42
1 Dasar Pemahaman PembelaJaran Ramedial 1.1 Pembelajaran Menurut Standar Nasional Pendidikan Pembelajaran Menurut Standar Nasional Pendidikan Pembelajaran Menurut Standar Nasional Pendidikan Pembelajaran Menurut Standar Nasional Pendidikan Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (PP No. 19/2005) menetapkan 8 standar yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan. Kedelapan standar dimaksud meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Secara khusus, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran ditetapkan dalam standar isi dan standar kompetensi kelulusan. Standar isi memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Standar kompetensi lulusan (SKL) berisikan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik pada setiap satuan pendidikan. Berkenaan dengan materi yang harus dipelajari, diatur dalam silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang dikembangkan oleh pendidik. Menurut pasal 6 PP no.19 Tahun 2005, terdapat 5 kelompok mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus. Kelima kelompok mata pelajaran tersebut meliputi kelompok mata pelajaran: agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan. Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sedangkan pada intinya tujuan umum pembelajaran remedial adalah agar setiap siswa dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang diharapkan. Namun, tujuan

Pembelajaran Remedial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Remedial, Pembelajaran Remedial, Cara Pembelajaran Remedial, Landasan filosofis pembelajaran Remedial

Citation preview

Page 1: Pembelajaran Remedial

1

Dasar Pemahaman PembelaJaran Ramedial

1111....1111 Pembelajaran Menurut Standar Nasional PendidikanPembelajaran Menurut Standar Nasional PendidikanPembelajaran Menurut Standar Nasional PendidikanPembelajaran Menurut Standar Nasional Pendidikan

Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Peraturan Pemerintah nomor

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (PP No. 19/2005) menetapkan 8

standar yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan. Kedelapan standar dimaksud

meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan

tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar

pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Secara khusus, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut,

kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan

pembelajaran ditetapkan dalam standar isi dan standar kompetensi kelulusan. Standar isi

memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta

didik dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Standar kompetensi lulusan (SKL)

berisikan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik pada setiap satuan pendidikan.

Berkenaan dengan materi yang harus dipelajari, diatur dalam silabus dan RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran) yang dikembangkan oleh pendidik. Menurut pasal 6 PP no.19

Tahun 2005, terdapat 5 kelompok mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan

khusus. Kelima kelompok mata pelajaran tersebut meliputi kelompok mata pelajaran:

agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan

teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan.

Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi

lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sedangkan

pada intinya tujuan umum pembelajaran remedial adalah agar setiap siswa dapat mencapai

prestasi belajar sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang diharapkan. Namun, tujuan

Page 2: Pembelajaran Remedial

2

khusus pengajaran remedial ini adalah agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat

mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui penyembuhan atau perbaikan.Sehingga

diperlukan suatu integritasi antara peratuaran yang ada dan tujuan dari pendidikan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran

tersebut pasti dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan atau masalah

belajar. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, setiap satuan pendidikan perlu

menyelenggarakan program pembelajaran remedial atau perbaikan.

1111....2222Hakikat dan Konsep Dasar Pembelajaran RemedialHakikat dan Konsep Dasar Pembelajaran RemedialHakikat dan Konsep Dasar Pembelajaran RemedialHakikat dan Konsep Dasar Pembelajaran Remedial

Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta

didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang

ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial,

terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas

No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar

tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik.

Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap

peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta

didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari

penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan

dipelajari. Kemudian dilaksanakan pembelajaran menggunakan berbagai metode seperti

ceramah, demonstrasi, pembelajarankolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb.

Melengkapi metode pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti media audio,

video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video,

komputer, multimedia, dsb.Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan

pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses menggunakan berbagai

teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa

jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Pada

akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian.

Page 3: Pembelajaran Remedial

3

Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta didik,

apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan tertentu

yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.

Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi

yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus dilakukan

oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program

pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan kata lain, remedial diperlukan bagi peserta

didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas

latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik.

Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum mencapai

tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada

mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian

kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial.

Berdasarkan jenis, karakteristik, faktor penyebab dan identitas kasus permasalahannya,

kasus kesulitan belajar-mengajar itu ada yang dapat dan seyogianya ditangani oleh guru

dan siswa sendiri, ditangani atau dibantu melalui kerjasama dengan ahli (petugas BK,

psikolog, dan sebagainya) atau pihak wali kelas, orang tua atau lainnya.

Secara metodologis, dapat juga dikatakan bahwa penanganan kasus kesulitan

belajar-mengajar itu mungkin dapat dilakukan melalui pendekatan pengajaran remedial

(remedial teaching), bimbingan dan konseling (guidance and counseling) psikoterapi

(psychotherapy) atau pendekatan lainnya. Pendekatan yang seyogianya dikuasai atau

setidak-tidaknya dikenal oleh para guru pada umumnya dan guru bidang studi pada

khususnya ialah apa yang disebut pengajaran remedial. Sedangkan jika guru tersebut

bertugas sebagai wali kelas atau petugas bimbingan, seyogianya minimal menguasai atau

setidak-tidaknya mengenal prinsip-prinsip dasar bimbingan dan konseling.

Secara esensial, Proses Pengajaran Remedial (PPR) pada hakikatnya serupa

dengan Proses Belajar Mengajar (PBM) biasa. Perbedaanya terutama terletak pada dua

masalah berikut ini:

� Tujuannya lebih diarahkan kepada peningkatan (improvement) prestasi (baik

kualifikasi maupun kuantitatif) dari prestasi yang telah atau mungkin optimal

Page 4: Pembelajaran Remedial

4

dapat dicapai jika menggunakan PBM biasa sehingga sekurang-kurangnya

dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang dapat diterima atau

peningkatan kemampuan penyesuaian kembali (readjustment), baik

terhadap dirinya maupun lingkungannya.

� Strategi pendekatan (termasuk pula metode/teknik, materi/program,

bentuk/jenis tugas dan sebagainya) lebih menekankan penyesuaian terhadap

keragaman kondisi objektif (kapasitas umum/khusus, penguasaan

keterampilan/pengetahuan prasarat, sikap/kebiasaan, kematangan atau

kesiapan, dan sebagainya) yang dapat dipandang sebagai remodulasi atau

modifikasi (repetisi, akselerasi, pengayaan substitusi/alternatif) dari PBM yang

biasa (konvensional-klasikal).

Dengan memperhatikan dua karakteristik esensial tersebut, pengajaran remedial

dapat kita definisikan sebagai upaya guru (dengan atau tanpa bantuan/kerja sama dengan

ahli/pihak lain) untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau

kelompok siswa (dengan karakteristiknya) tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya

(meningkatkan prestasi, penyesuaian kembali) seoptimal mungkin sehingga dapat

memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses

interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi dan terkontrol dengan lebih

memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau

kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriono (1991), menjelaskan tujuh perbedaan

pembelajaran biasa dengan pembelajaran remedial, berikut ini:

1) Kegiatan pembelajaran biasa sebagai program pembelajaran di kelas dan semua

siswa ikut berpartisipasi, sedangkan kegiatan pembelajaran perbaikan

dilakukan setelah diketahui adanya kesulitan belajar, kemudian diadakan

pelayanan khusus.

2) Tujuan pembelajaran biasa adalah dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran

yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semua

Page 5: Pembelajaran Remedial

5

siswa, sedangkan pembelajaran perbaikan tujuannya disesuaikan dengan kesulitan

belajar siswa, walaupun tujuan akhirnya sama.

3) Metode yang digunakan dalam pembelajaran biasa sama untuk semua siswa,

sedamgkan metode dalam pembelajaran remedial disesuaikan dengan sifat, jenis,

dan latar belakang kesulitan.

4) Pembelajaran biasa dilakukan oleh guru, sedangkan pembelajaran perbaikan oleh

tim (kerja sama)

5) Alat pembelajaran remedial lebih bervariasi.

6) Pembelajaran perbaikan lebih diferensial dengan pendekatan individu.

7) Evaluasi pembelajaran perbaikan disesuaikan dengan kesulitan bel;ajar yang

dialami oleh siswa.

1.31.31.31.3Prinsip Pembelajaran RemedialPrinsip Pembelajaran RemedialPrinsip Pembelajaran RemedialPrinsip Pembelajaran Remedial

Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta

didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat

berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam mecapai

kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial

sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:

1) Adaptif

Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program

pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar

sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan

kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual

peserta didik.

2) Interaktif

Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara

intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini

didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat

perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui

Page 6: Pembelajaran Remedial

6

kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan

segera diberikan bantuan.

3) Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian

Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-

beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode

mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

4) Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin

Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai

kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat

korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik

dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.

5) Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan

Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu

kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus

berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik

dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.

Page 7: Pembelajaran Remedial

7

Prosedur Pembelajaran Ramedial

2.12.12.12.1 Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam

keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian

kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar-mengajar.

Secara umum, dapat dikatakan bahwa pengembangan prosedur sistem pengajaran

remedial didasari oleh pokok-pokok pikiran yang berlaku untuk prinsip belajar tuntas

(mastery learning). Diantara pokok-pokok pikiran tersebut ialah :

1) Bahwa terdapat keragaman individual di dalam kemampuan, dalam arti kecepatan

belajar,

2) Bahwa sampai batas normalitas tertentu, setiap individu mungkin dapat mencapai

tingkat penguasaan (level of mastery) prestasi belajar tertentu seperti yang dicapai

oleh temannya asalkan :

� Diberikan waktu yang cukup sesuai dengan keperluannya,

� Kualitas pengajaran yang sesuai dengan kondisi objektif siswa yang

bersangkutan,

� Kematangan dan kesiapan belajar siswa yang bersangkutan.

