104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati NIM K1208085 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

  • Upload
    ngodan

  • View
    241

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

(Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan)

SKRIPSI

Oleh:

Erma Susilowati

NIM K1208085

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 2: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

(Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan)

Oleh:

ERMA SUSILOWATI

K1208085

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 4: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 6: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Erma Susilowati. K1208085. PEMBELAJARAN APRESIASI

DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI KASUS di SMA

NEGERI KARANGPANDAN). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.

Tujuan Penelitian adalah untuk mendeskripsikan perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pementasan drama, dan

kendala-kendala serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam

pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan.

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi penelitian yang

digunakan adalah studi kasus tunggal. Sumber data yang digunakan adalah tempat

dan peristiwa berkaitan dengan lokasi dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan

oleh guru dalam kelas, informan, dan dokumen. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan

teknik analisis dokumen, teknik observasi, dan teknik wawancara. Validitas data

diperoleh melalui triangulasi data, triangulasi metode, dan review informan.

Teknik analisis data menggunakan model interaktif yang terdiri dari empat tahap,

yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil temuan penelitian tentang pembelajaran apresiasi drama di SMA

Negeri Karangpandan diperoleh simpulan: (1) Perencanaan pembelajaran

apresiasi drama (silabus dan RPP) yang disusun oleh masih terdapat kekurangan,

dalam RPP guru belum mencantumkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

peserta didik. (2) Pelaksananaan pembelajaran apresiasi drama, guru menjelaskan

materi dengan metode inovatif, media yang digunakan guru laptop, LCD,

proyektor, speaker, papan tulis dan spidol. Evaluasi yang dilakukan oleh guru

dalam pembelajaran apresiasi drama terdapat dua jenis, yaitu evaluasi proses dan

hasil. (3) Pelaksanaan pementasan drama berwujud rekaman drama yang dimuat

dalam CD. (4) Kendala yang dihadapi guru (a) peserta didik yang malu-

malu/takut serta kurang rasa percaya diri dan tidak mengerjakan tugas; (b) belum

memiliki fasilitas yang lengkap; (c) waktu yang terbatas; (d) kurangnya bahan

dan materi ajar. Upaya yang dilakukan guru (a) guru memberikan motivasi,

semangat, menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari materi sekaligus praktik

dalam apresiasi drama, guru memberikan kelonggaran waktu untuk

menyelesaikan tugas dan bila terjadi berkai-kali guru memberikan sanksi; (b)

mengajak peserta didik untuk belajar di ruangan yang memiliki fasilitas lengkap,

seperti di laboratorium fisika; (c) guru menjelaskan materi drama dengan singkat,

padat, dan jelas, memberikan kepercayaan penuh kepada peserta didik untuk

bermain drama dengan kelompoknya masing-masing; (d) mengupayakan mencari

tambahan materi ajar dari sumber lain, salah satunya buku Terampil Bermain

Peran karya Asul Wiyanto atau dari sumber-sumber lain di internet yang dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya, serta menambahkan materi tentang

pengeditan sebuah film dalam pembelajaran TIK.

Kata Kunci : pembelajaran, apresiasi, pementasan, drama

Page 7: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

“Pengalaman adalah segalanya yang aku miliki

Aku pernah jatuh, lalu bangkit kembali

Dan aku yakin bahwa pengalamanlah yang membantuku kembali kuat untuk

berdiri”

Carl Chirul

”Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”

Q. S. Al Insyirah: 5

Page 8: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Rasa syukur selalu ku panjatkan pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:

Ayah dan Ibu

Doa restu darimu mengalir tiada hentinya demi kelancaran dan

kesuksesanku

Nur Syarohmawati

Adikku yang selalu menghibur kala susah dan memotivasiku

Edy Setiyawan, S. Psi dan Uning Intan Fittriawati, S.E

Dukungan moralmu membuatku untuk selalu berpikir positif dan optimis.

FACEL

Fira, Ardhy, Colin, Erma, Lina, lima bersaudara selamanya....

Teman-teman tercinta

Wahyu Purwanto, Nita Nur’aini, Aditya Permana. S., Muhari Widi, Dwi,

Wahyudi, Ummi, dan seluruh teman-teman Bastind ’08.

Bapak/Ibu Dosen PBS

Ilmu yang kau berikan adalah langkah awal untukku menuju sukses,...

Page 9: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan

rahmat, nikmat, dan karunia-Nya, skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan untuk

memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa

Indonesia. Peneliti menyadari banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam

penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak

akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu dengan segenap kerendahan

hati perkenankan peneliti menghaturkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberi izin penulisan skripsi.

2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni, yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi.

3. Dr. Kundharu Saddhono, M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penyusunan skripsi.

4. Prof. Dr. Herman. J Waluyo, M. Pd., dan Drs. Purwadi, selaku Pembimbing

yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan positif kepada

peneliti hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang

dengan tulus membagikan ilmunya kepada peneliti.

6. Drs. Amin Suryadi, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri

Karangpandan yang memberikan izin untuk melakukan penelitian di sana.

7. Dra. Ami Rahayu, selaku guru bahasa Indonesia SMA Negeri Karangpandan

yang telah memberikan informasi yang peneliti butuhkan dalam menyusun

skripsi.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah Swt.

Akhirnya peneliti berharap skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan dunia pendidikan, khususnya pendidikan bahasa Indonesia.

Surakarta, Juli 2012

Peneliti

Page 10: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .......................................................................................................... i

PERNYATAAN ................................................................................................ ii

PENGAJUAN ................................................................................................... iii

PERSETUJUAN ............................................................................................... iv

PENGESAHAN ................................................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................ vi

MOTTO ….. .................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

BAB II. KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN

KERANGKA BERPIKIR .............................................................. 7

Page 11: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

A. Kajian Teori .............................................................................. 7

1. Hakikat Pembelajaran ......................................................... 7

2. Hakikat Drama .................................................................... 13

3. Hakikat Apresiasi Drama ..................................................... 23

4. Hakikat Pembelajaran Apresiasi Drama .............................. 26

B. Penelitian yang Relevan ............................................................. 39

C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 41

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 44

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 44

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................. 44

C. Data dan Sumber Data .............................................................. 45

D. Teknik Pengambilan Sampel ..................................................... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 46

F. Uji Validitas Data ...................................................................... 47

G. Teknik Analisis Data ................................................................. 48

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 50

A. Deskripsi Temuan ...................................................................... 50

1. Perencanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI

IPS 1 SMA Negeri Karangpandan ..................................... 50

2. Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI

IPS 1 SMA Negeri Karangpandan ..................................... 58

3. Pelaksanaan Pementasan Drama di Kelas XI IPS 1 SMA

Negeri Karangpandan ......................................................... 66

Page 12: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

4. Kendala-kendala dan Upaya yang Dilakukan Guru dalam

Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA

Negeri Karangpandan ......................................................... 68

B. Pembahasan ................................................................................ 72

1. Perencanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI

IPS 1 SMA Negeri Karangpandan ..................................... 72

2. Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI

IPS 1 SMA Negeri Karangpandan ..................................... 77

3. Pelaksanaan Pementasan Drama di Kelas XI IPS 1 SMA

Negeri Karangpandan ......................................................... 80

4. Kendala-kendala dan Upaya yang Dilakukan Guru dalam

Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA

Negeri Karangpandan .......................................................... 82

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN ............................................... 85

A. Simpulan ................................................................................... 85

B. Implikasi .................................................................................... 87

C. Saran .......................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 90

LAMPIRAN ...................................................................................................... 93

Page 13: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ......................................................................... 43

Gambar 3.1. Analisis Interaktif (Miles& Hubermen) ....................................... 49

Page 14: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Format Penilaian Pribadi .................................................................. 37

Tabel 2.2. Format Penilaian Proyek .................................................................. 38

Tabel 3.1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ................................. 44

Tabel 4.1. Rubrik Penilaian Pengekspresian Dialog dalam Drama .................. 58

Page 15: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Catatan Lapangan Hasil Pengamatan .......................................... 94

Lampiran 02 Catatan Lapangan Hasil Analisis Data ........................................ 103

Lampiran 03 Catatan Lapangan Hasil Wawancara ........................................... 106

Lampiran 04 Silabus Materi Pembelajaran Apresiasi Drama ........................... 115

Lampiran 05 RPP Apresiasi Drama ................................................................... 118

Lampiran 06 Materi Pembelajaran Apresiasi Drama ........................................ 136

Lampiran 07 Daftar Nama Peserta Didik Kelas XI IPS 1 .................................. 153

Lampiran 08 Contoh Naskah Drama yang Ditulis Peserta Didik ..................... 154

Lampiran 09 Foto-foto Pembelajaran Apresiasi Drama dan Pengambilan

Adegan Drama Peserta Didik ............................................................................. 162

Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMA Negeri

Karangpandan ................................................................................................... 164

Lampiran 11 Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian di SMA Negeri

Karangpandan ................................................................................................... 165

Lampiran 12 Surat Keterangan Permohonan Menyusun Skripsi ...................... 166

Lampiran 13 Surat Keputusan Dekan FKIP ...................................................... 167

Lampiran 14 Surat Permohonan Izin Research Kepada Rektor ........................ 168

Page 16: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran sastra di sekolah sesungguhnya sangat menyenangkan bagi

peserta didik. Pembelajaran sastra dapat membimbing peserta didik agar memiliki

wawasan tentang sastra, mampu mengapresiasi sastra, bersikap positif terhadap

sastra, dan dapat mengembangkan kemampuan dirinya guna kepentingan

pendidikan. Sunaryo (2011:156) berpendapat bahwa pembelajaran sastra dapat

benar-benar membimbing peserta didik apabila mampu mengolah aspek

kemanusian peserta didik, yang sekaligus dapat memperkokoh jati dirinya sebagai

manusia Indonesia. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa peserta didik lulusan sekolah lanjutan diharapkan dapat terlibat dalam

berbagai kegiatan apresiasi di sekolah, di rumah, dan di masyarakat. Kegiatan

apresiasi tersebut antara lain: mendengarkan, membaca hasil karya sastra,

mengadakan pementasan, mendiskusikan hasil sastra, maupun menulis kritik

sastra sebagai sarana untuk memperkokoh jati dirinya.

Pembelajaran sastra dalam mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menikmati, menghayati, dan

memahami karya sastra. Namun, kegiatan bersastra belum dapat berkembang secara

maksimal yang dikarenakan kemampuan dan kebiasaan membaca dan menulis masih

relatif rendah. Temuan Ismail (dalam Suryaman, 2011: 3) menyebutkan bahwa

peserta didik tidak membaca karya sastra alias nol judul buku per tahun, padahal

mereka diwajibkan untuk membaca karya sastra minimal sebanyak lima belas judul

buku karya sastra. Selain itu, implementasi pembelajaran sastra di kelas selama ini

dimungkinkan peserta didik mahir dan terbiasa membaca dan menulis saja. Dalam

pembelajaran sastra guru dan peserta didik relatif menghabiskan banyak waktu untuk

keterampilan seperti bahasan kosakata, hubungan huruf-bunyi, dan jawaban terhadap

pertanyaan secara tertulis. Hal ini berbanding terbalik bahwa guru dan peserta didik

sedikit waktu yang digunakan untuk membaca prosa, menyimak cerita yang dibaca

teman dan pendramatisasian suatu cerita.

Page 17: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pendramatisasian/pertunjukan drama termasuk salah satu pembelajaran

sastra yang terdapat di Sekolah Menengah Atas. Pembelajaran drama di Sekolah

Menengah Atas memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik

dalam mengapresiasi drama. Hal ini berarti peserta didik harus mampu mengenal,

memahami, mengahayati dan menghargai drama sebagai karya sastra secara

kreatif. Selain itu, peserta didik diharapkan mampu mengkomunikasikan hasil

kegiatan mengapresiasi bentuk sastra tersebut kepada orang lain, baik secara lisan

maupun tulis dan dapat mendorong keberanian menuangkan gagasan,

pengalaman, dan perasaannya dalam bentuk drama. Pelaksanaan pembelajaran

drama, dan sastra pada umumnya masih menyatu atau merupakan dari pelajaran

bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada kurikulum mata pelajaran bahasa

Indonesia dari dulu hingga sekarang. Dalam kaitanya dengan kepentingan

pembelajaran bahasa Indonesia, sastra dan pembelajaran sastra Indonesia sangat

membantu pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga

penyajiannya dalam pendidikan formal bahasa Indnesia dan sastra tidak dapat

dipisahkan.

Pembelajaran apresiasi drama dianggap masih belum memenuhi sasaran.

Di sekolah-sekolah pembelajaran drama terkadang tidak berjalan sesuai dengan

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mengingat alokasi waktu yang tidak

sebanding dengan banyaknya materi yang harus disampaikan membuat materi

terkesan dipaksakan, terkadang ada materi yang tercecer dan tidak dapat diajarkan

pada peserta didik. Akibatnya peserta didik menjadi kurang akrab dengan

apresiasi drama itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil apresiasi drama peserta

didik masih rendah. Minimnya ketersediaan bahan ajar dan contoh teks-teks

drama juga menjadi penghambat tercapainya kompetensi yang diharapkan.

Kegiatan drama secara apresiatif tidak akan terwujud apabila peserta didik tidak

diperkenalkan secara langsung dengan teks drama maupun pementasan yang

kemudian membahasnya. Selain itu, minat peserta didik yang kurang antusias

pada pembelajaran drama di sekolah. Dibuktikan dengan hasil penelitian Yus

Rusyana (dalam Waluyo, 2003:1) menyatakan bahwa minat peserta didik dalam

membaca karya sastra yang paling banyak, yaitu prosa, menyusul puisi, baru

Page 18: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

kemudian drama. Hal ini disebabkan karena ketika menghayati naskah drama

yang berbentuk dialog, peserta didik kurang teliti dibandingkan dengan

memahami prosa atau puisi terlebih lagi kurangnya rasa percaya didri dalam

menentukan gerak dan karakter dari pemain dalam naskah drama tersebut.

Hal lain yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran drama adalah

faktor guru. Guru sebagai salah satu komponen pembelajaran adalah orang yang

bertindak dan bertanggung jawab langsung pada pengelolaan kelas. Peran serta

peserta didik secara aktif atau pasif dalam pembelajaran drama sangat tergantung

dengan cara guru mengajar. Sebagai pengelola seorang guru diharapkan dapat

membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Oleh karena itu, guru mata

pelajaran bahasa Indonesia harus mampu menyusun RPP secara matang dan

mampu melaksakan secara optimal dan sesuai dengan RPP yang telah dibuat, agar

kompetensi dasar yang terkait dengan pembelajaran drama dapat diraih dengan

baik. Menurut Mulyasa (2007:222) seorang guru dalam menyusun RPP paling

tidak harus mencakup beberapa aspek agar proses belajar dapat terkendali dengan

baik, yaitu (1) mengisi kolom identitas; (2) menentukan alokasi waktu yang

dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan; (3) menentukan standar

kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan yang

terdapat pada silabus yang telah disusun; (4) merumuskan tujuan pembelajaran

berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar,serta indikator yang telah

ditentukan; (5) mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi

pokok/pembelajaran dalam silabus; (6) menetukan metode yang tepat dalam

pembelajaran yang akan digunakan; (7) merumuskan langkah-langkah

pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir; (8) menentukan

sumber belajar yang digunakan; (9) menyusun kriteria penilaian, lembar

pengamatan, contoh soal, dan teknik penskoran. Pada saat pembuatan RPP,

hendaknya guru memilih metode yang akan digunakan dalam penyampaian materi

dengan inovatif, tidak monoton sehingga pesera didik tidak merasa jenuh dan

bosan. Pemilihan media yang kurang tepat atau kurang mendukung juga dapat

menghambat proses penyampaian materi kepada peserta didik. Kurangnya

pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran drama dikarenakan keterbatasan

Page 19: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

pengetahuan yang diterima dari guru selain itu kurang memenuhinya buku teks

yang dipakai dalam pembelajaran apresiasi drama.

Dalam sebuah pembelajaran, berbagai pendukung atau komponen

diperlukan agar pembelajaran dapat terlaksana dengan lancar dan tujuan yang

diharapkan dapat tercapai semaksimal mungkin. Sejalan dengan pendapat

Hamalik (2003:10) bahwa pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu

pula dengan pembelajaran drama, diperlukan beberapa unsur yang dapat

menunjang pembelajaran drama agar berjalan dengan baik dan lancar. Beberapa

unsur tersebut antara lain: guru yang berpengalaman, peserta didik yang aktif dan

kreatif, fasilitas yang menunjang pembelajaran, perlengkapan yang memadai, dan

prosedur yang sistematis. Guru yang berpengalaman dalam pembelajaran

apresiasi drama harus mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan

bagi peserta didiknya, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan

kemampuannya secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran apresiasi drama.

Fasilitas dan perlengkapan pembelajaran dalam apresiasi drama yang minim

menjadikan proses petransferan ilmu menjadi terhambat. Pada saat proses

penyampaian materi kebanyakan guru masih susah dalam pengelolaan fasilitas

terutama pada penggunaan media yang mendukung. Di SMA Negeri Karangpadan

fasilitas yang ada belum memenuhi kebutuhan peserta didiknya. Dalam

pembelajaran apresiasi drama guru masih terbatasi dengan media LCD dan

pengeras suara/speaker yang jumlahnya sedikit. Sehingga dalam memberikan

contoh pementasan drama guru harus meminjam laboratorium fisika untuk

memutarkan contoh drama pentas tersebut dikarenakan belum mempunyai

laboratorium bahasa sendiri.

Page 20: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas,

permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan

pembelajaran apresiasi drama kelas XI di SMA Negeri Karangpandan, secara

lebih terperinci dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan

guru di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (silabus dan RPP)?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan

guru di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (guru, peserta didik, tujuan,

materi, metode, media, dan evaluasi)?

3. Bagaimanakah guru melaksanakan pementasan drama di kelas XI SMA

Negeri Karangpandan (pembentukan kelompok, penulisan naskah, proses

latihan, dan proses perekaman drama)?

4. Apakah kendala-kendala dalam pembelajaran apresiasi drama dan

bagaimanakah upaya yang dilakukan guru untuk mengatasinya di kelas XI

SMA Negeri Karangpandan (peserta didik, fasilitas,waktu, bahan ajar)?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah yang dikemukaan, maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui.

1. Perencanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan oleh guru di

kelas XI SMA Negeri Karangpandan (silabus dan RPP).

2. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan oleh guru di

kelas XI SMA Negeri Karangpandan (guru, peserta didik, tujuan, materi,

metode, media, dan evaluasi).

3. Pementasan drama yang dilakukan oleh guru di kelas XI SMA Negeri

Karangpandan (pembentukan kelompok, penulisan naskah, proses latihan,

dan proses perekaman drama).

4. Kendala-kendala dalam pembelajaran apresiasi drama dan upaya yang

dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui di

kelas XI SMA Negeri Karangpandan.

Page 21: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat bagi yang

membacanya. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Hasil dari penelitian yang hendak dilakukan diharapkan dapat

memperkaya khazanah keilmuan khususnya dalam hal pembelajaran

apresiasi drama di SMA Karangpandan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai pengembangan secara lengkap potensi dan kreativitas dalam

diri peneliti terkait dengan aspek pembelajaran apresiasi drama dan

sekaligus dapat menjadi bahan perbandingan dalam kenyataan di

lapangan.

b. Bagi Guru

Memberikan gambaran mengenai pembelajaran apresiasi sastra pada

umumnya, pada apresiasi drama khususnya sehingga dapat menjadi

alternatif pemecahan masalah dan memunculkan kreativitas serta

inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama.

c. Bagi Sekolah

Memberi masukan dan pertimbangan untuk meningkatan mutu

pembelajaran apresiasi sastra, khususnya pada pembelajaran

apresiasi drama.

d. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi peneliti lain

lebih lanjut sehingga bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan

pembelajaran apresiasi sastra, pada pembelajaran apresiasi drama

khususnya.

Page 22: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,

DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pembelajaran

Sebelum membahas mengenai hakikat pembelajaran, terlebih dahulu

disinggung sedikit tentang arti belajar. Belajar menurut Witherington (dalam

Sukmadinata, 2009:155) merupakan perubahan dalam kepribadian, yang

dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru dengan bentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Senada dengan

pendapat di atas belajar diartikan sebagai suatu proses di mana suatu perilaku

muncul atau berubah karena adanya respons terhadap situasi (Hilgrad dalam

Sukmadinata, 2009:156). Lain halnya dengan pendapat Hamalik (2003:37)

memberikan pengertian bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang

disebut dengan belajar adalah proses yang berkaitan dengan kegiatan/aktivitas

yang menghasilkan suatu perubahan, baik berupa penambahan informasi

(pengetahuan) maupun berupa perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan

lingkungannya. Belajar merupakan suatu kegiatan penambahan informasi atau

perubahan tingkah laku. Belajar tidak hanya dapat dilakukan oleh anak kecil saja

tapi bisa dilakukan oleh setiap individu tanpa memandang umur. Kegiatan belajar

sendiri tidak hanya bisa dilakukan di bangku sekolah saja tetapi juga bisa di jalan,

di lingkungan keluarga dan masyarakat, juga berbagai tempat lainnya yang dapat

dijadikan sebagai penambah informasi dan pengalaman hidup bagi manusia.

Belajar sangat erat kaitannya dengan istilah pembelajaran. Istilah ini

sama dengan kata intruction atau pengajaran. Pengajaran merupakan interaksi

belajar dan mengajar (Hamalik, 2003:54). Seiring dengan perkembangan

7

Page 23: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

kurikulum pendidikan istilah pengajaran bergeser padaistilah pembelajaran yang

dapat diartikan sebagai suatu proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk

mengubah perilaku peserta didik kearah yang positif dan lebih baik sesuai dengan

potensi dan perbedaanyang dimiliki peserta didik (Sanjaya, 2008:77-78)

Menurut Hamalik (2003:57-64), pembelajaran merupakan suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Beliau juga mengemukakan bahwa ada lima pengertian

pembelajaran berdasarkan teori belajar.

a. Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik.

b. Pembelajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui

lembaga pendidikan sekolah.

c. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan

kondisi belajar bagi peserta didik

d. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi

warga masyarakat yang baik.

e. Pembelajaran adalah suatu proses membantu peserta didik mengahadapi

kehidupan masyarakat sehari-hari.

Berdasarkan definisi-definisi pembelajaran yang diuraikan di atas, dapat

dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses yang di dalamnya ada interaksi

antara guru dan peserta didik dengan mengoptimalkan faktor internal maupun

eksternal untuk mencapai tujuan berupa perubahan yang dialami oleh peserta

didik, perubahan itu meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Komponen dalam pembelajaran berdasarkan pendapat Hamalik

(2003:57) yang terdiri dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur. Hal ini dapat dijabarkan unsur manusiawi terdiri dari

peserta didik, guru, dan tenaga pendidikan lainnya. Unsur material dapat berupa

sumber belajar. Unsur fasilitas dan perlengkapan meliputi ruang kelas, media.

