7
BAB III PEMBAHASAN Berdasarkan materi yang ada dapat diberikan adanya beberapa hal yang dapat dibahas bahan yang perlu diketahui : 1. Penggolongan tipe atau tipologi yang ada di desa Sulawesi Selatan 2. Indikator yang digunakan dalam pelapisan sosial yang ada di Desa Sulawesi Sel 3. Hubungan antara tipeDesa dan Pelapisan sosial dengan gerak penduduk dalam masyrakat Desa di Sulawesi Selatan 4. Dampak gerak positif gerak penduduk terhadap kondisi sosial ekonomi rumah tan komunitas didaerah asal 5. Dampak negative gerak penduduk terhadap kondisi sosial ekonomi rumah komunitas didaerah asal 6. Dampak gerak penduduk terhadap perubahan sosial budaya khususnya di bidang pertanian di desa asal migran 3.1 Tipologi di desa di Sulawesi Selatan Di desa Sulawesi Selatan terdapat 3 tipe desa dan hal ini yang menga perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi penngolongan desa serta pelapisan sosi terjadi di desa tersebut. Ditinjau dari tipe desa I maka ditemukan beberapa faktor yang mempenga adanya pelapisan sosial dan penggolongan tipologi , yakni : 1. Sumber daya yang baik 2. Teknologi yang canggih Dan ditinjau dari Desa tipe 2 ( Cambing-Cambing ) dengan Faktor : Sumber daya lingkungan terbatas 1. Teknologi pertanian rendah,

Pembahasan Bab 4

Embed Size (px)

Citation preview

BAB III PEMBAHASAN

Berdasarkan materi yang ada dapat diberikan adanya beberapa hal yang dapat dibahas sebagai bahan yang perlu diketahui :1. Penggolongan tipe atau tipologi yang ada di desa Sulawesi Selatan 2. Indikator yang digunakan dalam pelapisan sosial yang ada di Desa Sulawesi Selatan 3. Hubungan antara tipe Desa dan Pelapisan sosial dengan gerak penduduk dalam

masyrakat Desa di Sulawesi Selatan4. Dampak gerak positif gerak penduduk terhadap kondisi sosial ekonomi rumah tangga dan

komunitas didaerah asal5. Dampak negative gerak penduduk terhadap kondisi sosial ekonomi rumah tangga dan

komunitas didaerah asal6. Dampak gerak penduduk terhadap perubahan sosial budaya khususnya di bidang

pertanian di desa asal migran 3.1 Tipologi di desa di Sulawesi Selatan Di desa Sulawesi Selatan terdapat 3 tipe desa dan hal ini yang mengakibatkan terjadinya perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi penngolongan desa serta pelapisan sosial yang terjadi di desa tersebut. Ditinjau dari tipe desa I maka ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi adanya pelapisan sosial dan penggolongan tipologi , yakni : 1. Sumber daya yang baik 2. Teknologi yang canggih Dan ditinjau dari Desa tipe 2 ( Cambing-Cambing ) dengan Faktor : Sumber daya lingkungan terbatas 1. Teknologi pertanian rendah,

2. Serta tingkat gerak penduduk yang sedang.

Dan Desa tipe 3 (Tikala) 1. Lokasinya terpencil dan jauh dari pusat-pusat kegiatan ekonomi, sosial dan politik serta memiliki tingkat2. Gerak penduduk yang paling tinggi