� Proses belajar mengikuti azas keseimbangan.

Secara khusus, pokok-pokok pikiran yang mendasari setiap langkah prosedur

pengajaran remedial itu antara lain sebagai berikut:

Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya dipandang perlu, karena bukan

mustahil terdapat kesalahan atau kekeliruan (errors), baik didalam tafsiran maupun

kesimpulannya berikut data atau informasi yang mendukungnya.Tujuan pengajaran

remedial akan tercapai jika dipilih alternatif tindakan remedial yang sesuai, efektif dan

efesien.

Terciptanya kesehatan mental kasus kesulitan belajar merupakan pra kondisi bagi

pelaksanaan pengajaran remedial yang efektif dan efesien.Dengan terciptanya kembali

suatu situasi yang dipandang lebih sesuai dengan kondisi objektif siswa, peningkatan

prestasi dan kemampuan penyesuaian diri diharapkan dapat terjadi.

Page 8: Pembelajaran Remedial

8

Indikator perubahan perilaku dari pengajaran remedial perlu diamati dan diukur

secara seksama sehingga dapat memberikan informasi seksama pula.Dengan

mempergunakan patokan criteria keberhasilan yang telah ditetapkan terlebih dahulu

(seperti yang berlaku untuk siswa pada umumnya). Hail pengukuran itu perlu ditafsirkan

dan disimpulkan sejauh mana taraf keberhasilannya tercapai.

Berpedoman kepada pokok-pokok pikiran itu suatu alternatif prosedur seperti

yang telah dikembangkan dapat dipilih sehingga akan diketahui kapan harus dimulai dan

diakhirinya pengajaran remedial yang dimaksudkan.

Dari diagram skematik dapat digambarkan sekurang-kurangnya empat alternatif

prosedur sesuai dengan keperluannya. Keempat alternatif itu ialah :

1) Prosedur I, mencakup langkah 1-2-3-4-5-6;

2) Prosedur II, mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6;

3) Prosedur III, mencakup langkah 1-2-3-4-6-(7); dan

4) Prosedur IV, mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6-(7).

Untuk jelasnya, setiap langkah kita deskripsikan fungsi, tujuan/sasaran, dan

kegiatannya sebagai bertikut:

Page 9: Pembelajaran Remedial

1) Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya

Langkah ini merupakan tahapan paling fundamental dalam pengajaran

remedial karena merupakan landasan pangkal tolok langkah

berikutnya. Sasaran pokok langkah ini ialah:

� Diperolehnya gambaran

kasus-kasus berikut permasalahannya;

� Diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai fasibilitas

alternatif tindakan remedial yang direkomendasikan.

Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya

Langkah ini merupakan tahapan paling fundamental dalam pengajaran

remedial karena merupakan landasan pangkal tolok langkah-langkah kegiatan

berikutnya. Sasaran pokok langkah ini ialah:

Diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai karakteristik

kasus berikut permasalahannya;

Diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai fasibilitas

alternatif tindakan remedial yang direkomendasikan.

9

Langkah ini merupakan tahapan paling fundamental dalam pengajaran

langkah kegiatan

yang lebih definitif mengenai karakteristik

Diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai fasibilitas

Page 10: Pembelajaran Remedial

10

Sesuai dengan sasaran tersebut maka kegiatan dalam langkah ini

difokuskan kepada suatu analisis rasional atas hasil diagnostik yang telah kita

lakukan atau rekomendasikan yang kita terima dari pihak atau ahli lain (guru

bidang studi, walikelas, petugas BK, dan sebagainya). Secara lebih konkrit,

analisis ini akan merupakan kegiatan pengecekan atau penelitian kembali

terhadap:

� Kebenaran (validitas) dan kelengkapan data informasi yang

mendukung pernyataan atau deskripsi tentang karakteristik kasus

berikut permasalahannya;

� Relevansi antara tafsiran dan kesimpulan yang dibuat dengan data

informasi pendukungnya serta konsistensi antara berbagai

data/informasi dengan tafsiran dan kesimpulannya satu sama lain

secara integral;

� Ketetapan estimasi kemungkinan penanganannya berdasarkan hasil

diagnosis yang didukung oleh data/informasi yang relevan dan yang

tersedia;

� Fisibilitas dari setiap alternatif tindakan remedial yang

direkomendasikan.

Berdasarkan hasil telaahan ini diharapkan terjawab pertanyaan berikut:

1) Siapa kasus yang perlu ditangani itu?

- Hanya satu atau dua dari keseluruhan anggota kelompok/kelas

- Sebagian besar anggota kelompok tertentu (slow learners, lower

group, etc.) dari keseluruhan siswa kelas.

- Sebagian terbesar atau bahkan mungkin keseluruhan siswa dikelas.

2) Seberapa jauh tingkat kelemahannya secara umum dipandang dari segi

kriteria keberhasilan yang diharapkan?

- Sekitar 60%, atau

Page 11: Pembelajaran Remedial

11

- Sekitar 50%, atau

- Sekitar 40% atau kurang dari itu.

3) Dimanakah letak kelemahannya dipandang dari ruang lingkup dan

urutan bidang/program studi yang bersangkutan?

- Pada sebagian besar atau bahkan mungkin keseluruhan bidang

studi;

- Pada bidang studi tertentu saja; atau

- Pada unit tertentu dari suatu bidang studi saja; dan sebagainya.

4) Pada tingkat dan kawasan hasil belajar manakah kasus itu mengalami

kelemahan dipandang dari taksonomi tujuan-tujuan pendidikan?

- Kognitif : hafalan, permasalahan, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi; dan atau

- Afektif : Penyadaran atau penanggapan, sambutan, penghargaan,

pendalaman dan penjelmaan/karakteristik; dan atau

- Psikomotor : pola gerak-gerik keterampilan perilaku umum,

perialku khusus, eksresif, komunikatif.

5) Faktor manakah yang merupakan penyebab utama dipandang dari segi

raw inputs (siswa sendiri) PBM yang bersangkutan?

- Terbatasnya kemampuan dasar intelektual : umum/bakat khusus.

- Kurangnya minat dan motivasi: rendah, malas, kurang berminat.

- Sikap yang kurang positif terhadap: guru, bahan pelajaran.

- Kebiasaan belajar yang salah atau kurang memadai dalam:

• Mengorganisasikan waktu/fasilitas belajar;

• Mengorganisasikan sumber/bahan pelajaran;

• Melalaikan tugas/memandang enteng terhadap pekerjaan.

6) Kurangnya menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar yang

diperlukan, misalnya dalam :

Page 12: Pembelajaran Remedial

12

- Mencari/menghimpun, mengamati/mengobservasi, mencatat dan

mengorganisasikan informasi, fakta, konsep prinsip/kaidah/dalil,

prosedur yang dipelajari; dan atau

- Mengaplikasikan/mengoperasikan formula/prinsip/metode

prosedur/teknik yang telah dipelajari ke dalam pemecahan masalah;

dan atau

- Mengoperasikan kaidah-kaidah logika (sebab, akibat, asosiasi,

diferensi, komparasi dan sebagainya) formula dalam melakukan

analisis sintesis dan evaluasi.

- Belum cukup matang (immaturation)dan siap untuk mengikuti

program PBM utama yang bersangkutan.

7) Faktor manakah yang mungkin menjadi penyebab utama dari

komponen instrumental input (sarana penunjang) PBM yang

bersangkutan?

- Kurang serasi program (satu program untuk semua, tidak efektif

atau alternatif) dengan keragaman siswa;

- Kurang serasi bahan/sumber belajar yang tersedia dengan apa yang

diperlukan (jumlah terbatas, langka, tak terbaca, tak terpahamkan);

dan atau

- Kurang serasi strategi/metode/teknik belajar-mengajar dengan

keragaman siswa (terlalu bertsifat klasikal, tiada layanan

individual); dan atau

- Kurang serasi fasilitas teknis yang ada dengan apa yang diperlukan:

- Jumlahnya terbatas,

- Tempat dan kesempatan waktunya terbatas,

- Sukar dioperasikannya,

- Bahannya langka/mahal.

- Kurang serasi hubungan/kondisi objektif guru dengan siswa dan

bidang studi yang bersangkutan:

Page 13: Pembelajaran Remedial

13

• Kurang menguasai bahan/metode/teknik/sumber yang

diperlukan;

• Kurang tanggap/responsif situasi kelas/dinamika kelompok;

• Penampilan kurang menarik/meyakinkan;

• Beberapa sifat pribadi yang kurang

menguntungkan/menunjang terhadap tugas/peranannya sebagai

guru;

• Keadaan kelas memang terlalu besar jumlahnya atau terlalu

heterogen sifat/latarbelakangnya;

• Terlalu banyak/beban mengajarnya.

- Kurangnya daya dukung fasilitas fisik yang diperlukan (ruang

belajar, laboratorium, perpustakaan,dll).

8) Faktor manakah yang terdapat dalam lingkungan yang diduga

merupakan sumber penyebab utama kesulitan?

- Di sekolah : apakah iklim sosial cukup sehat dan merangsang

untuk belajar;

- Di rumah : apakah iklim social cukup sehat dan merangsang untuk

belajar dan daya dukung fasilitas belajar cukup tersedia;

- Di masyarakat : apakah cukup tersedia ruang/tempat memperkaya

pengalaman belajar.

