25
PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT DENGAN METODE QUEUE TREE HTB DAN PCQ PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel Ilmiah Peneliti : Sakti Henggar Pradesa (672011194) Wiwin Sulistyo, ST., M.Kom. Program Studi Teknik Infomatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Agustus 2017

PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT

DENGAN METODE QUEUE TREE HTB DAN PCQ

PADA MIKROTIK ROUTERBOARD

(Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga)

Artikel Ilmiah

Peneliti :

Sakti Henggar Pradesa (672011194)

Wiwin Sulistyo, ST., M.Kom.

Program Studi Teknik Infomatika

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Agustus 2017

Page 2: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

ii

PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT

DENGAN METODE QUEUE TREE HTB DAN PCQ

PADA MIKROTIK ROUTERBOARD

(Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga)

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Peneliti :

Sakti Henggar Pradesa (672011194)

Wiwin Sulistyo, ST., M.Kom.

Program Studi Teknik Infomatika

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Agustus 2017

Page 3: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

iii

Page 4: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

iv

Page 5: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

v

Page 6: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

vi

Page 7: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

2

1. Pendahuluan

Jasa penyedia layanan internet atau Internet Service Provider (ISP) dalam

menyediakan layanan akses internet pada setiap penggunanya akan memberikan

besaran sebuah bandwidth internet. Namun dalam penggunaan layanan internet

tersebut sering terjadi sebuah permasalahan jika tidak dikelola dengan baik.

Permasalahan yang terjadi ketika bandwidth yang diberikan dari ISP tidak diberi

sebuah kebijakan ataupun aturan dalam pengelolaan bandwidth, sehingga dapat

menyebabkan berbagai dampak permasalahan [1]. Dampak permasalahan yang

terjadi yaitu membuat saling berebutnya bandwidth yang tersedia antara pengguna

satu dengan pengguna lainnya pada saat pemakaian koneksi internet tersebut

dilakukan secara bersama-sama oleh pengguna yang begitu banyak.

Pengguna dalam melakukan aktivitas download ataupun video streaming

dapat menyita bandwidth dari para pengguna lain, dikarenakan aktivitas tersebut

menggunakan trafik data yang begitu tinggi dan dapat menyita keseluruhan

bandwidth yang tersedia. Hal ini jika dibiarkan dapat berdampak merugikan

pengguna lainnya sehingga menyebabkan konektivitas dari para pengguna

tersebut terganggu dan menjadi lambat. Masalah ini terjadi dikarenakan

bandwidth yang seharusnya didapat oleh setiap pengguna telah habis digunakan

oleh beberapa pengguna saja dan permasalahan ini disebut dengan dominasi

bandwidth antar pengguna [1]. Permasalahan yang terjadi tersebut diperlukan

sebuah kebijakan atau rule untuk membuat bandwidth yang tersedia dapat

didistribusikan secara merata dan adil (fair usage) kepada semua pengguna.

Dalam penerapan kebijakan ataupun aturan pada pengelolaan bandwidth disebut

dengan istilah manajemen bandwidth [1].

Sekolah SMA Kristen 1 Salatiga memiliki permasalahan dominasi

bandwidth antar pengguna pada jaringan internet yang ada kini. Masalah tersebut

berdampak pada bandwidth yang diterima antar pengguna tidak adil dan

menyebabkan terganggunya aktivitas dari guru-guru pada tempat studi tersebut.

Sedangkan aktivitas yang lebih dibutuhkan oleh para guru lebih dominan pada

aktivitas akses pada website kemdikbud (kepegawaian, pembelajaran, data siswa

dan guru), e-mail, maupun e-learning. Namun permasalahan sering terjadi dimana

akses yang seharusnya diutamakan ini justru bermasalah dengan lambatnya waktu

untuk akses ketika banyak pengguna yang sedang aktif menggunakan layanan

internet tersebut. Mengingat bahwa setiap pengguna dapat melakukan berbagai

jenis aktivitas baik dari aktivitas browsing (sosial media dan berbagai macam

website), download ataupun video streaming dan tentu saja aktivitas yang

seharusnya diutamakan ini dapat terganggu akibat konsumsi bandwidth yang

tinggi dari aktivitas lain tersebut. Sebuah solusi diperlukan untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan tersebut agar semua guru pada tempat studi

mendapatkan jaminan bandwidth dan membuat kebutuhan akses dari para guru

Page 8: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

3

mendapatkan prioritas utama. Manajemen bandwidth dapat diterapkan dengan

beberapa macam metode dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dan

diantaranya merupakan metode yang terdapat pada tool Mikrotik, yaitu queue

tree Hierarchical Token Bucket (HTB) dan Per Connection Queue (PCQ).

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terjadi pada tempat studi

maka pada penelitian ini dapat dirumuskan menjadi pembangunan dan penerapan

manajemen bandwidth dengan menggunakan metode HTB dan PCQ yang

dibangun pada Mikrotik RouterBoard pada jaringan internet di SMA Kristen 1

Salatiga. Penelitian ini menghasilkan sebuah sistem manajemen bandwidth yang

dapat memberikan sejumlah jaminan bandwidth kepada setiap pengguna yang

aktif meskipun pada pemakaian koneksi internet yang begitu sibuk. Hal tersebut

bertujuan untuk menjaga akses internet dapat dilakukan sesuai kebutuhan pada

semua pengguna. Penelitian ini juga menawarkan pemberian prioritas pada jenis

trafik berdasarkan tingkat kebutuhan aktivitas yang digunakan dan dalam

penelitian ini memprioritaskan pada aktivitas akses yang selalu dibutuhkan oleh

para guru pada tempat studi.

2. Tinjauan Pustaka

Manajemen bandwidth adalah pengalokasian yang tepat dari suatu

bandwidth untuk mendukung keperluan aplikasi, serta dapat memberikan jaminan

kualitas, memberikan level layanan sesuai dengan kebutuhan ataupun prioritas

pada suatu layanan jaringan [2]. Metode atau teknik dalam memanajemen

bandwidth dapat diterapkan pada sebuah tool dan pada penelitian ini

menggunakan tool Mikrotik. Mikrotik RouterBoard merupakan sebuah hardware

yang diproduksi oleh Mikrotik yang dapat menjalankan fungsi dari sebuah router

tanpa bergantung pada sebuah komputer lagi. Hal ini dikarenakan semua fungsi

pada router sudah ada dalam RouterBoard jika dibandingkan dengan komputer

yang diinstal RouterOS [3]. Mikrotik disini berperan sebagai tool untuk

mendukung pengerjaan studi manajemen bandwidth ini, dengan menerapkan

metode HTB dan PCQ untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Berikut

penjelasan secara rinci mengenai metode yang digunakan pada penelitian ini.