3.2 Indikator Pelapisan Sosial Faktor-faktor sosial budaya tersebut satu atau beberapa diantaranya bersama dengan faktor lainnya, antara lain faktor ekonomi, dapat menjadi determinan gerak penduduk di Sulawesi Selatan. Akan tetapi perlu ditegaskan bahwa faktor-faktor sosial budaya itu bukanlah suatu faktor penentu bagi terjadinya gerak penduduk, melainkan berfungsi sebagai faktor pelengkap yang dapat mempercepat terjadinya gerak penduduk. Walaupun dikatakan bahwa bagi merantau atau laosompe, male membela, male loko tondokna tau atau male sompa telah berakar dan melembaga dalam sistem sosial masyarakat Bugis, Makasar, dan Toraja sejak beberapa abad yang lampau, namun tidaklah berarti bahwa kekuatan-kekuatan tradisional itu yang menentukan terjadinya perilaku perantauan. Bahkan pola-pola gerak penduduk sudah mengalami perubahan dan masih tetap berlangsung yaitu mulai dari banyak bergerak ke kota-kota daripada laosompe ke pulau-pulau lain. Hal ini karena merupakan suatu komponen dalam struktur ekonomi masyarakat, yakni pengadaan tenaga kerja. Menurut Forber, yang banyak membuat kritikan tajam atas penelitian gerak penduduk yang menekankan kekuatan-kekuatan tradisional dari sistem sosial sebagai penentuan pola perantauan, gerak penduduk bukanlah produk kekuatan-kekuatan tradisonal tetapi harus diungkapkan dengan kondisi dari setting dimana gerak penduduk terjadi. Selain perubahan pada pola gerak penduduk. Struktur sosial tradisional yang mencakup segi-segi sosial budaya yang melekat dalam diri masyarakat Bugis, Makasar, dan Toraja itu tidaklah statis tetapi terus menerus berubah. 3.3 Hubungan antara Tipe Desa dan Pelapisan Sosial dengan Gerak Penduduk Dengan menganalisa karakteristik masing-masing desa atau komunitas padi sawah secara keseluruhan terutama yang berkaitan dengan motivasi terjadinya gerak penduduk, ternyata perbedaan tingkat gerak penduduk tersebut berkaitan erat dengan ketimpangan sosial regional yang dialami oleh masing-masing desa. Ketimpangan yang paling besar dan menyumbang

kepada tingkat gerak penduduk yang tinggi terjadi di desa tipe 3 Di desa ini faktor tekanan penduduk, keselarasan lingkukngan yang terganggu karena stabilitas ekosistem mengalami kemunduran. Faktor lokasi, pendidikan yang relatif lebih maju, dan faktor kelembagaan sosial budaya sangat mendorong terjadinya gerakan penduduk ke luar desa. Sebaliknya di desa tipe 1 hanya faktor kelembagaan sosial budaya yang dapat berpengaruh, disamping faktor lokasi, pendidikan dan keresahan politik mungkin dapat atau tidak berpengaruh, tergantung pada setting. Sedangkan desa tipe 2 lebih mendekati profil desa tipe 3. Ciri-ciri daerah pinggiran dimiliki oleh desa tipe 3, dan desa tipe 2 dengan tingkat gerak penduduk yang paling tinggi, sedangkan profil yang mendekati cirri-ciri daerah pusat dimiliki oleh desa tipe 1, dengan tingkat gerak penduduk ke luar yang paling rendah. Keberhasilan dalam pembangunan pertanian di desa ini menimbulkan arus balik gerak penduduk, dimana pola migrasi pulang kampung (return migration) menjadi menonjol. Bahkan dalam musim panen, pendatang sirkular dari kabupatenkabupaten lain menyerbu di desa ini. Tampaknya, pembangunan pertanian di desa ini berhasil mengurangi kesenjangan antar desa dan kota. Tanpa memandang perbedaan-perbedaan desa asal dalam hal tingkat teknologi pertanian dan kelangkaan sumberdaya lingkunagn yang mempengaruhi gerak penduduk per rumah tangga adalah tingkat pendidikan (tingkat melek huruf) dan adanya kerabat di daerah tujuan, terutama di kota. Pada desa yang kurang maju teknologi pertanian dan terbatas sumberdaya lingkungannya, gerak penduduknya per rumah tangga dipengaruhi oleh faktor kelembagaan sosial budaya yang masih kuat dan tingkat teknologi pertanian kimiawi biologis. Selain itu, masih dapat pula dipengaruhi oleh tingkat partisipasi kerja rumahtangga di luar pertanian, tingkat teknologi pertanian mekanisme dan luas penguasaan tanah pertanian 3.4 Dampak Positif Dampak gerak penduduk pada rumahtangga dan komunitasnya di daerah asal antara lain menambah pendapatan rumahtangga, meningkatkan status sosial dan mutu hidup rumahtangga, mendorong usaha -usaha pembangunan di desa, mempercepat proses penerimaan ide-ide baru, berkurangnya tenaga kerja dan meningkatnya peranan wanita, meningkatnya kemampuan membaca dan menulis, partisipasi media massa, partisipasi ekonomi yang luas, pola perilaku dengan empati yang tinggi dan pada akhirnya mengakibatkan perubahan sosial budaya dan ekonomi pada masyarakat pedesaan. Meningkatnya pendapatan rumah tangga pallao pada komunitas padi sawah terutama bersumber dari kiriman uang dan barang (remittances) dari