9) Apakah komponen output turut juga menjadi salah satu sebab kesulitan

belajar-mengajar?

- Terlalu tinggi tuntutan standar (kriteria keberhasilan) hasil belajar.

- Terlalu menekankan pada aspek lainnya.

- Tiadanya patokan sebagai ukuran baku yang dapat dijadikan

pedoman umum oleh setiap guru dan siswa.

10) Apakah perkiraan tentang kemungkinan penanganannya cukup teliti

dan beralasan?

Page 14: Pembelajaran Remedial

14

- Apakah masih mungkin atau tidak kesulitan itu dipecahkan oleh

guru dan siswa atau dengan bantuan pihak lain,

- Berapa lama waktu diperlukan untuk itu.

- Apakah cukup tersedia daya dukung fasilitas yang diperlukan.

- Apakah alternatif yang direkomendasikan?

- Adakah ditunjukan segi keuntungan dari alternatif yang disarankan,

- Adakah pula ditunjukkan segi kelemahannya,

- Adakah dikemukakan persyaratan fasilitas dukungan yang

diperlukan.

2) Menentukan alternatif pilihan tindakan

Langkah ini merupakan lanjutan logis dari langkah pertama. Dari hasil

penelaahan yang kita lakukan pada langkah pertama itu, akan diperoleh

kesimpulan mengenai dua hal pokok, yaitu :

1) Karakteristik khusus yang akan ditangani secara umum,dapat

dikategorikan pada salah satu dari tiga kemungkinan di bawah ini :

- Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan hanya memiliki kesulitan

dalam menemukan dan mengembangkan pola strategi/metode/teknik

belajar yang lebih sesuai, efektif, dan efisien.

- Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan disamping memiliki

kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan pola

strategi/metode/teknik belajar yang sesuai, efektif dan efisien, juga

dihadapkan kepada hambatan-hambatan ego-emosional, potensial-

fungsional, sosial-psikologis, dalam penyesuaian dengan dirinya dan

lingkungannya.

- Kasus yang bersangkutan disimpulkan telah memliki kecenderungan

kearah kemampuan kecenderungan menemukan dan mengembangkan

pola-pola strategi/metode/teknik belajar yang sesuai, efektif dan

efisien, namun terhambat oleh kondisi, ego-emosional, social-

psikologis, dan factor instrument-environ-mental lainnya.

Page 15: Pembelajaran Remedial

15

2) Alternatif pemecahannya, mungkin lebih strategis jika :

- Langsung kepada langkah keempat (pelaksanaan pengajaran

remedial), misalnya jika kasusnya termasuk kategori yang pertama;

- Harus menempuh dahulu langkah ketiga (layanan BK/psikoterapi)

sebelum lanjut ke langkah ke-4, jika kasusnya termasuk kategori ke-2

atau ke-3.

Dengan demikian, sasaran pokok kegiatan yang dilakukan dalam tahapan

ini ialah membuat keputusan pilihan alternatif mana yang ditempuh

berdasarkan pertimbangan rasional yang saksama.

Sebagai dasar pertimbangan yang fundamental dalam proses pengambilan

keputusan ini, antara lain beberapa prinsip berikut:

� Efektifitas, dalam arti lebih ampuh untuk menjamin tercapainya

tujuan pengajaran remedial yang diharapkan.

� Efisiensi, dalam arti lebih memerlukan usaha dan pengorbanan serta

fasilitas seminimal mungkin denagn hasil yang diharapkan seoptimal

mungkin.

� Keserasian, dalam arti kesesuaian dengan:

- Jenis karakteristik, intensitas, dan latar belakang

permasalahannya;

- Jumlah, jenis dan sifat kepribadian kasus;

- Tingkat penguasaan teori, kemahiran praktik dan sifat kepribadian

guru yang akan menamganinya;

- Kesediaan dan kecukupan daya dukung/sarana

penunjang/lingkungan (ruang/waktu dengan kelengkapannya,

sikap/bantuan pihak lain) yang diperlukan;

- Waktu dan kesempatan yang tersedia pada pihak guru, pihak lain,

dan yang bersangkutan.

Sudah barang tentu di atas semua pertimbangan itu, guru akhirnya harus

mengambil keputusan alternatif tindakan bukan hanya atas dasar alasan-alasan

teknis operasional belak, melainkan juga pertimbangan etika dan tanggung

Page 16: Pembelajaran Remedial

16

jawab moral kemanusiaan bahwa kasus siswa itu amanat Allah SWT, yang

dititipkan kepadanya sehingga perlu dibantu demi kelangsungan dan

kebahagiaan hidupnya. Seyogianya pertimbangan-pertimbnagan lain pun

seperti tanggung jawab administratif, tanggung jawab professional turut

mewarnai keputusan yang akan diambil nanti.

3) Layanan bimbingan dan konseling

Langkah ini pada dasarnya bersifat pilihan bersyarat (optimal and

conditional)ditinjau dari kerangka keseluruhan prosedur pengajaran remedial.

Sasaran pokok yang hendak dituju oleh layanan ini ialah terciptanya kesehatan

mental kasus, dalam arti ia terbatas dari hambatan dan ketegangan batinnya

untuk kemudian siap sedia kembali melakukan kegiatan belajar secara wajar

dan realistis.

Di dalam praktiknya, langkah ini mungkin sampai batas-batas tertentu

masih ditangani oleh guru sendiri. Namun, mungkin sekali dengan bantuan

atau kerjasama pihak lain. Diantara sekian banyak masalah kesuliatan

penyesuaian, yang masih dapat ditangani para guru pada umumnya, antara lain:

1) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kurangnya motivasi dan

minat belajar

Beberapa cara atau teknik yang disarankan oleh kaum psikolog dan

pendidik untuk membantu kasus tipe ini (Woodworth dan Marquis) antara

lain:

� Hindarilah saran dan pernyataan negatif yang dapat melemahkan

kegairahan belajar;

� Ciptakan situasi-situasi kompetitif sesama siswa secara sehat;

� Kembangkanlah sasaran-sasaran antara atau tujuan-tujuan khusus

intermediair yang mudah dijangkau secara bertahap;

� Berikanlah dorongan untuk self competition dengan memberikan

informasi tentang prestasi yang telah dicapainya dari saat ke saat atau

dari bidang ke bidang studi yang satu terhadap lainnya.

Page 17: Pembelajaran Remedial

17

� Berikan kesempatan kepada individu atau kelompok untuk

mendiskusikan aspirasi-aspirasinya secara rasional;

� Berikan ganjaran yang tulus dan wajar, kendatipun berupa ucapan

pujian;

� Laksanakan sanksi hukuman atas kelalaian dengan bijaksana, adil, dan

berwibawa;

� Tunjukkan manfaat dari pelajaran bagi kepentingan siswa yang

bersangkutan pada saat kini dan nanti.

2) Kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang sikap negatif terhadap

guru, pelajaran dan situasi belajar

Beberapa alternatif teknik yang disarankan untuk membina sikap

positif terhadap belajar, antara lain:

� Ciptakan iklim sosial yang sehat di dalam kelas atau kelompok studi;

� Berikan kesempatan memperoleh pengalaman yang menyenangkan atau

memuaskan atau memperoleh sukses dalam belajar meskipun dengan

prestasi yang minimal sekali pun.

3) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kebiasaan belajar yang

salah

Beberapa cara membantu kasus yang disarankan antara lain:

� Tunjukkan akibat atau pengaruh kebiasaan yang salah terhadap prestasi

belajar dan kehidupan seseorang;

� Berikan kesempatan masa transisi untuk berlatih dengan pola-pola

kebiasaan baru dan meninggalkan kebiasaan lama yang salah.

4) Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang ketidakserasian antara

kondisi objektif keragaman pribadinya dengan kondisi objektif

instrumental input dan lingkungannya

Page 18: Pembelajaran Remedial

18

Beberapa saran yang dapat ditempuh guru dalam hal ini antara lain:

� Bimbingan informasi dalam pilihan program atau bidang studi, bahan

atau sumber, strategi atau metode/teknik belajar secara rasional;

� Diskusi atau kerja kelompok;

� Proyek kegiatan bersama dikelas, karyawisata, dan sebagainya.

Teknik-teknik layanan bimbingan dan penyuluhan atau psikoterapi lebih

lanjut untuk menangani masalah kesulitan berlatar belakang hambatan ego-

emosional, sosial-psikologis, potensial-fungsional, dan sifat-sifat kepribadian

lainnya seyogianya ditangani oleh atau dengan petugas ahli lain.

Siapa pun yang menangani pelaksaan langkah ketiga ini, pada suatu saat

harus diakhiri dan kegiatan segera dialihkan pada langkah ke-4 (pengajaran

remedial yang sebenarnya). Sebagai patokan untuk mendeteksi keberhasilan

layanan bantuan sementara. Robinson (1950:96) antara lain menyarankan

indikatornya :

1) Menunjukan minat untuk mencari pemecahan atas masalah yang

dihadapinya,

2) Menunjukkan kesediaan kerjasama dengan pihak lain (guru, petugas BK,

dan sebagainya) guna mencari jalan pemecahan masalah yang

dihadapinya,

3) Ketegangan atau sikap mulai berbeda, sikap terbukanya tampak,

4) Mulai tampak kemampuan untuk menyadari masalahnya secara realistic,

5) Mulai tampak kemampun untuk mengembangkan, menimbang dan

memilih alternative pemecahan yang mungkin ditempu,

6) Menunjukkan kesediaan dan kesanggupan untuk melaksanakan alternative

tindakan pemecahan lebih lanjut yang telah dipilihnya, termasuk

penyesuaian-penyesuaian baik terhadap dirinya maupun lingkungannya.

