3
PEMATANGAN PARU JANIN I. Sistem Paru Janin Paru terdiri dari 40 tipe sel yang berbeda. Sel yang melapisi alveoli ada 2 tipe sel, yaitu pneumosit tipe I dan tipe II. Tipe II sebagai sel utama alveoli merupakan epitel yang tipis melapisi dinding alveoli dan sel endotel kapiler, yang memungkinkan pertukaran gas bisa terjadi. Sel tipe II, yang lebih kecil dari tipe I terletak disudut alveoli, terbentuk kuboid dan mengandung lamellar inclusion. Badan lamellar adalah tempat penyimpanan surfaktan. Surfaktan adalah bahan yang dikeluarkan oleh sel pada alveoli paru yang dapat menurunkan tekanan antara udara dan jaringan, saar bayi bernafas pertama merupakan kesempatan sel tipe II untuk membentuk dan melepas surfaktan sehingga memudahkan perkembangan paru. Perkembangan surfaktan pada paru mencegah alveolus kolaps selama ekspirasi dan membut alveoli terbuka lebih mudah pada inspirasi berikutnya. Pada bayi dengan paru-paru yang masih imatur tidak mempunyai surfaktan dalam jumlah yang cukup pada

Pematangan Paru Janin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

obgyn

Citation preview

Page 1: Pematangan Paru Janin

PEMATANGAN PARU JANIN

I. Sistem Paru Janin

Paru terdiri dari 40 tipe sel yang berbeda. Sel yang melapisi alveoli ada 2 tipe sel,

yaitu pneumosit tipe I dan tipe II. Tipe II sebagai sel utama alveoli merupakan epitel yang

tipis melapisi dinding alveoli dan sel endotel kapiler, yang memungkinkan pertukaran gas

bisa terjadi. Sel tipe II, yang lebih kecil dari tipe I terletak disudut alveoli, terbentuk kuboid

dan mengandung lamellar inclusion. Badan lamellar adalah tempat penyimpanan surfaktan.

Surfaktan adalah bahan yang dikeluarkan oleh sel pada alveoli paru yang dapat

menurunkan tekanan antara udara dan jaringan, saar bayi bernafas pertama merupakan

kesempatan sel tipe II untuk membentuk dan melepas surfaktan sehingga memudahkan

perkembangan paru.

Perkembangan surfaktan pada paru mencegah alveolus kolaps selama ekspirasi dan

membut alveoli terbuka lebih mudah pada inspirasi berikutnya. Pada bayi dengan paru-paru

yang masih imatur tidak mempunyai surfaktan dalam jumlah yang cukup pada saat lahir

sehingga alveolus akan kolaps pada saat akhir ekspirasi dan tidak mampu berkembang

kembali pada saat inspirasi. Sehingga pada waktu inspirasi butuh usaha yang besar.

Kolapsnya alveolus karena kurangnya surfaktan akan menimbulkan sesak nafas pada bayi

baru lahir yang dikenal dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS).

Kekurangan surfaktan menimbulkan atelectasis yang progresif, kolaps alveolus,

berkurangnya pengembangan paru, oedama paru, dan pengurangan kapasitas yang sangat

besar untuk pertukaran udara. Situasi ini membuat cepat lelah, penurunan usaha nafas,

hipoksia, sianosis, asidosis, dan berakhir pada kematian.

Page 2: Pematangan Paru Janin

II. Indikasi penggunaan kortikosteroid

Indikasi penggunaan kortikosteroid saat antenatal pada usia kehamilan 24-34 minggu

Wanita hamil yang berisiko preterm

Perdarahan antepartum (Hemmoragic Ante Partum)

Premature Rupture of Membrane

III. Dosis Dan Cara Pemberian

Obat yang diberikan adalah deksametason atau betametason. Pemberian steroid ini tidak

diulang karena risiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat. Efek optimal teradi 24 jam

setelah pemberian terakhir mencapai puncak dalam waktu 48 jam dan bertahan sampai 7 hari.

Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah :

Betametason 2x2 mg intramuskular dengan jarak pemberian 24 jam selama 48jam.

Deksametason 4x6 mg intramuskular dengan jarak pemberian 12 jam selama 48 jam.

IV. Mekanisme Kerja Kortikosteroid

Mekanisme kortikosteroid untuk menurunkan frekuensi gawat napas adalah induksi

protein-protein yang mengatur sistem biokimia pada sel tipe II yang menghasilkan surfaktan

didalam paru-paru janin. Efek fisiologis glukokortikoid pada paru yang sedang berkembang

antara lain peningkatan surfaktan alveolus, ketegangan paru dan volume paru maksimal.