49
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lidah adalah salah satu dari kelima indera yang berfungsi sebagai alat pengecap. Lidah sebagai indera pengecapmemerikan peran penting dalam kehidupan manusia. Fungsi lidah tergantung pada pucuk pengecap yang disebut dengan taste buds (Primasari dan Chen Young, 2012). Taste buds mengandung pori-pori atau dikenal sebagai taste pore yang mengandung mikrovili dan membawa sel gustatoris yang akan distimuli oleh berbagai cairan kimiawi. Mikrovili merupakan reseptor permukaan bagi rasa. Serabut nervus sensorik dari taste buds pada bagian anterior lidah menghantarkan impuls ke batang otak melalui chorda tympani (cabang dari nervus facialis). Bagian posterior lidah menghantar impuls ke batang otak melalui nervus glossopharyng sedangkan taste buds pada pharynx dan epiglottis diinervasi oleh nervus vagus untuk menginterpretasikan rasa (Marya 2002). Taste buds mengandung beberapa reseptor rasa yaitu rasa asam, asin, manis, pahit dan umami. Rasa asam sering digunakan untuk mendeteksi keasaman, rasa asin dapat memodulasi diet untuk kestabilan elektrolit tubuh, rasa manis penting untuk menambah energi tubuh, rasa pahit dapat mendeteksi berbagai toksin dan rasa umami digunakan untuk mendeteksi asam amino (Anis, 2009). 1

Pembahasan Behaviour of Smoking

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan penelitian

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangLidah adalah salah satu dari kelima indera yang berfungsi sebagai alat pengecap. Lidah sebagai indera pengecapmemerikan peran penting dalam kehidupan manusia. Fungsi lidah tergantung pada pucuk pengecap yang disebut dengan taste buds (Primasari dan Chen Young, 2012). Taste buds mengandung pori-pori atau dikenal sebagai taste pore yang mengandung mikrovili dan membawa sel gustatoris yang akan distimuli oleh berbagai cairan kimiawi. Mikrovili merupakan reseptor permukaan bagi rasa. Serabut nervus sensorik dari taste buds pada bagian anterior lidah menghantarkan impuls ke batang otak melalui chorda tympani (cabang dari nervus facialis). Bagian posterior lidah menghantar impuls ke batang otak melalui nervus glossopharyng sedangkan taste buds pada pharynx dan epiglottis diinervasi oleh nervus vagus untuk menginterpretasikan rasa (Marya 2002). Taste buds mengandung beberapa reseptor rasa yaitu rasa asam, asin, manis, pahit dan umami. Rasa asam sering digunakan untuk mendeteksi keasaman, rasa asin dapat memodulasi diet untuk kestabilan elektrolit tubuh, rasa manis penting untuk menambah energi tubuh, rasa pahit dapat mendeteksi berbagai toksin dan rasa umami digunakan untuk mendeteksi asam amino (Anis, 2009).Indera pengecap mulai berkurang saat manusia mencapai umur 50 tahun. Perubahan-perubahan kecil terjadi di 20 tahun pertama dalam hidup. Saat mencapai umur 30 tahun, manusia memiliki 245 taste buds pada tiap papilla di lidah. Saat berumur 70 tahun, jumlah taste buds di setiap papilla berkurang hinggaberjumlah 88 saja dimana rasa manis dan asin lebih dulu terasa efeknya (Guyton 2009). Selain karena usia, penurunan indera pengecap juga dapat disebabkan oleh kebiasaan buruk seperti merokok karena rongga mulut merupakan daerah yang paling mudah terpapar efek merugikan akibat merokok (Tjandra, 2003).Efek penurunan sensitivitas pada taste buds dapat dirasakan terutama pada pengecap rasa manis dan pahit pada lidah perokok. Menurut Hermawan (2010), rongga mulut merupakan daerah yang paling mudah terpapar rokok. Terjadinya perubahan rongga mulut karena mulut merupakan awal terjadinya penyerapan zat-zat hasil pembakaran rokok.Keadaan ini menyebabkan berbagai perubahan dalam rongga mulut misalnya perubahan taste pengecapan, stomatitis nikotin, infeksi jamur dan lidah berwarna hitam. Permukaan lidah, hasil yang berwarna hitam dan berambut ini mudah dideposit, sehingga perokok sukar merasakan rasa manis, pahit, asin, dan asam karena rusaknya ujung sensoris dari alat perasa (taste buds ). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Primasari dan Chen Young juga menunjukkan hasil yang sama, dimana merokok dapat menurunkan sensitivitas indera pengecap yang signifikan.Kandungan rokok berupa nikotin, secara langsung merupakan senyawa pembentuk rasa pahit maka dapat dilihat apakah terjadi penurunan yang signifikan pada indera pengecap rasa pahit. Demikian pula dengan rasa manis, dikarenakan area kepekaanya berada di bagian depan lidah yang sangat dekat dengan ujung rokok dengan suhu panas yang tinggi, maka perlu dilakukan penelitian apakah terdapat perbedaan pada mahasiswa perokok dengan non peroko.1.2 Rumusana MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, mak rumusan masaah dalam observasi ini adalah bagaimana perbedaan tingkat sensitivitas indera pengecap rasa manis dan pahit pada mahasiswa perokok dengan non perokok?

1.3 Tujuan PenelitianTujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis dan pahit pada mahasiswa perokok dan non perokok.

1.4 Manfaat PenelitianDengan mengetahui adanya perbedaan sensitivitas terhadap kepekaan indera pengecap manis dan pahit, maka diharapkan;a. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai salah satu efek merokok terhadap rongga mulut terutama lidah.b. Bagi perokok dapat menyadari betapa pentingnya menjaga kebersihan rongga mulut terutama lidah untuk meningkatkan kualitas hidupnya.c. Mendukung program pemerintah dalam menghimbau masyarakat untuk berhenti merokok.d. Mengetahui perbedaan sensitivitas pengecap rasa manis dan pahit pada mahasiswa perokok dan non perokok.

