sumber daya hutan secara terus-menerus dapat mempengaruhi ketersediaan sumber daya yang dimanfaatkan. Untuk itu, perlu dilakukannya pemanfaatan sumber daya hutan yang lestari dengan mengikuti kaidah atau peraturan-peraturan yang berlaku dan mencari alternatif lain untuk menambah pendapatan.
Kata kunci: Pemanfaatan, Hasil Hutan Bukan Kayu, Pemahaman, Skala Likert
i
ii
SUMMARY
JULIANA ANGGRAINI SIHOMBING. E14070027. Non Timber Forest Products (NTFPs) Utilization by village society around forest in IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Samarinda, East Borneo. Supervised by SUDARYANTO.
Forest products in the form of multi-commodity goods namely timber forest products, non-timber forest products (NTFPs), and services. Non-timber forest products have been used by communities around the forest. Besides NTFPs being readily available and does not require complicated technology to get it also because of NTFPs can be obtained free of charge and has an important economic value. This explains the existence of most NTFPs are believed to intersect with the interests of forest communities to fulfil their alive need.
The objectives of this research are: to determine the types of forest products is utilized by the people, to know the level of public utilization of forest products, and to know the level of understanding of rural communities around the forests about sustainable utilization of forest resources. Sampling method was performed using purposive sampling method. Respondents were selected two villages namely Mamahak Teboq Village and Lutan Village each number 30 respondents. Data collection is obtained from interviews, literature studies, field observation, and statistical data. Data calculation on value of forest product by tabulated in a qualitative analysis, based on the price, and community understanding using percentage and Likert scale.
The types of non-timber forest products (NTFPs) are utilized by people living around forest are the plant NTFPs, include: rattan, rubber, earth peg, yellow root, orchid, ginseng, ant nests, fungal, and the animal NTFPs, such as: wild boar, deer, antelope, deer, porcupines, monkeys, and honey. The value of the benefits of non-timber forest products (NTFPs) obtained by the respondents in the Village Mamahak Teboq Rp. 1.8348 billion, - / year and in the Village Lutan Rp. 744.69 million, -/tahun. Contribution of NTFP utilization of total revenue earned Household respondents Mamahak Teboq Village for 86.1% and respondents in the Lutan Village for 76.3%. The amount of the contribution of NTFPs indicate the level utilization of NTFPs still high and sustain community still dependence on NTFPs.
People's understanding of the utilization of forest resources liqueur based Likert scale is high which is an average score of 2.78. People understand that by utilizing forest resources can constantly affect the availability of resources utilized. For that, the utilization of the resources needed to do sustainable forest by following the rules or regulations and seek other alternatives to increase revenue. Key words: Utilization, Non-Timber Forest Products, Understanding, Likert Scale
i
PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK)
OLEH MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN
DI IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER
SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR
JULIANA A. SIHOMBING
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
iii
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Skripsi berjudul Pemanfaatan Hasil
Hutan Bukan Kayu (HHBK) oleh masyarakat Desa Sekitar Hutan di IUPHHK-
HA PT. Ratah Timber, Samarinda, Kalimantan Timur adalah benar-benar hasil
karya penulis sendiri dengan Dosen pembimbing dan belum pernah digunakan
sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Bogor, September 2011
Juliana A. Sihombing
NRP E14070027
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) oleh
Masyarakat Desa sekitar Hutan di IUPHHK-HA
PT. RATAH TIMBER Samarinda, Kalimantan Timur
Nama Mahasiswa : Juliana A. Sihombing
NIM : E14070027
Menyetujui,
Pembimbing Akademik
Ir. Sudaryanto
NIP 194803101980031001
Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Hutan
Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS
NIP 196304011994031001
Tanggal Lulus :
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala kasih sayang dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu oleh Masyarakat
Desa Sekitar Hutan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Samarinda, Kalimantan
Timur” ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan Skripsi ini. Penulis juga berharap semoga
penelitian ini dapat menjadi sumbangan informasi yang bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya.
Bogor, September 2011
Penulis
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Siborongborong, Tapanuli Utara pada
tanggal 17 Juli 1989 sebagai anak kedua dari tujuh bersaudara
pasangan Bapak S. Sihombing dan Ibu E. Simamora. Penulis
memulai pendidikan di SD Negeri 2 No. 173271 Siborongborong
pada Tahun 1995-2001, SMP Negeri 1 Siborongborong Tahun
2001-2004. Pada Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Siborongborong
dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Mayor Manajemen
Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.
Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutana IPB, penulis telah
melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cikeong-
Burangrang pada Tahun 2009 dan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat pada Tahun 2010. Pada Tahun 2011 penulis
melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber
Kalimantan Timur.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dalam beberapa organisasi
diantaranya menjadi Anggota Komisi Pelayanan Anak UKM PMK-IPB, Seksi
Kerohanian di Persekutuan Fakultas Kehutanan dan Ketua Organisasi Mahasiswa
Daerah GAMASINTAN serta ikut menjadi panitia di beberapa acara yang
diadakan di lingkungan kampus.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis menyelesaikan
Skripsi dengan judul Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu oleh Masyarakat
Desa Sekitar Hutan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Samarinda, Kalimantan
Timur .
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
kasih karunia-Nya sehingga penulisan Skripsi ini telah berhasil diselesaikan.
Keberhasilan penulis tentunya tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak yang
telah membantu proses penulisan Skripsi ini. pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan kepada terima kasih kepada:
1. Orang tuaku tersayang S. Sihombing dan E. Simamora atas segala kasih
sayang, dukungan spiritual dan material, perhatian, dan doa yang diberikan
kepada penulis. Skripsi ini dipersembahkan untuk Mama dan Bapak.
2. Ir. Sudaryanto selaku dosen Pembimbing yang telah baik dan sabar
membimbing penulis mulai dari penyusunan Proposal penelitian hingga
Skripsi ini dapat selesai. Terimakasih untuk arahan dan dukungan yang
telah diberikan.
3. Kakak tercinta Indra Hayati Sihombing dan adik-adikku tersayang Nora
Waty, Henny Berlianti, Lucky Boy, Ranapan Alex, dan Reinaldi untuk
perhatian dan semangat yang telah diberikan.
4. Bapak Wahyul, Bapak Djatmiko, Bapak Wasis, Bapak Wahyudi dan
kepada seluruh pihak PT. Ratah Timber yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT. Ratah
Timber dan menyediakan segala keperluan penelitian selama di lapangan.
5. Karyawan di PT. Ratah Timber khususnya Bapak Hajang, Pak Kurnia, Pak
Samusi, Mas Adi, Mas Muji, Ka Irvan, Om Paulus, Pak Ading, Pak Huvat,
Pak Koko atas bantuan yang diberikan selama penelitian di lapangan.
6. Teman-teman tersayang di Istana BILO, Yusenda Sitompul, Tio Panta
Sihombing, Lisbet Girsang, Renatalia Parhusip, Jenny Sianipar, Anette
Sihombing atas semangat, dukungan, dan bantuannya.
7. Untuk yang terkasih Ribkha Sinaga untuk semangat dan bantuannya,
untuk Johan, Jimmy, Adi, Christa, Marisa, Kristi, Grace, Nia, Monika dan
teman-teman MNH 44 yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.
8. Untuk James Siahaan, Charles Sianturi, Fernando Hasudungan Sianturi
dan bang Sahat Simamora untuk dukungan, semangat dan doanya.
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .......................................... ........Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) ................................................................ 5
2.2 Karakteristik Masyarakat ............................................................................ 10
2.3 Pemberdayaan Masyarakat .......................................................................... 11
2.4 Focus Group Discussion ............................................................................. 14
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 15
3.1 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 15
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 18
3.3 Objek Penelitian .......................................................................................... 18
3.4 Ruang Lingkup ............................................................................................ 18
3.5 Metode Penelitian ........................................................................................ 18
3.5.1 Metode Pengambilan Contoh .......................................................... 18
3.5.2 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 19
3.5.3 Metode Analisis Data ...................................................................... 19
3.5.4 Jenis Data yang Diperlukan ............................................................ 21
ix
BAB IV KONDISI UMUM .................................................................................. 22
4.1 Kondisi Biofisik .......................................................................................... 22
4.2 Kondisi Sosial dan Ekonomi ....................................................................... 32
4.3 Gambaran Umum Desa Penelitian .............................................................. 37
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 41
5.1 Karakteristik Reponden ............................................................................... 41
5.2 Pemanfaatan Hasil hutan Bukan Kayu ........................................................ 51
5.2.1 Pemanfaatan Hasil hutan Bukan Kayu Nabati ...................................... 53
5.2.2 Pemanfaatan Hasil hutan Bukan Kayu Hewani .................................... 59
5.3 Pendapatan dari Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu ............................ 66
5.4 Pendapatan di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu ....................... 67
5.5 Pengeluaran Rumah Tangga untuk Berbagai Kebutuhan ............................ 69
5.6 Kontribusi Hasil Hutan terhadap Pendapatan Total Rumah Tangga .......... 70
5.7 Pemahaman Masyarakat terhadap Pemanfaatan Sumber Daya Hutan ........ 71
5.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................................... 83
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 84
6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 84
6.2 Saran ............................................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 86
LAMPIRAN .......................................................................................................... 88
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jenis data penelitian yang diperlukan ................................................... 21
Tabel 2 Batas-batas wilayah pengusahaan hutan IUPHHK PT.RATAH TIMBER ............................................................................................... 22
Tabel 3 Luas areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER berdasarkan fungsi hutan ..................................................................................................... 23
Tabel 4 Luas Real IUPHHK PT. RATAH TIMBER berdasarkan jenis tanah .. 23
Tabel 5 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT.RATAH TIMBER ............ 24
Tabel 6 Data curah hujan dan hari hujan bulanan rata-rata di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER ......................................................... 25
Tabel 7 Luas Sub DAS, Debit sungai dan kandungan sedimen dari beberapa titik sungai di areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER ........................ 26
Tabel 8 Sub-sub DAS di DAS PT. RATAH TIMBER ...................................... 27
Tabel 9 Kondisi penutupan lahan di areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER .... 27
Tabel 10 Perkiraan kondisi penutupan lahan di Areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER pada akhir 2010 .................................................................... 28
Tabel 11 Sediaan Tegakan di Areal berhutan IUPHHK PT RATAH TIMBER berdasarkan hasil IHMB ....................................................................... 29
Tabel 12 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Laham dan Long Hubung 30
Tabel 13 Desa yang berada di sekitar areal IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER .............................................................................................................. 32
Tabel 14 Jumlah kepadatan penduduk di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER ............................................................................................... 33
Tabel 15 Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di desa sekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah timber ................................................................... 34
Tabel 16 Jumlah sarana pendidikan di sekitar areal PT. RATAH TIMBER ....... 36
Tabel 17 Persentase responden berdasarkan kelompok umur.............................. 42
Tabel 18 Persentase responden menurut tingkat pendidikan ............................... 43
Tabel 19 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga................. 44
Tabel 20 Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan ................................ 45
Tabel 21 Distribusi responden berdasarkan jarak tempat tinggal dari hutan ....... 47
Tabel 22 Persentase penggunaan lahan berdasarkan jenis lahan ......................... 48
Tabel 23 Distribusi responden berdasarkan luas kepemilikan lahan ................... 49
Tabel 24 Persentase responden berdasarkan jenis tanaman ................................. 49
Tabel 25 Distribusi responden berdasarkan pemanfaatan areal hutan dalam kegiatan usaha tani................................................................................ 50
Tabel 26 Persentase hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh responden 52
xi
Tabel 27 Persentase responden berdasarkan tujuan pemanfaatan Sumber daya hutan ..................................................................................................... 53
Tabel 28 Persentase pemanfaatan tumbuhan dari hutan ...................................... 58
Tabel 29 Persentase pemanfaatan satwa liar oleh responden............................... 63
Tabel 30 Pendapatan dari pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu ...................... 66
Tabel 31 Pendapatan di luar pemanfaatan hasil hutan bukan kayu ..................... 67
Tabel 32 Pengeluaran rumah tangga untuk berbagai kebutuhan ......................... 69
Tabel 33 Kontribusi manfaat hasil hutan ............................................................. 70
Tabel 34 Tingkat pemahaman berdasarkan interval nilai tanggapan ................... 71
Tabel 35 Pemahaman responden mengenai pemanfaatan hasil hutan ................ 72
Tabel 36 Pemahaman responden tentang SDH sebagai salah satu sumber pendapatan ............................................................................................ 74
Tabel 37 Pemahaman Responden tentang kerusakan dan kondisi hutan ............. 75
Tabel 38 Pemahaman responden tentang ladang berpindah ................................ 78
Tabel 39 Pemahaman Responden tentang kelestarian hutan ............................... 81
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian. ......................................................... 17
Gambar 2 Diagram persentase jumlah keluarga pertanian di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER. ...................................................... 35
Gambar 3 Rotan mentah yang dipungut dari hutan. .......................................... 54
Gambar 4 Pemanfaatan rotan; (a) Lanjung; (b) Anjat ukuran sedang; (c) Anjat ukuran besar. ...................................................................................... 55
Gambar 5 Pemanfaatan rotan yang dikombinasikan dengan daun Kajang dan daun biru; (a) Seraung; (b) Tas gendong dan Tampi beras. ............... 55
Gambar 6 Pemanfaatan getah karet; (a) Lahan masyarakat yang ditananami Karet; (b) Getah karet yang ditores. ................................................... 57
Gambar 7 Pohon Kempas (Koompassia excelsa) sebagai sarang madu hutan. . 60
Gambar 8 Jenis-jenis satwa liar yang dimanfaatkan dan diburu oleh masyarakat. ............................................................................................................ 61
Gambar 9 Jerat yang dipasang di dalam hutan.................................................... 62
Gambar 10 (a) Kerusakan hutan akibat pembukaan jalan sarad (b)Kerusakan hutan akibat penebangan pohon. ...................................................... 76
Gambar 11 Kerusakan hutan akibat perladangan berpindah................................ 79
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta areal konsesi PT. RATAH TIMBER ....................................... 89
Lampiran 2 Identitas responden Desa Lutan ....................................................... 90
Lampiran 3 Identitas responden Desa Mamahak Teboq ..................................... 92
Lampiran 4 Identitas responden Desa Mamahak Teboq Lanjutan...................... 93
Lampiran 5 Kepemilikan lahan responden Desa Lutan ...................................... 94
Lampiran 6 Kepemilikan lahan responden Desa Lutan Lanjutan ....................... 95
Lampiran 7 Kepemilikan lahan responden Desa Mamahak Teboq .................... 96
Lampiran 8 Kepemilikan lahan responden Desa Mamahak Teboq Lanjutan ..... 97
Lampiran 9 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh responden Desa Lutan .. 98
Lampiran 10 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh responden Desa Mamahak Teboq .......................................................................... 100
Lampiran 11 Pendapatan dari pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh responden Desa Lutan ................................................................. 102
Lampiran 12 Pendapatan dari pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh responden Desa Mamahak Teboq ............................................... 104
Lampiran 13 Pengeluaran responden Desa Lutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berdasarkan BPS........................................................ 106
Lampiran 14 Pengeluaran responden Desa Mamahak Teboq untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berdasarkan BPS ...................................... 108
Lampiran 15 Tingkat kesejahteraan responden Desa Lutan menurut indikator kemiskinan Sajogyo..................................................................... 110
Lampiran 16 Tingkat kesejahteraan responden Desa Mamahak Teboq menurut indikator kesejahteraan Sajogyo .................................................. 112
Lampiran 17 Pemahaman responden Desa Lutan dan Desa Mamahak Teboq mengenai pemanfaatan SDH yang lestari .................................... 114
Lampiran 18 Hasil uji validitas dan uji reliabilitas pemahaman pemanfaatan SDH dengan lestari ...................................................................... 115
Lampiran 19 Daftar dan status jenis satwa liar di PT. RATAH TIMBER ....... 117
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem pada hamparan lahan yang luas yang
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan yang berperan
sangat penting bagi kehidupan di muka bumi ini. Paradigma baru sektor
kehutanan telah memandang hutan sebagai multi fungsi, baik fungsi ekonomi,
ekologi dan sosial. Selain multifungsi, sumber daya hutan juga bersifat multi
komoditas berupa barang dan jasa. Adapun komoditas barang yaitu manfaat yang
dapat dirasakan secara langsung berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan
kayu. Sedangkan, komoditas jasa adalah manfaat yang dirasakan secara tidak
langsung.
Sebagai negara mega biodiversity, Indonesia memiliki kekayaan hayati yang
sangat beragam sekitar 30.000 - 40.000 jenis tumbuhan yang tersebar di hutan
tropis di tiap pulau. Dari jenis tersebut yang tersebar di hutan tropis, 5%
diantaranya memberikan hasil hutan berupa kayu dan selainnya justru memiliki
potensi memberikan hasil hutan bukan kayu. Selain itu, Indonesia memiliki fauna
berupa satwa liar yang juga sangat beranekaragam.
Hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disebut dengan HHBK adalah
hasil yang bersumber dari hutan selain kayu baik berupa benda-benda nabati
seperti rotan, nipah, sagu, bambu, getah-getahan, biji-bijian, daun-daunan, obat-
obatan dan lain-lain maupun berupa hewani seperti satwa liar dan bagian-bagian
satwa liar tersebut (tanduk, kulit, dan lain-lain).
Pemanfaatan sumber daya hutan dengan tujuan utama ekstraksi kayu
(timber management) masih mendominasi. Meski demikian, HHBK juga tidak
dapat diabaikan begitu saja karena HHBK menjadi salah satu peluang yang tepat
untuk dikembangkan dan hal ini tentu saja dapat mengurangi tingkat
ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan kayu.
HHBK telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan baik secara
langsung maupun tidak. Selain karena HHBK mudah diperoleh dan tidak
membutuhkan teknologi yang rumit untuk mendapatkannya juga karena HHBK
2
dapat diperoleh gratis dan mempunyai nilai ekonomi yang penting. Hal ini
menjelaskan bahwa keberadaan HHBK diyakini paling bersinggungan dengan
kepentingan masyarakat sekitar hutan dalam memenuhi kebutuhan pangan, papan
maupun ritual dan lain-lain.
Tingkat pemanfaatan masyarakat yang tinggi terhadap hasil hutan
diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran memelihara kawasan hutan. Tentu
saja dengan bantuan tindakan pengelolaan sosial oleh perusahaan untuk
memberikan jaminan akses pemanfaatan sumber daya hutan bagi kehidupan
masyarakat.
Supaya hutan tetap memberikan manfaat yang optimal bagi perusahaan
maupun masyarakat di sekitarnya maka dibutuhkan pengelolaan hutan lestari
untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Pengelolaan hutan lestari tersebut dapat
terwujud dengan adanya kesadaran masyarakat yang diikuti dengan pemahaman
mereka terhadap pemanfaatan sumber daya hutan.
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan lestari dan memperhatikan
kondisi sosial masyarakat sekitar hutan maka IUPHHK diwajibkan mengadakan
program kelola sosial yang salah satunya adalah Pembinaan Masyarakat Desa
Hutan (PMDH). Program ini merupakan salah satu program yang dilakukan oleh
IUPHHK untuk memberdayakan masyarakat yang hidup dan bertempat tinggal di
dalam dan di sekitar hutan.
1.2 Perumusan Masalah
Secara sosiologis, keberadaan HHBK diyakini sepenuhnya paling
bersinggungan dengan kepentingan masyarakat di sekitar hutan. HHBK terbukti
menjadi penopang kelangsungan hidup masyarakat secara lintas generasi,
sekaligus memberi dampak pada peningkatan penghasilan masyarakat sekitar
hutan.
Masyarakat yang tinggal di dalam maupun di sekitar hutan memanfaatkan
sumber daya hutan berupa hasil hutan bukan kayu untuk memenuhi kebutuhan
sandang, pangan, papan, dan lain-lain. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang
dipungut maupun dibudidayakan merupakan salah satu sumber mata pencaharian
masyarakat sekitar hutan baik sebagai mata pencaharian utama maupun
sampingan.
3
Keberadaan perusahaan Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) sebagai
penghasil produksi kayu melalui kegiatan penebangan serta kegiatan lainnya akan
berperan negatif terhadap ketersediaan hasil hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat dan mengancam kelestarian sumber daya hutan. Selain oleh IUPHHK,
pemanfaatan HHBK oleh masyarakat yang tidak diikuti dengan pengelolaan
secara berkelanjutan juga akan mempengaruhi ketersediaan HHBK yang ada.
Pengurangan hasil hutan yang disebabkan oleh kegiatan tersebut tentu akan
mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih mengandalkan
HHBK sebagai sumber pendapatannya.
Dari permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan kajian mengenai tingkat
pemanfaatan dan pemahaman masyarakat terhadap sumber daya hutan sehingga
dapat merupakan dasar penentuan kebijakan pengembangan HHBK selanjutnya.
Jika tingkat pemanfaatan masyarakat terhadap sumber daya hutan cukup tinggi
maka dibutuhkan tindakan pengembangan HHBK yang sesuai dengan sumber
daya yang dimiliki.
Adanya pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan dan pelestarian
sumber daya hutan juga sangat dibutuhkan demi terwujudnya sumber daya hutan
yang lestari. Hal ini karena pelestarian hutan tidak hanya berkaitan dengan
kegiatan penebanganan, pemeliharaan, dan pemulihan ekosistem hutan tetapi juga
menyangkut kehidupan masyarakat tradisional yang secara alamiah diakui sebagai
faktor penentu dalam pelestarian hutan. Masyarakat yang menyadari pentingnya
fungsi hutan bagi keseimbangan ekosistem akan selalu berusaha mempertahankan
keberadaan dan peran serta sumber daya hutan bagi kehidupannya.
Mengukur dan menetapkan pemanfaatan masyarakat di dalam maupun di
sekitar kawasan hutan terhadap hasil hutan bukan kayu merupakan suatu kajian
yang perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data mengenai perananan
dan pengaruh hutan serta fungsinya terhadap ketergantungan hidup masyarakat.
4
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di
sekitar hutan
2. Mengetahui tingkat pemanfaatan masyarakat desa sekitar hutan terhadap
hasil hutan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya
3. Mengetahui tingkat pemahaman masyarakat desa sekitar hutan terhadap
pemanfaatan sumber daya hutan yang lestari.
1.4 Manfaat
Memperoleh informasi dan data pengaruh hutan dan fungsinya terhadap
masyarakat kepada PT. RATAH TIMBER dan seberapa besar tingkat
pemanfaatan HHBK oleh masyarakat sekitar hutan sehingga mampu untuk
melakukan kebijakan dan kelola sosial yang berkaitan dengan HHBK
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Menurut Peraturan Menteri No. P35/ Menhut-II/ 2007, hasil hutan bukan
kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati
maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu sebagai segala
sesuatu yang bersifat material (bukan kayu) yang dimanfatkan bagi kegiatan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dalam upaya mengubah haluan pengelolaan hutan dari timber extraction
menuju sustainable forest management, hasil hutan bukan kayu (HHBK) atau Non
Timber Forest Products (NTFP) memiliki nilai yang sangat strategis. Hasil hutan
bukan kayu (HHBK) merupakan salah satu sumber daya hutan yang memiliki
keunggulan komparatif dan bersinggungan langsung dengan masyarakat sekitar
hutan. Sehingga, tidak dipungkiri lagi bahwa masyarakat di dalam maupun di
sekitar kawasan hutan berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan hasil
hutan bukan kayu.
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan
dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak
lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) yang tertuang pada Pasal 1 (13) dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 yang merupakan revisi dari
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2007, adalah izin usaha
yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam
pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan,
pemeliharaan, dan pemasaran.
Klasifikasi dan Jenis-jenis Hasil Hutan bukan Kayu (HHBK)
HHBK dari ekosistem hutan sangat beragam jenis sumber penghasil
maupun produk serta produk turunan yang dihasilkannya. Sesuai Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.35/ Menhut-II / 2007 tentang Hasil Hutan Bukan
6
Kayu, maka dalam rangka pengembangan budidaya maupun pemanfaatannya
HHBK dibedakan dalam HHBK nabati dan HHBK hewani.
1. Kelompok Hasil Hutan dan Tanaman
a. Kelompok Resin: agatis, damar, embalau, kapur barus, kemenyan,
kesambi, rotan jernang, tusam.
b. Kelompok minyak atsiri: akar wangi, cantigi, cendana, ekaliptus, gaharu,
kamper, kayu manis, kayu putih.
c. Kelompok minyak lemak: balam, bintaro, buah merah, croton, kelor,
kemiri, kenari, ketapang, tengkawang.
d. Kelompok karbohidrat : aren, bambu, gadung, iles-iles, jamur, sagu,
terubus, suweg.
e. Kelompok buah-buahan: aren, asam jawa, cempedak, duku, durian,
gandaria, jengkol, kesemek, lengkeng, manggis, matoa, melinjo, pala,
mengkudu, nangka, sawo, sarikaya, sirsak, sukun.
f. Kelompok tannin: akasia, bruguiera, gambir, nyiri, kesambi, ketapang,
pinang, rizopora, pilang.
g. Bahan pewarna: angsana, alpokat, bulian, jambal, jati, kesumba, mahoni,
jernang, nila, secang, soga, suren.
h. Kelompok getah: balam, gemor, getah merah, hangkang, jelutung, karet
hutan, ketiau, kiteja, perca, pulai, sundik.
i. Kelompok tumbuhan obat: adhas, ajag, ajerar, burahol, cariyu, akar binasa,
akar gambir, akar kuning, cempaka putih, dadap ayam, cereme.
j. Kelompok tanaman hias: angrek hutan, beringin, bunga bangkai, cemara
gunung, cemara irian, kantong semar, pakis, palem, pinang merah.
k. Kelompok palma dan bambu: rotan (Calamus sp, Daemonorops sp,
Korthalsia sp), bambu (Bambusa sp, Giganthocloa sp, Euleptorhampus
viridis, Dendrocalamus sp), agel, lontar, nibung.
l. Kelompok alkaloid: kina, dll.
2. Kelompok Hasil Hewan
a. Kelompok hewan buru :
1. Kelas mamalia: babi hutan, bajing kelapa, berut, biawak, kancil,
kelinci, lutung, monyet, musang, rusa.
7
2. Kelas reptilia: buaya, bunglon, cicak, kadal, londok, tokek, jenis ular
3. Kelas amfibia: bebagai jenis katak
4. Kelas aves: alap-alap, beo, betet, kakatua, kasuari, kuntul merak, nuri
perkici, serindit
b. Kelompok hasil penangkaran: arwana irian, buaya, kupu-kupu, rusa
c. Kelompok hasil hewan: burung wallet, kutu lak, lebah, ulat sutera
HHBK dalam pemanfaatannya memiliki keunggulan dibanding hasil kayu,
sehingga HHBK memiliki prospek yang besar dalam pengembangannya. Adapun
keunggulan HHBK dibandingkan dengan hasil kayu adalah sebagai berikut:
1. Pemanfaatan HHBK tidak menimbulkan kerusakan yang besar terhadap
hutan dibandingkan dengan pemanfaatan kayu. Karena pemanenannya
tidak dilakukan dengan menebang pohon, tetapi dengan penyadapan,
pemetikan, pemangkasan, pemungutan, perabutan dll.
2. Beberapa HHBK memiliki nilai ekonomi yang besar per satuan volume
(gaharu).
3. Pemanfaatan HHBK dilakukan oleh masyarakat secara luas dan
membutuhkan modal kecil sampai menengah. Dengan demikian
pemanfaatannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan usaha
pemanfaatannya dapat dilakukan oleh banyak kalangan masyarakat.
4. Teknologi yang digunakan untuk memanfaatkan dan mengolah HHBK
adalah teknologi sederhana sampai menengah.
5. Bagian yang dimanfaatkan, yaitu: daun, kulit, getah, bunga, biji, kayu,
batang, buah, dan akar cabutan. Dengan demikian pemanfaatan HHBK
tidak menimbulkan kerusakan ekosistem hutan.
Walaupun HHBK memiliki keunggulan dibandingkan dengan hasil kayu,
tetapi pemanfaatan HHBK belum dilaksanakan secara optimal. Beberapa
permasalahan yang terkait dengan pemanfaatan HHBK adalah sebagai berikut:
1. Belum ada data tentang potensi, sebaran dan pemanfaatan HHBK baik
yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui manfaatnya. Hal
tersebut menyebabkan perencanaan pemanfaatan HHBK tidak dapat
dilakukan.
8
2. Pemanfaatan HHBK hanya terfokus pada HHBK yang memiliki nilai
ekonomi tinggi sehingga mengancam kelimpahan populasi HHBK.
3. Budidaya HHBK belum seluruhnya diketahui secara pasti. Karena selama
ini pemanfaatan HHBK berasal dari hutan alam dan upaya untuk
melakukan budidaya belum dilakukan. Sehingga perlu dilakukan upaya
mendapatkan teknologi budidaya HHBK.
4. Pemanfaatan HHBK hanya dilakukan secara tradisional. Karena sifatnya
tradisional maka kualitas produk masih rendah.
5. Tata niaga HHBK masih banyak yang tersembunyi dan ketiadaan akses
informasi pasar sehingga tidak memberikan margin pemasaran yang besar
pada petani/pengambil HHBK. Untuk itu perlu dilakukan analisis
pemasaran untuk memberikan margin pemasaran yang besar bagi petani.
6. Pemerintah kurang memberikan kebijakan yang bersifat insentif baik pada
aspek pemanfaatan HHBK maupun pengembangannya.
Pengembangan HHBK
Meskipun potensi hasil hutan bukan kayu cukup berlimpah tidak semua
hasil hutan bukan kayu tersebut dapat dikembangkan. Ada beberapa strategi
pengembangan yang harus dilakukan untuk memilih jenis prioritas hasil hutan
bukan kayu yang diunggulkan dan layak untuk dikembangkan. Strategi
pengembangan yang harus dilakukan harus sesuai dengan kriteria, indikator, dan
standar yang ditetapkan. Tersedianya jenis komoditas HHBK unggulan maka
usaha dan pemanfaatannya dan dapat dilakukan lebih terencana sehingga
pengembangan HHBK dapat berjalan dengan baik, terarah, dan berkelanjutan.
