Click here to load reader
Upload
haquynh
View
217
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Pembahasan Soal Ujian Tengah Semester IV Tahun 2015/2016
Mata Kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Halaman 1
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
PEMBAHASAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER IV
TAHUN 2015/2016
MATA KULIAH HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI
Disusun oleh
MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN
NPM. 151000126
KELAS D
UNIVERSITY
Muh_Nur_Jamal
D070AF70
16jamal
muh.jamal08
081223956738
muh.nurjamaluddin
Pembahasan Soal Ujian Tengah Semester IV Tahun 2015/2016
Mata Kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Halaman 2
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
Silakan follow ya
muhnurjamaluddin.blogspot.co.id
mnurjamaluddin.blogspot.co.id
creativityjamal.blogspot.co.id
SAAT INI
Jalan PH. Hasan Mustapa Nomor 28, Gang Senang Raharja,
RT 02, RW 15, Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul,
Kode POS 40124, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia
ASAL
Kampung Pasir Galuma, RT 02, RW 06, Desa Neglasari,
Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut,
Provinsi Jawa Barat, Indonesia
Muhammad Nur Jamaluddin
Pembahasan Soal Ujian Tengah Semester IV Tahun 2015/2016
Mata Kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Halaman 3
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
Renungan
Ya Tuhan, saya lupa
Saya benar-benat lupa, padahal sudah belajar dan menghafalnya
Ingat:
Ingatlah Aku, maka akan Ku ingatkan pula semua yang kamu lupa?
Ya Tuhan, karena saya lupa
Izinkan saya untuk melihat pekerjaan temanku
Izinkan pula saya untuk menyontek melalui Hand Phone
Atau melalui buku yang sudah saya bawa ini
Atau melalui catatan kecil yang sudah saya siapkan ini
Ingat:
Bukankah Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui?
Bukankah Aku lebih dapat melihat apa yang kamu sembunyikan itu?
Ya Tuhan, karena saya ingin mendapat nilai terbaik
Supaya dapat membanggakan diriku, kelurgaku dan juga yang
lainnya
Izinkan saya mengahalalkan semua cara ini
Ingat:
Bukankah yang memberikan nilai terbaik itu Aku?
Dosen hanyalah sebagai perantara saja dariku?
Jikalau kamu ingin mendapatkan kebahagian di dunia
Dan juga kebahagiaan di akhirat
Jangan pernah menghalalkan semua yang telah Aku haramkan
Ingat:
Kebahagian di dunia itu hanya bersifat sementara bagimu
Aku akan siapkan 99% lagi kebahagiaan untukmu kelak di akhirat
Pembahasan Soal Ujian Tengah Semester IV Tahun 2015/2016
Mata Kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Halaman 4
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
Jalan Lengkong Besar Nomor 68 Bandung 40261
UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN AKADEMIK 2015/2016
MATA KULIAH : HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI
HARI, TANGGAL : RABU, 23 MARET 2016
KELAS/SEMESTER : A-B-C-D-E-F-G-H / IV
WAKTU : 60 MENIT
DOSEN : TIM DOSEN
SIFAT UJIAN : CLOSE BOOK
Soal:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kekuasaan kehakiman dan lembaga pelaksana kekuasaan
kehakiman di Indonesia beserta dasar hukumnya!
Jawaban:
Menurut pasal 24 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 Amandemen keempat, kekuasaan
kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Kemudian menurut pasal 24 ayat (2) Undang-undang Dasar
1945 Amandemen keempat bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam Lingkungan Peradilan Umum,
Lingkungan Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan Militer, Lingkungan Peradilan Tata
Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Selanjutnya menurut Pasal 1 Undang-
undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kakuasaan Kehakiman, bahwa kekuasaan kehakiman
adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.
Adapun lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman di Indonesia, yaitu:
a. Mahkamah Agung (MA) merupakan puncak perjuangan keadilan bagi setiap warga negara.
Pasal 24A ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 Amandemen keempat menyatakan
“Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang
lainnya yang diberikan oleh undang-undang”.