anggota rumah tangga tersebut yang bergerak keluar desa mencari nafkah di daerah lain terutama di kota. Ditemukannya dampak positif lain dari adanya kiriman, baik pada lapisan sosial ekonomi yang sama antara rumah tangga penetap dan rumah tangga pallao, maupun antara lapisan sosial ekonomi, adalah sebagai unsur penting bagi pemerataan pendapatan. Lapisan bawah cenderung memiliki tingkat pertambahan pendapatan yang lebih besar dari pada pertambahan pendapatan pada lapisan atas. 3.5 Dampak Negatif Selain dampak positif ditemukan juga Salah satu dampak negatif dari gerak penduduk ke luar desa adalah berkurangnya tenaga kerja muda yang relatif lebih berpendidikan dan mereka umumnya adalah laki-laki. Bagi desa tipe 3 yang padat penduduk, banyaknya penduduk yang bergerak ke luar justru menyebabkan terjadinya keseimbangan baru dalam hal penyediaan tenaga kerja di sector pertanian. Dengan kata lain gerak ke luar itu menyebabkan berkurangnya kompetisi pekerjaan di desa. Di desa yang maju teknologinya, kekurangan tenaga kerja dapat diatasi dengan mekanisme pertanian, yaitu dengan penggunaan traktor mini dan masuknya tenaga kerja dari daerah lain selama musim pengolah sawah. Selain itu, berkurangnya tenaga kerja pedesaan mengakibatkan pergeseran pola peranan anggota-anggota rumah tangga di desa asal, yang tercermin dari meningkatnya peranan ganda wanita di desa asal, yang tercermin dalam meningkatnya peranan ganda wanita di dalam rumah tangga maupun diluar rumah tangga. 3.5 Dampak pada Desa Asal Terdapat hubungan antara tingkat kesejahteraan atau mutu hidup rumah tangga di desa dengan ada atau tidak adanya anggota rumah tangga yang bergerak ke luar desa. Gerak penduduk dapat pila mendorong usaha-usaha pembangunan pedesaan dan mempercepat proses penerimaan ide-ide baru. Dengan mengalirnya uang dari pallao di kota-kota ke desa berarti jumlah yang beredar di desa semakln besar. Akibatnya perekonomian desa meningkat yang pada gilirannya berguna bagi pembangunan desa. Apabila kiriman uang dan barang ke desa asal ada juga yang digunakan untuk membayar pajak dan sumbangan bagi pembangunan desa. Ekonomi uang telah meluas ke daerah pedesaan sebagai akibat gerak penduduk tersebut. Gerak penduduk khususnya yang menuju ke daerah perkotaan, dapat mengakibatkan berkurangnya buta huruf, yakni jumlah orang yang dapat membaca dan menulis semakin