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Indera pengecapa. Anatomi lidahRongga mulut dianggap cerminan kesehatan seeorang, lidah merupakan slah satu organ di dalam ronngga mulut yang paling peka.Lidah adalah salah satu dari panca indera yang befungsi sebagai membantu proses pengecapan dan perasa, mengatur letak makanan ketika dikunyah, membantumenelan, mendorong makanan ke dalam pharynx (pada waktu menelan), pembersihanmulut, dan memainkan peranan yang penting sebagai alat bantu dalam berbicara. Lidah terletak didasar mulut dan melekat pada tulang hioid.Lidah berwarna merah dan permukaannnya tidak rata.Korpus lidah mengandung otot intrinsik dan ekstrinsik dan merupakan otot terkuat didalam tubuh. Otot intrinsik berfungsi untuk melakukan semua gerakan lidah, otot ekstrinsik berfungsi mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta membantu melakukan gerakan menekan makanan pada langit-langit dan gigi, kemudian mendorongnya masuk ke faring.Pada permukaan atas atau dorsal lidah terdapat alur berbentuk V yaitu sulkus terminalis, ujung Vnya mengarah ke posterior.Sulkus ini membagi lidah menjadi bagian anterior dan bagian posterior.Sebagian besar lidah terdiri atas serat serat otot rangka diliputi lendir dan kelenjar.Serat otot lidah yang intrinsik, yaitu yang terdapat didalam lidah dan ekstrinsik yaitu yang lainnya yang berorigo diluar terutama pada mandibula, tulang hioid, dan berinsersi pada lidah.Diantara serat-serat otot, terdapat kelenjar.Kelenjar utama tersebut bersifat seperti mukosa terdapat pada pangkal lidah, dengan saluran keluar bermuara di belakang sulkus terminalis. Kelenjar serosa terletak pada badan lidah, dengan saluran keluar bermuara di depan sulkus, sedangkan asini campur terletak di ujung lidah, dengan salurannya bermuara pada permukaan bawah lidah (Don W., 2002).Membran mukosa pada permukaan bawah lidah sifatnya licin dan di bawahnya terdapat tunika submukosa.Pada permukaan atas terlihat banyak tonjolan-tonjolan kecil disebut papila lidah (C. Roland, 1996). Tonjolan-tonjolan kecil pada permukaan lidah (papilla) terdapat sel-sel reseptor (tunas pengecap). Terdapat lebih dari 10.000 tunas pengecap pada lidah manusia, sel-sel ini tumbuh seminggu setelah itu digantikan oleh sel-sel yang baru. Sel-sel inilah yang bisa membedakan rasa manis asam, pahit, dan asin (Evelyn, 2009).

Gambar 2.1 Otot Ekstrinsik dan Intrinsik Lidah (Sufitni, 2008)b. Taste buds Organ pengecapan bagian perifer disebut taste buds (caliculus gustatorious) yang meliputi seluruh permukaan lidah yang mempunyai garis tengah sekitar 1/30milimeter dan panjang sekitar 1/16 milimeter. Ketika lahir, kita memiliki sekitar10.000 taste bud, akan tetapi setelah usia 50 tahun jumlahnya mulai berkurang. Tastebud merupakan sel epitel yang telah dimodifikasi, beberapa diantaranya disebutsebagai sel sustentakular dan lainnya disebut sebagai sel reseptor.Sel-sel reseptor initerus-menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel-sel epitel di sekitarnya dengan waktu paruh sekitar sepuluh hari.Kekhasan dari sel reseptor gustatori ini ditentukan oleh papila dimana taste buds berada bukan oleh nervus yang menginervasi. Taste bud memiliki beberapatipe reseptor rasa yang memiliki silia. Setiap tipe ini akan mendeteksi satu jenis rasadari 5 rasa dasar yaitu, asam, asin, manis, pahit dan umami. Seluruh rasa ini dapatdirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu. Ujung-ujung luar dari taste buds tersusun di sekitar taste pore yang sangat kecil. Dari ujung-ujung setiap sel, mikrovili menonjol ke luar menuju taste pore dan mengarah ke rongga mulut.Mikrovili ini dianggap memberikan permukaan reseptoruntuk pengecapan.Beberapa dari serabut saraf pengecap yang dirangsang oleh sel-sel reseptor ini berinvaginasi menjadi lipatan membran sel pengecap yang jugadibentuk oleh banyak vesikel. Vesikel ini mengandung substansi neurotransmiter yang dilepaskan melalui membran sel untuk merangsang ujung-ujung serabut saraf dalamrensponnya terhadap rangsang pengecapan.Taste buds juga terletak pada palatum dan beberapa diantaranya pada pilar tonsilar, epiglotis, dan bahkan di esofagus bagian proksimal. Orang dewasa mempunyai 3000 sampai 10.000 taste buds sedangkan anak-anak mempunyai lebihsedikit.

Gambar 2. Taste buds pada lidah, papilla, dan penampang teste budsc. Jenis jenis PapilaTerdapat 4 jenis papilla pada manusia,yaitu: a. Papilla filiformis terdapat di atas seluruh permukaan lidah, umumnya tersusun dalam barisan barisan sejajar dengan sulkus terminalis (Jacob, 2010). Papilla filiformis bentuknya kurang lebih seperti kerucut, langsing dan tingginya 2-3 mm. Bagian tengahnya terdiri atas jaringan ikat lamina propria. Jaringan ikat ini juga membentuk papila sekunder. Epitel yang meliputi papila sebagian mengalami pertandukan yang cukup keras sifatnya.b. Papilla fungifornis letaknya tersebar di antara deretan papilla filiformis, dan jumlahnya makin banyak ke arah ujung lidah, bentuknya seperti jamur dengan tangkai pendek, dan bagian atas yang lebih lebar. Jaringan ikat di tengah-tengah papilla membentuk papilla sekunder sedangkan epitel di atasnya tipis sehingga pleksus pembuluh darah di dalam lamina propria menyebabkannya berwarna merah atau merah muda. Taste buds terdapat di dalam epitel. Papila ini diinervasi oleh nervus facial (N.VII). Sebuah penelitian di China mengungkapkan bahwa adanya hubungan antara kepadatan papilla fungiform dengan pemeriksaan rasa manis menggunakan larutan sukrosa pada pria dewasa muda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa anatomi papilla sangat erat hubungannya dengan ambang sensitivitas rasa khususnya pada papilla fungiformis (Zhang Gen-H et al., 2008). c. Papilla sirkumvalata (vallum = dinding) pada manusia jumlahnya hanya 10 sampai 14, dan letaknya di sepajang sulkus terminalis. d. Papilla ini sensitif terhadap rasa asam dan pahit di 1/3 posterior lidah yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX). Tiap papilla menonjol sedikit di atas permukaan dan dibatasi oleh suatu parit melingkar banyak taste buds pada epitel dinding lateralnya. Saluran keluar kelenjar serosa (kelejar ebner) bermuara pada dasar alur itu.Kelenjarnya sendiri terletak pada lapisan yang lebih dalam. Sekret serosa cair kelenjar tersebur membersihkan parit dari sisa bahan makanan, sehingga memungkinkan penerimaan rangsang kecap baru oleh taste buds .e. Pipila foliata terletak pada bagian samping dan belakang lidah, berbentuk lipatan-lipatan mirip daun, dengan taste buds di dalam epitel lekukan yang terdapat di lipatan. Sama seperti pada papilla sirkumvalata, kelenjar-kelenjar serosa bermuara pada dasar alur.Sensitivitas papila ini lebih dominan terhadap rasa asam yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX). Semua papilla mengandung banyak saraf sensorik untuk rasa sentuhan dan taste buds terdapat pada semua papilla kecuali papilla filiformis.