Metode Hierarchical Token Bucket (HTB) adalah sebuah metode kelas

antrian (classful queuing) yang sangat berguna untuk mengatasi bermacam-

macam jenis dari sebuah trafik. Structure atau susunan dari HTB dapat

membuat antrian menjadi lebih terstruktur, dengan melakukan pengelompokan-

pengelompokan bertingkat. Dalam penerapan metode HTB ada 3 langkah dasar

yang harus dijalankan yaitu: 1) Pencocokan dan penandaan trafik (mark traffic),

selanjutnya mengklasifikasikan trafik untuk penggunaan lebih lanjut. Penandaan

trafik terdiri dari satu atau lebih parameter pencocokan dalam pemilihan paket dan

digunakan untuk kelas-kelas yang spesifik. 2) Sebuah aturan (policy) dibuat untuk

Page 9: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

4

melakukan mark traffic, selanjutnya kelas trafik yang telah diberi parameter

aturan tersebut digunakan dalam menentukan tindakan (action) yang diambil

untuk masing-masing kelas. 3) Kebijakan diberikan pada interface yang spesifik

dan termasuk dalam menambahkan kebijakan untuk semua interface (global-in,

global-out atau global-total), ataupun untuk antrian parent tertentu. HTB

memungkinkan untuk membuat struktur antrian hirarki dan menentukan hubungan

antar antrian, seperti "parent-child" atau "child-child”. Ketika antrian memiliki

setidaknya satu child maka antrian child tersebut menjadi antrian pusat (inner

queue), semua antrian tanpa children atau leaf queue tidak akan dapat berjalan

dengan baik dikarenakan tidak sesuai dengan kebijakan dari HTB. Hal tersebut

dikarenakan leaf queue yang membuat terjadinya kebijakan pengalokasian trafik

berjalan dengan baik, inner queue hanya bertanggung jawab pada pendistribusian

trafik dan untuk semua leaf queue diperlakukan secara sama. Dalam RouterOS

perlu menentukan opsi pada parent untuk menetapkan antrian-antrian lain sebagai

child [4].

Dual Limitation pada setiap antrian pada HTB memiliki 2 rate limits yaitu:

1) Committed Information Rate (CIR) - (limit-at pada RouterOS) sebagai skenario

terburuk, yaitu minimum kecepatan yang akan didapatkan ketika jaringan dalam

kondisi sibuk. Apabila dalam jaringan sedang terjadi peningkatan trafik internet

(full traffic) maka meski terjadi kasus seperti itu masing-masing user tetap akan

mendapat jaminan kecepatan sebesar yang sudah ditentukan dalam CIR atau limit-

at. 2) Maximal Information Rate (MIR) - (max-limit pada RouterOS) sebagai

skenario terbaik, yaitu sebagai batas maksimum kecepatan yang bisa didapatkan

oleh user ketika jaringan internet sedang tidak sibuk. Rata-rata aliran trafik yang

didapatkan oleh setiap user bisa mencapai pada rate maksimum, ketika ada

antrian parent yang mempunyai bandwidth cadangan. Pertama limit-at (CIR) dari

semua antrian akan terpenuhi terlebih dahulu, kemudian child baru bisa mencoba

meminjam data rate yang diperlukan dari parent mereka dalam rangka untuk

mencapai max-limit (MIR) mereka. CIR akan diutamakan terlebih dahulu tidak

memperdulikan apapun yang terjadi bahkan jika max-limit parent terlampaui.

Fitur dual limitation ini dapat berkerja secara optimal dengan diperlukan sebuah

aturan seperti berikut ini: 1) Seluruh jumlah rate dari semua limit-at antrian

children harus lebih kecil atau sama dengan jumlah dari besar trafik yang tersedia

pada parent. 2) CIR(parent)* ≥ CIR(child1) + ... + CIR(childN), pada keterangan

(parent)* jika parent adalah main parent maka CIR(parent) = MIR(parent). 3)

Rate maksimum dari setiap child harus kurang atau setara dengan rate maksimum

dari parent. 4) MIR(parent) ≥ MIR(child1) & MIR(parent) ≥ MIR(child2) & ... &

MIR(parent) ≥ MIR(childN) [4].

Priority bertanggung jawab untuk mendistribusikan trafik yang tersisa dari

antrian parent kepada antrian child sehingga mereka mampu mencapai pada max-

Page 10: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

5

limit mereka masing-masing. Antrian dengan prioritas yang lebih tinggi akan

mencapai max-limit sebelum antrian dengan prioritas yang lebih rendah. Prioritas

8 adalah prioritas terendah dan 1 adalah yang tertinggi. Prioritas hanya bekerja

dengan ketentuan: 1) Prioritas pada antrian pusat (inner queue) tidak akan berlaku

jika memiliki antrian leaf dan prioritas hanya berlaku pada leaf queue. 2) Jika

max-limit yang ditentukan spesifik (tidak 0) [4]. Metode HTB ini berperan dalam

menerapkan kebijakan pembagian bandwidth pada jaringan lokal (LAN) di kantor

guru pada tempat studi SMA Kristen 1 Salatiga.

Metode Per Connection Queue (PCQ) merupakan pengaturan manajemen

bandwidth yang bersifat massive dan dinamis. PCQ Classifier digunakan untuk

membuat sub-stream dengan menggunakan parameter src-address, dst-address,

src-port maupun dst-port. Kinerja dari classifier yaitu dengan menggunakan jenis

classifier yang dipakai untuk mengklasifikasikan arah koneksi. Classifier src-

address atau src-port digunakan pada arah koneksi yang berasal dari jaringan user

dan menuju pada sumber koneksi internet, sedangkan classifier dst-address atau

dst-port digunakan pada arah koneksi yang bersumber dari internet dan menuju

pada jaringan user. Setiap paket stream yang berasal dari user ataupun dari

internet tersebut dibagi dan dikelompokan menjadi PCQ sub-stream sesuai

dengan jenis classifier yang digunakan [5].

