202
i PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS & MAHA>RAT AL-KALA>M (STUDY PTK DI MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA) Tesis Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Dalam Bidang Pendidikan Islam Oleh: Leo Satria 21171200000039 Promotor: Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Konsentrasi Pendidikan Islam SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA 2020

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

i

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL

DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS & MAHA>RAT AL-KALA>M

(STUDY PTK DI MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA)

Tesis

Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister

Dalam Bidang Pendidikan Islam

Oleh:

Leo Satria

21171200000039

Promotor:

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA

Konsentrasi Pendidikan Islam

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

2020

Page 2: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

ii

Page 3: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

iii

Page 4: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur disampaikan ke hadirat Allah SWT,

karena dengan segala rahmat, taufik, inayah dan hidayahnya-Nya, penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Pembelajaran Bahasa Arab Dengan

Pendekatan CTL Dalam Meningkatkan Kreativitas & Maharat Al-Kalam (Study

PTK Di MA Pembangunan UIN JAKAR)”. Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para

sahabatnya. Penelitian ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Magister Kajian Islam dalam bidang Pendidikan Islam pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis haturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan bimbingan, arahan, saran, motivasi, bantuan dan kritikan kepada

penulis sehingga tesis ini dapat diwujudkan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA, dan kepada Prof. Dr.

Phil. Asep Saepudin Jahar, MA dan Arif Zamhari, M.Ag, Ph.D selaku Direktur dan

Ketua Program Magister Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta dan para staf akademik yang telah banyak membantu

selama proses pembelajaran penulis tempuh.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. Ahmad

Thib Raya, MA selaku promotor yang telah membimbing, mengarahkan dan

memberikan kritik serta saran dalam penulisan penelitian ini. Ucapan terima kasih

juga penulis sampaikan kepada guru-guru penulis Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Prof.

Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA., Prof. Dr. Didin Saepudin, MA, Prof. DR. Zaenun

Kamal Fakih, MA, Dr. JM Muslimin, MA, Dr. Usep Abdul Matin., MA, Dr. Yuli

Yasin, MA, Arif Zamhari, MA, Prof. Dr. Aziz Fahrurrozi, MA, Dr, Muhbib Abdul

Wahab, MA, yang telah banyak membimbing dan memberikan kritik serta saran

dalam penulisan penelitian ini yang lebih baik.

Kepada para dosen atau para ahli di bidang pendidikan Islam dan terutama

pada bidang pendidikan bahasa Arab yang belum bisa penulis sebut satu persatu

yang telah memberikan masukan dan ilmu, bagaimana meramu bahan mentah

akademik menjadi sajian akademik yang bisa dinikmati banyak orang.

Selanjutnya penulis ucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya teruntuk

kedua orang tuaku tercinta tanpa mereka diri ini tidak ada apa-apanya. Penelitian ini

terselesaikan tentu berkat dukungan penuh baik moril maupun materil serta doa dari

Page 5: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

v

kedua orang tua tercinta bapak Muhammad Zahri, S. Hum dan ibu Erna Dewi, SE

dan ayundaku tercinta Irza Zulaiha, S.kep beserta suami Fitra Windra, S. Hum,

adekku tersayang Tika Zahhara, SE, dan adik sulungku Agnes Intan Perira, dan

terkhusus ponakanku tersayang Adam Azka Al Akhtar di Muaradua Oku Selatan.

Beserta keluargaku tercinta yang berada di kota Tangerang Selatan, yaitu

wak Dr. Abu Yazid Bustomi, SE, MM, yang telah memberikan masukan dan arahan

serta motivasi selama penulis berada di Tangerang Selatan, dan wak Amrullah Uzir,

S.Ag yang sudah memberikan kontribusi positif untuk kemajuan berpikir penulis,

selanjutnya kepada om Qomarudin, SE, MM, om Aminudin, SH, om Fahrul, SE yang

telah mengajarkan arti hidup, terkhusus penulis ucakpan banyak terima kasih kepada

bibikku yang tersayang Hj. Siti Rohmah SE, dan Hj. Nurul Masjidah, SE, yang

sangat berpengaruh dalam suksesi perkuliahan, serta selalu memberikan motivasi,

support baik moril maupun materil yang tidak ternilai selama ini. Do’a penulis

semoga semua kebaikan dan keikhlasan keluarga besar di Tangerang Selatan dicatat

sebagai amal kebaikan dan dibalas dengan balasan yang paling sempurna oleh Allah,

Swt. dan tidak lupa kepada om H. Dr. Hepi Andi Bastoni yang telah memberikan

motivasi dan arahan dalam hal menulis, baik mengenai kesusatraan maupun karya

ilmiah. Dan terakhir kepada keluarga besar di dusun Komering Banton akas Zainudin

dan Umbay Samsiyah serta keluarga besar Alm. Kakek Ahmad Zumaidi, S.Ag dan

nenek Hj. Mayuroh yang selalu mendoakan di manapun penulis berada.

Tak terlupakan ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabat selama kuliah,

angkatan Ganjil 2017, kepada Suci Eryzka Marza, S.Psi, MA, terimakasih yang

sedalam-dalamnya karena telah memberikan kontribusi positif dalam menyelesaikan

tahapan demi tahapan karya tulis ini. Kepada keluarga Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu penulis ucapakan

terimakasih sudah menjadi bagian cerita menarik dalam proses perkuliahan dan

pertemanan di masa studi terimaksih juga penulis haturkan karena sudah bersedia

menjadi sahabat selama menempu masa studi.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap civitas

akademik dari Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah bersedia memberi kesempatan dan kemudahan kepada penulis dalam

penyelesaian penelitian ini, terutama kepada kepala sekolah MA Pembangunan UIN

Syarif Hidayatullah beserta para staf dan dewan guru utamanya kepada guru bahasa

Arab di kelas XI yang telah sedikit banyak membantu kelancaran selama proses

penelitian berlangsung. Tidak terkecuali ucapan terima kasih kepada para Siswa/i

dari Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

bersedia mengisi angket serta berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran

berlangsung selama penelitian serta bersedia juga untu diwawancara guna

Page 6: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

vi

memberikan informasi dan pengetahuan yang diperlukan penulis selama melakukan

penelitian ini.

Akhir kata, tidak ada kata sempurna dalam setiap langkah dan pemikiran

manusia, demikian juga penelitian ini tentunya memiliki banyak kekurangan dan

kesalahan. Maka sebagai insan akademik, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat konstuktif dari semua pihak demi terwujudnya karya yang lebih baik

di masa yang akan datang.

Atas berbagai bantuan tersebut, saya mohon kepada Allah Swt. agar

membalas kepada semua pihak yang telah membantu saya dengan balasan yang

paling sempurna.

Jakarta, Juni 2020

Leo Satria, S.Pd.I

Page 7: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

vii

PEDOMAN TRANLITERASI

ARAB-LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

A. Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h{ = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s{ = ص

d{ = ض

t{ = ط

z{ = ظ

ع = ‘

gh = غ

f = ف

q = ق

k = ك

l = ل

m = م

n = ن

h = ه

w = و

y = ي

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fath}ah A A

Kasrah I I

D}ammah U U

2. Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ى ... Fath}ah dan ya Ai a dan i

و ... Fath}ah dan wau Au a dan w

Contoh:

Page 8: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

viii

h}aul : حول H}usain : حسي

C. Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif a> a dan garis di atas ــ ــا

Kasrah dan ya i> i dan garis di atas ــــي

D}ammah dan wau u> u dan garis di atas ــــو

D. Ta’ Marbu>t}ah ( ة)

Transliterasi ta’ marbu>t}ah ditulis dengan “h” baik dirangkai dengan kata

sesudahnya maupun tidak contoh mar’ah (مرأة) madrasah ( )مدرسة

Contoh:

al-Madi>nat al-Munawwarah : المدينةالمنورة

E . Shaddah

Shaddah/tashdi>d pada transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu.

Contoh:

nazzala : نزل

F. Kata Sandang

Kata sandang “ال ـ” dilambangkan berdasarkan huruf yang mengikutinya, jika

diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai huruf yang bersangkutan, dan ditulis

“al” jika diikuti dengan huruf qamariyah. Selanjutnyaلا ditulis lengkap baik

menghadapi al-Qamariyah, contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah

seperti kata al-Rajulu (الرجل) Contoh:

al-Qalam : القلم al-Shams : الشمس

Page 9: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

ix

ABSTRAK

Berbicara menggunakan bahasa Arab baik lisan maupun tulisan bukanlah

suatu hal yan mudah utamanya pada siswa, berdasarkan hasil study lapangan melalui

wawancara kepada siswa diperoleh bahwa kesulitan tersebut dikarenakan banyak

hal, seperti sulit memahami kalimat berbahasa Arab, sulit menghafal kosa katanya,

siswa kurang minat terhadap mata pelajaran tersebut, media yang digunakan oleh

guru membuat mengantuk, strategi yang digunakan kurang kreatif & efektif.

Penelitian ini bertujuan untuk merancang pembelajaran pada mata pelajaran

bahasa Arab dengan menggunakan strategi pembelajaran CTL, menerapkan strategi

pembelajaran CTL pada materi Maharat al-kalam, meningkatkan kreativitas dan

kemampuan kalam siswa menggunakan strategi pembelajaran CTL. Penelitian ini

merupakan penelitian tindakan kelas, pada proses pembelajarannya menerapkan

strategi pembelajaran CTL.

Penelitian ini mendukung teori dari Berns & Erickson (2001) yang kemudian

dikembangkan oleh Elaine B. Johnson (2014), menekankan perlu adanya keterkaitan

materi atau konten yang telah dipelajari, dengan kehidupan nyata. Tesis ini juga

mendukung hasil penelitian Muzdalifah (2009) bahwa CTL dapat diterapkan dalam

pembelajaran bahasa Arab dengan beberapa upaya. Senada juga dengan hasil

penelitian Tito Dimas Atmawijaya (2008), bahwa CTL dapat diterapkan untuk

pembelajaran bahasa Arab dengan tidak asal campur antara strategi CTL dengan

metodologi pengajaran bahasa Arab.

Jenis penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif, adapun

pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif-analitik. Dengan

menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK), dengan 4 tahap, yaitu yaitu

planning, acting, observing, dan reflecting. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas

XI MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan jumlah 77 siswa.

Teknik yang digunakan untuk menentukan subjek dalam penelitian ini adalah teknik

random sampling atau yang sering dikenal dengan pengembilan sampel secara acak.

Berdasarkan hasil penilaian observasi dan beberapa data yang bersumber

dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan kreativitas dan

kemampuan kalam bahasa Arab melalui Contextual Teaching and Learning

menunjukkan hasil yang baik. Hal itu dapat dilihat dari beberapa tahapan penelitian

(Planning, Acting, Observing, Reflecting) di siklus I dan Siklus II mengacu pada

teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis peneliti pada siklus I sebagai (pre-test) yaitu

dengan nilai rata-rata siswa 6

20 , jika dikategorisasi maka hasil yang tidak mendekati

1 mengarah ke atas disebut kurang baik. Adapun hasil analisis peneliti pada siklus II

sebagai (post-test), mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata siswa 16

20 , yang

jika itu dikategorisasikan maka hasilnya sudah mendekati 1 mengarah ke atas

disebut baik.

Adapun faktor-faktor yang mendukung dalam pelaksaan penelitian adalah

metode/strategi yang digunakan, materi yang diajarkan, faktor guru, media,

kurikulum yang digunakan dan manajemen madrasah itu sendiri. Sedangkan faktor

penghambatnya adalah rendahnya minat dan motivasi peserta didik dalam pelajaran

Page 10: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

x

bahasa Arab, kurangnya pembendaharaan kosa kata bahasa Arab yang dimiliki

siswa, belum ada lingkungan/manajemen waktu untuk berbahasa, kemudian waktu

untuk memperdalam bahasa Arab itu sendiri, serta sarana dan prasarana yang

mendukung.

Kata kunci : PTK, strategi pembelajaran CTL, kreativitas dan kemampuan kalam

siswa.

Page 11: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

xi

ABSTRACT

Speaking in Arabic both oral and written is not an easy thing in the students,

based on the results of the study field through interviews to students that the

difficulties are due to many things, such as difficult to understand the Arabic

sentences, difficult to memorize the vocabulary, students less interest in the

subjects, the media used by the teacher makes drowsiness, strategies used less

creative & effective.

The study aims to design learning in Arabic subjects using the CTL Learning

Strategy, Implementing CTL learning strategies on the Maharat al-Kalam material,

enhancing the creativity and ability of the students using the CTL learning strategy.

This research is a class action study, in the process of learning the CTL strategy.

The study supported the theory of Berns & Erickson (2001) which was later

developed by Elaine B. Johnson (2014), emphasizing the need for the association of

Materials or content that has been studied, with real life. This thesis also supported

the research results of Muzdalifah (2009) that the CTL can be applied in Arabic

language learning with some efforts. Similarly, the research results Tito Dimas

Atmawijaya (2008), that the CTL can be applied to the learning of Arabic language

with no origin mix between the CTL strategy and the Arabic language teaching

methodology.

This type of research is categorized as qualitative research, as the approach

is a descriptive-analytic approach. By using class Action research method (PTK),

with 4 stages, namely planning, acting, are, and reflecting. The target of this research

is the student of XI MA development of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta with 77

students. The technique used to determine the subject in this study is a random

sampling technique or that is often known as random sample updating.

Based on the results of the observation assessment and some data sourced

from the results of the research, it can be concluded that the efforts to improve the

creativity and ability of the Arabic language through Contextual Teaching and

Learning shows good results. It can be seen from several stages of research

(Planning, Acting, are, Reflecting) in cycle I and cycle II refers to the theory of

Suharsimi Arikunto. Analysis of researchers on cycle I as (pre-Test) is with the

average value of students 6/(20), if categorized then a result that is not close to 1

point upwards is called less good. As for the results of the analysis of researchers on

cycle II as (post-Test), experienced an increase with the average value of students

16/(20), which if it is categorized then the result is approaching 1 point upward is

called good.

The supporting factors in the research implementation are the

methods/strategies used, the material being taught, the teacher factor, the media,

the curriculum used and management of the Madrasah itself. While the inhibiting

factor is the low interest and motivation of learners in the Arabic language lesson,

the lack of your vocabulary of the Arabic language students have, there is no

environment/time management to speak, then time to deepen the Arabic language

itself, as well as supporting facilities and infrastructure.

Page 12: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

xii

Keywords: PTK, CTL Learning strategy, creativity and ability Kalam

students.

Page 13: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

xiii

خلاصة البحث

التحدث باللغة العربية سواء الشفهية أو المكتوبة ليس بالأمر السهل في الطلاب، استنادا إلى نتائج مقابلات مع الطلاب أن الصعوبات ترجع إلى أشياء كثيرة، مثل صعوبة فهم الجمل مجال الدراسة من خلال

العربية، وصعوبة حفظ المفردات، وقلة اهتمام الطلاب بالمواد، ووسائل الإعلام التي يستخدمها المعلم تجعل .النعاس، والاستراتيجيات المستخدمة أقل إبداعا وفعالية

تصميم تعلم اللغة العربية باستخدام إستراتيجية التعليم و التعلم أهداف: عدة يهدف هذا البحث إلى والتكلم باللغة العربية الإبداعي مهارت في مادة مهارة الكلام. تحسين CTL. تنفيذ إستراتيجية CTLالسياقي

لذي يركز ا(PTK) الصفي البحث الإجرائي هذه الدراسة عبارة عن .CTLلدى الطلاب باستخدام إستراتيجية

. CTLبشكل خاص على تنفيذ استراتيجية

.Elaine B( التي طورها لاحقا 2001) Berns & Ericksonدعمت هذه الدراسة نظرية

Johnson (2014،) داخل الفصل بالحياة الواقعية. ودعمت التي تمت دراستهوالذي أكد على أهمية ربط الموادفي تعلم اللغة العربية يعمل بشكل أفضل CTLتطبيق ( القائلة بأن2009هذه الدراسة وجهة نظر مزدلفة )

CTLتطبيق (، القائلة بأن2008عندما يتم مع بعض التعديلات، كما دعمت وجهة نظر تيتو ديماس أتماويجايا )

ومنهجية تعليم اللغة CTLشكل فعال عندما يتم ذلك دون الخلط بين استراتيجية في تعلم اللغة العربية يكون ب العربية. تستخدم هذه الدراسة طريقة البحث النوعي والمنهج الوصفي التحليلي كما تستخدم منهج البحث العملي

77البحث في الفصول الدراسية بمراحله الأربع وهي التخطيط والتصرف والمراقبة والتفكير. ويأخذ هذا

جامعة شريف هداية الله بجاكرتا. والتقنية مشاركا من الصف الحادي عشر مدرسة فمبانجونان الثانوية الإسلامية المستخدمة لتحديد الكائن المبحوث في هذه الدراسة هي تقنية أخذ العينات العشوائية.

ة العربية لدى الطلاب. يحسن الإبداع وقدرة اللغ CTLيلخص هذا البحث إلى أن استخدام استراتيجية وهي التخطيط والتصرف والمراقبة والتفكير، والتي صنفت إلى دورتين من خلال المراحل الأربع ويمكن رؤيته

وهما الدورة الأولى والدورة الثانية. من تحليل الدورة الأولى وهي اختبار تمهيدي، تظهر النتيجة أن الطلاب (، والتي إذا تم تصنيفها، فالنتيجة لن تكون قريبة من وصفها 20/ ) 6متوسط المعدل التراكمي يحصلون على

بأنها جيدة. وفي الوقت نفسه، تظهر نتيجة تحليل الدورة الثانية )اختبار نهائي( زيادة في متوسط المعدل التراكمي ة. (، والتي إذا تم تصنيفها، فالنتيجة تزيد بمقدار نقطة واحدة ويمكن وصفها بأنها جيد20/ ) 16

العوامل الداعمة لنجاح هذا التطبيق هي طرق التدريس، المواد التعليمية، المعلم، وسيلة التدريس العوامل الحاجزة هي نقص الإهتمام والدافع لدى والتعلم، المناهج الدراسية، وإدارة المدرسة نفسها. في حين أن

ى الطلاب، عدم وجود بيئة أو الوقت الكافي الطلاب في درس اللغة العربية، نقص معرفة المفردات العربية لد للتحدث وتعميق اللغة العربية نفسها، فضلا عن البنية التحتية والمرافق كافية لدعم المنفذ التعلم.

، (PTK) البحث الإجرائي الصفي ، CTLإستراتيجية التعليم و التعلم السياقي : الكلمات المفتاحية ة قدرة الإبداع والتكلم باللغة العربي

Page 14: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

xiv

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN i

SURAT PERSETUJUAN PROMOTOR ii

KATA PENGANTAR iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN vi

ABSTRAK INDONESIA ix

ABSTRAK INGGRIS xi

ABSTRAK ARAB xii

DAFTAR ISI xiv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Permasalahan 12

C. Tujuan Penelitian 13

D. Manfaat Penelitian 13

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan 14

F. Metodologi Penelitian 27

G. Sistematika Penulisan 31

BAB II

KONSEP PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

(CTL) MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

A. Contextual Teaching and Learning

1. Konsep Contextual Teaching and Learning 33

2. Komponen Contextual Teaching and Learning 40

B. Kreativitas

1. Definisi Kreativitas dalam Pembelajaran 48

2. Ciri-Ciri Kreativitas 50

C. Maharat al-kalam

1. Definisi Maharat al-kalam 51

2. Prinsip-Prinsip Pengajaran Maharat al-kalam 54

3. Fungsi Bahasa Arab 55

4. Aplikasi CTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab untuk 55

Meningkatkan Kreativitas dan Maharat al-kalam

D. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas 57

2. Model Penelitian Tindakan Kelas 59

3. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

60

Page 15: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

xv

BAB III

PEMBELAJARAN BERBASIS STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI MADRASAH PEMBANGUNAN UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta 61

1. Profil Madrasah 66

2. Kurikulum Madrasah Aliyah Pembangunan 65

B. Hasil Observasi Awal di Madrasah Aliyah Pembangunan 67

C. Pelaksanaan Tindakan Kelas di Madrasah Aliyah Pembangunan 68

1. Siklus I (Planning, Acting, Observing, Reflecting) 71

a. Perencanaan (Planning) 71

b. Pelaksanaan (Acting) 73

c. Pengamatan (Observing) 78

d. Refleksi (Reflecting) 79

2. Siklus II (Planning, Acting, Observing, Reflecting) 81

a. Perencanaan (Planning) 81

b. Pelaksanaan (Acting) 83

c. Pengamatan (Observing) 87

d. Refleksi (Reflecting) 88

BAB IV

ANALISIS HASIL PELAKSANAAN PENELITIAN

IMPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA 91

A. Hasil Penelitian 91

1. Hasil penilaiaan kreativitas siswa Madrasah Aliyah Pembangunan 91

2. Hasil penilaian maharat al-kalam siswa Madrasah Aliyah

Pembangunan 98

3. Hasil Penilaian Pembelajaran Contextual Teaching and Learning 101

B. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Pengimplementasian

Strategi Contextual Teaching and Learning pada Pembelajaran

bahasa Arab di Madrasah Aliyah Pembangunan 112

1. Faktor Pendukung 115

2. Faktor Penghambat 122

BAB V

PENUTUP 129

A. Kesimpulan 129

B. Saran 130

DAFTAR PUSTAKA 134

Page 16: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

xvi

GLOSARIUM 157

INDEKS 163

LAMPIRAN 165

Page 17: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan sebuah proses pengalihan dan pengembangan

kemampuan individu dengan aneka ragam media yang menyertainya.1 Tidak hanya

sebagai proses pengalihan dan pengembangan semata, pembelajaran juga merupakan

sejumlah rangkaian proses yang dapat mengubah perilaku dan konsep perkembangan

mental. Hal yang kerap kali terjadi dalam proses pendidikan di era sekarang adalah

kurangnya perhatian terhadap sistem pembelajaran. Dalam proses pembelajaran

biasanya siswa diarahkan oleh guru untuk menghafal saja, yang akhirnya dapat

melumpuhkan kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran tersebut. Selain itu

juga informasi-informasi hanya mengendap tanpa dituntut untuk memahami konsep

dan konteks dari suatu materi.

Proses pembelajaran dengan berbagai harapan terhadapnya, sangat penting

untuk diperhatikan terutama bagi regenerasi suatu bangsa yang harus siap menjalani

tantangan dan persaingan di era mendatang, baik secara individu maupun didalam

bermasyarakat.2 Namun dalam mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut, tentu

banyak persoalan yang menghadang, sehingga sasaran yang hendak dicapai dalam

proses pembelajaran seringkali tidak memberikan output yang sesuai dengan apa

yang diharapkan. Proses pembelajaran itu sendiri dapat diartikan ke dalam dua

aktivitas, yaitu proses belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologi

biasanya lebih diterapkan dan dilakukan oleh siswa, sementara mengajar secara

instruksional lebih dilakukan oleh guru.3

Sepanjang hidup di dunia manusia akan mengalami dan melalui dari

serangkai proses pembelajaran, mulai dari masa kecil ketika bayi hingga lansia,

manusia tidak akan luput dari proses belajar.4 Mengapa demikian, karena hampir

dari semua keterampilan yang dimiliki manusia sejak lahir merupakan proses dari

belajar, yaitu cara bagaimana manusia mendalami pengetahuan, cara bagaimana

1Lebih lanjut Ernes ER. Hilgard, mendefinisikan sebagai berikut: learning is thes

process by which an activity originates or is charged throught training procedures (whetever in the laboratory on in the natural environments) as distinguished froms changes by factor not attributable to training. Lihat Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2009), 4. 2Pembelajaran merupakan sususan d\ari berbagai unsur, seperti unsur fasilitas yang

ada di lingkungan sekitar unsur prosedur-prosedur pembelajaran yang ada, kemudian unsur

perlengkapan sarana prasarana yang ada di sekolah, unsur materi yang menjadi bahan ajar.

Unsur-unsur inilah yang dapat mempengaruhi sistem pembelajaran dan melalui unsur ini

dapat mencapai tujuan yang diingkan, yang tidak kalah penting juga adalah peran guru, staf,

dan siswa yang dapat terlibat dalam proses pengembangan pendidikan. Oemar Hamalik,

Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 57. 3Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran (Jakarta: Prenadamedia Group,

2013), 18. 4Margaret E. Bell Gredler, Learning and Instruction: Theory into Practice, Terjemah

Munandir, Belajar dan Membelajarkan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), 1.

Page 18: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

2

manusia dapat bersikap, hingga dapat memodifikasi prilaku diri sendiri,

mengembangkan keterampilan dan kecakapan, menumbuhkan minat serta

mengembangkan sikap positif adalah merupakan bagian dari rangkaian belajar

tersebut.5 Gegne memberikan definisi mengenai belajar yaitu sebagai suatu tindakan

perubahan yang dilakukan manusia dalam karakteristik dan kemampuan manusia, di

mana proses perubahan tersebut tidak akan berhenti dan akan terus berlanjut sampai

pada batas waktu yang tidak dapat ditentukan.6 Pendapat di atas juga ditekankan

oleh Sudirman bahwa belajar merupakan proses perubahan prilaku yang dapat dilihat

dari berbagai aspek, yaitu perubahan dalam penguasaan, pemahaman, keterampilan

dan aspek sikap.7

Di dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 dijelaskan dengan tegas

mengenai Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, dalam undang-udang tersebut

dijelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara terstruktur

dan juga disusun serta direncanakan secara sistematis secara tepat yang dilakukan

oleh warga di sekolah maupun instansi yang berkaitan langsung dengan pendidikan

nasional yang ada di Indonesia, agar dapat terciptanya suatu lingkungan

pembelajaran yang kondusif serta aktif, hal tersebut dimaksudkan dapat

mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam diri siswa, baik itu

mengembangkan nilai-nilai spritual keagamaan siswa, pengembangan kreativitas,

bakat, pengembangan pengendalian diri, pengembangan kepribadian,

mengembangkan kecerdasan, serta mengembangkan keterampilan dan lainnya yang

dapat diperlukan baik untuk dirinya, bangsa maupun Negara. 8

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa belajar merupakan hakikat yang

sangat penting dan tidak dapat diabaikan, bahkan proses belajar sangat perlu untuk

diperhatikan secara mendalam sebagai bentuk aktualisasi diri seseorang, akan tetapi

seseorang tidak dapat meningkatkan kualitas dirinya jika tidak dimulai dari diri

sendiri yang berupaya untuk merubahnya. Hal tersebut diterangkan berdasarkan

Firman Allah di dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’ad ayat 11, sebagai berikut:

Artinya:

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

5Nyayu Khadijah, Psikologi Pendidikan (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), 47. 6Gagne Robery M, Essential of Learning For Istruction (Illiones: The Drayden Press,

1974), 5. 7Sudirman, Ilmu Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1987), 9. 8Wina Senjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), 2.

Page 19: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

3

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Ar-

Ra’d: 11).

Firman Allah Swt di atas mengisyaratkan kepada seluruh manusia sebagai

makhluk yang dianggap pembuat kerusakan di muka bumi ini, untuk senantiasa

mengembangkan serta meningkatkan kualitas pribadi dengan seluruh daya upaya

yang dimiliki yaitu dengan senantiasa belajar mengenai sesuatu apapun. Melalui

proses belajar yang baik dan benar akan mendorong seseorang untuk bisa

mengaktualisasikan diri dan menjadi pribadi yang penuh tanggung jawab terhadap

diri sendiri, masyarakat, alam dan terhadap Tuhan sang Pencipta.9

Dalam pembelajaran, bahasa merupakan salah satu unsur utama dalam

proses pengembangan keterampilan pribadi seseorang. Manusia dengan segala

bahasa yang dimiliki merupakan suatu unsur yang sangat menakjubkan dan hal

tersebut hanya dapat dilakukan oleh makhluk bernama manusia. Disebutkan bahwa

manusia satu-satunya makhluk yang mempunyai bahasa dan bahasa manusia

memiliki ribuan yang tidak dapat dihitung jumlahnya.10 Oleh karena itu penting bagi

setiap individu untuk mempelajari bahasa dan melestarikan bahasa yang ada,

terutama dalam hal belajar bahasa Arab, mengingat bahwa masyarakat Indonesia

pada umumnya merupakan mayoritas muslim serta pada kenyataanya mayoritas

umat Islam di Indonesia hanya mampu mengimplementasikan bahasa Arab ke dalam

bacaan dan hafalan Al-Qur’an, namun belum sampai pada tahapan memahami serta

mempelajari bahasa tersebut secara khusus.11

Ada beberapa alasan mengapa bahasa Arab sangat penting untuk dipelajari.

Pertama, sebagai alat bantu berkomunikasi. Kedua, sebagai bahasa agama, terutama

bagi umat Islam yang diharuskan untuk mempelajarinya agar dapat memahami serta

mengaplikasikan ke dalam Ibadah atau ritual keagamaan lainnya.12 Bahasa Arab juga

dianggap penting karena keterkaitannya dengan sumber pengambilan hukum dalam

agama Islam yaitu dengan Al-Qur’an dan Hadits Nabi Saw termasuk seluruh aspek

yang berkaitan dengannya yang keduanya tidak berbahasa lain selain bahasa Arab.13

Sebagaimana yang dikatakan oleh Muhbib Abdul Wahab bahwa studi

bahasa Arab memang tidak dapat dipisahkan dari semangat memahami ajaran agama

Islam itu sendiri, mengingat sumber ajaran agama berbahasa Arab. Karena itu

9 Syaiful Sagala, Etika & Moralitas Pendidikan: Peluang dan Tantangan (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2013), 215. 10C. George Boeree, Metode Pembelajaran & Pengajaran: Krtik dan Sugesti

Terhadap Dunia Pendidikan, Pembelajara, dan Pengajaran, terjemah Abdul Qadir Shaleh

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 107. 11Mustafa Muhammad Nuri dan Hafsah Intan, al-‘Arabiyah al-Muyassarah

(Ciputat: Pustaka Arif, Cet I, 2008), 1. 12 Abdul Mun’in, Analisis Kontrasif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, Tela’ah

terhadap Fonetik dan Morfologi (Jakarta: Pustaka Al-Husna, Cet I, 2004), vvi. 13Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz XVI (Jakarta: Pustaka Panjimas, Cet Oktober, 1999),

224.

Page 20: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

4

“motivasi religius” merupakan elemen vital yang menggerakkan ummat Islam atau

lembaga pendidikan untuk lebih mengkaji secara mendalam dan tuntas mengenai

bahasa Arab.14 Dan dipertegas kembali dengan Dalam Surat Thaaha ayat 113, di

bawah ini:

Artinya:

“Dan Demikianlah Kami menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al-Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka”. (Thaaha: 113).

Dari keterangan dalil di atas jelaslah sudah betapa penting dan wajibnya bagi

manusia utamanya umat muslim untuk mendalami bahasa Arab karena di dalam Al-

Qur’an yang berbahasa Arab tersebut terdapat berbagai ancaman dan kenikmatan

sebagai suatu pengajaran agar manusia bertakwa.15

Akan tetapi pada praktiknya, mempelajari bahasa Arab bukanlah suatu

perkara yang mudah, sama halnya ketika seseorang mempelajari bahasa asing

lainnya. Karena setiap bahasa memiliki karakteristik dan dialektika serta tingkat

kesulitan yang berbeda.16 Di era modern saat ini, banyak dari kalangan para ahli yang

mengembangkan bahasa agar dapat dipelajari serta difahami dengan praktis dan

menarik, baik itu dengan mengembangkan metodologi, teori, alat atau sarana

pendidikan lainnya. Namun hal itu tidak semerta memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap hasil pembelajaran bahasa asing itu sediri. Sebagai contoh yang

terjadi pada banyak kasus siswa/i sekolah, baik sekolah berlatar belakang madrasah

atau non madrasah yang menerapkan pembelajaran bahasa asing. Di antaranya siswa

kerapkali mengeluhkan tentang pelajaran yang terasa berat, dan sulit difahami.

Peneliti melakukan studi pendahuluan di Madrasah Aliyah Pembangunan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang pembelajaran bahasa Arab. Peneliti

mendapati ada beberapa alasan yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan

dalam mempelajari bahasa Arab di sekolah. Sebagai contoh salah seorang siswi yang

mengatakan terbiasa dengan pola belajar dan sistem Luar Negeri sejak Sekolah

Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama, tentu pelajaran bahasa Arab merupakan

14 Muhbib Abdul Wahab, Epistimologi & Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab

(Jakarta: LP.UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), 7. 15Umi Machmudah & Abdul Wahab Rosyidi, Active Learniing dalam Pembelajaran

bahasa Arab (Malang: UIN Malang Press, 2008), 7. 16Dalam bahasa Arab tentu memiliki ruang lingkup yang tidak dapat terpisahkan,

ruang lingkup tersebut mencakup qowaid, mufradat, aswat, istima’, muhadatsah, qira’ah, dan

kitabah, dan juga tidak terlepas dari unsur budaya. Faisal Hendra et al, Kemampuan Berbahasa Arab Siswa Madrasah Aliya (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), 1.

Page 21: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

5

hal yang baru dan terkesan sedikit asing. Informan tersebut mengatakan bahwa perlu

waktu yang cukup untuk menyesuaikan diri terhadap pelajaran bahasa Arab.17

Wawancara berikutnya peneliti lakukan pada salah satu siswa yang juga

duduk di kelas kelas sebelas di MA Pembangunan, mengatakan bahwa pelajaran

Bahasa Arab terasa begitu sulit, terutama dalam memahami kalimat berbahasa Arab.

Ditambah banyaknya beban hafalan kosa kata dan materi percakapan yang meskipun

selalu diulang oleh guru tetap saja terasa berat untuk dimengerti. Seperti contoh

ketika informan diminta oleh guru untuk memperaktekkan atau menyebutkan materi

yang sudah diajarkan minggu sebelumnya, maka hal yang sama terjadi yaitu

kesulitan dalam memahami pembelajaran.18

Keterangan di atas dikuatkan dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan

kepada guru bahasa Arab kelas XI, yang membenarkan adanya kesulitan dalam

menyesuaikan metode pembelajaran bahasa Arab terutama berbasis contextual, karena minimnya minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Arab.19 Dan langkah

selanjutnya yang peneliti lakukan adalah dengan memberikan soal materi bahasa

Arab tentang Maharat al-kalam. Berdasarkan hasil wawancara dan uji soal materi tersebut,20 peneliti

mengidentifikasi adanya permasalahan di dalam penerapan Metode/Strategi

Contextual Teaching & Learning dalam proses pembelajaran bahasa Arab terutama

dalam hal kemampuan berbicara (maharat al-kalam)21 pada siswa kelas sebelas di

sekolah MA Pembangunan.

Kemampuan berbicara sangat penting, karena kemampuan berbicara dalam

bahasa asing merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Menurut H.

M. Abdul Hamid et al mangatakan bahwa maharat al-kalam merupakan suatu

keterampilan seseorang dalam berbahasa menggunakan berbagai kata, bunyi dengan

baik dan tepat. Dalam berbahasa tentu memiliki dampak secara nyata bagi

kehidupan seperti dapat dengan baik mengutarakan pikiran atau memenuhi

17Wawancara langsung dengan seorang siswi kelas XI MIA 1 di MA Pembangunan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tanggal 24 September 2018. 18Wawancara langsung dengan seorang siswa kelas XI MIA 1 di MA Pembangunan,

tanggal 24 September 2018. 19Wawancara langsung dengan guru mata pelajaran bahasa Arab kelas X dan kelas

XI MA Pembangunan, tanggal 21 September 2018. 20Wawancara langsung dengan guru mata pelajaran bahasa Arab kelas X dan kelas

XI MA, tanggal 21 September 2018. 21Maharat al-kalam adalah kemampuan seseorang dalam mengungkpakan sejumlah

kata, sejumlah bunyi untuk mengekspresikan suatu pemikiran yang bersumber dari dalam

otak, kemudian mengungkapkan suatu keinginan, suatu perasaan yang terpendam kepada

seseorang yang di ajak berbicara. Bahkan menurut Tarigan berbicara adalah suatu kombinasi

yang meliputi berbagai macam aspek, seperti aspek psikologis, fisik, neurologis, semanti,

dank linguistik. Melalui berbagai aspek dan faktor tersebut bahasa dianggap sebagai alat

manusia yang mampu mengontorl segala hal penting, seperti kontrol terhadap sosial

masyarakat. Dalam pengertian umum dengan keterampilan berbahasa diharapkan siswa

dapat berkomunikasi secara lisan ataupun secara tulisan dengan baik dan benar dengan lawan

bicara lain, dari pembelajaran yang telah dilewati. Asep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), 135-136.

Page 22: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

6

kebutuhan-kebutuhannya.22 Kemampuan dalam berbicara dengan mengungkapan

pikiran yang terpendam, dan dengan kemampuan berbicara juga dapat memberikan

pemahanan kepada orang lain mengenai apa-apa yang dipikirkan. Satu hal yang unik

dalam kemahiran berbicara (maharat al-kalam) adalah jika kemahiran lain bisa

dilakukan sendiri, sementara pada kemahiran berbicara harus membutuhkan orang

lain berbicara. Menurut Matsna tujuan utama kemampuan berbicara adalah agar

peserta didik fasih dan bisa difahami oleh pendengar atau lawan bicara.23

Selain itu, berbicara adalah suatu bentuk yang tercipta dari berbagai aspek

seperti aspek psikologis, di mana seseorang mengungkapkan berdasarkan kondisi

dan perasaan, adapun dari aspek fisik di mana seseorang mengungkapkan suatu

bahasa sesuai dengan keadaan fisik, dan berbagai aspek lainnya yang sedemikian

ekstensif secara luas, sehingga bahasa dapat menjadi kontrol dalam segala hal.24

Bahasa Arab dari keterampilan berbicara adalah maharatal-kalam, selain maharat al-kalam juga ada istilah lain yaitu ta’bir. Akan tetapi keduanya memiliki perbedaan, maharat al-kalam lebih pada menekankan kemampuan dalam berbicara, sedangkan Ta’bir disamping juga merupakan kemampuan berbicara secara lisan juga dapat

dilakukan dalam bentuk tulisan.25 Menurut Hastang Nur untuk meneningkatkan

maharat al-kalam dapat melalui metode muhadatsah dengan menggunakan mufradat

baru.26

Memang menurut Ahmad Fuad Effendi kemampuan berbicara merupakan

salah satu aspek penting yang tidak dapat di-abaikan begitu saja utamanya dalam

pembelajaran di sekolah mengingat kemampuan berbicara merupakan alat untuk

mencapai keharmonisan di dalam kelas. Pada pembelajaran bahasa Arab biasanya

merupakan pembelajaran yang sangat ramai karena siswa diminta untuk

mengaplikasikan bahasa dengan berbicara satu sama lain menggunakan bahasa Arab,

sehingga pembelajaran menjadi suatu hal yang menarik. Namun fakta dilapangan

sangat berbeda dengan apa yang diperkirakan, di mana pembelajaran bahasa Arab

menjadi suatu hal yang tidak menarik dan cenderung kaku yang disebabkan oleh

berbagai hal seperti aktivitas pembicaraan yang kurang aktif atau ativitas bahasa

Arab yang masih rendah.

Dan pada akhirnya aktivitas yang tidak aktif dan cenderung rendah

berdampak pada prestasi belajar siswa, di mana siswa menjadi tidak minat dan tidak

merangsang partisipasi dalam belajar dan juga ketika siswa diberi pelungan untuk

mengajukan pertanyaan, siswa juga tidak mampu mengajukan pertanyaan meskipun

22H.M Abdul Hamid et al, Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode,

Strategi, Materi, dan Media (Malang: UIN Malang Press, 2008), 42. 23Moh. Matsna & Raswan, Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab (Ciputat: UIN Press,

2014), 175-176 24Siti Jubaidah, “Efektivitas Peembelajaran Bahasa Arab Maharat al-kalam dengan

Media Komik di Madsarah Aliyah Nasruddin Dampit, Jurnal Review Pendidikan Islam, Vol.

01, No. 02, 2014: 245. 25Kuswoyo,” Konsep Dasar Pembelajaran Mahara al-Kalam”, An-Nuha, Vol. 4, No.

1, 2017: 2. 26Hastang Nur, “Penerapan Metode Muhadatsah dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Maharah Al-Kalam Peserta Didik”, Lentera Pendidikan, Vol. 20, No. 1, 2017: 177.

Page 23: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

7

guru telah menerangkan sedemikian jelas, hal ini dikarenakan penguasaan kosa kata

yang masih sedikit, penguasaan pola kalimat terbatas, tidak ada keberanian untuk

mengajukan pertanyaan, ataupun siswa merasa takut salah dalam pengucapan

bahasa Arab, bisa jadi juga dikarenakan siswa malu untuk berbicara menggunakan

bahasa Arab dengan temannya, sehingga faktot-faktor tersebut dapat mempengaruhi

performa dalam proses belajar siswa.27

Lebih kongkritnya, bisa dilihat dari output rekapitulasi nilai siswa kelas

sebelas di MA Pembangunan, rekapitulasi data nilai dibawah memberikan

penekanan sekaligus pembuktikan rendahnya prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran bahasa Arab, sebagai berikut:28

Tabel 1

Data Hasil Rekapitulasi Nilai Mata Pelajaran Bahasa Arab

Kelas XI MIA dan XI IIS 1 Tahun Pelajaran 2019/2020

No Kelas Jumlah Siswa Nilai di atas 7 Nilai di bawah 7

1 XI MIA I 28 19 8

2 XI MIA II 28 11 17

3 XI IIS I 27 9 18

4 XI IIS II 28 1 27

Tabel di atas dengan jelas menunjukkan bahwa siswa memiliki nilai yang

rendah pada mata pelajaran bahasa Arab. Dibuktikan oleh nilai siswa banyak yang

tidak mencapai ketuntasan. Bahkan di dalam satu kelas tepatnya kelas XI IIS II

hanya ada satu siswa yang memiliki nilai yang maksimal ataupun yang memenuhi

standard kriteria penilaian. Begitupun di kelas lainnya seperti kelas XI IIS I yang

siswanya hanya ada sembilan orang yang tuntas, delapan belas lainnya tidak tuntas.

Sedangkan di kelas XI MIA II ada sebelas siswa yang memiliki nilai di atas 70,

sedangkan ada tujuh belas siswa lain yang memiliki nilai di bawah tujuh puluh.

Adapun kelas XI MIA I nilai siswa yang tuntas lebih banyak dari kelas lainnya yaitu

sebanyak sembilan belas siswa, dan hanya sedikit siswa saja yang tidak tuntas.

Berdasarkan keterangan tabel di atas, memperjelas bahwasannya

pembelajaran bahasa Arab di kelas XI MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta terindikasi masalah. Begitu juga dengan para siswa yang terindikasi

kesulitan dalam mempelajari bahasa Arab di kelas ataupun terdapat permasalahan

dalam belajar.29 Permasalahan dalam belajar menurut Abdurrahman dipengaruhi

beberapa faktor seperti kurangnya sarana pendukung penunjang pembelajaran

27Ahmad Fuad Effendy, Pendekatan, Metode, Teknik, Metodologi Pengajaran

Bahasa Arab (Malang: Misykat Malang, 2005), 113. 28Data hasil rekapitulasi nilai kelas XI MIA dan kelas XI IIS Semester ganjil, di

ambil pada tanggal 24 September 2018. 29Siswa diduga mengalami beberapa kesulitan dalam belajar jikalau siswa tersebut

tidak berhasil mencapai standar yang telah di berlakukan berdasarkan pengukuran kriteria

keberhasilan dalam belajar ataupun dalam program pembelejaran dan atau tingkatan yang

telah ditetapkan. Abin Syamsyuddin Makmun Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 308.

Page 24: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

8

seperti alat-alat ataupun sumber lainnya, dan juga faktor lingkungan yang tidak

kondusif bagi proses pembelejaran baik di dalam kelas maupun dilingkungan sekolah

itu sendiri. Adapun faktor internal seperti siswa tidak minat dengan mata pelajaran

tersebut, tidak memperhatikan kondisi jiwa siswa, atau bisa jadi karena strategi

pengajaran guru yang kurang merangsang motivasi siswa, faktor lain juga seperti

kurang kreatifnya guru dalam memberi materi, bisa jadi juga karena kurangnya

kreativitas siswa dalam pembelajaran, tidak adanya inisiatif siswa untuk belajar dan

lain sebagainya.30

Salah satu kemampuan utama yang harus dimiliki setiap manusia, dan

memegang peranan yang vital dalam segala aspek kehidupan manusia dan

perkembangan manusia adalah aspek kreativitas. Di mana kreativitas ini merupakan

kemampuan yang biasanya banyak dilandasi oleh faktor kemampuan intelektual

yang dimiliki manusia seperti kemampuan kecerdasan, bakat, dan intelegensi.

Manusia adalah salah satu makhluk yang dikaruniai oleh Allah Swt. potensi kreatif

yang ada di dalam dirinya, yang mana potensi tersebut tidak Allah berikan pada

makhluk ciptaan lainnya. Potensi kreativitas dapat memberikan banyak manfaat

yang berharga bagi aspek kehidupan manusia selama potensi yang telah diberikan

tersebut dapat dikembangkan dan dimanfaatkan oleh manusia dengan baik secara

maksimal.31 Begitu juga yang diharapkan kepada siswa dalam konteks pembelajaran

bahasa Arab, bahwa perlu adanya semangat yang tinggi serta kreativitas yang

mempuni dalam mengembangkan kemampuan biacara (maharat al-kalam), sehingga

mampu memahami dan menguasai materi pembelajaran.

Kreativitas memiliki perbedaan makna sesuai sudut pandang para ahli

masing-masing. Ausabel misalnya mengatakan bahwa “Creatvity achievemet...reflect a rare capacity for depeloving insight sensitivities, and appreciations in a circumscribed content area of intellectual or artictic activity”.32

Ausabel mengartikan kreativitas sebagai kemampuan kapasitas seseorang dalam hal

pemahaman, sensitifitas, dan apresiasi, yang dapat melebihi kemampuan seseorang

yang tergolong cerdas. Dan menggunakan kemampuan tersebut untuk memecahkan

suatu masalah yang sedang dihadapi (problem solving). Kemudian menurut Gallagher, “Creativity is a mental process by wich individuals create new ideas and products or recombine existing ideas and product”.33 Menurut Gallagher kreativitas adalah proses mental seseorang. Dan

melalui proses tersebut manusia dapat memunculkan suatu ide yang baru dengan

produk yang telah ada jauh dari sebelumnya, sehingga dapat menemukan suatu

model produk terbaru.

30Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta:

Rineka Cipta, 2010), 12. 31Rusdi, Implementasi Toeri Kreativitas Graham Wallas dalam Sekolah

Kepenulisan di Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’ari Cabeyan Yogyakarta, Muslim Heritage, Vol. 2, No. 2, November 2017 – April 2018., 259.

32Lihat Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 179.

33James Gallagher, Samuel Kirk, Mary Ruth Coleman, Educating Exceptional Childern (Stanford USA: Chengage Learning, 2014 ), 457.

Page 25: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

9

Adapun kreativitas menurut Bincy Mathew & William Dharma adalah

penerapan kemampuan mental seseorang untuk menemukan sesuatu yang baru,

kemampuan untuk menghubungkan, dan kapasitas untuk mengembangkan ide baru,

konsep dan proses baru. 34 Dengan kata lain kreativitas adalah kualitas yang dapat

dibawa seseorang kedalam aktivitas yang sedang dilakukan seseorang. Hal ini

mengacu pada sikap, pendekatan batin dan mengacu pada bagaimana seseorang

dapat menemukan suatu yang baru yang nantinya akan berguna bagi dirinya sendiri

maupun masyarakat di sekitar.35 Slameto menekankan bahwa untuk menjadi kreatif

bukanlah suatu hal yang mudah, utamanya bagi siswa, namun kreativitas dapat

dipelajari siswa melalui proses belajar mengajar, sehingga siswa mampu mengasah

kreativitas melalui informasi baik verbal maupu non verbal, melalui fakta-fakta di

sekitar, melalui konsep dan prinsip yang dipegang siswa maupun sekolah, dan

tentunya melalui pemecahan masalah yang dihadapi.36

Sedangkan menurut Heru Kurniawan kreativitas adalah kecerdasan dan

karakteristik siswa dalam menyelesaikan suatu tugas. Dengan kata lain kreativitas

merupakan kecerdasan dan karekter yang didayagunakan oleh siswa untuk

mengatasi setiap permasalahan. Untuk itu, siswa yang kreatif pasti siswa yang

cerdas dan berkarakter, tapi siswa yang cerdas dan berkarakter belum tentu kreatif.

Dalam kurikulum 2013 disebutkan, kreativitas menjadi kompetensi inti yang harus

dicapai oleh siswa, dan kreativitas terkait dengan kemampuan siswa menggunakan,

memperaktikkan serta menerapkan ilmu pengetahuan (kecerdasan) siswa dalam

kehidupan di sekitar (bersikap berkarakter).37 Oleh karena itu kreativitas menjadi

elemen penting dalam kompetensi inti. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Heru

Kurniawan tentang kreativitas sebagai tujuan pembelajaran yang kreatif, berwujud

dalam tiga hal, yaitu: 1. Karya Intelektual,38 2. Performa aksi-kreasi,39 3. Proyek

edukasi.40

34Binci Methew & William Dharma Raja B, Creative thinking of visually challenged

adolescents: A case study, International Journal of Academic Research and Development, Vol. 1, Issue 9, (2016), 45-49. Diakses tanggal 27 September 2018.

35Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2009), 104. 36Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), 138. 37Heru Kurniawan, Pembelajaran Kreatif: Belajar Bahasa Indonesia Kurikulum

2013 (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), 28. 38Kreativitas yang berwujud karya intelektual ini merupakan karya hasil

kreativitassiswa yang berwujud pemikiran dan perasaan siswa. Karya intelektual ini bisa

berwujud: hasil temuan, karya sastra, esai, artikel, dan semua hasil pemikiran dan perasaan

yang dituliskan. 39Hasil kreativitas yang berupa aksi-raaksi atau tindakakan, performas kreasi ini

berwujud gerak, tindakan, dan aktivitas khusus yang didasarkan pada fondasi keilmuan

tertentu. 40Proyek edukasi ini terkait dengan kegiatan-kegiatan kolektif yang bersifat

mendidik. Dalam materi pembelajaran, sering melahirkan tindakan yang harus dilakukan

secara kelompok untuk mengatasi suatu persoalan tertentu. Untuk itu, orientasi

pembelajaran kreatif tidak hanya siswa paham terhadap materi, tetapi juga mau

Page 26: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

10

Menurut Dean Simonton orang yang kreatif adalah orang yang menerapkan

logika, metode, atau serangkaian teknik ke domain keahlian tertentu.41 Lebih lanjut

Runso & Jaeger mengatakan bahwa kreativitas mencakup dua fitur penting yakni

Novelty (kebaruan) and utility (utilitas). Kreativitas merupakan kekuatan batin yang

dimiliki oleh setiap individu dan merupakan bagian penting dari pengembangan

individu. Winnicott & Beck-Dvorzak mengatakan bahwa kreativitas mewakili

persepsi kreatif dari dunia luar yakni memberi penghargaan dengan perasaan kepada

seseorang di sekitar. Kreativitas ditentukan oleh banyak faktor, beberapa di

antaranya adalah tingkatan pendidikan, pengetahuan yang diperoleh dari luar

sekolah, motivasi eksternal dan internal, serta faktor budaya dan keluarga.42

Dari banyaknya uraian para ahli mengenai kreativitas dapat menunjukkan

kreativiats memiliki peran penting dan krusial dalam struktur kehidupan di setiap

tingkatan elemen pendidikan manusia, terutama bagi siswa di Madrasah.

Mengingat banyaknya kendala yang dialami oleh siswa pada mata pelajaran

bahasa Arab dilihat dari berbagai aspek dan faktor yang mempengaruhinya serta

nilai yang diperoleh masing-masing siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan

minimum, maka diperlukan adanya suatu solusi dalam belajar ataupun strategi

pembelajaran43 yang khusus agar bahasa Arab tidak sulit dan mudah untuk di

pelajari, ditekuni, di dalami oleh seluruh siswa baik siswa dalam tiap tingkatan.

Salah satu strategi pembelajaran yang saat ini terus mengalami perkembangan dan

mulai diperhatikan oleh berbagai elemen pendidikan untuk kebutuhan pembelajaran

adalah pendekatan atau strategi kontekstual yang lebih fokus terhadap kecakapan

individual yang dimiliki oleh siswa.

Pembelajaran kontesktual atau Contextual Teaching and Learning dapat

digambarkan sebagai berikut:

“...and educational process that aims to help students see meaning in the academic material thay are studiying by connecting academic subjects with

menindaklanjuti materi menjadi aksi nyata. Heru Kurniawan, Pembelajaran Kreatif: Belajar Bahasa Indonesia Kurikulum 2013, 29-30.

41Pada awalnya kreativitas dipandang sebagai sesuatu yang misterius. Menurut

orang Yunani Kuno, kreativitas benar-benar merupakan karunia yang diberikan oleh Muses,

dewi-dewi yang memimpin semua bentuk krativitas manusia. Ide dasar ini bertahan dalam

berbagai bentuk dengan baik samapai Renaissance di Italia. Namun, secara bertahap, mereka

mempelajari kreativitas dan mengakui bahwa kreativias melibatkan unsure pemikiran sadar

yang kuat, bahwa kreativitas setidaknya sama rasionalnya dengan fenomena alam. Wendy

Bishop & David Starkey, Creativity (University Press of Colorado: Utah State University

Press, 2006), 71. https://www.jstor.org/stable/j.ctt4cgr61.19. diakses tanggal 27 September

2018. 42Minaj Spasic, Creativity and Anxiety in Roma and Serbian Adolescents, Original

Scientific Paper, 2015, 77. Diakses tanggal 27 September 2018. 43Strategi pembelajaran menurut Hamzah adalah cara-cara yang terapkan dan

implentasikan oleh guru untuk di transfer ke siswa, agar diharapkan siswa dapat mengerti

dengan jelas dan komprehensif mengenai suatu mater yang telah diberikan oleh guru, dan

tentunya dapat dikuasi oleh siswa di akhir kegiatan belajar, dengan ditunjukkan oleh nilai

yang diperolehnya. Hamzaj, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 2.

Page 27: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

11

the context of their daily lives, that is, with context of their personal, social, an cultural circumstance. To achieve this aim, the system encompasses the following eight components: making meaningfull connections, doing significant work, self-regulated learning, collaborating, critical and creative thingking, nurturing the individual, reaching high standards, using authentic assessment”.44

Kutipan di atas menegaskan bahwa proses pendidikan bertujuan untuk

menolong siswa mengeni kebermaknaan di suatu materi yang dipelajari secara

bertahap, dengan cara menghubungkan proses belajar yang dilalui siswa tersebut

dengan pembelajaran kontekstual ke dunia yang digeluti setiap hari. Dan dalam

mencapai target dan tujuan yang akan di capai, terdapat delapan aspek yang

mempengaruhinya, yaitu; membuat hubungan bermakna, mengerjakan suatu

pekerjaan secara signifikan, dapat mengatur regulas diri belajar, kolaborasi, kritis

dan berpikir kreatif dan lain-lain.

Contextual Teaching and Learning merupakan suatu strategi yang mampu

membantu para pendidik untuk menghubungkan untuk menkolaborasikan antara

suatu materi yang sedang diajarkan ataupun suatu materi yang akan diajarkan

kepada siswa dengan kehidupan nyata secara langsung, dengan begitu diharapkan

siswa dapat menerapakan apa yang telah diajarkan di sekolah ke dapan situasi-

situasi nyata lainnya seperti di lingkungan keluarga, masyarakat, dan lain-lain yang

hal tersebut berguna kedepannya bagi siswa dalam enghadapi berbagai halangan

rintangan, utamanya di dalam situasi belajar. Dengan adanya strategi yang efektif

dan efesien diharapkan siswa dapat pengetahuan ang lebih bermakna dan tentunya

diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dan maharat al-kalam bagi siswa.45

Lebih lanjut menurut Sanjaya (2011) ada beberapa konsep jika berbicara

mengenai contextual teaching and learning, Pertama, strategi ini menekankan pada

bagaimana siswa dapat terlibat langsung dalam menemukan suatu materi. Kedua,

strategi ini mendorong siswa agar dapat menghubungkan antara meteri yang telah

dipelejari dengan situasi di luar lingkungan sekolah atau di kehidupan nyata di mana

siswa berinteraksi. Ketiga, strategi ini lebih menekankan kepada bagaimana

menodorong siswa untuk dapat menerapkan apa-apa yang telah dipelajari ke dalam

kehidupan .46 Oleh karena itu startegi CTL dianggap cocok untuk menjadi solusi

dalam menangani permasalahan dalam pembelajaran siswa kelas XI UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta khususnya pada mata pelajaran bahasa Arab, dan juga

diharapkan dapat meningkatkan kreativitas siswa.

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan di atas sebelumnya, peneliti

ingin menggali lebih mendalam mengenai “Pembelajaran Bahasa Arab Dengan

44Elaine B. Johnson, Contextual Teaching Learning; Menjadikan Kegiatan Belajar-

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, terjemah Ibnu Setiawan (Bandung: Mizan Media

Utama, 2011), 19. 45Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran (Jakarta: Prenadamedia Group,

2009), 159. 46Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2011), 20-21.

Page 28: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

12

Pendekatan CTL dalam Meningkatkan Kreativitas & Maharat Al-Kalam (Study PTK

Di MA Pembangunan UIN Jakarta)”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Ada beberapa identifikasi permasalahan yang peneliti temukan ketika

wawancara dan observasi langsung ke sekolah yaitu:

a. Siswa memiliki permasalahan dalam mempelajari bahasa Arab, seperti

permasalahan dalam menghafal kosa kata baru karena metode menghafalnya

tidak efektif, siswa juga lemah dalam menghafal kosa kata bahasa Arab itu

sendiri dan siswa juga kesulitan dalam penyesuain pada materi

pembelajaran.

b. Siswa tidak memiliki strategi ataupun cara untuk lebih bisa memahami

bahasa Arab secara khusus.

c. Siswa menganggap mata pelajaran bahasa Arab merupakan mata pelajaran

yang tidak menarik untuk dipelajari karena ke depannya tidak terlalu

digunakan seperti bahasa asing lainnya.

d. Siswa sulit memahami percakapan dalam bahasa Arab karena kurangnya

kosa kata yang dimiliki (dihafalkan).

e. Siswa tidak mampu ketika diminta untuk berbicara/percakapan dalam

bahasa Arab.

f. Siswa kurang mampu berkomunikasi lisan secara baik dan wajar dengan

bahasa yang telah mereka pelajari selama di kelas.

g. Metode yang digunakan guru dalam mengajar bahasa Arab dinilai kurang

efektif sehingga berpengaruh pada keaktifan belajar siswa.

h. Bahasa Arab dinilai oleh siswa sebagai mata pelajaran yang sulit,

dibandingkan mata pelajaran yang lain, utamanya di banding mata pelajaran

agama.

i. Siswa cenderung mengabaikan tugas bahasa Arab yang diberikan oleh guru.

j. Bahasa Arab asing di telinga siswa.

k. Media yang digunakan guru ketika mengajar membuat siswa mengantuk di

kelas.

l. Siswa tidak memiliki kekreatifan dalam mengembangkan pelajaran bahasa

Arab.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang teridentifikasi oleh peneliti, maka

perlu adanya fokus dalam penelitian agar lebih terarah. Oleh karena itu perlu

dilakukannya pembatasan masalah, yaitu:

1. Strategi Contextual Teaching and Learning dibatasi pada dimensi-dimensi

yang ada di dalamnya yaitu, dimensi konstruktivisme, dimensi menemukan,

dimensi bertanya, dimensi pemodelan, dimensi reflkesi, dan dimensi

masyarakat belajar.

2. Kemampuan berbicara (maharat al-kalam) adalah kemampuan siswa dalam

mengungkapkan bahasa menggunakan bahasa Arab dengan fasih dan benar.

Page 29: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

13

3. Kreativitas dalam penelitian ini dibatasi pada dimensi-dimensi Persiapan,

pematangan, pemahaman, pengetesan.

4. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI MA Pembangunan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pembelajaran

bahasa Arab dengan pendekatan CTL dapat Meningkatkan Kreativitas dan Maharat al-Kalam pada siswa kelas XI MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu

untuk merancang pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Arab dengan

menggunakan strategi pembelajaran CTL, menerapkan strategi pembelajaran CTL

pada materi maharat al-kalam, meningkatkan kreativitas dan kemampuan kalam

siswa menggunakan strategi pembelajaran CTL.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan ilmiah

dalam disiplin pembelajaran, khususnya dalam disiplin ilmu pendidikan bahasa

Arab.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi pembelajaran di sekolah

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, utamanya bagi

pengembangan keilmuan bahasa Arab, dan juga dapat memberikan sumbangan

mengenai strategi yang efektif dalam meningkatkan kreativitas dan kemahiran

bicara bahasa Arab pada siswa.

3. Penelitian ini juga tentu diharapkan dapat memberikan pengembangan khazana

keilmuan di Madrasah Pembangunan.

4. Penelitian ini juga nantinya dapat memberikan motivasi kepada siswa mengenai

strategi untuk memahami bahasa Arab lebih mendalam dan luas, agar dapat

diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini akan tetapi tidak

terlalu banyak, yaitu sebagai berikut:

Penelitian mengenai pembelajaran kontekstual sebelumnya pernah

dilakukan oleh salah satu mahasiswa pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dibawa bimbingan Aziz Fachrurozi, yaitu Ibnu Ubaidillah mahasiswa angkatan 2008

dengan judul tesis “Pembelajaran Kontekstual: Analisis Pembelajaran Bahasa Arab

di Madrasah Aliyah”.47 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

47Ibnu Ubaidillah, Pembelajaran Kontekstual: Analisis Pembelajaran Bahasa Arab

di Madrasah Aliyah (Jakarta: Pascasarjan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008).

Page 30: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

14

pendekatan libarary Research atau kepustakaan, sumber data dalam tesis ini adalah

standar isi kurikulum bahasa Arab pada Model KTSP Madrasah Aliyah yang disusun

oleh Departemen Agama pada tahun 2007, kemudian kurikulum tersebut dianalisa

menggunakan analisis dokumen guna mengetahui orientasi, ruang lingkup kajian,

standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran bahasa Arab di Madrasah

Aliyah. Hasil analisis tersebut dijabarkan dalam bentuk pengembangan silabus dan

penyusunan rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Ibnu Ubaidillah tersebut, tentu berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Pertama, perbedaan kajian penelitian

dari aspek variabel, di mana pada penelitian penulis, variabel yang digunakaan jauh

lebih kompleks yaitu upaya meningkatkan kreativitas dan kemampuan kalam

bahasa Arab melalui strategi Contextual Teaching and Learning pada siswa kelas XI

MA, sedangkan pada penelitian Ibnu Ubaidillah hanya mengungkapkan bahwa

strategi pembelajaran kontekstual dapat diterapkan pada pembelajaran bahasa Arab.

Hasil analisa tersebut dijabarkan dalam bentuk pengembangan silabus dan

penyusunan rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual yang

kemudian dijelaskan bagaimana langkah-langkah pembelajaran bahasa Arab

meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan menggunakan strategi

pembelajaran kontekstual. Kedua, perbedaan dari metodologi penelitian, pada

penelitian Ibnu Ubaidillah metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan

pendekatan kepustakaan dan analisis dokumen kurikulm bahasa Arab model KTSP

2007, adapun pada penelitian penulis menggunakan metode kualitatif juga akan

tatapi dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK), dengan

menggunakan analisis deskriptif. Ketiga, perbedaan waktu penelitian, penelitian

Ibnu Ubaidillah dilakukan pada tahun 2008 sedangkan penelitian penulis dilakukan

pada tahun 2019, terdapat rentang waktu yang begitu lama yaitu sekitar 11 tahun

yang lalu, hal ini tentu teori contextual teaching and learning terus berkembang dan

kurikulum juga berubah bahkan kurikulum KTSP 2007 sudah tidak digunakan lagi

dan sudah tidak relevan lagi untuk digunakan pada tahun 2020 ini. Keempat, dari

aspek subjek atau objek penelitian, pada penelitian Ibnu objek penelitian yang

digunakan adalah dokumen-dokumen dan buku-buku, adapun objek penelitian ini

adalah siswa Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kelima, tentu berbeda hasilnya, dan sangat jauh berbeda. Hasil penelitian penulis

terdapat upaya bagaimana meningkatkan kreativitas dan kemampuan kalam bahasa

Arab melalui strategi Contextual Teaching and Learning pada siswa madrasah.

