Upload
rofa-yulia-azhar
View
361
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Remedial, Pembelajaran Remedial, Cara Pembelajaran Remedial, Landasan filosofis pembelajaran Remedial
Citation preview
1
Dasar Pemahaman PembelaJaran Ramedial
1111....1111 Pembelajaran Menurut Standar Nasional PendidikanPembelajaran Menurut Standar Nasional PendidikanPembelajaran Menurut Standar Nasional PendidikanPembelajaran Menurut Standar Nasional Pendidikan
Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Peraturan Pemerintah nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (PP No. 19/2005) menetapkan 8
standar yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan. Kedelapan standar dimaksud
meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Secara khusus, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut,
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan
pembelajaran ditetapkan dalam standar isi dan standar kompetensi kelulusan. Standar isi
memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta
didik dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Standar kompetensi lulusan (SKL)
berisikan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik pada setiap satuan pendidikan.
Berkenaan dengan materi yang harus dipelajari, diatur dalam silabus dan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) yang dikembangkan oleh pendidik. Menurut pasal 6 PP no.19
Tahun 2005, terdapat 5 kelompok mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan
khusus. Kelima kelompok mata pelajaran tersebut meliputi kelompok mata pelajaran:
agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan
teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi
lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sedangkan
pada intinya tujuan umum pembelajaran remedial adalah agar setiap siswa dapat mencapai
prestasi belajar sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang diharapkan. Namun, tujuan
2
khusus pengajaran remedial ini adalah agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat
mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui penyembuhan atau perbaikan.Sehingga
diperlukan suatu integritasi antara peratuaran yang ada dan tujuan dari pendidikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran
tersebut pasti dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan atau masalah
belajar. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, setiap satuan pendidikan perlu
menyelenggarakan program pembelajaran remedial atau perbaikan.
1111....2222Hakikat dan Konsep Dasar Pembelajaran RemedialHakikat dan Konsep Dasar Pembelajaran RemedialHakikat dan Konsep Dasar Pembelajaran RemedialHakikat dan Konsep Dasar Pembelajaran Remedial
Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta
didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang
ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial,
terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas
No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar
tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap
peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta
didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari
penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan
dipelajari. Kemudian dilaksanakan pembelajaran menggunakan berbagai metode seperti
ceramah, demonstrasi, pembelajarankolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb.
Melengkapi metode pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti media audio,
video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video,
komputer, multimedia, dsb.Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan
pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses menggunakan berbagai
teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa
jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Pada
akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian.
3
Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta didik,
apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan tertentu
yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.
Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi
yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus dilakukan
oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program
pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan kata lain, remedial diperlukan bagi peserta
didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas
latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum mencapai
tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada
mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian
kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial.
Berdasarkan jenis, karakteristik, faktor penyebab dan identitas kasus permasalahannya,
kasus kesulitan belajar-mengajar itu ada yang dapat dan seyogianya ditangani oleh guru
dan siswa sendiri, ditangani atau dibantu melalui kerjasama dengan ahli (petugas BK,
psikolog, dan sebagainya) atau pihak wali kelas, orang tua atau lainnya.
Secara metodologis, dapat juga dikatakan bahwa penanganan kasus kesulitan
belajar-mengajar itu mungkin dapat dilakukan melalui pendekatan pengajaran remedial
(remedial teaching), bimbingan dan konseling (guidance and counseling) psikoterapi
(psychotherapy) atau pendekatan lainnya. Pendekatan yang seyogianya dikuasai atau
setidak-tidaknya dikenal oleh para guru pada umumnya dan guru bidang studi pada
khususnya ialah apa yang disebut pengajaran remedial. Sedangkan jika guru tersebut
bertugas sebagai wali kelas atau petugas bimbingan, seyogianya minimal menguasai atau
setidak-tidaknya mengenal prinsip-prinsip dasar bimbingan dan konseling.
Secara esensial, Proses Pengajaran Remedial (PPR) pada hakikatnya serupa
dengan Proses Belajar Mengajar (PBM) biasa. Perbedaanya terutama terletak pada dua
masalah berikut ini:
� Tujuannya lebih diarahkan kepada peningkatan (improvement) prestasi (baik
kualifikasi maupun kuantitatif) dari prestasi yang telah atau mungkin optimal
4
dapat dicapai jika menggunakan PBM biasa sehingga sekurang-kurangnya
dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang dapat diterima atau
peningkatan kemampuan penyesuaian kembali (readjustment), baik
terhadap dirinya maupun lingkungannya.
� Strategi pendekatan (termasuk pula metode/teknik, materi/program,
bentuk/jenis tugas dan sebagainya) lebih menekankan penyesuaian terhadap
keragaman kondisi objektif (kapasitas umum/khusus, penguasaan
keterampilan/pengetahuan prasarat, sikap/kebiasaan, kematangan atau
kesiapan, dan sebagainya) yang dapat dipandang sebagai remodulasi atau
modifikasi (repetisi, akselerasi, pengayaan substitusi/alternatif) dari PBM yang
biasa (konvensional-klasikal).
Dengan memperhatikan dua karakteristik esensial tersebut, pengajaran remedial
dapat kita definisikan sebagai upaya guru (dengan atau tanpa bantuan/kerja sama dengan
ahli/pihak lain) untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau
kelompok siswa (dengan karakteristiknya) tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya
(meningkatkan prestasi, penyesuaian kembali) seoptimal mungkin sehingga dapat
memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses
interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi dan terkontrol dengan lebih
memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau
kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriono (1991), menjelaskan tujuh perbedaan
pembelajaran biasa dengan pembelajaran remedial, berikut ini:
1) Kegiatan pembelajaran biasa sebagai program pembelajaran di kelas dan semua
siswa ikut berpartisipasi, sedangkan kegiatan pembelajaran perbaikan
dilakukan setelah diketahui adanya kesulitan belajar, kemudian diadakan
pelayanan khusus.
2) Tujuan pembelajaran biasa adalah dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran
yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semua
5
siswa, sedangkan pembelajaran perbaikan tujuannya disesuaikan dengan kesulitan
belajar siswa, walaupun tujuan akhirnya sama.
3) Metode yang digunakan dalam pembelajaran biasa sama untuk semua siswa,
sedamgkan metode dalam pembelajaran remedial disesuaikan dengan sifat, jenis,
dan latar belakang kesulitan.
4) Pembelajaran biasa dilakukan oleh guru, sedangkan pembelajaran perbaikan oleh
tim (kerja sama)
5) Alat pembelajaran remedial lebih bervariasi.
6) Pembelajaran perbaikan lebih diferensial dengan pendekatan individu.
7) Evaluasi pembelajaran perbaikan disesuaikan dengan kesulitan bel;ajar yang
dialami oleh siswa.
1.31.31.31.3Prinsip Pembelajaran RemedialPrinsip Pembelajaran RemedialPrinsip Pembelajaran RemedialPrinsip Pembelajaran Remedial
Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta
didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat
berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam mecapai
kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial
sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:
1) Adaptif
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program
pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar
sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan
kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual
peserta didik.
2) Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara
intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat
perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui
6
kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan
segera diberikan bantuan.
3) Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-
beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode
mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4) Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai
kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat
korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik
dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.
5) Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan
Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu
kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus
berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik
dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
7
Prosedur Pembelajaran Ramedial
2.12.12.12.1 Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam
keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian
kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar-mengajar.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa pengembangan prosedur sistem pengajaran
remedial didasari oleh pokok-pokok pikiran yang berlaku untuk prinsip belajar tuntas
(mastery learning). Diantara pokok-pokok pikiran tersebut ialah :
1) Bahwa terdapat keragaman individual di dalam kemampuan, dalam arti kecepatan
belajar,
2) Bahwa sampai batas normalitas tertentu, setiap individu mungkin dapat mencapai
tingkat penguasaan (level of mastery) prestasi belajar tertentu seperti yang dicapai
oleh temannya asalkan :
� Diberikan waktu yang cukup sesuai dengan keperluannya,
� Kualitas pengajaran yang sesuai dengan kondisi objektif siswa yang
bersangkutan,
� Kematangan dan kesiapan belajar siswa yang bersangkutan.
� Proses belajar mengikuti azas keseimbangan.
Secara khusus, pokok-pokok pikiran yang mendasari setiap langkah prosedur
pengajaran remedial itu antara lain sebagai berikut:
Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya dipandang perlu, karena bukan
mustahil terdapat kesalahan atau kekeliruan (errors), baik didalam tafsiran maupun
kesimpulannya berikut data atau informasi yang mendukungnya.Tujuan pengajaran
remedial akan tercapai jika dipilih alternatif tindakan remedial yang sesuai, efektif dan
efesien.
Terciptanya kesehatan mental kasus kesulitan belajar merupakan pra kondisi bagi
pelaksanaan pengajaran remedial yang efektif dan efesien.Dengan terciptanya kembali
suatu situasi yang dipandang lebih sesuai dengan kondisi objektif siswa, peningkatan
prestasi dan kemampuan penyesuaian diri diharapkan dapat terjadi.