Prosedur meliputi metode, tujuan pembelajaran, isi pelajaran dan teknik evaluasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijabarkan lebih rinci, sebagai berikut.

Page 24: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

a. Siswa/Peserta didik

Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan

penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Lain halnya

menurut UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

disebutkan bahwa istilah siswa berganti dengan istilah peserta didik yang

berarti anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri

melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan tertentu.

b. Guru

Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan

belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang

memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Seperti halnya dengan pengertian dan istilah peserta didik, guru pun memiliki

istilah lain dalam UU no 20 tahun 2003 yaitu pendidik. Pendidik adalah

tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,

pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain

yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan.

Lebih lanjut diuraikan bahwa sebagai tenaga profesional yang

memiliki kualifikasi, peranan guru dalam pendidikan, diantaranya: sebagai

sumber belajar, sebagai fasilitator, sebagai manajer, sebagai demonstrator,

sebagai administrator, sebagai motivator, sebagai organisator, dan sebagai

evaluator (Sanjaya, 2008:147). Peran guru tersebut selaras dengan pendapat

Soedomo (2005:23) yang secara ringkas mengelompokkan tugas seorang

guru pada dasarnya meliputi tiga hal, yakni: (1) tugas edukasional

(mendidik), (2) tugas instruksional (mengembangkan kemampuan afektif,

kognitif, dan psikomotorik), dan (3) tugas managerial (mengelola kelas dan

kegiatan belajar).

c. Tujuan

Tujuan merupakan pernyataan tentang perubahan perilaku yang

diinginkan terjadi pada peserta didik setelah mengikuti proses belajar

Page 25: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif,

psikomotor, dan afektif. Hamalik (2003:73) menjelaskan bahwa tujuan

pengajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan

tercapai oleh peserta didik setelah berlangsung pengajaran. Tujuan belajar

merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pengajaran. Lebih lanjut

Beliau menjelaskan bahwa suatu tujuan pengajaran terdiri dari tiga

komponenn yakni: (1) tingkah laku terminal, (2) kondisi-kondisi tes, dan (3)

standar (ukuran).

d. Isi pelajaran

Isi atau materi pelajaran yakni segala informasi berupa fakta, prinsip,

dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Bahan pengajaran adalah

bagian integral. Rahmanto (2004:27-33) menyebutkan tiga aspek yang tidak

boleh dilupakan jika ingin memilih bahan pembelajaran sastra, yaitu:

1) bahasa, agar pengajaran sastra dapat berhasil, guru kiranya perlu

mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran

yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa peserta didik;

2) psikologis, dalam memilih materi pengajaran sastra hendaknya guru

memperhatikan tahap ini karena sangat besar pengaruhnya terhadap

minat dan keengganan peserta didik dalam banyak hal. Tahap

perkembangan psikologis ini sangat besar pengaruhnya bagi daya ingat,

kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkina

pemecahan masalah yang dihadapi; dan

3) latar belakang budaya, masalah-masalah yang ditampilkan oleh suatu

karya seyogyanya mendekati dengan apa yang dihadapi oleh para

peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

e. Metode

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi intruksional.

Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi

pelajaran. Dalam usaha pemudahan ini guru memerlukan cara-cara (metode)

tertentu. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang baik tentunya

diperlukan suatu cara yang efektif dan efisien sehingga ketercapaian

Page 26: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

pembelajaran yang baik dapat terealisasikan. Menurut Yamin (2006:147)

metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan,

memberi contoh, dan memberi latihan kepada peserta didik untuk mencapai

tujuan tertentu, tapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Selanjutnya Yamin (2006:148-152) menjelaskan beberapa

pertimbangan yang seharusnya dilakukan oleh pengajar dalam memilih

metode pengajaran secara tepat dan akurat, meliputi:

1) tujuan pembelajaran,

2) pengetahuan awal peserta didik,

3) bidang studi/pokok bahasan/aspek,

4) alokasi waktu dan sarana penunjang,

5) jumlah peserta didik, dan

6) pengalaman dan kewibawaan pengajar.

f. Media

Media merupakan bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang

digunakan untuk menyajikan informasi kepada peserta didik agar mereka

dapat mencapai tujuan. Suatu media yang digunakan tidak mungkin cocok

untuk semua peserta didik. Marshall Mcluhan (dalam Hamalik, 2003:201)

menjelaskan bahwa media adalah ekstensi manusia yang memungkinkan

mempengaruhi orag lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia.

William Burton (dalam Usman, 2005:32) memberikan petunjuk bahwa

dalam memilih media yang akan digunakan dalam pembelajaran, hendaknya

perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan pengalaman

peserta didik serta perbedaan individual dalam kelompok,

2) alat yang dipilih harus tepat, memadai, dan mudah digunakan,

3) harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa terlebih dahulu,

4) penggunaan alat peraga disertai kelanjutannya, seperti dengan diskusi,

analisis, dan evaluasi, dan

5) sesuai dengan batas kemampuan biaya.

Page 27: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

g. Evaluasi

Evaluasi yakni suatu upaya untuk memeriksa sejauh mana peserta

didik telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan belajar

dan mengajar (Hamalik, 2003:157). Wand dan Brown (dalam Sanjaya,

2008:181) mendefinisikan evaluasi sebagai “… refer to the act process to

determining the value of something”. Evaluasi mengacu kepada suatu proses

untuk menentukan nilai suatu yang dievaluasi. Beliau juga menyebutkan

karakteristik evaluasi, yakni suatu proses berhubungan dengan pemberian nilai

atau arti.

Keberhasilan pembelajaran juga dipengaruhi oleh beberapa faktor di

antaranya:

1) Minat Belajar

Minat, artinya kecenderungan yang agak menetap, mempengaruhi si

subjek agar merasa tertarik dan senang berkecimpung dalam kegiatan suatu

bidang.

2) Motivasi Belajar

Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri

seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan

guna mencapai tujuan tertentu.

3) Bahan Belajar

Bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran harus

disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik, dan harus

sesuai dengan karakteristik peserta didik agar diminati oleh peserta didik.

4) Alat Bantu Belajar

Alat bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan

belajar-mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan pembelajaran

dari sumber belajar (guru) kepada penerima (peserta didik). Dalam memilih

alat bantu belajar harus mempertimbangkan kesesuaian alat bantu belajar itu

dengan tujuan belajar, kemampuan peserta didik, bahan yang dipelajari, dan

ketersediaan di sekolah (Hamalik, 2003:69)

Page 28: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

5) Suasana Belajar

Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam

lingkungan tempat proses pembelajaran yang berlangsung.

6) Kondisi Peserta didik yang Belajar

Kondisi peserta didik adalah keadaan peserta didik pada saat kegiatan

belajar-mengajar berlangsung, baik fisik maupun psikis.

7) Kemampuan Guru

Kemampuan guru yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan

guru dalam menyampaikan materi, dalam mengelola kelas, serta dalam

mengatasi berbagai masalah yang mungkin terjadi selama proses belajar-

mengajar berlangsung.

8) Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan cara yang dipilih oleh guru untuk

meyampaikan materi kepada peserta didik.

2. Hakikat Drama

Secara etimologis kata drama berasal dari bahasa Yunani yaitu draomai

yang memiliki arti berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Menurut Moulton

(dalam Tarigan, 1991: 70) drama adalah kehidupan yang ditampilkan dengan

gerak (life presentedin action). Kemudian Sudjiman (dalam Siswanto, 2008: 163)

menyatakan bahwa drama merupakan karya sastra yang bertujuan

menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat

lakuan dan dialog.

Selanjutnya, Waluyo (2006: 2) menyatakan bahwa drama memiliki arti

luas apabila ditinjau dari genre sastra atau cabang kesenian mandiri, yaitu drama

naskah dan drama pentas. Drama naskah merupakan genre sastra yang

disejajarkan dengan puisi dan prosa, sedangkan drama pentas merupakan kesenian

mandiri yang merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti musik,

tata lampu, seni lukis (dekor, panggung), seni kostum, seni rias, dan sebagainya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:342) “drama” memiliki beberapa

arti, yaitu (1) komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan

Page 29: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan;

(2) cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus

disusun untuk pertunjukan teater; (3) kejadian yang menyedihkan. Subrata dalam

kamus Webster’s New World Dictionary (1989) akan menjumpai entri “drama”

(hlm. 413) yang menyatakan:

“a literary composition that tell a story, usually of human conflict, by means

of dialogue and action, to be performed by actors”

Kalimat di atas mempunyai makna bahwa drama merupakan suatu

karangan yang mengisahkan suatu cerita yang mengandung konflik yang disajikan

dalam bentuk dialog dan laga, dan dipertunjukkan oleh para aktor di atas pentas.

Kemudian Wijanto (dalam Dewojati, 2010: 8) menyimpulkan yang dimaksud

drama dalam arti luas adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita

yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit, drama adalah

kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung,

disajikan dalam bentuk dialog dan gerak dalam bentuk naskah, didukung tata

panggung, tata lampu, tata musik, tata rias, dan tata busana.

Dari beberapa definisi dan pendapat di atas, dapatlah disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan drama adalah sebuah bentuk karya sastra yang

menceritakan konflik kehidupan, dipertunjukkan oleh para aktor yang memiliki

karakter ditunjukkan lewat dialog dan tingkah dalam sebuah pementasan lengkap

dengan unsur-unsur pembangunnya.

Drama sering disebut dengan istilah “sandiwara” atau “teater”. Kata

“sandiwara” sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu “sandi” yang berarti rahasia

dan “warah” yang berarti ajaran. Sandiwara berarti ajaran ayng disampaikan

secara rahasia atau tidak terang-terangan. Hal ini karena pada hakikatnya setiap

sandiwara memiliki/mengandung pesan/ajaran (terutama ajaran moral) bagi

penontonnya. Kata “teater” berasal dari bahasa Inggris theater yang berarti

“gedung pertunjukkan” atau “dunia sandiwara”. Kata tersebut ternyata sebenarnya

berasal dari bahasa Yunani yaitu theatron yang artinya pertunjukan atau dunia

sandiwara yang spektakuler, Wiyanto dan Soemanto dan Padmodarmaya (dalam

Endraswara, 2011:12). Kedekatan tiga kata tersebut memang memiliki makna

Page 30: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

yang hampir sama, tetapi tetap memiliki perbedaan yang mampu membedakan

ketiganya.

Setelah dipaparkan beberapa pengertian dari drama, akan dijelaskan

pengklasifikasian drama. Drama diklasifikasikan atas dasar jenis stereotip

manusia dan tanggapan manusia terhadap hidup dan kehidupan. Drama dalam

Waluyo (2003:38) diklasifikasikan dalam 4 jenis, yaitu:

a. Tragedi

Tragedi atau drama duka adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang

besar dan agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana yang besar.

Dengan kisah tentang bencana ini, pengarang naskah mengharapkan agar

penonton memandang kehidupan secara optimis. Kenyataan hidup yang

dilukiskan berwana romantis atau idealis, sebab itu lakon yang dilukiskan

sering kali mengungkapkan kekecewaan hidup karena mengharapkan

sesuatu yang sempurna atau yang paling baik di dunia ini.

b. Melodrama

Melodrama adalah lakon/cerita yang sentimentil, dengan tokoh dan cerita

yang mendebarkan hati dan mengharukan. Tokoh dalam melodrama

adalah tokoh yang tidak ternama (bukan tokoh agung seperti tragedi).

Dalam kehidupan sehari-hari, sebutan melodramatik kepada seseorang

seringkali merendahkan martabat orang tersebut, karena dianggap

berperilaku yang melebih-lebihkan perasaannya.

c. Komedi

Drama ringan yang sifatnya menghibur dan di dalamnya terdapat dialog

kocak dan bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan

yaitu disebut drama komedi. Lelucon bukan tujuan utama dalam komedi,

tetapi hanya untuk menimbulkan kelucuan atau tawa riang. Nilai dramatik

dari komedi masih tetap dipelihara. Hal ini berbeda dengan dagelan (farce)

yang mudah mengorbankan nilai dramatik dari lakon demi kepentingan

mencari kelucuan. Drama komedi ditampilkan tokoh yang tolol, konyol,

atau tokoh bijaksana tetapi lucu. Brockett dalam Waluyo (2003:43)

merinci pembagian drama komedi menjadi 6 yaitu: (1) komedi situasi,

Page 31: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

(2)komedi karakter/watak, (3) komedi pengembangan gagasan, (4) komedi

sosial, (5) komedi gaya, dan (6) komedi romantik.

d. Dagelan

Dagelan (farce) disebut juga banyolan. Seringkali jenis drama ini disebut

dengan komedi murahan atau komedi picisan. Sering pula disebut tontonan

konyol atau tontonan murahan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan,

alurnya tersusun berdasarkan arus situasi, dan tidak berdasarkan

perkembangan struktur dramatik dan perkembang cerita sang tokoh. Isi

cerita dagelan ini biasanya kasar, lentur, dan vulgar. Jika melodrama

berhubungan dengan tragedi, dagelan berhubungan dengan dengan

komedi.

Wiyanto (2002:7-12) juga membagi beberapa jenis drama, yaitu

berdasarkan penyajian lakon, berdasarkan sasaran, dan berdasarkan keberadaan

naskah.

Bedasarkan penyajian, lakon (cerita) dapat di katagorikan menjadi

delapan jenis yaitu;

a. drama tagedi (duka cerita) adalah drama yang penuh kesedihan,

b. drama komedi (suka cerita) adalah drama penggeli hati. Drama ini penuh

kelucuan yang menimbulkan tawa penonton,

c. drama targekomedi adalah perpaduan antara drama tagedi dan komedi. Isi

lakonnya penuh kesedihan, tetapi juga menggandung hal-hal yang

menggembirakan dan menggelitik hati. Sedih dan gembira silih berganti,

d. drama opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dengan iringan

musik. Lagu yang dinyanyikan pemain satu berbeda dengan lagu yang

dinyanyikan pemain lain. Demikian pula irama musik pengiringgnya.

Drama jenis ini memang mengutamakan nyanyian dan musik, sedangkan

lakonnya sebagai sarana. Opera yang pendek namanya operet,

e. drama melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dengan iringan

melodi atau musik. Tentu saja cara mengucapkannya sesuai dengan musik

pengiringnya. Bahkan kadang-kadang pemain tidak berbicara apa-apa.

drama farce adalah drama yang menyerupai dalegan, tetapi tidak

Page 32: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

sepenuhnya dagelan. Cerita berpola komedi. Gelak tawa dimunculkan

lewat kata dan perbuatan,

f. drama tablo adalah jenis drama yang mengutamakan gerak. Para

pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakan-

gerakan. Jalan cerita dapat diketahui lewat gerakan-gerakan itu, dan

g. drama sendratari adalah gabungan antara seni drama dan seni tari. Para

pemain adalah penari-penari berbakat. Rangkaian peristiwa diwujudkan

dalam bentuk tari yang diringi musik. Tidak ada dialog hanya kadang-

kadang dibantu narasi singkat agar penonton mengetahui peristiwa yang

sedang dipentaskan.

Berdasarkan sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan

kepada penonton, drama dibedakan menjadi 6 jenis, yaitu:

a. drama panggung dimainkan oleh para aktor di panggung pertunjukan.

Penonton berada di sekitar panggung dan dapat menikmati secara

langsung dengan melihat perbuatan para aktor, mendengarkankan dialog,

bahkan dapat meraba kalau mau dan boleh,

b. drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa didengarkan

oleh penikmat,

c. drama televisi dapat didengar dan dilihat (meskipun hanya gambar).

Hampir sama dengan drama panggung, hanya bedanya, drama televisi tak

dapat diraba. Drama televisi dapat ditayangkan langsung, dapat pula

direkam dulu lalu ditayangkan kapan saja sesuai dengan program mata

acara televisi,

d. drama film hampir sama dengan drama televisi. Bedanya, drama film

menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukan di bioskop. Namun,

drama film dapat pula ditanyangkan dari studio televisi sehingga penonton

dapat menikmati di rumah masing-masing,

e. drama wayang ciri khas tontonan drama adalah ada cerita dialog. Karena

itu, semua bentuk tontonan yang mengandug cerita disebut juga drama,

termasuk tontonan wayang kulit (Jawa) atau wayang golek (Sunda). Para

Page 33: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

tokoh digambarkan dengan wayang atau golek (boneka kecil) yang

dimainkan oleh dalang, dan

f. drama boneka hampir sama dengan wayang. Perbedaanya, dalam drama

boneka para tokoh digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh

beberapa orang. bahkan, kalau bonekanya besar (di dalamnya ada orang)

boneka itu dapat bermain sendiri tanpa dimainkan dalang.

Berdasarkan ada atau tidaknya naskah yang digunakan, drama dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (1) drama tradisional, dan (2) drama modern.

Dalam Endraswara (2011: 20-24) membagi struktur baku sebuah drama,

antara lain:

a. Babak yang biasanya kalau dalam prosa disebut episode. Suatu babak

dalam naskah drama merupakan bagian dari naskah drama itu sendiri yang

merangkum semua peristiwa yang terjadi di satu tempat pada urutan waktu

tertentu.

b. Adegan yaitu bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan

peristiwa berhubung datangnya atau perginya seorang atau lebih tokoh ke

atas pentas

c. Dialog ialah bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antara satu

tokoh dengan yang lain. Dialog memainkan peranan yang penting karena

menjadi pengarah lakon drama. Ini berarti, cerita dari sebuah drama dapat

diketahui oleh penonton dengan mudah dan cepat lewat dialog yang

mereka ucapkan. Dalam pengucapan dialog diperlukan penjiwaan

emosional agar dialog yang diucapkan tidak membosankan dan hambar.

Selain memerlukan penjiwaan, pelafalan yang jelas dan volume suara

juga perlu diperhatikan agar suara yang dihasilkan jelas terdengar oleh

semua penonton baik dari bagian depan sampai bagian paling belakang.

d. Prolog adalah bagian naskah yang ditulis pengarang pada bagian awal.

Prolog berisi jalan cerita, perkenalan tokoh-tokoh dan pemerannya, serta

konflik-konflik yang akan terjadi di panggung. Selain itu, prolog juga bisa

berisi beberapa keterangan pengarang tentang cerita yang akan disajikan.

Page 34: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

e. Epilog merupakan kata penutup yang mengakhiri pementasan. Epilog

berisi kesimpulan atau ajaran yang bisa diambil dari tontonan drama yang

disaksikan yang biasanya dibacakan oleh pembawa acara atau announcer.

Unsur-unsur lakon (cerita) suatu drama dalam Wiyanto (2002:23-30)

meliputi delapan hal.

a. Tema

Tema adalah pikiran pokok yang mendasari cerita dalam drama. Pikiran

pokok dikembangkan sampai menjadi cerita yang menarik. Seorang

penulis cerita harus menentukan lebih dahulu tema yang akan diangkat

dalam cerita tersebut. Waluyo (2003:24) menyatakan bahwa tema

merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema tersebut

berhubungan dengan premis dari drama itu sendiri yang berhubungan pola

dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandang yang

dikemukakan oleh pengarangnya. Dialog yang diucapkan oleh para tokoh

menjadi pengejawantahan tema dari cerita drama.

b. Amanat

Amanat merupakan pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada

pembaca naskah atau penonton drama. Pesan moral tersebut tidak

disampaikan sacara langsung tetapi bisa lewat cerita dalam naskah drama

tersebut. Rampan (1995:72) berpendapat bahwa amanat adalah peristiwa

yang melahirkan kejadian-kejadian yang membuat sebuah cerita menjadi

hidup, yang berkaitan dan berkesinambungan.

c. Plot

Ali Ahmad dalam Rampan menjelaskan bahwa alur atau plot merupakan

aksi-aksi yang berkembang dan berhubungan satu sama lain,

perkembangan ini dimungkinkan oleh adanya perlawanan antara satu

kuasa dengan satu kuasa yang lain (1995:60). Wahyuningtyas dan Wijaya

membagi alur berdasarkan kriteria urutan waktu menjadi tiga jenis: (1)

alur garis lurus (progersif); (2) alur sorot balik (regersif) ; dan (3) alur

campuran (2011:6-7)

Page 35: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Dalam usaha mengembangkan suatu alur, pengarang juga

memiliki kebebasan untuk berkreativitas. Namun sebaik apapun buah

pikiran pengarang, kalau pembaca atau penonton tidak tertarik kepada

karya yang diciptanya berarti karya tersebut belum bisa diterima.

Pengarang hendaknya memperhatikan unsur-unsur dalam plot. Menurut

Endraswara (2011: 27-28) terdapat tiga unsur plot yang paling utama,

yaitu (1) ketegangan (suspense) adalah plot yang akan menimbulkan

ketegangan pada diri pembaca atau penonton melalui kemampuannya

untuk menumbuhkan dan memelihara rasa ingin tahu dan kepenasaran

penonton dari awal hingga akhir cerita; (2) dadakan (surprise) ialah plot

yang akan mengagetkan penonton dengan cerita yang sedang dinikmatinya

mengakibatkan penonton terus menduga-duga ceritanya; (3) ironi dramatik

(dramatic irony) merupakan plot yang membuat pembaca atau penonton

meramalkan apa yang akan terjadi kemudian.

Plot dalam drama berkembang secara bertahap, mulai dari konflik

yang sederhana, konflik yang kompleks, sampai pada penyelesaian

konflik. Secara rinci, Gustaf dalam Waluyo, (2006: 9-14) menjelaskan

perkembangan plot drama ada lima tahap, yaitu:

1) Exposition atau pelukisan awal cerita

Pembaca diperkenalkan dengan semua tokoh dalam drama dengan

watak masing-masing agar pembaca memperoleh gambaran tentang

cerita yang dibaca.

2) Komplikasi atau pertikaian awal

Dalam tahap ini pengen

alan terhadap para pelaku sudah menjurus pada pertikaian, sehingga

konflik pun mulai menanjak.

3) Klimaks atau titik puncak cerita

Konflik yang meningkat pada tahap komplikasi akan meningkat terus

sampai mencapai puncak atau klimaksnya.

4) Resolusi atau penyelesaian atau falling action

Page 36: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Dalam tahap ini konflik mereda atau menurun. Konflik tokoh hampir

selesai atau memperoleh pemecahan/penyelesaiannnya.

