Pemba Has Ansd

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dsad

Citation preview

PEMBAHASAN

2.1 TINGKAT KESADARANTingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :

2.1.1 PENGUJIAN TINGKAT KESADARANa. Secara kualitatif1.ComposMentis(conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.2.Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.3.Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.4.Somnolen(Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.5.Stupor(soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.6.Coma(comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

b. Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )A. RESPON MOTORIK- Mengikuti perintah verbal : 6- Dapat melokasi nyeri : 5- Fleksi (menarik) : 4- Fleksi abnormal: 3- Ekstensi: 2- Tidak ada respon: 1

B. RESPON VERBAL- Orientasi waktu, tempat, orang baik: 5- Berbicara bingung: 4- Berkata-kata tidak jelas: 3- Bergumam: 2- Tidak ada respon: 1

C. RESPON MEMBUKA MATA- Spontan: 4- Terhadap stimulus verbal: 3- Terhadap stimulus nyeri: 2- Tidak ada respon: 1Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol EVM Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1

Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :(Compos Mentis(GCS: 15-14) / Apatis (GCS: 13-12) / Somnolen(11-10) / Delirium (GCS: 9-7)/ Sporo coma (GCS: 6-4) / Coma (GCS: 3)).

2.1.2 PENYEBAB PENURUNAN TINGKAT KESADARANPenurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia), kekurangan aliran darah (seperti pada keadaan syok), penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma ketoasidosis), pada keadaan hipo atau hipernatremia, dehidrasi, asidosis, alkalosis, pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan, hipertermia, hipotermia, peningkatan tekanan intrakranial (karena perdarahan, stroke, tomor otak), infeksi (encephalitis) & epilepsi.

2.2 STATUS MENTALStatus mental merupakan keadaan kejiwaan yang dimiliki seseorang.Secara ringkas prosedur pengkajian status mental klien dapat dilakukan meliputi:1. Observasi penampilan klien dan tingkah lakunya dengan melihat cara berpakaian klien, kerapihan, dan kebersihan diri.2. Observasi postur, sikap, gerakan-gerakan tubuh, ekspresi wajah dan aktifitas motorik semua ini sering memberikan informasi penting tentang klien.3. Penilaian gaya bicara klien dan tingkat kesadaran juga diobservasi.4. Apakah gaya bicara klien jelas atau masuk akal ?5. Apakah klien sadar dan berespons atau mengantuk dan stupor ?

Untuk melihat lebih jauh penilaian status mental bagi perawat terdapat pada table berikut :

PENILAIANRESPONS

PerhatianRentang perhatian ke depan dan ke belakang

Daya ingat- Jangka pendek: mengingat kembali tiga item setelah 5 menit- Jangka panjang : mengingat nama depan ibunya, mengingat kembali menu makanan pagi, kejadian pada hari sebelumnya.

Perasaan (efektif)- Amati suasana hati yang tercermin pada tubuh, ekspresi tubuh- Deskripsi verbal efektif- Verbal kongruen, indicator tubuh tentang suasana hati.

Bahasa- Isi dan kualitas ucapan spontan- Menyebutkan benda-benda yang umum, bagian-bagian dari suatu benda- Pengulangan kalimat- Kemampuan untuk membaca dan menjelaskan pesan-pesan singkat pada surat kabar, majalah.- Kemampuan menulis secara spontan, di-dikte.

Pikiran- Informasi dasar (misalnya presiden terbaru, 3 presiden terdahulu)- Pengetahuan tentang kejadian-kejadian baru.- Orientasi terhadap orang tempat dan waktu.- Menghitung : menambahkan dua angka, mengurangi 100 dengan 7.

Persepsi- Menyalin gambar : persegi, tanda silang, kubus, tiga dimensi.- Menggambar bentuk jam membuat peta ruangan.- Menunjuk ke sisi kanan dan kiri tubuh.- Memperagakan : mengenakan jaket, meniup peluit, menggunakan sikat gigi.

