51
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENCAPAI KEUNGGULAN KOMPETITIF ADRIANUS EKA SANDI 091101798 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER ( STMIK ) PONTIANAK

Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK

MENCAPAI KEUNGGULAN KOMPETITIF

ADRIANUS EKA SANDI

091101798

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

( STMIK )

PONTIANAK

Page 2: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

PENDAHULUAN

Globalisasi adalah suatu yang dapat mendorong perkembangan pasar

bergerak sangat kompetitif dan berdampak pada persaingan bisnis yang

semangkin kompleks, hal ini sangat jelas memberikan tantangan baru bagi

manajemen. Dalam usaha untuk mengatasi masalah ini perusahaan-perusahaan

mulai menyusun kekuatan untuk meraih keunggulan kompetitif. Keunggulan

kompetitif adalah konsep yang sangat luas tentang bagaimana perusahaan akan

bersaing, apa tujuannya dan rencana serta kebijakan apa yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan tersebut. Melalui strategi persaingan perusahaan mencari

keunggulan kompetitif dalam industri- strategi persaingan tersebut dapat berupa

keunggulan atas berbagai pesaing dalam beberapa ukuran biaya, kualitas dan

kecepatan. Oleh karena itu keunggulan kompetitif mengarah pada pengendalian

pasar dan laba yang lebih besar dari rata-rata.

Dalam perekonomian digital seperti sekarang ini untuk mencapai

keunggulan kompetitif penting sekali menekankan pada aspek kecepatan.

Kecepatan yang dimaksud adalah bagaimana perusahaan mendapatkan data dan

mengolahnya menjadi informasi dengan segera kemudian menggunakan

informasi tersebut untuk merespon setiap kejadian dan masalah lingkungan

dengan cepat sehingga perusahaan dapat segera merespon perubahan-perubahan

lingkungan. Untuk mengatasi masalah kecepatan ini, beberapa tahun terakhir

telah banyak perusahaan memanfaatkan teknologi informasi (TI) untuk

mengoptimalkan proses bisnis yang dimilikinya. Disamping kecepatan,

penggunaan TI dapat memberikan alat-alat yang dapat meningkatkan

keberhasilan perusahaan melalui smber-sumber keunggulan kompetitif

tradisional perusahaan seperti biaya rendah, layanan konsumen yang baik atau

manajemen rantai pasokan yang superior.

Page 3: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

Teknologi informasi adalah segala cara atau alat yang terintegrasi yang

digunakan untuk menjaring data, mengolah dan mengirimkan atau menyajikan

secara elektronik menjadi informasi dalam berbagai format yang bermanfaat

bagi pemakainya. Teknologi informasi khususnya teknologi komputer sangat

berpotensi untuk memperbaiki performa individu dan organisasi, karenanya

banyak pengambil keputusan menginvestasikan dana untuk teknologi informasi.

Pemanfaatan teknologi informasi merupakan sarana penunjang/pendorong bagi

organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.. Pemanfaatan teknologi informasi

dapat dilakukan secara efektif jika anggota dalam organisasi dapat

menggunakan teknologi tersebut dengan baik. Teknologi informasi meliputi

segala cara atau alat yang terintegrasi yang digunakan untuk menjaring data,

mengolah dan mengirimkan atau menyajikan secara elektronik menjadi

informasi dalam berbagai format yang bermanfaat bagi pemakainya. Adapun

pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dalam organisasi dapat dilihat dari

dampak pemanfaatan teknologi informasi pada rantai nilai organisasi (value

chain). Sedangkan dampak strategis pemanfaatan teknologi informasi bagi

organisasi dapat dilihat dari dapat tidaknya teknologi informasi menunjang dan

membantu organisasi dalam melaksanakan dan mencapai strategi organisasi

secara keseluruhan.

Dengan memanfaatkan teknologi informasi, akses terhadap proses bisnis

perusahaan dapat dilakukan dengan cepat sehingga pengambilan keputusan

dapat dilakukan secara lebih cepat dan akurat dan pada akhirnya tujuan

organisasi dapat tercapai. Yang perlu diperhatikan sejak awal adalah bahwa

penggunaan TI tidak sama dengan otomatisasi. TI tidak hanya memecahkan

masalah denganmenggantikan pekerjaan yang selama ini dilakukan dengan

manual menjadi berbantuan teknologi. Jika paradigma berpikir itu yang

digunakan, maka pemanfaatan TI

Potensi TI harus dikenali dengan baik terlebih dahulu, kemudian mencari

masalah yang mungkin dipecahkan. Masalah ini mungkin bahkan tidak dikenali

Page 4: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

sebelumnya atau tidak dianggap sebagaimasalah.Pertanyaan yang harus

dimunculkan bukannya, “Bagaimana kita dapatmenggunakan kemampuan TI

untuk meningkatkan apa yang telah kita kerjakan?”,tetapi “Bagaimana kita

dapat menggunakan TI untuk mengerjakan apa yang belum kita kerjakan?.”

Pertanyaan yang pertama lebih terkait dengan otomatisasi yang juga dapat

meningkatkan efisiensi, namun tidak sebaik yang dihasilkan oleh rekayasa-

ulang (reengineering ) berbantuan TI. Rekayasa ulang ini banyak dilakukan oleh

dunia industri.

Pemahaman terhadap peran yang dapat dimainkan oleh TI atau potensi

yang ditawarkan oleh TI merupakan modal awal dalam berpikir induktif .

Dengandemikian, akhirnya, TI dapat diekspoitasi untuk mendapatkan manfaat

yang maksimal.

PERMASALAHAN

1. Dapatkah TI mengubah dasar persaingan ?

2. Dapatkah TI mengubah sifat dari hubungan dan keseimbangan

untuk kekuatan dalam hubungan pembeli-penjual.

3. Dapatkah TI membangun masuknya halangan ?

4. Dapatkah TI meningkatkan biaya beralih ?

5. Dapatkah IT menambah nilai produk atau jasa yang sudah ada atau

membuat yang baru ?

Page 5: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

PEMBAHASAN MASALAH

Dari kelima permasalahan diatas dapat disimpulkan kelimanya

merupakan kategori untuk mencapai keunggulan kompetitif. Beberapa faktor

yang mempengaruhi keunggulan kompetitif diantaranya :

1. Lingkungan Perusahaan

Perusahaan hidup dan bertumbuh tidak terlepas dari lingkungannnya,

meskipun lingkungan suatu perusahaan tidak sama persis dengan lingkungan

perusahaan lain. Namun demikian kita bisa melihat sejumlah kesamaan dari

keanekaragaman lingkungan perusahaan dengan mengidentifikasikan delapan

jenis elemen utama yang berada didalam ingkungan semua perusahaan. Elemen-

elemen lingkungan ini adalah organisasi atau individu yang berada diluar

Page 6: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

lingkungan memiliki pengaruh lansung maupun tidak lansung pada perusahaan.

Delapan elemen ini beradadidalam sistem yang lebih luas yang disebut

Masyarakat. Menurut McLeod (2005) kedelapan elemen tersebut adalah :

1. Pemasok, fungsinya adalah menyediakan material, mesin, jasa dan

informasi yang digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi

barang dan jasa.

2. Pelanggan, mencakup pemakai produk dan jasa perusahaan saat ini

dan calon pemakai yang menjadi sasaran perusahaan dalam

memasarkan barang dan jasa mereka.

3. Serikat buruh, adalah organsasi bagi tenaga kerja terampil maupun

tenaga kerja tidak terampil.

4. Masyrakat keuangan, terdiri dari lembaga-lembaga yang

mempengaruhi sumber daya uang yang tersedia bagi perusahaan.

5. Pemegang saham atau pemilik, adalah orang-orang yang menenamkan

modal diperusahaan dan mewakili tingkat manajemen tertinggi.

6. Pesaing, mencakup semua organisasi yang bersaing dengan

perusahaan dipasaran.

7. Pemerintah, pada tingkat pusat, daerah lokal, memberikan batasan-

batasan dalam bentuk peraturan dan undang-undang, tetapi juga

memberikan bantuan-bantuan dalam bentuk pembelian, informasi dan

dana.

8. Masyrakat global, adalah wilayah georgrafis tempat perusahaan

melaksanakan operasinya.

2. Keunggulan Kompetitif

Banyak cara untuk mencapai keunggulan kompetitif diantaranya:

menyediakan barang dan jasa dengan harga murah; menyediakan barang

dan jasa lebih baik daripada pesaing; dan memenuhi kebutuhan khusus

suatu segmen pasar tertentu. Pada bidang komputer, “keunggulan

Page 7: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

kompetitif” mengacu pada penggunaan informasi untuk mendapatkan

“leverage” di pasaran. Artinya, perusahaan tidak selamanya

mengandalkan pada sumberdaya fisik, tetapi pada sumber daya

konseptual yang unggul – data dan informasi yang dapat digunakan sama

baiknya.

Beberapa perusahaan telah mendapatkan publikasi yang luas

karena menggunakan informasi untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Diantaranya : American Airlines dengan sistem pemesanan penerbangan

“Sabre”; American Hospital Supply dengan jaringan EDI (Electronic

Data Interchange); dan Mc Kesson Drug dengan sistem distribusinya

yang disebut Economost.

Ada 3 pokok penting mengenai 3 contoh keunggulan kompetitif di atas :

a) Tidak satupun perusahaan di atas yang puas hanya mengandalkan

sumberdaya fisik untuk menjadi pesaing yang tangguh.

b) Tidak ada aplikasi komputer inovatif yang memberikan keunggulan

kompetitif bagi perusahaan secara terus menerus.

c) Ketiga perusahaan tersebut memusatkan sumberdaya informasi mereka

pada para pelanggannya.

3. Sumberdaya Informasi

Sumberdaya informasi terdiri dari: perangkat keras komputer,

perangkat lunak komputer, para spesialis informasi, pemakai, fasilitas,

database, dan informasi.

