Upload
dhita-anggraini-annisa
View
188
Download
17
Embed Size (px)
Citation preview
JAHE, MINYAK JAHE, KOMPONEN PENYUSUN, SNI MINYAK JAHE, BAHAS DATA KADAR AIR, BAHAS DATA KADAR MINYAK
Jahe (Zingiber officinale Roscoe ) merupakan tanaman temu-temuan yang banyak digunakan sebagai
rempah-rempah dan bahan obat. Jahe tumbuh subur di daerah tropis. Berdasakan data statistik, penghasil jahe
terbesar di dunia masih dipegang Brazil juga Equador. Tanaman jahe berasal dari Asia Pasifik dan tersebar dari
India dan kemudian menyebar ke berbagai negara seperti RRC, Jepang, Negara-negara Eropa dan juga Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Sejak 250 tahun yang lalu, di Cina Jahe sudah digunakan sebagai bumbu dapur
dan obat. Di Malaysia, Filipina, dan Indonesia jahe banyak digunakan sebagai obat tradisional. Sedangkan di
Eropa pada abad pertengahan, jahe digunakan sebagai aroma pada bir.
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale
Jahe merupakan satu dari tujuh tanaman obat paling mujarab di dunia, selain Peterseli, oregano, kayu
manis, kunyit, sage, dan bubuk cabai merah. Tanaman jahe memiliki beragam khasiat. Jahe merupakan salah
satu tanaman yang banyak digunakan sebagai ramuan obat-obatan, bahan makanan dan minuman. Menurut
Rukamana (2004), jahe yang dikonsumsi masyarakat Indonesia dan dipercaya secara tradisional dapat
menghilangkan masuk angin, mengurangi atau mencegah influenza, rematik dan batuk serta mengurangi rasa
sakit (analgesik) dan bengkak (anti-inflamasi). Khasiat jahe tersebut dikarenakan kandungannya yang kompleks.
Berbagai senyawa aktif yang baik bagi tubuh ditemukan pada jahe, yaitu pada bagian rimpangnya.
Rimpang jahe mengandung senyawa bioaktif, seperti senyawa phenolic (shogaol dan gingerol) dan
minyak atsiri, seperti bisapolen, zingiberen, zingiberol, curcurmen, 6- dehydro-gingerdion, galanolakton, asam
gingesulfonat, zingeron, geraniol, neral, monoakyl-digalaktosylglykerol, gingerglycolipid (Kemper, 1999).
Salah satu senyawa yang paling menojol tersebut adalah minyak atsiri.
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang merupakan bahan yang bersifat
mudah menguap (volatile), mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian-
bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman.
Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor agroindustri potensial yang dapat menjadi andalan bagi
Indonesia. Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan pewangi, penyedap ( flavoring), antiseptic internal,
bahan analgesic, sedative serta stimulan. Terus berkembangnya penggunaan minyak atsiri di dunia maka
minyak atsiri di Indonesia merupakan penyumbang devisa negara yang cukup signifikan setelah Cina
(Sastrohamidjoyo, 2004).
Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri dari famili Zingiberaceae yang dikembangkan di Indonesia
adalah jahe (Zingiber officinale). Beberapa propinsi penghasil jahe adalah Jawa Tengah, Jawa barat, Lampung
dan Sumatera Barat. Indonesia merupakan salah satu dari lima besar negara pengekspor jahe di dunia. Minyak
atsiri jahe merupakan cairan yang berwarna kuning coklat hingga kemerahan- merahan , mudah menguap pada
suhu kamar, berat jenis lebih kecil dari berat jenis air, mempunyai rasa getir, berbau wangi khas tanaman jahe,
larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Minyak jahe diketahui memiliki berbagai fungsi, diantaranya digunakan dalam industri kosmetik,
makanan, aroma terapi dan farmasi. Minyak atsiri tersebut digunakan sebagai bahan pengharum atau pewangi
pada makanan, sabun, pasta gigi, wangi – wangian dan obat – obatan. Minyak ini biasanya digunakan sebagai
aroma terapi karena ampuh untuk memberi efek relaksasi. Oleh karena itu minyak atsiri yang dihasilkan dari
tanaman jahe mempunyai nilai cukup tinggi di pasar dunia. Dengan kemajuan teknologi di bidang minyak atsiri
maka usaha penggalian sumber- sumber minyak atsiri dan pendayagunaannya dalam kehidupan manusia
semakin meningkat.
Sifat khas jahe disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan oleh
minyak atsiri, sedangkan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas. Minyak atsiri dapat diperoleh atau diisolasi
dengan destilasi uap dari rhizoma jahe kering. Ekstrak minyak jahe berbentuk cairan kental berwarna kehijauan
sampai kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki komponen pembentuk rasa pedas.
Minyak jahe dapat diperoleh dengan ditilasi rimpang jahe ataupun ampas jahe. Proses produksi minyak
jahe dilakukan dengan penyulingan (melalui steam distillation atau water distillation) atau ekstraksi rimpang
jahe yang sebelumnya telah dikeringkan dalam bentuk serpihan atau dibuat serbuk. Rendemen rata-rata minyak
jahe adalah 1-3% (kering) tergantung jenis jahe serta penanganan dan efektifitas proses penyulingan.
