62
PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS PEMERINTAH PROVINSI RIAU Modul Muatan Lokal Diklat Teknis dan Fungsional Tahun 2017

PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

  • Upload
    vodieu

  • View
    239

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

PEMBANGUNAN BUDAYAINTEGRITAS

PEMERINTAH PROVINSI RIAUModul Muatan Lokal Diklat Teknis dan FungsionalTahun 2017

Page 2: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

ii

KATA PENGANTAR

Era globalisasi dengan ciri utama kompetitif dan kemajuan

teknologi telah menimbulkan pergeseran dalam tatanan kehidupan,

sehingga nilai-nilai dasar dalam kehidupan tergerus oleh waktu.

Salah satu nilai dasar tersebut adalah nilai-nilai integritas dalam

kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Menyadaria=

akan hal tersebut diperlukan upaya dan langkah-langkah untuk

membangun budaya integritas, baik melalui pendekatan strukural

maupun kultural.

Pegawai negeri sipil sebagai aparatur sipil negara, memiliki

posisi penting dan strategis dalam pembangunan budaya integritas

individu, organisasi dan nasional. Sehubungan dengan itu salah satu

upaya yang dilakukan adalah dengan membekali pemahaman dan

implemetasi nilai-nilai integritas dalam pelaksanan tugas pokok dan

fungsi.

Pelaksanaan integrasi mata diklat Pembangunan Budaya

Integritas pada Pendidikan Pelatihan Teknis dan Fungsional

merupakan upaya pembekalan pemahaman dan implementasi nilai-

nilai integritas bagi pegawai negeri sipil. Agar pemahaman akan nilai

tersebut lebih optimal keberadaan modul, sehingga para pegawai

negeri sipil lebih dapat memahami dan menjelaskan konsep-konsep

Integritas dalam membangun Integritas dari aspek Individu,

Organisasi dan Nasional.

Selanjutnya kami atas Badan Pengembangan Sumber Daya

Manusia mengucapkan terima kasil kepada tim penulis yang telah

meluangkan waktu dan pemikiran untuk pengayaan terhadap isi

modul ini. Kami mengharapkan pengembangan akan materi modul

ini berkelanjutan seiring dengan pelaksanaan Desiminasi Gugus

Depan Integritas serta modul ini dapat mencapai tujuan

Page 3: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

iii

pembelajaran dan membetuk karakter pegawai negeri sipil

berintegritas dalam membangun budaya integritas di Provinsi Riau.

Pekanbaru, Juli 2017

KEPALA BPSDM PROVINSI RIAU,

Drs. ASRIZAL, M.Pd

Page 4: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

iv

TIM PENYUSUN

Mohamad Zainuri, S.ST., MP Widyaiswara Muda

Ir. Mahfayeri, M.Pd Widyaiswara Utama

Suparman, A.Ks, S.Pd.I., M.Si

Widyaiswara Madya Dany Setyawan, AP, M.Si

Widyaiswara Muda

NARA SUMBER Drs. Kasiaruddin Jalil Drs. H. Arlizman Agus, MM Ir. A. Patrianov

Page 5: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................ 1

B. Tujuan dan Sasaran ........................................ 2

C. Ruang Lingkup ................................................ 3

BAB II KONSEP PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS.. 4

A. Konsep Integritas ............................................ 4

B. Pengembangan Budaya Integritas ................... 10

C. Rambu-rambu dan Pelanggaran Integritas .... 14

D. Nilai Budaya Melayu ........................................ 17

BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA

INTEGRITAS ........................................................... 40

A. Integritas Individu ............................................ 40

B. Integritas Organisasi ........................................ 42

C. Integritas Nasional ........................................... 45

BAB IV AKTUALISASI BUDAYA INTEGRITAS DAN

BUDAYA MELAYU .................................................. 50

A. Discovery .......................................................... 50

B. Destiny .............................................................. 51

BAB V PENUTUP ............................................................... 54

A. Kesimpulan ...................................................... 54

B. Saran ................................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya dalam

pengembangan sumber daya manusia (SDM) terutama untuk

mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian

manusia yang sesuai dengan definisi Pengembangan yaitu proses

peningkatan ketrampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral

peserta melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan latihan

yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa

kini maupun masa depan. Oleh karena itu untuk memperoleh

hasil yang maksimal dalam pengembangan pegawai diperlukan

program pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan analisa

jabatan agar pegawai mengetahui tujuan pendidikan dan

pelatihan yang dijalankannya. Peraturan Pemerintah Nomor 101

Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai

Negeri Sipil Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa “Pendidikan dan

pelatihan jabatan PNS adalah proses penyelenggaraan belajar

mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai

Negeri Sipil (PNS)”.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 52 Tahun 2014

tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah

Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani di

Lingkungan Instansi Pemerintah, berdasarkan pengertian umum

Zona Integritas yang selanjutnya disingkat ZI adalah sebutan

atau predikat yang diberikan kepada Lembaga yang pimpinan

dan jajarannya mempunyai niat (komitmen) untuk mewujudkan

Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan

Page 7: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

2

Melayani melalui upaya pencegahan korupsi, reformasi birokrasi,

dan peningkatan kualitas pelayanan publik.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan abdi negara yang

menjalankan tugas dan kewajiban sesuai peraturan yang

berlaku, kedudukan dan peran Pegawai Negeri Sipil pada setiap

negara adalah penting dan menentukan karena Pegawai Negeri

Sipil merupakan aparatur pelaksana dalam penyelenggaraan

pemerintahan untuk mewujudkan tujuan Pemerintah.

Tercapainya tujuan tersebut ditentukan oleh kualitas

dan kinerja Pegawai Negeri Sipil, dengan posisi yang demikian

maka diperlukan manajemen Pegawai Negeri sipil yang mampu

secara komprehensif dan terperinci menjelaskan posisi, peran,

hak dan kewajiban para Pegawai Negeri Sipil tersebut. Namun

pada kondisi pada saat ini terjadi fenomena dimana PNS kurang

memiliki integritas, hal tersebut dapat dilihat dari penurunan

kesadaran PNS untuk melakukan kewajiban seperti disiplin

waktu dalam bekerja dan semangat kerja yang cenderung

menurun, penurunan tersebut dapat disebabkan dari berbagai

aspek dan tidak menutup kemungkinan aspek yang bersifat

pemenuhan kebutuhan PNS tersebut. Untuk itu perlu stimulus

bagi PNS dalam menimbulkan kembali semangat disiplin bekerja.

Untuk dapat membentuk sosok PNS yang memiliki

Integritas dan profesional seperti tersebut di atas perlu

dilaksanakan pembinaan melalui jalur pelatihan. Selama ini,

diklat teknis dan fungsional yang ada di Provinsi Riau belum ada

materi khusus dalam memberikan pengertian integritas terhadap

Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sebagian besar Organisasi Perangkat

Daerah Provinsi Riau yang memiliki diklat teknis dan fungsional

hanya memberikan materi-materi teknis diklat. Hal tersebut

merupakan salah satu titik tolak dimana sudah seharusnya ada

Page 8: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

3

pembekalan integritas terhadap Pegawai Negeri Sipil (PNS) di

Lingkup Pemerintah Provinsi Riau pada suatu Diklat teknis.

B. Tujuan dan Sasaran

Tujuan pembelajaran mata diklat modul pembangunan

budaya Integritas pada Diklat Teknis dan Fungsional di

Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau ini adalah untuk:

1. Meningkatnya pemahaman PNS tentang konsep integritas,

budaya integritas, rambu-rambu integritas dan budaya

melayu yang berintegritas;

2. Terbentuknya karakter PNS yang berbudaya integritas;

3. Teraktualisasinya nilai budaya integritas dan nilai budaya

melayu dalam mendukung kinerja PNS.

Sasaran Pembelajaran Mata Diklat Modul Pembangunan

Budaya Integritas pada Diklat Teknis dan Fungsional di

Lingkungan Provinsi Riau ini adalah terwujudnya PNS yang

mampu mengaktualisasikan budaya integritas dan budaya

melayu dengan baik dan benar.

C. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Pembelajaran Mata Diklat Modul

Pembangunan Budaya Integritas pada Diklat Teknis dan

Fungsional di Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau ini meliputi

Pemahaman PNS tentang Konsep Integritas, Budaya Integritas,

Rambu-Rambu Integritas Dan Budaya Melayu yang berintegritas,

Pengembangan Karakter PNS yang Berbudaya Integritas dan

Mengaktualisasikan nilai Budaya integritas dan nilai budaya

melayu dalam mendukung kinerja PNS yang dilakukan melalui

Pembelajaran Pembangunan Budaya Integritas pada Diklat

Teknis dan Fungsional di Lingkungan BPSDM Provinsi Riau.

Page 9: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

4

BAB II

KONSEP PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS

A. Konsep Integritas

Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak

tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan

keyakinan (Pedoman Simposium, 2016). Integritas juga dapat

diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan

seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Dari pengertian tentang

integritas ini menunjukan kepada kita bahwa integritas pada diri

seorang manusia memegang peranan penting pada kemuliaannya

sebagai seorang manusia. Kemudian bagi kehidupan

bermasyarakat, adanya integritas pada orang-orangnya akan

menjamin adanya tatanan masyarakat yang baik. Ini berarti

integritas adalah salah satu penentu keberadaban dan kehebatan

suatu bangsa.

Integritas merupakan sebuah standar moralitas dan

etika seseorang, tidak ada hubungannya dengan situasi yang

kebetulan ada di sekitar Anda dan tidak mendorong kecepatan.

Konsep integritas itu sendiri di dalamnya mengidentikkan dengan

kata hati, akuntabilitas moral, komitmen moral, dan konsistensi

moral seseorang (Paine, 1994) antara perilaku yang

ditunjukkannya dan nilai-nilai atau prinsip-prinsip tertentu (Yukl

dan Van Fleet, 1992; Mayer, Davis, & Schoorman, 1995; Becker,

1998).

Konsep integritas pada Executive Brain

Assessment diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) dimensi

yaitu kejujuran, konsistensi, dan keberanian yaitu:

kejujuran, konsistensi dan keberanian. Kejujuran

(honesty) adalah dimensi potensi integritas yang

menunjukkan aspek komponen integritas pada

Page 10: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

5

kesadaran kebenaran dalam sikap kejujuran, yang

terdiri dari aspek empati (empathy), tidak mudah untuk

menuduh orang lain bersalah (lack of blame) dan rendah

hati (humility). Konsistensi (concistency) adalah dimensi

potensi integritas yang menunjukkan komponen

integritas pada konsistensi dalam perbuatan, yang

terdiri dari aspek pengendalian emosi (emotional

mastery), akuntabel (accountability), dan fokus

menyeluruh (focus on the whole).

Keberanian (courage) adalah dimensi potensi

integritas yang menunjukan komponen integritas pada

keberanian menegakan kebenaran secara terbuka, yang

terdiri dari aspek keberanian (courage), dan percaya diri

(self confidence).

1. Kejujuran

Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh

hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur

mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur

tersebut. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali

dan ada juga hanya tahu maknanya secara samar-samar.

Sikap jujur merupakan salah satu sikap positif yang

diperlukan untuk dapat meningkatkan karier di masa yang

akan datang. Kebiasaan untuk bersikap jujur menimbulkan

ketenangan dalam diri.

Seseorang memperoleh kepercayaan dari orang lain

adalah suatu dorongan dan keinginan setiap orang. Namun,

memperoleh kepercayaan tanpa didasari oleh nilai-nilai

kebenaran, tetap membuahkan sesuatu yang tidak baik,

bahkan berakhir dengan sebuah kegagalan.