Gambar 1 PCQ dengan pcq-rate=128 Kbps dan pcq-rate=0 [5]

PCQ Rate merupakan parameter yang dapat digunakan untuk membatasi

bandwidth maksimum yang bisa didapatkan oleh tiap sub-stream. Gambar 1

merupakan skenario ketika pendistribusian bandwidth yang memiliki max-limit

sebesar 512 Kbps dengan menggunakan parameter pcq-rate=128 Kbps. Parameter

tersebut membatasi alokasi bandwidth yang dapat diterima oleh setiap user yang

aktif sebesar 128 Kbps, meskipun max-limit yang tersedia adalah 512 Kbps. Rate

128 Kbps ini tidak akan berlaku ketika max-limit yang tersedia 512 Kbps jika

dibagi oleh jumlah user yang aktif dan hasilnya tidak dapat mencapai pada rate

yang telah ditentukan yaitu 128 Kbps. Contoh max-limit 512 Kbps jika dibagi

oleh 7 users yang aktif maka masing-masing user akan mendapatkan rate sebesar

Page 11: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

6

73 Kbps. Parameter dengan pcq-rate=0 membuat user yang aktif mendapatkan

keseluruhan bandwidth yang tersedia, jika terdapat 2 users maka max-limit yang

tersedia akan dibagi oleh 2 users tersebut hingga seterusnya [5]. Metode PCQ

memiliki peran dalam pengalokasian bandwidth pada jaringan WLAN kantor guru

dimana terdapat jumlah user yang tidak menentu pada tempat studi kasus.

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini berjudul

“Implementasi Quality of Service Dengan Metode HTB (Hierarchical Token

Bucket) Pada PT.Komunika Lima Duabelas” melakukan pengimplementasian

Quality of Service dengan menggunakan metode HTB. Penelitian tersebut

bertujuan untuk mengoptimalkan bandwidth yang tidak terpakai dengan tetap

menjaga keseimbangan antara paket-paket bandwidth yang ditawarkan. Penelitian

tersebut menghasilkan pada setiap kelas paket yang dibuat dapat memperoleh

bandwidth minimal pada CIR dan terjadi pemerataan bandwidth sesuai

prioritasnya disaat kondisi seluruh traffic paket penuh [6].

Pada penelitian yang berjudul “Implementasi Queue Tree untuk

Optimalisasi Manajemen Bandwidth Pada Seven Net Semarang” melakukan

manajemen bandwidth dengan menggunakan metode PCQ yang bertujuan untuk

mengoptimalkan bandwidth yang tersedia. Penelitian tersebut menghasilkan agar

bandwidth yang tersedia dapat didistribusikan dengan merata kepada setiap user

yang aktif dan bertujuan agar koneksi yang tersedia menjadi lebih stabil [7].

Penelitian sebelumnya yang berjudul “Analisis Manajemen Bandwidth di

Stasiun Kertapati Palembang” melakukan analisis manajemen bandwidth dengan

mengunakan konsep PCQ pada tempat studi. Hasil dari penerapan konsep antrian

PCQ tersebut selanjutnya dianalisa dengan menggunakan parameter kualitas

pelayanan yaitu Lost, Delay, Jitter dan Throughput. Penelitian tersebut

menghasilkan perbandingan keadaan sebelum diterapkan manajemen bandwidth

dan setelah diterapkan dengan menggunakan parameter kualitas pelayanan [2].

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka

dilakukan penelitian pembangunan dan penerapan sistem manajemen bandwidth

dengan metode HTB dan PCQ. Metode tersebut digunakan untuk menjaga

kualitas dari bandwidth yang tersedia kepada semua pengguna yang aktif.

Penelitian ini dilakukan pada jaringan LAN dan WLAN di kantor guru SMA

Kristen 1 Salatiga. Perbedaan dari penelitian sebelumnya, manajemen bandwidth

ini menerapkan kebijakan pengklasifikasian pada jenis trafik browsing,

download, video streaming dan main priority yang terdiri dari daftar jenis trafik

yang paling diutamakan. Klasifikasi jenis trafik tersebut dapat memberikan

prioritas berdasarkan tingkat kebutuhan para guru pada tempat studi. Prioritas ini

bertujuan untuk mengatasi permasalahan dominasi bandwidth antar pengguna

dan bermacam-macam jenis trafik data ketika berjalan bersamaan. Sistem

manajemen bandwidth ini dibangun pada Mikrotik RouterBoard.

Page 12: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

7

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam membangun sistem manajemen

bandwidth dengan metode queue tree HTB dan PCQ ini menggunakan metode

penelitian PPDIOO (Prepare, Plan, Design, Implement, Operate, Optimize).

Metode penelitian ini memiliki 6 tahapan pengerjaan yang saling berkaitan antara

aktivitas satu dengan lainnya dan menjadi siklus yang akan berjalan terus-

menurus hingga mencapai tujuan yang diraih. Tahapan-tahapan tersebut terdiri

mulai dari tahap Persiapan, Rencana, Desain, Implementasi, Operasional dan

Optimalisasi [8].

Gambar 2 Tahap Siklus PPDIOO [8]

Tahapan siklus PPDIOO pada Gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Prepare : Tahap persiapan merupakan tahap pengumpulan informasi dalam

strategi pengembangan jaringan, ataupun dalam mengidentifikasi permasalahan

yang ada. 2) Plan : Proses mengamati kondisi jaringan yang ada dan memastikan

jaringan tersebut dapat mendukung dengan sistem yang diusulkan. Hasil

identifikasi dari pengamatan tersebut menjadi dasar perencanaan sistem.

3) Design : Informasi yang telah diperoleh dari tahap persiapan dan perencanaan

menjadi dasar dalam perancangan sistem yang dibangun. Sebuah desain harus

selaras dengan tujuan yang ingin dibangun, mendukung ketersediaan yang tinggi

dan kehandalan. Hasil desain termasuk diagram jaringan, topologi jaringan dan

daftar peralatan-peralatan. 4) Implement : Tahap dilakukan implementasian yang

meliputi pada proses instalasi, konfigurasi dan penerapan semua hal yang telah

direncanakan sesuai dengan spesifikasi desain dan analisis yang telah dilakukan

sebelumnya. 5) Operate : Pada tahap ini dilakukan tahap pengujian sistem yang

telah dibangun. Kemudian dilakukan pengamatan dari kinerja sistem, deteksi

kesalahan dan kekurangan dalam sistem. 6) Optimize : Ketika perancangan dan

pengujian sistem telah dilakukan pada tahap sebelumnya maka tahap optimalisasi

memungkinkan untuk memperbaiki masalah kinerja dari sistem, sehingga

mencapai pada hasil yang ingin dicapai [8]. Berikut merupakan tahapan dalam

Page 13: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

8

membangun sistem manajemen bandwidth pada tempat studi kasus di SMA

Kristen 1 Salatiga dengan menggunakan tahapan pada siklus PPDIOO.