Pembahasan Soal Ujian Tengah Semester IV Tahun 2015/2016
Mata Kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Halaman 5
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
Kemudian berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 Amandemen
keempat dapat diketahui bahwa di bawah Mahkamah Agung terdapat badan peradilan yang
berada dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan tata usaha negara dan
peradilan militer.
b. Menurut pasal 2 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi bahwa
Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan
kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Keberadaan Mahkamah Konstitusi di Indonesia dilatarbelakangi oleh
keinginan untuk menjamin agar Undang-undang Dasar 1945 sebagai hukum tertinggi
dapat ditegakkan. Adapun dasar hukum kewenangan dan kewajiban Mahkamah Konstitusi
diatur dalam Pasal 24C Undang-undang Dasar 1945 Amandemen keempat dan Pasal 10,
12 dan 13 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi.
c. Komisi Yudisial, selain Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi ada satu lagi lembaga
baru dalam lingkup kekuasaan kehakiman yang kewenangannya ditentukan dalam Undang-
undang Dasar 1945 Amandemen keempat pasal 24A ayat (3) dan Pasal 24B ayat (1), (2)
(3) dan (4). Meskipun Komisi Yudisial tidak menjalankan kekuasaan kehakiman,
keberadaannya diatur dalam Undang-undang Dasar 1945 Amandemen keempat Bab IX
tentang kekuasaan kehakiman, sehingga keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari
kekuasaan kehakiman. Secara fungsional peranan Komisi Yudisial bersifat penunjang
(auxiliary) terhadap lembaga pelaku kekuasaan kehakiman yaitu Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi serta badan-badan peradilan di bawahnya. Meskipun fungsinya terkait
dengan kekuasaan kehakiman, Komisi Yudisial bukan lembaga penegak norma hukum (code
of law), melainkan lembaga penegak norma etik (code of ethics). Komisi ini hanya berurusan
dengan soal-soal kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim, bukan dengan
lembaga peradilan atau lembaga kekuasaan kehakiman secara institusional.
d. Peradilan umum adalah lingkungan peradilan yang memiliki kewenangan mengadili perkara
umum, baik jenis perkara pidana maupun perdata, maupun pihak-pihak yang bersengketa.
Dengan demikian segala perkara yang tidak termasuk wilayah kewenangan lingkungan
peradilan lain adalah kewenangan lingkungan peradilan umum. Badan-badan peradilan yang
terdapat dalam lingkungan peradilan umum adalah pengadilan negeri dan pengadilan
tinggi. Di lingkungan peradilan umum juga dibentuk peradilan khusus yang menyidangkan
perkara tertentu sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Pembahasan Soal Ujian Tengah Semester IV Tahun 2015/2016
Mata Kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Halaman 6
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
Peradilan khusus tersebut diantaranya adalah pengadilan HAM, pengadilan anak,
pengadilan niaga, pengadilan tindak pidana korupsi, dan pengadilan hubungan
industri. Dasar hukum keberadaan lingkungan peradilan umum adalah Undang-undang
Nomor 2 tahun 1986 yang kemudian diubah oleh Undang-undang Nomor 8 tahun 2004
tentang Peradilan Umum. Undang-undang Nomor 8 tahun 2004 ini kemudian diubah
menjadi Undang-undang Nomor 49 tahun 2009 Tentang Peradilan Umum.
e. Peradilan agama adalah peradilan khusus bagi umat Islam untuk memeriksa dan memutus
perkara waris, wakaf, wasiat, hibah, perceraian, sadaqah, infaq, zakat, dan ekonomi
syariah. Badan peradilan dalam lingkungan peradilan agama meliputi pengadilan agama
sebagai pengadilan tingkat pertama dan pengadilan tinggi agama sebagai pengadilan tingkat
banding dan berpuncak kepada Mahkamah Agung. Dasar hukum keberadaan lingkungan
peradilan agama adalah Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
f. Peradilan militer adalah peradilan yang khusus mengadili perkara pidana dan tata usaha
negara anggota militer Indonesia. Pada masa lalu militer meliputi anggota TNI dan anggota
Polri. Setelah reformasi, militer dan Polri dipisah, dengan demikian Polri tidak masuk
lingkungan pengadilan militer, tetapi menjadi wilayah lingkungan peradilan umum.