2.2.1 Pemeriksaanstatus mentalPemeriksaan status mental terdiri dari hal-hal berikut ini :BicaraOrientasiPengetahuan kejadian mutakhirPertimbanganAbstraksiKosakataRespon emosionalDaya ingatBerhitungPengenalan bendaPraktis (integrasi aktivitas motorik)

2.2.2 Pemeriksaan kemampuan berbicaraJika pasien bangun dan waspada, anda sudah dapat mengamati cara berbicaranya. Pasien sekarang diminta untuk mengulangi ungkapan singkat. Apakah ada disatria disfoni,disfasia, atau afasia? Disatria adalah kesukaran artikulasi.Biasanya disatria disebabkan oleh lesi pada lidah dan palatum. Disfoni adalah kesulitan dalam fonasi. Akibatnya perubahan volume dan nada suara. Lesi palatum dan pita suara seringkali menjadi penyebabnya. Disfasia adalah kesukaran memahami atau berbicara sebagai akibat gangguan fungis serebral. Pasien yang kehilangan kemampuan berbicaranya sama sekali menderita afasia. Berbagai daerah di otak menyebabkan afasia yang berbeda-beda. Afasia tidak lancar, motorik, ekspresif ada jika pasien mengetahui apa yang ingin dikatakannya, tetapi menderita gangguan motorik dan tidak dapat mengucapkannya dengan tepat. Ia memahami tulisan dan perintah verbal tetapi tidak dapat mengulanginya. Suatu lesi di lobus frontal sering menjadi penyebabnya. Afasia sensorik, reseptif, lancar, ada jika pasien mengucapkan kata-kata secara spontan tetapi memakai kata-kata secara tidak tepat. Pasien mengalami kesukaran dalam memahami perintah tertulis dan verbal serta tidak dapat mengulanginya. Keadaan sering disebabkan oleh lesi temporoparietal.

2.2.3 Pengenalan status mental secara formalSelama wawancara, pemeriksa telah memperoleh banyak informasi mengenai status mental pasien. Pewawancara mungkin sudah dapat menilai daya ingat jangka panjang pasien, afek dan pertimbangannya. Pemeriksaan status mental secara formal, sebagai bagian pemeriksaan neurologik, diperkenalkan oleh pemeriksa.2.2.4 Pemeriksaan OrientasiOrientasi pasien terhadap orang, tempat dan waktu harus ditentukan. Orientasi menunjukkan kesadaran orang bersangkutan dalam hubungannya dengan orang lain, tempat dan waktu. Disorientasi terjadi dalam kaitannya dengan gangguan daya ingat dan rentang perhatian.2.2.5 Pemeriksaan pengetahuan mengenai kejadian mutakhirPemeriksaan pengetahuaan mengenai kejadian mutakhir dapat diperiksa dengan menanyakan kepada pasien, nama empat presiden terakhir amerika serikat. Menanyakan kepada pasien nama walikota atau gubernur. Kemampuan menyebutkan peristiwa mutakhir memerlukan orientasi yang utuh, daya ingat mutakhir yang utuh, dan kemampuan berpikir secara abstrak.

2.2.6 Pemeriksaan daya pertimbanganPemeriksaan daya pertimbangan dilakukan dengan meminta pasien untuk menafsirkan suatu masalah sederhana.