8
Indikator perubahan perilaku dari pengajaran remedial perlu diamati dan diukur
secara seksama sehingga dapat memberikan informasi seksama pula.Dengan
mempergunakan patokan criteria keberhasilan yang telah ditetapkan terlebih dahulu
(seperti yang berlaku untuk siswa pada umumnya). Hail pengukuran itu perlu ditafsirkan
dan disimpulkan sejauh mana taraf keberhasilannya tercapai.
Berpedoman kepada pokok-pokok pikiran itu suatu alternatif prosedur seperti
yang telah dikembangkan dapat dipilih sehingga akan diketahui kapan harus dimulai dan
diakhirinya pengajaran remedial yang dimaksudkan.
Dari diagram skematik dapat digambarkan sekurang-kurangnya empat alternatif
prosedur sesuai dengan keperluannya. Keempat alternatif itu ialah :
1) Prosedur I, mencakup langkah 1-2-3-4-5-6;
2) Prosedur II, mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6;
3) Prosedur III, mencakup langkah 1-2-3-4-6-(7); dan
4) Prosedur IV, mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6-(7).
Untuk jelasnya, setiap langkah kita deskripsikan fungsi, tujuan/sasaran, dan
kegiatannya sebagai bertikut:
1) Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya
Langkah ini merupakan tahapan paling fundamental dalam pengajaran
remedial karena merupakan landasan pangkal tolok langkah
berikutnya. Sasaran pokok langkah ini ialah:
� Diperolehnya gambaran
kasus-kasus berikut permasalahannya;
� Diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai fasibilitas
alternatif tindakan remedial yang direkomendasikan.
Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya
Langkah ini merupakan tahapan paling fundamental dalam pengajaran
remedial karena merupakan landasan pangkal tolok langkah-langkah kegiatan
berikutnya. Sasaran pokok langkah ini ialah:
Diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai karakteristik
kasus berikut permasalahannya;
Diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai fasibilitas
alternatif tindakan remedial yang direkomendasikan.
9
Langkah ini merupakan tahapan paling fundamental dalam pengajaran
langkah kegiatan
yang lebih definitif mengenai karakteristik
Diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai fasibilitas
10
Sesuai dengan sasaran tersebut maka kegiatan dalam langkah ini
difokuskan kepada suatu analisis rasional atas hasil diagnostik yang telah kita
lakukan atau rekomendasikan yang kita terima dari pihak atau ahli lain (guru
bidang studi, walikelas, petugas BK, dan sebagainya). Secara lebih konkrit,
analisis ini akan merupakan kegiatan pengecekan atau penelitian kembali
terhadap:
� Kebenaran (validitas) dan kelengkapan data informasi yang
mendukung pernyataan atau deskripsi tentang karakteristik kasus
berikut permasalahannya;
� Relevansi antara tafsiran dan kesimpulan yang dibuat dengan data
informasi pendukungnya serta konsistensi antara berbagai
data/informasi dengan tafsiran dan kesimpulannya satu sama lain
secara integral;
� Ketetapan estimasi kemungkinan penanganannya berdasarkan hasil
diagnosis yang didukung oleh data/informasi yang relevan dan yang
tersedia;
� Fisibilitas dari setiap alternatif tindakan remedial yang
direkomendasikan.
Berdasarkan hasil telaahan ini diharapkan terjawab pertanyaan berikut:
1) Siapa kasus yang perlu ditangani itu?
- Hanya satu atau dua dari keseluruhan anggota kelompok/kelas
- Sebagian besar anggota kelompok tertentu (slow learners, lower
group, etc.) dari keseluruhan siswa kelas.
- Sebagian terbesar atau bahkan mungkin keseluruhan siswa dikelas.
2) Seberapa jauh tingkat kelemahannya secara umum dipandang dari segi
kriteria keberhasilan yang diharapkan?
- Sekitar 60%, atau
11
- Sekitar 50%, atau
- Sekitar 40% atau kurang dari itu.
3) Dimanakah letak kelemahannya dipandang dari ruang lingkup dan
urutan bidang/program studi yang bersangkutan?
- Pada sebagian besar atau bahkan mungkin keseluruhan bidang
studi;
- Pada bidang studi tertentu saja; atau
- Pada unit tertentu dari suatu bidang studi saja; dan sebagainya.
4) Pada tingkat dan kawasan hasil belajar manakah kasus itu mengalami
kelemahan dipandang dari taksonomi tujuan-tujuan pendidikan?
- Kognitif : hafalan, permasalahan, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi; dan atau
- Afektif : Penyadaran atau penanggapan, sambutan, penghargaan,
pendalaman dan penjelmaan/karakteristik; dan atau
- Psikomotor : pola gerak-gerik keterampilan perilaku umum,
perialku khusus, eksresif, komunikatif.
5) Faktor manakah yang merupakan penyebab utama dipandang dari segi
raw inputs (siswa sendiri) PBM yang bersangkutan?
- Terbatasnya kemampuan dasar intelektual : umum/bakat khusus.
- Kurangnya minat dan motivasi: rendah, malas, kurang berminat.
- Sikap yang kurang positif terhadap: guru, bahan pelajaran.
- Kebiasaan belajar yang salah atau kurang memadai dalam:
• Mengorganisasikan waktu/fasilitas belajar;
• Mengorganisasikan sumber/bahan pelajaran;
• Melalaikan tugas/memandang enteng terhadap pekerjaan.
6) Kurangnya menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar yang
diperlukan, misalnya dalam :
12
- Mencari/menghimpun, mengamati/mengobservasi, mencatat dan
mengorganisasikan informasi, fakta, konsep prinsip/kaidah/dalil,
prosedur yang dipelajari; dan atau
- Mengaplikasikan/mengoperasikan formula/prinsip/metode
prosedur/teknik yang telah dipelajari ke dalam pemecahan masalah;
dan atau
- Mengoperasikan kaidah-kaidah logika (sebab, akibat, asosiasi,
diferensi, komparasi dan sebagainya) formula dalam melakukan
analisis sintesis dan evaluasi.
- Belum cukup matang (immaturation)dan siap untuk mengikuti
program PBM utama yang bersangkutan.
7) Faktor manakah yang mungkin menjadi penyebab utama dari
komponen instrumental input (sarana penunjang) PBM yang
bersangkutan?
- Kurang serasi program (satu program untuk semua, tidak efektif
atau alternatif) dengan keragaman siswa;
- Kurang serasi bahan/sumber belajar yang tersedia dengan apa yang
diperlukan (jumlah terbatas, langka, tak terbaca, tak terpahamkan);
dan atau
- Kurang serasi strategi/metode/teknik belajar-mengajar dengan
keragaman siswa (terlalu bertsifat klasikal, tiada layanan
individual); dan atau
- Kurang serasi fasilitas teknis yang ada dengan apa yang diperlukan:
- Jumlahnya terbatas,
- Tempat dan kesempatan waktunya terbatas,
- Sukar dioperasikannya,
- Bahannya langka/mahal.
- Kurang serasi hubungan/kondisi objektif guru dengan siswa dan
bidang studi yang bersangkutan:
13
• Kurang menguasai bahan/metode/teknik/sumber yang
diperlukan;
• Kurang tanggap/responsif situasi kelas/dinamika kelompok;
• Penampilan kurang menarik/meyakinkan;
• Beberapa sifat pribadi yang kurang
menguntungkan/menunjang terhadap tugas/peranannya sebagai
guru;
• Keadaan kelas memang terlalu besar jumlahnya atau terlalu
heterogen sifat/latarbelakangnya;
• Terlalu banyak/beban mengajarnya.
- Kurangnya daya dukung fasilitas fisik yang diperlukan (ruang
belajar, laboratorium, perpustakaan,dll).
8) Faktor manakah yang terdapat dalam lingkungan yang diduga
merupakan sumber penyebab utama kesulitan?
- Di sekolah : apakah iklim sosial cukup sehat dan merangsang
untuk belajar;
- Di rumah : apakah iklim social cukup sehat dan merangsang untuk
belajar dan daya dukung fasilitas belajar cukup tersedia;
- Di masyarakat : apakah cukup tersedia ruang/tempat memperkaya
pengalaman belajar.
9) Apakah komponen output turut juga menjadi salah satu sebab kesulitan
belajar-mengajar?
- Terlalu tinggi tuntutan standar (kriteria keberhasilan) hasil belajar.
- Terlalu menekankan pada aspek lainnya.
- Tiadanya patokan sebagai ukuran baku yang dapat dijadikan
pedoman umum oleh setiap guru dan siswa.
10) Apakah perkiraan tentang kemungkinan penanganannya cukup teliti
dan beralasan?
14
- Apakah masih mungkin atau tidak kesulitan itu dipecahkan oleh
guru dan siswa atau dengan bantuan pihak lain,
- Berapa lama waktu diperlukan untuk itu.
- Apakah cukup tersedia daya dukung fasilitas yang diperlukan.