5) Catastrophe atau denoument atau keputusan

Dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan sebentar lagi

cerita selesai.

d. Karakter

Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh

dalam cerita drama. Karakter diciptakan penulis cerita untuk diwujudkan

oleh pemain (aktor) yang memerankan tokoh itu. Pemain harus memahami

benar karakter yang dikehendaki penulis lakon drama, agar dapat

mewujudkannya. Dalam kaitannya dengan karakter ada yang dinamakan

penokohan. Menurut Waluyo penokohan perwatakan memiliki hubungan

yang sangat erat, tokoh-tokoh yang memiliki watak menyebabkan

terjadinya konflik-konflik yang kemudian dapat menghasilkan sebuah

cerita (2009:27). Beliau juga mengklasifikasikan tokoh-tokoh dalam

drama seperti pengklasifikasian berdasarkan peranannya terhadap jalan

cerita, meliputi tiga jenis tokoh (2006:16).

1) Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada

satu atau dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu oleh para

tokoh lainnya.

2) Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang

tokoh utama yang menentang cerita dan beberapa figur pembantu yang

ikut menentang cerita.

3) Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu baik untuk tokoh protagonis

maupun untuk tokoh antagonis.

Pengklasifikasian berdasarkan perananya dalam lakon (cerita) serta

fungsinya, maka terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:

1) tokoh sentral, yaitu tokoh yang paling menentukan gerak lakon. Dalam

hal ini tokoh sentral adalah tokoh protagonis dan antagonis,

2) tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral.

Dalam hal ini adalah tokoh tritagonis, dan

Page 37: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

3) tokoh pembantu, yaitu tokoh yang memegang peran pelengkap atau

tambahan dalam suatu cerita.

Watak para tokoh dalam cerita dapat digambarkan dalam tiga

dimensi (watak dimensional), yaitu penggambaran berdasarkan fisik,

psikis, dan sosial. Menurut Waluyo (2003:19-20) cara pengarang untuk

menggambarkan watak tokohnya ada beberapa cara yaitu: 1) phisical

descriptionr; penggambaran watak pelaku cerita melalui pemerian

(deskripsi) bentuk lahir atau temperamen pelaku; 2) portrayal of thought

stream or of conscious thought, yaitu pengarang melukiskan jalan pikir

pelaku atau apa yang terlintas dalam pikirannya; 3) reaction to events,

yaitu pengarang melukiskan bagaimana reaksi pelaku terhadap peristiwa

tertentu; 4) direct author analiysis, yaitu pengarang secara langsung

manganalisis atau melukiskan watak pelaku; 5) discussion of environment,

pengarang melukiskan keadaan sekitar pelaku, sehingga pembaca dapat

menyimpulkan watak pelaku tersebut; 6) reaction of others to character,

pengarang melukiskan pandangan-pandangan tokoh atau pelaku lain

dalam suatu cerita tentang pelaku cerita; dan 7) conversation of other

character, yaitu melalui dialog antar tokoh. Beberapa cara pelukisan

watak tersebut, maka perwatakan memiliki hubungan yang sangat erat,

tokoh-tokoh yang memiliki watak menyebabkan terjadinya konflik-konflik

yang kemudian dapat menghasilkan sebuah cerita .

e. Dialog

Ciri khas suatu drama adalah naskah dalam drama tersebut berbentuk

dialog atau cakapan. Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama

adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis.

f. Setting

Setting adalah tempat dan suasana terjadinya suatu adegan. Setting

biasanya meliputi tiga dimensi, yaitu tempat, ruang, dan waktu. Menurut

Waluyo latar merupakan tempat kejadian cerita, tempat kejadian dapat

berkaitan dengan aspek fisik, aspek sosiologis, dan aspek psikis (2009:34).

Pada dasarnya, latar atau setting mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema

Page 38: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

dan plot dalam sebuah cerita, karena merupakan tempat kejadian cerita

(Rampan, 1995:43).

Waluyo (2003:23) juga menjelaskan bahwa setting atau latar

biasanya meliputi tiga dimensi, yaitu: tempat, ruang, dan waktu. Setting

tempat tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan waktu dan

ruang. Setting waktu berarti waktu terjadinya cerita yaitu siang, pagi, sore,

atau malam hari. Settting ruang dapat berarti ruang dalam rumah atau luar

rumah. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa latar atau

setting adalah sebuah tempat untuk melukiskan berlangsungnya sebuah

peristiwa atau kejadian, baik menyangkut ruang atau pun waktu.

g. Bahasa

Dalam hubungannya dengan drama, bahasa adalah segala-galanya, karena

bahasa ini yang mengantarkan ide dan pikiran dari penulis naskah drama.

Bahasalah yang membantu penulis untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaan lewat kata-kata. Bahasa yang digunakan dalam penulisan naskah

adalah bahasa yang hidup dalam masyarakat, bahasa speech-act

(Endraswara, 2011:38).

h. Interpretasi

Drama sebagai tiruan (mimetik) terhadap kehidupan, berusaha memotret

kehidupan secara nyata. Drama sebagai interpretasi dalam kehidupan

mempunyai kekayaan batin. Kehidupan yang ditiru oleh penulis drama

dalam cerita disentuh atau dimasuki berbagai hal agar sesuai dengan

kehidupan nyata.

3. Hakikat Apresiasi Drama

Kata apresiasi secara etimologis berasal dari bahasa Latin apreciatio

yang berarti “menghargai”. Dalam bahasa Inggris appreciation berarti

pemahaman, pengenalan, pertimbangan, penilaian, dan pernyataan yang berisi

evaluasi, Hornby (dalam Waluyo dan Nugraheni, 2009:43). Kata apresiasi dalam

bahasa Indonesia memilliki makna yang sejajar dengan kata apreciato (Latin),

dan appreciation (Inggris) tersebut. Apresiasi sastra berarti berusaha menerima

Page 39: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

karya sastra sebagai sesuatu yang layak diterima dan menerima nilai-nilai sastra

sebagai suatu kebenaran. Dengan demikian berarti apresiasi tidak hanya

membutuhkan aspek afektif dan psikomotor tetapi juga aspek kognitif.

Kegiatan apresiasi bisa dilakukan dari tingkat yang paling rendah atau

sederhana yaitu tingkat membaca karya sastra, kemudian naik ke tingkatan yang

paling tinggi yaitu upaya untuk melakukan tindakan atau kegiatan. Dalam sebuah

kegiatan apresiasi drama misalnya, maka kegiatan awal yang paling mudah adalah

membaca naskah drama dan memahaminya, kemudian berlanjut ketingkat yang

paling sulit atau tinggi yaitu pada waktu memainkan peran suatu tokoh sesuai

dengan sifat dan karakter tokoh di atas sebuah panggung.

Secara lebih rinci, Abdul Rozak Z. (Waluyo dan Nugraheni, 2009:44)

menjelaskan bahwa apresiasi adalah penghargaan atas karya sastra sebagi hasil

pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan atas karya sastra tersebut

dengan didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung di

dalam karya sastra tersebut.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

apresiasi drama adalah sebuah kegiatan yang berkaitan dengan perihal memahami,

menghayati, dan menghargai karya drama dengan jalan mendengarkan, membaca,

menyaksikan, memerankan bahkan sampai pada mementaskan drama serta

membuat resensi drama.

Dalam mengapresiasi drama diperlukan kecerdasan, kehalusan perasaan,

dan daya khayal yang cukup lincah, demikan juga untuk mementaskannya. Hal itu

karena kita harus menangkap makna drama dari dialog-dialog yang kadang-

kadang menggunakan bahasa yang bukan bahasa sehari-hari, bahkan kadang-

kadang dengan bahasa yang berkadar estetika atau filosofis tinggi (Waluyo,

2003:194).

Fowler (dalam Waluyo, 2006:202) menjelaskan bahwa apresiasi drama,

khususnya pementasan drama dan prosa dapat dibagi atas empat tingkat apresiasi.

a. Pembaca yang telah dapat merasakan karya sastra itu sebagai sesuatu yang

hidup, dengan pelakunya-pelakunya yang mengagumkan. Mereka dapat

terbawa dalam cerita atau drama yang sedang dibacanya, diiringi dengan

Page 40: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

tertawa, menangis, membeci seseorang pelaku dan sebagainya. Jadi, mereka

telah menggemari karya yang dibaca atau ditontonnya.

b. Pembaca drama yang telah dapat melihat dalamnya perasaan manusia atau jika

mereka telah dapat mengungkapkan rahasia kepribadian para pelaku suatu

drama telah selangkah lebih maju dari pembaca di atas. Pada tingkat ini

pembaca drama tidak saja minikmati kejadian-kejadian dalam drama secara

badaniah, tetapi lebih banyak pada apa yang terjadi dalam pikiran pelaku,

tingkat ini juga dinamakan tingkat menikmati.

c. Pembaca drama yang telah dapat membandingkan satu drama dengan yang

lain dapat memberi pendapatnya mengenai satu karya, telah dapat membaca

karya yang lebih sulit dengan kenikmatan. Tingkat ini dapat dikatakan tingkat

ketiga apresiasi drama, di mana telah dapat reaksi.

d. Pada tingkat keempat apresiasi drama, pembaca telah dapat melihat keindahan

susunan dialog, setting simbolis pemakaian kata-kata yang berirama yang

disajikan oleh sastrawan. Mereka telah mampu memberi respon pada daya

sastra yang merangsang mereka berpikir, diteruskan dengan memberi respon

pada seni yang disajikan sastrawan dan juga mereka telah dapat menghasilkan

karya sendiri. Tingkat ini disebut tingkat kreatif. Kegiatan apresiasi drama ini

menyebabkan seseorang memahami drama secara mendalam, mampu

merasakan apa yang ditulis oleh dramawan (penulis naskah drama), mampu

menyerap nilai-nilai yang terkandung di dalam drama, menghargai drama

sebagai karya seni dengan kekurangan dan kelebihannya.

Dissick (dalam Waluyo dan Nugraheni, 2009:44), menjelaskan ada 4

tingkatan apresiasi, yaitu: (1) tingkat menggemari, (2) tingkat menikmati, (3)

tingkat mereaksi, dan (4) tingkat produktif. Seseorang baru pada tingkat

menggemari, maka keterlibatan batinnya lebih kuat. Pada tingkat ini, seseorang

akan senang jika membaca dan mendengarkan karya sastra. Setelah sampai pada

tingkat menikmati keterlibatan batin akan semakin mendalam. Penikmat akan ikut

sedih, terharu, bahagia, dan sebagainya jika menikmati karya sastra. Kemudian

pada tingkat mereaksi, sikap kritis pembaca terhadap sastra lebih menonjol karena

ia telah mampu menafsirkan dengan seksama dan mampu menilai baik-buruknya

Page 41: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

sebuah sastra. Penikmat mampu menunjukkan letak keindahan sastra dan

kekurangan sastra. Pada tingkat memproduksi, seoseorang mampu untuk

membuat sastra, atau membuat resensi sastra.

4. Hakikat Pembelajaran Apresiasi Drama

Di awal sudah dijelaskan bahwa drama merupakan salah satu bagian dari

karya sastra, oleh karena itu, untuk mempelajari drama kita tidak dapat

sepenuhnya lepas dari pembelajaran sastra secara umum, sehingga sebelum

membahas secara lebih rinci mengenai pembelajaran apresiasi drama, kita akan

membahasa terlebih dahulu pembelajaran apresiasi sastra pada umumnya.

Sastra adalah wujud dari gagasan seseorang yang dinyatakan dalam

sebuah tulisan yang berbentuk puisi, prosa, cerpen dan sejenisnya. Karya sastra

biasanya merupakan hasil dari pengalaman batin penulis, kejadian disekitar

lingkungan penulis, dan bisa juga hasil imajinasi penulis. Wellek dan Austin

Warren mengatakan, sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni

(1995:3). Mereka juga mendefinisikan sastra merupakan segala sesuatu yang

tertulis dan tercetak (1995:11).

Dari definisi sastra tersebut, kita tahu bahwa sastra memang sebuah

kegiatan kreatif dari sebuah seni. Hal ini bisa terjadi karena seseorang yang

membuat sebuah karya sastra berarti dia sedang mengembangkan daya

kreatifitasnya untuk merangkai kata, memilih kata, ataupun menyusun kata–kata

menjadi indah dan bernilai. Sastra dikatakan seni karena sastra merupakan salah

satu perwujudan dari seni.

Pembelajaran apresiasi sastra Indonesia ialah memperkenalkan kepada

peserta didik nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra dan mengajak

peserta didik ikut menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan.

Pembelajaran apresiasi sastra Indonesia bertujuan mengembangkan kepada

peserta didik terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif, nilai

keagamaan, dan nilai sosial, secara sendiri-sendiri, atau gabungan keseluruhan,

seperti tercemin di dalam karya sastra.

Page 42: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Pembelajaran drama tercakup dalam pembelajaran apresiasi sastra,

karena di dalamnya peserta didik tidak hanya diajari teori semata, tetapi juga

menemukan hubungan antara proses dan hasil yang nantinya akan dicapai. Drama

merupakan salah satu jenis karya sastra yang menjadi bahan ajar pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia di tingkat Sekolah Menengah Atas. Drama

merupakan bentuk karya sastra yang bersifat dialogis, karena berwujud

percakapan atau dialog antar tokoh. Pembelajaran apresiasi drama merupakan

bagian dari pembelajaran apresiasi sastra. Moody (dalam Rahmanto, 2004: 16-25)

mengungkapkan bahwa pembelajaran apresiasi sastra dapat membantu pendidikan

secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu:

a. Membantu keterampilan berbahasa

Dengan pengajaran apresiasi sastra, peserta didik dapat melatih

keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya sastra yang

dibacakan oleh guru, teman, atau pita rekaman. Peserta didik dapat melatih

keterampilan berbicara dengan ikut berperan dalam suatu drama. Peserta didik

dapat juga meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi

atau prosa cerita. Peserta didik dapat mendiskusikannya dan kemudian

menuliskan hasilnya sebagai latihan keterampilan menulis.

b. Meningkatkan pengetahuan budaya

Setiap sistem pendidikan kiranya perlu disertai usaha untuk

menanamkan wawasan pemahaman budaya bagi setiap peserta didik. Salah

satu tugas yang utama pengajaran adalah memperkenalkan peserta didik

dengan sederetan kemajuan yang dicapai manusia di seluruh dunia tanpa

merusak kebanggaan atas kebudayaan yang mereka miliki sendiri. Begitu pula

dengan pengajaran apresiasi sastra, jika dilaksanakan dengan bijaksana, dapat

mengantar peserta didik berkenalan dengan pribadi-pribadi dan pemikir-

pemikir besar dunia serta pemikiran-pemikiran utama dari zaman ke zaman.

c. Mengembangkan cipta dan rasa

Dalam pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan

adalah kecakapan yang bersifat indra, penalaran, efektif, sosial, dan religius.

Pengajaran sastra dapat digunakan untuk memperluas pengungkapan apa yang

Page 43: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

diterima oleh panca indra seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan

peraba. Artinya kata-kata yang diungkapkan pengarang melalui karya-

karyanya, peserta didik akan diantar untuk mengenali berbagai pengertian dan

mampu membedakan satu hal dengan yang lain, misalnya kuning dengan

keemasan, bising dengan menggemparkan, harum dengan busuk, serta masih

banyak lagi.

d. Menunjang pembentukan watak

Dalam nilai pengajaran sastra ada dua tuntutan yang dapat

diungkapkan sehubungan dengan watak ini. Pertama, pengajaran sastra

hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Seseorang yang telah

banyak mendalami berbagai karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang

lebih peka untuk menunjuk hal mana yang bernilai dan mana yang tak

bernilai. Tuntutan kedua, bahwa pengajaran sastra hendaknya dapat

memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas

kepribadian peserta didik yang antara lain meliputi ketekunan, kepandaian,

pengimajian, dan penciptaan.

Waluyo (2006:165) menyatakan pembelajaran drama sebagai penunjang

pemahaman bahasa berarti untuk melatih keterampilan membaca (teks drama) dan

menyimak atau mendengarkan (dialog dalam drama, mendengarkan. drama radio,

televisi, dan sebagainya. Sementara sebagai penunjang latihan penggunaan bahasa

dengan maksud yaitu melatih keterampilan menulis (teks drama, resensi drama,

dan sebagainya) dan wicara (dialog-dialog dalam pementasan drama).

Pembelajaran drama di sekolah dapat ditafsirkan menjadi dua macam,

yaitu pembelajaran teori dan pembelajaran apresiasi drama. Pembelajaran teori

mempelajari mengenai teori pembuatan dan pembacaan teks drama serta teori

tentang pementasan drama. Dalam pembelajaran apresiasi drama mempelajari

mengenai apresiasi terhadap naskah drama dan apresiasi pementasan drama

(Waluyo, 2003:153). Dalam pembelajaran teori menitikberatkan pada kemampuan

kognitif peserta didik yang mengutamakan masalah pengetahuan yang sifatnya

teoritis. Lain halnya dalam pembelajaran apresiasi menitikberatkan pada

kemampuan afektif peserta didik yang mengutamakan kegiatan apresiasi. Namun,

Page 44: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

apabila peserta didik sudah mulai belajar untuk mementaskan, maka pengajaran

drama mulai memasuki kawasan kemampuan psikomotorik, meskipun sebenarnya

dalam pengajaran drama di sekolah tidak dapat sepenuhnya lepas dari kemampuan

kognitif, sebab bagaimanapun peserta didik pasti diminta untuk dapat menguasai

beberapa materi yang bersifat teori.

Dalam pembelajaran drama di sekolah, pembelajaran apresiasi drama

juga harus menitikberatkan pada apresiasi peserta didik yaitu kegiatan atau

aktivitas peserta didik dalam pembelajaran drama di sekolah. Apresiasi peserta

didik itu mencakup tiga hal, yakni kreasi, resepsi, dan ekspresi peserta didik

terhadap drama. Adapun kegiatan peserta didik yang berupa kreasi yaitu kegiatan

peserta didik ketika menulis naskah drama secara individu atau kelompok yang

berupa resepsi yaitu kegiatan peserta didik ketika membaca dan menghafalkan

naskah drama yang telah dibuat, sedangkan yang beupa ekspresi yaitu ketika

peserta didik mementaskan drama berdasarkan naskah drama tersebut.

Dalam pembelajaran drama ada beberapa strategi yang bisa dilakukan.

Pelaksanana pembelajaran akan menjadi semakin mudah apabila mengunakan

strategi tertentu dalam penyampaian materi, sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai. Strategi pembelajaran drama yang menjadi patokan pembahasan adalah

strategi pembelajan yang berkaitan (1) strategi pembelajaran teks drama, meliputi:

a) strategi Stratta, b) langkah-langkah penyajian, c) strategi induktif model Taba,

d) strategi analisis, e) strategi sinektik (model Gordon), f) role playing (bermaian

peran), g) simulasi, dan (2) strategi pembelajaran drama pentas meliputi: a)

pementasan drama di kelas, b) pementasan drama oleh teater sekolah, c) teknik

pembinaan apresiasi drama, dan d) catatan tambahan tentang pemilihan materi.

a. Strategi Pembelajaran Teks Drama

1) Strategi Stratta

Strategi ini diciptakan oleh oleh Lesli StrattaI dan dapat diterapkan

untuk drama dan prosa fiksi. Wardani (dalam Waluyo, 2006: 186)

menjelaskan bahwa di dalam Strategi Stratta ada tiga tahap pembelajaran,

yaitu; (1) tahap penjelajahan, pada tahap ini di dalam pengajaran drama, guru

harus memberikan rangsangan untuk mempersiapkan peserta didik untuk

Page 45: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

membaca atau menonton suatu drama; (2) pada tahap interprestasi, hasil

bacaan atau tontonan mereka (peserta didik) berdiskusi dengan pertanyaan-

pertanyaan yang menggali oleh guru, mengenai kesan mereka, tokoh, latar,

watak, dan lain-lain; (3) pada tahap rekreasi, guru melatih peserta didik

membaca peran-peranya dan mencoba mementaskan kalau dapat. Kegiatan ini

dapat dilakukan dalam kelas tatap muka atau dan dilanjutkan di luar kelas

sebagai tugas terstruktur.

2) Langkah-langkah Penyajian

Sebelum guru melaksanakan kegiatan pembelajaran drama di kelas

harus melakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan tersebut antara lain

persiapan memilih bahan yang cocok dalam mengajar dan persiapan guru

sebelum membawa bahan tersebut di kelas, supaya dalam pelaksanaan

mengajarnya dapat terlaksana dengan baik seperti melakukan penjajagan

terlebih dahulu terhadap bahan yang akan diajarkan dan peserta didik yang

diajar, interprestasi yang dimaksudkan untuk membandingkan pemahaman

atau pendapat peserta didik mengenai drama dengan pendapat yang terdapat

dari buku materi, rekreasi ini adalah tingkat pelaksanaan atau praktik bermain

drama.

3) Strategi Induktif Model Taba

Strategi ini dikemukaan oleh Hilda Taba. Model pengajarannya

bersifat induktif dan biasanya strategi ini cocok untuk bagi pembahasan sastra.

Data-data sastra langsung diteliti oleh peserta didik, kemudian diadakan

penyimpulan-penyimpulan. Hilda Taba mengembangkan model pengajaran

yang berorientasi pada pengolahan orientasi. Adapun langkah-langkahnya

yaitu, (1) pembentukan konsep, meliputi mendaftar data, mengklasifikasikan,

dan memberi nama, (2) penganalisasian data, meliputi menafsirkan,

membandingkan, dan menyimpulkan, (3) penerapan prinsip, meliputi

menganalisa, membuat hipotesis, menerangkan, dan memeriksa hipotesis.

4) Strategi Analisis

Strategi ini menitikberatkan pada proses analisis terhadap tema

sebagai hasil akhir, setelah penokohan, plot, hubungan sebab akibat, dan

Page 46: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

sebagainya, yang kemudian disusul dengan pemahaman hal atau unsur

yang abstrak dari naskah drama. Strategi analisis di dalam kelas, menurut

Wardani (dalam Waluyo, 2006:193) menempuh tiga langkah, yaitu

sebagai berikut.

a) Membaca secara keseluruhan yang menimbulkan kesan pertama bagi

peserta didik, dimana mungkin akan timbul kesan yang berbeda-beda.

b) Analisis, yang akan menimbulkan kesan yang lebih objektif.

c) Memberikan pendapat akhir yang merupakan perpaduan antara respon

yang subjektif dari peserta didik dengan analisis yang objektif yang

dilakukan.

5) Strategi Sinektik (Model Gordon)

Strategi ini dikombinasikan unsur-unsur yang berbeda dan nyata.

Strategi tersebut dikembangkan oleh Gordon. Ada tiga langkah dalam metode

sintetik ini, yaitu (1) analogi langsung (direct analogy), memerlukan

penjajagan problem yang dihayati setelah membaca atau menonton drama

secara pararel; (2) analogi personal merupakan hasil dari analogi langsung

yang harus dicatat, dianalisis secara personal. Dalam hal ini peserta didik akan

mengidentifikasi masalah yang dibahas. Peserta didik harus mencoba berpikir

dan merasa, bagaimanakah seandainya dia itu penulis drama tersebut; (3)

konflik kempaan merupakan hasil dari analisis personal yang akan

mempertahankan dua sudut pandangan yang berbeda. Dengan konflik

kempaan juga akan ditemukan pengertian atau wawasan baru.