Page 19: Pembelajaran Remedial

19

4) Melaksanakan pengajaran remedial

Dengan terciptanya prakondisi seperti digambarkan paragraph di atas

(bagi kasus tertentu) langkah ke empat yaitu pelaksanaan pengajaran remedial

barulah dianggap tepat.

Seperti di jelaskan di atas, sasaran pokok dari setiap pengajaran remedial

ini ialah terciptanya peningkatan prestasi dan atau kemampuan penyesuaian

diri sesuai dengan criteria kerberhasilan yang ditetapkan.Strategi dan teknik

pelaksanaan pengajaran remedial yang merupakan inti dari unit ini, akan

dibahas kemudian.

5) Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali

Dengan selesainya pembelajaran remedial, seyogianya dideteksi ada atau

tidaknya perubahan pada diri kasus. Oleh karena itu, perlu diadakan

pengukuran kembali.

Hasil pengukuran ini akan memberikan informasi seberapa jauh atau

seberapa besar perubahan telah terjadi, baik dalam arti kuantitatif maupun

kualitatif. Cara dan instrumen yang digunakan dalam pengukuran pada langkah

ini seyogianya sama dengan apa yang digunakan pada waktu post-test atau test

sumatif dari PBM utama.

6) Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik

Pada akhirnya, hasil pengukuran harus ditafsirkan dan ditimbang kembali

dengan mempergunakan cara dan criteria untuk PBM utama.

Hasil penafsiran dan pertimbangan ini akan membawa tiga kemungkinan

kesimpulan:

� Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian

dirinya dengan mencapai criteria keberhasilan minimum seperti yang

diharapkan,

� Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian

dirinya namun masih belum sepenuhnya memadai criteria keberhasilan

minimum yang diharapkan,

Page 20: Pembelajaran Remedial

20

� Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti, baik dalam segi

prestasinya maupun dalam kemampuan penyesuaian dirinya.

Rekomendasi yang seyogianya dikemukakan sebagai tindak lanjut hasil

kesimpulan di atas sudah tentu hendaknya menunjukkan tiga kemungkinan:

Bagi kasus pertama

dapat dinyatakan terminal (kalau program PBM utamanya merupakan yang

terakhir) atau direkomendasikan untuk melanjutkan kepada program PBM

utama tahap (unit) berikutnya,

Bagi kasus kedua

seyogianya diberikan program khusus yang ditunjukkan kepada pengayaan dan

pengukuran prestasi atau kemampuannya sebelum dinyatakan terminal atau

diperkenankan melanjutkan kepada program selanjutnya,

Pada kasus ke tiga

seyogianya dilakukan rediagnostik sehingga mungkin nanti ditemukan dimana

letak kelemahannya dari pengajaran remedial tersebut, apakah pada setiap

(semua langkah atau hanya langkah tertentu saja) remedial perlu diadakan

ulang dengan alternatif yang sama atau yang lainnya.

7) Remedial pengayaan dan pengukuran (tambahan)

Seperti halnya langkah ke-3, langkah ini pun bersifat pilihan (optional)

yang kondisional. Langkah ini ditempuh jika kebetulan memang ada kasus

seperti yang ke-2 (6.b) serta persyaratan terpenuhi seperti untuk langkah ke-3,

antara lain ada atau tidaknya kesempatan pada pihak guru dan siswa, daya

dukung fasilitas teknis, serta sarana penunjang yang diperlukan.

Sasaran pokok langkah ini ialah agar hasil remedial itu lebih sempurna

dengan diadakan pengayaan dan pengukuhan ini.

Cara dan instrument yang digunakan dapat berbagai bentuk, misalnya

dengan jalan penguasaan untuk pemecahan soal tertentu, pengajaran proyek

Page 21: Pembelajaran Remedial

21

kecil tertentu atau membaca dan menganalisis artikel tertentu, dan sebaginya.

Hasilnya, harus dilaporkan atau ditunjukkan kembali kepada guru untuk dinilai

seperlunya sebelum yang bersangkutan dinyatakan terminal dengan

programnya atau diperkenankan melanjutkan kepada PBM atau berikutnya.

2.22.22.22.2 EvaluasiPengajaranRamedialEvaluasiPengajaranRamedialEvaluasiPengajaranRamedialEvaluasiPengajaranRamedial

Dalam paragraph pembahsan di atas telah kita pelajari 3 strategi dasar termasuk

beberapa teknik pengajaran remedial yang dapat dipertimbangkan oleh para guru.

Meskipun setiap alternatif model pendekatan itu secara teoritis mungkin dapat

dipergunakan, namun belum tentu setiap model akan cocok bagi setiap orang. Oleh

karena itu, para guru seyogianya mempunyai kemampuan melakukan pilihan model mana

yang dipandang paling cocok baginya.

Suatu pilihan rasional, mau tidak mau melibatkan suatu tindakan penilaian (evaluasi).

Setiap tindakan evaluasi sudah lazim memerlukan adanya suatu prangkat criteria atau

tolak ukur sebagai pegangan, suatu cara atau teknik pengumpulan dan pengolahan data

informasi untuk menunjukan gmbaran seberapa jauh objek yang dievaluasi itu memadai

atau tidaknya sesuai dengan criteria yang ditetapkan. Paragraf ini menerangan mencoba

secara garis besar mengetengahkan kedua hal pokok tersebut.

1) Prangkat Kriteria Kebaikan Suatu Model Strategi dan atau Teknik Pendekatan

Pengajaran Remedial

Secara esensial kriteria pilihan alternatif model pendekatan ini sebenarnya

serupa dengan kriteria pilihan alternatif tindakan seperti dikemukakan dalam

paragraf kedua terdahulu, yang berorientasi kepada tiga prinsip, yaitu:

keserasian, keefektifan, dan kelancaran.

Dengan demikian, secara refresentatif dapat kita formulasikan bahwa suatu

model strategi dan atau teknik pendekatan pengajaran remedial dapat dipandang

baik kalau terdapat indukator yang didukung oleh data/informasi yang memadai

bahwa model itu:

Serasi dengan tujuan (pemecahan permasalahan), jenis/jumlah

tingkat/karakteristik kasus berikut permasalahannya, kemampuan teknis dan

Page 22: Pembelajaran Remedial

22

kerpibadian guru yang bersangkutan, serta daya dukung fasilitas

instrumental/tempat/lingkungan/waktu atau kesempatan,

Efektif yang dijujukan oleh adanya peningkatan prestasi belajar dan

kemampuan penyesuaian diri pada siswa sesuai dengan criteria keberhasilan yang

diharapkan,

Efisien yang didukung oleh minimalnya waktu yang digunakan untuk

mencapai peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian sisa tersebut.

Sudah barang tentu dapat kita tambahkan lagi komponen-komponen criteria

lainnya, namun tiga yang tetsebut diatas memerlukan data/informasi yang

berbeda. Kriteria pertama (keserasian) data/informasinya relatif sukar untuk

dikuantifikasikan disamping menyangkut banyak aspek yang beragam sumbernya.

Oleh karena itu, cara penilaiannya akan lebih banyak bersifat pertimbangan saja

daripada penilaiannya (dalam hal ini guru yang bersangkutan). Lain halnya

dengan kedua dan ketiga (efektivitas dan efisien), dimana tingkat kemajuan

belajar dan ukuran waktu yang dipergunakan relatif mudah dicatat angka-

angkanya. Namun, satu hal mengenai tingkat kemampuan penyesuaian diri pada

kriteria ke-2 (efektif), juga akan lebih banyak bersifat pertimbangan. Meskipun

demikian, pada kriteria itu diperlukan data/informasi yang serupa sifatnya, yaitu

empiris. Sedangkan kriteria pertama pada dasarnya lebih bersifat rasional.

Mempertimbangkan kondisi seperti ini maka para guru hendaknya mampu

mempergunakan kedua cara pendekatan rasional dan enpiris.

2) Pendekatan rasional terhadap masalah keserasian suatu model strategi dan

teknik pendekatan pengajaran remedial

Ada dua cara yang fisibel untuk medeteksi seberapa jauh taraf keserasian

model yang kita evaluasi itu, yaitu kita kembangkan dalam:

Bentuk pertanyaan pada setiap aspekmyamg dinilai atau, kita kembangkan

dalam bentuk atau format skala penilaian atau daftar cek.

Hal penting lainnya yang harus kita ingat pula ialah hendaknya ditetapkan

ancar-ancar skala atau tingkat kualifikasi keserasian yang diharapkan, misalnya

Page 23: Pembelajaran Remedial

23

disusun secara continue mulai dari sangat memadai, diragukan, kurang memadai,

sangat kurang memadai.

3) Remedial empiris terhadap masalah keserasian suatu model strategi dan teknik

pengajaran remedial

Russell (1974:92-95) mengemukkan suatu model perhitungan mengenai taraf

keefektifan dan kelancaran suatu model atau system/pengajaran modul yang

mempunyai nilai diagnosik dan remedial, yang mempergumakan data/informasi

angka nilai prestasi belajar siswa dengan menggunakan formula sebagai berikut.

