3
Menurut Farmakope IV kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati dan bahan lain yang sesuai (Depkes RI, 1995). Pada resep no 7 diminta untuk membuat sediaan kapsul sebanyak 10 buah. Resep tersebut ditujukan kepada anak Mandala Putra yang berusia 7 tahun. Berdasarkan resep standar yang tercantum dalam formularium Indonesia, capsulae theophyllini compositas dibuat dengan mengkombinasikan teofilin, efedrin hcl, vit b dan vit c. Tujuan kombinasi bahan yang digunakan adalah diindikasikan untuk menyembuhkan penyakit ashma yang disebabkan oleh adanya gangguan pada saluran pernafasan dengan menambahkan efedrin sebagai simpatomimetikum (Formularum, indo, ). Sebelum peracikan resep, perlu dilakukan skrining resep. Menurut Keputusan Mentri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standard pelayanan kefarmasian di apotek, Apoteker dalam melakukan skrining resep yang meliputi memeriksa 1. Persyaratan adsministratif : -Nama, SIP, dan Alamat dokter. -Tanggal penulisan resep -Tanda tangan / paraf dokter penulis resep. -Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien -Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta -Cara pemakian yang jelas -Informasi lainnya 2. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompaktibilitas, cara dan lama pemberian. 3. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Berdasarkan hasil skrining resep no 7 belum memenuhi kelengkapan persyaratan administratif dimana pada resep tersebut tidak terdapat tanda tangan/paraf dokter penulis resep. Kemudian berdasarkan kesesuaian farmasetik dokter telah mencantumkan bentuk sediaan, dosis dan cara pemberian (signature) obat. Namun berdasarkan pertimbangan

Pembahasan Resep 7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farmasetika

Citation preview

Menurut Farmakope IV kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati dan bahan lain yang sesuai (Depkes RI, 1995).Pada resep no 7 diminta untuk membuat sediaan kapsul sebanyak 10 buah. Resep tersebut ditujukan kepada anak Mandala Putra yang berusia 7 tahun. Berdasarkan resep standar yang tercantum dalam formularium Indonesia, capsulae theophyllini compositas dibuat dengan mengkombinasikan teofilin, efedrin hcl, vit b dan vit c. Tujuan kombinasi bahan yang digunakan adalah diindikasikan untuk menyembuhkan penyakit ashma yang disebabkan oleh adanya gangguan pada saluran pernafasan dengan menambahkan efedrin sebagai simpatomimetikum (Formularum, indo, ).Sebelum peracikan resep, perlu dilakukan skrining resep. Menurut Keputusan Mentri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standard pelayanan kefarmasian di apotek, Apoteker dalam melakukan skrining resep yang meliputi memeriksa 1. Persyaratan adsministratif : -Nama, SIP, dan Alamat dokter. -Tanggal penulisan resep -Tanda tangan / paraf dokter penulis resep. -Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien -Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta -Cara pemakian yang jelas -Informasi lainnya2. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompaktibilitas, cara danlamapemberian.3. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat danlain-lain).

Berdasarkan hasil skrining resep no 7 belum memenuhi kelengkapan persyaratan administratif dimana pada resep tersebut tidak terdapat tanda tangan/paraf dokter penulis resep. Kemudian berdasarkan kesesuaian farmasetik dokter telah mencantumkan bentuk sediaan, dosis dan cara pemberian (signature) obat. Namun berdasarkan pertimbangan klinis kesesuaian dosis obat yang tertera pada resep tersebut meliputi teofilin dan efedrin hcl berada di atas dosis maksimum (overdose) untuk anak berusia 7 tahun, sehingga perlu dikonsultasikan kepada dokter penulis resep untuk menurunkan dosis teofilin dan efedrin agar tidak menimbulkan toksisitas atau efek lainnya yang tidak diinginkan. Sehingga dilakukan perubahan dosis bahan obat tersebut untuk pasein yang berumur 7 tahun dengan menurunkan dosis teofilin yang pada awalnya diberikan 280 mg per sekali pemakaian, diturunkan menjadi 120 mg per sekali pemakaian. Sehingga dengan pemberian dosis yang baru teofilin telah berada di bawah dosis maksimum untuk anak 7 tahun yaitu 184,21 mg untuk sekali pemakaian. Selain itu dosis untuk sehari pemakaiannya juga tidak melebihi dosis maksimum untuk anak 7 tahun. Sama halnya dengan teofilin, dosis efedrin juga diturunkan. Dosis awal yang tertera pada resep yaitu 68 mg per sekali pemakaian diturunkan menjadi 15 mg. Sehingga dengan penurunan dosis tersebut, efedrin telah berada di bawah dosis maksimum untuk anak 7 tahun yaitu 18,42 mg untuk sekali pemakaian. Dosis untuk sehari pemakaian juga telah berada di bawah dosis maksimum pemakaian untuk anak 7 tahun.

Pada resep tersebut terdapat permasalahan yaitu tidak terdapat bahan tambahan, sedangkan zat aktif rentan menempel pada mortir. Maka dalam pembuatan resep ini perlu ditambahkan zat tambahan yang sesuai, yaitu yang memiliki sifat inert, tidak merusak zat aktif. Compatible, murah dan mudah didapat. Sehingga dalam peracikannya dipilih zat tambahan berupa saccharum lactis yang sesuai digunakan sebagai zat tambahan untuk pembuatan sediaan oral (anief, 1990). Pada prinsipnya cara peracikan kapsul cangkang keras, terdiri dari beberapa tahapan, yaitu diawali dengan pengecilan ukuran partikel dan pencampuran bahan. Mortir terlebih dahulu dilapisi dengan saccharum lactis dengan cara menggerus sedit caccharum lactis ke dalam mortir untuk menutupi pori-pori pada mortir agar zat aktif tidak menempel pada dinding mortir. Kemudian teofilin dan efedrin dimasukkan ke dalam mortir dan digerus hingga homogen, serta ditambahkan sedikit carmyn untuk melihat kehomogenitasannya karena kedua zat tersebut memiliki warna yang sama. Setelah homogen pada mortir tersebut ditambahkan vitamin b dan vitamin c dan digerus homogen kemudian dipindahkan ke atas kertas perkamen dan dibagi menjadi 10 sediaan secara visual sesuai dengan permintaan dalam resep.Tahapan selanjutnya adalah pemilihan cangkang kapsul. Pada praktikum ini digunakan cangkang kapsul dengan ukuran yang paling kecil, hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa pasien merupakan anak berusia 7 tahun sehingga digunakan kapsul dengan ukuran yang paling kecil yang tersedia di laboratorium. Setelah ukuran kapsul ditetapkan maka dilakukan pengisian kapsul dengan menggunakan metode punching yaitu dengan cara memasukkan setiap bagian serbuk ke dalam induk kapsul (liat buku).Kemudian kapsul dibersihkan dengan menggunakan tissue sehingga diperoleh kapsul yang mengkilap. Kapsul yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam plastic klip dan diberikan etiket berwarna putih yang berisi keterangan aturan pakai yaitu diminum 3xsehari 1 kapsul setelah makan.