Jenis HHBK unggulan adalah jenis hasil hutan bukan kayu yang memiliki
potensi ekonomi yang dapat dikembangkan budidaya maupun pemanfaatannya di
wilayah tertentu sesuai kondisi biofisik setempat guna meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat yang dipilih berdasarkan kriteria dan indikator
tertentu yang ditetapkan. HHBK unggulan ditetapkan berdasarkan beberapa
kriteria mencakup kriteria ekonomi, biofisik dan lingkungan, kelembagaan, sosial
dan kriteria teknologi. Jenis HHBK unggulan dikelompokkan dalam 3 (tiga)
unggulan, yaitu: unggulan nasional, unggulan provinsi, dan unggulan lokal
(kabupaten/kota setempat). HHBK unggulan tersebut dapat dipergunakan sebagai
9
arahan dalam mengembangkan jenis HHBK di tingkat pusat dan daerah. Sesuai
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P 21/Menhut-II/2009
kriteria dan indikator HHBK unggulan adalah sebagai berikut:
1. Kriteria ekonomi
Kriteria ekonomi adalah aspek yang mengukur besaran ekonomi dari jenis
HHBK yang sedang dievaluasi. Parameter ekonomi mempunyai bobot terbesar
(35%) dalam pemilihan komoditas unggulan HHBK mengingat pengembangan
HHBK diarahkan untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Besaran ekonomi meliputi 7 (tujuh) indikator sebagai berikut:
a. Nilai perdagangan ekspor
b. Nilai perdagangan dalam negeri
c. Lingkup pasar
d. Potensi pasar internasional
e. Mata rantai pasar
f. Cakupan pengusahaan
g. Investasi usaha
2. Kriteria biofisik dan lingkungan
Biofisik dan lingkungan merupakan aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam pengembangan suatu jenis HHBK. Indikator-indikator pada kriteria biofisik
dan lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Potensi tanaman
b. Penyebaran
c. Status konservasi
d. Budidaya
e. Aksesbilitas ke sumber HHBK
3. Kriteria kelembagaan
Kelembagaan merupakan aspek penting dalam penentuan tingkat
keunggulan suatu komoditas HHBK karena menyangkut unsur pelaku dan tata
aturan produksi dan perdagangan HHBK tersebut. Enam indikator pada kriteria
kelembagaan yang dipergunakan dalam penentuan tingkat keunggulan suatu
komoditas HHBK adalah sebagai berikut:
a. Jumlah kelompok usaha (produsen/koperasi)
10
b. Asosiasi kelompok usaha
c. Aturan tentang komoditas bersangkutan
d. Peran institusi
e. Standar komoditas bersangkutan
f. Sarana/fasilitas pengembangan bersangkutan
4. Kriteria sosial
Dipilihnya aspek sosial sebagai salah satu kriteria dalam penentuan tingkat
keunggulan komoditas HHBK merupakan keberpihakan kepada masyarakat lokal
dalam pengusahaan HHBK. Indikator yang dipilih berupa keterlibatan dan
kepemilikan masyarakat dalam usaha HHBK adalah sebagai berikut:
a. Pelibatan masyarakat
b. Kepemilikan usaha
5. Kriteria teknologi
Aspek teknologi dipilih sebagai kriteria penentuan unggulan komoditas
HHBK karena memiliki peran dalam pengembangan HHBK tersebut baik dalam
menjamin pasokan HHBK sebagai bahan baku maupun dalam peningkatan nilai
tambah HHBK tersebut. Indikatornya adalah sebagai berikut:
a. Teknologi budidaya
b. Teknologi pengolahan hasil
Berdasarkan pengelompokannya HHBK terdiri dari 9 kelompok yang terdiri
dari 557 spesies tumbuhan dan hewan. Namun, saat ini hanya terdapat 5 jenis
HHBK yang ditetapkan pemerintah yang mendapat prioritas pengembangannya.
Kelima komoditas HHBK unggulan tersebut,yaitu: rotan, bambu, lebah, sutera,
dan gaharu.
2.2 Karakteristik Masyarakat
Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.01/Menhut-II/ 2004 tentang
Pemberdayaan Masyarakat Setempat di Dalam dan atau Sekitar Hutan Dalam
Rangka Social Forestry, masyarakat di dalam dan atau sekitar hutan adalah
kesatuan komunitas sosial didasarkan pada mata pencaharian yang bergantung
pada hutan, kesejarahan, keterikatan tempat tinggal serta pengaturan tata tertib
kehidupan bersama dalam wadah kelembagaan. Masyarakat perdesaan di sekitar
11
hutan adalah masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan, kesejahteraan,
inisiasi, dan daya kreasi yang relatif rendah.
Pengelolaan sumber daya hutan dan komponen masyarakat sekitarnya
merupakan hal penting dalam menjaga kelastarian hutan. Masyarakat lokal yang
tinggal, hidup, dan mencari makan di sekitar hutan, kehidupannya telah menyatu
dengan alam lingkungan yang saling mempengaruhi. Disisi lain, kehidupan
masyarakat lokal sekitar hutan belum juga terangkat secara ekonomi dan masih
tetap miskin.
Masyarakat lokal sekitar hutan tidak hanya memandang hutan sebagai
penghasil produksi atau ekonomi saja, tetapi juga memandang sebagai sumber
manfaat lain baik dari aspek ekologis maupun dari aspek cultural. Kepentingan
masyarakat lokal sekitar hutan yang menyangkut sendi kehidupannya itu
menimbulkan komitmen yang kuat guna memanfaatkan sumber daya hutan
sebaik-baiknya yang tentunya, dengan kearifan lokal yang mereka punyai dalam
pengelolaan hutan. Dengan demikian kelestarian hutan dan manfaat hutuan,
kehidupan mereka secara individu dan kelompok serta dapat menjaga hubungan
baik mereka dengan alam.
2.3 Pemberdayaan Masyarakat
Subejo dan Supriyanto (2004) memaknai pemberdayaan masyarakat sebagai
upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan,
memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective
action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan
kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Dalam pengertian yang lebih
luas, pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasilitasi dan
mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional dan
menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk
mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang.
Okupasi dan enclave tidak dapat dipisahkan dari kawasan hutan, bukan
hanya disebabkan oleh luasnya kawasan hutan namun juga dipengaruhi oleh
cepatnya pertambahan penduduk dan pembangunan diluar kehutanan yang
menggunakan lahan. Sementara itu, pengelolaan sumber daya yang lestari tentu
12
saja bertujuan untuk mendapatkan manfaat yang optimal. Sesuai perkembangan
paradigma pengelolaan kawasan hutan dalam Peraturan pemerintah RI No. 3
Tahun 2008 yang merupakan revisi dari Peraturan pemerintah RI No. 6 Tahun
2007 cenderung melibatkan masyarakat melalui pemberdayaan sehingga okupasi
dan enclave dapat diselesaikan. Pemberdayaan dapat dilakukan melalui
pembentukan hutan desa, hutan kemasyarakatan, dan atau hutan kemitraan. Pada
hutan lindung dan produksi pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dengan
membangun hutan desa.
Pemberian hak pengelolaan hutan desa baik oleh pemerintah, pemerintah
provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai kewenangannya memberikan
fasilitas sebagai berikut:
1. Pengembangan kelembagaan dan Pengembangan usaha (Pembentukan
kelompok tani dan fasilitasi)
2. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM (Bimbingan teknologi,
pendidikan, magang, dan latihan)
3. Peningkatan akses dan asset sosial(regulasi)
Terdapat 2 (dua) cakupan pada kelola sosial atau pemberdayaan masyarakat
yaitu program pengembangan masyarakat yang terdiri dari PMDH (Pembinaan
Masyarakat Desa Hutan), CSR (Corporate Social Responsibility), dan CD
(Community Development) serta pengelolaan dan pemantauan dampak
lingkungan.
PMDH merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemegang
HPH/HPHTI dengan menyumbang dan menyisihkan sebagian keuntungannya
(sebagai biaya sosial) untuk membantu kesejahteraan masyarakat yang hidup di
dalam dan sekitar hutan yang berdekatan dengan areal kerja HPH mereka. Sesuai
dengan Kepmenhut No. 69/Kpts-II/1995 tentang kewajiban HPH dan HPHTI,
Pembinaan Masyarakat di dalam dan di sekitar hutan bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan
2. Meningkatkan kualitas sumber daya hutan
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebuah bentuk tanggung
jawab perusahaan, tidak saja HPH atai HPHTI tetapi semua perusahaan terhadap
pemberdayaan masyarakat sekitar. Prinsip sebuah CSR adalah menyeimbangkan
13
unsur ekonomi dan sosial. Perusahaan dituntut tidak saja mengejar keuntungan
ekonomi namun disisi lain perusahaan dituntun untuk memperhatikan
kesejahteraan terhadap kondisi lingkungan.
Giarci (2001) memandang community development sebagai suatu hal yang
memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan
umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan dukungan
agar mereka mampu memutuskan, merencanakan, dan mengambil tindakan untuk
mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan
sosialnya. Proses ini berlangsung dengan dukungan collective action dan
networking yang dikembangkan masyarakat. Program Community Development
memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat (community based),
berbasis sumber daya setempat (local resource based) dan berkelanjutan
(sustainable). Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa perusahaan melakukan
kegiatan community development, antara lain adalah:
1. Izin lokal untuk beroperasinya perusahaan dalam mengembangkan
hubungan dengan masyarakat lokal.
2. Mengetahui sosial budaya masyarakat lokal.
3. Mengatur dan menciptakan strategi ke depan melalui program community
development. Reputasi hubungan baik antara perusahaan dengan
masyarakat lokal dan community development dapat menciptakan
kesempatan usaha yang baru.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pemberdayaan masyarakat
adalah sebagai berikut:
1. Menjamin keseimbangan ekologis, ekonomi, maupun sosial budaya , serta
kelestarian hutan Dan kawasan hutan.
2. Mengaktualisasikan akses masyarakat terhadap hutan dan kawasan hutan
dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
3. Melibatkan masyarakat desa setempat dalam pengelolaan hutan, sejak
tahap perencanaan, pelaksanaan hingga monev, khususnya PMDH.
4. Meningkatkan kemandirian masyarakat sebagai pendukung utama dalam
pembangunan kehutanan melalui peningkatan ekonomi kerakyatan di
sekitar kawasan hutan.
14
2.4 Focus Group Discussion
FGD (Focus Group Discussion) adalah suatu proses pengumpulan data
dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat
spesifik melalui diskusi kelompok. FGD merupakan bentuk penelitian kualitatif,
dimana sekelompok orang yang bertanya tentang sikap mereka terhadap suatau
permasalahan. Pertanyaan diminta dalam group pengaturan interaktif dimana
peserta bebas untuk bicara dengan anggota kelompoknya.
Menurut Irwanto (2006) keberhasilan FGD ditentukan oleh peranan
moderator. Adapun prinsip-prinsip pada FGD adalah:
1. FGD merupakan kelompok diskusi interaktif, hidup, dan dinamis
2. FGD adalah group bukan individu
3. FGD adalah diskusi terfokus bukan diskusi bebas
Beberapa kelebihan dalam pengumpulan informasi dengan menggunakan
metode FGD adalah sebagai berikut:
1. Interaksi anggota kelompok bermanfaat menggali tanggapan, pendapat,
dan saran selama diskusi
2. Prosedur penelitian berorientasi sosial
3. Biaya lebih rendah dan depth interview (wawancara mendalam)
4. Face validity tinggi
5. Responden bisa bersikap lebih tinggi
Adapun kelemahan dalam pengumpulan informasi dengan metode FGD
adalah sebagai berikut:
1. Efek dari peserta/anggota yang kemungkinan mendominasi diskusi
2. Sulitnya mengelompokkan responden yang pertanyaan atau pendapatnya
ingin digali lebih dalam
3. Datanya bersifat kualitatif sehingga sangat tergantung kepada daya tafsir
moderator
4. Memerlukan moderator yang pakar dan berpengalaman
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Pada awalnya, kegiatan pengelolaan hutan Indonesia didominasi oleh
ekstraksi hutan berupa hasil hutan kayu. Pemanfaatan hutan dengan ekstraksi
kayu telah mengakibatkan degradasi hutan sehingga menyebabkan kerusakan
habitat hutan yang berdampak negatif terhadap ketersediaan HHBK. Namun
paradigma tersebut telah bergeser menjadi sebuah paradigma pengelolaan hutan
yang baru. Paradigma pengelolaan hutan yang semula terpusat pada ekstraksi
kayu (timber management) kini telah berubah menjadi pengelolaan hutan sebagai
sebuah ekosistem (forest resource based management) yang bersifat multi fungsi,
multi guna dan memuat multi kepentingan serta pemanfaatannya diarahkan untuk
mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Paradigma baru sektor kehutanan berorientasi pada dimensi ekologi yang
bertujuan mempertahankan sumber daya, dimensi ekonomi yang mencakup
komoditi dan jasa serta dimensi sosial yang mencakup manusia yang membuat
proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
Adanya pandangan tersebut maka diharapkan pengembangan pengelolaan hutan
dilakukan dengan berbasiskan pengelolaan sumber daya hutan yang
berkesinambungan (Sustainable Forest Management).
Paradigma baru sektor kehutanan menuntut adanya keterlibatan oleh semua
pihak, yaitu pihak pengelola atau pemegang hak pengelolaan hutan, pemerintah
dan bahkan keterlibatan masyarakat yang hidup dan tinggal di sekitar hutan yang
secara nyata paling berinteraksi langsung dengan hutan. Pengelolaan hutan
menyangkut multi kepentingan, dimana pengelolaan hutan tidak lepas dari
kepentingan antara pemerintah dan kepentingan masyarakat yang dapat
mengakibatkan terabaikannya kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Untuk
mewujudkan paradigma hutan yang multi fungsi, maka dibutuhkan peran serta
masyarakat secara langsung dalam pengelolaan hutan yang lestari.
16
Menurut Sumadiwangsa dan Gusmailina (2006), pengembangan sumber
daya hutan yang berkesinambungan membuka peluang pengembangan produk
hasil hutan bukan kayu (HHBK) karena memiliki keunggulan yang komparatif
serta sangat bersentuhan langsung dengan masyarakat sekitar hutan. Hasil hutan
bukan kayu (HHBK) mampu memberikan dampak pada peningkatan penghasilan
masyarakat sekitar hutan dan memberikan kontribusi yang berarti bagi
penambahan devisa negara. Karena pada kenyataannya, keanekaragaman hayati
yang terkandung di dalam ekosistem hutan hanya sekitar 5% saja yang
memberikan hasil hutan berupa kayu dan bagian terbesar yakni 95% justru
memiliki potensi memberikan hasil hutan bukan kayu. Dalam pengelolaan HHBK
sebaiknya melibatkan pemberdayaan masyarakat. Sehingga dengan adanya
pemberdayaan masyarakat terhadap pengembangan HHBK tentu saja akan
membuka lapangan kerja baru dan hal tersebut tidak hanya bermanfaat bagi pihak
pemerintah saja namun juga ikut menguntungkan masyarakat dan terutama
terhadap kelestarian sumber daya hutan.
Langkah awal yang harus dilakukan dalam pengembangan HHBK adalah
dengan menginventarisasi dan memetakan potensi jenis komoditas HHBK yang
ada di suatu daerah kawasan hutan termasuk mengetahui seberapa besar tingkat
pemanfaatan HHBK oleh masyarakat sekitar hutan terhadap HHBK tersebut. Dari
hasil analisis pemanfaatan dan survei potensi HHBK akan diketahui jenis apa saja
yang berkontribusi terhadap pendapatan masyarakat dan apakah HHBK yang
dimanfaatkan layak untuk dikembangkan. Tingkat pemanfaatan masyarakat
dianalisi dari seberapa besar kontribusi pemanfaatan HHBK terhadap pendapatan
total rumah tangga. Dengan adanya pergesaran dari pengelolaan hutan yang
berorientasi kayu menjadi HHBK akan memberikan kesempatan regenerasi alam
kembali membaik. Dari keterlibatan masyarakat secara langsung terhadap
pemanfaatan HHBK juga diharapkan pemahaman mereka terhadap kelestarian
sumber daya hutan tinggi. Sehingga partisipasi mereka terhadap suksesnya
pengelolaan hutan yang lestari tercapai.
17
Keterangan
: Penggolongan kesadaran manusia menurut Freire
: Batasan penelitian
: Pengaruh langsung
: Pengaruh tidak langsung
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.
Pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan SDH yang lestari
Pemanfaatan HHBK oleh masyarakat
Peningkatan pendapatan masyarakat dari pemanfaatan HHBK
Kontribusi pemanfaatan HHBK terhadap
pendapatan RT dan kesejahteraan masyarakat
PENGELOLAAN HUTAN
Multi fungsi Multi guna Multi kepentingan
Kesadaran Kritis Kesadaran Naif Kesadaran magis
Pemberdayaan masyarakat
Pengembangan HHBK
Kriteria ekonomi
Kriteria kelembagaan
Kriteria sosial
Kriteria Biofisik
18
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) oleh
masyarakat desa sekitar hutan dilakukan di desa-desa sekitar kawasan hutan PT.
RATAH TIMBER Kabupaten Samarinda, Kalimantan Timur. Penelitian
dilakukan selama 2 bulan, mulai Bulan April sampai Bulan Mei 2011.
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah masyarakat desa sekitar kawasan hutan PT.
RATAH TIMBER, yaitu: Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan yang berada di
Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Samarinda, Kalimantan Timur.
3.4 Ruang Lingkup
1. Penelitian ini difokuskan pada tingkat pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
oleh masyarakat desa hutan di wilayah kerja IUPHHK-HA PT. RATAH
TIMBER Samarinda, Kalimantan Timur.
2. Responden yang dipilih adalah masyarakat desa yang bertempat tinggal di
sekitar hutan PT. RATAH TIMBER yaitu masyarakat Desa Mamahak
Teboq dan Desa Lutan.
3. Hasil hutan bukan kayu adalah hasil yang bersumber dari hutan selain kayu
baik berupa benda-benda nabati seperti rotan, nipah, sagu, bambu, getah-
getahan, biji-bijian, madu, daun-daunan, obat-obatan dan lain-lain maupun
berupa hewani seperti satwa liar dan bagian-bagian satwa liar tersebut
(tanduk, kulit, dan lain-lain).
3.5 Metode Penelitian
3.5.1 Metode pengambilan contoh
Responden dipilih dengan metode Purposive Sampling melalui pemilihan
yang disengaja dengan tujuan tertentu. Kriteria pengambilan responden adalah
masyarakat yang terlibat langsung dalam pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK). Pemilihan lokasi penelitian dipilih juga didukung berdasarkan desa yang
lebih dekat dengan wilayah konsesi PT. RATAH TIMBER dan memiliki akses
19
yang mudah menuju desa tersebut. Setiap desa dipilih 30 responden sehingga total
responden kedua desa berjumlah 60 responden.
3.5.2 Metode pengumpulan data
1. Pendekatan
Untuk pengambilan data penelitian dilakukan dengan pendekatan FGD
2. Metode pengambilan data dan ragam data
a. Wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur/bebas pada
responden
b. Observasi lapang
c. Studi literatur untuk menambah kelengkapan data yang diperoleh dengan
cara mempelajari, mengutip buku dan laporan yang berkaitan dengan
penelitian
d. Pengumpulan data statistik yang ikut membantu dalam penelitian
3.5.3 Metode analisis data
1. Karakteristik pemanfaatan sumber daya hutan dan non pemanfaatan sumber daya hutan
Pengolahan data mengenai karakteristik pemanfaatan sumber daya hutan
dan non pemanfaatan sumber daya hutan dianalisis tabulasi secara kualitatif.
Analisis kualitatif digunakan dalam menghubungkan karakteristik masyarakat,
meliputi: nama, umur, jumlah keluarga, tingkat pendidikan, jenis kelamin, agama,
dan mata pencaharian.
2. Penentuan jenis-jenis pemanfaatan sumber daya hutan dan kontribusinya
Pengolahan data pemanfaatan sumber daya hutan dilakukan dengan analisa
data kuantitatif analisis tabulasi dengan menggunakan perhitungan statistik
sederhana.
a. Nilai manfaat hasil hutan oleh masyarakat
HKB = │V X Hk X f│
dan
Total pendapatan = ∑ HKBi
Dimana:
HKB : Nilai hutan yang diambil masyarakat dari hutan (Rp/tahun) V : Jumlah hasil hutan yang diperoleh dalam 1 kali pengambilan (ikat, kg,
ekor, m3, batang)
20
Hk : harga hasil hutan (Rp/ikat, Rp/kg, Rp/m3, Rp/batang) F : frekuensi pengambilan hasil hutan (tahun) I : jenis hasil hutan (1,2,..., n)
b. Kontribusi sumber daya hutan terhadap pendapatan total rumah tangga
Pendapatan rumah tangga adalah pendapatan dari pekerjaan pokok maupun
sampingan berupa pemanfaatan hasil hutan non kayu dan pendapatan non
pemanfaatan sumber daya hutan. Persentase pendapatan masyarakat dari kegiatan
pemanfaatan hasil hutan terhadap total pendapatan dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
k = dh/ (dh+dl) x 100%
Dimana: K = persentase pendapatan dari manfaat hasil hutan Dh = pendapatan dari manfaat hasil hutan Dl = pendapatan dari luar manfaat hasil hutan
Pengeluaran perkapita (Rp/bulan/orang) =
Total pengeluaran Rumah tangga �RpBulan� �
Jumlah tanggungan keluarga �orang�
c. Metode penilaian pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya hutan
Metode yang digunakan untuk menilai pemahaman masyarakat terhadap
pemanfaatan sumber daya hutan adalah dengan metode Skala Likert. Metode
Skala Likert dilakukan dengan memberikan skor untuk mengukur tingkat
pemahaman dengan memberikan nilai pada setiap pertanyaan yang memiliki
kisaran dari 1 sampai 3. Data pemahaman masyarakat tersebut akan diuji validitas
dan reabilitas dengan menggunakan software SPSS 14.0 for windows.
21
3.5.4 Jenis Data yang Diperlukan
Tabel 1 Jenis data penelitian yang diperlukan
No Jenis data
Klasifikasi Rincian data Sumber data
1
Data Primer
Data identitas responden
• Nama responden • Alamat (desa, Kec, dusun) • Umur • Jenis kelamin • Pendidikan • Jumlah anggita keluarga • Pekerjaan utama • Pekerjaan sampingan
Responden
Data pendapatan ekonomi Rumah
tangga
• Luas Kepemilikan lahan hutan • Usaha pertanian • Usaha peternakan • Berdagang dll
Responden
Data pendapatan RT
• Sumber pendapatan • Jumlah pendapatan
Responden
Pemanfaatan HHBK
• Jenis HHBK yang dimanfaatkan • Tujuan pemanfaatan HHBK
(konsumsi,kayu bakar,dijual) • Pemahaman terhadap
pemanfaatan dan pengelolaan HHBK
Responden
Data pengeluaran Rumah tangga
• Biaya kebutuhan sehari-hari (kebutuhan makan, kesehatan, transportasi, dll)
• Kebutuhan insidentil dalam jumlah besar (biaya untuk naik haji, sunatan, pendidikan, pernikahan, pajak, listrik, dll)
• Frekunsi waktu pengeluaran
Responden
2 Data sekunder
Data Kondisi Umum Lokasi
Penelitian
• Letak • Luas topografi • Iklim • Jumlah penduduk • Pendidikan
Potensi desa &
Perusahaan
Data Sosial Ekonomi
Masyarakat
• Mata pencaharian • Potensi lokal tempat penelitian
Data pemanfaatan HHBK oleh masyarakat
• Jenis HHBK yang dimanfaatkan • Tujuan pemanfaatan
22
BAB IV
KONDISI UMUM
4.1 Kondisi Biofisik
1. Letak dan luas IUPHHK
Secara geografis areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER terletak pada
114o55’ – 115o30’ Bujur Timur dan 0o2’LS – 0o15’LU. Berdasarkan letak
administrasi pemerintahan, areal tersebut berada dalam wilayah Kecamatan Long
Hubung dan Kecamatan Laham, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan
Timur. Berdasarkan wilayah pemangkuan hutan IUPHHK PT. RATAH TIMBER
termasuk dalam wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Mamahak
Besar, Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Barat, Dinas Kehutanan Provinsi
Kalimantan Timur.
Menurut pembagian wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), areal IUPHHK
PT. RATAH TIMBER berada dalam wilayah DAS Mahakam yang tersebar pada
Sub DAS Ratah. Adapun batas-batas areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER
disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2 Batas-batas wilayah pengusahaan hutan IUPHHK PT.RATAH TIMBER
No Lokasi Berbatasan dengan
1 Utara Areal Penggunaan Lain (APL) dan IUPHHK-HA
PT Seroja Universum Narwastu
2 Timur APL dan IUPHHK PT. Kedap Sayaaq
3 Selatan Hutan Negara (Non IUPHHK) dan Hutan
Lindung Batu Buring Ayok
4 Barat Hutan Negara (Non IUPHHK) dan IUPHHK
Agro City Kaltim
Sumber: RKUPHHK PT. RATAH TIMBER 2010
Hasil super-impose antara Peta Areal Kerja IUPHHK PT. RATAH
TIMBER dengan Peta penunjukan kawasan hutan dan perairan provinsi
Kalimantan Timur disajikan pada tabel di bawah ini.
23
Tabel 3 Luas areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER berdasarkan fungsi hutan
No
Fungsi hutan
Luas Jumlah
(Ha) Blok I Blok II
1 Hutan Produksi Tetap (HP) 66.610 6.810 73.420
2 Hutan Produksi Terbatas
(HPT)
20.005 - 20.005
Jumlah 86.615 6.810 93.425
Sumber: 1. Peta penunjukan kawasan hutan dan perairan provinsi Kalimantan Timur 1:250.000 2. Peta lampiran perpanjangan IUPHHK PT. Ratah Timber
2. Jenis tanah dan geologi
Berdasarkan peta tanah tinjau Kalimantan skala 1:250.000 tahun 1976, areal
kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER , memiliki tiga jenis tanah, yaitu podsolik
merah kuning, latosol, dan aluvial. Luas masing-masing jenis tanah secara rinci
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4 Luas Real IUPHHK PT. RATAH TIMBER berdasarkan jenis tanah
No
Jenis tanah
Luas
Blok I Blok II Total
Ha % Ha % Ha %
1 Podsolik Merah
Kuning
75.095 86,7 3.228 47,4 78.323 84
2 Latosol 9.354 10,8 3.582 52,6 12.936 14
3 Aluvial 2.165 2,5 - - 2.165 2
Jumlah 86.615 100 6810 100 93.425 100
Sumber: Pengukuran Planimetris Peta Tanah Tinjau, skala 1:250.000 (Badan Pertahanan Nasional Unit Kalimantan Timur)
Tanah Podsolik Merah Kuning terbentuk di atas wilayah berlereng datar,
landai dan agak curam. Tanah Latosol terbentuk di atas formasi Batu Ayau,
sedangkan tanah Aluvial terbentuk dari endapan aluvial yang terdapat pada
kelerengan datar yang terdapat di sekitar tepi Sungai Mahakam.
24
Tanah Podsolik merah kuning terbentuk di areal IUPHHK PT. RATAH
TIMBER sbagian besar adalah formasi Ujoh Bilang, yaitu mencakup areal seluas
76.418 Ha atau 81,8%.
3. Topografi
Hasil analisis kelas lereng berdasarkan peta garis bentuk dari potret udara
skala 1:25.000 menunjukkan bahwa sebagian besar areal kerja (±71,9%) tergolong
datar hingga landai. Di samping itu juga terdapat areal dengan kelerengan > 40%
(sangat curam) seluas 496 ha. Kondisi topografi areal kerja selengkapnya
disajikan pada tabel di bawah.
Tabel 5 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT.RATAH TIMBER
Klasifikasi Kelas Lereng
Blok I
(ha)
Blok II (ha) Jumlah
HP HPT HP Ha %
A : 0 – 8 % Datar 37.348 4.553 2.125 44.026 47,1
B : 9 – 15 % Landai 16.992 4.685 1.498 23.175 24,8
C : 16 – 25 % Agak curam 8.446 4.303 2.186 14.935 16,0
D : 26 – 40 % Curam 2.785 3.347 885 7.017 7,5
E : > 40 % Sangat curam 380 116 496 0,5
Tidak ada data 1. 039 2.737 3.776 4,0
Jumlah 20.005 6.810 93.425 100,0
Sumber: Pengukuran Digitasi Peta Kelas Lereng IUPHHK PT.RATAH TIMBER yang didasarkan pada peta garis bentuk skala 1:25.000
4. Iklim
a. Curah hujan
Menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim, di areal IUPHHK
PT.RATAH TIMBER termasuk iklim sangat basah atau tipe A dengan jumlah
bulan basah adalah 12 bulan dengan nilai Q = 0% ( tidak ada bulan kering dengan
curah hujan < 60 mm ). Curah hujan tahunan di wilayah ini sebesar 3.748 mm
dengan jumlah hari hujan sebanyak 123 hari, dan suhu udara rata-rata 26, 7oC.
Data tentang curah hujan rata-rata bulanan dan hari hujan bulanan disajikan
pada tabel berikut.
25
Tabel 6 Data curah hujan dan hari hujan bulanan rata-rata di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER
No Bulan Curah hujan (mm) Hari hujan
1 Januari 399 11 2 Februari 147 4 3 Maret 348 6 4 April 372 11 5 Mei 310 9 6 Juni 159 8 7 Juli 170 9 8 Agustus 80 5 9 September 404 17
10 Oktober 407 12 11 November 552 17 12 Desember 400 14
Jumlah 3.748 123 Rata-rata 312 10
Sumber : Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Long Iram Tahun 1999, dikutip dari RKUPHHK PT. RATAH TIMBER 2010
b. Suhu dan kelembapan udara
Kecepatan angin tertinggi tercatat sebesar 17 – 22 knot dengan frekuensi
rata-rata 23 kali setahun, bertiup dari arah Timu Laut dan umumnya berlangsung
antara bulan Januari – Maret. Selain bulan-bulan tersebut, angin bertiup dengan
kecepatan antara 4 – 6 knot dari arah Utara ke Timur Laut atau Barat Laut.
5. Hidrologi
Areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER berada di dalam satu Daerah
Aliran Sungai (DAS) dengan beberapa Sub DAS, yaitu: Sub DAS Mahakam Ulu,
Sub DAS Ratah, Sub DAS Hubung, Sub DAS Long Gelawang, Sub DAS
Benturak, Sub DAS Nyerubungan, Sub DAS Pari dan Sub DAS Jerumai.
Berdasarkan studi SEMDAL diperoleh data bahwa kondisi debit sesaat dan
kandungans edimen dari beberapa titik sungai-sungai di areal kerja IUPHHK PT.