Bahkan nantinya anggota TNI pun menjadi kewenangan lingkungan peradilan umum untuk
tindak pidana umum. Wilayah lingkungan peradilan militer nantinya hanya untuk
pelanggaran disiplin dan pidana militer yang dilakukan oleh anggota TNI. Badan peradilan
yang berada dalam lingkungan peradilan militer ialah pengadilan militer, pengadilan
militer tinggi, pengadilan militer utama dan pengadilan militer pertempuran. Semua
badan peradilan ini berpuncak pada Mahkamah Agung. Dasar hukum keberadaan lingkungan
peradilan militer adalah Undang-undang Nomor 31 tahun 1997 yang sekaligus mencabut
dan menyatakan tidak berlakunya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1950 tentang
Pengadilan Militer.
g. Peradilan tata usaha negara adalah peradilan yang memiliki kewenangan mengadili
perkara tata usaha negara. Yang dimaksud dengan perkara tata usaha negara adalah perkara
gugatan seseorang terhadap putusan pejabat tata usaha negara yang merugikan dan tidak
sesuai dengan hukum yang berlaku. Pejabat tata usaha dalam hal ini adalah setiap jabatan
yang menjalankan fungsi pemerintahan . Putusan yang dapat diajukan gugatan adalah putusan
yang jelas untuk seseorang (individual) dan tidak lagi membutuhkan persetujuan atau
tindakan lain (final).
Pembahasan Soal Ujian Tengah Semester IV Tahun 2015/2016
Mata Kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Halaman 7
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
Pengadilan tata usaha negara adalah pengadilan tingkat pertama, sedangkan
pengadilan tingkat banding adalah pengadilan tinggi tata usaha negara, sedangkan
pengadilan tingkat kasasi ada pada Mahkamah Agung. Di lingkungan pengadilan tata
usaha negara dibentuk pengadilan khusus, yaitu pengadilan pajak. Dasar hukum
keberadaan lingkungan peradilan tata usaha negara adalah Undang-undang Nomor 5 Tahun
1986 diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara.
2. Kewenangan Mahkamah Konstitusi tentunya telah diciptakan dengan tegas dalam peraturan
perundang-undangan. Sebutkan jenis dan dasar hukukmnya serta jelaskan apa yang menjadi
kewenangan Mahkamah Konstitusi tersebut?
Jawaban:
Berdasarkan pasal 24C Undang-undang Dasar 1945 dan pasal 10 Undang-undang Nomor 8
Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi bahwa yang menjadi kewenangan Mahkamah
Konstitusi, yaitu:
a. Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk:
1) menguji undang-undang terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2) memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
3) memutus pembubaran partai politik; dan
4) memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
b. Pasal 10 ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela,
dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
c. Pasal 10 ayat (3) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa:
1) pengkhianatan terhadap negara adalah tindak pidana terhadap keamanan negara
sebagaimana diatur dalam undang-undang;
Pembahasan Soal Ujian Tengah Semester IV Tahun 2015/2016
Mata Kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Halaman 8
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
2) korupsi dan penyuapan adalah tindak pidana korupsi atau penyuapan sebagaimana diatur
dalam undang-undang;
3) tindak pidana berat lainnya adalah tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih;
4) perbuatan tercela adalah perbuatan yang dapat merendahkan martabat Presiden dan/atau
Wakil Presiden;
5) tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah syarat
sebagaimana ditentukan dalam pasal 6 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
d. Setelah Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diundangkan,
kewenangan Mahkamah Konstitusi ditambah lagi yaitu memutus perselisihan tentang
hasil pemilihan kepala daerah (pilkada) yang semula merupakan kewenangan
Mahkamah Agung. Pasal 236C Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tersebut
menyatakan “Penanganan perselisihan hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling
lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan”.