Perusahaan harus mengelola sumberdaya tersebut untuk mencapai hasil

yang diinginkan. Untuk itu perlu manajer khusus yang mengelola jasa

informasi. Selama ini ada beberapa istilah yang lazim dikenal. Misalnya

CEO (Chief Executive Officer) adalah orang yang memiliki pengaruh

paling kuat dalam operasi perusahaan, dan umumnya memiliki jabatan

direktur utama atau ketua dewan direksi. Beberapa istilah lain adalah

Page 8: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

CFO (Chief Financial Officer) dan COO (Chief Operating Officer).

Untuk manajer jasa informasi dikenal istilah CIO (Chief Information

Officer) yaitu manajer jasa informasi yang menyumbangkan keahlian

manajerialnya bukan saja untuk memecahkan masalah yang berkaitan

dengan sumberdaya informasi, tetapi juga area operasi perusahaan

lainnya.

Seorang manajer jasa informasi dapat berperan sebagai chief

information officer dengan mengikuti saran-saran berikut:

a) Sediakan waktu untuk pelatihan bisnis, selain teknologinya.

b) Buat kemitraan dengan unit-unit bisnis dan line management; jangan

menunggu hingga diundang.

c) Fokuskan pada perbaikan proses dasar bisnis.

d) Jelaskan biaya-biaya IS dalam istilah-istilah bisnis.

e) Bangun kepercayaan dengan memberikan jasa IS yang dapat

diandalkan.

f) Jangan bersifat defensif.

4. Perencanaan Strategis

Perencanaan jangka panjang juga dikenal sebagai perencanaan

strategis karena mengidentifikasi tujuan-tujuan yang akan memberikan

perusahaan yang paling menguntungkan dalam lingkungannya, serta

menentukan strategi untuk mencapai

tujuan-tujuan tersebut. Setelah rencana strategis ditetapkan, tiap area

fungsional

bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana strategis mereka

sendiri. Rencana-rencana fungsional merinci bagaimana area-area

tersebut akan mendukung perusahaan saat perusahaan bekerja menuju

tujuan strategisnya.

Page 9: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

5. Perencanaan Strategi Sumberdaya Informasi

Transformasi kumpulan strategi

Saat jasa informasi mulai mengembangkan rencana-rencana

strategis, pendekatan yang dianjurkan adalah mendasarkan rencana

tersebut pada tujuan strategis perusahaan, disebut “kumpulan strategis

organisasi”. Langkah kedua yang tersendiri, suatu rencana jasa informasi

dibuat untuk mendukung tujuan perusahaan, disebut “kumpulan strategis

SIM” yang terdiri dari sejumlah tujuan, kendala, dan strategi. Pendekatan

ini dinamakan “transformasi kumpulan strategi”.

Page 10: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

Pendekatan SPIR

Solusi untuk masalah tidak memadainya sumberdaya informasi

adalah “perencanaan strategis sumberdaya informasi” (strategic planning

for information resources – SPIR), saatperusahaan menerapkan SPIR,

rencana strategis untuk jasa informasi dan rencana strategis untuk

perusahaan dikembangkan secara bersamaan.

Page 11: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

Isi rencana strategis sumberdaya informasi

End-user computing sebagai masalah strategis

Tidak semua orang yang ikut dalam EUC memiliki tingkat pengetahuan

komputer yang sama. Para pemakai akhir dapat dikelompokkan menjadi 4

: pemakai akhir tingkat menu (Menulevel end-users), pemakai akhir

tingkat perintah (Command-level end-users), programmer pemakai akhir

(End-user programmers), dan personil pendukung fungsional (Functional

support personnel).

Jenis-jenis aplikasi pemakai akhir

Sebagian besar aplikasi end-user computing dibatasi pada :

· Sistem pendukung keputusan yang relatif mudah (relatively easy DSS).

Page 12: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

· Aplikasi otomatisasi kantor yang memenuhi kebutuhan

perseorangan.

Selebihnya adalah tanggung jawab spesialis informasi untuk bekerja

sama dengan pemakai dalam mengembangkan: aplikasi SIM&SIA, DSS

yang kompleks, aplikasi OA yang memenuhi organisasional dan sistem

pakar.

Manfaat End-User Computing

· Pemindahan beban kerja.

· Kesenjangan komunikasi.

Risiko End-User Computing

· Sistem yang buruk sasarannya.

· Sistem yang buruk rancangan dan dokumentasinya.

· Penggunaan sumberdaya informasi yang tidak efisien.

· Hilangnya integritas data.

· Hilangnya keamanan.

6. Konsep Manajemen Sumberdaya

Manajemen sumberdaya informasi (Information resources

management – IRM) adalah aktivitas yang dijalankan manajer pada

semua tingkatan dalam perusahaan dengan tujuan mengidentifikasi,

memperoleh, dan mengelola sumberdaya informasi yang dibutuhkan

untuk memenuhi keperluan pemakai.

Elemen-elemen IRM yang diperlukan adalah :

a) Kesadaran bahwa keunggulan kompetitif dapat dicapai melalui

sumberdaya informasi yang unggul.

b) Kesadaran bahwa jasa informasi adalah suatu area fungsional utama.

c) Kesadaran bahwa CIO adalah eksekutif puncak.

d) Perhatian pada sumberdaya informasi perusahaan saat membuat

perencanaan strategis.

Page 13: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

e) Rencana strategis formal untuk sumberdaya informasi.

f) Strategi untuk mendorong dan mengelola end-user computing.

Selain melihat faktor-faktor diatas, keunggulan kompetitif juga dapat

dilihat dalam analisis value chain dan model tekanan persaingan porter.

Analisis value chain merupakan alat analisis untuk memahami dan

mengidentifikasi rantai nilai suatu produk yang mulai dari pemasok,manufaktur,

pemasaran, serta penanganan purnajual ke dalam aktivitas relevan yang bersifat

strategis.Disamping itu, untuk memahami perilaku biaya dan berbagai sumber

yang berbeda untuk mengetahui kekuatan posisi perusahaan dalam rangka

mencapai keunggulan kompetitif.

Aktivitas-aktivitas mulai dari tahap pemasok, manufaktur, dan konsumen

terjadi secara terpisah, namun aktivitas tersebut mempunyai suatu hubungan,

yaitu pembentukan nilai pada produk. Aktivitas itu tidak independen, tetapi

interdependen sehingga perlu dijaga hubungannya dalam rangka untuk

memaksimalkan nilai produk yang dihasilkan. Perusahaan harus

mengidentifikasi posisi perusahaan pada value chain tersebut untuk memahami

karakteristik industri dan saingan yang ada. Konsep value chain berbeda dengan

konsep value added. Konsep value added merupakan analisis nilai tambah yang

dimulai dari saat pembelian bahan baku sampai dengan produk jadi, yang

penekanannya pada penambahan nilai produk selama proses di dalam

perusahaan. John K. Shank dan Vijay Govindarajan mengatakan bahwa dari

sudut pandang perspektif strategis konsep value added memiliki dua kelemahan,

yaitu (1) terlalu lamban dimulai (It start too late) dan (2) terlalu cepat diakhiri

(It stops too soon).

Analisis value added mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena

analisisnya terlalu lambat dimulai, yaitu analisisnya baru dimulai saat bahan

baku dibeli dari pemasok dan tidak memperhatikan saat pembentukan nilai yang

terjadi pada aktivitas yang dilakukan pemasok bahan baku sehingga perusahaan

Page 14: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

dapat kehilangan kesempatan untuk memanfaatkan hubungan dengan pemasok.

Value added terlalu cepat diakhiri karena value added menghentikan analisis

biaya pada saat penjualan serta penanganan setelah itu. Akibatnya, perusahaan

dapat kehilangan semua peluang untuk memanfaatkan keterkaitan dengan

pelanggan perusahaan.

Analisis value chain menghubungkan perusahaan dengan para pemasok

dan para konsumennya. Konsep value chain lebih luas dibandingkan dengan

value added karena analisis value chain merupakan analisis aktivitas-aktivitas

yang menghasilkan nilai, baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun dari

luar

Aktivitas Utama

1. Inbound logistics – Aktivitas yang berhubungan dengan menerima,

menyimpan dan penyebaran masukan untuk produk-produk dan jasa

2. Operations - Aktivitas yang berhubungan dengan mentranformasikan

masukan ke dalam produk dan jasa akhir

3. Outbound logistics – aktivitas yang berhubungan dengan pengumpulan,

penyimpanan dan mendistribusikan secara fisik produk-produk dan jasa

4. Marketing and sales – Aktivitas dimana pembeli dapat membeli produk dan

membujuk mereka untuk membeli

5. Service – aktivitas yang menyediakan pelayanan untuk meningkatkan atau

memelihara nilai dari produk-produk dan jasa

Aktivitas Pendukung

1. Procurement – berkaitan dengan proses akuisisi input/sumber daya

2. Technology Development - pengembangan peralatan, software, hardware,

prosedur, didalam transformasi produk dari input menjadi output

3. Human Resource Management – Pengaturan SDM mulai dari perekrutan,

kompensasi, sampai pemberhentian

Page 15: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

4. Firm Infrastructure – terdiri dari departemen-departemen/fungsi-fungsi

(akuntansi, keuangan, perencanaan, GM, dsb) yang melayani kebutuhan

organisasi dan mengikat bagian-bagiannya menjadi sebuah kesatuan.

Hubungan Pemasok (Supplier Linkages)

Hubungan antara perusahaan dengan pemasoknya akan memberikan

manfaat bagi perusahaan dalam hal peningkatan kualitas bahan baku, waktu

pengantaran bahan baku lebih tepat atau lebih memungkinkan mengaplikasikan

teknik just in time, dan dapat menghemat biaya. Menjaga hubungan yang saling

menguntungkan antara perusahaan dengan pemasok merupakan hal yang

penting bagi perusahaan karena dapat memberikan peluang untuk meningkatkan

keunggulan kompetitif perusahaan, baik dalam hal pengurangan biaya maupun

atau peningkatan kualitas.

Hubungan Konsumen (Customer Linkages)

Hubungan perusahaan dengan konsumen akan memberikan manfaat bagi

perusahaan dalam loyalitas konsumen terhadap produk perusahaan. Untuk

memanfaatkan peluang tersebut, maka hubungan tersebut harus dipelihara

dengan baik dan saling memanfaatkan (saling menguntungkan) satu sama lain.