RATAH TIMBER tersebut di atas dan prediksi laju erosi pada masing-masing
Sub DAS, disajikan pada tabel berikut.
26
Tabel 7 Luas Sub DAS, Debit sungai dan kandungan sedimen dari beberapa titik sungai di areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER
No Stasiun Pengamatan
Debit (m3/detik)
Residu total (mg/l)
Sedimen (ton/th)
1 S. Mahakam *) 17,0 -
2 S. Benturak 1.290 8,0 0,89
3 S. Benturak Ilir 5.435 24,0 11,27
4 S. Nyerubungan Hilir 19.210 12,0 19,82
5 S. Ratah Hulu 26.540 7,0 17,20
6 S. Ratah Hilir 30.784 120,0 319,17
7 S. Pari 7.184 8,5 5,28
Sumber: RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber Tahun 2010
Sekitar 88,7% luas areal PT. RATAH TIMBER berada di DAS Ratah. Jika
merujuk pada luas DAS Ratah, maka luasan tersebut merupakan 26,14% dari
keseluruhan luas DAS. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa setiap usaha
atau kegiatan pengelolaan lahan yang merubah tutupan lahan di areal PT. RATAH
TIMBER akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi DAS
Ratah. Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk menjelaskan mengenai
kondisi dan karakteristik DAS Ratah. Sebagian besar wilayah DAS Ratah yang
berada di bagian Selatan merupakan areal PT. RATAH TIMBER. Sub DAS - Sub
DAS yang berada di bagian Selatan ini mulai dari Barat sampai dengan Timur,
yaitu: Sub DAS Jerumai, Pariq, Nyerbungan, Nyerbungan Ding, Benturak, Batu,
dan Muring. Sedangkan untuk wilayah DAS Ratah bagian Utara yang masuk
dalam areal PT. Ratah Timber, yaitu: Sub DAS Dason, Danumpare, Titi Kecil,
Titi Besar, dan Ulin.
27
Tabel 8 Sub-sub DAS di DAS PT. RATAH TIMBER
No Nama Sub DAS
Luas Sub DAS (ha)
No Nama Sub DAS
Luas Sub DAS (ha)
1 Nyerubungan 80458.11 12 Muring 21378.33 2 Pari 40547.79 13 Sub DAS-sub DAS
kecil sekitar S. Ratah
28244.54 3 Jerumai 23771.07 14 S1 1202.04 4 Dason 34156.89 15 S2 5423.76 5 Danumparoy 9165.89 16 S3 2497.23 6 Titi kecil 1035.99 17 S4 13398.21 7 Titi besar 3334.77 18 S5 2170.80 8 Ulin 4250.88 19 S6 1706.67 9 Nyerubungan
Ding 2241.27 20 S7 1245.78
10 Banturak 15459.66 21 S8 17722.80 11 Batu 19869.30 22 S9 2130.30
Total 331411.34 Sumber: Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur
6. Kondisi hutan
a. Penutupan lahan dan fungsi hutan
Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM+ Band 542 Path/Row
117/60 liputan 11 Februari 2010 yang di-mozaick dengan Path/Row 118/60
liputan tanggal 2 Februari 2009, kondisi penutupan lahan areal IUPHHK PT.
RATAH TIMBER sebagian besar berupa hutan bekas tebangan yakni meliputi
75.123 ha (80,4 %), dan sisanya berupa hutan primer seluas 7.149 ha (7,6 %), non
hutan 9.144 ha (9,8 %), dan areal tertutup awan 2.009 ha (2,2 %), sebagaimana
disajikan pada tabel.
Tabel 9 Kondisi penutupan lahan di areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER
No
Penutupan lahan
Fungsi dan peruntukan hutan ( ha)
HPT HP BZHL Jumlah % 1 Hutan primer 2.487 4.330 332 7.149 7,6
2 Hutan bekas tebangan
14.422 58.269 2.432 75.123 80,4
3 Non-hutan 477 8.464 233 9.144 9,8
4 Tertutup awan 0 2.009 0 2.009 2,2
Jumlah 17.356 73.072 2.997 93.425 100,0 Sumber: Peta penafsiran citra Landsat Path/Row 117/60 liputan 11 Februari 2010 yang di-
mozaick dengan Path/Row 118/60 liputan tanggal 2 Februari 2009; (Lampiran surat direktur inventarisasi dan pemantauan sumber daya hutan No. S.300.IPSDH-2/2010 Tgl.25 Juni 2010)
28
Perkiraan kondisi penutupan lahan areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER
setelah dilakukan analisi dan koreksi terhadap areal yang tertutup awan serta
prognosa realisasi tebangan sampai dengan akhir tahun 2010 dapat dilihat pada
Tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10 Perkiraan kondisi penutupan lahan di Areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER pada akhir 2010
No
Penutupan lahan
Fungsi dan peruntukan hutan (Ha)
HPT HP BZ HL Jumlah %
1 Hutan primer 2.487 4.330 332 7.149 7,6
2 Hutan bekas tebangan 16.431 58.269 2.432 75.123 82,6
3 Non hutan 477 8.464 233 9.144 9,8
Jumlah 17.356 73.072 2.997 93.425 1000
Sumber: Peta penafsiran citra Landsat Path/Row 117/60 liputan 11 Februari 2010 yang di-mozaick dengan Path/Row 118/60 liputan tanggal 2 Februari 2009, dengan koreksi terhadap areal yang tertutup awan dan prognosa realisasi tebangan sampai dengan RKT 2010
Areal tidak berhutan lokasinya berada dalam satu hamparan yang relatif
kompak, yang lokasinya berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain (APL) di luar
areal IUPHHK. Areal tersebut dalam kenyataanya di lapangan, sebagian besar
merupakan lahan garapan masyarakat dalam bentuk ladang atau sawah tadah
hujan.
b. Sediaan Tegakan Hutan
Hutan alam pada areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER merupakan hutan
hujan tropika basah dengan ekologi hutan tanah kering yang ditumbuhi berbagai
jenis vegetasi dari kelompok Dipterocarpaceae, antara lain: Meranti, Kapur,
Bangkirai, Mersawa dan jenis Non Dipterocarpaceae, antara lain: Bintangur,
Benuang, Nyatoh, dan lain-lain.
Hutan areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER ini merupakan habitat
berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh secara alami, yang terdiri dari berbagai
jenis hasil hutan baik kayu maupun nir kayu. Tegakan yang ada merupakan
tegakan campuran yang terdiri dari berbagai jenis pohon dengan komposisi jenis
dan kerapatan tegakan yang cukup bervariasi sesuai kondisi tempat tumbuh dan
kerapatan tegakan yang cukup bervariasi sesuai kondisi tempat tumbuh dan faktor
29
lingkungan lainnya. Tegakan yang ada pada umumnya adalah jenis-jenis pohon
berdaun lebar, baik jenis komersil maupun non komersil.
Berdasarkan hasil Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) yang
dilakukan pada November 2008-Januari 2009 diperoleh rata-rata sediaan tegakan
(Standing stock) per hektar pada areal berhutan jenis komersil dengan kelas
diameter 10-19 cm sebanyak 209,26 batang/ha, dan kelas diameter 40 cm ke atas
adalah 136,02 m3/ha dengan jumlah pohon 32,69 batang/ha.
Tabel 11 Sediaan Tegakan di Areal berhutan IUPHHK PT RATAH TIMBER berdasarkan hasil IHMB
No Kelompok Jenis
Ø 10-19 cm
Ø 20-39 cm Ø >40 cm up
N (Btg) N (Btg) V (M3) N (Btg) V (M3)
1 Meranti 10,368,106 3,617,947 2,345,957.39 1,597,826 7,173,354.29
2 Rimba
campuran
3,504,298 1,719,463 1,131,052.48 569,201 1,877,237.70
3 Kayu indah 382,177 179,203 108,284.91 59,470 215,292.79
Jumlah 14,254,580 5,516,613 3,585,294.78 2,226,497 9,265,884.79
Rata-rata/ha 209,26 80.98 52.63 32.69 136.02
Sumber: RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber Tahun 2010
Berdasarkan hasil IHMB tersebut diketahui bahwa di areal IUPHHK PT.
RATAH TIMBER masih cukup baik dan layak untuk dikelola dan diusahakan
secara berkelanjutan, yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan
lestari, khususnya dalam hal pengaturan hasil hutan yang didasarkan pada sediaan
tegakan dan kemampuan regenerasi dari hutan di areal tersebut.
c. Hasil Hutan Bukan Kayu
Mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar adalah petani (ladang)
yang diwariskan secara turun temurun dan bisa dinyatakan sebagai Keluarga
Pertanian. Kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat di sebagian wilayah seperti di
Datah Bilang Ulu yang memiliki areal pertanian/ladang cukup luas dan cukup
ekspansif sudah terintegrasi dengan ekonomi pasar dan berorientasi pada surplus.
Areal ladang pertanian menunjukkan mereka telah menanam berbagai komoditas
pertanian, antara lain: kakao, nenas, wijen, pisang dan sebagian dari mereka
bahkan ada yang lahannya konflik dengan masyarakat Sirau.
30
Tabel 12 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Laham dan Long Hubung
Mata Pencaharian
Desa Lutan Danum Paroy Long
Gelawang Mamahak
Teboq Orang % Orang % Orang % Orang %
Bertani 204 94 110 80 108 88 305 80 Berdagang 7 3 5 4 2 2 19 5 Swasta 4 2 20 15 - - 38 10 Cari hasil hutan
- - - - 10 8 11 3
PNS 3 1 2 1 3 2 8 2 beternak - - - - - - - Jumlah 218 100 137 100 123 100 381 100
Sumber: Data primer dari Studi PRA WWF Indonesia, 2010
Sebagian besar masyarakat masih memiliki ketergantungan dengan
sumberdaya hutan dan sumberdaya alam. Pola perladangan (gilir balik) lahan
kering untuk memenuhi kebutuhan pokok (padi, buah-buahan, sayur mayur),
mencari ikan di sungai, mencari produk-produk non kayu seperti rotan dan gaharu
menunjukkan mereka masih sangat kuat keterikatannya terhadap hutan. Namun
sebagian masyarakat memperlakukan hutan sebagai tempat yang tidak secara
langsung menyediakan karbohidrat, protein, dan obat-obatan tradisional tetapi
sebagai sumber mata pencaharian yang dapat menghasilkan uang tunai.
Pohon tengkawang masih banyak di jumpai dilapangan dan dinyatakan
sebagai pohon yang dilindungi. Hasil minyak dari biji tengkawang digunakan
sebagai bahan kosmetik dan campuran makanan seperti untuk campuran coklat.
Tengkawang ini memiliki pola musim perbuahan yang cukup lama sekitar 3-7
tahun. Suku Dayak Kalimantan mempunyai kebiasaan dan sering mengumpulkan
biji tengkawang ini untuk dijual sebagai penghasilan mereka. Berdasarkan data
HCVF oleh PT. RATAH TIMBER beberapa jenis tumbuhan obat yang biasa
diambil oleh di areal perusahaan diantaranya adalah pasak bumi, urat bumi, akar
kuning, tapak barito, sarang semut, putik mambo, dan daun berubung. Pasak
bumi biasanya digunakan untuk menyembuhkan penyakit demam dan sakit
pinggang. Akar kuning biasanya digunakan untuk menyembuhkan penyakit
malaria, perut kembung dan liver. Sedangkan sarang semut biasanya digunakan
untuk menyembuhkan penyakit maag (lambung). Obat-obatan ini banyak
31
dijumpai dan dimanfaatkan oleh masyarakat pada saat hutan baru dibuka pada
kegiatan penebangan.
Selain sebagai sumber protein, masyarakat juga memanfaatkan satwa liar
hasil buruan sebagai sumber pendapatan mereka. Seirng sekali mereka melakukan
perburuan liar seperti pemasangan jerat. Awalnya jerat diperuntukan untuk babi
namun beberapa jenis satwa lainnya ikut terjerat didalamnya seperti payau atau
ayam butan. Beberapa jenis satwa liar yang terdapat dan masih ditemui di
kawasan hutan PT. RATAH TIMBER, antara lain: babi hutan, rusa/payau, kijang,
ayam hutan, kancil, banteng, kera, landak, musang,owa, burung enggang, burung
merak, burung sempidan, burung pelatuk, beruang madu, kucing hutan, musang,
bajing, tupai, dan beberapa jenis satwa liar lain.1)
Berdasarkan identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di areal
konsesi PT. RATAH TIMBER, sebagian besar penduduk setempat takut ular,
sekalipun dengan yang berukuran kecil. Selain spesies phyton yang mereka
makan, penduduk setempat enggan untuk menangkap ular yang lain. Di antara
spesies kadal, hanya biawak (Varanus salvator) yang dikenal dan diburu oleh
penduduk setempat. Seluruh spesies kura-kura dimakan oleh penduduk setempat,
khususnya labi-labi (suku kura-kura yang berperisai lunak), yang berukuran besar,
sering ditangkap dengan menggunakan pancing berumpan. Empedu labi-labi
memiliki nilai yang sangat tinggi bagi masyarakat setempat karena reputasinya
sebagai obat-obatan yang berkhasiat.
Sementara buaya senyulong (Tomistoma schlegelii), hidup di sungai-sungai
di dalam dan sekitar areal konsesi PT. RATAH TIMBER. Saat ini buaya sangat
jarang ditemukan di wilayah ini, meskipun penduduk setempat menyatakan bahwa
buaya masih dapat di temukan di daerah hulu Sungai Dason, Sungai Ratah dan
Sungai Pariq. Sejumlah masyarakat mengungkapkan bahwa setidaknya ada satu
buaya berukuran besar masih hidup di sekitar muara Sungai Pariq dan Sungai
Dason.
Satwa cenderung berpindah ke tempat (migrasi) yang dirasa aman atau
tempat lain yang cukup menyediakan kebutuhan hidupnya. Sebagai contoh di
sungai batu sebelum dilakukan pemanenan secara besar-besaran dan merata,
masih sering di jumpai kawanan banteng (Bos javanicus) berendam dan minum di
1) Sumber: Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di areal konsesi PT. RATAH TIMBER Tahun 2010
32
sungai tersebut. Namun pada saat ini banteng sulit ditemukan dan bahkan tidak
dijumpai lagi di wilayah ini. Oleh karena itu perlu dilakukan inventarisai kawasan
yang dapat mendukung konservasi keanekaragaman jenis di seluruh kawasan
IUPHHK PT. RATAH TIMBER.
4.2 Kondisi Sosial dan Ekonomi
a. Kependudukan
Menurut administrasi pemerintah, areal kerja IUPHHK PT. RATAH
TIMBER berada di kecamatan Long Hubung dan Kecamatan Laham, Kabupaten
kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Kecamatan Long Hubung pada saat ini
terdiri atas 10 desa (2 Desa diantaranya merupakan hasil pemekaran), sedangkan
kecamatan Laham terdiri atas 5 desa (satu desa merupakan desa hasil pemekaran).
Dari ke-15 desa di kedua wilayah kecamatan tersebut, 11 desa di antaranya berada
di sekitar areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER, sebagai berikut:
Tabel 13 Desa yang berada di sekitar areal IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER
Kecamatan Long Hubung Kecamatan Laham
1. Desa Mamahak Teboq 1. Desa Muara Ratah
2. Desa Sirau 1) 2. Desa Long Gelawang
3. Desa Lutan 3. Desa Danum Paroy
4. Desa Datah Bilang Ilir 4. Desa Nyerubungan3)
5. Desa Datah Bilang Ulu Catatan: 1)merupakan hasil pemekaran Desa
Mamahak Teboq
2)merupakan hasil pemekaran Desa Datah Bilang Ilir dan Datah Bilang Ulu
3)merupakan hasil pemekaran dari Desa Danum Paroy
6. Desa Datah Bilang Baru2)
7. Desa Long Hubung
Sumber: RKUPHHK PT. RATAH TIMBER Tahun 2010
Desa Mamahak Teboq adalah desa terdekat dengan kegiatan (base camp)
IUPHHK PT. RATAH TIMBER. Di wilayah kecamatan LongHubung, suku
bangsa Dayak Bahau merupakan etnik terbesar, yang mendiami seluruh desa di
kecamatan tersebut selain itu mendiami Desa Datah Bilang Ilir, Datah Bilang Ulu,
dan Datah Bilang Tengah. Etnis terbesar yang mendiami kedua desa tersebut
adalah Suku Dayak Kenyah yang berasal dari Long Apun dan Long Boh di daerah
hulu Sungai Mahakam. Sedangkan di Kecamatan Laham, etnis terbesar yang
33
mendiami desa-desa di wilayah tersebut terdiri dari suku Dayak Bahau (di Desa
Long Gelawang), Dayak Punan (Desa Muara Ratah dan Laham), serta suku
Bakumpai (di Desa Danum Paroy dan Nyerubungan).
Suku pendatang di 11 desa yang terdapat di dalam dan di sekitar areal kerja
IUPHHK PT. RATAH TIMBER terdiri dari suku Banjar (Kalimantan Selatan),
suku Jawa dan Sunda (Pulau Jawa), suku Madura, suku Makasar/Bugis (Sulawesi)
dan Cina. Para pendatang pada umumnya tinggal di daerah-daerah pusat
perdagangan atau bekerja di IUPHHK PT. RATAH TIMBER maupun perusahaan
sejenis di sekitar wilayah tersebut. Jumlah total penduduk di desa-desa yang
merupakan desa binaan PT. Ratah Timber sebanyak 8.588 orang dengan 2.072
kepala rumah tangga. Untuk mengetahui situasi kependudukan di masing-masing
desa kajian bisa dilihat pada Tabel 13.
Tabel 14 Jumlah kepadatan penduduk di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER
No Desa Luas (Km2)
Penduduk (jiwa)
Keluarga (KK)
Kepadatan (jiwa/Km2) (jiwa/KK)
I KEC. LONG HUBUNG 1 MamahakTeboq 76,17 1.433 371 18,81 3,86 2 Sirau 42,84 * * * * 3 Lutan 137,32 861 203 5,47 4,24 4 Datah Bilang
Ilir 21,24 1,729 399 81,40 4,33
5 Datah Bilang Ulu
73,24 1,881 432 25,68 4,35
6 Datah Bilang Baru
15,38 * * * *
7 Long Hubung 27,46 1,320 328 48,07 4,02 Sub jumlah 393,65 7224 1733 179,43 20,8
II KEC. LAHAM 1 Muara Ratah 197,75 661 155 3,34 4,26 2 Long
Gelawang 137,32 499 132 3,63 3,78
3 Danum Paroy 45,77 204 52 4,46 3,92 4 Nyerubungan1) Sub jumlah 380,84 1364 339 11,43 11,96 Jumlah 774,49 8588 2072 190,86 32,76 Sumber: Kecamatan Long Hubung Dalam Angka Tahun 2010, Kecamatan Laham dalam Angka
Tahun 2010 Keterangan:* Desa-desa tersebut belum tercantum dalam data Kecamatan Long Hubung Dalam
Angka 2010 dan Kecamatan Laham Dalam Angka 2010
34
Berdasarkan data pada Kecamatan Long Hubung dalam Angka dan Kutai
Barat dalam Angka terdapat komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin.
Jumlah total penduduk laki-laki sebesar 4.601 orang dan jumlah total penduduk
perempuan sebesar 3.987 orang sehingga sex ratio adalah 951,78. Untuk
mengetahui komposisi kependudukan di masing-masing desa kajian berdasarkan
jenis kelamin bisa dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di desa sekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah timber
No Desa Laki-laki Perempuan Sex Ratio 1 Mamahak Teboq 752 681 110,43 2 Lutan 469 392 119,64 3 Datah Bilang Ilir 903 826 109,32 4 Datah Bilang Ulu 1.040 841 123,66 5 Long Hubung 694 626 110,86 6 Datah Bilang Baru * * * 7 Sirau * * * 8 Long Gelawang 271 228 118,86 9 Muara Ratah 351 310 113,23
10 Danum Paroy 121 83 145,78 11 Nyerubungan * * * Jumlah 4.601 3.987 951,78
Sumber: Kecamatan Long Hubung dalam Angka 2010 dan Kecamatan Laham dalam Angka 2010
Keterangan: * Desa-desa tersebut belum tercantum dalam data Kecamatan Long Hubung Dalam Angka 2010 dan Kecamatan Laham dalam Angka Tahun 2008
b. Kehidupan Sosial Ekonomi
Sebagaimana karakteristik sosial ekonomi masyarakat pedalaman di pulau
Kalimantan pada umumnya, masyarakat di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH
TIMBER sebagian besar (± 90%) mengggantungkan sumber kehidupan dari alam
di sekitarnya yang berupa sungai dan hutan. Pola berladang berpindah, usaha
mencari ikan serta mencari rotan merupakan bentuk ketergantungan masyarakat
terhadap alam sekitarnya. Masuknya beberapa perusahaan industri kayu
(IUPHHK) serta tenaga kerja pendatang mempengaruhi pola berpikir dan pola
hidup masyarakat Dayak lokal, dan mengakibatkan cukup banyak anggota
masyarakat yang menerjuni sektor mata pencaharian non pertanian seperti
berdagang, penyedia jasa angkutan atau bekerja di IUPHHK.
Kehidupan masyaraat ditandai dengan pola pemukiman yang mengelompok
atau pola desa (rural resetlement type) dan terpusat dalam kampung-kampung
hunian yang berada di sekitar sungai Mahakam atau sungai Ratah. Komunikasi
antara daerah dilakukan antar air. Rumah
umumnya didirikan di tepi jalan yang sejajar dengan sung
tonggak setinggi 2 – 2,5 meter. Rumah
beratap seng. Dinding rumah umumnya terbuat dari kayu meranti (
dan keruing (Dipterocarpus spp
Suku dayak membuat rumah dengan cara mengambil
kadang-kadang mendapat bantuan bahan baku dari perusahaan IUPHHK PT.
RATAH TIMBER. Salah satu hak sosial masyarakat yang hingga sekarang masih
dijunjung tinggi dan dilestarikan keberadaannya secara non
ulayat. Berdasarkan mata pencahariannya, masyarakat desa di dalam dan di
sekitar IUPHHK sebagian besar hidup dengan matapencaharian sebagian petani,
berdagang dan berusaha di bidang pertambangan emas tradisional. Berdasarkan
data yang terdapat dalam kecamatan Long Hubun
Laham Dalam Angka Tahun 2009, persentase keluarga di delapan desa di sekitar
areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER yang bermata pencaharian di bidang
pertanian mencapai 90%.
Usaha tani yang dilakukan penduduk setempat umumnya berupa ber
gilir balik yang merupakan kegiatan bertani secara turun temurun dari pengalaman
tani orang tua mereka terdahulu. Perladangan penduduk banyak ditemukan berada
di sisi kanan atau kiri sungai di sekitar daerah pemukiman dengan komoditas yang
ditanam seperti padi, jagung, ketela/singkong, sayuran dan tanaman perkebunan
(kakao, karet) serta tanaman buah.
Gambar 2 Diagram persentase jumlah keluarga pertanian
90
90%
hunian yang berada di sekitar sungai Mahakam atau sungai Ratah. Komunikasi
antara daerah dilakukan antar air. Rumah-rumah masyarakat desa tersebut
umumnya didirikan di tepi jalan yang sejajar dengan sungai, didirikan di atas
2,5 meter. Rumah-rumah mereka beratap sirap sebagian kecil
beratap seng. Dinding rumah umumnya terbuat dari kayu meranti (
Dipterocarpus spp).
Suku dayak membuat rumah dengan cara mengambil kayu dari hutan atau
kadang mendapat bantuan bahan baku dari perusahaan IUPHHK PT.
RATAH TIMBER. Salah satu hak sosial masyarakat yang hingga sekarang masih
dijunjung tinggi dan dilestarikan keberadaannya secara non-formal adalah hak
arkan mata pencahariannya, masyarakat desa di dalam dan di
sekitar IUPHHK sebagian besar hidup dengan matapencaharian sebagian petani,
berdagang dan berusaha di bidang pertambangan emas tradisional. Berdasarkan
data yang terdapat dalam kecamatan Long Hubung Dalam Angka dan Kecamatan
Laham Dalam Angka Tahun 2009, persentase keluarga di delapan desa di sekitar
areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER yang bermata pencaharian di bidang
pertanian mencapai 90%.
Usaha tani yang dilakukan penduduk setempat umumnya berupa ber
gilir balik yang merupakan kegiatan bertani secara turun temurun dari pengalaman
tani orang tua mereka terdahulu. Perladangan penduduk banyak ditemukan berada
di sisi kanan atau kiri sungai di sekitar daerah pemukiman dengan komoditas yang
eperti padi, jagung, ketela/singkong, sayuran dan tanaman perkebunan
(kakao, karet) serta tanaman buah.
Diagram persentase jumlah keluarga pertanian di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER.
92%
94%
75%91%75%
90%
70%
Mamahak
Teboq
Lutan
Datah Bilang
Ilir
35
hunian yang berada di sekitar sungai Mahakam atau sungai Ratah. Komunikasi
rumah masyarakat desa tersebut
ai, didirikan di atas
rumah mereka beratap sirap sebagian kecil
beratap seng. Dinding rumah umumnya terbuat dari kayu meranti (shorea spp)
kayu dari hutan atau
kadang mendapat bantuan bahan baku dari perusahaan IUPHHK PT.
RATAH TIMBER. Salah satu hak sosial masyarakat yang hingga sekarang masih
formal adalah hak
arkan mata pencahariannya, masyarakat desa di dalam dan di
sekitar IUPHHK sebagian besar hidup dengan matapencaharian sebagian petani,
berdagang dan berusaha di bidang pertambangan emas tradisional. Berdasarkan
g Dalam Angka dan Kecamatan
Laham Dalam Angka Tahun 2009, persentase keluarga di delapan desa di sekitar
areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER yang bermata pencaharian di bidang
Usaha tani yang dilakukan penduduk setempat umumnya berupa berladang
gilir balik yang merupakan kegiatan bertani secara turun temurun dari pengalaman
tani orang tua mereka terdahulu. Perladangan penduduk banyak ditemukan berada
di sisi kanan atau kiri sungai di sekitar daerah pemukiman dengan komoditas yang
eperti padi, jagung, ketela/singkong, sayuran dan tanaman perkebunan
di sekitar areal
Datah Bilang
36
c. Sarana Pendidikan
Fasilitas pendidikan masyarakat di delapan desa di sekitar areal IUPHHK
PT. RATAH TIMBER relatif masih terbatas.
Tabel 16 Jumlah sarana pendidikan di sekitar areal PT. RATAH TIMBER
No
Desa
SD SMP SMA (unit) (unit) (unit)
1 Mamahak Teboq 1 1 - 2 Lutan 1 - - 3 Datah Bilang Ilir 1 1 - 4 Datah Bilang Ulu 1 2 2 5 Long Hubung 1 1 1 6 Muara Ratah 1 - - 7 Long Gelawang 1 - - 8 Danum Paroy 1 - -
Jumlah 8 5 3 Sumber: Kecamatan Long Hubung Dalam Angka Taun 2009, Kecamatan Laham Dalam Angka
Tahun 2009
Untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), terdapat di semua desa, sedangkan untuk
tingkat SD dan SMA, belum di semua desa terdapat sarana tersebut. Untuk
melanjutkan sekolah ke tingkat SMP dan SMA, anak didik harus bersekolah ke
desa terdekat atau ke ibukota kecamatan, ibukota kabupaten ataupun ibukota
Provinsi Kalimantan Timur (Samarinda).
d. Masalah tenurial dalam kaitannya dalam kaitannya dengan kegiatan IUPHHK
Pemilikan tanah ulayat sering kali menimbulkan konflik, khususnya antara
masyarakat adat dengan perusahaan IUPHHK. Bagi masyarakat, tanah
garapan/ladang/pemukiman mereka pandang sebagai tanah ulayat, namun secara
administrrasi berada dalam areal IUPHHK. Selain itu, penduduk juga mempunyai
kebun rotan dan buah-buahan. Pemilikan kebun lebih jelas dibanding dengan
pemilikan ladang karena sistem perladangan adalah pola perladangan tidak
menetap.
Dalam melaksanakan kegiatan pengusahaan hutan, IUPHHK PT. RATAH
TIMBER tetap mengakui hak-hak perladangan mereka. Di samping hak-hak
perladangan, perusahaan juga mengakui hak-hak masyarakat untuk memungut
hasil hutan ikutan, antara lain: rotan, getah jelutung, tengkawang, durian dan
berburu berbagai jenis binatang yang tidak dilindungi undang-undang seperti babi.
37
Meskipun data secara pasti tentang jumlah perambahan hutan tidak tercatat,
tetapi kegiatan ini sangat dirasakan akibatnya oleh perusahaan, berupa
berkurangnya areal yang dapat diproduksi terutama pada lokasi yang berdekatan
dengan Sungai Ratah dan anak sungainya. Untuk mengendalikan perambahan
hutan yang dilakukan masyarakat, PT. RATAH TIMBER telah merencanakan
untuk melakukan pemetaan partisipatif, didahului dengan kegiatan pengkajian
Desa Secara Partisipatif atau Participatory Rural Appraisal (PRA).
4.3 Gambaran Umum Desa Penelitian
1. Desa Mamahak Teboq
a. Posisi Desa
Mamahak Teboq adalah salah satu desa yang terletak di dalam Kecamatan
Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur dan berada di
dalam kawasan konsesi perusahaan perkayuan PT. RATAH TIMBER. Desa
Mamahak Teboq juga merupakan salah satu desa binaan dari 11 desa binaan PT.
RATAH TIMBER. Desa Mamahak Teboq berbatasan dengan desa-desa yang ada
di sekitar kawasan PT. RATAH TIMBER yaitu di sebelah Utara berbatasan
dengan Desa Sirau, di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ujoh Halang, di
sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kelian, dan di sebelah barat berbatasan
dengan arah batas Provinsi Kalimantan Tengah.
b. Topografi desa
Wilayah Desa Mamahak Teboq sebagian besar bergelombang sampai
berbukit dengan kelerengan landai samapai curam.
c. Jumlah penduduk
Berdasarkan data dari Kepala Desa Mamahak Teboq, jumlah penduduk
yang berdomisili di desa Mamahak Teboq adalah 371 kepala keluarga dengan
rincian 752 laki-laki dan 681 perempuan atau berjumlah 1.433 jiwa penduduk
dengan kepadatan penduduk 18.81 jiwa/km2.
d. Penyebaran penduduk
Pola penyebaran penduduk desa Mamahak Teboq mengikuti daerah aliran
sungai Mahakam. Mereka bermukim di sisi tepi sungai hingga ke darat.