- Apakah alternatif yang direkomendasikan?
- Adakah ditunjukan segi keuntungan dari alternatif yang disarankan,
- Adakah pula ditunjukkan segi kelemahannya,
- Adakah dikemukakan persyaratan fasilitas dukungan yang
diperlukan.
2) Menentukan alternatif pilihan tindakan
Langkah ini merupakan lanjutan logis dari langkah pertama. Dari hasil
penelaahan yang kita lakukan pada langkah pertama itu, akan diperoleh
kesimpulan mengenai dua hal pokok, yaitu :
1) Karakteristik khusus yang akan ditangani secara umum,dapat
dikategorikan pada salah satu dari tiga kemungkinan di bawah ini :
- Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan hanya memiliki kesulitan
dalam menemukan dan mengembangkan pola strategi/metode/teknik
belajar yang lebih sesuai, efektif, dan efisien.
- Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan disamping memiliki
kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan pola
strategi/metode/teknik belajar yang sesuai, efektif dan efisien, juga
dihadapkan kepada hambatan-hambatan ego-emosional, potensial-
fungsional, sosial-psikologis, dalam penyesuaian dengan dirinya dan
lingkungannya.
- Kasus yang bersangkutan disimpulkan telah memliki kecenderungan
kearah kemampuan kecenderungan menemukan dan mengembangkan
pola-pola strategi/metode/teknik belajar yang sesuai, efektif dan
efisien, namun terhambat oleh kondisi, ego-emosional, social-
psikologis, dan factor instrument-environ-mental lainnya.
15
2) Alternatif pemecahannya, mungkin lebih strategis jika :
- Langsung kepada langkah keempat (pelaksanaan pengajaran
remedial), misalnya jika kasusnya termasuk kategori yang pertama;
- Harus menempuh dahulu langkah ketiga (layanan BK/psikoterapi)
sebelum lanjut ke langkah ke-4, jika kasusnya termasuk kategori ke-2
atau ke-3.
Dengan demikian, sasaran pokok kegiatan yang dilakukan dalam tahapan
ini ialah membuat keputusan pilihan alternatif mana yang ditempuh
berdasarkan pertimbangan rasional yang saksama.
Sebagai dasar pertimbangan yang fundamental dalam proses pengambilan
keputusan ini, antara lain beberapa prinsip berikut:
� Efektifitas, dalam arti lebih ampuh untuk menjamin tercapainya
tujuan pengajaran remedial yang diharapkan.
� Efisiensi, dalam arti lebih memerlukan usaha dan pengorbanan serta
fasilitas seminimal mungkin denagn hasil yang diharapkan seoptimal
mungkin.
� Keserasian, dalam arti kesesuaian dengan:
- Jenis karakteristik, intensitas, dan latar belakang
permasalahannya;
- Jumlah, jenis dan sifat kepribadian kasus;
- Tingkat penguasaan teori, kemahiran praktik dan sifat kepribadian
guru yang akan menamganinya;
- Kesediaan dan kecukupan daya dukung/sarana
penunjang/lingkungan (ruang/waktu dengan kelengkapannya,
sikap/bantuan pihak lain) yang diperlukan;
- Waktu dan kesempatan yang tersedia pada pihak guru, pihak lain,
dan yang bersangkutan.
Sudah barang tentu di atas semua pertimbangan itu, guru akhirnya harus
mengambil keputusan alternatif tindakan bukan hanya atas dasar alasan-alasan
teknis operasional belak, melainkan juga pertimbangan etika dan tanggung
16
jawab moral kemanusiaan bahwa kasus siswa itu amanat Allah SWT, yang
dititipkan kepadanya sehingga perlu dibantu demi kelangsungan dan
kebahagiaan hidupnya. Seyogianya pertimbangan-pertimbnagan lain pun
seperti tanggung jawab administratif, tanggung jawab professional turut
mewarnai keputusan yang akan diambil nanti.
3) Layanan bimbingan dan konseling
Langkah ini pada dasarnya bersifat pilihan bersyarat (optimal and
conditional)ditinjau dari kerangka keseluruhan prosedur pengajaran remedial.
Sasaran pokok yang hendak dituju oleh layanan ini ialah terciptanya kesehatan
mental kasus, dalam arti ia terbatas dari hambatan dan ketegangan batinnya
untuk kemudian siap sedia kembali melakukan kegiatan belajar secara wajar
dan realistis.
Di dalam praktiknya, langkah ini mungkin sampai batas-batas tertentu
masih ditangani oleh guru sendiri. Namun, mungkin sekali dengan bantuan
atau kerjasama pihak lain. Diantara sekian banyak masalah kesuliatan
penyesuaian, yang masih dapat ditangani para guru pada umumnya, antara lain:
1) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kurangnya motivasi dan
minat belajar
Beberapa cara atau teknik yang disarankan oleh kaum psikolog dan
pendidik untuk membantu kasus tipe ini (Woodworth dan Marquis) antara
lain:
� Hindarilah saran dan pernyataan negatif yang dapat melemahkan
kegairahan belajar;
� Ciptakan situasi-situasi kompetitif sesama siswa secara sehat;
� Kembangkanlah sasaran-sasaran antara atau tujuan-tujuan khusus
intermediair yang mudah dijangkau secara bertahap;
� Berikanlah dorongan untuk self competition dengan memberikan
informasi tentang prestasi yang telah dicapainya dari saat ke saat atau
dari bidang ke bidang studi yang satu terhadap lainnya.
17
� Berikan kesempatan kepada individu atau kelompok untuk
mendiskusikan aspirasi-aspirasinya secara rasional;
� Berikan ganjaran yang tulus dan wajar, kendatipun berupa ucapan
pujian;
� Laksanakan sanksi hukuman atas kelalaian dengan bijaksana, adil, dan
berwibawa;
� Tunjukkan manfaat dari pelajaran bagi kepentingan siswa yang
bersangkutan pada saat kini dan nanti.
2) Kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang sikap negatif terhadap
guru, pelajaran dan situasi belajar
Beberapa alternatif teknik yang disarankan untuk membina sikap
positif terhadap belajar, antara lain:
� Ciptakan iklim sosial yang sehat di dalam kelas atau kelompok studi;
� Berikan kesempatan memperoleh pengalaman yang menyenangkan atau
memuaskan atau memperoleh sukses dalam belajar meskipun dengan
prestasi yang minimal sekali pun.
3) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kebiasaan belajar yang
salah
Beberapa cara membantu kasus yang disarankan antara lain:
� Tunjukkan akibat atau pengaruh kebiasaan yang salah terhadap prestasi
belajar dan kehidupan seseorang;
� Berikan kesempatan masa transisi untuk berlatih dengan pola-pola
kebiasaan baru dan meninggalkan kebiasaan lama yang salah.
4) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang ketidakserasian antara
kondisi objektif keragaman pribadinya dengan kondisi objektif
instrumental input dan lingkungannya
18
Beberapa saran yang dapat ditempuh guru dalam hal ini antara lain:
� Bimbingan informasi dalam pilihan program atau bidang studi, bahan
atau sumber, strategi atau metode/teknik belajar secara rasional;
� Diskusi atau kerja kelompok;
� Proyek kegiatan bersama dikelas, karyawisata, dan sebagainya.
Teknik-teknik layanan bimbingan dan penyuluhan atau psikoterapi lebih
lanjut untuk menangani masalah kesulitan berlatar belakang hambatan ego-
emosional, sosial-psikologis, potensial-fungsional, dan sifat-sifat kepribadian
lainnya seyogianya ditangani oleh atau dengan petugas ahli lain.
Siapa pun yang menangani pelaksaan langkah ketiga ini, pada suatu saat
harus diakhiri dan kegiatan segera dialihkan pada langkah ke-4 (pengajaran
remedial yang sebenarnya). Sebagai patokan untuk mendeteksi keberhasilan
layanan bantuan sementara. Robinson (1950:96) antara lain menyarankan
indikatornya :
1) Menunjukan minat untuk mencari pemecahan atas masalah yang
dihadapinya,
2) Menunjukkan kesediaan kerjasama dengan pihak lain (guru, petugas BK,
dan sebagainya) guna mencari jalan pemecahan masalah yang
dihadapinya,
3) Ketegangan atau sikap mulai berbeda, sikap terbukanya tampak,
4) Mulai tampak kemampuan untuk menyadari masalahnya secara realistic,
5) Mulai tampak kemampun untuk mengembangkan, menimbang dan
memilih alternative pemecahan yang mungkin ditempu,
6) Menunjukkan kesediaan dan kesanggupan untuk melaksanakan alternative
tindakan pemecahan lebih lanjut yang telah dipilihnya, termasuk
penyesuaian-penyesuaian baik terhadap dirinya maupun lingkungannya.
19
4) Melaksanakan pengajaran remedial
Dengan terciptanya prakondisi seperti digambarkan paragraph di atas
(bagi kasus tertentu) langkah ke empat yaitu pelaksanaan pengajaran remedial
barulah dianggap tepat.