Pemanfaatan hubungan dengan konsumen merupakan ide kunci dalam life-cycle

costing, yang menyatakan bahwa seluruh biaya pengadaan produk harus ikut

diperhitungkan sebagai biaya produk. Lifecycle costing secara eksplisit

menyatakan bahwa ada hubungan antara biaya yang telah dikeluarkan oleh

konsumen untuk mendapatkan sebuah produk dengan total biaya yang

dikeluarkan selama umur produk. Life-cycle costing juga memandang

bahwa dalam konsep value chain hubungan konsumen mempunyai peranan

penting dalam meningkatkan laba.

Page 16: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

Value Chain Internal Perusahaan

(The Company’s Internal Value

Chain)

Value chain internal perusahaan merupakan penyusunan seluruh aktivitas

penciptaan nilai yang ada di dalam perusahaan tertentu. Value chain ini terdiri

atas seluruh aktivitas, baik yang bersifat fisik maupun teknologi yang ada di

dalam perusahaan yang dapat menambah nilai produk. Hal penting untuk

menganalisis value chain internal perusahaan adalah dengan memahami setiap

aktivitas dalam perusahaan yang dilakukan untuk menciptakan keunggulan

komperatif. Kemudian mengelola aktivitas-aktivitas itu lebih baik daripada

perusahaan-perusahaan lain yang ada dalam industri tersebut.

Value chain internal perusahaan dapat dicapai dengan beberapa langkah.

Menurut Josep G. Donelan dan Edward A. Kaplanm langkah-langkah yang

diterapkan dalam pencapain value chain internal perusahaan, yaitu (1)

mengidentifikasi aktivitas - aktivitas value chain; (2) menentukan aktivitas

value chain yang mana paling strategis; (3) menelusuri biaya-biaya setiap

aktivitas value chain; (4) menggunakan informasi biaya aktivitas untuk

mengelola setiap aktivitas value chain secara lebih baik daripada perusahaan

lain dalam industri tersebut.

Perkembangan teknologi (teknologi informasi) akan membawa pengaruh

terhadap kekuatan-kekuatan yang mendorong perbaikan dalam teknologi

produk dan proses. Monger dalam Wahjudi Prakarsa (1995) menyatakan bahwa

perkembangan teknologi telah membawa tiga dampak utama yang berpengaruh

terhadap struktur organisasi dan struktur industri, yaitu (1) otomatisasi, (2)

disintermediasi, dan (3) integrasi. Motivasi otomatisasi lambat laun telah beralih

dari substitusi tenaga kerja langsung ke pengurangan fungsi dan waktu yang

tidak menciptakan nilai tambah dalam rangka untuk memenuhi tuntutan para

pelanggan. Disintermediasi dimaksudkan untuk meniadakan proses antara,

Page 17: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

seperti pembagian kerja. Melalui jalan pintas, aktivitas yang tidak bernilai

tambah dapat dihindarkan sehingga mempercepat troughtput time. Integrasi

digunakan dalam berbagai konteks, misalnya integrasi sarana, integrasi input,

integrasi proses, integrasi output, dan integrasi komunikasi. Penggunaan

teknologi berarti berperan untuk meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan

efisiensi dari pemasok sampai dengan konsumen sepanjang value chain.

Sifat Value Chain tergantung pada sifat industri dan berbeda – beda

dengan perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan organisasi yang tidak

berorientasi pada laba. Value chain untuk industri pemanufakturan disajikan

Pada gambar berikut ini.

Value Chain pada industri Pemanufakturan

Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa analisis value-chain

berfokus pada total value chain dari suatu produk , mulai dari desain produk,

Desain

Perolehan Bahan

Penggudangan dan

Distributor

Penjualan Eceran

Pelayanan Pelanggan

Pemanufakturan :

Perakitan, pengujian,

dan Pengepakan

Aliran Pengembangan Produk

Page 18: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

pemanufakturan produk hingga pelayanan pelanggan. Penentuan di bagian

mana perusahaan berada dari total value chain merupakan analisis strategi,

berdasarkan pertimbangan terhadap keunggulan kompetitif yang ada pada setiap

perusahaan yaitu kondisi dimana perusahaan dapat memberikan nilai terbaik

untuk pelanggan utama dengan biaya serendah mungkin. Contoh beberapa

perusahaan dalam industri pembuatan komputer memfokuskan pada pembuatan

Chip (Texas instrument) , sementara perusahaan lain mengfokuskan pada

pembuatan prosesor (intel) atau hard drive (Seagate and Western Digital),atau

monitor (Sony).Beberapa mengkombinasikan pembelian dan pemanufakturan

komponen untuk membuat komputer yang lengkap (IBM, Compaq),sementara

perusahaan lainnya terutama memfokuskan pada pembelian komponen (Dell,

Gateway).Dalam industri sepatu olah raga, Reebox memproduksikan dan

menjual sepatu kepada pengecer yang besar, sementara Nike

mengonsentrasikan pada desain , penjualan dan promosi, mengakontrakan

semua pembuatan sepatunya pada perusahaan lain.Oleh karena itu setiap

perusahaan mengembangkan sendiri satu atau lebih dari bagian-bagian dari

value chain, berdasarkan analisis strategik terhadap keunggulan kompetitifnya.

Analisis value chain dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu:

1. Mengindetifikasi aktivitas value chain.

Perusahaan mengidentifikasi aktivitas value chain yang harus dilakukan

perusahaan dalam proses desain, pemanufakturan, dan pelayanan kepada

pelanggan. Beberapa perusahaan mungkin terlibat dalam aktifitas tunggal

atau sebagian dari aktivitas total. Contoh, beberapa perusahaan mungkin

hanya memproduksi, sementara perusahaan lain hanya mendistribusikan

dan menjual produk.

Page 19: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

Pengembangan value chain berbeda-beda tergantung pada jenis

industri. Contoh dalam perusahaan industri, fokusnya terletak pada

operasi dan advertensi serta promosi dibandingkan dengan bahan mentah

dan proses produksi.

2. Mengidentifikasi cost driver pada setiap aktivitas nilai.

Cost driver merupakan pemicu timbulnya biaya. Ada empat jenis cost

driver yaitu:

a. Cost driver aktivitas dihubungkan dengan aktivitas

pemanufakturan yang ada seperti setup mesin, inspeksi produk dan

pengepakan.

b. Cost driver volume dihubungkan pada jumlah unit produk yang

diproduksi atau jumlah tenaga kerja langsung yang digunakan

dalam proses produksi.

c. Cost driver struktural bersifat strategis karena cost driver tersebut

melibatkan perencanaan dan keputusan – keputusan yang

berpengaruh dalam jangka panjang seperti: skala, pengalaman,

teknologi, dan kompleksitas

d. Cost driver eksekusional merupakan faktor – faktor yang

mempengaruhi perusahaan untuk mengelola perusahaan dalam

jangka pendek melakukan pembuatan keputusan untuk

menurunkan biaya, seperti keterlibatan seluruh karyawan terhadap

perbaikan secara terus – menerus, proses desain produksi dan

hubungan dengan pemasok.

Page 20: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

3. Mengembangkan keunggulan kompetitif dengan mengurangi biaya atau

menambah nilai.

Pada tahap in, perusahaan menentukan sifat keunggulan kompetitif

potensial dengan mempelajari aktifitas nilai dan cost driver yang telah

diuraikan di atas.

Pada tahap ini perusahaan harus melakukan:

1. Identifikasi keunggulan kompetitif (cost leadership atau

diferensiasi). Analisis aktivitas nilai dapat membantu manajemen

untuka memahami secara lebih baik tentang keunggulan –

keunggulan kompetitif strategi yang dimiliki oleh perusahaan dan

dapat mengetahui posisi perusahaan secara lebih tepat dalam value

chain industri secara keseluruhan.Contohnya, dalam industri

komputer, perusahaan tertentu (misalnya Hewllet Packard)

terutama memfokuskan pada desain yang inovatif, sementara

perusahaan lainnya (misalnya Texas Instrument dan Compaq)

memfokuskan pada pemanufakturan biaya rendah. Cost leadership

(kepemipinan biaya) adalah suatu strategi bersaing dimana

perusahaan berhasil dalam memproduksi barang atau jasa pada

biaya yang paling rendah di dalam industrinya. Dengan biaya yang

sangat murah maka perusahaan dapat menetapkan harga jual yang

rendah, sehingga dalam persaingan akan dapat memenangkan

secara berkesinambungan. Keunggulan biaya biasanya dihasilkan

dari produktifitas proses produksi , distribusi, atau keseluruhan

operasi perusahaan. Perusahaan yang menerapkan strategi biaya

murah biasanya perusahaan yang berskala besar.

Page 21: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

Differentiation atau keunikan adalah suatu strategi bersaing dimana

suatu perusahaan berhasil / sukses dengan mengembangkan dan

memelihara keunikan nilai untuk produk yang disediakan

perusahaan. Keunikan sebagai setrategi bersaing dapat berupa

kualitas, keamanan, fitur, pelayanan, gengsi, dsb. Dengan strategi

ini, perusahaan tidak harus menjual produk dengan harga murah

seperti dalam cost leadership, bahkan dengan harga tinggipun

konsumennya tidak akan merasa keberatan, karena value yang

diberikan produk tersebut sangat tinggi. Produk-produk seperti

kosmetik, emas, berlian, mobil. Rolex, Mercedes-Benz, dan BMW

adalah contoh perusahaan yang menekankan pada diferensiasi /

keunikan.

Page 22: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

2. Mengidentifikasi peluang akan nilai tambah. Analisis aktifitas nilai

dapat membantu mengidentifikasi aktifitas dimana perusahaan

dapat menambahnilai secara signifikan kepada pelanggan,

contohnya, merupakan hal yang umum sekarang ini bagi pabrik –

pabrik pembuatan makanan dan pabrik pengepakan untuk

mengambil lokasi yang dekat dengan pelanggan potensial supaya

dapat melakukan pengiriman secara lebih cepat dan lebih murah.

Serupa dengan hal tersebut, perusahaan pengecer seperti Walt –

Mart menggunakan teknologi yang berbasis komputer untuk

melakukan koordinasi dengan para supplier supaya dapat

melakukan ‘restock’ secara efisien dan cepat untuk setiap tokonya.