2.2.7 Penilaian daya abstraksiAbstraksi adalah suatu fungsi luhur serebral yang memerlukan pemahaman dan pertimbangan. Peribahasa lazim dipakai untuk menguji penalaran abstraksi. Pasien dengan kelainan penalaran abstrak mungkin menafsirkan peribahasa dengan memakai tafsiran konkrit. Respon konkrit lazim dijumpai pada pasien dengan retardasi mental atau dengan kegagalan otak. Pasien skizofrenia sering menjawab dengan penafsiran konkrit, tetapi penilaian yang aneh juga lazim dijumpai. Cara lain untuk memeriksa penalaran abstrak adalah dengan menanyakan kepada pasien bagaimana sepasang benda serupa atau tidak serupa.2.2.8 Pemeriksaan kosakataKosakata seringkali sangat sulit untuk diperiksa. Kesulitan ini berdasarkan atas banyak faktor, yang mencakup pendidikan pasien, latar belakang, pekerjaan, lingkungan dan fungsi serebral. Tetapi kosakata merupakan parameter penting dalam menilai kemampuan intelektual. Pasien retardasi mental mempunyai kosakata yang terbatas, sedangkan pasien dengan kegagalan otak mental mempunyai kosakata yang terpelihara dengan baik. Pasien harus diminta untuk mendefinisikan kata-kata atau memakainya dalam kalimat. Kata apa saja dapat dipakai, tetapi harus dipakai dengan tingkat kesukaran yang makin bertambah.2.2.9 Pemeriksaan respon emosionalMeskipun respon emosional sudah diamati secara tidak formal, penting untuk ditanyakan secara spesifik apakah pasien memperhatikan adanya perubahan suasana hati secara tiba-tiba. Afek didefinisikan sebagai respon emosional terhadap suatu peristiwa. Responnya mungkin tepat, abnormal, atau mendatar. Respon yag tepat terhadap kematian orang yang dicintai mungkin menangis. Respon yang tidak tepat mungkin tertawa. Respon mendatar memperlihatkan sedikit respon emosional. Pasien dengan kerusakan serebral bilateral kehilangan kendali akan emosinya.

2.2.10 Pemeriksaan daya ingatUntuk memeriksa daya ingat, pasien harus diminta untuk mengingat kejadian yang baru saja terjadi dan dominan. Autotopagnosia adalah istilah yang dipakai untuk melukiskan ketidak mampuan untuk mengenali tubuh pasien sendiri, seperti tangan atau tungkainya.

2.2.11 Pemeriksaan integritas aktifitas motorikPraksis adalah kemampuan untuk melakukan suatu aktifitas motorik apraksia adalah ketidakmampuan pasien untuk melakukan suatu gerakan volunter tanpa adanya gangguan dalam kekuatan, sensasi, atau koordinasi motorik. Dispraksia adalah berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktifitas. Pasien mendengar dan memahami perintah, tetapi ia tidak dapat mengintegrasikan aktifitas motorik yang akan melakukan gerakan itu. Mintalah kepada pasien untuk menuangkan air dari tempat air minum kedalam gelas minumannya. Gangguan ini sering disebabakan oleh lesi jauh di dalam lobus frontal.jenis apraksia lainnya disebut apraksia konstruksi pada penyakit ini, pasien tidak mampu menyusun atau menggambar desain sederhana. Pasien dengan apraksia konstruksi sering menderita lesi dipars posterior lobus pariental.2.2.12 Pemeriksaan OlfaksiPasien diminta untuk menutup matanya dan satu lubang hidung ketika pemeriksa mendekat zat penguji kelubang hidung lainnya.pasien diminta untuk menghirup zat penguji itu. Zat penguji itu harus mudah mengguap dan tidak mengiritasi,seperti cenggkeh,vanila bean,kopi yang baru digiling,atau lavender.2.2.13 Pemeriksaan kemampuan berhitung.Kemampuan berhitung tergantung kepada integritas bemisfer serebral yang dominan dan juga intelegensia pasien.2.2.14 Pemeriksaan kemampuan mengenal bendaPengenalan benda disebut genosia. Agnosia adalah kegagalan mengenali suatu rangsangan sensorik meskipun ada sensasi primer yang normal,contohnya:memperlihtakan benda yang sudah dikenal secara luas seperti uang logam,pena,kacamata dll. Dan mintalah kepadanya untuk mnyebutkan nama-nama benda itu. Jika pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenal benda itu dikatakan bahwa ia mangalami agnosia visual.Agnosia taktil adalah ketidakmampuan seorang pasien mengenal sebuah benda dengan palpasi tanpa ada gangguan sensorik. Semua terjadi pada lesi lubus pariental yang tidak.