Adapun hasil penelitian Ibnu Ubaidillah hanya menjelaskan langkah-langkah

penyusunan RPP dan Silabus menggunakan strategi pembelajaran kontekstual pada

kurikulum KTSP 2007.

Menurut penulis penelitian yang dilakukan oleh Ibnu Ubaidillah cukup

komprehensif menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan, akan tetapi

penelitian Ibnu Ubaidillah tersebut hanya menjelaskan ataupun mendeskripsikan

langkah-langkah penyusunan RPP dan Silabus menggunakan strategi pembelajaran

kontekstual saja, penelitian tersebut tidak ditindak lanjuti lagi dengan

mengimplementasikan langkah-langkah tersebut ke dalam kenyataan, akan tetapi

walaupun langkah-langkah tersebut diimplementasikan di masa sekarang juga sudah

Page 31: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

15

tidak relevan lagi mengingkat Indonesia sudah mengganti kurikulm menggunakan

kurikulum 2013.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Muzdalifah,

tahun 2009 yang berjudul “Upaya Membelajarkan Siswa Berbahasa Arab dengan

Pendekatan CTL (Studi Kasus di Madrasah Negeri 8 Cakung Jakarta Timur).

Penelitian tersebut dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 8 Cakung Jakarta Timur.48

Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas X MAN 8 sebanyak 8 siswa, yang

mencakup kelas yang peserta didiknya memilih program pengembangan potensi

akademik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode analisi

dekriptif. Data dan infromasi mengenai upaya membelajarkan siswa berbahasa Arab

dengan pendekatan CTL di MAN 8 diperoleh melalui berbagai dokumen. Dokumen

tersebut berupa pengamatan dan pelaksanaan interiew dengan kepala bidang

kurikulum, guru yang bersangkutan dan penyebaran angket terhadap siswa serta

melakukan eksperimen tentang penerapan pendekatan CTL di kelas. Hasil penelitian

ditemukan bahwa pendekatan CTL dapan diterapkan dalam pembelajaran bahasa

Arab dengan beberap uapaya, yaitu : pembaharuan kurikulum, menambah alokasi

waktu, menyediakan sarana prasarana dan lain sebagainya.

Dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Muzdalifah tersebut, tentu

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Pertama, perbedaan dalam

kajian penelitian dari aspek variabel, di mana penelitian penulis variabel yang

digunakan lebih kompleks dan lebih komprehensif yaitu Upaya Meningkatkan

Kreativitas dan Kemampuan Kalam Bahasa Arab melalui Strategi Contextual Teaching and Learning pada Siswa Madrasah Aliyah Pembangunan, sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Muzdalifah hanya upaya membelajarkan siswa

behasa Arab dengan Pendekatan CTL, artinya teori yang digunakan hanya terfokus

pada teori CTL saja. Kedua, perbedaan dari metodologi penelitian, pada penelitian

Muzdalifah menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif, adapun

dalam penelitian penulis menggunakan metode kualitatif juga akan tetapi

menggunakan teori penelitian tindakan kelas (PTK) dengan analisis deskriptif,

dalam pendekatan ini menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi.

Ketiga, perbedaan waktu penelitian, penelitian yang dilakukan oleh Muzdalifah

dilakukan 10 tahun yang lalu yaitu pada tahun 2009, jarak penelitian yang sangat

jauh. Keempat, tempat penelitian, subjek penelitian yang sama sekali tidak serupa

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kelima, konsep, pola yang sama

sekali tidak sama tentu akan memiliki hasil yang berbeda juga mengingat waktu juga

yang terpaut sangat jauh, yang artinya perubahan pola, kepribadian, budaya,

kurikulum juga ikut berubah.

Selain itu menurut penulis penelitian yang dilakukan oleh Muzdalifah masih

sangat sederhana hanya mendeskripsikan bagaimana upaya membelajarkan bahasa

Arab pada siswa melalui CTL. Dari latar belakang masalah juga tidak memuat

deskripsi mengenai alasan ilmiah mengapa penelitian itu layak untuk dikaji.

48Muzdalifah, Upaya Membelajarkan Siswa Berbahasa Arab dengan Pendekatan

Contextual Teaching Learning (CTL) (Studi Kasus di Madrasah Negeri 8 Cakung Jakarta Timur (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hdayatullah Jakarta, 2009).

Page 32: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

16

Seharusnya di dalam latar belakang juga perlu disajikan referensi yang relevan untuk

memperkuat alasan pemilihan judul, juga perlu dipaparkan argumen hipotesis, teori-

teori yang akan dijadikan kerangka kerja dalam penelitiannya.49 Seorang peneliti

juga harus dapat memosisikan penelitiannya dalam kajian yang lebih luas dan

mampu menunjukkan adanya kekosongan yang perlu untuk diisi dengan melakukan

pendalaman terhadap topik yang akan diteliti.50 Menurut penulis penelitian

Muzdalifah belum mencerminkan apa yang diterangkan di atas. Kemudian penelitian

ini juga menurut penulis kurang komprehensif, hanya berputar dalam putaran teori

CTL. Kemudian menurut penulis penelitian ini juga minim sekali referensi baik dari

jurnal-jurnal internasional khususnya dan jurnal nasional umumnya. Yang lebih

mendasar lagi adalah penelitian ini hanya teori, teori dan teori tidak ada

pengaplikasian secara riil apa-apa yang menjadi komponen dari strategi

pembelajaran CTL, dalam artian hanya sebagai ujaran tanpa adanya tindakan. Penelitian yang dilakukan oleh Sampiril Taurus Tamaji tahun 2019 yang

berjudul “Pembelajaran Bahasa Arab dengan Pendekatan Contextual Teaching and

Learning”. Metode pada penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan

kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Arab

dengan pendekatan kontekstual akan lebih menarik untuk dipelajari karena isi

materinya menghubungkan peserta didik dengan dunia nyata atau pengalaman

masing-masing. Belajar percakapan lebih menarik jika materi yang diangkat

berkaitan dengan lingkungan sekitar pembelajar bahasa itu sendiri, misalnya seperti

berinteraksi langsung dengan pantai.51

Penelitian yang dilakukan oleh Sampiril Taurus Tamaji berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis. Pertama, pada ruang lingkup kajian yang

diteli, di mana Sampiril mengkaji pembelajaran bahasa Arab menggunakan

pendekatan CTL, lebih mengarah ke teori-teori kontekstual untuk diterapkan dalam

pembelajaran bahasa Arab itu sendiri. Adapun penelitian yang penulis lakukan telah

mengaplikasikan ataupun mengimplementasikan pendekatan tersebut ke dalam

pembelajaran bahasa Arab itu sendiri, dengan ada arah dan tujuan yang jelas yaitu

untuk meningkatkan kretaivitas dan maharat al-kalam pada siswa. Kedua, dalam

aspek metodologi penelitian, di mana terdapat perbedaan yang sangat jauh dengan

penelitian yang penulis kaji, penelitian Sampiril Taurus menggunakan pendekatan

kepustakaan dengan menggabungkan teori-teori yang berkaitan dengan

pembelajaran bahasa Arab, hanya sebats teori. Adapun pada penelitian penulis

mengaplikasikan dan mengimplementasikan teori tersebut secara riil dalam

pembelajaran bahasa Arab dehngan menggunakan metode penelitian tindakan kelas.

Ketiga, perbedaan pada objek ataupun subjek penelitian, di mana pada penelitian

49Tim Penyusun Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011-2015

(Jakarta: UIN Jakarta, 2011), 68. 50D. Evans, et al., How to write a better thesis (Dordrecht: Springer, 2014), 18. 51Sampiril Taurus Tamaj, ““Pembelajaran Bahasa Arab dengan Pendekatan

Contextual Teaching and Learning”, Prosiding Konferensi Nasional Bahasa Arab V,

Kreativitas dan Inovasi dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia, Malang 5 Oktober

2019.

Page 33: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

17

Sampiril Taurus tidak menggunakan subjek penelitian karena hanya mengkaji CTL

saja. Kemudian tentu pada penelitian Sampiril tidak terdapat tempat penelitian.

Keempat, perbedaan juga terdapat pada hasil penelitian, di mana hasil penelitian

Sampiril lebih kepada kajian teoritis ataupun langkah dan saran dalam pembelajaran

bahasa Arab menggunakan teori CTL. Sedangkan hasil penelitian penulis lebih

kepada pengimplementasian teori tersebut apakah berjalan dengan baik atau tidak,

bagaimana proses dan bagaimana hasil yang diperoleh menggunakan strategi CTL. Penelitian yang dilakukan oleh Sampiril Taurus Tamaji sudah cukup bagus

dengan mengkaji teori-teori teori CTL untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa

Arab, hanya saja hal tersebut hanya teori tanpa ada aksi untuk menerapkan langsung

pada proses pembelajaran, akan lebih bagus teori-teori yang telah di kaji untuk

diterapkan ke dalam kehidupan nyata. Selain itu juga penelitian harus dilengkapi

dengan jurnal internasional maupun jurnal nasional akan menjadi penelitian yang

berkualitas dan bermanfaat bagi khalayak umu.

Tesis yang ditulis oleh Rumiyati pada tahun 2017 dengan judul “Pengaruh

Pembelajaran Contextual Teaching and learning terhadap Kemampuan Memahami

Warahan Siswa Kelas VII SMPN 1 Kotabumi Lampung Utara Semester Ganjil

Tahun Pelajaran 2016/2017”.52 Metode penelitian yang digunakan adalah metode

eksperimen dengan populasi sebanyak 314 siswa yang tersebar di sepuluh kelas.

Adapun untuk memeroleh data menggunakan tes tertulis yang berbentuk pilihan

ganda berisi empat alternatif jawaban berjumlah 25 butir. Kemudian dianalisis

menggunakan komputer program Anates. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor

rata-rata pembelajaran menggunakan CTL lebih tinggi dari pada skor rata-rata

kemampuan memahami Warahan menggunakan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Adapun skor rata-rata menggunakan CTL = 36,37,

sedangkan menggunakan CIRC = 14.88. Hal ini menunjukkan bahwa metode

pembelajaran Contextual Teaching and Learning dalam memahami Warahan lebih

efektif dari pada menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Rumiyati tersebut, terdapat

perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Pertama, perbedaan dalam

aspek metode penelitian, di mana Rumiyati menggunakan metode eksperimen

dengan populasi sebanyak 314 siswa yang tersebar di sepuluh kelas. Adapun peneliti

menggunakan metode kualitatif dengan observasi dan wawancara mendalam.

Kedua, perbedaan kajian penelitian dari aspek variabel, di mana Rumiyati menguji

apakah metode pembelajaran contextual teaching and learning dan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) berpengaruh terhadap kemampuan

memahami Warahan pada siswa kelas VII SMPN 1 Kotabumi Lampung Utara.

Adapun kesamaan kajiannya hanya pada kajian pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Warahan merupakan salah satu jenis sastra Lampung berbentuk prosa

52Rumiyati, Pengaruh Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

terhadap Kemampuan Memahami Warahan Siswa Kelas VII SMPN I Kotabumi Lampung Utara Semester Ganjil Tahun Pembelajarn 2016/2017 (Bandar Lampung: Universitas

Lampung, 2017).

Page 34: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

18

yang memiliki tema tertentu, diartikan juga sebagai suatu kisah atau dongeng, yakni

sebuah yang melukiskan suatu proses terjadinya peristiwa secara panjang,

menyajikan jalannya kejadian-kejadian atau lakon yang diwujudkan dalam

pertunjukkan. Penelitian yang dilakukan Rumiyati ini lebih kepada bagaimana siswa

memahami sastra daerah melalui strategi Contextual Teaching and Learning dan

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Ketiga, perbedaan pada

tempat penelitian, subjek penelitian, tahun penelitian yang sama sekali tidak serupa

dengan kajian yang dilakukan oleh peneliti. Keempat, tentu berbeda hasilnya, sangat

jauh berbeda, bahkan bisa dibilang bahwa penelitian peneliti dengan penelitian

Rumiyati sama sekali tidak sama, baik dari segi kajian, metodologi dan lain

sebagainta.

Kemudian menurut penulis penelitian yang dilakukan oleh Rumiyati sudah

cukup bagus akan tetapi ada beberapa yang perlu diperhatikan oleh penulis seperti

tidak adanya identifikasi masalah yang jelas dan runtut penulis tidak memaparkan

identifikasi masalah yang ditemukan ketika melakukan studi pendahuluan, jadi

menurut peneliti apa masalah yang ingin diangkat tidak muncul kepermukaan hal ini

tentu akan berdampak pada solusi apa yang akan ditawarkan sesuai dengan

permasalahan yang telah ditemukan sebelumnya. Dari latar belakang masalah juga

tidak memuat deskripsi mengenai alasan ilmiah mengapa penelitian itu layak untuk

dikaji. Seharusnya di dalam latar belakang juga perlu disajikan referensi yang relevan

untuk memperkuat alasan pemilihan judul, juga perlu dipaparkan argumen hipotesis,

teori-teori yang akan dijadikan kerangka kerja dalam penelitiannya.53 Seorang

peneliti juga harus dapat memosisikan penelitiannya dalam kajian yang lebih luas

dan mampu menunjukkan adanya kekosongan yang perlu untuk diisi dengan

melakukan pendalaman terhadap topik yang akan diteliti.54 Menurut peneliti

penelitian Rumiyati tersebut belum mencerminkan apa yang diterangkan di atas.

Selain itu Rumiyati menggunakan penelitian eksperimen dalam artian

penulis ingin melihat apakah ada peningkatan skor kamampuan memahami warahan

ketika menggunakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan

ketika Menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Berdasarkan hasil penelitian Rumiyati menyarankan

pembelajaran Contextual Teaching and Learning untuk memahami warahan tidak

menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), akan tetapi penelitian tersebut hanya sebatas disitu saja,

peneliti tidak mengkaji lebih mendalam mengapa hal tersebut bisa terjadi, apa faktor

yang memicu dan bagaimana alasannya dengan menggunakan wawancara mendalam

kepada siswa secara langsung.

Penelitian yang dilakukan oleh Asep Muhammad Saepul Islam, Tesis

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2015 yang berjudul “Faktor

53Tim Penyusun Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Pedoman Akademik..., 69. 54D. Evans, et al., How to write a better thesis (Dordrecht: Springer, 2014), 18.

Page 35: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

19

Demotivasi dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah”. 55 Penelitian ini

dilakukan di salah satu Madrasah Aliyah Negeri yang berada di Kabupaten Cianjur,

Jawa Barat. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed method dengan strategi triangulasi konkuren yang mengumpulkan data kuantitatif

dan kualitatif secara bersamaan. Sumber data diperoleh dari hasil survei, wawancara

dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa munculnya demotivasi

dalam pembelajaran bahasa Arab di kalangan siswa madrasah disebabkan beberapa

faktor, faktornya lebih didominasi oleh faktor eksternal ketimbang faktor internal.

Faktor eksternal tersebut seperti karakteristik bahasa Arab, metodologi dan bahan

ajar, lingkungan dan fasilitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Asep Muhammad Saepul berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis. Pertama, dari aspek kajian penelitian, di

mana memang yang dikaji ruang lingkup bahasa Arab, akan tetapi objek penelitian

yang dibahas berbeda, Asep Muhammad membahas mengenai faktor-faktor apa saja

yang membuat siswa kurang memiliki motivasi untuk mempelajari bahasa Arab,

baik itu faktor eksternal maupun faktor internal. Adapun kajian peneliti lebih ke

bagaimana siswa dapat menumbuhkan kreativitas dan dapat meningkatkan maharat al-kalam melalui strategi contextual teaching and learning melalui metode

penelitian tindakan kelas. Kedua, perbedaan dari teori, tentu teori yang digunakan

penulis dengan penelitian Asep Muhammad berbeda, di mana Asep Muhammad

mengkaji teori motivasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi, sedangkan teori

yang penulis gunakan sangat komprehensif, baik dari teori mengenai contextual teaching and learning, ruang lingkup bahasa Arab, kreatvitas, bahkan teori-teori

mengenai penelitian tindakan kelas. Ketiga, perbedaan dari segi metodologi

penelitian, penulis menggunakan metodi penelitian tindakan kelas, dengan

pendekatan kualitatif analisi deskriptif, sedangkan Asep Muhammad mixed method

dengan strategi triangulasi konkuren yang mengumpulkan data kuantitatif dan

kualitatif secara bersamaan. Keempat, perbedaan dari hasil penelitian, tentu sangat

berbeda, hasil penelitian Asep Muhammad mengkaji faktor-faktor demotivasi siswa

terhadap pembelajaran bahasa Arab saja, sedangkan hasil penelitian penulis jauh

lebih kompleks mengkaji faktor-faktor yang dapat membantu dan menghambat

pembelajaran, selain itu tentu hasilnya mengenai tupaya bagaimana meningkatkan

kreativitas dan kemampuan kalam bahasa Arab melalui strategi CTL pada siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Eko Setiyawan, Tesis tahun 2010 di Program

Magister Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo yang berjudul

“Pembelajaran Kitab Kuning dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning

di MTs Manhijul Huda Ngagel-Dukuhseti-Pati”. 56 Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif dengan klaim studi lapangan (field research). Sumber data

melitiputi data primer dan skunder seperti wawancara kepala sekolah, wakil kepala

55Asep Muhammad Saepul Islam, Faktor Demotivasi dalam Pembelajaran Bahasa

Arab di Madrasah (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015). 56Eko Setiyawan, Pembelajaran Kitab Kuning dengan Pendekatan Contextual

Teaching and Learning di MTs Manhijul Huda Ngagel-Dukuhseti-Pati, (Semarang: Magister

UIN Walisongo, 2010).

Page 36: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

20

sekolah, guru, siswa, serta TU MTs Manhijul Huda Ngagel. Hasil penelitian

ditemukan bahwa perencanaan pembelajaran dengan pendekatan CTL merupakan

suatu pendekatan dalam pembelajaran yang bertujuan membantu guru dalam

mengaitkan pelajaran dengan kehidupan siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Eko Setiyawan dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis sangat jauh berbeda. Baik dari aspek variabel penelitian,

fokus penelitian sebagaimana yang disebutkan pada pembatasan masalah, kemudian

juga berbeda dari aspek metodologi penelitian, tempat penelitian, subjek penelitian,

tahun penelitian, dan tentu berbeda hasil penelitian. Yang sama dengan penelitian

penulis membahas teori tentang CTL. Penelitian yang dilakukan oleh Eko Setiyawan menurut penulis kurang jelas

apa yang hendak dikaji dan diteliti, apakah penelitian tersebut hanya memberikan

saran bahwa metode CTL cocok digunakan dalam pembelajaran kitab kuning.

Kemudian dari latar belakang masalah juga tidak memuat deskripsi mengenai alasan

ilmiah mengapa penelitian itu layak untuk dikaji. Seharusnya di dalam latar

belakang juga perlu disajikan referensi yang relevan untuk memperkuat alasan

pemilihan judul, juga perlu dipaparkan argumen hipotesis, teori-teori yang akan

dijadikan kerangka kerja dalam penelitiannya.57 Seorang peneliti juga harus dapat

memosisikan penelitiannya dalam kajian yang lebih luas dan mampu menunjukkan

adanya kekosongan yang perlu untuk diisi dengan melakukan pendalaman terhadap

topik yang akan diteliti.58 Menurut peneliti penelitian Eko Setiyawan tersebut belum

mencerminkan apa yang diterangkan di atas. Selain itu Eko juga tidak merinci apa

yang menjadi identifikasi masalah yang ditemukan di lapangan dengan jelas.

Kemudian ketika kita melihat abstrak dari tesis tersebut juga kurang sistematis, di

mana di dalam pembuatan abstrak terdiri dari beberapa unsur seperti tujuan dari

penelitian, mendukung hasil penelitian siapa, menggunakan metodologi yang

bagaimana, dan terakhir hasil dari penelitian tersebut, sedangkan abstrak dari tesi

Eko Setiyawan tidak mencerminkan akan hal tersebut, hanya menjelaskan hal-hal

yang menurut penilit tidak jelas dan kurang penting untuk dimasukkan ke dalam

asbtrak, kemudian menurut penulis hasil dari penelitian tersebut juga harus jelas apa

yang ingin tawarkan ke depannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Suaeba, tesis tahun 2012 di Program

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang berjudul

“Implementasi Contextual Teaching and Learning pada Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Negeri 1 Parangloe Kabupaten Gowa Makassar”.59 Penelitian

ini dilakuan di SMP Negeri 1 Parangloe Gowa dengan metode penelitian lapangan

(field research) yang bersifat deskriptif analisis. Penelitian ini menggunakan

pendekatan pedagogis, sosiologis dan psikikolog. Adapun nara sumbernya yaitu

kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa dan staff. Adapun teknik

57Tim Peyusun Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Pedoman Akademik..., 69. 58D. Evans, et al., How to write a better thesis (Dordrecht: Springer, 2014), 18. 59Suaeba, “Implementasi Contextual Teaching and Learning pada Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Parangloe Kabupaten Gowa Makassar”,

(Makassar: Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2012).

Page 37: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

21

pengumpulan datanya adalah observasi, wawancara dan dokumentasi yang

kemudian dianalisis menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan. Adapun hasil penelitian menunjukkab bahwa implemntasi pendekatan

contextual teaching and learning pada pembelajaran agama Islam (PAI) di SMP

Negeri 1 Parangloe Kabupaten Gowa terlaksana dengan baik walaupun belum

maksimal. Kemudian pelaksanaan contextual teaching and learning mengalami

beberapa kendala yang dihadapi oleh guru. Yang terakhr adalah bahwa pendekatan

CTL berdampak sangat baik terhadap pembelajaran Agama Islam.

Penelitian yang dilakukan oleh Suaeba berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis. Pertama, dari aspek kajian penelitian, penelitian penulis

lebih kompleks ketimbang penelitian Suaeba, kemudian objek penelitian penulis

bahasa Arab sedangkan objek penelitian Suaeba pendidikan agama Islam, ruang

lingkup pada penelitian Suaeba masih terlalu sedikit yaitu hanya melihat bagaimana

implementasi CTL di sekolah tersebut. Adapun persamaannya dengan penelitian

penulis hanya pada teori contextual teaching and learning. Kedua, perbedaan dari

aspek metodologi, pada penelitian Suaeba hanya melihat bagaimana implementasi

CTL apakah berjalan dengan baik ataupun tidak di sekolah tersebut, bukan terjun

langsung menerapkan strategi pembelajaran CTL itu sendiri, sedangkan penelitian

penulis selain melihat implementasi contextual teaching and learning di sekolah,

peneliti pun terjun langung melalui metode penelitian tindakan kelas guna

mengaplikasian strategi tersebut pada Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Ketiga, perbedaan subjek, objek, tahun, tempat penelitian.

Keempat, tentu perbedaan dalam aspek hasil dari penelitian yang dilakukan. Hasil

penelitian yang ditemukan oleh Suaeba hanya melihat apakah implementasi

contextual teaching and learning yang dilakukan oleh guru berjalan dengan baik atau

tidak, kemudian kendala-kendala guru ketika menggunakan pendekatan tersebut.

Adapun hasil penelitian penulis jelas bahwa terdapat upaya bagaimana

meningkatkan kreativitas dan kemampuan kalam bahasa Arab melalui strategi

Contextual Teaching and Learning pada siswa madrasah.

Penelitian yang dilakukan oleh Tito Dimas Atmawijaya tahun 2018 yang

berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning dalam

Pengajaran Kosakata Bahasa Inggris Siswa kelas 11 di SMA Negeri 33 Jakarta”. 60

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis post-test only. Data

penelitian ini diambil dengan menggunakan Post-Test yang diberikan sehari dan tiga

minggu setelah perlakukan kepada kedua kelas partisipan. Analisis hasil peneltian

menggunakan rerata dan uji-t dependen dan independen menggunaka SPSS 22. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil yang signifikan pada kelas XI IPS

1 yang menerapkan metode CTL. Hasil tersebut memberikan pengaruh positif dalam

pembelajaran kosa kata bahasa Inggris seperti meningkatnya partisipasi siswa,

kemampuan kosakata reseptif dan produktif, dan kolaborasi di antara pembelajar.

60Tito Dimas Atmawijaya, Pengaruh Penerapan Metode Contextual Teaching and

Learning dalam Pengajaran Kosakata Bahasa Inggris siswa kelas 11 di SMA Negeri 33

Jakarta, A Journal of Language, Literature, Culture and Education, Polygot, Vol. 14, No 2,

2018: 180. (Tangerang, Banten: Universitas Pamulang, 2018).

Page 38: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

22

Penelitian Tito Dimas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis berbeda. Pertama, perbedaan pada aspek variabel penelitian di mana Tito

Dimas meneliti mengenai pengaruh penerapan metode contextual teaching and learning dalam pengejaran kosakata bahasa Inggris pada siswa. Adapun pada

penelitian penulis lebih komprehensif meneliti tentang upaya bagaimana

meningkatkan kreativitas dan kemampuan kalam bahasa Arab melalui strategi

Contextual Teaching and Learning pada siswa madrasah, dalam segi kajian saja

sudah berbeda. Kedua, perbedaan dalam metodologi penelitian, di mana Tito Dimas

menggunakan metode kuantitatif sedangkan penulis menggunakan metode

kualitatif. Ketiga, tentu berbeda dalam aspek subjek, objek, tahun penelitian, tempat

penelitian. Keempat, perbedaan juga terlihat dari hasil penelitian, di mana hasil

penelitian Tito Dimas mengarah ke angka, sedangkan hasil penelitian penulis dalam

bentuk deskriptif analisis.

` penelitian Tito Dimas menurut penulis cukup bagus di mana Tito

menyajikan angka-angka yang kongkrit untuk melihat pengaruh metode contextual teaching and learning terhadap pengajaran kosakata bahasa Inggris. Akan tetapi

menurut penulis penelitian Tito tersebut kurang akan penjelasan mendalam mengapa

hal tersebut bisa terjadi, Tito perlu mengkaji lebih mendalam mengenai apa,

bagaimana, mengapa, perbedaan tersebut bisa terjadi antara yang menggunakan

metode contextual teaching and learning dan yang tidak menggunakan metode

contextual teaching and learning dengan wawancara lebih mendalam ke seluruh

unsur civitas akademik di sekolah tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhbib Abdul Wahab tahun 2015 dengan

judul “Pembelajaran Bahasa Arab di Era Postmetode”.61 Penelitan ini mengandalkan

sumber-sumber bibliografis dari berbagai buku dan artikel di jurnal ilmiah tentang

linguistik dan pembelajaran bahasa Arab, pembacaan data-data pemikiran para

kademisi dilakukan dengan pendekatan historis-kritis dan pemaknaan subtansinya

dengan analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru bahasa memainkan

tiga peran kunci: sebagai teknisi pasif, paktisi reflektif, dan intelektual transformatif

sangat dibutuhkan dalam pembelajaran bahasa Arab posmetode. Kaidah bahwa

metode itu lebih penting dari pada materi dapat dikembangkan menjadi prinsip

bahwa “spirit, profesionalitas dan peran strategis pendidik jauh lebih penting dalam

pembelajaran bahasa Arab itu sendiri di era posmetode”

Penelitian Muhbib Abdul Wahab di atas berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis. Pertama, dalam ruang lingkup kajian, kajian yang diteliti

oleh Muhbib lebih kepada bagaimana pembelajaran bahasa Arab secara umum di era

posmetode. Dianalisis menggunakan pendekatan historis-kritis dari pada ahli

lingusitik dan pembelajaran bahasa Arab seperti menilik konsep dari B.

Kumaravadivelu dalam Beyond Methods: Macrostategies for Language Teaching

(2003). Adapun dalam kajian penulis lebih kepada praktik bagaimana bisa

meningkatkan kemampuan bahasa Arab siswa dan kreativitas melalui strategi

contextual teaching and learning, di mana bahasa Arab sampai sekarang masih

61Muhbib Abdul Wahab, “Pembelajaran Bahasa Arab di Era Posmetode”, Arabiyat:

Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan KebahasaAraban, Vol. 2, No. 1, 2015: 59-74.

Page 39: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

23

menjadi momok bagi para siswa. Kedua, perbedaan dalam metodologi, di mana

Muhbib menggunakan pendekatan historis-kritis atau bisa juga disebut dengan

menganalisis isi dari berbagai buku dan jurnal. Adapun penelitian penulis

menggunakan metode kualitatif menggunakan penelitian tindakan kelas dengan

analisis deskriptif. Ketiga, perbedaan dari subjek, objek, tahun penelitian. Keempat, tentu berbeda juga dalam hasil penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Try Indiastuti Kurniasih, tesis tahun 2016

yang berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Menggunakan Media Pembelajaran Movie Maker untuk Meningkatkan

Berpikir Kritis Geografi Siswa Kelas XI MA Negeri 10 Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2015/2016”. 62 Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

pengembangan (Research & Depelovement) pada prosesnya mencakup

pengembangan dan validasi produk pendidikan. Studi penelitian dan pengembang

dilaksanakan di SMA Negeri 10 Bandar Lampung, adapun subjek penelitian secara

keseluruhan berjumal 72 peserat didik, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu

kelas XI IPS 1 menjadi kelas eksperimen dan kelas XI IPS 2 jadi kelas kontrol. Hasil

penelitian menunjukka bahwa media pembelajaran Movie Maker dikembangan

menggunakan model desain pembelajaran contextual teaching and learning (CTL),

kemudian selanjutnya di ujikan, hasil pengembangan tersebut dikatakan sangat baik

dan sangat sesuai sehingga layak digunakan dalam pembelajaran Geografi di SMA

Negerei 10 Bandar Lampung. Kemudian media pembelajaran Movie Maker efektif

dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian Try Indiastuti Kurniasih tentu berbeda dengan penelitian yang

dilakukan. Baik dari aspek variabel penelitian, fokus penelitian sebagaimana yang

disebutkan pada pembatasan masalah, kemudian juga berbeda dari aspek metodologi

penelitian, tempat penelitian, subjek penelitian, tahun penelitian, dan tentu berbeda

hasil penelitian. Penelitian Try Indiastuti lebih kepada pengembangan contextual teaching and learning melalui media Movie Maker. Adapun penelitian yang

dilakukan penulis lebih kepada mengimplementasikan contextual teaching and learning itu sendiri menggunakan berbagai media. Selanjutnya menurut peneliti tesis

Try Indiastuti sudah cukup bagus tinggal dikembangan dan diaplikasikan di dalam

pelajaran lainnya. Akan tetapi menurut penulis dari latar belakang masalah yang

diangkat oleh Try Idiastuti tidak memuat deskripsi mengenai alasan ilmiah mengapa

penelitian itu layak untuk dikaji. Seharusnya di dalam latar belakang juga perlu

disajikan referensi yang relevan untuk memperkuat alasan pemilihan judul, juga

perlu dipaparkan argumen hipotesis, teori-teori yang akan dijadikan kerangka kerja

dalam penelitiannya.63 Seorang peneliti juga harus dapat memosisikan penelitiannya

62Try Indiastuti Kurniasih, Pengembangan Model Pembelajaran Contextual

Teaching Learning (CTL) Menggunakan Media Pembelajaran Movie Maker untuk Meningkatkan Berfikir Kritis Geografi Siswa kelas XI SMA Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016 (Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2016).

63Tim Penyusun Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Pedoman Akademik..., 69.

Page 40: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

24

dalam kajian yang lebih luas dan mampu menunjukkan adanya kekosongan yang

perlu untuk diisi dengan melakukan pendalaman terhadap topik yang akan diteliti.64

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Liza Minelli, tesis tahun 2016

dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan dengan judul “Pengaruh CTL

dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Matera Al-

Qur’an SMA Swasta Al-Ulum Medan”. Penelitian menggunakan metode kuantitatif.

Adapun populasinya berjumlah 160 siswa di SMA Al-Ulum Medan, sedangkan

sampel dari penelitian ini berjumlah 80 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa: Pertama, rata-rata hasil belajar Al-Qur’an yang diajarkan dengan strategi

kontekstual learning (X=22,625) lebih tingggi daripada hasil belajar Al-Qur’an yang

diajarkan dengan pembelajaran Ekspositori (X=20,475). Hasil ini menunjukkan

bahwa Strategi CTL terbukti efektif dapat meningkatkan hasil belajar PAI materi

Al-Qur’an. Kedua, rata-rata hasil belajar materi Al-Qur’an yang diajarkan dengan

strategi Kontekstual Learning motivasi belajar tinggi (X=74,412) lebih tinggi

daripada hasil belajar Al-Qur’an uang diajarkan dengan strategi ekspositori dengan

motivasi belajar tinggi (X=69,4). Ketiga, terdapat pengaruh yang positif dan

signifikann antara strategi kontekstual learning dan motivasi secara bersama-sama

dengan hasil belajar PAI materi Al-Qur’an SMA Al-Ulum Medan yang ditunjukkan

dengan koefisien korelasi sebesar 0.404.65

Penelitian yang dilakukan oleh Liza Minelli sangat berbeda dengan

penelitian penulis. Pertama, dalam kajian litearur, di mana Liza Minelli

menggunakan teori kontekstual learning dan motivasi belajar untuk meningkatkan

hasil belajar siswa, sedangkan penelitian penulis adalah implemntasi contextual

teaching and learning untuk meningkatkan kreativitas dan maharat al-kalam siswa.

Kedua, perbedaan dalam segi metodologi, di mana Liza Minelli menggunakan

metode kuantitatif dengan analisis dara korelasi sederhana dan teknik statistik

regresi. Adapun penelitian penulis menggunakan metode kualitatif menggunakan

penelitian tindakan kelas dengan analisis deskriptif. Ketiga, subjek, objek, tahun

penelitian, tempat penelitian juga berbeda. Keempat, hasil penelitian juga berbeda,

di mana hasil penelitian Liza Minelli sesuai dengan metode yang ia gunakan yaitu

berupa angka, adapun penelitian penulis hasilnya dalam bentuk deskriptif.

Menurut penulis tesis yang ditulis oleh Liza Minelli tersebut kurang muncul

ruh keislamannya. Kemudian menurut penulis penelitian ini juga minim sekali

referensi baik dari jurnal-jurnal internasional khususnya dan jurnal nasional

umumnya, juga kurang referensi dari kitab-kitab turats sebagai pedoman intelektual

muslim. Dari analisi data juga kurang mendalam, peneliti tidak meneliti lebih luas

mengenai informasi motivasi siswa dan hasil belajar siswa, selain itu penelitian ini

juga terbatas sekali pendekatan kuantitatifnya, ditambah lagi minim akan analisis

mendalan terkait hal tersebut mengapa bisa terjadi.

64D. Evans, et al., How to write a better thesis (Dordrecht: Springer, 2014), 18. 65Liza Minelli, Pengaruh Strategi Konstekstual Learning (CTL) dan Motivasi

Belajara terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Matera Al-Qur’an SMA Swasta

Al-Ulum Medan (Medan: Pascasarjana UIN Sumatera Utara Medan, 2016).

Page 41: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

25

Selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Indah Kusuma Astuti,

Tesis tahun 2015 di Program Magister Pendidikan Guru Madrasah Ibitadiyah

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan judul

“Model Pembelajaran CTL pada Pembelajaran IPA (Studi Multisitus di MI Negeri

Druju Sumbermanjin Wetan dan SD Alam Generasi Rabbani di Gondanglegi

Kabupaten Malang)”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi, adapun pengumpulan datamya menggunakan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan beberapa temuan.

Pertama, di MI Negeri Druju, penyususnan silabus dan RPP berdasarkan tujuh asas

CTL, sedangkan di SD Alam Generasi Rabbi, penyusuan RPP melalui kegiatan

lesson to plan dan plan to lesson. Kedua, Proses pembelajaran IPA berdasarkan

prinsip center student melaluli tujuh tahapan pembelajaran CTL, beserta

pengaruhnya baik dari faktor eksternal maupun internal. Ketiga, Penilai terhadap

siswa: MI Negeri Druju meliputi penilaian proses dan penilaian hasil, sedangkan SD

Generasi Rabbani meliputi penilaian ranah afektif, penilaian ranah psikomotor dan

penilaian ranah kognitif.66

Penelitian yang dilakukan oleh Indah Kusuma Astuti Berbeda dengan

penelitian penulis. Pertama, perbedaan dari aspek variabel penelitian, di mana

penelitian Indah Kusuma Astuti hanya terfokus pada teori CTL di mana ia

membandingkan metode CTL di dua sekolah yaitu sekolah MI Negeri Druju dan SD

Alam Generasi Rabbani. Sedangkan pada penelitian tentu jauh lebih kompleks dan

komprehensif, di mana meneliti tentang bagaimana strategi CTL dapat

mempengaruhi kreativitas dan kemampuan berbicara bahasa Arab pada siswa.

Kedua, perbedaan dalam aspek metodologi, penelitian Indah Kusuma menggunakan

metode kualitatif dengan jenis fenomenoligi di mana hanya melihat fenomena CTL di ke dua sekolah tersebut, sedangkan penulis menguji dan mempraktekkan langsung

strategi CTL di dalam kelas dengan metode penelitian tindakan kelas. Ketiga, tentu

berbeda dalam aspek subjek, objek, tahun, dan tempat penelitian. Keempat, hasil

penelitian juga tentu sangat berbeda.

Menurut penulis penelitian yang dilakukan oleh Indah Kusuma sudah cukup

bagus akan tetapi menurut penulis masih sangat sederhana hanya melihat perbedaan

bagaimana implementasi CTL di MI Negeri Druju dan SD Alam Generasi Rabbani.

Apakah di antara kedua sekolah tersebut memiliki perbedaan atau tidak. Kemudian

menurut peneliti tesis ini masih minim referensi utamanya referensi dari jurnal-

jurnal internasional ataupun jurnal nasional, belum lagi referensi dari buku-buku

induk seperti dari kitab turats dan lain sebagainya. Selain itu dari latar belakang

masalah juga tidak memuat deskripsi mengenai alasan ilmiah mengapa penelitian itu

layak untuk dikaji. Seharusnya di dalam latar belakang juga perlu disajikan referensi

yang relevan untuk memperkuat alasan pemilihan judul, juga perlu dipaparkan

argumen hipotesis, teori-teori yang akan dijadikan kerangka kerja dalam

66Indah Kusuma Astuti, dengan judul “Model Pembelajaran Contextual Teaching

and Learning (CTL) pada Pembelajaran IPA (Studi Multisitus di MI Negeri Druju Sumbermanjing Wetan dan SD Alam Generasi Rabbani di Gondanglegi Kabupaten Malang), (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2015).

Page 42: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

26

penelitiannya.67 Seorang peneliti juga harus dapat memosisikan penelitiannya dalam

kajian yang lebih luas dan mampu menunjukkan adanya kekosongan yang perlu

untuk diisi dengan melakukan pendalaman terhadap topik yang akan diteliti.68

Penelitian yang dilakukan oleh Amatullah Faaizalu Maghfirah yang berjudul

“Kreativitas Dosen dalam Meningkatkan Minat Belajar Bahasa Arab Mahasiswa di

IAIN Surakarta”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dan

hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kreativitas yang dapat meningkatkan

minat belajar mahaiswa ialah dengan menginovasi metode, media, sumber belajar,

maupu teknik evaluasinya. Bisa dengan mendatangkan native speaker, atau

melakukan kunjungan ke lembaga-lembaga masyhur atau mahasiswanya fasih dalam

berbahasa Arab.69

Penelitian ini berbeda dengan penelitian penulis. Pertama, perbedaan dari

aspek kajian penelitian, di mana pada penelitian Amatullah lebih mengarah ke

bagaimana dapat meningkatkan minat belajar bahasa Arab siswa di IAIN Surakarta

melalui kreativitas seorang dosen, dosen harus memiliki kreativitas yang tinggi agar

mampu membangkitkan semangat siswa dalam belajar dengan berbagai cara.

Adapun pada penelitian penulis bagimana dengan strategi contextual teaching and learning dapat meningkatkan kreativitas siswa. Kedua, tentu berbeda dalam segi

metode penelitian , di mana metode penelitian penulis terjun langsung ke lapangan

untuk mengimplementasikan startegi contextual teaching and learning. Ketiga, perbedaan pada aspek objek penelitian, subjek, tahun, dan tempat penelitian.

Keempat, perbedaan pada hasil penelitian.

F. Metodologi Penelitian

Metodologi dalam suatu penelitian merupakan bagian yang sangat integral,

oleh karena itu perlu diterangkan mengenai suatu metode yang akan dipakai dalam

penelitian, utamanya dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif,70 adapun

pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif-analitik. Penelitian

67Tim Penyusun Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Pedoman Akademik..., 69. 68D. Evans, et al., How to write a better thesis (Dordrecht: Springer, 2014), 18. 69Amatullah Faaizatul Maghfirah, Kreativitas Dosen dalam Meningkatkan Minat

Belajar Bahasa Arab Mahasiswa di IAIN Surakarta, Academica, Journal of Multidisipliner Studies, Vol. 1, No. 1, 2017: 19.

70Anselm Starauss & Juliet Corbin, Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedure and Techniques, Terjemah Muhammad Shodiq & Imam Muttaqien, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Tatalangkah dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2015), 4-5. Denzin and Lincoln berpendapat bahwa “Qualitative research is a situated activity that locates the observer in the world”, Van Maanen berpendapat bahwa

“Qualitative is “an umbrella term covering an array of interpretative techniques wich seek to descrive, decode, translate, and otherwise come to term with the meaning, not the frequency, of certain more or less naturally occurring phenomena in the social world”. Sharan

Page 43: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

27

deskriptif memiliki tujuan untuk mendeskripsikan hasil penelitian atau

menggambarkan secara rinci mengenai apa-apa yang diperoleh dari hasil observasi

dan wawancara di lapangan, kemudian hasil tersebut akan dianalisis kembali.

Menurut Nana Syaodih penelitian deskriptif merupakan salah satu metode yang

sangat penting utamanya dalam bidang pendidikan karena analisis kualitatif

deskriptif lebih memperhatikan karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan.71

2. Subjek dan Latar Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta kelas XI MIA dan kelas XI IIS, yang terletak di daerah Ciputat

Timur, Tangerang Selatan, tepatnya di Jalan Ibnu Taimia IV, Pisangan, Ciputat

Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten.

Penelitian ini melibatkan sejumlah siswa di MA Pembangunan UIN. Namun

subjek yang peneliti ambil terkhusus kelas XI MIA dan kelas XI IIS, yang seluruh

siswa kelas XI tersebut berjumlah 77 siswa. Dari keselurahan jumlah tersebut yang

dijadikan peneliti sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 20 siswa. Teknik yang

digunakan untuk menentukan subjek dalam penelitian ini adalah teknik random sampling atau yang sering dikenal dengan pengembilan sampel secara acak.72

3. Sumber Data

Data dan informasi mengenai Contextual Teaching and Learning,

kreativitas siswa dalam mata pelajaran bahasa Arab, kemampuan berbahasa Arab

siswa diperoleh oleh peneliti melalui berbagai hasil dokumentasi. Adapun dokumen

ini berupa hasil pengamatan dan pelaksanaan interview dengan kepala sekolah, guru

yang mengampu mata pelajaran bahasa Arab, kepala bidang kurikulum, dan tidak

lupa penyebaran angket kepada siswa, serta melakukan eksperimen tentang

penerapan Strategi CTL di dalam kelas.

Sumber data dalam penelitian ini adalah merupakan sebagian dari ungkapan dan

tindakan orang-orang yang diobservasi dan diinterview. Selain dari sumber data

tersebut juga terdapat argumen-argumen yang mendukung dalam pembahasan ini

dengan mamaparkan teori mengenai kajian penggunaan pendekatan pembelajaran

konstekstual dalam pengajaran bahasa Arab adalah buku-bulu karya para tokoh

linguistik edukasional dari berbagai aliran.

Untuk merencanakan penulisan yang terarah dan sistematis, penulis

mengklasifikasikan sumber data pada dua bagian;

B. Merriam, Qualitative Research: A Guide to Design and Implementatiton, (San Fransisco, Jossey-Bass A Wiley Imprint, 2009), 13.

71Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2006), 72-73. 72Dalam metode ini unit sampling dalam kerangka sampling adalah juga merupakan

unsure sampling. Dengan lan kata, anggota polulasi merupakan unsure sampling. Ada

beberapa cara yang dapat dilakukan; 1. Cara Undian, 2. Cara Ordinal, 3. Cara undian dengan

pengembalian, 4. Cara random. Suskandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula (Yogyakarta: Gadjah Mad University Press, 2012), 57-60.

Page 44: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

28

a. Sumber data primer

Yaitu yang menjadi dasar penelitian berupa data-data mengenai

pembelajaran bahasa Arab di sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, serta bagaimana penguasaan siswa terhadap bahasa tersebut,

diperkaya dengan karya-karya yang menerangkan metode CTL dan teknik-teknik

penerapannya dalam pembelajaran.

b. Sumber data sekunder

Yaitu data-data pendukung di seputar pembahasan mengenai: 1). Metode

pembelajaran: 2). Pengajaran bahasa Arab: 3). Teknik-tenik mengajar pelajaran

bahasa Arab. Dan tentunya tidak lupa memanfaatkan dokumen-dokumen sekolah,

rapot siswa, kemudan tidak lupa juga jurnal-jurnal, artikel, buku yang bisa peneliti

akses baik secara langsung maupun tidak di sosial media.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memahami suatu konteks penelitian secara luas dan mendalam

terhadap hasil yang akan diperolah dalam penelitian, maka teknik dalam

pengumpulan data sangat penting untuk dilakukan. Dalam penelitian ini ada

beberapa teknik pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti, sebagaimana

dijelaskan berikut ini:

a. Metode Wawancara

Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak pertama sebagai

pewawancara yang akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak kedua

sebagai orang yang akan ditanya dan akan memberikan jawaban secara langsung

kepada pihak pewawancara. Adapun tujuan wawancara dilakukan untuk menemukan

permasalahan apa saja yang tengah dihadapi oleh sekolah, baik itu guru, siswa,

maupun staf administrasi, dan tentunya hal ini juga berguna untuk mengkonfirmasi

hasil temuan dari data kuantitaif yang telah dilakukan sebelumnya.73

Wawancara dilakukan kepada yang berkaitan dengan sekolah seperti, kepala

sekolah, guru, dan siswa untuk mendapatkan informasi, baik informasi mengenai

seluruh kegiatan di sekolah, informasi tentang kebijakan-kebijakan di sekolah,

informasi tentang pengembangan kurikulum, informasi mengenai bagaimana proses

kegiatan belajar-mengajar baik itu di sekolah secara langsung, ataupun di luar

lingkungan sekolah. Wawancara mendalam juga peneliti lakukan terhadap beberapa

siswa, yang akan mewakili siswa-siswa yang lain, mengenai implementasi contextual teaching and learning secara khusus, dan bagaimana persepsi mereka

mengenai kreativitas siswa di sekolah.

b. Metode Observasi

Observasi dilakukan peneliti secara langsung dengan jenis observasi

terkendali, di mana pengamatan terhadap sasaran penelitian yang ditempatkan

dalam lingkungan terbatas yang akan peneliti amati setiap gerak gerik yang ada di

73Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda, 1991), 135.

Page 45: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

29

lingkungan sekolah. Dan tentunya tidak lupa akan mengobservasi mengenai

interaksi sesama siswa di sekolah, interaksi guru bersama siswa, prose belajar

mengaja, dan lain-lain.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi juga peneliti gunakan dalam penelitian ini. Mengingat

metode dokumentasi sangat penting untuk dilakukan, sebagai pendukung dan

penguat data yang diperoleh di lapangan. Peneliti akan mendokumentasikan yang

berkaitan dengan pengajara dan pembelajaran. Tidak lupa juga peneliti

mendokumentasikan mengenai hasil ulangan siswa, silabus pendidika, majalah-

majalah, dan dokumen-dokumen lain yang peneliti anggap penting untuk

mendukung temuan penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan

rumus atau dengan aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian.74

Menurut J.R Raco analisis data adalah mengatur secara sistematis bahan hasil

wawancara dan observasi, menafsirkannya dan menghasilkan suatu pemikiran,

pendapat, teori atau gagasan yang baru. Inilah yang disebut dengan hasil temuan

atau findings.75 Kata tidak akan ada artinya kalau jika hanya diletakkan saja, tetapi

akan besar/bermakna apabila telah dianalisis. Menurut Suyitno, betapa pentingnya

analisi data, khususnya dalam penelitian kualitatif yang serat dengan pemaknaan.

Penelitian kualitatif analisis datanya dapat dilakukan semenjak awal di lapangan,76

tidak hanya dilakukan pada akhir penelitian, ketika semua data telah terkumpul.77

Begitupun menurut Michael D. Myers yang mengatakan bahwa fokus pada analisis

data kualitatif adalah untuk mengubah data menjadi sesuatu yang berarti, baik bagi

peneliti maupun bagi audiens yang diteliti.78

Adapun teknik analisa data yang digunanakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis kualitatif,79 sedangkan dalam operasional menggunakan metode80

74Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 199. 75J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya

(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010), 121. 76Suyitno, Metode Penelitian Kualiatif: Konsep, Prinsip dan Operasionalnya

(Tulungagung, Akademia Pustaka, 2018), 121. 77Nusa Putra, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi (Jakarta: PT. Indeks, 2012),

203. 78Michael D. Myers, Qualitative Research in Business & Management, Terjemah

M.S Idrus & Priyono, Penelitian Kualitatif di Manajemen dan Bisnis (Sidoarjo, Zifatama

Publisher, 2014), 185. 79Tujuan analisis kualitatif adalah menemukan maknda dari data yang dianalisis,

menjelaskan fakta objek penelitian yang diperoleh di lapangan. Lihat Burhan Bungin,

Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 67). 80 Metodologi secara umum didefinisikan sebagai “a body of methods and rules

followed in science or discipline”. Sedangkan metode sendiri adalah “a regular systematic plan for or way of doing something”. Kata metode berasal dari istilah Yunani Methodos

(Meta+Bodos) yang artinya cara. (Lihat Webster’s New Encyclopedic Dictionary, (New

Page 46: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

30

deskriptif-analisis.81 Dengan ungkapan lain, bahwa dalam penelitian ini mencoba

menggambarkan objek pembahasan dengan penyertaan analisis kualitatif tentang

pembelajaran contextual teaching and learning pada mata pelajaran bahasa Arab,

kreativitas siswa, serta bagaimana penguasaan siswa terhadap bahasa tersebut.

Ada beberapa langkah yang harus digunakan dalam metode deskriptif-

analisis, yaitu dengan mengumpulkan data sebagai langkah pertama yang

berhubungan dengan kajian pembahasan, kemudian dianalisis, setelah itu data

diintegrasikan, dan sebagai langkah terakhir adalah langkah menarik kesimpulan.

Deskripsi diseimbangkan oleh analisis dan interpretasi. Tujuan analisis adalah untuk

mengorganisasi deskripsi dengan cara membuatnya dapat dikendalikan.82

Menurut Miles & Huberman dalam (Farida Nugrahani, 2014) analisis data

memiliki tiga komponen, yaitu: 1). Reduksi data,83 2). Sajian data,84 3). Penarikan

kesimpulan/verifikasi.85 Menurut Miles dan Huberman ketiga komponen utama yang

terdapat dalam analisis data kualitatif harus ada dalam analisis data kualitatif, sebab

York: Black Dog and Leventhan Publ. Inc, 1994), 631. Menurut Gumilar metode penelitian

adalah cara sistematik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data yang diperlukan

dalam proses identifikasi dan penjelasan fenomenas masalah yang tengah ditelisik. Gumilar

Rusliwa Soemantri, “Memahami Metode Kualitatif”, Jurnal Makara, Sosial Humaniora,

Vol. 9, No. 2, 2005: 57. 81Metode penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

fenomena yang dilihat. Lihat, M. Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab, (Malang: Hilal

Pustaka, 2007), 67. 82Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2008), 175. 83Reduksi data dengan jalan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan data, pengabstrakan dari transformasi data besar yang muncul dari catatan-

catatan tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi, yaitu

usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga

sehingga tetap berada dalam tema. Heni Voni Rerey et al, Metode Penelitian Kualitatif Saja

(Jayapura, Nulisbuku.com, 2016), 243-244. 84Tahap penyajian data adalah sebuah tahap lanjutan analisi di mana peneliti

menyajikan temuan peneltian berupa kategori atau pengelompokan. Miles dan Huberman

menganjurkan untuk menggunakan matrik dan diagram untuk menyajikan hasil penelitian,

yang merupakan temuan penelitian. Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Berbagai Disiplin Ilmu (Jakart: PT. Raja

Grafindo Persada, 2016),179. 85Menarik kesimpulan dari interpretasi yang telah dilakukan, berupa jawaban atas

masalah atau pertanyaan penelitian. Ada 12 siasat untuk menarik kesimpulan menurut Miles

dan Huberman dalam Neong Muhadjir, 1. Menghitung, 2. Temukan pola atau tema, 3.

Nampak cukup beralasan, 3. Mengklasterkan, 5. Memembuat metafor, 6. Memecah variabel,

7. Mencari ide generalisasi, 8. Memfaktorkan, 9. Cari relasi antar variabel, 10. Cari

intervening variables, 11. Konstruksikan mata rantai logic antara berbagai evidensi, 12.

Menyusun konsep atau teori yang koheren. Neong Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), 51-53.

Page 47: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

31

hubungan dan keterkaitan antara ketiga komponen tersebut perlu dikomparasikan

untuk menentukan arahan isi simpulan sebagai hasil akhir penelitian.86

G. Sistematika Penulisan Tesis

Dalam penulisan suatu penelitian, maka penulisan penelitian harus tersusun

secara sistematis, agar mudah dimengerti. Dari data-data yang peneliti peroleh

dilapangan kemudan setelah dianalisis akan peneliti tuangkan dalam beberapa bab

secara rapi dan sistematis.

Bab I, membahas tentang pendahuluan yang di dalamnya terdiri beberapa

sub bab, seperti: membahas megenai latar belakang masalah, kemudan sub bab

selanjutnya mengenai permasalan. Selanjutnya membahasa mengeni apa tujuan dari

penelitian ini, apa saja manfaat yang bisa didapat dari hasil penelitian, kemudian

juga membahasa mengenai penelitian terdahulu yang relevan, metode penelitian,

dan sub bab terakhir mengenai sistematika penulisan.

Bab II, membahas mengenai teori yang berkaitan dengan CTL dan teori-

teori mengenai kreativitas, dan tentunya teori mengenai Maharat al-kalam dalam

bahasa Arab.

Bab III, membahas ketiga membahas tentang profil madrasah di mana

penelitian dilakukan yaitu di MA Pembangunan.

Bab IV, membahas mengenai hasil penelitian yang peneliti peroleh dari

penelitian dilapangan yang sebelumnya telah peneliti lakukan, meliputi seluruh hasil

penelitian seperti, karakteristik sampel penelitian, deskripsi mengenai seluruh hasil

penelitian, dan uji hipotesis penelitian.

Bab V, bab yang mengakhiri bab sebelumnya, dan bab penutup, yang

didalamnya terdapat kesimpulan dari hasil penelitian, dan saran peneliti untuk

penelitian selanjutnya.

86Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif: Dalam Penelitian Pendidikan

Bahasa (Surakarta: 2014), 173 .

Page 48: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

33

BAB II

KONSEP PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Di dalam bab ini peneliti membahas tentang konsepsi teori Strategi CTL serta

implementasinya terhadap upaya meningkatkan kreativitas dan kemampuan kalam

siswa dalam pembelajaran Bahasa Arab. Adapun berbagai perspektif di dalamnya,

peneliti berusaha menampilkan rangkaian perdebatan teori di antara para ahli untuk

bertujuan memberikan informasi dan gambaran tentang bagaimana teori itu

diterapkan dan sejauh apa perkembangannya di dalam sejarah keilmuan. Tujuan

lainnya yang peneliti harapkan yaitu untuk menghubungkan antara teori satu dan

lainnya sehingga dapat dianalisis oleh pembaca sebagai stimulasi penerapan sebuah

teori, yang dalam hal ini strategi CTL. Lalu dilanjutkan dengan bagaimana konsep

teori tersebut digunakan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dengan mempertimbangkan aspek efektivitas dan efisiensi selama proses penelitian

itu berlangsung.

A. Contextual Teaching and Learning 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning Di abad ke-21 kini dapat ditemukan bahwa dunia pendidikan semakin

mengalami perkembangan, hal itupun berpengaruh pada kualitas serta karakter

manusia. David Snedden and Charles Prosser mengatakan, bahwa sekolah sebagai

salah satu lembaga yang mengatur di dalamnya aspek pendidikan, pada umumnya

adalah lengan dari sistem sosial masyarakat, dengan demikian sekolah harus

memiliki misi yang melekat untuk memajukan kebaikan di dalam masyarakat,

dengan cara memberikan kontribusi positif terhadap nilai kebaikan terutama di

dalam lingkungan masyarakat sosial. Sejak saat itu muncullah sekolah kejuruan,

atau yang disebut dalam istilah lain Career and Technical Education (CTE), di mana

sekolah kejuruan menawarkan sarana persiapan siswa yang siap bekerja di masa

mendatang. Dan pada waktu yang sama , E. L Thorndike menawarkan pengajaran

behaviorisme, yang mengatakan bahwa pembelajaran dihasilkan antara rangsangan

dan tanggapan melalui penerapan hadiah (reward). Behaviorisme juga berfungsi

sebagai model pembelajaran dasar untuk sistem sekolah kejuruan.87

Pada waktu yang bersamaan juga terdapat teori yang lain yaitu teori

konstruktivisme. Teori konstruktivisme berkembang dalam model pembelajaran di

mana siswa berusaha membangun pengetahuan mereka sendiri, membangun ide-ide

yang diperoleh dari berbagai pengalaman di sekolah, dan menerapkan ide-ide yang

telah didapat pada situasi yang baru dan tentunya siswa dapat mengintegrasikan

pengetahuan yang baru dengan kontruksi intelektual yang ada. Hal ini berakar pada

teori yang dikemukan oleh John Dewey (1990), di mana siswa mampu berpartisiasi

87Robert G. Berners & Patricla M. Erickson, “Contextual Teaching and Learning:

Preparing Student For the New Economy”, The Highlight Zone: Research @Work, 2001: 1.

Diakses di www.nccte.com, 4 April 2019.

Page 49: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

34

secara aktif dan baik dalam memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi, dan

berpikir kritis terhadap sesuatu yang menarik dan relevan.

Namun menurut Berns dan Erickson, meskipun kedua teori melibatkan

partisipasi siswa, teori CTE cenderung belum memasukkan pendekatan

konstruktivis sejauh ia menganut behaviorisme. Sebagai instruksi langsung diikuti

dengan mempraktikkan keterempilan khusus, behaviorisme menawarkan CTL

sebagai model konstruktivisme. CTL menyediakan sarana untuk menggapai

serangkaian tujuan yang telah ditetapkan yang tentunya membutuhkan keterampilan

berpikir tingkat tinggi.88

Dan di dalam Strategi CTL memberikan kontribusi yang berbeda yaitu

menurut Berns dan Erickson adalah sebagai salah satu konsep pembelajaran yang

inovatif guna membantu siswa menghubungkan konten materi yang telah dipelajari

sebelumnya dengan kehidupan nyata, di mana konten tersebut dapat digunakan

dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Oleh karena itu siswa kemudian

diharapkan dapat menemukan makna dalam proses belajar di dalam kelas.

Ketika siswa berusaha untuk mencapai tujuan pembelajaran di sekolah yang

telah diajarkan sebelumnya, siswa tentunya dapat memanfaatkan pengalaman

mereka tersebut dan membangun pengetahuan yang ada. Dengan siswa mempelajari

mata pelajaran secara terpadu dan berkelanjutan, multidisiplin dan dalam konteks

yang tepat, siswa dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah

diperoleh ke dalam situasi yang baru dan ke dalam konteks yang berlaku.89

Asumsi dan praktik strategi CTL menurut Smith (2010)90 sebagai berikut:

Asumsi & Praktik Strategi Contextual Teaching and Learning

Asumsi & Praktik Pengajaran

Tradisional

Siswa secara aktif terlibat dalam proses

belajar-mengajar

Siswa tidak terlalu aktif terlibat dalam

proses belajar-mengajar/ siswa pasif

Siswa melihat suatu pembelajaran di

sekolah sebagai hal yang relevan

Siswa mengaggap konten tidak

memiliki aplikasi yang relevan

Siswa belajar dari siswa lain melalui

kerjasama, wacana, kerja tim, refleksi

diri

Siswa bekerja secara terpisah. Ulasan

dan atau diskusi dengan teman tidak

ada

Siswa belajar secara langsung terkait

dengan dunia nyata dan/atau belajar

mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan masalah simulasi dan masalah

yang bermakna

Pembelajaran bersifat abstrak dan

teoritis,

88Robert G. Berners & Patricla M. Erickson, “Contextual Teaching and Learning:

Preparing Student For the New Economy”, 2. 89Robert G. Berners & Patricla M. Erickson, “Contextual Teaching and Learning:

Preparing Student For the New Economy”, 2. 90Bettye P. Smith, “Instructional Strategies in Family and Consumer Science:

Implementating the Contextual Teaching and Learning Pedagogical Model”, Journal of Family & Consumer Sciences Education, Vol. 28, No. 1, 2010: 23-28.

Page 50: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

35

Siswa diminta untuk mandiri dan

bertanggung jawab terhadap proses

belajar mereka sendiri, siswa didorong

untuk memantau dan mengembangakan

pembelajaran

Guru dianggap sebagai penentu tunggal

untuk pembelajaran siswa

Menghargai konteks kehidupan siswa

yang beragam dan pengalaman

sebelumnya merupakan pembelajaran

yang mendasar

Sedikit atau tidak ada pertimbangan,

diberikan pada pengalaman dan latar

belakang siswa

Siswa didorong untuk menjadi peserta

aktif dalam lingkungan masayarakat

Siswa tidak didorong untuk terlibat

dalam peningkatan social

Hasil pembelajaran siswa dinilai secara

langsung oleh guru dengan berbagai

metode dari berbagai aspek penilaian

Hasil pembelajaran siswa dinilai oleh

guru dalam format yang tunggal, dan

mengacu pada standar yang berlaku

Pendapat siswa, perspektif siswa,

masukan dari siswa dihargai dan

dihormati oleh guru

Perspektif siswa tidak diminta atau

diremehkan

Tindakan guru sebagi fasilitator

pembelajaran siswa

Guru mengendalikan dan menentukan

aspek dari motode pengajaran

Dalam implementasi strategi CTL diharapkan dapat membantu siswa agar

dapat membangun pengetahuan mereka sendiri dari hasil pembelajaran dengan guru

pembimbing mereka secera lebih aktif dalam mengeksplorasi berbagai konten materi

untuk mencapai suatu tujuan, menyelesaikan masalah, pelaksanaan proyek, serta

memecahkan suatu masalah. Menurut Hudson dan Wishler, Strategi CTL awalnya

merupakan pergeseran dari kelas yang bercorak tradisional atau klasik, di mana guru

memberikan berbagai ilmu pengetahuan secara berkelanjutan kepada siswa dan

siswa hanya menerima apa yang diberikan guru tanpa ada keterlibatan siswa lebih

mendalam. Dan Strategi CTL juga dalam perjalanannya terus mengalami

perkembangan yang sangat pesat di mana strategi CTL berusaha mengarahkan pada

proses pembelajaran yang berpusat pada siswa khususnya dan tidak terlalu fokus

terhadap apa yang diberikan oleh guru, serta siswa dituntut untuk dapat belajar

secara mandiri baik di sekolah ataupun di rumah dengan tidak mengesampingkan

arahan dan bimbingan dari guru, hal tersebut merupakan penggabungan konsep CTL

di kelas.91 Winarti juga menekankan bahwa ketika siswa mampu menerapkan materi

pada kehidupan sehari-hari melalui CTL maka diharapkan dapat menghantarkan

proses pembelajaran pada kegiatan student center serta pemberdayaan terhadap

siswa.92

91Clemente Charles Hudson & Vesta R. Whisler, “Contextual Teaching and

Learning for Practitioners”, Systematic, Cybernetic and Informatic, Vol. 6, No. 4: 56. 92Winarti, “Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreartif Siswa”, JPFK, Vol. 1, No. 1, Maret 2015: 1-8.