Kejujuran berkaitan dengan pengakuan. Dalam hal ini kita

Page 11: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

6

melihat persoalan kesesuaian antara fenomena (realitas)

dengan informasi yang disampaikan. Kejujuran merupakan

kualitas manusiawi melalui mana manusia

mengomunikasikan diri dan bertindak secara benar

(truthfully). Karena itu, kejujuran sesungguhnya berkaitan

erat dengan nilai kebenaran, termasuk di dalamnya

kemampuan mendengarkan, sebagaimana kemampuan

berbicara, serta setiap perilaku yang bisa muncul dari

tindakan manusia. Secara sederhana, kejujuran bisa

diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk mengekpresikan

fakta-fakta dan keyakinan pribadi sebaik mungkin

sebagaimana adanya. Sikap ini terwujud dalam perilaku, baik

jujur terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri (tidak

menipu diri), serta sikap jujur terhadap motivasi pribadi

maupun kenyataan batin dalam diri seorang individu.

Kualitas kejujuran seseorang meliputi seluruh perilakunya,

yaitu, perilaku yang termanifestasi keluar, maupun sikap

batin yang ada di dalam. Keaslian kepribadian seseorang bisa

dilihat dari kualitas kejujurannya.

Konsep tentang kejujuran bisa membingungkan dan

mudah dimanipulasi karena sifatnya yang lebih interior.

Perilaku jujur mengukur kualitas moral seseorang di mana

segala pola perilaku dan motivasi tergantung pada pengaturan

diri (self-regulation) seorang individu. Meskipun tergantung

pada proses penentuan diri, kita tidak bisa mengklaim bahwa

pendapat diri kita sematalah yang benar. Seandainya toh kita

telah meyakini bahwa pendapat kita merupakan pendapat

yang menurut kita paling baik, perlulah tetap mendengarkan

pendapat orang lain. Setiap keyakinan pribadi menyisakan

bias subjektivitas yang bisa saja mengaburkan diri kita dalam

memahami realitas sebagaimana adanya. Sikap jujur dengan

Page 12: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

7

demikian bisa dikatakan sebagai sebuah usaha untuk

senantiasa bersikap selaras dengan nilai-nilai kebenaran (to

be thrutful), sebuah usaha hidup secara bermoral dalam

kebersamaan dengan orang lain.

Seseorang dalam mengupayakan nilai kejujuran tidak

sama dengan memperjuangkan ideologi yang sifatnya lentur

dan bisa berubah setiap saat. Inilah mengapa, meskipun kita

tahu bahwa kejujuran itu sangat penting bagi kehidupan,

nilai kejujuran sulit untuk menjadi norma sebuah kultur

masyarakat. Ideologi senantiasa mencari pendukung yang

memperkuat gagasannya dan mendukung sudut pandangnya

sendiri sementara menolak dan mengabaikan pandangan

orang lain. Pendekatan demikian mengikis praksis perilaku

jujur dan meningkatkan konflik bagi setiap relasi antar

manusia.

Nilai kejujuran memiliki hubungan yang erat dengan

kebenaran dan moralitas dan etika. Bersikap jujur

merupakan salah satu tanda kualitas moral dan etika

seseorang. Dengan menjadi seorang pribadi yang berkualitas,

kita mampu membangun sebuah masyarakat ideal yang lebih

otentik dan khas manusiawi. Seseorang semakin jauh dari

kebenaran dan karena itu dishonest jika ia tidak menyadari

bahwa perilakunya itu sesungguhnya keliru. Kesadaran diri

bahwa setiap manusia bisa salah dan mengakuinya

merupakan langkah awal bertumbuhnya nilai kejujuran

dalam diri seseorang.

Oleh karena itu, jujur adalah sebuah sikap yang selalu

berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara Informasi

dengan fenomena. Dalam agama Islam sikap seperti yang

dinamakan shiddiq. Dengan keikhlasan, tidak dengan

Page 13: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

8

keterpaksaan, kepercayaan, merupakan fakta dan tidak

berdusta.

2. Konsistensi

Konsistensi diartikan sebagai ketetapan dan

kemantapan (dalam bertindak); ketaatasasan: kebijakan

pemerintah mencerminkan suatu dalam menghadapi

pembangunan yang sedang kita laksanakan. Konsistensi

dalam ilmu logika adalah teori konsistensi. Konsistensi

merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya

tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi

dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung

dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa

sebuah teori yang konsisten memiliki model; ini digunakan

dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam

logika matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable

yang digunakan. Berhubungan dengan pengertian sintaksis

yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika

tidak terdapat rumus P seperti yang kedua P dan

penyangkalan adalah pembuktian dari aksioma dari teori yang

terkait di bawah sistem deduktif. Komponen integritas

pada konsistensi dalam perbuatan, yang terdiri dari

aspek pengendalian emosi (emotional mastery),

akuntabel (accountability), dan fokus menyeluruh

(focus on the whole).

Pengendalian emosi sangat penting bagi semua orang.

Terutama para PNS. Emosi PNS harus diterkendali untuk

memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Emosi

adalah aspek penting yang mempunyai pengaruh besar dalam

sikap manusia. Emosi pada prinsipnya menggambarkan

perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda.

Oleh karena emosi merupakan reaksi manusiawi terhadap

Page 14: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

9

berbagai situasi nyata maka sebenarnya tidak ada emosi baik

atau emosi buruk. Hurlock (1990), individu yang dikatakan

matang emosinya yaitu:

a. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara

sosial. Individu yang emosi nya matang mampu

mengontrol ekpresi yang tidak dapat diterima secara sosial

atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang

tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial;

b. Pemahaman diri. Individu yang matang, belajar

memahami seberapa banyak kontrol yang

dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan

sesuai dengan harapan masyarakat;

c. Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang

matang berusaha menilai situasi secara kritis sebelum

meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara

bereaksi terhadap situasi tersebut.

Beberapa cara mengendalikan emosi yaitu:

a. merasakan yang orang lain rasakan;

b. tenangkan hati di tempat yang nyaman;

c. mencari kesibukan yang disukai;

d. curahan hati / curhat pada orang lain yang bisa

dipercaya;

e. mencari penyebab dan mencari solusi;

f. ingin menjadi orang baik;

g. cuek dan melupakan masalah yang ada;

h. berpikir rasional sebelum bertindak;

i. diversifikasi tujuan, cita-cita dan impian hidup;

j. kendalikan emosi dan jangan mau diperbudak amarah;

k. ubah posisi tubuh anda;

l. olahraga;

m. jaga asupan nutrisi;

Page 15: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

10

n. hindari kebiasaan buruk;

o. jalin komunikasi;

p. berpikirlah bahwa anda tidak sendirian;

q. hindari stress.

Pengertian akuntabel adalah dapat

dipertanggungjawabkan dan tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik sumber

inputnya, prosesnya, maupun peruntukan/ pemanfaatan

outputnya. Akuntabel adalah pembuktian para PNS.

Akuntabel menjadi tolok ukur keberhasilan tugas yang

diembannya. PNS yang akuntabel adalah PNS yang dapat

mempertanggungjawabkan tugasnya yang telah

dilaksanakannya. Akuntabilitas PNS adalah perilaku aparat

pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam

konteks ini, setiap individu/kelompok/institusi dituntut

untuk bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk

memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.

PNS melaksanakan tugas harus fokus menyeluruh.

Fokus menyeluruh memiliki beberapa pemahaman antara

lain: komprehensif, inklusif, dan utuh. Oleh karena itu, PNS

dalam menjalankan tugas harus komprehensif (dari

perencanaan hingga evaluasi). PNS dalam melaksanakan

tugas inklusif. Pemahaman inklusif adalah menempatkan

dirinya ke dalam cara pandang orang lain/ kelompok lain

dalam melihat dunia, dengan kata lain berusaha

menggunakan sudut pandang orang lain atau kelompok lain

dalam memahami masalah. Sedang utuh adalah sempurna

sebagaimana adanya atau sebagaimana semula (tidak

berubah, tidak rusak, tidak berkurang, dsb).

3. Keberanian

Page 16: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

11

Komponen integritas pada keberanian

menegakan kebenaran secara terbuka, yang terdiri

dari aspek keberanian (courage), dan percaya diri (self

confidence). Berani menyampaikan sesuatu yang benar. Benar

berarti sudah sesuai aturan dan nilai. Sedangkan percaya diri

menurut Lauter (2002:4) kepercayaan diri merupakan suatu

sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga

dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa

bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan

tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi

dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat

mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Lauster

menggambarkan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan

diri memiliki ciri-ciri tidak mementingkan diri sendiri

(toleransi), tidak membutuhkan dorongan orang lain, optimis

dan gembira. Sikap percaya diri PNS adalah sikap PNS yang

yakin akan kemampuannya sendiri untuk bertingkah laku

sesuai dengan yang diharapkannya sebagai suatu perasaan

yang yakin pada tindakannya, bertanggung jawab terhadap

tindakannya dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Orang

yang memiliki kepercayaan diri mempunyai ciri-ciri: toleransi,

tidak memerlukan dukungan orang lain dalam setiap

mengambil keputusan atau mengerjakan tugas, selalu

bersikap optimis dan dinamis, serta memiliki dorongan

prestasi yang kuat.

B. Pengembangan Budaya Integritas

1. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

Sipil Negara.

b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, kepala daerah merupakan sebagai

Page 17: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

12

unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang

memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah otonom.

c. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 52 Tahun

2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas

Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi

Bersih Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah.

2. Utilisasi Budaya Melayu sebagai budaya Luhur Bangsa

PNS Provinsi Riau sebagai pelayan masyarakat perlu

menerapkan Budaya Melayu melaksanakan fungsi dan tugas.

PNS harus dapat menjaga Budaya Melayu sebagai nilai

kehidupan sehari-hari di Kantor (organisasi) dan masyarakat.

Orang Melayu mencirikan diri dengan berbahasa Melayu,

beradat-istiadat Melayu, dan beragama Islam.

Dalam menggunakan Budaya Melayu dalam

kehidupan sehari-hari PNS Provinsi Riau perlu

mengembangkan dan mengimplementasikan nilai ada istiadat

Melayu dalam setiap tugas. Beberapa kegiatan budaya ini

dapat dilakukan dengan melaksanakan nilai-nilai utama

sebagai jatidiri kemelayuan. Jatidiri kemelayuan adalah adat

istiadatnya atau dikatakan adat resam.

Nilai tersebut diantaranya adalah memakai

kelengkapan pakaian adat Melayu pada hari Jum‟at, bangunan

gedung bentuk memiliki ciri Melayu, berpantun pada acara

resmi kantor, dan berperilaku serta bergaul dengan cara

Melayu. Bergaul dengan cara melayu (bertutur kata) seperti

diungkapkan pada:

Hidup sekandang sehalaman

tidak boleh tengking-menengking

Page 18: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

13

tidak boleh tindih-menindih

tidak boleh dendam kesumat

3. Prinsip Strategis Pembangunan Zona Integritas (ZI), WBK,

dan WBBM

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang

Grand Design Reformasi Birokrasi yang mengatur tentang

pelaksanaan program reformasi birokrasi. Peraturan tersebut

menargetkan tercapainya tiga sasaran hasil utama yaitu

peningkatan kapasitas dan akuntabilitas organisasi,

pemerintah yang bersih dan bebas KKN, serta peningkatan

pelayanan publik. Dalam rangka mengakselerasi pencapaian

sasaran hasil tersebut, maka instansi pemerintah perlu untuk

membangun pilot project pelaksanaan reformasi birokrasi yang

dapat menjadi percontohan penerapan pada unit-unit kerja

lainnya. Untuk itu, perlu secara konkret dilaksanakan

program reformasi birokrasi pada unit kerja melalui upaya

pembangunan Zona Integritas (ZI).