meningkat. Di samping itu, jumlah orang yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan menengah dan tinggi semakin bertambah. Tingkat gerak penduduk berkorelasi dengan tingkat pendidikan, khususnya tingkat melek huruf. Rumah tangga pallao memiliki keterbukaan yang lebih besar terhadap penggunaan media masa, yaitu surat kabar, majalah, radio dan televisi, dibanding rumah tangga penetap. Partisipasi media massa yang tinggi dikalangan rumah tangga pallao mempengaruhi partisipasi ekonomi, politik dan sosial, serta terjadinya mobilitas kejiwaan. Bahkan meningkatan partisipasi media masa cenderung untuk menambah partisipasi di dalam semua sector dari sistem sosial, dan pada gilirannya meningkatkan kemampuan berempati, yaitu kesanggupan melihat diri sendiri dalam situasi orang lain, yang sangat dibutuhkan dalam proses pembauran menuju masyarakat yang lebih maju. Arah perubahan yang terjadi adalah mulai pudarnya tata hidup tradisional menuju modernisasi. Kecepatan perubahan sosial tersebut merupakan fungsi dari jumlah atau persentase rumah tangga petani sawah yang mencapai tingkat peralihan (transisi), dengan sifatsifat seperti tingkat gerak penduduk yang tinggi, aktivitasme yang tinggi memiliki harapan masa depan yang lebih baik, gaya keperansertaan (participant), sifat kekotaan (urbanism), kemampuan membaca dan menulis, kemampuan ber-empati dan memiliki kepribadian yang inovatif. Makin banyak rumah tangga petani padi sawah yang mencapai tingkat peralihan, makin banyak rumah tangga petani padi sawah yang mencapai tingkat peralihan, makin maju pula komunitas tersebut. Pengaruh yang ditimbulkan antara lain terjadinya perubahan-perubahann pada lembaga-lembaga kemasyarakatan, sistem pelapisan sosial, peralihan kepercayaan, lembaga perkawinan, struktur keluarga, dan keterbukaan terhadap gerakan-gerakan baru.

BAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa pergerakan penduduk dipengaruhi oleh pembangunan dan dapat mempengaruhi adanya perubahan sosial budaya dan ekonomi. Studi yang dilaksanakan di sulawesi selatan determinan gerak penduduk masingmasing desanya mempunyai kasus berbeda-beda dalam hal sumberdaya lingkungan dan tingkat teknologi pertaniannya, menunjukkan bahwa tingkat gerak penduduk ternayata berbeda pula. Dengan menganalisa karakteristik masing-masing desa atau komunitas padi sawah secara keseluruhan terutama yang berkaitan dengan motivasi terjadinya gerak penduduk, ternayat perbedaan tingkat gerak penduduk tersebut berkaitan erat dengan ketimpangan sosial regional yang dialami oleh masing-masing desa. Dampak gerak penduduk terutama dirasakn oleh individu pallao (mover) sendiri, rumahtangga dan komunitasnya. Tingkat gerak penduduk yang paling tinggi terjadi pada lapisan paling luas. Sebaliknya tingkat gerak penduduk yang paling rendah terjadi pada lapisan paling bawah, petani sempit dan petani tak bertanah (tunakisma). Dapat disimpulkan bahwa modernisasi dan komersialisasi perta ian di daerah pedesaan dapat mendorong penduduk desa untuk bergerak ke luar ke daerah lain, terutama ke kota. Dari gerak penduduk tersebut, yaitu dari desa ke kota maka hubungan desa dengan kota dapat dipercepat dan diperlancar. Dengan begitu orang-orang dari desa banyak memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang luas yang penting dalam proses pembangunan desa. Maka dari itu, dibutuhkan kebijaksanaan pemerintah untuk menghindari arus migrasi permanen dan daya tamping berlebih di kota. 4.2 Saran Sesuai dengan materi yang disampaikan, pergerakan penduduk memang baik untuk warga desa yang pergi ke kota untuk memperbaiki pembangunan desanya. Namun, perlu diperhatikan juga kebijakan-kebijakan pemerintah yang tegas dan nyata untuk dapat membatasi pergerakan penduduk desa ke kota agar penduduk kota tidak melimpah.