38
e. Mata pencaharian penduduk
Mata pencaharian desa Mamahak Teboq sebagian besar berladang atau
bertani sekitar 80% dan selebihnya memanfaatkan hasil hutan kayu 3%, buruh
swasta 10%, pedagang 5% dan Pegawai Negeri Sipil 2%.
f. Keragaman penduduk
Penduduk desa Mamahak Teboq bersifat heterogen dan didominasi oleh
suku Dayak Bahau Umaq (Bahau Busang) sebesar 90% yang merupakan
penghuni pertama di desa ini, selain itu sudah ada sebagian penduduk pendatang
seiring beroperasinya perusahaan perkayuan di sekitar kampung diantaranya suku
Jawa 2%, dan suku lainnya sekitar 8%. Sebagian besar penduduk desa Mamahak
Teboq bergama Kristen 9 % dan beragama Islam 10%.
g. Pendidikan
Pendidikan masyarakat desa Mamahak Teboq relatif baik, hal ini ditunjang
dengan tersedianya sarana belajar yang tersedia di desa seperti taman kanak-kanak
(TK), sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah pertama (SMP). Sementara
untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi anak didik bersekolah di luar desa
Mamahak Teboq yaitu di daerah Kabupaten. Penduduk desa Mamahak Teboq
95% bisa membaca dan 5% saja yang belum bisa membaca dan menulis yang
didominasi oleh orang tua dan lanjut usia.
h. Sarana perhubungan/transportasi
Sarana transportasi menuju desa Mamahk Teboq dilalui dengan transportasi
darat dan atau transportasi sungai. Meski transportasi darat sudah ada, masyarakat
desa Mamahak Teboq lebih memilih menggunakan transportasi melalui sungai
baik berupa kapal maupun perahu bermotor (ces). Hal ini karena biaya yang
dikeluarkan lebih murah dibanding dengan menggunkan transportasi darat.
2. Desa Lutan
a. Posisi Desa
Sama halnya seperti desa Mamahak Teboq, desa Lutan juga merupakan
salah satu desa binaan dari 11 desa binaan PT. RATAH TIMBER. Posisi batas
desa Lutan adalah di sebelah utara berbatasan dengan Desa Matalibaq, di sebelah
Selatan berbatasan dengan Desa Sirau, di sebelah Barat berbatasan dengan Desa
Datah Bilang, dan di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tukul.
39
b. Topografi desa
Desa Lutan masuk ke dalam kecamatan Long Hubung Kabupaten Kutai
Barat yang sebgain besar dengan topografi bergelombang sampai berbukit dengan
kelerengan landai sampai curam.
c. Jumlah penduduk
Berdasarkan data dari kantor desa Lutan, penduduk desa Lutan berjumlah
203 Kepala Keluarga yang terdiri dari 469orang laki-laki dan 392orang
perempuan sehingga total penduduk di desa Lutan adalah 861 jiwa penduduk
dengan kepadatan penduduk 627 jiwa/km2.
d. Penyebaran penduduk
Pola penyebaran penduduk Desa Lutan Kecamatan Long Hubung mengikuti
daerah aliran Sungai Mahakam dan Sungai Ratah. Pemukiman penduduk berada
di sisi tepi sungai hingga ke daratan.
e. Mata pencaharian penduduk
Dari 219 rumah tangga di Desa Lutan Kecamatan Long Hubung sebesar
92% mata pencaharian berladang atau bertani lahan kering, selebihnya pedagang
4%, Pegawai Negeri Sipil 1%, beternak 1%, dan buruh swasta 2%.
f. Keragaman penduduk
Penduduk Desa Lutan bersifat heterogen dan didominasi oleh suku Dayak
Bahau Umaq (Bahau Busang) sebesar 95% yang merupakan penghuni pertama di
desa ini, selain itu sudah ada sebagian penduduk pendatang seiring beroperasinya
perusahaan perkayuan di sekitar kampung diantaranya suku Kutai 2%, suku
Banjar 2%, dan suku Jawa 1%. Sebagian besar penduduk desa Mamahak Teboq
bergama Kristen 50% dan beragama Islam 50%.
g. Pendidikan
Pendidikan masyarakat desa Mamahak Teboq relatif baik, hal ini ditunjang
dengan tersedianya sarana belajar yang tersedia di desa seperti taman kanak-kanak
(TK), sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah pertama (SMP). Sementara
untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi anak didik bersekolah di luar Desa
Mamahak Teboq, di daerah Kabupaten Kutai Barat ataupun ibukota Provinsi
Kalimantan Timur, Samarinda. Penduduk Desa Lutan 85% bisa membaca dan
40
15% yang belum bisa membaca dan menulis yang didominasi oleh orang tua dan
lanjut usia.
h. Sarana perhubungan/transportasi
Sarana transportasi menuju Desa Mamahk Teboq dilalui dengan transportasi
sungai. Namun demikian, transportasi darat yang merupakan penghubung antara
desa di Pemerintahan Kabupaten Kutai Barat sedang berlangsung. Masyarakat
Desa Mamahak Teboq lebih memilih menggunakan transportasi melalui sungai
baik berupa kapal maupun perahu bermotor (ces). Hal ini karena biaya yang
dikeluarkan lebih murah dibanding dengan menggunkan transportasi darat.
41
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Reponden
Responden yang dipilih berasal dari dua desa yaitu Desa Mamahak Teboq
dan Desa Lutan yang berada di sekitar wilayah kerja PT. RATAH TIMBER.
Jumlah responden yang diambil adalah 60 responden yang terdiri dari 30
responden dari Desa Mamahak Teboq dan 30 responden dari Desa Lutan.
Responden yang dipilih adalah masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan bukan
kayu.
Akses menuju Desa Mamahak Teboq ditempuh hanya dengan berjalan kaki
karena desa tersebut sangat dekat dan berada di sekitar basecamp PT. RATAH
TIMBER sedangkan untuk menuju Desa Lutan harus menggunakan perahu mesin
(cess) atau melalui darat (mobil, motor) karena jaraknya cukup jauh dari
basecamp.
Hasil penelitian mengkaji karakteristik responden yang meliputi komposisi
umur berdasarkan angkatan kerja, pendidikan, jumlah anggota keluarga, mata
pencaharian utama dan sampingan, jarak tempat tinggal dari hutan, jenis
penggunaan lahan, luas kepemilikan lahan, suku, dan agama responden.
1. Komposisi umur
Distribusi umur responden berdasarkan kelas umur angkatan kerja dapat
dilihat pada Tabel 17. Hasil penelitian menunjukkan komposisi umur responden
dengan persentase terbesar di Desa Mamahak Teboq maupun di Desa Lutan
tergolong kedalam umur produktif masing-masing pada interval umur 35-39; 40-
44 tahun, 45-49 tahun, 50-54 Tahun, dan 55-60 Tahun.
42
Tabel 17 Persentase responden berdasarkan kelompok umur
Umur Desa Mamahak
Teboq Desa Lutan
N % N % 15 – 19 0 0,0 0 0,0 20 – 24 2 6,7 1 3,3 25 – 29 2 6,7 1 3,3 30 – 34 2 6,7 4 13,3 35 – 39 5 16,7 5 16,7 40 – 44 5 16,7 5 16,7 45 – 49 2 6,7 6 20,0 50 – 54 4 13,3 2 6,7 55 – 59 2 6,7 3 10,0 ≥ 60 6 20 3 10,0
30 100,0 30 100,0 Sumber: Hasil wawancara dengan responden
Berdasarkan indikator BPS, angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun
ke atas yang bekerja atau sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari
pekerjaan. Masing-masing persentase responden yang tergolong kedalam umur
produktif (15-59 tahun) angkatan kerja adalah 80% pada Desa Mamahak Teboq
dan 90% pada Desa Lutan. Sementara itu, terdapat juga umur responden yang
tergolong kedalam umur non produktif tua ( ≥ 60 tahun). Persentase responden
yang tergolong kedalam umur non produktif tua di ke dua desa adalah 20% Desa
Mamahak Teboq dan 10% Desa Lutan.
Komposisi responden menurut kelas umur angkatan kerja tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata responden yang memanfaatkan sumber daya hutan
merupakan angkatan kerja yang tergolong optimum dan produktif dalam mencari
nafkah hidup bagi keluarganya. Umur mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam mengambil hasil hutan karena kemampuan kerja produktif akan rendah jika
semakin lanjutnya usia seseorang.
2. Distribusi tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang terdata dalam penelitian ini adalah tingkat
pendidikan terakhir responden yang memanfaatkan hasil hutan. Distribusi
responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Mamahak Teboq dan Desa
Lutan disajikan pada Tabel 18.
43
Tabel 18 Persentase responden menurut tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan Desa Mamahak Teboq Desa Lutan Rata-rata
N % N % N % Tidak Lulus SD 4 13,3 1 3,3 2,5 8,3 Lulus SD/SR 7 23,3 11 36,7 9 30,0 Lulus SMP 7 23,3 8 26,7 7,5 25,0 Lulus SMA/SLTA sjdt 12 40,0 9 30,0 10,5 35,0 PT 0 0,0 1 3,3 0,5 1,7
30 100,0 30 100,0 30 100,0 Sumber: Hasil wawancara dengan responden
Dari hasil penelitian rata-rata persentase tertinggi tingkat pendidikan
responden di kedua desa adalah berada pada tingkat SMA/SLTA/SMK/SMEA
yaitu sebesar 35% sedangkan persentase tingkat pendidikan terendah berada pada
tingkat PT yaitu 1,7%. Responden yang tidak lulus SD di dua desa tersebut
sebesar 8,3%, tingkat pendidikan SD/SR dengan persentase 30% dan tingkat
pendidikan SMP sebesar 25%.
Guhardja et al. (1992) dalam Nani Sufiani et al. (2009) menyatakan
bahwa orang yang berpendidikan tinggi biasanya identik dengan orang yang
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan dan tingkat
kesejahteraan adalah dua aspek yang saling mempengaruhi. Tingkat pendidikan
akan menentukan kemampuan sebuah keluarga untuk mengakses kebutuhan
hidupnya. Rumah tangga yang dikepalai oleh seseorang dengan tingkat
pendidikan rendah cenderung lebih miskin dibandingkan dengan rumah tangga
yang dikepalai oleh mereka yang lebih berpendidikan.
Tingkat pendidikan adalah salah satu aspek yang dapat menilai dan
menentukan status sosial seseorang dalam masyarakat. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi juga status sosialnya di dalam
lingkungan masyarakat. Ada kecenderungan juga bahwa masyarakat yang
memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memperoleh upah dan gaji yang
relatif tinggi dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Tingkat
pendidikan responden memperlihatkan pergeseran ke arah yang lebih baik karena
kecenderungan mereka untuk melanjutkan ke tingkat SMP (25%), SMA (35%)
bahkan ada yang ke tingkat PT (1,7%).
44
3. Jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga yang dimaksud adalah banyaknya anggota yang
terdiri dari ayah, ibu, dan anak dan anggota keluarga lain yang hidup dari
pengelolaan sumber daya yang sama. Distribusi responden berdasarkan jumlah
anggota keluarga di Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan disajikan pada Tabel
19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase anggota keluarga terbesar di
Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan adalah 70% dengan jumlah 2-4 orang
anggota keluarga yang termasuk dalam rumah tangga kecil. Selain itu, terdapat
jumlah anggota keluarga antara 5-7 orang yang termasuk rumah tangga sedang
sebesar 18,3% dan rumah tangga besar lebih besar dari 7 orang anggota keluarga
adalah 11,7%.
Tabel 19 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga
No Desa
Jumlah anggota keluarga (orang) Jumlah Kecil Sedang Besar
(2-4) (5-7) (>7) N % N % N % N %
1 Mamahak 24 80 5 16,7 1 3,3 30 100,0 Teboq
2 Lutan 18 60 6 20,0 6 20,0 30 100,0 Jumlah 42 11 7 60 Rata-rata 70,0 18,3 11,7 100,0 Sumber: Hasil wawancara dengan responden
Data tersebut menunjukkan bahwa setiap keluarga yang memiliki 2 orang
anak (2-4orang) telah sesuai dengan program pemerintah dalam rangka
pengendalian jumlah penduduk. Responden yang memiliki jumlah anggota
keluarga dengan kategori kecil (2-4orang), sedang (5-7orang) maupun besar
(>7orang) mencerminkan semakin besar dan atau semakin kecilnya jumlah
anggota keluarga mempengaruhi jumlah konsumsi rumah tangga yang harus
dipenuhi dan menuntut kepala keluarga untuk menghasilkan pendapatan yang
sesuai dengan kebutuhannya. Jika pekerjaan utamanya memanfaatkan sumber
daya hutan, maka responden yang memiliki jumlah anggota rumah tangga besar
dituntut untuk menghasilkan sumber daya hutan yang dimanfaatkan tersebut lebih
besar dibanding dengan responden yang memiliki jumlah anggota keluarga yang
lebih kecil.
45
Tenge (1989) dalam Nani Sufiani et al. (2009) menyatakan bahwa besarnya
jumlah anggota rumah tangga dapat menjadi potensi tenaga kerja untuk
menambah penghasilan keluarga sehingga kebutuhan minimum dapat terpenuhi.
Namun, disamping mampu menambah penghasilan keluarga jumlah anggota
keluarga juga mepengaruhi jumlah pengeluaran rumah tangga. Semakin besar
jumlah anggota keluarga maka pengeluaran baik kuantitas dan kualitas terhadap
pangan akan semakin meningkat.
4. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan
Distribusi responden menurut pekerjaan utama dan sampingan disajikan
dalam Tabel 20.
Tabel 20 Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan
No Pekerjaan Desa Mamahak
Teboq Desa Lutan Jumlah
Rata-rata
N % N % N % Pekerjaan utama
1 Petani 11 36,7 19 63,3 30 50,0 2 Guru 0 0,0 4 13,3 4 6,7 3 Pedagang 4 13,3 1 3,3 5 8,3 4 Kontraktor 0 0,0 1 3,3 1 1,7 5 Pengurus BPK 0 0,0 3 10,0 3 5,0 6 PNS 0 0,0 1 3,3 1 1,7 7 Karyawan 12 40,0 0 0,0 12 20,0 8 Pengurus adat 1 3,3 1 3,3 2 3,3 9 Pemburu 2 6,7 0 0,0 2 3,3
Pekerjaan sampingan 1 Pedagang 0 0,0 5 16,7 5 8,3 2 Pemburu 18 60,0 8 26,7 26 43,3 3 Petani 3 10,0 3 10,0 6 10,0 4 Pengrajin 0 0,0 1 3,3 1 1,7 5 Pandai besi 1 3,3 0 0,0 1 1,7 6 Tukang 3 10,0 0 0,0 3 5,0 7 Penores Karet 0 0,0 5 16,7 5 8,3 8 Pemungut rotan 1 3,3 1 3,3 2 3,3 9 Peternak 1 3,3 0 0,0 1 1,7
10 Nelayan 1 3,3 1 3,3 2 3,3 11 Tidak ada 2 6,7 4 13,3 6 10,0 12 Lain-lain 0 0,0 2 6,7 2 3,3
Sumber: Hasil wawancara dengan responden
46
Dari hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 20 tersebut menunjukkan
bahwa responden dari Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan memiliki pekerjaan
utama sebagai petani sebesar 50%. Dari total responden, 30 responden
diantaranya memiliki pekerjaan utama sebagai petani baik sebagai petani sawah,
petani lahan kering terutama ladang berpindah, petani kebun dengan jenis
tanaman keras (sengon dan meranti), petani kebun karet dan rotan, petani
palawija, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa sumber mata pencaharian
responden masih bergantung pada pertanian. Selain menjadi petani, pekerjaan
utama rata-rata responden di Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan adalah Guru
(6,7%), sebagai pedagang kecil-kecilan dengan membuka warung di rumah
(8,3%), kontraktor (1,7%), sebagai pengurus BPK (5%), PNS (1,7%), Karyawan
(20%), pengurus adat (3,3%), dan pemburu satwa liar (3,3%).
Sementara itu responden Desa Mamahak Teboq maupun Desa Lutan
memiliki pekerjaan sampingan dengan persentase terbesar yaitu berburu hewan
liar sebesar 43,3 %. Selain berburu hewan liar, responden di dua desa tersebut
rata-rata memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang kecil-kecilan, yaitu:
membuka warung di rumah (8,3%), petani (10%), pengrajin rotan (1,7%), pandai
besi (1,7%), tukang (5%), penores karet (8,3%), pemungut rotan (3,3%), peternak
(1,7%), nelayan (3,3%), lain-lain (3,3%) dan selainnya tidak memiliki pekerjaan
sampingan (10%).
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa 50% responden memiliki jenis
pekerjaan utama ataupun pekerjaan sampingan yang sangat bervariasi. Hal ini
menjelaskan bahwa alternatif sumber mata pencaharian di dua desa tersebut tidak
terfokus hanya pada pertanian saja tapi sudah terdapat alternatif pekerjaan lain
yang bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Susilowati et al. (2002) dalam Nani Sufiani et al. (2009) menyebutkan
bahwa secara umum rata-rata rumah tangga yang tinggal di pedesaan tidak
tergantung pada satu sumber mata pencaharian. Hal-hal yang membuat
diversifikasi kegiatan untuk memperoleh pendapatan adalah karena dengan satu
sumber pendapatan rumah tangga tersebut tidak dapat memenuhi semua
kebutuhan yang diperlukan, mengurangi resiko kegagalan yang apabila salah satu
sumber pendapatan tidak berhasil masih ada sumber pendapatan lain yang dapat
47
diharapkan. Oleh karena alasan tersebut mereka berusaha mendapatkan
pendapatan selain dari pekerjaan utama merka dengan memiliki pekerjaan
sampingan.
5. Jarak tempat tinggal dari kawasan hutan
Distribusi responden berdasarkan jarak tempat tinggal dari kawasan hutan
dari tempat tinggal tercantum pada Tabel 21.
Tabel 21 Distribusi responden berdasarkan jarak tempat tinggal dari hutan
No Desa
Jarak tempat tinggal Jumlah Dekat Sedang Jauh
(≤ 1 km) (>1-2 km) (>2 km) N % N % N % N %
1 Mamahak 2 6,7 21 70,0 7 23,3 30 100,0 Teboq
2 Lutan 4 13,3 4 13,3 22 73,3 30 100,0 Jumlah 6 25 29 60 Rata-rata 10,0 41,7 48,3 200,0 Sumber: Hasil wawancara dengan responden
Dari Tabel 21 yang telah disajikan, menunjukkan bahwa jarak tempat
tinggal responden di Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan dari hutan yang
dimanfaatkan mereka tergolong dekat (≤ 1 km) yaitu sebesar 10%, tergolong
sedang (> 1-2 km) sebesar 41,7%, dan tergolong jauh (> 2 km) sebesar 48,3%.
Data tersebut menunjukkan bahwa jarak tempat tinggal responden yang paling
banyak tergolong jauh yaitu sebesar 48,3%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk
memanfaatkan hasil hutan, masyarakat menempuh jarak yang cukup jauh dan
membutuhkan transportasi atau mereka harus menempuh perjalanan menuju
lokasi pemanfaatan dengan berjalan kaki.
6. Jenis penggunaan lahan
Tabel 22 menunjukkan distribusi responden di Desa Mamahak Teboq dan
Desa Lutan menurut kategori jenis penggunaan lahan.
48
Tabel 22 Persentase penggunaan lahan berdasarkan jenis lahan
No. Jenis Desa Mamahak Teboq Desa Lutan lahan N % N %
1 Sawah 1 3,3 2 6,7 2 Ladang 25 83,3 25 83,3 3 Kebun 24 80,0 26 86,7 4 Pekarangan 7 23,3 24 80,0 5 Belukar 14 46,7 15 50,0 6 Tanah kosong 12 40,0 8 26,7
Sumber: Hasil wawancara dengan responden
Kepemilikan lahan berupa kebun dan pekarang berada pada persentase
paling besar penggunaannya oleh responden. Sebanyak 80% responden di Desa
Mamahak Teboq dan 86,7% responden di Desa Lutan menguasai mengelola lahan
berupa kebun yang ditanami dengan tumbuhan keras maupun palawija.
Sedangkan kepemilikan ladang adalah 83,3% di Desa Mamahak Teboq maupun di
Desa Lutan yang ditanami dengan padi. Persentase kepemilikan sawah berada
pada urutan paling rendah yaitu di Desa Mamahak Teboq adalah 3,3% sedangkan
di Desa Lutan sebesar 6,7%. Responden lebih memilih menanam padi di ladang
kering dari pada sawah karena rata-rata masyarakat di desa tersebut masih
menerapkan pertanian ladang kering dan tidak menggunakan sistem intensifikasi
pertanian. Selain itu pertanian mereka lakukan dengan berladang berpindah.
7. Luas pemilikan lahan
Distribusi responden berdasarkan luas pemilikan lahan di Desa Mamahak
Teboq dan Desa Lutan disajikan pada Tabel 23. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa luas pemilikan lahan responden di dua desa tersebut di bawah termasuk
dalam kategori pemilikan lahan sempit (≤ 1 ha), kategori sedang (2-4 ha), dan
kategori luas (> 4 ha).
49
Tabel 23 Distribusi responden berdasarkan luas kepemilikan lahan
Luas pemilikan Mamahak Teboq Lutan Total responden lahan (ha) N % N % N % Sempit (≤ 1) 3 10,0 3 10,0 6 10,0 Sedang (2 − 4) 8 26,7 8 26,7 16 26,7 Luas (> 4) 19 63,3 19 63,3 38 63,3
30 100,0 30 100,0 60 100,0 Sumber: Hasil wawancara dengan responden
Berdasarkan kepemilikan lahan responden masyarakat desa sekitar kawasan
hutan yang termasuk kedalam kategori luas (> 4 ha), kategori sedang (2-4 ha), dan
kategori sempit (≤ 1 ha) di Desa Mamahak Teboq maupun Desa Lutan memiliki
persentase yang sama yaitu berturut-turut sebesar 63,3%, 26,7%, dan 10%.
Menurut Sajogyo (1984) dalam Nani Sufiani et al. (2009) bahwa semakin
luas usaha tani maka akan semakin besar penghasilan rumah tangga pertanian.
Penghasilan yang rendah memaksa petani untuk bekerja mencari tambahan
pendapatan rumah tangga dari sektor di luar pertanian. Rata-rata pemilikan lahan
responden dengan kategori luas karena mereka menerapkan sistem ladang
berpindah dalam mengelola lahannya. Setelah tanaman yang ditanam di ladang
sudah mereka panen, bekas ladang tersebut ada yang ditinggal begitu saja hingga
menjadi belukar. Namun beberapa saat setelah ditinggal akan ditanam dengan
tanaman seperti karet dan sengon. Lahan tersebut ditanami dengan jenis-jenis
tanaman seperti yang disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24 Persentase responden berdasarkan jenis tanaman
Jenis tanaman Desa Mamahak
Teboq Desa Lutan Rata-rata
N % N % N % Padi 25 83,3 22 73,7 47 78,3 Buah-buahan 12 40,0 7 23,3 19 31,7 Sayur-sayuran 3 10,0 3 10,0 6 10,0 Rotan 1 3,3 2 6,7 3 5,0 Coklat 8 26,7 2 6,7 10 16,7 Karet 17 56,7 23 76,7 40 66,7 Sengon 10 33,3 16 53,3 26 43,3 Kayu kapur 0 0,0 1 3,3 1 1,7 Meranti 1 3,3 0 0,0 1 1,7 Sumber: Hasil wawancara dengan responden
50
Sebanyak 83,3% responden menanami lahannya dengan jenis tanaman padi.
Luas lahan yang ditanami padi di ladang kering adalah 0,5 – 5 Ha sedangkan luas
lahan yang ditanami padi di sawah adalah antara 0,2-1 Ha. Berdasarkan hasil
wawancara pada setiap responden tanaman padi dengan luas 1 ha, petani dapat
menghasilkan maksimal sebanyak 100 kaleng padi. Namun hanya sebagian petani
yang beruntung yang mendapat hasil panen sebanyak 100 kaleng, karena sebagian
besar responden menghasilkan padi kurang dari 100 kaleng bahkan tidak lebih
dari setengahnya. Hal ini terjadi karena tahun ini mereka gagal panen. Menurut
mereka, gagal panen tahun ini disebabkan hama padi seperti monyet yang banyak
menghabiskan hasil panen mereka dan musim yang tidak menentu.
8. Pemanfaatan areal hutan dalam kegiatan usaha tani
Distribusi responden berdasarkan status pemanfaatan areal hutan dalam
kegiatan usaha tani disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25 Distribusi responden berdasarkan pemanfaatan areal hutan dalam kegiatan usaha tani
No Desa
Asal-usul lahan (Ha) Membuka
lahan hutan Warisan keluarga Tanah adat Membeli Menyewa
N % N % N % N % N % 1 Mamahak 15 50 16 53,3 3 10,0 3 10 0,0 0
Teboq 2 Lutan 15 50 14 46,7 1 3,3 0 0 0,0 0
Jumlah 30 30 14 3 0 Rata-rata 50 50 23,33 10 0 Sumber: Hasil wawancara dengan responden
Responden memiliki lahan tidak hanya dari satu sumber saja. Hampir semua
responden memiliki lahan yang berasal dari membuka lahan, warisan, dan
membeli dari orang lain. Asal-usul pemanfaatan lahan di Desa Mamahak Teboq
didominasi dari warisan keluarga 53,3%, diikuti dengan membuka lahan hutan
sebesar 50%, dari tanah adat 10%, dan membeli sebesar 10%. Sedangkan di Desa
Lutan, asal-usul kepemilikan lahan didominasi dengan membuka lahan hutan
sebesar 50% diikuti dari warisan keluarga 46,7%, dan dari tanah adat sebesar
3,3%.
51
Status penggunaan lahan di Desa Mamahak Teboq yang umumnya dengan
sifat ladang berpindah masih sangat tinggi. Sedangkan, usaha tani yang dilakukan
oleh penduduk Desa Lutan umumnya berupa berladang gilir-balik yang
merupakan kegiatan bertani secara turun temurun dari pengalaman tani orang tua
mereka terdahulu.
5.2 Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu
Hasil hutan bukan kayu adalah segala bentuk produk yang dihasilkan dari
ekstraksi dan pemanfaatan sumber daya hutan, baik yang bersumber dari
tumbuhan (selain produk kayu) dan hewan serta jasa hutan (FAO 1995). HHBK
dapat dimanfaatkan berupa produk primer maupun produk antara yang memiliki
fungsi khusus dan sangat beragam baik jenis, bentuk dan jumlahnya sehingga
mampu mengangkat keberdayaan ekonomi masyarakat sekitar hutan.
Pemanfaatan hutan oleh masyarakat mencakup berbagai aspek kehidupan
dapat berupa ketergantungan ekonomi, kawasan buru untuk kebutuhan protein,
areal perladangan, bahan bangunan, dan fungsi lain yang berhubungan dengan
hasil hutan.
Jenis hasil hutan bukan kayu yang banyak dimanfaatkan responden Desa
Mamahak Teboq didominasi oleh pemanfaatan satwa liar, antara lain: babi hutan,
rusa, kijang, kancil, ayam hutan, landak, monyet dan ada juga yang memanfaatkan
rotan (memungut dari hutan maupun budidaya), getah karet yang dibudidayakan,
madu lebah, tumbuhan obat, dan buah-buahan. Sedangkan HHBK yang banyak
dimanfaatkan oleh responden Desa Lutan juga didominasi oleh satwa liar, anatara
lain: babi hutan, rusa, kijang, dan kancil serta getah karet budidaya, rotan,
tumbuhan obat, madu, daun kajang, daun biru, dan buah-buahan.
Berdasarkan hasil wawancara, jenis HHBK yang dimanfaatkan oleh Desa
Mamahak Teboq dan Desa Lutan disajikan pada Tabel 26.
52
Tabel 26 Persentase hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh responden
No. Jenis Sumber daya hutan
Desa Mamahak Teboq Desa Lutan Total
responden Rata-rata
N % N % N % 1 Rotan 16 53,3 15 50,0 31 51,7 2 Karet 1 3,3 8 26,7 9 15,0 3 Daun biru 0 0,0 4 13,3 4 6,7 4 Daun kajang 0 0,0 2 6,7 2 3,3 5 Madu 2 6,7 1 3,3 3 5,0 6 Babi hutan 14 46,7 8 26,7 22 36,7 7 Rusa 14 46,7 7 23,3 21 35,0 8 Kijang 10 33,3 1 3,3 11 18,3 9 Kancil 5 16,7 2 6,7 7 11,7
10 Landak 1 3,3 0 0,0 1 1,7 11 Ayam hutan 2 6,7 0 0,0 2 3,3 12 Monyet 2 6,7 0 0,0 2 3,3
Sumber: Hasil wawancara dengan responden
Dari hasil penelitian yang disajikan tersebut, jenis hasil hutan bukan kayu
yang paling banyak dimanfaatkan oleh responden Desa Mamahak Teboq maupun
Desa Lutan adalah rotan. Responden di Desa Mamahak Teboq memanfaatkan
rotan sebesar 53,3%, getah karet 3,3%, madu beruang 6,7%, babi hutan 46,7%,
rusa 46,7%, kijang 33,3%, kancil 16,7%, landak 3,3%, ayam hutan 6,7%, dan
monyet sebesar 6,7%. Sedangkan responden Desa Lutan memanfaatkan rotan
sebesar 50%, getah karet 26,7%, madu beruang 3,3%, daun biru 13,3%, daun
kajang 6,7%, babi hutan 26,7%, rusa 23,3%,kijang sebesar 3,3%, dan kancil
sebesar 6,7%.
Meskipun persentase pemanfaatan rotan berada pada posisi paling tinggi,
responden banyak memanfaatkan rotan tersebut hanya untuk kebutuhan rumah
tangga saja (konsumsi). Selain rotan, hasil hutan bukan kayu lainnya juga
dimanfaatkan oleh responden dengan tujuan konsumtif ataupun untuk dijual
(produktif).
Berdasarkan wawancara, berikut disajikan tabel tujuan pemanfaatan hasil
hutan bukan kayu oleh responden di Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan.