Dalam menuju ZI Perubahan pola pikir dan budaya

kerja di lingkungan suatu organisasi adalah adanya

keteladanan berperilaku yang nyata dari pimpinan dan

individu anggota organisasi. individu atau kelompok anggota

organisasi dari tingkat pimpinan sampai dengan pegawai

untuk dapat menggerakkan perubahan pada lingkungan

kerjanya dan sekaligus dapat berperan sebagai teladan (role

model) bagi setiap individu organisasi yang lain dalam

berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang dianut

organisasi. Individu atau kelompok anggota ini disebut dengan

Agen Perubahan.

Pembangunan Zona Integritas (PZI), langkah-langkah

yang perlu dilakukan adalah: (1) Menyelaraskan instrumen

Page 19: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

14

Zona Integritas dengan instrumen evaluasi Reformasi

Birokrasi, serta (2) Penyederhanaan pada indikator proses dan

indikator hasil yang lebih fokus dan akurat.

a. Proses Pembangunan Zona Integritas Menuju

WBK/WBBM

Proses pembangunan Zona Integritas merupakan

tindak lanjut pencanangan yang telah dilakukan oleh

pimpinan instansi pemerintah. Proses pembangunan

Zona Integritas difokuskan pada penerapan program

Manajemen Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan

Manajemen SDM, Penguatan Pengawasan, Penguatan

Akuntabilitas Kinerja, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan

Publik yang bersifat konkrit.

Dalam membangun Zona Integritas, pimpinan

instansi pemerintah menetapkan satu atau beberapa unit

kerja yang diusulkan sebagai Wilayah Bebas

Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani. Pemilihan

unit kerja yang diusulkan sebagai Wilayah Bebas

Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani

memperhatikan beberapa syarat yang telah ditetapkan,

diantaranya: 1) Dianggap sebagai unit yang

penting/strategis dalam melakukan pelayanan publik; 2)

Mengelola sumber daya yang cukup besar, serta 3)

Memiliki tingkat keberhasilan Reformasi Birokrasi yang

cukup tinggi di unit tersebut.

Proses pemilihan unit kerja yang berpotensi sebagai

Zona Integritas dilakukan dengan membentuk kelompok

kerja/tim untuk melakukan identifikasi terhadap unit kerja

yang berpotensi sebagai unit kerja berpredikat menuju

WBK/WBBM oleh pimpinan instansi. Setelah melakukan

identifikasi, kelompok kerja/tim mengusulkan unit kerja

Page 20: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

15

kepada pimpinan instansi untuk ditetapkan sebagai calon

unit kerja berpredikat Zona Integritas menuju

WBK/WBBM. Selanjutnya dilakukan penilaian mandiri

(self assessment) oleh Tim Penilai Internal (TPI). Setelah

melakukan penilaian, TPI melaporkan kepada Pimpinan

instansi tentang unit yang akan di usulkan ke Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

sebagai unit kerja berpredikat Menuju WBK/WBBM.

Apabila unit kerja yang diusulkan memenuhi syarat

sebagai Zona Integritas Menuju WBK/WBBM, maka

langkah selanjutnya adalah penetapan.

Setelah unit kerja yang diusulkan sebagai Zona

Integritas menuju WBK/WBBM ditetapkan, maka hal yang

selanjutnya dilakukan adalah menentukan komponen-

komponen yang harus dibangun. Terdapat dua jenis

komponen yang harus dibangun dalam unit kerja terpilih,

yaitu komponen pengungkit dan komponen hasil.

Penilaian terhadap setiap program dalam

komponen pengungkit dan komponen hasil diukur melalui

indikator-indikator yang dipandang mewakili program

tersebut. Sehingga dengan menilai indikator tersebut

diharapkan dapat memberikan gambaran pencapaian

upaya yang berdampak pada pencapaian sasaran.

b. Komponen Pengungkit

Komponen pengungkit merupakan komponen yang

menjadi faktor penentu pencapaian sasaran hasil

pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM.

Terdapat enam komponen pengungkit, yaitu Manajemen

Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen

SDM, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Penguatan

Pengawasan, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan

Page 21: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

16

Publik. Di bawah ini adalah rincian bobot komponen

pengungkit penilaian unit kerja Berpredikat Menuju

WBK/Menuju WBBM.

NO KOMPONEN PENGUNGKIT BOBOT (60%)

1 Manajemen Perubahan 5%

2 Penataan Tatalaksana 5%

3 Penataan Sistem Manajemen SDM 15%

4 Penguatan Akuntabilitas Kinerja 10%

5 Penguatan Pengawasan 15%

6 Penguatan Kualitas Pelayanan Publik

10%

4. Proses Pembangunan Integritas

Pembangunan budaya integritas adalah langkah yang

dilakukan untuk mencapai integritas individu, Hasil

identifikasi isu-isu moral menghasilkan suatu gambaran

dilema moral beserta alternatif tindakan yang dapat dilakukan.

Pengambilan keputusan tindakan mana yang sebaiknya

diambil bukanlah sebuah proses pemilihan secara acak.

Pemutusan harus berdasarkan penalaran yang tepat yang

memperhatikan prinsip-prinsip moral yang relevan di dalam

proses penalaran etis. Alternatif tindakan yang telah diambil

pun membutuhkan ketetapan hati maupun dorongan untuk

melakukannya. Itulah yang disebut motivasi etis yang

kemudian diikuti oleh implementasi etis di mana alternatif

tindakan yang dipilih dilakukan secara nyata.

Integritas terjadi ketika implementasi tindakan yang

dilakukan konsisten dengan prinsip moral yang digunakan

sebagai pegangan dalam membuat keputusan di tahap

penalaran etis yang di dalamnya kesadaran moral berperan

secara dominan. Itu sebabnya konsistensi terhadap prinsip

Page 22: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

17

moral disebut sebagai integritas moral. Kohlberg (1995)

menekankan pentingnya perhatian kepada kesadaran moral ini

untuk memahami bagaimana keputusan etis diambil dan juga

alasan etis mengapa seseorang mengambil keputusan tertentu

(Rest, 1986; Trevino, 1992). Satu hal yang mendasar dari

konsep ini adalah bahwa kesadaran moral tidak ditentukan

oleh perasaan, melainkan oleh kemampuan intelektual, yaitu

kemampuan untuk memahami dan mengerti sesuatu secara

rasional (Magnis-Suseno, 2000).

Dalam menjelaskan teori ini, Kohlberg tidak berbicara

tentang prinsip moral tertentu, tidak bicara tentang apa yang

benar dan tidak secara moral, melainkan meneliti kompetensi

untuk memberikan penalaran etis. Ia tidak mengatakan

apakah tindakan seorang nenek mencuri susu demi cucunya

yang kelaparan, misalnya, adalah etis atau tidak etis,

melainkan apakah tindakan mencuri susu itu disetujui

ataupun tidak disetujui dibenarkan secara memadai (Arbuthnot

& Faust, 1980).

Didalam tipologi yang dikembangkan oleh Kohlberg,

ada tiga tingkat dasar penalaran berbeda terhadap isu moral,

yang masing-masing dinamai tingkat pre-conventional,

conventional, dan post- conventional. Tiap tingkatan tersebut

masing-masing memiliki dua tahap yang menjadikan

seluruhnya ada enam tahap penalaran. Semua tingkat dan

tahap ini dapat dipandang sebagai pemikiran moral sendiri,

pandangan yang berbeda mengenai dunia sosio-moral (Crain,

1985).

Pada tingkat pre-conventional, yang meliputi tahap 1

dan 2, seorang individu memahami pengertian benar dan salah

berdasarkan konsekuensi yang diterimanya, misalnya

hukuman, hadiah, atau pemenuhan kebutuhan pribadi.

Page 23: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

18

Secara ringkas, tahap pertama digambarkan sebagai orientasi

terhadap kepatuhan dan hukuman. Pada tahap pertama,

seseorang mengasosiasikan penilaian baik dan buruk dengan

konsekuensi fisik dari suatu tindakan.

Ketika seseorang menerima hukuman atas

tindakannya, maka ia akan memahami bahwa tindakannya itu

salah. Dibandingkan dengan modus penalaran tahap pertama,

tahap kedua merepresentasikan penalaran yang menilai apa

yang baik itu dalam rangka pemenuhan kepentingan pribadi

seseorang. Orang mulai dapat memahami bahwa orang lain

memiliki kebutuhan individualnya sendiri dan bahwa

organisasi sosial dibangun atas dasar pertukaran seimbang

antara kepentingan satu orang dengan kepentingan orang lain.

Baik penalaran pada tahap pertama dan kedua ini bersifat

egosentrik.

Pada tingkat konvensional, yaitu tahap 3 dan tahap 4,

individu memahami benar atau tidak secara moral sebagai

kesesuaian keputusan yang diambil dengan harapan orang

lain atas dirinya, baik dalam konteks relasi interpersonal

(tahap 3) dan pelaksanaan peran individu di dalam sistem

sosial yang lebih luas dan abstrak (tahap 4). Pada tahap ketiga,

keputusan yang baik adalah keputusan yang mengakomodasi

harapan orang lain, melakukan apa yang ”baik” di mata orang

lain, apa yang disetujui oleh orang lain, berperilaku sesuai

dengan permintaan seseorang, atau bersikap loyal dan dapat

dipercaya kepada kelompok dekat.

Perspektif sosial individu pada tahap ini menunjukkan

kesadaran akan harapan dan kesepakatan mutual, perasaan

atau cara pandang orang lain, dan bahwa kepentingan

kelompok sosial lebih besar daripada kepentingan diri sendiri.

Pada tahap keempat, apa yang benar adalah melaksanakan

Page 24: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

19

kewajiban yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat

dengan tujuan mempertahankan kelompok sosial sebagai satu

kesatuan. Mereka yang ada di tahap keempat ini memahami

bahwa tanpa ada standar hukum yang sama, kehidupan

manusia akan kacau balau, di mana ia sudah dapat

menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang

lebih luas. Hukum dipandang sebagai jaminan atas interaksi

interpersonal, kenyamanan, dan hak-hak personal.

Pada tingkat penalaran moral post-conventional, yaitu

tahap 5 dan 6, individu bergerak ke pemahaman moral yang

lebih dalam lagi dan lebih universal. Pada tahap kelima,

seseorang menyadari bahwa ada aturan relatif dan ada hak dan

nilai yang non-relatif (absolut). Aturan relatif ada dalam konteks

kelompok masyarakat tertentu dan harus dijunjung karena

merupakan dasar kontrak sosial. Di sisi lain, hak dan nilai

non-relatif, seperti misalnya hak untuk hidup dan hak atas

kebebasan, harus dijunjung terlepas dari opini publik atau

kehendak mayoritas.

Pada tahap keenam, seseorang mulai beralih ke

prinsip moral universal yang diikuti bukan karena disetujui

secara komunal di dalam kontrak sosial, tetapi karena berasal

dari kesamaan hak asasi manusia dan rasa hormat terhadap

kemanusiaan dan martabat individu. Faktor kritis dalam

menentukan apa yang secara etis benar adalah prinsip moral

yang universal, konsisten, komprehensif, dan logis yang ada di

dalam hati nurani yang bukan berdasar pada rasa takut dan

rasa bersalah. Hal ini terkait dengan penilaian otonom di mana

seseorang harus menentukan apakah suatu tindakan sejalan

dengan apa yang dipercaya berlaku secara universal.