Formula keberhasilan (keefektifan), ialah:

Keefektifan = Terminal behaviors - Entry behaviors atau

Nilai prestasi = Nilai post-test - Nilai pre-test

Formula kelancaran (efficiency), ialah:

Efisiensi = keefektifan/waktu = Term. Behaviors-Enter. Behavs/Time

Contoh penggunaannya:

Guru A mencatat tingkat penguasaan seseorang/ sejumlah siswa pada waktu

per-test sebesar 20% dari ktiteria keberhasilan yang diharapkan. Kemudiab

setelah dilaksanakan pengajaran remedial tersebut dengan strategi/teknik tertentu,

siswa dites kembali dengan instrument atau alat pengukuran/penilaian yang

serupa. Ternyata menunjukan tingkat penguasaan 95% dengan menggunakan

waktu selama sekitar 60 menit.

Perhitungan:

Taraf keefektifan pengajaran remedial Guru A itu ialah:

95%-20% = 75% (peningkatan)

Taraf efisiennya ialah = 95%-20% / 60 menit = 1,25% /menit

Page 24: Pembelajaran Remedial

24

Dengan mengetahui angka-angka nilai siswa pada saat pre-test dengan post-

test kita dapat mendeteksi taraf keefektifan dan kelancaran pengajaran remedial

tersebut secara empiris.

Alangkah baiknya kalau evaluasi pengajaran remedial itu dilakukan dengan

mempergunakan kriteria secara lengkap dan terpadu, baik aspek rasionalnya

maupun empirisnya. Namun, bagi kepeluan pemilihan suatu model perama

kalinya tentu cukup baik jika kiita sudah dapat mempergunakan pendekatan

secara rasional.

Mengenai taraf keberhasilan model strategis dan teknik layanan bimbingan

belajar pun (misalnya: direktif, non direktif (elektrik)) kita dapat mempergunakan

model serupa dengan mempertimbangkan aspek-aspek atau komponene-

komponen yang nilainya seperti disarankan oleh Robinson.

2.32.32.32.3 Memahami Kegiatan Remedial dan Memahami Kegiatan Remedial dan Memahami Kegiatan Remedial dan Memahami Kegiatan Remedial dan PPPPengayaan untuk Perbaikan engayaan untuk Perbaikan engayaan untuk Perbaikan engayaan untuk Perbaikan

Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran

Kegiatan remedial adalah kegiatan yang ditujukan untuk membantu siswa yang

mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran. Sesuai dengan pengertiannya,

tujuan kegiatan remedial ialah membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan dalam kurikulum yang berlaku.

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, fungsi kegiatan remedial adalah:

1) Memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru (fungsi korektif);

2) Meningkatkan pemahaman guru dan siswa terhadap kelebihan dan kekurangan

dirinya (fungsi pemahaman);

3) Menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa (fungsi penyesuaian);

4) Mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran (fungsi akselerasi); dan

5) Membantu mengatasi kesulitan siswa dalam aspek sosial-pribadi (fungsi

terapeutik).

Perbedaan kegiatan remedial dari pembelajaran biasa terletak pada pendekatan yang

digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan remedial

direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan individu atau kelompok siswa.

Page 25: Pembelajaran Remedial

25

Sedangkan pembelajaran biasa menerapkan pendekatan klasikal, baik dalam perencanaan

maupun dalam pelaksanaannya.

Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran biasa untuk

membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan (preventif); setelah kegiatan

pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar (kuratif);

atau selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa (pengembangan).

Dalam melaksanakan kegiatan remedial guru dapat menerapkan berbagai metode dan

media sesuai dengan kesulitan yang dihadapi dan tingkat kemampuan siswa serta

menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki siswa.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan remedial adalah:

� Analisis hasil diagnosis kesulitan belajar,

� Menemukan penyebab kesulitan,

� Menyusun rencana kegiatan remedial,

� Melaksanakan kegiatan remedial, dan

� Menilai kegiatan remedial.

2.32.32.32.3 Beberapa Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Beberapa Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Beberapa Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Beberapa Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran

RemedialRemedialRemedialRemedial

Saran akhir pembelajaran remedial identik dengan pengajaran biasa (pada

umumnya), yaitu membantu setiap siswa dalam batas-batas normalitas tertentu agar dapat

mengembangkan diri seoptimal mungkin sehingga dapat mencapai tingkat penguasaan

atau ketuntasan (leavel of mastery) tertentu, sekurang-kurangnya sesuai dengan batas-

batas criteria keberhasilan yang dapat diterima. Mengingat secara empiris saran-saran

strategis itu tidak selamanya dapat tercapai dengan pendekatan sistem pengajaran

konvensional maka perlu dicapai upaya pendekatan strategis lainya.

Dalam konteks konsep dasar diagnostik dan pengajaran remedial, Ros dan Stenly

menjelaskan bahwa tindakan strategis itu seyogianya dapat dilakukan secara kuratif dan

preventif.

1) Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial yang Bersifat Kuratif.

Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif kalau dilakukan

setelah program PBM utama selesai diselenggarakan. Tindakan ini didasarkan

Page 26: Pembelajaran Remedial

26

atas kenyataan empiris bahwa ada seseorang atau sejumlah orang atau bahkan

mungkin sebagian besar atau seluruh anggota kelas/kelompok belajar dapat

dipandang tidak mampu menyelesaikan program PBM secara sempurna, sesuai

dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Program PBM dapat diartikan

sebagai program untuk tiap pertemuan, untuk satuan (unit) bahan pelajaran atau

satuan waktu (mingguan, bulanan, triwulan, semesteran, tahunan dan sebagainya)

tertentu.

Sasaran pokok dari tindakan ini agar:

� Siswa yang prestasinya jauh sekali di bawah batas kriteria keberhasilan

minimal, diusahakan pada suatu saat tertentu dapat memadai kriteria

keberhasilan minimal tersebut,

� Siswa yang sedikit masih kurang atau bahkan telah tinggi sekalipun

prestasinya dari ukuran criteria keberhasilan minimal, pada suatu saat

dapat lebih disempurnakaan atau diperkaya, bahkan mungkin ditingkatkan

kepada program yang lebih tinggi lagi

� Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut, para ahli telah

mengembangkan beberapa teknik pendekatan seperti: pengulangan,

pengayaan dan pengukuhan serta percepatan (acceleration).

Dengan memperhatikan gambaran visual tersebut, ketiga teknik

pendekatan pengajaran remedial kuratif dapat dijelaskan lebih lanjut

sebagai berikut:

2) Pengulangan (repetition)

Sejalan dengan upaya diagnostiknya, pengulangan ini dapat terjadi pada

beberapa tingkatan, yaitu:

� Pada setiap akhir jam pertemuan tertentu,

� Pada setiap akhir unit (satuan bahan) pelajaran tertentu,

� Pada akhir setiap satuan program studi (triwulan/semesteran/tahunan

tertentu).

Page 27: Pembelajaran Remedial

27

Pelaksanaan layanan pengajaran remedial mungkin diberikan dan di

organisasikan:

� Secara perseorangan (induvudual), kalau ternyata siswa yang memerlukan

bantuan itu jumlhnya terbatas,

� Secara kelompok, jika ternyata terdapat sejumlah siswa yang mempunyai

jenis/lokasi/sifat kesalahan atau kesulitan bersama, bukan mustahil terjadi

juga dalam budang studi tertentu dialami oleh kelas secara keseluruhan.

Waktu dan cara pelaksanaannya juga ada berbagai kemungkinan,

misalnya:

Diadakan pada jam pertemuan kelas biasa betikutnya, jika sebagian besar atau

seluruh anggota kelas engalami kesulitan yang serupa, dimana:

� Bahan dipresentasikan dengan penjelasannya, baik sebagian atau

seluruhnya dari bahan jam pertemuan terdahulu,

� Diadakan latihan atau penugasan ataupun soal kembali yang dibentuknya

sejenis dengan tugas soal terdahulu,

� Diadakan pengukuran dan penilaian kembali untuk mendeteksi hasil

peningkatan kea rah criteria keberhasilan yang di harapkan.

Diadakan diluar pertemuan jam biasa, misalnya:

� Diadakan jam pelajaran tambahan pada hari atau jam tempat tertentu, jika

yang mengalami kesulitan itu hanya seseorang atau sejumlah orang

tertentu (umpamanya, pada sore hari, sehabis jam pelajaran biasa, waktu

istirahat untuk siswa lain, dan sebagainya)

� Diberikan untuk pekerjaan rumah (home work) dengan diperiksa kembali

hasil pekerjaannya oleh guru.

Diadakan kelas remedial khusus bagi siswa-siswa tertentu yang mengalami

kesulitan belajar tertentu dimana:

� Siswa lain belajar dalam kelas biasa sedangkan siswa tertentu belajar

dengan mendapat bimbingan khusus dari yang sama atau guru bidang

Page 28: Pembelajaran Remedial

28

studi sampai siswa yang bersangkutan mencapai tingkat penguasaan

(leavel of mastery) tertentu dapat bersama-sama lagi dengan temannya

dikelas biasa.

� Diadakan pengulangan secara total, jika ternyata siswa yang bersangkutan

prestasinya sangat jauh dari batas criteria keberhasilan minimal dalam

hamper keseluruhan program (kimponen bidang studinya), secara

konvensional kita kenal sebagai tinggal kelas.