Pada tahap persiapan merupakan kegiatan pengumpulan informasi kondisi

jaringan pada tempat studi. Kegiatan observasi dilakukan dalam memperoleh

informasi dengan mengamati lalu lintas trafik jaringan dari tempat studi dan

melakukan wawancara kepada guru yang bertanggung jawab di bidang IT di SMA

Kristen 1 Salatiga. Dalam tahap ini telah didapatkan informasi mengenai apa saja

yang dibutuhkan dalam membangun sistem manajemen bandwidth. Informasi

tersebut meliputi dari jumlah pengguna yang ada, IP address yang digunakan,

besar bandwidth yang dimiliki, peralatan-peralatan yang diperlukan dan hasil dari

identifikasi permasalahan yang ada.

Kondisi jaringan yang terdapat pada tempat studi saat ini dapat

mendukung dengan sistem yang diusulkan, dikarenakan penerapan pengembangan

sitem terjadi pada pembuatan kebijakan, optimalisasi dan konfigurasi pada router

Mikrotik. Tahap perencanaan dalam membangun sistem ini menggunakan sebuah

metode pengaturan bandwidth yaitu metode antrian HTB yang diterapkan pada

jaringan LAN di tempat studi meliputi pada ruangan TU, BK, kepala sekolah,

wakil kepala sekolah dan kantor guru. Metode ini diterapkan pada jaringan LAN

dikarenakan dapat dipastikan mendapatkan jaminan bandwidth pada saat jaringan

padat dengan skenario terburuk yaitu semua pengguna aktif menggunakan

jaringan internet.

Metode antrian penggabungan PCQ dan HTB diterapkan pada jaringan

WLAN pada kantor guru dikarenakan jumlah pengguna yang tidak menentu. Pada

penggabungan ini PCQ bertindak sebagai antrian pembagian bandwidth secara

otomatis berdasarkan pengguna yang aktif. Metode HTB berperan sebagai

struktur prioritas pada kelas trafik paket yang dibangun. Penerapan perbedaan

metode pada jaringan tersebut dikarenakan menyesuaikan dengan kondisi jaringan

yang terdapat pada tempat studi, dengan struktur antrian HTB pada setiap

pengguna maka jaminan bandwidth yang diperoleh pada jaringan LAN

menjadi pasti. Pengguna pada jaringan WLAN mendapatkan jaminan bandwidth

berdasarkan dengan jumlah pengguna yang aktif.

Namun persamaan pada kedua jaringan tersebut dengan menerapkan

klasifikasi trafik prioritas berdasarkan tingkat kebutuhan aktivitas akses para guru

pada tempat studi. Keseluruhan aktivitas akses para guru tersebut dikelompokan

menjadi 4 klasifikasi trafik prioritas yang terdiri dari kelas browsing, download,

streaming dan main priority (terdiri dari daftar jenis trafik yang paling

diutamakan). Hal tersebut bertujuan ketika jaringan dalam keadaan sibuk ataupun

ketika suatu pengguna menjalankan aktivitas jenis trafik data yang berbeda secara

bersamaan, mencegah terjadinya dominasi antar trafik dan menjaga aktivitas akses

internet dari pengguna tersebut dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Hal ini

Page 14: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

9

dilakukan agar jaringan LAN ataupun WLAN pada seluruh penggunanya dapat

menerima output bandwidth yang optimal. Perencanaan ini merupakan bagian

dalam pengimplementasian membangun sistem manajemen bandwidth.

Tahap perancangan dalam membangun sistem manajemen bandwidth ini

menggunakan informasi pada tahap sebelumnya dan terdiri dari informasi berikut.

Pada lokasi tempat studi telah didapatkan informasi mengenai ruangan-ruangan

mana saja yang telah terhubung dengan jaringan internet maupun yang tidak

terhubung, IP address yang digunakan dan berapa banyak pengguna yang

terhubung dengan jaringan. Informasi pada Tabel 1 merupakan gambaran kondisi

dari tempat studi saat ini dan menjadi dasar perancangan dari sistem yang

dibangun. Informasi pada tabel tersebut juga dapat digunakan untuk memperjelas

dalam pembacaan topologi jaringan yang terdapat pada tempat studi.

Tabel 1 Kondisi lokasi ruangan di SMA Kristen 1 Salatiga

Nama Ruang User Alamat IP Fungsi Akses

Kantor TU 5

1

192.168.4.7 -

192.168.4.11

192.168.4.1

Tempat pengelolaan administrasi

sekolah, server keuangan dan

router gateway

Internet

Intranet/LAN/

Gateway

Kantor Guru

2

10+

192.168.4.12

192.168.4.13

192.168.4.100 -

192.168.4.150

Tempat kerja guru Internet

Intranet/LAN/

WLAN

Ruang Wakil

Kepala Sekolah

2 192.168.4.2

192.168.4.3

Tempat server nilai dan client

untuk input data

Internet

Intranet/LAN

Ruang Kepala

Sekolah

1 192.168.4.4 Ruang kerja kepala sekolah Internet

Intranet/LAN

Ruang BK 2 192.168.4.5

192.168.4.6

Tempat input data siswa Internet

Intranet/LAN

Ruang Lab TI 30

192.168.3.1 -

192.168.3.30

Tempat praktikum dan

pembelajaran

Intranet/LAN

Ruang Perpustakaan 4 192.168.2.1 -

192.168.2.4

Perpustakaan dan tempat akses

informasi

Internet/LAN

Ruang Multimedia 15 192.168.1.1 -

192.168.1.15

Tempat multimedia Intranet/LAN

Gambar 3 merupakan topologi jaringan yang terdapat pada tempat studi

dan lingkup tempat dalam penelitian ini mencakup pada ruangan TU, BK, kepala

sekolah, wakil kepala sekolah dan ruangan kantor guru. Semua ruangan tersebut

terhubung dengan jaringan LAN melalui switch yang terdiri dari 10 users dan 2

servers, pada kantor guru terdapat jaringan WLAN yang terhubung melalui access

point dan semua jaringan tersebut terhubung dengan Mikrotik RouterBoard.