Dalam menjelaskan etis tidaknya suatu tindakan, teori

perkembangan moral kognitif melihat bahwa tindakan yang

Page 25: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

20

sama yang dilakukan dapat dilatari oleh kesadaran moral yang

berbeda. Misalnya perilaku tidak mencontek yang dilakukan

oleh mahasiswa dapat disebabkan oleh rasa takut akan

konsekuensi nilai nol, teman-teman yang tidak mencontek,

kesadaran akan tanggung jawab sebagai mahasiswa,

penghargaan hak intelektual, dll (Wisesa, 2009). Artinya,

analisa perilaku individu di dalam pengambilan keputusan etis

tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat perilaku yang

ditunjukkan, tetapi juga prinsip moral yang dipegangnya yang

melatarbelakangi perilakunya tersebut. Hal ini juga penting

untuk dilakukan untuk menilai integritas moral individu.

Pembangunan budaya Integritas secara

Nasional merupakan upaya sinergi seluruh komponen

bangsa yang dilaksanakan secara terus menerus.

Integritas Nasional, dianalogikan dengan bangunan

dengan pondasi nilai-nilai luhur bangsa yang

mewarnai komitmen nasional. Bangunan ini

bertujuan untuk mewujudkan tujuan nasional

dengan cara melakukan proses pembangunan sistem

integritas dan pembudayaan nilai-nilai yang ada.

Proses pembangunan integritas nasional dengan

lakukan dengan beberapa tahap. Setiap tahap

memberikan kontribusi yang jelas untuk mencapai

integritas nasional. Setidaknya ada empat proses

dalam pembangunan integritas nasional (Konvensi

Integritas Nasional) yaitu:

Pertama, Proses Internalisasi Integritas; sebagai

upaya menghasilkan integritas pribadi yang tinggi,

melalui berbagai strategi dan teknik internalisasi,

untuk memastikan bahwa nilai-nilai yang

disepakati organisasi dapat terinternalisasi dengan

Page 26: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

21

kuat dalam setiap pribadi, dan ditunjukkan dalam

perilaku keseharian.

Kedua, Proses Pembangunan Integritas; sebagai

upaya menjaga organisasi berintegritas tinggi,

yang digerakkan oleh kumpulan individu yang

berintegritas tinggi supaya seluruh elemen

organisasi menjadi satu kesatuan untuk mencapai

tujuan organisasi.

Ketiga, Proses Penyelarasan Atau Sinergi Pilar;

sebagai upaya untuk terjadinya sinergi dari

berbagai K/L/ O/P pada setiap sasaran (pilar)

sehingga terbentuk integritas pilar.

Keempat, Proses Penyelarasan Atau Sinergi

Berbagai Elemen Bangsa, merupakan upaya

mensinergikan berbagai pilar, sehingga

membentuk kekuatan berupa integritas nasional

yang dapat menjadi modal berarti bangsa dalam

memberantas korupsi.

C. Rambu-Rambu dan Pelanggaran Integritas

1. Rambu-rambu Integritas

a. Peraturan Perundangan

1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

Sipil Negara;

2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, kepala daerah merupakan

sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah

yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah otonom;

3) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 52

Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona

Page 27: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

22

Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan

Wilayah Birokrasi Bersih Melayani di Lingkungan

Instansi Pemerintah;

b. Relasi Masyarakat (Hubungan Masyarakat)

Suatu aturan/norma sangat sulit untuk

ditegakkan/ dijalankan di masyarakat apabila tidak

disertai sanksi. Sanksi/hukum adalah sesuatu yang

mengikat atau mengatur suatu tindakan manusia dalam

kehidupan masyarakat agar tertib dan bermartabat.

Etika mempunyai sifat baik atau buruk yang

mempunyai nilai universal, ukuranya pada nilai-nilai

moral. Tujuannya untuk mengatur prilaku

manusia/masyarakat agar berakhlak baik. Sanksi hukum

tidak ada, namum sanksinya dalam bentuk dikatakan

tidak bermoral (Im Moral), sehingga pelanggaran etika ini

akan dijauhi oleh mayarakat sehingga pelaku disisihkan

dalam pergaulan masyarakat.

Etiket mempunyai sifat sopan santun, ukurannya

seseorang berbudipekerti yang baik. Tujuannya untuk

mengarahkan prilaku seseorang mempunyai tatakrama

yang baik dalam pergaulan non formal. Etiket seseorang

bila dilakukan dengan baik ia akan mendapat simpati dari

orang-orang sekitarnya yang diajak bergaul tau menjadi

sosok orang yang menyenangkan di ajak bergaul.

Pelanggaran etiket ini tidak ada sanksinya, akan tetapi dia

akan mendapat cemoohan dari orang sekitarnya biasanya

dikatakan tidak sopan.

Kode Etik adalah standar dasar Etika Internal

Profesi. Tujuannya untuk mengatur tata tertib, juga

Page 28: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

23

memelihara prilaku Profesional Praktisi PNS. Sanksai yang

akan dijatuhkan bagi pelaggaran kode etik ini berupa

sebuuah teguran lesan atau tertulis dari Badan

Kehormatan Profesi. Pelanggaran yang lebih berat akan

mendapat sanksi di skorsing, jika masi belum berprilaku

baik makan badan kehormatan profesi dapat memecat

atau mengeluarkan mereka dari keanggotaan profesi.

Karena dianggap tidak layak lagi dudduk sebagai anggota

profesi.

Disiplin merupakan peraturan umum, mempunyai

tujuan untuk mengatur ketertiban individu dan organisasi.

Sanksi yang diterapkan lebih keras lagi, jika dibading

dengan kode etik. Karena disiplin ini sudah melibatkan

organisasi yang lebih besar seperti pemerintah/penguasa.

Sanksinya jika pelanggaran ringan mendapat teguran

lesan/tertulis, jika bebih berat lagi di skorsing. Pelnggaran

yang terbarat akan mendapat pemecatan dari anggata

profesi. Jika sebuah organisasi bisa dilakukan

pembubaran bahkan yang paling keras adalah pelarangan

terhadap suatu organisasi. Sehingga organisasi tersebut

harus tercabut /terhapus dari masyarakat (Ruslan. 1995)

Hukum mempunyai hukum publik bertujuan untuk

menjaga ketertiban sebagala prilaku individu/organisasi

dalam pergaulan dimasyarakat. Prilaku

individu/organesasi bisa merugikan masyarakat, baik

berupa moral maupun finansial, sehingga diperlukan

perlindungan hukum untuk mencapai keadilan hukum.

Sanksi yang dapat untuk mengikat, mengendalikan prilaku

individu/organisasi adalah hukum publik sehingga jika

ada pelanggaran bisa di jerat hukum perdata atau hukum

pidana.

Page 29: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

24

Dalam hubungan sesama PNS yang perlu

diperhatikan ada 2 yaitu perilaku terhadap sejawat dan

menjalin hubungan sesame profesi. Perilaku PNS terhadap

sejawat harus jujur dalam hubungan dengan klien atau

atasan waktu menjalankan tugas. Kejujuran merupakan

kunci seseorang PNS mendapat kepercayaan oleh teman

sejawat (PNS lainnya). Kepercayaan harus dibangun sejak

dini. Kepercayaan perhadap seseorang PNS memudahkan

jalannya interaksi tugas.

Kepercayaan yang diberikan oleh PNS dengan PNS

lain, atasan dengan bawahan atau sebaliknya, PNS dengan

mantan atasan atau sebaliknya. Menjaga rahasia PNS lain

atau atasan merupakan sebuah perlindungan yang harus

diberikan pada mereka, kerena mereka telah memberikan

amanah/kepercayaan yang harus dijalankan oleh pranata

PNS sebagai kewajiban.

Nilai PNS yang menghargai terhadap orang lain,

melakukan tindak atau mengeluarkan ucapan untuk

meningkatkan martabat PNS diri dan lainnya, atasan atau

mantan atasan. Dalam memberikan jasa-jasa kepada

masyarakat yang dilayani, PNS lainnya atau atasan,

menjalankan tugas sesuai fungsi dan tugas.

Nilai PNS saling melindungi sesama profesi, saling

menjaga reputasi atau tindakan profesional sejawatnya.

Bila teman sejawat bersalah karena melakukan tindakan

yang etis, yang melanggar hukum, atau yang tidak jujur

maka perlu diberikan saran untuk perbaikan.

Selanjutnya, PNS perlu menjalin hubungan sesama

profesi dengan baik. PNS wajib bertukar informasi sesama

Profesi, dan membantu memperlancar arus informasi,

Page 30: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

25

dengan saling bertukar informasi akan menambah/

memepererat jalinan persaudaraan antar profesi. Apalagi

zaman medern ini teknologi informasi dan komunikasi

sudah sangat maju seperti internet, handpon sangat

membantu praktisi PNS dalam melakukan komunikasi

atau saling bertukar informasi, walapun jaraknya sangat

jauh. Dengan mudahnya praktisi PNS menjalin hubungan

dengan sesama profesi akan membawa kemajuan,

perkembangan wawasan pengetahuan guna menunjang

pelaksanaan tugas yang profesional.

PNS wajib mendukung pelaksanaan tugas sesama

anggota. Pada hakekatnya sesama PNS merupakan satu

keluarga besar yang bekecimpung dalam suatu profesi,

sehingga bila salah satu anggota yang mengalami

kesulitan/hal yang negatif, maka semua yang seprofesi

juga akan merasakan, karena sudah merasa senasib dan

seperjuangan. Hanya saling mendukung sesama anggota

praktisi PNS, semua pekerjaan PNS yang seberat apapun

bisa dilaksanakan dengan ringan, dan baik.

Sesama anggota PNS tidak dibenarkan saling

mendiskreditkan. Jika terjadi saling mendiskreditkan

antara anggota akan menimbulukan saling curiga, dan

pada glirannya timbul tidak saling percaya sesama

anggota. Hal demikian akan memperlemah kekuatan yang

bisa mengacam keberadaan organisasi. Keberadaan suatu

organisasi tidak bisa membarikan manfaat bagi para

anggotanya maupun masyarakat, akan segera ditinggalkan

oleh anggota dan masyarakat, karena tidak dapat

bemberikan kontribusi apapun kepada anggota/

masyarakat dan akirnya organisasi tersebut bubar.

Page 31: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

26

c. Nilai Budaya Melayu

Budaya Melayu umumnya, khasnya Melayu Riau,

adalah budaya yang terbuka. Keterbukaan Melayu

berdampak berkembangnya majemuk masyarakat dan

budayanya. Kemajemukan inilah sebagai salah satu

khasanah budaya Melayu yang tangguh, serta sarat

dengan keberagaman. Karenanya, orang mengatakan

bahwa budaya Melayu bagaikan pelangi atau taman bunga

yang penuh warna warni, indah dan memukau. Salah satu

khasanah budaya Melayu yang paling sarat dengan nilai-

nilai utama sebagai jatidiri kemelayuan itu adalah adat

istiadatnya atau dikatakan adat resam.

Melalui proses keterbukaan itu pula adat resam

Melayu menjadi kaya dengan variasi, sarat dengan simbol

(lambang) dan falsafah. Kekayaan khasanah nilai itu dapat

disimak antara lain dari keberagaman alat dan

kelengkapan upacara adat, dari alat dan kelengkapan

pakaian pakaian adat, dari bentuk dan ragam hias rumah,

dari alat dan kelengkapan ruamh tangga, dari upacara-

upacara adat dan tradisi, dari ungkapan-ungkapan adat

(pepatah petitih, bidal, ibarat, perumpamaan, pantun,

gurindam, seloka, syair dll), yang mereka warisi turun

temurun. Karenanya, tidaklah berlebihan bila ada yang

berpendapat, bahwa khasana budaya Melayu merupakan

samudera budaya dunia, sebab di dalam budaya Melayu

memang terdapat berbagai unsur budaya dunia. Dengan

sifat keterbukaan itu pula budaya Melayu mampu

menyerap beragam unsur budaya luar, sehingga

memperkaya khasanah budaya Melayu itu sendiri.