Gambar 3 Letak papila pada lidah manusia.d. Vaskularisasi dan Pensarafan pada LidahVaskularisasi lidah berasal dari arteri carotis interna, arteri ini bercabang menjadi arteri sublingualis yang akan memberi vaskularisasi pada musculus mylohyoid, glandula sublingualis, dan mukosa membran mulut menuju vena jugularis interna. Terdapat tiga vena yang menjadi percabangan dari nervus hypoglossi yaitu vena lingualis profundus, vena lingualis dorsalis dan vena comitantens. Vena lingualis inilah yang mendampingi arteri lingualis menuju vena lingualis intern (Irianto, 2012). Tergantung lokasinya pada lidah, taste buds dapat disarafi oleh akson sensoris oleh nervus kranialis fasialis (N.VII), glossofaringeus (N.IX), atau vagus (N.X). Pensarafan sensoris umum lidah anterior dari sulkus terminalis melalui cabang lingual dari mandibularis (N.V), sementara sensasi gustatoris daerah ini, kecuali untuk papilla sirkumvalata, adalah melalui cabang chorda thympani dari nervus fasialis (N.VII), yang menyertai nervus lingualis. Taste buds pada papilla sirkumvalata dan bagian faringeal lidah disarafi cabang lingual dari nervus glossopharingeus (N.XI). Taste buds pada epiglottis dan bagian paling posterior lidah disarafi oleh cabang laringeal superior dari nervus vagus (N.X). Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus. Impuls di ket iga saraftersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius.Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortexserebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus yang akan memberipersepsi pengecapan yang dirasa.

Gambar 4 Saraf yang berprran pada lidahe. Fisiologi lidahTerdapat 4 tipe rasa dasar pada lidah yaitu asam, asin, manis, dan pahit. Seluruh rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah. Rasa manis dan rasa asin dirasakan pada ujung lidah, asam pada samping lidah dan pahit pada daerah sekitar papilla sirkumvalata. Keempat rasa ini dikenal dengan istilah sensasi rasa primer (Don W., 2002).Selain itu, ada rasa kelima yang telah teridentifikasi yakni umami yang dominan ditemukan pada glutamate (Marya, 2002).a) Rasa ManisGula atau pemanis buatan tidak langsung masuk sel rasa, tetapi memicu dulu perubahan di dalam sel. Senyawa tersebut akan terikat reseptor pada permukaan sel rasa yang digandeng dengan molekul G-protein. Dinamakan G-protein karena untuk aktivitasnya protein ini diatur oleh Guanin Trifosfat. Beberapa jenis zat kimia yang menyebabkan rasa ini meliputi gula, glikol, alkohol, aldehida, keton, amida, ester, asam amino, asam sulfonat, asam halogen, dan garam anorganik dari timah hitam dan berilium. Hampir semua zat yang menyebabkan rasa manismerupakan zat kimia organik, satu-satunya zat anorganik yang menimbulkan rasa manis merupakan garam-garam tertentu dari timah hitam dan berillium (Guyton, 2009).b) Rasa AsamIon hidrogen dalam larutan dapat menyebabkan sensasi rasa asam. Ion ini bereaksi terhadap sel rasa dalam tiga cara yaitu, dapat masuk ke dalam sel secara langsung, memblokir kanal ion kalium pada mikrovili, dan mengikat kanal bukaan di mikrovili, sehingga ion-ion positif dapat masuk dalam sel rasa. Muatan positif ini akan berakumulasi dan mendorong terjadinya depolarisasi yang dapat melepaskan neurotransmiter dan menyalurkan sinyal ke otak.c) Rasa AsinGaram dapur atau Natrium Klorida (NaCl) adalah satu contoh dari garam yang dapat menimbulkan sensasi rasa asin. Ion natrium masuk melalui kanal ion pada mikrovili bagian apikal, atau lewat kanal pada basolateral (sisi) sel rasa, hal inilah yang akan membangunkan sel rasa tersebut. Kualitas rasa asin sedikit berbeda dari satu garam dengan garam lainnya karena beberapa jenis garam juga mengeluarkan rasa lain di samping rasa asin.d) Rasa PahitSeperti rasa manis, rasa pahit tidak disebabkan suatu jenis agen kimia. Pembagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit adalah zat organik rantai panjang yang berisi nitrogen dan alkaloid yang terdiri dari banyak obat yang digunakan dalam kedokteran seperti kuinin, kafein, strikmin, dan nikotin, misalnya kuinin, zat ini bereaksi melalui G-protein bersama reseptor dan second messenger. Namun, hanya second messenger yang mampu mendorong pelepasan ion kalsium dari retikulum endoplasma. Depolarisasi pun terjadi akibat terakumulasinya ion kalsium, dan terjadi juga pelepasan neurotransmitter.e) Rasa UmamiUmami berasal dari bahasa Jepang yang berarti Meaty atau Savory (enak, sedap, lezat).Rasa umani ditimbulkan oleh glutamat, yaitu asam amino yang banyak terdapat pada protein daging dan ikan.Zat ini bereaksi melalui G-protein bersama reseptor atau second messenger.Namun, belum diketahui tahapan antara second messenger dan pelepasan neurotransmitter.