Jaringan WLAN pada kantor guru memiliki jumlah user yang tidak menentu dan

ketika pada jam sibuk terdapat lebih dari 10 users yang aktif. Total bandwidth

yang tersedia dari ISP Telkom Speedy sebesar 3 Mbps dan dialokasikan pada

jaringan LAN sebesar 1,5 Mbps serta pada jaringan WLAN sebesar 1,5 Mbps.

Page 15: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

10

Gambar 3 Topologi SMA Kristen 1 Salatiga

Permasalahan yang terjadi pada tempat studi adalah dominasi bandwidth

antar pengguna dan bandwidth yang didapat oleh setiap pengguna tidak merata

sehingga berdampak pada kegagalan akses yang dilakukan oleh para guru

dikarenakan bandwidth yang diterima terlalu kecil. Permasalahan aktivitas akses

website yang menyangkut pada pekerjaan dan pembelajaran yang seharusnya

lebih dibutuhkan justru mengalami gangguan dikarenakan aktivitas trafik lain

serta peningkatan trafik jaringan pada jam padat. Permasalahan tersebutlah yang

menjadi dasar perancangan sistem manajemen ini dibangun untuk menjadi solusi

dalam mangatasi permasalahan.

Perancangan ini memiliki langkah-langkah dalam membangun sistem

manajemen bandwidth yaitu: 1) Langkah membuat pondasi dari sistem ini dengan

pembuatan mangle pada firewall yang ada pada router Mikrotik. Peran dari

mangle disini melakukan penandaan pada setiap trafik koneksi atau paket yang

melalui router. 2) Penandaan koneksi pada setiap sumber interface dan dibedakan

mana trafik upstream (aliran trafik dari jaringan pengguna menuju sumber

internet) dan downstream (aliran trafik dari sumber internet menuju jaringan

pengguna) dengan parameter chain. Chain berfungsi untuk menentukan jenis

trafik yang akan diatur pada firewall. 3) Penandaan paket dari aliran koneksi yang

telah ditandai sebelumnya. Hasil dari penandaan paket tersebut menjadi pusat

untuk trafik yang dapat diberlakukan berbagai macam rule secara spesifik.

4) Penandaan pada setiap pengguna yang terhubung pada jaringan LAN dan

diperlukan untuk mendefinisikan setiap pengguna yang terhubung. Jaringan

WLAN dengan jumlah pengguna yang dinamis tidak memerlukan pendefinisian

pengguna tersebut dan dapat menggunakan hasil dari parameter pusat penandaan

paket. 5) Pengklasifikasian jenis trafik pada sistem ini terdiri dari 4 kelas trafik

yaitu kelas trafik browsing diterapkan pada mangle dengan pencocokan parameter

protocol TCP dan bersumber dari port 80 dan 443 dengan connection-bytes dari

0b - 1Mb. Kelas trafik download menggunakan parameter list jenis ekstensi file

Page 16: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

11

dan menggunakan parameter yang sama seperti browsing dan dibedakan pada

connection-bytes dari 1Mb - tak terbatas. Kelas trafik streaming berdasarkan dari

parameter list website video services dan dari media videoplayback. Kelas trafik

main priority terdiri dari daftar akses website yang menjadi kebutuhan utama oleh

para guru seperti pada Tabel 2 dan memiliki prioritas tertinggi dari kelas trafik

lain. Keterangan GTK adalah alamat dari list website Guru Tenaga Kependidikan.

Penentuan urutan prioritas pada kelas-kelas tersebut dilakukan berdasarkan

kebutuhan akses yang lebih diutamakan bagi para guru.

Tabel 2 Daftar dari kelas Main Priority

Nama URL

Main Priority ubk.kemdikbud.go.id, mutasi.sdm.kemdikbud.go.id, gtk.kemdikbud.go.id,

dikdasmen.kemdikbud.go.id, paspor.simpkb.id, smakristen1sltg.sch.id

E-Learning belajar.kemdikbud.go.id, konten.elearning.id

GTK 223.27.144.195:8081, 223.27.144.195:8082 - 223.27.144.195:8086

6) Tahap antrian pada queue tree, tahap ini semua pengkelasan trafik sebelumnya

diberi kebijakan pengaturan bandwidth dengan parameter CIR dan MIR. Prioritas

juga diberlakukan pada tahap ini sesuai dengan perancangan yang telah dibuat.

Gambar 4 berikut merupakan gambaran dari alur proses berjalannya

metode HTB dan juga metode penggabungan PCQ dan HTB yang diterapkan

dalam router sesuai dengan rule yang telah dibuat. Alur dari flowchart ini seperti

penjelasan urutan langkah dari perancangan yang dibangun. Pertama aliran trafik

ketika memasuki interface router akan diklasifikasi apakah trafik tersebut

merupakan trafik upstream atau downstream. Jika trafik tersebut merupakan trafik

upstream akan diklasifikasi dari global-in dan aliran tersebut apakah berasal dari

interface LAN atau WLAN. Proses bagian A dari flowchart, semua sumber

interface yang akan menuju ke sumber koneksi internet dilakukan penandaan

(mark-connection), setelah itu hasil dari parameter penandaan koneksi dilanjutkan

dengan penandaan paket (mark-packet).

Sumber trafik dari LAN dilakukan proses penandaan kembali berdasarkan

masing-masing IP address pengguna, untuk mendefinisikan setiap pengguna yang

terhubung (src-address). Sumber trafik pada WLAN dalam tahap antrian dapat

langsung menggunakan hasil parameter penandaan paket dari aliran koneksi

sebelumnya. Antrian pada jaringan LAN menggunakan hasil parameter dari tiap

pengguna dan pada tahap ini merupakan tahap pendistribusian bandwidth yang

telah diberi kebijakan CIR dan MIR. Trafik yang merupakan trafik downstream

akan diklasifikasi dari global-out dan aliran trafik ini berasal dari sumber internet

dan menuju ke jaringan LAN dan WLAN. Aliran trafik tersebut juga diberi

penandaan yang bersumber dari interface ISP (mark-connection) dan hasil dari

parameter penandaan tersebut ditandai kembali dengan penandaan paket (mark-

packet). Penandaan paket inilah yang menjadi sumber dari pengklasifikasian pada

Page 17: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

12

jaringan WLAN dan sedangkan untuk jaringan LAN penandaan paket ini

dilanjutkan terlebih dahulu pada penandaan pada setiap IP address pengguna

dengan menggunakan parameter dst-address.