Seperti di jelaskan di atas, sasaran pokok dari setiap pengajaran remedial
ini ialah terciptanya peningkatan prestasi dan atau kemampuan penyesuaian
diri sesuai dengan criteria kerberhasilan yang ditetapkan.Strategi dan teknik
pelaksanaan pengajaran remedial yang merupakan inti dari unit ini, akan
dibahas kemudian.
5) Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali
Dengan selesainya pembelajaran remedial, seyogianya dideteksi ada atau
tidaknya perubahan pada diri kasus. Oleh karena itu, perlu diadakan
pengukuran kembali.
Hasil pengukuran ini akan memberikan informasi seberapa jauh atau
seberapa besar perubahan telah terjadi, baik dalam arti kuantitatif maupun
kualitatif. Cara dan instrumen yang digunakan dalam pengukuran pada langkah
ini seyogianya sama dengan apa yang digunakan pada waktu post-test atau test
sumatif dari PBM utama.
6) Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik
Pada akhirnya, hasil pengukuran harus ditafsirkan dan ditimbang kembali
dengan mempergunakan cara dan criteria untuk PBM utama.
Hasil penafsiran dan pertimbangan ini akan membawa tiga kemungkinan
kesimpulan:
� Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian
dirinya dengan mencapai criteria keberhasilan minimum seperti yang
diharapkan,
� Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian
dirinya namun masih belum sepenuhnya memadai criteria keberhasilan
minimum yang diharapkan,
20
� Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti, baik dalam segi
prestasinya maupun dalam kemampuan penyesuaian dirinya.
Rekomendasi yang seyogianya dikemukakan sebagai tindak lanjut hasil
kesimpulan di atas sudah tentu hendaknya menunjukkan tiga kemungkinan:
Bagi kasus pertama
dapat dinyatakan terminal (kalau program PBM utamanya merupakan yang
terakhir) atau direkomendasikan untuk melanjutkan kepada program PBM
utama tahap (unit) berikutnya,
Bagi kasus kedua
seyogianya diberikan program khusus yang ditunjukkan kepada pengayaan dan
pengukuran prestasi atau kemampuannya sebelum dinyatakan terminal atau
diperkenankan melanjutkan kepada program selanjutnya,
Pada kasus ke tiga
seyogianya dilakukan rediagnostik sehingga mungkin nanti ditemukan dimana
letak kelemahannya dari pengajaran remedial tersebut, apakah pada setiap
(semua langkah atau hanya langkah tertentu saja) remedial perlu diadakan
ulang dengan alternatif yang sama atau yang lainnya.
7) Remedial pengayaan dan pengukuran (tambahan)
Seperti halnya langkah ke-3, langkah ini pun bersifat pilihan (optional)
yang kondisional. Langkah ini ditempuh jika kebetulan memang ada kasus
seperti yang ke-2 (6.b) serta persyaratan terpenuhi seperti untuk langkah ke-3,
antara lain ada atau tidaknya kesempatan pada pihak guru dan siswa, daya
dukung fasilitas teknis, serta sarana penunjang yang diperlukan.
Sasaran pokok langkah ini ialah agar hasil remedial itu lebih sempurna
dengan diadakan pengayaan dan pengukuhan ini.
Cara dan instrument yang digunakan dapat berbagai bentuk, misalnya
dengan jalan penguasaan untuk pemecahan soal tertentu, pengajaran proyek
21
kecil tertentu atau membaca dan menganalisis artikel tertentu, dan sebaginya.
Hasilnya, harus dilaporkan atau ditunjukkan kembali kepada guru untuk dinilai
seperlunya sebelum yang bersangkutan dinyatakan terminal dengan
programnya atau diperkenankan melanjutkan kepada PBM atau berikutnya.
2.22.22.22.2 EvaluasiPengajaranRamedialEvaluasiPengajaranRamedialEvaluasiPengajaranRamedialEvaluasiPengajaranRamedial
Dalam paragraph pembahsan di atas telah kita pelajari 3 strategi dasar termasuk
beberapa teknik pengajaran remedial yang dapat dipertimbangkan oleh para guru.
Meskipun setiap alternatif model pendekatan itu secara teoritis mungkin dapat
dipergunakan, namun belum tentu setiap model akan cocok bagi setiap orang. Oleh
karena itu, para guru seyogianya mempunyai kemampuan melakukan pilihan model mana
yang dipandang paling cocok baginya.
Suatu pilihan rasional, mau tidak mau melibatkan suatu tindakan penilaian (evaluasi).
Setiap tindakan evaluasi sudah lazim memerlukan adanya suatu prangkat criteria atau
tolak ukur sebagai pegangan, suatu cara atau teknik pengumpulan dan pengolahan data
informasi untuk menunjukan gmbaran seberapa jauh objek yang dievaluasi itu memadai
atau tidaknya sesuai dengan criteria yang ditetapkan. Paragraf ini menerangan mencoba
secara garis besar mengetengahkan kedua hal pokok tersebut.
1) Prangkat Kriteria Kebaikan Suatu Model Strategi dan atau Teknik Pendekatan
Pengajaran Remedial
Secara esensial kriteria pilihan alternatif model pendekatan ini sebenarnya
serupa dengan kriteria pilihan alternatif tindakan seperti dikemukakan dalam
paragraf kedua terdahulu, yang berorientasi kepada tiga prinsip, yaitu:
keserasian, keefektifan, dan kelancaran.
Dengan demikian, secara refresentatif dapat kita formulasikan bahwa suatu
model strategi dan atau teknik pendekatan pengajaran remedial dapat dipandang
baik kalau terdapat indukator yang didukung oleh data/informasi yang memadai
bahwa model itu:
Serasi dengan tujuan (pemecahan permasalahan), jenis/jumlah
tingkat/karakteristik kasus berikut permasalahannya, kemampuan teknis dan
22
kerpibadian guru yang bersangkutan, serta daya dukung fasilitas
instrumental/tempat/lingkungan/waktu atau kesempatan,
Efektif yang dijujukan oleh adanya peningkatan prestasi belajar dan
kemampuan penyesuaian diri pada siswa sesuai dengan criteria keberhasilan yang
diharapkan,
Efisien yang didukung oleh minimalnya waktu yang digunakan untuk
mencapai peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian sisa tersebut.
Sudah barang tentu dapat kita tambahkan lagi komponen-komponen criteria
lainnya, namun tiga yang tetsebut diatas memerlukan data/informasi yang
berbeda. Kriteria pertama (keserasian) data/informasinya relatif sukar untuk
dikuantifikasikan disamping menyangkut banyak aspek yang beragam sumbernya.
Oleh karena itu, cara penilaiannya akan lebih banyak bersifat pertimbangan saja
daripada penilaiannya (dalam hal ini guru yang bersangkutan). Lain halnya
dengan kedua dan ketiga (efektivitas dan efisien), dimana tingkat kemajuan
belajar dan ukuran waktu yang dipergunakan relatif mudah dicatat angka-
angkanya. Namun, satu hal mengenai tingkat kemampuan penyesuaian diri pada
kriteria ke-2 (efektif), juga akan lebih banyak bersifat pertimbangan. Meskipun
demikian, pada kriteria itu diperlukan data/informasi yang serupa sifatnya, yaitu
empiris. Sedangkan kriteria pertama pada dasarnya lebih bersifat rasional.
Mempertimbangkan kondisi seperti ini maka para guru hendaknya mampu
mempergunakan kedua cara pendekatan rasional dan enpiris.
2) Pendekatan rasional terhadap masalah keserasian suatu model strategi dan
teknik pendekatan pengajaran remedial
Ada dua cara yang fisibel untuk medeteksi seberapa jauh taraf keserasian
model yang kita evaluasi itu, yaitu kita kembangkan dalam:
Bentuk pertanyaan pada setiap aspekmyamg dinilai atau, kita kembangkan
dalam bentuk atau format skala penilaian atau daftar cek.
Hal penting lainnya yang harus kita ingat pula ialah hendaknya ditetapkan
ancar-ancar skala atau tingkat kualifikasi keserasian yang diharapkan, misalnya
23
disusun secara continue mulai dari sangat memadai, diragukan, kurang memadai,
sangat kurang memadai.
3) Remedial empiris terhadap masalah keserasian suatu model strategi dan teknik
pengajaran remedial
Russell (1974:92-95) mengemukkan suatu model perhitungan mengenai taraf
keefektifan dan kelancaran suatu model atau system/pengajaran modul yang
mempunyai nilai diagnosik dan remedial, yang mempergumakan data/informasi
angka nilai prestasi belajar siswa dengan menggunakan formula sebagai berikut.
Formula keberhasilan (keefektifan), ialah:
Keefektifan = Terminal behaviors - Entry behaviors atau
Nilai prestasi = Nilai post-test - Nilai pre-test
Formula kelancaran (efficiency), ialah:
Efisiensi = keefektifan/waktu = Term. Behaviors-Enter. Behavs/Time
Contoh penggunaannya:
Guru A mencatat tingkat penguasaan seseorang/ sejumlah siswa pada waktu
per-test sebesar 20% dari ktiteria keberhasilan yang diharapkan. Kemudiab
setelah dilaksanakan pengajaran remedial tersebut dengan strategi/teknik tertentu,
siswa dites kembali dengan instrument atau alat pengukuran/penilaian yang
serupa. Ternyata menunjukan tingkat penguasaan 95% dengan menggunakan
waktu selama sekitar 60 menit.