Dalam industri perbankan, ATM (authomated teller machine)

diperkenalkan untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan

dan mengurangi biaya pemrosesan. Sekarang ini bank

mengembangkan teknologi on-line untuk lebih meningkatkan

pelayanan kepada pelanggan dan untuk memberikan peluang lebih

lanjut akan adanya penurunan biaya.

3. Identifikasi peluang untuk mengurangi biaya. Studi terhadap

aktivitas nilai dan cost driver dapat membantu perusahaan

menentukan pada bagian mana dari value chain yang tidak

kompetitif bagi perusahaan. Contohnya< intel Coorporation pernah

memproduksi komputer chips dan computer board, seperti modem,

tetapi untuk berbagai alasan perusahaan meninggalkan porsi dalam

industri dan sekarang lebih memfokuskan terutama pada

pembuatan prosesor. Serupa dengan hal tersebut, beberapa

perusahaan mengubah aktivitas nilainya dengan tujuan mengurangi

biaya.

Page 23: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

PERANAN ABC DALAM ANALISIS VALUE CHAIN UNTUK

MENINGKATKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF

ABC ( Activity-Based Costing) merupakan suatu sistem akuntansi yang

memfokuskan pada aktivitas dalam perhitungan harga pokok produk. Biaya

(sumber daya) ditelusuri ke aktivitas dan aktivitas ditelusuri ke produk

berdasarkan pemakaian aktivitas dari setiap produk.

ABC secara umum digunakan sebagai alat untuk mengetahui biaya

produk dan jasa dan untuk mengetahui profitabilitas. ABC telah banyak

digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk mendukung keutusan strategis

seperti penetapan harga, penggunaan sumber daya dari luar, mengidentifikasi

dan mengukur proses perbaikan.

Konsep ABC telah dikembangkan dalam sektor manufaktur di Amerika

pada tahun 1970-an dan tahun 1980-an. Pada saat itu, konsorsium untuk

Advanced Manufaturing-Internasional menyediakan aturan formatif untuk

mempelajari dan memformulakan suatu prinsip yang kemudian lebih dikenal

sebagai Activity-Based-Costing.

Robin Cooper dan Robert S.Kaplan, pelopor Balance Scorecard,

memberikan perhatian pada konsep ABC dalam artikel yang dipublikasikan di

Harvard Business Review pada tahun 1988. Keduanya menggambarkan ABC

sebagai pendekatan untuk mengatasi masalah sistem manajemen biaya

tradisional. Sistem akuntansi biaya tradisional sering tidak mampu menentukan

biaya produksi actual dan biaya jasa secara akurat. Akibatnya manajer membuat

keputusan berdasarkan data yang tidak akurat terutama ketika perusahaan

memproduksi multiproduk.

ABC mengidentifikasi hubungan sebab-akibat dalam pembebanan biaya.

Ketika biaya aktifitas diidentifikasi, biaya aktifitas dihubungkan dengan produk

untuk menggambarkan bahwa produk menggunakan aktifitas tersebut. ABC

Page 24: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

mampu mengidentifikasi area yang mengkonsumsi biaya overhead yang tinggi

kemudian akan mencari cara untuk mengurangi biaya tersebut.

ABC pertama kali didefenisian oleh Robert S.Kaplan dan W.Burns

sebagai suatu bab dalam buku mereka yang berjudul Accounting and

Management: A Field Study Perpective. Perhatian utama pada industri

manufatrur dimana peningkatan teknologi dan perbaikan produktifitas telah

mengurangi proporsi relatif dari biaya tenaga kerja lansung dan bahan baku,

tetapi telah meningkatkan proporsi biaya tidak lansung.

Seperti industri manufaktur, institusi financial juga telah

mendiferensifikasi produk dan pelanggan yang dapat menyebabkan cross-

product cross-customer subsidies. Sejak biaya personel yang besar dari biaya

bukan bunga di institusi finalcial, biaya tersebut harus dibebankan lebih akurat

ke produk atau pelanggan.

Biaya berbasis aktivitas adalah suatu sistem perencanaan biaya yang

menekankan pada suatu proses perbaikan. ABC itu sendiri berawal dari suatu

keyakinan bahwa dimana ada proses produksi disitu ada aktivitas. ABC mampu

mengidentifikasi apakah suatu aktivitas bernilai tambah atau tidak sehingga

aktivitas yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi. Dengan demikian,

keseluruhan waktu yang diperlukan bagi proses pembuatan produk dibentuk

oleh dua jenis aktifitas, yaitu aktivitas yang mendatangkan nilai tambah dan

aktivitas yang tidak mendatangkan nilai tambah atau waktu yang tidak bernilai

tambah, yaitu waktu yang berjalan tanpa proses manufakturing.

Waktu yang tidak bernilai tambah terdiri atas waktu pindah, waktu

inspeksi, dan waktu tunggu. Waktu pindah adalah waktu yang digunakan untuk

memindahkan produk dari suatu operasi/departemen ke perasi/departemen lain.

Waktu inspeksi adalah waktu yang digunakan untuk menemukan produk yang

rusak atau mengerjakan ulang unit yang rusak.waktu tunggu adalah waktu yang

dihabiskan suatu produk karena menunggu untk dikerjakan ketika sampai pada

operasi/departemen berikutnya. Waktu yang tidak bernilai tambah tersebut

Page 25: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

adalah waktu pemborosan yang harus diperkecil atau dihilangakan. Caranya

dengan mengidentifikasi dan mengeliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak

bernilai tambah. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan

restruksisasi proses manufakturing, melakukan penataan kembali fasilitas-

fasilitas yang ada dan sebagainya.

Eka Ardhani Sisdyani ( 1996) mengungkapkan bahwa biaya

aktivitaf/kegiatan yang tidak mendatangkan nilai tambah dapat dihilangkan atau

dikurangi dengan beberapa cara seperti :

1. Kegiatan inspeksi dapat dihilangkan dengan mengembangkan total

quality control dan zero defect manufactur, movement time dapat

dikurangi dengan mengembangkan celluler manufakturing dan

waitingstorage time dapat dikurangi dengan mengembangkan sistem

persediaan just-intime (JIT).

2. Memilih arternatif-alternatif kegiatan yang membutuhkan biaya terendah.

3. Mengurangi waktu dan sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu

kegiatan.

4. Meningkatkan efesiensi kegiatan yang mendatangkan nilai tamabah ke

tingkat skala ekonomi tanpa diikuti oleh kenaikan total biaya kegiatan

tersebut sehingga per unit kegiatan yang dibebankan kepada produk akan

menurun.

Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas untuk perhitungan

biaya produk, aktifitas diidentifikasikan dan didefenisikan melalui wawancara

dan survei. Informasi ini memungkinkan kamus aktivitas dibuat. Kamus

aktivitas mendaftar aktivitas-aktivitas dan penggerak potensial aktivitas,

mengklasifikasikan aktivitas primer dan sekunder, dan menyediakan atribut lain

yang dianggap penting. Biaya sumberdaya dibebankan keaktivitas dengan

meggunakan penelusuran lansung dan penggerak sumber daya. Biaya aktifitas

sekunder dibebankan ke aktifitas primer dengan menggunakan penggerak

Page 26: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

aktifitas. Terakhir, biaya aktifitas primer dibebankan ke produk, pelanggan, dan

objek biaya lainnya. Oleh karena itu proses pembebanan biaya dijelaskan

dengan langkah umum sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas utama dan membuat kamus aktivitas.

2. Menentukan biaya aktivitas-0aktivitas tersebut.

3. Mengidentifikasi ukuran konsumsi untuk biaya aktivitas.

4. Menghitung tarif aktivitas.

5. Mengukur permintaan aktivitas tiap produk.

6. Menghitung biaya produk.

ABC terkenal juga dengan transaction costing ( pembebanan harga pokok

produk berdasarkan transaksi) (Daljono, 2004). Penerapan sistem ABC banyak

memberikan manfaat bagi perusahaan. Perusahaan global baik manufaktur

maupun perusahaan jasa telah mengambil manfaat dari penerapan ABC.

Dengan menggunakan ABC mereka bisa menghitung biaya produk dan jasa

lebih akurat sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih baik dalam

aktivitas bisnis mereka.

Menurut Jerry G.Kreuzen dan Gale E.Newell (1994), penggunaan ABC

dalam pengeluaran biaya lingkungan hidup sangat efektif untuk

menggambarkan bagaimana biaya lingkungan dapt dipisah-pisahkan dan diatur.

Sehingga pembebanan dan pengeluaran tersebut lebih efektif dan akurat.

Menurut Narcyz Roztocki dan Sally M. Schultz (2005) menyimpulkan

bahwa telah banyak perusahaan yang menerapkan ABC baik perusahaan

manufaktur dan jasa. Lebih lanjutpenelitian mereka menyimpulkan sistem ABC

sangat efektif dan lebih efektif digunakan dalam perusahaan besar yang

memproduksi multiproduk.

Page 27: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

Manfaat ABC bagi perusahaan menurut Adji Suratman ( 1999 ) dalam

artikel I Ketut Sujana (2003) adalah sebagai berikut :

1. Penerapan ABC akan menghasilkan langkah-langkah yang lebih

kompetitif sehingga dapat meningkatkan kualitas produk/jasa sambil

mengurangi biaya overhead.

2. Penerapan ABC akan membawa manajemen kepada suatu posisi dimana

manajemen dapat melakukan penawaran yang lebih kompetitif dan wajar.

3. Penerapan ABC akan membantu pembuatan keputusan apakah

memproduksi atau justru membeli produk/jasa.

4. Penerapan ABC dalam operasi yang bervolume rendah manajemen dapat

melakukan analisis biaya yang lebih akurat agar mencapai titik impas.

5. Penerapan ABC akan membantu manajemen dalam rekayasa kembali

suatu proses manufakturing agar lebih efisien dan berkualitas.

Sedangkan menurut Robin Cooper dan Robert s. Kaplan (1991)

dalam Supriyono (2002) mengungkapkan bahwa manfaat yang dihasilkan

oleh sistem ABC adalah sebagai berikut :

1. Memperbaiki mutu pembuatan keputusan.

Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinan

manajemen melakukan pembuatan keputusan yang salah dapat

dikurangi. Informasi biaya produk yang lebih teliti sangat penting

artinya bagi manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan

sangat tajam.

2. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus-menerus

terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya overhead. Sistem ABC

mengidentifikasi biaya overhead dengan aktivitas yang menimbulkan

biaya tersebut. Informasi biaya yang dihasilkan dapat digunakan oleh

manajemen kegiatan yang digunakan oleh perusahaan yang

Page 28: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

menghasilkan produk dan melayani konsumen. Perbaikan berbagai

aktivitas untuk menghasilkan produk dan penghilangan aktivitas yang

tidak menambah nilai.

3. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan untuk

keputusan yang lebih luas.

Supaya perusahaan/organisasi bisa unggul dalam persaingan yang sangat

ketat dengan lingkungan yang selalu berubah dan adanya perilaku konsumen

yang semakin cerewet dan rewel, maka perusahaan perlu mengantisipasi,

menanggapi, dan mengurangi atau mengeliminasi hal-hal yang menyebabkan

ketidakekonomisan yang terjadi dalam perusahaan. Sebagian besar perusahaan

akan berusaha untuk bisa bertahan, bahkan berkembang dalam bisnisnya

sehingga yang menjadi andalan adalah keunggulan bersaing. Perusahaan pada

umumnya mampu memperoleh keunggulan persaingan jika posisi yang dimiliki

mampu memberi kekuatan yang menonjol di atas kekuatan pesaing dan

kemampuannya untuk mengembangkan image produk perusahaan terhadap

pelanggan (product positioning). Untuk mencapai hal itu perusahaan akan

menerapkan strategi bersaing. Menurut Hax dan Majluf (1995) dalam Triyono

Budiwibowo dan Arfan Ikhsan (2003) strategi yang diterapkan agar bisa tetap

bertahan adalah strategi yang disesuaikan dengan core competencies yang

dimiliki perusahaan.

Menurut Porter, yang telah diungkap di atas terdapat dua bentuk strategi

dasar atau strategi generik yang dapat digunakan perusahaan dalam bersaing,

yaitu cost leadership dan differentiation. Tiap-tiap strategi tersebut dijadikan

dasar bagi perusahaan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif dan

mendefinisikan potensi-potensi yang dapat dikembangkan dalam organisasi.

Kesuksesan penerapan tiap-tiap strategi dipengaruhi oleh sumber daya,

keterampilan, desain organisasi, dan sistem kontrol yang dimiliki oleh

perusahaan.

Page 29: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

Strategi cost leadership berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar

dengan menekankan low cost dibandingkan dengan pesaing. Secara umum

strategi low cost leadership sangat baik untuk perusahaan yang lebih besar yang

mampu mengambil keuntungan dari skala ekonomi, akses yang lebih besar

terhadap sumber daya dan overhead yang lebih rendah, dapat menghasilkan

biaya per unit yang lebih rendah secara keseluruhan.

Sebaliknya, dalam strategi differentiation perusahaan mencapai

keunggulan bersaing melalui pemberian produk atau jasa yang menawarkan

kualitas yang unik yang diinginkan oleh konsumen. Perusahaan yang

mengadopsi strategi differentiation biasanya memiliki target pembeli yang tidak

sensitif terhadap harga tinggi dan perusahaan tersebut sering mempunyai pangsa

pasar yang rendah secara relatif. Strategi differentiation yang berhasil di backed

up dengan banyak aktivitas yang berbiaya tinggi, seperti yang ekstensif, desain

produk dan pengeluaran pemasaran (Miller dan Friesen, 1986 dalam Triyono

Budiwibowo dan Arfan Ikhsan, 2003).

.Analisis value chain merupakan salah satu alat analisis manajemen biaya

yang dapat digunakan untuk memberikan informasi guna membuat keputusan

strategis dalam mengahadapi persaingan bisnis. Analisis value chain merupakan

analisis aktivitas-aktivitas yang relevan sepanjang rantai nilai (value chain)

yang membentuk suatu produk, yang yang meliputi proses pengadaan,

penyimpanan, penggunaan, transformasi dan disposisi sumber daya, mulai dari

aktivitas pemasok value chain sampai dengan konsumen value chain yang dapat

meningkatkan nilai bagi konsumen dan pemegang saham. Perusahaan harus

mampu mengenali posisinya pada value chain yang membentuk suatu produk

atau jasa tersebut. Nilai bagi konsumen berarti perusahaan harus memberikan

harga yang lebih rendah dengan kualitas yang sama atau memberikan kualitas

yang lebih tinggi dengan harga yang sama jika dibandingkan dengan pesaing.

Sebaliknya, nilai yang diterima oleh pemegang saham adalah adanya

Page 30: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

peningkatan nilai saham (Mas’ud Machfoedz, 2004). Untuk dapat

meningkatkan nilai bagi konsumen dan pemegang saham atau perusahaan, maka

biaya-biaya yang dibebankan dalam nilai produk yang berasal dari aktivitas-

aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah harus dikurangi atau

dielimininasi. Dengan menerapkan sistem ABC merupakan inovasi yang salah

satunya adalah untuk mengurangi sebanyak mungkin aktivitas yang tidak

memberikan nilai tambah kepada produk yang akan dihasilkan dan menambah

aktivitas yang dapat memberi nilai tambah kepada produk. Wahjudi Prakarsa

(1995) mengatakan bahwa melalui sistem ABC perusahaan dapat

mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang tidak sesuai dengan keinginan

pelanggan atau yang tidak menciptakan nilai tambah.

Aktivitas mempunyai nilai tambah jika aktivitas menghasilkan perubahan

bentuk/kondisi, sedangkan perubahan tersebut tidak terjadi pada aktivitas

sebelumnya dan aktivitas tersebut memungkinkan dilakukannya aktivitas yang

lain. Menurut Supriyono (2002) aktivitas tidak bernilai tambah adalah

aktivitasaktivitas yang tidak perlu atau aktivitasaktivitas yang perlu, namun

tidak efisien dan dapat diperbaiki. Jika aktivitas tidak bernilai tambah

dilaksanakan, akan berakibat menambah biaya yang tidak perlu dan merintangi

kinerja, sehingga menimbulkan biaya tidak bernilai tambah. Biaya tidak bernilai

tambah adalah biaya yang disebabkan oleh aktivitas-aktivitas yang tidak

bernilai tambah. Biaya tidak bernilai tambah dapat diartikan sebagai biaya atas

aktivitas-aktivitas yang dapat dieliminiasi tanpa menimbulkan kesan buruk dari

para pelanggan mengenai kinerja, fungsi, atau ukuran mutu lainnya suatu

produk.

Analisis aktivitas dapat menurunkan biaya dengan cara peniadaan

aktivitas, pemilihan aktivitas, pengurangan aktivitas, dan penggunaan aktivitas

secara bersama. Horngren Charles T. dan George Foster (1991) dalam

Supriyono (2002) mengungkapkan bahwa dalam kegiatan pemanufakturan ada

lima aktivitas utama sering merupakan pemborosan dan tidak perlu, yaitu

Page 31: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

penjadwalan, pemindahan, penungguan, inspeksi, dan penyimpanan. Biaya dari

aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah harus dikurangi atau dieliminasi.

Lebih lanjut Horngren Charles T. dan George Foster mengungkapkan bahwa

mengurangi biaya dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu (1) mengeliminasi,

(2) menyeleksi, (3) mengurangi, dan (4) membagi aktivitas.

Eliminasi aktivitas, aktivitas yang gagal untuk menambah nilai harus

diidentifikasi dan diukur untuk mengeliminasi aktivitasaktivitas tersebut dalam

perusahaan/organisasi. Contoh inspeksi komponen. Pemakaian komponen yang

jelek dapat mengakibatkan produk final yang dihasilkan jelek. Aktivitas

inspeksi hanya diperlukan karena kinerja mutu para pemasok jelek. Dengan

demikian, perlu diadakan pemilihan pemasok komponen yang bermutu atau

sanggup untuk memperbaiki kinerja mutunya. Contoh seleksi aktivitas, yaitu

strategi rancangan produk. Jika semua strategi rancangan produk tersebut

hasilnya sama, maka strategi yang dipilih adalah yang berbiaya terendah.

Contoh pengurangan aktivitas berupa mengurangi waktu dan sumbersumber

yang diperlukan oleh aktivitas adalah aktivitas setup. pembagian aktivitas dapat

meningkatkan efisiensi aktivitas yang diperlukan dengan cara menggunakan

ekonomi skala.

Keunggulan dalam hal biaya (cost leadership) merupakan salah satu

strategi bisnis untuk mencapai keunggulan komperatif. ABC merupakan hal

yang sangat penting untuk mencapai strategi ini karena ABC mengidentifikasi

aktivitasaktivitas kunci, cost driver, dan cara-cara untuk memperbaiki proses

sehingga dapat menurunkan biaya. ABC dapat membantu manajer dalam hal

mengidentifikasi peluang-peluang dalam memperbaiki nilai (value) dan dapat

mengidentifikasi perubahan aktivitas dan komponen yang mempengaruhi

pemasok (supplier) dan konsumen (customer) dalam rantai nilai (value chain).

Di samping itu, ABC juga dapat mengidentifikasi dan mengeliminasi aktivitas

yang tidak bernilai tambah.

Page 32: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

Setelah memahami posisinya dalam rantai nilai (value chain) produk,

maka perusahaan menentukan strategi kompetitif untuk bersaing. Strategi

kompetitif berupa low cost atau diferensiasi. Perusahaan juga harus menjaga

dan meningkatkan hubungan baik yang saling memanfaatkan dengan pemasok

dan memelihara hubungan baik dengan pelanggan, yang akhirnya diharapkan

dapat meningkatkan daya saing produk.