53
Tabel 27 Persentase responden berdasarkan tujuan pemanfaatan Sumber daya hutan
No Jenis Sumber Desa Mamahak Teboq Desa Lutan daya hutan Konsumtif Produktif Konsumtif Produktif
N % N % N % N % 1 Rotan 9 56,3 7 43,8 3 20,0 12 80,0 2 Karet 0 0,0 1 100,0 0 0,0 9 100,0 3 Madu 0 0,0 2 100,0 1 100,0 0 0,0 4 Daun biru 0 0,0 0 0,0 0 0,0 4 100,0 5 Daun kajang 0 0,0 0 0,0 0 0,0 2 100,0 6 Babi hutan 0 0,0 16 100,0 3 37,5 5 62,5 7 Rusa 1 5,6 17 94,4 1 14,3 6 85,7 8 Kijang 2 22,2 7 77,8 1 100,0 0 0,0 9 Kancil 2 40,0 3 60,0 1 50,0 1 50,0
10 Landak 0 0,0 1 100,0 0 0,0 0 0,0 11 Ayam hutan 0 0,0 2 100,0 0 0,0 0 0,0 12 Monyet 1 50,0 1 50,0 0 0,0 0 0,0 Sumber: Hasil wawancara dengan responden
5.2.1 Pemanfaatan Hasil hutan Bukan Kayu Nabati
1. Rotan
Responden yang memanfaatkan hasil hutan bukan kayu berupa rotan di
Desa Mamahak Teboq sebanyak 53,3%. Dari 53,3% pemanfaat rotan tersebut
hanya 43,8% responden yang menjualnya sedangkan 56,3% lagi dimanfaatkan
sendiri oleh responden untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga pada waktu
dibutuhkan untuk membuat pijakan padi pada saat panen. Sedangkan responden
Desa Lutan memanfaatkan rotan sebanyak 50%. Dari 50% tersebut 20%
responden memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja pada saat
panen atau keperluan lainnya sedangkan 80% lagi dijual baik pada pedagang
pengumpul maupun dijual oleh mereka sendiri.
Jenis rotan yang dimanfaatkan di Desa Mamahak Teboq maupun Desa
Lutan adalah rotan sega (Calamus caesius), rotan pulut, rotan merah, dan rotan
jepung. Rotan yang dijual adalah rotan mentah maupun rotan yang sudah diolah
oleh pengrajin. Dari semua responden yang memanfaatkan rotan, 5% diantaranya
telah membudidayakan rotan di lahan miliknya.
54
Responden di Desa Mamahak Teboq menjual rotan mentah dengan harga
dari kisaran harga Rp 5000–Rp 8000 per kg dan biasanya dijual kepada pedagang
pengumpul. Lain halnya di Desa Lutan, harga jual rotan mentah di desa ini dijual
oleh responden dengan harga rata-rata Rp 1000/kg. Namun ada juga yang menjual
dengan harga Rp 5000 bahkan Rp 15.000/kg. Perbedaan harga rotan ini dapat
disebabkan karena sempitnya informasi mengenai harga rotan di desa tersebut,
kualitas rotan yang dijual, dan dapat disebabkan alur pemasaran rotan. Responden
ada yang langsung menjual kepada pedagang pengumpul dan ada yang juga
menjual langsung ke kabupaten dengan membuat rakit. Perbedaan alur pemasaran
ini menyebabkan terjadinya kesenjangan harga jual.
Alat yang digunakan untuk mengambil rotan adalah parang/mandau atau
kapak. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lokasi pengambilan rotan sekitar
1 -3 jam dengan mengendarai motor atau perahu mesin dan 1 hari dengan berjalan
kaki. Sementara waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan rotan dalam sekali
pengambilan dibutuhkan 6 jam bahkan sampai 1 harian sehingga harus menginap
di hutan. Penjualan rotan mentah dapat mencapai 50 kg–1 ton per bulan dan ada
juga yang menjual hanya 60 batang/bulan. Namun penjualan ini tergantung pada
permintaan pedagang pengumpul yang akan datang ke desa tersebut. Sehingga
penjualan rotan mentah belum dilakukan secara berkesinanbungan.
Gambar 3 Rotan mentah yang dipungut dari hutan.
Selain menjual berupa rotan mentah, ada juga yang menjual rotan dalam
bentuk kerajinan tangan yang dibentuk dengan kombinasi rotan, daun kajang, dan
daun biru untuk membuat seraung dan tampi beras selain itu juga rotan dapat
dijadikan tas seperti tas gendong, anjat,tikar, dan lanjung yang biasa dipakai oleh
55
masyarakat di desa tersebut. Harga per satuan lanjung Rp 50.000- Rp 150.000 per
lanjung, harga anjat Rp 50.000 –Rp 100.000 per anjat, dan harga seraung berkisar
antara Rp 15.000-Rp 25.000.
(a) (b) (c)
Gambar 4 Pemanfaatan rotan; (a) Lanjung; (b) Anjat ukuran sedang; (c) Anjat ukuran besar.
(a) (b)
Gambar 5 Pemanfaatan rotan yang dikombinasikan dengan daun Kajang dan daun biru; (a) Seraung; (b) Tas gendong dan Tampi beras.
Hasil wawancara pada responden, kendala yang mereka hadapai dalam
pemungutan rotan yaitu sebagian besar dari mereka mengeluh dengan harga rotan
yang semakin rendah. Harga rotan mentah terkadang tidak sesuai dengan tenaga
dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengumpulkannya. Selain menuju lokasi
pengambilan rotan sangat jauh, waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkannya
juga dibutuhkan waktu yang lama. Hal ini membuat sebagian mereka tidak mau
lagi mengumpulkan dan menjual rotan dan apabila mereka mengambil rotan
tersebut hanya digunakan untuk kepentingan mereka saja. Selain itu, pedagang
pengumpul (tengkulang) yang datang untuk mengumpulkan rotan tidak menentu
56
sehingga terkadang mereka harus menjualnya ke kabupaten. Sistem pengangkutan
terkendala pada saat menjual ke kabupaten yang apabila sungai meluap rakit rotan
akan hanyut.
Keterbatasan modal, pengetahuan dan keterampilan untuk diversifikasi
usaha serta kebutuhan untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat membuat
masyarakat memanfaatkan potensi hutan secara langsung dan menjualnya tanpa
proses pengolahan. Padahal sebenarnya, pengembangan pengrajin rotan di Desa
Lutan sudah pernah dilakukan namun karena kendala tersebut saat ini sudah tidak
aktif lagi. Padahal jika pemanfaatan sumber daya hutan dilakukan secara langsung
maka dapat mengakibatkan peningkatan eksploitasi terhadap hutan. sebaliknya,
jika proses pengolahan seperti membuat kerajinan mampu menyerap tenaga kerja
dan mampu mengurangu eksploitasi hutan besar-besaran.
2. Karet
Persentase rata-rata responden yang menanami lahan kebunnya dengan jenis
tanaman karet di Desa Mamahak Teboq maupun Desa Lutan sebesar 66,7%.
Sebagian dari tanaman karet tersebut sudah dapat dipanen, namun sebagian lagi
masih baru ditanam sehingga belum bisa dipanen. Bagian tanaman karet yang
dimanfaatkan oleh masyarakat adalah getah karet. Dari 66,7% responden yang
menanam karet, hanya 15% saja yang sampai saat ini yang dapat memanen getah
karet yang ditanamnya. Hal ini karena sebagian besar karet yang dimiliki masih
belum cukup umur untuk dipanen. Semua getah karet yang dihasilkan oleh
responden diambil untuk dijual kepada pedagang pengumpul dan tidak ada
satupun yang memanfaatkannya sendiri.
Responden yang memanfaatkan getah karet di Desa Mamahak Teboq hanya
ada 2 orang saja (3,3%) dengan harga jual getah karet Rp 9.000/kg, sedangkan
responden yang memanfaatkan getah karet di Desa Lutan sebanyak 8 orang
(26,7%) dengan harga jual Rp 11.000-Rp 15.000/kg. Terdapat kesenjangan harga
antara 2 desa ini. Hal ini mungkin disebabkan oleh pedagang pengumpul berbeda
sehingga harga yang diberikan juga berbeda.
57
Gambar 6 Pemanfaatan getah karet; (a) Lahan masyarakat yang ditananami
Karet; (b) Getah karet yang ditores.
Perbedaan yang nyata tentang pemanfaatan getah karet antara Desa
Mamahak Teboq dan Desa Lutan sangat jelas terlihat dari jumlah responden yang
memanfaatkannya. Dari penelusuran informasi yang didapat dari PT. RATAH
TIMBER, di Desa Lutan telah dilakukan penanaman kembali lahan kosong milik
masyarakat dengan jenis tanaman karet yang merupakan bagian dari program bina
desa perusahaan. Pihak perusahaan memfasilitasi kegiatan ini dan menyediakan
bibit tanaman karet sementara penanaman karet di Desa Mamahak Teboq masih
dalam tahap rencana (sosialisasi) saja namun sudah ada nota kesepahaman (MoU)
oleh perusahaan dengan Desa Mamahak Teboq.
Bibit karet yang ditanam oleh responden ada yang berasal dari anakan alam
yang dicari dari hutan, ada yang dibeli, dan ada juga dari perusahaan. Getah karet
ditores dengan menggunakan pisau tores (lading tores) oleh responden.
Penyadapan getah karet dilakukan oleh responden selama 6 hari kerja dan
dilakukan setiap minggu. Hasil penyadapan getah karet dapat mencapai 10-35
kg/minggu. Sebelum dijual penyadap terlebih dahulu mengumpulkan getah karet
sehingga pada saat dijual bisa mencapai 40-120 kg/bulan. Jika sudah terkumpul
getah karet akan dikumpulkan kepada pedagang pengumpul dan akan dipasarkan
ke kabupaten.
Tidak ada target pengumpulan getah karet oleh responden karena kendala
iklim. Jika hari hujan maka penyadap tidak bisa menyadap karet dengan
produktif. Harga getah karet yang lumayan tinggi membuat penyadap
bersemangat untuk menyadap karet. Tidak sedikit masyarakat disana yang
58
menanami kebun yang mereka miliki dengan tanaman karet karena harganya
lumayan tinggi.
Tumbuhan obat, sayur-sayuran dan buah-buahan
Jenis tumbuhan obat, sayur-sayuran dan buah-buahan yang sering
dimanfaatkn oleh responden di desa Mamahak Teboq dan desa Lutan disajikan
pada Tabel 28.
Tabel 28 Persentase pemanfaatan tumbuhan dari hutan
No. Jenis Sumber Desa Mamahak Teboq Desa Lutan daya hutan N % N %
1 Pasak bumi 3 10,0 7 23,3 2 Akar kuning 2 6,7 5 16,7 3 Anggrek 1 3,3 0 0,0 4 Gingseng 0 0,0 2 6,7 5 Sarang semut 0 0,0 1 3,3 6 Jamur 0 0,0 5 16,7
Sumber: Hasil wawancara dengan responden
Dari hasil tabulasi di atas menunjukkan tumbuhan obat masih dimanfaatkan
oleh beberapa responden yang diambil dari hutan. sebanyak 10% responden Desa
Mamahak Teboq masih memanfaatkan pasak bumi dan 23,3% responden Desa
Lutan juga memanfaatkan jenis yang sama. Pasak bumi dimanfaatkan oleh
responden untuk obat sakit malaria dan sakit pinggang. Selain pasak bumi,
tumbuhan obat yang masih dimanfaatkan, yaitu: akar kuning, anggrek, gingseng,
dan sarang semut. Persentase pemanfaatan oleh responden Desa Mamahak Teboq
pada pemanfaatan pasak bumi dan akar kuning berturut-turut adalah 6,7%, dan
3,3% sedangkan responden Desa Lutan memanfaatkan akar kuning, gingseng,
kayu sarang semut, yaitu masing-masing dengan persentase sebesar 16,7%, 6,7%,
dan 3,3%. Tumbuhan akar kuning dimanfaatkan untuk obat sakit kuning, anggrek
hutan dimanfaatkan untuk obat sakit demam, gingseng dimanfaatkan sebagi obat
kuat, dan kayu sarang semut dapat digunakan untuk obat kanker. Responden Desa
Lutan sebanyak 16,7% memanfaatkan jamur yang diambil dari batang kayu
dengan jenis jamur kulat (nama daerah) dan jamur lung yang tumbuh di tanah
pada saat musim dingin yang ada di hutan yang dimanfaatkan untuk disayur.
59
Dari hasil diskusi dengan beberapa responden, selain tumbuhan yang
disebutkan di atas terdapat beberapa tumbuhan yang masih dimanfaatkan mereka
dan berasal dari hutan. Tumbuhan yang masih dimanfaatkan yaitu cengkeh hutan,
durian hutan, manggis hutan, mangga hutan, buah rotan yang dapat diambil pada
musim panen, paku hati sebagai penawar racun, damar sebagai perekat pada
perahu, bambu untuk menjemur padi dan menangkap ikan.
Tumbuhan obat, buah-buahan, jenis sayur dan yang lainnya hanya
digunakan oleh responden pada saat dibutuhkan dan pada saat tumbuhan hutan
tersebut sedang bermusim. Sehingga mereka memanfaatkannya hanya untuk
dikonsumsi saja.
5.2.2 Pemanfaatan Hasil hutan Bukan Kayu Hewani
1. Madu
Responden yang memanfaatkan madu di Desa Mamahak Teboq memiliki
persentase sebesar 6,7%. Dari persentase tersebut, 100% memanfaatkan hasil
hutan bukan kayu berupa madu dengan tujuan untuk dijual dan sebagai salah satu
sumber pendapatan. Sedangkan di Desa Lutan yang memanfaatkan madu hanya
sebesar 3,3% dan tujuan pemanfaatannya hanya dikonsumsi sendiri.
Sesuai hasil wawancara dengan responden, potensi madu di dua desa
tersebut sudah terbilang sedikit atau kuantitasnya sudah menurun. Menurut
mereka, pohon Banggeris atau yang biasa disebut pohon Kempas (Koompassia
excelsa) sebagai pohon madu sudah semakin langka sehingga ketersediaan madu
juga semakin langka. Selain karena kelangkaannya, masyarakat juga tidak berani
memanjat pohon Banggeris tersebut karena pohonnya sangat tinggi dan licin.
60
Gambar 7 Pohon Kempas (Koompassia excelsa) sebagai sarang madu hutan.
Pada umumnya madu bisa dipanen pada saat musim buah. Harga jual madu
hutan yang dimanfaatkan responden adalah Rp 150.000/liter. Biasanya madu
dapat diperoleh 5-10 liter/minggu jika sedang musimnya. Pengambilan madu
dilakukan dengan memanjat pohon Banggeris dengan membuat tangga pijakan di
batangnya. Mencari madu hutan bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk
mendapatkannya, selain memanjat batang pohon yang licin pemanfaat madu juga
harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk menemukan pohon banggeris
tersebut. Waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulka madu juga dibutuhkan
waktu 1 harian.
2. Satwa Liar
Sebagian besar responden di Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan
memiliki pekerjaan utama (3,3%) atau pekerjaan sampingan (43,3%) sebagai
pemburu satwa liar. Potensi hewan buruan di sekitar kawasan hutan tempat
mereka tinggal masih terbilang banyak. Pemanfaatan hewan buruan sebagian
untuk dikonsumsi dan atau dijual.
Beberapa jenis satwa liar yang diburu oleh responden di Desa Mamahak
Teboq dan Desa Lutan, yaitu: Babi hutan (Sus barbatus), Rusa sambar (Cervus
unicolor), Kijang (Muntiacuc muntcak), Pelanduk/Kancil (Tragulus javanicus),
Monyet beruk (Macaca nemestrina), Ayam hutan (Gallus gallus), dan Landak
61
raya (Hystrix brachyura). Semua jenis satwa liar ini masih ditemukan di kawasan
hutan. Meski sebagian diantaranya sudah langka masyarakat masih sering berburu
satwa liar tersebut sebagai alternatif sumber pemenuhan protein dan sumber
pendapatan keluarga.
(a) Landak (b) Kijang
(c) Kancil/Pelanduk (d) Babi hutan
(e) Rusa sambar
Gambar 8 Jenis-jenis satwa liar yang dimanfaatkan dan diburu oleh masyarakat.
Kegiatan berburu yang dilakukan oleh responden secara berkelompok oleh
pemburu menggunakan anjing dan tombak. Biasanya dengan menggunakan cara
62
ini hasil yang didapat lebih cepat dan tidak memerlukan biaya yang banyak.
Anjing yang dibawa ke dalam hutan bertujuan untuk mencium bau mangsa. Pada
saat anjing telah menyalak itu menandakan bahwa hewan mangsa sudah terlihat
olehnya, dengan begitu pemburu dapat menangkap hewan buruan dengan
menggunakan tombak yang digunakan untuk melemahkan hewan buruan tersebut.
Berburu dengan cara menggunakan anjing ini efisien dalam hal waktu tapi kurang
efektif dilakukan pada semua jenis buruan. Jika menggunakan anjing, hewan
buruan yang didapat terbatas hanya hewan berjenis babi hutan, rusa sambar (biasa
disebut payau), dan kijang. Sementara hewan buruan lain agak susah memburunya
apabila menggunakan anjing.
Selain menggunakan anjing dan tombak, para pemburu juga dapat
menggunakan jerat tali untuk mendapatkan hewan buruannya. Jerat yang dipasang
terbuat dari tali tambang yang dibuat melingkar dan ditancapkan di atas tanah dan
kemudian dikaitkan ke batang kayu yang melengkung. Jumlah jerat yang dipasang
bisa mencapai 30-700 jerat. Jerat dapat dipasang sekaligus maupun secara
bertahap. Rata-rata jerat yang dipasang tersebut akan diperiksa 3 hari sekali.
Adanya selang waktu 3 hari ini dilakukan agar jejak kaki manusia tidak tercium
oleh hewan yang diburu sehingga hewan yang menjadi target buruannya bisa
terjerat. Jika beruntung, pembuat jerat akan memperoleh hasil dan hasil tersebut
tidak selalu sama jumlahnya pada sekali pengambilan yaitu antara 1-5 ekor per
minggu. Kadang kala, para pemburu tidak mendapatkan hasil buruan meski sudah
menunggu hingga 3 hari atau lebih.
Gambar 9 Jerat yang dipasang di dalam hutan.
63
Alat yang digunakan untuk berburu selain yang telah disebutkan di atas
adalah senapan angin. Senapan angin biasanya digunakan untuk memburu hewan
liar seperti kancil dan landak. Alat ini digunakan karena hewan tersebut jarang
ditemukan pada jerat yang dipasang. Hewan tersebut biasanya diburu pada saat
malam hari karena menurut wawancara, kancil beraktifitas pada malam hari.
Biasanya satwa liar yang terperangkap pada jerat adalah satwa yang berukuran
besar seperti pada babi hutan, rusa, kijang, ayam hutan, dan lain-lain.
Frekwensi berburu pada setiap responden berbeda-beda. Beberapa
responden ada yang berburu dengan teratur setiap 2 kali seminggu, ada yang
sebulan sekali dan ada juga yang berburu pada saat dibutuhkan (jarang berburu).
Persentase jumlah pemanfaatan setiap jenis satwa liar telah disajikan kembali
pada Tabel 29.
Tabel 29 Persentase pemanfaatan satwa liar oleh responden
No Jenis Satwa liar
Nama latin
Desa Mamahak
Teboq
Desa Lutan
Total responden
1 Babi hutan Sus barbatus 14 46,7 8 26,7 22 36,7 2 Rusa Sambar Cervus unicolor 14 46,7 7 23,3 21 35,0 3 Kijang Muntiacuc muntcak 10 33,3 1 3,3 11 18,3 4 Kancil Tragulus javanicus 5 16,7 2 6,7 7 11,7 5 Landak Hystrix brachyura 1 3,3 0 0,0 1 1,7 6 Ayam hutan Gallus gallus 2 6,7 0 0,0 2 3,3 7 Monyet B. Macaca nemestrina 2 6,7 0 0,0 2 3,3
Sumber: Hasil wawancara dengan responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase terbesar jenis satwa liar
yang dimanfaatkan oleh responden di Desa Mamahak Teboq maupun Desa Lutan
adalah Babi hutan sebesar 36,7%. Banyaknya responden yang memburu hewan ini
karena selain untuk dikonsumsi sendiri, mereka menganggap bahwa babi hutan
adalah salah satu hama yang merusak dan menyerang tanaman padi di ladang
masyarakat. Selain babi hutan, monyet yang memiliki persentase 3,3% juga
dianggap sebagai hama padi mereka. Sehingga, untuk mehindari gagal panen yang
dapat terjadi masyarakat memasang jerat selain di dalam hutan juga di sekitar
ladang-ladang milik mereka.
Satwa liar yang juga diburu oleh responden, yaitu: rusa (35%), kijang
(18,3%), kancil (11,7%), landak (1,7%), dan ayam hutan (3,3%). Sesuai hasil
64
wawancara dengan responden, semua satwa ini masih cukup banyak dan
berlimpah di kawasan hutan hanya saja kendalanya, jenis satwa liar seperti rusa
dan kijang keberadaannya sudah mulai berkurang dan lebih susah
mendapatkannya dibanding satwa lain. Hal ini mungkin disebabkan karena
semakin berkurangnya potensi satwa liar ini karena sudah sering diburu, jumlah
jerat yang semakin banyak didalam hutan, dan jumlah penduduk yang semakin
banyak berburu. Sedangkan babi hutan keberadaannya masih melimpah karena
menurut responden babi hutan cepat berkembang biak karena sekali beranak bisa
mencapai 4-5 ekor pada musim beranak.
Satwa liar hasil buruan yang dijual oleh responden beberapa diantaranya ada
yang hanya dikonsumsi saja dan ada juga yang dijual. Persentase responden
berdasarkan tujuan pemanfaatan dapat dilihat kembali pada Tabel 27. Satwa liar
hasil buruan dijual kepada masyarakat setempat yang ada di desa tertentu tapi ada
juga yang dijual ke luar desa. Seperti responden di Desa Mamahak Teboq, hasil
buruannya ada yang dijual ke Desa Datah Bilang, Desa Tering, Desa Lutan,
Kecamatan Long Hubung, Long Gelawang, dan Long Iram. Sedangkan responden
di Desa Lutan lebh banyak menjual hasil buruannya di sekitar desa tersebut baik
dijual olehnya sendiri maupun melaui tengkulak (pedagang pengumpul). Jika hasil
buruan banyak maka responden akan menjualnya ke luar desa, tapi jika hasil
buruan hanya sedikit cukup dijual di masyarakat desa tempat responden tinggal.
Hasil buruan satwa liar oleh pemburu dijual dengan harga yang berbeda-
beda antara desa yang satu dengan desa yang lain. Seperti rusa dijual dengan
harga Rp 30.000/kg oleh seorang responden, namun responden yang lain ada juga
yang menjual rusa dengan harga yang lebih rendah, yaitu: Rp 25.000/kg dan Rp
27.000/kg di Desa Mamahak Teboq maupun Desa Lutan. Perbedaan harga ini
dapat terjadi karena pasar yang mereka tuju berbeda-beda. Tapi sebenarnya
terdapat keputusan kampung yang dimusyawarahkan bersama untuk menentukan
harga jual hasil buruannya tersebut seperti yang tertera di Tabel 30.
Menurut hasil wawancara, responden menganggap hutan merupakan tempat
yang bernilai penting sebagai sumber satwa buruan. Salah satu lokasi perburu dan
adalah lokasi tanaman padi dan singkong di ladang yang mereka miliki karena
65
dapat memikat binatang buruan hanya saja dampak negatifnya berpengaruh nyata
terhadap hasil panen mereka.
Menurut Moira Moeliono et al. (2009) mengatakan bahwa spesies
terpenting untuk meningkatkan perburuan adalah spesies tumbuhan buah
(terutama jenis Dipterocarpaceae, oak, beringin, serta palem) yang bisa memikat
satwa buruan. Mata air asin dan daerah berlumpur juga dianggap daerah
terpenting yag disukai hewan. Hal ini memang sesuai dengan pernyataan beberapa
responden bahwa hasil buruan akan banyak diperoleh pada saat musim buah
karena hewan buruan akan berkeliaran pada saat musim buah tiba. Penebasan
tumbuhan bawah bisa menurunkan nilai kesesuaian hutan sebagai tempat berburu
untuk kebutuhan pangan serta mengurangi fungsi pelindung bagi berbagai jenis
hewan.
Jenis satwa liar, antara lain: Kijang, Rusa Sambar, monyet beruk, Kancil,
dan Landak yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber protein dan
sumber pendapatan mereka merupakan jenis satwa liar yang dilindungi oleh
negara. Monyet beruk merupakan jenis satwa liar yang termasuk dalam daftar
IUCN yang tergolong Vulnerable (rentan) dan termasuk dalam daftar spesies
Apendix II dalam CITES, rusa juga termasuk dalam daftar spesies Vulnerable
dalam IUCN dan jenis satwa liar yang dilindungi negara berdasarkan PP No. 7
Tahun 1999, kijang dan landak raya jenis satwa liar yang dilindungi negara
berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999, babi hutan berada pada daftar IUCN sebagai
spesies Vulnerable, kancil/pelanduk dalam daftar IUCN yang tergolong Data
Deficient (Informasi Kurang) dan dilindungi oleh negara berdasarkan PP No. 7
Tahun 1999 dan ayam hutan termasuk kedalam daftar IUCN yang tergolong Least
Concern (Berisiko Rendah). Keterangan dapat dilihat padda Lampiran 19.
Pemanfaatan masyarakat yang tinggi dan secara terus-menerus terhadap
satwa liar yang termasuk dalam kategori rentan dan yang dilindungi oleh negara
tersebut dapat berdampak negatif terhadap keberadaan satwa liar yang bisa
mengakibatkan kepunahan. Berburu satwa liar yang dilakukan oleh masyarakat
dilakukan tanpa adanya izin resmi dari perusahaan sehingga masyarakat pun dapat
secara bebas melakukan pemburuan satwa liar. Oleh karena itu perusahaan telah
membuat himbauan berupa plang dan poster untuk mencegah perburuan dan
66
pemanfaatan satwa liar yang dilindungi oleh negara. Namun meski demikian,
masyarakat masih tetap melakukan perburuan terhadap satwa liar meski peraturan
tentang perburuan satwa liar telah dibuat.
5.3 Pendapatan dari pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu
Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan yang diperoleh dari HHBK
yang dimanfaatkan oleh responden untuk dijual. Pendapatan dari pemanfaatan
HHBK oleh responden Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan disajikan pada
Tabel 30.
Tabel 30 Pendapatan dari pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu
No
Jenis Mamahak Teboq Lutan
Sumber Rata-rata
Harga Total
pendapatan % Rata-rata
Harga Total
pendapatan % Daya hutan (Rp/kg) (Rp/Tahun) (Rp/kg) (Rp/Tahun)
1 Rotan 5.000-8.000 110880000 6,0 1.000 80970000 10,9 2 Karet 9.000 19872000 1,1 11.000 278280000 37,4
Sub Total 130752000 359250000 3 Madu 150000/L 2988000 0,2 0 0 0,0 4 Babi hutan 20.000 1152000000 62,8 20.000 302640000 40,6 5 Rusa 30.000 328200000 17,9 30.000 75600000 10,2 6 Kijang 30.000 70500000 3,8 0 0 0,0 7 Kancil 50000/ekor 146400000 8,0 75.000 7200000 1,0 8 Landak 50000/ekor 2400000 0,1 0 0 0,0 9 Ayam hutan 50000/ekor 1200000 0,1 0 0 0,0
10 Monyet 30.000 360000 0,02 0 0 0,0 Sub total 1704048000 385440000 Total 1834800000 100 744690000 100 Sumber: Data primer diolah
Dari hasil perhitungan pendapatan dari pemanfaatan HHBK oleh semua
responden dapat dilihat bahwa persentase pemanfaatan yang lebih banyak adalah
babi hutan, yaitu: Desa Mamahak Teboq sebesar 62,8% diikuti dengan rusa
sebesar 17,9%, kancil 8,0%, rotan sebesar 6,0%, kijang 3,8%, madu 0,2%, karet
1,1%, ayam hutan dan landak masing-masing sebesar 0,1%, serta monyet 0,02%.
Sedangkan Desa Lutan juga memanfaatkan babi hutan sebesar 40,6%, karet
37,4%, rotan 10,9%, rusa 10,2%, dan kancil sebesar 1,0%.
67
Pendapatan total yang diperoleh dari pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
di Desa Mamahak Teboq adalah Rp 1.834.800.000/tahun yang terdiri dari nilai
manfaat HHBK nabati sebesar Rp 130.752.000,-/tahun dan nilai manfaat HHBK
hewani Rp 1.704.048.000,-/tahun sedangkan di Desa Lutan nilai manfaat yang
diperoleh adalah sebesar Rp 744.690.000,-/tahun yang terdiri dari nilai manfaat
HHBK nabati sebesar Rp 359.250.000,-/tahun dan nilai manfaat HHBK hewani
Rp 385.440.000,-/tahun. Jika dibandingkan, Desa Mamahak Teboq memanfaatkan
HHBK lebih banyak dibandingkan Desa Lutan yang dilihat dari total pendapatan
mereka. Selain dari segi pendapatannya, responden di Desa Mamahak Teboq juga
memanfaatkan HHBK yang lebih beragam jika dibandingkan dengan responden
di Desa Lutan.
Sangat nyata terlihat bahwa beberapa jenis hasil hutan baku kayu yang
dimanfaatkan oleh masyarakat memberikan sumbangan cukup besar bagi
pendapatan keluarga.
5.4 Pendapatan di luar pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu
Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan yang diperoleh responden
yang bersal dari pemanfaatan di luar hasil hutan. Pendapatan tersebut dapat
berasal dari usaha pertanian,berdagang, peternakan, karyawan dan lain-lain sesuai
dengan mata pencaharian mereka. Pendapatan responden Desa Mamahak Teboq
dan Desa Lutan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 31 Pendapatan di luar pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
No Pendapatan di luar Jumlah pemanfaat
(orang) Total Persentase hasil hutan (Rp/tahun) Mamahak Teboq Lutan %
1 <1.000.000 7 8 15 25 2 >1.000.000-5.000.000 6 8 14 23,33 3 >5.000.000-10.000.000 3 4 7 11,67 4 >10.000.000-15.000.000 5 5 10 16,67 5 >15.000.000-20.000.000 7 3 10 16,67 6 >20.000.000 2 2 4 6,67
Total 30 30 60 100 Sumber: Data primer diolah
68
Hasil penelitaian yang disajikan pada Tabel 31 menunjukkan bahwa 23,33%
responden memiliki pendapatan antara > Rp 1.000.000-Rp 5.000.000 per tahun.