Perhitungan:
Taraf keefektifan pengajaran remedial Guru A itu ialah:
95%-20% = 75% (peningkatan)
Taraf efisiennya ialah = 95%-20% / 60 menit = 1,25% /menit
24
Dengan mengetahui angka-angka nilai siswa pada saat pre-test dengan post-
test kita dapat mendeteksi taraf keefektifan dan kelancaran pengajaran remedial
tersebut secara empiris.
Alangkah baiknya kalau evaluasi pengajaran remedial itu dilakukan dengan
mempergunakan kriteria secara lengkap dan terpadu, baik aspek rasionalnya
maupun empirisnya. Namun, bagi kepeluan pemilihan suatu model perama
kalinya tentu cukup baik jika kiita sudah dapat mempergunakan pendekatan
secara rasional.
Mengenai taraf keberhasilan model strategis dan teknik layanan bimbingan
belajar pun (misalnya: direktif, non direktif (elektrik)) kita dapat mempergunakan
model serupa dengan mempertimbangkan aspek-aspek atau komponene-
komponen yang nilainya seperti disarankan oleh Robinson.
2.32.32.32.3 Memahami Kegiatan Remedial dan Memahami Kegiatan Remedial dan Memahami Kegiatan Remedial dan Memahami Kegiatan Remedial dan PPPPengayaan untuk Perbaikan engayaan untuk Perbaikan engayaan untuk Perbaikan engayaan untuk Perbaikan
Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran
Kegiatan remedial adalah kegiatan yang ditujukan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran. Sesuai dengan pengertiannya,
tujuan kegiatan remedial ialah membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan dalam kurikulum yang berlaku.
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, fungsi kegiatan remedial adalah:
1) Memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru (fungsi korektif);
2) Meningkatkan pemahaman guru dan siswa terhadap kelebihan dan kekurangan
dirinya (fungsi pemahaman);
3) Menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa (fungsi penyesuaian);
4) Mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran (fungsi akselerasi); dan
5) Membantu mengatasi kesulitan siswa dalam aspek sosial-pribadi (fungsi
terapeutik).
Perbedaan kegiatan remedial dari pembelajaran biasa terletak pada pendekatan yang
digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan remedial
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan individu atau kelompok siswa.
25
Sedangkan pembelajaran biasa menerapkan pendekatan klasikal, baik dalam perencanaan
maupun dalam pelaksanaannya.
Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran biasa untuk
membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan (preventif); setelah kegiatan
pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar (kuratif);
atau selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa (pengembangan).
Dalam melaksanakan kegiatan remedial guru dapat menerapkan berbagai metode dan
media sesuai dengan kesulitan yang dihadapi dan tingkat kemampuan siswa serta
menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki siswa.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan remedial adalah:
� Analisis hasil diagnosis kesulitan belajar,
� Menemukan penyebab kesulitan,
� Menyusun rencana kegiatan remedial,
� Melaksanakan kegiatan remedial, dan
� Menilai kegiatan remedial.
2.32.32.32.3 Beberapa Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Beberapa Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Beberapa Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Beberapa Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran
RemedialRemedialRemedialRemedial
Saran akhir pembelajaran remedial identik dengan pengajaran biasa (pada
umumnya), yaitu membantu setiap siswa dalam batas-batas normalitas tertentu agar dapat
mengembangkan diri seoptimal mungkin sehingga dapat mencapai tingkat penguasaan
atau ketuntasan (leavel of mastery) tertentu, sekurang-kurangnya sesuai dengan batas-
batas criteria keberhasilan yang dapat diterima. Mengingat secara empiris saran-saran
strategis itu tidak selamanya dapat tercapai dengan pendekatan sistem pengajaran
konvensional maka perlu dicapai upaya pendekatan strategis lainya.
Dalam konteks konsep dasar diagnostik dan pengajaran remedial, Ros dan Stenly
menjelaskan bahwa tindakan strategis itu seyogianya dapat dilakukan secara kuratif dan
preventif.
1) Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial yang Bersifat Kuratif.
Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif kalau dilakukan
setelah program PBM utama selesai diselenggarakan. Tindakan ini didasarkan
26
atas kenyataan empiris bahwa ada seseorang atau sejumlah orang atau bahkan
mungkin sebagian besar atau seluruh anggota kelas/kelompok belajar dapat
dipandang tidak mampu menyelesaikan program PBM secara sempurna, sesuai
dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Program PBM dapat diartikan
sebagai program untuk tiap pertemuan, untuk satuan (unit) bahan pelajaran atau
satuan waktu (mingguan, bulanan, triwulan, semesteran, tahunan dan sebagainya)
tertentu.
Sasaran pokok dari tindakan ini agar:
� Siswa yang prestasinya jauh sekali di bawah batas kriteria keberhasilan
minimal, diusahakan pada suatu saat tertentu dapat memadai kriteria
keberhasilan minimal tersebut,
� Siswa yang sedikit masih kurang atau bahkan telah tinggi sekalipun
prestasinya dari ukuran criteria keberhasilan minimal, pada suatu saat
dapat lebih disempurnakaan atau diperkaya, bahkan mungkin ditingkatkan
kepada program yang lebih tinggi lagi
� Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut, para ahli telah
mengembangkan beberapa teknik pendekatan seperti: pengulangan,
pengayaan dan pengukuhan serta percepatan (acceleration).
Dengan memperhatikan gambaran visual tersebut, ketiga teknik
pendekatan pengajaran remedial kuratif dapat dijelaskan lebih lanjut
sebagai berikut:
2) Pengulangan (repetition)
Sejalan dengan upaya diagnostiknya, pengulangan ini dapat terjadi pada
beberapa tingkatan, yaitu:
� Pada setiap akhir jam pertemuan tertentu,
� Pada setiap akhir unit (satuan bahan) pelajaran tertentu,
� Pada akhir setiap satuan program studi (triwulan/semesteran/tahunan
tertentu).
27
Pelaksanaan layanan pengajaran remedial mungkin diberikan dan di
organisasikan:
� Secara perseorangan (induvudual), kalau ternyata siswa yang memerlukan
bantuan itu jumlhnya terbatas,
� Secara kelompok, jika ternyata terdapat sejumlah siswa yang mempunyai
jenis/lokasi/sifat kesalahan atau kesulitan bersama, bukan mustahil terjadi
juga dalam budang studi tertentu dialami oleh kelas secara keseluruhan.
Waktu dan cara pelaksanaannya juga ada berbagai kemungkinan,
misalnya:
Diadakan pada jam pertemuan kelas biasa betikutnya, jika sebagian besar atau
seluruh anggota kelas engalami kesulitan yang serupa, dimana:
� Bahan dipresentasikan dengan penjelasannya, baik sebagian atau
seluruhnya dari bahan jam pertemuan terdahulu,
� Diadakan latihan atau penugasan ataupun soal kembali yang dibentuknya
sejenis dengan tugas soal terdahulu,
� Diadakan pengukuran dan penilaian kembali untuk mendeteksi hasil
peningkatan kea rah criteria keberhasilan yang di harapkan.
Diadakan diluar pertemuan jam biasa, misalnya:
� Diadakan jam pelajaran tambahan pada hari atau jam tempat tertentu, jika
yang mengalami kesulitan itu hanya seseorang atau sejumlah orang
tertentu (umpamanya, pada sore hari, sehabis jam pelajaran biasa, waktu
istirahat untuk siswa lain, dan sebagainya)
� Diberikan untuk pekerjaan rumah (home work) dengan diperiksa kembali
hasil pekerjaannya oleh guru.
Diadakan kelas remedial khusus bagi siswa-siswa tertentu yang mengalami
kesulitan belajar tertentu dimana:
� Siswa lain belajar dalam kelas biasa sedangkan siswa tertentu belajar
dengan mendapat bimbingan khusus dari yang sama atau guru bidang
28
studi sampai siswa yang bersangkutan mencapai tingkat penguasaan
(leavel of mastery) tertentu dapat bersama-sama lagi dengan temannya
dikelas biasa.
� Diadakan pengulangan secara total, jika ternyata siswa yang bersangkutan
prestasinya sangat jauh dari batas criteria keberhasilan minimal dalam
hamper keseluruhan program (kimponen bidang studinya), secara
konvensional kita kenal sebagai tinggal kelas.