Gambar 5 Letak reseptor rasa pada lidahf) Proses pengecapan pada lidahUjung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah. Dengan demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan mengadakan kontakdan merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap kemudian timbul impuls yangakan menjalar ke nervus facial (VII) dan nervus glossopharyngeal (IX). Impuls daridaerah lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus (X). Impuls di ket iga saraftersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Darisana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita.Tiap rasa utama tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa oleh masing-masing ion atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat yang berlainandengan setiap epitel neuron ujung serabut syaraf pengecapan. Jadi setiap taste buds dapat bereaksi untuk semua rasa walau dengan intensitas berbeda.

Gambar 6 proses rangsang pada lidah2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepekaan LidahFaktor faktor yang mempengaruhi penurunan sensitivitas pengecap antara lain:a. UsiaUsia mempengaruhi sensitivitas reseptor perasa. Penurunan sensitivitas indera pengecap merupakan masalah psikologis yang biasa terjadi pada orang dengan usia tua. Seiring bertambahnya usia terjadi penurunan jumlah papilla sirkumvalata dan penurunan fungsi transmisi pada taste buds .b. Suhu makananSensitivitas pada taste buds pada indera pengecap dapat dipengaruhi oleh suhu makanan dan minuman yang kurang 20o C maupun lebih dari 30o C. Suhu yang terlalu panas akan merusak sel-sel taste buds , demikian pula suhu yang terlalu dingin dapat membuat sensitivitas lidah berkurang, menyebabkan cedera atau bahkan kematian sel. Keadaan tersebut cenderung berlangsung cepat karena sel yang rusak tersebut diperbaiki (G.Rensburg, 2005).c. Obat obatanPerawatan dan terapi pada penyakit kronis memerlukan waktu yang cukup lama.Obat-obatan tersebut memiliki efek samping dapat menyebabkan penurunan senisitivitas indera pengecap. Efek samping obat tersebut dapat mempengaruhi penurunan sensitivitas indera pengecap, seperti amphetamin dapat menurunkan sensitivitas rasa asin dan manis, anestesia seperti lidokain dapat menyebabkan berkurangnya sensitivitas rasa asin dan manis, begitu juga penggunaan insulin untuk penderita diabetes yang berkepanjangan.d. PenyakitPada penyakit kencing manis dan ginjal serta radiasi dapat pula menyebabkan xerostomia. Xerostomia adalah keadaan dimana mulut kering akibat produksi kelenjar saliva berkurang.Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh ganggguan pada pusat saliva atau saraf pembawa rangsang .Dengan berkurangnya produksi saliva makan sel-sel pengecap mengalami kesulitan dalam menerima rangsang (Pearce, 2008).e. Nilai Ambang Misalnya seseorang yang sudah terbiasa makan makanan yang asam, akan lebih tinggi daripada orang yang tidak biasa makan asam. Nilai ambang ini tergantung dari kebiasaan seseorang.f. KonsentrasiMisalnya pada seseorang yang makan satu mangkok garam, lama kelamaan tidak akan merasakan asin lagi seperti pertama kali memakannya.2.3 RokokMerokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Rokok merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi masyarakat. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat tetapi kebiasaan merokok sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk.Sementara, a lasan utama merokok adalah cara untuk bisa diterima secara sosial, melihat orang tuanya merokok, menghilangkan rasa jenuh, ketagihan dan untuk menghilangkan stress. a. Sejarah rokokTembakau atau tobacco merupakan bahan dasar dari rokok yang pertama kali diperkenalkan bangsa Indian. Pada tahun 1492 Colombus dalam perjalanannya menemukan Benua Amerika dan melihat bangsa Indian mempergunakan daun tembakau kering dengan berbagai cara, satu diantaranya dengan membakarnya sebagai rokok (Girianto, 1990). Daun tembakau dipopulerkan di Eropa pada abad ke-16. Bangsa Spanyol membawa dan memperkenalkannya ke dalam dunia barat. Jean Nicot, seorang duta Perancis di Lissabon menyatakan bahwa tembakau mengandung zat yang berkhasiat untuk penyembuhan dan beliau yang pertama mengirimkan bibit tembakau untuk ditanam di tanah airnya. Dari nama beliau inilah kata Nikotin dibakukan untuk nama generik dari tembakau. Pada abad ke-17 tembakau digunakan dengan cara dihisap di dalam pipa dan dikunyah dengan tujuan untuk pengobatan. Pada akhir abad ke-17 cigarette atau rokok pertama kali dibuat di Inggris yang kemudian menjadi lebih popular di daratan Eropa (Sitepoe, 1997). Kata rokok memang sudah tidak asing lagi didengar, kita mengenal rokok bisa dengan sangat cepat. Menurut Wikipedia rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10mm yang berisi daun tembakau yang telah dicacah dan dibakar pada salah satu ujungnya, kemudian dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Di dalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya, 400 diantaranya bersifat racun dan 43 senyawa lain diantaranya merupakan zat karsinogenik. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainya yang dihasilkan dari tanamam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica atau tanpa bahan tambahan (Tjandra, 2003). Diseluruh dunia, kebiasaan merokok menyebabkan kematian pada 2,5 juta orang pertahun, artinya satu kematian setiap 13 detik. Rokok merupakan penyebab dari 50% kebakaran yang terjadi, dan proses pengolahan rokok mengakibatkan penebangan pohon di hutan agar kayunya dapat dipakai untuk memproses tembakau.Di India dan beberapa negara Amerika Selatan, masyarakatnya mempunyai kebiasaan yang disebut dengan merokok terbalik, yang mana ujung sigaret yang menyala berada di rongga mulut. Resiko terjadinya kanker mulut pada masyarakat ini sangat tinggi sebab intensitas panas dari asap tembakau di daerah palatum dan lingual sangat tinggi (Syafriadi, 2008). Pengaruh merokok pada mukosa mulut bervariasi, tergantung pada umur, jenis kelamin, etnis, gaya hidup, diet, genetis, jenis, dan cara merokok, serta lamanya merokok. Perubahan tersebut akibat iritan, toksin dan karsinogen. Selain itu, dapat juga berasal dari efek mukosa yang kering, tingginya temperatur dalam mulut, atau resistensi terhadap infeksi jamur dan virus yang berubah (Dewi, 2005). Merokok dapat menyebabkan kelainan-kelainan rongga mulut misalnya pada gusi, mukosa mulut, gigi, langit-langit yang berupa stomatitis nikotina dan infeksi jamur serta pada lidah yang berupa terjadinya perubahan sensitivitas indera pengecap (Revianti, 2007).b. Jenis rokokTembakau yang dirokok mempunyai berbagai macam bentuk. Di Indonesia terdapat jenis rokok seperti rokok kretek, cerutu, rokok putih, lintingan, menggunakan pipa, tembakau yang disedot dan tembakau tanpa asap (Djamanshiro, 2008). Di Indonesia semakin meningkat minat masyarakat memilih rokok kretek dibandingkan rokok putih. Rokok kretek ialah rokok dengan atau tanpa filter yang menggunakan tembakau rajangan dengan cengkeh rajangan digulung dengan kertas cigarette boleh memakai bahan tambahan asalkan diizinkan pemerintah (Soetiarto 1994). Banyak masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi rokok lebih dari dua bentuk rokok di atas, mereka mengkombinasikan pemakaian rokok tersebut dan jenis rokok yang dikonsumsi masyarakat 80 sampai 95% adalah rokok kretek. Pada rokok putih dikenal dua macam filter yaitu filter yang berventilasi dan filter yang tidak berventilasi. Filter yang berventilasi adalah filter yang berpori-pori sehingga pada saat perokok menghisap rokoknya, sebagian udara bebas ikut terisap. Filter berguna untuk mengurangi bahan-bahan kandungan rokok yang menganggu kesehatan manusia.c. Kandungan rokokRokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia. Sekali satu batang akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monooksida, nitrogen oksida, hydrogen cyanide, ammonia, acrolein, acetilen, benzaldehyde, urethane, benzene, methanol, coumarin, 4-ethylcatechol, ortocresol, perylene dan lain-lain. Diantara sekian banyak bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok, terdapat tiga macam zat yang paling berbahaya yaitu tar, nikotin, timah hitam dan karbonmonoksida.1. Tar Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3mg sampai 40mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24mg sampai 45mg (Anonymus, 2010). Subtansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru paru, yang dapat menyebabkan kanker paru.2. Nikotin Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi saraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen dan dapat memicu kanker paru. Selain itu nikotin juga dikenal mempunyai efek adiksi, artinya dapat menyebabkan ketergantungan dan sifat adiksi inilah yang biasanya dapat mendorong seseorang untuk mengkonsumsi rokok secara berlebihan. Nikotin berubah warna menjadi coklat dan berbau mirip tembakau setelah bersentuhan dengan udara, kadar nikotin dalam tembakau berkisar 12%. Kadar nikotin 4mg sampai 6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari dapat membuat seseorang ketagihan.3. Karbon monoksidaKarbon monoksida adalah sejenis gas yang tidak mempuyai bau dan dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Zat ini sangat beracun karena dapat mengikat hemoglobin yang terdapat dalam darah, sehingga membuat darah tidak mampu mengikat oksigen (Mathub, 1992). Kadar gas karbon monoksida dalam darah orang yang tidak merokok kurang dari 1% sementara dalam darah perokok mencapai 4% sampai 15%.4. Timah hitam Timah hitam yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5g. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam 1 hari menghasilkan 10g. Batas ambang zat ini di dalam tubuh adalah 20 mg per hari. Jadi, zat ini akan sangat berbahaya jika konsumsi rokok melebihi batas ambang yang dapat diterima oleh tubuh .