6) Bermain Peran

Strategi pembelajaran teks drama dengan bermaian peran ini

sebetulnya termasuk strategi yang sangat sederhana. Peran dapat diambil dari

kehidupan sehari-hari. Sebagaimana dikutip Waluyo (2003:189), Shafel

menyebutkan adanya sembilan langkah dalam role playing, yaitu (1)

memotivasi kelompok, (2) memilih peran (casting), (3) menyiapkan

pengamat, (4) menyiapkan tahap-tahap peran, (5) pemeranan (pentas di depan

kelas), (6) diskusi dan evaluasi I (spontanitas), (7) pemeranan (pentas ulang),

(8) diskusi dan evaluasi (pemecahan masalah, dan (9) membagi pengalaman

Page 47: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

dan menarik generalisasi. Melalui strategi pembelajaran drama role playing

dapat dicapai aspek perasaan, sikap, nilai, persepsi, keterampilan pemecahan

masalah, dan pemahaman terhadap pokok permasalahan.

7) Simulasi

Dalam pembelajaran drama, strategi simulasi merupakan strategi

yang digunakan untuk memberikan kemungkinan kepada peserta didik agar

dapat menguasai suatu keterampilan melalui latihan dalam situasi tiruan.

Prinsip-prinsip simulasi adalah: (1) harus ada tujuan kegiatan artinya

keterampilan berbahasa apa yang harus dikuasai; (2) peserta didik dibagi

dalam kelompok-kelompok dengan tugas melakukan simulasi (sama atau

beda); (3) penentuan topik dan peran disesuaikan dengan kemampuan bahasa,

tingkat sekolah, dan situasi; (4) di samping tujuan pokok, diarahkan tujuan

lain baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik; (5) berikan petunjuk tentang

peran, situasi, dan pembagian tugas-tugas (Waluyo, 2003:191).

b. Strategi Pembelajaran Drama Pentas

Dalam hal pementasan drama, guru dapat berperan sebagai sutradara,

akan tetapi dapat sebagai pengaruh. Dalam hal ini guru dibantu oleh pekerja

teater yang bertugas melatih aktor/aktris dan memimpin pementasan.

Pementasan drama ini dalam pelaksanaanya dapat diselenggarakan di kelas

sebagai bagian dari pengajaran bahasa dan dapat juga sebagai kegiatan

ekstrakurikuler berteater.

1) Pementasan Drama di Kelas

Pementasan drama di kelas dalam kaitannya dengan pelajaran bahasa

Indonesia aspek sastra, dapat berupa pementasan satu naskah drama oleh satu

kelompok, atau dapat juga beberapa kelompok yang dibentuk dari sebagian

atau seluruh peserta didik di kelas. Pada waktu pementasan setiap kelompok

mendapat giliran untuk berpentas, tentu saja dengan naskah drama yang

berdurasi pendek. Hal ini dikarenakan dalam pengajaran drama di kelas,

alokasi waktu di dalam kelas pun hanya sedikit. Setelah melakukan

pementasan, sisa waktu yang tersedia digunakan untuk berdiskusi.

Page 48: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Pementasan drama di kelas ini hendaknya tidak dipentaskan di dalam

kelas. Hal tersebut dikarenakan ruang kelas tidak sepenuhnya mendukung

dalam sebuah pementasan. Aula merupakan salah satu tempat yang ideal

untuk melaksanakan sebuah pementasan. Aula sendiri sudah dirancang untuk

sebuah pertunjukan, apabila pementasan dilakukan di dalam ruang kelas tentu

akan menggangu kelas yang berada di sekitar kelas tersebut.

2) Teknik Pembinaan Apresiasi Drama

Pembinaan yang dimaksudkan yaitu membina hal yang sudah

terlaksana supaya lebih baik dan dapat juga berarti membuat yang belum ada.

Sulitnya naskah drama dan belum tentu guru bahasa Indonesia mempunyai

kemampuan menyutradarai drama, yang menjadikan pembelajaran drama

kurang memuaskan.

Tanpa pembacaan naskah sendiri oleh peserta didik dan menonton

pertunjukan drama sendiri, maka pembinaan sulit dilaksanakan. Pembinaan

dapat dilakukan berupa (1) pembinaan dan pengembangan apresiasi drama.

Dalam pembinaan ini guru dan peserta didik harus dilengkapi dengan bahan

yang serasi untuk kelompok-kelompok yang diajarkan dan menguasai teknik

mengajarkan drama dengan baik, serta dapat menyesuaikan teknik dan bahan

jika diperlukan. Buku-buku atau naskah-naskah drama yang cukup diberikan

oleh guru yang mencintai drama diharapkan apresiasi peserta didik akan

berangsur-angsur dapat berkembang; (2) aktivitas kelas dan kelompok, guru

harus sering-sering membacakan drama dengan nyaring untuk memberi

contoh dan sekaligus memperjelas watak pelaku. Pemutaran recorder atau

video juga sangat bermanfaat sebagai sarana dalam memberi contoh drama

yang baik.

Setelah berbagai teknik dijelaskan, perlu pula dipaparkan mengenai

beberapa hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan pemilihan bahan naskah

drama. Naskah drama yang akan diajarkan oleh guru, harus memenuhi kriteria

sebagai berikut.

Page 49: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

(1) Sesuai dan menarik bagi tingkat kematangan para peserta didik.

(2) Tingkat kesulitan bahasanya sesuai tingkat kemapuan bahasa peserta didik

yang akan menggunkannya. Apabila bahasanya terlalu sulit, maka apresiasi

tidak mungkin baik.

(3) Bahasanya sedapat mungkin digunakan bahasa yang standar, kecuali kalau

cerita memang memasalahkan penggunaan dialek. Penggunaan dialek sedikit

mungkin tidaklah begitu jelek, tetapi jika dapat dihindarkan sebaik mungkin

dihindari saja.

(4) Isinya tidak bertentangan dengan haluan negara.

(5) Naskah hendaknya mempunyai ciri, yaitu adanya masalah yang jelas, tema

atau tujuan yang jelas, perwatakan peranan, adanya penggunaan kejutan yang

tepat, bertolak dari gagasan murni penulis, dan menggunkan bahasa yang baik.

Selanjutnya, seperti halnya dalam setiap pembelajaran mata pelajaran dan

materi apapun ada kegiatan akhir yang berupa evaluasi atau penilaian (assesment).

Evaluasi atau penilaian drama dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran.

Evaluasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mengetahui apakah peserta

didik benar-benar telah memahami bahan yang telah diajarkan guru atau belum.

Dalam penilaian berbasis kelas, jenis penilaian yang harus dibuat oleh guru

meliputi, penilaian kinerja, penilaian sikap, penilaian proyek, penilaian produk,

penialain portofolio, dan penilaian diri (Suwandi 2008:81-100). Semua jenis tes di

atas harus dilaksanakan oleh guru agar guru dapat melaksanakan evaluasi

pembelajaran.

Moody (dalam Waluyo, 2003: 177) mengatakan bahwa penilaian dalam

pembelajaran drama meliputi empat tingkatan, yaitu: (1) tingkatan informasi

(pengetahuan); (2) tingkatan konsep (pemahaman); (3) tingkatan perspektif (cara

pemikiran pengarang dan pembaca); (4) tingkatan apresiasi (penghargaan karya

sastra dan pemahaman jalan pikiran pengarang). Tingkatan yang dicapai dalam

evaluasi pembelajaran drama tingkat Sekolah Menengah Atas sampai pada

tingkatan konsep (pemahaman). Oleh karena itu, evaluasi yang dilakukan adalah

dengan tes tertulis dan diskusi mengenai unsur-unsur drama yang telah

terkandung dalam suatu pementasan.

Page 50: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Nurgiyantoro (2001:331) menyatakan bahwa tingkatan tes apresiasi

kesastraan terdiri dari dua pendekatan, yaitu tingkatan taksonomi Bloom seperti

tes kebahasaan dan yang kedua adalah tingkatan tes apresiasi kesastraan

berdasarkan pengkategorian Moody dengan modifikasi seperlunya. Penilaian

bermain peran dalam pembelajaran drama menggunakan tingkatan tes apresiasi

kesastraan berdasarkan taksonomi Bloom yang berupa penilaian ranah

psikomotorik. Ranah psikomotorik adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan aktivitas otot, fisik, atau gerakan-gerakan anggota badan. Keluaran hasil

belajar yang bersifat psikomotoris adalah keterampilan-keterampilan gerak

tertentu yang diperoleh setelah mengalami peristiwa belajar. Penilaian hasil

belajar psikomotoris juga harus dilakukan dengan alat tes yang berupa tes

perbuatan.

a. Penilaian dengan Tes

Tes merupakan suatu bentuk pemberian tugas atau pertanyaan yang

harus dikerjakan oleh peserta didik yang sedang dites. Jawaban yang diberikan

peserta didik terhadap pertanyaan-pertanyaan itu dianggap sebagai informasi

terpercaya yang mencerminkan kemampuannya. Informasi tersebut dinyatakan

sebagai masukan yang penting untuk mempertimbangkan peserta didik

(Suwandi, 2008:49).

Suwandi (2008:54) memaparkan pada umunya tes dipergunakan

untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan

dalam pembelajaran. Tingkat keberhasilan peserta didik dimaksudkan juga

tingkat kemampuan peserta didik yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran tersebut.

Bentuk tes dapat berupa tes esai dan tes objektif. Tes esai adalah

suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk

uraian dengan menggunakan bahasa sendiri. Tes ini menuntut peserta didik

untuk berpikir tentang dan mempergunakan apa yang diketahui yang

berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab. Tes bentuk esai

memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menyusun dan

mengemukakan jawaban sendiri dalam lingkup yang secara relatif dibatasi.

Page 51: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Oleh karena itu, tes esai disebut sebagai tes subjektif. Lain halnya tes objektif

yaitu disebut juga sebagai tes jawaban singkat (short answer test). Jawaban

terhadap tes objektif bersifat pasti, hanya ada satu kemungkinan jawaban yang

benar. Jenis tes objektif yang banyak dipergunakan orang ádalah tes jawaban

benar-salah (trae-false), pilihan ganda (multipli choice), isian (complection),

dan penjodohan (maching) (Suwandi, 2008: 58-59).

Untuk mencari nilai setiap peserta didik menggunakan teknik

penilaian yang dikembangkan oleh FSI (Foreign Service Institute) sebagai

berikut:

1) Nilai setiap unsur yang dinilai dalam berbicara berkisar antara 1 sampai

dengan 5. Nilai 5 berarti baik sekali, nilai 4 berarti baik, nilai 3 berarti

sedang, nilai 2 berarti kurang, nilai 1 berarti kurang sekali.

2) Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap unsur

penilaian yang diperoleh peserta didik.

3) Nilai akhir peserta didik diperoleh dengan menggunakan rumus:

Total nilai x skor ideal (100) = nilai

Skor maksimum (25)

b. Penilaian Sikap

Suwandi (2008:89-90) memaparkan bahwa sikap bermula dari

perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon

sesuatu atau objek. Sikap juga suatu ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan

hidup yang dimiliki oleh seseorang. Secara umum, objek sikap yang perlu

dinilai dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

1) Sikap terhadap materi pelajaran.

2) Sikap terhadap guru atau pengajar.

3) Sikap terhadap proses pembelajaran.

4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu

materi pelajaran.

Penilain sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik.

Teknik-teknik tersebut antara lain.

Page 52: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

1) Observasi Perilaku

Perilaku seseorang pada umunya menunjukan kecenderungan

seseorang dalam sesuatu hal. Guru dapat melakukan observasi terhadap

peserta didik yang dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai

umpan balik dalam pembinaan.

2) Pertanyaan Langsung

Menanyakan secara langsung atau wawancara tentang sikap

seseorang berkaitan dengan suatu hal. Jawaban atau reaksi yang diberikan

dapat dipahami sikap peserta didik terhadap objek sikap.

3) Laporan Pribadi

Penggunaan teknik ini peserta didik diminta membuat ulasan yang

berisi pandangan atau tanggapan tentang suatu masalah, keadaan, atau hal

yang menjadi objek sikap. Menurut Suwandi (2008: 94) dalam penilaian sikap

dapat menggunakan format penilaian sebagai berikut.

No Nama

Peserta

didik

Aspek yang Dinilai Skor Nilai

antusias

terhapadap

drama

memperhatikan

guru pada saat

pembahasan

drama

Keaktifan

dalam pada saat

pembelajaran

apresiasi drama

Keaktifan

dalam

berlatih

peran

(Tabel 2.1. Format penilaian Pribadi)

Catatan:

a. Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria

berikut.

1 = sangat kurang

2 = kurang

3 = sedang

4 = baik

5 = amat baik

b. Nilai merupakan jumlah skor-skor tiap indikator perilaku.

Page 53: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

c. Keterangan diisi dengan kriteria berikut.

Nilai 18-20 berarti amat baik

Nilai 14-17 berarti baik

Nilai 10-13 berarti sedang

Nilai 6-9 berarti kurang

Nilai 0-5 berarti sangat kurang

4) Penilaian Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilai terhadap tugas yang

harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa

suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,

pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Dalam penilaian

proyek setidaknya ada tiga hal perlu dipertimbangkan, yaitu:

a) Kemampuan pengelolaan.

b) Relevansi, yaitu kesesuaian dengan mata pelajaran.

c) Keaslian, proyek yang dilakukan oleh peserta didik merupakan hasil

karyanya, (Suwandi, 2008: 95-98).

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses

kegiatan, sampai hasil akhir. Dalam penilaian proyek dapat menggunkan

format penilaian sebagai berikut.

No Aspek Skor (1-5)

1 Perencanaan:

a. Persiapan

b. Rumusan naskah drama

2 Pelaksanaan:

a. Sistematika pelaksanan

b. Keakuratan dengan waktu pengerjaan

c. Kerja sama dan kekompakan tim

d. Penggunaan alat pendukung

3 Laporan Proyek:

a. Performans

b. Kualitas hasil

Jumlah

(Tabel 2.2. Format Penilaian Proyek)

Page 54: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Evaluasi/penilaian sangat penting untuk dilakukan karena dengan adanya

evaluasi dapat diketahui keberhasilan seseorang dalam pembelajaran dan dari

hasil yang diperoleh akan membuat seseorang lebih termotivasi untuk belajar.

Evaluasi pembelajaran apresiasi drama tentu harus dapat mengukur tujuan

pembelajaran apresiasi drama, yakni apresiasi peserta didik terhadap drama bukan

semata tentang pengetahuan peserta didik terhadap drama.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni

penelitian Kristianto dengan hasil: (1) guru Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas

XI SMA Negeri 6 Surakarta telah memiliki pemahaman yang positif terhadap

Kurikulum Tingkatan Satuan Pendidikan (KTSP), (2) perencanaan pembelajaran

yang telah dibuat oleh guru sudah sesuai dengan KTSP. Hal tersebut dapat dilihat

dari dibuatnya prota, silabus, dan rencana pembelajaran, (3) pelaksanaan

pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri 6 Surakarta sudah mengarah pada

pembelajaran yang bersifat apresiatif dan inovatif, (4) kendala-kendala dalam

pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri 6 Surakarta, yaitu: setiap peserta

didik sulit untuk menghafal naskah drama, peserta didik disuruh menampilkan

pementasan drama sulit, dengan alasan tidak berani dan malu; peserta didik hanya

memiliki sedikit pengetahuan tentang pengapresiasian drama, (5) tindakan yang

dilakukan guru untuk mengatasi kendala-kendala dalam pembelajaran apresiasi

drama di SMA 6 Surakarta, yaitu: guru menyediakan LKS; memberikan tugas

pada peserta didik untuk mengapresiasi drama; memacu peserta didik untuk

berkaya membuat naskah drama; memberikan pengarahan kepada peserta didik

yang kesulitan dalam mengapresiasi drama; guru menggunakan waktu seefisien

mungkin untuk mengatasi masalah waktu yang terbatas dalam pembelajaran

apresiasi drama.

Penelitian yang dilakukan oleh Su Jeong Wee dengan judul “A Case

Study of Drama Education Curriculum for Young Children in Early Childhood

Programs” menghasilkan temuan sebagai berikut.

Page 55: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Guru kelas tidak hanya membahas secara khusus kurikulum yang memuat

tentang drama yang menyoroti pengetahuan darama dan teknik drama

melain secra garis besar saja. Dalam pembelajaran drama dari mulai

pemanasan,kegiatan utama dan sampai berakhirnya pembelajaran yang

ditekankanguru adalah kemampuan eksplorasi kinestetik anak-anak dan

representasi serta ekspresivitas. Metode pembelajaran yang digunakan guru

harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak-anak dan bahan ajar

yang dibutuhkan untuk mengembangkan kepribadian mengajar guru dan

meningkatkan kualitas pendidikan drama.

Penelitian selanjutnya adalah dari Adhiwicaksono, yang menghasilkan

temuan: (1) berkaitan dengan rencana pembeajaran apresoasi drama, dalam

menyusun RPP, guru sudah menyesuasikan kondisi peserta didik dan sekolah

dalam mengembangkan untuk menjadi lebih baik, (2) secara umum pelaksanaan

pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPA 5 SMA Negeri 4 Surakarta sudah

mengacu kepada pembelajaran apresiasi drama yang bersifat PAIKEM. Terlihat

dengan penggunaan media elektronik dan mengubah drama pentas menjadi drama

yang difilmkan pada akhir pembelajaran, (3) Kendala yang timbul dalam

pembelajaran meliputi 3 hal yaitu: (a) rendahnya motivasi dan minat pada

beberapa peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (b) alokasi waktu

pembelajaran yang kurang, dan (c) evaluasi dalam pembelajaran, dan (4) upaya

guru untuk mengatasi kendala-kendala pembelajaran apresiasi drama adalah

sebagai berikut: (a) memberikan motivasi, bimbingan, dan arahan bagi peserta

didik yang mempunyai motivasi belajar yang rendah untuk mengikuti

pembelajaran apresiasi drama, (b) upaya untuk mengatasi kendala tentang

kurangnya alokasi waktu pembelajaran, yaitu guru menyuruh peserta didik untuk

banyak menonton film dalam belajar drama, dan (c) upaya yang dilakuakan untuk

mengatasi kendala dalam kegiatan evaluasi, yaitu guru mewajibkan setiap

kelompok membuat laporan kegiatan yang berisi tentang keterlibatan setiap

peserta didik dalam membuat film.

Penelitian yang dilakukan Rina Aryani, Nafron Hasyim, dan Joko

Prayitno menghasilkan bahwa pembinaan dan pementasan pada kelompok Teater

Biroe SMA Pangudi Luhur Surakarta meliputi (1) pembinaan olah vokal

disampaikan secara bertahap dan bervariasi, (2) pembinaan nafas dan olah raga

Page 56: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

serta olah rasa dilatihkan secara bersama-sama, (3) pembinaan latihan materi

meliputi teknik berakting dan pemberian pengetahuan tentang bedah naskah, dan

(4) pementasan produksi. Fungsi teater sekolah dalampembelajaran apresiasi

drama adalah (1) sebagai sumber belajar dalam pembelajaran apresiasi drama, (2)

aktivitas latihan teater sebagai model dalampembelajaran apresiasi drama, dan (3)

teater sekolah sebagai pendorong kompetensi bersastra bagi peserta didik.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan proses berinteraksinya antara pendidik, peserta

didik, dan lingkungan yang disertai dengan perubahan perilaku atau penambahan

informasi. Dalam suatu pembelajaran, terdapat beberapa faktor yang

memengaruhi keberhasilan pembelajaran tersebut, anatra lain: peserta didik

(peserta didik), pendidik (guru), tujuan pembelajaran, materi, metode, media, dan

evaluasi. Begitu pula dengan pembelajaran apresiasi drama, diperlukan beberapa

komponen di atas agar pembelajaran berjalan dengan lancar sehingga peserta

didik dapat memahami dan menguasai materi yang telah dipelajari.

Pembelajaran sastra khususnya drama harus ditekankan pada aspek

apersiasi reseptif dan aspek apresiasi ekspresif. Aspek apresiasi reseptif ini antara

lain melalui kegiatan peserta didik dalam mendengarkan (menyimak) dan

menonton drama, membaca dan memerankan drama. Sementara itu, aspek

apresiasi ekspresif dapat diwujudkan melalui kegiatan peserta didik dalam

mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam bentuk lisan

(berbicara) maupun tulis (menulis) tentang drama, seperti membuatkan teks drama

yang sederhana, menyusun resensi teks drama, dan bermain drama.

Untuk memulai suatu pembelajaran pastinya memerlukan berbagai

persiapan baik itu materi (bahan ajar), metode, teknik dan beberapa hal yang

tercakup dalam suatu rancangan pelaksanaan pengajaran (RPP). Selain itu perlu

pula skenario pembelajaran yanng menggambarkan seluruh kegiatan dalam

pembelajaran tersebut. Perencanaan dan persiapan dalam suatu pembelajaran

sangat penting agar apa yang sudah direncanakan untuk pembelajaran tersebut

terlaksana dengan baik dan bisa lebih sistematis. Persiapan pembelajaran apresiasi

Page 57: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

drama berhubungan dengan perencanaan yang dijadikan sebagai dasar

pelaksanaan pembelajaran antara lain silabus mata pelajaran, dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru. Adanya Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum yang sudah diterapkan di berbagai

sekolah, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar, baik dari

segi materi atau pun dari segi metode mengajar.

Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses pemerolehan informasi dan

pengembangan potensi yang dimiliki seseorang. Keberhasilan dalam

pembelajaran berkaitan dengan peran dan upaya guru dan peserta didik yang

menjalaninya. Keberhasilan guru dalam mengajar dapat dilihat dari penyampaian

materi yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode yang inovatif,

penggunaan media yang sesuai, dan evaluasi proses dan hasil dilakukan guru

untuk mengetahui pemahaman peserta didikterhadap pembelajaran apresiasi

drama.

Pada pelakasanaan pembelajaran di kelas nantinya, peneliti akan

menyoroti bagaimana pembelajaran berlangsung. Hal yang penting untuk diamati

meliputi: (1) ketersedian sarana dan prasaran penunjang yang tersedia sebagai alat

atau media dalam membantu dalam pelaksanaan pembelajaran, (2) kekreatifan

dalam mengolah pembelajara sehingga dapat sesuai dengan tujuan yang

diharapkan dan dapat tersampaiakan dengan baik kepada semua peserta didik

serta relevansi antara Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan proses

belajar mengajar selamam di kelas, (3) kendala-kendala yang dihadapi guru

sebagai fasilitator, motivator, serta tugas utama guru lainnya, dan (4) kiat-kiat

tertentu yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang terdapat pada saat

pembelajaran apresiasi drama berlangsung.