3) Pengayaan dan Pengukuhan (Enrichment and reinforcement)
Kalau layanan pengulangan ditujukan kepada siswa yang mempunyai
kelemahan sangat mendasar, layanan pengayaan ditujukan kepada siswa yang
mempunyai kelemahan yang ringan bahkan secara akademik mungkin sangat
kuat. Materi program pengayannya mungkin bersifat:
� Ekivalen (hotijontal) dengan program PBM utama sehingga nilai bobot
kreditnya dapat diperhitungkan bagi siswa yang bersangkutan atau skadar,
� Suplementerterhadap program PBM utama, dengan tidak menambah
bobot kredit tertentu, yang penting dapat meningkatkan penguasaan
pengetahuan atau keterampilan bagi siswa yang relative lemah dan atau
memberikan dorongan serta kesibukan kepada siswa yang cepat belajar
untuk mengisi kelebihan waktunya dibndingkan teman sekelasnya.
Teknik pelaksanaannya juga dapat dengan berbagai cara, misalnya:
� Berupa tugas atau soal pekerjaan rumah (bagi siswa yang relative lemah)
atau
� Berupa tugas atau soal yang dikerjakan dalam kelas pada jam itu juga
sementara yang lain mengerjakan program PBM utamanya (bagi siswa
yang cepat belajar).
� Baik dalam rangka pekerjaan rumah maupun tugas tambahan seyogianya
diperiksa juga oleh guru apalagi jika ada perhitungannya jika ada
penambahan perhitungannya dengan pnambahan bobot kredit bagi siswa
yang akan merupakan intensif baginya.
29
4) Percepatan (Acceleration, akselerasi)
Alternatif lain yang dapat kita berikan layanan kepada kasus berbakat,
tetapi menunjukan kesulitan psikosial atau egomosial ialah dengan jalan
mengadakan akselerasi atau promosi yang lebih tinggi kepada program PBM
utama berikutnya.
Ada dua mungkin pelaksanaannya:
� Promosi penuh status akademinya ke tingkat yang lebih tinggi sebatas
kemungkinannya, kalau memang yang bersangkutan menunjukan
keunggulan yang menyeluruh dari program studi yang ditempuhnya yang
luar biasa, untuk ini dapat diadministrasikan suatu “placement test” dari
tingkat yang akan ia masuki ,
� Maju berkelanjutan (continuous progress) tidak diartikan sebagai promosi
status akademisnya secara menyeluruh tetapi pada beberapa bidang studi
tertentu dimana layanan dengan program/bahan pelajaran yang lebih tinggi
terbatas kemampuannya, status akademisnya tetapi bersama teman
seangkatannya.
Pelaksanaan pelayanan pengajaran secara akseleratif ini tenru perlu adanya
kejasama diantara para guru yang bersangkutan disekolah tertentu. Bahkan, akan
sangat membantu kalau sudah dikembangkan secara modular sehingga para guru
akan mudah mengadministrasikannya meskipun banyak siswa dalam hal tertentu
mempunyai program studi yang beragam.
Kalau ketiga alternatif teknik pendekatan itu memungkinkan untuk
diadministrasikan secara efektif, kesulitan-kesulitan yang telah dialami siswa,
baik dalam arti bagi keperluan peningkatan prestasi akademis maupun
kemampuan penyesuaian mungkin berangsur dapat dikurangi dalam lingkungan
dan system persekolahan kita.
30
5) Strategi dan Pendekatan yang Bersifat Preventif
Kalau strategi dan teknik kuratif ditunjukan kepada siswa yang secara empiris
sudah nyata-nyata menunjukan kesulitan tertentu (prestasi lemah, kurang mampu
melakukan penyesuaian), pendekatan preventif ditunjukan kepada siswa tertentu
yang berdasarkan data/informasi yang ada dapat diantisipasikan atau di
prediksikan atau setidak-tidaknya patut diduga akan mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya.
Oleh karena itu, sasaran pokok dari pendekatan preventif ini berusaha sedapat
mungkin agar hambatan-hambatan yang diantisipasikan itu dapat direduksi
seminimal mungkin sehingga siswa yang bersangkutan diharapkan dapat
mencapai prestasi dan kemampuan penyesuaian sesuai dengan criteria
keberhasilan yang ditetapkan.
Kalau dalam pendekatan kuratif tindakan remedial itu berpangkal tolak dari
hasil post-teaching diagnosik yang berdasarkan data/informasi hasil post-
test/sumatif, pendekatan preventif bertolak dari hasil pree-test/evaluasi reflektif
atau test of entering behaviors. Berdasarkan hasil pree-teacing diagnostic ini pada
garis besarnya siswa yang dapat diidentifikasikan kedalam tiga kategori ialah:
� Mereka yang diperkirakan akan mampu menyelesaikan program PBM
utama (biasa) sesuai dengan waktu yang telah disediakan (siswa termasuk
kategori normal rata-rata),
� Mereka yang diperkirakan akan sanggup menyelesaikan program lebih
cepat dari waktu yang ditetapkan (siswa-cepat),
� Mereka yang diperkirakan akan terlambat atau tidak akan dapat
menyelesaikan program sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan.
Atas dasar perkiran itu, maka aka nada tiga kemungkinan teknik layanan
pengajaran yang bersifat remedial seperti disarankan oleh para ahli pendidik dan
psikologi kependidikan, yaitu layanan pengajaran kelompok yang
diorgaanisasikan secara homogen (homogenious grouping), layanan pengajaran
secara individual (individualist based instructions) dan layanan pengajaran
kelompok dilengkapi kelas khusus.
31
Layanan kepada kelompok belajar homogen
Secara visual langkah-langkah pelaksanaan dapat digambarkan sebagai
berikut:
Setelah diadakan penilain siswa dikelompokan kedalam 3 kelompok
homogen (A=Cepat, B=Rata-rata, C=Lambat).
Program pada ke-3 kelompok itu ruang lingkupnya ekivalen, tetapi
diorganisasikan secara relative berbeda. Perbedaan tersebut terletak dala cara
menerangkannya, contoh-contoh, soal/tugas, dan sebagainya.
Namun, yang penting ialah perkiraan agar ke-3 kelompok itu diharapkan
dapat menyelesaikan PBM atau terminalnya pada waktu yang relative bersamaan
sehingga mereka dapat mengikuti post-test atau pree-test atau test sumatif pada
saat yang sama.
Layanan Pengajaran Individual
Pada asasnya, konsep dasarnya sama dengan teknik yang pertama yaitu
penyesuaian dengan kondisi objektif siswa. Namun, pada teknik ini layanan
secara fundamental diberikan kepada siswa secara individual.
Langkah-langkahnya secara visual dapat pula digambarkan sebagai berikut.
Pada teknik layanan pengajaran ini setiap induvidu mempunyai program
tersendiri. Ia mempunyai kebebasan untuk melakukaan kegiatannya dan
melakukan konsultasi dengan tutor (guru) atau pihak lain yang diperlukan, dengan
tidak terikat keharusan mengikuti kam pelajaran seperti biasa di kelas. Namun, ia
terikat oleh batas-batas waktu akhir periode belajar yang telah ditetapkan
(triwulan, semesteran, dan sebagainya). Meskipun kegiatan belajar secara
individual, juga harus menempuh post-test atau test sumatif tertentu yang
diorganisasikan secara baku.
Program pengajaran untuk keperluan ini biasaanya telah diorganisasikan
dalam bentuk modul, yang pada prinsipnya setiap siswa mendapat layanan guru
secara individual.
32
Layanan pengajaran secara kelompok dengan dilengkapi kelas khusus
remedial dan pengayaan
Secara visual teknik layanan ini dapat di lukiskan sebagai berikut:
Kalau pada teknik pertama (homogeneous grouping) sejak awal sampai post-
testsetiap siswa mengikuti program A atau B dan atau C tidak terjadi perpindahan
(mobilitas) selama program berlangsung, pada teknik yang ketiga ini pada
prinsipnya siswa berada dalam satu kelas yang sama dengan mengikutu program
PBM yang sama pula. Namun, disamping itu kepada siswa-siswa yang ternyata
mempunyai kesulitan-kesulitan tertentu telah disediakan tempat atau waktu dan
program layanan remedial khusus, begitu pula bagi siswa yang cepat belajar telah
disediakan program remedial atau pengayaan, mereka kembali kedalam kelompok
dan program belajar utama bersama teman-teman sekelasnya. Pada akhirnya,
mereka juga harus menempuh post-test secara bersama-sama pula.
Teknik pelaksanaan layanannya dapat serupa dengan teknik pertama, yaitu
dilakukan oleh beberapa guru dalam waktu yang bersamaan atau berbeda, dan
pula dilakukan oleh guru yang sama pada saat yang berbeda asalkan program dan
fasilitas teknisnya sudah disediakan dengan seksama.
6) Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial yang Bersifat
Pengembangan (Developmental)
Kalau perndekatan kuratif merupakan tindak lanjut dari post-teaching
diagnoistic dan pendekatan preventif merupakan tindak lanjut dari pre-teaching
diagnostic, pendekatan pengembangan merupakan tindak lanjut dari during-
teaching diagnostic atau upaya diagnostic yang dilakukan guru selama
berlangsungnya program PBM.
Sasaran pokok dari strategi pendekatan ini ialah agar siswa dapat segera
mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialaminya
selama melaksanakan kegiatan PBM. Dengan diberikan bantuan segera dari saat
ke saat selama berlangsungnya PMB, pada akhirnya siswa diharapkan akan dapat
33
menyelesaikan program secara tuntas sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
ditetapkan.