Page 51: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

36

Adapun menurut Chrisant Florence Lotulung et al93, ada tujuh startegi

dalam melaksanakan pembelajaran CTL, yaitu di antaranya adalah pengajaran

berbasis masalah. Pendidikan memunculkan suatu masalah dari kegiatan

pembelajaran, kemudian pendidik memberikan sebuah tantang kepada siswa untuk

menyelesaikan masalah tersebut dengan berpikir secara kritis. Masalah tersebut akan

memberikan makna tersendiri terhadap diri siswa dan terhadap sosial siswa.

Selanjutnya menggunakan beragam konteks. Pendidik membuat berbagai

konsteks (Sekolah, keluarga, makna kemonikasi (pengetahuan) yang lebih

berkualitas. Lalu mempertimbangkan keragaman siswa. Pendidik memberi arahan

kepada siswa, bahwa siswa dengan sosial yang berbeda harus digunakan sebagai

kekuatan pendorong untuk saling menghormati dan toleran terhadap sesama. Lalu

memberdayakan siswa untuk belajar sendiri. Pendidik harus memberikan suatu

arahan kepada siswa agar berupaya untuk belajar sendiri, dan mencari suatu metode

atau cara untuk menguasai suatu materi dengan cara belajar mereka sendiri, untuk

itu siswa harus dilatih oleh guru agar berusaha untuk berpikir kritis terhadap proses

belajar, dan berpikir kreatif dengan tidak terlepas dari arahan dan bantuan guru, atau

bisa juga dengan cara mandiri.

Setelah siswa mampu belajar secara mandiri, barulah guru menekankan pada

tahapan berikutnya yaitu belajar melalui kolaborasi. Di mana peserta didik

dibiasakan oleh guru untuk mengkolaborasi masing-masing pengetahuan yang telah

diajarkan sebelumnya guna meningkatkan kualitas diri siswa. Proses berikutnya

yaitu menggunakan penilaian yang autentik. Penilaian yang autentik diberikan oleh

guru sangatlah penting. setelah guru memberikan nilai secara autentik hal tersebut

menunjukkan bahwa pembelajaran telah dilakukan dengan maksimal dan

kontekstual, dan tentunya memberikan peluang bagi siswa untuk bergerak ke masa

depan yang lebih baik dan potensial. Dan yang terakhir mengejar standar tinggi.

Sekolah menentukan standar yang tinggi bagi instansi, dan sekolah juga menentukan

kompentensi terhadap siswa dengan kompetensi lulusan yang baik dari waktu ke

waktu, dan standar tersebut terus ditingkatan secara terus menerus seiring

berjalannya waktu.

Strategi CTL menjadi metode pengajaran yang baru dan modern untuk

mengatasi kebutuhan pendidikan saat ini.94 Hal itu senada yang dikatakan oleh

Susan Jones Sears, bahwa CTL menuntut guru untuk berperan secara aktif agar

dapat menghubungkan materi yang akan diajarkan kepada siswa terhadap dunia

nyata siswa tersebut. CTL juga disebut sebagai salah satu strategi yang dapat

mengacu motivasi siswa karena langsung terhubung dengan kehidupan nyata siswa,

sehingga siswa dapat lebih bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka

93Chirsant Florence Lotulung et al, “Effectiveness of Learning Method Contextual

Teaching and Learing for Increasing Learning Outcomes of Enterpreneurship Educatuon”,

TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology, Vol. 17, Issues. 3, July

2018: 41. 94Abu Nawas, “Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach Through React

Strategies on Improving the Studens’ Critical Thingking in Writing”, International Journal of Management and Applied Science, Vol. 7, Issue. 7, July, 2018: 47.

Page 52: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

37

sendiri, dan siswa mampu membuat koneksi ke berbagai konteks kehidupannya, baik

itu sebagai warga negara, sebagai siswa di sekolah, ataupun sebagai anak di rumah.95

Adapun menurut Jamaluddin & Asto, CTL merupakan serangkaian proses

pembelajaran yang dilalui siswa guna membantu siswa menghasilkan suatu karya,

siswa juga mampu mengaplikasikan berbagai pengetahuan dengan menghubungkan

dan mengaplikasikan semua pengalaman ke dalam kehidupannya sehari-hari

sehingga siswa terus berpikir aktif dan kritis dalam menghadapi berbagai

persoalan.96

Ada lima strategi pengajaran kontekstual menurut Michael L. Crawford97,

yaitu yang pertama, Menghubungkan belajar ke dalam konteks kehidupan nyata

seseorang atau menghubungkan pengetahuan yang sudah dipelajari dalam konteks

tertentu. Kedua, Belajar dengan melakukan suatu hal, atau melalui berbagai

eksplorasi terhadap berbagai pengetahuan, dan mendapatkan banyak penemuan-

penemuan. Ketiga, Menerapkan pembelajaran dengan menerapkan konsep yang

telah ditetapkan dan didiskusikan sebelumnya. Keempat, Belajar bekerjasama antara

satu dengan yang lainnya dengan berbagi konteks, dan merespon hal-hal baru dengan

cepat, dan melakukan komunikasi dengan peserta didik lainnya. Kelima, Mentransfer pengetahuan yang telah diperoleh dalam konteks yang baru atau situasi

dan kondisi baru yang tidak tercakup di lingkungan kelas semata.

Sedangkan menurut Alan Blanchard strategi CTL dapat membantu

memenuhi kebutuhan peserta didik yang meliputi berbagai macam konsep, yaitu:98

pertama, ditekankan pada bagaimana siswa mampu menyelesaikan berbagai

permasalahan yang dihadapi. Kedua, menggali berbagai sumber bahan untuk

kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang diambil dari berbagai konteks seperti

dari rumah, dari lingkungan masyarakat sekitar, ataupun dari sumber lainnya seperti

dari lembag/instansi lain. Ketiga, menekankan kepada siswa agar mandiri dalam

belajar, seperti siswa memantau proses pembelajaran dan mengarahkan belajar

dengan cara sendiri yang lebih mudah ditangkap. Keempat, siswa diajarkan tentang

berbagai konteks dari keragaman. Kelima, guru mengarahkan siswa bahwa belajar

tidak hanya terbatas pada buku dan guru, siswa dapat belajar dari siswa lain dan

belajar bersama-sama dengan peserta didik lainnya. Keenam, memberikan nilai yang

akurat dan autentik terhadap hasil pembelajaran.

95Susan Jones Sears, Introduction Contextual Teaching and Learning,

(Bloomington, Indiana: Phi Delta Kappa Educational Foundation, 2003), 9. 96M. Iqbal Jamluddin S. & I Gusti Putu Asto B., “Pengaruh Pembelajaran CTL

(Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Kompetensi Dasar

Menerapkan Macam-Macam Gerbang Dasar Rangkaian Logika di SMK Negeri 7 Surabaya”, Jurnal Pendidikan Elektro, Vol. 4, No. 1, 2015: 75-39.

97Michael L. Craford, Teaching Contextually: Research, Rationale, and Techniques for Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics and Science (Texas,

CCI Publishing, Inc. 2001), iii. 98Alan Blanchard, Contextual Teaching and Learning, Educational Services, 2001.

http://faculty.csusb.edu/faculty/scarcella/siu463/Contextual%20Learning.htm. Di akses, 5

April 2019.

Page 53: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

38

Teori mengenai CTL terus mengalami perkembangan dan inovasi yang

signifikan di kalangan pendidik. Dalam dua puluh tahun terakhir terdapat akumulasi

penelitian yang mengembangkan dan menggunakan teori tersebut dari berbagai

disiplin ilmu, seperti dalam bidang Matematika,99 Bahasa Inggris,100 Kimia,101

Fisika,102 telekomunikasi,103 Biology,104 Ilmu Pengetahuan Sosial,105 dan lain

sebagainya.

Ada beberapa karakteristik CTL menurut Sears & Hers106 yaitu di antaranya,

pembelajaran berbasis masalah. Pembelajar berbasis masalah menjadi pokok penting

dalam proses pembelajara, di mana siswa diberi simulasi suatu masalah ataupun

diberi masalah nyata dari kehidupan sehari-hari secara langsung. Ketika siswa

terbiasa bergulat dengan suatu masalah, maka siswa mulai akan menyadari bahwa

permasalahn tersebut dapat dilihat dari berbagai persepketif dan sudut padang yang

berbeda-beda, dan bahwa untuk menyelesaikan suatu permasalahan, siswa perlu

mengintegrasikan berbagai informasi dari. Saat siswa mengambil peran sebagai

pemangku kepentingan untuk menyelesaikan masalah, maka siswa tersebut akan

terlibat dalam pemikirin tingkat tinggi dan pemecahan masalah.

Berikutnya adalah pembelajaran berbagai konteks. Pembelajaran dalam

berbagai konteks didasarkan pada teori-teori kognitif dan pembelajaran yang

menunjukkan bahwa pengetahuan dan pembelajaran dianggap berada dalam konteks

fisik dan sosial tertentu. Bahkan teori-teori kognisi juga menegaskan bahwasannya

99Maneerat Pinwanna, “Using the Contextual Teaching and Learning Method in

Mathematics to Enhance Learning Efficiency on Basic Statistics for High School Students”,

The International Conference in Language, Education, Humanities & Innovation, March,

2015: 58-63 100Murti Bandung, “The Effectivenes of Contextual Teaching and Learning Method

in Teaching Speaking”, The 1st Educational and Language International Confrence Proceedings Center for International Language Development of Unissula, May 2017: 516-

532 101Annisa Fadillah et al, “ The Effect of Application of Contextual Teaching and

Learning (CTL) Model-Based on Lesson Study with Mind Mapping Media to Asses Student

Learning Outcomes on Chemistry on Colloid Systems”, International Journal of Science and Applied Science: Conference Series, Vol. 1, No. 2, 2017: 101-108.

102Fadhilah et al, “Analysis of Contextual Teaching and Learning (CTL) in the

Course of Applied Psysics at the Mining Engineering Department”, International Journal of Science and Applied Science: Conference Series, Vol. 1, No. 2, 2017: 25-32.

103Firdaus & Fatma Dewi, “Application of Contextual Teaching and Learning”

(CTL) Components in Telecommunication Network Design and Optimization Course”,

International Journal of Chemistry Education Research, Vol. 2, Iss. 1, February 2018: 24-33. 104Y. Bustanmi et al, “The Implementation of Contextual Teaching and Learning to

Enhance Biology Students’ Critical Thinking Skilss”, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, Vol.

7 No. 4, 2018: 452-457. 105Farida, “Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar”, e-ISSN S579-3403, Vol. 1, No.1, 2017: 78-86. 106Susan Jones Sears & Susan B. Hers, Contextual Teaching and Learning:

Preparing Teacher to Enhance Student Succes in the Workplace and Beyond School Information Series No. 376 (Washington DC: Eric Publication, 1900), 7-8.

Page 54: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

39

pengetahuan tidak dapak dipisahkan dari konteksnya dan kegiatan di mana ia terus

berkembang. Siswa harus belajar pengetahuan dan keterampilan dalam konteks yang

bermakna. Contoh konteks bermakna, seperti keluarga, komunitas, perkumpulan

sejarah, perpestukaan, dan lain-lain.

Dilanjutkan dengan Self-Regulated Learning (SRL) atau regulasi diri

belajar. Dalam SRL terdpat tiga komponen yang sangat sentral, yaitu kesadaran

berpikir, Penggunaan strategi, Motivasi. Individu bisa belajar bagaimana caranya

terlibat dalam pengamatan diri, evaluasi diri, dan reaksi diri untuk memacu membuat

rencana-rencana di masa yang akan dating, dan memilih strategi yang tepat untuk

mencapai suatu tujuan, kemudian mengevaluasi dari apa-apa yang telah dikerjakan.

Aspek kedua mencakup kemampuan strategi individu dalam belajar, mengontrol

emosi. Ketiga, motivasi siswa mempengaruhi pilihan yang mereka buat dan usaha

yang mereka lakukan.

Siswa adalah bagian konteks di mana guru mengajar. Siswa masa kini

mencerminkan nilai-nilai dan adat istiadat dari budaya yang berbeda-beda. Konteks

budaya dan social siswa merupakan tautan penting untuk pencapaian mereka.

Karena itu adalah konteks struktural yang melekat dan mendalam, secara otomatis

menginformasikan dan menghubungkan ke pembelajaran.

Penilaian yang autentik. CTL termasuk penilaian yang berasal dari berbagai

sumber dan terus berlangsung dan dicampur dengan instruksi. Asesmen autentik

seperti mengenai pengetahuan actual, keterampilan, dan perbedaan yang diinginkan

dalam proses pembelajaran. Kelompok belajar yang saling tergantung. Kegiatan

belajar yang terjadi dalam berbagai konteks biasanya sosial yang mereka melibatkan

orang lain. Interaksi antara pelajar di lingkungan dapat menjadi penentu utama dari

apa yang dipelajari dan bagaimana pembelajaran terjadi. Terlibat dalam kerja sama

struktur pembelajaram seperti kelompok belajar, tampaknya menjadi sarana yang

ideal untuk mendorong pembelajaran yang saling tergantung.

Akan tetapi untuk menetapkan strategi pembelajaran kontekstual juga tidak

bisa dilakukan dengan serampangan dan bersandar pada prosedur yang sudah

ditetapkan saja, misalnya seperti menerapkan pembelajaran kontekstual apa aja,

memberikan materi kepada siapa saja, dan di mana saja, atau menggunakan metode

apa saja, apakah metode ceramah atau tanya jawab. Melainkan sebaliknya, di mana

untuk menerapkan pembelajaran kontekstual harus memenuhi serentetan persyarata

yang telah diputusukan para ahli, baik pada tahap perencanaan, maupun sementara

interaksi pembelajaran sedang berlangsung.107

2. Komponen Contextual Teaching and Learning Menurut Elaine B. Johnson, ada delapan komponen CTL, yaitu antara lain;

pertama, Membuat Keterkaitan yang bermakna. Jantung dari pembelajaran

kontekstual adalah keterkaitan yang mengarahkan pada suatu makna yang dialami

107T. Raka Joni, “Pembelajaran yang Mendidik: Artikulasi Konseptual, Terapan

Kontekstual dan Verifikasi Empirik”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 12, No. 2, Juni 2005: 18.

Page 55: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

40

oleh siswa.108 Siswa yang mampu mengaitkan berbagai macam ilmu pengetahuan,

baik itu ilmu bahasa Arab, ilmu Pengetahuan Alam, ilmu sosial, ilmu matematika,

dan ilmu-ilmu lainnya dengan pengalaman mereka sendiri dalam kehidupan sehari-

hari, maka secara otomatis mereka akan menemukan makna itu sendiri, dan dengan

makna tersebut akan memberikan mereka alasan untuk belajar. Banyak cara efektif

untuk mengaitkan pengajaran dan pembelajaran dengan konteks situasi sehari-hari

siswa, seperti:

a. Desain ruangan kelas tradisional yang bisa mengaitkan materi secara

langsung dengan konteks kehidupan siswa. b. Guru memberikan materi dari bidang lain yang multidisipiln dalam

pengajaran di dalam kelas. c. Memberikan materi pelajaran yang terpisah-pisah kepada siswa, akan

tetapi materi tersebut tetap mencakup topik-topik yang saling

berhubungan satu sama lain. d. Memberikan materi pelajaran yang menggabungkan atau menyatukan

antara dua atau lebih displin ilmu. e. Menggabungkan sekolah dan pekerjaan f. Model kuliah kerja nyata atau penerapan terhadap hal-hal yang dipelajari

di sekolah ke masyarakat.109 Kedua, melakukan pekerjaan yang berarti. Pekerjaan yang memiliki tujuan,

berguna untuk orang lain, yang melibatkan proses menentukan pilihan,

menghasilkan prodik, nyata atau tidak nyata. 110 ketiga, melakukan pembelajaran

yang diatur sendiri. Pembelajaran mandiri merupakan antithesis dari apa yang

tengah berlangsung di sekolah-sekolah era industri yang dibangun mirip pabrik. Di

sekolah-sekolah industri, tugas seorang siswa adalah memathui aturan-aturan yang

ditujukan untuk mengatur dan mengendalikan. Pembelajaran mandiri adalah suatu

proses belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan mandiri yang melibatkan

terkadang satu orang, biasanya satu kelompok. Tindakan mandiri ini dirancang

untuk mengubungkan pengetahuan akademik dengan kehidupan siswa sehari-hari

secara sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang bermakna. Tujuan ini mungkin

menghasilkan hasil nyata maupun yang tidak nyata.111 Keempat, bekerjasama. Kerjasama adalah komponen penting dalam sistem

CTL. Para siswa dengan pembelajaran mandiri biasanya bekerjasama dengan

kelompok-kelompok kecil dan otonom. Melalui kerja sama, dan bukannya

108Murtiani, Ahmad Fauzan, Ratwa Eulan, “Penerapan Pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) Berbasis Lesson Study dalam Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran Fisika di SMP Negeri Kota Padang”, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, Vol. 1, Februari 2012: 3.

109Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s Here to Stay, terjemahan Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa, 2014), cet 1, 99.

110Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s Here to Stay, terjemahan Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning... 94.

111Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s Here to Stay, terjemahan Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning...., 152.

Page 56: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

41

persaingan atau kompetisi, anak-anak menyerap kebijaksanaan orang lain. Melalui

kerja sama, siswa dapat menyemai toleransi dan perasaan mengasihi. Berbagai

strategi untuk kerja kelompok telah di tulis secara luas. Pengalaman bekerja sama

tidak hanya membantu siswa belajar menguasai materi pembelajaran tetapi juga

menyelesaikan suatu tugas akan lebih berhasil jika dilakukan secara bersama-sama,

atau kerja sama dalam bentuk tim kerja.112 Aturan-aturan kerja kelompok berikut

ini, yang perlu dilakukan di dalam kelas, menyarankan beberapa pilihan dan

tanggung jawab dalam menghadapi anggota kelompok: a. Tetap fokus pada tugas kelompok

b. Bekerja secara kooperatif dengan para anggota kelompok lainnya.

c. Mencapai keputusan kelompok untuk setiap masalah.

d. Meyakinkan bahwa setiap orang dalam kelompok memahami setiap

solusi yang ada sebelum langkah lebih jauh.

e. Mendengarkan orang lain dengan seksama dan mencoba memanfaatkan

ide-ide mereka.

f. Berbagi kepemimpinan dalam kelompok.

g. Memastikan setiap orang ikut berpartisipasi dan tidak ada salah

seseorang yang mendominasi kelompok.

h. Bergiliran mencatat hasil-hasil yang telah dicapai kelompok.

Seperti yang ditunjukkan oleh peraturan-peraturan ini, kerja sama menuntut

adanya rasa hormat, kesabaran, dan pernghargaan. Para guru CTL membantu

kelompok untuk menemukan bahwa setiap anggota adalah berharga dan bahwa

setiap orang dapat menyumbangkan sesuatu bagi kelompok.113

Kelima, berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis merupakan sebuah proses

yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan

masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan

penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara

yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi

secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain. Ada delapan

langkah untuk menjadi pemikir kritis yang dibuat dalam bentuk pertanyaan, yaitu: a. Apa sebenarnya isu, masalah, keputusan, atau kegiatan yang sedang

dipertimbangkan? b. Apa sudut pandangnya?

c. Apa alasan yang diajukan?

d. Asumsi-asumsi apa yang dapat dibuat?

e. Apakah bahasannya jelas?

f. Apakah alasan didasarkan pada bukti-bukti yang meyakinkan?

g. Kesimpulan apa yang ditawarkan?

h. Apakah implikasi-implikasi dari kesimpulan yang sudah diambil?

112Abdul Gafur, “Penerapan Konsep dan Prinsip Pembelajaran Kontekstual

(Contextual Teaching and Learning) dan Desain Pesan dalam Pengembangan Pembelajaran

dan Bahan Ajar”, Cakrawala Pendidikan, No. 2, Nopember 2003: 278. 113Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s

Here to Stay, terjemahan Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, 169-170.

Page 57: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

42

Kedelapan pertanyaan tersebut dapat dijawab serta dijelaskan sebagai suatu

konsep pembelajaran, sehingga diharapkan mampu membuat siswa dapat berpikir

dengan baik mengenai semua subjek dan situasi.114 Berpikir kreatif adalah kegiatan

mental yang memupuk ide-ide asli dan pemahaman-pemahaman baru. Berpikir

kreatif, membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi

aktivitas mental seperti:

a. Mengajukan pertanyaan.

b. Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dalam

pikiran terbuka.

c. Membangun keterkaitan, khusunya di antara hal-hal yang berbeda.

d. Menghubungkan berbagai hal dengan bebas.

e. Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru

dan berbeda.

f. Mendengarkan intuisi.115

Adapun upaya untuk membantu siswa untuk tumbuh dan berkembang, ada

beberapa langkah, yaitu dengan cara mengenal siswa: sebuah sumber harapan.

Ketika guru mengenal para siswa, guru bisa menolong siswanya menemukan

pelajaran, gagasan, dan keterampilan yang benar-benar menarik dan menyenangkan

mereka. Dengan menolong siswa mengenali minat dan bakat meraka, para guru

secara tidak langsung membantu murid-murid merasakan ke mana arah pekerjaan

yang cocok untuk mereka. Guru yang perhatian dapat menolong para siswa

mendengarkan suata hati.116 Dan selanjutnya memahami pengaruh kehidupan di

rumah, latar belakang ekonomi, ras dan suku. Seperti halnya para guru perlu

mengathui apa yang dialami para siswa di sekolah, mereka juga perlu mengetahui

bagaimana wajah-wajah siswanya di luar sekolah. Seperti apa mereka di rumah?

apakah mereka hidup dengan orang-orang dewasa yang mendukung? apakah

kepercayaan agama dan nilai-nilai mereka? apakah mereka hidup di bawah garis

kemiskinan?. 117

Keenam, Mencapai standar yang tinggi. Yang paling penting bagi orang tua,

menyangkut masalah Pendidikan, adalah kesuksesan akademik anak. Yang paling

penting dalam sistem pengajaran dan pembelajaran kontekstual adalah membantu

siswa untuk mencapai standar akademik yang tinggi. Salah satunya dengan

menciptakan tujuan-tujuan yang tinggi.

Ketujuh, Siswa harus memiliki keterampilan dan kompetensi jika ingin

sukses. Keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki antara lain; Keterampilan

dasar yaitu meliputi keterampilan membaca, menulis, aritmetika, matematika,

mendengarkan, berbicara. Selanjutnya keterampilan berpikir: belajar, memberi

114Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s

Here to Stay, terjemahan Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning...., 183-200. 115Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s

Here to Stay, terjemahan Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning...., 215. 116Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s

Here to Stay, terjemahan Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning....,237 117Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s

Here to Stay, terjemahan Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning....,241.

Page 58: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

43

alasan, berpikir kreatif, membuat keputusan, memecakan masalah. Dan terakhir

yaitu kualitas pribadi meliputi tanggung jawab, harga diri, manajemen diri.

Keterampilan bersosialisasi dan integritas. Adapun kompetensi yang harus dimiliki,

yaitu:

a. Sumber daya: mengalokasikan waktu, uang, bahan, ruang dan orang.

b. Interpersonal: bekerja baik dalam tim, mengajar orang lain, melayani

konsumen, memimpin, bernegosiasi, dan bekerja sama dengan orang-

orang berlatar belakang yang berbeda-beda budaya dan macam.

c. Informasi: mengumpulkan, mengevaluasi, dan menerjemahkan

informasi, mengorganisasi, dan menyiman data, mengkomunikasikan

informasi, dan mengelola informasi.

d. Teknologi memiliki perlengkapan dan peralatan yang tepat, menerapkan

teknologi pada tugas-tugas tertentu.118

Kedelapan, menggunakan penilaian autentik. Tahapan terakhir penilaian

yang dilakukan oleh guru melalui serangkaian tees untuk melihat kemampuan siswa

dalam pembelajaran.119 Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan

informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan

tertentu. Sebagai bagian kecil dari keseluruhan sistem CTL, penilaian autentik

berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan

membangun keterkaitan dan bekerja sama, dan menanamkan tingkat berpikir yang

lebih tinggi.120

Selain dari komponen tersebut, Strategi CTL memiliki tujuh komponen

menurut beberapa ahli lainnya seperti Wina Sanjaya, yaitu:

1. Konstruktivisme.

Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan konstruksi

(bentukan) diri kita sendiri oleh karena itu Suparno (1997), menyatakan

pengetahuan ataupun pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya

diterima secara pasif dari guru. Pengetahuan tidak bisa dipindahkan begitu saja dari

otak seorang guru ke kepala orang lain, karena pengetahuan bukanlah barang yang

dapat ditransfer dengan mudah, subyek belajarlah yang mengartikan apa yang telah

disampaikan dengan penyesuaian terhadap pengalam-pengalaman yang

dimiliknya.121

118Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s

Here to Stay, terjemahan Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, 265-267.

119Dedy Juliandri Panjaitan, “Peningkatan Pemahaman dan Aplikasi Konsep

Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning”, Jurnal Math Education Nusantara,

Vol. 1, No. 1, 2018: 55.s 120Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s

Here to Stay, terjemahan Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, 288.

121Umi Machmudah & Abdul Wahab Rasyidi, Active Learing dalam Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN-Malang Press, 2008), 25.

Page 59: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

44

Konstruktivisme memandang sangat kecil kemungkinan adanya transfer

pengetahuan dari seseorang ke orang lain. Setiap orang membangun pengetahuannya

sendiri. Sehingga transfer pengetahuan seperti menumpahkan ke dalam ember

kosong adalah sangat mustahil terjadi.122 Konstruktivisme adalah filosopi

pembelajaran yang menyarankan siswa untuk membangun pemahaman mereka

sendiri tentang ide baru. Ada banyak penjelasan tertulis tentang konstruktivisme

baik di bidang teori maupun kognisi. Misalnya Jean Piaget, Eleanor Duckworth,

George Hein, dan Howard Gardner.123

Konstruktivisme telah lama dikenal sebagai teori pembelajaran yang

berguna pada saat pelajar membangun representasi mental dengan terlibat dalam

berbagai jenis proses kognitif selama pembelajaran. Mayer mengusulkan untuk

memandang konstruktivisme sebagai resep untuk instruksi, di mana peserta didik

harus lebih aktif selama pembelajaran.124 Lebih lanjut menurut Bada Steve Olusegun

konstruktivisme meyakini bahwa belajar dipengaruhi oleh konsep seperti keyakinan

dan sikap siswa. Konstruktivisme adalah pembelajaran tentang bagaimana orang

dapat memperoleh pengetahuan dan belajar.125 Menurut paradigma konstruktivistik,

pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian masalah, mengembangkan konsep,

konstruksi solusi dan lagoritma ketimbang menghafal prosedur dan

menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban yang benar.126

2. Menemukan (Inquiry) Menemukan atau inkuiri adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada

proses pencarian penemuan melalui proses berpikir secara sistematis, yaitu proses

pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman sehingga siswa belajar

mengunakan keteramplian berpikir kritis.127 Menurut inkuiri merupakan suatu cara

mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan,

proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional.128 Siklus inkuiri menurut Teguh

122Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problame Based Learning untuk

Meningkatkan Profesionalitas Guru (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 12. 123Fadhilah et al, “Analysis of Contextual Teaching and Learning (CTL) in the

Course of Applied Psysics at the Mining Engineering Department”, International Journal of Science and Applied Science: Conference Series, Vol. 1, No. 2, 2017: 29.

124Sigmun Tobias & Thomas M. Duffy, Constructivist Instruction: Succes or Failure?, Chapter 10, Richars E. Mayer, “Constructivism as a Theory of Learning Versus Constructism a Prescription for Instruction”, (New York: Routledge,2009), 184.

125Bada Steve Olusegun, “Constructivisme Learning Theory: A Paradigma for

Teaching and Learning”, IOSR Journal of Research & Method in Education, Vol. 5, Iss. 6

Ver. 1, Desember 2015: 66. 126I Wayan Santyasa, “Model-Model Pembelajaran Inovatif”, disajikan dalam

pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP dan SMA di Nusa

Pemida. 29 juni s.d 1 Juli 2007. 127Idrus Hasibuan, “Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and

Learning)”, Logaritma, Vol. II, No. 1, Januari 2014: 5. 128Zuhratuddin, “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran

Matematika Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model

Page 60: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

45

Sihono: Observasi (observing), bertanya (questioning), mengajukan dugaan

(hipotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (Conclusion). Langkah-lakang kegiatan menemukan :

a. Merumuskan masalah.

b. Mengamati atau melakukan observasi.

c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,

tabel, dan karya lainnya.

d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman

sekelas, guru, atau audiens lainnya. 129

3. Bertanya (Questioning) Elemen lain yang merupakan karakteristik utama Contextual Teaching and Learning adalah kemampuan dan kebiasaan bertanya. Dalam mengimplementasikan

pertanyaan yang diajukan oleh guru harus digunakan sebagai alat atau pendekatan

untuk mengeksplorasi sumber belajar yang berhubungan dengan kehidupan nyata.

Dengan kata lain, tugas guru adalah membimbing melalui pertanyaan yang diajukan

untuk mencari dan menemukan hubungan antar konsep yang dipelajari. Melalui

penerapan pertanyaan, pembelajaran akan lebih hidup, akan mendorong proses

belajar lebih luas dan mendalam. Ada delapan fungsi dari bertanya menurut Chirsant

Florence Lotulung, yaitu :130

a. Dapat mengeksplorasi infromasi, baik administrasi maupun pemahaman

siswa.

b. Mengetahui pemahaman siswa.

c. Menghasilkan respon siswa.

d. Mengetahui sejauh mana siswa mengetahui apa yang telah dipeajari.

e. Mengetahui apa yang siswa ketahui.

f. Memfokuskan perhatian siswa.

g. Menghasilkan banyak pertanyaan dari siswa.

h. Menyegarkan pengetahuan siswa dari meteri yang telah dipelajari.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh

dari hasil kerja sama dengan orang lain. Guru selalu disarankan melaksanakn

Inkuiri di Kelas VII/A SMP Negeri 1 Darul Kamal Aceh Besar Semester I Tahun 2010/2011”,

Jurnal Serambi PTK, Vol. 1, No. 1, Juni 2014: 14. 129Teguh Sihono, “Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai Model

Pembelajaran Ekonomi dalam KKB”, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Vol. 1, No. 1, February

2004, 76-77. 130Chirsant Florence Lotulung et al, “Effectiveness of Learning Method Contextual

Teaching and Learing for Increasing Learning Outcomes of Enterpreneurship Educatuon”,

TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology, Vol. 17, Issues. 3, July

2018: 42.

Page 61: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

46

pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.131 Menurut Agus Retnanto

masyarakat belajar dimaksudkan dengan: a). Sekelompok orang yang terkait dalam

kegiatan belajar, b). Bekerjasama dengan orang lain lebih baik dari pada belajar

sendiri, c). Saling bertukar pengalaman, d). Berbagi ide.132 Menurut Mustaghfirin

masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Jika setiap

orang belajar dari orang lain, maka setiap oran lain bisa menjadi sumber belajar,

artinya setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman.

Praktiknya dalam pembelajaran dapat terwujud alam pemebentukan kelompok,

mendatangkan ahli ke kelas, bekerja kelompok dengan kelas sederajat, dengan kelas

di atasnya, atau dengan masyarakat di lingkungan sekitar.133

5. Pemodelan (Modelling) Pemodelan memberi peluang besar bagi guru untuk memberikan contoh

bagaimana mengerjakan sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugasnya.134

Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat,

atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing. Proses modelling tidak

terbatas pada guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang dianggap

memiliki kemampuan.135 Misalnya siswa yang pernah menjadi juara pidato

berbahasa Arab dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman-

temannya, dengan demikian siswa dapat dianngap menjadi model. Modelling

merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui

modelling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat

memungkinkan terjadinya verbalisme.136

131Kartini Hutagaol, “Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan

Representasi Matematis Siswa Sekolah Mengah Pertama”, Jurnal Ilmiah Program Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. 2, No. 1, Februari 2013: 94.

132Agus Retnanto, “Aktualisasi Pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) pada Pembelajaran Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan di STAIN Kudus

Tahun 2016”, Quality, Vol. 4, No. 1, 2016: 147. 133Mustaghfirin, “Implementasi Contextual Teachingn and Learning (CTL) dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Syifa Budi

Solomanahan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta”, (Tesis Program Pascasarjana Magister

Pendidikan Islam: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013). 134D. Selvianiresa & Prabawanto, “Contextual Teaching and Learning Approach of

Mathematics in Primary Schools”, International Confrence on Mathematic and Science Educayion (ICMSCE): Journal of Physics: Conf. Series 895, 2017: 3.

135Mohammad Faizal Amir, “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap

Kemampuan Pemcahan Masalah Matematika siswa Sekolah Dasar”, Prosiding Seminar

Nasional Pendidikan: Tema “Peningkatan Kualitas Peserta Didik melalui Implementasi

Pembelajaran Abad 21” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Sidoarjo 24 Oktober 2015: 37.s 136Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan

(Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), cet ke-12, 268.

Page 62: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

47

6. Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan upaya untuk melihat, mengorganisir, menganalisis,

mengklarifikasi, dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari.137 Menurut Wina

Sanjaya fefleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang

dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa

pembelejaran yang telah dilalunya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu

akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi

bagian dari pengetahuan yang dimiliki siswa. Dalam proses pembelajar dengan

menggunakan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk “merenung” atau mengingat kembali apa yang telah

dipelajari.138 Menurut Abdul Kadir ada 3 kriteria refleksi, yaitu: 1. Cara berpikir

tentang apa yang telah dipelajari, 2. Mencatat apa yang telah dipelajari, 3. Membuat

jurnal, karya senin, dan diskusi kelompok.139

7. Penilaian Nyata (Authentic Assesment) Asesmen autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif

berkenaan dengan seluruh aktivitas pembelajaran, meliputi proses dan produk

belajar sehingga seluruh usaha siswa yang telah dilakukan mendapatkan

penghargaan.140 Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada

saat ini, biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat

evaluasi yang digunakan terbatas pada alat tes. Dalam CTL, keberhasilan

pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual

saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan

tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti alat tes, akan tetapi juga

proses belajar melalui penilaian nyata.141

B. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas merupakan salah satu aspek dari kualitas manusia yang saat ini

sangat berperan penting di dalam menunjang pembangunan bangsa dan negara

Indonesia yang sedang mengalami permasahalan-permasalahan yang kompleks, oleh

karena itu menurut Setyabudi dengan kreativitas manusia akan memiliki kemamuan

adaptasi kreatif dan kepiawaian yang imajinatif, sehingga manusia akan mampu

137M. Idrus Hasibuan, “Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and

Learning), Logaritma, Vol. II, No. 1, Januari 2014: 7. 138Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan

(Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), cet ke-12, 268. 139Abdul Kadir, “Konsep Pembelajaran Kontekstual di Sekolah”, Dinamika Ilmu,

Vol. 13, No. 3, Desember 2013: 26. 140H. Herman Suherman, “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran

Matematika”, Educare, Vol. 2, No. 1, Agustus 203: 56. 141Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan

(Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), cet ke-12, 268-269.

Page 63: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

48

mencari penyelesaian masalah dengan cara yang baru dalam mengikuti perubahan-

perubahan yang terjadi.142

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melihat atau memikirkan

hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya

tidak berhubungan dan mencetuskan solusi ataupun gagasan baru yang dicerminkan

dari kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir.143 Adapun kreativitas

menurut Supriadi dalam (Fitria Lestari) adalah kemampuan seseorang untuk

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif

berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.144

Lebih lanjut kreativitas diartikan sebagai kemampuan menghasilkan

sejumlah besar gagasan, berubah dari satu pendekatan ke pendekatan lainnya, dari

satu cara berpikir ke cara lainnya dan menyediakan gagasan atau penyelesaian

masalah yang tidak jelas dan tidak umum. Kreativitas yang sangat tinggi disertai

dengan rasa ingin tahu yang besar dan haus akan tentang berpikir membuat

seseorang gemar melakukan eksplorasi. Kreativitas merpukan bakat yang secara

potensial dimiki oleh setiap orang yang dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui

pendidikan yang tepat.145

Munandar dalam Sari (2013) mendefinisikan kreativitas sebagai

kemampuan untuk membuat kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan,

informasi, datau atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumya menjadi hal-hal

yang bermakna dan bermanfaat. Sesuatu yang baru tidak perlu baru sama sekali

tetapi dapat merupakan kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan infromasi, data atau elemen-elemen yang sudah

ada adalah semua pengalaman yang terlah diperolah semasa hidupnya baik di

lingkungan pendidikan maupun masyarakat.146 Hal ini juga ditekankan oleh Diana

(2006) bahwa setiap anak cerdas, dan setiap anak kreatif, namun menjadi pribadi

kretif tidaklah didapat dengan tiba-tiba. Kreativitas memerlukan proses, kreativitas

perlu dipupuk, disiram, dan dirawat agar bisa tumbuh subur.147

142Imam Setyabudi, “Hubungan antara Adverisi dan Inteligensi dengan

Kreativitas”, Jurnal Psikologi, Vol 9, No. 1, Juni 2011: 2. 143Siwi Febriani & Novisita Ratu, “Profil Proses Berpikir Kreatif Matematis Siswa

dalam Pemecahan Masalah Open-Ended Berdasarkan Teori Wallas”, Jurnal Moshrafa, Vol.

7, No. 1, Januari 2018: 40. 144Firia Lestari, “Pengaruh Kewirausahaan dan Kreativitas terhadap Keberhasilan

Usaha pada Sentra Industri Rjutan Binong Jati Bandung”. 145Hepy Hapsari Kisti & Nur Ainy Fardana N, “Hubungan antara Self-Efficacy

dengan Kreativitas Siswa SMK”, Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, Vol. 1,

No.2, Agustus 2012: 53. 146Dyana Wahyu Perwita Sari, “Pengaruh Bermain Plastisin terhadap Kreativitas

Anak Usia 5-6 Tahun ditinjau dari Bermain Secara Individu dan Kelompok”, Jurnal Psikologi Pnedidikan dan Perkembangan, Vol. 2, No. 3, Desember 2013: 220.

147R. Rachmy Diana, “Setiap Anak Cerdas! Setiap Anak Kreatif!: Menghidupkan

Keberbakatan dan Kreativitas Anak”, Jurnal Psikologi Universita Diponegoro, Vol. 3, No. 2,

Desember 2006: 126.

Page 64: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

49

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk membuat kombinasi baru

berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada.148 Dalam kamus Webster’s

Creativity is the ability to transcend traditional ides, rules, patterns, relationship, or the like, and to create meaningful new ideas, forms, methods, progressiveness or imagination.149 Kreativitas merupakan “kekayaan pribadi” yang diwujdukan dalam

sikap atau karakter seperti flaksibel, terbuka, otonom, lapang dada, keinginan

mencoba sesuatu (perasaan), kemampuan menjabarkan gagasan, kemampuan

menilai diri sendiri secara realistis, yang kesemuanya sangat diperlukan dalam

mengembangkan kreativitas.150

Banyak sekali upaya para ahli untuk meningkatkan kreativitas anak, seperti

dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah,151 kemudian melalui

pembelajaran open ended,152 dan tentunya juga dapat melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning.153 Menurut Guilford dalam Hapsah & Sapira (2015) bahwa

orang-orang kreatif lebih banyak memiliki cara-cara berpikir divergen di mana

mengggunakan banyak alternatif jawaban dalam pemecahan masalah.154

Kreativitas meliputi kreativitas berpikir maupun krativitas dalam

melakukan sesuatu. Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif, tetapi

rasional. Berpikir kreatif berawal dari berpikir kritis, yaitu menemukan dan

melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum ada atau memperbaiki sesuatu yang

sebelumnya tidak baik.155 Secara umum kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki

individu untuk menghasilkan suatu hal yang baru, orisinal.156

148Novi Mulyani, “Development of Early Childhood’s Creativity Through Play and

Song at TK Negeri Pembina Kabupaten Purbalingga”, As-Sibyan Jurnal Pendidikan Anak

Usia Dini, Vol. 4, No.1, Juni 2019: 19. 149Webster’s Dicttionary. https.//www.dictionary.com diakses 28 Oktober 2019. 150Helda Jolanda Pentury, “Pengembangan Kreativitas Guru dalam Pembelajaran

Kreatif Pelajaran Bahasa Inggris”, Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 4, No. 2,

november 2017: 226. 151Rini Utami, “Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Langkah

Penyelesaiann Berdasarkan Polya dan Krulik-Rudnick ditinjau dari Kreativitas Siswa”,

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 1, Januari 2013: 96. 152Firdaus, Abdur Rahman As’ari, Abd. Qohar, “Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Open Ended pada Materi

SPLDV”, Jurnal Pendidikan, Vol. 1, No. 2, Februaru 2016: 227-236. 153Ali Syahbana, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP

Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning”, Edumactica, Vol. 2, No. 1, April

2012: 45-57. 154Rifqi Hapsah & Siti Ina Savira, “Hubungan antara Self-Efficacy dan Kreativitas

dengan minta Berwirausaha”, Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 5, No. 2, 2015: 83. 155Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2005), Cet I, 158. 156Dominikus David Biondi Situmorang, “Hubungan antara Potensi Kretaivitas dan

Motivasi Berprestasi Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2010

FKIP Unika Atma Jaya”, Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, Vol. 1, No.1, Maret 2016:

1.

Page 65: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

50

Kreativitas sebagai suatu proses mental, sebenarnya ada pada diri setiap

individu. Namun potensi tersebut seringkali kurang atau tidak muncul karena kurang

atau tidak adanya kesempatan. Menurut Torrance dalam Aliyati & Yunanto (2014),

kreativitas dapat dipelajari dan dikembangkan karena adanya kesempatan.

Kesempatan uang tepat untuk mempelajari kreativitas adalah dengan Pendidikan

atau pelatihan.157

Proses berpikir kreatif melibatkan Curiosity (mempertanyakan,

eksperimentasi, eksplorasi, ekspedisi); Opennes to experience (mencari informasi

dan pengalaman, berfantasi, pengalaman positif dan negative, menghargai karya seni

dan budaya, dan menerima pendapat orang lain); Risk tolerance (kesediaan

mengambil resiko material, fisik, psikis dan social, dan; Energy (pengunaan energi

fisik dan mental).158

Berpikir kreatif menurut Trefingger terdiri dari berpikir secara lancar, berpikir luwes

dan berpikir secara orisinil serta berpikir elaboratif.159 Berpikir lancar mencakup di

mana siswa dapat mencetuskan banyak gagasa, jawaban, menyelesaikan masalah

atau pertanyaan, kemudia memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan

berbagai hal, bisa juga dengan memikirkan lebih dari satu jawaban. Selanjutnya

yaitu berpikir luwes mencakup di mana siswa dapat menghasilkan gagasan, jawaban

atau pertanyaan yang bervariasi, kemudian dapat melihat suatu masalah dari sudut

pandang yang berbeda-beda, siswa juga dapat mencari banyak alternatif atau arah

yang berbeda-beda, selian itu juga dapat mengubah cara pendekatan atau pemikiran.

Adapun berpikir orisinil mencakup di mana siswa mampu melahirkan ungkapan yang

baru dan unik, bisa juga dengan memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk

mengungkapkan diri, selain itu juga mampu membuat kombinasi-kombinasi yang

tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Selanjutnya yaitu berpikir

elaboratif mencakup di mana siswa mampu memperkaya dan mengembangkan suatu

gagasan atau produk, selain itu menambah atau merinci detail-detail dari suatu

obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.160

Pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun

di luar kelas dengan cara memanfaatkan segenap potensi dan luti kecerdasan yang

dimiliki peserta didik secara maksimal. Secara implisit, pembelajaran ini

mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan, terutama dalam

penyajiannya yang lebih inovatif. Bila dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas

157Putri Dwi Aliyati & Nonon Hery Yoenanto, “Hubungan Antara Peceived

Autonomy Support Siswa terhadap Guru dengan Kreativitas Siswa Kelas XI SMA Insan

Mulia Surabaya”, Jurnal Psikologi & Perkembangan, Vol. 3, No. 1, April 2014: 23. 158M. As’ad Djalali, “Pola Asuh Orangtua Demokratis, Efikasi-Diri dan Kreativitas

Remaja”, Jurnal Persona, Vol.1, No.1, Juni 2012:16. 159Susriyati Mahanal & Siti Zubaidah, “Model Pembelajaran Riscosre yang

Berpotensi Memberdayakan Keterempilan Bepikir Kreatif”, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengebangan, Vol. 2, No. 5, Mei 2017: 677.

160Zemmy Indra Kumala Dewi, “Upaya Meningkatkan Berpikir Kreatif melalui

Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI berdasarkan Teori Beban Kognitif”, Cakrawala Pendidikan : Forum Komunikasi Ilmiah dan Ekspresi Krwatif Ilmu Pendidikan, Vol. 15, No.

2, Oktober 2013: 248.

Page 66: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

51

pembelajaran yang ada, termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam lingkungan

sekitarnya. Dengan demikian, pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan berbagai

macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja.161

Teres M. Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kratif itu melalui

lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop. Kelima tahap tersebut

adalah:162

a. Tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah

yang harus dipelajari dan dicarikan solusinya.

b. Tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar, menelaah bacaan yang

relevan dengan masalah).

c. Tahap penyimpulan gagasan (hasil pembacaan biasa melaharian gagasan,

sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai inspirasi dan media

pemecahan masalah.

d. Tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk tindakan dan karya

kreatif).

e. Tahap pengukuran hasil (evaluasi)

2. Ciri-Ciri Kreativitas

Ciri-ciri kreativitas dapat ditinjau dari dua aspek menurut Yesi Budiarti,

yaitu:

a. Aspek Kognitif. Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan

berpikir kreatif/divergen ciri-cirinya yaitu: (1). Keterampilan berpikir

lancar, (2). Keterempilan berpikir luwes/fleksibel, (3). Keterempilan berpikir

orisinal, (4). Keterampilan memperinci, (5). Keterampilan menilai. Makin

kreatif seseorang, ciri-ciri tersebut makin dimiliki.

b. Aspek afektif. Ciri-ciri kreativitas yang lebih berkaitan dengan sikap dan

perasaan seseorang ciri-cirnya yaitu: (1). Rasa ingin tahun, (2) Bersifat

imajinatif, (3) merasa tertantang oleh kemajemukan, (4) sifat berani

mengambil resiko, (5) sifat menghargai, (6) percaya diri, (7) keterbukaan

terhadap pengalaman baru, (8) menonjol dalam salah satu bidang seni.163

Adapun menurut Sund dalam Silaban (2014) ciri-ciri individu yang memiliki

potensi kreatif adalah sebagai berikut, yaitu : memiliki ras ingin tahu, Panjang akal,

bekeinginan untuk menemukan atau meneliti, lebih suka melakukan tugas-tugas

yang beras, senang menyelesaikan masalah, bergerak dan penuh dedikasi dalam

melakukan pekerjaan, bersifat fleksibel, cepat menanggapi atau menjawab

pertanyaan dan memiliki kebiasaan memberikan yang lebih banyak disbanding

dengan orang lain, dan lain sebagainya.164

161Muhbib Abdul Wahab, Epistemologi & Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab

(Jakarta: UIN Jakarta Press 2008), 236. 162Lihat Teresa M. Amabile, Growing up Creative (New York: Pinguin, 1998). 163Yesi Budiati, “Pengembangan Kemampuan Kreativitas dalam Pembelajaran

IPS”, Jurnal Pendidikan Ekonomi, Vol. 2, No. 1, 2015: 68. 164Bojingga Silaban, “Hubungan antara Penguasaan Konsep Fisika dan Kreativitas

dengan Kemmapuan Memecahkan Masalah pada Materi Pokok Listrik Statis”, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, Vol. 20, No. 1, 2014: 67.

Page 67: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

52

Adapun menurut Trefingger ada lima aspek dalam berpikir kreatif, yaitu:

Pertama, Fluency (kelancaran), meliputi kemampuan mengeluarkan ide, cara, saran,

pertanyaan, gagasan atau alternatif jawaban dengan lancer dalam waktu tertentu.

Kedua, Flexibility (keluwesan), meliputi kemampuan mengeluarkan gagasan,

jawaban, pertanyaan yang bervariasi di mana gagasan atau jawaban tersebut

diperoleh dari sudur pandang yang berbeda-beda dengan mengubah cara pendekatan

atau pemikiran. Ketiga, originality (keaslian), merupakan kemampuan

mengungkapkan, cara, gagasam, atau ide untuk menyelesaikan masalah ayau

membuat kombinasi bagian atau unsur-unsur secara tidak lazim, unik, baru, yang

tidak terpikirkan orang lain. Keempat, elaboration (merinci), merupakan

kemampuan untuk memperkaya, mengembangkan, menambah, menguraikan atau

merinci detail-detail dari objek, gagasan, ide, produk, atau situasi sehingag lebih

menarik. Kelima, Metaphorical thingking (berpikir metafora), merupakan

kemampuan untuk menggunakan perbandingan atau analogi untuk membuat

keterkaitan baru.165

C. Maharat al-kalam 1. Pengertian Maharat al-kalam

Ada banyak definisi mengenai bahasa. Dalam perbincangan mengenai

Bahasa pada khazanah literatur Arab, didapati dua jenis definisi. Pertama, definisi

yang berasal dari khazanah literatur klasik. Kedua, definisi yang berasal dari literatur

modern, yang merupakan panjangan tangan dari definisi yang ditemukan pada

khazanah literatur Barat. Jinni (W. 932 H) mendefinisikan bahwa bahasa adalah

bunyi yang dipergunakan komunitas untuk mengungkapkan maksud dan tujuan. Ibnu

Khaldun mengatakan bahwa Bahasa itu adalah ekspresi dari penutur atas apa yang

diinginkannya.166 Dari definisi bahasa di atas maka bahasa Arab adalah ekspresi dari

penutur apa yang dinginkannya dengan menggunakan bahasa Arab.

Bahasa Arab mempunyai peran yang sentral dalam pergaulan manusia

dewasa ini. bahasa Arab telah diakui PBB secara resmi sebagai bahasa Internasional

pada tahun 1973. Ini membuktikan bahwa bahasa Arab berperan penting sebagai alat

komunikasi di tingkat internasional.167 bahasa Arab semakin menarik untuk

dipelajari bukan dari dorongan keagamaan semata tetapi juga dilatarbelakangi oleh

perdagangan, politik, dan Pendidikan.168

Dalam belajar bahasa Asing, terutama bahasa Arab, keterlibatan penuh

siswa dalam proses pembelajaran sangat penting karena dalam belajar bahasa,

165Susriyati Mahanal & Siti Zubaidah, “Model Pembelajaran Riscosre yang

Berpotensi Memberdayakan Keterempilan Bepikir Kreatif”, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengebangan, Vol. 2, No. 5, Mei 2017: 677.

166Syarif Hidayatullah & Abdullah, Pengantar Linguistik Arab Klasik-Modern

(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 1-2. 167Muspika Hendri, “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Melalui

Pendekatan Komunikatif”, Potensia: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 3, No, 2, Juli-

Desember 2017: 196. 168Abdullah Mu’in, Analisis Kontrasif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Al-Husna Bary, 2004), 40.

Page 68: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

53

interaksi timbal balik antara instruktur dan siswa harus dilakukan. Jika guru bahasa

Arab hanya berfokus pada penyampaian materi atau tidak melibatkan siswa

sepenuhnya, misalnya dengan meminta siswa menghafal kosakata (mufradat) dan

tata bahasa Arab (Nahwu), hasilnya juga tidak optimal. Sepeti diketahui, para ahli

dalam metodologi pengajaran bahasa Arab ke non-Arab mengkategorikan

kemampuan berbahasa Arab menjadi empat keterampilan, yaitu : 1) Maharah al-Istima’ (listening skill), 2) Maharah al-Qira’ah (reading comprehension), #3) Maharah al-Hiwar/al-Kalam (proficiency in conversation) and 4) Maharah al-Kitabah (writing proficiency).169

Sasaran Pendidikan bahasa Arab terhadap penguasaan bahasa Arab dalam

proses pembelajaran dikenal dua macam tujuan pengajaran, yaitu tujuan

instruksional dan tujuan iringan. Tujuan instruksional dinyatakan secara eksplisit

dalm GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) sedangka tujuan iringan

bergantung pada pengajar dalam merancang strategi pengajaran.170 Sementara

sasaran Pendidikan bahasa Arab di Indonesia dapat langsung diihat berdasarkan

peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008 tentang Standar

Kompetensi Lulusan dan Strandar Isi Pendidikan Agama dan Bahasa Arab di

Madrasah.171

Maharah dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan kemahiran,

keterampilan, atau kecakapan. Sedangkan dalam bahasa Inggris maharah disebut

dengan skill. Sehingga maharah bahasa Arab adalah keterampilan-keterampilan yng

harus dikuasi oleh pembelajar bahasa Arab baik dari segi reseptif (memperoleh

bahasa) maupun segi produktif (menghasilkan bahasa).172

Maharat al-kalam adalah salah satu aspek terpenting dalam pembelajaran

Bahasa.173 Sebab berbicara adalah bagian dari keterampilan yang dipelajari oleh

pengajar, sehingga keterampilan berbicara dianggap sebagai bagian yang sangat

mendasar dalam mempelajari bahasa asing.174 Semua indikator kemahiran dalam

berbahasa Arab dapat dicapai dengan menggunakan pendekatan CTL.

169Achmad Mulis, “Pengembangan Pembelajaran Maharah Al-Kalam Berbasis

Media Bithaqah Jaybiyah di MTS Negeri Sumber Bungur Pamekasan”, OKARA, Vol. 2, No.

14, November 2014: 121. 170Iskandarwassid & Dadang Suhendra, Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2011), 23. 171Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008 tentang Standar

Kompetensi Lulusan dan Strandar Isi Pendidikan Agama dan Bahasa Arab di Madrasah. 172Abdul Chaqil Harimi, “Pembelajaran Maharah Bahasa Arab Berbasis Inklusif

(Analisi Kebutuhan Peserta Didik Tunanetra dalam Pembelajaran Berbahasa Arab)”, Tarlin, Vol. 1, No. 2, 2017: 22.

173Mainizar et al, “Penerapan Strategi Pembelajaran Learning Cell dalam

Pembelajaran Bahasa Arab untuk Meningkatkan Mahaaroh al-Kalam pada Siswa Madrasah

Tsanawiyagh di Provinsi Riau”, Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 17,

No. 2, Juli-Desember 2014: 241. 174Abd. Whab Rosyidi & Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar

Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), 88.

Page 69: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

54

Maharat al-kalam adalah kemampuan siswa untuk mengekspresikan apa

yang dia pikirkan kepada orang lain, secara lisan. Keterampilana ini penting untuk

diajarkan karena ini adalah langkah pertama menuju keterampilan membaca dan

menulis. Di samping itu, hal ini memungkinkan komunikasi dua arah antara

pembicara dan pendengar secar timbal balik. Dengan demikian latihan berbicara

harus terlebih dahulu didasari oleh: 1. Kemampuan mendengarkan, 2. Kemampuan

mengucapkan, dan 3. Penguasaan kosakata dan ungkapan yang memungkinkan siswa

dapat mengkomunikasikan maksud dan pikirannya.175

Secara spesifik, menurut Jaudat ar-Rukabi dalam Achmad Muhlis (2014)

tingkat kemampuan itu mencakup performative, functional, informational dan epistemic. Pada tingkat performative, orang mampu membaca (fahm al-maqru’), menulis (kafa’ah al-kitabah), mendengarkan (fahm al-masmu’), dan berbica dengan

simbol-simbol (al-kalam bi ramus al-shauti) yang digunakan. Pada tingkat

functional, orang mampu menggunakan bahasa Arab untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar (qiro’ah al-jaridah), manual atau

petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan

kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu

mengungkapkan pengetahuan ke dalam Bahasa sasaran.176

Berkenaan dengan kecakapan berbicara, guru bahasa Arab harus dapat

mengusai Teknik dan metode penyajian keterampilan berbicara dengan baik, melalui

metode percakapan atau menggunakan alat bantu seperti gambar ataupun

sejenisnya, yang siswa dapat berkomunikasi dengan orang lain melalui gambar yang

dia lihat.177 Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara adalah

keberanian murid dan perasan tidak takut bersalah. Oleh karena itu guru harus dapat

memberikan dorongan kepada siswa agar berani berbicara kendatipun dengan resiko

salah. Kepada siswa hendaknya ditekankan bahwa takut salah ada kesalahan yang

paling besar.178

Tidak hanya sampai di situ menurut Wahab di eraposmetode ini

pembelajaran bahasa Arab juga harus di ramu dengan ICT yang efesien dan efektif.

Kemudian harus juga melakukan riset multidisiplin ilmu (Psikologi, linguistik,

antropologi, ekonomi bahasa, sosiologi, politik, pendidian dan lain sebagainya).179

Menurut Saepul Islam (2015) motivasi juga berperan penting dalam memperlajari

bahasa. Motivasi memiliki kontribusi dalam menumbuhkan minat pebelajar untuk

175Ahmad Fuad Effency, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat.

2005), 113. 176Achmad Muhlis, “Pengembangan Pembelajaran Maharah al-Kalam Berbasis

Media Bithaqah Jaybiyah di MTSN Sumber Bungur Pamekasan”, OKARA, Vol. 2,

Nopember 2014: 48. 177M. Ilham Muchtar, “Contextual Teaching and Learning Method in Studying

Arabic”, Hunafa: Jurnal Studia Islamika, Vol. 14, No. 1, Juni 2017: 184-185. 178Ahmad Fuad Effency, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. 113. 179Muhbib Abdul Wahab, “Pembelajaran Bahasa Arab di Era Posmetode”, Arabiyat:

Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan KebahasaAraban, Vol. 2, No. 1, 2015: 72.

Page 70: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

55

mempelajari suatu bahasa utamanya bahasa Arab. 180 Suharmon juga

mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa penerapan pembelajaran bahasa dengan

Teknik komunikatif dapat meningkatkan aktivitas berbicara siswa dalam bahasa

Arab. Pembelajaran dengan teknik komunikatif juga sangat relevan dengan

pembelajaran kontekstual.181

2. Prinsip-Prinsip Pengajaran Maharat al-kalam

Agar pembelajaran kalam baik bagi non Arab, menurut Rasyidi & Ni’mah

maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:

a. Hendaknya guru memiliki kemampuan yang tinggi tentang keterampilan

berbahasa Arab.

b. Memulai dengan suara-suara yang serupa antara dua bahasa.

c. Memulai dengan kosakata mudah.

d. Memfokuskan pada bagian keterampilan bagi keterampilan berbicara, yaitu:

1. Cara mengucapkan bunyi dan makhrajnya dengan baik dan benar.

2. Membedakan pengucapan harakat panjang dan pendek.

3. Mengungkapkan ide-ide dengan cara yang benar dengan memperhatikan

kaidah tata bahasa yang ada.

4. Melatih siswa bagaimana cara memulai dan mengakhiri pembicaran

dengan benar.

e. Memperbanyak latihan-latihan, seperti latihan membedakan pengucapan

bunyi, latihan mengungkapkan ide-ide. 182

3. Fungsi Bahasa Arab

Kemampuan berbicara harus disesuaikan dengan pendekatan dalam

memahami fungsi Bahasa, sebagaimana yang dikemukan oleh Ibrahim 1427 H)

dalam Moh Matsna & Raswan, yaitu:

a. Bahasa berfungsi instrumental, seperti apa ungkapan yang akan

disampaikan ketika meminjam pulpen dari teman dekat, teman kerja atau

dari orang yang sama sekali belum dikenal.

b. Fungsi mengatur, seperti ketika diminta seseorang untuk mengunjungi

rumah orang tersebut dengan beberapa kondisi; orang yang meminta teman

akrab, teman kerja atau orang yang tidak dikenal, sebagaimana

meresponnya.

c. Fungsi interaksi, misalnya jika ada kabar baik yang datang dari sahabat,

teman biasa dan orang yang tidak dikenal, bagaimana meresponnya dengan

golput.

180Asep Muhammad Saepul Islam, “Faktor Demotivasi Pembelajaran Bahasa Arab

dalam Perspektif Siswa Madrasah”, Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan KebahasaAraban,

Vol. 2, No. 1, 2015: 1-16. 181Suharmon, “Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa pada Mata

Pelajaran Bahasa Arab Melalui Latihan Komunikatif di MTSN Paninjauan Kabupaten Tanah

Datar”, Ta’dib. Vol. 12, No. 1, Juni 2009: 71. 182Abd. Wahab Rasyidi & Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar

Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), 90.

Page 71: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

56

d. Fungsi personal, jika ada orang berbicara tentang tema yang tidak disukai,

apa beda respon yang ditunjukkan, jika orang tersebut adalah teman dekat

atau sahabat, teman biasa atau orang asing, bagaiman memulai, berhenti dan

mengakhiri pembicaraan.

e. Fungsi heuristik/eksplorasi.

f. Fungsi imajinasi. 183

4. Aplikasi CTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab untuk Meningkatkan Kreativitas

dan Maharat al-kalam

Strategi aplikasi model CTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat

dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: tahap ta’aruf (pengenalan), tahap isti’ab

(pemahaman), dan istimta’ (apresiasi dan penikmatan). Akan dijelaskan secara rinci

berikut ini. Pada tahap pertama, pembelajaran bahasa Arab baru merupakan

pengenalan unsur-unsur bahasa Arab, seperti simbol bunyi, morfem, kosa kata, frase,

dan struktur dasar bahasa Arab. Pada tahap kedua, pembelajaran bahasa Arab

diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara berbagai unsur bahasa

Arab, perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat, sehingga

pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat. Dan di tahap

ketiga, pembelajaran bahasa Arab diarahan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati

struktur dan sistem bahasa Arab.

Selain itu, menurut Muhbib Abdul Wahab model CTL dapat diaplikasikan

dalam bentuk bahasa Arab itu sendiri. Misalnya saja, fungsi bahasa Arab sebagai

Instrumental Function (al-wazhifah al-naf’iyyah) dan interactional function (al-wahzifah al-tafa’uliyyah) dalam kehidupan sehari-hari siswa. Ada beberapa langkah

yang perlu dilakukan, yaitu:184 pertama, guru bahasa Arab perlu mendesain materi

pelajarannya, membuat para siswa dapat menggunakan Bahasa itu untuk memenuhi

kebutuhannya, seperti: berkenalan, menanyakan alamat, membeli seseuatu, sehingga

proses pembelajaran harus komunikatif.

Kedua, bahasa Arab itu lughat al-I’rab wa al-isytiqaq (Bahasa I’rab dan

derivasi). Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identic

dengan pembelajaran nahwu, lebih-lebih I’rab, maka bahasa Arab yang diajarkan

semestinya tidak sekadar membaca dan mengi’rab. I’rab hanyalah salah satu

fenomena kebahasaan yang harus dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur

kalimat. Jadi, konteks pembelajaran nahwu bukan untuk menjelaskan mawaqi’ I’rab itu sendiri, melainkan untuk memahami dan memaknai struktur kalimat. bahasa

Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif dalam

memperkenalkan bentuk-bentuk dan perbuahan kata berikut implikasi sementiknya.