3) Pengayaan dan Pengukuhan (Enrichment and reinforcement)

Kalau layanan pengulangan ditujukan kepada siswa yang mempunyai

kelemahan sangat mendasar, layanan pengayaan ditujukan kepada siswa yang

mempunyai kelemahan yang ringan bahkan secara akademik mungkin sangat

kuat. Materi program pengayannya mungkin bersifat:

� Ekivalen (hotijontal) dengan program PBM utama sehingga nilai bobot

kreditnya dapat diperhitungkan bagi siswa yang bersangkutan atau skadar,

� Suplementerterhadap program PBM utama, dengan tidak menambah

bobot kredit tertentu, yang penting dapat meningkatkan penguasaan

pengetahuan atau keterampilan bagi siswa yang relative lemah dan atau

memberikan dorongan serta kesibukan kepada siswa yang cepat belajar

untuk mengisi kelebihan waktunya dibndingkan teman sekelasnya.

Teknik pelaksanaannya juga dapat dengan berbagai cara, misalnya:

� Berupa tugas atau soal pekerjaan rumah (bagi siswa yang relative lemah)

atau

� Berupa tugas atau soal yang dikerjakan dalam kelas pada jam itu juga

sementara yang lain mengerjakan program PBM utamanya (bagi siswa

yang cepat belajar).

� Baik dalam rangka pekerjaan rumah maupun tugas tambahan seyogianya

diperiksa juga oleh guru apalagi jika ada perhitungannya jika ada

penambahan perhitungannya dengan pnambahan bobot kredit bagi siswa

yang akan merupakan intensif baginya.

Page 29: Pembelajaran Remedial

29

4) Percepatan (Acceleration, akselerasi)

Alternatif lain yang dapat kita berikan layanan kepada kasus berbakat,

tetapi menunjukan kesulitan psikosial atau egomosial ialah dengan jalan

mengadakan akselerasi atau promosi yang lebih tinggi kepada program PBM

utama berikutnya.

Ada dua mungkin pelaksanaannya:

� Promosi penuh status akademinya ke tingkat yang lebih tinggi sebatas

kemungkinannya, kalau memang yang bersangkutan menunjukan

keunggulan yang menyeluruh dari program studi yang ditempuhnya yang

luar biasa, untuk ini dapat diadministrasikan suatu “placement test” dari

tingkat yang akan ia masuki ,

� Maju berkelanjutan (continuous progress) tidak diartikan sebagai promosi

status akademisnya secara menyeluruh tetapi pada beberapa bidang studi

tertentu dimana layanan dengan program/bahan pelajaran yang lebih tinggi

terbatas kemampuannya, status akademisnya tetapi bersama teman

seangkatannya.

Pelaksanaan pelayanan pengajaran secara akseleratif ini tenru perlu adanya

kejasama diantara para guru yang bersangkutan disekolah tertentu. Bahkan, akan

sangat membantu kalau sudah dikembangkan secara modular sehingga para guru

akan mudah mengadministrasikannya meskipun banyak siswa dalam hal tertentu

mempunyai program studi yang beragam.

Kalau ketiga alternatif teknik pendekatan itu memungkinkan untuk

diadministrasikan secara efektif, kesulitan-kesulitan yang telah dialami siswa,

baik dalam arti bagi keperluan peningkatan prestasi akademis maupun

kemampuan penyesuaian mungkin berangsur dapat dikurangi dalam lingkungan

dan system persekolahan kita.

Page 30: Pembelajaran Remedial

30

5) Strategi dan Pendekatan yang Bersifat Preventif

Kalau strategi dan teknik kuratif ditunjukan kepada siswa yang secara empiris

sudah nyata-nyata menunjukan kesulitan tertentu (prestasi lemah, kurang mampu

melakukan penyesuaian), pendekatan preventif ditunjukan kepada siswa tertentu

yang berdasarkan data/informasi yang ada dapat diantisipasikan atau di

prediksikan atau setidak-tidaknya patut diduga akan mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya.

Oleh karena itu, sasaran pokok dari pendekatan preventif ini berusaha sedapat

mungkin agar hambatan-hambatan yang diantisipasikan itu dapat direduksi

seminimal mungkin sehingga siswa yang bersangkutan diharapkan dapat

mencapai prestasi dan kemampuan penyesuaian sesuai dengan criteria

keberhasilan yang ditetapkan.

Kalau dalam pendekatan kuratif tindakan remedial itu berpangkal tolak dari

hasil post-teaching diagnosik yang berdasarkan data/informasi hasil post-

test/sumatif, pendekatan preventif bertolak dari hasil pree-test/evaluasi reflektif

atau test of entering behaviors. Berdasarkan hasil pree-teacing diagnostic ini pada

garis besarnya siswa yang dapat diidentifikasikan kedalam tiga kategori ialah:

� Mereka yang diperkirakan akan mampu menyelesaikan program PBM

utama (biasa) sesuai dengan waktu yang telah disediakan (siswa termasuk

kategori normal rata-rata),

� Mereka yang diperkirakan akan sanggup menyelesaikan program lebih

cepat dari waktu yang ditetapkan (siswa-cepat),

� Mereka yang diperkirakan akan terlambat atau tidak akan dapat

menyelesaikan program sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan.

Atas dasar perkiran itu, maka aka nada tiga kemungkinan teknik layanan

pengajaran yang bersifat remedial seperti disarankan oleh para ahli pendidik dan

psikologi kependidikan, yaitu layanan pengajaran kelompok yang

diorgaanisasikan secara homogen (homogenious grouping), layanan pengajaran

secara individual (individualist based instructions) dan layanan pengajaran

kelompok dilengkapi kelas khusus.

Page 31: Pembelajaran Remedial

31

Layanan kepada kelompok belajar homogen

Secara visual langkah-langkah pelaksanaan dapat digambarkan sebagai

berikut:

Setelah diadakan penilain siswa dikelompokan kedalam 3 kelompok

homogen (A=Cepat, B=Rata-rata, C=Lambat).

Program pada ke-3 kelompok itu ruang lingkupnya ekivalen, tetapi

diorganisasikan secara relative berbeda. Perbedaan tersebut terletak dala cara

menerangkannya, contoh-contoh, soal/tugas, dan sebagainya.

Namun, yang penting ialah perkiraan agar ke-3 kelompok itu diharapkan

dapat menyelesaikan PBM atau terminalnya pada waktu yang relative bersamaan

sehingga mereka dapat mengikuti post-test atau pree-test atau test sumatif pada

saat yang sama.

Layanan Pengajaran Individual

Pada asasnya, konsep dasarnya sama dengan teknik yang pertama yaitu

penyesuaian dengan kondisi objektif siswa. Namun, pada teknik ini layanan

secara fundamental diberikan kepada siswa secara individual.

Langkah-langkahnya secara visual dapat pula digambarkan sebagai berikut.

Pada teknik layanan pengajaran ini setiap induvidu mempunyai program

tersendiri. Ia mempunyai kebebasan untuk melakukaan kegiatannya dan

melakukan konsultasi dengan tutor (guru) atau pihak lain yang diperlukan, dengan

tidak terikat keharusan mengikuti kam pelajaran seperti biasa di kelas. Namun, ia

terikat oleh batas-batas waktu akhir periode belajar yang telah ditetapkan

(triwulan, semesteran, dan sebagainya). Meskipun kegiatan belajar secara

individual, juga harus menempuh post-test atau test sumatif tertentu yang

diorganisasikan secara baku.

Program pengajaran untuk keperluan ini biasaanya telah diorganisasikan

dalam bentuk modul, yang pada prinsipnya setiap siswa mendapat layanan guru

secara individual.

Page 32: Pembelajaran Remedial

32

Layanan pengajaran secara kelompok dengan dilengkapi kelas khusus

remedial dan pengayaan

Secara visual teknik layanan ini dapat di lukiskan sebagai berikut:

Kalau pada teknik pertama (homogeneous grouping) sejak awal sampai post-

testsetiap siswa mengikuti program A atau B dan atau C tidak terjadi perpindahan

(mobilitas) selama program berlangsung, pada teknik yang ketiga ini pada

prinsipnya siswa berada dalam satu kelas yang sama dengan mengikutu program

PBM yang sama pula. Namun, disamping itu kepada siswa-siswa yang ternyata

mempunyai kesulitan-kesulitan tertentu telah disediakan tempat atau waktu dan

program layanan remedial khusus, begitu pula bagi siswa yang cepat belajar telah

disediakan program remedial atau pengayaan, mereka kembali kedalam kelompok

dan program belajar utama bersama teman-teman sekelasnya. Pada akhirnya,

mereka juga harus menempuh post-test secara bersama-sama pula.

Teknik pelaksanaan layanannya dapat serupa dengan teknik pertama, yaitu

dilakukan oleh beberapa guru dalam waktu yang bersamaan atau berbeda, dan

pula dilakukan oleh guru yang sama pada saat yang berbeda asalkan program dan

fasilitas teknisnya sudah disediakan dengan seksama.

6) Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial yang Bersifat

Pengembangan (Developmental)

Kalau perndekatan kuratif merupakan tindak lanjut dari post-teaching

diagnoistic dan pendekatan preventif merupakan tindak lanjut dari pre-teaching

diagnostic, pendekatan pengembangan merupakan tindak lanjut dari during-

teaching diagnostic atau upaya diagnostic yang dilakukan guru selama

berlangsungnya program PBM.