Mengenai kendala-kendala yang ada dalam pembelajaran apresiasi drama

dapat lebih rinci dipilah apakah kendala berupa faktor intern yaitu guru dan

sebagai pelaksana pembelajaran ataukah faktor ekstern yang dapat berupa sarana

dan prasarana dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama. Berdasarkan

temuan kendala dan hambatan tersebut nantinya dapat dijadikan dasar untuk

mengetahui atau mencari beberapa upaya yang hendak dilakukan atau yang telah

Page 58: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

dilakukan untuk membenahi pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama, sehingga

kedepannya (dalam pembelajaran selanjutnya) dapat diantisipasi dan

diminimalisasi ketidakberhasilan pembelajaran tersebut.

Berdasarkan pada semua penjelasan dan paparan yang telah dijelaskan di

atas, dan hasil penelitian yang diperoleh, nantinya akan ditarik sebuah kesimpulan

mengenai pembelajaran apresiasi drama yang terjadi di SMA Negeri

Karangpandan yang pada khususnya terjadi pada kelas XI. Oleh karena itu,

peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimana persiapan yang dilakukan sebelum

melakukan pembelajaran, mengetahui sejauh mana pelaksanaan pembelajaran

apresiasi drama yang akan diterapkan pada proses belajar mengajar, mengetahui

pelaksanaan pementasa, dan mengetahui kendala-kendala yang dihadapi saat

pembelajaran dilakukan, serta mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk

mengatasi kendala atau hambatan pembelajaran yang dihadapi di kelas. Berikut

ini alur kerangka berpikir yang digunakan oleh peneliti.

Gambar 2.1. Alur Kerangka Bepikir

Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI SMA

Negeri Karangpandan

Pelaksanaan Kendala

materi,

metode,

media, dan

evaluasi

peserta didik,

fasilitas,

waktu, dan

bahan ajar

Mengatasi Kendala

peserta didik,

fasilitas,

waktu, dan

bahan ajar

Tercapainya Pembelajaran Apresiasi Drama yang

Kreatif dan Inovatif

Perencanaan

Silabus,

RPP

Page 59: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Karangpandan yang ada di

Kabupaten Karanganyar. SMA Negeri Karangpandan beralamat di Jalan Blora-

Karangpandan, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar 57791, telp

(0271) 662880.

Dilaksanakan pada kelas XI, karena materi pembelajaran apresiasi drama

terdapat pada jenjang kelas tersebut di semester genap. Waktu Penelitian ini

dilaksanakan dari bulan Januari-Mei 2012 sesuai dengan tabel kegiatan di bawah

ini:

Tabel 3.1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No Waktu

Jenis

penelitian

Bulan Ke-I Bulan Ke-II Bulan Ke-III Bulan Ke-IV Bulan Ke-V

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pembuatan

proposal

√ √

2. Pengajuan

proposal

√ √

3. Revisi

proposal

dan

persiapan

instrumen

√ √

4. Pengumpul

-an data

√ √ √ √ √ √

5. Analisis

data

√ √ √ √ √ √

6. Penyusun-

an laporan

√ √ √ √

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yakni tentang

pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan, maka pendekatan

44

Page 60: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan

kualitatif dalam penelitian ini mampu mendeskripsikan secara rinci dan mendalam

tentang pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan khususnya

kelas XI IPS 1. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo (2005:111) bahwa

penelitian kualitatif mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam

mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya

di lapangan studinya.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

terpancang. Disebut terpancang karena permasalahan yang dibahas hanya

mengenai pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri

Karangpandan kelas XI IPS 1.

C. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Tempat dan Peristiwa

Tempat penelitian ini yaitu di SMA Negeri Karangpandan kelas XI IPS1.

Peristiwa berkaitan dengan aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru di

dalam kelas yang terfokuskan pada pola interaksi guru dengan peserta didik dan

peserta didik dengan peserta didik yang lainya untuk menspesifikasikan penelitian

dan memudahkan dalam pengambilan data, karena peristiwa mudah diamati.

2. Informan

Pengambilan informasi dilakukan pada informan yang telah dipilih yaitu

guru mata pelajaran bahasa Indonesia, serta peserta didik kelas XI IPS 1 SMA

Negeri Karangpandan

3. Dokumen

Pengambilan data dilakukan melalui dokumen-dokumen (hasil belajar

peserta didik, silabus, RPP, buku materi dan pendamping yang menunjang, dan

soal-soal evaluasi) yang berkaitan secara langsung dengan pokok pembahasan

dalam penelitian ini yaitu pembelajaran apresiasi drama.

Page 61: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling,

yaitu sumber data yang digunakan tidak mewakili populasinya, tetapi cenderung

mewakili informasinya (dalam Sutopo, 2005:56). Purposive sampling dilakukan

dengan memilih guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI Ilmu

Sosial dikarenakan memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembelajaran drama,

yaitu selalu melaksanakan pembelajaran tersebut sampai tahap perekaman drama.

Informan lainnya, yaitu guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI

Ilmu Alam dan beberapa peserta didik yang ditunjuk sebagai ketua dalam

kelompoknya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun laporan ini

menggunakan teknik mengakaji dokumen. Teknik mengkaji dokumen dipilih

karena data dalam penelitian ini berupa dokumen. Teknik pengumpulan data tidak

hanya sekedar mencatat dokumen tetapi juga menemukan maknanya. Hal ini

sesuai dengan pendapat Yin (dalam H.B. Sutopo, 2005:70) yang menyatakan

bahwa analisis dokumen tidak hanya sekedar mencatat isi penting yang tersurat di

dalam dokumen tetapi juga tentang makna tersirat. Dalam hal ini peneliti

menganalisis data yang berupa nilai akhir, laporan hasil observasi, rencana

pembelajaran, rancangan silabus, sarana penunjang pembelajaran, misalnya:

buku-buku yang digunakan sebagai sumber acuan dan pegangan bagi guru dan

peserta didik, serta naskah drama yang digunakan, dan lain-lain. Data hasil

analisis dokumen tersebut dikumpulkan dan dicatat, kemudian dipadukan dengan

catatan lapangan (field note). Diharapkan perpaduan data tersebut akan

menghasilkan penelitian yang objektif dan komprehensif.

Selanjutnya, pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi.

Peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran di SMA

Negeri Karangpandan. Dalam hal ini peneliti berperan sebagai partisipan pasif, di

mana kehadiran peneliti diketahui namun tidak memengaruhi pembelajaran.

Observasi dilakukan di dalam kelas saat pembelajaran apresiasi drama

berlangsung dan diharapkan diperoleh data yang sesungguhnya di lokasi

Page 62: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

penelitian. Hal-hal yang diobservasi meliputi: proses atau pelaksanaan

pembelajaran apresiasi drama yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan

kegiatan akhir (penutup); proses evaluasi yang meliputi evaluasi proses dan hasil;

aktivitas guru dan peserta didik selama proses pembelajaran yang meliputi usaha-

usaha yang dilakukan guru selama pembelajaran dan keterlibatan peserta didik

dalam pembelajaran. Observasi dilakukan pula terhadap proses pelatihan drama

yang dilakukan di luar ruang kelas, di luar jam pelajaran. Pada kegiatan pelatihan

drama ini akan diobservasi aktivitas dan kreativitas peserta didik dan guru selama

pembelajaran.

Selain itu juga menggunakan teknik wawancara mendalam kepada

informan untuk mendapatkan data yang tidak bisa didapat melalui teknik

observasi. Untuk itu peneliti melakukan wawancara secara langsung (face to

face). Isi wawancara difokuskan kepada pertanyaan yang menguji tingkat

apresiasi peserta didik terhadap pembelajaran drama. Wawancara dalam penelitian

ini dilakukan dengan terstrukutur dengan pertanyaan yang terbuka (open ended)

dan bersifat lentur guna mendapatkan informasi (pandangan) dari informan

tentang hal-hal yang bermanfaat bagi penelitian. Kelonggaran dan kelenturan

wawancara ini diharapkan akan mampu menggali kejujuran informasi, sehingga

mampu memberikan informasi yang sebenarnya dan seluas-luasnya. Wawancara

secara mendalam juga dilakukan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI

Ilmu Sosial dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI Ilmu Alam, serta

peserta didik.

F. Uji Validitas Data

Uji validitas data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

triangulasi (data dan metode) dan review informan.

1. Triangulasi data, yaitu peneliti menggunakan beberapa sumber untuk

mendapatkan/mengumpulkan data. Untuk mendapatkan data tersebut,

peneliti menggunakan beberapa sumber, yaitu dokumen (hasil rekaman

maupun catatan ujaran-ujaran yang disampaikan guru dan peserta didik),

peristiwa (proses pembelajaran), dan informan (guru dan peserta didik).

Page 63: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

2. Triangulasi metode, yaitu peneliti menggunakan metode yang berbeda

untuk mendapatkan data yang sama. Peneliti menggunakan metode

pengumpulan data yang berupa analisis dokumen, observasi, dan

wawancara. Peneliti melakukan pengecekan hasil secara silang dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa observasi langsung.

3. Review informan, pada penelitian ini digunakan sebagai alat penjamin

validitas data. Pada waktu peneliti sudah mendapatkan data yang sudah

cukup lengkap dan berusaha menyusun sajiannya, walaupun mungkin

masih belum utuh dan menyeluruh, tetapi unit-unit laporan yang telah

disusun perlu dikomunikasikan dengan informan. Hal tersebut berfungsi

untuk mengecek kembali kebenaran data yang diperoleh dari informan.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif (interactive model of analysis). Analisis model interaktif ini

merupakan interaksi dari empat komponen, yaitu: pengumpulan data, reduksi

data, penyajian data (display data), dan penarikan simpulan (verifikasi). Pada

saaat melakukan tahap pengumpulan data sekaligus sesuai dengan kemunculan

data yang diperlukan. Adapun langkah-langkah analisis interaktif adalah sebagai

berikut:

1. Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan cara

analisis dokumen, observasi, dan wawancara. peneliti mengumpulkan data

sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan

dengan pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di Kelas XI SMA Negeri

Karangpandan.

2. Reduksi Data

Teknik ini mengambil langkah yang berupa pencatatan data yang

diperoleh dari hasil observasi. Dalam pencatatan tersebut dilakukan seleksi,

pemfokusan dan penyederhanaan data, data mana yang akan diambil. Hal tersebut

bertujuan untuk lebih memudahkan dalam mengambil data-data yang dianggap

Page 64: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

penting, yakni tentang pembelajaran apresiasi drama di kelas XI SMA Negeri

Karangpandan. Proses reduksi terus berlangsung sampai laporan akhir penelitian

selesai ditulis.

3. Penyajian Data

Melalui sajian data, data yang telah terkumpul dikelompokan dalam

beberapa bagian dengan jenis permasalahannya supaya mudah dilihat dan

dimengerti, sehingga mudah untuk dianalisis. Penyajian data penelitian yang

diperoleh melalui analisis dokumen ataupun pada saat proses belajar mengajar

berlangsung di kelas maupun diperoleh melalui wawancara dengan informan. Hal

tersebut meliputi: rencana pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dibuat

oleh guru, data hasil observasi yang diperoleh peneliti pada saat pembelajaran

berlangsung, hasil wawancara guru bahasa Indonesia, dan peserta didik berupa

kendala yang ada pada saat pembelajaran apresiasi drama, serta upaya guru

bahasa Indonesia dalam mengatasi kendala tersebut.

4. Penarikan Simpulan

Berdasarkan dari hasil analisis terhadap ujaran dan pembicaraan antara

guru dengan peserta didik yang terjadi pada proses pembelajaran dan pada saat

diwawancarai, kemudian ditarik simpulan. Simpulan-simpulan tersebut

diverifikasi selama penelitian berlangsung. Pada penelitian ini data yang

diverifikasi meliputi: perencanaan pembelajaran apresiasi drama, pelaksanaan

pembelajaran, pelaksanaan pementasn dan kendala yang timbul dalam

pembelajaran apresiasi drama, serta upaya guru bahasa Indonesia. Visualisasi

proses analisis tersebut sebagai berikut:

Gambar 3.1 Analisis Interaktif (Miles & Huberman, 1992:23)

Pengumpulan Data

Penarikan Kesimpulan

Reduksi Data Display Data

Page 65: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Temuan

Penelitian ini menghasilkan serangkaian data atau informasi mengenai

proses pembelajaran apresiasi drama di Sekolah Menegah Atas yang dilakukan

oleh guru bahasa Indonesia di SMA Negeri Karangpandan khususnya kelas XI

IPS 1. Sekolah tersebut beralamat di Jalan Blora-Karangpandan, Kecamatan

Karangpandan, Kabupaten Karanganyar 57791, telp (0271) 662880.

Menghasilkan temuan yang meliputi: (1) perencanaan pembelajaran apresiasi

drama; (2) pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama; dan (3) pementasan drama

di kelas; (4) kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran

apresiasi drama dan upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi masalah

tersebut. Hasil penelitian tersebut secara rinci dideskripsikan dalam pembahasan

berikut.

1. Perencanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1

SMA Negeri Karangpandan

Dalam pembelajaran sebuah perencanaan sangat dibutuhkan guru dalam

proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Perencanaan

pembelajaran ini dapat membantu guru untuk mempermudah pelaksanaan

pembelajaran di kelas. Perencanaan yang dilakukan guru antara lain:

a. Silabus

Sebelum menyusun perencanaan pembelajaran, guru bahasa

Indonesia kelas XI IPS 1, yaitu Ibu Ami Rahayu menggunakan silabus dari

hasil Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai dasar pembuatan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini sesuai dengan apa yang

diungkapkan oleh Ibu Ami pada saat diwawancarai oleh peneliti sebagai

berikut.

50

Page 66: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

begini mbak, kalau silabus yang saya gunakan itu hasil dari MGMP bahasa

Indonesia se-kabupaten Karanganyar. Untuk sekarang ini ada ketentuan

baru yang mengharuskan silabus dan perencanaan pembelajaran itu

berkarakter, artinya dapat membentuk karakter dari peserta didik itu

sendiri, mbak. Selain itu, silabus itu nanti dijadikan dasar dalam

pembuatan suatu perencanaan pembelajaran. (CLHW1)

Peneliti mencermati silabus yang disusun dalam forum MGMP

bahasa Indonesia se-kabupaten Karanganyar yang terkait dengan

pembelajaran apresiasi drama telah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Komponen-komponen dalam silabus meliputi: (1)

identitas sekolah; (2) standar kompetensi; (3) kompetensi dasar; (4) materi

pokok/pembelajaran; (5) nilai budaya dan karakter bangsa; (6)

kewirausahaan/ekonomi kreatif; (7) kegiatan pembelajaran; (8) indikator; (9)

penilaian yang terdiri dari jenis tugas, dan bentuk instrumen; (10) alokasi

waktu; dan (11) sumber/bahan/alat. Bentuk silabus dapat dilihat dalam

lampiran.

Terdapat dua standar kompetensi yang berkenaan dengan apresiasi

drama yang akan diajarkan oleh guru kepada peserta didik. Pertama, SK (14)

keterampilan berbicara, mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk

pementasan drama. Kompetensi dasar yang menyertainya: (14.1)

mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama. Materi yang

diajarkan guru dalam KD (14.1) berupa teks drama (penghayatan watak dan

pengekspresian dialog). Nilai budaya dan karakter bangsa yang terkandung,

yakni bersahabat/komunikatif dan mandiri, sedangkan kewirausahaan/

ekonomi kreatif berwujud kepemimpinan. Indikator yang hendak dicapai

antara lain: (1) menghayati watak tokoh yang akan diperankan; (2)

mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama; (3)

menanggapi penampilan dialog para tokoh dalam pementasan drama.

Penilaian yang digunakan meliputi: (1) jenis tagihan yang berupa tugas

individu dan tugas kelompok; (2) bentuk instrumen yang berupa unjuk kerja

dan format pengamatan. Alokasi waktu yang diperkirakan untuk mengajarkan

KD (14.1), yaitu 4 x 45menit dengan sumber/bahan/alat, yaitu buku drama.

Page 67: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Kompetensi dasar (14.2) menggunakan gerak-gerik, mimik, dan

intonasi, sesuai dengan watak tokoh dalam pementasan drama. Materi yang

diajarkan guru berupa teks drama (gerak-gerik, mimik, intonasi). Nilai

budaya dan karakter bangsa yang terkandung, yakni bersahabat/komunikatif

dan mandiri, sedangkan kewirausahaan/ekonomi kreatif berwujud

kepemimpinan. Indikator yang hendak dicapai antara lain: (1) memerankan

drama dengan memperhatikan penggunaan lafal, intonasi, nada/tekanan,

mimik/gerak-gerik yang tepat sesuai dengan watak tokoh; (2) menanggapi

peran yang akan ditampilkan dalam pementasan drama. Penilaian yang

digunakan meliputi: (1) jenis tagihan yang berupa tugas individu dan tugas

kelompok; (2) bentuk instrumen yang berupa unjuk kerja dan format

pengamatan. Alokasi waktu yang diperkirakan untuk mengajarkan KD (14.2),

yaitu 4 x 45menit dengan sumber/bahan/alat, yaitu buku drama.

Kedua, SK (16) keterampilan menulis, menulis naskah drama.

Kompetensi dasar yang menyertainya, yaitu KD (16.1) mendeskripsikan

perilaku manusia melalui dialog naskah drama. Materi yang diajarkan oleh

guru berupa teks drama (unsur-unsur drama, yaitu tema, penokohan, konflik).

Nilai budaya dan karakter bangsa yang terkandung, yakni

bersahabat/komunikatif dan mandiri, sedangkan kewirausahaan/ekonomi

kreatif berwujud kepemimpinan. Indikator yang hendak dicapai, yaitu

menuliskan teks drama dengan menggunakana bahasa yang sesuai untuk

mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog, menghidupkan konflik,

memunculkan penampilan (performance). Penilaian yang digunakan meliputi:

(1) jenis tagihan yang berupa tugas individu dan tugas kelompok; (2) bentuk

instrumen yang berupa uraian bebas. Alokasi waktu yang diperkirakan untuk

mengajarkan KD (16.1), yaitu 4 x 45menit dengan sumber/bahan/alat, yaitu

buku drama.

Kompetensi dasar (16.2) menarasikan pengalaman manusia dalam

bentuk adegan dan latar pada naskah drama. Materi yang diajarkan oleh guru

berupa teks drama (unsur-unsur drama, yaitu tema, penokohan, konflik). Nilai

budaya dan karakter bangsa yang terkandung, yakni bersahabat/komunikatif

Page 68: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

dan mandiri, sedangkan kewirausahaan/ekonomi kreatif berwujud

kepemimpinan. Indikator yang hendak dicapai, yaitu: (1) mendaftar

pengalaman sendiri yang menarik; (2) menarasikan pengalaman sendiri dalam

bentuk adegan drama. Penilaian yang digunakan meliputi: (1) jenis tagihan

yang berupa tugas kelompok, individu dan ulangan; (2) bentuk instrumen

berupa uraian. Alokasi waktu yang diperkirakan untuk mengajarkan KD

(16.2), yaitu 4 x 45menit dengan sumber/bahan/alat, yaitu buku drama.

Berdasarkan temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa silabus yang

digunakan oleh guru bahasa Indonesia di SMA Negeri Karangpandan, yaitu

Ibu Ami adalah hasil dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran bahasa Indonesia

se-kabupaten Karanganyar yang telah mengacu pada pembelajaran apresiasi

drama yang melibatkan peserta didik secara aktif, kreatif, dan mandiri.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Guru bahasa Indonesia di SMA Negeri Karangpandan kelas XI IPS1,

yaitu Ibu Ami menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

bertumpu pada silabus. RPP tersebut disusun bersama guru mata pelajaran

bahasa Indonesia dalam forum MGMP bahasa Indonesia SMA se-kabupaten

Karanganyar setiap awal tahun pelajaran. RPP yang telah disusun bersama

tersebut selanjutnya dikembangkan oleh masing-masing guru untuk

disesuaikan dengan keadaan sekolah dan peserta didik. Isi dari RPP yang

disusun guru tersebut meliputi nama mata pelajaran, kelas/semester, program,

alokasi waktu, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), aspek

pembelajaran, indikator, nilai budaya dan karakter bangsa,

Kewirausahaan/ekonomi kreatif, materi pokok pembelajaran, strategi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode dan sumber belajar, dan

penilaian. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara seperti berikut.

Peneliti : Menurut ibu, hal apa saja yang harus diperhatikan dalam

pembuatan RPP?

Ibu Ami : Kalau pembuatan RPP hal yang harus diperhatikan itu ya

seperti yang terdapat di RPP ini, mbak (sambil

menunjukkan RPP). Dari mencantumkan nama mata

pelajaran disini sudah tentu bahasa Indonesia, kemudian

Page 69: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

kelas/semester, program ini maksudnya di sini kan ada

program Imersi dan umum/reguler, penentuan alokasi

waktu, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar

(KD), aspek pembelajaran, indikator, nilai budaya dan

karakter bangsa, Kewirausahaan/ekonomi kreatif materi

pokok pembelajaran, strategi pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, metode dan sumber belajar, dan yang

terakhir penilaian. (CLHW 1)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti, RPP yang disusun guru

bahasa Indonesia di SMA Negeri Karangpandan dalam pembelajaran

apresiasi drama telah mengikuti ketentuan yang sesuai dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Didukung dengan dokumen RPP yang

diperoleh peneliti sebagai berikut.