Kandungan minyak atsiri pada tanaman jahe yaitu 0,6-3% yang terdiri dari α- pinen, β-phellandren,
borneol, limonene, linalool, citral, nonylaldehyde, decylaldehyde, methyleptenon, 1,8 sineol, bisabilen, 1-α-
curcumin, farnese, humulen, 60% zingiberen dan zingiberole menguap, zat pedas gingerol. Kandungan minyak
tidak menguap disebut oleoresin, suatu komponen yang memberi rasa pahit. Beberapa komponen kimia utama
penyusun minyak atsiri jahe adalah zingiberene, zingiberol, fenol, asetat, lanalool, sitral dan metil hetenon.
Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol.
Zingiberin (C15H24) adalah senyawa paling utama dalam minyak jahe. Senyawa ini memiliki titik didih 34 0 C
pada tekanan 44 mm, dengan berat jenis pada 200C adalah 0,8684. Indeks biasnya 1,4956 dan putaran optic 730
38’ pada suhu 200 C. Selama penyimpanan zingiberence akan mengalami resinifikasi. Senyawa zingeberen,
merupakan senyawa yang sangat penting mengingat akan memberikan aroma pedas pada jahe (Muhamed,
2005). Sementara zingiberol merupakan seskwiterpen alcohol (C15H26O) yang menyebabkan aroma khas, yaitu
aroma pedas pada minyak jahe.
Minyak jahe berisi gingerol yang berbau harum khas jahe, berkhasiat mencegah dan mengobati mual
dan muntah. Rasanya yang tajam meningkatkan nafsu makan, memperkuat otot usus, membantu mengeluarkan
gas usus serta membantu fungsi jantung.
Syarat mutu jahe kering menurut SNI 01-3393-1994 :
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan 1. Bau dan rasa - Khas 2. Kadar air, (b/b) % Maks. 12.03. Kadar minyak atsiri ml/ 100 g Min. 1.54. Kadar abu, (b/b) % Maks. 8.05. Berjamur dan berserangga - Tidak ada6. Benda asing, (b/b) % Maks. 2.0
Sementara syarat mutu minyak jahe berdasarkan SNI 06-1312-1998 :
No. Jenis uji Satuan Persyaratan 1. Berat jenis, (25C) - 0.8720- 0.88902. Indeks bias, (25C) 1.4853- 1.49203. Putaran optik - (-32)-(-14)4. Bilangan asam Mg KOH/ g Maks. 25. Bilangan ester Mg KOH/ g Maks. 156. Bilangan ester setelah asetilasi Mg KOH/ g Maks. 907. Minyak lemah - Negatif 8. Sidik jari (kromatografi gas) - Sesuai datar
Pada praktikum ini dilakukan uji kadar air dan kadar minyak pada jahe. Pada uji kadar air, sebanyak
10-20 gram jahe bersih dipotong-potong, setelah itu dimasukkan ke dalam labu destilasi. Lalu ke dalam labu
destilasi tersebut dimasukkan 100 ml toluena. Destilasi dilakukan hingga jumlah tidak bertambah lagi, kemudian
destilasi dilakukan. Destilasi menghasilkan volume sebesar 6.2 ml, maka diperoleh kadar air 31%. Kadar air
jahe menurut Standar Nasional Indonesia adalah maksimal 12%. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan syarat
mutu yang telah ditentukan. Hal ini dapat disebabkan oleh pada prosedur percobaan yang dilakukan terdapat
kesalahan.
Uji kadar minyak dilakukan dengan metode destilasi air. Bahan jahe sebanyak 50-100 gram ditimbang.
Bahan dimasukkan ke dalam labu destilasi, lalu ditambahkan dengan aquades hingga bahan terendam. Setelah
itu proses destilasi dilakukan. Proses dihentikan jika kenaikan cairan hasil destilasi telah konstan. Hasil minyak
akan berada berada di atas permukaan cairan. Destilasi air pada jahe menghasilkan volume, yaitu sebesar 0.3
ml/100 gram bahan. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan syarat mutu Standar Nasional Indonesia yang
menyatakan bahwa kadar minyak jahe minimal 1.5 ml/100 gram. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh kualitas
bahan yang tidak baik dan dapat juga karena terdapat langkah kerja yang tidak sesuai prosedur yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Kemper, K. J.1999. Ginger (Zingiber officinale ), Longwood Herbal Task ForceandThe Center for Holistic
Pediatric Education and Research
Muhamed, N.A. 2005. Study On Important Parametrs Affecting The Hydro-Distillation For Ginger Oil
Production, Master Thesis, Faculty of Chemical and Natural Resources Engineering,University
Teknologi Malaysia.
Rukamana, R., 2004. Temu-temuan (Apotik Hidup di Pekarangan). Kanisius, Yogyakarta.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. hal. 203-238.
SNI 01-3393-1994. Jahe Kering.
SNI 06-1312-1998. Minyak Jahe.