Sasaran pokok dari strategi pendekatan ini ialah agar siswa dapat segera

mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialaminya

selama melaksanakan kegiatan PBM. Dengan diberikan bantuan segera dari saat

ke saat selama berlangsungnya PMB, pada akhirnya siswa diharapkan akan dapat

Page 33: Pembelajaran Remedial

33

menyelesaikan program secara tuntas sesuai dengan kriteria keberhasilan yang

ditetapkan.

Agar strategi pendekatan ini dapat diopersasikan secara teknik dan sistematis,

diperlukan adanya pengorganisasian program PBM yang sistematis pula seperti

dalam bentuk system pengajaran berprogram, system pengajaran modul, dan

sebagainya.

Dengan demikian, maka proses pelayanan diagnostic dan remedial itu dapat

dilakukan secara sekuensial dari unit ke unit secara teratur.

Dari proses terlihat bagaimana rangkaian perkembangan kegiatan diagnosik

dan remedial itu berlangsung selama periode PBM itu berjalan dari modul ke

modul atau dari unit ke unit.

Seperti telah dijelaskan diatas bahwa guru hendaknya memonitor atau

mengobservasi selama proses belajar berlangsung, kemudian pada setiap selesai

suatu modul atau bagian program diselesaikan maka suatu test pormanif

hendaknya diadministrasikan. Data/informasi dari kedua aktivitas itu merupakan

umpan balik bagi guru untuk segera mengadakan evaluasi dan diagnostik.

Tindakan selanjutnya ialah segera melakukan bantuan remedial, baik kepada

siswa secara individual maupun kelompok, bergantung pada pola PBM mana

yang dilakukan.

Kegiatan seyogianya baru dilanjutkan kepada program tingkat berikutnya

(modul/unit tertentu) kalau sudah diyakini bahwa siswa telah menyelesaikan

program terdahulu secara tuntas (sesuai kriteria keberhasilan yang ditetapkan).

Sudah barang tentu kalau program ini disajikan dalam bentuk modul, siswa-siswa

yang sudah dipandang memenuhi syarat tidak perlu saling menunggu temannya.

Dengan kata lain, yang bersangkutan selayaknya diperkenankan maju ke tingkat

program yang lebih tinggi. Kegiatan seperti itu dilakukan sepanjang satuan waktu

atau program yang lebih besar diselesaikan (triwulan/semesteran/tahunan). Pada

akhirnya, selayaknnya diadakan suatu test yang menyeluruh.

Adalah menjadi keyakinan kaum penganut pendekatan developmental ini

bahwa setiap siswa samapi batas-batas proses perkembangan belajarnya dengan

strategi dan teknik pendekatan ini akan mencapai hasil yang diharapkan.

Page 34: Pembelajaran Remedial

34

1.1 Kegiatan Pengayaan

Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok cepat agar

mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang

dimilikinya.

Kegiatan pengayaan dilaksanakan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk memperdalam penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar yang

sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang optimal.

Tugas yang dapat diberikan guru pada siswa yang mengikuti kegiatan pengayaan di

antaranya adalah memberikan kesempatan menjadi tutor sebaya, mengembangkan latihan praktis

dari materi yang sedang dibahas, membuat hasil karya, melakukan suatu proyek, membahas

masalah, atau mengerjakan permainan yang harus diselesaikan siswa. Apapun kegiatan yang

dipilih guru, hendaknya kegiatan pengayaan tersebut menyenangkan dan mengembangkan

kemampuan kognitif tinggi sehingga mendorong siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan.

Dalam memilih dan melaksanakan kegiatan pengayaan, guru harus memperhatikan:

� faktor siswa, baik faktor minat maupun faktor psikologis lainnya,

� faktor manfaat edukatif, dan faktor waktu.

2.1 Pelaksanaan Pembelajaran Remedial

Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang

mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Sehubungan dengan itu, langkah-langkah yang

perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu

pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan (treatment)

pembelajaran remedial.

1. Diagnosis Kesulitan Belajar

a. Tujuan

Page 35: Pembelajaran Remedial

35

Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta

didik. Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi kesulitan ringan, sedang dan berat.

1.3 Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang kurang perhatian di

saat mengikuti pembelajaran.

2.3 Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami gangguan belajar

yang berasal dari luar diri peserta didik, misalnya faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal,

pergaulan, dsb.

3.3 Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami ketunaan pada diri

mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra¸tuna daksa, dsb.

b. Teknik

Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara lain: tes prasyarat

(prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes diagnostik, wawancara, pengamatan, dsb.

1) Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat yang

diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau belum. Prasyarat ini

meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan.

2) Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam menguasai

kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi bilangan, apakah peserta didik

mengalami kesulitan pada kompetensi penambahan, pengurangan, pembagian, atau perkalian.

3) Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk

menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik.

4) Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar

peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun penyebab

kesulitan belajar peserta didik.

2. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial

Dengan memperhatikan pengertian dan prinsip pembelajaran remedial tersebut, maka

pembelajaran remedial dapat diselenggarakan dengan berbagai kegiatanantara lain:

1. Memberikan tambahan penjelasan atau contoh

Peserta didik kadang-kadang mengalami kesulitan memahami penyampaian materi

pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang disajikan hanya sekali, apalagi kurang ilustrasi

dan contoh. Pemberian tambahan ilustrasi, contoh dan bukan contoh untuk pembelajaran konsep

misalnya akan membantu pembentukan konsep pada diri peserta didik.

Page 36: Pembelajaran Remedial

36

2. Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya

Penggunaan alternatif berbagai strategipembelajaran akan memungkinkan peserta didik

dapat mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapi.

3. Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu.

Penerapan prinsip pengulangan dalam pembelajaran akan membantu peserta didik

menangkap pesan pembelajaran. Pengulangan dapat dilakukan dengan menggunakan metode dan

media yang sama atau metode dan media yang berbeda.

4. Menggunakan berbagai jenis media

Penggunaan berbagai jenis media dapat menarik perhatian peserta didik. Perhatian

memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Semakin memperhatikan, hasil belajar

akan lebih baik. Namun peserta didik seringkali mengalami kesulitan untuk memperhatikan atau

berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Agar perhatian peserta didik terkonsentrasi pada materi

pelajaran perlu digunakan berbagai media untuk mengendalikan perhatian peserta didik.

Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya adalah

memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran

remedial antara lain:

� Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran

ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian,

penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau

semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar.

Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media

yang lebih tepat.

� Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal

pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut

berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan

implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau

beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.

� Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip

pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan

dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill ) untuk membantu

menguasai kompetensi yang ditetapkan.

Page 37: Pembelajaran Remedial

37

� Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan

belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang

mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami

kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.

Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui penilaian diperoleh

dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja,

observasi dan lain-lain. Sedangkan penilaian hasil diperoleh melalui ulangan harian,ulangan

tengah semester dan ulangan akhir semester.

Jika peserta didik tidak lulus karena penilaian hasil maka sebaiknya hanya mengulang tes

tersebut dengan pembelajaran ulang jika diperlukan. Namun apabila ketidaklulusan akibat

penilaian proses yang tidak diikuti (misalnya kinerja praktik, diskusi/presentasi kelompok) maka

sebaiknya peserta didik mengulang semua proses yang harus diikuti.

3. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial

Terdapat beberapa alternatif berkenaan dengan waktu atau kapan pembelajaran remedial

dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul, apakah pembelajaran remedial diberikan pada setiap akhir

ulangan harian, mingguan, akhir bulan, tengah semester, atau akhir semester. Ataukah

pembelajaran remedial itu diberikan setelah peserta didik mempelajari SK atau KD tertentu?

Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah peserta didik mempelajari KD tertentu. Namun

karena dalam setiap SK terdapat beberapa KD, maka terlalu sulit bagi pendidik untuk

melaksanakan pembelajaran remedial setiap selesai mempelajari KD tertentu. Mengingat

indikator keberhasilan belajar peserta didik adalah tingkat ketuntasan dalam mencapai SK yang

terdiri dari beberapa KD, maka pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah peserta didik

menempuh tes SK yang terdiri dari beberapa KD. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa

SK merupakan satu kebulatan kemampuan yang terdiri dari beberapa KD. Mereka yang belum

mencapai penguasaan SK tertentu perlu mengikuti program pembelajaran remedial.

Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui penilaian diperoleh

dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja,

observasi dan lain-lain. Sedangkan penilaian hasil diperoleh melalui ulangan harian,ulangan

tengah semester dan ulangan akhir semester.

4. Tes Ulang

Page 38: Pembelajaran Remedial

38

Tes ulang diberikan kepada peserta didik yang telah mengikuti program pembelajaran

remedial agar dapat diketahui apakah peserta didik telah mencapai ketuntasan dalam penguasaan

kompetensi yang telah ditentukan.

5. Nilai Hasil Remedial

Nilai hasil remedial tidak melebihi nilai KKM.

3.1 Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial

Pada Kurikulum 1999 kebijakan salah satunya adalah konsep pendekatan belajar tuntas.

Siswa tidak bisa mengikuti kompetensi berikutnya jika siswa belum menuntaskan kompetensi

yang sedang dijalani. Sedang siswa yang memperoleh ketuntasan dan berprestasi melebihi rata-

rata dalam konsep kurikulum 1999 ini juga perlu mendapat perhatian khusus oleh guru. Dalam

istilah kurikulum 1999 mereka yang belum tuntas perlu mendapatkan pengajaran remedial,

sedang mereka yang sudah tuntas dan berprestasi diatas rata-rata perlu mendapatkan pengayaan.