1) Identitas mata pelajaran yang meliputi:

a) mata pelajaran, yaitu Bahasa dan Sastra Indonesia

b) kelas/semester, yaitu XI (sebelas)/2 (dua)

c) program, yaitu umum

d) alokasi waktu, yaitu 3 x 45menit

e) tema,-

2) Standar Kompetensi

14. Mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk pementasan drama

3) Kompetensi Dasar

14.1 Mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama

4) Aspek Pembelajaran

Berbicara

5) Indikator Pencapaian Kompetensi

a) mampu memahami pengertian actor

b) mampu menyiapkan diri sebelum mementasakan drama

c) mampu melakukan latihan mengekspresikan dialog para tokoh drama

d) mampu menghayati watak tokoh yang diperankan

e) mampu menanggapi penampilan dialog para tokoh dalam pementasan

drama

Page 70: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

6) Nilai Budaya dan Karakter Bangsa

Bersahabat/komunikatif dan mandiri

7) Kewirausahaan/ekonomi kreatif, yaitu kepemimpinan

8) Materi Pokok Pembelajaran

a) teks drama

b) pengertian aktor

c) persiapan sebelum pementasan

d) macam-macam latihan mengekspresikan dialog tokoh drama

e) pengekspresian dialog para tokoh dalam pementasan drama

f) penghayatan watak tokoh dalam pementasan drama

g) tanggapan penampilan dialog para tokoh dalam pementasan drama

9) Strategi Pembelajaran

a) tatap muka, yaitu memahami wacana sastra dalam bentuk pementasan

drama

b) terstruktur, yaitu mengekspresikan dialog para tokoh dalam

pementasan drama

c) mandiri, yaitu peserta didik mampu melakukan latihan

mengekspresikan dialog tokoh drama

10) Kegiatan Pembelajaran

a) Pembuka (apersepsi), meliputi:

(1) peserta didik ditanya mengenai fungsi dialog dalam drama

(2) guru dan peserta didik bertukar pikiran mengenai cara

mengekspresikan dialog dalam drama

b) Inti, meliputi:

Eksplorasi yang terdiri dari:

(1) peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok pementasan

(2) peserta didik membaca dan memahami teks drama yang akan

diperankan

Elaborasi yang terdiri dari:

(1) peserta didik melakukan persiapan pementasan drama

(2) peserta didik berlatih mengekspresikan dialog tokoh dalam drama

Page 71: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

(3) mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama

(4) menghayati watak tokoh yang akan diperankan

(5) mendiskusikan dialog para tokoh dalam pementasan drama

(6) peserta didik saling memberikan tanggapan penampilan dialog

para tokoh dalam pementasan drama

Konfirmasi yang terdiri dari:

(1) peserta didik menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui

(2) peserta didik menjelaskan hal-hal yang belum diketahui

c) Penutup (internalisasi dan persepsi)

(1) peserta didik diminta mengungkapkan kesulitanya dalam

mengekspresikan dialog tokoh yang diperankannya

(2) peserta didik diminta mengungkapkan manfaat yang diperolehnya

setelah memainkan peran tokoh dalam drama

11) Metode dan Sumber Belajar

Sumber belajar yang digunakan guru antara lain:

a) pustaka rujukan

Alex Suryanto dan Agus Haryanta. 2007. Panduan Belajar

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI.

Jakarta: ESIS-Erlangga halaman 190-194.

Rumad (Ed). 1991. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: PT

Grasindo.

Harymawan, RMA Dramaturgi. Bandung: PT Rosdakarya.

b) material: VCD, kaset, poster

rekaman pengajaran drama dan rekaman pementasan drama.

c) media cetak dan elektronik

naskah drama di majalah/koran, siaran langsung atau rekaman

drama dari televisi.

d) website internet

naskah drama atau rekaman pementasan drama.

e) narasumber

dramawan, pemain sinetron/rekaman drama.

Page 72: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

f) model peraga

peserta didik yang mempunyai pengalaman sebagai pemain

drama/sinetron/bermain drama.

g) Lingkungan

pementasan drama/sinetron/rekaman drama

Metode yang digunakan guru, yaitu:

a). presentasi

b). diskusi kelompok

c). inquary

d). demonstrasi

12) Penilaian

a). teknik dan bentuk

tes lisan

tes tertulis

observasi kinerja/demonstrasi

tagihan hasil karya/produk: tugas, projek, portofolio

pengukuran sikap

penilaian diri

b). instrumen/soal

Daftar pertanyaan lisan tentang fungsi dialog dalam drama dan

cara mengekspresikan dialog dalam drama.

Tugas/perintah untuk melakukan persiapan, latihan, pementasan,

dan tanggapan penampilan dialog dalam drama.

Daftar pertanyaan uji kompetensi dan kuis uji teori untuk

mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap teori dan

konsep yang sudah dipelajari.

c). rubrik penilaian pengekspresian dialog tokoh dalam drama

Kompetensi Dasar : Mengekspresikan dialog para tokoh dalam

pementasan drama

Nama Peserta Didik :

Page 73: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Kelas/Nomor Absen :

Tanggal Penilaian :

KOMPONEN SKOR

1 2 3 4 5

1. Ucapan (terdengar jelas oleh penonton?)

2. Intonasi (bervariasi sesuai tuntutan naskah?)

3. Pengaturan jeda (pengaturan jeda tepat

sehingga maksud kalimat mudah ditangkap

penonton?)

4. Intensitas dan kelancaran berbicara

(konsisten?)

5. Kemunculan pertama (mantap& memberikan

kesan yang baik?)

6. Memanfaatkan ruang yang ada untuk

memosisikan tubuh (blocking) saat

pementasan (baik/tidak?)

7. Ekspresi dialog untuk menggambarkan

karakter tokoh (sesuai karakter tokoh?)

8. Pandangan mata dan gerak anggota tubuh

untuk mendukung ekspresi dialog (sesuai

karakter tokoh?)

9. Pandangan mata dan gerak anggota tubuh

untuk mendukung ekspresi dialog (sesuai

karakter tokoh?)

10. Gerakan (bersifat alamiah dan tak dibuat-

buat?)

SKOR (MAKSIMAL 50)

(Tabel 4.1. Rubrik Penilaian)

Bentuk silabus dan RPP yang dikembangkan oleh guru secara lebih jelas

dapat dilihat di lampiran. Penyusunan RPP oleh forum MGMP bahasa Indonesia

SMA se-kabupaten Karanganyar membuat pembelajaran yang akan dilakukan

oleh guru menjadi lebih terstruktur, walaupun tidak bisa dipungkiri dalam

pelaksanaannnya terkadang tidak sesuai dengan apa yang telah dituliskan dalam

RPP.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1

SMA Negeri Karangpandan

Peneliti mengadakan pengamatan dikelas XI IPS 1 tentang pembelajaran

apresiasi drama sebanyak lima kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap

Page 74: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

pertemuan 2 x 45menit. Di kelas XI IPS 1 mendapatkan pelajaran bahasa

Indonesia dalam satu minggu terdapat dua kali pertemuan, yaitu pada hari senin

dan kamis. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Ibu Ami sebagai

berikut.

a. Pengamatan Pertama

Peneliti mengadakan pengamatan pelaksanaan pembelajaran

apresiasi drama yang dilakukan oleh Ibu Ami dimulai pada hari Kamis, 9

Februari 2012 pukul 10.15 WIB. Pertemuan yang pertama ini, Ibu Ami tidak

mengajar di kelas melainkan peserta didik dibawa ke laboratorium fisika

untuk dipertontonkan sebuah rekaman drama hasil peserta didiknya angkatan

tahun yang lalu. Sebelum memulai pembelajaran Beliau membuka pelajaran

dengan salam dan peserta didik menjawabnya, setelah itu Beliau menanyakan

kehadiran peserta didik. Kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai dalam pembelajaran dengan materi pokok penghayatan watak

dan pengekspresian dialog dalam teks drama.

Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan Ibu Ami pada

pertemuan pertama, antara lain: 1) Guru menyuruh peserta didik membuka

modul bahasa Indonesia halaman 53 dan menyuruh membaca materi tentang

mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama; 2) peserta

didik membuka modul bahasa Indonesia dan membaca materi tersebut; 3)

Guru menjelaskan materi mengkspresikan dialog para tokoh dalam drama; 4)

peserta didik mendengarkan penjelasan guru; 5) Guru memberikan contoh

naskah drama yang terdapat dalam modul bahasa Indonesia yang berjudul

“Tanda Bahaya” karya Bakdi Soemanto, dilanjutkan penjelasan tentang

adegan dan unsur-unsur dalam drama (tema, alur, tokoh, watak tokoh, setting,

dialog, dan amanat); 6) Guru dan peserta didik mendiskusikan unsur-unsur

drama yang terdapat dalam naskah “Tanda Bahaya” beserta adegan yang

dilakukan para pemaindalam naskah tersebut; 7) Guru memperlihatkan

rekaman drama yang bertemakan akibat broken home; 8)Peserta didik

menyaksikan rekaman drama yang diperlihatkan guru; 9) Guru dan peserta

Page 75: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

didik mendiskusikan adegan dan unsur- unsur drama dari rekaman drama

yang diputarkan. (CLHP 1)

Dalam pelaksanaan pembelajaran drama di kelas XI IPS 1 yang

dilakukan oleh Ibu Ami telah menggunakan media yang mengarah pada

pembelajaran apresiasi drama meskipun pelaksanaan pembelajarannya harus

di laboratorium fisika. Hal ini dikarenakan di ruang kelas XI IPS 1 belum ada

media yang memfasilitasi pembelajaran apresiasi drama. Di laboratorium

fisika guru menggunakan alat berupa LCD, proyektor, papan tulis, spidol, dan

buku materi. Pada saat pembelajaran suasana kelas sangat tenang sehingga

pembelajaran berjalan lancar. Guru menjelaskan tentang adegan dalam drama

dan unsur-unsur drama. Kemudian guru bersama peserta didik mendiskusikan

jumlah adegan dalam naskah drama yang berjudul “Tanda Bahaya” dan

meminta menyebutkan adegan apa saja yang terdapat dalam naskah tersebut.

Selain adegan, guru meminta kepada peserta didik untuk mencari tokoh

bayangan yang terdapat dalam naskah tersebut. Selanjutnya, guru

memutarkan rekaman drama yang bertemakan broken home karya peserta

didik yang sekarang kelas XII. Pemutaran rekaman drama tersebut

memerlukan durasi kurang lebih 30menit. Sisa waktu yang tinggal 15menit

digunakan guru untuk membicarakan adegan dan unsur-unsur dalam rekaman

drama tersebut. Sebelum diakhiri, guru memberikan tugas kepada peserta

didik untuk membaca dan menghayati naskah “Tanda Bahaya” yang akan

dilanjutkan pembahasan pada pertemuan berikutnya. Guru menanyakan

kepada peserta didik apakah ada kesulitan mengenai materi yang diajarkan

hari ini dan peserta didik menjawab “tidak ada, Bu” dan akhirnya guru

menutup pembelajaran pada pukul 11.45 WIB dengan mengucapkan salam

dan peserta didik menjawabnya.

Berdasarkan dari pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada

pertemuan yang pertama, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Ibu Ami sudah

mampu menguasai kondisi peserta didik di laboratorium fisika dan menguasai

materi yang diajarkan. Pada kegiatan pembelajaran dapat diketahui peserta

didik antusias dalam mengikuti pembelajaran dan bisa bekerja sama dengan

Page 76: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

guru, sehingga guru mudah dalam memberikan dan menerangkan materi dan

peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. Metode yang digunakan Ibu

Ami dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu metode ceramah, tanya jawab,

berdiskusi, dan inkuiri. Evaluasi yang dilakukan guru berupa pengamatan

keaktifan peserta didik dalam pembelajaran.

b. Pengamatan Kedua

Peneliti melaksanakan pengamatan kedua dalam pelaksanaan

pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 pada hari Senin, 13 Februari

2012 mulai pukul 08.30 WIB. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama

yang kedua ini dilaksanakan di ruang kelas XI IPS 1, sudah tidak lagi di

laboratorium fisika. Sebelum memulai pembelajaran guru membuka pelajaran

dengan salam dan peserta didik menjawabnya, setelah itu guru menanyakan

kehadiran peserta didik.

Langkah-langkah pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan guru

antara lain: 1) Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik terhadap

materi yang diajarkan kemarin tentang adegan, tema, penokohan, alur, setting

dan amanat; 2) Guru dan peserta didik membahas naskah drama “Tanda

Bahaya” dari tema, penokohan, petunjuk lakuan, konflik yang terjadi, alur,

setting, dan amanat; 3) Guru memberikan contoh ekspresi dan dialog orang

yang sedang marah, sedih, dan bahagia; 4) Peserta didik memperhatikan guru

dan mereka tertawa ketika melihat ekspresi dari guru; 5) Guru menunjuk

peserta didik secara acak untuk memerankan tokoh dalam naskah drama

“Tanda Bahaya”, setelah mendapatkan pemeran yang cocok dengan karakter

tokoh di dalam naskah guru menyuruh peserta didik tersebut maju untuk

mementaskan drama tersebut didepan kelas; 6) Peserta didik yang ditunjuk

tersebut maju untuk memeran tokoh di dalam drama; 7) Peserta didik yang

lainnya memerhatikan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pertemuan kedua

ini, guru menyuruh peserta didik untuk mendemonstrasikan naskah drama

“Tanda Bahaya” di depan kelas. Setelah selesai mendemonstrasikan, guru dan

peserta didik yang lainnya memberikan penilaian terhadap pemeranan tokoh

Page 77: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

dalam naskah tersebut. Guru dan peserta didik menilai bahwa pemeran belum

menjiwai watak tokoh yang sesuai dengan naskah, ekspresinya masih kurang,

masih terjadi blocking. Kemudian guru memberikan contoh dialog-dialog

yang dirasa masih kurang sesuai dengan naskah. Guru menanyakan kepada

peserta didik apakah ada kesulitan mengenai materi yang diajarkan hari ini

dan peserta didik menjawab “tidak ada, Bu” . Guru memberikan tugas rumah

kepada peserta didik untuk mengerjakan uji kompetensi unit 12 halaman 56-

58 dalam modul bahasa Indonesia dan akhirnya guru menutup pembelajaran

pada pukul 09.45 WIB dengan mengucapkan salam dan peserta didik

menjawabnya. (CLHP 2)

Berdasarkan dari pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada

pertemuan yang kedua, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Ibu Ami telah

mengikutsertakan peserta didik untuk terlibat langsung sebagai model dalam

memerankan tokoh dalam naskah drama “Tanda Bahaya” meskipun hanya

beberapa peserta didik saja yang ditunjuk. Hasil dari permodelan tersebut

didiskusikan bersama untuk memberikan saran agar ketika berperan nanti

dapat meminimalisir kesalahan. Metode yang digunakan Ibu Ami ketika

mengajar, yaitu metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. Evaluasi

yang dilakukan oleh Ibu Ami berupa penilaian sikap dan pemberian tugas.

c. Pengamatan Ketiga

Peneliti melaksanakan pengamatan yang ketiga dalam pelaksanaan

pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 pada hari Kamis, 16 Februari

2012 mulai pukul 10.15 WIB. Sebelum memulai pembelajaran guru membuka

pelajaran dengan salam dan peserta didik menjawabnya, setelah itu guru

menanyakan kehadiran peserta didik.

Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan: 1) guru menanyakan

tugas rumah yang diberikan pada pertemuan sebelumnya; 2) peserta didik

menjawab “belum selesai Bu”; 3) guru menyuruh peserta didik untuk

melanjutkan mengerjakan tugasnya dengan diberi waktu 10menit; 4) guru dan

peserta didik membahas tugas tersebut bersama-sama; 5) guru menjelaskan

soal-soal tersebut yang dikaitkan dengan materi; 6) peserta didik

Page 78: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

mendengarkan penjelasan guru; 7) guru melanjutkan materi kompetensi dasar

(KD) 14.2 menggunakan gerak-gerik, mimik, intonasi, sesuai dengan watak

tokoh dalam pementasan drama; 8) mendengarkan penjelasan guru; 9) guru

menjelaskan mengenai hal-hal yang perlu disiapkan dalam perekaman drama;

10) peserta didik mendengarkan penjelasan guru.

Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada pertemuan

yang ketiga ini guru lebih menekankan aspek kognitif peserta didik. Terbukti

dengan pembahasan soal yang kemudian dikaitkan materi apresiasi drama.

Peserta didik secara urut dari belakang disuruh untuk membacakan soal dan

menjawab soal tersebut. Apabila terdapat kesalahan dan perlu penambahan

penjelasan barulah guru memberikan tambahan dan koreksi terhadap soal

tersebut. Setelah selesai menjawab soal guru melanjutkan materi pembelajaran

apresiasi drama berikutnya. Suasana saat pembelajaran merasa jenuh, dapat

dibuktikan adanya peserta didik yang asyik sendiri bahkan tertidur saat guru

menerangkan. Setelah guru menjelaskan mengenai kelompok dalam

perekaman drama peserta didik kembali memerhatikan guru. Guru membagi

kelompok dalam perekaman drama dengan cara diundi. Dalam setiap

kelompok terdiri dari empat anggota dan harus menghasilkan satu produksi

rekaman drama. Guru menanyakan kepada peserta didik “apakah ada yang

protes mengenai kelompoknya?” dan peserta didik menjawab “tidak ada, Bu”

. Guru memberikan tugas rumah kepada peserta didik untuk mengerjakan uji

kompetensi unit 13 halaman 61-63 dalam modul bahasa Indonesia dan

akhirnya guru menutup pembelajaran pada pukul 11.45 WIB dengan

mengucapkan salam dan peserta didik menjawabnya. (CLHP 3)

Berdasarkan dari pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada

pertemuan yang ketiga, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Ibu Ami dalam

mengajarkan materi hari ini terasa menjenuhkan bagi peserta didik. Peserta

didik kurang antusias dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru, hal

ini dikarenakan metode mengajar yang dilakukan guru hanya menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab. Pertemuan ketiga ini guru sudah mulai

menentukan kelompok-kelompok yang nantinya harus membuat sebuah

Page 79: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

naskah drama yang berdasarkan pengalamanya untuk kemudian direkaman

dramakan. Batas waktu pengumpulan hasil rekaman drama tersebut pada akhir

bulan Mei 2012. Evaluasi yang digunakan guru dalam pembelajaran apresiasi

drama pertemuan ketiga ini adalah penilaian sikap dan tugas.

d. Pengamatan Keempat

Peneliti melaksanakan pengamatan yang keempat dalam pelaksanaan

pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 pada hari Senin, 20 Februari

2012 pukul 08.30 WIB. Sebelum memulai pembelajaran guru membuka

pelajaran dengan salam dan peserta didik menjawabnya, setelah itu guru

menanyakan kehadiran peserta didik.

Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan: 1) guru menanyakan

tugas rumah, yaitu uji kompetensi unit 13; 2) peserta didik membuka modul

bahasa Indonesianya; 3) guru dan peserta didik membahas soal-soal tersebut

secara bersama-sama; 4) guru menyuruh peserta didik untuk berkelompok

sesuai dengan ketentuan kemarin; 5) peserta didik berkelompok dengan

anggotanya masing-masing; 6) guru menyuruh peserta didik untuk membaca

dan memahami materi di unit 16 tentang menulis naskah drama; 7) peserta

didik membaca dan memahami materi; 8) guru menjelaskan hal apa saja yang

perlu diperhatikan dalam menulis naskah drama; 9) peserta didik

mendengarkan penjelasan guru dan mencatatnya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada pertemuan

yang keempat ini guru melatih peserta didik untuk memuat naskah drama yang

akan diperankan oleh masing-masing kelompok. Pada saat berkelompok,

peserta didik disurh untuk menentukan tema, tema itu sendiri tidak dibatasi

oleh guru, hanya guru menyarankan mengambil tema berdasarkan pengalaman

agar lebih mudah membuat naskahnya. Setelah menentukan tema peserta didik

disuruh membuat urutan ceritanya secara singkat. Kemudian hasil dari diskusi

kelompok dikonsultasikan kepada Ibu Ami untuk diberi saran dan kritik. Bagi

kelompok peserta didik yang belum konsultasi diharapkan pertemuan

selanjutnya untuk konsultasi. Sebelum mengakhiri pertemuan Ibu Ami

menanyakan “apakah ada kesulitan?”, peserta didik menjawab “tidak ada

Page 80: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

bu”. Ibu Ami, “baik, kalau tidak ada pembelajaran hari ini Ibu akhiri, dan

jangan lupa tugas membuat naskahnya!”. Akhirnya guru menutup

pembelajaran pada pukul 09.45 WIB dengan mengucapkan salam dan peserta

didik menjawabnya. (CLHP 4)

Berdasarkan dari pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada

pertemuan yang keempat, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Ibu Ami dalam

pembelajaran kali ini berbeda dengan pertemuan yang sebelumnya, kali ini

lebih semangat dan peserta didik lebih antusias karena peserta didik disuruh

berkelompok untuk membuat rancangan naskah drama yang akan dipentaskan.

Guru mengajar menggunakan metode ceramah, inkuiri, dan kelompok.

Evaluasi yang digunakan guru adalah penilaian sikap dan penilaian tugas yang

berupa naskah drama.

e. Pengamatan Kelima

Peneliti melaksanakan pengamatan yang keempat dalam pelaksanaan

pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 pada hari Senin, 27 Februari

2012 pukul 09.15 WIB. Sebelum memulai pembelajaran guru membuka

pelajaran dengan salam dan peserta didik menjawabnya, setelah itu guru

menanyakan kehadiran peserta didik.

Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan: 1) guru memberikan

pengumuman tentang pengumpulan naskah drama pada akhir bulan April dan

pengumpulan rekaman drama pada akhir bulan Mei dalam bentuk kepingan

CD; 2) peserta didik mendengarkan dan mencatat pengumuman dari guru; 3)

guru menyuruh peserta didik membaca meteri yang terdapat di unit 17 dalam

modul bahasa Indonesia; 4) peserta didik membaca dan memahami materi

yang tertulis dalam unit 17; 5) guru menjelaskan materi yang terdapat di unit

17 tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan naskah drama dan

elemen-elemen yang terkandung dalam sebuah dialog; 6) peserta didik

mendengarkan penjelasan guru; 7) guru menyuruh pesert didik berkelompok

dan melanjutkan tugas menulis naskah drama; 8) peserta didik berkelompok

dan mengerjakan tugas untuk menulis naskah drama yang nantinya akan

dipentaskan.

Page 81: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama untuk pertemuan

kelima, merupakan pertemuan terakhir guru mengingtakan peserta didik

kembali tentang pengumpulan naskah dan pengumpulan rekaman dramanya.

Kemudian dilanjutkan guru menerangkan tentang prolog, dialog, epilog,

tokoh, percakapan dan kramagung dalam sebuah naskah drama. Setelah itu

guru menyuruh peserta didik untuk melanjutkan dalam penulisan naskah

drama. Peserta didik banyak yang melakukan konsultasi kepada guru sehingga

kemungkinan cerita dan konflik yang terdapat dalam naskah dipastikan

kelompok satu dengan kelompok yang lainnya berbeda. Guru kembali

menekankan bahwa pengumpulan hasil rekaman dramanya tidak boleh ada

yang terlambat karena akan digunakan sebagai nilai akhir untuk kompetansi

apresiasi drama. Sebelum mengakhiri pertemuan Ibu Ami menanyakan

“apakah ada kesulitan?”, peserta didik menjawab “tidak ada bu”. Ibu Ami,

“baik, kalau tidak ada pembelajaran hari ini Ibu akhiri, kalau ada kesulitan

silahkan bertanya dan temui Ibu di kantor!”. Akhirnya guru menutup

pembelajaran pada pukul 10.45 WIB dengan mengucapkan salam dan peserta

didik menjawabnya. (CLHP 5)

Berdasarkan dari pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada

pertemuan yang kelima, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Ibu Ami telah

mengakhiri pembelajaran tentang materi apresiasi drama pada hari ini. Tugas

penulisan naskah dan perekaman dramanya diserahkan kepada peserta didik

masing-masing kelompok. Metode mengajar Ibu Ami menggunakan metode

ceramah, berkelompok. Evaluasi yang digunakan Ibu Ami pengamatan

keaktifan peserta didik dan hasil akhir dari perekaman drama.