Page 32: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

27

Keterbukaan budaya Melayu tidak bermakna

terdedah tanpa penapis, sebab adat istiadat Melayu

menjadi salah satu penapis utama dari masuknya unsur-

unsur negatif budaya luar. Nilai-nilai adat yang Islami

itulah yang senantiasa menyaring dan memilah setiap

unsur budaya luar yang masuk. Unsur yang baik mereka

serap dengan kearifan yang tinggi, sedangkan yang buruk

merka buang dan jauhkan.

Peranan adat nampaknya tidak lagi sekental

dahulu, sehingga fungsi penapisnya juga turut luntur dan

melemah. Akibatnya, di dalam masyarakat Melayu Riau,

banyak sudah unsur-unsur negatif budaya luar yang

masuk dan merebak kedalam masyarakat Melayu,

terutama melanda generasi mudanya. Indikasi ini dengan

mudah dapat disimak, antara lain dari berkembangnya

kemaksiatan (prostitusi, perjudian, minuman keras,

narkoba, tindakan kejahatan dll), yang menjangkau sampai

kepelosok-pelosok perkampungan Melayu.

Menurunnya wibawa adat, menyebabkan terjadi

semacam krisis akhlak, sehingga banyak sudah anggota

masyarakat adat Melayu yang tidak lagi berperilaku

sebagai orang beradat, tetapi berubah menjadi orang yang

emosional, menjadi orang yang kasar langgar, menjadi

orang yang kehilangan sopan santun, menjadi orang yang

bangga dengan hujat menhujat, menjadi orang yang

berburuk sangka, menjadi orang yang hidup nafsu nafsi,

menjadi orang yang mau menang sendiri, menjadi orang

yang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya semata

dan sebagainya.

Orang Melayu menetapkan identitasnya dengan tiga

ciri pokok, yaitu berbahasa Melayu, beradat-istiadat

Page 33: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

28

Melayu, dan beragama Islam. Adat Melayu di Riau dapat

dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu adat sebenar adat, adat

yang diadatkan, dan adat yang teradat.

1) Adat Sebenar Adat

Adat sebenar adat adalah prinsip adat Melayu yang

tidak dapat diubah-ubah. Prinsip tersebut tersimpul

dalam adat bersendikan syarak. Ketentuan-ketentuan

adat yang bertentangan dengan hukum syarak tidak

boleh dipakai lagi dan hukum syaraklah yang dominan.

Dalam ungkapan dinyatakan:

Adat berwaris kepada Nabi

Adat berkhalifah kepada Adam

Adat berinduk ke ulama

Adat bersurat dalam kertas

Adat tersirat dalam sunah

Adat dikungkung kitabullah

Itulah adat yang tahan banding

Itulah adat yang tahan asak

Dari ungkapan di atas jelas terlihat betapa bersebatinya

adat Melayu dengan ajaran Islam. Dasar adat Melayu

menghendaki sunah Nabi dan Al Quran sebagai

sandarannya. Prinsip itu tidak dapat diubah, tidak

dapat dibuang, apalagi dihilangkan, itulah yang disebut

adat sebenar adat.

2) Adat yang Diadatkan

Adat yang diadatkan adalah adat yang dibuat oleh

penguasa pada suatu kurun waktu dan adat itu terus

berlaku selama tidak diubah oleh penguasa berikutnya.

Adat ini dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi dan

Page 34: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

29

perkembangan zaman, sehingga dapat disamakan

dengan peraturan pelaksanaan dari suatu ketentuan

adat. Perubahan terjadi karena menyesuaikan diri

dengan perkembangan zaman dan perkembangan

pandangan pihak penguasa, seperti kata pepatah Sekali

air bah, sekali tepian beralih. Dalam ungkapan

disebutkan:

Adat yang diadatkan

Adat yang turun dari raja

Adat yang datang dari datuk

Adat yang cucur dari penghulu

Adat yang dibuat kemudian

Selanjutnya petuah-petuah yang diajarkan oleh Raja Ali

Haji dalam Gurindam Dua Belas juga memberikan

bimbingan bagi anggota masyarakat Melayu tentang

seharusnya orang Melayu bersikap dan bertingkah-laku

sesuai dengan yang diinginkan oleh adat Melayu.

Gurindam Dua Belas memuat dua belas pasal. Sebagai

gambaran, berikut kutipan pasalnya:

Pasal lima

Jika hendak mengenal orang yang berbangsa

Lihat kepada budi dan bahasa

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia

Sangat memeliharakan yang sia-sia

Selanjutnya para penguasa (raja) mengatur hak dan

kewajiban para kawula menurut tingkat sosial mereka.

Hak-hak istimewa raja dan para pembesar diatur dan

diwujudkan dalam bentuk rumah, bentuk dan warna

Page 35: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

30

pakaian, kedudukan dalam upacara-upacara, dan

larangan bagi rakyat biasa untuk memakai atau

mempergunakan jenis yang sama. Dengan demikian

tercipta ketentuan-ketentuan yang berisi suruhan dan

pantangan. Di samping itu juga tercipta kelas-kelas

dalam masyarakat yang pada umumnya terdiri dari raja

dan anak raja-raja, orang baik-baik, dan orang

kebanyakan.

Adat-istiadat Melayu, adat yang diadatkan mengalami

berbagai perubahan dan variasi. Hampir dapat

dipastikan bahwa adat ini merupakan adat yang paling

banyak ragamnya, sesuai dengan wilayah tumbuh dan

berkembangnya. “Adat yang diadatkan” yang terdapat di

daerah Riau beragam. Jika adat yang diadatkan di

seluruh wilayah Provinsi Riau dibahas secara

mendalam, akan dijumpai perbedaan dan persamaan

antara kerajaan-kerajaan tersebut. Perbedaannya hanya

terbatas dalam masalah “tingkat adat” saja, sedangkan

adat sebenar adat tetap sama. Demikian pula dengan

ketentuan-ketentuan dalam upacara, seperti dalam

upacara nikah kawin, upacara yang menyangkut daur

hidup, dan sebagainya.

3) Adat yang Teradat

Adat ini merupakan konsensus bersama yang dirasakan

baik, sebagai pedoman dalam menentuhan sikap dan

tindakan dalam menghadapi setiap peristiwa dan

masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

Konsensus itu dijadikan pegangan bersama, sehingga

merupakan kebiasaan turun-temurun. Oleh karena itu,

adat yang teradat ini pun dapat berubah sesuai dengan

Page 36: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

31

nilai-nilai baru yang berkembang. Tingkat adat nilai-nilai

baru yang berkembang ini kemudian disebut sebagai

tradisi.

Pelanggaran terhadap adat ini sanksinya tidak seberat

kedua tingkat adat yang disebutkan di atas. Jika terjadi

pelanggaran, maka orang yang melanggar hanya ditegur

atau dinasihati oleh pemangku adat atau orang-orang

yang dituakan dalam masyarakat. Namun, si pelanggar

tetap dianggap sebagai orang yang kurang adab atau

tidak tahu adat. Ketentuan adat ini biasanya tidak

tertulis, sehingga pengukuhannya dilestarikan dalam

ungkapan yang disebut “pepatah adat” atau “undang

adat”. Apabila terjadi kasus, maka diadakan

musyawarah. Dalam musyawarah digunakan “ungkapan

adat” yang disebut “bilang undang”. Hal ini dijelaskan

dalam ungkapan berikut:

Rumah ada adatnya

Tepian ada bahasanya

Tebing ditingkat dengan undang

Negeri dihuni dengan lembaga

Kampung dikungkung dengan adat

Selanjutnya “bilang undang” itu mempunyai sifat-sifat

petunjuk, seperti yang tersirat dalam ungkapan berikut:

Hukum sipalu palu ular

Ular dipalu tidak mati

Dari uraian dapat disimpulkan bahwa ketentuan-

ketentuan adat yang lebih dikenal sebagai hukum tidak

tertulis telah diwariskan dalam bentuk undang-undang,

ungkapan, atau pepatah-petitih.

Page 37: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

32

4) Adat-Istiadat Dalam Pergaulan Orang Melayu Di Riau

Interaksi sosial antara sesama warga negara dalam

masyarakat majemuk itu menuntut kerangka rujukan

(term of reference) maupun mekanisme pengendali yang

mampu memberikan arah dan makna kehidupan

bermasyarakat, yaitu kebudayaan yang dapat

menjembatani pergaulan sesama warga negara secara

efektif.

Adat-istiadat yang merupakan pola sopan-santun dalam

pergaulan orang Melayu di Riau sebenarnya sudah lama

menjadi pola pergaulan nasional sesama warga negara.

Bahasa Melayu yang telah menjadi bahasa nasional

Indonesia mengikutsertakan pepatah, ungkapan,

peribahasa, pantun, seloka, dan sebagainya yang hidup

dalam masyarakat Melayu menjadi milik nasional dan

dipahami oleh semua warga negara Indonesia. Ajaran,

tuntunan, dan falsafah yang diajarkan melalui pepatah,

peribahasa, dan sebagainya itu telah membudaya di

seluruh Indonesia, sehingga tidak mudah untuk

mengidentifikasi pepatah dan peribahasa yang berasal

dari Melayu dan yang bukan dari Melayu.

Dalam masyarakat Melayu di Riau, sikap dan tingkah-

laku yang baik telah diajarkan sejak dari buaian hingga

dewasa. Sikap itu diajarkan secara lisan dan

dikembangkan melalui tulisan-tulisan. Raja Ali Haji,

pujangga besar Riau telah banyak meninggalkan ajaran-

ajaran seperti Gurindam Dua Belas, Samaratul

Muhimmah, dan manuskrip-manuskrip lainnya.

Sopan-santun dalam pergaulan sesama masyarakat

menyangkut beberapa hal, yaitu tingkah-laku, tutur-

Page 38: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

33

bahasa, kesopanan berpakaian, serta sikap menghadapi

orang tua/orang sebaya, orang yang lebih muda, para

pembesar, dan sebagainya. Tingkah-laku yang terpuji

adalah yang bersifat sederhana. Pola hidup sederhana

yang dicanangkan oleh pemerintah Republik Indonesia

sejalan dengan sifat ideal orang Melayu.

Kesederhanaan memang sudah menjadi sifat dasar

orang Melayu sehingga terkadang karena salah bawa

menjadi sangat berlebihan. Kesederhanaan ini membawa

sifat ramah dan toleransi yang tinggi dalam pergaulan.

Kesederhanaan ini digambarkan pula dalam pepatah

Mandi di hilir-hilir, berkata di bawah-bawah, Ibarat padi,

kian berisi kian runduk. Gotong-royong dan seia sekata

sangat dianjurkan. Banyak pepatah dan ungkapan yang

menjadi falsafah hidup orang Melayu bertahan sampai

sekarang, seperti misalnya:

Berat sama dipikul

Ringan sama dijinjing

Ungkapan-ungkapan yang menyangkut kebersamaan

masih sangat banyak, karena masalah gotong royong

dan kerukunan bersama merupakan masalah penting

dalam pergaulan orang Melayu. Adat-Istiadat Dalam

Pergaulan Orang Melayu di Riau diwujudkan dalam

tutur kata, sopan santun berpakaian dan adab

pergaulan:

a) Tutur-Kata

Bertutur dan berkata, ditemukan dalam memberikan

nasihat, karena kata berpengaruh bagi keselarasan

pergaulan, “Bahasa menunjukkan bangsa”.