Tentu yang dilakukan di beberapa pesantren, tetapi lebih produktif dan konstruktif

jika dilakukan melalui intensifikasi tadribat (latihatn-latihan), terutama latihan

berpola, terstruktur, dan kontekstual (diletakkan dalam konteks yang tepat).

183Moh Matsna & Raswan, Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab (Jakarta: UIN Press,

2014). 184Muhib Abdul Wahab, Epistemologi & Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab

(Jakarta: UIN Jakarta Press 2008), 241-244.

Page 72: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

57

Misalnya, ketika guru memperkenalkan bentuk mashdar yang berwazan mufa’alah dan fi’al, maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata yang familiar dan fungsional

dalam kalimat yang tepat.

Ketiga, mendekatkan siswa dengan penggunaan bahasa Arab yang lengkap

dengan konteksnya, tidak berupa realitas bahasa Arab buatan. Hal ini dimaksudkan

agar siswa langsung dapat memahami penggunaan bahwa Arab itu sebagaimana

mestinya dan sekaligus dapat mengetahui konteksnya. Sebagai contoh ketika

mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu dalam menulis (insya’), guru perlu

langsunf merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh orang Arab. Dalam hal

ini, koran, majalah, dan buku-buku bahasa Arab standar (fushah) dapat dijadikan

sumber dan media pembelajaran. Misalnya saja, tenaga pendidik membelajaran

informasi dan istilah tentang keadaan cuaca, maka gambar cuaca dalam bahasa Arab

dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual.

CTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan

produk belajar yang baik dan berguna bagi semua, baik dalam bentuk kompetensi

berbahasa Arab aktif maupun karya-karya mulai dari “kamus mini”, kumpulan

ungkapan, suart-surat dalam bahasa Arab, dan sebagainya. Porsi praktik dan latihan

dalam proses pembelajaran bahasa Arab harus lebih ditingatkan. Latihan yang

dikembangkan juga sebaiknya variative dan mengandung unsur games. Desain

latihan, media, dan games ini masih menjadi tantangan dan PR.

Sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab.

Penentuan masalah sebagai proses pembelajaran bahasa Arab, misalnya adanya

kesulitas dalam membedakan antara Jumlah fi’liyah dan jumlah ismiyah yang

khabarnya berupa fi’il, perlu mendapat perhatian tersendiri diri tenaga pendidik

dalam mengaplikasikan CTL. Jika tenaga pendidik dapat mengetahui akar

masalahnya, misalnya mubtada’ (subyek) yang berupa jamak khabar yang berupa

fi’il itu harus jamak, sementara pada Jumlah fi’liyah tidak jamak, maka yang

diperlukan tadribaat penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi, sambil

memperkenalkan kaidahnya secara sederhana.

D. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan pengembangan penelitian

action research. Action research sering pula disebut sebagai Participatory Action Research (PAR), community-based study, co-operative, action inquiry, action science, dan action learning. Action jenis itu adalah pendekatan yang umummnya

digunakan untuk meningkatkan kondisi dan praktik-praktik di suatu lingkungan

kegiatan tertentu. Misalnya peningkatan kegiatan pembelajaran di kelas,

peningkatan taraf hidup masyarakat pedesaan, dan lain sebagainya.185

Penelitian ini merupakan perkembangan baru yang mancul pada 1940 an,

yang digagas oleh psikologi social Amerika bernama Kurt Lewin pada tahun 1946,

185Agus Yuliantoro, Penelitian Tindakan Kelas dengan Metode Mutakhir untuk

Pengembangan Profesi Guru (Yogyakarta: Andi, 2015), xi.

Page 73: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

58

Lwin mendirikan Lembaga riset Tge Research Center for Group Dynamics di

Masschusset Institute of Technology. Gagasan Kurt Lewin dikembangkan oleh ahli

lainnya seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot dan Dave Ebbut dan

sebagainya.186 Penelitian tindakan kelas ini dikembangkan sebagai salah satu model

penelitian di tempat kerja di mana peneliti malakukan pekerjaan pokok sehari-

hari.187 Untuk di Indonesia, penelitian tindakan kelas baru dikenal pada akhir decade

80-an, dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini.188

Dewasa ini penelitian tindakan kelas menjadi penting di kalangan pada guru

dan dosen sebagai upaya untuk memecahkan masalah, memperbaiki situasi,

meminimalkan terjadinya miskonsepsi, dan atau meningkatkan kualitas proses

pembelajaran. Penelitian tindakan kelas dapay dikategorikan sebagai penelitian

kualitatif-eksperimen; karena analisis datanya menggunakan pendekatan kualitatif,

dan tindakan yang dikenakan terhadap subjek penelitian, serta dilakukan analisis dan

evaluasi terhadap hasil yang dicapai setelah dilakukan tindakan.189

Pengertian penelitian tindakan kelas adalah untuk mengidentifikasi

permasalah di kelas sekaligus memberi pemecahan masalahnya.190 Menurut Hopkins

penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur

penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin

inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat

dalam proses perbaikan dan perubahan.191

Menurut Rochiati Wiwiaatmadja penelitian tindakan kelas adalah

bagaimana sekelompok guru mengorgnisasikan kondisi praktek pembelajaran, dan

belejar dari pengalaman sendiri. Guru dapat mencoba sesuatu gagasan perbaikan

dalam praktek pembelajaran, dan dapat melihat pengaruh nyata dari apa yang telah

diupayakan.192 Lebih singkat Aqib dalam Endang Fadli (2017) mendefinisikan PTK

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan

terjadi dalam sebuah kelas.193 Ditambahkan oleh Kunandar dalam Nofyta Arlianti

(2015) bahwa PTK merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru ata bersama-

186Rusydi Ananda, et al., Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Citapustaka Media,

2015), 1. 187Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan

Pengembangannya (Jakartta: Bumi Aksara, 2013), 2. 188Gayatri & Wirakusuma, “Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan

Keterampilan Pembuatan Proposal Penelitian Mahasiswa”, E-Jurnal Akutansi Universitas

Udayana, ISSN: 2302-8559: 3. 189Triyono, “Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya?”,

Seminar Guru-Guru se UPTD Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008, 1. 190Zetty Azizatun Ni’mah, “Urgensi Penelitian Tindakan Kelas bagi Peningkatakan

Profesionalitas Guru antara Cita dan Fakta”, Realita, Vol. 15, No. 2, 2017: 3. 191David Hopkins, A Teacher’s Guide to Classrom Research (Piladhelpia: Open

University Press, 1993), 44. 192Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan

Kinerja Guru dan Dosen (Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2006), cet-3, 13. 193Endang Fadli, “Peningkatan Kompetensi Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas

(PTL) Melalui Diklat Model In On IN”, Edukasi: Jurnal Penelitan Pneidikan Agama dan Keagamaan, Vol. 15, No. 3, 2017: 374.

Page 74: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

59

sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki atau

meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas.194

Madya dalam Afandi (2014) mengnugkapankan bahwa penelitian tindakan

kelas berurusan langsung dengan praktik dalam situasi alami, penelitiannya adalah

pelaku praktik itu sendiri dan pengguna langsung hasil penelitiannya lingkup ajanya

terbatas, yang paling menonjol adalah bahwa penelitian tindakan ditunjukukkan

utnuk melakukan perubahan sutuasi tempat penelitian dilakukan guna mencapai

perbaikan praktik secara berkelanjutan.195

Kunci utama PTK yakni adanya tindakan pembelajaran yang dilakukan

secara berulang (bersiklus) dalam rangka mencapai perbaikan yang diinginkan.

Beberapa sasaran yang ditempuh melalui PTK meliputi upaya-upaya perbaikan pola

pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, peningkatan kemampuan guru dalam

menerapkan stragei pembelajara, perubahan perilaku siswa menjadi lebih baik,

peningkatan partisipasi siswa dalam proses belajar dan sebagainya.196

2. Model Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa hal mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan

bagan yang berbeda-beda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan lazim

yang dilalui, menurut Suharsimi Arikunto yaitu: a. perencanaan, b. pelaksanaan, c.

pengamatan, d. refleksi. Dan akan dijelaskan secara rinci berikut ini:197

a. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning) Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang, apa, mengapa, kapan, di mana

oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap

menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau focus peristiwa yang

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati. Kemudian membuat

instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang

terjadi selama tindakan berlangsung.

b. Pelaksanaan tindakan (Acting) Tehap pelaksanaan tindakan adalah implementasi hasil perencanaan yang

telah dilakukan pada tahap plan pada pembelajar di kelas. Tindakan

dilakukan sejalan dengan laju perkembangan pelaksanaan pembelajaran.198

194Nofyta Arlianti, “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Menngunakan

Model Pembelajarn Jigsaw Diiringi dengan Media Domino Kelas VII MTsN Pendung

Tengah Penawar”, Vol. 17, Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains, No. 1, Juni 2015:

67. 195Muhamad Afandi, “Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru daam

Pembelajaran di Sekolah Dasar”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, Vol. 1, No. 1, Januari 2014:

6 . 196A. Wahab Jufri, “Penelitian Tindakan Kelas: Antara Teori dan Praktek”, J. Pijar

MIPA, Vol. V, No. 2, September 2018: 49. 197Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012),

cet-11: 16-20. 198Baskoro Adi Prayitno, “Penelitian Tindakan Kelas (Kajian Filosofi, Metodologis,

dan Tindak Lanjutnya dalam Pembelajaran”, Seminar Nasional Pendidikan Sains UKSW 2015: 12.

Page 75: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

60

Tahap ke dua dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan yang

merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan

tindakan kelas. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan

perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maskud

semula. Pada saat pelaksanaan (acting), guru harus mengambil peras dalam

pemberdayaan siswa sehingga siswa menjadi agen of change bagi diri dan

kelas. Kelas diciptakan sebagai komunitas belajar daripada laboratorium,

tindakan. Pengamat dapat menggunakan angket atau ceklis guna merekam

kejadian yang muncul pada waktu tindakan intervensi dilaksanakan.199

c. Pengamatan (Observing) Tahap ke tiga yaitu kegiatan pengataman yang dilakukan pengamat.

Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi,

keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

d. Refleksi (Reflection) Tahap ke empat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa

yang sudah dilakukan. Istilah reflaksi berasal dari bahasa Inggris reflection,

yang artinya pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika

guru pelaksanaan sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadap

dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

Refleksi hendaknya mengungkapkan kendala pada tahap pertama dan

kekurangannya sehingga pada tahap berikutnya bisa memperbaiki penelitian

tindakan.200

3. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Djunaidi Ghony201, yaitu:\

a. Suatu fokus yang praktis.

b. Praktik kegiatan pendidik atau peneliti sendiri

c. Kolaborasi

d. Suatu proses dinamis

e. Suatu perencanaan tindakan

f. Berbagi pengalaman penelitian.

Demikian berbagai rangkain teori yang berkaitan secara langsung dengan

strategi CTL dan bagaimana impelementasinya di dalam upaya meningkatkan

kreativitas dan kemampuan kalam siswa. Adapun di dalam praktiknya penelitian ini

menggunakan jenis PTK, sehingga diharapkan mampu lebih mendalam serta dapat

mengeksplorasi segala aspek pembelajaran dalam upaya menghasilkan kesimpulan

penelitian yang signifikan.

199Dwi Susilowati, “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Solusi Alternatif

Probelamtika Pembelajaran”, Edunomika, Vol. 2, No. 1, Februari 2018: 42. 200Mualimin & Rahmat Arofah Hari Cahyadi, Penelitian Tindakan Kelas Teori dan

Praktik (Yogyakarta: Ganding Pustaka, 2014), 21. 201Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas (Malang: UIN-Malang Press, 2008),

cet-1: 20.

Page 76: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

61

BAB III

PEMBELAJARAN BERBASIS STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI MADRASAH PEMBANGUNAN UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

Secara garis besar, di dalam bab ini peneliti membahas mengenai latar belakang

madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dari mulai profil

madrasah, aspek sejarah, serta segala aspek yang berkaitan dengan managemen

madarasah. Dan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung di sekolah tersebut.

Lalu setelah itu peneliti menambahkan langkah-langkah pelaksanaan Penelitian

Tindakan Kelas, dari mulai penerapan Siklus I terdiri dari (Planing, Acting Observing and Reflecting) dan dilanjutkan pada siklus II, hal ini mengacu pada teori

dari Suharsimi Arikuntos. Tahap perencanaan adalah tahap di mana peneliti

melakukan serangkaian persiapan penelitian, sekaligus membuat kesepakatan

dengan pengamat mengenai apa-apa yang akan diungkapkan dalam penelitian.202

Mulai dari perencanaan, persiapan teknis pra-simulasi, simulasi penjajakan,

pelaksanaan analisis dan diagnosa awal (sementara), penyusunan hipotesa, dan

diakhiri dengan perisiapan teknis akhir pelaksanaan.

A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta

1. Profil dan Sejarah Madrasah

Berdirinya Madrasah Pembangunan UIN Jakarta berawal dari keinginan

adanya lembaga pendidikan Islam refresentatif dari tokoh di Departemen Agama dan

IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tepatnya yaitu pada awal tahun 1872, panitia

Pembangunan Gedung Madrasah Komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Prof. H.M Toha Yahya Omar (alm). Dan di bulan Juni 1972,

bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dimulai

pembangunan gedung madrasah yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh

menteri Agama RI pada masa itu, yaitu Prof. H.A. Mukti Ali dan rektor IAIN Syarif

Hidayatullah. Lalu pada tanggal 17 November 1973, gedung madrasah

diserahterimakan dari Pimpinan Bagian Proyek Pembinaan Bantuan Untuk

Madrasah Swasta Pemda DKI Jakarya kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada tahun 1974, pertama kali Madrasah Pembangunan membuka tingkat

ibtidaiyah atau sekolah dasar. Dengan jumlah murid saat itu baru 58 orang, yang

terdiri dari kelas I:43 orang, kelas II:8 orang, dan kelas III:7 orang. Permulaan

kegiatan belajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal inilah yang

kemudian ditetapkan sebagai “Hari Kelahiran” Madrasah Pembangunan. Tepatnya

pada awal tahun 1977, Madrasah Pembangunan membuka tingkat Tsanawiyah atau

Sekolah Menengah Pertama. Peserta didik angkatan pertama berjumlah 19 orang.

Bulan Juli 1991, dibuka kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang, bekerja sama

dengan Yayasan Al-Hidayah sebagai penyedia lahan.

202Tim Redaksi, “Konsep dan Prosedur PTK”, Jurnal Kependidikan Al-Qalam, Vol.

Ix, No. 1, 2012, 35.

Page 77: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

62

Dan sesuai dengan dikeluarkannya keputusan Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sejak awal September tahun 1974 pembinaan Madrasah

Pembangunan dilaksanakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan

Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya adalah menyiapkan Madrasah

Pembangunan sebagai “madrasah laboratorium” Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pada tahun 1978, Madrasah Pembangunan ditetapkan sebagai Madrasah

Pilot Proyek Percontohan (yakni madrasah dengan kurikulum yang bermuatan

pendidikan umum dan agama sehingga lulusan madrasah dapat melanjutkan ke

sekolah umum sederajat) oleh Depatemen Agama RI melalui Surat Keputusan Dirjen

Bimsa Islam Depag RI Nomor. Kep/D/03/1978. Berdasarkan keputusan tersebut,

kemudian diselenggarakan kegiatan penataran penulisan modul dan uji coba

pembelajaran dengan sistem modul. Empat modul bidang studi Al-Qur’an Hadits,

Bahasa Arab, Bahasa Indonesia dan Matematika telah diujikan sampai dengan tahun

1985. Dan mulai pada tahun 1988, berdasarkan Surat Keputusan Rektor IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Nomor: 06 tahun 2008, wewenang pembinaan dan pengelolaan

Madrasah Pembangunan dilimpahkan kepada pihak Yayasan Syarif Hidayatullah

Jakarta. Pengembangan sebagai Madrasah Laboratorium dilaksanakan bersaman-

sama dengan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tepatnya pada tahun pelajaran 1991/1992 Madrasah Pembangunan

membuka tingkat madrasah Aliyah atau Sekolah Menengah Atas. Peserta didik yang

diterima pertama kali sebanyak 32 orang terdiri dari 10 lak-laki dan 22 perempuan,

setelah empat tahun berjalan, berkenaan dengan kebijakan pemerintah dalam hal

pendidikan (khusunya Madrasah Aliyah), Pada Tahun Pelajaran 1995/1996 MA

Pembangunan tidak menerima pendafataran peserta didik baru lagi. Tahun

1996/1997, sebanyak 31 orang peserta didik terakhir lulus dari Madrasah Aliyah

Pembangunan IAIN Jakarta.

Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak tahun 2002

Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama menjadi

Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Dan di tahun pelajaran 2006/2007 atas

dorongan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan banyaknya permintaan

masyarakat. Madrasah Pembangunan UIN Jakarta kembali membuka tingkat

Aliyah. Jumlah peserta didik pertama yang diterima adalah 47 peserta didik dalam

2 rombongan belajar. Setelah tiga tahun berjalan, akhir tahun 2009 Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta telah diakreditasi dengan hasil Grade A kategori

memuaskan, sama dengan peroleh akreditasi MI dan MTs.

Pada tahun 2008 Madrasah Ibtidiyah dan Madrasah Tsanawiyah

Pembangunan UIN Jakarta ditetapkan sebagai Madrasah Standar Nasional (MSN)

di lingkunagn Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta dengan SK

Nomor: kw/09.4/4/5/HK.005/2081/2008 dan Madrasah Aliyah pun telah diverifikasi

MSN pada 25 Desember 2010. Tahun 2011 Kepala Kanwil Kemenag DKI Jakarta

kembali mengukuhkan status MSN melalui Surat Keputusan Nomor:

kw.09.2/4/1/HK.005/2293/2011. Serta pada Tahun Pelajaran 2010/2011 Telah

Page 78: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

63

dimulai rintisan program bilingual di tingkat tsanawiyah yang secara intens

dievaluasi dan disempurnakan.

Pada tahun Pelajaran 2015/2016 MA Pembangunan UIN Jakarta membuka

kelasa Bahasa dengan program utamanya penguasaan TOEFL (peserta didik kelas

X) dan IELTS (peserta didik kelas XI). Dan pada tahun pelajaran 2016/2017 MA

Pembangunan UIN Jakarta telah direncakan sebagai Madrasah Riset. Pada aspek

manajemen Madrasah Pembangunan UIN Jakarta mengimplementasikan Sistem

Manajemen Mutu (SMM) dan telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2008

No.QSC:00863 untuk pelayanan pendidikan pasa seluruh satuan pendidikan.203

2. Tokoh Pendiri Madrasah

Berdirinya Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tidak lepas dari jasa-jasa

para tokoh yang peduli terhadap pentingnya pendidikan Islam yang berkualitas di

Indonesia, yakni yokoh IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Departemen Agama

pada masa itu, antara lain adalah:

a. Drs. H. Kafrawi Ridwan, M.A (Wakil Rektor III IAIN Syarif Hidayatullah

dan Direktur Perguruan Tinggi Depag. RI).

b. Prof. Dr. H. A. Rahman Partosentono (Wakil Rektor I IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta).

c. Drs. H. Husen Segaf, M.A (Wakil Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

d. Drs. H. Bakran Yakob (Ketua Jurusan Bahasa Indonesia, FITK, IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta).

e. Dr. H. Agustiar, M.A (Ketua jurusan Pedagogik, PITK, IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta).

f. Drs. H. A. Muzakir ( Kasubid II Direktorat Pendidikan Departemen Agama

RI).

g. Drs. H. M Ali Hasan (Kepala Seksi Pembina Tenaga Guru dan Pengawasan

Subdit V Direktoran Pendidikan Agama, Departemen Agama RU).

3. Visi

Menjadi lembaga pendidikan terkemuka dalam pembinaan keislaman,

keilmuan, dan keindonesiaan, dengan mengapresiasi potensi peserta didik.204

4. Misi

Misi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatulla Jakarta:

a. Menyelenggarakan pendidikan usia dini, dasar, dan menengah yang

menghasilkan lulusan berakhlakul karimah, cerdas, dan terampil;

b. Melakukan inovasi kurikulum untuk menghasilkan lulusan yang

berkualitas dalam bidang keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan;

c. Melaksanakan pembelajaran aktif dan menyenangkan dalam rangka

meningkatkan potensi peserta didik;

203Diakses pada situs resmi MA Pembangunan yaitu: ma.mpuin-jkt.sch.id. 204Diakses pada situs resmi MA Pembangunan yaitu: ma.mpuin-jkt.sch.id.

Page 79: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

64

d. Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan

potensi peserta didik;

a. Meningkatkan kompetensi pendidikan dan tenaga kependikakan dalam

rangka penjaminan mutu layanan dan pendidikan;

b. Menciptakan partisipasi aktif stakeholders madrasah untuk

meningkatkan kualitas pendidkan.205

5. Tujuan Didirikan Madrasah

Madrasah Pembangunan UIN Jakarta mempunyai beberapa tujuan di

antaranya yaitu :

a. Terselenggaranya pendidikan dasar dan menengah yang akan melahirkan

lulusan beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan kompetitif dan

keunggulan komparatif;

b. Terwujudnya peserta didik yang memiliki keseimbangan antara kekuatan

jasmani dan rohani serta kepekaan dan kepedulian sosial;

c. Terwujudnya kurikulum yang memiliki kekuatan pada pembinaan

keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderungan

globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia dan

kemampuan potensi anak;

d. Tersedianya pendidikan sebagai tenaga professional yang mengusai bidang

keilmuan yang diasuhnya secara luas, mendalam dan komprehensif serta

memiliki kemampuan untuk mengajarkannya (teaching skill),

berkepribadian pedagogis, dan berakhlak mulia;

e. Tersedianya sarana prasarana dan fasilitas sumber belajar yang dapat

memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk dapat belajar

seluas-luasnya, sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai pusat

pembelajar;

f. Terwujudnya peserta didik yang mandiri yang mampu melakukan team work

melalui berbagai aktivitas belajar baik intra maupun ekstrakurikuler.

6. Pilar Keunggulan

Akhlak Karimah, Bahasa, dan Sains

7. Motto

Cerdas-Terampil-Unggul

8. Slogan Mutu

More than just an Islamic School

9. Kebijakan Mutu

Kebijakan mutu :

a. Pembiasaan “Islamic School Culture”;

b. Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan;

205Diakses pada situs resmi MA Pembangunan yaitu: ma.mpuin-jkt.sch.id.

Page 80: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

65

c. Perbaikan “Teaching Learning Process”;

d. Pencapaian Layanan Prima;

e. Pencapaian Standar Sarana Prasarana.

2. Kurikulum Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perkembangan dan perubahan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara perlu segera ditanggapi dan dipertimbangkan dalam bentuk

penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Madrasah

Pembangunan UIN Jakarta telah menetapkan pilar keunggulan sebagai landasan

berpijak dalam proses pembelajaran yang menitikberatkan pada basic sains,

bahasa, dan akhlaqul karimah. Dengan penetapan tersebut membawa

konsekuensi logis pada perubahan kurikulum. Hal ini menjadi motivasi dan spirit

untuk lebih meningkatkan lagi prestasi dan reputasi lembaga ini dalam

melahirkan lulusan atau output yang handal sesuai mottonya.206

1. Ruang Lingkup KBM Madrasah Aliyah (MA)

a. Program Pembinaan Kepesertadidikan

Habitual curriculum atau kurikulum pembiasaan adalah kegiatan yang

dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai dengan materi pembinaan

akhlak dan kepribadian serta pembiasaan ibadah. Program pembinaan kepeserta

didikan (30 menit pada awal pembelajaran) berisi bahan-bahan kajian yang

diambil sebagai pengembangan dari beberapa mata pelajaran dan cakupan

materinya meliputi:

1) Al-Quran – Hadits

Materi Al-Quran – Hadits disusun mengacu kepada kaidah-kaidah serta

tujuan kurikuler seba-gaimana yang terdapat dalam Kurikulum sesuai

dengan tingkatannya, dengan penekanan pada:

a) Mempraktikkan kemampuan membaca Al-Quran dengan tartil.

b) Mempraktikkan kemampuan membaca Al-Quran sesuai dengan

bacaan yang telah ditentukan.

2) Aqidah Akhlak

Materi Aqidah Akhlak mengacu kepada kaidah-kaidah serta tujuan kurikuler

sebagaimana yang dikehendaki oleh kurikulum sesuai dengan tingkatannya,

dengan penekanan pada:

a) Kemampuan menunjukkan akhlaq yang baik dalam pergaulan antar

sesama manusia.

b) Kemampuan menunjukkan akhlaq yang baik terhadap orang tua dan

guru.

206Diakses pada situs resmi MA Pembangunan yaitu: ma.mpuin-jkt.sch.id.

Page 81: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

66

3) Fiqih

Materi Fiqih disusun mengacu kepada nilai-nilai dan kaidah-kaidah serta

tujuan kurikuler sebagai-mana terdapat dalam kurikulum sesuai dengan

tingkatannya, dengan penekanan pada:

a) Kemampuan melaksanakan shalat Dhuha dengan benar dan baik.

b) Menghayati pentingnya melaksanakan shalat.

c) Kemampuan menjadi imam shalat, memimpin dzikir dan do’a.

4) PKn dan Bahasa Indonesia

Materi PKn disusun mengacu kepada nilai-nilai dan kaidah-kaidah serta

tujuan kurikuler sebagai-mana terdapat dalam kurikulum sesuai dengan

tingkatannya, dengan penekanan pada:

a) Kemampuan menghormati dan menghargai pendapat orang lain

sesuai norma bangsa Indonesia.

b) Kemampuan untuk berani berbicara dan mengemukakan pendapat

di muka umum.

c) Memberikan masukan/kritik atas penampilan teman sekelas.207

b. Tahsin dan Hafalan/Tahfiz

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta memberikan penekanan sangat

serius pada kemampuan membaca Al-Qur’an, karenanya kepada setiap peserta

didik diharuskan memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik.

Peserta didik yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik diharuskan

mengikuti kegiatan tahsin atau Bina Baca Al-Qur’an (BBQ). Kegiatan ini

dilaksanakan usai kegiatan belajar mengajar dibawah koordinasi kelompok guru

mata pelajaran/konsorsium agama. Di samping itu peserta didik juga

diharuskan dan didorong untuk menghafal Al-Qur’an dengan materi hafalan

Juz 28, 29 dan 30 ditambah hafalan bacaan shalat, zikir dan doa harian. Hafalan

disetorkan melalui wali kelas atau guru pendamping dengan alokasi waktu

khusus208.

c. Program I Can Speak dan Apresiasi Seni Peserta Didik

MA Pembangunan UIN Jakarta membuat program I Can Speak (ICS). Program

tersebut dibuat untuk memberikan kesempatan peserta didik untuk

meningkatkan dan mengembangkanbakat peserta didik dalam ber-komunikasi

dan berbicara di hadapan publik dengan menggunakan beberapa bahasa asing.

Kegiatan tersebut dilaksanakan sebulan sekali. Selain itu, untuk memberikan

kesempatan dan mewadahi bakat siswa dalam bidang seni, MA Pembangunan

UIN Jakarta membuat program Apresiasi Seni Siswa dengan menampilkan

207Diakses pada situs resmi MA Pembangunan yaitu: ma.mpuin-jkt.sch.id. 208Diakses pada situs resmi MA Pembangunan yaitu: ma.mpuin-jkt.sch.id.

Page 82: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

67

perwakilan tiap kelas. Kegiatan ini dilaksanakan sebulan sekali secara

bergantian dengan program I Can Speak.209

d. Kelas Bahasa

MA Pembangunan UIN Jakarta, sejak tahun pelajaran 2015/2016 sudah dibuka

kelas Bahasa di kelas X. Mulai tahun 2016/2017 sudah ada 4 kelas Bahasa,

yang terdiri dari 2 kelas di kelas X dan 2 kelas di kelas XI. Tujuan dibentuknya

kelas Bahasa tersebut adalah untuk membiasakan atmosfir berkomunikasi baik

secara lisan maupun tulisan pada Bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris,

Bahasa Arab dan Bahasa asing lainnya. Program utama adalah kelas Bahasa di

kelas X adalah program utama yaitu pembelajaran regular TOEFL. Dan kelas

XI adalah pembelajaran regular IELTS. Selain itu ada program-program

tambahan lain yang mendukung program kelas Bahasa tersebut.210

e. Muatan Lokal Riset

Mulai tahun pelajaran 2016/2017, MA Pembangunan sudah dirintis dan

dilaksanakan Muatan lokal di bidang Riset. Hal tersebut bertujuan untuk

melatih, membiasakan, dan melatih budaya penelitian sederhana untuk siswa di

tingkat SMA/MA dan sebagai persiapan siswa-siswi untuk menghadapi

pembelajaran di perguruan Tinggi yang pada umumnya adalah meneliti, dan

menulis karya Ilmiah.211

B. Hasil Observasi Awal di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Pembelajaran adalah serangkain kegiatan yang dirancang untuk

memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran merupakan suatu

upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar yang

memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang memadai. Pembelajaran

tidak harus diberikan oleh seorang guru, karena kegiatan itu dapat dilakukan oleh

perancang dan pengembang sumber belajar, seperti seorang teknologi pembelajaran

atau suatu tim yang terdiri atas ahli media dan ahli materi suatu pelajaran.212

Dalam proses pembelajaran yang perlu diperhatikan pertama kali adalah

proses perencanaan yang dilakukan oleh guru sebelum akhirnya memutuskan

bagaimana pembelajaran itu berlangsung dan dengan metode apa kegiatan

pembelajaran itu dilaksanakan. Begitu juga dengan tahapan penelitian, sebelum

proses penelitian tindakan kelas dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu melakukan

berbagai rangkaian proses perencanaan penelitian yang meliputi tahapan observasi,

wawancara, dokumentasi serta koordinasi langsung dengan guru mata pelajaran

209Diakses pada situs resmi MA Pembangunan yaitu: ma.mpuin-jkt.sch.id. 210Diakses pada situs resmi MA Pembangunan yaitu: ma.mpuin-jkt.sch.id. 211Diakses pada situs resmi MA Pembangunan yaitu: ma.mpuin-jkt.sch.id. 212Rusmono, Stretgi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu untuk

Meningkatkan Profesionalitas Guru (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 6.

Page 83: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

68

bahasa Arab kelas XI Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Selanjutnya peneliti mendiskusikan bagaimana proses pembelajaran yang

berbasis CTL dilaksanakan di dalam kelas oleh guru mata pelajaran Bahasa Arab,

tentang masalah-masalah apa saja yang dihadapi oleh guru serta bagaimana problem solving yang diberikan kepada siswa. Adapun dalam kaitannya pelaksanaana

pembelajaran tindakan kelas, peneliti memastikan di mana ruangan kelas yang akan

menjadi tempat dilakukannya penelitian tindakan kelas tersebut, dikarenakan

peneliti harus memastikan efektivitas serta efisiensi selama proses penelitian

nantinya berlangsung.

Setelah semuanya dirasa telah memenuhi ketentuan standarisasi penelitian

tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu mendata seluruh siswa kelas XI MA

Pembangunan sebelum akhirnya merandom siswa di masing-masing kelas yang

nantinya akan menjadi peserta di kelas eksperimen. Dan peneliti juga mendiskusikan

kepada guru mata pelajaran tersebut, dan siswa yang telah dipilih berdasarkan hasil

random tentang waktu pelaksanaan tindakan kelas tersebut dilaksanakan. Setelah

beberapa rangkaian proses persiapan tersebut dilakukan, peneliti mendapati bahwa

masing-masing kelas diwakilkan oleh lima sampai enam orang siswa di setiap kelas.

Setelah tahapan seleksi dilaksanakan dan telah menghasilkan 20 orang terpilih

sebagai siswa kelas eksperimen, selanjutnya peneliti melakukan tahapan observasi

dan wawancara kembali untuk memberikan informasi langsung kepada guru terkait

rancangan dan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti sampai dengan

bagaimana proses yang akan peneliti lakukan selama penelitian berlangsung.

C. Pelaksanaan Tindakan Kelas di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif213 dengan jenis penelitian

tindakan kelas yang biasanya disingkat dengan PTK sedangkan dalam bahasa Inggris

disebut Classroom Action Research, disingkat CAR, penelitian tindakan kelas

adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk

memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas secara khusus dan mutu pendidikan

secara umum.214 Penelitian tindakan menghadirkan suatu perkembangan bidang

pendidikan yang mengarahkan pengidentifikasian karakteristik kebutuhan

pragmatis dari praktisi bidang pendidikan untuk mengorganisir penyelidikan

reflektif ke dalam pengajaran di kelas. Penelitian tindakan secara spesifik

213Penelitian kualitatif adalah bentukan metode pembaruan dalam dunia penelitian.

Disebut-sebut sebagai metode baru karena merupakan metode pascametode kuantitatif

dimunculkan. Metode kualitatif berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang sering

disebut dengan paradigma interpretatif da kontruk, yang memandang realitas sosial sebagai

suatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat

interaktif (reciprocal). Barnawi & Jajat Darojat, Penelitian Fenomenologi Pendidikan: Teori

dan Praktik (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2018), 22. 214Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. Penelitian Tindakan Kelas Edisi

Revisi (Jakarta: Bumi Aksara: 2017), 124.

Page 84: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

69

memusatkan perhatian pada ciri unik populasi/subjek penelitian yang menjadi ojek

pelaksana/sarana sebuah pabrik atau yang menjadi mitra wajib bagi tindakan

tertentu.215 Penelitian ini lebih ke arah memberdayakan semua partisipan dalam

proses pembelajaran yang akan diselenggarakan.216

Munculnya istilah “classroom action research” atau penelitian tindakan

kelas sebenarnya diawali dari istilah “action research” atau penelitian tindakan.

Secara umum, “action research” digunakan untuk menemukan pemecahan

permasalahan yang dihadapi seseorang dalam tugasnua sehari-hari di manapun

tempatnya, baik di kantor, di rumah sakit, di kelas maupun di tempat-tempat

lainnya. Dengan demikian, para penelitia “action research” tidak berasumsi bahwa

hasil penelitiannya akan menghasilkan teroi yang dapat digunakan secara umum

atau general. Hasil “action research” hanya terbatas pada kepentingan penelitian

sendiri, yaitu agar dapat melaksanakan tugas di tempat kerjanya sehari-hari dengan

baik. Dari sini menurut Muslich (2016) jelas bahwa dilihat dari ruang lingkup,

tujuan, metode, dan praktiknya, “action research” dapat dianggap sebagai penelitian

ilmiah mikro yang bersifat partisipatif dan kolaboratid. Dikatakan bersifat

partisipatif “action research” dilakukan sendiri oleh peneliti mulai dari penetuan

topik, perumusan masalah, perencanaa, pelaksanaan, analisis dan pelaporannua.

Dikatakan kolaboratif karena pelaksanaan “action research” (khususnya dalam

pengamatannya) juga dapat melibatkan teman sejawat. Walaupun bersifat mikro,

“action research” berbeda dengan dengan studi kasus karena tujuan dan sifat kasus

yang terdapat pada “action research” tidaklah unik sebagaimana keunikan yang

terdapat pada studi kasus. Namun, keduanya mempunyai kesamaan, yaitu peneliti

tidak berharap hasil penelitiannya akan dapat digeneralisasikan atau berlaku secara

umum. Sebab, sejak awal kedua penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah

yang dihadapi.217

Istilah penelitian tindakan kelas yang dipakai dalam wacana adalah

penelitian tindakan emansipatoris. Emansipasi dalam pemahaman bahasa Indonesia

sehari-hari mempunyai makna perbaikan nasib, peningkatan status, atau perjuangan

kesetaraan (seperti dalam kaitan gerakan perempuan). Penelitian tindakan kelas

bersifat emsipatoris dan membebaskan karena penelitian ini mendorong kebebasan

berpikir dan berargumen pada pihak siswa, dan mendorong guru untuk bebas

bereksperimen, meneliti, menggunakan kearifan dalam mengambil keputusan ataun

judgment.218

Menurut Sanjaya (2014) ada beberapa hakikat penelitian tindakan kelas.

Pertama, penelitian tindakan kelas adalah proses, artinya PTK merupakan rangkaian

215Yalvema Miaz, Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru dan Dosen (Padang: UNP

Press, 2017), 1. 216Fitriliza & Ari Khairurrijal Fahmi, “Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa

Arab Melalui Metode Contoh Morfologi (Penelitian Tindakan Kelas di Fakultas Agama

Islam)”, Jurnal Uhamka, Vol. 8, No. 2, November 2017: 186. 217Masnur Muslich, Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas itu Mudah (Jakarta:

Bumi Aksara, 2016), 7. 218Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan

Kinerja Guru dan Dosen (Bandiung: Remaja Rosdakarya, 2006), 25.

Page 85: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

70

kegiatan dari mulai menyadari adanya suatu malasah, kemudian merencanakan

tindakan untuk memecahkan masalah, mengimplemntasikan dan merefleksikan

terhadap tindakan yang telah dilakukan. Kedua, masalah yang dikaji adalah masalah

pembelajaran yang terjadi secara nyata di dalam kelas. Ketiga, PTK dimulai dan

diakhiri dengan kegiatan refleksi diri oleh guru. Keempat, dalam PTK dilakukan

berbagai tindakan, artinya PTK bukan hanya sekadar ingin mengetahui seseuatu

akan tetapi adanya aksi dari guru untuk proses perbaikan. Kelima, PTK dilakukan

dalam situasi nyata, artinya aksi yang dilakukan guru dilaksanakan dalam setting

pembelajaran yang sebenarnya dan tidak menganggu sistem pembelajaran yang

sudah direncanakan. Adapun tiga tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah

untuk memperbaiki kinerja guru, menumbuhkan sikap profesional guru, dan

pengingkatan situasi tempat praktik berlangsung.219

Adapun prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas adalah: tugas utama

pendidik adalah membelajarkan peserta didik, sehingga dalam melakukan penelitian

tindakan kelas tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas, kemudian dalam

penelitian tindakan kelas tidak dijumpai terminologi populasi dan samperl serta

varibael, namun diasumsikan sebagi konsep seperti motivasi dan/atau proposisi,

yaitu gabungan dari beberapa konsep. Selanjutnya metodologi penelitian yang

digunakan harus andal untuk memungkinkan pendidik dapat mengembangkan

pembelajaran yang diterapkan di kelas. Prinsip selanjutnya bahwa masalah

penelitian yang diambil harus dapat dipecahkan oleh pendidik, tidak terlalu

kompeks, dan sesuai dengan kebutuhan pendidik. Kemudian kegiatan meneliti

merupakan bagian integral dari pembelajaran, analisis penelitian tindakan kelas

dengan startistik deskriptif, tidak harus inferensial dan model peth analysis. Dan

masih banyak lagi prinsip-prinsip lainnya dalam penelitian tindakan kelas.220

Ada empat jenis-jenis penelitian tindakan kelas 1). PTK diagnostik,221 2). PTK

Partisipan,222 3). PTK empiris,223 4). PTK eksperimental.224 Adapun penelitian

tindakan kelas kali ini peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas

eksperimental di mana peneliti menerapkan berbagai teknik dan strategi efektif dan

efesien dalam kegiatan belajar mengajar terkait penerapan strategi CTL untuk

meningkatkan kreativitas dan maharat al-kalam siswa pada pembelajaran bahasa

219Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur (Jakarta,

Prenadamedia Group, 2014), 150-151. 220Saur Tampubolon, Penelitian Tindakan Kelas: Sebagai Pengembangan Profesi

Pendidik dan Keilmuan (Jakarta: Erlangga, 20014), 22. 221Penelitian yang dirancang untuk menuntun peneliti ke arah suatu tindakan.

Dalam hal ini, peneliti mendiagnosa dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar

penelitian. 222Peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan

pembuatan laporan. 223Peneliti melaksanakan tindakan, kemudian membukukannya. 224Peneliti menerapkan berbagai teknik dan strategi efektif dan efesian dalam

kegiatan belajar mengajar. Yeti Nurizzati, “Ketertolakan Laporan Hasil Penelitian Tindakan

Kelas”, Jurnal Eduaksos, Vol. 3, No. 1, 2014: 114.

Page 86: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

71

Arab dilaksanakan ke dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklusnya

terdiri dari dua kali pertemuan, untuk lebih jelasnya akan dijelaskan berikut ini.

1. Siklus I (Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, Refleksi)

a. Perencanaan (Planning) Tahap perencanaan adalah tahap di mana peneliti melakukan serangkaian

persiapan penelitian, sekaligus membuat kesepakatan dengan pengamat mengenai

apa-apa yang akan diungkapkan dalam penelitian.225 Mulai dari perencanaan,

persiapan teknis pra-simulasi, simulasi penjajakan, pelaksanaan analisis dan

diagnosa awal (sementara), penyusunan hipotesa, dan diakhiri dengan perisiapan

teknis akhir pelaksanaan. Berikutnya tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan disebut

juga dengan tahap aplikasi. Tahap ini dimulai dari aksi koordinasi yang dilakukan

peneliti dengan pihak-pihak terkait. Tujuannya disamping mempermudah pelaksaan

penelitian juga untuk tujuan formal legalitas birokrasi. Khususnya untuk jenis

penelitian yang melibatkan institusi, badan hukum, dan atau lembaga pemerintah.

Langkah selanjutnya adalah penelitian dilapangan.226

Ada kemungkinan tak terbatas untuk mencapai tujuan pelajaran. Ada

ungkapan keliru yang populer di dalam istilah pemblejaran, “semakin baik Anda,

semakin sedikit catatan yang Anda butuhkan”, guru yang paling kompeten

merencanakan dengan baik, dan biasanya membuat dan menggunakan banyak

catatan. Ada ungkapan : “If I fail to plan, I am Planning to fail”. (Jika saya gagal

membuat rencana, saya sedang merencanakan kegagalan). Pada hakikatnya, proses

perencanaan itu lebih penting daripada perencanaan itu sendiri. Proses memastikan

menetapkan tujuan, berpikir tentang pokok-pokok utama, dan mengembangkan peta

jalan bagi perjalanan itu, dan bila memungkinkan membuat perencanaan menjadi

kolaboratif.227

Perencanaan merupakan proses dan penentuan keputusan secara matang

tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang untuk mencapai suatu

tujuan.228 Perencanaan pembelajaran harus disusun dengan mempertimbangkan

berbagai hal, yakni bahwa perencanaan tersebut harus tersusun secara sistematis

sehingga dapat dilaksanakan dalam aktivitas siswa agar tidak bertabrakan dengan

aktivitas lainnya.229 Islam sangat mengajarkan adanya perencanaan yang baik dalam

225Tim Redaksi, “Konsep dan Prosedur PTK”, Jurnal Kependidikan Al-Qalam, Vol.

Ix, No. 1, 2012, 35. 226Jasa Ungguh Muliawan, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

(Yogyakarta: Gava Media, 2018), 9. 227Eric Jensen, Guru Super & Super Teaching, terjemah Benyamin Molan (Jakarta:

Indeks, 2010), 38. 228M. Yacoeb, “Konsep Manajemen dalam Persepktif Al-Qur’an: Suatu Analisis

dalam Bidang Administrasi Pendidikan”, Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol. XIV, No. 1, Agustus

2013: 76. 229Suwadi, “Pembelajaran Menulis Eksposisi dengan Metode Contextual Teaching

and Learning pada Siswa Kelas VIII”, Stilistika, Vol. 4, No. 1, 2018: 98.

Page 87: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

72

diri manusia atas segala tindakannya di dunia yang bisa menghantar dirinya pada

kebaikan akhirat.230 Dalam surat Al-Hasyr ayat 18 Allah Swt. berfirman:

نظرت ولت ٱللذ ٱتذقوا ين ءامنوا ها ٱلذ يأ بما ي خبي إنذ ٱللذ ٱللذ متت لغد وٱتذقوا ا قدذ س مذ نفت

ملون تعت

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah

setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok

(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Hasyr: 18)231

Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap manusia harus memperhatikan apa-

apa yang telah diperbuatnya hari ini untuk perbaikan diri hari esok (akhirat), secara

implisit ayat ini mengajarkan perencanaan untuk menjadikan hidup lebih terarah dan

jelas.232

Pada tahap perencanaan untuk melakukan penelitian tindakan ini tepatnya

pada bulan Maret 2019, peneliti sudah merencanakan dan mempersiapkan berbagai

hal, diawali dengan koordinasi terlebih dahulu kepada pihak sekolah terutama

kepada kepala sekolah dan guru mata pelajaran bahasa Arab, terkait jadwal

penelitian, di mana dilakukan penelitian, kemudian peneliti juga memperisapkan

bahan yang akan diajarkan kepada siswa, mempersiapkan RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran),233 dan mempersiapkan berbagai instrumen penelitian

lainnya untuk digunakaan pada saat proses pembelajaran di dalam kelas.

230Syahidah Rena, Mengatasi Stres Melalui Spiritualitas dan Regulasi Diri Belajar

(Studi pada Mahasiswa Kedokteran di DKI Jakarta (Jawa Barat: Nusa Litera Inspirasi, 2018),

120. 231Al-Qur’an, 59:18. 232Perintah memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok dipahami oleh

Thabathab’i sebagai perintah untuk melakukan evaluasi terhadap amal-amal yang telah

dilakukan. Ini seperti seorang tukang yang menyelesaikan pekerjaannya. Ia dituntut untuk

memperhatikannya kembali agar menyempurnakannya bila telah baik, atau memperbaikinya

bila masih ada kekurangannya, sehingga jika tiba saatnya diperiksa, tidak ada lagi

kekurangan dan barang tersebut tampil sempurna. Setiap mukmin dituntut untuk melalukan

hal itu. Kalau baik ia akan mendapat ganjaran, dan kalau amalnya buruk, dia hendaknya

segera bertaubat. Atas dasar ini pula ulama aliran Syi’ah bahwa perintah takwa dimaksudkan

untu k perbaikan dan penyempurnaan amal-amal yang telah dilakukan. M. Quraish Shihab,

Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Ciputat: Lentera Hati, 2009),

552-553. 233Berdasarkan PP Nomor 19 tahun 2005 pasa; 20 dinyatakan bahwa perencanaan

proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Sesuai

dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP

dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya

mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara

Page 88: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

73

Pada siklus I, peneliti merencanakan pembelajaran bahasa Arab dengan

hanya menggunakan satu materi pembelajaran yaitu Hiwaar atau percakapan,234 di

mana peneliti membuatkan tema percakapan untuk masing-masing kelompok, pada

tahap ini peneliti mengambil sampel dari masing-masing kelas dengan menggunakan

teknik nonprobability sampling di mana teknik nonprobability sampling adalah

teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini

meliputi, sampling sistemtis, kuota, aksidental, purposive, jenuh dan snowball. Adapun teknik sampling yang peneliti gunakan adalah sampling sistematis, di mana sampling sistematis ini adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari

anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang

terdiri dari 100 orang. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil

saja, atau nomor genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya

kelipatan dari bilang 3 atau 5.235 Adapun pada penelitian ini populasi dari empat

kelas pada kelas XI MA Pembangunan berjumlah 77 siswa artinya populasi

keseluruhan berjumlah 77, adapun sampel yang didapatkan berjumlah 20 siswa

dengan mengambil dari nomor ganjil saja atau kelipatan tiga.

Kemudian setelah itu peneliti mengumumkan atau memberikan informasi

nama-nama siswa yang akan mengikuti kelas eksperimen pada pelajaran bahasa Arab

kepada sekolah. Baru kemudian pihak sekolah mengumumkan nama-nama tersebut.

b. Pelaksanaan (Acting) Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu

tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi

apa yang diajarkan atau dibahas dan sebagainya. Penelitian tindakan kelas bersifat

emansipatoris dan membebaskan, kerena mendorong kebebasan guru dalam berpikir

dan berargumentasi dalam bereksperimen, meneliti, dan mengambil keputusan atau

judgment.236 Kegiatan inti dalam pelaksanaan pembelajaran merupakan kegiatan di

mana siswa melaksanakan proses pembelajaran secara nyata, berinteraksi baik siswa

dengan siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan sumber belajar lainnya.

lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, lreativitas, dan kemandirian siswa. Faizuz

Sa’bani, “Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP Melalui Kegiatan Pelatihan

pada MTs Muhammadiyah Wonosari”, Jurnal Pendidikan Madrasah, Vol.2, No, 1, Mei 2017:

15. 234Hiwar adalah percakapan yang dilakukan secara silih berganti antara dua aspek

atau lebih mengenai suatu topik dan sengaja diarahkan pada satu tujuan yang dikehendaki

oleh seorang pendidik. Dimas Ahmad Sarbani, “Metode Pengajaran dalam Pendidikan

Agama Islam”, Jurnal Al-Fatih, Januari-Juni 2015: 48. 235Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:

Alfabeta, 2013), 84. 236Wijaya Kusuma & Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas

(Jakarta: Indeks, 2012), 39.

Page 89: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

74

Pada kegiatan ini terdapat tiga aktivitas yang dilakukan yang meliputi

ekplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Kegiatan eksplorasi merupakan aktivitas siswa

dalam melakukan penjelajahan lapangan dengan tujuan mendapatkan pengetahuan

sebanyak-banyaknya. Pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan tentunya

dikaitkan dengan materi pembelajaran yang diberikan. Kemudian kegiatan elaborasi

merupakan kegiatan dalam proses pembelajaran yang dititikberatkan pada aktivitas

siswa untuk menyelesaikan tugas yang ada secara tekun dan cermat. Sedangkan

kegiatan konfirmasi merupakan kegiatan penegasan, pengesahan dan pembenaran

yang dilakukan dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan suatu konsep dasar.

Dalam hal ini peranan guru dalam menfasilitasi pemahaman dan cara berpikir siswa.

Oleh karena itu pada tahap konfirmasi, interaksi guru dengan siswa menjadi penting

untuk diperhatikan.237

Tahap pelaksanaan siklus I ini terdiri dari 2 kali pertemuan. Satu kali

pertemuan dilakukan selama 1 jam pelajaran (45 menit). Pelaksanaan siklus I

dilakukan pada Hari kamis tanggal 19 September 2019 dan pada hari senin tanggal

7 Oktober 2019, pada tahap ini peneliti didampingi oleh seorang observer untuk

membantu peneliti mengamati aktivitas siswa di dalam kelas selama proses

pembelajaran berlangsung,238 adapun uraian proses pembelajaran sebagai berikut :

1) Pertemuan I pada hari kamis, tanggal 19 September 2019

Kegiatan diawali dengan peneliti masuk ke setiap kelas didampingi oleh guru

bahasa Arab untuk menjelaskan tujuan dan maksud dilaksanakan penelitian tersebut.

Kemudian peneliti memanggil nama-nama yang termasuk dalam daftar penelitian

untuk di kumpulkan dalam satu ruangan, pada saat itu pihak sekolah memberikan

ruangan satu kelas untuk dilakukan penelitian.

Proses pembelajaran diawali dengan membaca doa bersama-sama sebelum

kegiatan belajar dimulai. Langkah selanjutnya peneliti memperkenalkan diri terlebih

dahulu, dari nama, asal, tempat kuliah, dan lain sebagainya, tidak lupa peneliti juga

meminta siswa untuk memperkenalkan diri masing-masing sekaligus melakukan

absensi. Kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan mengapa mereka

dikumpulkan dalam satu ruang dari masing kelas yang berbeda, dan menjelaskan apa

yang perlu dilakukan. Peneliti tentu menjelaskan juga tentang Implementasi strategi Contextual Teaching and Learning kepada siswa. Peneliti mempersilahkan siswa

237Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Berbasis Riset (Jakarta: Akademia, 2013),

23-24. 238Untuk dapat mendekati fenomena sosial, seorang observer atau pengamatan perlu

memiliki kedekatan akses dengan setting dan subjek penelitian. Melakukan teknik observasi

harus memperhatikan prinsip etis, yaitu menghormati harkat dan martabat kemanusiaan,

perivasi dan kerahasiaan subjek, keadilan dan inklusivitas, memperhitungkan manfaat dan

kerugian yang ditimbulkan. Metode observasi, apabila diposisikan sebagai satu bagian

spectrum metodologis yang mencakup teknik dan strategi pengumpulan data secara

proporsional, maka akan mencapai tingkat keandalan yang tinggi, sehingga menjadi landasan

fundamental bagi semua metode yang ada, untuk menemukan kebijakan-kebijakan strategi

pembangunan. Hasyim Hasanah, “Teknik-Teknik Observasi”, Jurnal At-Taqaddum Vol. 8,

No.1, Juli 2017.

Page 90: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

75

untuk bertanya terkait dengan apa yang telah dijelaskan sebelumnya. Proses

pembelajaran pertemuan pertama diikuti oleh 20 orang siswa yang mewakili kelas

masing-masing.

Selanjutnya peneliti memberikan apersepsi dan pendekatan secara emosi

kepada siswa yang tentunya berhubungan dengan materi yang akan diberikan yaitu

materi bahasa Arab, hal itu bertujuan untuk membangun motivasi dan semangat

siswa dalam mempelajari bahasa Arab.239 Kemudian peneliti membuat suasana kelas

menjadi nyaman, yang dikenal dengan istilah ice breaking,240 agar siswa tidak cepat

bosan dan tidak kaku. Selain itu juga tujuan ice breaking ditengah proses

pembelajaran adalah untuk mengembalikan konsentrasi siswa yang sudah menurun.

Selanjutnya peneliti mengetes kemampuan bahasa Arab siswa satu persatu, dengan

bertanya secara langsung kepada beberapa siswa,241 ada yang bisa menjawab, ada

juga siswa yang tidak bisa menjawab, kemudian peneliti juga menanyakan terkait

pendapat mereka tentang pelajaran bahasa Arab, kebanyakan siswa mengatakan

bahwa tidak terlalu semangat ketika pelajaran bahasa Arab, karena berbagai faktor,

seperti faktor guru ada siswa mengatakan bahwa gurunya tidak terlalu serius, sering

mengajak bercanda siswa, hal ini membuat siswa kurang nyaman, dan akhirnya

menganggap pelajaran tersebut tidak terlalu serius, dan lain sebagainya.242

239Ketika selesai membaca doa, selanjutnya guru bisa memberikan aperspesi kepada

siswa, menciptakan prakondisi yang menarik bagis siswa dengan berbagai macam cara

alternatif. Misalnya guru mengarang sebuah cerita di mana dari cerita tersebut guru

menggiring kepada pokok pembelajaran. Berkenaan dengan apersepsi yang islami guru dapat

melakukan dengan cara mengaitkan meteri pelajaran dengan contoh yang mengandung nilai

islami, misalnya ketika guru memberikan materi tentang rumah, guru bisa mengawalinya

dengan cerita bagaimana kondisi rumah Nabi Muhammad Saw. Dan mencari ayat-ayat yang

berkaitan dengan rumah. Hasby Wahy, “Manajemen Pembelajaran Secara Islami” Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol. 13, No. 1, Agustus 2012: 102.

240Ice Breaker adalah sebuah kegiatan belajar dinamis, penuh semangat yang

berfungsi untuk memecah kebekuan dan membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga

terciptanya suatu kondisi belajar yang menyenangkan bagi siswa. Ayu Novia Kurniasih &

Dedy Hidayatullah Alarifin, “Penerapan Ice Breaking (Penyegar Pembelajaran) untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII A MTs An-Nur Pelopor Bandarjaya Tahun

Pelajaran 2013/2014, JPF: Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Metro, Vol.

3, No. 1, Maret 2015: 28. 241Dalam kegiatan pembelajaran di kelas kegiatan bertanya sangat penting agar

tercapainya kualitas yang maksimal. Tujuan adanya tanya jawab antara guru dengan siswa

untuk memperoleh suatu informasi secara mendalam, selain itu dengan adanya kegiatan

bertanya akan meningkatkan interaksi antara guru dan siswa, sehingga siswa dapat

berpastisipasi secara aktif. Hesma Nur Jaya, “Keterampilan Dasar Guru untuk Menciptakan

Suasana Belajar yang Menyenangkan”, Didaktis: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, Vol. 17, No. 1, 2017: 28.

242Menurut Yuslam Sungkat & Partini sense of humor adalah sebagai langkah

meningkatkan kepercayaan diri guru PPL dalam proses belajar mengajar, semakin tinggi

sence of humor guru semakin tinggi juga kepercayaan diri guru tersebut. Yuslam Sungkar

dan Partini, “Sense of Humor sebagai Langkah Meningkatkan Kepercayaan Diri Guru PPL

dalam Proses Belajar Mengajara”, Jurnal Indigenous, Vol. 13, No. 1, Mei 2015: 100.

Page 91: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

76

Kemudian peneliti melanjutkan kegiatan inti, yaitu dengan membagi ke 20

siswa tersebut ke dalam beberapa kelompok, akhirnya didapati satu kelompok

masing-masing 5 orang, dan memiliki ketua dan wakil masing-masing, hal ini tentu

berguna untuk mengorganisir proses pembelajaran selanjutnya. Setelah itu peneliti

memberikan sedikit materi bahasa Arab sambil peneliti memberikan waktu untuk

mencatat apa-apa saja aktivitas siswa kepada observer.

Setelah kegiatan ini dilakukan peneliti malanjutkan kegiatan penutup.

Kegiatan penutup antara lain melakukan refleksi dengan menyatakan kembali materi

materi yang telah disampaikan. Selanjutnya peneliti memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menanyakan apa-apa yang tidak mereka mengerti selama proses

pembelajaran, peneliti menyarankan kepada siswa untuk pertemuan selanjutnya

membawa kamus bahasa Arab, minimal 1 kelompok 1 kamus, peneliti kemudian

menutup proses pembelajaran dengan doa bersama.

2) Pertemuan II pada hari Senin, tanggal 7 Oktober 2019.

Pertemuan ke dua diawali dengan memanggil nama-nama siswa yang

mengikuti kelas eksperimen untuk berkumpul di dalam ruangan khusus untuk

melaksanakan proses pembelajaran bahasa Arab. Penelitian ini dilakukan pada hari

senin, tanggal 7 Oktober 2019, diikuti dengan 18 siswa dari 20 peserta. Kegiatan

diawali dengan memberi salam dan berdoa bersama. Setelah itu peneliti melanjutkan

mengabsen siswa, kemudian peneliti memberikan apersepsi, motivasi, dorongan

kepada siswa yang bertujuan untuk meningkatkan semangat belajar mereka.243 Tidak

lupa peneliti menanyakan kabar mereka satu persatu.

Setelah itu peneliti memberikan lembar penilaian siklus I kepada siswa untuk

mengisi lembaran tersebut berdasarkan persepsi masing-masing. Setelah itu peneliti

menjelaskan sedikit terkait tentang materi yang akan dipelajari yaitu materi

bagaimana membuat percakapan. Peneliti memanggil masing-masing kelompok

untuk maju ke depan mengambil gulungan kertas berisi judul atau tema percakapan

bahasa Arab terkait percakapan yang akan mereka buat lengkap dengan isinya yaitu

kosakata (mufradat)244 bahasa Arab pertema dengan sepuluh isim (kata benda) dan

sepuluhan fi’il (kata kerja)245 dalam bentuk kosakata berbahasa Arab atau bisa

243Motivasi merupakan kekuatan (power), daya pendorong (driving force) atau alat

pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara

aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik aspke

kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kurnia Nuzul Sia, Y. Ason, Aprima Tirsa,

“Penggunaan Media Nyata untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa

Kelas VI Sekolah Dasar”, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 3, No. 2, Desember 2015: 168. 244Mufradat dalam bahasa Inggris dinamakan Vocabulary dan dalam bahasa

Indonesia disebut dengan kosa kata. Mufradat secar istilah didefinisikan sebagai kumpulan

kata-kata yang dapat dimengerti oleh seseorang, dan kata-kata tersebut dapat digunakan

seseorang dalam bidang tertentu dan bisa disiapkan untuk tujuan tertentu. Abdul Mutholib,

“Lu’batul Qamus: Cara Unik Memperkaya Mufradat”, Arabia, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni

2015: 7.1 245Pola struktur kalimat dalam bahasa Arab memiliki dua bentuk: pertama, Jumlah

Ismiyah. Kedua, jumlah fi’liyah. Jumlah Ismiyah (disebut juga dengan kalimat nominal)

Page 92: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

77

disebut dengan mufradat.246 Kemahiran berbahasa tentu dipengaruhi oleh

pengetahuan kosa kata yang kaya, produktif, dan aktual.247 Penambahan kosa kata

jadi hal penting dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk mengasah

keteampilan, meskipun terkadang banyak sekali perbedang pendapat di kalang ahli

mengenai apa tujuan dan makna bahasanya.248 Setalah semua kelompok

mendapatkan tema masing-masing, peneliti memberikan penjelasan kepada siswa

untuk membuat percakapan berbahasa Indonesia berdasarkan tema yang didapat,

misalkan kelompok tersebut mendapatkan tema di kebun, maka kelompok tersebut

membuat percakapan di kebun dalam bahasa Indonesia. Peneliti memberikan waktu

untuk masing-masing kelompok bekerjasama membuat percakapan tersebut.249

Sambil peneliti mempersilakan observer untuk mencatat setiap aktivitas yang

dilakukan oleh siswa di dalam kelas.

Setelah itu peneliti memberikan contoh percakapan bahasa Arab kepada

siswa agar siswa mengerti apa yang harus dikerjakan, setelah siswa selesai

mengerjakan tugas tersebut, peneliti meminta seorang siswa dari masing-masing

kelompok untuk maju ke depan membacakan percakapan yang telah dibuat, dan

adalah menunjukkan arti subut (tetap) dan istimrar (terus-menerus), sedangkan Jumlah Fi’liyah (disebut juga dengan kalimat verbal) adalah menunjukkan arti tajaddud (timbulnya

sesuatu) dan hudus (temporal). Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu Qur’an, terjemah

Mudzakir AS (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2015), 291. Dalam kaidah bahasa Arab

Ism difahami sebagai kalimat yang digunakan untuk menamai sesuatu, apapun sesuatu

tersebut baik abstrak maupun kongkret. Biasanya untuk menyederhanakan pemahaman kata

Ism diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai kata benda. Sedangkan Fi’il adalah

kata yang menunjukkan terjadinya sesuatu pekerjaaan dalam waktu tertentu, atau biasa

disebut dengan kata kerja. Agustian, “Kaidah Bahasa Arab dan Urgensinya terhadap

Penafsiran Al-Qur’an”, An-Nur, Vol. 4, No. 2, 2015: 190. 246Kosa kata bahasa Arab adalah perbendaharaan kata yang diketahui dan dimiliki

sekolompok orang/etnis dalam bahasa Arab. Zahratun Fajriah, “Peningkatan Penguasaan

Kosakata Bahasa Arab (Mufradat) Melalui Penggunaan Media Karti Kata Bergambar:

Penelitian Tindakan pada Siswa Kelas I MI Nurul Hakim Kediri Lombok Barat Tahun

2015”, Jurnal Pendidikan Usia Dini, Vol. 9, No. 1, April 2015: 111. 247Dini Latifah, “Pengembangan Media Diaroma untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Bahasa Arab di Kelas VII MTsN Yogyakarta I”, Al-Mahara Jurnal Pendidikan Bahasa Arab,

Vol. 2, No. 2, Desember 2016: 258. 248Syaiful Mustafa, Startegi Pembelajaran Basaha Arab Inovatif (Malang: UIN

Maliki Press, 2001), 10. 249Metode kerja kelompok merupakan metode tepat untuk digunakan sebagai salah

satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Ada beberapa keunggulan metode

kerja kelompok yaitu menciptakan peluang strategi pencapain suatu tujuan tertentu terutama

membangkitkan dan meningkatkan kemauan dan kemampuan kerjasama siswa. Sikap gotong

royong sebagai perwujudan kemauan dan kemampuan kerjasama siswa akan dipupuk dari

kerja kelompok sehingga akhirnya siswa akan memiliki kepekaan cepat tanggap pada

persoalan yang ada, yang sangat berguna bagi kehidupan kelak. Sri Wahyuni, et al,

“Penerapan Metode Kerja Kelompok untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa

Kelas III di SDN 15 Biau”, Jurnal Kreatif Tadulako Online, Vol. 5, No. 3, 2017: 21.