Kemudian mengenai tanggung jawab Mahkamah Konstitusi diatur dalam pasal 12 Undang-
undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi, yang menyatakan “Mahkamah
Konstitusi bertanggung jawab mengatur organisasi, personalia, administrasi, dan keuangan sesuai
dengan prinsip pemerintahan yang baik dan bersih.” Selanjutnya dalam pasal 13 ayat (1) dan (2)
diatur mengenai tanggung jawab dan akuntabilitas Mahkamah Konstitusi, yaitu”
(1) Mahkamah Konstitusi wajib mengumumkan laporan berkala kepada masyarakat secara
terbuka mengenai:
a. permohonan yang terdaftar, diperiksa, dan diputus;
b. pengelolaan keuangan dan tugas administrasi lainnya.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimuat dalam berita berkala yang diterbitkan
oleh Mahkamah Konstitusi.
Pembahasan Soal Ujian Tengah Semester IV Tahun 2015/2016
Mata Kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Halaman 9
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
3. Mahkamah Konstitusi dalam rangka menjalankan kewenangannya sebagai salah satu pemegang
kekuasaan kehakiman memiliki panduan dalam menjalankan persidangan. Panduan tersebut
berupa asas-asas hukum yang digunakan sebagai pegangan bagi para hakim dalam menjalankan
tugasnya mengawal konstitusi. Sebutkan dan jelaskan oleh Saudara apa yang menjadi Asas-asas
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi?
Jawaban:
Asas-asas Hukum Acara Mahkamah Konstitusi adalah sebagai berikut;
a. Persidangan Terbuka Untuk Umum, dalam pasal 13 Undang-undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa sidang pengadilan adalah terbuka
untuk umum kecuali undang-undang menentukan lain. Hal ini berlaku secara universal dan
berlaku di semua lingkungan peradilan. Dalam pasal 40 ayat (1) Undang-undang Nomor 8
Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi menentukan secara khusus bahwa sidang
Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum, kecuali Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH).
Keterbukaan sidang ini merupakan salah satu bentuk social control dan juga bentuk
akuntabilitas Hakim. Transparansi dan akses publik secara luas yang dilakukan Mahkamah
Konstitusi dengan membuka, bukan hanya sidang tetapi juga proses persidangan yang dapat
dilihat atau dibaca melalui transkripsi, berita acara dan putusan yang dipublikasikan lewat
dunia maya. Tersedianya salinan putusan dalam bentuk hard copy yang dapat diperoleh
pihak Pemohon dan Termohon setelah sidang pembacaan putusan yang dilakukan dalam
sidang yang terbuka untuk umum merupakan interpretasi Mahkamah Konstitusi
terhadap keterbukaan dan asas sidang terbuka untuk umum tersebut serta sebagai
pelaksanaan Pasal 14 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah
Konstitusi.
b. Independen dan Imparsial, dalam pasal 2 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu
lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Pada pasal 3 Undang-
undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, menyatakan bahwa dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, Hakim wajib menjaga kemandirian peradilan.
Independensi atau kemandirian tersebut sangat berkaitan erat dengan sikap imparsial atau
tidak memihak hakim baik dalam pemeriksaan maupun dalam pengambilan
keputusan. Independensi hakim merupakan jaminan bagi tegaknya hukum dan keadilan,
dan prasyarat bagi terwujudnya cita-cita negara hukum.