Pengertian “bangsa” yang dimaksud di sini adalah

Page 39: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

34

“orang baik-baik” atau orang berderajat yang juga

disebut “orang berbangsa”. Orang baik tentu

mengeluarkan kata-kata yang baik dan tekanan

suaranya akan menimbulkan simpati orang. Orang

yang menggunakan kata-kata kasar dan tidak

senonoh, dia tentu orang yang “tidak berbangsa” atau

derajatnya rendah. Bahasa selalu dikaitkan dengan

budi, oleh karena itu selalu disebut “budi bahasa”.

Dengan demikian, ketinggian budi seseorang juga

diukur dari kata-katanya, seperti ungkapan:

Hidup sekandang sehalaman

Tidak boleh tengking-menengking

Tidak boleh tindih-menindih

Tidak boleh dendam kesumat

Oleh karena itu, kata dan ungkapan memegang

peran penting dalam pergaulan, maka selalu

diberikan tuntunan tentang kata dan ungkapan agar

kerukunan tetap terpelihara. Tinggi rendah budi

seseorang diukur dari cara berkata-kata. Seseorang

yang mengeluarkan kata-kata yang salah akan

menjadi aib baginya, seperti kata pepatah “Biar salah

kain asal jangan salah cakap”.

b) Sopan-Santun Berpakaian

Dari pepatah “Biar salah kain asal jangan salah

cakap” juga tercermin bahwa salah kain juga

merupakan aib. Dalam masyarakat Melayu,

kesempurnaan berpakaian menjadi ukuran bagi

tinggi rendahnya budaya seseorang. Makin tinggi

kebudayaannya, akan semakin sempurna

pakaiannya. Selain itu, sopan-santun berpakaian

Page 40: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

35

menurut Islam telah menyatu dengan adat. Orang

yang sopan, pakaiannya sempurna, tidak

bertelanjang dada, dan lututnya tidak terbuka,

seperti dinyatakan dalam ungkapan:

Elok sanggam menutup malu

Sanggam dipakai helat jamu

Elok dipakai berpatut-patut

Letak tidak membuka aib

Orang Melayu sejak dahulu sudah mengenal mode,

terbukti dengan adanya berbagai jenis pakaian, baik

pakaian pria maupun wanita. Demikian pula

perhiasan sebagai pelengkap berpakaian. Melayu

mengenal penutup kepala bagi lakilaki yang disebut

“tengkolok” atau “tanjak” dengan 42 jenis ikatan.

Pakaian daerah atau pakaian tradisonal Melayu

bermacam-macam dan cara memakainya pun

disesuaikan dengan keperluan. Cara berpakaian

untuk ke pasar, ke masjid, bertandang ke rumah

orang, atau ke majelis perjamuan dan upacara ada

etikanya sendiri-sendiri. Kerajaan Siak Sri Indrapura

telah menetapkan cara berpakaian bagi para pejabat

yang bekerja di balai (kantor) dan cara berpakaian

rakyat yang datang ke balai dalam Babul Qawa„id.

Beberapa ungkapan mengenai pakaian (Effendy,

1985):

Seluar panjang semata kaki

Goyang bergoyang ditiup angina

Kibarnya tidak lebih sejengkal

Pesaknya tidak dalam amat

Page 41: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

36

Elok sanggam menutup malu

c) Adab dalam Pergaulan

Pedoman adab dan sopan-santun dalam pergaulan

adalah norma Islam yang sudah melembaga menjadi

adat. Di dalamnya terdapat berbagai pantangan,

larangan, dan hal-hal yang dianggap “sumbang”.

Pelanggaran dalam hal ini menimbulkan aib besar

dan si pelanggar dianggap tidak beradab. Terdapat

beberapa sumbang, yaitu sumbang dipandang mata,

sumbang sikap, dan sumbang kata yang pada

umumnya disebut “tidak baik”.

Karakter anggota masyarakat Riau dibentuk oleh

norma-norma ini. Dengan demikian tercipta pola

sikap dalam pergaulan, seperti sikap terhadap orang

tua, terhadap ibu bapak, terhadap penguasa atau

pejabat, terhadap orang sebaya, terhadap orang yang

lebih muda, antara pria dan wanita, bertamu ke

rumah orang, dalam upacara, dan sebagainya.

Banyak ungkapan yang kita jumpai di dalam

masyarakat Melayu yang digunakan sebagai

tuntunan, di antaranya sebagai berikut (Effendy,

1985):

Guru kencing berdiri

Murid kencing berlari

Kalau menyengat kupiah imam

Akan melintang kupiah makmum

Berseloroh sama sebaya

Berunding sama setara

Page 42: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

37

Karena begitu banyaknya ungkapan, maka tidak

mungkin jika semuanya dikemukakan di sini. Yang

jelas, dalam masyarakat Melayu Riau etika pergaulan

sangat dipentingkan.

Sebagai kesimpulan, ajaran Melayu dalam kehidupan

sehari-hari dapat dibaca pada kutipan: “adat

bersendikan syarak” adat-istiadat Melayu Riau

dinamis dan membuka diri terhadap perkembangan

zaman. Etika pergaulan orang Melayu Riau telah

memberikan saham dalam kehidupan antar warga

Indonesia. Ajaran adat dan kebiasaan Melayu perlu

dipulihkan dengan cara-cara yang sesuai dengan

keadaan sekarang.

2. Pelanggaran Integritas

Beberapa pelanggaran integritas adalah pelanggaran

terhadap kejujuran, konsistensi dan keberanian. menurunkan

wibawa adat dan menyebabkan terjadi semacam krisis akhlak.

Pelanggaran tersebut antara lain: PNS yang tidak lagi

berperilaku menjadi orang yang bangga dengan hujat

menghujat, menjadi orang yang berburuk sangka, berpakaian

tidak sopan dan tidak pada tempatnya, emosional, menjadi

orang yang kasar langgar, menjadi orang yang kehilangan

sopan santun, menjadi orang yang hidup nafsu nafsi, menjadi

orang yang mau menang sendiri, menjadi orang yang

mementingkan diri sendiri atau kelompoknya semata,

berkorupsi dan sebagainya.

Perilaku bangga dengan hujat menghujat, menjadi orang yang

berburuk sangka adalah tidak baik dan tidak konsisten. Tidak

konsisten melaksanakan ajaran Budaya Melayu. Hal tersebut

melanggar tutur kata Melayu:

Page 43: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

38

Hidup sekandang sehalaman

tidak boleh tengking-menengking

tidak boleh tindih-menindih

tidak boleh dendam kesumat

Berpakaian tidak sopan dan tidak pada tempatnya adalah

tidak baik. Berpakaian tidak sesuai dengan ajaran

dilingkungannya menurunkan kepercayaan diri (keberanian).

Hal tersebut melanggar Sopan-Santun Berpakaian, ungkapan

Melayu yang dilanggar adalah:

Seluar panjang semata kaki

Goyang bergoyang ditiup angina

Kibarnya tidak lebih sejengkal

Pesaknya tidak dalam amat

Elok sanggam menutup malu

Ungkapan lainnya yang terkait dengan kesopanan berpakaian

adalah

Elok sanggam menutup malu

Sanggam dipakai helat jamu

Elok dipakai berpatut-patut

Letak tidak membuka aib

Berperilaku emosional, menjadi orang yang kasar langgar,

menjadi orang yang kehilangan sopan santun, menjadi orang

yang hidup nafsu nafsi, menjadi orang yang mau menang

sendiri, menjadi orang yang mementingkan diri sendiri atau

kelompoknya semata, berkorupsi adalah tidak baik dan tidak

menjunjung kejujuran. Hal tesebut melanggar adab dalam

pergaulan. Kerangka acuan adab dan sopan-santun dalam

pergaulan adalah norma Islam yang sudah melembaga menjadi

adat. Seharusnya kita melaksanakan ungkapan Melayu:

Page 44: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

39

Guru kencing berdiri

Murid kencing berlari

Kalau menyengat kupiah imam

Akan melintang kupiah makmum

Page 45: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

40

BAB III

KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS

Integritas Nasional adalah kondisi ketika seluruh

komponen bangsa melakukan tindakan sesuai dengan nilai,

aturan, budaya dan tugas yang diemban melalui keselarasan dan

pengendalian untuk mencapai tujuan nasional.

Untuk mencapai kondisi tersebut, pembangunan

integritas nasional ditempuh melalui pembangunan integritas

individu, integritas organisasi, integritas pilar dan nasional.

A. Integritas Individu

Dalam sistem integritas, kata kuncinya adalah integritas.

Kata integritas berasal dari bahsaa latin, yang berarti tidak

terpengaruh, utuh, tegak atau dapat diandalkan. Dalam

bahasa Inggris disebut integrity, dalam Kiamus Besar Bahasa

Indonesia , integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang

menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi

dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan

kejujuran. Dalam Stanford Encyclopedia of Philosophy kata

Integritas mengacu pada keutuhan, kelengkapan dan

kemurnian. Dalam Oxford Dictionary, Integritas didefinisikan:

“the quality of being honest and having strong moral principles”.

Hasil kajian terhadap berbagai literatur menemukan

beragam definisi tentang integritas, diantaranya :

1. Seseorang berpegang pada apa yang menurut orang

tersebut berharga atau dianggap etis (Harcourt, 1998);

2. Sejauh mana berbagai komitmen yang kita miliki selaras,

utuh secara menyeluruh (Furrow, 2005);

Page 46: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

41

3. Ketika berbicara tentang integritas, kita berbicara tentang

menjadi orang yang utuh, yang terpadu, dan seluruh bagian

diri kita yang berlainan bekerja dengan baik dan berfungsi

sesuai rancangan (Henry Cloud, 2007);

4. Integritas adalah “maining social, ethical, and organizational

norm, firmly adherring to code of conduct and a ethical

principle”. Dengan pengertian tersebut integritas

diterjemahkan menjadi tiga tindakan kunci (key action)

yang dapat diamati (observable). Pertama, menunjukkan

kejujuran (demonstrate honesty), yaitu bekerja dengan

orang lain secara jujur dan benar menyajikan informasi

secara lengkap dan akurat. Kedua, memenuhi komitmen

(keeping commitment), yaitu melakukan apa yang telah

dijanjikan, tidak membocorkan rahasia. Ketiga, berperilaku

secara konsisten (behave consistently), yaitu menunjukkan

tidak adanya kesenjangan antara kata dan prbuatan

(Andreas Harefa, 2000).

5. I = C1 + A + E – C2 ; I : Integrity, C1 : Competency, A :

Accountability, E : Ethics, C2 : Corruption (Fredrick

Galtung, 2005).

6. Integritas adalah integrasi dario sifat-sifat dan kemampuan

yang dikagumi kedalam sebuah sistem kebijakan yang

berfungsi (Puka, 2005).

7. Seseorang/Institusi dikatakan berintegritas, jika

seseorang/institusi tersebut ketika melakukan tindakan

konsisten sesuai dengan nilai, tujuan dan tugas yang

diemban oleh seseorang/institusi tersebut (Brown et al,

2005).

8. Integritas bukanlah suatu kebajikan atau suatu ciri

karakter dalam arti sempit, tetapi merupakan konsep

Page 47: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

42

formulasi makro yang mencakup kumpulan nilai kebajikan,

integritas mengacu pada hubungan diantara

serangkain/suatu set nilai moral, dimana nilai moral ini

konsisten dengan serangkan/satu set dengan nilai sosial,

dan integritas lebih jauh membutuhkan keselarasan antara

perilaku dengan serangkan/satu set nilai moral/sosial

disepanjang waktu dan berbagai konteks sosial (Dunn,

2009).