Page 93: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

78

kelompok lain mendengarkan apa yang dipresentasikan, lalu peneliti mempersilakan

siswa mencatat hal-hal yang dianggap penting.250

Menurut Khaliq (2014) dalam pengajaran bahasa Arab memang hendaknya

dimulai dengan percakapan, meskipun dengan kata-kata yang sederhana dan sedikit

yang percakapan tersebut dapat dimengerti dan dipahami oleh peserta didik. Selain

itu guru diharapkan untuk mengaktifkan semua panca indra anak didik, seperti lidah

harus dilatih dengan percakapan yang terus menerus, mata dan pendengaran terlatih

untuk membaca teks bahasa Arab, dan yang harus dilatih untuk menulis dan

mengarang, serta mementingkan kalimat yang mengandung pengertian dan

bermakna.251

Kegiatan penutup, setelah siswa mencatat dan mengerjakan tugas, peneliti

melanjutkan kegiatan refleksi dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya tekait hal-hal yang kurang jelas. Tidak lupa peneliti memberikan pekerjaan

rumah (PR) kepada siswa untuk menterjemahkan percakapan yang telah dibuat dari

bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab. Setelah semua selesai peneliti menutup

kegiatan dengan doa bersama dan siswa kembali ke kelas masing-masing.

c. Pengamatan (Observing) Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti

atau berkolaborasi dengan orang yang diberi tugas dalam hal ini sering disebut

dengan observer. Pada saat monitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa

atau hal yang terjadi di dalam kelas penelitian. Misalnya seperti mengenai kinerja

guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi,

penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan dan sebagainya.252

Berdasarkan hasil laporan pengamatan pada siklus I pada pertemuan pertama,

diperoleh bahwa suasana kelas kurang mendukung untuk terciptanya proses

pembelajaran. Pertama, karena masih banyak siswa yang telat masuk ke dalam

ruangan kelas, sehingga tentu ini akan menganggu proses pembalajaran, dan guru

akan menjelaskan lagi apa yang telah dijelaskan sebelumnya. Kedua, sebagian siswa

masih membuat keributan ketika peneliti menjelaskan, ada juga siswa yang kurang

memperhatikan penjelasan peneliti.253 Ketiga, proses interaksi siswa berjalan sedikit

250Metode diskusi dan presentasi digunakan untuk mentransfer ilmu secra efektif

dan efesiesn, selain itu juga dapat menumbuhkan atau menyalurkan motivasi kepada siswa

lain, menumbuhkan atmosfir kerja sama, dan dapat juga tercipta suana yang lebih

menyenangkan bagi siswa. Dortiana Marpaung, “Penerapan Metode Diskusi dan Presentasi

untuk Meningkatkan Minat dan hasil Belajar Siswa Di Kelas XI IPS SMA Negerei Bagan

Sinembah”, School Educational Journal, Vol. 8, No. 4, Desember 2018: 364. 251Ilham Nur Kholiq, “Penerapan Metode Muhadatsah dalam Pembelajaran Bahasa

Arab Guna Meningkatkan Keberhasilan Siswa Kelas XI MA Hidayatullah Mubtadiin

Tasikmadu Lowokwaru Malang”, Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi, dan Pemikiran Hukum Islam, Vol. 6, No. 1, September 2017: 127.

252Wijaya Kusuma & Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Indeks, 2012), 40.

253Kemampuan menciptakan suasana kondusif di dalam kelas adalah tuntutan bagi

seorang guru agar dapat mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Guru

Page 94: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

79

baik, mengingat masih butuh perkenalan terhadap guru dan siswa, akan tetapi guru

berusaha membangun komunikasi dengan siswa dan guru bisa membuat suasana

kelas menjadi lebih hangat.

Pada petemuan kedua dari siklus I ini, berdasarkan hasil pengamatan diperoleh

bahwa siswa sangat antusias memasuki ruangan kelas terbukti dengan siswa datang

tepat waktu. Kedekatan emosi guru dan siswa mulai terbangun, komunikasi guru

dan murid terjalin dengan sangat baik. Kemudian guru juga menjelaskan dengan baik

terkait materi yang diajarkan sehingga mudah ditangkap oleh siswa, dan siswa

mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru. Siswa duduk dengan kelompok

masing-masing di dalam kelas. Ketika guru menjelaskan siswa dengan baik

mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru, siswa bertanya kepada guru

ketika ada yang kurang jelas seperti siswa bertanya ketika di dalam lembaran tema

yang diberikan guru hanya terdapat sembilan mufradat saja, guru menjelaskan untuk

menambahkan sendiri mufradat tersebut.

Dalam bekerjasama antar kelompok siswa melakukan hal yang terbaik apa

yang bisa dilakukan, berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa di dalam

kelompok dari semuanya mengerjakan tugas tersebut, meskipun ada beberapa di

antara anggota kelompok yang hanya memberikan saran serta pendapat. Setelah itu

guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakannya di rumah sebagai

gambaran materi yang akan dipelajari dipertemuan selanjutnya.

d. Refleksi (Reflecting) Hasil observasi yang telah dilakukan dalam pelaksanaan tindakan kelas pada

dasarnya merupakan data penelitian tindakan. Data penelitian tindakan dapat

difungsikan sebagai landasan refleksi. Datapun dapat dipandang sebagai wakil

tindakan yang telah dilakukan, sebab lewat data tersebut peneliti dapat

merekonstruksi dengan cermat tindakan terkait, bukan hanya sekadar mengingat

kembali.254

Refleksi berasal dari bahasa Inggris reflection, yang artinya bayangan,

pemantulan (in water, miror). Bayangan atau pemantulan dari diri sendiri, seperti

orang yang sedang bercermin di depan kaca. Refleksi berarti melihat kembali apa

yang telah dilakukan, guru melihat kembali pembelajaran yang telah dilakukan.

Dengan refleksi, guru bisa mengevaluasi segala sesuatu yang telah dilakukan ketika

dirinya melakukan pembelajaran.255

Refleksi pada siklus I dilakukan dengan mengkaji hasil dan permasalahan yang

dihadapi. Hasil refleksi pada siklus I diperoleh data bahwa siswa antusias dalam

harus memiliki kemampuan untuk bekerjsama dengan siswa harus memiliki kedisipilan

dalam belajar, dan tidak menganggu proses pembelajaran. M. Hasbi & Yusman, “Kinerja

Guru Aqidah Akhlak, SKI, Al-Qur’an Hadits, Fiqih, di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-

ikhlas Keban II Kec. Sanga Des, Kab. MUBA”, Journal of Islamic Education Management, Vol. 2, No. 2, Desember 2016: 72.

254Masnur Muslich, Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas itu Mudah (Jakarta:

Bumi Aksara, 2016), 90. 255Agus Yuliantoro, Penelitian Tindakan Kelas dengan Merode Mutakhir : untuk

Mengembangkan Prosi Guru (Yogyakarta: Andi, 2015), 11.

Page 95: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

80

pembelajaran walaupun belum optimal. Pertama, disebabkan perspesi siswa ataupun

minat siswa terhadap mata pelajaran ini kurang.256 Kedua, ketika diminta

mengerjakan tugas, ada siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan

kelompoknya.257 Ketiga, siswa sibuk dengan kesibukannya sendiri, seperti

mengobrol dengan teman lain. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi siklus I,

selanjutnya pada sikulus II rancangan pembelajaran harus dapat dilasanakan dengan

baik, menarik, menyenangkan bagi siswa sehingga tujuan pembelajaran tercapai

dengan baik.

Berdasarkan hasil refleksi, peneliti mendapati dari 20 orang siswa di siklus I

yaitu nilai rata-rata dengan jumlah 26

20 =

6

20 atau buruk. Nilai tersebut dapat

diketahui dengan menggunakan metode penghitungan jumlah nilai rata-rata respon

siswa (angket) terhadap pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada mata

pelajaran bahasa Arab di kelas adalah sebagai berikut.

Diketahui :

Tabel 3.1

Siklus I

256Minat sangat erat kaitannya dengan perasaan, minat seseorang terhadap suatu

obyek akan membawa kecenderungan untuk bergaul secara lebih dekat dengan obyek yang

diminati. Minat belajar merupakan aspek psikis manusia yang mendorongnya untuk

mempelajari, memperoleh suatu tujuan tertentu. M. Rezki Andhika, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Konstruktivisme dan Minat Belajat terhadap Hasil Belajar Bahasa Arab Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Ulumuddin Uteunkot Cunda Lhoksumawe”, (Tesis

Pascasarjana UIN Sumatera Utara: Sumatera Utara: 2014), xxix. 257Karakter mandiri belajar adalah sikap penting yang harus dimiliki siswa, jika

ingin antusiasme belajar tetap terjaga. Antusiasme adalah kondisi konstan spirit belajar yang

terus menyala-nyala dalam diri siswa. Jika siswa memiliki antusiasme yang tinggi dalam

belajar maka ia akan terus memiliki semangat belajar yang tinggi dan rasa keingintahuan

yang tinggii. Hasrat belajar dan keingintahuan abadi adalah roh dan jiwa yang tumbuh dan

terpelihara dalam diri siswa yang memiliki etos belajar yang tinggi. S. Bayu Wahyono et al,

“Etos Belajat Siswa Sekolah Di Daerah Pinggiran”, Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, Vol.

8, No. 1, Maret 2016: 9.

No Kolom Jumlah yang

diceklis

Dibagi 15 baris

pernyatan angket Hasil

1 Kolom 1 38 15 2

2 Kolom 2 99 15 6

3 Kolom 3 124 15 8

4 Kolom 4 39 15 2

TOTAL BARIS

PERNYATAN 300

Page 96: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

81

R = Jumlah Nilai Angket = Jumlah Nilai Angket x Kolom Angka

Jumlah Pernyataan Jumlah Siswa

Ditanya nilai rata-rata siswa ?

Maka berdasarkan hasil penjumlahan dengan menggunakan rumus PTK, yaitu:

R = (2x4) + (8x3) + (6x2) + (2x1)

= 8 + 24 + 12 + 2

= 46

= 46

20

= 26

20 =

6

20

Berdasarkan hasil pada tabel di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

ratas-rata penilaian siswa pada pembelajaran contextual teaching and learning di

siklus I berada pada kategori kurang baik, karena 6

20 tidak mendekati 1 mengarah

ke atas.

2. Siklus II (Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, Refleksi)

a. Perencanaan (Planning) Perencanaan sebagai upaya mempersiapkan kegiatan dan kemungkinan

perlakuan yang dapat diterapkan untuk memperbaiki kinerja dalam kegiatan belajar

mengajar. Untuk itu seorang guru harus mampu memformulasikan kemungkinan

solusi yang dapat diterapkan. Tentu saja, dengan mempertimbangkan kajian

teoritisnya, hasil penelitian yang relevan, diskusi ataupun dengan refleksi diri.258

Perencanaan oleh guru merupakan penentu utama apa yang dikerjakan di

sekolah. Kurikulum yang telah dipublikasikan diubah dan diadaptasi dalam proses

perencanaan dengan cara penambahan, pengurangan, interpretasi, dan melalui

keputusan-keputusan guru mengenai kecepatan, urutan, dan penekanan. Dan dalam

kelas-kelas dasar, di mana guru bertanggung jawab terhadap semua bidang studi,

merencanakan keputusan-keputusan mengenai apa yang akan diajarkan, berapa lama

waktu yang akan dicurahkan untuk tiap topik, dan berapa banyak praktik yang harus

dosediakan mengambil makna dan kompleksitas tambahan. Oleh karena itu

perencanaan merupakan suatu hal yang penting bagi pengajaran.259

Dalam perencanaan, satu hal yang integral adalah apa yang harus dilakukan

dan siapa yang akan melakukan, sehingga daoat dipahami bahwa perencanaan berarti

memilih sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan,

kapan, bagaimana, dan oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan

258Zetty Azizatun Ni’mah, “Urgensi Penelitian Tindakan Kelas bagi Peningkatakan

Profesionalitas Guru antara Cita dan Fakta”, Realita, Vol. 15, No. 2, Tahun 2017, 12. 259Richard I. Arends, Belajar untuk Mengajar, terjemah Made Frida Yulia (Jakarta,

Salemba Humanika, 2013), 101.

Page 97: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

82

mempertimbangkan berbagai hal, seperti watu dan kondisi tempat yang akan

dilakukan tindakan.260

Sedangkan menudur Abdul Majid dalam konteks pengajaran, perencanaan

dapat diartikan sebagai proses rangkaian yang meliputi unsur penyusunan bahan

ajar, media, metode, pendekatan dan penilaian dalam durasi waktu yang sudah

ditentukan dari awal agar dapat mencapai target yang diingankan.261 Oleh karena

itu, perencanaan pembelajaran menjadi amat penting dilakukan agar komponen-

komponen pembelajaran dapat terorganisir dengan baik.262

Selain itu pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori

untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat

memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Untuk itu, pembelajaran sebagaimana

disebutkan oleh Degeng & Reigeluth dalam Uno (2014), sebagai suatu disiplin ilmu

menaruh perhatian pada perbaikan kualitas pembelajaran dengan mnggunakan teori

pembelajaran deskriptif, sedangkan rancangan pembelajaran mendekati tujuan yang

sama dengan berpijak pada teori pembelajaran preskriptif.263

Perencanaan tindakan kelas pada dasarnya secara teknis pelaksaan

pembelajaran pada siklus II ini sama dengan siklus I. Perencanaan tindakan

dilakukan dengan mempersiapkan meteri lanjutan dari siklus I. Instrumen penelitian

yang dipersiapkan oleh peneliti sama dengan siklus I yaitu meliputi rencana

pelaksaan pembelajaran, lembar obserbasi kegiatan siswa dan guru.

b. Pelaksanaan (Acting) Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu

tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi

apa yang di ajarkan atau dibahasa dan sebagainya. Pekerjaan utama seorang guru

adalah mengajar, sehingga dalam melakukan penelitian tindakan kelas seyogyanya

tidak berpengaruh pada komitmennya sebagai pengajar. Adanya kebebasan dalam

penelitian tindakan kelas di sekolah justru harus menyulut guru melakukan inovasi

dalam proses pembelajarannya untuk meningkatkan mutu pendidikan.264

Pertemuan siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Satu kali

pertemuan dilakukan selama 1 jam pelajaran (45 menit). Pelaksanaan siklus II

dilakukan pada Hari jumat tanggal 11 Oktober 2019 dan pada hari senin tanggal 21

Oktober 2019, pada tahap ini peneliti didampingi oleh seorang observer untuk

260M. Yacoeb, “Konsep Manajemen dalam Perspektif Al-Qur’an: Suatu Analisis

dalam Bidang Administrasi Pendidikan”, Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol. 14, No. 1, Agustus

2013:76. 261Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengambangkan Standar Kompetensi

Guru (Bandung: Remaja Rodakarya, 2011), 7. 262Euis Ernawati, “Perencanaan Pembelajaran Bahasa Arab di Perguruan Tinggi

Pariwisata”, Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan KebahasaAraban, Vol. 5, No. 1,

Juni 2018: 16. 263Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Pembelajaran yang

Kreatif dan Efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 84. 264Wijayah Kusumah & Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas

(Jakarta: Indeks, 2012), 39.

Page 98: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

83

membantu peneliti mengamati aktivitas siswa di dalam kelas selama proses

pembelajaran berlangsung, adapun urain proses pembelajaran sebagai berikut :

1) Pertemuan I pada hari jum’at tanggal 11 Oktober 2019

Kegiatan awal, proses pembelajaran diawali peneliti dengan membaca doa

bersama-sama sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Langkah selanjutnya

peneliti melakukan absensi kepada siswa dan jumlah siswa yang hadir sebanyak 20

siswa, pada pertemuan pertama di siklus ke dua ini semua siswa hadir, tidak ada

satupun siswa yang absen. Langkah berikutnya peneliti membuka pembelajaran

dengan menanyakan kabar masing-masing siswa. Peneliti tidak lupa me-review

kembali atau mengingatkan kembali tentang materi yang dipelajari di pertemuan

sebelumnya, peneliti menanyakan kepada siswa apakah ada pertanyaan terkait

dengan materi yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya, dan semua siswa

tidak ada yang bertanya. Selanjutnya peneliti memberikan motivasi265 dan apersepsi

kepada siswa dan memberikan pertanyaan-pertanyaan agar siswa lebih aktif dalam

mengikuti pembelajaran. Sebelum proses pembelajaran berlangsung,266 peneliti

sudah mempersiapkan alat rekam berupa kamera untuk recording aktivitas

pembelajaran.267

Kegiatan inti dimulai dengan peneliti menunjukkan papan simulasi kepada

masing-masing kelompok meliputi gambar sekolah, rumah, kebun, dan tempat

265Motivasi merujuk pada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan

ke sutau arah tujuan. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar dalam diri maupun

dari luar diri. Dalam pembelajaran guru memtoivasi siswa agar memiliki semangat yang

tinggi untuk belajar. Terdapat cara untuk memberikan motivasi kepada orang lain utamanya

kepada siswa: menjadi pendengar yang baik, mengakui bahwa mereka melakukannya dengan

benar. Kemudian menunjukkan kepercayaan kepada seseorang utamanya pada siswa,

sampaikan pesan yang positi, kemudian bisa juga dengan menciptakan tantangan yang dapat

memotivasi siswa, berhati-hati dengan tantangan yang negatif, dan yang tearkhir

menghindari sindiran tajam. Hamzah B. Uno & Ninan Matenggo, Tugas Guru dalam Pembelajaran Aspek yang Mmempengaruhi (Jakarta: Bumi Aksaram 2016), 117-118.

266Menurut Syamsuddin Asyrofi guru harus membangkitkan dan menumbuhkan

minat-minat peserta didik untuk lebih giat belajar bahasa Arab. Banyak cara yang bisa

diterapkan misalany dengan guru memberikan reward atau insentif kepada siswa yang

semangat dan tekun dalam meplejari bahasa Arab, bisa juga dengan memberikan informasi

tentang sejarah, teknologi yang berkaitan dengan bahasa Arab dan lain sebagainya.

Syamsuddin Asyrofi, “Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah dan Sekolah: Tela’ah Kritis

dalam Perspektif Metodologis”, Al-Mahara Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 13, No. 1,

Juni 2017: 29. 267Media dalam proses belajar mengajar memiliki kedudukan yang sangat krusial,

media dapat dijadikan sebagai alat bantu mengajar dalam komponen metodologi

pembelajaran di dalam kelas. Melalui penggunaan media dalam pengajaran diharapkan dapat

sedikit memberikan pengaruh dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang tentu akan

berdampak pada hasil pembelajaran. Nana Sudjana & Ahmad Rivai’i, Media Pengajaran

(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), 1-2.

Page 99: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

84

bermain.268 Setelah itu peneliti menjelaskan materi tersebut berdasarkan tema dari

masing-masing kelompok. Setelah siswa paham, maka langkah berikutnya peneliti

meminta siswa untuk mempresentasikan hasil terjemahan percakapan bahasa

Indonesia ke dalam bahasa Arab yang telah dikerjakan pada minggu sebelumnya dari

masing-masing kelompok. Setelah siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok

mereka, peneliti mengoreksi serta memperbaiki percakapan yang telah mereka buat

sebelumnya. Setelah semua usai di koreksi, peneliti meminta siswa untuk simulasi

mempraktekan percakapan ke depan kelas dengan tema masing-masing.269

Setelah semua siswa selesai mempraktekkan hasil kerja kelompok yaitu

dengan simulasi berlatih berbicara dengan menggunakan bahasa Arab sambil

melihat buku catatan, setelah selesai praktek bicara, peneliti meminta siswa untuk

menguasi materi percakapan tersebut.270 Kemudian peneliti juga mengetes dengan

bertanya sejauh mana pengetahuan mufradat siswa kepada masing-masing

kelompok. Dan siswa menjawab setiap peneliti bertanya.271 Tidak lupa di sela-sela

proses pembelajaran peneliti mengajak siswa untuk rileksasi sejenak dengan tujuan

membuat suasana kelas menjadi nyaman, yang dikenal dengan istilah ice breaker,272

268Berkaitan dengan kecakapan berbicara, pengajar bahasa Arab harus mampu

menguasai teknik dan metode penyajian kemahiran berbicara dengan baik. Menurut Muchtar

metode contextual teaching and learning dalam pembelajaran bahasa Arab bisa

menggunakan alat bantu berupa gambar-gambar sehingga peserta didik dapat berkomunikasi

dengan yang lain menggunakan bantuan gambar tersebut. M. Ilham Muchtar,”Metode

Contextual Teaching adn Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab”, Al-Maraji’ Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 1, No. 1, 2017: 22.

269Menurut Abdul Mu’in waktu belajar untuk pembelajaran bahasa yang ada

seharusnya banyak digunak untuk praktek tidak hanya untuk komentar dan keterangan. Hal

ini juga dijelaskan oleh Charles C. Fries, seorang guru bahasa Inggris dan ahli dalam

pengajaran bahasa Inggris merekomendasikan agar waktu di dalam kelas digunakan 85%

praktek, 15% untuk komenat. Abdul Mu’in, Analisis Kontastif Bahasa Arab & Bahasa

Indonesia: Tela’ah terhadap Fonetik dan Morfologi (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2004),

147. 270Menurut Yazid Hadi, seorang guru memang ketika mengajarkan kemahiran

berbicara hendaknya memberikan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk berlatih dan

mempraktekkan kegiatan berbicara, bukan hanya mendengarkan apa yang dibicarkan orang

lain, atau hanya mendengarkan penjelasan dari guru bicara. Ketika berkomunikasi harus

menimbulkan komunikasi dua arah bukan komunikasi satu arah, seperti siswa yang hanya

berbicara di depan dan yang lain hanya diam menyimak di bangkunya. Yazid Hadi,

“Pembelajaran Maharat al-kalam Menurut Rusydi Ahmad Thu’aimah dan Mahmud Kamil

al-Naqah”, Al-Mahara Jurnal Pendidikan bahasa Arab, Vol. 5, No. 1, Juni 2019: 67. 271Keterampilan berbicara menurut Alinis Ilyas dapat dicapai melalui beberapa

latihan (praktek) dari apa yang didengat secara pasif dalam latihan mendengar. Tanpa laithan

lisan secara intensif, maka sangat sulit bagi pelajarn untuk mencapai penguasaan bahasa Arab

secara sempurna. Alinis Ilyas, “Dosen Bahasa Arab dan Kompetensinya dalam

Mengaktualisasikan Teknik Pembelajaran Iteraktif”, Jurnal Al Bayan, Vol. 10, No. 1, Juni

2018: 99. 272Ice Breaker adalah sebuah kegiatan belajar dinamis, penuh semangat yang

berfungsi untuk memecah kebekuan dan membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga

terciptanya suatu kondisi belajar yang menyenangkan bagi siswa. Ayu Novia Kurniasih &

Page 100: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

85

agar siswa tidak cepat bosan dan tidak kaku. Ice breaking ditengah-tengah

pembelajaran bertujuan untuk mengembalikan konsentrasi siswa yang sudah

menurun. Hal ini dilakukan karena siswa pada pertengah pembelajaran terlihat

sedikit bosan, mengantuk dan malas-malasan. Konsentrasi terwujud dengan

pengaturan lingkungan belajar, supaya siswa merasa nyaman dan rileks saat

mengikuti pembelajaran.273

Kegiatan penutup, setelah siswa mencatat apa yang perlu dicatat, peneliti

melakukan refleksi dengan memberikan siswa kesempatan untuk bertanya terkait

mufradat yang tidak mereka ketahui.274 Tidak lupa peneliti mengingatkan kembali

tugas mereka untuk menghafalkan dan menguasai percakapan tersebut untuk

pertemuan di minggu berikutnya.275 Setelah semua selesai dan mengerti apa yang

telah dijelaskan, peneliti menutup kegiatan dengan doa bersama dan siswa kembali

ke kelas masing-masing.

2) Pertemuan II pada hari jumat 18 Oktober 2019

Kegiatan awal, proses pembelajaran diawali dengan peneliti masuk ke dalam

kelas, dan meminta siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. Peneliti meminta

salah seorang siswa untuk memimpin doa bersama sebelum pembelajaran dimulai.

Setelah itu peneliti menanyakan kabar masing-masing siswa dengan mengabsennya

satu per satu. Pada pertemuan ini semua siswa hadir yang berjumlah 20 orang.

Kemudian peneliti menanyakan apakah masing-masing siswa sudah siap untuk

berdialog berbahasa Arab yang telah mereka siapkan jauh-jauh hari sebelumnya, ke

depan kelas. Pada saat itu semua siswa menyatakan siap untuk berdialog di depan

kelas. Tidak lupa peneliti memberikan apersepsi dan memberikan sedikit dorongan

atau motivasi, dan acuan kepada mereka untuk tidak terlalu tegang ketika diminta

Dedy Hidayatullah Alarifin, “Penerapan Ice Breaking (Penyegar Pembelajaran) untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII A MTs An-Nur Pelopor Bandarjaya Tahun

Pelajaran 2013/2014, JPF: Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Metro, Vol.

3, No. 1, Maret 2015: 28. 273Ayu Novita Kurniasih & Dedy Hidyatullah Alarifin, “Penerapan Ice Breaking

(Penyegar Pembelajaran) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII A MTs

An-nur Pelopor Bandarajaya Tahun Pelajarran 2013/2014”, JPF: Jurnal Pendidikan Fisika,

Vo. 3, No. 1, Januari 2015: 34. 274Kegiatan belajar mengajar yang maksimal bukan hanya saat penyampaian materi

oleh guru saja, melainkan dapat dmulai dari membuka pelajaran hingga menutup pelajaran

karena kesiapan dan hasil dari pembelajaran juga perlu diperhatikan. Uluul Khakiim et al,

“Pelaksanaan Membuka dan Menutup Pelajaran Oleh Guru Kelas 1 Sekolah Dasar”, Jurnal

Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, Vol. 1, No. 9, September 2016: 1730. 275Al-Hifz ‘ala al-hiwar merupakan teknik latihan meniru dan menghafalkan dialog-

dialog mengenai berbagai macam situasi atau kesempatan. Melalui latihan ini diharapkan

pelajar dapat mencapai kemahiran yang baik dalam percakapan yang dilakukan secara wajar

dan tidak di buat-buat. Walaupun awalnya memang dipola berdasarkan hafalan, namun jika

dilakukan latihan terus menerus lama kelamaan akan menjadi kemampuan berkomunikasi

secar wajar. Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2014), 137.

Page 101: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

86

untuk maju ke muka umum.276 Saat itu siswa terlihat sedikit tenang dan antusias

mendengarkan arahan dari peneliti. Peneliti tentu tidak lupa mempersiapkan alat-

alat yang diperlukan seperti kamera untuk merekam setiap kegiatan siswa. Tidak

lupa peneliti meminta bantuan dari observer untuk mencatat setiap kegiatan siswa

selama proses pembelajaran di kelas berlangsung.

Kegiatan inti, peneliti mulai memberikan contoh kepada siswa terlebih dahulu

bagaimana berdialog bahasa Arab dengan baik dan benar dengan menayangkan

sebuah video menggunakan alat bantu laptop dan proyektor. Setelah penayangan

video berdialog menggunakan bahasa Arab. Peneliti meminta siswa untuk

mempersiapkan kelompok masing-masing untuk maju ke depan. Setelah dirasa

peneliti semua siswa siap, peneliti meminta siswa dengan masing masing kelompok

maju ke depan untuk berdialog menggunakan bahasa Arab berdasarkan tema

masing-masing kelompok yang telah disiapkan pada minggu sebelumnya tanpa

melihat buku catatan. Siswa terlihat sangat antusias ketika maju ke depan terbukti

dengan mereka tertib dalam berdialog, masing-masing siswa tahu bagian mana yang

harus ia ucapkan, adapun siswa lainnya mendengarkan dengan seksama. Kemudian

setiap kelompok maju hingga masing-masing kelompok telah usai berdialog di depan

kelas. Berdasarkan presentasi masing-masing kelompok tersebut peneliti tentu dapat

menilai mana siswa yang bisa berdialog dengan lancar atau terbata-bata. Akan tetapi

secara keseluruhan peneliti menyimpulkan bahwa rata-rata siswa mampu berdialog

dengan baik dan benar menggunakan bahasa Arab menggunakan Strategi Contextual Teaching and Learning.

Kegiatan penutup, peneliti isi dengan mengumumkan kelompok mana yang

paling bagus menurut peneliti, yang layak mendapat reward. Kemudian setelah itu

peneliti tidak lupa mengucapkan terimakasih banyak kepada siswa-siswa yang telah

begitu antusias mengikuti jalannya penelitian. Dan peneliti memberikan sedikit

wejangan kepada siswa untuk selalu semangat mempelajari bahasa Arab. Kemudian

setelah semua dianggap selesai, peneliti menutup kegiatan pembelajaran dengan doa

bersama dan siswa kembali ke kelas masing-masing.

c. Pengamatan (Observing) Observasi pada penelitian tindakan kelas kali ini dinilai mempunyai fungsi

yang jauh lebih baik, dengan adanya dokumentasi implikasi tindakan yang diberikan

kepada subjek. Oleh karena itu observasi harus mempunyai beberapa macam

unggulan superti: memilih orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu

sekarang dan masa yang akan datang. Observasi yang hati-hati dalam hal ini sangat

276Memotivasi siswa satu dari berbagai kritisisme yang sama dari intruksi adalah

kurang tertarik dan keinginan murid. Seroang percang instruksional yang berupaya untuk

menyesuaikan dengan permasalahan ini dalam sebuah cara sistematik adalah John Keller

(1987) dengan mengembangkan model ARCS yang didasarkan atas pengkajian dari literatur

psikologikal atas motvasi. Emapat bagian dari modelnya adalah perhatian, relebansi,

kepercayaan diri dan kepuasan. Oleh karena itu dalam hal ini guru harus meminta perhatian

dari murid dan mempertankan perhatian tersebut lewat intruksi. Untuk lebih lanjut baca

Rusmono, Stretgi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 33-34

Page 102: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

87

diperlukan untuk mengatasi keterbatasan tindakan yang diambil peneliti, yang

disebabkan oleh adanya keterbatasan menembus rintangan yang ada di lapangan.

Seperti dalam perencaan, observasi yang baik adalah observasi yang fleksibel dan

terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul baik yang diharapkan atau yang

tidak diharapkan.277

Observasi merupakan cara mengumpulkan data dengan mengamati perilaku,

peristiwa, atau mencatat karakteristik fisik dalam pengaturan alamiah. Observasi

bisa terbuka (semua orang tahu bahwa mereka sedang diamati) atau terselubung

(tidak ada yang tahu mereka sedang diamati dan pengamat yang tersembunyi.

Manfaat dari observasi tertutup bahwa orang lebih cenderung untuk berperilaku

secara almiah jika mereka tidak tahu bhwa mereka sedeang diamati. Namun dapat

melakukan observasi terbuka karena masalah etika yang terkait dengan pengamatan

terselubung.278

Berdasarkan hasil laporan pengamatan pada siklus II pertemuan pertama,

diperoleh bahwa suasana kelas sangat kondusif dan sangat mendukung untuk

terciptanya proses pembelajaran. Pertama, karena siswa sudah memiliki hubungan

yang dekat secara emosional. Kedua, siswa bersemangat dan sangat mengikuti

pembelajaran karena peneliti merekam kegiatan mereka menggunakan kamera.

Ketiga, siswa menjawab dengan antusias ketika menjawab pertanyaan dari guru.

Keempat, di antara siswa sudah terjalin interaksi sosial yang lebih erat pada

kelompok masing-masing ataupun pada satu sama lainnya.

d. Refleksi (Reflecting) Refleksi merupakan tahapan mengevaluasi atas tindakan dan hasilnya

dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai. Refleksi membawa implikasi tindakan

lanjut pada siklus berikutnya jika tujuan belum tercapai atau menghentikan

penelitian untuk kemudian dibuat laporan. Dalam melakukan refleksi peran teman

sejawat diperlukan untuk melakukan kajian atas efek tindakan serta memberikan

saran tentang perbaikan/modifikasi tindakan yang diperlukan jika siklus berikutnya

akan dilaikaukan. Refleksi pada dasarnya menghadap-hadapkan antara tujuan

penelitian tindakan dengan temuan hasil observasi, jika ada masalah artinya temuan

belum sesuai atau mencapai tujuan penelitian maka langkah selanjutnya adalah

menulis laporan penelitian.279

Kegiatan pada langkah ini adalah mencermati, mengkaji, dan menganalisis

secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilaksanakan yang didasarkan

data yang terlah terkumpul pada langkah observasi. Berdasarkan data yang ada baik

data kuantitatif ataupun data kualitatif, guru sebagai peneliti melakukan evaluasi

untuk menemukan keberhasilan dari dampk tindakan yang telah dilakukan terhadap

perbaikan atau peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

277Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta:

Bumi Aksara, 2017), 213. 278Muhammad Yaumi & Muljono Damopolii, Action Research: Teori, Model dan

Aplikasi (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), 112. 279Uhar Suharsaputra, Metode Peneitian Kualitatif, Kuantitafi dan Tindakan

(Bandung: Refika Adotama, 2014), 260.

Page 103: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

88

R = Jumlah Nilai Angket = Jumlah Nilai Angket x Kolom Angka

Jumlah Pernyataan Jumlah Siswa

Selain itu melalui evaluasi dalam refleksi ini juga akan ditemukan kelemahan-

kelemahan yang masih ada pada tindakan yang telah dilaksanakan untuk kemudian

dijadikan dasar menyempurnakan rencana tindakan di masa mendatang.280

Hasil penelitian keseluruhan menunjukkan adanya peningkatan terhadap

proses pembelajaran dengan menggunakan penerapan strategi pembelajaran

Contextual Teaching and Learning, dengan kata lain hasil penelitian mengalami

perubahan ke arah yang jauh lebih baik dari pada sebelumnya. Kreativitas belajar

siswa pada siklus II mengalami peningkatan dari pada siklus I. Siswa sudah mulai

dapat mengikuti pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Hal tersebut

dapat dilihat dari semangat dan antusias siswa dalam mengikuti tahap demi tahap

pembelajaran baik dalam materi, diskusi, dan presentasi. Siswa berpartisipasi

dengan aktif baik sesama teman ataupun dengan guru, siswa mengerjakan dengan

baik apa yang diminta oleh guru.

Hasil kreativitas dan maharat al-kalam siswa pada siklus II mengalami

perubahan ke arah yang lebih baik bila dibandingkan dengan siklus I.

Berdasarkan hasil refleksi, peneliti mendapati dari 20 orang siswa di siklus I

yaitu nilai rata-rata dengan jumlah 2 16

20 =

16

20 atau baik. Nilai tersebut dapat diketahui

dengan menggunakan metode penghitungan jumlah nilai rata-rata respon siswa

(angket) terhadap pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada mata

pelajaran bahasa Arab di kelas adalah sebagai berikut.

Diketahui :

Tabel 3.2

Siklus II

Ditanya nilai rata-rata siswa ?

Maka berdasarkan hasil penjumlahan dengan menggunakan rumus PTK, yaitu:

R = (7x4) + (6x3) + (4x2) + (2x1)

= 28 + 18 + 8 + 2

= 54

280Mohammad Ali & Muhammad Asrori, Metodologi & Aplikasi Riset Pendidikan

(Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 206).

No Kolom Jumlah yang

diceklis

Dibagi 15 baris

pertanyaan angket

Hasil

1 Kolom 1 30 15 2

2 Kolom 2 63 15 4

3 Kolom 3 97 15 6

4 Kolom 4 110 15 7

TOTAL BARIS

PERNYATAN

300

Page 104: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

89

= 56

20

= 2 16

20 =

16

20

Berdasarkan hasil pada tabel di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

rata-rata penilaian siswa pada pembelajaran Contextual Teaching and Learning di

siklus II berada pada kategori baik, karena 16

20 mendekati 1 mengarah ke atas.

Demikian penjelasan terperinci tentang sejarah dan gambaran umum

manajemen madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta

tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang bekerjasama dengan

observer dalam proses penyelesaian serta analisis akhir mengenai penerapan Strategi

Contextual Teaching and Learning pada pelajaran bahasa Arab di kelas XI madrasah

Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta.

Page 105: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

90

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN TENTANG UPAYA MENINGKATKAN

KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN KALAM SISWA MELALUI STRATEGI

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Di tahapan inti kali ini, peneliti lebih menitik beratkan pada pembahasan tentang

analisis hasil penelitian dengan tetap fokus pada masalah penelitian yaitu bagaimana

upaya meningkatkan kreativitas dan kemampuan kalam bahsa Arab melalui strategi

Contextual Teaching and Learning pada Siswa kelas XI madrasah Aliyah

pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun metode analisis yang

peneliti gunakan yaitu analisis deskriptif dengan tanpa meninggalkan aspek empiris

secara faktual dan terukur.

A. Hasil Penelitian

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran

berlangsung pada tiap siklus mengenai strategi Contextual Teaching and Learning (CTL), kreativitas dan maharat al-kalam siswa, akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Hasil Penilaiaan Kreativitas Siswa Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Kreativitas bersifat alamiah dari diri seseorang.281 Manusia adalah makhluk

yang dikaruniai potensi kreatif di dalam dirinya. Potensi itu dapat memberikan

manfaat bagi kehidupan manusia selama keberadaanya mampu dikembangkan

dengan baik dan maksimal.282 Penjelasan tentang manusia itu sendiri khusunya

dalam perspektif Islam, banyak ditemukan dalam Al-Qur’an. Menurut Quraish

Shibab, ayat-ayat Al-Qur’an ketika membicarkan prihal manusia, yang paling

banyak disorot adalah mengenai sifat-sifat dan potensi yang ada dalam dirinya.283

Kreativitas seseorang yang perlu dikembangkan dan digali hingga mencapai

potensi maksimal yang diinginkan dapat diperoleh melalui berbagai tindakan seperti

dapat melalui dunia imajinasi. Ranah imajinasi menjadi begitu penting karena

seluruh penciptaan yang dilakukan oleh manusia bermula dari sini. Merupakan hal

yang sangat dibutuhkan untuk mendorong anak mengelola imajinasi melalui pola

pikir anak sejak dini.284 Kreativitas juga dapat dipupuk dengan kreasi anak dapat

mewujudkan dirinya, kemudian dengan kemampuan berpikir anak yang dapat

melihat berbagai macam penyelesaian suatu masalah, dan bersibuk diri secara

281Sutipyo, “Kreativitas, Pemacu dan Penghambatn dalam Kehidupan Manusia”,

Al-Misbah, Vol. 2, No. 2, Juli 2014. 282Rusdi, “Implementasi Teori Kreativitas Graham Wallas dalam Sekolah

Kepenulisan di Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’ari Cabeyan Yogyakarta”, Muslim Haritage, Vol. 2, No. 2, November 2018: 259.

283M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Penerbit Mizan, 1998), 282.

284Dessy Wahyuni, “Kreativitas Berbahasa dalam Sastra Anak Indonesi”, Madah, Vol. 7, No. 2, Oktober 2017: 129-130.

Page 106: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

91

kreatif.285 Apabila kemampuan imajinasi anak kurang, maka kemampuannya untuk

mencetuskan ide-ide orisinalnya untuk mencipta atau meniru bentuk-bentuk yang

ada untuk dikreasikan dalam berbagai media juga mengalami hambatan. Namun

sebaliknya juga daya imajinasi anak tinggi, maka sangat memudahkan bagi anak

untuk menghasilkan karya-karya yang kreatif dan inovatif.286 Adapun menurut

Whardani et al kreativitas dapat dikembangkan melalui tindakan dari orang tua di

rumah, tindakan guru di sekolah, dan lingkungan sekitar sehingga kreativitas tidak

terbenam dimakan usia.287

Selain itu komunikasi dengan diri sendiri juga berfungsi untuk

mengembangkan kreativitas dan imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta

meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan.

Mengembangkan kreativitas imajinasi berarti menciptakan sesuatu lewat daya nalar

melalui komunikasi dengan diri sendiri, dengan cara seperti ini seseorang dapat

mengetahui keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki, sehingga tahu menempatkan

diri dalam segala kondisi.288 Orang yang mempunyai intelektual tinggi pasti

mempunyai kreativitas yang tinggi.289

Pada penelitian kali ini penulis ingin mendeskripsikan hasil pengamatan

kreativitas siswa kelas XI Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta menggunakan analisis deskriptif sebagai berikut:

Lembar Observasi Kreativitas Siswa

No Objek Yang Diamati Ya Tidak Keterangan

1 Siswa mengajukan pertanyaan ketika

tidak mengerti penjelasan guru.

2

Siswa dapat menjawab pertanyaan

dari guru ketika meteri telah selesai

diterangkan.

3 Siswa mengajukan asumsi terkait

materi yang dipelajari.

285Ita Wahyuni, Khutobah, Nanik Yuliati, “Peningkatan Kreativitas dalam

Membuat Bentuk pada Anak Kelompok B2 Melalui Bermain Play Dough di TK Plus Al-

Hujjah Keranjingan Sumbersari Jember Tahun Pelajaran 2015/2016”, Jurnal Edukasi Unej, Vol. 3, No. 2, 2016: 1.

286Ida Ayu Sri Widhiani, A.A.I.N Marhenu, I Nyoman Dantes, “Penerapan

Penggunaan Media Permainan Fantasi dan Imajinasi Kreatif untuk Meningkatkan

Kemampuan Otak Kanan Dan Mengembangkan Kemampuan Berbahasa”, e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, 2014: 2.

287Lita Kusuma Wardhani, Robbinson Situmorang, Cecep Rustand, “Pengembangan

Kit Media untuk Merangsang Kreativitas Anak Kelas 4 SD”, Jurnal Pembelajaran Inovatif, Vol. 1, No. 1, 2018: 27.

288Abdul Malik, “Fungsi Komunikasi Antara Guru dan Siswa dalam Meningkatkan

Kualitas Pendidikan (Studi Kasus Proses Belajar Mengajar pada SMP Negeri 3 Sindue)”,

Jurnal Interaksi, Vol. 3, No. 2, Juli 2014: 170. 289Saharuddin & Soehardi, “Pengaruh Kreativitas dan Promosi Jabatan terhadap

Peningkatan Produktivitas”, Jurnal Ilmiah Manajemen Ubhara, Vol. 6, No. 1, April 2019: 4.

Page 107: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

92

4

Siswa menerapkan imajinasi pada

setiap situasi untuk menghasilkan hal

baru dan berbeda.

5 Siswa dapat menyimpulkan materi

yang telah dipelajari.

7

Siswa dapat menjawab pertanyaan

dari guru ketika meteri telah selesai

diterangkan.

8 Siswa bertanya kepada temannya

ketika tidak mengerti.

9 Siswa mengerti apa yang dijelaskan

oleh guru.

10 Siswa mengemukakan ide terkait

pembelajaran.

11 Siswa memiliki rasa ingin tahu yang

besar pada mata pelajaran bahasa

Arab.

12 Siswa memiliki kepercayaan diri

ketika berbahasa Arab.

13 Siswa berani maju ke depan untuk

berdialog bahasa Arab di depan

teman-teman.

Menurut Suharsimi Arikunto analisis data yang memiliki dua alternatif

jawaban seperti di atas tinggal menjumlahkan berapa banyak centangan yang pada

kolom “ya” yaitu sebanyak 12 buah centangan dan berapa centang pada kolom

“tidak”. Peneliti atau observer dapat menyebutkan yang dicentang “tidak” pada

baris apa saja. Untuk pembahasan data, peneliti memberi argumentasi untuk

centangan pada kolom “tidak”, apa sebab yang diisi kolom “tidak”.290

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dapat

disimpulkan bahwa centangan pada kolom “ya” yaitu 12 buah centang, dan pada

kolom “tidak” hanya 1 buah centangan. Maka berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa krativitas siswa berada pada kategori tinggi. Di mana terlihat

siswa mengajukan pertanyaan ketika siswa tidak mengerti penjelasan guru, siswa

dapat menjawab pertanyaan dari guru ketika meteri telah selesai diterangkan, siswa

menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda.

Hal ini terlihat dari kreativitas siswa mengembangkan bentuk percakapan

disertai gerakan badan dan tangan sesuai dengan alur, siswa dapat menyimpulkan

materi yang telah dipelajari, siswa bertanya kepada temannya ketika tidak mengerti,

siswa mengerti apa yang dijelaskan oleh guru, siswa mengemukakan ide terkait

pembelajaran terbukti dari siswa memikirkan ide masing-masing untuk

290Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas Edisi

Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), 96.

Page 108: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

93

menampilkan yang terbaik bagi kelompoknya seperti ide membawa alat bantu

seperti membawa alat-alat rumah ketika memperagakan percakapan dan lain

sebagainya, siswa memiliki kepercayaan diri ketika berbahasa Arab terlihat dari

kesigapan dan kesiapan siswa ketika maju tidak ada rasa malu dan takut, siswa

berani maju ke depan untuk berdialog bahasa Arab di depan teman-teman, dan siswa

kreatif juga dapat memecahkan permasalahan selama proses pembelajaran yang

cenderung bersifat konkret hal ini terlihat dari siswa memecahkan masalah yang

dihadapi bersama masing-masing kelompok seperti menghafal percakapan bahasa

Arab bersama-sama sebelum maju ke depan kelas untuk ditampilkan.291

Hal ini selaras dengan pendapat bahwa siswa yang kreatif dapat dilihat dari

beberapa ciri atau krakteristik yang melakat dalam diri siswa. Seperti rasa ingin tahu

yang besar, memiliki kepercayaan diri yang tinggi memiliki keterbukaan akan

pengelaman yang belum pernah dialami, fleksibel dalam melakukan suatu tindakan

dan dalam memikirkan suatu hal, kemudian terlihat juga dari tidak menerima secara

saklek pendapat orang lain, dan sebagainya. Menurut kemampuan siswa dapat

dikembangkan melalui beberapa hal seperti melakukan pendekatan “inquiry”,

menggunakan teknik-teknik sumbang saran, memberikan penghargaan bagi prestasi

yang kreatif, meningkatkan berpikir kreatif melalui berbagai media, bisa juga

melalui pengembangan lingkungan yang kondusif.292

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran menggunakan

strategi contextual teaching and learning di dalam kelas didapati bahwa siswa

memiliki rasa ingin tahu yang besar pada bahasa Arab terlihat dari antusias siswa

mengikuti dan mendengarkan penjelasan dari guru, kemudian siswa juga memiliki

kepercayaan yang tinggi ketika guru mengajak berkomunikasi menggunakan bahasa

Arab, siswa juga tidak menerima secara mentah apa yang dijelaskan oleh guru, hal

ini terlihat dari siswa menanyakan kembali apa yang guru jelaskan, dan

memverifikasi apakah yang dijelaskan oleh guru benar atau tidak.

Aktivitas dan kreativitas dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi

contextual teaching and learning tidak terlepas dari peran seorang guru,293 baik dari

gaya guru mengajar atau menyampaikan materi kepada sisiwa, atau guru

menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan penggunaan media secara

efektif untuk meningkatkan gairah siswa memperlajari bahasa Arab. Selain itu guru

yang kreatif juga dapat memanfaatkan segala yang ada agar interaksi belajar

mengajar dapat berlangsung dengan menyenangkan dan dapat memberikan motivasi

kepada siswa agar tertarik dalam suatu materi. Guru dapat meningkatkan

291U.A. Deta, Suparmi, S. Widha, “Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek

Kreativitas, Serta Keterampilan Proses Sains terhadap Prestasi Belajar Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesian, Vol. 9, No. 1, 2019: 32.

292Kenedi, “Pengembangan Kreativitas Siswa dalam Proses Pembelajaran di Kelas

II SMP Negeri 3 Rokan IV Koto”, Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, Sains, dan Humanira, Vol. 3, No. 2, Juni 2017: 329.

293Nurhayati Simatupang, “Meningkatkan Aktivitas dan Kreativitas Mahasiswa

Jurusan Pendidikan Jasmani dan Olahraga”, Jurnal Pedagogik Keolahragaan, Vol. 2, No. 1,

Desember 2016: 58.

Page 109: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

94

kreativitasnya dengan memiliki kedekatan secara emosional terhadap peserta

didik.294

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas seorang guru,

yaitu faktor internal seperti psikologis guru, kondisi kejiwaan guru ketika hendak

mengajar. Kemudian faktor eksternal seperti lingkungan sosial dan kebudayaan.

Selain itu faktor yang tidak kalah penting adalah latar belakang pendidikan guru,

pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh guru, pengalaman guru dalam dunia

pendidikan, dan kesejahteraan guru juga dapat mempengaruhi kreativitas dalam

proses pembelajaran, selain yang tidak kala mempengaruhi adalah guru yang

melibatkan siswa secara aktif tentu akan berpengaruh terhadap pengembangan

kreativitas siswa.295 Konsekuensi dari cara mengajar guru yang cenderung tidak

melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif maka tidak dapat

membantuk siswa menjadi pribadi yang kreatif dan mandiri, padahal siswa kreatif

akan mencari jalan keluar bagaimana agar dia bisa menyelesaikan suatu masalah

atau mencari solusi ketika dalam keadaan kesulitan.296

Berdasarkan hasil pengamatan di sekolah diperoleh bahwa guru berusaha

meningkatkan kreativitas melalui pemberian reward atau dalam arti memberikan

penghargaan kepada siswa yang memiliki kreativitas, hal ini bertujuan untuk

memberikan motivasi kepada siswa lain agar terpacu dan mencontoh prestasi dari

siswa lain. Bentuk penghargaan guru kepada siswa biasanya bisa berbentuk verbal

seperti pujian, ataupun non verbal seperti memberikan hadiah kecil.

Selain guru orang tua juga memiliki peran dalam meningkatkan kreativitas

anak, orang tua harus menyadari bahwa kreativitas sangat penting bagi anak dengan

menemukenali kreativitas dan membina mereka mengembangkan keberanian untuk

mewujudkan kreativitas.297 Orang tua dapat memupuk kreativitas anak dengan

berbagai macam cara menurut bisa dengan menghargai pendapat anak ketika tidak

memiliki pendapat yang sama dengan orang tua, memberikan ruang untuk anak

berpikir, merenung dan berkhayal, membiarkan anak mengambil keputusan sendiri

untuk hal-hal yang krusial, kemudian bisa juga dengan mendorong anak untuk

menjajaki dan mempertanyakan banyak hal, mengarjak hal-hal baik, menasehati

anak dengan mendorong anak melakukan hal-hal yang dapat menghasilkan suatu

produk, dan lain sebagainya.

Hal ini juga dikuatkan berdasarkan hasil penelitian Usman yang mengatakan

bahwa kreativitas dan motivasi belajar secara bersama-sama berpengaruh terhadap

prestasi belajar pada mata pelajaran bahasa Arab, kreativitas berpengaruh positif

294Ifni Oktiani, “Kreativitas Guru dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik”, Jurnal

Kependidikan, Vol. 5, No. 2, 2017: 218. 295Helda Jolanda Pentury, “Pengembangan Kreativitas Guru dalam Pembelajaran

Kreatif Pelajaran Bahasa Inggris”, Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 4, No. 3, November

2017: 269. 296Yesi Buadiarti, “Pengembangan Kemampuan Kreativitas dalam Pembelajaran

IPS”, Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, Vol. 3, No. 1, 2015: 62. 297Qurrata A’yuna, “Kontribusi Peran Orangtua dan Guru Mata Pelajaran terhadap

Pengembangan Kreativitas Siswa”, Jurnal Ilmiah Edukasi, Vol. 1, No. 1, Juni 2015: 11-16.

Page 110: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

95

terhadap prestasi belajar pada mata pelajaran bahasa Arab.298 Kreativitas

mencerminkan pemikir yang divergen yaitu kemampuan yang dapat memberikan

bermacam-macam alternatif jawaban. Kreativitas dapat digunakan untuk

memprediksi keberhasilan belajar.299

Begitupun dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuraini (2018) yang

mendapati bahwa daya kreativitas memberikan pengaruh positif terhadap

peningkatan keterampilan berbicara bahasa Asing, utamanya bahasa Inggris,

semakin tinggi kreativitas siswa maka semakin tinggi juga keterampilan bahasa

Asing mereka.300 Kreativitas berbahasa seseorang tidak muncul dengan sendirinya.

Kemampuan itu harus dibina, dimunculkan, dilatih, dan dibina. Memang sebenarnya

manusia memiliki kemampuan berbahasa lisan, namun untuk memiliki kemampuan

bahasa asing lain harus melalui pendidikan.301 Kreativitas berbahasa seseorang

terlihat dari penggunaan kata, kalimat, maupun wacana dalam pola pengembangan

gagasan terhadap teks yang dihasilkannya. Untuk dapat digunakan sebagai alat

komunikasi atau media menciptakan kreativitas, bahasa harus dipelajari terlabih

dahulu, utamanya bahasa asing.302

Kreativitas dapat dikelompokkan ke dalam empat dimensi menurut Munandar

(1988) dalam Judiani (2011) yaitu: dimensi pribadi, proses, pendorong, dan produk.

Dimensi pribadi tidak terbatas pada tingkat usia, jenis kelamin, suku, bangsa dan

kebudayaan tertentu. Setiap orang memiliki kemampuan kreatif, karena kreativitas

atribut dari semua orang. Dari segi pribadi menurut Munandar kreativitas

merupakan unkapan unik dari keseluruhan kepribadian sebagai hasil interaksi

individu dengan linkungan yang tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap atau

perilaku. Adapun kreativitas sebagai dimensi proses, bahwa setiap manusia untuk

menemukan hubungan-hubungan yang baru, untuk mendapatkan jawaban, metode,

atau cara-cara baru dalam menghadapi suatu persoalaan tidak selalu dilakukan

secara spontan tetapi memerlukan proses berpikir. Sedangkan kreativitas sebagai

dimensi pendorong adalah kreativitas dapat berkembang karena adanya dorongan

dari dalam diri individu dan dorongan eksternal berupa sosiokultural. Yang terakhir

kreativitas sebagai dimensi produk mengacu pada hasil perbuatan, kinerja, atau

298Muhammad Idris Usman, “Pengaruh Kreativitas dan Motivasi Belajar Siswa

terhadap Prestasi Belajar Bahasa Arab di MA DDI Al-Badar”, Lentera Pendidikan, Vol. 19,

No. 1, Juni 2016: 76-89. 299Wahyudi, “Pengaruh Kreativitas Belajar dan Efikasi Diri terhadap Prestasi

Afektif Melalui Motivasi Berprestasi (Studi Kasus pada Madrasah MTs Pembangunan UIN

Jakarta”, Kreatif: Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang, Vol. 2, No. 2, April

2015: 89. 300Irma Nuraini, “Pengaruh Sikap Berbahasa dan Daya Kreativitas terhadap

Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris (Survei pada Siswa SMK Negeri di Kabupaten

Purwakarta)”, Inference: Journal of English Language Teaching, Vol. 1, No. 1, April 2018:

88. 301Siti Maryam, “Pengembangan Kreativitas Berbahasa dalam Menulis Esai”,

Educationist, Vol. 1, No. 2, Juli 2017: 104. 302Dessy Wahyuini, “Kreativitas Berbahasa dalam Sastra Anak Indonesia”, Madah,

Vol. 7, No. 2, Oktober 2016: 129.

Page 111: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

96

karya individu dalam bentuk barang atau gagasan.303 Yang tidak kalah penting juga

adalah peran guru untuk mengembangkan dan menggali kreativitas seorang siswa

agar siswa siswa memiliki kesempatan untuk berkreasi.304

Kreatif merupakan suatu sifat yang dimiliki oleh seorang yang memiliki

kreativitas. Hal ini dikarenakan hanya orang kreatif yang mempunyai ide gagasan

kreatif dan original. Orang akan menjadi kreatif apabila distimulasi sejak dini.305

Individu yang kratif memiliki kebebasan dalam berpikir maupun dalam bertindak.

Kebebasan tersebut berasal dari diri sendiri, termasuk di dalamnya kemampuan

untuk mengendalikan diri dalam mencari alternatif yang memungkinkan untuk

mengaktualisasikan potensi-potensi kreatif yang ada di dalam dirinya. Hal ini

sejalan dengan pendapat Sutipyo R yang mengatakan bahwa orang yang kreatif

adalah orang yang mampu membuat kombinasi sesuatu yang baru dihasilkan dari

proses kognitif manusia, hasil kombinasi yang bersifat baru itu mempunyai nilai

guna yang tinggi dan dapat dibuat kembali pada waktu yang lain.306

2. Hasil Penilaian Maharat al-kalam Siswa Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Maharat al-kalam merupakan kemampuan manusia untuk menyampaikan rasa

emosionalitasnya dengan ungkapan fungsional melalui ujaran yang benar dan

penyampaian yang efektif. Dengan keterampilan ini dapat membantu manusia

merealisasikan keinginan dan dengan karakterisik pemikiran yang disampaikan ia

dapat mempenaruhi kehidupan.307 Aktivitas berbicara tidak bisa terpisah juga

dengan kompetensi mendengar. Karena suatu komunikasi akan terjalin dengan baik

jika pembicara bisa memahamkan pendengar dan pendengar juga bisa memahami

apa yang dikatakan oleh pembicara.308

Keterempilan berbicara merupakan kemahiran lingustik yang rumit, karena

hal ini menyangkut masalah berpikir atau memikirkan apa yang harus dikatakan. Hal

ini memerlukan ketersedian kosa kata yang banyak dan kalimat tertentu yang cocok

dengan situasi yang dikehandaki. Dengan demikian keterampilan berbicara

memerlukan banyak latihan pengucapan dan banyak latihan pengucapan dan latihan

303Sri Judiani, “Kreativitas dan Kompetensi Guru Sekolah Dasar”, Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, No. 1, Januari 2011: 56-69. 304R. Mekar Ismayani. “Kreativitas dalam Pembelajaran Literasi Teks Sastra”,

Jurnal Ilmua Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia, Vol. 1, No. 1, 2016: 72. 305Rohani, “Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini melalui Media Bahan

Bekas”, Rhaudah : Program Studi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, Vol. 5, No. 2,

Desember 2017: 11. 306Sutipyo R, “Kreativitas, Pemacu dan Penghambatnya dalam Kehidupan

Manusia”, Al-Misbah, Vol. 2, No. 2, Juli 2014: 206. 307Asep Maulana, “Kurikulum Maharah Al-kalam Bahasa Arab Berasis Kompetensi

Komunikatif (Penelitian Deskriptif Kualitatif di Jurusuan Pendidikan Bahasa Arab IAIC

Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2015/2016)”, Pecinta Ilmu: Jurnal Pendidikan Cipasung Tasikmalaya Ilmiah Bermutu, Vol. 1, No. 1, Juni 2016: 4.

308Silfiyah Rohmawati, “Penerapan Hasil Modifikasi Permainan Monopoli Sebagai

Media Pembelajaran Bahasa Arab”, Al-Mi’yar, Vol. 2, No. 2, Oktober 2019: 166.

Page 112: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

97

praktek, latihan ekspresi atau menyatakan kalimat-kalimat sederhana yang dapat

dimengerti oleh lawan bicara.309

Adapun menurut (Wahidah, 2016) dalam Aflisia & Yasmar pada pembelajaran

kalam dapat dikuasi melalui pendekatan aural-oral karena pendekatan ini

menekankan pada kegiatan latihan seperti menghafal menghafal kosa kata dan

berdialog dengan menguataman keshahihan dan keakurasian bahasa. Hal ini selaras

dengan penelitian ini yang sangat menekankan pada percakapan atau dialog

menggunakan bahasa Arab.310

Pada hakikatnya, dalam pembelajaran kompetensi berbicara, guru tidak perlu

untuk terlalu banyak berbicara, sebaiknya guru berbicara secukupnya dan lebih

banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara, sebab kemampuan

berbicara itu merupakan salah satau kompetensi bahasa yang membutuhkan

pembiasaan, semakin siswa sering berbicara, makan akan leih lancar juga

berbicaranya menggunakan bahasa Arab.311 Akan tetapi tentu keberhasilan dari

kegiatan berbicara dengan bahasa Arab tidak terlepas dari guru pembina bahasa Arab

itu sendiri, guru lebih berperan pada pemberian kosa kata atau mufradat sesuai

dengan kebutuhan para siswa, guru juga berperan untuk memilihkan topik

pembicaraan sesuai dengan kebutuhan, dan terus mendampingi serta melatih siswa

agar terbiasa berbicara menggunakan bahasa Arab.312

Pembelajaran maharat al-kalam membutuhkan latihan secara terus menerus,

tidak hanya melatih pengucapannya tetapi siswa juga dilatih dalam menjabarkan dan

mengungkapkan ide mereka dengan penyampaiannya secara lisan, sehingga pengajar

tidak lagi memaksa siswa untuk melafalkan dialog yang sudah mereka hafal dalam

pembelajarannya. Agar terciptanya pembelajaran yang komunikatif guru harus

terampil menggunakan metode yang ia gunakan di dalam kelas. Dan seorang

pengajar tidak mengukur maharat al-kalam apabila siswa sudah mampu dalam

menirukan apa yang ia ungkapkan, tetapi mampu membuat mereka itu berpikir dan

berbicara dengan bahasa Arab dengan berani dan peercaya diri.313

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran contextual teaching and learning berlangsung maharat al-kalam siswa meningkat terlihat dari

309H. Fathul Maujud, “Pembinaan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab (Maharat

al-kalam) Santri dan Satriwati di Pondok Pesantren Darul Hikmah Pagutan Karang Genteng

Kota Mataram” , El-Tsaqafah, Vol. 14, No. 2, Desember 2017: 128. 310Noza Aflisia & Rensi Yasmar, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Bahasa Arab

Dosen Non Pendidikan Bahasa Arab (PBA)”, Ihya’ al-‘Arabiyyah, Vol. 4, No. 2, Desember

2018: 161. 311Silfiyah Rohmawati, “Penerapan Hasil Modifikasi Permainan Monopoli Sebagai

Media Pembelejaran Berbicara Bahasa Arab”, Jurnal Al-Mi’yar, Vol. 2, No. 2, Oktober 2019:

167. 312H. Fathul Maujud, “Pembinaan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab (Maharat

al-kalam) Santri dan Santriwati di Pondok Pesantren Darul Hikmah Pagutan Karang Genteng

Kota Mataram”, el-Tsafaqah, Vol. 16, No. 2, Juli-Desember 2017: 129. 313Yazid Hady, “Pembelajaran Maharat Kalam menurut Rusdy Ahmad Thu’aimah

dan Mahmud Kamil al-Naqah”, al-Mahara Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 5, No. 1,

Juni 2019: 82.

Page 113: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

98

penguasaan kosa kata yang bertambah pada siswa, kemudian terlihat juga dari siswa

yang bisa mengucapkan bahasa Arab dengan baik dan benar, selain itu siswa juga

terlihat memiliki kepercayaan diri dan keberanian diri untuk berbicara menggunakan

bahasa Arab dengan teman-teman di kelas meski masih terbata-bata, begitupun

dengan guru, siswa terlihat berusaha menerapkan apa yang telah mereka pelajari di

kelas dalam kehidupan nyata mereka utamanya di dalam kelas.