Sebagian besar responden yang memiliki pendapatan tersebut memperoleh
pendapatannya berasal dari beternak dan sebagai karyawan.
Berdasarkan Keputusan Direktorat Pengupahan dan Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan, upah minimal regional (UMR) masyarakat di Kabupaten Kutai
Barat 2011 adalah sebesar Rp 1.085.000/Bln. Dari data responden, dapat dilihat
bahwa dengan indikator UMR tersebut sebanyak 83,3% pendapatan responden di
Desa Lutan dan 46,73% di Desa Mamahak Teboq berada di bawah UMR.
Menurut Hartono dan Arnicun Azizi (2008), klasifikasi atau penggolongan
seseorang/masyarakat dikatakan miskin ditetapkan dengan menggunakan tolok
ukur yang umum dipakai adalah tingkat pendapatan dan kebutuhan relatif.
Tingkat pendapatan merupakan salah satu tolok ukur yang digunakan Indonesia
untuk menentukan besarnya jumlah orang miskin. Besarnya jumlah orang miskin
adalah batasan tingkat pendapatan per waktu kerja (Rp 30.000,-per bulan atau
lebih rendah) yang dibuat pada tahun 1976/1977, selain itu juga dibuat
berdasarkan batas minimal jumlah kalori yang dikonsumsi yang diambil
persamaannya dalam beras.
Menurut Sajogyo (1996) menyatakan bahwa batas minimal kemiskinan
adalah mereka yang mengkonsumsi beras kurang dari 240-320 kg beras di desa
dan 360-480 kg di kota per tahun. Berdasarkan data dari hasil penelitian, sesuai
indikator garis kemiskinan Sajogyo responden di Desa Mamahak Teboq sebanyak
3,3% tergolong miskin (M) dan 96,7% responden tergolong tidak miskin (TM). Di
Desa Lutan, sebanyak 33,33% responden tergolong miskin (M) dan 66,77%
responden tergolong tidak miskin (TM). Sedangkan garis kemiskinan masyarakat
yang tinggal di pedesaan di Kalimantan Timur yang dibuat oleh BPS tahun 2011
adalah Rp. 248.583/bulan. Berdasarkan garis kemiskinan tersebut didapat bahwa
responden di Desa Mamahak Teboq sebanyak 6,67% responden tergolong miskin
(M) dan 93,33% responden tergolong tidak miskin (TM) sedangkan di Desa Lutan
sebanyak 50% tergolong miskin (M) dan 50% tergolong tidak miskin (TM).
Selain tingkat pendapatan, Hartono dan Arnicun Azizi (2008) juga
menyatakan bahwa tolok ukur kemiskinan dapat diukur dari kebutuhan relatif per
69
keluarga yang batasannya dibuat berdasarkan atas kebutuhan minimal yang harus
dipenuhi sehingga sebuah keluarga dapat melangsungkan kehidupannya secara
sederhana tapi memadai sebagai warga masyarakat yang layak. Kebutuhan-
kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan sewa rumah dan mengisi rumah
dengan peralatan rumah tangga yang sederhana tapi memadai, biaya untuk
memelihara kesehatan dan untuk pengobatan, biaya untuk menyekolahkan anak-
anak, biaya untuk sandang dan pangan sederhana tetapi mencukupi dan memadai.
5.5 Pengeluaran rumah tangga untuk berbagai kebutuhan
Pengeluaran responden terhadap kebutuhan hidup mereka sehari-hari dapat
dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32 Pengeluaran rumah tangga untuk berbagai kebutuhan
No Jenis Pengeluaran
Mamahak Teboq Lutan Rata-rata
pengeluaran Persentase Rata-rata
pengeluaran Persentase (Rp/Tahun) (%) (Rp/Tahun) (%)
1 Pangan 5128040 30,1 6597400 29,1 2 Sandang 2310000 13,6 2091666,7 9,2 3 Papan 808000 4,7 3470000 15,3 4 Transportasi 2150000 12,6 2864000 12,6 5 Pendidikan 4813400 28,2 2200000 9,7 6 Kesehatan 564000 3,3 3440000 15,2 7 Rekreasi 900000 5,3 1723333,3 7,6 8 Sumbangan 212000 1,2 219200 1,0 9 Lain-lain 160000 0,9 57600 0,3
Total 17045440 100 22663200 100 Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan hasil tabulasi di atas ditemukan bahwa total pengeluaran
keluarga responden Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya rata-rata masing-masing adalah Rp 17.045.440 dan Rp
22.663.200 per tahun. Pengeluaran terbesar di Desa Mamahak Teboq maupun
Desa Lutan adalah pengeluaran terhadap kebutuhan pangan. Kebutuhan responden
terhadap pangan (beras) diperoleh dari hasil panen yang dikelola mereka.
Pengeluaran pangan rumah tangga responden Desa Mamahak Teboq adalah
30,1% sedangkan di Desa Lutan adalah 29,1%. Besarnya pengeluaran terhadap
kebutuhan pangan dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang ditanggung.
70
Pada umumnya, apabila porsi pengeluaran untuk makanan (terutama
makanan pokok) makin besar, maka semakin besar pula peluang keluarga tersebut
tidak sejahtera karena dengan demikian porsi untuk menikmati kegiatan lain
(hiburan atau partisipasi dalam kegiatan sosial di luar kegiatan memberi nafkah)
selain makanan menjadi sedikit. Rata-rata proporsi pengeluaran terbesar dalam
rumah tangga responden adalah pengeluaran untuk kebutuhan pangan. Hal ini
didukung oleh Hukum Engel yang menyatakan bahwa proporsi terbesar dari
anggaran rumah tangga adalah untuk makanan, proporsi pengeluaran total untuk
makanan menurun dengan meningkatnya pendapatan, dan proporsi pengeluaran
total untuk pakaian dan perumahan diperkiran konstan, sementara proporsi
pengeluaran untuk barang-barang mewah bertambah ketika pendapatan mulai
meningkat.
5.6 Kontribusi Hasil Hutan terhadap Pendapatan total Rumah Tangga
Tingkat pemanfaatan masyarakat terhadap sumber daya hutan dihitung
berdasarkan seberapa besar kontribusi hasil hutan yang dimanfaatkan oleh
responden terhadap total pendapatan rumah tangga. Kontribusi hasil hutan
terhadap pendapatan total rumah tangga responden disajikan pada Tabel 33.
Tabel 33 Kontribusi manfaat hasil hutan
No
Sumber Desa Mamahak Teboq Desa Lutan
Pendapatan Rata-rata pendapatan Kontribusi Rata-rata
pendapatan Kontribusi
(Rp/tahun) % (Rp/tahun) %
1 Hasil hutan 58.762.466,7 86,1 22.913.933,3 74,3
2 Non Hasil hutan 9.451.333,3 13,9 7.913.000,0 25,7 Total 68.213.800,0 100 30.826.933,3 100 Sumber: Data primer diolah
Dari hasil tabulasi di atas menunjukkan total pendapatan responden di Desa
Mamahak Teboq dan Desa Lutan baik yang berasal dari pemanfaatan hasil hutan
maupun diluar pemanfaatan hasil hutan yang memiliki kontribusi yang paling
tinggi adalah dengan memanfaatkan hasil hutan dengan persentase 86,1% di Desa
Mamahak Teboq sebesar Rp 58.762.466,- dan 74,3% di Desa Lutan yaitu sebesar
Rp 22.913.933,-. Besarnya kontribusi tersebut menunjukkan bahwa pendapatan
71
responden yang memanfaatkan hasil hutan memperoleh sumber pendapatan yang
lebih besar.
Dari data ini dinyatakan bahwa tingkat pemanfaatan dan ketergantungan
responden terhadap hasil hutan tergolong tinggi dimana kontribusi yang didapat
melebihi persentase pendapatan yang diperoleh di luar pemanfaatan hasil hutan.
Selain itu dapat dilihat bahwa kecilnya pendapatan yang diperoleh dari usaha non
hasil hutan menunjukkan bahwa hutan memang merupakan sumber pendapatan
yang memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat yang tinggal di sekitar
hutan.
5.7 Pemahaman Masyarakat terhadap Pemanfaatan Sumber Daya Hutan
Pemahaman masyarakat terhadap sumber daya hutan yang dimaksud adalah
pemahaman masyarakat terhadap fungsi hutan dalam kaitannya dengan sumber
daya hutan yang lestari. Sebagai masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dan
memanfaatkan hutan langsung maupun tidak langsung maka perlu diketahui
seberapa besar pemahaman mereka terhadap keberadaan hutan. Pemahaman
tersebut mengacu pada apakah dengan tingkat pemanfaatan masyarakat terhadap
hasil hutan yag cukup tinggi diikuti dengan tingkat pemahaman dan pengetahuan
mereka mengenai sumber daya hutan yang lestari.
Pemahaman responden dikaji dari beberapa aspek yaitu bagaimana
pemahaman responden tentang pemanfaatan hasil hutan, tentang sumber daya
hutan sebagai salah satu sumber pendapatan, perkembangan kondisi dan
kerusakan hutan, ladang berpindah, dan tentang kelestarian hutan. Kriteria tingkat
pemahaman responden terhadap sumber daya hutan dibuat berdasarkan interval
skala Likert dan nilai skala Likert tersebut dimasukkan sesuai tingkat
pemahamannya berdasarkan tabel di bawah ini.
Tabel 34 Tingkat pemahaman berdasarkan interval nilai tanggapan
No Interval nilai tanggapan Tingkat pemahaman 1 1 - 1,67 Rendah 2 1,67 - 2,33 Sedang 3 2,33 - 3,00 Tinggi
72
1. Pemahaman responden tentang pemanfaatan hasil hutan
Keanekaragaman hayati yang terkandung dalam sumber daya hutan terdiri
dari flora dan fauna yang memiliki nilai dan kegunaan tertentu. Selain multi
fungsi, hutan juga dipandang sebagai multi komoditi yaitu berupa barang dan jasa.
Adapun komoditas hutan berupa barang yaitu manfaat yang dapat dirasakan
secara langsung berupa hasil hutan kayu (HHK) dan hasil hutan bukan kayu
(HHBK). Sedangkan, komoditas jasa adalah manfaat yang dirasakan secara tidak
langsung. Disamping itu, hutan juga merupakan penyangga sistem kehidupan
yang terdiri dari unit-unit sumber daya yang saling berpengaruh.
Tabel 35 Pemahaman responden mengenai pemanfaatan hasil hutan
No Pernyataan
Distribusi Pemahaman (%) Mamahak Teboq Lutan
TS R S TS R S 1 Hutan dapat memberikan manfaat
0,00 6,67 93,33 3,33 13,33 83,33 berupa manfaat langsung maupun tidak langsung
2 Hutan dapat memberikan hasil hutan 3,33 6,67 93,33 0,00 3,33 96,67 bukan kayu
3 Hutan berfungsi sebagai penyedia air 0,00 3,33 96,67 3,33 3,33 93,33 4 Hutan merupakan sumber obat-obatan 3,33 3,33 93,33 0,00 0,00 100,00 5 Hutan merupakan sumber kayu bakar 13,33 0,00 86,67 0,00 0,00 100,00 Ket: TS = Tidak Setuju, R= Ragu-ragu, S= Setuju
Sebanyak 93,3% responden Desa Mamahak Teboq dan 83,3% responden
Desa Lutan menyatakan bahwa hutan dapat memberikan manfaat langsung
maupun tidak langsung. Berdasarkan wawancara diperoleh bahwa pemahaman
masyarakat terhadap pemanfaatan hasil hutan sudah tinggi. Hal ini terlihat dari
sebanyak 93,3% responden Desa Mamahak Teboq dan 96,67% responden Desa
Lutan menyatakan bahwa hutan mampu memberikan hasil hutan bukan kayu dan
sumber obat-obatan. Hal ini karena sebagian besar responden memanfaatkan
HHBK sebagai salah satu sumber pendapatan mereka dan mereka juga sering kali
mengambil tumbuhan obat dari hutan sebagai obat tradisional. Sementara 96,6%
responden Desa Mamahak Teboq dan 93,33% responden Desa Lutan menyatakan
bahwa hutan merupakan salah satu sumber penyedia air. Pendapat tersebut nyata
73
sekali dilihat dari masyarakat di kedua desa menggunakan akses sungai sebagai
sarana transportasi mereka.
Sebanyak 86,67% responden Desa Mamahak Teboq dan 100% responden
Desa Lutan menyatakan bahwa hutan merupakan sumber kayu bakar. Dari hasil
wawancara semua responden menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar.
Kayu bakar diambil baik dari hutan, sisa-sisa kayu yang tidak dimanfaatkan lagi
oleh perusahaan, serta dari kayu bakar yang mengapung yang terbawa arus
sungai. Meskipun telah ada bantuan kompor gas dari pemerintah pada kedua desa,
namun mereka masih tetap menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar utama
untuk memasak sedangkan kompor gas subsidi yang diberikan digunakan hanya
sebagai sampingan saja. Alasan masyarakat menggunakan kayu bakar sebagai
sumber energi disebabkan karena kayu mudah diperoleh dan murah bahkan dapat
dikatakn gratis. Jenis-jenis kayu bakar yang biasa dimanfaatkan oleh responden,
yaitu: kayu laban, andikara, sentop, dan kayu semut (jati hutan).
Jawaban responden mengenai beberapa pertanyaan pemanfaatan sumber
daya hutan menurut skala Likert tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pemahaman responden tergolong tinggi. Hal ini karena sebagian besar
responden memanfaatkan sumber daya hutan secara langsung maupun tidak
langsung berupa air, kayu bakar HHBK dan lain-lain.
2. Pemahaman responden tentang sumber daya hutan sebagai salah satu sumber pendapatan
Secara garis besar terdapat dua sumber pendapatan rumah tangga di
pedesaan yaitu dari sektor pertanian dan sektor non pertanian. Besarnya
pendapatan dari sektor pertanian diperoleh dari usaha tani baik sebagai pemilik
maupun sebagai buruh tani sedangkan pendapatan dari sektor non pertanian
berasal dari berburu satwa liar, pemanfaatan rotan dan HHBK lainnya, karyawan,
pedagang, dan lainnya di sektor non pertanian.
74
Tabel 36 Pemahaman responden tentang SDH sebagai salah satu sumber pendapatan
No Pernyataan Distribusi Pemahaman (%)
Mamahak Teboq Lutan
TS R S TS R S 1 Hasil sumber daya hutan merupakan 3,33 3,33 93,33 10,00 0,00 90,00
sumber pendapatan 2 Penjualan sumber daya hutan sebagai 20,00 6,67 73,33 13,33 10,00 76,67
pendapatan keluarga untuk ditabung 3 Perusahaan memberikan pelatihan 53,33 6,67 76,67 46,67 10,00 43,33
agar dapat mengolah SDH menjadi barang yang memiliki harga jual yang tinggi
4 Perlu adanya usaha pengembangan 0,00 0,00 100,00 6,67 3,33 90,00
HHBK untuk meningkatkan jumlah pendapatan
Ket: TS = Tidak Setuju, R= Ragu-ragu, S= Setuju
Sebanyak 93,33% responden Desa Mamahak Teboq dan 90% responden di
Desa Lutan menyatakan bahwa hasil sumber daya hutan merupakan sumber
pendapatan khususnya hasil hutan bukan kayu. Hal ini terbukti dari kontribusi
sumber daya hutan yang dimanfaatkan sangat besar terhadap pendapatan total
rumah tangga. Penjualan sumber daya hutan dapat digunakan sebagai pendapatan
keluarga untuk ditabung. Sebesar 73,33% responden Desa Mamahak Teboq dan
76,67% responden di Desa Lutan menjawab setuju atas pernyataan tersebut.
Namun, sebanyak 20% menjawab tidak setuju dengan alasan setiap pendapatan
yang mereka peroleh tidak pernah disisihkan untuk ditabung. Hal ini karena setiap
memperoleh pendapatan akan selalu habis untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka setiap harinya. Untuk meningkatkan jumlah pendapatannya, sebanyak
100% responden Desa Mamahak Teboq dan 90% responden di Desa Lutan setuju
perlu diadakannya usaha pengembangan HHBK.
Menurut Sumadiwangsa (2006), pengelolaan hutan bagi masyarakat sekitar
hutan mutlak diperlukan sebagai sumber pangan, bahan obat, bahan bangunan dan
lainnya bagi masyarakat yang hidup di kawasan hutan. Bagi masyarakat yang
hidup dan tinggal di dalam maupun di sekitar hutan, hutan adalah jaringan
pengaman ekonomi ketika menghadapi gagal panen atau tidak ada pekerjaan lain.
75
Bagi banyak keluarga, berjualan hasil hutan dan hasil wanatani (agroforest)
merupakan sumber pendapatan utama untuk dapat membiayai kehidupan, sarana
produksi, sekolah dan kesehatan.
Jawaban responden mengenai beberapa pertanyaan tentang sumber daya
hutan sebagai sumber pendapatan menurut skala Likert tergolong tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pemahaman terhadap sumber daya hutan sebagai
salah satu sumber pendapatan responden tergolong tinggi. Hal ini karena sebagian
besar responden memperoleh pendapatan mereka dengan memanfaatkan hasil dari
sumber daya hutan.
3. Pemahaman responden tentang kerusakan dan kondisi hutan
Kebanyakan komunitas yang hidup dan bergantung dengan keberadaan
hutan tidak menyebabkan deforestasi, karena umumnya, komoditi yang dipungut
hanya sekedar memenuhi kebutuhan. Kerusakan hutan dapat terjadi apabila
sumber daya hutan dimanfaatkan tanpa diikuti dengan pemeliharaannya.
Tabel 37 Pemahaman Responden tentang kerusakan dan kondisi hutan
No Pernyataan Distribusi Pemahaman (%)
Mamahak Teboq Lutan TS R S TS R S
1 Keadaan hutan semakin rusak tahun 13,33 0,00 86,67 0,00 6,67 93,33 dibanding sebelumnya
2 Persediaan SDH yang Anda 16,67 6,67 76,67 3,33 6,67 90,00 manfaatkan semakin berkurang di hutan
3 Perambahan hutan merupakan salah 3,33 0,00 96,67 10,00 3,33 86,67 satu faktor terjadinya kerusakan hutan
4 Pemanfaatan hasil hutan yang terus- 13,33 10,00 76,67 10,00 0,00 90,00 Menerus dapat mempengaruhi ketersediaan hasil hutan tersebut
5 Ketersediaan kayu di hutan semakin 6,67 0,00 93,33 0,00 10,00 90,00 Terbatas
6 Luas hutan di daerah anda semakin 23,33 3,33 73,33 0,00 20,00 80,00 Berkurang
Ket: TS = Tidak Setuju, R= Ragu-ragu, S= Setuju
Sebanyak 86,67% responden Desa Mamahak Teboq dan 93,33% responden
Desa Lutan mengatakan bahwa keadaan hutan semakin rusak dibanding tahun
76
sebelumnya. Alasan mereka setuju dengan pernyataan tersebut karena hutan di
sekitar tempat tinggal mereka dirasakan semakin rusak dengan keberadaan
pemegang hak pengusaahaan hutan (IUPHHK). Sesuai hasil wawancara pada
responden, adanya kegiatan penebangan dan pembukaan hutan untuk penyaradan
kayu mengakibatkan menurunnya potensi sumber daya hutan yang mereka
manfaatkan termasuk HHBK berupa satwa liar. Menurut mereka, habitat saywa
liar telah terganggu dengan adanya aktifitas perusahaan, sehingga menurunkan
hasil buruan dari jenis satwa liar. Selain menurunkan potensi HHBK, aktifitas
perusahaan juga berdampak negatif terhadap kelestarian sumber daya hutan.
Gambar 10 (a) Kerusakan hutan akibat pembukaan jalan sarad (b)Kerusakan
hutan akibat penebangan pohon.
Semakin banyak hutan yang rusak maka semakin banyak juga komoditi
HHBK yang hilang. Persediaan sumber daya hutan yang dimanfaatkan akan
semakin berkurang di hutan. Sebanyak 76,67% responden Desa Mamahak Teboq
dan 90% responden Desa Lutan setuju dengan pernyataan tersebut dengan alasan
bahwa HHBK yang biasanya mereka manfaatkan yang dulu cukup berlimpah kini
semakin berkurang keberadaannya dan bahkan ada yang sudah langka. Hal ini
menyulitkan mereka dalam memanfaatkan sumber daya yang mereka butuhkan.
Namun terdapat 3,33% responden tidak setuju persediaan sumber daya hutan
semakin berkurang di hutan dengan alasan persediaan SDH yang mereka
manfaatkan akan selalu berkesinambungan. Apabila ada yang dimanfaatkan maka
akan berkembang biak lagi sehingga tidak akan pernah habis.
Masyarakat juga menyadari bahwa perambahan hutan merupakan salah satu
terjadinya kerusakan hutan, sebanyak 96,67% responden Desa Mamahak Teboq
dan 86,67% responden Desa Lutan setuju dengan pernyataan tersebut. Jawaban
77
responden mengenai beberapa pertanyaan tentang sumber daya hutan sebagai
sumber pendapatan menurut skala Likert tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa pemahaman responden terhadap kerusakan hutan tergolong tinggi.
Luas hutan semakin lama semakin berkurang karena banyaknya terjadi
degradasi dan deforestasi yang merupakan bukti lemahnya konsep pengelolaan
hutan di Indonesia. Sampai tahun 2009 kerusakan hutan Indonesia telah
merambah ke hutan lindung dan hutan konservasi secara serius. Kualitas
kehidupan masyarakat terasa semakin menurun dengan nuansa ketertinggalan.
Sebanyak 73,33% responden Desa Mamahak Teboq dan 80% Desa Lutan
menyatakan bahwa luas hutan di daerah tempat tinggal mereka semakin
berkurang. Tapi ada juga beberapa orang responden yang tidak setuju dengan
pernyataan tersebut dengan alasan perusahaan telah menerapkan program
penanaman bibit pohon di lahan kosong. Hanya beberapa responden yang
mengetahui informasi tersebut.
Eksploitasi hutan yang terus menerus tanpa diikuti pemeliharaan tentu akan
sangat berpengaruh terhadap ketersediaan kayu di hutan. Sebanyak 76,67%
responden Desa Mamahak Teboq dan 90% Desa Lutan memahami bahwa
pemanfaatan hasil hutan yang terus menerus dapat mempengaruhi ketersediaan
hasil hutan tersebut. Responden banyak yang menilai bahwa hasil hutan yang
biasa mereka manfaatkan banyak mengalami penurunan kuantitas, terutama satwa
buruan sebagai sumber protein andalan mereka dan sumber pemenuhan kebutuhan
sehari-hari mereka untuk dijual. Namun ada beberapa responden yang tidak setuju
dengan pernyataan tersebut dengan alasan meski hasil hutan dimanfaatkan secara
terus-menerus hasil hutan tersebut akan kembali tumbuh dengan sendirinya.
Sebanyak 93,33% responden Desa Mamahak Teboq dan 90% Desa Lutan
menyatakan bahwa ketersediaan kayu di hutan semakin terbatas. Mereka setuju
dengan pernyataan tersebut dengan alasan bahwa mereka semakin kesulitan untuk
mendapatkan dan memanfaatkan kayu dari hutan.
Dari beberapa pertanyaan tentang perkembangan kondisi hutan menurut
skala Likert adalah tinggi. Sebagian besar responden menjawab setuju dari setiap
pertanyaan sehingga memiliki tingkat pemahamn yang tinggi.
78
4. Pemahaman responden tentang ladang berpindah
Perambahan hutan yang tak terkendali berupa konversi hutan menjadi lahan
pertanian merupakan salah satu faktor terjadinya kerusakan hutan. Sistem ladang
berpindah biasanya dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang bersinggungan
langsung dengan pemanfaatan hutan. Sistem ladang berpindah merupakan tradisi
yang sudah ada sejak dulu yang telah turun temurun.
Tabel 38 Pemahaman responden tentang ladang berpindah
No Pernyataan Distribusi pemahaman (%)
Mamahak Teboq Lutan
TS R S TS R S 1 Sistem ladang berpindah merupakan 0,00 3,33 96,67 10,00 0,00 90,00
tradisi yang sudah ada sejak dulu 2 Sistem ladang berpindah dapat 20,00 0,00 80,00 16,67 3,33 80,00
merusak hutan 3 Pertanian yang menggunakan sistem 16,67 0,00 83,33 13,33 3,33 83,33
ladang berpindah merupakan sistem yang kurang baik
4 Sistem ladang berpindah rawan terjadi 16,67 0,00 83,33 43,33 3,33 53,33 konflik sosial antar masyarakat Ket: TS = Tidak Setuju, R= Ragu-ragu, S= Setuju
Sebanyak 80% responden Desa Mamahak Teboq dan 90% responden Desa
Lutan memahami bahwa sistem ladang berpindah dapat merusak hutan. Meski
masyarakat memahami bahwa dengan membakar hutan dapat berdampak negatif
terhadap hutan dan meskipun mereka menyadari bahwa dengan sistem ladang
berpindah dapat merusak hutan tapi mereka tetap saja melakukan aktivitas
tersebut dengan alasan mereka tidak ada pilihan lain dan mereka mengkonversi
hutan menjadi lahan pertanian untuk mengklaim lahan tersebut menjadi hak milik
mereka. Aktifitas perladangan berpindah yang terjadi di hutan-hutan yang
merupakan daerah tangkapan air seperti yang ada di hulu Sungai Muring,
sempadan Sungai Pariq dan Sungai Benturak.
Ladang berpindah merupakan sistem yang sudah mereka lakukan turun
temurun karena dengan sistem tersebut mereka dapat meperoleh hasil panen yang
mampu mencukupi kebutuhan pangan mereka. Masyarakat mengolah lahan tanpa
menggunakan pupuk sehingga apabila tanah yang diolah dimanfaatkan pada rotasi
79
berikutnya tidak akan memperoleh hasil panen yang memuaskan bahkan dapat
terjadi gagal panen.
(a) Hutan berubah menjadi ladang padi (b) Kerusakan hutan akibat perlada- dan berada di kawasan hutan produksi. ngan berpindah.
(c) Pembukaan hutan menjadi kebun. (d) Pembukaan hutan dengan cara membakar hutan untuk dijadikan perladangan.
Gambar 11 Kerusakan hutan akibat perladangan berpindah.
Kegiatan perladangan berpindah berkembang pada areal yang kaya lahan
dan kekurangan tenaga kerja. Waktu yang dibutuhkan untuk membuka ladang
cukup lama dan terdiri dari beberapa tahapan kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut
adalah memeriksa tanah (menebas) pada bulan April-Juni, kegiatan mencincang
pada bulan Juli, kegiatan membakar dan menugal/tanam pada bulan Agustus-
Oktober, kegiatan merumput pada bulan November-Desember dan panen pada
bulan Februari sampai Maret.
80
Biasanya petani harus berusaha lebih bekerja keras meningkatkan
produktivitas tenaga kerja manusia daripada mengintensifkan produksi lahan per
unit. Terlihat dari tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilakukan untuk membuka
hutan untuk membuat ladang mereka. Sebanyak 83,33% responden di kedua desa
setuju bahwa sistem ladang berpindah merupakan sistem yang kurang efektif. Hal
ini karena selain membutuhkan waktu yang cukup lama, mereka juga harus
mengeluarkan biaya yang sangat besar dalam pembukaan lahan.
Meskipun panen telah berakhir, ladang yang telah dimanfaatkan tidak
ditinggalkan begitu saja. Beberapa dari mereka kembali menanami ladangnya
dengan berbagai jenis tanaman buah-buahan, sayur-sayuran bahkan tanaman keras
seperti sengon dan karet. Namun, ada juga beberapa dari mereka membiarkan
bekas ladang tersebut menjadi belukar sehingga hutan tumbuh kembali (masa bera
lahan).
Menurut Carol dan Richard (1997), meski terdapat dampak negatif ladang
berpindah terhadap kerusakan hutan terdapat juga dampak positifnya terhadap
kelestarian hutan yaitu masa bera mempunyai fungsi ekologi yang penting dalam
melestarikan kesuburan tanah dan kualitas serta ketersediaan air, mengurangi
rumput, hama, dan masalah penyakit.
Sebanyak 83,33% responden Desa Mamahak Teboq dan 53,33% Desa
Lutan menyatakan bahwa sistem ladang berpindah rawan terjadi konflik sosial
antar masyarakat. Namun terdapat beberapa responden yang tidak setuju dengan
hal tersebut karena menurut mereka apabila pembukaan lahan dilakukan dengan
baik dan diketahui oleh tetangga yang memiliki ladang berdekatan dengan
kawasan yang akan dibuka akan mengindari konflik. Jawaban responden
mengenai beberapa pertanyaan tentang ladang berpindah menurut skala Likert
tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman responden terhadap
kerusakan hutan akibat ladang berpindah tergolong tinggi.
81
5. Pemahaman responden tentang kelestarian hutan
Hutan sebagai salah satu sumber pendapatan dan devisa negara mendapat
perhatian khusus terutama dalam pengelolaan dan pemanfaatannya sehingga
diharapkan dapat dinikmati seoptimal mungkin dengan tetap mengacu pada
pemanfaatan yang lestari. Pemanfaatan hutan yang kurang bijaksana dan
mengabaikan aspek-aspek pemanfaatan hutan yang berkesinambungan
dikhawatirkan akan dapat mengurangi fungsi hutan. Selain pemegang izin
pengelolaan hutan sebagai komponen penentu pengelolaan hutan yang lestari,
maka masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan yang melakukan
aktifitas hidupnya paling bersinggungan dengan pemanfaatan hutan. Sehingga,
untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari akan dibutuhkan peranan
masyarakat. Apabila tingkat pemahaman mereka terhadap kelestarian hutan
semakin tinggi, maka semakin besar pula peluang mereka turut dalam
memanfaatkan hutan secara bijaksana dan lestari.
Tabel 39 Pemahaman Responden tentang kelestarian hutan
No Pernyataan Distribusi pemahaman (%)
Mamahak Teboq Lutan
TS R S TS R S 1 Hutan merupakan sumber penghidupan 0,00 6,67 93,33 0,00 3,33 96,67
bagi masyarakat 2 Keberadaan hutan sangat penting bagi 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00
Masyarakat 3 Kelestarian hutan harus dijaga agar 0,00 0,00 100,00 0,00 3,33 96,67
tidak punah 4 Hutan dapat lestari jika dikelola 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00
dengan baik 5 Adanya peraturan yang terkait dengan 3,33 6,67 90,00 10,00 10,00 80,00
pemanfaatan sumber daya hutan Ket: TS = Tidak Setuju, R= Ragu-ragu, S= Setuju
Hutan merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat khususnya bagi
mereka yang tinggal di sekitar kawasan hutan. Menurut Moeliono et. al. (2009)
masyarakat lokal bersifat pragmatis, mereka menyukai hutan dan bisa sangat
nostalgis tentang masa lalu, tetapi juga akan memanfaatkan setiap peluang baru.