3. Pelaksanaan Pementasan Drama di Kelas XI IPS 1

SMA Negeri Karangpandan

Dalam pelaksanaan pementasan Drama di kelas XI IPS 1 SMA

Karangpandan tidak dilaksanakan di dalam kelas. Drama yang diperankan oleh

peserta didik termasuk jenis drama televisi. Hal ini sesuai dengan apa yang

diungkapkan oleh Ibu Ami pada saat diwawancarai oleh peneliti sebagai berikut.

Page 82: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

ee.. Begini ya mbak,, di SMA Negeri Karangpandan ini kurang lebih tiga

atau empat tahun yang lalu sudah tidak melakukan pementasan drama di

kelas, melainkan membuat sebuah rekaman drama/drama televisi.(CLHW1)

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia kelas XI

IPS1 dapat disimpulkan bahwa bermain peran yang dilaksanakan di SMA Negeri

karangpandan bukan lagi drama panggung melainkan drama televisi. Jumlah

peserta didik di Kelas XI IPS 1 adalah tiga puluh dua orang peserta didik, sebelum

bermain peran, guru membagi kelompok menjadi delapan kelompok secara diundi

yang beranggotakan empat orang peserta didik tiap kelompok.

Setiap kelompok diwajibkan untuk membuat naskah drama yang sesuai

dengan pengalamannya. Setelah naskah jadi, peserta didik mengkonsultasikan

hasil pembuatan naskahnya kepada guru untuk diberi saran dan kritik yang

membangun agar ceritanya tidaksama dengan kelompok yang lain. Kemudian

setelah naskah sudah jadi peserta didik dengan kelompoknya mulai berlatih

reading naskah untuk menentukan pemeran yang cocok dengan karakter dalam

naskah drama tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Kristy

pada saat diwawancarai oleh peneliti sebagai berikut.

kelompok saya mengangkat tema tentang perjuangan guru honorer, mbak.

Pembuatan naskahnya dikerjakan bersama-sama, terus dikumpulkan kepada

Bu Ami untuk mendapatkan saran, kritik. Setelah naskah selesai saya dan

kelompok saya latihan reading pas waktu istirahat gitu mbak. Kalo latihan

gerak-gerik, mimik, bloking itu setelah pulang sekolah mbak, pada hari

Jumat dan Sabtu. (CLHW 2)

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu peserta didik kelas XI

IPS1 dapat disimpulkan bahwa tema yang diangkat dalam naskah drama berupa

pengalaman peserta didik dalam kelompok tersebut terhadap perjuangan guru

honorer. Setelah naskah selesai mereka mengkonsultasikan kepada Bu Ami untuk

mendapatkan masukan. Kemudian mereka latihan reading pada waktu jam

istirahat. Selanjutnya, dari proses reading ditentukan peran yang sesuai dengan

karakter yang terdapat dalam naskah. Latihan ekspresi, gerak dan bloking mereka

lakukan setelah pulang sekolah terutama pada hari Jumat dan Sabtu.

Page 83: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Pengambilan video drama dilakukan peserta didik setelah mereka benar-

benar sudah yakin terhadap aktingnya. Hal ini dikarenakan agar tidak banyak

kesalahan teknis dalam pengambilan video. Dalam pengambilan video ini, mereka

tidak menggunakan handycam melainkan camera digital. Pihak sekolah pun tidak

menyediakan peralatan yang menunjang untuk pembuatan drama televisi atau

rekaman drama ini, sehingga peserta didik melakukan semuanya sendiri. Proses

pengeditan drama televisi atau rekaman drama ini yang masih menjadikan momok

kabanyakan peserta didik. Hal ini dikarenakan, dalam pembelajaran Teknologi

Informasi Komunikasi tidak memberikan teori atau praktik tentang pengeditan

sebuah rekaman drama. Sehingga peserta didik masih kesulitan dalam hal

pengeditan rekaman drama.

4. Kendala dan Upaya yang Dilakukan Guru dalam Pembelajaran

Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan

a. Kendala-kendala yang Dihadapi Guru dalam Pembelajaran Apresiasi

drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan

Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang terjadi di kelas XI IPS 1

SMA Negeri Karagpandan pada dasarnya berjalan lancar. Akan tetapi,

pembelajaran apresiasi drama yang dilaksanakan masih memiliki kendala-

kendala. Adapun kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pelaksanaan

pembelajaran apresiasi drama tertuang pada pernyataan guru bahasa Indonesia,

Ibu Ami sebagai berikut.

kendalanya adalah tidak semua peserta didik itu senang dengan bermain

peran, mungkin malu, atau takut tapi kebanyakan peserta didik malu. Terus,

dalam satu kelompok itu ada yang malas latihan atau tidak mau latihan.

Kemudian fasilitas mbak, terutama untuk kondisi kelas-kelas di SMA

Karangpandan belum semuanya menyediakan fasilitas yang saya inginkan,

misalnya LCD. Selanjutnya kendala yang lain ketika mereka membuat

drama televisi, nah, itu angan-angan dan kenyataan berbeda, belum bisa

mengedit, jadi sering kali naskahnya bagus, ketika mau dibuat dalam proses

produksi di televisi mereka kesulitan. Kemudian di semester dua ini waktu

pembelajaran untuk apresiasi drama sangat terbatas mbak. Waktu-waktu itu

kesita dengan hari libur untuk latihan ujian akhir nasional, ujian praktik, dan

Page 84: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

ujian akhir nasional, dan belum lagi adanya study tour juga yang

menyebabkan pembelajaran apresiasi drama dengan banyak indikator yang

harus dicapai peserta didik dilaksanakan dengan waktu seminimal mungkin

mengingat materi yang harus diajarkan masih banyak. Kalau masalah materi

drama ini saya menerangkan sesuai dengan yang di modul bahasa Indonesia

itu mbak.(CLHW 1)

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan kendala-kendala yang

dihadapi oleh guru dalam pembelajaran apresiasi drama terlihat dari beberapa segi

antara lain:

1) Peserta didik

Pada saat peserta didik diperintah untuk berakting di depan kelas maupun

pada saat latihan drama dengan kelompoknya masih malu-malu atau takut

kalau saja tidak sesuai dengan karakter yang diharapkan. Selain itu, masih

ada beberapa peserta didik yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan

guru dipertemuan sebelumnya sehingga pembelajaran apresiasi drama

menjadi terhambat.

2) Fasilitas

Di SMA Negeri Karangpandan belum mempunyai Laboratorium bahasa.

Selain itu di kelas-kelas, terutama kelas XI IPS 1 belum terdapat LCD

yang dibutuhkan guru untuk membantu menyampaikan materi

pembelajaran apresiasi drama kepada peserta didik. Di sekolah juga belum

memfasilitasi peralatan untuk pengambilan video guna perekaman drama

oleh peserta didik.

3) Waktu

Jam pelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri

Karangpandan setiap minggunya terdapat dua kali pertemuan dengan

alokasi waktu 2 kali 45 menit setiap pertemuannya. Apabila waktu tersebut

dihadapkan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta

indikator yang harus dicapai peserta didik sangatlah kurang, khusus

pembelajaran apresiasi drama menutut praktik lebih banyak dibandingkan

teori. Selain itu, di semester dua ini banyak hari libur yang menyita banyak

waktu.

Page 85: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

4) Bahan dan Materi Ajar

Sumber atau materi ajar yang digunakan guru mengacu pada modul bahasa

Indonesia (LKS) yang kandungan materinya masih kurang mendukung

dalam pembelajaran apresiasi drama. Dasar teori yang terkandung di

dalamnya sedikit dan banyak latihan soal. Selain itu, peserta didik tidak

mendapatkan ilmu pengetahuan tentang pengeditan rekaman drama dalam

pembelajaran TIK.

b. Upaya yang dilakukan Guru untuk Mengatasi Kendala dalam

Pembelajaran Apresiasi drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri

Karangpandan

Upaya-upaya untuk mengatasi kendala-kendala dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia terutama dalam pembelajaran apresiasi drama perlu dilakukan

untuk memaksimalkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Berikut adalah

upaya-upaya yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri Karangpandan (Ibu Ami)

untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran

apresiasi drama yang tertuang dalam pernyataan hasil wawancara berikut.

cara saya untuk mengatasi kendala peserta didik yang takut dan malu

berakting tadi dengan cara memberikan motivasi dan arahan-arahan agar

mereka semangat untuk mengikuti pelajaran dan tidak malu-malu lagi.

Misalnya dengan menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran apresiasi

drama serta maanfaat yang akan di dapatkan. Untuk mengatasi fasilitas

sekolah dan kelas yang kurang mendukung saya mengajak peserta didik

belajar di ruang laboratorium fisika ketika melihat rekaman drama, selain itu

pembelajaran di kelas seperti biasa. Peserta didik membuat rekaman

dramanya saya bebaskan untuk meminjam alat untuk mengambil dengan

handycam, camera digital, atau pun hand phone, karena di sekolah belum

menyediakan. Masalah waktu yang kurang ini, saya dikelas kebanyakan

memberikan materi, untuk praktiknya tidak memungkinkan, maka peserta

didik saya suruh untuk latihan mandiri dengan kelompoknya di luar KBM,

mbak. Kemudian untuk materi, di sekolah sudah membagikan buku paket

BSE kepada peserta didik, namun itu masih kurang lengkap untuk itu saya

menyuruh peserta didik untuk browsing sendiri di internet tentang materi

apa yang belum dipahami baru nanti kalau masih belum paham saya bantu.

(CLHW 1)

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan upaya-upaya yang

dilakukan oleh guru dalam pembelajaran apresiasi drama antara lain:

Page 86: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

1) Peserta didik

Guru memberikan motivasi agar peserta didik semangat mengikuti

pembelajaran dan tidak malu-malu untuk berakting dengan menjelaskan

tujuan dan manfaat mempelajari materi sekaligus praktik dalam apresiasi

drama. Selain itu, guru memberikan kelonggaran waktu untuk

mengerjakan tugas tersebut di kelas. Akan tetapi kalau hal tersebut terjadi

berulang-ulang guru akan memberikan sanksi kepada peserta didik

tersebut.

2) Fasilitas

Guru dalam menjelaskan materi apresiasi drama menggunkan fasilitas

kelas yang ada, namun ketika guru ingin memutarkan contoh rekaman

drama hasil karya kakak kelas mereka, Beliau harus meminjam ruang

laboratorium fisika yang telah difasilitasi LCD dan proyektor, sedangkan

laptop dan speakernya pinjam kepada guru lain. Peralatan untuk

pengambilan rekaman drama diserahkan kepada peserta didik itu sendiri.

3) Waktu

Dalam mengefektifkan waktu, guru memberikan penjelasan materi drama

secara singkat, padat, dan jelas dan untuk bermain perannya guru

menyerahkan semuanya kepada peserta didik yang dilakukan di luar

KBM. Guru hanya memantau peserta didik dengan cara menanyai

perkembangan bermain peran dan terima jadi dari hasil perekaman drama

tersebut.

4) Bahan dan Materi Ajar

Solusi mengenai keterbatasan materi yang dialami adalah guru dan

peserta didik mencari materi ajar dari sumber lain, misalnya dari buku

drama yang berkaitan dengan materi, misalnya buku Terampil Bermain

Peran karya Asul Wiyanto atau dari sumber-sumber lain di internet.

Selain itu, peserta didik mencari ilmu sendiri tentang pengeditan rekaman

drama.

Page 87: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

B. PEMBAHASAN

1. Perencanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1

SMA Negeri Karangpandan

Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan data dan wawancara dari

narasumber yang bersangkutan dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan

pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan,

antara lain:

a. Silabus

Silabus mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI IPS 1 SMA Negeri

Karangpandan disusun oleh tim Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

se-kabupaten Karanganyar. Dalam perencanaan pembelajaran, silabus

berfungsi sebagai acuan/pedoman bagi pengembangan perencanaan yang lebih

lanjut, yaitu dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Menurut peneliti, silabus yang digunakan guru sudah sesuai dengan

format yang di standarkan oleh BSNP yang terdiri dari, Standar Kompetensi

(SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat.

Standar kompetansi (SK) dalam kaitannya dengan pembelajaran apresiasi

drama mencakup dua aspek keterampilan berbahasa, yaitu mengungkapkan

wacana sastra dalam bentuk pementasn drama (berbicara) dan menulis naskah

drama (menulis). Kompetensi dasar (KD) yang terdapat dalam standar

kompetansi pembelajaran apresiasi drama, yaitu terdapat empat kompetensi

tertulis secara implisit, namun keempat kompetensi tersebut dapat tercapai.

Keempat KD tersebut, yaitu 1) mengekspresikan dialog para tokoh dalam

pementasan drama; 2) menggunakan gerak-gerik, mimik, dan intonasi, sesuai

dengan watak tokoh dalam pementasan drama; 3) mendeskripsikan perilaku

manusia melalui dialog naskah drama; 4) menarasikan pengalaman manusia

dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama.

Page 88: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Materi pokok pembelajaran apresiasi drama yang terdapat dalam

silabus, antara lain: 1) penghayatan watak; 2) pengekspresian dialog; 3) gerak-

gerik; 4) mimik; 5) intonasi; 6) unsur-unsur drama (tema, penokohan, konflik).

Selanjutnya, kegiatan pembelajarannya meliputi: 1) membaca dan memahami

teks drama; 2) menghayati watak tokoh; 3) mengekspresikan dialog para

tokoh; 3) mendiskusikan dialog para tokoh dalam drama; 4) memerankan

drama; 5) menulis naskah drama; 6) mendeskripsikan perilaku manusia

melalui dialog; 7) menghidupkan konflik; 8) memunculkan penampilan; 9)

mendaftar pengalaman sendiri yang menarik; 10) menarasikan pengalaman

sendiri dalam bentuk adegan drama; 11) menghadirkan latar yang mendukung

adegan.

Indikator pencapaian dalam apresiasi drama yang terdapat pada

silabus, antara lain: 1) menghayati watak tokoh yang akan diperankan; 2)

mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama; 3) menanggapi

penampilan dialog para tokoh dalam pementasan drama; 4) memerankan

drama dengan memperhatikan penggunaan lafal, intonasi, nada/tekanan,

mimik/gerak-gerik yang tepat sesuai dengan watak tokoh; 5) menanggapi

peran yang akan ditampilkan dalam pementasan drama; 6) menuliskan teks

drama dengan menggunakana bahasa yang sesuai untuk mendeskripsikan

perilaku manusia melalui dialog; 7) menghidupkan konflik, memunculkan

penampilan (performance); 8) mendaftar pengalaman sendiri yang menarik; 9)

menarasikan pengalaman sendiri dalam bentuk adegan drama.

Penilaian apresiasi drama yang terdapat dalam silabus berupa: 1)

jenis tagihan yang terdiri berupa tugas individu dan tugas kelompok; 2) bentuk

instrumen yang berupa uraian bebas. Kemudian alokasi yang terdapat dalam

silabus enam belas kali empat puluh lima menit. Selanjutnya,

sumber/bahan/alat berupa buku drama.

Selain poin-poin di atas terdapat tambahan komponen yang

menggambarkan silabus berkarakter, yaitu terdapat nilai budaya dan karakter

bangsa, yang berupa bersahabat/komunikasi dan mandiri; tercantum juga

kewirausahaan/ekonomi kreatif yang berupa kepemimpinan. Namun menurut

Page 89: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

peneliti masih terdapat ketidaksesuaian dalam silabus yang mencantumkan

kewirausahaan/ekonomi kreatif yang berupa kepemimpinan, karena dalam

pencapaian indikator tidak menggambarkan hal kepemimpinan.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, sudah

terdapat relevansi antara SK, KD, indikator pencapaian, namun tidak

tercantum tujuan pembelajaran dalam RPP. Selain itu, waktu yang digunakan

guru untuk menyampaikan meteri apresiasi drama tidak sesuai dengan waktu

yang ditentukan di RPP dan silabus. Pengukuran KD juga sudah relevan yang

terlihat dalam pencapaian indikator yang mencakup isi dari materi yang

disampaikan.

RPP ini disusun sesuai dengan pendidikan yang berkarakter seperti

yang tercantum dalam silabus, yaitu terdapat nilai budaya dan karakter bangsa,

yang berupa bersahabat/komunikasi dan mandiri; tercantum juga

kewirausahaan/ekonomi kreatif yang berupa kepemimpinan. Namun menurut

peneliti masih terdapat ketidaksesuaian dalam mencantumkan

kewirausahaan/ekonomi kreatif yang berupa kepemimpinan, karena dalam

pencapaian indikator tidak menggambarkan hal kepemimpinan.

Materi pembelajaran telah memuat sebagaian besar bersifat fakta,

konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-

butir yang sesuai dengan tujuan dan indikator pencapaian kompetensi. Materi

ajar yang digunakan Ibu Ami mengajar sesuai dengan RPP. Misalnya dalam

KD mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama, butir-butir

teorinya terdiri dari: 1)teks drama; 2) pengertian aktor; 3) persiapan sebelum

pementasan; 4) macam-macam latihan mengekspresikan dialog tokoh drama;

5)pengekspresian dialog para tokoh dalam pementasan drama; 6)penghayatan

watak tokoh dalam pementasan drama; 7) tanggapan penampilan dialog para

tokoh dalam pementasan drama.

Berdasarkan materi pembelajaran di atas peneliti mengambil

kesimpulan kurang spesifiknya butir-butir materi pembelajaran. Hal ini terlihat

pada poin 1) teks drama, seharusnya guru menyebutkan judul teks drama

Page 90: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

tersebut “Tanda Bahaya”. Kemudian pada poin 3) persiapan sebelum

pementasan, seharusnya lebih dipersempit lagi dengan membagi ke dalam sub

poin. Selanjutnya, pada poin 4) macam-macam latihan mengekspresikan

dialog tokoh drama, seharusnya macam-macamnya disebutkan sekalian.

Kemudian pada poin 5) penghayatan watak tokoh, seharusnya didahului

menjelaskan jenis-jenis watak tokoh dalam drama.

Dalam pembelajaran apresiasi drama guru menggunakan tiga strategi

pembelajaran, yaitu strategi tatap muka, terstruktur dan mandiri. Pada strategi

tatap muka guru menekankan pada pemahaman wacana, sedangkan strategi

terstruktur digunakan guru untuk menjelaskan materi pokok pembelajaran, dan

strategi mandiri guru gunakan untuk lebih cenderung ke suatu hal yang

bersifat operasional.

Pada kegiatan pembelajaran yang terdiri dari tiga bagian, yaitu

(1)pembukaan, yang di dalamnya terdapat apersepsi; (2) inti, yang di

dalamnya terdiri dari eksplorasi, elaborasi,dan konfirmasi; (3) penutup, yang

di dalamnya terdapat internalisasi dan persepsi. Dalam RPP ini, tidak

dituliskan pembagian alokasi waktunya di setiap langkah-langkah

pembelajaran. Hal ini dapat mempersulit guru untuk memperkirakan lamanya

waktu dalam mengkondisikan kegiatan pembelajaran apresiasi drama.

Sumber belajar yang digunakan guru dalam pembelajaran sudah

inovatif, namun masih terdapat kekurangan. Pustaka rujukan yang digunakan

guru masih ada yang tahun penerbitannya di bawah tahun 2000. Materi yang

berupa rekaman pengajaran drama ketika pembelajaran drama tidak

diputarkan, yang diputarkan hanya hasil rekaman drama angkatan sebelumnya

dan itu pun tidak diberi tema atau judul dari rekaman drama tersebut. Sumber

belajar yang diambil dari media cetak juga tidak terinci nama majalah/koran

yang diambil. Pada website internet juga tidak dicantumkan alamat website

yang bisa dibrowsing. Narasumber yang berupa dramawan, pemain

sinetron/film juga tidak disebutkan namanya, seharusnya disebutkan namanya.

Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran

apresiasi drama cukup bervariasi. Metode-metode yang sudah ditentukan guru

Page 91: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

di RPP dapat membantu guru untuk lebih mudah menerangkan materi dan

menciptakan suasana kelas yang kondusif. Dalam pembelajaran apresiasi

drama ini guru menggunakan metode yang bermodel contexstual teaching and

learning (CTL) dan metode yang digunakan inquairy, diskusi kelompok

(learning community), demonstrasi (modelling), dan ceramah.

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar sudah

disesuaikan dengan indikator pencapaian. Penilaian hasil belajar dalam RPP

yang digunakan guru merupakan pengembangan dari silabus, antara lain:

a). teknik dan bentuk

tes lisan/tes tertulis, observasi kinerja/demonstrasi,

tagihan hasil karya/produk: tugas, proyek, portofolio

pengukuran sikap, penilaian diri

b). instrumen/soal

Daftar pertanyaan lisan tentang fungsi dialog dalam drama dan cara

mengekspresikan dialog dalam drama.

Tugas/perintah untuk melakukan persiapan, latihan, pementasan, dan

tanggapan penampilan dialog dalam drama.

Daftar pertanyaan uji kompetensi dan kuis uji teori untuk mengukur

tingkat pemahaman peserta didik terhadap teori dan konsep yang sudah

dipelajari.

Evaluasi yang dilakukan oleh Ibu Ami dalam pembelajaran apresiasi

drama terdapat tiga macam penilaian, yaitu secara tertulis/lisan, rubrik

pengamatan dan penugasan. Penilaian tertulis dan lisan digunakan guru untuk

mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi apresiasi drama.

Rubrik pengamatan digunakan guru untuk memberikan penilaian terhadap

keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran. Penilaian proyek untuk

memberikan penilaian terhadap hasil produksi rekaman drama peserta didik.

Akan tetapi, format penghitungan penilaian belum disertakan hanya berupa

rubrik penilaian saja yang terdapat di RPP yang disertai skor. Format-format

penilaian dan penskoran harusnya disertakan ketika membuat RPP.

Page 92: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

2. Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1

SMA Negeri Karangpandan

Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan guru di kelas

XI IPS1 telah sesuai dengan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

yang telah dibuat oleh guru tersebut. Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi

drama terdapat komponen-komponen yang terlibat, antara lain:

a. Guru

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara oleh peneliti mengenai

pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilaksanakan guru di kelas

dan beberapa peserta didik sebagai informan mengenai cara guru mengajarkan

materi apresiasi drama dapat dikatakan variatif, yaitu menggunakan model

contexstual teaching and learning (CTL) dan metode yang digunakan sudah

inovatif.