Dengan demikian sekolah berkewajiban untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan sesuai

dengan lingkungan yang tersedia. Untuk beberapa siswa yang mempunyai prestasi belajar

dibawah rata-rata atau norma yang ditetapkan bila dibandingkan dengan prestasi belajar teman-

temannya. Berdasarkan prinsip belajar tuntas maka siswa tersebut perlu mendapatkan penangan

khusus. Sebagaimana telah disebutkan di atas siswa yang mengalami kejadian tersebut perlu

mendapat perhatian dari guru yaitu diberi pengajaran remedial (remedial teaching).

Dalam Kamus Bahasa Inggris , kata Remedial berarti : yang berhubungan dengan perbaikan.

Dengan demikian yang dimaksud dengan pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran

yang bersifat perbaikan, atau pengajaran yang membuat menjadi baik. Dalam belajar mengajar

guru melakukan pengajaran dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara optimal. Namun jika

ternyata terdapat siswa yang lamban dalam belajar dan prestasi belajarnya rendah maka

diperlukan suatu proses belajar mengajar yang dapat membantu siswa agar tercapai hasil yang

diharapkan. Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diadakan pengajaran biasa (klasikal),

dimana siswa (kelompok) yang belum memenuhi standar minimimal yang telah ditentukan pada

topik/kompetensi, dikumpulkan tersendiri untuk mendapatkan pengajaran kembali. Dalam

pengajaran remedial yang diperbaiki adalah keseluruhan proses belajar mengajar seperti cara

mengajar, metode pengajaran, materi pelajaran, alat belajar dan lingkungan belajar. Dalam

Page 39: Pembelajaran Remedial

39

pengajaran remedial terjadi proses penyembuhan (terapi) pada siswa, jika sudah sembuh maka

akan dikembalikan lagi ke kelas semula.

Anonim (1999:34) Pengajaran remedial berbeda dengan proses belajar mengajar biasa dalam

segi :

4 Tujuan. Pengajaran biasa diarahkan pada penguasaan (matery) bahan secara tuntas

sehingga tujuan instruksional maupun tujuan pengiring tercapai secara maksimal. Sedangkan

pengajaran remedial lebih diarahkan pada peningkatan penguasaan bahan sehingga sekurang-

kurangnya siswa yang bersangkutan dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang

mungkin diterima.

5 Strategi. Strategi belajar remedial sifatnya sangat individual dalam arti tergantung pada

letak masalah yang dihadapi setiap siswa. Metode penyampaian harus bervariasi dan diharapkan

disusun secara sistematis dari materi / tugas yang mudah menuju tugas yang sukar.

6 Bahan. Bahan pengajaran remedial biasanya dengan penggolongan-penggolongan yang

lebih kecil daripada bahan yang dikembangkan untuk pengajaran biasa.

Sedang Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati (2000:114) merinci perbedaan antara

pengajaran remedial dengan pengajaran biasa sebagai berikut:

No. Pengajaran Biasa No Pengajaran Remedial

1

2

3

4

Sebagai program

belajar di kelas dengan

semua siswa turut

berpartisipasi

Bertujuan untuk

mencapai TIK yang

ditetapkan sesuai

dengan kurikulum

berlaku untuk semua

siswa

Metode yang

digunakan bersifat

1

2

3

4

Dilakukan setelah diketahui

kesulitanbelajar dan kemudian

diberikanpelayanan khusus

sesuai dengan jenis, sifat, dan

latar belakang

TIK disesuaikan dengan

kesulitan belajar yang dihadapi

siswa

Metode yang digunakan bersifat

diferensial disesuaikan dengan

sifat, jenis, dan latar belakang

kesulitan belajar

Page 40: Pembelajaran Remedial

40

5

6

sama untuk semua

siswa

Dilaksanakan oleh

guru kelas atau guru

bidang studi

Pendekatan dan

teknik lebih bersifat

umum dan sama

Evaluasi menggunakan

alat yang bersifat

seragam dan kompak

5

6

Dilaksanakan melalui

kerjasa ma berbagai pihak,

guru, pembimbing, counselor

dan sebagainya

Pendekatan dan teknik lebih

diferensial artinya disesuaikan

dengan keadaan siswa

Alat evaluasi yang

digunakan disesuaikan dengan

kesulitan belajar yang dihadapi

siswa

Jadi dari uraian di atas ternyata dapat disimpulkan mengenai perbedaan proses belajar

mengajar biasa dengan pengajaran remedial. Pengajaran biasa bertujuan untuk pencapaian TIK

secara maksimal, sedang pengajaran remidial bertujuan untuk untuk penguasaan bahan bagi

siswa yang mengalami kesulitan pada TIK tertentu. Strategi belajar mengajar pada pengajaran

biasa yaitu kelas klasikal dimana siswa berkumpul dalam satu kelas untuk mendapat pengajaran

dengan metode yang sama untuk semua siswa, pendekatan dan teknik yang sama serta pemberian

evaluasi (ulangan) menggunakan alat yang sama (seragam) untuk semua siswa. Sedang pada

pengajaran remedial strategi yang diberikan bersifat individual sesuai TIK yang mana yang sulit

dan belum dituntaskan oleh siswa, metode penyampaian tidak sama antar satu siswa dengan

siswa lainnya hal ini tergantung sejauh mana kesulitan siswa belajar, biasanya melibatkan

berbagai pihak seperti guru bidang studi dan BP, alat evaluasi yang digunakan disesuaikan

dengan kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Selanjutnya mengenai bahan pengajaran,

untuk bahan pengajaran biasa lebih banyak dan luas, sedang bahan pengajaran untuk remedial

hanya tertentu saja, yakni pada bahan yang belum dukuasai oleh siswa saja.

Anonim (1999:45), mengatur mengenai langkah-langkah pengajaran remedial sebagai

berikut:

Page 41: Pembelajaran Remedial

41

1. Menelaah kembali siswa yang akan diberikan bantuan. Kegiatan ini dimaksudkan agar

kita memperoleh gambaran berapa lama bantuan harus diberikan, kapan oleh siapa dan

sebagainya.

2. Alternatif tindakan. Jika sudah mendapat gambaran lengkap. Lalu tentukan alternatif

tindakan dapat berupa :

a. Disuruh mengulangi bahan yang telah diberikan dengan memberikan arahan terlebih dulu.

b. Disuruh mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan kegiatan belajar mengajar

yang sudah ditempuhnya dan mempunyai tujuan yang sama.

c. Bila kesulitan belajar bukan karena kesulitan belajar, tapi karena faktor lain seperti sikap

negatif terhadap guru, situasi belajar dan sebagainya maka siswa perlu dibimbing oleh konselor.

Jika sudah mampu mengatasi masalah maka dapat diberi pengajaran remedial.

3. Evaluasi Pengajaran Remedial

4. Pada akhir kegiatan siswa diadakan evaluasi. Tujuan paling utama adalah diharapkan 75%

taraf pengusaan (level of mastery). Bila ternyata belum berhasil maka dilakukan diagnosis dan

memperoleh pengajaran remedial kembali.

5. Pendekatan Pengajaran Remedial

a. Pendekatan pencegahan (preventif), dari hasil Pre-test sebelum memulai pengajaran,

seorang guru sudah dapat mendeteksi bahwa seorang siswa mungkin akan mengalami hambatan

dalam proses belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan upaya mengetahui secara tepat perilaku

awal siswa, menggunakan pendekatan multi media dan multi metode dalam proses belajar

mengajar.

b. Pendekatan penyembuhan (curative), pendekatan ini diberikan kepada siswa yang sudah

nyata mengalami hambatan dalam mengikuti proses belajar mengajar. Gejala yang terlihat yaitu

prestasinya sangat rendah dibandingkan dengan kriteria tingkat keberhasilan yang ditetapkan.

c. Pendekatan perkembangan (development), pendekatan ini menuntut guru untuk memonitor

terus-menerus kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung. Setiap ada hambatan

segera dan secara terus-menerus. Sehingga dengan demikian guru senantiasa mengikuti

perkembangan pada siswanya secara sistematis.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pengajaran

remedial itu dimulai dari penelaahan kembali siswa yang mengalami kesulitan belajar,

selanjutnya diberikan tindakan alternatif seperti mengulang belajar kembali atau alternatif

Page 42: Pembelajaran Remedial

42

lainnya sambil dicari penyebab kesulitan belajar siswa, selanjutnya diberikan evaluasi (ulangan)

dengan target 75% penguasaan materi. Jika berhasil siswa kembali ke kelasnya untuk mengikuti

pengajaran biasa secara klasikal, jika belum berhasil baru diadakan pengajaran remedial.Dalam

pengejaran remedial seorang guru dapat menggunakan tiga cara pendekatan yaitu

pencegahan(preventif), penyembuhan (curative)dan perkembangan (development). Hal ini

memerlukan kesabaran dan ketekunan guru dalam melaksanakan pengajaran remedial,

mengingat dalam pengajaran ini guru dituntut untuk memperhatikan perkembangan belajar siswa

secara individual. Guru harus mampu mendeteksi siapa-siap sajaa siswa yang perlu mendapat

perhatian dan perlu memperoleh pengajaran remedial. Pengajaran remedial merupakan salah satu

kegiatan utama dalam keseluruhan proses bimibingan belajar, dan merupakan rangkaian kegiatan

lanjutan dari usaha diagnostik kesulitan belajar – mengajar.