9. Nilai yang mengacu pada konsep kebajikan (virtue theotery)

dari Aristoteles dan moral theory dari Kant. Aristoteles

mendefenisikan kebahagiaan sebagai aktivitas jiwa yang

mengikuti atau diakibatkan dari prinsip rasional, yang

berhubungan erat dengan kesempurnaan. Kant

menyatakan bahwa niat baik adalah sumber dari nilai, dan

tanpa niat baik segala seseuatunta tidak ada artinya

(C.Korsgaard;1986).

Berdasarkan hasil diskusi terfokus yang melibatkan

stake holder integritas di Indonesia dirumuskan konsep kadar

integritas yang terdiri dari 3(tiga) tingkat yaitu:

1. Rendah : Jujur mengikuti nurani, yang selalu pasti

mengarahkan pada kebaikan dan

kebenaran (nilai-nilai universal)

2. Sedang : Konsisten untuk jujur mengikuti nurani

walaupun datang godaan

3. Tinggi : Berani untuk konsisten jujur mengikuti

nurani walaupun harus menanggung risiko

Berdasarkan konsep kadar integritas, Indonesia sudah

mengembangkan konsep penilaian potensi integritas yang

efektif dan efisien melalui instrumen identifikasi potensi

integritas melalui EBA (Executive Brain Assessment). Pada

Page 48: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

43

konsep EBA terdapat delapan aspek yang dinilai kemudian

diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) cluster yaitu integritas primer,

integritas skunder, dan integritas tersier. Dengan pendekatan

EBA, proses assessment untuk seleksi penggerak integritas,

agen pengeerak integritas serta duta integritas menjadi lebih

terukur.

B. Integritas Organisasi

Teori-teori yang membahas integritas tidak hanya dalam

konteks individu tetapi berkembang juga dalam konteks lebih

luas lagi yaitu organisasi, meskipun integritas individu dan

integritas organisasi saling terkait, dalam mendefinisikan

integritas organisasi terdapat perbedaan antara definisi

integritas individual dan integritas organisasi:

1. Integritas organisasi diartikan sebagai :1) usaha-usaha dan

kebijakan organisasi untuk mendukung tercapainya

integritas personal/ individu; 2) bahwa dalam membentuk

integritas organisasi harus dilihat juga pengaruh dari

interaksi personal/individu satu sama lain

(Vandekerckhove, 2008)

2. Organisasi dikatakan berintegritas jika institusi tersebut

ketika melakukan tindakan konsisten sesuai dengan nilai,

tujuan dan tugas yang diemban oleh organisasi tersebut

(Brown et al,2005).

3. Integritas dalam kerangka institusi layanan publik diartikan

sebagai: 1) Perilaku pemberi layanan yang sejalan dengan

tujuan organisasi dimana mereka bekerja; 2)Operasi

layanan publik sehari-hari dapat diandalkan; 3)Warga

menerima layanan tanpa pembedaan berdasarkan keadilan

dan aspek legalitas; 4)Sumber daya publik digunakan

secara efektif, efisien dan tepat; 5)Prosedur pengambilan

Page 49: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

44

keputusan transparan kepada publik dan pengukuran

dilakukan agar publik dapat melihat (OECD, 2000).

4. Integritas dan etika didefinisikan sebagai sebuah komitmen

pada pemikiran dan tindakan moral di semua aspek

mengenai bagaimana organisasi dikelola dan dijalankan

(Dubinsky dan Richter, 2009).

Integritas organisasi akan terbentuk jika dibangun oleh

individu yang memiliki integritas kadar tinggi yang disebut

sebagai tunas integritas. Sesuai dengan konsep pareto 20/80,

diharapkan jumlah mereka mencapai 20% dari total individu

yang ada di organisasi. Dengan kadar integritas yang tinggi

dari para tunas integritas akan menjamin terwujudnya

integritas organisasi (pendekatan inside out). Integritas

organisasi yang sudah terbangun akan membuat 80% anggota

organisasi lain akan terkondisikan berintegritas (pendekatan

outside in).

Integritas organisasi yang dibangun oleh para tunas

integritas terdiri dari penyelarasan (alignment) dan

pengendalian yang semakin menjamin sampai pada tujuan

(assurance). Berdasarkan proses penyelarasan berbagai sistem

yang dijalankan di Indonesia diperoleh 16 komponen sistem

integritas yang terdiri dari:

1. Selesksi dan keteladaan pimpinan

2. Revitalisasi kode etik dan pedoman perilaku

3. Manajemen risiko

4. Peran pengawasan internal

5. Pengelolaan gratifikasi dan hadiah

6. Revitalisasi pelaporan harta kekayaan

7. Whistle Blower System (WBS)

8. Evaluasi eksternal integritas

Page 50: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

45

9. Post Employment

10. Pengungkapan isu dan uji integritas

11. Manajemen SDM

12. Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja

13. Pengadaan Barang dan Jasa

14. Kehandalan SOP

15. Keterbukaan Informasi Publik

16. Pengelolaan Aset

Untuk menjamin keberlangsungan, sitematika dan

integrasi proses pembangunan sistem integritas organisasi

perlu dibentuk komite integritas, yang merupakan forum

khusus para pemilik posisi strategis di organisasi. Melalui

forum tersebut pemangku posisi strategis dapat saling menjaga

agar terhindar dar KKN dan mendukung tunas integritas

dalam pembangunan integritas Nasional serta memastikan

kesinambungan upaya pencapaian tujuan organisasi.

C. Integritas Nasional

Kata kunci integrits nasional dan pilar adalah sinergi

dari organisasi-organisasi berintegritas yang berkolaborasi

untuk mewujudkan tujuan nasional. Salah satu kolaborasi itu

memastikan korupsi turun, turunnya korupsi sebagai dampak

dari naiknya budaya integritas di Indonesia.

Mengingat bahwa yang melakukan sinergi adalah

organisasi-organisasi yang berintegritas maka hubungan

timbal balik atau sinergi bukan merupakan kolusi melainkan

hubungan yang membangun sistem akuntabilitas horizontal

sebagai komplementer sistem akuntabilitas vertikal yang

diatur oleh konstitusi, dam berbagai ketentuan.

Page 51: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

46

Sistem Integritas Nasional berdasarkan teori Jeremy

Pope (2000) mengilustarasikan Integritas Nasional dengan

gambar bangunan yang bertujuan menopang tatanan hukum,

pembangunan berkelanjutan, dan kualitas hidup. Dalam

konsep road map KPK bangunan tersebut ditopang oleh pilar-

pilar institusi yaitu:Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa

Keuangan (OJK), Legislatif, Eksekutif, Yudikatif, Layan Publik,

Penegak Hukum, Penyelenggara Pemilu, Ombudsman,

Lembaga Audit, KPK, Partai Politik, Media, Masyarakat Sipil,

dan Swasta/Binis. Pilar-pilar tersebut berdiri di atas pondasi

Politik, Ekonomi, Sosoal, dan Budaya.

Harold Travor (2012) menyatakan bahwa pemberantasan

korupsi adalah sarana untuk mencapai tujuan nasinal suatu

negara. Pemberantasan korupsi untuk kondisi yang sudah

sistemik dan merupakan praktek tradisi yang berkelanjutan

memerlukan pendekatan yang komprehensif baik dari aspek

pribadi, sistem dan budaya. Sehingga diskusi terkait korupsi

tidak lagi hanya sebatas pendekatan kejahatan, tetapi bergeser

pula pada pendekatan budaya, yang pada intinya lebih terkait

pada standar kebaikan (standard of goodness). Alain sham

(2012) menyatakan bahwa upaya pemberantasan korupsi perlu

disesuaikan dengan yuridiksi, kondisi dan budaya masing-

masing negara.

Kesadaran Bangsa Indonesia akan pendekatan structure

follow strategy menyebabkan pilar-pilar Integritas Nasional

bukan berupa institusi (struktur) namun berupa sasaran yang

akan menjadi fokus bersama dalam melakukan kolaborasi.

Dalam hal ini sasaran tersebut sebagaimana tertuang dalam

Pembukaan UUD 1945.

Selama ini pemahaman yang berkembang adalah power

tend to corrupt (kekuasaan cenderung korup) diharapkan

Page 52: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

47

dengan terbangunnya komite integritas disetiap organisasi

maka yang akan berkembang adalah pemahaman power to

integrity (kekuasaan cenderung berintegritas).

Kolaborasi orang-orang strategis yang memiliki kadar

integritas tinggi (komite integritas) akan melahirkan: 1).

Akuntabilitas horizontal yang dapat menjaga organisasi dan

pilar dari korupsi: 2). Organisasi yang saling mendukung

untuk mencapai tujuan nasional.

Kolaborasi yang dilakukan antar organisasi yang

berintegritas untuk mewujudkan sasaran (pilar) sistem

integritas nasional, mencakup tiga ruang lingkup sebagai

berikut:

1. Peran/konstribusi (role), yaitu memastikan setiap pilar

menjalankan tugas pokok dan fungsi secara berintegritas,

dengan berbasiskan keunggulan masing-masing, untuk

selanjutnya dikolaborasikan dengan pilar lainnya, dalam

pembanguna Sistem Integritas Nasional;

2. Peran dan kontribusi masing-masing pilar, diidentifi-

kasikan, saling diketahui, saling memberdayakan agar

pencapaian tujuan berjalan secara efektif. Aspek-aspek

yang perlu saling diketahui:

a. Peran organisasi sebagai bagian yang mendistribusikan

integritas kepada organisasi lainnya dalam satu pilar,

atau pilar yang mendistribusikan integritas pada pilar

lainnya, hingga mecapai kesetaraan.

b. Jenis hubungan apakah sebagai mandat konstitusi,

kebijakan dan operasional.

3. Integritas organisasi: Kolaborasi dalam kerangka

pembangunan sistem integritas dilakukan dengan saling

menilai dan memberikan masukan terkait integrity dash

Page 53: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

48

board masing-masing organisasi serta ditindaklanjuti

untuk saling belajar (studi banding), pendampingan,

magang, peyediaan tenaga ahli (coaching). Integrity dash

board yang dimaksud adalah tingkatan pembangunan

integritas yang dicapai oleh masing-masing organisasi yang

terdiri dari:

a. level of sharing: Kapasitas (kekuatan) dan jenis

keunggulan untuk berkontribusi dalam pembangunan

Sistem Integritas Nasional.

b. Tingkat Keterlibatan (Level of engagement) organisasi

dalam pembangunan integritas organisasi, pilar, dan

nasional.

c. Kemampuan organisasi untuk penyelarasan (level of

alignment) dan pengendalian yang semakin menjamin

sampai pada tujuan (level of assurance).

d. Kapasitas (capacity) agar dapat membangun sistem

integritas, budaya organisasi, dan menjalankan

perannya secara berintegritas, maka masing-masing

organisasi harus memiliki kapasitas untuk

menjalankan kedua hal tersebut. Kapasitas yang perlu

dibangun masing-masing organisasi adalah kapasitas

SDM, Dana, Teknologi dan Informasi Komunikasi.

Berdasarkan pendekatan konsep hukum capital, yang

menitikberatkan peranan SDM kompetensi dalam

pencapaian tujuan organisasi maka terkait kapasitas

perlu dipastikan tersedianya SDM yang kompeten.

Bentuk konkritnya untuk menjamin tersedianya SDM

yang kompeten maka setiap organisasi menjalankan

pendekatan corporate university. Keseluruhan aspek di

atas perlu dikelola dan ditindaklanjuti dalam bentuk

Page 54: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

49

kolaborasi yang efektif melalui proses bertahap secara

gradual melalui pendekatan Indonesia Corporate

University (I-CORPU).