Gambar 6 kandungan zat berbahaya pada rokokd. Perokok Merokok dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri, banyak penyakit yang telah terbukti menjadi akibat buruk merokok baik secara langsung maupun tidak langsung. Tembakau atau rokok paling berbahaya bagi kesehatan manusia. Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Rata- rata merokok yang dilakukan oleh kebanyakan laki- laki dipe ngaruhi oleh faktor psiko logis melipu ti rangsanga n sosial melalui mulut,ritual masyarakat, menunjukkan kejantanan, mengalihkan diri dari kecemasan, kebanggaan diri. Selain faktor psikologis juga dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu adiksi tubuh terhadap bahan yang dikandung rokok seperti nikotin atau juga disebut kecanduan terhadap nikotin Terdapat dua jenis perokok yaitu :a. Perokok pasif Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lma kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin.b. Perokok AktifMenurut Bustan pada tahun 2000 menjelaskan bahwa rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingku ngan sekitar.f. Mekanisme perubahan daya sensivitas indera pengecapan akibat rokok Manusia pada umumnya memiliki sekitar 10.000 taste buds . Secara fisiologis sensitivitas indera pengecap pada manusia akan mengalami penurunan. Penurunan sensitivitas ini terjadi bersamaan dengan penurunan vaskularisasi yang disebabkan secara umum oleh faktor usia. Biasanya penurunuan sensitivitas ini terjadi pada usia 50 tahun keatas. Hal yang sama dapat kita lihat pada penyepitan ruang pulpa yang dikarenakan oleh penurunan daya vaskularisasi dan pensarafan seiring bertambahnya usia. Secara patologis penurunan sensitivitas indera pengecap dapat terjadi lebih awal, misalkan pada perokok. Menurut studi dari Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI 2004 pada perokok, sensasi rasa manis, asam, asin, dan pahit lebih sukar didapat karena adanya kerusakan pada ujung saraf sensorik dan pada taste buds akibat dari panas yang berasal dari asap rokok (Depkes RI, 2004). Menurut intensitasnya, perokok dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu perokok ringan, perokok sedang, dan perokok berat. Perokok ringan adalah golongan perokok yang mengkonsumsi 1 sampai 10 batang rokok perhari, perokok sedang adalah golongan perokok yang mengkonsumsi 10 sampai 20 batang rokok perhari, sedangkan perokok berat adalah golongan perokok yang mengkonsumsi rokok sebanyak lebih dari 20 batang rokok perhari. Pada perokok berat, merokok dapat lebih cepat menyebabkan terjadinya kerusakan pada taste buds yang mengarah pada penurunan sensitivitas indera pengecap. Hal ini ditandai dengan sukar merasakan manis, pahit, dan asin (Hermanto, 2012).