Pembahasan Soal Ujian Tengah Semester IV Tahun 2015/2016
Mata Kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Halaman 10
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
Indenpendensi melekat sangat dalam dan harus tercermin dalam proses pemeriksaan dan
pengambilan keputusan atas setiap perkara, dan terkait erat dengan independensi pengadilan
dalam hal ini adalah Mahkamah Konstitusi sebagai institusi yang berwibawa, bermartabat dan
terpercaya. Independensi hakim dan pengadilan terwujud dalam kemandirian dan
kemerdekaan hakim, baik sendiri-sendiri maupun sebagai institusi, dari berbagai pengaruh
yang berasal dari luar diri hakim berupa intervensi yang bersifat memengaruhi dengan halus,
dengan tekanan, paksaan, kekerasan, atau balasan karena kepentingan politik atau ekonomi
tertentu dari pemerintah atau kekuatan politik yang berkuasa, kelompok atau golongan,
dengan ancaman penderitaan atau kerugian tertentu, atau dengan imbalan atau janji imbalan
berupa keuntungan jabatan, keuntungan ekonomi, atau bentuk lainnya (dikutip dari bukunya
Prof. Jimly Asshidiqie “Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara” (hal.
53). Hakim yang tidak independen atau mandiri tidak dapat diharapkan bersikap netral atau
imparsial dalam menjalankan tugasnya. Demikian juga satu Mahkamah yang tergantung
pada badan lain dalam bidang-bidang tertentu dan tidak mampu mengatur dirinya secara
mandiri juga akan menyebabkan sikap yang tidak netral dalam menjalankan tugasnya.
Independensi dan imparsialitas merupakan konsep yang mengalir dari
doktrin separation of powers (pemisahan kekuasaan) yang harus dilakukan secara tegas
agar cabang-cabang kekuasaan negara tidak saling memengaruhi.
c. Peradilan Dilaksanakan Secara Cepat, Sederhana dan Murah, dalam pasal 4 ayat (2)
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menentukan
bahwa peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Penjelasan atas ayat (2)
tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sederhana adalah pemeriksaan dan
penyelesaian perkara dialakukan dengan acara yang efisien dan efektif sedangkan biaya
murah adalah biaya perkara yang dapat terpikul oleh raktyat. Dalam hukum acara
Mahkamah Konstitusi tidak dikenal adanya biaya perkara yang dibebankan pada pemohon
atau termohon. Semua biaya yang menyangkut persidangan di Mahkamah Konstitusi
dibebankan pada biaya negara. Menurut Prof. Jimly, ketentuan mengenai biaya perkara
dibebankan pada negara alasannya adalah bahwa proses peradilan di lingkungan Mahkamah
Konstitusi pada pokoknya bukanlah mengadili kepentingan umum atau kepentingan lembaga-
lembaga negara yang juga bersifat publik. Oleh karena itu, orang berurusan dengan
Mahkamah Konstitusi tidak perlu dibebani dengan beban biaya sama sekali.
Pembahasan Soal Ujian Tengah Semester IV Tahun 2015/2016
Mata Kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Halaman 11
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
Selain itu, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kehormatan dan kewibawaan Mahkamah
Konstitusi, lebih baik jika Mahkamah Konstitusi dibebaskan dari keharusan berhubungan
keuangan dengan pihak lain. Biarlah seluruh kebutuhan Mahkamah Konstitusi dibebankan
saja kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
d. Hak untuk Didengar Secara Seimbang (Audi et Alteram Partem), dalam perkara yang
diperiksa dan diadili di persidangan biasa, baik penggugat maupun tergugat, atau
penuntut umum maupun terdakwa mempunyai hak yang sama untuk didengar
keterangannya secara berimbang dan masing-masing pihak mempunyai kesempatan yang
sama mengajukan pembuktian untuk mendukung dalil masing-masing. Dalam nuansa yang
sedikit berbeda, pada pengujian undang-undang maka pemohon dan pemerintah serta Dewan
Perwakilan Rakyat maupun pihak yang berkaitan langsung dengan undang-undang yang
dimohonkan untuk diuji juga diberi hak yang sama untuk didengar. Bahkan stakeholder lain
yang merasa mempunyai kepentingan dengan undang-undang yang diuji tersebut harus
didengar jika pihak yang terkait tersebut mengemukakan keinginannya untuk memberi
keterangan. Setidak-tidaknya memberi keterangan secara tertulis yang wajib dipertimbangkan
Mahkamah Konstitusi jika keterangan tersebut mengandung nilai yuridis yang dapat membuat
jelas permasalahan yang berkaitan dengan prosedur pembuatan undang-undang tersebut
maupun muatan materi atau bagian pasal maupun ayat undang-undang yang diuji tersebut.