Sebanyak 100% responden di Desa Mamahak Teboq maupun Desa Lutan
beranggapan bahwa keberadaan hutan sangat penting bagi masyarakat karena
82
tanpa adanya hutan mereka akan mengalami hidup sulit dan hutan dapat lestari
jika dikelola dengan baik. Sebanyak 96,67% responden di Desa Mamahak Teboq
dan 100% responden di Desa Lutan mengatakan bahwa kelestarian hutan harus
dijaga agar tidak punah. Hal tersebut dipahami karena masyarakat di dua desa
penelitian masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya
hutan.
Hasil wawancara pada responden menyatakan bahwa tanpa adanya hutan
mereka tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Apabila hutan tidak
dikelola dengan baik maka hutan dapat rusak dan HHBK yang biasa dimanfaatkan
akan semakin berkurang ketersediaanya di hutan. Apabila hutan tidak dijaga
kelestariannya otomatis mereka tidak akan mampu lagi memperoleh pendapatan
dari hasil memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam hutan.
Oleh karena responden setuju bahwa kelestarian hutan harus dijaga agar
tidak punah, maka sebanyak 80% responden di Desa Mamahak Teboq dan 90%
responden di Desa Lutan menyadari untuk menghindari kerusakan hutan pada
sumber daya hutan perlu adanya peraturan yang terkait dengan pemanfaatan
sumber daya hutan. Berbagai peraturan dan himbauan mengenai larangan berburu
dan membuka hutan dengan membakar hutan untuk dijadikan ladang sudah ada
berupa plang yang dibuat oleh PT. RATAH TIMBER. Namun, beberapa
responden juga tidak setuju apabila ada peraturan dalam pemanfaatan sumber
daya hutan.
Sebagian dari mereka berpendapat apabila ada peraturan tersebut maka
mereka tidak akan bebas lagi mengambil dan memanfaatkan hasil hutan yang
biasa mereka manfaatkan. Mereka khawatir proses dalam pengambilan hasil hutan
akan semakin dipersulit. Mereka menyadari bahwa kegiatan berburu dan
membakar hutan untuk dijadikan ladang telah melanggar hukum, akan tetapi
aktifitas tersebut masih terus dilakukan karena kebutuhan yang harus dipenuhi
mereka.
Jawaban responden mengenai beberapa pertanyaan tentang kelestarian
sumber daya hutan menurut skala Likert tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa pemahaman responden terhadap kelestarian hutan tergolong tinggi.
83
5.8 Uji Validitas dan Reliabilitas
Hasil dari setiap pertanyaan yang telah dijawab oleh responden dilakukan
uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan
butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.
Pertanyaan valid apabila dari pengolahan data statistik diperoleh r-hitung yang
merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r-tabel.
Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 60, maka nilai r-tabel
dapat diperoleh melaui df (degree of freedom) = n – k. K merupakan jumlah butir
pertanyaan dalam suatu variabel yaitu sebanyak 24 pertanyaan, maka r-tabel =
0,320 (α = 5%). Analisi output dapat dilihat pada lampiran.
Dari uji validitas dapat dilihat bahwa pertanyaan yang valid hanya 10
pertanyaan dari 24 pertanyaan yang dipakai. Hal ini menunjukkan bahwa hanya
sebagian pertanyaan saja yang layak dijadikan sebagai daftar pertanyaan dalam
mendefinisikan variabel yang dipakai. Pernyataan yang valid tersebut adalah
keadaan hutan semakin rusak dibanding tahun sebelumnya, luas hutan di dareah
anda semakin berkurang, persediaan sumber daya hutan yang anda manfaatkan
semakin berkurang di hutan, pemanfaatan hasil hutan yang terus menerus dapat
mempengaruhi ketersediaan hasil hutan tersebut, perambahan hutan merupakan
salah satu faktor terjadinya kerusakan hutan, ketersediaan kayu di hutan semakin
terbatas, sistem ladang berpindah merupakan tradisi yang sudah ada sejak dulu,
sistem ladang berpindah dapat merusak hutan, pertanian yang menggunakan
sistem ladang berpindah merupakan sistem yang kurang efektif, dan hutan
merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat.
Uji reliabilitas (keandalan) adalah ukuran suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu
bentuk kuisioner. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki
nilai Crobach’s Alpha > 0,60. Cronbach Alpha adalah ukuran dari konsistensi
internal, yaitu, seberapa erat terkait satu set item sebagai suatu kelompok. Dari uji
reliabilitas didapat bahwa nilai Crobach’s Alpha sebesar 0,7013. Hal ini
menunjukkan bahwa konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi variabel
pemanfaatan sumber daya hutan adalah reliabel.
84
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Jenis-jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar hutan di Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan adalah
HHBK nabati, yaitu: rotan, getah karet, pasak bumi, akar kuning, anggrek,
gingseng, sarang semut, jamur dan HHBK hewani, yaitu: babi hutan, rusa,
kijang, kancil, landak, monyet beruk, dan madu. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan di kedua desa penelitian, tingkat pemanfaatan pada HHBK
nabati, yaitu: jenis rotan lebih tinggi dibanding jenis HHBK nabati lainnya
sebesar 51,7% sedangkan untuk HHBK hewani, satwa liar berupa babi hutan
pemanfaatannya sebesar 36,7%.
2. Nilai manfaat Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang diperoleh responden di
Desa Mamahak Teboq sebesar Rp 1.834.800.000,- /tahun yang terdiri dari
nilai manfaat HHBK nabati sebesar Rp 130.752.000,-/tahun dan nilai manfaat
HHBK hewani Rp 1.704.048.000,-/tahun sedangkan di Desa Lutan nilai
manfaat yang diperoleh adalah sebesar Rp 744.690.000,-/tahun yang terdiri
dari nilai manfaat HHBK nabati sebesar Rp 359.250.000,-/tahun dan nilai
manfaat HHBK hewani Rp 385.440.000,-/tahun
3. Kontribusi pemanfaatan HHBK terhadap penerimaan/pendapatan total
Rumah Tangga yang diperoleh responden Desa Mamahak Teboq sebesar
86,1% sedangkan responden di Desa Lutan 74,3%. Besarnya kontribusi
sumber daya hutan tersebut menyatakan bahwa masih besarnya tingkat
pemanfaatan dan ketergantungan mereka terhadap sumber daya hutan.
4. Pemahaman masyarakat di desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan terhadap
pemanfaatan hasil hutan, kerusakan dan kondisi hutan, sumber daya hutan
sebagai sumber pendapatan, tentang ladang berpindah dan kelestaraian hutan
menurut skala Likert tergolong tinggi dimana rata-rata skor yang diperoleh
adalah sebesar 2,78.
85
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan inventarisasi hasil hutan bukan kayu di kawasan konsesi
IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER untuk mengetahui potensi HHBK
secara pasti sehingga dapat melakukan pengembangan jenis HHBK yang
diminati oleh masyarakat untuk dikembangkan lebih lanjut.
2. Konsumsi masyarakat di Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan terhadap
pemanfaatan HHBK khususnya satwa liar secara terus-menerus dapat
mengakibatkan potensi HHBK semakin menurun. Oleh sebab itu perlu
dilakukan penyuluhan dan himbauan secara terus menerus dan adanya
alternatif kegiatan selain memburu satwa liar karena beberapa jenis satwa liar
yang dimanfaatkan oleh responden termasuk satwa yang dilindungi oleh
negara.
3. Perlu dilakukan penelitian di desa lain yang berada di dalam kawasan hutan
IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER, sehingga dapat dibandingkan tingkat
pemanfaatan masyarakat terhadap hasil hutan bukan kayu (HHBK) di desa
yang berada dalam kawasan hutan dengan di desa yang berada di luar
kawasan hutan.
86
DAFTAR PUSTAKA
Birgantoro Bakti A. 2008. Studi pemanfaatan sumber daya hutan oleh masyarakat desa sekitar hutan (studi kasus di RPH Sumberwaru dan RPH Sumberejo, BKPH Asembagus, KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Carol J. Pierce Colfer, Richard G. Dudley. 1997. Peladang berpindah di Indonesia: Perusak atau pengelola hutan?. Samarinda: GTZ SFMP Indonesia-German Development Coorperation.
[CIFOR] Center for International Forestry Research. 2006. Ketergantungan, persepsi, dan partisipasi masyarakat terhadap sumber daya hayati hutan: studi kasus di dusun pampli kabupaten luwu utara sulawesi selatan. Jakarta:Iintiprima karya.
Giarci. 2001. Pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. http://www.pemberdayaan.com/pembangunan/pemberdayaanmasyarakat-dan-pembangunan-berkelanjutan.html. [1 Februari 2011].
Girsang Resman E. 2006. Pemanfaatan Sumber Daya Hutan oleh masyarakat sekitar hutan jati di BKPH Bancar, KPH Jatirogo, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Gunawan R, Thamrin J, Suhendar E. 1998. Industrialisasi kehutanan dan dampaknya terhadap masyarakat adat: Kasus Kalimantan Timur. Bandung: AKATIGA.
Hartono, Aziz Arnicun. 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Irwanto. 2006. Focus group discussion (FGD): Sebuah pengantar praktis. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Moeliono Moira, Wollenberg Eva dan Limberg Godwin. Desentralisasi tata kelola hutan: Politik, Ekonomi dan perjuangan untuk menguasai hutan di
Kalimantan, Indonesia. Jakarta :Harapan Prima.
Nasendi, B.D dan Mas’ud Fauzi. 1996. Kajian Pemasalahan lokal dan nasional hutan dan kehutanan di Indonesia: Tinjauan, prospek dan strategi
menuju pengelolaan hutan dan pemangunan kehutanan berkelanjutan. Bogor : CV. Sinar Jaya.
Peraturan Menteri Kehutanan No. 35/Menhut-II/2007, Tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P 21/Menhut-II/2009 tentang Kriteria dan Indikator Penetapan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan. Jakarta
87
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jakarta
Rahmanita Dini. 2006. Nilai ekonomi satwa liar berdasarkan preferensi masyarakat di sekitar hutan: Studi Kasus di Hutan Produksi PT. Sari bumi Kusuma, Kalimantan Tengah. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Setyani Irma S. 2010. Pemanfaatan hasil hutan non kayu dan persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya hutan (kasus: di IUPHHK-HA PT.Austral Byna, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Singarimbun M , Effendi S. 1987. Metode Penelitian Survei. Yogyakarta: LPEES
Sajogyo. 1996. Memahami dan menanggulangi kemiskinana di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Subejo, Supriyanto. 2004. Pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan.http://www.pemberdayaan.com/pembangunan/pemberdayaan-masayrakat-dan-pembangunan-berkelanjutan,html. [1 Februari 2011].
Suhanda Nani S, Amalia L, Sukandar D, Khairunisa. 2009. Gold Standar dan Indikator Garis Kemiskinan Rumah Tangga petani di Subang. Bogor: PPMKP dan NHF
Suhartono Tonny, Mardiastuti Ani. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia. Jakarta: Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT).
Sumadiwangsa, E.S dan Gusmailina. 2006. Teknologi budidaya, pemanfaatan dan pengembangan hasil hutan bukan kayu. Bogor: CV Sinar Jaya.
88
LAMPIRAN
89
Lampiran 1 Peta areal konsesi PT. RATAH TIMBER
90
Lampiran 2 Identitas responden Desa Lutan
No. Resp L/P
Status Dlm Kel. Umur Agama Suku Status Pendidikan
Pekerjaan Utama
Pekerjaan Sampingan JAK
JTT (Km)
1 L KK 47 Islam Banjar Kawin SMA Petani Pedagang 8 10 2 L KK 45 Islam Dayak Bahau Kawin SD Petani Wakil RT 4 10 3 L KK 55 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani BPK/Kaur Umum 12 10 4 L KK 41 Islam Jawa Kawin SMP Petani Bisnis 5 7 5 L KK 67 Islam Bakumpai Kawin SMA Petani Pedagang 4 1 6 L KK 70 Islam Dayak Bahau Kawin SR/SD Petani tidak ada 6 7 7 P IRT 41 Islam Dayak Bahau Kawin SMA Guru Petani 4 10 8 P IRT 40 Katolik Dayak Bahau Kawin PT Guru Petani 4 10 9 L KK 35 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Pedagang tidak ada 3 1 10 L KK 38 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA PNS Penores 4 2 11 P IRT 29 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Staf BPK Penores 3 1 12 L KK 36 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Petani Pemburu 7 3 13 L KK 60 Islam Bakumpai Kawin SD Petani Nelayan, Berburu 7 3 14 L KK 37 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Wakil BPK Petani 4 1 15 L KK 42 Katolik Jawa Kawin SMA Petani Penores 4 2
Keterangan: KK : Kepala Keluarga IRT : Ibu Rumah Tangga JAK : Jumlah Anggota Keluarga JTT : Jarak Tempat Tinggal dari hutan
91
Lampiran 2 Identitas responden Desa Lutan Lanjutan
No. Resp L/P
Status Dlm Kel. Umur Agama Suku Status Pendidikan
Pekerjaan Utama
Pekerjaan Sampingan JAK
JTT (Km)
16 L KK 60 Islam Bakumpai Kawin SMP BPK Pemburu 3 10 17 P IRT 36 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Petani Penores 3 7 18 P IRT 20 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani Penores 2 7 19 P IRT 43 Katolik Dayak Bahau Kawin TS Petani Pengrajin 8 10 20 P IRT 23 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Petani tidak ada 4 10 21 L KK 70 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Ka. Adat Pemburu 9 10 22 P IRT 51 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani Pemburu 7 10 23 L KK 31 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani Pemburu 3 10 24 P IRT 54 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani Pemburu 10 10 25 L KK 80 Katolik Dayak Kalteng Kawin SMA Guru Pemburu 8 10 26 P IRT 26 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani Tidak ada 2 2 27 P IRT 55 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani Pedagang 3 2 28 L KK 50 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Petani Tidak ada 4 5 29 L KK 33 Islam Banjar Kawin SMP Kontraktor petani, berburu 6 7 30 P IRT 51 Islam Banjar Kawin SMA Guru Pedagang 4 5 Keterangan: KK : Kepala Keluarga IRT : Ibu Rumah Tangga JTT : Jarak Tempat Tinggal dari hutan JAK : Jumlah Anggota Keluarga TS : Tidak Sekolah
92
Lampiran 3 Identitas responden Desa Mamahak Teboq
No. Resp L/P
Status Dlm Kel Umur Agama Suku Status Pendidikan
Pekerjaan Utama
Pekerjaan Sampingan JAK
JTT (Km)
1 L KK 40 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Pedagang Petani 3 0,5 2 L KK 52 Islam Kalteng Kawin SMP Petani Nelayan 10 1 3 L KK 70 Katolik Dayak Bahau Kawin SR/SD Ag. L.Adat Petani 3 2 4 L KK 46 Islam Bugis Kawin SD Petani Tukang 5 3 5 L KK 66 Islam Jawa Kawin SD Petani Pandai besi 7 2 6 L KK 71 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani Pemburu,tukang,nelayan 3 2 7 L KK 47 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Petani Pemburu 6 5 8 L KK 40 Islam Dayak Kalteng Kawin SMP Karyawan Petani,Pemburu 4 1 9 L KK 30 Islam Bugis Kawin SD Pedagang Pemburu 4 2 10 L KK 39 Katolik Dayak Bahau Kawin SLTA Karyawan Pemburu 5 2 11 L KK 49 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Karyawan Pemburu 3 2 12 L KK 46 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Pemburu Petani,nelayan 5 2 13 L KK 55 Islam Dayak Kalteng Kawin SD Petani Beternak,Pemburu 5 8 14 L KK 49 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Petani Pemburu 5 1 15 L KK 26 Islam Dayak Bahau Kawin SMK Karyawan Pemburu 5 1 Keterangan: KK : Kepala Keluarga JTT : Jarak Tempat Tinggal dari hutan IRT : Ibu Rumah Tangga JAK : Jumlah Anggota Keluarga
93
Lampiran 4 Identitas responden Desa Mamahak Teboq lanjutan
No. Resp L/P
Status Dlm Kel. Umur Agama Suku Status Pendidikan
Pekerjaan Utama
Pekerjaan Sampingan JAK
JTT (Km)
16 L KK 24 Islam Dayak Bahau Kawin SMP Pemburu Tidak ada 3 3 17 L KK 43 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Karyawan Pemburu 5 8 18 L KK 35 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Karyawan Pemburu 4 6 19 L KK 37 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Karyawan Pemburu 3 2 20 L KK 30 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Karyawan Pemburu 5 2 21 P IRT 57 Katolik Dayak Kayan Kawin TS Petani Pemungut rotan 8 2 22 L KK 41 Katolik Dayak Bahau Kawin SMEA Petani Tukang 3 2 23 L KK 46 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Petani Tukang 5 2 24 P IRT 41 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Petani Tidak ada 8 2 25 L KK 34 Katolik Dayak Bahau Kawin SLTA Pedagang Pemburu,nelayan 5 2 26 L KK 32 Islam Bugis Kawin SMA Karyawan Peternak 4 2 27 L KK 38 Islam Bakumpai Kawin TS Pedagang Pemburu 3 1 28 L KK 52 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Karyawan Pemburu 4 5 29 L KK 36 Katolik Dayak Bahau Kawin TS Karyawan Pemburu 5 2 30 L KK 55 Katolik Dayak Bahau Kawin PS Karyawan Pemburu 6 200m Keterangan: KK : Kepala Keluarga IRT : Ibu Rumah Tangga JAK : Jumlah Anggota Keluarga JTT : Jarak Tempat Tinggal dari hutan TS : Tidak Sekolah
94
Lampiran 5 Kepemilikan lahan responden Desa Lutan
No. Kepemilikan Lahan (Ha) Asal-usul lahan
Resp Sawah Ladang Kebun Pekarangan Belukar
Tanah kosong
Membuka Lhn. hutan
Warisan keluarga
Tanah adat Membeli Menyewa
1 0 2 1 0 6 0 √ - - - - 2 0 2 4 0 1 12 - √ - - - 3 0 1 6 0,032 1 3 - √ - - - 4 0 1,5 1 0,005 2,5 1 √ - - - - 5 0 2 0,5 0 0 4 √ - - - - 6 0 0 5 0 0 0 - √ - - - 7 0 0 2 0 0 0 √ - - - - 8 0,5 2 2 0 0 0 √ - - - - 9 0 0 2 0 0 0 - √ - - - 10 0 2 4 0,028 2 0 - √ - - - 11 0 0 1 0 0 0 - √ - - - 12 0 1 4 0 6 0 - - √ - - 13 0 1 1 0 1 0 √ - - - - 14 0 2 8 0 0 0 √ - - - - 15 0,5 2 2 0 0 0 √ - - - - 16 0 1 0,5 0 1 1 - √ - - - 17 0 1 2 0,02 1 2 - √ - - - 18 0 1 2 0,02 1 2 - √ - - -
95
Lampiran 6 Kepemilikan lahan responden Desa Lutan lanjutan
No. Kepemilikan Lahan (Ha) Asal-usul lahan
Resp Sawah Ladang Kebun Pekarangan Belukar
Tanah kosong
Membuka Lhn. hutan
Warisan keluarga Tanah adat Membeli Menyewa
19 0 3 2 0 0 0 - √ - - -
20 0 3 0 0 0 0 - √ - - -
21 0 1,5 1 0 5 0 √ - - - -
22 0 0,5 1 0 1 2 √ √ - - -
23 0 1 0,5 1 1 0 - √ - - -
24 0 1 1 0 0 0 √ √ - - -
25 0 2 0 0 3 0 √ - - - -
26 0 1 0 0 0 0 √ - - - -
27 0 2 2 0 3 0 √ - - - -
28 0 2 0 0 0 0 √ - - - -
29 0 5 3 0 0 0 - - - - -
30 0 0 0 0 0 0 - - - - -
Total 2 25 26 24 15 8 15 14 1 0 0
96
Lampiran 7 Kepemilikan lahan responden Desa Mamahak Teboq
No. Kepemilikan Lahan (Ha) Asal-usul lahan
Resp Sawah Ladang Kebun Pekarangan Belukar Tanah kosong
Membuka Lhn. Hutan
Warisan keluarga
Tanah adat Membeli Menyewa
1 0 1 2 0 2 2 - √ - - - 2 0 2 1 2 2 2 √ - - - - 3 0 2,5 0 0 4 0 √ - - - - 4 0 5 0 0 0 0 - - - √ - 5 0,2 0 0,02 0 0 0 √ - - - - 6 0 2 2 4 0 8 √ - - - - 7 0 2 0 0 0 0 √ - - - - 8 1 1 1 0,01 0 3 - √ - - - 9 0 1 0 0 0 0 - √ - - - 10 0 1 2 0 0 0 √ √ - - - 11 0 1 1 0,1 0 0 √ - - - 12 0 0,5 1 0 1 1 √ √ - - - 13 0 3 1 0 10 0 - √ 14 0 1 1 3 0 1 - √ - - - 15 0 0 1 0 2 4 - √ - - - 16 1 5 3 0 0 2 √ - - - 17 0 5 0,5 0 0 0 √ - - - 18 0 3 3,5 1 2,5 4 √ √ √ - -
97
Lampiran 8 Kepemilikan lahan responden Desa Mamahak Teboq lanjutan
No. Kepemilikan Lahan (Ha) Asal-usul lahan
Resp Sawah Ladang Kebun Pekarangan Belukar Tanah kosong
Membuka Lhn. Hutan
Warisan keluarga
Tanah adat Membeli Menyewa
19 0 4 4 0,25 2 7 √ - - - - 20 0 0 0 0 0 0 - - - - - 21 0 0,5 1 0 20 0 √ - - - - 22 0 0,5 3,5 0 0 0 √ √ - - - 23 0 3 2 0 0 0 - √ - - - 24 0 0 2 0 0,5 0 - √ - - - 25 0 1 6 0 2 2 √ √ - √ - 26 0 4 0,5 0 2,2 4 - - √ √ - 27 0 0 1,5 0 2 0 - √ - - - 28 0 5 1 0 0 0 - √ - - - 29 0 2 2 0 1 0 - √ - - - 30 0 4 0 0 0 0 √ - - - -
Total 2,2 60 43,52 10,36 53,2 40 15 16 3 3 0
98
Lampiran 9 Pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Lutan
No. HHBK Nabati HHBK Hewani
Getah Karet
Rotan Damar Jamur Pasak bumi
Bambu Akar
kuning Daun kajang
Daun biru
Madu Babi hutan Rusa/Payau Kijang Kancil
Resp. kg/minggu (kg/bulan) (kg/minggu) (kg) (kg)/bulan (batang) (kg) (Liter) (ekor/minggu) (ekor/bulan) (ekor/bulan) (ekor/minggu) 1 − 50 − − 2 − − − − − − − − −
2 − 50 − − 1 batang − 1 batang − − − − − − −
3 − 3 m − − 30 cm − − − − − − − − −
4 10 TT − − − − − − − − − − − −
5 − TT − − − − − − − − − − − −
6 − − − − − − − − − − 2−3 − − −
7 25−35 − − − − − − − − − − − − −
8 20−25 − − 2 2 − 2 − − − − − − −
9 − − − 2 5 − − − − − − − − −
10 35 − − 3 2 − − − − − − − − −
11 25 − − TT − − TT − − − − − − −
12 20 − − − − − − − − − 1 4 − −
13 − − − − − − − − − 1 − 12 − 2
14 − 50 K − − − − − − K − − − −
15 30 − − − − − − − − − − − − −
16 − − − − − − − − − − 1−2 1−2 − −
17 30 50 − − − − − − − − − − − −
18 30 − − − − − − − − − − − − −
99
Lampiran 9 Pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Lutan lanjutan
No. HHBK Nabati HHBK Hewani
Getah Karet
Rotan Damar Jamur Pasak bumi
Bambu Akar
kuning Daun kajang
Daun biru
Madu Babi hutan Rusa/Payau Kijang Kancil
Resp. kg/minggu (kg/bulan) (kg/minggu) (Kg) (kg)/bulan (batang) (kg) (Liter) (ekor/minggu) (ekor/bulan) (ekor/bulan) (ekor/minggu) 19 − 60 batang − − − − − − − − − − − −
20 − 60 batang − − − − − − − − − − − −
21 − − − − − − − − − − 2−5 − − −
22 − − − − − − − − − − 2 1 − −
23 − − − − − − − − − − 1−2 1 − −
24 − 60 batang − − − − − − − − 1 − − −
25 − − − − − − − − − − 2 2 2 −
26 − 2 m − − − − − 60 lbr 60 lbr − − − − −
27 − 2m − − − − − 140 50kg − − − − −
28 − 50 kg − − − − − − − − − − − −
29 − 375 kg − − − − TT − − − − 1/tahun − 1 ekor/thn
30 − 100 kg − − − − − − − − − − − −
100
Lampiran 10 Pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Mamahak Teboq
No HHBK Hewani HHBK Nabati
Madu Babi
hutan Rusa/Payau Kijang Monyet Kancil
Ayam hutan
Landak Getah Karet
Rotan Damar Pasak bumi
Bambu
Resp. (Liter) (ekor/minggu) (ekor/bln) (ekor/bln) (ekor/bln) (ekor/minggu) (ekor/bln) (ekor/minggu) kg/minggu (ikat/bln) (kg/minggu) (kg)/bln) (batang) 1 − − − − − − − − − 1 − − − 2 − 2 − − − − − − − − − − − 3 10 − − − − − − − − 25 − − − 4 − − − − − − − − − − − − − 5 − − − − − − − − − − − − 6 − 2 − − − − − − − 1 − − − 7 − 3 4 − − − − − − − − − −
8 − − 4 − − 1 − 1 − 3 pot(1/2
ikat) − − − 9 − − 4−12 4 − − − − − − − − − 10 − 3−4 1 − − − − − − − − − − 11 − 1−3 − − − − − − − − − − − 12 − 1−5 4 1 − − − − − − − − − 13 − − 1 1 − 3−5 1 − − − − − − 14 − − 4 2 − − 2 − − * 2 − 80 15 − 3 1 − − 1 − − − 1−2ton 10 − − 16 − 5 4 jarang − 3 1 3 − − − − − 17 − 4 − − 1 − − − − − − − − 18 − 2 4 − − 2−3 − − − − − − −
101
Lampiran 10 Pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Mamahak Teboq lanjutan
No HHBK Hewani HHBK Nabati
Babi hutan Rusa/ Payau
Kijang Monyet Kancil Ayam hutan
Landak Madu Getah Karet
Rotan Damar Pasak bumi
Bambu Akar
kuning Buah-
Resp. (ekor/
minggu) (ekor/bln) (ekor/ bln)
(ekor/ bln)
(ekor/ minggu)
(ekor/ bln)
(ekor/ minggu) (Liter)
(kg/ Minggu)
(ikat/bln) (kg/ming
gu) (kg)/bln) (btng) (kg) buahan
19 2−6 4−8 1−3 − 4−5 − − − − 1−3 − − − − − 20 2 4 4 1 − 1 − − − − − − − − − 21 − − − − − − − − − 8 − − − − − 22 − − − − − − − − − 8 − − − − − 23 − − − − − − − − 20 − − 2 − 1 − 24 − − − − − − − − 30 − − − − − − 25 3−4 1 − − − − − 5−10 − 1ton − − − − − 26 − − − − − − − − − 1 1−2krng − − − − 27 − 1−3 1 − − − − − − − − − − − − 28 1/bulan jarang − − − − − − − − − − − − − 29 1−5 1 1 3 1 − 2−3 − − − − − − − − 30 1 ekor/bln 1 − − − − − − − − − − − − −
102
Lampiran 11 Pendapatan dari pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Lutan
No Pendapatan pemanfaatan SDH (Rp/tahun)
Rotan Getah karet Babi hutan Rusa Kancil Pendapatan kotor Pengeluaran kotor Pendapatan bersih 1 50000 − − − − 600000 0 600000 2 200000 − − − − 2400000 840000 1560000 3 − − − − − 0 0 0 4 − − 580000 − − 6960000 576000 6384000 5 − − − − − 0 0 0 6 − − 4800000 − − 57600000 3600000 54000000 7 − 1320000 − − − 15840000 576000 15264000 8 − 990000 − − − 11880000 576000 11304000 9 − − − − − 0 0 10 − 3520000 − − − 42240000 576000 41664000 11 − 4400000 − − − 52800000 960000 51840000 12 − 1320000 3040000 − − 52320000 13200000 39120000 13 − 9000000 − 600000 115200000 4300000 110900000 14 240000 − − − − 2880000 50000 2830000 15 − − − − − 0 0 16 − − 3200000 3600000 81600000 2704000 78896000 17 330000 1320000 − − − 19800000 996000 18804000 18 − 1320000 − − − 15840000 576000 15264000
103
Lampiran 11 Pendapatan dari pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Lutan lanjutan
No Pendapatan pemanfaatan SDH (Rp/tahun)
Rotan Getah karet Babi hutan Rusa Kancil Pendapatan kotor Pengeluaran kotor Pendapatan bersih
19 100000 − − − − 1200000 600000 600000
20 100000 − − − − 1200000 600000 600000
21 − − − − − 0 0
22 − − 3200000 1800000 − 60000000 672000 59328000
23 − − 9600000 900000 − 126000000 3424000 122576000
24 77500 − 800000 − − 10530000 1350000 9180000
25 − − − − − 0 0
26 1200000 − − − − 14400000 0 14400000
27 1200000 − − − − 14400000 0 14400000
28 1200000 − − − − 14400000 4800000 9600000
29 1800000 − − − − 21600000 16128000 5472000
30 250000 − − − − 3000000 168000 2832000
104
Lampiran 12 Pendapatan dari pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Mamahak Teboq
Pendapatan pemanfaatan SDH
No. Resp.