BAB 3METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat PenelitianObservasi ini dilaksanakan di Kampus Universitas Negeri Semarang. Waktu pelaksanaan observasi adalah bulan Mei 2015.

3.2 Populasi dan Sampel PenelitianPopulasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah orang yang perokok di Kampus Universitas Negeri Semarang. Sampel penelitian ini adalah 11 mahasiswa perokok Universitas Negeri Semarang.

3.3 Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah non experimental dengan rancangan penelitian yang digunakan dengan epidemiologi analytic yaitu penelitian non eksperimental dalam rangka mempelajari korelasi antara faktor risiko merokok dengan efek yaitu penurunan sensitivitas indera pengecap.

3.4 Variabel Penelitiana. Variabel kontrolVariabel kontrol dalam observasi ini adalah sensitivitas indera pengecap terhadap rasa manis dan pahit.b. Variabel bebasVariabel bebas pada penelitian ini adalah mahasiswa perokok Universitas Negeri Semarang.

3.5 HipotesisHipotesis pada observasi ini adalah:Ho: tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat sensitivitas indera pengecap rasa manis dan pahit pada mahasiswa sebelum merokok dan setelah merokokHa: terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat sensitivitas indera pengecap rasa manis dan pahit pada mahasiswa sebelum merokok dan setelah merokok.

3.6 Alat dan Bahan PenelitianAlat dan bahan yang digunakan pada observasi ini adalah hanya lembar observasi berupa instrummen angket dan pedoman wawancara.

3.7 Prosedur Penelitiana. Persiapan1) Menentukan sempel sebanyak 11 mahasiswa perokok di Universitas Negeri Semarang dengan pengambilan secara acak.2) Menyiapkan instrumen observasi yang berisi pertanyaan dalam wawancara dan pengisian angket.b. Pelaksanaan1) Melakukan wawancara terhadap 11 mahasiswa perokok di Universitas Negeri Semarang.2) Melakukanpengisian angket oleh 11 mahasiswa perokok di Universitas Negeri Semarang.c. Penyusunan Laporan1) Membuat laporan terhadap hasil penelitian

3.8 Analisis DataAnalisis data dilakukan dengan menggunakan skoring data dalam bentuk kualitatif, dimana skoring di dapatkan dengan kuisioner dan data terdistribusi tidak normal. Interpretasi rasa pada perokok dimasukkan ke dalam skoring dan tabel. Skoring ditentukan dengan tinggi atau rendahnya sensitivitas pada pengecap rasa manis dan rasa pahit. Adapun skoring pada penelitian ini:1. Skor 1 : Tidak terasa manis ataupun pahit2. Skor 2: Kurang terasa manis atau pahit3. Skor 3: Terasa manis atau pahitKemudian analisis data selanjutnya adalah dengan deskripsi yanan menggambarkan hasil penelitian. Analisis data juga didukung dengan kajian literasi jurnal dan artikel ilmiah.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil4.1.1 Hasil Uji Rasa Manis Terhadap Peroko Indra perasa seperti lidah akan mengalami perubahan rasa kecap karena berbagai zat yang dikonsumsi oleh manusia. Salah satu aktifitas yang dapat menyebabkan berubahnya rasa pada lidah adalah merokok karena berbagai zat nikotin dan tar yang terdapat pada rokok. Hasil pengujian perbedaan rasa pahit menggunakan observasi angket dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.Tabel 4.1 Hasil uji sensitifitas lidah terhadap rasa manis11 Mahasiswa Perokok di UnnesTingkat Rasa Manis

IIIIII

92-

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan hasil bahwa rerata peringkat pengecap rasa manis sampel perokok sebanyak 11 mahasiswa menunjukan hasil yang tidak signifikan. Tingkat sensitifitas lidah mahasiswa perokok terhadap rasa manis masih memiliki tingkat sensitifitas yang kurang tinggi.Selain pengujian pengecap rasa manis pengecap rasa pahit juga akan diuji pada kelompok perokok. Hasil pengujian perbedaan rasa pahit menggunakan observasi angket dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.Tabel 4.1 Hasil uji sensitifitas lidah terhadap rasa manis11 Mahasiswa Perokok di UnnesTingkat Rasa Pahit

IIIIII

92-

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan hasil bahwa peringkat pengecap rasa pahit sampel perokok sebanyak 11 mahasiswa menunjukan hasil yang tidak signifikan. Tingkat sensitifitas lidah mahasiswa perokok terhadap rasa pahit masih memiliki tingkat sensitifitas yang kurang tinggi.