Pada usia 10-19 tahun masuk pada kategori usia remaja (WHO). Pertumbuhan

dan perkembangan selama masa remaja dibagi dalam tiga tahap, yaitu: remaja awal

(usia 11-14 tahu), remaja pertengahan (usia 14-17 tahun), remaja akhir (usia 17-20

tahun).314 Menurut ahli lainnya berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa

peralihan dari kanak-kanak ke dewasa, rentang usia remaja adalah 13-18 tahun dan

dibagi menjadi dua kategori, yakni: pra pubertas (usia 12-14 tahun) dan pubertas

(usia 14-18 tahun).315 Anak remaja sebetulnya menurut Monk tidak mempunyai

tempat yang jelas, apakah termasuk dalam golongan dewasa, atau golongan anak-

anak. Remaja berada di antara keduanya.316 Tubuhnya nampak sudah dewasa, akan

tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa remaja gagal menunjukkan

kedewasaannya. Pengalamannya mengenai alam dewasa masih belum banyak.317 Pada fase ini, seorang siswa atau remaja berada di tingkat intelektual yang

tinggi, cerdas dan kritis ketika berpikir serta memiliki perencanaan dan cepat ketika

betindak. Pada fase ini juga remaja sebagai siswa mulai memupuk kepercayaan

dirinya (self-confidence) dalam mengungkapkan pendapat, ide dan gagasan kepada

sekitarnya. Bagi siswa yang belum memiliki rasa percay diri, maka peran seorang

guru memberikan perhatian dengan mengingatkan kepada sisiwa bahwa rasa percaya

diri hanya akan tumbuh dari dalam dirinya sendiri dan hanya siswa itu sendiri yang

dapat mengatasinya, karena kepercayaan diri seseroang akan berpengaruh pada

tingkat prestasinya.318

Remaja yang memiliki self-confidence, dapat diketahui melalui beberapa

karakter yang muncul, seperti memiliki keyakinan pada diri sendiri bahwa diri

mampu melakukan suatu hal apalagi hal tersebut merupakan suatu yang sulit untuk

dilakukan, kemudian memiliki rasa optimis bahwa diri mampu melakukannya,

314Ade Wulandari, “Karakteristik Pertumbuhan Perkembangan Remaja dan

Implikasinya terhadap Masalah Kesehatan dan Keperawatannya”, Jurnal Keperawatan Anak, Vol 2, No. 2, Mei 2014: 40.

315Azizah, “Kebahagiaan dan Permasalahan di Usia Remaja (Penggunaan Informasi

dalam Pelayanan Bimbingan Individual)”, Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol. 4, No. 2, Desember 2013: 300.

316F. J Monks & A.M.P Knoers, Ontwikkelings Psychology: Inleiding Tot De Verschillende Deelgebieden, terjemah Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai Bagian (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004), cet-

15, 259. 317Khamim Zarkasih Putro, “Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa

Remaja”, APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, Vol 17, No. 1, 2017: 25-32. 318Siti Nur Deva Rahman, Hubungan Tingkat Rasa Pede dengan Hasil Belajar

(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010). 13.

Page 114: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

99

mandiri tanpa membebani orang lain, mencintai dan menghargai diri sendiri,

bertanggung jawab dan suka berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.319

Selain kreteria penilaian di atas, peneliti juga melakukan uji materi dengan

memberikan beberapa soal kepada siswa kelas eksperimen, Adapun hasil penilaian

maharat al-kalam siswa bisa dilihat pada tabel di bawah ini;

No Kelas Jumlah Siswa Nilai di atas 7 Nilai di bawah 7

1 XI MIA I 5 5 0

2 XI MIA II 5 5 0

3 XI IIS I 5 4 1

4 XI IIS II 5 3 2

Berdasarkan keterangan tabel hasil penilaian materi soal tentang maharat al-kalam di atas, dapat disimpulkan bahwasanya Impelementasi strategi Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran bahasa Arab khususnya dalam

meningkatkan kemampuan kalam siswa dinilai efektif atau mempunyai pengaruh

yang cukup signifikan.

3. Hasil Penilaian Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Penyelenggaraan pendidikan didasari dengan tujuan untuk memberikan bekal

kepada siswa agar dapat hidup bermasyarakat dan dapat melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi yang tentu melalui proses pembelajaran.320

Pembelajaran adalah suatu sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari

komponen-komponen yang berintelerasi dan saling berinteraksi, yaitu pengajar,

pelajar, metode pengajaran, media pengajaran, sarana prasarana antara satu dengan

yang lainnya.321

Proses pembelajaran atau pengajaran menurut Dunkin dan Biddle dalam

Komara (2016) berada pada empat variabel interaksi yaitu: 1. Variabel pertanda

berupa pendidi; 2. Variabel konteks berupa peserta didik, sekolah dan masyarakat;

3. Variabel proses proses berupa interaksi peserta didik dengan pendidik, dan 4.

Variabel produk berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun

jangka panjang. Dunkin & Biddle selanjutnya mengatakan proses pembelajaran akan

berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama, yaitu 1.

Kompetensi subtansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran, dan 2.

Kompetensi metodologi pembelajaran. Artinya menurut Komara (2016) jika guru

319Halimatus Sa’diyah, “Upaya Menumbuhkan Self-Confodence Berbicara Bahasa

Arab Mahasiswa Melalui Group Whatsapp”, Al-Mi’yar, Vol. 2, No. 2, Oktober 2019: 150. 320Sri Dadi, “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Pemanfaatn Model

Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 38 Kota Bengkulu”, Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 9, No. 2, 2016: 225.

321Imam Asrofi & Jeni Sri Gantini, “Penggunaan Media Audio Visual Smartphone

dalam Pembelajaran Bahasa Arab (Muhadatsah) untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa”,

BASIS: Jurnal Pendidikan Basis Bahasa Arab dan Studi Islam, Vol. 1, No. 1, Maret 2017:

25.

Page 115: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

100

menguasai materi pelajaran, diharuskan juga menguasi metode pengajar sesuai

kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagodik, yaitu memahami

karakteristik peserta didik. Jika metode dalam pembelajaran tidak dikuasi, maka

penyampaian materi ajar menjadi tidak maksimal. Metode yang digunakan sebagai

strategi yang dapat memudahkan siswa untuk menguasai ilmu pengetahuan yang

diberikan oleh guru.322

Perspektif pembelajaran bahasa era modern telah menjadikan peran peserta

didik dan pendidik memiliki peran keaktifan dan kreativitas yang sama dalam sebuah

pembelajaran.323 Keputusan penting tentang semua aspek pengajaran bahasa dibuat

mengacu pada variabel yang berasal dari peserta didik oleh karena itu penting sekali

untuk memudahkan siswa dalam proses belajar mengajar, selain adanya guru yang

profesional yang benar-benar memumpuni bahasa Arab dalam segala aspek. Selain

itu juga yang perlu diperhatikan guru adalah unsur kreatif dan inovatif dalam proes

pembelajaran.324 Yang tidak kalah penting adalah model pembelajaran yang

memainkan peran besar untuk keberhasilan suatu program pendidikan. Model

menjadi payung utama untuk spesifikasi dan interelasi antara teori dan praktik. Apa

yang dipahami siswa merupakan korpus dari model yang digunakan, meskipun

terdapat model-model lain yang berbeda dalam belajar bahasa. Teori bahasa tetap

diasumsikan sebagai alat komunikasi dalam sebuah sistem.325

Pembelajaran kontekstual adalah konsep yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan

mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kontekstual hanya sebuah

strategi pembelajaran.326 Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual

dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktid dan

322Endang Koswara, Belajar dan Pembelajaran Interaktif (Bandung: Refika

Aditama, 2016), 68. 323Erfan Gazali & Hasan Sefuloh, “Kebutuhan Peserta Didik dan Rancang Bangun

Media Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliya”, Arabi: Journal of Arabic Studies, Vol.

4, No. 1, 2019: 88. 324Naili Vidya Yulistyani Sri Sumarni, “Pengembangan Media Pembelajaran

Wayang Cucok untuk Meningkatkan Kemahiran Kalam”, Al Mahara Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 2, No. 2, Desember 2016: 179.

325Mahyudin Ritonga, Alwis Nazir, Sri Wahyuni, “Pembelajaran Bahasa Arab

Berbasi Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kota Padang”, Arabiyat : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan KebahasaAraban, Vol. 3, No. 1, 2016: 2.

326Straeti pembelajaran adalah teknik, prinsip dan aturan yang memungkinkan guru

ataupun siswa untuk belajar memecahkan masalah. Strategi pembelajaran menyerupai

keterampilan beajar yang tidak hanya menekankan langkah-langkah yang diperlukan untuk

melakukan suatu strategi (misalnya langkah-langkah yang harus diikuti saat membaca buku

teks) namun juga fokus pada a;asan dan waktu untuk menggunakan strategi dan cara

memantau penggunaannya. Marilyn Frien & William D. Bursuck, Menuju Pendidikan Inklusi: Panduan Praktis untuk Mengajar Edisi ketujuh, Terjemahan Annisa Nuriowandari

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 639.

Page 116: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

101

bermakna. Strategi kontekstual dapat dilaksanakan tanpa harus mengubah

kurikulum dan tatanan yang ada. 327

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan

rencana kegiatan kelas yang dirancang oleh guru, yang isinya berupa skenario tahap

demi tahap mengenai kegiatan apa yang akan dilakukan di dalam kelas bersama

siswanya yang berhubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Secara umum

tidak ada perbedaan mendasar mengenai format antara program pembelajaran

konvensional dengan program pembelajaran kontekstual, yang membedakan hanya

pada penekananya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada

deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk

pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.328

Melalui pembelajaran kontekstual siswa diharapkan dapat belajar melalui

“mengalami” bukan “menghafal”.329 Akan tetapi untuk merubah kebiasan praktik

pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berpusat

kepada siswa memang bukan merupakan suatu hal yang mudah, bahkan merupakan

suatu pekerjaan yang cenderung sulit terutama di kalangan guru yang tergolong pada

kelompok laggard330 (penolak perubahan/inovasi).331

Lembar Observasi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Siswa

No Objek Yang Diamati Ya Tidak Keterangan

1 Siswa menerapkan bahasa Arab di

lingkungan kelas. √

2

Siswa mengaitkan pelajaran bahasa

Arab yang telah dipelajari dengan

kehidupan sehari-hari di sekolah.

3 Siswa mengamati dengan serius

penjelasan guru. √

327Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, Sri Harmianto, Model-Model

Pembelajaran Inovatif dan Efektif (Bandung: Alfabeta, 2013: 49-50. 328Siti Zulaiha, “Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan

Implementasinya dalam Pembelajaran PAI MI”, Balajea: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1,

No. 1, 2016: 56-57. 329Nurdalilah, “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching adn Learning

terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika”, Prosiding Seminar Nasional Hasil

Penelitian 2018. 330Kelompok laggard merupakan kelompok yang melakukan adopsi terakhir, dan

biasanya adopsi dilakukan bukan karena keyakinan tetapi akibat terbawa arus. Misal, sebuah

keluarga pengrajin perak, tidak akan pernah terjadi gagasan dan keinginan lain untuk anak-

anaknya kecuali mereka nantinya mewarisi dan meneruskan keahlian orang tua mereka

sebagai pengrajin perak. Keluarga dari kelompok langgard biasanya tidak pernah memiliki

semangat bersaing atau berjuang. Lihat dalam Tony Setiabudhi, Anak Unggul Berotak Prima (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), 208.

331Rifqi Muntaqo & Devi Masruroh, “Lesson Study dalam Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Kejiwan Wonosobo”, Balajea: Jurnal

Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 2, 2016: 127.

Page 117: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

102

4 Siswa fokus mengikuti arahan guru. √

5

Siswa bekerjasama mengerjakan tugas

yang diberikan guru bersama

kelompok masing-masing.

6 Siswa fokus mengikuti arahan guru. √

7

Siswa menghafal kosa kata bahasa

Arab dengan baik ketika diperintah

guru untuk menghafal.

8 Siswa berdiskusi dengan baik di kelas. √

9 Siswa dapat menghubungkan materi

yang dipelajari dengan berbagai hal. √

10

Siswa mampu mengalokasikan waktu

dengan baik ketika pelajaran bahasa

Arab.

11 Siswa dapat membaca kalimat

berbahasa Arab dengan baik. √

12 Siswa dapat menulis kalimat

berbahasa Arab dengan baik. √

13

Siswa dapat menyelesaikan masalah

berkaitan dengan bahasa Arab secara

baik.

14

Guru dengan baik dan objektif dalam

memberi penilaian terhadap

kemampuan siswa.

15 Siswa mampu berdialog menggunakan

bahasa Arab. √

16 Siswa memiliki kosa kata bahasa Arab

yang cukup banyak. √

17 Siswa antusias mengikuti pelajaran

bahasa Arab. √

18 Baiknya siswa mengikuti siklus ke-1

dan ke-2. √

19 Siswa bertanya kepada guru ketika

tidak mengerti. √

Menurut Suharsimi Arikunto analisis data yang memiliki dua alternatif

jawaban seperti di atas tinggal menjumlahkan berapa banyak centangan yang pada

kolom “ya” yaitu sebanyak 17 buah centangan dan 2 centang pada kolom “tidak”.

Peneliti atau observer dapat menyebutkan yang dicentang “tidak” pada baris apa

Page 118: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

103

saja. Untuk pembahasan data, peneliti memberi argumentasi untuk centangan pada

kolom “tidak”, apa sebab yang diisi kolom “tidak”.332

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dapat

disimpulkan bahwa centangan pada kolom “ya” yaitu 17 buah centang, dan pada

kolom “tidak” hanya 2 buah centangan. Maka berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran contextual teaching and learning pada siswa

berada pada kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya akan peneliti uraikan satu persatu

berikut ini :

a. Membuat keterkaitan yang bermakna

Jantung dari pembelajaran kontekstual adalah keterkaitan yang

mengarahkan pada suatu makna atau yang dikenal dengan konstruktivisme.333

Konstruktivisme adalah aliran pembelajaran yang menuntut siswa untuk mampu

mengaitkan berbagai macam ilmu pengetahuan, baik itu ilmu Bahasa Arab, ilmu

Pengetahuan Alam, ilmu sosial, ilmu matematika, dan ilmu-ilmu lainnya dengan

pengalaman mereka sendiri dalam kehidupan sehari-hari, maka secara otomatis

mereka akan menemukan makna itu sendiri, dan dengan makna tersebut akan

memberikan mereka alasan untuk belajar. Menurut Asani konstruktivisme adalah

pembelajaran di mana siswa dituntut untuk menyusun dan membangun makna atas

pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu yang dikuasi

sebelumnya. Pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh

dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan

seseorang untuk menginteroretasi objek yang diamati tersebut. Pada aspek ini siswa

harus mampu mengaitkan apa yang telah dipelajari dengan realita kehidupan.

Dengan demikian pengetahuan yang telah diperoleh tidak bersifat statis akan tetapi

bersifat dinamis, tergantung setiap individu dalam hal ini siswa yang melihat,

mengamati dan mengkonstruksikanya.334

Selain itu prinsip dasar konstruktivisme semua pengetahuan dibangun dan

dipersepsi secara langsung oleh Indera (penciuman, perabaan, pendengaran dan lian

sebagainya) sebagaimana asumi pada realis pada umumnya. Menurutu Bruning,

Scraw, Norby, & Ronning sebagaimana dikutip Gazali & Saepuloh (2019) bahwa

tidak ada teori konstruktivisme yang tunggal, tetapi sebagian besar para konstruktis

memiliki setidaknya dua ide utama yang sama yaitu, pembelajaran secara aktif

dalam mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, kemudian interaksi sosial

332Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas Edisi

Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), 96. 333Murtiani, Ahmad Fauzan, Ratwa Eulan, “Penerapan Pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) Berbasis Lesson Study dalam Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran Fisika di SMP Negeri Kota Padang”, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, Vol. 1, Februari 2012: 3.

334Asani, “Implementasi Contextual Teaching and Learning pada Balai Diklat

Keagamaan Ambon: Tinjauan Pendidikan Islam”, Jurnal Diskursus Islam, Vol. 2, No. 3,

Desember 2014: 425.

Page 119: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

104

merupakan aspek yang integral dalam mengkonstruksikan pengetahuan.335 Dalam

proses pembelajaran, otak menyimpan informasi, mengelolahnya, dan mengubah

konsepsi-konsepsi yang ada sebelumnya. Pembelajaran bukan hanya sekadar

menyerap informasi, gagasan,, dan keterampilan, karena materi baru akan

dikonstruksi oleh otak. 336

Oleh karena itu pembelajaran sangat tergantung pada kualitas proses

kolaboratif dalam komunitas pendidikan, yang merupakan situasi spesifik dan

terkait konteks yang dalam hal ini komunitas pendidikan yaitu dati sekolah MA

Pembangunan. Kepala Sekolah, Pimpinan ataupun guru berkewajiban untuk

memfasilitasi pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada para siswa

untuk menemukan dan menerapkan apa yang menjadi idenya, dan memberikan

kebebasan untuk menggunakan berbagai cara agar dapat menemukan makna dari

proses pembelajaran. Untuk itu sekolah harus memberikan peluang bagi siswa agara

dapat mengimplementasikan dan mengkonstruksikan pengetahuan sendiri

berdasarkan hasil pengamatan di lingkungan sekitar ke dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi di sekolah didapati bahwa siswa berusaha

dengan baik untuk mengimplementasikan dan mengkonstruksi pembelajaran bahasa

Arab melalui strategi contextual teaching and learning ke dalam kehidupan sehari-

hari seperti siswa berusaha berdialog bersama guru bahasa Arab di luar jam pelajaran

bahasa Arab. Kemudian terlihat juga siswa berusaha menggali kembali ingatan

mufradat bahasa Arab dengan siswa lainnya di dalam satu kelompok, selain itu siswa

juga terlihat menanyakan kabar kepada siswa lainnya menggunakan bahasa Arab.

Hal ini tentu bukan merupakan suatu hal yang mudah yang tentunya belandaskan

asas kepercayaan dari dalam diri siswa, ketika siswa tidak percaya diri maka ia akan

sulit dalam mengimplementasikan bahasa Arab di depan orang lain. remaja dalam

hal ini adalah siswa yang memiliki self-confidence, dapat diketahui melalui beberapa

karakter yang muncul yaitu memiliki keyakinan pada diri sendiri, optimis, madiri,

mempunyai sikap yang tenang, positive thinking, tidak takut gagal, berani mencoba,

mencintai dan menghargai diri sendiri, bertanggung jawab dan suka berkomunikasi

dengan orang lain. Ketika siswa memiliki kepercayaan diri yang tinggi maka ia tidak

akan takut salah ketika mencoba berinteraksi dengan guru atau teman menggunakan

bahawa Arab, kepercayaan diri dapat ditumbuhkan dengan guru selalu memberikan

motivasi kepada siswa agar siswa dapat berupaya menerima kelebihan dan

kekurangan yang ada di dalam diri siswa tersebut agar tetap memiliki semangat yang

tinggi untuk mecapai cita-cita, selain itu guru juga bisa memberikan reward kepada

siswa yang berani menggunakan bahasa Arab ketika berdialog.337

335Erfan Gazali 7 Hasan Sefuloh, “Kebutuhan Peserta Didik dan Rancang Bangun

Media Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah”, IMLA, Arabi: Journal of Arabic Studies, Vol. 4, No. 1, 2019: 96-99.

336Bruce Joyce, Marsha Weil. Emily Calhoun, Models of Teaching-Model-Model Pengajaran, terjemah Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza (Yogyakarta: Pustaka Pelajarm

2011), 14. 337Halimatus Sa’diyah, “Upaya Menumbuhkan Self-Confidence Berbicara bahasa

Arab Mahasiswa Melalui Group Whatsapp”, Jurnal Al-Mi’yar, Vol. 2, No. 2, 2019: 150.

Page 120: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

105

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut

Ausabel dalam Rachmawati & Daryanto (2015) adalah struktur kognitif yang ada,

stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu pada waktu

tertentu. Seorang belajar dengan mengaososiasikan fenomena baru ke dalam skema

yang telah ia punya. Dalam prosesnya peserta didik mengkonstruksi apa yang ia

pelajari dan ditekankan pelajar mengaosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-

fakta baru dalam siswa pengertian yang ia punya. Ausabel berpendapat bahwa guru

harus mengembangkan potensi kognitif peserta didik melalui proses belajar

bermakna. Siswa yang berada pada tingkat kelas yang tinggi akan lebih efektif jika

menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.338

b. Melakukan pekerjaan yang berarti

Siswa dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berarti dan berguna bagi

orang lain, berproses dalam menentukan pilihan belajar, siswa juga dapat

menghasilkan suatu produk yang dapat dimanfaat oleh orang banyak, baik sedikit

ataupun banyak.339 Untuk melakukan pekerjaan yang berarti siswa juga dapat

menggunakan media dengan baik, di mana media merupakan satu kestuan yang tidak

dapat dipisahkan dalam proses pembelejaran. Melalui media siswa dapat

termotivasi untuk terus melakukan pekerjaan yang berarti, misalnya menggunakan

media elektronik handphone untuk mengakses kosa kata bahasa Arab, sambil

menghafal mufradatnya.340 Siswa dapat juga menggunakan kamus aplikasi bahasa

Arab yang mempunyai berbagai fasilitas di dalamnya, yang dapat memudahkan

siswa dalam memahami bahasa Arab.341 Berdasarkan hasil pengamatan selama

proses pembelajaran contextual teaching and learning berlangsung didapi bahwa

siswa melakukan pekerjaan yang berarti seperti mencari kamus342 bahasa Arab di

perpusatkaan dan mencari kosa kata yang tidak diketahui sebelumnya, akan tetapi

tidak bisa dipungkiri juga bahwa tidak semua siswa melakukan pekerjaan berarti

tersebut. Kemudian siswa menerjemahkan percakapan bersama dengan masing-

masing kelompok, siswa mencatat kosa kata baru di dalam buku catatan, siswa

338Tutik Rachmawati & Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang

Mendidik (Yogyakarta: Gava Media, 2015), 309. 339Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s

Here to Stay, terjemahan Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, 94.

340Talizaro Tafanao, “Peranan Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Minat

Belajar Mahasiswa”, Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol. 2, No. 2, Juli 2018: 103. 341Majidatun Ahmala, “Kamus Aplikasi Sebagai Media Pendamping Buku ‘Al-

Arabiyah Al-Mu’asiroh”, Jurnal Alfazuna, Vol. 3, No. 1, Desember 2019: 49. 342Kamus diartikan sebagai sebuah buku yang memuat sejumlah kat-kata disertai

penjelasan tentang pelafalan, arti, asal-usul, dan contoh penggunaannya secara kontekstual

dalam kalimat tertentu, bahkan kadang kala disertai juga ilustrasi atau gambar untuk

memperjelas suatu makna dari kata-kata tertentu. Pengertian ini merupakan definisi kamus

secara lengkap, sebab secara faktual sebuah kamus umumnya hanya memuat daftar kata-kata

dan penjelasan artinya saja. Oleh karena itu kamus memiliki fungsi untuk membantu

seseorang memahami dan mengenal mufradat dari sebuah bahasa. Abdul Mutholib, “Lu’batul

Qamus: Cara untuk Memperkaya Mufradat”, Arabiya, Vol. 7, No. 1, Januari 2015: 68.

Page 121: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

106

mendengarkan percakapan bahasa Arab menggunakan media internet seperti youtub,

web, dll.

c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri

Pembelajaran yang diatur sendiri oleh siswa merupakan sebuah antithesis

dari apa yang tengah berlangsung di sekolah-sekolah dewasa ini utamanya di

sekolah-sekolah yang dibangun mirip seperti pabrik. Di mana siswa memiliki

tanggung jawab lebih terhadap kepatuhan pada aturan-aturan yang telah ditetapkan

oleh sekolah yang memiliki tujuan untuk mengendalikan dan mengontrol proses

pembelajaran. Kontrol belajar terkait dengan kebebasan siswa untuk melakukan

pilihan pada bagian isi yang dipelajari, kecepatan belajar, komponen strategi

pembelajaran yang dipakai dan strategi kognitif yang digunakan. Agar siswa dalam

kegiatan pembelajaran dapat melakukan pilihan-pilihan tersebut, maka seroang guru

harus mampu merancang kegiatan pembelajaran yang mampu memberikan berbagai

alternatif pilihan belajar bagi siswa. Jika guru mampu merancang pembelajaran yang

demikian maka sistem pembelajaran yang bersifat individual dapat dilakukan.343

Berdasarkan hasil pengamatan didapati bahwa siswa berusaha untuk melakukan

pembelajaran yang diatur sendiri, terbukti dengan siswa mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru, dan mengumpulkan tugas tersebut tepat waktu. Selain itu siswa

juga mempelajari bahasa Arab di luar jam pelajaran.

d. Bekerjasama

Kerjasama juga merupakan salah satu komponen penting dalam strategi contextual teaching and learning. Para siswa dapat bekerja satu sama lain dalam

menyelesaikan tugas, siswa dapat membuat kelompok-kelompok untuk belajar

bersama setelah selesai sesi pembelajaran atau guru juga bisa menentukan kelompok,

membagi kelompok tersendiri untuk siswa secara acak guna menyelesaikan suatu

tugas. Melalui kerjasama atau bisa juga disebut dengan masyarakat belajar peserta

didik dapat lebih mudah memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling

mendiskusikan masalah tersebut dengan kelompok masing-masing.344 Namun

learning comunity tidak terbatas pada pembentukan kelompok belajar yang terdiri

dari empat hingga lima orang saja, akan tetapi dapat pula dilaksanakan dengan

teman sebangku. Penelitian menyatakan bahwa, di luar materi subjek sekolahnya

pembelajar yang bekerja dalam kelompok kerja cenderung untuk belajar lebih

banyak dan menampilkan daya ingat yang lebih baik dibandingkan pembelajar yang

diajar dengan bentuk pengajaran lainnya. Pembelajar yag bekerjsama dalam

kelompok juga tampak lebih puas dengan kelasntta, dan kerja kelompok memberikan

rasa kepemilikan tujuan bersama yang dapat meningkatkan moral dan motivasi.

Sebagai tambahan, kerja kelompok memperkenalkan pembelajar terhadap

343Meda Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan

Konseptual Operasional (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 13. 344Erik Santoso, “Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 3, No. 1, Januari 2017: 21.

Page 122: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

107

pemahaman akan makna, nilai, dan pandangan dari teman-temannya tentang dunia,

serta menyiampak pembelajar untuk kehidupan setelah sekolah ketika banyak orang

akan bekerja dalam tim.345 Kegiatan kelompok kecil memungkinkan guru

memberikan perhatian terhadap kebutuhan siswa yang berbeda-beda. Selain itu juga

dapat dianalisis melalui hasil presentasi yang dilakukan oleh siswa kemudian diikuti

dengan tanya jawab terbuka untuk siswa, dalam hal ini guru juga ikut berperan untuk

mengarahkan siswa-siswa tersebut. 346

Tidak bisa dipungkiri bahwa tentu bekerjasama dalam kelompok tidak

terlepas dari permasalahan, seperti kurangnya kekompakan dalam kelompok.

Kurangnya kekompakan peserta didik akan terlihat ketika muncul suatu konflik.

Konflik tersebut dapat muncul, baik sesama jenis atau berbeda jenis pada siswa.

Konflik juga dapat muncul akibat perbedaan suku, budaya, dan agama. Adanya

konflik tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan sehingga kondisi kelas

kurang kondusif. Kemudian kesulitan mengikuti peraturan kelompok, kesulitan ini

biasanya disebabkan oleh peserta yang tidak menunjukkan kepatuhan terhadap

aturan-aturan dalam kelompok, atau ketidakpatuhan akan aturan, aturan kelas

ataupun sekolah. Biasanya aturan dalam berkelompok ditetapkan terlebih dahulu

melalui kesepakatan bersama. Selanjutnya permasalahan lain yang sering timbul

ketika bekerjasama dalam kelompok adalah kurangnya semangat, tidak mau bekerja,

dan bertingkah laku agresif atau protes, permasalahan ini adalah permasalahan yang

paling rumit di mana siswa tidak mau bekerjasama dengan teman lainnya untuk

mengerjakan tugas. Kurangnya koordinasi, siswa bertingkah laku agresif atau sering

protes terhadap semua proses pembelajaran. Dan masih banyak lagi permasalahan

yang sering dihadapi ketika bekerjasama dalam suatu kelompok.347

Berdasarkan hasil pengamatan didapati bahwa siswa bekerjasama saling

bantu membantu untuk mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru,

berdasarkan hasil pengamatan selama masa penelitian didapati bahwa siswa sangat

antusias ketika mengerjakan setiap tugas yang diberikan, setiap ketua dari masing-

masing kelompok memberikan tugas masing-masing bagi anggota kelompoknya

untuk menyelesaikan tugas, mereka bekerjasama dengan baik, walaupun tetap

ditemukan ada beberapa siswa yang tidak bekerjasama secara kooperatif. Akan

tetapi sejauh ini, selama proses pembelajaran contextual teaching and learning

berlangsung kerjasama antar siswa berlangung dengan lancar. Dalam diskusi

kelompok, baik diskusi kelompok dalam skala kecil maupun sekala besar merupakan

suatu tindakan yang amat bagus untuk dilakukan utamanya bagi siswa sekolah di

mana dalam kelompok mengeratkan hubungan emosional selian itu juga setiap

anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk berbicara mengemukakan

345Barbara Gross Davis, Perangkat Pembelajaran: Taknik Mempersiapkan dan

Melaksanakn Perkuliahan yang Efektif Edisi kedua, Terjemahan Elok Dianike (Jakarta,

RajaGrafindo Persada, 2013), 202. 346Siti Zulaiha, “Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan

Implementasinya dalam Rencana Pembelajaran PAI MI”, Balajea: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 1, 2016: 50,

347Erwin Widiasworo, Cerdas Pengelolaan Kelas (Yogyakarta: Diva Press, 2018),

175-182.

Page 123: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

108

pendapat masing-masing sehingga siswa merasa dihargai, sekalian membangun rasa

percaya diri untuk bericara di muka umum, hal ini tentu dapat menumbuhkan minat

belajara siswa pada pelajaran bahasa Arab khsusunya dan pelajaran umum lainnya.348

e. Berpikir kritis dan kreatif

Berpikir kritis dipahami sebagai berpikir yang akurat, relevan, wajar dan

juga teliti dalam konteks menganalisis masalah, mensintesis, generalisasi,

menerakan konsap, dan lain sebagainya.349 Sedangkan makna berpikir kreatif adalah

kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan pemahaman-pemahaman baru.

Menurut McGregor dalam Putri et al (2017) berpikir kreatif adalah kemampuan

seseorang dalam memperolah wawasan baru dari berbagai sumber, kemampuan

seseorang dalam menemukan suatu pendekatan baru dalam berpikir, menemukan

perspektif baru, atau menemukan suatu cara yang baru atau juga menemukan solusi

baru dalam memahami suatu hal.350 Selama proses pembelajaran berlangsung

didapati bahwa siswa sangat kritis di mana siswa selalu bertanya kepada guru ketika

mereka tidak mengerti bahkan menanyakan hal-hal kecil, seperti siswa bertanya

mufradat yang susah mereka dapatkan di dalam kamus. Menanyakan bagaimana

kaidah atau cara membuat percakapan dalam bahasa Arab atau menanyakan

rumusnya. Bertanya merupakan strategi yang berbasis kontekstual. Kegiatan

bertanya dipandang dalam kegiatan pembelajaran untuk mendorong, membimbing

siswa agar lebih aktif dalam kegiatan, selain itu bertanya juga dana menilai

kemampuan berpikir siswa. Kegiatan bertanya memiliki banyak kegunaan seperti

mengecek pemahaman siswa, menggali informasi baik administrasi maupun

akademis, memfokuskan perhatian siswa, dan lain sebagainya. Selain itu juga

berdasarkan hasil pengamatan didapati bahwa siswa MA Pembangunan memiliki

pola pikir yang kreatif di mana siswa memiliki ide kreatif tersendiri menggunakan

peralatan sesuai dengan tema masing-masing kelompok.

f. Mencapai standar yang tinggi

Yang paling penting bagi orang tua, menyangkut masalah Pendidikan,

adalah kesuksesan akademik anak. Dan yang tidak kalah krusial dari proses belajar

dan pengajaran menggunakan pendekatan kontekstual adalah di mana guru

memastikan siswa agar dapat mencapai nilai yang tinggi. Salah satunya dengan

menciptakan tujuan-tujuan yang tinggi. Berdasarkan hasil observasi didapati bahwa

guru menetapkan tujuan yang tinggi terlihat dari guru menetapkan strategi contextual teaching and learning dengan pendekatan hiwar untuk meningkatkan

348Pritta Yunitasari, “Pengaruh Pembentukan Kelompok dalam Team Based

Learning terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Akademi Kesehatan

Karya Husaya Yogyakarta”, Jurnal Medika Respati, Vol. 12, No. 2, April 2017: 60. 349Syutaridhi, “Mengontrol Aktivitas Berpikir Kritis Siswa dengna Memunculkan

Soal Berpikir Kritis”, Jurnal Pendidikan Matematika JPM RAFA, Vol. 2, No. 1, September

2016: 34. 350Inge Wiliandani Setya Putri, Saddam Hussesn, Robiatul Adawiyah,

“Kemampuan berpikir Kreatif dalam Menyelesaikan Masalaha Kesebangunana di SMPN 11

Jember”, Jurnal Edukasi, Vol. 4, No. 3, 2017: 59>.

Page 124: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

109

maharat al-kalam dan kreativitas siswa. Selain iitu guru juga Kemudian siswa juga

berusaha untuk mencapai tager nilai yang telah ditentukan/ mencapai target KKM.

g. Menggunakan penilaian autentik.

Tahapan terakhir penilaian yang dilakukan oleh guru melalui serangkaian

tes untuk melihat kemampuan siswa dalam pembelajaran.351 Penilaian yang

sebenarnya yaitu prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan,

keterampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian autentik adalah pada

pembelajaran yang seharusnya dapat membantu siswa mampu mempelajari sesuatu,

bukan pada diperolehnya informasi di akhir periode, kemajuan belajar dinilai tidak

hanya pada hasil semata tetapi lebih pada proses yang dilalui dengan berbagai cara,

untuk menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa.352 Penilaian

autentik sangat diperlukan untuk melihat sejauh mana performa siswa setelah

melalui masa-masa belajar.

Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, yang

berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat menentukan kualitas siswa bahkan

kualitas guru itu sendiri melalui proses pembelajaran contextual teaching and learning. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang

dapat memberikan petunjuk terhadap pengalaman seseorang utamanya pengelaman

siswa yang telah melewati proses pembelajaran.353 Berdasarkan hasil pengamatan

selama penelitian di sekolah diperoleh bawa guru sangat autentik dan ketat dalam

memberikan penelian terhadap hasil belajar siswa, terlihat di mana banyak siswa

yang memiliki nilai di bawah KKM, akan tetapi ketika nilai siswa tidak mencapai

standar maka guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengikuti her

kembali guna memperbaiki nilai yang tidak mencapai standar.

B. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Pengimplementasian Strategi

Contextual Teaching and Learning pada Pembelajaran bahasa Arab di MA

Pembangunan UIN Jakarta

Dalam kehidupan di dunia ini terdapat ungkapan “Tiada hari tanpa bahasa dan

tiada kehidupan tanpa bahasa.”354 Bahasa merupakan ciri utama yang membedakan

manusia dengan makhluk lainnya yang ada di bumi, dengan bahasa, manusia dapat

beinteraksi satu sama lain, dan dapat berkomunikasi satu sama lain tidak

351Dedy Juliandri Panjaitan, “Peningkatan Pemahaman dan Aplikasi Konsep

Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning”, Jurnal Math Education Nusantara,

Vol. 1, No. 1, 2018: 55. 352Nurhaedah, “Contextual Approach (Contextual Teaching and Learning/CTL in

Learning for Teacher”, Publikasi, Vol. 2, No. 2, September 2012: 157. 353Husnul Laili, “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) dalam Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika SiSWA MTs

Nurul Hakim Kediri ditinjau dari Segi Gender”, Palapa: Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, Vol.5, No. 2, Novemver 2016: 39.

354Meilan Arsanti, “Pemerolehan Bahasa pada Anak (Kajian Psikolinguistik), Jurnal PBSI, Vol. 3, No. 2, 2014: 24.

Page 125: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

110

terkecuali.355 Bahasa selain fungsinya sebagai komunikasi bahasa juga berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan individu dan sosial yaitu sebai alat ekspresi manusia,

alat dalam mengadakan integrasi dan memberikan cara adaptasi sosial kepada

masyarakat sosial, dan juga berfungsi sebagai alat kontrol sosial.356

Manusia sebagai makhluk humanis meletakkan sesuatu dari cara pandang

keberagaman, dan secara otomatis setiap individu melibatkan dirinya dalam

menyusun kemanusiannya. Argumen ini kemudian akan membawa seseorang kepada

suatu titik kesadaran bahwa betapa pentignya bahasa bila terangkai untuk

kemaslahatan manusia. Bahasa diciptakan untuk manusia dan kemanusiaan. Bahasa

tidak terlepas dari pikiran, dan bukan hanya sebagai wadah semata, utamanya bahasa

Arab. Bahasa Arab sebagai sarana ekspresif tentang manusia dan konsepnya

terhadap semeseta yang mampu mendialektikan dan menginteraksikan antara

bahasa dan manusia. Bahasa mampu mengungkpakan sejumlah ilmu kemanusiaan

yang sifatnya teoriti dan terapan. Hal ini dipengaruhi oleh bagaimana suatu bahasa

beradaptasi dengan suatu ilmu. Yang pada gilirannya melahirkan pengetahuan yang

belum ada, menjadi ada.357

Bahasa Arab merupakan bahasa kedua bagi orang Indonesia. Bahasa kedua

atau bahasa asing berarti bahasa yang diperoleh/dipelajari seseorang setelah bahasa

ibu.358 Bahasa Arab telah lama dipelajari oleh orang indonesia, jauh lebih lama

dibanding bahasa Inggris dan Perancis.359 Bahasa Arab sudah di pelajari di sekolah-

sekolah agama dan pesantren oleh orang Indonesia yang belajar di timur tengah.

Bahasa Arab adalah salah satu bahasa dunia yang memiliki kedudukan tinggi sebagai

bahasa internasional. 360

تمبين قلون ١الر تلتك ءايت ٱلتكتب ٱل ءنا عربي ا لذعلذكمت تعت نزلتنه قرت ٢إنذا أ

Artinya:

355Nurul Khasanah, “Desain Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Bahasa Arab

Bebasis Pendekatan Potensi/Fitrah”, Al-Mahara Jurnal Pendidikan Bhasa Arab, Vol. 4, No.

2, Desember 2018: 159. 356Ahmad Nurcholis, Muhammad Asngad Rudisunhaji, Syaikhuna Ihsan

Hidayatullah, “Tantangan Bahasa Arab sebagai Alat Komunikasi di Era Rovulasi Industri

4.0 pada Pascasarjana IAIN Tulungagung”, Arabiyatuna: Jurnal Bahasa Arab, Vol. 3, No. 2,

November 2019: 288. 357Abd Aziz & Saihu, “Interpretasi Humanistik Kebahasaan: Upaya

Kontekstualisasi Kaidah Bahasa Arab”, Arabiyatuna: Jurnal Bahasa Arab, Vol. 3, No. 2,

November 2019: 309. 358Nurul Mufidah et al, “ICT for Learning: A Blendeng Learning in Istima’ II”,

lisanuna, Vol. 8, No. 2, 2018: 174. 359Bagus Andrian Permata, “Teori Genaratif-Transformatif Noam Chomsky dan

Relevansinya dalam Pembelajaran Bahasa Arab”, Empirisma, Vol. 24, No. 2, Juli 2015: 184. 360Marni & M. Yusuf, “Penggunaan Metode Talking Stick untuk Meningkatkan

Maharat al-kalam dalam Mata Pelajaran Bahasa Arab”, Auladuna, Vol. 2, No. 1, Juni 2015:

88.

Page 126: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

111

“Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang nyata (dari Allah).

Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa

Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf: 1-2).

Oleh karena itu bahasa Arab menjadi pilihan utama di samping bahasa Inggris

untuk diajarkan di sekolah-sekolah utamanya di Madrasah Aliyah Pembangunan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengajaran bahasa Arab adalah suatu aktivitas

yang menyeluruh dengan tiga tujuan : mampu menumbuhkan kemampuan berpikir,

mampu menumbuhkan perasaan atau emosi yang aktif terhadap bahasa Arab dan

kebudayaannya, memperoleh kemahiran bahasa tertentu.361

Mata pelajaran bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan

untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta

menumbuhkan sikak positif terhadap bahasa Arab, baik reseptif maupun produktif.

Kemampuan reseptif adalah kemampuan seseorang untuk bisa memahami

pembicaraan dengan orang lain mampun juga memahami isi teks bacaan bahasa

Arab. Adapun kemampuan produktif adalah kemampuan seseorang dalam

menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yang aktif baik secara lisan maupun

secara tulisan.362

Bahasa tersusun dari jumlah unsur yang menyangkut banyak komponen,

seperti menyangkut unsur bentuk dan makna. Adapun struktur bahasa meliputi

aspek fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Adapun dalam bahasa Arab

fonologi disebut dengan ashwat, morfologi disebut dengan sharf, sintaksi disebut

dengan nahwu, dan semantik disebut dengan dalalah.363 Berkaitan dengan struktur

bahasa, kaidah-kadha morfologi bahasa Arab mudah dicerna dan mudah dihafal bagi

individu karena setiap kata memiliki wazan (Pola) tersendiri, dengan jumlah wajan

hanya 30 wazan. Namun aplikasinya memerlukan dukungan dan kaitan sintaksis

serta makna leksikal.364 Ahli-ahli bahasa serta lembaga-lembaga bahasa Arab selalu

mempertahankan supaya semua kosa kata bahasa Arab selalu sesuai dengan wazan-

wazan yang telah ada.365

Menurut Chomsky dalam Aufa (2018) bahasa memiliki sturktur luar dan

struktur dalam. Jika melihat kepada struktur dalam bahasa, bahasa yang ada di dunia

361Faisal Hendra, “Persepsi Mahasiswa terhadap Proses Pembelajaran Kemahiran

Bahasa (Mata Kuliah Kemhairan Bahasa Arab di Program Studi Sastra Arab, Fakultas

Sastra, Universitas Al-Azhar Indonesia)”, Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora, Vol.

2, No. 1, Maret 2013: 69. 362Muhammad Jafar Shodiq, “Metode Pembelajaran Bahasa Arab Aktif-Inovatif

Berbasis Multiple Intelligences”, Al-Mahara: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 4, No. 1,

Juni 2018: 138. 363Hasan, “Keterampilan Mengajar Bahasa Arab Materi Istima’ Menggunakan

Media Lagu”, Jurnal Ilmiah Al-Qalam, Vol. 10, No. 19, 2017: 129. 364Wagino Hamid Hamdani & Maman Abdurrahman, “Fenomena Polisemik Bahasa

Arab dalam Al-Qur’an dan Implikasi Pembelajarannya”, Bahasa & Sastra, Vol. 14, No. 1,

April 2014: 25. 365Syamsul Hadi, “Pembentukan Kata dan Istilah Baru dalam Bahasa Arab

Modern”, Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan KebahasaAraban, Vol. 4, No. 2,

Desember 2017: 154.

Page 127: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

112

adalah sama, sedangkan struktur luar semua bahasa berbeda. Pada struktur dalam

terdapat rumus-rumus tata bahasa yang mengatur proses-proses yang

memungkinkan kreativitas berbahasa bekerja, sturktur itulah yang berperan sebagai

alat semantik untuk menciptakan kalimat-kalimat baru yang tidak terbatas

jumlahanya. Struktur dalam bahasa merupakan bawaan atau kodrat. Sejak lahir

manusia sudah dibekali suatu alat konsep yang disebut dengan Language Acqusition Advise (LAD).366

Bahasa yang dipakai di bidang pendidikan dan kebudayaan serta teknik

disebut dengan bahasa pendidikan/pengantar atau bahasa budaya atau bahasa teknik.

Bahasa resmi ini sering digunakan sebagai alat komunikasi untuk bidang ini.367

Bahasa apapun yang ada di dunia ini memiliki kakarteristik yang sama. Di antaranya

menurut Suajrno adalah arbitrer, kreatif, dan dinamis. Dalam istilah lain arbiter

dikenal pula dengan sebutan sewanang-wenang, artinya tidak ada suatu keharusan

bahwa sesuatu baik benda, keadaan, maupun peristiwa tertentu harus harus dinami

dengan sesuatu yang tertentu pula. Dinamis mengindikasinya adanya suatu

perkembangan atau perubahan. Kreatif memberikan arti bahwa bahasa memberikan

peluang kepada para penggunanya untuk berkreasi. Kreasi tersebut berkaitan dengan

material bahasa.368

Dewasa ini bahasa Arab terus berkembang, oleh karena itu guru dituntut

untuk menentukan model pembelajaran yang tepat bagi siswa. Metode tersebut bisa

menarik dan menyenangkan bagis siswa. Kreativitas guru sangat diperlukan, jangan

hanya menggunakan metode ceramah yang dapat membuat pembelajaran menjadi

kaku dan kurang menyenangkan bagi siswa.369 Aktivitas belajar bagi setiap individu

tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar atau sesuai keinginan. Kadang-

kadang proses yang dilalui lancar, terkadang tidak lancar, kadang-kadang siswa

dapat menangkap dengan cepat apa yang dipelajari, kadang-kadang tidak, bahkan

bisa jadi terasa sulit.

Dalam hal semangat terkadang siswa memiliki semangat yang tinggi,

terkadang sulit untuk mengendalikan konsentrasi dan emosi. Dalam hal peserta

didik, terkadang siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang

disebut dengan kesulitan dalam belajar.370 Masalah paling krusial menurut adal

model pembelajaran bahasa Arab yang masih menggunakan metode campur-campur,

366Faiz Maddha Aufa, “Al-Madkhal Al-Makrify dan Pembelajaran Bahasa Arab”,

Lisanan Arabiya, Vol. 2, No. 2, 2018: 176. 367Hasanudi, “Penggunaan Ragam Bahasa dan Perilaku Berbahasa Arab”, Afaq

‘Arabiyyah, Vol. 8, No.2 Desember 2013: 10. 368Sujarno, “Bahasa Artifisial sebagai Salah Satu Ragam Wujud dan Kreativitas

Berbahasa”, Jurnal Buana Sastra, Vol. 2, No. 2, Agustus 2019: 188-189. 369Peningkatan Prestasi Belajar Al-Kitabah dengan Model Accelereted Learning

Menngunakan Pendekatan Savi pada Siswa Kelas VIII A MTs Negeri Sleman Kota”, Al Mahara Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 2, No. 2, Desember 2016: 307.

370Agung Setiawan, “Probelamtika Keragaman Latar Belakang Pendidikan

Mahasiswa dan Kebijakan Program Pembelajaran Bahasa Arab”, Arabiyat : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan KebahasaAraban, Vol. 5, No. 2, Desemer 2018: 202.

Page 128: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

113

tentu bukan campuran/elektif artinya pengajar membacakan satu sumber bahan ajar

untuk empat maharat: istima’, kalam, qira’at, kitabah.371

Berdasarkan hasil wawancara langsung yang peneliti lakukan372 beberapa

waktu lalu dengan melibatkan beberapa Staff guru dan kantor sekaligus kepala

Madrasah MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang apa saja

faktor-faktor pendorong atau pendukung dan faktor penghambat di dalam hal

pelaksanaan pembelajaran madrasah, dan pengamatan langsung di sekolah selama

proses pembelajaran antara lain yaitu:

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung adalah segala sesuatu yang dapat mendorong atau

mempengaruhi seseorang dalam meningkatkan kemampyan pembelajaran untuk

menjadi lebih baik.373 Dalam proses pembentukan karakter suatu madrasah yang

dikenal lebih dominan pada aspek agama serta membangun trend madrasah yang

dinamis, tentunya memerlukan upaya sinergitas baik dari kalangan atas selaku

pimpinan serta pengelola madrasah maupun tenaga ahli di masing-masing bidang

sebagai suporter (pendukung) proses terbentuknya citra madrasah yang dapat

diterima baik dari kalangan agamis maupun non agamis. Dalam hal ini kita

kelompokkan kedalam dua hal yang sangat mempengaruhi yaitu faktor ekternal dan

faktor internal sekolah.

a. Metode/ Strategi Pembelajaran

Staregi berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani.

Berdasarkan kata benda, strategi merupakan gabungan dari kata stratos (militer)

dengan ego (memimpin), adapun strategi dalam bentuk kata kerja, stratego berarti

merencanakan (to plan). Menurut Mainizar et al strategi adalah suatu pola yang

direncanakan dan telah ditetapkan secara sengaja untu melakukan suatu kegiatan

atau suatu tindakan. Di dalam strategi mencakup tujuan kegiatan, seluruh elemen

yang bersangkutan, seperti siapa yang terlibat dalam kegiatan, apa isi dari kegiatan

tersebut, bagaimana kegiatan tersebut dilakukan, dan menggunakan sarana apa

untuk menunjang kegiatan atau tindakan tersebut.374 Adapun metode adalah rencana

371Mustamin Fattah & H.M. Yamin, “Efektivitas Model Kooperatif untuk

Meningkatkan Kemampuan Membaca Teks Bahasa Arab Mahasiswa Peskam Stain

Samarinda”, Fenomena, Vol. 6, No. 1, 2014: 66. 372Wawancara langsung dengan guru Staff dan Kepala sekolah MA Pembangunan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tanggal 12 Oktober 2019. 373Faisal Hendra, “Peran Organisasi Mahasiswa dalam Meningkatkan Mutu

Pembelajaran Keterampilan Berbahasa”, Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan KebahasaAraban, Vol. 5, No. 1, Juni 2018: 106.

374Mainizar et al, “Penerapan Strategi Pembelajaran Learning Cell dalam

Pembelajaran Bahasa Arab untuk Meningkatkan Maharoh Al-Kalam pada Siswa Madrasah

Tsanawiyah di Provinsi Riau”, Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 17,

No. 2, Desember 2015: 241.

Page 129: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

114

menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang

ditentukan.375

Dalam pembelajaran metode mempunyai andil yang cukup besar untuk

membawa pembelajaran bahasa Arab ke arah yang lebih baik agara tercapainya

tujuan yang dinginkan. Namun pemilihan metode untuk pembelajaran bahasa Arab,

tentu sangatlah tidak mudah, guru perlu melakukan perubahan paradigma dalam

pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan perlu

dianalisi secara mendalam materi apa yang hendak diajarkan terlebih dahulu kepada

siswa yang materi tersebut dapat diterima dengan mudah oleh siswa.376 Salah satu

metode yang dapat menarik perhatian siswa menimbulkan rasa senang terhadap

pelajaran bahasa Arab. Menurut Rahmawati Metode Musabaqah Bithaqah Mukhtalithul Kalimah “MBMK” merupakan salah satu metode yang dapat

meningkatkan keterampilan berbahasa Arab.377 Adapun menurut Maspalah metode

audiolingual dalam pembelajaran bahasa Arab dapat meningkatkan kemampuan

berbicara terbukti dengan meningkatkan nilai rata-rata maupun peningkatan

persentase ketegori kemampuan dan ketuntasan belajar.378 Berdasarkan hasil

observasi selama pengataman didapati bahwa metode yang digunakan oleh guru

cuku baik dak efektif diterapkan kepada siswa di sekolah.

b. Materi

Menurut Syarifuddin materi ajar merupakan faktor dominan dalam

menentukan keberhasilan belajar bahasa Arab bagi siswa ataupun mahasiswa.

Materi ajar yang diperlukan untuk memperoleh skill berbicara adalah materi tentang

greetings, tanya jawab (muhadatsah) sehari-hari, kalam dengan tema-tema

sederhana dan kontekstual.379 Guru dapat menentukan atau memilih materi atau

bahasa pelajaran yang tepat sehingga siswa dapat membentuk pemahaman akan

konsep yang benar, dan dengan guru dapat memilih materi yang benar siswa juga

dapat menghubungkannya dengan pemahaman yang telah diperoleh sebelumnya

serta dapat membuka peluang untuk mencari dan menentukan pemahaman terhadap

375Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pendidikan Bahasa Arab (Malang: Misykat,

2017), 8. 376Amatullah Faaizatul Maghfirah, “Kreativitas Dosen dalam Meningkatkan Minat

Belajar Bahasa Arab Mahasiswa IAIN Surakarta”, Academica: Jurnal of Multidiciplinary

Studies, Vol. 1, No. 1, 2017: 27. 377Latifah Rahmawati, “Metode Musabaqah Bithaqah Mukhtalithul Kalimah

“MBMK” untuk Meningkatkan Hasil Belajar Maharah Al-Kitabah Siswa Kelas X D MAN I

Yogyakarta”, al-Maharah Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 4, No. 2, Desember 2018:

289. 378Maspalah, “Metode Audiolingual dalam Pembelajaran Bahasa Arab untuk

Meningkatkan Kemampuan Berbicara”, Bahasa & Sastra, Vol. 15, No. 1, April 2015: 12. 379Achmad Syarifuddin, “Analisis Kebutuhan Materi Ajar “Berbicara Bahasa Arab”

Berbasis Pendekatan Komunikatif bagi Pembelajar Non-Bahasa Arab”, Intizar, Vol. 23, No.

2, 2017: 268.

Page 130: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

115

konsep tersebut, dengan penciptaan pemahaman yang demikian, maka guru telah

memberdayakan siswa.380

Selain itu menurut Samho (2013) meteri yang diajarkan juga harus jelas,

tidak terlalu banyak akan tetapi dapat memberikan pembelajaran yang bermakna

bagi siswa. Pembelajaran yang banyak jelas berpengaruh terhadap proses

pendidikan. Selain sibuk menyusun modul pengajaran yang tidak jarang

berubah0ubah mengikuti perubahan peraturan dalam lembaga pendidikan, para guru

juga sibuk mengajar materi yang begitu banyak, sementara siswa megikutinya secara

pasif: duduk, diam, dengar, catat, tapi belum tentu memahami apa yang dijelaskan

oleh gurunya. Materi yang banyak itu tentu membebani siswa sehingga energi

mereka terkuras untuk mengikuti prosesnya secara formal saja.381 Berdasarkan hasil

penelitian di sekolah didapati bahwa materi yang diajarkan guru mengikuti materi

yang ada di buku ajar bahasa Arab, hanya saja perlu bagi guru untuk

mengembangkan materi agar tidak terlalu terpaku di buku ajar.

c. Guru

Dalan membangun peradaban bangsa, guru mempunyi peran yang sangat

strategis. Guru harus menunjukkan keperibadinannya secara efektif agar menjadi

teladan bagi bangsa secara umum dan teladan bagi murid secara khusus.382 Guru

merupakan kunci dari pelaksanaan pemebelajaran, guru memegang peran dan

strategi dalam komunitas pendidikan. Tidak peduli seberapa lengkapnya fasilitas

pendidikan, seberapa modernnya kurikulum dan seberapa canggihnya media

pembelajaran, hasil pendidikan berada ditangan seorang guru. Oleh karena itu gurus

harus memiliki kemampuan lebih untuk mencetak genera penerus bangsa yang

berkemajuan.383

Guru bahasa Arab sama halnya dengan guru mata pelajaran lainnya di

sekolah, guru harus memiliki kompetensi pedagogik seperti penguasaan guru

terhadap teori dan prinsip-prinsip pembelajaran, maupun pengembangan kurikulum

yang berkaitan dengan pembelajaran, maupun pengembangan kurikulum berakitan

dengan mata pelajaran yang diasuh, selain itu guru juga harus mengikuti

perkembangan zaman agar tidak ketinggalan zaman.384 Efektivitas mengajar guru

terkait dengan sejauh mana profesionalitas dan kompetensi guru serta konsep dan

tujuan dari kegiatan mengajar yang direncakan dapat dilaksanakan dengan baik.

Guru dalam menyampaikan materi pelajaran tentunya harus memilik tujuan yang

380Asmadawati, “Efektivitas Pembelajaran”, Forum Peadagogik, Vol. 6, No. 2, Juli

2014: 30. 381Bartolomeus Samho, Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (Yogyakarta:

Kanisius, 2013), 102. 382Achmad Junrika Nurihsan, Membangun Peradaban melalui Pendidikan dan

Bimbingan (Bandung: Refika Aditama, 2016), 36. 383Hasbi Wahy, “Manajemen Pembelajaran Secara Islami”, Jurnal Ilmiah Didaktika,

Vol. 13, No. 1, Agustus 2012: 98. 384Muspika Hendri, “Pembelajaran Kterampilan Berbicara Bahasa Arab Melalui

Pendekatan Komunikatif”, Potensia: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 3, No.2, Desember

2017: 198.

Page 131: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

116

jelas, yaitu tujuan menjadikan siswa bisa membuat siswa mengerti dan memahami

suatu materi dengan cara yang mudah.385

Selain itu guru juga harus memiliki teknik komunikasi yang baik terhadap

siswa. Teknik komunikasi adalah kepandaian seeseorang dalam menyampaikan

pesan, gagasan, pemikiran, ide, untuk dapat mudah dipahami dan dimengerti oleh

orang lain. Ada beberapa teknik dalam berkomunikasi adalah komunikasi informatif,

persuasif, dan instruktif.

Berdasarkan hasil pengamatan di sekolah didapati bahwa guru pengampu

mata pelajaran bahasa Arab sudah secara maksimal dalam memberikan penjalasan

materi serta mengimplemntasikan strategi contextual teaching and learning, hanya

saja disisi lain peneliti melihat adanya kekurangan dalam hal kreativitas di mana

kreativitas tersebut tidak terlalu ditekankan oleh guru sehingga menyebabkan

kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Arab. Oleh karena itu peneliti

menyimpulakn bahwa perlu adanya formulasi dalam membangun kreativitas siswa

dan itu peneliti dapati dalam teori yang digunakan oleh Elaine B. Johnson.

d. Media

Media merupakan alat untuk digunakan dalam suatu program pembelajar

untuk meyampaikan pesan dalam pembelajaran,386 media mempunyai peranan yang

tidak dapat dikesampingkan akan keberadaannya, dengan adanya perantara media

maka kegiatan pendidikan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.387 Menurut

Sulastri guru dan siswa membutuhkan media pembelajaran seperi vidio yang

memuat percakapan, pengantar materi, perkenalan kosakata, dan evaluasi.388 Video

telah banyak memberikan pengaruh positif terhadp manusia dan kebudayaan bangsa.

Dengan kehadiran video akses ke seluruh dunia semakin meluas, bagian akses untuk

pendidikan, informasi bahkan hiburan. Peristiwa dan kejadian penting di seluruh

pelosok dunia pun bisa disaksikan secara cepat dan mudah.389

Selain itu juga kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat tentu

mempengaruhi penyelenggaraan dalam segala bidang. Peran teknologi saat ini

sangat memberikan kemudahan pada setiap pengguna misalnya seperti internet,

385Batmang, “Direct Method dalam Pembelajaran Bahasa Arab”, Jurnal Al-Ta’dib,

Vol. 6, No. 2, Desember 2013: 175. 386Nisaul Jamilah, Guntur, dan Amirudin, “Pengembangan Media Pembelajaran

Power Point Ispring Presenter pada Materi Kosakata Bahasa Arab Peserta Didik kelas V MI

Tarbiyatul Athfal Lampung Timur”, al-Mahara Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 5, No.

1, Juni 2019: 143. 387Nur Diyah Yuliani, Marijono, Niswatul Imsiyah, “Hubungan antara Pelatihan

Kaligrafi dengan Kreativitas Santri di Pondok Pesantren Manbaul Ulum Kabupaten

Bondowoso”, Learning Comunity: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, Vol. 1, No. 2, 2017: 35. 388Sulastri, “Pengembangan Media Pembelajaran Arabic Thematic Vidio pada

Keterampilan Berbicara bagi Siswa Kelas VIII MTs”, Journal of Arabic Learning and Teaching, Vol. 5, No. 1, 2016: 25.

389Akhmad Busyaeri, Tamsik Udin, A. Zaenudin, “Pengaruh Peggunaan Vidio

Pembelajaran terhadap Peningkatkan Hasil Belajar Mapel IPA di MIN Kroya Cirebon”, Al-Ibtida, Vol. 3, No. 1, Juni 2016: 117.

Page 132: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

117

sosial media, aplikasi-aplikasi bahasa Arab dapat digunakan untuk mengembangkan

pembelajaran bahasa Arab.390 Menurut Rahmawati (2018) salah satu cara untuk

mencipatkan suasana nyaman dan menyenangkan dalam proses pembelajaran di

kelas bisa melalui media bermain, dengan mengembangkan alat permainan edukatif

seperti balok dalam pembelajaran bahasa Arab.391

Berdasarkan hasil temuan penelitian di sekolah MA Pembangunan didapati

bahwa kelengkapan media berada pada kategori baik, di mana sekolah sudah

memiliki proyektor tersendiri ketika guru ingin menggunakan walaupun kadang

masih sering bergantian antara guru satu dengan guru lainnya, adapun laptop dan

speaker juga cukup memadai untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan wawancara dan pengataman di sekolah didapati bahwa guru terkadang

juga memakai video pada tema-tema tertentu untuk memudahkan proses

pembelajaran di kelas. Akan tetapi Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa

didapati juga walaupun guru sudah menggunakan media dengan maksimal, tatapi

masih ada juga siswa yang mengatakan bahwa ketika guru bahasa Arab

menampilkan semacam video berbahasa Arab, siswa tersebut menjadi mengantuk

dan akhirnya tertidur saat penayangan video tersebut berlangsung.392

Adapun alasan siswa karena siswa bosan, dan tidak mengerti apa yang

dikatakan dalam video tersebut, dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwasannya

peran media memang penting, akan tetapi konten atau isi dari video yang merupakan

bagian media juga tidak kala pentingnya, artinya guru juga harus bisa mencari materi

atau konten yang dapat menarik minat siswa sehingga siswa tidak merasa bosan

ketika menonton video tersebut dan diharapkan siswa dapat menarik kesimpulan.

Selian itu media lainnya seperti referensi bahasa Arab juga belum cukup memadai,

misalnya referensi mengenai gambar-gambar, atau alat-alat yang dapat ditulis dan

dipajang di dalam ruangan kelas untuk memudahkan siswa dalam mengingat kosa

kata belum terlalu di kembangkan. Begitupun dengan akses internet menurut

peneliti perlu untuk diperhatikan mengingat semua siswa sudah tidak bisa terlepas

dari media elektronik di era ini.

e. Kurikulum

Kurikulum berasal dari bahasa Yunani curir yang artinya pelari, kurikulum

yang berartu jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Jadi kurikulum dalam

pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuhdan diselesakan

oleh siswa untuk memeperoleh ijazah.393 Kurikulum dalam bahasa Arab diartikan

dengan manhaj, yakni jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia

390Muhandis Azzuhri, “Metode dan Media Pembelajaran Bahasa Arab Berbasi

Internet di Era Teknologi Informasi”, Instanta, Vol. 14, No. 3, Desember 2010. 391Nailur Rahmawati, “Pengembangan Alat Permainan Edukatif dalam

Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta”,

Lisanul Arab: Journal of Arabic Learning dan Teaching, Vol. 7, No. 1, 2018. 392Wawancara langsung dengan seorang siswi kelas XI MIA 1 di MA Pembangunan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tanggal 7 Oktober 2019. 393Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung:

Sinar Baru, Algesindo, 2008), 4.

Page 133: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

118

pada kehidupannya.394 Kurikulum mempunyai peran sentral dalam proses

pendidikan, menetukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.395 Sekaligus

merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang

pendidikan. Tanpa kurikulm yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan

dan sasaran pendidikan yang diinginkan.396

Menurut Albantani kurikulum seharusnya bersifat antisipatif dan adaptif

terhadap perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini

guru harus memahami dan mengimplementasikannya dengan baik agar sesuai

dengan yang diharapkan.397 Selain itu yang tidak kalah penting adalah

mengembangkan kurikulum bahasa Arab sesuai dengan perkembangan zaman untuk

mendapatkan hasil yang diingkan. Menurut Ruysdi Thu’aimah, setidaknya ada

empat landasan yang menjadi landasan dasar pengembangan kurikulum bahasa Arab,

yaitu landasan linguistik, landasan edukatif, landasan psikologus, dan landasan

sosial.

