Upload
mutia-fatmawati
View
26
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBAHASAN
Mencari Kesetaraan mL H2O2 dengan Na2S2O3
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi dari hidrogen
perosida dengan asam iodida. Untuk mencari nilai ekivalen dari H2O2 dilakukan
standarisasi dengan Na2S2O3. Namun karena hidrogen peroksida tidak dapat
dititrasi langsung dengan tiosulfat, maka H2O2 terlebih dahulu distandarisasi
dengan KMnO4, baru kemudian Na2S2O3 distandarisasi dengan KMnO4, sehingga
melalui perbandingan molnya dapat ditentukan ekivalen dari hidrogen peroksida
dengan ion tiosulfat. Dalam praktikum ini yang mengindikasikan telah habisnya
tiosulfat yang ditambahkan dari buret ke gelas beker adalah perubahan warna
larutan. Karena tiosulfat habis maka iod hasil reaksi hidrogen peroksida dan
kalium iodida berlebih karena tidak ada spesies lain yang menangkapnya.
Perubahan warna larutan dari bening akan menjadi biru. Inilah yang digunakan
dalam mengukur waktu habisnya tiosulfat yang ditambahkan, dimana tiosulfat
setara dengan peroksida..
Untuk mencari ekivalen antara H2O2 dengan Na2S2O3, hidrogen peroksida
direaksikan dengan kalium permanganat pada suasana asam, sehingga
penambahan asam (H2SO4) ini akan dapat mengoksidasi MnO4- menjadi Mn2+ dan
mempercepat terjadinya reaksi. Asam sulfat yang digunakan mempunyai
konsentrasi cukup tinggi yaitu 2 N dan laju penambahan volum titran dilakukan
cukup lambat, hal ini dilakukan untuk mencegah terbentuknya mangan dioksida
yang merupakan katalis yang aktif untuk penguraian hidrogen peroksida.
Reaksi :
2 MnO4- + 5H2O2 + 6 H+ 2MN2+ + 5O2 + 8H2O
Larutan hidrogen peroksida dalam suasana asam tidak berwarna atau bening,
akibatnya pada proses titrasi sedikit saja kelebihan reagen permanganat akan
memunculkan warna pada larutan . Pada percobaan ini titik ekivalen ditandai
dengan terjadinya perubahan warna dari bening menjadi merah muda pada volum
titran sebesar 10,3 ml. Dan dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi hidrogen
peroksida sebesar 0,103 N.
Pada standarisasi thiosulfat, kalium permanganat terlebih dahulu direaksikan
dengan KI dalam suasana asam (H2SO4) sehingga akan membebaskan I2. Di sini
juga dilakukan penambahan amilum sehingga larutan yang semula berwarna
kuning berubah menjadi hitam. Adanya indikator amilum dapat digunakan untuk
mendeteksi apakah iodium habis bereaksi dengan tiosulfat. Karena reaksi antara
iodium dan tiosulfat selalu menghasilkan ion iodida, maka reaksi kembali
berulang dengan terjadinya perubahan warna menjadi seperti semula. Penambahan
indikator amilum dilakukan pada awal reaksi, padahal akibat penambahan ini
dapat terbentuk kompleks I2-amilum yang menyebabkan penggunaan volum
thiosulfat secara berlebih. I2-amilum bereaksi dengan thiosulfat dan membebaskan
ion I- yang tidak berwarna.Reaksi :
2 MnO4- + 10 I- + 16 H+ 5I2 + 2Mn2+ + 8H2O
I2 + amilum I2-amilum
I2-amilum + 2S2O32- 2I2 + amilum + S4O6
2-
Pada titik ekivalen titrasi, larutan berubah dari kuning menjadi merah kecoklatan
dan dari hasil perhitungan didapatkan konsentrasi natrium thiosulfat sebesar 0,1
N. Indikator amilum digunakan untuk mendeteksi apakah iodium habis bereaksi
dengan tiosulfat. Karena reaksi antara iodium dan tiosulfat selalu menghasilkan
ion iodida, maka reaksi kembali berulang dengan terjadinya perubahan warna
menjadi seperti semula. Dari hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa kesetaran
antara H2O2 dan 2S2O3 adalah 1 : 2.