Agar strategi pendekatan ini dapat diopersasikan secara teknik dan sistematis,
diperlukan adanya pengorganisasian program PBM yang sistematis pula seperti
dalam bentuk system pengajaran berprogram, system pengajaran modul, dan
sebagainya.
Dengan demikian, maka proses pelayanan diagnostic dan remedial itu dapat
dilakukan secara sekuensial dari unit ke unit secara teratur.
Dari proses terlihat bagaimana rangkaian perkembangan kegiatan diagnosik
dan remedial itu berlangsung selama periode PBM itu berjalan dari modul ke
modul atau dari unit ke unit.
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa guru hendaknya memonitor atau
mengobservasi selama proses belajar berlangsung, kemudian pada setiap selesai
suatu modul atau bagian program diselesaikan maka suatu test pormanif
hendaknya diadministrasikan. Data/informasi dari kedua aktivitas itu merupakan
umpan balik bagi guru untuk segera mengadakan evaluasi dan diagnostik.
Tindakan selanjutnya ialah segera melakukan bantuan remedial, baik kepada
siswa secara individual maupun kelompok, bergantung pada pola PBM mana
yang dilakukan.
Kegiatan seyogianya baru dilanjutkan kepada program tingkat berikutnya
(modul/unit tertentu) kalau sudah diyakini bahwa siswa telah menyelesaikan
program terdahulu secara tuntas (sesuai kriteria keberhasilan yang ditetapkan).
Sudah barang tentu kalau program ini disajikan dalam bentuk modul, siswa-siswa
yang sudah dipandang memenuhi syarat tidak perlu saling menunggu temannya.
Dengan kata lain, yang bersangkutan selayaknya diperkenankan maju ke tingkat
program yang lebih tinggi. Kegiatan seperti itu dilakukan sepanjang satuan waktu
atau program yang lebih besar diselesaikan (triwulan/semesteran/tahunan). Pada
akhirnya, selayaknnya diadakan suatu test yang menyeluruh.
Adalah menjadi keyakinan kaum penganut pendekatan developmental ini
bahwa setiap siswa samapi batas-batas proses perkembangan belajarnya dengan
strategi dan teknik pendekatan ini akan mencapai hasil yang diharapkan.
34
1.1 Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok cepat agar
mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang
dimilikinya.
Kegiatan pengayaan dilaksanakan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memperdalam penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar yang
sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang optimal.
Tugas yang dapat diberikan guru pada siswa yang mengikuti kegiatan pengayaan di
antaranya adalah memberikan kesempatan menjadi tutor sebaya, mengembangkan latihan praktis
dari materi yang sedang dibahas, membuat hasil karya, melakukan suatu proyek, membahas
masalah, atau mengerjakan permainan yang harus diselesaikan siswa. Apapun kegiatan yang
dipilih guru, hendaknya kegiatan pengayaan tersebut menyenangkan dan mengembangkan
kemampuan kognitif tinggi sehingga mendorong siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan.
Dalam memilih dan melaksanakan kegiatan pengayaan, guru harus memperhatikan:
� faktor siswa, baik faktor minat maupun faktor psikologis lainnya,
� faktor manfaat edukatif, dan faktor waktu.
2.1 Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang
mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Sehubungan dengan itu, langkah-langkah yang
perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu
pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan (treatment)
pembelajaran remedial.
1. Diagnosis Kesulitan Belajar
a. Tujuan
35
Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta
didik. Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi kesulitan ringan, sedang dan berat.
1.3 Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang kurang perhatian di
saat mengikuti pembelajaran.
2.3 Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami gangguan belajar
yang berasal dari luar diri peserta didik, misalnya faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan, dsb.
3.3 Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami ketunaan pada diri
mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra¸tuna daksa, dsb.
b. Teknik
Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara lain: tes prasyarat
(prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes diagnostik, wawancara, pengamatan, dsb.
1) Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau belum. Prasyarat ini
meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan.
2) Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam menguasai
kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi bilangan, apakah peserta didik
mengalami kesulitan pada kompetensi penambahan, pengurangan, pembagian, atau perkalian.
3) Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk
menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik.
4) Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar
peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun penyebab
kesulitan belajar peserta didik.
2. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Dengan memperhatikan pengertian dan prinsip pembelajaran remedial tersebut, maka
pembelajaran remedial dapat diselenggarakan dengan berbagai kegiatanantara lain:
1. Memberikan tambahan penjelasan atau contoh
Peserta didik kadang-kadang mengalami kesulitan memahami penyampaian materi
pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang disajikan hanya sekali, apalagi kurang ilustrasi
dan contoh. Pemberian tambahan ilustrasi, contoh dan bukan contoh untuk pembelajaran konsep
misalnya akan membantu pembentukan konsep pada diri peserta didik.
36
2. Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya
Penggunaan alternatif berbagai strategipembelajaran akan memungkinkan peserta didik
dapat mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapi.
3. Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu.
Penerapan prinsip pengulangan dalam pembelajaran akan membantu peserta didik
menangkap pesan pembelajaran. Pengulangan dapat dilakukan dengan menggunakan metode dan
media yang sama atau metode dan media yang berbeda.
4. Menggunakan berbagai jenis media
Penggunaan berbagai jenis media dapat menarik perhatian peserta didik. Perhatian
memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Semakin memperhatikan, hasil belajar
akan lebih baik. Namun peserta didik seringkali mengalami kesulitan untuk memperhatikan atau
berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Agar perhatian peserta didik terkonsentrasi pada materi
pelajaran perlu digunakan berbagai media untuk mengendalikan perhatian peserta didik.
Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya adalah
memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran
remedial antara lain:
� Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran
ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian,
penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau
semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar.
Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media
yang lebih tepat.
� Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal
pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut
berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan
implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau
beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
� Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip
pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan
dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill ) untuk membantu
menguasai kompetensi yang ditetapkan.
37
� Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan
belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang
mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.
Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui penilaian diperoleh
dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja,
observasi dan lain-lain. Sedangkan penilaian hasil diperoleh melalui ulangan harian,ulangan
tengah semester dan ulangan akhir semester.
Jika peserta didik tidak lulus karena penilaian hasil maka sebaiknya hanya mengulang tes
tersebut dengan pembelajaran ulang jika diperlukan. Namun apabila ketidaklulusan akibat
penilaian proses yang tidak diikuti (misalnya kinerja praktik, diskusi/presentasi kelompok) maka
sebaiknya peserta didik mengulang semua proses yang harus diikuti.
3. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Terdapat beberapa alternatif berkenaan dengan waktu atau kapan pembelajaran remedial
dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul, apakah pembelajaran remedial diberikan pada setiap akhir
ulangan harian, mingguan, akhir bulan, tengah semester, atau akhir semester. Ataukah
pembelajaran remedial itu diberikan setelah peserta didik mempelajari SK atau KD tertentu?
Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah peserta didik mempelajari KD tertentu. Namun
karena dalam setiap SK terdapat beberapa KD, maka terlalu sulit bagi pendidik untuk
melaksanakan pembelajaran remedial setiap selesai mempelajari KD tertentu. Mengingat
indikator keberhasilan belajar peserta didik adalah tingkat ketuntasan dalam mencapai SK yang
terdiri dari beberapa KD, maka pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah peserta didik
menempuh tes SK yang terdiri dari beberapa KD. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
SK merupakan satu kebulatan kemampuan yang terdiri dari beberapa KD. Mereka yang belum
mencapai penguasaan SK tertentu perlu mengikuti program pembelajaran remedial.
Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui penilaian diperoleh
dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja,
observasi dan lain-lain. Sedangkan penilaian hasil diperoleh melalui ulangan harian,ulangan
tengah semester dan ulangan akhir semester.
4. Tes Ulang
38
Tes ulang diberikan kepada peserta didik yang telah mengikuti program pembelajaran
remedial agar dapat diketahui apakah peserta didik telah mencapai ketuntasan dalam penguasaan
kompetensi yang telah ditentukan.
5. Nilai Hasil Remedial
Nilai hasil remedial tidak melebihi nilai KKM.
3.1 Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial
Pada Kurikulum 1999 kebijakan salah satunya adalah konsep pendekatan belajar tuntas.
Siswa tidak bisa mengikuti kompetensi berikutnya jika siswa belum menuntaskan kompetensi
yang sedang dijalani. Sedang siswa yang memperoleh ketuntasan dan berprestasi melebihi rata-
rata dalam konsep kurikulum 1999 ini juga perlu mendapat perhatian khusus oleh guru. Dalam
istilah kurikulum 1999 mereka yang belum tuntas perlu mendapatkan pengajaran remedial,
sedang mereka yang sudah tuntas dan berprestasi diatas rata-rata perlu mendapatkan pengayaan.