Asas ini berkaitan dengan asas Independen dan Imparsial. Dalam proses perkara, pihak
terkait yang tidak secara langsung ikut, keterangannya akan dinilai Mahkamah
sebagai mengajukan informasi tambahan (ad informabdum). Kegagalan hakim untuk
melaksanakan asas ini secara baik akan menimbulkan kesan bahkan tuduhan bahwa hakim
atau Mahkamah tidak imparsial bahkan tidak adil. Dalam peradilan biasa hal demikian pun
dapat dijadikan alasan untuk membatalkan putusan yang telah dijatuhkan.
e. Hakim Aktif dan Juga Pasif dalam Proses Persidangan, asas ini menarik, karena dalam
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi hakim tidak hanya bersikap pasif saja, tetapi sekaligus
harus bersikap aktif. Hal ini karena karakteristik khusus perkara konstitusi yang kental
dengan kepentingan umum ketimbang kepentingan perorangan telah menyebabkan proses
persidangan tidak dapat diserahkan hanya pada inisiatitif pihak-pihak.
Mekanisme constitutional control harus digerakkan pemohon dengan satu permohonan dan
dalam hal demikian hakim bersikap pasif dan tidak boleh secara aktif melakukan inisiatif
untuk menggerakkan mekanisme Mahkamah Konstitusi memeriksa perkara tanpa diajukan
dengan satu permohonan.
Pembahasan Soal Ujian Tengah Semester IV Tahun 2015/2016
Mata Kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Halaman 12
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
Kemudian setelah sekali permohonan tersebut didaftar dan mulai diperiksa, disebabkan
adanya kepentingan umum yang termuat didalamnya secara langsung maupun tidak langsung
akan memaksa hakim untuk bersikap aktif dalam proses dan tidak menguntungkan proses
hanya pada inisiatif pihak-pihak, baik dalam rangka menggali keterangan maupun bukti-bukti
yang dianggap perlu untuk membuat jelas dan terang hal yang diajukan dalam permohnan
tersebut.
f. Ius Curia Novit, dalam pasal 10 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa “Pengadilan tidak boleh menolak untuk
memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
tidak ada atau kurang jelas melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”. Dengan
kata lain bahwa Mahkamah dianggap mengetahui hukum yang diperlukan. Mahkamah
tidak dapat menolak memeriksa, mengadili dan memutus setiap perkara yang diajukan
dengan alasan bahwa hukumnya tidak ada atau hukumnya kurang jelas.
4. Sebutkan dan terangkan oleh Saudara apa yang dimaksud dalam bunyi Pasal 24C ayat (3)
Undang-undang Dasar 1945 Amandemen keempat?
Jawaban:
Pasal 24C ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 Amandemen keempat berbunyi: “Mahkamah
Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden,
yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.” Penjelasannya bahwa Mahkamah Konstitusi
mempunyai 9 (sembilan) orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan dengan Keputusan
Presiden sebagaimana disebut dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2011
tentang Mahkamah Konstitusi. Susunan Mahkamah Konstitusi itu sendiri berdasarkan Pasal 4
ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi adalah terdiri
atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan 7
(tujuh) orang anggota hakim konstitusi. Hakim Mahkamah Konstitusi diangkat dan
diberhentikan dengan Keputusan Presiden. Kemudian komposisi hakim konstitusi di
Mahkmah Konstitusi merupakan perwujudan tiga cabang kekuasaan negara, yakni legislatif,
eksekutif, dan yudikatif, yakni dari sembilan anggota hakim konstitusi terdiri atas tiga orang
yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat, tiga orang yang diajukan oleh Presiden, dan
tiga orang yang diajukan oleh Mahkamah Agung.