Gambar 4 Desain Flowchart dari Sistem Manajemen Bandwidth

Proses bagian B pada flowchart, dimana pada tahap ini dilakukan

pengklasifikasian jenis trafik untuk jaringan LAN. Penandaan dari tiap pengguna

dilakukan dan hasil dari parameter tersebut diklasifikasi menjadi 4 kelas trafik

yaitu main priority, streaming, download, dan browsing seperti yang telah

dijelaskan pada tahap perancangan. Alur trafik yang masuk akan dicocokan

apakah telah sesuai dengan parameter rule main priority, jika cocok akan

dilanjutkan pada proses antrian main priority. Ketika trafik tersebut tidak sesuai

akan dilanjutkan pada pencocokan parameter selanjutnya yaitu pada kelas trafik

streaming dan download, jika cocok akan dilanjutkan pada tahap antrian kelas

tersebut. Kemudian jika trafik tidak sesuai dengan semua parameter sebelumnya

akan masuk pada proses pencocokan dengan parameter browsing dan dilanjutkan

Page 18: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

13

pada tahap antrian. Proses bagian C dari flowchart memiliki penjelasan yang sama

pada alur proses pencocokan pada jaringan LAN, yang membedakan dari jaringan

LAN bahwa dalam proses antriannya menggunakan metode antrian PCQ dan

untuk struktur prioritas menggunakan metode queue tree HTB.

Tabel 3 Desain pembagian bandwidth Queue Tree HTB

Traffic Class Priority Limit-At Max-Limit

Downstream Total Bandwidth - - 1536 Kbps

Per User (Total 10 Users) - 153 Kbps 384 Kbps

Main Priority 1 63 Kbps 352 Kbps

Browsing 2 30 Kbps 304 Kbps

Streaming 3 30 Kbps 288 Kbps

Download 4 30 Kbps 256 Kbps

Upstream Total Bandwidth - - 1024 Kbps

Per User (Total 10 Users) - 100 Kbps 256 Kbps

Kebijakan CIR dan MIR pada tahap antrian dalam pembagian bandwidth

untuk jaringan LAN ditentukan pada Tabel 3. Total bandwidth yang dimiliki pada

jaringan LAN sebesar 1536 Kbps. Perhitungan yang diperoleh pada jaminan

bandwidth (limit-at) untuk tiap user dengan melakukan perhitungan pada skenario

terburuk, yaitu pada jaringan sibuk dan jumlah maksimal dari para guru aktif pada

saat bersamaan sehingga diperoleh perhitungan (1536 Kbps / 10 User = 153

Kbps), sebagai jaminan bandwidth yang dimiliki oleh setiap user. Perhitungan

bandwidth maksimal (max-limit) yang dapat diperoleh untuk setiap user dengan

menggunakan perhitungan pada skenario terbaik yaitu pada saat jaringan tidak

sibuk. Dalam situasi tersebut jumlah minimal para guru yang menggunakan

internet pada saat bersamaan sebanyak 4 guru sehingga diperoleh perhitungan

(1536 Kbps / 4 User = 384 Kbps), sebagai total keseluruhan suatu user dapat

menggunakan bandwidth yang tersedia. Penerapan max-limit pada tiap kelas

tersebut berdasarkan dari informasi hasil wawancara yang telah diperoleh bahwa

jumlah maksimal penggunaan secara simultan pada jaringan LAN terdapat 6

pengguna ketika jam padat, maka diperoleh dari (1536 Kbps / 6 User = 256 Kbps)

sehingga jumlah bandwidth tersebut menjadi nilai terkecil dari kelas max-limit.

Pemberian kebijakan CIR pada trafik main priority, browsing, streaming

dan download menggunakan perhitungan dari jaminan bandwidth yang tersedia

dikelompokan menjadi 4 kelas dengan menyesuaikan urutan prioritas berdasarkan

tingkat kebutuhan aktivitas akses internet para guru. Kelas main priority memiliki

alokasi bandwidth sebesar (153 Kbps x 40% = 61 Kbps), kelas browsing,

streaming dan download memiliki masing-masing alokasi bandwidth sebesar (153

Kbps x 20% = 30 Kbps) pada tiap kelas tersebut. Batas minimal ini hanya berlaku

pada saat jaringan benar-benar sibuk, yaitu pada saat jumlah maksimal user aktif

dan ketika suatu user hanya menggunaka 1 aktivitas kelas paket saja misal

Page 19: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

14

browsing maka walaupun jaringan sesibuk apapun masih mendapatkan jaminan

bandwidth sebesar 153 Kbps. Hal tersebut berlaku untuk semua kelas trafik paket,

tetapi jika user tersebut menggunakan 2 aktivitas yang berbeda seperti browsing

dan streaming maka limit-at pada masing-masing kelas trafik akan terpenuhi

terlebih dahulu yaitu browsing 30 Kbps dan streaming 30 Kbps, kemudian sisa

dari bandwidth yang tersedia 93 Kbps akan diberikan pada prioritas tertinggi.

Skenario tersebut merupakan kinerja dari prioritas pada jaringan LAN dengan

memanfaatkan sisa bandwidth yang tersedia untuk diberikan kepada kelas trafik

yang memilki prioritas tertinggi hingga mencapai max-limit mereka.

Tabel 4 Desain pembagian bandwidth Queue Tree PCQ

Traffic Class Priority Limit-At Max-Limit PCQ-Rate

Downstream Total Bandwidth - - 1536 Kbps -

All Users Main Priority 1 614 Kbps 1536 Kbps 0

All Users Browsing 2 307 Kbps 1536 Kbps 512 Kbps

All Users Streaming 3 307 Kbps 1536 Kbps 256 Kbps

All Users Download 4 307 Kbps 1536 Kbps 192 Kbps

Upstream Total Bandwidth - - 1024 Kbps 256 Kbps

Kebijakan CIR dan MIR pada jaringan WLAN di kantor guru ditentukan

pada Tabel 4, serta dirancang berdasarkan jumlah pengguna yang aktif

menggunakan akses internet. Pembagian dari jaminan bandwidth untuk kelas

trafik main priority dengan mengambil 40% dari total bandwidth (1536 Kbps x

40% = 614 Kbps), untuk kelas trafik browsing, streaming, dan download

memiliki masing-masing alokasi bandwidth sebesar (1536 Kbps x 20% = 307

Kbps) pada setiap kelasnya. Penerapan prioritas pada metode PCQ tidak dapat

berlaku seperti prioritas pada HTB, maka pada metode HTB dimanfaatkan dari

struktur antriannya dengan pemberian prioritas berdasarkan jaminan yang akan

diperoleh untuk semua user. Metode PCQ ini berperan dalam proses antrian

pembagian bandwidth berdasarkan sumber PCQ classifier yang dibuat.