Dengan demikian sekolah berkewajiban untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan sesuai
dengan lingkungan yang tersedia. Untuk beberapa siswa yang mempunyai prestasi belajar
dibawah rata-rata atau norma yang ditetapkan bila dibandingkan dengan prestasi belajar teman-
temannya. Berdasarkan prinsip belajar tuntas maka siswa tersebut perlu mendapatkan penangan
khusus. Sebagaimana telah disebutkan di atas siswa yang mengalami kejadian tersebut perlu
mendapat perhatian dari guru yaitu diberi pengajaran remedial (remedial teaching).
Dalam Kamus Bahasa Inggris , kata Remedial berarti : yang berhubungan dengan perbaikan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran
yang bersifat perbaikan, atau pengajaran yang membuat menjadi baik. Dalam belajar mengajar
guru melakukan pengajaran dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara optimal. Namun jika
ternyata terdapat siswa yang lamban dalam belajar dan prestasi belajarnya rendah maka
diperlukan suatu proses belajar mengajar yang dapat membantu siswa agar tercapai hasil yang
diharapkan. Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diadakan pengajaran biasa (klasikal),
dimana siswa (kelompok) yang belum memenuhi standar minimimal yang telah ditentukan pada
topik/kompetensi, dikumpulkan tersendiri untuk mendapatkan pengajaran kembali. Dalam
pengajaran remedial yang diperbaiki adalah keseluruhan proses belajar mengajar seperti cara
mengajar, metode pengajaran, materi pelajaran, alat belajar dan lingkungan belajar. Dalam
39
pengajaran remedial terjadi proses penyembuhan (terapi) pada siswa, jika sudah sembuh maka
akan dikembalikan lagi ke kelas semula.
Anonim (1999:34) Pengajaran remedial berbeda dengan proses belajar mengajar biasa dalam
segi :
4 Tujuan. Pengajaran biasa diarahkan pada penguasaan (matery) bahan secara tuntas
sehingga tujuan instruksional maupun tujuan pengiring tercapai secara maksimal. Sedangkan
pengajaran remedial lebih diarahkan pada peningkatan penguasaan bahan sehingga sekurang-
kurangnya siswa yang bersangkutan dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang
mungkin diterima.
5 Strategi. Strategi belajar remedial sifatnya sangat individual dalam arti tergantung pada
letak masalah yang dihadapi setiap siswa. Metode penyampaian harus bervariasi dan diharapkan
disusun secara sistematis dari materi / tugas yang mudah menuju tugas yang sukar.
6 Bahan. Bahan pengajaran remedial biasanya dengan penggolongan-penggolongan yang
lebih kecil daripada bahan yang dikembangkan untuk pengajaran biasa.
Sedang Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati (2000:114) merinci perbedaan antara
pengajaran remedial dengan pengajaran biasa sebagai berikut:
No. Pengajaran Biasa No Pengajaran Remedial
1
2
3
4
Sebagai program
belajar di kelas dengan
semua siswa turut
berpartisipasi
Bertujuan untuk
mencapai TIK yang
ditetapkan sesuai
dengan kurikulum
berlaku untuk semua
siswa
Metode yang
digunakan bersifat
1
2
3
4
Dilakukan setelah diketahui
kesulitanbelajar dan kemudian
diberikanpelayanan khusus
sesuai dengan jenis, sifat, dan
latar belakang
TIK disesuaikan dengan
kesulitan belajar yang dihadapi
siswa
Metode yang digunakan bersifat
diferensial disesuaikan dengan
sifat, jenis, dan latar belakang
kesulitan belajar
40
5
6
sama untuk semua
siswa
Dilaksanakan oleh
guru kelas atau guru
bidang studi
Pendekatan dan
teknik lebih bersifat
umum dan sama
Evaluasi menggunakan
alat yang bersifat
seragam dan kompak
5
6
Dilaksanakan melalui
kerjasa ma berbagai pihak,
guru, pembimbing, counselor
dan sebagainya
Pendekatan dan teknik lebih
diferensial artinya disesuaikan
dengan keadaan siswa
Alat evaluasi yang
digunakan disesuaikan dengan
kesulitan belajar yang dihadapi
siswa
Jadi dari uraian di atas ternyata dapat disimpulkan mengenai perbedaan proses belajar
mengajar biasa dengan pengajaran remedial. Pengajaran biasa bertujuan untuk pencapaian TIK
secara maksimal, sedang pengajaran remidial bertujuan untuk untuk penguasaan bahan bagi
siswa yang mengalami kesulitan pada TIK tertentu. Strategi belajar mengajar pada pengajaran
biasa yaitu kelas klasikal dimana siswa berkumpul dalam satu kelas untuk mendapat pengajaran
dengan metode yang sama untuk semua siswa, pendekatan dan teknik yang sama serta pemberian
evaluasi (ulangan) menggunakan alat yang sama (seragam) untuk semua siswa. Sedang pada
pengajaran remedial strategi yang diberikan bersifat individual sesuai TIK yang mana yang sulit
dan belum dituntaskan oleh siswa, metode penyampaian tidak sama antar satu siswa dengan
siswa lainnya hal ini tergantung sejauh mana kesulitan siswa belajar, biasanya melibatkan
berbagai pihak seperti guru bidang studi dan BP, alat evaluasi yang digunakan disesuaikan
dengan kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Selanjutnya mengenai bahan pengajaran,
untuk bahan pengajaran biasa lebih banyak dan luas, sedang bahan pengajaran untuk remedial
hanya tertentu saja, yakni pada bahan yang belum dukuasai oleh siswa saja.
Anonim (1999:45), mengatur mengenai langkah-langkah pengajaran remedial sebagai
berikut:
41
1. Menelaah kembali siswa yang akan diberikan bantuan. Kegiatan ini dimaksudkan agar
kita memperoleh gambaran berapa lama bantuan harus diberikan, kapan oleh siapa dan
sebagainya.
2. Alternatif tindakan. Jika sudah mendapat gambaran lengkap. Lalu tentukan alternatif
tindakan dapat berupa :
a. Disuruh mengulangi bahan yang telah diberikan dengan memberikan arahan terlebih dulu.
b. Disuruh mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan kegiatan belajar mengajar
yang sudah ditempuhnya dan mempunyai tujuan yang sama.
c. Bila kesulitan belajar bukan karena kesulitan belajar, tapi karena faktor lain seperti sikap
negatif terhadap guru, situasi belajar dan sebagainya maka siswa perlu dibimbing oleh konselor.
Jika sudah mampu mengatasi masalah maka dapat diberi pengajaran remedial.
3. Evaluasi Pengajaran Remedial
4. Pada akhir kegiatan siswa diadakan evaluasi. Tujuan paling utama adalah diharapkan 75%
taraf pengusaan (level of mastery). Bila ternyata belum berhasil maka dilakukan diagnosis dan
memperoleh pengajaran remedial kembali.
5. Pendekatan Pengajaran Remedial
a. Pendekatan pencegahan (preventif), dari hasil Pre-test sebelum memulai pengajaran,
seorang guru sudah dapat mendeteksi bahwa seorang siswa mungkin akan mengalami hambatan
dalam proses belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan upaya mengetahui secara tepat perilaku
awal siswa, menggunakan pendekatan multi media dan multi metode dalam proses belajar
mengajar.
b. Pendekatan penyembuhan (curative), pendekatan ini diberikan kepada siswa yang sudah
nyata mengalami hambatan dalam mengikuti proses belajar mengajar. Gejala yang terlihat yaitu
prestasinya sangat rendah dibandingkan dengan kriteria tingkat keberhasilan yang ditetapkan.
c. Pendekatan perkembangan (development), pendekatan ini menuntut guru untuk memonitor
terus-menerus kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung. Setiap ada hambatan
segera dan secara terus-menerus. Sehingga dengan demikian guru senantiasa mengikuti
perkembangan pada siswanya secara sistematis.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pengajaran
remedial itu dimulai dari penelaahan kembali siswa yang mengalami kesulitan belajar,
selanjutnya diberikan tindakan alternatif seperti mengulang belajar kembali atau alternatif
42
lainnya sambil dicari penyebab kesulitan belajar siswa, selanjutnya diberikan evaluasi (ulangan)
dengan target 75% penguasaan materi. Jika berhasil siswa kembali ke kelasnya untuk mengikuti
pengajaran biasa secara klasikal, jika belum berhasil baru diadakan pengajaran remedial.Dalam
pengejaran remedial seorang guru dapat menggunakan tiga cara pendekatan yaitu
pencegahan(preventif), penyembuhan (curative)dan perkembangan (development). Hal ini
memerlukan kesabaran dan ketekunan guru dalam melaksanakan pengajaran remedial,
mengingat dalam pengajaran ini guru dituntut untuk memperhatikan perkembangan belajar siswa
secara individual. Guru harus mampu mendeteksi siapa-siap sajaa siswa yang perlu mendapat
perhatian dan perlu memperoleh pengajaran remedial. Pengajaran remedial merupakan salah satu
kegiatan utama dalam keseluruhan proses bimibingan belajar, dan merupakan rangkaian kegiatan
lanjutan dari usaha diagnostik kesulitan belajar – mengajar.