4.2 PembahasanLidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah, dan permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebutdengan papilla, pada papillaini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan. Apabila pada bagian lidah tersebut tidak terdapat papillalidah menjadi tidak sensitif terhadap rasa.Pengecap rasa pada lidah disebut dengan taste buds , taste buds mengandung pori-pori atau dikenal sebagai taste pore yang mengandung mikrovili dan membawa sel gustatory yang akan distimuli oleh berbagai cairan kimiawi. Taste buds mengandung reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit, danumami. Sensitivitas indera pengecap dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah usia, suhu makanan, penyakit, oral hygiene, dan kebiasaan merokok yang paling berpotensi menyebabkan sensitivitas indera pengecap ini menurun.Sel pengecap mengalami perubahan pada pertumbuhan, mati dan regenerasi. Proses ini bergantung dari pengaruh saraf sensoris karena jika saraf tersebut dipotong maka akan terjadi degenerasi pada pengecap. Taste buds yang dilayani oleh serat saraf sensoris adalah taste buds pada 2/3 lidah bagian anterior (papilla filiformis dan sebagian papilla fungiformis) dilayani oleh chorda tympani cabang dari N. Facialis(N.VII).Masing-masing papilla pengecap dipersarafi 50 serat saraf dan setiap serat saraf menerima masukan dari rata-rata 5 papilla pengecap. Papilla circumvalata yang lebih besar masing-masing mengandung sampai 100 papilla pengecap, biasanya terletak di sisi papilla, tetapi karena terbatasnya data maka disebutkan ada sekitar 200-250 taste buds per papilla circumvalata pada setiap individu dibawah usia 20 tahun, dan menurun hingga 200 taste buds atau kurang menjelang maturitas, dan kurang lebih 100 taste buds menjelang usia 75 tahun. Penelitian dengan mikroelektroda pada satu taste buds memperlihatkan bahwa setiap taste buds biasanya hanya merespon terhadap satu dari empat rangsang kecap primer, bila substansi pengecap berada dalam konsentrasi rendah. Pada konsentrasi tinggi, sebagian besar taste buds dapat dirangsang oleh dua, tiga atau bahkan empat rangsang pengecap primer dan juga oleh beberapa rangsang pengecap yang lain yang tidak termasuk dalam kategori primer.Indra pengecap mulai berkurang saat manusia mencapai umur 50 tahun. Perubahan kecil terjadi di 20 tahun pertama dalam hidup. Saat mencapai umur 30 tahun, manusia memiliki 245 taste buds pada tiap papilla di lidah. Pada umur 70 tahun, jumlah taste buds di setiap papilla berkurang hingga 88 saja dimana rasa manis dan asin lebih dulu terasa efeknya.Beberapa literatur menyebutkan bahwa pengaruh merokok pada mukosamulut bervariasi, tergantung pada umur, jenis kelamin, etnis, gaya hidup, diet,genetis, jenis, dan cara merokok, serta lamanya merokok. Perubahan tersebut akibat iritan, toksin dan karsinogen. Selain itu, dapat juga berasal dari efekmukosa yang kering, tingginya temperatur dalam mulut, atau resistensi terhadapinfeksi jamur dan virus yang berubah.Adapun berbagai komplikasi rokok dalam tubuh penggunaanya seperti perubahan secara estetik, kerusakan pada implan gigi, timbulnya penyakit jantung,dapat menimbulkan kanker mulut, dan berbagai macam penyakit mulut lainnya, termasuk perubahan pada struktur anatomis dan fisiologis dari lidah. Merokok akan mengurangi sensasi dari rasa dan bau. Pada perokok berat sering ditemukan papila filifornis yang memanjang di bagai dorsal dari lidah, hal ini terjadi karena asap dari rokok tersebut mencegah sel epitel untuk bergerak secara normal dan akan berakumulasi menjadi permukaan yang putih dan sangat tebal. Secara mikrokopis papila filifornis akan berbentuk ireguler dan mengalami hiperplasi, dan menujukan hiperortokeratosis atau hiperparakeratois dengan banyak bakteri dan organisme pada lapisan permukaan serta pada bagian dalam epitalium dan akan memanjang seperti rambut pada ujung papila. Hal ini dapat menjadi tempat pertumbuhan dari bakteri yang secara perlahan akan menghasilkan sensasi terbakar pada lidah dan menimbulkan berkurang nya sensitivitas indera pengecap. Merokok juga dapat menyebabkan kelainan-kelainan rongga mulut misalnya pada gusi, mukosa mulut, gigi, langit-langit yang berupa stomatitis nikotina dan infeksi jamur serta pada lidah yang berupa terjadinya perubahan sensitivitas indera pengecap. Untuk mengetahui adanya perubahan sensitivitas indera pengecap rasa manis dan rasa pahit pada perokok, pada penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan observasi berupa pengisian angket dan wawancara kepada 11 mahasiswa perokok yang merupakan mahasiwa Universitas Negeri Semarang.Hasil analisis data menunjukkan bahwa sensivitas rasa manis dan pahit lidah pada perokok kuranng signifikan. Hal ini terjadi karena data penelitian yang didapat memiliki tingkat ketepatan yang rendah karena hanya menggunakan angket dan wawancara saja, sehingga data yang didapatkan tidak falid.Hasil tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian pada jurnal jurnal mengenai sensivitas rasa manis dan pahit pada perokok. Hasil yang diungkapkan Mulyawati (2004) dimana perokok sukar merasakan rasa manis dan pahit akibat rusaknya ujung saraf sensoris dan taste buds pada lidah akibat panas yang dihasilkan asap rokok, bahwa pada saat rokok dihisap, nikotin yang terkondensasi dalam asap rokok masuk ke dalam rongga mulut. Iritasi yang terus menerus dari hasil pembakaran tembakau menyebabkan penebalan jaringan mukosa mulut. Hal ini menyebabkan nikotin lebih mudah terdeposit menutupi taste bud dan membran reseptor rasa pengecap di sekitar taste pore. Menempelnya nikotin pada membran reseptor rasa pengecap di sekitar taste pore akan menghalangi interaksi zat-zat makanan ke dalam reseptor pengecap sehingga akan mengurangi sensitivitas pengecapan rasa. Penurunan sensitivitas indera pengecap khususnya rasa manis ini jika berlangsung dalam waktu yang lama, maka perokok cenderung akan meningkatkan konsumsi gulanya dibanding dengan non perokok. Konsumsi gula yang meningkat ini tanpa disertai dengan aktivitas tubuh yang dominan maka kemungkinan insulin yang dihasilkan akan mengendap dalam darah perokok sehingga perokok rentan terkena diabetes (Sukarno, 2009).Hasil pada observasi ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukarno AD (2009) yang menyatakan kelompok perokok memiliki kepekaan indera pengecap rasa pahit terhadap larutan quinine hidrochloride yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok non perokok. Selain itu, taste buds yang tersebar di seluruh permukaan lidah mengakibatkan rasa pahit dapat dirasakan tidak hanya di reseptor rasa pahit, tetapi juga di reseptor rasa asin. Merokok dapat menimbulkan berbagai komplikasi dalam tubuh penggunaanya. Hal ini dapat meliputi perubahan secara estetik, kerusakan pada implan gigi, timbulnya penyakit jantung, dapat menimbulkan kanker mulut, dan berbagai macam penyakit mulut lainnya, termaksud perubahan pada struktur anatomis dan fisiologis dari lidah. Pengaruh Merokok terhadap lidah secara anatomi yang dapat meningkatkan ambang sensasi dari rasa dan bau. Jadi dapat menurunkan kemampuan untuk medeteksi berbagai rasa dan bau. Pada perokok berat sering ditemukan papila filifornis yang memanjang di bagai dorsal dari lidah. Hal ini terjadi karena asap dari rokok tersebut mencegah sel epitel untuk bergerak secara normal dan akan berakumulasi menjadi permukaan yang putih dan sangat tebal. Secara mrikospis papila filifornis akan berbentuk ireguler dan mengalami hiperplasi, dan menujukan hiperortokeratosis atau hiperparakeratois dengan banyak bakteri dan organisme pada lapisan permukaan serta pada bagian dalam epitalium. Dan akan memanjang seperti rambut pada ujung papila. Hal ini dapat menjadi tempat pertumbuhan dari bakteri yang secara perlahan akan menghasilkan sensasi terbakar pada lidah dan menimbulkan berkurangnya sensitivitas indera pengecap.

BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan berserta hasil analisis dapat disimpulkan bahwa sensitivitas indra pengecap pada mahasiswa perokok terhadap rasa manis dan pahit tidak mengalami perubahan yang signifikan antara sebelum merokok dan setelah meroko. Hal ini disebabkan oleh pengambilan data yang tidak tepat karena hanya menggunakan metode observasi berupa pengisian angket dan wawancara.

5.2 SaranBerdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut :1. Merokok dapat menyebabkan penurunan sensitivitas taste buds sehingga diharapkan untuk tidak merokok karena selain penerunan sensitivitas pada taste buds , rokok juga berbahaya bagi kesehatan dalam jangka panjang.2. Pengambilan data pengamatan hendaknya dilakukan selain dengan melakukan penisian angket, wawancara juga harus menggunakan tes kepakaan dengan menempelkan rasa pada lidah responden.3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh merokok pada perubahan taste buds dengan reseptor rasa asin dan umami, serta dengan membandingkan beberapa jenis konsentrasi larutan sukrosa dan quinine.

DAFTAR PUSTAKA

Anis Nadhia, Bt Roslan, Jenny sunariani, dan Anis irmawati. 2009. Penurunan sensitivitas rasa manis akibat pemakaian pasta gigi yang mengandung Sodium lauryl sulphate 5%, Jurnal Pdgi, vol. 58, no 2, hlm 10-13.Anonymus. 2010, Persatuan Dokter Gigi Indonesia,Rokok dan Kesehatan Rongga Mulut, Agustus 12-Last Update [Homepage of website Persatuan Dokter Gigi Indonesia], [Online]. Diunduh: http ://www.pdgi-online.com [12 April 2015]C. Roland leeson, 1996, Buku Ajar Histologi, Penerjemah: Yan Tambayong. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Depkes RI. 2004,Data dan Fakta Konsumsi Rokok di Indonesia, Agustus 12-Last Update [Homepage of website Departemen Kesehatan Republik Indonesia],[Online]. Diunduh: http ://www.lizaherbal.com/main> [12 April 2015].Dewi D. 2005. Pengaruh kebiasaan merokok terhadap mukosa mulut. Dentika Dental Journal, vol.10, no 2, hlm 132-5.Djamanshiro. 2008, Dampak Merokok Bagi Kesehatan, September 25-Last Update [Homepage of Makalah Kedokteran], [Online]. Diunduh: http://one.indoskripsi.com/makalah/kedokteran [25 April 2015]Don W, Fawcett. 2002, Buku Ajar Histologi, Penerjemah: dr.Jan Tambayong. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Evelyn Pearce. 2001, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerjemah: Sri Yuliani Handoyo. Jakarta Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.Evelyn, Pearce. 2009, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis 2, Penerjemah: dr. Kartono Mohamad. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.Fandra, M. Dhio. 2014. Perbedaan Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Manis dan Rasa Pahit pada Perokok dan Non Perokok. Skripsi. Denpasar: Universitas Mahasaraswati.G., Rensburg. 2005. Oral diseases and sosio-economic status (SES). British Dental Journal, vol.194, no 2, hlm 91- 96.Girianto, T. 1990. Resiko Terjadinya Stroke Pada Pengaruh Kebiasaan Merokok. Ed. 1. Surabaya: UniversitasAirlangga.Guyton A C. 2001,Buku ajar fisiologi kedokteran (Indera Kimia-pengecapan dan penciuman).Penerjemah: Irawati Setiawan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Guyton AC. 2008. Hall JE. Text book of medical physiology (Taste and smell). 11th Ed. Mississippi: Elsevier Book Aid International.Hermanto Agung. 2012. Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok, Available Diunduh: URL; http://www.litbang.depkes.go.idIrianto Koes. 2012, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa. Bandung: Penerbit Alfabeta. Jacob, T. 2010. A tutorial on the sense of taste (Cardiff University, UK). [Online] Diunduh:http://www.cf.ac.uk/biosi/staffinfo/jacob/teaching/sensory/taste.html#Index. [10 November 2010.]Marya, R K.2002. A text book of phisiology for dental students (Taste and Smell). New Delhi: CBS Publishers & Distributors.Mathub, Aditama. 1992. Rokok dan Kesehatan. Depok: Universitas Indonesia.Mulyawati Y. Pengaruh rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut. 31 Maret 2004. Subdit Gizi Klinis Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI.Pearce, E. 2008. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis (Indera pengecap dan pencium), Penerjemah: dr. Kartono Mohamad. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Primasari, Ameta dan Bong Chen Young. 2012. Pengukuran Sensitivitas Indera Pengecap Rasa Manis dan Asin Pada Mahasiswa Perokok. Abstrak Jurnal Dentika dental Vol. 17 No. 1Revianti, S. 2007. Pengaruh radikal bebas pada rokok terhadap timbulnya kelainan di rongga mulut. Dental Jurnal FKG-UHT vol.1, no 2, hlm 85-89.Sitepoe, M. 1997. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.Soetiarto F. 1994. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kerusakan Gigi pada Sopir Bis di Jakarta Tahun 1992. Proceeding Asean Meeting On Dental Public Health. Bandung: Fakultas Kedokteran Gigi Padjajaran.Sufitni. 2008. Anatomi (Lidah sebagai indera pengecap). Medan: Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran USU.Sukarno AD, Makky AA, Yuliati. 2009,Perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis pada perokok dan non perokok. Oral Biology Dental Journal vol.1, no 2, hlm 19-23.Syafriadi, M. 2008. Patologi Mulut:Tumor neoplastik & Non neoplastik Rongga Mulut. Ed 1. Yogyakarta: Penerbit Andi. Tjandra, Hans. 2003. Merokok dan Kesehatan. [Online]. Diunduh: http//www.compas.co.id. [19 Desember 2011]. 33