Andi Hamzah (2007) menyatakan bahwa salah satu

penyebab terjadinya korupsi disebabkan oleh latar belakang

kebudayaan atau kultur Indonesia yang cukup permisif

terhadap perbuatan korupsi. Soejono Dirdjosisworo (1983) juga

menyatakan bahwa faktor sosial budaya berpengaruh terhadap

psikologi perilaku, misalnya kultur malu pada suatu keluarga.

Suatu keluarga termasuk berkedudukan dan terpandang,

tetapi tidak mampu menampung dan memberi kesenangan

kepada saudaranya, keadaan ini akan mendorong orang dalam

keluarga tersebut melakukan korupsi.

Menurut Syed Hussein Alatas (1986) terjadinya korupsi

di antaranya disebabkan oleh:1) ketiadaan dan kelemahan

kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci, yang mampu

mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi, 2)

kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.

Begitu banyak definisi dan konsep integritas serta

kaitannya dengan budaya, sistem dan perilaku, sehingga

penting untuk dapat membuat defenisi yang cocok dan dapat

diterima oleh semua elemen bangsa, serta sangat penting pula

untuk membuat sistem integritas nasional yang cocok dan

efektif untuk konteks bangsa dan negara Indonesia,

khususnya terkait pemberantasan korupsi.

Berbagai konsep dan definisi yang ada dapat dijadikan

bahan eksplorasi untuk mewujudkan impian masa depan

Indonesia yang lebih baik, sebagaimana diamanahkan dalam

Undang-undang Dasar Republik Indonesia, dan dengan

partisipasi seluruh elemen bangsa akan diwujudkan menjadi

kenyataan.

Page 55: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

50

BAB IV

AKTUALISASI BUDAYA INTEGRITAS DAN BUDAYA MELAYU

National Integrity Plann adalah rumusan dan peta jalan yang

disusun untuk mencapai visi nasional dalam pembangunan

integritas bangsa. National Integrity Plan disusun untuk periode

waktu 2016-2025 dengan menggunakan pendekatan apresiatif

Inquiry yang dievaluasi secara tahunan untuk memastikan

pencapaian visi tersebut.

A. Discovery

Memetakan kondisi sekarang sebagai modal (strength

dan opportunity) yang menjadi acuan awal untuk menyusun

road map pembangunan integritas nasional. Aspek yang

dijadikan parameter adalah yang menjadi prioritas

penanganan, tingkat budaya integritas, filter masyarakat

terhadap budaya negative, tingkat sinergi antar KLOP, level

integritas KLOP, ukuran-ukuran kuantitatif integritas nasional

(indeks kebahagiaan, indeks integritas nasional).

No Indikator Kondisi Saat Ini

1 Prioritas

pengendalian

Sadar akan bahaya KKN dan

pemahaman tentang pentingnya sinergi

antar KLOP untuk mengatasi persoalan

KKN

2 Tingkat budaya

integritas

Kesadaran tentang integritas sebagai

solusi mengatasi KKN

3 Filter masyarakat

terhadap budaya

negative

Adanya kesadaran perlunya filter

budaya negative di masyarakat

Page 56: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

51

B. Destiny

Destiny merupakan rangkaian rencana aksi untuk

mewujudkan setiap target tahunan. Panduan ini akan

menguraikan destiny untuk tahun 2016 Road Map untuk

mencapai kondisiter sebut disajikan dalam tabels

ebagaiberikut:

No Indikator Inisiatif 2016 2017 2018 2019 2020 1 Prioritas

pengendalian Panduan pengendalian strategis KKN

40 KLOP 100 KLOP 300 KLOP

400 KLOP

500 KLOP

Pembentukan Nasional dan sectoral integrity panel

2 pilar nasional

dan 5 sektoral

4 pilar nasional dan 10 sektoral

4 pilar nasional dan 15 sektoral

4 pilar nasional dan 20 sektoral

4 pilar nasionaldan 25 sektoral

Implementasi dan monitoring pengendalian strategis KKN

40 KLOP 100 KLOP 300 KLOP

400 KLOP

500 KLOP

4 Tingkat sinergi antar

KLOP

Terbangunnya kolaborasi secara pro

aktif dan periodik untuk saling

memberdayakan antar KLOP

5 Level integritas KLOP Saat ini sudah 2 (dua) KLOP yang

mencapai grade A dari 40 KLOP yang

tergabung dalam kolaborasi

pembangunan integritas nasional

6 Ukuran-ukuran

kuantitatif integritas

nasional (indeks

integritas nasional,

indeks

kepemimpinan dan

indeks nilai)

Terdapat beberapa pengukuran yang

dilakukan oleh KLOP penanggungjawab

misalnya indeks kebahagiaan dari BPS,

indeks RB dari Kemenpan RB, Indeks

spiritualitas dari PT.Telkom, indeks

kepemimpinan nasional dari Lemhanas,

indeks perilaku anti korupsi dan BPS.

Page 57: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

52

Deklarasi dan awarding anti KKN

2 KLOP 10 KLOP 50 KLOP 250 KLOP

500 KLOP

2 Tingkat Budaya Integritas

Reframing culture

2 KLOP 10 KLOP 50 KLOP 250 KLOP

500 KLOP

Internalisasi budaya integritas

2 KLOP 10 KLOP 50 KLOP 250 KLOP

500 KLOP

3 Filter masyarakat terhadap

budaya negative

Integrity Olimpiade

1 Nasional

3

Provinsi

1 Nasional,

6

Provinsi

1 Interna-sional,

1 Nasional,

12 Provinsi

1 Internasi

onal,

1 Nasional,

18 Provinsi

1 Interna-sional,

1 Nasional

24 Provinsi

Mengembang-kan jejaring keluarga integritas

25 juta keluarga

50 juta keluarga

75 juta keluarga

100 juta keluarga

150 juta keluarga

4 Tingkat sinergi antar KLOP

Pertemuan kolaborasi KLOP (2 kali setahun)

120 KLOP

140 KLOP 200 KLOP

240 KLOP

300 KLOP

Rembuk integritas nasional (1

tahun sekali)

60 KLOP 80 KLOP 100 KLOP

120 KLOP

150 KLOP

5 Level integritas KLOP

Benchmark, pendamping-an, magang (level of sharing anggota kolaborasi

KLOP) Jumlah KLOP dengan Grade A

3

120 KLOP

3

140 KLOP

3

200 KLOP

4

240 KLOP

4

300 KLOP

6 Ukuran-ukuran kuantitatif integritas nasional (indeks integritas nasional, indeks kepemimpinan dan indeks nilai)

Peningkatan Indeks integritas

- 60 65 70 75

Page 58: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

53

Peningkatan indeks kepe-mimpinan

-

60 65 70 75

Peningkatanmatury scale komponen integritas organisasi

- 60 65 70 75

Peningkatan indeks skalai ntegritas

organisasi

- 60 65 70 75

Peningkatan jumlah tunas integritas

(pareto 20:80)

1% Total pegawai

pada

setiap KLOP

2% Total pegawai

pada

setiap KLOP

3% Total pegawai

pada

setiap KLOP

5% Total pegawai

pada

setiap KLOP

10% Total

pegawai

pada setiap KLOP

Peningkatankualitas tunas integritas

3% dari total TI KLOP lulus

assess-ment

3% dari total TI KLOP lulus

assess-ment

4% dari total TI KLOP lulus

assess-ment

4% dari total TI KLOP lulus

assess-ment

5% dari total TI KLOP lulus

assess-ment

Page 59: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

54

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari proses pembelajaran pembangunan budaya

integritas ini dapat diambil kesimpulan bahwa untuk

mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian PNS

yang berintegritas dan sesuai peraturan yang berlaku, perlu

peningkatan ketrampilan teknis, teoritis, konseptual, dan

moral peserta melalui pendidikan dan pelatihan. Pendekatan

Pembelajaran yang digunakan dalam Modul Pembangunan

Budaya Integritas ini adalah:

1. Pemahaman terhadap Pegawai Negeri Sipil tentang konsep

integritas, budaya integritas, rambu-rambu dan

pelenggaran integritas serta aktualisasi integritas terhadap

nilai budaya melayu.

2. Pembentukan karakter integritas individu yaitu

pembentukan karakter integritas pada seluruh individu

yang menjadi penyelenggara Pemerintahan di Provinsi Riau.

3. Pembentukan karakter integritas organisasi merupakan

pembentukan karakter integritas pada unit organisasi yang

menjadi penyelenggara pemerintahan di Provinsi Riau.

4. Pembentukan karakter integritas nasional, dimana

pembentukan karakter integritas ini adalah seluruh unsur

yang terkait baik penyelenggara pemerintahan, masyarakat

maupun skteakholder bidang usaha/ organisasi di luar

pemerintahan untuk menciptakan integritas pada level

nasional.

5. Pengaktualisasian nilai budaya integritas dan nilai budaya

melayu untuk meningkatkan kinerja Pegawai Negeri Sipil

Page 60: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

55

dan mencapai tujuan organisasi dengan pendekatan

discovery (pemetaan) dan destiny (rencana aksi).

B. Saran

Dalam memaknai pembangunan budaya integritas di

Provinsi Riau, adapun saran dan masukan yang diberikan

terhadap pembangunan budaya integritas ini adalah:

1. Perlunya dikembangkan media-media pembangunan

budaya integritas bagi seluruh lapisan masyarakat di

Provinsi Riau terhadap pentingnya integritas nasional

dalam sosialisasi atau workshop melalui organisasi

kemasyarakatan yang ada pada saat ini;

2. Untuk lebih optimalnya pengembangan media

pembangunan integritas perlu pula meningkatkan

kuantitas Training of Trainers (TOT) Integritas bagi Pegawai

Negeri Sipil maupun pengampu mata diklat integritas;

3. Perlunya dilakukan workshop penerapan wilayah Zona

Integritas (ZI) terhadap Organisasi Perangkat Daerag (OPD)

di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau dan

Kabupaten/Kota se Provinsi Riau;

4. Perlunya dilakukan sosialisasi dan workshop aktualisasi

tentang anti gratifikasi dan pungli kepada aparatur

pemerintahan dan steakholder bidang usaha.

Page 61: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

Pelatihan :

Tahun :

Hari ke :

KEBERANIAN

Jujur saat UjianBerbicara

Sopan

Kebersihan

Lingkungan

Belajar

Pakaian Sesuai

AturanDisiplin Waktu

Menyampaikan

Pendapat

PENILAIAN PESERTA BERINTEGRITAS

Pekanbaru,

Panitia ,

NO NAMAJUMLAH

NILAI

KONSISTENSIKEJUJURAN

Page 62: PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS - bpsdm.riau.go.idbpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/09/Mata... · BAB III KARAKTERISTIK PNS YANG BERBUDAYA INTEGRITAS ... mungkin

DAFTAR PUSTAKA

Arbuthnot & Faust, 1980. Teaching Moral Reasoning : Theory and Practice.

Brown et al, 2005. Nutrition Trough The life cycle.

Elizabeth B., Hurlock. 1990. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Gramedia.

Foster, E. M. dalam Kohlberg, L. 1995. Tahap-tahap Perkembangan Moral, diterjemahkan oleh Drs. John de Santo dan Drs. Agus

Cremers SVD, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, Cetakan Pertama. Haji, Raja Ali. Gurindam Dua Belas.

http://kpk.go.id

Paine. 1994. managing for organizational integrity.

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000. Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010. Grand Design Reformasi Birokrasi yang mengatur tentang pelaksanaan program reformasi

birokrasi.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 52 Tahun 2014. Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi

dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, Tentang Aparatur Sipil Negara.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Tentang Pemerintahan Daerah,

W. Amann,A. Stachowicz-Stanusch. 2012. Integrity in Organizations:

Building the Foundations for Humanistic Management Wisesa, Anggara. 2009. Integritas Moral dalam Konteks Pengambilan

Keputusan Etis