Rotan Karet Madu Babi hutan Rusa Kijang Kancil Landak
Ayam hutan Monyet
Pendapatan kotor (Rp/tahun)
Pengeluaran kotor (Rp/tahun)
Pendapatan bersih (Rp/tahun)
1 0 − − − − − − − − − 0 0 0 2 0 − − − − − − − − − 0 0 0 3 250000 − 1.500.000 − − − − − − − 4.500.000 0 4.500.000 4 0 − − − − − − − − − 0 0 0 5 0 − − − − − − − − − 0 0 0 6 150.000 − − 4.800.000 − − − − − − 59.400.000 870.000 58.530.000
7 − − − 7.200.000 2.000.000 − − − − − 110.400.000 2.976.000 107.424.000 8 − − − − 1.400.000 − 200.000 200.000 − − 21.600.000 3.246.000 18.354.000 9 − − − − 6000000 3000000 − − − − 108.000.000 1152000 106.848.000 10 − − − 7200000 750000 − − − − − 95.400.000 7584000 87.816.000 11 − − − 4800000 − − − − − − 57.600.000 3060000 54.540.000 12 − − − 7200000 2000000 500000 − − − − 116.400.000 5208000 111.192.000 13 − − − − 500000 500000 9600000 − 50000 − 127.800.000 3000000 124.800.000 14 − − − − 6000000 500000 − − − − 78.000.000 0 78.000.000 15 100000 − − 7200000 500000 − 2400000 − − − 122.400.000 9348000 113.052.000 16 − − − 12000000 3200000 − − − − − 182.400.000 4980000 177.420.000 17 − − − 9600000 − − − − − − 115.200.000 8328000 106.872.000 18 − − − 4800000 − − − − − − 57.600.000 4800000 52.800.000
105
Lampiran 12 Pendapatan dari pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Mamahak Teboq lanjutan
Pendapatan pemanfaatan SDH
No. Resp.
Rotan Karet Madu Babi hutan Rusa Kijang Kancil Landak
Ayam hutan Monyet
Pendapatan kotor (Rp/tahun)
Pengeluaran kotor (Rp/tahun)
Pendapatan bersih (Rp/tahun)
19 − − − 4800000 1200000 625000 − − 79.500.000 2844000 76.656.000
20 − − − 4800000 2000000 − − − 50000 30000 82.560.000 1692000 80.868.000
21 70000 − − − − − − − − − 840.000 0 840.000
22 70000 − − − − − − − − − 840.000 144000 696.000
23 − 576000 − − − − − − − − 6.912.000 720000 6.192.000
24 − 1080000 − − − − − − − − 12.960.000 3600000 9.360.000
25 8000000 − 1488000 7200000 500000 − − − − − 189.888.000 3828000 186.060.000
26 600000 − − − − − − − − − 7.200.000 120000 7.080.000
27 − − − 6000000 − 750000 − − − − 81.000.000 900000 80.100.000
28 − − − 600000 − − − − − − 7.200.000 1800000 5.400.000
29 − − − 7200000 675000 − − − − − 94.500.000 1576000 92.924.000
30 − − − 600000 625000 − − − − − 14.700.000 150000 14.550.000
106
Lampiran 13 Pengeluaran responden Desa Lutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berdasarkan BPS
No. Jenis pengeluaran (Rp/bulan) Total pengelua-
Total pengelua- JAK
Pengeluaran
Resp Pangan Sandang Papan Transportasi Pendidikan Kesehatan Rekreasi Sumbangan Lainnya ran
(Rp/Bulan) ran
(Rp/tahun) (Rp/kapita/
bulan) Status
1 2173500 166.667 0 200.000 600.000 1.000.000 0 0 50.000 4.190.167 50282000 8 523771 TM
2 371000 0 0 150.000 0 0 0 0 0 521.000 6252000 4 130250 M
3 987000 166666,67 0 280000 1000000 200000 0 0 14000 2.647.667 31772000 12 220639 M
4 321000 350000 0 200.000 300.000 0 0 0 0 1.171.000 14052000 5 234200 M
5 429500 300.000 0 0 0 0 0 8000 0 737.500 8850000 4 184375 M
6 562000 41.667 0 500000 360000 100.000 41666,67 20.000 0 1.625.333 19504000 6 270889 TM
7 429500 50.000 100.000 100.000 50.000 10.000 0 0 0 739.500 8874000 4 184875 M
8 755000 100.000 100.000 100.000 100.000 50.000 0 50.000 0 1.255.000 15060000 4 313750 TM
9 293000 500.000 500.000 200.000 150.000 300.000 0 0 0 1.943.000 23316000 3 647667 TM
10 369000 200.000 500.000 150.000 400.000 300.000 0 0 0 1.919.000 23028000 4 479750 TM
11 184500 200.000 200.000 50.000 100.000 50.000 0 50.000 0 834.500 10014000 3 278167 TM
12 779000 1.000.000 4000000 0 300.000 700.000 0 0 0 6.779.000 81348000 7 968429 TM
13 883000 0 0 350000 0 0 0 0 0 1.233.000 14796000 7 176143 M
14 269000 100.000 50.000 100.000 150.000 50.000 0 50.000 0 769.000 9228000 4 192250 M
15 755000 50.000 0 0 0 0 0 0 0 805.000 9660000 4 201250 M
16 377000 200.000 450.000 1.000.000 0 500.000 0 0 0 2.527.000 30324000 3 842333 TM
17 292500 500.000 0 300.000 100.000 100.000 1.000.000 100.000 0 2.392.500 28710000 3 797500 TM
107
Lampiran 13 Pengeluaran responden Desa Lutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berdasarkan BPS lanjutan
No. Jenis pengeluaran (Rp/bulan) Total
pengelua- Total
pengelua- JAK
Pengeluaran
Resp Pangan Sandang Papan Transportasi Pendidikan Kesehatan Rekreasi Sumbangan Lainnya
ran (Rp/Bulan)
ran (Rp/tahun)
(Rp/kapita/bulan) Status
18 184500 500.000 0 300.000 100.000 100.000 1.000.000 100.000 0 2.284.500 27414000 2 1142250 TM
19 750500 50.000 200.000 100.000 50.000 50.000 0 0 0 1.200.500 14406000 8 150063 M
20 538000 50.000 200.000 100.000 50.000 0 0 0 0 938.000 11256000 4 234500 M
21 293000 50.000 0 525000 0 0 0 0 0 868.000 10416000 9 96444 M
22 773500 150.000 0 0 0 20.000 0 0 0 943.500 11322000 7 134786 M
23 377000 200.000 1875000 1.000.000 0 500.000 0 0 0 3.952.000 47424000 3 1317333 TM
24 613500 100.000 500.000 200.000 500.000 500.000 0 0 0 2.413.500 28962000 10 241350 M
25 887000 100.000 0 0 250.000 0 0 0 0 1.237.000 14844000 8 154625 M
26 184500 20.000 0 375.000 30.000 30.000 0 50.000 10.000 699.500 8394000 2 349750 TM
27 429500 4166,667 0 600000 0 560000 600000 100.000 70.000 2.363.667 28364000 3 787889 TM
28 538000 41.667 0 280000 500.000 480000 0 0 0 1.839.667 22076000 4 459917 TM
29 373000 38333,33 0 0 110.000 3.000.000 1666666,7 20.000 0 5.208.000 62496000 6 868000 TM
30 321000 0 0 0 300.000 0 0 0 0 621.000 7452000 4 155250 M
108
Lampiran 14 Pengeluaran responden Desa Mamahak Teboq untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berdasarkan BPS
No. Jenis pengeluaran (Rp/bulan) Pengeluaran Pengeluaran JAK
Pengeluaran
Resp Pangan Sandang Papan Transportasi Pendidikan Kesehatan Rekreasi Sumbangan Lainnya
(Rp/Bulan) (Rp/Bulan)
(Rp/kapita/bulan) Status
1 321000 200.000 200.000 300.000 400.000 200.000 100.000 50.000 1771000 21.252.000 3 590333 TM
2 1184500 100.000 0 90.000 6.000 0 0 0 50.000 1430500 17.166.000 10 143050 M
3 321000 100.000 0 0 0 0 0 0 0 421000 5.052.000 3 140333 M
4 345000 0 300.000 100.000 1.500.000 0 0 0 0 2245000 26.940.000 5 449000 TM
5 670500 150.000 0 100.000 200.000 0 0 0 0 1120500 13.446.000 7 160071 M
6 293000 100.000 200.000 144000 0 300.000 0 50.000 0 1087000 13.044.000 3 362333 TM
7 538000 150.000 0 0 50000 0 0 0 0 738000 8.856.000 6 123000 M
8 321000 200.000 100.000 200.000 300.000 150.000 800.000 50.000 100.000 2221000 26.652.000 4 555250 TM
9 212500 25000 0 210000 0 100.000 0 20.000 0 567500 6.810.000 4 141875 M
10 429500 150.000 0 0 0 0 0 0 0 579500 6.954.000 5 115900 M
11 317000 500.000 0 175.000 500.000 0 0 50.000 1542000 18.504.000 3 514000 TM
12 321000 0 0 36.000 15.000 0 0 0 50.000 422000 5.064.000 5 84400 M
13 321000 50000 0 0 0 0 0 0 0 371000 4.452.000 5 74200 M
14 755000 500.000 0 300.000 1.500.000 200.000 0 50.000 0 3305000 39.660.000 5 661000 TM
15 369000 800.000 500.000 90.000 300.000 0 1000000 0 0 3059000 36.708.000 5 611800 TM
16 321000 0 20.000 200.000 0 0 0 0 0 541000 6.492.000 3 180333 M
17 429500 250000 500.000 600.000 0 0 0 75000 0 1854500 22.254.000 5 370900 TM
109
Lampiran 14 Pengeluaran responden Desa Mamahak Teboq untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berdasarkan BPS lanjutan
No. Jenis pengeluaran (Rp/bulan) Pengeluaran Pengeluaran JAK
Pengeluaran
Resp Pangan Sandang Papan Transportasi Pendidikan Kesehatan Rekreasi Sumbangan Lainnya
(Rp/Bulan) (Rp/Bulan)
(Rp/kapita/bulan) Status
18 341000 700.000 0 300.000 500.000 200.000 100.000 50.000 0 2191000 26.292.000 4 547750 TM
19 400200 400.000 0 400.000 0 0 150.000 0 90.000 1440200 17.282.400 3 480067 TM
20 412700 0 0 100.000 50.000 0 0 0 10.000 572700 6.872.400 5 114540 M
21 750500 50000 0 0 0 0 0 0 0 800500 9.606.000 8 100063 M
22 212500 50000 0 0 0 0 0 0 0 262500 3.150.000 3 87500 M
23 453500 0 0 1.500.000 0 0 0 50.000 0 2003500 24.042.000 5 400700 TM
24 779000 300.000 0 100.000 500.000 50.000 0 0 50.000 1779000 21.348.000 8 222375 M
25 321000 500.000 200.000 300.000 50.000 150.000 100.000 15.000 0 1636000 19.632.000 5 327200 TM
26 269000 250.000 0 30.000 0 0 0 20.000 50.000 619000 7.428.000 4 154750 M
27 243700 0 0 0 100.000 0 0 0 0 343700 4.124.400 3 114567 M
28 393000 50.000 0 0 2562500 0 0 0 0 3005500 36.066.000 4 751375 TM
29 293000 100000 0 0 0 0 0 0 0 393000 4.716.000 5 78600 M
30 481500 100.000 0 100.000 3.500.000 60.000 0 50.000 0 4291500 51.498.000 6 715250 TM
110
Lampiran 15 Tingkat kesejahteraan responden Desa Lutan menurut indikator kemiskinan Sajogyo
No. Pendapatan dari
pemanfaatan SDH (Rp/Tahun) Pendapatan non pemanfaatan
SDH (Rp/tahun) Total
pendapatan JAK
Pendapatan pendapatan Tingkat Ket.
UMR
Resp Pend. kotor
Peng. kotor
Pend. bersih
Pend. kotor
Peng. kotor
Pend. bersih (Rp/Tahun)
per kapita/tahun
per kapita/bulan Kesejahteraan
1 600000 0 600000 6000000 2000000 4000000 4600000 8 575000,0 47916,67 82,1 M M 2 2400000 840000 1560000 6000000 2000000 4000000 5560000 4 1390000,0 115833,33 198,6 M M 3 0 0 0 2300000 2000000 300000 300000 12 25000,0 2083,33 3,6 M M 4 6960000 576000 6384000 300000 0 300000 6684000 5 1336800,0 111400,00 191,0 M M 5 0 0 0 9600000 2400000 7200000 7200000 4 1800000,0 150000,00 257,1 TM M 6 57600000 3600000 54000000 6000000 5000000 1000000 55000000 6 9166666,7 763888,89 1309,5 TM M 7 15840000 576000 15264000 12000000 5000000 7000000 22264000 4 5566000,0 463833,33 795,1 TM M 8 11880000 576000 11304000 13200000 0 13200000 24504000 4 6126000,0 510500,00 875,1 TM M 9 0 0 0 38400000 800000 37600000 37600000 3 12533333,3 1044444,44 1790,5 TM M 10 42240000 576000 41664000 28800000 0 28800000 70464000 4 17616000,0 1468000,00 2516,6 TM TM 11 52800000 960000 51840000 12000000 0 12000000 63840000 3 21280000,0 1773333,33 3040,0 TM TM 12 52320000 13200000 39120000 20100000 2400000 17700000 56820000 7 8117142,9 676428,57 1159,6 TM M 13 115200000 4300000 110900000 25760000 7980000 17780000 128680000 7 18382857,1 1531904,76 2626,1 TM TM 14 2880000 50000 2830000 22600000 3000000 19600000 22430000 4 5607500,0 467291,67 801,1 TM M 15 0 0 12000000 0 12000000 12000000 4 3000000,0 250000,00 428,6 TM M 16 81600000 2704000 78896000 10200000 2000000 8200000 87096000 3 29032000,0 2419333,33 4147,4 TM TM 17 19800000 996000 18804000 6140000 1320000 4820000 23624000 3 7874666,7 656222,22 1125,0 TM M
111
Lampiran 15 Tingkat kesejahteraan responden Desa Lutan menurut indikator kemiskinan Sajogyo lanjutan
No. Pendapatan dari
pemanfaatan SDH (Rp/Tahun) Pendapatan non pemanfaatan
SDH (Rp/tahun) Total
pendapatan JAK
Pendapatan pendapatan Tingkat Ket.
Resp Pend. kotor
Peng. kotor
Pend. bersih
Pend. kotor
Peng. kotor
Pend. bersih (Rp/Tahun)
per
kapita/tahun
per
kapita/bulan Kesejahteraan
UMR
18 15840000 576000 15264000 6140000 1010000 5130000 20394000 2 10197000,0 849750,00 1456,7 TM
M
19 1200000 600000 600000 1200000 0 1200000 1800000 8 225000,0 18750,00 32,1 M M 20 1200000 600000 600000 1200000 0 1200000 1800000 4 450000,0 37500,00 64,3 M M 21 0 0 0 7200000 5000000 2200000 2200000 9 244444,4 20370,37 34,9 M M 22 60000000 672000 59328000 5000000 4000000 1000000 60328000 7 8618285,7 718190,48 1231,2 TM M 23 126000000 3424000 122576000 1000000 700000 300000 122876000 3 40958666,7 3413222,22 5851,2 TM TM 24 10530000 1350000 9180000 3900000 1200000 2700000 11880000 10 1188000,0 99000,00 169,7 M M 25 0 0 0 12000000 0 12000000 12000000 8 1500000,0 125000,00 214,3 M M 26 14400000 0 14400000 300000 0 300000 14700000 2 7350000,0 612500,00 1050,0 TM M 27 14400000 0 14400000 960000 500000 460000 14860000 3 4953333,3 412777,78 707,6 TM M 28 14400000 4800000 9600000 300000 0 300000 9900000 4 2475000,0 206250,00 353,6 TM M 29 21600000 16128000 5472000 3600000 500000 3100000 8572000 6 1428666,7 119055,56 204,1 M M 30 3000000 168000 2832000 12000000 0 12000000 14832000 4 3708000,0 309000,00 529,7 TM M
Keterangan:
TM : Tidak Miskin M : Miskin
112
Lampiran 16 Tingkat kesejahteraan responden Desa Mamahak Teboq menurut indikator kesejahteraan Sajogyo
No. Pendapatan pemanfaatan SDH
(Rp/tahun) Pendapatan non pemanfaatan
SDH (Rp/tahun) Total
Pendapatan JAK
Pendapatan Pendapatan Tingkat Ket.
Resp Pend. kotor
Peng. kotor
Pend. bersih
Pend. kotor
Peng. kotor
Pend. bersih (Rp/Tahun)
per kapita/tahun
per kapita/bulan kesejahteraan
UMR
1 0 0 K 12700000 2500000 10200000 10200000 3 10200000,0 283333,3 1457,1 TM M
2 0 0 K 6000000 1500000 4500000 4500000 10 450000,0 37500,0 642,9 TM M 3 4500000 0 4500000 3600000 0 3600000 24600000 3 8100000,0 225000,0 1157,1 TM M 4 0 0 K 3600000 0 3600000 3600000 5 3600000,0 60000,0 514,3 TM M 5 0 0 K 7800000 300000 7500000 7500000 7 7500000,0 89285,7 1071,4 TM M 6 59400000 870000 58530000 500000 0 500000 58530000 3 59030000,0 1625833,3 8432,9 TM TM 7 110400000 2976000 107424000 250000 1500000 -1250000 106174000 6 107474000,0 1474638,9 15353,4 TM TM 8 21600000 3246000 18354000 21300000 6000000 15300000 33654000 4 33654000,0 701125,0 4807,7 TM M 9 108000000 1152000 106848000 21000000 3000000 18000000 124848000 4 124848000,0 2601000,0 17835,5 TM TM 10 95400000 7584000 87816000 14400000 0 14400000 102216000 5 102216000,0 1703600,0 14602,3 TM TM 11 57600000 3060000 54540000 16800000 2500000 14300000 68840000 3 68840000,0 1912222,2 9834,3 TM TM 12 116400000 5208000 111192000 700000 700000 0 110492000 5 111192000,0 1841533,3 15884,6 TM TM 13 127800000 3000000 124800000 1100000 1000000 1000000 124900000 5 124900000,0 2081666,7 17842,9 TM TM 14 78000000 0 78000000 3900000 1000000 2900000 80900000 5 80900000,0 1348333,3 11557,1 TM TM 15 122400000 9348000 113052000 20400000 500000 19900000 132952000 5 132952000,0 2215866,7 18993,1 TM TM 16 206400000 4980000 201420000 2000000 900000 1100000 178520000 3 178520000,0 4958888,9 25502,9 TM TM 17 115200000 8328000 106872000 18900000 2000000 16900000 123772000 5 123772000,0 2062866,7 17681,7 TM TM 18 57600000 4800000 52800000 2535000 2400000 135000 51935000 4 52935000,0 1081979,2 7562,1 TM TM
113
Lampiran 16 Tingkat kesejahteraan responden Desa Mamahak Teboq menurut indikator kesejahteraan Sajogyo lanjutan
No. Pendapatan dari
pemanfaatan SDH (Rp/tahun) Pendapatan non pemanfaatan
SDH (Rp/tahun) Total
Pendapatan JAK
Pendapatan Pendapatan Tingkat Ket.
Resp Pend. kotor
Peng. kotor
Pend. bersih
Pend. kotor
Peng. kotor
Pend. bersih (Rp/Tahun)
per kapita/tahun
per kapita/bulan kesejahteraan
UMR
19 79500000 2844000 76656000 38250000 5200000 33050000 109706000 3 109706000,0 3047388,9 15672,3 TM TM
20 82560000 1692000 80868000 14400000 0 14400000 95268000,0 5 95268000,0 1587800,0 13609,7 TM TM 21 840000 0 840000 300000 270000 30000 870000 8 870000,0 5937,5 124,3 M M 22 840000 144000 696000 7200000 1375000 5825000 6521000 3 6521000,0 181138,9 931,6 TM M 23 6912000 720000 6192000 6960000 5860000 1100000 7292000 5 7292000,0 121533,3 1041,7 TM M 24 12960000 3600000 9360000 0 0 0 9360000 8 9360000,0 97500,0 1337,1 TM M 25 189888000 3828000 186060000 19750000 6700000 13050000 199110000 5 199110000,0 3318500,0 28444,3 TM TM 26 7200000 120000 7080000 24400000 1500000 22900000 29980000 4 29980000,0 624583,3 4282,9 TM M 27 81000000 900000 80100000 6000000 650000 5350000 85450000 3 85450000,0 2373611,1 12207,1 TM TM 28 7200000 1800000 5400000 16800000 0 16800000 22200000 4 22200000,0 462500,0 3171,4 TM M 29 94500000 1576000 92924000 19050000 1000000 18050000 110974000 5 110974000,0 1849566,7 15853,4 TM TM 30 14700000 150000 14550000 20000000 0 20000000 34550000 6 34550000,0 479861,1 4935,7 TM M
Keterangan:TM
TM : Tidak Miskin M :Miskin
114
Lampiran 17 Pemahaman responden Desa Lutan dan Desa Mamahak Teboq mengenai pemanfaatan SDH yang lestari
No Pernyataan Mamahak Teboq Lutan
Skor Tingkat
pemahaman Skor Tingkat
pemahaman 1 Hutan dapat memberikan manfaat berupa manfaat langsung maupun tidak langsung 2,93 T 2,80 T 2 Hutan dapat memberikan hasil hutan bukan kayu 2,93 T 2,97 T 3 Hutan berfungsi sebagai penyedia air 2,87 T 2,90 T 4 Hutan merupakan sumber obat-obatan 2,97 T 3,00 T 5 Hutan merupakan sumber kayu bakar 2,90 T 3,00 T 6 Keadaan hutan semakin rusak dibanding tahun sebelumnya 2,73 T 2,87 T 7 Luas hutan di daerah Anda semakin berkurang 2,50 T 2,80 T 8 Persediaan sumber daya hutan yang Anda manfaatkan semakin berkurang di hutan 2,60 T 2,87 T 9 Pemanfaatan hasil hutan yang terus menerus dapat mempengaruhi ketersediaan hasil hutan tersebut 2,63 T 2,80 T 10 Hasil sumber daya hutan merupakan sumber pendapatan 2,90 T 2,80 T 11 Penjualan sumber daya hutan sebagai pendapatan keluarga untuk ditabung 2,53 T 2,63 T 12 Perusahaan memberikan pelatihan kepada masyarakat yang memanfaatkan sumber daya 1,87 S 1,97 S hutan agar dapat mengolah sumber daya hutan tersebut menjadi barang yang memiliki harga jual yang tinggi 13 Perlu adanya usaha pengembangan HHBK untuk meningkatkan jumlah pendapatan 3,00 T 2,83 T 14 Perambahan hutan merupakan salah satu faktor terjadinya kerusakan hutan 2,93 T 2,77 T 15 Ketersediaan kayu di hutan semakin terbatas 2,87 T 2,90 T 16 Sistem ladang berpindah merupakan tradisi yang sudah ada sejak dulu 2,97 T 2,80 T 17 Sistem ladang beripndah dapat merusak hutan 2,60 T 2,63 T 18 Pertanian yang menggunakan sistem ladang berpindah merupakan sistem yang kurang efektif 2,67 T 2,70 T 19 Sistem ladang berpindah rawan terjadi konflik sosial antar masyarakat 2,67 T 2,10 S 20 Hutan merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat 2,97 T 2,93 T 21 Keberadaan hutan sangat penting bagi masyarakat 3,00 T 3,00 T 22 Kelestarian hutan harus dijaga agar tidak punah 2,97 T 3,00 T 23 Hutan dapat lestari jika dikelola dengan baik 3,00 T 3,00 T 24 Adanya peraturan yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya hutan 2,70 T 2,87 T
Keterangan: T = Tinggi S = Sedang
115
Lampiran 18 Hasil uji validitas dan uji reliabilitas pemahaman pemanfaatan SDH dengan lestari
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
P1 63,9667 21,4565 -,0387 ,7073
P2 63,9167 21,1285 ,1300 ,6999
P3 63,9833 21,3048 -,0099 ,7089
P4 63,8833 21,1218 ,2538 ,6983
P5 63,9167 20,9251 ,1648 ,6983
P6 64,0667 19,0124 ,4168 ,6771
P7 64,2167 18,8167 ,3627 ,6808
P8 64,1333 18,6938 ,4273 ,6747
P9 64,1500 17,9602 ,5376 ,6620
P10 64,0167 19,9828 ,2588 ,6915
P11 64,2833 19,4607 ,2062 ,6992
P12 64,9167 18,5523 ,2357 ,7016
P13 63,9500 21,0653 ,0654 ,7037
P14 64,0167 19,6777 ,3275 ,6860
P15 63,9833 19,2031 ,5668 ,6721
P16 63,9833 19,9828 ,3077 ,6884
P17 64,2500 18,0212 ,4219 ,6731
P18 64,2000 18,6373 ,3447 ,6827
P19 64,4833 19,0336 ,1933 ,7060
P20 63,9167 20,5862 ,4037 ,6908
P21 63,8667 21,4395 ,0000 ,7026
P22 63,8833 21,3590 ,0535 ,7021
P23 63,8667 21,4395 ,0000 ,7026
P24 64,0833 19,8404 ,2610 ,6912
Reliability Coefficients
N of Cases = 60,0 N of
Items = 24
Alpha = ,7013
115
116
Lampiran 18 Hasil uji validitas dan uji reliabilitas pemahaman pemanfaatan SDH
dengan lestari Lanjutan
1. Uji Validitas
Kode Pernyataan
r-Hitung r-Tabel Keterangan
p1 -0,0387 0,320 Tidak valid df= n-k p2 0,1300 0,320 Tidak valid df=60-24 p3 -0,0099 0,320 Tidak valid df=36 p4 0,2538 0,320 Tidak valid r-Tabel = 0,320 p5 0,1648 0,320 Tidak valid p6 0,4168 0,320 Valid p7 0,3627 0,320 Valid p8 0,4273 0,320 Valid p9 0,5376 0,320 Valid
p10 0,2588 0,320 Tidak valid p11 0,2062 0,320 Tidak valid p12 0,2357 0,320 Tidak valid p13 0,0654 0,320 Tidak valid p14 0,3275 0,320 Valid p15 0,5668 0,320 Valid p16 0,3077 0,320 Valid p17 0,4219 0,320 Valid p18 0,3447 0,320 Valid p19 0,1933 0,320 Tidak valid p20 0,4037 0,320 Valid p21 0,0000 0,320 Tidak valid p22 0,0535 0,320 Tidak valid p23 0,0000 0,320 Tidak valid p24 0,2610 0,320 Tidak valid
2. Uji Reliabilitas
Alpha = ,7013
Pada Cronbach's Alpha 0,7013 > 0,60 Kesimpulan : Konstruk Pertanyaan Reliabel
117
Lampiran 19 Daftar dan status jenis satwa liar di PT. RATAH TIMBER
NO FAMILY NAMA ILMIAH NAMA UMUM NAMA LOKAL STATUS
IUCN CITES UU RI ENDEMIK
MAMALIA
1 CERCOPITHECIDAE Macaca fascicularis
fascicularis kera ekor panjang beruk uyal LC II
2 CERCOPITHECIDAE Macaca nemestrina monyet beruk beruk utul VU II 3 CERCOPITHECIDAE Presbytis frontata lutung dahi-putih VU II P 4 CERCOPITHECIDAE Presbytis melalophos lutung simpai bui II
5 CERCOPITHECIDAE Presbytis rubicunda
rubicunda lutung merah hase/monyet pirang LC II P B
6 CERVIDAE Muntiacus muntjac kijang muncak ketelu/pelanuk lirah P 7 CERVIDAE Rusa unicolor rusa sambar payau VU P 8 CYNOCEPHALIDAE Cynocephalus variegatus kubung Malaya kuvung P 9 DELPHINIDAE Orcaella brevirostris pesut mahakam I P
10 ERINACEIDAE Echinosorex gymnurus rindil bulan lavo pook 11 FELIDAE Neofelis nebuosa macan dahan EN I P 12 FELIDAE Prionailurus bengalensis kucing kuwuk hunul LC II P 13 HOMINIDAE Pongo pygmaeus orang utan hirang utan EN I P B 14 HYLOBATIDAE Hylobates muelleri owa kalawat owa EN P 15 HYSTRICIDAE Hystrix brachyura landak raya ketung P 16 MANIDAE Manis javanica trenggiling peusing haam II P 17 MURIDAE Sundamys muelleri tikus-besar lembah lavo 18 MUSTELIDAE Aonyx cinerea sero ambrang dengan II 19 MUSTELIDAE Lutra sumatrana berang-berang sumatra dengan II P 20 MUSTELIDAE Martes flavigula musang leher-kuning LC 21 PRIONODONTIDAE Prionodon linsang linsang linsang dungan taana LC II P
118
NO FAMILY NAMA ILMIAH NAMA UMUM NAMA LOKAL STATUS
IUCN CITES UU RI ENDEMIK
23 RHINOCEROTIDAE Dicerorhinus sumatrensis badak sumatera tamdoh I P 24 SCIURIDAE Callosciurus baluensis bajing kinabalu 25 SCIURIDAE Callosciurus notatus bajing kelapa LC 26 SCIURIDAE Callosciurus prevostii bajing tiga-warna telii LC 27 SCIURIDAE Exilisciurus exilis bajing-kerdil dataran-rendah hukok DD B 28 SCIURIDAE Glypotes simus bajing kerdil perut-merah
29 SCIURIDAE Rhinosciurus laticaudatus bajing tanah moncong runcing
30 SUIDAE Sus barbatus babi berjenggot bavui tuaan VU 31 TARSIIDAE Tarsius bancanus borneanus krabuku ingkat hikau VU II P 32 TRAGULIDAE Tragulus javanicus pelanduk kancil pelanduuk DD P 33 TUPAIIDAE Tupaia picta tupai tercat II 34 TUPAIIDAE Tupaia splendidula tipai indah II 35 TUPAIIDAE Tupaia tana tupai tanah II 36 URSIDAE Helarctos malayanus beruang madu buwaang I P 37 VIVERRIDAE Arctictis binturong binturung qitan VU P 38 VIVERRIDAE Paradoxurus hermaphroditus musang luwak munin LC 39 VIVERRIDAE Vivera tangalunga tenggalung malaya LC 40 PHASIANIDAE Gallus gallus Ayam hutan merah LC
Sumber: Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi PT. RATAH TIMBER, Kalimantan Timur Keterangan: P : Peraturan perundang-undangan Indonesia B : Endemik Pulau Kalimantan VU: Vulnerable ( Rentan) LC: Least Concern (Berisiko Rendah) DD: Data Deficient (Informasi Kurang)