Landasan kebahasaan berkaitan dengan perlunya dipertimbangkan konsep,

perspektif, filsafat dan karakterristik bahasa Arab. Aspek-aspek mendasar yang

baerkaitan dengan bahasa, seperti: bahasa sebagai simbol, bahasa itu bunyi, bahasa

sebagai sistem, bahasa sebagai kebiasaan, bahasa sebagai komunikasi, bahasa itu

konteks, dan bahasa itu budaya, sangat menentukan corak pengembangan

kurikulum bahasa Arab itu sendiri.398 Landasan edukatif terkait dengan sistem dan

strategi pembelajaran, seperti mempertimbangkan penyusuan silabus, materi ajar,

perencanaan dan strategi pembelajaran.

Adapun landasan psikologis yang berkaitan dengan semangat, minta,

motivasi, kecenderungan, perasaan, emosi, yang berkaitan dengan jiwa peserta didik.

Selian itu, landasan sosial budaya dalam pengembangan kurikulum juga

menghendaki pentingnya mempertimbangkan perubahan karakter budaya Arab dan

Barat, realitas budaya, sosial ekonomi, sosial politik, adat istiadat Islam dan lain

sebaginya. Dengan demikian, kurikulum bahasa Arab di era milenial ini harus

dilandasi oleh berbagai pertimbangan dan argumen linguistik, edukatif, psikologis

394Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendiidkan Agama Islam di Sekolah,

Madrasah dan Perguruan Tinggi (Jakarta, RajaGarfindo Persada, 2005), 1. 395Mochamad Syaifudin, “Strategi Pengembangan Komponen Kurikulum Bahasa

Arab”, Jurnal Alfazuna, Vol. 2, No. 1, Desember 2017: 77. 396Ahmad Nurcholis, Basmah Salaeh, “Epistimologi Kurikulum Bahasa Arab di

Sekolah Menengah Mutawasitah Piriya Nawin Klonghin Wittaya Patani Thailad Selatan”,

IMLA: Journal of Arabic Studies, Vol. 4, No. 1, 2019: 76-78. 397Azkia Muharom Albantani, “Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran

Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah”, IMLA : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan KebahasaAraban, Vol. 2, No. 2, 2015: 179.

398Rusdy Ahmad Thu’aimah, Manahij Tadris al-Lugha al-‘Aarbiyyah bi at-Ta’lim al-Asasi, (Kairo: Dar al-Fikr al-‘Arabi, 2001), 27-29.

Page 134: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

119

dan sosial budaya, dan teknologi, dan manajmen pendidikan, sehingga kualitas

pembelajaran bahasa Arab menjadi lebih efektif dan efisien.399

f. Manajemen madrasah

Manajemen berasal dari bahasa Inggris Management, dari akar kata manage

yang berarti to conduct or to carry on, to direct (mengurus, mengatur, melaksanakan,

mengelola). Dalam manajemen, terkandung dua makna yaitu, mind (pikiran) dan

action (tindakan).400 Manajemen merupakan suatua kegiatan yang menggunakan

atau memnafaatkan pihak-pihak lain, kegiatan manajemen diarahkan untuk

mencapai suatu tujuan tertentu.401 Fungsi-fungsi manajemen mencakup

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Manajemen juga

berarti ilmu sekaligus seni mengelola sumber daya manusia dan sumber daya yang

lain untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.402

Pada aspek manajemen madrasah terdapat faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor Internal yaitu kerjasama yang baik antar pihak pengelola madrasah,

dinas dan pengawas madrasah (supervisor), di mana di antara tugas pokok superisor yaitu: Pembinaan Kepala Sekolah dan Guru, Pemantauan 8 (delapan) Standar

Nasional Pendidikan, Penilaian Kinerja Kepala Sekolah dan Guru. Adapun kaitannya

dengan fungsi pengawas sekolah tersebut, dilaksanakannya kegiatan supervisi secara

teratur, terprogram dan berkesinambungan atau secara terus menerus. Kegiatan

supervisi yang dimaksudkan meliputi supervisi akademik dan supervisi managerial.

Sebagaimana tugas pokoknya sebagai pengawas manajerial, pengawas

sekolah, memilik fungsi sebagai: Fasilitator dalam proses perencanaan, kordinasi,

pengembangan manajemen sekolah, Asesor dalam mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan serta menganalisis potensi sekolah, Informan pengembangan mutu

sekolah Evaluator terhadap hasil pengawasan. Dengan demikian, apabila hal itu

dapat berjalan dengan semestinya, maka proses manajerial madrasah/sekolah tentu

akan sesuai dengan Visi dan Misi madrasah itu sendiri.403 Faktor Ekternal yaitu

kerjasama yang baik yang dibangun oleh Staff dewan guru madrasah dengan

orangtua siswa sebagai upaya komunikasi yang relevan antar guru dan murid sesuai

tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Agar tercapainya tujuan pembelajaran

yang diinginkan bersama. Selebihnya adalah bagaimana upaya sekolah dalam

menciptakan kondusifitas sekolah serta efektivitas pembelajaran yang baik serta

bersifat kondisional.

399Muhbib Abdul Wahab et al, “Standarisasi Kompetensi Bahasa Arab Bagi Calon

Sarjana Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri”, Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa

Arab dan KebahasaAraban, Vol. 5, No. 1, Juni 2018: 41-42. 400Ali Imron, Proses Manajemen Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,

2013), 4. 401Ahmad Susasnto, Konsep, Stretgei, dan Implementasi Manajemen Peningkatn

Kinerja Guru (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), 2-3. 402Barnawi M. Arifin, Sistem Pnejamin Mutu Pendidikan Teori dan Praktik

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), 145. 403Kepala Sekolah MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 135: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

120

2. Faktor Penghambat

Dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan yang profesional adalah suatu

keharusan untuk dilaksanakan agar tidak tertinggal dengan kemajuan tekhnologi

informasi dan arus globalisasi serta dapat menjawab tantangan zaman yang semakin

kompleks. Ketertinggalan selama ini yang terjadi bagi pendidikan Islam hendaknya

menjadi fokus pemikiran banyak pihak, untuk kembali menumbuhkan optimisme

dalam proses pengembangan madrasah sebagai citra lembaga pendidikan berbasis

agama. Dari semua hal itu, proses pembelajaran utamanya pembelajaran bahasa

Arab tentu memiliki faktor penghambat baik secara langsung maupun tidak

langsung, atau probelamatika sendiri, menurut Hidayat (2012), problematika

pembelajaran bahasa Arab adalah unsur-unsur yang menjadi pengambat

terlaksananya keberhasilan pembelajaran bahasa Arab. Probelmatika ini di

antaranya : Problematika Linguistik seperti: fonologi, morofologi, sintaksis,

semantik, adapun prolematika non linguitik seperti unsur motivasi siswa, guru,

pendidikan, materi, media, metode dan lain sebagainya.404 Adapun faktor

penghambat yang peneliti temui di MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta antara lain:

a. Rendahnya Minat dan Motivasi Peserta didik

Proses pembelajaran tidak terlepas dari output atau hasil evaluasi

pembelajaran dalam setiap tahunnya, hal-hal yang mempengaruhi dalam

pembelajaran seperti metodologi pembelajaran, media, serta alat dan profesionalitas

guru terkadang tidak menutup kemungkinan adanya kendala dalam prestasi belajar

siswa baik yang bersifat formal maupun non formal. Mengingat peredaan yang

terdapat pada diri siswa tidak dapat disamaratakan dalam hal pembelajaran.

Sehingga perbedaan tersebut memberikan efek tersendiri bagi perkembangan dalam

dunia pendidikan. Minat dan motivasi merupakan suatu gejala jiwa yang selalu

bertalian, tidak terpisah satu sama lain.405

Minat dan motivasi berpengaruh besar terhadap aktivitas belajar. Apalagi

dalam mempelajari bahasa asing seperti bahasa Arab. Peserta didik yang tidak

memiliki minat dan motivasi tidak akan mempelajari bahasa Arab, atau mereka akan

mempelajari tetapi hanya karena sebuah tuntutan di sekolah atau hanya ikut-ikutan

saja.406 Menurut Max Darsono dalam sucia (2016) menyatakan bahwa motif

merupakan suatu upaya atau daya penggerak yang ada dalam diri manusia untuk

melakukan sesuatu, jadi dapat dikatakan bahwa motif marupakan kesiapsiagaan

seseorang untuk menghadapi segala situasi.

Sedangkan motivasi dapat diartikan sebagai motif yang telah menjadi aktif

ketika melakukan suatu perbuatan, sedangkan motif tersebut telah ada di dalam diri

404Nandang Sarip Hidayat, “Prolematika Pembelajaran Bahasa Arab”, Jurnal

Pendidikan Islam, Vol. 37, No. 1, 2012: 87. 405Muh. Zein, “Peran Guru dalam Pengembangan Pembelajaran”, Lisanan Arabiya,

Vol . 5, No. 2, Desember: 277. 406Luthfatul Qibtiyah, “Probelamatika Tutor Bahasa Arab LPBA Nurul Islam

Karangcempaka Bluto Sumenep”, Prosiding Konferensi Nasional Bahasa Arab V, Malang, 5

Oktober 2019. 570.

Page 136: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

121

individu. Dengan motivasi individu akan tergerak melakukan suatu perbuatan, akan

tetapi baik motif ataupun motivasi tidak dapat secara langsung dilihat oleh mata.

Yang dapat dilihat secara langsung adalah sesuatu yang timbil dari motivasi itu

dalam bentuk tingkah laku dan sikap. Keinginan atau dorongan untuk melalukan

suatu perbuatan seperti belajar itulah yang disebut denga motivasi.407 Oleh karena

itu ketika siswa tergerak untuk belajar dengan melihatkan sikap ingin belajar,

dorongan untuk semangat belajar ketika pembelajaran berlangsung, maka siswa

telah mengimplementasikan motivasi tersebut dengan baik. Akan tetapi pada

kenyataannya didapati bahwa banyak siswa mengalami demotivasi terhadap

pembelajaran bahasa Arab. Demotivasi adalah sejumlah pengaruh negatif yang dapat

menggagalkan motivasi yang sedang tumbuh.408

Menurut Asep Muhammad Saepul Islam munculnya demotivasi dalam

pembelajaran bahasa Arab di kalangan siswa madrasah disebabkan oleh beberapa

faktor. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asep Muhammad didapati

bahwa faktor demotivasi pembelajaran bahasa Arab lebih didominasi oleh faktor

eksternal dibandingkan dengan faktor internal pembelajar. Adapun faktor eksternal

seperti karakteristik bahasa Arab, Metodologi dan bahan pembelajaran, kemudian

lingkungan dan fasilitas belajar. Sedangkan faktor internal seperti kemampuan dasar

dan pengalaman berajar sebelumnya.409

Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang mendapati bahwa motivasi dan

minat siswa pada mata pelajaran bahasa Arab sangat kurang. Peneliti mendapati ada

beberapa alasan yang menyebabkan mereka kurang minat terhadap mata pelajaran

bahasa Arab. Sebagai contoh salah seorang siswi yang mengatakan bahwa siswa

tersebut tidak minat dikarenakan tidak suka sehingga menyebabkan materi yang

diberikan oleh guru tidak masuk ke dalam otak siswa.410

Wawancara berikutnya peneliti lakukan pada salah satu siswa yang juga

duduk di kelas kelas sebelas di MA Pembangunan, mengatakan bahwa pelajaran

Bahasa Arab terasa begitu sulit, terutama dalam memahami kalimat berbahasa Arab.

Ditambah banyaknya beban hafalan kosa kata dan materi percakapan yang meskipun

selalu diulang oleh guru tetap saja terasa berat untuk dimengerti. Seperti contoh

ketika informan diminta oleh guru untuk memperaktekkan atau menyebutkan materi

yang sudah diajarkan minggu sebelumnya, maka hal yang sama terjadi yaitu

kesulitan dalam memahami pembelajaran.411 Ada juga alasan lain seperti siswa

kurang minat karena tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh guru, sehingga ia

mengikuti pelajaran bahasa Arab hanya karena formalitas sekolah saja.

407Vianesa Sucia, “Pengaruh Gaya Komunikasi Guru terhadap Motivasi Belajar

Siswa”, Komuniti, Vol 8, No. 2, September 2016: 114. 408Zoltan Dorney dan Ema Suhioda, Teaching and Researching Motivation (2nd ed.)

(Harlow,England: New York, Longman, 2011), 139. 409Asep Muhammad Saepul Islam, Faktor Demotivasi dalam Pembelajaran Bahasa

Arab di Madrasah, Tesis Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2015, 107. 410Wawancara langsung dengan seorang siswi kelas XI MIA 1 di MA Pembangunan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tanggal 7 Oktober 2019. 411Wawancara langsung dengan seorang siswa kelas XI MIA 1 di MA Pembangunan,

tanggal 24 September 2019.

Page 137: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

122

Gambaran situasi tersebut tentu menjadi masalah tersendiri bagi guru

khususnya, dan bagi sekolah umumnya. Oleh karena itu dalam hal memotivasi, para

guru harus lebih meningkatkan, dan berupaya terus menurus sehingga siswa dapat

menjalain proses pembelajaran bahasa Arab dengan mendapatkan hasil yang

maksimal.412 Untuk mendorong siswa menjadi pembelajar yang dapat memotivasi

dirinya sendiri, guru dapat menggunakan strategi : memberikan umpan balik yang

sering, segera, positif, yang mendukung keyakinan pembelajara bahwa mereka dapat

melakukan dengan baik.

Kemudian dengan memastikan adanya kesempatan untuk keberhasilan yang

bermakna bagi pembelajar dengan memberikan tugas-tugas yang tidak terlalu mudah

dan gagal menantang mereka, maupun terlalu sukar dan membebani mereka.

Selanjtunya dapat mengemukakan ketertarikan pribadi pada pembelajar dengan

memanggil mereka menggunakan namanya, memulai perbincangan dengan mereka

sebelum atau sesudah kelas, mengajukan pertanyaan dalam kelas, dan mengacu

menggunakan kata kelas dengan “kita”. Kemudia selanjtunya menggunakan

strategi-strategi pengajaran yang mengikat dan melibatkan pembelajar secara aktif.

Membantu siswa untuk menemukan makna pribadi dan manfaat dalam materinya.

Kemudian menciptakan lingkuang kelas yang menghargiai keberhasil dan menerima

rintangan dan kegagalan yang mendampingi pembelajaran. Dan yang terakhir

dengan membantu siswa merasakan bahwa mereka adalah anggota yang berharga

dari komunitas pembelajar yang bertanggung jawab.413

b. Kurangnya Pembendaharaan Kosa Kata Bahasa Arab Siswa

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran contextual teaching and learning berlangsung didapati bahwa kosa kata bahasa Arab yang

dimiliki oleh siswa sangat sedikit, ketika peneliti meminta siswa untuk membuat

percakapan berbahasa Arab, siswa sedikit kesulitan sehingga memiliki inisiatif

bersama kelompoknya untuk menggunakan kamus berbahasa Arab sebagai alat

bantu untuk memudahkan membuat percakapan. Hal ini selaras dengan hasil temuan

penelitian Tamimi et al (2018) yang mendapati bahwa kendala yang sering dihadapi

ketika mempelajari maharaul istima’ dan maharat al-kalam adalah kurangnya

pembendahraan kosa kata, oleh karena itu menurtu Tamimi et al solusi dari

permasalahn tersebut adalah mengilustrasikan mufrodat, memasukkan mufradat

dalam konteks, dan menghafal dengan cara kartu saku.414

412Nur Hizbullah & Zaqiatu Mardiah, “Masalah Pengajaran Bahasa Arab di

Madrasah Aliyah di Jakarta”, Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humanioara, Vol. 2, No. 3,

Maret 2014: 193. 413Barbara Gross Davis, Perangkat Pembelajaran: Taknik Mempersiapkan dan

Melaksanakn Perkuliahan yang Efektif Edisi kedua, Terjemahan Elok Dianike (Jakarta,

RajaGrafindo Persada, 2013), 294. 414Moh. Tamimi, Ach, Khoironi, Abd. Syakur, “Optimalisasi Pembelajaran Bahasa

Arab (Analisis Kendala-Kendala dan Solusi Kreatif Pembelajaran Maharatul Istima’ dan

Maharotul Kalam terhadap Mahassiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab Institut Ilmu

Keislaman Annuqayah, Sumeneo”, Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018, HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang”, 2018: 789-790.

Page 138: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

123

c. Belum ada lingkungan berbahasa

Untuk mencapai keberhasilan dalam belajar diperlukan suasana belajar

mengajar yang tepat, sehingga siswa dapat meningkatkan semangat belajarnya.

Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga dapat

berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain, utamanya suasana yang mendukung

lingkungan untuk berbahasa.415 proses pembelajaran yang menarik akan

meningkatkan motivasi, keaktifan dan keterampilan berpikir kritis siswa sehingga

hasil belajar meningkat. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara selama

proses penelitian didapati bahwa di sekolah MA Pembangunan UIN Jakarta belum

ada lingkungan berbahasa khusunya bahasa Arab.

Hal ini juga tentu memberikan masukan kepada sekolah untuk menciptakan

lingkungan berbahasa, misalnya di dalam kelas atau di sekolah secara menyeluruh

untuk siswa menerapkan hasil pembelajaran di kelas ke dalam kehidupan nyata.

Sekolah juga bisa menerapkan jadwal kepada para siswa untuk berbahasa pada hari

tertentu atau jam tertantu. Hal ini tentu memerlukan dukungan, kerjasama, motivasi

dari seluruh elemen di sekolah. Lingkungan bahasa adalah segala sesuatu yang

dilihat dan didengar oleh pembelajar bahasa yang berkaitan dengan sesuatu yang ia

pelajari. Keberadaan lingkungan bahasa sanagt penting, karena hal tersebut selalu

hadir, melingkupi, memberikan nuansa dan konteks pembelajaran bahasa khususnya

bahasa Arab itu sendiri.416

Jika lingkungan berbahasa kondusif dan nyaman maka orang yang

mempeljarinya akan terbawa dengan sendirinya, hal ini tentu tidak terlepas dari

sarana dan prasarana dari sekolah untuk terus mendukung para siswa bahkan guru,

staf untuk mengembangkan lingkungan berbahasa dengan baik. Menurut Qudsi

(2016) pengelolan bahasa Arab dapat melalui berbagai pendekatan sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan kelas, seperti pendekatan kekuasaan, ancaman, kebebasam,

resep, pengajaran, perubahan tingkah laku, suasana emosi dan hubungan sosial,

elektis atau pluralistic.417 Adapun menurut Unsi (2015) untuk menerapkan

lingkungan berbahasa Arab diperlukan suatu strategi yang matang agar berjalan

secara maksimal, seperti perumusan visi, misi dan orientasi pembelajaran bahasa

terlebih dahulu, kemudian perlunya peninjauan kurikulm bahasa Arab secara

menyeluruh, yang tidak kalah penting adalah kebijakan dari pimpinan terkait

415Umi Suswati, “Strategi Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil

Belajar Melalui Model Problem Based Learning (PBL)”, Didaktika: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, Vol. 19, No. 3, Desember 2019: 2.

416Agus Sholeh, “Lingkungan Behavioristik dalam Berkomunikasi Bahasa Arab di

STAI Syaichona Moh. Cholil Bangkalan”, Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa I Tahun 2017, HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Semarang, 2017:

387. 417Ubaidillah Qudsi, “Bagiamanakah Pengelolaan Kelas untuk Membentuk

Lingkunag Bahasa Arab (Bi’ah Arobiyah”, Prosiding Konfrensi Nasional Bahasa Arab II, Malang 15 Oktober 2016: 477.

Page 139: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

124

penjadwalan lingkuang berbahasa, kemudian juga bisa melalui strategi kegiatan

yang bernuansa kebahasa Araban seperti diskusi, ceramah, dan lain sebagainya418.

d. Waktu yang tersedia

Waktu di sini adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari materi yang

ditentukan, bukan lamanya siswa mengerjakan tugas di lapangan atau dalam

kehidupan sehari-hari kelas. Alokasi waktu perlu diperhatikan pada tahap

pengembangan silabus dan perencanaan pembelajaran. Hal ini untuk

memperikarakan jumlah jam tetap muka yang diperlukan. Alokasi waktu pada setiap

kompetensi dasar dilakukan dengan memperhatikan jumlah minggu efektid dan

alokasi waktu mata pelajaran per minggu, dengan mempertimbangkan jumlah

kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan dan tingkat

kepentingannya.419

Alokasi waktu dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang

dibutuhkan oleh rata-rata peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar. Waktu

yang tersedia tentu menjadi faktor penting dalam proses pembelajaran contextual teaching leaning. Berdasarakan hasil pengamatan di dapati bahwa waktu untuk

mempelajari bahasa Arab kurang maksimal di mana mata pelajaran bahasa Arab di

setiap kelas hanya dua kali pertemuan setiap minggunya di setiap kelas, menurut

peneliti hal tersebut tentu mempengaruhi kualitas bahasa Arab siswa, selain itu

waktu di sekolah berbeda dengan waktu di pondok pesantren, itulah mengapa

kualitas bahasa Arab siswa di madrasah dengan siswa di pesantren sedikit berbeda,

di mana ketika di pesantren siswa memiliki waktu yang banyak untuk

mengimplemntasikan dan mempelajari bahasa Arab sedangkan di sekolah madrasah

mempunyai waktu yang amat sedikit. Akan tetapi di madrasah Aliyah Pembangunan

tetap berusaha memaksimalkan waktu untuk meningkatkan maharat al-kalam siswa

secara khusus dan pembelajaran bahasa Arab secara umum.

e. Pendidik

Dalam pengertian sederhana guru adalah orang yang mentransfer ilmu

pengetahuan kepada peserta didik. Salah satu komptensi yang harus dimiliki oleh

guru adalah kemampuan guru dalam menguasi bidang pembelajaran atau seluruh

komponen bahasa Arab, selain itu guru juga haru mampu mengembangkannya,

karena faktor pendidik menjadi penting dalam hal penentuan kualitas serta

perkembangan sekolah maupun siswa. Pelaksanaan tugas guru, iklim sosial

psikologis yang tidak tentram, kesehatan keluarga, ekonomi terkadang menjadi

problem dalam menyesuaian pelaksanan program pendidikan di sekolah.

Keterampilan lain juga yang perlu dimiliki oleh guru adalah kemampuan untuk selalu

418Baiq Tuhfatul Unsi, “Kemahiran Berbicara Bahasa Arab Melalui Pengciptaan

Lingkungan Bahasa”, Tafaqquh: Jurnal Penelitian dan Kajian Keislaman, Vol. 3, No. 1, Juni

2015: 138. 419Mulyadi, Classroom Management Mewujudkan Suasana Kelas yang

Menyenangkan bagi Siswa (Surabaya: UIN-Malang Press, 20019), 82-83.

Page 140: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

125

memberikan apersepsi kepada siswa malalui pendekatan psikologis.420 Selain itu

komunikasi antara guru dengan murid harus juga diperhatikan. Proses belajar

mengajar akan semakin memiliki bobot yang bagus apabila ada komunikasi yang

baik antara ke duanya, hal ini kegiatan mentransfer imu pengetahuan terhadap anak

didik.421

Selain itu, setiap anak didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda,

karakteristik siswa tersebut masuk dalam kondisi pembelajaran, yang dapat

diartikan sebagai aspek atau kualitas individu setiap siswa.422 Karakteristik siswa

adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil

pembawaan dan interaksi sosialnya, oleh karena itu guru harus memahami masing-

masing karaktersitik siswa, hal ini bisa dilihat dari gaya belajar siswa itu sendiri

serta penerapannya dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi selama penelitian di lapangan diperoleh bahwa

guru bahasa Arab sudah memiliki kualitas yang mamumpuni dalam bidang bahasa

Arab. Selain itu guru juga memiliki komunikasi yang baik pada setiap siswa.

Berdasarkan hasil wawancara kepada salah seorang siswa yang mengatakan bahwa

sebenarnya pelajaran bahasa Arab itu menyenangkan, akan tetapi ada beberapa

materi yang sulit di mengerti dan dipahami oleh siswa. Oleh karena ini siswa

meminta untuk setiap pembelajaran terdapat kreativitas guru, untuk meingkatkan

kreativitas dan maharat al-kalam siswa.423

g. Dana dan Sarana Prasarana

Manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan pengelolaan sarana dan

prasarana yang dilakukan oleh sekolah dalam upaya menunjang seluruh kegiatan

baik kegiatan pembelajaran maupun kegiatan lain sehingga seluruh kegiatan berjalan

dengan lancar. Manajemen sarana dan prasarana meliputi: perencanaan/analisis

kebutuhan, pengadaan, inventarisasi, pendistribusian dan pemanfaatan,

pemeliharaan dan pemusnahan terhadap barang-barang bergerak dan tidak bergerak,

peArabot sekolah, alat-alat belajar, dan lain-lain. manajemen keuangan adalan

kegiatan pengelolaan dana untuk dimanfaatkan sesuai kebutuhan secara efektif dan

efisien. Ruang lingkup manajmen keuangan adalah kegiatan merencanakan

420Zulkifli & Najmuddin Royes, “Profesionalisme Guru dalam Mengembangkan

Materi Ajar Bahasa Arab di MIN 1 Palembang”, JIP: Jurnal Ilmiah PGMI, Vol. 3, No. 2,

Desember 2017: 120. 421Abdul Malik, “Fungsi Komunikasi Antara Guru dan Siswa dalam Meningkatkan

Kualitas Pendidikan (Studi Kasus Proses Belajar Mengajar pada SMP Negeri 3 Sindue)”,

Jurnal Interaksi, Vol. 3, No. 2, Juli 2014: 172. 422M. Darkun, “Pentingnya Memahami Karakteristik Siswa dalam Pembelajaran

Bahasa Arab”, An-nabighoh, Vol 21, No. 1, 2019: 91. 423Zulkifli & Najmuddin Royes, “Profesionalisme Guru dalam Mengembangkan

Materi Ajar Bahasa Arab di MIN 1 Palembang”, JIP: Jurnal Ilmiah PGMI, Vol. 3, No. 2,

Desember 2017: 120.

Page 141: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

126

kebutuhan dana penggalian, pemanfaatan atau penditribusian dan pelaporan atau

pertanggungjawaban.424

Kurangnya manajemen pendanaan dan sarana prasarana sekolah merupakan

permasalahan yang kompleks dalam pelaksanaan pendidikan. Hampir semua elemen

pendidikan setuju, bahwa jika mengharapkan hasil yang baik dalam proses

pembelajaran maka dibutuhkan dana serta sarana prasarana yang tidak sedikit dan

memadai. Hal ini juga yang akan mempengaruhi secara langsung kualitas pendidikan

di sekolah tersebut, khususnya di MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dana dan prasarana dapat dengan mempersiapkan tempat dan alat-alat yang

akan digunakan dalam pelaksanaan dan pengembangan. Penyediaan tempat dan alat-

alat harus didasarkan pada prinsip ekonomi serta berpedoman pada sasaran

pengembangan yang ingin dicapai. Misalnya tempat pengembangan hendaknya

strategis, tenang, nyaman dan tidak menganggu lingkungan.425 Berdasarkan hasil

pengamatan di sekolah sarana prasana didapati belum mencapai taraf maksimal.

h. Partisipasi Masyarakat

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif manap berkat latihan dan

pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang

membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan

bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, di mana saja, baik di

sekilah maupyn di kelas, di masyarakat, di jalanan, dalam waktu yang tidak dapat

ditentukan sebelumnya. Namun demikian, satu hal sudah pasti bahwa belahar yang

dilakukan oleh manusia berlandsakan itikad dan maksud tertentu. Oleh karena itu

setiap manusia berperan untuk menuju kesuksesan dalam belajar.426 Peran serta

masyarakat sangatlah mempengaruhi dalam jalannya pengelolaan lembaga

pendidikan. Kesadaran masyarakat atau orangtua murid makin tinggilah yang akan

menunjang kelestarian hidup pedidikan swasta, bantuan yang bersifat material,

moral perlengkapan infentaris, tenaga pendidikan dan sekolah tentu sangat

mempengaruhi semua hal itu.

424Rugaiyah & Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan (Bogor: Ghalia Indonesia,

2011), 61-67. 425Supriyati, “Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidik dan Tenaga

Kependidikan di Madrasah”, Jurnal Kependidikan, Vol. 5, No. 2, 2017: 194. 426Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem

(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 154.

Page 142: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

127

BAB V

PENUTUP

Upaya meningkatkan kreativitas dan kemampuan kalam siswa melalui

strategi contextual teaching and learning dalam seluruh bidang keilmuan

belakangan ini menjadi kajian penting dalam khazanah ilmu pendidikan. Di mana

strategi contextual teaching and learning merupakan suatu upaya untuk mencapai

ataupun meningkatakan maharat al-kalam (kemampuan berbicara) baik secara

kuantitatif ataupun kualitatif, mengingat sejatinya untuk berbicara menggunakan

bahasa Arab bukanlah suatu hal yang mudah untuk dicapai. Begitupun dalam

pengelolan kreativitas siswa sebagai elemen pelengkap dalam strategi contextual teaching and learning. Ketika guru ataupun siswa mampu menerapkan strategi

contextual teaching and learning secara efektif dan efisien maka hambatan-

hambatan dalam pembelajaran mudah untuk dilewati.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilaian observasi dan beberapa data yang bersumber

dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan kreativitas dan

kemampuan kalam bahasa Arab melalui Contextual Teaching and Learning

menunjukkan hasil yang baik. Hal itu dapat dilihat dari beberapa tahapan penelitian

(Planning, Acting, Observing, Reflecting) di siklus I dan Siklus II. Di mana analisis

peneliti pada siklus I sebagai (pre-test) yaitu dengan nilai rata-rata siswa 6

20 , jika

dikategorisasi maka hasil yang tidak mendekati 1 mengarah ke atas disebut kurang

baik. Adapun hasil analisis peneliti pada siklus II sebagai (post-test), mengalami

peningkatan dengan nilai rata-rata siswa 16

20 , yang jika itu dikategorisasikan maka

hasilnya sudah mendekati 1 mengarah ke atas disebut baik.

Adapun faktor-faktor yang mendukung dalam pelaksaan penelitian adalah

metode/strategi yang digunakan, materi yang diajarkan, faktor guru, media,

kurikulum yang digunakan dan manajemen madrasah itu sendiri. Sedangkan faktor

penghambatnya adalah rendahnya minat dan motivasi peserta didik dalam pelajaran

bahasa Arab, kurangnya pembendaharaan kosa kata bahasa Arab yang dimiliki

siswa, belum ada lingkungan/manajemen waktu untuk berbahasa, kemudian waktu

untuk memperdalam bahasa Arab itu sendiri, serta sarana dan prasarana yang

mendukung.

B. Saran dan Rekomendasi

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentu memiliki kelemahan dan

kekurangan yang akan menjadi rekomendasi pengembangan penelitian selanjutnya

utamanya dalam kajian pendidikan Islam. Oleh karena itu dengan memperhatikan

beberapa kekurangan dan tentunya kelemahan dalam penelitian ini, penulis

memberikan sarann ataupun rekomendasi untuk kemajuan. Pertama, penulis memberikan saran kepada guru Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk meningkatkan penerapan

strategi contextual teaching and learning dengan baik secara kualitas maupun

Page 143: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

128

kuantitas, karena berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa penerapan strategi

contextual teaching learning dapat meningkatkan kreativitas dan maharat al-kalam

siswa. Pada aspek pembelajaran bermakan siswa harus menerapkan apa yang telah

dipelajari dan diperolah di dalam kelas ke dalam kehidupan sehari-hari siswa itu

sendiri, atau siswa dapat menerapkannya di lingkungan sekolah, seperti ketika siswa

bertemu dengan guru, siswa berusaha berdialog menggunakan bahasa Arab,

utamanya guru mata pelajaran bahasa Arab, dalam hal ini tentu guru harus berperan

aktif dalam menanggapi dan merespon apa yang menjadi usaha siswa. Tak pelak

guru juga harus mengajari siswa di dalam kelas dengan baik bagaimana cara

merespon dan bercakap menggunakan bahasa Arab sebelum siswa menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

Kemudian dalam aspek melakukan pekerjaan yang berarti peneliti memberi

saran kepada siswa ketika jam pelajaran istirahat ataupun ketika jam pelajaran

kosong hendaknya siswa menggunakan waktu sebaik mungkin, misalnya dengan

pergi ke perpustakaan untuk meningkatkan khazanah keilmuan utamanya

mendalami bahasa Arab. Kemudian ketika jam pelajaran berlangsung hendaknya

siswa tidak sibuk dengan diri sendiri, akan lebih baiknya siswa melakukan pekerjaan

yang berarti seperti mendengarkan penjelasan guru dengan baik, bisa juga dengan

melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kreativitas siswa seperti membuat

produk yang berkaitan dengan bahasa Arab atau bisa juga berkreasi dengan membuat

mading menggunakan bahasa Arab dan lain sebagainya.

Selanjutnya pada aspek melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, siswa

dapat mendalami pelajaran bahasa Arab dengan meluangkan waktu di sela kesibukan

di rumah, artinya siswa harus mengatur dan merencakan dengan baik untuk

mempelajari bahasa Arab di rumah agar tidak bertabrakan dengan aktivitas lainnya.

Pada aspek bekerjasama dalam kelompok sebaiknya siswa berkersajama secara

kooperatif dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru agar mendapatkan

nilai secara maksimal. Dalam bekerjsama tidak ada siswa yang hanya diam dan

hanya melihat, semua siswa memiliki porsi masing-masing untuk mengerjakan

bagian yang diberikan, dan sebaiknya pada setiap kelompok ada ketua agar ada yang

mengorgnisir kegiatan dengan baik, kegiatan bekerjasama dengan kelompok dapat

dimplemntasikan tidak hanya pada mata pelajaran bahasa Arab saja akan tetapi baik

juga digunakan di semua mata pelajaran, mengingat bekersama bersama teman-

teman merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi siswa.

Selanjutnya dalam aspek berpikir kritis dan kreatif siswa hendaknya

meningkatkan pada aspek berpikir kritis di mana siswa tidak serta merta menerima

semua yang diberikan oleh guru, siswa harus berperan aktif dengan memberikan

banyak pertanyaan kepada guru agar proses pembelajaran utamanya menggunakan

strategi contextual teaching and leraning berjalan secara maksimal. Adapun pada

aspek berpikir kreatif siswa dapat memberikan ide ataupun masukan kepada guru

terkait apa saja yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan dalam pembelajaran.

Kemudian pada aspek mencapai standar yang tinggi guru memang

seharusya menetapkan standar yang tinggi untuk meningktakan kualitas

pembelajara sekaligus kualitas peserta diidk itu sendiri, akan tetapi guru juga harus

memperhatikan banyak hal, tidak semerta-merta membuat standar yang tinggi akan

Page 144: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

129

tetapi pada kenyataannya siswa belum mampu mencapai standar tersebut, oleh

karena itu guru juga harus mempertimbangkan karakteristik dari siswa-siswanya.

Aspek terakhir dari pembelejaran contextual teaching and learning adalah

aspek penilaian yang autentik. Pada aspek ini hendaknya guru benar-benar memiliki

standar penilaian yang akurat dan sistematis, di mana guru bisa menilai dengan benar

mana siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah. Setelah guru

menilai secara autentik seluruh aspek pembelajaran guru juga harus mengevaluasi

mengenai apa yang harus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kedua, dalam aspek motivasi, guru harus berperan aktif untuk selalu

memberikan motivasi kepada siswa bisa dengan mendekati siswa satu persatu atau

perkelompok melalui pendekatan psikologis atau pendekatan secara emosi sehingga

siswa merasa diberi dukungan dan semangat untuk mempelajari suatu materi

utamanya materi pada mata pelajaran bahasa Arab. Ketiga dalam aspek lingkungan berbahasa, pada aspek ini tentu kepala

sekolah, pimpinan, guru, staff utamanya kepala sekolah harus membuat peraturan

yang ketat di mana siswa diwajibkan untuk berbahasa misalnya pada hari apa, jam

berapa, ketika apa, sehingga siswa terbiasa menggunakan bahasa Arab di sekolah,

tidak dipungkuri bahwa waktu di pesantren dan di sekolah madrasah sangatlah jauh

berbeda, di pesantren siswa-siswa memiliki waktu yang full untuk

mengimplementasikan bahasa dengan teman sebaya, akan tetapi jika di sekolah

madrasah siswa-siswa yang mempunyai waktu ketika pembelejaran di sekolah

sedang berlangsung saja, setelah pembelajaran selesai siswa pulang ke rumah

masing-masing, sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk menerapkan

pembelajaran bahasa, oleh karena itu sekolah harus memiliki kebijakan yang jelas

agar siswa bisa menerapkan lingkungan berbahasa dengan baik.

Keempat, penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian pengembangan

kajian keislaman melalui pendekatan pendidikan Islam, namun secara teoritis belum

banyak menggunakan teori yang betul-betul berlandaskan sumber Islam sepeti Al-

Qur’an dan Sunnah. Pada penelitian selanjutnya hal ini dapat menjadi perhatian bagi

para peneliti kajian keislaman yang tidak hanya menggunakan dua landasan Al-

Qur’an dan Sunnah saja namun juga menggunakan teori-teori dasar yang bersumber

dari berbagai pemikirian tokoh baik klasik maupun modern yang telah memberikan

kontribusinya dalam perkembangan kajian Pendidikan Islam itu sendiri.

Kelima, untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti siswa yang

mempelajari bahasa Arab secar mendalam sebaiknya tidak terfokus pada pendekatan

pendidikan saja, hendaknya juga melakukan dibidang lainnya seperti bidang

psikologi, sosiologi, atau dibidang lainnya seperti bidang eksperimen antara negara

yang menggunakan bahasa Arab sebagai mata pelajaran. Dari hasil eskperimen

tersebut dapat dilihat bagaimana perbedaan bahasa Arab di dua negara seperti di

negara Malaysia atau negara lainnya, disitu dapat dikaji dari seluruh sistem

pendidikan mualai dari kurikulum, pelakasanaan, hasil, hingga evaluasinya.

Keenam, fokus penelitian ini hanya terbatas pada ruang lingkup siswa yang

di sekolahnya ada mata pelajaran bahasa Arab bukan benar-benar sekolah khusus

mempelajari bahasa Arab. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melibatkan siswa

yang concern dalam mempelajai bahasa Arab atau bisa juga diteliti ke jenjang yang

Page 145: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

130

lebih tinggi seperti mahasiswa di perguruan tinggi negeri yang secara intens

mempelejari bahasa Arab di instansi tersebut.

Ketujuh, memperhatikan kreativitas dan maharat al-kalam siswa khususnya

pada mata pelajaran bahasa Arab sebagai kajian di mana indikasinya tidak terfokus

pada dimensi pendidikan saja, maka peneliti selanjutnya secara komprehensif dapat

menjelaskan lebih detail terkait faktor-faktor yang mempengaruhi dari berbagai

aspek di luar aspek pendidikan, seperti aspek psikologis yang terkait dengan faktor

usia, kognifit, perkembangan, dan lain sebagainya.

Kedelapan, selain dari aspek yang dibatasi dalam penelitian ini terkait

dengan aspek pendidikan, oleh karena itu peneliti selanjutnya dapat melakukan

pengembangan riset dengan aspek pendidikan lainnya untuk membuktikan seberapa

kuat aspek yang digunakan pada penelitian ini dapat menjelaskan aspek lain yang

tidak menjadi fokus kajiannya.

Kesembilan, penulis memberikan saran kepada siswa aliyah dalam menjaga

kualitas bahasa Arab dan upaya dalam meningkatkan kreativitas dan maharat al-kalam untuk terus berusaha semaksimal mungkin memperbaiki dan mengembangkan

serta meningkatkan kepercayaan diri untuk berbahasa, dan tidak hanya dipelajari di

dalam kelas saja melainkan pengimplemntasian dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Kemudian penulis juga memberikan saran kepada siswa untuk meningkatkan

kreativitas dengan membuat suatu produk yang berkaitan dengan bahasa Arab,

seperti siswa dapat membuat mading dengan tema bahasa Arab, atau juga bisa

dengan membuat alat kemudian diartikan dalam bahasa Arab, dan lain sebagainya.

Dalam aspek maharat al-kalam, prestasi tidak didapati dengan mudah utamanya

prestasi untuk bisa bedialog menggunakan bahasa Arab, oleh karena itu siswa harus

memiliki motivasi untuk mendalami hal tersebut, baru kemudia siswa melakukan

upaya-upaya seperti menghafal kosa kata bahasa Arab di luar jam sekolah, di luar

jam pelajaran bahasa Arab, siswa harus mampu mengatur pembelajan sendiri untuk

materi bahasa Arab, siswa juga harus menyisihkan waktu untuk mendali bahasa ke

dua tersebut, bisa dengan mengikuti program les bahasa Arab dan lain sebagainya.

Kesepuluh, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis

baik lembaga terkait. Dengan demikian penelitian ini memberikan rekomendasi pada

lembaga-lembaga pelaksanaan pendidikan khusunya yang terfokus dalam

meningkatkan kualitas bahasa Arab siswa untuk memperhatikan bebrbagai aspek,

baik dari aspek psikologis, saran pra sarana, peraturan yang tersistematis dan

lingkungan berbahasa khusus untuk meningkatkan maharat al-kalam dan kreativitas

siswa dalam pembelajaran bahasa Arab.

DAFTAR PUSTAKA

JURNAL

Abdullah, In Hi. “Berpikir Kritis Matematik”, Delta-Pi: Jurnal Matematika dan

Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 1, April 2013: 73.

Page 146: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

131

Abdurrozak, Rizal. Asep Kurnia Jayadinata & Isrok’atun, “Pengaruh Model Problem

Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa”, Jurnal Pena

Ilmiah: Vol. 1, No. 1, 2016: 874.

Abdul Mutholib, “Lu’batul Qamus: Cara Unik Memperkaya Mufradat”, Arabia, Vol.

7, No. 1, Januari-Juni 2015: 7.

Abdul Malik, “Fungsi Komunikasi Antara Guru dan Siswa dalam Meningkatkan

Kualitas Pendidikan (Studi Kasus Proses Belajar Mengajar pada SMP

Negeri 3 Sindue)”, Jurnal Interaksi, Vol. 3, No. 2, Juli 2014: 170.

Abd Aziz & Saihu, “Interpretasi Humanistik Kebahasaan: Upaya Kontekstualisasi

Kaidah Bahasa Arab”, Arabiyatuna: Jurnal Bahasa Arab, Vol. 3, No. 2,

November 2019: 309.

Achmad Syarifusdin, “Analisis Kebutuhan Materi Ajar “Berbicara Bahasa Arab”

Berbasis Pendekatan Komunikatif bagi Pembelajar Non-Bahasa Arab”,

Intizar, Vol. 23, No. 2, 2017: 268.

Afandi, Muhamad. “Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru dalam

Pembelajaran di Sekolah Dasar”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, Vol. 1,

No. 1, Januari 2014: 6.

Agustian, “Kaidah Bahasa Arab dan Urgensinya terhadap Penafsiran Al-Qur’an”,

An-Nur, Vol. 4, No. 2, 2015: 190.

Agustina & Kamid, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan

Menggunakan Strategi PQ4R Materi Bentuk Aljabar di SMP Negeri 8 Kota

Jambi”, Edumatica, Vol. 7, No. 2, Oktober 2017: 63.

Agung Setiawan, “Probelamtika Keragaman Latar Belakang Pendidikan Mahasiswa

dan Kebijakan Program Pembelajaran Bahasa Arab”, Arabiyat : Jurnal

Pendidikan Bahasa Arab dan KebahasaAraban, Vol. 5, No. 2, Desemer 2018:

202.

Ahmad Nurcholis, Muhammad Asngad Rudisunhaji, Syaikhuna Ihsan Hidayatullah,

“Tantangan Bahasa Arab sebagai Alat Komunikasi di Era Rovulasi Industri

4.0 pada Pascasarjana IAIN Tulungagung”, Arabiyatuna: Jurnal Bahasa

Arab, Vol. 3, No. 2, November 2019: 288.

Akhmad Busyaeri, Tamsik Udin, A. Zaenudin, “Pengaruh Peggunaan Vidio

Pembelajaran terhadap Peningkatkan Hasil Belajar Mapel IPA di MIN

Kroya Cirebon”, Al-Ibtida, Vol. 3, No. 1, Juni 2016: 117.

Aliyati, Putri Dwi & Nonon Hery Yoenanto, “Hubungan Antara Peceived Autonomy

Support Siswa terhadap Guru dengan Kreativitas Siswa Kelas XI SMA

Insan Mulia Surabaya”, Jurnal Psikologi & Perkembangan, Vol. 3, No. 1,

April 2014: 23.

Page 147: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

132

Alinis Ilyas, “Dosen Bahasa Arab dan Kompetensinya dalam Mengaktualisasikan

Teknik Pembelajaran Iteraktif”, Jurnal Al Bayan, Vol. 10, No. 1, Juni 2018:

99.

Amatullah Faaizatul Maghfirah, “Kreativitas Dosen dalam Meningkatkan Minat

Belajar Bahasa Arab Mahasiswa IAIN Surakarta”, Academica: Jurnal of

Multidiciplinary Studies, Vol. 1, No. 1, 2017: 27.

Asmadawati, “Efektivitas Pembelajaran”, Forum Peadagogik, Vol. 6, No. 2, Juli

2014: 30.

Arlianti, Nofyta. “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Menngunakan

Model Pembelajarn Jigsaw Diiringi dengan Media Domino Kelas VII MTsN

Pendung Tengah Penawar”, Vol. 17, Jurnal Penelitian Universitas Jambi

Seri Sains, No. 1, Juni 2015: 67.

Asani, “Implementasi Contextual Teaching and Learning pada Balai Diklat

Keagamaan Ambon: Tinjauan Pendidikan Islam”, Jurnal Diskursus Islam,

Vol. 2, No. 3, Desember 2014: 425.

Asep Maulana, “Kurikulum Maharah Al-kalam Bahasa Arab Berasis Kompetensi

Komunikatif (Penelitian Deskriptif Kualitatif di Jurusuan Pendidikan

Bahasa Arab IAIC Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2015/2016)”, Pecinta Ilmu:

Jurnal Pendidikan Cipasung Tasikmalaya Ilmiah Bermutu, Vol. 1, No. 1,

Juni 2016: 4.

Ayu Novia Kurniasih & Dedy Hidayatullah Alarifin, “Penerapan Ice Breaking

(Penyegar Pembelajaran) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas VII A MTs AN-NUR Pel[or Bandarjaya Tahun Pelajaran 2013/2014,

JPF: Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Metro, Vol. 3,

No. 1, Maret 2015: 28.

Azhari, “Peningkatan Kemampuan Bepikir Kratif Matematik Siswa Melalui

Pendekatan Konstruktivisme di Kleas VII Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Negeri 2 Banyuasi III”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 7, No,

2, Juli 2013: 2.

Azkia Muharom Albantani, “Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran

Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah”, IMLA : Jurnal Pendidikan Bahasa

Arab dan KebahasaAraban, Vol. 2, No. 2, 2015: 179.

Bagus Andrian Permata, “Teori Genaratif-Transformatif Noam Chomsky dan

Relevansinya dalam Pembelajaran Bahasa Arab”, Empirisma, Vol. 24, No.

2, Juli 2015: 184.

Bandung, Murti. “The Effectivenes of Contextual Teaching and Learning Method

in Teaching Speaking”, The 1st Educational and Language International

Confrence Proceedings Center for International Language Development of

Unissula, May 2017: 516-532

Page 148: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

133

Batmang, “Direct Method dalam Pembelajaran Bahasa Arab”, Jurnal Al-Ta’dib,

Vol. 6, No. 2, Desember 2013: 175.

Budiati, Yesi. “Pengembangan Kemampuan Kreativitas dalam Pembelajaran IPS”,

Jurnal Pendidikan Ekonomi, Vol. 2, No. 1, 2015: 68.

Bustanmi, Y. et al “The Implementation of Contextual Teaching and Learning to

Enhance Biology Students’ Critical Thinking Skilss”, Jurnal Pendidikan

IPA Indonesia, Vol. 7 No. 4, 2018: 452-457.

Blanchard, Alan. Contextual Teaching and Learning, Educational Services, 2001.

http://faculty.csusb.edu/faculty/scarcella/siu463/Contextual%20Learning.h

tm. Di akses, 5 April 2019.

Dedy Juliandri Panjaitan, “Peningkatan Pemahaman dan Aplikasi Konsep Melalui

Pendekatan Contextual Teaching and Learning”, Jurnal Math Education

Nusantara, Vol. 1, No. 1, 2018: 55.

Dessy Wahyuni, “Kreativitas Berbahasa dalam Sastra Anak Indonesi”, Madah, Vol.

7, No. 2, Oktober 2017: 129-130.

Dortiana Marpaung, “Penerapan Metode Diskusi dan Presentasi untuk

Meningkatkan Minat dan hasil Belajar Siswa Di Kelas XI IPS SMA Negerei

Bagan Sinembah”, School Educational Journal, Vol. 8, No. 4, Desember

2018: 364.

Djalali, M. As’ad. “Pola Asuh Orangtua Demokratis, Efikasi-Diri dan Kreativitas

Remaja”, Jurnal Persona, Vol.1, No.1, Juni 2012:16.

Diana, R. Rachmy. “Setiap Anak Cerdas! Setiap Anak Kreatif!: Menghidupkan

Keberbakatan dan Kreativitas Anak”, Jurnal Psikologi Universita

Diponegoro, Vol. 3, No. 2, Desember 2006: 126.

Dimas Ahmad Sarbani, “Metode Pengajaran dalam Pendidikan Agama Islam”,

Jurnal Al-Fatih, Januari-Juni 2015: 48.

Dini Latifah, “Pengembangan Media Diaroma untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Bahasa Arab di Kelas VII MTsN Yogyakarta I”, Al-Mahara Jurnal

Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 2, No. 2, Desember 2016: 258.

Euis Ernawati, “Perencanaan Pembelajaran Bahasa Arab di Perguruan Tinggi

Pariwisata”, Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan

KebahasaAraban, Vol. 5, No. 1, Juni 2018: 16.

Erfan Gazali 7 Hasan Sefuloh, “Kebutuhan Peserta Didik dan Rancang Bangun

Media Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah”, IMLA, Arabi:

Journal of Arabic Studies, Vol. 4, No. 1, 2019: 96-99.

Erik Santoso, “Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal

Cakrawala Pendas, Vol. 3, No. 1, Januari 2017: 21.

Page 149: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

134

Fadhilah et al. “Analysis of Contextual Teaching and Learning (CTL) in the Course

of Applied Psysics at the Mining Engineering Department”, International

Journal of Science and Applied Science: Conference Series, Vol. 1, No. 2,

2017: 25-32.

Fadillah, Annisa et al. “ The Effect of Application of Contextual Teaching and

Learning (CTL) Model-Based on Lesson Study with Mind Mapping Media

to Asses Student Learning Outcomes on Chemistry on Colloid Systems”,

International Journal of Science and Applied Science: Conference Series,

Vol. 1, No. 2, 2017: 101-108.

Fadli, Endang. “Peningkatan Kompetensi Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas

(PTL) Melalui Diklat Model In On IN”, Edukasi: Jurnal Penelitan Pneidikan

Agama dan Keagamaan, Vol. 15, No. 3, 2017: 374.

Farida, “Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar”, e-ISSN S579-3403, Vol. 1, No.1, 2017:

78-86.

Faisal Hendra, “Persepsi Mahasiswa terhadap Proses Pembelajaran Kemahiran

Bahasa (Mata Kuliah Kemhairan Bahasa Arab di Program Studi Sastra

Arab, Fakultas Sastra, Universitas Al-Azhar Indonesia)”, Jurnal Al-Azhar

Indonesia Seri Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2013: 69.

Faiz Maddha Aufa, “Al-Madkhal Al-Makrify dan Pembelajaran Bahasa Arab”,

Lisanan Arabiya, Vol. 2, No. 2, 2018: 176.

Faizuz Sa’bani, “Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP Melalui

Kegiatan Pelatihan pada MTs Muhammadiyah Wonosari”, Jurnal

Pendidikan Madrasah, Vol.2, No, 1, Mei 2017: 15.

Febriani, Siwi. & Novisita Ratu, “Profil Proses Berpikir Kreatif Matematis Siswa

dalam Pemecahan Masalah Open-Ended Berdasarkan Teori Wallas”, Jurnal

Moshrafa, Vol. 7, No. 1, Januari 2018: 40.

Firdaus & Fatma Dewi, “Application of Contextual Teaching and Learning” (CTL)

Components in Telecommunication Network Design and Optimization

Course”, International Journal of Chemistry Education Research, Vol. 2, Iss.

1, February 2018: 24-33.

Firdaus, Abdur Rahman As’ari, Abd. Qohar, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Open Ended pada

Materi SPLDV”, Jurnal Pendidikan, Vol. 1, No. 2, Februaru 2016: 227-236.

Fitriliza & Ari Khairurrijal Fahmi, “Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Arab

Melalui Metode Contoh Morfologi (Penelitian Tindakan Kelas di Fakultas

Agama Islam)”, Jurnal Uhamka, Vol. 8, No. 2, November 2017: 186.

Gafur, Abdul. “Penerapan Konsep dan Prinsip Pembelajaran Kontekstual

(Contextual Teaching and Learning) dan Desain Pesan dalam

Page 150: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

135

Pengembangan Pembelajaran dan Bahan Ajar”, Cakrawala Pendidikan, No.

2, Nopember 2003: 278.

Gayatri & Wirakusuma, “Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan

Keterampilan Pembuatan Proposal Penelitian Mahasiswa”, E-Jurnal

Akutansi Universitas Udayana, ISSN: 2302-8559: 3.

H. Fathul Maujud, “Pembinaan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab (Maharat al-

kalam) Santri dan Satriwati di Pondok Pesantren Darul Hikmah Pagutan

Karang Genteng Kota Mataram” , El-Tsaqafah, Vol. 14, No. 2, Desember

2017: 128.

Halimatus Sa’diyah, “Upaya Menumbuhkan Self-Confidence Berbicara bahasa Arab

Mahasiswa Melalui Group Whatsapp”, Jurnal Al-Mi’yar, Vol. 2, No. 2,

2019: 150.

Hapsah, Rifqi & Siti Ina Savira, “Hubungan antara Self-Efficacy dan Kreativitas

dengan minta Berwirausaha”, Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 5,

No. 2, 2015: 83.

Harimi, Abdul Chaqil. “Pembelajaran Maharah Bahasa Arab Berbasis Inklusif

(Analisi Kebutuhan Peserta Didik Tunanetra dalam Pembelajaran Berbahasa

Arab)”, Tarlin, Vol. 1, No. 2, 2017: 22.

Hasan, “Keterampilan Mengajar Bahasa Arab Materi Istima’ Menggunakan Media

Lagu”, Jurnal Ilmiah Al-Qalam, Vol. 10, No. 19, 2017: 129

Hasby Wahy, “Manajemen Pembelajaran Secara Islami” Jurnal Ilmiah Didaktika,

Vol. 13, No. 1, Agustus 2012: 102.

Hasanudi, “Penggunaan Ragam Bahasa dan Perilaku Berbahasa Arab”, Afaq

‘Arabiyyah, Vol. 8, No.2 Desember 2013: 10.

Hasibuan, Idrus. “Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)”,

Logaritma, Vol. II, No. 1, Januari 2014: 5.

Hasyim Hasanah, “Teknik-Teknik Observasi”, Jurnal At-Taqaddum Vol. 8, No.1,

Juli 2017.

Haviz, Muhammad. “Berpikir dalam Pendidikan: Suatu Tinjauan Filsafat Tentang

Pendidikan untuk Berpikir Kritis”, Ta’dib, Vol. 2, No. 1, Juni 2009: 82.

Helda Jolanda Pentury, “Pengembangan Kreativitas Guru dalam Pembelajaran

Kreatif Pelajaran Bahasa Inggris”, Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 4, No.

3, November 2017: 269.

Hendri, Muspika. “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Melalui

Pendekatan Komunikatif”, Potensia: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 3, No,

2, Juli-Desember 2017: 196.

Page 151: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

136

Hesma Nur Jaya, “Keterampilan Dasar Guru untuk Menciptakan Suasana Belajar

yang Menyenangkan”, Didaktis: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan,

Vol. 17, No. 1, 2017: 28.

Helda Jolanda Pentury, “Pengembangan Kreativitas Guru dalam Pembelajaran

Kreatif Pelajaran Bahasa Inggris”, Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol.

4, No. 2, november 2017: 226.

Hudson, Clemente Charles & Vesta R. Whisler, “Contextual Teaching and Learning

for Practitioners”, Systematic, Cybernetic and Informatic, Vol. 6, No. 4: 56.

Husnul Laili, “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) dalam Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

SiSWA MTs Nurul Hakim Kediri ditinjau dari Segi Gender”, Palapa: Jurnal

Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, Vol.5, No. 2, Novemver 2016: 39.

Hutagaol, Kartini. “Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan

Representasi Matematis Siswa Sekolah Mengah Pertama”, Jurnal Ilmiah

Program Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. 2, No. 1, Februari

2013: 94.

Ida Ayu Sri Widhiani, A.A.I.N Marhenu, I Nyoman Dantes, “Penerapan Penggunaan

Media Permainan Fantasi dan Imajinasi Kreatif untuk Meningkatkan

Kemampuan Otak Kanan Dan Mengembangkan Kemampuan Berbahasa”,

e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4,

2014: 2.

Ifni Oktiani, “Kreativitas Guru dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik”, Jurnal

Kependidikan, Vol. 5, No. 2, 2017: 218.

Ilham Nur Kholiq, “Penerapan Metode Muhadatsah dalam Pembelajaran Bahasa

Arab Guna Meningkatkan Keberhasilan Siswa Kelas XI MA Hidayatullah

Mubtadiin Tasikmadu Lowokwaru Malang”, Darussalam: Jurnal

Pendidikan, Komunikasi, dan Pemikiran Hukum Islam, Vol. 6, No. 1,

September 2017: 127.

Imam Asrofi & Jeni Sri Gantini, “Penggunaan Media Audio Visual Smartphone

dalam Pembelajaran Bahasa Arab (Muhadatsah) untuk Meningkatkan Minat

Belajar Siswa”, BASIS: Jurnal Pendidikan Basis Bahasa Arab dan Studi

Islam, Vol. 1, No. 1, Maret 2017: 25.

Inge Wiliandani Setya Putri, Saddam Hussesn, Robiatul Adawiyah, “Kemampuan

berpikir Kreatif dalam Menyelesaikan Masalaha Kesebangunana di SMPN

11 Jember”, Jurnal Edukasi, Vol. 4, No. 3, 2017: 59>.

Irma Nuraini, “Pengaruh Sikap Berbahasa dan Daya Kreativitas terhadap

Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris (Survei pada Siswa SMK Negeri di

Kabupaten Purwakarta)”, Inference: Journal of English Language Teaching,

Vol. 1, No. 1, April 2018: 88.

Page 152: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

137

Islam, Asep Muhammad Saepul. Faktor Demotivasi dalam Pembelajaran Bahasa

Arab di Madrasah. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2015.

Ita Wahyuni, Khutobah, Nanik Yuliati, “Peningkatan Kreativitas dalam Membuat

Bentuk pada Anak Kelompok B2 Melalui Bermain Play Dough di TK Plus

Al-Hujjah Keranjingan Sumbersari Jember Tahun Pelajaran 2015/2016”,

Jurnal Edukasi Unej, Vol. 3, No. 2, 2016: 1.

Jaya, Hasma Nur. “Keterampilan Dasar Guru untuk Menciptakan Suasana Belajar

yang Menyenangkan”, Didaktis: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan,

Vol. 17, No. 1, 2017: 23.

Joni, T. Raka. “Pembelajaran yang Mendidik: Artikulasi Konseptual, Terapan

Kontekstual dan Verifikasi Empirik”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 12, No.

2, Juni 2005: 18.

Jubaidah, Siti. “Efektivitas Peembelajaran Bahasa Arab Maharat al-kalam dengan

Media Komik di Madsarah Aliyah Nasruddin Dampit, Jurnal Review

Pendidikan Islam, Vol. 01, No. 02, 2014: 245.

Jufri, A. Wahab. “Penelitian Tindakan Kelas: Antara Teori dan Praktek”, J. Pijar

MIPA, Vol. V, No. 2, September 2018: 49.

Kenedi, “Pengembangan Kreativitas Siswa dalam Proses Pembelajaran di Kelas II

SMP Negeri 3 Rokan IV Koto”, Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial,

Sains, dan Humanira, Vol. 3, No. 2, Juni 2017: 329.

Kisti, Hepy Hapsari & Nur Ainy Fardana N, “Hubungan antara Self-Efficacy dengan

Kreativitas Siswa SMK”, Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental,

Vol. 1, No.2, Agustus 2012: 53.

Kuswoyo, “Konsep Dasar Pembelajaran Mahara al-Kalam”, An-Nuha, Vol. 4, No. 1,

2017: 2.

Latifah Rahmawati, “Metode Musabaqah Bithaqah Mukhtalithul Kalimah

“MBMK” untuk Meningkatkan Hasil Belajar Maharah Al-Kitabah Siswa

Kelas X D MAN I Yogyakarta”, al-Maharah Jurnal Pendidikan Bahasa Arab,

Vol. 4, No. 2, Desember 2018: 289

Lestari, Firia. “Pengaruh Kewirausahaan dan Kreativitas terhadap Keberhasilan

Usaha pada Sentra Industri Rjutan Binong Jati Bandung”.

Lotulung, Chirsant Florence et al. “Effectiveness of Learning Method Contextual

Teaching and Learing for Increasing Learning Outcomes of

Enterpreneurship Educatuon”, TOJET: The Turkish Online Journal of

Educational Technology, Vol. 17, Issues. 3, July 2018: 41.

Lita Kusuma Wardhani, Robbinson Situmorang, Cecep Rustand, “Pengembangan

Kit Media untuk Merangsang Kreativitas Anak Kelas 4 SD”, Jurnal

Pembelajaran Inovatif, Vol. 1, No. 1, 2018: 27.

Page 153: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

138

M. Hasbi & Yusman, “Kinerja Guru Aqidah Akhlak, SKI, Al-Qur’an Hadits, Fiqih,

di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-ikhlas Keban II Kec. Sanga Des, Kab.

MUBA”, Journal of Islamic Education Management, Vol. 2, No. 2,

Desember 2016: 72.

M. Yacoeb, “Konsep Manajemen dalam Persepktif Al-Qur’an: Suatu Analisis dalam

Bidang Administrasi Pendidikan”, Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol. XIV, No.

1, Agustus 2013: 76.

M. Rezki Andhika, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Konstruktivisme dan Minat

Belajat terhadap Hasil Belajar Bahasa Arab Siswa Kelas VIII Madrasah

Tsanawiyah Ulumuddin Uteunkot Cunda Lhoksumawe”, (Tesis

Pascasarjana UIN Sumatera Utara: Sumatera Utara: 2014), xxix.

M. Ilham Muchtar,”Metode Contextual Teaching adn Learning dalam Pembelajaran

Bahasa Arab”, Al-Maraji’ Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 1, No. 1,

2017: 22.

M. Nasor, “Teknik Komunikasi Guru dan Siswa dalam Peningkatakan Prestasi

Siswa”, Ijimatiyya, Vol. 7, No. 1, Februari 2014: 151-152.

Machmudah, Umi & Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning dalam Pembelajaran

bahasa Arab, Malang: UIN Malang Press, 2008.

Maghfirah, Amatullah Faizatul. Kreativitas Dosen dalam Meningkatkan Minat

Belajar Bahasa Arab Mahasiswa di IAIN Surakarta, Academica, Journal of

Multidisipliner Studies, Vol. 1, No. 1, 2017: 19.