ABC telah banyak digunakan dalam diapliksikan oleh perusahaan-

perusahaan dalam sistem penentuan biaya produk. Diatas telah dijelaskan

bagaimana manfaat dan peranan ABC bagi perusahaan. Tetapi disamping

kelebihan-kelebihan seperti yang disebutkan diatas ternyata ABC juga

mempunyai keterbatasan. Terdapat beberapa perusahaan yang gagal dalam

penerapan ABC, contohnya adlah perusahaan DataCom. Seperti diuraikan oleh

Frank Seto dan Dale Jasinki (1996), DataCom gagal dalam penerapan ABC

karena kurang dukungan dari manajer puncak dalam pembentukan sumberdaya

utama dan kurangnya komitmen dari CFO. Dalam artikel tersebut Selto dan

Jasinski menyimpulkan bahwa walaupun ABC diintegrasikan dan diterima

sebagai bagian dari perencanaan strategis, akuntansi manajemen akan selalu

mempertimbangkan kepada fungsi pencatatn tradisional.

Menurut Richard dan David Crawford (1990) menyatakan bahwa

walaupun ABC telah diperbaiki lebih baik dari metode tradisional akan tetapi

ABC juga memiliki kelemahan. Kelemahan ABC menurut mereka adalah

beberapa biaya overhead sangat sulit untuk dibebankan kepada produk dan

pelanggan karena tidak ada metode yang berarti untuk pembebanan biaya

tersebut.

Menurut Nitza geri dan Boaz Ronen (2005), ABC mempunyai banyak

kelebihan tetapi disamping itu juga terdapat kelemahannya. ABC menurut

mereka masih memiliki kelemahan biaya absorsi (absortion cpst) dan mereka

mengkritisi ABC sebagai berikut :

Page 33: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

1. ABC is based on subjective arbitrary cost allocations.

ABC menciptakan sistem pembiayaan yang lebih komplek akan tetapi

masih belum benar-benar akurat.Dalam ABC, ketika volume produksi

berubah, ABC tidak dapat memprediksi laba.

2. ABC ignore constrains and does not differentiate a bottleneck from

resources with excess capacity.

ABC tidak memperhatikan keterbatasan kapasitas produksi,

perusahaan harus menentukan camuran produk yang paling

menguntungkan. ABC tidak mampu menjelaskan campuran produk

mana yang paling menentukan dalam kasus tersebut.

3. ABC regard the relation between activities and resource comsumption

as linear, absolute and certain.

ABC memandang hubungan diantara aktivitas dan komsumsi

sumberdaya adalah linear, mutlak dan pasti. Hal ini berarti bahwa

tambahan aktivitas akan menambah biaya dan pengurangan aktivitas

akan mengurangi biaya . bagaimanapun juga dalam kenyataan terdapat

ketidakbersambungan biaya.

Beberapa hasil penelitian tentang pengaruh strategi kompetitif terhadap

hubungan antara komitmen organisasi kepada karyawan dalam hubungannya

dengan kinerja perusahaan adalah sebagai berikut. Hasil penelitian

Wahyuningsih (2002) dalam Triyono Budiwibowo dan Arfan Ikhsan (2003)

menemukan bahwa perusahaan yang menggunakan strategi cost leadership

berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja, sedangkan untuk strategi

diferrentiation ditemukan tidak signifikan terhadap kinerja. Triyono

Budiwibowo dan Arfan Ikhsan (2003) mengungkapkan bahwa hubungan

komitmen organisasi kepada karyawannya terhadap motivasi kerja pada strategi

cost leadership, menunjukkan hubungan positif dan signifikan. Di samping itu,

dengan penerapan strategi diferensiasi hubungan komitmen organisasi kepada

karyawannya terhadap motivasi kerja berdampak positif dan signifikan.

Page 34: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

4. MODEL TEKANAN PERSAINGAN PORTER

Kerangka kerja yang paling terkenal untuk menganalisis persaingan

adalah model tekanan persaingan porter (competitive forces model) dari

Michael Porter (Porter,1985). Model ini digunakan untuk mengembangkan

berbagai strategi bagi perusahaan agar dapat meningkatkan kemampuan

bersaingnya. Model ini juga menunjukan bagaimana TI dapat meningkatkan

daya saing perusahaan. Model tersebut melihat pada lima tekanan utama yang

dapat membahayakan posisi perusahaan dalam suatu industri. Akan tetapi TI

telah merubah sifat persaingan dan menjadikan persaingan semangkin

meningkat. Kelima tekanan utama dan cara TI mempengaruhi dapat

digeneralisasi sebagai berikut :

1. Ancaman masuknya pesaing baru dalam industrinya

Bagi kebanyakan perusahaan TI dapat meningkatkan ancaman

masuknya pesaing baru. Pertama internet secara tajam mengurangi

halangan tradisional untuk masuk, seperti kebutuhan akan adanya tenaga

penjualan atau toko fisik untuk menjual barang dan jasa. Para pesaing

hanya perlu membuat situs web. Ancaman ini khususnya akut bagi

industri yang melakukan peran intermeiasi serta industri yang produk dan

jasanya bersifat digital. Kedua, Capaian geografi internet memungkinkan

para pesaing dari jauh untuk bersaing secara lebih lansung dengan

perusahaan yang ada.

Page 35: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

2. Ancaman masuknya pesaing baru dalam industri dan pasarnya.

Persaingan dipengaruhi oleh fakta bahwa biaya variabel produk

digital hampir nol. Oleh karena itu bila menjual dalam jumlah besar,

harga produk dapat begitu rendah hingga dapat diberikan secara gratis.

Contoh, beberapa analisis memprediksi bahwa komiisi untuk

perdagangan saham secara on line akan mendekati nol untuk alasan ini.

Dengan kata lain, para peanggan yang kini memiliki informasi yang

tersedi melalui internet dapat membuat keputusan sendiri mengenai

pembelian dan penjualan saham. Para pelanggan tidak membutuhkan

broker untuk memberikan informasi yang dapat mereka dapatkan sendiri

dengan gratis.

3. Daya tawar pemasok

Dampak IT atas para pemasok belum jelas. Dipihak lain, pembeli

dapat menemukan berbagai alternatif pemasok dan membandingkan

harga dengan lebih murah, hingga mengurangi daya tawar pemasok.

Akan tetapi, ketika perusahaan menggunakan internet untuk

mengintegrasikan rantai nilainya dan masuk dalam perdagangan degital,

para pemasok yang terlibat akan menjadi sejahtera dengan mengunci

pelanggan dan meningkatkan biaya untuk beralih.

4. Daya tawar pelanggan (pembeli)

Web meningkatkan banyak sekali akses pembeli ke informasi

mengenai produk dan pemasoknya. Teknologi informasi yang berupa

internet dapat mengurangi biayaberalih pelanggan ( yaitu biaya, baik

dalam ukuran uang maupun waktu, atas keputusan membeli dari pihak

lain), dan para pembeli dapat dengan lebih mudah membeli dari pemasok

lainnya. Faktor-faktor ini memiliki arti bahwa internet meningkatkan jauh

daya tawar pembeli.

Page 36: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

5. Ancaman substitusi produk atau jasa

Adanya aplikasi internet di web membuat sistem terbatas semakin

sulit untuk menjaga kerahasiaan, hingga mengurangi perbedaan antar

pesaing. Dalam kebanyakan industri, kecendrungan interne untuk

menurunkan biaya variabel jika dibandingkan dengan biaya tetap,

mendorong adanya pemotongan harga. Kedua tekanan ini mendorong

persaingan harga tidak sehat dalam sebuah industri.

Model lima tekanan Porter bila digambarkan adalah sebagai berikut:

Gambar 2 : Model lima tekanan Porter

Page 37: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

Lebih lanjut Michele Porter (1985) mengemukakan beberapa strategi yang

dapat diimplementasikan oleh perusahaan dalam menghadapi tekanan

persaingan yaitu dikenal dengan lima strategi kompetitif dasar. Lima strategi

kompetitif dasar tersebut adalah :

1. Strategi kepemimpinan dalam biaya

Hal ini bisa dilakukan perusahaan dengan cara memproduksi

barang dan jasa dengan biaya terendah dalam industrinya. Selain itu

perusahaan dapat menemukan berbagai cara untuk membantu para

pemasok atau pelanggan mengurangi biaya mereka atau meningkatkan

biaya pesaingnya.

2. Strategi difensiasi

Dalam strategi diferensiasi ini perusahaan dapat melakukan

penawaran berbagai produk, jasa atau fitur produk. Hal ini dilakukan

mengurangi keunggulan diferensiasi produk dan jasa perusahaan dari para

pesaingnya atau mengurangi keunggulan diferensiasi para pesainngnya.

Hal ini memungkinkan perusahaan atau berfokus pada produk atau jasa

agar mendapatkan keunggulan dalam segmen atau ceruk tertentu dalam

pasar.

3. Strategi inovasi

Strategi inovasi dapat dilakukan melalui menemukan berbagai cara

baru untuk melakukan bisnis. Hal ini dapat dilakukan dengan

mengembangkan berbagai produk dan jasa yang unik, masuk dalam pasar

atau ceruk pasar yang unik, memperkenalkan berbagai produk dan jasa

yang sudah ada atau dengan mengembangkan berbagai cara baru dalam

memproduksinya. Dengan demikian strategi inovasi juga menyangkut

pelaksanaan perubahan yang radikal atas proses bisnis dalam

Page 38: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

memproduksi atau mendistribusikan produk dan jasa yang berbeda dari

cara bisnis yang dulu dilakukan, sehingga dapat mengubah struktur dasar

industri.

4. Strategi pertumbuhan

Strategi pertumbuhan dapat dilakukan melalui secara signifikan

memperluas kemampuan perusahaan untuk memproduksi barang dan

jasa, memperluas ke pasar global, melakukan diversifikasi produk dan

jasa baru, atau berintegrasi ke dlam produk dan jasa yang berhubungan.

5. Strategi persekutuan

Strategi persekutuan dapat dilakukan dengan membuat hubungan

dan persekutuan bisnis baru dengan para pelanggan, pemasok, pesaing,

konsultan dan perusahaan-perusahaan lainnya.