Parameter pcq-classifier yang digunakan pada trafik downstream

menggunakan parameter dst-address dan untuk trafik upstream menggunakan

parameter src-address. Jaminan tersebut berlaku jika jaringan mengalami kondisi

sibuk dan sesuai kinerja dari PCQ, jika limit-at sebesar 614 Kbps maka akan

dibagi rata oleh jumlah user yang aktif menggunakan jenis trafik main priority

tersebut. Tetapi ketika jaringan tidak sibuk maka bandwidth yang tersedia dapat

dimanfaatkan berdasarkan batasan maksimal dari pcq-rate.

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil dari penelitian ini menghasilkan sistem manajemen bandwidth yang

dapat berfungsi menjaga kualitas bandwidth untuk didistribusikan kepada semua

pengguna yang aktif, baik pengguna pada jaringan LAN ataupun WLAN di

Page 20: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

15

tempat studi sesuai dengan perancangan sistem yang telah dibangun. Tahap awal

dalam pengimplementasian sistem ini dengan membangun mangle pada firewall

router Mikrotik, dengan tujuan mendefinisikan setiap paket yang terdapat pada

aliran sumber koneksi yang terhubung pada router agar dapat diproses menjadi

lebih spesifik.

Gambar 5 Tampilan Mangle pada Winbox Mikrotik

Gambar 5 merupakan tampilan awal dalam membangun mangle pada

Winbox Mikrotik. Gambar tersebut adalah proses penandaan trafik koneksi dan

paket dari setiap sumber interface yang terhubung pada router di tempat studi

yang meliputi pada jaringan LAN, WLAN dan ISP. Penandaan in-interface=LAN

dan WLAN ini dilakukan untuk menangkap lalu lintas trafik dari semua pengguna

yang terhubung pada kedua jaringan tersebut dan menjadi sumber dari aliran trafik

upload. Trafik upload tersebut merupakan aliran trafik yang berasal dari jaringan

pengguna LAN atau WLAN dan menuju pada sumber koneksi internet. Parameter

yang digunakan dalam penandaan tersebut adalah action=mark-connection

berfungsi untuk melakukan tindakan penandaan koneksi dan action=mark-packet

berfungsi menandai setiap paket pada aliran koneksi yang telah ditandai tersebut.

Parameter chain=prerouting berfungsi untuk menentukan jenis trafik yang akan

diatur dan parameter ini menandai aliran trafik koneksi yang akan masuk kedalam

router dan melewati router.

Penandaan trafik koneksi dan paket pada out-interface=ISP merupakan

penandaan aliran trafik download yang berasal dari aliran trafik sumber koneksi

internet dan menuju pada jaringan interface pengguna baik pada jaringan LAN

ataupun WLAN. Parameter penandaan pada trafik download menggunakan

chain=forward, dimana parameter ini menandai aliran trafik koneksi yang akan

keluar masuk melalui router. Tahap selanjutnya dengan membangun mangle

untuk mendefinisikan setiap user yang terdapat pada jaringan LAN di tempat

studi. Penandaan dilakukan pada tiap user berdasarkan IP address dengan

parameter src-address sebagai penandaan trafik upload yang berasal dari user

traffic request, sedangkan untuk parameter dst-address sebagai penandaan trafik

download, yaitu trafik yang berasal dari sumber koneksi internet dan menuju ke

Page 21: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

16

setiap IP address pengguna. Proses penandaan yang telah dibangun berdasarkan

out-interface=ISP dan tiap user pada jaringan LAN, selanjutnya paket tersebut

diklasifikasi menjadi 4 kelas trafik yaitu main priority, browsing, download dan

streaming sesuai dengan perancangan yang telah dibuat.

Gambar 6 Pendefinisian klasifikasi Download, Streaming dan Main Priority

Klasifikasi paket tersebut harus didefinisikan terlebih dahulu didalam fitur

Layer7 Protocol pada firewall agar dapat berjalan sebelum menuju pada proses

mangle. Gambar 6 merupakan penerapan klasifikasi paket pada router dan proses

pada Layer7 Protocol tersebut digunakan dalam mangle sehingga dapat

mengklasifikasi jenis paket download, streaming dan main priority.

Gambar 7 Tampilan Mangle pengklasifikasian jenis paket untuk jaringan LAN

Gambar 7 merupakan pengklasifikasian jenis paket dengan menggunakan

parameter yang telah dibuat sebelumnya pada fitur Layer7 Protocol. Hal ini

diterapkan agar tiap jenis paket yang sudah diklasifikasi dapat diberi kebijakan

pengaturan bandwidth dengan parameter CIR dan MIR, selain itu hasil dari

pengklasifikasian paket tersebut dapat digunakan untuk pemberian prioritas.

Metode PCQ membagi bandwidth yang tersedia secara merata dan adil

berdasarkan output interface ISP sehingga pada Gambar 8 mangle untuk antrian

Page 22: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

17

PCQ cukup dengan mendefinisikan 1 rule pada tiap klasifikasi, dikarenakan diluar

IP address yang telah didefinisikan pada jaringan LAN maka semua aktivitas

akses internet akan masuk pada antrian PCQ.

Gambar 8 Tampilan Mangle pengklasifikasian jenis paket untuk jaringan WLAN

Ketika proses mangle pada kedua jaringan LAN dan WLAN telah

dibangun dan dapat berjalan sesuai dengan rule yang telah dibuat, maka tahap

selanjutnya masuk pada tahap pengimplementasian antrian pada queue tree.

Antrian berperan untuk mendistribusikan bandwidth yang tersedia, sesuai dengan

perancangan yang telah dibuat dengan memberikan kebijakan CIR dan MIR.

Gambar 9 Tampilan Queue Tree HTB pada jaringan LAN

Kebijakan CIR dan MIR pada jaringan LAN tersebut mengacu pada Tabel

3 Desain pembagian bandwidth Queue Tree HTB. Gambar 9 merupakan struktur

antrian HTB dengan mengambil contoh dari 3 users antrian pada jaringan LAN.

Kebijakan CIR dan MIR pada jaringan WLAN di kantor guru mengacu pada

Tabel 4 Desain pembagian bandwidth Queue Tree PCQ. Gambar 10 merupakan

struktur antrian HTB dan PCQ untuk jaringan WLAN pada tempat studi.