6.2 Laju Reaksi
Reaksi antara hidrogen peroksida dengan asam iodida merupakan suatu reaksi
redoks dimana hidrogen peroksida merupakan oksidator sedangkan asam iodida
bertindak sebagai reduktornya. Dan tergolong sebagai reaksi orde pertama dimana
kecepatan reaksi hanya bergantung pada satu pereaksi saja, yaitu konsentrasi
hidrogen peroksida. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
H2O2 + 2 HI I2 + 2 H2O
Asam iodida terbentuk karena pengasaman kristal KI dengan asam sulfat pekat.
Iodium yang terbentuk bereaksi dengan tiosulfat yang ditambahkan hingga
terjadi perubahan warna dari yang semula berwarna biru menjadi bening.
Apabila tiosulfat habis bereaksi maka larutan kembali menjadi berwarna biru.
Pada percobaan diperoleh data berupa waktu yang diperlukan oleh hidrogen
peroksida untuk bereaksi menghasilkan iodium dalam larutan. Waktu yang
diperlukan oleh hidrogen peroksida untuk membentuk iodium ini setara dengan
waktu yang diperlukan oleh thiosulfat untuk bereaksi dengan hidrogen
peroksida. Jadi, penambahan thiosulfat sebanding dengan pengurangan hidrogen
peroksida dalam larutan. Dari data tersebut dapat dibuat grafik antara ln
perubahan konsentrasi hidrogen peroksida dengan waktu yang diperlukan untuk
reaksi tersebut. Setelah proses perhitungan, grafik yang diperoleh berupa garis
linear yang memiliki harga slope negatif.
Sesuai dengan persamaan laju reaksi untuk orde satu, nilai konstanta laju reaksi
merupakan lawan dari slopenya. Jadi, jika slopenya sebesar - 0,0001, maka
konstanta laju reaksinya merupakan kebalikannya yaitu sebesar - 0,0001 s-1.
Kelinearan grafik cukup baik, dengan R2 sebesar 0,996. Nilai regresinya hampir
mendekati 1 hal ini membuktikan bahwa reaksi yang terjadi benar – benar
mengikuti reaksi orde satu. Sebab, bila data yang diperoleh dimasukkan pada
persamaan orde 1 dan dibuat grafik kemudian regresinya tidak mendekati 1
maka reaksi yang berlangsung bukan reaksi orde 1.
Ada beberapa koreksi yang mungkin dapat dijadikan ralat dalam percobaan ini.
Misalnya lamanya waktu reaksi untuk penambahan sampai 50 mL Thiosulfat.
Dari larutan bening sampai terbentuk warna biru kembali memang relatif lama,
hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor misalnya temperatur, pengadukan
yang dilakukan dengan pengaduk magnet yang tidak stabil menyebabkan suhu
larutan menjadi tidak konstan. Perubahan suhu inilah yang dapat menyebabkan
perbedaan laju reaksi. Faktor lain misalnya tumbukan antar molekul yang kurang
sempurna. Pengadukan yang tidak homogen menyebabkan partikel – partikel
yang bereaksi tidak dapat saling berinteraksi dengan sempurna. Dalam
percobaan ini, kestabilan suhu dan putaran dari pengaduk magnet sulit dijaga
agar tetap konstan. Putaran dari pengaduk magnet dipengaruhi pula oleh luas
erlenmeyer yang digunakan, semakin luas (lebar), maka pengaduk magnet
kurang berfungsi dengan stabil. Faktor – faktor inilah yang mungkin
menyebabkan pergeseran laju reaksi antara hidrogen peroksida dengan asam
iodida menjadi lebih lambat dari yang seharusnya.
Sebenarnya faktor – faktor yang memperlambat laju reaksi tersebut dapat
diimbangi dengan penambahan suatu katalis. Katalis adalah zat yang dapat
mempercepat reaksi, namun konsentrasinya tidak dipengaruhi oleh laju reaksi.
Cara kerja katalis yaitu dengan menurunkan energi aktivasi reaksi, jadi yang
semula energi aktivasinya tinggi menjadi lebih rendah. Katalis yang paling
efektif adalah enzim. Kinerjanya sangat baik bila dibandingkan dengan katalis
yang lain.