Mahyudin Ritonga, Alwis Nazir, Sri Wahyuni, “Pembelajaran Bahasa Arab Berbasi

Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kota Padang”, Arabiyat : Jurnal

Pendidikan Bahasa Arab dan KebahasaAraban, Vol. 3, No. 1, 2016: 2.

Majidatun Ahmala, “Kamus Aplikasi Sebagai Media Pendamping Buku ‘Al-

Arabiyah Al-Mu’asiroh”, Jurnal Alfazuna, Vol. 3, No. 1, Desember 2019:

49.

Mainizar et al, “Penerapan Strategi Pembelajaran Learning Cell dalam Pembelajaran

Bahasa Arab untuk Meningkatkan Mahaaroh al-Kalam pada Siswa

Madrasah Tsanawiyagh di Provinsi Riau”, Kutubkhanah: Jurnal Penelitian

Sosial Keagamaan, Vol. 17, No. 2, Juli-Desember 2014: 241.

Marni & M. Yusuf, “Penggunaan Metode Talking Stick untuk Meningkatkan

Maharat al-kalam dalam Mata Pelajaran Bahasa Arab”, Auladuna, Vol. 2,

No. 1, Juni 2015: 88.

Maspalah, “Metode Audiolingual dalam Pembelajaran Bahasa Arab untuk

Meningkatkan Kemampuan Berbicara”, Bahasa & Sastra, Vol. 15, No. 1,

April 2015: 12.

Page 154: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

139

Methew, Binci & William Dharma Raja B. Creative thinking of visually challenged

adolescents: A case study, International Journal of Academic Research and

Development, Vol. 1, Issue 9, (2016), 45-49.

Meilan Arsanti, “Pemerolehan Bahasa pada Anak (Kajian Psikolinguistik), Jurnal

PBSI, Vol. 3, No. 2, 2014: 24.

Mochamad Syaifudin, “Strategi Pengembangan Komponen Kurikulum Bahasa

Arab”, Jurnal Alfazuna, Vol. 2, No. 1, Desember 2017: 77.

Muchtar, M. Ilham “Contextual Teaching and Learning Method in Studying

Arabic”, Hunafa: Jurnal Studia Islamika, Vol. 14, No. 1, Juni 2017: 184-185.

Muhbib Abdul Wahab et al, “Standarisasi Kompetensi Bahasa Arab Bagi Calon

Sarjana Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri”, Arabiyat: Jurnal

Pendidikan Bahasa Arab dan KebahasaAraban, Vol. 5, No. 1, Juni 2018: 41-

42.

Muhandis Azzuhri, “Metode dan Media Pembelajaran Bahasa Arab Berbasi Internet

di Era Teknologi Informasi”, Instanta, Vol. 14, No. 3, Desember 2010

Mulis, Achmad. “Pengembangan Pembelajaran Maharah Al-Kalam Berbasis Media

Bithaqah Jaybiyah di MTS Negeri Sumber Bungur Pamekasan”, OKARA,

Vol. 2, No. 14, November 2014: 121.

Mulyaningsih, “Peningkatan Perilaku Caring Melalui Kemampuan Berpikir Kritis

Perawat”, Jurnal Management Keperawatan, Vol. 1, No. 2, November 2013:

103. Mun’in, Abdul. Analisis Kontrasif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia,

Tela’ah terhadap Fonetik dan Morfologi. Jakarta: Pustaka Al-Husna, Cet I,

2004.

Murtiani, Ahmad Fauzan, Ratwa Eulan, “Penerapan Pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) Berbasis Lesson Study dalam Meningkatkan

Kualitas Pembelajaran Fisika di SMP Negeri Kota Padang”, Jurnal

Penelitian Pembelajaran Fisika, Vol. 1, Februari 2012: 3.

Muspika Hendri, “Pembelajaran Kterampilan Berbicara Bahasa Arab Melalui

Pendekatan Komunikatif”, Potensia: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 3,

No.2, Desember 2017: 198.

Muzdalifah, Upaya Membelajarkan Siswa Berbahasa Arab dengan Pendekatan

Contextual Teaching Learning (CTL) (Studi Kasus di Madrasah Negeri 8

Cakung Jakarta Timur. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hdayatullah Jakarta, 2009.

Muhammad Idris Usman, “Pengaruh Kreativitas dan Motivasi Belajar Siswa

terhadap Prestasi Belajar Bahasa Arab di MA DDI Al-Badar”, Lentera

Pendidikan, Vol. 19, No. 1, Juni 2016: 76-89.

Page 155: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

140

Mustamin Fattah & H.M. Yamin, “Efektivitas Model Kooperatif untuk

Meningkatkan Kemampuan Membaca Teks Bahasa Arab Mahasiswa

Peskam Stain Samarinda”, Fenomena, Vol. 6, No. 1, 2014: 66.

Muhammad Jafar Shodiq, “Metode Pembelajaran Bahasa Arab Aktif-Inovatif

Berbasis Multiple Intelligences”, Al-Mahara: Jurnal Pendidikan Bahasa

Arab, Vol. 4, No. 1, Juni 2018: 138.

Nandang Sarip Hidayat, “Prolematika Pembelajaran Bahasa Arab”, Jurnal

Pendidikan Islam, Vol. 37, No. 1, 2012: 87.

Nawas, Abu. “Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach Through React

Strategies on Improving the Studens’ Critical Thingking in Writing”,

International Journal of Management and Applied Science, Vol. 7, Issue. 7,

July, 2018: 47.

Naili Vidya Yulistyani Sri Sumarni, “Pengembangan Media Pembelajaran Wayang

Cucok untuk Meningkatkan Kemahiran Kalam”, Al Mahara Jurnal

Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 2, No. 2, Desember 2016: 179.

Nailur Rahmawati, “Pengembangan Alat Permainan Edukatif dalam Pembelajaran

Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta”,

Lisanul Arab: Journal of Arabic Learning dan Teaching, Vol. 7, No. 1, 2018.

Novi Mulyani, “Development of Early Childhood’s Creativity Through Play and

Song at TK Negeri Pembina Kabupaten Purbalingga”, As-Sibyan Jurnal

Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 4, No.1, Juni 2019: 19.

Noza Aflisia & Rensi Yasmar, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Bahasa Arab

Dosen Non Pendidikan Bahasa Arab (PBA)”, Ihya’ al-‘Arabiyyah, Vol. 4,

No. 2, Desember 2018: 161.

Ni’mah, Zetty Azizatun. “Urgensi Penelitian Tindakan Kelas bagi Peningkatakan

Profesionalitas Guru antara Cita dan Fakta”, Realita, Vol. 15, No. 2, 2017:

3.

Nisaul Jamilah, Guntur, dan Amirudin, “Pengembangan Media Pembelajaran Power

Point Ispring Presenter pada Materi Kosakata Bahasa Arab Peserta Didik

kelas V MI Tarbiyatul Athfal Lampung Timur”, al-Mahara Jurnal

Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 5, No. 1, Juni 2019: 143.

Nur Diyah Yuliani, Marijono, Niswatul Imsiyah, “Hubungan antara Pelatihan

Kaligrafi dengan Kreativitas Santri di Pondok Pesantren Manbaul Ulum

Kabupaten Bondowoso”, Learning Comunity: Jurnal Pendidikan Luar

Sekolah, Vol. 1, No. 2, 2017: 35.

Nur, Hastang. “Penerapan Metode Muhadatsah dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Maharah Al-Kalam Peserta Didik”, Lentera Pendidikan, Vol. 20, No. 1,

2017: 177.

Page 156: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

141

Nurhayati Simatupang, “Meningkatkan Aktivitas dan Kreativitas Mahasiswa

Jurusan Pendidikan Jasmani dan Olahraga”, Jurnal Pedagogik Keolahragaan,

Vol. 2, No. 1, Desember 2016: 58.

Nurhaedah, “Contextual Approach (Contextual Teaching and Learning/CTL in

Learning for Teacher”, Publikasi, Vol. 2, No. 2, September 2012: 157.

Nurul Khasanah, “Desain Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Bahasa Arab

Bebasis Pendekatan Potensi/Fitrah”, Al-Mahara Jurnal Pendidikan Bhasa

Arab, Vol. 4, No. 2, Desember 2018: 159.

Nurul Mufidah et al, “ICT for Learning: A Blendeng Learning in Istima’ II”,

lisanuna, Vol. 8, No. 2, 2018: 174.

Olusegun, Bada Steve. “Constructivisme Learning Theory: A Paradigma for

Teaching and Learning”, IOSR Journal of Research & Method in Education,

Vol. 5, Iss. 6 Ver. 1, Desember 2015: 66.

Panjaitan, Dedy Juliandri. “Peningkatan Pemahaman dan Aplikasi Konsep Melalui

Pendekatan Contextual Teaching and Learning”, Jurnal Math Education

Nusantara, Vol. 1, No. 1, 2018: 55.

Pinwanna, Maneerat. “Using the Contextual Teaching and Learning Method in

Mathematics to Enhance Learning Efficiency on Basic Statistics for High

School Students”, The International Conference in Language, Education,

Humanities & Innovation, March, 2015: 58-63.

Pintrich, Paul R. et all,. Beyond Cold Conceptual Change: The Role of Motivational

Beliefs and Classroom Contextual Factors in the Process of Conceptual

Change, Review of Educational Research, Vol. 63, No. 2. (Summer, 1993),

167-199.

Putra, Nusa. Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Indeks, 2012).

Putri, Inge Wiliandani Setya. Saddam Hussesn, Robiatul Adawiyah, “Kemampuan

berpikir Kreatif dalam Menyelesaikan Masalaha Kesebangunana di SMPN

11 Jember”, Jurnal Edukasi, Vol. 4, No. 3, 2017: 59>.

Prayitno, Baskoro Adi. “Penelitian Tindakan Kelas (Kajian Filosofi, Metodologis,

dan Tindak Lanjutnya dalam Pembelajaran”, Seminar Nasional Pendidikan

Sains UKSW 2015: 12.

Prianto, Agus. Subanji, I Made Sulandra, “Berpikir Kreatif dalam Pembelajaran

RME”, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, Vol 1, No.

7, Jul 2016: 1442.

Qurrata A’yuna, “Kontribusi Peran Orangtua dan Guru Mata Pelajaran terhadap

Pengembangan Kreativitas Siswa”, Jurnal Ilmiah Edukasi, Vol. 1, No. 1,

Juni 2015: 11-16.

Page 157: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

142

R. Mekar Ismayani. “Kreativitas dalam Pembelajaran Literasi Teks Sastra”, Jurnal

Ilmua Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia, Vol. 1, No. 1, 2016:

72.

Rahmazatullaili, Cut Morina Zubainur, Said Munzir, “Kemampuan Berpikir Kreatif

dan Pemcahan Masalah Siswa Melalui Model Project Based Learning”,

BETA: Jrunal Tadir Matematika, Vol. 10, No. 2, Nopember, 2017: 168.

Retnanto, Agus. “Aktualisasi Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

pada Pembelajaran Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan di

STAIN Kudus Tahun 2016”, Quality, Vol. 4, No. 1, 2016: 147.

Rohani, “Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini melalui Media Bahan Bekas”,

Rhaudah : Program Studi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, Vol. 5, No. 2,

Desember 2017: 11.

Rohmadi, Syamsul Huda. “Pengembangan Berpikir Kritis (Critical Thingking)

dalam Al-Qur’an: Perspektif Psikologi Pnedidikan”, Jurnal Psikologi Islam,

Vol. 5, No. 1, 2018: 34.

Rudyanto, Hendra Erik. “Model Discovery Learning dengan Pendekatan Saintifik

Bermuatan Karakter untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif”,

Premiere Educadnum, Vol. 4, No. 1, Juni 2014: 43

Rumiyati, Pengaruh Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

terhadap Kemampuan Memahami Warahan Siswa Kelas VII SMPN I

Kotabumi Lampung Utara Semester Ganjil Tahun Pembelajarn 2016/2017.

Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2017.

Rusdi. Implementasi Toeri Kreativitas Graham Wallas dalam Sekolah Kepenulisan

di Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’ari Cabeyan Yogyakarta, Muslim

Heritage, Vol. 2, No. 2, November 2017 – April 2018, 259.

Rusdy Ahmad Thu’aimah, Manahij Tadris al-Lugha al-‘Aarbiyyah bi at-Ta’lim al-

Asasi,, Kairo: Dar al-Fikr al-‘Arabi, 2001.

S. M. Iqbal Jamluddin & I Gusti Putu Asto B., “Pengaruh Pembelajaran CTL

(Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada

Kompetensi Dasar Menerapkan Macam-Macam Gerbang Dasar Rangkaian

Logika di SMK Negeri 7 Surabaya”, Jurnal Pendidikan Elektro, Vol. 4, No.

1, 2015: 75-39.

S. Bayu Wahyono et al, “Etos Belajat Siswa Sekolah Di Daerah Pinggiran”, Jurnal

Penelitian Ilmu Pendidikan, Vol. 8, No. 1, Maret 2016: 9.

Sabil, Husni. Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching & Learning (CTL) Pada

Materi Ruang Dimensi Tiga menggunakan Model Pembelajaran

Berdasarkan Masalah (MPBM) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Page 158: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

143

Matematika FKIP UNJA, Edumatica, Volume 01 Nomor 01, Jambi:

Universitas Jambi, 2011.

Saharuddin & Soehardi, “Pengaruh Kreativitas dan Promosi Jabatan terhadap

Peningkatan Produktivitas”, Jurnal Ilmiah Manajemen Ubhara, Vol. 6, No.

1, April 2019: 4.

Santyasa, I Wayan. “Model-Model Pembelajaran Inovatif”, disajikan dalam

pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP dan SMA

di Nusa Pemida. 29 juni s.d 1 Juli 2007.

Sari, Dyana Wahyu Perwita. “Pengaruh Bermain Plastisin terhadap Kreativitas

Anak Usia 5-6 Tahun ditinjau dari Bermain Secara Individu dan Kelompok”,

Jurnal Psikologi Pnedidikan dan Perkembangan, Vol. 2, No. 3, Desember

2013: 220.

Selvianiresa, D. & Prabawanto, “Contextual Teaching and Learning Approach of

Mathematics in Primary Schools”, International Confrence on Mathematic

and Science Educayion (ICMSCE): Journal of Physics: Conf. Series 895,

2017: 3.

Setiyawan, Eko. Pembelajaran Kitab Kuning dengan Pendekatan Contextual

Teaching and Learning di MTs Manhijul Huda Ngagel-Dukuhseti-Pati,

Semarang: Magister UIN Walisongo, 2010.

Setyabudi, Imam. “Hubungan antara Adverisi dan Inteligensi dengan Kreativitas”,

Jurnal Psikologi, Vol 9, No. 1, Juni 2011: 2.

Soemantri, Gumilar Rusliwa. “Memahami Metode Kualitatif”, Jurnal Makara,

Sosial Humaniora, Vol. 9, No. 2, 2005: 57.

Sihono, Teguh. “Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai Model

Pembelajaran Ekonomi dalam KKB”, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Vol. 1,

No. 1, February 2004, 76-77.

Silaban, Bojingga. “Hubungan antara Penguasaan Konsep Fisika dan Kreativitas

dengan Kemmapuan Memecahkan Masalah pada Materi Pokok Listrik

Statis”, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, Vol. 20, No. 1, 2014: 67.

Situmorang, Dominikus David Biondi. “Hubungan antara Potensi Kretaivitas dan

Motivasi Berprestasi Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling

Angkatan 2010 FKIP Unika Atma Jaya”, Jurnal Bimbingan Konseling

Indonesia, Vol. 1, No.1, Maret 2016: 1.

Siti Maryam, “Pengembangan Kreativitas Berbahasa dalam Menulis Esai”,

Educationist, Vol. 1, No. 2, Juli 2017: 104.

Silfiyah Rohmawati, “Penerapan Hasil Modifikasi Permainan Monopoli Sebagai

Media Pembelejaran Berbicara Bahasa Arab”, Jurnal Al-Mi’yar, Vol. 2, No.

2, Oktober 2019: 167.

Page 159: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

144

Siti Zulaiha, “Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan

Implementasinya dalam Rencana Pembelajaran PAI MI”, Balajea: Jurnal

Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 1, 2016: 50.

Smith, Bettye P. “Instructional Strategies in Family and Consumer Science:

Implementating the Contextual Teaching and Learning Pedagogical

Model”, Journal of Family & Consumer Sciences Education, Vol. 28, No. 1,

2010: 23-28.

Spasic, Minaj. Creativity and Anxiety in Roma and Serbian Adolescents, Original

Scientific Paper, 2015, 77.

Suherman, H. Herman. “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika”,

Educare, Vol. 2, No. 1, Agustus 203: 56.

Suharmon, “Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa pada Mata Pelajaran

Bahasa Arab Melalui Latihan Komunikatif di MTSN Paninjauan Kabupaten

Tanah Datar”, Ta’dib. Vol. 12, No. 1, Juni 2009: 71.

Sujarno, “Bahasa Artifisial sebagai Salah Satu Ragam Wujud dan Kreativitas

Berbahasa”, Jurnal Buana Sastra, Vol. 2, No. 2, Agustus 2019: 188-189.

Sulastri, “Pengembangan Media Pembelajaran Arabic Thematic Vidio pada

Keterampilan Berbicara bagi Siswa Kelas VIII MTs”, Journal of Arabic

Learning and Teaching, Vol. 5, No. 1, 2016: 25.

Sundari, Faulina. “Peran Guru Sebagai Pembelajar dalam Memotivasi Peserta Didik

Usia SD”, Prosiding Diskusi Panel Pendidikan “Menjadi Guru Pembelajar”

Keluarga Alumni Univeristas Indraprasta PGRI, Jakarta, 8 April 2017: 75.

Suprijono, Agus. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar: 2016.

Supardi U.S, “Peran Berpikir Kreatif dalam Proses Pembelajaran Matematika”,

Jurnal Formatif, Vol. 2, No. 3, 255.

Susilonigsih,Wahyu. Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)

dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa PGSD pada Matakuliah

Konsep IPS Dasar, Jurnal Pedagogi, Vol. 5, No. 1, 2016: 57.

Susilowati, Dwi. “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Solusi Alternatif Probelamtika

Pembelajaran”, Edunomika, Vol. 2, No. 1, Februari 2018: 42.

Suskandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti

Pemula, Yogyakarta: Gadjah Mad University Press, 2012.

Sutipyo, “Kreativitas, Pemacu dan Penghambatn dalam Kehidupan Manusia”, Al-

Misbah, Vol. 2, No. 2, Juli 2014.

Syahbana, Ali. “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP

Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning”, Edumactica, Vol.

2, No. 1, April 2012: 45-57.

Page 160: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

145

Syamsuddin Asyrofi, “Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah dan Sekolah: Tela’ah

Kritis dalam Perspektif Metodologis”, Al-Mahara Jurnal Pendidikan Bahasa

Arab, Vol. 13, No. 1, Juni 2017: 29.

Syamsul Hadi, “Pembentukan Kata dan Istilah Baru dalam Bahasa Arab Modern”,

Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan KebahasaAraban, Vol. 4, No.

2, Desember 2017: 154.

Syutaridhi, “Mengontrol Aktivitas Berpikir Kritis Siswa dengna Memunculkan Soal

Berpikir Kritis”, Jurnal Pendidikan Matematika JPM RAFA, Vol. 2, No. 1,

September 2016: 34.

Sri Wahyuni, et al, “Penerapan Metode Kerja Kelompok untuk Meningkatkan Hasil

Belajar IPS Pada Siswa Kelas III di SDN 15 Biau”, Jurnal Kreatif Tadulako

Online, Vol. 5, No. 3, 2017: 21.

Sri Judiani, “Kreativitas dan Kompetensi Guru Sekolah Dasar”, Jurnal Pendidikan

dan Kebudayaan, Vol. 17, No. 1, Januari 2011: 56-69.

Sri Dadi, “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Pemanfaatn Model Kelas

di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 38 Kota Bengkulu”, Jurnal PGSD: Jurnal

Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 9, No. 2, 2016: 225.

Talizaro Tafanao, “Peranan Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Minat

Belajar Mahasiswa”, Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol. 2, No. 2, Juli

2018: 103.

Tobias, Sigmun & Thomas M. Duffy, Constructivist Instruction: Succes or Failure?,

Chapter 10, Richars E. Mayer, “Constructivism as a Theory of Learning

Versus Constructism a Prescription for Instruction”, (New York:

Routledge,2009), 184.

Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, Sri Harmianto, Model-Model Pembelajaran

Inovatif dan Efektif (Bandung: Alfabeta, 2013: 49-50.

U.A. Deta, Suparmi, S. Widha, “Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek

Kreativitas, Serta Keterampilan Proses Sains terhadap Prestasi Belajar

Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesian, Vol. 9, No. 1, 2019: 32.

Ubaidillah, Ibnu. Pembelajaran Kontekstual: Analisis Pembelajaran Bahasa Arab di

Madrasah Aliyah. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2008.

Uluul Khakiim et al, “Pelaksanaan Membuka dan Menutup Pelajaran Oleh Guru

Kelas 1 Sekolah Dasar”, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan

Pengembangan, Vol. 1, No. 9, September 2016: 1730.

Utami, Rini. “Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Langkah

Penyelesaiann Berdasarkan Polya dan Krulik-Rudnick ditinjau dari

Kreativitas Siswa”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 1,

Januari 2013: 96.

Page 161: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

146

Wagino Hamid Hamdani & Maman Abdurrahman, “Fenomena Polisemik Bahasa

Arab dalam Al-Qur’an dan Implikasi Pembelajarannya”, Bahasa & Sastra,

Vol. 14, No. 1, April 2014: 25.

Wahab, Muhbib Abdul. “Pembelajaran Bahasa Arab di Era Posmetode”, Arabiyat:

Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan KebahasaAraban, Vol. 2, No. 1, 2015:

72.

Wahyudi, “Pengaruh Kreativitas Belajar dan Efikasi Diri terhadap Prestasi Afektif

Melalui Motivasi Berprestasi (Studi Kasus pada Madrasah MTs

Pembangunan UIN Jakarta”, Kreatif: Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen

Universitas Pamulang, Vol. 2, No. 2, April 2015: 89.

Winarti, “Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreartif Siswa”, JPFK, Vol. 1, No. 1, Maret 2015: 1-

8.

Yazid Hadi, “Pembelajaran Maharat al-kalam Menurut Rusydi Ahmad Thu’aimah

dan Mahmud Kamil al-Naqah”, Al-Mahara Jurnal Pendidikan bahasa Arab,

Vol. 5, No. 1, Juni 2019: 67.

Yeti Nurizzati, “Ketertolakan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas”, Jurnal

Eduaksos, Vol. 3, No. 1, 2014: 114

Yunita, Selly. Salastri Rohiat & Hermansya Amir, “Analisis Kemampuan Berpikir

Kritis Mata Pelajaran Kimia pada Siswa Kelas XI IPA SMAN 1

Kepahiang”, ALOTROP: Jurnla Pendidikan dan Ilmu Kimia, Vol. 2, No. 1,

2018: 34.

Yesi Buadiarti, “Pengembangan Kemampuan Kreativitas dalam Pembelajaran IPS”,

Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, Vol. 3, No. 1, 2015: 62.

Yuliantoro, Agus. Penelitian Tindakan Kelas dengan Metode Mutakhir untuk

Pengembangan Profesi Guru (Yogyakarta: Andi, 2015), xi.

Yuslam Sungkar dan Partini, “Sense of Humor sebagai Langkah Meningkatkan

Kepercayaan Diri Guru PPL dalam Proses Belajar Mengajara”, Jurnal

Indigenous, Vol. 13, No. 1, Mei 2015: 100.

Zein, Muh. “Peran Guru dalam Pengembangan Pembelajaran”, Jurnal Edukasi, Vol.

V, No. 2, Juli-Desember 2016: 274-285.

Zahratun Fajriah, “Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Arab (Mufradat)

Melalui Penggunaan Media Karti Kata Bergambar: Penelitian Tindakan

pada Siswa Kelas I MI Nurul Hakim Kediri Lombok Barat Tahun 2015”,

Jurnal Pendidikan Usia Dini, Vol. 9, No. 1, April 2015: 111.

Zetty Azizatun Ni’mah, “Urgensi Penelitian Tindakan Kelas bagi Peningkatakan

Profesionalitas Guru antara Cita dan Fakta”, Realita, Vol. 15, No. 2, Tahun

2017, 12.

Page 162: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

147

Zuhratuddin, “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran

Matematika Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Metode Pembelajaran

Kooperatif Model Inkuiri di Kelas VII/A SMP Negeri 1 Darul Kamal Aceh

Besar Semester I Tahun 2010/2011”, Jurnal Serambi PTK, Vol. 1, No. 1,

Juni 2014: 14.

Zulaiha, Siti. “Pendekatan Contextual Teaching and Leaning (CTL) dan

Implmentasinya dalam Rencana Pembelajaran PAI MI”, Jurnal Pendidikan

Islam, Vol. 1, No. 1, 2-16: 51.

BUKU

Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

Rineka Cipta, 2010.

Adami, Pembelajaran Bahasa Arab Pasca Penerapan Syari’at Islam Nanggroe Aceh

Darussalam. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2009.

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan

Penelitian Kualitatif Berbagai Disiplin Ilmu, Jakart: PT. Raja Grafindo

Persada, 2016.

Ainin, M. Metodologi Penelitian Bahasa Arab, Malang: Hilal Pustaka, 2007.

Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu Qur’an, terjemah Mudzakir AS, Bogor:

Pustaka Litera Antar Nusa, 2015.

Amabile, Teresa M. Growing up Creative (New York: Pinguin, 1998).

Amir, Mohammad Faizal. “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap

Kemampuan Pemcahan Masalah Matematika siswa Sekolah Dasar”,

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan: Tema “Peningkatan Kualitas

Peserta Didik melalui Implementasi Pembelajaran Abad 21” Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 24

Oktober 2015: 37.

Ananda, Rusydi et al. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Citapustaka Media,

2015.

Astuti, Indah Kusuma. judul “Model Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) pada Pembelajaran IPA (Studi Multisitus di MI Negeri

Druju Sumbermanjing Wetan dan SD Alam Generasi Rabbani di

Gondanglegi Kabupaten Malang). Malang: Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim, 2015.

Atmawijaya, Tito Dimas. Pengaruh Penerapan Metode Contextual Teaching and

Learning dalam Pengajaran Kosakata Bahasa Inggris siswa kelas 11 di SMA

Negeri 33 Jakarta, A Journal of Language, Literature, Culture and

Page 163: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

148

Education, Polygot, Vol. 14, No 2, 2018: 180. (Tangerang, Banten:

Universitas Pamulang, 2018).

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Arikunto, Suharsimi. Suhardjono. Supardi. Penelitian Tindakan Kelas Edisi Revisi,

Jakarta: Bumi Aksara: 2017.

Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Berners, Robert G. & Patricla M. Erickson, “Contextual Teaching and Learning:

Preparing Student For the New Economy”, The Highlight Zone: Research

Work, 2001: 1. Diakses di www.nccte.com, 4 April 2019.

Boeree, C. George. Metode Pembelajaran & Pengajaran: Krtik dan Sugesti Terhadap

Dunia Pendidikan, Pembelajaran, dan Pengajaran, terjemah Abdul Qadir

Shaleh. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.

Bishop, Wendy & David Starkey, Creativity, (University Press of Colorado: Utah

State University Press, 2006), 71.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2001.

Craford, Michael L. Teaching Contextually: Research, Rationale, and Techniques

for Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics and

Science, Texas, CCI Publishing, Inc. 2001.

Creswell, John W. Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating

Quantitative and Qualitative Research, Fourth Edition. USA: Pearson,

2012.

Davis, Barbara Gross. Perangkat Pembelajaran: Taknik Mempersiapkan dan

Melaksanakn Perkuliahan yang Efektif Edisi kedua, Terjemahan Elok

Dianike (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2013).

Effendy, Ahmad Fuad. Pendekatan, Metode, Teknik, Metodologi Pengajaran Bahasa

Arab, Malang: Misykat Malang, 2005.

Effendi, Ahmad Fuad. Metodologi Pendidikan Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2017.

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2008.

Frien, Marilyn & William D. Bursuck, Menuju Pendidikan Inklusi: Panduan Praktis

untuk Mengajar Edisi ketujuh, Terjemahan Annisa Nuriowandari,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Gallagher, James. Samuel Kirk, Mary Ruth Coleman. Educating Exceptional

Childern. Stanford USA: Chengage Learning, 2014.

Ghony, Djunaidi. Penelitian Tindakan Kelas, Malang: UIN-Malang Press, 2008.

Gillespie, Kirsy. Creativity and Preservation. ANU: ANU Press, 2010.

Page 164: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

149

Gredler, Margaret E. Bell Learning and Instruction: Theory into Practice, Terjemah

Munandir, Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1994.

Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:

Bumi Aksara, 2005.

Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz XVI. Jakarta: Pustaka Panjimas, Cet Oktober, 1999.

Hamid, H. M Abdul et al. Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode, Strategi,

Materi, dan Media, Malang: UIN Malang Press, 2008.

Hamzaj. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif

dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Hendra, Faisal et al. Kemampuan Berbahasa Arab Siswa Madrasah Aliya, Jakarta:

Gaung Persada Press, 2007.

Hopkins, David. A Teacher’s Guide to Classrom Research, Piladhelpia: Open

University Press, 1993.

Hermawan, Asep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2014.

Hidayatullah, Syarif & Abdullah, Pengantar Linguistik Arab Klasik-Modern,

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial-Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 2009.

Intan, Mustafa Muhammad Nuri dan Hafsah. al-‘Arabiyah al-Muyassarah. Ciputat:

Pustaka Arif, Cet I, 2008.

Iskandarwassid & Dadang Suhendra, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011.

Johnson, Elaine B. Contextual Teaching Learning; Menjadikan Kegiatan Belajar

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, terjemah Ibnu Setiawan. Bandung:

Mizan Media Utama, 2011.

Khadijah, Nyayu. Psikologi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014.

Kurniawan, Heru. Pembelajaran Kreatif: Belajar Bahasa Indonesia Kurikulum 2013.

Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

Kurniasih, Try Indiastuti. Pengembangan Model Pembelajaran Contextual

Teaching Learning (CTL) Menggunakan Media Pembelajaran Movie Maker

untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Geografi Siswa kelas XI SMA Negeri

10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016. Bandar Lampung:

Universitas Lampung, 2016.

Kusuma, Wijaya & Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:

Indeks, 2012.

M. Gagne Robery. Essential of Learning For Istruction. Illiones: The Drayden Press,

1974.

Page 165: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

150

Matsna, Moh. & Raswan. et al, Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode,

Strategi, Materi, dan Media, Malang: UIN Malang Press, 2008.

Makmun, Abin Syamsyuddin. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem

Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran: Mengambangkan Standar Kompetensi

Guru, Bandung: Remaja Rodakarya, 2011.

Merriam, B. Shara. Qualitative Research: A Guide to Design and Implementatiton,

(San Fransisco, Jossey-Bass A Wiley Imprint, 2009.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda, 1991.

Mualimin & Rahmat Arofah Hari Cahyadi, Penelitian Tindakan Kelas Teori dan

Praktik, Yogyakarta: Ganding Pustaka, 2014.

Muhadjir, Neong. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,

2000.

Mu’in, Abdul. Analisis Kontastif Bahasa Arab & Bahasa Indonesia: Tela’ah

terhadap Fonetik dan Morfologi, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2004.

Mulyasa, H.E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja

Posdakarya, 2008.

Mulyana, Dedi. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2013.

Mustafa, Syaiful. Startegi Pembelajaran Basaha Arab Inovatif, Malang: UIN Maliki

Press.

Muslich, Masnur. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas itu Mudah, Jakarta:

Bumi Aksara, 2016.

Mustaghfirin, “Implementasi Contextual Teachingn and Learning (CTL) dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Al-

Azhar Syifa Budi Solomanahan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta”,

(Tesis Program Pascasarjana Magister Pendidikan Islam: Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2013).

Mu’in, Abdullah. Analisis Kontrasif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, Jakarta: Al-

Husna Bary, 2004.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendiidkan Agama Islam di Sekolah,

Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta, RajaGarfindo Persada, 2005.

Miaz, Yalvema. Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru dan Dosen, Padang: UNP

Press, 2017.

Minelli, Liza. Pengaruh Strategi Konstekstual Learning (CTL) dan Motivasi

Belajara terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Matera Al-Qur’an

SMA Swasta Al-Ulum Medan, (Medan: Pascasarjana UIN Sumatera Utara

Medan, 2016).

Page 166: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

151

Myers, Mcihael D. , Qualitative Research in Business & Management, Terjemah

M.S Idrus & Priyono, Penelitian Kualitatif di Manajemen dan Bisnis,

Sidoarjo, Zifatama Publisher, 2014.

Nugrahani, Farida. Metode Penelitian Kualitatif: Dalam Penelitian Pendidikan

Bahasa, Surakarta: 2014.

Nuri, Mustafa Muhammad & Hafsah Intan, al-‘Arabiyah al-Muyassarah, Ciputat:

Pustaka Arif, Cet I, 2008.

Nurihsan, Achmad Junrika. Membangun Peradaban melalui Pendidikan dan

Bimbingan, Bandung: Refika Aditama, 2016.

Raco, J.R. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya,

Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010.

Rachmawati, Tutik & Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang

Mendidik, Yogyakarta: Gava Media, 2015.

Rerey, Heni Voni et al. Metode Penelitian Kualitatif Saja, Jayapura, Nulisbuku.com,

2016.

Rena, Syahidah. Mengatasi Stres Melalui Spiritualitas dan Regulasi Diri Belajar

(Studi pada Mahasiswa Kedokteran di DKI Jakarta, Jawa Barat: Nusa Litera

Inspirasi, 2018.

Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group, 2009.

Rosyidi, Abd. Whab & Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran

Bahasa Arab, Malang: UIN Maliki Press, 2011.

Rusman. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012.

Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problame Based Learning untuk

Meningkatkan Profesionalitas Guru, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014.

Sagala, Syaiful. Etika & Moralitas Pendidikan: Peluang dan Tantangan. Jakarta:

Prenadamedia Group, 2013.

Samho, Bartolomeus.Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Yogyakarta: Kanisius,

2013.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan,

Jakarta: Prenadamedia Group, 2016.

Schmitt, Norbert. Language Teaching Reasearch. UK: SAGE, 2008.

Schmitt, Norbert. Language Teaching Reasearch: Instructed Second Language

Vocabulary Learning. UK: Universityy of Nottingham, 2008.

Sears, Susan Jones. Introduction Contextual Teaching and Learning, Bloomington,

Indiana: Phi Delta Kappa Educational Foundation, 2003.

Sears, Susan Jones & Susan B. Hers, Contextual Teaching and Learning: Preparing

Teacher to Enhance Student Succes in the Workplace and Beyond School

Information Series No. 376, Washington DC: Eric Publication, 1900.

Page 167: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

152

Shaleh, Abdul Rahman. Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa,

Jakarta: Rajawali Pers, 2005.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

Ciputat: Lentera Hati, 2009.

Shihab, M. Quraish.Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan

Umat, Bandung: Penerbit Mizan, 1998.

Senjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Skipper, Charles E. & Jack A. Develis. Developing Creative Abilites in Adolescence,

November 1969.

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta,

2010.

Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2011.

Starauss, Anselm & Juliet Corbin, Basics of Qualitative Research: Grounded Theory

Procedure and Techniques, Terjemah Muhammad Shodiq & Imam

Muttaqien, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Tatalangkah dan Teknik-

Teknik Teoritisasi Data, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 201.5

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2008.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta,

2013.

Sudirman. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1987.

Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsitom Edisi ke 5, 1992.

Sudjana, Nana. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung:

Sinar Baru, Algesindo, 2008.

Suhana, Cucu. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama, 2014.

Sudjana, Nana, & Ahmad Rivai’i, Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2013.

Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan

Pengembangannya (Jakartta: Bumi Aksara, 2013), 2.

Sukmadinata, Nana Syaodih & Erliana Syaodih. Kurikulum & Pembelajaran

Kompetensi. Bandung: Refika Aditama, 2012.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2009.

Susanto, Ahmad. Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group,

2013.

Suyitno, Metode Penelitian Kualiatif: Konsep, Prinsip dan Operasionalnya,

Tulungagung, Akademia Pustaka, 2018.

Page 168: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

153

Tim Penyusunan Pedoman Penulisan. Pedoman Penulisan: Bahasa Indonesia,

Transliterasi,dan Pembuatan Notes Dalam Karya Ilmiah. Jakarta:Sekolah

Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

2014.

Triyono, “Penelitian Tindakan Kelas: Apa dan Bagaimana Melaksanakannya?”,

Seminar Guru-Guru se UPTD Sumpiuh, Banyumas, 24 Agustus 2008, 1.

Usman, Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Ciputat: Ciputat

Press, 2002.

Wahab, Muhbib Abdul. Epistimologi & Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab.

Jakarta: LP.UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan

Kinerja Guru dan Dosen, Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2006.

GLOSARIUM

Page 169: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

154

A

Afektif Mempunyai gaya atau makna yang menunjukkan

perasaan (tentang gaya bahasa atau makna).

Aktif giar (bekerja, berusaha).

Autthentic Assesment Penilaian yang dilakukan secara komprehensif

berkenaan dengan seluruh aktivitas pembelajaran,

meliputi proses dan produk belajar sehingga seluruh

usaha siswa yang telah dilakukan mendapatkan

penghargaan

B

Berpikir kritis Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang

terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan

mental seperti memecahkan masalah, mengambil

keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan

melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah

kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang

terorganisasi.

Behaviorisme Teori perkembangan perilaku yang dapat diukur,

diamati dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap

rangsangan.

Bekerjasama Mengerjakan tugas bersama-sama dengan membuat

kelompok-kelompok kecil dan otonom.

C

Critical Thingking Mengacu pada sejauh mana laporan siswa

menerapkan pengetahuan sebelumnya pada situasi

baru untuk menyelesaikan masalah, mengambil

keputusan atau membuat evaluasi kritis.

CTL Contextual Teaching and Learning adalah

serangkaian proses pembelajaran yang dilalui siswa

guna membantu siswa menghasilkan suatu karya,

siswa juga mampu mengaplikasikan berbagai

pengetahuan dengan menghubungkan dan

mengaplikasikan semua pengalaman ke dalam

kehidupannya sehari-hari. sehingga siswa terus

berpikir aktif dan kritis dalam menghadapi berbagai

persoalan.

CTE Career and Technical Education adalah serangkaian

kursus yang mengintegrasikan pengetahuan

akademis inti dengan pengetahuan teknis, yang bisa

disebut dengan sekolah kejuruan.

E

Page 170: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

155

Ekstrinsik Berasal dari luar (tentang nilai mata uang, sifat

manusia, atau nilai suatu peristiwa); bukan

merupakan bagian yang tidaj terpisahkan dari

sesuatu; tidak termasuk intinya.

Elaboration Strategi elaborasi termasuk, merangkum, membuat

analogi, membuat catatan secara generatif.

Emosi Luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam

waktu singkat; keadaan dan reaksi psikologis dan

fisiologi (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan,

kecintaan); keberanian yang bersifat subjektif.

F

Fleksibel Luwes; mudah dan cepat menyesuaikan diri.

G

Gender Suatu konsep kultural, berupaya membuat

perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku

mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-

laki dan perempuan yang berkembang dalam

masyarakat.

H

Harapan Sesuatu yang diharapkan; keinginan supaya

menjadi kenyataan.

Holistik Sebuah cara pandang terhadap sesuatu yang

dilakukan dengan konsep pengakuan bahwa hal

keseluruhan adalah sebuah kesatuan yang lebih

penting daripada bagian-bagian yang

membentuknya.

Hiwar Percakapan yang dilakukan secara silih berganti

antara dua aspek atau lebih mengenai suatu topik

dan sengaja diarahkan pada satu tujuan yang

dikehendaki oleh seorang pendidik.

I

Ice Breaking Sebuah kegiatan belajar dinamis, penuh semangat

yang berfungsi untuk memecah kebekuan dan

membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga

terciptanya suatu kondisi belajar yang

menyenangkan bagi siswa.

Implementasi pelaksanaan; penerapan; pengembangan versi kerja

sistem dari desain yang diberikan.

Intrinsik Terkandung di dalamnya (tentang harkat seseorang,

atau suatu peristiwa; harkat seseorang, harkat yang

dimiliki oleh seseorang seperti kehormatan atau

keberanian.

Page 171: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

156

Intstrumen Alat yang memenuhi persyaratan akademik,

sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur untuk

mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan

data mengenai suatu variabel.

Integrasi Pembaruan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau

bulat; penggabungan aktivitas, program, atau

komponen perangkat keras yang berada di dalam

satu unit fungsional.

Inquiry (menemukan) Proses pembelajaran yang didasarkan pada proses

pencarian penemuan melalui proses berpikir secara

sistematis, yaitu proses pemindahan dari

pengamatan menjadi pemahaman sehingga siswa

belajar mengunakan keteramplian berpikir kritis.

J

Jumlah Ismiyah Disebut dengan kalimat nominal yang

menunjukkan arti tetap dan terus menerus.

Jumlah Fi’liyah Disebut dengan kalimat verbal menunjukkan arti

timbulnya sesuatu dan temporal.

K

Kreativitas Kemampuan seseorang untuk melihat atau

memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak

lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak

berhubungan dan mencetuskan solusi ataupun

gagasan baru yang dicerminkan dari kelancaran,

keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir.

Kognitif Kemampuan untuk mengembangkan kemampuan

rasional (akal).

Kolaborasi Perbuatan kerjasama untuk membuat sesuatu.

Konstruktivisme Filosopi pembelajaran yang menyarankan siswa

untuk membangun pemahaman mereka sendiri

tentang ide baru. Konstruktivisme memandang

sangat kecil kemungkinan adanya transfer

pengetahuan dari seseorang ke orang lain. Setiap

orang membangun pengetahuannya sendiri.

Kuesioner Suatu teknik pengumpulan informasi yang

memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap,

keyakinan, perilaku dan karakteristik beberapa

orang utama di dalam organisasi yang bisa

terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh

sistem yang sudah ada.

L

Learning Community Masyarakat belajar merupakan konsep

pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan

oang lain.

Page 172: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

157

LAD Language Acquisition Device adalah suatu alat

pemerolehan bahasa dan data-data lain yang

bekaitan, dengan melalui pancaindra sebagai

masukan dan membentuk rumus-rumus linguistik.

Otak manusia dipersiapkan secara genetik untuk

berbahasa . untuk itu otak manusia telah dilengkapi

dengan struktur bahasa universal.

M

Maharah Kemahiran, kecakapan, keterampilan.

Maharat al-kalam Kemampuan seseorang untuk mengekspresikan

yang dipikirkan kepada orang lain secara lisan

dalam konteks bahasa Arab.

Motivasi Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara

sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu

tindakan dengan tujuan tertentu; usaha yang dapat

menyebabkan seseorang atau kelompok orang

tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin

mencapai tujuan yang dikehendakinya atau

mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Memori Kesadaran akan pengalaman masa lampau yang

hidup kembali; ingatan; catatan yang berisi

penjelasan; peringatan; keterangan.

Modelling (Pemodelan) memberikan contoh bagaimana mengerjakan

sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugasnya. Guru

memberikan contoh bagaimana cara

mengoperasikan alat atau bagaimana cara

melafalkan sebuah kalimat asing.

Mufradat Kumpulan kata-kata yang dapat dimengerti oleh

seseorang, dan kata-kata tersebut dapat digunakan

seseorang dalam bidang tertentu dan bisa disiapkan

untuk tujuan tertentu. Mufrdat dalam bahasa Arab

diartikan sebagai kosa kata dalam konteks bahasa

Arab.

Minat Kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu;

gairah; keinginan.

O

Observing (pengamatan) Melakukan pengamatan untuk mengumpulkan data

dengan mengamati perilaku, peristiwa atau

mencatat karakteristik fisik dalam pengaturan

ilmiah.

Organization Pengorganisasian seperti mengelompokkan,

menguraikan, memilih ide utama dalam membaca

bagian-bagian.

Page 173: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

158

P

Psikologis Psikis; keadaan jiwa atau metal.

Prestasi Hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan,

dikerjakan dan sebagainya).

Planning (perencanaan) Melakukan serangkaian persiapan

penelitian, membuat kesepatakan

mengenai apa yang akan diungkap

dalam penelitian.

Punishment (hukuman) Sebuah cara untuk mengarahkan suatu tingkah laku

agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara

umum.

PTK Penelitian tindakan kelas, merupakan tindakan

kelas yang berurusan langsung dengan praktik

dalam situasi alami.

Q

Questioning (Bertanya) Kemampuan atau kebiasaan seseorang untuk

bertanya mengenai suatu hal yang tidak dimengerti.

R

Reflecting (refleksi) Pemantulan; tahapan mengevaluasi atas tindakan

dan hasilnya dikaitkan dengan tujuan yang ingin

dicapai.

Reliability Kehandalan dan keajegan suatu alat ukur.

Rendom Tidak teratur; acak.

Reward (Penghargaan) sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi

tertentu yang diberikan, baik oleh dan dari

perorangan ataupun lembaga yang biasanya

diberikan dalam bentuk material atau ucapan.

S

Self-Regulated Learning Pengaturan diri dalam belajar yang dilakukan oleh

individu untuk memantau, mengarahkan, mengatur

tindakakan, mengatur tujuan untuk memperoleh

informasi, memperluas keahlian dan perbaikan diri.

Strategi rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk

mencapai suatu sasaran yang khusus.

Student Center Prose pembelajaran yang berpusat pada siswa

sehungga siswa memperoleh kesempatan dan

fasilitas untuk dapat membangun sendiri

pengetahuannya.

U

Upaya Usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud,

memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan

sebagainya), daya upaya.

Page 174: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

159

Utilitas Faedah, kegunaan, manfaat.

V

Validitas Kevalidan suatu item dalam mengukur.

Page 175: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

160

INDEKS

A

Abd Aziz · 111

Abdul Chaqil Harimi · 53

Abdul Gafur · 41

Abdul Majid · 82

Abdul Mun’in, · 3

Abdul Rahman Shaleh, · 49

Abdul Wahab Rasyidi · 44

Abdullah Mu’in · 52

Achmad Junrika Nurihsan · 116

Achmad Muhlis · 53

Achmad Mulis · 52

Achmad Syarifusdin · 115

Acting · 59, 61, 73, 82, 128

Agung Setiawan · 113

Agus Yuliantoro · 57, 80

Ahmad Fauzan · 40, 104

Ahmad Fuad Effendi · 6, 114

Ahmad Nurcholis · 110, 118

Ahmad Susanto · 1

Ahmad Susasnto · 120

Ali Syahbana · 49

Al-Qur’an · 90

Al-Qur’an · 2, 3, 4, 24, 25, 62, 66, 71,

72, 77, 79, 82, 90, 112, 130

Amatullah Faaizalu Maghfirah · 27

Amirudin · 117

Annisa Fadillah · 38

apersepsi · 75, 76, 83, 86, 125

Ari Khairurrijal Fahmi · 69

Asani · 104

Asep Muhammad Saepul Islam · 19,

54, 122

Asmadawati · 115

Asto · 37

Azkia Muharom Albantani · 119

B

Bagus Andrian Permata · 111

bahasa Arab · 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12,

13, 14, 15, 16, 17, 19, 21, 22, 23,

26, 27, 28, 29, 31, 32, 52, 53, 56,

67, 70, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78,

80, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 92,

93, 94, 95, 98, 100, 101, 102, 103,

105, 106, 107, 108, 109, 110, 111,

112, 113, 114, 115, 116, 117, 118,

119, 120, 121, 122, 123, 124, 125,

126, 128, 129, 130, 131

Barbara Gross Davis · 107, 123

Bartolomeus Samho · 116

Batmang · 116

belajar · 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12,

13, 24, 25, 26, 27, 30, 34, 35, 36,

37, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 45, 46,

47, 50, 52, 56, 58, 59, 61, 62, 64,

65, 66, 67, 70, 72, 74, 75, 76, 77,

79, 80, 81, 83, 84, 85, 88, 94, 95,

101, 102, 104, 105, 106, 107, 109,

110, 111, 113, 115, 121, 122, 123,

125, 126, 127, 128

Berns dan Erickson · 34

berpikir kreatif · 11, 36, 43, 50, 51,

109, 129

Berpikir kritis · 23, 41, 49, 108, 109,

123

Bincy Mathew · 9

Bojingga Silaban, · 51

Bruce Joyce · 104

Page 176: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

161

C

C. George Boeree, · 3

Chomsky · 111, 112

Chrisant Florence Lotulung · 36

classroom action research · 69

contextual teaching and learning · 5,

11, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,

22, 23, 24, 25, 26, 27, 30, 31, 32,

81, 84, 93, 94, 98, 103, 105, 106,

107, 108, 109, 110, 116, 123, 127,

129, 130

Contextual Teaching and Learning ·

10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 20,

21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 33, 34,

36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45,

46, 47, 49, 53, 54, 60, 67, 70, 71,

75, 80, 86, 88, 89, 90, 100, 102,

104, 106, 107, 109, 110, 128

Cooperative Integrated Reading and

Composition · 17, 18, 19

CTL · 5, 10, 13, 15, 17, 18, 21, 22,

23, 24, 25, 26, 27, 29, 32, 33, 34,

35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44,

45, 46, 47, 48, 55, 56, 57, 61, 90,

100, 104, 107, 110

D

David Hopkins · 58

Dean Simonton · 10

Dedy Juliandri Panjaitan · 43, 109

Devi Masruroh · 102

E

Eko Setiyawan · 20

Elaine B. Johnson · 11, 40, 41, 42, 43,

44, 106, 117

Emzir · 31

Endang Fadli · 58

Endang Koswara · 100

Erfan Gazali · 101, 104

Ernes ER. Hilgard · 1

F

Fachruddin · 17

Fadhilah · 38, 44

Faisal Hendra · 4, 111, 114

Faiz Maddha Aufa · 112

Farida · 31, 32, 38

Fatma Dewi · 38

Firdaus · 38, 49

Firia Lestari · 48

Fitriliza · 69

G

Gallagher · 8

Gegne · 2

Guntur · 117

H

Halimatus Sa’diyah · 99, 105

Hapsah · 49

Hasan Sefuloh · 101, 104

Hasanudin · 113

Hasbi Wahy · 116

Hepy Hapsari Kisti · 48

Hiwar · 52, 73

Husni Sabil · 26, 27

I

Ibnu Ubaidillah · 13, 14

Imam Asrofi · 100

Page 177: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

162

Imam Setyabudi · 48

Indah Kusuma Astuti · 25, 26

Inge · 109

Inquiry · 45

Iskandarwassid · 52

Islam · 3, 4, 6, 15, 16, 18, 19, 20, 21,

24, 25, 26, 46, 52, 54, 61, 62, 63,

69, 71, 73, 78, 90, 99, 100, 102,

104, 107, 116, 118, 119, 120, 121,

122, 128, 130

J

Jamaluddin · 37

Jeni Sri Gantini · 100

John Dewey · 34

K

Kemampuan Kalam · 12

kognitif · 25, 39, 44, 47, 76, 96, 105,

106

kolaboratif · 69, 71, 104

konstruktivisme · 12, 34, 44, 104

Konstruktivisme · 44, 80, 104

kontekstual · 10, 11, 13, 14, 16, 24,

25, 36, 37, 39, 40, 43, 54, 56, 101,

102, 104, 106, 109, 115

kreativitas · 2, 8, 9, 10, 11, 12, 13,

14, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28,

30, 31, 32, 33, 48, 49, 50, 51, 60,

70, 88, 90, 91, 93, 94, 95, 96, 109,

112, 117, 126, 127, 128, 129, 131

Kreativitas · 8, 9, 10, 11, 14, 15, 27,

48, 49, 50, 51, 55, 88, 90, 91, 92,

93, 94, 95, 96, 113, 115, 117, 127

L

Liza Minelli · 24, 25

M

Maharah · 6, 52, 53, 97, 115

maharat al-kalam · 5, 6, 11, 13, 16,

19, 21, 25, 70, 88, 90, 98, 99, 100,

109, 123, 125, 126, 128, 129, 131

Maharat al-kalam · 5, 13, 97

Mainizar · 53, 114

Majidatun Ahmala · 106

manajemen madrasah · 120, 128

Maneerat Pinwanna · 38

Mardianto · 17

Margaret E. Bell Gredler, · 1

Marni · 111

Marsha Weil · 104

Masnur Muslich · 69, 79

Maspalah · 115

Masyarakat Belajar · 46

Meilan Arsanti · 110

Michael D. Myers · 30, 31

Miles & Huberman · 31

Minat · 27, 78, 80, 100, 106, 115, 121

Mochamad Syaifudin · 118

Modelling · 46

Moh. Tamimi · 123

Mohammad Faizal Amir · 47

Motivasi · 17, 24, 25, 39, 49, 54, 76,

83, 95, 108, 121

Muhaimin · 118

Muhamad Afandi, · 58

Muhammad Jafar Shodiq · 112

Muhandis Azzuhri · 117

Muhbib Abdul Wahab · 3, 4, 22, 23,

54, 55, 119

Munandar · 48, 95

Page 178: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

163

Murti Bandung · 38

Murtiani · 40, 104

Muspika Hendri · 52, 116

Mustafa Muhammad Nuri · 3

Mustaghfirin, · 46

Mustamin Fattah · 113

Muzdalifah · 15

N

Nana Syaodih · 9, 28

Nisaul Jamilah · 117

Novisita Ratu · 48

Nurdalilah · 102

Nurul Khasanah · 110

Nurul Mufidah · 111

O

Observing · 59, 61, 78, 87, 128

Oemar Hamalik · 1, 8, 127

autentik · 36, 38, 39, 47

P

penelitian tindakan kelas · 14, 15, 16,

19, 21, 23, 25, 26, 57, 58, 59, 60,

67, 68, 69, 70, 83, 87

Penilaian autentik · 43, 110

Planning · 59, 71, 81, 128

Pritta Yunitasari · 108

PTK · 14, 15, 33, 45, 57, 58, 59, 60,

61, 68, 69, 70, 71, 81, 89

Putri Dwi Aliyati · 50

R

Rahmawati · 115, 117

Ratwa Eulan · 40, 104

Refleksi · 47, 59, 71, 79, 80, 81, 87

Rifqi Muntaqo · 102

Rini Utami · 49

Rumiyati · 17, 18

Rusdy Ahmad Thu’aimah · 98, 119

Rusmono · 44, 67, 86

S

Sampiril Taurus Tamaji · 16, 17

self-confidence · 99, 105

Siti Zulaiha · 102, 107

Siwi Febriani · 48

Sri Dadi · 100

Suaeba · 21

Suharsimi Arikunto · 30, 59, 68, 81,

89, 92, 103

Sulastri · 117

Suparno · 44

Supriyati · 127

Susan B. Hers · 38

Susan Jones Sears · 37, 38

Susriyati Mahanal · 51, 96

Suwadi · 71

Suyitno · 30

Syahruddin · 17

Syaiful Sagala · 3

Syamsul Hadi · 112

Syutaridhi · 109

T

Talizaro Tafanao · 106

Tito Dimas Atmawijaya · 21, 22

Tony Setiabudhi · 102

Try Indiastuti Kurniasih · 23, 24

Tutik Rachmawati · 105

Page 179: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

164

U

Umi Machmudah · 4, 44

W

William Dharma · 9

Wina Sanjaya · 44, 47, 48, 70

Y

Y. Bustanmi · 38

Yalvema Miaz · 69

Page 180: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

166

Notulasi Ujian Proposal Tesis

Senin, 18 Maret 2019

Nama : Leo Satria

NIM : 21171200000039

Judul Tesis : Impelentasi Contextual Teaching and Learning dalam

Meningkatkan Kreativitas dan Kemampuan Kalam Bahasa Arab

pada Siswa Kelas XI MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Penguji : Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor

Dr. JM Muslimin, MA

Dr. Yuli Yasin, MA

Pertanyaan dan saran

Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor

1. Mana abstrak : kunci untuk memenuhi karya ilmiah.

2. Typo measih bertebaran.

3. Cek plagiat masih tinggi, mohon dikoreksi kembali.

Dr. JM Muslimin, MA

1. Tolong tambah lagi referensinya.

2. Perhatikan cara penulisan pedoman Pascasarjana UIN.

Dr. Yuli Yasin, MA

1. Yang hendak diteliti apa sesungguhnya ?

2. Sama tidak implementasi dengan penerapan ?

3. Outlinenya tidak ada, tolong untuk dilengkapi.

4. Tolong perhatikan cara pembuatan abstrak.

Page 181: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

167

Notulasi Ujian Work In Progres I Tesis

Jum’at, 9 Agustus 2019

Nama : Leo Satria

NIM : 21171200000039

Judul Tesis : Impelentasi Contextual Teaching and Learning dalam

Meningkatkan Kreativitas dan Kemampuan Kalam Bahasa Arab

pada Siswa Kelas XI MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Penguji : Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor

Dr. JM Muslimin, MA

Dr. Usep Abdul Matin, MA

Pertanyaan dan saran

Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor

1. Teliti lagi penggunaan istilah ataupun kalimat asing.

2. Sendirikan artikel jurnal di daftar pustaka supaya jelas updatenya.

3. Tulis paragraf penjelasan pada awal bab II, dijelaskan apa yang ingin

dibahasa pada bab tersebut.

4. Lengkapi bab II dengan diagram atau tabel, dkk untuk memfasilitasi

diskursus pemahaman.

Dr. JM Muslimin, MA

1. Perhatikan kode etik penelitian.

2. Silahkan buat pengukuran untuk penelitian selanjutnya.

3. Dirubah judul jangan ditulis Bab II Pembahasan, tetapi buat judul apa yang

ingin dibahas.

4. Masih sebatas definisi teori saja.

5. Perhatikan cara penulisan footnote yang berulang di satu halaman.

6. Diramu menjadi satu kerangka.

Dr. Usep Abdul Matin, MA

1. Literatur review harus memuan dari 15 artikel baik nasioanal maupun

internasional.

2. Wajib ada dokumen-dokumen tentang implementasi contextual teaching

and learning dari MP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Harus ada questionare.

4. Di latarbelakang sebutkan temuan temuan terdahulu.

5. Harus ada tenggapan siswa MP mengenai kondisi belajar di lungkungan

Madrasah Pembangunan UIN.

Page 182: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

168

Notulasi Ujian Work In Progres II Tesis

Selasa, 17 Maret 2020

Nama : Leo Satria

NIM : 21171200000039

Judul Tesis : Impelentasi Contextual Teaching and Learning dalam

Meningkatkan Kreativitas dan Kemampuan Kalam Bahasa Arab

pada Siswa Kelas XI MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Penguji : Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA

Arif Zamhari, M.Ag, Ph. D

Pertanyaan dan saran

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

1. Penelitian ini penelitian menggunakan metode kualitatif atau metode

kuantitatif ?. Judulnya lebih mengarah pada metode positivisme, Aliran

penelitiannya menggunakan metode kualitatif menggunakan pendekatan

PTK, kemudian kesimpulannya juga berbasis positivisme, karena kata-kata

“efektif” itu lebih kepada hasil angka-angka.

2. Pilih metode apa yang digunakan, jika memilih metode kualitatif maka judul

redaksinya, arahnya dan kesimpulannya di rubah.

3. Penelitian terdahulu dalam bidang bahasa Arab.

Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA

1. Bab I dan Bab II terlalu panjang, diminta untuk memadatkan lagi, utamanya

pada bab I di bagian penelitian terdahulu yang relevan, yang mencapai 15

halaman, sekiranya diambil yang relevan saja sesuai pedoman penulisan

Pascasarjana UIN Jakarta sekitar 7 sampai 10 penelitin terdahulu yang

relevan.

2. Pastikaan ejaan/penulisan istilah utamanya yang berbahasa Inggris dan

bahasa Arab, seperti pada halaman 17.

3. Masukkan rujukan jurnal berbahasa Arab.

Arif Zamhari, M.Ag, Ph. D

1. Jenis kelamin penelitian anda apakah kualitaif atau kuantitatif ?

2. Yang dimaksud kreatif itu seperti apa ?

3. Perhatikan penulisan abstrak.

Page 183: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

169

Notulasi Ujian Komprehensif

Senin, 4 November 2019

Nama : Leo Satria

NIM : 21171200000039

Judul Tesis : Impelentasi Contextual Teaching and Learning dalam

Meningkatkan Kreativitas dan Kemampuan Kalam Bahasa Arab

pada Siswa Kelas XI MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Penguji : Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor

Arif Zamhari, M.Ag, Ph. D

Pertanyaan dan saran

Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor

1. Bagaimana perbedaan dan persamaan pendidikan bahasa Arab di Madrasah

Aliyah dan di pondok pesantren ?

2. Bagaimana pembelajaran bahasa Arab bisa efektif di sekolah umum seperti

di Madrasah Aliyah Pembangunan ?

Arif Zamhari, M.Ag, Ph. D

1. Sebutkan apa saja teori dari al-Zarnujy ?

2. Bagaimana teori al-Zarnujy dalam pembelajaran bahasa Arab, apakah masih

relevan di era sekarang ?

3. Bagaimana praktek teori dari al-Zarnuji dalam pembelajaran bahasa Arab ?

Page 184: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

170

Notulasi Ujian Pendahuluan Tesis

Jum’at, 1 Mei 2019

Nama : Leo Satria

NIM : 21171200000039

Judul Tesis : Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Pendekatan CTL dalam

Meningkatkan Kreativitas & Maharat Al-Kalam (Study PTK Di

MA Pembangunan UIN JAKARTA).

Penguji : Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor

Dr. JM Muslimin, MA

Dr. Usep Abdul Matin, MA

Pertanyaan dan saran

Prof. Dr Ahmad Thib Raya, MA

1. Referensi dari jurnal masih perlu ditambah.

2. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar masih perlu dilakukan.

3. Bab I – V sudah lengkap dan memenuhi syarat.

Prof. Dr. Aziz Fahrurrozi, MA

1. Judulnya terlalu panjang cukup “Pembelajaran Bahasa Arab dengan

Pendekatan CTL dalam meningkatkan kreativitas & kemahiran kalam

(study PTK di MA Pembangunan).

2. Teknik penulisan abstrak di perbaiki kembali.

3. Tulisan abstrak bahasa Arab yang diperbaiki kembali.

4. Urutan setelah identifikasi adalah pembatasan terlebih dahulu bukan

perumasan masalah.

5. Yang diteliti apakah proses pembelajaran atau hasil pembelajara, sebaiknya

perumusan masalah diperbaiki kembali.

Dr. Muhbib Abdul Wahab, MA

1. Memperbaiki tata bahasa Indonesia & bahasa Arab.

2. Menghapus kata-kata yang berlebihan.

3. Perhatikan penggunakan kata sambung.

4. Perhatikan konsistensi penulisan.

5. Gelar akademik tidak perlu ditulis.

6. Perhatikaan EYD.

7. Perhatikan penulisan tanda baca.

8. Untuk siklus PTK menggunakan teori siapa.

9. Cantumkan sumber sitasi data sekolah MA Pembangunan dari mana.

10. Saran untuk dipersingkat saja.

Page 185: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

171

Arif Zamhari, M.Ag, Ph.D

1. Perbaiki abstrak.

2. Perhatikan EYD.

3. Tidak perlu membahas teori tentang kreativitas di bab IV langsung fokus ke

temuan penelitian.

Page 186: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

170

Page 187: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

171

Page 188: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

172

Page 189: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

173

Page 190: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

174

Page 191: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

175

Page 192: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

176

Page 193: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

177

Page 194: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

178

Page 195: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

179

Page 196: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

180

Page 197: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

181

Page 198: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

182

Page 199: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

183

Page 200: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

184

Page 201: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

185

Page 202: PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN CTL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52058... · 2020. 8. 25. · mengacu pada teori dari Suharsimi Arikunto. Analisis

186