Dalam proses pembelajaran guru menyampaikan materi sesuai

tuntutan yang terdapat dalam RPP. Penggunaan model CTL oleh guru

mengakibatkan suasana kelas tidak terasa menjenuhkan. Apalagi ketika guru

mengajak peserta didik melihat rekaman drama di laboratorium fisika, peserta

didik terlihat antusias sekali dalam mengikuti pembelajaran. Penilaian peserta

didik terhadap proses mengajar guru sudah baik, kreatif dan menyenangkan.

b. Peserta didik

Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama ini peserta didik

dituntut untuk lebih aktif, tidak hanya sekedar menerima, menurut, dan pasrah

terhadap segala materi yang disampaikan oleh guru. Di kelas XI IPS 1 terdapat

tiga puluh dua peserta didik yang terdiri perempuan tiga belas orang dan laki-

laki berjumlah sembilan belas orang, untuk lebih rinci dapat dilihat dalam

lampiran.

Pada waktu pembelajaran apresiasi drama di kelas, peserta didik

terlihat antusias mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung, meskipun

terdapat beberapa peserta didik yang kurang antusias. Peserta didik dapat

bekerja sama dengan baik dengan guru sehingga materi yang disampaikan

guru dapat dengan mudah dipahami olehnya. Hal ini diketahui oleh peneliti

Page 93: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

pada saat melakukan pengamatan pembelajaran apresiasi drama di kelas

sebagai partisipan pasif.

Bagi peserta didik yang tertarik dan antusias dalam pembelajaran

drama dikarenakan dapat berlatih berekspresi mengeksplorasikan kemampuan

ke dalam dialog dan gerak-gerik dalam drama, serta menjadi artis dadakan

meskipun dilingkup yang sempit. Lain halnya dengan peserta didik yang

kurang antusias terhadap pembelajaran apresiasi drama dikarenakan mereka

takut, malu, kesulitan menghafal naskah dan susah untuk berimprovisasi.

c. Tujuan Pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis data yang berupa RPP oleh peneliti, guru

belum mencantumkan tujuan pembelajaran apresiasi drama di dalam RPP.

Akan tetapi berdasarkan pengamatan peneliti tentang proses belajar mengajar

di kelas guru menyampaikan tujuan pembelajaran apresiasi drama, yaitu

peserta didik mampu menghayati watak tokoh yang akan diperanka; peserta

didik mampu mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama;

dan peserta didik mampu memberikan tanggapan terhadap penampilan

pemeran dalam pementasan drama. Seharusnya guru juga menuliskan tujuan

pembelajaran tersebut ke dalam RPP.

Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama kelas XI di SMA

Negeri Karangpandan, tidak menuju pada pementasan drama panggung

malainkan drama televisi/rekaman drama. Hal ini menjadikan pembelajaran

apresiasi drama yang diharapkan oleh Ibu Ami bahwa peserta didik mampu

memproduksi sebuah rekaman drama sendiri tidak hanya bermain peran dan

menulis naskah drama.

d. Isi Pelajaran

Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMA

Negeri Karangpandan memberikan kesempatan guru untuk memilih dan

mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi

sekolah masing-masing. Selain itu, pemilihan dan pengembangan materi

pembelajaran yang digunakan guru juga disesuaikan dengan silabus.

Page 94: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Buku modul/Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan buku materi

yang dimiliki oleh seluruh guru SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar

karena buku tersebut merupakan kesepakatan MGMP. Meskipun demikian,

guru tidak hanya menjadikan LKS sebagai satu-satunya referensi materi

pembelajaran apresiasi drama. Guru ternyata juga mengambil materi

pembelajaran dari internet dan buku-buku dengan alasan terkadang materi

yang termuat dalam LKS atau internet masih kurang sehingga guru mencari

buku-buku lain untuk melengkapi referensi materi pembelajaran apresiasi

drama selain untuk memperkaya pengetahuan pribadi guru.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pemilihan materi

pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan yang utama

adalah disesuaikan dengan silabus dan RPP yang digunakan. Selanjutnya,

materi-materi pembelajaran yang ada perlu disesuaikan dengan kebutuhan

atau visi dan misi masing-masing sekolah. Selain itu, sumber materi

pembelajaran apresiasi drama juga tidak hanya mengacu dari satu sumber saja

melainkan menggunakan beragam sumber, baik dari buku teks maupun

internet.

e. Metode

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti,

metode pembelajaran apresiasi drama yang dipakai guru (Ibu Ami) termasuk

sudah inovatif. Pada saat pembelajaran apresiasi drama berlangsung Ibu Ami

menggunakan metode ceramah, inquiry, permodelan, tanya jawab, diskusi,

dan penugasan. Metode-metode tersebut dipilih Ibu Ami karena menurut

hemat beliau metode tersebut sesuai dengan materi dan dapat mempermudah

proses belajar mengajar di dalam kelas.

Penggunaan metode ceramah yang dilakukan guru untuk

menyampaikan materi yang berhubungan dengan apresiasi drama. Metode

inquiry digunakan oleh guru untuk mengetahui keaktifan peserta didik untuk

mencari dan menemukan informasi dalam materi apresiasi drama. Metode

permodelan digunakan oleh guru karena dapat membantu guru, misalnya

untuk percontohan berakting. Metode tanya jawab untuk mempermudah

Page 95: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

terjadinya komunikasi antara guru dengan peserta didik. Metode penugasan

untuk memberikan tugas kepada peserta didik guna mengetahui aspek,

kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.

f. Media

Pada saat pertemuan perdana pembelajaran apresiasi drama guru

bahasa Indonesia, yaitu Ibu Ami sudah menggunakan media elektronik saat

mengajar, terutama saat memperlihatkan contoh rekaman drama yang dibuat

oleh peserta didiknya yang kini kelas XII. Beliau mengajak peserta didik ke

laboratorium fisika yang di sana terdapat LCD dan proyektor, sedangkan

laptop, speaker, dan rekaman drama dibawa oleh guru dari kantor, yang telah

dipersiapkan sebelumnya. Pertemuan kedua samapi pertemuan kelima tentang

pembelajaran apresiasi drama dilaksanakan di kelas XI IPS 1 dan media yang

digunakan guru berupa papan tulis dan spidol.

g. Evaluasi

Dalam pembelajaran apresiasi drama guru melakukan evaluasi secara

tertulis, format pengamatan dan penugasan. Evaluasi pembelajaran apresiasi

drama dalam bentuk tertulis dilaksanakan dalam bentuk ulangan harian

(penilaian hasil). Evaluasi format pengamatan digunakan guru untuk menilai

keaktifan peserta didik dalam berekspresi, melakukan gerak-gerik, mimik,

intonasi, adegan saat proses bermain drama (penilaian proses). Evaluasi

penugasan, guru lakukan untuk mengambil penilaian dari hasil perekaman

drama (penilaian hasil).

3. Pelaksanaan Pementasan Drama di Kelas XI IPS 1

SMA Negeri Karangpandan

SMA Negeri Karangpandan sudah sejak tiga tahun yang lalu dalam

pelaksanaan pementasan drama tidak di ruang kelas atau sering disebut

pementasan drama panggung melainkan drama televisi. Wujud dari drama televisi

ini berupa rekaman pementasan yang dilakukan oleh peserta didik. Persiapan yang

dilakukan guru dalam menghantarkan peserta didik ke dalam proses produksi

antara lain:

Page 96: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

a. Pembentukan Kelompok

Pembentukan kelompok ini dilakukan oleh guru dengan cara mengundi

peserta didik. Jumlah peserta didik di kelas XI IPS 1 adalah tiga puluh dua

orang yang dibagi menjadi delapan kelompok dan setiap kelompok

beranggotakan empat orang. Awal pembentukan guru memanggil sekretaris

untuk menuliskan nomor satu sampai delapan di papan tulis, kemudian peserta

didik dipanggil urut nomor absen untuk mengambil undian dapat nomor

berapa, setelah itu melaporkan kepada sekretaris untuk ditulis namanya sesuai

dengan nomor yang diperolehnya. Hal ini dilakukan guru agar adil dan tidak

terkesan pilih-pilih.

b. Penulisan Naskah

Peserta didik telah terbagi sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

Langkah selanjutnya adalah proses penulisan naskah. Sebelum kelompok

menulis naskah, didahului dengan penentuan tema. Guru menyarankan

pengambilan tema berdasarkan pengalaman saja agar mudah menyusun

naskahnya. Setelah penentuan tema, peserta didik dibimbing untuk

menuliskan synopsis naskah dramanya nanti seperti apa. Selanjutnya

penyusunan dialog dan pemberian petunjuk lakuan dalam naskah drama.

Setelah naskah selesai, peserta didik mengkonsultasikan naskah tersebut

kepada guru untuk mendapatkan penilaian. Kemudian setelah naskah sudah

benar-benar siap untuk diperankan, peserta didik barulah memerankan naskah

drama yang mereka buat tersebut.

c. Proses Latihan

Proses latihan ini diserahkan sepenuhnya oleh guru kepada peserta didiknya.

Latihan yang dilakukan peserta didik cukup lama hampir tiga bulan. Peserta

didik mengawali latihan drama dengan proses reading guna menentukan

tokoh yang sesuai dengan naskah yang dibuatnya. Proses reading mereka

lakukan di sela-sela waktu pelajaran, yaitu ketika jam istirahat. Proses reading

ini memakan waktu cukup lama hampir dua bulan karena dilakukan hanya

pada waktu istirahat saja. Setelah dialog-dialognya lancar, mereka mencoba

latihan vokal, intonasi, ekspresi, dan gerak-gerik yang mereka lakukan pada

Page 97: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

hari Jumat setelah ibadah sholat Jumat dan hari Sabtu setelah pulang sekolah.

Setelah mereka mendapatkan vokal, intonasi, ekspresi, gerak-gerik yang

sesuai, mereka mencoba melibatkan properti yang akan digunakan dalam

drama televisinya nanti supaya terbiasa.

d. Proses Perekaman Drama

Proses perekaman drama ini mengahabiskan waktu kurang lebih dua minggu

untuk perekaman video, pengeditan dan penambahan animasi-animasi yang

dibutuhkan untuk menarik perhatian penonton. Peralatan yang digunakan

peserta didik berupa camera digital atau handycam yang merupakan hasil

pinjaman, karena ada beberapa kelompok yang anggotanya tidak memiliki

camera digital atau pun handycam. Lokasi shooting yang mereka gunakan

kebanyakan di area sekolah, tetapi ada juga yang mengambil lokasi shooting

di area bukit kapur dan area pemakaman. Setelah proses pengambilan video

selesai, mereka kemudian melakukan pengeditan dan pemberian animasi-

animasi. Proses pengeditan mereka mengalami kendala, dikarenakan mereka

tidak mempunyai pengetahuan tentang pengeditan sebuah rekaman drama.

Dalam pembelajaran TIK juga tidak terdapat materi tentang pengeditan

rekaman drama, sampai akhirnya mereka membawa video tersebut kepada

orang yang lebih ahli, yaitu orang yang pekerjaannya sebagai pengeditan

rekaman drama/video shooting. Setelah selesai pengeditan, mereka

menyimpan hasil bermain perannya dalam bentuk kepingan CD yang

kemudian diserahkan kepada guru agar mendapatkan penilaian akhir dari KD

apresiasi drama.

4. Kendala dan Upaya yang Dilakukan Guru dalam Pembelajaran

Apresiasi Drama di Kelas XI SMA Negeri Karangpandan

a. Kendala-kendala yang Dihadapi Guru dalam Pembelajaran Apresiasi

drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan

Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang terjadi di kelas XI IPS 1

SMA Negeri Karagpandan pada dasarnya berjalan lancar. Akan tetapi,

Page 98: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

pembelajaran apresiasi drama yang dilaksanakan masih memiliki kendala-

kendala, antara lain:

1) Peserta didik

Peserta didik yan masih malu-malu/kurang percaya diri dalam berakting

di depan teman-teman kelompoknya. Selain itu, masih terdapat peserta

didik yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru.

2) Fasilitas

Di SMA Negeri Karangpandan belum mempunyai LCD, proyektor, dan

speaker di setiap kelasnya; belum mempunyai ruangan laboratorium

bahasa sendiri; belum memiliki peralatan untuk pengambilan video guna

perekaman drama oleh peserta didik misalnya: handycam/camera digital.

3) Waktu

Waktu yang digunakan guru masih kurang apabila semua kegiatan

pembelajaran apresiasi drama dilakukan di dalam kelas, dengan aloksi 2 x

45 menit dan hanya lima kali pertemuan saja dalam pembelajaran apresiasi

drama.

4) Bahan dan Materi Ajar

Sumber atau materi ajar yang digunakan guru mengacu pada modul bahasa

Indonesia (LKS) yang kandungan materinya masih kurang mendukung

dalam pembelajaran apresiasi drama. Dasar teori yang terkandung di

dalamnya sedikit dan banyak latihan soal. Selain itu peserta didik tidak

mendapatkan materi tentang pengeditan rekaman drama.

b. Upaya yang dilakukan Guru untuk Mengatasi Kendala dalam

Pembelajaran Apresiasi drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri

Karangpandan

Upaya-upaya yang dilakukan guru (Ibu Ami) untuk mengatasi kendala-

kendala dalam pembelajaran apresiasi drama perlu dilakukan untuk

memaksimalkan kualitas proses dan hasil pembelajaran sebagai berikut:

1) Peserta didik

Guru memberikan motivasi, menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari

materi sekaligus praktik dalam apresiasi drama. Guru memberikan

Page 99: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

kelonggaran waktu kepada peserta didik untuk mengerjakan tugas

tersebut di kelas. Akan tetapi kalau hal tersebut terjadi berulang-ulang

guru akan memberikan sanksi kepada peserta didik tersebut tidak diberi

nilai.

2) Fasilitas

Guru dalam menjelaskan materi apresiasi drama menggunakan fasilitas

kelas yang ada (papan tulis, spidol). Pada saat guru memperlihatkan

contoh rekaman drama, Beliau harus meminjam ruang laboratorium

Fisika yang telah difasilitasi LCD dan proyektor, sedangkan laptop dan

speakernya pinjam kepada guru lain. Masalah pengambilan rekaman

drama dan pengeditan rekaman drama diserahkan sepenuhnya kepada

peserta didik dalam setiap anggota kelompok.

3) Waktu

Dalam mengefektifkan waktu, guru memberikan penjelasan materi drama

secara singkat, padat, dan jelas dan untuk bermain perannya guru

menyerahkan semuanya kepada peserta didik yang dilakukan di luar

KBM. Guru hanya memantau perkembangan peserta didik dalam bermain

peran dan terima jadi dari hasil perekaman drama tersebut.

4) Bahan dan Materi Ajar

Guru dan peserta didik mencari materi tambahan yang berkaitan dengan

pembelajaran apresiasi drama dari sumber buku lain, salah satunya

Terampil Bermain Peran karya Asul Wiyanto atau dari sumber-sumber

lain di internet yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan

seharusnya dalam mata pelajaran TIK ditambahkan materi tentang

pengeditan rekaman drama.

Page 100: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A. Simpulan

Dari hasil temuan penelitian tentang pembelajaran apresiasi drama di

SMA Negeri Karangpandan diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan

khususnya kelas XI IPS 1 berupa: (1) silabus; dan (2) RPP. Penyusunannya

secara keseluruhan sudah baik sesuai dengan kondisi sekolah dan KTSP,

namun masih terdapat kekurangan dalam menyusun RPP, yaitu guru tidak

mencantumkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai peserta didik.

2. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan

khususnya kelas XI IPS 1 secara umum dapat dilaksanakan dan berhasil baik.

Hal ini dibuktikan: (1) penyampaian materi oleh guru yang telah dipilih sesuai

dengan SK dan KD yang hendak dicapai; (2) penggunaan metode yang inovatif

ketika guru menyampaikan materi; (3) penggunaan media yang sesuai

perkembangan teknologi, yaitu menggunakan laptop, LCD, proyektor, dan

speaker; (4) evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran apresiasi

drama terdapat dua jenis, yaitu evaluasi proses (penilaian pada saat

pembelajaran apresiasi drama berlangsung), dan evaluasi hasil (penilaian

terhadap produksi film peserta didik dan hasil ulangan harian).

3. Pelaksanaan pementasan drama di SMA Negeri Karangpandan khususnya

kelas XI ditiadakan diganti dengan pementasan drama televisi yang berwujud

sebuah rekaman drama dalam kepingan CD dengan durasi waktu maksimal tiga

puluh menit. Persiapan guru sebelum pelaksanaan pementasan antara lain: (1)

membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, (2) setiap kelompok

menyusun naskah yang berdasarkan pengalaman, (3) melaksanakan perekaman

drama.

4. Kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran apresiasi drama di kelas XI

IPS 1 SMA Negeri Karangpandan antara lain:

85

Page 101: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

a). peserta didik yang malu-malu/takut serta kurang rasa percaya diri dan

tidak mengerjakan tugas;

b). belum memiliki fasilitas yang lengkap;

c). waktu yang terbatas;

d). bahan dan materi ajar.

Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang muncul dalam

pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS1 SMA Negeri Karangpandan,

yaitu:

a). guru memberikan motivasi, semangat, menjelaskan tujuan dan manfaat

mempelajari materi sekaligus praktik dalam apresiasi drama, guru

memberikan kelonggaran waktu untuk menyelesaikan tugas dan bila

terjadi berkai-kali guru memberikan sanksi;

b). guru mengajak peserta didik untuk belajar di ruangan yang memiliki

fasilitas lengkap, seperti di laboratorium fisika;

c). guru menjelaskan materi drama dengan singkat, padat, dan jelas, kemudian

guru memberikan kepercayaan penuh kepada peserta didik untuk bermain

drama dengan kelompoknya masing-masing;

d). guru dan peserta didik bersama-sama mencari tambahan materi ajar yang

berkaitan dengan pembelajaran apresiasi drama, salah satunya Terampil

Bermain Peran karya Asul Wiyanto atau dari sumber-sumber lain di

internet yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain itu,

dalam pembelajaran TIK guru menambahkan materi tentang pengeditan

film agar hasilnya nanti lebih baik.

B. Implikasi

Melalui simpulan yang telah diuraikan di atas, dapat dikemukakan

implikasi penelitian ini sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran yang benar-benar terprogram dengan baik dan

lebih rinci dapat memengaruhi proses dan produk hasil belajar peserta didik.

Oleh karena itu, guru sebagai pelaksana pendidikan hendaknya selalu

mempertahankan kemampuannya dalam menyusun rencana pembelajaran dan

Page 102: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

perangkat pembelajaran secara lebih rinci dan matang. Penyusunan

perencanaan yang lebih rinci, matang dan sistematis dapat dijadikan guru

sebagai alat kontrol dan mengarahkan tindakan selanjutnya, sehingga langkah-

langkah kerja guru bisa dikendalikan melalui perencanaan yang telah

dibuatnya.

2. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama akan lebih apresiatif dapat

diciptakan melalui usaha-usaha berikut.

a. Peserta didik diajak langsung untuk mengakrabi sebuah pertunjukan

drama.

b. Peserta didik diberi contoh langsung mengenai penokohan, perwatakan,

adegan, dialog dan lain-lain yang berhubungan dengan darama dan

pementasan.

c. Peserta didik ditugasi untuk menonton, menanggapi, menceritakan

kembali sebuah pertunjukan drama maupun membaca dan menulis sebuah

naskah drama.

d. Peserta didik diberi pembekalan yang matang mengenai pembuatan

rekaman drama.

3. Pementasan drama/perekaman drama akan berhasil dengan baik apabila

peserta didik diberi bekal mengenai latihan akting, latihan vokal, latihan

perekaman dan tersedianya alat-alat yang dibutuhkan peserta didik.

Pengawasan guru terhadap proses penulisan naskah sampai perekaman drama

lebih dipertegas agar hasil yang dibuat oleh peserta didik dapat maksimal dan

cerita naskah drama terdapat konflik sehingga lebih menarik untuk dilihat.

4. Kendala-kendala yang dihadapi guru ketika pembelajaran hendaknya dapat

diminimalisir oleh guru dengan upaya memanfaatkan segala sesuatu yang

berada di lingkungan sekolah guna membantu tercapainya tujuan

pembelajaran apresiasi drama yang diharapkan.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi, maka saran-saran yang dapat

peneliti tawarkan sebagai berikut.

Page 103: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

1. Saran untuk Siswa

a. Memperluas pengetahuan tentang unsur-unsur apresiasi drama dan unsur

pendukungya. Untuk memperluas pengetahuan tentang penokohan, alur,

setting, gerak- gerik, adegan, vocal, properti dan lain-lain yang

berhubungan dengan apresiasi drama dapat dilakukan peserta didik dengan

cara membaca berbagai sumber pustaka atau buku yang terkait sebagai

acuan dan bertanya kepada orang yang ahli dalam bidang seni drama.

b. Peserta didik harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dalam

pembelajaran apresiasi drama terutama ketika bermain peran hendaknya

peserta didik tidak perlu malu/takut, ketika berakting di depan kamera atau

pun di depan teman-temannya.

c. Bila peserta didik mengalami kesulitan hendaknya peserta didik bertanya

kepada guru yang bersangkutan agar lebih paham dan lebih jelas.

d. Frekuensi latihan bermain peran hendaknya ditingkatkan lagi meskipun di

luar jam pelajaran sehingga karakter tokoh dalam naskah dapat ditonjolkan

dan pesan dapat tersampaikan.

2. Saran untuk Guru

Agar pembelajaran apresiasi drama dapat berhasil sesuai tujuan yang

diharapkan, maka guru Bahasa Indonesia hendaknya :

a. Memberikan pengetahuan hal yang bersangkutan dengan pembelajaran

apresiasi drama secara lebih detail sebelum pelaksanaan pementasan. Hal

ini dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan proses dalam

pembelajaran apresiasi drama.

b. Guru perlu menjelaskan langkah-langkah sebelum pelaksanaan

pementasan secara lebih jelas agar pelaksanaan pementasan yang

dilakukan oleh peserta didik dapat berjalan dengan baik.

c. Guru perlu meningkatkan kualitas mengajarnya yang disesuaikan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Saran untuk Sekolah

Demi memperlancar keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia

khususnya apresiasi drama bagi peserta didik, maka pihak sekolah hendaknya:

Page 104: PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH …... · PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

a. menyediakan peralatan yang dibutuhkan peserta didik dalam

pengambilan video seperti : handycam atau camera digital.

b. memberikan skill dalam pengambilan dan pengeditan film melalui

pembelajaran TIK.

c. menyediakan sumber belajar yang dibutuhkan peserta didik dalam

pembelajaran apresiasi drama minimal terbitan di atas tahun 2000 dan

contoh- contoh naskah drama.

4. Saran untuk Instansi/Dinas Pendidikan

Demi meningkatkan apresiasi drama peserta didik hendaknya pihak

instansi Dinas Pendidikan kabupaten Karanganyar sering mengadakan lomba

pentas drama antar-sekolah.