O’Brien (2005) mengemukakan bagaimana teknologi informasi

dapat digunakan untuk mengimplementasikan lima strategi kompetitif

dasar. Ringkasan bagaimana teknologi informasi dapat digunakan untuk

mengimplementasikan lima strategi kompetitif dasar tersebut dapat

dilihat dalam tabel berikut ini :

Page 39: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

Dalam rangka perusahaan menghadapi lima tekanan Porter, selain

perusahaan dapat mengimplementasikan lima strategi kompetitif dasar ( strategi

kepemimpinan dalam biaya, strategi diferensiasi, strategi inovasi, strategi

pertumbuhan dan strategi persekutuan) seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, perusahaan juga dapat mengimplementasikan strategi kompetitif

Page 40: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

yang lainnya. Strategi kompetitif selain lima strategi kompetitif dasar tersebut,

antara lain :

1. Strategi “Mengunci” pelanggan dn pemasok

Investasi dalam teknologi informasi dapat memungkinkan bisnis

untuk “mengunci” pelanggan dan pemasok dengan cara membangun

hubungan baru yang bernilai dengan mereka. Hubungan bisnis ini dapat

menjadi berharga bagi pelanggan atau pemasok sehingga mencegah

mereka untuk meninggalkan perusahaan ke pesaingnya, atau untuk

mengintimidasi mereka agar menerima kesepakatan bisnis yang lebih

rendah keuntungannya. Usaha-usaha awal untuk menggunakan teknologi

informasi dalam hubungan ini berfokus pada peningkatan secara

signifikan kualitas layanan ke pelanggan dan pemasok dalam aktivitas

distribusi, pemasaran, penjualan dan layanan perusahaan. Selanjutnya,

bisnis bergerak ke penggunaan yang lebih inovatif dari teknologi

informasi.

2. Strategi meningkatkan biaya beralih

Investasi dalam teknologi informasi dapat membuat pelanggan atau

pemasok tergantung penggunaan terus menerus atas sistem informasi

antar perusahaan yang inovatif dan saling menguntungkan. Selanjutnya,

mereka menjadi segan membayar biaya atas waktu, usaha dan

ketidaknyamanan yang harus ditangguhnya untuk berpindah ke pesaing

perusahaan

3. Strategi membangun halangan masuk

Dengan melakukan investasi dalam teknologi informasi untuk

meningkatkan operasi atau untuk menyebarkan inovasi, perusahaan juga

membangun hambatan untuk masuk yang akan mengecilkan hati

perusahaan yang telah ada dalam industrinya, mengurangi atau menunda

Page 41: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

perusahaan lainnya untuk memasuki pasar. Hal ini bisa dilakukan dengan

car meningkatkan jumlah investasi atau kerumitan teknologi yang

dibutuhkan untuk bersaing dalam industri atau dalam suatu segmen pasar.

4. Strategi mendorong investasi dalam teknologi informasi

Berinvestasi dalam teknologi informasi memungkinkan perusahaan

untuk membangun kemampuan teknologi informasi strategi yang

memungkinkan untuk mengambil keuntungan dari peluang strategis

ketika peluang-peluang tersebut muncul. Hal ini terjadi ketika perusahaan

berinvestasi dalam sistem informasi canggih berbasis komputer untuk

meningkatkan efisiensi proses bisnisnya sendiri, selain itu perusahaan

juga dapat mengembangkan berbagai produk dan jasa baru yang tidak

akan mungkin dihasilkan tampa kemampuan TI yang kuat.

PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI KEUNGGULAN

KOMPETITIF

Teknologi informasi bagi suatu perusahaan dapat bermanfaat mendukung

operasi rutin yang efisien dan juga bermanfaat strategis untuk keunggulan

kompetitif. Jika perusahaan menekankan penggunaan teknologi informasi

sebagai sarana strategis bisnis, maka manajemen perusahaan tersebut akan

memandang TI sebagai faktor pembeda kompetitif yang utama. Kemudian

pihak manajemen akan membentuk berbagai strategi bisnis yang menggunakan

TI untuk mengembangkan berbagai produk, jasa dan kemampuan yang akan

memberikan perusahaan keunggulan besar dalam pasar tempat perusahaan

bersaiang. Keunggulan-keunggulan kompetitif yang dapat diraih perusahaan

dengan menggunakjan teknologi informasi yang mereka miliki antara lain :

Page 42: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

1. Teknologi informasi membantu perusahaan membangun bisnis yang

berfokus pada pelanggan

Nilai bisnis utama setiap perusahaan adalah menjadi bisnis yang

berfokus pada pelanggan, hal ini berhun=bungan dengan kemampuan

perusahaan untuk mempertahankan pelanggan agar tetap loyal,

mengantisipasi kebutuhan dimasa yang akan datang, merespon

kekhawatiran pelanggan dan menyediakan layanan pelanggan berkualitas

tinggi. Melalui pengggunaan TI telah menciptakan peluanng strategis

bagi perusahaan, untuk menawarkan layanan produk yang cepat,

responsif serta berkualitas tinggi yang sesuai dengan referensi setiap

pelanggan.

Teknologi informasi juga dapatmembuat pelangggan menjadi titik

pusat najajemen hubungan pelanggan (menciptakan saluran-saluran baru

untuk komunikasi yang interaktif dalam perusahaan, dengan para

pelanggan, dengan para pemasok, mitra bisnis, serta pihak lainnya

dilingkungan internal) dan aplikasi e-bisnis lainnya. Hal ini

memungkinkan interaksi terus menerus dengan para pelanggan ke

sebagaian besar fungsi bisnis dan mendorong kerjasama lintas fungsi

dengan para pelanggan dalam hal pengembangan prduk, pemasaran,

pengiriman, layanan dan dukungan teknis.

2. Teknologi informasi memungkinkan perusahaan melakukan perekayaan

ulang proses bisnis.

Salah satu dari implementasi paling penting dari strategi kompetitif

adalah perekayasaan proses bisnis ( business proces reengeneering-

BPR). Perekayaan ulang adalah pemikiran kembali yang mendasar dan

mendesain ulang yang radikal atas proses bisnis untuk mencapai

perbaikan yang dramatis dalam biaya, kualitas, kecepatan dan layanan

(O’Brien,2005). Dengan demikian BPR menggabungkan strategi untuk

mempromosikan inovasi bisnis dengan strategi untuk melakukan

Page 43: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

perbaikan besar atas proses bisnis agar perusahaaan dapat menjadi jauh

lebih kuat serta menjadi pesaing yang lebih berhasil dalam pasar.

Teknologi informasi memainkan peran penting dalam

perekayasaan ulang proses bisnis , yaitu dalam hal kecepatan,

kemampuan pemrosesan informasi, dan konektivitas komputer serta

teknologi internet dapat secara mendasar meningkatkan inovasi proses

bisnis serta dapat juga meningkatkan komunikasi dan kerja sama antar

orang-orang yang bertanggung jawab atas operasi dan manajemennya.

3. Teknologi informasi memungkinkan perusahaan menjadi perusahaan

yang lincah

Kelincahan dalam kinerja bisnis adalah kemampuan perusahaan

untuk sejahtera dalam pasar global yang berubah cepat dan terus menerus

terfragmen untuk produk dan jasa berkualitas tinggi, berkinerja baik dan

disesuaikan dengan pelanggan. Perusahaan yang lincah dapat membuat

laba dalam pasar dengan pilihan produk yang luas dan bermasa hidup

pendek, dan dapat memproduksi pesanan secara individual dan dengan

jumlah yang besar. Perusahaan tersebut mendukung penyesuaian massal

dengan menawarkan produk individual sambil mempertahankan produksi

dengan volume yang tinggi. Perusahaan yang lincah sangat bergantung

pada teknologi informasi yang memadukan dan mengelola proses bisnis,

sambil menyediakan daya pemrosesan informasi untuk melayani banyak

pelanggan sebagai individual. Dengan demikian teknologi informasi

sangat berperan dalam membentuk perusahaan yang lincah , dimana

teknologi informasi memunginkan perusahaan bermitra dengan pemasok,

distributor, manufaktur kontrak dan pihak lainnya yang secara signifikan

memperbaiki kelincahan perusahaan dalam melihat peluang bisnis yang

inovatif.

Page 44: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

4. Teknologi informasi membuat perusahaan virtual

Dalam lingkungan global yang dinamisseperti saat ini,

pembentukan perusahaan virtual dapat menjadi salah satu penggunaan

strategis terpenting dari teknologi informasi. Perusahaan virtual adalah

organisasi yang menggunakan teknologi informasi untuk menghubungkan

banyak orang, organisasi, aktiva dan ide. Perusahaan virtual menciptakan

aliansi dan kelompok kerja virtual yang fleksibel dan dapat beradaptasi

untuk mengekploitasi peluang bisnis berubah dengan cepat.

5. Teknologi informasi sebagai sarana untuk membangun perusahaan yang

dapat menghasilkan pengetahuan

Keunggulan kompetitif jangka panjang hanya akan dimiliki oleh

perusahaan yang menghasilkan pengetahuan atau organisasi yang belajar.

Hal ini berarti secara konsisten menciptakan pengetahuan bisnis baru,

menyebarkan secara luas ke seluruh perusahaan dan dengan cepat

membangun pengetahuan baru ke dalam produk dan jasa mereka.

Manajemen pengetahuan yang berhasil akan menciptakan berbagai

teknik, teknologi, sistem dan penghargaan untuk membuat para

karyawan berbagi apa yang mereka ketahui dan untuk membuat

akumulasi pengetahuan yang lebih baik di tempat kerja dan perusahaan.

Sehingga para karyawan perusahaan dapat meningkatkan pengetahuan

mereka melakukan pekerjaan mereka, mengintegrasikan pengetahuan

mereka ke dalam berbagai proses bisnis, produk dan jasa. Hal ini dapat

membantu perusahaan menjadi produsen yang inovatif dan lincah atas

berbagai produk serta layanan pelanggan yang berkualitas tinggi dan

menjadi pesaing berat dalam pasar. Sistem manajemen pengetahuan akan

berhasil dengan baik apabila difasilitasi dengan teknologi informasi.