Penentuan kebijakan CIR dan MIR pada Gambar 9 dan Gambar 10 berdasarkan

Page 23: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

18

pada tahap perancangan yang telah dijelaskan dan gambar tersebut merupakan

hasil dari pengimplementasian rule dari perancangan yang telah dibangun.

Gambar 10 Tampilan Queue Tree HTB+PCQ pada jaringan WLAN

Ketika pada tahap mangle dan queue tree telah selesai dibangun maka

masuk pada tahap pengujian untuk melihat apakah sistem yang telah dibangun

dapat mencapai pada hasil yang diharapkan. Identifikasi permasalahan yang telah

diperoleh pada tempat studi sebelumnya yaitu terjadi dominasi bandwidth antar

pengguna, aktivitas akses yang penting dan yang seharusnya diutamakan justru

terganggu oleh aktivitas trafik lain.

Gambar 11 Permasalahan dominasi bandwidth pada tempat studi

Permasalahan yang ada tersebut dilakukan pengujian dengan sistem yang

telah dibangun dan dalam memantau permasalahan yang terjadi pada tempat studi,

digunakan sebuah software live traffic Attix5, software ini mampu memantau

trafik pada jaringan secara real time dan akurat. Pada Gambar 11 merupakan

tampilan terjadinya permasalahan dimana trafik downstream pada setiap user

tidak mendapatkan bandwidth secara merata, terjadi dominasi bandwidth dan

terjadi saling berebutnya bandwidth yang tersedia. Pengujian ini dilakukan

dengan cara pemantauan kembali menggunakan software yang sama terhadap

permasalahan yang ada dengan menggunakan sistem yang telah dibangun.

Pengujian juga dilakukan pada semua jenis klasifikasi trafik yang telah

Page 24: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

19

diterapkan, apakah dapat menangkap trafik dari masing-masing jenis kelas trafik

tersebut. Hasil dari pengujian ini untuk melihat apakah sistem yang telah

dibangun dapat mencapai hasil yang ingin dicapai.

Gambar 12 Hasil pengujian kembali dari sistem yang telah diterapkan

Gambar 12 merupakan tampilan penerapan rule manajemen bandwidth

yang telah dibangun dan diterapkan pada Mikrotik RouterBoard. Pengujian

dilakukan dengan mengambil dari 6 users yang aktif, pada saat user tersebut

melakukan berbagai macam aktivitas pada kelas main priority, browsing,

streaming ataupun download. Hasil dari pengujian tersebut diperoleh bahwa pada

masing-masing user yang aktif telah mendapatkan jumlah bandwidth yang merata

dan sudah tidak terjadi dominasi bandwidth ataupun saling berebut bandwidth

yang tersedia, sehingga membuat kestabilan akses internet dari user pun terjamin.

Gambar 13 menunjukkan klasifikasi jenis trafik yang telah dibangun dapat

menangkap aktivitas akses yang dilakukan oleh user. Aktivitas tersebut ditandai

pada penggunaan trafik yang berjalan pada setiap kelas, yang teridiri dari kelas

trafik main priority, browsing, streaming dan download. Hasil dari sistem yang

telah dibangun ini dapat memprioritaskan kebutuhan aktivitas akses yang lebih

diutamakan oleh para guru pada tempat studi dengan mengutamakan pada kelas

trafik main priority.

Gambar 13 Hasil dari jenis trafik dapat ditangkap oleh masing-masing kelas

Page 25: PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT · PEMBANGUNAN BANDWIDTH MANAGEMENT . DENGAN METODE . QUEUE TREE. HTB DAN PCQ . PADA MIKROTIK ROUTERBOARD (Studi Kasus : SMA Kristen 1 Salatiga) Artikel

20

5. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

dengan penerapan manajemen bandwidth menggunakan metode HTB pada

jaringan LAN dapat memberikan jaminan bandwidth secara pasti berdasarkan CIR

dan MIR yang telah ditentukan. Metode PCQ yang diterapkan pada jaringan

WLAN menyesuaikan dengan kondisi pengguna yang tidak menentu, sehingga

jaminan bandwidth berdasarkan jumlah pengguna yang aktif menggunakan

koneksi internet. Jaminan yang diterapkan pada kedua metode tersebut menjaga

dari terjadinya dominasi bandwidth antar pengguna walaupun pada kondisi jam

sibuk pada tempat studi, sehingga dapat menjaga penggunaan akses internet dapat

dilakukan sesuai kebutuhan oleh para guru. Pengklasifikasian yang dibangun

dapat memberikan trafik prioritas pada kondisi jaringan sibuk ataupun ketika

suatu pengguna melakukan berbagai macam aktivitas akses yang berbeda secara

bersamaan. Pada tahap pengujian dapat dilihat bahwa sistem yang telah dibangun

dapat berjalan dengan baik sesuai dengan perancangan yang telah dirumuskan.

Berdasarkan permasalahan yang ada, penerapan kebijakan sistem manajemen

bandwidth dengan menggunakan metode queue tree HTB dan PCQ ini dapat

membantu dalam menyelesaikan permasalahan sesuai dengan kondisi jaringan

yang terdapat pada sekolah SMA Kristen 1 Salatiga.

6. Daftar Pustaka

[1] Haimi Ardiansyah, 2011, “Pengaruh Pembatasan Bandwidth Terhadap

Peforma Jaringan”.

[2] Edy Noviansa, 2016, “Analisis Manajemen Bandwidth Di Stasiun Kertapati

Palembang”.

[3] Ardhitya, Arse Irawhan, 2013, “Ebook Pengertian dan Penjelasan Mikrotik”.

[4] https://wiki.mikrotik.com/wiki/Manual:HTB. (Diakses pada tanggal 15

Februari 2017 pukul 08.44 WIB).

[5] https://wiki.mikrotik.com/wiki/Manual:Queues_-_PCQ. (Diakses pada tanggal

15 Februari 2017 pukul 10.18 WIB).

[6] Yunus Arifin, 2012, “Implementasi Quality of Service Dengan Metode

HTB (Hierarchical Token Bucket) Pada PT.Komunika Lima Duabelas”.

[7] Bagus Akhmad Gunawan, 2014, “Implementasi Queue Tree untuk

Optimalisasi Manajemen Bandwidth Pada Seven Net Semarang”.

[8] Occhiogrosso, Stephen, J, The Cisco PPDIOO Life Cycle, http://ccie-or-

null.net/tag/ppdioo/. (Diakses pada tanggal 21 Februari 2017 pukul 03.11

WIB).