Page 45: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

STRATEGI KOMPETITIF LAINNYA

Apakah TI bisa berperan dalam memenangkan persaingan dibawah

tekanan yang serba kompetitif ? Menurut Mc Farlan dan Mc Kenny

menjawab pertanyaan tersebut di atas dengan mengajukan 5 (lima) pertanyaan

berikut ini :

1. Dapatkah TI merubah dasar persaingan ?

Pertanyaan ini diajukan untuk menjawab ancaman dari pesaing-pesaing

yang sudah ada. TI harus bisa berperan merubah dasar cara bersaing. Contoh

terbaik adalah penjualan buku lewat internet yang dilakukan oleh

www.amazon.com yang revolusioner. Dan ketika perusahaan sejenis mulai

bermunculan, amazon.com segera merubah taktik dengan menjalin kerjasama

dengan situs-situs terkemuka di dunia

dengan menempelkan bannernya dan perkembangan yang terjadi kemudian

justru kini banya situs yang mendaftarkan diri ke amazon.com sebagai link

dari amazon.com dengan pembagian keuntungan yang layak.

2. Dapatkah TI membangun halangan untuk masuk bagi pesaing ?

Untuk mengatasi ancaman pesaing-pesaing baru, perusahaan dapat

melakukannya dengan membangun halangan-halangan untuk masuk sebagai

mekanisme pertahanan diri. Ada banyak cara untuk melakukan hal tersebut.

Membuat produk skala ekonomis, membuat biaya berpindah, menguasai akses

ke chanel distribusi, membuat produk atau jasa yang berbeda atau menciptakan

biaya yang mahal untuk kompetisi. Dalam bidang ini, TI disebut sebagai

pemampu (enabler) karena memang potensial untuk menciptakan hal tersebut..

Page 46: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

3. Dapatkah TI digunakan untuk menghasilkan produk-produk baru ?

Pertanyaan ini diajukan untuk menjawab ancaman dari produk-produk

baru yang biasanya dimotori oleh bidang Research and Development yang

didukung oleh TI yang canggih.

4. Dapatkah TI membangun biaya berpindah ?

Pertanyaan ini berhubungan dengan kekuatan tawar-menawar dari para

konsumen atau pelanggan. Sudah diakui oleh kalangan bisnis jika para

pelanggan memiliki kekuatan tawar-menawar. Untuk menjadikan pelanggan

tetap setia dan loyal, kekuatan tawar-menawar pelanggan tersebut harus

dikurangi. Pelanggan harus dikunci untuk tetap setia dan loyal. Cara yang

paling efektif untuk mengunci pelanggan agar tetap loyal adalah dengan

menimbulkan switching costs/biaya berpindah.

Contoh lain adalah dari perusahaan McKesson corp, sebuah perusahaan

obat. McKesson memberikan terminal-terminal kepada para pelanggannya,

toko-toko obat dan apotik yang digunakan untuk pemesanan obat secara online.

Pelanggan McKesson mempunyai 2 (dua) alternatif, memesan obat pada

McKesson dengan beberapa keuntungan dengan menghemat beberapa macam

biaya seperti biaya kesalahan, biaya finansial, biaya waktu dan biaya

kenyamanan. Atau memesan ke supplier obat lainnya dengan mengeluarkan

biaya pulsa telepon, biaya kertas faks, resiko kekeliruan dalam pemesanan dan

kekurang nyamanan dalam melakukan pemesanan.

Page 47: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

5. Dapatkah TI merubah keseimbangan kekuatan dari hubungan dengan

pemasok ?

Pertanyaan ini adalah untuk menjawab ancaman kekuatan tawar-

menawar dengan pemasok/supplier. Pemasok mempunyai kekuatan tawar-

menawar untuk menentukan harga barang dan waktu pengiriman barang

terutama untuk barang yang langka atau cepat terserap habis di pasaran atau

barang-barang yang memiliki permintaan yang tinggi dari konsumennya.

Kekuatan pemasok tersebut bisa diimbangi dengan cara menimbulkan

persaingan antar pemasok dan memilih pemasok yang terbaik.

`Salah satu contohnya adalah ritel WalMart dan Macro (Indonesia).

Perusahaan tersebut meminta pemasoknya untuk mengontrol sendiri

inventorinya masing-masing dan mengecek faktur pengiriman dan tagihan-

tagihan pemasok itu sendiri via web/internet maupun saling menghubungkan TI

dengan para pemasoknya. Dengan cara ini, Wal Mart dan Macro dapat

menghemat biaya persediaan barang dan biaya-biaya administrasi lainnya dan

meningkatkan akurasi data serta efesiensi kerja serta memilih pemasok yang

terbaik untuk memasarkan produk-produk sejenis.

Page 48: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

KESIMPULAN

Untuk mencapai keunggulan kompetitif diperlukan dukungan Teknologi

informasi seperti analisis value chain, ABC, dan Model lima tekanan porter.

Perusahaan dapat menggunakan sistem ABC untuk menganalisis

aktivitas. Penerapan sistem ABC merupakan inovasi yang salah satunya adalah

untuk mengurangi sebanyak mungkin aktivitas yang tidak memberikan nilai

tambah kepada produk/jasa yang akan dihasilkan, menambah aktivitas yang

dapat memberi nilai tambah kepada produk/jasa, serta perusahaan dapat

mengidentifikasi dan mengeliminiasi aktivitas-aktivitas yang tidak sesuai

dengan keinginan pelanggan atau yang tidak menciptakan nilai tambah. ABC

dapat mengidentifikasi aktivitasaktivitas kunci, cost driver dan cara-cara untuk

memperbaiki proses sehingga dapat menurunkan biaya. Di samping itu, ABC

dapat membantu manajer dalam hal mengidentifikasi peluang-peluang dalam

memperbaiki nilai (value) di dalam perusahaan (the company’s internal),

mengidentifikasi perubahan aktivitas yang mempengaruhi pemasok (supplier)

dan konsumen (customer) pada value chain.

Analisis value chain merupakan alat analisis yang berguna untuk

memahami aktivitas-aktivitas yang membentuk nilai pada produk dan dapat

memberikan informasi posisi perusahaan pada value chain. Pembentukan nilai

suatu produk dimulai pada saat penanganan dan pengadaan bahan baku dari

pemasok, proses produksi, penjualan suatu produk, sampai dengan penanganan

purnajual. Perusahaan harus mampu mengidentifikasi posisinya pada value

chain. Selanjutmya perusahaan menentukan strategi kompetitifnya, yaitu low-

cost strategy atau differentiation strategy. Perusahaan juga harus menjaga dan

meningkatkan hubungan baik yang saling memanfaatkan dengan pemasok dan

memelihara hubungan baik dengan pelanggan, yang akhirnya diharapkan dapat

meningkatkan daya saing produk. Di samping itu, perusahaan perlu

Page 49: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

mempertimbangkan menggunakan teknologi informasi karena membantu dalam

memaksimalkan nilai produk.

Dalam menghadapi lima tekanan porter, teknologi informasi dapat

dipakai sebagai alat yang mendukung strategi-strategi kompetitif. Peran

teknologi informasi dalam mendukung strategi-strategi kompetitif dapat berupa

: TI membantu perusahaan menurunkan biaya, membantu perusahaan dalam

differensiasi, membantu dalam inovasi produk dan jasa serta proses produksi,

mendukung pertumbuhan, mendorog persekutuan, mengunci pelanggan dan

pemasok, meningkatkan biaya beralih, membangun halangan masuk,

mendorong investasi dalam teknologi informasi.

Selain teknologi informasi dapat mendukung perusahaan dalam

mengimplementasikan strategi-strategi kompetitif teknologi informasi juga dpat

berperan memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Peran teknologi

informasi untuk mendukung perusahaan mencapai keunggulan kompetititf

antara lain : teknologi informasi membantu perusahaan membangun bisnis yang

berfokus pada pelanggan, teknologi informasi memungkinkan perusahaan

melakukan perekayasaan ulang proses bisnis, teknologi informasi

memungkinkan perusahaan menjadi perusahaan untuk membangun perusahaan

yang dapat menghasilkan pengetahuan.

Page 50: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

DAFTAR PUSTAKA

1. Adji Suratman.1999. Akuntansi Manajemen, Menciptakan SDM yang

Berkualitas. Cetakan pertama. Jakarta: Pernerbit PT. Sumisa

2. Blocher/Chen/Lin, 1999. Diterjemahkan oleh A. Susty Ambarriani, 2000.

Manajemen Biaya. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Daljono.

2004. Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok & Pengendalian. Edisi 2.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

3. Eka Ardhani Sisdyani. 1996. “Teknik-Teknik Akuntansi Manajemen

dalam Lingkungan Dunia Usaha yang Senantiasa Berkembang”. Buletin

Studi Ekonomi. Volume I. Nomor 3 Tahun 1996.

4. Hansen & Mowen. 2000. Cost Management, Accounting and Control. 3

Edition. Thomson Learning: South-Western College Publishing.

5. John K. Shank dan Vijay Govindarajan. Strategic Cost Management and

the Value Chain. James M. Reeve:2000, Reading And Issues In Cost

Management. Second Edition. Thomson Learning: South-Western

College Publishing.

6. -------. 1993. Strategic Cost Management, The New Tool For Competitive

Advantage, The Free Press, A Division of Macmillan, Inc. 866 Third

Avenue, New York, N.Y. 10022.

7. Harmanto & Zulkifli, UPP – AMP YKPN Yogyakarta, Manajemen Biaya

8. Mcleod, R.Jr. 2005. Management Information System ninth

Edition.Pearson printice Hall.America

9. O’Brien, J.A,2005. Introduction To Information System, 12th ed.

McGraw Hill Companies,Inc.America.

10. Porter. M.E. 1985. Competitive Advantage: Creating and Sustaining

Superior Performance. Free Press, New York.

11. Turban, E, Mclean, E dan Wetherbe, J. 2002. Information Technology

for Management: Transforming Business in the Digital Economy 3 rd

Edition. John Wiley & Sons, Inc. America.

Page 51: Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif

12. http://kc99lounge.blogspot.com/2010/07/porters-value-chain.html

(10/10/2012 15.00)

13. http://yasinta.wordpress.com/2008/09/16/value-chain-porter-rantai-nilai-

porter (10/10/2012 15.00)

14. http://kertas2terbang.blogspot.com/2012/02/hubungan-antara-teori-

porter-dan.html (10/10/2012 15.00)

15. http://alanbudi10.blogspot.com/2011/11/informasi-adalah-suatu-

teknologi-yang.html (10/10/2012 15.00)